uin syarif hidayatullah jakarta uji efek …

61
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI EFEK HIPOGLIKEMIK (+)-1,1’-BISLUNATIN PADA MENCIT JANTAN DENGAN METODE INDUKSI STREPTOZOTOSIN SKRIPSI SEPTI PURNAMASARI 108102000027 FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI FARMASI JAKARTA DESEMBER 2012

Upload: others

Post on 02-Dec-2021

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI EFEK …

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

UJI EFEK HIPOGLIKEMIK (+)-1,1’-BISLUNATIN

PADA MENCIT JANTAN DENGAN METODE

INDUKSI STREPTOZOTOSIN

SKRIPSI

SEPTI PURNAMASARI

108102000027

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI FARMASI

JAKARTA

DESEMBER 2012

Page 2: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI EFEK …

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

UJI EFEK HIPOGLIKEMIK (+)-1,1’-BISLUNATIN

PADA MENCIT JANTAN DENGAN METODE

INDUKSI STREPTOZOTOSIN

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi

SEPTI PURNAMASARI

108102000027

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI FARMASI

JAKARTA

DESEMBER 2012

Page 3: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI EFEK …
Page 4: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI EFEK …
Page 5: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI EFEK …
Page 6: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI EFEK …

ABSTRAK

Nama : Septi Purnamasari

Program Studi : Farmasi

Judul : Uji Efek Hipoglikemik (+)-1,1’-Bislunatin pada Mencit Jantan

dengan Metode Induksi Streptozotosin

(+)-1,1’-Bislunatin merupakan senyawa metabolit sekunder yang diperoleh dari

jamur endofit Diaphorte sp. Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

efek (+)-1,1’bislunatin dalam menurunkan kadar glukosa darah pada mencit. Pada

penelitian ini terdapat tiga kelompok kontrol dan tiga kelompok uji yakni kontrol

normal (I), kontrol negatif (II), dan kontrol positif (III), bislunatin 20mg/kgBB

(IV), bislunatin 100mg/kgBB (V), dan bislunatin 500 mg/kgBB (VI). sebelum

perlakuan dengan (+)1,1’-bislunatin, hewan coba diinduksi dengan streptozotosin

dalam buffer sitrat 0,1 M dengan dosis 40 mg/kgBB selama 5 hari berturut-turut

secara intraperitoneal. Hasil menunjukkan bahwa mencit yang diberikan

perlakuan dengan (+)-1,1’-bislunatin pada dosis uji dapat menurunkan kadar

glukosa darah secara signifikan (p ≤ 0,05). Perlakuan dengan (+)-1,1’-bislunatin

pada dosis 20 mg/kgBB dapat menghasilkan kadar glukosa darah yang lebih

rendah dibanding metformin pada dosis 8,3 mg/kgBB.

Kata kunci : Bislunatin, hipoglikemik, metode induksi streptozotosin.

Page 7: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI EFEK …

ABSTRACT

Name : Septi Purnamasari

Program Study : Pharmacy

Tittle : Hypoglycemic Effects of (+) -1,1 '-Bislunatin in Male Mice

with Streptozotocin Induced Method.

(+) -1,1 '-Bislunatin is a secondary metabolite produce by endophytic fungi

Diaphorte sp. The aim of this study is to determine the effects of (+) -1,1 '-

bislunatin on decreasing of blood glucose levels on mice. In this study, there are

three control groups and three test groups namely normal control (I), a negative

control (II), and a positive control (III), bislunatin 20mg/kgBW (IV), bislunatin

100mg/kgBW (V), and bislunatin 500 mg/kgBW (VI) respectively. Before

treatment with (+)-1,1’-bislunatin, animals were induced with streptozotosin in

0.1 M citrate buffer at a dose of 40 mg/kgBW for 5 consecutive days

intraperitoneally. The results showed mice who treated with all doses of (+)-1,1’-

bislunatin have more low blood glucose level compare than negative control with

significantly (p ≤ 0.05). Treatment with (+)-1,1’-bislunatin at 20mg/kgBW can

produce blood glucose level lower than metformin at dose 8.3 mg/kgBW.

Keywords: Bislunatin, hypoglycemic, streptozotosin induced method.

Page 8: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI EFEK …

KATA PENGANTAR

Bissmillahirrahmanirrahim

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan penelitian ini dengan judul “Uji Efek Hipoglikemik (+)-1,1’-

Bislunatin pada Mencit Jantan dengan Metode Induksi Streptozotosin”.

Penelitian ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan tingkat sarjana di

Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini tidaklah dapat

terselesaikan tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan

kali ini penulis ingin mengucapkan terimakasih terkhususkan kepada:

1. Bapak Dr. Andria Agusta selaku pembimbing I penulis yang telah

memberikan arahan dan bimbingan. Terima kasih yang tiada terkira untuk

bapak yang selalu mendidik penulis serta meluangkan waktu untuk penulis

dapat berdiskusi dengan bapak dan mengijinkan penulis untuk dapat

melakukan penelitian di laboratorium bapak.

2. Ibu Nurmeilis, Msi, Apt selaku pembimbing II penulis yang telah sabar

membimbing dan mengajari serta meluangkan waktu, tenaga dan pikiran

kepada penulis.

3. Bapak Prof. Dr. dr. (hc). MK. Tadjudin, Sp. And selaku Dekan Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Bapak Drs. Umar Mansur M.Sc, selaku Ketua Program Studi Farmasi

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Ibu/Bapak Dosen dan Staf Akademika Program Studi Farmasi Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang

telah memberikan ilmunya kepada penulis.

6. Orang tua penulis yakni Bapak Kasmin serta Ibu Ngatinah yang telah

membimbing dan mendidik penulis dengan penuh kasih sayang serta

Page 9: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI EFEK …

selalu memberikan dukungan dan mendoakan penulis dalam penyusunan

skripsi ini.

7. Ibu Dr. Ir. Praptiwi, M. Agr yang telah memberikan waktunya untuk

penulis dapat berdiskusi banyak dengan ibu. Terimakasih ibu tiwi yang

sudah dengan sabar mengajarkan banyak hal kepada penulis.

8. Ibu Dra. Yuliasri Jamal, Msi, Ibu Hertina, Kang Asep, Mas tony yang

telah membantu penulis di laboratorium botani LIPI.

9. Adikku Desi Sukowati, Febby Artikasari, Julika Arsyika Putri, Mamami,

kakek dan nenek penulis yang selalu mendukung, memberikan doa serta

menghibur disaat penulis kesulitan.

10. Teman-teman seperjuangan penulis yakni Putri Setio Rini, Ade

Fithrotinnadhiroh, Ratu Feni Chaerunnisa, Ikhsan Budiarto, Chyntia

Zareva, Rahma, dan Fajri.

11. Teman-teman baik penulis yakni Rr. Alvira Widjaya, Widya Dwi Arini,

Sivia Nurulliana, Putra Rahmat, Niear Rindy, Haryani, Endah

Purnamasari, Lisana Shidqin dan Putri Rahmawati yang selalu

memberikan dukungan kepada penulis.

12. Keluarga besar Alcoolique serta keluarga besar Farmasi 2008.

Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu saran

dan kritik konstruktif sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini dapat

memberikan sumbangan yang berharga, bagi kepentingan keilmuan maupun

aplikasi di dunia kedokteran.

Jakarta, 4 Desember 2012

Penulis

Page 10: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI EFEK …

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta, saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Septi Purnamasari

NIM : 108102000027

Program Studi : Farmasi

Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Jenis Karya : Skripsi

demi perkembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui skripsi/karya ilmiah saya,

dengan judul :

UJI EFEK HIPOGLIKEMIK (+)-1,1’-BISLUNATIN PADA MENCIT

JANTAN DENGAN METODE INDUKSI STREPTOZOTOSIN

untuk dipublikasikan atau ditampilkan di internet atau media lain, yaitu Digital

Library Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

untuk kepentingan akademik sebatas sesuai dengan Undang-Undang Hak Cipta.

Demikian pernyataan persetujuan publikasi karya ilmiah ini saya buat dengan

sebenarnya.

Dibuat di : Jakarta

Pada tanggal : 4 Desember 2012

Yang menyatakan,

(Septi Purnamasari)

Page 11: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI EFEK …

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ........................................................................... ii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ................................ iii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................. iv

HALAMAN PENGESAHAN .............................................................. v

ABSTRAK ........................................................................................... vi

ABSTRACT ........................................................................................ vii

KATA PENGANTAR ......................................................................... viii

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ........ x

DAFTAR ISI ....................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR ........................................................................... xiii

DAFTAR TABEL ............................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................ xv

BAB 1. PENDAHULUAN .................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................. 3

1.3 Hipotesis ........................................................................... 3

1.4 Tujuan Penelitian ............................................................... 3

1.5 Manfaat Penelitian ............................................................. 3

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................ 4

2.1 Diabetes Mellitus ............................................................ 4

2.1.1 Definisi ................................................................. 4

2.1.2 Klasifikasi DM ...................................................... 4

2.1.3 Gejala klinik........................................................... 6

Page 12: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI EFEK …

2.1.4 Peran glukagon ...................................................... 6

2.1.5 Diagnosis .............................................................. 7

2.1.6 Terapi Diabetes Melitus ........................................ 7

2.2 Metformin ....................................................................... 10

2.3 Streptozotosin ................................................................. 10

2.4 Mikroba Endofit .............................................................. 12

2.5 Skyrin ............................................................................. 13

2.6 (+)-1,1’-Bislunatin ........................................................... 13

BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN ............................................ 15

