volume 3 nomor 2 oktober 2015 - uin syarif hidayatullah

29
Volume 3 Nomor 2 Oktober 2015 Diterbitkan oleh Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Terbit dua kali dalam satu tahun (April dan Oktober) Redaksi Ahli Jamaluddin Ancok (Universitas Gadjah Mada) J.P. Soebandono (Universitas Indonesia) Komaruddin Hidayat (UIN Syarif Hidayatullah Jakarta) Rahmat Ismail (HIMPSI Jakarta) Abdul Mujib (API Jakarta) Pemimpin Redaksi Rachmat Mulyono Redaksi Risatianti Kolopaking Akhmad Baidun Sekretariat Haidir Syahrulloh Alamat Redaksi Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Jl. Kertamukti No. 5 Cirendeu-Ciputat Tangerang Selatan, Banten, INDONESIA, 15419 Telp. (62-21) 7433060, Fax. (62-21) 74714714 Email: [email protected]

Upload: others

Post on 19-Mar-2022

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Volume 3 Nomor 2 Oktober 2015

Diterbitkan oleh Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah JakartaTerbit dua kali dalam satu tahun (April dan Oktober)

Redaksi AhliJamaluddin Ancok (Universitas Gadjah Mada)

J.P. Soebandono (Universitas Indonesia)Komaruddin Hidayat (UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

Rahmat Ismail (HIMPSI Jakarta)Abdul Mujib (API Jakarta)

Pemimpin RedaksiRachmat Mulyono

RedaksiRisatianti Kolopaking

Akhmad Baidun

SekretariatHaidir

Syahrulloh

Alamat RedaksiFakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Jl. Kertamukti No. 5 Cirendeu-CiputatTangerang Selatan, Banten, INDONESIA, 15419Telp. (62-21) 7433060, Fax. (62-21) 74714714

Email: [email protected]

DAFTAR ISI

Pengaruh Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar Santri Di Pondok Pesantren

Ridwansyah & Diana Mutiah .....................................................

Peran Religiusitas dalam Pembentukan Konsep Diri Remaja

Desi Yustari Muchtar .................................................................

151

179

Filial Piety: Study Pengaruh Komitmen Religius, Gratitude, danDemografi Terhadap Filial Piety

Rika Rostika Johara & Ikhwan Lutfi............................................195

Pengaruh Dukungan Sosial dan Forgiveness Terhadap KekerasanSeksual Terhadap Remaja

Nur Faizah & Layyinah...............................................................215

Pengaruh Job Embeddedness dan Work Engagement TerhadapIntensi Turnover

Ayu Lestari & Mulia Sari Dewi.....................................................229

Hubungan Antara Family Belief System dan Tipe Pola Asuhdengan Behavior Problems Pada Anak Dengan Down Syndrom

Neneng Tati Sumiati.....................................................................243

Pola Komunikasi Antara Sekolah dan Orang Tua SiswaBerkebutuhan Khusus (SBK) Di Sekolah Inklusi

Farah Farida Tantiani..................................................................261

The Effect of Mastery Learning on Affective Characteristics ofStudent A Quantitative Research Synthesis

Bahrul Hayat..............................................................................273

Faktor-Faktor Psikologis yang Mempengaruhi Intensi MembeliProduk Fashion Tiruan

Jazran Efendi & Akhmad Baidun.................................................287

TAZKIYA Journal of Psychology Vol. 3 No. 2 Oktober 2015

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR TERHADAPPRESTASI BELAJAR SANTRI DI PONDOK

PESANTREN

RidwansyahDiana Mutiah

UIN Syarif Hidayatullah [email protected]

AbstractThe purpose of this study was in order to know the effect of learning motivation inIslamic boarding school towards achievement of the student. This research sample was134 students of Daar el-Qolam Islamic boarding school. Sampling technique that usedin this research is nonprobability sampling. Multiple Regression Analysis was used foranalysis with 0.05 significant. Result showed that there was a significant effect betweenlearning motivation in school, level of the class, previous school, and gender towardsachievement in Daar el-Qolam Islamic boarding school. Then, if we see from thecoeficient regression of each independent variable, it’s known that there was asignificant effect towards achievement, that is default motivation (DEF). Proportions ofthe variances from all the independent variable toward achievement was 14,4%,whereas the rest was effected by other variable outside this study by 85,6%. Futurestudy is recommended to do research about this other variable.

Keywords: Achievement, Learning Motivation In Islamic Boarding School

AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh motivasi belajar di pondokpesantren terhadap prestasi belajar santri. Sampel penelitian ini yaitu santri PondokPesantren Daar el-Qolam sebanyak 134 santri. Teknik sampling yang digunakan yaitunonprobability sampling. Analisis data yang digunakan yaitu Multiple RegressionAnalysis pada taraf signifikansi 0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapatpengaruh yang signifikan antara motivasi belajar di pesantren, level kelas, asal sekolahdan jenis kelamin terhadap prestasi belajar santri Pondok Pesantren Daar el-Qolam.Kemudian jika dilihat dari koefisien regresi masing-masing IV, diketahui bahwa hanyaterdapat satu IV yang signifikan pengaruhnya terhadap prestasi belajar yaitu motivasidefault (DEF). Besarnya proporsi varians dari seluruh IV terhadap prestasi belajaradalah sebesar 14,4%, sedangkan sisanya sebesar 85,6% dipengaruhi oleh variabellain diluar penelitian ini. Oleh sebab itu, disarankan pada penelitian selanjutnya untukmeneliti variabel-variabel lain diluar penelitian ini yang mempengaruhi prestasibelajar santri pondok pesantren.

Kata Kunci: Motivasi Belajar di Pondok Pesantren, Prestasi Belajar Santri

Diterima: 29 Maret 2015 Direvisi: 20 April 2015 Disetujui: 28 April 2015

151

Pengaruh Motivasi Belajar terhadap Prestasi Belajar Santri di Pondok Pesantren

PENDAHULUAN

Awal abad ke-20, perkembangan pesantren memulai bentuk trans-formatifnya.Perkembangan itu meliputi kurikulum, metode mengajar, dan kelembagaan.Dalam kurikulum terdapat perkembangan sejak 1906 ketika kerajaan Jawa diSurakarta mendirikan Manba‘ul Ulum dengan memasukkan kurikulum barat kedalam pendidikan agama (Kuntowidjojo, 1988). Pesantren ini mulaimemasukkan unsur pendidikan umum berupa mata pelajaran membaca tulisanlatin, dan aljabar, ke dalam kurikulumnya.

Fungsi utama lembaga pendidikan secara umum dan universal meliputipengembangan dan pelestarian kepribadian yang secara prinsipil disepakatibersama masyarakat yang bersangkutan (di mana lembaga pendidikan ituberada). Transmisi dan pewarisan (konservasi) nilai luhur budaya dari generasike generasi (Mercer, 1970).

Pada perspektif pendidikan nasional, pondok pesantren merupakan salahsatu subsistem pendidikan yang memiliki karakteristik khusus. Secara legalitas,eksistensi pondok pesantren diakui oleh semangat Undang-undang RI No. 20tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Salah satu ciri khas kehidupandi pondok pesantren adalah kemandirian santri, sebagai subjek yangmemperdalam ilmu keagamaan di pondok pesantren. Kemandirian tersebutkoheren dengan tujuan pendidikan nasional (Sanusi, 2012).

Sebagai subsistem Pendidikan Nasional, pesantren keberadaannyadiupayakan tidak saja untuk mendalami kajian keagamaan semata, tetapimelaksanakan kegiatan yang bersifat sosial dan juga melaksanakan wajibbelajar pendidikan dasar melalui pengembangan sistem pembelajaran yang padagilirannya mengupayakan pemberdayaan santri melalui pengembangan bakat,minat, sekaligus jenjang pendidikan formal. Karena itu dalamperkembangannya, pesantren selain memberikan pendidikan agama jugamemberikan bekal keterampilan kepada santri, sehingga lulusannya memilikiketerampilan dan kemandirian lebih baik dibandingkan dengan lulusan lembagapendidikan lainnya. (Habibah, 2007 dalam Dahri, 2007).

