uin syarif hidayatullah jakarta evaluasi mutu bobot …

110
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA EVALUASI MUTU BOBOT DAN KADAR SEDIAAN SERBUK RACIKAN PARASETAMOL APOTEK DI KECAMATAN TEBET DAN KECAMATAN SETIABUDI SKRIPSI ALIFA NURULHUSNA 11151020000039 PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS ILMU KESEHATAN JAKARTA DESEMBER 2019

Upload: others

Post on 02-Nov-2021

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA EVALUASI MUTU BOBOT …

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

EVALUASI MUTU BOBOT DAN KADAR SEDIAAN SERBUK

RACIKAN PARASETAMOL APOTEK DI KECAMATAN

TEBET DAN KECAMATAN SETIABUDI

SKRIPSI

ALIFA NURULHUSNA

11151020000039

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

JAKARTA

DESEMBER 2019

Page 2: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA EVALUASI MUTU BOBOT …

ii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

EVALUASI MUTU BOBOT DAN KADAR SEDIAAN SERBUK

RACIKAN PARASETAMOL APOTEK DI KECAMATAN

TEBET DAN KECAMATAN SETIABUDI

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi

ALIFA NURULHUSNA

11151020000039

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

JAKARTA

DESEMBER 2019

Page 3: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA EVALUASI MUTU BOBOT …

iii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

HALAMAN PERNYATAAN ORISINIL

Page 4: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA EVALUASI MUTU BOBOT …

iv UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

Nama : Alifa Nurulhusna

Kelas : 11151020000039

Program Studi : Strata-1 Farmasi

Judul : Evaluasi Mutu Bobot dan Kadar Sediaan Serbuk Racikan

Parasetamol Apotek Di Kecamatan Tebet dan Kecamatan

Setiabudi

Disetujui Oleh :

Pembimbing I Pembimbing II

Ofa Suzanti Betha,M.Si.,Apt Yardi, M.Si., Ph.D., Apt.

NIP. 197501042009122001 NIP. 197411232008011014

Megetahui,

Ketua Program Studi Farmasi

Fakultas Ilmu Kesehatan

UIN Syarif Hidayatullah

Page 5: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA EVALUASI MUTU BOBOT …

v UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi ini diajukan oleh :

Nama : Alifa Nurulhusna

Nim : 11151020000039

Program Studi : Farmasi

Judul : Evaluasi Mutu Bobot dan Kadar Sediaan Serbuk Racikan

Parasetamol Apotek Di Kecamatan Tebet dan Kecamatan

Setiabudi

Telah berhasil dipertahankan dihadapan Dewan Penguji dan diterima

sebagai bagian persyaratan yang diajukan untuk memperoleh gelar Sarjana

Farmasi pada Program Studi Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas

Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

DEWAN PENGUJI

Pembimbing I : Ofa Suzanti Betha, M.Si., Apt. ( )

Pembimbing II : Yardi, M.Si., Ph.D., Apt. ( )

Penguji I : Dr. Delina Hasan, M.Kes., Apt. ( )

Penguji II : Estu Mahanani D., M.Si., Apt. ( )

Ditetapkan di : Jakarta

Tanggal : 11 Desember 2019

Page 6: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA EVALUASI MUTU BOBOT …

vi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

ABSTRAK

Nama : Alifa Nurulhusna

Program Studi : Farmasi

Judul : Evaluasi Mutu Bobot dan Kadar Sediaan Serbuk Racikan

Parasetamol Apotek Di Kecamatan Tebet dan Kecamatan

Setiabudi

Peresepan puyer untuk anak masih banyak dilakukan dikarenakan kemudahan

pemberian dan pengaturan dosis. Pembuatan puyer di apotek pada proses

pembuatannya hanya berdasarkan pada visual baik dalam pencampuran maupun

pembagian kedalam bungkus puyer, hal ini dapat menyebakan heterogenitas bobot

antara puyer yang satu dengan yang lainnya dan menyebabkan pemberian dosis

yang tidak sama. Penelitian ini bertujuan untuk melihat dan menggambarkan mutu

sediaan racikan puyer dari segi keragaman bobot dan keseragaman kadar.

Evaluasi keragaman bobot dilakukan berdasarkan prosedur uji keragaman bobot

kapsul keras yang tertera pada Farmakope Indonesia V menggunakan timbangan

analitik dan uji keseragaman kadar dilakukan menggunakan Spektrofotometri

UV-Vis. Sebanyak 9 apotek yang melayani peracikan di wilayah Tebet dan

Setiabudi diambil sebagai sampel dengan metode total-sampling. Hasil evaluasi

keragaman bobot menunjukan tidak ada dari 9 sampel yang memenuhi syarat

keragaman bobot serta, tidak ada sampel yang memenuhi persyaratan

keseragaman kadar menurut Farmakope Indonesia V.

Kata Kunci : Parasetamol, Puyer, Spektrofotometri Uv-Vis, Uji Keragaman

Bobot, Uji Keseragaman Kadar.

Page 7: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA EVALUASI MUTU BOBOT …

vii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

ABSTRACT

Name : Alifa Nurulhusna

Major : Pharmacy

Title : Evaluation of Weight Quality and Content Compounding dosage

Form of Paracetamol Powder in Tebet and Setiabudi Districts

Pulveres form prescribing for children is still mostly done because of the ease of

administration and dosage regulation. The manufacture pulveres in pharmacies in

the manufacturing process is only based on visuals both in mixing and division in

packs, this can cause heterogeneity of weight between the packs with each other

and cause discrepancy of different doses. This study aims to see and describe the

quality of powder preparations in terms of weight diversity and uniformity of

content. Evaluation of weight diversity was carried out based on the procedures of

the hard capsule weight uniformity test listed in Indonesia Pharmacopoeia V using

analytical scales and the content uniformity test was carried out using UV-Vis

Spectrophotometry. As many as 9 dispensing-serving pharmacies in the Tebet and

Setiabudi area were taken as samples using the total sampling method. The results

of weight diversity evaluation showed that none of the 9 samples met the weight

diversity criteria and none of them fulfilled the content uniformity requirements

according to Indonesia Pharmacopoeia V.

Keyword : Paracetamol, Pulveres, UV-Vis Spectrophotometry, Weight Diversity

Test, Uniformity Test.

Page 8: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA EVALUASI MUTU BOBOT …

viii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah dengan segala rahmat dan nikmat-Nya

akhirnya penyusun dapat menyelesaikan penelitian dan menyusun laporan skripsi

dengan judul “Evaluasi Mutu Bobot dan Kadar Sediaan Serbuk Racikan

Parasetamol Apotek Di Kecamatan Tebet dan Kecamatan Setiabudi” ini dimaksud

untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar sarjana S-1 Program

Studi Farmasi pada Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

Skripsi ini disusun berdasarkan hasil penelitian yang telah penulis

laksanakan. Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan laporan penelitian ini

telah banyak mendapat bimbingan, petunjuk, dan motivasi dari banyak pihak.

Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Kedua orang tua tercinta, Bapak Mustain dan Ibu Septina Sulistianingsih yang

selalu memberikan kasih sayang, motivasi, dan doa.

2. Ibu Ofa Suzanti Betha, M.Si., Apt. dan Bapak Yardi, M.Si., Ph.D., Apt.

selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan saran, waktu, dan

dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Ibu Dr. Zilhadia, M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Ibu Dr. Nurmeilis, M.Si., Apt. selaku ketua dan Ibu Ismiarni Komala, Ph.D.,

Apt. selaku sekertaris Program Studi Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Puteri Amelia, M.Farm., Apt. selaku pembimbing akademik.

6. Seluruh dosen Program Studi Farmasi yang selalu memberikan ilmu serta

bimbingan kepada penulis.

7. Sahabat yang selalu menyemangati Maulidina Safitri, Agitya Estetika Nisa,

Najah Dhuha Afifah, dan Maudina Safira.

8. Teman seperbimbingan Fella Salinda Putri, Siti Maryam, Pranalistia Tiara

Putri, Devi Oktavia, Devi Ananda Putri, dan Ronanda Rumaisha yang selalu

berbagi semangat dalam melakukan penelitian dan selama penyusunan skripsi.

Page 9: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA EVALUASI MUTU BOBOT …

ix UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

9. Seluruh teman-teman Farmasi 2015 yang telah berbagi suka duka dan

memberikan dukungan dan motivasi bagi penulis.

10. Para Laboran Laboratorium Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

11. Semua pihak yang tidak dapt disebutkan satu persatu yang telah memberikan

dukungan dan banyak membantu penilis baik secara langsung maupun tidak

langsung selama penulis menjalani penelitian dan penyusunan skripsi.

Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini masih banyak

kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang

membangun demi memperbaiki skripsi ini. Penulis berdoa semoga amal baik dari

semua pihak yang telah membantu penulis mendapat balasan dari Allah SWT.

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi

pengembangan ilmu pengetahuan.

Jakarta, 11 Desember 2019

Penulis

Alifa Nurulhusna

Page 10: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA EVALUASI MUTU BOBOT …

x UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta, saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Alifa Nurulhusna

NIM : 11151020000039

Program Studi : Farmasi

Fakultas : Ilmu Kesehatan

Demi perkembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui skripsi/karya ilmiah

saya, dengan judul :

Evaluasi Mutu Bobot dan Kadar Sediaan Serbuk Racikan

Parasetamol Apotek Di Kecamatan Tebet dan Kecamatan

Setiabudi

Untuk dipublikasi atau ditampilkan di internet atau media lain yaitu Digital

Library Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

untuk kepentingan akademik sebatas sesuai dengan Undang-Undang Hak Cipta.

Demikian pernyataan persetujuan publikasi karya ilmiah ini saya buat dengan

sebenarnya.

Dibuat di : Jakarta

Pada Tanggal : 11 Desember 2019

Yang menyatakan,

(Alifa Nurulhusna)

Page 11: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA EVALUASI MUTU BOBOT …

xi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................ ii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINIL .......................................................... iii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................ iv

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI .............................................................. v

ABSTRAK ............................................................................................................ vi

ABSTRACT ......................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ......................... x

DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiii

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1 1. 1 Latar Belakang ......................................................................................... 1

1. 2 Rumusan Masalah .................................................................................... 3

1. 3 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 4

1. 4 Manfaat Penelitian .................................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 5 2. 1 Serbuk ....................................................................................................... 5

2. 2 Resep ........................................................................................................ 6

2. 3 Apotek ...................................................................................................... 6

2. 4 Cara Meracik Obat Yang Baik ................................................................. 8

2. 5 Parasetamol ............................................................................................ 10

2. 6 Keseragaman Sediaan ............................................................................ 11

2. 6. 1. Keragaman Bobot ........................................................................... 11

2. 6. 2. Keseragaman Kandungan ............................................................... 12

2. 7 Spektrofotometer Ultraviolet visibel (UV-Vis) ...................................... 13

2. 7. 1. Instrumen Spektrofotometri UV-Vis .............................................. 14

2. 7. 2. Kalibrasi Instrumen ......................................................................... 16

2. 7. 3. Aspek Kuantitatif Spektrofotometri UV-Vis .................................. 16

2. 7. 4. Pilihan Pelarut ................................................................................. 17

2. 8 Parameter Penampilan Analisis .............................................................. 18

2. 9 Mysterius Shopping ................................................................................ 21

2. 10 Demografi Kecamatan Tebet dan Setiabudi ....................................... 23

2. 10. 1. Kecamatan Tebet ......................................................................... 23

2. 10. 2. Kecamatan Setiabudi ................................................................... 24

BAB III METODOLOGI ................................................................................... 25 3. 1 Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................ 25

3. 2 Alat dan Bahan ....................................................................................... 25

3. 2. 1. Alat .................................................................................................. 25

3. 2. 2. Bahan .............................................................................................. 25

3. 3 Jenis dan Desain Penelitian .................................................................... 25

3. 4 Prosedur Penelitian ................................................................................. 26

3.4.1. Pengambilan Data ........................................................................... 26

Page 12: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA EVALUASI MUTU BOBOT …

xii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3.4.2. Kerangka Konsep Penelitian ........................................................... 27

3.4.3. Pengujian Keseragaman Sampel ..................................................... 28

3.4.4. Analisis Data Penelitian .................................................................. 32

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 33 4. 1. Uji Keragaman Bobot ............................................................................. 33

4. 2. Uji Keseragaman Kadar ......................................................................... 36

4.2.1. Penentuan Panjang Gelombang ...................................................... 36

4.2.2. Pembuatan Kurva Kalibrasi ............................................................ 37

4.2.3. Batas Limit Deteksi (LOD) dan Batas Limit Kuantisasi (LOQ) .... 38

4.2.4. Uji Kecermatan (Akurasi) dan Keseksamaan (Presisi) ................... 39

4.2.5. Uji Keseragaman Kadar Sampel ..................................................... 40

4. 3. Hasil Data Kuesioner ............................................................................. 41

BAB V KESIMPULAN ...................................................................................... 45 5. 1 Kesimpulan ............................................................................................. 45

5. 2 Saran ....................................................................................................... 45

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 46

LAMPIRAN ......................................................................................................... 49

Page 13: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA EVALUASI MUTU BOBOT …

xiii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Klasifikasi Serbuk ............................................................................. 5

Tabel 2.2 Absorbsi sinar UV pada λmaks. dari beberapa pelarut ..................... 18

Tabel 2.3 Pedoman pengujian parameter validasi ............................................ 19

Tabel 3.1 Definisi Operasional ......................................................................... 28

Tabel 4.1 Keragaman bobot (mg) 10 bungkus sediaan racikan puyer dari 9

apotek ................................................................................................ 33

Tabel 4.2 Nilai Penerimaan 10 bungkus sediaan racikan puyer dari 9 apotek . 34

Tabel 4.3 Keragaman bobot (mg) 30 bungkus sediaan racikan puyer 9 apotek 34

Tabel 4.4 Nilai penerimaan 30 bungkus sediaan racikan puyer 9 apotek ......... 35

Tabel 4.5 Hasil limit deteksi (LOD) dan limit kuantisasi (LOQ) Parasetamol

BPFI .................................................................................................. 39

Tabel 4.6 Hasil limit deteksi (LOD) dan limit kuantisasi (LOQ) Tablet

Panadol .............................................................................................. 39

Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Uji Akurasi dan Presisi ........................................ 39

Tabel 4.8 Kadar (mg) 10 Bungkus Puyer dari 9 Apotek................................... 40

Tabel 4.9 Nilai Penerimaan Keseragaman Kadar 10 bungkus puyer

9 Apotek ............................................................................................ 40

Tabel 4.10 Data Pengisian Kuesioner dari 9 Apotek .......................................... 41

Page 14: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA EVALUASI MUTU BOBOT …

xiv UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Struktur Parasetamol .................................................................... 10

Gambar 2.2 Skema Instrumen Spektrofotometri UV-Vis ................................ 14

Gambar 2.3 Peta wilayah Kecamatan Tebet .................................................... 23

Gambar 2.4 Peta Wilayah Kecamatan Setiabudi.............................................. 24

Gambar 4.1 Spektrum Panjang Gelombang ..................................................... 37

Gambar 4.2 Kurva Kalibrasi Parasetamol Standar BPFI ................................. 38

Gambar 4.3 Kurva Kalibrasi Tablet Panadol ................................................... 38

Page 15: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA EVALUASI MUTU BOBOT …

xv UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Izin Penelitian ..................................................................... 49

Lampiran 2 Surat Izin Pengambilan Data ........................................................ 51

Lampiran 3 Surat Izin Penyebaran Kuesioner di Kecamatan Tebet ................ 52

Lampiran 4 Surat Izin Penyebaran Kuesioner di Kecamatan Setiabudi .......... 53

Lampiran 5 Resep ............................................................................................ 54

Lampiran 6 Sertifikat Analisis Parasetamol BPFI ........................................... 55

Lampiran 7 Sertifikat Analisis (CoA) Metanol ................................................ 56

Lampiran 8 Daftar Apotek ............................................................................... 58

Lampiran 9 Kuesioner untuk Apotek ............................................................... 60

Lampiran 10 Keterangan Keseragaman Sediaan ............................................... 63

Lampiran 11 Keragaman Bobot 10 Bungkus Puyer Parasetamol ...................... 64

Lampiran 12 Keragaman Bobot 30 Bungkus Puyer Parasetamol ...................... 69

Lampiran 13 Kurva Kalibrasi ............................................................................ 79

Lampiran 14 Pengujian Batas Deteksi (LOD) dan Kuantitasi (LOQ) ............... 84

Lampiran 15 Uji Akurasi dan Presisi Panadol ................................................... 85

Lampiran 16 Penetapan Kadar Sediaan Puyer Parasetamol .............................. 89

Lampiran 17 Distribusi Frekuensi Data Kuesioner ............................................ 94

Page 16: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA EVALUASI MUTU BOBOT …

1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB I

PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang

Permintaan dokter terhadap sediaan racikan puyer terbilang masih cukup

tinggi. Pada penelitian yang dilakukan di Puskesmas Kelayan Timur Banjarmasin

bahwa permintaan dokter terhadap sediaan pulveres di Puskesmas tersebut sangat

tinggi, yaitu pada bulan Januari, Februari, dan Maret berturut-turut sebanyak

1.800 bungkus, 2.400 bungkus, dan 2.580 bungkus (Yulisa, 2017). Pada

penelitian lainnya, disebutkan bahwa persentase jumlah resep obat racikan puyer

untuk anak cukup tinggi yaitu sebanyak 88,85% dari total resep untuk anak pada

pasien rawat jalan (Widyaswari, 2012). Hal ini menunjukan pemberian obat

racikan puyer untuk anak masih banyak dilakukan sampai sekarang. Permintaan

obat racikan berupa puyer ini banyak dikarenakan kemudahan dalam pemberian

dosis yang lebih tepat untuk pasien anak-anak.

Menurut Peraturan Mentri Kesehatan No. 73 Tahun 2016 tentang standar

pelayanan kefarmasian di apotek, diantara tugas dari apoteker yang dilakukan di

apotek antara lain adalah menyiapkan obat sesuai dengan permintaan resep dan

melakukan peracikan apabila diperlukan. Peracikan obat adalah penyediaan obat

yang dibutuhkan oleh pasien secara individu yang dibuat di apotek atau sarana

kesehatan karena terbatasnya sediaan obat yang ada (Yulisa, 2017). Di Indonesia

belum ada standar pembuatan obat racikan puyer dan belum diterapkannya

penjaminan mutu di apotek sehingga peracikan obat resep racikan puyer sering

terdapat kesalahan. Pada sebuah penelitian disebutkan bahwa parasetamol

merupakan obat yang paling sering dibuat resep racikan untuk anak setelah CTM,

gliseril guaikolat, dan vitamin c (Widyaswari dan Wiedyaningsih, 2012).

Parasetamol merupakan analgetik non steroid yang cukup aman digunakan pada

anak sehingga banyak diresepkan (Virginia, 2014).

Dalam penyiapan sediaan puyer terdapat dua syarat yang harus terpenuhi

yaitu keragaman bobot dan keseragaman kandungan. Keragaman bobot

Page 17: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA EVALUASI MUTU BOBOT …

2

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

merupakan parameter awal yang penting karena dapat mencerminkan kadar obat

dalam puyer dan menjadi salah satu faktor penentu dalam keberhasilan terapi

yaitu ketepatan dosis obat (Yulisa, 2017). Apabila kadar yang diberikan

melebihi maximum tolerated dose (MTD) maka dapat menyebabkan efek toksik

apabila diberikan dibawah minimum effective dose (MED) akan menimbulkan

efek subterapi yang dapat berdampak pada efek terapi yang tidak timbul (Yulisa,

2017).

Peracikan puyer di apotek pada proses pembuatannya hanya berdasarkan

pada visual baik dalam pencampuran maupun pembagian dalam bungkus puyer,

hal ini dapat menyebakan heterogenitas bobot antara puyer yang satu dengan yang

lainnya (Yulisa, 2017). Bentuk sediaan puyer memungkinkan terjadinya variasi

dalam bobot dan kandungan puyer terkait keterbatasan dalam kemampuan

pengamatan secara visual, ketelitian, keterampilan, serta waktu dalam

menyiapkan suatu sediaan puyer (Soepardi dan Koesnandar, 2009). Hal tersebut

dapat menyebabkan sebagian obat tertingal pada wadah yang digunakan untuk

menggerus, juga pada wadah yang digunakan sebagai pembungkus (Soepardi dan

Koesnandar, 2009). Penelitian yang dilakukan di Jambi bahwa dari 16 apotek

yang membuat sediaan puyer, ada 13 apotek (81,25%) sudah memenuhi syarat

keragaman bobot dan ada 3 apotek (18,75%) yang belum memenuhi syarat

keragaman bobot (Helni, 2014). Pada penelitian melakukan penelitian terhadap

keragaman bobot pada beberapa apotek di Jakarta dari 10 sampel dari 10 apotek

tidak ada yang memenuhi persyaratan keragaman bobot (Galih, 2009).

Penelitian lainnya dilakukan di wilayah Kecamatan Ciputat Kota

Tangerang Selatan, dari 11 apotek yang dijadikan sampel, semuanya tidak ada

yang memenuhi keragaman bobot dan keseragaman kandungan (Yuliana, 2018).

Sementara, penelitian serupa di Kecamatan Ciputat Timur Kota Tangerang

Selatan juga mendapatkan hasil dari semua sampel dari 8 apotek yang diuji tidak

ada yang memenuhi keragaman bobot dan keseragaman kandungan (Alvionita,

2018). Penelitian serupa tentang keragaman bobot dan kandungan puyer yang

dilaksanakan di Jakarta Selatan, Kecamatan Kebayoran Baru dan Cilandak

terdapat dua sampel yang memenuhi syarat keragaman bobot namun, tidak ada

satupun yang memenuhi syarat keseragaman kandungan (Afdhilati, 2018).

Page 18: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA EVALUASI MUTU BOBOT …

3

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 9 tentang apotek, apotek adalah

sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian. Apoteker

wajib melayani resep sesuai dengan tanggung jawab dan keahlian profesinya yang

dilandasi pada kepentingan masyarakat. Maka dari itu, apotek harus menyiapkan

obat dengan mutu tunggi sebagai jaminan kepada masyarakat. Berdasarkan dari

penelitian sebelumnya di berbagai daerah, masih banyak sediaan hasil racikan

apotek yang belum memenuhi kriteria keragaman bobot dan keseragaman

kandungan. Oleh karena itu, diperlukan penelitian lebih lanjut di wilayah lainnya

mengenai keragaman bobot dan keseragaman kandungan dari resep racikan

apotek.

