relasi kuasa identitas etnis dilembaga legislatif eko...

23
Relasi Kuasa Identitas Etnis Dilembaga Legislatif Periode 2014-2019 (Studi Kasus Anggota DPRD Etnis Bugis Dikabupaten Indragiri Hilir, Provinsi Riau) Hapsa Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Politik Nurdin Hamzah Email: [email protected] Eko Priyo Purnomo Dosen Ilmu Pemerintahan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Email: [email protected] http://dx.doi.org/10.18196/ jgpp.2016.0053 ABSTRACT Bugis ethnic group who live in Indragiri Hilir an ethnic immigrants, with the number of 150 816 inhabitants, ranks third after the ethnic Malay and Banjar. However, ethnic Bugis able menjalain power relations appropriately. Evidenced by the position of ethnic Bugis located in strategic places Inhil got various fields, especially in the legislature. This study used a descriptive approach, the data collection technique interview legislators who are ethnic Bugis and other steakholders. Power relation with the theoretical approach of the reproductive power Pierre Bourdieu, showed that the participant a the very keeping and maintaining ethnic identity inherited from their ancestors, so that they are able to create habitus attached to its identity, as well as the domains and symbolic capital gained by establishing a relation- ship together political parties, ethnic Java and regional organizations Keywords: power, identity, Bourdieu’s theory, ethnic Bugis ABSTRAK Etnis Bugis yang berdomisili di Kabupaten Indragiri Hilir merupakan etnis pendatang, dengan jumlah 150.816 jiwa, urutan ketiga setelah etnis Melayu dan Banjar. Akan tetapi, etnis Bugis mampu menjalain relasi kuasa dengan tepat. Terbukti dengan kedudukan etnis Bugis yang berada di Inhil mendapat tempat startegis diberbagai bidang khususnya dalam lembaga legislatif. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif, dengan teknik pengumpulan data wawancara anggota DPRD yang beretnis Bugis dan steakholders lainnya. Relasi kuasa dengan pendekatan teori reproduksi kekuasaan Pierre Bourdieu, menunjukan bahwa keleompok tersebut sangat menjaga dan mempertahankan identitas etnis yang diwariskan dari leluhurnya, sehingga mereka mampu menciptakan habitus yang melekat pada identitasnya, ser ta ranah dan modal simbolik yang diperoleh dengan menjalin relasi bersama par tai politik, etnis Jawa, dan organisasi kedaerahan Kata kunci: Kekuasaan, identitas,teori Bourdieu, etnis Bugis. PENDAHULUAN Kabupaten Indragiri Hilir yang terdiri dari beragam etnis, Jawa, Banjar, Bugis, Minang, Medan, dan lain-lain, dengan penduduk asli yaitu suku Melayu dengan jumlah penduduk terbesar yaitu 209.659 jiwa. Sedangkan etnis Bugis yang berasal dari Sulawesi Selatan

Upload: hacong

Post on 07-Jul-2019

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Relasi Kuasa Identitas Etnis Dilembaga Legislatif Eko ...mip.umy.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/Relasi-Kuasa-Identitas-Etnis-Dilembaga... · Diawal, makalah ini memaparkan gagasan

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Relasi Kuasa IdentitasEtnis Dilembaga LegislatifPeriode 2014-2019(Studi Kasus Anggota DPRDEtnis Bugis DikabupatenIndragiri Hilir, Provinsi Riau)

HapsaDosen Sekolah Tinggi Ilmu Sosial danPolitik Nurdin HamzahEmail: [email protected]

Eko Priyo PurnomoDosen Ilmu Pemerintahan UniversitasMuhammadiyah YogyakartaEmail: [email protected]

http://dx.doi.org/10.18196/jgpp.2016.0053

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

ABSTRACTBugis ethnic group who live in Indragiri Hilir an ethnic immigrants, with the number of 150 816 inhabitants, ranks thirdafter the ethnic Malay and Banjar. However, ethnic Bugis able menjalain power relations appropriately. Evidenced bythe position of ethnic Bugis located in strategic places Inhil got various fields, especially in the legislature. This studyused a descriptive approach, the data collection technique interview legislators who are ethnic Bugis and othersteakholders. Power relation with the theoretical approach of the reproductive power Pierre Bourdieu, showed thatthe participant a the very keeping and maintaining ethnic identity inherited from their ancestors, so that they are ableto create habitus attached to its identity, as well as the domains and symbolic capital gained by establishing a relation-ship together political parties, ethnic Java and regional organizationsKeywords: power, identity, Bourdieu’s theory, ethnic Bugis

ABSTRAKEtnis Bugis yang berdomisili di Kabupaten Indragiri Hilir merupakan etnis pendatang, dengan jumlah 150.816 jiwa,urutan ketiga setelah etnis Melayu dan Banjar. Akan tetapi, etnis Bugis mampu menjalain relasi kuasa dengan tepat.Terbukti dengan kedudukan etnis Bugis yang berada di Inhil mendapat tempat startegis diberbagai bidang khususnyadalam lembaga legislatif. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif, dengan teknik pengumpulan data wawancaraanggota DPRD yang beretnis Bugis dan steakholders lainnya. Relasi kuasa dengan pendekatan teori reproduksikekuasaan Pierre Bourdieu, menunjukan bahwa keleompok tersebut sangat menjaga dan mempertahankan identitasetnis yang diwariskan dari leluhurnya, sehingga mereka mampu menciptakan habitus yang melekat pada identitasnya,serta ranah dan modal simbolik yang diperoleh dengan menjalin relasi bersama partai politik, etnis Jawa, dan organisasikedaerahanKata kunci: Kekuasaan, identitas,teori Bourdieu, etnis Bugis.

PENDAHULUANKabupaten Indragiri Hilir yang terdiri dari beragam etnis, Jawa,

Banjar, Bugis, Minang, Medan, dan lain-lain, dengan penduduk asliyaitu suku Melayu dengan jumlah penduduk terbesar yaitu 209.659jiwa. Sedangkan etnis Bugis yang berasal dari Sulawesi Selatan

Page 2: Relasi Kuasa Identitas Etnis Dilembaga Legislatif Eko ...mip.umy.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/Relasi-Kuasa-Identitas-Etnis-Dilembaga... · Diawal, makalah ini memaparkan gagasan

Vol. 3 No. 1Februari 2016

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

125menepati posisi ketiga dengan jumlah kepdatan penduduk yaitu150.816 jiwa setelah etnis Banjar 185.093 jiwa yang berasal dariKalimantan (Inhil dalam angka, 2013).

Kedatangan etnis Bugis di Kabupaten Inhil bermula pada abadke 17 (Linneton, 1973), diamana masyarakat etnis Bugis dikenalsebagai perantau tulen, baik dengan belayar, mengembara, berdagangyang merupakan suatu tradisi utuh dalam kehidupan mereka(Sarkawi, 2011). Sehingga, orang-orang Bugis selalu berupaya mencaritempat yang dianggap layak bagi dirinya untuk tinggal, bekerja,bermasyarakat dan bertahan hidup. Sebagai suku yang terkenaldalam aktivititas berlayar didunia maritim, suku Bugis juga piawaidalam mengelolah lahan pertanian dan perkebunan, dibuktikandengan jumlah profesi petani masyarakat bugis berkisar 57%(Mukhlis, 2015). Sehingga tidak mengherankan salah satu wilayahyang dituju yaitu tanah melayu, tepatnya Idragiri Hilir Provinsi Riau,yang dikenal sebagai daerah kepulauan dan memiliki kebun kelapaterluas senusantara yaitu 3,7 juta hektar (Inhilkab.go.id).

