agussatriaaha.files.wordpress.com · web viewmelaksanakan otonomi dan tugas pembantuan. dengan...
TRANSCRIPT
UTS Sosiologi Hukum
Legal Opinion
Fakta Hukum Penjualan Miras di Supermarket Kota Surabaya yang Diharuskan Mengurus perizinan IUTS
dibuat untuk Ujian Tengah Semester 3 mata kuliah Sosiologi Hukum Tahun ajaran 2015/2016
oleh:
Agus Satria Adi H (14040704018)
Universitas Negeri Surabaya
Jurusan PMP-Kn
Program Studi S1 Ilmu Hukum
2015
Surabaya
A. Kasus Posisi
1. Menurut Perwali kota Surabaya no.18 tahun 2015 pasal 1 ayat 19 berbunyi
Toko Swalayan adalah toko dengan sistem pelayanan mandiri, menjual berbagai
jenis barang secara eceran yang berbentuk minimarket, supermarket, department
store, hypermarket ataupun grosir yang berbentuk perkulakan. Berdasarkan hal
tersebut supermarket adalah retail modern atau Toko modern dan berdasarkan
Permendg No.56/M-DAG/PER/9/2014 PASAL II dengan berlakunya permen ini
istilah pasar tradisional dibaca menjadi pasar rakyat dan istilah toko modern
dibaca menjadi toko swalayan sebagaimana dimaksud dalam uu no.7 tahun 2014
tentang perdagangan. Berdasarkan Pasal 5 ayat (1) Perda no.08 tahun 2014
tentang Penataan Toko Swalayan di Kota Surabaya berbunyi “Toko Swalayan
berbentuk minimarket, supermarket, department store, hypermarket dan
perkulakan”
2. Supermarket penjualan miras di kota surabaya susah dan harus lewat
IUTS. Dalam kasus ini SIUP satu bulan lagi mati, atasan menghendaki
perpanjangan dengan dapat menjual miras sedangkan menjual miras harus
menggunakan IUTS yang jangka kepengurusannya yang banyak dan akan lebih
dari satu bulan dalam mengurus IUTS tersebut ini akan sama halnya menjual
miras dengan cara ilegal dan dapat dikenai sanksi.
3. Untuk menyikapi hal tersebut kita perlu melihat pengertian IUTS itu
seperti apa dan fungsi sebenarnya IUTS itu bagaimana, berdasarkan Perwali kota
Surabaya no.18 tahun 2015 pasal 1 ayat 24. Izin Usaha Toko Swalayan
selanjutnya disebut IUTS adalah izin untuk dapat menjalankan usaha pengelolaan
Toko Swalayan yang diterbitkan oleh Kepala Dinas Perdagangan dan
Perindustrian.
4. Berdasarkan UUD NRI 1945 pasal 18 ayat (6) Pemerintahan daerah
berhak menetapkan peraturan daerah dan peraturan-peraturan lain untuk
2
melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan. Dengan demikian kota surabaya
dapat membuat aturannya sendiri.
5. Berdasarkan UU no. 07 tahun 2014 tentang perdaganan Pasal 14 ayat 1
dan 2 berbunyi
(1) Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya
melakukan pengaturan tentang pengembangan, penataan dan pembinaan yang
setara dan berkeadilan terhadap Pasar rakyat, pusat perbelanjaan, toko swalayan,
dan perkulakan untuk menciptakan kepastian berusaha dan hubungan kerja sama
yang seimbang antara pemasok dan pengecer dengan tetap memperhatikan
keberpihakan kepada koperasi serta usaha mikro, kecil, dan menengah.
(2) Pengembangan, penataan, dan pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilakukan melalui
pengaturan perizinan, tata ruang, zonasi dengan memperhatikan jarak dan lokasi
pendirian, kemitraan,
dan kerja sama usaha.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengaturan perizinan, tata ruang, dan zonasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan atau berdasarkan Peraturan
Presiden.