Jakarta Selatan merupakan kawasan yang memiliki penduduk yang cukup

padat sehingga populasi apotek juga semakin banyak untuk memenuhi kebutuhan

obat masyarakat. Pada Kecamatan Setiabudi terdapat 10 apotek yang masih aktif

dan di Kecamatan Tebet terdapat 21 apotek yang masih aktif. Oleh karena itu,

peneliti ingin melakukan penelitian mengenai keragaman bobot dan keseragaman

kandungan di dua kecamatan di Jakarta Selatan, yaitu Kecamatan Tebet dan

Kecamatan Setiabudi.

1. 2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, puyer merupakan sediaan

racikan yang banyak diresepkan untuk anak-anak. Parasetamol merupakan obat

analgetik dan antipiretik yang umum digunakan oleh anak-anak dan dijadikan

sediaan puyer. Keragaman bobot sediaan racikan puyer akan mempengaruhi

keseragaman dosis yang diberikan. Keberagaman dosis akan mempengaruhi efek

farmakologi obat pada anak secara farmakodinamik dan mempengaruhi respon

biologis dari efek parasetamol pada tubuh anak. Sangat penting untuk dilakukan

evaluasi mutu pada sediaan racikan puyer namun, belum ada apotek yang

melakukan uji evaluasi mutu baik keragaman bobot maupun keseragaman kadar

termasuk apotek di Kecamatan Tebet dan Setiabudi. Apakah mutu sediaan racikan

puyer parasetamol di apotek daerah Kecamatan Tebet dan Kecamatan Setiabudi

memenuhi persyaratan keragaman bobot dan keseragaman sediaan menurut FI V?

Page 19: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA EVALUASI MUTU BOBOT …

4

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

1. 3 Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui mutu sediaan racikan puyer parasetamol apotek di

Kecamatan Tebet dan Setiabudi.

2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui keragaman bobot sediaan racikan puyer

parasetamol apotek di Kecamatan Tebet dan Setiabudi.

2. Untuk mengetahui keseragaman kadar sediaan racikan puyer

parasetamol apotek di Kecamatan Tebet dan Setiabudi.

1. 4 Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian diharapkan dapat menambah khasanah ilmu

pengetahuan mengenai uji mutu sediaan puyer ditinjau dari

keragaman bobot dan keseragaman kadar.

2. Manfaat Metodeologi

Metode yang digunakan dalam penelitian ini dapat digunakan untuk

pengujian mutu keragaman bobot dan keseragaman kadar sediaan

racikan puyer dan kapsul keras dengan zat aktif yang berbeda.

3. Manfaat Aplikatif

a. Dapat menjadi salah satu tolak ukur mengenai pentingnya peran

apoteker dalam melakukan pelayanan kefarmasian.

b. Dapat dijadikan masukan kepada apotek mengenai pentingnya

evaluasi keragaman bobot dan keseragaman kadar.

c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan kepada

Dinas Kesehatan dalam menerapkan kebijakan mengenai

pelayanan kefarmasian.

Page 20: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA EVALUASI MUTU BOBOT …

5 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2. 1 Serbuk

Serbuk adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang

dihaluskan, ditujukan untuk pemakaian oral atau untuk pemakaian luar (Depkes

RI, 2014). Serbuk oral dapat diserahkan dalam bentuk terbagi (Pulveres) atau

tidak terbagi (Pulvis). Pulvis atau serbuk tak terbagi adalah serbuk yang tidak

dibagi dan bebas dari butiran kasar serta biasanya dimaksudkan untuk obat luar.

Pulveres atau serbuk bagi adalah serbuk yang dibagi dalam bobot yang lebih

kurang sama, dibungkus menggunakan bahan pengemas yang cocok untuk sekali

minum (Widyaningsih, 2018).

Pada umumnya serbuk terbagi dibungkus dengan kertas perkamen.

Walaupun begitu apoteker dapat lebih melindungi serbuk dari pengaruh

lingkungan dengan melapisi tiap bungkus dengan kertas selofan atau sampul

polietilena. Syarat serbuk bila tidak dinyatakan lain serbuk harus kering, halus dan

homogen. Derajat halus serbuk dan pengayak dalam farmakope V dinyatakan

dalam uraian yang dikaitkan dengan nomor pengayak yang ditetapkan untuk

pengayak baku (Depkes RI, 2014)

Tabel 2. 1 Klasifikasi Serbuk

Klasifikasi

Serbuk

Simplisia Nabati Bahan Kimia

Nomor

Serbuk1

Batas Derajat Halus2 Nomor

Serbuk1

Batas Derajat Halus2

% No. Pengayak % No. Pengayak

Sangat Kasar 8 20 60

Kasar 20 40 60 20 60 40

Setengah

Kasar 40 40 80 40 60 60

Halus 60 40 100 80 60 120

Sangat Halus 80 100 80 120 100 120 1 Semua partikel serbuk melalui pengayak dengan nomor nominal tertentu

2 Batas persentase yang melewati pengayak dengan ukuran yang telah ditentukan

(Sumber : Depkes RI, 2014)

Serbuk adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang

dihaluskan, ditujukan untuk pemakaian oral atau pemakaian luar. Pasien anak-

anak umumnya kesulitan dalam menerima obat seperti tablet dan kapsul karena

ukurannya yang relatif besar.

Page 21: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA EVALUASI MUTU BOBOT …

6

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Selain itu, beberapa keuntungan sediaan serbuk lainnya yaitu sediaan

serbuk memiliki luas permukaan yang lebih besar sehingga lebih mudah

terdispersi dan larut dibandingkan dengan bentuk sediaan tablet, dapat menjadi

alternatif untuk zat aktif yang memiliki sifat tidak stabil bila dalam bentuk larutan

atau suspensi, dan dapat digunakan untuk obat-obat yang volumenya terlalu besar

apabila dibuat tablet atau kapsul (Depkes RI, 2014).

2. 2 Resep

Resep adalah permintaan tertulis dari dokter atau dokter gigi, kepada

apoteker, baik dalam bentuk kertas maupun electronik untuk menyediakan dan

menyerahkan obat bagi pasien sesuai peraturan yang berlaku (Kementrian

Kesehatan, 2016).

Resep lengkap memuat hal hal (Widyaningsih, 2018) :

a) Nama, alamat dan nomor izin praktek dokter

b) Tanggal penulisan resep (inscriptio)

c) Tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan resep (invocatio)

d) Nama setiap obat dan komposisinya (praescriptio/ordinatio)

e) Cara pembuatan untuk obat racikan

f) Aturan pemakaian obat yang tertulis (signatura)

g) Tanda tangan atau paraf dokter penulis resep sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku (subscriptio)

h) Nama pasien dan umur pasien, untuk pasien dewasa dapat

menggunakan singkatan Tn (tuan, untuk pasien pria) atau Ny

(nyonya, untuk pasien wanita)

i) Tanda seru dan atau paraf dokter untuk resep yang

melebihi dosis maksimum

2. 3 Apotek

Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek

kefarmasian oleh Apoteker. Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan

langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan

farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu

Page 22: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA EVALUASI MUTU BOBOT …

7

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

kehidupan pasien. Menurut Peraturan Mentri Kesehatan No. 73 Tahun 2016

tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek terdapat dua fungsi utama

apotek yaitu : pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis

pakai; dan pelayanan farmasi klinik.

Pengelolaan sediaan farmasi termasuk ke dalam perencanaan, pengadaan,

penerimaan, penyimpanan, pemusnahan, pengendalian, serta pencatatan dan

pelaporan. Pelayanan farmasi klinik yang dimaksud meliputi pengkajian resep,

dispensing, Pelayanan Informasi Obat (PIO), konseling, pelayanan kefarmasian di

rumah (home pharmacy care), Pemantauan Terapi Obat (PTO), dan Monitoring

Efek Samping Obat (MESO). Pengaturan Standar Pelayanan Kefarmasian di

Apotek bertujuan untuk:

a. meningkatkan mutu Pelayanan Kefarmasian;

b. menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian; dan

c. melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan Obat yang

tidak rasional dalam rangka keselamatan pasien (patient safety).

Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan

Kefarmasian menyatakan bahwa pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan

termasuk pengendalian mutu Sediaan Farmasi, pengamanan, pengadaan,

penyimpanan dan pendistribusian atau penyaluran Obat, pengelolaan Obat,

pelayanan Obat atas Resep dokter, pelayanan informasi Obat, serta

pengembangan Obat, bahan Obat dan Obat tradisional. Pekerjaan kefarmasian

tersebut harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan

kewenangan untuk itu. Peran Apoteker dituntut untuk meningkatkan pengetahuan,

keterampilan, dan perilaku agar dapat melaksanakan interaksi langsung dengan

pasien. Bentuk interaksi tersebut antara lain adalah pemberian informasi Obat dan

konseling kepada pasien yang membutuhkan.

Menurut Peraturan Mentri Kesehatan No. 9 tahun 2017 tentang Apotek,

pada pasal 7 bangunan apotek paling sedikit memiliki sarana ruang yang

berfungsi sebagai penerimaan Resep, pelayanan resep dan peracikan (produksi

sediaan secara terbatas), penyerahan sediaan farmasi dan alat kesehatan,

konseling, penyimpanan sediaan farmasi dan alat kesehatan, dan arsip. Pada pasal

11 Apoteker pemegang SIA dalam menyelenggarakan Apotek dapat dibantu oleh

Page 23: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA EVALUASI MUTU BOBOT …

8

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Apoteker lain, Tenaga Teknis Kefarmasian dan/atau tenaga administrasi. Pada

pasal 18 Apotek wajib memasang papan nama yang terdiri atas:

a. Papan nama Apotek, yang memuat paling sedikit informasi mengenai

nama apotek, nomor SIA, dan alamat

b. Papan nama praktik Apoteker, yang memuat paling sedikit informasi

mengenai nama Apoteker, nomor SIPA, dan jadwal praktik Apoteker

2. 4 Cara Meracik Obat Yang Baik

Pada pembuatan obat, pengendalian menyeluruh adalah sangat esensial

untuk menjamin bahwa konsumen menerima obat yang bermutu tinggi.

Maka dari itu, perlu suatu standarisasi untuk menjamin pasien mendpatkan obat

dengan kualitas yang baik dan seragam. Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB)

bertujuan untuk menjamin obat dibuat secara konsisten, memenuhi persyaratan

yang ditetapkan dan sesuai dengan tujuan penggunaannya. CPOB mencakup

seluruh aspek produksi dan pengendalian mutu.

Kualitas obat didefinisikan sebagai (a) Perbandingan khasiat dan

keamanan obat terhadap pengobatan yang sesuai dengan pernyataan dalam dalam

label atau sebagaimana yang dipublikasikan dan (b) Kesesuaian obat terhadap

spesifikasi dalam hal identitas, kekuatan, kemurnian, dan karakteristik lainnya

(Surantaatmadja, 2009). Kualitas obat tergantung pada kualitas bahan awal dan

bahan pengemas, proses pembuatan, dan personal yang terlibat. Peracikan

merupakan salah satu kompetensi sebagai sarjana farmasi dan apoteker.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mencampur serbuk :

a) Obat yang berbentuk kristal/ bongkahan besar hendaknya digerus

halus dulu.

b) Obat yang berkhasiat keras dan jumlahnya sedikit dicampur

dengan zat penambah (konstituen) dalam mortir.

c) Obat yang berlainan warna diadukbersamaan agar tampak

bahwa serbuk sudah merata.

d) Obat yang jumlahnya sedikit dimasukkan terlebih dahulu.

e) Obat yang volumenya kecil dimasukkan terlebih dahulu.

Page 24: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA EVALUASI MUTU BOBOT …

9

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Berat minimum yang direkomendasikan untuk peracikan puyer dalam satu

bungkus adalah 200 mg (Marriott, 2010). Dalam cara meracik obat di apotek

terdapat beberapa ketentuan Standar Operasional Pelayanan yang harus dipenuhi

antara lain (IAI, 2013) :

a) Memastikan bahwa semua obat bisa diracik (digerus)

b) Untuk obat-obat yang tidak bisa digerus seperti lepas lambat, obat

salut, dll. Tidak boleh digerus, dilakukan konfirmasi pada dokter

penulis resep.

c) Menyiapkan obat-obat yang akan diracik berdasarkan resep yang

diterima.

d) Menulis etiket meliputi nomor resep, tanggal, nama pasien dan

aturan penggunaan obat.

e) Etiket langsung ditempatkan di wadah pengemas (plastik klip) agar

tidak tertukar dengan resep lain.

f) Sebelum dipakai, mortir dan stamper harus dicuci terlebih dahulu

dan dikeringkan.

g) Obat-obat yang akan diracik dikeluarkan dari kemasannya, setelah

semua obat terbuka dari kemasannya digerus sesuai dengan

prosedur yang baik sampai halus dan homogen.

h) Kemudian membagi serbuk-serbuk tersebut sama banyak sesuai

dengan jumlah puyer yang akan dibuat.

i) Mengemas puyer dengan menggunakan kertas puyer kemudian

dipress dengan menggunakan sealing machine.

j) Menghitung kembali jumlah puyer yang dibuat berdasarkan resep.

k) Masukkan pada plastik klip yang suda diberi etiket.

Mortir dan stamfer harus segera dibersihkan setelah selesai digunakan agar

tidak terjadi pergerakan dan noda yang sulit dibersihkan, standar operarasional

prosedur pembersihan alat (IAI, 2013) :

a) Mencuci seluruh bagian dalam dan luar mortir dan stamfer

dibersihkan sampai sisa-sisa bahan menjadi hilang dan bersih

menggunakan spon/alat cuci

b) Tiriskan dirak pengering alat

Page 25: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA EVALUASI MUTU BOBOT …

10

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

c) Di lap dengan kain lap kering

d) Selanjutnya dibilas dengan alkohol 70% dan setelah kering dan

yakin bersih, tempelkan label “ BERSIH „

2. 5 Parasetamol

Gambar 2. 1 Struktur Parasetamol

(Sumber : Depkes RI, 2014)

Parasetamol mengandung tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari

101,0% C₈H₉NO₂, dihitung terhadap zat anhidrat.

Rumus molekul : C8H9NO2.

Berat Molekul : 151,16.

Nama Lain : Asetaminofen, Parasetamol.

Pemerian : Serbuk hablur, putih, tidak berbau, rasa sedikit

pahit.

Kelarutan : Larut dalam 70 bagian air, dalam 7 bagian etanol

(95%) dalam 40 bagian gliserol dan dalam 9

bagian propilenglikol, larut dalam larutan alkali

hidroksida.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat terlindung cahaya dan

cegah pemaparan terhadap panas berlebih.

Dosis : Oral : 0,5-1 g tiap 4-6 jam maksimum 4 g per hari,

anak 2 bulan 60mg pada demam paska imunisasi,

sebaliknya usia di bawah 3 bulan (hanya dengan

nasehat dokter). 10mg/kg (5mg/kg bila terkena

sakit kuning). 3 bulan – 1 tahun 60-120 mg, 1-5

tahun 120-250mg; dosis-dosis ini boleh diulang

tiap 4-6 jam bila di perlukan. (maksimum

sebanyak 4 dosis dalam 24 jam)

Page 26: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA EVALUASI MUTU BOBOT …

11

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Jarak lebur : Antara 168˚ dan 172˚.

pH : Antara 4,0 dan 6,9.

Baku pembanding Parasetamol BPFI : lakukan pengeringan di atas silika

gel selama 18 jam sebelum digunakan (Depkes RI, 2014).

Asetaminofen (parasetamol) merupakan metabolit fenasetin dengan

efek antipiretik yang sama dan telah digunakan sejak 1893. Parasetamol bersifat

antipiretik dan analgesik tetapi sifat anti-inflamasinya lemah sekali. Parasetamol

merupakan obat analgesik non narkotik yang memiliki cara kerja

menghambat sintesis prostaglandin terutama di Sistem Saraf Pusat (SSP)

(Lusiana Darsono, 2002).

2. 6 Keseragaman Sediaan

Satuan sediaan didefinisikan sebagai bentuk sediaan yang mengandung

dosis tunggal atau bagian dari suatu dosis zat aktif pada masing-masing satuan.

Keseragaman sediaan didefinisikan sebagai derajat keseragaman jumlah zat aktif

dalam satuan sediaan. Keseragaman sediaan ditetapkan dengan salah satu dari dua

matode, yaitu keseragaman kandungan dan keragaman bobot. Untuk menjamin

konsistensi satuan sediaan, masing-masing satuan dalam bets harus mempunyai

kandungan zat aktif dalam rentang sempit yang mendekati kadar yang tertera pada

etiket (Dinkes, 2014).

2. 6. 1. Keragaman Bobot

Uji keragaman bobot diterapkan pada bentuk sediaan berikut (Dinkes,

2014) :

a) Larutan dalam wadah satuan dosis dan dalam kapsul lunak

b) Sediaan padat (termasuk serbuk, granul, dan sediaan padat steril)

yang dikemas dalam wadah dosis tunggal dan tidak mengandung

zat tambahan aktif atau inaktif

c) Sediaan padat (termasuk sediaan padat steril) yang dikemas dalam

wadah dosis tunggal, dengan atau tanpa zat tambahan aktif dan

inaktif, yang disiapkan dari larutan asal dan dibeku-

keringkandalam wadah akhir dan pada etiket dicantumkan metode

pembuatan

Page 27: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA EVALUASI MUTU BOBOT …

12

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

d) Kapsul keras, tablet tidak bersalut atau tablet salut selaput,

mengandung zat aktif 25mg atau lebih yang merupakan 25%

terhadap bobot.

Penetapan keragaman bobot pada sediaan puyer dilakukan seperti pada

kapsul keras dengan cara menimbang seksama isi dari 10 bungkus puyer satu per

satu, kemudian jumlah zat aktif dihitung dari hasil penetapan kadar masing-

masing bungkus puyer dan dihitung nilai penerimaan.

Kriteria sediaan padat pada uji keseragaman sediaan dikatakan memenuhi

syarat jika nilai penerimaan 10 unit sediaan pertama tidak kurang atau sama

dengan L1%. Jika nilai penerimaan lebih besar dari L1%, lakukan pengujian pada

20 unit sediaan tambahan, dan hitung nilai penerimaan. Memenuhi syarat jika

nilai penerimaan akhir dari 30 unit sediaan lebih kecil atau sama dengan L1% dan

tidak ada satu unit pun kurang dari [1-(0,01)(L2)]M atau tidak satu unit pun lebih

dari [1+(0,01)(L2)]M seperti tertera pada perhitungan nilai penerimaan dalam

keseragaman kandungan atau keragaman bobot. Kecuali dinyatakan lain L1

adalah 15,0 dan L2 adalah 25,0.

2. 6. 2. Keseragaman Kandungan

Uji keseragaman kandungan berdasarkan pada penetapan kadar masing-

masing kandungan zat aktif dalam satuan sediaan. Uji keseragaman kandungan

dipesyaratkan untuk semua bentuk sediaan yang tidak memenuhi kondisi

keragaman bobot. Jika dipersyaratkan uji keseragaman kandungan, industri dapat

memenuhi persyaratan ini dengan melakukan uji keragaman bobot jika simpangan

baku relative (SBR) kadar dari zat aktif pada sediaan akhir tidak lebih dari 2%.

Penetapan SBR ini berdasarkan data validasi proses dan pengembangan produk

industri. SBR kadar adalah simpangan baku relative kadar per satuan sediaan (b/b

atau b/v) dengan kadar tiap satuan sediaan dibagi dengan bobot masing-masing

satuan (Depkes RI, 2014).

Metode penetapannya dengan mengambil tidak kurang dari 10 satuan dari

30 satuan menggunakan metode analisis yang sesuai. Perhitungan nilai

penerimaan dihitung dengan rumus : |M- |+Ks

Page 28: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA EVALUASI MUTU BOBOT …

13

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. 7 Spektrofotometer Ultraviolet visibel (UV-Vis)

Spektrofotometer menghasilkan sinar dari spectrum dengan panjang

gelombangtertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang

ditransmisikan atau diabsorbsi. Spektrofotometri dilakukan berdasakan pada

pengukuran serapan pada panjang gelombang serapan maksimum dari suatu

larutan uji dibandingkan terhadap larutan senyawa pembanding pada kondisi

percobaan yang sama (Surantaatmadja, 2009). Analisis ini memanfaatkan proses

penyerapan sinyal UV-Vis oleh bagian molekul tertentu, seperti kromoform atau

auksokrom. Keuntungan utama metode spektrofotometri adalah bahwa

metode ini memberikan cara sederhana untuk menetapkan kuantitas zat yang

sangat kecil.

Spektrofotometri UV-Vis merupakan salah satu metode

pengukuran berdasarkan pada interaksi radiasi elektromagnetik dengan sampel di

daerah panjang gelombang 180-380 nm untuk daerah UV dan 380-780 nm

untuk daerah visible atau sinar tampak. Spektrofotometer ini jenisnya terdiri Was

berkas tunggal (single beam) dan berkas rangkap (double beam). Perbedaan pada

keduanya adalah pada spektrofotometer double beam pengukuran dapat

dilakukan secara bersamaan antara kuvet yang berisi larutan contoh atau

standar dan kuvet yang berisi blanko dalam satu ruang sehingga pembacaan

serapan zat tidak dipengaruhi oleh perubahan tegangan listrik karena

blangko dan zat diukur pada saat yang bersamaan (Warono dan Syamsudin,

2013).

Prinsip penentuan spektrofotometer UV-Vis adalah aplikasi dari hukum

Lambert-Beer, yaitu :

𝐴 = log (

)

It/Io = ɛ.b.C

Keterangan :

A = Absorbansi dari sampel yang akan diukur

T = Transmitansi

Io = Intensitas sinar masuk

It = Intensitas sinar yang diteruskan

ɛ = Koefisien ekstingsi

b = Tebal kuvet yang digunakan

C = Konsentrasi dari sampel

Page 29: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA EVALUASI MUTU BOBOT …

14

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. 7. 1. Instrumen Spektrofotometri UV-Vis

Gambar 2. 2 Skema Instrumen Spektrofotometri UV-Vis

(Sumber : Suhartati, 2017)

Instrumen Spektrofotometri UV-Vis terdiri dari (Gandjar dan Abdul,

2015) :

1. Sumber sinar

Syarat sumber sinar yang ideal pada suatu instrument

spektrofotometer UV-Vis adalah: mampu mencakup semua kisaran

pengukuran di daerah UV-Vis, mempunyai intensitas sinar yang

kuat dan stabil pada seluruh kisaran panjang gelombang, intensitas

sumber sinar tidak boleh bervariasi secara signifikan pada panjang

gelombang yang berbeda, intensitas sumber tidak berfluktuasi

(naik turun) pada kisaran waktu yang lama, dan waktu yang

singkat.