Seiring dengan keberadaanya ditanah melayu tersebut, etnis Bugismendapat posisi berbeda dengan etnis lainnya, terbukti denganpersentasi pekerjaan yang dilakoni yaitu sebesar 78% masyarakatinhil memiliki pekerjaan (KKSS Inhil 2015). Serta jarang sekali etnisBugis menjadi kuli atau pekerja pada kelompok lain, sebaliknya rata-rata etnis tersebut memperkerjakan etnis lain dalam mengelolakebun yang dimiliki. Hal ini tidak terlepas dari sejarah awalkehadiran generasi pertama yang piawai dalam membuka lahan baruuntuk diolah dengan semangat siri’ dan tanggung jawab yang besar.Sehingga pola hidup tersebut mempengaruhi kehidupan sehari-harimeraka dangan profesi yang dijalanakan sebagai pemilik kebun(Rafiuddin, 2011).

Perubahan pola hidup menuju perbaikan yang bertahap jugadialami oleh kelompok etnis bugis di Inhil, terbukti dengan adanyaperubahan pola profesi pekerjaan yang mulai lebih beragam,

Page 3: Relasi Kuasa Identitas Etnis Dilembaga Legislatif Eko ...mip.umy.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/Relasi-Kuasa-Identitas-Etnis-Dilembaga... · Diawal, makalah ini memaparkan gagasan

126

JURNALILMU PEMERINTAHAN &

KEBIJAKAN PUBLIK

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

terutama dibidang birokrasi dan perpolitikan di Kabupaten IndragiriHilir (Rafiuddin, 2011). Dimana pada abad ke 17 sampai pada tahun1960an belum ada dijumpai etnis Bugis yang berkontribusi dalamdunia politik di Inhil (KKSS Inhil 2015). Pada konteks sosial danpolitik kelompok etnis bugis mulai memainkan dan mengambilperannya dengan baik dikedua bidang ini, terbukti dengan hampirdijumpai etnis Bugis disetiap instansi pemerintahan dan lembagapolitik, yaitu sebesar 12% (KKSS Inhil 2015). Berperan aktif dalamlembaga legislatif membuktikan kelompok tersebut mampu bersaingdengan masyarakat asli dan etnis pendatang lainnya yang jumlahnyalebih mayoritas. Bargaining pisition kelompok etnis bugis dilembagalegislatif mendapat tempat yang strategis, dibuktikan dengan empatperiode berturut-turut yaitu periode 1999, 2004, 2009, 2014, merekamampu memperoleh kursi yang representatif dan tiga periodesebagai ketu umum DPRD Kabupaten Indragiri Hilir.

Oleh karena itu, dalam penelitian ini peneliti akan membahasposisi etnis tersebut dalam membangun relasi kuasa dengankekuatan identitas etnis yang dimiliki, sehingga mampu mencapaikelas sosial yang strategid dalam lembaga legislatif, sesuai denganteori reproduksi kekuasaan Pierre Bourdieu. Diawal, makalah inimemaparkan gagasan teori relasi kuasa sebagai bentuk kerangkainvestigatif dan terminologi modal kultural dan identitas etnis yangdipertahankan. Kemudian pada bagian selanjutnya memaparkandan menjelaskan relasi dari prilaku yang melekat pada identitasmereka terhadap ranah didalam posisi dilembaga legislatif.

KERANGKA TEORIRELASI KUASA

Piranti kekuasaan diandaikan terbentuk dalam sebuah topografiruang sosial, maka ruang sosial terdiri dari berbagai ranah yangberbeda dan saling terkait. Perwujudan kekuasaan yang dominanmemerlukan perangkat-perangkat simbolik untuk melegitimasi

Page 4: Relasi Kuasa Identitas Etnis Dilembaga Legislatif Eko ...mip.umy.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/Relasi-Kuasa-Identitas-Etnis-Dilembaga... · Diawal, makalah ini memaparkan gagasan

Vol. 3 No. 1Februari 2016

127

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

kekuasaan tersebut. Artinya dominasi kekuasaan tidak akan bisaterbentuk tanpa adanya akumulasi modal (modal ekonomi, sosial,kultural, maupun simbolik). Semakin besar volume modal yangdimiliki seseorang atau instansi, semakin besar pula kekusaaan yangdiwujudkan.Dengan demikian kekuasaan, sangat dipengaruhi olehkonsepsi ranah (field), persepsi (habitus), kapital, dan praktek so-cial (Bourdieu dalam Fashri, 2007: 21).

Terkait dengan relasi kekuasaan terhadap anggota DPRDKabupaten Indragiri hilir dengan politik identitas yang dimiliki, PierreBourdieu menyebutkan kerangka investigatif dan terminologi sepertimodal budaya, modal sosial, dan modal simbolik, serta konsep habi-tus, ranah (field) atau lokasi, dan kekerasan simbolik untukmengungkapkan dinamika relasi kuasa dalam kehidupan sosial.

Mekanisme Reproduksi Kekuasaan Pemikiran Pierre BourdieuBourdieu dalam Sjaf (2014) beranggapan dalam membangun

jaringan kekuaasaan, realitas etnik memiliki pengaruh dimanaetnisitas merupakan sejarah yang tidak dapat dipungkiri danmemberikan sumbangan terhadap habitus aktor.

HABITUS

Menurut Pierre Bourdieu dalam Takwim (2006: 44) interaksimanusia dengan habitus senantiasa melekat, tidak bisadipisahkan,saling memepengaruhi dan melebur, berbeda dengan pendapatAristoteles dalam Fashri (2007: 84) habitus sebagai kategori darihal-hal yang melengkapi subjek sebagai substansi, hal yang ada padadirinya sendiri, hal yang keberadaanya hanya untuk dirinya sendiri,hal yang adanya dapat dipilah dari hal lain.

“Dalam pengertian Bourdieu, habitus sebagai perlengkapan dan postursebagai posisi tubuh/fisik, juga kualitas sebagai sifat-sifat yang menetapdalam diri, tidak dapat dipilih karena perlengkapan menghasil posturyang lama kelamaan membentuk sifat yang relative menetap”Kemudian beberapa prinsip yang menjadi ciri khas habitus

Page 5: Relasi Kuasa Identitas Etnis Dilembaga Legislatif Eko ...mip.umy.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/Relasi-Kuasa-Identitas-Etnis-Dilembaga... · Diawal, makalah ini memaparkan gagasan

128

JURNALILMU PEMERINTAHAN &

KEBIJAKAN PUBLIK

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Bourdieu. Pertama, habitus mencakup dimensi kognitif dan efektifyang terjawantahkan dalam sistem disposisi. Kedua, habitus merupa-kan “struktur-struktur yang di bentuk” (structured structure) dan“struktur-struktur yang membentuk” (structuring structure). Ketiga,habitus dilihat sebagai produk sejarah. Sebagaimana pernyataanBourdieu dalam Ritzer (1996: 404) Melalui pemahaman ini,Bourdieu menyangkal pemahaman yang menganggap habitus sebagaikodrat alami yang tak terelakkan atau sebagai pelengkap semata.

Sehingga dalam kasus penelitian ini, perlu dipahami bagaimanahabitus anggota DPRD yang beretnis Bugis, serta yang membedakankarakter dirinya dan yang lain, kecendrungan-kecendrungan apa yangberlaku pada dirinya sehingga dipandang dengan pandangan yangberbeda dalam kehidupan sosial. Dalam menghadapi kehidupansosial, dalam penelitian ini mengkaji bagaimana habitus aktortersebut terbentuk, baik itu pengalaman hidup aktor, asal-usul,budaya yang dimiki, latar belakang pekerjaan, latar belakang sejarah,pendidikan, keluarga, dan lain sebagainya.Maka dari terbentuknyahabitus tersebut dapat dilihat kekuatan relasi kuasa yang terjadi.

