vol. 06, no. 03, mei 2018 published: 2018-05-21

24
Vol. 06, No. 03, Mei 2018 Published: 2018-05-21

Upload: others

Post on 15-Oct-2021

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Vol. 06, No. 03, Mei 2018

Published: 2018-05-21

Articles

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN TERKAIT PEREDARAN MIE INSTAN

KADALUARSA DI KOTA DENPASAR

I Gst. Ag. Ngr. Nata Wibawa, I Wayan Novy Purwanto

1-15

o PDF

IMPLEMENTASI HUKUM UNTUK PERLINDUNGAN SALES COUNTER BERDASARKAN

UNDANG-UNDANG KESELAMATAN KERJA NOMOR 1 TAHUN 1970

Deviera Dika Putri Harlapan, Komang Pradnyana Sudibya

1-15

o PDF

TANGGUNG JAWAB PENJAMIN TERHADAP DEBITUR YANG TIDAK DAPAT MEMENUHI

PRESTASI KEPADA KREDITUR

Cok Istri Ratih Dwiyanti Pemayun, Komang Pradnyana Sudibya

1-14

o PDF

PERLINDUNGAN HUKUM LAGU YANG DIUNGGAH TANPA IZIN PENCIPTA DI SITUS

YOUTUBE

P. Dina Amanda Swari, I Made Subawa

1-15

o PDF

AKIBAT HUKUM PELAKU USAHA TERHADAP PENDISTRIBUSIAN PRODUK MAKANAN TIDAK

BERSERTIFIKASI HALAL

Angelina Putri Suhartini, I Ketut Markeling

1-15

o PDF

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PENUMPANG ATAS HILANG ATAU RUSAKNYA BARANG

DALAM PENGANGKUTAN UDARA

Dewa Ayu Putri Sukadana, Marwanto .

1-14

o PDF

EKSISTENSI TINDAKAN RESELLER BERBASIS ONLINE SHOP DALAM TRANSAKSI

PERDAGANGAN MELALUI E-COMMERCE DI INDONESIA

I Gusti Agung Ayu Patrecia Marthavira, Ida Ayu Sukihana

1-16

o PDF

PELAKSANAAN KETENTUAN HUKUM TENTANG PERJANJIAN KONSINYASI ANTARA

DISTRIBUTION OUTLET DENGAN SUPPLIER DI DENPASAR SELATAN

Anak Agung Ngurah Dharma Jaya, Ni Ketut Supasti Dharmawan, Anak Agung Sagung Wiratni Darmadi

1-17

o PDF

PELAKSANAAN OVER CONTRACT RUMAH SEWAAN DI KOTA DENPASAR

I Dewa Gede Angga Windhu Wijaya, Komang Pradnyana Sudibya

1-16

o PDF

PENYALAHGUNAAN PENYEWAAN PENGINAPAN DI KABUPATEN BADUNG

Ni Putu Rika Efriyanti, Komang Pradnyana Sudibya

1-15

o PDF

AKIBAT HUKUM TERHADAP PERBEDAAN HARGA BARANG PADA LABEL (PRICE TAG) DAN

HARGA KASIR

A.A. Sagung Agung Sintia Maharani, I Ketut Markeling

1-15

o PDF

UPAYA PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PELANGGARAN HAK MEREK

Kadek Yoni Vemberia Wijaya, I Gusti Ngurah Wairocana

1-6

o PDF

PENETAPAN BOEDEL PAILIT DAN PENGELUARAN BENDA DARI BOEDEL PAILIT (Analisis

Yuridis terhadap Putusan Nomor : 5 / Pdt. Sus. Gugatan Lain-lain/ 2017 / PN. Niaga. Sby Jo.

No. 2 / Pdt. Sus. Pailit / 2017 / PN. Niaga Sby)

Bendesa Gede Mas Indriyanigraha Arjaya, I Gusti Ketut Ariawan

o PDF

PELAKSANAAN OUTSOURCING PADA BANK BRI KANTOR CABANG PEMBANTU UNIT

JIMBARAN

Putu Dian Junintya Dewi, I Wayan Wiryawan, I Made Dedy Priyanto

1-12

o PDF

PELAKSANAAN JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN PROGRAM JAMINAN HARI TUA BAGI

PEKERJA PADA HOTEL RAMADA BALI SUNSET ROAD KUTA

Cokorda Gde Wiyarta, I Ketut Markeling, I Nyoman Darmadha

o PDF

Eksistensi Asas Kebebasan Berkontrak Berkaitan Dengan Klausula Eksonerasi Dalam

Perjanjian Baku

Marsha Angela Putri Sekarini, I Nyoman Darmadha

o PDF

PENERAPAN TENTANG BATASAN WAKTU PEKERJA ASING UNTUK BEKERJA PADA PT.

HARUM INDAH SARI TOUR & TRAVEL DI DENPASAR DI TINJAU DARI UNDANG-UNDANG

NOMOR 13 TAHUN 2003

Luh Intan Putri Wulandari, I Nyoman Wita

1-15

o PDF

KEDUDUKAN KREDITUR DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK MILIK ATAS

TANAH BERDASARKAN UNDANG – UNDANG NOMOR 4 TAHUN 1996 TENTANG HAK

TANGGUNGAN BESERTA BENDA – BENDA YANG BERKAITAN DENGAN TANAH

Kadek Septian Dharmawan Prastika, Marwanto Marwanto, A.A Ketut Sukranatha

1-13

o PDF

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN YANG MENGGUNAKAN JASA REKREASI

