yosin kogoya magister ilmu pemerintahan universi- konflik...

31
Konflik Politik Pada Pemilihan Umum Kepala Daerah (Studi Kasus di Kabupaten Puncak, Papua Tahun 2011-2012) Yosin Kogoya Magister Ilmu Pemerintahan Universi- tas Muhammadiyah Yogyakarta Email: [email protected] Achmad Nurmandi Dosen Magister Ilmu Pemerintahan Uni- versitas Muhammadiyah Yogyakarta Email: [email protected] http://dx.doi.org/10.18196/ jgpp.2015.0026 ABSTRACT The implementation of direct elections is a from of regional autonomy in addition to the area where given the right to regulate its own territory, the people are also exempt determine their leaders. Unfortunately there is beyond the elections held in accordance with law and justice corridore, It triggers a conflict between elements of society and government, as happened in the election of a Peak District, Papua years 2011-2012, the country peak conflict that occurs as a result dualism Gerindra party recommendations, which the DPP and DPD Gerindra party to give S.K Simon Alon-Josiah Tenbak as incumbent Gerindra, while DPC provide recommendations to Elvis Tabuni-party Herri Dosinaen, this in because there is an emotional bond between Thomas Tabuni (DPC chairman of the country party Gerindra peak) as a child and Elvis Tabuni (district candidate) as a father.The type of the research conducted by the authors is to use a descriptive study, where the study site is Ilaga, peak district, while the authors explore how the information is to direct observation and interviews while also utilizing literature-literatur from the published literature and analysis used is purpose random sampling analysis using descriptive to analyze the data. The peak district of Puncak Jaya district Proliferation of 2007, and in 2011 made this a highlight of the country election that claimed the lives of 300 people died and 900 people were injured, this conflict is a conflict since most victims in law election in Indonesia. Leveling system of one man one vote democracy make electoral conflicts in Papua can not be avoided due to the immaturity of the people on the system, so that a recommendations is the author of the government to change the system becomes Nokens democratic systems, which is represented by the 1025 and 1 person as a democratic people of Papua. Keywords: Election, political conflict, Papua peak district. ABSTRAK Pelaksanaan Pilkada langsung merupakan salah satu bentuk pelaksanaan otonomi daerah selain diberikan hak untuk mengatur wilayahnya sendiri, rakyat juga dibebaskan menentukan pimpinan mereka. Sayangnya tidak seterusnya Pilkada dilaksanakan sesuai dengan koridor hukum dan keadilan. Hal tersebut memicu adanya konflik antara elemen masyarakat dan Pemerintah, sebagaimana yang terjadi di Pilkada Kabupaten Puncak, Papua Tahun 2011-2012, konflik yang terjadi di Kabupaten Puncak merupakan konflik yang terjadi akibat adanya dualisme rekomendasi partai Gerindra, dimana DPP dan DPD partai Gerindra memberikan S.K kepada Simon Alon-Yosia Tenbak sebagai calon Bupati dari Partai Gerindra, sedangkan DPC memberikan rekomendasi Partai kepada Elvis Tabuni-Herri Dosinaen, hal ini karena ada ikatan emosional antara Thomas tabuni (calon bupati) sebagai Ayah.Jenis penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah menggunakan penelitian deskriptif, dimana lokasi penelitian adalah kecamatan Ilaga, Kabupaten Puncak, adapun cara penulis menggali informasi adalah dengan melakukan observasi secara langsung, dan interview selain itu juga dengan menggunakan literatur-literatur dari berbagai kepustakaan dan analisis yang digunakan adalah analisis purposive rundom sampling dengan menggunakan deskriptif untuk menganalisis data.Kabupaten Puncak

Upload: others

Post on 30-Dec-2019

12 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Konflik Politik PadaPemilihan Umum KepalaDaerah (Studi Kasus diKabupaten Puncak, PapuaTahun 2011-2012)

Yosin KogoyaMagister Ilmu Pemerintahan Universi-tas Muhammadiyah YogyakartaEmail: [email protected]

Achmad NurmandiDosen Magister Ilmu Pemerintahan Uni-versitas Muhammadiyah YogyakartaEmail: [email protected]

http://dx.doi.org/10.18196/jgpp.2015.0026

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

ABSTRACTThe implementation of direct elections is a from of regional autonomy in addition to the area where given the right toregulate its own territory, the people are also exempt determine their leaders. Unfortunately there is beyond theelections held in accordance with law and justice corridore, It triggers a conflict between elements of society andgovernment, as happened in the election of a Peak District, Papua years 2011-2012, the country peak conflict thatoccurs as a result dualism Gerindra party recommendations, which the DPP and DPD Gerindra party to give S.K SimonAlon-Josiah Tenbak as incumbent Gerindra, while DPC provide recommendations to Elvis Tabuni-party Herri Dosinaen,this in because there is an emotional bond between Thomas Tabuni (DPC chairman of the country par ty Gerindrapeak) as a child and Elvis Tabuni (district candidate) as a father.The type of the research conducted by the authors isto use a descriptive study, where the study site is Ilaga, peak district, while the authors explore how the information isto direct observation and interviews while also utilizing literature-literatur from the published literature and analysisused is purpose random sampling analysis using descriptive to analyze the data. The peak district of Puncak Jayadistrict Proliferation of 2007, and in 2011 made this a highlight of the country election that claimed the lives of 300people died and 900 people were injured, this conflict is a conflict since most victims in law election in Indonesia.Leveling system of one man one vote democracy make electoral conflicts in Papua can not be avoided due to theimmaturity of the people on the system, so that a recommendations is the author of the government to change thesystem becomes Nokens democratic systems, which is represented by the 1025 and 1 person as a democratic peopleof Papua.Keywords: Election, political conflict, Papua peak district.

ABSTRAKPelaksanaan Pilkada langsung merupakan salah satu bentuk pelaksanaan otonomi daerah selain diberikan hak untukmengatur wilayahnya sendiri, rakyat juga dibebaskan menentukan pimpinan mereka. Sayangnya tidak seterusnyaPilkada dilaksanakan sesuai dengan koridor hukum dan keadilan. Hal tersebut memicu adanya konflik antara elemenmasyarakat dan Pemerintah, sebagaimana yang terjadi di Pilkada Kabupaten Puncak, Papua Tahun 2011-2012,konflik yang terjadi di Kabupaten Puncak merupakan konflik yang terjadi akibat adanya dualisme rekomendasi partaiGerindra, dimana DPP dan DPD partai Gerindra memberikan S.K kepada Simon Alon-Yosia Tenbak sebagai calonBupati dari Partai Gerindra, sedangkan DPC memberikan rekomendasi Partai kepada Elvis Tabuni-Herri Dosinaen, halini karena ada ikatan emosional antara Thomas tabuni (calon bupati) sebagai Ayah.Jenis penelitian yang dilakukanoleh penulis adalah menggunakan penelitian deskriptif, dimana lokasi penelitian adalah kecamatan Ilaga, KabupatenPuncak, adapun cara penulis menggali informasi adalah dengan melakukan observasi secara langsung, dan interviewselain itu juga dengan menggunakan literatur-literatur dari berbagai kepustakaan dan analisis yang digunakan adalahanalisis purposive rundom sampling dengan menggunakan deskriptif untuk menganalisis data.Kabupaten Puncak

Vol. 2 No. 1Februari 2015

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

61merupakan kabupaten Pemekaran dari Kabupaten Puncak Jaya Tahun 2007, dan pada tahun 2011 dilakukan Pemilukadadi Kabupaten Puncak ini merupakan Pemiukada yang menelan korban nyawa 300 orang meninggal dan 900 orangluka-luka, konflik ini merupakan konflik yang paling banyak korban semenjak diterapkannya Undang-Undang Pilkada diIndonesia. Penyamarataan sistem demokrasi one man one vote membuat konflik pilkada di Papua tidak bisa dihindariakibat ketidakdewasaan masyarakat dalam memahami sistem tersebut, sehingga yang menjadi rekomendasi penulisadalah pemerintah segera merubah sistem demokrasi one man one vote menjadi sistem demokrasi Noken, yaitu 1025orang diwakili oleh 1 orang sebagai demokrasi orang Papua.Kata Kunci: Pemilukada, konflik politik, Kabupaten Puncak Papua.

PENDAHULUANPapua adalah daerah di ujung timur Indonesia yang selama ini

masih menjadi perhatian publik nasional dan internasional karenasituasinya yang jauh dari kesan kondusif dan aman. Papua terusbergejolak sejak berada di bawah administrasi pemerintahan Indo-nesia untuk pertama kali melalui penyerahan dari United NationsTemporary Executive Authority (UNTEA) pada 1 Mei 1963.Selanjutnya Papua menjadi bagian dari wilayah Indonesia berda-sarkan hasil Penentuan Pendapat Rakyat (PEPERA) tanggal 14 Julihingga 2 Agustus 1969, yang kemudian dikukuhkan oleh MajelisUmum PBB melalui Resolusi Nomor 2504 dalam sidang tanggal19 Nopember 1969. Namun hasil ini tidak menghilangkan konflik.