Dengan semakin berkembang jumlah pondok pesantren yang ada diIndonesia, maka tidak sulit bagi orang tua untuk memilihkan sekolah yangsesuai untuk anak-anak mereka. Cote dan Levine (1997) mengatakan bahwa adalima tipologi motivasi siswa masuk sekolah (perguruan tinggi) yaitu: pertama,motivasi karir materialis (careerism-materialism) memandang

152

TAZKIYA Journal of Psychology Vol. 3 No. 2 Oktober 2015

sekolah sebagai sarana untuk memperoleh karir yang lebih baik sehinggapenghasilannya dapat mencukupi kehidupan mereka. Kedua, motivasipengembangan-intelektual (personal-intellectual development), penekanannyaada pada pertumbuhan intelektual pribadi dan pemahaman konpleksitas hidup.Ketiga, motivasi humanis (humanitarian), berlandaskan pada usaha untukmenolong orang yang kurang beruntung (kaitannya dengan hubungan sosial).Keempat, motivasi ekspektasi (expectation driven), yaitu merespon ekspektasidan tekanan dari keluarga dan teman untuk belajar di perguruan tinggi atausekolah dan mendapatkan peringkat yang baik. Kelima, motivasi default, yaituketidaktahuan alasan siswa belajar di sekolah tersebut, kecuali kepercayaanbahwa pilihan itu lebih baik dari pada pilihan lainnya.

Lebih lanjut, dalam penelitian yang dilakuan oleh TABS mengatakansiswa boarding school lebih siap untuk masuk ke jenjang pendidikan yang lebihtinggi (perkuliahan). 87% siswa melaporkan bahwa mereka lebih siap secaraakademis. Kelima, para alumni boarding school berkembang cepat dalam karirmereka dan lebih filantropis. Pada pertengahan karir, 44% alumni mencapaiposisi yang stategis dalam manajemen atau perusahaan mereka, berbanding27% dengan alumni sekolah swasta dan 33% alumni sekolah negeri. Orientasikeunggulan dalam dunia pendidikan tampaknya telah menjadi orientasimasyarakat luas, baik di negara yang sedang berkembang maupun negara maju,untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan mencapai keunggulankompetitif pada abad 21.

Dalam artikel lain yang ditulis oleh boarding school review (2014), adabeberapa alasan dan manfaat individu memilih boarding school, sebagaiberikut: Pertama, Mereka membuat pilihan yang penting dan mengembantanggung jawab untuk diri sendiri. Hidup sendiri tidaklah mudah, ada banyakdukungan dari fakultas (boarding school), pembimbing dan juga teman sebaya.Tapi tetap saja mereka harus mengurus diri sendiri dan bertanggungjawab atastindakan yang mereka lakukan. Individu harus membuat pilihan bagaimanamenghabiskan waktunya secara berkualitas, kegiatan dan kesempatan apa yangakan diambil, dan bagaimana menciptakan keseimbangan yang wajar antarabekerja (belajar) dan bermain. individu dapat membuat pilihan yang memilikidampak langsung pada hal-hal yang dipelajari.

Kedua, berada dalam lingkungan di mana mencoba hal-hal yang barusangat dianjurkan. Belajar di boarding school berarti merambah ke sesuatu yangbaru atau asing, hal ini seperti petualangan baru. Individu akan

153

Pengaruh Motivasi Belajar terhadap Prestasi Belajar Santri di Pondok Pesantren

menjadi bagian dari sebuah komunitas di mana keinginan untuk mengeksplorasihal-hal baru yang melekat di tubuh siswanya. Siswa akan bertemu orang-orangyang baru, menemukan tempat dalam komunitas baru, belajar keterampilan barudan mata pelajaran baru, dan menantang diri sendiri untuk mendapatkan mutuakademik yang lebih tinggi.

Ketiga, memiliki banyak hal yang menyenangkan dan membentukpersahabatan dengan yang lainnya. Boarding school dapat pula menjadi sesuatuyang menarik. Sudah menjadi hal yang wajar di boarding school teman sekamarmenjadi teman dekat siswa dan membuat sebuah hubungan yang salingmenguntungkan. Persahabatan yang siswa jalin di boarding school akanmenjadi sesuatu yang akan siswa ingat seumur hidup. Selain itu, siswa jugaakan bertemu dengan teman-teman dari berbagai negara. Pesantren banyakmerekrut siswa dari berbagai latar belakang geografis, ras, dan sosial ekonomi.

Dan keempat, menjadi bagian dari kebanggaan komunitas. Alumniboarding school umumnya sangat antusias dan bangga akan almamaternya.Tradisi dan sejarah dibalik banyaknya boarding school mempengaruhikarakteristik pengajarannya, dan mempengaruhi setiap siswa yang belajardidalamnya. Andil dari pengalaman dan sejarah tersebut membuat jaringan yangkuat dan berlangsung seumur hidup.

My Boarding School dalam artikelnya juga menuliskan alasan-alasanmengapa memilih sekolah dengan sistem boarding school yaitu, kualitaspengajar, networking, memfokuskan pada prestasi siswanya, akademik yangbaku, dan terakhir memiliki aktifitas ekstrakulikuler yang melimpah.

Penelitian yang dilakukan oleh Center on Educational Policy (2007)tentang are private high schools better academically than public high schools?,mendapatkan hasil bahwa prestasi remaja pada tingkat sekolah menengah atasbanyak dipengaruhi oleh tiga faktor, prestasi mereka pada saat sebelum masuksekolah menengah atas, tingkat konomi dan kekayaan keluarga, dan terakhirketerlibatan orang tua dalam aktifitas diluar sekolah termasuk pendidikan sikapdan perilaku seperti mengajak diskusi mengenai sekolah (Center on EducationPolicy, 2007).

Severiens dan Dam (1997) dalam penelitiannya mengenai gender andgender identity differences in learning style, mengatakan bahwa penelitian yangberkaitan tentang proses belajar dan gender (jenis kelamin) dalam pembelajaranmemiliki rata-rata perbedaan yang kecil antara laki-laki dan perempuan. Dalampenelitian lain mengenai perbedaan jenis kelamin terhadap kemampuan siswadalam mata pelajaran matematika yang

154

TAZKIYA Journal of Psychology Vol. 3 No. 2 Oktober 2015

dilakukan oleh Ekawati dan Wulandari (2011) didapatkan hasil sebagai berikut,dari jumlah sampel penelitian sebanyak 284 orang didapatkan hasil bahwa nilairata-rata siswa laki-laki sebesar 7,70 dan siswa perempuan sebesar 7,50. Jikadilihat dari nilai rata-rata maka tidak ada perbedaan yang signifikan antara siswaperempuan dan siswa laki-laki.

Penelitian yang dilakukan oleh Nugroho dan Pramukantoro (2014)tentang pengaruh motivasi belajar mahasiswa berdasarkan latar belakangsekolah pada mata kuliah praktik dasar listrik dan matematika teknik terhadapprestasi belajar mahasiswa S1 PTE UNESA didapatkan hasil bahwa asalsekolah mahasiswa yaitu SMK atau SMA tidak berpengaruh terhadap prestasibelajar mereka yaitu dengan equel varian assumed adalah 0,000 denganprobabilitas 1,000 > 0,05.

Prestasi BelajarLinn dkk (2014), mengatakan bahwa prestasi belajar siswa adalah pengetahuansiswa tentang sebuah materi, pemahaman dan keterampilan pada satu waktutertentu. Prestasi selalu dihubungkan dengan aktivitas tertentu, misalnya belajar.Yang paling umum digunakan untuk mengukur prestasi siswa adalah tes standaratau penilaian standar yang mengukur daerah tertentu dari prestasi misalnyasejauh mana siswa kelas 3 telah menguasai seni standar bahasa inggris, danpaling baik dipahami sebagai salah satu ukuran subset pengetahuan atauketerampilan.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi BelajarSecara global, Syah (2008) mengatakan bahwa faktor-faktor yangmempengaruhi prestasi belajar siswa dapat dibedakan menjadi tiga macam,sebagai berikut:

Faktor internal. Faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri meliputidua aspek: Aspek fisiologis, kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot)yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapatmempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran.Kondisi organ tubuh yang lemah, apalagi jika disertai pusing-pusing kepalamisalnya, dapat menurunkan kualitas ranah cipta (kognitif) sehingga materiyang dipelajarinya pun kurang atau tidak berbekas. Kondisi organ-organ khusussiswa, seperti tingkat kesehatan indera pendengaran dan indera penglihatan,juga sangat mempengaruhi kemampuan siswa dalam menyerap informasi danpengetahuan khsususnya yang disajikan di kelas.

