cola untuk meningkatkan

31
Analisa Kemampuan Co-branding Ades dengan Coca – Cola Dalam Meningkatkan Citra Produk AMDK-nya Ditinjau Dari Kinerja Atribut – Atribut Produk (Studi Eksperimen Mahasiswa Jurusan Manajemen) Michael Adiwijaya Staf Pengajar Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen, Universitas Kristen Petra S. Pantja Djati Staf Pengajar Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen, Universitas Kristen Petra ABSTRAK Co-branding adalah fenomena baru dalam dunia pemasaran, dimana dua perusahaan atau lebih bergabung dan melakukan segala macam aktivitas untuk memberikan nilai tambah atas produk hasil co-branding tersebut. Meningkatnya citra produk dalam persepsi konsumen adalah salah satu efek dari co- branding. Citra produk hasil co-branding dapat diukur melalui penilaian sikap konsumen terhadap kinerja dari atribut – atribut produk tersebut. Apabila kinerja dari atribut – atribut produk tersebut sesuai atau bahkan melebihi harapan konsumen, maka sikap konsumen positif yang berarti co- branding tersebut mampu meningkatkan citra produk. Sebaliknya 1

Upload: doanliem

Post on 12-Jan-2017

223 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Cola Untuk Meningkatkan

Analisa Kemampuan Co-branding Ades dengan Coca – Cola Dalam Meningkatkan

Citra Produk AMDK-nya Ditinjau Dari Kinerja Atribut – Atribut Produk

(Studi Eksperimen Mahasiswa Jurusan Manajemen)

Michael Adiwijaya

Staf Pengajar Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen, Universitas Kristen Petra

S. Pantja Djati

Staf Pengajar Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen, Universitas Kristen Petra

ABSTRAK

Co-branding adalah fenomena baru dalam dunia pemasaran, dimana dua perusahaan atau

lebih bergabung dan melakukan segala macam aktivitas untuk memberikan nilai tambah

atas produk hasil co-branding tersebut. Meningkatnya citra produk dalam persepsi

konsumen adalah salah satu efek dari co-branding. Citra produk hasil co-branding dapat

diukur melalui penilaian sikap konsumen terhadap kinerja dari atribut – atribut produk

tersebut. Apabila kinerja dari atribut – atribut produk tersebut sesuai atau bahkan

melebihi harapan konsumen, maka sikap konsumen positif yang berarti co-branding

tersebut mampu meningkatkan citra produk. Sebaliknya apabila kinerja atribut – atribut

tersebut tidak sesuai atau jauh di bawah harapan konsumen, maka sikap konsumen

negatif yang berarti co-branding tersebut tidak mampu meningkatkan citra produk.

Penelitian ini meneliti kegiatan co-branding antara PT Ades Alfindo Putra Setia tbk

(Ades) dengan PT Coca Cola Indonesia tbk (Coca – Cola), yang menghasilkan produk

Air Mineral Dalam Kemasan (AMDK) bermerek Ades. Pengukuran citra produk AMDK

Ades dalam persepsi konsumen dilakukan dengan studi eksperimen mahasiswa Jurusan

Manajemen Universitas Kristen Petra. Hasil dari studi eksperimen ini menghasilkan

penilaian sikap responden negatif. Sehingga dapat diketahui bahwa kinerja atribut –

atribut produk AMDK Ades tidak dapat memenuhi harapan responden. Dan dapat

diketahui bahwa co-branding antara Ades dengan Coca – Cola tidak mampu

meningkatkan citra produk AMDK-nya ditinjau dari atribut – atribut produk.

1

Page 2: Cola Untuk Meningkatkan

Kata kunci:

Co-branding Antara Ades Dengan Coca – Cola, Kinerja Atribut – Atribut Produk, Sikap

Konsumen, Citra Produk.

ABSTRACT

Co-branding in which two or more company joining together and doing any activity to

bring the co-branded product some added value, is a new phenomenon in the marketing

world. One of co-branding effects is increasing the product image in consumer’s

perception. The image of co-branded product is evaluated by measuring consumer’s

attitude toward the product attribute performance. If the product’s attribute performance

equal to or higher than consumer’s expectation, the result is positive consumer attitude,

it is mean that the co-branding capable in increasing the product image. On the other

hand if the product’s attribute performance not equal to or lower than consumer’s

expectation, the result is negative consumer attitude, it is mean that the co-branding not

capable in increasing the product image.

This research examine the co-branding between PT Ades Alfindo Putra Setia tbk and PT

Coca Cola Indonesia tbk that produce Ades mineral water in packages. Experimental

study of student majoring in management Petra Christian University had been done to

measure the product image of Ades, according to respondent’s perception. The result is a

negative respondent’s attitude toward the product’s attribute performance. It’s mean that

the product’s attribute performance of Ades mineral water in packages not capable to

exceed the respondent’s expectation. This research concludes that co-branding between

Ades and Coca-Cola not capable in increasing the image of Ades mineral water in

packages.

Key words:

Co-branding between Ades and Coca-Cola, Product’s Attribute Performance, Consumer

Attitude, Product Image.