Sejak awal, baik saat menjalankan administrasi pemerintahansebelum PEPERA atau sesudah Papua secara resmi menjadi bagiandari wilayah Indonesia, pemerintah memilih dan menggunakanpendekatan keamanan (militer) dengan dalih menegakan kedaulatannegara, mengikis habis gerakan separatisme yang telah dipupuksebelum Belanda hengkang dari Papua. Bahkan, pendekatan inijuga dijalankan oleh pusat untuk menangani sejumlah gerakanmasyarakat sipil yang kritis terhadap pemerintah maupun perlawa-nan dari kelompok di Papua yang sejak awal menolak integrasi Papuake Indonesia dengan jalan damai. Dalam kenyataannya, penanganankonflik Papua tidak berubah walaupun rezim telah beberapa kaliberganti. Hal itu bisa dilihat dengan belum adanya perubahansignifikan kebijakan pusat setelah 50 tahun lebih integrasi Papuake Indonesia. Faktanya pendekatan keamanan dan militer masih

62

JURNALILMU PEMERINTAHAN &

KEBIJAKAN PUBLIK

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

dipertahankan dan digunakan dengan alasan ancaman keamanandan kedaulatan Negara.

Setelah memasuki masa reformasi, Indonesia memasuki babakbaru di mana daerah diberikan kebebasan untuk mengatur danmengurus rumah tangganya sendiri sebagai bagian dari otonomidaerah yang dilaksanakan di Indonesia yang berdasarkan asasdesentralisasi. Di Indonesia ada 2 (dua) daerah yang mendapat porsiotonomi yang berbeda dengan daerah - daerah lainnya di seluruhNegara Kesatuan Republik Indonesia, yaitu otonomi khusus Papuayang tertuang dalam undang-undang nomor 21 Tahun 2001 tentangOtonomi Khusus bagi Propinsi Papua dan otonomi khusus Aceh,hal ini diberikan agar tidak terjadi disitegritas bangsa Indonesia.Namun dalam perkembangannya Otonomi Khusus yang diberikankepada masyarakat Papua dirasakan tidak menyentuh hinggakeseluruh masyarakat Papua. Hal ini disebabkan karena pemberianotonomi khusus ini tidak disertai dengan kewenangan untukmenjalankannya. Sehingga lahir istilah “memberikan kepala tetapiekor ditahan”, artinya pemerintah propinsi papua dalammenjalankan setiap pasal dalam undang-undang otonomi khususharus mendapatkan persetujuan pemerintah pusat. Hal inimenyebabkan banyak sekali anggaran yang digunakan pemerintahPapua untuk melobi kepada pemerintah pusat agar menyetujuipelaksanaan setiap pasal dalam undang-undang 21 tahun 2001.

Pemilihan umum kepala daerah adalah salah satu instrumenuntuk meningkatkan partisipasi rakyat dalam proses demokrasi.Apalagi, sebenarnya demokrasi bersifat lokal, maka salah satu tujuanpemilihan umum kepala daerah adalah memperkuat legitimasidemokrasi. Oleh karena itu Pemilihan umum kepala daerahlangsung memberikan harapan pada rakyat bahwa dengan memilihkepala daerahnya sendiri mereka dapat hidup lebih sejahtera tidakseperti demokrasi perwakilan yang sarat dengan banyak kepentingandari partai politik. Harapan akan demokrasi yang lebih baik ini

Vol. 2 No. 1Februari 2015

63

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

diikuti dengan desentralisasi dan didukung oleh otonomi daerahyang menyertainya di mana daerah berhak mengurus rumahtangganya sendiri.

Namun seiring dengan berjalanannya waktu, pelaksanaanpemilihan umum kepala daerah di daerah tidak selalu berlangsungmulus dan selalu ada masalah yang menyertainya. Berbagai masalahdalam pelaksanaan pemilihan umum kepala daerah yang selaluminimbulkan kontroversi ketidaksesuaian antara harapan dankenyataan di lapangan. Demikian halnya dengan pemilihan umumkepala daerah kepala daerah di propinsi papua yang pasti selaludiwarnai dengan konflik baik itu konflik horizontal maupun konflikvertikal yang melahirkan banyak sekali korban baik itu harta maupunnyawa, seperti yang diungkapkan gubernur Papua bahwa Korbanyang jatuh dalam pemilihan umum kepala daerah, lebih banyakketimbang akibat gerakan-gerakan separatis.

Keberadaan pemilihan umum yang demokrasi langsung umumbebas dan rahasia itu justru mengantar masyarakat papua kepadakepunahan, pendekatan-pendekatan yang dilakukan pemerintah inilebih cenderung kepada kesejahteraan yang terkesan dipaksakan,dengan tidak memperhatikan kearifan budaya lokal, hal ini diikutidengan ketidak siapan warga masyarakat seetempat yang konon latarbelakang pendidikan dan juga emosional yang masih labil, sehinggamudah untuk terjebak dalam politik praktis, yang menyebabkansering terjadinya konflik dalam keluarga maupun antara suku dalamsuatu wilayah.

Pemilihan umum kepala daerah di kabupaten puncak diikutioleh 6 (enam) pasangan calon bupati dan wakil bupati dari berbagaipartai politik pengusung. Salah satu partai politik pengusung calonbupati dan wakil bupati kabupaten puncak adalah Partai Gerindra.Partai ini mengeluarkan 2 (dua) SK (surat keputusan) yang samaagar kader partainya untuk diusung menjadi calon bupati, yangmembedakannya adalah salah satu surat keputusannya berasal dari

64

JURNALILMU PEMERINTAHAN &

KEBIJAKAN PUBLIK

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Dewan Pimpinan Pusat di Jakarta dan surat keputusan satunyaberasal dari Dewan Pimpinan Cabang di kabupaten Puncak.Mengingat masalah konflik politik pada pemilihan umum kepaladaerah dikabupaten puncak ini telah menelan korban yang sangatbanyak, hal ini membuat penulis merasa perlu untuk melakukanriset dan analisis untuk mendapatkan solusi yang tepat untukmenyelesaikan konflik politik ini.

KERANGKA TEORITEORI KONFLIK

Menurut Webster (Dalam Dean G dan Jefrey Z Rubin, 2004:9),istilah “conflict” didalam bahasa aslinya berarti suatu “perkelahian,peperangan dan perjuangan”. Lebih lanjut Webster mendefinisikankonflik berarti persepsi mengenai perbedaan kepengtingan (per-ceived divergence of interest), atau suatu kepercayaan bahwa aspirasipihak-pihak yang berkonflik tidak dapat dicapai secara simultan.Sedangkan menurut Pringgodigdo (1973:687) kata konflik berasaldari bahasa Latin “Conflictus”, yang artinya pertentangan atauperselisihan. Dengan demikian secara umum konflik merupakanperwujudan dari bermacam-macam perselisihan antara dua pihakatau lebih, baik merupakan konflik pribadi atau konflik yang besifatkelompok. Sejalan dengan itu Surbakti (1992;149) menyatakanbahwa konflik memiliki makna benturan seperti perbedaanpendapat, persaingan antar individu dengan individu, invidu dengankelompok, dan kelompok dengan kelompok. Dalam masyarakat kitayang masih dikungkung kepentingan primordialisme sering kalikonflik sosial yang bersekala besar banyak menelan korban baik hartadan nyawa, sering berawal dan dipicu konflik antar pribadi, konfliksosial antar golongan bahkan antar agama.

Dalam masyarakat pluralis dan masyarakat homogen pun konflikbisa terjadi. Maswadi Rauf (2002:2) mengatakan konflik adalahgejalah sosial yang selalu terdapat didalam setiap masyarakat dalam

Vol. 2 No. 1Februari 2015

65

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

setiap kurun waktu tertentu. Konflik merupakan bagian yang takterlepisahkan dalam masyarakat karena konflik meruapakan salahsatu bentuk hubungan sosial.

Dalam kehidupan sosial, konflik dipandang sebagai hal yanglumrah, karena dalam interaksi sosial perbuatan satu orang akansangant mungkin untuk bertentangan dengan perbuatan orang lain.Tidak pernah terjadi dalam kehidupan masyarakat akan tercipatahubungan harmonis yang mutlak. Sebagaimana ditegaskan olehdimasyarakat memang berbeda. Menurut Laurent Muchielli (dalamAnthony Giddens, 2004:59-60) perbedaan itu sendiri sudahmerupakan faktor yang menjadi prasyarat konflik. Beberapa hal yangmerupakan perbedaan itu adalah: pertama, perbedaan teperamendan kepribadian. Temperamen merupakan faktor interen setiapindividu, dan faktor itu pasti akan mewarnai bentuk dan kualitaskepribadian seseirang. Bentuk dan kualitas kepribadian seseorangpasti berbeda dengan orang lain, sekalipun orang.