155

Pengaruh Motivasi Belajar terhadap Prestasi Belajar Santri di Pondok Pesantren

Aspek psikologis, banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yangdapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan pembelajaran siswaseperti (a) Intelegensi siswa, tingkat kecerdasan atau intelegensi siswa tidakdapat diragukan lagi, sangat menentukan tingkat keberhasilan siswa. Inibermakna, semakin tinggi kemampuan intelegensi seorang siswa maka semakinbesar peluangnya untuk meraih sukses, sebaliknya semakin rendah kemampuanintelegensi seorang siswa maka semakin kecil peluangnya untuk memperolehkesuksesan. (b) Sikap siswa, sikap adalah gejala internal yang berdimensiafektif seperti sikap siswa yang positif terutama kepada guru dan mata pelajaranyang disajikan merupakan pertanda awal yang baik bagi proses belajar siswatersebut, sebaliknya sikap negatif siswa terhadap guru dan mata pelajarnyaapalagi diiringi kebencian dapat menimbulkan kesulitan belajar siswa tersebut.(c) Bakat siswa, setiap orang pasti memiliki bakat dalam arti berpotensi untukmencapai prestasi sampai ke tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing. (d) Minat siswa, kecenderungan dan kegairahan yang tinggi ataukeinginan yang besar terhadap sesuatu, hal ini dapat mempengaruhi kulitaspencapaian hasil belajar siswa dalam bidang-bidang studi tertentu. (e) Motivasisiswa, motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu motivasi intrinsikadalah hal atau keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri dapatmendorongnya melakukan tindakan belajar, dan motivasi ekstrinsik adalah halatau keadaan yang datang dari luar individu siswa yang juga mendorongnyauntuk melakukan kegiatan belajar.

Faktor eksternal. faktor eksternal terdiri dari dua macam: (a) Lingkungansosial, lingkungan sosial sekolah seperti para guru, para staf administrasi, danteman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar seorang siswa.Selanjtunya, yang termasuk lingkungan sosial siswa adalah masyarakat dantetangga juga teman-teman sepermainan di sekitar perkampungan siswatersebut. Lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajarialah orangtua dan keluarga siswa itu sendiri. (b) Lingkungan nonsosial, faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial adalah gedung sekolah dan letaknya,rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaancuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa. Faktor-faktor ini dipandangturut menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa.

Dan terakhir faktor pendekatan belajar. Pendekatan belajar dapatdipahami sebagai segala cara atau strategi yang digunakan siswa dalammenunjang efektivitas dan efisiensi proses pembelajaran materi tertentu.

156

TAZKIYA Journal of Psychology Vol. 3 No. 2 Oktober 2015

Strategi dalam hal ini berarti seperangkat langkah operasional yang direkayasasedemikian rupa untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan belajartertentu (Lawson, 1991 dalam Syah, 2008). Di samping faktor-faktor internaldan eksternal siswa, faktor pendekatan belajar juga berpengaruh terhadap tarafkeberhasilan proses pembelajaran siswa tersebut.

Barry (2000) dalam bukunya mengenai assessing learning achievementmengatakan bahwa hampir semua temuan penelitian telah menunjukkan bahwakita tidak dapat mengidentifikasi faktor penentu prestasi belajar siswa, baik itukualifikasi guru, ketersediaan bahan belajar atau status sosial ekonomi keluargasiswa. Dalam pemikiran tentang hal tersebut, para peneliti telah menemukan ituberguna untuk membagi faktor menjadi dua kategori besar yaitu kontekstual dansekolah terkait.

Pertama, faktor kontekstual. Faktor kontkstual yang berdampak padaprestasi yang berhubungan dengan konteks di mana fungsi sekolah dan siswasecara individual. Hal ini termasuk unsur-unsur seperti sekolah di perkotaanatau pedesaan, tingkat sosial ekonomi masyarakat dan tingkat pendidikan orangtua. Sistem pendidikan sebuah negara menghadapi tantangan untukmenyediakan kesempatan belajar yang sama dengan siswa yang berasal darikeragaman sosio-ekonomi, budaya, sikap dan konteks lainnya. Pada umumnyapetugas sekolah (guru) memiliki sedikit kontrol atas faktor kontekstual.

Kedua, faktor sekolah yang berhubungan dengan fungsi dari kebijakansekolah yang ditetapkan oleh para pemimpin politik dan pendidikan di tingkatnasional, kabupaten atau lokal. Ini termasuk elemen seperti kebijakan retensi,kualifikasi guru, lama smester, kebijakan pekerjaan rumah, ketersediaan bukuteks dan bahan pendidikan lainnya, dan kenyamanan sekolah. Menurut definisi,administrator pendidikan dan pembuat kebijakan memiliki pengaruh yang besaratas faktor sekolah yang terkait. Lebih lanjut Fiske (dalam Barry, 2000)mengatakan bahwa faktor-faktor di sekolah dapat dikelompokkan menjadikarakteristik guru dan sumber daya sekolah. Karakteristik guru yang menariksangat penting karena kualifikasi, pengalaman dan kompetensi guru memainkanperan penting dalam membentuk proses belajar mengajar dan karena interaksiantara murid dan guru adalah cara utama transmisi pengetahuan danketerampilan. Sumber daya sekolah terdiri dari faktor-faktor seperti fasilitias,ketersediaan buku pelajaran, organisasi kelas dan prosedur intruksional.

157

Pengaruh Motivasi Belajar terhadap Prestasi Belajar Santri di Pondok Pesantren

Pada penemuan lain, Fiske (dalam Barry, 2000) mengatakan bahwa faktorsiswa secara personal seperti attitude dan motivasi telah mempengaruhi prosesbelajar dalam berbagai mata pelajaran dan berbagai kondisi. Bahkan, persepsimurid dari nilai pelajaran tertentu dapat dianggap sebagai penentu hasil dariproses belajar, dengan cara memperkuat kinerja secara lebih tinggi atau lebihrendah.

Mlambo (2011), mengatakan bahwa ada beberapa faktor yangmempengaruhi prestasi akademik seperti jenis kelamin, usia, motivasi diri,pendapatan keluarga, dan tingkat pendidikan orang tua. Sementara hubunganpositif antara motivasi diri dan prestasi akademik telah ditetapkan (Zimmerman,Bandura, dan Martinez-Pons, 1992, dalam Mlambo, 2011).

Pengukuran Prestasi BelajarPengukuran adalah proses yang berlangsung terus-menerus. Pengukuran lebihdari sekedar memberikan tes atau nilai. Pengukuran adalah segala sesuatu yangdilakukan guru untuk mengetahui apakah siswa-siswanya belajar. Pengukuranbisa dilakukan dengan memberi siswa pertanyaan, memantau pemahamanmereka ketika anda mengitari ruangan selama sebuah aktivitas berlangsung.Dan memperhatikan kerut dahi di wajah siswa yang bingung atau senyumansiswa yang mngerti pada konsep yang diajarkan. Tanpa pengukuran yangberlangsung terus-menerus ini, seorang guru tidak akan pernah mengetahuiapakah pelajaran itu efektif atau perlu dimodifikasi. Pengukuran yang dilakukansecara efektif, memberi seorang guru informasi yang berharga untukmemberikan pengalaman belajar yang optimal kepada setiap anak (Farrow,dalam Santrock, 2014).

Pengukuran prapelajaran, untuk mengetahui seberapa baik siswa bisamenyelesaikan tingkat soal mata pelajaran tertentu sebelum memulaipembelajaran formal pada tingkat yang lebih tinggi. Guru mungkin melihat nilaiyang sebelumnya dari siswa dan skor mereka dalam tes mata pelajaranterstandardisasi serta mengobservasi siswa selama beberapa hari untuk melihatseberapa baik prestasi mereka. Sebagian besar pengukuran prapelajaran adalahobservasi informal (Taylor & Nolen, 2005, dalam Santrock, 2014). Dalambeberapa minggu pertama sekolah, guru memiliki banyak kesempatan untukmengobservasi karakteristik dan perilaku siswa. Bersikaplah peka, apakahseorang siswa itu malu atau ramah, memiliki kosahkata yang bagus atau lemahlembut, berbicara dan mendengarkan secara efektif, memperhatikan orang lainatau egosentris, terlibat dalam

158

TAZKIYA Journal of Psychology Vol. 3 No. 2 Oktober 2015

perilaku yang baik atau tidak baik, dan lain-lain. Selain itu, guru juga berfokuspada perilaku nonverbal siswa untuk petunjuk yang bisa mengungkapkegugupan, rasa bosan, frustasi atau kurang pemahaman.

Pengukuran selama pelajaran. Tren yang semakin luas adalah penggunaanpengukuran formatif (formative assessment) yang merupakan pengukuranselama berlangsungnya pelajaran daripada setelah pelajaran selesai. Pengukuranformatif telah menjadi istilah teknis dengan penekanannya pada pengukuranuntuk pembelajaran daripada pengukuran dari pembelajaran (Ainsworth &Viegut, 2006; Black & William, 2006; Stiggins, 2006, dalam Santrock, 2014).Pengukuran selama pelajaran juga membantu guru untuk mendeteksi siswamanakah yang membutuhkan perhatian individual seorang guru (Stobart, 2006,dalam Santrock, 2014).