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................... 15

3.2 Bahan dan Alat ................................................................. 15

3.2.1 Bahan Uji ............................................................... 15

3.2.2 Hewan Uji ............................................................. 15

3.2.3 Bahan Kimia ......................................................... 15

3.2.4 Alat ....................................................................... 16

3.3 Prosedur Kerja ................................................................ 16

3.3.1 Persiapan Hewan Uji .............................................. 16

3.3.2 Penentuan Dosis ..................................................... 17

3.3.3 Uji Efek Hipoglikemik pada Mencit ....................... 18

3.3.4 Analisis Data ......................................................... 19

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................ 20

4.1 Hasil Penelitian .............................................................. 20

4.1.1 Hasil Pengukuran Kadar Glukosa Darah................. 20

4.1.2 Persentase Penurunan Kadar Glukosa Darah ......... 21

4.2 Pembahasan .................................................................... 22

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................ 27

5.1 Kesimpulan ...................................................................... 27

5.2 Saran ................................................................................ 27

Page 13: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI EFEK …

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 28

LAMPIRAN ....................................................................................... 30

Page 14: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI EFEK …

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Struktur kimia metformin ............................................... 10

Gambar 2. Struktur kimia streptozotosin ......................................... 11

Gambar 3. Struktur skyrin .. ............................................................. 13

Gambar 4. Profil serbuk senyawa bislunatin . .................................. 14

Gambar 5. Struktur lunatin dan bislunatin ....................................... 14

Gambar 6. Grafik penurunan kadar glukosa darah ............................ 21

Gambar 7. Suspensi bislunatin, Na CMC dan metformin ................. 35

Gambar 8. Alat glukometer ............................................................. 35

Gambar 9. Mencit yang digunakan .................................................. 35

Gambar 10. Pemberian sediaan secara oral ......................................... 35

Gambar 11. Proses pengambilan darah mencit ................................... 35

Page 15: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI EFEK …

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

III. 1 Pembagian kelompok hewan .................................................. 17

IV. 1 Rata-rata hasil pengukuran kadar glukosa darah .................... 20

IV. 2. Persentase penurunan kadar glukosa darah ............................ 21

Page 16: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI EFEK …

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Skema Uji Efek Hipoglikemia ........................................ 31

Lampiran 2. Pembuatan Larutan Uji .................................................. 32

Lampiran 3. Gambar alat dan bahan pada penelitian ........................... 35

Lampiran 4. Sertifikat metformin ....................................................... 36

Lampiran 5. Hasil pengukuran glukosa darah ..................................... 37

Lampiran 6. Analisis Data Uji Hipoglikemik ............................... 38

Lampiran 7. Hasil Uji BNT Post Induksi ........................................... 41

Lampiran 8. Hasil Uji BNT Post Treatment ....................................... 43

Page 17: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI EFEK …

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Diabetes mellitus (DM) didefinisikan sebagai suatu penyakit atau

gangguan metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan

tingginya kadar gula darah disertai dengan gangguan metabolisme

karbohidrat, lipid dan protein sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin

(Depkes RI, 2005).

Salah satu tujuan utama terapi medis untuk pasien DM ialah

mengontrol kadar glukosa darah dengan pemberian obat hipoglikemik

oral. Namun dalam pelaksanaannya obat-obat hipoglikemik oral memiliki

efikasi yang terbatas dan memiliki efek samping yang tidak diinginkan

seperti hipoglikemik dan asidosis laktat. Alasan inilah yang menyebabkan

meningkatnya ketertarikan pada penggunaan sumber hipoglikemik yang

berasal dari tumbuhan sebagai salah satu manajemen alternatif dalam

menangani pasien diabetes mellitus.

Di dalam jaringan tumbuhan terdapat mikroba endofit. Mikroba

endofit dapat diisolasi dari akar, batang dan daun suatu tumbuhan. Bakteri

dan fungi adalah jenis mikroba yang umum ditemukan sebagai mikroba

endofit. Hubungan antara mikroba endofit dan inangnya dapat berupa

simbiosis mutualisme sampai hubungan yang patogenik (Strobel dan

Daisy, 2003). Senyawa yang dikeluarkan mikroba endofit berupa senyawa

metabolit sekunder yang beberapa diantaranya merupakan senyawa

bioaktif dan dapat berfungsi untuk membunuh patogen. Beberapa mikroba

endofit dapat menghasilkan senyawa-senyawa bioaktif sebagai senyawa

metabolit sekunder yang memiliki daya antimikroba, antimalaria,

antikanker dan antidiabetes. Mikroba endofit selain memiliki peranan

penting dalam dunia pengobatan, juga memiliki peranan penting dalam

dunia industri dan pertanian (Strobel dan Daisy, 2003).

Page 18: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI EFEK …

Menurut penelitian sebelumnya, diketahui bahwa terdapat

metabolit sekunder turunan bisantrakuinon dari jamur endofit Diaphorte sp

yang tumbuh dalam jaringan tumbuhan teh Camelia sinensis sp. Dua

senyawa turunan bisantrakuinon yang telah ditemukan ialah (+)-2,2’-

episitoskirin A dan (+)-1,1’-bislunatin (Agusta et al., 2006). Ditinjau dari

struktur molekul kimia (+)-1,1’-bislunatin memiliki kemiripan dengan

skyrin. Skyrin merupakan bisantrakuinon yang diisolasi dari Talaromyces

wortmanni American Type Culture Collection. Skyrin telah dilaporkan

sebelumnya sebagai antagonis glukagon yang dapat menurunkan kadar

glukosa darah dengan menghambat stimulasi produksi cAMP (IC50 56

µmol/l) (Parker et al., 2000). Karena kemiripan dari struktur molekul

antara skyrin dan (+)-1,1’-bislunatin maka dapat dimungkinkan bahwa

senyawa (+)-1,1’-bislunatin juga memiliki aktivitas sebagai antagonis

glukagon seperti halnya skyrin. Berdasarkan hal tersebut, maka perlu

dilakukan adanya penelitian mengenai uji aktivitas bislunatin sebagai

antidiabetes.

Page 19: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI EFEK …

1.2 RUMUSAN MASALAH

Dari latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah pada

penelitian ini, yakni: Apakah pemberian (+)-1,1’-bislunatin dapat

menurunkan kadar glukosa darah mencit Deutsch Democratic Yokohama

(DDY) jantan yang diinduksi Streptozotosin?

1.3 HIPOTESIS

(+)-1,1’ -Bislunatin dapat menurunkan kadar glukosa darah mencit

jantan yang telah diinduksi streptozotosin.

1.4 TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui efek (+)-1,1’-

bislunatin terhadap penurunan kadar glukosa darah mencit.

1.5 MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai landasan ilmiah untuk

penggunaan (+)-1,1’-bislunatin sebagai bahan obat.

Page 20: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI EFEK …

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DIABETES MELLITUS

2.1.1 Definisi

Diabetes mellitus (DM) adalah suatu penyakit atau gangguan

metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya

kadar gula darah disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid

dan protein sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi fungsi

insulin dapat disebabkan oleh gangguan atau defisiensi produksi insulin

oleh sel-sel β Langerhans kelenjar pankreas, atau disebabkan oleh kurang

responsifnya sel-sel tubuh terhadap insulin (Depkes RI, 2005).

Diabetes melitus merupakan suatu sindroma klinik yang ditandai

oleh poliuri, polidipsi dan polifagi, disertai dengan peningkatan kadar

glukosa darah atau hiperglikemia (glukosa puasa≥ 126 mg/dL atau

postprandial ≥ 200 mg/dL atau glukosa sewaktu ≥ 200 mg/dL) (Depkes RI,

2005).

2.1.2 Klasifikasi DM

Adapun klasifikasi diabetes melitus ialah:

a. Diabetes mellitus tipe 1

DM tipe 1 merupakan diabetes yang jarang atau sedikit

populasinya, diperkirakan kurang dari 5-10% dari keseluruhan

populasi penderita diabetes. Gangguan produksi insulin pada DM

Tipe 1 umumnya terjadi karena kerusakan sel-sel β pulau

Langerhans yang disebabkan oleh reaksi otoimun (Depkes RI,

2005). Destruksi otoimun dari sel-sel β pulau Langerhans kelenjar

pankreas langsung mengakibatkan defisiensi sekresi insulin.

Defisiensi insulin inilah yang menyebabkan gangguan metabolisme

yang menyertai DM Tipe 1. Sekitar 20% dan 40% dari pasien

Page 21: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI EFEK …

mengalami diabetes ketoasidosis setelah beberapa hari dari

poliuria, polidipsi, polifagia, dan penurunan berat badan (Dipiro et

al., 2009). Secara normal, hiperglikemia akan menurunkan sekresi

glukagon, namun pada penderita DM Tipe 1 hal ini tidak terjadi,

sekresi glukagon tetap tinggi walaupun dalam keadaan

hiperglikemia. Hal ini memperparah kondisi hiperglikemia. Salah

satu manifestasi dari keadaan ini adalah cepatnya penderita DM

Tipe 1 mengalami ketoasidosis diabetik apabila tidak mendapat

terapi insulin (Depkes RI, 2005).

b. Diabetes mellitus tipe 2

Diabetes Tipe 2 merupakan tipe diabetes yang lebih umum, lebih

banyak penderitanya dibandingkan dengan DM Tipe 1. Penderita

DM Tipe 2 mencapai 90-95% dari keseluruhan populasi penderita

diabetes. Pada DM tipe 2 terjadi letargi, poliuria, nokturia,

polidipsia dapat terjadi pada diagnosis, penurunan berat badan yang

signifikan dapat terjadi (Dipiro et al., 2009). DM Tipe 2 bukan

disebabkan oleh kurangnya sekresi insulin, tetapi karena sel-sel

sasaran insulin gagal atau tak mampu merespon insulin secara

normal. Keadaan ini lazim disebut sebagai “Resistensi Insulin”.