Konflik antara budaya pun sering tidak dapat dihindari dinegaraRepublik Indonesia yang komunitas penduduknya homogen. Dariberbagai definisi dan berbagai sumber (dalam Agus Sriyanto 2007:2)(1) konflik adalah bentuk pertentangan alamiah yang dihasilkanoleh individu atau kelompok karena mereka yang terlibat memilikiperbedaan sikap, kepercayaan, nilai-nilai, serta kebutuhan; (2)hubungan pertentangan antara dua pihak atau lebih (individumaupun kelompok) yang memiliki atau merasa memiliki sasaran-sasaran tertentu, namun diliputi pemikiran, perasaan, atauperbuatan yang tidak sejalan; (3) pertentangan atau pertikaian karenaada perbedaan dalam kebutuhan, nilai, dan motifasi pelaku atauyang terlibat di dalamnya; (4) suatu proses yang terjadi ketika satupihak secara negatif mempengaruhi pihak lain, dengan melakukankekerasan fisik yang membuat orang lain perasaan serta fisiknyaterganggu; (5) bentuk pertentangan yang bersifat fungsional karenapertentangan semacam itu mendukung tujuan kelompok dan

66

JURNALILMU PEMERINTAHAN &

KEBIJAKAN PUBLIK

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

memperbarui tampilan, namun disfungsional karenamenghilangkan tampilan kelompok yang sudah ada; (6) prosesmendapatkan monopoli ganjaran, kekuasaan, pemilikan, denganmenyingkirkan atau melemahkan pesaing; (7) suatu bentukperlawanan yang melibatkan dua pihak secara antagonis; (8)kekacauan rangsangan kontradiktif dalam diri individu.

BENTUK-BENTUK KONFLIKPada dasarnya konflik dalam kehidupan masyarakat ada dua

macam bentuknya, yaitu::A. KONFLIK HORIZONTAL

Konflik horizontal adalah konflik yang terjadi antara satukelompok masyarakat dengan kelompok masyarakat yang lain, dalamsatu komunitas diwilayah suatu negara. Unsur utama yangmendorong terjadinya konflik horizontal adalah kepentinganprimodial yang meliputi unsur agama, etnis, kebudayaan dankelompok kepentingan lainnya.

Dalam hubungannya dengan konflik horizontal, Johnson danDuinker (dalam Mitchell, 2003:365) menyatakan konflik ataupertentangan antar banyak kepentingan kelompok, meliputi; nilaibudaya, agama, adat istiadat dan etnisitasm sudah merupakan bagianyang menyatu sejak kehidupan ini ada. Dengan demikian konflikDahrendorf (1986:162) bahwa setiap masyarakat senantiasa beradadalam proses perubahan yang tidak pernah berakhir, setiapmasyarakat mengandung konflik; setiap unsur dalam masyarakatmemberikan sumbangan bagi terjadinya disintegrasi dan perubahansosial; serta setiap masyarakat terintegrasi dalm penguasaan ataudominasi seorang atau kelompok atas orang lainnya.B. KONFLIK VERTIKAL

Konflik vertikal merupakan perselisihan atau pertengantanantara kelompok yang berkuasa terhadap kelompok yang dikuasai,kelompok yang memerintah dengan kelompok yang diperintah, serta

Vol. 2 No. 1Februari 2015

67

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

pertengan antara kelas ada dimasyarakat. Sistem stratifikasi sosialdalam masyarakat yang segaja disusun atau dibentuk untuk mencapaitujuan terntentu biasanya berkaitan dengan pembagian kekuasaandan wewenang yang resmi dalam organisasi formal sepertipemerintahan, partai politik, organisasi dan sebagainya. Kekuasaandan wewenang itu merupakan suatu unsur khusus dalam sistempelapisan sosial yang merupakan nilai-nilai lain dari pada uang,tanah, dan benda ekonomis lainnya yang bersifat vertikal.

Teori Marxis (dalam Arief Budiman, 2002:56 menyatakan bahwakekuasan kelompok atau kelas dominan dalam masyarakatmerupakan konflik antar kelas sosial ekonomi. Hal itu tampak dalamkehidupan setiap hari betama semakin melebarnya rentangperbedaan antar kelompok kelas ekonomi bawah, menengah dankelas atas.

Sementara Max Weber (dalam Ngadisah, 2003:255) konflikterjadi karena ketidak adilan sosial, yang terbagi dalam kelas-kelasdan status golongan. Karena perbedaan kekuasaan diantarakelompok-kelompok itu, maka terjadilah ketidaksamaan sosial, yangterbagi dalam kelas-kelas dan status golongan. Karena perbedaankekuasaan diantara kelompok-kelompok itu, maka terjadilahketidaksamaan sosial. Disini kekuasaan didefinisikan sebagaikekuatan yang dimiliki seseorang atau kelompok untuk terusmelaksanakan kehendaknya walaupun bertentangan dengankehendak masyarakat secara umum. Dalam kenyataannya kekuasaantidak selalu memiliki martabat sosial, akan tetapi kekuasaan padasektor ekonomi selalu menduduki tempat sentral dalam analisis kelasdan status golongan dimasyarakat.

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KONFLIKA. FAKTOR STRUKTURAL

Talcott Parson (dalam Narwoko,dkk, 2004:237) melihatmasyarakat sebagai sistem interaksi kolektif merujuk pada

68

JURNALILMU PEMERINTAHAN &

KEBIJAKAN PUBLIK

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

persekutuan hidup (social community) yang dinilai sebagai inti saristruktur sosial yang fungsi utamanya adalah mengintegrasikanmasyarakat. Dalam perkembangan selanjutnya, masyarakat selaluberkembang dalam pola relasi yang beragam sesuai dengan konteks,ruang dan waktu relasi tersebut berlangsung.

Dalam hubungannya kondisi struktural masyarakat, Adam Smith(dalam Anthony Giddens,dkk, 2004:2007) mengakui bahwamasyarakat memang terbagi baik secara horizontal maupun vertikal.Secara Horizontal dapat berupa ikatan-ikatan komunitas denganidentitas kolektif melekat kuat. Sedangkan secara vertikal dapattampak lebih kontras yang ditentukan oleh posisi ekonomi, statuskelahiran,penghasilan, posisi kekuasaan yang berbeda dalamkehidupan sehari-hari. Perbedaan secara vertikal dapat terjadi akibatkekerasan struktural yang dilakukan negara (pemerintah)berupaketidakadilan dalam akses ekonomi bagi setiap orang atau kelompok.

Semua ketidak adilan ekonomi menimbulkan perbedaan tersebutdiatasm pada gilirannya dapat mendorong terjadinya konflik dalamkehidupan bermasyarakat. Karena itu, menurut Smelser (dalam TitikSuwaryati,dkk, 2003:30) ada beberapa faktor dominan yang dapatmemunculkan konflik, yaitu; pertama, kesesuaian struktur, dalamarti struktur masyarakat yang menunjang terjadinya konflik kedua,ketegangan struktur, rasa ketidak adilan dalam masyarakatmendorong banyak perilaku atau tindakan ekstrim.

Duverger (2002: 157) menjelaskan bahwa konflik dapatdisebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor individual dan faktorkolektif. Konflik individual sering disebabkan perbedaan faktorpribadi, yang meliputi bakat atau talenta alami dan kondisi psikologisseseorang. Sedangkan konflik kolektif (Haryanto, 1991:64) lebihbanyak disebabkan oleh kondisi yang melekat pada kumpulanindividu-ndividu sebagai suatu kesatuan.

Konflik sosial ekonomi merupakan konflik yang terjadi karenaperebutan pengusaan sumber-sumber daya ekonomi atau pengusaan

Vol. 2 No. 1Februari 2015

69

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

sumber daya ekonomi dalam banyak masyarakat dikarenakanketimpangan struktural yang dicipatakan sistem politik daripemerintahan yang sedang berkuasa. Ketimpangan ekonomi seringterjadi manakala kelompok menirotas justru menguasai sebagianbesar sumber daya ekonomi nasional dalam sebuah negara.

Dalam pandangan kaum konservatif, konflik politik yang munculmencerminkan perjuangan antar ras,suku atau golongan (koletif);sedangkan kaum sosialis, konf lik politik lebih disebabkanperhuangan antar kelas yang ada di dalam masyarakat yangbersangkutan. Dalam perkembangan di masyarakat sering kalikonflik individu tersebut melibatkan kelompok masyarakat yanglebih luas. Kenyataannya, ada banyak konflik individual berkembangmenjadi konflik kolektid yang amat berbahaya.B. FAKTOR KULTURAL

Tata nilai yang dianut satu kelompok masyarakat denganmasyarakat lain cenderung berbeda. Presepsi mengenai nilai dalamkehidupan manusia sangat dipengaruhi kebiasaan dan kultur yangberlaku dimana orang tersebut berada. Manurut Horton dan Hunt(dalam Dwi Narwoko,dkk, 2004:35), nilai adalah suatu bagianpenting dari kebudayaan. Karena itu suatu tindakan dianggap sah,dapat diterima masyarakat, kalau tindakan itu dpat harmonis dengannilai-nilai yang disepakati dan dijunjung oleh masyarakat dimanaindakan tersebut dilakukan.C. FAKTOR TINDAKAN ATAU TINGKAH LAKU

Ada dua proses sosiologis yang mempengaruhi perilaku kelompoksecara mendalam dan menyeluruh. Pertama, integrasi sosial yangmerupakan kecendrungan untuk saling menarik dan salingmenyesuaikan diri. Kedua, diferensiasi sosial, yakni kecenderungankearah perkembangan sosial yang berlawanan seperti perbedaanmenurut ciri biologis, agama yang dianut, profesi dan bahkan jeniskelamin ( J. Dwi Narwoko, 2004:172).

