vol. v, edisi 08, mei 2020 penerimaan negara...

16
Vol. V, Edisi 08, Mei 2020 Penyaluran KUR & Potensi Relaksasi KUR Saat Pandemi Covid-19 p. 7 ISO 9001:2015 Certificate No. IR/QMS/00138 ISSN 2502-8685 Menakar Keberlanjutan Dana Otonomi Khusus Papua p. 11 Penerimaan Negara Sektor Minyak Bumi di Tengah Anjloknya Harga Minyak Mentah Dunia & Pandemi Covid-19 p. 3

Upload: others

Post on 25-Nov-2020

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Vol. V, Edisi 08, Mei 2020 Penerimaan Negara Sektorberkas.dpr.go.id/puskajianggaran/buletin-apbn/public...Vol. V, Edisi 08, Mei 2020 Penyaluran KUR & Potensi Relaksasi KUR Saat Pandemi

Vol. V, Edisi 08, Mei 2020

Penyaluran KUR & Potensi Relaksasi KUR Saat Pandemi

Covid-19p. 7

ISO 9001:2015Certificate No. IR/QMS/00138 ISSN 2502-8685

Menakar Keberlanjutan Dana Otonomi Khusus Papua

p. 11

Penerimaan Negara Sektor Minyak Bumi di Tengah

Anjloknya Harga Minyak Mentah Dunia & Pandemi

Covid-19p. 3

Page 2: Vol. V, Edisi 08, Mei 2020 Penerimaan Negara Sektorberkas.dpr.go.id/puskajianggaran/buletin-apbn/public...Vol. V, Edisi 08, Mei 2020 Penyaluran KUR & Potensi Relaksasi KUR Saat Pandemi

2 Buletin APBN Vol. V. Ed. 08, Mei 2020

Terbitan ini dapat diunduh di halaman website www.puskajianggaran.dpr.go.id

Salah satu sektor ekonomi yang terdampak Covid-19 adalah UMKM. Banyak UMKM yang menutup kegiatan usahanya, karena tidak mampu membayar upah pekerja akibat adanya penurunan pendapatan. Penurunan pendapatan menyebabkan UMKM kesulitan untuk membayar KUR. Di masa pandemi ini, selain harus tetap menyalurkan KUR, lembaga penyalur KUR harus melakukan relaksasi KUR. adapun dampak dari relaksasi ini antara lain: penangguhan pembayaran pokok dan bunga, penambahan plafon, dan kemudahan menjadi debitur dengan penangguhan persyaratan administrasi.

Dana Otonomi Khusus (Otsus) adalah dana yang dialokasikan untuk membiayai pelaksanaan otonomi khusus daerah. Dana Otsus merupakan bentuk perhatian pemerintah akan pentingnya mengatasi ketidaksetaraan dan meningkatkan pembangunan di berbagai lini untuk kehidupan masyarakat Papua. Mendekati berakhirnya kebijakan Dana Otsus di tahun 2021, pemerintah berencana melakukan evaluasi menyeluruh terhadap Dana Otsus Papua, untuk keberlanjutannya perlu adanya gambaran bagaimana perkembangan Dana Otsus Papua dan permasalahan apa saja yang terjadi yang bisa menjadi pertimbangan dan rekomendasi untuk keberlanjutan Dana Otsus Papua.

Kritik/Saran

http://puskajianggaran.dpr.go.id/kontak

Dewan RedaksiRedaktur

Dwi Resti PratiwiRatna Christianingrum

Martha CarolinaAdhi Prasetio SW.

EditorAde Nurul Aida

Marihot Nasution

anjlOKnya harga minyak mentah dunia yang diakibatkan oleh mewabahnya Covid-19 berdampak pada ICP, kinerja lifting minyak bumi Indonesia dan secara langsung memengaruhi penerimaan negara dari minyak bumi. Bahkan pemerintah merevisi target PnBP minyak bumi hingga hampir setengah dari target yang telah ditetapkan. Kondisi saat ini mengindikasikan kesulitan bagi industri hulu minyak bumi untuk mencapai target lifting dikarenakan banyak terjadi perlambatan kegiatan operasional dan ketidakpastian global yang akan berpengaruh pada ICP.

Penanggung JawabDr. Asep Ahmad Saefuloh, S.E.,

M.Si.Pemimpin Redaksi

Slamet Widodo

Penerimaan Negara Sektor Minyak Bumi di Tengah Anjloknya Harga Minyak Mentah Dunia & Pandemi

Covid-19p.3

Penyaluran KUR & Potensi Relaksasi KUR Saat Pandemi Covid-19p.7

Menakar Keberlanjutan Dana Otonomi Khusus Papua p.11

Page 3: Vol. V, Edisi 08, Mei 2020 Penerimaan Negara Sektorberkas.dpr.go.id/puskajianggaran/buletin-apbn/public...Vol. V, Edisi 08, Mei 2020 Penyaluran KUR & Potensi Relaksasi KUR Saat Pandemi

3Buletin APBN Vol. V. Ed. 08, Mei 2020

Penerimaan Negara Sektor Minyak Bumi di Tengah Anjloknya Harga Minyak Mentah

Dunia & Pandemi Covid-19 oleh

Robby Alexander Sirait*)Iranisa**)

Harga minyak mentah dunia mengalami pelemahan signifikan yang diakibatkan oleh

oversupply di tengah situasi pandemi Covid-19. Pelemahan harga minyak mentah tersebut merupakan imbas dari menurunnya permintaan yang diakibatkan oleh mewabahnya Covid-19. Adanya pembatasan pergerakan untuk dapat menekan penyebaran Covid-19 dan perang harga antara Rusia dan Arab Saudi menjadi penyebab menurunnya permintaan minyak bumi. Kondisi tersebut berdampak terhadap harga minyak mentah Indonesia yang juga mengalami pelemahan. Bahkan target lifting minyak bumi kuartal pertama tahun 2020 tidak tercapai. Pelemahan harga minyak mentah dunia tersebut berpengaruh pada Indonesian Crude Price (ICP) dan lifting yang pada akhirnya penerimaan negara dari minyak bumi juga terdampak.

Pemerintah telah melakukan penyesuaian yang cukup signifikan pada Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) minyak bumi yang mengalami

penurunan dari target awal sebesar 58,14 persen dan Pajak Penghasilan (PPh) minyak bumi sebesar 23,82 persen. Namun, peningkatan belanja pemerintah tidak dapat dihindarkan dalam rangka menstabilkan kondisi perekonomian di tengah pandemi. Oleh karena itu, tulisan ini ingin melihat hubungan antara pelemahan harga minyak mentah dunia terhadap penerimaan negara dari minyak bumi di tengah pandemi Covid-19 dari sisi ICP dan lifting minyak bumi serta apa yang dapat dilakukan agar penerimaan negara dari minyak bumi tidak tergerus terlalu dalam akibat pandemi Covid-19.