Disamping resistensi insulin, pada penderita DM Tipe 2 dapat juga

timbul gangguan sekresi insulin dan produksi glukosa hepatik yang

berlebihan. Namun demikian, tidak terjadi pengrusakan sel-sel β

Langerhans secara otoimun sebagaimana yang terjadi pada DM

Tipe 1. Dengan demikian defisiensi fungsi insulin pada penderita

DM Tipe 2 hanya bersifat relatif, tidak absolut (Depkes RI, 2005).

c. Diabetes Melitus Gestasional

Diabetes Mellitus Gestasional (GDM=Gestational Diabetes

Mellitus) adalah keadaan diabetes atau intoleransi glukosa yang

timbul selama masa kehamilan, dan biasanya berlangsung hanya

sementara atau temporer. Sekitar 4-5% wanita hamil diketahui

menderita GDM, dan umumnya terdeteksi pada atau setelah

trimester kedua. Diabetes dalam masa kehamilan, walaupun

Page 22: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI EFEK …

umumnya kelak dapat pulih sendiri beberapa saat setelah

melahirkan, namun dapat berakibat buruk terhadap bayi yang

dikandung. Akibat buruk yang dapat terjadi antara lain malformasi

kongenital, peningkatan berat badan bayi ketika lahir dan

meningkatnya risiko mortalitas perinatal. Disamping itu, wanita

yang pernah menderita GDM akan lebih besar risikonya untuk

menderita lagi diabetes dimasa depan. Kontrol metabolisme yang

ketat dapat mengurangi risiko-risiko tersebut (Depkes RI, 2005).

2.1.3 Gejala Klinik

Gejala yang sering dirasakan penderita diabetes antara lain poliuria

(sering buang air kecil), polidipsia (sering haus), dan polifagia (banyak

makan/mudah lapar) (Depkes RI, 2005).

Pada DM Tipe I gejala klasik yang umum dikeluhkan adalah

poliuria, polidipsia, polifagia, penurunan berat badan, cepat merasa

lelah (fatigue), iritabilitas, dan pruritus (Depkes RI, 2005).

Pada DM Tipe 2 gejala yang dikeluhkan umumnya hampir tidak

ada. DM Tipe 2 seringkali muncul tanpa diketahui, dan

penanganan baru dimulai beberapa tahun kemudian ketika penyakit

sudah berkembang dan komplikasi sudah terjadi. Penderita DM

Tipe 2 umumnya lebih mudah terkena infeksi, sukar sembuh dari

luka, daya penglihatan makin buruk, dan umumnya menderita

hipertensi, hiperlipidemia, obesitas, dan juga komplikasi pada

pembuluh darah dan syaraf (Depkes RI, 2005).

2.1.4 Peran Glukagon

Glukagon merupakan salah satu hormon kunci dalam pengaturan

homeostasis glukosa dan deregulasi yang memberikan kontribusi terhadap

hiperglikemia dalam berbagai jenis DM. Supresi dari sinyal glukagon

menurunkan hiperglikemia pada hewan dan manusia (Jiang dan Zhang,

2003). Glukagon dilepaskan ke dalam aliran darah ketika sirkulasi glukosa

rendah. Peran fisiologis utama glukagon adalah menstimulasi produksi

glukosa hepatik, sehingga mengarah ke peningkatan glikemia (Jiang dan

Zhang, 2003).

Page 23: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI EFEK …

2.1.5 Diagnosis

Diagnosis klinis DM umumnya dipikirkan apabila ada keluhan

khas DM seperti poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan berat badan

yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya (Depkes RI, 2005). Jika terdapat

keluhan khas serta hasil pemeriksaan kadar glukosa darah sewaktu ≥ 200

mg/dl, maka hal tersebut sudah cukup untuk menegakkan diagnosis DM.

Selain itu, jika hasil pemeriksaan kadar glukosa darah puasa ≥ 126 mg/dL,

maka hasil ini juga dapat digunakan sebagai patokan diagnosis DM

(Depkes RI, 2005).

Apabila tidak terdapat keluhan yang khas, hasil pemeriksaan kadar

glukosa darah yang abnormal tinggi satu kali saja tidak cukup kuat untuk

menegakkan diagnosis DM. Diperlukan pemastian lebih lanjut dengan

mendapatkan minimal satu kali lagi kadar gula darah sewaktu yang

abnormal tinggi (> 200 mg/dL) pada hari lain dan kadar glukosa darah

puasa yang abnormal tinggi (> 126 mg/dL). Selain itu dapat juga dengan

hasil uji toleransi glukosa oral didapatkan kadar glukosa darah paska

pembebanan > 200 mg/dL (Depkes RI, 2005).

2.1.6 Terapi Diabetes Mellitus

2.1.6.1 Terapi Non Farmakologi

a) Pengaturan Diet

Pengaturan diet merupakan salah satu kunci keberhasilan

penatalaksanaan DM. Diet yang dianjurkan ialah makanan dengan

kecukupan gizi baik yang terdiri dari karbohidrat 60-70%, protein

10-15%, lemak 20-25%. Penurunan berat badan telah dibuktikan

dapat mengurangi resistensi insulin dan memperbaiki respons sel-

sel β terhadap stimulus glukosa. Selain jumlah kalori, masukan

kolesterol tetap diperlukan, namun jangan melebihi 300 mg per

hari. Masukan serat diusahakan paling tidak 25 g per hari yang

dapat menolong menghambat penyerapan lemak, membantu

mengatasi rasa lapar yang kerap dirasakan penderita DM (Depkes

RI, 2005).

Page 24: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI EFEK …

b) Olah Raga

Olah raga secara tera tur dapat menurunkan dan menjaga kadar

gula darah tetap normal. Olah raga akan memperbanyak jumlah

dan meningkatkan aktivitas reseptor insulin dalam tubuh dan juga

meningkatkan penggunaan glukosa (Depkes RI, 2005).

2.1.6.2 Terapi Farmakologi

1. Terapi Insulin

Insulin merupakan obat utama untuk penderita DM tipe 1.

Pada DM tipe 1, sel-sel β Langerhans kelenjar pankreas penderita

rusak, sehingga tidak lagi dapat memproduksi insulin, sebagai

penggantinya maka penderita DM tipe 1 harus mendapatkan

insulin eksogen untuk membantu agar metabolisme karbohidrat

tetap berjalan dengan normal (Depkes RI, 2005).

2. Terapi Obat Hipoglikemik Oral

a) Golongan Sulfonilurea

Obat hipoglikemik oral golongan sulfonylurea merupakan obat

pilihan untuk diabetes mellitus. Bekerja dengan merangsang

sekresi insulin di kelenjar pankreas, sehingga hanya efektif bila

sel-sel β Langerhans pankreas masih dapat berproduksi.

Penurunan kadar glukosa darah yang terjadi setelah pemberian

sulfonilurea terjadi karena perangsangan sekresi insulin oleh

kelenjar pankreas. Adapun yang termasuk kedalam golongan

sulfonilurea yakni glibenklamida, glipizida, glikazida,

glimepirida, serta glikuidon (Depkes RI, 2005).

b) Golongan Meglitinida dan Turunan Fenilalanin

Bekerja dengan meningkatkan sekresi insulin oleh kelenjar

pankreas. Umumnya senyawa obat hipoglikemik oral golongan

ini dipakai dalam bentuk kombinasi dengan obat-obat

antidiabetik oral lainnya. Obat hipoglikemik oral golongan

meglitinid dan turunan fenilalanin meliputi repaglinida, serta

nateglinida (Depkes RI, 2005).

Page 25: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI EFEK …

c) Golongan Biguanida

Golongan ini bekerja langsung pada hati (hepar), menurunkan

produksi glukosa hati. Senyawa-senyawa golongan biguanida

tidak merangsang sekresi insulin, dan hampir tidak pernah

menyebabkan hipoglikemi. Satu-satunya senyawa biguanida

yang masih dipakai sebagai obat hipoglikemik oral oral saat ini

ialah metformin (Depkes RI, 2005).

d) Golongan Tiazolidindion (TZD)

Golongan tiazolidindion bekerja dengan meningkatkan

kepekaan tubuh terhadap insulin dengan jalan berikatan

dengan PPARγ (peroxisome proliferator activated receptor-

gamma) di otot, jaringan lemak, dan hati untuk menurunkan

resistensi insulin. Senyawa-senyawa TZD juga menurunkan

kecepatan glikoneogenisis. Obat hipoglikemik oral golongan

TZD meliputi rosiglitazone serta pioglitazone (Depkes RI,

2005).

e) Golongan Inhibitor α-Glukosidase

Golongan inhibitor α-glukosidase bekerja dengan menghambat

enzim alfa glukosidase yang terdapat pada dinding usus halus.

Enzim-enzim α-glukosidase (maltase, isomaltase,

glukomaltase, dan sukrase) berfungsi untuk menghidrolisis

oligosakarida pada dinding usus halus. Inhibisi kerja enzim ini

secara efektif dapat mengurangi pencernaan karbohidrat

kompleks dan absorbsinya, sehingga dapat mengurangi

peningkatan kadar glukosa post prandial pada penderita

diabetes. Senyawa inhibitor α-Glukosidase juga menghambat

enzim α-amilase pankreas yang bekerja menghidrolisis

polisakarida di dalam lumen usus halus. Obat hipoglikemik

oral golongan ini meliputi akarbose dan miglitol (Depkes RI).

Page 26: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI EFEK …

2.2 METFORMIN

Metformin merupakan antihiperglikemik oral golongan biguanida.

Metformin tergolong ke dalam senyawa antidiabetes dan merupakan obat

antidiabetik oral yang tidak menstimulasi pelepasan insulin, dan bekerja

menghambat glukoneogenesis hati (Martindale, 2009). Metformin

menurunkan produksi glukosa hati, tidak merangsang sekresi insulin, dan

hampir tidak pernah menyebabkan hipoglikemi (Depkes RI, 2005).