Dalam praktek hidup sehari-hari diferensiasi sosial dan integrasi

70

JURNALILMU PEMERINTAHAN &

KEBIJAKAN PUBLIK

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

sosial biasanya muncul bersamaan dengan terbentuknya stratifikasisosial. Perubahan sosial baik yang bersifat horizintal maupun vertikalakan membawa konsekuensi loncatan perilaku baik individu yangamat jauh berbeda dengan keadaan sebelumnya. Ada perubahankearah konflik sosial. Hak itu amat tergantung dengan kondisi dansikap masyarakat dalam merespon kapan dan pada saat mana peru-bahan sosial itu berlangsung.

RESOLUSI KONFLIKPengelolaan atau resolusi konflik adalah setiap upaya yang

ditujukan untuk menyelesaikan pertentangan yang ada didalamkehidupan masyarakat. Dalam hubungannya dengan resolusi konflikHugh Miall (2011:31) menjelaskan bahwa resolusi konflik adalahistilah konprehensif yang mengaplikasikan bahwa sumber konflikyang rumit sekalipun akan mendapat perhatian dan dapat disele-saikan. Karena itu, pada hakekatnya resolusi konflik diandang seba-gai upaya peanganan sebab-sebab konflik dan berusaha menyele-saikannya dengan membangun hubungan baru yang bisa bertahanlama (langgeng) diantara kelompok-kelompok yang sedang ber-musuhan.

Menyangkut pihak ketiga dalam penyelesaian konflik Warawan(2010:117) menjelaskan resolusi konflik (conflict resolution) adalahproses untuk mencapai keluaran konflik dengan menggunakanmetode resolusi konflik. Metode resolusi konflik adalah prosesmanajemen konflik yang digunakan untuk menghasilkan keluarankonflik. Metode resolusi konflik pengaturan sendiri oleh pihak-pihakyang terlibat konflik (self regulation) atau melalui intervensi pihakketiga (third party intervention). Seperti yang dapat digambarkan sepertipada Gambar 1:

Gambar 1 menunjukan diagram resolusi konflik. Resolusi konflikmelalui pengaturan sendiri terjadi jika para pihak yang terlibatkonflik berupaya menyelesaikan sendiri konflik mereka. Intervensi

Vol. 2 No. 1Februari 2015

71

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

pihak ketiga terdiri atas (1)resolusi melalui pengadilan, (proses ad-ministratif, dan (3) resolusi perselisihan alternatif (alternative dispuleresolution).

GAMBAR 1. METODE RESOLUSI KONFLIK

KONFLIK POLITIKPilkada sebagai salah satu produk yang dilahirkan dari otonomi

daerah, mempunyai banyak sisi positif yang beriringan dengan sisinegatif yang dipunyai. Pilkda yang merupakan suatu kompetisi untukmemperebutkan jabatan-jabatan politik seperti bupati/wakil bupati,walikota / wakil walikota dan Gubernur / wakil Gubernur menjadiajang perebutkan kekuasaan dan pertempuran yang dianggap pen-ting, kekuasaan yang diperebutkan ini selain dilegitimasi oleh hu-kum, juga dilegitimasi oleh sebuah proses baik itu karena keturunan(kesultanan), pengangkatan (pengakuan / otoriter), sampai padapemilihan yang demokrasi (seperti sekarang ini).

Menurut Elvi Juliansyah,“Ada dua titik fokus konflik politik, pertama berkaitan dengan perebutankekuasaan dan pengaruh yang selalu hadir dalam kehidupan masya-rakat, sebagai suatu gejala politik yang normal untuk menciptakankeinginan - keinginan berdasarkan profesionalitas. Kedua, keputusan-keputusan politik yang diambil oleh eksekutif (administrator publik)dalam menjalankan kekuasaannya tidak selamanya berjalan lurus sesuai

72

JURNALILMU PEMERINTAHAN &

KEBIJAKAN PUBLIK

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

dengan keinginan yang dikehendaki, tetapi harus mendalami pokok-pokok permasalahan sebagai bentuk pemecahan terhadap masalah,pengambilan keputusan mengikat untuk mencapai kesejahteraanbersama”

METODE PENELITIANJenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

penelitian deskritif. Penelitian deskritif merupakan suatu cara yangdigunakan untuk memecahkan masalah yang ada, di mana datayang ada dikumpul kemudian diklasifikasikan dan selanjutnya dia-nalisa. Pada dasarnya penelitian dengan menggunakan jenispenelitian ini mempunyai tujuan untuk mengambarkan, mering-kaskan berbagai kondisi, berbagai situasi atau berbagai variable yangtimbul dimasyarakat yang menjadi objek penelitian, kemudianditarik ke permukaan sebagai suatu ciri atau gambaran tentangkondisi, situasi atuapun variable tertentu

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti dalampenelitian ini adalah Kajian Literatur dan Wawancara. Unit analisisdata dalam penelitian ini adalah ini adalah pihak-pihak yang terlibatsecara langsung maupun tidak langsung dalam konflik politik yangterjadi pada pemilihan umum kepala daerah dikabupten Puncak,mengingat banyaknya pihak-pihak yang terlibat dalam konfliktersebut dan juga menghemat waktu dan dana, maka unit analisisdata pada penelitian ini menggunakan analisis purposive random sam-pling.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik pengambilansampel yaitu proportionate stratified random sampling dimana pengam-bilan sampel dari populasi dilakukan secara acak dan berstrata secaraproporsional, mengingat anggota populasi yang akan dijadikansampel adalah heterogen. Teknik analis data dalam penelitian iniadalah analisis kualitatif yaitu dengan memberikan gambaraninformasi masalah secara jelas dan mendalam dengan menggunakan

Vol. 2 No. 1Februari 2015

73

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

teori-teori konflik dan politik sebagai alat interpretasi terhadap datayang diperoleh.

PEMBAHASANKONFLIK POLITIKA. KONFLIK HORIZONTAL

Konflik politik horizontal pada pemilihan umum dikabupatenpuncak adalah konflik yang terjadi antara Komisi Pemilihan UmumDaerah Kabupaten Puncak (KPUD) dengan pengurus PartaiGerindra baik dengan Dewan Pimpinan Cabang Partai Gerindra(DPC) Kabupaten Puncak, Dewan Pimpinan Daerah Partai Gerindra(DPD) propinsi Papua dan Dewan Pimpinan Pusat Partai Gerindra(DPP). Menurut ketua KPUD Kabupaten Puncak Yorin Tabuni,Konflik antara KPUD dengan pengurus Partai Gerindra ini bemulasaat pendaftaran yang dilakukan oleh calon bupati Simon Alomdan Yosia Tenbak, tepatnya hari sabtu 31 juli 2011, Simon Alomdan Yosia Tenbak dengan massa mendatangi kantor KPUD untukmendaftarkan diri sebagai peserta pemilihan umum kepala daerahKabupaten Puncak. Namun pada saat itu ketua KPUD KabupatenPuncak, Yorin Tabuni menolaknya, dengan alasan bahwa suratrekomendasi Partai Gerindra dari DPP propinsi Papua yang digu-nakan oleh Simon Alom untuk mendaftarkan diri sebagai pesertapemilihan umum adalah tidak sah.

Dan mengatakan bahwa surat rekomendasi Partai Gerindra dariDPC yang sah, yang pada saat itu telah digunakan oleh pasangancalon bupati Elvis Tabuni dan Heri Dosinaen untuk mendaftarkandiri di KPUD pada hari rabu 27 Juli 2011. Menurut warga yangturut hadir pada saat pendaftaran yang dilakukan oleh Simon Alomdan Yosia Tenbak, KPUD menolak surat rekomendasi yang dibawaoleh Simon Alom dan Yosia Tenbak pada saat itu juga, tanpa melaluproses, seharusnya KPUD menerima terlebih dahulu surat rekomen-dasi yang dibawa oleh Simon Alom dan Yosia Tenbak. Kemudian

74

JURNALILMU PEMERINTAHAN &

KEBIJAKAN PUBLIK

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

dilakukan pembicaraan antara KPUD dengan pihak pengurus partai.Penolakan yang dilakukan oleh KPUD terhadap surat

rekomendasi DPD Partai Gerindra yang dibawa oleh Simon Alomdan Yosia Tenbak ini, membuat wakil ketua DPD Partai Gerindrapropinsi Papua Amir Mahmud Madubun yang saat itu hadirdikantor KPUD Kabupaten Puncak pada saat pendaftaran tersebutmarah dan mengancam akan menggugat KPUD kabupten Puncakke KPU Propinsi Papua. Akhirnya keributan kecil pun terjadididalam kantor KPUD Kabupaten Puncak. Menurut massapendukung Simon Alom dan Yosia Tenbak, KPUD telah dibayaroleh pihak Elvis Tabuni, namun pihak KPUD sendiri memban-tahnya, KPUD melepaskan masalah ini ke rumah tangga PartaiGerindra agar diselesaikan sesuai Anggaran Dasar Rumah Tangga(ADRT) Partai Gerindra, namun hal ini ditentang oleh wakil ketuaDPD Partai Gerindra Amir Mahmud Madubun dan, memintaKPUD menerima surat rekomendasi yang dibawa oleh Simon Alomdan Yosia Tembak. Hal ini tentu saja ditolak oleh KPUD KabupatenPuncak. Akhirnya KPUD Kabupaten Puncak menyurati Ketua DPPPartai Gerindra, Prabowo Subiyanto, agar masalah ini diselesaikandi internal partai, namun DPP Partai Gerindra tidak merespon surattersebut. Menurut ketua KPUD Kabupaten Puncak jika, DPP PartaiGerindra merespon surat tersebut dan menarik masalah tersebutkedalam rumah tangga partai untuk diselesaikan, maka masalah initidak akan menjadi besar seperti sekarang ini.

