walil armi ismawirna rohati anwar yana · pdf filesmp negeri 19 banda aceh dapat memiliki...
TRANSCRIPT
I
Pembelajaran Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Hubungannya denganAktivitas Manusia Berwawasan Moralitas Islamr
Anita Noviyanti dan Kamalliansyah Walil l-4
Hubungan Antara Konsep Diri Terhadap Perilaku Tentang Merokok Pada Remaja diSMA Negeri 1 Calang Kabupaten Aceh Jaya
Armi 5-10
Pembelajaran Apresiasi Sastra Model Sinektik Berdasarkan KTSP pada SMA diKabupaten Aceh Besar
Ismawirna 11-15
Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Pembelajaran Inkuiri pada MateriSifat-Sifat Kubus'di Kelas [V SD Negeri 9 Jeunieb
Rohati 16-20
Pengaruh Motivasi dan Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Guru pada SMA Negeridi Kota Banda Aceh
Martahadi dan Anwar 2l-25
Pendidikan Berbasis Kompetensi pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)(Pembelajaran Terhadap Pemasaran Susu Kedelai di Banda Aceh
Syaifuddin Yana 26-33
Pengukuran Kinerja Perguruan Tinggi Swasta (PTS) Y dengan Pendekatan HumanResource Scorecard
Badaruddin 34-40
Jurnal Serambi Edukasi│Vol. 1 Edisi Khusus (2013): 1 – 4 ISSN 2338-9397
1
PEMBELAJARAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN LINGKUNGAN
HUBUNGANNYA DENGAN AKTIVITAS MANUSIA BERWAWASAN MORALITAS
ISLAMI PADA SMP NEGERI 19 BANDA ACEH
Anita Noviyanti dan Kamalliansyah Walil
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Serambi Mekkah
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pembelajaran pencemaran dankerusakan lingkungan hubungannya dengan aktivitas manusia berwawasan moralitasislami pada siswa SMP Negeri 19 Kelas VII Banda Aceh. Data yang diperoleh dengan
menggunakan lembar observasi dan angket tentang pengetahuan lingkungan yang
berwawasan islami dengan One Group Pre-test Postest Design. Pembelajaran
Pencemaran dan kerusakan lingkungan hubungannya dengan aktivitas manusiaberwawasan moralitas islami ini diberikan melalui pembelajaran yang menekankan
pesan-pesan pelestarian alam dan lingkungan hidup yang dikaitkan dengan ajaran Islam.Mengingat masyarakat Aceh yang mayoritas muslim sehingga perlu mengajarkan kepadaanak didik pesan-pesan Allah SWT yang melarang kita berperilaku serakah dan membuat
kerusakan di muka bumi ini. Hasil menunjukkan bahwa dari 116 siswa yang dijadikan
subjek, pada umumnya siswa-siswi sangat aktif dan kreatif dalam pembelajaran danmenunjukkan sikap positif terhadap kebersihan lingkungan sekolahnya. Diharapkan siswa
SMP Negeri 19 Banda Aceh dapat memiliki sikap yang ramah terhadap lingkungan,peduli terhadap lingkungan sekolahnya, agar senantiasa lingkungan terjaga
kelestariannya.
Kata Kunci: Pelestarian lingkungan, pencemaran, kerusakan lingkungan, aktivitas
manusia berwawasan Islami
PENDAHULUAN
Negara Indonesia dianugrahi oleh Tuhan YangMaha Esa dengan iklim tropis. Oleh sebab itu,
kita rakyat Indonesia wajib bersyukur kepada
Tuhan Yang Maha Kuasa karena kita memilikijenis hayati tinggi bila dibandingkan dengan
sebagian besar negara lain di dunia. Indonesia
termasuk ke dalam delapan negara megabiodiversitas di dunia, karena baik floramaupun fauna penyebarannya sangat luas.
Kekayaan hayati ini meliputi berbagai jenis
tumbuhan, hewan dan mikroba. Kurang lebihsebanyak 28.000 jenis tumbuhan, 350.000
jenis hewan dan 10.000 mikroba yang hidupsecara alami di Indonesia (Surtikanti,2009:124).
Namun terkadang sebagai manusia kita lupa
akan kekayaan alam yang harus dijaga. Allah
Swt, telah memberikan hutan yang hijau,lautan yang kaya akan jenis ikan, gunung yang
menjulang sebagai daerah tangkapan hujan danpenyimpan air serta mengatur hidrologi. Tetapimanusia kini telah merubah segalanya untuk
memenuhi kebutuhan hidup, dan semua sepertitak terkendali hingga menimbulkan kerusakan(QS Al A’raaf:74). Atau melakukan perburuan
terhadap satwa dan merusak habitatnya (QS
Albaqarah:205), dan kadang-kadang manusia
berpaling dari kenyataan, setelah diperingatkan(Wahyono, 2009:16).
Manusia tinggal dan hidup dalamlingkungannya. Mereka nerinteraksi dengankomponen lingkungan fisik, baik biotik
(hewan dan tumbuhan) maupun dengan
komponen abiotik (tanah, air, batuan, dan lain-lain). Manusia juga melakukan interaksi
dengan sesamanya dan lingkungan sosialnyadan mengembangkan nilai dan norma untukmengatur interaksi tersebut, manusia
menghasilkan kebudayaan dalam berbagai
bentuk seperti bahasa, teknologi dan lain-lain.
Pada awalnya ketika manusia belum mengenalteknologi, hubungan manusia dengan
komponen lingkungan lainnya masih berjalansecara harmonis. Selain jumlahnya masihsedikit, mereka juga tidak berlebihan dalam
ISSN 2338-9397 ©Jurnal Serambi Edukasi, Vol.1 Edisi Khusus Tahun 2013
2 A. Noviyanti dan K. Walil
mengambil sumber daya alam, sehingga tidak
menimbulkan kerusakan yang berarti. Namun
seiring dengan berkembangnya teknologi, danmeningkatnya jumlah dan kebutuhan manusia,
mereka cenderung eksploitatif, dan mengambil
sumber daya alam secara berlebihan.
Akibat dari perilaku tersebut lingkunganmengalami perubahan, bahan-bahan pencemar
sisa aktivitas manusia mencemari lingkunganperairan, udara dan daratan. Kerusakan
tersebut akhirnya berdampak buruk pada
manusia, diantaranya adalah berkembangnya
penyakit, bencana alam dan lain-lain (Capra,2001).
Di SMP Negeri 19 Banda Aceh, dalam mata
pelajaran Biologi diterapkan sebuah konsepyang berjudul Pencemaran dan Kerusakan
Lingkungan dan Hubungannya dengan
Aktivitas Manusia. Pelajaran ini dianggapperlu mengingat keseimbangan lingkunganyang semakin menurun. Agar masyarakat
khususnya siswa-siswi sejak dini mengetahui
pengaruh lingkungan sangat besar bagikehidupan, sedapat mungkin dalam pelaksanan
pembelajaran ini berorientasi terhadap Alquran
sehubungan penduduk Aceh yang mayoritasmuslim.
Nata (Fathurrohman, 2001:121) menjelaskan
bahwa fungsi pendidikan yang islami adalahsebagai penyiapan kader-kader khalifah dalam
rangka membangun kerajaan dunia yang
makmur, dinamis, harmonis, dan lestari
sebagaimana diisyaratkan oleh Allah. Dengandemikian pendidikan islami mestinya adalah
pendidikan yang paling ideal, karena kita
hanya berwawasan kehidupan secara utuh danmulti dimensional. Tidak hanya berorientasi
untuk membuat dunia menjadi sejahtera dan
gegap gempita, tetapi juga mengajarkan bahwadunia sebagai ladang, sekaligus sebagai ujian
untuk dapat lebih baik di akhirat.
Dengan demikian, pendidikan yang islamimengemban misi melahirkan manusia yang
tidak hanya memanfaatkan persediaan alam,
tetapi juga manusia yang mau bersyukur
kepada yang membuat manusia dan alam,memperlakukan manusia sebagai khalifah dan
memperlakukan alam.
Oleh sebab itu, pembelajaran Pencemaran dan
Kerusakan Lingkungan di SMP Negeri 19
Banda Aceh, diharapkan dapat dikembangkan
sesuai dalil-dalil yang berhubungan dengan
pelestarian lingkungan, peneliti yakin dan
percaya, aplikasi dari wawasan Islami dalampembelajaran ini sangat membantu memberi
kesadaran pada masyarakat sejak dini
khususnya pada peserta didik, sehinggadiharapkan dapat menjaga kelestarian
lingkungan demi kelangsungan hidup banyak
makhluk di bumi.
Oleh Karena itu, kegiatan yang telah
menimbulkan berbagai bencana ini,
merupakan suatu pembelajaran bagi kita.
Penyebaran informasi yang benar dan akurat,serta memberikan berbagai contoh kegiatan
yang dapat membantu mengurangi bencana
lingkungan tersebut, diyakini sangat efektifapabila melalui lembaga sekolah. Untuk itu
program Pembelajaran Pencemaran dan
Kerusakan Lingkungan Hubungannya denganAktivitas Manusia sedapat mungkin diberikandan diperkenalkan sedini mungkin kepada
siswa-siswi di sekolah.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahuiefektivitas pembelajaran pencemaran dan
kerusakan lingkungan hubungannya dengan
aktivitas manusia berwawasan moralitasislami pada siswa SMP Negeri 19 Kelas VII
Banda Aceh.
METODE PENELITIAN
Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 19
Banda Aceh. Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh siswa kelas VII di SMP Negeri19 Banda Aceh yang terdiri dari 4 kelas
sebanyak 116 siswa. Keseluruhan siswa
dijadikan subjek dalam penelitian ini.
Metode yang digunakan dalam penelitian iniadalah quasi experiment, yaitu perlakuan
terhadap satu variabel dan tidak ada kelas
kontrol (Sukmadinata, 2005:59), dengan “onegroup pretest-postest design”, tanpa kelompok
pembanding.
Instrumen penelitian terdiri dari (1) Observasi;lembar observasi dikembangkan oleh penelitiuntuk mengetahui efektivitas pembelajaran
Pencemaran berwawasan moralitas islami; (2)Angket: angket berisikan pertanyaan-
pertanyaan yang berhubungan dengan
pembelajaran dan kerusakan lingkungan.
ISSN 2338-9397 ©Jurnal Serambi Edukasi, Vol.1 Edisi Khusus Tahun 2013
Pembelajaran Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Hubungannya dengan Aktivitas Manusia Berwawasan Moralitas Islami 3
HASIL DAN PEMBAHASAN
Data yang diperoleh dari angket menunjukkan
bahwa siswa-siswi sangat senang dengan
pembelajaran pencemaran dan kerusakan
lingkungan. Hal ini ditunjukkan pada Tabel 1
di bawah ini.
Tabel 1. Hasil angket siswa tentang pembelajaran pencemaran lingkungan berwawasan moralitasIslami berdasarkan persentase tertinggi
No Alternatif Jawaban Frekuensi Tertinggi Persentase (%)
1 Pelajaran ini menyenangkan 100 82,202 Pernah buang sampah sembarang 116 100
3 Setelah belajar saya menjadi sadar 96 82,75
4 Merasa takut dengan ayat Allah 116 1005 Mencoba untuk sadar lingkungan 111 95,76 Melakukan tugas piket kelas 110 94,82
7 Akan buang sampah di tempatnya 113 97,41
8 Mencoba untuk berprilaku jujur 98 84,489 Ac, lampu di kelas selalu dijaga 102 87,93
10 Patuh pada aturan sekolah 116 10011 Akan selalu ikut Jumat bersih 116 100
12 Senang jika menanam pohon 100 86,2013 Selalu menghormati guru 116 100
14 Ingatkan teman untuk sadar lingk. 96 82,75
15 Belajar lebih giat 98 84,48
JumlahSumber: Hasil pengumpulan data primer (2013)
Hasil di atas menunjukkan rata-rata persentase
tertinggi pada salah satu alternatif jawabanyang dipilih siswa dari 4 pilihan yang
disediakan. Untuk lebih jelasnya makan hasil
persentase tersebut di gambarkan dalam bentukgrafik yang ditampilkan pada Gambar 1.
Gambar 1. Tanggapan Siswa dalam Pembelajaran Pencemaran Lingkungan
Berdasarkan data yang diperoleh dari siswa,diketahui bahwa siswa sangat menyenangi
pembelajaran pencemaran dan kerusakanlingkungan yang disertai dengan tindakan
84.48
82.75
100
86.2
100
100
87.93
84.48
97.41
94.82
100
82.75
100
82.2
0 20 40 60 80 100 120
Belajar lebih giat
ingatkan teman sadar lingkungan
menghormati guru
Senang menanam pohon
Selalu ikut Jumat bersih
Patuh pada aturan sekolah
Ac, lampu kelas dijaga
Berprilaku jujur
Buang sampah pada tempatnya
Melakukan tugas piket
Mencoba sadar Lingkungan
Takut ayat Allah
setelah belajar sadar
pernah Buang sampah sembarang
Pelajaran Menyenangkan
Tanggapan Positif Siswa Terhadap Pembelajaran
ISSN 2338-9397 ©Jurnal Serambi Edukasi, Vol.1 Edisi Khusus Tahun 2013
4 A. Noviyanti dan K. Walil
kebersihan di lingkungan sekolah. Hal ini
terlihat dari tanggapan siswa yang lebih
setengah siswa menyatakan bahwapembelajaran pencemaran berwawasan islami
mempermudah dalam memahami materi
pelajaran, belajarnya menyenangkan karenamelibatkan siswa berinteraksi secara langsung
dengan lingkungan, dan membuat rasa taat
kepada Allah SWT semakin tinggi.
Siswa juga memberi tanggapan bahwa
pembelajaran berwawasan islami membuat
mereka meningkatkan sikap jujur, dan lebih
sadar akan pentingnya menjaga lingkungandan melestarikannya demi kelangsungan hidup
makhluk hidup yang ada di bumi. Siswa-siswi
sangat yakin dengan dalil-dalil Allah SWTtentang pelestarian alam yang diberikan oleh
guru pada saat pembelajaran melalui tayangan
slide (power point).
Observasi yang dilakukan menunjukkan bahwasiswa-siswi sangat antusias dan ikut dalam
kegiatan jumat bersih di sekolah. Meskipun
sedikit capek, tetapi terlihat anak-anak memberrespon positif.
KESIMPULAN
Pertama, pembelajaran pencemaran dan
kerusakan lingkungan hubungannya dengan
aktivitas manusia berwawasan moralitas
islami, membuat siswa sadar akan pentingnyalingkungan dan meningkatkan sikap jujur,
serta tanggung jawab untuk melestarikanlingkungan. Kedua, melalui pembelajaranpencemaran lingkungan siswa belajar
menghemat dalam pemakaian sumber energi
listrik, dan dalam setiap kegiatan belajar siswamenunjukkan sikap positif.
REFERENSI
Badan Standar Nasional Pendidikan (2005).
Standar Kompetensi dan KompetensiDasar IPA. Jakarta: DepartemenPendidikan Nasional.
Apra, Fricof (2001). Jaring-Jaring Kehidupan,Yogyakarta: Pajar Pustaka Baru
Dayakisni, T & Hudaniyah. (2006). Psikologi
Sosial. Malang: UM Press.
Sukmadinata, N.S. (2005). Metode penelitian
pendidikan. Bandung: Kerjasama Pasca
sarjana UPI dengan Rosdakarya.
Surtikanti, H.K. (2009). Biologi Lingkungan,
Bandung: Prisma Press Prodaktama
Wahyono, H.D. (2009). Pelestarian Alam dan
Lingkungan Hidup. Aceh Besar: Fauna
dan Flora Internasional Aceh Program
on the biochemistry and physiology ofphotosynthesis in sunflower. J. Exp.
Bot. 375 (53): 1781-1791
Jurnal Serambi Edukasi│Vol. 1 Edisi Khusus (2013): 5 – 10 ISSN 2338-9397
5
HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI TERHADAP PERILAKU TENTANG
MEROKOK PADA REMAJA DI SMA NEGERI 1 CALANG
KABUPATEN ACEH JAYA
Armi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Serambi Mekkah
Abstract
The purpose of this study was to examine whether there is a relationship between self-
concept on behavior on smoking in adolescents in SMA Negeri 1 Calang District of AcehJaya Regency. Subjects in this study were middle level adolescents who smoke are still
attending high school 16-18 year old male gender. Data collection techniques used is byusing a questionnaire and interviews. Data analysis technique used is to use the Product
Moment Correlation formula. The results of processing the data, by comparing the testscores of a class of self-concept and classroom test scores smokers, obtained = 31.90 and
so the table = 1.68, t count ≥ t table. This suggests that there is a relationship between
self concept on behavior on adolescents on smoking adolescents in SMA Negeri 1 CalangAceh Jaya.
Keywords: The concept of self-esteem, Behavior and smoking in adolescents
PENDAHULUAN
Merokok merupakan overt behavior dimanaperokok menghisap gulungan tembakau. Hal
ini seperti dituliskan dalam KBBI merokokadalah menghisap gulungan tembakau yang
dibungkus dengan kertas (Kamus Besar
Bahasa Indonesia (1990: 752). Lebih jauh lagiPoerwadarminta (dalam Kemala 2007:9)mendefinisikan merokok sebagai menghisap
rokok, dan rokok didefinisikan sebagai
gulungan tembakau yang berbalut daun nipahatau kertas. Fakhrurrozi mengidentifikasi
merokok sebagai overt behavior karena
merokok merupakan perilaku yang nampak.Sebagai overt behavior merokok merupakan
perilaku yang dapat terlihat karena ketika
merokok individu melakukan suatu kegiatan
yang nampak yaitu menghisap asap rokokyang dibakar ke dalam tubuh, hal ini senada
dengan pendapat Armstrong (dalam Kemala2007: 10) merokok adalah menghisap asaptembakau yang dibakar ke dalam tubuh dan
menghembuskannya kembali keluar.
Perilaku merokok sering dijumpai dalamkehidupan sehari-hari, merokok bagi sebagianorang merupakan suatu kebutuhan yang harus
dipenuhi, meskipun demikian hampir semuaorang mengetahui bahwa perilaku merokok itu
merugikan, baik dari segi kesehatan maupun
ekonomi, tidak hanya bagi dirinya sendiri tapi
juga orang-orang yang ada disekitarnya. Setiap
bungkus rokok dan iklan rokok di televisimaupun media massa lainnya terdapatperingatan tentang bahaya merokok yaitu
bahwa merokok dapat menyebabkan kanker,penyakit jantung, impotensi dan kelainan pada
janin, tetapi hal tersebut hanya sebuah pesan
klise yang tidak digubris karena padakenyataannya jumlah perokok terus meningkat.
Bukti-bukti di atas menunjukkan bahwa
perilaku merokok merupakan perilaku yangberbahaya, selain itu bahaya rokok tak hanya
terbatas pada perokok saja tetapi juga
menimpa orang-orang yang ada disekitarperokok atau yang lebih dikenal dengan
sebutan “perokok pasif”. Sayangnya sikap
orang terhadap perokok masih sangat toleran
tidak seperti pada orang yang menghisap ganjaataupun minum minuman keras, merokok
masih dianggap sebagai sesuatu yang lumrah.
Perilaku merokok biasanya dimulai ketika
seseorang masih remaja, masa dimana seorang
individu sedang berada pada proses transisi
dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa.Remaja sebagai generasi penerus bangsasepatutnya memiliki derajat kesehatan fisik
dan mental yang baik namun padakenyataannya banyak perilaku remaja sekarang
ini yang membahayakan kesehatan mereka
sendiri salah satunya adalah perilaku merokok.
ISSN 2338-9397 ©Jurnal Serambi Edukasi, Vol.1 Edisi Khusus Tahun 2013
6 Armi
Meningkatnya jumlah remaja yang merokok
dan usia yang semakin dini dalam merokok
sekarang ini dapat dipengaruhi oleh beberapahal antara lain orang tua, lingkungan temansebaya, kepuasaan psikologis dari merokok,
iklan di media massa, peraturan pemerintah
yang masih longgar tentang merokok danmasih banyak lagi yang lainnya.
Selama masa remaja, khususnya masa-masaremaja pertengahan, kita lebih mengikuti
standar-standar teman sebaya daripada yang
kita lakukan pada masa kanak-kanak. Para
peneliti telah menemukan bahwa pada kelassembilan, konformitas dengan teman sebaya-khususnya dengan standar-standar anti sosial
mereka-memuncak (Santrock, 2002).Konformitas dengan teman sebaya ini salah
satunya adalah perilaku merokok, namun
demikian tidak semua remaja mudahterpengaruh untuk merokok karena ajakanteman-temannya.
