jurnal.umrah.ac.idjurnal.umrah.ac.id/.../07/naskah-publikasi-purwanti.docx · web viewkesimpulan...
TRANSCRIPT
PEMBERDAYAAN GABUNGAN KELOMPOK TANI (GAPOKTAN) OLEH PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2014
STUDI DI KELURAHAN SUNGAI LEKOP KECAMATAN BINTAN TIMUR
Naskah Publikasi
Skripsi Diajukan Sebagai Syarat Untuk
Memperoleh Gelar Sarjana Bidang Ilmu Pemerintahan
Oleh :
PURWANTI WISMASARINIM. 100565201011
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
TANJUNGPINANG
2015
ABSTRAK
Pemberdayaan gabungan kelompok tani (Gapoktan) di Kelurahan Sungai Lekop merupakan suatu hal yang penting dilakukan ditengah permasalahan para petani dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Tujuan dari pemberdayaan ini adalah meningkatkan kesejahteraan para petani yang awalnya petani tradisional menjadi petani yang modern yang memiliki pengetahun dan keterampilan yang lebih luas lagi. Pada tahap pengembangannya gapoktan tersebut dapat memberikan pelayanan informasi, teknologi dan permodalan kepada anggota kelompoknya serta menjalin kerjasama dengan pihak lain.
Tujuan penelitian ini pada dasarnya adalah untuk mengetahui pemberdayaan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) di Kelurahan Sungai Lekop yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Bintan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian bersifat Kualitatif yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif dalam bentuk perkataan yang telah ditulis maupun lisan dari orang yang menjadi informan dalam penelitian ini. Sedangkan untuk menganalisis data penulis menggunakan teknik Analisa Deskriptif Kualitatif.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah sudah terlaksanana dengan baik pemberdayaan yang dilakukan oleh Pemerintaha Daerah di Kelurahan Sungai Lekop Kecamatan Bintan Timur. Fakta ini terlihat dari tiga dimensi yaitu menciptakan suasana iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang, memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh masyarakat dan melindungi masyarakat sudah berjalan dengan baik. Namun untuk indikator memberikan penyuluhan kepada masyarakat terbilang belum berhasil, hal ini dikarenakan kurangnya SDM sebagai penyuluh pendamping di Kabupaten Bintan. Saran yang diberikan sehubungan dengan penetilian ini adalah sebaiknya pihak BPPKP memberikan wadah untuk pemasaran produk yang dihasilkan, adanya kegiatan pertemuan untuk seluruh anggota, memberikan penyuluh yang memiliki wawasan dan pengetahuan yang luas agar dapat meningkatkan usahatani tersebut.
Kata kunci : Pemberdayaan Masyarakat, Gabungan Kelompok Tani
ABSTRACT
Empowerment of farmers' groups combined (union) in Sungai Lekop is an important thing to do amid the problems of farmers in meeting their needs. The purpose of this empowerment is to improve the welfare of the farmers who originally traditional farmers into modern farmers who have the knowledge and skills more broadly. At this stage of development the group union can provide information services, technology and capital to the group members as well as cooperating with other parties.
The research objective is essentially to determine empowerment Farmers Group Association (union) in Sungai Lekop conducted by the District Government of Bintan. The method used is a method of qualitative research is that the research procedure that produces descriptive data in the form of words that have been written and spoken of the informants in this study. As for the authors analyzed data using qualitative descriptive analysis technique.
The conclusion of this research is already well empowerment implementation conducted by the Regional Government in Sungai Lekop District of East Bintan. This fact can be seen from three dimensions to create an atmosphere that allows potential climate evolving society, strengthen the potential or power possessed by the community and protect the public already well underway. However, to provide counseling to the community indicators spelled out does not work, this is due to lack of human resources as a companion extension in Bintan regency. The advice given in connection with this research is BPPKP party should provide the container for the marketing of products produced, the activities of the meeting to all members, providing insight and counselors who have extensive knowledge in order to improve the farm.
Keywords: Empowerment, Farmers Group Association
PEMBERDAYAAN GABUNGAN KELOMPOK TANI (GAPOKTAN) OLEH PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2014
STUDI DI KELURAHAN SUNGAI LEKOP KECAMATAN BINTAN TIMUR
A. Latar Belakang
Menurut Peraturan Kementerian Pertanian No 82 Tahun 2013 Gabungan
Kelompoktani adalah kumpulan beberapa kelompok tani yang bergabung dan
bekerjasama dalam meningkatkan skala ekonomi dan efisiensi usaha, sedangkan
kelompok tani merupakan kumpulan petani/peternak/ pekebun yang dibentuk atas
dasar kepentingan yang sama, kesamaan kondisi lingkungan sosial, ekonomi, dan
sumber daya, kesamaan komoditas dan keakraban untuk meningkatkan dan
mengembangkan usaha anggota. Usaha tani merupakan kegiatan dalam bidang
pertanian, mulai dari produksi, budidaya, penanganan setelah panen, pengolahan
komoditas, sarana prasarana produksi, pemasaran hasil pertanian, dan/atau jasa
penunjang.
Gabungan kelompoktani berfungsi untuk memfasilitasi kegiatan-kegiatan
usaha bersama mulai dari sektor hulu sampai hilir secara komersial dan
berorientasi pasar. Pada tahap pengembangannya gapoktan tersebut dapat
memberikan pelayanan informasi, teknologi dan permodalan kepada anggota
kelompoknya serta menjalin kerjasama dengan pihak lain. Diharapkan
penggabungan poktan dalam gapoktan akan menjadikan kelembagaan petani
yang kuat dan mandiri serta berdaya saing.
