ybuutvytvytyrctrterexrtetyrytrfyvuyvuytugtugtigjgjytyvyvtytvytutuytyytyty
DESCRIPTION
hgjhgjgjhjhvjhjhbjvbhjvgvTRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Umum
kWh meter (kilo Watthours meter) adalah suatu alat ukur yang dapat
mengukur daya aktif listrik. Besar tagihan listrik biasanya berdasarkan pada
angka-angka yang tertera pada kWh meter setiap bulannya. kWh meter ada tiga
tipe, yaitu kWh meter tipe dinamometer (elektrodinamis), kWh meter tipe induksi
dan kWh meter tipe thermocouple. kWh meter tipe induksi merupakan tipe yang
paling banyak digunakan oleh konsumen listrik. kWh meter induksi bekerja
berdasarkan prinsip induksi elektromagnetik.
2.2 Prinsip Kerja kWh Meter Satu Fasa
Sistem kWh meter adalah alat penghitung pemakaian energi listrik. Alat
ini bekerja menggunakan metode induksi medan magnet dimana medan magnet
tersebut menggerakkan cakram yang terbuat dari alumunium. Pada cakram
alumunium itu terdapat poros yang mana poros tersebut akan menggerakkan
counter digit sebagai tampilan jumlah kWh nya. kWh meter memiliki dua
kumparan yaitu kumparan tegangan dengan koil yang diameternya tipis dengan
kumparan lebih banyak dari pada kumparan arus dan kumparan arus dengan koil
yang diameternya tebal dengan kumparan lebih sedikit. Pada kWh meter juga
terdapat magnet permanen yang tugasnya menetralkan piringan alumunium dari
induksi medan magnet, medan magnet memutar piringan alumunium. Arus listrik
yang melalui kumparan arus mengalir sesuai dengan perubahan arus terhadap
waktu. Hal ini menimbulkan adanya medan di permukaan kawat tembaga pada
koil kumparan arus. Kumparan tegangan membantu mengarahkan medan magnet
agar menerpa permukaan alumunium sehingga terjadi suatu gesekan antara
piringan alumunium dengan medan magnet disekelilingnya. Dengan demikian
maka piringan tersebut mulai berputar dan kecepatan putarnya dipengaruhi oleh
besar kecilnya arus listrik yang melalui kumparan arus. Koneksi kWh meter
dimana ada empat buah terminal yang terdiri dari dua buah terminal masukan dari
jala – jala listrik PLN dan dua terminal lainnya merupakan terminal keluaran yang
akan menyuplai tenaga listrik ke rumah. Dua terminal masukan di hubungkan ke
kumparan tegangan secara paralel dan antara terminal masukan dan keluaran di
hubungkan ke kumparan arus secara seri, seperti ditunjukkan pada Gambar 2.1
berikut.
Gambar 2.1 Prinsip suatu meter penunjuk energi listrik arus bolak-balik
( jenis induksi)
Keterangan :
Cp = Inti besi kumparan tegangan
Cc = Inti besi kumparan arus
Wp = Kumparan tegangan
Wc = Kumparan arus
D = Kepingan roda Aluminium
J = Roda-roda pencatat ( register )
M = Magnet permanen sebagai pengerem keping aluminium, saat beban kosong
S = Kumparan penyesuai beda fase arus dan tegangan
Dan Gambar 2.2 menunjukkan perbedaan fase antara Ф1 dan Ф2
Gambar 2.2 Arus -arus eddy pada suatu piring
Pada saat arus beban mengalir pada kumparan arus yaitu I1, arus akan
menimbulkan flux magnit Ф1, sedangkan pada kumparan tegangan terjadi
perbedaan fase antara arus dan tegangan sebesar 900, seperti ditunjukkan pada
Gambar 2.2, hal ini karena kumparan tegangan bersifat induktor. Arus yang
melalui kumparan tegangan yaitu I2 akan menimbulkan flux magnit Ф2 yang
berbeda fase 900 dengan Ф1. Perbedaan fase antara Ф1 dan Ф2 akan menyebabkan
momen gerak pada keping aluminium ( D ) sehingga berputar. Putaran keping
Aluminium ( piringan ) akan di transfer pada roda-roda pencatat. Fluksi-fluksi ini
akan memotong piring aluminium, sehingga didalam piring terinduksi tegangan
induksi, yaitu:
…………………………………………………………(2.1)
Dan
…………………………………………………………(2.2)
Karena arus I1 dan I2 pada gambar 2.2 berbentuk sinus, fluksi yang