Remaja mulai mempertanyakan nilai-nilaiyang ada selama ini, akibatnya remaja
mengalami berbagai konflik yang berkaitan
dengan dirinya, mereka mulaimempertanyakan tentang konsep diri mereka,
selain itu remaja juga mulai berpikir tentang
ciri-ciri ideal bagi mereka sendiri dan orang
lain dan membandingkan diri mereka danorang lain dengan standar-standar ideal ini
(Santrock, 2002).
Diri ideal atau diri yang diharapkan oleh
remaja adalah bagian dari konsep diri mereka,
menurut Calhoun dan Cocella (Saad, 2003)konsep diri adalah bagaimana orang
memandang dirinya dengan caranya masing-
masing yang meliputi dimensi-dimensi berikut:pertama adalah pengetahuan tentang diri yangdipahami oleh dirinya (self knowledge), kedua,
harapan yang diletakkan pada diri oleh
individu yang bersangkutan (self expectations)dan ketiga adalah penilaian terhadap dirinya
sendiri (self evaluations).
Berdasarkan pengertian tersebut maka dapat
diambil kesimpulan bahwa konsep diri remaja
adalah bagaimana remaja melihat dirinya
sendiri, baik fisik, psikologis maupun sosialdan konsep diri ini merupakan bagian yangpenting dari kepribadian sehingga akan
mempengaruhi perilaku remaja dalamkehidupan sehari-harinya termasuk perilaku
merokok.
Salah satu faktor kepribadian yang
berhubungan dengan perilaku remaja adalah
konsep diri. Konsep diri adalah penilaianseseorang terhadap dirinya secara keseluruhanbaik fisik, psikis, sosial, maupun moral. Aspek
yang paling berpotensi menimbulkan masalah
bagi remaja adalah sosial. Penilaian orang lainterhadap diri remaja dan pengaruh lingkungan
sosial yang didapatkan, bergantung padapenilaian orang lain, terutama teman-temannyadan orang-orangyang berada di sekitar remaja.
Pengaruh lingkungan sosial ini mempengaruhi
pengembangan konsep diri remaja tersebut
(Hutagalung, 2007).
Perilaku merokok pada remaja umumnya
dilakukan karena mereka takut dianggap tidakgaul, takut ditinggalkan kelompoknya, tidak
dianggap dewasa, ataupun mereka mengikuti
perilaku rang tua dirumahnya. Merekaberanggapan bahwa perilaku semacam inidapat memberikan image atau citra seperti
yang mereka harapkan selama ini yaitu
dianggap sebagai orang dewasa, mereka lebihgagah, jantan, berani serta mempunyai kesan
berwibawa.
Penyebab orang melakukan perilaku merokok
antara lain merasa kesepian, merasa sendiri,
sedang menghadapi masalah, putus dengan
pacar, merasa dingin, menghilangkan rasangantuk, iseng karena ingin mencoba-coba
tetapi pada akhirnya ketagihan, supaya tenang,supaya tidak takut, pelepasan sejenak terhadaptekanan, untuk bersosialisasi, supaya mulut
tidak terasa asamsetelah makan, serta gengsi
(Haryanti, dalam Widayat 2005 : 2).
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk
menguji hubungan antara konsep diri terhadapperilaku tentang merokok pada remaja di SMANegeri 1 Calang Kabupaten Aceh Jaya.
METODE PENELITIAN
Subjek PenelitianSubjek dalam penelitian ini adalah remajatingkat pertengahan yang merokok yang masih
duduk di bangku Sekolah Menengah Atas yang
berusia 16– 18 tahun berjenis kelamin laki-
laki.
Variabel PenelitianVariabel penelitian akan menentukan variabelmana yang mempunyai peran atau yang
disebut variabel bebas dan variabel mana yang
ISSN 2338-9397 ©Jurnal Serambi Edukasi, Vol.1 Edisi Khusus Tahun 2013
Hubungan Antara Konsep Diri Terhadap Perilaku Tentang Merokok Pada Remaja di SMA Negeri 1 Calang Kabupaten Aceh Jaya 7
bersifat mengikut atau variabel terikat. Berikut
akan dijelaskan mengenai variabel penelitian,
yaitu:1. Variabel bebas adalah faktor sebab
(variabel X) : Konsep Diri Terhadap
Perilaku.
2. Variabel terikat adalah faktor akibat(variabel Y): Tentang Merokok Pada
Remaja
Populasi dan sampel.Dalam penelitian ini sampel yang digunakan
adalah murid laki-laki kelas X, XI dan kelas
XII SMA Negeri1 Calang yang berjumlah 58orang siswa.
Langkah-langkah yang ditempuh
dalam pengambilan sampel adalah sebagaiberikut:
1) Mendata populasi penelitian dan
memberikan nomor identitas padapopulasi.
2) Menulis pada kertas-kertas kecil nomor
identitas populasi kemudian menggulung
dan meletakkannya dalam wadah sesuaidengan kelasnya masing-masing.
3) Mengocok dan menjatuhkan satu per satu
gulungan kertas tersebut sampai sejumlah58 siswa.
Metode Pengumpulan DataMetode pengumpulan data adalah cara yangdigunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan
data penelitian. Dalam penelitian ini, penulismenggunakan instrumen penelitian sebagaiberikut:
1. Metode Angket
Angket diberikan kepada murid laki-laki kelasX , XI dan kelas XII SMA N I Calang secara
acak-acak. Data yang nantinya akan kami
ambil dari angket, berupa data tentanghubungan konsep diri terhadap perilakutentang merokok pada remaja di SMA.
Tabel 1. Tabel Kisi-kisi AngketVariabel Indikator Butir
Soal
Konsep
diri
terhadapperilaku
(X1)
1. Kemampuan fisik
2. Penampilan fisik
3. Hubungan dengan lawanjenis
4. Hubungan dengan temansesama lawan jenis
5. Hubungan dengan orang tua6. Kestabilan emosi
7. Jujur dan percaya diri
1,2,3
4,5,6,
7,8,9,10,11,12
13,14,15
16,17,1819,20.
Tentang
merkok
1. Tipe merokok
2. Tempat untuk merokok
1,2,3
4,5,6
pada
remaja
(X2)
3. Dampak merokok
4. Faktor-faktor yang
mempengaruhi perilakuremaja merokok
5. Waktu untuk merokok6. Tipe-tipe perilaku
merokok7. Jenis rokok
7,8,9
10,11,12
13,14,1516,17,18
19,20.
2. Metode Wawancara
Alasan digunakannya wawancara karena
dengan wawancara akan diperoleh keterangandari sumber secara lebih mendalam. Selain itu
metode wawancara digunakan sebagai
pelengkap metode pengukuran lain.Wawancara yang dilakukan berkisar tentang
konsep diri terhadap perilaku tentang merokok
pada remaja yang masih duduk bangku SMA.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Data yang diperoleh adalah hasil angket pada
konsep diri dan tentang merokok pada remajadi SMA Negeri 1 Calang Kabupaten AcehJaya.
Dapat dilihat bahwa nilai tertinggi pada
kelompok konsep diri 90. Sedangkan nilaiterendah pada remaja perokok adalah 65.
Tabel 2. Distribusi kelompok (X) dan (Y)
RentangNilai
Kriteria
Perokok
padaRemaja
%Konsep
Diri%
0−45 Kurang 18 62,1 0 0
46−65 Cukup 11 37,9 1 3,4
66−85 Baik 0 0 19 65,5
86−100 SangatBaik
0 0 9 31,0
Jumlah 29 100 29 100
Sumber: Data primer (diolah)
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa
pada perokok remaja criteria kurang 18 atausekitar 62,1%, criteria cukup 11 atau sekitar
37.9%, sedangkan criteria baik dan sangat baik
tidak ada nilai. Sedangkan pada konsep diri
kurang 0 tidak ada nilai, criteria cukup 1 atausekitar 3,4%, kriteria baik 19 sekitar 65,5.
Kriteria sangat baik ada 9 orang atau sekitar
31,0%.
Untuk melihat hubungan antara konsep diri
terhadap perilaku tentang merokok padaremaja maka digunakan rumus KorelasiProduct moment Person, seperti yang
dikemukakan oleh Sudjana (2005:369), yaitu:
ISSN 2338-9397 ©Jurnal Serambi Edukasi, Vol.1 Edisi Khusus Tahun 2013
8 Armi
r = ( )( )
( )} ( ){ }{ ∑ ∑∑∑
∑∑ ∑−−
−
2222yynxxn
yxxyn
r =
( )[ ][ ]22)1190()53900(582415)202275(58
)1190)(2415()98585(58
−−
−
r =
[ ] [ ]14161003126200583222511731950
28738505717930
−−
−
r =
( ) ( )17101005899725
2844080
r =1008911972
2844080
r =3176344
2844080
r = 89,0
Tabel 3. Kriteria Nilai Koefisien Korelasi
No Interval
Koefisien
Tingkat
Hubungan
12
3
45
0,00 - 0,1990,20 - 0,39
0,40 - 0,599
0,60 - 0,7990,80 - 1,000
Sangat RendahRendah
Cukup
TinggiSangat tinggi
Dari perhitungan di atas, diperoleh koefisien
korelasi (rxy) adalah 0,89. Jika diklasifikasikanke dalam kriteria nilai koefisien korelasi
dengan interval koefisien 0,89 maka tingkat
hubungan yang positif dan signifikanhubungan antara konsep diri terhadap perilakutentang merokok pada remaja di SMA Negeri
1 Calang Kabupaten Aceh Jaya.
Pengujian HipotesisSetelah koefisien korelasi diperoleh, kemudian
menguji apakah koefisien korelasi signifikanatau tidak dengan menggunakan uji-t.
Rumusan hipotesa alternative (Ha) dan
hipotesis nihil (Ho), yang penulis ajukanadalah:
Ha : adanya hubungan yang signifikan antarakonsep diri terhadap perilaku tentang
merokok pada remaja di SMA Negeri 1
Calang.
H0 : Tidak adanya hubungan antara konsep diriterhadap perilaku tentang merokok pada
remaja di SMA Negeri I Calang
Adapun kriteria pengujiannya adalah:
Jika thitung ≥ ttabel maka Ha diterima dan Ho
ditolak
Jika thitung < ttabel maka Ha ditolak dan Ho
diterima
Untuk menentukan keberartian koefisien
korelasi maka digunakan rumus uji student
(uji-t) yakni:
t =21
2
r
nr
−
−
t =
( )289,01
25889,0
−
−
t =79,01
5689,0
−
t = ( )21,0
53,789,0
t =21,0
70,6
thitung = 90,31
Berdasarkan langkah-langkah yang telah
diselesaikan diatas, maka didapat thitung = 31,90.Kriteria penerimaan dan penolakan hipotesispada taraf signifikan 5% (α = 0,05) dengan
derajat kebebasan (dk):
dk = (n1 + n2)
= 29 + 29 −2= 58−2
= 56
Maka, Ttabel = (0,95) (56)= 1,68
Karena thitung= 31,90 ≥ ttabel = 1,68, maka iniberarti bahwa terdapat hubungan yangsignifikan antara konsep diri terhadap
perokok remaja . Dan berdasarkan uji studen
maka hipotesis (Ha) diterima dan (Ho) ditolakkarena nilai thitung lebih besar dari nilai ttabel
(thitung = 31,90 ≥ ttabel = 1,68).
Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa diSMA Negeri 1 Calang mereka merokok karena
terpengaruh dari lingkungan, siswa yang tidak
terbiasa merekok sering dibilang kurangpergaulan dan merasa minder, oleh karena
siswa merokok, dalam membli rokok siswamemakai uang jajan yang diberikan oleh orangtua mereka masing-masing dan ada yang
dikasih sama kawan.
Siswa di SMA Negeri 1 Calang mengakumereka susah untuk memberhentikan merokok,karena sudah menjadi kebiasaan dan mereka
kurang tau kalau merokok merusak kesehatan,kejadian yang demikian kurang nya
pengawasan orang tua pada siswa yang
merokok, orang tua hanya memenuhikebutuhan fisik semata tanpa memperhatikanmental anak.
ISSN 2338-9397 ©Jurnal Serambi Edukasi, Vol.1 Edisi Khusus Tahun 2013
Hubungan Antara Konsep Diri Terhadap Perilaku Tentang Merokok Pada Remaja di SMA Negeri 1 Calang Kabupaten Aceh Jaya 9
HASIL DAN PEMBAHASAN
Perilaku merokok sering dijumpai dalamkehidupan sehari-hari, merokok bagi sebagianorang merupakan suatu kebutuhan yang harus
dipenuhi, meskipun demikian hampir semua
orang mengetahui bahwa perilaku merokok itumerugikan, baik dari segi kesehatan maupun
ekonomi, tidak hanya bagi dirinya sendiri tapijuga orang-orang yang ada disekitarnya. Setiapbungkus rokok dan iklan rokok di televisi
maupun media massa lainnya terdapat
peringatan tentang bahaya merokok yaitu
bahwa merokok dapat menyebabkan kanker,penyakit jantung, impotensi dan kelainan padajanin, tetapi hal tersebut hanya sebuah pesan
klise yang tidak digubris karena padakenyataannya jumlah perokok terus meningkat.
Konsep diri negatif mendorong remaja untukberperilaku yang dapat membuat mereka lebihbaik, remaja yang merokok percaya bahwa
merokok mempunyai karakteristik yang
positif. Perokok cenderung mengasosiasikanmerokok dengan kemampuan bergaul,
bersenang-senang dan mandiri Pandangan
mengenai diri sendiri tersebut merupakan suatuproses mental yang memiliki tiga dimensi,
yaitu pengetahuan, pengharapan, dan penilaian
mengenai diri sendiri.
Berdasarkan hasil dari pengolahan data
diperoleh korelasi (rxy) = 0,89 yang berartiterdapat korelasi positif antara variabel X danY. Ini berarti bahwa adanya hubungan antara
konsep diri terhadap perilaku tentang merokok
remaja di SMA Negeri 1 Calang, diperolehThitung = 31,90 dan Ttabel = 1,68. Jadi, Thitung ≥
Ttabel. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis
alternative (Ha) diterima dan hipotesis Nihil(Ho) ditolak, artinya adanya pengaruh yangsignifikan
Hasil wawancara dengan siswa di SMA Negeri1 Calang, kebiasaan merokok siswa di SMA
Negeri 1 Calang karena pengaruh pergaulandari teman sepergaulannya, kemudianmengakibatkan ketagihan siperokok yang
susah untuk dihentikan, kurangnya
pengawasan orang tua salah satu faktor anak
merokok ditambah lagi keterbukaan anakdengan orang tua yang kurang.
Kurangnya kesadaran anak tentang bahayamerokok bagi kesehatan sangat minim hal ini
dikarenakan anak yang merokok tidak tau
bahaya yang ditimbulkan dari efek rokok
tersebut karena tidak ada yang memberi tau,
karena semua teman-temannya pun perokok.
Tidak adanya keterbukaan antara anak dan
orang tua dalam upaya mengurangi anak
merokok merupakan hal sulit untukmenjauhkan anak dari rokok karena sudah
menjadi kebiasaan bagi siswa.
KESIMPULAN
Kesipulan yang dapat diambil pada penelitian
ini adalah: (1) Konsep diri sangat
mempengaruhi pandangan mengenai dirisendiri tersebut merupakan suatu proses mentalyang memiliki tiga dimensi, yaitu
pengetahuan, pengharapan, dan penilaianmengenai diri sendiri. Perilaku merokok sering
dijumpai dalam kehidupan sehari-hari,
merokok bagi sebagian orang merupakan suatu
kebutuhan yang harus dipenuhi hal ini tentusaja bentuk konsep diri yang negatif yang tidak
perlu dicontoh; (2) Berdasarkan hasil dari
pengolahan data diperoleh korelasi (rxy) = 0,89yang berarti terdapat korelasi positif antara
variabel X dan Y. Ini berarti bahwa hubungan
antara konsep diri terhadap perilakun tentangmerokok remaja memiliki hubungan yang
positif; dan (3) Hasil pengolahan data, dengan
membandingkan nilai tes kelas konsep diri dan
nilai tes siswa perokok, diperoleh = 31,90 danTtabel = 1,68 jadi, Thitung ≥ Ttabel. Hal ini
menunjukkan bahwa terdapat hubungananatara konsep diri terhadap perilaku tentangmerokok pada remaja di SMA Negeri 1 Calang
Kabupaten Aceh Jaya.
Diharapkan kepada remaja agar tidakmerokok, karena merokok dapatmembahayakan kesehatan. Tingkatkan
pengetahuan mengenai bagaimana caraberhenti merokok salah satunya menanamkan
konsep pada diri sendiri bahwa merokok
sangat berbahaya. Kepada guru jugadisarankan terus berupaya meningkatkan
kualitas mengajar dan mengawasi siswa yangmerokok agar dapat diberikan nasehat-nasehat
bahwa remaja tidak diperbolehkan merokokapalagi masih berada dilingkungan sekolah.
REFERENSI
Armstrong, M. 2007, Manajemen Sumber
Daya Manusia, Jakarta : PT. Gramedia
ISSN 2338-9397 ©Jurnal Serambi Edukasi, Vol.1 Edisi Khusus Tahun 2013
10 Armi
Poerwadarminta, W.j.s, 2007. Kamus Umum
Bahasa Indonesia, Jakarta:Balai
Pustaka.
Santrock, W. J. 2002. Life-Span Development:
Perkembangan Masa Hidup.Jilid 2.
Terjemahan. Damanik dan Chusairi.Edisi Kelima. Jakarta: Penerit Erlangga.
Widianti, E. (2007). Remaja dan Permasala-hannya Bahaya Merokok, Penyimpang-
an Seks Pada Remaja, dan Bahaya
Penyalahgunaan Minuman keras/
Narkoba. Makalah disampaikan dalampenyuluhan sosial mengenai remaja danpermasalahannya Tsanawiyah Banuraja
dan Tsanawiyah, Al-ihsan Batujajar,Bandung.
www.e-psikologi.com/2011/04/pengertian-dan-faktor--konsep-diri:html) Konsep
Diri. Diakses pada tanggal 29 April
2011.
www.e-psikologi.com. Ada Apa DenganMerokok. html. Diakses 5 Juni 2002.
www.depokmetro.com. Efek Instan I Barang
Rokok. Diakses pada 6 September 2005.
Jurnal Serambi Edukasi│Vol. 1 Edisi Khusus (2013): 11 – 15 ISSN 2338-9397
11
PEMBELAJARAN APRESIASI SASTRA MODEL SINEKTIK BERDASARKAN
KTSP PADA SMA DI KABUPATEN ACEH BESAR
Ismawirna
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Serambi Mekkah
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran apresiasi sastra
model sinektik berdasarkan KTSP di di SMA Aceh Besar, sistem evaluasi yangdigunakan dalam pembelajaran tersebut, dan hambatan-hambatan yang dialami olehguru dalam pembelajaran apresiasi sastra model sinektik berdasarkan KTSP di SMA
Aceh Besar. Populasi penelitian mencakup seluruh SMA yang ada di Aceh Besar pada
tahun 2013 yang berjumlah 25 SMA. Sampel penelitian ditetapkan dengan teknikpusposive random sampling dengan mempertimbangkan lingkuangan alamiah sosial
sekolah. Jumlah sekolah sampel sebanyak 5 SMA dengan melibatkan 15 orang gurubidang studi bahasa dan sastra Indonesia, dan 5 orang kepala sekolah. Data penelitiandikumpulkan dengan daftar isian pedoman observasi, pedoman wawancara, angket dan
dokumentasi, serta dianalisis secara deskriptif interpretatif yang dilengkapi dengan
crosscheck data dan sumber data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada proses
pembelajaran apresiasi sastra guru-guru pada prinsipnya tidak mengejar materi,sebaliknya dalam menyajikan materi guru-guru SMA Aceh Besar lebih menekan pada
pemahaman dan penghayatan terhadap karya sastra yang sedang dipelajari sehingga dapatmeningkatkan kemampuan dan daya apresiasi dan daya ekspresi siswa terhadap karyasastra. Sistem evaluasi yang dilakukan meliputi tes kemampuan dasar, penilaian selama
proses belajar mengajar berlangsung, dan penilaian hasil belajar dan penilaian kelas.