Menyadari hal tersebut, pemerintah telah mengeluarkan kebijakan untuk
merevitalisasi penyuluhan dan salah satu strategi dalam program tersebut adalah
memberdayakan petani atau kelompok tani melalui Gabungan Kelompok Tani
atau Gapoktan. Melalui Gapoktan seluruh kekuatan yang dimiliki oleh petani
dalam kelompoknya digabungkan untuk menggerakan kelompok. Dengan kata
lain petani dididik untuk lebih mandiri dengan mengandalkan kekuatan mereka
sendiri. Selain itu ada yang lebih istimewa dalam program ini, yaitu pemerintah
ingin menaikkan status petani melalui kemandirian dan kreativitas mereka.
Karena Gapoktan akan berstatus hukum yang jelas sehingga memiliki daya tawar
lebih tinggi dan diakui secara resmi sebagai suatu kelompok usaha.
Menurut Zubaedi (2013:73) model pembangunan pro pertumbuhan yang
meyakini terjadinya efek tetesan kebawah (trickle down effect) ternyata tidak
mampu mengangkat kesejahteraan penduduk miskin. Sebaliknya, yang terjadi
ialah efek penyedotan ke atas (trickle up effect) atau malah terjadi penyedotan
produksi (production squeeze). Hal ini dapat terjadi karena adaya program
pembangunan yang direncanakan ialah secara terpusat (top down), dimana
seringkali tidak sesuai dengan kondisi dan permasalahan yang terjadi pada
masyarakat bawah yang menjadi tujuan pembangunan. Sehingga, wajar bila
program pembangunan pro pertumbuhan tidak begitu berdampak dalam
memperbaiki kondisi sosial ekonomi masyarakat bawah, masyarakat yang miskin
tetap berada dalam kondisi miskin bahkan ada yang lebih miskin, sedangkan
masyarakat dalam kondisi kaya akan bertambah kaya.
Tabel I.1
Jumlah Keseluruhan Gapoktan Di Kabupaten Bintan
Provinsi Kabupaten/Kota
JumlahKecamatan
Jumlah Desa/Kelurahan
Jumlah Gapoktan
JumlahPoktan/KWT
Kepulauan Riau
Bintan 10 Kecamatan
51 Desa/Kelurahan
48Gapoktan
276Poktan/KWT
Sumber : Badan Pelaksana Penyuluhan Dan Ketahanan Pangan Tahun 2014
Berdasarkan dari pengumpulan data yang di peroleh dari Badan Pelaksana
Penyuluhan dan Ketahan Pangan Kabupaten Bintan, masih terdapat beberapa
Poktan dan Kelompok Wanita Tani (KWT) yang belum terdaftar tahun
pembentukan dari kelompok tersebut, hal itu dikarenakan belum terlaksananya
penyuluhan kepada kelompok tersebut.
Tahun pembentukan terlama dari beberapa Poktan dan KWT yang terdapat
di Kabupaten Bintan adalah yaitu Poktan Harapan dari Kecamatan Bintan Timur,
Kelurahan Gunung Lengkuas dimulai dari Tahun 1985 sampai sekarang.
Sedangkan ada beberapa Poktan dan KWT yang baru bergabung dengan
Gapoktan Kabupaten Bintan yaitu tahun 2014.
Sedangkan Gapoktan Bintani Kelurahan Sungai Lekop terbentuk pada
tahun 2008 dan pada tahun yang bersamaan pula dilaksanakan kegiatan Gapoktan
tersebut. Kelurahan Sungai Enam terbentuk pada tahun 2008, Kelurahan Gunung
Lengkuas terbentuk pada tahun 2008 dan Kelurahan Kijang Kota terbentuk pada
tahun 2010.
Tabel I.2
Daftar Gapoktan Kecamatan Bintan Timur
NoNama
Desa/KelurahanNama
GapoktanJumlah Anggota
Gapoktan
Tahun Pembentukan
1 Sungai Enam Aneka Karya 70 2008
2 Sungai Lekop Bintani 158 2008
3 Gunung Lengkuas Maju Bersama 225 2008
4 Kijang Kota Kijang Makmur 61 2010
Sumber : Badan Pelaksana Penyuluhan Dan Ketahanan Pangan 2014
Ada 8 Gapoktan di Kelurahan Sungai Lekop, Bintan Timur. Dalam
Gapoktan ini terdapat beberapa kelompok yang beranggotakan wanita, yaitu
Kelompok Wanita Tani dan Kelompok Tani. Kelompok Wanita Tani berjumlah 3
Kelompok sedangkan Kelompok Tani Berjumlah 5 Kelompok.
Tabel I.3
Nama Kelompok Gapoktan Kelurahan Sungai Lekop
No Nama Poktan/KWT Jumlah Anggota
1 Poktan Utama I 19 Orang
2 Poktan Utama II 24 Orang
3 Poktan Karya Tani Jaya 12 Orang
4 Poktan Sumber Makmur 10 Orang
5 Poktan Sumber Rezeki 19 Orang
6 KWT. Mekar Sari 38 Orang
7 KWT. Bina Karya 23 Orang
8 KWT. Puspa Kenanga 13 Orang
Total Anggota 158 OrangSumber : Olahan Gapoktan Bintani Tahun 2013-2014
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa kesadaran masyarakat terhadap
program pemerintah cenderung membawa dampak positif bagi mereka yang
memang benar-benar memanfaatkan program tersebut. Bukan hanya kepala
keluarga saja tetapi Ibu Rumah Tangga lebih banyak menjadi anggota Gapoktan
Bintan tersebut dengan tujuan dapat membantu memperbaiki taraf kehidupan
mereka. Pemberdayaan Gapoktan ini masih harus perlu diperhatikan, seperti
minimnya kerjasama antar kelompok dalam kegiatan rapat bulanan maupun akhir
tahun antara pengelola Gapoktan Bintani dengan para pembinanya agar setiap
kegiatan - kegiatan kelompok tani dan Kelompok Wanita Tani yang lebih pada
Home Industry dan memanfaatkan Perkarangan agar lebih baik, efektif dan
efisien.
