xenobiotik
TRANSCRIPT
Xenobiotik
Oleh
Yayat Dhahiyat & Fiddy S. Prasetiya
Xenobiotik Yaitu bahan asing bagi tubuh organisme, yang antara
lain adalah racun. Klasifikasi racun menurut sumber:
Sumber alamiah/buatan, membedakan racun asli yg berasalkan fauna dan flora, dan kontaminasi organisme dengan berbagai racun berdasarkan lingkungan seperti bahan baku industri yang beracun
Sumber berbentuk titik, area dan bergerak, biasanya dipergunakan orang yg berminat melakukan pengendalian
Sumber domestik, komersial dan industri, yang lokasi sumbernya, sifat dan jenisnya berbeda.
Klasifikasi racun menurut wujud Wujud pencemar dapat bersifat padat, cair dan gas,
karena efeknya yang berbeda, misal: Gas dapat berdifusi, sehingga menyebar lebih cepat daripada
cairan dan zat padat Gas dan padatan yang sangat halus akan cepat menimbulkan
efek dan apabila konsentrasi masyarakat di tempat tersebut padat, maka efeknya akan drastis
Ukuran pencemar, bentuk dan densitas, serta komposisi kimiawi dan fisika sangat erat hubungannya dengan wujud. Hal ini akan memberikan petunjuk: Mudah tidaknya suatu pencemar memasuki tubuh host dan Cepat tidaknya menimbulkan efek Seberapa jauh efek yg dapat ditimbulkan
Klasifikasi racun berdasarkan sifat Kimia-Fisika
Klasifikasi ini sering digunakan untuk bahan beracun: Korosif Radioaktif Evaporatif Eksplosif Reaktif
Semua ini menghendaki penanganan, transportasi dan pembuangan yang berbeda, karena bahaya yang ditimbulkan akan berbeda:
Klasifikasi berdasarkan terbentuknya pencemar/Xenobiotik
Pencemar primer, pencemar yang terbentuk dan keluar dari sumber
Pencemar sekunder, pencemar primer yg mengalami transformasi pertama di lingkungan
Pencemar tersier, pencemar (sekunder) yang melewati proses transformasi lebih dari satu kali
Pencemar sekunder dan seterusnya dapat menjadi lebih toksik ataupun kurang toksik dari pencemar primer
Klasifikasi berdasarkan efek kesehatan
Fibrosis atau terbentuknya jaringan ikat secara berlebih Granuloma atau didapatnya jaringan radang yang kronis Demam atau temperatur badan melebihi normal Asfiksia atau keadaan kurang oksigen Alergi atau sensitivitas yang berlebih Kanker atau tumor ganas Mutan adalah generasi yang secara genetik berbeda
dari induknya Cacat bawaan akibat teratogen Keracunan sistemik, yakni keracunan yang menyerang
seluruh anggota tubuh
Klasifikasi berdasarkan kerusakan/ organ target
Hepatotoksik atau beracun bagi hepar/hati Nefrotoksik atau beracun bagi nefron/ginjal Neurotoksik atau beracun bagi neuron/saraf Hematotoksik atau beracun bagi darah/sistem
pembentukan sel darah Pneumatoksik atau beracun bagi pneumon
Klasifikasi atas dasar hidup/matinya racun Biotis, zat hidup dapat berkembang biak bila
lingkungannya mengizinkan Abiotis, dapat berubah menjadi berbagai senyawa
Racun Biotis atau Biotoxin
Biotoxin dapat berupa: Racun asli, yaitu biota itu sendiri yang beracun, ex.:
Organisme itu sendiri beracun bagi manusia dan organisme lain yang memakannya
Racun itu sengaja dimasukkan ke dalam tubuh organisme lain sebagai mekanisme defense biota