Adapun hasil belajar siswa mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotor, yangmasing-masing harus mencapai target perolehan nilai sebesar 70% ke atas. Masih
terdapat hambatan dalam pelaksanaan pembelajaran apresiasi sastra model sinektikberdasarkan KTSP di SMA Aceh Besar, di antaranya, (1) kurangnya kemampuan siswa
dalam memahami dan mengapresiasi karya sastra sehingga mereka mengalami kesulitandalam menganalisis karya sastra, (2) kurangnya sarana dan fasilitas belajar yang
mendukung proses pembelajaran apresiasi sastra, misalnya terbatasnya bahan ajar yang
berhubungan dengan jenis karya sastra.
Kata Kunci: Pembelajaran, sinektik, apresiasi sastra
PENDAHULUAN
Pembelajaran sastra merupakan bagian daripembelajaran bahasa yang harus dilaksanakan
oleh guru. Guru harus dapat melaksanakan
melaksanakan pembelajaran sastra denganmenarik. Banyak cara yang harus ditempuh
oleh guru agar dapat menarik perhatian siswa,
karena guru atau tenaga pendidik merupakankomponen penentu yang sangat dominandalam pendidikan pada umumnya, karena guru
memegang peranan penting dalam proses
pembelajaran.
Tujuan pembelajaran apresiasi sastra adalahuntuk memperluas wawasan, memperhalus
budi pekerti, meningkatkan pengetahuan dan
kemampuan berbahasa, serta siswa menghargai
dan membanggakan sastra Indonesia sebagaikhasanah budaya dan intelektual manusia
Indonesia (BSNP, 2006:2). Di samping itu
pembelajaran apresiasi sastra dapat membantusiswa dalam mengembangkan kualitas
kepribadian, antara lain ketekunan,
kepandaian, pengimajinasian, dan penciptaan.
Melalui kegiatan apresiasi sastra, siswa selalu
dipertemukan dengan berbagai pengalaman
batin. Misalnya, pengalaman mengiterpretasikarya sastra, pengalaman mengikuti dan
menganalisis alur cerita dalam cerpenmerefleksikan dirinya sebagai tokoh dalam
ISSN 2338-9397 ©Jurnal Serambi Edukasi, Vol.1 Edisi Khusus Tahun 2013
12 Pembelajaran Apresiasi Sastra Model Sinektik Berdasarkan KTSP pada SMA di Kabupaten Aceh Besar
prosa maupun drama, memerankan tokoh
drama, sampai pada siswa mengalami proses
kreatif dalam menciptakan berbagai jenis karyasastra.
Joyce & Weil (2009: 257) menagatakan, ada
dua strategi dalam model pembelajaransinektik. Dua strategi tersebut, yakni
membuat sesuatu yang baru ( creatingsomething new), dirancang untuk membuathal-hal yang familiar menjadi asing, untuk
membantu siswa melihat masalah-masalah,
gagasan-gagasan, dan hasil-hasil yang lama
dengan cara yang baru, pandangan yang lebihkreatif. Sedangkan strategi yang kedua yaknimembuat yang asing menjadi familiar (amking
the strange familiar) dirancang untuk membuatgagasan-gagasan yang baru dan tidak familiar
menjadi lebih bermakna. Meskipun dua srategi
ini menggunakan tiga jenis analogi tadi, akantetapi sasaran, struktur, dan prinsip-prinsiptanggapan, keduanya berbeda. Kami membuat
sesuatu yang asing menjadi familiar sebagai
strategi kedua.
Strategi pertama membantu siswa melihat
sesuatu yang biasa dengan cara-cara tidakbiasa dengan menggunakan analogi-analogi
untuk membuat jarak konseptual. Kecuali pada
langkah terakhir, di mana siswa kembali pada
masalah yang semula, mereka tidak membuatperbandingan-perbandingan sederhana.
Sasaran strategi ini adalah untukmengembangkan pemahaman baru : berempati
dengan atau pada sikap yang sedikit berlagak
dan menggertak; merancang jalan masuk yangbaru; memecahkan masalah-masalah sosial
atau interpersonal, seperti sampah atau dua
siswa yang sedang berkelahi, ataumemecahkan masala-masalah pribadi sepertibagaimana berkonsentrasi dengan lebih baik
saat membaca buku. Peran guru adalah berhati-
hati terhadap analisis atau kesimpulan yangterlalu dini.
Dengan demikian, dalam pembelajaranapresiasi sastra guru berhak menentukan dan
memilih cara, metode, strategi dan model
dalam pembelajaran apresiasi sastra tersebut
yang sesuai dengan materi yang akan disajikankepada siswa di dalam kelas. Dan mencermatihal tersebut, maka dalam pelaksanaan
pembelajaran, guru juga harus berpedomanpada kurikulum yang berlaku yaitu kurikulum
tingkat satuan pendidikan (KTSP).
KTSP adalah kurikulum operasional yang
disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing
satuan pendidikan, yang memberikankebebasan yang besar kepada sekolah untukmenyelenggarakan program pendidikan yang
sesuai dengan (1) kondisi lingkungan sekolah ,
(2) kemampuan peserta didik, (3) sumberbelajar yang tersedia, (4) kekhasan daerah.
Di samping kurikulum yang harusdikembangkan oleh guru dengan materi
pembelajaran yang sesuai, guru juga harus
memilih model pembelajaran yang menarik
untuk siswa. Dan salah satunya ada modelpembelajaran sinektik. Menurut Hamalik(1986:83), “Strategi pengajaran sinektik
merupakan suatu strategi untuk menciptakankelas menjadi suatu masyarakat intelektual,
yang menyediakan berbagai kesempatan bagi
siswa untuk bertindak kreatif dan menjelajahigagasan-gagasan baru baru dalam bidang-bidang ilmu pengetahuan alam, teknologi, dan
seni. Berdasarkan pendapat tersebut, maka
strategi pembelajaran sinektik ini dapatdijadikan sebagai salah satu model dalam
pembelajaran apresiasi sastra di SMA.
Dalam KTSP guru diberikan kebebasan untuk
memanfaatkan berbagai metode dan model
pembelajaran, sehingga guru perlu
memanfaatkan berbagai metode dan modeluntuk membangkitkan minat, perhatian, dan
kreatifitas siswa. Karena dalam KTSP guruberfungsi sebagai fasilitator dan pembelajaranberpusat pada peserta didik, sehingga dengan
menggunakan metode sinektik dalam
pembelajaran, khususnya dalam pembelajaranapresiasi sastra sangatlah sesuai.
Pemberlakuan KTSP pada dasarnyadimaksudkan untuk meningkatkan mutupendidikan melalui kemandirian sekolah,
sehingga berdasarkan hal tersebut wewenang
dan otonomi guru dalam meningkatkan mutupembelajaran lebih dituntut dan lebih kreatif
serta lebih professional. Di samping itu, KTSPjuga menuntut banyak hal dari pemerintahseperti perencanaan pendidikan yang baik dan
terarah, penyediaan sarana dan prasarana yang
memadai, dan birokrasi /administrasi yang
sederhana. KTSP juga menuntut partisipasidan kedulian masyarakat, sehingga denganpersiapan yang matang dan suasana yang
kondusif, KTSP berpeluang besar untukmenghasilkan peserta didik yang memiliki
kompetensi yang diharapkan.
ISSN 2338-9397 ©Jurnal Serambi Edukasi, Vol.1 Edisi Khusus Tahun 2013
Ismawirna 13
Dalam kaitannya dengan pembelajaran bahasa
Indonesia dan apresiasi sastra khususnya, guru
perlu meningkatkan kemampuannya dalambidang pembelajaran apresiasi sastra. Guruperlu terus berusaha meningkatkan
kemampuannya dan terus belajar untuk
memberikan yang terbaik bagi siswanya. Guruharus mengenal, mempersiapkan diri, dan
menyiasati kurikulum, sehingga guru dapatmenghadapi dan memecahkan masalah-masalah yang muncul.
Dengan demikian, pembelajaran apresiasi
sastra model sinektik merupakan salah satumodel yang sesuai dengan konsep KTSP. Olehkarena itu kesiapan guru dan profesionalitas
guru, kreatifitas, kemandirian, dan wawasanguru dalam menunjang pembelajaran sangatlah
dituntut untuk menghasilkan siswa yang
berkualitas dari sisi intelektual, mental,maupun spiritualnya.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
pelaksanaan, sistem evaluasi dan hambatanyang dihadapi guru dalam pembelajaran
apresiasi sastra model sinektik berdasarkan
KTSP di SMA Aceh Besar.
METODE PENELITIAN
Populasi dan SampelAdapun yang menjadi populasi penelitian inimencakup seluruh SMA yang ada diKabupaten Aceh Besar pada tahun 2013 yang
berjumlah 25 SMA. Sampel penelitian
ditetapkan dengan teknik purposive randomsamling dengan mempertimbangkan kondisi
lingkungan sosial alamiah sekolah. Jumlah
sekolah sampel sebanyak 5 sekolah, denganrincian 2 SMA berada di daerah bencanatsunami, 1 SMA berbatasan dengan wilayah
Kota Banda Aceh, dan 2 SMA yang tidak
terkena tsunami, dengan melibatkan 15 orangguru bahasa dan sastra Indonesia dan 5 kepala
sekolah.
Teknik Pengumpulan DataDalam Pelaksanaan di lapangan, penulis
menggunakan teknik pengumpulan data
sebagai berikut:
1. Angket, yaitu dengan cara menyebarkan
sejumlah pertanyaan sesuai dengan sasaranpenelitian. Angket khususnya diedarkan
kepada guru bahasa dan sastra Indonesia.
Angket disusun dalam terbuka dan
tertutup.
2. Wawancara, yaitu dengan mengadakandialog langsung dengan guru bidang studibahasa dan sastra Indonesia yang mengajar
di SMA Aceh Besar untuk memperoleh
informasi yang diperlukan tentangperenanaan pelaksanaan pembelajaran,
system evaluasi, serta hambatan-hambatanyang dihadapi dalam pembelajaran modelsinektik berdasarkan KTSP dalam
penbelajaran apresiasi sasra.
3. Observasi adalah mengadakan pengamatan
langsung terhadadap pembelajaran danpelaksanaan evaluasi dalam pembelajaranmodel sinektik berdasarkan KTSP dalam
pembelajaran apresiasi sastra.4. Dokumentasi adalah pengumpulan data
melalui arsip yang ada hubungannya
dengan pelaksanaan pembelajaran, dansystem evaluasi yang sesuai denganpembelajaran model sinektik berdasarkan
KTSP dalam pembelajaran apresiasi sastra.
Analisis DataData akan diolah dengan menngunakan
pendekatan triangulasi, yaitu denganmemadukan metode kualitatif dan kuantitatif.
Data yang terkumpul melalui angket akan
diolah dengan statistik deskriptif, sedangkan
hasil observasi dan wawancara akan diolahdengan pendekatan kualitatif.
Metode kualitatif merupakan suatu prosedurpenelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata tertulis atau paparan secara
singkat dari orang-orang dan perilaku yangdapat diamati. Metode penelitian kualitatif
yang penulis maksudkan adalah penelitian
deskriptif. Penelitian deskriptif ini hanyamemaparkan situasi atau peristiwa, tidakmencari atau menjelaskan hubungan, tidak
menguji hipotesis, atau membuat prediksi.
Dalam penelitian ini, penulis melakukan
analisis data dengan langkah pertama yaitumengkategorikan atau mengelompokkan data,kemudian membuat suatu reduksi yaitu
pengkajian kembali bagi data yang sudah
tersusun sesuai dengan tujuan masing-masing.
Tahap selanjutnya, penulis membuat suatuanalisis untuk mencari titik temu antara
sejumlah data yang ada sesuai dengan tujuanyang diharapkan, sehingga pada langkah akhir
dapat dibuat suatu kesimpulan
ISSN 2338-9397 ©Jurnal Serambi Edukasi, Vol.1 Edisi Khusus Tahun 2013
14 Pembelajaran Apresiasi Sastra Model Sinektik Berdasarkan KTSP pada SMA di Kabupaten Aceh Besar
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dilapangan dan analisis data secara deskriptifyaitu dengan menggunakan metode kualitatif,
menunjukkan bahwa dalam pembelajaran
apresiasi sastra model sinektik guru-gurubidang studi bahasa dan sastra Indonesia di
SMA Aceh Besar sudah sesuai dengan KTSP.
Penyajian materi lebih menekankan pada
pengalaman belajar dan pengembangan
kemampuan (kompetensi) siswa dalam
mengembangkan keahlian (skill) terhadappenguasaan ilmu pengetahuan dan teknologisebagai kebutuhan dalam menghadapi dunia
kerja di masa depan. Namun demikian,penguasaan tersebut belum bisa dikatakan
berhasil sempurna. Hal ini disebabkan karena
masih sarana dan prasarana serta pengalamanguru dalam memahami KTSP.
Selanjutnya, dalam menggunakan strategi-
strategi pembelajaran sastra sesuai denganmodel sinektik , guru-guru bidang studi bahasa
dan sastra Indonesia di SMA Aceh Besar
memilih strategi yang sesuai dengan KTSPyaitu dengan pendekatan individu, dan
memilih pendekatan pembelajaran yang
dianggap paling tepat dan efektif. Untuk
mencapai sasaran melibatkan penggunaanstrategi pembelajaran yang sesuai, seperti
pengorganisasian kelompok belajar, strategidemonstrasi, praktik latihan mengekspresikandan memahami karya sastra.
Pada proses kegiatan belajar mengajarapresiasi sastra, guru-guru bidang studi bahasa
dan sastra Indonesia aceh Besar tidak bersifat
mengejar materi, namun sebaliknya dalammenyajikan materi guru-guru lebihmenekankan pada pemahaman, penguasaan,
penghayatan dan pengekspresian dan
penguasaan kecakapan dan pengembangankompetensi siswa. Hal ini bertujuan apabila
satu materi sudah dipahami siswa barudilanjutkan dengan materi berikutnya. Danproses pembelajaran ini sesuai dengan tuntutan
KTSP pada materi pembelajaran bahasa dan
apresiasi sastra.
Kemudian, mengenai media yang dugunakanguru-guru bidang studi bahasa dan sastra
Indonesia di SMA Aceh Besar dalampembelajaran apresiasi sastra meliputi guru itu
sendiri sebagai motivator dan fasilitator,
sumber belajar berupa buku paket dan buku
karya sastra yang sesuai, LKS, lingkungan
berupa kelas, perpustakaan, serta lingkungansekitar yang menjadi sumber inspirasi danimajinasi siswa. Dan yang terakhir, tentang
sistem evaluasi yang digunakan dalam
pembelajaran apresiasi sastra model sinektikberdasarkan KTSP, guru-guru bidang studi
bahasa dan sastra Indonesia di SMA AcehBesar juga sudah mencoba menyesuaikandengan aturan dan tuntutan yang berlaku,
meskipun belum sempurna. Sistem evaluasi
tersebut meliputi tes kemampuan dasar,
penilaian selama proses belajar berlangsung,penilaian hasil belajar dan penilaian kelas.Adapun hasil belajar siswa mencakup ranah
kognitif, afektif, dan psikomotor, yangmasing-masing harus mencapai target
perolehan nilai 70% ke atas. Hasil belajar akan
dilaporkan pada siswa, guru kelas, kepalasekolah, dan orang tua siswa gunadimanfaatkan untuk memperbaiki sikap dan
minat siswa terhadap pembelajaran apresiasi
sastra.
KESIMPULAN
Pada bagian ini penulis dapat menyimpulkan
bahwa pembelajaran apresiasi sastra model
sinektik berdasarkan KTSP sudahdilaksanakan dengan baik di SMA Aceh Besar.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa padaproses pembelajaran apresiasi sastra guru-gurupada prinsipnya tidak mengejar materi,
sebaliknya dalam menyajikan materi guru-guru
SMA Aceh Besar lebih menekan padapemahaman dan penghayatan terhadap karya
sastra yang sedang dipelajari sehingga dapat
meningkatkan kemampuan dan daya apresiasidan daya ekspresi siswa terhadap karya sastra.
Sistem evaluasi yang dilakukan meliputi tes
kemampuan dasar, penilaian selama prosesbelajar mengajar berlangsung, dan penilaian
hasil belajar dan penilaian kelas. Adapun hasilbelajar siswa mencakup ranah kognitif, afektif,dan psikomotor, yang masing-masing harus
mencapai target perolehan nilai sebesar 70%
ke atas.
Masih terdapat hambatan dalam pelaksanaanpembelajaran apresiasi sastra model sinektik
berdasarkan KTSP di SMA Aceh Besar, diantaranya, (1) kurangnya kemampuan siswa
dalam memahami dan mengapresiasi karya
ISSN 2338-9397 ©Jurnal Serambi Edukasi, Vol.1 Edisi Khusus Tahun 2013
Ismawirna 15
sastra sehingga mereka mengalami kesulitan
dalam menganalisis karya sastra, (2)
kurangnya sarana dan fasilitas belajar yangmendukung proses pembelajaran apresiasisastra, misalnya terbatasnya bahan ajar yang
berhubungan dengan jenis karya sastra.
REFERENSI
Ahmad HP. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan. Makalah Disampaikan
Pada Seminar Nasional di Pekan Baru.
Arikunto, Suharsimi. 2002. ProsedurPenelitian Suatu Pendekatan Praktis.
Jakarta: Bina Aksara.
Departemen Pendidikan Nasional. 1991.
Kamus Besar Bahasa Indonesia.Jakarta: Pusat bahasa
-----------------. 2003. Pendidikan Menengah
Umum. Jakarta: Depdiknas..
-----------------. 2003. Pedoman Umum
Pengembangan Silabus, Jakarta:Depdiknas.
Ismawirna. 2007. Pelaksanaan Pengajaran
Membaca dan Menulis di KelasRendah di SD Kab. Aceh Barat, Banda
Aceh: LP2M Universitas SerambiMekkah.
Jailani. 2012. Implementasi Kurikulum KTSP
dalam Pembelajaran Biologi di SMAAceh Utara. Banda Aceh. LP2M
Universitas Serambi Mekkah.
Joyce, B dan Weil. 1996. Models of Teaching,Fifth edition, USA: Allyn and Bacon
A Simon &Scuster Company.
Lexy J. Moleong. 2008. Penelitian Kualitatif.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Mulyasa, E. 2006. Kurikulum Satuann
Pendidikan: Sebuah Panduan
Praktis, Bandung: Remaja Rosda
Karya.
Mulyasa, E. 2003a. Kurikulum Berbasis
Kompetensi Konsep, karakteristik danImplementasi.Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Nurgiyantoro, Burhan. 1998. Penilaian dan
Pengajaran Bahasa dan Sastra.Yogyakarta: BPFE.
Rahmanto,B. 2000. Metode Pangajaran sastra
(saduran). Yogyakarta: Kanisius.
Ratna, Nyoman Kutha. 2004. PenelitianSastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Suryaman, M. 1990. Model Sinektik: Alternatif
Pengajaran Sastra di SMA. Bandung:
IKIP Bandung.
Walidin, Warul. 2004. KBK Sebagai Suatu
Alternatif Dalam PelaksanaanPendidikan. Banda Aceh: Fakultas
Tarbiyah UNMUHA.
Safari. 2003. Evaluasi Pembelajaran. Jakarta:Depdiknas.
Sanjaya, Wina. 2004. Pembelajaran DalamImplementasi KBK. Jakarta: Kencana.
Jurnal Serambi Edukasi│Vol. 1 Edisi Khusus (2013): 16 – 20 ISSN 2338-9397
16
UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN
INKUIRI PADA MATERI SIFAT-SIFAT KUBUS DI KELAS IV
SD NEGERI 9 JEUNIEB KABUPATEN BIREUEN
Rohati
SD Negeri 9 Jeunieb Kabupaten Bireuen
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam mempelajari dan
memahami materi sifat-sifat kubus dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri.Yang menjadi sampel dalam penelitian ini siswa sebanyak 20 orang siswa, penelitian ini
menggunakan penelitian kualitatif dan temasuk penelitian tindakan kelas. Pengumpulan
data dilakukan dengan teknik tes awal, tes akhir, observasi, wawancara, dan catatanlapangan. Hasil penelitian menunjukkan keterampilan siswa dapat ditingkatkan melalui
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri. Keberhasilan yang
dicapai dalam penerapan model pembelajaran inkuiri memperlihatkan bahwa siswasangat termotivasi dan antusias dalam mengikuti proses pembelajaran. Berdasarkan daridata-data tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan kemampuan siswa Kelas IV SD Negeri 9
Jeunieb Kabupaten Bireuen dalam mempelajari materi sifat-sifat kubus.