Manurut massa pendukung Simon Alom, keributan didalamkantor KPUD pun semakin membesar dan tidak ditemukan titikterang antara calon bupati dan wakil bupati Simon Alom-YosiaTenbak dan KPUD Kabupaten Puncak. Massa pendukung SimonAlom dan Yosia Tenbak yang pada saat itu berada diluar kantorKPUD Kabupaten Puncak, marah dan merusak kantor KPUDKabupaten Puncak, demikianlah konflik ini terus berlanjut, hinggamelahirkan perang antara kedua massa pendukung, tentunya akibat

Vol. 2 No. 1Februari 2015

75

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

dari dualisme rekomendasi yang dikeluarkan oleh Partai Gerindra.

B. KONFLIK VERTIKAL

Konflik politik vertikal pada pemilihan umum dikabupatenPuncak, dapat dikatakan juga merupakan konflik kepentinganantara kepentingan pemerintah pusat dan kepentingan pemerintahdaerah (pemerintah Kabupaten Puncak Jaya sebagai kabupatenInduk) dan konflik antara pemerintah dengan masyarakat lokal.Ada beberapa sudut pandang yang dapat digunakan untukmenjelaskan tentang konflik politik Vertikal pada pemilihan umumkepala daerah dikabupaten Puncak. Hal ini menurut penulis cukupekstrim untuk dijelaskan, namun karena ini merupakan hasilpenelitian dan juga sebagai gambaran bagi para pembaca agar dapatmemahami secara benar, penyebab terjadinya konflik politikdikabupaten Puncak. Konflik itu bermula saat Kabupaten Puncakdimekarkan dari Kabupaten Puncak Jaya, hal ini disebabkan karenakebanyakan pejabat dari Kabupaten Puncak Jaya adalah warga dariDistrik Ilaga (Kabupaten Puncak) dan beberapa distrik disekitar Ilagayang tidak mendapatkan posisi atau jabatan dikabupaten PuncakJaya akhirnya dengan semangat undang-undang 21 tahun 2001tentang Otonomi Khusus Papua, mereka (elit politik) mendesakpemerintah Pusat agar segera memekarkan Kabupaten Puncak dariKabupaten Puncak Jaya.

Hampir semua responden yang peneliti wawancarai selalumenyalahkan pemerintah pusat, sebagai lakon terjadinya konflikpolitik pemilihan umum kepala daerah dikabupaten Puncak, Papua.mereka mengatakan bahwa kalau sudah terjadi konflik seperti ini,maka persatuan dan kesatuan itu dengan sendirinya akan terpecah,jumlah masyarakat Kabupaten Puncak semakin sedikit denganadanya pembunuhan, warga masyarakat tidak mau tinggal lagidikabupaten puncak, mereka semua pindah kedaerah-daerahdisekitar Kabupaten Puncak, yaitu kabupaten Nabire, kabupaten

76

JURNALILMU PEMERINTAHAN &

KEBIJAKAN PUBLIK

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Timika dan kabupaten Jayapura. Kehidupan yang seperti tentunyaakan menghambat pembangunan dikabupaten Puncak, sehinggalpenulis mengharapkan agar pemerintah segera mencari solusi yangtepat agar warga masyarakat Puncak dapat tinggal dengan tenangdiatas tanah leluhurnya sendiri dan membangunnya, menjadikabupaten yang maju dan dapat bersaing dengan kabupaten-kabupaten lainnya.

KONFLIK POLITIK PADA SAAT PENCALONAN KEPALADAERAHKONFLIK HORIZONTAL

Konflik politik secara horizontal pada pemilihan umum kepadadaerah dikabupaten Puncak adalah konflik yang terjadi antarapendukung calon bupati Simon Alom dan Elvis Tabuni. menurutsalah satu tokoh adat dikabupaten Puncak yaitu Naftali Waker-kwa.S.Sos, konflik ini terjadi akibat dari adanya dualisme rekomen-dasi Partai Gerindra kepada dua calon bupati, dimana Partai Gerin-dra mengeluarkan 2 (dua) Surat Keputusan (SK), rekomendasi dariDewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Gerindra propinsi Papuadiberikan kepada Simon Alom, S.Sos sedangkan rekomendasi dariDewan Pimpinan Cabang (DPC) diberikan kepada Elvis Tabuni,SE.

Penolakan yang dilakukan oleh KPUD Kabupaten Puncakterhadap surat rekomendasi yang dibawa oleh calon bupati dan wakilbupati Simon Alom-Yosia tenbak ini, membuat masa pendukungnyamengamuk dan merusak fasilitas kantor KPUD Kabupaten Puncak.Saat itu aparat keamanan dari Brimob POLDA Papua yang beradaditempat berusaha untuk mengamankan kantor KPUD denganmengeluarkan tembakan peringatan, namun tembakan itu diarah-kan kearah masa pendukung Simon Alom- Yosia Tenbak, akhirnya3 (tiga) orang terkena tembakan, akhirnya 2 (Orang) tewas ditempatdan 1 (satu) orangnya lagi mengalami luka yang cukup serius.

Vol. 2 No. 1Februari 2015

77

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Karena masa pendukung Simon Alom dan Yosia Tenbak inimerasa bahwa aparat Brimob Polda Papua ini adalah pendukungcalon bupati Elvis Tabuni, mereka (masa pendukung Simon Alom-Yosia Tenbak) menyerang kediaman Elvis Tabuni, akhirnya 19(Sembilan belas) orang masa pendukung calon bupati Elvis Tabuni-Heri Dosinaen tewas seketika, selain terkena panah, tombak, parangdan kampak ada yang dibakar hidup-hidup dalam satu rumah yaituDewa Wanimbo dan Istrinya beserta seorang wartawan media cetaklokal. Hal ini diarasakan oleh masa pendukung Elvis Tabuni sebagaisuatu perbuatan yang sama sekali tidak manusiawi.

Menurut Elvis Tabuni, penembakan yang dilakukan oleh aparatkeamanan Brimop Polisi Daerah Papua itu adalah atas kehendakmereka (BRIMOP) sendiri, bukan atas perintah dari Elvis Tabuni.Akhirnya masa pendukung calon bupati Elvis Tabuni-Yosia Tenbaktidak menerima hal tersebut dan kembali menyerang dihari berikut-nya hingga korban dari masa pendukung Simon Alom mencapai29 orang tewas belum termasuk yang luka-luka. Perang ini tidakberhenti sampai disitu saja, perang ini terus berlanjut dihari- hariberikutnya dalam jangka waktu satu tahun dan menelan korbandari dua masa pendukung calon bupati berjumlah 300 jiwameninggal dan 900 orang luka-luka, serta kerugian harta dan bendamilyaran rupiah.

KONFLIK VERTIKAL

Konflik Vertikal pada pemilihan umum kepala daerahdikabupaten Puncak adalah konflik yang terjadi antara DewanPimpinan Daerah Partai Gerindra (DPD) dan Dewan PimpinanCabang Partai Gerindra (DPC). Dengan adanya dualismerekomendasi dari partai Gerinda, kepada dua calon bupatiKabupaten Puncak, rekomendasi dari DPD propinsi Papuadiberikan kepada pasangan calon bupati dan wakil bupati SimonAlom-Yosia Tenbak, sedangkan rekomendasi dari DPC Partai

78

JURNALILMU PEMERINTAHAN &

KEBIJAKAN PUBLIK

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Gerindra diberikan kepada calon bupati dan wakil bupati ElvisTabuni-Heri Dosinaen. Hal ini menjadi masalah yang serius dalamrumah tangga Partai Gerindra sendiri, mengapa sampai satu partaibisa mengeluarkan dua rekomendasi secara bersamaan.

