presentasi kasus vbac okeee

Upload: yusuf-ali-quddusi

Post on 11-Feb-2018

241 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • 7/22/2019 Presentasi Kasus VBAC okeee

    1/28

    Vaginal Birth After Previous Caesarian

    RSU PERSAHABATAN

    1

    BAB I

    ILUSTRASI KASUS

    IDENTITAS

    Nama : Ny. K

    Usia : 22 tahun

    Alamat : Jl. Pisangan Baru No. 5, RT 012/RW 014, Matraman, Jakarta Timur

    Suku : Betawi

    Agama : Islam

    Pendidikan : SMA

    Pekerjaan : Ibu rumah tangga

    Masuk RSCM : Selasa, 22 Juni 2010 pukul 04.50 WIB

    Nomor Rekam Medik : 123.44.85

    ANAMNESIS

    Keluhan utama

    Keluar air-air dari kemaluan sejak 17 jam sebelum masuk rumah sakit (SMRS)

    (Dirujuk dari Puskesmas Matraman Jakarta Timur dengan keterangan G2 P1 H40minggu, anak pertama

    SC)

    Riwayat Penyakit Sekarang

    Pasien mengaku hamil sembilan bulan. Hari pertama haid terakhir (HPHT) tanggal 15 September 2009,

    Taksiran partus (TP) 22 Juni 2010. Saat ini perkiraan usia kehamilan 40 minggu.

    Pasien melakukan ante natal care(ANC) di bidan di puskesmas Matraman, sekitar 4-6 kali selama hamil.

    Saat kontrol dikatakan bahwa kehamilan normal, tidak pernah menderita darah tinggi selama hamil maupun

    sebelumnya, serta tidak ditemukan sakit kencing manis selama hamil. Tidak pernah dilakukan pemeriksaan

    USG.

    Selama hamil pasien tidak pernah mengalami keluhan nyeri saat buang air kecil (BAK), anyang-anyangan,

    riwayat keputihan, perdarahan, demam maupun trauma di perut.

  • 7/22/2019 Presentasi Kasus VBAC okeee

    2/28

    Vaginal Birth After Previous Caesarian

    RSU PERSAHABATAN

    2

    copyright2010

    Sejak dua hari SMRS pasien merasakan perutnya terasa mulas yang semakin kuat dan semakin sering.

    Satu hari SMRS (siang hari sekitar pukul 11.00) keluar air-air warna jernih, bau amis, tidak bau busuk.

    Setelah itu keluar lendir disertai darah. Gerakan janin masih dirasakan sampai saat datang ke rumah sakit.

    Riwayat Penyakit Dahulu

    Tidak pernah ada riwayat menderita darah tinggi, kencing manis, asma, penyakit jantung dan alergi obat.

    Riwayat Penyakit Keluarga

    Tidak pernah ada riwayat menderita darah tinggi maupun asma.

    Kakak pasien menderita penyakit jantung. Ibu pasien menderita kencing manis.

    Riwayat Obstetri dan Ginekologi

    Menarche 13 tahun, siklus haid teratur, 25 30 hari, lama 4-6 hari, ganti pembalut 3x / hari, tidak ada

    dismenore.

    G2 P1 A0 H40minggu

    Anak 1 : 2 tahun 2 bulan, BB 3000 gram, sectio cesarea (SC) atas indikasi pembukaan tidak maju,

    oleh dokter, di RSP

    Anak 2 : ini

    Riwayat menggunakan KB pil setelah anak pertama lahir selama 1 tahun.

    Riwayat Sosial, Ekonomi dan Lingkungan

    Pasien adalah seorang ibu rumah tangga. Biaya pengobatan umum. Tidak ada kebiasaan merokok maupun

    minum alkohol.

    PEMERIKSAAN FISIK

    Kesadaran : compos mentis

    Keadaan umum : tampak sakit sedang

    Tanda vital

    TD : 120/80 mmHg

    FN : 92 x/menit, teratur, isi cukup

    FP : 12 x/menit, teratur, kedalaman cukup

    Suhu : 36,8 0C

  • 7/22/2019 Presentasi Kasus VBAC okeee

    3/28

    Vaginal Birth After Previous Caesarian

    RSU PERSAHABATAN

    3

    copyright2010

    Status generalis

    Kepala : deformitas -, rambut hitam, tidak mudah rontok

    Leher : KGB tidak teraba membesar

    Mata : sklera ikterik -/-, konjugtiva pucat -/-

    THT : dalam batas normal

    Thoraks : simetris statis dan dinamis

    Paru : fremitus kanan = kiri, sonor +/+, vesikuler +/+, rh -/-, wh -/-

    Jantung : BJ I/II N, murmur -, gallop

    Abdomen : membuncit ~ kehamilan, di regio suprapubik terdapat skar arah vertikal

    Ekstremitas : edema -/-, akral hangat, perfusi perifer cukup

    Status Obstetrikus

    Tinggi Fundus Uteri (TFU) 32 cm, taksiran berat janin (TBJ) 3000 gram

    Punggung kiri, kepala 3/5

    His 3 x/ 10 menit/ 50 detik, relaksasi baik

    Denyut jantung janin (DJJ) : 138 dpm

    Inspeksi : vulva/ uretra tenang, perdarahan (-)

    Inspekulo : portio livid, ostium terbuka 4 cm, fluor -, fluxus -

    VT : portio kenyal, posterior, tebal 2 cm,pembukaan 4 cm, ketuban (-), kepala H I-II

    Pelvimetri klinis : pelvic inlet sulit dinilai, DI > 9,5 cm, sakrum konkaf, AP > 900

    Kesan : panggul N, imbang fetopelvik baik

    USG

    Janin presentasi kepala tunggal hidup (JPKTH) Diameter biparietal (DBP) 93 mm, Head circumference (HC) 307 mm

    Abdomen circumference (AC) 907mm, Femur length (FL) 68,3 mm, TBJ 2850 gram

    Plasenta di korpus depan Indeks cairan amnion (ICA) 7 3 / 1

    3 / 0

    Kesan : hamil aterm, JPKTH, air ketuban berkurang

  • 7/22/2019 Presentasi Kasus VBAC okeee

    4/28

    Vaginal Birth After Previous Caesarian

    RSU PERSAHABATAN

    4

    copyright2010

    RESUME

    Wanita, 22 tahun, datang ke IGD RSU PERSAHABATAN pada tanggal 22 Juni 2010 dengan keluhan

    keluar air-air dari kemaluan sejak 17 jam SMRS. Keluhan disertai dengan mulas yang semakin kuat dan

    sering serta keluar lendir dan darah. Pasien hamil 40 minggu, HPHT 15 September 2009 dengan TP 22

    Juni 2010. ANC menyatakan kehamilan dalam batas normal. Riwayat obstetrikus G2P1A0 dengan berat

    bayi sebelumnya 3000 gram, dilahirkan secara SCatas indikasi persalinan tidak maju, 2 tahun 2 bulan yang

    lalu.

    Pemeriksaan fisik status generalis dalam batas normal, pada abdomen didapatkan bekas sayatan

    horizontal di daerah supra pubik, panjang 10 cm. Status obstetrikus menyatakan tinggi fundus uteri 32 cm,

    kepala 3/5, his 3x/10/30, DJJ 138 dpm, TBJ 3000 gram.

    Inspeksi vulva/uretra tenang. Inspekulo portio livid, ostium terbuka 4 cm, fluor -, fluxus -. Vaginal touche

    portio kenyal, posterior, tebal 2 cm,pembukaan 4 cm, ketuban (-), kepala H I-II. Pelvimetri klinis

    menunjukkan imbang fetopelvik baik.

    Dari pemeriksaan penunjang USG didapatkan kesan hamil aterm, janin presentasi kepala tunggal hidup, air

    ketuban berkurang dan TBJ 2850 gram.

