file · web viewtugas filsafat ilmu ... ilmuwan memeliki kelebihan yaitu kemampuan...
TRANSCRIPT
TUGAS FILSAFAT ILMU
“PANDANGAN KI HAJAR DEWANTARA TENTANG PERANAN ETIKA DAN MORAL”
Dosen : Prof. Dr. Herman J. Waluyo, M.Pd.
Disusun Oleh :
Nama : Puji Hastuti
NIM : S991302014
MAGISTER PENDIDIKAN EKONOMI (MPE)
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2013
1
PANDANGAN KI HAJAR DEWANTARA TENTANG
PERANAN ETIKA DAN MORAL
A. Pendahuluan
Bangsa kita adalah yang bersifat majemuk, dengan keanekaragaman suku
bangsa (etnis), agama, berbagai pulau, latar belakang, ideologi, dan sebagainya.
Semboyan kita adalah ” Bhineka tunggal Ika”. Ilmuwan Indonesia mestinya selalu
ingat akan tugas dan tanggung jawab untuk menjaga keutuhan bangsa dan
negaranya. Dengan dalih mencontoh negara modern, tidak dibenarkan sekiranya
seorang ilmuwan menjadi provokator yang menghancurkan persatuan dan
kesatuan bangsa dan negara.
Negara kita dalam kesulitan multidimensial. Kesulitan itu disebabkan oleh
ktisis berkepanjangan sebagai kesalahan masa lalu. Mestinya di dalam menilai
pengelola pemerintah, ilmuwan hendaknya bersikap adil. Tidak bisa menilai
keadaan Indonesia dengan ukuran negara- negara lain yang tidak dalam keadaan
krisis dengan latar belakang situasi seperti negara kita.
Menyikapi demokrasi dan kebebsan pers, mestinya kita tidak menggunakan
tolak ukur negara- negara maju. Iilmuwan dalam menerapkan ilmu mestinya harus
bijaksana, sehingga gejolak kekacauan tidak terus- menerus berlangsung dan
dengan demikian kita sempat membangun dan memperbaiki keadaan yang kacau
balau.
Jika menjadi birokrat, ilmuwan hendaknya berdiri paling depan menjadi
contoh birokrat yang baik yang mengabdi kepentingan rakyat. Juga jika menjadi
wakil rakyat, seorang ilmuwan hendaknya betul – betul mewakili rakyat. Suara
rakyat dan nurani rakyat hendaknya masuk ke dalam hati nurani. Ditengah –
tengah rakyat ang menderita tidak berusaha memperoleh uang rakyat sebanyak –
banyaknya.
2
a. Makna etika yaitu tanggung jawab ilmuwan memiliki kepedulian sosial yang
tinggi terhadap masalah – masalah dalam bidang kajiannya dan masalah
kemanusian pada umumnya. Ilmuwan memeliki kelebihan yaitu kemampuan
analisis baik dalam bidang ilmunya maupun dalam bidang ilmu pada umumnya,
sehingga diharapkan mampu ikut menjawab problem kemasyarakatan dan
kebangsaan secara holistik.
b. Nilai moral berkaitan dengan tanggung jawab dari hati nurani kita. Nilai bersifat
mewajibkan dan formal. Nilai merupakan fenomena psikis manusia yang
menganggap sesuatu hal bermanfaat dan berharga dalam kehidupannya, sehingga
seseorang dengan suka rela terlibat fisik dan mental ke dalam fenomena tersebut.
c. Norma adalah aturan atau kaidah yang dipakai untuk tolak ukur dalam menilai
sesuatu. Ada tiga jenis norma umum, yaitu norma kesopanan atau etikat, norma
hukum, dan norma moral. Etikat hanya mengukur apakah suatu situasi sopan atau
tidak. Norma moral menentukan perilaku seseorang baik atau buruk dari segi etis.
Norma moral adalah norma tinggi yang tidak dapat dikalahkan. Norma moral
bertugas meniali norma- norma yang lainnya.
d. Hak dan kewajiban . Kata’hak’ dapat memiliki arti umum dan khusus. Dalam arti
umum, hak adalah keseluruhan undang-undang, aturan dan lembaga yang
mengatur kehidupan masyarakat umum. Dalam arti khusus hak adalah
kesanggupan seseorang untuk dengan sesuka hati menguasai sesuatu atau
melakukan sesuatu. Orang yang memiliki hak dapat menuntut bahwa orang lain
akan memenuhi dan menghormati haknya. Dengan hak orang dapat mengklaim
tentang sesuatau yang dianggap berkaitan dengan dirinya.
