vitamin c

16
Laporan Praktikum Hari/Tanggal : Senin/30 Desember 2013 Biokimia Waktu : 11.00 – 12.40 WIB PJP : Inda Setyawati, S.TP, M.Si Asisten : Sari Yuniarini, S.Si Lusianawati, S.Si VITAMIN C Kelompok 8 Anggita Septi Wulandari J3L112028 Lia Haslihati J3L112175 Karinna J3L112108

Upload: anggitaseptiw

Post on 19-Oct-2015

55 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Analisis penentuan kadar vitamin C. Biokimia

TRANSCRIPT

Laporan PraktikumHari/Tanggal : Senin/30 Desember 2013 BiokimiaWaktu : 11.00 12.40 WIBPJP : Inda Setyawati, S.TP, M.SiAsisten : Sari Yuniarini, S.Si Lusianawati, S.Si

VITAMIN C

Kelompok 8Anggita Septi Wulandari J3L112028Lia HaslihatiJ3L112175KarinnaJ3L112108

PROGRAM KEAHLIAN ANALISIS KIMIA PROGRAM DIPLOMA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013PendahuluanVitamin adalah zat-zat organik kompleks yang dibutuhkan dalam jumlah sangat kecil dan pada umumnya tidak dapat dibentuk oleh tubuh, oleh karena itu harus didatangkan dari makanan (Baliwati 2002). Vitamin termasuk kelompok zat pengatur pertumbuhan dan pemeliharaan kehidupan. Tiap vitamin mempunyai tugas spesifik didalam tubuh. Karena vitamin adalah zat organik maka vitamin dapat rusak karena penyimpanan dan pengolahan (Winarno 1997). Vitamin merupakan komponen penting dalam suatu bahan, khususnya bahan pangan karena kandungannya menentukan nilai nutrisi dari bahan tersebut. Vitamin ini dalam proses metabolisme dapat berperan sebagai koenzim dan lainnya.Vitamin dapat dibagi dalam dua golongan yaitu golongan pertama yang disebut dengan prakoenzim dan bersifaf larut dalam air, tidak disimpan oleh tubuh, tidak beracun, diekskresi dalam urine. Yang termasuk ke dalam golongan ini adalah tiamin, riboflavin, asam nikotinat, piridoksin, asam kolat, biotin, asam pantotenat, vitamin B dan vitamin C. Golongan kedua yang larut dalam lemak disebut alosterin dan dapat disimpan dalam tubuh. Apabila vitamin ini terlalu banyak dimakan, akan tersimpan dalam tubuh dan memberikan gejala penyakit tertentu atau yang disebut dengan hipervitaminosis yang juga membahayakan. Kekurangan vitamin mengakibatkan terjadinya penyakit defisiensi tetapi biasanya gejala penyakit akan hilang kembali apabila kecukupan vitamin tersebut terpenuhi.Vitamin diperlukan oleh tubuh dalam jumlah sedikit ataupun banyak untuk fungsi metabolisme yang normal merupakan senyawa organik yang terdapat dalam sumber makanan.Vitamin berfungsi untuk membantu pengaturan atau proses kegiatan tubuh. Vitamin-vitamin tidak dapat dibuat oleh tubuh manusia dalam jumlah yang cukup, oleh karena itu harus diperoleh oleh bahan pangan yang dikonsumsi. Sebagai pengecualian adalah vitamin D yang dapat dibuat dalam kulit asalkan kulit mendapat cukup kesempatan terkena sinar matahari.Vitamin yang larut dalam lemak: Vitamin A, Vitamin D, Vitamin E, Vitamin K. Vitamin C termasuk golongan vitaminantioksidan yang mampu menangkal berbagai radikal bebas ekstraselular.Beberapa karakteristiknya antara lain sangat mudah teroksidasi oleh panas, cahaya, dan logam. Buah-buahan, seperti jeruk, merupakan sumber utama vitamin ini . Vitamin C diperlukan untuk menjaga struktur kolagen, yaitu sejenis protein yang menghubungkan semua jaringan serabut, kulit, urat, tulang rawan, dan jaringan lain di tubuh manusia. Struktur kolagen yang baik dapat menyembuhkan patah tulang, memar, pendarahan kecil, dan luka ringan (Lehninger 1996).Asam askorbat atau lebih dikenal dengan nama vitamin C adalahvitamin untuk jenis primat tetapi tidak merupakan vitamin bagi hewan-hewanlain. Asam askorbat adalah suatu reduktor kuat (Winarno1997). Bentuk teroksidasinya, asamdehidroaskorbat, mudah direduksi lagi dengan berbagai reduktor sepertiglutation dipastikan karena asam ini tidak dapat berikatan dengan protein yangmanapun. Sifat fisik dan kimiawi asam askorbat adalah merupakan derivat monosakarida yang mempunyai gugus enediol dan mempunyai 2 rumus bangun yang erat, yaitu sebagai asam askorbat dan dehidro asam askorbat (Wahjudi 2003). Dehidro asam askorbat terjadi karena oksidasi spontan dari udara. Keduanya merupakan bentuk aktif yang terdapat dalam cairan tubuh. Merupakan kristal putih tidak berbau lalarut dalam air (tetapi kurang stabil), tidak larut dalam lemak. Stabil dalam larutan dan penyimpanan dingin, peka terhadap pemanasan dan oksidasi (terutama bila ada Cu, maka vitamin C adalah pereduksi yang kuat). Kebutuhan vitamin C dewasa 45 mg/hari, anak-anak 35 mg/hari (Hawab 2005).