    Diagnosis :

    G2 P1 A0 H40minggu , JPKTH, PK1 aktif , BSC1x

    Tatalaksana

    Rencana Diagnosis

    Observasi TNP/jam, S/4jam, his dan DJJ/30 menit Observasi tanda ruptur uteri, infeksi intra uterin, kompresi tali pusat Cek DPL, UL, GDS CTG

  • 7/22/2019 Presentasi Kasus VBAC okeee

    5/28

    Vaginal Birth After Previous Caesarian

    RSU PERSAHABATAN

    5

    copyright2010

    Rencana terapi

    Rencana partus pervaginam Nilai ulang 4 jam lagi

    Rencana Edukasi

    Menjelaskan kepada pasien dan keluarga mengenai kondisi pasien, pemeriksaan yang dilakukan,rencana tatalaksana beserta komplikasi dan risikonya

    prognosis

    Quo ad vitam : bonam

    Quo ad functionam : bonam

    Quo ad sanationam : bonam

  • 7/22/2019 Presentasi Kasus VBAC okeee

    6/28

    Vaginal Birth After Previous Caesarian

    RSU PERSAHABATAN

    6

    copyright2010

    Hasil PEMERIKSAAN penunjang

    18 Maret 2008

    Hematologi Nilai Satuan Normal

    Hb 11,6 g/dL (12-14)

    Ht 35 % (40-48)

    Leukosit 12000 /L (5000-10000)

    Trombosit 286000 /L (150000-400000)

    MCV 84 fl (82-92)

    MCH 28 pg (27-31)

    MCHC 33 g/dL (32-36)

    Kimia darah Nilai Satuan Normal

    GDS 96 mg/dL (70-200)

    Urinalisis Nilai Satuan Normal

    Kuning, jernih

    Sedimen

    Sel epitel

    Leukosit

    EritrositSilinder

    Kristal

    Bakteri

    +

    6-8

    10-14-

    -

    -

    / LPB

    / LPB

    / LPB/ LPK

    / LPK

    / LPK

    Berat jenis 1.025 1.003-1.030

    pH 5.5 4.5-8

    Protein - -

    Glukosa - -

    Keton +1 -

    Darah / Hb +1 -

    Bilirubin - -

    Urobilinogen 0.2

    Nitrit - -

  • 7/22/2019 Presentasi Kasus VBAC okeee

    7/28

    Vaginal Birth After Previous Caesarian

    RSU PERSAHABATAN

    7

    copyright2010

    Leukosit estrase +1 -

    Follow up ruang observasi

    18 Maret 2008 Pukul 06.00

    S : mulas (+), gerakan janin (+)

    O : KU baik, CM. TD 120/80 mmHg, FN 80x/m, FP 28x/m

    Status generalis dBN

    Status obstetrikus : his 3x/ 10/ 40, srb, djj 146 dpm

    I : v/u tenang

    VT : tidak dilakukan

    A : G2P1 H 40 minggu, JPKTH, PK I aktif, (BSC1x)

    P : R dx/ : observasi tanda vital, kontraksi, djj

    observasi tanda rui, iiu

    R th/ : partus per vaginam (nilai ulang 08.50)

    18 Maret 2008 Pukul 07.00

    S : mulas (+), gerakan janin (+)

    O : KU baik, CM. TD 110/80 mmHg, FN 86x/m, FP 26x/m

    Status generalis dBN

    Status obstetrikus : his 3-4x/ 10/ 40, srb, djj 148 dpm

    I : v/u tenang

    VT : tidak dilakukan

    A : G2P1 H 40 minggu, JPKTH, PK I aktif, (BSC1x)

    P : R dx/ : observasi tanda vital, kontraksi, djj

    observasi tanda rui, iiu

    R th/ : partus per vaginam (nilai ulang 08.50)

    18 Maret 2008 Pukul 08.15

    S : perut mulas dan ingin meneran

    O : KU baik, CM. FN 90x/m, FP 20x/m

    Status generalis dBN

    Status obstetrikus : his 3-4x/ 10/ 50, srb, djj 142 dpm

    I : v/u tenang

    VT : pembukaan lengkap, UUK kiri depan, kepala H3-4

    A : PK II pada G2P1 H 40 minggu, JPKTH, BSC1x

  • 7/22/2019 Presentasi Kasus VBAC okeee

    8/28

    Vaginal Birth After Previous Caesarian

    RSU PERSAHABATAN

    8

    copyright2010

    P : pimpin meneran, observasi his/djj/15 menit

    Laporan partus spontan

    Tanggal 18 Maret 2008

    Jam 08.15

    Kepala turun sesuai sumbu jalan lahir sehingga tampak di vulva Perineum menegang Tampak suboksiput di bawah simfisis, dengan suboksiput sebagai hipomoklion, kepala mengadakan

    defleksi maksimal, sehingga berturut-turut lahir UUB, dahi, muka, dagu dan seluruh kepala

    Tampak lilitan tali pusat erat di leher satu kali, tali pusat dijepit dan dipotong Dengan pegangan biparietal, tarikan ke belakang dan ke depan, dilahirkan bahu depan dan belakang

    kemudian seluruh lengan

    Dengan pegangan samping badan, dilahirkan trokhanter depan dan belakang, kemudian seluruhtungkai

    Jam 08.45

    Lahir spontan bayi perempuan dengan BB 3000 gram, PB 47 cm, AS 9/10 Air ketuban jernih, jumlah berkurang Tali pusat dijepit dan dipotong Ibu disuntik oksitosin 10 IU IM Dilakukan peregangan tali pusat terkendaliJam 08.50 Lahir plasenta lengkap + 500 gram, 16x15x3 cm, panjang tali pusat 50 cm Insersio sentralis, robekan sentralis Dilakukan masase fundus, kontraksi baik Pada eksplorasi selanjutnya didapatkan ruptur perineum grade II, dilakukan jahitan hemostasis dan

    perineorafi dengan chromic catgut 2/0

    Perdarahan kala III-IV + 200 cc

    Instruksi post partum

    Observasi tanda vital, kontraksi dan perdarahan Mobilisasi aktif Diet TKTP Higiene vulva dan perineum Motivasi ASI-KB

  • 7/22/2019 Presentasi Kasus VBAC okeee

    9/28

    Vaginal Birth After Previous Caesarian

    RSU PERSAHABATAN

    9

    copyright2010

    Rawat gabung dengan bayi di ruangan AB; co-amoxiclav 3x625 mg Asam mefenamat 3x500 mg Nonemi tab 1x1Follow up post partuM

    S : Perdarahan (-), BAK (-), ASI (+)

    O : KU baik, CM. TD 120/80 mmHg, FN 84x/menit, FP 20x/menit, T 36,8C

    Status obstetrikus : 2 jari bawah pusat, kontraksi baik

    I : v/u tenang, perdarahan (-), lokhia (+)

    VT tidak dilakukan

    A : P2 post partum spontan 2 jam yang lalu

    P : Observasi tanda vital, kontraksi, perdarahan

    Mobilisasi aktif

    Diet TKTP

    Higiene vulva dan perineum

    Motivasi ASI dan KB

    Rawat gabung di ruangan

    AB; co-amoxiclav 3x625 mg

    Asam mefenamat 3x500 mg

    Nonemi tab 1x1

  • 7/22/2019 Presentasi Kasus VBAC okeee

    10/28

    Vaginal Birth After Previous Caesarian

    RSU PERSAHABATAN

    10

    copyright2010

    Follow up ruangan

    19 Maret 2008

    S : BAK (+), BAB (-), ASI +/+, menyusui (+)

    O : KU baik, CM. FN 84x/menit, FP 18x/menit, T afebris

    Status generalis : Mata : konjungtiva pucat -/-

    Jantung : BJ I-II N, m (-), g(-)

    Paru : vesikuler +/+, Rh -/-, wh -/-

    Skar bekas operasi +, vertikal, NT (-)

    Extremitas : edema -/-

    Status obstetrikus : 2 jari bawah pusat, kontraksi baik

    I : v/u tenang, perdarahan -

    VT : tidak dilakukan

    A : NH1, P2 PP spontan, hemodinamik stabil, rawat gabung

    P : Mobilisasi aktif

    Diet TKTP

    Higiene vulva dan perineum

    Motivasi ASI dan KB

    AB; co-amoxiclav 3x625 mg

    Asam mefenamat 3x500 mg

    Nonemi tab 1x1

    Boleh pulang

  • 7/22/2019 Presentasi Kasus VBAC okeee

    11/28

    Vaginal Birth After Previous Caesarian

    RSU PERSAHABATAN

    11

    copyright2010

    BAB II

    PEMBAHASAN KASUS

    Pada kasus dari anamnesis diperoleh bahwa pasien wanita berusia 22 tahun datang dengan keluhan keluar

    air-air dari kemaluan sejak 17 jam SMRS disertai dengan mulas yang semakin kuat dan sering serta keluar

    lendir dan darah. Berdasarkan HPHT saat datang ke RSU PERSAHABATAN pasien hamil 40 minggu. ANC

    menyatakan kehamilan dalam batas normal. Riwayat obstetrikus G2P1A0, anak pertama 2 thn 2 bulan,

    3000 gram, SCai persalinan tidak maju.

