wiwin purnomowati-dan-ismini

7
Wiwin Purnomowati dan Ismini 65 KONSEP SMART CITY DAN PENGEMBANGAN PARIWISATA DI KOTA MALANG. Wiwin Purnomowati Dosen Universitas Widyagama Malang. Ismini Dosen Universitas Widyagama Malang. Abstrak Kompleksitas permasalahan pembangunan yang dihadapi Kota Malang saat ini membutuhkan sebuah percepatan pembangunan yaitu ekonomi pintar (smart economy), mobilitas pintar (smart mobility), lingkungan pintar (smart environment), masyarakat pintar (smart people), kehidupan cerdas (smart living) dan pemerintahan pintar (smart governance). Keenam unsur ini merupakan dimensi dari smart city. Dari arah pembangunan jangka panjang Kota Malang nampak bahwa pemerintah daerah telah mempersiapkan SDM dan Iptek untuk mewujudkan Kota Malang sebagai smart city (kota pintar). Namun pengertian smart city yang diimplementasikan Kota Malang lebih menitikberatkan pada pemanfaatan teknologi informasi untuk meningkatkan pelayanan pada masyarakat, berarti konsep ini lebih tepat disebut sebagai digital city. Beberapa program yang telah dilaksanakan Pemerintah Daerah yang dianggap untuk mewujudkan Kota Malang sebagai smart city, yaitu : peluncuran 65 area hot spot, pelatihan jardiknas dan bimtek electronic mail oleh Dinas pendidikan, gerakan Malang Go Open Source, Malang Cyberpark di alun-alun Kota Malang dan penerapan E-Government dalam meningkatkan pelayanan publik. Semua program tersebut lebih tepat dikatakan sebagai program-program untuk mewujudkan Malang kota digital (digital city). Sementara program-program yang bisa dilakukan untuk mewujudkan Malang smart city antara lain adalah pemberdayaan masyarakat termasuk UMKM dan koperasi, penyediaan sarana dan prasarana transportasi dan infrastruktur yang memadai, peningkatan kualitas pelayanan publik, pemenuhan RTH 30% dan lain-lain. Implementasi dimensi-dimensi dari smart city ini bisa mendukung pengembangan pariwisata Kota Malang. Kata Kunci: ekonomi pintar (smart economy), mobilitas pintar (smart mobility), lingkungan pintar (smart environment), masyarakat pintar (smart people), kehidupan cerdas (smart living) dan pemerintahan pintar (smart governance). ABSTRACT The complexity of the development problems faced by Malang city require an acceleration of development, that are smart economy, smart mobility, smart environment, smart people, smart life and smart government. The six elements are the dimensions of a smart city. From the long-term development of Malang appears that local governments have to prepare human resources and science and technology to create Malang as a smart city. But the definition of smart city implemented in Malang is more focused on the utilization of information technology to improve services to the community. This concept is more accurately described as a digital city. Some programs that have implemented by the Local Government deemed to realize as a smart city of Malang, namely: the launch of 65 hot spot areas, training and electronic mail training by the Department of Education, “Malang Go Open Source” movement, Malang Cyberpark in Malang square and implementation of E - Government in improving public services. All programs are said to be more appropriate programs to create the digital city of Malang While programs that can be done to create the smart city of Malang include community development, including SMEs and cooperatives, provision of transport infrastructure and adequate infrastructure, improving the quality of public services, fulfillment of 30% green opened area (RTH) and others. Implementation of the dimensions of smart city can support the development of Malang tourism. Keywords : Smart economy, smart environment, smart people, smart governance, smart mobility

Upload: zulhamidi-midi

Post on 22-Jan-2018

12 views

Category:

Education


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Wiwin purnomowati-dan-ismini

Wiwin Purnomowati dan Ismini 65

KONSEP SMART CITY DAN PENGEMBANGAN PARIWISATA

DI KOTA MALANG.

Wiwin Purnomowati

Dosen Universitas Widyagama Malang.

Ismini

Dosen Universitas Widyagama Malang.

Abstrak

Kompleksitas permasalahan pembangunan yang dihadapi Kota Malang saat ini membutuhkan sebuah

percepatan pembangunan yaitu ekonomi pintar (smart economy), mobilitas pintar (smart mobility), lingkungan

pintar (smart environment), masyarakat pintar (smart people), kehidupan cerdas (smart living) dan pemerintahan

pintar (smart governance). Keenam unsur ini merupakan dimensi dari smart city.