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka penulis
ingin menganalisis ke dalam sebuah penelitian yang berjudul “ Pemberdayaan
Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN) oleh Pemerintah Daerah
Kabupaten Bintan Tahun 2014 studi di Kelurahan Sungai Lekop
Kecamatan Bintan Timur “.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah di paparkan diatas, maka dapat kita
ketahui bahwasanya pemberdayaan masyarakat kelompok tani oleh Pemerintah
Daerah sangat penting, karena selain untuk meningkatkan mutu sumber daya
manusia yang lebih baik juga untuk merubah taraf hidup yang lebih baik pula.
Maka dapat dirumuskan masalah yaitu ;
“ Bagaimana pemberdayaan Gabungan Kelompok Tani
(GAPOKTAN) oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Bintan Tahun 2014 studi
di Kelurahan Sungai Lekop, Kecamatan Bintan Timur? “
C. Tujuan dan Kegunaan
1. Tujuan Penelitian
a) Untuk mengetahui bagaimana pemberdayaan yang dilakukan oleh
Pemerintah Daerah terhadap Gabungan kelompok tani (Gapoktan) di
Kelurahan Sungai Lekop Kecamatan Bintan Timur.
b) Untuk mengetahui kendala yang mempengaruhi keberhasilan
kelompok tani maupun Home Industry di Kelurahan Sungai Lekop.
2. Kegunaan Penelitian
a) Kegunaan Akademik
Secara akademis hasil penelitian untuk pengembangan Ilmu
Pemerintahan yaitu antara masyarakat dengan Pemerintah Daerah.
Dan juga dapat digunakan oleh peneliti lain sebagai bahan penelitian
namun berbeda tema khususnya untuk jurusan Ilmu Pemerintahan.
b) Kegunaan Praktis
Dengan adanya penelitian ini dapat menjadikan sebagai awal dari cara
masyarakat merubah menjadi mandiri melalui program pemerintah
yang mengarah pada tujuan positif serta memberbaharui pandangan
bagaimana mengembangkan usahatani.
D. Metode Penelitian
Penelitian kualitatif (Moleong, 2007:6) adalah penelitian yang bermaksud
untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian
misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll., secara holistik, dan dengan
cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus
yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Metode
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif kualitatif.
Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status kelompok
manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas
peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk
membuat deskriptif, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat
mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.
(Nazir, 2003:54).
E. Landasan Teori
1. Pemerintahan
Pemerintahan secara sempit dan dapat dikebiri sebagaimana yang
dijelaskan di dalam Ndraha (2005:57) bahwa:
“Pemerintahan adalah kegiatan pemerintah” saja, sehingga apapun yang dilakukan oleh pemerintah, itulah pemerintahan. Dari fenomena itu dikonstruksi semboyan-semboyan seperti “Sabdo pandito ratu,” “King can do no wrong,” atau “Power lies beyond moral judgment,” dan kemudian “mikul duwur, mendhem jero.”
Menurut Herman Finer ( dalam The Theory and Practice of Modern
Government 1960:7) yang mendefinisikan pemerintahan secara luas politics plus
administration (pemerintahan dalam politik juga dalam administrasi). Selanjutnya
menurut Zamhir Islamie, S. Pamudji dan S. Moertono yang dikutip oleh Ndraha
(2005:35) mendefinisikan pemerintahan sebagai “ segala bangunan-bangunan
politik dimana dan dengan mana terjadi proses pemecahan problem bersama dari
masyarakat politik melalui pengambilan dan pelaksanaan desisi yang mempunyai
otoritas (wibawa)...”
Selanjutnya menurut Sedarmayanti (2004:2) menjelaskan bahwa pemerintah
atau Government dalam bahasa Inggris diartikan : “ The authoritative direction
and administration of the affairs of men/women in a nation, state, city, etc”, atau
dalam Bahasa Indonesia berarti “ Pengarahan dan administrasi yang berwenang
atas kegiatan orang-orang dalam sebuah Negara, Negara bagian, kota dan
sebagainya”. Sedangkan istilah “ kepemerintahan” atau dalam Bahasa Inggris
“Governance” yaitu “the act, fact, manner of governing”, berarti : “ Tindakan,
fakta, pola dan kegiatan atau penyelenggaraan pemerintah”.
Sedangkan menurut Rasyid yang dikutip oleh Labolo (2005:26-27)
mengemukakan bahwa fungsi-fungsi pemerintahan adalah fungsi pengaturan,
pelayanan, pemberdayaan, dan pembangunan. Pelaksana fungsi pengaturan yang
lazim dikenal sebagai fungsi regulasi dengan segala bentuknya, dimaksudkan
sebagai usaha untuk menciptakan kondisi yang tepat sehingga menjadi kondusif
bagi berlangsungnya berbagai aktivitas, selain terciptanya tatanan sosial yang baik
diberbagai kehidupan masyarakat. Pemberdayaan akan mendorong kemandirian
masyarakat dan pembangunan akan menciptakan kemakmuran dalam masyrakat.
Oleh karena itu, seiring dengan hasil pembangunan dan pemberdayaan yang
dilaksanakan pemerintah, serta keterbatasan yang dimiliki pemerintah, maka
secara perlahan masyrakat dituntut secara mandiri mencukupi kebutuhannya.