WAHANA AIR DI CIWA SEMPURNA KECAMATAN KUTA SELATAN

Ida Bagus Widnyana, I Made sarjana, I Made Dedy Priyanto

1-14

o PDF

PENGELOLAAN WILAYAH PANTAI OLEH PIHAK SWASTA BERDASARKAN PERJANJIAN

DENGAN PEMERINTAH TERKAIT DENGAN PASAL 33 AYAT (3) UUD NRI 1945 YANG

MELINGKUPI KESEJAHTERAAN MASYARAKAT LOKAL

Andre Julio, Ida Bagus Surya Dharmajaya

1-5

o PDF

KEDUDUKAN SERIKAT PEKERJA/BURUH DALAM MELAKUKAN PERUNDINGAN

PEMBENTUKAN PERJANJIAN KERJA BERSAMA*

Anak Agung Istri Widya Prabarani, I Gusti Ngurah Wairocana

1-13

o PDF

TANGGUNGJAWAB INDUK PERUSAHAAN SEBAGAI PENANGGUNG (CORPORATE

GUATANTEE) ANAK PERUSAHAAN DALAM PERJANJIAN KREDIT JIKA TERJADI

WANPRESTASI

Ketut Gde Dannu Mertha Wiguna, I Gede Artha

1-14

o PDF

PENERAPAN PRINSIP KEHATI-HATIAN SEBAGAI ANALISIS DALAM PEMBERIAN KREDIT

PADA PT. BPR GIANYAR PARTASEDANA

I Dewa Gede Cahaya Dita Darmaangga, Dewa Gde Rudy, A.A Gede Agung Darmakusuma

1-13

o PDF

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN ATAS TINDAKAN PENGAMBILAN PAKSA

KENDARAAN BERMOTOR OLEH LEMBAGA PEMBIAYAAN DI KOTA DENPASAR

A.A Ngr Gde Oka Mahajaya, A.A. Sri Indrawati, Ida Bagus Putu Sutama

1-16

o PDF

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN AKIBAT KEHILANGAN KENDARAAN

DALAM AREA PARKIR (Studi Kasus Pasar Umum Desa Pakraman Sukawati)

I Komang Gde Arya Dinatha, Ida Bagus Putu Sutama

1-12

o PDF

KETIDAKJUJURAN PELAKU USAHA TERHADAP STRUK BELANJA MENURUT UNDANG-

UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

Putri Nabella Tuntama, I Ketut Tjukup

1-5

o PDF

IMPLIKASI HUKUM PEMBUBARAN KOPERASI YANG DIPUTUS PAILIT

Ni Nyoman Ratih Kemala Sandy, Ni Gusti Ayu Dyah Satyawati

1-16

o PDF

PEMBEBANAN HAK TANGGUNGAN DALAM PERJANJIAN KREDIT YANG TIDAK

DIDAFTARKAN AKTA PEMBERIAN HAK TANGGUNGAN

Ni Ketut Satya Narayani, I Ketut Sudantra

1-16

o PDF

PELAKSANAAN PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU (PKWT) PADA VILLA THE SEMINYAK

OASIS

Made Nadya Pradnya Sari, I Made Udiana, I Nyoman Mudana

o PDF

ANALISIS KEWENANGAN KPPU MELAKUKAN PENYELIDIKAN DAN/ATAU PEMERIKSAAN

YANG DIATUR DALAM PASAL 36 UU NO.5 TAHUN 1999

Izabella Wulandari, Ibrahim R

1-14

o PDF

PELAKSANAAN PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL JAMINAN PENSIUN

TERHADAP PEKERJA KONTRAK DI PDAM KABUPATEN TABANAN

I Putu Aris Udiana Putra, I Made Udiana, I Nyoman Mudana

o PDF

EFEKTIFITAS PENGAWASAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN TERHADAP

PEDAGANG MAKANAN TRADISIONAL YANG MENGGUNAKAN ZAT PEWARNA BERBAHAYA

DI PASAR BADUNG, KOTA DENPASAR*

I Gusti Ngurah Gede Bayu Brahmantara, I Wayan Wiryawan, A.A. Sri Indrawati

1-17

o PDF

PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KONSUMEN TERHADAP PEREDARAN