Racun tidak asli/sekunder, yaitu racun pada biota akibat kontaminasi dengan bahan beracun
Biotoxin: Mikroba Tanaman Hewan
Racun mikroba
Racun dalam mikroba dapat berupa racun yang dibuat oleh mikroba itu sendiri ataupun dapat berupa sisa metabolismenya/metabolit
Mikroba pembentuk racun: Vibrio cholerae Clostridium botulimun Pseudomonas cocovenans Staphylococcuc aureus Mycotoxin Algaltoxin
Racun yang berupa metabolit organisme: Ammonia Nitrat, nitrit CO2, CO2, derivatif sulfur
Racun biotis
Racun biotis ada yang disebut exo- dan endo-toksin Perbedaan utamanya, exotoksin dibuat dan dikeluarkan
dari tubuhnya oleh bakteri semasa masih hidup serta sehat, dan efeknya bisa dirasakan di organ yang sangat jauh Exotoksin Streptpcoccus haemolyticus, dapat dirasakan efeknya
pada semua persendian dan jantung, sedangkan endotoksin hanya didapat apabila terjadi kehancuran sel bakteri
Perbedaan endotoksin dan exotoksin
Karakteristik Endotoksin Exotoksin
Pelepasan toksin Lisis sel Sel yang baik
Komposisi Protein = Antigen
Polisakarida = Zat imun
Lipida = toksin
Protein
Neutralisasi Homolog; negatif Positif
Termostabilitas Lebih stabil Kurang stabil
Pewarnaan Gram Negatif Positif
Toksisitas Kurang toksik Lebih toksik
Vibrio chloreae
Bakteri penyebab cholera ini memasuki tubuh manusia lewat makanan dan/atau minuman, masuk ke dalam usus halus
Vibrio membuat toksin yang disebut enterotoksin, karena meracuni usus, khususnya usus halus
Toksin ini terdiri atas protein yang terdiri atas 3 polipeptida A, A dan B
Toksin mengaktivasi adenylcylase, sehingga ion Na tidak dapat terserap usus
Menyebabkan keluarnya ion Cl ke dalam lumen usus
Clostridium botulinum
Penyebab Botulism, keracunan makanan
Gejala setelah terjadi masa tunas selama 24 jam – 7 hari
Dapat menyebabkan mata tidak dapat fokus, kelemahan otot yang berakhir dengan paralisis tungkai bahkan kematian
Karakteristik bakteri: Gram positif, membentuk spora Temperatur optimum: 5-42.5°C pH optimum: 5.5-8 Spora resisten terhadap panas diatas
120°C
Clostridium botulinum
Strain bakteri yang terkenal diantaranya: A* = didapat terutama pada buah, sayur, daging, ikan dan
kalengan B* = didapat terutama pada daging babi C = didapat pada sayuran busuk, larva lalat, pakan ternak,
bangkai, hati babi D = didapat pada bangkai E* = didapat pada ikan mamalia laut dan ikan mentah F = Didapat terutama pada pasta hati
Toksin bakteri disebut botulin dengan LD50 = 0.5 µg Botulin dapat dihancurkan pada suhu 80-100°C selama
10 menit Toksin bakteri labil terhadap panas; berupa protein dan
hanya keluar pada saat sel pecah atau lisis
Clostridium tetani
Habitat: tanah terbuka, dan hidup komensal pada usus kuda
BM toksin C. tetani sama dengan toksin C. botulimun = 150000
C. tetani tumbuh di dalam luka-dalam yang aerobik
Organ target: sinap saraf, khususnya terikat pada lipid ganglion
Gejala: kontraksi menerus, kejang otot, paralisis yang kaku
Pseudomonas cocovenans
Terkenal di Banyumas, Jawa Tengah akibat kontaminasi P. cocovenans pada tempe bongkrek
Gejala: terjadinya hiperglikemia, kematian