2

Page 3: Cola Untuk Meningkatkan

PENDAHULUAN

Air merupakan salah satu kebutuhan penting dalam hidup manusia, dimana

manusia membutuhkan air sekitar 2,1-3,4 liter per harinya. Air yang sehat dan bersih

akan membantu memperlancar metabolisme tubuh manusia. Bertolak belakang dengan

fakta tersebut di kota Surabaya kita melihat terjadinya pencemaran air seperti di Sungai

Kalimas, Sungai Jagir Wonokromo, Sungai Kedurus, Sungai Surabaya, dan Pantai

Kenjeran. (Kompas,2002). Melihat kondisi sungai – sungai yang ada di Surabaya,

tentunya hal tersebut akan berdampak dan mempengaruhi kualitas air Perusahaan Daerah

Air Minum (PDAM) Surabaya.

Fakta lain yang memprihatinkan adalah pada tahun 2002, tercatat sekitar

2.048.215 orang di Surabaya mengkonsumsi air yang dipasok oleh PDAM. Jumlah

konsumen tersebut setara dengan 70,6% dari total populasi masyarakat Surabaya.

(Website PDAM).

Kondisi yang ada tersebut mendorong tingginya permintaan akan air mineral

sebagai alternatif pengganti dari air PDAM. Jadi, tak heranlah kalau kebutuhan akan air

minum dalam kemasan, sebutan resminya AMDK, sudah tercipta dan berhasil terpelihara

sampai sekarang. Konsumsinya dari tahun ke tahun terus menanjak. Dari 4,18 miliar liter

di tahun 1999 merambat terus hingga 5 miliar liter di tahun 2000. Mengingat tingkat

konsumsi itu dibandingkan dengan orang Eropa masih sepersepuluhnya, peluang

tumbuhnya jelas masih terbuka lebar. (Website Megaone).

Peluang usaha ini dimanfaatkan oleh sekitar 250 perusahaan yang memasarkan

sekitar 300 merek AMDK yang memproduksi dan memasarkan produknya. Pasar AMDK

di Indonesia termasuk dalam pasar 10 terbesar di dunia yang selama ini dikuasai Aqua

dengan penguasaan pasar sebesar 40%. Persaingan antar perusahaan AMDK semakin

ketat dengan adanya co-branding antara Danone dan Aqua. Hal tersebut sangat

menguntungkan bagi pihak Aqua sebab Danone memiliki persepsi yang baik di mata

konsumen sebagai produsen makanan berkualitas. Menyusul co-branding Danone-Aqua,

PT Coca-Cola Indonesia (CCI) melakukan hal yang sama dengan membeli empat merek

AMDK yang diproduksi oleh PT Ades Alfilindo Putra Setia (AAPS) yaitu Ades, Desca,

Desta, dan Vica dengan harga US$ 19,9 juta. Dimana ke empat merek tersebut menguasai

pangsa pasar AMDK sebesar 10%.” (SWAsembada,2001).

3

Page 4: Cola Untuk Meningkatkan

Co-branding menurut Simon Jonathan, direktur pemasaran PT Bintang Toedjoe

produsen Extra Joss dapat meningkatkan citra produk dan hal ini dibuktikan dengan

adanya co-branding antara Extra Joss-Nokia-Mtv yang mengatrol citra Extra Joss

menjadi produsen untuk anak muda yang kreatif, dinamis, dan suka tantangan

(Marketing,2002). Penelitian ini memfokuskan pada produk AMDK Ades produksi

AAPS yang melakukan co-branding dengan CCI. Co-branding antara Ades dan Coca-

Cola tersebut memungkinkan adanya perubahan atribut produk AMDK Ades baik secara

langsung maupun tidak langsung. Keseluruhan tampilan dari atribut produk akan

mempengaruhi citra produk secara keseluruhan di benak konsumen, dengan melihat

kenyataan bahwa Coca-Cola sudah memiliki citra yang baik sebagai produsen minuman

berkarbonasi terkemuka di dunia.

LANDASAN TEORI

Pengertian Co-branding

Konsep co-branding menurut masyarakat umum adalah aktivitas pemasaran

yang cukup luas dan melibatkan penggunaan dua merek atau lebih. Sedangkan menurut

Rhenald Kasali doktor bidang consumer sciences-business administration, co-branding

adalah “segala aktivitas yang harus dapat meningkatkan nilai tambah, entah berupa

asosiasi baru yang positif, diferensiasi produk yang lebih cespleng, kepercayaan

konsumen yang lebih bagus karena kepastian terhadap kualitas yang lebih besar, atau

bahkan strategi-strategi pemasaran baru seperti jalur distribusi baru dan produk baru”.

(Marketing,2002)

Kemudian Kasali membagi co-branding menjadi tiga macam bentuk :

a. Ingredient branding dan host branding

Ingredient branding adalah suatu merek dengan asosiasi merek yang kurang kuat di

benak konsumen yang menjadi bagian dari merek lainnya yang disebut host branding,

dimana host branding adalah merek dengan asosiasi merek yang lebih kuat di benak

konsumen untuk mendukung ingredient branding.