Kata Kunci: Hasil belajar, pembelajaran inkuiri, sifat-sifat kubus
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan usaha mempersiapkan
insan yang paripurna untuk kemajuan bangsadan negara. Maju mundurnya pendidikan jugamemberikan kontribusi bagi maju mundurnya
suatu negara. Dalam upaya mencerdaskan
kehidupan bangsa sebagaimana yangdiamanatkan dalam UUD 1945, maka
pemerintah telah mempersiapkan berbagaisarana dan prasarana untuk menunjang
peningkatan mutu pendidikan, mulai darijenjang pendidikan dasar sampai jenjang
pendidikan tinggi. Dalam mewujudkan tujuan
pendidikan nasional, pemerintah telahmembuat dan menyusun berbagai regulasi dibidang pendidikan, diantaranya Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional danUndang-Undang Republik Indonesia Nomor
14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
Berbagai regulasi yang lahir tersebut
diakibatkan oleh keprihatinan anak bangsa
mengenai rendahnya kualitas mutu pendidikandi seantero Indonesia. Ketika mutu pendidikan
rendah, maka guru adalah pihak pertama yang
mau tidak mau akan menerima dampaknyasecara langsung dari masyarakat berupa
berbagai kritik dan cercaan. Seharusnya ketika
mutu pendidikan rendah, maka secarabersama-sama seluruh pengambil kebijakan di
bidang pendidikan ikut bertanggungjawab.Akan tetapi syang terjadi selama ini adalahsaling lepas tangan dan memvonis guru
sebagai biang dari rendahnya mutu pendidikan.
Sudah seharusnya segenap komponenmasyarakat ikut berpartisipasi dalam
memajukan dunia pendidikan.
Di samping itu, guru juga harus secara terusmenerus memperbaiki kualitas diri dengan
berbagai cara. Salah satu cara dalam
memperbaiki kualitas pendidikan dapatdilakukan melalui suatu kajian tindakan disekolah. Kajian tindakan dapat dilakukan pada
setiap mata pelajaran dalam upaya
mengevaluasi tingkat keberhasilan muriddalam setiap materi yang diuji. Untuk
mengetahui tingkat keberhasilan siswa tersebut
dapat dilihat dari kriteria ketuntasan minimal(KKM). Jika hasil belajar murid kurang dari
KKM, maka harus dilakukan perbaikan dalam
proses belajar mengajar agar menemukandimana letak kesalahan yang dilakukan guru.
Salah satu model yang dapat diterapkan dalamkajian tindakan adalah model inkuiri. Model
ISSN 2338-9397 ©Jurnal Serambi Edukasi, Vol.1 Edisi Khusus Tahun 2013
Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Pembelajaran Inkuiri pada Materi Sifat-Sifat Kubus di Kelas IV SD Negeri 9 Jeunieb 17
inkuiri yang sangat dianjurkan oleh Bruner
dapat dipandang sebagai unsur penting dalam
teori konstruktivisme. Dalam strategi inkuirisiswa didorong untuk secara aktif terlibatdalam kegiatan belajarnya dan membangun
konsep-konsep bagi dirinya sendiri. Ini berarti
perilaku guru untuk selalu “menceramahi”dalam bentuk sajian teori, hukum, prinsip, dan
sebagainya yang bersifat induktif harusdihindari. Model inkuiri akan sangat memacusiswa untuk selalu ingin tahu dan memotivasi
siswa untuk mandiri dalam menentukan solusi,
dan berpikir kritis.
Dengan belajar melalui inkuiri siswatermotivasi untuk terlibat langsung atau
berperan aktif secara fisik dan mental dalamkegiatan pembelajaran. Siswa yang terlibat
secara aktif dalam pembelajaran memiliki
potensi yang lebih baik dan lebih mampumengembangkan diri menjadi pembelajar yangindependen dibandingkan siswa yang belajar
melalui ceramah (Sardiman, 2010:37).
Sebagaimana yang dikembangkan oleh Piaget
bahwa, pengetahuan itu akan bermakna
manakala dicari dan ditemukan sendiri olehsiswa. Pengetahuan kita diperoleh dari adaptasi
dari struktur kognitif kita terhadap lingkungan,
oleh karena itu Peaget menegaskan bahwa
pengetahuan itu dibangun dalam pikiran anaksehingga hasil konstruksi pengetahuan bersifat
subjektif, bukan objektif (Sanjaya, 2008:196)
Dari penjelasan di atas maka, model
pembelajaran inkuiri menuntut guru untuk
sengaja memilih peristiwa yang menimbulkankeheranan siswa sehinga siswa tertarik untuk
memikirkannya, dan dapat menimbulkan rasa
keingintahuannya serta berusaha untuk mene-mukan dan menghasilkan suatu pemahamankonsep berdasarkan penemuannya. Hal ini
akan berdampak pada peningkatan prestasi
belajar siswa.
Materi sifat-sifat kubus merupakan salah satumateri yang di ajarkan di sekolah pada tingkatSD atau MI, sifat-sifat kubus sangat mudah
diajarkan, di mana materi tersebut dapat
diajarkan secara langsung atau secara konteks-
tual yaitu dengan cara menampakkan langsungbenda-benda yang ada di sekitar siswa dansiswa dapat melihat bagaimana sifat-sifat
benda yang aslinya, sehingga siswa lebihmengerti dan mudah memahami apa yang
mereka lihat, dan materi yang mereka pelajari
akan lebih bermakna karena siswa yang
menemukannya sendiri. Oleh karena itu,
materi sifat-sifat kubus, sangat tepat diajarkandengan mengunakan penerapan modelpembelajaran inkuiri, karena belajar dengan
inkuiri adalah belajar mencari dan menemukan
sendiri terhadap materi yang diinginkan.
Berdasarkan observasi awal yang penulislakukan di SD Negeri 9 Jeunieb KabupatenBireuen, penulis mendapat informasi bahwa,
terdapat beberapa hal yang ditemukan
diantaranya SD Negeri 9 Jeunieb Kabupaten
Bireuen mengunakan kurikulum TingkatSatuan Pendidikan (KTSP). Metodepembelajaran yang digunakan berupa metode
tanya jawab pada materi sifat-sifat kubus, danmodel pembelajaran inkuiri belum pernah
digunakan dalam pembelajaran matematika,
khususnya materi sifat-sifat kubus. Selain itu,pemahaman dan penguasaan konsep siswajuga masih rendah dan juga terlihat kurang
aktif dalam pembelajaran. Oleh karena itu
banyak siswa yang hasil belajarnya masih dibawah standar ketuntasan belajar minimal
yang ditetapkan.
Berdasarkan uraian di atas, maka tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui prestasi
belajar siswa dan respon siswa dalam
penerapan model pembelajaran inkuiri padapembelajaran matematika, materi sifat-sifat
kubus di kelas IV SD Negeri 9 JeuniebKabupaten Bireuen.
METODE PENELITIAN
PendekatanPendekatan yang digunakan dalam penelitianini adalah kualitatif yaitu lebih banyakmenekankan kepada makna dan proses.
Dengan jenis penelitian tindakan kelas (PTK),
dimana sangat di utamakan makana dari prosespembelajaran sehingga dapat meningkatkan
kemamuaan siswa dalam memahami materi(Burhan, 2001). Adapun rencana pelaksanaanpenelitian ini akan di laksanakan di kelas IV
SD Negeri 9 Jeunib Kebupaten Bireuen
Penelitian tindakan kelas dimulai dengansiklus yang terdiri dari empat kegiatan, yakniperencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.
Berdasarkan siklus pertama, guru akanmengetahui letak keberhasilan dan kegagalan
atau hambatan yang dijumpai pada siklus
ISSN 2338-9397 ©Jurnal Serambi Edukasi, Vol.1 Edisi Khusus Tahun 2013
18 Rohati
pertama.oleh karena itu guru merumuskan
kembali rancangan tindakan untuk sikluskedua. Kegiatan pada siklus kedua ini dapat
berupa kegiatan pada siklus pertama, tetapisudah dilakukan perbaikan atau penambahan
berdasarkan hambatan atau kegagalan yang
ditemukan pada siklus pertama.
Data dan Sumber DataData dalam penelitian ini diperoleh melalui tesawal, ters akhir, observasi kegiatan guru dan
siswa, wawancara dan catatan lapangan.
Sedangkan yang menjadi sumber data dalam
penelitian ini adalah siswa Kelas IV SD Negeri9 Jeunieb Kabupaten Bireuen yang berjumlah
20 orang.
Metode Pengumpulan DataUntuk mengumpulkan data dalam penelitian
ini, maka penulis menggunakan teknikpengumpulan data sebagai berikut:
a. Tes
Tes akan dilaksanakan terhadap siswa
kelas IV SD Negeri 9 Jeunieb Kabupatenbireuen yang meliputi tes awal dan ter
akhir. Tes awal dimaksudkan untukmengetahui pengetahuan prasyarat yangdimiliki tentang materi. Sedangkan tes
akhir dilaksakan pada akhir tindakan
dengan tujuan untuk mengetahui
peningkatan kemampuan siswa dalammemahami materi tersebut.
b. ObservasiObservasi dilakukan untuk mengamati
aktifitas guru dan siswa selama proses
pembelajaran berlangsung. Kegiatan yangdiamati meliputi aktifitas peneliti sebagaipengajar dan aktifitas siswa selama
mengikuti pembelajaran. Dalam kegiatan
observasi ini penulis di bantu oleh duaorang guru pengamat yang bertugas untuk
mengamati kegiatan pembelajaran dengan
menggunakan pedoman observasi yangtelah disediakan.
c. WawancaraWawancara dilakukan penulis untuk
mengetahui pemahaman siswa terhadpat
materi pembelajaran, selain itu wawancarajuga di lakukan untuk mengetahui responsiswa terhadap pembelajaran yang telah di
ikuti. Pelaksanaan wawancara dalam
penelitian ini dilakukan dengan enamorang siswa, yang terdiri dari dua orang
kemampuan akademik tinggi, dua orang
dengan tingkat kemampuan akademik
rendah.
d. Catatan lapanganCatatan lapangan dilakukan untuk
melengkapi data yang tidak termuat dalam
lembar observasi dan wawancara yangbersifat penying dalam kegiatanpembelajaran.
Teknik Analisis DataData yang di peroleh dari hasil pekerjaan
siswa, wawancara, pengamatan dan catatan
lapangan di analisis dengan menggunakananalisis kualitatif, yaitu:
Mereduksi dataTahap mereduksi data merupakan tahap awal
dalam penganalisian data dalam penelitian.
Pada tahap ini penulis melakukanpengumpulan data yang meliputi data hasil tes
awal, tes akhir, hasil observasi, hasil
wawancara dan hasil catatan lapangan.
1) Penyajian dataPenyajian data merupakan tahap yang di
lakukan setelah pelaksanaan reduksi ataupengumpulan data. Pada tahap ini penulismenyajikan data yang di peroleh dari hasil
penelitian sesui dengan jenis penelitian
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
penelitian tindakan kelas.2) Menyimpulkan data
Setelah semua data penelitian terkumpul,
maka untuk mendiskripsikan data tentangaktivitas guru mengelola pembelajaran
dianalisis dengan menggunakan statistik
deskriptif dengan skor rata-rata tingkatkemampuan guru sebagai berikut:
Sekor Presentasi (SP) =jumlah skor
skor maksimal x 100%
Kriteria taraf keberhasilan tindakan
a. 90% ≤ SP ≤ 100% : Sangat baik
b. 80% ≤ SP ≤ 90% : Baikc. 70% ≤ SP ≤ 80% : Cukup
d. 60% ≤ SP ≤ 70% : Kurang
e. 0% ≤ SP ≤ 60% : Sangat kurang
Kemampuan yang diharapkan dari guru dalam
mengelola pembelajaran adalah jika skor darisetiap aspek yang dinilai berada pada kategori
baik atau sangat baik.
Tahap-tahap PenelitianDalam penelitian ada beberapa tahapan yang
harus dilakukan, yang terdiri dari tahap
ISSN 2338-9397 ©Jurnal Serambi Edukasi, Vol.1 Edisi Khusus Tahun 2013
Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Pembelajaran Inkuiri pada Materi Sifat-Sifat Kubus di Kelas IV SD Negeri 9 Jeunieb 19
perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi
terhadap pelaksanaan tindakan, wawancara,
dan refleksi. Observasi dalam pelaksanaantindakan ini meliputi observasi kegiatan yangdilakukan oleh guru dan observasi kegiatan
kegiatan murid. Tahapan tersebut juga berlaku
pada siklus berikutnya jika hasil belajar siswabelum mencapai KKM.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan dari hasil penelitian mulai dari
pelaksanaan siklus 1 yang meliputi observasi,wawancara, dan catatan lapangan. Hasilobservasi menunjukkan bahwa pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaraninkuiri di kelas IV SD Negeri 9 Jeunieb
Kabupatean Bireuen pada materi sifat-sifat
kubus belum meningkatkan kemampuan muriddalam melaksanakan pembelajaran, yaitu hasilobservasi yang dilakukan oleh pengamat I
terhadap aktifiktas guru diperoleh persentase
nilai 74,11% pengamat II diperoleh
persentase adalah 63,52%. Observasi yang
dilakukan pengamat I terhadap aktifitas murid
diperoleh persentase adalah 58,85% dan
pengamat II diperoleh persentase 51,76%.
Sedangkan pada segi hasil tindakan siklus Ibelum berhasil, karena murid yang
mendapatkan nilai ≥65 adalah sebanyak 7
orang, sehingga persentase nilai rata-rata
murid 35%. Sehingga peneliti perlu melakukanpengulangan siklus agar kriteria dapat tercapai.
Pada pelaksanaan tindakan siklus 2, kegiatanyang peneliti lakukan adalah observasi,
wawancara dan catatan lapangan. Hasil
observasi menunjukkan bahwa pembelajarandengan menggunakan model inkuiri kelas IV
SD Negeri 9 Jeunieb Kabupaten bireuen padamateri sifat-sifat kubus sudah dapat
meningkatkan keterampilan siswa dankemampuan murid dalam melaksanakan
kegiatan pembelajaran. Dimana observasi yang
dilakukan oleh pengamat I terhadap aktivitas
guru diperoleh persentase adalah 91,76% ,
dan pengamat II diperoleh persentase
87,05%. Sedangkan observasi yang dilakukanoleh pengamat I terhadap aktivitas murid
diperoleh hasil persentase adalah 90,58% dan
pengamat II adalah 88,23%. Selanjutnyaditinjau dari hasil pelaksanaan tes akhir pada
pelaksanaan tindakan siklus 2 terlihat bahwa
murid yang mendapat skor ≥65 adalah
sebanyak 18 orang dari 20 orang murid,
sehingga persentase nilai rata-rata yang didapat
murid adalah 90% dengan demikian, dapatdisimpulakn bahwa pelaksanaan tindakansiklus 2 sudah berhasil dan tidak perlu
dilakukan pengulangan siklus karena hasil
observasi telah mencapai >80% dan murid
yang mendapat nilai ≥65 adalah 90%.
Sementara itu hasil wawancara dengan muridkelas IV SD Negeri 9 Jeunieb KabupatenBireuen yang merupakan responden dalam
penelitian ini juga menunjukkan bahwa muriddisekolah tersebut menyukai pelaksanaan
kegiatan pembelajaran dengan menggunakan
model inkuiri karena menurut mereka model
pembelajaran tersebut akan dapat menigkatkanketerampilan dan kemampuan murid dalam
memahami materi pembelajaran. Kemudia
menurut mereka belajar dengan menggunakanmodel inkuiri akan memudahkan mereka
dalam memahami materi ajar yang diberikan
oleh guru dengan baik sehingga siswa sangatsenang dan penuh semangan dalam mengikuti
proses pembelajaran.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian pada Kelas IV SDNegeri 9 Jeunieb Kabupaten Bireuen, tingkat
keberhasilan murid dalam memahami materi
pembelajaran sifat-sifat kubus dapatditingkatkan melalui pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran inkuiri. Dimana hasil tes menunjukkan bahwa terjadi
peningkatan keterampilan siswa sangatmaksimal yang dapat dari nilai rata-rata yang
diperoleh siswa. Pada pelaksanaan tes awal
skor rata-rata yang diperoleh murid adalah35% ini sangat kurang, kemudianpelaksanaaan tindakan yang dilakukan pada tes
akhir meningkat menjadi 90%.
REFERENSI
Amien, Moh. 1997. Mengajar Matematikadengan Mengunakan Metode
“Discovery dan inkuiri”. Jakarta:Depdikbud.
Johar, Rahmah. 2007. Pembelajaran
Matematika SD 1. Banda Aceh:Unsyiah dan IAIN AR-raniry.
ISSN 2338-9397 ©Jurnal Serambi Edukasi, Vol.1 Edisi Khusus Tahun 2013
20 Rohati
Margono, S. 2004. Metodelogi Penelitian
Pendidikan Jakarta : Rineka cipta.
Sanjaya, Wina. 2008. Strategi PembelajaranBerorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana.
Sardiman, A.M. 2010. Interaksi dan Motivasibelajar mengajar. Jakarta: Rajawali
Pers.
Sinaga, Mangatur. 2001. Terampil Berhitung
Matematika Untuk Sekolah Dasar
Kelas IV. Jakarta: PT Gelora AksaraPratama.
Sudijono, Anas. 2006. Pengantar EvaluasiPendidikan, Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Jurnal Serambi Edukasi│Vol. 1 Edisi Khusus (2013): 21 – 25 ISSN 2338-9397
21
PENGARUHMOTIVASI DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINERJA
GURU PADA SMA NEGERI DI KOTA BANDA ACEH
Martahadi dan Anwar
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Serambi Mekkah
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang pengaruh motivasi dan
lingkungan kerja terhadap kinerja guru pada SMA Negeri di Kota Banda Aceh. Dari 823
populasi, maka sebanyak 50 responden ditetapkan sebagai sampel secara acak.Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner dalam bentuk skala likert.
Teknik pengolahan data menggunakan analisis regresi linear berganda. Berdasarkan hasilanalisis data, maka dapat disimpulkan bahwa secara simultan faktor motivasi dan
lingkungan kerja menunjukkan pengaruh terhadap kinerja guru. Simpulan penelitian iniadalah kinerja guru pada SMA Negeri di Kota Banda Aceh dapat dikategorikan cukup
baik. Hal ini dapat dilihat dari semangat kerja atau motivasi guru dalam melaksanakan
dan menyelesaikan setiap tugas yang dibebankan. Di samping itu, juga didukung olehlingkungan kerja yang kondusif dan infrastruktur yang cukup menunjang dalampelaksanaan tugas guru di sekolah.
Kata Kunci: Motivasi, lingkungan kerja, kinerja
PENDAHULUAN
Di dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar1945 dengan tegas dinyatakan bahwa tujuan
pembentukan Negara Indonesia ini adalah
untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Agarbangsa Indonesia ini cerdas, maka perludilakukan langkah-langkah yang terencana dan
sistematis dalam membangun infrastruktur
pendidikan nasional. Mulai dari ketersediaansumber daya manusia, gedung sekolah beserta
peralatan dan perlengkapannya, dan
meningkatkan partisipasi masyarakat dalampembangunan pendidikan.
Terbitnya Undang-Undang Otonomi daerah
pada tahun 1999 merupakan cermin yang baikbagi proses demokratisasi dalam setiap aspek
kehidupan, termasuk dalam dunia pendidikan.Di mana berubahnya tatanan penyelenggaraannegara dari sentralisasi ke desentralisasi, di
mana daerah memiliki kewenangan yang lebih
besar untuk mengatur rumah tangganya
sendiri. Selanjutnya Undang-Undang OtonomiDaerah tahun 1999 tersebut disempurnakanlagi melalui Undang-Undang Nomor 32
tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan antara pusat dan
daerah.
Selanjutnya lahirnya Undang-Undang Nomor14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen telah
semakin besarnya masyarakat menaruhharapan pada guru dewasa ini. Dalam undang-
undang tersebut guru diharapkan memiliki
berbagai kompetensi, yaitu kompetensipedagogik, kompetensi kepribadian,kompetensi sosial dan kompetensi
professional. Di samping itu guru juga
diberikan tunjangan khusus atas profesinyatersebut. Tunjangan tersebut diberikan setelah
guru lulus sertifikasi guru yang
diselenggarakan oleh perguruan tinggi yangditunjuk oleh pemerintah.
Oleh karena itu, guru sebagai pahlawan tanpa
tanda jasa, memiliki peranan penting dalamkemajuan dunia pendidikan. Majunya
pendidikan di negara kita ini tidak terlepas dariperan guru tersebut. Ketika setiap orangmembicarakan isu-isu dunia pendidikan, figur
guru adalah sosok yang terlibat langsung
sebagai salah satu stakeholder pendidikan.