Asam bongkrek (C28H38O7) merupakan inhibitor fosforilasi oksidatif, sehingga pembentukan ATP terhambat
LD50 asam bongkrek pada mencit secara intravena: 1.4 mg/kg
Staphylococcus aureus
Karakteristik: Gram + pada usia 18-24 jam,
selanjutnya menjadi variabel Habitat: kulit, nesofarings, air susu,
tinja, air buangan Temperatur optimum: 35-37°C Bersifat fakultatif anaerob Bersifat katalase positif dan oksidasi
negatif Toksin berupa enterotoksin Gejala keracunan timbul setelah
masa tunas 6-8 jam, terjadi secara akut
Pencegahan sulit karena termostabil
Corynebacterium diphtheriae
Penyebab penyakit Diphterie, sering menyerang anak-anak
Sangat menular, menyerang saluran pernafasan dan kulit
Karakteristik: Exotoksin dibuat oleh bakteri aerob Diptheria toksin dieksresikan sebagai
polipeptida tunggal BM: 72 000 dengan 535 asam amino Dosis letal pada mencit: 1 µg
Mikotoksin
Claviceps purpurea Jamur parasit dalam butiran gandum Membuat toksin ergot penyebab
ergotisme Jamur membentuk spora; terbawa
angin atau serangga Gejala:
Keracunan akut: mual, muntah, diare, keguguran, pingsan dan kematian
Keracunan kronis: kelainan pada otot, terasa berat dan nyeri pada saat berjalan
Aspergillus flavus
Karakteristik: Membuat aflatoksin yang bersifat
karsinogenik A. flavus membentuk aflatoksin B-1
(AFB-1) yang merupakan metabolit sekunder jamur tsb (C17H12O6)
Didapatkan pada makanan yang membusuk
Dapat mengakibatkan kematian Toksin memasuki tubuh dengan
makanan per oral, mudah larut dalam air dan diabsorpsi lewat usus
Fusarium roseum
Karakteristik: Mensintesa zearalenone, racun
poten yang bersifat estrogenik Zearalenone merupakan
kontaminan jagung, gandum, dll Ingesti racun pada babi
menyebabkan pembesaran mammae, vulva, prolaps vagina, atrofi testes, infertilitas
Mekanieme keracunan: berkompetisi dengan reseptor estradiol
Zearalenone mudah dikeluarkan lewat urine
Fusarium tricinctum
Karakteristik: Sering terdapat pada jagung dan
gandum Memproduksi toksin Mycotoxin
T-2 (trikotesena); LD 4 mg/kg Keracunan terjadi setelah masa
tunas 1-12 jam Gejala: pusing, mual, muntah,
kulit melepuh, diare, pendarahan dan akhirnya kematian
Efek keracunan berupa inhibisi sintesa DNA, RNA dan protein dalam beberapa sistem seluler
Racun algae Pyrrophyceae
Algae beracun berwarna merah Laut merah ‘red tide’; saat terjadi ini
organisme laut terutama kerang-kerangan tidak dapat dikonsumsi
Keracunan algae melalui Dinoflagellata pada kerang sering terjadi di Malaysia, Filipina, Venezuela dan Indonesia
Case Fatality Rate (CFR) berkisar antara 2-14%
Species yang sering meracuni manusia:
Gonyaulax polyedra, di daerah selatan
Alexandrium spp, di daerah utara
Cyanophyceae
Microcystis, Anabaena, Aphanizomenon
Hidup di air tawar dan membuat endotoksin
Terkait dengan eutrofikasi Fluktuasi diurnal dapat terjadi
karena: Siang terjadi fotosintesa
maksimum, DO maksimum dan pH menuju 9.5. Karena toksin labil dalam alkali, terjadi pengurangan toksisitas
Sebaliknya pada malam hari
Chrysophyceae
Merupakan flagellata bersel tunggal