Gambar 1. Struktur Kimia Metformin

(Martindale, 2009)

2.3 STREPTOZOTOSIN

Streptozotosin (STZ) diperoleh dari Streptomyces achromogenes

yang dapat digunakan untuk menginduksi DM tipe 1 maupun tipe 2.

Streptozotocin mempunyai efek sitotoksik sehingga dapat merusak sel β

pancreas (Goodman dan Gilman, 2008). Injeksi dosis tunggal

streptozotosin (200mg/kgBB) dapat menginduksi diabetes tipe 1,

sedangkan pemberian dosis 40mg/kg BB selama 5 hari dapat menginduksi

DM tipe 2 (Etuk EU, 2010).

STZ dapat diberikan secara intravena atau intraperitonial. STZ

menembus sel β Langerhans melalui transporter glukosa GLUT 2. Aksi

STZ intraseluler menghasilkan perubahan DNA sel β pankreas. Alkilasi

DNA oleh STZ melalui gugus nitrosourea mengakibatkan kerusakan pada

sel β pankreas. STZ merupakan donor NO (nitric oxide) yang mempunyai

kontribusi terhadap kerusakan sel tersebut melalui peningkatan aktivitas

guanilil siklase dan pembentukan cGMP. NO dihasilkan sewaktu STZ

mengalami metabolisme dalam sel. Selain itu, STZ juga mampu

Page 27: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI EFEK …

membangkitkan oksigen reaktif yang mempunyai peran tinggi dalam

kerusakan sel β pankreas. Pembentukan anion superoksida karena aksi

STZ dalam mitokondria dan peningkatan aktivitas xantin oksidase. Dalam

hal ini, STZ menghambat siklus Krebs dan menurunkan konsumsi oksigen

mitokondria. Produksi ATP mitokondria yang terbatas selanjutnya

mengakibatkan pengurangan secara drastis nukleotida sel β pankreas

(Szkudelski, 2001).

Peningkatan defosforilasi ATP akan memacu peningkatan substrat

untuk enzim xantin oksidase (sel β pankreas mempunyai aktivitas tinggi

terhadap enzim ini), lebih lanjut meningkatkan produksi asam urat. Xantin

oksidase mengkatalisis reaksi pembentukan anion superoksida aktif. Dari

pembangkitan anion superoksida, terbentuk hidrogen peroksida dan

radikal superoksida. NO dan oksigen reaktif tersebut adalah penyebab

utama kerusakan sel β pankreas (Szkudelski, 2001).

Gambar 2. Struktur Kimia Streptozotosin

(Martindale, 2009)

Kerusakan DNA akibat STZ dapat mengaktivasi poli ADP-

ribosilasi yang kemudian mengakibatkan penekanan NAD+ seluler,

selanjutnya penurunan jumlah ATP, dan akhirnya terjadi penghambatan

sekresi dan sintesis insulin. Selain itu, kalsium berlebih yang kemungkinan

dapat menginduksi nekrosis, tidak mempunyai peran yang signifikan pada

nekrosis yang diinduksi STZ (Szkudelski, 2001).

Page 28: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI EFEK …

2.4 MIKROBA ENDOFIT

Mikroba endofit merupakan mikroorganisme yang tumbuh dalam

jaringan tumbuhan dan dapat dijumpai pada bagian akar, daun serta batang

tumbuhan. Bakteri dan fungi adalah jenis mikroba yang umum ditemukan

sebagai mikroba endofit, akan tetapi yang banyak diisolasi adalah

golongan fungi. Hubungan antara mikroba endofit dan inangnya dapat

berbentuk simbiosis mutualisme sampai hubungan yang patogenik

(Strobel dan Daisy, 2003). Hubungan simbiosis mutualisme ditandai

dengan hubungan yang saling menguntungkan antara mikroba endofit dan

tumbuhan inangnya. Mikroba endofit dapat melindungi tumbuhan inang

dari serangan patogen dengan senyawa yang dikeluarkan oleh mikroba

endofit. Senyawa yang dikeluarkan mikroba endofit berupa senyawa

metabolit sekunder yang merupakan senyawa bioaktif dan dapat berfungsi

untuk membunuh patogen. Tumbuhan inang menyediakan nutrisi yang

dibutuhkan oleh mikroba endofit untuk melengkapi siklus hidupnya.

Kemampuan mikroba endofit memproduksi senyawa metabolit

sekunder sesuai dengan tanaman inangnya merupakan peluang yang

sangat besar dan dapat diandalkan untuk memproduksi metabolit sekunder

dari mikroba endofit yang diisolasi dari tanaman inangnya tersebut. Dari

sekitar 300.000 jenis tanaman yang tersebar di muka bumi ini, masing-

masing tanaman mengandung satu atau lebih mikroba endofit yang terdiri

dari bakteri dan jamur (Strobel dan Daisy, 2003).

Metabolit sekunder yang diproduksi oleh mikroba endofit telah

berhasil diisolasi dan dimurnikan serta telah dielusidasi struktur

molekulnya seperti Cryptocandin yang dihasilkan oleh mikroba endofit

Cruptosporiopsis quercina yang berhasil diisolasi dari tanaman

Tripterigeum wilfordii, dan berhasiat sebagai antijamur terhadap Candida

albicans (Strobel dan Daisy, 2003).

Page 29: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI EFEK …

2.5 SKYRIN

Skyrin merupakan bisantrakuinon yang diisolasi dari jamur

Talaromyces sp dan pertama kali diisolasi dari fermentasi jamur

Penicillium sp. Skyrin memiliki aktivitas sebagai antioksidan (Vargas, F

et al., 2008). Selain memiliki aktivitas antioksidan, skyrin juga memiliki

aktivitas dalam menurunkan kadar glukosa darah yakni sebagai reseptor

selektif glukagon antagonis. Dalam menurunkan kadar glukosa darah pada

hepatosit tikus, skyrin (30 µmol/l) menghambat glukagon-pada produksi

stimulasi cAMP (53%) dan produksi glukosa (IC50 56 µmol/l). Sedangkan

pada hepatosit manusia, skyrin (10 µmol/l ) dapat menurunkan glukagon-

pada produksi stimulasi cAMP (55%) dan glycogenolisis (27%) (Parker et

al., 2000).

Gambar 3. Struktur skyrin

(Parker et al., 2000)

2.6 (+)-1,1’-BISLUNATIN

(+)-1,1’-Bislunatin merupakan senyawa metabolit sekunder dari

golongan bisantrakuinon yang diperoleh dari jamur endofit Diaphorte sp

yang terdapat dari tanaman Camelia sinensis sp. Bisantrakuinon termasuk

ke dalam golongan antrakuinon, dimana bentuk strukturnya ialah bentuk

dimerik dari senyawa antrakuinon. (+)-1,1’- Bislunatin merupakan bentuk

dimerik dari lunatin. (+)-1,1’-Bislunatin merupakan metabolit sekunder

Page 30: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI EFEK …

yang berwarna orange pekat dengan quasi molecular ion peak C30H19O12 =

571 (Agusta et al., 2006).

Gambar 4. Profil serbuk senyawa bislunatin

Gambar 5. Struktur lunatin dan bislunatin

(Agusta et al., 2006)

lunatin

(+)-1,1’-bislunatin

Page 31: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI EFEK …

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan April hingga bulan

Agustus 2012 di Laboratorium Fitokimia Pusat Penelitian Biologi

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang berada di Jalan Raya

Jakarta-Bogor Km 46, Cibinong.

3.2 ALAT DAN BAHAN

3.2.1 Bahan Uji

Bahan uji yang digunakan dalam penelitian ini ialah

senyawa (+)-1,1’-bislunatin yang merupakan koleksi Laboratorium

Fitokimia Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan

Indonesia (LIPI).

3.2.2 Hewan uji

Hewan uji yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

mencit Deutsch Democratic Yokohama (DDY) jantan yang

berumur 2 bulan dengan berat badan 20-30 gram yang diperoleh

dari peternakan Institut Pertanian Bogor.

3.2.3 Bahan Kimia

Bahan kimia yang akan dipergunakan dalam penelitian ini

ialah Streptozotocin (Sigma), Na CMC (Sigma), Metformin

(Sigma), Aquadest, Natrium sitrat (Sigma), Asam sitrat (Sigma),

dan Asam pikrat.

Page 32: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI EFEK …

3.2.4 Alat-alat yang digunakan:

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah

kandang mencit beserta kelengkapan pemberian pakan dan minum,

timbangan analitik, sonde oral, spuit injeksi tuberculin, autoklaf,

mortar, alu, laminar air flow, glukometer dan tes strip (GlucoDr),

kertas lakmus, serta alat-alat gelas.