Dari arah pembangunan jangka panjang Kota Malang nampak bahwa pemerintah daerah telah

mempersiapkan SDM dan Iptek untuk mewujudkan Kota Malang sebagai smart city (kota pintar). Namun

pengertian smart city yang diimplementasikan Kota Malang lebih menitikberatkan pada pemanfaatan teknologi

informasi untuk meningkatkan pelayanan pada masyarakat, berarti konsep ini lebih tepat disebut sebagai digital

city. Beberapa program yang telah dilaksanakan Pemerintah Daerah yang dianggap untuk mewujudkan Kota

Malang sebagai smart city, yaitu : peluncuran 65 area hot spot, pelatihan jardiknas dan bimtek electronic mail

oleh Dinas pendidikan, gerakan Malang Go Open Source, Malang Cyberpark di alun-alun Kota Malang dan

penerapan E-Government dalam meningkatkan pelayanan publik. Semua program tersebut lebih tepat dikatakan

sebagai program-program untuk mewujudkan Malang kota digital (digital city).

Sementara program-program yang bisa dilakukan untuk mewujudkan Malang smart city antara lain

adalah pemberdayaan masyarakat termasuk UMKM dan koperasi, penyediaan sarana dan prasarana

transportasi dan infrastruktur yang memadai, peningkatan kualitas pelayanan publik, pemenuhan RTH 30% dan

lain-lain. Implementasi dimensi-dimensi dari smart city ini bisa mendukung pengembangan pariwisata Kota

Malang.

Kata Kunci: ekonomi pintar (smart economy), mobilitas pintar (smart mobility), lingkungan pintar (smart

environment), masyarakat pintar (smart people), kehidupan cerdas (smart living) dan pemerintahan pintar (smart

governance).

ABSTRACT

The complexity of the development problems faced by Malang city require an acceleration of development, that

are smart economy, smart mobility, smart environment, smart people, smart life and smart government.

The six elements are the dimensions of a smart city. From the long-term development of Malang appears that

local governments have to prepare human resources and science and technology to create Malang as a smart

city. But the definition of smart city implemented in Malang is more focused on the utilization of information

technology to improve services to the community. This concept is more accurately described as a digital city.

Some programs that have implemented by the Local Government deemed to realize as a smart city of Malang,

namely: the launch of 65 hot spot areas, training and electronic mail training by the Department of Education,

“Malang Go Open Source” movement, Malang Cyberpark in Malang square and implementation of E-

Government in improving public services.

All programs are said to be more appropriate programs to create the digital city of Malang

While programs that can be done to create the smart city of Malang include community development, including

SMEs and cooperatives, provision of transport infrastructure and adequate infrastructure, improving the quality

of public services, fulfillment of 30% green opened area (RTH) and others. Implementation of the dimensions of

smart city can support the development of Malang tourism.

Keywords :

Smart economy, smart environment, smart people, smart governance, smart mobility

Page 2: Wiwin purnomowati-dan-ismini

66 Jurnal JIBEKA Volume 8 No 1 Februari 2014

PENDAHULUAN

Kota Malang merupakan kota terbesar

kedua di Jawa Timur, dan dikenal dengan julukan

kota pelajar. Dari segi ekonomi, total nilai PDRB

atas dasar harga berlaku pada tahun 2011 sebesar

Rp. 34.226.477,00 (dalam jutaan rupiah),

sedangkan atas dasar harga konstan sebesar

Rp.15.038.460,41 (dalam jutaan rupiah) dengan

konstribusi terbesar datang dari sektor pedagangan,

hotel, restoran (38.51%), sektor industri pengolahan

(33.05%) dan dari sektor jasa (12.5%). Tingginya

kontribusi sektor perdagangan, hotel dan restoran

serta industri pengolahan ini tidak lepas dari

semboyan kota Malang Tri Bina Cita yaitu sebagai

kota pendidikan, industri dan pariwisata.

Kota Malang mendapat julukan

Switzerland of Indonesia karena kota ini pernah

dianggap mempunyai tata kota terbaik di antara

kota-kota Hindia Belanda. Pariwisata Kota Malang

mampu menarik perhatian tersendiri, dari segi

geografis, Malang diuntungkan oleh keindahan

alam daerah sekitarnya seperti Batu dengan

agrowisatanya, pemandian Selecta, Songgoriti atau

situs-situs purbakala peninggalan kerajaan

Singosari. Di sektor perdagangan mampu

mengubah konsep pariwisata kota Malang dari kota

peristirahatan menjadi kota wisata belanja. Selain

perdagangan, Kota Malang juga terkenal dengan

industrinya, berbagai macam industri seperti

makan, minuman, kerajinan, garmen, di samping itu

juga terdapat kerajianan keramik yang berada di

Dinoyo yang mendapatkan tempat di kalangan

pecinta keramik tanah air.