4

Page 5: Cola Untuk Meningkatkan

b. Corporate branding

Bentuk dari co-branding dimana terdapat dua atau lebih merek yang bergabung

menjadi satu yang memiliki peran yang sama serta saling meminjam ekuitas merek.

Menurut Nickels, dkk (1999, 418) ekuitas merek adalah kombinasi dari faktor-faktor

seperti respon, loyalitas, persepsi kualitas, image, dan emosi masyarakat pada suatu

nama merek yang ada.

c. Complementary branding

Produk-produk yang ada dipasarkan atau diiklankan bersama-sama untuk

menunjukkan penggunaannya yang saling melengkapi

Pengaruh Co-branding Terhadap Atribut Produk

Co-branding yang dilakukan oleh dua atau lebih perusahaan mempengaruhi

atribut produk perusahaan. Pengaruh dari co-branding terhadap suatu produk dapat

dilihat atau diamati melalui perubahan-perubahan yang terjadi pada atribut produk hasil

co-branding. Menurut Kotler dan Amstrong Atribut produk adalah segala sesuatu yang

melekat pada produk serta memberikan identitas pada suatu produk. (1996, 279)

Yang termasuk dalam atribut produk yaitu :

a. Kualitas produk

Kemampuan produk dalam menjalankan fungsi-fungsi yang dimilikinya yang

meliputi keseluruhan daya tahan, relibilitas, akurasi, mudah pengoperasian dan

perawatan serta beberapa manfaat lainnya.

b. Tampilan produk

Merupakan suatu alat kompetitif yang digunakan untuk membedakan produk suatu

perusahaan dengan produk pesaingnya. Dimana setiap model baru yang dihasilkan

perusahaan pada umumnya memiliki tambahan tampilan dibandingkan model

sebelumnya.

c. Desain produk

Suatu proses mendesain fungsi dan gaya produk yang meliputi penciptaan suatu

produk yang menarik, mudah, aman, dan murah, mudah penggunaan dan perawatan,

sederhana serta ekonomis untuk diproduksi dan didistribusikan

5

Page 6: Cola Untuk Meningkatkan

Pengaruh Co-branding Terhadap Harapan Konsumen

Adanya pengaruh co-branding terhadap atribut produk akan berdampak atau

mempengaruhi harapan dari konsumen. Menurut Zeithaml, harapan konsumen dibentuk

oleh pengalaman pembelian terdahulu, komentar teman dan kenalannya, kebutuhan

pribadi serta janji dan informasi pemasar dan saingannya. (1990, 23)

Menurut Vijiyanto, harapan konsumen memiliki peranan yang sangat besar

sebagai suatu standar perbandingan dalam penilaian kualitas maupun kepuasan. Harapan

konsumen merupakan keyakinan konsumen sebelum mencoba atau membeli suatu

produk yang dijadikan standar atau acuan dalam menilai kinerja produk tersebut.

(1998, 30).

Konsumen tentunya berharap dengan adanya co-branding membawa perubahan-

perubahan pada atribut produk yang dapat memberikan nilai tambah pada produk yang

ada, dalam memuaskan keinginan dan kebutuhan dari konsumen. Salah satu ukuran yang

dapat digunakan oleh pemasar dalam menilai pengaruh suatu co-branding terhadap suatu

produk ialah dengan menilai pengaruh atribut produk hasil co-branding dalam memenuhi

harapan konsumen

Kasali mengungkapkan ada empat hal yang harus diperhatikan oleh perusahaan

yang melakukan co-branding agar dapat berhasil di pasar atau dapat diterima dan

memenuhi harapan konsumen yaitu :

a. Faktor partner

Perusahaan yang akan melakukan co-branding harus memperhatikan asosiasi merek

dari perusahaan yang bertindak sebagai ingredient branding maupun sebagai host

branding. Tidak selamanya co-branding antara perusahaan dengan asosiasi merek

yang sama-sama kuat selalu berhasil di pasar. Menurut riset yang ada suatu

perusahaan dengan asosiasi merek yang kuat dalam jangka panjang akan lebih

menguntungkan apabila melakukan co-branding dengan perusahaan yang memiliki

asosiasi merek yang lebih lemah.

b. Kampanye Iklan

Hasil kajian riset menyatakan bahwa host partner sebaiknya tidak mendukung

kegiatan kampanye iklan oleh ingredient partner apabila iklan menekankan pada

6

Page 7: Cola Untuk Meningkatkan

manfaat yang dimiliki oleh host partner sebelumnya. Selain itu co-branding

memerlukan sejumlah dana yang cukup besar untuk melakukan kampanye iklan.

c. Pengalaman dengan produk

Ada kalanya merek yang lebih kuat menciptakan harapan yang berlebihan atas

produk co-branded sehingga dapat menimbulkan ketidakpuasan dalam mencoba

produk tersebut. Dimana kepuasan tersebut dapat diteruskan kepada merek ingredient

yang menyebabkan evaluation kualitas jadi semakin rendah.

d. Atribut kualitas

Bila atribut kualitas tidak bisa diamati terutama pada produk-produk experience

(produk yang membutuhkan pengalaman dari konsumen dalam mengkonsumsi

produk tersebut agar dapat memberikan penilaian produk), co-branding bisa

memberikan kepastian kualitas. Tetapi sebaliknya jika atribut kualitas dapat diamati

maka kehadiran merek yang kuat kurang berperan karena konsumen menilai secara

langsung.

