vital sign

15
I. DESKRIPSI MODUL Latar Belakang Tanda-tanda vital dapat memberikan gambaran tentang keadaan umum pasien. Memeriksa tanda-tanda vital meliputi pengukuran suhu aksiler, nadi, tekanan darah, dan frekuensi nafas merupakan ketrampilan klinik yang wajib dimiliki oleh setiap dokter untuk menentukan kondisi pasien, dan harus dilakukan setiapkali memeriksa pasien. Tujuan Pembelajaran Setelah selesai mengikuti pelatihan ini, peserta mampu melakukan : 1. Pengukuran suhu aksiler 2. Pengukuran nadi 3. Pengukuran tekanan darah 4. Pengukuran frekuensi nafas Metoda Pembelajaran - Video session - Demonstrasi dengan model anatomik - Berlatih mandiri dengan sesama teman Alat Bantu - Sphygmomanometer air raksa 5 buah - Sphygmomanometer anaeroid 5 buah - Manset dewasa normal 5 buah - Manset dewasa gemuk 5 buah - Termometer air raksa 5 buah - Stopwatch atau arloji - Stetoskop 5 buah - Audio visual 1 set Waktu 10 menit Daftar Instruktur - dr. Atma Gunawan, SpPD-KGH - dr. Wursito, SpJP - dr. BP Putra Suryana, SpPD-KR - dr. Sasmojo Widito, SpJP - dr. Ninik Budiarti, SpPD - dr. Heny Chandrawati, SpP

Upload: andinarang

Post on 30-Jan-2016

234 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

vital sign

TRANSCRIPT

Page 1: Vital Sign

I. DESKRIPSI MODULLatar Belakang Tanda-tanda vital dapat memberikan gambaran tentang keadaan umum pasien.

Memeriksa tanda-tanda vital meliputi pengukuran suhu aksiler, nadi, tekanan darah, dan frekuensi nafas merupakan ketrampilan klinik yang wajib dimiliki oleh setiap dokter untuk menentukan kondisi pasien, dan harus dilakukan setiapkali memeriksa pasien.

Tujuan Pembelajaran Setelah selesai mengikuti pelatihan ini, peserta mampu melakukan :1. Pengukuran suhu aksiler2. Pengukuran nadi3. Pengukuran tekanan darah4. Pengukuran frekuensi nafas

Metoda Pembelajaran

- Video session- Demonstrasi dengan model anatomik- Berlatih mandiri dengan sesama teman

Alat Bantu - Sphygmomanometer air raksa 5 buah- Sphygmomanometer anaeroid 5 buah- Manset dewasa normal 5 buah- Manset dewasa gemuk 5 buah- Termometer air raksa 5 buah- Stopwatch atau arloji- Stetoskop 5 buah- Audio visual 1 set

Waktu 10 menit

Daftar Instruktur - dr. Atma Gunawan, SpPD-KGH - dr. Wursito, SpJP - dr. BP Putra Suryana, SpPD-KR - dr. Sasmojo Widito, SpJP - dr. Ninik Budiarti, SpPD - dr. Heny Chandrawati, SpP- dr. Djoko Heri Hermanto, SpPD - dr. Susanthy, SpP- dr Nursamsu, SpPD - dr. Yani Jane S, SpP - dr. Bogi Pratomo, SpPD - dr. Putu P. Putra, SpP- dr. Supriono, SpPD

Evaluasi Check list

Referensi 1. Berg D; Worzala K, 2006. Atlas of Adult Physical Diagnosis. Lippincott Williams & Wilkins

2. Delp MH; Manning RT, 1981. Major’s Physical Diagnosis An Introduction to the Clinical Process. 9th Edition. WB. Saunders Company. Philadelphia.

3. Burnside JW, 1981. Physical Diagnosis 16th Edition. William & Wilkins

Page 2: Vital Sign

Baltimore / London. 4. Handono Kalim, 1996. Pedoman Diagnostik Fisik Ilmu Penyakit Dalam.

Laboratorium Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang.