Lifting, ICP, dan Penerimaan Negara Sektor Minyak BumiJumlah penerimaan negara pada sektor minyak bumi diperoleh dari hasil penjumlahan penerimaan pajak penghasilan, penerimaan bukan pajak, dan penerimaan lainnya dari minyak bumi. Penerimaan pajak penghasilan minyak bumi merupakan kewajiban pajak penghasilan Kontraktor Kontrak Kerjasama (KKKS) kepada pemerintah

Abstrakanjloknya harga minyak mentah dunia yang diakibatkan oleh mewabahnya

Covid-19 berdampak pada ICP, kinerja lifting minyak bumi Indonesia dan secara langsung memengaruhi penerimaan negara dari minyak bumi. Bahkan pemerintah merevisi target PnBP minyak bumi hingga hampir setengah dari target yang telah ditetapkan. Kondisi saat ini mengindikasikan kesulitan bagi industri hulu minyak bumi untuk mencapai target lifting dikarenakan banyak terjadi perlambatan kegiatan operasional dan ketidakpastian global yang akan berpengaruh pada ICP. namun, SKK Migas dan KKKS sebaiknya tetap melanjutkan kegiatan yang telah direncanakan sehingga ketika keadaan mulai pulih kembali, minyak bumi Indonesia mampu bersaing yang nantinya akan berdampak pada penerimaan negara dari minyak bumi.

*) Analis APBN, Pusat Kajian Anggaran, Badan Keahlian Dewan DPR RI. e-mail: [email protected]**) Analis APBN, Pusat Kajian Anggaran, Badan Keahlian Dewan DPR RI. e-mail: [email protected]

pendapatan & pembiayaan

Page 4: Vol. V, Edisi 08, Mei 2020 Penerimaan Negara Sektorberkas.dpr.go.id/puskajianggaran/buletin-apbn/public...Vol. V, Edisi 08, Mei 2020 Penyaluran KUR & Potensi Relaksasi KUR Saat Pandemi

4 Buletin APBN Vol. V. Ed. 08, Mei 2020

sesuai dengan ketentuan peraturan perpajakan yang berlaku. PNBP sektor minyak bumi merupakan bagian negara yang diperoleh berdasarkan persentase bagi hasil antara pemerintah dan KKKS. Sedangkan yang dimaksud penerimaan lainnya dari minyak bumi merupakan penerimaan bersih dari Domestic Market Obligation (DMO) dan Bonus Production KKKS.

Realisasi penerimaan negara sektor minyak bumi dipengaruhi oleh realisasi lifting minyak bumi, ICP, cost recovery, dan nilai tukar rupiah. Pada Gambar 1 terlihat bahwa penerimaan negara dari sektor minyak mengikuti perilaku ICP. Ketika ICP mengalami peningkatan maka penerimaan negara cenderung mengikuti, begitupun sebaliknya. Hal tersebut mengindikasikan bahwa penerimaan negara sektor minyak bumi sangat bergantung pada pergerakan ICP dan harga minyak mentah dunia, khususnya harga minyak mentah dunia acuan Brent.

Anjloknya Harga Minyak Mentah Dunia di Tengah Pandemi Covid-19Harga minyak bumi memiliki perilaku yang sama dengan harga komoditas lainnya. Komoditas mengalami perubahan yang cukup besar pada saat kelebihan penawaran atau permintaan (Mardiana, 2001). Pada sisi penawaran akan sangat berpengaruh terhadap produksi negara-negara penghasil minyak bumi, sedangkan pada sisi permintaan akan sangat dipengaruhi

oleh perekonomian global. Pada masa pandemi Covid-19 ini, terjadi perubahan secara signifikan, baik dari sisi penawaran maupun permintaan terhadap minyak bumi. Terlihat dari anjloknya harga minyak bumi dari berbagai jenis minyak bumi dunia, yang bahkan sempat menyentuh angka minus.

Pelemahan harga minyak mentah dunia tersebut disebabkan oleh oversupply minyak mentah dunia. Kelebihan pasokan tersebut terjadi karena menurunnya permintaan yang tak lain adanya pembatasan pergerakan untuk menekan penyebaran Covid-19. Selain itu, penurunan harga minyak juga disebabkan oleh masih besarnya potensi perang harga antara Rusia dan Arab Saudi. Kondisi saat ini, minyak mentah dunia sedang mengalami masalah kompleks antara jatuhnya permintaan yang disebabkan oleh pandemi Covid-19 dan perang harga antara Rusia dan Arab Saudi yang berlarut-larut.

Merujuk pada perkiraan World Bank (2020), harga minyak mentah akan bertahan di rata-rata USD35/barel selama tahun 2020 dan akan membaik pada USD42/barel pada tahun 2021. OPEC bersama anggotanya juga akan memangkas produksi minyak sebesar 9,7 juta barel per hari pada Mei dan Juni 2020 dan pada semester dua akan memangkas produksi sebesar 7,7 juta barel per hari dan 5,8 juta barel per hari hingga April 2022. Hal ini dilakukan dalam rangka memitigasi jatuhnya harga minyak mentah lebih dalam. Namun, pemangkasan produksi tidak membantu banyak terhadap krisis harga minyak mentah dunia. Hal tersebut terlihat dari harga minyak mentah hanya mengalami peningkatan pada saat diumumkan, setelahnya mengalami pelemahan yang diakibatkan ketidakpastian pada sisi permintaan akibat oleh pandemi Covid-19. Bahkan, World Bank dalam laporannya menyatakan bahwa permintaan akan minyak mentah masih akan terjun bebas pada kuartal kedua tahun 2020.

Gambar 1. Penerimaan Negara Sektor Minyak Bumi, ICP, dan Brent Crude

Sumber: Ditjen Migas, 2019; APBN Kita, 2020

Page 5: Vol. V, Edisi 08, Mei 2020 Penerimaan Negara Sektorberkas.dpr.go.id/puskajianggaran/buletin-apbn/public...Vol. V, Edisi 08, Mei 2020 Penyaluran KUR & Potensi Relaksasi KUR Saat Pandemi