Menurut penjelasan ketua KPUD Kabupaten Puncakrekomendasi yang digunakan oleh pasangan calon bupati dan wakilbupati Elvis Tabuni dan Yosia Tenbak menunjukkan SuratKeputusan (SK) pergantian. Dalam SK yang dipegangnya (ElvisTabuni-Yosia Tenbak) tertera bahwa Thomas Tabuni sebagai ketuaDPC Parti Gerindra Kabupaten Puncak mengganti Amir MahmudMadubun. SK itu terbit sejak 27 Juli 2011. Memberikan rekomendasikepada Elvis Tabuni dan Yosia Tenbak sebagai calon bupati danwakil bupati yang diusung oleh Partai Gerindra.

PEMETAAN PARA AKTOR KEPENTINGAN BERDASARKAN TINGKAT KEPENTINGANDAN PENGARUH

Berdasarkan penjelasan dari Elvis Tabuni, bahwa dirinya (ElvisTabuni) meminta rekomendasi itu sendiri dari ketua DPC ThomasTabuni, hal ini disebabkan karena Thomas Tabuni sendiri adalahanak kandung dari pada Elvis Tabuni yang saat itu akan maju sebagaicalon bupati dari Partai Gerindra. Sehingga sebagai anak, Thomas

Vol. 2 No. 1Februari 2015

79

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Tabuni selaku ketua DPC Partai Gerindra Kabupaten Puncakmengambil keputusan dengan mengatas namakan Partai Gerindra,memberikan SK Partai Gerindra kepada Ayahnya (Elvis Tabuni)untuk maju dalam pemilihan umum kepala daerah KabupatenPuncak.

RESOLUSI KONFLIK POLITIK PILKADA KABUPATENPUNCAKAdapun resolusi konflik politik pilkada Kabupaten Puncak yang

terjadi antara Elvis Tabuni dan Simon Alom. Yang secara teorimenurut Warawan (2010:117) adalah perlu adanya intervensi pihakketiga dalam hal ini adalah Pemerintah Pusat memiliki peranan yangsangat besar dalam proses penyelesaian konflik politik di KabupatenPuncak, resolusi konflik tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

METODE RESOLUSI KONFLIK

PENGADILAN

Disini masing-masing calon bupati yang bertikai yaitu SimonAlom dan Elvis Tabuni, diproses secara hukum di Pengadilan TinggiJayapura. Namun berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan ElvisTabuni, sampai saat ini pengadilan belum mengambil keputusanterkait konflik politik tersebut

MEDIASI

Dalam proses mediasi, menurut Kepala Sub Tata Pemerintahan

80

JURNALILMU PEMERINTAHAN &

KEBIJAKAN PUBLIK

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Kabupaten Puncak, Jhon Kogoya mengatakan bahwa pemerintahtelah mempertemukan kedua calon bupati yaitu Simon Alom danElvis Tabuni untuk segera dilakukan perdamaian antara kedua massapendukung, dalam mediasi ini disepakati bahwa konflik politik diKabupaten Puncak akan diakhiri yang ditandai denganpenandatanganan surat pernyataan bermetrai 6000 (enam ribu) yangditandatangani oleh pihak pertama Elvis Tabuni,SE dan pihak keduaSimon Alom,S.Sos. Kemudian yang menyaksikan/mengetahuiadalah Pejabat Bupati sementara Drs. James Willem Maniagasi,KAPOLRES Puncak jaya Drs. Marshelis Sarimin, Ketua DPRDKabupaten Puncak (Ketua I) Yeheskiel Matuan dan DANDIM 1705/ Paniai Letnan kolonel Rudy Jayakarta. Demikianlah akhirnya per-oses mediasi dapat dilakukan dengan baik oleh pemerintah.

REKONSILIASI

Dalam proses rekonsiliasi konflik ini menurut Kepala Sub BidangTata Pemerintahan Dan Otonomi Daerah Kabupaten Puncak, JhonKogoya,S.Sos. Pemerintah menambah aparat keamanan, sertamembuka pelayanan umum untuk masyarakat baik itu pelayanankesehatan dirumah sakit, pelayanan dikantor-kantor pemerintahandan dinas-dinas yang ada di Kabupaten Pucak, membuka lapanganterbang (bandara udara) dan juga membuka sekolah-sekolah. Prosesrekonsiliasi ini terus berjalan hingga akhirnya terlaksananyapemilihan umum kepala daerah di Kabupaten Puncak.

TAHAP PEMBICARAAN

Tahap ini adalah tahap dimana kedua pasangan calon bupatiyang bertikai melakukan pembicaraan untuk mengatasi konflikantara massa pendukungnya, pemerintah dalam hal ini DANDIM1705 Nabire dan Kapolres Puncak Jaya sebagai penengah dalamtahap ini dibicarakan juga waktu penandatanganan berita acara,tanggungan yang akan dibebankan kepada Simon Alom dan ElvisTabuni, yang mengakibatkan terjadinya konflik tersebut. Untuk

Vol. 2 No. 1Februari 2015

81

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

denda yang diberikan kepada Simon Alom sebanyak 8.250.000.000,-(delapan milyar dua ratus lima puluh juta rupiah) dan Elvis Tabunisebanyak 3.000.000.000,- (tiga milyar rupiah). Perbedaan inidisesuaikan dengan banyaknya korban yang jatuh akibat dari konflikini. Dalam konflik politik pilkada Kabupaten Puncak ini, korbanyang luka-luka dan tewas paling banyak adalah massa pendukungdari pada Simon Alom, sedangkan pihak Elvis Tabuni tidak terlalubanyak sehingga tanggungan yang diterimanya pun tidak teralubanyak. Sedangkan, pemerintah daerah Kabupaten Puncakmencairkan dana dari APBD sebesar 17.000.000.000,- (tujuh belasmilyar rupiah) untuk membayar korban yang luka-luka maupunmeninggal pada saat konf lik antara massa pendukungtersebut.Jumlah uang ini belum termasuk belanja hewan Babi, ayamdan sayur-sayuran seperti wortel, kentang, kol, daun ubi, dan sayur-sayur lainnya, ada pula beras, ubi, singkong, tebu, keladi, jagung,buah merah, buah pandang (kelapa Hutan). Bahan-bahan makananini akan dimasak (Bakar Batu) dan dimakan bersama bersama olehkedua massa yang konflik untuk disantap bersama oleh kedua massapendukung yang bertikai, bersama dengan pemerintah, Untukbelanja semua bahan makanan tersebut ditanggung oleh kedua calonbupati yaitu Simon Alom dan Elvis Tabuni, termasuk dengan biayatransportasinya yang menggunakan pesawat. Biaya yang digunakandiluar dari tanggungan masing-masing untuk membayar korban luka-luka dan korban meninggal yang diakibatkan oleh konflik tersebut.

TAHAP PEMBAYARAN KORBAN PERANG.

Pada tahap ini merupakan tahap pembayaran kepada korbanperang, pembayaran ini dilakukan oleh masing-masing pihak kepadakeluarga korban yang luka-luka ataupun meninggal, seperti yangdiungkapkan Elvis Tabuni, bahwa dirinya membayar sebesar3.000.000.000,- (tiga milyar rupiah di distrik Ilaga dan distrik Gome,dirinya (Elvis Tabuni) membayar masyarakat korban akibat

82

JURNALILMU PEMERINTAHAN &

KEBIJAKAN PUBLIK

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

mendukungnya sebagai calon bupati, yang luka-luka mendapatkan1.000.000,- (satu juta rupiah) per orang, sedangkan yang meninggaldibayar 300.000.000,- (tiga ratus juta rupiah) per jiwa pada tanggal09 juli 2012. Pembagian besaran uang untuk korban luka-luka dankorban jiwa telah ditetapkan berdasarkan keputusan bersama antarapemerintah dan kedua (Elvis Tabun dan Simon Alom) calon bupatiyang terlibat konflik

Demikian halnya dengan Simon Alom, dirinya telah membayarsemua korban yang jatuh, baik itu luka-luka maupun meninggal,korban ini merupakan massa pendukungnya saat terjadi konflik,dirinya (Simon Alom, dengan dana sebesar 8.250.000.000 (delapanmilyar dua ratus lima puluh juta rupiah) dirinya (Simon Alom)membayar semua korban akibat konflik tersebut, yang luka- lukamendapatkan 1.000.000,- (satu juta rupiah) per orang, sedangkanuntuk korban jiwa 300.000.000 (tiga ratus juta rupiah) per jiwa.

Begitu pula dengan pemerintah daerah Kabupaten Puncak yangmenyediakan dana sebesar 17.000.000.000,- (tujuh belas milyar ru-piah) membayar semua korban baik itu luka-luka maupun korbanmeningga akibat konflik tersebut. Demikianlah akhirnya semuakorban luka-luka maupun korban meninggal menerima pembayarantersebut.