Dua sumber sinar utama yang digunakan dalam

spektroskopi analitik adalah sumber sinar kontinu dan sumber

garis. Untuk sinar tampak, digunakan lampu tungsten yang dapat

mengemisikan sinar pada panjang gelombang 350-2.000 nm

sehingga cocok untuk kolorimetri. Untuk senyawa-senyawa yang

menyerap di spektrum daerah ultraviolet, digunakan lampu

deuterium yang dapat mengemisiskan sinar pada panjang

gelombang 200-370 nm.

2. Monokromator

Pada kebanyakan pengukuran kuantitatif, sinar harus

bersifat monokromatik, yakni sinar dengan satu panjang

Page 30: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA EVALUASI MUTU BOBOT …

15

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

gelombang tertentu. Hal ini dapat dicapai dengan melewatkan sinar

polikromatik, yakni sinar dengan beberapa panjang gelombang,

melalui suatu monokromator. Monokromator terdiri atas elemen

pendispersi, suatu celah masuk (entrance slit), dan celah keluar

(exit slit). Fungsi elemen pendispersi adalah untuk mendispersikan

radiasi yang jatuh kepadanya sesuai dengan panjang gelombang.

3. Kuvet

Wadah sampel yang biasa disebut dengan sel atau kuvet

harus mempunyai jendela yang transparan di daerah yang dituju.

Sel kuvet terbaik adalah yang tegak lurus dengan arah berkas sinar.

Tebal kuvet/sel yang umum digunakan adalah 1 cm.

4. Detektor

Detektor digunkan untuk mengukur intensitas radiasi yang

mengenainya. Detektor mengubah energi radiasi kedalam energi

listrik. Detektor digunakan untuk mengukur intensitas radiasi yang

mengenainya. Ada dua jenis detektor yang umum, antara lain: (1)

yang mempunyai respon terhadap foton, dan (2) yang mempunyai

respon terhadap panas. Setelah sinar melalui sampel, maka

penurunan intensitas disebabkan oleh absorpsi yang diukur dengan

suatu detektor. Detektor biasanya merupakan kepingan elektronik

yang disebut dengan tabung pengganda foton yang bereaksi untuk

mengubah intensitas berkas sinar ke dalam sinyal elektrik yang

dapat diukur dengan mudah, dan juga bereaksi sebagai suatu

pengganda (amplifier) untuk meningkatkan kekuatan sinyal.

(Gandjar. 2015).

5. Amplifier

Berfungsi untuk memperkuat sinyal listrik.

6. Rekorder

Alat untuk mencatat bisa berupa angka atau gambar.

Page 31: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA EVALUASI MUTU BOBOT …

16

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. 7. 2. Kalibrasi Instrumen

Monografi farmakope biasanya mendasarkan pada nilai standar

E(1%,1cm) untuk mengitung kadar suatu obat dalam suatuformulasi

menggunakan spektrofotometer. Kalibrasi skala absorbansi menggunakan

senyawa kalium bikromat, nilai E(1%,1cm) pada daerah panjang gelombang

tertentu harus terletak pada kisaran absorbansi tertentu. Kalibrasi skala panjang

gelombang pada spektrofotometri UV-Vis dicek dengan menentukan panjang

gelombang maksimal spesifik dari suatu larutan holmium perklorat 5% b/v, skala

panjang gelombang dapat juga dicek menggunakan garis spectra lampu deuterium

atau lampu merkuri (Gandjar dan Abdul, 2015).

Penentuan resolusi (daya pisah) spektrofotometri biasanya dikontrol

dengan lebar celah. Daya pisah dapat diuji dengan menggunakan larutan toluene

0,02% b/v dalam heksan. Farmakope Inggris mensyaratkan bahwa rasio antara

absorbansi larutan ini pada 269 nm terhadap absorbansi pada 266 nm harus ≥1,5.

Penentuan adanya sesatan sinar (Stray Radiation) dapat di cek dengan

menggunakan absorbansi larutan KCl 1,2% b/ dalam air terhadap blanko air pada

panjang gelombang 200 nm. Sesatan sinar ini dapat menyebabkan pembacaan

absorbansi yang rendah tapi palsu terhadap suatu sampel (Gandjar dan Abdul,

2015). Pemeriksaan ini kini telah banyak dilakukan dalam piranti lunak

instrument UV sehingga instrument tersebut dapat dijalankan secara otomatis.

2. 7. 3. Aspek Kuantitatif Spektrofotometri UV-Vis

Berikut merupakan beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam

melakukan analisis secara kuantitatif menggunakan spektrofotometri UV-Vis :

a) Pembentukan molekul yang dapat menyerap sinar UV-Vis pada

senyawa yang tidak menyerap apada daerah UV-Vis. Cara yang

digunakan adalah dengan mengubah menjadi senyawa lain atau

direaksikan dengan pereaksi tertentu untuk senyawa yang tidak

memiliki gugus kromofor (Gandjar, 2015).

b) Waktu Operasional (Operating Time), ditentukan dengan mengukur

hubungan antara waktu pengukuran dengan absorbansi larutan untuk

mendapakan waktu pengukuran yang stabil (Gandjar, 2015).

Page 32: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA EVALUASI MUTU BOBOT …

17

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

c) Pemilihan panjang gelombang, panjang gelombang yang digunakan

untuk analisis merupakan panjang gelombang yang memiliki

absorbansi maksimal. Alasan dipilihnya panjang gelombang yang

memiliki absorbansi maksimun antara lain (1) pada panjang

gelombang maksimal perubahan absorbansi untuk setiap satuan

konsentrasi paling besar, (2) disekitar panjang gelombang maksimal

bertuk kurva datar dan memenuhi hukum Lambert-Beer, (3) jika

dilakukan pengukuran ulang maka kesalahan yang disebabkan oleh

pemanasan ulang panjang gelombang akan kecil sekali, ketika

digunakan panjang gelombang maksimal. Cara yang dilakukan untuk

memilih panjang gelombang maksimal adalah dengan membuat kurva

hubungan antara absorbansi dengan panjang gelombang dari suatu

larutan baku pada konsentrasi tertentu (Gandjar,2015).

d) Pembuatan kurva baku, pembuatan kurva baku dilakukan dengan

membuat satu seri larutan baku dari zat yang akan dianalisis kemudian

masing-masing diukur absorbansinya, kemudian dibuat kurva yang

menghubungkan anatara absorbansi dengan konsentrasi. Apabila

hasilnya garis lurus maka hukum Lambert-Beer terpenuhi.

e) Pembacaan absorbansi sampel atau cuplikan, absorbansi yang terbaca

pada spektrofotometer hendaknya antara 0,2-0,8. Anjuran ini

berdasarkan anggapan bahwa dalam pembacaan transmitan adalah

0,005 atau 0,5% (kesalahan fotometrik) (Gandjar,2015).

2. 7. 4. Pilihan Pelarut

Untuk sampel yang berupa larutan perlu diperhatikan beberapa persyaratan

pelarut yang dipakai antara lain: 1. Harus melarutkan sampel dengan sempurna. 2.

Pelarut yang dipakai tidak mengandung ikatan rangkap terkonjugasi pada struktur

molekulnya dan tidak berwarna (tidak boleh mengabsorpsi sinar yang dipakai oleh

sampel) 3. Tidak terjadi interaksi dengan molekul senyawa yang dianalisis 4.

Kemurniannya harus tinggi (Suhartati, 2017). Pelarut yang sering digunakan

adalah air, etanol, metanol dan nheksana karena pelarut ini transparan pada daerah

UV.

Page 33: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA EVALUASI MUTU BOBOT …

18

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 2. 2 Absorbsi sinar UV pada λmaks. dari beberapa pelarut

Pelarut λmaks, nm Pelarut λmaks, nm

Asetonitril 190 n-heksana 201

Kloroform 240 Metanol 205

Sikloheksana 195 Isooktana 195

1-4 dioksan 215 Air 190

Etanol 95% 205 Aseton 330

Benzena 285 Piridina 305

(Sumber : Suhartati, 2017)

2. 8 Parameter Penampilan Analisis

Validasi metode analisi adalah suatu proses pembuktian dan penjaminan

bahwa suatu kinerja prosedur pengujian telah memenuhi persyaratan reliabilitas,

akurasi, dan presisi sesuai dengan tujuan penggunaannya (Surantaatmadja, 2009).

Pada umunya metode analisis diklasifikasikan sesuai dengan tujuan pengujiannya

sebagai berikut (USP 30-NF25, 2007) :

a) Kategori I : metode analisis yang digunakan untuk penetapan kadar

komponen utama dalam bahan baku obat dan sediaan obat jadi.

Metode keseragaman kandungan masuk dalam metode ini.

b) Kategori II : metode analisis yang digunakan untuk penetapan

cemaran dalam bahan baku obat atau hasil degradasinya dalam

sediaan obat jadi, yang terdiri dari metode penetapan kuantitatif

dan uji batas cemaran.

c) Kategori III : metode analisis yang digunakan untuk penetapan

kinerja dan kualitas sediaan obat jadi seperti uji disolusi dan uji

pelepasan obat

d) Kategori IV : metode analisis yang digunakan untuk identifikasi

Karakteristik kinerja atau parameter analitik yang harus diukur dalam

suatu pengujian validasi beragam tergantung pada tujuan analisisnya. Urutan

pelaksanaan parameter validasi, yaitu spesifitas atau selektifitas, linearitas dan

rentang konsentrasi, sensitifitas terdiri dari batas deteksi dan batas kuantisasi,

akurasi, dan terakhir presisi (Surantaatmadja, 2009).

Page 34: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA EVALUASI MUTU BOBOT …

19

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Persyaratan validasi untuk masing-masing kategori dapat dilihat pada tabel

berikut :

Tabel 2. 3 Pedoman pengujian parameter validasi Karakteristik

Parameter Kategori I

Kategori II Kategori

III

Kategori

IV Kuantitatif Uji Batas

Akurasi Ya Ya * * Tidak

Presisi Ya Ya Tidak Ya Tidak

Spesifitas Ya Ya Ya * Ya

Batas Deteksi Tidak Tidak Ya * Tidak

Batas Kuantisasi Tidak Ya Tidak * Tidak

Linearitas Ya Ya Tidak * Tidak

*Mungkin dipersyaratkan tergantug pada sifat khusus dari uji

(Sumber : Surantaatmadja, 2009)

1. Spesifitas

Spesifitas metode adalah kemampuan untuk menetapkan atau

membedakan analit yang terdapat bersama komponen lainnya dalam

sampel. Pada metode penetapan kadar kepastian diperoleh dengan jelas

bahwa hasil analisis tidak dipengaruhi oleh cemaran atau matriks yang

ada dalam sampel.

2. Linearitas

Linearitas adalah kemampuan untuk memperoleh hasil

pengujian secara langsung proporsional terhadap konsentrasi analit

dalam sampel pada rentang konsentrasi yang digunakan. Rentang

konsentrasi yang digunakan harus cukup lebar agar dapat mencapai

rentang yang diharapkan metode. Minimal lima konsentrasi digunakan

pada uji dengan rentang 20%-120% atau 50%-150% dari konsentrasi

actual. Parameter untuk mengevaluasi linearitas metode diantaranya

koefisien relasi (R), perpotongan sumbu Y, simpangan baku residual

garis regresi (Sy/x), dan koefisien vasiansi garis regresi (Vx0). Kriteria

penerimaan untuk penetapan kadar adalah dengan R≥0,999; %y-

intercept≤2,0%; atau Vxo≤2,0.

3. Batas Deteksi (LOD) dan Batas Kuantitasi (LOQ)

Batas deteksi (LOD) adalah konsentrasi terendah dari analit

dalam sampel yang masih dapat terdeteksi tapi tidak perlu ditetapkan

secara kuantitatif hingga diperoleh nilai yang tepat. Pengujian batas

deteksi untuk metode instrument ditentukan dengan mengkalikan

Page 35: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA EVALUASI MUTU BOBOT …

20

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

simpangan baku dengan foktor dengan menghitung menggunakan

rumus 3 Sb/b dimana b adalah kemiringan garis regresi kurva

kalibrasi. Simpangan baku larutan blanko dapat diganti dengan

simpangan baku regresi Sy/x dari kurva kalibrasi.

Batas kuantisasi (LOQ) adalah konsentrasi terendah analit

dalam sampel yang dapat ditentukan dengan presisi dan akurasi yang

dapat diterima dalam kondisi percobaan yang ditetapkan. Batas

kuantisasi ditentukan dari simpangan baku larutan blanko yang

dikalikan degan faktor menggunakan rumus 10Sb/b di mana b adalah

kemiringan garis regresi kurva kalibrasi. Simpangan baku larutan

blanko dapat diganti dengan simpangan baku regresi Sy/x dari kurva

kalibrasi.

4. Akurasi

Akurasi adalah tingkat kedekatan antara hasil pengujian dengan

metode yang sedang dievaluasi dengan hasil yang dinyatakan benar

atau dengan hasil yang seharusnya. Hasil yang dinyatakan benar

adalah hasil atau konsentrasi analit rata-rata yang dibuat dari larutan

baku pembandingnya. Akurasi metode dinyatakan sebagai persen

perolehan kembali atau dengan galat mutlak. Dimana persen perolehan

kembali (recovery) dapat dicari menggunakan rumus sebagai berikut :

( )

Keterangan :

Cf = konsentrasi total sampel yang diperoleh dari pengukuran

CA = konsentrasi sampel sebenarnya

= konsentrasi analit yang ditambahkan

Kriteria penerimaan pengujian akurasi untuk penetapan kadar

dengan level kadar 3 level dengan 3 kali pengujian dengan rentang

kadar 70%, 100%, 130% atau 80%, 100%, dan 120% kriteria

penerimaan rekoveri = 98,0-102,0% atau galat mutlak ±2%.

Page 36: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA EVALUASI MUTU BOBOT …

21

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5. Presisi

Keseksamaan adalah ukuran yang menunjukkan derajat

kesesuaian antara hasil uji individual, diukur melalui penyebaran hasil

individual dari rata-rata jika prosedur diterapkan secara berulang pada

sampel-sampel yang diambil dari campuran yang homogen.

Keseksamaan diukur sebagai simpangan baku atau simpangan baku

relatif (koefisien variasi). Keseksamaan dapat dinyatakan sebagai

keterulangan atau ketertiruan (Harmita, 2004).

Ditemukan bahwa koefisien variasi meningkat seiring dengan

menurunnya konsentrasi analit. Pada kadar 1% atau lebih, standar

deviasi relatif antara laboratorium adalah sekitar 2,5% ada pada satu

per seribu adalah 5%. Pada kadar satu per sejuta (ppm) RSDnya adalah

16%, dan pada kadar part per bilion (ppb) adalah 32%. Pada metode

yang sangat kritis, secara umum diterima bahwa RSD harus lebih dari

2% (Riyanto, 2014). Keseksamaan dapat dihitung dengan cara sebagai

berikut:

Hasil analitnya x1, x2, x3….xn. maka simpangan bakunya :

Simpangan baku relative atau koefisien variasi (KV) adalah

2. 9 Mysterius Shopping

Menurut Guidline Mysterius Shopping Research tahun 2014. Mysterius

Shopping dapat di definisikan sebagai penggunaan individu yang dilatih untuk

mengalami dan mengukur setiap proses layanan pelanggan, degan bertindak

sebagai pelanggan dan dengan cara melaporkan pengalaman mereka secara

terperinci dan obyektif. Beberapa alasan mysterius shopping diperlukan yaitu,

dapat melakukan observasi yang akurat dalam menilai pelayanan dalam suatu

bisnis, memberikan prespektif yang netral, mengetahui kelebihan dan kekurangan

pada suatu bisnis yang dijalankan, mengetahui reaksi pegawai atau karyawan

Page 37: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA EVALUASI MUTU BOBOT …

22

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

terhadap pelanggan, dan dapat melakukan pencegahan terhadap kecurangan

terhadap seluruh siklus proses pembelian yang dilakukan (Guidline Mysterius

Shopping Research tahun 2014).

Prinsip-prinsip Pedoman Perilaku MRS : (Guidline Mysterius Shopping

Research tahun 2014)

1. Periset harus memastikan bahwa partisipasi dalam kegiatan mereka

didasarkan pada sukarela.

2. Peneliti harus jujur dan jujur dalam semua profesional mereka dan

hubungan bisnis.

3. Peneliti harus transparan mengenai subjek dan tujuan pengumpulan

data.

4. Periset harus menghormati kerahasiaan informasi yang

dikumpulkan didalamnya.

5. Periset harus menghormati hak dan kesejahteraan semua individu.

6. Periset harus memastikan bahwa peserta tidak dilukai atau

terpengaruh olehnya kegiatan profesional mereka

7. Periset harus menyeimbangkan kebutuhan individu, klien, dan

profesional mereka kegiatan.

8. Periset harus melakukan penilaian profesional independen dalam

perancangan, melakukan dan melaporkan kegiatan profesional

mereka.

9. Periset harus memastikan bahwa kegiatan profesional mereka

dilakukan oleh orang-orang dengan pelatihan, kualifikasi dan

pengalaman yang sesuai.

10. Periset harus melindungi reputasi dan integritas profesinya.

Penelitian didasarkan atas kerja sama yang baik dari masyarakat

dan organisasi bisnis. Itu bergantung pada kepercayaan dari mereka yang

terlibat bahwa itu dilakukan dengan jujur, secara obyektif, tanpa gangguan

yang tidak diinginkan dan tanpa membahayakan peserta. Tujuannya

adalah untuk mengumpulkan dan menganalisis informasi dan bukan untuk

menciptakan penjualan atau untuk mempengaruhi pendapat siapa pun yang

berpartisipasi.

Page 38: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA EVALUASI MUTU BOBOT …

23

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. 10 Demografi Kecamatan Tebet dan Setiabudi

2. 10. 1. Kecamatan Tebet

Gambar 2. 3 Peta Wilayah Kecamatan Tebet

(Sumber : encyclopedia.jakarta-tourism.go.id)

Kecamatan Tebet merupakan salah satu kecamatan di wilayah

Kotamadya Jakarta Selatan, terletak pada -6,2316 LS dan 106,8459 BT

Sesuai dengan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Khusus

Ibukota Jakarta Nomor : 171 Tahun 2008, maka luas wilayah

Kecamatan Tebet adalah 9,035 km2 yang terdiri atas 80 RW dan 936 RT

dengan luas masing-masing kelurahan sebagai berikut (BPS Jakarta

Selatan, 2018) :

a. Kel. Menteng Dalam : 2,100 km2

b. Kel. Tebet Barat : 1,716 km2

c. Kel. Tebet Timur : 1,389 km2

d. Kel. Kebon Baru : 1,293 km2

e. Kel. Bukit Duri : 1,070 km2

f. Kel. Manggarai Selatan : 0,514 km2

g. Kel. Manggarai : 0,953 km2

Batas-batas wilayah Kecamatan Tebet adalah:

Sebelah Utara : Kota Administrasi Jakarta Pusat

Sebelah Selatan : Kecamatan Pancoran

Sebelah Barat : Kecamatan Setiabudi

Sebelah Timur : Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur

Page 39: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA EVALUASI MUTU BOBOT …

24

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. 10. 2. Kecamatan Setiabudi

Gambar 2. 4 Peta Wilayah Kecamatan Setiabudi

(Sumber : encyclopedia.jakarta-tourism.go.id)

Kecamatan Setiabudi merupakan salah satu kecamatan di

wilayah Kota Administrasi Jakarta Selatan, yang terletak pada 06 15‟

40,8” LS dan 106 45‟ 00,0” BT, terdiri atas 50 RW dan 511 RT.

Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Propinsi DKI Jakarta Nomor

171 tahun 2007, maka luas wilayah kecamatan Setiabudi adalah 8,85 km2

dengan luas masing–masing kelurahan sebagai berikut (BPS Jakarta

Selatan, 2018) :

a. Kel. Karet Semanggi : 0,90 km2

b. Kel. Kuningan Timur : 2,15 km2

c. Kel. Karet Kuningan : 1,79 km2

d. Kel. Karet : 0,94 km2

e. Kel. Menteng Atas : 0,90 km2

f. Kel. Pasar Manggis : 0,78 km2

g. Kel. Guntur : 0,65 km2

h. Kel. Setiabudi : 0,74 km2

Batas-batas wilayah Kecamatan Setiabudi adalah :

Sebelah Utara : Kota Administrasi Jakarta Pusat

Sebelah Selatan : Kecamatan Kebayoran Baru

Sebelah Timur : Kecamatan Tebet

Sebelah Barat : Kota Administrasi Jakarta Pusat

Page 40: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA EVALUASI MUTU BOBOT …

25 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB III

METODOLOGI

3. 1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Bahan Obat dan

Laboratorium Penelitian II di Program Studi Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta sejak bulan februari.

3. 2 Alat dan Bahan

3. 2. 1. Alat

Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah Instrument

spektrofotometri UV-Vis (Hitachi U-2910), timbangan analitik (AND),

mikropipet 20-220 μl dan 100-1000 μl dan tip (BIO-RAD Laboratories), labu

ukur 250ml, 100ml, 50ml, 10ml (PYREX), beker glass (PYREX), glass ukur

100ml dan 25ml (PYREX), lumpang alu, tabung reaksi (PYREX), batang

pengaduk, kertas perkamen, alumunium foil, spatula, rotatory evaporator (Eyela

CCA-1111), sentrifuge, software SPSS, resep dokter.

3. 2. 2. Bahan

Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah standar

parasetamol yang di peroleh dari BPOM, metanol grade pro analisis, aquades,

panadol®

(500mg), puyer parasetamol yang di peroleh dari apotek.

3. 3 Jenis dan Desain Penelitian

Penelitian adalah penelitian deskriptif. Metode pengumpulan data yang

dilakukan dengan menggunakan metode kuisioner dan penetapan menggunakan

timbangan analitik serta spektrofotometri UV-Vis. Sampel berupa apotek yang

berada di wilayah Kecamatan Tebet dan Setiabudi, sedangan unit sampel analisis

berupa obat sediaan racikan puyer parasetamol. Jenis data yang digunakan yaitu

data primer yang diperoleh atau dikumpulkan langsung di lapangan oleh peneliti.

Page 41: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA EVALUASI MUTU BOBOT …

26

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Data primer berupa penebusan obat racikan puyer parasetamol dengan resep

dokter dan pengisian kuesioner oleh apoteker penanggung jawab apotek sebagai

responden. Desain penelitian yang digunakan yaitu penelitian cross sectional

dengan melakukan pengukuran terhadap variabel bebas dan variabel terikat pada

waktu yang sama (Sumantri. 2011).