6. Berdasarkan Perda no.08 tahun 2014 tentang Penataan Toko Swalayan di
Kota Surabaya Pasal 9 ayat (1) Setiap orang atau badan yang akan melakukan
kegiatan usaha di bidang Toko Swalayan wajib memiliki IUTS dari Walikota. (2)
Walikota melimpahkan kewenangan mengenai pemberian IUTS sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) kepada Kepala Dinas. (3) Permohonan IUTS sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diajukan kepada Kepala Dinas dengan dilampiri
persyaratan
sebagai berikut :
a. untuk Toko Swalayan yang tidak terintegrasi dengan pasar
tradisional, pusat perbelanjaan atau bangunan/kawasan lain :
1. fotocopy izin prinsip dari Walikota
2. hasil analisa kondisi sosial ekonomi masyarakat serta
rekomendasi dari Tim Hasil analisa sosial ekonomi
3
masyarakat setempat;
3. fotocopy Keterangan Rencana Kota;
4. fotocopy Izin Mendirikan Bangunan;
5. fotocopy Izin Gangguan;
6. fotocopy Akte pendirian Perusahaan dan/atau perubahannya yang telah
mendapat pengesahan dari pejabat yang berwenang atau didaftarkan ke Instansi
yang berwenang apabila pemohon merupakan badan hukum/badan usaha
7. rencana Kemitraan dengan Usaha Mikro dan Usaha
kecil; dan
8. Surat Pernyataan kesanggupan melaksanakan dan mematuhi ketentuan yang
berlaku.
b. untuk Toko Swalayan yang terintegrasi dengan Pasar
Rakyat,pusat perbelanjaan atau bangunan/kawasan lain:
1. hasil analisa kondisi sosial ekonomi masyarakat serta rekomendasi dari Tim
Hasil analisa sosial ekonomi masyarakat setempat;
2. fotocopy izin usaha pusat perbelanjaan atau bangunan lainnya tempat
berdirinya pasar rakyat;
3. fotocopy akte pendirian perusahaan dan/atau perubahannya yang telah
mendapat pengesahan dari pejabat yang berwenang atau didaftarkan ke Instansi
yang berwenang apabila pemohon merupakan badan
hukum/badan usaha;
4. Surat pernyataan kesanggupan melaksanakan dan mematuhi ketentuan yang
berlaku; dan
5. rencana kemitraan dengan UMKM untuk Pusat Perbelanjaan. (4) Ketentuan
lebih lanjut mengenai tata cara penerbitan IUTS diatur dengan peraturan daerah
tentang penataan toko swalayan . Pada Pasal 11 berbunyi “IUTS berlaku selama
perusahaan masih menjalankan usaha Toko Swalayan pada lokasi yang sama dan
wajib dilakukan daftar ulang setiap 5 (lima) tahun”. Pasal 20 berbunyi (1) Pelaku
usaha Toko Swalayan yang telah melakukan usaha/kegiatan dan belum memiliki
IUTS sebelum ditetapkannya Peraturan Daerah ini, wajib mengajukan
permohonan hasil kajian analisa sosial ekonomi masyarakat setempat sebagai
4
salah satu persyaratan pengajuan IUTS, paling lambat 3 (tiga) bulan sejak
diberlakukannya Peraturan Daerah ini. (2) Berdasarkan hasil kajian analisa sosial
ekonomi masyarakat setempat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terhadap
usaha Toko Swalayan yang tidak memenuhi persyaratan khususnya terkait dengan
lokasi yang tidak sesuai dengan tata ruang, ketentuan mengenai lebar jalan atau
tidak memenuhi ketentuan jarak antara Toko Swalayan yang akan didirikan
dengan pasar rakyat yang telah ada sebelumnya, maka pelaku usaha Toko
Swalayan diberikan waktu 2,5 (dua koma lima) tahun terhitung sejak
diterbitkannya rekomendasi hasil kajian analisa sosial ekonomi
masyarakatsetempat, untuk menghentikan kegiatan usahanya. (3) Apabila dalam
jangka waktu 3 (tiga) bulan, pelaku usaha Toko Swalayan tidak mengajukan
permohonan hasil kajian analisa sosial ekonomi masyarakat setempat
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), maka Kepala Dinas melakukan penutupan
kegiatan usaha. (4) Apabila dalam waktu 2,5 (dua koma lima) tahun sejak
diterbitkannya rekomendasi hasil kajian analisa sosial ekonomi masyarakat
setempat, pelaku usaha Toko Swalayan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
melanggar ketentuan Pasal 16 dan/atau Pasal 17 huruf c, huruf d, huruf e, huruf f,
huruf g, huruf h, huruf i, maka Kepala Dinas melakukan penutupan kegiatan
usaha. Pasal 17 huruf k juga menyebutkan penjualan Minuman beralkohol di
supermarkat boleh tapi hanya secara tersirat adanya larangan menjual minuman
beralkohol khusus bagi toko swalayan berbentuk minimarket. berarti penjualan
minuman beralkohol diperbolehkan di supermarket.
