web viewpembelajaran bahasa selain untuk meningkatkan ... untuk meningkatkan kemampuan siswa untuk...

7
PENTINGNYA PEMBIASAAN BERBAHASA SECARA SANTUN PADA SISWA Oleh: Een Rochaeni Hilman Pada umumnya orang tidak menyadari bahwa menggunakan bahasa adalah suatu kemahiran yang kompleks. Penggunaan bahasa terasa wajar karena tanpa diajarkan siapa pun, seorang bayi akan tumbuh besar bersama-sama dengan pertumbuhan bahasanya. Dari umur satu hingga satu setengah tahun, bayi pada awalnya mengeluarkan bentuk-bentuk bahasa yang kita kenal sebagai cooing ‘dekutan’, babbling ‘celotehan’,kemudian berkembang menjadi Ujaran Satu Kata (USK).Ujaran Satu Kata (USK) ini tumbuh menjadi Ujaran Dua Kata (UDK), dan akhirnya membentuk Pivot Grammar ‘Tata Bahasa Anak’ dan akhirnya menjadi kalimat kompleks ketika umurnya menjelang empat atau lima tahun seperti dijelaskan Dardjowidjoyo (2008: 246-250). Bahasa mempunyai banyak fungsi dalam kehidupan manusia. Michael Halliday menguraikan secara garis besar tujuh fungsi bahasa yaitu fungsi instrumental, regulatoris, representasional, interaksional, personal, heuristik, dan imajinataif. Seorang pelajar bisa saja mengunakan beberapa fungsi tersebut dalam satu kalimat atau percakapan saja dalam proses pembelajaran bahasa. Fungsi utama bahasa adalah sebagai alat komunikasi. Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia diarahkan agar siswa terampil berkomunikasi, baik lisan maupun tulisan. Siswa 1

Upload: nguyendang

Post on 06-Feb-2018

215 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Web viewPembelajaran bahasa selain untuk meningkatkan ... untuk meningkatkan kemampuan siswa untuk ... dengan upaya pendidikan

PENTINGNYA PEMBIASAAN BERBAHASA SECARA SANTUN PADA SISWA

Oleh: Een Rochaeni Hilman

Pada umumnya orang tidak menyadari bahwa menggunakan bahasa adalah suatu kemahiran

yang kompleks. Penggunaan bahasa terasa wajar karena tanpa diajarkan siapa pun, seorang

bayi akan tumbuh besar bersama-sama dengan pertumbuhan bahasanya. Dari umur satu

hingga satu setengah tahun, bayi pada awalnya mengeluarkan bentuk-bentuk bahasa yang

kita kenal sebagai cooing ‘dekutan’, babbling ‘celotehan’,kemudian berkembang menjadi

Ujaran Satu Kata (USK).Ujaran Satu Kata (USK) ini tumbuh menjadi Ujaran Dua Kata

(UDK), dan akhirnya membentuk Pivot Grammar ‘Tata Bahasa Anak’ dan akhirnya menjadi

kalimat kompleks ketika umurnya menjelang empat atau lima tahun seperti dijelaskan

Dardjowidjoyo (2008: 246-250).

Bahasa mempunyai banyak fungsi dalam kehidupan manusia. Michael Halliday menguraikan

secara garis besar tujuh fungsi bahasa yaitu fungsi instrumental, regulatoris, representasional,

interaksional, personal, heuristik, dan imajinataif. Seorang pelajar bisa saja mengunakan

beberapa fungsi tersebut dalam satu kalimat atau percakapan saja dalam proses pembelajaran

bahasa.

Fungsi utama bahasa adalah sebagai alat komunikasi. Pembelajaran Bahasa dan Sastra

Indonesia diarahkan agar siswa terampil berkomunikasi, baik lisan maupun tulisan. Siswa

diharapkan menguasai lima keterampilan berbahasa yaitu mendengarkan, berbicara,

membaca, menulis, dan apresiasi sastra. Pembelajaran bahasa selain untuk meningkatkan

keterampilan berbahasa, juga untuk meningkatkan kemampuan berpikir, mengungkapkan

gagasan, perasaan, pendapat, persetujuan, keinginan, penyampaian informasi tentang suatu

peristiwa dan kemampuan untuk memperluas wawasan.