TujuanTujuan dari praktikum mempelajari reaksi vitamin C dan menentukan kandungan vitamin C dalam sampel sari buah dan tablet.

MetodeAlat-alat yang digunakan ialah labu takar 100mL, pipet mohr 10 mL, buret 50 ml, mortar, sudip, neraca analitik, erlenmeyer, statip, bulp, botol semprot, dan pestle. Bahan-bahan yang digunakan ialah tablet vitamin C, sari buah jeruk botolan, H2SO4 2N, larutan Iod 0,1N, tiosulfat 0,1N, indikator pati, dan akuades.Penentuan vitamin C dalam tablet. Sebanyak 1 buah tablet vitamin C (kurang lebih berbobot 50 mg) digerus halus dan dilarutkan dalam 5 mL akuades. Larutan tersebut kemudian dimasukkan ke dalam labu takar 100mL kemudian ditera. Selanjutnya ditambahkan dengan 3 mL H2SO4 2N dan 10 mL larutan Iod 0,1 N ke dalam 5mL larutan sampel yang telah disiapkan sebelumnya. Campuran tersebut dititrasi dengan titrannya larutan tiosulfat 0,1 N hingga terjadi perubahan warna dari kuning kecoklatan hingga menjadi kuning muda. Selanjutnya ditambahkan dengan indikator pati sebanyak 3 tetes dan larutan menjadi biru kehitaman. Titrasi dilanjutkan hingga warna menjadi tidak berwarna.Penentuan vitamin C dalam buah. Sebanyak 5 mL sari buah jeruk dari minuman UC 1000 diencerkan ke dalam labu takar 100mL. Kemudian 10mL larutan yang telah diencerkan tersebut dipipet ke dalam erlenmeyer ditambahkan dengan 10 mL larutan Iod 0,1 N kemudian dititrasi dengan larutan tiosulfat sebagai titrannya hingga warna berubah menjadi kuning muda. Kemudian ditambahkan dengan indikator pati dan titrasi dilanjutkan sampai titik akhir tercapai yaitu warna berubah menjadi tidak berwarna.

Hasil Pengamatan Tabel 1 Penentuan kadar vitamin C dalam tablet dan sari jerukBahanVolume Tiosulfat (mL)Volume terkoreksiKadar vitamin C (mg)

Volume awalVolume akhirVolume terpakai

Blanko1,210,89.6--

Tablet 103,23,26,456,32

Tablet 23,26,43,26,456,32

Sari jeruk 111,016,65,64,035,20

Sari jeruk 216,722,35,64,035,20

Reaksi :I2+ Na2S2O32NaI + Na2S4O6 C6H8O6+ I2 C6H6O6+ 2HIPerubahan warna: Coklat menjadi kuning kehijauan,ditambahkan amilum dari biru menjadi kuning seulas.Contoh perhitungan pada tablet 1.Vkoreksi = V blanko Vsampel =9,6 ml3,2ml=6,4mlKadar vitamin C = V koreksi x 0,88mg Vit C x FP =6,4ml x 0,88mg Vit C x 10 =56,32mg/tablet PembahasanAsam askorbat atau lebih dikenal dengan nama vitamin C adalah vitamin untuk jenis primat tetapi tidak merupakan vitamin bagi hewan-hewan lain. Asam askorbat adalah suatu reduktor kuat. (Sulaiman 1995).