Sering kita mendengar di dalam masyarakat,manakala seorang peserta didik berhasil, itukarena anak itu memang pandai, dan jika
seorang peserta didik tidak berhasil maka itusebuah kegagalan guru dalam proses belajar
mengajar. Sudah saatnya semua stakeholder
pendidikan untuk bersatu padu dalam
ISSN 2338-9397 ©Jurnal Serambi Edukasi, Vol.1 Edisi Khusus Tahun 2013
22 Martahadi dan Anwar
memajukan dunia pendidikan kita, sehingga ke
depan tidak lagi kita mendengar ada pihak-
pihak yang menyalahkan guru jika pesertadidik mengalami kegagalan berprestasi. Semuapihak harus bertanggungjawab dalam
terwujudnya iklim pendidikan yang kondusif
dan berprestasi.
Untuk meningkatkan kualitas profesionalismeguru, maka di samping merekrut guru melauiproses rekrutmen yang tepat, perlu juga
diberikan penataran atau pelatihan secara
berkala, serta melanjutkan pendidikan ke
jenjang yang lebih tinggi. Semua itu perludilakukan agar guru memiliki kinerja yangbaik. Dalam usaha peningkatan mutu
pendidikan, kinerja guru merupakan tuntutanprofesinya. Flippo (1993: 243) mengemukan
bahwa ”Sebagian besar pengembangan akan
terjadi di tempat kerja dan ini akan berjalansecara lambat dan kurang efektif apabila tidakdinilai dan tidak diberi umpan balik secara
sistematik dengan informasi yang berhubungan
dengan mutu prestasinya.” Terkait dengankinerja, Prawirosentono (Usman, 2008: 457)
mengemukakan bahwa kinerja adalah usaha
yang dilakukan dari hasil kerja yang dapatdicapai oleh seseorang atau sekelompok orang
dalam suatu organisasi sesuai dengan
wewenang dan tanggungjawab masing-masing
dalam rangka mencapai tujuan organisasibersangkutan secara legal, tidak melanggar
hukum, dan sesuai dengan moral maupunetika. Selanjutnya Kotter dan Hesket (1998)mengartikan kinerja sebagai hasil kerja yang
dihasilkan oleh seseorang pegawai dalam
satuan waktu tertentu. Selanjutnya Robbins(2006) (Usman, 2008: 457) mengartikan
kinerja sebagai produk dari fungsi dari
kemampuan dan motivasi. Hal senada jugadiungkapkan Sutermeister (1974) (Usman,2008: 457) menyatakan bahwa kinerja pegawai
tergantung pada motivasi dan kemampuannya.
Sehubungan dengan motivasi, Sardiman (2010:
73) mengartikan motivasi sebagai dayapenggerak yang telah menjadi aktif.Selanjutnya Mc.Donald (Sardiman, 2010: 73)
mengatakan bahwa motivasi adalah perubahan
energi dalam diri seseorang yang ditandai
dengan munculnya ”feeling” dan didahuluidengan tanggapan terhadap adanya tujuan.Menurut Hamalik (2011: 158), terdapat dua
prinsip yang digunakan dalam meninjaumotivasi, yakni (1) Motivasi dipandang
sebagai suatu proses. Pengetahuan tentang
proses ini akan membantu kita menjelaskan
kelakuan yang kita amati dan untuk
memperkirakan kelakuan-kelakuan lain padaseseorang; (2) Kita menentukan karakter dariproses ini dengan melihat petunjuk-petunjuk
dari tingkah lakunya.
Sehubungan dengan pendapat pakar di atas,
baik kinerja maupun motivasi memilikikesamaan makna walapun secara redaksionalberbeda-beda. Terkait dengan nilai motivasi
dalam pengajaran (Hamalik, 2011: 161)
mengemukakan bahwa menjadi
tanggungjawab guru agar pengajaran yangdiberikannya berhasil dengan baik.Keberhasilan ini banyak bergantung pada
usaha guru membangkitkan motivasi belajarmurid.
Berdasarkan pendapat di atas, maka kita dapatmelihat betapa pentingnya guru dalam prosespendidikan. Oleh karena itu, usaha-usaha yang
telah dilakukan oleh pemerintah akibat
lahirnya Undang-Undang Nomor 15 Tahun2005 tentang Guru dan Dosen perlu didukung
oleh setiap stakeholder pendidikan, agar
pendidikan kita di masa akan datang dapatberjaya. Undang-undang tersebut di samping
menuntut guru meningkatkan kompetensinya,
juga diberikan tunjangan profesi kepada guru
atas kinerja guru tersebut.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahuipengaruh motivasi dan lingkungan kerjaterhadap kinerja guru pada SMA Negeri di
Kota Banda Aceh. Bertitik tolak dari landasan
teori dan tujuan di atas, maka yang menjadihipotesis dalam penelitian ini yaitu, motivasi
dan lingkungan kerja berpengaruh terhadap
kinerja guru pada SMA Negeri di Kota BandaAceh.
METODE PENELITIAN
1. Populasi dan SampelMargono (1999: 123) mengemukakan bahwapenetapan besar kecilnya sampel tidaklah ada
suatu ketetapan yang mutlak, artinya tidak ada
suatu ketentuan berapa persen suatu sampel
harus diambil. Suatu hal yang perludiperhatikan adalah keadaan homogenitas danheterogenitas populasi. Berdasarkan pendapat
tersebut, penarikan sampel dalam penelitian inidilakukan dengan metode penarikan sampel
acak sederhana (simple random sampling).
ISSN 2338-9397 ©Jurnal Serambi Edukasi, Vol.1 Edisi Khusus Tahun 2013
Pengaruh Motivasi dan Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Guru pada SMA Negeri di Kota Banda Aceh 23
Menurut Hermawan (2009: 150) metode
penarikan sampel acak sederhana merupakan
suatu prosedur yang memungkinkan setiapelemen dalam populasi akan memiliki peluangyang sama untuk dijadikan sampel. Oleh
karena itu, maka dari 823 populasi maka 50
responden ditetapkan sebagai sampel.
2. Teknik Pengumpulan DataUntuk memperoleh data yang akurat danrelevan dalam penelitian ini digunakan teknik
pengumpulan data sebagai berikut:Penelitian
Lapangan (Field Research). Dengan
mengedarkan angket kepada guru SMA Negeridi Kota Banda Aceh, yang menjadi respondendalam penelitian ini. Bentuk angket yang
digunakan dirancang sedemikian rupa denganmenggunakan pertanyaan terbuka dan tertutup
tentang karakteristik responden dan variabel-
variabel yang diukur seputar motivasi danlingkungan kerja yang menjadi fokuspembhasan dalam penelitian ini. Data yang
terkumpul dari penyebaran angket dalam
bentuk kualitatif dikomposisikan terlebihdahulu agar menjadi data kuantitatif. Nilai
kuantitatif yang dikomposisikan dilakukan
dengan menggunakan skala Likert. Hermawan(2009: 134) mengemukakan skala liket
merupakan skala yang mengukur kesetujuan
atau ketidaksetujuan seseorang terhadap
serangkain pernyataan berkaitan dengankeyakinan atau perilaku mengenai suatu obyek
tertentu. Skala likert ini menggunakan limaangka penilaian sebagai berikut:
Tabel 1. Skala Pengukuran
Alternatif Jawaban Skor
Sangat Setuju (STS) 5Setuju (S) 4
Netral (N) 3
Tidak Setuju (TS) 2Sangat Tidak Setuju (STS) 1
3. Teknik Analisis DataUntuk mengetahui hubungan pengaruh
antara faktor motivasi dan lingkungan kerja
terhadap kinerja guru pada SMA Negeri di
Kota Banda Aceh, dihitung denganmenggunakan persamaan ekonometrik dengan
dua variabel bebas atau rumus regresiberganda, Sudjana (1996: 19).
Y = a + b1X1 + b2X2 + eDimana:
Y : Kinerja guru
a : KonstantaX1 : Motivasi kerja
X2 : Lingkungan kerja
b1-b2 : Koefesien regresi
e : error term
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Kinerja Guru SMA Negeri di Kota
Banda Aceh
Kinerja pada dasarnya merupakan prestasi
kerja (performance) atau apa yang dilakukan
dan tidak dilakukan oleh karyawan. Bukan
berarti kualitas kinerja seseorang diukur hanyadengan sekedar memenuhi standar kerjaorganisasi saja. Lebih dari itu, kinerja adalah
gambaran dari kontribusi yang diberikan olehseorang karyawan terhadap organisasinya.
Biasanya semakin tinggi kinerja seorang
tenaga kerja, maka semakin baik pula mutudari apa yang dihasilkannya untuk organisasi.Untuk mengetahui gambaran mengenai kinerja
guru pada SMA Negeri di Kota Banda Aceh
dapat dilihat pada tabel 1 di bawah ini.
Tabel 2. Kinerja GuruSkor Kinerja Guru Frekuensi
Jlh.
Responden
Persentase
(%)
81-100 (Baik Sekali) - -
71-80 (Baik) 6 12
61-70 (Cukup Baik) 32 64
51-60 (Kurang) 11 22
41-50 (Kurang Sekali) 1 2
Jumlah 50 100
Sumber: Data Primer (diolah)
Berdasarkan tabel 2 di atas, dapat diketahui
bahwa pada umumnya guru di SMA Negeri di
Kota Banda Aceh memiliki kinerja yang cukup
baik. Di mana skor antara 61-70 dengankategori Cukup Baik mendominasi, yaitu
sebanyak 32 orang atau 64% dari keseluruhanresponden. Sedangkan yang berada padakategori Baik yaitu dengan skor antara 71-80
sebanyak 6 orang atau 12% responden, ada 11
orang atau 22% responden yang memperolehskor antara 51-60 dengan kategori Kurang.
Dan hanya 1 orang atau 2% saja yangmendapat skor <50 dengan kategori Kurang
Sekali.
2. Faktor MotivasiMotivasi merupakan faktor pendorong yangbersumber dari dalam diri individu itu sendiri.Dalam penelitian ini faktor motivasi
ISSN 2338-9397 ©Jurnal Serambi Edukasi, Vol.1 Edisi Khusus Tahun 2013
24 Martahadi dan Anwar
dikhususkan pada motivasi kerja guru-guru di
sekolah dalam menyelesaikan tugasnya
sebagai pengajar dan pendidik, sekaligussebagai tenaga kerja di bidang pendidikan,yang merupakan syarat utama untuk
meningkatkan dan mempertahankan mutu
kinerjanya dalam menyelesaikan tugas danpekerjaan yang telah dibebankan kepadanya.
Tabel 3. Motivasi GuruSkor Motivasi Guru Frekuensi
Jlh.
Responden
Persentase
(%)
81-100 (Baik Sekali) 20 40
71-80 (Baik) 28 56
61-70 (Cukup Baik) 1 2
51-60 (Kurang) 1 2
41-50 (Kurang Sekali) 20 40
Jumlah 50 100
Sumber: Data Primer (diolah)
Berdasarkan Tabel 3 di atas, maka dapat
dideskripsikan bahwa sebagian besar guru di
SMA Negeri di Kota Banda Aceh memilikimotivasi yang cukup baik dalam menunjangperkembangan kinerjanya. Hal ini dapat dilihat
pada skor yang dihasilkan untuk faktormotivasi dalam penelitian ini. Dari 50 orang
responden yang diteliti sebanyak 20 orang atau
40% responden yang memperoleh skor dengan
kategori Cukup Baik yaitu berada antara 61-70, 28 orang atau 56% berada pada skor 51-60
dengan kategori kurang, 1 orang atau 2%
responden yang mendapat kategori kurangyaitu dengan skor 41-50. dan hanya 1 orang
atau 2% responden yang mempunyai motivasi
kerja yang berkategori rendah dengan skor dibawah 40.
3. Faktor Lingkungan KerjaLingkungan kerja merupakan faktor yangdatang dari luar individu (faktor eksternal).
Namun demikian, baik secara langsungmaupun tidak langsung lingkungan kerjadengan segala kompleksitasnya, dapat
mempengaruhi kinerja seseorang dalam
bekerja. Dalam penelitian ini lingkungan kerjadifokuskan atau dikategorikan berdasarkan
tempat bekerja, kebersihan maupunketenangan, hubungan antar orang yang ada di
lingkungan tersebut, serta hubungan karyawandengan organisasi dimana ia mengabdikan diri.
Dalam tabel berikut ditampilkan persentase
maupun frekuensi mengenai komponen faktorlingkungan kerja yang diteliti:
Tabel 4. LingkunganSkor Lingkungan Kerja Frekuensi
Jlh.
Responden
Persentase
(%)
81-100 (Baik Sekali) - -
71-80 (Baik) 2 4
61-70 (Cukup Baik) 30 60
51-60 (Kurang) 17 34
41-50 (Kurang Sekali) 1 2
Jumlah 50 100
Sumber: Data Primer (diolah)
Tabel 4 di atas menunjukkan bahwa sebagian
besar guru-guru di SMA Negeri di Kota Banda
Aceh menyatakan bahwa lingkungan kerja
berhubungan dengan peningkatan mutukinerjanya dalam melaksanakan tugas di
sekolah. Hal ini dapat dilihat dari keseluruhanresponden ada 2 orang atau 4% yangmemperoleh skor tertinggi yaitu antara 71-80
dengan kategori Baik, 30 orang atau 60% yang
memperoleh skor 61-70 dengan kategori cukup
baik. Sedangkan yang memperoleh skor 51-60dengan kategori Kurang Baik sebanyak 17orang atau 40% responden dan hanya 1 orang
responden atau 2% yang berada pada kategorikurang sekali dengan skor ≤50. Berdasarkan
hasil pengolahan data, maka dapat disimpulkan
bahwa faktor lingkungan kerja dapatmempengaruhi kinerja guru SMA Negeri diKota Banda Aceh dalam menyelesaikan tugas-
tugasnya di sekolah, baik tugas mengajar yang
menjadi kewajiban pokok maupun tugasadministratif lain yang berkaitan dengan
fungsinya sebagai guru atau tenaga pendidik di
sekolah.
Dari data primer yang diperoleh diketahuibahwa keseluruhan variabel yang diamati di
dalam instrumen penelitian telah direspon oleh
responden dengan skor rata-rata cukup baik.Untuk menganalisis faktor tersebut, maka akandiuji berapa besar pengaruhnya terhadap
kinerja guru dengan menerapkan model
persamaan regresi linear berganda dengan duavariabel bebas. Kesimpulan dari hasil
perhitungan tersebut dapat diamati pada Tabel5 di bawah ini.
Tabel 5. Analisis Regresi Linear Berganda
UraianNilai
Probabilitast-hitung Sig.
Motivasi Guru 0. 561 3.921 .000Lingkungan Kerja 0. 077 0.516 .608
Konstanta 22.471 2.338 .024R
RSquare
0.554
0.307
Sumber: Data Primer (diolah)
ISSN 2338-9397 ©Jurnal Serambi Edukasi, Vol.1 Edisi Khusus Tahun 2013
Pengaruh Motivasi dan Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Guru pada SMA Negeri di Kota Banda Aceh 25
Dari perhitungan persamaan regresi berganda
yang telah dilakukan menghasilkan persamaan
regresi Y = 22.471 + 0.561X1 + 0.077X2.Persamaan tersebut menginterpretasikanbahwa variabel motivasi diperoleh nilai
sebesar 0.561. Artinya apabila motivasi kerja
guru dinaikkan sebesar 1% saja, maka akanmeningkatkan kinerja guru tersebut sebesar
56.2%. Hal ini menunjukkan hubungan yangnyata antara kedua variabel tersebut. Variabellingkungan kerja memperoleh nilai 0.077,
artinya apabila lingkungan kerja ditingkatkan
kualitas atau pelayanannya sebesar 1% saja,
maka akan dapat memberikan sumbangan bagipeningkatan kinerja guru sebesar 7.7%.Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
lingkungan kerja akan mempengaruhikinerjanya. Sedangkan nilai koefisien korelasi
sebesar 0.554. Hal ini membuktikan bahwa
adanya hubungan yang erat antara variabelbebas dengan variabel terikat, yaitu sebesar55.4%. Hasil pengujian hipotesis memperli-
hatkan bahwa secara parsial hanya variabel
motivasi yang mempengaruhi kinerja guru.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkanbahwa berdasarkan analisis regresi linier
berganda diperoleh bahwa semua variabelyang diteliti, khususnya faktor motivasi dan
lingkungan kerja mempunyai hubungan
dengan peningkatan kinerja guru di SMA
Negeri di Kota Banda Aceh. Dari kedua faktortersebut yang paling dominan mempengaruhi
kinerja guru di SMA Negeri di Kota Banda
Aceh adalah faktor motivasi kerja, sedangkanfaktor lingkungan kerja lebih bersifat relatif,
artinya sesuai dengan keadaan individu yang
dipengaruhinya. Peningkatan kemampuankerja merupakan indikator yang sangatmenentukan dalam pencapaian kinerja atau
prestasi kerja guru. Oleh karena itu,
peningkatan kualitas sumber daya guru dalamrangka peningkatan kinerja guru ini harus
mendapat perhatian yang serius dari seluruhstakeholder pendidikan.
REFERENSI
Djamarah, Syaiful Bahri, 2000, Guru dan Anak
Didik dalam Interaksi Edukatif,Jakarta: Rineka Cipta.
Flippo, Edwin, B, 1993, Manajemen
Personalia, Jakarta: Erlangga.
Hermawan, Asep. 2009. Penelitian Bisnis:Paradigma Kualitatif. Jakarta: Gramedia
Widiasarana Indonesia.
Margono, S, 1999, Metodelogi Penelitian
Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta.
Sardiman A.M. 2010. Interaksi & Motivasi:
Belajar Mengajar. Jakarta: Rajagrafindo
Persada
Sudjana, 1996, Metode Statistika, Bandung:Tarsito.
Usman, Husaini. 2008. Manajemen: Teori,
Praktik dan Riset Pendidikan. Jakarta:
Bumi Aksara.
Usman, Uzer, 2005, Menjadi Guru Profesinal,
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Republik Indonesia. 2005. Undang-Undang
Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen.
Republik Indonesia. 2004. Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah.
Republik Indonesia. 2004. Undang-UndangNomor 33 Tahun 2004 tentangPerimbangan Keuangan antara Pemerintah
Pusat dan Daerah.
Jurnal Serambi Edukasi│Vol. 1 Edisi Khusus (2013): 26 – 33 ISSN 2338-9397
26
PENDIDIKAN BERBASIS KOMPETENSI PADA SEKOLAH
MENENGAH KEJURUAN (SMK)
(Pembelajaran Terhadap Pemasaran Susu Kedelai di Kota Banda Aceh)
Syaifuddin Yana
Fakultas Teknik Universitas Serambi Mekkah
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk memaparkan kajian terhadap hasil kegiatan kerja
praktek sekolah kejuruan yang berbasis kompetensi pada SMK. Kajian difokuskan padapemasaran produk susu kedelai yang diproduksi oleh rumah tangga yang dalam hal ini
tergolong pada usaha kecil menengah (UKM). Pembelajaran ini ditujukan untukmeningkatkan pemahaman siswa terhadap pemasaran susu kedelai yang ada di
lingkungan Kota Banda Aceh. Proses pembuatan susu kedelai dengan menggunakan
bahan baku utamanya yaitu kacang kedelai dan bahan pendukung lainnya. Selanjutnya,untuk melihat kinerja pemasaran susu kedelai yaitu dengan menggunakan metodeStrengths, Weaknesses, Opportunities, Threats (SWOT). Kuesioner dan Wawancara
dilakukan terhadap pembuat susu, beberapa perusahaan kecil, distributor dan konsumenproduk tersebut untuk mengetahui perspektif pemasaran produk susu kedelai yang
terdapat di Kota Banda Aceh. Sedangkan perspektif yang mencerminkan keinginan
pelanggan dirumuskan dengan metode Matrik External Factor Analysis Summary (EFAS
dan Internal Factor Analysis Summary (IFAS, sedangkan penentuan strategimenggunakan analisa SWOT. Hasil analisis internal dan eksternal terhadap usaha susukedelai, kemudian didapat posisi titik koordinat Kuadran SWOT terletak pada (1.23;1.32)
berada di kuadran I, artinya faktor kekuatan lebih besar dari faktor kelemahan danpengaruh faktor peluang lebih besar dari ancaman dan juga mereduksi ancaman.
