gulagulamanisku.files.wordpress.com · web viewmakalah ini telah saya susun secara maksimal dan...
TRANSCRIPT
MAKALAH
ANALISIS KELAYAKAN PEMBANGUNAN TEXTILE AND CONVECTION SHOPPING CENTER SEBAGAI UPAYA MENGURANGI
JUMLAH PENGANGGURAN DAN MENGOPTIMALKAN POTENSI LOKAL KABUPATEN PEMALANG
Disusun Oleh:
Kurniasih
NIM. 7111414028
Disusun untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Evaluasi Proyek
Dosen Pengampu: Yozy Aulia Rahman, S.E. M.Sc.
JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNANFAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG2017
i
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, saya panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya, sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah matakuliah Evaluasi Proyek dengan judul “Analisis
Kelayakan Pembangunan Textile and Convection Shopping Center sebagai
Upaya Mengurangi Jumlah Pengangguran dan Mengoptimalkan Potensi
Lokal Kabupaten Pemalang”.
Makalah ini telah saya susun secara maksimal dan dengan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah
ini. Untuk itu pada kesempatan ini saya ingin menyampaikan ucapan terima kasih
kepada Bapak Yozy Aulia Rahman, S.E. M.Sc. selaku dosen matakuliah Evaluasi
Proyek.
Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka saya menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar saya dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata saya berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
maupun inpirasi terhadap pembaca.
Semarang, 5 Mei 2017
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul.................................................................................................. i
Kata Pengantar.................................................................................................. ii
Daftar Isi........................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang...................................................................................... 1
1.2. Rumusan Pembangunan........................................................................ 5
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................. 7
2.1. Deskripsi Program................................................................................ 7
2.2. Analisis Manfaat.................................................................................. 10
2.3. Analsis Biaya........................................................................................ 13
BAB III Kesimpulan......................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 18
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pertumbuhan ekonomi menjadi salah satu tujuan pembangunan ekonomi.
Melalui pertumbuhan ekonomi yang digambarkan dengan meningkatnya
Produk Domestik Bruto, suatu daerah dianggap sudah lebih baik dari tahun
sebelumnya. Pembangunan juga merupakan alat yang digunakan untuk
mencapai tujuan bangsa dan pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu
indikator untuk menilai keberhasilan pembangunan dari suatu negara (Mirza,
2012). Dalam konteks dan ruang lingkup yang kecil, setiap daerah akan
berusaha untuk mendorong kenaikan PDRB dengan mengoptimalkan segala
potensi yang dimilki.
Kabupaten Pemalang merupakan salah satu kabupaten yang ada di Jawa
Tengah yang memilki tingkat pertumbuhan ekonomi yang cukup baik.
Berdasarkan Gambar 1.1, dari tujuh kabupaten dan kota yang termasuk dalam
karisidenan Pekalongan, PDRB Kabupaten Pemalang menempati posisi
ketiga tertinggi setelah Kabupaten Batang dan Kabupaten Pekalongan.
Jumlah PDRB Kabupaten Pemalang dari tahun ketahun juga mengalami
peningkatan, tercatat pada tahun 2012, PDRB Kabupaten Pemalang sebesar
12.477.235,25 juta rupiah dan meningkat menjadi 14.664.608, 72 juta rupiah
pada tahun 2015. Semakin meningkatnya jumlah PDRB Kabupaten Pemalang
memberikan gambaran bahwa perekonomian mengalami pertumbuhan yang
positif.
1
Gambar 1.1 PDRB ADHK Kabupaten/Kota Kariseidenan Pekalongan Tahun
2012-2015
0.00
5,000,000.00
10,000,000.00
15,000,000.00
20,000,000.00
25,000,000.00
30,000,000.00
Batang Pekalongan Pemalang Tegal BrebesKota Pekalongan Kota Tegal
2012 2013 2014 2015
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Pemalang
Meskipun terjadi peningkatan PDRB yang signifikan setiap tahunnya,
permasalahan-permasalahan ekonomi seperti pengangguran dan kemiskinan
masih menghantui Kabupaten Pemalang. Berdasarkan Tabel 1.1 dapat kita lihat
bahwa jumlah pengangguran di Kabupaten Pemalang masih tergolong tinggi.