RANAH (FIELD)Konsep habitus tidak dapat dipisahkan dari ranah perjuangan

(champ). Dua konsep ini sangat dasar karena saling mengandaikanhubungan dua arah. Bourdieu dalam Ritzer (2009: 405) lebihmemandang “arena” sebagai relasional ketimbang secara struktural.Arena adalah jaringan relasi antarposisi objektif di dalamnya, yangmenduduki posisi bisa jadi merupakan aktor atau institusi, danmereka dihambat oleh struktur ranah. Bourdieu melihat arena,menurut definisinya sebagai arena pertempuran: “arena jugamerupakan arena perjuangan”. Arena adalah sejenis pasar kompetitifyang di dalamnya terdapat berbagai jenis modal, seperti modalekonomi, kultural, sosial dan simbolis. Hal ini menunjukan bahwarealitas masyarakat yang terdiferensiasi itu, lingkup hubungan-

Page 6: Relasi Kuasa Identitas Etnis Dilembaga Legislatif Eko ...mip.umy.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/Relasi-Kuasa-Identitas-Etnis-Dilembaga... · Diawal, makalah ini memaparkan gagasan

Vol. 3 No. 1Februari 2016

129

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

hubungan objektif mempunyai kekhasan yang tidak bisa begitu sajaterreduksi pada hubungan yang mengatur bidang lain. Karena itu,pemikiran Bourdieu yang mengatakan bahwa dalam semua masyara-kat ada yang mengusai dan dikuasai, menjadi bermakna. Dalampembedaan ini terletak prinsip dasar pengorganisasian sosial. Na-mun, menurutnya dominasi ini sangat tergantung pada situasi,sumber daya, dan strategi pelaku (Bourdieu dalam Ritzer, 2009: 405).Setiap aktor dalam hal ini yaitu anggota DPRD Kabupaten Indragiirihilir, selalu dihadapkan pada arena-arena yang masing-masingmemiliki aturan atau aturan yang kemudian mempengaruhi bagai-mana nantinya individu atau kelompok, serta prilaku pemilih dalammenentukan pilihannya terhadap aktor-aktor tersebut.

MODAL (CAPITAL)Menurut Haryatmoko (2003), para pelaku menempati posisi-

posisi masing-masing yang ditentukan oleh dua dimensi: pertama,menurut besarnya modal yang dimiliki; dan kedua, sesuai denganbobot komposisi keseluruhan modal mereka. Menurut Bourdieudalam Haaryatmoko (2003) modal-modal tersebut dapat digolong-kan menjadi empat golongan, yakni: (1) Modal ekonomi, yang men-cakup alat-alat produksi (mesin, tanah, buruh), materi (pendapatandan benda-benda) dan uang yang dengan mudah digunakan untuksegala tujuan serta diwariskan dari satu generasi ke generasi berikut-nya; (2) Modal budaya kultural, yang mencakup keseluruhan kuali-fikasi intelektual yang dapat diproduksi melalui pendidikan formalmaupun warisan keluarga. Misalnya kemampuan menampilkan diridi depan publik, pemilikan benda-benda budaya bernilai tinggi,pengetahuan dan keahlian tertentu dari hasil pendidikan, jugasertifikat (gelar keserjanaan); (3) Modal sosial, menunjuk pada jari-ngan sosial yang dimiliki pelaku (individu atau kelompok) dalamhubungan dengan pihak lain yang memiliki kuasa; dan (4) Modalsimbolik, mencakup segala bentuk prestise, status, otoritas, danlegitimasi.

Page 7: Relasi Kuasa Identitas Etnis Dilembaga Legislatif Eko ...mip.umy.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/Relasi-Kuasa-Identitas-Etnis-Dilembaga... · Diawal, makalah ini memaparkan gagasan

130

JURNALILMU PEMERINTAHAN &

KEBIJAKAN PUBLIK

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

IDENTITAS ETNISKONSEP IDENTITAS MANUAL CASTELLS

Menuruut Castells dalam Solissa (2010: 7) Identitas merupakanhasil konstruksi, dimana konstruksi identitas pada dasarnya hasildari suatu susunan,yang bersumber pada macam-macam sejarah,geografi, biologi, institusi produktif dan reproduksi (Castells dalanIrawan, 2012: 37). Namun, individu maupun kelompok sosialmasyarakat berproses dalam semua bentuk material tersebut,berdasarkan kondisi sosial, proyek budaya yang berasal dari struktursosial, kerangka ruang dan waktu. Jika dikaitkan dengan konstruksiidentitas etnis Bugis yang ada di Kabupaten INHIL, yang berprosesdalam melalui semua material tersebut, yang berakar dari struktursosial, ruang, dan waktu yang dilalui kolompok etnis Bugis INHIL.

PERAN ETNIS DAN POLITIK

Sjaf (2014:13) identitas merupakan produk sosial yang berisikonsep relasional yang yang terkait dengan identifikasi di(subjekifitas) dan asal-usul sosial (objektivitas). Dengan demikianidentitas etnik dipahami sebagai proses penciptaan batas-batasformasi dan ditegakan dalam kondisi sosio-historis yang spesifik.Lavenda, dkk (2001) memberikan artikulasi bahwa identitas etnikdiciptakan oleh proses sejarah yang menggabungkan kelompok-kelompok sosial yang berbeda kedalam suatu struktur politik yangtunggal di bawah kondisi-kondisi sosial tertentu. Dalam hal iniBourdieu dalam sjaf (2014) sepkat bahwa identitas etnik merupakanhasil dan modal kontruksi sosial yang dibangun antar obyek. Dengandemikian, kekuatan identitas etnik adalah kuasa (power) yangmelekat pada etnikk dan dijadikan sebagai sarana aktor melakukanpengorganisasian atau mobilisasi massa dalam arena kehidupan,termasuk arena politik.

Page 8: Relasi Kuasa Identitas Etnis Dilembaga Legislatif Eko ...mip.umy.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/Relasi-Kuasa-Identitas-Etnis-Dilembaga... · Diawal, makalah ini memaparkan gagasan

Vol. 3 No. 1Februari 2016

131

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

METODE PENELITIANPenelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pende-

katan deskriptif, kemudian teknik pengumpulan data dilakukandengan mewawancarai narasumber yang dianggap representatif yangbenar-benar mewakili sifat populasi. Sehingga diperoleh hasil yangbisa dipertanggung jawabkan secara ilmiah.

Berikut narasumber yang diwawancarai dalam penelitian ini,sebagai berikut:1. Ketua DPRD Kabupaten Inhil : 1 orang2. Anggota DPRD Kabupaten Inhil beretnis Bugis : 9 orang3. Anggota DPRD Kabupaten Inhil non etnis bugis : 3 orang4. Ketua/staff KPUD Kabupaten Inhil : 1 orang5. Ketua KKSS Kabupaten Inhil : 1 orang6. Anggota KKSS Kabupaten Inhil : 3 orang7. Masyarakat etnis Bugis (6 Kec.dari 12 Kec):3org/kec:18 orang8. Masyarakat non Bugis (3 Kec dari 12 Kec) : 3org/kec:9 orang

Metode kualitatif dimana proses pengumpulan data dan analisisberlangsung selama dan paska pengumpulan data. Proses analisismengalir dari tahap awal hingga tahap penarikan kesimpulan hasilstudi ( Salim, 2006: 22). Sehingga sebagaimana pernyataan Milesdan Huberman dalm Salim (2006) analisis data kualitatif sebagaimodel alir (flow model), yang terdiri dari pengumpulan data, reduksidata (data reduction), penyajian data (data display), dan penarikankesimpulan dan verifikasi (conclusion drawing and verification).

