warta - forpro
TRANSCRIPT
PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KETEKNIKAN KEHUTANAN
DAN PENGOLAHAN HASIL HUTAN
BADAN LITBANG KEHUTANAN
KEMENTERIAN KEHUTANAN
ARTAWISSN
1907-7971
Vol. 8 No. 1
2013
Teknologi Bambu Lamina : Peluang PenyediaBahan Mebel dan Desain Interior Alternatifyang Berkelas
Menuju Pustekolah yang Lebih BaikMelalui Akreditasi KNAPPP
Mengenal Beberapa Instrument di LaboratoriumInstrumentasi dan Proksimat Terpadu
Teknologi Pembuatan Pelupuh BambuSecara Tradisional
Kayu Hutan Rakyat :Potret Industri Penggergajian & PenggunaanKayu Rakyat di Kabupaten Ciamis dan Cirebon
Penyaradan Kayu dengan Cara Dipikuldi BKPH Cikawung (Sukabumi)
Indonesia Butuh Ahli Anatomi Kayu
Beberapa Penerbit Masih Belum AktifImplementasikan UU No. 4 Tahun 1990
Pemasyarakatan Iptek Pustekolah MelaluiEkspose Hasil Penelitian
Dari RedaksiISSN 1907-7971
Vol. 8 No. 1/2013
REDAKSI
Pelindung
Kepala Pusat Penelitian dan PengembanganKeteknikan Kehutanan dan Pengolahan HasilHutan
Ketua : Kepala Bidang PengembanganData dan Tindak Lanjut Penelitian
Sekretaris : Sujarwo Sujatmoko, S.Hut., M.Sc.Anggota : 1. Prof. Dr. Gustan Pari, M.Si.
2. Prof. Dr. Drs. Adi Santoso, M.Si.3. Ir. Syarif Hidayat, M.Sc.4. Wening Sri Wulandari, S.Hut., M.Si.5. Ir. Sona Suhartana6. Rusty Rushelia, B.Sc.
Dewan Redaksi
Reporter
Sekretariat Redaksi
ARTAARTAWWHASIL HUTANHASIL HUTANHASIL HUTAN
Tim Redaksi
Diterbitkan oleh:Pusat Penelitian dan PengembanganKeteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil HutanBadan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan
Kementerian Kehutanan
Alamat Redaksi:
Jl. Gunung Batu No. 5 Bogor 16610
Telp. (0251) 8633378; Fax. (0251) 8633413
e-mail: publikasi@
website: pustekolah.org
pustekolah.org
PETUNJUK BAGI PENULIS
Redaksi menerima tulisan ilmiah populer berupa hasil liputan, artikel
atau laporan penelitian maupun informasi IPTEK bidang keteknikan
kehutanan dan pengolahan hasil hutan serta hasil liputan terkait. Tulisan
dikirim dalam bentuk file (disket, CD atau melalui e-mail) disertai hasil
-nya dan foto-foto yang berhubungan dengan isi tulisan. Panjang
tulisan maksimal empat halaman quarto dengan spasi ganda.
print out
DAFTAR ISI
Dari Redaksi..............................................................................................................................................................................
Teknologi Bambu Lamina : Peluang Penyedia Bahan Mebel dan Desain Interior Alternatif yang Berkelas .............
Mengenal Beberapa Instrument di Laboratorium Instrumentasi dan Proksimat Terpadu ..........................................
Teknologi Pembuatan Pelupuh Bambu Secara Tradisional ...............................................................................................
Kayu Hutan Rakyat : Potret Industri Penggergajian & Penggunaan Kayu Rakyat di Kabupaten Ciamis dan
Cirebon ......................................................................................................................................................................................
Penyaradan Kayu dengan Cara Dipikul di BKPH Cikawung (Sukabumi).....................................................................
Indonesia Butuh Ahli Anatomi Kayu....................................................................................................................................
Menuju Pustekolah yang Lebih Baik Melalui Akreditasi KNAPPP.................................................................................
Beberapa Penerbit Masih Belum Aktif Implementasikan UU No. 4 Tahun 1990 ...........................................................
Pemasyarakatan Iptek Pustekolah Melalui Ekspose Hasil Penelitian..............................................................................
2
3
6
8
13
16
18
1. Dian Anggraini, S.Hut., M.M.
2. M. Iqbal, S.Hut.
3. R. Esa Pangersa Gusti, S.Hut.
1. Ayit T. Hidyat, S.Hut., T. M.Sc.
2. Drs. Juli Jajuli
3. Deden Nurhayadi, S.Hut.
19
10
Salam rimbawan,
Terbitnya majalah Warta Hasil Hutan edisi kali ini bertepatan dengan
suasana akhir bulan suci Ramadhan dan menyambut bulan Syawal 1434 H,
dimana kaum muslimin sedang menjalankan ibadah puasa dan menjelang
perayaan Idul Fitri. Oleh karenanya kami atas nama jajaran Redaksi Majalah
Warta Hasil Hutan mengucapkan selamat menjalankan ibadah puasa dan
Selamat Idul Fitri 1434 H, mohon maaf lahir dan bathin atas segala khilaf dan
salah.
Warta Hasil Hutan Vol 8 No.1 ini memuat artikel tentang pemanfaatan
bahan baku alternatif yaitu dengan judul: “Teknologi Bambu Lamina: peluang
penyedia bahan mebel dan desain interior alternatif yang berkelas”, “Teknologi
Pembuatan Pelupuh Bambu secara Tradisional”. Sedangkan untuk pemanfaatan
bahan baku kayu yang berasal dari hutan tanaman/hutan rakyat disajikan dalam
artikel yang berjudul: “Potret Industri Penggergajian & Penggunaan Kayu
Rakyat di Kabupaten Ciamis dan Cirebon”, Artikel lain yang dipandang perlu
dan dapat melengkapi informasi pada terbitan ini adalah: “Mengenal Beberapa
Instrumen di Laboratorium Instrumentasi dan Proksimat Terpadu”,
“Penyaradan Kayu dengan Cara Dipikul di BKPH Cikawung (Sukabumi)”,
“Indonesia Butuh Ahli Anatomi Kayu”, “Menuju Pustekolah yang Lebih Baik
Melalui Akreditasi KNAPPP”, “Beberapa Penerbit Masih Belum Aktif
Implementasikan UU No.4 Tahun 1990”, dan “Pemasyarakatan IPTEK
Pustekolah Melalui Ekspose Hasil Penelitian”.
Semoga informasi yang disajikan dalam terbitan warta kali ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak dan tak lupa kami mengharapkan saran dan
masukan demi terbitan yang lebih baik pada edisi selanjutnya. Selamat
membaca.
21
3
Pen
gola
han
Hasi
lH
uta
n
Buk
an
Kayu
WWARTAARTAHASIL HUTANHASIL HUTANHASIL HUTAN
Vol. 8 N0. 1. 2013
A. Bambu sebagai Substitusi Kayu Pertukangan yang
Cantik dan Elegant
Kondisi kekurangan bahan baku kayu yang
dihadapi oleh industri pengolahan kayu di Indonesia
saat ini telah mendorong usaha pencarian bahan
alternatif sebagai substitusi kayu pertukangan. Bambu
yang tumbuh subur dan tersebar di seluruh wilayah
Indonesia merupakan salah satu sumber daya alam
yang cukup menjanjikan sebagai bahan substitusi kayu
pertukangan. Sumber daya bambu yang cukup
melimpah tersebut perIu ditingkatkan pemanfaatannya
agar dapat memberi sumbangan terhadap pertumbuh-
an ekonomi nasional. Pemanfaatan bambu di Indonesia
saat ini pada umumnya untuk mebel, barang kerajinan,
sumpit dan konstruksi ringan. Bambu yang digunakan
untuk mebel biasanya berbentuk bulat atau kombinasi
antara bambu bulat dan anyaman dimana masih ada
kulitnya.
Sebagai bahan substitusi kayu, bambu harus
memiliki dimensi tebal, lebar dan panjang seperti
papan atau balok kayu. Masalah yang timbul dalam
pemanfaatan bambu sebagai bahan substitusi kayu
tersebut adalah keterbatasan bentuk dan dimensinya.
Bambu yang bentuk aslinya bulat dan berlubang jika
akan digunakan sebagai pengganti papan atau balok
kayu harus memenuhi persyaratan lebar dan tebal
tertentu. Dalam bentuk pipih bambu mempunyai
ketebalan yang relatif kecil (tipis) sehingga untuk
menambah ketebalannya perlu dilakukan usaha
laminasi. Kemajuan dalam teknologi perekatan
diharapkan dapat mengatasi masalah tersebut. Di
samping itu untuk mendapatkan produk bambu
dengan ukuran seperti papan atau balok kayu maka
bambu yang bentuk aslinya bulat dan diameternya
semakin kecil ke arah ujung harus dibelah dengan alat
tertentu sehingga diperoleh bilah yang lurus dan
mudah direkat kearah samping (lebar). Bilah yang
dihasilkan kemudian diserut pada kedua permukaan-
nya sehingga mudah direkat kearah tebal. Hasil produk
perekatan bilah bambu tersebut dikenal dengan nama
bambu lamina.
Bambu lamina adalah suatu produk yang dibuat
dari beberapa bilah bambu yang direkat dengan arah
serat sejajar. Perekatan dilakukan kearah lebar
TEKNOLOGI BAMBU LAMINA :
PELUANG PENYEDIA BAHAN MEBEL DAN
DESAIN INTERIOR ALTERNATIF YANG BERKELASI.M. Sulastiningsih, Agus, Dede Rustandi, Ayit T. Hidayat
( dan ke arah tebal ( ). Hasil perekatan
tersebut dapat berupa papan atau balok tergantung dari
ukuran tebal dan lebarnya. Keunikan serat bambu serta
adanya buku pada bilah penyusun bambu lamina
memberi penampilan yang unik dan sangat indah
sehingga produk tersebut sesuai untuk mebel, lantai,
dinding penyekat dan bahan untuk desain interior
lainnya. Di samping itu penggunaan bambu lamina
untuk mebel dan desain interior dapat menyediakan
pilihan motif penampilan yang berbeda dibanding
motif penampilan bahan baku kayu dan bambu yang
digunakan saat ini.
Kecantikan penampilan bambu lamina dapat diatur
sesuai dengan selera atau keinginan pengguna. Warna
bambu lamina yang dibuat biasanya dengan warna
alami seperti warna asli bilah/bambu penyusunnya,
berwarna putih atau cokelat. Untuk mendapatkan
warna putih maka perIu dilakukan proses pemutihan
atau " " pada bilah bambu, sedangkan untuk
mendapatkan warna cokelat maka perlu dilakukan
proses karbonisasi pada bilah bambu. Agar produk
bambu lamina tahan lama maka bilah bambu penyusun
bambu lamina perIu diawetkan terlebih dahulu karena
bambu mudah sekali diserang oleh bubuk kayu kering.
Pengawetan bilah bambu dapat dilakukan dengan cara
sederhana yaitu dengan cara rendaman dan dapat
dilakukan bersama-sama dengan proses pemutihan.
Untuk tujuan tertentu (efisiensi bahan baku) komposisi
lapisan penyusun bambu lamina dapat diatur dan
dikombinasikan dengan kayu.