Pada tahun 2012 jumlah pengangguran yang ada di Kabupaten Pemalang
mencapai 4.82 persen atau 29.539 jiwa dan meningkat menjadi 6,55 persen
atau sebanyak 38.842 jiwa pada tahun 2015. Hal ini menunjukkan bahwa
peningkatan jumlah PDRB tidak diikuti dengan menurunnya jumlah
pengangguran.
Pada dasarnya tujuan pembangunan ekonomi tidak hanya difokuskan pada
output yang meningkat yang ditandai dengan meningkatnya PDRB. Lebih jauh
dari itu, pembangunan ekonomi adalah usaha pemerataan pendapatan dan
kesejahteraan melalui pendidikan, kesehatan serta usaha untuk mengurangi
tingkat kemiskinan dengan menekan jumlah pengangguran. Sehingga
pembangunan ekonomi tidak hanya berporos pada pertumbuhan pendapatan
yang menciptakan kapitalisme. Model pembangunan ekonomi yang merujuk
2
pada kapitalisme pada kenyataannya tidak mampu menciptakan banyak
peluang kerja terencana, justru berbuah pengangguran dan pekerja tidak
produktif (Pitoyo, 2007). Orientasi pertumbuhan dalam proses pembangunan
ekonomi juga sering diikuti oleh distribusi pendapatan yang semakin
memburuk (Suharto, 2001). Pendekatan pembangunan yang sangat
menekankan pada pertumbuhan ekonomi makro juga cenderung mengabaikan
terjadinya kesenjangan-kesenjangan pembangunan antar wilayah yang cukup
besar (Baransano, 2011).
Tabel 1.1 Penduduk Berumur 15+ Menurut Kegiatan Terbanyak Kab.
Pemalang 2010-2013
Kegiatan 2010 2011 2012 2013Penduduk 15+ 893,647 899,234 895,565 887,805
Angkatan Kerja 581,757 631,743 612,211 593,205Bekerja 515,127 591,728 582,672 554,363Pengangguran 66,630 40,015 29,539 38,842
Bukan Angkatan Kerja 311,890 267,491 283,354 294,600Sekolah 66,342 61,690 48,425 62,146Mengurus Ruta 174,448 154,556 186,562 178,106Lainnya 71,100 51,245 48,367 54,348
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)
65.1 70.25 68.36 66.82
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)
11.45 6.33 4.82 6.55
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Pemalang
Meningkatnya jumlah pengangguran yang ada di Kabupaten Pemalang
juga nyatanya dibarengi dengan jumlah penduduk miskin yang tinggi.
Sebagai daerah yang memiliki pertumbuhan PDRB yang cukup baik,
peringkat ketiga di Karesidenan Pekalongan, harusnya dapat membuat
penduduk miskin di Kabupaten Pemalang menjadi lebih sedikit. Dari Gambar
1.2 kita dapat melihat bahwa jumlah pendduk miskin yang ada di Kabupaten
Pemalang justru menempati peringkat kedua setelah Kabupaten Brebes.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa peningkatan PDRB yang ada tidak dapat
mengurangi jumlah penduduk miskin. Banyak hall yang menyebabkan
3
permasalah ini. Salah satunya adalah terjadinya kesenjangan pendapatan
dimana pendapatan atau laba hanya dinikmati oleh segelintir orang saja.