Ada lima perguruan tinggi negeri di Kota

Malang, yakni Universitas Brawijaya, Universitas

negeri Malang, Universitas Islam Negeri Maulana

Malik Ibrahim Malang serta Politeknik Malang dan

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Negeri Malang

sehingga Kota Malang juga mendapatkan julukan

sebagai Kota pendidikan, dari jumlah besar

mahasiswa ini juga memberikan konstribusi dari

sektor pendidikan yang memberikan efek bagi

ekonomi dengan usaha-usaha masyarakat setempat

seperti pemondokan, rumah makan, toko-toko buku.

Pertumbuhan perekonomian Kota Malang

ke depan akan semakin baik dan daya tarik investasi

akan semakin kuat dengan semakin baiknya sarana

dan prasarana penunjang aktifitas perekonomian

antara lain ditunjukkan dengan pembangunan dan

pengembangan berbagai infrastruktur serta peran

serta Pemerintah dalam pembuatan kebijakan

ekonomi yang semakin inovatif.

Dalam hal pembangunan dan

pengembangan infrastruktur diwujudkan dengan

upaya peningkatan pengoperasian Bandara Abdul

Rahman Saleh menjadi bandara internasional,

penyediaan sarana dan prasarana transportasi,

penyediaan kebutuhan listrik, energi, air bersih,

telekomunikasi, fasilitas kesehatan, perbankan,

pusat perdagangan, gedung olahraga, perhotelan

dan Rumah Sakit. Ketersediaan infrastruktur yang

sangat memadai tersebut ditunjang oleh faktor-

faktor lingkungan yang kondusif bagi kegiatan

ekonomi dan investasi yaitu lingkungan kemudahan

berusaha, lingkungan pendidikan berkualitas,

lingkungan kemasyarakatan yang mendukung, serta

stabilitas politik dan pemerintahan.

Perkembangan pembangunan yang telah

dicapai saat ini juga mengindikasikan adanya

peningkatan pelayanan umum kepada masyarakat

dengan terpenuhinya sarana dan prasarana dasar

bidang pendidikan, sosial dan ekonomi masyarakat.

Walaupun demikian upaya peningkatan pelayanan

umum di semua sektor pembangunan harus terus

ditingkatkan baik kualitas maupun kuantitasnya.

Permasalahan yang muncul akhir-akhir ini seperti

banjir dan macet juga harus segera dicarikan

solusinya.

Peningkatan layanan umum yang

dilakukan oleh Pemerintah Kota Malang semakin

ditingkatkan sejalan dengan digulirkannya konsep

smart city, yang terdiri dari 6 dimensi yaitu smart

economy (ekonomi pintar), smart environment

(lingkungan pintar), smart people (masyarakat

pintar), smart life (cerdas hidup), smart mobility

(mobilitas pintar) dan smart government

(pemerintah pintar). Peningkatan layanan di segala

bidang (terutama dalam penyediaan sarana

transportasi dan infrastruktur yang memadai,

pengembangan UMKM terutama yang berbasis

produk lokal, kemudahan perijinan) bisa

mendukung pengembangan sektor pariwisata di

Kota Malang, dimana hal ini merupakan salah satu

misi Walikota Malang tahun 2013-2018 yaitu

membangun kota Malang sebagai tujuan wisata

yang aman, nyaman dan berbudaya.

Rumusan Masalah

a. Bagaimana implementasi konsep smart city di

Kota Malang?

Page 3: Wiwin purnomowati-dan-ismini

Wiwin Purnomowati dan Ismini 67

b. bagaimana pengembangan pariwisata di Kota

Malang?

Tujuan

a. Memberikan sumbangan pemikiran bagi

pemerintah daerah dalam rangka mewujudkan Kota

Malang sebagai smart city.

b. Memberikan sumbangan pemikiran guna

pengembangan pariwisata di Kota Malang.

Pembahasan

Konsep Smart City di Kota Malang

Dari arah pembangunan jangka panjang

Kota Malang nampak bahwa pemerintah daerah

telah mempersiapkan SDM dan Iptek untuk

mewujudkan Kota Malang sebagai smart city (kota

pintar). Namun pengertian smart city yang

diimplementasikan Kota Malang lebih

menitikberatkan pada pemanfaatan teknologi

informasi untuk meningkatkan pelayanan pada

masyarakat, berarti konsep ini lebih tepat disebut

sebagai digital city. Beberapa program yang telah

dilaksanakan Pemerintah Daerah dalam upaya

mewujudkan Kota Malang sebagai smart city, yaitu:

- peluncuran 65 area hot spot

- pelatihan jardiknas dan bimtek electronic mail

oleh Dinas pendidikan

- gerakan Malang Go Open Source

- Malang Cyberpark di alun-alun Kota Malang

- penerapan E-Government dalam tingkatkan

pelayanan publik

Semua program di atas lebih tepat

dikatakan sebagai program-program untuk

mewujudkan Malang kota digital (digital city).