METODE PENELITIAN

Batasan Penelitian dan Gambaran Populasi

Obyek yang akan diteliti adalah konsumen AMDK Ades dengan batasan

mahasiswa UK Petra Jurusan Manajemen. Pembatasan penelitian ini didasarkan pada

asumsi penulis bahwa sebagian besar mahasiswa UK Petra merupakan konsumen

AMDK Ades dan pada umumnya mahasiswa manajemen dapat memikirkan dan dapat

memahami konsep co-branding lebih baik dibandingkan mahasiswa jurusan lain.

Populasi mahasiswa manajemen yang menjadi responden penelitian sebesar 1643

(BAAK,2001).

Teknik Pengambilan Sampel

Teknik penarikan sampel yang digunakan mengacu pada eksperimen yang

dilakukan oleh Aaker dan Keller (1990,30) yang menggunakan mahasiswa kelas mata

kuliah mereka sebagai sampel eksperimen. Penelitian ini mengambil sampel mahasiswa

yang mengikuti mata kuliah Strategi Pemasaran kelas A dan kelas B semester genap

periode akademik 2001 – 2002, dimana mahasiswa tersebut akan menjadi sampel

7

Page 8: Cola Untuk Meningkatkan

responden kelompok eksperimen. Untuk sampel responden kelompok kontrol, dipilih

dari mahasiswa Jurusan Manajemen yang diambil secara acak.

Metode dan Prosedur Pengumpulan Data

Ada dua metode yang digunakan dalam proses pengumpulan data yaitu: metode

kelas eksperimen dan metode survey melalui penyebaran kuesioner. Metode kelas

eksperimen diterapkan kepada para mahasiswa mata kuliah Strategi Pemasaran yang

menjadi responden penelitian (kelompok eksperimen). Sedangkan metode survey

diterapkan kepada mahasiswa manajemen yang diambil secara acak. (kelompok kontrol).

Kuesioner yang dibagikan merupakan kuesioner tertutup berupa pernyataan dalam bentuk

skala pernyataan sikap. Metode skala pernyataan sikap yang digunakan dalam kuesioner

adalah berupa skala Likert.

Metode Kelas Eksperimen

Menurut Maholtra, eksperimen adalah teknik yang biasa digunakan dalam

penelitian kausal. Sedangkan pengertian eksperimen adalah suatu proses menentukan satu

atau lebih variabel independen dan mengukur efek yang ditimbulkan pada satu atau lebih

variabel dependen, dengan tetap mengontrol variabel-variabel ekstra lainnya. (2002,224)

Jenis eksperimen yang digunakan adalah eksperimen laboratorium yaitu

eksperimen yang dilakukan dengan menciptakan suatu kondisi sesuai kehendak dari

peneliti dimana penulis menciptakan suatu kondisi atas responden kelas eksperimen demi

tercapainya tujuan dari eksperimen tersebut.

Sedangkan jenis desain eksperimen yang dimplementasikan dalam eksperimen ini

adalah pre-experimental design-static group yaitu desain eksperimen yang tidak

mengontrol variabel-variabel ekstra melalui randomisasi. Desain eksperimen ini terbagi

dalam dua kelompok yaitu: kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dimana

pengukuran kedua kelompok tersebut dilakukan hanya setelah kedua kelompok tersebut

mendapatkan perlakuan dalam eksperimen. dan unit tes tidak dipilih secara acak

8

Page 9: Cola Untuk Meningkatkan

Bagian – Bagian Dalam Eksperimen:

a. Variabel independen

Variabel yg ditentukan oleh peneliti dimana efek dari variabel tersebut diukur dan

dibandingkan. Dalam hal ini, pemahaman akan konsep co-branding antara Ades

dengan Coca – Cola merupakan variabel independen eksperimen.

b. Variabel dependen

Variabel yang mengukur efek dari variabel independent pada unit tes. Dalam

eksperimen ini, variabel tersebut adalah kesan kualitas terhadap citra produk AMDK

Ades berdasarkan penilaian sikap konsumen ditinjau dari atribut – atribut produknya.

c. Unit tes / kelompok eksperimen

Individu, organisasi, atau lainnya yang memberikan respon pada variabel independen

atau studi eksperimen yang sedang dilakukan. Dalam eksperimen ini, mahasiswa

mata kuliah Strategi Pemasaran kelas A dan kelas B semester genap periode

akademik 2001 – 2002 menjadi kelompok eksperimen.

d. Control group / Kelompok kontrol

Kelompok yang tidak ditentukan untuk memberikan respon terhadap variabel-

variabel independen, kelompok ini menyediakan poin perbandingan ketika menilai

efek dari respon terhadap variabel-variabel independen yang telah ditentukan

terhadap variabel dependen. Dalam eksperimen ini, mahasiswa jurusan manajemen

yang diambil secara acak menjadi kelompok kontrol.