Gambar 1.2 Jumlah Penduduk Miskin di Kabupaten/Kota Karisidenan
Pekalongan Tahun 2013—2015
Batan
g
Pekalo
ngan
Pemala
ngTeg
al
Brebe
s
Kota
Pekalo
ngan
Kota
Tegal
0
50000
100000
150000
200000
250000
300000
350000
400000
201320142015
Sumber: Kabupaten Pemalang dalam Angka 2016
Salah satu cara untuk mengurangi jumlah pengangguran adalah dengan
memanfaatkan potensi lokal secara optimal. Salah satu potenti lokal yang
dimiliki oleh Kabupaten Pemalang adalah di sektor industri tekstil dan
konveksi. Pemalang memiliki berbagai ritel yang tersebar yang menjual
bahan kain dan konfeksi dimana pengunjungnya banyak berdatangan dari
luar kota bahkan juga luar provinsi. Berbagai ritel tekstil dan konveksipun
tersebar di seluruh kecamatan di kabupaten Pemalang, dari Comal, Petarukan,
Ulujami, Pemalang dan lain-lain. Industri tekstil dan konveksi yanga ada di
Kabupaten Pemalang terkenal dengan produksi bahan kemeja, jeans, jaket
dan lain –lain.
Pemalang memiliki berbagai UMKM konveksi dan produksi tekstil yang
sudah dikenal masyarakat luas di dalam kota hingga luar kota juga. Industri
tenun yang ada di Kecamatan Taman bahkan sudah menembus pasar
internasional. Tak sedikit dari mereka dengan sengaja datang untuk mencari
4
tekstil atau bahan untuk memenuhi kebutuhan produksi pakaian pribadi
maupun industri.
Sebagai salah satu kabupaten yang yang dilalui berbagai kendaraan dari
selatan seperti Purwokerto, Purbalingga, Kebumen yang menuju ke arah
Jakarta ataupun Semarang, atau bahkan wisatawan dari Semarang, Solo, atau
Salatiga yang sedang melakukan perjalanan ke arah Jakarta, Kabupaten
Pemalang hendaknya dapat memanfaatkan peluang untuk mengenalkan
potensi lokal yang ada dan mengatasi permasalahan pengangguran dan
kemiskinan yang menjadi permasalahan yang urgent.
Adapun rencana proyek yang penulis usulkan pada makalah ini adalah
dibuatnya suatu gedung perbelanjaan tekstil dan konveksi atau “Textile and
Convection Shooping Center”. Textile and Convection Shooping Center yaitu
suatu landmark Kabupaten Pemalang yang berisi perkumpulan penjual bahan
kain ataupun tekstil dan konfeksi di dalam satu bangunan atau kawasan yang
dapat memberikan kemudahan bagi para wisatawan dalam mengeksplor
bahan kain atau tekstil dan konveksi khas Kabupaten Pemalang. Dengan
adanya Textile and Convection Shooping Center ini. Diharapkan dapat
mendukung pertumbuhan ekonomi makro Kabupaten Pemalang,
mengakomodasi para penjual tekstil yang ada, dan mengurangi tingkat
pengangguran dan kemiskinan yang ada di Kabupaten Pemalang.
1.2. Tujuan Pembangunan Textile and Convection Shooping Center
Berdasarkan permasalahan yang di hadapi Kabupaten Pemalang terkait
pengangguran, kemiskinan dan kurang optimalnya pemanfaatna potensi lokal
yang ada khusunya potensi industri tekstil dan konveksi maka tujuan umum
dibuatnya Textile and Convection Shooping Center ini adalah:
a. Menjadi sarana penampung dan pengakomodasi segala keperluan
perkumpulan para pedagang tekstil dan konveksi yang ada di
Kabupaten Pemalang dalam bentuk penyediaan tempat untuk
berjualan dan atau sekedar memamerkan dagangannya.
5
b. Sebagai pusat perbelanjaan yang dapat menyerap banyak tenaga
kerja, meningkatkan perekonomian dan juga sebagai daya tarik
wisata belanja khas Kabupaten Pemalang
Secara garis besar tujuan dibuatnya Textile and Convection Shooping
Center ada dua yaitu untuk pemilik industri tekstil dan konveksi itu sendiri
dan masyarakat umum yang akan mendapatkan multiplier effect dari adanya
pembangunan Textile and Convection Shooping Center melalui penyerapan
tenaga kerja dan pertumbuhan ekonomi. Untuk lebih jelasnya mengenai
manfaat yang dapat diperoleh selain dua tujuan umum tersebut akan
dijelaskan pada bab berikutnya.
