waham rere citra jurita okeee
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.LATAR BELAKANG
Masalah gangguan kejiwaan kini tidak biasa dipandang sebelah mata lagi. Kemiskinan
dan impitan ekonomi yang melanda Indonesia belakangan ini menimbulkan banyak penderita
gangguan jiwa ringan hingga berat. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 menyebutkan
14,1% penduduk Indonesia mengalami gangguan jiwa dari yang ringan hingga berat. Kondisi ini
semakin diperkuat melalui aneka bencana alam yang terjadi di hampir seluruh wilayah
Indonesia. (Aimanullah, 2008). Guna mengatasi masalah gangguan jiwa, bukan hanya dengan
penyembuhan secara fisik ketika penderita itu dirawat di Rumah Sakit, melainkan juga butuh
penanganan secara preventif, primotif, terapi, terianostik, serta rehabilitasi. Yang terjadi
selama ini, penanganan hanya secara medis, yakni perawatan terhadap penderita yang sudah
mengalami gangguan jiwa berat di Rumah Sakit Jiwa. Sedangkan gangguan ringan bisa diatasi
lewat konseling rutin ke dokter umum yang ada dipuskesmas atau spesialis jiwa. Ciri- ciri
gangguan kesehatan jiwa ringan yang bisa dideteksi sejak dini, misalnya seperti seseorang yang
tiba- tiba bertingkah diluar kebiasaan seperti kerap bengong, suka marah berlebihan, malas
beraktifitas, atau menyendiri dikamar (Gracia Liana, 2009).
Menurut studi pendahuluan selama 3 bulan terakhir diruang graha citro anggodo
Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Amini Gondo Hutomo didapatkan data dad 90 pasien. Dengan
presentase 53,3% pasien dengan resiko perilaku kekerasan, 18,8% pasien dengan halusinasi,
10% pasien dengan menarik diri, 6,7% pasien dengan harga diri rendah, 10% pasien dengan
waham dan 1,2% pasien dengan logore (banyak ngomong) dengan lama perawatan rata- rata 3
minggu sampai 4 minggu.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan diatas terdapat 10% kasus waham diruang graha
citro anggodo Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Amini Gondo Hutomo. Sebenarnya tidak hanya di
klinis saja kita dapat menemukan kasus waham, namun pada kehidupan sehari-hari kini
banyak orang yang menunjukkan tingkah laku layaknya klien penderita waham. Tidak jarang
dari mereka adalah orang-orang yang memiliki kedudukan tinggi seperti pejabat bahkan
politisi.
David A Tomb (2004) beranggapan bahwa waham adalah suatu keyakinan kokoh yang
salah yang tidak sesuai dengan fakta dan keyakinan tersebut, mungkin aneh dan tetap
dipertahankan meskipun telah diberikan bukti-bukti yang jelas untuk mengoreksinya. Waham
1
sering ditemukan dalam gangguan jiwa berat dan beberapa bentuk waham yang spesifik sering
ditemukan pada skizofrenia.
Skizofrenia dapat dinilai dari beberapa tanda dan gejala yang muncul pada klien,
diantaranya adalah gangguan proses pikir, gangguan emosi, dan gangguan kemauan (pada
gejala-gejala primer). Sedangkan pada gejala-gejala sekunder menunjukkan adanya halusinasi,
gangguan psikomotor, dan waham. Dari beberapa gejala tersebut sangat sering dijumpai klien
skizofrenia dengan gejala waham. Oleh karena itu guna mengetahui dan memahami mengenai
kejadian waham maka kami selaku penulis akan membahas lebih dalam mengenai konsep
dasar, diagnose keperawatan, dan asuhan keperawatan pada klien waham.
1.2.RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah :
1. Apakah yang dimaksud dengan waham?
2. Apa sajakah jenis-jenis waham ?
3. Apa saja fase-fase dalam waham?
4. Apa sajakah faktor predisposisi dan presipitasi waham?
5. Bagaimana patofisiologi terjadinya waham?
6. Bagaimana rentang respon neurobiologist pada klien waham?
7. Apa sajakah gejala-gejala dari waham?
8. Apa akibat yang ditimbulkan dari waham?
9. Bagaimana penatalaksanaan yang tepat pada klien waham?
10. Apa saja diagnose keperawatan yang pada kien waham?
11. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien waham?
1.3.TUJUAN
1.3.1. Tujuan Umum
1.3.2. Tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui konsep dasar
waham dan asuhan keperawatan pada klien waham.
1.3.3. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa dapat memahami tentang pengertian waham
2. Mahasiswa dapat memahami tentang jenis-jenis waham
3. Mahasiswa dapat memahami tentang fase-fase dalam waham
2
4. Mahasiswa dapat memahami tentang faktor predisposisi dan presipitasi waham
5. Mahasiswa dapat memahami tentang patofisiologi terjadinya waham
6. Mahasiswa dapat memahami tentang rentang respon neurobiologist pada klien
waham
7. Mahasiswa dapat memahami tentang gejala-gejala dari waham
8. Mahasiswa dapat memahami tentang akibat yang ditimbulkan dari waham
9. Mahasiswa dapat memahami tentang penatalaksanaan yang tepat pada klien
waham
10. Mahasiswa dapat membuat dan memahami diagnosa keperawatan yang pada klien
waham
11. Mahasiswa dapat membuat dan memahami asuhan keperawatan pada klien
waham
1.4.MANFAAT
Diharapkan makalah ini dapat memberikan wawasan sekaligus sebagai ilmu
pengetahuan bagi mahasiswa ilmu keperawatan yang dapat disosialisasikan di
kalangan institusi keperawatan dan dapat diaplikasikan di dunia klinis dan kehidupan
sehari-hari.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
KONSEP DASAR WAHAM
A. PENGERTIAN
Proses berfikir meliputi proses pertimbangan (judgement), pemahaman
(comprehension), ingatan serta penalaran (reasoning). Arus ide simbul atau asosiasi yang
terarah kepada tujuan dan yang di bangkitkan oleh suatu masalah atau tugas dan yang
menghantarkan kepada suatu penyelesaian yang terorientasi pada kenyataan merupakan
proses berfikir yang normal. Aspek proses berfikir dibedakan menjadi tiga bentuk yaitu bentuk
pikiran, arus pikiran dan isi pikir. Gangguan isi pikir dapat terjadi baik pada isi pikiran non
verbal maupun pada isi pikiran verbal diantaranya adalah waham (Marasmis, 2009).
Marasmis juga menekankan bahwa berbagai macam factor yang mempenngaruhi
proses pikir itu, umpamanya faktor somatic (gangguan otak, kelelahan). Faktor psikologi
(gangguan emosi, psiko, factor social, kegaduhan dan keadaan social yang lain) yang sangat
mempengaruhi ketahanan dan konsentrasi individu. Aspek proses pikir yaitu : bentuk pikir,
arus pikir dan isi pikir ditambah dengan pertimbangan.
Kaplan dan Sadock (1998) mengatakan bahwa waham adalah keyakinan yang salah
dan menetap dan tidak dapat dibuktikan dalam kenyataan. Waham sedikitnya harus ada
selama sebelum dan sistematik dan tidak bizar ( dalam bentuk fragmentasi, respon, emosi
pasien terhadap sistem waham biasanya kongruen dan sesuai dengan isi waham itu. Pasien
secara relative biasanya bebas dari psikopatologi diluar wawasan system wahamnya. Awal
mulanya sering terjadi pada umur dewasa , menengah dan lanjut.