MAKANAN YANG TELAH KADALUARSA DI PASAR KERENENG DENPASAR

I Made Cahyadi, I Wayan Wiryawan, A.A. Sri Indrawati

1-14

o PDF

RISIKO HUKUM DALAM PERJANJIAN KREDIT BANK KAITANNYA DENGAN PERLINDUNGAN

NASABAH

Ferdian Nickolas Pasangka, R.A. Retno Murni, A.A. Ketut Sukranatha

o PDF

PERANAN OTORITAS JASA KEUANGAN DALAM MENGAWASI LEMBAGA KEUANGAN NON

BANK BERBASIS FINANCIAL TECHNOLOGY JENIS PEER TO PEER LENDING

I Wayan Bagus Pramana, Ida Bagus Putra Atmadja, Ida Bagus Putu Sutama

1-14

o PDF

PERTANGGUNGJAWABAN PENGUSAHA ATAS TIDAK TERPENUHINYA PEMBERIAN UPAH

MINIMUM BAGI TENAGA KERJA

Ridita Aulia, I Made Mahartayasa

1-14

o PDF

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN YANG MENGGUNAKAN JASA

TRANSPORTASI PT. GOJEK INDONESIA DI KOTA DENPASAR

Elvina Esmerelda Fanani, Suatra Putrawan, Ida Bagus Putu Sutama

1-14

o PDF

PIHAK YANG BERWENANG MENGAJUKAN PERMOHONAN PERNYATAAN PAILIT TERHADAP

DEBITUR DALAM KREDIT SINDIKASI

I Gusti Ngurah Krisna Aditya Putra, I Nyoman Darmadha

1-16

o PDF

LEGALITAS E-MONEY SEBAGAI ALAT PEMBAYARAN YANG SAH DALAM MEMASUKI JALAN

BEBAS HAMBATAN

I Dewa Made Krishna Wiwekananda, Made Nurmawati

1-15

o PDF

SUATU PERLINDUNGAN HUKUM KEPADA KONSUMEN MENGENAI PERJANJIAN SEWA

MAUPUN PEMBELIAN SEPEDA MOTOR PADA DEALER PT CAHAYA SURYA BALI INDAH

DENPASAR

I Komang Ari Wijayantara, Marwanto Marwanto

1-14

o PDF

PELAKSANAAN PENCATATAN KAIN SONGKET DESA GELGEL KABUPATEN KLUNGKUNG

Cahaya Putra Wardana, I Wayan Wiryawan

1-10

o PDF

TANGGUNG JAWAB YAYASAN WIDYA KUSUMA SARI TERHADAP TENAGA KERJA YANG

MENGALAMI KECELAKAAN KERJA YANG TIDAK IKUT DALAM PROGRAM BPJS PADA TAMAN

PENITIPAN ANAK HEPI KIDS DENPASAR

I Gusti Agung Oka Prami Dewi, A.A Gede Agung Dharmakusuma

1-15

o PDF

WANPRESTASI YANG DILAKUKAN OLEH PIHAK DEBITUR DALAM PELAKSANAAN

PERJANJIAN KREDIT PADA KOPERASI SERBA USAHA PUTRA DALEM BATUBULAN

KABUPATEN GIANYAR

I Dewa Agung Ayu Mas Puspitaningrat, A.A.Gede Agung Dharmakusuma

1-12

o PDF

AKTIVITAS JUAL-BELI PRODUK REFURBISH SECARA KOMERSIAL PADA PONSEL BERMEREK

APPLE DALAM PERSPEKTIF HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN DI INDONESIA

Ngurah Manika Arya Putra, I Ketut Wirawan

1-18

o PDF

Perlindungan Hukum Bagi Kreditur Pemegang Hak Jaminan Fidusia Terhadap Musnahnya

Objek Jaminan Fidusia

I Made Yudatama, I Nyoman Darmadha

1-12

o PDF

UPAYA HUKUM YANG DILAKUKAN KREDITUR ATAS HILANGNYA BENDA JAMINAN FIDUSIA

DALAM PERJANJIAN KREDIT PADA PT. BPR SADHU ARTHA

I Gede Hari Dermawan, Marwanto Marwanto, I Nyoman Dharmadha

1-14

o PDF

PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KARYAWAN KONTRAK MENGENAI

PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU TIDAK DICATATKAN BERDASARKAN UNDANG-

UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 PADA CV. WIJAYA STEEL

A. A. Arvino Ananda Kusuma, I Gusti Ngurah Wairocana

1-14

o PDF

KEWENANGAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA (KPPU) MENYELESAIKAN

PERKARA PERSAINGAN USAHA

Ni Luh Gede Eka Susilayanti, I Nyoman Darmadha

1-12

o PDF

TANGGUNG JAWAB PEMILIK TOKO ONLINE DALAM JUAL-BELI ONLINE (E-COMMERCE)

DITINJAU BERDASARKAN HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

Putu Surya Mahardika, Dewa Gde Rudy

1-16

o PDF

TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN ANGKUTAN UDARA DALAM PEMBATALAN TIKET

PENERBANGAN

Wahyu Tantra Setiadi, Made Nurmawati

o PDF

PENGATURAN TERHADAP KEPAILITAN TRANSNASIONAL DI INDONESIA

Putu Ayu Ossi Widiari, A.A. Sri Indrawati

1-12

o PDF

SYARAT KEPAILITAN SEBAGAI BENTUK PERLINDUNGAN HUKUM DEBITOR DALAM

UNDANG-UNDANG NOMOR 37 TAHUN 2004

Gedalya Iryawan Kale, A.A.G.A. Dharmakusuma

1-12

o PDF

PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEKERJA WANITA YANG BEKERJA

PADA MALAM HARI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG

KETENAGAKERJAAN (STUDI DI ALFAMART JALAN ULUWATU II DAERAH KUTA SELATAN)

Made Gede Angga Bagus Setiawan, I Nyoman Mudana, I Made Dedy Priyatno

1-16

o PDF

PEMANFAATAN TENAGA KERJA ASING PADA SEKTOR PERBANKAN DARI PERSPEKTIF

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN

Luh Putu Diah Mahayusti, I Ketut Markeling

1-15

o PDF

TANGGUNG JAWAB PELAKU USAHA TERHADAP KONSUMEN TERKAIT PRODUK MAKANAN

KEMASAN YANG SUDAH KADALUWARSA

Nyoman Rizkyta Putri, A.A Ketut Sukranatha

1-15

o PDF

TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT TERHADAP KERUGIAN PENGGUNA JASA ANGKUTAN

BARANG KARENA KELALAIAN PEKERJANYA DALAM PERJANJIAN PENGANGKUTAN (Studi

Kasus CV. Duta DewataTransportindo) ?

Ni Ketut PitriAdiGunarti, A.A Ketut Sukranatha, I Made Pujawan

1-15

o PDF

TANGGUNG JAWAB KOLEGIAL DIREKSI PERSEROAN TERBATAS YANG MENGALAMI PAILIT

OLEH PUTUSAN PENGADILAN

I Komang Heryawan Trilaksana, Dewa Gde Rudy

1-16

o PDF

ANALISA YURIDIS TERHADAP PENGATURAN DEBT COLLECTION PRINCIPLE DALAM

PUTUSAN PENGADILAN NIAGA NOMOR 59/PAILIT/2001/PN NIAGA/JKT.PST.