6
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Deskripsi Program
Textile and Convection Shooping Center merupakan gedung perbelanjaan
yang berbentuk fasilitas umum yang dikelola oleh pemerintah yang
difungsikan sebagai sarana pelayanan juga sebagai distribusi perekonomian.
Textile and Convection Shooping Center merupakan salah satu bentuk
implementasi visi Bupati Pemalang yaitu “Terwujudnya Pemalang Hebat
yang Berdaulat, Berjatidiri, Mandiri dan Sejahtera” dan misi ke empat yaitu
“Mewujudkan sarana dan prasarana dasar yang merata untuk mmperkuat
sentra-sentra produksi berbasis kewilayahan sesuai dengan karakteristik dan
potensi daerah”. Adapun deskripsi singkat program (Textile and Convection
Shooping Center) adalah:
a. Biaya
Textile and Convection Shooping Center akan menghabiskan biaya
yang di ambil melalui APBD Kabupaten Pemalang sebesar Rp.
65.650.000.000,00 (enam puluh lima milyar). Biaya yang dimaksud
merupakan biaya perencanaan, bangunan fisik, pengelolaan kegiatan
dan konsultan pengawas.
b. Program Ruang
Pusat perbelanjaan ini akan dibangun berupa suatu massa bangunan
yang memiliki 2 lantai, masing-masing ruang/lantai berbeda fungsi
dan kebutuhan. Dengan luas lahan ±14.000 m2 dan total luas lantai
bangunan ± 17.110 m2.
c. Rencana Sirkulasi
Untuk Pengunjung/Pengelola/Staf, terdapat dua akses dari belakang
berupa pintu masuk dan keluar dengan ramp. Kemudian ada 10
(sepuluh) akses keluar dan masuk.
7
d. Arsitektur dan Massa Bangunan
Pusat perbelanjaan ini didesign dengan bangunan utama berbentuk
massa bangunan yang merupakan pengembangan segi empat
mengikuti bentuk site plan yang tersedia. Langgam arsitektur
kontekstual terhadap bangunan sekitar, bentuk modern minimalis.
e. Struktur Bangunan
Jumlah Lantai : 1 massa bangunan dengan 2 lantai
Bahan Struktur : Baja Tulangan U-32 untuk Ø > 12 mm, U-
24 untuk Ø < 12 mm, Beton K-225.
Struktur Bawah : Pondasi Footplat, Minipile.
Struktur Atap : Baja konvensional pipa, dengan penutup
atap selulose bitumen.
f. Pekerjaan Fisik
Total Kios Lantai 1 : 92 unit
Total Kios Lantai 2 : 120 unit
Kantor Pengelolaan Pasar dan fasilitasnya;
Ruang serbaguna;
Pos keamanan, CCTV, Ruang menyusui, dan Pos Tera
(UTTP);
Tempat ibadah;
Drainase, toiliet / MCK, TPS;
Gudang stok barang;
Area bongkar muat, Ruang Terbuka Hijau, Sistem Informasi
Pasar, Papan Pengumuman;
Instalasi air bersih dan jaringan listrik, Hydran dan alat
pemadan kebakaran;
Akses jalan lingkungan pasar;
Sub Terminal, Tempat Parkir Kendaraan Roda 2 dan Roda 4;
dan
Fasilitas lainnya berupa Generator /Genset, dan Eskalator.
8
g. Gambar Desain Perencanaan Textile and Convection Shooping
Center
Gambar 2.1. Desain Textile and Convection Shooping Center
Tampak Depan
Gambar 2.2 Desain Textile and Convection Shooping Center
Tampak Samping
9
Gambar 2.3 Desain Textile and Convection Shooping Center
Tampak Latar
Sumber: Proposal Pembangunan Los/Interior Pasar Batang Kabupaten Batang
(
http://dak.kemendag.go.id/asset/uploadproposal/3/41/2/2016/130/PROPOSA
L%20PS%20BATANG.pdf)
2.2. Analisis Manfaat
Analisis manfaat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk
pemerintah maupun pihak yang terkait dalam pembangunan suatu proyek.