Sedangkan konsep smart city lebih luas

dari digital city, karena smart city (Kota pintar)

diidentifikasi pada enam sumbu utama atau dimensi

yaitu :

a. ekonomi pintar (inovasi dan persaingan)

Arah pembangunan sumber daya manusia

dan IPTEK di Kota Malang diwujudkan melalui

peningkatan akses, pemerataan, relevansi, dan mutu

layanan sosial dasar, peningkatan kualitas dan daya

saing tenaga kerja masyarakat Kota Malang menuju

persaingan nasional dan global; pengendalian

jumlah dan laju pertumbuhan penduduk;

peningkatan partisipasi masyarakat Kota Malang di

segala bidang.

Program pemberdayaan masyarakat

termasuk UMKM dan koperasi perlu digalakkan

untuk mendorong inovasi dan mengantisipasi

persaingan usaha. Melonjaknya jumlah pelaku

usaha belakangan ini tentunya mengakibatkan

persaingan pasar menjadi semakin ketat. Bahkan

sekarang ini persaingan antara pengusaha yang satu

dengan pelaku usaha lainnya sudah dalam kondisi

yang semakin kompleks, sehingga masing-masing

perusahaan kini berlomba menciptakan inovasi-

inovasi baru untuk mempertahankan eksistensi

bisnisnya.

b. Mobilitas pintar (transportasi dan infrastruktur)

Arah pembangunan infrastruktur Kota

Malang diwujudkan melalui penguatan sistem

perencanaan infrastruktur kota; pengembangan

aliran sungai; peningkatan kualitas dan kuantitas air

bersih; pengembangan sistem transportasi;

pengembangan perumahan dan permukiman; dan

peningkatan konsistensi pengendalian

pembangunan infrastruktur. Dengan ketersediaan

sarana/prasarana transportasi dan infrastruktur yang

memadai akan meningkatkan kualitas hidup

masyarakat dan sekaligus dapat mengundang

investor masuk Kota Malang sehingga akan

mendorong pengembangan pariwisata,

meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan

kesejahteraan masyarakat.

Pengelolaan infrastruktur kota yang

dikembangkan di masa depan merupakan sebuah

sistern pengelolaan terpadu dan diorientasikan

untuk menjamin keberpihakan pada kepentingan

publik. Perimbangan keterlibatan tiga stakeholders

utama Kota Malang yaitu pemerintah, masyarakat

dan swasta merupakan hal yang mutlak harus

dilakukan.

c. Masyarakat pintar (kreativitas dan modal

sosial)

Pembangunan senantiasa membutuhkan

modal, baik modal ekonomi (economic capital),

modal manusia (human capital) maupun modal

sosial (social capital). Kemudahan akses modal dan

pelatihan-pelatihan bagi UMKM dapat

meningkatkan kemampuan dan ketrampilan mereka

dalam mengembangkan usahanya. Modal sosial

termasuk elemen-elemennya seperti kepercayaan,

gotong royong, toleransi, penghargaan, saling

memberi dan saling menerima serta kolaborasi

sosial memiliki pengaruh yang besar terhadap

pertumbuhan ekonomi melalui berbagai mekanisme

seperti meningkatnya rasa tanggungjawab terhadap

kepentingan publik, meluasnya partisipasi dalam

proses demokrasi, menguatnya keserasian

Page 4: Wiwin purnomowati-dan-ismini

68 Jurnal JIBEKA Volume 8 No 1 Februari 2014

masyarakat dan menurunnya tingkat kejahatan. Tata

nilai ini perlu dipertahankan dalam kehidupan sosial

masyarakat Malang.

d. Lingkungan pintar (keberlanjutan dan sumber

daya)

Kerusakan yang berdampak pada

menurunnya mutu lingkungan di Kota Malang pada

dasarnya adalah akibat kelalaian atau kesengajaan

oleh masyarakat dan pemerintah, seperti kawasan

yang seharusnya menjadi daerah resapan atau

penampung air hujan dijadikan kawasan perumahan

atau bentuk pemanfaatan lain yang secara nyata

menghalangi dan mengurangi daya resap tanah

terhadap air hujan, dampak langsungnya akan

terjadi banjir apabila terjadi hujan.