3. 4 Prosedur Penelitian

3.4.1. Pengambilan Data

3.4.1.1. Proses Perizinan Pengambilan Data Populasi Apotek

Pengajuan perizinan rekomendasi

izin penelitian dari Unit Pelayanan

Terpadu Satu Pintu (PTSP) kota

Jakarta Selatan

Surat Rekomendasi Izin

Penelitian dari PTSP kota

Jakarta Selatan

Permintaan persetujuan pengambilan data

populasi apotek di Kecamatan Tebet dan

Setiabudi ke Suku Dinas Kesehatan kota

Jakarta Selatan

Surat persetujuan pengambilan data

populasi apotek di Kecamatan Tebet

dan Setiabudi pada puskesmas

Kecamatan Tebet dan Setiabudi

Page 42: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA EVALUASI MUTU BOBOT …

27

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3.4.1.2. Penentukan Jumlah Sampel dan Pengambilan Sampel

Teknik yang digunakan untuk pengambilan sampel pada

penelitian ini adalah total sampling. Total sampling adalah teknik

pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama dengan populasi

(Sugiyono, 2012). Alasan pengambilan total sampling karena jumlah

populasi yang kurang dari 100 seluruh populasi dijadikan sampel

penelitian semuanya (Sugiyono, 2012).

Berdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas Kecamatan

Tebet pada tahun 2018. Terdapat jumlah populasi 21 apotek di daerah

Kecamatan Tebet akan tetapi 10 apotek diantaranya merupakan apotek

yang tidak menerima resep racikan dan 5 apotek terdapat di dalam klinik

dan tidak melayani resep dari luar. Sehingga hanya 6 apotek yang

melayani resep racikan puyer dan memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas Kecamatan Setiabudi

terdapat jumlah 11 apotek di daerah Kecamatan Setiabudi, yang masih

beroperasi sejumlah 10 apotek, dan sejumlah 3 apotek yang masuk ke

dalam kriteria inklusi dan ekslusi. Maka jumlah sampel yang digunakan

untuk Kecamatan Tebet adalah 6 apotek dan jumlah sampel yang

digunakan untuk Kecamatan Setiabudi adalah 3 apotek.

3.4.2. Kerangka Konsep Penelitian

3.4.2.1. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

Kriteria Inklusi

Sediaan racikan yang berasal dari apotek yang berada di wilayah

kecamatan Tebet dan Setiabudi dan menerima resep racikan.

Kriteria Eksklusi

Sediaan racikan yang tidak dapat ditebus karena apotek tidak

melayani resep racikan dan sediaan racikan yang tidak dapat

ditebus karena apotek sudah tidak beroperasi.

Page 43: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA EVALUASI MUTU BOBOT …

28

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3.4.2.2. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah uraian tentang batasan variable yang

dimaksud, atau tentang apa yang diukur oleh variable yang bersangkutan

(Notoatmodjo, 2012). Definisi operasional dari variabel penelitian penting

dan diperlukan agar pengukuran variabel atau pengumpulan data variabel

tersebut konsisten antara responden satu dengan responden yang lainnya

(Notoatmodjo, 2012). Berikut ini adalah definisi operasional dari variabel

yang digunakan dalam penelitian :

Tabel 3. 1 Definisi Operasional

No Definisi Operasional Cara Ukur Katagori Skala Ukur

1. Keragaman bobot

sediaan racikan

Timbangan

Analitik Memenuhi

syarat FI V

Tidak

memenuhi

persyarata FI

V

Ordinal

2. Keseragaman kadar

Racikan

Spektrofotometri

UV-Vis Memenuhi

syarat FI V

Tidak

memenuhi

syarat FI V

Ordinal

3.4.3. Pengujian Keseragaman Sampel

3.4.3.1. Pengujian Keragaman Bobot Puyer

Sebulumnya peneliti sudah menebus obat dengan meminta

bantuan dari kerabatnya untuk menebus obat atau sebagai pasien

kemudian peneliti melakukan pengujian keragaman bobot puyer dengan

cara: Sediaan puyer yang telah dibeli dari beberapa apotek yang telah

ditetapkan ditimbang satu persatu menggunakan neraca analitik dilakukan

secara triplo, kemudian dicatat. Dilakukan penghitungan bobot rata-rata

sediaan racikan puyer parasetamol dari setiap apotek, bobot dalam persen

(%bobot) dan nilai penerimaan (NP). Dikatakan memenuhi syarat apabila

nilai penerimaan 10 unit sediaan pertama tidak kurang atau sama dengan

L1%. Jika nilai penerimaan lebih besar dari L1%, lakukan pengujian pada

20 unit sediaan tambahan, dan hitung nilai penerimaan. Dikatakan

memenuhi syarat jika nilai penerimaan akhir dari 30 unit sediaan lebih

kecil atau sama dengan L1% dan tidak ada satu unit pun kurang dari [1-

Page 44: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA EVALUASI MUTU BOBOT …

29

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(0,01)(L2)]M atau tidak satu unit pun lebih dari [1+(0,01)(L2)]M seperti

tertera pada perhitungan nilai penerimaan dalam keragaman bobot.

Kecuali dinyatakan lain L1 adalah 15,0 dan L2 adalah 25,0 (DepKes RI,

2014)

3.4.3.2. Pengujian Keseragaman Kadar

Validasi Metode Analisis

a. Parasetamol Standar (BFFI)

1. Pembuatan Larutan Induk

Ditimbang 10,00 mg Parasetamol standar, dimasukkan ke

dalam labu ukur 50 ml dan dilarutkan dengan pelarut

metanol-air (1:3).

2. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum

Diambil 0,5 ml dari larutan induk, dimasukkan ke dalam labu

ukur 10 ml, dan diencerkan dengan pelarut metanol-air

(1:3) hingga tanda batas. Dilakukan pembacaan dengan

spektrofotometri UV-Vis.

3. Pembuatan Kurva Kalibrasi Parasetamol standar

Dibuat larutan dengan konsentrasi 2, 4, 6, 8, 10, dan 12 ppm

dari larutan induk yang telah disiapkan. Dilakukan

pengukuran dengan spektrofotometri UV-Vis. Pembuatan

kurva kalibrasi dilakukan secara triplo. Dari hasil kurva

kalibrasi bisa dilakukan perhitungan LOD dan LOQ.

b. Tablet Panadol®(500 mg parasetamol)

1. Pembuatan Larutan Induk

Ditimbang dan diserbukkan tidak kurang dari 20 tablet

Panadol®

(parasetamol 500 mg). Ditimbang setara sejumlah

serbuk tablet setara dengan lebih kurang 250,0 mg

parasetamol. Dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml.

Ditambahkan 100 ml metanol-air (1:3) dan kocok selama 10

menit. Dilakukan pemisahan endapan dengan sentrifugasi

6000 rpm selama 2 menit. Diambil 1 ml dari filtrat yang telah

Page 45: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA EVALUASI MUTU BOBOT …

30

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

disentrifugasi dan dimasukkan ke dalam labu ukur 50 ml dan

ditambahkanpelarut metanol-air (1:3) hingga tanda batas labu

ukur.

2. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum

Dibuat larutan dengan konsentrasi 10 ppm dari larutan induk,

lalu dilakukan pembacaan dengan spektrofotometri UV-Vis.

3. Pembuatan Kurva Kalibrasi Tablet Panadol®

Dibuat larutan dengan konsentrasi 2, 4, 6, 8, 10, dan 12 ppm

dari larutan Induk yang telah disiapkan. Dilakukan

pengukuran dengan spektrofotometri UV-Vis. Pembuatan

kurva kalibrasi dilakukan secara triplo. Dari hasil kurva

kalibrasi bisa dilakukan perhitungan LOD dan LOQ.

3.4.3.3. Penentuan Batas Deteksi (LOD) dan Batas Kuantitasi (LOQ)

LOD dihitung dengan garis regresi linier kurva kalibrasi dengan

rumus LOD =

dan rumus LOQ =

, dimana Simpangan baku (Sb),

b adalah slope dari regresi linier Sb = √

3.4.3.4. Pengujian Kecermatan (Akurasi)

Pengujian kecermatan dibuat larutan dengan konsentrasi 80%,

100%, 120% kandungan tablet parasetamol. Masing-masing konsentrasi

ditimbang dan dibuat sebanyak enam kali pengulangan dilakukan selama 3

hari berturut-turut sehingga diperoleh 18 larutan. Dimasukkan ke dalam

labu ukur 100 ml. Ditambahkan 100 ml pelarut metanol-air (1:3) dan

kocok selama 10 menit. Dilakukan pemisahan endapan dengan

sentrifugasi 6000 rpm selama 2 menit. Diambil 1 ml dari filtrat yang telah

disentrifugasi dan dimasukkan ke dalam labu ukur 50 ml dan ditambahkan

pelarut metanol-air (1:3) hingga tanda batas labu ukur. Diambil kembali 1

ml dari labu ukur 50 ml kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 10 ml

dan ditambahkan pelarut metanol-air (1:3) hingga tanda batas. Dilakukan

pengamatan serapan dengan menggunakan alat spektrofotometri UV-Vis

pada panjang gelombang 244 nm.

Page 46: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA EVALUASI MUTU BOBOT …

31

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Kriteria kecermatan sangat tergantung pada konsentrasi analit

dalam matriks sampel dan pada keseksamaan metode (Harmita, 2004).

Nilai akurasi dapat diperoleh dari perbandingan selisi nilai konsentrasi

perhitungan dan nilai konsentrasi terukur dengan nilai konsentrasi

perhitungan di kali seratus 100% dapat di terima jika hasil tidak lebih ±

2% (Harmita, 2006).

3.4.3.5. Pengujian Keseksamaan (Presisi)

Pengujian keseksamaan dibuat dengan konsentrasi 80%, 100%,

dan 120%. Masing-masing konsentrasi ditimbang dan dibuat sebanyak

enam kali pengulangan selama 3 hari berturut-turut sehingga diperoleh 18

larutan. Dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml. Ditambahkan 100 ml

pelarut metanol-air (1:3) dan kocok selama 10 menit. Dilakukan

pemisahan endapan dengan sentrifugasi 6000 rpm selama 2 menit.

Diambil 1 ml dari filtrat yang telah disentrifugasi dan dimasukkan ke

dalam labu ukur 50 ml dan ditambahkan pelarut metanol-air (1:3) hingga

tanda batas labu ukur. Diambil kembali 1 ml dari labu ukur 50 ml

kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 10 ml dan ditambahkan pelarut

metanol-air (1:3) hingga tanda batas. Dilakukan penetapan kadar

menggunakan spektrofotometri kemudian dilakukan penentuan absorbansi

menggunakan spektrofotometri uv vis selama 3 hari berturut-turut.

Kemuadian dihitung nilai perolehan kembali (%recovery).

3.4.3.6. Pengujian kadar sediaan puyer dengan menggunakan

spektrofotometri UV-Vis.

Penetapan kadar parasetamol yang terkandung pada setiap

bungkus puyer sampel obat parasetamol dilakukan dengan menggunakan

Spektrofotometri UV-Vis. Pengukuran dilakukan dengan 3 kali

pembacaan. Dipilih secara acak 10 bungkus puyer parasetamol, kemudian

ditempatkan pada labu ukur 100 ml. Ditambahkan 100 ml pelarut

campuran metanol-air (1:3) dan kocok selama 10 menit. Dilakukan

pemisahan endapan dengan sentrifugasi 6000 rpm selama 2 menit. Di

ambil 1 ml dari filtrat yang telah disentrifugasi dan di masukkan ke dalam

Page 47: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA EVALUASI MUTU BOBOT …

32

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

labu ukur 50 ml dan ditambahkan pelarut hingga tanda batas. Kemudian

diambil lagi 1 ml dimasukkan kedalam labu 10 ml dan ditambahkan

pelarut hingga tanda batas. Gunakan larutan sebagai larutan uji dan diukur

serapannya dengan Spektrofotometri UV-Vis pada panjang gelombang

244 nm.

3.4.3.7. Pengedaran kuesioner ke apotek

Mengedarkan kuesioner dengan cara meminta perizinan dari

pihak apotek apabila pihak apotek mengizinkan untuk di berikan kuisioner

maka kuisioner itu akan diberikan dan hasil datanya didata.

3.4.4. Analisis Data Penelitian

3.4.4.1. Analisis Univariat

Analisis ini dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian,

dan hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan presentase dari tiap

variabel untuk memberikan gambaran (Sumantri. 2011).

Page 48: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA EVALUASI MUTU BOBOT …

33 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4. 1. Uji Keragaman Bobot

Penelitian evalusi mutu dilakukan di wilayah kecamatan Tebet dan

kecamatan Setiabudi. Menurut data dari Dinas Kesehatan Kota Administrasi

Jakarta Selatan pada kecamatan Tebet terdapat apotek sejumlah 21 apotek namun,

10 apotek tidak menerima resep racikan dan 5 apotek merupakan apotek yang

tergabung dengan klinik sehingga tidak dapat menerima resep racikan dari luar.

Pada kecamatan Setiabudi terdapat 11 apotek tetapi hanya 10 yang masih

beroperasi dan hanya 3 apotek yang melayani resep racikan. Penebusan resep

sediaan racikan puyer parasetamol dilakukan 1 kali pada masing-masing apotek.

Puyer yang ditebus sebanyak 30 bungkus dengan dosis 250 mg untuk setiap

bungkus puyer.

Uji keragaman bobot dilakukan dengan mengikuti prosedur kapsul keras

yang tertera pada Farmakope Indonesia V. Sampel ditimbang menggunakan

timbangan analitik dengan menimbang 10 sampel dari 30 puyer parasetamol

secara acak. Hasil keragaman bobot 10 bungkus puyer dapat dilihat pada tabel

4.1.

Tabel 4. 1 Keragaman bobot (mg) 10 bungkus sediaan puyer dari 9 apotek Apotek

T1

Apotek

T2

Apotek

T3

Apotek

T4

Apotek

T5

Apotek

T6

Apotek

S1

Apotek

S2

Apotek

S3

377,17 303,80 378,80 340,40 222,00 303,13 335,97 364,20 285,37

371,93 338,80 336,20 325,67 433,73 354,93 342,70 220,97 368,40

288,70 338,63 322,43 338,40 393,50 245,30 446,47 243,00 498,93

241,80 283,10 347,23 324,47 388,07 291,50 289,50 216,23 291,80

291,20 361,27 290.90 324,87 201,03 326,93 284,90 235,03 303,63

345,07 371,30 355,27 267,10 589,93 270,30 317,17 182,13 297,90

266,47 414,80 281,33 274,03 350,60 325,60 402,37 277,17 302,83

244,60 324,40 301,33 261,00 170,53 275,53 269,67 532,00 240,93

319,17 318,67 383,10 320,63 265,50 297,77 351,83 507,60 259,17

281,27 334,00 335,03 339,10 283,03 334,70 311,77 325,43 291,63

Keterangan : T : Tebet, S : Setiabudi

Hasil uji keragaman bobot 10 sediaan puyer dinyatakan memenuhi syarat

apabila nilai penerimaan (NP) yang diperoleh kurang dari atau sama dengan L1%

yaitu 15% (Depkes RI, 2014). Jika lebih besar dari L1% maka dilakukan

pengujian pada 20 sediaan tambahan dan dihitung nilai penerimaannya.

Page 49: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA EVALUASI MUTU BOBOT …

34

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 4.2 Nilai Penerimaan 10 bungkus sediaan racikan puyer dari 9 apotek Apotek Nilai Penerimaan Apotek Nilai Penerimaan

T1 60,37 % S1 40,16 %

T2 37,22 % S2 111,27 %

T3 27,81 % S3 86,41 %

T4 49,56 %

T5 94,23 %

T6 48,66 %

Keterangan : T : Tebet, S : Setiabudi

Hasil nilai penerimaan 10 bungkus sediaan racikan dari evaluasi uji

keragaman bobot dari 9 apotek di kecamatan Tebet dan Setiabudi seperti yang

tertera pada tabel 4.2 menunjukan bahwa tidak ada satupun yang memenuhi

persyaratan seperti yang tertera pada Farmakope Indonesia V yaitu nilai

penerimaan L1≤15%.

Tabel 4.3 Keragaman bobot (mg) 30 bungkus sediaan racikan puyer 9 apotek Apotek

T1

Apotek

T2

Apotek

T3

Apotek

T4

Apotek

T5

Apotek

T6

Apotek

S1

Apotek

S2

Apotek

S3

377,17 303,80 378,80 340,40 222,00 303,13 335,97 364,20 285,37

371,93 338,80 336,20 325,67 433,73 354,93 342,70 220,97 368,40

288,70 338,63 322,43 338,40 393,50 245,30 446,47 243,00 498,93

241,80 283,10 347,23 324,47 388,07 291,50 289,50 216,23 291,80

291,20 361,27 290,90 324,87 201,03 326,93 284,90 235,03 303,63

345,07 371,30 335,27 267,10 589,93 270,30 317,17 182,13 297,90

266,47 414,80 281,33 274,03 350,60 325,60 402,37 277,17 302,83

244,60 324,40 301,33 261,00 170,53 275,53 269,67 532,00 240,93

319,17 318,67 383,10 320,63 265,50 297,77 351,83 507,60 259,17

281,27 334,00 335,03 339,10 283,03 334,70 311,77 325,43 291,63

261,20 368,03 294,33 328,50 246,60 301,30 381,43 290,60 422,33

381,27 312,03 267,67 358,47 176,93 139,43 294,00 327,57 287,73

362,27 287,23 313,60 357,40 217,23 206,63 367,07 318,40 359,50

316,70 229,87 256,90 360,83 424,93 242,20 324,27 294,00 284,73

315,53 341,27 307,07 323,50 255,77 276,30 307,60 169,90 386,53

297,40 344,93 359,63 391,67 394,50 275,40 266,73 403,90 415,40

343,60 269,10 307,63 319,23 422,10 321,60 389,03 169,40 407,23

278,80 323,63 348,93 336,70 213,83 343,07 361,20 382,13 428,23

311,40 308,60 301,30 348,00 241,03 265,37 344,53 218,80 346,00

250,60 293,57 367,60 428,97 226,80 303,10 371,20 414,93 436,63

330,00 296,10 288,93 320,37 256,10 328,13 376,73 222,47 330,50

303,10 292,83 315,17 374,60 236,30 316,53 361,30 283,20 303,97

267,03 234,30 308,70 324,03 233,53 274,00 304,87 385,87 397,83

346,47 267,83 304,27 332,10 259,90 293,17 319,60 274,63 316,90

364,63 329,50 236,97 309,77 204,30 299,50 373,07 213,73 330,60

322,80 304,40 329,50 335,43 217,07 327,40 340,20 261,10 270,73

318,90 283,73 276,17 417,60 202,93 255,00 326,10 273,90 335,67

314,40 322,07 313,80 355,53 222,83 308,20 274,23 239,43 288,37

330,10 346,83 342,90 370,90 260,57 263,37 273,70 306,10 346,97

274,57 320,93 347,40 342,60 396,47 216,30 331,33 284,90 337,00

Keterangan : T : Tebet, S : Setiabudi

Karena hasil nilai penerimaan dari 10 bungkus sediaan racikan

parasetamol tidak memenuhi persyaratan maka dilakukan uji untuk 20 bungkus

Page 50: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA EVALUASI MUTU BOBOT …

35

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

sediaan racikan parasetamol tambahan sehingga jumlah sampel berjumlah 30.

Bobot 30 puyer tertera pada tabel 4.3. Hasil dikatakan memenuhi syarat apabila

nilai penerimaan akhir dari 30 sediaan bungkus puyer lebih kecil atau sama

dengan L1 (15,0%) dan tidak ada satupun unit sediaan yang kurang dari [1-

(0,01)(L2)]M atau tidak ada satupun unit yang lebih dari [1+ (0,01)(L2)]M.

Kecuali dinyatakan lain L2 adalah 25,0. Hasil perhitungan nilai penerimaan 30

bungkus sediaan racikan puyer dari 9 apotek dapat dilihat pada tabel 4.4.

Tabel 4.4 Nilai penerimaan 30 bungkus sediaan racikan puyer 9 apotek Apotek Nilai Penerimaan Apotek Nilai Penerimaan

T1 47,38 % S1 26,95 %

T2 36,03 % S2 77,59 %

T3 25,20 % S3 67,02 %

T4 47,19 %

T5 34,66 %

T6 53,85 %

Keterangan : T : Tebet, S : Setiabudi

Berdasarkan hasil penerimaan dari 30 bungkus sediaan racikan puyer dari

9 apotek seperti yang tertera pada tabel 4.4 bahwa tidak ada satupun yang

memenuhi persayaratan keragamaan bobot yaitu nilai penerimaan kurang atau

sama dengan L1%, dimana L1% adalah 15,0.

Bentuk sediaan puyer memungkinkan terjadinya variasi dalam bobot dan

kandungan puyer terkait keterbatasan dalam kemampuan pengamatan secara

visual, ketelitian, ketrampilan, serta waktu dalam menyiapkan suatu sediaan

puyer. Pembuatan sediaan racikan puyer diawali dengan pengecilan ukuran

partikel dengan cara penggerusan menggunakan lumpang alu atau blender.

Ketidaktepatan pada sediaan puyer dapat terjadi ketika proses pembuatannya yang

dapat menyebabkan sebagian obat tertinggal pada wadah yang digunakan untuk

menggerus, juga pada pembungkus yang digunakan (Soepardi dan Koesnandar,

2009). Pada hasil pengisian kuesioner diketahui bahwa 7 dari 9 apotek (77,8%)

memilih menggunakan lumpang alu sebagai alat untuk peracikan sediaan puyer

dan 2 apotek lainnya (22,2%) memilih menggunakan blender sebagai alat

peracikan. Lumpang alu merupakan alat yang penggerusan yang tercantum pada

FDA (2005).

Penggunaan lumpang yang memiliki rongga pada permukaannya

menyebabkan terdapat obat tertinggal di dalam wadah dan memerlukan waktu

Page 51: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA EVALUASI MUTU BOBOT …

36

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

yang lebih lama untuk penggerusan (Maharani, et, al., 2013). Namun, hal ini dapat

diatasi dengan menggunakaan coating sebelum melakukan penggerusan pada

lumpang dengan menggunakan bahan yang bersifat indiferen untuk mencegah

sebagian obat masuk ke dalam pori lumpang (Maharani, et, al., 2013).

Penggunaan blender sebagai alat peracikan dapat mempersingkat waktu

pembuatan sediaan racikan puyer namun,belnder memiliki bagian yang terbuat

dari logam besi yang dapat meneybabkan potensi bereaksinya sebagian bahan

obat dengan dengan logam besi selain itu, blender memiliki bagian-bagian yang

sulit dijangkau dan menyebabkan obat dapat tertinggal dan menyebabkan

berkurangnya bobot obat (Chaliks, 2017).