Pada akhirnya faktor yang sangat penting untuk
diperhatikan dalam penggunaan bambu lamina
sebagai bahan mebel dan desain interior adalah
finishing. Seperti halnya pada produk kayu, penerapan
bahan finishing pada mebel dan desain interior dari
bambu lamina bertujuan untuk melindungi produk
tersebut dari pengaruh luar yang dapat menurunkan
kualitas, memperindah penampilan, memperjelas
keindahan corak bambu, mempermudah membersih-
kannya, dan membuat produk tersebut lebih cepat laku
horizontal) vertical
bleaching
Produk mebel dari bambu lamina
WWARTAARTAHASIL HUTANHASIL HUTANHASIL HUTAN
Pen
gola
han
Hasi
lH
uta
n
Buk
an
Kayu
4
Vol. 8 N0. 1. 2013
dijual. Bahan finishing yang tersedia di pasaran
mempunyai keragaman cukup tinggi, namun demikian
bahan finishing yang digunakan untuk mebel dan
desain interior dari bambu lamina harus sesuai dengan
sifat bambu tersebut dan film yang dihasilkan harus
tahan goresan dan benturan, tahan terhadap tumpahan
air dan bahan kimia.
Bambu yang digunakan untuk bambu lamina harus
mempunyai diameter yang cukup besar dan dinding
bambunya tebal sehingga diperoleh bilah bambu yang
cukup tebal. Pada prinsipnya proses pembuatan
bambu lamina adalah sebagai berikut :
Bambu dipotong bagian pangkalnya sepanjang 50
cm - 80 cm ( tergantung kondisi bambu tersebut ) untuk
menghilangkan bagian batang bambu yang tidak lurus
(cacat) dan panjang ruas yang tidak beraturan. Setelah
dipotong bagian pangkalnya, batang bambu tersebut
dipotong-potong menjadi beberapa bagian dengan
panjang 1,2 m - 2 m tergantung dari kelurusan batang
bambu dan tebal dinding bambu. Hasil potongan
bambu harus lurus, silindris dan dinding bambunya
cukup tebal. Potongan bambu yang telah dipilih
kemudian dibuat bilah dengan menggunakan mesin
pembelah bambu. Bilah bambu yang digunakan adalah
yang betul-betul lurus pada kedua sisi panjangnya.
B. Proses Pembuatan Bambu Lamina
1. Pembuatan dan pengawetan bilah bambu
Lantai ( ) dari Bambu LaminaFlooring
Bilah bambu hasil pembelahan selanjutnya diserut
pada bagian atas dan bawah untuk mendapatkan
permukaan bilah yang rata kemudian diawetkan
dengan larutan boron dengan cara rendaman dingin
dengan target retensi 6 kg/m . Bilah tersebut kemudian di-
keringkan dengan sinar matahari dan dilanjutkan dalam
dapur pengering hingga kadar airnya mencapai 12%.
Pada tahap ini perlu dilakukan kegiatan penyiapan
perekat. Jenis perekat yang digunakan tergantung
pada tujuan penggunaannya. Jenis perekat yang umum
digunakan adalah urea formaldehida, melamin
formaldehida, fenol formaldehida dan isosianat atau
menggunakan perekat alami seperti tanin formal-
dehida. Perekat dan bahan lain (ekstender, pengisi,
pengeras dan air) disiapkan dan ditimbang sesuai
dengan komposisi yang dikehendaki. Bahan tersebut
selanjutnya diaduk dalam mesin pengaduk perekat dan
pengadukan harus merata. Beberapa bilah bambu yang
telah disiapkan dan dipilih kemudian direkat kearah
lebar dengan menggunakan perekat yang telah
disiapkan dengan berat labur sesuai dengan anjuran
pabrik pembuat perekat atau berdasarkan hasil
penelitian. Bilah bambu (bahan papan) yang telah
dilaburi perekat pada bagian sisi panjangnya dan
direkat ke arah lebar kemudian dikempa dingin atau
dikempa panas dalam waktu tertentu tergantung dari
jenis perekat dan anjuran pabrik pembuat perekat yang
digunakan. Proses pengempaan dapat dilakukan
dengan kempa dingin atau kempa panas tergantung
dari mesin yang tersedia. Hasil perekatan tersebut
berupa papan-papan bambu tipis ( tebal 10 mm ).
a. Bambu lamina dengan susunan bilah mendatar
Bambu lamina yang dibuat terdiri dari beberapa
lapis papan bambu tipis. Jumlah lapisan dapat ber-
variasi tergantung dari tujuan penggunaan serta per-
timbangan teknis dan ekonomis. Komposisi lapisan
bambu lamina dapat dikombinasikan dengan kayu
atau produk kayu (papan sambung, kayu lapis dll).
Pada umumnya bambu lamina untuk lantai terdiri dari
3 lapis. Bambu lamina dibuat dengan merekatkan
beberapa buah papan bambu tipis (hasil perekatan
bilah bambu kearah lebar) dengan arah serat sejajar.
Perekat yang telah dipersiapkan dilaburkan pada
permukaan papan yang akan direkat dengan berat
labur dan komposisi perekat seperti tersebut pada
butir 2 di atas. Bahan bambu lamina tersebut kemudian
dikempa dingin atau dikempa panas dalam waktu
tertentu sesuai dengan jenis perekat yang digunakan,
mesin kempa yang tersedia dan tebal bahan yang
dikempa. Bambu lamina yang dihasilkan kemudian
dibiarkan selama beberapa waktu untuk proses
penyesuaian dengan kondisi lingkungan.
3
2. Perekatan bilah bambu ke arah lebar
3. Pembuatan bambu lamina
Panel Pintu dan Jendela dari Bambu Lamina
5
WWARTAARTAHASIL HUTANHASIL HUTANHASIL HUTAN
Vol. 8 N0. 1. 2013P
engola
han
Hasi
lH
uta
n
Buk
an
Kayu
b. Bambu lamina dengan susunan bilah tegak
Perekatan bilah bambu kearah lebar bisa dilakukan
secara tegak ( ) dengan merekatkan bilah bambu
pada bagian sisi lebarnya. Bilah bambu yang telah
dilaburi perekat pada permukaan lebarnya (perekatan
secara tegak) dan direkat dengan target lebar tertentu
selanjutnya dikempa dalam waktu tertentu tergantung
dari jenis perekat dan anjuran pabrik pembuat perekat
yang digunakan. Proses pengempaan dapat dilakukan
dengan kempa dingin atau kempa panas tergantung
dari mesin yang tersedia. Hasil perekatan bilah bambu
secara tegak berupa papan bambu lamina yang
memiliki tebal sama dengan lebar bilah bambu
penyusunnya.
vertical
4. P
n
B
.
5. Finishing
M
emotongan menjadi ukuran akhir dan
pengampelasa
ambu lamina yang telah dibuat selanjutnya
dipotong pada keempat sisinya untuk mendapatkan
ukuran yang ditargetkan. Pemotongan harus benar-
benar siku dan dilanjutkan dengan pengampelasan
untuk menghaluskan permukaannya. Pengampelasan
dilakukan pada kedua permukaan bambu lamina
dengan menggunakan mesin ampelas
ebel, lantai atau desain interior dari bambu lamina
yang sudah jadi perlu dilapisi dengan bahan finishing.
Papan bambu lamina dengan susunan
bilah mendatar
Papan bambu lamina dengan susunan bilah tegak
Bahan finishing yang tersedia di pasaran mempunyai
keragaman cukup tinggi, namun demikian bahan
finishing yang digunakan untuk produk dari bambu
lamina harus sesuai dengan sifat bambu tersebut dan
film yang dihasilkan harus tahan goresan dan benturan,
tahan terhadap tumpahan air dan bahan kimia. Tahap
pererapan bahan finishing pada mebel, lantai dan
desain interior dari bambu lamina sama seperti pada
produk yang terbuat dari kayu
ejak jaman dahulu kayu jati sudah dikenal sebagai
kayu pertukangan berkualitas tinggi karena kayunya
tahan terhadap rayap (kelas awet I), mempunyai corak
penampilan yang indah dan kekuatan yang tinggi
(kelas kuat II). Papan bambu lamina (3 lapis) dari
bambu andong dan bambu mayan yang dibuat dengan
perekat urea formaldehida dan isosianat setara dengan
kayu kelas kuat II. Tergantung dari perlakuan
pendahuluan yang diterapkan, jenis perekat dan
komposisinya, jenis bahan baku, komposisi lapisan
penyusun dan kondisi pengempaan yang diterapkan,
maka papan atau balok bambu lamina yang dihasilkan
memiliki kekuatan yang setara dengan kayu kelas kuat
III sampai II. Balok bambu lamina yang lapisan
tengahnya dari kayu kelas kuat IV memiliki kekuatan
setara dengan kayu kelas kuat III. Di samping itu
permukaan papan bambu lamina yang dihasilkan
memiliki corak penampilan serat yang bagus dan unik
( ) dengan adanya buku pada bilah bambu
penyusun bambu lamina tersebut sehingga sangat
sesuai untuk bahan mebel dan desain interior yang
berkelas
engembangan industri pengolahan bambu
khususnya bambu lamina di Indonesia, jika dilakukan
dengan sungguh sungguh dapat mengurangi tekanan
terhadap hutan alarn sebagai sumber bahan baku kayu
untuk industri pengolahan kayu. Kebijakan i tersebut
dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat karena
mereka dapat ambil bagian dalam proses produksi serta
memperoleh nilai tambah yang tinggi dari tanaman
bambu yang mereka miliki atau mereka kelola.
Pengembangan industri bambu lamina harus didukung
oleh kebijakan pemerintah, tersedianya pasokan bambu
secara berkesinambungan, sosialisasi budidaya bambu
kepada masyarakat luas khususnya bambu yang
berdiameter besar dan dindingnya tebal, alokasi lahan
untuk tanaman bambu, mesin pengolahan bambu yang
murah, dan kegiatan penelitian diarahkan untuk
meningkatkan teknologi pembuatan bambu lamina
.
S
.
P
.
C. Kualitas Bambu Lamina Tidak Kalah dengan Kayu
Utuh ( )
D. Peluang Pengembangan
solid
fancy
WWARTAARTAHASIL HUTANHASIL HUTANHASIL HUTAN
Pen
gola
han
Hasi
lH
uta
n
6
Vol. 8 N0. 1. 2013
Pusat Penelitian dan Pengembangan Keteknikan
Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan
mempunyai laboratorium pengujian dengan
nama Laboratorium Instrumentasi dan Proksimat
Terpadu, laboratorium tersebut memiliki beberapa
instrument/peralatan yang digunakan untuk kegiatan
penelitian di bidang teknologi pengolahan hasil hutan
diantaranya untuk identifikasi suatu komponen
maupun pengujian sifat suatu produk. Beberapa
intrument tersebut antara lain :
Mikoskop Pemindai Elektron (Scanning Electrone
Microscope/SEM-EDX) adalah jenis mikroskop
elektron yang memindai permukaan contoh dengan
menggunakan sinar elektron berenergi tinggi dalam
pola pemindai pixel. Mikroskop Pemindai Elektron
(SEM) adalah mikroskop yang menggunakan
hamburan elektron dalam membentuk bayangan
elektron yang berinteraksi dengan atom membentuk
contoh dan menghasilkan sinyal yang berisi informasi
tentang topografi permukaan contoh, EDX, serta sifat
lain seperti ukuran pori.
A. Mikroskop Pemindai Elektron (
/SEM-EDX)
Scanning Electrone
Microscope
MENGENAL BEBERAPA INSTRUMENT DI LABORATORIUM
INSTRUMENTASI DAN PROKSIMAT TERPADU
Poedji Hastoeti dan Rusty Rushelia
Mikroskop Pemindai Elektron
( /SEM)Scanning Electrone Microscope
Contoh foto dinding sel kayu
(perbesaran 350 X)
Alat ini memiliki banyak kelebihan jika di-
bandingkan dengan mikroskop cahaya. SEM
menghasilkan bayangan dengan resolusi yang tinggi,
dan pada jarak yang sangat dekat tetap dapat meng-
hasilkan perbesaran yang maksimal tanpa memecah-
kan gambar. Selain itu, persiapan contoh yang di-
lakukan relatif mudah. Kombinasi dari perbesaran
kedalaman jarak fokus, resolusi yang bagus dan
persiapan yang mudah, membuat SEM menjadi satu
dari alat-alat yang penting untuk digunakan dalam
penelitian saat ini.