7. Seorang orang atasan yang memaksa untuk berjualan Alkohol di
supermarketnya akan kesusahan dan tidak segampang memperpanjang SIUP lalu
kemudian berjualan Miras, hal ini akan berdampak kepada sanksi terhadap
supermarket tersebut,dengan mengingat persyratan IUTS tersebut Pasal 3 ayat (1)
Pendirian Toko Swalayan harus memenuhi persyaratan ketentuan peraturan
perundang-undangan dan harus melakukan analisa kondisi sosial masyarakat,
keberadaan pasar rakyat dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah yang berada di
5
wilayah bersangkutan. Dalam kepengurusannya tidak relevan jika IUTS akan jadi
dalam 1 bulan.
8. Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI no.19 tahun 2004 Pasal 1
menyebutkan Penunjukan barang-barang dalam pengawasan ditetapkan dengan
Keputusan Presiden. Dan Pasal 2 Keputusan Presiden sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 1 mengatur: a. Tata cara, termasuk perijinannya, perdagangan barang
dalam pengawasan. b. Tindakan dan sanksi administratif yang dapat dikenakan
terhadap pelanggaran tata cara perdagangan sebagaimana dimaksud dalam huruf
a; c. Hal-hal lain yang diperlukan untuk mengatur perdagangan barang dalam
pengawasan."
9. Berdasarkan pengaturan diatas mengenai minuman beralkohol termasuk
barang perdagangan dalam pengawasan disebutkan dalam Peraturan Presiden RI
no.74 tahun 2013 tentang pengendalian dan pengawasan minuman beralkohol.
pasal 3 ayat (1) menyebutkan Minuman Beralkohol yang berasal dari produksi
dalam negeri atau asal impor dikelompokkan dalam golongan sebagai berikut: a.
Minuman Beralkohol golongan A adalah minuman yang mengandung etil alkohol
atau etanol (C2H5OH) dengan kadar sampai dengan 5% (lima persen); b.
Minuman Beralkohol golongan B adalah minuman yang mengandung etil alkohol
atau etanol (C2H5OH) dengan kadar lebih dari 5% (lima persen) sampai dengan
20% (dua puluh persen);dan c. Minuman Beralkohol golongan C adalah minuman
yang mengandung etil alkohol atau etanol (C2H5OH) dengan kadar lebih dari
20% (dua puluh persen) sampai dengan 55% (lima puluh lima persen. Ayat (2)
menyebutkan Minuman Beralkohol sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan sebagai barang dalam pengawasan. Dan pada Ayat (3) menyebutkan
Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi pengawasan terhadap
pengadaan Minuman Beralkohol yang berasal dari produksi dalam negeri atau
asal impor serta peredaran dan penjualannya. Kemudian pada Pasal 4 ayat (4) juga
mengatur bahwa harus mempunyai izin untuk memperdagangkan alkohol yang
berbunyi” Minuman Beralkohol hanya dapat diperdagangkan oleh pelaku usaha
6
yang telah memiliki izin memperdagangkan Minuman Beralkohol sesuai dengan
penggolongannya sebagaimana diatur dalam Pasal 3 ayat (1) dari menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang perdagangan.
A. Isu Hukum
1. Apakah benar untuk penjualan miras di Surabaya membutuhkan IUTS
sedangkan miras di bagi beberapa golongan dan golongan miras apa
yang dapat dijual di supermarket dengan adanya IUTS?
2. Apakah jika supermarket tersebut memiliki IUTS dapat menjual miras/
minuman beralkohol tanpa izin yang lainnya?
B. Fakta Hukum
1. Bahwa Pasal 3 ayat (1) Pendirian Toko Swalayan harus memenuhi
persyaratan ketentuan peraturan perundang-undangan dan harus melakukan
analisa kondisi sosial masyarakat, keberadaan pasar rakyat dan Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah yang berada di wilayah bersangkutan. Berdasarkan
Permendag No.06/M-DAG/PER/1/2015 pasal 14 ayat (3) Selain sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) ,minuman beralkohol golongan A juga dapat dijual di
supermarket dan hypermarket. Pasal 22 Permohonan SKP-A untuk supermarket
dan hypermarket dapat dilakukan oleh perusahaan yang berbentuk badan hukum,
perseorangan atau persekutuan dengan melampirkan dokumen persyaratan. a.surat
penunjukan dari Distributor atau Sub Distributor sebagai pengecer. b.fotocopi
IUTM. c.fotocopi SITU d.fotocopi KTP penanggung jawab perusahaan. e. Pakta
integritas penjualan minuman beralkohol golongan A. Dan menjelaskan pada
pasal II ayat (1) menyebutkan pada saat peraturan menteri ini berlaku SKP-A
untuk minimarket dan toko pengecer lainnya dinyatakan tidak berlaku. Dan di
ayat (2) pengecer minuman beralkohol skala minimarket dan pengecer lainnya
paling lambat 3 bulan harus menarik produk minuman beralkohol golongan A dari
perdaran terhitung sejak 16 Januari 2015.