Gambar 1. Struktur Asam askorbat (Hart 1987).Salah satu reaksi analitik dipakai untuk vitamin C adalah reduksi kuantitatif zat warna (Harper 1979).Penentuan kadar vitamin C pada sampel tablet dan sari jeruk dilakukan dengan titrasi iodometri tidak langsung. Metode titrimetri dikenal sebagai metode volumetrik yaitu merupakan metode analisis kuantitatif yang didasarkan pada prinsip pengukuran volume. Sumber vitamin C yang dianalisis berasal dari sampel tablet dan sari buah botolan. Sampel tablet dihancurkan terlebih dahulu untuk mempermudah hidrolisis dari sampel dan mendegradasi senyawa vitamin C . Dari penghancuran didapatkan bentuk berupa sarbuk tablet sedangkan sari buah berupa cairan yang akan dipipet. Serbukdilarutkan terlebih dahulu dengan aquades yang bertujuan melarutkan dan menghidrolisis vitamin C karena vitamin C sangat mudah larut dalam air.Titrimetri atau titrasi adalah pengukuran volume dalam larutan yang diperlukan untuk bereaksi sempurna dengan sevolume atau sejumlah berat zat yang akan ditentukan. Titrasi dapat dibedakan menjadi beberapa macam salah satunya adalah titrasi reduksi oksidasi. Metode ini dapat dilakukan dengan bemacam-macam titrasi, salah satunya yaitu titrasi iodometri dan titrasi iodimetri. Iodometri merupakan analisa titrimetrik secara tidak langsung untuk zat yang bersifat oksidator. Titrasi iodometri dapat digunakan untuk menetapkan senyawa-senyawa yang mempunyai potensial oksidasi yang lebih besar daripada sistem iodium-iodida atau senyawa-senyawa yang bersifat oksidator seperti CuSO4. Pada metode iodometri, sampel yang bersifat oksidator akan direduksi oleh KI (kalium iodida) secara berlebih dan akan menghasilkan I2 (Iodium) yang selanjutnya akan dititrasi oleh Na2S2O3 (natrium thiosulfat). Banyaknya volume Na2S2O3 (natrium thiosulfat) yang digunakan sebagai titran itu setara dengan I2 (iodium) yang dihasilkan setara dengan kadar sampel (Shevla G 1985).Penetapan kadar vitamin dalam suatu bahan dapat dilakukan secara titrasi yodometri atau yodometri tak langsung dimana penitarnya adalah natrium tiosulfat 0,01N. Larutan natrium tiosulfat biasanya dibuat dari garam pentahidratnya, Na2S2O3.5H2O. Natrium tiosulfat bersifat kurang stabil, sehingga perlu distandardisasi terlebih dahulu sebelum digunakan. Titrasi harus dilakukan dengan cepat untuk meminimalkan terjadinya oksidasi iodida oleh udara bebas. Jumlah iodida yang ditambahkan dipastikan berlebih sehingga semua analat tereduksi sempurna, dengan demikian hasil titrasi akan akurat. Kelebihan iodida tidak akan mengganggu jalannya titrasi redoks akan tetapi jika titrasi tidak dilakukan dengan segera maka I- dapat teroksidasi oleh udara menjadi I2 (Harjadi 1986). Pengocokan dilakukan bertujuan untuk menghindari penumpukan tiosulfat pada area tertentu, penumpukkan konsentrasi tiosulfat dapat menyebabkan terjadinya dekomposisi tiosulfat yang menghasilkan belerang. Penambahan kanji dilakukan pada saat proses titrasi mendekati titik akhir artinya saat iod sudah tinggal sedikit yang tampak dari warna kuning muda. Tujuannya yaitu agar kanji tidak membungkus (adsorpsi) iod dan menyebabkan sukar lepas kembali, setelah tampak larutan berwarna biru dikocok setiap satu tetes hingga terjadi perubahan warna. Titik akhir yang tercapai yaitu terbentuk warna dari coklat-kuning-biru-tak berwarna. Kanji yang digunakan yaitu berupa amilosa (1,4) atau disebut -Amilosa bukan amilopektin atau (1,4);(1,6) atau disebut -Amilosa. Panambahan larutan H2SO4 dilakukan terlebih dahulu sebelum larutan Iod ini di lakukan untuk membuat larutan Iod tidak mengalami oksidasi.Penambahan amilum sebanyak 3 tetes serta penambahan tersebut harus menunggu sampai mendekati titik akhir titrasi yaitu bila iod sudah tinggal sedikit yang tampakdari warnanya yang kuning muda. Maksudnya ialah agar amilum tidak membungkus iod dan menyebabkan sulit lepas kembali. Hal itu akan berakibat warna biru akan sulit lenyap sehingga titik akhir tidak kelihatan tajam lagi. Bila iod masih banyak sekali bahkan dapat menguraikan amilum dan hasil penguraian ini mengganggu perubahan warna pada titik akhir (Harjadi 1986). Jika dilakukan penambahan amilum di awal titrasi akan mengakibatkan banyaknya I2 yang akan terabsorbsi oleh amilum. Kompleks amilum-I2 terdisosiasi sangat lambat dan terjadi hidrolisis amilum. Berikut merupakan reaksi yang terjadi : I2 + 2Na2S2O3 2NaI + Na2S4O6C6H8O6 + I2 C6H6O6 + 2HI(Hart 2003).Titrasi harus dilakukan dengan cepat untuk meminimalisasi terjadinya oksidasi iodida oleh udara bebas. Pengocokan pada saat melakukan titrasi iodometri dilakukan untuk menghindari penumpukan tiosulfat pada area tertentu, penumpukkan