Ni Gusti Ayu Made Nia Rahayu, Cok Istri Anom Pemayun

1-15

o PDF

EFEKTIVITAS PELAKSANAAN PERATURAN GUBERNUR PROVINSI BALI NOMOR 48 TAHUN

2014 TENTANG HARGA ECERAN TERTINGGI LIQUIFIED PETROLEUM GAS TABUNG 3

KILOGRAM KOTA DENPASAR

Nyoman Angga Dharma Utama, Dewa Gede Rudy

1-13

o PDF

PELAKSANAAN PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

NOMOR 16/PRT/M/2017 TENTANG TRANSAKSI TOL NON TUNAI PADA PT. JASA MARGA DI

JALAN TOL BALI MANDARA BADUNG

Ni Putu Queen Mahayani Tenaya, I Wayan Wiryawan, I Nyoman Mudana

1-12

o PDF

LEGALITAS BITCOIN SEBAGAI ALAT PEMBAYARAN VIRTUAL DALAM TRANSAKSI BISNIS DI

INDONESIA

Dhea Nada Safa Prayitno, Suatra Putrawan

1-14

o PDF

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KONSUMEN SMARTPHONE BERMEREK IPHONE DALAM

KAITANNYA DENGAN PEREDARAN PRODUK IPHONE REKONDISI DI INDONESIA

Ni Putu Aprilia Surya Dewi, I Wayan Novy Purwanto

1-13

o PDF

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN TERKAIT PRODUK KOSMETIK TANPA

KOMPOSISI BAHAN

Luh Putu Dianata Putri, A.A Ketut Sukranatha

1-14

o PDF

PELAKSANAAN PENYEDIAAN JASA ANGKUTAN PARIWISATA TERHADAP FASILITAS BAGI

PENYANDANG DISABILITAS DI KOTA DENPASAR

Ni Made Wimas Suni Nurbaheni, I Made Sarjana

1-13

o PDF

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENCIPTA KARYA SINEMATOGRAFI TERKAIT

PEMBAJAKAN FILM PADA SITUS ONLINE

Ni Made Rian Ayu Sumardani, I Made Sarjana

1-15

o PDF

WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN JUAL BELI RUMAH SUSUN MELALUI PEMESANAN (PRE-

PROJECT SELLING)*

Ketut Ayu Lestari, I Nyoman Darmadha

1-13

o PDF

KAJIAN YURIDIS PERBUATAN MELAWAN HUKUM AKIBAT PEMUTUSAN PERJANJIAN SEWA-

MENYEWA SECARA SEPIHAK YANG DILAKUKAN OLEH DIREKSI PT. BALI UNICORN*

Bagus Julio Suroso, Desak Putu Dewi Kasih

1-14

o PDF

IMPLEMENTASI SYARAT KECAKAPAN DALAM PERJANJIAN JUAL BELI ONLINE

Bima Bagus Wicaksono, Desak Putu Dewi Kasih

1-11

o PDF

KORELASI ANTARA WAKTU KERJA LEMBUR TERHADAP UPAH YANG TERJADI DI

LINGKUNGAN MASYARAKAT WARIBANG

Anak Agung Ngurah Gede Agung Tricahya Yoga Kumara, I Wayan Novy Purwanto

1-14

o PDF

PENGATURAN SANKSI TERHADAPCORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY PADA PERSEROAN

TERBATAS

Putu Dinanda Prajna Putri, I Made Sarjana

1-15

o PDF

KARYA CIPTA ELECTRONIC BOOK (E-BOOK) : STUDI NORMATIF PERLINDUNGAN HAK

EKONOMI PENCIPTA

Ni Putu Utami Indah Damayanti, A.A. Sri Indrawati, A.A. SagungWiratni Darmadi

1-16

o PDF

KEDUDUKAN PEMBANTU RUMAH TANGGA SEBAGAI PEKERJA DITINJAU DARI UNDANG-

UNDANG NO. 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN

Luh Putu Try Aryawati, I Made Sarjana

1-15

o PDF

1

RISIKO HUKUM DALAM PERJANJIAN KREDIT BANK

KAITANNYA DENGAN PERLINDUNGAN NASABAH*

Oleh:

Ferdian Nickolas Pasangka** R.A. Retno Murni***

A.A. Ketut Sukranatha****

Program Kekhususan Hukum Bisnis, Fakultas Hukum,

Universitas Udayana

Abstrak

Bank sebagai lembaga intermediasi keuangan memegang peranan

penting dalam proses pembangunan nasional dilihat dari kegiatan usaha utama bank berupa menarik dana langsung dari masyarakat

dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit. Untuk dapat memperoleh pinjaman dari bank, masyarakat harus melalui pengajuan kredit bank itu

sendiri. Permasalahan yang terjadi yaitu apa risiko yang dapat timbul dalam perjanjian kredit bank?, dan apa upaya-upaya perlindungan bagi nasabah dari risiko yang timbul dalam perjanjian kredit bank?

metode penelitian dalam penulisan ini adalah penelitian hukum normatif, yaitu pengkajian terhadap bahan-bahan hukum, baik

bahan hukum primer maupun bahan hukum sekunder. Hasil penelitian menunjukan dalam perjanjian kredit bank banyak terdapat klausula-klausula eksonerasi yang dapat memberatkan nasabah itu

sendiri, posisi bank yang dominan pada waktu kredit akan diberikan membuat nasabah tidak mempunyai pilihan lain karena pada saat

pembuatan perjanjian umumnya nasabah debitur sangat membutuhkan bantuan kredit dari bank. Melalui Undang-Undang Perlindungan Konsumen Nomor 8 Tahun 1999 dan Undang-Undang

* Jurnal ini diambil dari intisari skripsi yang berjudul Risiko Hukum Dalam

Perjanjian Kredit Bank Kaitannya Dengan Perlindungan Nasabah **Ferdian Nickolas Pasangka, adalah Mahasiswa Fakultas Hukum

Universitas Udayana, [email protected] ***R.A Retno Murni, SH.MH.,Ph.D, adalah Dosen Fakultas Hukum

Universitas Udayana **** A.A. Ketut Sukranatha, SH.,MH, adalah Dosen Fakultas Hukum

Universitas Udayana

2

Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan diharapkan dapat menjadi perlindungan bagi nasabah dalam perjanjian kredit.