PEMBAHASANHABITUS DALAM MEMBENTUK RELASI KUASA ETNISBUGIS DI LEMBAGA LEGISLATIF

Habitus atau sikap yang tercipta saat ini merupakan hasil strukturmental atau kognitif yang diperoleh oleh anggota Dewan PerwakilanRakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Indragiri Hilir (INHIL) Provinsi

Page 9: Relasi Kuasa Identitas Etnis Dilembaga Legislatif Eko ...mip.umy.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/Relasi-Kuasa-Identitas-Etnis-Dilembaga... · Diawal, makalah ini memaparkan gagasan

132

JURNALILMU PEMERINTAHAN &

KEBIJAKAN PUBLIK

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Riau yang beretnis atau bersuku Bugis. Sehingga mereka mampumemperoleh pencapaian diranah politik dengan modal simbolikyang diperoleh, berupa jabatan dan kedudukan sebagai anggotaDPRD di Kabupaten INHIL pada saat ini, bersumber daripandangan terhadap masyarakat etnis Bugis secara umum diKabupaten Indragiri Hilir (INHIL). Habitus yang ada saat ini, jugadiperoleh sebagai akibat dan rentan waktu lamanya proses yangdilewati dalam kehidupan sosial yang dijalani tiap-tiap individuanggota DPRD ini, serta tidak bisa terlepas dari prilaku dan polahidup masyarakat etnis Bugis yang ada di Kabupaten Inhil, dimanakebiasaan-kebiasaan tersebut tentu juga diperoleh melaluipengalaman hidup yang mempunyai fungsi-fungsi dan maknatertentu.

Demikian hal serupa disampaikan oleh Ibu Okta Hasanatang(Komisi III anggota DPRD Inhil), Bahwa etnis Bugis yang menetapdan bordomisili di Inhil yang sekarang merupakan generasi ke 5(lima), yang mana mampu memiliki kontribusi dan peran aktif dalamsistem pemerintahan di Inhil khususnya pada lembaga legislatif yaituDPRD Kabupaten, tidak terlepas dari peran pendahulu atau nenekmoyang yang tetap membawa dan mempertahankan nilai-nilaibudaya Bugis dalam hal ini “Etos Kerja”.

Habitus yang berbentuk habitual berupa etos kerja yang tinggi,tidak bisa terlepas dari identitas etnis Bugis yang merupakan tatapembawaan khas terkait dengan kondisi tipikal gestur dan kinerja.Beliau sangat merasakan sekali dampak tersebut, tidak di pungkirihal utama yang menjadi faktor eksternal, dan merupakanperlengkapan bagi substansi yang mengantarkan beliau duduk dikursi parlemen yaitu etos kerja yang ditanamkan sejak dini. Bermuladari latok atau datuk bagi orang melayu yang pertama kalimenginjakkan kaki ke Inhil dimana saat itu bisa diprediksi keadaanalam yang belum stabil, dengan kemampuan membuka lahanberdasarkan pengalaman dari Sulawesi Bone, diteruskan oleh

Page 10: Relasi Kuasa Identitas Etnis Dilembaga Legislatif Eko ...mip.umy.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/Relasi-Kuasa-Identitas-Etnis-Dilembaga... · Diawal, makalah ini memaparkan gagasan

Vol. 3 No. 1Februari 2016

133

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

generasi selanjutnya dengan tidak melalaikan pendidikan formal.Belau sendiri besar dari keluarga pekerja keras sarta besardilingkungan kelompok etnis Bugis yaitu Kecamatan Tanah merah(Desa Kualaenok), sehingga terbiasa menyaksikan keseharian yangpenuh dengan semangat kerja memacu beliau untuk terjun ke duniapolitik yang juga membutuhkan pengorbanan dan kerja keras yangmaksimal (Wawancara Ibu Okta Hasanatang). Setidaknya ia telahmemiliki modal besar, berupa identitas diri dengan habitus yangdibangun dari teori produksi sosial para pelaku yang terlibat (keluargadan masyarakat setempat beretnis sama) sebagai acuan logikabertindak.

Terjadi sinkronisasi dengan pernyataan Okta Hasanatang dandiaminkan oleh beberapa anggota DPRD Inhil lainnya yaitu BapakSabit Bahar (Komisi III DPRD Inhil), dan Bapak M.Wahyuddin(Komisi II anggota DPRD Inhil) kebiasaan dan ciri khas mereka,merupakan bentuk habitus yang dihasilkan dari latar belakangkeluarga Bugis dan lingkungan budaya Bugis, dengan penerapanbudaya yang serupa. Habitus yang melekat dalam kepribadianidentitas etnis Bugis juga melekat pada diri mereka dan anggotaDPRD yang beretnias Bugis lainnya, terbukti pada periode sekarangdan periode-periode sebelumnya anggota DPRD Kabupaten Inhilyang bersuku Bugis bisa mendapat penerimaan yang baik darimasyarakat Inhil, terlihat dari jumlah kursi yang diatas 20%.

DIMENSI KOGNITIF DAN EFEKTIF DALAM KESEHARIANETNIS BUGIS DI KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

Kecendrungan bentuk dimensi kognitif dan efektif terbentukmelalui parktek atau kebiasan-kebiasaan masyarakat etnis Bugis yangtinggal dan menetap di Kabupaten Indragiri Hilir (INHIL) denganpengalaman personalnya. Berpuluh tahun dari generasi kegenerasisaling berinteraksi dengan individu dan orang lain yang berbedadisekelilingnya, serta dengan struktur objektif yang terdapat

Page 11: Relasi Kuasa Identitas Etnis Dilembaga Legislatif Eko ...mip.umy.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/Relasi-Kuasa-Identitas-Etnis-Dilembaga... · Diawal, makalah ini memaparkan gagasan

134

JURNALILMU PEMERINTAHAN &

KEBIJAKAN PUBLIK

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

dilingkungannya. Kecendrungan ini dipupuk didalam posisi-posisisosial pada ranah sosial yang sama, dan kemudian terciptalahkerangka penyesuaian subjektif yang disepakati oleh kelompok-kelompok atau individu tertentu terhadap posisi sosial tersebut.

Disposisi atau kecendrungaan dalam habitus yang berdimensikognitif dan efektif, merujuk pada tiga makna. Pertama; Disposisisebagai hasil dari tindakan yang mengatur. Tidak ada regulasi hukumyang mengatur secara rinci ataupun secara umum prilaku yang harusditerapkan etnis Bugis dalam hidup bersosialisasi baik di lingkunganasal (Sulawesi Selatan) ataupun ditanah perantauan dimanapunmereka berada. Apalagi aturan yang mengakibatkan adanya punish-ment yang berbentuk hukuman pidana atau perdata, kecuali bagiprilaku yang memang melanggar hukum-hukum pidana dan perdata(pembunuhan, pencurian, dan lain sebagainya). Akan tetapi nilai-nilai adat menjadi sebuah patokan untuk diterapkan dalamkehidupan sehari-hari oleh masyarakat etnis Bugis sebagai sebuahsimbol identitas yang tidak dapat digadaikan, sehingga munculbentuk-bentuk disposisi yang melekat pada kehidupan mereka. Jikahal tersebut tidak diimplementasikan dengan baik, akan menjadibeban moril tersendiri sebab pandangan dan tanggapan darilingkungan yang dianggap negatif serta kesadaran dari individu itusendiri.