Page 3: Vital Sign

II. PROSEDUR

II.1.2.1. Pengukuran Suhu Aksiler

Latar belakang Suhu tubuh manusia dipertahankan konstan sekitar 36-37oC walau suhu disekitarnya berubah-ubah (homeotermis), dengan tujuan agar fungsi organ tubuh dapat bekerja secara optimal. Pusat pengukuran suhu tubuh ada di hipotalamus, yang berfungsi mengatur keseimbangan produksi dan pengeluaran panas. Pengukuran suhu tubuh dapat dilakukan pada mulut, aksila, dan rektum dengan menggunakan termometer air raksa. Pengukuran suhu melalui mulut pada penderita dengan kesadaran baik merupakan cara yang paling mudah dengan hasil yang baik, dan tidak dilakukan pada penderita dengan kesadaran menurun. Pengukuran suhu aksilla dapat dilakukan pada penderita yang sadar maupun tidak sadar, tetapi harus membuka baju. Hasilnya kurang tepat pada keadaan: hipovolemia, syok, habis mandi, dan suhu sekitar dingin. Suhu rektal merupakan suhu inti tubuh (core temperature), sehingga menggambarkan suhu tubuh yang sebenarnya. Hanya cara ini lebih sulit dan kurang enak bagi penderita. Suhu rektal lebih tinggi 0,4-0,5 oC dibandingkan suhu oral atau aksila. Dikatakan:.

• Sub febril : 37 - 38oC, • Febris: > 38oC • Febris kontinua: > 38oC, tetapi naik turun < 1oC. • Febris remiten: >38oC, naik turun >1oC, dg suhu terendah tdk

pernah <37oC.• Febris Intermiten: suhu tbh naik turun dg puncak >38oC dan

terendah <37oC.• Hiperpireksia jika suhu tubuh > 41 oC• Hipotermia bila suhu rektal < 35 oC.

Pendahuluan Dokter yang akan melakukan pengukuran suhu harus menjelaskan kepada pasien tentang maksud dan tujuan pengukuran, prosedur pengukuran, serta kegunaannya. Penting disampaikan bahwa pasien mungkin akan merasa tidak nyaman saat dilakukan pengukuran. Jangan lupa anda cuci tangan lebih dahulu sebelum memeriksa.

Posisi pasien & persiapan

Pasien dalam posisi berbaring atau duduk dengan nyaman, dan diminta membuka pakaian di daerah ketiak kiri.

Pencegahan infeksi

Pemeriksa mencuci tangan dan membersihkan termometer.

Prosedur teknik Kibaskan termometer sampai Selama pemeriksaan hendaknya

Page 4: Vital Sign

permukaan air raksa menunjuk di bawah 35,5ºC, kemudian ujung termometer yang berisi air raksa ditempatkan pada apex fossa axilaris kiri dengan sendi bahu adduksi maksimal. Tunggu sampai 3-5 menit, kemudian lakukan pembacaan.

dokter pemeriksa berkomunikasi dengan pasien agar merasa lebih nyaman sehingga diperoleh hasil pemeriksaan yang tepat dan efisien.

Pencatatan Catat hasil pengukuran suhu dengan skala Celcius (0C).

II.1.2.2. Pemeriksaan NadiLatar belakang Jantung memompa darah dari ventrikel kiri ke sirkulasi sitemik dan

dari ventrikel kanan ke paru-paru. Dari ventrikel kiri darah darah dipompa ke aorta dan diteruskan ke arteri di seluruh tubuh. Akibat kontraksi ventrikel dan aliran darah, maka timbul suatu gelombang tekanan yang bergerak cepat pada arteri yang dirasakan sebagai denyut nadi. Denyut nadi ini pada keadaan normal sesuai dengan denyut jantung, sehingga dengan menghitung frekuensi denyut nadi dapat diketahui pula frekuensi denyut jantung dalam satu menit. Denyut nadi dapat diraba di A. Radialis, A. Brakhialis, dan A. Karotis. Pada keadaan tertentu, denyut jantung tidak sampai ke arteri. Keadaan ini disebut defisit nadi (pulsus deficit).