David A Tomb (2004) beranggapan bahwa waham adalah suatu keyakinan kokoh yang
salah yang tidak sesuai dengan fakta dan keyakinan tersebut, mungkin aneh dan tetap
dipertahankan meskipun telah diberikan bukti-bukti yang jelas untuk mengoreksinya. Waham
sering ditemukan dalam gangguan jiwa berat dan beberapa bentuk waham yang spesifik sering
ditemukan pada skizoprenia. Semakin akut psikosis semakin sering di temui waham
disorganisasi dan waham tidak sistematis.
Waham adalah keyakinan tentang suatu isi pikir yang tidak sesuai dengan kenyataanya
atau tidak cocok dengan intelegensi dan latar belakang kebudayaan, biarpun dibuktikan
kemustahilan hal itu ( Marasmis 2009 hal 266).
4
Townsend 1998 mengatakan bahwa waham adalah istilah yang digunakan untuk
menunjukan ide-ide yang salah.
Dari pendapat para ahli tersebut dapat dikatakan bahwa waham adalah sebagai salah
satu perubahan proses khususnya isi pikir yang ditandai dengan keyakinan terhadap ide-ide,
pikiran yang tidak sesuai dengan kenyataan dan sulit diubah dengan logika atau bukti-bukti
yang ada.
B. Jenis-Jenis Waham
Mayer-Gross membagi waham dalam dua kelompok, yaitu :
1. Waham Primer
Waham primer adalah waham yang timbul secara tidak logis sama sekali, tanpa
penyebab apapun dari luar. Menurut Mayer-Gross hal ini hampir patognomonik
bagi skizofrenia.
Contoh Waham Primer :
- Mr. Anton waham bahwa istrinya sedang berbuat serong dengan pria lain
sebab ia melihat seekor cicak berjalan dan berhenti dua kali
- Mr.Thomas berkata “dunia akan kiamat” sebab ia melihat seekor anjing
sedang mengangkat kaki terhadap sebatang pohon untuk kencing.
Jadi dapat disimpulkan bahwa waham primer adalah waham yang timbul namun
terdengar secara tidak logis dan tidak dapat dibuktikan kebenarannya.
2. Waham Sekunder
Waham sekunder biasanya logis kedengarannya. Menanyakan hal-hal spesifik
tentang waham sekunder yang dialami klien namun tanpa membenarkan
merupakan cara bagi tenaga kesehatan untuk mengetahui jenis waham apa yang
terjadi pada klien. Pada proses pengkajian tersebut juga dapat didapatkan gejala-
gejala lain dari skizofrenia.
Adapun jenis-jenis waham sekunder menurut Marasmis (2009), stuart and
sundeen ( 1998) dan Keliat (1998) waham sekunder terbagi atas beberapa jenis,
yaitu:
a. Waham agama : keyakinan klien terhadap suatu agama secara berlebihan
diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
Contoh : “Kalau saya mau masuk surga saya harus menggunakan pakaian
putih setiap hari”. Atau orang yang kemana-mana selalu memakai baju
5
putih dan surban, serta membawa tasbih kemana pun pergi dan selalu
berdzikir karena ia yakin dengan hal begitu ia akan masuk surga.
b. Waham kebesaran : klien yakin secara berlebihan bahwa ia memiliki
kebesaran atau kekuatan khusus diucapkan berulang kali tetapi tidak
sesuai dengan kenyataan.
Contoh : “Saya ini presiden Indonesia yang ke 6, semua orang adalah
ajudan saya”. Orang tersebut menganggap dirinya adalah seorang
presiden, mengenakan jas dan dasi seperti presiden, namun terkadang
tidak ia imbangi dengan tingkah laku yang sesuai.
c. Waham somatic : klien meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya
teganggu dan terserang penyakit, diucapkan beulang kali tetapi tidak
sesuai dengan kenyataan.
Contoh : “Saya sakit kanker”. Namun setelah pemeriksaan laboratorium
tidak ditemukan tanda-tanda kanker namun pasien terus mengatakan
bahwa ia terserang kanker.
d. Waham curiga : kecurigaan yang berlebihan dan tidak rasional dimana
klien yakin bahwa ada seseorang atau kelompok orang yang berusaha
merugikan atau mencurigai dirinya, diucapkan berulang kali tetapi tidak
sesuai dengan kenyataan.
Contoh : “Saya tahu..seluruh saudara saya ingin menghancurkan hidup
saya karena mereka iri dengan kesuksesan saya”
e. Waham nihilistic : klien yakin bahwa dirinya sudah ridak ada di dunia atau
sudah meninggal, diucapkan beulang kali tetapi tidak sesuai dengan
kenyataan.
Contoh: “Ini kan alam kubur ya, semua yang ada disini adalah roh-roh.
Saya adalah roh dan kamu semua adalah roh. Kita sedang berada di alam
kubur.”
6
f. Waham bizar
1. Sisip pikir : klien yakin ada ide pikiran orang lain yang dsisipkan di
dalam pikiran yang disampaikan secara berulang dan tidak sesuai
dengan kenyataan
2. Siar pikir : klien yakin bahwa orang lain mengetahui apa yang dia
pikirkan walaupun dia tidak menyatakan kepada orang tersebut,
diucapkan beulang kali tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
3. Kontrol pikir : klien yakin pikirannya dikontrol oleh kekuatan dari luar.
C. Fase-Fase Waham
1. Lack of Selfesteen
Tidak ada pengakuan lingkungan dan meningkatnya kesenjangan antara kenyataan dan
harapan. Ex : Mr. Suroso yang mengaku dirinya seorang anggota DPR RI. Namun orang-
orang di sekelilingnya tidak mempercayai pengakuan tersebut. Sehingga orang tersebut
mulai kehilangan harapan.
2. Control Internal External
Mencoba berfikir rasional, menutupi kekurangan dan tidak sesuai dengan kenyataan.
Ex : Mr. Suroso yang mencoba menutupi kekurangannya dengan sering bicara politis
(internal) dan memakai jas serta dasi kemanapun ia pergi (external) untuk meyakinkan
orang lain bahwa dirinya seorang anggota DPR RI.
3. Environment support
Kerusakan control dan tidak berfungsi normal ditandai dengan tidak merasa bersalah
saat berbohong. Ex : Adanya beberapa orang yang mempercayai klien dalam lingkungan,
sehingga klien merasa didukung, klien menganggap hal yang dikatakan adalah sebagai
kebenaran, terjadi kerusakan kontrol diri dan tidak berfungsi normal (super ego).
4. Fisik Comforting
Klien merasa nyaman dengan kebohongannya
5. Fase Improving
Jika tidak ada konfrontasi dan korelasi maka keyakinan yang salah akan meningkat.
7
D. Rentang Respon Neurobiologist
Adapun rentang respon manusia terhadap stress yang menguraikan tentang respon
gangguan adaptif dan malladaptif dapat dijelaskan sebagai berikut (Stuart dan Sundeen,
1998) :
Dari rentang respon neurobiologis diatas dapat dijelaskan bila individu merespon
secara adaptif maka individu akan berfikir secara logis. Apabila individu berada pada keadaan
diantara adaptif dan maladaptif kadang-kadang pikiran menyimpang atau perubahan isi pikir
terganggu. Bila individu tidak mampu berfikir secara logis dan pikiran individu mulai
menyimpang maka ia makan berespon secara maladaptif dan ia akan mengalami gangguan isi
pikir : waham curiga.