5Buletin APBN Vol. V. Ed. 08, Mei 2020

bumi pada tahun 2020 yang telah disesuaikan hampir 50 persen dari target awal sepertinya akan sulit tercapai apabila mengandalkan pada ICP. Kinerja lifting minyak bumi juga tidak terlalu baik, terlihat dari target lifting yang tidak tercapai dari tahun 2005, terkecuali pada tahun 2016 (Gambar 2b). Pada Gambar 2b, terlihat bahwa PNBP April 2020 mengalami penurunan mengikuti perilaku ICP. Padahal kinerja PNBP minyak bumi pada Maret 2020 tumbuh 7,42 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun 2019. Kinerja PNBP minyak bumi sepertinya sulit dipertahankan ke depannya mengingat ICP mulai anjlok yang diakibatkan atas tren penurunan harga minyak mentah dunia. Bahkan SKK Migas, menurunkan target produksi minyak bumi tahun 2020 pada program Filling the Gap (FTG)1 menjadi 725 ribu BOPD dari 735 BOPD dan menurunkan outlook gross revenue menjadi USD19 miliar dari USD32 miliar. SKK Migas menyatakan bahwa lifting ke depannya akan semakin tertekan. Target lifting yang ditetapkan oleh APBN juga terlalu tinggi dan tidak sesuai dengan kemampuan teknis lapangan-lapangan minyak bumi yang disepakati antara SKK Migas dan KKKS pada saat pembahasan Work, Program and Budget (WP&B) tahun 2020. Terlebih lagi di tengah pandemi Covid-19 banyak kegiatan yang harus disesuaikan, seperti

Koreksi Penerimaan Negara Sektor Minyak Bumi Akibat Tekanan Harga Minyak Mentah Dunia & Pandemi Covid-19Kondisi tersebut akhirnya berdampak terhadap harga minyak mentah Indonesia yang juga mengalami pelemahan harga yang signifikan (Gambar 2a). Pelemahan harga tersebut berpengaruh pada ketidakekonomisan produksi sisi hulu, yang menimbulkan potensi kontraktor untuk membatasi atau menunda produksi. Hal tersebut terlihat dari hasil laporan lifting minyak bumi dari SKK Migas untuk kuartal 1 tahun 2020, dimana realisasi rata-rata lifting minyak bumi hanya sebesar 701,6 ribu BOPD (Barrel Oil Per Day) atau sekitar 92,9 persen dari target APBN.

Kepala SKK Migas menyatakan bahwa, target lifting tidak tercapai dikarenakan adanya pelemahan harga minyak mentah dunia dan kegiatan hulu migas yang terganggu akibat adanya pendemi Covid-19. Penyebaran Covid-19 menyebabkan operasional, produktivitas dan konstruksi menjadi lebih rendah dikarenakan pergerakan tenaga kerja yang terbatas serta pengurusan perizinan yang memakan waktu lebih lama.

Melihat kondisi tersebut, target penerimaan negara dari sektor minyak

Gambar 2a. PNPB Minyak Bumi dan ICP Januari 2020-April 2020

1) Inovasi dan terobosan yang dilakukan oleh SKK Migas dan KKKS dalam mencapai operational exellence untuk dapat meningkatkan produksi lifting minyak bumi. Program tersebut diantaranya Filling The Gap (FTG). Production Enchanment Technology (PET), Management Work Through (MWT), Optimalisasi Planned Shutdown dan lainnya.

Sumber: SKK Migas, 2020; APBN Kita, 2020

Gambar 2b. Lifting 2015-April 2020

Page 6: Vol. V, Edisi 08, Mei 2020 Penerimaan Negara Sektorberkas.dpr.go.id/puskajianggaran/buletin-apbn/public...Vol. V, Edisi 08, Mei 2020 Penyaluran KUR & Potensi Relaksasi KUR Saat Pandemi

6 Buletin APBN Vol. V. Ed. 08, Mei 2020

planned shutdown2, pengeboran, kerja ulang, dan perawatan sumur mengalami penundaan.

Berdasarkan hal tersebut, penerimaan negara sektor minyak bumi akan menghadapi kesulitan di tengah anjloknya harga minyak mentah dunia dan pandemi Covid-19. ICP yang sangat bergantung pada harga minyak mentah dunia dan perekonomian global, pembatasan pergerakan sebagai akibat memitigasi penyebaran Covid-19

menghambat kegiatan produksi, target yang ditetapkan tidak sesuai dengan kemampuan lapangan minyak bumi, ketidakekonomisan yang akan terjadi akibat pelemahan harga minyak mentah apabila tidak segera ditindaklanjuti akan sulit bagi pemerintah untuk dapat memenuhi target penerimaan sektor minyak bumi, mengingat pemulihan harga minyak mentah dunia baru akan terjadi pada tahun 2021 dengan asumsi penyebaran Covid-19 juga sudah dapat teratasi.

2) Penghentian sementara fasilitas produksi minyak dan gas bumi secara terencana dan terkendali untuk mengerjakan aktivitas-aktivitas terjadwal seperti Pemeliharaan dan lain-lain.

RekomendasiBerdasarkan penjelasan di atas, baik ICP dan lifting minyak bumi akan sangat memengaruhi penerimaan negara sektor minyak bumi. Menjaga kestabilan penerimaan negara dari sektor ini akan sulit dilakukan pada saat kondisi sekarang. Hal ini dikarenakan kinerja sektor ini sangat ditentukan oleh pergerakan harga minyak mentah dunia dan perekonomian global. SKK Migas dan KKKS dapat terus berkomitmen dengan menjalankan kegiatan di hulu migas sesuai dengan WP&B yang telah ditetapkan dan pemerintah dapat memastikan bahwa penerimaan yang telah direvisi dari minyak bumi benar-benar terealisasi. Beberapa hal yang dapat dilakukan, pertama, SKK Migas dapat berkoordinasi dengan stakeholder di wilayah kerja KKKS agar mobilisasi pekerja hulu dapat tetap terlaksana. Kedua, SKK Migas dan KKKS dapat menjadwalkan ulang terkait rencana kerja tahun 2020 dimana KKKS tidak diberatkan dengan target dan negara juga tidak dirugikan. Ketiga, SKK Migas dapat mengajukan kepada pemerintah terkait stimulus dalam rangka meringankan biaya produksi mengingat rendahnya ICP, dengan catatan KKKS sudah berusaha seoptimal mungkin untuk melakukan efisiensi dan tidak memberatkan keuangan negara, misalnya penetapan cost recovery yang juga menghitung kondisi sekarang. Keempat, pembenahan industri hulu minyak bumi sehingga kinerja sektor ini menjadi optimal dan dapat meminimalkan ketergantungan akan perekonomian global dan harga minyak mentah dunia.

Daftar Pustaka Mardiana. Rachmat. 2001. Value at Risk (VAR) Harga Minyak Mentah. Ekonomi dan Keuangan Indonesia Volume XLIX Nomor 2

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 54 tahun 2020 tentang Perubahan Postur dan Rincian Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2020

SKK Migas. 2020. Dashboard Lifting Kontraktor Kontrak Kerjasama Migas.

Diakses dari https://lifting.skkmigas.go.id/tab/lifting2/index.php tanggal 5 Mei 2020.

Kementerian Keuangan. 2020. APBN Kita: Menjaga dan Mengelola #Uangkita di Tengah Tekanan Pandemi COVID-19. April 2020. Jakarta

World Bank. 2020. Comodity Markets Outlook: Implications of COVID-19 for Comodities. April 2020. Washington, DC.