Dipandang dari segi hak maka apa yang dimiliki seseorang tidak selalu
menyebabkan orang lain atau intitusi tertentu berkewajiban memenuhi suatu hak
tertentu atas apa yang dimiliki tersebut, sehingga menuntut haknya. Hak selalu
berkaitan dengan orang lain atau lembaga tertentu. Namun dapat juga terjadi, hak
dan kewajiban bersama-sama berada dalam diri satu orang. Misalnya” orang
berhak atas penghasilan tertentu dan karena itu, orang tersebut berkewajiabn
menunaikan tugas sesuai dengan hak tersebut.
3
Kewajiaban seseorang terhadap diri sendiri tidak dapat dilepaskan dengan
hubungan seseorang dengan orang lain. Orang berkewajiban mempertahankan
hidupnya sendiri, tetapi kewajiaban itu tidak terlepas dari tanggungjawab untuk
keluarga, teman, tetangga, masyarakat, dan lingkungan tempat kita hidup.
Gambaran tentang perubahan nialai budaya antara masyarakat traadisionil
dan masyarakat modern sebagai berikut:
No. Masyarakat Tradisonal Masyarakat Modern1. Mistik/ sistematik. Analis2. Pengalaman/perasaan intuisi. Rasional/ ilmiah3. Peralatan primitif. Teknologi4. Kebiasaan/ trial and error Efisien/ penelitian5. Nilai sosial:pengalaman, generalis,
status penting, kekerabatan.Pendidikan, keahlian, prestasi, dan mementingkan individu.
6. Nilai kekuasaan: keputusan diambil orang lain, orientasi, kestabilitas, menolak perubahan.
Sendiri, orientasi, kemajuan, dan menerima kemajuan.
7. Nilai ekonomi: insentif non ekonomi kerja untuk subsistem, dan konsumtif.
Ekonomis, kerja keras, dan bersifat produktif.
8. Nilai agama bersifat fanatisme Nilai agama aktif memperbaiki nasib.
4
B. Isi
Sebagai tokoh yang hidup dalam masa penjajahan kolonial, Ki Hajar
Dewantara tentu turut merasakan pendidikan kolonial Belanda yang menjatuhkan
martabat bumiputra. Karenanya, bagi Ki Hajar Dewantara, pendidikan haruslah
memerdekakan kehidupan manusia. Pendidikan mesti disandarkan pada
penciptaan jiwa merdeka, cakap dan berguna bagi masyarakat.
Sistim pendidikan Indonesia dari zaman kolonial hingga sekarang tetap
saja mengecewakan. Hampir tidak ada lagi nilai-nilai kebangangsaan yang
ditanamkan dalam proses penyelenggaraan pendidikan nasional kita. Pendidikan
kapitalistik, seperti di era reformasi sekarang, hanya menciptakan pemisahan
orang-orang terpelajar dengan rakyatnya, menyebabkan munculnya Stratifikasi
sosial ditengah kehidupan masyarakat.
Kondisi demikian tentu sangat jauh dari konsep pendidikan dan
pengajaran yang dimaksudkan oleh Ki Hajar Dewantara.
Perubahan sistim kekuasaan merupakan penyebab utama hancurnya
karaktek pendidkan nasional. Pada era kemerdekaan, pendidikan bertujuan
melekatkan kemerdekaan pada persatuan rakyat. Lalu, bagaimana dengan
sekarang? Pendidikan hanya dijadikan sebagai komoditi.
1. Konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara
Filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara menempatkan kemerdekaan
sebagai syarat dan juga tujuan membentuk kepribadian dan kemerdekaan batin
bangsa Indonesia agar peserta didik selalu kokoh berdiri membela perjuangan
bangsanya.
Karena kemerdekaan menjadi tujuan pelaksanaan pendidikan, maka sistim
pengajaran haruslah berfaedah bagi pembangunan jiwa dan raga bangsa. Untuk
5
itu, di mata Ki Hajar Dewantara, bahan-bahan pengajaran harus disesuaikan
dengan kebutuhan hidup rakyat.
Bagi Ki Hajar Dewantara, pendidikan tidak boleh dimaknai sebagai
paksaan; kita harus mengunakan dasar tertib dan damai, tata tentram dan
kelangsungan kehidupan batin, kecintaan pada tanah air menjadi prioritas. Karena
ketetapan pikiran dan batin itulah yang akan menentukan kualitas seseorang.
Memajukan pertumbuhan budi pekerti- pikiran merupakan satu kesatuan
yang tidak dapat terpisahkan, agar pendidikan dapat memajukan kesempurnaan
hidup. Yakni: kehidupan yang selaras dengan perkembangan dunia. Tanpa
meninggalkan jiwa kebangsaan.