dibangkitkan akan berbentuk sinus juga, yaitu:
Φ1 = Φ1msinωt ………………………………………………………(2.3)
Φ2 = Φ2msin(ωt-α) ……………………………...……………………(2.4)
Jika disubstitusi persamaan (2.3) dan (2.4) ke persamaan (2.1)dan (2.2),
maka akan diperoleh:
…………..……..………(2.5)
………..…………(2.6)
Tegangan induksi ini akan mengalirkan arus induksi dalam piring, yaitu:
…………………………………………(2.7)
………………………….…………(2.8)
Diagram phasor tegangan dan arus ditunjukkan pada Gambar 2.3 berikut
ini:
E 2
1
E 1
i 2i
I1
I2
Ф1
Ф2
900900α
Gambar 2.3 Diagram phasor tegangan dan arus pada alat ukur induksi
Interaksi antara fluksi Ф1 dan arus induksi i2 menghasilkan momen T1 dan
interaksi antara Ф2 dan arus induksi i1 menghasilkan momen T2, yaitu:
T1 = k1 Ф1 i2
= ............................................(2.9)
T2 = k2 Ф2 i1
= ...........................................(2.10)
Maka momen total yang memutar piring adalah:
T = T1- T2
= k3 Ф1m Ф2m{sinωtcos(ωt-α) - sin(ωt-α)cosωt}
= k3 Ф1m Ф2m{sinωt(cosωtcosα + sinωtsinα) –
(sinωtcosα – sinαcosωt)cosωt}
T = k3 Ф1m Ф2m{sinωtcosωtcosα + sin2ωtsinα –
sinωtcosωtcosα + cos2ωtsinα}
T = k3 Ф1m Ф2m{(sin2ωt + cos2ωt)sinα}
T = k3 Ф1m Ф2m sinα ………………………………….…………(2.11)
Sedangkan fluksi Ф1m sebanding dengan arus IV pada kumparan tegangan,
jika jumlah lilitan kumparan tegangan dibuat besar sehingga mempunyai reaktansi
yang besar, maka arus I1 sebanding dengan tegangan V yang berbeda phasa 900
lagging. Kumparan arus menghasilkan Ф2m yang besarnya sebanding dengan arus
beban I, dimana arus beban I berbeda phasa sebesar sudut φ terhadap tegangan V.
Diagram phasor tegangan dan arus ditunjukkan pada Gambar 2.4 berikut ini:
Iv
V
I
Ф1Ф2
900α
φ
Gambar 2.4 Diagram phasor tegangan dan arus pada kWh meter
Berdasarkan diagram phasor Gambar 2.4 diatas, maka momen putar dari
persamaan (2.11) dapat diganti dengan:
T = k3 VI sin(900-φ)
= k3 VI cosφ
= k3 P ………………...…….……………………………..……(2.12)
Dimana: P = VIcosφ = daya pada beban
Dari persamaan (2.12) diatas, maka dapat disimpulkan bahwa momen putar yang
memutar piring sebanding dengan daya pada beban.
Jika harga rms total harmonisa tegangan adalah:
Dan harga rms total harmonisa arus adalah:
Maka persamaan (2.12) dapat diganti dengan persamaan momen putar yang ber
harmonisa
Dimana:
Vh = Harga rms tegangan untuk harmonisa ke-h (Volt)
Ih = Harga rms arus untuk harmonisa ke-h (Ampere)
Dengan demikian kepingan alumunium D, terjadi momen gerak TD yang
berbanding lurus terhadap daya beban yang diperlihatkan dalam persamaan (2.12).
Bila kepingan alumunium berputar dengan kecepatan N, sambil berputar D akan
memotong garis-garis fluksi Фm dari magnet permanen, menyebabkan terjadinya
arus-arus pusar yang berbanding lurus terhadap N.Фm didalam kepingan
alumunium tersebut. Arus-arus pusar ini akan memotong garis-garis fluksi Фm
sehingga kepingan D akan mengalami suatu momen rendaman Td yang
berbanding lurus terhadap N.Фm2, bila momen tersebut yaitu TD dan Td ada dalam
keadaan seimbang, maka hubungan di bawah ini akan berlaku:
Kd.V.I.cos φ = Km.N. Фm2 …………………………….… (2.16)
…………………………..………… (2.17)
Kd dan Km sebagai suatu konstanta. Dari persamaan tersebut terlihat
bahwa kecepatan putar N, dari kepingan D adalah berbanding lurus dengan beban
VI cos φ, perputaran dari kepingan tersebut untuk jangka waktu tertentu
berbanding dengan energi yang akan diukur. Untuk mencapai perputaran tertentu,
maka perputaran dari keping D ditransformasikan melalui sistem mekanis
tertentu, kepada alat penunjuk roda-roda angka transformasi dari kecepatan putar
roda angka berputar lebih lambat dibanding dengan kepingan D. Dengan demikian
maka alat penunjuk atau roda angka menunjukkan energi yang diukur dalam kWh
(kilo Watt Jam) setelah melalui kalibrasi tertentu.