2. Pemberdayaan
Menurut Suharto (2006:59) pemberdayaan adalah sebuah proses dan
tujuan. Sebagai proses, pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk
memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat,
terutama individu-individu yang mengalami kemiskinan. Sebagai tujuan, maka
pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah
perubahan sosial; yaitu masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan atau
mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya
baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial seperti memiliki kepercayaan
diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi
dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas
kehidupannya. Pengertian pemberdayaan sebagai tujuan seringkali digunakan
sebagai indikator sebuah keberhasilan pemberdayaan.
Beberapa upaya pemberdayaan dapat dilakukan melalui tiga arah seperti
menurut Kartasasmita yang dikutip oleh Zubaedi (2013:79) yaitu :
a. Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang (enabling).
b. Memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh masyarakat (empowering).
c. Melindungi masyarakat (protection).
Selanjutnya pemberdayaan pada masyarakat tani yang dikutip oleh Shinta
(2014:5) meliputi :
a. Pemberdayaan petani, yaitu merubah perilaku petani dari petani yang subsistem tradisional menjadi petani modern yang berwawasan agribisnis.
b. Pemberdayaan kelembagaan petani dengan menumbuh kembangkan kelembagaan petani dari kelompok tani menjadi gabungan kelompok tani (Gapoktan), asosiasi, koperasi dan korporasi (Badan Usaha Milik Petani).
c. Pemberdayaan usaha tani dengan menumbuh kembangan jiwa wirausaha dan kerjasama antar petani dengan pihak terkait lainnya untuk mengembangkan usaha taninya.
Proses pemberdayaan masyarakat sebagaiman digambarkan oleh United
Nations (Mangatas Tampubolon, 2001: 12-13) yang dikutip oleh Zubaedi (2013 :
77) meliputi :
1. Getting to know the local community yaitu mengetahui karakteristik
masyarakat local yang akan diberdayakan, termasuk perbedaan
karekteristik yang mebedakan masyarakat desa yang satu dengan yang
lainnya. Mengetahui artinya untuk memberdayakan masyarakat diperlukan
hubungan timbal balik antara petugas dengan masyrakat.
2. Gathering knowledge about the local community yaitu mengumpulkan
pengetahuan yang menyangkut informasi mengenai masyarakat setempat.
Pengetahuan tersebut merupakan informasi factual tentang distribusi
penduduk menurut umur, seks, pekerjaan, tingkat pendidikan, status sosial
ekonomi, termasuk pengetahuan tentang nilai, sikap, ritual dan custom,
jenis pengelompokkan, serta faktor kepemimpinan baik formal maupun
informal.
3. Identifying the local leaders yaitu segala usaha pemberdayaan masyrakat
akan sia-sia jika tidak memperoleh dukungan dari pimpinan/tokoh-tokoh
masyarakat setempat.
4. Stimulating the community ti realize that it has problems. Yaitu didalam
masyrakat yang terikat terhadap adat kebiasaan sadar atau tidak sadar
mereka tidak merasakan bahwa mereka punya masalah yang perlu
dipecahkan.
5. Helping people do discuss their problem. Meberdayakan masyrakat
bermakna merangsang masyarakat untuk mendiskusikan masalahnya serta
merumuskan pemecahannya dalam suasana kebersamaan.
6. Helping people to identify their most pressing problems. Yaitu masyarakat
perlu diberdayakan agar mampu mengidentifikasi permasalahan yang
paling menekan.
7. Fostering self-confidence. Yaitu tujuan utama pemberdayaan masyarakat
adalah membangun rasa percaya diri masyarakat. Rasa percaya diri ini
merupakan modal utama masyarakat untuk berswadaya.
8. Deciding on a program action. Yaitu masyarakat perlu diberdayakan
untuk menetapkan suatu program yang akan dilakukan.
9. Recognition of strengths and resource. Yaitu meberdayakan masyarakat
berarti membuat masyarakat tahu dan mengerti bahwa mereka memiliki
kekuatan-kekuatan dan sumber-sumber yang dapat dimobilisasi untuk
memecahkan permasalahan dan memenuhi kebutuhannya.
10. Helping people to continue to work on solving their problems. yaitu
pemberdayaan masyarakat adalah suatu kegiatan yang berkesinambungan.
Karena itu masyarakat perlu diberdayakan agar mampu bekerja
memecahakan masalahnya secara kontinu.
11. Increasing people’s ability for self-help. Yaitu salah satu tujuan
pemberdayaan masyarakat adalah tumbuhnya kemandirian masyarakat.
Masyarakat yang mandiri adalah masyarakat yang sudah mampu
menolong diri sendiri.
3. Gabungan Kelompok Tani
Menurut Zakaria (2013) yang dikutip oleh Hermanto dan Swastika
(2011:373) alasan pembentukan Gapoktan secara ekonomi dapat dipandang
sebagai upaya menghindari biaya transaksi tinggi yang harus dikeluarkan oleh
para anggotanya karena adanya masalah penumpang kepentingan (free rider),
komitmen dan loyalitas yang berbeda serta adanya faktor-faktor eksternal.