Kata Kunci: Bank, Perjanjian Kredit, Klausula Eksonerasi

Abstract

Bank as a financial intermediary plays an important role in the national development process considering that the bank's main business activities are collecting funds directly from the public in the form of savings and channel them back to the people in the form of credit or bank loan. To be able to obtain loans from banks, people should apply for a loan to the bank itself. Problems that occur are what the risks that can arise in a bank loan agreement?,and what protection measures for customers of the risks that arise in the bank loan agreement? the research method in this paper is the normative legal research, namely the analysis of legal materials, both primary and secondary legal materials. Study shows that there are many exoneration clauses in the bank loan agreement that can burden the customer itself, the dominant bank position at the time of loan approval has resulted in the customers having no other choice, because at the time of making the agreement generally debtor is in need of loan assistance from the bank. Through the Consumer Protection Law Number 8 of 1999 and Law Number 21 of 2011 on the Financial Services Authority, itis expected to be a protection for customers in bank loan agreement. Keywords: Bank, Bank Loan Agreement, Exoneration Clauses

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masyarakat Indonesia sejak lama telah menggenal kegiatan

pinjam-meminjam uang, dapat diketahui kegiatan pinjam-meminjam

dilakukan masyrakat Indonesia untuk meningkatkan taraf hidupnya

baik digunakan untuk mendanai usahanya ataupun untuk

kebutuhan yang berkaitan dengan kegiatan sehari-hari. Perbankan

3

merupakan salah satu sumber dana diantaranya dalam bentuk

perkreditan bagi masyarakat, perorangan, atau badan usaha.

Pengertian kredit menurut Pasal 1 angka 11 Undang-Undang

Nomor 10 Tahun 1998 Tentang perubahan Atas Undang-Undang

Nomor 7 Tahun 1992 Tentang perbankan (selanjutnya disebut UU

Perbankan) adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat

dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau

kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dan pihak lain yang

mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutanya setelah jangka

waktu tertentu dengan pemberian bunga. Berdasarkan penjelasan

tersebut dapat dilihat bahwa dalam pemberian kredit harus

berdasarkan pada persetujuan atau kesepakatan kedua belah pihak,

bank dalam memberikan kredit harus memperoleh keyakinan

terhadap kemampuan calon nasabah debitur untuk melunasi

hutangnya, karena kredit yang diberikan oleh bank bukanlah tanpa

risiko, sehingga dalam pelaksanaanya bank harus memperhatikan

asas-asas perkreditan yang sehat untuk mengurangi risiko tersebut.

Perjanjian kredit bank pada umumnya menggunakan

perjanjian yang bersifat baku(standard contract). Perjanjian tersebut

dibuat dalam bentuk tertulis yang memuat ketentuan-ketentuan dan

syarat-syarat yang terlebih dahulu dibuat oleh satu pihak yaitu bank,

dengan demikian nasabah hanya tinggal memilih untuk menerima

atau menolak menggunakan jasa perbankan di bank tersebut.

Nasabah tidak mempunyai kewenangan untuk mengajukan syarat-

syarat yang diinginkannya, perjanjian ini disebut juga perjanjian

baku yang sifatnya "take it or leave it".1 Dapat diasumsikan bahwa

1 Hermansyah, 2005, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, Kencana,

Jakarta, hal 68

4

perjanjian baku tidak memiliki keseimbangan kehendak bagi para

pihak yang melakukan perjanjian dalam membuatnya, karena pihak

konsumen tidak ikut menentukan isi dari perjanjian tersebut. Maka

asas kebebasan berkontrak masih terlihat abu-abu dalam perjanjian

baku.2 Dilihat dalam perkembangannya pemakaian perjanjian baku

menunjukkan hal-hal yang membahayakan masyarakat karena

kurang memahami aspek-aspek hukum terutama tentang akibat dari

pelaksanaannya perjanjian baku.3

Keberadaan klausula eksonerasi dalam perjanjian baku sering

disalahgunakan tidak hanya sekedar untuk membebaskan diri dari

tanggung jawab akan tetapi sampai dengan menghapus tanggung

jawab. Oleh karena itu selayaknya adanya upaya pembatasan

terhadap penggunaan klausula eksonerasi dalam perjanjian untuk

melindungi kepentingan nasabah.4

Nasabah dalam perjanjian kredit bank dapat diasumsikan

dengan konsumen, ini dapat dilihat dalam Penjelasan Pasal 1 angka

(2) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan

Konsumen (selanjutnya disebut UUPK) yang menyebutkan konsumen

adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia

dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga,

orang lain maupun mahluk hidup orang lain, dan tidak untuk

diperdagangkan. Jadi dapat disimpulkan bahwa nasabah dalam

perbankan dapat disamakan dengan konsumen dalam UUPK apabila

2 I Putu Dianda Ega Dinanda dan I Nyoman Wita, 2018, Asas Kebebasan

Berkontrak Dalam Perjanjian Baku, Jurnal Kertha Semaya Vol 4, hal 3 3 Umi Aliffa, 2018, Penerapan Perjanjian Baku Pada Perbankan Menurut

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, Jurnal

Kertha Semaya Vol 6, hal 4 4 Danty Listiawati, 2015, Klausula Eksonerasi Dalam Perjanjian Standar

Dan Perlindungan Hukum Bagi Konsumen, hal 7

5

dilihat dari unsur konsumen tersebut, yaitu pemakai barang

dan/jasa dalam hal ini kredit dan tidak untuk diperdagangkan

UUPK juga sangat terkait, khususnya dalam hal perlindungan

hukum bagi nasabah debitur selaku konsumen, adapun ratio

diundangkannya UUPK adalah dalam rangka menyeimbangkan daya

tawar konsumen terhadap pelaku usaha dan mendorong pelaku

usaha untuk bersikap jujur dan bertanggung jawab dalam

menjalankan tugasnya.