Kata Kunci: Strategi Pemasaran, SWOT, EFAS, IFAS
PENDAHULUAN
Usaha yang berbasis industri kecil menengah
juga memainkan peranan yang penting bagipeningkatan income utamanya bagi sipelaku
usaha kecil menengah (UKM) tersebut dan
secara umum bagi perkembangan ekonomi
daerah, dalam hal ini jika UKM berlakuprofesional dan memiliki profitabilitas yang
tinggi. Selanjutnya, jika seluruh UKM yangada di daerah Aceh secara akumulatif dansignifikan terus tumbuh dan berkembang dan
dapat menjadi suatu kekuatan ekonomi yang
mendorong pertumbuhan ekonomi daerah.
Disamping itu, kegiatan yang dilakukan olehUKM bermacam-macam dan tergolong kreatif
dan tentunya harus mendapat perhatian yangserius oleh pemerintah daerah agar terus dapat
menggairahkan dan mendorong UKM untuk
melakukan usahanya dalam membantupertumbuhan ekonomi daerah. Pengembanganindustri kecil menengah, dewasa ini juga
berdampak pada peningkatan animomasyarakat untuk terlibat dalam melakukan
berbagai kegiatan usaha mandiri yang
menghasilkan pendapatan yang dapatdiandalkan dan berdampak kepada
kemandirian dan meningkatkan kewirausahaan
kepada masyarakat yang lebih luas.
Secara umum pengembangan industri kecil di
Kota Banda Aceh dilakukan melalui sentra-sentra produksi serta diarahkan untukmemperkuat usahanya agar lebih produktif.
Usaha susu kedelai merupakan salah satu
industri yang bergerak dalam bidang pangan.Usaha ini umumnya dilakukan oleh industri
kecil dan rumahan. Bahan baku yangdigunakan untuk membuat susu kedelai
tergolong sangat sederhana yaitu bahan bakukacang kedelai, dan bahan pendukung lainnya
serta selanjutnya kemudian dilakukan
pemrosesan pembuatan susu kedelai tersebut.Dalam pembuatan produk susu ini, biasanyaselalu mengutamakan citra rasa. Penguasaan
ISSN 2338-9397 ©Jurnal Serambi Edukasi, Vol.1 Edisi Khusus Tahun 2013
Pendidikan Berbasis Kompetensi pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) 27
dalam pengembangan produk tersebut terus
dipacu demi untuk meningkatkan pertumbuhan
dan pengembangan usaha. Oleh karena itu,pengusaha produk ini, selalu mencobamemberikan kepuasan yang sebaik-baiknya
kepada pelanggan.
Meskipun usaha produk susu kedelai masih
baru di pasaran dan belum ada strategipemasaran yang khusus yang dapat diterapkansehingga konsekuensinya juga menyebabkan
tingkat penjualan yang belum terlihat
maksimal, disamping faktanya bahwa terdapat
persaingan terhadap persaingan-persaingan diindustri sejenis walaupun kadangkala sesamapesaing memiliki pasar yang sama persis
terhadap satu dengan lainnya.
Dalam hal ini, tentu saja memaksa si
pengusaha untuk dapat lebih serius terhadaplangkah-langkah apa saja yang harus ditempuhuntuk menentukan serta merencanakan strategi
pemasaran yang baik bagi keberlangsungan
usaha mereka. Pertimbangannya adalah sipengusaha harus dapat menyusun strategi-
strategi pemasaran dengan sebaik-baiknya
yaitu dengan cara memanfaatkan kekuatan danpeluang yang ada dan tentu saja dengan
memperhatikan dan mengantisipasi terhadap
tindakan/gerakan pesaing dan sekaligus
memperhatikan kemungkinan terhadap
ancaman yang mungkin muncul.
Definisi pemasaran ini bersandar pada konsep
inti yang meliputi kebutuhan (needs),
keinginan (wants), dan permintaan (demands).Pemasaran adalah suatu proses sosial dan
manajerial yang didalamnya individu dankelompok mendapatkan apa yang merekabutuhkan dan inginkan dengan menciptakan,
menawarkan, dan mempertukarkan produk
yang bernilai kepada pihak lain (Kotler, 1997).
Menurut Pearce dan Robinson (1997),terhadap strategi bauran pemasaran yaitu
biasanya meliputi empat komponen: produk,harga, tempat (distribusi) dan promosi atau
yang lebih dikenal sebagai 4P.
Susu kedelai merupakan minuman yangbergizi tinggi, terutama karena kandungan
proteinnya. Selain itu susu kedelai juga
mengandung lemak, karbohidrat, kalsium,phosphor, zat besi, vitamin A, vitamin B
kompleks (kecuali B12), dan air. Susu kedelai
ini harganya lebih murah daripada susu produkhewani.
Tabel 1. Perbandingan antara Kadar Protein Kedelai dengan beberapa bahan makanan lain
NO BAHANMAKANAN PROTEIN (% BERAT)
1 Susu skim kering 36,00
2 Kedelai 35,00
3 Kacang hijau 22,004 Daging 19.00
5 Ikan segar 17.00
6 Telur ayam 13.007 Jagung 9,20
8 Beras 6,80
9 Tepung singkong 1,10Sumber: http://restomesin.wordpress.com/2010/05/04/
Susu kedelai dapat dibuat dengan teknologi
dan peralatan yang sederhana, serta tidakmemerlukan keterampilan khusus. Penggunaanair sumur dapat menghasilkan susu kedelai
dengan rasa yang lebih enak. Untuk
memperoleh susu kedelai yang baik, kita perlumenggunakan kedelai yang berkualitas baik.
Dari 1 kg kedelai dapat dihasilkan 10 liter susukedelai.
Manusia harus menemukan kebutuhannya
terlebih dahulu, sebelum ia memenuhinya.
Usaha untuk memenuhi kebutuhan tersebut
dapat dilakukan dengan cara mengadakan
suatu hubungan. Dengan demikian pemasaranjuga diartikan sebagai suatu usaha untukmemuaskan kebutuhan pembeli dan penjual
(Swasta, 1996). Sedangkan menurut Assauri
(2004 : 5) pemasaran adalah kegiatan manusiayang diarahkan untuk memenuhi kebutuhan
dan keinginan melalui proses pertukaran. Danmenurut Stanton dalam Swasta (1998:179)pemasaran adalah suatu sistem keseluruhan
dari kegiatan usaha yang ditujukan untuk
merencanakan, menentukan harga,
mempromosikan, dan mendistribusikan barang
ISSN 2338-9397 ©Jurnal Serambi Edukasi, Vol.1 Edisi Khusus Tahun 2013
28 Syaifuddin Yana
dan jasa untuk memuaskan kebutuhan kepada
pembeli yang ada maupun pembeli potensial.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui(1) strategi sistem pemasaran susu kedelaiusaha sus kedelai produksi rumah tangga di
Kota Banda Aceh; (2) strategi pemasaran yang
baik bagi usaha susu kedelai produksi rumahtangga; dan (3) kendala yang dihadapi dalam
memproduksi dan pemasaran produk susukedelai tersebut.
METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini sampel yang diambilsebanyak 35 sampel dengan pertimbangan
bahwa jumlah tersebut sudah dapat memenuhijumlah sampel minimal dalam penelitian (n =
30). Teknik pengambilan sampel
menggunakan metode Accidental QuotaSampling yaitu teknik pengambilan sampelyang dapat dilakukan sewaktu - waktu sampai
jumlah sampel (quota) yang diinginkan
terpenuhi.
Metode penelitian yang digunakan pada
penelitian ini yaitu:1. Penelitian lapangan (Field Research)
Penelitian dilakukan dengan cara
mengumpulkan data-data dengan turun
langsung untuk meninjau dan meneliti keusaha/perusahaan UKM yang diteliti dengan
cara melakukan:a. Observasi, yaitu pengamatan langsung pada
perusahaan yang menjadi objek penelitian.
b. Wawancara atau interview dengan pihak
perusahaan, baik pemimpin perusahaanmaupun karyawan yang menjadi objek
penelitian.
c. Dokumentasi adalah pengumpulan datamelalui catatan perusahaan yangberhubungan dengan masalah penelitian.
2. Penelitian Pustaka (Library Research)Dalam pengumpulan data, juga digunakan
literatur yang berhubungan dan relevan dengantopik yang di bahas.
Pada penelitian ini juga digunakan data
sekunder seperti: data usaha susu kedelai yang
berada di Kota Banda Aceh dan data yangdiperoleh dari Dinas PerindustrianPerdagangan Koperasi dan Usaha Kecil
Menengah Aceh, serta sumber terkait lainnya.
Tahap analisis adalah suatu kegiatan untuk
menentukan klasifikasi data yang lebih
tepatnya untuk menentukan strategi pemasaran
perusahaan. Kegiatan yang paling penting
dalam proses analisis adalah memahamiseluruh informasi yang terdapat pada suatukasus, menganalisis situasi untuk mengetahui
isu apa yang sedang terjadi, dan memutuskan
tindakan apa yang harus segera dilakukanuntuk memecahkan masalah. Analisis SWOT
digunakan untuk membandingkan antara faktoreksternal dan internal usaha/perusahaan.
SWOT merupakan singkatan dari Strengths
(Kekuatan), Weaknesses (Kelemahan)
Opportunities (Peluang/Kesempatan) danThreats (Ancaman), (Rangkuti, 2005). AnalisisSWOT merupakan cara sistematis untuk
mengidentifikasi faktor-faktor kekuatan,kelemahan, peluang dan ancaman yang
dihadapi perusahaan.
Matrik SWOT (David, 2006) merupakanmatching tool (alat penyesuaian) yang penting
untuk membantu para manajer
mengembangkan empat tipe strategi. Keempatstrategi tersebut adalah sebagai berikut:
1. Strategi SO (Strengths - Opportunities).
Strategi ini menggunakan kekuataninternal perusahaan untuk meraih
peluang-peluang yang ada diluar
perusahaan.
2. Strategi WO (Weaknesses -Opportunities). Strategi ini bertujuan
untuk memperkecil kelemahan-kelemahaninternal perusahaan denganmemanfaaatkan peluang-peluang
eksternal.
3. Strategi ST (Strengths - Threats). Melaluistrategi ini perusahaan berusaha untuk
menghindari atau mengurangi dampak
dan ancaman-ancaman eksternal denganmenggunakan kekuatan yang dimilikinya.Strategi WT (Weaknesses - Threats).
Strategi ini merupakan taktik untuk
bertahan dengan cara mengurangikelemahan internal dan berusaha
menghindari ancaman.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Peluang PasarDari hasil analisis diperoleh bahwa peluangpasar untuk produk yang berbahan dasarkedelai ini sangatlah besar melihat budaya
masyarakat yang konsumtif dan peluang pasaryang menjanjikan. Disisi lain, harga yang
murah sehingga dapat dijangkau oleh kalangan
menengah ke bawah.
ISSN 2338-9397 ©Jurnal Serambi Edukasi, Vol.1 Edisi Khusus Tahun 2013
Pendidikan Berbasis Kompetensi pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) 29
Metode pemasaran susu kedelai ini pada
umumnya adalah dengan menyebarkan brosur-
brosur pada masyarakat pada permulaan usahaserta metode dari mulut kemulut, sehinggadapat membuat para konsumen merasa puas
terhadap sajian produk dan citra rasanya yang
disuguhkan susu kedelai tersebut danselanjutnya konsumen menyebarkan informasi
tentang susu kedelai yang di konsumsi kepadarekan-rekan, orang terdekat dan orang yangberada di sekitar mereka.
Tingkat Persaingan industri Susu Kedelai di
Kota Banda AcehBerdasarkan data Potensi Industri KecilMenengah dari Dinas Perindustrian
Perdagangan Koperasi dan Usaha KecilMenengah Aceh tahun 2011 terdapat 2 (dua)
buah perusahaan atau industri pengolahan susu
kedelai di Kota Banda Aceh yaitu: PerusahaanBubuk Kedelai Zuhrah dan Usaha SusuKedelai.
Dengan nilai Produksi kedua perusahaantersebut mencapai ± Rp. 40.000.000,- /tahun,
Nilai Bahan Baku ± Rp. 10.000.000,-/tahun,
Nilai Investasi ± Rp. 20.000.000,-/tahun danKapasitas Produksi ± 8000 botol/tahun.
Analisis Internal dan EksternalAdapun salah satu cara untuk mendapatkandata adalah dengan menyebarkan kuesioner
kepada responden sejumlah 35 (tiga puluhlima) orang diantaranya terdiri dari:Mewakili distributor : Pemilik Toko dan
warung-warung terdekat sebanyak 12 orang
sebagai penentu bobot. Mewakili konsumenPelanggan tetap terdiri dari : ibu-ibu rumah
tangga sebanyak 8 orang, Mahasiswa/pelajar
sebanyak 7 orang, pegawai swasta danpemerintah sebanyak 8 orang, dimana jawabanmereka dalam bentuk angka (skala) dipakai
sebagai penentu rating.
Berdasarkan data yang diperoleh, maka
analisis internal dan eksternal SWOT sebagaiberikut:
Faktor InternalStrengths (Kekuatan). Secara umum, kekuatan
yang dipunyai oleh Usaha susu kedelai Susu
Kedelai adalah: (a) Proses pembuatannyasangat sederhana dan mudah; (b) Cita rasaproduk yang khas (berbeda dengan produk
lainnya); (c) Tidak memerlukan modah yangbesar dan resiko mengalami kerugian relatif
kecil; (d) Harga jual murah dan masih sangat
terjangkau oleh masyarakat umum; (e)
Lokasi/tempat produksi berada ditengah-
tengah perumahan yang rata-rata tempat kost
mahasiswa, dan tidak jauh dengan warung nasidan kopi disekitaran kota; (f) Tempatpenjualan dan konsumen telah tersedia,
umumnya dititipkan ke warung nasi, warung
kopin, kios dan lainnya dengan ketentuan bagihasil yang telah disepakati; dan (g) Promosi
secara umum memanfaatkan pelanggan tetap,disamping itu kadang kala menggunakanselebaran-selebaran sederhana.
Weaknesses (Kelemahan); (a) Manajemen
perusahaan tentunya masih sangat sederhanakarena industri rumahan; (b) Produk masihbelum bermerek; dan (c) Kurangnya modal
untuk mengembangkan usaha, mengingatusaha ini masih berupa industri berskala kecil.
Faktor EksternalOpportunities (Peluang): (a) Masih terdapatpeluang pasar untuk mendapatkan konsumen
yang loyal terhadap produk susu kedelai; (b)
Masih belum banyak pemain/pesaingkhususnya baik dalam produk susu kedelai ini
dan sekaligus pemasaran produknya di Kota
Banda Aceh; (c) Permintaan pasar sampaidengan saat ini masih cukup tinggi dan disukai
semua kalangan; (d) Keuntungan saat ini,
distribusi produk masih banyak dibantu oleh
tempat seperti warung nasi, warung kopi, kiosdan kedai lainnya yang membantu
memasarkan produk tersebut; dan (e) Masihterbuka untuk menggunakan teknologibarunya, khususnya apabila sisi pemodalan
sudah cukup ataupun bantuan pihak ketiga
seperti pemerintah daerah melalui bantuankepada usaha kecil menengah.
Threats (Ancaman): (a) Kemungkinanperubahan selera konsumen karena banyaknyajenis produk-produk minuman ringan yang
serupa atau mirip dengan susu kedelai tersebut;
(b) Sampai dengan saat ini, susu kedelai masihada kelemahan seperti belum dapat disimpan
terlalu lama dan akan mengalami rugi jikatidak laku dalam sehari; (c) Masih terdapatbanyaknya variasi minuman ringan yang
beredar di pasar saat ini; dan (d) Harga bahan
baku (kedelai) yang relatif tidak menentu
(tidak stabil) bahkan beberapa waktu yang lalusempat mengalami kelangkaan.
Matrik IFAS (Internal Factor AnalysisSummary)
Setelah faktor-faktor strategis internal suatu
perusahaan di indentifikasi, maka kemudian
ISSN 2338-9397 ©Jurnal Serambi Edukasi, Vol.1 Edisi Khusus Tahun 2013
30 Syaifuddin Yana
disusun untuk tabel IFAS (Internal Strategic
Factors Analysis Summary) untuk
merumuskan faktor - faktor strategis internaltersebut didalam kerangka Strength (kekuatan)dan weakness (kelemahan). Faktor internal
Usaha susu kedelai berdasarkan sampel dari
hasil kuesioner dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 2. Matriks IFAS
Faktor - faktor strategi internal Bobo Rati B x
Kekuatan
− Proses pembuatan mudah dan 0,15 3 0,44
− Kualitas rasa produk yang khas 0,13 2 0,25
− Usaha ini lebih fleksibel 0,11 3 0,34
− Modal kecil dan resiko kerugian 0,10 3 0,30
− Harga jual murah 0,08 2 0,16
− Lokasi produksi strategis 0,09 3 0,27
− Tempat penjualan dan konsumen 0,07 3 0,22
− Target pasar yang jelas 0,06 3 0,19
Jumlah ........................................... 0,79 22 2,16Kelemahan
− Harga bahan baku tidak stabil 0,07 2 0,14
− Manajemen perusahaan masih 0,05 2 0,10
− Produk tidak bermerek 0,05 2 0,10
− Kurang Modal 0,04 1 0,04
Jumlah ........................................... 0,21 7 0,37Total ................................................. 1,00 29,0 2,54Sumber: Rangkuti (2004, p.25)
Matriks EFAS (External Factor Analysis
Summary)
Setelah faktor - faktor strategis eksternal suatu
perusahaan diindentifikasi, maka kemudiandisusun untuk tabel EFAS untuk merumuskan
faktor - faktor strategis eksternal tersebut
didalam kerangka Opportunities (Peluang) dan
Threats (Ancaman).
Adapun penilaian terhadap Faktor Eksternal
Usaha susu kedelai berdasarkan dari hasilkuesioner, seperti terlihat pada tabel berikut
ini:
Tabel 3. Matriks EFAS
Faktor - faktor strategi Eksternal Bobot Rating B xPeluang
- Peluang pasar terbuka lebar 0,18 3 0,54- Belum banyak pesaing 0,16 3 0,48
- Permintaan pasar cukup tinggi 0,13 3 0,40- Ada lembaga fasilitasi 0,13 3 0,38
- Keterbukaan untuk menggunakan
teknologi dibidang produksi
0,10 3 0,31
Jumlah........................................... 0,70 15 2,10
Ancaman
- Selera konsumen yang selalu 0,10 2 0,19- Produk tidak bisa disimpan lama 0,08 2 0,15- Banyaknya variasi minuman 0,07 2 0,15
- Adanya fluktuasi kenaikan harga
bahan baku kedelai
0,06 2 0,11
Jumlah ........................................... 0,30 8 0,60
Total ............................................... 1,00 23,00 2,70Sumber: Rangkuti (2004, p.24)
Berdasarkan hasil-hasil yang didapat darianalisis internal dan eksternal pada Tabelseperti dituliskan di atas, hasilnya dapat
dirangkum sebagai berikut :1. Skor Total Kekuatan : 2,16
2. Skor Total Kelemahan : -0,37
3. Skor Total Peluang : 2,104. Skor Total Ancaman : -0,60
Dari analisis di atas didapat bahwa faktor
kekuatan lebih besar dari faktor kelemahan danpengaruh dari faktor peluang lebih besar dari
ancaman. Oleh karena itu posisi usaha susu
kedelai terletak pada kuadran I yang berartipada posisi Pertumbuhan, dimana hal inimenunjukkan kondisi Internal usaha susu
kedelai yang kuat dengan lingkungan yangmendukung.
Analisis Pemasaran Usaha Susu KedelaiStrategi bauran pemasaran yang dilakukanmelalui 4P, yaitu:
1. Product (produk)
Produk yang direncanakan untukdiproduksi adalah susu kedelai. Usaha
susu kedelai dengan cita rasa yang khas
dan dihasilkan oleh usaha kecil yangumumnya masih berbasis rumah tangga.Produk susu kedelai yang diproduksi juga
disajikan dengan kualitas yang baik dan
nilai gizinya terjamin serta higienis yangdapat terjaga, dimana semua konsep
tersebut masih memenuhi kebutuhankonsumen/pelanggan khususnya untukkonsumsi produk susu kedelai.
Pemasarannya memiliki ciri-ciri yaitu:
- Atribut Produk: dalam hal ini belum adalabel
- Jenis produknya: biasanya tersedia 3 (tiga)
jenis rasa yaitu rasa manis, rasa manisjambu (manis sedang) dan tawar.