    Pemeriksaan fisik didapatkan bekas sayatan transversal daerah supra pubik, panjang 10 cm. Status

    obstetrikus menyatakan TFU 32 cm, kepala 3/5, his 3x/10/30, DJJ 138 dpm, TBJ 3000 gram. Inspeksi

    vulva/uretra tenang. Inspekulo portio livid, ostium terbuka 4 cm, fluor -, fluxus -. VT portio kenyal, posterior,

    tebal 2 cm,pembukaan 4 cm, ketuban (-), kepala H I-II. Dari pelvimetri klinis didapatkan kesan bahwa

    imbang fetopelvik baik. Dari pemeriksaan penunjang USG didapatkan kesan hamil aterm, janin presentasi

    kepala tunggal hidup, air ketuban berkurang dan TBJ 2850 gram.

    Atas data-data diatas maka diagnosis yang ditegakkan pada pasien ini adalah: G2P1 H 40 mg, JPKTH, PKI

    aktif, BSC1x. Pada pasien bekas seksio ini direncanakan akan dilakukan partus pervaginam.

    Penentuan cara partus pervaginam pada pasien bekas SC (VBAC) ini ditentukan melalui data dasar

    anamnesis, pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang.

    Hal-hal yang mendukung keberhasilan VBACpada pasien ini adalah : 1,8

    ibu tidak obesitas usia kurang dari 40 tahun pematangan serviks yang baik pembukaan serviks 4 cm TBJ kurang dari 4000 g Jenis sayatan SCtransversal pada segmen bawah uterus. Interval kehamilan > 18 bulan (2 tahun 2

    bulan)

    Persalinan timbul spontan (tanpa Induksi), usia kehamilan < 41 minggu (40 minggu)

    Hal-hal yang memperkecil kemungkinan keberhasilan VBACpada pasien ini adalah : 1

  • 7/22/2019 Presentasi Kasus VBAC okeee

    12/28

    Vaginal Birth After Previous Caesarian

    RSU PERSAHABATAN

    12

    copyright2010

    indikasi sectio cesarea yang rekuren yaitu persalinan tidak maju pasien belum pernah melahirkan pervaginam sebelumnya.

    Kemajuan persalinan pada pasien ini harus selalu dipantau, mengingat indikasi SC sebelumnya pada

    pasien adalah persalinan tidak maju. Ternyata pada pasien ini kemajuan persalinan dinilai baik, saat datang

    pasien dalam keadaan pembukaan 4, dan dalam waktu kurang dari 4 jam pasien sudah mencapai PK II

    tanpa induksi ataupun obat-obatan lainnya.

    Saat pasien datang harus diperhitungkan kemungkinan keberhasilan VBAC pada pasien ini berdasarkan

    sistem scoring yang ada. Yang digunakan adalah Skor Alamia.

    Pada pasien dapat dilihat bahwa pasien memiliki tidak memiliki riwayat persalinan pervaginam sebelumnya

    (0), indikasi SCsebelumnya distosia pada pembukaan 5

    Dilatasi serviks> 4 cm2-4cm

    < 2 cmStation di bawah -2Panjang serviks 1 cmPersalinan timbul spontan

    2

    210

    210111

  • 7/22/2019 Presentasi Kasus VBAC okeee

    13/28

    Vaginal Birth After Previous Caesarian

    RSU PERSAHABATAN

    13

    copyright2010

    Berdasarkan tabel di atas sistem scoring lain yang cukup baik untuk digunakan adalah sistem scoring

    Flamm and Geiger. Berikut ini adalah skor pasien berdasarkan sistem tersebut.

    Sistem Penilaian menurut Flamm 9

    No Variabel Nilai

    12

    3

    4

    5

    Usia < 40 tahunPartus pervaginam sebelumnya:

    Sebelum dan setelah seksio Setelah seksio pertama Sebelum seksio pertama Tidak pernah

    Alasan seksio sebelumnya

    Selain failure to progressPenipisan serviks saat masuk

    > 75% 25-75% < 25%

    Pembukaan saat masuk 4cm

    2

    4210

    1

    2101

    Usia pasien 22 tahun (2), belum pernah partus pervaginam sebelumnya (0), Alasan seksio sebelumnya

    persalinan tidak maju (0), panipisan serviks saat masuk >75% (2), pembukaan saat masuk 4 cm (1). Maka

    skor pada pasien ini adalah 5. Kemungkinan keberhasilan VBACpada pasien ini adalah 49%.

    Resiko terbesar dan paling sering terjadi pada pasien saat melakukan VBAC adalah terjadinya ruptur

    uterus. Pada pasien ini didapatkan riwayat SC dengan scar yang terlihat adalah berbentuk transversal.

    Insisi uterus yang ada di dalamnya tidak dapat diketahui tanpa melihat laporan operasi SC sebelumnya,

    apakah merupakan tipe klasik atau bukan. Dulu teknik sayatan uterus masih didominasi oleh sayatan klasik,

  • 7/22/2019 Presentasi Kasus VBAC okeee

    14/28

    Vaginal Birth After Previous Caesarian

    RSU PERSAHABATAN

    14

    copyright2010

    tetapi sekarang ini telah berkembang teknik operasi dengan sayatan transversal yang lebih aman meskipun

    resiko ruptur masih tetap ada. Kemungkinan pasien ini menjalani SCsebelumnya dengan insisi transversal

    rendah. Kemungkinan terjadinya ruptur uteri pada pasien dengan skar transversal segmen rendah adalah

    sebesar 0,5%. 5 Insisi transversa rendah lebih cenderung ruptur jika pasien menjalani lebih dari satu kali

    sectio sebelumnya. Walaupun kemungkinannya kecil namun perlu diobservasi gejala dan tanda yang

    menunjukkan terjadinya ruptur uteri seperti denyut jantung fetus terjadi deselerasi atau bradikardi, dan pada

    ibu terdapat nyeri abdomen, tidak ada bagian presentasi janin, perdarahan vagina dan hipovolemia. 4

    Jarak antara persalinan saat ini dengan sebelumnya cukup lama, yaitu 2 tahun 2 bulan. Menurut penelitian,

    jarak antara dua persalinan yang lebih dari 36 bulan memiliki resiko ruptur uteri sebesar 0,9%.

    Pasien ini juga memasuki masa persalinan secara spontan tanpa induksi dengan oksitosin maupun

    prostaglandin , sehingga kemungkinan ruptur uteri juga menurun mengingat tidak digunakannya agen-agen

    tersebut.

    Walaupun kemungkian keberhasilan VBACbesar, namun syarat VBAC tetap harus dipenuhi. Pada VBAC

    pasien ini yang dilakukan di IGD RSU PERSAHABATAN sudah tersedia fasilitas dan sumber daya manusia

    yang memungkinkan untuk mengawasi proses VBACserta melakukan sectio emergensi.

    Berdasarkan pertimbangan tersebut maka persalinan pervaginam pada pasien dinilai aman untuk

    dilakukan. Dalam waktu kurang dari 4 jam sejak datang ke IGD RSU PERSAHABATAN lahir bayi

    perempuan, 3000 gram, dengan Apgar Score yang baik. Pada evaluasi selanjutnya uterus berkontraksi

    dengan baik, tidak ada ruptur uteri, ataupun perdarahan post partum karena sebab lainnya.