2.3 Kesalahan kWh Meter
kWh meter menghitung jumlah energi yang mengalir tidak saja pada
pembebanan konstan, tetapi juga pada pembebanan yang berubah. Untuk
menentukan benar tidaknya penunjukan kWh meter, maka kWh meter
dioperasikan pada pembebanan yang tertentu dan mengukur besarnya daya yang
mengalir serta mengamati kWh meter yang sedang di test. Jika daya dijaga
konstan dalam selang waktu tertentu maka jumlah energi yang mengalir dapat
dihitung. Dari pengamatan kerja kWh meter dapat dihitung juga berapa
penunjukan kWh meter.
2.3.1 kWh Meter Pada Pembebanan Konstan
Jika daya yang mengalir konstan, maka untuk suatu kWh meter dapat kita
tuliskan hubungan
……………………………………………..(2.18)
Dimana :
E = energi (kWh)
N = ω t = Jumlah putaran piringan ( putaran )
ω = jumlah putaran per jam ( rph = put/jam )
C = Konstanta kWh meter ( Put/ kWh)
P = Daya (kW)
t = Waktu (detik)
Dari hubungan tersebut, terlihat bahwa untuk suatu harga daya tertentu, kecepatan
piringan kWh metre ω tertentu juga:
…………………………………………….………..(2.19)
Atau untuk suatu jumlah putaran tertentu dibutuhkan waktu:
…………………………………………………….………(2.20)
2.3.2 Menghitung Kesalahan kWh Meter
Kesalahan dalam persen dapat dinyatakan
% kesalahan = x 100 % ……………………..……….…..(2.21)
………………….…………………………..…………(2.22)
Jika untuk membuat N putaran diperlukan waktu t detik, sedangkan daya yang
masuk sebesar P watt, maka jumlah energi sebenarnya ES adalah:
……….………..………………….(2.23)
Dimana:
EP = Jumlah energi yang dicatat oleh meteran yang terpasang
ES = Jumlah energi yang sebenarnya
Maka kesalahan dalam persen adalah:
% kesalahan = ………………………………(2.24)
Persen kesalahan dapat juga dihitung dengan membandingkan kecepatan putaran,
jika daya yang mengalir adalah P watt, maka kecepatan putar piringan sebenarnya
adalah:
(putaran per jam) …….…………………….……..(2.25)
Kecepatan perputaran piring yang diukur adalah
(putaran per jam) …….…………………..…...……..(2.26)
Maka kesalahan dalam persen dapat dinyatakan:
% kesalahan = ( 100% …………………...……………….(2.27)
Jika dihitung dengan waktu, maka waktu yang sebenarnya diperlukan untuk
membuat N putaran pada daya P watt adalah:
..................................................(2.28)
Maka kesalahan dalam persen dapat dinyatakan dengan:
% ..............................................................(2.29)
2.4 Rangkaian Ekivalen kWh Meter Satu Fasa
kWh meter digunakan untuk mengukur energi arus bolak balik, alat ukur
ini untuk mengetahui besarnya daya nyata (daya aktif). Pada alat ukur ini terdapat
kumparan arus dan kumparan tegangan, sehingga cara penyambungan watt pada
umumnya merupakan kombinasi cara penyambungan voltmeter dan amperemeter.
kWh meter merupakan alat ukur yang sangat penting, untuk kWh yang
diproduksi, disalurkan ataupun kWh yang dipakai konsumen-konsumen listrik.
Alat ukur ini sangat popular di kalangan masyarakat umum, karena banyak
terpasang pada rumah-rumah penduduk (konsumen listrik) dan menentukan besar
kecilnya rekening listrik si pemakai. Mengingat sangat pentingnya arti kWh meter
ini baik bagi PLN ataupun si pemakai, maka agar diperhatikan benar cara
penyambungan alat ukur ini. Gambar 2.5 ditunjukkan penyambungan kWh meter
yang benar.
Gambar 2.5 Rangkaian ekivalen kWh meter satu fasa
2.5 Jaringan Meter Listrik
Jaringan meter listrik ini menunjukkan skema pemasangan jenis-jenis
meter kWh yang dipasang baik di perumahan, institusi, ataupun tempat yang
memerlukan perlakuan khusus dalam pemasangannya. Berikut cara
pemasangannya.
2.5.1 1 Phasa (phasa tunggal)
1. 1 phasa 2 kawat
220 volt
Meter
Sensor Arus
Sensor Tegangan
BEBAN
Gambar 2.6 Skema diagram 1 phasa 2 kawat
Pelayanan 1 phasa 2 kawat biasanya disuplai dari transformator.
Listrik 1 phasa disuplai oleh salah satu dari jaringan 3 phasa.