- Ukuran dan kemasan: umumnya
menggunakan botol daur ulang dari teh
botol sosro yang isinya ± 200 ml dan jugakemasan kantong plastik yang isinya ± 250
ml.
- Mutu Produk: dalam hal ini mutu produkUsaha susu kedelai masih mengolah secara
alami tanpa tambahan bahan pengawet,
oleh sebab itu produk tidak bisa bertahan
ISSN 2338-9397 ©Jurnal Serambi Edukasi, Vol.1 Edisi Khusus Tahun 2013
Pendidikan Berbasis Kompetensi pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) 31
lama.
2. Place (lokasi/distribusi)Strategi untuk distribusi produk susukedelai ini umumnya dilakukan dengan
cara menitipkan di warung nasi, warung
kopi, kios-kios dan kantin-kantin baik yangberada di kantor-kantor maupun kampus
di universitas baik negeri maupun swastadengan ketentuan bagi hasil denganpemilik tempat tersebut. Sedangkan
produksi produk susu kedelai ini adalah
diproduksi oleh rumah tangga atau masih
diperoduksi dalam skala rumah tanggayang berlokasi di Kota Banda Aceh.
3. Price (harga)- Harga jual: harga per kemasan dijual
Rp. 4000,- s/d Rp.5000,- tergantung
pilihan rasa- Potongan Harga: diberikan discount
atau gratis beberapa botol setiap
pembelian produk minimal 1 krat (24
botol).- Jangka Waktu Pembayaran:
Memberikan keringanan pembayaran
dengan cara mengangsur pembayaranbagi yang berlangganan, baik
distribusi pada pihak ketiga maupun
door to door.
-
4. Promotion (promosi)
Strategi yang dilakukan saat ini, adalahumumnya masih sangat sederhana yaitudengan personal promotion seperti dari
mulut ke mulut, atau door to door yaitu
dimana melakukan kontak langsungdengan masyarakat sekitarnya sehingga
dapat lebih tahu bahwa disekitar mereka
masih terdapat produk minuman lokalyang dijual di pasar dan dapat merekakonsumsi sebagai minuman yang bergizi.
Di samping itu juga, promosi dibantu olehpihak-pihak seperti pemilik warung nasi,
kopi, kantin dan kios-kios dimana merekamembantu menyampaikan bahwa masihada produk lokal yang enak untuk
dikonsumsi sebagai minuman sehat
dengan disediakan tiga citra rasa.
Promosi terakhir yaitu dengan caramelakukan selebaran (leaflet) yang
disebarkan ditengah-tengah masyarakat,kadang kala di sekitaran lampu merah
yang disebarkan/dibagikan oleh orang
yang ditugaskan untuk menyebarkan
selebaran-selebaran tersebut.
Analisis SWOTBerdasarkan tabel IFAS dan EFAS di atasmaka dapat dibuat Matriks SWOT yang terdiri
atas 4 kuadran (9 sel) seperti yang ditunjukkan.
Berdasarkan matriks SWOT di bawah ini
maka analisa strategiknya adalah sebagaiberikut:1. Pengelolaan dan strategi pemasaran usaha
susu kedelai yang dilakukan saat ini
adalah sangat kuat dan mendukung untuk
pengembangan pasar dan segmennya, akantetapi kondisi saat ini masih dibatas lokasiatau tempat tertentu saja seperti warung
nasi, warung kopi, kios, kantin danlainnya, dimana masih belum dapat
menjangkau areal yang luas karena
keterbatasan sumber daya modal danbahan. Produksi masih terbatas padapermintaan pasar yang ada, walaupun
pasar yang lebih luas masih menjanjikan
karena besarnya permintaan masyarakat dipasar. Demikian juga pasar di luar Kota
Banda Aceh menunjukkan permintaan
yang sama.2. Belum dapat dicapainya pasar yang luas
dikarenakan produk susu kedelai karena
produk yang ada masih dalam bentuk tidak
tahan dalam waktu lama, waktu masalayak minumnya tahan umumnya satu hari
saja. Oleh karena itu, perlu dilakukanpengembangan produk khususnya yanglebih awet dan tahan lama.
3. Meningkatkan kemasan yang lebih baik.
Produksi susu kedelai rumah tanggasebaiknya juga tidak hanya pada
memproduksi saja, akan tetapi sudah
memikirkan pada bagaimanameningkatkan pasar melalui pembeliankonsumen. Oleh karena itu juga masih
diperlukan untuk membuat produk dengan
cita rasa yang unik dan pengembanganpada menambah pilihan rasa lain,
membuat merek dagang dan meningkatkanmutu produk sehingga produk lebihnampak menarik.
4. Disisi lain, produser sudah harus
mempertimbangkan pelanggan tetap
seperti pengunjung warung nasi, warungkopi yang tetap mengkonsumsi susukedelai dengan pertimbangan seperti harga
yang lebih miring, voucer tertentusehingga mereka masih tetap menjadi
pembeli yang setia.
5. Sudah harus mempertimbangkan dengan
ISSN 2338-9397 ©Jurnal Serambi Edukasi, Vol.1 Edisi Khusus Tahun 2013
32 Syaifuddin Yana
diperlukannya media promosi yang lebih
luas untuk menarik pembeli dan tentunya
distributor maupun pemilik warung nasi,warung kopi, kios dan lainnya untukmenjadi langganan setia untuk memesan
produk susu kedelai. Akan tetapi hal ini
harus dengan pertimbangkan produk susukedelai harus dapat tahan dalam waktu
lama lagi supaya masih layak dikonsumsioleh pelanggan. Pengawetan agar dapattahan beberapa hari produk ini masih
dengan cara menyimpan dalam lemari
pendidngin.
Di samping itu, harga produk yang relatif lebih
mahal sedikit bukanlah menjadi ancaman bagi
pesaing lainnya dalam memasarkan produk,karena ancaman dari luar juga tidaklah terlalutampak/kuat pada saat ini. Disamping itu
pelanggan jelas tidak akan mengambil resiko
untuk mengganti produknya yang berasal dariproduk lain bila telah mengetahui bahwa
produk yang dikeluarkan susu kedelai saat initelah terbukti keunggulannya apalagi dengandukungan sistem pemasaran yang baik
nantinya.
Tabel 4. Matrik SWOT Strategi Pemasaran Usaha susu kedelai Susu kedelai
Faktor Internal
Faktor Eksternal
Kekuatan (S) Kelemahan (W)
1.Proses pembuatan mudah
dansederhana
2. Kualitas rasa produk yang khas
3.Usaha ini lebih Fleksibel4.Modal kecil dan resiko kerugian kecil
5.Harga jual murah
6. Lokasi produksi strategis
7. Tempat penjualan dan konsumen
telah tersedia
8. Target pasar yang jelas
1.Harga bahan baku tidak stabil
2.Manajemen perusahaan masih
sederhana
3.Produk tidak bermerek4.Kurang Modal
Peluang (O) SO Strategi WO Strategi
1. Peluang pasar terbuka lebar
2. Belum banyak pesaing
3. Permintaan pasar cukup tinggi dan
disukai semua kalangan
4. Ada lembaga fasilitasi
5. Keterbukaan untuk menggunakan
6. teknologi dibidang produksi
1. Meningkatkan kualitas produk (S2,
O1, O2, O3)
2. Meningkatkan promosi melalui
media tertentu (S7, O4, O5)
1. Prediksi persediaan bahan baku
(W1, O4)
2. Menciptakan kepercayaan dan
minat masyarakat (W2, O1, O3)
3. Memberi label merek dagang
(W3, S3)
4. Mengajukan modal usaha
kepihak-pihak terkait (W4, S4)
Ancaman (T) ST Strategi WT Strategi
1. Selera konsumen yang selalu
berubah2. Produk tidak bisa disimpan lama
3. Banyaknya variasi minuman
ringan lainnya
4. Adanya kenaikan harga bahan
baku kedelai
1. Mencari solusi agar produk bertahan
lama (S2, T2)2. Mengembangkan variasi produk baru
(S1, S2, S3, T1, T3)
3. Pengadaan stok bahan baku yang
lebih banyak (S4, T4)
1. Efisiensi biaya (W1, T2)
2. Menetapkan strategipengembangan produk (W2,
W3, T1, T3)
KESIMPULAN
Penelitian yang dapat diambil pada penelitian
ini yaitu: (1) Minuman yang berbahan dasardari kacang kedelai masih tergolong langka
saat ini dan jarang sekali diproduksi khususnya
di Kota Banda Aceh dan sekitarnya, minatpembeli (konsumen) masih relatif tinggi
sehingga pasar masih terbuka lebar, karena
konsumen umumnya adalah masyarakatmenengah kebawah yaitu pelajar, rumahtangga, masyarakat umum lainnya. Hal
tersebut membuktikan bahwa permintaan dan
minat pasar masih tinggi; (2) Strategi untuk
meningkatkan pemasaran produk susu kedelai
saat ini adalah dengan melakukan strategipenetrasi pasar. Strategi tersebut dilakukan
yaitu dengan cara mempertahankan dan
meningkatkan kualitas produk dan tingkatharga yang bersaing agar konsumen dapat
tatap loyal pada produk susu kedelai tersebut;
(3) Strategi-strategi yang ditempuh pada usahasusu kedelai adalah sangat baik dalam duniausaha sehingga kendala dan masalah yang
ISSN 2338-9397 ©Jurnal Serambi Edukasi, Vol.1 Edisi Khusus Tahun 2013
Pendidikan Berbasis Kompetensi pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) 33
dihadapi sangat sedikit masih tetap
menjanjikan untuk dilakukan selanjutnya
dengan pertimbangan bagaimanamempertahankan pasar dan memperluas pasardi waktu yang akan datang; dan (4) Dari hasil
analisis internal dan eksternal perusahaan,
posisi titik koordinat Kuadran SWOT terletakpada (1.23;1.32) atau di kuadran I posisi
pertumbuhan yang berarti bahwasanya faktorkekuatan lebih besar dari faktor kelemahan danberarti pengaruh dari faktor peluang lebih
besar dari ancaman, dimana hal ini
menunjukkan kondisi internal usaha susu
kedelai tersebut kuat dengan lingkungan yangmendukung.
REFERENSI
Basu Swastha dan T. Hani Hondoko,1987.
Manajemen Pemasaran, Edisi ketiga.Jakarta: Penerbit Erlangga.
Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan
Usaha Kecil Menengah Aceh, 2011.
Data Potensi Industri KecilMenengah (IKM) Tahun 2011 diKota Banda Aceh
David, F. R. 2006. Manajemen Strategis.
Konsep Edisi Sepuluh. Terjemahan.
Jakarta: Salemba.
Kotler, Philip. 1997. Marketing Management
“Analysis, Planning, implementation
and Control” (9th ed.). New Jersey:Prentice Hall International, Inc.
Pearce, J. dan Robinson, R. 1997. “ManajemenStratejik Jilid I”. Jakarta: Binarupa
Aksara.
Rangkuti, Freddy. 2005. Analisis SWOTTeknik Membedah Kasus Bisnis.
Jakarta: PT Gramedia PustakaUtama.
Rangkuti, Fredy. 2004. Analisis SWOT Teknik
Membedah Kasus Bisnis. Jakarta:PT. Gramedia Pustaka Utama.
Sofyan Assauri, 2004. Manajemen Pemasaran :
Dasar, Konsep dan Strategi. Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada.
Swasta, Basu (1998). Manajemen PemasaranModern, Cetakan Keenam.Yogyakarta: Liberty.
Jurnal Serambi Edukasi│Vol. 1 Edisi Khusus (2013): 34 – 40 ISSN 2338-9397
34
PENGUKURAN KINERJA PERGURUAN TINGGI SWASTA (PTS) Y
DENGAN PENDEKATAN HUMAN RESOURCE SCORECARD
(Studi Kasus Terhadap Pegawai pada PTS Y di Banda Aceh)
Badaruddin
Fakultas Ekonomi Universitas Serambi Mekkah
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kontribusi bagian sumber daya manusia padaPerguruan Tinggi (PTS) Y yang berada di Kota Banda Aceh. Metode yang digunakan
untuk pengumpulan data pada penelitian ini adalah melalui wawancara dan melalui
kuesioner yang diberikan kepada karyawan kantor pusat yayasan, yang dimaksudkanuntuk dapat mengetahui komitmen dan kepuasaan karyawan di PTS Y tersebut. Metode
analisa yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan menggunakan Metode HumanResource (HR) Scorecard. HR Scorecard kemudian menterjemahkan tujuan strategis
organisasi melalui visi dan misi organisasi ke dalam empat perspektif HR Scorecard yaitukeuangan, pelanggan, proses bisnis internal dan perspektif pembelajaran dan
pertumbuhan dimana bertujuan untuk mengetahui kontribusi apa saja yang telah
diberikan oleh bagian sumber daya manusia pada PTS Y, dan sebaliknya juga berupayauntuk memberikan inisiatif-inisitif yang potensial kepada PTS Y dari berbagai perspektif.Hasil akhir yang diperoleh adalah Bagian sumber daya manusia PTS Y memberikan
kontribusi yang signifikan kepada organisasi yaitu ditinjau dari keempat perspektiftersebut. Dari pengukuran tersebut juga, terdapat beberapa indikator pengukuran yang
harus ditingkatkan, diperbaiki dan dipertahankan pada masa yang akan datang.
Kata Kunci: Perspektif keuangan, pelanggan, bisnis internal, perspektif pembelajaran,HR Scorecard.
PENDAHULUAN
Dunia pendidikan pada saat ini dituntut untuk
dapat lebih profesional dan memberikan
pelayanan yang optimal khususnya dalam hal
peningkatan kinerja pendidikan di dalaminstitusi. Dengan demikian maka, suatu
organisasi/institusi diharapkan dapatmenciptakan kinerja karyawan yang tinggiuntuk pengembangan institusi tersebut. Suatu
organisasi harus mampu membangun dan
meningkatkan kinerja di dalam lingkungannya.
Keberhasilan organisasi tersebut dipengaruhi
oleh beberapa faktor, diantaranya adalah yangmerupakan faktor penting adalah sumber dayamanusia, karena sumber daya manusia
merupakan pelaku dari keseluruhan tingkat
perencanaan sampai dengan evaluasi yangmampu memanfaatkan sumber daya lainnya
yang dimiliki oleh organisasi atau institusi didalam perguruan tinggi. Keberadaan sumber
daya manusia di dalam suatu organisasi
memegang peranan sangat penting. Tenaga
kerja memiliki potensi yang besar untukmenjalankan aktivitas organisasi.
Sumber daya manusia memainkan peranan
yang penting terhadap langkah maju ataumundurnya kinerja dalam suatu organisasi atau
institusi. Sumber daya manusia juga sangatmempengaruhi keberhasilan suatu organisasiuntuk melangkah maju dan bersaing di jaman
globalisasi seperti saat ini. Oleh karena itu,
potensi setiap sumber daya manusia yang ada
di dalam suatu organisasi harus dapatdioptimalkan atau dapat dimanfaatkan dengan
sebaik-baiknya sehingga mampu untukmemberikan suatu output yang optimal bagiorganisasi tersebut. Dengan demikian maka,
tercapai atau tidaknya tujuan organisasi tidak
hanya tergantung pada modernisasi suatuperalatan, sarana dan prasarana yang lengkap,
tetapi justru lebih tergantung pada manusiayang melaksanakan pekerjaan tersebut.
Keberhasilan suatu organisasi juga sangat
ISSN 2338-9397 ©Jurnal Serambi Edukasi, Vol.1 Edisi Khusus Tahun 2013
Pengukuran Kinerja Perguruan Tinggi Swasta (PTS) Y dengan Pendekatan Human Resource Scorecard 35
dipengaruhi oleh kinerja individu
karyawannya.
Widarsono (2009) dalam penelitiannya,menyimpulkan bahwa Sumber Daya Manusia
(SDM) mempunyai peran penting yang sangat
besar yang mempengaruhi keberhasilanperusahaan dalam menghadapi pasar global
dan kompetisi. SDM merupakan kuncikeberhasilan perusahaan di dalam organisasiperusahaan, karena pada dasarnya SDM yang
merancang, memasang, mengoperasikan dan
memelihara sistem integral dari perusahaan
(Nasution, 2008). Disamping itu, menurutDharma (2001), dalam perkembanganorganisasi dan ekonomi baru, penciptaan nilai
suatu organiasi didominasi oleh SDM danintangible assets lainnya, oleh sebab itu
diperlukan pengukuran terhadap strategi SDM.
Menurut Becker, Huselid dan Ulrich (2009),SDM merupakan aset strategi karena
merukapan sumber daya dengan kapabilitas
yang sulit untuk ditiru, langka, tepat, danistimewa yang memberikan keunggulan
kompetitif pada perusahaan. Secara sederhana
aset strategi menjaga perusahaan untuk tetapkompetitif dalam jangka waktu lama, namun
sukar untuk ditiru.
Penilaian kinerja dalam suatu institusi baikdalam pemerintah maupun swasta sudah
banyak dibahas dan diterapkan pada kegiatanadministrasi perkantoran saat ini. Seberapabaik pengukuran kinerja yang diterapkan pada
suatu institusi adalah sangat ditentukan juga
metoda, oleh siapa dan bagaimana institusidalam melakukan penilaian kinerja di institusi
tersebut.
Dharma (2003: 355) menyampaikan bahwa,“Hampir semua cara pengukuran kinerja
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut”:
Kuantitas, yaitu jumlah yang harusdiselesaikan atau dicapai. Pengukuran
kuantitatif melibatkan perhitungan keluarandari proses atau pelaksanaan kegiatan.Kualitas, yaitu mutu yang harus dihasilkan
(baik tidaknya). Pengukuran kualitatif keluaran
mencerminkan pengukuran ”tingkat kepu-
asan”, yaitu seberapa baik penyelesaiannya.Ketepatan waktu, yaitu sesuai tidaknya denganwaktu yang direncanakan.
Berdasarkan pandangan di atas, pengukuran
kualitatif yang mencerminkan bagaimana
penyelesaian akhir kerja oleh si pegawai yang
akan dinilai adalah mencerminkan kepada
tingkat hasil kerja terhadap pegawai yangsedang dinilai atau di evaluasi kinerjana.Bagaimana melakukan secara detail, oleh siapa
dan kapan saatnya, hal tersebut memegang
peranan penting dalam suatu periode evaluasipenilai kinerja terhadap pegawai dalam suatu
institusi. Selanjutnya Mangkunegara (2006),menyam-paikan bahwa kinerja SDM adalahmerupakan prestasi kerja atau prestasi
sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang.
Mangkunegara juga menambahkan pendapat
Kusriyanto yang menyatakan bahwa kinerjaadalah perban-dingan hasil yang dicapaidengan peran serta tenaga kerja perusahaan per
satuan waktu.
Kinerja berasal dari kata performance.
Sementara performance itu sendiri diartikansebagai hasil kerja atau prestasi kerja. Kinerjamerupakan implementasi dari perancanaan
yang telah disusun tersebut. Implementasi
kinerja dilakukan oleh sumber daya manusiayang memiliki kemampuan, kompetensi,
motivasi dan kepentingan” (Wibowo, 2007: 4).
Penilaian kinerja menurut Mondy dan Noe
(1993:394) merupakan suatu sistem formal
yang secara berkala digunakan untuk
mengevaluasi kinerja individu dalammenjalankan tugas-tugasnya. Sedangkan
menurut Mejia, et al. (2004:222-223)menyampaikan bahwa penilaian kinerjamerupakan suatu proses yang terdiri dari: (1)
Identifikasi, yaitu menentukan faktor-faktor
kinerja yang berpengaruh terhadap kesuksesansuatu organisasi. Hal ini dapat dilakukan
dengan mengacu pada hasil analisa jabatan; (2)
Pengukuran, merupakan inti dari proses sistempenilaian kinerja. Pada proses ini, pihakmanajemen menentukan kinerja pegawai yang
bagaimana yang termasuk baik dan buruk.
Manajemen dalam suatu organisasi harusmelakukan perbandingan dengan nilai-nilai
standar atau memperbandingkan kinerja antarpegawai yang memiliki kesamaan tugas; dan(3) Manajemen, proses ini merupakan tindak
lanjut dari hasil penilaian kinerja. Pihak
manajemen harus berorientasi ke masa depan
untuk meningkatkan potensi pegawai diorganisasi yang bersangkutan. Hal ini dapatdilakukan dengan pemberian umpan balik dan
pembinaan untuk meningkatkan kinerjapegawainya.