3.3 PROSEDUR KERJA

3.3.1 Persiapan Hewan Uji

Hewan uji yang akan digunakan adalah mencit DDY jantan

dengan berat badan 20-30 gram. Hewan coba diaklimatisasi selama

1 minggu agar dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

Selama proses adaptasi, dilakukan pengamatan kondisi umum dan

penimbangan berat badan. Hewan coba dipilih sebanyak 30 ekor

mencit jantan secara acak untuk dibagi menjadi 6 kelompok,

masing-masing terdiri dari 5 ekor. Penentuan jumlah mencit tiap

kelompok dihitung berdasarkan rumus Federer, yaitu :

dengan t menunjukkan jumlah perlakuan dan n menunjukkan

jumlah ulangan minimal dari tiap perlakuan. Adapun pembagian

kelompok adalah sebagai berikut:

(n-1) (t-1) ≥ 15

(n-1) (6-1) ≥ 15

n ≥ 4

Page 33: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI EFEK …

Tabel 3.1 Pembagian kelompok hewan uji metode induksi

streptozotosin

3.3.2 Penentuan Dosis

a. Dosis (+)-1,1’-Bislunatin

Pada penelitian ini akan digunakan dosis (+)-1,1’-Bislunatin dengan seri

konsentrasi:

dosis rendah 20 mg/kgBB = 0,6 mg/30gBB

dosis sedang 100 mg/kgBB = 3 mg/30 gBB

dosis tinggi 500 mg/kgBB = 15 mg/30 gBB

Kelompok Jumlah Perlakuan

I 5 Kontrol normal tidak di induksi STZ

II 5 Kontrol negatif diinduksi

streptozotosin, diberikan Na CMC 0,5%

III 5

Kontrol positif diinduksi

streptozotosin, diberikan suspensi

metformin

IV 5

Kelompok perlakuan diinduksi

streptozotocin, diberikan suspensi

bislunatin 20 mg/kgBB

V 5

Kelompok perlakuan diinduksi

streptozotocin, diberikan suspensi

bislunatin 100 mg/kgBB

VI 5

Kelompok perlakuan diinduksi

streptozotocin, diberikan suspensi

bislunatin 500 mg/kgBB

Page 34: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI EFEK …

b. Dosis Streptozotosin

Dosis streptozotosin yang digunakan untuk menginduksi DM tipe 2 ialah

40mg/kgBB selama 5 hari secara intraperitoneal atau setara dengan 1,2

mg/30 gram BB mencit. Pada penelitian ini dibuat streptozotosin yang

dilarutkan dalam buffer sitrat pH 4,5 (0,1 M). Pembuatan larutan

streptozotosin harus dibuat dalam kondisi segar (Etuk EU, 2010)..

c. Dosis Metformin

Dosis metformin yang digunakan sebagai obat hipoglikemik oral pada

manusia ialah 500mg 2-3 kali sehari. Berdasarkan tabel konversi

perhitungan dosis untuk berbagai hewan uji dan manusia, konversi dari

manusia ke mencit dikalikan dengan 0,0026 (Lawrence dan Bacharach,

1964). Maka setara dengan 3,9mg/30gBB

3.3.3 Uji Efek Hipoglikemik pada Mencit

Mencit diaklimatisasi selama satu minggu, dengan pemberian

pakan dan minum ad libitum. Kemudian dilakukan pengukuran glukosa

darah mencit sebagai baseline dengan menggunakan glukometer. Adapun

sebelum dilakukan pengukuran kadar glukosa darah, seluruh mencit

dipuasakan terlebih dahulu selama 10 jam. Kemudian mencit dimasukkan

ke dalam kandang kecil sedemikian rupa hingga tidak dapat bergerak.

Ekor mencit dibersihkan dengan alkohol 70%. Selanjutnya ekor mencit

digunting 1-2 mm dari ujung ekor, dilakukan pemijatan perlahan terhadap

ekor agar darah keluar. Kemudian kadar gula darah diukur dengan alat

glukometer.

Untuk menjadikan mencit hiperglikemia, mencit di induksi dengan

streptozotosin 1,2 mg/30gBB secara intraperitoneal selama 5 hari. Mencit

kemudian dirawat selama 10 hari sebelum diberi perlakuan dengan ekstrak

untuk mendapatkan kondisi hiperglikemi. Kemudian dilakukan kembali

pengukuran kadar glukosa darah mencit , adapun yang memenuhi kriteria

syarat hiperglikemia, yakni yang glukosa darahnya ≥ 200mg/dL

dipisahkan dengan yang tidak memenuhi syarat. Mencit yang memenuhi

syarat hiperglikemia dibagi menjadi 5 kelompok, masing-masing

Page 35: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI EFEK …

kelompok terdiri dari 5 ekor. Kelompok 1 sebagai kelompok kontrol

normal, kelompok yang tidak diinduksi streptozotosin dan tidak diberi

perlakuan. Kelompok 2 sebagai kelompok kontrol negatif, yakni mencit

yang dengan diinduksi STZ dan diberikan Na CMC 0,5%. Kelompok 3

sebagai kelompok kontrol positif, yakni mencit yang diinduksi STZ dan

diberikan metformin yang dilarutkan dengan NaCMC 0,5%. Kelompok 4

kelompok uji, mencit yang diinduksi STZ dan diberikan suspensi

bislunatin (Na CMC 0.5% sebagai suspending agent) dengan dosis

20mg/kgBB. Kelompok 5 sebagai kelompok uji, mencit yang diinduksi

STZ dan diberikan suspensi bislunatin dengan dosis 100mg/kgBB.

Adapun kelompok 6 sebagai kelompok uji, mencit yang diinduksi STZ

kemudian diberikan suspensi bislunatin dengan dosis 500 mg/kgBB.

Perlakuan uji efek hipoglikemi mencit dilakukan selama 14 hari (Florence,

2007). Pada hari ke-17 setelah pemberian ekstrak kemudian dilakukan

pengukuran glukosa darah mencit dengan menggunakan glukometer.

3.3.4 Analisa Data

Hasil percobaan yang diperoleh dianalisis secara statistik

menggunakan uji Analisis Varian satu arah (ANOVA). Data dibuat

terhadap waktu (hari) dan kadar glukosa darah (mg/dL).

Page 36: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI EFEK …

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL PENELITIAN

4.1.1 Hasil Pengukuran Kadar Glukosa Darah

Pengukuran kadar glukosa darah mencit dilakukan pada awal

penelitian sebagai base line, setelah diinduksi dengan streptozotosin, dan

setelah diberi perlakuan selama 14 hari. Adapun rata-rata pengukuran

kadar glukosa darah yakni:

Tabel 4.1. Rata-rata hasil pengukuran kadar glukosa darah (mg/dL)

Base line Post induksi Post treatment

KN 161,6 146,6 123,4

K (-) 169,8 383,8 314,6

K (+) 155,6 299,4 205,4

B1 109,2 294,6 199,4

B2 159,2 298,2 212,6

B3 147 315,4 218,2

Keterangan : KN : Kontrol Normal,

K (-) : Kontrol Negatif,

K (+) : Kontrol Positif,

B1 : Bislunatin dosis 20mg/kgBB,

B2 : Bislunatin dosis 100mg/kgBB,

B3 : Bislunatin dosis 500mg/kgBB.

Page 37: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI EFEK …

4.1.2 Persentase Penurunan Kadar Glukosa Darah

Tabel 4.2 Persentase penurunan kadar glukosa darah

Kelompok Presentase Penurunan Kadar Glukosa Darah

post treatment

Kontrol Positif 31,40%

Bislunatin 20mg/kgBB 32,32%

Bislunatin 100mg/kgBB 28,71%

Bislunatin 500mg/kgBB 30,82%

Gambar 6. Grafik penurunan kadar glukosa darah

base line post induksi post treatment

kontrol normal 161,6 146,6 123,4

kontrol negatif 169,8 383,8 314,6

kontrol positif 155,6 299,4 205,4

bislunatin 20mg/kgbb 109,2 294,6 199,4

bislunatin 100mg/kgbb 159,2 298,2 212,6

bislunatin 500mg/kgbb 147 315,4 218,2

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

Kad

ar G

luko

sa D

ara

h (

mg/

dl)

Kurva Penurunan Kadar Glukosa Darah

Page 38: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI EFEK …

4.2 PEMBAHASAN

Diabetes mellitus merupakan penyakit kronis yang disebabkan oleh

defisiensi insulin sebagian ataupun absolut yang dapat menimbulkan

berbagai komplikasi makro dan mikrovaskuler yang mengakibatkan

kerusakan organ tubuh. Salah satu faktor yang menyebabkan

hiperglikemia ialah adanya resistensi insulin dimana sel-sel sasaran insulin

gagal ataupun kurang mampu merespon insulin secara normal (Depkes RI,

2005).

Dalam penelitian ini, sampel yang diuji ialah (+)-1,1’-bislunatin

yang merupakan senyawa metabolit sekunder dari golongan

bisantrakuinon.

Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini ialah mencit jantan

galur ddY. Sebelum dilakukan pengujian, seluruh mencit diaklimatisasi

selama satu minggu agar mencit dapat menyesuaikan diri dengan

lingkungannya dengan pemberian makan dan minum ad libitum. Setelah

aklimatisasi, mencit kemudian diukur kadar glukosa darahnya. Adapun

sebelum dilakukan pengukuran kadar glukosa darah, seluruh mencit

dipuasakan selama 10 jam untuk meniadakan pengaruh zat-zat lain pada

pengukuran kadar glukosa darah.

Diabetogen digunakan dalam penelitian ini untuk menginduksi

mencit hiperglikemia. Streptozotosin dipilih sebagai diabetogen dalam

penelitian ini berdasarkan pada aspek bioetik. Dimana penelitian dengan

menggunakan hewan coba juga harus mempertimbangkan bioetika yang

terdiri dari Refinement, Reduction, dan Replacement (Bishop, 2001).

Streptozotosin dapat melakukan penyembuhan kembali (recovery)

sehingga mengurangi penderitaan sakit hewan coba jika dibanding dengan

aloksan yang tidak dapat melakukan aksi penyembuhan kembali. Selain itu

streptozotosin juga memiliki beberapa keunggulan dibanding aloksan

seperti mempertahankan hiperglikemi dengan durasi yang lebih panjang,

perkembangan komplikasi diabetes baik ditandai dengan sedikit insiden

Page 39: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI EFEK …

ketosis serta mortalitas (Srinivasan, 2007). Pada metode uji diabetes

dengan diabetogen, pankreas hewan uji coba dirusak dengan menggunakan

streptozotosin sehingga pankreas hanya dapat menghasilkan sedikit insulin

dan terjadi hiperglikemik. Streptozotosin bekerja pada sel beta pankreas

melalui glucose transporter (GLUT 2) dan menyebabkan alkilasi DNA

melalui gugus nitrosourea yang mengakibatkan kerusakan pada sel β

pankreas (Skudelski, 2001). Adapun dosis STZ yang diberikan dalam

penelitian ini ialah 40mg/kgBB selama 5 hari secara intraperitoneal (Etuk

EU, 2010). Dosis 40mg/kgbb selama 5 hari dipilih untuk membuat

diabetes tipe 2 dalam penelitian ini, karena diharapkan diabetes yang

timbul berupa resistensi insulin yang masih dapat diobati oleh penggunaan

obat hipoglikemik. Fungsi kerja STZ dipengaruhi oleh pembuatannya,

STZ dilarutkan dalam buffer sitrat pH 4,5 yang disiapkan segera sebelum

diinjeksikan karena STZ dalam buffer sitrat akan terdegradasi setelah 15-

20 menit (Sobrevilla, 2011). Setelah 5 hari berturut-turut diinduksi dengan

streptozotosin kemudian mencit dipelihara selama 10 hari sebelum diberi

perlakuan dengan sampel uji untuk membuat hiperglikemi yang stabil.