    Hal yang kurang pada pasien ini adalah pada ANC, yaitu menilai kemungkian keberhasilan VBAC dan risiko

    ruptur uteri melalui pemeriksaan USG. Dari USG dapat diketahui pemeriksaan tebal segmen bawah uterus.

    Semakin tebal segmen bawah uterus maka kemungkinan terjadinya ruptur uterus pada pasien semakin

    kecil.

    Prognosis vitam pada pasien ini adalah bonam, karena tidak terdapat kondisi yang mengancam nyawa.

    Secara fungsional juga bonam, karena fungsi reproduksi pasien masih baik, dan secara sanactionam

    bonam, karena pasien sudah berhasil menjalani VBAC sehingga kemungkinan keberhasilan melahirkan

    pervaginam yang akan datang lebih besar.

  • 7/22/2019 Presentasi Kasus VBAC okeee

    15/28

    Vaginal Birth After Previous Caesarian

    RSU PERSAHABATAN

    15

    copyright2010

    BAB III

    tinjauan pustaka

    Pendahuluan

    Insiden kelahiran melalui proses sectio cesarea(SC) meningkat secara dramatis di Amerika, dari 5% pada

    tahun 1970an menjadi 26% pada tahun 2002. Pertumbuhan yang cepat terjadi karena tekanan yang

    meningkat yang membuat dokter tidak berani melakukan persalinan spontan pada letak sungsang,

    penggunaan forcep. Pada saat yang bersamaan, dengan monitor elektronik untuk mendengar denyut

    jantung dan kontroksi uterus (carditocography = CTG) meningkatkan angka sesar pada fetal yang lemah

    dan distosia. Anggapan bahwa setelah seorang wanita menjalani SCmaka pada persalinan berikutnya juga

    harus dilakukan melalui SCjuga ikut berperan dalam meningkatkan angka SC. 1,2,3,4

    Peningkatan jumlah perempuan yang menjalani electiverepeated cesarean section (ERCS) telah menjadi

    salah satu alasan peningkatan angka kelahiran dengan bedah sesar di Amerika Serikat selama 30 tahun

    terakhir. Sejalan dengan meningkatnya angka ERCS,vaginall birth after previous cesarean section (VBAC)

    semakin direkomendasikan. Beberapa organisasi profesional menganjurkan trial of labor (TOL) kepada

    semua perempuan dengan riwayat bedah sesar. Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yang

    membandingkan VBAC dengan bedah sesar berulang, VBAC tampaknya berhasil pada sekitar 60-80%

    perempuan yang menjalani TOL.TOL pasca SCdapat diterima untuk menurunkan kelahiran melalui seksio

    sesaria. 1,2,4,5

    Walaupun VBACcocok untuk wanita dengan SCtransversal rendah, beberapa faktor meningkatkan angka

    kegagalan TOL yang akan meningkatkan angka kematian ibu dan janin. 4

    Hampir 40 tahun lalu, Douglas et al. melaporkan adanya risiko ruptur uterus selama TOL pada pasien

    dengan riwayat bedah sesar. Mereka menyimpulkan Keberatan yang paling besar dalam melakukan

    persalinan per vaginam pada pasien dengan riwayat bedah sesar disebabkan oleh bencana ruptur uterus.

    Pengalaman tersebut ditambah dengan mantra Once a cesarean, alwaysa cesarean menyebabkan tidak

    dilakukannya persalinan per vaginam pada pasien dengan riwayat bedah sesar selama beberapa dekade. 6

    Sesudah itu, angka bedah sesar di Amerika Serikat meningkat dengan drastis, mencapai hampir 23% pada

    akhir tahun 1980-an. Peningkatan ini menarik perhatian, karena secara umum bedah sesar menyebabkan

    peningkatan morbiditas dan mortalitas maternal serta biaya yang lebih besar dibandingkan persalinan per

    vaginam. 6

  • 7/22/2019 Presentasi Kasus VBAC okeee

    16/28

    Vaginal Birth After Previous Caesarian

    RSU PERSAHABATAN

    16

    copyright2010

    Terdapat penurunan angka terjadinya VBACantara tahun 1996 (40-50%) menjadi 20% pada tahun 2002,

    hal ini terjadi karena para klinisi menemukan beberapa komplikasi saat menatalaksana pasien dengan

    VBAC. Serta adanya guidelines dari American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) yang

    menyatakan bahwa dalam melakukan VBAC maka selama pasien berada di fase aktif persalinan harus

    tersedia personel obstetri, anestesiologi, dan staf-staf penunjang lain yang dapat melakukan SCdarurat.

    Hal ini dapat dipenuhi oleh rumah sakit (RS) pendidikan atau centeryang besar, namun RS yang lebih kecil

    kesulitan dalam memenuhi persyaratan. 1

    Cara yang nyata dapat membatasi peningkatan angka bedah sesar adalah dengan mengevaluasi

    persalinan per vaginam setelah bedah sesar. Berbagai usaha dilakukan untuk memperbaiki keamanan

    VBACdifokuskan pada usaha untuk mengidentifikasi faktor risiko ruptur uterus. 6

    Banyak yang mengatakan bahwa SCberulang sering dilakukan para dokter karena alasan para dokter yang

    melakukan SCdibayar lebih banyak dibandingkan melakukan persalinan pervaginam. Namun para dokter

    menyangkal hal tersebut dan tetap lebih menyukai SCdari pada VBAC. Alasan para dokter lebih menyukai

    melakukan SCberulang yang pertama adalah kenyamanan. SCsecara umum akan memakan waktu paling

    tidak kurang dari satu jam dan dapat dijadwalkan sesuai waktu yang diinginkan. Sedangkan pada TOL akan

    memakan waktu hingga berjam-jam dan persalinan akan terjadi pada jam berapapun, siang ataupun

    malam. Kedua adalah takut dengan masalah peradilan. 7

    Banyak dokter mengatakan bahwa, walaupun resikonya rendah, apabila terjadi ruptur atau beberapa

    masalah signifikan lainnya pada saat TOL, maka tuntutan hukum akan mengenai para dokter. Alasan ketiga

    adalah para wanita tidak menyukai VBAC, karena para wanita yang mengalami kesulitan pada persalinan

    pertama tentunya tidak ingin mengalami semua proses persalinan lagi dari awal. 7

    Kelebihan dan Kekurangan

    Dibandingkan dengan perempuan yang menjalani bedah sesar elektif berulang, perempuan yang berhasil

    menjalani VBAC secara umum akan dirawat di rumah sakit untuk waktu yang lebih singkat, kehilangan

    darah lebih sedikit, transfusi darah minimal. VBAC juga memiliki risiko yang lebih rendah untuk terjadinya

    perdarahan postpartum, infeksi peripartum, komplikasi anestesi, nyeri postpartum dan penyakit

    tromboemboli dibandingkan perempuan yang melahirkan dengan bedah sesar berulang. 4, 6, 8

  • 7/22/2019 Presentasi Kasus VBAC okeee

    17/28

    Vaginal Birth After Previous Caesarian

    RSU PERSAHABATAN

    17

    copyright2010

    Persalinan dengan bedah sesar membatasi masa depan obstetrik seorang perempuan dalam hal

    menurunkan jumlah total persalinan yang mungkin, meningkatkan angka infertilitas sekunder, kehamilan

    ektopik, plasenta previa, plasenta akreta dan histerektomi obstetrik. 8

    Perempuan yang merencanakan kehamilan berikutnya mungkin memilih tidak menjalani bedah sesar

    berulang yang akan meningkatkan risiko ruptur uterus, plasenta akreta, dan morbiditas terkait pembedahan

    abdomen multipel, di samping alasan sosial budaya. 6

    Kemajuan persalinan spontan meningkatkan risiko ruptur uteri dan induksi persalinan dengan prostaglandin

    berhubungan dengan peningkatan risiko ruptur uteri sebanyak 15 kali. Jika terjadi ruptur uteri risiko

    mortalitas perinatal meningkat 10. Beberapa orang menyimpulkan bahwa risiko ini kecil dibandingkan

    manfaat yang didapatkan jika VBACsukses dilakukan. Oleh karena itulah maka informed consentsangat

    penting sehingga setiap pasien dapat memutuskan berdasarkan pertimbangannya masing-masing. 6