Tujuan kita berkomunikasi kepada lawan bicara adalah untuk menyampaikan pesan dan

menjalin hubungan sosial (social relationship). Dalam penyampian pesan tersebut biasanya

digunakan bahasa verbal baik lisan atau tulis, atau non verbal (bahasa isyarat) yang dipahami

kedua belah pihak; pembicara dan lawan bicara. Sedangkan tujuan komunikasi untuk

1

Page 2: Web viewPembelajaran bahasa selain untuk meningkatkan ... untuk meningkatkan kemampuan siswa untuk ... dengan upaya pendidikan

menjalin hubungan sosial dilakukan dengan menggunakan beberapa strategi. Misalnya,

dengan menggunakan ungkapan kesopanan (politeness), ungkapan implisit (indirectness),

basa-basi (lipsservice) dan penghalusan istilah (eufemisme).

Strategi tersebut dilakukan oleh pembicara dan lawan bicara agar proses komunikasi berjalan

baik dalam arti pesan tersampaikan dengan tanpa merusak hubungan sosial diantara

keduanya. Dengan berlaku demikian setelah proses komunikasi selesai antara pembicara dan

lawan bicara mempunyai kesan yang mendalam, misalnya, kesan simpatik, sopan, ramah,

dan santun. Namun demikian untuk mencapai dua tujuan komunikasi tersebut ternyata tidak

mudah. Bahkan seringkali prinsip-prinsip komunikasi sering berbenturan dengan prinsip-

prinsip kesopanan dalam berbahasa. Disatu sisi kita diharuskan untuk mematuhi prinsi

komunikasi agar tidak terjadi kesalahpahaman, tetapi disisi lain kita harus melanggar prinsip-

prinsip tersebut, dengan berbasa-basi, untuk menjaga hubungan sosial.

Berkaitan dengan pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, dalam kurikulum 2006

(KTSP), pembelajaran bahasa dan Sastra Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

kemampuan siswa untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar,

baik secara lisan maupun tertulis. Standar kompetensi Bahasa dan Sastra Indonesia

merupakan kualifikasi minimal peserta didik yang mengagambarkan penguasaan

pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap Bahasa dan Sastra

Indonesia.

Bagaimana kondisi di lapangan. Mari kita cermati ketika siswa berbicara dengan temannya,

dengan guru atau dengan orang yang lebih tua usianya. Bahasa gaul mendominasi gaya

bahasa siswa.Kadang ketika siswa berbicara dengan guru atau orang yang lebih tua di

lingkungan sekolah, karyawan TU misalnya, siswa sering kebablasan menggunakan bahasa

gaul yang pasti mmembuat jengah para pendengar yang paham prilaku bahasa yang baik

dan. Santun.Terutama bagi guru bahasa Indonesia. Tapi sebaliknya, guru pun kadang

tercetus bahasa-bahasa kasar ketika ia dalam keadaan emosi.

Temuan berbahasa di kalangan siswa, yaitu kosakata kesantunan berbahasa yang digunakan

siswa dalam berkomunikasi dengan guru, adalah kosakata bahasa biasa atau wajar, yaitu

2

Page 3: Web viewPembelajaran bahasa selain untuk meningkatkan ... untuk meningkatkan kemampuan siswa untuk ... dengan upaya pendidikan

kosakata bahasa yang digunakan siswa dalam berkomunikasi dengan siswa yang lain,

kosakata bahasa tidak santun dalam komunikasi siswa biasanya terjadi bila siswa

berkomunikasi dengan teman akrabnya. Terdapat perbedaan persepsi tentang kesantunan

berbahasa di kalangan siswa, guru, dan karyawan Pandangan siswa terhadap kesantunan

berbahasa lebih ditekankan kepada segi pragmatis, sedangkan menurut guru dan karyawan

kesantunan berbahasa lebih cenderung normatif (berkaitan dengan nilai-nilai norma) antara

lain kebenaran, kejujuran, keadilan, kebaikan, lurus, halus, sopan, pantas, penghargaan,

khidmat, optimisme, indah menyenangkan, logis, fasih, terang, tepat, menyentuh hati,

selaras, mengesankan, tenang, efektif, lunak, dermawan, lemah lembut, dan

rendah hati.