Spektrofotometer merupakan suatu alat untuk
menganalisis kandungan/kadar suatu zat atau senyawa
kimia yang berdasarkan pengukuran intensitas cahaya
yang diserap oleh media, besarnya akan sebanding
dengan tebal dan kepekatan zat, sehingga setiap zat
akan memberikan intensitas yang berbeda-beda.
Masing-masing media akan memberikan panjang
gelombang tertentu tergantung pada senyawaan dan
kepekatan dari zat tersebut. Intensitas cahaya yang
dipancarkan akan dideteksi oleh detektor dan direkam
oleh suatu detektor yang saat ini telah dibuat dalam
bentuk digital sehingga hasilnya dapat langsung
diketahui, biasanya dalam bentuk transmisi (% T) atau
absorbansi (A). Alat ini bisa menganalisis antara lain
kadar gula, kadar karbohidrat/pati, kadar emisi suatu
bahan dll.
B. Spektrofotometer Sinar Ganda
7
Pen
gola
han
Hasi
lH
uta
n
WWARTAARTAHASIL HUTANHASIL HUTANHASIL HUTAN
Vol. 8 N0. 1. 2013
Spektrofotometer sinar ganda
( )Double Beam Spectrophotometer
C. Pyrolysis Spektrometri Massa Kromatografi Gas
(Py-GCMS)
Pirolisis kromatografi gas spektrometri massa (Py-
GCMS) adalah metode instrumental yang me-
mungkinkan karakterisasi dari makromolekuler volatil
dan kompleks ditemukan di hampir semua materi
dalam lingkungan alam. Perbedaan dengan GCMS
(tanpa pirolisis) yaitu ada pada jenis contoh yang
dianalisa dan metode yang diperkenalkan ke sistem
GCMS Pada Py-GCMS, contoh padatan langsung
diinjeksikan ke dalam tempat contoh. Contoh padatan
yang diperlukan untuk analisa hanya beberapa mg
(atau dalam kasus material dengan kandungan karbon
organik yang tinggi, <mg) dan asli bahan alami
(misalnya tanah, sedimen, vegetasi, kayu, serangga
kutikula, rambut, dll). Contoh yang diambil di-
masukkan ke dalam ruang kuarsa dalam pirolisis unit
yang kemudian dipanaskan dalam lingkungan bebas
oksigen pada suhu yang sudah ditentukan sebelumnya
selama beberapa detik (misalnya 600°C selama 10
Pyrolysis Spektrometri Massa
Kromatografi Gas (Py-GCMS)
detik). Reaksi menghasilkan panas yang memutuskan
ikatan kimia dalam struktur makromolekuler dan
menghasilkan berat molekul rendah dengan komposisi
kimia yang mengindikasikan jenis spesifik
makromolekul (misalnya lignin, selulosa, kitin, dll).
Campuran senyawa ini kemudian masuk ke kolom
analisa GC dan GCMS berlangsung seperti biasa.
Kegunaan alat ini adalah untuk mengidentifikasi
komponen senyawa organik yang terkandung dalam
suatu bahan.
Spektroskopi difraksi sinar-X (X-Ray Diffraction/
XRD) merupakan salah satu metode karakterisasi
material yang paling tua dan paling sering digunakan
sampai sekarang. Teknik ini digunakan untuk
mengidentifikasi fasa kristalin dalam material dengan
menentukan parameter struktur kisi serta untuk
mendapatkan ukuran partikel.
D. Spektroskopi Difraksi Sinar-X (X- /
XRD)
Ray diffraction
Spektroskopi Difraksi Sinar-X
( /XRD)X-Ray Diffraction
Keuntungan utama penggunaan sinar-X dalam
karakter isas i mater ia l adalah kemampuan
penetrasinya, sebab sinar-X memiliki energi sangat
tinggi akibat panjang gelombangnya yang pendek.
Sinar ini dihasilkan dari penembakan logam dengan
elektron berenergi tinggi. Elektron ini mengalami
perlambatan saat, masuk ke dalam logam dan
menyebabkan elektron pada kulit atom logam tersebut
terpental dan membentuk kekosongan. Elektron
dengan energi yang lebih tinggi masuk ke tempat
kosong dengan memancarkan kelebihan energinya
sebagai foton sinar-X.
WWARTAARTAHASIL HUTANHASIL HUTANHASIL HUTAN
Pen
gola
han
Hasi
lH
uta
n
8
Vol. 8 N0. 1. 2013
Metode difraksi sinar-X digunakan untuk
mengetahui struktur dari lapisan tipis yang terbentuk.
Contoh diletakkan pada sampel holder difraktometer
sinar-X. Proses difraksi sinar-X dimulai dengan
menyalakan difraktometer sehingga diperoleh hasil
difraksi berupa difraktogram yang menyatakan
hubungan antara sudut difraksi 20 dengan intensitas
sinar-X yang dipantulkan.
Difraksi sinar-X merupakan teknik yang digunakan
dalam karakteristik material untuk mendapatkan
informasi tentang ukuran atom dari meterial kristal
maupun nonkristal. Difraksi tergantung pada struktur
kristal dan panjang gelombangnya. Jika panjang
gelombang jauh dari ukuran atom atau konstanta kisi
kristal maka tidak akan terjadi difraksi karena sinar
akan dipantulkan sedangkan jika gelombangnya
mendekati atau lebih kecil dari ukuran atom atau kristal
maka akan terjadi peristiwa difraksi. Alat ini bisa juga
untuk mengukur sudut mikrofibril (MFA) untuk
selulosa, MFA adalah sudut yang terbentuk antara
mikrofibril selulosa dengan sumbu batang. MFA
merupakan informasi penting dalam proses
pengolahan kayu.
Diharapkan instrument/peralatan yang ada di
Laboratorium Instrumentasi dan Proksimat Terpadu
dapat membantu dan memudahkan semua orang
untuk melakukan penelitian dan mengembangkan
ilmu pengetahuan dan teknologi.
Balai Penelitian Kimia Surabaya. 1977. Penuntun
Analisa Kolorimetri. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Aneka Industri dan Kerajinan.
Departemen Perindustrian.
Djalil, Latifah Abdul dan Nina. M. 2009. Praktikum
Kimia Terpadu. Departemen Perindustrian. Bogor.
Riandari,Dwika dan Rini.K. 2009. Analisis Proksimat.
Departemen Perindustrian. Bogor.
Stuart SA, Evans R. 1994. X-Ray Diffraction Estimation
of MicrofibrilAngle Variation in Eucalypt Increment
Cores. Di dalam : Research Report. The CRC for
Hardwood Fibre & Paper Science. University of
MelbourneAustralia.
Daftar Pustaka
1. Latar Belakang
Bambu adalah tanaman jenis rumput-rumputan
dengan rongga dan ruas ada di batangnya. Bambu
memiliki banyak tipe. Nama lain dari bambu adalah
buluh, aur, daneru. Di dunia ini bambu merupakan salah
satu tanaman dengan tingkat pertumbuhan paling
cepat. Karena memiliki sistem rhizoma-dependen unik,
dalam sehari bambu dapat tumbuh sepanjang 60 cm (24
Inchi) bahkan lebih, tergantung pada kondisi tanah dan
klimatologi tempat bambu ditanam.
Bambu dapat dimanfaatkan dalam banyak hal baik
berbentuk bulat maupun belahan. Sebagai komponen
bangunan bambu banyak dijumpai dalam bentuk tiang,
balok lantai, dinding, struktur rangka, pintu, jendela,
tangga, dinding penahan tanah, perancah dan
sebagainya (Krisdianto dkk, 2003) dan Morisco (1999).
Jenis-jenis bambu yang tumbuh dan familier dengan
kehidupan masyarakat di Indonesia diantaranya
bambu betung, gombong, tali, temen, aur kuning, aur
hijau, bambu hitam dan lain-lain. Penggunaan jenis-
Rumpun bambu dan bambu bulat
jenis bambu oleh masyarakat berbeda-beda karena
dipengaruhi oleh bentuk dan panjang buku.
Masyarakat Indonesia sudah banyak memanfaatkan
bambu baik sebagai konsumsi makanan maupun
sebagan bahan konstruksi rumah seperti tiang, dinding,
atap, lantai dan lain-lain.
a. Persiapan bahan dan peralatan
Bahan yang digunakan biasanya bambu andong,
bambu hitam, bambu temen atau bambu tali tergantung
2. Pembuatan Pelupuh
Abdurahman, Endang Sudarajat, Aries Sembiring & Nuryani
TEKNOLOGI PEMBUATAN PELUPUH BAMBU
SECARA TRADISONALSECARA TRADISONAL
Pen
gola
han
Hasi
lH
uta
n
Buk
an
Kayu
9
Pen
gola
han
Hasi
lH
uta
n
WWARTAARTAHASIL HUTANHASIL HUTANHASIL HUTAN
Vol. 8 N0. 1. 2013
Bambu bulat disamakan panjangnya
Dibelah
Gambar 3. Proses pembuatan pelupuh
Pelupuh yang sudah siap digunakan
penggunaan pelupuhnya, untuk penggunaan lantai
lebih banyak digunakan bambu andong. Peralatan yang
diperlukan adalah gergaji potong, golok, kapak, limas
dan meteran
b. Proses Pembuatan Pelupuh
1). Bambu sepanjang 3 m dibelah ruasnya dengan
kapak atau parang.
2). Batang bambu dikuliti menggunakan pisau raut
untuk mengeliminasi penyerutan pada saat akan
direkat.
3). Batang bambu dibelah pada satu sisi.
4). Batang bambu direntangkan
5). Sekat rongga pada ruas dan kulit dalam
dihilangkan
6). Pelupuh siap diproses lebih lanjut.
Pelupuh yang sudah siap digunakan dirapikan
sisinya dan dikeringkan secara alami. Ukuran ukuran
panjang pelupuh disesuaikan dengan tujuan
3. Pelupuh Siap Digunakan
Pelupuh sebagai lantai rumah
Pelupuh sebagai dinding rumah
penggunaannya. Untuk lantai dan dinding rumah
biasanya berukuran panjang 3-4 m, untuk panel
dinding panjangnya berkisar 90-120 cm.
Daftar Pustaka
Frick, Hein. 2004. Ilmu Konstruksi Bangunan Bambu,
Pengantar Konstruksi Bambu. Penerbit Kanisius.
Yogyakarta.
Krisdianto, Gimuk. S & Agus, I (2003). dari Hasil
Penelitian Rotan dan Bambu. Pusat Litbang Hasil
Hutan. Bogor.
Marico. 1999. Rekayasa Bambu. Nafiri Offset,
Yogyakarta
Yup I. 1984 Konstruksi Bambu. Penerbit Binacipta,
Jakarta
Diratakan
WWARTAARTAHASIL HUTANHASIL HUTANHASIL HUTAN
10
Vol. 8 N0. 1. 2013
Pendahuluan
Jenis-Jenis Kayu Hutan Rakyat
Kayu masih menjadi pilihan utama masyarakat
sebagai bahan baku konstruksi maupun furniture.