Ada beberapa unsur pengikat Gabungan Kelompok tani menurut
Peraturan Kementerian Pertanian No 82 Tahun 2013 yaitu :
- Adanya tujuan untuk meningkatkan skala ekonomi dan efesiensi
usahatani;
- Adanya pengurus Gapoktan dan pengelola unit-unit usaha
agribisnis/jasa Gapoktan yang jujur dan berdedikasi tinggi untuk
memajukan usahatani Gapoktan;
- Adanya unit usaha jasa/usahatani yang berkembang sesuai permintaan
pasar dan kebutuhan anggota;
- Adanya pengembangan komoditas produk unggulan yang merupakan
industry pertanian pedesaan;
- Adanya kegiatan pengembangan usaha melalui kerjasama kemitraan
untuk meningkatkan posisi tawar Gapoktan mulai dari sector hulu
sampai hilir;
- Adanya manfaat bagi petani sekitar dengan memberikan kemudahan
dalam memperoleh sarana dan prasarana produksi, modal, informasi
teknologi, pemasaran dan lain-lain.
F. Hasil Penelitian
1. Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi
masyarakat berkembang (enabling).
Yaitu salah satu tujuan dari pemberdayaan yang dilakukan pemerintah
daerah khususnya Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan
(BPPKP) dalam merencakan kegiatan-kegiatan dalam peningkatan
produktifitas petani. Indikator dari pada menciptakan suasana atau iklim yang
memungkinkan potensi masyarakat berkembang (enabling) dapat dilihat
dengan :
a. Mendorong dan membangkitkan kesadaran masyrakat.
Dari hasil wawancara dengan informan dan dari pengamatan yang
dilakukan dapat diketahui bahwa upaya pemerintah serta masyarakat yang
telah tergabung kepada masyarakat diluar anggota dengan mengadakan
kegiatan, karena kegiatan yang dilakukan baik pembinaan maupun
penyuluhan sangatlah penting sebagai pendorong motivasi masyarakat untuk
bisa maju dan lebih mandiri lagi dengan adanya pemberdayaan yang telah
dilakukan. Baik pembinaan secara eksternal maupun internal. Selain itu juga
pemberdayaan masyarakat pada Gabungan kelompok tani sangat berguna
untuk meningkatkan ekonomi masyarakat. Serta tersedianya sarana dan
prasarana yang diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk masyarakat tani
sehingga dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari.
b. Mengembangkan potensi-potensi yang telah ada
Adanya prinsip pengembangan potensi yaitu dengan adanya
kebebasan artinya Gapoktan diberi kebebasan dalam mengembangkan unit
jasa/usaha otonom sesuai kebutuhan, seperti unit usahatani, unit usaha
pengolahan, unit sarana dan prasarana produksi, unit usaha pemasaran dan
unit usaha keuangan mikro/simpan pinjam serta unit jasa penunjang lainnya.
pengembangan potensi masyarakat anggota lebih banyak di lakukan oleh
ketua itu sendiri maupun oleh mereka sebagai anggota. Hal ini tentu saja
suatu bentuk pemberdayaan internal melalui perencanaan kerja yang telah
dibuat dan dilaksanakan. Peningkatan kualitas sumber daya manusia juga
harus dilakukan oleh pemerintah agar masyarakat petani mendapat bimbingan
khusus dalam menjalankan kegiatan bertani dan memenuhi kebutuhan
hidupnya.
2. Memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh masyarakat
(empowering).
Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan salah satu
upaya pemberdayaan masyarakat agar dapat meningkatkan kemampuan serta
pengetahuan melalui sosialisasi, pembinaan kepada masyarakat petani, dan
adanya penyuluh pendamping yang mampu memberikan pengenalan tentang
sarana dan prasarana serta produktifitas masyarakat itu sendiri. Hai ini dapat
dilihat dengan :
a. Memberikam penyuluhan tentang pertanian.
Penyuluhan pertanian adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama
dan pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan
mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi,
permodalan, dan sumberdaya lainnya sebagai upaya untuk meningkatkan
produktifitas, efisiensi usaha, pendapatan dan kesejahteraanya, serta
meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup. Proses
penyelenggaraan penyuluhan pertanian dapat berjalan dengan baik dan
benar apabila didukung dengan tenaga penyuluh yang profesional,
kelembagaan penyuluh yang handal, materi penyuluhan yang terusmenerus
mengalir, sistem penyelenggaraan penyuluhan yang benar serta metode
penyuluhan yang tepat dan manajemen penyuluhan yang polivalen. Dengan
demikian penyuluhan pertanian sangat penting artinya dalam memberikan
modal bagi petani dan keluargannya, sehingga memiliki kemampuan
menolong dirinya sendiri untuk mencapai tujuan dalam memperbaiki
kesejahteraan hidup petani dan keluarganya, tanpa harus merusak
lingkungan di sekitarnya. Tugas seorang Penyuluh Pertanian Lapangan
(PPL) adalah meniadakan hambatan yang dihadapi seorang petani dengan
cara menyediakan informasi dan memberikan pandangan mengenai masalah
yang dihadapi. Informasi tentang pengelolaan sumber daya alam dengan
teknologi yang baik dan benar sesuai dengan kondisi lahan sangat
bermanfaat bagi petani untuk meningkatkan hasil produksinya tanpa harus
merusak lingkungan usaha taninya sehingga dapat meminimalisir degradasi
lahan dan kerusakan lingkungan pada umumnya.