Agar individu tidak berespon secara maladaptive maka setiap individu harus
mempunyai mekanisme pertahanan koping yang baik. Menurut seorang ahli medis dalam
penelitiannya memberikan definisi tentang mekanisme koping yaitu semua aktifitas kognitif
dan motorik yang dilakukan oleh seseorang yang sakit untuk mempertahankan intrgritas tubuh
dan psikisnya, memulihkan fungsi yang rusak dan membatasi adanya kerusakan yang tidak bisa
dipulihkan ( dipowski, 2009). Mekanisme koping dapat dibedakan menjadi dua yaitu :
1. Reaksi yang berorientasi pada tugas, yaitu upaya yang disadari dan berorientasi pada
tindakan untuk memenuhi secara reaksitik tuntunan situasi stress.
8
Rentang respon neurobiologis
Gangguan proses pikir/delusi/waham
Respon maladaptif maladaptif
Respon adaptif
Distorsi pikiranPikiran logis
Persepsi akurat
Emosi konsisten dengan pengalaman
Prilaku sesuai
Berhubungan social
Ilusi
Reaksi emosi berlebihan atau kurang
Prilaku aneh
Menarik diri
Halusinasi
Sulit brespon emosi
Prilaku disorganisasi
Isolasi sosial
a. Perilaku menyerang, digunakan untuk mengubah atau mengatasi hambatan
pemenuhan kebutuhan.
b. Perilaku menarik diri, digunakan baik secara fisik maupun psikologik untuk
memindahkan seseorang dari sumber stress.
c. Perilaku kompromi, digunakan untuk mengubah cara seseorang mengoprasikan,
menmgganti tujuan atau mengorbankan aspek kebutuhan personal seseorang.
2. Mekanisme pertahanan ego, merupakan mekanisme yang dapat membantu mengatasi
cemas ringan dan sedang, jika berlangsung pada tingkat sadar dan melibatkan
penipuan diri dan disorientasi realitas, maka mekanisme ini dapat merupakan respon
maladaptive terhadap stress.
E. PSIKOPATOLOGI WAHAM
Etiologi
Townsend (1998, hal 158) mengatakan bahwa ‘hal-hal yang menyebabkan gangguan isi
pikir : waham adalah ketidakmampuan untuk mempercayai orang lain, panic, menekan rasa
takut stress yang berat yang mengancam ego yang lemah., kemungkinan factor herediter”.
Secara khusus factor penyebab timbulnya waham dapat diuraikan dalam beberapa teori yaitu :
a. Faktor Predisposisi
Menurut Townsend (1998) factor predisposisi dari perubahan isi pikir : waham
kebesaran dapat dibagi menjadi dua teori yang diuraikan sebagai berikut :
1. Teori Biologis
a. Faktor-faktor genetic yang pasti mungkin terlibat dalam perkembangan
suatu kelainan ini adalah mereka yang memiliki anggota keluarga dengan
kelainan yang sama (orang tua, saudara kandung, sanak saudara lain).
b. Secara relative ada penelitian baru yang menyatakan bahwa kelainan
skizoprenia mungkin pada kenyataanya merupakan suaru kecacatan sejak
lahir terjadi pada bagian hipokampus otak. Pengamatan memperlihatkan
suatu kekacauan dari sel-sel pramidal di dalam otak dari orang-orang yang
menderita skizofrenia.
c. Teori biokimia menyatakan adanya peningkatan dopamin neorotransmiter
yang dipertukarkan dan menghasilkan gejala-gejala peningkatan aktifitas
yang berlebihan dari pemecahan asosiasi-asosiasi yang umumnya
diobservasi pada psikosis.
9
2. Teori Psikososial
a. Teori sistem keluarga Bawen dalam Townsend (1998) menggambarkan
perkembangan skizofrenia sebagai suatu perkembangan disfungsi
keluarga. Konflik diantara suami istri mempengaruhi anak. Penanaman hal
ini dalam anak akan menghasilkan keluarga yang selalu berfokus pada
ansietas dan suatu kondisi yang lebih stabil mengakibatkan timbulnya
suatu hubungan yang saling mempengaruhi yang berkembang antara
orang tua dan anak-anak. Anak harus meninggalkan ketergantungan diri
kepada orang tua dan masuk kepada masa dewasa, dimana di masa ini
anak tidak akan mampu memenuhi tugas perkembangan dewasanya.
b. Teori interpersonal menyatakan bahwa orang yang mengalami psikosis
akan menghasilkan hubungan orang tua anak yang penuh akan
kecemasan. Anak menerima pesan-pesan yang membingungkan dan
penuh konflik dan orang tua tidak mampu membentuk rasa percaya
tehadap orang lain.
c. Teori psikodinamik menegaskan bahwa psikosis adalah hasil dari suatu ego
yang lemah. Perkembangan yang dihambat dan suatu hubungan saling
mempengaruhi orang tua dan anak . karena ego menjadi lebih lemah
penggunaan mekanisme pertahanan itu pada waktu kecemasan yang
ekstrem mennjadi suatu yang maladaptive dan perilakunya sering kali
merupakan penampilan dan sekmen diri dalam kepribadian.
b. Faktor Presipitasi
Menurut Stuart dan Sundeen (1998) faktor presipitasi dari perubahan isi pikir :
waham kebesaran yaitu :
1. Biologis
Stressor biologis yang berhubungan dengan nerobiologis yang maladaptive
termasuk gangguan dalam putaran umpan balik otak yang mengatur
perubahan isi informasi dan abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam
otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi
rangsangan.
10
2. Stress lingkungan
Secara biologis menetapkan ambang toleransi terhadap stress yang
berinteraksi dengan stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya
gangguan prilaku.
3. Pemicu gejala
Pemicu yang biasanya terdapat pada respon neurobiologist yang maladaptive
berhubungan denagn kesehatan lingkungan, sikap dan prilaku individu, seperti
: gizi buruk, kurang tidur,infeksi, keletihan, rasa bermusuhan atau lingkunag
yang penuh kritik, masalah perumahan, kelainan terhadap penampilan, stress
agngguan dalam berhubungan interpersonal, kesepian, tekanan, pekerjaan,
kemiskinan, keputusasaan dan sebaigainya.
F. PROSES TERJADINYA WAHAM
Waham adalah anggapan tentang orang yang hypersensitif, dan mekanisme ego
spesifik, reaksi formasi dan penyangkalan. Klien dengan waham, menggunakan mekanisme
pertahanan reaksi formasi, penyangkalan dan proyeksi. Pada reaksi formasi, digunakan sebagai
pertahanan melawan agresi, kebutuhan, ketergantungan dan perasaan cinta. Kebutuhan akan
ketergantungan ditransformasikan menjadi kemandirian yang kokoh. Penyangkalan, digunakan
untuk menghindari kesadaran akan kenyataan yang menyakitkan. Proyeksi digunakan untuk
melindungi diri dari mengenal impuls yang tidak dapat diterima didalam dirinya sendiri.