Metode Fishbein

Metode Fishbein atau biasa dikenal dengan model sikap Fishbein menurut

Santoso pada prinsipnya menghitung Ao (Attitude toward the object), yaitu sikap

seseorang terhadap sebuah obyek yang dikenali lewat atribut-atribut yang melekat pada

obyek tersebut. (2000,148). Sikap konsumen terhadap suatu obyek / produk yang biasa

mereka konsumsi akan menimbulkan sejumlah keyakinan yang menimbulkan harapan

atas produk tersebut. Konsumen dapat merasa kecewa ataupun justru merasa puas atas

suatu produk yang mereka konsumsi, tergantung apakah sejumlah harapan mereka atas

produk tersebut terpenuhi atau tidak pada saat mereka mengkonsumsi produk tersebut.

9

Page 10: Cola Untuk Meningkatkan

Variabel – variabel pengukuran metode fishbein,yaitu:

Sailent Belief

Yang dimaksud dengan sailent belief adalah sejumlah atribut yang melekat atau yang

relevan pada suatu produk yang dapat menentukan sikap konsumen.

Pengukuran sailent belief dilakukan untuk mendapatkan penilaian harapan dan keyakinan

konsumen terhadap kinerja atribut – atribut produk.

Evaluation

Yang dimaksud dengan evaluation adalah penilaian sikap konsumen terhadap kinerja

atribut – atribut produk.

Variabel – variabel atribut produk yang digunakan dalam penelitian ini sebagai

pengukuran rata-rata sikap konsumen adalah:

Variabel kualitas produk

- Kejernihan air mineral

- Kesegaran rasa air mineral

Variabel tampilan produk

- Gambar logo produk

- Warna desain kemasan

- Bentuk desain kemasan

- Kelengkapan informasi produk

Variabel desain produk

- Daya tahan kemasan produk

- Kemudahan membuka segel kemasan produk

- Keamanan kemasan dari kuman, debu dan bakteri

- Harga produk

Rumus pengukuran yang digunakan:

a. Rata – rata tiap variabel

Nilai rata – rata tiap variabel = nilai total tiap variabel / jumlah responden

b. Nilai rata – rata sikap responden

Keterangan:

10

Page 11: Cola Untuk Meningkatkan

Ao = Sikap terhadap produk

Bi = Belief atau harapan konsumen terhadap atribut i dari suatu produk

Ei = Evaluation konsumen terhadap atribut i dari suatu produk

= Penjumlahan dari sejumlah atribut

KERANGKA BERPIKIR

HIPOTESA

11

Adanya potensi pasar AMDK yang besar dengan kendala masuk yang rendah

(SWAsembada,2001:

PT Ades Alfindo Putra Setia produsen AMDK no 2 di Indonesia

(SWAsembada,2001) sebagaiIngredient Branding

The Coca Cola Company produsen minuman berkarbonasi no 1 dunia (SWAsembada,2001)

sebagai Host Branding

Co-branding

Produk hasil co-branding

Evaluation Konsumen berdasarkan Metode

Fishbein

Belief Evaluation

Sikap konsumen

Page 12: Cola Untuk Meningkatkan

Bentuk co-branding Ades dengan Coca-Cola adalah ingredient branding dan

host branding. Pada co-branding tersebut Coca-Cola berperan sebagai host branding dan

Ades berperan sebagai ingredient branding. Kegiatan co-branding tersebut menghasilkan

produk hasil co-branding berupa AMDK bermerek Ades. Perubahan terhadap atribut –

atribut produk AMDK Ades sebagai bentuk dari kegiatan co-branding, tentunya

menyebabkan munculnya harapan konsumen akan produk hasil co-branding.

Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat diajukan hipotesa sebagai berikut:

“Co-branding antara Ades dengan Coca-Cola, memberikan pengaruh dan mampu

meningkatkan citra produk AMDK Ades ditinjau dari sikap konsumen terhadap atribut-

atribut produknya”

PENGUJIAN HIPOTESA

Penulis menggunakan metode sikap Fisbhein untuk mengukur hasil rata – rata

sikap dari dua kelompok responden yaitu hasil rata – rata sikap kelompok eksperimen

dengan hasil rata – rata sikap kelompok kontrol. Responden kelompok eksperimen

mendapatkan treatment (perlakuan) berupa pemahaman mengenai konsep co-branding

dan proses co-branding Ades dengan Coca-Cola, serta mendapatkan alat peraga berupa

AMDK Ades ukuran gelas untuk dilihat, diamati, dipegang, dan dirasakan. Sedangkan

responden kelompok kontrol tidak mendapatkan perlakuan sama sekali.