Kedua; disposisi merujuk pada cara menjadi (a way of being) padakondisi habitual, dimana habitus yang merupakan kebiasaan ataukekhasan dari etnis Bugis, menjadi salah satu langkah proses untukmencapai suatu tujuan yang memanfaatkan kebiasaan-kebiasaanyang dianggap mendominasi, dan dianggap positif dalam kelompoksosial tersebut. Menurut Rafiuddin (2011). Sampai saat ini,kecendrungan aktivitas atau pekerjaan yang dilakukan olehmasyarakat Bugis berkisar 75% persen (KKSS INHIL 2015)masyarakat INHIL memiliki pekerjaan yang dianggap layak. Datatersebut menggambarkan disposisi awal kedatangan yang telah

Page 12: Relasi Kuasa Identitas Etnis Dilembaga Legislatif Eko ...mip.umy.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/Relasi-Kuasa-Identitas-Etnis-Dilembaga... · Diawal, makalah ini memaparkan gagasan

Vol. 3 No. 1Februari 2016

135

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

berlangsung puluhan tahun lamanya, dengan langkah awalberinisiatif mengambil alih dunia pertanian dan jasa (sebagai Ustadsyang disegani) dengan memanfaatkan keahlian yang diperoleh daritanah asal dan menerapkannya di tanah rantauan, menjadi rujukandan penentu bagaimana posisi kelas sosial etnis Bugis di KabupatanINHIL kedepannya.

Dari kedudukan sosial sebagai tuan tanah, yang berawal dari etoskerja kedatangan di tanah Indragiri Hilir, membuka lahan danmengelolanya sebagai ladang pencaharian untuk memenuhikebutuhan hidup yang out came atau efek jangka panjangnyadirasakan dari generasi kegenerasi. Sehingga bukan hal yang tabukelompok etnis Bugis di INHIL dikenal sebagai tuan tanahsebagaimana yang dikatakan Iswandi (Alumni UIN Yogyakarta 2015,Masyarakat Kecamatan Reteh, RIAU) dan hasil penelitianya tentangmasyarakat pesisir di INHIL, dimana yang menguasai duniapertanian, dan perdagangan adalah masyarakat etnis Bugis,sedangkan etnis Jawa, Banjar, atau bahkan etnis asli INHIL yaituMelayu (Malay) bekerja atau diupah oleh Etnis Bugis. Iswandimengungkapkan suku-suku tersebut semacam bergantung hidupdengan suku Bugis, sehingga tidak sadar menciptakan ‘eksploitasiterselubung’ didalam tataran sosial yang ada di Kabupaten IndragiriHilir khususnya di INHIL bagian Selatan.

STRUKTUR YANG DIBENTUK DAN YANG MEMBENTUKPADA HABITUS ETNIS BUGIS

Kelompok etnis Bugis dan masyarakat Sulawesi Selatan umumnyadikenal sebagai penganut adat-istiadat yang kuat. Meskipun telahberkali-kali menemui tantangan berat yang ada kalanya hampirmenggoyahkan kedudukannya dalam kehidupan dan pikiranmereka. Pada akhirnya adat-istiadat tersebut tetap hidup dan bahkankedudukannya makin kukuh dalam masyarakat hingga kini,begitupun yang terjadi bagi kelompok masyarakat Bugis yang

Page 13: Relasi Kuasa Identitas Etnis Dilembaga Legislatif Eko ...mip.umy.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/Relasi-Kuasa-Identitas-Etnis-Dilembaga... · Diawal, makalah ini memaparkan gagasan

136

JURNALILMU PEMERINTAHAN &

KEBIJAKAN PUBLIK

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

berdomisili di Kabupaten Indragiri Hilir.Sehingga dari bentuk-bentuk nilai tersebut yang mengakar

dikehidupan etnis Bugis, mampu menciptakan prinsip penggerakdan pengatur praktik-praktik hidup dan representatisi-representasi,yang dapat disesuaikan dengan tujuan-tujuan tanpa mengabaikanpengarahan secara sadar dan penguasaan secara sengaja untukpencapaiai-pencapaian tertentu dalam sebuah arena sosial. EtnisBugis mampu membentuk struktur yang kuat terhadap disposisimasyarakat umum atau etnis lain. Kabupaten Indragiri Hilir sendiriyang memiliki masyarakat beragam dan majemuk, dimana etnisBugis menghadirkan habitus yang berupa hasil keterampilan dantindakan praktis yang kemudian diterjemahkan menjadi sebuahkemampuan yang kelihatan melekat pada etnis Bugis tersebut.

KEMUNDURAN NILAI-NILAI TERHADAP STRUKTUR YANGDIBENTUK

Degradasi dan perubahan-perubahan yang terjadi pada tatanansosial tidak dapat dihindari. Perkembangan zaman, kemajuan IPTEKserta keadaan lingkungan serta perubahan kondisi alammengakibatkan bergesernya pula nilai-nilai budaya yang selama inimasih dipegang teguh oleh masyarakat Bugis yang berdomisili diKabupaten Indragiri Hilir Provinsi Riau. Beberapa generasi sekarangini mengalami kemunduran dalam pemahaman moril, karakter dantingkah laku serta daya kreatifitas. Terbukti dengan maraknyaberbagai kasus yang terjadi, salah satu pergeseran nilai yang dominanterjadi pada kalangan etnis Bugis di Inhil yaitu menurut Andi (supirmobil 2015) melekat dipemikiran masyarakat salah satu bentukkejahatan sosial dan pidana yaitu perampokan selalu diidentikanpelakunya adalah kelompok orang-orang Bugis.

Selanjutnya, penurunan nilai tersebut juga bisa dicermati daripola hidup etnis Bugis di Inhil dengan melihat kelas sosialnya,dimana tidak jarang dijumpai orang Bugis yang hanya cenderung

Page 14: Relasi Kuasa Identitas Etnis Dilembaga Legislatif Eko ...mip.umy.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/Relasi-Kuasa-Identitas-Etnis-Dilembaga... · Diawal, makalah ini memaparkan gagasan

Vol. 3 No. 1Februari 2016

137

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

mengandalkan jiwa komsumtifnya ‘pemalas’ serta jiwa kreatifitasberkurang. Hal tersebut mencerminkan penurunan nilai-nilai siri’yang menjadi karakter dan pembawaan masyarakat Bugis. Merekaakan sangat tergantung dengan hal-hal yang sudah ada, terutamabentuk pencapaian materi yang telah dimiliki, maka strukturpemikiran tadi akan mengalami krisis kreatifitas dan krisis karakter,karena budaya instan tadi.

PRODUK SEJARAH DALAM MEMBENTUK HABITUSEtnis Bugis sejak dulu mempunyai sejarah panjang berkaitan

dengan eksistensi masyarakat Sulawesi Selatan. Hal ini bisa dilihatdari keberadaan dan kejayaan kerajaan-kerajaan di masa lalu. Adadua tokoh sentral dari Kerajaan Gowa dan Kerajaan Bone yangkeduanya dijadikan patron bagi sukunya masing-masing. KerajaanGowa mempunyai tokoh besar Sultan Hasanudin sedangan KerajanBone memiliki Aru Palaka. Kerajaan Gowa di bawah kepemimpinanSultan Hasanudin menyerang Kerajaan Bone dengan alasanpenyebaran ajaran Islam, begitu pula sebaliknya. Sultan Hasanuddindikenal arif dan bijaksana. Beliau merasa sedih karena harusbertempur melawan keluarga sendiri. Arung Palakka La Tenri Tattato Erung sudah seperti saudara kandung sendiri. Kemudian padaakhirnya terciptalah perdamaian perdamaian antar keduanya, Sul-tan Hasanuddin mempertimbangkan bahwa pertumpahan darahdi kalangan orang Makassar dan Bugis harus segera dihentikan(Wawancara Bapak Burhan sambil membacakan tulisan sejarahPusaka, 2015)

Fakta-fakta sejarah bahwa hampir semua kerajaan atau sistempemerintahan di Bugis Selatan (Sulsel) terbangun dengan didasarioleh perjanjian politik antara kelompok dalam wilayah pemukimanmasing-masing untuk mengangkat orang kepercayaan yang amanahsebagai pemimpin atau raja mereka. Dalam hal ini, habitus bisa jadimerpakan fenomena kolektif, dia memungkinkan orang untuk

Page 15: Relasi Kuasa Identitas Etnis Dilembaga Legislatif Eko ...mip.umy.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/Relasi-Kuasa-Identitas-Etnis-Dilembaga... · Diawal, makalah ini memaparkan gagasan

138

JURNALILMU PEMERINTAHAN &

KEBIJAKAN PUBLIK

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

memahami dunia sosial kehidupan etnis Bugis, namun keberadaanberbagai habitus berarti bahwa dunia sosial dan strukturnya tidakmenancapkan dirinya secara seragam pada setiap aktor, yangdisebabkan oleh pergeseran-pergeseran struktur Budaya yang telahterbentuk kolektif terjamah oleh pergeseran zaman.