Hypersensitifitas dan perasaan inferioritas, telah dihipotesiskan menyebabkan reaksi formasi
dan proyeksi, waham kebesaran dan superioritas. Waham juga dapat muncul dari hasil
pengembangan pikiran rahasia yang menggunakan fantasi sebagai cara untuk meningkatkan
harga diri mereka yang terluka. Waham kebesaran merupakan regresi perasaan maha kuasa
dari anak-anak, dimana perasaan akan kekuatan yang tidak dapat disangkal dan dihilangkan
(Kaplan dan Sadock, 1997).
Cameron, dalam Kaplan dan Sadock, (1997) menggambarkan 7 situasi yang
memungkinkan perkembangan waham, yaitu : peningkatan harapan, untuk mendapat terapi
sadistik, situasi yang meningkatkan ketidakpercayaan dan kecurigaan, isolasi sosial, situasi
yang meningkatkan kecemburuan, situasi yang memungkinkan menurunnya harga diri (harga
diri rendah), situasi yang menyebabkan seseorang melihat kecacatan dirinya pada orang lain,
situasi yang meningkatkan kemungkinan untuk perenungan tentang arti dan motivasi terhadap
sesuatu.
11
G. AKIBAT DARI WAHAM
Klien dengan waham dapat berakibat terjadinya resiko mencederai diri, orang lain dan
lingkungan. Resiko mencederai merupakan suatu tindakan yang kemungkinan dapat melukai/
membahayakan diri, orang lain dan lingkungan.
H. GEJALA-GEJALA WAHAM
Menurut Kaplan dan Sadock (1997), kondisi klien yang mengalami waham adalah:
a. Status mental
1) Pada pemeriksaan status mental, menunjukan hasil yang sangat normal, kecuali bila
ada sistem waham abnormal yang jelas.
2) Mood klien konsisten dengan isi wahamnya.
3) Pada waham curiga, didapatkan perilaku pencuriga.
4) Pada waham kebesaran, ditemukan pembicaraan tentang peningkatan identitas diri,
mempunyai hubungan khusus dengan orang yang terkenal.
5) Adapun sistem wahamnya, pemeriksa kemungkinan merasakan adanya kualitas
depresi ringan.
6) Klien dengan waham, tidak memiliki halusinasi yang menonjol/ menetap, kecuali
pada klien dengan waham raba atau cium. Pada beberapa klien kemungkinan
ditemukan halusinasi dengar.
b. Sensori dan kognisi
1) Pada waham, tidak ditemukan kelainan dalam orientasi, kecuali yang memiliki
waham spesifik tentang waktu, tempat dan situasi.
2) Daya ingat dan proses kognitif klien adalah intak (utuh).
3) Klien waham hampir selalu memiliki insight (daya titik diri) yang jelek.
4) Klien dapat dipercaya informasinya, kecuali jika membahayakan dirinya. Keputusan
terbaik bagi pemeriksa dalam menentukan kondisi klien adalah dengan menilai
perilaku masa lalu, masa sekarang dan yang direncanakan.
I. PENATALAKSANAAN
a. Farmakoterapi
Tatalaksana pengobatan skizofrenia paranoid mengacu pada penatalaksanaan skizofrenia
secara umum menurut Townsend (1998), Kaplan dan Sadock (1998) antara lain :
12
1) Anti Psikotik
Jenis- jenis obat antipsikotik antara lain :
a) Chlorpromazine
Untuk mengatasi psikosa, premidikasi dalam anestesi, dan mengurangi gejala emesis.
Untuk gangguan jiwa, dosis awal : 3×25 mg, kemudian dapat ditingkatkan supaya optimal,
dengan dosis tertinggi : 1000 mg/hari secara oral.
b) Trifluoperazine
Untuk terapi gangguan jiwa organik, dan gangguan psikotik menarik diri. Dosis awal : 3×1
mg, dan bertahap dinaikkan sampai 50 mg/hari.
c) Haloperidol
Untuk keadaan ansietas, ketegangan, psikosomatik, psikosis,dan mania. Dosis awal : 3×0,5
mg sampai 3 mg.
Obat antipsikotik merupakan obat terpilih yang mengatasi gangguan waham. Pada
kondisi gawat darurat, klien yang teragitasi parah, harus diberikan obat antipsikotik secara
intramuskular. Sedangkan jika klien gagal berespon dengan obat pada dosis yang cukup dalam
waktu 6 minggu, anti psikotik dari kelas lain harus diberikan. Penyebab kegagalan pengobatan
yang paling sering adalah ketidakpatuhan klien minum obat. Kondisi ini harus diperhitungkan
oleh dokter dan perawat. Sedangkan terapi yang berhasil dapat ditandai adanya suatu
penyesuaian sosial, dan bukan hilangnya waham pada klien.
2) Anti parkinson
Triheksipenydil (Artane), untuk semua bentuk parkinsonisme, dan untuk menghilangkan reaksi
ekstrapiramidal akibat obat. Dosis yang digunakan : 1-15 mg/hari
Difehidamin
Dosis yang diberikan : 10- 400 mg/hari
3) Anti Depresan
Amitriptylin, untuk gejala depresi, depresi oleh karena ansietas, dan keluhan somatik. Dosis :
75-300 mg/hari.
13
Imipramin, untuk depresi dengan hambatan psikomotorik, dan depresi neurotik. Dosis awal :
25 mg/hari, dosis pemeliharaan : 50-75 mg/hari.
4) Anti Ansietas
Anti ansietas digunakan untuk mengotrol ansietas, kelainan somatroform, kelainan disosiatif,
kelainan kejang, dan untuk meringankan sementara gejala-gejala insomnia dan ansietas. Obat-
obat yang termasuk anti ansietas antara lain:
Fenobarbital : 16-320 mg/hari
Meprobamat : 200-2400 mg/hari
Klordiazepoksida : 15-100 mg/hari
b. Psikoterapi
Elemen penting dalam psikoterapi adalah menegakkan hubungan saling percaya.
Terapi individu lebih efektif dari pada terapi kelompok. Terapis tidak boleh mendukung
ataupun menentang waham, dan tidak boleh terus-menerus membicarakan tentang
wahamnya. Terapis harus tepat waktu, jujur dan membuat perjanjian seteratur mungkin.
Tujuan yang dikembangkan adalah hubungan yang kuat dan saling percaya dengan klien.
Kepuasan yang berlebihan dapat meningkatkan kecurigaan dan permusuhan klien, karena
disadari bahwa tidak semua kebutuhan dapat dipenuhi. Terapis perlu menyatakan pada klien
bahwa keasyikan dengan wahamnya akan menegangkan diri mereka sendiri dan mengganggu
kehidupan konstruktif.
Bila klien mulai ragu-ragu dengan wahamnya, terapis dapat meningkatkan tes realitas.
Sehingga terapis perlu bersikap empati terhadap pengalaman internal klien, dan harus mampu
menampung semua ungkapan perasaan klien, misalnya dengan berkata : “Anda pasti merasa
sangat lelah, mengingat apa yang anda lalui, “tanpa menyetujui setiap mis persepsi
wahamnya, sehingga menghilangnya ketegangan klien. Dalam hal ini tujuannya adalah
membantu klien memiliki keraguan terhadap persepsinya. Saat klien menjadi kurang kaku,
perasaan kelemahan dan inferioritasnya yang menyertai depresi, dapat timbul. Pada saat klien
membiarkan perasaan kelemahan memasuki terapi, suatu hubungan terapeutik positif telah
ditegakkan dan aktifitas terpeutik dapat dilakukan.
c. Terapi Keluarga
14
Pemberian terapi perlu menemui atau mendapatkan keluarga klien, sebagai sekutu
dalam proses pengobatan. Keluarga akan memperoleh manfaat dalam membantu ahli terapi
dan membantu perawatan klien.