Pengukuran pascapelajaran biasa disebut pengukuran sumatif ataupengukuran formal. Pengukuran sumatif adalah pengukuran setelah pelajaranselesai dengan tujuan mendokumentasikan prestasi siswa. Pengukuran setelahpelajaran memberikan informasi tentang seberapa baik siswa menguasai materi,apakah siswa sudah siap untuk unit pelajaran berikutnya, nilai apa yang harusdiberikan kepada mereka, komentar apa yang harus guru berikan kepadaorangtua, dan bagaimana guru harus menyesuaikan pelajaran (McMillan, 2007,dalam Santrock, 2014).

Motivasi Belajar di Pondok PesantrenScunk dan Pintrich (1996) mengatakan bahwa motivasi adalah suatu doronganyang membuat individu melakukan suatu pekerjaan tertentu dan membantuindividu mencapai target dari pekerjaannya tersebut. Motivasi juga memberikanarah dari sebuah tindakan individu tersebut agar lebih konsisten dalammencapai tujuannya.

Motivasi memerlukan suatu aktivitas baik fisik maupun mental. Aktivitasfisik ditandai dengan sebuah usaha, ketekunan, dan tindakan terbuka lainnya.Sedangkan aktivitas mental ditandai dengan tindakan-tindakan kognitif sepertiperencanaan, berlatih, pengorganisasian, pemantauan, membuat keputusan,memecahkan masalah, dan menilai kemajuan (Schunk & Pintrich, 1996).

Motivasi dalam perspektif psikologi dapat dilihat dari berbagai sudutpandang yang berbeda. Menurut perspektif behavioral, motivasi ditekankan padaimbalan dan hukuman eksternal sebagai kunci dalam menentukan motivasiseseorang. Insentif adalah peristiwa atau stimuli positif atau negatif yang dapatmemotivasi perilaku individu. Pendukung penggunaan insentif

159

Pengaruh Motivasi Belajar terhadap Prestasi Belajar Santri di Pondok Pesantren

menekankan bahwa insentif dapat menambah minat atau kesenangan padapelajaran, dan mengarahkan perhatian pada perilaku yang tepat dan menjauhkanmereka dari perilaku yang tidak tepat (Emmer dkk, 2000 dalam Santrock,2008).

Belakangan ini muncul minat besar pada motivasi menurut perspektifkognitif. Minat ini berfokus pada ide-ide seperti motivasi internal murid untukmencapai sesuatu, atribusi mereka (persepsi tentang sebab-sebab kesuksessandan kegagalan, terutama persepsi bahwa usaha adalah faktor penting dalamprestasi), Perspektif kognitif juga menekankan arti penting dari penentuantujuan, perencanaan dan monitoring kemajuan menuju suatu tujuan (Schunk &Ertmer, 2000; Zimmerman & Schunk, 2001 dalam Santrock, 2008).

Perspektif kognitif tentang motivasi sesuai dengan gagasan White (1959),yang mengusulkan konsep motivasi kompetensi, yakni ide bahwa orangtermotivasi untuk menghadapi lingkungan mereka secara efektif, menguasaidunia mereka, dan memproses informasi secara efisien. White mengatakanbahwa orang melakukan hal-hal tersebut bukan karena kebutuhan biologis,tetapi karena orang punya motivasi internal untuk berinteraksi denganlingkungan secara efektif (Santrock, 2014).

Penting untuk menyadari bahwa motivasi menghasilkan hubungan timbalbalik antara belajar dan kinerja. Sama halnya motivasi mempengaruhi sebuahhasil, apa yang seseorang kerjakan dan pelajari mempengaruhi motivasiberikutnya (Schunk, 1991 dalam Schunk & Pintrich, 1996). Guru yangmemotivasi siswa untuk belajar sering menemukan bahwa pembelajaranselanjutnya membantu mengembangkan motivasi intrinsik pada siswa (Meece,1991 dalam Schunk & Pintrich, 1996).

Motivasi Belajar di Pondok PesantrenMotivasi yang diteliti dalam penelitian ini adalah motivasi belajar di pondokpesantren. Teori motivasi ini diadaptasi dari teori Cote dan Levine (1997)mengenai motivasi siswa masuk perguruan tinggi yang telah dimodifikasimenjadi motivasi belajar di pondok pesantren dalam penelitian mereka yangberjudul “student motivation, learning environments, and human capitalacquisition: toward an integrated paradigm of student developmen”. Dalampenelitiannya mereka juga mengatakan tipe motivasi siswa dan tipe lingkunganberperan sangat penting dibandingkan dengan pencapaian nilai sebelumnyauntuk memprediksi prestasi akademis.

160

TAZKIYA Journal of Psychology Vol. 3 No. 2 Oktober 2015

Jenis-jenis MotivasiSantrock (2008) membagi motivasi dalam 2 jenis utama yaitu motivasi intrinsik (intrinsic motivation) dan motivasi ekstrinsik (extrinsic motivation).

1. Motivasi Intrinsik (instrinsic motivation)Motivasi intrinsik adalah motivasi yang berasal dari dalam diri untukmelakukan sesuatu demi usaha itu sendiri. Sedangkan Schunk dan Pintrich(1996) mengatakan bahwa motivasi intrinsik mengacu pada motivasi untukterlibat dalam kegiatan belajar dengan keinginan sendiri. Siswa yangtermotivasi secara intrinsik mengerjakan tugas-tugas mereka karena memangmenyukai tugas tersebut. Penyertaan tugas adalah hadiah tersendiri dan tidaktergantung pada imbalan atau hal-hal eksternal lainnya.

2. Motivasi Eksternal (extrinsic motivation)Motivasi ekstrinsik adalah keinginan untuk mencapai sesuatu dengan tujuanuntuk mendapatkan penghargaan eksternal atau untuk menghindari hukumaneksternal. Sedangkan menurut Schunk dan Pintrich (1996) motivasiekstrinsik adalah motivasi untuk ikut serta dalam kegiatan sebagai alat untukmencapai tujuan. Siswa yang termotivasi secara ekstrinsik mengerjakantugas karena mereka percaya bahwa partisipasi mereka akan menghasilkanhasil yang diinginkan seperti hadiah, pujian guru, atau menghindarihukuman.

Dimensi Motivasi BelajarCote dan Levine (1997) mengembangkan teori motivasi siswa yang ditulis olehYankelovich (1972). Yankelovich secara empiris menilai dua analogi motivasikesiapan, yang ia sebut dengan career-mindedness dan post-affluence. Dari teoriinilah Cote dan Levine (1997) mengembangkan teori motivasi mereka denganmenambahkan beberapa dimensi lainnya, sebagai berikut:

1. Careerism-materialism (CAR) motivation. Memandang pesantren sebagaisarana untuk menjadi lebih baik dalam hal ekonomi, karir, status, dankeadaan lebih baik dalam hidup.

2. Personal-intellectual development (PER) motivation. Penekanan ada padapertumbuhan pribadi, studi dan pembelajaran, pemahaman kompleksitashidup dan dunia.

3. Humanitarian (HUM) motivation. Kepedulian ada pada usaha menolongorang yang kurang beruntung, peduli sesama, dan juga memperbaiki sistemkemanusiaan kepada yang lebih baik.

161

Pengaruh Motivasi Belajar terhadap Prestasi Belajar Santri di Pondok Pesantren

4. Expectation-driven (EXP) motivation. Siswa atau santri merespon ekspektasidan tekanan dari keluarga dan teman untuk masuk pesantren agarmendapatkan status lulusan pesantren.

5. Default (DEF) motivation. Siswa atau santri tidak menyebutkan alasanmereka masuk pesantren, kecuali kepercayaan bahwa pilihan itu lebih baikdaripada pilihan lainnya.

Peranan Motivasi dalam BelajarPerhatian terhadap motivasi di sekolah dalam hal ini belajar telah dipengaruhioleh perspektif kognitif untuk meningkatkan motivasi siswa untuk meraihsesuatu atau untuk berprestasi. Santrock (2008) menjelaskan peranan pentingmotivasi ekstrinsik dan motivasi ekstrinsik sering dipengaruhi oleh insentifeksternal seperti imbalan dan hukuman. Misalnya, siswa mungkin belajardengan keras menghadapi ujian untuk mendapatkan nilai yang baik. Perspektifbehavioral menekankan arti penting dari motivasi ekstrinsik dalam prestasi ini,sedangkan pendekatan kognitif dan humanistis lebih menekankan pada artipenting dari motivasi instrinsik dalam prestasi. Motivasi intrinsik adalahmotivasi internal untuk melakukan sesuatu demi sesuatu itu sendiri. Misalnyamurid mungkin belajar menghadapi ujian karena dia senang pada mata pelajaranyang diujikan itu.