Pendahuluan Dokter yang akan melakukan pemeriksaan nadi harus menjelaskan kepada pasien tentang maksud dan tujuan pemeriksaan, prosedur pengukuran serta kegunaannya. Selama pemeriksaan hendaknya dokter pemeriksa berkomunikasi dengan pasien agar merasa lebih nyaman sehingga diperoleh hasil pemeriksaan yang tepat dan efisien.

Posisi pasien & persiapan

Pasien dalam keadaan duduk atau berbaring dengan lengan rileks, sedikit menekuk pada siku dan bebas dari tekanan oleh pakaian.

Pencegahan infeksi

Pemeriksa mencuci tangan.

Page 5: Vital Sign

Prosedur teknik Lakukan perabaan pada arteri radialis dengan menggunakan ujung tiga jari tengah (telunjuk, jari tengah, dan jari manis), kemudian hitunglah frekuensi denyut nadi minimal 15 detik. Untuk pasien dengan aritmia, maka penghitungan frekuensi nadi harus dihitung dalam waktu 1 menit.Yang perlu diperhatikan: Frekuensi, ritme nadi, besar kecilnya nadi, dan bentuk gelombang,.

1. Frekuensi nadi: jumlah nadi per menit. normal: 60 – 99 x/mnt. ³ 100 x/menit disebut takikardi, dan bila < 60 x/mnt disebut bradikardi

2. Ritme Nadi:- Reguler: iramanya teratur dan

intervalnya sama- Irreguler: iramanya tdk

teratur, dan intervalnya tdk sama

3. Besar kecilnya (ukuran) nadi:- Pulsus magnus : gelombangnya besar

- Pulsus parvus : gelombangnya kecil.4. Bentuk gelombang:

- Pulsus celer: gelombangnya cepat naik dan cepat turun. Pulsus celer terjadi pada tekanan sistolik yang me dan tekanan diastolik yg me¯.

- Pulsus tardus: gelombangnya kecil-kecil

Pencatatan Catat hasil frekuensi nadi selama satu menit, regularitasnya.

II.1.2.3. Pengukuran Tekanan DarahLatar belakang Mengukur tekanan darah merupakan ketrampilan klinik yang wajib dimiliki oleh

setiap dokter oleh karena tekanan darah merupakan salah satu tanda vital dan harus dilakukan setiapkali memeriksa pasien. Ada 2 parameter yang diukur, yaitu Tekanan Darah Sistolik (TDS) dan Tekanan Darah Diastolik (TDD). TDS ialah tekanan darah yang diperoleh ketika ventrikel jantung berkontraksi

Page 6: Vital Sign

memompa darah secara aktif; sedangkan TDD ialah tekanan darah yang diperoleh ketika otot-otot ventrikel jantung relaksasi dan terisi darah lagi.Pada umumnya Tekanan Darah diukur dengan menggunakan shygmomanometer air raksa. Walau demikian harus diingat bahwa alat tersebut terakhir akurasinya akan berkurang dengan perjalanan waktu, sehingga perlu dilakukan kalibrasi secara regular.

Pendahuluan Dokter yang akan melakukan pengukuran tekanan darah harus menjelaskan kepada pasien tentang prosedur pengukuran tekanan darah serta kegunaannya. Penting disampaikan bahwa pasien akan tidak nyaman saat dilakukan pemompaan cuff dan mungkin akan terasa agak sakit pada lengan yang diukur tekanan darahnya. Idealnya pasien sudah istirahat lebih kurang 5 menit, dan tidak minum kopi, makan, merokok, exercise 30 menit sebelumnya. Satu hal lagi yang tidak boleh dilupakan adalah cuci tangan lebih dahulu sebelum mengukur tekanan darah. Selama pemeriksaan hendaknya dokter pemeriksa berkomunikasi dengan pasien agar merasa lebih nyaman sehingga diperoleh hasil pemeriksaan yang tepat dan efisien.

Posisi pasien & Persiapan

Pasien dalam posisi duduk atau supine dengan posisi lengan terletak setinggi jantung. Pastikan pasien tidak memakai baju yang ketat yang mungkin dapat menekan pembuluh darah lengan.