15
BAB III
PEMBAHASAN
Trigger / Kasus
Tn. K, usia 40 th, belum menikah, dibawa keluarganya ke RSJ karena sering marah-
marah dan mengamuk tidak jelas saat diajak bicara, bahkan terkadang hendak menyerang atau
merusak barang-barang yang ada di sekitarnya. Keluarga mengatakan bahwa Tn. K dulunya
adalah seorang aktivis politik yang ingin menjadi presiden, namun harapannya sirna karena
klien mengalami kecelakaan beberapa tahun yang lalu, yang menyebabkan kakinya cacat.
Saat dikaji perawat, klien nampak tegang dan waspada. Klien mengatakan ia malu
dengan keadaannya yang cacat sehingga dia tidak bisa bekerja, dan merasa tidak dapat
melakukan apa-apa. Klien berulang kali mengatakan karena dia cacat, sehingga keluarganya
ingin menyingkirkannya karena dia hanya menyusahkan saja, klien juga mengatakan
keluarganya terlihat baik dengannya, tapi sebenarnya keluarganya itu hanya berpura – pura &
mencoba mengejek keadaannya dengan berpura-pura baik padanya. Klien juga jarang bertemu
atau berbicara dengan tetangga karena malu.
A. PENGKAJIAN
FORMULIR PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA
RUANG RAWAT : TANGGAL DIRAWAT : 8 April 2013
I. IDENTITAS KLIEN
Nama : Tn. K Tanggal Pengkajian : 8 April 2013
Umur : 40 th Ruang Rawat : _________________
Pendidikan : ___________________ Sumber Informasi : ______________
Agama : ____________________ Keabsahan Sumber Informasi* : __________
Suku : ____________________ *Skor 1-4, 4 = sangat dipercaya
Status Pernikahan: belum menikah Alamat : _______________________
Pekerjaan : ____________________ No. RM : _______________________
II. ALASAN MASUK
16
sering marah-marah dan mengamuk tidak jelas saat diajak
bicara, bahkan terkadang menyerang atau merusak barang-
barang yang ada di sekitarnya.
III. FAKTOR PRESIPITASI DAN RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG (Carniaux dan Moran, 2007)
Apa yang menyebabkan gejala atau faktor-faktor yang mempengaruhi?
cacat pada kaki karena mengalami kecelakaan beberapa tahun
yang lalu.
Bagaimana tanda dan gejala yang dimunculkan, meliputi :
a. Kapan gejala timbul dan bagaimana terjadinya?
____________________________________________________________________
b. Bagaimana rasa atau tampilannya?
marah-marah dan mengamuk tidak jelas saat diajak bicara,
bahkan terkadang menyerang atau merusak barang-barang
yang ada di sekitarnya.
c. Berapa lama terjadinya (durasi)?
___________________________________________________________________
d. Frekuensi?
___________________________________________________________________
IV. FAKTOR PREDISPOSISI
RIWAYAT KESEHATAN LALU (Carniaux dan Moran, 2007)
1. Penyakit yang pernah dialami?
_________________________________________________________________
2. Trauma atau injuri yang pernah dialami?
Kecelakaan yang menyebabkan kaki klien cacat
3. Pengobatan yang sudah dilakukan, ada atau tidak alergi/ efek samping?
_________________________________________________________________
4. Siklus menstruasi, riwayat kehamilan dan menopause?
_________________________________________________________________
RIWAYAT PENYAKIT LALU
1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu? ya tidak
17
Bila ya, jelaskan : ......................................................................................................
Masalah Keperawatan : ............................................................................................
2. Pengobatan sebelumnya Berhasil Kurang Berhasil
Tidak Berhasil
Jelaskan : ...................................................................................................................
Masalah Keperawatan : .............................................................................................
3. Pernah mengalami penyakit fisik (termasuk gangguan tumbuh kembang)
ya tidak
Bila ya, jelaskan : .......................................................................................................
Masalah Keperawatan : .............................................................................................
RIWAYAT TRAUMA
Pelaku/ usia Korban/usia Saksi/usia
1. Aniaya fisik
2. Aniaya seksual
3. Penolakan
4. Kekerasan dalam keluarga
5. Tindakan kriminal
Jelaskan :
____________________________________________________________________
6. Pengalaman masa lalu lain yang tidak menyenangkan (bio, psiko, sosio, kultural,
spiritual) : ___________________________________________________________
Diagnosa keperawatan : ________________________________________________
7. Kesan Kepribadian klien:
extrovert introvert lain-lain : _________________________________
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
1. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa?
ya tidak
Hubungan keluarga Gejala Riwayat Pengobatan/ perawatan
____________________________________________________________________
Diagnosa keperawatan : ________________________________________________
18
RIWAYAT PENGGUNAAN ALKOHOL DAN ZAT LAIN (Carniaux dan Moran, 2007)
Apakah pernah mengkonsumsi :
( ) Alkohol ( ) Nikotin ( ) Kafein
RIWAYAT PERKEMBANGAN (Carniaux dan Moran, 2007)
V. STATUS MENTAL
1.Penampilan
tidak rapi penggunaan pakaian tidak sesuai
Cara berpakaian tidak seperti biasanya
Jelaskan : ___________________________________________________________
Diagnosa keperawatan : _______________________________________________
2.Pembicaraan (Keliat dan Akemat, 2009)
□ Cepat □ Keras
□ Gagap □ Inkoheren
□ Apatis □ Lambat
□ Membisu □ Tidak mampu memulai pembicaraan
Jelaskan : ___________________________________________________________
Diagnosis Keperawatan : _______________________________________________
3.Kesadaran
Kuantitatif/ penurunan kesadaran
compos mentis apatis/ sedasi somnolensia
sopor subkoma koma
Kualitatif
tidak berubah berubah
meninggi gangguan tidur : sebutkan ____________________
hipnosa disosiasi: sebutkan __________________________
Jelaskan : ____________________________________________________________
Diagnosa Keperawatan : ________________________________________________
19
4.Disorientasi
waktu tempat orang
Jelaskan : ____________________________________________________________
Masalah keperawatan : _________________________________________________
5.Alam Perasaan
□ Sedih □ Khawatir
□ Ketakutan □ Gembira berlebihan
□ Putus asa
Jelaskan : ____________________________________________________________
Diagnosis Keperawatan : ________________________________________________
6.Aktivitas Motorik/ Psikomotor
Kelambatan :
hipokinesia, hipoaktivitas sub stupor katatonik
katalepsi flexibilitas serea
Peningkatan:
hiperkinesia, hiperaktivitas gaduh gelisah katatonik TIK
grimase tremor gagap
stereotipi mannarism katalepsi
akhopraxia command automatism
atomatisma nagativisme
reaksi konversi verbigerasi berjalan kaku/ rigit
kompulsif lain-2 sebutkan.........