ISSN 2338-9397 ©Jurnal Serambi Edukasi, Vol.1 Edisi Khusus Tahun 2013
36 Badaruddin
Penilaian kinerja menurut Werther dan Davis
(1996:342) mempunyai beberapa tujuan dan
manfaat bagi organisasi dan pegawai yangdinilai, yaitu: (1) Performance Improvement.Yaitu memungkinkan pegawai dan manajer
untuk mengambil tindakan yang berhubungan
dengan peningkatan kinerja; (2) Compensationadjustment. Membantu para pengambil
keputusan untuk menentukan siapa saja yangberhak menerima kenaikan gaji atausebaliknya; (3) Placement decision.
Menentukan promosi, transfer, dan demotion;
(4) Training and development needs
mengevaluasi kebutuhan pelatihan danpengembangan bagi pegawai agar kinerjamereka lebih optimal; (5) Carrer planning and
development. Memandu untuk menentukanjenis karir dan potensi karir yang dapat
dicapai; (6) Staffing process deficiencies.
Mempengaruhi prosedur perekrutan pegawai;(7) Informational inaccuracies and job-designerrors. Membantu menjelaskan apa saja
kesalahan yang telah terjadi dalam manajemen
sumber daya manusia terutama di bidanginformasi job-analysis, job-design, dan sistem
informasi manajemen sumber daya manusia;
(8) Equal employment opportunity.Menunjukkan bahwa placement decision tidak
diskriminatif; (9) External challenges.
Kadang-kadang kinerja pegawai dipengaruhi
oleh faktor eksternal seperti keluarga,keuangan pribadi, kesehatan, dan lain-lainnya.
Biasanya faktor ini tidak terlalu kelihatan,namun dengan melakukan penilaian kinerja,faktor faktor eksternal ini akan kelihatan
sehingga membantu departemen sumber daya
manusia untuk memberikan bantuan bagipeningkatan kinerja pegawai; dan (10)
Feedback. Memberikan umpan balik bagi
urusan kepegawaian maupun bagi pegawai itusendiri.
Berdasarkan beberapa pendapat ahli yang telah
diuraikan di atas terhadap pengertian penilaiankinerja, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa
penilaian kinerja merupakan suatu sistempenilaian secara berkala dalam periode tertentuterhadap kinerja pegawai yang mendukung
kesuksesan suatu organisasi atau yang terkait
dengan pelaksanaan tugasnya. Proses penilaian
dilakukan dengan membandingkan capaiankinerja pegawai terhadap standar yang telahditetapkan atau memperbandingkan kinerja
antar pegawai yang memiliki kesamaan tugas.
Banyak metode dalam penilaian kinerja yang
bisa dipergunakan, namun secara garis besar
dibagi menjadi dua jenis, yaitu past orientedappraisal methods (penilaian kinerja yangberorientasi pada masa lalu) dan future
oriented appraisal methods (penilaian kinerja
yang berorientasi ke masa depan), (Wertherdan Davis, 1996:350).
Past based methods adalah penilaian kinerjaatas kinerja seseorang dari pekerjaan yang
telah dilakukannya. Kelebihannya adalah jelas
dan mudah diukur, terutama secara kuantitatif.
Kekurangannya adalah kinerja yang diukurtidak dapat diubah sehingga kadang-kadangjustru salah menunjukkan seberapa besar
potensi yang dimiliki oleh seseorang. Selainitu, metode ini kadang-kadang sangat subyektif
dan banyak biasnya. Future based methods
adalah penilaian kinerja dengan menilaiseberapa besar potensi pegawai dan mampuuntuk menetapkan kinerja yang diharapkan
pada masa datang. Metode ini juga kadang-
kadang masih menggunakan past method.Catatan kinerja juga masih digunakan sebagai
acuan untuk menetapkan kinerja yang
diharapkan. Kekurangan dari metode iniadalah keakuratannya, karena tidak ada yang
bisa memastikan 100% bagaimana kinerja
seseorang pada masa datang.
Pengklasifikasian pendekatan penilaian kinerja
oleh Wherther di atas berbeda denganklasifikasi yang dilakukan oleh Kreitner danKinicki (2000). Berdasarkan aspek yang
diukur, Kreitner dan Kinicki
mengklasifikasikan penilaian kinerja menjaditiga, yaitu: pendekatan trait, pendekatan
perilaku dan pendekatan hasil. Pendekatan
trait adalah pendekatan penilaian kinerja yanglebih fokus pada orang. Pendekatan inimelakukan perankingan terhadap trait atau
karakteristik individu seperti inisiatif, loyalitas
dan kemampuan pengambilan keputusan.Pendekatan trait memiliki kelemahan karena
ketidakjelasan kinerja secara nyata.Pendekatan perilaku, pendekatan ini lebihfokus pada proses dengan melakukan penilaian
kinerja berdasarkan perilaku yang tampak dan
mendukung kinerja seseorang. Sedangkan
pendekatan hasil adalah pendekatan yang lebihfokus pada capaian atau produk. Metodepenilaian kinerja yang menggunakan
pendekatan hasil seperti metode managementby objective (MBO), (Kreitner dan Kinicki,
2000:303-304).
ISSN 2338-9397 ©Jurnal Serambi Edukasi, Vol.1 Edisi Khusus Tahun 2013
Pengukuran Kinerja Perguruan Tinggi Swasta (PTS) Y dengan Pendekatan Human Resource Scorecard 37
Menurut Brian E. Becker, Mark A Huselid &
Dave Ulrich (2009, pxii) human resource
scorecard adalah kapasitas untuk merancangdan menerapkan sistem pengukuran SDMyangstrategis dengan merepresentasikan “alat
pengungkit yang penting” yang digunakan
perusahaan untuk merancang danmengerahkan strategi SDM yang lebih efektif
secara cermat.
Hasil penelitian Puspita (2008), ”Human
Resource Scorecard dalam Pendidikan
Nonformal dan Informal” menyatakan bahwa
perlu dilakukan pengukuran terhadap kinerjaSDM, yang salah satunya menggunakanpendekatan HR Scoredcard. Dengan
menggunakan pendekatan ini, organisasipendidikan nonformal dan informal dapat
merancang strategi untuk kinerja yang unggul
yang umumnya menuntut investasi yangsignifikan pada orang, sistem dan proses yangmampu membangun kemampuan organisasi
untuk terus bertumbuh dan berkembang.
Berdasarkan penelitian Gabcanova Iveta
(2012) yang berjudul ”Human Resources Key
Performance Indicators” Key performanceindicators (KPI) mencerminkan kinerja
organisasi. Peta strategi yang mana merupakan
bagian penting dalam HR Scorecard dan
menjadi dasar dalam menspesifikasikan KPI.
Tujuan utama organisasi harus memiliki HR
Scorecard yang manageable dan berkelanjutandengan KPI yang nyata dan dapat diukur.
Dari kedua penelitian sebelumnnya diatas, jika
dibandingkan dengan penelitian sekarangmempunyai nilai lebih, yaitu dilakukannya
penerapan perancangan HR Scorecard atasteori-teori yang diambil dari penelitiansebelumnya, yang mana belum diterapkan
pada penelitian tersebut.
Menurut Masruroh (2008), denganmenggunakan HR Scorecard terdapat empatperspektif yang dapat kita lihat: (1) Perspektif
Keuangan. Tolok ukur keuangan untukmemberi ringkasan dari konsekuensi ekonomis
dari kebijakankebijakan yang telah diambil; (2)
Perspektif Pelanggan. Tolok ukur karyawansebagai aset, sebagai pengguna dariimplementasi strategi sumber daya manusia;
(3) Perspektif Proses Bisnis Internal. Fokus
pada proses internal yang memberikan dampakkepuasan pelanggan dan mencapai tujuan
finansial perusahaan; dan (4) Perspektif
Pembelajaran dan Pertumbuhan fokus padasistem dan strategi untuk pengembangan
sumber daya manusia.
Tabel 1. Perspektif HR Scorecard
Perspektif
Pembelajaran dan
Pertumbuhan
Perspektif Proses
Bisnis Internal
Perspektif
Pelanggan
Perspektif
Keuangan
- Kemampuan
Karyawan
- Kemampuan SistemInformasi
- Motivasi
- Pemberdayaan- Kesesuaian dengan
standar kinerja
- Inovasi
- Proses
- Pelayanan(Masruroh, 2008)
- Market Share
- Customer
Acquisition- Customer Retention
- Customer
Satisfaction- Customer
Profitability
- Cost Effectiveness
Sumber: Puspita, 2008
Berdasarkan pada paparan di atas, penelitianterhadap penilaian kinerja pada perguruan
tinggi swasta (PTS Y) dengan pendekatan
penilaian kinerja atau capaian kinerja pegawaidengan pendekatan human resources
scorescard adalah menarik untuk ditelaah.
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui
kontribusi bagian Sumber Daya Manusia pada
PTS Y yang diukur dengan menggunakan
Metode Human Resource Scorecard; dan
untuk mengetahui apa yang harus dilakukanbagian Sumber Daya Manusia untuk
mempertahankan atau meningkatkan
kontribusinya.
METODE PENELITIAN
Model OptimasiTujuan organisasi akan tercapai bila kinerja
karyawan di bagian sumber daya manusianya
berjalan dengan baik. Di dalam kinerja bagian
ISSN 2338-9397 ©Jurnal Serambi Edukasi, Vol.1 Edisi Khusus Tahun 2013
38 Badaruddin
sumber daya manusia terdapat empat
perspektif yang diukur yaitu perspektif
keuangan, perspektif pelanggan, perspektifproses bisnis internal dan perspektifpembelajaran dan pertumbuhan. Key
Performance Indicators terdapat di dalam
empat perspektif tersebut. Bila, hasil Key
Performance Indicators mencapai target,
tentunya akan mempengaruhi kinerja sumberdaya manusia berjalan dengan baik dan akantercapainya tujuan organisasi.
Tabel 2. Perspektif, Penetapan Kriteria Optimasi dan Pengembangan Alternatif Solusi
Perspektif Penetapan Kriteria OptimasiPengembanganAlternatif Solusi
Keuangan - Turnover rates
- Absence rate
- Workers’s comp payroll rate
- Lost work day rate
- ROI
- diminimalkan
- diminimalkan
- diminimalkan
- diminimalkan
- dimaksimalkan
Pelanggan - Completed Actions - ditingkatkan
Proses Bisnis
Internal
- Staff opinion survey results
- Turnover rates
- Time to fill a job vacancy
- Completed action
- Key position turnover
- Time to fill key positions
- ROI
- Keluhan karyawan
- Workers’s comp cost
- Employee’s claims
- Customer satisfaction survey
- Customer satisfaction survey scores
- ditingkatkan
- diminimalkan
- dipersingkat
- ditingkatkan
- diminimalkan
- dipersingkat
- dimaksimalkan
- diminimalkan
- diminimalkan
- diminimalkan
- diminimalkan
- diminimalkan
Pertumbuhan dan
Pembelajaran
- HR skills learning plans completed
- Courses delivered
- Staff opinion survey results
- Staff opinion survey scores
- Turnover
- ditingkatkan
- ditingkatkan
- ditingkatkan
- ditingkatkan
- diminimalkan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil analisis berdasarkan perspektif dan kriteria optimasi dapat diamati pada Tabel 2 di bawah ini.
Tabel 3. Perspektif, Penetapan Kriteria Optimasi dan Analisis
Perspektif Penetapan Kriteria Optimasi Analisis
Keuangan - Turnover rates
- Absence rate
- Workers’s comp payroll rate
- Lost work day rate
- Turnover telah berhasil di bawah target dikarenakan 36
dari 41 karyawan (87,8% dari total jumlah karyawan)
merasa puas bekerja di PTS. Y.
- Sebagian bersar Absence rate yang menjadi masalah di
dalam PTS, dikarenakan izin sakit, karyawan yang
mengambil cuti dan kelalaian dalam hal absensi yang
tidak teratur.
- Bagian sumber daya manusia telah memberikan
kontribusi dengan meminimalisir biaya-biaya yang
tidak perlu yang berhubungan dengan HR..
- Bagian SDM telah memberikan insentif kepada
karyawan yang bekerja lembur dan selalu
mengevaluasi capaian sasaran masing-masing seksi
sehingga pekerjaan bisa terselesaikan dengan efektif
dan efisien.
ISSN 2338-9397 ©Jurnal Serambi Edukasi, Vol.1 Edisi Khusus Tahun 2013
Pengukuran Kinerja Perguruan Tinggi Swasta (PTS) Y dengan Pendekatan Human Resource Scorecard 39
- ROI - Beberapa kegiatan yang dapat menambah pendapatan
organisasi seperti pelatihan, seminar, dan lainnya
sesuai dengan core kegiatan pendidikan PTS di
optimalkan disamping menarik minat calon mahasiswa
baru, sehingga menambah peningkatan pendapatan
PTS, berarti organisasi telah berhasil meningkatkan
labanya sehingga tujuan strategis PTS telah tercapai.
Pelanggan - Completed Actions - Rencana kerja tahunan bagian sumber daya manusia
sudah terselesaikan maka akan meningkatkan
kemampuan karyawan bagi PTS ke arah yang lebih
profesional.
- Melakukan kegiatan yang berkaitan dengan promosi
universitas untuk menarik calon mahasiswa baru yangberkuliah di PTS. Y.
- Bertambahnya jumlah mahasiswa yang mendaftar
setiap tahunnya dalam 5 tahun terakhir yaitu melebihi
10%.
Proses Bisnis
Internal
- Staff opinion survey results
- Time to fill a job vacancy
- Key position turnover
- Time to fill key positions
- Keluhan karyawan
- Workers’s comp cost
- Employee’s claims
- Customer satisfaction survey
- Hasil staff opinion survey menunjukkan angka 3.74
yang sudah mendekati target organisasi sebesar 4. Ini
berarti bahwa Bagian Sumber Daya Manusia telah
berhasil meningkatkan kepuasan karyawannya.
- Time to fill a job vacancy yang tidak melebihi target
organisasi yakni 3 hari karena PTS lebih
memprioritaskan pada internal recruitment.
- Key postion turnover yang rendah yakni tidak adakaryawan diposisi kunci yang meninggalkan
perusahaan dalam hampir 5 tahun terakhir.
- Time to fill key position menjadi 0 hari di karenakan
tidak ada posisi yang meninggalkan perusahaan.
- Tidak ada keluhan karyawan secara signifikan,
organisasi juga bersikap adil karena PTS tidak
membedakan karyawan berdasarkan ras, gender, dan
dengan tidak terdapat keluhan dari karyawan.
- Bagian sumber daya manusia telah memberikan
kontribusi yang baik pada worker’s comp cost.
- Tidak ada klain dari karyawan, PTS memberikan
ruang yang sebesar-besarnya agar karyawan terlibataktif dalam penyelesaian pekerjaan yang menyangkut
civitas akademik.
- Customer saticfaction survey (jumlah Keluhan
eksternal termasuk mahasiswa) relatif tidak ada,
karena hanya sedikit keluhan dalam periode waktu
berjalan yang di dapat oleh PTS.
Pertumbuhan
dan
Pembelajaran
- HR skills learning plans
completed
- Courses delivered
- Bagian sumber daya manusia telah berhasil
menerapkan HR Skill learning plans complete untuk
peningkatan kinerja karyawan secara
berkesinambungan.
- Courses delivered yang terlaksana oleh perusahaan
mencapai 40,5% (1 latihan) di tahun 2011, 70% (3latihan) di tahun 2012, dan 100% (5 latihan) di tahun
2013.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan di atasdapat disimpulkan sebagai berikut: (1)
Perspektif Keuangan. Kontribusi bagian
sumber daya manusia dalam mengurangi biayayang tidak perlu yang berhubungan dengan HRdan dalam meningkatkan nilai dan ROI HR
adalah cukup baik yang terus meningkat daritahun ke tahun berikutnya. Hal ini dapat dilihat
dari hasil semua pengukuran yang dilakukan,hanya terdapat satu pengukuran yang belum
mencapai target perusahaan yakni absence
rate. Bagian Sumber Daya Manusiamemberikan kontribusi cukup baik dalammencapai tujuan strategis PTS yakni
ISSN 2338-9397 ©Jurnal Serambi Edukasi, Vol.1 Edisi Khusus Tahun 2013
40 Badaruddin
mendorong untuk peningkatan kinerja
organisasi dan sekaligus peningkatan
pendapatan yang signifikan; (2) PerspektifPelanggan. Kontribusi Bagian Sumber DayaManusia dalam meningkatkan kepuasan pihak
eksternal dan pelanggan dalam hal ini
termasuk mahasiswa yang ditandai denganbertambahnya jumlah mahasiswa dari tahun ke
tahun, hal ini dapat dilihat dari completedaction yang sudah terselesaikan di 5 tahunterakhir sampai tahun 2013, seperti
peningkatan jumlah mahasiswa yang
mendaftar ke PTS dalam kurun waktu 5 tahun
terakhir melebihi dari 10%. DepartemenSumber Daya Manusia dalam mencapai tujuanstrategis organisasi yaitu tingkat kepuasan
eksternal dan termasuk mahasiswa yang tinggidan mendapatkan kepercayaan yang tinggi
harus ditingkatkan. (3) Perspektif Proses
Bisnis Internal. Kontribusi Bagian SumberDaya Manusia telah memberikan kontribusiyang baik. Hal ini dapat dilihat dari
pengukuran yang mencapai dan mendekati
target organisasi yang bertujuan strategisorganisasi yakni memberikan pelayanan yang
berkualitas dan meningkatkan kualitas jasa
yang dikelola; dan (4) Perspektif Pembelajarandan Pertumbuhan. Kontribusi bagian sumber
daya manusia dalam meningkatkan
pengetahuan dan skill karyawan,
meningkatkan komitmen staff HR danmembuat model manajemen kinerja dan
komunikasi di dalam HR cukup baik. Hal inidapat dilihat dari hasil pengukuran yangmendekati target PTS. Dan tujuan strategis
organisasi yakni meningkatkan kualitas
sumber daya manusia.
REFERENSI
Becker, Brian E., Huselid, Mark A., & Ulrich,
Dave (2009). The HR Scorecard:
Mengaitkan Manusia, Strategi, danKinerja. Jakarta: Erlangga.
Becker, Huselid dan Ulrich (2009). The HRScorecard: Mengaitkan Manusia,Strategi dan Kinerja. Terjemahan:
Rahadyato Basuki. Jakarta: Erlangga.
Dharma, Surya dan Yuanita sunatrio (2001).Human Resource SCORECARD:
Suatu Model Pengukuran Kinerja
SDM. USAHAWAN NO. 11 THXXX November 2001
Dharma, Agus (2003). Manajemen supervisi.
Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Iveta, Gabcanova (2012). Human Resources
Key Performance Indicators. Journal
of Competitiveness, 3(1):117-128
Kreitner, Robert dan Kinicki, Angelo (2003).Perilaku Organisasi, Edisi Pertama,
Alih Bahasa Erly Suandy. Jakarta:
Salemba Empat.
Mangkunegara, Anwar Prabu (2006). EvaluasiKinerja SDM. Bandung: Refika
Aditama.
Mondy, R.W. & Noe, R.M (1993). Human
Resources Management. 5th edition.Massachuset: Simon and Schuster
Nasution, Harmein (2008). ProsesPengelolaan Sumber Daya Manusia.
Medan: USU Press.
Nasution, Harmein (2012). Penilaian Aspek
Perilaku dan Hasil Kerja MelaluiMotivasi Kerja Dosen. Jurnal Ilmiah
Psikologi, Vol. 5, No. 2 Juni 2012.
Nisa, Masruroh (2008). Pengukuran Kinerja
Menggunakan Human Resources
Scorecard dalam rangkaMeningkatkan Kinerja di PT.
Rajawali Tanjungsari. Tekmapro:Journal of Industrial Engineeringand Management, Vol.3, No.1. pp.
93-105.
Puspita, Widya Ayu. Human ResourceScorecard dalam Pendidikan
Nonformal dan Informal. JurnalIlmiah VISI PTKF-PNF, Vol 3, No.
2- 2008
Weather, William B. Dan Davis, Keith, 1996.
Human Resource and PersonnelManagement, 5th ed. New York:
McGrawhill.
Wibowo, 2007. Manajemen Kinerja. Jakarta:Rajawali Press.
Widarsono, Agus. 2009. Human Resources
Scorecard: Linking People, StrategyAnd Performance (Suatu ModelPengukuran Kinerja SDM). Fakultas
Pendidikan Ekonomi & BisnisUniversitas Pendidikan Indonesia:
Bandung.