western muslims and the future of islam

4
Western Muslims and the Future of Islam Interreligious Dialogue. Seperti yang telah kita ketahui, dialog antar agama merupakan sebuah tradisi panjang yang telah dilakukan sejak masa silam. Setiap orang dari berbagai latar belakang agama yang berbeda bertemu saling bertukar pikiran mengenai agama mereka masing-masing. Hal ini dilakukan agar setiap orang yang berasal dari agama yang berbeda dapat menghormati eksistensi agama yang lain serta saling toleransi dalam menjalani kehidupan ini dan mungkin dapat saling membantu meringankan beban satu sama lain. Dalam dialog antar agama terdapat kelompok tertentu yang mengkhususkan dirinya untuk menjadi perantara dalam setiap acara, baik itu seminar ataupun konferensi yang di mana diperlukan pembangunan jembatan komunikasi. hal tersebut perlu dilakukan agar dalam mendiskusikan obyek yang sensitif, dalam hal ini agama, dapat mencapai kesepahaman bersama, sehingga dapat memberikan solusi yang konkrit untuk mencegah kekerasan terhadap agama apapun. Dibentuknya hubungan yang penuh dengan rasa hormat dan toleransi yang tinggi menciptakan suasana yang sangat kondusif, walaupun mereka berasal dari latar belakang yang berbeda. Akan tetapi permasalahan utama dari hal ini adalah bahwa orang-orang yang mengikuti pertemuan tersebut rata-rata datang dengan urusan pribadi, tidak berasal dari perwakilan kelompok tertentu yang memang ingin atau mendorong pluralisme agama ke arah yang penuh toleransi. Dalam dialog seperti ini diperlukan orang-orang yang berpikiran terbuka agar dapat membawa solusi ke arah yang lebih baik sehingga tercapai kemaslahatan bersama. Akan tetapi, ada kelompok tertentu yaitu kelompok radikal yang jarang bertemu dan mempunyai pandangan fundamentalisme yang sangat kuat. Apabila setiap orang dari berbagai agama yang memiliki pandangan tersebut dipertemukan dalam suatu pertemuan dialog antar agama maka yang terjadi bukanlah mendiskusikan solusi yang tepat bagi mereka. Justru yang akan terjadi adalah perdebatan atau penolakan satu agama terhadap lainnya yang dapat menyebabkan situasi menjadi lebih buruk. Setiap orang yang terlibat dalam dialog antar agama sangatlah penting bagi mereka untuk menanamkan tanggung jawab Muhammad Darmawan Ardiansyah/1112113000007

Upload: muhammad-darmawan-ardiansyah

Post on 10-Jul-2016

213 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Western Muslims and the Future of Islam

Interreligious Dialogue.

Seperti yang telah kita ketahui, dialog antar agama merupakan sebuah tradisi panjang yang telah dilakukan sejak masa silam. Setiap orang dari berbagai latar belakang agama yang berbeda bertemu saling bertukar pikiran mengenai agama mereka masing-masing. Hal ini dilakukan agar setiap orang yang berasal dari agama yang berbeda dapat menghormati eksistensi agama yang lain serta saling toleransi dalam menjalani kehidupan ini dan mungkin dapat saling membantu meringankan beban satu sama lain.

Dalam dialog antar agama terdapat kelompok tertentu yang mengkhususkan dirinya untuk menjadi perantara dalam setiap acara, baik itu seminar ataupun konferensi yang di mana diperlukan pembangunan jembatan komunikasi. hal tersebut perlu dilakukan agar dalam mendiskusikan obyek yang sensitif, dalam hal ini agama, dapat mencapai kesepahaman bersama, sehingga dapat memberikan solusi yang konkrit untuk mencegah kekerasan terhadap agama apapun. Dibentuknya hubungan yang penuh dengan rasa hormat dan toleransi yang tinggi menciptakan suasana yang sangat kondusif, walaupun mereka berasal dari latar belakang yang berbeda. Akan tetapi permasalahan utama dari hal ini adalah bahwa orang-orang yang mengikuti pertemuan tersebut rata-rata datang dengan urusan pribadi, tidak berasal dari perwakilan kelompok tertentu yang memang ingin atau mendorong pluralisme agama ke arah yang penuh toleransi.

Dalam dialog seperti ini diperlukan orang-orang yang berpikiran terbuka agar dapat membawa solusi ke arah yang lebih baik sehingga tercapai kemaslahatan bersama. Akan tetapi, ada kelompok tertentu yaitu kelompok radikal yang jarang bertemu dan mempunyai pandangan fundamentalisme yang sangat kuat. Apabila setiap orang dari berbagai agama yang memiliki pandangan tersebut dipertemukan dalam suatu pertemuan dialog antar agama maka yang terjadi bukanlah mendiskusikan solusi yang tepat bagi mereka. Justru yang akan terjadi adalah perdebatan atau penolakan satu agama terhadap lainnya yang dapat menyebabkan situasi menjadi lebih buruk.

Setiap orang yang terlibat dalam dialog antar agama sangatlah penting bagi mereka untuk menanamkan tanggung jawab pada diri mereka sendiri dalam memahamkan kelompok mereka atas apa yang telah dicapai dalam sebuah dialog antar agama. Dalam hal ini individu baik itu perwakilan ataupun datang dengan urusan pribadi memainkan peran yang sangat penting untuk menjadi mediator antara kelompok mereka dengan kelompok lain sebagai upaya untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan. Sehingga potensi konflik agama yang dapat terjadi sewaktu-waktu dapat dikelola menjadi potenasi kerjasama yang saling menguntungkan bagi setiap pihak yang terlibat di dalamnya.

