zona kendeng david
DESCRIPTION
zone kendengTRANSCRIPT
1. Pendahuluan
Zona Kendeng pertama kali diberi nama oleh Martin untuk semua lapisan
batuan yang membawa atau mengandung fosil vertebrata yang terletak di
Pegunungan Kendeng (sepanjang Jawa Timur hingga Jawa Tengah). Lapisan-
lapisan tersebut kemudian dikorelasikan dengan lapisan Trinil oleh Dubois yang
merupakan lapisan mengandung fosil yang berasal dari aktivitas vulkanik,
terbentuk di Trinil, Jawa Timur. Dubois memberikan terminologi kepada
kompleks ini Javanese Siwalik, yang dia yakini bahwa lapisan-lapisan tersebut
mempunyai hubungan dengan Anggota Siwalik di India. Martin mengemukakan
bahwa umur dari lapisan batuan di Zona Kendeng adalah Pliocene sedangkan
menurut Dubois berumur Pleistocene.
http://dc198.4shared.com/doc/tDedQ3hh/preview_html_419bebc7.jpg
Penelitian terakhir menunjukkan bahwa tidak semua lapisan batuan yang
mengandung fosil tulang memiliki umur yang sama. Khususnya Duyfjes dan Von
Koenigswald telah banyak melakukan penelitian stratigrafi pada lapisan-lapisan
pembawa fosil tersebut. Penelitian-penelitian tersebut sangat diperlukan terutama
untuk menamakan bahwa “Kendeng Beds” merupakan nama kolektif untuk
lapisan-lapisan yang berumur Pleistocene, yang secara lokal mengandung fosil
hewan vertebrata, dan keberadaannya terutama berada di Perbukitan Kendeng
yang berada di sebagian wilayah Jawa Timur dan Jawa Tengah.
Zona Kendeng merupakan seri perlapisan batuan yang bersumber dari
vulkanik, fluviatil, limnic, dan sedikit lapisan-lapisan yang berasal dari marine
yang relatif mengalami perubahan fasies lateral secara cepat meskipun ketebalan
1
lapisannya relatif konstan. Ke arah timur, fasies vulkanik berubah secara gradual
menjadi seri marine, dimana fasies vulkanik yang berada di atas semakin menipis
secara gradual. Hal tersebut dapat dijelaskan dengan mengasumsikan bahwa
Gunung Wilis secara gradual membangun kakinya menuju ke arah timur di atas
lapisan sedimen marine. Ketebalan lapisan bervariasi dari 200 m di sebelah barat
hingga kira-kira 1000 m pada section bagian tengah dan juga sebelah timur.
Secara umum lokasi tipenya dapat dijumpai di Perbukitan Kendeng, antara
Surabaya di bagian timur dan Ungaran di bagian barat.
Dari tua ke muda Zona Kendeng dapat dibagi menjadi beberapa Formasi
Batuan. Masing-masing dari Formasi Batuan tersebut akan dijelaskan satu-persatu
sebagai berikut:
2. Fisiografinya
Gambar 2 Sketsa Fisografi Pulau Jawa Bagian Timur (de Genevraye and Samuel,
1972)
Zona Kendeng juga sering disebut Pegunungan Kendeng dan adapula yang
menyebutnya dengan Kendeng Deep, adalah antiklinorium berarah barat-timur.
Pada bagian utara berbatsan dengan Depresi Randublatung, sedangkan bagian
selatan bagian jajaran gunung api (Zona Solo). Zona Kendeng merupakan
2
kelanjutan dari Zona Pegunungan Serayu Utara yang berkembang di Jawa
Tengah. Mandala Kendeng terbentang mulai dari Salatiga ke timur sampai ke
Mojokerto dan menunjam di bawah alluvial Sungai Brantas, kelanjutan
pegunungan ini masih dapat diikuti hingga di bawah Selat Madura.
Menurut Van Bemmelen (1949), Pegunungan Kendeng dibagi menjadi 3
bagian, yaitu bagian barat yang terletak di antara G.Ungaran dan Solo (utara
Ngawi), bagian tengah yang membentang hinggaJombang dan bagian timur mulai
dari timur Jombang hingga Delta Sungai Brantas dan menerus ke Teluk Madura.
Daerah penelitian termasuk dalam Zona Kendeng
3. Geomorfologi Regional
Berdasarkan morfologi tektonik (litologi dan pola struktur), maka wilayah
Jawa bagian timur (meliputi Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur) dapat dibagi
mejadi beberapa zona fisografis (van Bemmelen, 1949) yakni : Zona Pegunungan
Selatan, Zona Solo atau Depresi Solo, Zona Kendeng, Depresi Randublatung, dan
Zona Rembang.