Dewasa ini produksi kayu nasional tidak lagi dominan
berasal dari hutan alam. Produksi kayu yang bahan
bakunya diharapkan dapat ditopang dari hutan
tanaman industri (HTI) pada kenyataannya masih jauh
dari harapan, karena banyak mengalami kendala dalam
pembangunannya. Hal ini berdampak terhadap
ketidak seimbangan jumlah kebutuhan kayu dengan
produksi kayu tersedia. Untuk menutupi kekurangan
tersebut, kebutuhan kayu di pasaran sebagian dipenuhi
dari jenis-jenis kayu yang berasal dari areal kebun dan
hutan rakyat (jenis kayu dari pohon buah-buahan
maupun non buah-buahan). Terutama di Pulau Jawa,
penjualan dan pemanfaatan kayu di kalangan
pedagang dan pengguna sudah banyak didominasi
oleh jenis-jenis kayu ini. Berdasarkan data Badan
Planologi Kehutanan (2008), kayu hutan tanaman (HTI
dan Hutan Rakyat) mulai mendominasi pasokan bahan
baku industri (58%).
Mengacu kepada UU Pokok Kehutanan No.41 tahun
1999 dan SK Menhut No.49/Kpts-II/1997, hutan rakyat
adalah hutan yang dimiliki rakyat dengan ketentuan
luas minimal 0,25 Ha dan penutupan tajuk tanaman
kayu-kayuan lebih dari 50 % dan atau pada tanaman
tahun pertama sebanyak minimal 500 tanaman. Dengan
demikian Jenis kayu hutan rakyat dapat diartikan
sebagai jenis-jenis kayu yang diperoleh atau dihasilkan
dari hutan milik rakyat. Kabupaten Ciamis (Jawa Barat)
merupakan salah satu sentra penghasil kayu rakyat
yang memiliki potensi jenis-jenis seperti johar (
), kemenyan ( ), kipare (
), trembesi ( ), waru (
), akasia ( ), lame (
), lamtoro ( ), kiara
( sp.), picung ( ), alpukat (
), rambutan ( ), nangka
( ), jengkol (
Cassia
siamea Styrax benzoin Glochidion
capitalum Samanea saman Hibiscus
similis Acacia mangium Alstonia
angustiloba Leucaena leucocephala
Pisonia Pangium edule Persea
americana Naphaleum napaceum
Artocarpus heterophyllus Pithecellobium
AndiantoPusat Litbang Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan,Lab. Anatomi TumbuhanE-mail : [email protected]
Kayu Hutan Rakyat :
Potret Industri Penggergajian & Penggunaan Kayu Rakyat
di Kabupaten Ciamis dan Cirebon
Kayu Hutan Rakyat :
Potret Industri Penggergajian & Penggunaan Kayu Rakyat
di Kabupaten Ciamis dan Cirebon
Kayu Hutan Rakyat :
Potret Industri Penggergajian & Penggunaan Kayu Rakyat
di Kabupaten Ciamis dan Cirebon
jiringa Parkia speciosa Gnetum gnemon
Durio zibethinus Sondaricum koecapi
Schima wallichii Pterospermum
javanicum Albizzia chinensis Hibiscus
macrophyllus Maesopsis eminii
Swietenia macrophylla
Sandoricum Albizzia
procera Santiria tomentosa Mangifera
Artocarpus heterophyllus Persea
americana Naphaleum napaceum
Pithecellobium jiringa Parkia speciosa
Gnetum gnemon Acacia
mangium
Lagerstroemia ovalifolia Alstonia
), pete ( ), melinjo ( ),
duren ( ), kecapi ( ),
puspa ( ), caruy/bayur (
), albizia ( ), tisuk (
), afrika ( ) dan mahoni
( ). Namun demikian hanya
beberapa jenis saja yang potensinya cukup melimpah,
yaitu, albizia, tisuk, caruy (bayur) dan mahoni.
Berdasarkan pengamatan penulis di lapangan dan
informasi data yang diperoleh dari sumber Dinas
Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Ciamis,
sebaran jenis tersebut hampir merata di 36 kecamatan di
wilayah kabupaten Ciamis.
Ketua Asosiasi Perkayuan Ciamis dan sekaligus
pemilik penggergajian yang berhasil ditemui penulis
menjelaskan bahwa beberapa jenis kayu hutan rakyat
memiliki potensi untuk digunakan sebagai kayu
pertukangan, karena memiliki kekerasan dan kekuatan
yang baik (BJ 0,7). Jenis-jenis tersebut di antaranya
seperti sentul ( sp.), ki hiang (
), laban ( ), limus ( sp.),
nangka ( ), alpokat (
), rambutan ( ), jengkol
( ), pete ( ), melinjo
( ) dan akasia/mangium (
).
Berdasarkan peta perwilayahan jenis pohon andalan
untuk rehabilitasi hutan dan lahan di Jawa Barat, jenis
kayu andalan Kabupaten Ciamis adalah sengon,
mahoni, bungur ( ), pulai (
sp.) dan jati. Jenis kayu yang banyak ditanam pada
lahan masyarakat adalah sengon, mahoni, jati, dan
caruy di samping jenis-jenis lain dalam jumlah terbatas
terutama tanaman pohon buah-buahan (nangka,
mangga, durian, rambutan dan lain-lain). Sedangkan
jenis kayu yang banyak diperjual-belikan di toko-toko
material bahan bangunan adalah sengon merah, sengon
putih dan caruy.
Industri penggergajian skala kecil di daerah
cijeunjieng (nama daerah di Kabupaten Ciamis) banyak
Industri Penggergajian Skala Kecil
Pen
gola
han
Hasi
lH
uta
n
11
Pen
gola
han
Hasi
lH
uta
n
WWARTAARTAHASIL HUTANHASIL HUTANHASIL HUTAN
Vol. 8 N0. 1. 2013
menggergaji kayu jenis sengon (usia pohon 10 - 20
tahun), kemudian jenis tisuk dan caruy. Penggergajian
memasok bahan baku kayu gelondongan berdiameter
15 - 30 cm yang dibeli dari pohon berdiri milik masya-
rakat dengan harga antara 300.000 - 500.000 per pohon.
Pada beberapa usaha penggergajian masyarakat ter-
dapat upaya pengeringan kayu secara alami (dijemur),
namun tidak terlihat adanya upaya teknik pengawetan.
Produk kayu gergajian yang dihasilkan berupa kaso,
lispang, reng, balok dan papan dengan kapasitas
produksi berkisar antara 10 - 80 m per bulan. Terdapat
pula usaha penggergajian yang khusus mengolah jenis
kayu mahoni untuk suplai bahan baku mebel.
Berdasarkan informasi dari Dinas Cipta karya
Kabupaten Ciamis, kayu untuk bangunan perumahan
dikelompokkan menjadi dua, yaitu kayu teknis dan
kayu kampung. Kayu teknis terdiri atas Kelas I (kayu
dari luar Jawa) dan Kelas II (kayu lokal seperti caruy,
heras ( ), besi ( ,
johar ( ) dan manglid ( )).
Sengon sebenarnya tidak direkomendasikan sebagai
kayu pertukangan sehingga tidak termasuk kayu
teknis. Jenis kayu yang banyak dipergunakan dalam
pembangunan perumahan sederhana adalah bayur dan
sengon. Bayur biasanya digunakan untuk konstruksi
penahan beban seperti kuda-kuda dan tiang karena
kekuatan kayunya. Kayu sengon pada umumnya untuk
bahan kaso, kusen dan kadang-kadang sebagai kuda-
kuda yang dikombinasikan dengan kayu yang lebih
kuat. Sedangkan kayu tisuk juga diperuntukkan untuk
reng. Umumnya perumahan menggunakan kayu
campuran antara sengon dengan jenis yang lebih kuat
seperti caruy dan jenis kayu buah-buahan (nangka,
durian dan rambutan). Menurut sumber dari kantor
Dinas Cipta Karya Kabupaten Ciamis, selama ini belum
ada pihak yang berwenang dalam mengawasi
spesifikasi bangunan perumahan. Pengembang hanya
melibatkan pihak Dinas Cipta Karya
Ciamis apabila terdapat kasus atau komplain dari
konsumen perumahan.
Kabupaten Cirebon merupakan daerah pesisir
sekaligus kota pelabuhan yang memiliki karakteristik
3
Vitex pubescens Chaetocarpus castanocarpus)
Cassia siamea Michelia montana
Kabupaten
hutan rakyat yang berbeda. Untuk wilayah barat
kabupaten (Kecamatan Depok dan Plered), jenis kayu
yang mendominasi industri penggergajian ialah jati,
mangium dan mahoni. Sementara di wilayah timur
(Kecamatan Sedong dan Greged), jenis yang dominan
ialah jati dan sengon. Namun secara umum, wilayah
Kabupaten Cirebon didominasi oleh jenis jati dan
sengon. Di wilayah barat, jati kebanyakan disuplai dari
perhutani sedangkan di wilayah timur jati kebanyakan
disuplai dari kebun-kebun milik rakyat. Jenis kayu
sengon banyak disuplai dari luar Kabupaten Cirebon,
terutama Kabupaten Kuningan.
Kayu jati gelondongan berdiameter 10-13 cm
banyak dipakai sebagai bahan baku kerajinan mebel.
Bahan baku kayu jati yang masih relatif muda dengan
ukuran diameter kecil banyak disukai oleh masyarakat
karena harganya masih terjangkau. Namun demikian,
bila mengacu pada beberapa pendapat dan informasi
yang diperoleh, kayu jati muda rentan terhadap
serangan hama dan penyakit, sehingga termasuk jenis
inferior.
Umumnya jenis-jenis kayu yang dijual di toko
material ialah sengon, rawa dan sebagian kecil jenis
tisuk. Kayu Rawa merupakan istilah untuk jenis-jenis
campuran terutama jenis kayu buah-buahan seperti
kayu mangga, rambutan, melinjo, afrika, petai dan lain-
lain. Produk yang dijual berupa sortimen papan, balok
dan reng.
Jenis kayu yang digunakan untuk perumahan di
wilayah ini sebagian besar merupakan kayu rakyat,
namun dalam penggunaannya dipilih jenis-jenis yang
dianggap setara dengan kualitas kayu kamper
( sp.). Penggunaan kayu sendiri hanya
terbatas untuk kusen dan daun pintu atau jendela.
Sementara untuk penggunaan atap sudah digantikan
dengan baja ringan.
Pemilik dan pekerja yang ditemui baik di industri
penggergajian, toko material dan proyek bangunan
perumahan mengandalkan ciri umum seperti warna,
Dryobalanops
Kemampuan Mengenali Jenis Kayu
Tabel teknik pengenalan beberapa jenis kayu rakyat yang berlaku di masyarakat
Jenis kayu Ciri umum
Mangium Warna mirip jati , permukaan lebih kasar, banyak mata kayu, ukuran pori besar
Jati Kesan raba halus, tidak cepat terserang bubuk kayu
Nangka Warna kuning
Mahoni Warna merah
Durian Lebih lunak dibanding mahoni, bila kering berwarna merah
Sukun Warna agak kekuningan
Jengkol Warna mirip durian, bau jengkol
Petai Warna putih, bau petai
Randu Warna putih
WWARTAARTAHASIL HUTANHASIL HUTANHASIL HUTAN
Pen
gola
han
Hasi
lH
uta
n
12
Vol. 8 N0. 1. 2013
Tegakan jati dan produk kayu hutan rakyat
bau, kesan raba, bentuk dan arah serat kayu dalam
mengenali jenis kayu. Contohnya seperti serat yang
kasar ditemui pada kayu bayur, warna merah dimiliki
oleh bayur dan mahoni, kayu jengkol berwarna kuning
muda.
Hasil identifikasi melalui pengamatan struktur
anatomi pada beberapa jenis contoh kayu yang diambil,
ternyata jenisnya sesuai dengan penamaan jenis kayu
yang dilakukan oleh tenaga kerja di penggergajian.
Keakuratan mengenal jenis beberapa kayu rakyat dapat
dikatakan tinggi. Kemampuan mengenal jenis-jenis
kayu rakyat diperoleh berdasarkan pengalaman selama
bertahun-tahun melihat dan mengenal ciri-ciri umum
kayu serta terjun langsung ikut menebang pohon.