7.Afek/ Emosi
adequat tumpul dangkal/ datar labil
inadequat anhedonia marasa kesepian eforia
ambivalen apati marah
depresif/ sedih cemas ringan sedang
berat panik
Jelaskan : ____________________________________________________________
20
Masalah keperawatan : ________________________________________________
8.Persepsi
halusinasi ilusi depersonalisasi derealisasi
Macam Halusinasi
pendengaran penglihatan perabaan
pengecapan penghidu/ pembauan lain-lain, sebutkan
pikiran
Jelaskan : ____________________________________________________________
Masalah keperawatan : _________________________________________________
9.Proses Pikir
Arus Pikir
koheren inkoheren asosiasi longgar
fligt of ideas blocking tangansial
sirkumstansiality logorea
pengulangan pembicaraan/ persevarasi neologisme
bicara lambat bicara cepat irelevansi
main kata-kata afasi assosiasi bunyi
lain2 sebutkan ......
Jelaskan : ________________________________________________________
Masalah keperawatan : _________________________________________________
Isi Pikir
obsesif ekstasi fantasi
bunuh diri ideas of reference pikiran magis
alienasi isolasi sosial rendah diri
preokupasi pesimisme fobia sebutkan .............
waham: sebutkan jenisnya
agama somatik, hipokondrik kebesaran
curiga nihilistik sisip pikir
siar pikir kontrol pikir kejaran
21
dosa
Jelaskan : _______________________________________________________
Masalah keperawatan : ________________________________________________
Bentuk Pikir
realistik nonrealistik autistik dereistik
Jelaskan : _______________________________________________________
10. Memori
gangguan daya ingat jangka panjang
gangguan daya ingat jangka pendek
gangguan daya ingat saat ini
amnesia, sebutkan ............................
paramnesia, sebutkan jenisnya ........
hipermnesia, sebutkan .....................
Jelaskan : _______________________________________________________
Masalah keperawatan : ________________________________________________
11. Tingkat Konsentrasi dan Berhitung
mudah beralih tidak mampu berkonsentrasi
tidak mampu berhitung sederhana
Jelaskan : _______________________________________________________
Masalah keperawatan : ________________________________________________
12. Kemampuan Penilaian
gangguan ringan gangguan bermakna
Jelaskan : ________________________________________________________
Masalah keperawatan : _________________________________________________
13. Daya Tilik Diri/ Insight
mengingkari penyakit yang diderita menyalahkan hal-hal diluar dirinya
Jelaskan : ____________________________________________________________
Masalah keperawatan : _________________________________________________
22
14. Interaksi selama Wawancara
bermusuhan tidak kooperatif mudah tersinggung
kontak mata kurang defensif curiga
Jelaskan : _______________________________________________________
Masalah keperawatan : ________________________________________________
VI. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum
_______________________________________________________________________
2. Tanda vital
TD : _________ N : ___________ S : ____________ P : ____________
3. Ukur
TB : ___________ BB: __________ turun naik
4. Keluhan fisik:
tidak ya, jelaskan ..........................................................................
5. Pemeriksaan Head to Toe :
______________________________________________________________________
6. Hasil Pemeriksaan Diagnostik (Laboratorium dan Radiologi) : (Carniaux dan Moran,
2007)
_______________________________________________________________________
7. Gejala kesehatan/ gangguan jiwa yang berhubungan dengan penyakit fisik yang
dialami (APA, 2000) ______________________________________________________
Jelaskan _______________________________________________________________
Diagnosa Keperawatan ___________________________________________________
VII. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL (sebelum dan sesudah sakit)
1. Konsep Diri
a. Citra tubuh : ________________________________________________________
b. Identitas : ________________________________________________________
c. Peran : ________________________________________________________
d. Ideal diri : ________________________________________________________
e. Harga diri : ________________________________________________________
23
Masalah keperawatan : ___________________________________________________
2. Genogram
Jelaskan _______________________________________________________________
Diagnosa Keperawatan ___________________________________________________
3. Hubungan Sosial
a. Hubungan terdekat : __________________________________________________
b. Peran serta dalam kelompok/ masyarakat
___________________________________________________________________
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
___________________________________________________________________
d. Apakah ada hubungan klien dengan masalah hukum?
___________________________________________________________________
e. Kondisi sistem keluarga klien? (Carniaux dan Moran, 2007)
___________________________________________________________________
f. Penampilan / Interaksi (Doengoes, 2006):
Kerja : ________________________________________________________
Sekolah : ________________________________________________________
Sosial : ________________________________________________________
g. Riwayat kegagalan berhubungan dengan sahabat, partner seksual? (Carniaux dan
Moran, 2007) ________________________________________________________
Masalah keperawatan : ________________________________________________
4. Spiritual dan kultural
a. Nilai dan keyakinan
___________________________________________________________________
b. Konflik nilai/ keyakinan/ budaya
___________________________________________________________________
c. Kegiatan ibadah
___________________________________________________________________
d. Bahasa, kelas sosial, ras, etnik (Carniaux dan Moran, 2007)
___________________________________________________________________
Masalah keperawatan : ___________________________________________________
24
VIII. AKTIVITAS SEHARI-HARI (ADL)
1. Makan
Bantuan minimal Sebagian Bantuan total
2. BAB/BAK
Bantuan minimal Sebagian Bantuan total
3. Mandi
Bantuan minimal Sebagian Bantuan total
4. Berpakaian/berhias
Bantuan minimal Sebagian Bantuan total
5. Istirahat dan tidur
Tidur siang lama : _____________________ s/d ________________________
Tidur malam lama : _____________________ s/d ________________________
Aktivitas sebelum/sesudah tidur : _________________s/d _________________
6. Penggunaan obat
Bantuan minimal Sebagian Bantuan total
7. Pemeliharaan kesehatan
Perawatan Lanjutan Ya Tidak
Sistem pendukung Ya Tidak
8. Aktivitas di dalam rumah
Mempersiapkan makanan Ya Tidak
Menjaga kerapihan rumah Ya Tidak
Mencuci pakaian Ya Tidak
Pengaturan keuangan Ya Tidak
9. Aktivitas di luar rumah
Belanja Ya Tidak
Transportasi Ya Tidak
Lain-lain Ya Tidak
25
Jelaskan : _______________________________________________________
Masalah keperawatan : _________________________________________________
IX. MEKANISME KOPING
Adatif Maladaptif
Bicara dengan orang lain Minum Alkohol
Mampu menyelesaikan masalah Reaksi lambat / berlebih
Teknik relokasi Bekerja berlebihan
Aktivitas konstruktif Menghindar
Olah raga Mencederai diri
Lainnya ...................... Lainnya ......................
Masalah keperawatan : ____________________________________________________
X. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN
Masalah dengan dukungan kelompok, uraikan
________________________________________________________________________
Masalah berhubungan dengan lingkungan, uraikan
________________________________________________________________________
Masalah dengan pendidikan, uraikan
________________________________________________________________________
Masalah dengan pekerjaan, uraikan
________________________________________________________________________
Masalah dengan perumahan, uraikan
________________________________________________________________________
Masalah dengan ekonomi, uraikan
________________________________________________________________________
Masalah dengan pelayanan kesehatan, uraikan
________________________________________________________________________
Masalah lainnya (hukum), uraikan
________________________________________________________________________
Masalah keperawatan : _____________________________________________________
XI. KURANG PENGETAHUAN TENTANG
26
Penyakit jiwa Sistem pendukung
Faktor presiptasi Penyakit fisik
Koping Obat-obatan
Lainnya _____________________________________________________________
Masalah keperawatan : ____________________________________________________
ANALISA DATA
DATA ETIOLOGI MASALAH
- Klien sering marah-marah dan mengamuk tidak jelas saat diajak bicara.