Palpasi nadi pada A. brachialis

Palpasi nadi A. brachialis pada fossa antecubiti. Biasanya ada di bagian medial. Cari yang pulsasinya paling kuat.

Memasang manset

Pilih manset dengan cuff yang cocok untuk pasien, yaitu yang panjangnya lebih kurang melingkupi 80% lingkar lengan atas. Pasang manset yg sesuai lengan pasien tadi, dengan bagian yang ada tanda / gambar arteri tepat berada diatas A. brachialis dan tepi bagian

Page 7: Vital Sign

bawahnya ± 2 cm dari fossa antecubiti. Pemasangan tidak boleh terlalu longgar atau terlalu ketat.Jika memakai sphygmomanometer mercuri, pastikan posisi manometer terletak setinggi mata pemeriksa.

Estimasi Tekanan Darah Sistolik

Pemeriksa tekanan darah harus selalu melakukan estimasi TDS. Untuk melakukannya, lakukan palpasi A. radialis pasien dengan dua atau tiga jari tengah, kemudian pompa kantung udara sambil jari pemeriksa meraba A. radialis sampai nadi tidak teraba. Catat pada tekanan berapa nadi tersebut tidak teraba lagi (sebagai perkiraan TDS) kemudian naikkan 20 mmHg. Kempeskan kantung udara perlahan-lahan, dengan jari pemeriksa tetap meraba A. radialis. Sekali lagi catat pada tekanan berapa nadi tersebut mulai teraba lagi (sebagai konfirmasi perkiraan TDS). Kempeskan kantung udara sampai sempurna.

Mengukur TDS dan TDD

Ukur tekanan darah secara auskultasi dengan menggunakan stetoskop tepat diatas A. brachialis. Pompa kantung udara sampai batas 20 mmHg diatas perkiraan TDS (tekanan dimana nadi sudah tidak teraba tadi).

Kempeskan kantung udara secara perlahan-lahan (2 mmHg/denyut nadi), dan dengarkan suara nadi yang timbul (Korotkoff 1-5)Jika masih ragu-ragu dapat dilakukan pengukuran tekanan darah seperti tersebut diatas sekali lagi, lalu diambil reratanya.

Page 8: Vital Sign

PenutupLepas manset dan ucapkan terima kasih kepada pasien. Jangan lupa setiap kali selesai memakai stetoskop cuci bagian corong stetoskop dan yang menempel telinga dengan kapas alkohol. Kalau diperlukan bagian corong stetoskop dicuci dengan sabun.

PencatatanCatat hasil pengukuran tekanan darah yang telah dilakukan tadi dengan pembulatan mendekati 5 mmHg (Alat elektronik/ digital, bisa pembulatan mendekati 2 mmHg).

Cara mencatat Tgl. 13 Agustus 2007 Nama Pasien : Tn. H, 50 Tahun Tekanan Darah: 125/80 mmHg posisi duduk:

II.1.2.4. Pengukuran Frekuensi NafasLatar belakang

Bernafas adalah pergerakan yang involunter (tidak disadari) dan volunteer (disadari) yang diatur oleh pusat nafas di batang otak dan dilakukan dengan bantuan otot-otot pernafasan. Pada waktu inspirasi diafragma dan otot-otot intercostalis berkontraksi, memperluas rongga thoraks dan mengembangkan paru-paru. Setelah inspirasi selesai, akan terjadi ekspirasi, paru-paru akan mengempis, diafragma dan otot-otot interkostalis berelaksasi secara pasif, dan dinding dada akan kembali ke posisi semula.

PendahuluanDokter yang akan melakukan pemeriksaan nafas harus menjelaskan kepada pasien tentang maksud dan tujuan pemeriksaan, prosedur pengukuran serta kegunaannya.

Page 9: Vital Sign

Posisi pasien & persiapan Pasien dalam keadaan duduk atau

berbaring dengan lengan rileks, dengan baju terbuka untuk memudahkan pengamatan gerak nafas.