Dalam Pasal 18 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang

Perlindungan Konsumen (selanjutnya disebut UUPK) dijelaskan

tentang pencantuman klausula baku, dimana ketentuan ini

dimaksudkan untuk menempatkan kedudukan konsumen setara

dengan pelaku usaha berdasarkan prinsip kebebasan berkontrak.

Tetapi dalam kenyataannya bank masih mencantumkan klausula

baku yang menempatkan bank kedudukannya menjadi lebih

dominan sehingga menyebabkan nasabah tunduk terhadap isi dari

perjanjian kredit tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah sebagaimana telah diuraikan,

maka dapatlah diajukan beberapa permasalahan dalam penelitian

ini. Permasalahan tersebut apabila dirumuskan adalah sebagai

berikut:

1. Apa risiko yang dapat timbul dalam perjanjian kredit bank?

2. Apa upaya-upaya perlindungan bagi nasabah dari risiko yang

timbul dalam perjanjian kredit bank?

6

1.3 Tujuan

Adapun Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini

adalah untuk mengetahui apa risiko yang dapat timbul dalam

perjanjian kredit bank dan untuk mengetahui upaya perlindungan

bagi nasabah dari risiko yang timbul dalam perjanjian kredit bank.

II. ISI

2.1 Metode Penelitian

Adapun jenis penelitian yang dipergunakan dalam penelitian

ini adalah penelitian hukum normatif, yaitu pengkajian terhadap

bahan-bahan hukum, baik bahan hukum primer maupun bahan

hukum sekunder.5

2.2 Hasil dan Pembahasan

2.2.1 Risiko Yang dapat Timbul Dalam Perjanjian kredit bank

Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu melakukan

kegiatan ataupun usaha untuk memenuhi kebutuhan kehidupannya,

dalam kegiatan ataupun usaha yang dilakukan manusia sehari-hari

tidak selalu berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan karena

terkadang dalam kegiatan ataupun usahanya pasti mengandung

sebuah risiko, sama seperti halnya dengan bank dalam menyalurkan

kredit kepada masyarakat juga tidak terlepas daripada apa yang

dinamakan dengan risiko, adapun pengertian risiko menurut

Sudarsono adalah memegang suatu kerugian karena suatu peristiwa

yang tidak terduga.6Sedangkan yang dimaksud dengan risiko hukum

5 Bahder J. Nasution, 2016, Metode Penelitian Ilmu Hukum, Cet-II, CV.

Mandar Maju, Bandung, hal 97 6 Sudarsono, 2007, Kamus Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, hal 410

7

adalah risiko yang timbul karena ketidakmampuan manajemen

perusahaan dalam mengelola kerugian munculnya permasalahan

hukum yang dapat menimbulkan kerugian atau kebangkrutan bagi

perusahaan.

Irham Fahmi berpendapat bahwa risiko kredit merupakan

bentuk ketidakmampuan suatu perusahaan, institusi, lembaga

maupun pribadi dalam menyelesaikan kewajiban-kewajibannya

secara tepat waktu baik pada saat jatuh tempo maupun sesudah

jatuh tempo dan itu semua sesuai dengan aturan dan kesepakatan

yang berlaku.7

Risiko kredit juga dijelaskan dalam Pernyataan Standar

Akutansi keuangan (PSAK) Nomor 31 tahun 2009, yang dimaksud

risiko kredit adalah risiko dimana suatu pihak atas instrumen

keuangan akan menyebabkan kerugian keuangan terhadap pihak

lain diakibatkan kegagalannya dalam melaksanakan suatu

kewajiban. Risiko dalam perjanjian kredit bank itu sendiri tidak

hanya dialami oleh bank sebagai pihak kreditur tetapi juga dapat

dialami oleh nasabah debitur dan masing-masing pihak mempunyai

risiko yang berbeda.

Bank dalam memberikan kredit kepada nasabah debitur tidak

pernah menginginkan kredit yang diberikan akan menjadi kredit yang

bermasalah kedepannya, meskipun bank dalam memberikan kredit

sudah menerapkan prinsip kehati-hatian yang salah satunya dikenal

dengan sebutan "the five C of credit analysis" atau prinsip 5C's tetapi

tidak jarang bank mengalami risiko kredit dalam masa nasabah

debitur menggunakan jasa bank yang salah satunya adalah default

7 Irham Fahmi, 2004, Pengantar Perbankan Teori Dan Aplikasi, Alfabeta,

Bandung, hal 85

8

risk, default risk adalah risiko gagal bayar terhadap sejumlah

pinjaman kredit yang telah dipinjamkan secara tepat waktu.8 Kredit

bermasalah akan berakibat pada kesehatan bank itu sendiri, dimana

bank tidak dapat menerima kembali dananya yang telah disalurkan

kepada debitur beserta bunga pinjamannya.

Selain risiko bank sebagai kreditur, nasabah debitur juga

mempunyai risiko dalam perjanjian kredit bank dimana posisi bank

yang lebih kuat pada saat pengajuan kredit yang mengakibatkan

tunduknya nasabah debitur terhadap isi daripada perjanjian kredit

dan umumnya nasabah debitur tidak akan menuntut banyak

terhadap isi dari perjanjian kredit karena khawatir kredit yang

diajukan akan ditolak. Posisi yang tidak seimbang ini akhirnya

dimanfaatkan oleh bank untuk dengan bebas membuat dan

menentukan isi daripada perjanjian dan mencantumkan klausul-

klausul eksonerasi yang memberatkan bagi nasabah debitur.klausul

eksonerasi merupakan salah satu perwujudan dari klausul-klausul

yang secara tidak wajar memberatkan sehingga dapat saja klausul

yang tidak membebaskan ataupun membatasi tanggung jawab salah

satu pihak terhadap gugatan pihak lainnya namun dirasakan

memberatkan pihak lainnya.9 Risiko ini tidak dapat dihindari oleh

nasabah debitur karena isi dari perjanjian kredit tidak

dimusyawarahkan lagi kepada debitur, Perjanjian kredit yang

seharusnya dibuat berdasarkan kesepakatan para pihak, karena

efisiensi waktu diubah menjadi perjanjian yang telah dibuat oleh

pihak yang mempunya posisi lebih dominan dalam hal ini adalah

bank. Dengan demikian nasabah debitur hanya tinggal memilih

8 Ibid, hal 86

9 Uswatun Hasanah, 2017, Hukum Perbankan, Setara Press, Malang,

hal 103

9

untuk menerima atau menolak menggunakan jasa perbankan di

bank tersebut.