RANAH DALAM RELASI KUASA IDENTITAS ETNIS DILEMBAGA LEGISLATIF

Ranah yang merupakan arena kekuatan yang didalmnya terdapatupaya-upaya dan strategi untuk memperebutkan modal sosial, yaitukedudukan sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah(DPRD) Kabupaten Indragiri Hilir, Provinsi Riau. Serta upaya untukmemperoleh serta mempertahankan akses dengan hirarki kekuasaandi Kabupaten Indragiri Hilir. Ranah yang merupakan arenaperebutan kekuasaan, mempertahankan atau mengubah konfigurasikekuasaan yang ada di INHIL menuju keuntungan kelas sosial yangakan diperoleh. Struktur ranah yang ada baik ranah dalamkedudukan (posision), ranah sebagai arena kekuatan (Forces), danranah strategi dimiliki oleh etnis Bugis (dijalaskan pada penjelasanberikutnya) yang akan menentukan pencapaian-pencapaian tersebutbaik individu maupun kelompok etnis Bugis.

Hal-hal akan dilakukan berdasarkan pada tujuan yang mengun-tungkan bagi kepentingan etnis tersebut yang tentu akan lebihmembawa citra etnis Bugis kearah yang positif. Pancapaian tersebutyang dilakukan oleh kelompok etnis Bugis bergantung pada posisikelompok tersebut dalam ranah yang akan dikaji pada sub ini.

Habitus yang mendasari terbentuknya ranah, pengakuanterhadap fenomena kolektif yang ada pada kelompok etnis Bugis diKabupaten Indragiri Hilir dalam berinteraksi dalam memahamidunia sosial untuk melangsungkan perannya sebagai makhluk sosialyang memiliki nilai-nilai dan karakter budaya khas. Dimana karkteryang melekat pada masyarakat etnis Bugis yang disepakati

Page 16: Relasi Kuasa Identitas Etnis Dilembaga Legislatif Eko ...mip.umy.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/Relasi-Kuasa-Identitas-Etnis-Dilembaga... · Diawal, makalah ini memaparkan gagasan

Vol. 3 No. 1Februari 2016

139

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

berdasarkan hasil wawancara beberapa narasumber baik dari etnisyang sama maupun dari beberapa pernyataan berbagai etnis yangada di Inhil. Karakter dengan pribadi yang cendrung tahan banting,pekerja keras, etos kerja yang tinggi serta memiliki kedudukan kelassosial diatas rata-rata, yang mampu menguasai sebagian besar lahanpertanian dan perkebunan di Kabupaten tersebut. Sehinggamemperoleh kesepakatan bersama terhadap karakter atau habitusyang tidak lepas dari pengaruh epistemologi sejarah dalam artimengungkap relevansi parktis pada zamannya (Wawancara Rahman,2015).

Ranah yang dihadapi pada kelompok etnis Bugis di KabupatenInhil yang fokusnya pada masyarakat Bugis yang terlibat dan pelakudalam memperoleh posisi-posisi didalam lembaga legislatif DewanPerwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Inhil, menghadirkan berbagaimacam potensi yang ada, baik oleh individu maupun kelompoksesuai porsinya masing-masing.

RANAH DALAM JABATAN (POSISION)

Posisi atau kedudukan anggota DPRD Kabupaten Inhil, salahsatunya dipengaruhi dengan jumlah populasi etnis Bugis yangtersebar diberbagai Kecamatan yang ada di Inhil. Dimana daerahpemilihan yang ada di Inhil dibagi dalam 6 dapil, yang terdiri dari20 kecamatan dan dikelompokan dengan Kabupaten Indragiri HilirUtara, Indragiri Hilir Tengah (Kota Madya Kabupaten), IndragiriHilir Selatan. Adapun rasio tertinggi berdasarkan pengolahan datayang peneliti lakukan, dengan mengalihkan jumlah kursi yangdiperoleh berbasis etnis dengan jumlah kursi keseluruhan, kemudiandibagi dengan jumlah persentasi penduduk, terakhir dibagi denganpersen. Total rasio tertinggi selain dari etnis campuran yaitu 0,45,yaitu etnis Bugis dibandingkan dengan etnis lainnya dengan rasio0,27. Dapat dilahat pada tabel berikut ini

Page 17: Relasi Kuasa Identitas Etnis Dilembaga Legislatif Eko ...mip.umy.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/Relasi-Kuasa-Identitas-Etnis-Dilembaga... · Diawal, makalah ini memaparkan gagasan

140

JURNALILMU PEMERINTAHAN &

KEBIJAKAN PUBLIK

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

TABEL 1 RASIO PERBANDINGAN JUMLAH SUARA DAN PEROLEHAN KURSI PERETNIS DI INDRAGIRI HILIR

No Etnis Jumlah Penduduk Jumlah

DPRD

Rasio (Jum DPRD X Jum Total DPRD)/100

Jiwa Persent (%)

1 Melayu 209.658 30 15 0,23

2 Banjar 182.093 27 9 0,15

3 Bugis 150.816 22 13 0,27

4 Jawa 123.395 16 3 0,08

5 Campuran 77.421 5 5 0,45

TOTAL 100 45 1,00

TABEL 2 POSISI ETNIS BUGIS DALAM KOMISI

No Komisi Bidang Jabatan Nama Etnis

1 I Pemerintahan dan Hukum

Ketua Yusuf Said Bugis

Wakil Bakri H Anwar Melayu

Sekertaris Muammar Melayu

2 II Ekonomi dan Keuangan

Ketua Ahmad Junaidai Banjar

Wakil Edi Gunawan Tionghoa

Sekertaris M.Gazali Banjar

3 III Pembangunan dan Lingkungan Hidup

Ketua Iwan Taruna Melayu

Wakil Edy Hariyanto Bugis

Sekertaris Asnawi Banjar

4 IV Pendidikan dan Kesejahteraan Rakyat

Ketua Adi Chandra Bugis

Wakil Adriyanto Banjar

Sekertaris Hernawissitas Tioghoa

5 Badan Pembentukan Perda

Muhammmad Sabit Bugis

Sumber: wawancara Bapak Rahman (Komisi III DPRD Inhil)

Persebaran etnis Bugis berdasarkan pemaparan dari BapakMuhammad Dong selaku sekertaris KKSS yang juga merupakananggota KPUD INHIL, yaitu Inhil Utara 25% atau 37.704,15 jiwa,Inhil tengah 15% berkisar 22.622,49 jiwa, dan Inhil Bagian Selatan

Page 18: Relasi Kuasa Identitas Etnis Dilembaga Legislatif Eko ...mip.umy.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/Relasi-Kuasa-Identitas-Etnis-Dilembaga... · Diawal, makalah ini memaparkan gagasan

Vol. 3 No. 1Februari 2016

141

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

yang dominan etnis Bugis sebesar 60% atau 90.489 jiwa. Sedangkankedudukan etnis Bugis dalam jabatan di Komisi dapat dilihat sepertidalam Tabel 2.