Analisis manfaat pembangunan gedung perbelanjaan sebagai fasilitas publik
ini digunakan sebagai evaluasi awal apakah proyek yang hendak dilaksanakan
memiliki manfaat untuk masyarakat umum atau hanya untuk kepentingan
segelintir orang semata. Adapun analisis yang dikaji dalam makalah ini dapat
dilihat pada Gambar 2.4.
10
Gambar 2.4. Analisis Manfaat Proyek Pembangaunan Gedung
Perbelanjaan
11
Tangibel Benefit Intangibel Benefit
Indirerect Benefit
* Meningkatnya omset penjualan
* Sebagai sarana wisata belanja
* Wadah bertemunya pembeli, penjual maupun pemilik industri tekstil dan konveksi secara terpusat
*Distribusi barang produk industri tekstil dan konveski menjadi lebih mudah (biaya bisa lebih murah)
*Sebagai sarana promosi usaha industri
*Terserapnya jumlah tenaga kerja
*Peluang adanya usaha kuliner dan makanan
*Peluang usaha transportasi seperti ojek, angkutan umum dan becak
*Perbaikan lingkungan hidup
*Sebagai wadah untuk mengoptimalkan potensil daerah
*Meningkatkan pertumbuhan ekonomi
Benefit
Direct Benefit
Manfaat yang dapat diperoleh dari adanya pembangunan Textile and
Convection Shooping Center ini dibagi menjadi dua yaitu manfaat yang
terlihat secara nyata (tangibel benefit) yang terdiri dari direct benefit dan
indirect benefit dan manfaat yang tidak dapat dilihat secara nyata (intangible
benefit). Adapun manfaat yang dapat dilihat secara nyata yaitu:
a. Direct benefit
Dengan adanya Textile and Convection Shooping Center diharapkan
mampu:
1. Meningkatkan omset penjualan yang diterima oleh setiap pemilik
industri tekstil dan konveksi yang ada di Kabupaten Pemalang.
Dengan adanya gedung perbelanjaan ini para pembeli ataupun
wisatawan tidak perlu jauh-jauh mendatangi tempat penjualan
yang lokasinya jauh dari kota karena Textile and Convection
Shooping Center di bangun ditempat yang strategis yang mudah
di akses.
2. Dijadikan sebagai sarana wisata belanja seperti Pasar Sukowati
yang ada di Pulau Bali dan Maliboro yang ada di Jogjakarta.
Dengan demikian, selain sebagai pasar yang menjual berbagai
macam hasil industri tekstil dan konveksi, Textile and Convection
Shooping Center ini juga dapat dijadikan sasaran atau tujuan
wisata.
3. Distribusi barang produk industri tekstik dan konveksi menjadi
lebih mudah dan biaya yang dikeluarkan menjadi lebih murah.
Semakin murah dan sedikit biaya yang dikeluarkan maka laba
atau keuantungan yang didapat akan menajdi lebih tinggi.
4. Dijadikan sebagai sarana promosi usaha industri. Melalui Textile
and Convection Shooping Center ini setiap pemilik industri tekstil
dan konveksi dapat mepromosikan secara langsung barang
produksinya ke pengunjung yang dapatng ke Textile and
Convection Shooping Center.
12
b. Indirect Benefit
Manfaat tidak langsung yang dapat didapat dari adanya Textile and
Convection Shooping Center adalah
1. Terserapnya tenaga kerja yang ada dipasar tenaga kerja yang akan
mengurangi jumlah pengangguran. Semakin banyak tenaga kerja
yang terserap di Kabupaten Pemalang, maka jumlah
pengangguran semakin menurun dan tingkat menjadi lebih
rendah.
2. Adanya peluang usaha kuliner maupun makanan yang dapat
digunakan oleh msayarakat sekitar untuk memenuhi kebutuhan
konsumsi para pekerja yang ada di Textile and Convection
Shooping Center
3. Adanya peluang usaha transportasi seperti ojek, angkutan umum
maupun atransportasi tradisinal seperti becak.