- terkadang hendak menyerang atau merusak barang-barang yang ada di sekitarnya.
- klien nampak tegang dan waspada.
- Klien berulang kali mengatakan karena dia cacat, sehingga keluarganya ingin menyingkirkannya karena dia hanya menyusahkan saja, klien juga mengatakan keluarganya terlihat baik dengannya, tapi sebenarnya keluarganya itu hanya berpura – pura & mencoba mengejek keadaannya dengan berpura-pura baik padanya.
Tn. K 40 th
Cacat pada kaki
Malu krn membebani keluarga
Harga diri rendah
Stress berlebihan krn tidak bisa bekerja
Mulai bersikap curiga
Marah atau mengamuk tidak jelas saat diajak bicara
Berulangkali mengatakan bahwa keluarganya hanya
berpura – pura baik, sebenarnya ingin
menyingkirkannya
Gangguan proses pikir : waham
Gangguan proses pikir : waham
- Klien mengatakan ia malu dengan keadaannya yang cacat sehingga dia tidak bisa bekerja, dan merasa tidak dapat melakukan apa-apa.
- Klien juga jarang
Tn. K, 40 th
Dulunya adalah bekerja aktivis politik
kecelakaan kaki cacat
Harga diri rendah kronis
27
bertemu atau berbicara dengan tetangga karena malu.
- Klien merasa keadaannya hanya menyusahkan keluarganya saja.
tidak dapat bekerja
merasa membebani keluarga
malu, merasa tidak bisa melakukan apa2
jarang berinterakasi dengan tetangga
harga diri rendah- sering marah-marah
dan mengamuk tidak jelas saat diajak bicara.
- terkadang menyerang atau merusak barang-barang yang ada di sekitarnya.
Risiko perilaku kekerasan terhadap orang lain
B. POHON MASALAH
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Gangguan proses pikir : waham
2) Harga diri rendah kronis
3) Resiko Perilaku kekerasan terhadap orang lain
28
29
D. RENCANA KEPERAWATAN
Rencana Keperawatan Klien Gangguan Proses Pikir : Waham
Nama Klien : Diagnosa Medis :
Ruangan : No. CM :
Tgl No Diagnosa
Diagnosa Keperawatan
Rencana Tindakan KeperawatanTujuan (Umum dan Khusus)
Tindakan Keperawatan
1 2 3 4 5Gangguan proses pikir: Waham
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
2. Klien dapat
1.1 Bina hubungan saling percaya dengan klien: beri salam terapeutik (panggil nama klien), sebutkan nama perawat, jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kontrak yang jelas (topik yang dibicarakan, waktu dan tempat).
1.2 Jangan membantah dan mendukung waham klien: Katakan perawat menerima keyakinan klien : ”Sukar menerima keyakinan
anda” disertai ekspresi menerima. Katakan perawat tidak mendukung : “ Sukar bagi saya untuk
mempercayainya” disertai ekspresi ragu tapi empati. Tidak membicarakan isi waham klien.
1.3 Yakinkan klien berada dalam keadaan aman dan terlindung: Anda berada ditempat aman, kami akan menemani anda. Gunakan keterbukaan dan kejujuran. Jangan tinggalkan klien sendirian.
1.4 Observasi apakah waham klien mengganggu aktivitas sehari-hari dan perawatan diri.
2.1 Beri pujian pada penampilan dan kemampuan klien yang realistis.2.2 Diskusikan dengan klien kemampuan yang dimiliki pada waktu lalu dan saat ini
yang realistis (hati-hati terlibat diskusi dengan waham).
30
mengidentifikasikan kemampuan yang dimiliki
3. Klien dapat mengidentifikasi kebutuhan yang tidak terpenuhi
4. Klien dapat berhubungan dengan realistis
5. Klien mendapat dukungan keluarga
2.3 Tanyakan apa yang biasa klien lakukan (kaitkan dengan aktivitas sehari-hari dan perawatan diri) kemudian anjurkan untuk melakukannya sendiri.
2.4 Jika klien selalu bicara tentang wahamnya, dengarkan sampai kebutuhan waham tidak ada. Perawat perlu memperlihatkan bahwa klien penting
3.1 Observasi kebutuhan klien sehari-hari3.2 Diskusikan kebutuhan klien yang tidak terpenuhi baik selama dirumah maupun
dirumah sakit (rasa takut, ansietas, marah).3.3 Hubungan yang tidak terpenuhi dan timbulnya waham.3.4 Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan klien dan memerlukan
waktu dan tenaga (aktivitas dapat dipilih bersama klien, jika mungkin buat jadwal).
3.5 Atur situasi agar klien mempunyai banyak waktu untuk menggunakan wahamnya.
4.1 Berbicara dengan klien dalam konteks realistis (realitas diri, realitas orang lain, realitas tempat dan realitas waktu).
4.2 Sertakan klien dalam terapi aktivitas kelompok: orientasi realitas.4.3 Berikan pujian pada tiap kegiatan positif yang dilakukan klien.
5.1 Diskusikan dengan keluarga tentang:Gejala wahamCara merawatnyaLingkungan keluargaFollow-up obat
5.2 anjurkan keluarga melaksanakan 5.1 dengan bantuan perawat
6.1 diskusikan dengan klien dan keluarga tentang obat, dosis, frekuensi dan efek
31
6. Klien dapat menggunakan obat dengan benar
samping akibat penghentian.6.2 Diskusikan perasaan klien setelah makan obat.6.3 Berikan obat dengan prinsip 5 (lima) benar.
Harga diri rendah kronis
1. Umum: klien dapat menunjukan perubahan kemajuan sikap yang menunjukan adanya rasa peningkatan harga diri.
2. Khusus 1: Klien dapat membina hubungan saling percaya.
1.1 Tekankan pada klien perlu menghindari membandingkan diri dengan orang
lain.
1.2 Memiliki daftar keberhasilan klien saat ini dan masa lalu.
2.1 Sapa ramah klien (verbal, non verbal)
2.2 Perkenalan diri dengan sopan
2.3 Tanya nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien
2.4 Jelaskan tujuan pertemuan
2.5 Jujur, menepati janji
2.6 Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
2.7 Beri klien perhatian dan perhatikan kebutuhan
3.1 Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien
32
3. Khusus 2: Klien Dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang di miliki
3.2 Utamakan memberi pujian yang realistik
3.3 Setiap bertemu klien, hindarkan memberi penilaian yang negatif
3.4 Mendorong klien dalam berpartisipasi di kelas, kegiatan, atau hobi. Jelaskan
bahwa klien dapat menikmati atau mendapatkan pengalaman.
3.5 Kolaborasi dengan konseling atau terapi kesehatan mental atau kebutuhan
khusus lainnya yang mendukung keadaan klien.
33
Contoh Rencana Keperawatan Gangguan Proses Pikir : Wahamdalam bentuk Strategi Pelaksanaan
No Klien Keluarga
SP1P SP1K
1.
2.
3.
4.
Membantu orientasi realita
Mendiskusikan kebutuhan yang tidak terpenuhi
Membantu pasien memenuhi kebutuhannya
Menganjurkan klien memasukkan dalam jadal kegiatan harian
Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien
Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala waham, dan jenis waham yang dialami pasien beserta proses terjadinya.
Menjelaskan cara-cara merawat pasien waham
SP2P SP2K
1.
2.