Adanya unsur pilihan ini oleh sementara pihak dikatakan

perjanjian standar tidaklah melanggar asas kebebasan berkontrak

(Pasal 1320 jo. 1338 KUH Perdata). Artinya pihak konsumen masih

diberi hak untuk menyetujui (take it) atau menolak (leave it)

perjanjian yang diajukan kepadanya. 10 Jika ada yang perlu

dikuatirkan dengan kehadiran perjanjian standar, tidak lain karena

dicantumkannya klausul eksonerasi dalam perjanjian tersebut.

Dalam perjanjian kredit bank sering ditemukan klausul eksonerasi

yang dapat memberatkan nasabah debitur, klausul tersebut

dicantumkan pihak bank semata-mata untuk melaksanakan prinsip

kehati-hatian dalam memberikan kredit.

2.2.2 Perlindungan Bagi Nasabah Dari Risiko Yang Timbul Dalam

Perjanjian Kredit

Lahirnya Undang-Undang No 8 Tahun 1999 Tentang

Perlindungan Konsumen diharapkan dapat menjadi payung hukum

bagi para nasabah dengan tidak menutup kemungkinan adanya

Undang-Undang lain yang materinya memberikan perlindungan

terhadap nasabah/konsumen, adanya perlindungan hukum bagi

nasabah dalam hal perbankan menjadi sangat penting dimana kita

tahu bahwa perbankan merupakan salah satu sumber dana bagi

masyarakat dalam hal permodalan untuk mengembangkan

usahanya, tetapi dalam kenyataannya antara pihak bank dan

nasabah dalam melakukan perjanjian kredit tidak berada pada posisi

10 Celina T.S Kristiyanti, 2011, Hukum Perlindungan Konsumen, Cet-III,

Sinar Grafika, Jakarta, hal 140

10

yang seimbang. Dimana posisi tersebut rawan disalahgunakan oleh

pihak bank untuk membuat perjanjian yang dapat memberatkan

daripada nasabah.

Dalam UUPK tidak ditemukan istilah klausul eksonerasi yang

ada hanyalah klausula baku. Pasal 1 angka 10 UUPK mendefinisikan

klausula baku adalah setiap aturan atau ketentuan dan syarat-syarat

yang dipersiapkan dan ditetapkan terlebih dahulu secara sepihak

oleh pelaku usaha yang dituangkan dalam suatu dokumen dan/atau

perjanjian yang mengikat dan wajib dipenuhi oleh konsumen jadi

yang ditekankan disini adalah prosedur pembuatannya dan bukan

mengenai isinya. Padahal pengertian klausul eksonerasi tidak hanya

sekedar prosedur pembuatannya melainkan juga isi daripada

perjanjian tersebut yang bersifat pengalihan tanggung jawab ataupun

kewajiban daripada pelaku usaha.

Dalam Pasal 18 ayat (1) huruf (a) UUPK menyatakan pelaku

usaha dalam menawarkan barang dan/atau jasa yang ditujukan

untuk diperdagangkan dilarang membuat atau mencantumkan

klausula baku pada setiap dokumen dan/atau perjanjian yang

menyatakan pengalihan tanggung jawab pelaku usaha. ketentuan

huruf (b) dan seterusnya memberikan contoh bentuk-bentuk

pengalihan tanggung jawab. Dalam penjelasan Pasal tersebu dapat

disimpulkan apabila perjanjian baku melanggar daripada kententuan

Pasal 18 UUPK berarti perjanjian tersebut merupakan perjanjian

yang berisi klausul eksonerasi.

Berdasarkan studi dokumen terhadap beberapa perjanjian

kredit yang ada, ternyata masih mengandung klausul eksonerasi

11

yang memberatkan nasabah, adapun beberapa klausul tersebut

antara lain:11

1. Besarnya suku bunga kredit.

2. Bank tidak wajib melakukan pengiriman tagihan.

3. Ketentuan denda tunggakan.

4. Hal bank menentukan jumlah pinjaman.

5. Pelanggaran privasi data simpanan nasabah.

Adapun sanksi pidana yang diberikan terhadap pelanggaran

Pasal 18 UUPK terdapat dalam Pasal 62 ayat (1) UUPK yaitu: Pelaku

usaha yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 8, Pasal 9, Pasal 10, Pasal 13 ayat (2), Pasal 15, Pasal 17 ayat

(1) huruf a, huruf b, huruf c, huruf e, ayat (2), dan pasal 18 dipidana

dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau pidana denda

paling banyak Rp 2.000.000.000,00 (dua milyard rupiah).