Kota Malang dalam beberapa hal terkait

dengan pembangunan berwawasan lingkungan

masih menyisakan persoalan. Persoalan tersebut

antara lain semakin tumbuh suburnya pembangunan

ruko yang terkesan tanpa perencanaan yang

memadai, pembangunan pusat-pusat perbelanjaan

yang memanfaatkan ruang terbuka hijau (RTH).

Konsekwensi di masa mendatang konsep

pembangunan Kota Malang harus dikembalikan

pada konsep pendekatan pembangunan berwawasan

lingkungan Garden City/Kota Taman, karena sejak

awal berdirinya Kota Malang, konsep inilah yang

dipakai oleh Thomas Karsteen. Hal ini sejalan

dengan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007

tentang Penataan Ruang, yang mempersyaratkan

30% lahan perkotaan harus difungsikan untuk ruang

terbuka hijau (baik privat maupun publik).

e. Cerdas hidup (kualitas hidup dan kebudayaan)

Berbudaya, berarti bahwa manusia

memiliki kualitas hidup yang terukur (budaya).

Kualitas hidup tersebut bersifat dinamis, dalam

artian selalu berusaha memperbaiki dirinya sendiri.

Pencapaian budaya pada manusia, secara langsung

maupun tidak langsung merupakan hasil dari

pendidikan. Maka kualitas pendidikan yang baik

adalah jaminan atas kualitas budaya, dan atau

budaya yang berkualitas merupakan hasil dari

pendidikan yang berkualitas.

Sebagai kota pendidikan, banyak kebijakan

maupun program yang telah diambil pemerintah

Kota Malang guna meningkatkan kualitas

pendidikan. Hal ini selaras dengan arah

pembangunan jangka panjang di bidang penguatan

SDM dan Iptek yaitu Terwujudnya Kota Malang

sebagai Kota Pendidikan yang berorientasi global

dengan kearifan lokal, Terwujudnya SDM yang

Berkualitas dengan Penguasaan, Pengembangan dan

Pemanfaatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang

Berbudaya, dan Terwujudnya lingkungan kota yang

kondusif sebagai kota pendidikan yang berkualitas.

f. Pemerintahan yang cerdas (pemberdayaan dan

partisipasi).

Kunci utama keberhasilan penyelengaraan

pemerintahan adalah Good Governance. Yaitu

paradigma, sistem dan proses penyelenggaraan

pemerintahan dan pembangunan yang

mengindahkan prinsip-prinsip supremasi hukum,

kemanusiaan, keadilan, demokrasi, partisipasi,

transparansi, profesionalitas, dan akuntabilitas

ditambah dengan komitmen terhadap tegaknya nilai

dan prinsip “desentralisasi, daya guna, hasil guna,

pemerintahan yang bersih, bertanggung jawab, dan

berdaya saing”. Pelaksanaan Undang-Undang

Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah beserta perubahannya telah merubah sistem

penyelenggaraan pemerintahan daerah

kabupaten/kota sehingga pelaksanaan penguatan

asas desentralisasi memerlukan perangkat peraturan

perundangan yang mendukung. Upaya

mengikutsertakan masyarakat (stakeholders) dalam

pelaksanaan pembangunan hanya dapat terwujud

bila kehidupan demokrasi berjalan dengan baik.

Proses demokratisasi akan berjalan dengan baik jika

tercipta supremasi hukum yang didukung oleh

penyelenggaraan pemerintahan yang baik.

Pemerintah Kota Malang telah bersemangat untuk

menuju ke arah Good Governance.

Isu permasalahan sentral bagi

pembangunan Kota Malang, yaitu tingginya

konsentrasi pembangunan di wilayah pusat kota

(termasuk kawasan Jl Veteran / Matos).

Pengurangan kesenjangan pembangunan

antarwilayah kecamatan perlu dilakukan tidak

hanya untuk meningkatkan kesejahteraan

masyarakat di seluruh wilayah kota, tetapi juga

untuk menjaga stabilitas kota. Tujuan penting dan

mendasar yang akan dicapai untuk mengurangi

kesenjangan antarkecamatan dan kelurahan adalah

bukan untuk memeratakan pembangunan fisik di

setiap daerah, tetapi yang paling utama adalah

pengurangan kesenjangan kualitas hidup dan

kesejahteraan masyarakat antar kelurahan di Kota

Malang. Keberpihakan pemerintah daerah perlu

ditingkatkan untuk mengembangkan wilayah-

wilayah tertinggal sehingga wilayah-wilayah

tersebut dapat tumbuh dan berkembang secara lebih

cepat dan dapat mengejar ketinggalan

Page 5: Wiwin purnomowati-dan-ismini

Wiwin Purnomowati dan Ismini 69

pembangunan. Hal yang dapat dilakukan adalah

membangun wilayah-wilayah tertinggal melalui

peningkatan produktivitas dan pemberdayaan

masyarakat, meningkatkan keterkaitan antara

wilayah tertinggal dengan wilayah-wilayah pusat

kota serta mengelola dan mengendalikan

pemanfaatan sumber daya yang ada. Untuk itu,

perlu didukung dengan adanya skema pemberian

dana anggaran, termasuk jaminan pelayanan publik.