3.
Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
Berdiskusi tentang kemampuan yang dimiliki
Melatih kemampuan yang dimiliki
Melatih keluarga mempraktikkan cara merawat pasien dengan waham
Melatih keluarga mempraktikkan cara merawat langsung kepada pasien waham
SP3P SP3K
1.
2.
3.
Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
Memberikan pendidikan kesehatan tentang penggunaan obat secara teratur
Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk minum obat (discharge planning)
Menjelaskan follow up pasien setelah pulang
34
E. Implementasi dan Evaluasi
Contoh implementasi dan evaluasi gangguan proses pikir : Waham
Nama Klien : Diagnosa Medis :
Ruangan : No. CM :
Tgl No. Diagnosa
Diagnosa keperawatan
Rencana keperawatan
Tindakan keperawatan Evaluasi
1 2 3 4 5 6
Senin, 08 april 2013 08.00
1 Gangguan proses pikir : waham
SP1P Gangguan proses pikir : Waham
Melakukan SP1P gangguan proses pikir :Waham- Membantu orientasi realita- Mendiskusikan kebutuhan
yang tidak terpenuhi- Membantu pasien
memenuhi kebutuhannya - Menganjurkan klien
memasukkan dalam jadal kegiatan harian
S : “saya hanya mau berbincang 10 menit saja.” “ mereka tidak percaya kalau saya ini presiden.”“ presiden kan enak bisa ngatur dan perintah, saya gak senang kalau diatur.”“bapak saya yang suka mengatur.”“saya ingin ikut teman-teman pergi ruang rehabilitasi terus bisa main tenis meja.”“ saya mau latihan setiap pagi pukul 09.00.”
O : - Pembicaraan cepat- Afek labil- Klien memasukkan latihan tenis meja kedalam jadwal
harian setiap hari pukul 09.00
A : SP1P tercapai
35
P : Perawat : lanjutkan SP2P pukul 09.30 diteras depan ruang rehabilitasi
Klien : motivasi klien untuk latihan olahraga tenis meja pada pukul 09.00 sesuai jadwal harian.
09.30 1 Gangguan proses pikir : waham
SP2P Gangguan proses pikir : Waham
Melakukan SP2P Gangguan proses pikir : waham - Mengevaluasi jadwal
kegiatan harian pasien- Berdiskusi tentang
kemampuan yang dimiliki - Melatih kemampuan yang
dimiliki
S : “sekarang kita berbincang 15 menit yah.”“saya tadi main tenis meja lo, dan menang.”“saya juga bisa main gitar lo, waktu SMA saya punya band sama teman-teman.”“mari saya tunjukan kehebatan saya main gitar.”“karena jadwal main musik disini setiap hari selasa dan kamis pukul 09.00 saya akan latihan sesuai jadwal.” O :
- Klien kooperatif- Kontak mata balik- Klien membuat jadwal latihan main gitar sesuai
jadwal di RS.
A : SP2P TercapaiP : Perawat : lanjutkan SP3P pukul 11.00 di ruang perawatan klien.Klien : motivasi klien latihan memainkan gitar setiap hari selasa dan kamis pukul 09.00
36
11.00 1 Gangguan proses pikir : waham
SP3P Gangguan proses pikir : waham
Melakukan SP2P Gangguan proses pikir : waham - Mengevaluasi jadwal
kegiatan harian pasien- Memberikan pendidikan
kesehatan tentang penggunaan obat secara teratur
- Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
S : “kita berbincang 10 menit ya.”“saya dapat obat 3 macam dari dokter”“oh, berati yang warna orange itu CPZ gunanya untuk menenangkan.”“terus yang warna putih itu supaya saya rileks dan tidak tegang ya disebut THP.”“yang warna merah jambu itu disebut HPL supaya saya tenang juga kan?”Semua obatnya harus saya minum sehari 3 kali kan?”“saya akan minum obat sesuai jadwal dan teratur, baik di rumah sakit sekarang atau sudah pulang ke rumah nanti.”“saya akan minum obat setiap hari pukul 7 pagi, 1 siang, dan 7 malam.”
O : - Kontak mata baik- Klien kooperatif- Klien memasukkan kedalam jadwal kegiatan
harian minum obat setiap pukul 7 pagi, 1 siang dan 7 malam.
A : SP3P tercapaiP :Perawat : Lanjutkan SP budaya gangguan proses pikir : WahamKlien :Motivasi klien untuk minum obat sesuai dengan jadwal
37
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Aspek proses berfikir dibedakan menjadi tiga bentuk yaitu bentuk pikiran, arus pikiran
dan isi pikir. Gangguan isi pikir dapat terjadi baik pada isi pikiran non verbal maupun pada isi
pikiran verbal diantaranya adalah waham (Marasmis, 2009). Waham adalah suatu keyakinan
kokoh yang salah yang tidak sesuai dengan fakta dan keyakinan tersebut, mungkin aneh dan
tetap dipertahankan meskipun telah diberikan bukti-bukti yang jelas untuk mengoreksinya.
Waham sering ditemukan dalam gangguan jiwa berat dan beberapa bentuk waham yang
spesifik sering ditemukan pada skizoprenia. Semakin akut psikosis semakin sering di temui
waham disorganisasi dan waham tidak sistematis.
Pemberian terapi perlu dilakukan dengan adanya dukungan keluarga klien, sebagai
sekutu dalam proses pengobatan. Keluarga akan memperoleh manfaat dalam membantu ahli
terapi dan membantu perawatan klien. Dari sini, peran perawat akan lebih terlihat jelas dan
akan sangat penting keberadaannya.
4.2 Saran
Penulis maupun pembaca diharapkan mampu mengendalikan tingkat emosional,
tingkat stress dan selalu mempertahankan adanya koping mekanisme dari stress agar dapat
terhindar dari adanya gangguan kejiwaan ini. Selain itu menjaga agar kondisi tubuh tetap sehat
juga diperlukan, untuk memberikan hal yang positif dalam hal proses berfikir.
38
DAFTAR PUSTAKA
Damaiyanti, Mukhripah, dkk. 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung : PT. Refika Aditama.
Direktorat Kesehatan Jiwa. Buku Standar Keperawatan Kesehatan Jiwa dan Penerapan Standar Asuhan Keperawatan pada Kasus di RSJ dan di RSKO. Jakarta : Depkes RI, 1998.
Keliat, B. A. dan Akemat. 2009. Model praktik keperawatan profesional jiwa. Jakarta: EGC.
Doengoes, E Marilynn, dkk. 2006. Rencana Asuhan Keperawatan Psikiatri. Edisi 3. Jakarta: EGC.
Townsend, Mary C. 2008. The Nursing Process in Psychiatric/ Mental Health Nursing. Philadelphia Davis Company
Carniaux, Christine dan Moran. 2007. The Psychiatric Nursing Assessment. http://nursing.jbpub.com/book/psychiatric
Kaplan HI dan Sadock BJ. 1998. Typycal signs and symptomps of psychiatcric illness defined. In Synopsis of Psychiatry : Behavioral Sciences / Clinical Psychiatry : William & Wilkins, Baltimore, Maryland
Maramis, WF. Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya : Airlangga University Press,1995.
Maramis WF dan Maramis AA. 2009. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa –Edisi 2-. Surabaya : Airlangga University Press.
Stuart. GW dan Sundeen.1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa. edisi 3. Jakarta : EGC
39