Sedangkan manfaat yang tidak dapat dilihat secara nyata adalah:
a. Adanya perbaikan lingkungan hidup. Melalui Textile and Convection
Shooping Center semua toko atau tempat penjualan yang memencar
menjadi terpusat disatu titik sehingga tata letak kota menjadi lebih
rapi dan terencana.
b. Sebagai wadah mengoptimalkan potensi daerah khususnya di sektor
industri tekstil dan konveksi.
c. Dengan adanya keuntungan atau manfaat secara langsung dan tidak
langsung yang di dapat, maka secara tidak terasa pertumbuhan
ekonomi akan meningkat.
2.3. Analisis Biaya
Analisis biaya yang digunakan dalam program pembangunan gedung
perbelanjaan Textile and Convection Shooping Center ini dibagi menjadi dua
yaitu biaya langsung (direct cost) dna biaya tidak langsung (indirect cost).
13
a. Biaya Langsung
Sebelum melakukan pembangunan Textile and Convection
Shooping Center, baiaya yang dikeluarkan secara langsung adalah
biaya dalam pembebasan lahan. Luas lahan yang digunakan dalam
pembangunan gedung perbelanjaan ini ± 14.000 m2. Selain biaya
pembebasan lahan, biaya tenaga kerja atau upah buruh juga perlu
diperhatiakan. Biasanya upah buruh dibayar oleh pemenang tender
saat proyek dilelang sehingga pemerintah tidak secara langsung
menggaji buruh. Namun perlu diperhatikan pada saat proses
pelelangan proyek agar biaya yang dikeluarkan tidak membengkak
dan dipastikan juga bahwa pemenang tender proyek merupakan pihak
yang dapat dipercaya dalam pembangunan gedung perbelanjaan ini
agar keawetan bagunan dapat di pertanggungjawabkan.
b. Biaya tidak langsung
Biaya tidak langsung yang di keluarkan dalam proyek Textile and
Convection Shooping Center ini antara lain:
1. Overhead proyek di kantor dan di lapangan
Dalam biaya overhead proyek pada pembuatan Textile and
Convection Shooping Center ini terdiri dari biaya yang
dikelurakan untuk menunjang proses pembangunan proyek
misalnya pembuatan gudang yang digunakan sebagai
penyimpanan bahan baku proyek, kantor atau rumah tinggal para
buruh, penerangan apabila proyek tetap dilakukan pada saat
malah hari, pagar untuk melindungi proyek, transportasi untuk
segala pengangkutan bahan baku, serta biaya dalam proses
perencanaan sepeti ijin bangunan, pajak, foto dan gambar sketsa
proyek, rapat-rapat yang digunakan untuk rencana maupun
evaluasi proses pembuatan proyek hingga peralatan kecil yang
umumnya terbuang setelah proyek selesai.
14
2. Biaya tak terduga/contigencies
Biaya tak terduga adalah salah satu biaya tak langsung,
yaitu biaya untuk kejadian-kejadian yang mungkin terjadi atau
mungkin tidak. Biaya tak terduga ini biasanya di anggarkan 0,5-5
persen dari biaya total proyek. Biaya tak terduga ini biasanya
digunakan dalam mengantisipasi kejadian-kejadian yan tidak
diinginkan misalnya banjir, longsor, dan sebagainya.
Apabila di jumlahkan maka biaya yang dikeluarkan dalam pembangunan
Textile and Convection Shooping Center ini meliputi perencanaan, biaya
dalam pembangunan fisik, biaya pengelolaan kegiatan dan biaya yang
dikeluarkan untuk konsultan pengawas. Adapun rincian biayanya adalah:
Perencanaan Rp. 50.000.000,00
Bangunan fisik Rp. 64.825.000.000,00
Pengelolaan kegiatan Rp. 75.000.000,00
Konsultas Pengawas Rp. 50.000.000,00
Total Perkiraan Biaya Rp. 65.000.000.000,00
Biaya tak terduga (1%) Rp. 650.000.000,00
Biaya Total Proyek Rp. 65.650.000.000,00
15
BAB III
KESIMPULAN
Kabupaten Pemalang merupakan salah satu kabupaten yang terletak di
karisidenan Pekalongan yang memiliki pertumbuhan ekonomi yang cukup
baik. Dari enam kabupaten dan kota yang ada di karisidenan Pekalongan,
Kabupaten Pemalang memilki pertumbuhan ekonomi tertinggi ketiga.