Apabila hasil rata - rata sikap kelompok eksperimen sama atau identik dengan

hasil rata – rata sikap kelompok kontrol, maka co-branding antara Ades dengan Coca-

Cola tidak berdampak apapun terhadap kesan kualitas akan citra produk AMDK Ades.

Dan sebaliknya jika rata – rata sikap kelompok eksperimen tidak sama atau tidak identik

dengan rata – rata sikap kelompok kontrol, maka co-branding memberikan pengaruh

terhadap kesan kualitas akan citra produk AMDK Ades.

Untuk melihat pengaruh kemampuan co-branding dalam meningkatkan citra

produk hasil co-branding dari penilaian kesan kualitas oleh responden, dapat diketahui

melalui hasil rata – rata sikap total responden, baik responden kelompok eksperimen

maupun kelompok kontrol. Dimana hasil rata – rata sikap total responden diperoleh

dengan membandingkan nilai rata – rata belief dengan nilai rata – rata evaluation.

12

Page 13: Cola Untuk Meningkatkan

Jika hasil nilai rata – rata belief lebih tinggi dibandingkan nilai rata – rata

evaluation maka nilai hasil rata – rata sikap total responden positif. Hal tersebut dapat

diartikan bahwa kinerja atribut-atribut produk AMDK Ades dapat memenuhi harapan

responden sehingga dapat diketahui bahwa co-branding Ades dengan Coca-Cola mampu

meningkatkan citra produk AMDK Ades. Jika nilai rata – rata belief lebih rendah

dibandingkan nilai rata – rata evaluation maka hasil nilai rata – rata sikap total responden

negatif. Hal tersebut dapat diartikan bahwa kinerja atribut-atribut produk AMDK Ades

tidak dapat memenuhi harapan responden sehingga dapat diketahui bahwa co-branding

Ades dengan Coca-Cola tidak mampu meningkatkan citra produk AMDK Ades.

Dari penjelasan tersebut diatas, dapat dirumuskan hipotesa sebagai berikut:

H0 : Rata – rata sikap responden kelompok eksperimen, terhadap produk AMDK Ades

identik dengan sikap responden kelompok kontrol.

H1 : Rata – rata sikap responden kelompok eksperimen, terhadap produk AMDK Ades

tidak identik dengan rata – rata sikap responden kelompok kontrol.

ANALISA DATA

Hasil nilai rata – rata sikap responden

- Responden kelompok eksperimen 233,429

- Responden kelompok kontrol 231,974

Dari hasil nilai rata – rata sikap responden dapat diambil keputusan untuk

menerima H1 dan menolak H0, yang berarti rata – rata sikap responden kelompok

eksperimen, terhadap AMDK Ades adalah tidak identik dengan rata – rata sikap

responden kelompok kontrol.

Jika demikian dapat diketahui bahwa co-branding antara Ades dan Coca – Cola

memberikan pengaruh terhadap produk AMDK merek Ades.

13

Page 14: Cola Untuk Meningkatkan

Tabel 1. Sikap responden kelompok eksperimen

Variabel Atribut Produk Belief Evaluation SikapKualitas Produk      Kejernihan air mineral 5.238 5.889 negatifKesegaran air mineral 4.889 5.714 negatifTampilan Produk      Gambar logo produk 4.079 4.651 negatifWarna desain kemasan 4.19 4.206 negatifBentuk desain kemasan 3.714 4.333 negatifKelengkapan Informasi Produk 5.254 5.381 negatifDesain Produk      Daya tahan kemasan 4.302 5.206 negatifKemudahan membuka segel kemasan 3.794 4.762 negatifKeamanan kemasan dari kuman, debu, dan bakteri 4.921 5.873 negatifHarga produk 4.651 5.159 negatif

Rata-rata belief atas kesepuluh variabel atribut produk yang ditanyakan kepada

responden kelompok eksperimen melalui kuesioner, menunjukkan nilai rata-rata di

bawah nilai rata-rata evaluation responden atas kesepuluh variabel atribut produk

tersebut. Dengan demikian dapat diketahui sikap kelompok eksperimen terhadap produk

AMDK Ades negatif. Yang berarti kinerja dari kesepuluh atribut produk tersebut masih

di bawah harapan responden atau dengan kata lain belum mampu memenuhi harapan

responden

Tabel 2. Sikap responden kelompok kontrol

Variabel Atribut Produk Belief Evaluation SikapKualitas Produk      Kejernihan air mineral 5.048 5.667 negatifKesegaran air mineral 4.413 5.683 negatifTampilan Produk      Gambar logo produk 4.063 4.73 negatifWarna desain kemasan 4.095 4.571 negatifBentuk desain kemasan 3.841 4.746 negatifKelengkapan informasi produk 4.302 5.556 negatifDesain Produk      Daya tahan kemasan 4.238 5.365 negatifKemudahan membuka segel kemasan 4.27 5.159 negatifKeamanan kemasan dari kuman,debu, dan bakteri 4.587 5.746 negatifHarga produk 4.714 5.571 negatif

14

Page 15: Cola Untuk Meningkatkan

Rata-rata belief atas kesepuluh variabel atribut produk yang ditanyakan kepada

responden kelompok kontrol melalui kuesioner, menunjukkan nilai rata-rata di bawah

nilai rata-rata evaluation responden atas kesepuluh variabel atribut produk tersebut.