7
2. Tidak hanya IUTS yang digunakan untuk prasyarat penjualan miras
namun IUTS adalah salah satu prasyarat untuk menjual minuman beralkohol di
supermarket. Berdasarkan Permendag No.06/M-DAG/PER/1/2015 Pasal 22
Permohonan SKP-A untuk supermarket dan hypermarket dapat dilakukan oleh
perusahaan yang berbentuk badan hukum, perseorangan atau persekutuan dengan
melampirkan dokumen persyaratan. a.surat penunjukan dari Distributor atau Sub
Distributor sebagai pengecer. b.fotocopi IUTM. c.fotocopi SITU d.fotocopi KTP
penanggung jawab perusahaan. e. Pakta integritas penjualan minuman beralkohol
golongan A. Berdasarkan pengaturan diatas mengenai minuman beralkohol
termasuk barang perdagangan dalam pengawasan disebutkan dalam Peraturan
Presiden RI no.74 tahun 2013 tentang pengendalian dan pengawasan minuman
beralkohol berdasarkan tempat penjualannya di pasal 7 Minuman Beralkohol
golongan A, golongan B, dan golongan C hanya dapat dijual di: a. hotel, bar, dan
restoran yang memenuhi persyaratan sesuai peraturan perundangundangan di
bidang kepariwisataan; b. toko bebas bea; dan c. tempat tertentu selain huruf a dan
b yang ditetapkan oleh Bupati/Walikota dan Gubernur untuk Daerah Khusus
Ibukota Jakarta. Dan berdasarkan ayat (2) menyebutkan Penjualan dan/atau
peredaran Minuman Beralkohol di tempat tertentu yang ditetapkan oleh
Bupati/Walikota dan Gubernur untuk Daerah Khusus Ibukota Jakarta
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c tidak berdekatan dengan tempat
peribadatan,lembaga pendidikan dan rumah sakit.
C. Konsep Hukum
1. pasal 1 angka 24 Perwali kota Surabaya no.18 tahun 2015 tentang tata cara
penerbitan izin usaha toko swalayan kota Surabaya. Izin Usaha Toko
Swalayan selanjutnya disebut IUTS adalah izin untuk dapat menjalankan
usaha pengelolaan Toko Swalayan yang diterbitkan oleh Kepala Dinas
Perdagangan dan Perindustrian.
2. pasal 1 angka 19 Perwali kota Surabaya no.18 tahun 2015 tentang tata cara
penerbitan izin usaha toko swalayan kota Surabaya. Toko Swalayan adalah
toko dengan sistem pelayanan mandiri, menjual berbagai jenis barang
8
secara eceran yang berbentuk minimarket, supermarket, department store,
hypermarket ataupun grosir yang berbentuk perkulakan.
3. Pasal satu angka 1 Peraturan Presiden RI no.74 tahun 2013 tentang
pengendalian dan pengawasan minuman beralkohol. Minuman Beralkohol
adalah minuman yang mengandung etil alkohol atau etanol (C2H5OH)
yang diproses dari bahan hasil pertanian yang mengandung karbohidrat
dengan cara fermentasi dan destilasi atau fermentasi tanpa destilasi.
4. Pasal 24 ayat 1 no 7 tahun 2014 tentang Perdaganan Pelaku Usaha yang
melakukan kegiatan usaha Perdagangan wajib memiliki perizinan di
bidang Perdagangan yang diberikan oleh Menteri.
5. Pasal 1 angka 14 Perda kota Surabaya no.8 tahun 2014 tentang penataan
toko dan Swalayan di Kota Surabaya. Izin Usaha Toko Swalayan
selanjutnya disebut IUTS adalah izin untuk dapat menjalankan usaha
pengelolaan Toko Swalayan yang diterbitkan oleh Walikota.
6. Pasal 1 ayat 11 Peraturan Presiden no 112 tahun 2007 tentang penataan
dan Pembinaan Pasar tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern
Izin Usaha Pengelolaan Pasar Tradisional, Izin Usaha Pusat Perbelanjaan
dan Izin Usaha Toko Modern” adalah izin untuk dapat melaksanakan
usaha pengelolaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko
Modern yang diterbitkan oleh Pemerintah Daerah setempat.