2.6 Perhitungan kWh Meter
kWh meter berarti Kilo Watt Hour Meter dan kalau diartikan menjadi n
ribu watt dalam satu jamnya. Jika membeli sebuah kWh meter maka akan
tercantum x putaran per kWh, artinya untuk mencapai 1 kWh dibutuhkan putaran
sebanyak x kali putaran dalam setiap jamnya. Contohnya jika 1200 putaran per
kWh maka harus ada 1200 putaran setiap jamnya untuk dikatakan sebesar satu
kWh. Jumlah kWh itu secara kumulatif dihitung dan pada akhir bulan dicatat oleh
petugas, besarnya pemakaian lalu dikalikan dengan tarif dasar listrik atau TDL
ditambah dengan biaya abodemen dan pajak menghasilkan jumlah tagihan yang
harus dibayarkan setiap bulannya.
2.7 Beban
Pada sistem tenaga listrik dikenal dua jenis beban yaitu beban linier dan
beban nonlinier. Beban pada perumahan-perumahan atau gedung umumnya
teridiri dari kombinasi beban-beban linier dan beban nonlinier.
2.7.1 Beban Linier
Beban linier adalah beban yang memberikan bentuk gelombang keluaran
yang linier artinya arus yang mengalir sebanding dengan impedansi dan
perubahan tegangan. Beban linier ini tidak memberikan dampak yang buruk pada
perubahan gelombang arus maupun tegangan. Resistor (R), lampu pijar, pemanas
merupakan beban linier tersebut. Gambar 2.7 memperlihatkan perubahan
tegangan sebanding dengan perubahan arus yang berubah secara linier pada beban
linier, dan Gambar 2.8 memperlihatkan bentuk gelombang tegangan dan arus pada
beban linier.
Tegangan (V)
Arus (I)
Gambar 2.7 Kurva Arus-Tegangan beban linier
Tegangan
Beban induktif linier
Arus
Gambar 2.8 Bentuk gelombang pada beban linier
Untuk mengetahui karakteristik beban linier dapat diwakili dengan beban R, L
seperti pada gambar 2.9 berikut ini:
Gambar 2.9 Rangkaian pengganti untuk beban linier
2.7.2. Beban Nonlinier
Beban nonlinier adalah bentuk gelombang keluarannya tidak sebanding
dengan tegangan dalam setiap setengah siklus sehingga bentuk gelombang arus
maupun tegangan keluarannya tidak sama dengan gelombang masukannya
(mengalami distorsi), seperti ditunjukkan pada Gambar 2.10. Beban nonlinier
menarik arus dengan bentuk non-sinusoidal, walaupun disuplai dari sumber
tegangan sinusoidal. Gangguan yang terjadi akibat distorsi gelombang arus dan
tegangan disebut dengan harmonik. Contoh dari beban-beban nonlinier ini seperti
tungku busur api, las, printer, komputer, lampu hemat energi, kulkas, inverter, inti
magnet pada transformator, dan lain-lain.
Untuk mengetahui karaktristik beban nonlinier satu fasa dapat diambil
suatu pendekatan dengan menggunakan rangkaian penyearah satu fasa gelombang
penuh yang dilengkapi dengan kapasitor perata tegangan DC seperti pada Gambar
2.11. Adanya kapasitor C ini dimaksudkan untuk mendapatkan tegangan DC yang
relatif murni yang dikehendaki untuk operasi komponen elektronik. Namun
akibatnya arus pada jala-jala sistem Is hanya akan mengalir pada saat terjadi
pengisian muatan kapasitor C, yaitu di daerah puncak gelombang tegangan jala-
jala, sehingga bentuk gelombang arus Is tidak proporsional lagi terhadap
tegangannya (nonlinier) dan mengalami distorsi (non-sinusoidal), seperti yang
diperlihatkan pada Gambar 2.12.
Arus
Tegangan
Gambar 2.10 Kurva Arus-Tegangan beban nonlinier
Gambar 2.11 Rangkaian pengganti untuk beban nonlinier
Pada Gambar 2.12 dibawah ini memperlihatkan bentuk gelombang
tegangan dan arus pada beban nonlinier.
Gambar 2.12 Bentuk gelombang pada beban nonlinier
2.8 Harmonisa
Harmonisa adalah suatu gelombang sinusoidal tegangan, arus atau daya
yang berfrekuensi tinggi dimana frekuensinya merupakan kelipatan diluar
bilangan satu terhadap frekuensi fundamental (frekuensi 50 Hz atau 60 Hz). Nilai
frekuensi dari gelombang harmonisa yang terbentuk merupakan hasil kali antara
frekuensi fundamental dengan bilangan harmonisanya (f, 2f, 3f, dst). Bentuk
gelombang yang terdistorsi merupakan penjumlahan dari gelombang fundamental
dan gelombang harmonisa (h1, h2, dan seterusnya) pada frekuensi kelipatannya.
makin banyak gelombang harmonisa yang diikutsertakan pada gelombang
fundamentalnya, maka gelombang akan semakin mendekati gelombang persegi
atau gelombang akan berbentuk non-sinusoidal. Pada gambar 2.13 ditunjukkan
bentuk gelombang harmonisa.