Dengan demikian dapat diketahui sikap kelompok kontrol terhadap produk AMDK Ades

negatif. Yang berarti kinerja dari kesepuluh atribut produk tersebut masih di bawah

harapan responden atau belum mampu memenuhi harapan responden.

KESIMPULAN

Berdasarkan seluruh analisis data yang ada, dapat disimpulkan sebagai berikut:

Nilai rata-rata sikap responden kelompok eksperimen tidak sama dengan nilai rata -

rata sikap responden kelompok kontrol. Sehingga dapat diambil keputusan untuk

menerima H1 dan menolak H0, yang berarti rata - rata sikap responden kelompok

eksperimen, terhadap AMDK merek Ades adalah tidak identik dengan rata - rata sikap

responden kelompok kontrol.

Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa co-branding antara Coca – Cola dan Ades

memberikan pengaruh terhadap produk AMDK merek Ades.

Analisa belief responden kelompok eksperimen

Dari hasil analisa belief, dapat diketahui urutan tiga besar atribut produk dengan

penilaian tertinggi dan urutan tiga besar atribut produk dengan penilaian terendah.

Tiga besar atribut produk dengan penilaian tertinggi maksudnya adalah bahwa atribut

produk tersebut diyakini atau diharapkan oleh responden memiliki kinerja yang baik.

Sedangkan tiga besar atribut produk dengan penilaian terendah maksudnya adalah

bahwa atribut produk tersebut diyakini oleh responden memiliki kinerja yang buruk

atau kinerja atribut produk tersebut tidak terlalu diharapkan baik oleh responden.

Adapun urutan dari hasil analisa belief sebagai berikut:

Tiga besar atribut produk yang memiliki penilaian tertinggi adalah:

- Atribut kelengkapan informasi produk (5.254)

- Atribut kejernihan air mineral (5.238)

- Atribut keamanan kemasan dari kuman, debu, dan bakteri (4.921)

15

Page 16: Cola Untuk Meningkatkan

Tiga besar atribut produk yang memiliki penilaian terendah adalah:

- Atribut bentuk desain kemasan (3.714)

- Atribut kemudahan membuka segel kemasan (3.794)

- Atribut gambar logo produk (4.079)

Analisa belief responden kelompok kontrol

Dari hasil analisa belief, dapat diketahui urutan tiga besar atribut produk dengan

penilaian tertinggi dan urutan tiga besar atribut produk dengan penilaian terendah.

Tiga besar atribut produk dengan penilaian tertinggi maksudnya adalah bahwa atribut

produk tersebut diyakini atau diharapkan oleh responden memiliki kinerja yang baik.

Sedangkan tiga besar atribut produk dengan penilaian terendah maksudnya adalah

bahwa atribut produk tersebut diyakini oleh responden memiliki kinerja yang buruk

atau kinerja atribut produk tersebut tidak terlalu diharapkan baik oleh responden.

Adapun urutan dari hasil analisa belief sebagai berikut:

Tiga besar atribut produk yang memiliki penilaian tertinggi adalah:

- Atribut kejernihan air mineral (5.048)

- Atribut harga produk (4.714)

- Atribut keamanan kemasan dari kuman, debu, dan bakteri (4.587)

Tiga besar atribut produk yang memiliki penilaian terendah adalah:

- Atribut bentuk desain kemasan (3.841)

- Atribut gambar logo produk (4.063)

- Atribut warna desain kemasan (4.095)

Analisa evaluation responden kelompok eksperimen

Dari hasil analisa evaluation, dapat diketahui urutan tiga besar atribut produk dengan

penilaian tertinggi dan urutan tiga besar atribut produk dengan penilaian terendah.

Tiga besar atribut produk dengan penilaian tertinggi maksudnya adalah bahwa atribut

produk tersebut dinilai oleh responden memiliki kinerja yang baik. Sedangkan tiga

besar atribut produk dengan penilaian terendah, maksudnya adalah bahwa atribut

produk tersebut dinilai oleh responden memiliki kinerja yang buruk. Adapun urutan

dari hasil analisa evaluation sebagai berikut:

16

Page 17: Cola Untuk Meningkatkan

Tiga besar atribut produk yang memiliki penilaian tertinggi adalah:

- Atribut kejernihan air mineral (5.889)

- Atribut keamanan kemasan dari kuman, debu, dan bakteri (5.873)

- Atribut kesegaran air mineral (5.714)

Tiga besar atribut produk yang memiliki penilaian terendah adalah:

- Atribut warna desain kemasan (4.206)

- Atribut bentuk desain kemasan (4.333)

- Atribut gambar logo produk (4.651)

Analisa evaluation responden kelompok kontrol

Dari hasil analisa evaluation, dapat diketahui urutan tiga besar atribut produk dengan

penilaian tertinggi dan urutan tiga besar atribut produk dengan penilaian terendah.