RANAH DALAM KEKUATAN (FORCES)Ranah yang merupakan arena kekuatan yang di dalamnya

terdapat upaya perjuangan untuk memperebutkan sumber daya ataumodal (modal budaya kultural, modal sosial, dan modal ekonomi).Kekuatan-kekuatan yang ada pada etnis Bugis di Inhil untukmemperoleh akses tertentu yang dapat dikatakan dekat denganhierarki kekuasaan, termasuk jabatan atau posisi sebagai anggotadewan Kabupaten. Posisi dan kedudukan sebagai anggota dewanyang beretnis Bugis, kemudian posisi mereka dalam komisi, sertaposisi meraka dalam daerah pemilihan, hal-hal tersebut merupakanposisi-posisi atau jabatan yang memiliki nilai arena kekuatan (Forces).

KEPEMIMPINAN ANGGOTA DPRD YANG BERETNIS BUGISKarakter kepemimpinan merupakan bentuk ranah kekuatan yang

mengarahkan etnis ini dalam kedudukan atau posisi di legislatif.Menurut Bapak Andi Rusli (Komisi I DPRD Inhil) yang dari intonasibicara biliau jelas menggambarkan karakter Bugis (logat bahasa) yangdimiliki berintonasi bahasa Bugis yang memiliki ciri sendiri, beliaumengunggkapkan kekuatan anggota legislatif yang beretnis Bugistercermin pada jiwa kepemimpinan atau leadership yang menurutorang Bugis diumpamakan sebagai yaitu berikut mempunyai watakbumi, langit, bintang, angin, tanah, samudera, dan lain-lain.

RELASI DENGAN PARTAI POLITIKEtnis Bugis berhasil melakukan peresebaran yang baik dalam

partai politik artinya relasi dengan partai politik berhasil merekabangun. Terbukti dengan tabel dibawah ini, hampir disemua partaipolitik yang mengusung anggota DPRD terdapat etnis Bugis, hanya

Page 19: Relasi Kuasa Identitas Etnis Dilembaga Legislatif Eko ...mip.umy.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/Relasi-Kuasa-Identitas-Etnis-Dilembaga... · Diawal, makalah ini memaparkan gagasan

142

JURNALILMU PEMERINTAHAN &

KEBIJAKAN PUBLIK

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

pada partai Hanura, Nasdem, dan PAN saja yang tidak terdapatanggota legislatif beretnis Bugis.

Menurut Ibuk Siti Bungatang (Komisi III DPRD Kab.Inhil) etnisBugis mempunyai daya tarik bagi partai politik, faktor terkuat salahsatunya yaitu habitus yang melekat dalam kepribadian dan ciriidentitas diri pada etnis tersebut.

TABEL 3 PERSEBARAN ANGGOTA DPRD BERETNIS BUGIS DIDALAM PARTAIPOLITIK

No Partai

PKS GOLKAR PDIP DEMOKRAT PPP PKB GERINDRA HANURA

1 Abdur rahman

Okta Hasanatang

Surya Lesmana

M.Sabit Adi Chandra

Dani M nursalam

Mohd Sulo Lipu

NASDEM

2 M.Yusuf Said Fadli M. Wahyuddin

PAN

3 Edi Haryanto Siti Bungatang

RELASI DENGAN ETNIS LAIN (ETNIS JAWA)Etnis Jawa dengan jumlah penduduk 16% (KKSS Inhil, 2015),

akan tetapi faktanya hanya mendapat 2 (dua) kursi diparlemen, dandengan tingkat rasio paling rendah yaitu 0,08. Menurut Bapak AndiRusli (Komisi I DPRD Kab.Inhil) etnis jawa cendrung lebih berpihakpada etnis Bugis, terbukti dari konstituen beliau lebih dari 40%merupakan etnis Jawa. Menurut Andi Rusli dan beberapa rekananggota DPRD yang beretnis Bugis M.Wahyuddin (Komisi II) danM.sabit (Komisi III) kepercayaan yang etnis Jawa berikan kepadaetnis Bugis, lebih kepada kedekatan simbiosismutualisme dalammengelola perkebunan dan pertanian. Berimbas pada kepercayaandalam pemilihan legislatif, dengan memberikan suaranya kepadacalon legislatif yang beretnis Bugis.

RANAH DAN STRATEGISPertama; strategi investagi Biologi, menurut Ibuk sitti Bungatang

(Komisi I DPRD Inhil) semua etnis di Indonesia tentu akan menjagakeberlangsungan eksistensi generasi etnisnya, begitupun pada etnis

Page 20: Relasi Kuasa Identitas Etnis Dilembaga Legislatif Eko ...mip.umy.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/Relasi-Kuasa-Identitas-Etnis-Dilembaga... · Diawal, makalah ini memaparkan gagasan

Vol. 3 No. 1Februari 2016

143

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Bugis. Secara garis besar yang terjadi di keluarga Bugis dalammempertahankan generasinya yang secara tidak langsung merupakanstrategi kuat untuk meneruskan generasinya di Parlemen. Dalamteori strategi Bourdieu dikenal istilah strategi kesuburan, dimanaetnis Bugis memiliki target dalam membatasi keturunan untukmenjamin transmisi modal dengan cara tersebut, tetapi berdasarkanpengamatan Sitti Bungatang ini merupakan pergeseran nilai yangdilatar belakangi oleh faktor ekonomi.

Kedua; strategi Investasi Ekonomi, merupaka upayamempertahankan atau meningkatkan berbagai jenis modal, yaituakumulasi modal ekonomi dan modal sosial. Investasi modal sosialdiharapkan mampu untuk melanggengkan dan membangunhubungan-hubungan sosial baik yang berjangka pendek maupunyang berjangka panjang. Hal ini berkaitan kuat dengan tradisi adatpernikahan, untuk menjaga harta atau kekayaan baik berupa nomi-nal uang maupun lahan (tanah), yaitu dengan menikahkan anakdengan keluarga yang memiliki pertalian ikatan masih dekat. Denganmenjaga harta warisan biasanya lahan atau tanah yang luasnyaberhektar-hektar tersebut untuk digunakan sebagai modal dalampemilihan legislatif (pileg).

Ketiga; strategi edukatif, strategi ini bermaksud pada upayamenghasilkan anggota legislatif dan jabatan apapun itu yang dilakonioleh setian individu atau kelompok etnis Bugis, yang dianggap layakdan mampu menjalankan tugasnya dengan baik serta mampumenerima warisan amanah yang telah dilalui oleh anggota-anggotasebelumnya yang beretnis serupa, untuk memperbaiki jenjanghierarki yang ada.

Keempat; strategi investasi simbolis, strategi ini menjadi sebuahupaya untuk melestarikan dan meningkatkan pengakuan sosialterhadap etnis Bugis baik berupa legitimasi ataupun bentukpenghormatan melalui apresiasi dengan properti nilai budaya yangmelekat pada anggota-anggota yang beretnis Bugis.

Page 21: Relasi Kuasa Identitas Etnis Dilembaga Legislatif Eko ...mip.umy.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/Relasi-Kuasa-Identitas-Etnis-Dilembaga... · Diawal, makalah ini memaparkan gagasan

144

JURNALILMU PEMERINTAHAN &

KEBIJAKAN PUBLIK

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Kelima; strategi suksesif, strategi ini ditujukan untuk menjaminagar tidak terjadi pengalihan posisi, dalam hal ini tentu jumlah suarayang diberikat oleh masyarakat atau konstituen kepada para calonanggota legislatif, yang dianggap mampu menjalankan tugasnya.Salah satu strategi suksesi yaitu berdasarkan daerah pemilihan (dapil)tiap-tiap calon yang akan maju. Sebab melihat data diatas ternyatapersebaran etnis Bugis di Inhil tidak merata.