konsentrasi tiosulfat dapat menyebabkan terjadinya dekomposisi tiosulfat untuk menghasilkan belerang. Terbentuknya reaksi ini dapat diamati dengan adanya belerang dan larutan menjadi bersifat koloid (tampak keruh oleh kehadiran Sulfur) S2O32- + 2H+ H2SO3 + S (Hardjadi 1986).Kadar vitamin C pada tablet vitamin C dan sari buah dari minuman merupakan selisih antara volume titran blanko dengan volume titran sampel yang kemudian dikalikan 8,08 mg. Nilai 8,08 mg menunjukkan bahwa 1 ml tiosulfat setara dengan 8,08 mg. Dari titrasi ini diperoleh jumlah (dalam mL) larutan iodium yang digunakan, yang setara dengan konsentrasi asam askorbat sisa (larutan I2 1 mL 0,01 N = 0,88 mg asam askorbat) (Sowa S 2003). Setiap milliliter iodium setara dengan 0,88 mg asam askorbat. Milligram per milliliter vitamin C dapat dihitung dari hubungan, nilai titer atau titrasi x 0.88 mg (Sarkiyayi 2013). Nilai pengali 0,88 mg/mL di dapatkan berdasarkan konsentrasi tiosulfat 0,01 N, jika dikalikan dengan volume 1 mL akan setara dengan 0,88 mg vitamin C karena bobot ekivalen vitamin C sebesar 88 sehingga dicantumkan nilai 0,88 mg/mL untuk perhitungan penentuan vitamin C. Berdasarkan percobaan, kadar vitamin C rata-rata yang diperoleh pada tablet vitamin C adalah 56,32 mg/tablet dan sari buah dengan adalah 35,20 mg/mL. Berdasarkan literatur, kandungan vitamin C pada tablet sebanyak 50 mg/tablet dan pada sampel minuman sari buah botolan sebanyak 1000 mg/140 ml, dengan kata lain kandungan vitamin C pada sari buah botolan tersebut sebanyak 35,71 mg/5 ml. Adanya perbedaan tersebut menunjukkan adanya kesalahan dalam percobaan. Kesalahan tersebut disebabkan oleh berbagai faktor di antaranya larutan natrium sulfat yang tidak distandardisasi terlebih dahulu pada saat percobaan, jumlah titran yang ditambahkan berlebih, I2 telah teroksidasi, proses pengenceran yang tidak tepat takarannya serta kemampuan pengamatan setiap orang berbeda pada saat menentukan titik akhir titrasi. Prawirokusumo (1994) menyatakan bahwa disamping sangat larut dalam air, vitamin C mudah teroksidasi dan proses tersebut dipercepat oleh panas, sinar, atau enzim oksidasi, serta oleh katalis lembaga dan besi. Oksidasi akan terhambatbila vitamin C dibiarkan dalam keadaan asam atau suhu rendah.Vitamin C sangat mudah dirusak oleh pemanasan, karena ia mudah dioksidasi (Harper 1979).Apabila vitamin C ini terlalu banyak dimakan, akan tersimpan dalam tubuh,dan memberikan gejala penyakit tertentu (hipervitaminosis), yang juga membahayakan. Konsumsi vitamin C berlebih dapat menyebabkan rebound scurvy, sehingga individu yang telah terbiasa mengkonsumsi dalam jumlah banyak, bila hendak menghentikan kebiasaan tersebut harus dilakukan secara bertahap (Ausman 1999). Kekurangan vitamin mengakibatkan terjadinya penyakit defisiensi, tetapi bisanya gejala penyakitakan hilang kembali apabila kecukupan vitamin tersebut terpenuhi. Defisiensi vitamin C dapat menimbulkan beerapa gejala yang ditandai dengan timbulnya kelelahan, anoreksia, nyeri otot dan lebih mudah stress dan infeksi, sedangkan defisiensi yang lebih berat dapat menimbulkan penyakit skorbut. Aplikasi penetapan kadar vitamin C dalam industri sebagai contoh adalah pengendalian kadar vitamin C dalam susu bubuk yang dikendalikan oleh QC (Quality Control). Vitamin C yang terkandung dalam susu akan ditambahkan dari luar karena vitamin C susu murni tidak mencukupi kebutuhan vitamin C pada bayi dan balita. Analisis kadar vitamin C dapat dilakukan dengan cara primary method secara manual titrasi atau dengan secondary method dengan menggunakan alat atau instrumen. Vitamin C dosis tinggi (500-10.000 mg) telah dianjurkan untuk mencegah common cold, skizofrenia, kanker, hiperkolesterolemia dan aterosklerosis. Tetapi hal ini belum mendapatkan dukungan ilmiah yang cukup. Dosis yang melebihi 1000 miligram/hari menyebabkan diare, batu ginjal pada orang-orang yang peka, perubahan siklus menstruasi. Beberapa orang yang menghentikan asupan Vitamin C dosis tinggi secara tiba-tiba dapat kembali mengalami scurvy (Ophart 2003).Di bidang peternakan, dewasa ini sebagian vitamin dapat dihasilkan secara sintetik dan penentuan kadar vitamin C secara kimiawi makin meningkat. Vitamin-vitamin sintetik tersebut sama efektifnya seperti vitamin dari sumber-sumber alam dan lebih disukai karena kualitas standarnya, garansi potensinya, dan stabilitasnya. Vitamin-vitamin sintetik memungkinkan formulasi ransum yang fleksibel, sesuai dengan kebutuhan setempat dan penggunaan ekonomisnya. Aplikasi lain penentuan kadar vitamin C pada industri minuman untuk pengecekan kadar vitamin C, dan vitamin lain dalam produk minumannya.