Konsep Smart City Mendukung Pengembangan

Pariwisata di Kota Malang

Kepariwisataan merupakan sektor kegiatan

yang sangat strategis, terbukti banyak negara yang

menempatkan penyelenggaraan pariwisata sebagai

sektor perdagangan jasa andalan dalam perolehan

devisa dan penggerak perekonomian masyarakat.

Hal ini sangat beralasan sebab sektor pariwisata

sebagai industri jasa yang tidak memiliki

keterbatasan (borderless) seperti :

1. Tidak dapat dibatasi dengan wilayah

2. Tidak ada pembatasan quota produk

3. Tidak ada keterbatasan bahan baku/tidak habis

dikonsumsi

4. Tidak termasuk dalam katagori industri padat

modal

Salah satu misi Walikota Malang tahun

2013-2018 adalah “membangun kota Malang

sebagai tujuan wisata yang aman, nyaman dan

berbudaya”. Dalam upaya menjadikan Kota Malang

sebagai salah satu tujuan wisata, maka perlu ada

upaya peningkatan citra Kota Malang sebagai Kota

Pariwisata. Selama ini pencitraan kota pariwisata

dinilai masih belum optimal, meskipun jumlah

wisatawan baik lokal mapun asing mengalami

peningkatan dari tahun ke tahun. Belum optimalnya

pencitraan tersebut terkait dengan beberapa isu

diantaranya: (a) Sektor pariwisata merupakan sektor

yang sangat diharapkan oleh pemerintah Kota

Malang untuk menjadi motor penggerak roda

perekonomian, sampai saat ini masih kalah

perannya dibanding sektor industri dan pendidikan;

(b) Citra Kota Malang sebagai kota pariwisata

sudah terbangun sejak dulu, namun pariwisata

masih cenderung diartikan secara sempit, sehingga

wisata belanja, wisata kuliner bahkan wisata

pendidikan masih belum dipromosikan secara

optimal.

Oleh karena itu, dalam upaya menjadikan

Daerah Tujuan Wisata (DTW) unggulan, Kota

Malang terus melakukan berbagai strategi

pengembangan industri pariwisata melalui

pengembangan kawasan wisata belanja atau

souvenir, seperti pusat perbelanjaan, baik yang

bersifat tradisional maupun modern yang tersebar di

berbagai penjuru Kota Malang. Pemerintah Kota

Malang juga membangun strategi pemasaran

pariwisata baru melalui pengembangan potensi

wisata MICE (Meeting, Incentive and Exhibition).

Untuk membangun kota wisata yang

nyaman bagi wisatawan, maka perlu penyediaan

sarana dan prasarana infrastruktur yang memadai,

jalan bebas banjir dan macet, parkir nyaman,

peningkatan kualitas pelayanan dari semua

stakeholder pariwisata, ketersediaan produk lokal

sebagai oleh-oleh khas Malang, lingkungan yang

bersih dengan udara segar, dan tersedia pusat

informasi wisata. Semua kebutuhan ini bisa

terpenuhi jika Pemerintah daerah memiliki

komitmen yang kuat untuk mewujudkan Kota

Malang sebagai daerah tujuan wisata. Penanganan

pariwisata seharusnya tidak dibebankan pada Dinas

Kebudayaan dan Pariwisata semata, namun juga

menjadi tanggungjawab multi SKPD, seperti :

- Dinas Pekerjaan Umum : penyediaan sarana

infrastruktur yang memadai

- Badan Lingkungan hidup : pemenuhan ruang

terbuka hijau (RTH) 30%

- Dinas Kebersihan dan Pertamanan : kebersihan

dan keindahan kota

- Dinas Informasi dan Komunikasi : penyediaan

internet, intranet dan sarana infrastruktur telematika

untuk memudahkan akses informasi bagi wisatawan

- Dinas Koperasi dan UKM : pemberdayaan UKM

- Dinas perindustrian dan Perdagangan : masalah

perijinan usaha

- Dinas Perhubungan : perparkiran, terminal dan

angkutan kota yang nyaman

- Dinas pasar : kebersihan dan kenyamanan pasar

sebagai salah satu tujuan wisata belanja, penataan

dan pembinaan PKL.