b. Memberikan pembinaan kepada masyarakat
Pembinaan kelembagaan petani perlu dilakukan secara
berkesinambungan, diarahkan pada perubahan pola piker petani dalam
merapkan system agribisnis. Pembinaan kelembagaan petani juga diarahkan
untuk menumbuhkembangkan poktan dan gapoktan dalam menjalankan
fungsinya, serta meningkatkan kapasitas poktan dan gapoktan melalui
pengembangan kerjasama dalam bentuk jejaring dan kemitraan. Pertanyaan
mengenai pembinaan kepada masyrakat gabugan kelompok tani ini dijawab
oleh Kepala Bidang Kelembagaan dan Pengembangan Sumber Daya
Manusia Bapak Jhon Kenedi dalam wawancara sebagai berikut :
“Ada, untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia kami selalu memberikan pembinaan setiap bulannya. Pembinaan itu kadang kami lakukan disalah satu Kelurahan untuk di daerah Kecamatna Bintan Timur, tujuannya sebagai pengawasan juga kepada Gapoktan-Gapoktan. Selain itu juga pembinaan terhadapa pendayagunaan bantuan, pemerintah telah memberikan bantuan, jadi kami melakukan pembinaan bagaimana menggunakannya, baik dari alat-alat petani, pupuk, bibit, serta alat-alat yang digunakan untuk kelompok yang bergerak dibidang home industry. “ (Wawancara : 07 Juli 2015 Pukul : 10.10 WIB )
Dari pendapat informan diatas dapat diketahui bahwa pembinaan
yang dilakukan dari pemerintah kepada masyarakat merupakan bimbingan
secara teknis berkenaan dengan cara mengoprasikan bantuan yang
diberikan. Namun dengan demikian terkadang masih ada beberapa petani
yang masih mengolah tanah dengan cara tradisional. Pembinaan
kelompoktani diarahkan pada penerapan system agribisnis, peningkatan
peranan, peran serta petani dan anggota masyarakat pedesaan, peran serta
petani dan anggota masyarakat pedesaan lainnya, dengan
menumbuhkembangkan kerja sama antar petani dan pihak lainnya yang
terkait untuk mengembangkan usahataninya. Selain itu pembinaan
kelompoktani diharapkan dapat membantu menggali potensi, memecahkan
masalah usahatani anggotanya secara lebih efektif, dan memudahkan
dalam mengakses informasi, pasar, teknologi, permodalan dan sumber
daya lainnya.
c. Memberikan fasilitas berupa pinjaman modal dan sarana prasarana.
Adanya pendekatan pemerintah dengan masyarakat melaui fasilitas
sumber modal dan bantuan sarana prasarana yang diberikan langsung
kepada masing-masing kelompok tani yang ada pada setiap Gapoktan di
Kabupaten Bintan. Penyediaan fasilitas berupa pinjaman modal yang dapat
membantu masyarakat petani dalam meningkatkan produksi pangan dan
meningkatkan ekonomi masyarakat di Kelurahan Sungai Lekop. Hal ini
dapat dilihat melalui wawancara yang dilakukan kepada Kepala Bidang
Kelembagaan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia sebagai berikut :
“Pemerintah daerah memberikan bantuan kepada masyarakat kelompok Gapoktan secara langsung tanpa melalui penyuluh atau BPPKP. Fasilitas yang diberikan berupa alat traktor, alat pres kemasan, bibit subsidi, dan pupuk subsidi serta pinjaman modal usaha. Kalau untuk penerimaan itu tidak ada. Keinginan kita (BPPKP) harus melalui kami,
karena kami yang tahu apa yang dibutuhkan oleh para petani, tapi mereka langsung memberikan bantuan tersebut, jadi seharusnya menyalurkan bantuan itu melalui penyuluh tujuannya agar bisa dikontrol. Terkadang pemberdayaan itu pun memiliki masalah karena tidak melalui pemerintah, harapan pemerintah itu tidak sebagai peningkatan masyarakat, tapi sebagai potensi daerah yang bersumber dari pendapatan nabati.” (Wawancara : 07 Juli 2015 Pukul 10.10 WIB )
Berdasarkan wawancara diatas dapat diketahui bahwa untuk
pemberian fasilitas sarana dan prasarana pemerintah tidak melakukan kerja
sama dengan para penyuluh pertanian, sehingga pernyataan informan
tersebut menunjukkan adanya ketidak kompakkan antara pemerintah
daerah dengan badan penyuluh pendamping masyarakat tani. Namun
dengan demikian fasilitas tersebut mampu membantu masyarakat tani
untuk mengolah usahatani mereka.
3. Melindungi masyarakat (protection).
Perlindungan masyarakat tani pada umumnya dilakukan untuk tetap
mempertahankan usahatani mereka baik dalam kondisi sukses maupun
belum berhasil. Hal tersebut bertujuan untuk menumbuhkembangkan
kelembagaan petani pada dasarnya dalam peningkatan kemampuan
mengembangkan agribisnis serta penguatan Gapoktan menjadi organisasi
petani yang kuat dan mandiri. Hal ini dapat dilihat melalui indikator
berikut ini :
a. Melakukan pemberdayaan untuk mencegah persaingan yang tidak
seimbang.
Pentingnya pemberdayaan kelompok tani merupakan salah satu
upaya keberhasilan masyarakat tani khususnya Gabungan Kelompok Tani
Bintani Kelurahan Sungai Lekop dalam meningkatkan kesejahteraan
ekonomi masyarakat. Hal tersebut dengan menerapkan kedisiplinan dan
gotong royong antar kelompok tani denga kelompok lainnya sehingga
tidak menciptakan kesimpangsiuran dalam menjalankan kegiatan.
Hal ini dapat dilihat melalui wawancara yang dilakukan kepada
Kepala Bidang Kelembagaan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia
Bapak Jhon Kenedi yang mengatakan bahwa :
“ untuk persaingan antar kelompok dan kecemburuan sosial itu pasti ada, baik poktan maupun gapoktan tapi menurut saya itu hal yang wajar selama masih bisa di atasi” (wawancara : 07 Juli 2015 Pukul 10.10 WIB )
b. Membentuk kerjasama dengan lembaga-lembaga dan badan
pembinaan.