TAHAP PENANDATANGANAN BERITA ACARA PERDAMAIAN

Menurut tokoh adat Kabupaten Puncak, Naftali Wakerkwa,sebelum dilakukan penandatanganan berita acara perdamaian,sesuai dengan ada masyarakat Kabupaten Puncak, bahwa akandiadakan makan buah pandang (kelapa hutan) bersama antarakepala-kepala suku dari kedua massa yang terlibat konflik, dalamacara dibahas persiapan perdamaian antara suku-suku yang adadiKabupaten Puncak yang terdiri dari marga-marga sebagai berikut:

1. Alom - Tabun2. Murib – Telenggen dari Sinak

Vol. 2 No. 1Februari 2015

83

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

3. Murib – Telenggen dari Kuyawage4. Murib - Tabuni5. Dua - Lani6. Murib - Lebene7. Morib - Kogoya8. Wonda - Tabuni9. Wakerkwa – Kogoya10 Murib - Wanimbo11 Wonarengga - Tabuni12 Wakerkwa - Tabuni13 Tenemun - Magi14 Wakerkwa - Magi15 Kilungga - Magi16 Pu - Kogoya17 Dang - Magi18 Morib - KogoyaAcara penandatanganan berita acara perdamaian kedua belah

pihak antara Elvis Tabun dan Simon Alom dilakukan pada tanggal,11 Juli 2012, bertempat di Distrik Ilaga, yang merupakan ibu kotaKabupaten Puncak, yang dihadiri Pejabat Sementara (Pjs) bupatiKabupaten Puncak, DPRD Kabupaten Puncak, DANDREM Biak,DANDIM 1705 Nabire, KAPOLRES Puncak Jaya serta seluruhmasyarakat Kabupaten Puncak.

ACARA TUTUP KOLAM BAKAR BATU

Proses ini merupakan tahapan akhir dari penyelesaian konflikantara massa pendukung Simon Alom dan Elvis Tabuni, acara yangdilaksanakan pada tanggal 5 Agustus 2012 ini ditandai denganadanya bakar batu wam Agrarin dan bakar tulang-tulang babi.Dengan demikian maka berakhir pula tahapan-tahapan penyelesaiankonflik antara kedua massa pendukung calon bupati dan wakilbupati Simon Alom-Yosia Tenbak dengan Elvis Tabuni- Heri

84

JURNALILMU PEMERINTAHAN &

KEBIJAKAN PUBLIK

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Dosinaen. Yang menjadi harapan semua warga masyarakat adalahdengan berakhirnya tahap-tahap ini dapat berakhir pula pertikaianantara massa tersebut, sakit itu pasti saja masih ada didalam hati,karena telah kehilangan orang-orang yang dicintai, tetapi mem-balaskan dendam tidak akan pernah ada solusi, selain salingmemaafkan itu akan menjadi obat manjur yang dapat menyem-buhkan luka dihati, satu kata yaitu membangun Kabupaten Puncakmenjadi yang terdepan, demikianlah yang dikatakan tokoh adat yangterkenal dikabupaten Puncak Naftali Wakerkwa

TAHAP CUCI DARAH KEPALA – KEPALA PERANG

Tahap ini dilaksanakan pada tanggal 13 Juli 2012, acara inimerupakan acara ritual adat masyarakat Kabupaten Puncak, yangditujukan untuk keselamatan masyarakat Kabupaten Puncak, yangterlibat dalam perang. Dalam acara ini dilakukan juga acara masak(Bakar Batu) babi 150 ekor, ritual ini dilakukan dengan caramemanah babi, kemudian darahnya dicurahkan diatas tanah, sebagaibentuk pembersihan diri dan kemudian di isi dengan acara doabersama untuk keselamatan warga masyarakat Kabupaten Puncak.

ACARA ADAT BAKAR BATU KHUSUS LAKI-LAKI CUCI DARAH

Acara ini dilakukan pada tanggal 14 Juli 2012, dalam tahap inidilakukan acara bakar batu babi sebanyak 100 ekor, namun bedanyadengan acara bakar batu pada umumnya, karena acara bakar batukhusus laki-laki cuci darah ini dikhususkan buat kaum laki-laki dantua-tua adat, hal ini dilakukan sebaga bentuk dari doa bagikeselamatan kaum laki-laki. Acara bakar batu ini dilakukan dimasing-masing suku/marga, dan dalam hal ini ada 18 suku/marga(lihat point 3).

ACARA ADAT BAKAR BATU KHUSUS KAUM PEREMPUAN

Pada tahap ini, akan dilaksanakan acara bakar batu babi sebanyak

Vol. 2 No. 1Februari 2015

85

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

100 ekor, secara khusus untuk kaum wanita saja, acara bakar batuini dilakukan dimasing-masing suku/marga dalam hal ini ada 18suku/marga (lihat point 3), acara bakar batu khusus kaumperempuan ini dilakukan pada tanggal 15 Juli tahun 2012, bakarbatu ini bertujuan untuk mencuci darah dan merupakan doakeselamatan bagi seluruh kaum perempuan di Kabupaten Puncak.

ACARA ADAT BAKAR BATU BABI 600 EKOR

Tahap ini merupakan tahap yang paling besar, karena akan diikutioleh seluruh warga masyarakat yang berada diKabupaten Puncak,acara ini ditempatkan di distrik Gome. Acara ini dilaksanakan pada26 juli 2012.

DAMPAK KONFLIK POLITIK PADA PEMILIHAN UMUMLANGSUNG KEPALA DAERAH KABUPATEN PUNCAKTERHADAP PEMBANGUNAN DAERAH DIKABUPATENPUNCAKPEMERINTAHAN

Menurut kepala bagian tata pemerintahan Kabupaten Puncakdan otonomi daerah Kabupaten Puncak, Bapak Jhon Kogoya., S.Sos.Selama terjadinya konflik dikabupaten Puncak, pemerintahandaerah tidak berjalan (lumpuh total), beliau mengatakan, konflikpolitik ini tidak hanya melibatkan politisi didaerah namun jugamelibatkan unsur-unsur pegawai negeri sipil (PNS) dilingkunganKabupaten Puncak, hal ini terbukti dengan adanya beberapa PNSyang mendukung salah satu kandidat calon bupati yang bertikai,ada beberapa alasan dukungan ini, ada yang atas dasar keluarga danada pula yang atas dasar politik. Hal ini menyebabkan ada perpe-cahan pula dalam tubuh pegawai negeri sipil sendiri. Perpecahanini berujung kepada pembangunan yang tidak berjalan, semuapegawai negeri sipil memilih untuk tinggal di daerah-daerah yangaman, ada yang di kabupaten Nabire, kabupaten Timika dankabupaten Jayapura dan kota Jayapura. Sehingga, Kabupaten Puncak

86

JURNALILMU PEMERINTAHAN &

KEBIJAKAN PUBLIK

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

pada saat itu menggalami kekosongan. Tidak ada yang mengaturpemerintahan didaerah karena semua pegawai negeri sipil terancamnyawanya.

Menurutnya (Jhon Kogoya.,S.Sos) pemerintah yang seharusnyanetral, tetapi untuk konflik diKabupaten Puncak ini, tampak jelas-jelas keterlibatan PNS sangat nyata-nyata. Pemerintah daerah pro-pinsi Papua dan Pemerintah Pusat seharusnya cepat tanggap dengankondisi seperti ini, karena ini menyangkut kepentinganpembangunan didaerah Kabupaten Puncak, karena hal ini dika-watirkan dimasa-masa mendatang bila terjadi konflik serupa, makaotomatis pemerintahan dikabupaten Puncak akan lumpuh kembali.

EKONOMI

Menurut salah seorang mahasiswa Fakultas Ekonomi Universi-tas Cenderawasih, asal Kabupaten Puncak, saudara Kores Kogoya,konflik politik pada pemilihan umum kepala daerah dikabupatenPuncak ini, sangat berdampak terhadap perekonomian masyarakatKabupaten Puncak. Hal ini tampak dari pasar-pasar yang adadikabupaten Puncak ditutup akibat perang, sehingga masyarakattidak bisa berdagang, kondisi ini diperparah dengan ladang dankebun masyarakat dirusak oleh massa yang bentrok, perang yangmelibatkan semua warga dikabupaten Puncak itu, tidak hanyamenyerang manusia saja, tetapi hewan (babi dan ayam), tanamankebun (ubi, keladi, tebu, pisang dan lain-lain) ikut dijarah, demikianhalnya dengan rumah-rumah pun dijarah dan dibakar. Hal inimenyebabkan terjadi kelaparan yang hebat saat itu KabupatenPuncak.

Menurutnya sarana pendukung perekonomian daerah sepertibandara dan jalan-jalan utama dikabupaten Puncak, tidak dapatdifungsikan karena konflik tersebut, padahal masyarakat KabupatenPuncak sering menggunakan fasilitas bandara sebagai transportasiuntuk memasarkan hasil bumi mereka kedaerah-daerah sekitarnya

Vol. 2 No. 1Februari 2015

87

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

seperti kabupaten Timika, kabupaten Nabire dan kabupatenJayapura.

PENDIDIKAN

Konflik politik yang terjadi diKabupaten Puncak sangatberdampak terhadap dunia pendidikan dikabupaten Puncak,menurut penjelasan dari salah serorang kepala sekolah sekolah dasardidistrik ilaga, bernama Marka Wakerkwa.,S.Pd, konflik ini berakibatpada ditutupnya semua sekolah-sekolah yang ada dikabupatenPuncak, karena banyak guru-guru dan para murid yang memilihuntuk mengungsi kedaerah lain, hal yang lebih parah menurutnya(Marka Wakerkwa) ada guru-guru yang terlibat dalam konfliktersebut, demikian pula dengan siswa-siswa, entah itu siswa SekolahDasar (SD), Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) dan SekolahLanjutan Tingkat Atas (SLTA) ikut juga terlibat dalam konflik,maksudnya saat terjadi perang, mereka-mereka ini juga ikutberperang dengan menggunakan parang, busur dan anak panah.