Ditjen Migas. 2019. Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Migas. Jakarta

Page 7: Vol. V, Edisi 08, Mei 2020 Penerimaan Negara Sektorberkas.dpr.go.id/puskajianggaran/buletin-apbn/public...Vol. V, Edisi 08, Mei 2020 Penyaluran KUR & Potensi Relaksasi KUR Saat Pandemi

7Buletin APBN Vol. V. Ed. 08, Mei 2020

Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) merupakan industri yang mampu meningkatkan

perekonomian daerah bahkan negara, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pemerintah memberikan fasilitas Kredit Usaha Rakyat (KUR), yang bunganya disubsidi oleh pemerintah, agar UMKM dapat meningkatkan produksi, menyerap tenaga kerja, dan dapat bersaing secara nasional maupun internasional.Sejak Indonesia terdampak Corona Virus Disease 2019 (Covid-19), tidak sedikit UMKM yang merumahkan pekerjanya bahkan melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Menurunnya omset penjualan yang disebabkan adanya penurunan daya beli masyarakat, menjadi salah satu penyebabnya. Di sisi lain, UMKM dibebani dengan kewajiban membayar angsuran KUR. Kondisi ini menjadi pertimbangan pemerintah dalam melaksanakan kebijakan relaksasi KUR. Target & Penyaluran KUR Target KUR dari tahun ke tahun selalu meningkat. Hal ini tercermin dari jumlah plafon yang diberikan oleh pemerintah. Pada tahun 2015, plafon KUR ditargetkan sebesar Rp30 triliun, tahun 2020 sebesar Rp190 triliun, dan

mencapai Rp325 triliun pada tahun 2024 yang akan dilakukan secara bertahap. Peningkatan plafon diarahkan untuk meningkatkan daya saing UMKM, dan membantu masyarakat untuk meningkatkan produktivitasnya. Target plafon KUR pada sektor industri diharapkan minimal sebesar 60 persen dari plafon yang ditetapkan yang diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi.Pada bulan Maret 2020, meski di tengah pandemi Covid-19, lembaga keuangan mampu menyalurkan KUR sebesar Rp52,17 triliun dari target plafon Rp190 triliun dengan jumlah debitur sebanyak 1.528.241. Penyaluran KUR tersebut tetap dilakukan karena adanya payung hukum yang menjamin penyaluran KUR dan adanya himbauan dari Presiden Joko Widodo. Penyaluran KUR tetap dilaksanakan di tengah pendemi Covid-19 diharapkan dapat meningkatkan daya beli masyarakat yang menurun akibat pendemi. Target KUR Untuk Sektor Produktif Belum Tercapai Sejak Agustus 2015 hingga 31 Maret 2020 penyaluran KUR tertinggi di sektor perdagangan dengan nilai akumulasi sebesar Rp289,45 triliun dan jumlah debitur sebanyak 10.816.299; dan sektor

Penyaluran KUR & Potensi Relaksasi KUR Saat Pandemi Covid-19

oleh Marihot Nasution*)

Firly Nur Agustiani**)

AbstrakSalah satu sektor ekonomi yang terdampak Covid-19 adalah UMKM. Banyak

UMKM yang menutup kegiatan usahanya, karena tidak mampu membayar upah pekerja akibat adanya penurunan pendapatan. Penurunan pendapatan menyebabkan UMKM kesulitan untuk membayar KUR. Di masa pandemi ini, selain harus tetap menyalurkan KUR, lembaga penyalur KUR harus melakukan relaksasi KUR. adapun dampak dari relaksasi ini antara lain: penangguhan pembayaran pokok dan bunga, penambahan plafon, dan kemudahan menjadi debitur dengan penangguhan persyaratan administrasi. agar penyaluran dan relaksasi KUR tepat sasaran, diperlukan koordinasi antar kementerian dan lembaga penyalur dalam memberikan KUR.

*) Analis APBN, Pusat Kajian Anggaran, Badan Keahlian Dewan DPR RI. e-mail: [email protected]**) Analis APBN, Pusat Kajian Anggaran, Badan Keahlian Dewan DPR RI. e-mail: [email protected]

belanja pemerintah pusat

Page 8: Vol. V, Edisi 08, Mei 2020 Penerimaan Negara Sektorberkas.dpr.go.id/puskajianggaran/buletin-apbn/public...Vol. V, Edisi 08, Mei 2020 Penyaluran KUR & Potensi Relaksasi KUR Saat Pandemi

8 Buletin APBN Vol. V. Ed. 08, Mei 2020

pertanian, perburuan, dan kehutanan sebesar Rp122.161,05 miliar dengan jumlah debitur sebanyak 5.431.195. Hingga saat ini KUR belum fokus pada sektor produktif, karena adanya faktor kehati-hatian oleh lembaga keuangan penyalur dan potensi kredit bermasalah di sektor produktif yang masih relatif besar. Terlepas dari kendala lembaga keuangan dalam menyalurkan KUR, beberapa upaya dilakukan agar penyaluran KUR diprioritaskan ke sektor produktif, antara lain melalui pengelompokan usaha produksi; penyusunan sistem monitoring; dan risk assesment. Untuk mendorong tercapainya penyaluran KUR pada sektor produktif sebesar 70 persen dari total KUR yang disalurkan di tahun 2020, pemerintah akan memberikan sanksi bagi lembaga keuangan yang tidak memenuhi ketentuan berupa pengurangan plafon KUR sebesar 5 hingga 30 persen dari tambahan plafon tahun anggaran berikutnya. Relaksasi KUR dan Potensinya di Masa Pandemi Covid-19Covid-19 telah mempengaruhi sektor bisnis mulai dari segmen terkecil hingga besar. Kondisi ini telah melemahkan permintaan kredit dan menurunkan kualitas kolektibilitas kredit. Hal ini terjadi salah satunya disebabkan oleh rendahnya daya beli masyarakat. Penurunan daya beli masyarakat terjadi karena banyak karyawan yang dirumahkan bahkan di PHK.Sehubungan dengan pandemi Covid-19 pemerintah melonggarkan target penyaluran KUR pada sektor produktif sebesar 70 persen dari total KUR yang disalurkan di tahun 2020. Namun demikian, lembaga keuangan penyalur KUR harus tetap menyalurkan KUR kepada UMKM dengan tujuan untuk