Untuk mengatasi hal tersebut di atas peranan guru amat penting.Guru merupakan kunci dan

sekaligus ujung tombak pencapaian misi pembaharuan pendidikan. Gurulah yang mengatur,

mengarahkan, dan menciptakan suasana kegiatan belajar mengajar yang tepat untuk

mencapai tujuan dan misi pendidikan nasional. Oleh karena itu, secara tidak langsung guru

dituntut untuk lebih professional, inovatif, perspektif, dan proaktif dalam melaksanakan

tugas pembelajaran. Demikian pula dalam hal keteladanan prilaku santun dalam berbahasa.

Seperti peribahasa bila guru kencing berdiri ,anak kencing berlari, apa pun yang

dicontohkan guru dalam kesehariannya, anak akan meniru dan meneladaninya. Beberapa

metode pendidikan anak dalam Islam bisa diterapkan dalam hal membiasakan anak

berprilaku santun dalam berbahasa.Pertama adalah metode keteladanan, kedua metode adat

kebiasaan atau pembiasaan,ketiga pendidikan dengan metode nasihat, keempat metode

pengawasan, kelima dengan menggunakan metode hukuman.

Maha guru kita, nabi Muhammad SAW dikenal sangat santun dalam berbahasa.Beliau amat

hormat pada yang tua, sayang pada yang muda, dan dekat dengan anak-anak.Alloh

menegaskan dalam Alquran bahwa sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri

teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan

(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”(QS. Al-Ahzab:21)

Imam Ghazali dalam bukunya Ihya Ulumiddin menjelaskan bahwa kebiasaan anak

berperangai baik atau jahat sesuai kecenderungan dan nalurinya. Ia mengatakan ; “Anak

3

Page 4: Web viewPembelajaran bahasa selain untuk meningkatkan ... untuk meningkatkan kemampuan siswa untuk ... dengan upaya pendidikan

adalah amanah bagi kedua orang tuanya. Hatinya yang suci adalah permata yang sangat

mahal harganya. Jika dibiasakan pada kajahatan dan dibiarkan seperti dibiarkannya

binatang, ia akan celaka dan binasa. Sedang memeliharanya adalah dengan upaya

pendidikan dan mengajari akhlak yang baik.”

Guru adalah orang tua siswa di sekolah. Bila guru memberi contoh prilaku berbahasa secara

santun, membiasakannya dalam keseharian siswa, menasihati siswa bila berlaku tidak santun

terutama dalam prilaku berbahasa, mengawasi kegiatan tersebut bersama seluruh civitas

sekolah, dan memberi hukuman yang mendidik kepada siswa yang melanggar kebiasaan

berbahasa secara santun di sekolah, maka siswa lama kelamaan akan memiliki kebiasaan

berbahasa secara santun dalam kesehariannya. Bukan hanya di sekolah tapi dalam seluruh

kehidupan siswa karena hal tersebut sudah menjadi tabiat yang mendarah daging pada diri

siswa.Menjadi akhlak dalam kesehariannya.

Wahai para guru, pendidik anak bangsa.Mari kita biasakan berbicara secara santun pada

semua orang terutama pada siswa.Jangan lagi ada bahasa yang kasar terucap oleh kita

meskipun dalam keadaan yang sangat emosional. Berprilaku bahasa secara

santun….siapa takut !!!

Rangkasbitung, Juni 2010

Daftar Pustaka

Brown, H.Douglas.2007. Prinsip Pembelajaran dan Pengajaran Bahasa. Pearson Education,

Inc, Kedubes Amerika Serikat: Jakarta.

Dardjowidjoyo, Soenjono.2008. Psikolinguistik Pengantar Pemahaman bahasa manusia.Jakarta:

Unika Atma Jaya.

groups.yahoo.com/group/pakguruonline/message/2968

Hastuti P.H., Sri. 1997. Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia. Depdiknas: Jakarta

Nashih Ulwan, Abdullah.1999.Pendidikan Anak dalam Islam. Jakarta : Pustaka Amani.

4