Dunia terus mengalami perkembangan, pergaulan hidup antar satu bangsa
dengan bangsa lainnya tidak dapat terhindarkan. Pengaruh kebudayaan dari luar
semakin mungkin untuk masuk berakulturasi dengan kebudayaan nasional. Oleh
karena itu, seperti dianjurkan Ki Hajar Dewantara, haruslah kita memilih mana
yang baik untuk menambah kemulian hidup dan mana kebudayaan luar yang akan
merusak jiwa rakyat Indonesia dengan selalu mengingat: semua kemajuan
dilapangan ilmu pengetahuan harus terorientasikan dalam pembangunan martabat
bangsa.
2. Syarat pengetahuan
Pendidikan yang teratur adalah yang bersandar pada perkembangan ilmu
pengetahuan atau ilmu pendidikan. Ilmu ini tidak boleh berdiri sendiri; ada saling
hubugan dengan pengetahuan lain. Ilmu harus berfungsi sebagai pelengkap
sempurnanya mutu pendidikan dan pembangunan karakter kebangsaan yang kuat.
Dalam menyelenggarakan pengajaran dan didikan kepada rakyat, Ki Hajar
menganjurkan agar kita tetap memperhatikan ilmu jiwa (psyhologie), ilmu
jasmani, ilmu keadaban dan kesopanan (etika dan moral), ilmu estetika, dan
menerapkan cara-cara pendidikan yang membangun karakter.
6
Seorang pendidik yang baik, kata Ki Hajar Dewantara, harus tahu
bagaimana cara mengajar, memahami karakter peserta didik dan mengerti tujuan
pengajaran. Agar dapat mewujudkan hasil didikan yang mempunyai pengetahuan
yang mumpuni secara intelektuil maupun budi pekerti serta semangat membangun
bangsa.
3. Relevansi ajaran Ki Hajar Dewantara
Pendidikan nasional saat ini memiliki segudang persoalan, mulai dari
wajah pendidikan yang berwatak pasar yang menyebabkan hilangnya daya kritis
tenaga didik terhadap persoalan bangsanya hingga pemosisian lembaga
pendidikan sebagai sarana menaikan starata sosial dan ajang mencari ijazah
belaka.
Peranan pendidikan, yang sejatinya untuk pembangunan bangsa, telah
didisorientasikan oleh kekuasaan guna kepentingan kapital semata. Di sini,
pendidikan tak lebih dari alat akumulasi keuntungan.
Disamping itu, kandungan pendidikan dan pengajaran sekarang ini tidak
memuat nilai-nilai kebangsaan. Pendidikan sekarang hanya melahirkan Sikap
individualisme, hedonisme dan hilangnya jiwa merdeka. Hasil pendidikan seperti
ini tidak dapat diharapkan membangunan kehidupan bangsa dan negara
bermartabat.
Di sinilah relevansi pemikiran Ki Hajar Dewantara di bidang pendidikan:
mencerdaskan kehidupan bangsa hanya mungkin diwujudkan dengan pendidikan
yang memerdekakan dan membentuk karakter kemanusian yang cerdas dan
beradab. Oleh karena itu, konsepsi pendidikan Ki Hajar Dewantara dapat menjadi
salah satu solusi membangun kembali pendidikan dan kebudayaan nasional yang
telah diporak-porandakan oleh kepentingan kekuasan dan neoliberalisme.
7
C. Penutup
Nilai dan budaya bangsa adalah kepercayaan bersama atau norma kelompok
yang telah diserap oleh individu misalnya nilai kesopanan. Selain itu, nilai adalah
ide umum tentang tujuan yang baik dan yang buruk. Dari alur norma atau aturan
yang menjelaskan tentang yang benar atau yang salah, yang bisa diterima dan
yang tidak. Beberapa norma dikatakan sebagai enacted norms, di mana maksud
dari norma tersebut terlihat secara eksplisit, benar dan salah. Namun, banyak
norma lain yang lebih halus, ini adalah crescive norm yang telah tertanam dalam
budaya dan hanya bisa terlihat melalui interaksi antaranggota dalam
budaya. Nilai-nilai budaya yang berlaku berbeda di setiap wilayah. Nilai yang
berlaku di suatu Negara belum tentu berlaku di Negara atau bahkan bisa bertolak
belakang dari nilai yang berlaku di Negara lain tersebut. Budaya mempengaruhi
konsumen dalam sudut pandang terhadap dirinya dan orang lain, dan karenanya
mempengaruhinya dalam berperilaku. Oleh karenanya, nilai budaya bangsa kita
selalu berubah mengikuti perkembangan zaman.
8