Setelah mencit hiperglikemia oleh induksi STZ, mencit kemudian

dibagi menjadi 5 kelompok perlakuan untuk kelompok yang akan

diberikan terapi. Adapun 1 kelompok untuk kelompok kontrol normal

tanpa diinduksi STZ. Pemberian bislunatin dan metformin sebagai terapi

hiperglikemik diberikan secara oral pada mencit selama 14 hari.

Metformin dipilih sebagai terapi pembanding bislunatin karena metformin

merupakan obat hipoglikemik oral yang bekerja dengan cara menurunkan

produksi glukosa di hati (Depkes RI, 2005). Adapun pemberian metformin

dan bislunatin diberikan dalam sediaan suspensi dengan penambahan

NaCMC 0,5% sebagai agen pensuspensi.

Data pengukuran glukosa darah dianalisis secara statistik dengan

menggunakan metode ANOVA untuk melihat kesamaan dan perbedaan

nilai rata-rata glukosa darah mencit pada setiap kelompok. Uji statistik

awal yakni uji normalitas dengan menggunakan Kolmogorov-Smirnof, dari

Page 40: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI EFEK …

tabel normalitas diketahui bahwa seluruh hewan uji terdistribusi dengan

normal (p≥0.05) baik sebelum maupun setelah perlakuan. Analisa

selanjutnya ialah uji homogenitas dengan menggunakan Levene statistic,

dari hasil uji homogenitas diperoleh bahwa kadar glukosa darah post

induksi dan post treatment dilanjutkan dengan uji Kruskal Wallis karena

syarat homogenitasnya belum terpenuhi (p≤0.05).

Berdasarkan hasil uji Kruskal Wallis, kadar glukosa darah pada

post induksi dan post treatment berbeda secara bermakna (p≤ 0,05 ). Data

kadar glukosa darah yang berbeda secara bermakna dilanjutkan dengan uji

BNT untuk melihat perbedaan antar kelompok hewan uji.

Dari hasil uji BNT post induksi STZ diketahui bahwa semua

kelompok hewan uji berbeda secara bermakna dengan kelompok kontrol

normal, hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi BNT post induksi.

Perbedaan secara bermakna semua kelompok uji dengan kontrol normal

pada hari post induksi menandakan bahwa induksi hiperglikemi telah

membuat perbedaan kadar glukosa darah mencit yang diinduksi dengan

mencit yang tidak diinduksi streptozotosin.

Hasil uji BNT pada post treatment menunjukkan bahwa kontrol

normal tidak berbeda secara bermakna dengan kelompok kontrol positif,

kelompok uji bislunatin dosis rendah, kelompok uji bislunatin dosis sedang

dan kelompok uji bislunatin dosis tinggi. Sedangkan kelompok kontrol

normal berbeda secara bermakna dengan kontrol negatif. Tidak adanya

perbedaan secara bermakna antara kontrol normal dengan kelompok uji

bislunatin menandakan bahwa bislunatin dapat mengembalikan kadar

glukosa darah menjadi normal seperti kontrol positif.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa bislunatin memiliki

kemampuan menurunkan kadar glukosa darah. Persentase penurunan kadar

glukosa darah bislunatin 20mg/kgBB, bislunatin 100mg/kgBB, dan

bislunatin 500mg/kgBB masing-masing sebesar 32,32%, 28,71%, dan

30,82%. Penurunan kadar glukosa darah mencit oleh pemberian (+)-1,1’-

Page 41: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI EFEK …

bislunatin kemungkinan dikarenakan struktur bislunatin yang serupa

dengan skyrin yang bekerja sebagai antagonis glukagon. Adapun kerja dari

antagonis glukagon ialah dengan cara berikatan dengan reseptor glukagon,

sehingga menurunkan glikogenolisis. Bislunatin dengan dosis uji

100mg/kgBB dan 500 mg/kgBB tidak mengalami penurunan kadar

glukosa darah yang lebih besar dibandingkan dengan bislunatin 20

mg/kgBB, hal ini mungkin dikarenakan pada kerja bislunatin yang

berikatan dengan reseptor, yang mana jika seluruh reseptor telah berikatan

dengan bislunatin maka sisa bislunatin yang tidak mendapatkan tempat

untuk berikatan dengan reseptor akan tereliminasi dan tidak

mempengaruhi penurunan kadar glukosa darah.

Pada penelitian yang telah dilakukan sebelumnya diketahui bahwa

skyrin memiliki struktur bisantrakuinon dengan efek sebagai antagonis

glukagon sehingga dapat menurunkan kadar glukosa darah. Di hati

pengikatan glukagon dengan reseptor pada membran plasma hepatosit

melalui interaksi dengan menstimulasi protein G yakni Gs dan Gq. Gs

mengaktifkan adenilat siklase, meningkatkan cAMP serta meningkatkan

protein kinase yang mengakibatkan peningkatan glukoneogenesis,

glikogenolisis serta pengeluaran glukosa. Penurunan kadar glukosa darah

oleh skyrin melalui aksinya memblok cAMP sehingga terjadi penurunan

produksi glukosa di hati serta penurunan glikogenolisis (Parker et al.,

2000). Efek dari bislunatin yang dapat menurunkan kadar glukosa darah

diharapkan dapat menjadi kandidat obat diabetes tipe 2 seperti halnya

skyrin yang termasuk dalam golongan ‘non peptidic antidiabetic agent’.

Pada penelitian ini digunakan metformin sebagai bahan obat

pembanding dalam kelompok kontrol positif. Metformin merupakan salah

satu obat hipoglikemik oral golongan biguanida. Adapun efek samping

yang dapat ditimbulkan oleh penggunaan metformin ialah adanya asidosis

laktat. Asidosis laktat dapat timbul jika terjadi penumpukkan laktat yang

disebabkan peningkatan produksi laktat yang mengakibatkan hipoksia

ataupun penurunan eliminasi laktat. Bislunatin yang dapat menurunkan

Page 42: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI EFEK …

kadar glukosa darah diharapkan tidak memiliki efek samping yang serius

sehingga dapat dikembangkan menjadi salah satu pilihan dalam terapi

diabetes mellitus dimasa mendatang.

Page 43: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI EFEK …

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. KESIMPULAN

1. Senyawa bislunatin dapat menurunkan kadar glukosa darah mencit

putih yang diinduksi streptozotosin secara signifikan terhadap

kontrol negatif (p≤0,05).

2. Persentase penurunan kadar glukosa darah terbesar pada dosis

20mg/kgBB, yakni sebesar 32,32% dan tidak berbeda secara

bermakna dengan metformin (p≥0,05) pada dosis 8,3 mg/kgBB.

5.2. SARAN

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang efek hipoglikemik

(+)-1,1’-bislunatin dan mekanisme kerjanya.

2. Perlu dilakukan penelitian mengenai efek samping (+)-1,1’-

bislunatin.

Page 44: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI EFEK …

DAFTAR PUSTAKA

Agusta, A., Ohashi, K., and Shibuya, H. (2006). Bisanthraquinone Metabolites

Produced by the Endophytic Fungus Diaporthe sp. Chemical &

Pharmaceutical Bulletin. 54(4) : 579-582.

Akbarzadeh, A et al. (2007). Induction of Diabetes by Streptozotocin in Rat.

Indian Journal of Clinical Biochemistry 22(2): 60-64.

Aly, Hanan et al. (2010). In Vitro and In Vivo Evaluation of the Antidiabetic

Effect of Different Extracts of Nepeta Cataria in Streptozotocin Induced

Diabetic Rats. Journal of American Science Vol 6(10).

American Diabetes Association. (2011). Diagnosis and Classification of Diabetes

Mellitus. Diabetes Care Vol 32:S62-S67.

Aronoff, et al. (2004). Glucose Metabolism and Regulation: Beyond Insulin and

Glucagon. Diabetes Spectrum Volume 17 (3): 183-190.

Arora, S., Kumar, O. S., and Vohora, Divya. (2009). Characterisation of

Streptozotocin Induced Diabetes Mellitus in Swiss Albino Mice. Global

Journal of Pharmacology 3 (2): 81-84.

Bishop, L. J and Nolen, A. L. (2001). Animal in Research and Education: Ethical

Issues. National Reference Center for Bioethics Literature.

Chew, S. L., and Leslie, D. (2006). Clinical Endocrinology and Diabetes.

Elsevier. China.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2006). Pharmaceutical Care untuk

Penyakit Diabetes Mellitus. Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik.

Jakarta. Hal : 1-27,

Dipiro, J. T. (2009). Pharmacotherapy Handbook. 7th Edition. The McGraw-

Hill. New York.

Etuk, E.U. (2010). Animals Models for Studying Diabetes Mellitus. Agriculture

and Biology Journal of North America. 1(2):130-134.

Florence, N. G. et al. (2007). Antidiabetic Activities of Methanol-Derived Extract

of Dorstenia picta Twigs in Normal and Streptozotocin-Induced Diabetic

Rats. Asian Journal of Traditional Medicines, 2 (4).