- Dinas Pendidikan : penyedia wisata pendidikan,

termasuk juga menjadi tanggung jawab Perguruan

Tinggi

Potensi kepariwisataan Malang Raya sudah

tidak diragukan lagi keberadaannya. Malang Raya

merupakan tujuan wisata unggulan bagi propinsi

Jawa Timur. Malang Raya yang meliputi tiga

daerah administrasi yaitu Kabupaten Malang, Kota

Malang, dan Kota Batu. Ketiga kawasan tersebut

membawa visi dan misi masing-masing dalam

Page 6: Wiwin purnomowati-dan-ismini

70 Jurnal JIBEKA Volume 8 No 1 Februari 2014

cakupan wilayah administrasi dan kalau dilihat dari

Kebijakan Rencana Induk Pengembangan

Pariwisata dan Rencana Tata Ruang Wilayah

Propinsi fungsi pariwisatanya maka Kota Malang

merupakan pusat akomodasi, Kabupaten Malang

merupakan pusat Wisata Budaya dan Laut,

sedangkan Kota Batu merupakan pusat wisata alam

pegunungan dan wisata konvensi.

Selama ini Kota Malang lebih merupakan

daerah penopang (feeder) bagi aktivitas wisata di

kawasan Malang Raya yaitu menjadi penyedia jasa

perdagangan yang berupa supermarket, pasar dan

pusat Perdagangan dan juga penyedia jasa

akomodasi. Hal tersebut disebabkan karena secara

umum Kota Malang tidak memiliki objek wisata

dan daya tarik unggulan yang secara umum dan

nasional dikenal secara spesifik. Oleh karena itu

konsep pengembangan pariwisata Kota Malang

akan lebih difokuskan pada penataan dan

mengembalikan citra kota sebagai kota yang sejuk,

asri, dan hijau yang ditopang dengan vegetasi

pelindung dan dihiasi berbagai bunga sebagai

pelengkapnya.

Besarnya potensi pariwisata di Kota

Malang mempunyai multiplayer effect terhadap

aktivitas ekonomi dan pertumbuhan ekonomi Kota

Malang terutama pada sektor perdagangan, Hotel,

dan restoran. Sektor inilah yang menikmati dampak

positif dari banyaknya wisatawan yang datang ke

Kota Malang. Kondisi ini bisa dilihat dari besarnya

peran sektor perdagangan, hotel, dan restoran

terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Malang.

Bahkan kontribusi sektor ini terhadap PDRB Kota

Malang adalah yang terbesar, yaitu sebesar 38,51%

di tahun 2011.

Konsep smart city yang diimplementasikan

dengan baik akan mendukung pengembangan

pariwisata di Kota Malang. Hal ini bisa dijelaskan

dari dimensi smart city berikut ini :

-Ekonomi pintar : pemberdayaan masyarakat

termasuk UMKM dan koperasi akan mendorong

inovasi dan meningkatkan kualitas serta daya saing

mereka.

-Mobilitas pintar : Dengan ketersediaan

sarana/prasarana transportasi dan infrastruktur yang

memadai akan meningkatkan kualitas hidup

masyarakat dan sekaligus dapat mengundang

investor, mendorong pengembangan pariwisata, dan

meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

-Masyarakat pintar : Kemudahan akses modal dan

pelatihan-pelatihan bagi UMKM dapat

meningkatkan kemampuan dan ketrampilan mereka

dalam mengembangkan usahanya, sehingga

diharapkan UMKM bisa menghasilkan produk

unggulan yang bisa menjadi salah satu daya tarik

bagi wisatawan.

-Lingkungan pintar : 30% lahan perkotaan harus

difungsikan untuk ruang terbuka hijau (baik privat

maupun publik), sehingga wisatawan bisa

menikmati kesejukan udara Kota Malang kembali.

-Cerdas hidup : kualitas pendidikan yang baik

adalah jaminan atas kualitas budaya, dan atau

budaya yang berkualitas merupakan hasil dari

pendidikan yang berkualitas. Sebagai kota

pendidikan, banyak kebijakan maupun program

yang telah diambil pemerintah Kota Malang guna

meningkatkan kualitas pendidikan. Banyaknya

lembaga pendidikan baik negeri maupun swasta di

Kota Malang menjadikan Kota ini sebagai tujuan

wisata pendidikan.

-Pemerintahan yang cerdas : salah satu permsalahan

pembangunan Kota Malang adalah terjadinya

kesenjangan pembangunan antar wilayah.