Keterampilan personel pembuatan sediaan racikan puyer juga dapat

mempengaruhi hasil keragaman bobot. Variasi bobot dari sediaan pulveres dapat

disebabkan oleh kurangnya homogenitas dan kehalusan serbuk yang dibuat.

Untuk itu sangat diperlukan profesionalitas yang tinggi yaitu berupa ketelitian dan

kecermatan tenaga farmasi dalam membuat sediaan pulveres (Helni, 2014).

Berdasarkan hasil pengisian kuesioner oleh pihak apotek diketahui bahwa sebayak

6 dari 9 apotek (66,7%) pembuatan sediaan puyer racikan lebih banyak dikerjakan

oleh tenaga teknis kefarmasian dan 3 apotek (33,3%) lainnya pembuatan sediaan

puyer racikan selalu dikerjakan oleh tenaga teknis kefarmasian. Maka dari itu

pentingnya apoteker dan tenaga teknis kefarmasian untuk menerima orientasi

yang tepat, seperti pelatihan dan penilaian keterampilan (National Association of

Pharmacy Regulatory Authorities, 2018).

4. 2. Uji Keseragaman Kadar

4.2.1. Penentuan Panjang Gelombang

Uji keseragaman kadar diawali dengan penentuan panjang gelombang

maksimum dari standar Parasetamol BPFI dan tablet Panadol (500mg

Parasetamol). Secara teoritis serapan maksimum untuk parasetamol adalah 244

nm (Tulandi, et,al., 2015). Penentuan panjang gelombang maksimum ini

digunakan untuk mengetahui pada serapan berapa zat yang dibaca oleh

spektrofotometer UV secara optimum. Pada penentuan panjang gelombang

maksimun baik untuk Parasetamol BPFI dan Panadol digunakan campuran pelarut

Page 52: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA EVALUASI MUTU BOBOT …

37

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

methanol-air 1:3. Panjang gelombang yang didapat adalah 244 nm hal ini sesuai

dengan panjang gelombang yang tertera dalam Farmakope Indonesia V.

a. Panjang Gelombang Parasetamol BPFI

b. Panjang Gelombang Panadol

Gambar 4.1 Spektrum Panjang Gelombang

4.2.2. Pembuatan Kurva Kalibrasi

Pembuatan kurva kalibrasi Parasetamol BPFI dan tablet Panadol diawali

dengan pembuatan seri konentrasi 2, 4, 6, 8, 10, dan 12 ppm dan diperoleh

persamaan garis. Kurva kalibrasi Parasetamol BPFI memiliki persamaan garis

y=0,06x+0,0658 dengan koefisien korelasi (r) = 0,9997. Kurva kalibrasi tablet

Panadol memiliki persamaan garis y=0,0678x+0,0284 dengan koefisien korelasi

(r)=0,9999. Koefisien korelasi adalah nilai yang menunjukan kuat/tidaknya

hubungan linier antar dua variable, sehingga dapat terlihat semakin linier suatu

244 nm

244 nm

Page 53: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA EVALUASI MUTU BOBOT …

38

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

persaamaan garis maka akan menunjukkan nilain yang semakin baik. Koefisien

korelasi yang didapat memenuhi persyaratan sebesar (r) = 0,99 (Watson, 2009).

Gambar 4.2 Kurva Kalibrasi Parasetamol Standar BPFI

Gambar 4.3 Kurva Kalibrasi Tablet Panadol

4.2.3. Batas Limit Deteksi (LOD) dan Batas Limit Kuantisasi (LOQ)

Limit Deteksi (LOD) adalah konsentrasi atau jumlah terkecil/terendah dari

analit dalam sampel yang dapat terdeteksi. Limit Kuantisasi (LOQ) adalah

konsentrasi atau jumlah terendah dari analit yang masih dapat ditentukan dan

memenuhi kriteria akurasi dan presisi (Torowat dan Banawa SW, 2014).

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan alat Spektrofotometer UV-

Vis dalam mendeteksi analit sampel dengan jumlah sampel terkecil/terendah yang

masih dapat/mampu analisis. Berdasarkan hasil perhitungan Parasetamol BPFI

memiliki limit deteksi (LOD) 0,2075 ppm dan limit kuantisasi (LOQ) 0,6916

y = 0.06x + 0.0658 R² = 0.9997

0

0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

0.6

0.7

0.8

0.9

0 2 4 6 8 10 12 14

Ab

sorb

ansi

Konsentrasi (ppm)

y = 0.0678x + 0.0284 R² = 0.9999

0

0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

0.6

0.7

0.8

0.9

0 2 4 6 8 10 12 14

Ab

sorb

ansi

Konsentrasi (ppm)

Page 54: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA EVALUASI MUTU BOBOT …

39

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

ppm. Tablet Panadol memiliki limit deteksi (LOD) 0,1411 ppm dan limit

kuantisasi (LOQ) 0,1411 ppm. Hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel 4.5.

Tabel 4.5 Hasil limit deteksi (LOD) dan limit kuantisasi (LOQ) Parasetamol BPFI Σ(y-y‟)

2 6,888 x 10

-5

S(y/x) 0,0042

LOD 0,2075 ppm

LOQ 0,6916 ppm

Tabel 4.6 Hasil limit deteksi (LOD) dan limit kuantisasi (LOQ) tablet Panadol Σ(y-y‟)

2 4,067 x 10

-5

S(y/x) 0,0032

LOD 0,1411 ppm

LOQ 0,4703 ppm

4.2.4. Uji Kecermatan (Akurasi) dan Keseksamaan (Presisi)

Uji kecermatan (akurasi) dinyatakan sebagai persen perolehan kembali

(recovery) analit yang ditambahkan, sementara uji keseksamaan (presisi) adalah

kedekatan hasil pengukuran dari pengulangan konsentrasi yang sama. Presisi

dinyatakan dalam nilai coeffisient of variation (CV) (Riyanto, 2014). Uji akurasi

dan presisi terhadap tablet Panadol dilakukan pada konsentrasi 80%, 100%, dan

120% dari kadar Parasetamol di dalam tablet. Pengujian dilakukan 3 hari, setiap

konsentrasi dibuat 6 kali. Syarat uji kecermatan yaitu hasil persen perolehan

kembali (recovery) pada rentang 80-110% (Gonzales and Herrador, 2007). Hasil

uji presisi dikatakan memenuhi syarat apabila nilai persen koefisien variasinya

≤2% (Harmita, 2004). Hasil perhitungan uji akurasi dan presisi dapat dilihat pada

tabel 4.7.

Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Uji Akurasi dan Presisi Hari

Ke-

Konsentrasi

(%)

Rata-Rata UPK ± SD

(%)

Syarat

%UPK KV (%)

Syarat

%KV

1

80 84,952 ± 0,961

80-110%

(Gonzales

and Herrador,

2007)

1,132

≤2%

(Harmita,

2004)

100 81,572 ± 0,576 0,707

120 81,046 ± 1,152 1,422

2

80 86,110 ± 0,789 0,917

100 83,367 ± 0,522 0,627

120 80,678 ± 0,456 0,566

3

80 85,710 ± 0,539 0,629

100 82,099 ± 0,654 0,798

120 81,369 ± 1,151 1,415 Keterangan :

UPK : Uji Perolehan Kembali

SD : Standar Deviasi

KV : Koefisien Variasi

Page 55: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA EVALUASI MUTU BOBOT …

40

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4.2.5. Uji Keseragaman Kadar Sampel

Uji keseragaman kadar sampel sediaan dilakukan terhadap 10 sampel

sediaan puyer dari setiap apotek dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis.

Jumlah zat aktif Parasetamol yang diminta di dalam resep adalah 250 mg. Hasil

uji keseragaman kadar dari 9 apotek dapat dilihat pada tabel 4.8.

Tabel 4.8 Kadar (mg) 10 Bungkus Puyer dari 9 Apotek Apotek

T1

Apotek

T2

Apotek

T3

Apotek

T4

Apotek

T5

Apotek

T6

Apotek

S1

Apotek

S2

Apotek

S3

243,068 205,457 270,354 192,920 153,097 187,758 220,452 256,342 145,723

238,643 214,307 255,113 175,959 289,528 226,844 227,581 156,785 195,870

184,071 226,106 238,397 190,708 322,960 151,622 398,818 176,205 270,354

147,935 187,758 261,013 187,021 281,416 185,546 183,088 142,527 168,584

173,009 224,631 206,686 189,971 160,472 210,619 192,429 144,248 172,271

242,330 241,593 257,571 172,271 423,746 167,109 226,844 121,141 156,047

177,434 260,029 188,004 175,221 267,404 197,345 388,102 163,668 168,584

156,785 212,094 203,736 172,271 139,823 172,271 179,154 326,155 148,024

187,021 203,982 268,142 184,808 167,355 187,266 213,569 322,468 139,823

173,746 210,619 244,297 187,021 220,206 223,894 202,999 245,526 149,410

Keterangan : Tidak memenuhi syarat rentang kadar Farmakope Indonesia V

Memenuhi syarat rentang kadar Farmakope Indonesia V

T : Tebet, S : Setiabudi

Menurut Farmakope Indonesia V, sediaan Parasetamol harus mengandung

zat aktif tidak kurang dari 90% dan tidak lebih dari 110%. Berdasarkan

kandungan zat aktif Parasetamol yang diminta pada resep yaitu 250 mg maka

rentang 90-110% merupakan 225-275 mg dapat dilihat pada tabel 4.8 bahwa

banyak dari hasil kadar yang tidak masuk kedalam rentang tersebut. Syarat untuk

keseragaman kadar menurut Farmakope Indonesia V yaitu hasil uji keseragaman

kadar memiliki nilai penerimaan dari 10 unit sediaan kurang atau sama dengan

L1%, dimana L1% adalah 15,0. Hasil perhitungan nilai penerimaan 10 unit

sediaan, keseluruhan dari 9 apotek tidak ada yang memenuhi syarat nilai

penerimaan keseragaman kadar menurut Farmakope Indonesia V. Nilai

Penerimaan dari 9 sampel apotek dapat dilihat pada tabel 4.9.

Tabel 4.9 Nilai Penerimaan Keseragaman Kadar 10 bungkus puyer 9 Apotek Apotek Nilai Penerimaan Apotek Nilai Penerimaan

T1 55,840 % S1 79,926 %

T2 30,763 % S2 89,438 %

T3 31,096 % S3 69,414 %

T4 33,093 %

T5 89,141 %

T6 45,425 %

Keterangan : T : Tebet

S : Setiabudi

Page 56: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA EVALUASI MUTU BOBOT …

41

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Menurut Drug Information Handbook dosis untuk anak umur 4-5 tahun

240 mg. Dosis parasetamol yang direkomendasikan untuk anak-anak dengan usia

<12 tahun yaitu 10-15 mg/kg setiap 4-6 jam sampai dengan 75 mg/kg/hari

dengan dosis 150 mg/kg/dosis atau lebih sebagai dosis yang berpotensi

menyebabkan hepatotoksisitas pada anak (James, Sullivan, and Roberts, 2011).

Anak perempuan usia 5 tahun biasanya memiliki berat badan ideal berkisar

diantara 14 kg – 24,9 kg (Kementrian Kesehatan, 2011). Apabila dilihat dari tabel

keragaman bobot pada 10 unit puyer dari 9 sampel apotek, maka tidak ada kadar

yang melebihi kadar yang disarankan untuk pemberian kepada anak umur 5 tahun

dan masih aman digunakan.

4. 3. Hasil Data Kuesioner

Analisis data dilakukan berdasarkan pengisian kuesioner yang dilakukan

oleh pihak apotek. Dari data kuesioner beberapa data yang diamati berupa jumlah

resep racikan yang dilayani per hari, jumlah resep yang dilayani per hari, personel

yang melakukan peracikan sediaan puyer di apotek, jumlah tenaga teknis

kefarmasian yang bekerja di apotek, alat yang digunakan dalam peracikan sediaan

puyer di apotek, jumlah alat peracikan sediaan puyer yang ada di apotek, jenis

kemasan primer yang digunakan, jenis pembungkus sekunder yang digunakan,

adanya standar operasional untuk peracikan resep puyer pada apotek, dan adanya

pelatihan peracikan obat untuk pegawai baru di apotek. Hasil dari jawaban

kuesioner dapat dilihat pada table 4.10.

Tabel 4.10 Data Pengisian Kuesioner dari 9 Apotek

Kode

Jumlah

Resep

Racikan

Jumlah

Resep/hari

Personel

Peracik

Jumlah

TTK

Alat

Peracik

Jumlah

Alat

Peracik

T1 1 - 15 16 – 29 LBTTK 1 LA 3

T2 1 – 15 16 – 29 LBTTK 2 LA 4

T3 16 - 29 30 – 39 STTK 3 LA 3

T4 16 - 29 30 – 39 STTK >4 Blender 2

T5 1 - 15 30 – 39 LBTTK 2 LA 2

T6 16 - 29 30 – 39 LBTTK 3 LA 4

S1 1 - 15 16 – 29 STTK 4 LA 4

S2 1 - 15 16 – 29 LBTTK 2 LA 4

S3 1 - 15 16 – 29 LBTTK 3 Blender 2

Keterangan

TTK : Tenaga Teknis Kefarmasian LA : Lumpang Alu

LBTTK : Lebih Banyak Tenaga Teknis Kefarmasian T : Tebet

STTK : Selalu Tenaga Teknis Kefarmasian S : Setiabudi

Page 57: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA EVALUASI MUTU BOBOT …

42

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 4.10 Data Pengisian Kuesioner dari 9 Apotek (lanjutan)

Kode Pembungkus Primer Kemasan Sekunder Standar Operasional

Peracikan

T1 Manual Klip Ada

T2 Manual Pot Ada

T3 Otomatis Klip Ada

T4 Manual Pot Ada

T5 Manual Klip Ada

T6 Otomatis Klip Ada

S1 Manual Klip Ada

S2 Manual Klip Ada

S3 Otomatis Klip Ada

Keterangan : T : Tebet, S : Setiabudi

Jumlah resep racikan yang dilayani oleh apotek dalam sehari sebagian

besar diantaranya yaitu sebanyak 6 apotek (66,7%) menerima 1-15 resep racikan

perhari dan 3 apotek (33,3%) menerima 16-29 resep racikan perhari. Hasil data

kuesioner menunjukan bahwa 5 apotek (55,6%) melayani 16-29 resep per hari dan

4 apotek lainnya (44,4%) melayani 30-39 resep racikan perhari. Banyaknya

jumlah resep dan resep racikan perhari dapat mempengaruhi lamanya waktu

pelayanan resep dan beban kerja tenaga kefarmasian di apotek. Peningkatan beban

kerja dapat mempengaruhi hasil kualitas dan penyerahan obat kepada pasien.

Peningkatan beban kerja ini dapat menimbulkan adanya medication error pada

pelayanan serta peracikan resep.

Personil yang melakukan peracikan sediaan puyer di apotek sebagian

besar dilakukan oleh tenaga teknis kefarmasian. Sebanyak 6 apotek (66,7%)

menjawab lebih banyak dilakukan oleh tenaga teknis kefarmasian dan sisanya

sebanyak 3 apotek (33,3%) menjawab bahwa peracikan sediaan puyer seluruhnya

dilakukan oleh tenaga teknis kefarmasian. Jumlah tenaga teknis kefarmasian yang

bekerja di apotek berdasarkan hasil pengisisan kuesioner sebanyak 1 apotek

(11,1%) memiliki 1 tenaga teknis kefarmasian, 3 apotek (33,3%) memiliki 2

tenaga teknis kefarmasian, 3 apotek (33,3%) memiliki 3 tenaga teknis

kefarmasian, 1 apotek (11,1%) memiliki 4 tenaga teknis kefarmasian, dan 1

apotek (11,1%) memiliki >4 tenaga teknis kefarmasian. Keterampilan dan

ketelitian personil peracik merupakan salah satu yang mempengaruhi keragaman

bobot pada sediaan racikan, karena pembagian pada puyer hanya berdasarkan

visual maka harus dilakukan penilaian dan pelatihan terhadap keterampilan

peracikan pada personel peracik di apotek. Standar operasional merupakan

Page 58: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA EVALUASI MUTU BOBOT …

43

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

pedoman atau acuan dalam melaksanakan pembuatan sediaan racikan, mulai dari

penggerusan sampai pengemasan sediaan racikan. Seluruh sampel dari 9 apotek

(100%) mengatakan bahwa terdapat standar operasional peracikan di apotek untuk

setiap tahapan peracikan sediaan.

Alat peracikan yang digunakan dapat menggunakan lumping alu maupun

blender. Berdasarkan hasil jawaban kuesioner sebanyak 7 apotek (77,8%)

memilih lumping alu sebagai alat peracikan yang dipakai saat meracik sediaan

racikan puyer dan sisanya sebanyak 2 apotek (22,2%) memilih menggunakan

blender sebagai alat yang digunakan untuk meracik sediaan racikan puyer.

Penggunaan blender dapat mempercepat proses penggerusan dibandingkan

penggerusan menggunakan lumpang alu namun, penggunaan lumpang alu lebih

mudah dibersihkan dibandingkan dengan penggunaan blender. Berdasarkan hasil

pengisian kuesioner jumlah alat peracikan yang digunakan sebanyak 3 apotek

(33,3%) memiliki 2 alat peracik, 2 apotek (22,2%) memiliki 3 alat peracik, dan 4

(44,4%) apotek memiliki 4 alat peracik. Penggunaan lebih dari 1 alat peracik

memumungkinkan pengurangan waktu pelayanan sediaan obat racikan karena

dapat melakukan beberapa peracikan obat oleh beberapa petugas secara

bersamaan dan meminimalisir kontaminasi bahan obat dengan bahan obat lainnya

yang digunakan pada peracikan sebelumnya.

Pembungkus primer sediaan racikan puyer dapat berupa perkamen manual

atau dengan menggunakan pembungkus otomatis. Dari hasil jawaban kuesioner

sebanyak 6 apotek (66,7%) menggunakan perkamen manual sebagai pembungkus

primer dan 3 apotek lainnya (33,3%) menggunakan pembungkus otomatis.

Keragaman bobot puyer dapat dipengaruhi oleh tertinggalnya sebagian puyer pada

pembungkus puyer yang digunakan. Penggunaan pembungkus otomatis untuk

sediaan racikan puyer dapat mengurangi waktu pembungkusan sediaan puyer.

Pembungkus otomatis juga dapat mengurangi resiko adanya puyer yang keluar

dari pembungkus primer karena lebih rapat dan tidak mudah rusak, penggunaan

perkamen manual memungkinkan adanya serbuk puyer yang dikeluar dari celah

lipatan perkamen yang tidak rapat.

Berdasarkan hasil jawaban kuesioner sebanyak 7 apotek (77,8%) memilih

menggunakan plastik klip sebagai kemasan sekunder dan 2 apotek lainnya

Page 59: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA EVALUASI MUTU BOBOT …

44

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(22,2%) memilih menggunakan pot sebagai kemasan sekunder. Penggunaan pot

plastik sebagai kemasan sekunder lebih awet untuk penyimpanan jangka panjang

sedangkan penggunaan kemasan plastik klip dapat memungkinkan penutupan

yang tidak rata dan mudah sobek.

Page 60: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA EVALUASI MUTU BOBOT …

45 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB V

KESIMPULAN

5. 1 Kesimpulan

1. Berdasarkan hasil penelitian terhadap apotek di Kecamatan Tebet dan

Kecamatan Setiabudi tidak ada yang memenuhi mutu keseragaman

sediaan puyer Farmakope Indonesia V.

2. Berdasarkan hasil yang di dapat dari penelitian ini sediaan racikan

puyer dari 9 apotek di Kecamatan Tebet dan Setiabudi tidak ada yang

memenuhi syarat keragaman bobot Farmakope Indonesia V.

3. Berdasarkan hasil penelitian ini sediaan racikan puyer dari 9 apotek di

Kecamatan Tebet dan Setiabudi tidak ada yang memenuhi persyaratan

keseragaman kadar Farmakope Indonesia V.

5. 2 Saran

Sebaiknya dilakukan penebusan resep lebih dari satu kali dan dilakukan

penelitian lebih lanjut mengenai keragaman bobot dan keseragaman sediaan

terhadap apotek yang berada di wilayah kecamatan Tebet dan kecamatan

Setiabudi.

Page 61: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA EVALUASI MUTU BOBOT …

46 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR PUSTAKA

Afdhilati, Risyda. 2018. Evaluasi Mutu Bobot Dan Kadar Sediaan Racikan Puyer

Apotek Di Dua Kecamatan Kota Jakarta Selatan. Skripsi. Fakultas Ilmu

Kesehatan. UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta

Allen, LV. 2003. Contemporary Pharmaceutical Compounding, The Annals of

Pharmacotherapy.

Alvionita, Yetika. 2018. Evaluasi Mutu Bobot dan Kadar Sediaan Serbuk Racikan

Apotek di Kecamatan Ciputat Timur. Skripsi. Fakultas Ilmu Kesehatan.

UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta.

American Pharmacists Association .2009. Drug Information Handbook 17th

edition. Ohio : Lexi-Comp.

Anief, Muhammad. 1997. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta : UGM Press.

Anief, Moh. 2010. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta : UGM Press.

Anonim. 2014. MRS Guidelines for mystery Shopping Research. London :

Company Limited by guarantee.

Arif, Sumantri. 2011. Metode Penelitian Kesehatan Edisi Pertama. Jakarta :

Kencana.

Arum, Galih Awis Sekar. 2009. Kualitas Pelayanan Peracikan dan Analisis

Cemaran Kimia Puyer Amoksisilin dan Parasetamol di Beberapa Apotek

di Jakarta. Skripsi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Indonesia. Depok.

BPOM. 2015. Materi Edukasi Tentang Peduli Obat dan Pangan Aman. Jakarta :

Badan Pengawas Obat dan Makanan.

BPS. 2018. Kecamatan Setiabudi dalam Angka 2018. Badan Pusat Statistik Kota

Administrasi Jakarta Selatan.

BPS. 2018. Kecamatan Tebet dalam Angka 2018. Badan Pusat Statistik Kota

Administrasi Jakarta Selatan.

Chaliks, Raimundus, Rusli dan Nurul Hasanah. 2017. Identification Medication

Error Compounding pada Pasien Rawat Jalan di RSUD Labuang Baji

Makasar. Media Farmasi Indonesia. Vol.XIII No.2.

Darsono Lusiana. 2002. Diagnosis dan Terapi Intoksikasi Salisilat dan

Parasetamol. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Vol. 2. No. 1.

Depkes RI. 2014. Farmakope Indonesia, edisi ke 5. Jakarta : Direktorat jendral

pengawasan obat dan makanan departemen RI.

FDA. 2005. Employee Health and Personal Hygiene Handbook. USA : Food and

Drug Administration.