Adanya kerjasama yang dilakukan oleh Gapoktan dengan lembaga
dan mitra kerja tujuannya adalah untuk meningkatkan kebutuhan pangan
masyarakat tani sehingga usaha mereka ada yang membantu yaitu
penyedia sarana dan prasarana produksi, pengolahan, pemasaran hasil dan
permodalan. Kelembagaan ini juga dapat menjadi penghubung antara
pemerintah dengan pihak swasta. Hal ini dapat dilihat melalui wawancara
yang telah dilakukan kepada Bapak Ahmad Rodhi selaku pengurus
Gapoktan Bintani Kelurahan Sungai Lekop yang mengatakan bahwa :
“kami telah bekerjasama dengan pihak swasta yaitu Bank Riau, dari Bank tersebut memberikan pinjaman modal sebesar Rp 100 Jt kepada kami untuk dipergunakan sebagai modal, sedangkan untuk pemasaran hasilnya itu melalui cara mereka masing-masing, bisa langsung kepasar juga. Kalau untuk pengolahan produksi itu kembali lagi kepada kelompok mereka masing-masing ada yang dirumah produksi juga” (Wawancara : 05 Juli 2015 Pukul 13.30 WIB ).
Gapoktan Kelurahan Sungai Lekop adalah Gapoktan yang telah
mampu bekerjasama dengan pihak swasta dalam segi permodalan yaitu
Bank Riau. Kerjasama tersebut dapat dilihat telah berhasil hingga saat ini
dikarenakan seorang pemimpin yang mampu menerapkan sikap disiplin
sesama anggota kelompok tani khususnya Gapoktan Kelurahan Sungai
Lekop. Dalam meningkatkan usahatani salah satu faktor yang utama
adalah permodalan serta tanggungjawab.
G. Penutup
a. Kesimpulan
Dari hasil pengamatan langsung yang telah dilakukan kesimpulannya
adalah telah terlaksananya dengan baik program pemberdayaan masyarakatan
Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) di Kelurahan Sungai Lekop. Fakta ini
sudah terlihat dari 3 dimensi yang menjadi tolak ukur dalam penelitian ini yaitu
menciptakan suasana iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang
(enabling), memperkuat potensi atau daya yang telah dimiliki (empowering) dan
melindungi masyarakat (protection) sudah telihat berjalan dengan baik
dimasyarakat.
Pada dimensi menciptakan suasana iklim yang memungkinkan potensi
masyarakat berkembang (enabling) dengan dua indikator yaitu mendorong dan
membangkitkan kesadaran mayarakat dan mengembangkan potensi-potensi yang
telah ada. Untuk indikator pertama yaitu mendorong kesadaran dan
membangkitkan kesadaran masyarakat yaitu mengenai pentingnya Gapoktan
untuk mayarakat tani khususnya Kelurahan Sungai Lekop. Dari hasil wawancara
yang telah dilakukan ditemukan bahwa kesadaran untuk masyarakat mengenai
hal ini terlahir dari diri mereka masing-masing bagaimana menanggapinya, tetapi
untuk hal ini mereka lebih cenderung memanfaatkan Gapoktan sebagai usaha
mereka dalam memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Kemudian dengan indikator
kedua yaitu mengembangkan potensi-potensi yang telah ada dilakukan melalui
pembinaan yang dilakukan oleh BPPKP melalui penyuluhan dan adanya
kerjasama dan pertemuan berkala yang dilakukan oleh pengurus kepada para
anggotanya.
Dimensi kedua yaitu memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh
masyarakat (empowering) dengan tiga indikator dari indikator memberikan
pembinaan kepada masyarakat sudah berjalan dengan baik, artinya masyarakat
mampu menerima pembinaan yang telah diberikan baik pembinaan dari luar
maupun dari dalam. Untuk indikator kedua yaitu memberikan fasilitas berupa
pinjaman modal dan sarana prasarana, dari indikator tersebut fasilitas yang
diberikan sudah berjalan dengan baik dan dapat digunakan oleh masyarakat
dengan baik pula. Untuk pinjaman modal yang diberikan dengan cara
bekerjasama dengan pihak Bank ini sudah berjalan dengan baik dan sudah tepat
sasaran dalam penggunaannya. Untuk indikator ketiga sudah berjalan dengan
baik juga yaitu memberikan penyuluhan kepada masyarakat, hal ini menunjukkan
kearah yang baik dan mampu untuk melaksanakan program pemberdayaan
masyarakat gabungan kelompok tani Kelurahan Sungai Lekop yang telah
memberikan arahan serta bimbingan kepada masyarakat mengenai pengemasan,
pembibitan, peternakan serta pemasaran yang baik. Namun untuk hal penyuluhan
masih memiliki kendala yaitu kurangnya sumber daya manusia yang melakukan
penyuluhan kepada masyarakat.
Dimensi ketiga yaitu melindungi masyarakat (protection) dengan dua
indikator yaitu membentuk kerjasama dengan lembaga-lembaga dan badan
pembinga serta melakukan pemberdayaan untuk mecegah persaingan yang tidak
seimbang. Dari dua indikator tersebut sudah terlihat berjalan dengan baik yaitu
adanya kerjasama dengan pihak Bank Riau serta kerjasama yang baik di antara
para anggota gapoktan Kelurahan Sungai Lekop. Sedangkan untuk persaingan
yang terjadi berdasarkan pengamatan dan penelitian yang telah dilakukan tidak
adanya persaingan yang fatal, tetapi masih adanya kecemburuan sosial diantara
masing-masing kelompok, namun dengan demikian kecemburuan sosial tersebut
masih bisa mereka perbaiki demi menciptakan suasana yang kondusif serta
kekeluargaan.
