utama sua ra pembaru an kamis, 23 februari 2017 andreas ...gelora45.com/news/sp_20170223_02.pdf ·...

1
[JAKARTA] Komisi Pemilihan Umum (KPU) diminta menjamin hak semua pasangan cagub-cawagub DKI Jakarta yang akan bertarung di pilgub putaran kedua, untuk menggelar kampanye. Sejumlah insiden yang terjadi saat kampanye putaran perta- ma, terutama kasus penga- dangan sekelompok warga terhadap pasangan Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat (Ahok-Djarot) saat berkampanye, harus dicegah. Selain itu, KPU DKI Jakarta juga diingatkan sege- ra menyusun aturan terkait pendanaan kampanye. Sebab, masing-masing kubu hanya memiliki waktu singkat untuk menggalang dana guna mem- biayai kampanye putaran kedua. Demikian pandangan Koordinator Nasional Jaringan Pendidikan Pemilih untuk Rakyat (JPPR), Masykurudin Hafidz dan Direktur Eksekutif Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem), Titi Anggraini, di Jakarta Kamis (23/2). Masykurudin mengatakan, penajaman visi misi memang dapat dilakukan dengan debat publik dan kampanye tatap muka. Waktu yang tersedia sejak tiga hari penetapan calon yang lolos putaran kedua hingga hari pencoblosan pada 19 April mendatang dinilai cukup untuk memberikan informasi lebih detail menge- nai gagasan kedua paslon dalam membangun Jakarta. “Kalau penajaman visi misi dapat dilakukan dengan debat publik dan kampanye tatap muka. Lumayan masya- rakat pemilih dapat kembali diberikan informasi yang lebih detail terkait gagasan memba- ngun Jakarta,” ujarnya. Aturan Pendanaan Namun, dia menilai kam- panye putaran kedua ini akan menimbulkan persoalan teru- tama terkait dana kampanye. Hal ini lantaran tidak ada aturan yang mengatur menge- nai dana kampanye putaran kedua. Padahal, kampanye membutuhkan dana. “Tentu karena ada kampa- nye perlu ada pendanaan kampanye juga, mekanismenya itu yang harus dipastikan oleh KPU. (Karena) Ketentuannya tidak ada,” ungkapnya. Terkait mengenai petahana harus cuti selama masa kam- panye putaran kedua ini, Masykurudin menilai hal itu sesuai dengan aturan yang ada. Jika tidak cuti, Masykurudin menyatakan petahana berpo- tensi menyalahgunakan wewenang dan fasilitas peme- rintah dalam melakukan aktivitas kampanyenya. “Lebih tepatnya potensi penyalahgunaan wewenang dan fasilitas pemerintah. Prinsipnya kalau paslon sedang kampanye, ketentuan cuti mestinya berlaku," katanya. Senada dengan itu, Titi Anggraini menekankan KPU DKI Jakarta harus segera membuat aturan mengenai dana kampanye putaran kedua. Dengan aturan ini diharapkan dapat memastikan langkah paslon untuk kembali meng- galang dana kampanye atau menggunakan saldo dana kampanye yang tersisa dari putaran pertama. “KPU yang harus meng- atur dana kampanye untuk putaran kedua ini, kecuali kalau disebutkan ada saldo dana, pakai saldo dana yang ada. Tapi kan saldo dana berbe- da-beda. Ada yang puluhan miliar rupiah ada yang tinggal Rp 1 miliar atau kurang, misalnya. Jadi itu yang harus diatur oleh KPU segera, soal pendanaan kampanye,” kata- nya. Titi mengatakan, pengum- pulan kembali dana kampanye atau menggunakan dana sisa kampanye putaran pertama dapat dilakukan oleh pasang- an calon menghadapi putaran kedua ini. Hal ini karena dana kampanye pada dasarnya dipergunakan untuk kepen- tingan kampanye. Dengan demikian, selama masa kam- panye masih ada, dapat mem- pergunakan dana kampanye. “Saya beranggapan tidak masalah mereka kumpulkan lagi. Masa kampanyenya masih ada dan peraturan menyebut- kan dana kampanye kan,” katanya. Titi menilai keputusan KPU DKI untuk menggelar tahapan kampanye putaran kedua sebagai langkah yang tepat. Hal ini mengingat dura- si dari penetapan calon yang lolos ke putaran kedua pada 4 Maret hingga hari pemu- ngutan suara pada 19 April terbilang cukup lama. Durasi yang cukup panjang itu diya- kini akan dimanfaatkan oleh kedua pasangan calon yang lolos putaran kedua untuk melakukan kegiatan kampanye secara diam-diam. “Saya kira keputusan untuk diselenggarakannya kampanye ini keputusan yang baik. Sebab bagaimana pun juga jarak antara penetapan calon yang lolos putaran kedua sampai dengan pemungutan suara, waktu relatif yang lama. Kalau tidak dilegalkan aktivitas kampanye, kecenderungan terbesar adalah para pasangan calon akan cari cara untuk melakukan praktik kampanye,” paparnya. Apalagi, kata Titi