Goodman and Gilman. (2008). Dasar Farmakologi Terapi, edisi 10. Vol 2. Alih

Bahasa: Amalia Hanif et al. Jakarta : EGC

Grover, N., Bafna P.A., and Rana A.C. (2011). Diabetes and Methods to Induce

Experimental Diabetes. International Journal of Pharmacy and Biological

Sciences Vol 1. Issue 4. 414-419.

Page 45: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI EFEK …

Jiang, G and Zhang, B. B. (2003). Glucagon and Regulation of Glucose

Metabolism. American Journal Physiol Endocrinology and Metabolisme.

284.

Kakadiya, J., Shah, M., and Shah, N.J. (2010). Effect of Novobilol on Serum

Diabetic Marker and Lipid Profile in Normal and Streptozotocin-

Nicotinamide Induced Diabetic Rats. Research Journal of Pharmaceutical.

Biological and Chemical Sciences. 1(2): 329-334.

Katzung, Bertram G. (1998). Farmakologi Dasar dan Klinik. Edisi VI. EGC.

Jakarta.

Laurence, D.R., and Bacharach, A.L. (1964). Evaluation of Drug Activities.

Academic Press. London.

Lenzen, S. (2008). The Mechanism of Alloxan and Streptozotocin Induced

Diabetes. Diabetologia. Vol. 51: 216-226.

Parker, J.C et al. (2000). Effects of Skyrin, a Receptor-Selective Glucagon

Antagonist, in rat and Human Hepatocytes. Journal Diabetes. Vol. 49:2079-

2086

Prasad, S.K., Kulshreshtha, A., Qureshi.T.N. (2009). Antidiabetic Activity of

Some Herbal Plants in Streptozotocin Induced Diabetic Albino Rats.

Pakistan Journal of Nutrition 8 (5): 551-557.

Royal Pharmaceutical Society of Great Britain. (2009). Martindale, The Complete

Drug Reference. Thirty Sixth Edition. Edited by Sean C Sweetman.

Pharmaceutical Press. London.

Sakthi, P., Vadivu, R., Jayshree, N. (2010). In vitro and In vivo Antidiabetc

Activity of the Leaves of Ravenala madagascariensis Sonn., on Alloxan

Induced Diabetic Rats. Journal of Pharmaceutical Science and Technology

Vol. 2 (9) page 312-317.

Sobrevilla, V et al. (2011). Effect of Varying Dose and Administration of

Streptozotocin on Blood Sugar in Male CD1 Mice. Proceedings of the

Western Pharmacology Society. 54:5-9.

Srinivasan, K dan Ramaro P. (2007). Animal Models in Type 2 Diabetes

Research: An Overview. Indian Journal of Medical Research. 125 pp 451-

472.

Strobel, G and Daisy B. (2003). Bioprospecting for Microbial Endophytes and

Their Natural Product. Microbiology and Molecular Biology Reviews 67

(4): 491-502

Suzuki, W et al. (1999). A New Mouse Model of Spontaneous Diabetes Derived

from ddy Strain. Journal of Experimental Animal Science. 48 (3), 181-189.

Szkudelski, T. (2001). The Mechanism of Alloxan and Streptozotocin Action in B

Cells of the Rat Pancreas. Physiological Research. 50:536-546.

Page 46: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI EFEK …

Vargas, F et al. (2008). Antioxidant and Scavenging Activity of Skyrin on Free

Radikal and Some Reactive Species. Avances en Quimica. 3 (1)

Varun, R. V., Srikanth, L., and Venkateshwarlu, L. (2010). In Vivo Animal

Models for Screening of Antidiabetic Activity. International Journal of

Pharma and Bio Sciences 1(4): 669-685.

Yin, D. et al. (2006). Recovery of Islet B-Cell Function in Streptozotocin Induced

Diabetic Mice. Diabetes, Vol 55: 3256-3263.

[WHO] World Health Organization. (2006). Diabetes.

http://www.who.int/topics/diabetes_mellitus/en/ diakses Agustus 2012.

Page 47: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI EFEK …

LAMPIRAN

Page 48: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI EFEK …

Lampiran 1. Skema Uji Efek Hipoglikemik

Persiapan Hewan Uji

(Aklimatisasi)

Kelompok

Dosis

Rendah

Induksi STZ selama 5 hari berturut-turut

Pengukuran kadar glukosa darah hari ke-15 (post induksi)

Analisa data

Diberikan

Metformin

Bislunatin

20

mg/kgBB

Bislunatin

100

mg/kgBB

Bislunatin

500

mg/kgBB

Suspensi

Na CMC

0.5%

Ukur kadar glukosa darah pada hari ke-17 setelah perlakuan (post treatment)

Pengukuran kadar glukosa darah sebelum induksi STZ pada hari ke-0 (base line)

Persiapan Bislunatin

Kelompok

Kontrol

Normal

Kelompok

Kontrol

Negatif

Kelompok

Kontrol

Positif

Kelompok

Dosis

Sedang

Kelompok

Dosis

Tinggi

Hari

ke-0

Hari ke

1-5

Hari ke

6-15

Waktu penstabilan kadar glukosa darah (10 hari)

Hari

ke-15

Hari ke

15- 28

Hari

ke-31

Page 49: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI EFEK …

Lampiran 2. Pembuatan Larutan Uji

A. Pembuatan Larutan (+)-1,1’- Bislunatin

Dosis 500mg/kgBB atau setara dengan 15 mg/30gBB mencit

VAO =

=

= 0,2 ml

VAO total = VAO x jumlah mencit perkelompok x lamanya perlakuan

= 0.2 ml x 5 x 14

= 14 ml ≈ 20 ml

Dibuat stok larutan untuk 7 hari pertama, sehingga VAO total untuk satu

minggu pertama sebanyak 10 ml

Jumlah Bislunatin = VAO total x konsentrasi

= 10 ml x 15 mg/0,2ml

= 750 mg

750 mg bislunatin dilarutkan dalam NaCMC 0,5% ad 10 ml, sehingga

konsentrasi larutan menjadi 750mg/10ml.

Dosis 100 mg/kgBB

Dilakukan dengan mengencerkan stok suspensi (+)-1,1’-bislunatin

(500mg/kgbb) dengan penambahan NaCMC 0,5%.

V1. M1 = V2. M2

V1. 750 mg/10ml = 10 ml . 150 mg/10ml

V1. 75 = 150

V1 = 2 ml

2 ml (+)-1,1-bislunatin dengan konsentrasi 750mg/10ml diambil dan

ditambahkan dengan Na CMC 0.5% hingga volume 10 ml.

Dosis 20 mg/kgBB

Dilakukan dengan mengencerkan stok suspensi (+)-1,1’-bislunatin

150mg/10ml dengan penambahan Na CMC 0.5%.

V1. M1 = V2. M2

V1. 150 mg/10ml = 10 ml . 30 mg/10ml

Page 50: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI EFEK …

(Lanjutan)

V1 = 2 ml

2 ml (+)_1,1’-bislunatin dengan konsentrasi 150mg/10ml diambil dan

ditambahkan dengan Na CMC 0.5% hingga volume 10 ml.

B. Larutan Metformin

Dosis metformin yang digunakan sebagai obat hipoglikemik oral pada

manusia ialah 500 mg 2-3 kali sehari. Berdasarkan tabel konversi

perhitungan dosis untuk berbagai hewan uji dan manusia, konversi dari

manusia ke mencit dikalikan dengan 0,0026 (Lawrence dan Bacharac).

Maka setara dengan 3,9 mg/ekor mencit.

VAO =

=

= 0,2 ml

VAO total = VAO x jumlah mencit perkelompok x lamanya perlakuan

= 0,2 ml x 5 x 14

= 14 ml ≈ 20 ml

Jumlah Metformin = VAO total x konsentrasi

= 20 ml x 3,9 mg/0,2ml

= 390 mg

Maka 390 mg metformin dilarutkan dalam 20 ml NaCMC 0,5%.

C. Larutan Streptozotosin

Dosis Streptozotosin yang digunakan dalam percobaan ini adalah

40mg/kgBB atau 1,2mg/30gBB selama 5 hari secara intraperitonel (Etuk

EU, 2010).

VAO =

=

= 0,2 ml

Page 51: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI EFEK …

(Lanjutan)

Streptozotosin dilarutkan dalam buffer sitrat pH 4,5. Larutan

streptozotosin akan terdegradasi pada waktu lebih dari 15 menit, untuk

mencegah terdegradasinya larutan streptozotosin maka pembuatan larutan

streptozotosin harus dalam kondisi segar. Akan dibuat larutan

streptozotosin per 2.5 ml untuk 12 ekor mencit, sehingga dibuat 4 kali

2,5ml.

=

x = 15 mg

Maka konsentrasi larutan streptozotosin 15 mg/2,5ml.

D. Pembuatan Larutan Buffer Sitrat

Volume total buffer sitrat yang akan dibuat 30 ekor x 0,2 ml = 6 ml ≈ 15

ml. Buffer sitrat terdiri dari tri-Na-sitrat-dihidrat (BM = 294,10) dan asam

sitrat monohidrat (BM = 210,14). Untuk 15 mL larutan buffer sitrat (0,1M)

maka terdiri dari 0,4415 gram Na sitrat dan 0,3152 gram asam sitrat dalam

aquabidest steril.