Salah satu pandangan tentang motivasi intrinsik menekankan padadeterminasi diri (deCharms, 1984; Deci, Koestner, & Ryan, 2001; Deci & Ryan,1994; Ryan & Deci, 2000 dalam Santrock, 2008). Dalam pandangan ini, muridingin percaya bahwa mereka melakukan karena keinginan sendiri, bukan karenakesuksesan atau imbalan eksternal. Para periset menemukan bahwa motivasiinternal dan minat ekstermal dalam tugas sekolah meningkat apabila muridmempunyai pilihan dan peluang untuk mengambil tanggung jawab personal ataspembelajaran mereka (Grolnick dkk, 2002; Stipek, 1996, 2002 dalam Santrock,2008).

Pengukuran Motivasi Belajar di Pondok PesantrenPeneliti menggunakan beberapa alat ukur seperti observasi langsung, rating byother, dan self-report. Dalam penelitian ini peneliti lebih memfokuskan padaself-report dalam bentuk kuisioner untuk mengukur motivasi santri. Self-reportmenangkap penilaian dan pernyataan siswa atau santri tentang diri merekasendiri. Pengukuran ini menggunakan skala motivasi yang merujuk pada teoriCote dan Levin (1997) mengenai motivasi, mereka menyatakan bahwa terdapatlima dimensi dalam motivasi yaitu, careerist-

162

TAZKIYA Journal of Psychology Vol. 3 No. 2 Oktober 2015

materialist (CAR) motivation, personal-intellectual development (PER)motivation, humanitarian (HUM) motivation, expectation-driven (EXP)motivation, dan default (DEF) motivation.

Motivasi

CAR

PER

HUM

PrestasiEXP

Belajar

DEF

Level Kelas

Sekolah Asal

Jenis Kelamin

Gambar 1Kerangka berpikir

METODEPopulasi dan SampelPopulasi penelitian ini adalah para santri Pondok Pesantren Daar El-Qolamyang berjumlah 834 santri. Karakteristik sampel dalam penelitian ini meliputi:(a) Masih aktif sebagai santri pondok pesantren, (b) Santri pernah mengenyampendidikan diluar pondok pesantren (SMP/MTs/yang sederajad baik negerimaupun swasta), (c) santri berada pada level kelas XI dan XII, (d) Santribersedia menjadi responden dalam penelitian ini. Sampel penelitian iniberjumlah 134 atau 16% dari jumlah total populasi dari sampel awal yangdiinginkan peneliti yaitu 20% dari total populasi yaitu sebanyak ±200 santri.Dari 134 santri yang diteliti terdiri dari 62 santri kelas XI dan 72 santri kelasXII.

163

Pengaruh Motivasi Belajar terhadap Prestasi Belajar Santri di Pondok Pesantren

Teknik Pengambilan SampelTeknik penelitian ini yaitu nonprobability sampling. Artinya teknik pengambilansampel berpotensi bias karena tidak semua anggota dimasukkan dalam populasidan tidak semua anggota mempunyai kesempatan yang sama utnuk dipilihsebagai sampel. Penulis menggunakan teknik convenience sampling yangmerupakan salah satu teknik nonprobability sampling. Teknik ini dipilih karenapertimbangan pihak pesantren agar memudahkan penyebaran alat ukur, yaitudengan memberikan alat ukur (angket) kepada guru yang mengajar dalam kelastersebut untuk diberikan kepada santri sebagai sampel penelitian terkait. Denganpertimbangan tersebut maka peneliti mengambil sampel seluruh santri dalamsatu kelas (kelas XI IPS A, XI IPS B, XI IPS C, XII IPS A, XII IPS B, dan XIIIPS C).

Gambaran Umum Sampel PenelitianPenelitian ini dilakukan di Pondok Pesantren Daar El-Qolam dengan jumlahsampel sebanyak 134 orang. Adapun gambaran umum subjek penelitian dapatdilihat pada tabel 1 dibawah ini.

Tabel 1Gambaran Umum Subjek Penelitian

Data Demografi N %Jenis kelamin Laki-laki 64 47,8

Perempuan 70 52,2Level kelas Kelas XI 62 46,3

Kelas XII 72 53,7Asal Sekolah SMP 95 70,9

MTs 39 29,1

Berdasarkan tabel di atas, maka diperoleh informasi sebagai berikut:

1. Berdasarkan jenis kelaminnya, dapat diketahui bahwa santri PondokPesantren Daar El-Qolam yang berjenis kelamin laki-laki berjumlah 64orang (47,8%). Sedangkan santri yang berjenis kelamin perempuan sebanyak70 orang (52,2%). Jadi, dalam penelitian ini jumlah sampel perempuan lebihbanyak daripada sampel laki-laki.

2. Berdasarkan level kelas, dapat diketahui jumlah santri kelas XI sebanyak 62orang (46,3%) dan santri kelas XII berjumlah 72 orang (53,7%). Jadi dapatdisimpulkan bahwa, remaja yang paling banyak dalam penelitian ini adalahsantri kelas XII.

164

TAZKIYA Journal of Psychology Vol. 3 No. 2 Oktober 2015

3. Dan terakhir berdasarkan asal sekolah sebelum masuk pesantren santri yangpernah sekolah di SMP sebanyak 95 orang (70,9%) sedangkan santri yangpernah sekolah di MTs sebanyak 39 orang (29,1%). Jadi dapat disimpulkanbahwa dalam peneltian ini santri yang pernah sekolah di SMP lebih banyakdaripada santri yang pernah sekolah di MTs.

Analisa DeskriftifSkor yang digunakan dalam analisis statistik pada penelitian ini adalah skormurni (t-score) yang merupakan hasil dari proses konversi dari raw score.Proses ini dilakukan untuk memudahkan peneliti dalam melakukanperbandingan antar skor hasil penelitian variabel yang diteliti. Dengan demikianseluruh raw score pada setiap variabel harus diletakkan pada skala yang sama.Untuk memperoleh deskripsi statistik, peneliti menghitung setiap item yangvalid dan bermuatan positif sehingga diperoleh skor faktor. Skor faktor tersebutdihitung untuk menghindari bias dari kesalahan pengukuran. Jadi, penghitunganskor faktor bukan merupakan penjumlahan setiap item variabel seperti padaumumnya, namun dengan menghitung true score pada setiap skala. Skor faktoryang dianalisis merupakan skor faktor yang bermuatan positif dan signifikan.

Tscore = (10 x skor faktor) + 50Setelah didapatkan t-score, nilai baku inilah yang akan dianalisis dalam

uji hipotesis korelasi dan regresi. Yang perlu diingat bahwa hal yang samaberlaku untuk semua variabel pada penelitian ini. Skor tersebut disajikan dalamtabel 2 dibawah ini.

Tabel 2Deskripsi Statistik Variabel Penelitian

N Minimum Maximum MeanStd.Deviation

CAR 134 31.58 65.86 50.0000 7.98744PER 134 34.30 65.73 50.0000 8.38717HUM 134 24.94 64.24 50.0000 8.24941EXP 134 32.69 65.28 50.0000 8.06779DEF 134 20.67 62.69 50.0000 10.00000Tingkatan Kelas 134 0.00 1.00 0.4627 0.50048Asal Sekolah 134 0.00 1.00 0.2985 0.45932Jenis Kelamin 134 0.00 1.00 0.4776 0.50137Prestasi 134 30.71 73.99 50.0000 10.00000Valid N 134(listwise)

165

Pengaruh Motivasi Belajar terhadap Prestasi Belajar Santri di Pondok Pesantren

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa jumlah sampelpenelitian sebanyak 134 orang dengan skor CAR minimum 31.58 danmaksimum 65.86, PER dengan skor minimum 34.30 dan skor maksimum 65.73,HUM dengan skor minimum 24.94 dan skor maksimum 64.24, EXP denganskor minimum 32.69 dan skor maksimum 65.28, DEF dengan skor minimum20.67 dan skor maksimum 62,69, tingkatan kelas dengan skor minimum 0.00dan skor maksimum 1.00, asal sekolah dengan skor minimum 0.00 dan skormaksimum 1.00, jenis kelamin dengan skor minimum 0.00 dan skor maksimum1.00, dan terakhir prestasi dengan skor minimal 30.71 dan skor maksimum73.99.

Data skor prestasi, motivasi CAR, motivasi PER, motivasi HUM,motivasi EXP, dan motivasi DEF diperoleh melalu angket yang didistribusikanoleh peneliti kepada responden. Dengan data skor yang dimiliki, penelitikemudian membuat kategorisasi responden untuk menentukan jumlahresponden pada tiap variabel yang terbagi dalam tiga kategori yaitu tinggi,sedang, dan rendah.