Demikian halnya dengan penjual kayu pada toko
material, mereka selain memiliki pengalaman juga
mendapatkan informasi nama jenis kayu melalui
pekerja di penggergajian. Namun demikian,
pengenalan nama jenis kayu hutan rakyat umumnya
baru sebatas tingkat genus, contohnya seperti jenis
sengon (genus:Albizzia), jenis nangka (genus:
Artocarpus), jenis bayur (genus: Pterospermum).
Seperti diketahui bahwa dalam suatu genus dapat
memiliki beberapa species (jenis) yang tentunya
memiliki ciri-ciri dan sifat yang berbeda, sehingga
penamaan jenis yang dilakukan masyarakat
kemungkinan tidak tepat untuk species tertentu. Genus
yang beranggotakan sedikit (satu atau dua) species
seperti jati, melinjo, mahoni, pengenalannya bisa lebih
mudah dan tepat. Namun lain halnya dengan genus
yang memiliki jenis (species) yang banyak dan memiliki
sifat dan penampakan yang berbeda tentunya akan
menemui kesulitan dalam membedakannya. Di sisi
lain, kesulitan menentukan jenis kayu mungkin sangat
dirasakan bagi pembeli kayu yang tidak memiliki
pengalaman dalam mengenal kayu. Untuk itu perlu
dicari metode pengenalan jenis kayu yang tepat dan
mudah dipahami oleh masyarakat umum.
Potensi jenis-jenis kayu rakyat di Kabupaten Ciamis
dan Cirebon masih cukup tersedia. Beberapa industri
penggergajian skala kecil di Kabupaten Ciamis
memperlihatkan dominansi jenis kayu sengon, tisuk
dan caruy. Sedangkan di wilayah Kabupaten Cirebon
didominasi oleh jenis jati dan sengon. Industri ini rata-
rata menghasilkan berbagai jenis produk seperti kaso,
reng, balok dan papan. Penentuan jenis kayu hutan
rakyat yang dilakukan oleh tenaga kerja penggergajian
hasilnya sesuai dengan hasil identifikasi melalui
pengamatan ciri mikroskopis. Wilayah Kabupaten
Ciamis dan Cirebon dapat dijadikan salah satu
permodelan (contoh) salah satu usaha industri
penggergajian kayu berbasis bahan baku kayu hutan
rakyat di Indonesia.
Badan Planologi Kehutanan. 2008. Eksekutif Data
Strategis Kehutanan. Depertemen Kehutanan.
Keputusan Menteri Kehutanan No. 49/Kpts-II/1997
Tentang Pendanaan dan Usaha Hutan Rakyat.
Jakarta.
Undang-Undang No.41 Tahun 1999 Tentang
Kehutanan.
Andianto, N.E. Lelana, A. Ismanto, E. Sarwono, E., J.
M a l i k . 2 0 1 0 . Te k n i k P e n g e n a l a n d a n
Penyempurnaan Sifat Jenis Kayu Inferior. Laporan
H a s i l Pe n e l i t i a n . P u s a t Pe n e l i t i a n d a n
Pengembangan Hasil hutan. Bogor. Tidak
diterbitkan.
Penutup
Daftar Pustaka
13
Pem
anen
an
Hasi
lH
uta
n
WWARTAARTAHASIL HUTANHASIL HUTANHASIL HUTAN
Vol. 8 N0. 1. 2013
A. Pendahuluan
B. Penyaradan Manual
Penyaradan adalah pemindahan kayu dari tempat
penebangan ketempat pengumpulan kayu sementara
(TPn) yang berada dipinggir jalan angkutan (Suhartana
., 2012). Berdasarkan hal tersebut di atas ada dua
macam teknik pemanenan/penyaradan kayu, yaitu
secara manual yang digunakan oleh perusahaan kecil
ataupun perorangan dan secara mekanis yang
digunakan oleh perusahaan besar baik swasta maupun
BUMN (Elias, 2009).
Penyaradan manual dapat dibedakan menjadi
beberapa jenis yaitu : 1. Penyaradan dengan sapi, 2.
penyaradan dengan gajah, 3. penyaradan dengan
gletrek, 4. penyaradan dengan cara pikul, 5.
penyaradan dengan roda, 6. penyaradan dengan
gravitasi dan 7. penyaradan dengan tenaga kuda.
Salah satu contoh penyaradan manual, dapat dilihat
di kawasan hutan Perum Perhutani Sukabumi di BKPH
Cikawung KPH Sukabumi, tepatnya di kampung
Cikeuyeup Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat.
Daerah ini memiliki kondisi lapangan yang cukup
berat karena memiliki kemiringan lebih dari 30 derajat.
Penyaradan secara manual di tempat ini dilakukan
dengan menggunakan tenaga manusia atau disebut
juga blandong, dimana setiap regunya terdiri atas 8
sampai 12 orang.
et.al
Sahro Abdul Syukur, Yayan Sugilar dan Agus Hidayat
PENYARADAN KAYU DENGAN CARA DIPIKULDI BKPH CIKAWUNG (SUKABUMI)
PENYARADAN KAYU DENGAN CARA DIPIKULDI BKPH CIKAWUNG (SUKABUMI)
PENYARADAN KAYU DENGAN CARA DIPIKULDI BKPH CIKAWUNG (SUKABUMI)
Dalam penyaradan manual di BKPH Cikawung
KPH Sukabumi, digunakan beberapa alat bantu yaitu :
bambu andong berukuran 1,30 m, tali tambang
plastik/ijuk, baji berbentuk hurup U dan roda dari kayu
(gambar 1 dan 2). Bambu andong berfungsi sebagai
tempat tumpuan para blandong dalam membawa
sortimen kayu, sedangkan tali berfungsi untuk
penghubung antara bambu dan sortimen kayu. Baji
berbentuk hurup U berguna sebagai tempat untuk
mengikatkan tali ke sortimen kayu dengan cara
ditancapkan ke kayu menggunakan palu dari kayu.
Adapun roda dari kayu berfungsi untuk memuat
sortimen kayu sehingga memudahkan para blandong
dalam membawa kayu sehingga pekerjaannya akan
lebih mudah. Cara kerja blandong dalam menyarad
kayu dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 1. Baji berbentuk hurup U
Roda dari kayu berlapis
ban karet diameter 40 cmTempat muat kayu
Gambar 2. Roda dari kayu
sedangkan prestasi kerja para blandong, dapat dihitung
dengan persamaan,yaitu :
............................................................................(2)
dimana P = Prestasi kerja (m³/jam), V = Volume (m³),
W = Waktu (jam)
Volume dihitung berdasarkan formula sebagai berikut :
V = ¼
dimana V = Volume (m³/jam) , = Nilai 22/7 (3,14) , D =
Diameter rata-rata (cm), L = Panjang rata-rata
(m)
WWARTAARTAHASIL HUTANHASIL HUTANHASIL HUTAN
14
WWARTAARTAHASIL HUTANHASIL HUTANHASIL HUTAN
Pem
anen
an
Hasi
lH
uta
n
Vol. 8 N0. 1. 2013
Gambar 3. Penyaradan kayu dengan cara dipikul
Pada gambar di atas kita dapat melihat bagaimana
para blandong membawa sortimen kayu. Kayu dibawa
oleh 8 orang blandong, masing-masing di sebelah kiri
ada 4 orang dan dikanan ada 4 orang. Mengingat
keadaan lapangan yang menanjak, blandong tidak
menggunakan roda dari kayu. Roda kayu hanya
digunakan dalam keadaan tanah datar.
Para blandong bekerja dari jam 7.30 pagi sampai
dengan jam 3 siang, dengan waktu istirahat jam
9.00 sampai jam 9.30, serta jam 12.00 sampai dengan
jam 12.30 untuk makan siang. Mereka bekerja setiap
ada penebangan dilakukan atau setiap hari kecuali
hari Jumat. Para blandong mendapat upah ber-
dasarkan banyaknya kayu yang mereka pikul, semakin
banyak kayu yang mereka bawa dari tempat
penebangan ke tempat pengumpulan kayu semakin
besar upah yang diperoleh. Berdasarkan informasi
dan hasil pengamatan kami di lapangan, para
blandong mendapat upah sebesar Rp. 220.000/m³.
Pembayaran upah dilakukan setiap hari Kamis dan
Sabtu.
Secara umum, model penyaradan manual tersebut
memiliki beberapa keuntungan antara lain : a) bersifat
padat karya, b) biaya relatif murah, c) investasi awal
rendah, d) sederhana, e) tidak memerlukan tenaga
terampil, f) tahan terhadap cuaca, g) pengawasan
minimal. Meskipun demikian, penyaradan manual ini
memiliki beberapa kelemahan yaitu : a) volume kayu
yang disarad tidak terlalu banyak, b) tenaga yang
dikeluarkan terbatas, c) resiko keselamatan kerja lebih
beresiko.
Para blandong berhasil memikul kayu hasil
penjarangan berupa kayu Rasamala yang mempunyai
kisaran diameter rata-rata 21 - 44 cm dan panjang
3 - 4,5 m. Adapun volume kayu disarad perhari setiap
tim/regu blandong disajikan pada Tabel 1.
C. Prestasi Kerja Pengeluaran Kayu Manual
Tabel 1. Volume kayu yang dapat dipikul blandong perhari
No
Jumlah kayu
yang dipikul
(batang)
Panjang kayu
(m)
Diameter kayu
(cm)
Volume(m³)
1 7 3,2 4,2 25 - 32 1.59
2 4 3,3 – 4,1 39 - 42 1.88
3 10 3,3 4,4 22 - 38 3.15
4 10 3,2 – 4,5 23 - 43 3.39
5 16 2,5 – 4,5 17 - 44 2.52
6 13 3,3 – 4,5 19 - 39 4,26
7 13 3,3 – 4,5 19 - 39 4,37
Rata - rata 10,42 3,77 31,50 3,02
–
–
....................................................................(1)
15
WWARTAARTAHASIL HUTANHASIL HUTANHASIL HUTAN
Pem
anen
an
Hasi
lH
uta
nVol. 8 N0. 1. 2013
Berdasarkan data pada Tabel 1, dapat dilihat bahwa
rata-rata perharinya para blandong dapat menyarad
kayu secara manual sebanyak 3,02 m³, dimana setiap
regunya terdiri dari 12 orang apabila dikalikan dengan
upah seperti yang ditetapkan oleh Perum Perhutani
sebesar Rp. 220.000/m³, maka setiap orangnya akan
mendapatkan upah sebesar Rp. 55.366,- /hari.
Hasil perhitungan prestasi kerja seperti disajikan
pada Tabel 2.
Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa prestasi
kerja berkisar antara 0,244 - 0,672 m³/jam. Perbedaan
prestasi kerja tersebut disebabkan oleh beberapa faktor
antara lain :
a. Cuaca
Apabila cuaca cerah, volume yang disarad para
blandong akan meningkat. Begitu pula sebaliknya, bila
hujan volume kayu yang disarad para blandong akan
berkurang karena jalan yang dilalui licin. Aktivitas para
penebang akan berhenti apabila hari hujan, sehingga
dapat mempengaruhi hasil tebangan yang akan
diangkut ketempat penampungan kayu.
b. Jarak sarad
Semakin jauh jarak sarad semakin berkurang
volume yang didapat para blandong. Perum Perhutani
dalam memberikan harga tidak menghitung jauh dan
dekatnya jarak sarad, sehingga semakin jauh jarak
sarad akan berpengaruh pada penghasilan pihak
blandong.
c. Kondisi lapangan
Apabila jalan datar para blandong tidak ada
kesulitan dalam mengangkut kayu, tapi bila jalan yang
Tabel 2. Prestasi kerja pikul blandong di Sukabumi
No Waktu
(jam)
Volume
(m3 /hari)
Prestasi
(m /jam)3
1. 6,5 1,59 0,244
2. 6,5 1,88 0,289
3. 6,5 3,15 0,484
4. 6,5 3,39 0,521
5. 6,5 2,52 0,387
6. 6,5 4,26 0,655
7 6,5 4,37 0,672
Jumlah 21,16 3,252
Rata - rata 3,02 0,464
dilalui mempunyai kelerengan yang cukup berat dapat
menyebabkan volume yang disarad berkurang
d. Jumlah blandong
Semakin banyak jumlah blandong per regunya
maka akan semakin banyak pula volume yang didapat
perharinya.