Prosedur teknikHitung frekuensi pernafasan per menit (normal pada dewasa 12-20X/menit). Pada penderita yang sadar dan merasa diperhatikan irama dan pola nafasnya dapat dirubah. Maka dari itu disarankan menghitung frekuensi nafas dilakukan setelah selesai menghitung frekuensi nadi ketika jari-jari pemeriksa masih memegang pergelangan tangan tangan penderita (seolah-olah masih menghitung nadi). Selain frekuensi diperiksa juga pola nafasnya.Ingat tipe-tipe pernafasan: kussmaul, cepat dan dangkal, cheyne stokes, dll.

PencatatanCatat hasil frekuensi nafas selama satu menit.

Page 10: Vital Sign

III. CHECK LIST

Nama :NIM :Kelompok :Tanggal :

JENIS KEGIATANPenilaianI II III

Pengukuran suhu

1. Mencuci tangan

2. Mengibaskan termometer sampai permukaan air raksa menunjuk di bawah 35,5ºC

3. Menempatkan ujung termometer yang berisi air raksa pada apex fossa axilaris kiri dengan sendi bahu adduksi maksimal

4. Menunggu sampai 3-5 menit, kemudian melakukan pembacaan dan melaporkan hasilnya

Pengukuran nadi

1. Mencuci tangan

2. Meletakkan lengan yang akan diperiksa dengan keadaan rileks

3. Menggunakan tiga jari (telunjuk, tengah, dan jari manis) untuk meraba a. Radialis

KETRAMPILAN PEMERIKSAAN TANDA VITAL

Page 11: Vital Sign

4. Menghitung frekuensi denyut nadi minimal 15 detik, dan mengevaluasi regularitasnya

5. Melaporkan hasil frekuensi nadi satu menit beserta regularitasnya

Pengukuran tekanan darah

1. Mencuci tangan

2. Pemeriksa menempatkan diri di sebelah kanan pasien

3. Memberikan penjelasan tentang pemeriksaan ini

4. Menempatkan pasien dalam keadaan duduk atau berbaring dengan lengan rileks, sedikit menekuk pada siku dan bebas dari tekanan oleh pakaian

5. Dapat meraba / palpasi a.brachialis di fossa cubiti sebelah medial

6. Menempatkan tensimeter setinggi jantung, membuka aliran air raksa, mengecek saluran pipa, dan meletakkan manometer secara vertikal

7. Memasang manset sedemikian rupa sehingga melingkari lengan atas secara rapi dan tidak terlalu ketat (2cm di atas siku) dan sejajar jantung (tidak terhalang pakaian)

8. Memompa manset dengan cepat sampai 20 mmHg di atas hilangnya pulsasi nadi dengan tiga jari meraba a. brachialis dan melaporkan hasilnya

9. Menurunkan tekanan manset secara perlahan-lahan sampai pulsasi arteria teraba kembali dan melaporkan hasilnya sebagai tekanan sistolik palpatoir

Page 12: Vital Sign

10. Menggunakan stetoskop dengan corong bel yang terbuka pada tempat teraba pulsasi A. Brakialis

11. Memompa kembali manset sampai 20 mmHg di atas tekanan sistolik palpatoir

12. Mendengarkan melalui stetoskop sambil menurunkan perlahan-lahan / 3 mmHg perdetik dan melaporkan saat terdengar bising pertama sebagai tekanan darah sistolik

13. Melanjutkan penurunan tekanan manset sampai suara bising yang terakhir sehingga setelah itu tidak terdengar suara bising lagi, sebagai tekanan darah diastolik

14. Melaporkan hasil tekanan darah sistolik dan diastolik

15. Melepaskan manset dan mengembalikan pada tempatnya

Pengukuran frekuensi nafas

1. Meletakkan pasien dalam posisi berbaring atau duduk dengan tenang dan dibuka bajunya di bagian dada

2. Menghitung fekuensi gerakan pernafasan dengan inspeksi atau palpasi, atau suara nafas inspirasi dengan stetoskop selama 1 menit

3. Melaporkan hasil frekuensi nafas selama 1 menit

Keterangan penilaian :

√ = dikerjakan dengan benar/sesuai urutan prosedurX = dikerjakan tetapi kurang benar/tidak sesuai urutan prosedur- = tidak dikerjakan

Tutor,

(………………………………………..)