    Kegagalan VBAC dihubungkan dengan komplikasi maternal seperti rupture uterus, histerektomi dan luka

    operasi, meningkatnya infeksi maternal dan tranfusi. Morbiditas neonatal meningkat pada kegagalan VBAC

    seperti pH darah arteri umbilical dibawah 7, Skor apgar setelah 5 menit dibawah 7, dan infeksi. 4

    Insiden kematian maternal pada VBAC sangat rendah. Kejadian ruptur uterus dihubungkan dengan

    kematian janin dan kerusakan neurologi berat pada neonatal. Kejadian ruptur uterus berhubungan

    bermakna dengan insisi pada SC sebelumnya. Kelahiran spontan sebelumnya juga secara signifikan

    menurunkan kejadian ruptur uterus. Jarak kelahiran juga berpengaruh pada kejadian ruptur uterus. Angka

    kejadian ruptur uterus meningkat hingga 3 kali pada jarak kehamilan kurang dari 24 bulan dibandingkan

    dengan jarak yang lebih dari 24 bulan. 4

    Kandidat VBAC

    Kriteria untuk menentukan calon persalinan spontan setelah sesar adalah : 4, 5

    Kelahiran sesar transversal rendah satu kali Pelvis yang adekuat Persetujuan pasien Tidak ada skar uterus dan rupture uterus sebelumnya. Tersedia dokter dan fasilitas untuk memantau persalinan dan melakukan sesar gawat darurat. Tersedia dokter anestesi untuk sesar gawat darurat.

  • 7/22/2019 Presentasi Kasus VBAC okeee

    18/28

    Vaginal Birth After Previous Caesarian

    RSU PERSAHABATAN

    18

    copyright2010

    Lebih dari sekali sesar4

    Wanita dengan dua kali sesar transversa rendah dapat dipikirkan untuk melahirkan spontan. Beberapa

    penelitian mengemukakan resiko rupture uterus antara 1-3 %. Apabila terdapat variable potensial lain maka

    insiden rupture uterus meningkat menjadi 5 kali lebih besar pada wanita dengan dua kali sesar

    dibandingkan dengan wanita satu kali sesar.

    Makrosomia 4

    60-90% wanita yang berusaha melahirkan melalui vagina dengan fetus makrosomia berhasil. Kejadian

    rupture uterus meningkat pada wanita yang belum pernah melahirkan melalui vagina.

    Kehamilan lebih dari 40 minggu 4

    Menunggu kehamilan lebih dari 40 minggu akan menurunkan keberhasilan kelahiran melalui vagina setelah

    sesar, tetapi tidak meningkatkan kejadian rupture uterus.

    Insisi vertical rendah sebelumnya 4

    Pada satu studi kasus dan 4 studi retrospektif, wanita dengan insisi vertical rendah sebelumnya dapat

    berhasil melakukan persalinan melalui vagina setelah sesar sama dengan insisi transversa rendah. Tidak

    ada peningkatan morbiditas maternal dan fetus.

    Tipe skar uterus yang tidak dapat diidentifikasi4

    Pada penelitian kantrol random (n=97) membandingkan persalinan dengan augmentasi pada wanita

    dengan tanpa intervensi dengan riwayat sesar yang skarnya tidak diketahui, 5 uterus mengalami perobekan

    pada bekas skar, dan tidak ada skar yang robek pada wanita tanpa augmentasi.

    Kehamilan kembar4

    Pada penelitian yang melibatkan 45 wanita hamil kembar menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna dari

    keberhasilan kelahiran spontan setelah sesar dan rupture uterus dengan wanita hamil tunggal.

    Kontraindikasi VBAC

    Usaha VBACtidak boleh dilakukan pada keadaan: 4, 5

    Riwayat insisi T-Shaped atau transfundal ekstensif Contracted pelvis Riwayat ruptur uterus

  • 7/22/2019 Presentasi Kasus VBAC okeee

    19/28

    Vaginal Birth After Previous Caesarian

    RSU PERSAHABATAN

    19

    copyright2010

    Penolakan pasien Komplikasi medis atau obstetrik untuk kelahiran melalui vagina Tidak ada fasilitas operasi sesar gawat darurat, dokter anestesi dan dokter obsgin. Riwayat skar uterus 2 kali tanpa kelahiran melalui vagina.

    Faktor lain yang dapat meningkatkan risiko ruptur uterus antara lain riwayat bedah sesar dua kali atau lebih,

    makrosomia, induksi persalinan, adanya anomali Mllerian, dan posdatisme. 5

    Keberhasilan VBAC

    Sebagian besar perempuan dengan riwayat satu kali mengalami bedah sesar insisi rendah sesuai untuk

    mengalami VBACpercobaan pada kehamilan berikutnya. Angka keberhasilannya mencapai 70-80%. Angka

    ini turun hingga 50-60-% pada keadaan di mana akhirnya dilakukan bedah sesar karena gagalnya

    persalinan pada percobaan. Insiden scar dehiscence (terbukanya skar bekas bedah sesar tanpa

    menyebabkan timbulnya konsekuensi yang serius baik bagi ibu maupun janin) hanya sekitar 0,5% (1 dari

    200), namun insiden scar rupture (timbulnya konsekuensi yang serius baik bagi ibu maupun janin)

    mencapai 0,1% (1 dari 1000). Histerektomi jarang perlu dilakukan. Pada kasus yang lebih jarang, scar

    rupture dihubungkan dengan angka mortalitas perinatal sebesar 5-15%, angka kebutuhan transfuse 70-

    80%, dan angka histerektomi 20%.8

    Sebenarnya kemungkinan seorang wanita yang telah mengalami SC untuk melahirkan secara normal

    tergantung pada beberapa faktor. 1

    Faktor-faktor yang diidentifikasi memberikan prognosis yang baik pada VBACadalah : 1, 8

    usia kurang dari 40 tahun riwayat melahirkan per vaginam melahirkan per vaginam sejak bedah sesar (vaginal birth since caesarean section) indikasi sectio cesarea tidak rekuren (lintang, plasenta previa, herpes), selain persalinan tidak maju pematangan serviks yang baik

    pembukaan serviks lebih dari 4 cmFaktor-faktor yang mempertinggi angka kegagalan VBACadalah : 1

    obesitas ibu makrosomia usia ibu diatas 40 tahun induksi/augmentasi

  • 7/22/2019 Presentasi Kasus VBAC okeee

    20/28

    Vaginal Birth After Previous Caesarian

    RSU PERSAHABATAN

    20

    copyright2010

    indikasi sectio cesarea yang rekuren (CPD, kegagalan pada kala II)

    Pada sebagian besar penelitian, sekitar 60-80% perempuan yang menjalani VBACberhasil melahirkan per

    vaginam. Namun, penelitian tersebut hanya memasukkan perempuan yang memenuhi kriteria inklusi yang

    ketat, dan mengeksklusi perempuan lain yang merupakan kandidat VBACpada praktek klinik. 5

    Flamm dkk melakukan penelitian prospektif pada 5.022 pasien selama 2 tahun antara Januari 1990 sampai

    dengan Desember 1992. Kekurangan sistem skoring ini ialah peneliti tidak menjelaskan lebih lanjut berapa

    angka keberhasilan antara skor 3 sampai 8. Namun dari penelitian tersebut disimpulkan bahwa

    peningkatan skor berkaitan dengan peningkatan probabilitas keberhasilan VBAC. The admission vaginal

    birth after cesarean scoring system ini bermanfaat untuk konseling pasien untuk memilih VBAC atau ERCS.