Gandjar, Ibnu Gholib dan Abdul Rohman. 2015. Soektroskopi molekuler untuk

analisis farmasi. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Gonzales, Gustavo and M. Angeles Herrador. 2007. A Practical Guide to

Analitycal Method Validation, Including Measurement Uncertainty and

Accuracy Profiles. TrAC Trends in Analytical Chemistry. Vol. 26(3):227-

238.

Harmita. 2004. Petunjuk Pelaksanaan Validasi Metode Dan Cara

Perhitungannya. Majalah Ilmu Kefarmasian. 117(33), 117–135.

Harmita. 2006. Analisa Fisikokimia. Jakarta: UI-Press.

Page 62: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA EVALUASI MUTU BOBOT …

47

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Helni. 2014. Studi Keragaman bobot Sediaan Pulveres yang Dibuat Apotek

diKota Jambi. Skripsi. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Jambi Kampus Pinang Masak, Mendalo. Jambi

IAI Kab Bandung. 2013. Pedoman Praktik Apoteker Indonesia. Di download dari

https://www.iaikabbandung.net/download-attachment/1456/. Pada tanggal

4 Februari 2019.

James, Laura, Janice E Sullivan, and Dean Roberts. 2011. The Proper Use of

Acetaminophen. Narrative Review. Paediatr Child Health (16). Pulsus

Group Inc.

Kementrian Kesehatan RI. 2009. Peraturan pemerintah Republik Indonesia

nomor 51 tahun 2009 tentang pekerjaan kefarmasian.

Kementrian Kesehatan RI. 2011. Buku SK Antropometri-2010. Departemen

Kesehatan Republik Indonesia. Diakses dari http://gizi.depkes.go.id/wp-

content/uploads/2011/buku-sk-antropometri-2010.pdf pada 17 November

2019.

Kementrian Kesehatan RI. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor 7 3 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan

Kefarmasian.

Kementrian Kesehatan RI. 2017. Peraturan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor 9 Tahun 2017 tentang Apotek.

Maharani, A.A.S.N, Pratama K.M., Niruri R., Dewantara I.G.N.A., Wati K.D.K.,

dan Wiradotama. 2013. Pengaruh Metode Pembagian Visual Dengan Dan

Tanpa Coating Terhadap Keragaman bobot Puyer Isoniazid Dosis Besar

Untuk Terapi Anak Dengan Hiv/Aids-Tb. Jurnal Farmasi Udayana. Vol.

2 No. 3.

Marriott, John, Keith Wilson, Langley, Christopher A. and Dawn Balcher. 2010.

Pharmaceutical Compounding and Dispensing. Great Britain :

Pharmaceutical Press.

NAPRA. 2018. Guidence Document Non-Sterile Preparation. Ottowa : National

Association of Pharmacy Regulatory Authorities.

Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Riyanto. 2014. Validasi dan Verifikasi. Yogyakarta : Deepublish.

Soedibyo, Soepardi dan Effie Koesnandar. 2009. Pengetahuan Orang Tua

Mengenai Obat Puyer di Poliklinik Umum Departemen Ilmu Kesehatan

Anak FKUI-RSCM. Jurnal Sari Pediatri. Vol. 10 (6).

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta.

Suhartati, Tati. 2017. Dasar-Dasar Spektrofotometri Uv-Vis dan Spektrometri

Massa Untuk Penentuan Struktur Senyawa Organik. Bandar Lampung :

Penerbit Aura.

Surantaatmadja, Slamet Ibrahim. 2009. Peran Analisis Farmasi dalam

Penjaminan dan Pengawasan Kualitas Obat. Bandung : Institut Teknologi

Bandung.

Torowati dan Banawa Sri Galuh. 2014. Penentuan Nilai Limit Deteksi dan

Kuantisasi Alat Titrasi Potensiometer Untuk Analisis Uranium. Serpong :

Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir Kawasan Puspiptek.

Tulandi, Grace Pricilia, Sri Sudewi, dan Widya Astuti Lolo. 2015. Validasi

Metode Analisis untuk Penetapan Kadar Parasetamol dalam Sediaan

Page 63: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA EVALUASI MUTU BOBOT …

48

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tablet Secara Spektrofotometri Ultraviolet. Jurnal Ilmiah Farmasi. Vol. 4

No. 2.

USP. 2007. United States of Pharmacopeia XXX. Rockville : The USP

Convention Inc.

Virginia, Dita Maria. 2014. Peresepan Sediaan Racikan Pada Pasien Anak di

Bangsal Rawat Inap. Yogyakarta : Universitas Sanata Dharma.

Warono, Dwi dan Syamsudin. 2013. Unjuk Kerja Spektrofotometer Untuk

Analisa Zat Aktif Ketoprofen. Jurnal Konversi. Vol. 2 No. 2.

Watson, David G. 2009. Analisis Farmasi : Buku Ajar Untuk Mahasiswa Farmasi

dan Praktisi Kimia Farmasi, Edisi 2. Jakarta : EGC.

Widyaningsih, Wahyu. 2018. Pendalaman Materi Farmasi, Modul 001:

Pelayanan Resep. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Kementerian

Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi.

Widyaswari, Ria. 2012. Evaluasi Profil Peresepan Obat Racikan dan

Ketersediaan Formula Obat Untuk Anak di Puskesmas Profinsi DIY.

Majalah Farmasetik Vol. 8 No. 3. Fakultas Farmasi Universitas Gadjah

Mada. Yogyakarta.

Wiedyaningsih, C; Oetari, RA. 2004. Tinjauan terhadap bentuk sediaan obat :

kajian resepresep di apotek kotamadya. Majalah Farmasi Indonesia.

Yogyakarta.

Yuliana, Ririn. 2018. Evaluasi Mutu Bobot dan Kadar Sediaan Racikan Puyer

Parasetamol di Apotek Kecamatan Ciputat. Skripsi. UIN Syarif

Hidayatullah. Jakarta.

Yulisa, Gusti Ayna, Yugo Susanto, dan Rony. 2017. Evaluasi Keragaman bobot

Sediaan Pulveres Di Puskesmas Kelayan Timur Banjarmasin. Skripsi.

Faculty of Medicine, Health and Life Sciences Akademi Farmasi ISFI

Banjarmasin. Banjarmasin.

Page 64: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA EVALUASI MUTU BOBOT …

49 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Izin Penelitian

Page 65: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA EVALUASI MUTU BOBOT …

50

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 66: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA EVALUASI MUTU BOBOT …

51

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 2. Surat Izin Pengambilan Data

Page 67: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA EVALUASI MUTU BOBOT …

52

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 3. Surat Izin Penyebaran Kuesioner di Kecamatan Tebet

Page 68: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA EVALUASI MUTU BOBOT …

53

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 4. Surat Izin Penyebaran Kuesioner di Kecamatan Setiabudi

Page 69: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA EVALUASI MUTU BOBOT …

54

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 5. Resep

Page 70: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA EVALUASI MUTU BOBOT …

55

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 6. Sertifikat Analisis Parasetamol BPFI

Page 71: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA EVALUASI MUTU BOBOT …

56

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 7. Sertifikat Analisis (CoA) Metanol

Page 72: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA EVALUASI MUTU BOBOT …

57

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 73: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA EVALUASI MUTU BOBOT …

58

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 8. Daftar Apotek

Daftar Apotek di Wilayah Kecamatan Tebet

No Nama Apotek Alamat

1. Apotek Bukit Duri Jl. Manggarai Selatan I/7 Kelurahan Bukit Duri

2. Apotek Ka-Farma Jl. Bukit Duri Utara I No. 1, Manggarai Selatan

3. Apotek Nine

Eighteen

Apartemen Casablanca 16-12 tower 2, Manggarai

Selatan

4. Apotek Ovela Royal Palace Block B-34 Jl. Prof. Dr. Soepomo, SH

No. 178A,

5. Apotek Aulia Jl. Casablanka No.24, Menteng Dalam

6. Apotek B‟Young Jl. Prof. Dr. Soepomo, SH No. 178 C Rukan Royal

Palace Block A8, Menteng Dalam

7. Apotek Century

Rasamala Jl. Rasamala No. 47 Rt.007/02, Menteng Dalam

8. Apotek Gloskin Jl. KH. Abd Syafei No. 45 C, Mneteng Dalam

9. Apotek Barkah Jl. Barkah No. 21, Tebet

10. Apotek Erha 21

Kota Kasablanka

Mall Kota Kasablanka Unit UG / 35 Jl. Casablanka

Raya Kav. 68, Menteng Dalam

11. Apotek Farmarin III

Bidakara

Gedung Pusdiklat Bina Sentra Jl. Jendral Gatot

Subroto Kav. 71-73, Menteng Dalam

12. Apotek IRC Royal Palace Jl. Prof. Dr. Soepomo SH, Menteng

Dalam

13. Apotek Century

Cervino Village

Jl. KH. Abdullah Syafei Kav. 27 RT. 18 RW. 01

Tebet Barat

14. Apotek Serunai

Farma Jl. Tebet Barat Raya No. 12A

15. Apotek Eva Mulia Jl. Tebet Barat Dalam Raya No. 89, Tebet Barat

16. Apotek Pearl Medic Apartement Signature Park K03, Jl. MT Haryono

Kav. 22, Tebet Timur

17. Apotek Amanah

Medika Putra Jl. Tebet Raya No. 3, Tebet Timur

18. Apotek Kimia

Farma Tebet Barat

Jl. Prof. Soepomo No. 45 BZ Tebet, RT.14/RW.6,

Tebet Barat, Tebet, Jakarta Selatan

19. Apotek Kimia

Farma Tebet Raya Jl. Tebet Raya No. 17 Tebet, Jakarta Selatan

20. Apotek Expo Jl. Tebet Raya No. 11 H, RT. 20/RW. 1, Tebet Barat,

Tebet, Jakarta Selatan.

21. Apotek k-24 Tebet Jl. Tebet Timur Dalam Raya No. 71 Tebet, Jakarta

Selatan

Page 74: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA EVALUASI MUTU BOBOT …

59

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Daftar Apotek di Wilayah Kecamatan Setiabudi

No Nama Apotek Alamat

1. Apotek Century

Mall Ambasador

Mall Ambasador Lt. Ug - Jl. Prof. Dr. Satrio Kuningan

Kec. Setiabudi, Jakarta Selatan 021- 5762260

2.

Apotek Guardian

Setiabudi Building

I

Jl. Hr Rasuna Said Kav 62 , Karet , Setia Budi

Building I 021- 5201051

3.

Apotek Medika

Plaza Wtc 2

(Klinik)

Jl. Jend. Sudirman. Kav 29 Karet, Kec. Setiabudi 021-

29522611

4. Apotek Guardian

Plaza Festival

Plaza Festival Area Ground Floor, Jln. Hr Rasuna Said

Jakarta Selatan Karet, Kec. Setiabudi (plaza festival)

021-5263207

5.

Apotek Super

Saver Itc

Kuningan

Jl.Prof. Dr. Satrio Itc Kuningan Lantai Semi Dasar F1

Karet Kuningan, Kec. Setiabudi 021-57933971

6. Apotek Century

Patra Jasa

Jl. Gatot Subroto Kav 32-34 Kuningan Timur, Kec.

Setiabudi 021-52892254

7.

Apotek Century

Ciputra World

Jakarta

Jl. Prof. Dr. Satrio Kav. 3 & 5 Lantai Lg, Blok 09,

Lotte Shopping Avenue Ciputra World Karet

Kuningan, Kec. Setiabudi 021-29888956

8. Apotek Century

Graha Energy

Gd. The Energy Scbd Lt Ii A Unit Mezzanine Jl.

Jend.Sudirman Kel. Karet Semanggi Kav. 52-53 Kel.

Senayan 021-52964330

9. Apotek Kuningan Jl. Karet Pedurenan No 29 021-5212724

10. Apotek Medika

Plaza

Menara Kuningan Lt. 5 Jl. Hr. Rasuna Said Blok X-7

Kav-5 (Engga ada )

11. Apotek Setia

Budhi

Jl. Setiabudi Tengah No. 2 RT.1/RW. 1, Kuningan,

Setiabudi, Jakarta Selatan.

Page 75: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA EVALUASI MUTU BOBOT …

60

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 9. Kuesioner untuk Apotek

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI INFORMAN PENELITIAN

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama :

Umur :

No telpon :

Jabatan / nama apotek :

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa setelah mendapatkan penjelasan

penelitian dan memahami informasi yang diberikan oleh peneliti serta mengetahui

tujuan dan manfaat dari penelitian maka dengan ini saya sukarela bersedia

menjadi responden dalam penelitian ini. Demikian pernyataan ini saya buat

dengan sebenar-benarnya dan penuh kesadaran dan tanpa keterpaksaan dari pihak

manapun.

Ciputat,...................................... 2019

Yang menyatakan

(.........................................................)

Page 76: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA EVALUASI MUTU BOBOT …

61

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Yth, Bapak/Ibu Apoteker Ciputat, 2019

Tuliskan jawaban pada tempat yang tersedia dari kegiatan Apotek selama 12

bulan terakhir dengan memberi tanda (√) atau jawaban yang sesuai.

1. Berapa banyak resep racikan yang dilayani rata-rata perhari pada pukul

08.00-16.00wib?

[ ] 1-15 lembar

[ ] 16-29 lembar [ ] 30-39 lembar

[ ] 40-49 lembar [ ] >50 lembar

2. Siapakah yang biasanya melakukan peracikan obat puyer di apotek selama

pukul 08.00-16.00wib?

[ ] Selalu apoteker

[ ] Selalu tenaga teknis kefarmasian (Asisten Apoteker)

[ ] Lebih banyak apoteker

[ ] Lebih banyak tenaga teknis kefarmasian (Asisten Apoteker)

3. Apakah apotek saudara/I terdapat tempat yang terpisah untuk melakukan

peracikan?

[ ] Ya [ ] Tidak

4. Aapakah apotek saudara/I terdaat ruang racik kering/ruang racik basah?

[ ] Ya [ ] Tidak

5. Berapa banyak tenaga teknis kefarmasian (Asisten Apoteker) yang bekerja

di apotek tempat saudara/i bekerja saat ini pada pukul 08.00-16.00wib?

[ ] Tidak ada [ ] 1 orang

[ ] 2 orang [ ] 3 orang

[ ] 4 orang [ ] > 4 orang

6. Alat apa yang dimiliki saudara/i untuk menghaluskan dan mencampurkan

peracikan sediaan puyer di apotek saudara/i bekerja pada pukul 08.00-

16.00wib?

[ ] Blender [ ] Lumpang Alu

[ ] Keduanya

7. Bila keduanya yang mana yang lebih sering digunakan?

[ ] Blender [ ] Lumpang Alu

8. Berapa jumlah lumpang alu yang di miliki apotek tempat saudara/I bekerja

saat ini ?

[ ] 1 lumpang alu [ ] 2 Lumpang Alu

[ ] 3 Lumpang Alu [ ] 4 Lumpang alu

[ ] >4 lumpang alu [ ] Tidak ada

Page 77: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA EVALUASI MUTU BOBOT …

62

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

9. Berapa jumlah blender yang di miliki apotek tempat saudara/I bekerja saat

ini?

[ ] 1 Blender [ ] 2 Blender

[ ] 3Blender [ ] 4 Blender

[ ] >4 Blender [ ] tidak ada

10. Pembungkus puyer jenis apa yang sering digunakan di apotek saudara/i

bekerja saat ini?

[ ] Perkamen manual [ ] Otomatis

11. Pembungkus sekunder jenis apa yang sering digunakan di apotek saudara/I

bekerja saat ini?

[ ]Plastik biasa [ ] Pot

[ ] Plastik klip

12. Cara apakah yang digunakan untuk membersihkan alat ketika pergantian

resep racikan?

[ ] dibersihkan dengan lap/tissue + alcohol

[ ] Dibilas dengan air lalu dikeringkan + alcohol

[ ] Dicuci dengan sabun lalu dikeringkan + alcohol

13. Apakah di apotek saudara ada standar operasional peracikan untuk setiap

tahap?

[ ] Tidak ada [ ] ada

[ ] tidak lengkap

14. Apakah di apotek saudara dilakukan pelatihan peracikan obat untuk

pegawai baru?

[ ] Tidak [ ] Iya

[ ] kadang-kadang

15. Berapa banyak resep rata-rata perhari yang dilayani pada pukul 08.00-

16.00 WIB?

[ ] 1-15 lembar

[ ] 16-29 lembar [ ] 30-39 lembar

[ ] 40-49 lembar [ ] >50 lembar

Terima Kasih atas kerjasama dan kesediaannya mengisi kuesioner ini,

partisipasi Bapak/Ibu sangat kami hargai

Page 78: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA EVALUASI MUTU BOBOT …

63

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 10. Keterangan Keseragaman Sediaan

Variabel Definisi Kondisi Nilai

Rata-rata dari masing-masing kandungan

(X1, X2, …, Xn) yang dinyatakan dalam

persentase dari jumlah yang tertera pada

etiket

X1, X2, …,

Xn

Kandungan masing-masing satuan sediaan

yang diuji, dinyatakan dalam persentase

dari jumlah yang tertera pada etiket

N Jumlah sampel

K Konstanta penerimaan Jika n=10, maka k =

Jika n=30, maka k =

2,4

2,0

S Simpangan baku sampel

SBR Simpangan baku relatif (simpangan baku

contoh yang dinyatakan dalam persentase

rata-rata)

M (kasus 1)

yang

digunakan

jika T≤101,5

Nilai rujukan Jika 98,5≤ ≤101,5

Jika < 98,5

Jika > 101,5

NP = ks

NP = 98,5- +ks

NP = -101,5+ks

M (kasus 2)

yang

digunakan

jika T>101,5

Nilai rujukan Jika 98,5≤ ≤T

Jika < 98,5

Jika > T

NP = ks

NP = 98,5- +ks

NP = -T+ks

Nilai

penerimaan

(NP)

Rumus umum [M-

]+ks

L1 Nilai penerimaan maksimum yang

diperbolehkan

L1 = 15,0 kecuali

dinyatakan lain

pada masing-

masing monografi

L2 Rentang deviasi maksimum dari tiap

satuan sediaan yang diuji dari perhitungan

nilai M

Pada bagian bawah,

tidak ada satupun hasil

satuan sediaan yang

boleh kurang dari [1-

(0,01) (L2)]M dan tidak

ada satupun hasil yang

boleh lebih dari

[1+(0,01)(L2)]M

(berdasarkan nilai

L2=25,0

L2=25,0 kecuali

dinyatakan lain

pada masing

masing monografi

T Nilai kandungan tiap satuan sediaan pada

saat diproduksi, dinyatakan sebagai

persentase dari jumlah yang tertera pada

etiket untuk penggunaan pada farmakope

kecuali dinyatakan lain pada masing-

masing monografi, T adalah 100,0%.

Untuk tujuan produksi, T adalah nilai yang

disetujui oleh industri pada saat produksi

Page 79: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA EVALUASI MUTU BOBOT …

64

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 11. Keragaman Bobot 10 Bungkus Puyer Parasetamol

Keragaman Bobot 10 Bungkus Puyer Parasetamol Apotek T1

No Bobot Bobot (%) (x-x‟)2

1 377,17 124,59 604,46

2 371,93 122,86 522,44

3 288,70 95,36 21,50

4 241,80 79,87 405,16

5 291,20 96,19 14,52

6 345,07 113,98 195,51

7 266,47 88,02 143,54

8 244,60 80,80 368,78

9 319,17 105,43 29,45

10 281,27 92,91 50,30

Bobot rata-rata = 302,74 mg

Bobot rata-rata (%) = 100 %

Simpangan baku sampel = 16,18 %

Nilai Penerimaan (NP) = 60,37 %

Simpangan baku relatif = 5,34 %

Kesimpulan : Tidak memenuhi persyaratan keragaman bobot 10 bungkus puyer

yang tertera pada FI V

Keragaman Bobot 10 Bungkus Puyer Parasetamol Apotek T2

No Bobot Bobot (%) (x-x‟)2

1 303,80 89,65 107,14

2 338,80 99,98 0,00

3 338,63 99,93 0,01

4 283,10 83,54 270,91

5 361,27 106,61 43,65

6 371,30 109,57 91,54

7 414,80 122,40 501,96

8 324,40 95,73 18,25

9 318,67 94,04 35,57

10 334,00 98,56 2,07

Bobot rata-rata = 338,88 mg

Bobot rata-rata (%) = 100 %

Simpangan baku sampel = 10,91 %

Nilai Penerimaan (NP) = 37,22 %

Simpangan baku relatif = 3,22 %

Kesimpulan : Tidak memenuhi persyaratan keragaman bobot 10 bungkus puyer

yang tertera pada FI V

Page 80: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA EVALUASI MUTU BOBOT …

65

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Keragaman Bobot 10 Bungkus Puyer Parasetamol Apotek T3

No Bobot Bobot (%) (x-x‟)2

1 378,80 113,70 187,63

2 336,20 100,91 0,83

3 322,43 96,78 10,37

4 347,23 104,22 17,84

5 290.90 87,31 160,92

6 355,27 106,63 44,02

7 281,33 84,44 242,02

8 301,33 90,45 91,28

9 383,10 114,99 224,66

10 335,03 100,56 0,32

Bobot rata-rata = 333,16 mg

Bobot rata-rata (%) = 100 %

Simpangan baku sampel = 10,43 %

Nilai Penerimaan (NP) = 27,81 %

Simpangan baku relatif = 3,13 %

Kesimpulan : Tidak memenuhi persyaratan keragaman bobot 10 bungkus puyer

yang tertera pada FI V

Keragaman Bobot 10 Bungkus Puyer Parasetamol Apotek T4

No Bobot Bobot (%) (x-x‟)2

1 340,40 109,25 85,64

2 325,67 104,53 20,48

3 338,40 108,61 74,17

4 324,47 104,14 17,14

5 324,87 104,27 18,22

6 267,10 85,73 203,69

7 274,03 87,95 145,12

8 261,00 83,77 263,41

9 320,63 102,91 8,47

10 339,10 104,84 78,09

Bobot rata-rata = 311,57 mg

Bobot rata-rata (%) = 100 %

Simpangan baku sampel = 10,08 %

Nilai Penerimaan (NP) = 49,56 %

Simpangan baku relatif = 3,24 %

Kesimpulan : Tidak memenuhi persyaratan keragaman bobot 10 bungkus puyer

yang tertera pada FI V

Page 81: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA EVALUASI MUTU BOBOT …

66

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Keragaman Bobot 10 Bungkus Puyer Parasetamol Apotek T5