Pemerintahan yang cerdas akan mengurangi

kesenjangan antarkecamatan dan kelurahan dan

akan mengembangkan wilayah-wilayah tertinggal

sehingga wilayah-wilayah tersebut dapat tumbuh

dan berkembang secara lebih cepat dan dapat

mengejar ketinggalan pembangunan. Dengan

pemerataan pembangunan di semua wilayah bisa

menjadi daya tarik bagi wisatawan.

Kesimpulan

Dari arah pembangunan jangka panjang

Kota Malang nampak bahwa pemerintah daerah

telah mempersiapkan SDM dan Iptek untuk

mewujudkan Kota Malang sebagai smart city (kota

pintar). Namun pengertian smart city yang

diimplementasikan Kota Malang lebih

menitikberatkan pada pemanfaatan teknologi

informasi untuk meningkatkan pelayanan pada

masyarakat, berarti konsep ini lebih tepat disebut

sebagai digital city. Beberapa program yang telah

dilaksanakan Pemerintah Daerah yang dianggap

untuk mewujudkan Kota Malang sebagai smart city,

yaitu : peluncuran 65 area hot spot, pelatihan

jardiknas dan bimtek electronic mail oleh Dinas

pendidikan, gerakan Malang Go Open Source,

Malang Cyberpark di alun-alun Kota Malang dan

Page 7: Wiwin purnomowati-dan-ismini

Wiwin Purnomowati dan Ismini 71

penerapan E-Government dalam meningkatkan

pelayanan publik. Semua program tersebut lebih

tepat dikatakan sebagai program-program untuk

mewujudkan Malang kota digital (digital city).

Sementara program-program yang bisa

dilakukan untuk mewujudkan Malang smart city

antara lain adalah pemberdayaan masyarakat

termasuk UMKM dan koperasi, penyediaan sarana

dan prasarana transportasi dan infrastruktur yang

memadai, peningkatan kualitas pelayanan publik,

pemenuhan RTH 30% dan lain-lain

Untuk membangun kota wisata yang

nyaman bagi wisatawan, maka perlu penyediaan

sarana dan prasarana infrastruktur yang memadai,

jalan bebas banjir dan macet, parkir nyaman,

peningkatan kualitas pelayanan dari semua

stakeholder pariwisata, ketersediaan produk lokal

sebagai oleh-oleh khas Malang, lingkungan yang

bersih dengan udara segar, dan tersedia pusat

informasi wisata. Semua kebutuhan ini bisa

terpenuhi jika konsep smart city diimplementasikan

dengan baik dan jika Pemerintah daerah memiliki

komitmen yang kuat untuk mewujudkan Kota

Malang sebagai daerah tujuan wisata. Penanganan

pariwisata seyogyanya tidak dibebankan pada Dinas

Kebudayaan dan Pariwisata semata, namun juga

menjadi tanggungjawab multi SKPD, seperti :

Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Koperasi dan UKM,

Dinas Kebersihan dan Pertamanan, Dinas Informasi

dan Komunikasi, Dinas Perhubungan.

DAFTAR PUSTAKA

1. A. Mohammad BS. 2012. Cara Jembrana

menjadi Digital City. Diunggah di

http://chinmi.wordpress.com/2010/07/13/cara-

jembrana-menjadi-digital-city tanggal 5 Juli

2010.

2. Cahiya. 2013. Empat Kota Pintar di Dunia.

Diunggah di http://cahiya.com/empat-kota-

pintar-di-dunia-bagian-1/ tanggal 14 Pebruari

2013.

3. Deakin M (2007). "From city of bits to e-topia:

taking the thesis on digitally-inclusive

regeneration full circle". Journal of Urban

Technology 14 (3): 131–143.

4. Florida R.L.(2009). "Class and Well-

Being". Retrieved 17 March 2009,7:38am

EDT.

5. Hollands, R. G (2008). "Will the real smart

city please stand up?". City 12 (3): 303–320.

6. Miles, M. B. dan Huberman, M.

1992. Analisis Data Kualitatif. Terjemahan

oleh Tjetjep Rohendi Rohidi. Jakarta: UI Press.

7. Moleong, Lexy J. 2000. Metodologi

Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja

Rosda karya.

8. Nijkamp. P (2008). "E pluribus

unum". Research Memorandum, Faculty of

Economics (Amsterdam: VU University

Amsterdam).

9. Paskaleva, K (25 January 2009).

"Enabling the smart city: The progress of e-city

governance in Europe". International Journal

of Innovation and Regional Development.

10. Rachmatunisa. 2012. Smart City di

Indonesia? Bukan mengawang-awang.

Detikinet. Diunggah tanggal 20 Nopember

2012.

11. Surya Online, 2013. Pendidikan

Kota Malang Sarat Keluhan Biaya Mahal.

Surya online. Diunggah tanggal 28 Pebruari

2013.