1. Cara pengeluaraan kayu manual di KPH Sukabumi,
BKPH Cikawung, kampung Cikeuyeup dilakukan
dengan cara pikul dilakukan oleh 4 sampai 12 orang
per regu, tergantung ukuran kayu.
2. Setiap harinya, satu regu sarad dapat mengeluarkan
kayu sebanyak 3,02 m³/hari, dengan perolehan upah
Rp. 55.366 /orang/hari.
Elias, 2009. Modul 19. Penyaradan dan Pengangkutan
kayu
dan pengangkutan.
pdf. Diakses tanggal 23April 2012
Suhartana, S.,Yuniawati dan Rahmat 2012. Peningkatan
produktivitas, penurunan biaya produksi dan
penggeseran lapisan tanah atas melalui penerapan
teknik penyaradan terkontrol : kasus di KPH
Cianjur. Prosiding Seminar Nasional MAPEKI 14,
tanggal 2 Nopember 2011 di University Club
Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Hlm. 742-746.
MAPEKI. Bogor.
D. Kesimpulan dan Saran
Daftar Pustaka
.www.bpphp17.web.id/database/modul/
wasganis-menhut/penyaradan
WWARTAARTAHASIL HUTANHASIL HUTANHASIL HUTAN
16
Opin
i
Vol. 8 N0. 1. 2013
Tidak banyak orang yang mampu mengenal
nama/ jenis sebatang kayu yang tergeletak di
depan mata. Apalagi jika dihadapkan pada
beberapa kayu secara bersamaan. Kenampakan kayu
tersebut bisa sangat mirip satu dengan lainnya.
Kebingungan tersebut beralasan karena Indonesia
diperkirakan memiliki 4000 jenis kayu. Meskipun kita
mengenal salah satu jenis kayu yang umum seperti jati
dan mahoni, namun jika kita dihadapkan pada
kelompok kayu meranti yang terdiri dari puluhan jenis,
tentulah orang awam akan mengalami kebingungan.
Pertanyaan lainnya adalah siapa yang benar-benar
bisa memastikan jenis kayu yang bertumpuk dalam
kotener sesuai dengan dokumennya? Bisa jadi kayu-
kayu tersebut bukan merupakan kayu yang dilindungi
dan tidak boleh diperual belikan. Siapakan yang benar-
benar bisa memastikannya?
Disinilah para ahli anatomi/
berperan. Mereka melihat kayu sampai ke tingkat
susunan sel-sel penyusunnya. Para ahli anatomi
melakukan identifikasi jenis kayu secara makroskopis
dan mikroskopis. Dengan cara tersebut mereka
dapat dengan jitu memastikan jenis dari suatu
potongan kayu.
Meskipun bukan profesi dan bidang ilmu yang
popular, para ahli dan kegiatan litang anatomi kayu
tidak terkira peranannya dalam pembangunan
kehutanan. Sayangnya, profesi dan kegiatan mereka
mereka sangatlah minim dikenal masyarakat dan
pemerintah serta mendapatkan dukungan mereka.
Para ahlinya yang sangat sedikitpun terus mengalami
penurunan jumlah.
Para ahli anatomi kayu Indonesia baru saja
berkumpul di Bogor pada tanggal 3 - 4 Juni 2013.
Mereka menghadiri Diskusi Litbang Anatomi Kayu
Indonesia. Menyadari hal tersebut, Pusat Penelitian
dan Pengembangan Keteknikan Kehutanan dan
Pengolahan Hasil Hutan (Pustekolah). Mereka berasal
dari Kementrian Kehutanan (Pustekolah dan Balai
Penelitian Kehutanan di daerah), LIPI, dan berbagai
peguruan tinggi di Indonesia.
Mereka berkumpul untuk meninjau hasil capaian
penelitian selama ini dan merumuskan arah litbang
anatomi kayu ke depan dalam rangka mempercepat
penyelesaian penelitian semua jenis kayu Indonesia
dan dapat secepatnya dimanfaatkan oleh pemerintah
dan masyarakat.
wood anatomist
Hasil penelitian para ahli anatomi kayu, selama ini
telah menjadi dasar kebijakan pemanfaatan jenis-jenis
kayu di hutan alam dan pengembangan suatu jenis
kayu untuk komoditas tertentu. Hasil pengamatan
mereka bahkan menjadi fatwa dan dasar penyelesaian
sebuah perkara di pengadilan, sebuah sengketa bisnis,
sebuah keputusan ijin ekspor.
Kayu dari hutan Indonesia memiliki bermacam-
macam sifat dan karakter, seperti warna alami kayu.
Warna alami kayu bervariasi dari hitam sampai putih
pucat serta kemerahan. Karakter lain yang lebih
berperan adalah susunan pori yang sangat khas dari
tiap jenisnya. Seperti membedakan tipe wajah manusia
dengan mata lebar ataupun mata sipit begitu juga
susunan dan ukuran pori dalam setiap jenis kayu dapat
dibedakan.
Selain struktur anatomi kayu sebagai pengenal
identitas jenisnya, karakteristik seratnya juga dapat
menentukan kegunaan kayunya. Dimensi serat berupa
panjang, tebal dinding dan diameter sel nya
menentukan kegunaan suatu kayu. Semakin panjang
serat kayu, semakin bagus kualitas kertas yang
dihasilkan. Selain itu, semakin tebal dinding selnya
semakin kuat kayunya menahan beban.
Disinilah para wood anatomist berperan. Mereka
mampu menggambarkan sifat suatu jenis kayu.
Informasi yang mereka keluarkan menjadi dasar dari
pengetahuan suatu jenis kayu cocok untuk digunakan
pada tujuan tertentu. Tentu saja setelahnya, penelitian
mereka akan dilengkapi oleh hasil analisa fisik
mekanik, kimia, sifat pengerjaan, pengeringan dan
lain-lain. Namun dari informasi awal merekalah
terlihat kemanfaatan suatu jenis kayu yang bermacam-
macam tersebut. Jenis jenis kayu komersial,
dan bahkan telah mereka
teliti.
Hasil-hasil penelitian anatomi kayu di Pustekolah,
telah menjadi dasar penetapan jenis-jenis kayu
komersial dari hutan alam. Hasil-hasil penelitian
tersebut juga termuat dalam Atlas Kayu Indonesia jilid
1,2 dan 3, serta Atlas Rotan yang juga telah terbit hingga
tiga edisi. Buku-buku tersebut telah menjadi acuan
berharga para pengguna kayu dalam memilih jenis
kayu yang cocok untuk mereka.
Mengapa Kayu Indonesia Perlu Dikenali
lesser known
species, the least known species
AHLI ANATOMI KAYUAHLI ANATOMI KAYU
Indonesia Butuh
AHLI ANATOMI KAYUSujarwo Sujatmoko
dibeberapa tempat mampu mengungkap jenis dan
umur kayu yang telah menjadi arang pada rumah-
rumah jaman kerajaan yang tertimbun lava vulkanik.
Peneliti Pustekolah, Ir. Y.I. Mandang misalnya,
bersama para peneliti Laboratorium Anatomi
Pustekolah lainnya telah terbiasa mengidentifikasi
fossil-fossil kayu yang banyak ditemukan di Jawa Barat.
Mereka menemukan bahwa fossil-fossil kayu tersebut
berasal dari kayu kelapa, aren, dan .
Fakta temuan mereka tersebut menguatkan bukti
bersatunya daratan Sumatera dan Jawa pada masa lalu.
Mereka juga berhasil melakukan identifikasi kayu dari
perahu kuno dari tepian Bengawan Solo, Bojonegoro,
Jawa Timur.
Saat ini, jumlah anatomiwan kayu Indonesia
diperkirakan tidak lebih dari 100 orang saja. Jumlah
yang sangat sedikit bila kita sandingkan dengan jumlah
jenis kayu dan luas hutan di Indonesia. Regenerasi para
ahli/profesi ini juga berjalan sangat lambat. Sebagai
ilmu dasar, anatomi kayu sering dipandang sebelah
mata. Bidang ini kerap dianggap hanya menghasilkan
informasi ilmiah dasar yang hanya berguna bagi ilmu
pengetahuan itu sendiri. Padahal jika menilik cerita
sebelumnya, banyak peranan para ahli anatomi
tersebut dalam dunia terapan yang berpengaruh
terhadap kelestarian hutan dan suatu jenis kayu.
Dalam diskusi anatomi yang diselenggarakan
Pustekolah, para ahli anatomi kayu akan mendeklarasi-
kan berdirinya asosiasi anatomiwan kayu indonesia.
Wadah ini akan mengembangkan para profesional
dalam bidang anatomi kayu. Di masa yang akan datang,
Indonesia harus memiliki ahli anatomi yang profesional
dan mencukupi jumlahnya. Kecukupan para ahli ini
diperlukan untuk menggali semua 4000 jenis kayu
Indonesia. Hasil pengamatan mereka akan mendukung
pemanfaatannya secara tepat. Selain itu, mereka juga
akan terus membantu memastikan kelestarian jenis-
jenis tertentu yang dilindungi dari tangan-tangan tidak
bertanggung jawab.***
dipterocapaceae
Profesi Terbatas
Informasi lebih lanjut:Sujarwo Sujatmoko (082138252828)Email: [email protected]/Puslitbang Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan (Pustekolah)
Disisi lainnya, banyak jenis-jenis kayu indonesia
yang terancam punah. Para penjual kayu terkadang
kurang peduli akan kelestarian jenis-jenis tersebut.
Meskipun dalam dokumen pengangkutan kayu jenis
yang diperdagangkan adalah kayu yang boleh
dieksploitasi, namun tak jarang dicurigai terdapat
kayu-kayu yang dilindungi.
Disini jugalah para anatomis kayu berperan dalam
memastikan jenis kayu tersebut. Dengan pengamatan
yang seksama secara makroskopis dan mikroskopis,
serta membandingkannya dengan koleksi otentik kayu
yang sudah ada, mereka dapat dengan tepat
menentukan jenis kayu yang dimuat tersebut. Sehingga
dengan hasil analisa merekalah akhirnya kayu tersebut
dapat dikonfirmasi sebagai kayu dilindungi.
Penjualnya tentu saja dapat terkena sanksi hukum
karena hal tersebut dan berhadapan dengan pengadilan
jika kayu tersebut termasuk jenis yang dilindungi
dalam daftar kayu yang sudah punah (CITES). Hasil
analisa para anatomiwan kayu ini seakan menjadi fatwa
akan kebenaran suatu jenis kayu. Tentu saja dalam
penelitiannya anatomi kayu tersebut, juga tidak lepas
dari litbang botani yang juga melakukan identifikasi
pohon secara morfologis.