Gambar 2.13 Gelombang fundamental, harmonisa ketiga dan hasil
penjumlahannya
2.8.1 Standard Distorsi Harmonisa
Standar harmonisa yang digunakan pada penelitian ini adalah standar dari
IEEE 519-1992. Ada dua kriteria yang digunakan untuk mengevaluasi distorsi
harmonisa yaitu batas harmonisa untuk arus (THDI) dan batas harmonisa untuk
tegangan (THDV). Batas untuk harmonisa arus ditentukan oleh perbandingan .
ISC adalah arus hubung singkat yang ada pada PCC (Point of Common Coupling
= titik sambung bersama), sedangkan IL
adalah arus beban fundamental. Batas
distorsi arus yang diakibatkan harmonisa yang diijinkan oleh IEEE 519-1992
ditunjukkan pada tabel 2.1 berikut ini.
Tabel 2.1 Batas distorsi arus yang diakibatkan harmonisa menurut
IEEE 519-1992
ISC/I n<11 L 11 n<17 17 n<23 23 n<35 n 35 THD
<20 4.0% 2.0% 1.5% 0.6% 0.3% 5.0%
20-50 7.0% 3.5% 2.5% 1.0% 0.5% 8.0%
50-100 10.0% 4.5% 4.0% 1.5% 0.7% 12.0%
100-1000 12.0% 5.5% 5.0% 2.0% 1.0% 15.0%
>1000 15.0% 7.0% 6.0% 2.5% 1.4% 20.0%
Untuk batas harmonisa tegangan ditentukan dari besarnya tegangan sistem
yang terpasang atau dipakai. Batas distorsi tegangan yang diakibatkan harmonisa
yang diijinkan oleh IEEE 519-1992 ditunjukkan pada tabel 2.2 berikut ini.
Tabel 2.2 Batas distorsi tegangan yang diakibatkan harmonisa menurut
IEEE 519-1992
Tegangan Bus Pada PCC Individual Harmonik THD
69 kV dan dibawah 3.0% 5.0%
69.001 kV-161 kV 1.5% 2.5%
Diatas 161 kV 1.0% 1.5%
2.8.2 Persamaan Harmonisa
Gelombang harmonisa dan terdistorsi merupakan sebuah gelombang
kontinu dan periodik sehingga sesuai dengan deret Fourier seperti Persamaan
berikut. Misalkan fungsi x(t) berada pada interval –T/2<x<T/2 dan periodik
dengan periode T. deret fourier untuk fungsi tersebut adalah :
atau sama dengan:
………………...……… ( 2.30)
Dimana : , dan n disebut juga orde dari suatu harmonisa yaitu 0,1,2,3,4,…
Fungsi x(t) ini adalah suatu penyertaan deret tak berhingga dimana an dan
bn adalah koefisien fourier. Jika n = 2, disebut orde ke 2, jika n=3, disebut orde ke
3, dan seterusnya.
Apabila ruas kiri dan ruas kanan dari persamaan 2.30 diintegralkan dengan
batas integral dari –T/2 sampai T/2, maka akan menghasilkan :
…………..…. (2.31)
Karena nilai rata-rata dari sebuah fungsi sinus dan cosinus sama dengan nol, maka
ruas kanan kedua persamaan 2.31 sama akan dengan nol sehingga menjadi :
Sehingga :
……………………………………………..………………. (2.32)
Untuk menentukan an, kedua ruas pada persamaan 2.31 dikalikan dengan
dan diintegralkan dengan batas dari –T/2 sampai T/2 sehingga
menghasilkan :
Integral suku pertama, kedua dan keempat dari persamaan diatas sama
dengan nol karena nilai rata-rata dari sebuah fungsi sinus dan cosinus sama
dengan nol sehingga persamaan di atas menjadi :
Sehingga :
………………………………..…………. (2.33)
Untuk menentukan bn, kedua pada persamaan 2.30 dikalikan dengan
dan diintergralkan dengan batas dari –T/2 sampai T/2 sehingga menghasilkan :
Integral suku pertama, kedua, dan keempat dari persamaan di atas sama
dengan nol karena nilai rata-rata dari sebuah fungsi sinus dan cosinus sama
dengan nol sehingga persamaan di atas menjadi :
Sehingga :
……………………………………..…… (2.34)
• Fungsi ganjil
Fungsi ganjil seperti sin t, dimana x(t) dan x(-t) adalah negatif satu sama
lainnya, apabila didefenisikan maka x(t) dikatakan sebagai fungsi ganjil
jika x(-t) = -x(t) sehingga :
Gambar 2.14 Bentuk grafik fungsi ganjil
• Fungsi genap
Fungsi genap seperti cos t, dimana grafik untuk sisi negatifnya adalah
refleksi terhadap sumbu y dari sumbu positifnya. Secara rumus nilai x(t)
sama untuk setiap nilai t yang diberikan dan juga negatifnya, ini berarti
x(t) dikatakan suatu fungsi genap jika x(t) = x(-t) . maka dapat diperoleh :
Gambar 2.15 Bentuk grafik fungsi genap
Dalam pengukuran harmonisa ada beberapa petunjuk penting yang harus
dimengerti, yaitu Individual Harmonic Distortion (IHD), dan Total Harmonic
Distortion (THD).