Kategorisasi Skor Variabel PenelitianKategorisasi variabel bertujuan untuk menempatkan individu dalam kelompok-kelompok yang terpisah secara berjenjang menurut suatu kontimum berdasarkanatribut yang diukur. Dalam penelitian ini, kategorisasi dibagi kedalam tigainterpretasi yaitu tinggi, sedang dan rendah. Dengan menggunakan standardeviasi dan mean dari skala T, maka dapat ditetapkan norma seperti yang terterapada tabel 3 dibawah ini.

Tabel 3Norma Skor Variabel

Norma InterpretasiT < 40 Rendah

40 ≤ T ≥ 60 SedangT > 60 Tinggi

Setelah norma kategorisasi tersebut didapatkan, maka akan diperoleh nilaipersentase kategori untuk CAR, PER, HUM, EXP, dan DEF.1. Kategorisasi Prestasi, CAR, dan PER

Dibawah ini disajkan tabel 4 yang menunjukkan sebaran variabel prestasi, CAR, dan PER.

166

TAZKIYA Journal of Psychology Vol. 3 No. 2 Oktober 2015

Tabel 4Kategorisasi skor dimensi prestasi, CAR, dan PER

Kategori Prestasi CAR PERFrekuensi Persentase Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase

Rendah 25 18,7 10 7,5 12 8,9Sedang 87 64,9 108 80,6 97 72,4Tinggi 22 16,4 16 11,9 25 18,7Total 134 100 134 100 134 100

Berdasarkan tabel di atas, pada variabel prestasi menunjukkan bahwa18,7% dari total responden memiliki tingkat prestasi yang rendah, 64,9%responden memiliki tingkat kepuasan yang sedang, dan 16,4 respondenmemiliki tingkat kepuasan yang tinggi. Dapat disimpulkan bahwa darikeseluruhan responden yang diteliti, memiliki tingkat prestasi yang dominanberada pada kategori sedang.

Variabel motivasi CAR menunjukkan bahwa 7,5% dari total respondenmemiliki tingkat motivasi CAR pada kategori rendah, 80,6% respondenmemiliki tingkat motivasi CAR pada kategori sedang, dan 11,9% respondenmemiliki tingkat motivasi CAR pada kategori tinggi. Dapat disimpulkan bahwadari keseluruhan responden yang diteliti memiliki tingkat motivasi CAR yangpaling dominan berada pada kategori sedang.

Variabel motivasi PER menunjukkan bahwa 8,9% dari total respondenmemiliki tingkat motivasi PER pada kategori rendah, 72,4% respondenmemiliki tingkat motivasi PER pada kategori sedang, dan 18,7% respondenmemiliki tingkat motivasi PER pada kategori tinggi. Jadi dapat disimpulkanbahwa dari keseluruhan responden yang diteliti memiliki tingkat motivasi PERyang paling dominan berada pada kategori sedang.2. Kategorisasi Motivasi HUM, EXP, dan DEF

Dibawah ini disajkan tabel 4.5 yang menunjukkan sebaran variabel motivasi HUM, EXP, dan DEF.

Tabel 5Kategorisasi Skor Dimensi Motivasi HUM, EXP, dan DEF

Kategori HUM EXP DEFFrekuensi Persentase Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase

Rendah 15 11,2 16 11,9 21 15,7Sedang 95 70,9 103 76,9 76 56,7Tinggi 24 17,9 15 11,2 37 27,6Total 134 100 134 100 134 100

167

Pengaruh Motivasi Belajar terhadap Prestasi Belajar Santri di Pondok Pesantren

Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa variabel motivasi HUMmenunjukkan 11,2% dari total responden memiliki tingkat motivasi HUM padakategori rendah, 70,9% responden memiliki tingkat motivasi HUM padakategori sedang, dan 17,9% responden memiliki tingkat motivasi HUM padakategori tinggi. Jadi dapat disimpulkan bahwa dari keseluruhan responden yangditeliti memiliki tingkat motivasi HUM yang paling dominan berada padakategori sedang.

Pada variabel motivasi EXP menunjukkan bahwa 11,9% dari totalresponden memiliki tingkat motivasi EXP rendah, 76,9% responden memilikitingkat motivasi EXP pada kategori sedang, dan 11,2% responden memilikitingkat motivasi EXP pada kategori tinggi. Jadi dapat disimpulkan bahwa darikeseluruhan responden yang diteliti memiliki tingkat motivasi EXP yang palingdominan berada pada kategori sedang.

Terakhir variabel motivasi DEF menunjukkan bahwa 15,7% dari totalresponden memiliki tingkat motivasi DEF pada kategori rendah, 56,7%responden memiliki tingkat motivasi DEF pada kategori sedang, dan 27,6%responden memiliki tingkat motivasi DEF pada kategori tinggi. Jadi dapatdisimpulkan bahwa dari keseluruhan reponden yang diteliti memiliki tingkatmotivasi DEF yang paling dominan berada pada kategori sedang.

Analisis Regresi Variabel PenelitianPada tahapan ini, peneliti akan menguji hipotesis penelitian denganmenggunakan teknik analisis berganda dengan bantuan software SPSS 17.0.seperti yang telah disebutkan pada bab 3, bahwa dalam regresi ada tiga hal yang

dilihat yaitu , pertama melihat besaran R square (R2) untuk mengetahuibeberapa persen (%) varians DV yang dijelaskan oleh IV. Kedua, melihatapakah seluruh IV berpengaruh secara signifikan terhadap DV. Terakhir untukmelihat signifikan atau tidaknya koefisien regresi dari masing-masing IV,langkah pertama peneliti melihat besaran R square untuk mengetahui berapapersen (%) varians DV yang dijelaskan oleh IV. Adapun hasilnya dapat dilihatpada tabel 6

Tabel 6Model Summary R Square

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of theEstimate

1 0.380a 0.144 0.089 9.954255Keterangan:

a. Predictors: (Constant), sekolah asal, jenis kelamin, level kelas, CAR, PER,HUM, EXP, DEF

168

TAZKIYA Journal of Psychology Vol. 3 No. 2 Oktober 2015

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa dengan menggunakan

seluruh IV terhadap DV, diperoleh nilai R Square (R2) = 0.144 atau 14,4%disebabkan oleh bervariasinya variabel independen sedangkan sisanya sebesar85,6% dijelaskan oleh variabel lain diluar penelitian.

Langkah kedua, peneliti menganalisis dampak dari seluruh independentvariable terhadap prestasi. Adapun hasil uji F dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 7

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.Regression 1917.460 8 239.682 2,632 0.011a

Residual 11382.540 125 91.060Total 13300.00 133Keterangan:

a. Predictors: (Constant), sekolah asal, jenis kelamin, level kelas, CAR, PER,HUM, EXP, DEF

b. Dependen variable: Prestasi

Dari tabel di atas, jika melihat klom paling kanan (kolom sig.), diketahuibahwa nilai sig adalah 0,011 atau p = 0,011 dengan nilai p < 0,05, sehinggadapat disimpulkan hipotesis nihil yang menyatakan tidak terdapat pengaruhsignifikan dari seluruh variabel bebas terhadap prestasi ditolak. Berdasarkanhasil tersebut, maka dapat diketahui bahwa terdapat pengaruh yang signifikandari keseluruhan IV yaitu careerism-materialism (CAR), personal-intellectualdevelopment (PER), humanitarian (HUM), expectation driven (EXP), default(DEF), level kelas, sekolah asal, dan jenis kelamin terhadap prestasi.

Peneliti melakukan uji hipotesis minor untuk melihat koefisien regresisetiap variabel bebas (IV). Jika nilai t > 1,96 maka koefisien regresi tersebutsignifikan yang berarti bahwa IV tersebut memiliki dampak yang signifikanterhadap ketangguhan mental. Untuk melihat signifikan atau tidaknya suatukoefisien yang dihasilkan maka cukup dengan melihat nilai sig pada kolomyang paling kanan, jika p<0,05 maka koefisien regresi tersebut signifikan yangberarti variabel bebas tersebut memiliki pengaruh yang signifikan terhadapvariabel terikat dan sebaliknya, berikut penjelasannya.

169

Pengaruh Motivasi Belajar terhadap Prestasi Belajar Santri di Pondok Pesantren

Tabel 8Koefisien Regresi

Unstandardized Standardized

Modelcoefficients coefficients

T Sig.Std.