Perlu ditanamkan pada pikiran setiap individu bahwa dialog antar agama adalah sangat penting adanya. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk meminimalisir potensi konflik antar umat beragama atau mencegahnya sedini mungkin agar hal-hal seperti itu dapat dihindari. Kejadian masa lalu patut menjadi pelajaran bagi kita bahwa perbedaan agama yang dijadikan sebagai alasan utama untuk pergi berperang harusnya dijadikan pelajaran di antara kita semua. Dominasi satu agama terhadap agama lain tidak akan membawa keuntungan apapun bagi agama yang mendominasi. Malah yang terjadi adalah adanya rasa ingin balas dendam dari agama yang didominasi untuk menghancurkan agama yang mendominasinya. Sirkulasi seperti ini tidak akan pernah selesai apabila dipelihara terus-menerus. Maka dari itu perlu adanya perubahan paradigma mengenai toleransi antar umat beragama.

Muhammad Darmawan Ardiansyah/1112113000007

The Cultural Alternative.

Islam lahir bukan murni hasil dari sebuah kebudayaan, akan tetapi Islam lahir dengan nilai-nilai serta esensi keagamaan yang kuat. Seperti yang kita ketahui prinsip utama dalam Islam adalah tauhid, dimana hal ini menjadi landasan utama dalam menjalankan aktivitas keagamaan sesuai dengan apa yang telah ditetapkan oleh Islam itu sendiri. Saat kita berbicara Islam, secara tidak langsung kita berbicara mengenai iman, spiritualitas, dan etika yang dimana ketiganya membentuk konsepsi manusia dan kehidupan.

Apabila kita sadari lebih lanjut, setiap jengkal wilayah di dunia ini memiliki kebudayaan yang berbeda-beda. Islam yang kita praktekan tentunya memiliki perbedaan dengan apa yang dipraktekan oleh mereka yang tinggal di wilayah yang berbeda. Akan tetapi Islam menegaskan bahwa akulturasi budaya ke dalam agama Islam diperbolehkan selama hal tersebut tidak bertentangan dengan nilai-nilai Islam serta masih dalam batas koridor yang wajar.

Adanya integrasi nilai-nilai budaya ke dalam Islam telah memberikan warna tersendiri bagi penganutnya. Fleksibilitas Islam terhadap budaya apapun memungkinkan penganutnya untuk menyesuaikan nilai-nilai Islam dengan kebudayaan mereka, sehingga walaupun mereka hidup dalam nilai-nilai Islam akan tetapi, esensi budaya mereka tetap terpelihara dengan baik tanpa takut kehilangan budaya yang telah mereka miliki sejak lama.

Perlu ditekankan bahwa Islam memberikan kebebasan pada pengikutnya untuk mempraktekkan Islam sesuai dengan kebudayaan mereka dengan syarat tidak keluar dari batas koridor yang telah ditetapkan. Maka dari itu, setiap muslim bebas untuk membentuk budaya atau peradaban mereka sendiri sesuai dengan nilai-nilai Islam, sehingga Islam menjadi sebuah agama yang penuh dengan peradaban, hasil dari akulturasi budaya yang sangat beragam. Identitas memang perlu dipertahankan dan setiap muslim berhak untuk membentuk identitas tersebut sebagai upaya untuk menunjukkan bahwa eksistensi mereka masih ada walaupun Islam telah menjadi pijakan hidup mereka.

Muslim di Barat seperti yang telah kita ketahui, mayoritas merupakan para imigran, baik itu legal maupun ilegal yang masuk ke negara-negara Barat untuk bertahan hidup. Kepindahan mereka dari negara asal secara tidak langsung pasti akan membawa nilai-nilai yang telah mereka anut sebelumnya. Bukan hanya Islam yang akan membentuk identitas mereka, bentuk kehidupan seperti yang telah mereka praktekan di negara asalnya akan mereka bawa ke negara tujuan mereka. Sehingga muncul berbagai pandangan mengenai identitas Islam seseorang. Karena setiap negara mempunyai implementasi nilai-nilai Islam yang berbeda. Akan tetapi hal tersebut mayoritas bertahan pada generasi pertama. Generasi kedua dan ketiga cenderung untuk tidak mengakui lagi asal-usul mereka, sehingga identitas mereka yang berasal dari pendahulu mereka sebagai seorang pendatang menjadi kabur.

Generasi-generasi penerus dari para imgran masih mempertahankan identitas keislaman mereka, akan tetapi di lain sisi identitas budaya dari negeri mereka berasal berangsur-angsur hilang. Dalam hal ini perlu dibentuk sebuah identitas baru bagi muslim yang tinggal di negara-negara Barat. Hal ini ditujukan untuk membentuk kembali identitas kebudayaan mereka. Pembentukan identitas perlu dilakukan, dimana hal ini bertujuan untuk mengharmonisasikan prinsip-prinsip Islam dengan bentuk kehidupan yang ada di negara-negara Barat. Sehingga apabila hal tersebut dapat diwujudkan, akan lebih mudah mendefinisikan identitas asal mereka tanpa kehilangan nilai-nilai Islam di dalamnya. Kedinamisan Islam terhadap berbagai budaya bukan berarti kebebasan untuk mengadopsi seluruh budaya yang ada tanpa memandang apakah sesuai dengan nilai Islam atau tidak.