Individual harmonic distortion (IHD) adalah perbandingan antara nilai
rms dari individual harmonisa terhadap nilai rms fundamentalnya. IHD
ini berlaku untuk tegangan dan arus.
……………….……………….(2.35)
Misalnya, asumsikan bahwa nilai rms harmonisa ketiganya pada beban
nonlinier adalah 20 A, nilai harmonisa kelimanya adalah 10 A dan
nilai fundamentalnya adalah 60 A, maka nilai distorsi arus individual pada
harmonisa ketiga adalah:
%3,33333,06020
3 ===IHD
Dan nilai distorsi arus individual pada harmonisa kelima adalah
%66,16166.06010
5 ===IHD
Berdasarkan pengertian di atas, nilai IHD1 adalah selalu 100%. Metode
perhitungan harmonisa ini dikenal sebagai distorsi harmonisa yang
berdasarkan pada nilai fundamentalnya. Perhitungan ini digunakan
oleh Institute of Electrical and Electronic Engineers (IEEE) di
Amerika.
Total Harmonic Distortion (THD) adalah perbandingan antara nilai
rms dari seluruh komponen harmonisa terhadap nilai rms nilai
fundamentalnya. Sebagai contoh, jika arus nonlinier mempunyai
komponen fundamental I1 dan komponen harmonisanya I1, I2, I3, I4, I5,
I6, I7, ....., maka nilai rms harmonisanya adalah:
………….. (2.36)
Atau dapat juga dituliskan THD Tegangan dan Arus:
THDV = ………………………..…..…….. (2.37)
THDI = ………….……………………….. (2.38)
Dimana;
Vh ; Ih = komponen harmonisa
V1 ; I1 = komponen fundamental
THD = Total Harmonic Distortion
h = orde harmonisa
Nilai THD ini digunakan untuk mengukur besarnya penyimpangan
dari bentuk gelombang periodik yang mengandung harmonisa dari
gelombang sinusiodal murninya. Untuk gelombang sinusiodal
sempurna nilai dari THD adalah bernilai 0%.
2.8.3. Sumber Harmonisa
Sumber harmonisa pada sistem tenaga listrik dapat dibagi dalam 3
kelompok yaitu :
1. Sumber distorsi pada sisi pembangkitan
2. Sumber distorsi pada sisi penyaluran (distribusi)
3. Sumber distorsi pada sisi beban
2.8.3.1. Pada Sisi Pembangkitan
Sumber harmonisa pada sisi pembangkitan tenaga listrik adalah generatror.
Generator pada umumnya digunakan adalah generator sinkron. Generator sinkron
dalam operasinya mengasilkan harmonisa, namun harmonisa yang dihasilkan
tidak sebesar pada sisi beban. Harmonisa pada generator diakibatkan distribusi
fluks yang tidak sinusoidal sehingga menghasilkan GGL induksi yang
menyimpang dari sinusoidal (terdistorsi). Sumber harmonisa pada generator dapat
dikelompokkan menjadi 2 jenis yaitu : harmonisa waktu, yang mana kemunculan
harmonisa ini dikarenakan kejenuhan inti besi dan harmonisa ruang yang di
karenakan adanya slot, celah udara dan gigi-gigi pada stator dan rotor. Harmonisa
ruang pada generator dapat dibagi menjadi : harmonisa pada rotor kutub sepatu,
harmonisa pada rotor silinder, dan harmonisa slot. Arus harmonisa yang
dihasilkan oleh generator akan mengalir ke beban melalui transformator, rel daya,
penghantar transmisi dan distribusi.
2.8.3.2. Pada Sisi Penyaluran
Pada sistem distribusi tenaga listrik terdapat salah satu perlatan yaitu
transformator distribusi. Timbulnya harmonisa pada tranformator dikarenakan
adanya kejenuhan pada inti besi (saturasi) mengakibatkan arus magnetisasi
mengalami distorsi. Arus magnetisasi ini akan tetap mengalami distorsi walaupun
tegangan yang diberikan ke kumparan primer tidak mengalami distorsi.
2.8.3.3. Pada Sisi Beban
Harmonisa bisa muncul dari beban-beban yang terhubung ke sistem
distribusi. Beban-beban pada sistem tenaga listrik dapat dikelompokkan menjadi
dua bagian yaitu beban linier dan beban nonlinier. Dari dua jenis beban ini yang
menjadi sumber harmonisa adalah beban nonlinier, Seperti yang telah dijelaskan
pada bagian awal. Maka yang paling banyak menghasilkan harmonisa adalah pada
sisi beban, pada Gambar 2.16 ditunjukkan perubahan bentuk gelombang akibat
adanya harmonisa.