Berwarna kuning coklat Hidup di air payau dengan kadar
NaCl 0.12% Prymnesium parvum bersifat
racun pada ikan Membuat toksin hemosilin,
sitotoksik, bakteriolitik dan ichtyotoksik
Tanaman beracun
Tanda umum tanaman beracun: Rasa pahit, getah seperti susu Racun bisa terdapat pada buah, daun, biji dan akar Jamur liar, tanaman dengan kuncup berlaminasi Racun labil terhadap panas, larut dalam air, Tanaman liar/tidak dikenal
Racun pada tanaman: HCN pada Cassava, Acacia, Sorghum muda Asam oksalat pada Chenopodiaceae, Rumex, Oxilidaceae Fosfor organik pada Oxylobrium paviflorum
Ex: - Jamur Amanita, Helvella, Psilocybe, Aspidium
- Equisetum, Daphne, Caladium
- Pakis, Atropa belladona
Hewan beracun
Karakteristik toksin dari hewan: Larut dalam air Termostabil Terkonsentrasi dalam jeroan Daging berwarna gelap Tidak tampak, tidak berbau, tidak berwarna Racun terdapat pada invertebrata sampai pada mamalia
Invertebrata: Dinoflagellata, Anemons, Sea urchins, Sea cucumber, Mollusca
Arthropoda beracun: Hymenoptera, gigitannya dapat menyebabkan alergi
Vertebrata: Ikan hiu, belut, balloon fishes, swell fishes, fugu fishes, hati anjing eskimo, beruang kutub
Racun logam
Logam = elemen yang dalam larutan air dapat melepas satu atau lebih elektron dan menjadi kation. Karakteristik logam: Reflektivitas tinggi Mempunyai kilau logam Konduktivitas listrik tinggi Konduktivitas termal tinggi Mempunyai kekuatan dan kelenturan
Dapat dikelompokkan menjadi: Logam berat (rho>5) dan logam ringan (rho<5) Logam esensial dan non-esensial Trace mineral dan non-trace mineral
Metabolisme logam
Logam memasuki tubuh manusia lewat inhalasi ataupun oral
Logam diabsorpsi lewat gastero-intestinal, berdifusi pasif ataupun aktif ke organ target dan bertransformasi dengan berbagai senyawa logam
Logam bila tidak diakumulasi/dimanfaatkan tubuh akan dieksresikan lewat organ, ex: ginjal, usus, rambut, kuku
Usus dapat secara aktif mengeksresikan logam seperti Cd, Hg dan timah hitam dari selaput lendir
Khusus Metil-Hg, selalu bersirkulasi (entero-hepatik) sehingga dalam jumlah kecil dapat menyebabkan kerusakan yang besar
Toksisitas logam
Toksisitas akut, tergantung pada: Dosis tinggi sekaligus dalam waktu pendek Waktu pemaparan pendek tetapi masif Organ absorpsi/protal of entry memungkinkan masuk ke
peredaran darah dengan cepat
Toksisitas kronis, tergantung pada: Dosis yang tidak tinggi, tetapi paparan menahun Gejala tidak mendadak Organ dapat seluruhnya kena
Racun non logam
Polisiklik hidrokarbon (PAH) DDT, DDE, dioxin terklorinasi Olefin terklorinasi, Bifenil terklorinasi (PCB) Heksa Klorobenzen (HCN) Karakteristik:
Persiten Toksisitas tinggi
Efek racun abiotis
Efek Logam Non-logam
Fibrosis Ba,Co,Fe,Mn,Zn SiO2 ,Asbestos
Granuloma Be M.tbc, M.Leparae, Fungi, Parasit
Demam Co,Mn,Pb,Zn Mikroba patogen
Asfiksia - CO,CO2 , H2S, SO2 , NH3 CH4
Kanker Cr,(Be,Cd,Cu,Fe,Pb,Ni,Se,Ti,Tel,Va)
Asbestos, Benzidin, Radiasi Pengion
Sistemik Pb,Hg,Cd,Se,Ti,Tel,Va
Bo,F,P
Ekonomik As,Hg,Zn,Na Pestisida organik
Alergi Cr,Mg,Ni Macam-macam zat organik/anorganik