Dalam catatan sejarah, para ahli anatomi kayu
Pustekolah beberapa kali membantu mengidentifikasi
jenis yang akhirnya menyelesaikan beberapa kasus
hukum. Beberapa kasus tersebut diantaranya
penyeludupan log sonokeling dan eboni melalui
pelabuhan Tanjung Priok, penyelundupan ramin dan
jenis-jenis kayu lainnya yang terdaftar dalam CITES,
kasus kayu “pacar” dari Sulawesi Tengah, penggunaan
jenis kayu yang tidak sesuai spesifikasi oleh perusahaan
konstruksi, dan pencurian kayu di Taman Nasional
Salak-Halimun. Sampai saat inipun para ahli anatomi
Pustekolah seperti Dra. Sri Ruliati, M.Sc, Andianto,
S.Hut, Listya Mustika Dewi, S.Hut, dan Dr. Krisdianto,
S.Hut. M.Sc. terus terlibat dalam identifikasi jenis kayu
untuk ekspor atas permintaan Dirjen Bea dan Cukai.
Kepastian jenis tersebut juga terkadang diperlukan
dalam sengketa yang melibatkan banyak pihak. Tidak
hanya keperluan penegakan kebijakan pemerintah,
namun terkadang sengketa antar pihak swasta yang
melakukan transaksi suatu jenis kayu.
Para anatomiawan kayu tidak hanya mampu
menganalisa satu jenis kayu yang masih tampak utuh
sebagai kayu. Hebatnya, mereka masih mampu
mengidentifikasi jenis kayu meskipun kayu tersebut
sudah berbentuk arang, bahkan fosil. Dengan teknik
yang tepat, para anatomiwan kayu tertentu dapat
mengetahui jenis kayu dan umur kayu yang menjadi
fosil. Penelitian-penelitian para anatomiwan kayu
Arang dan Fosil
17
WWARTAARTAHASIL HUTANHASIL HUTANHASIL HUTAN
Opin
iVol. 8 N0. 1. 2013
Profile potongan batang kayu
WWARTAARTAHASIL HUTANHASIL HUTANHASIL HUTAN
18
Vol. 8 N0. 1. 2013
Liputa
nK
egia
tan
KNAPPPKomisi Nasional Akreditasi Pranata Penelitian dan Pengembangan ( ) Penelitian
dan Pengembangan (Litbang) adalah Tim Kerja dalam lingkungan Kementrian Riset dan
Teknologi, yang diketuai secara oleh Deputi Menteri Negara Riset dan Teknologi.
Dalam hal ini, KNAPPP memiliki kewenangan untuk memberikan apresiasi atas kinerja
lembaga atau badan penelitian dan pengembangan mencakup kemampuannya dalam
melaksanakan penelitian dan pengembangan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi serta
mutu keluaran hasil litbang.
ex officio
Secara sederhana bisa diuraikan sebagai berikut :
1. Pranata litbang mengajukan permohonan
kesekretariat KNAPPP dan mengirim dokumen
untuk di periksa kelengkapannya.
2. Jika dokumen sudah lengkap, asesor KNAPPP akan
mengakses pranata litbang bersangkutan.
3. Pembahasan hasil asesmen oleh panitia teknis.
4. Jika memenuhi syarat akan diusulkan kerapat pleno
anggota KNAPPP.
5. Jika angota KNAPPP menyetujui maka akreditasi
diberikan.
Pentingnya peningkatan kinerja dan untuk semakin
memasyarakatkan serta pengakuan akan keberadaan
Pustekolah, maka Pustekolah menargetkan tercapai
aktreditasi KNAPP tahun ini. Dalam mencapai
akreditasi ini, Pustekolah melalui SK Kepala Pusat
telah membentuk tim akreditas KNAPPP yang ber-
anggotakan 15 Orang. Anggota tim telah melakukan
3 kali pertemuan dengan hasil sudah mencapai
penyusunan panduan mutu. Semoga tim dapat
memberikan hasil maksimal dalam proses akreditasi
KNAPPP untuk Pustekolah.
Menuju Pustekolah yang Lebih Baik
R. Esa Pangersa G.
Akreditasi KNAPPPMelalui
Keberadaan KNAPPP tentunya memberikan
banyak manfaat baik bagi pemerintah, pranata
litbang, maupun khalayak umum (masyarakat
dan pihak swasta). Bagi pemerintah, akreditasi
KNAPPP ini memberikan kemudahan dalam hal
evaluasi pranata litbang, pembinaan kelembagaan,
pemeringkatan dan prioritasi, dan memilih pranata
litbang yang kompeten di bidangnya.
Bagi pranata litbang, akreditasi KNAPPP ini selain
sebagai suatu pengakuan formal juga sebagai sarana
untuk mengukur kinerja, jembatan bagi management
dan peneliti, serta nilai positif bagi sistem insentif
RISTEK. Bagi khalayak umum, akreditasi KNAPPP
dapat memudahkan masyarakat mengenali kualitas
pranata litbang dan pihak swasta, memudahkan
industri untuk memilih pranata litbang yang sesuai
dengan rencana pengembangan produknya sehingga
manfaat litbang dapat dirasakan secara nyata.
Namun dalam proses pemberian akreditasi
KNAPPP tidaklah mudah. Diperlukan usaha dalam
hal mempersiapkan segala aspek kebutuhan akreditasi.
Tentunya semua itu bukan untuk birokrasi semata
melainkan proses pembelajaran yang bertujuan untuk
menata kinerja Pusat Litbang Keteknikan Kehutanan
dan Pengolahan Hasil Hutan (Pustekolah) sebuah
instansi penelitian dan pengembangan. Berikut alur
proses akreditasi KNAPPP :
Tim Akreditasi KNAPPP Pustekolah
19
WWARTAARTAHASIL HUTANHASIL HUTANHASIL HUTAN
Liputa
nK
egia
tan
Vol. 8 N0. 1. 2013
Beberapa Penerbit
UU No. 4 Tahun 1990
Masih Belum Aktif Implementasikan
Bandung-Pustekolah (12 Juni 2013). Badan
Perpustakaan dan Kearsipan Daerah (BPKD)
Provinsi Jawa Barat menyerahkan penghargaan
tahunan kepada 12 penerbit se-Provinsi Jawa Barat
sebagai “Penerbit Aktif” dalam melaksanakan
implementasi Undang-undang Nomor 4 tahun 1990
tentang Serah Simpan Karya Cetak dan Karya Rekam
(SS-KCKR) di Gedung Perpustakaan Deposit Provinsi
Jawa Barat di Jalan Sukarno Hatta No. 629 Bandung.
Piagam penghargaan diserahkan langsung oleh Kepala
BPKD Provinsi Jawa Barat (Enny Ratnasari Soebari, SH,
MH, CN). Acara dilangsungkan paralel dengan Temu
Wicara Undang-undang Nomor 4 tahun 1990 tentang
SSKCKR.
Penerbit yang menerima penghargaan kali ini terdiri
dari penerbit swasta, pemerintah dan PTN/PTS.
Lingkup Badan Litbang Kehutanan yang menerima
penghargaan adalah Puslitbang Keteknikan Kehutanan
dan Pengolahan Hasil Hutan (Pustekolah) dan Pusat
Litbang Konservasi dan Rehabilitasi (Puskonser) Bogor.
Penerbit lainnya yaitu; Alfabeta Bandung, Sarana Panca
Karya, Grafindo Media Pratama, Remaja Rosda Karya,
Kiblat Buku Utama, BPBI “Abiyoso”, Humas Provinsi
Jawa Barat, Pusat Perpustakaan dan Penyebaran
Teknologi Pertanian, LPPM UNPAD, Fak. Seni Rupa
dan Design ITB, LPPM ITB, Fak. MIPA UNPAD dan
Aspensi.
Hadir dalam acara tersebut tidak kurang dari 60
penerbit yang merupakan perwakilan dari 162 penerbit
se-Provinsi Jawa Barat anggota IKAPI, juga hadir
pejabat struktural dan fungsional lingkup Badan PKD
Provinsi Jawa Barat, Ketua IKAPI Provinsi Jawa Barat,
Kepala Direktorat Deposit Bahan Pustaka Perpustakaan
Nasional (H.T. Syamsul Bahri), dan Kepala Biro Hukum
Setwilda Provinsi Jawa Barat.
Kepala BPKD Provinsi Jawa Barat mengharapkan
agar semua penerbit yang ada di Provinsi Jawa Barat
baik swasta maupun pemerintah untuk terus selalu
Kepala BPKD Provinsi Jawa Barat (kiri) memberikan arahan pada acara Temu Wicara
sekaligus penyerahan penghargaan “Penerbit Aktif” dalam implementasikan UU No.4./1990 di Bandung
WWARTAARTAHASIL HUTANHASIL HUTANHASIL HUTAN
20
Vol. 8 N0. 1. 2013
Liputa
nK
egia
tan
Kepala BPKD Provinsi Jawa Barat (tengah) memberikan penghargaan
kepada Pustekolah dan 11 penerbit lainnya se-Jawa Barat sebagai
“Penerbit Aktif” dalam implementasikan UU No.4 /1990 di Bandung
mengirim hasil terbitan minimal 1
buah ke Perpustakaan Deposit
Daerah. Hal ini sebagaimana
amanah UU nomor 4 tahun 1990,
dimana setiap penerbit diwajibkan
menyerahkan karya cetak/karya
rekam kepada Perpustakaan
Nasional di Jakarta sebanyak 2
eksemplar dan 1 eksemplar lagi
kepada Perpustakaan Deposit
Daerah di Bandung.
Berdasarkan hasil evaluasi
wajib serah simpan karya cetak dan
rekam oleh BPKD Provinsi Jawa
Barat sampai dengan 2012, tercatat
penerbit aktif sebanyak 199
penerbit, yang aktif menyerahkan
7 0 ( 3 5 % ) . U n t u k p e n e r b i t
pemerintah (BUMD, Puslitbang,
dll.) sejumlah 260 institusi yang
aktif 34 (13%). Untuk kategori
PTN/PTS sejumlah 376, yang aktif
23 (6%). Hal serupa disampaikan
pula oleh Direktur Deposit Bahan Pustaka
Perpustakaan Nasional (H.T. Syamsul Bahri), bahwa
pelaksanaan pengumpulan koleksi di Perpusnas juga
serupa dengan yang dialami Perpusda, yakni
prosentase serah-simpan KCKR oleh penerbit secara
nasional masih kecil. Padahal, KCKR merupakan salah
satu hasil budaya bangsa yang sangat penting dalam
menunjang pembangunan nasional, khususnya di
bidang pendidikan.
Disampaikan pula, bahwa karya-karya berharga
tersebut tentu perlu dikelola dengan baik agar jejak
rekam karya anak bangsa tersebut dapat terus
ditemukan oleh generasi selanjutnya, walaupun
penulis maupun penerbitnya sudah tidak ada lagi.
Kalau tidak, dikuatirkan rekaman peristiwa yang telah
dihasilkan oleh berbagai lembaga tersebut akan sulit
ditemukan kembali, sehingga terjadinya kehilangan
informasi. Bentuk terbitan yang wajib diserahkan
menurut UU tersebut berupa buku fiksi, buku non fiksi,
buku rujukan, karya artistik, karya ilmiah yang
dipublikasikan, majalah, surat kabar, peta, brosur, dan
karya cetak lainnya, sedangkan untuk karya rekam
adalah bentuk pita, piringan seperti film, kaset audio,
kaset video, video disk, piringan hitam, disket dan
bentuk lain sesuai dengan perkembangan teknologi.
Hal yang disayangkan adalah, meski UU Nomor 4
Tahun 1990 telah memiliki kekuatan hukum tetap, akan
tetapi tidak semua penerbit atau pengusaha rekaman
menyerahkan setiap enam bulan sekali sesuai
ketentuan. Sanksi/hukuman yang telah disiapkan pun
belum pernah diterapkan sama sekali kepada penerbit
maupun pengusaha rekaman yang lalai. Oleh
karenanya Kepala BPKD Provinsi Jawa Barat,
mengharapkan kepada yang telah menerima
penghargaan untuk terus konsisten menyerahkan
publikasinya dan yang belum aktif agar lebih aktif
menyerahkan karya cetak/rekam ke Perpustakaan
Deposit, jangan sampai menunggu sanksi UU No. 4
tahun 1990 tersebut benar-benar dijalankan. (Kiriman
Ayit T. Hidayat).