B Error Beta1 (constant) 32.105 9.712 3.306 0.001

CAR -0.133 0.113 -0.107 -1.176 0.242PER 0.139 0.121 0.117 1.152 0.251HUM 0.009 0.115 0.007 0.077 0.939EXP 0.046 0.107 0.037 0.429 0.669DEF 0.299 0.087 0.299 3.443 0.001*Level kelas 0.372 1.736 0.019 0.214 0.138Sekolah asal 2.829 1.897 0.130 1.491 0.831Jenis -2.243 1.729 -1.12 -1.297 0.197kelamin

Keterangan:

a. Dependent variable: Prestasi

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa koefisien regresi IVyang signifikan adalah default (DEF), sedangkan sisanya yaitu careerism-materialism (CAR), personal-intellectual development (PER), humanitarian(HUM), expectation driven (EXP), level kelas, sekolah asal, dan jenis kelamintidak signifikan. Hal ini berarti dari delapan (8) hipotesis minor, hanya terdapatsatu (1) hipotesis yang signifikan, yaitu H05 sehingga demikian, dapat disusunpersamaan regresi dari persamaan prestasi sebagai berikut:

Prestasi = 33,105 – 0,133 CAR + 0,139 PER + 0,009 HUM + 0,046 EXP +0,299 DEF + 0,372 level kelas + 2,829 sekolah asal – 2,243 jeniskelamin

Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa koefisien regresi yangsignifikan ada pada variabel default (DEF), sedangkan IV selebihnya tidaksignifikan. Berikut penjelasan dari nilai koefisien regresi yang diperoleh olehmasing-masing variabel bebas:

1. Variabel careerism-materialism (CAR) terhadap prestasi belajar santri,diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0,139 dengan signifikansi 0,242 (p> 0,05), hal ini menunjukkan bahwa variabel careerism-materialism (CAR)tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar santri.

2. Variabel personal-intellectual development (PER) terhadap prestasi belajarsantri, diperoleh nilai koefisien regresi 0,139 dengan signifikansi 0,251 (p

170

TAZKIYA Journal of Psychology Vol. 3 No. 2 Oktober 2015

> 0,05), hal ini menunjukkan bahwa variabel personal-intellectualdevelopment (PER) tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadapprestasi belajar santri.

3. Variabel humanitarian (HUM) terhadap prestasi belajar santri, diperolehnilai koefisien regresi 0,009 dengan signifikansi 0,939 (p > 0,05), hal inimenunjukkan bahwa variabel humanitarian (HUM) tidak memberikanpengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar santri.

4. Variabel expectation-driven (EXP) terhadap prestasi belajar santri, diperolehnilai koefisien regresi 0,046 dengan signifikansi 0,669 (p > 0,05), hal inimenunjukkan bahwa variabel expectation-driven (EXP) tidak memberikanpengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar santri.

5. Variabel default (DEF) terhadap prestasi belajar santri, diperoleh nilaikoefisien regresi 0,299 dengan signifikansi 0,001 (p < 0,05), hal inimenunjukkan bahwa variabel default (DEF) secara positif memberikanpengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar santri. Artinya semakintinggi variabel default maka semakin tinggi pula prestasi yang didapat.

6. Variabel level kelas terhadap prestasi belajar santri, diperoleh nilai koefisienregresi 0,372 dengan signifikansi 0,138 (p > 0,05), hal ini menunjukkanbahwa variabel level kelas tidak memberikan pengaruh yang signifikanterhadap prestasi belajar santri.

7. Variabel sekolah asal terhadap prestasi belajar santri, diperoleh nilaikoefisien regresi 2,829 dengan signifikansi 0,831 (p > 0,05), hal inimenunjukkan bahwa variabel sekolah asal tidak memberikan pengaruh yangsignifikan terhadap prestasi belajar santri.

8. Variabel jenis kelamin terhadap prestasi belajar santri, diperoleh nilaikoefisien regresi 2,243 dengan signifikansi 0,197 (p > 0,05), hal inimenunjukkan bahwa variabel jenis kelamin tidak memberikan pengaruhyang signifikan terhadap prestasi belajar santri.

Koefisien regresi B merupakan koefisien regresi yang tidak terstandar(unstandardized coefficients) dalam penggunaan skala yang berbeda. Olehkarena itu, koefisien regresi B tidak dapat melihat koefisien regresi mana yanglebih tinggi. Untuk dapat membandingkan koefisien regresi maka harus melihatkoefisien terstandar (standardized coefficients) beta. Dari koefisien beta ini,dapat dilihat angka koefisien regresi mana yang menunjukkan pengaruh yanglebih kuat terhadap variabel terikat.

171

Pengaruh Motivasi Belajar terhadap Prestasi Belajar Santri di Pondok Pesantren

Pengujian Proporsi Varian Masing-masing IVPengujian proporsi varian bertujuan untuk mengetahui sumbangan masing-masing variabel bebas terhadap prestasi. Besarnya proporsi varians padaprestasi dapat dilihat pada tabel 9 berikut:

Tabel 9Sumbangan Varians dari Masing-Masing IV

Model RR Square F-

Df1 Df2 Sig. F ChangeChange Change

CAR 0,007 0,000 0,007 1 132 0,933PER 0,191 0,037 4.974 1 131 0,027HUM 0,191 0,000 0,001 1 130 0,973EXP 0,192 0,000 0,046 1 129 0,830DEF 0,338 0,077 11,187 1 128 0,001Level kelas 0,359 0,002 0,337 1 126 0,563Sekolah asal 0,380 0,015 2.225 1 125 0,138Jenis

0,356 0,012 1,778 1 127 0,185kelamin

Berdasarkan tabel di atas, dapat disampaikan informasi sebagai berikut:

1. Diketahui bahwa R change dari careerism-materialism (CAR) adalah 0,000,artinya variabel ini memberikan sumbangan varian sebesar 0% terhadapprestasi belajar. Sumbangan tersebut tidak signifikan secara statistik denganF = 0,007, df = 1,132.

2. Diketahui bahwa R change dari personal-intellectual development (PER)adalah 0,037, artinya variabel ini memberikan sumbangan varians sebesar3,7% terhadap prestasi belajar. Sumbangan tersebut signifikan secarastatistik dengan F = 4,974, df = 1,131.

3. Diketahui bahwa R change dari humanitarian (HUM) adalah 0,000, artinyavariabel ini memberikan sumbangan varians sebesar 0% terhadap prestasibelajar. Sumbangan tersebut tidak signifikan secara statistik dengan F =0,001, df = 1,130.

4. Diketahui bahwa R change dari expectation-driven (EXP) adalah 0,000,artinya variabel ini memberikan sumbangan varians sebesar 0% terhadapprestasi belajar. Sumbangan tersebut tidak signifikan secara statistik denganF = 0,046, df = 1,29.

5. Diketahui bahwa R change dari default (DEF) adalah 0,077, artinya variabelini memberikan sumbangan varians sebesar 7,7% terhadap prestasi belajar.Sumbangan tersebut signifikan secara statistik dengan nilai F = 11,187, df =1,128.

172

TAZKIYA Journal of Psychology Vol. 3 No. 2 Oktober 2015

6. Diketahui bahwa R change dari level kelas adalah 0,002, artinya variabel inimemberikan sumbangan varians sebesar 0,2% terhadap prestasi belajar.Sumbangan tersebut tidak signifikan secara statistik dengan nilai F = 0,337,df = 1,126.

7. Diketahui bahwa nilai R change dari sekolah asal adalah 0,015, artinyavariabel ini memberikan sumbangan varians sebesar 1,5% terhadap prestasibelajar. Sumbangan tersebut tidak signifikan secara statistik dengan nilai F =2,225, df = 1,125.

8. Diketahui bahwa nilai R change dari jenis kelamin adalah 0,012, artinyavariabel ini memberikan sumbangan varians sebesar 1,2% terhadap prestasibelajar. Sumbangan tersebut tidak signifikan secara statistik dengan nilai F =1,778, df = 1,127.

Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa dari delapan IV yaitumotivasi careerism-materialism (CAR) , personal-intellectual development(PER), humanitarian (HUM), expectation driven (EXP), default (DEF), levelkelas, sekolah asal, dan jenis kelamin, hanya empat IV yang signifikansumbangannya terhadap prestasi yaitu variabel motivasi PER, DEF, sekolah asaldan jenis kelamin.

Sementara empat variabel lainnya memiliki sumbangan yang tidaksignifikan. Dengan melihat besaran R2 yang dihasilkan setiap penambahan IV(sumbangan proporsi varians yang diberikan), dari delapan IV tersebut, makadapat diukur variabel mana yang memberikan sumbangan paling besar terhadapDV. Hal tersebut dapat diketahui dengan melihat nilai R2 change. Semakin besar

nilai R2 change maka semakin besar nilai sumbangan yang diberikan terhadapDV.