7. Pasal 18 ayat (1) Perda kota Surabaya no.8 tahun 2014 tentang penataan
toko dan Swalayan di Kota Surabaya .Pemerintah Daerah berwenang
untuk melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan
dan pengelolaan Toko Swalayan.
8. Pasal 19 ayat (1) dan (2) Perda kota Surabaya no.8 tahun 2014 tentang
penataan toko dan Swalayan di Kota Surabaya. (1) Setiap orang dan/atau
badan hukum yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 9 ayat (1), Pasal 12, Pasal 13, Pasal 14 ayat (1), Pasal 16, dan/atau
Pasal 17 huruf c, huruf d, huruf e, huruf f, huruf g, huruf h, huruf i, huruf j,
huruf k, huruf l dikenakan sanksi administratif. (2) Sanksi administratif
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa : a. peringatan tertulis; b.
9
pembekuan IUTS; c. pencabutan IUTS; dan/atau d. penutupan kegiatan
usaha.
9. pasal 8 ayat 3 Perwali kota Surabaya no.18 tahun 2015 tentang tata cara
penerbitan izin usaha toko swalayan kota Surabaya. Pelaku usaha Toko
Swalayan yang telah melakukan usaha/kegiatan Toko Swalayan tanpa
dilengkapi dengan Izin Gangguan sebelum berlakunya Peraturan Daerah
Kota Surabaya Nomor 8 Tahun 2014 tentang Penataan Toko Swalayan,
maka pelaku usaha toko swalayan wajib menghentikan kegiatan usahanya
dan wajib mengajukan IUTS dengan syarat-syarat dan ketentuan
sebagaimana diatur dalam Peraturan Walikota ini.
D. Analisis Hukum
Berdasarkan Perda no.08 tahun 2014 tentang Penataan Toko Swalayan di
Kota Surabaya Pasal 9 ayat (1) Setiap orang atau badan yang akan melakukan
kegiatan usaha di bidang Toko Swalayan wajib memiliki IUTS dari Walikota,
IUTS sendiri dalam kepengurusannya sangatlah panjang dan memerlukan
waktu yang tidak sebentar dalam kepengurussannya. Dalam Penjalan
Minuman beralkohol tidak hanya IUTS yang digunakan sebagai syarat
penjualan minuman beralkohol,tapi hanya sebagai salah satu saja. Berdasarkan
Permendag No.06/M-DAG/PER/1/2015 Pasal 22 Permohonan SKP-A untuk
supermarket dan hypermarket dapat dilakukan oleh perusahaan yang
berbentuk badan hukum, perseorangan atau persekutuan dengan melampirkan
dokumen persyaratan. a.surat penunjukan dari Distributor atau Sub Distributor
sebagai pengecer. b.fotocopi IUTM. c.fotocopi SITU d.fotocopi KTP
penanggung jawab perusahaan. e. Pakta integritas penjualan minuman
beralkohol golongan A. Pasal 3 ayat (1) Pendirian Toko Swalayan harus
memenuhi persyaratan ketentuan peraturan perundang-undangan dan harus
melakukan analisa kondisi sosial masyarakat, keberadaan pasar rakyat dan
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah yang berada di wilayah bersangkutan.