menciptakan dan meningkatkan daya beli masyarakat. Untuk itu, pemerintah mengeluarkan kebijakan restrukturisasi dan relaksasi KUR untuk UMKM yang terdampak Covid-19 sebanyak Rp6,1 triliun dalam menghadapi pandemi ini. Penerima relaksasi ini tersebar di berbagai sektor, mulai dari perdagangan hingga pertanian dan perikanan, dan mencakup berbagai jenis seperti KUR Mikro, KUR Kecil, KUR Khusus, dan KUR Penempatan TKI. Saat ini pemerintah sudah memberikan relaksasi kepada 11,9 juta debitur KUR UMKM termasuk 22.000 debitur KUR TKI, dimana debitur ini mendapatkan fasilitas penundaan pembayaran pokok dan bunga KUR. Salah satu lembaga keuangan yang memiliki outstanding KUR terbesar sejak Agustus 2015 adalah PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk yaitu sebesar Rp360.788,52 miliar dengan jumlah debitur sebesar 17.972.309 dan menjadikan lembaga ini sebagai lembaga penyalur KUR terbanyak. Pemerintah juga mengeluarkan Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian (Permenko) No. 6/2020 tentang Perlakuan Khusus Bagi Penerima Kredit Usaha Rakyat Terdampak Pandemi Corona Virus Disease 2019 yang berlaku mulai 1 April 2020. Adanya kesulitan debitur membayar angsuran, maka pemerintah memberikan stimulus berupa pembebasan pembayaran bunga dan pokok pinjaman paling lama 6 (enam) bulan mulai 1 April sampai 31 Desember 2020. Sejak 1 April 2020 hingga pertengahan April 2020 PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk telah melakukan relaksasi KUR sebanyak 134.000 debitur, dari jumlah tersebut, sebanyak 80 persen atau 110.000 debitur merupakan debitur dengan

Tabel 1. Penyaluran KUR Periode Agustus 2015 sampai 31 Maret 2020

Sumber: www.kur.ekon.go.id (diolah)

Page 9: Vol. V, Edisi 08, Mei 2020 Penerimaan Negara Sektorberkas.dpr.go.id/puskajianggaran/buletin-apbn/public...Vol. V, Edisi 08, Mei 2020 Penyaluran KUR & Potensi Relaksasi KUR Saat Pandemi

9Buletin APBN Vol. V. Ed. 08, Mei 2020

segmen mikro (KUR Mikro).Relaksasi KUR diberikan kepada masyarakat yang terdampak langsung, yang diatur dalam Peraturan OJK No. 11/POJK.03/2020 tentang Stimulus Perekonomian Nasional Sebagai Kebijakan Countercyclical Dampak Penyebaran Corona Virus Disease 2019. Pada peraturan tersebut tercantum bahwa restrukrusisasi kredit/pembiayaan dilakukan terhadap kredit/pembiayaan yang diberikan sebelum maupun setelah debitur terkena dampak penyebaran Covid-19, termasuk UMKM, dan menjadikan semua kualitas kredit menjadi lancar.Relaksasi KUR bagi debitur existing diberikan dalam bentuk perpanjangan jangka waktu, dan/atau penambahan limit plafon KUR. Sedangkan bagi calon debitur KUR UMKM yang mengalami tekanan besar akibat Covid-19 ini dilakukan penangguhan syarat administrasi seperti: Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP); Nomor Pokok wajib Pajak (NPWP); dan dokumen agunan tambahan dapat ditangguhkan sementara sampai kondisi memungkinkan, dan calon debitur tersebut dapat mengakses KUR secara online. Secara umum relaksasi KUR ini memiliki manfaat bagi masyarakat seperti: a)kemudahan menjadi calon debitur KUR, dimana UMKM dapat memperoleh KUR dengan penangguhan persyaratan administrasi; b) adanya kelonggaran debitur KUR berupa penurunan suku bunga, perpanjangan jangka waktu, pengurangan tunggakan pokok, pengurangan tunggakan bunga, penambahan fasilitas kredit/pembiayaan dan konversi kredit/pembiayaan menjadi penyertaan modal sementara yang berlaku sampai dengan maksimal satu tahun. Sementara itu, dampak bagi lembaga keuangan penyalur KUR terkait kebijakan relaksasi KUR, antara lain: a) jika kebijakan ini dilakukan tidak tepat sasaran, dan dialokasikan pada sektor-sektor non produktif, bukan tidak mungkin akan berdampak buruk bagi bank penyalur; dan b) adanya kekhawatiran bank terhadap kesehatan

perbankan, mengingat relaksasi diberikan untuk pinjaman di bawah Rp10 miliar. Selain itu, bagi masyarakat (debitur) kebijakan relaksasi KUR dapat menjadikan debitur membayar bunga lebih banyak karena penundaan pembayaran bunga dihitung setahun ke depan.

RekomendasiRelaksasi KUR di saat pandemi Covid-19, memang diperlukan untuk menjamin keberlangsungan usaha para debitur KUR dan meningkatkan daya beli masyarakat. Agar pelaksanaannya efektif dan tepat sasaran, diperlukan langkah-langkah antara lain: pertama, diperlukan sinergi dan koordinasi antara Kementerian Keuangan, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, dan Kementerian Koperasi dan UKM terkait akurasi data UMKM, karena dengan data yang akurat akan memudahkan lembaga keuangan dan pemerintah memisahkan UMKM di sektor produktif dan UMKM di sektor non produktif. Kedua, melakukan perbedaan perlakuan antara penerima sektor produktif dan non produktif sesuai jenis usahanya, hal ini dilakukan untuk mengatasi ketidak tepat sasaran lembaga keuangan dalam menyalurkan KUR. Ketiga, lembaga keuangan penyalur KUR harus hati-hati dan selektif memastikan calon debitur yang akan memperoleh KUR melalui proses relaksasi kredit.

Daftar PustakaKompas.com. 2020. Sudah 134.000 Debitur Terdampak Covid-19 Dapat Kelonggaran Kredit dari BRI. Diakses dari https://amp.kompas.com/money/read/2020/04/09/103400826/sudah-134.000-debitur-terdampak-covid-19-dapat-kelonggaran-kredit-dari-briBisnis.com. 2020. Waspada! Kredit Bermasalah Perbankan Tercatat Tertinggi Sejak 2015. Diakses dari https://finansial.bisnis.com/

Page 10: Vol. V, Edisi 08, Mei 2020 Penerimaan Negara Sektorberkas.dpr.go.id/puskajianggaran/buletin-apbn/public...Vol. V, Edisi 08, Mei 2020 Penyaluran KUR & Potensi Relaksasi KUR Saat Pandemi