    Informasi ini amat penting untuk memberikan pertimbangan kepada pasien yang memiliki pilihan keduanya.9

    Sistem Penilaian menurut Flamm 9

    No Variabel Nilai

    1

    2

    3

    4

    5

    Usia < 40 tahun

    Partus pervaginam sebelumnya:

    Sebelum dan setelah seksio Setelah seksio pertama

    Sebelum seksio pertama Tidak pernah

    Alasan seksio sebelumnya

    Selain failure to progressPenipisan serviks saat masuk

    > 75% 25-75% < 25%

    Pembukaan saat masuk 4cm

    2

    4

    2

    1

    0

    1

    2

    1

    01

    Skor 0-2 : keberhasilan VBAC49%

    Skor 8-10 : keberhasilan VBAC95%

  • 7/22/2019 Presentasi Kasus VBAC okeee

    21/28

    Vaginal Birth After Previous Caesarian

    RSU PERSAHABATAN

    21

    copyright2010

    Untuk memperbaiki kekurangan pada interpretasi skor menurut Flamm, terdapat interpretasi yang lebih

    sempurna berdasarkanAmerican Academy of Family Physicians Vol. 76/No. 8 (October 15, 2007)

    Score Percentage of women with successful VBAC

    0 to 2 493 604 675 776 887 93

    8 to 10 95

    Sistem skoring lain yang digunakan untuk memprediksi keberhasilan VBAC adalah Skor Alamia.

    Kelemahan sistem skoring ini adalah bahwa pasien dengan skor terendah (0-3) masih memiliki

    kemungkinan 60% untuk keberhasilan persalinan pervaginam dan tidak disebutkan pasien dengan batasan

    skor berapa yang tidak layak lahir pervaginam. 10

    Sistem Penilaian untuk memperkirakan Keberhasilan VBACdari Alamia dkk 10

    No. Variabel Nilai

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    Riwayat persalinan pervaginam sebelumnya

    Indikasi SCsebelumnya

    Sungsang gawat janin, plasenta previa, gawat janin, elektif Distosia pada pembukaan < 5 Distosia pada pembukaan > 5

    Dilatasi serviks

    > 4 cm

    2-4cm< 2 cm

    Station di bawah -2

    Panjang serviks 1 cm

    Persalinan timbul spontan

    2

    2

    10

    2

    1

    0

    1

    1

    1

    Skor 7- 9 : keberhasilan VBAC94,5 %

    Skor 4 6 : keberhasilan VBAC78,8 %

    Skor 0 - 3 : keberhasilan VBAC60,0 %

    Skor Maksimal 10

    http://www.aafp.org/http://www.aafp.org/http://www.aafp.org/afp/20071015/contents.htmlhttp://www.aafp.org/afp/20071015/contents.htmlhttp://www.aafp.org/
  • 7/22/2019 Presentasi Kasus VBAC okeee

    22/28

    Vaginal Birth After Previous Caesarian

    RSU PERSAHABATAN

    22

    copyright2010

    TatalaksanaVBAC

    Riwayat dua kali bedah sesar tidak mempengaruhi angka persalinan per vaginam atau komplikasi skar,

    kecuali jika bedah sesar kedua dilakukan atas indikasi gagalnya persalinan per vaginam. 8 Dengan lebih

    dari 1000 kasus yang dilaporkan pada literatur, terlihat cukup beralasan untuk dilakukan TOL pada pasien

    dengan dua kali SCsebelumnya. Akan tetapi masih sedikit data TOL untuk pasien yang lebih dari tiga kali

    SC sebelumnya. ACOG Guidelines for Vaginal Delivery After a Previous Cesarean Birth tahun 1988

    merekomendasikan bahwa, wanita dengan dua atau lebih riwayat SC sebelumnya dengan insisi low

    transverse yang ingin melahirkan pervaginam, tidak boleh dilarang selama tidak ada kontraindikasi. Perlu

    diinformasikan pula bahwa wanita yang pernah SC lebih dari dua kali memiliki resiko ruptur uterus lebih

    besar. 7

    Konseling kandidat yang potensial untuk VBAC

    Pada pemeriksaan antenatal, dokter perlu menilai kondisi seputar riwayat bedah sesar pasiennya. Prediksi

    integritas skar dengan USG telah digunakan untuk mengukur ketebalan skar pada usia kehamilan 36-38

    minggu. Dengan batas 3,5 mm, pemeriksaan ini memberikan sensitivitas yang rendah, namun memiliki nilai

    prediksi negative yang baik (99,3%). USG merupakan tes negatif yang baik, namun merupakan tes positif

    yang buruk. 8

    Hanya perempuan yang memenuhi kriteria spesifik yang ditawarkan untuk menjalani VBAC.

    Evaluasi awal mencakup penilaian ada tidaknya kontraindikasi dan penilaian rekam medis pasien jika tidak

    diketahui jenis insisi pada bedah sebelumnya. Setelah penilaian lengkap, pasien diberikan konseling

    beberapa kali selama kehamilannya. Bersama pasien, dokter perlu mendiskusikan mengenai kemungkinan

  • 7/22/2019 Presentasi Kasus VBAC okeee

    23/28

    Vaginal Birth After Previous Caesarian

    RSU PERSAHABATAN

    23

    copyright2010

    keberhasilan VBAC, serta besarnya risiko maternal dan perinatal jika TOL gagal. Apapun keputusan pasien,

    dokter harus memberikan dukungan. 5

    Penatalaksanaan intrapartum

    Pelaksanaan TOL pada pasien dengan riwayat bedah sesar sebaiknya dilakukan pada tempat di mana

    fasilitas anestesi, obstetri, dan bank darah tersedia dengan segera. Hal-hal yang biasanya dilakukan pada

    pasien yang akan menjalani VBAC antara lain pemasangan akses intravena, pemeriksaan hitung darah,

    puasa, pemantauan denyut jantung janin berkesinambungan secara elektronik, tersedianya personel

    anestesi, obstetri dan neonatal. 5

    Ketika pasien datang dengan rencana TOL, perlu dipertimbangkan dilakukan amniotomi ketika

    pembukaan serviks mencapai 3 cm dengan tujuan untuk mengeksplorasi cairan ketuban dan memungkinan

    dipasangnya elektroda pada kepala janin untuk pemantauan denyut jantung janin. Hal ini dilakukan dengan

    mempertimbangkan risiko terjadinya korioamnionitis, kejadian yang berhubungan dengan tali pusat,

    persalinan disfungsional dan persalinan dengan instrumen karena malposisi. 8

    Pemantauan denyut jantung janin sepanjang persalinan dianjurkan. Penggunaan rutin alat

    pemantau tekanan intrauterus tidak memperbaiki prognosis obstetri maupun menurunkan angka scar

    rupture. 8

    Persalinan diharapkan mengalami kemajuan normal (misalnya pembukaan serviks dari 3 cm maju

    dengan kecepatan minimal 1 cm/jam) dan jika kemajuan persalinan tidak memuaskan, disarankan segera

    mengkonsultasikan kepada ahli obstetri yang lebih berpengalaman. Persalinan yang lambat maju dapat

    disebabkan oleh hipotonus maupun kelemahan skar. Jika digunakan oksitosin, disarankan dosisnya tidak

    melebihi 32 mU/menit. Kelahiran diharapkan terjadi dalam 12 jam setelah mulainya persalinan aktif. 8

    Selama kala dua, jika verteks tidak berada rendah dalam rongga panggul, masih diberikan

    toleransi waktu maksimal 1 jam untuk kepala mengalami penurunan secara pasif, asalkan ibu dan janin

    berada dalam kondisi baik. 8

    Asistensi dipertimbangkan jika tidak ada tanda-tanda persalinan spontan terjadi dalam 1 jam

    setelah ibu mengedan. Dalam hal ini, dapat dipertimbangkan penggunaan forceps. 8

    Pada kala tiga, pemeriksaan intrauterine untuk melihat integritas skar tidak rutin dilakukan, kecuali

    jika terdapat perdarahan per vaginam persisten setelah persalinan atau jika ada kecurigaan terjadinya

    kerusakan integritas skar. Hal ini dapat diketahui dari peningkatan frekuensi nadi ibu maupun abnormalitas

    denyut jantung janin. Tanda bahaya terjadinya scar dehiscence lain seperti penghentian kontraksi secara

    mendadak, nyeri skar terus-menerus (tetap nyeri walaupun telah diberikan analgesia epidural), retraksi

    bagian presentasi janin pada pemeriksaan vagina, perdarahan per vaginam atau hematuria. 8