Perwali no.18 tahun 2015 tentang tata cara penerbitan izin usaha toko
10
swalayan kota Surabaya ,memberikan ketentuan perizinan yang begitu rumit
tidak relevan jika perizinan untuk IUTS satu bulan akan selesai, begitu
rumitnya bahkan jika masyarakat tidak menyetujuinya Toko swalayan tidak
bisa beroperasi atau akan ditutup berikut pengajuan IUTS Pasal 2 (1) Setiap
orang /Badan yang menyelenggarakan usaha Toko Swalayan wajib memiliki
IUTS. (2) Untuk dapat mengajukan IUTS sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), pemohon wajib mengajukan secara tertulis kepada Kepala Dinas
Perdagangan dan Perindustrian, dengan melampirkan persyaratan sebagai
berikut : a. untuk Toko Swalayan yang tidak terintegrasi dengan pasar rakyat,
pusat perbelanjaan atau bangunan/kawasan lain :
1. fotocopy izin prinsip dari Walikota 2. hasil analisa kondisi sosial ekonomi
masyarakat serta rekomendasi dari Tim Hasil analisa sosial ekonomi
masyarakat setempat 3. fotocopy Surat Keterangan Rencana Kota 4. fotocopy
Izin Mendirikan Bangunan 5. fotocopy Izin Gangguan 6. fotocopy Akte
pendirian Perusahaan dan/atau perubahannya yang telah mendapat pengesahan
dari pejabat yang berwenang atau didaftarkan ke Instansi yang berwenang
apabila pemohon merupakan badan hukum/badan usaha 7. rencana Kemitraan
dengan Usaha Mikro dan Usaha Kecil dan 8. Surat Pernyataan kesanggupan
melaksanakan dan mematuhi ketentuan yang berlaku. b. untuk Toko Swalayan
yang terintegrasi dengan Pasar Rakyat,pusat perbelanjaan atau
bangunan/kawasan lain: 1. hasil analisa kondisi sosial ekonomi masyarakat
serta rekomendasi dari Tim Hasil analisa sosial ekonomi masyarakat setempat;
2. fotocopy izin usaha pusat perbelanjaan atau bangunan lainnya tempat
berdirinya pasar rakyat; 3. fotocopy akte pendirian perusahaan dan/atau
perubahannya yang telah mendapat pengesahan dari pejabat yang berwenang
atau didaftarkan ke Instansi yang berwenang apabila pemohon merupakan
badan hukum/badan usaha; 4. Surat pernyataan kesanggupan melaksanakan
dan mematuhi ketentuan yang berlaku; dan 5. rencana kemitraan dengan
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah untuk Pusat Perbelanjaan. Walaupun
dalam pasal 17 huruf k Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 8 Tahun 2014
tentang Penataan Toko Swalayan dijelaskan tersirat mengenai Larangan
11
penjualan miras,”menjual minuman beralkohol khusus bagi toko swalayan
berbentuk minimarket.” Berarti disini dijelaskan bahwa menjual Minuman
beralkohol di supermarket diperbolehkan tetapi masih memiliki persyaratan
salah satunya yaitu IUTS, dalam persoalan mengenai atasan yang
memaksakan untuk menjual miras itu akan tidak mungkin , karena diketahui
bahwa dalam perizinan IUTS sangat rumit sedangkan atasan menghendaki 1
bulan untuk mengurus perizinan berjualan Minuman beralkohol.
12
A.Kesimpulan
1. Jika supermarket tersebut tetap memaksakan untuk tetap berjualan Minuman
beralkohol tanpa menggunakan IUTS supermarket tersebut akan dikenai sanksi
administratif (2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berupa : a. peringatan tertulis
b. pembekuan IUTS
c. pencabutan IUTS dan/atau
d. penutupan kegiatan usaha.
Perda kota Surabaya no.8 tahun 2014 tentang penataan toko dan Swalayan di Kota
Surabaya. Diketahui bahwa supermarket adalah toko swalayan yang di izinkan
untuk berjualan minuman beralkohol, dan alkohol yang dapat dijual di kota
Surabaya khususnya di toko swalayan kecuali minimarket adalah golongan A.
IUTS adalah syarat penjualan miras di kota Surabaya, tetapi bukan salah satunya
syarat, kalau kita mengurus penjualan minuman beralkohol. Begitu banyak
perizinan yang harus kita urus untuk pendirian toko swalayan sendiri apalagi
kalau harus berjualan minuman beralkohol.
2. Tidak akan relevan dan selesai jika perizinan IUTS selesai dalam waktu sebulan
berbarengan dengan perpanjangan SIUP supermarket tesebut. Atasan
menghendaki berjualan minuman beralkohol, sementara pegawai nya
menyarankan untuk tidak berjualan dulu sebelum mempunyai SIUP, saran
tersebut adalah benar, ketika supermarket tidak mempunyai IUTS maka
supermarket tidak boleh berjualan Minuman beralkohol dan jika tetap memaksa
maka akan dekenai sanksi administratif. Supermarket sendiri jika belum
mempunyai IUTS maka akan tetap diharuskan untuk mengurus IUTS, dan jika
tidak mempunyai IUTS, tetap akan dikenakan sanksi administratif meskipun tidak
berjualan minuman beralkohol. Ini bisa dilihat dari pengertian, berdasarkan
13
Perwali kota Surabaya no.18 tahun 2015 pasal 1 ayat 24. Izin Usaha Toko
Swalayan selanjutnya disebut IUTS adalah izin untuk dapat menjalankan usaha
pengelolaan Toko Swalayan yang diterbitkan oleh Kepala Dinas Perdagangan dan
Perindustrian.
14