SimpulanBerdasarkan percobaan yang telah dilakukan untuk menentukan kandungan vitamin C pada sampel tablet didapatkan kandungan vitamin C sebesar 56,32 mg/tablet dan pada sampel sari buah botolan didapatkan kandungan vitamin C sebesar 35,2 mg/5mL.

Daftar PustakaAusman L.M. 1999. Criteria and Recommendation for Vitamin C Intake (Brief Critical Review). Nutr. Rev. 57, 222-224.Baliwati YF.2002.Penilaian Status Gizi.Jakarta : EGC.Harjadi. 1986. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta : Erlangga.Harper, H.A., 1979. Biokimia. Diterjemahkan oleh Martin M. Jakarta : EGC. Tejemahan dari buku Biochemistry.

Hart H. 2003. Kimia Organik. Penerjemah Suminar Setiadi Achmadi. Jakarta: Erlangga. Diterjemahkan dari buku Organic Cheimstry.Hawab HM.2005.PengantarBiokimiaEdisiRevisi.Malang :BayumediaLehninger A.1996.Dasar-dasarBiokimia. MaggyThenawidjaya, penerjemah . Jakarta :Erlangga.Terjemahandari :Basic of BiochemistryOphart CE. 2003. Virtual Chembook. Illinois: Elmhurst College Press.Prawirokusumo S. 1994. Ilmu Gizi Komparatif.Yogyakarta : BPFE.Sarkiyayi S, M Mohammed dan Yakubu A. 2013. Comparative Analysis of Nutritional and Anti Nutritional Contents of Some Varieties of Mango (Mangifera indica) in Kaduna Metropolis-Nigeria. Kaduna: Research Journal of Applied Sciences, Engineering and Technology.Sowa, S. and Kondo, A.E., 2003. Sailing on The C : A Vitamin Titration With a Twist. Journal of Chemical Education . 80(5), 550 551.Sulaiman AH , 1995. Biokimia untuk Pertanian. USU-Press, Medan.Svehla G. Vogel Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. Ed.ke-5. Penerjemah : Ir L Setiono, Dr A Hadyana Pudjaatmaka. Jakarta: Kalman Media Pustaka. Terjemahan dari : Textbook of Macro and Semimicro Qualitative Inorganic Chemistry.Wahyudi. 2003. Kimia Organik II. Malang : UM Press.Winarno F.G.1997.Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : PT GramediaPustakaUtama.