No Bobot Bobot (%) (x-x‟)2

1 222,00 67,31 1068,32

2 433,73 131,52 993,30

3 393,50 119,32 373,15

4 388,07 117,67 312,22

5 201,03 60,96 1524,33

6 589,93 178,88 6222,01

7 350,60 106,31 39,80

8 170,53 51,71 2332,01

9 265,50 80,50 380,06

10 283,03 85,82 201,03

Bobot rata-rata = 329,79 mg

Bobot rata-rata (%) = 100 %

Simpangan baku sampel = 38,65 %

Nilai Penerimaan (NP) = 94,23 %

Simpangan baku relatif = 11,72 %

Kesimpulan : Tidak memenuhi persyaratan keragaman bobot 10 bungkus puyer

yang tertera pada FI V

Keragaman Bobot 10 Bungkus Puyer Parasetamol Apotek T6

No Bobot Bobot (%) (x-x‟)2

1 303,13 100,19 0,03

2 354,93 117,31 299,50

3 245,30 81,07 358,26

4 291,50 96,34 13,39

5 326,93 108,05 64,84

6 270,30 89,33 113,75

7 325,60 107,61 57,93

8 275,53 91,06 79,85

9 297,77 98,41 2,52

10 334,70 110,62 112,76

Bobot rata-rata = 302,57 mg

Bobot rata-rata (%) = 100 %

Simpangan baku sampel = 11,07 %

Nilai Penerimaan (NP) = 48,66 %

Simpangan baku relatif = 3,66 %

Kesimpulan : Tidak memenuhi persyaratan keragaman bobot 10 bungkus puyer

yang tertera pada FI V

Page 82: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA EVALUASI MUTU BOBOT …

67

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Keragaman Bobot 10 Bungkus Puyer Parasetamol Apotek S1

No Bobot Bobot (%) (x-x‟)2

1 335,97 100,22 0,05

2 342,70 102,23 4,96

3 446,47 133,18 1100,97

4 289,50 86,36 186,11

5 284,90 84,99 225,43

6 317,17 94,61 29,04

7 402,37 120,03 401,03

8 269,67 80,44 382,54

9 351,83 104,95 24,52

10 311,77 93,00 49,00

Bobot rata-rata = 335,23 mg

Bobot rata-rata (%) = 100 %

Simpangan baku sampel = 16,34 %

Nilai Penerimaan (NP) = 40,16 %

Simpangan baku relatif = 4,87 %

Kesimpulan : Tidak memenuhi persyaratan keragaman bobot 10 bungkus puyer

yang tertera pada FI V

Keragaman Bobot 10 Bungkus Puyer Parasetamol Apotek S2

No Bobot Bobot (%) (x-x‟)2

1 364,20 117,34 300,72

2 220,97 71,19 829,84

3 243,00 78,29 471,24

4 216,23 69,67 920,03

5 235,03 75,73 589,27

6 182,13 58,68 1707,23

7 277,17 89,30 114,49

8 532,00 171,40 5098,62

9 507,60 163,54 4037,74

10 325,43 104,85 23,53

Bobot rata-rata = 310,38 mg

Bobot rata-rata (%) = 100 %

Simpangan baku sampel = 39,57 %

Nilai Penerimaan (NP) = 111,27 %

Simpangan baku relatif = 12,75 %

Kesimpulan : Tidak memenuhi persyaratan keragaman bobot 10 bungkus puyer

yang tertera pada FI V

Page 83: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA EVALUASI MUTU BOBOT …

68

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Keragaman Bobot 10 Bungkus Puyer Parasetamol Apotek S3

No Bobot Bobot (%) (x-x‟)2

1 285,37 90,86 83,47

2 368,40 117,30 299,37

3 498,93 158,87 3465,16

4 291,80 92,91 50,24

5 303,63 96,68 11,02

6 297,90 94,85 26,48

7 302,83 96,43 12,78

8 240,93 76,72 542,16

9 259,17 82,52 305,50

10 291,63 92,86 50,99

Bobot rata-rata = 314,06 mg

Bobot rata-rata (%) = 100 %

Simpangan baku sampel = 23.21 %

Nilai Penerimaan (NP) = 86,41 %

Simpangan baku relatif = 7,39 %

Kesimpulan : Tidak memenuhi persyaratan keragaman bobot 10 bungkus puyer

yang tertera pada FI V

Contoh Perhitungan (Sampel No. 1 Apotek S3)

a. Bobot % =

x 100% =

= 90,86 %

b. (x-x‟)2 = (90,86 – 100)

2 % = 83.47 %

c. Simpangan baku sampel (s)

= √

= √

= 23,21 %

d. Simpangan baku relatif (SBR)

=

x 100 % =

e. Nilai Penerimaan (NP) (T<101,5 ; x‟ < 98,5 % )

= (98,5 – rata-rata kadar) + (konstanta penerimaan (k) x simpangan baku (s))

= (98,5-67,79) + (2,4 x 23,21) = 86,41 %

Page 84: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA EVALUASI MUTU BOBOT …

69

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 12. Keragaman Bobot 30 Bungkus Puyer Parasetamol

Keragaman Bobot 30 Bungkus Puyer Parasetamol Apotek T1

No Bobot Bobot (%) (x-x‟)2

1 377,17 121,43 459,24

2 371,93 119,75 389,87

3 288,70 92,95 49,73

4 241,80 77,85 490,70

5 291,20 93,75 39,03

6 345,07 111,10 123,10

7 266,47 85,79 201,93

8 244,60 78,75 451,58

9 319,17 102,76 7,60

10 281,27 90,55 89,22

11 261,20 84,09 253,00

12 381,27 122,75 517,56

13 362,27 116,63 276,65

14 316,70 101,96 3,85

15 315,53 101,59 2,52

16 297,40 95,75 18,07

17 343,60 110,62 112,85

18 278,80 89,76 104,85

19 311,40 100,26 0,07

20 250,60 80,68 373,21

21 330,00 106,24 38,99

22 303,10 97,58 5,84

23 267,03 85,97 196,78

24 346,47 111,55 133,31

25 364,63 117,39 302,58

26 322,80 103,93 15,42

27 318,90 102,67 7,13

28 314,40 101,22 1,49

29 330,10 106,28 39,40

30 274,57 88,40 134,62

Bobot rata-rata = 310,60 mg

Bobot rata-rata (%) = 100 %

Simpangan baku sampel = 12,92 %

Nilai Penerimaan (NP) = 47,38 %

Simpangan baku relatif = 4,16 %

Kesimpulan : Tidak memenuhi persyaratan keragaman bobot 30 bungkus puyer

yang tertera pada FI V. Karena Nilai Penerimaan >L1% (15%).

Page 85: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA EVALUASI MUTU BOBOT …

70

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Keragaman Bobot 30 Bungkus Puyer Parasetamol Apotek T2

No Bobot Bobot (%) (x-x‟)2

1 303,80 96,29 13,80

2 338,80 107,38 54,44

3 338,63 107,33 53,67

4 283,10 89,73 105,57

5 361,27 114,50 210,23

6 371,30 117,68 312,55

7 414,80 131,47 990,11

8 324,40 102,81 7,92

9 318,67 101,00 1,00

10 334,00 105,86 34,31

11 368,03 116,64 277,02

12 312,03 98,90 1,22

13 287,23 91,04 80,37

14 229,87 72,85 736,93

15 341,27 108,16 66,59

16 344,93 109,32 86,91

17 269,10 85,29 216,44

18 323,63 102,57 6,61

19 308,60 97,81 4,81

20 293,57 93,04 48,41

21 296,10 93,85 37,88

22 292,83 92,81 51,69

23 234,30 74,26 662,62

24 267,83 84,89 228,41

25 329,50 104,43 19,64

26 304,40 96,48 12,42

27 283,73 89,93 101,49

28 322,07 102,08 4,31

29 346,83 109,92 98,50

30 320,93 101,72 2,94

Bobot rata-rata = 315,52 mg

Bobot rata-rata (%) = 100 %

Simpangan baku sampel = 12,50 %

Nilai Penerimaan (NP) = 36,03 %

Simpangan baku relatif = 3,96 %

Kesimpulan : Tidak memenuhi persyaratan keragaman bobot 30 bungkus puyer

yang tertera pada FI V. Karena Nilai Penerimaan >L1% (15%).

Serta, ada tiga sampel tidak memenuhi persyaratan tidak ada

satupun sediaan kurang dari [1-(0,01)(L2)]M dan tidak ada yang

melebihi [1+(0,01)(L2)]M yaitu 75%-125%.

Page 86: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA EVALUASI MUTU BOBOT …

71

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Keragaman Bobot 30 Bungkus Puyer Parasetamol Apotek T3

No Bobot Bobot (%) (x-x‟)2

1 378,80 119,37 375,14

2 336,20 105,94 35,33

3 322,43 101,61 2,58

4 347,23 109,42 88,76

5 290,90 91,67 69,40

6 335,27 111,95 142,86

7 281,33 88,65 128,72

8 301,33 94,96 25,43

9 383,10 120,72 429,46

10 335,03 105,58 31,10

11 294,33 92,75 52,55

12 267,67 84,35 244,99

13 313,60 98,82 1,39

14 256,90 80,96 362,71

15 307,07 96,76 10,47

16 359,63 113,33 177,65

17 307,63 96,94 9,35

18 348,93 109,96 99,14

19 301,30 94,95 25,54

20 367,60 115,84 250,88

21 288,93 91,05 80,11

22 315,17 99,32 0,47

23 308,70 97,28 7,41

24 304,27 95,88 16,96

25 236,97 74,67 641,43

26 329,50 103,83 14,69

27 276,17 87,03 168,31

28 313,80 98,89 1,24

29 342,90 108,06 64,89

30 347,40 109,47 89,75

Bobot rata-rata = 317,34 mg

Bobot rata-rata (%) = 100 %

Simpangan baku sampel = 11,22 %

Nilai Penerimaan (NP) = 25,20 %

Simpangan baku relatif = 3,53 %

Kesimpulan : Tidak memenuhi persyaratan keragaman bobot 30 bungkus puyer

yang tertera pada FI V. Karena nilai penerimaan >L1% (15%).

Serta, ada satu sampel tidak memenuhi persyaratan tidak ada

satupun sediaan kurang dari [1-(0,01)(L2)]M dan tidak ada yang

melebihi [1+(0,01)(L2)]M yaitu 75%-125%.

Page 87: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA EVALUASI MUTU BOBOT …

72

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Keragaman Bobot 30 Bungkus Puyer Parasetamol Apotek T4

No Bobot Bobot (%) (x-x‟)2

1 340,40 100,59 0,35

2 325,67 96,24 14,15

3 338,40 100,00 0,00

4 324,47 95,88 16,94

5 324,87 96,00 15,98

6 267,10 78,93 443,89

7 274,03 80,98 361,75

8 261,00 77,13 523,10

9 320,63 94,75 27,55

10 339,10 100,21 0,04

11 328,50 97,08 8,55

12 358,47 105,93 35,18

13 357,40 105,62 31,54

14 360,83 106,63 43,97

15 323,50 95,60 19,38

16 391,67 115,74 247,82

17 319,23 94,34 32,07

18 336,70 99,50 0,25

19 348,00 102,84 8,06

20 428,97 126,76 716,36

21 320,37 94,67 28,38

22 374,60 110,70 114,47

23 324,03 95,76 18,01

24 332,10 98,14 3,46

25 309,77 91,54 71,57

26 335,43 99,12 0,77

27 417,60 123,41 547,84

28 355,53 105,06 25,65

29 370,90 109,61 92,26

30 342,60 101,24 1,54

Bobot rata-rata = 338,40 mg

Bobot rata-rata (%) = 100 %

Simpangan baku sampel = 10,91 %

Nilai Penerimaan (NP) = 47,19 %

Simpangan baku relatif = 3,22 %

Kesimpulan : Tidak memenuhi persyaratan keragaman bobot 30 bungkus puyer

yang tertera pada FI V. Karena Nilai Penerimaan >L1% (15%).

Page 88: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA EVALUASI MUTU BOBOT …

73

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Keragaman Bobot 30 Bungkus Puyer Parasetamol Apotek T5

No Bobot Bobot (%) (x-x‟)2

1 222,00 77,37 511,99

2 433,73 151,17 2618,12

3 393,50 137,15 1379,76

4 388,07 135,25 1242,67

5 201,03 70,07 896,08

6 589,93 205,61 11152,92

7 350,60 122,19 492,55

8 170,53 59,44 1645,49

9 265,50 92,53 55,74

10 283,03 98,64 1,84

11 246,60 85,95 197,50

12 176,93 61,67 1469,50

13 217,23 75,71 589,93

14 424,93 148,10 2313,66

15 255,77 89,14 117,91

16 394,50 137,49 1405,78

17 422,10 147,11 2219,64

18 213,83 74,53 648,89

19 241,03 84,01 255,79

20 226,80 79,05 439,08

21 256,10 89,26 115,40

22 236,30 82,36 311,28

23 233,53 81,39 346,24

24 259,90 90,58 88,70

25 204,30 71,20 829,21

26 217,07 75,65 592,75

27 202,93 70,73 856,87

28 222,83 77,66 498.93

29 260,57 90,81 84,38

30 396,47 138,18 1457,65

Bobot rata-rata = 286,92 mg

Bobot rata-rata (%) = 100 %

Simpangan baku sampel = 34,66 %

Nilai Penerimaan (NP) = 70,78 %

Simpangan baku relatif = 12,08 %

Kesimpulan : Tidak memenuhi persyaratan keragaman bobot 30 bungkus puyer

yang tertera pada FI V. Karena Nilai Penerimaan >L1% (15%).

Serta, ada 14 sampel tidak memenuhi persyaratan tidak ada

satupun sediaan kurang dari [1-(0,01)(L2)]M dan tidak ada yang

melebihi [1+(0,01)(L2)]M yaitu 75%-125%.

Page 89: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA EVALUASI MUTU BOBOT …

74

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Keragaman Bobot 30 Bungkus Puyer Parasetamol Apotek T6

No Bobot Bobot (%) (x-x‟)2

1 303,13 105,97 35,64

2 354,93 124,08 579,75

3 245,30 85,75 203,00

4 291,50 101,90 3,62

5 326,93 114,29 204,20

6 270,30 94,49 30,34

7 325,60 113,82 191,09

8 275,53 96,32 13,53

9 297,77 104,09 16,76

10 334,70 117,00 289,16

11 301,30 105,33 28,40

12 139,43 48,74 2627,25

13 206,63 72,24 770,89

14 242,20 84,67 235,05

15 276,30 96,59 11,63

16 275,40 96,27 13,88

17 321,60 112,43 154,39

18 343,07 119,93 397,19

19 265,37 92,77 52,31

20 303,10 105,96 35,50

21 328,13 114,71 216,36

22 316,53 110,65 113,51

23 274,00 95,79 17,76

24 293,17 102,49 6,18

25 299,50 104,70 22,09

26 327,40 114,45 208,88

27 255,00 89,14 117,87

28 308,20 107,74 59,92

29 263,37 92,07 62,92

30 216,30 75,61 594,66

Bobot rata-rata = 286,06 mg

Bobot rata-rata (%) = 100 %

Simpangan baku sampel = 15,82 %

Nilai Penerimaan (NP) = 53,85 %

Simpangan baku relative = 5,53 %

Kesimpulan : Tidak memenuhi persyaratan keragaman bobot 30 bungkus puyer

yang tertera pada FI V. Karena Nilai Penerimaan >L1% (15%).

Serta, ada dua sampel tidak memenuhi persyaratan tidak ada

satupun sediaan kurang dari [1-(0,01)(L2)]M dan tidak ada yang

melebihi [1+(0,01)(L2)]M yaitu 75%-125%.

Page 90: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA EVALUASI MUTU BOBOT …

75

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Keragaman Bobot 30 Bungkus Puyer Parasetamol Apotek S1

No Bobot Bobot (%) (x-x‟)2

1 335,97 100,38 0,15

2 342,70 102,39 5,74

3 446,47 133,40 1115,51

4 289,50 86,50 182,27

5 284,90 85,12 221,27

6 317,17 94,77 27,40

7 402,37 120,22 408,96

8 269,67 80,57 377,39

9 351,83 105,12 26,25

10 311,77 93,15 46,89

11 381,43 113,97 195,11

12 294,00 87,84 147,77

13 367,07 109,68 93,61

14 324,27 96,89 9,69

15 307,60 91,91 65,49

16 266,73 79,70 412,21

17 389,03 116,24 263,70

18 361,20 107,92 62,77

19 344,53 102,94 8,66

20 371,20 110,91 119,04

21 376,73 112,56 157,85

22 361,30 107,95 63,24

23 304,87 91,09 79,37

24 319,60 95,49 20,31

25 373,07 111,47 131,52

26 340,20 101,65 2,72

27 326,10 97,44 6,58

28 274,23 81,94 326,24

29 273,70 81,78 332,02

30 331,33 99,00 1,00

Bobot rata-rata = 334,68 mg

Bobot rata-rata (%) = 100 %

Simpangan baku sampel = 13,01 %

Nilai Penerimaan (NP) = 26,96 %

Simpangan baku relatif = 3,89 %

Kesimpulan : Tidak memenuhi persyaratan keragaman bobot 30 bungkus puyer

yang tertera pada FI V. Karena Nilai Penerimaan >L1% (15%).

Serta, ada satu sampel tidak memenuhi persyaratan tidak ada

satupun sediaan kurang dari [1-(0,01)(L2)]M dan tidak ada yang

melebihi [1+(0,01)(L2)]M yaitu 75%-125%.

Page 91: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA EVALUASI MUTU BOBOT …

76

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Keragaman Bobot 30 Bungkus Puyer Parasetamol Apotek S2

No Bobot Bobot (%) (x-x‟)2

1 364,20 123,61 557,67

2 220,97 75,00 625,03

3 243,00 82,48 307,02

4 216,23 73,39 707,94

5 235,03 79,77 409,10

6 182,13 61,82 1457,80

7 277,17 94,07 35,11

8 532,00 180,57 6491,34

9 507,60 172,29 5225,43

10 325,43 110,46 109,35

11 290,60 98,63 1,87

12 327,57 111,18 125,02

13 318,40 108,07 65,12

14 294,00 99,79 0,04

15 169,90 57,67 1792,11

16 403,90 137,09 1375,65

17 169,40 57,50 1806,51

18 382,13 129,70 882,20

19 218,80 74,26 662,34

20 414,93 140,83 1667,47

21 222,47 75,51 599,83

22 283,20 96,12 15,04

23 385,87 130,97 959,08

24 274,63 93,21 46,04

25 213,73 72,54 753,81

26 261,10 88,62 129,47

27 273,90 92,97 49,48

28 239,43 81,27 350,91

29 306,10 103,89 15,17

30 284,90 96,70 10,89

Bobot rata-rata = 294,62 mg

Bobot rata-rata (%) = 100 %

Simpangan baku sampel = 30,64 %

Nilai Penerimaan (NP) = 77,59 %

Simpangan baku relatif = 10,40 %

Kesimpulan : Tidak memenuhi persyaratan keragaman bobot 30 bungkus puyer

yang tertera pada FI V. Karena Nilai Penerimaan >L1% (15%).

Serta, ada 12 sampel tidak memenuhi persyaratan tidak ada

satupun sediaan kurang dari [1-(0,01)(L2)]M dan tidak ada yang

melebihi [1+(0,01)(L2)]M yaitu 75%-125%.

Page 92: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA EVALUASI MUTU BOBOT …

77

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Keragaman Bobot 30 Bungkus Puyer Parasetamol Apotek S3

No Bobot Bobot (%) (x-x‟)2

1 285,37 84,15 251,21

2 368,40 108,64 74,57

3 498,93 147,13 2221,03

4 291,80 86,05 194,68

5 303,63 89,54 109,48

6 297,90 87,85 147,72

7 302,83 89,30 114,47

8 240,93 71,05 838,24

9 259,17 76,42 555,81

10 291,63 86,00 196,05

11 422,33 124,54 602,19

12 287,73 84,85 229,58

13 359,50 106,01 36,13

14 284,73 83,96 257,17

15 386,53 113,98 195,52

16 415,40 122,50 506,03

17 407,23 120,09 403,48

18 428,23 126,28 690,61

19 346,00 102,03 4,12

20 436,63 128,76 826,94

21 330,50 97,46 6,45

22 303,97 89,64 107,43

23 397,83 117,31 299,81

24 316,90 93,45 42,92

25 330,60 97,49 6,31

26 270,73 79,84 406,62

27 335,67 98,98 1,03

28 288,37 85,03 223,95

29 346,97 102,32 5,36

30 337,00 99,38 0,39

Bobot rata-rata = 339,12 mg

Bobot rata-rata (%) = 100 %

Simpangan baku sampel = 18,15 %

Nilai Penerimaan (NP) = 67,02 %

Simpangan baku relatif = 5,35 %

Kesimpulan : Tidak memenuhi persyaratan keragaman bobot 30 bungkus puyer

yang tertera pada FI V. Karena Nilai Penerimaan >L1% (15%).

Serta, ada empat sampel tidak memenuhi persyaratan tidak ada

satupun sediaan kurang dari [1-(0,01)(L2)]M dan tidak ada yang

melebihi [1+(0,01)(L2)]M yaitu 75%-125%.