terdapat pasangan calon yang tidak lolos putaran kedua. Suara yang diraih pasangan calon tersebut, pasti akan diperebut- kan oleh kedua pasangan calon di putaran kedua. “Bagaimanapun juga ada pasangan calon yang tidak ikut putaran kedua yang notabene suaranya pasti akan diperebut- kan oleh dua paslon yang ikut putaran kedua. Jadi daripada mereka mengakali cara untuk bisa berkampanye, aktivitasnya juga tidak akuntabel karena tidak bisa dipertanggungja- wabkan, lebih baik dilegalkan dengan tujuan memastikan mereka melakukan perbuatan sesuai aturan perundang-un- dangan dan bisa dimintai akuntabilitas dana kampanye- nya,” jelasnya. Titi menambahkan, dalam penetapan sebelumnya, KPU DKI Jakarta menyebutkan adanya masa penajaman visi misi pada putaran kedua. Menurut Titi, penajaman visi misi hanya terminologi lain dari masa kampanye. Hal ini karena visi misi yang disam- paikan pasangan calon dapat dikategorikan sebagai kampa- nye. Dengan demikian, KPU perlu mengatur dan melegalkan terminologi penajaman visi misi menjadi kampanye. "Aturan keputusan tahap- an program jadwal yang dirilis oleh KPU pun terdapat jadwal penajaman visi misi, nah penajaman visi misi pro- gram itulah yang kampanye. Ini hanya soal terminologi. Ada yang menyebut bukan kampanye. Kami sendiri menyebutnya sebagai aktivitas kampanye. Secara rasional dan faktual, dengan durasi yang panjang itu potensial sekali disalahgunakan kalau bukan oleh paslon secara langsung pasti oleh tim kampanye dan tim sukses,” ungkapnya. Dengan penetapan tahap- an kampanye ini, Titi menya- takan, petahana harus kemba- li dinonaktifkan. Titi mene- gaskan pihaknya tidak ingin terlibat perdebatan adanya sejumlah kalangan yang meni- lai langkah KPU DKI Jakarta menetapkan tahapan kampanye ini sebagai siasat untuk kem- bali menonaktifkan petahana Gubernur DKI, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok yang saat ini kembali aktif dengan sta- tusnya sebagai terdakwa. Dikatakan Titi, sebagai pemantau pemilu, Perludem hanya ingin memastikan gelaran pemilu sesuai dengan aturan yang berlaku. Sementara berdasar Pasal 70 ayat (3) UU 10/2016 tentang Pilkada dise- butkan gubernur dan wakil gubernur, bupati dan wakil bupati, walikota dan wakil walikota yang mencalonkan kembali pada daerah yang sama, selama masa kampanye harus menjalani cuti di luar tanggungan negara dan dilarang menggunakan fasilitas yang terkait dengan jabatannya. [F-5] P rovinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) akan mengge- lar pemilihan gubenur pada 2018. Sejumlah nama bakal pasangan cagub-cawagub telah tampil ke publik. Bakal paslon dari PDI-P termasuk yang paling dinanti- kan. Pasalnya, NTT merupakan salah satu basis suara partai banteng. Kader PDI-P Frans Lebu Raya menjabat gubernur NTT selama dua periode atau 10 tahun. Lantas, siapa yang menggantikan Frans? Informasi yang diperoleh menyebutkan, PDI-P sudah menyiapkan kader untuk diajukan sebagai bakal cagub NTT. Namun, Mega memahami elektabilitas sang kader masih rendah. “Nama yang disiapkan Andreas Pareira. Dia pengu- rus pusat PDI-P. Dia juga orang dekat Ibu Mega. Pilihan ke Andreas sangat besar,” tutur sumber tersebut. Namun, dia menambahkan, peta dukungan terhadap Andreas di lapangan, belum solid. Pasalnya, pada Pileg 2014, Andreas kalah dari Honing Sani. Kubu Andreas berdalih ada kecurangan hingga Honing menang. Akhirnya, dilakukan pergantian antarwaktu (PAW), sehingga Andreas menggantikan Honing di Senayan. “Kita tunggu saja siapa yang dijagokan PDIP nanti- nya. Nama yang sudah sangat besar peluangnya adalah Andreas,” tutup sumber tersebut. [R-14] Utama 2 Suara Pembaruan Kamis, 23 Februari 2017 Andreas Pareira Bakal Cagub NTT? Ralat Pada Suara Pembaruan edisi Rabu (22/2), terdapat kesalahan materi tabel yang dimuat di halaman 3. Seharusnya, materi tabel sebagaimana berikut ini. Mohon maaf atas kesalahan yang terjadi. Redaksi Pilgub DKI Jakarta Putaran Kedua Jamin Hak Paslon Berkampanye SP/JOANITO DE SAOJOAO Sekelompok orang melakukan aksi unjuk rasa menolak kedatangan Ahok untuk berkampanye diredam oleh sejumlah relawan Ahok-Djarot dan kader partai PDI-P di Ciracas, Jakarta Timur, Selasa (15/11/2016). KPU dan instansi terkait harus mampu mencegah insiden semacam ini terulang, dan menjamin hak semua paslon untuk berkampanye tanpa gangguan.