Pustekolah
21
Liputa
nK
egia
tan
WWARTAARTAHASIL HUTANHASIL HUTANHASIL HUTAN
Vol. 8 N0. 1.2013
PEMASYARAKATANIPTEK PUSTEKOLAH MELALUI
EKSPOSE HASIL PENELITIAN
Tugas pokok dan fungsi Pusat Penelitian dan
Pengembangan Keteknikan Kehutanan dan
Pengolahan Hasil Hutan (PUSTEKOLAH)
adalah melaksanakan kegiatan penelitian dan
pengembangan dibidang keteknikan kehutanan dan
pengolahan hasil hutan.
Aspek-aspek kegiatan penelitian meliputi
keteknikan dan pemungutan, pemanfaatan hasil hutan,
pengerjaan, pengolahan kimia hasil hutan dan hasil
hutan bukan kayu, yang dijabarkan dalam 5 Rencana
Penelitian Integratife (RPI) yaitu:
1. RPI Sifat Dasar dan Kegunaan Kayu
2. RPI Keteknikan Kehutanan dan Pemanenan Hasil
Hutan
3. RPI Pengolahan Hasil Hutan Kayu
4. RPI Pengolahan Hasil Hutan Bukan Kayu
5. RPI Rekayasa dan Formulasi Bahan Pembantu
Data dan informasi IPTEK hasil kegiatan penelitian,
dikemas dalam beberapa bentuk media yang telah
disediakan antara lain melalui penerbitan buku,
pameran, gelar teknologi, pelatihan, workshop,
seminar/ekspose hasil penelitian dll. Ini semua
merupakan bentuk diseminasi dalam rangka
penyebarluasan IPTEK hasil penelitian kepada para
pengguna baik itu perorangan dan secara kelompok/
organisasi dari kalangan pemerintah maupun swasta.
Bentuk pemasyarakatan IPTEK tersebut diberi
nama diseminasi hasil penelitian.
Pada tanggal 30 April 2013, bertempat di IPB
Internasional Conventional Center Bogor Pustekolah
Kepala Badan Litbang Kehutanan (Dr. Ir. R. Iman Santoso, M.Sc) sedang memberi pengarahan pada acara ekspose
telah melaksanakan diseminasi hasil penelitian berupa
ekspose hasil-hasil penelitian dan pameran dengan
mengambil tema: “
selama 1 hari. Makalah yang
disampaikan terdiri dari makalah oral dan makalah
poster makalah oral meliputi: 1 makalah ,
11 makalah utama dan makalah poster sebanyak 18
judul. Parallel dengan acara Ekspose, disela-sela waktu
istirahat persidangan melakukan kegiatan pameran
hasil IPTEK, dan presentasi makalah poster.
Untuk materi pameran terdiri dari contoh produk
dari hasil-hasil penelitian yang berasal dari Pustekolah
meliputi: contoh produk dari bambu lamina, Produk
arang dan turunannya, contoh Produk MDF, Glulam
dan publikasi hasil penelitian berupa, Jurnal Penelitian
Hasil Hutan, Forpro, Warta Hasil Hutan, Atlas Kayu
Indonesia, Atlas Rotan Indonesia, contoh Kayu
Indonesia dan beberapa hasil penelitian dari Balai
Penelitian Kehutanan Teknologi Serat Kuok berupa
madu dan turunannya.
Makalah yang disampaikan sebagai berikut:
1. “ ” kebijakan nasional industri agro
menuju revitalisasi industri kehutanan”. Oleh Ir.
Arya Warga Dalam, MA, Direktur Industri Hasil
Hutan dan Perkebunan, Ditjen Industri Agro,
Kementerian Perindustrian.
Teknologi Peningkatan Nilai
Tambah Hasil Hutan”
Keynote Speech
Keynote Speech
A. Makalah Oral, terdiri dari:
WWARTAARTAHASIL HUTANHASIL HUTANHASIL HUTAN
Vol. 8 N0. 1.2013
Liputa
nK
egia
tan
22
2. Teknologi Pengawetan Kayu Alternatif untuk Bahan
Bangunan Kelautan oleh Drs. M. Muslich, M.Sc dan
Dra. Sri Rulliaty, M.Sc.
3. Analisis Teknis dan Finansial Mesin Pengering Kayu
Sistem Panas Tungku untuk Usaha Kecil, Ir. Efrida
Basri, M.Sc, Drs.Ahmad Supriadi, MM dan Rahmat
4. Pemanfaatan Kayu Trembesi untuk Furniture
dengan Teknologi Laminasi, Abdurachman, ST, dan
Jamaludin Malik, S.Hut, M.Sc
5. Pemanfaatan Ekstak Cair Limbah Kayu Merbau
sebagai Bahan Perekat Balok Lamina, Prof. Dr. Drs.
Adi Santoso, M.Si
6. Kemungkinan Pemanfaatan Limbah Pelepah Nipah
dan Sabut Kelapa untuk Papan Serat Berkerapatan
Sedang Menggunakan Perekat Terbarukan TF, Dr.
Han Roliadi, M.Sc, Dian Anggraini, S.Hut, MM,
Rossi Margareth T, M.Si, Prof. Dr. Gustan Pari, M.Si
7. Teknologi Glulam untuk Pembuatan Komponen
Kapal, Ir. Nurwati Hadjib, MS, Drs. M. Muslich,
M.Sc
8. Potensi Ekonomi Limbah Kayu Pinus Bekas
Sadapan dan Diskursus Pengelolaan Tegakan Pinus
sebagai Penghasil Getah, Ir. Soenarno, M.Si,
Wesman Endom, M.Sc, Dr. Maman M. Idris, M.S
dan Prof. Ir. Dulsalam, MM
9. Teknik Pembuatan Dekstrin secara Enzimatis dari
Tepung Buah Sukun, Drs. D. Martono
10. Potensi Pemanfaatan untuk
Produk Kosmetik dan Obat oleh Gunawan Pasaribu,
Dryobalanops aromatic
M.Sc, Drs. Gusmailina, M.Si, Dra. Sri Komarayati
dan Dra. Zulnely
11. Pembuatan Vernis dari Damar Batu, R. Esa Pangersa
G, S.Hut, Dra. Zulnely dan Erik Dahlian
12. Bambu komposit sebagai material alternatif
pensubstitusi kayu pertukangan berkualitas, Ir. IM.
Sulastiningsih, M.Si & Prof. Dr.Adi Santoso
1. Teknologi Kayu Laminasi Mendukung Produk-
tivitas Kayu Rakyat, Abdurachman dan Nurwati
Hadjib
2. Pemanenan Kayu Ramah Lingkungan di Hutan
Tanaman Rawa Gambut di Sumatera dan
Kalimantan, Sona Suhartana & Yuniawati
3. Pemahaman Keselamatan dan Kesehatan Kerja
pada Pemanenan Kayu di Satu Perusahaan Hutan di
Jambi, Yuniawati & Sona Suhartana
4. Pemanfaatan Limbah Penggergajian Menjadi
Produk Cinderamata dalam Menunjang Industri
Kreatif oleh Achmad Supriadi
5. Sumber-Sumber Bahan Pengawet Kayu Nabati
dalam Mendukung Industri Kreatif, Agus Ismanto
danAchmad Supriadi
6. Jernang ( Berpotensi sebagai
Antioksidan dan Koagulan, Totok K. Waluyo dan
Gunawan Pasaribu
7. Sistem Kabel Layang untuk Pengeluaran Kayu pada
Topografi Sulit, Wesman Endom, Soenarno dan
B. Makalah Poster, terdiri dari:
Dragon's Blood)
Kepala Pustekolah (Dr. Ir. I. B. Putera Parthama, M.Sc) sedang memberikan sambutan pada acara ekspose
Maman Mansyur Idris
8. Stimulasi berbahan Dasar Hayati untuk
Penyadapan Pohon Pinus, Sukadaryati dan
Dulsalam
9. Kerusakan Tegakan Tinggal Pohon Akibat
Penyaradan kayu pada areal Tebang Pilih Tanam
Indonesia Intensif (TPTII) di PT Gunung Meranti
Kalimantan Tengah, Dulsalam, Sukadaryati dan
Sona Suhartana
10. Teknologi Sederhana untuk Perbaikan Mutu Madu
Hutan dan Pelestarian Lebah Apisdorsata di
Provinsi Riau, Avry Pribadi dan Purnomo
11. Teknologi Pengolahan Nata Pinata untuk
Peningkatan ragam Produk dan Nilai Ekonomi Nira
Aren, Mody Lempang
12. Sifat Dasar dan Kegunaan Jenis Kayu Alternatif
Jabon ( Miq.), Rimma
Risnanda.
Anthocephalus cadamba
13. Kajian Potensi Pasar Suplay Demand dan
Trend Kertas Khusus Perangko dan Materai,
Febriyanti Kurniasih.
14. Pembuatan Papan Serat dari Kayu Jabon
( A.Rich) dan Gerunggang
( BL) oleh Agus Wahyudi, Edi
Nurohman dan Eko Sutrisno
15. Teknik Pembuatan Kompos dan Pupuk Ramah
Lingkungan dari Limbah Industri Pulp, Siti
Wahyuningsih
16. Pola Agroforestry pada Jabon untuk Meningkatkan
Nilai Tambah Hutan Rakyat Penghasil Kayu Pulp,
Syofia RacmaYanti
17. Karakteristik Komposit Kayu Palstik Bermatrik
Polypropilena dari Jenis Kayu Jabon oleh Yenni
Apriyani Tulus Swasonoso, Eko Sutrisno dan Fitri
Windra Sari
18. Usaha Pembuatan EGG Tray Berbahan Dasar
Limbah Kertas Industri, Febriyanti Kurniasih
Anthochephaus cadamba
Cratocsilon arthorescens
23
Liputa
nK
egia
tan
WWARTAARTAHASIL HUTANHASIL HUTANHASIL HUTAN
Vol. 8 N0. 1.2013
Penyaji makalah: Ir. Sunarno, M.Si (kiri), Prof. Dr. Adi Santoso, M.Si (ke dua dari kiri),
(Prof. Dr. Yusuf S. Hadi sebagai moderator (tengah),
Ir. Nurwati Hadjib, M.Sc (ke dua dari kanan), Dr. Han Roliadi, MS, M.Sc (kanan)
C. Peserta
Peserta Ekspose berjumlah ± 150 orang berasal dari
Instansi Kehutanan, Perguruan Tinggi, Pemerintah
Daerah, Pengusaha Perkayuan, Lembaga Penelitian,
Asosiasi, LSM, dll.
Dengan terselenggaranya diseminasi hasil
penelitian Pustekolah ini diharapkan dapat meng-
hasilkan rumusan yang konstruktif dan memberikan
sumbangan pikiran dan alternatif untuk jalan keluar
dari permasalahan permasalah yang dihadapi dalam
pengelolaan produksi hasil hutan. Khususnya input
teknologi pengolahan hasil hutan dalam neningkatkan
nilai tambah.
WWARTAARTAHASIL HUTANHASIL HUTANHASIL HUTAN
Liputa
nK
egia
tan
24
Vol. 8 N0. 1.2013
Makalah poster
Materi pameran ekspose
Suasana persidangan di ruangan ekspose
D. Pameran
Materi pameran yang ditampilkan dalam
rangka Ekspose Hasil Penelitian berupa contoh
produk kayu dn non kayu dan beberapa publikasi
hasil penelitian terbitan Pustekolah (Kiriman:
Juli Jajuli, Deden Nurhayadi dan Dede Rustandi)