Gambar 2.16 Perubahan bentuk gelombang akibat adanya harmonisa
2.8.4. Jenis-Jenis Harmonisa
Harmonisa pertama disebut juga frekuensi dasar (fundamental). Jika
frekuensi gelombang harmonisanya sama dengan dua kali frekuensi dasarnya
maka disebut harmonisa kedua, jika frekuensi gelombang harmonisanya sama
dengan tiga kali frekuensi fundamental maka disebut harmonisa ketiga dan
seterusnya. Apabila frekuensi fundamental adalah 50 Hz maka harmonisa
keduanya mempunyai frekuensi 100 Hz, harmonisa ketiganya mempunyai
frekuensi 150 Hz, dan seterusnya. Perbandingan frekuensi harmonik dengan
frekuensi dasar ini disebut dengan orde harmonik.
Berdasarkan dari urutan/ordenya, harmonisa dapat dibedakan menjadi
harmonisa ganjil dan harmonisa Genap. Sesuai dengan namanya harmonisa ganjil
adalah harmonisa ke 1, 3, 5, 7, 9, dan seterusnya. Sedangkan harmonisa Genap
merupakan harmonisa ke 2, 4, 6, 8 dan seterusnya. Namun harmonisa pertama
tidak dapat dikatakan sebagai hamonisa ganjil, karena merupakan komponen
frekuensi fundamental dari gelomabang periodik. Sedangkan harmonisa 0 (nol)
mewakili konstanta atau komponen DC dari gelombang.
Pada suatu sistem tenaga listrik tiga phasa yang seimbang diasumsikan
mempunyai urutan phasa R,S,T (a,b,c), dimana besar arus dan tegangan pada
setiap phasa selalu sama dan berbeda sudut 120o listrik satu sama lain. Sehingga
berdasarkan urutan phasanya, harmonisa dapat dibagi menjadi 3 bagian yaitu :
1. Harmonisa urutan Positif
Harmonisa urutan positif ini mempunyai urutan phasa yang sama seperti
fasor aslinya yang terdiri dari tiga fasor yang sama besarnya, dan saling
berbeda phasa 1200 (R,S,T atau a,b,c). Gambar 2.17 menunjukkan
fundamental fasor merupakan harmonisa urutan positif. Dimana harmonisa
positif ini terdiri dari harmonisa ke-1, ke-4, ke-7, ke-10, dan seterusnya.
Gambar 2.17. Fundamental fasor
2. Harmonisa urutan Negatif
Harmonisa urutan negatif memiliki urutan phasa yang berlawanan dengan
fasor aslinya yang terdiri dari tiga fasor yang sama besarnya, dan saling
berbeda phasa 1200. (R,T,S atau a,c,b) seperti yang ditunjukkan pada
Gambar 2.18. Dimana harmonisa negatif ini terdiri dari harmonisa ke-2,
ke-5, ke-8, dan seterusnya.
Gambar 2.18 Fasor harmonik urutan negatif
3. Harmonisa urutan Kosong/Nol (zero sequence)
Harmonisa urutan Nol ini memiliki fasor yang sama besarnya dan sephasa
satu sama lain (beda phasa satu sama lain 00), harmonisa ini juga biasa
disebut triplen harmonics. Harmonisa urutan nol terdiri dari harmonisa ke-
3, ke-6, ke-9, dan seterusnya, seperti ditunjukkan pada Gambar 2.19
berikut ini.
Gambar 2.19 Fasor harmonik urutan nol
Dari jenis-jenis harmonisa berdasarkan urutan phasa diatas maka dapat
disimpulkan dalam Tabel 2.3
Tabel 2.3. Urutan polaritas harmonisa pada sistem tiga phasa
Orde Harmonisa 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Frekuensi ( Hz) 50 100 150 200 250 300 350 400 450
Urutan + - 0 + - 0 + - 0
Harmonisa pertama urutan polaritasnya adalah positif, harmonisa kedua
urutan polaritasnya adalah negatif dan harmonisa ketiga urutan polaritasnya
adalah nol, harmonisa keempat adalah positif (berulang berurutan sampai
seterusnya). Tabel 2.4 menunjukkan akibat dari polaritas dari komponen
harmonisa.