Zona Kendeng meliputi deretan pegunungan dengan arah memanjang barat-
timur yang terletak langsung di sebelah utara sub zona Ngawi. Pegunungan ini
tersusun oleh batuan sedimen laut dalam yang telah mengalami deformasi secara
intensif membentuk suatu antiklinorium. Pegunungan ini mempunyai panjang 250
km dan lebar maksimum 40 km (de Genevraye & Samuel, 1972) membentang
dari gunungapi Ungaran di bagian barat ke timur melalui Ngawi hingga daerah
Mojokerto. Di bawah permukaan, kelanjutan zona ini masih dapat diikuti hingga
di bawah selatan Madura.
Ciri morfologi Zona Kendeng berupa jajaran perbukitan rendah dengan
morfologi bergelombang, dengan ketinggian berkisar antara 50 hingga 200 meter.
Jajaran yang berarah barat-timur ini mencerminkan adanya perlipatan dan sesar
naik yang berarah barat-timur pula. Intensitas perlipatan dan anjakan yang
mengikutinya mempunyai intensitas yang sangat besar di bagian barat dan
berangsur melemah di bagian timur. Akibat adanya anjakan tersebut, batas dari
3
satuan batuan yang bersebelahan sering merupakan batas sesar. Lipatan dan
anjakan yang disebabkan oleh gaya kompresi juga berakibat terbentuknya
rekahan, sesar dan zona lemah yang lain pada arah tenggara-barat laut, barat daya-
timur laut dan utara-selatan.
Proses eksogenik yang berupa pelapukan dan erosi pada daerah ini berjalan
sangat intensif, selain karena iklim tropis juga karena sebagian besar litologi
penyusun Mandala Kendeng adalah batulempung-napal-batupasir yang
mempunyai kompaksitas rendah, misalnya pada formasi Pelang, Formasi Kerek
dan Napal Kalibeng yang total ketebalan ketiganya mencapai lebih dari 2000
meter.
Karena proses tektonik yang terus berjalan mulai dari zaman Tersier hingga
sekarang, banyak dijumpai adanya teras-teras sungai yang menunjukkan adanya
perubahan base of sedimentation berupa pengangkatan pada Mandala Kendeng
tersebut. Sungai utama yang mengalir di atas Mandala Kendeng tersebut adalah
Bengawan Solo yang mengalir mulai dari utara Sragen ke timur hingga Ngawi, ke
utara menuju Cepu dan membelok ke arah timur hingga bermuara di Ujung
Pangkah, utara Gresik. Sungai lain adalah Sungai Lusi yang mengalir ke arah
barat, dimulai dari Blora, Purwodadi dan terus ke barat hingga bermuara di pantai
barat Demak-Jepara.
4. Stratigrafi Regional
Stratigrafi penyusun Zona Kendeng merupakan endapan laut dalam di bagian
bawah yang semakin ke atas berubah menjadi endapan laut dangkal dan akhirnya
menjadi endapan non laut. Endapan di Zona Kendeng merupakan endapan turbidit
klastik, karbonat dan vulkaniklastik. Stratigrafi Zona Kendeng terdiri atas 7
formasi batuan, urut dari tua ke muda sebagai berikut (Harsono, 1983 dalam
Rahardjo 2004)
a) Formasi Pelang
Formasi ini dianggap sebagai formasi tertua yang tersingkap di Mandala
Kendeng. Formasi ini tersingkap di Desa Pelang, Selatan Juwangi. Tidak
4
jelas keberadaan bagian atas maupun bawah dari formasi ini karena
singkapannya pada daerah upthrust ,berbatasan langsung dengan formasi
Kerek yang lebih muda. Dari bagian yang tersingkap tebal terukurnya
berkisar antara 85 meter hingga 125 meter (de Genevraye & Samuel, 1972
dalam Rahardjo, 2004). Litologi utama penyusunnya adalah napal, napal
lempungan dengan lensa kalkarenit bioklastik yang banyak mengandung
fosil foraminifera besar.
b) Formasi Kerek
Formasi Kerek memiliki kekhasan dalam litologinya berupa perulangan
perselang-selingan antara lempung, napal, batupasir tuf gampingan dan
batupasir tufaan. Perulangan ini menunjukkan struktur sedimen yang khas
yaitu perlapisan bersusun (graded bedding). Lokasinya berada di Desa
Kerek, tepi sungai Bengawan Solo, ± 8 km ke utara Ngawi. Di daerah
sekitar lokasi tipe formasi ini terbagi menjadi tiga anggota (de Genevraye
& Samuel, 1972 dalam Rahardjo, 2004), dari tua ke muda masing-masing
1) Anggota Banyuurip
Anggota Banyuurip tersusun oleh perselingan antara napal lempungan,
lempung dengan batupasir tuf gampingan dan batupasir tufaan dengan
total ketebalan 270 meter. Di bagian tengahnya dijumpai sisipan
batupasir gampingan dan tufaan setebal 5 meter, sedangkan bagian
atasnya ditandai dengan adanya perlapisan kalkarenit pasiran setebal 5
meter dengan sisipan tuf halus. Anggota ini berumur N10 – N15
(Miosen tengah bagian tengah atas).