10 Buletin APBN Vol. V. Ed. 08, Mei 2020

read/20200506/90/1237131/ojk-rasio-kredit-bermasalah-perbankan-pada-februari-2020-tertinggi-sejak-2015Kontan.co.id. 2020. Duh, relaksasi kredit bisa bikin bank rugi kalau tidak tepat sasaran. Diakses dari https://keuangan.kontan.co.id/news/agus-marto-relaksasi-kredit-bisa-bikin-bank-rugi-kalau-tidak-tepat-sasaran?page=allKontan.co.id. 2020. Bank pelat merah optimis bisa salurkan kuota KUR tahun ini meski ada pandemi corona. Diakses dari https://keuangan.kontan.co.id/news/bank-pelat-merah-optimis-bisa-salurkan-kuota-kur-tahun-ini-meski-ada-pandemi-coronaKontan.co.id. 2020. Hingga pertengahan April, BRI telah restrukturisasi KUR senilai Rp 1,9 triliun. Diakses dari https://keuangan.kontan.co.id/news/hing-pertengahan-april-bri-telah-restrukturisasi-kur-senilai-rp-19-Triliun?utm_source=dableKompas.com. 2020. Relaksasi Kredit, Apa Untungnya untuk Nasabah dan Industri Keuangan? Diakses dari https://money.kompas.com/read/2020/03/31/205335926/relaksasi-kredit-apa-untungnya-untuk-nasabah-dan-industri-keuanganDDTC.co.id. 2002. Sri Mulyani Sebut Ada Relaksasi Kredit untuk 11,9 Juta Nasabah KUR. Diakses dari https://news.ddtc.co.id/sri-mulyani-sebut-ada-relaksasi-kredit-untuk-119-juta-nasabah-kur-20114Pasardana.id. 2020. Kasus Covid-19 Kian Merebak, Pemerintah Relaksasi KUR. Diakses dari https://pasardana.id/news/2020/4/8/kasus-covid-19-kian-merebak-pemerintah-relaksasi-kur/

CNBCIndonesia. 2020. Bank Dihajar Corona, Begini Kondisi Perbankan RI versi OJK. Diakses dari https://www.cnbcindonesia.com/market/20200417131822-17-152683/bank-dihajar-corona-begini-kondisi-perbankan-ri-versi-ojkPeraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian (Permenko) Nomor 6 Tahun 2020 tentang Perlakuan Khusus Bagi Penerima Kredit Usaha Rakyat Terdampak Pandemi Corona Virus Disease 2019Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 11/POJK.03/2020 tentang Stimulus Perekonomian Nasional Sebagai Kebijakan Countercyclical Dampak Penyebaran Coronavirus Disease 2019Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (Perppu) Nomor 1 Tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara Dan Stabilitas Sistem Keuangan Untuk Penanganan Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-2019) Dan/Atau Dalam Rangka Menghadapi Ancaman Yang Membahayakan Perekonomian Nasional Dan/Atau Stabilitas KeuanganPeraturan Presiden (Perpres) Nomor 54 Tahun 2020 tentang Perubahan Postur Dan Rincian Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2020Kemenko Perekonomian. 2020. Penyaluran KUR Tahun 2019. Diakses dari http://kur.ekon.go.id/upload/doc/Penyaluran%20KUR%20Tahun%202019%2031%20Oktober%202019%20.pdf www.katadata.co.id www.kemenkeu.go.id

Page 11: Vol. V, Edisi 08, Mei 2020 Penerimaan Negara Sektorberkas.dpr.go.id/puskajianggaran/buletin-apbn/public...Vol. V, Edisi 08, Mei 2020 Penyaluran KUR & Potensi Relaksasi KUR Saat Pandemi

11Buletin APBN Vol. V. Ed. 08, Mei 2020

Sejak tahun 2002 melalui UU No. 21/2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua, Pemerintah

memberikan Otonomi Khusus (Otsus) untuk Provinsi Papua. Disusul oleh Provinsi Papua Barat melalui Undang-Undang (UU) No. 35/2008 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti UU No. 1/2008 tentang Perubahan atas UU No. 21/2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua menjadi undang-undang. Dalam rangka menjalankan amanah dari UU tersebut pemerintah memberikan dukungan dana berupa pengalokasian Dana Otsus dalam APBN. Besaran Dana Otsus ditentukan setara 2 persen dari pagu DAU Nasional dan berlaku selama 20 tahun. Dana Otsus merupakan bentuk perhatian pemerintah akan pentingnya mengatasi ketidaksetaraan dan meningkatkan pembangunan di berbagai lini untuk kehidupan masyarakat Papua.Dana Otsus terus mengalami peningkatan di setiap tahunnya. Sampai tahun 2019, total Dana Otsus yang sudah dialokasikan mencapai Rp94,2 triliun. Namun, masa berlaku kebijakan pengalokasian Dana Otsus Papua akan berakhir di tahun 2021. Pemerintah berencana untuk melakukan evaluasi menyeluruh terhadap Dana Otsus Papua untuk keberlanjutannya. Karena pada implementasinya, tidak bisa dipungkiri

kebebasan yang diberikan rentan akan penyalahgunaan. Pada akhirnya, target dari keberadaaan Dana Otsus itu sendiri belum dapat tercapai sepenuhnya. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) merekomendasikan pemerintah untuk tetap meneruskan stimulasi Dana Otsus kepada Papua dan Papua Barat. Rekomendasi ini menindaklanjuti berakhirnya Dana Otsus untuk Papua dan Papua Barat pada tahun 2021. Namun ada banyak hal yang harus dipelajari melihat bagaimana perjalanan Dana Otsus selama ini. Oleh karena itu, perlu adanya gambaran bagaimana perkembangan Dana Otsus Papua dan permasalahan apa saja yang terjadi yang bisa menjadi pertimbangan dan rekomendasi untuk keberlanjutan Dana Otsus Papua. Perkembangan Dana Otsus PapuaDana Otsus adalah dana yang dialokasikan untuk membiayai pelaksanaan otonomi khusus daerah. Penggunaan Dana Otsus Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat terutama ditujukan untuk pendanaan di bidang pendidikan dan kesehatan. Selain itu, dalam rangka pelaksanaan Otsus Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat, juga dialokasikan Dana Tambahan Infrastruktur (DTI) dalam rangka

AbstrakDana Otonomi Khusus (Otsus) adalah dana yang dialokasikan untuk

membiayai pelaksanaan otonomi khusus daerah. Dana Otsus merupakan bentuk perhatian pemerintah akan pentingnya mengatasi ketidaksetaraan dan meningkatkan pembangunan di berbagai lini untuk kehidupan masyarakat Papua. Mendekati berakhirnya kebijakan Dana Otsus di tahun 2021, pemerintah berencana melakukan evaluasi menyeluruh terhadap Dana Otsus Papua, untuk keberlanjutannya perlu adanya gambaran bagaimana perkembangan Dana Otsus Papua dan permasalahan apa saja yang terjadi yang bisa menjadi pertimbangan dan rekomendasi untuk keberlanjutan Dana Otsus Papua.