Indikator peningkatan dari segi ekonomi berdasarkan penelitian yang
dilakukan dapat dilihat melalui :
1. Telah terpenuhi pangan masyarakat kelompok;
2. Telah terpenuhi kebutuhan keluarga (pendidikan anak);
3. Masyarakat kelompok memiliki penghasilan tambahan serta tabungan
dari kegiatan Gapoktan;
4. Sebagian besar dari masyarakat kelompok telah memiliki kendaraan
dengan hasil pertanian yang tidak memiliki sistem bagi hasil atau hasil
dari usahatani hanya untuk individu bukan kelompok (kondisi fisik).
b. Saran
Untuk menindaklanjuti berbagai masalah yang dihadapi seperti yang telah
dijelaskan pada bagian mengenai hasil penelitian yang telah dilakukan, maka
penulis perlu memberikan saran sebagai berikut :
1. Perlu adanya motivasi dan partisipasi yang aktif dari anggota kelompok
dalam adanya pertemuan. Artinya setiap pertemuan berkala itu harus dihadiri
seluruh anggota yang bisa menyempatkan waktunya dalam kegiatan tersebut.
Agar pembinaan yang diberikan bisa langsung dipahami.
2. Diperlukannya penyuluh yang memiliki keterampilan dan pengetahuan yang
luas, para penyuluh pendamping harus lebih sering memberikan sosialisasi
kepada Gapoktan terhadap bantuan yang diberikan seperti saranan prasarana
yang dapat menunjang pekerjaannya dan pengolahan usahatani yang bergerak
dibidang home industry.
3. Selain itu untuk BPPKP juga harus mampu membantu masyarakat anggota
Gapoktan dalam pemasaran hasil usaha dengan jaringan pemasaran usaha
yang tidak merugikan para petani. Artinya masyarakat tani berperan sebagai
pelaku usaha dan bukan sebagai penyedia bahan baku saja.
4. Didalam meningkatkan produk unggulan diharapkan kepada BPPKP
memberikan wadah atau media untuk pemasaran produknya seperti toko dan
lain sebagainya, hal ini bertujuan selain untuk meningkatkan produk di
tengah-tengah masyarakat juga sebagai peningkatan perekonomian keluarga.
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Adimihardja, Kusnaka; Hikmat,Harry. 2001. Participatory Research Appraisal dalam Pelaksanaan Pengabdian kepada Masyarakat. Bandung: Humaniora Utama Press.
Arikunto, S. 2010. Prosedur Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Ife, J.W. 1996. Community Development : Creating Community Alternatives, Vision, Analysis and Practice : Longan Australia.
Labolo, Muhadam. 2005. Memahami Ilmu Pemerintahan. Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada.
Moleong, Lexy. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Nazir, Mohamad. 2003. Metode Penelitian (Cetakan Kelima). Jakarta : Ghalia Indonesia.
Ndraha, Taliziduhu. 2003. Kybernologi Ilmu Pemerintahan Baru, Jilid I. Jakarta : PT Rineka Cipta.
Ndraha, Taliziduhu. 2005. Kybernologi Sebuah Rekontruksi Ilmu Pemerintahan. Jakarta : PT Rineka Cipta.
Rukminto Adi, Isbandi. 2008. Intervensi Komunitas Pengembangan Masyarakat Sebagai Upaya Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada.
Sedarmayanti. 2003. Good Governance (Kepemerintahan Yang Baik) Dalam Rangka Otonomi Daerah. Upaya Membangun Organisasi Efektif dan Efisien Melalui Restrukturisasi dan Pemberdayaan. (Cetakan Pertama). Bandung: Mandar Maju.
Slamet, M. 2003. Pemberdayaan Masyarakat. Dalam membentuk pola perilaku manusia pembangunan. Disunting oleh Ida Yustina dan Adjat Sudrajat. Bogor : IPB Press.
Soetomo. 2011. Pemberdayaan Masyarakat. Mungkinkah Muncul Antitesisnya?.(Cetakan Pertama). Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suharto, Edi. 2006. Membangun Masyarakat Memberdayakan Masyarakat. Bandung: Refika Aditama,.
Sulistyani,Ambar Teguh. 2004. Kemitraan dan Model-Model Pemberdayaan. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Vidhyandika. 1996. Pemberdayaan (Empowerment). Jakarta : Centre of Strategic and International Studies (CSIS).
Zubaedi. 2013. Pengembangan Masayarakat, Wacana dan Praktik. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Jurnal dan Website
Shinta Anggun Lowisada,. 2014. Pemberdayaan Kelompok Tani Dalam Meningkatkan Pendapatan Usahatani Bawang Merah. Studi kasus di Kelurahan Sukomoro Kecamatan Sukomoro Kabupaten Nganjuk Pasar Besar Malang.
Hermanto. Swastika, Dewa K.S. 2011. Penguatan Kelompok Tani: Langkah Awal Peningkatan Kesejahteraan Petani. Analisis Kebijakan Pertanian.
Mushero, Heroni. 2008. Pemberdayaan Petani Melalui Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN).http://heronimushero.wordpress.com/2008/03/05/pemberdayaan-petani-melalui-gabungan kelompok-tani-gapoktan/. Diakses pada tanggal 18 Februari 2015
http://www.agrina-online.com ( Diakses pada tanggal 15 Juli 2015 )
Dokumen
1. Peraturan Menteri Pertanian No.273/KPTS/OT.160/4/2007 tentang Pedoman Kelembagaan Petani.
2. Peraturan Menteri Pertanian No.82/Permentan OT.140/8/2013 Tentang Pedoman Pembinaan Kelompok Tani dan Gabungan Kelompok Tani.