2) Anggota Sentul
Anggota Sentul tersusun atas perulangan yang hampir sama dengan
anggota Banyuurip, tetapi lapisan yang bertuf menjadi lebih tebal.
Ketebalan anggota Sentul mencapai 500 meter. Anggota Sentul
berumur N16 (Miosen atas bagian bawah).
5
3) Anggota Batugamping Kerek
Merupakan anggota teratas dari formasi Kerek, tersusun oleh
perselingan antara batugamping tufaan dengan perlapisan lempung dan
tuf. Ketebalan anggota ini mencapai 150 meter. Umur batugamping
kerek ini adalah N17 (Miosen atas bagian tengah).
c) Formasi Kalibeng
Formasi ini terbagi menjadi dua bagian yaitu bagian bawah dan bagian atas.
Bagian bawah formasi Kalibeng tersusun oleh napal tak berlapis setebal
600 meter, berwarna putih kekuning-kuningan sampai abu-abu kebiru-
biruan, kaya akan kanndungan foraminifera plangtonik.
1) Formasi Kalibeng bagian bawah
Formasi Kalibeng bagian bawah ini terdapat beberapa perlapisan tipis
batupasir yang ke arah Kendeng bagian barat berkembang menjadi
suatu endapan aliran rombakan, yang disebut sebagai Formasi Banyak
(Harsono, 1983 dalam Rahardjo, 2004) atau anggota Banyak dari
formasi Kalibeng (Nahrowi dan Suratman, 1990 dalam Rahardjo,
2004), ke arah Jawa Timur, yaitu di sekitar Gunung Pandan, Gunung
Antasangin dan Gunung Soko, bagian atas formasi ini berkembang
sebagai endapan vulkanik laut yang menunjukkan struktur turbidit.
Fasies tersebut disebut sebagai anggota Antasangin (Harsono, 1983
dalam Rahardjo, 2004).
2) Formasi Kaliben bagian atas
Bagian atas dari formasi ini oleh Harsono (1983) disebut sebagai
Formasi Sonde, yang tersusun mula-mula oleh anggota Klitik yaitu
kalkarenit putih kekuning-kuningan, lunak, mengandung foraminifera
plangtonik maupun besar, moluska, koral, algae dan bersifat napalan
atau pasiran dengan berlapis baik. Bagian paling atas tersusun atas
breksi dengan fragmen gamping berukuran kerikil dan semen karbonat.
Kemudian disusul endapan napal pasiran, semakin keatas napalnya
bersifat semakin bersifat lempungan. Bagian teratas ditempati oleh
6
lempung berwarna hijau kebiru-biruan. Formasi Sonde ini ditemukan
sepanjang sayap lipatan bagian selatan antiklinorium Kendeng dengan
ketebalan berkisar 27 – 589 meter dan berumur Pliosen (N19 – N21).
d) Formasi Pucangan
Formasi Pucangan ini mempunyai penyebaran yang cukup luas. Di
Kendeng bagian barat satuan ini tersingkap luas antara Trinil dan Ngawi.
Di Mandala Kendeng yaitu daerah Sangiran, Formasi Pucangan
berkembang sebagai fasies vulkanik dan fasies lempung hitam. Fasies
vulkaniknya berkembang sebagai endapan lahar yang menumpang diatas
formasi Kalibeng. Fasies lempung hitamnya berkembang dari fasies laut,
air payau hingga air tawar. Di bagian bawah dari lempung hitam ini sering
dijumpai adanya fosil diatomae dengan sisipan lapisan tipis yang
mengandung foraminifera bentonik penciri laut dangkal. Semakin ke atas
akan menunjukkan kondisi pengendapan air tawar yang dicirikan dengan
adanya fosil moluska penciri air tawar.
e) Formasi Kabuh
Formasi ini mempunyai lokasi tipe di desa Kabuh, Kec. Kabuh, Jombang.
Formasi ini tersusun oleh batupasir dengan material non vulkanik antara
lain kuarsa, berstruktur silang siur dengan sisipan konglomerat,
mengandung moluska air tawar dan fosil-fosil vertebrata. Formasi ini
mempunyai penyebaran geografis yang luas. Di daerah Kendeng barat
formasi ini tersingkap di kubah Sangiran sebagai batupasir silang siur
dengan sisipan konglomerat dan tuf setebal 100 meter. Batuan ini
diendapkan fluvial dimana terdapat struktur silang siur, maupun merupakan
endapan danau karena terdpaat moluska air tawar seperti yang dijumpai di
Trinil.
f) Formasi Notopuro
Formasi ini mempunyai lokasi tipe di desa Notopuro, Timur Laut Saradan,
Madiun yang saat ini telah dijadikan waduk. Formasi ini terdiri atas batuan
7
tuf berselingan dengan batupasir tufaan, breksi lahar dan konglomerat
vulkanik. Makin keatas sisipan batupasir tufaan semakin banyak. Sisipan
atau lensa-lensa breksi volkanik dengan fragmen kerakal terdiri dari andesit
dan batuapung juga ditemukan yang merupakan cirri formasi Notopuro.