Berdasarkan tabel di atas maka dapat disusun urutan IV dari yang secarasignifikan sumbangan dalam varian DV mulai dari yang terkecil hingga yangterbesar. Variabel dengan sumbangan yang terkecil adalah variabel jenis kelamin

dengan R2 change sebesar 1,2%, kemudian variabel sekolah asal dengan R2

change sebesar 1,5%, lalu variabel motivasi PER dengan R2 change sebesar

3,7%, selanjutnya variabel motivasi DEF dengan R2 change sebesar 7,7%.

173

Pengaruh Motivasi Belajar terhadap Prestasi Belajar Santri di Pondok Pesantren

DISKUSI

Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis, maka dapat diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Hipotesis mayor yang menyatakan bahwa tidak ada pengaruh yangsignifikan dari motivasi belajar di pondok pesantren terhadap prestasi belajarsantri ditolak. Artinya ada pengaruh yang signifikan secara bersama-samadari motivasi belajar di pondok pesantren (careerism-materialism, personal-intellectual development, humanitarian, expectation driven, default), levelkelas, asal sekolah dan jenis kelamin terhadap prestasi belajar santri.

2. Dari delapan IV yang diuji, ternyata hanya satu IV yang berpengaruh secarasignifikan terhadap perasaan kesepian, yaitu variabel default (DEF) yangberpengaruh secara positif terhadap prestasi belajar santri.

3. Berdasarkan proporsi varians dari masing-masing IV terhadap DV, diketahuibahwa terdapat dua IV yang signifikan sumbangannya terhadap prestasibelajar, yaitu personal-intellectual development (PER) dan default (DEF).Tetapi, dilihat dari besar sumbangannya default merupakan variabel yangpaling besar sumbangannya terhadap prestasi belajar.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengaruh variabel motivasimasuk pesantren (CAR, PER, HUM, EXP, dan DEF) terhadap prestasi belajarsantri pondok pesantren, mendapatkan hasil yang signifikan. Hal tersebutsejalan dengan penelitian Cote dan Levine (1997) mengenai motivasi masukperguruan tinggi. Sedangkan jika dilihat dari setiap dimensinya penelitian iniberbanding terbalik dengan penelitian Cote dan Levine (1997). dalampenelitiannya, mereka menyebutkan bahwa empat dari lima motivasi tersebutmemiliki pengaruh yang signifikan terhadap prestasi kecuali motivasi EXP,sedangkan dalam penelitian ini hanya satu dimensi motivasi yaitu DEF yangmemiliki pengaruh signifikan terhadap prestasi belajar. Cote dan Levine (1997)menyatakan bahwa personal-intellectual development (PER) dan careerirsm-materialism motivation (CAR) mempunyai pengaruh yang kuat di antaravariabel yang lain dalam meramalkan prestasi belajar, dan default motivation(DEF) adalah peramal yang buruk dalam meramalkan prestasi belajar.Sedangkan berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti, makahanya variabel default motivation (DEF) yang memberikan pengaruh atau dapatmeramalkan

174

TAZKIYA Journal of Psychology Vol. 3 No. 2 Oktober 2015

prestasi belajar, sedangkan variabel lainnya (CAR, PER, HUM, dan EXP) tidakmemiliki pengaruh yang signifikan atau tidak dapat meramalkan prestasibelajar.

Pada dimensi motivasi CAR yang menekankan pada pengembangan karir,didapatkan hasil yang tidak signifikan. Hal tersebut juga sejalan dengan alasantiga dari empat santri yang mengatakan bahwa mereka tidak pernah memikirkantentang pengembangan karir ketika pertama kali masuk pondok pesantren.

Dimensi motivasi HUM yang menekankan pada pemberian maanfaatterhadap sesama, baik di lingkungan pesantren maupun di masyarakat,didapatkan hasil yang tidak signifikan. Hal tersebut juga sejalan dengan asalantiga dari empat orang santri yang mengatakan bahwa mereka setelah lulus inginmelanjutkan studi ke tingkat yang lebih tinggi (perguruan tinggi), jadi tidaklangsung mengamalkan ilmu yang telah didapatkan di pesantren kepadamasyarakat umum. Yang terakhir adalah dimensi motivasi EXP, yangmenekankan pada harapan orang tua dan keluarga agar mereka dapat berprestasidan lulus dengan predikat yang baik, hasil yang didapatkan tidak signifikan.

Hasil dari penelitiannya didapatkan bahwa terdapat pengaruh yangsignifikan antara latar belakang pendidikan terhadap hasil belajar mahasiswakhususnya di semester-semester awal, namun selanjutnya tidak terdapatperbedaan yang terlalu nyata. Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwatidak terdapat pengaruh yang signifikan antara level kelas dan sekolah asalterhadap prestasi, peneliti menyimpulkan bahwa pengalaman sebelumnya tidakberpengaruh terhadap prestasi belajar. Ada faktor yang lebih berpengaruhterhadap prestasi belajar yang tidak terkontrol dalam penelitian ini, seperti minatbelajar, intelegensi, dan lain-lain.

Berdasarkan hasil analisis regresi, sumbangan efektif dari hasilpenelitian pada pengaruh motivasi masuk pesantren terhadap prestasi belajarsantri pondok pesantren secara keseluruhan menunjukkan hasil yang signifikanwalaupun tidak cukup besar pengaruhnya terhadap prestasi belajar. Untukpenelitian selanjutnya yang dilakukan oleh mahasiswa atau para peneliti laindiharapkan mampu menemukan variabel-variabel lain yang juga mempengaruhiprestasi belajar santri, seperti minat belajar sehingga penelitian ini akan terusberkembang, agar dapat menghasilkan data yang lebih akurat dan dapatmenemukan variabel mana yang memiliki pengaruh besar dalam meningkatkanprestasi belajar.

175

Pengaruh Motivasi Belajar terhadap Prestasi Belajar Santri di Pondok Pesantren

176

TAZKIYA Journal of Psychology Vol. 3 No. 2 Oktober 2015

DAFTAR PUSTAKAAli, H. (2007). Modernisasi Sistem Pendidikan Pesantren. Dalam Harapandi

Dahri (ed). Modernisasi Pesantren (39). Jakarta: Kemenag RI.Amin, K. (2013). Analisis dan Interpretasi Data Pada Pondok Pesantren,

Madrasah Diniyah (Madin), Taman Pendidikan Qur‘an (TPQ) TahunPelajaran 2011-2012. Analisis Statistik Pendidikan Islam. Diunduhtanggal 21 Juli 2014 dari http://pendis. kemenag.go.id/ file/dokumen/pontrenanalisis.pdf

Barry, U.P. (2000). Education for all Status and Trends 2000: AssessingLearning Achievement. France: EFA Forumg Secretariat UNESCO

Boarding Scool Review LLC. (2014). Why Boarding School?. Diunduhtanggal 21 Juli 2014 dari http://www.boardingschoolreview.com/articles/1

British Council. (2012). Why Choose a UK Boarding School?. Diunduh tanggal21 Juli 2014 dari http://www.educationuk.org/global/articles/why-choose-uk-boarding-school/

Center on Education Policy. (2007). Are Private High Schools BetterAcademically than Public High Schools?. Diunduh tanggal 21 Juli 2014dari http://www.edline.com/uploads/pdf/ Private Schools Report. pdf

Habibah, N. (2007). Modernisasi Pesantren: Studi pada Pesantren Al-MizanLebak-Banten. Dalam Harapandi Dahri (ed). Modernisasi Pesantren(145-146). Jakarta: Kemenag RI.

Academic Performance in an Introductory Biochemistry Course at theUniversity of the West Indies. Carabean Teaching Scholar 1 (2)novemvber. Diunduh 21 Juli 2014 dari http://libraries.sta.uwi.edu/journals/ojs/ index.php/cts/ article/ viewFile /10/7

Rizal, A.S. (2011). Transformasi Corak Edukasi dalam Sistem PendidikanSantrock, J.W. Educational Psychology. Psikologi Pendidikan. Harya

Bimasena (terj). (2014). Jakarta: Salemba HumanikaSantrock, J.W. Educational Psychology. Psikologi Pendidikan. Tri Wibowo

(terj). (2008). Jakarta: Prenada Media GrupSchunk, D.H., & Pintrich, P.R. (1996). Motivation in Education: Theory,

Research, and Applications. New Jersey: Prentice-Hal, IncSeveriens, S., & Dam, G.T. (1997). Gender and Gender Identity Differences in

Learning Styles. Educational Psychology. 0144/97/01-2/0079-15Syah, M. (2010). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung:

Remaja RosdakaryaTABS. The Truth about Boarding School: A Comparative Study of Secondary

School Education. Diunduh tanggal 21 Juli 2014 dari http://www.armyandnavyacademy. org/system /files/ boarding_truth.pdf

177