  • 7/22/2019 Presentasi Kasus VBAC okeee

    24/28

    Vaginal Birth After Previous Caesarian

    RSU PERSAHABATAN

    24

    copyright2010

    Keperluan untuk eksplorasi uterus pada kelahiran yang berhasil masih controversial. Kebanyakan

    skar asimtomatik akan sembuh baik. Dan tidak ada data yang menyarankan kehamilan selanjutnya lebih

    baik dibanding dengan perbaikan melalui operasi. Perdarahan vagina ekstensif atau tanda hipovolemi

    harus segera dievaluasi secara tuntas skar dan jalur genital. 4

    Induksi dan augmentasi

    Pada setiap pasien yang akan menjalani VBAC, persalinan spontan lebih dipilih dibandingkan induksi

    maupun augmentasi. Penelitian yang ada menunjukkan peningkatan angka kegagalan termasuk komplikasi

    ruptur uterus, pada pasien yang menjalani VBACyang mendapatkan induksi maupun augmentasi, terutama

    dengan pemberian prostaglandin sebagai agen pembuka serviks (cervical ripening agent). Penggunaan

    misoprostol harus pula mendapatkan perhatian. 5

    Pada VBACdengan induksi persalinan, risiko ruptur uteri meningkat dibandingkan dengan induksi

    pada persalinan spontan. Peningkatan ini lebih jelas jika memakai oksitosin dan prostaglandin. Penggunaan

    augmentasi oksitosin pada persalinan spontan tidak meningkatkan risiko scar dehiscence maupun scar

    rupture. Komplikasi skar terjadi pada 1,1% kasus di mana induksi persalinan dilakukan menggunakan

    prostaglandin E2 lokal. 8

    Oleh karena itu, induksi persalinan sebaiknya hanya dilakukan atas indikasi obstetri yang valid.

    Induksi persalinan yang dipilih adalah dengan pemecahan membrane dengan augmentasi oksitosin. 8

    Penggunaan Oksitosin pada Percobaan Persalinan Pervaginam pada Bekas SC7

    Oksitosin dapat menyebabkan hiperstimulasi uterin dan sering bersamaan dengan bradikadi pada janin,

    tidak perduli apakah sebelumnya pasien telah dilakukan SC atau belum. Dengan kata lain oksitosin

    membawa beberapa resiko baik pasien dengan luka scarsebelumnya atau belum. Dengan demikian hal

    yang menjadi kontroversi adalah apakah penggunaan oksitosin aman digunakan pada VBAC? Apakah

    penggunaan oksitosin meningkatkan resiko terjadinya ruptur pada lesi scar sebelumnya? 7

    Pemberian oksitosin dilaporkan angka kejadian rupture uterus 0,4-8 %. Pada penelitian yang lain

    angka kejadian rupture uterus pada pasien dengan augmentasi oksitosin 1 % dibanding 0,4 % pada yang

    tidak diberi induksi. Pada penelitian case-control, tidak ditemukan hubungan antara rupture uterus dengan

    pemberian dosis interval oksitosin, total oksitosin yang diterima dan durasi rata-rata pemberian oksitosin. 4

    Sebelum 1980 hampir tidak ada data yang jelas mengenai penggunaan oksitosin selama TOL

    pada BSC. Pada tahun 1985, 21 tulisan yang dipublikasikan pada tahun 1980-1984 didapatkan lebih dari

    600 kasus yang menggunakan oksitosin. Dua kasus didapatkan ruptur uteri, kurang dari 0.5%, tidak terlalu

    berbeda signifikan dengan kasus tanpa menggunakan oksitosin. Pada tahun 1987 dilaporkan penggunaan

    oksitosin pada 485 pasien dengan persalinan BSCdan didapatkan hasil statistik insiden ruptur uteri yang

  • 7/22/2019 Presentasi Kasus VBAC okeee

    25/28

    Vaginal Birth After Previous Caesarian

    RSU PERSAHABATAN

    25

    copyright2010

    tidak signifikan . Nielsen dkk mendapatkan tidak adanya peningkatan resiko ruptur uteri pada 406 pasien.

    Pada laporan dengan meta analisis, didapatkan bahwa penggunaan oksitosin pada persalinan BSC

    didapatkan hasil yang tidak signifikan dan terlihat adanya hubungan dengan meningkatnya mortalitas. 7

    Resiko terjadinya ruptur pada skar uterus pada penggunaan PGE 2 dan oleh sebab itu

    pemakaiannya perlu mendapat perhatian. 7

    Analgesia

    VBACbukan merupakan kontraindikasi untuk dilakukan epidural anestesi dan pengurang rasa sakit yang

    adekuat. 4 Cukupnya penghilang nyeri dapat meningkatkan jumlah perempuan yang memilih TOL

    dibandingkan bedah sesar berulang. Analgesia epidural jarang menutupi gejala dan tanda ruptur uterus. 5

    Pada persalinan, analgesia epidural aman digunakan. 8

    Risiko VBAC

    Ruptur uterus

    Ruptur uterus, komplikasi VBACyang paling serius, sering mengancam nyawa ibu dan bayi. Ruptur uterus

    parsial (incomplete) didefinisikan sebagai terbukanya skar terdahulu, tanpa melibatkan peritoneum yang

    mendasarinya, termasuk di dalamnya adalah ekstrusi isi intrauterine ke broad ligament. Ruptur uterus

    komplet merupakan pemisahan skar terdahulu dengan peritoneum yang mendasarinya, dengan ekstrusi isi

    intrauterine ke rongga abdomen. Scar dehiscence (window) merupakan pembukaan skar terdahulu dengan

    peritoneum viseral yang intak, tanpa ekspulsi isi intrauterine. 5

    Ruptur uterus intrapartum memerlukan tata laksana darurat pada sekitar 0,5% pasien dengan skar

    transversal segmen rendah. Ruptur biasanya melibatkan skar terdahulu dan segmen bawah uterus, namun

    dapat pula stelata dan meluas intra atau retroperitoneal. Faktor yang mempengaruhinya antara lain induksi

    dengan oksitosin atau prostaglandin, dysfunctional labor, riwayat bedah sesar lebih dari satu kali,

    multiparitas, riwayat perforasi uterus saat tidak hamil (kuretase, histeroskopi, metroplasti, dan

    miomektomi).5

    Trial of Labor (TOL) pada bekas SCmenjadi subjek yang kontroversi selama beberapa dekade.

    Tidak ada aspek yang berkaitan dengan TOL, yang lebih kontroversi dibandingkan dengan permasalahan

    rupture uterin. Lebih dari 50 publikasi. Banyak dari publikasi tersebut, pada awalnya menunjukkan bahwa

    TOL pada BSCtidak membedakan antara thin areas dari segmen bawah uterus yang ditemukan pada RCS

    dan true uterine ruptures (complete or symptomatic). 7

    Hampir 40 tahun lalu, Douglas et al. melaporkan adanya risiko ruptur uterus selama trial of labor

    (TOL) pada pasien dengan riwayat bedah sesar. Dari sekitar 200 perempuan dengan skar akibat bedah

    sesar sebelumnya, ruptur uterus terjadi pada sekitar 1% pasien, dan hampir sepertiga janin meninggal. 6

  • 7/22/2019 Presentasi Kasus VBAC okeee

    26/28

    Vaginal Birth After Previous Caesarian

    RSU PERSAHABATAN

    26

    copyright2010

    Meta analysis yang dipublikasikan pada tahun 1991, banyak publikasi yang melaporkan rasio

    kombinasi ruptur-pecah mencapai 1.8%, namun tidak membedakan antara true uterine rupture dan

    asymptomatic. Di RS Kaiser Permanente di California, kami menemukan 0.2% rupture uterus (10 dari 5733)

    selama tahun 1984-1988. Insidens meningkat 0.8% pada tahun 1990-1992 (39 dari 5022). Dari laporan 10

    tahun terakhir dengan lebih dari 11.000 TOL didapatkan insidens keseluruhan rupture uteri adalah 0.5%.