Page 93: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA EVALUASI MUTU BOBOT …

78

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Contoh Perhitungan (Sampel No. 1 Apotek S3)

a. Bobot % =

x 100% =

= 84,15 %

b. (x-x‟)2 = (84,15 – 100)

2 % = 251,21 %

c. Simpangan baku sampel (s)

= √

= √

= 18,15 %

d. Simpangan baku relatif (SBR)

=

x 100 % =

e. Nilai Penerimaan (NP) (T<101,5 ; x‟ < 98,5 %)

= (98,5 – rata-rata kadar) + (konstanta penerimaan (k) x simpangan baku (s))

= (98,5 - 67,79) + (2,0 x 18,15) = 67,02 %

Page 94: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA EVALUASI MUTU BOBOT …

79

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 13. Kurva Kalibrasi

1. Parasetamol BPFI

a. Panjang Gelombang Maksimum Parasetamol BPFI

b. Kurva kalibrasi Parasetamol BPFI hari ke-1

244nm

Page 95: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA EVALUASI MUTU BOBOT …

80

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

c. Kurva kalibrasi Parasetamol BPFI ke-2

d. Kurva kalibrasi Parasetamol BPFI ke-3

Page 96: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA EVALUASI MUTU BOBOT …

81

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Absorbansi Pembuatan Kurva Kalibrasi Parasetamol BPFI

Konsentrasi Absorbansi 1 Absorbansi 2 Absorbansi 3 Absorbansi rata-

rata

0 0 0 0 0

2 0,193 0,181 0,179 0,184

4 0,306 0,305 0,298 0,303

6 0,443 0,428 0,429 0,433

8 0,556 0,540 0,539 0,545

10 0,682 0,654 0,658 0,665

12 0,799 0,789 0,768 0,785

2. Panadol

a. Panjang Gelombang Maksimum Panadol

b. Kurva kalibrasi Panadol ke-1

244nm

m nm

Page 97: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA EVALUASI MUTU BOBOT …

82

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

c. Kurva kalibrasi Panadol ke-2

d. Kurva kalibrasi Panadol ke-3

Page 98: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA EVALUASI MUTU BOBOT …

83

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Absorbansi Pembuatan Kurva Kalibrasi Panadol

Konsentrasi Absorbansi 1 Absorbansi 2 Absorbansi 3 Absorbansi rata-

rata

0 0 0 0 0

2 0.156 0.172 0.172 0.167

4 0.279 0.305 0.300 0.295

6 0.426 0.449 0.438 0.438

8 0.554 0.582 0.572 0.569

10 0.690 0.722 0.710 0.707

12 0.840 0.848 0.837 0.842

Page 99: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA EVALUASI MUTU BOBOT …

84

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 14 Pengujian Batas Deteksi (LOD) dan Kuantitasi (LOQ)

Hasil Uji Batas Deteksi (LOD) dan Kuantitasi (LOQ) Parasetamol BPFI

Kons. Absorbansi (y) Terukur y‟ y-y‟ (y-y‟)2

2 ppm 0,184 1,976 0,186 -0,0015 2,151 x 10-6

4 ppm 0,303 3,953 0,306 -0,0028 7,840 x 10-6

6 ppm 0,433 6,125 0,426 0,0075 5,675 x 10-5

8 ppm 0,545 7,987 0,546 -0,0008 6,400 x 10-7

10 ppm 0,667 9,981 0,666 -0,0011 1,284 x 10-6

12 ppm 0,785 11,992 0,786 -0,0004 2,178 x 10-7

Σ(y-y‟)2 6,888 x 10

-5

S(y/x) 0,0042

LOD 0,2075

LOQ 0,6916

S(y/x) = √

= √

= 0,0042

LOD =

=

= 0,2075 ppm

LOQ =

=

= 0,6916 ppm

Hasil Uji Batas Deteksi (LOD) dan Kuantitasi (LOQ) Panadol

Kons. Absorbansi (y) Terukur y‟ y-y‟ (y-y‟)2

2 ppm 0,167 2,039 0,164 0,0026 7,111 x 10-6

4 ppm 0,295 3,927 0,299 -0,0049 2,434 x 10-5

6 ppm 0,438 6,036 0,435 0,0024 6,084 x 10-6

8 ppm 0,569 7,978 0,570 -0,0014 2,151 x 10-6

10 ppm 0,707 10,014 0,706 0,0009 8,711 x 10-7

12 ppm 0,842 11,995 0,842 -0,0003 1,111 x 10-7

Σ(y-y‟)2 4,067 x 10

-5

S(y/x) 0,0032

LOD 0,1411

LOQ 0,4703

S(y/x) = √

= √

= 0,0032

LOD =

=

= 0,1411 ppm

LOQ =

=

= 0,4703 ppm

Page 100: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA EVALUASI MUTU BOBOT …

85

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 15. Uji Akurasi dan Presisi Panadol

Rumus : %UPK =

SD = √

KV (%) =

Hari Pertama

80% (timbang setara 400 mg)

100% (timbang setara 500 mg)

120% (timbang setara 600 mg)

Hasil Uji Akurasi dan Presisi Hari ke-1

Kadar Abs. Kons.

Terukur

Kadar

(mg) PK% UPK% SD (%) KV (%)

9,3916

ppm

0,568 7,9587 397,935 84,7428

84,9522 0,9613 1,1316

0,563 7,8849 394,248 83,9575

0,570 7,9882 399,410 85,0569

0,564 7,8997 394,985 84,1146

0,571 8,0029 400,147 85,2139

0,580 8,1357 406,784 86,6273

Kadar Abs. Kons.

Terukur

Kadar

(mg) PK% UPK% SD (%) KV (%)

11,7395

ppm

0,673 9,5074 475,3687 80,9862

81,5725 0,5767 0,7070

0,672 9,4926 474,6313 80,8606

0,680 9,6106 480,5310 81,8657

0,677 9,5664 478,3186 81,4887

0,684 9,6696 483,4808 82,3682

0,680 9,6106 480,5310 81,8657

Kadar Abs. Kons.

Terukur

Kadar

(mg) PK% UPK% SD (%) KV (%)

14,0874

ppm

0,797 11,3363 566,8142 80,4711

81,0469 1,1522 1,4216

0,799 11,3658 568,2891 80,6805

0,792 11,2625 563,1268 79,9476

0,812 11,5575 577,8761 82,0416

0,820 11,6755 583,7758 82,8791

0,795 11,3068 565,3392 80,2617

Page 101: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA EVALUASI MUTU BOBOT …

86

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Hari Kedua

80% (timbang setara 400 mg)

100% (timbang setara 500 mg)

120% (timbang setara 600 mg)

Hasil Uji Akurasi dan Presisi Hari ke-2

Kadar Abs. Kons.

Terukur

Kadar

(mg) PK% UPK% SD (%) KV (%)

9,33088

ppm

0,573 8,0324 401,6224 86,0846

86,1109 0,7898 0,9172

0,577 8,0914 404,5723 86,7169

0,569 7,9735 398,6726 85,4523

0,581 8,1504 407,5221 87,3491

0,571 8,0029 400,1475 85,7684

0,568 7,9587 397,9351 85,2942

Kadar Abs. Kons.

Terukur

Kadar

(mg) PK% UPK% SD (%) KV (%)

11.6636

ppm

0,682 9,6401 482,0059 82,6513

83,3679 0,5224 0,6266

0,690 9,7581 487,9056 83,6630

0,685 9,6844 484,2183 83,0307

0,687 9,7139 485,6932 83,2836

0,694 9,8171 490,8555 84,1688

0,688 9,7286 486,4307 83,4100

Kadar Abs. Kons.

Terukur

Kadar

(mg) PK% UPK% SD (%) KV (%)

13,9963

ppm

0,788 11,2035 560,1770 80,0463

80,6786 0,4569 0,5663

0,798 11,3510 567,5516 81,1001

0,794 11,2920 564,6018 80,6786

0,790 11,2330 561,6519 80,2571

0,799 11,3658 568,2891 81,2055

0,795 11,3068 565,3392 80,7840

Hari Ketiga

80% (timbang setara 400 mg)

100% (timbang setara 500 mg)

120% (timbang setara 600 mg)

Page 102: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA EVALUASI MUTU BOBOT …

87

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Hasil Uji Akurasi dan Presisi Hari ke-3

Kadar Abs. Kons.

Terukur

Kadar

(mg) PK% UPK% SD (%) KV (%)

9,3745

ppm

0,569 7,9735 398,6726 85,0549

85,7104 0,5397 0,6297

0,572 8,0177 400,8850 85,5269

0,575 8,0619 403,0973 85,9989

0,570 7,9882 399,4100 85,2122

0,578 8,1062 405,3097 86,4709

0,575 8,0619 403,0973 85,9989

Kadar Abs. Kons.

Terukur

Kadar

(mg) PK% UPK% SD (%) KV (%)

11,7181

ppm

0,675 9,5369 476,8437 81,3858

82,0991 0,6548 0,7976

0,678 9,5811 479,0560 81,7634

0,686 9,6991 484,9558 82,7704

0,680 9,6106 480,5310 82,0152

0,677 9,5664 478,3186 81,6376

0,688 9,7286 486,4307 83,0221

Kadar Abs. Kons.

Terukur

Kadar

(mg) PK% UPK% SD (%) KV (%)

14,0617

ppm

0,821 11,6903 584,5133 83,1354

81,3697 1,1517 1,4154

0,799 11,3658 568,2891 80,8278

0,802 11,4100 570,5015 81,1425

0,793 11,2773 563,8643 80,1985

0,814 11,5870 579,3510 82,4012

0,796 11,3215 566,0767 80,5132

Page 103: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA EVALUASI MUTU BOBOT …

88

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Contoh perhitungan akurasi dan presisi (hari ke-3 sampel ke-1 kadar 80%)

a) Konsentrasi

=

x 1000

=

= 9,3745 ppm

b) Konsentrasi Terukur (persamaan panadol y = 0,0678x + 0,0284)

=

=

= 7,9735 ppm

c) Kadar

=

=

= 398,6726 mg

d) % Perolehan Kembali (PK%)

=

x 100 %

=

x 100 % = 85,0549 %

e) Unit Perolehan Kembali (UPK %)

= Rata-rata PK% = 85,7104 %

f) (y-y‟)2

= (PK% - UPK%)2

= (85,0549 % - 85,7104)2 = 0.4298

g) Simpangan Deviasi (SD)

= √

= √

= 0,5397 %

h) Koefisien Variasi (KV)

=

=

= 0.6297 %

Page 104: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA EVALUASI MUTU BOBOT …

89

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 16. Penetapan Kadar Sediaan Puyer Parasetamol

Penetapan Kadar Sediaan Puyer Parasetamol Sampel T1

No Abs 1 Abs 2 Abs3 Abs

rata-rata

Kons.

Terukur

Kadar

(mg)

Tablet %

x (x-x‟)^2

1 0,358 0,358 0,358 0,358 4,861 243,068 97,227 410,690

2 0,352 0,352 0,352 0,352 4,773 238,643 95,457 342,086

3 0,278 0,278 0,278 0,278 3,681 184,071 73,628 11,111

4 0,229 0,229 0,229 0,229 2,959 147,935 59,174 316,399

5 0,263 0,263 0,263 0,263 3,460 173,009 69,204 60,188

6 0,357 0,357 0,357 0,357 4,847 242,330 96,932 398,821

7 0,269 0,269 0,269 0,269 3,549 177,434 70,973 35,859

8 0,241 0,241 0,241 0,241 3,136 156,785 62,714 202,999

9 0,282 0,282 0,282 0,282 3,740 187,021 74,808 4,637

10 0,264 0,264 0,264 0,264 3,475 173,746 69,499 55,698

Rata-rata (%) = 76,962 %

Simpangan Baku Sampel = 14,293 %

Simpangan Baku Relatif = 7,428 %

Nilai Penerimaan = 55,840 %

Penetapan Kadar Sediaan Puyer Parasetamol Sampel T2

No Abs 1 Abs 2 Abs3 Abs

rata-rata

Kons.

Terukur

Kadar

(mg)

Tablet %

x (x-x‟)^2

1 0,307 0,307 0,307 0,307 4,109 205,457 82,183 27,881

2 0,319 0,319 0,319 0,319 4,286 214,307 85,723 3,029

3 0,335 0,335 0,335 0,335 4,522 226,106 90,442 8,877

4 0,283 0,283 0,283 0,283 3,755 187,758 75,103 152,767

5 0,333 0,333 0,333 0,333 4,493 224,631 89,853 5,709

6 0,356 0,356 0,356 0,356 4,832 241,593 96,637 84,163

7 0,381 0,381 0,381 0,381 5,201 260,029 104,012 273,859

8 0,316 0,316 0,316 0,316 4,242 212,094 84,838 6,893

9 0,305 0,305 0,305 0,305 4,080 203,982 81,593 34,459

10 0,314 0,314 0,314 0,314 4,212 210,619 84,248 10,338

Rata-rata (%) = 87,463 %

Simpangan Baku Sampel = 8,219 %

Simpangan Baku Relatif = 3,759 %

Nilai Penerimaan = 30,763 %

Page 105: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA EVALUASI MUTU BOBOT …

90

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Penetapan Kadar Sediaan Puyer Parasetamol Sampel T3

No Abs 1 Abs 2 Abs3 Abs

rata-rata

Kons.

Terukur

Kadar

(mg)

Tablet %

x (x-x‟)^2

1 0,395 0,395 0,395 0,395 5,407 270,354 108,142 153,984

2 0,374 0,374 0,375 0,374 5,102 255,113 102,045 39,850

3 0,351 0,352 0,352 0,352 4,768 238,397 95,359 0,140

4 0,382 0,382 0,383 0,382 5,220 261,013 104,405 75,213

5 0,309 0,308 0,309 0,309 4,134 206,686 82,675 170,512

6 0,378 0,378 0,377 0,378 5,151 257,571 103,029 53,231

7 0,284 0,283 0,283 0,283 3,760 188,004 75,202 421,521

8 0,304 0,304 0,306 0,305 4,075 203,736 81,495 202,719

9 0,391 0,392 0,393 0,392 5,363 268,142 107,257 132,805

10 0,360 0,360 0,359 0,360 4,886 244,297 97,719 3,945

Rata-rata (%) = 95,733 %

Simpangan Baku Sampel = 11,804 %

Simpangan Baku Relatif = 4,932 %

Nilai Penerimaan = 31,096 %

Penetapan Kadar Sediaan Puyer Parasetamol Sampel T4

No Abs 1 Abs 2 Abs3 Abs

rata-rata

Kons.

Terukur

Kadar

(mg)

Tablet %

x (x-x‟)^2

1 0,290 0,290 0,290 0,290 3,858 192,920 77,168 16,332

2 0,267 0,267 0,267 0,267 3,519 175,959 70,383 7,526

3 0,287 0,287 0,287 0,287 3,814 190,708 76,283 9,962

4 0,282 0,282 0,282 0,282 3,740 187,021 74,808 2,827

5 0,286 0,286 0,286 0,286 3,799 189,971 75,988 8,187

6 0,262 0,262 0,262 0,262 3,445 172,271 68,909 17,794

7 0,266 0,266 0,266 0,266 3,504 175,221 70,088 9,232

8 0,262 0,262 0,262 0,262 3,445 172,271 68,909 17,794

9 0,279 0,279 0,279 0,279 3,696 184,808 73,923 0,634

10 0,282 0,282 0,282 0,282 3,740 187,021 74,808 2,827

Rata-rata (%) = 73,127 %

Simpangan Baku Sampel = 3,217 %

Simpangan Baku Relatif = 1,759 %

Nilai Penerimaan = 33,093 %

Page 106: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA EVALUASI MUTU BOBOT …

91

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Penetapan Kadar Sediaan Puyer Parasetamol Sampel T5

No Abs 1 Abs 2 Abs3 Abs

rata-rata

Kons.

Terukur

Kadar

(mg)

Tablet %

x (x-x‟)^2

1 0,236 0,236 0,236 0,236 3,062 153,097 61,239 1281,739

2 0,421 0,421 0,421 0,421 5,791 289,528 115,811 352,346

3 0,466 0,466 0,467 0,466 6,459 322,960 129,184 1033,208

4 0,410 0,410 0,410 0,410 5,628 281,416 112,566 241,058

5 0,246 0,246 0,246 0,246 3,209 160,472 64,189 1079,223

6 0,603 0,603 0,603 0,603 8,475 423,746 169,499 5250,192

7 0,391 0,391 0,391 0,391 5,348 267,404 106,962 98,433

8 0,218 0,218 0,218 0,218 2,796 139,823 55,929 1690,123

9 0,256 0,255 0,255 0,255 3,347 167,355 66,942 905,909

10 0,327 0,327 0,327 0,327 4,404 220,206 88,083 80,241

Rata-rata (%) = 97,04 %

Simpangan Baku Sampel = 36,534 %

Simpangan Baku Relatif = 15,059 %

Nilai Penerimaan = 89,141 %

Penetapan Kadar Sediaan Puyer Parasetamol Sampel T6

No Abs 1 Abs 2 Abs3 Abs

rata-rata

Kons.

Terukur

Kadar

(mg)

Tablet %

x (x-x‟)^2

1 0,283 0,283 0,283 0,283 3,755 187,758 75,103 1,710

2 0,336 0,336 0,336 0,336 4,537 226,844 90,737 205,247

3 0,234 0,234 0,234 0,234 3,032 151,622 60,649 248,442

4 0,280 0,280 0,280 0,280 3,711 185,546 74,218 4,808

5 0,314 0,314 0,314 0,314 4,212 210,619 84,248 61,415

6 0,255 0,255 0,255 0,255 3,342 167,109 66,844 91,534

7 0,296 0,296 0,296 0,296 3,947 197,345 78,938 6,386

8 0,262 0,262 0,262 0,262 3,445 172,271 68,909 56,287

9 0,283 0,282 0,282 0,282 3,745 187,266 74,907 2,263

10 0,332 0,332 0,332 0,332 4,478 223,894 89,558 172,831

Rata-rata (%) = 76,411 %

Simpangan Baku Sampel = 9,724 %

Simpangan Baku Relatif = 5,090 %

Nilai Penerimaan = 45,425 %

Page 107: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA EVALUASI MUTU BOBOT …

92

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Penetapan Kadar Sediaan Puyer Parasetamol Sampel S1

No Abs 1 Abs 2 Abs3 Abs

rata-rata

Kons.

Terukur

Kadar

(mg)

Tablet %

x (x-x‟)^2

1 0,327 0,327 0,328 0,327 4,409 220,452 88,181 87,994

2 0,338 0,336 0,337 0,337 4,552 227,581 91,032 42,628

3 0,578 0,577 0,577 0,577 8,096 404,818 161,927 4142,954

4 0,277 0,277 0,276 0,277 3,662 183,088 73,235 591,776

5 0,289 0,289 0.290 0,289 3,849 192,429 76,971 423,947

6 0,336 0,336 0,336 0,336 4,537 226,844 90,737 46,567

7 0,555 0,555 0,554 0,555 7,762 388,102 155,241 3326,919

8 0,271 0,271 0,272 0,271 3,583 179,154 71,662 670,795

9 0,318 0,318 0,318 0,318 4,271 213,569 85,428 147,227

10 0,303 0,304 0,304 0,304 4,060 202,999 81,200 267,710

Rata-rata (%) = 97,561 %

Simpangan Baku Sampel = 32,912 %

Simpangan Baku Relatif = 13,494 %

Nilai Penerimaan = 79,926 %

Penetapan Kadar Sediaan Puyer Parasetamol Sampel S2

No Abs 1 Abs 2 Abs3 Abs

rata-rata

Kons.

Terukur

Kadar

(mg)

Tablet %

x (x-x‟)^2

1 0,376 0,376 0,376 0,376 5,127 256,342 102,537 413,484

2 0,241 0,241 0,241 0,241 3,136 156,785 62,714 379,809

3 0,267 0,267 0,268 0,267 3,524 176,205 70,482 137,376

4 0,222 0,221 0,222 0,222 2,851 142,527 57,011 634,624

5 0,224 0,224 0,224 0,224 2,885 144,248 57,699 600,419

6 0,192 0,193 0,193 0,193 2,423 121,141 48,456 1138,814

7 0,250 0,251 0,250 0,250 3,273 163,668 65,467 280,077

8 0,471 0,470 0,471 0,471 6,523 326,155 130,462 2328,988

9 0,466 0,465 0,466 0,466 6,449 322,468 128,987 2188,804

10 0,362 0,361 0,361 0,361 4,911 245,526 98,210 256,252

Rata-rata (%) = 82,203 %

Simpangan Baku Sampel = 30,475 %

Simpangan Baku Relatif = 14,829 %

Nilai Penerimaan = 89,438 %

Page 108: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA EVALUASI MUTU BOBOT …

93

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Penetapan Kadar Sediaan Puyer Parasetamol Sampel S3

No Abs 1 Abs 2 Abs3 Abs

rata-rata

Kons.

Terukur

Kadar

(mg)

Tablet %

x (x-x‟)^2

1 0,226 0,226 0,226 0,226 2,914 145,723 58,289 90,222

2 0,294 0,294 0,294 0,294 3,917 195,870 78,348 111,524

3 0,395 0,395 0,395 0,395 5,407 270,354 108,142 1628,444

4 0,257 0,257 0,257 0,257 3,372 168,584 67,434 0,125

5 0,262 0,262 0,262 0,262 3,445 172,271 68,909 1,257

6 0,240 0,240 0,240 0,240 3,121 156,047 62,419 28,823

7 0,257 0,257 0,257 0,257 3,372 168,584 67,434 0,125

8 0,202 0,202 0,202 0,202 2,560 128,024 51,209 274,836

9 0,218 0,218 0,218 0,218 2,796 139,823 55,929 140,622

10 0,231 0,231 0,231 0,231 2,988 149,410 59,764 64,378

Rata-rata (%) = 67,788 %

Simpangan Baku Sampel = 16,126 %

Simpangan Baku Relatif = 9,515 %

Nilai Penerimaan = 69,414 %

Contoh Perhitungan (Sampel No. 1 Apotek S3)

a. Konsentrasi Terukur (persamaan panadol y = 0,0678x + 0,0284)

=

=

= 2,914 ppm

b. Kadar (mg) =

=

= 145,723 mg

c. kadar % (x) =

x 100% =

= 58,289 %

d. (x-x‟)2 = (58,289-67,788)

2 % = 90,222 %

e. Simpangan baku sampel (s) = √

= √

= 16,126 %

f. SBR =

x 100 % =

g. Nilai Penerimaan (NP) (x‟ < 98,5)

= (98,5-x‟)+ks = (98,5 - 67,788) + (2,4 x 16,126) = 69,414 %

Page 109: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA EVALUASI MUTU BOBOT …

94

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 17 Distribusi Frekuensi Data Kuesioner

Jumlah Resep Racikan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 1-15 6 66.7 66.7 66.7

16-29 3 33.3 33.3 100.0

Total 9 100.0 100.0

Jumlah Resep per Hari

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 16-29 5 55.6 55.6 55.6

30-39 4 44.4 44.4 100.0

Total 9 100.0 100.0

Personel Peracik

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid LBTTK 6 66.7 66.7 66.7

STTK 3 33.3 33.3 100.0

Total 9 100.0 100.0

Jumlah Tenaga Teknis Kefarmasian

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 1.00 1 11.1 11.1 11.1

2.00 3 33.3 33.3 44.4

3.00 3 33.3 33.3 77.8

4.00 1 11.1 11.1 88.9

>4.00 1 11.1 11.1 100.0

Total 9 100.0 100.0

Alat Peracik

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Lumpang Alu 7 77.8 77.8 77.8

Blender 2 22.2 22.2 100.0

Total 9 100.0 100.0

Jumlah Alat Peracik

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 2.00 3 33.3 33.3 33.3

3.00 2 22.2 22.2 55.6

4.00 4 44.4 44.4 100.0

Total 9 100.0 100.0

Pembungkus Primer

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Manual 6 66.7 66.7 66.7

Otomatis 3 33.3 33.3 100.0

Total 9 100.0 100.0

Page 110: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA EVALUASI MUTU BOBOT …

95

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Kemasan Sekunder

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Klip 7 77.8 77.8 77.8

Pot 2 22.2 22.2 100.0

Total 9 100.0 100.0

SOP

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Ada 9 100.0 100.0 100.0