MODAL DALAM MEMBENTUK RELASI KUASA ETNIS BUGISDI LEMBAGA LEGISLATIF

Anggota DPRD tersebut menempati posisi-posisi masing-masingtidak terlepas dari modal yang dimiliki baik modal budaya kultuiral,modal sosial, dan modal ekonomi yang dimiliknya. Secara umumpengaruh modal yang dimiliki dapat dilihat dari besarnya modalyang dimiliki, dan sesuai dengan bobot komposisi keseluruhanmodal mereka. Untuk memahami bahwa sistem kepemilikan yangsama (yang menentukan posisi di dalam arena perjuangan kelas)memiliki unsur yang dapat menjelaskan, bahwa kumpulan modalyang terkait dengan faktor-faktor yang membentuknya sebagaianggota legislatif berbeda di satu arena dengan yang lain,

KESIMPULANRelasi kuasa identitas etnis pada lembaga legislatif Kabupaten

Inhil sangat sesuai dengan teori yang disampaikan oleh PierreBourdieu dalam mekanisme reproduksi kekuasaan. Mulai dari habi-tus dalam membentuk relasi-relasi sehingga etnis Bugis mampumemiliki kuasa dalam lembaga legislatif terbukti dengan kedudukandan perannya dalam kursi legislatif pada periode 2014-2019 sebesar28,89% (13 kursi). Habitus yang terikat dalam ruang dan waktuserta kondisi material yang mengelilinginya, proses akumulasi prilakuyang terjadi tidak terlepas dari awal kedatangan periode pertamapada abad ke17, yang dilakukan oleh leluhur masyarakat etnis Bugis.

Page 22: Relasi Kuasa Identitas Etnis Dilembaga Legislatif Eko ...mip.umy.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/Relasi-Kuasa-Identitas-Etnis-Dilembaga... · Diawal, makalah ini memaparkan gagasan

Vol. 3 No. 1Februari 2016

145

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Pola hidup yang menjunjung nilai-nilai budaya masyarakat Bugissesuai dengan nilai taro’ada taro’ gawu dan menjunjung tinggi nilaikehormatan siri’. Terikat dalam ruang yang sama dan rentan waktuyang berbeda, masyarakat pendatang etnis Bugis memainkanperannya dengan baik, hidup bersosialisasi, bertahan hidup danmenempatkan diri ditengah-tengah kemajemukan masyarakat yangada di Kabupaten Inhil

Ranah yang merupakan arena kekuatan yang didalmnya terdapatupaya-upaya dan strategi untuk memperebutkan modal sosial, yaitukedudukan sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah(DPRD) Kabupaten Indragiri Hilir, Provinsi Riau. Serta upaya untukmemperoleh serta mempertahankan akses dengan hirarki kekuasaandi Kabupaten Indragiri Hilir. Ranah dalam kedudukan (posision),dapat dilihat dari jumlah kursi yang diperoleh dan jabatan padakomisi dan Badan pembentuka. Ranah sebagai arena kekuatan(Forces) yaitu karakter pemimpin yang melekat pada individu-individutersebut, isedangkan ranah strategi, merupakan akumulasi 5 (lima)startegi baik strategi investasi biologi, investasi ekonomi, edukatif,sombolis, dan startegi suksesif.

Proses dan sejarah panjang yang telah dilewati, kemudianmembentuk sistem disposisi yang tahan waktu dan diwariskan darigenerasi kegenerasi, kemudian terakumulasi dengan modal-modalyang ada. Relasi yang terjalinpun beragam dari kompleksnyamemproduksi relasi dalam kekuasaan pada etnis Bugis. Pencapaianposisi di lembaga legislatif yang merupakan akumulasi habitus padaidentitas kelompok etnis tersebut, kemudian ranah yang berperan,dan kontribusi modal yang dimiliki mampu menjalin relasi denganpartai politik, etnis non Bugis (etnis Jawa), dan organisasi kemasya-rakatan.

DAFTAR PUSTAKAAbbas, Rusdi J, Demokrasi di Aras Lokal, Yogyakarta,Cerah Media, 2012Aboddin,

Page 23: Relasi Kuasa Identitas Etnis Dilembaga Legislatif Eko ...mip.umy.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/Relasi-Kuasa-Identitas-Etnis-Dilembaga... · Diawal, makalah ini memaparkan gagasan

JURNALILMU PEMERINTAHAN &

KEBIJAKAN PUBLIK

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

146 Muhtar, Menguatnya Politik Identitas di Ranah Lokal, Volume 3 No.1, Universi-tas Muhammadiyah Yogyakarta, 2012Aris Ananta, dkk. Indonesian ElectoralBehavior: A Statitistical Perspective’s Population Series, No. 7, Singapore, Insti-tute of Southeast Asian Studies, 2004.Borddieu, Pierre, Arena Produksi Kultural,Yogyakarta, Kreasi Wacana, 2012

Bourdie, Pierre, Distinction, London, Routledge, 1984Castells, Manuel. The PowerOf Identity, Volume II, Blackwell Publishing, 2001

Daeng, Mangemba, Takutlah Pada Orang Jujur, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2002Daeng, Muhammad Yusuf, Orang Bugis di Semenanjung Melayu, Riau, KKSS, 2008Fashri, Fauzi, Kekerasan Simbolik Sebagai Mekanisme Reproduksi Kekuasaan Pierre

Bourdieu, UMY, 2007Gaffar, Affan. Politik Indonesia, Sebuah Transisi MenujuDemokrasi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006Giddens, Anthony.Modernity andSelf-Identity. California: Stanford, University Press, 1991

Haji, Raja Ali, Tuhfat Al-Nafis Sejarah Riau Lingga dan Taklukannya, Riau, YayasanKhazanah Melayu, 2002

Hariyatmoko, Etika Politik dan Kekuasaan, Jakarta, Kompas, 2003Hariyatmoko, Menyingkap Kepalsuan Budaya Penguasa, Jurnal, No 11-12,

2003__________, Habitus Dan Kapital Dalam Strategi Kekuasaan: Teori trukturasiPierre Bourdieu dengan Orientasi Budaya, Univeritas Indonesia, Jakarta,2010Hidayat, imam, Teori - Teori Politik, Malang, SETARA press, 2009.

Jenkins, Richard, Pierre Bourdieu, Londen, New York, 1992Kesuma, Andi ima, Migrasi dan Orang Bugis, Yogyakarta, Ombak, 2004Ma’arif,

Ahmad Syafii. Politik Identitas dan Masa Depan Pluralisme Kita. Jakarta: YayasanAbad Demokrasi, 2012Maunati, Yekti. Identitas Dayak: Komodifikasi dan PolitikKebudayaan. Yogyakarta: LkiS, 2004

Rahim, A Rahman, Nilai-nilai Utama Kebudayaan Bugis, Yogyakaarta, Ombak, 2011Ramstedt, Martin, Thufail, Fajar Ibnu, Kegalauan Identitas, Jakarta, Kompas

Gramedia, 2011Ridha, Muhammad. Nilai-nilai Kepemimpinan Sunda: PolitikIdentitas Masyarakat Sunda, Yogyakarta, Universitas Gajah Mada, 2014Ritzer,George and Douglas J. Goodman, Teori Sosiologi,Yogyakarta: Kreasi Wacana,cetakan ketiga, 2009Schultz, dkk, Anthropology, A Perspective on the HumanCondition, Third Edition.USA, St. Cloud State University, 2001

Salim, Agus, Teori dan Paradigma Penelitian Sosial, Yogyakarta, Tiara Wacana, 2006Sjaf, Sofyan, Politik Etnik Dinamika Politik Lokal di Kendari, Jakarta, Yayasan Pustaka

Obor Indonesia, 2014