INFRASTRUKTUR UMUM

Pada saat konflik terjadi banyak sekali infrastruktur umum yangtidak beroperasi, seperti yang diungkapkan oleh seorang wargamasyarakat Kabupaten Puncak,yaitu Charlos Wakerkwa, iamengatakan bahwa mulai dari rumah sakit daerah, bandara udara,pasar, rumah-rumah ibadah yang seharusnya menjadi bangunan yangsakral, namun pada saat itu turut dibongkar oleh massa yang sedangkonflik banyak kantor-kantor pemerintahan pun di rusak dan adapula yang dibakar oleh massa. Semua fasilitas umum didi KabupatenPuncak pada saat itu lumpuh total dan tidak ada aktifitas sama sekali.Fasilitas umum yang seharusnya dilindungi, karena semua masya-rakat mempunyai kepentingan didalamnya, malah sebaliknya padasaat konflik fasilitas seperti malah dirusak, ia (Charlos) mengatakanbahwa, fasilitas umum itu dirusak karena dianggap dapat dijadikan

88

JURNALILMU PEMERINTAHAN &

KEBIJAKAN PUBLIK

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

tempat persembunyian musuhnya.Fasilitas umum yang paling sakral yaitu gereja pun tidak luput

dari serangan massa, padahal menurutnya gereja merupakan tempatyang paling aman, hal ini disebabkan karena pada saat itu salahsatu kandidat calon bupati di Kabupaten Puncak, yaitu Elvis Tabuni,menggunakan gereja sebagai pusat kegiatan partai yang mengu-sungnya yaitu Partai Gerindra. Sehingga, ketika terjadi penyeranganpertama kali dilakukan oleh massa pendukung calon bupati SimonAlom – Yosia Tenbak adalah gereja, tempat dimana massa pendu-kung pasangan calon bupati dan wakil bupati Elvis Tabuni dan HeriDosinaen bermarkas. Hal ini menurutnya (Charlos Wakerkwa)adalah suatu pelanggaran besar, membuat Tuhan, mengutuk keduacalon bupati yang bertikai dan massa pendukungnya, sehinggaperang yang awalnya tidak bisa memakan korban yang besar, namunkarena rumah Tuhan (gereja) telah dihancurkan, sehingga perangpun sulit untuk diakhiri dan menimbulkan korban yang sangatbanyak dari kedua belah pihak.

SOSIAL DAN BUDAYA

Konflik politik di Kabupaten Puncak ini sangat berpengaruhterhadap kehidupan sosial budaya masyarakat setempat, menurutseorang tokoh adat dari suku dani, bernama Naftali Wakerkwa,mengatakan bahwa sistem kekerabatan yang sangat kuat yang telahdibangun sangat lama, baik itu dalam honai (rumah adat), rumah-rumah yang berbentuk bundar dan beratap ilalang tersebutmerupakan ruang-ruang cultural tempat kelompok-kelompokmasyarakat di Pucak bertemu dan mendiskusikan hal-hal terkaitdengan perikehidupannya. Boleh di bilang Honai merupakan ranahbagi masyarakat untuk membangun interaksi cultural mereka danjuga sering kali di gunakan sebagai instrument pemberdayaan dalamranah sosial, ekonomi dan politik. Demikian hal dengan Gerejayang selalu tempat untuk membangun ikatan kekeluargaan tiba-tiba

Vol. 2 No. 1Februari 2015

89

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

saja berubah, Konflik ini membuat semuanya berubah, menurutnya(Naftali Wakerkwa) warga masyarakat sudah tidak bisa duduk sama-sama lagi dalam satu Honai, demikian halnya dalam Gereja,semuanya bubar dan saling bermusuhan antara satu dengan yanglainnya, akibat dari dukungan politik yang berbeda-beda.

Menurutnya konflik politik ini sangat berpengaruh terhadap masadepan kehidupan sosial budaya masyarakat Kabupaten Puncak,karena akan adanya rasa curiga antara satu dengan yang lainnya,dan juga adanya rasa dendam yang turun temurun akibat terbunuh-nya keluarga atau orang terdekat mereka. Hal ini menurutnya akansangat mengancam kelangsungan kehidupan masyarakatdiKabupaten Puncak, karena akan terjadi saling membunuh yangterus menerus dan tidak pernah ada akhirnya.

KESIMPULANPapua tidak terlepas dari konflik baik konflik horizontal maupun

konflik vertikal, penyebab utama konflik terjadi dipapua adalahmasalah belum ada kesamaan paradigma seputar sejarah integrasiPapua ke dalam Indonesia. Terjadi dualisme rekomendasi partai,DPP dan DPD memberikan rekomendasi kepada Simon Alom danYosia Tenbak dan rekomendasi partai gerindra DPC diberikankepada Elvis Tabuni dan Herri Dosinaen, untuk maju sebagai calonbupati dan wakil bupati dari partai Gerindra. Ketua DPC ThomasTabuni memberikan rekomendasi ini atas permintaan Elvis Tabunikarena hubungan emosional antara ayah (Elvis Tabuni) dan anak(Thomas Tabuni). Pemerintah daerah bersama DPRD KabupatenPuncak menganggarkan dana 17.000.000.000 (tujuh belas miliar)untuk membayar korban yang meninggal menerima 300.000.000,-(tiga ratus juta rupiah) per jiwa dan 1.000.000,- (satu juta rupiah)untuk korban luka-luka. Selain itu pula dilakukan pesta adat bakarbatu dan makan bersama untuk perdamaian antara kedua massapendukung.

JURNALILMU PEMERINTAHAN &

KEBIJAKAN PUBLIK

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

90 DAFTAR PUSTAKABUKUAri A. AGN Dwiparaya, 10 Agustus 2015, Pointer Kuliah Manajemen Konflik, Universi-

tas Gadjah Mada, YogyakartaAhmadi. (1999). Psikologi Sosial. Rineka Cipta. Jakarta.Anthony Giddens, 2004, Sosiologi, Sejarah dan Berbagai Pemikirannya Kreasi Wacana,

YogyakartaAgus Hardjana, M, 1994, Konflik Ditempat Kerja, Yogyakarta, KanisiusA. A Gge Febri Purnama Putra. “Meretas Perdamaian dalam Konflik Pilkada Langsung:

Belajar dari Konflik Pilkada Langsung Kabupaten Gianjar dan Kabupaten Buleleng”Jurusan Ilmu Administrasi Negara FISIPOL UGM, Yogyakarta, Gava Media.

Budiman, Arif, 2002, Teori Negara Kekuasaan dan Ideologi, Jakarta, PT. Gramedia.Burhan Bungin, Metode Penelitian Sosial Format-Format Kuantitatif, Surabaya:Airlangga

University Press. 2001.Daeng Hans, J, 2000, Manusia, Kebudayaan dan Lingkungan, Tinjauan Antropologi,

Yogyakarta, PDean G. Pruitt dan Rubin Jeffrey Z, 2004, Teori Konflik Sosial, Yogyakarta, Pustaka Pelajar.Dahrendorf, Ralf, 1986, Konflik dan konflik dalam masyarakat industri, sebuah analisa-

kritik, Ali Hamdan (pentj). Jakarta, CV. Rajawali.Elvi Juliansyah, S.Sos., Pilkada Penyelenggaraan Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala

Daerah. Bandung, Mandar Maju 2007.Hadari Nawawi, Metode penelitian Bidang Sosial Yogyakarta: Gadjah Mada University

Press, 1995.Hadi, S. 2000. Metodologi research. Yogyakarta: Andi Offset.Hugh Miall, Ramsbotham dan Woodhpuse Tom, 2000, Resolusi Damai Konflik

Kontemporer, Menyelaraskan, mengelola, mencegah dan mengubah konflikbersumber politik Sosial agama dan ras,, Satrio Budi Tri (pentj.), Jakarta PT. RajaGrafindo

Hotman Siahaan, 1996, Pembakangan Terselubung Petani dalam program Tebu RakyatIntensifikasi sebagai upaya mempertahankan Subsestansi Program.

Haryanto, 1991, Elit Massa dan konflik PAU Studi Sosial, UGM, Yogyakarta.

JURNALGregorius Sahdan, Analisis CSIS Reformasi dan Paradoks Demokrasi, Volume 34, No 4

Desember 2005.Habbodin, Muhtar, Menguatnya Politik Identitas di Ranah Lokal, Journal of Govern-

ment and Politics, Volume 3 Nomor 1, Februari 2012Mahrudin, Konflik Kebijakan Pertambangan Antara Pemerintah dan Masyarakat di

Kabupaten Buton, Journal of Government and Politics, Volume 1 Nomor 1 Agustus2010.