Tabel 2.4 Akibat dari polaritas dari komponen harmonisa
urutan Pengaruh pada motor Pengaruh pada sistem distribusi
positif Menimbulkan medan
magnet putar arah
maju (forward)
Panas
negatif Menimbulkan medan
magnet putar arah
mundur (reverse)
Panas
Arah putaran motor berubah
nol Tidak ada Panas
Menimbulkan/menambah arus
pada kawat netral
2.8.5 Dampak Harmonisa Pada Peralatan
Dalam analisis rangkaian linier, elemen-elemen rangkaian seperti R, L, dan
C, merupakan idealisasi peralatan-peralatan nyata yang nonlinier. Dalam sub Bab
ini akan dijelaskan pengaruh adanya komponen harmonisa, baik arus maupun
tegangan, terhadap peralatan-peralatan sebagai benda nyata. Pengaruh ini dapat
kita klasifikasi dalam dua kategori yaitu:
1). Dampak langsung yang merupakan peningkatan susut energi yaitu
energi “hilang” yang tak dapat dimanfaatkan, yang secara alamiah berubah
menjadi panas.
2). Dampak tak langsung yang merupakan akibat lanjutan dari terjadinya
dampak langsung. Peningkatan temperatur pada konduktor kabel misalnya,
menuntut penurunan pengaliran arus melalui kabel agar temperatur kerja
tak terlampaui. Demikian pula peningkatan temperatur pada kapasitor,
induktor, dan transformator, akan berakibat pada derating dari alat-alat ini
dan justru derating ini membawa kerugian (finansial) yang lebih besar
dibandingkan dengan dampak langsung yang berupa susut energi. Dampak
tak langsung bukan hanya derating peralatan tetapi juga umur ekonomis
peralatan. Pembebanan nonlinier tidaklah selalu kontinu, melainkan
fluktuatif. Oleh karena itu pada selang waktu tertentu peralatan terpaksa
bekerja pada batas tertinggi temperatur kerjanya bahkan mungkin
terlampaui pada saat-saat tertentu. Kenaikan tegangan akibat adanya
harmonisa dapat menimbulkan partial discharges dalam peralatan yang
memperpendek umur, bahkan mal-function bisa terjadi pada peralatan.
Pada Tabel 2.5 dapat dilihat dampak harmonisa pada peralatan.
Tabel 2.5 Dampak Harmonisa pada Peralatan
Peralatan Dampak Harmonisa Hasil
Konduktor Peningkatan daya nyata yang diserap oleh konduktor
Rugi-rugi jaringan Meningkat
Kapasitor Penyusutan impedansi kapasitor dengan meningkatnya frekuensi
Reaktansi induktif sama dengan reaktansi kapasitif sehingga terjadi resonansi
Pemanasan pada kapasitor
Rugi-rugi dielektrik meningkat
Menambah thermal Stress
Transformator Harmonisa tegangan menyebabkan tegangan transformator meningkat dan penekanan pada isolasi
Pemanasan pada transformator
Mengurangi Umur Operasi Daya Mampu
Menurun Arus netral meningkat
Relay Penambahan komponen torsi Karakteristik waktu tunda relay
berubah
Kesalahan pembacaan Kesalahan trip dari
Relay
Mesin Berputar Peningkatan rugi-rugi Harmonisa tegangan
menghasilkan medan magnet berputar pada kecepatan sesuai frekuensi harmonisa
Pemanasan pada mesin berputar
Menambah thermal Stress
Mengurangi Umur Operasi Mengurangi effisiensi Getaran mekanik dan
bising Peningkatan rugi-rugi
inti dan tembaga pada kumparan stator dan rotor
Alat Ukur Elektromekanik
Harmonisa menghasilkan penambahan torsi pada piringan yang dapat menyebabkan operasi tidak sesuai karena peralatan dikalibrasi pada frekuensi dasarnya
Kesalahan pembacaan
Jaringan Telekomunikasi
harmonisa arus dan tegangan dapat menghasilkan kopling induktif yang akan merusak kinerja sistem komunikasi
Menimbulkan interfrensi pada saluran komunikasi radio, telepon
2.8.6 Identifikasi Harmonisa Pada kWh Meter Induksi
Untuk mengidentifikasi kehadiran harmonisa pada kWh meter tipe
induksi, dapat diketahui melalui langkah-langkah sebagai berikut:
1. Identifikasi Jenis Beban
Jenis beban yang dipasok.
2. Pemeriksaan kWh meter
Untuk kWh meter yang memasok beban nonlinier apakah ada
tambahan torsi pada kWh meter. Apabila torsi dari kWh meter bertambah
maka dapat diperkirakan adanya harmonisa dan kemungkinan kesalahan
pembacaan.
2.8.7 Alat Ukur Harmonisa
Harmonisa merupakan distorsi periodik arus atau tegangan. Sinyal dapat
merupakan suatu kombinasi berbagai gelombang sinus dengan frekuensi berbeda.
Pengukuran kandungan harmonik pada tiap-tiap beban yang nonlinier dapat di
ukur dengan menggunakan Power System Multimeter (PSM), seperti ditunjukkan
pada Gambar 2.20, dan sistem pengawatan ditunjukkan pada Gambar 2.21.