Menakar Keberlanjutan Dana Otonomi Khusus Papua

oleh Ratna Christianingrum*)

Dyah Maysarah**)

*) Analis APBN, Pusat Kajian Anggaran, Badan Keahlian Dewan DPR RI. e-mail: [email protected]**) Analis APBN, Pusat Kajian Anggaran, Badan Keahlian Dewan DPR RI. e-mail: [email protected]

belanja transfer ke daerah

Page 12: Vol. V, Edisi 08, Mei 2020 Penerimaan Negara Sektorberkas.dpr.go.id/puskajianggaran/buletin-apbn/public...Vol. V, Edisi 08, Mei 2020 Penyaluran KUR & Potensi Relaksasi KUR Saat Pandemi

12 Buletin APBN Vol. V. Ed. 08, Mei 2020

otonomi khusus yang diarahkan untuk mempercepat penyediaan infrastruktur di kedua provinsi tersebut. Perkembangan alokasi Dana Otsus Dan DTI dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1 menunjukkan bahwa periode tahun 2002 sampai dengan tahun 2020, pengalokasian Dana Otsus selalu meningkat setiap tahunnya. Dana Otsus yang diberikan kepada Provinsi Papua dan Papua Barat digunakan untuk bidang-bidang kegiatan tertentu yang diprioritaskan. Bidang kegiatan itu adalah pendidikan, kesehatan, infrastruktur, pemberdayaan ekonomi dan penunjang lainnya. Bidang pendidikan dan kesehatan merupakan bidang yang besaran jumlahnya diatur

Gambar 1. Perkembangan alokasi Dana Otsus dan DTI (triliun Rupiah)

Sumber: LKPP diolah

dalam UU No. 21/2001 berbeda dengan kegiatan lain yang besaran tidak diatur oleh undang-undang. UU No. 21/2001 menentukan bahwa sekurang-kurangnya 30 persen penerimaan Dana Otsus dialokasikan untuk biaya pendidikan, dan sekurang-kurangnya 15 persen untuk kesehatan dan perbaikan gizi. Dalam perkembangannya, implementasi Dana Otsus dapat dilihat dari beberapa indikator pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur yang tersaji pada Gambar 2.Pendidikan merupakan salah satu bidang yang menjadi prioritas dalam pemanfaatan Dana Otsus. Untuk melihat peningkatan kualitas pendidikan di suatu wilayah, dapat dilihat dari peningkatan Angka Partisipasi Murni (APM) dan Angka Partisipasi Kasar (APK). APM merupakan indikator yang digunakan untuk menunjukkan tingkat partisipasi penduduk kelompok usia standar yang sesuai dengan tingkat pendidikan tertentu. Sedangkan APK merupakan proporsi anak sekolah pada suatu jenjang tertentu dalam kelompok usia yang sesuai dengan jenjang pendidikan tersebut. Gambar 2 memperlhatkan bahwa dalam lima tahun terakhir rata-rata APM dan APK untuk Provinsi Papua dan Papua Barat meningkat pada tiap jenjang pendidikan di tiap tahunnya. Jika

Gambar 2. Implementasi dan Otsus Provinsi Papua dan Papua Barat

Sumber: BPS dan Kementerian Kesehatan, diolah

Page 13: Vol. V, Edisi 08, Mei 2020 Penerimaan Negara Sektorberkas.dpr.go.id/puskajianggaran/buletin-apbn/public...Vol. V, Edisi 08, Mei 2020 Penyaluran KUR & Potensi Relaksasi KUR Saat Pandemi

13Buletin APBN Vol. V. Ed. 08, Mei 2020

dibandingkan dengan sebelum adanya Dana Otsus untuk Papua Barat di tahun 2008, APK jenjang pendidikan SD dan SMP menurun dari 112,68 dan 89,99 menjadi 111,24 dan 88,49 di tahun 2019. Namun untuk nilai APM SD,SMP, dan SMA meningkat dari 90,71; 48,92; 46,61 di tahun 2008 menjadi 93,76; 69,92; 63,15 di tahun 2019. Kesehatan juga menjadi salah satu bidang yang menjadi prioritas dalam pemanfaatan dan Otsus. Tujuan dari pengalokasian Dana Otsus di bidang kesehatan adalah peningkatan layanan kesehatan dan perbaikan gizi. Kejadian bayi di bawah usia dua tahun (Baduta) stunting merupakan masalah gizi utama yang dihadapi Indonesia. Baduta stunting termasuk dalam masalah gizi kronik yang disebabkan oleh banyak faktor mulai dari kondisi sosial ekonomi hingga kurangnya asupan gizi pada bayi (Sutarto et.al., 2018). Berdasarkan data dapat dilihat bahwa persentase baduta stunting di Papua mengalami penurunan di tahun 2015-2017, namun justru kembali naik di tahun 2018 bahkan melebihi rata-rata nasional. Angka Harapan Hidup (AHH) juga merupakan salah satu indikator yang bisa digunakan untuk menilai kinerja pemerintah dalam meningkatkan kualitas layanan kesehatan. Berdasarkan data dapat dilihat bahwa dalam 10 tahun terakhir AHH di Papua selalu mengalami peningkatan.Sementara itu, untuk infrastruktur di wilayah Papua, pembangunannya turut didanai oleh pemerintah pusat melalui alokasi DTI. Alokasi DTI mengalami peningkatan tiap tahunnya, namun pebingkatan tersebut tidak sejalan dengan pembangunan infrastruktur di Papua yang bisa dilihat dari perkembangan panjang jalan dan kondisinya. Jika dilihat dari data yang disajikan dapat terlihat bahwa perkembangan panjang jalan dan kondisinya fluktuatif setiap tahunnya. Permasalahan Dana Otsus PapuaMasalah mendasar dalam implementasi Dana Otsus Papua adalah pertama,

regulasi pelaksanaan otonomi khusus (BPK, 2018). Belum adanya regulasi yang bersifat komprehensif untuk mengatur tentang segmentasi kewenangan bagi provinsi dan kabupaten/kota di Papua. Kondisi ini menyebabkan buruknya implementasi dan koordinasi antar lembaga yang berdampak pada pembangunan. Kedua, belum adanya penetapan target capaian dalam perencanaan penggunaan Dana Otsus (BPK, 2018). Khususnya dengan sasaran prioritas yang disebutkan dalam undang-undang, sebagai arah kebijakan dan acuan dalam perencanaan maupun pelaksanaan program dan kegiatan, serta sebagai dasar pelaksanaan evaluasi atas capaian kinerja pengelolaan. Pelemahan dalam tahap perencanaan pembangunan di tingkat lokal ini membawa implikasi berupa ketimpangan pembangunan fisik di Papua. Ketiga, kurangnya perencanaan menyebabkan penggunaan Dana Otsus belum sepenuhnya menunjukkan penempatan bidang pendidikan dan kesehatan sebagai prioritas penggunaan dan penggunaan DTI tidak sepenuhnya terkait dengan upaya menghubungkan antar wilayah (BPK, 2019). Alokasi Dana Otsus untuk bidang pendidikan dan kesehatan tersaji pada Gambar 3.Kemenkeu mencatat di Papua, rata-rata penggunaan Dana Otsus di bidang pendidikan hanya sebesar 25,4 persen

Gambar 3. Alokasi Dana Otsus Untuk Bidang Pendidikan & Kesehatan (miliar Rp)