    Dengan jumlah pasien yang mencapai 10.000 , dapat dikatakan bahwa insidens true uterine padaplanned

    TOL lebih kecil dari 1%. 7

    Pada penelitiannya terhadap 20.000 perempuan di Washington yang menjalani VBAC, Lydon-

    Rochelle et al.melaporkan risiko ruptur uterus terjadi pada 4,5 per 1000 pasien. Angka ruptur uterus pada

    persalinan spontan mencapai 5,2 per 1000 pasien, sementara pada penggunaan induksi prostaglandin

    mencapai 7,7 per 1000 pasien. 6

    Laporan sebelumnya menyatakan bahwa 5-10% risiko ruptur uterus berkaitan dengan penggunaan

    misoprostol, analog prostaglandin E1 sintetik yang poten untuk menginduksi persalinan. Berikutnya The

    American College of Obstetricians and Gynecologists memberikan peringatan mengenai penggunaan

    misoprostol. Walaupun Lydon-Rochelleet al. tidak memberikan informasi mengenai preparat prostaglandin

    yang digunakan untuk menginduksi persalinan pada penelitiannya, mereka melakukan analisis secara

    spesifik pada kelahiran sebelum dan setelah tahun 1996, ketika misoprostol mulai digunakan secara luas.

    Mereka menyatakan bahwa risiko terkait induksi persalinan dengan prostaglandin sama antara dua periode

    tersebut, yang secara tidak langsung menyatakan bahwa risiko tersebut tidak hanya terkait dengan

    peggunaan misoprostol, namun juga preparat prostaglandin lainnya. 6

    Sekitar 91 perempuan pada penelitian Lydon-Rochelle et al. yang mengalami rupture uterus

    memiliki angka komplikasi postpartum yang lebih besar, yang menjelaskan bahwa ruptur uterus ini

    bermakna secara klinis. Pada 91 perempuan ini, angka kematian neonatusnya 10 kali lebih tinggi

    dibandingkan 20.004 lainnya (5,5% vs 0,5%). Penting untuk ditekankan, bahwa penelitian ini merupakan

    observationalstudy, bukan randomizedtrial. 6

    Risiko relatif ruptur uterus pada perempuan yang menjalani persalinan spontan sebesar 3,3 pada

    penelitian ini, dibandingkan dengan pasien yang menjalani bedah sesar elektif berulang, consisten dengan

    odds ratio 2,1 pada penelitian metaanalisis dengan total 39000 subjek. Penelitian metaanalisis ini juga

    menemukan peningkatan bermakna pada risiko kematian janin (odds ratio, 1,7) dan skor Apgar kurang dari

    7 pada menit kelima (odds ratio,2,2) pada TOL dibandingkan dengan bedah sesar elektif berulang. 6

    Walaupun sebagian besar laporan menyimpulkan bahwa keadaan maternal dan perinatal dapat

    dikatakan baik walaupun terjadi ruptur uterin. Laporan terbaru dari Utah dan Colorado menekankan bahwa

    ruptur yang terjadi dapat memberikan konsekuensi yang serius. Dalam sebuah laporan didapatkan tidak

    adanya kematian maternal, namun dijumpai 4 kematian janin dan 4 kasus kelainan neurologi, dari total 20

  • 7/22/2019 Presentasi Kasus VBAC okeee

    27/28

    Vaginal Birth After Previous Caesarian

    RSU PERSAHABATAN

    27

    copyright2010

    ruptur uterin dengan jumlah TOL yang tidak diketahui. Yang menarik 3 dari 4 kematian janin pada kasus ini

    terdapat pada ibu yang melahirkan dirumah tanpa monitoring janin. Dari laporan ini dapat disimpulkan

    bahwa TOL tidaklah bebas resiko dan monitoring janin dengan baik adalah k.eharusan. 7

    Diagnosis

    Tanda dan gejala ruptur uterus dapat tidak kentara. Diagnosis akan menjadi jelas setelah kondisi maternal

    atau janin atau keduanya memburuk. Didapatkan abnormalitas pola denyut jantung janin (tersering berupa

    deselerasi yang dengan cepat berkembang menjadi deselerasi lambat, bradikardi dan akhirnya denyut

    jantung janin menjadi tidak terdeteksi), nyeri abdomen (bervariasi derajatnya, biasanya terjadi pada daerah

    tempat insisi sebelumnya, sering dideskripsikan sebagai tearing sensation). Kontraksi uterus sering

    berkurang baik intensitas maupun frekuensinya. Perdarahan per vaginam maupun perdarahan

    intraabdomen berhubungan dengan terjadinya ansietas, kelemahan, hematuria makroskopik, nyeri

    punggung, dan syok. Loss of station of presenting partmerupakan hal diagnostik, namun tidak diperlukan

    untuk diagnosis. 5

    Tanda paling sering ruptur uterus adalah denyut jantung fetus terjadi deselerasi atau bradikardi.

    Tanda lain adalah nyeri abdomen, tidak ada bagian presentasi janin, perdarahan vagina dan hipovolemia. 4

    Pemasangan Kateter tekanan intrauterine (IUPC) : dapatkah mendiagnosis uterin rupture 7

    IUPC diletakkan kedalam kavitas uterus, diharapkan bahwa penggunaan IUPC dpat menilai amplitude pada

    kontraksi uterus dengan menggunakan monitoring internal sehingga apabila nilainya menjadi turun ke

    angka nol, maka terjadi rupture uterin komplit. Hal ini tentunya dapat menjadi alat diagnostic yang baik akan

    tetapi tidak semudah itu. Dari semua studi yang dilakukan, menunjukkan bahwa IUPC, kecil atau tidak

    memiliki nilai untuk mendeteksi adanya rupture uterin. 7

    Penatalaksanaan

    Pasien yang dicurigai mengalami ruptur uterus harus segera menjalani laparotomi eksplorasi dan bedah

    sesar. Prognosis perinatal tergantung pada derajat keparahan ruptur dan hubungannya dengan plasenta

    dan umbilical cord. Kerusakan plasenta dan umbilical cord dengan cepat menimbulkan hipoksemia,

    disfungsi organ permanen, dan kematian janin. Setelah bayi lahir, dimungkinkan dilakukan perbaikan defek

    uterus. Histerektomi dilakukan jika terdapat perluasan ke pembuluh darah broad ligament, kerusakan luas

    pada miometrium, atau adanya plasenta accreta. 5

  • 7/22/2019 Presentasi Kasus VBAC okeee

    28/28

    Vaginal Birth After Previous Caesarian

    RSU PERSAHABATAN

    28

    Kehamilan setelah ruptur uterus

    Jika lokasi ruptur terbatas pada segmen bawah, risiko berulangnya ruptur sebesar 6%. Jika ruptur

    melibatkan segmen atas uterus, angka tersebut meningkat menjadi 32%. Oleh karena itu, perempuan

    dengan riwayat ruptur uterus paling baik melahirkan bayi berikutnya dengan bedah sesar segera setelah

    janin matur atau pada usia kehamilan 36-37 minggu, sebelum onset persalinan. 5 Setelah rupture uterus

    maka kehamilan selanjutnya harus dengan sesar sebelum onset kelahiran. 4

    Beberapa komplikasi minor lebih sering terjadi pada perempuan yang menjalani bedah sesar

    berulang. Bagaimanapun, penelitian meta-analisis retrospektif dan prospektif terbaru yang membandingkan

    VBAC dengan bedah sesar berulang menunjukkan bahwa sebagian besar komplikasi mayor lebih

    cenderung dialami oleh perempuan yang menjalani VBAC. Sebagian besar komplikasi terjadi pada

    perempuan yang gagal pada TOL, terutama jika memerlukan bedah sesar darurat. 5

    Angka morbiditas dan mortalitas perinatal akibat gagalnya TOL, terutama pada kasus ruptur

    uterus, dinilai rendah (under-appreciated). Teorinya, kerusakan janin dapat diminimalisasi jika kelahiran

    terselesaikan dengan cepat. Namun kenyataannya, kerusakan janin dapat terjadi bahkan jika kelahiran

    terjadi dalam 18 menit setelah ruptur uterus. 5