Page 52: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI EFEK …

Lampiran 3. Gambar Alat dan Bahan pada Penelitian

Gambar 7. Suspensi Bislunatin,

Metformin dan Na CMC

Gambar 11. Pengambilan darah mencit

Gambar 8. Glukometer

Gambar 9. Mencit yang digunakan Gambar 10. Pemberian

sediaan secara oral

Page 53: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI EFEK …

Lampiran 4. Sertifikat Metformin

Page 54: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI EFEK …

Lampiran 5. Hasil Pengukuran Glukosa Darah Hewan Uji

Kelompok

Kadar Glukosa Darah

Post

induksi

Post

treatment

Kontrol Normal 1 160 116

2 132 128

3 142 127

4 153 113

5 146 133

Kontrol Negatif 1 447 218

2 229 188

3 483 413

4 271 353

5 489 401

Kontrol Positif 1 360 135

2 200 115

3 414 362

4 302 248

5 221 167

Bislunatin 20 mg/kgBB 1 244 175

2 226 206

3 310 208

4 342 201

5 351 207

Bislunatin 100 mg/kgBB 1 377 245

2 282 251

3 311 194

4 251 196

5 270 177

Bislunatin 500mg/kgBB 1 350 187

2 260 137

3 217 146

4 255 250

5 495 371

Page 55: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI EFEK …

Lampiran 6. Analisis Data Uji Hipoglikemik

1. Uji Normalitas dan Homogenitas Terhadap Kadar Glukosa Darah

a. Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov

Tujuan : Untuk melihat distribusi data kadar glukosa darah mencit

Hipotesis: Ho : Data kadar glukosa darah terdistribusi normal

Ha : Data kadar glukosa darah tidak terdistribusi normal

Pengambilan Keputusan

Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima

Jika nilai signifikansi ≤ 0,05 maka Ho ditolak

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Post induksi

Post

treatment

N 30 30

Normal Parametersa Mean 289.67 212.27

Std. Deviation 104.756 87.222

Most Extreme Differences Absolute .104 .186

Positive .104 .186

Negative -.068 -.128

Kolmogorov-Smirnov Z .570 1.020

Asymp. Sig. (2-tailed) .901 .249

a. Test distribution is Normal.

Keputusan: Uji normalitas kadar glukosa darah mencit terdistribusi dengan normal

(p≥0.05) baik sebelum maupun sesudah perlakuan.

Page 56: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI EFEK …

b. Uji Homogenitas Levene

Tujuan : Untuk melihat data kadar glukosa darah mencit homogen atau

tidak

Hipotesis Ho : Data kadar glukosa darah mencit homogen

Ha : Data kadar glukosa darah tidak homogen

Pengambilan keputusan

Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima

Jika nilai signifikansi ≤ 0,05 maka Ho ditolak

Test of Homogeneity of Variances

Levene Statistic df1 df2 Sig.

Post induksi 5.183 5 24 .002

Post

treatment 6.915 5 24 .000

Keputusan: uji homogenitas kadar glukosa darah untuk hari post induksi dan hari

post treatment dilanjutkan dengan uji kruskal wallis karena (p≤0.05)

2. Uji Kruskal Wallis terhadap kadar glukosa darah kelompok hewan uji

Tujuan : Mengetahui ada atau tidaknya perbedaan data kadar glukosa

darah mencit.

Hipotesis

Ho : Data kadar glukosa darah mencit tidak berbeda secara bermakna

H1 : Data kadar glukosa darah mencit berbeda secara bermakna

Pengambilan keputusan

Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima

Jika nilai signifikansi ≤ 0,05 maka Ho ditolak

Page 57: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI EFEK …

Test Statisticsa,b

Post induksi Post treatment

Chi-Square 13.465 14.280

df 5 5

Asymp. Sig. .019 .014

a. Kruskal Wallis Test

b. Grouping Variable: kelompok

Keputusan: Data kadar glukosa darah pada hari post induksi dan hari post

treatment berbeda secara bermakna (p≤ 0,05 ). Data kadar glukosa darah

yang berbeda secara bermakna dilanjutkan dengan uji BNT untuk melihat

perbedaan antar kelompok hewan uji.

3. Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) terhadap kadar glukosa darah kelompok

hewan uji

Tujuan : Untuk menentukan data kadar glukosa darah kelompok mana yang

memberikan nilai yang berbeda secara bermakna dengan data kadar glukosa

darah kelompok lainnya.

Hipotesis

Ho : Data kadar glukosa darah tidak berbeda secara bermakna

Ha : Data kadar glukosa darah berbeda secara bermakna

Pengambilan keputusan

Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima

Jika nilai signifikansi ≤ 0,05 maka Ho ditolak

Page 58: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI EFEK …

Lampiran 7. Hasil Uji BNT Post Induksi

Multiple Comparisons

Post induksi

LSD

(I) kelompok (J) kelompok

Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

kontrol normal kontrol negatif -237.200* 52.809 .000 -346.19 -128.21

kontrol positif -152.800* 52.809 .008 -261.79 -43.81

bislunatin 1 -148.000* 52.809 .010 -256.99 -39.01

bislunatin 2 -151.600* 52.809 .008 -260.59 -42.61

bislunatin 3 -168.800* 52.809 .004 -277.79 -59.81

kontrol negatf kontrol normal 237.200* 52.809 .000 128.21 346.19

kontrol positif 84.400 52.809 .123 -24.59 193.39

bislunatin 1 89.200 52.809 .104 -19.79 198.19

bislunatin 2 85.600 52.809 .118 -23.39 194.59

bislunatin 3 68.400 52.809 .208 -40.59 177.39

kontrol positif kontrol normal 152.800* 52.809 .008 43.81 261.79

kontrol negatif -84.400 52.809 .123 -193.39 24.59

bislunatin 1 4.800 52.809 .928 -104.19 113.79

bislunatin 2 1.200 52.809 .982 -107.79 110.19

bislunatin 3 -16.000 52.809 .765 -124.99 92.99

bislunatin

20mg/kgbb

kontrol normal 148.000* 52.809 .010 39.01 256.99

kontrol negatif -89.200 52.809 .104 -198.19 19.79

kontrol positif -4.800 52.809 .928 -113.79 104.19

bislunatin 2 -3.600 52.809 .946 -112.59 105.39

bislunatin 3 -20.800 52.809 .697 -129.79 88.19

bislunatin

100mg/kgbb

kontrol normal 151.600* 52.809 .008 42.61 260.59

kontrol negatif -85.600 52.809 .118 -194.59 23.39

kontrol positif -1.200 52.809 .982 -110.19 107.79

bislunatin 1 3.600 52.809 .946 -105.39 112.59

bislunatin 3 -17.200 52.809 .747 -126.19 91.79

Page 59: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI EFEK …

(Lanjutan)

(I) kelompok (J) kelompok

Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

bislunatin

500mg/kgbb

kontrol normal 168.800* 52.809 .004 59.81 277.79

kontrol negatif -68.400 52.809 .208 -177.39 40.59

kontrol positif 16.000 52.809 .765 -92.99 124.99

bislunatin 1 20.800 52.809 .697 -88.19 129.79

bislunatin 2 17.200 52.809 .747 -91.79 126.19

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Keputusan: Kadar glukosa darah seluruh hewan uji berbeda secara bermakna

dengan kontrol normal.

Page 60: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI EFEK …

Lampiran 8. Hasil Uji BNT Post treatment

Multiple Comparisons

Post treatment

LSD

(I) kelompok (J) kelompok

Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

kontrol normal kontrol negatif -191.200* 46.104 .000 -286.35 -96.05

kontrol positif -82.000 46.104 .088 -177.15 13.15

bislunatin 1 -76.000 46.104 .112 -171.15 19.15

bislunatin 2 -89.200 46.104 .065 -184.35 5.95

bislunatin 3 -94.800 46.104 .051 -189.95 .35

kontrol negatif kontrol normal 191.200* 46.104 .000 96.05 286.35

kontrol positif 109.200* 46.104 .026 14.05 204.35

bislunatin 1 115.200* 46.104 .020 20.05 210.35

bislunatin 2 102.000* 46.104 .037 6.85 197.15

bislunatin 3 96.400* 46.104 .047 1.25 191.55

kontrol positif kontrol normal 82.000 46.104 .088 -13.15 177.15

kontrol negatif -109.200* 46.104 .026 -204.35 -14.05

bislunatin 1 6.000 46.104 .898 -89.15 101.15

bislunatin 2 -7.200 46.104 .877 -102.35 87.95

bislunatin 3 -12.800 46.104 .784 -107.95 82.35

bislunatin

20mg/kgbb

kontrol normal 76.000 46.104 .112 -19.15 171.15

kontrol negatif -115.200* 46.104 .020 -210.35 -20.05

kontrol positif -6.000 46.104 .898 -101.15 89.15

bislunatin 2 -13.200 46.104 .777 -108.35 81.95

bislunatin 3 -18.800 46.104 .687 -113.95 76.35

bislunatin

100mg/kgbb

kontrol normal 89.200 46.104 .065 -5.95 184.35

kontrol negatif -102.000* 46.104 .037 -197.15 -6.85

kontrol positif 7.200 46.104 .877 -87.95 102.35

bislunatin 1 13.200 46.104 .777 -81.95 108.35

bislunatin 3 -5.600 46.104 .904 -100.75 89.55

Page 61: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI EFEK …

(Lanjutan)

(I) kelompok (J) kelompok

Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

bislunatin

500mg/kgbb

kontrol normal 94.800 46.104 .051 -.35 189.95

kontrol negatif -96.400* 46.104 .047 -191.55 -1.25

kontrol positif 12.800 46.104 .784 -82.35 107.95

bislunatin 1 18.800 46.104 .687 -76.35 113.95

bislunatin 2 5.600 46.104 .904 -89.55 100.75

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Keputusan: Kadar glukosa darah hewan uji kontrol normal tidak berbeda secara

bermakna dengan kelompok bislunatin dosis rendah, dosis sedang, dosis tinggi

serta dengan kelompok kontrol positif pada taraf uji 0,05, sedangkan berbeda

secara bermakna dengan kontrol negatif. Seluruh dosis uji dosis rendah, sedang,

dan tinggi berbeda secara bermakna dengan kontrol negatif pada taraf uji 0,05.