Formasi ini terendapkan secara selaras diatas formasi Kabuh, tersebar
sepanjang Pegunungan Kendeng dengan ketebalan lebih dari 240 meter.
Umur dari formasi ini adalah Plistosen akhir dan merupakan endapan lahar
di daratan.
g) Endapan undak Bengawan Solo
Endapan ini terdiri dari konglomerat polimik dengan fragmen napal dan
andesit disamping endapan batupasir yang mengandung fosil-fosil
vertebrata. di daerah Brangkal dan Sangiran, endapan undak tersingkap
baik sebagai konglomerat dan batupasir andesit yang agak terkonsolidasi
dan menumpang di atas bidang erosi pada Formasi Kabuh maupun
Notopuro.
8
3. Struktur Geologi Regional
Deformasi pertama pada Zona Kendeng terjadi pada akhir Pliosen (Plio –
Plistosen), deformasi merupakan manifestasi dari zona konvergen pada konsep
tektonik lempeng yang diakibatkan oleh gaya kompresi berarah relatif utara –
selatan dengan tipe formasi berupa ductile yang pada fase terakhirnya berubah
menjadi deformasi brittle berupa pergeseran blok – blok dasar cekungan Zona
Kendeng. Intensitas gaya kompresi semakin besar ke arah bagian barat Zona
Kendeng yang menyebabkan banyak dijumpai lipatan dan sesar naik dimana
10
banyak zona sesar naik juga merupakan kontak antara formasi atau anggota
formasi.
Deformasi Plio – Plistosen dapat dibagi menjadi tiga fase/ stadia, yaitu; fase
pertama berupa perlipatan yang mengakibatkan terbentuknya Geantiklin Kendeng
yang memiliki arah umum barat – timur dan menunjam di bagian Kendeng Timur,
fase kedua berupa pensesaran yang dapat dibagi menjadi dua, yaitu pensesaran
akibat perlipatan dan pensesaran akibat telah berubahnya deformasi ductile
menjadi deformasi brittle karena batuan telah melampaui batas kedalaman
plastisnya. Kedua sesar tersebut secara umum merupakan sesar naik bahkan ada
yang merupakan sesar sungkup. Fase ketiga berupa pergeseran blok – blok dasar
cekungan Zona Kendeng yang mengakibatkan terjadinya sesar – sesar geser
berarah relatif utara – selatan.
Deformasi kedua terjadi selama kuarter yang berlangsung secara lambat dan
mengakibatkan terbentuknya struktur kubah di Sangiran. Deformasi ini masih
berlangsung hingga saat ini dengan intensitas yang relatif kecil dengan bukti
berupa terbentuknya sedimen termuda di Zona Kendeng yaitu Endapan Undak.
Secara umum struktur – struktur yang ada di Zona Kendeng berupa :
a) Lipatan Lipatan yang ada pada daerah Kendeng sebagian besar berupa
lipatan asimetri bahkan beberapa ada yang berupa lipatan overturned.
Lipatan – lipatan di daerah ini ada yang memiliki pola en echelon fold dan
ada yang berupa lipatan – lipatan menunjam. Secara umum lipatan di
daerah Kendeng berarah barat – timur.
b) Sesar Naik Sesar naik ini biasa terjadi pada lipatan yang banyak dijumpai
di Zona Kendeng, dan biasanya merupakan kontak antar formasi atau
anggota formasi.
c) Sesar Geser Sesar geser pada Zona Kendeng biasanya berarah timur laut-
barat daya dan tenggara -barat laut.
d) Struktur Kubah Struktur Kubah yang ada di Zona Kendeng biasanya
terdapat di daerah Sangiran pada satuan batuan berumur Kuarter. Bukti
11
tersebut menunjukkan bahwa struktur kubah pada daerah ini dihasilkan
oleh deformasi yang kedua, yaitu pada Kala Plistosen.
12
DAFTAR PUSTAKA
https://ptbudie.wordpress.com/2009/01/03/pegunungan-kendeng/#more-3
http://novianto-geophysicist.blogspot.com/2012/01/geologi-regional-zona-
kendeng.html
http://www.geomacnews.com/2014/05/geologi-regional-zona-kendeng.html
13