Sumber: Kementerian Dalam Negeri, diolah

Page 14: Vol. V, Edisi 08, Mei 2020 Penerimaan Negara Sektorberkas.dpr.go.id/puskajianggaran/buletin-apbn/public...Vol. V, Edisi 08, Mei 2020 Penyaluran KUR & Potensi Relaksasi KUR Saat Pandemi

14 Buletin APBN Vol. V. Ed. 08, Mei 2020

RekomendasiHadirnya permasalahan dalam penggunaan Dana Otsus tersebut, hendaknya pemerintah perlu menjalankan langkah strategis berupa: pertama, memberikan perhatian serius dalam masa transisi menjelang berakhirnya Dana Otsus Papua dan Papua Barat hingga pasca tahun 2021. Pemerintah perlu segera menentukan exit strategy antara lain dengan meningkatkan efektivitas pengelolaan Dana Otsus agar mencapai output dan outcome optimal sampai dengan berakhirnya implementasi Dana Otsus Papua dan Papua Barat tahun 2021 serta mempertimbangkan urgensi dan opsi kebijakan keberlanjutan pemberian Dana Otsus Papua dan Papua Barat. Mengingat latar belakang penetapan Otsus Provinsi Papua dan Papua Barat adalah karena faktor politik, sosial, budaya, dan ekonomi pemerintah perlu juga mempertimbangkan keseimbangan antara faktor-faktor tersebut.Kedua, perlu adanya aturan rinci dan komprehensif terkait pengelolaan Dana Otsus. Mulai dari perencanaan hingga pelaporan dan pertanggungjawaban Dana Otsus. Aturan transparansi anggaran dan tertib administrasi pendukung penggunaan anggaran sebaiknya juga diatur dalam aturan teknis. Mekanisme pelaporan dan monitoring dan evaluasi seperti pada Dana Desa juga bisa diadopsi dengan penyesuaian kondisi Papua maupun Papua Barat. Ketiga, sumber daya manusia juga masih menjadi salah satu kendala dalam implementasi Dana Otsus. Masih ditemukannya penyalahgunaan Dana Otsus, menunjukkan bahwa penggunaan anggaran belum sepenuhnya memperhatikan aspek akuntabilitas penggunaan anggaran. Dana Otsus dikelola pada tingkat Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota yang formasinya mungkin berubah setiap lima tahun sekali, sehingga transfer ilmu pengelolaan anggaran harus dilakukan terus menerus. Perlu adanya perhatian pemerintah terhadap kapabilitas SDM pelaksana Dana Otsus.

atas pelaksanaan seluruh program dan kegiatan dalam rangka otonomi khusus. Kelima, pelaksanaan monitoring dan evaluasi belum memadai. Lemahnya monitoring dan evaluasi ini berdampak pada rawannya penyalahgunaan anggaran Otsus. Seperti dinyatakan dalam detik.com (2018) bahwa BPK menemukan beberapa indikasi kecurangan yang ada dalam pengelolaaan Dana Otsus. Beberapa temuan indikasi kecurangan teridentifikasi dari pengeluaran Dana Otsus sebesar Rp566 miliar tidak memiliki bukti yang valid. Selain itu, terdapat pula penggunaan anggaran untuk pengadaan barang dan jasa sebesar Rp326 miliar tidak sesuai peraturan. Laporan Rp29 miliar Dana Otsus bersifat fiktif dan Dana Otsus pada 2008 sampai 2010 sebesar Rp1,85 triliun didepositkan.

atau masih di bawah ketentuan yaitu 30 persen (Kontan.co.id, 2020). Adapun untuk rata-rata penggunaan dana di bidang kesehatan sebesar 18,7 persen atau sudah sedikit di atas ketentuan yang sebesar 15 persen. Begitu juga dengan Papua Barat, rata-rata penggunaan Dana Otsus di bidang pendidikan hanya 25,1 persen atau relatif moderat dari ketentuan yang diwajibkan berkisar 20-30 persen. Sementara, rata-rata penggunaan dana di bidang kesehatan baru sebesar 13 persen, dari ketentuan di kisaran 10-15 persen.Keempat, struktur pelaksana pengelolaan dana belum dilengkapi dengan rincian tugas dan mekanisme kerja yang memadai, beserta target output kinerja yang terukur, yang fokus pada perencanaan, koordinasi antar dan intern pemerintah provinsi/kabupaten/kota, serta monitoring dan evaluasi

Page 15: Vol. V, Edisi 08, Mei 2020 Penerimaan Negara Sektorberkas.dpr.go.id/puskajianggaran/buletin-apbn/public...Vol. V, Edisi 08, Mei 2020 Penyaluran KUR & Potensi Relaksasi KUR Saat Pandemi

15Buletin APBN Vol. V. Ed. 08, Mei 2020

Otsus Papua Untuk Kesehatan dan Pendidikan Masih Minim. Diakses di https://nasional.kontan.co.id/news/penggunaan-dana-otsus-papua-untuk-kesehatan-dan-pendidikan-masih-minim pada 30 April 2020LKPP. Laporan Hasil Pemeriksaan Keuangan. Jakarta (ID): BPK RISutarto et al. 2018. Stunting, Faktor Resiko dan Pencegahannya. Jurnal Agromedicine Vol 5 (1): 540-545. Bandar Lampung (ID): UnilaDetik.com. 2018. Jalan Terjal Otsus Papua. Diakses di https://news.detik.com/kolom/d-4350729/jalan-terjal-otsus-papua

Daftar PustakaBPK. 2019. BPK Perlu Melakukan Pemeriksaan Atas Implementasi Dana Otonomi Khusus di Propinsi Papua dan Papua Barat. Diakses di https://www.bpk.go.id/news/bpk-perlu-melakukan-pemeriksaan-atas-implementasi-dana-otonomi-khusus-di-propinsi-papua-dan-papua-barat pada 1 Mei 2020BPS. Provinsi Papua dan Papua Barat dalam angka 2015-2020Kemendagri. 2018. Bahan Paparan Ditjen Bina Keuangan DaerahKemenkes. 2018. Hasil Survey Pemantauan GiziKontan.co.id. 2019. Penggunaan Dana

Keempat, jika kebijakan Dana Otsus diperpanjang, perlu adanya sinergi antara Dana Otsus dengan penggunaan dana dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah untuk bidang prioritas seperti pendidikan, kesehatan dan infrastruktur.

Page 16: Vol. V, Edisi 08, Mei 2020 Penerimaan Negara Sektorberkas.dpr.go.id/puskajianggaran/buletin-apbn/public...Vol. V, Edisi 08, Mei 2020 Penyaluran KUR & Potensi Relaksasi KUR Saat Pandemi

“Siap Memberikan Dukungan Fungsi Anggaran Secara Profesional”

Buletin APBNPusat Kajian AnggaranBadan Keahlian DPR RI

www.puskajianggaran.dpr.go.idTelp. 021-5715635, Fax. 021-5715635