Ketentuan larangan dalam Pasal 18 ayat (1) huruf g UUPK

yaitu: menyatakan tunduknya konsumen terhadap peraturan yang

berupa aturan baru, tambahan, lanjutan dan/atau pengubahan

lanjutan yang dibuat sepihak oleh pelaku usaha dalam masa

konsumen memanfaatkan jasa yang dibelinya. Pasal 18 ayat (1) huruf

g dimaksudkan untuk melindungi konsumen, akan tetapi dengan

ketentuan ini banyak pelaku usaha yang “merasa” dirugikan,

terutama pihak perbankan. Ahmadi Miru mengatakan praktek

pembuatan klausula baku yang sekarang bertentangan dengan Pasal

18 ayat (1) huruf g tersebut sudah berlangsung sejak lama, hanya

saja jika tidak ada kemungkinan pengecualian larangan tersebut,

dapat dipastiakan bahwa penjual jasa tersebut terutama bank tidak

11 Uswatun Hasanah, op.cit, hal 106

12

akan mematuhi ketentuan tersebut kalaupun bank mematuhinya,

maka dalam kondisi tertentu bank tersebut akan bangkrut.12

Upaya perlindungan hukum bagi nasabah dalam perjanjian

kredit bank juga diatur dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun

2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan (selanjutnya disebut UU OJK).

Setelah berlakunya UU OJK, tugas dan pengawasan bank yang

sebelumnya menjadi kewenangan Bank Indonesia akan beralih

menjadi kewenangan OJK. 13 Adapun tujuan dibentuknya OJK

terdapat dalam Pasal 4 UU OJK yaitu untuk menjaga agar kegiatan

dalam sektor jasa keuangan dapat terselenggara secara teratur, adil,

transparan, akuntabel, stabil dan melindungi kepentingan konsumen

atau masyarakat.

Dalam Pasal 28 UU OJK, OJK mempunyai kewenangan untuk

melakukan tindakan pencegahan kerugian konsumen dan

masyarakat yang meliputi pemberian informasi atas karakteristik

sektor jasa keuangan, layanan dan produknya. OJK dapat meminta

lembaga jasa keuangan untuk menghentikan kegiatannya apabila

kegiatan tersebut berpotensi merugikan masyarakat dan masyarakat

yang dirugikan oleh lembaga jasa keuangan dalam hal ini adalah

bank dapat melakukan pengaduan kepada OJK sesuai dengan Pasal

29 UU OJK tentang pelayanan pengaduan konsumen.Adapun

pembelaan hukum terkait dengan kerugian konsumen dapat

dilakukan OJK dengan mengajukan gugatan sesuai dengan Pasal 30

UU OJK.

12 Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, 2004, Hukum Perlindungan Konsumen,

Cet I, PT Raja Grafindo, Jakarta, hal 110 13 Uswatun Hasanah, op.cit, hal 112

13

III. PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan diatas maka dapatlah disimpulkan

hal-hal sebagai berikut:

1. Risiko dalam perjanjian kredit bank dapat dilihat dari dua sisi

yang berbeda. Pertama, risiko yang sering dialami oleh pihak

bank sebagai kreditur adalah default risk dimana debitur tidak

dapat melunasi hutangnya sesuai dengan waktu yang telah

diperjanjikan. Kedua, risiko yang dialami oleh nasabah debitur

adalah posisi yang tidak seimbang dalam pembuatan perjanjian

kredit itu sendiri dimana mengakibatkan tunduknya nasabah

debitur terhadap isi perjanjian yang tidak jarang terdapat

klausul-klausul eksonerasi dalam perjanjian tersebut.

2. Upaya perlindungan hukum bagi nasabah dalam perjanjian

kredit dapat dilakukan dengan penerapan Pasal 18 UUPK

dengan pembuktian bahwa perjanjian tersebut mengandung

klausul-klausul baku yang dilarang dalam Pasal 18 UUPK.Juga

dapat dilakukan dengan pengaduan konsumen sesuai dengan

Pasal 29 UU OJK.

3.2 Saran

Adapun saran yang dapat diberikan berdasarkan permasalahan

yang diangkat dalam pembahasan ini sebagai berikut:

1. Untuk menjamin tidak adanya penyalahgunaan keadaan dalam

perjanjian kredit bank, diharapkan adanya campur tangan

pemerintah dalam hal mengawasi isi daripada perjanjian kredit.

2. Undang-undang No 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan

Konsumen dan Undang-Undang No 21 Tahun 2011 Tentang

14

Otoritas Jasa Keuangan diharapkan dapat melindungi hak-hak

daripada nasabah dalam berkontrak dengan bank terkait

dengan adanya klausula eksonerasi.

DAFTAR PUSTAKA

1. Buku

Ahmadi Miru, Sutarman Yodo, 2004, Hukum Perlindungan Konsumen, Cet-I, PT Raja Grafindo, Jakarta.

Bahder J. Nasution, 2016, Metode Penelitian Ilmu Hukum, Cet-II, CV.

Mandar Maju, Bandung.

Celina T.S. Kristiyanti, 2011, Hukum Perlindungan Konsumen, Cet-III,

Sinar Grafika, Jakarta.

Hermansyah, 2005, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, Kencana,

Jakarta.

Irham Fahmi, 2004, Pengantar Perbankan Teori Dan Aplikasi, Alfabeta, Bandung.

Sudarsono, 2007, Kamus Hukum, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.

Uswatun Hasanah, 2017, Hukum Perbankan, Setara Press, Malang.

2. Jurnal

I Putu Dianda Ega Dinanda dan I Nyoman Wita, 2018, Asas

Kebebasan Berkontrak Dalam Perjanjian Baku.

Umi Aliffa, 2018, Penerapan Perjanjian Baku Pada Perbankan

Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.

Danty Listiawati, 2015, Klausula Eksonerasi Dalam Perjanjian Standar Dan Perlindungan Hukum Bagi Konsumen

15

3. Peraturan Perundang-Undangan

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Per).Dihimpun Oleh Soedaryo Soimin, Cetakan ke-13, Sinar Grafika, Jakarta.

Indonesia, Undang–Undang Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indoneia Nomor 3790.

Indonesia, Undang-Undang Tentang Otoritas Jasa Keuangan, Undang-Undang Repubik Indonesia Nomor 21 Tahun 2011,

Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 111, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5253.

Indonesia, Undang-Undang Tentang Perlindungan Konsumen,

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999,

Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

3821.