Namun, tingginya pertumbuhan ekonomi tidak dibarengi dengan jumlah
pengangguran dan kemiskinan yang rendah. Faktanya, jumlah kemiskinan
yang ada di Kabupaten Pemalang menempati peringkat kedua setelah
Kabupaten Brebes. Hal ini disebabkan karena jumlah pengangguran yang ada
juga tergolong tinggi. Untuk mengoptimalkan potensi daerah khususnya pada
industri tekstil dan konveksi maka perlu dibangun suatu gedung perbelanjaan
atau Textile and Convection Shooping Center yangdapat menyerap banyak
tenaga kerja serta manfaat ekonomi yang positif. Adapun tujuan dibuatnya
Textile and Convection Shooping Center ini adalah:
a. Menjadi sarana penampung dan pengakomodasi segala keperluan
perkumpulan para pedagang tekstil dan konveksi yang ada di
Kabupaten Pemalang dalam bentuk penyediaan tempat untuk
berjualan dan atau sekedar memamerkan dagangannya.
b. Sebagai pusat perbelanjaan yang dapat menyerap banyak tenaga
kerja, meningkatkan perekonomian dan juga sebagai daya tarik
wisata belanja khas Kabupaten Pemalang
Selain tujuan yang dimaksud beberapa hal yang perlu dipertimbangakan
dalam proyek Textile and Convection Shooping Center ini adalah adanya
analisis biaya dan manfaat. Manfaat yang diperoleh dari dibangunnya Textile
and Convection Shooping Center meliputi tangibel benefit (direct and
indirect benefit) dan intangibel benefit. Manfaat langsung adanya
pembangunan gedung perbelanjaan ini adalah meningkatnya omset penjualan;
sebagai sarana wisata belanja; wadah bertemunya pembeli, penjual maupun
16
pemilik industri tekstil dan konveksi secara terpusat; distribusi barang produk
industri tekstil dan konveski menjadi lebih mudah (biaya bisa lebih murah)
dan sebagai sarana promosi usaha industri. Sedangkan manfaat tidak
langsung yang didapatkan antara lain adalah terserapnya jumlah tenaga kerja,
peluang adanya usaha kuliner dan makanan, peluang usaha transportasi
seperti ojek, angkutan umum dan becak.
Manfaat lainnya yang tidak dapat dilihat nyata dari adanya pembangunan
gedung perbelanjaan ini namun dari waktu ke waktu akan memiliki dampak
yang positif antara lain adanya perbaikan lingkungan hidup, sebagai wadah
untuk mengoptimalkan potensil daerah, dan meningkatkan pertumbuhan
ekonomi Kabupaten Pemalang.
Dari analisis biaya yang telah dilakukan yang dirinci dari baiya langsung,
biaya tidak langsung hingga biaya tidak terduga, total biaya yang dikeluarkan
untuk menjalankan proyek ini adalah sebesar Rp.65.650.000.000,00 yang
diambil dari APBD Kabupaten Pemalang.
17
DAFTAR PUSTAKA
Baransano, M.A., 2011. Analisis Disparitas Pembangunan Wilayah di Provinsi
Papua Barat. Bogor: Insitut Pertanian Bogor.
Mirza, D.S., 2012. Pengaruh Kemiskinan, Pertumbuhan Ekonomi, dan Belanja
Modal Terhdap Indeks Pembangunan Manusia di Jawa Tengah Tahun 2006-
2009. Economics Development Analysis Journal.
Pitoyo, A.J., 2007. Dinamika Sektor Informal di Indonesia Prospek,
Perkembangan, dan Kedudukannya dalam Sistem Ekonomi Makro. Jurnal
Kependudukan dan Kebijakan.
Suharto, 2001. Distribusi Pendapatan dalam Pembangunan. Jurnal Ekonomi
Pembangunan.
http://dak.kemendag.go.id/asset/uploadproposal/3/41/2/2016/130/PROPOSAL
%20PS%20BATANG.pdf
18