Tiga besar atribut produk dengan penilaian tertinggi maksudnya adalah bahwa atribut

produk tersebut dinilai oleh responden memiliki kinerja yang baik. Sedangkan tiga

besar atribut produk dengan penilaian terendah, maksudnya adalah bahwa atribut

produk tersebut dinilai oleh responden memiliki kinerja yang buruk. Adapun urutan

dari hasil analisa evaluation sebagai berikut:

Tiga besar atribut produk yang memiliki penilaian tertinggi adalah:

- Atribut keamanan kemasan dari kuman, debu, dan bakteri (5.746)

- Atribut kesegaran air mineral (5.683)

- Atribut kejernihan air mineral (5.667)

Tiga besar atribut produk yang memiliki penilaian terendah adalah:

- Atribut warna desain kemasan (4.571)

- Atribut gambar logo produk (4.73)

- Atribut bentuk desain kemasan (4.746)

Analisa sikap responden kelompok eksperimen

17

Page 18: Cola Untuk Meningkatkan

Nilai rata-rata belief atas kesepuluh atribut produk yang ditanyakan kepada responden

kelompok eksperimen, menunjukkan nilai rata-rata di bawah nilai rata-rata evaluation

responden atas kesepuluh atribut produk tersebut. Dengan demikian dapat diketahui

bahwa sikap responden terhadap produk AMDK Ades negatif. Sehingga dapat

diartikan bahwa kinerja dari kesepuluh atribut produk tersebut masih di bawah

harapan responden atau belum dapat memenuhi harapan responden.

Analisa sikap responden kelompok kontrol

Nilai rata-rata belief atas kesepuluh atribut produk yang ditanyakan kepada responden

kelompok kontrol, menunjukkan nilai rata-rata di bawah nilai rata-rata evaluation

responden atas kesepuluh atribut produk tersebut. Dengan demikian dapat diketahui

sikap responden terhadap produk AMDK Ades negatif. Sehingga dapat diartikan

bahwa kinerja dari kesepuluh atribut produk tersebut masih di bawah harapan

responden atau belum dapat memenuhi harapan responden.

Analisa sikap keseluruhan responden, baik responden kelompok eksperimen dan

responden kelompok kontrol

Baik responden kelompok eksperimen maupun responden kelompok kontrol memiliki

sikap negatif terhadap produk AMDK Ades. Sehingga dapat diketahui bahwa kinerja

dari atribut-atribut produk AMDK Ades belum dapat memenuhi harapan responden

dan dengan kata lain dapat diartikan bahwa kegiatan co-branding antara Coca – Cola

dan Ades belum mampu meningkatkan citra produk AMDK-nya.

Daftar Pustaka

18

Page 19: Cola Untuk Meningkatkan

Aaker A.D., Keller K.L, January 1990. Consumer Evaluations of Brand Extentions.

Journal of Marketing

Aaker., David A. 1997. Manajemen Ekuitas Merek. Mitra Utama, Jakarta

Kotler P., Armstrong G, 1996. Principles of Marketing, 7th edition. Prentice Hall Inc,

Saddle New Jersey

Kotler P., Armstrong G, 1999. Principle of Marketing, International Edition. Prentice

Hall Inc, Saddle New Jersey

Maholtra N K., 2002. Basic Marketing Research: Application to Contemporary Issues,

International Edition. Prentice Hall Inc, Saddle New Jersey

Mason R.D., Lind D. A, 1996. Teknik Statistika untuk Bisnis & Ekonomi. Jilid Pertama

Edisi Sembilan. Erlangga, Surabaya

Nickel., Mc Hugh J.M., Mc Hugh S.M, 1999. Understanding Business. 5th Edtion -

International Edition. The Mc Graw Hill Co

PDAM Website, http://mailsvr.pdam-sby.go.id/

Racoi., Wulandari., Mahimza., Jahari. Strategi Jitu Co-Branding. Majalah Marketing

No. 25/I/17-30 Januari 2002: 6-10

Rianty., Tantry. Manuver Akrobatik Coca-Cola. Majalah SWAsembada.

No: 02/XVII/25 Januari – 7 Februari 2001: 82-83

Santoso S, 2000. Aplikasi Excel dalam Marketing dan Riset Konsumen. Elex Media

Komputindo, Jakarta

19

Page 20: Cola Untuk Meningkatkan

Vijayanto R. M, 1998. Analisis Motivasi dan Kepuasan Nasabah PT Asuransi Jiwa

perwakilan Surabaya Selatan.

Wibisono L.,Yudana I. G. A, Juni 2001. Mencari Mutu Air Kemasan.

http://www.megaone.com/tauyhaw/tauyhaw/air_udara.htm

Wijoyo S., Mari Menakar Kinerja Ekologi Wali Kota Bambang DH. Kompas, 10 Oktober

2002

Zeithaml V. A., Parasuraman., Leonard L. B, 1990. Delivering Quality Service Balancing

Costumer Perception and Expectation. The Free Press, New York

20