Upload: truongnhan

Post on 08-Apr-2019

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

[ J A K A RTA ] K o m i s i Pemilihan Umum (KPU) diminta menjamin hak semua pasangan cagub-cawagub DKI Jakarta yang akan bertarung di pilgub putaran kedua, untuk menggelar kampanye . Sejumlah insiden yang terjadi saat kampanye putaran perta-ma, terutama kasus penga-dangan sekelompok warga terhadap pasangan Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat (Ahok-Djarot) saat berkampanye, harus dicegah.

Selain itu, KPU DKI Jakarta juga diingatkan sege-ra menyusun aturan terkait pendanaan kampanye. Sebab, masing-masing kubu hanya memiliki waktu singkat untuk menggalang dana guna mem-biayai kampanye putaran kedua.

Demikian pandangan Koordinator Nasional Jaringan Pendidikan Pemilih untuk Rakyat (JPPR), Masykurudin Hafidz dan Direktur Eksekutif Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem), Titi Anggraini, di Jakarta Kamis (23/2).

Masykurudin mengatakan, penajaman visi misi memang dapat dilakukan dengan debat publik dan kampanye tatap muka. Waktu yang tersedia sejak tiga hari penetapan calon yang lolos putaran kedua hingga hari pencoblosan pada 19 April mendatang dinilai cukup untuk memberikan informasi lebih detail menge-nai gagasan kedua paslon dalam membangun Jakarta.

“Kalau penajaman visi misi dapat dilakukan dengan debat publik dan kampanye tatap muka. Lumayan masya-rakat pemilih dapat kembali diberikan informasi yang lebih detail terkait gagasan memba-ngun Jakarta,” ujarnya.

Aturan PendanaanNamun, dia menilai kam-

panye putaran kedua ini akan menimbulkan persoalan teru-tama terkait dana kampanye. Hal ini lantaran tidak ada aturan yang mengatur menge-nai dana kampanye putaran kedua. Padahal, kampanye membutuhkan dana.

“Tentu karena ada kampa-nye perlu ada pendanaan kampanye juga, mekanismenya itu yang harus dipastikan oleh KPU. (Karena) Ketentuannya tidak ada,” ungkapnya.

Terkait mengenai petahana harus cuti selama masa kam-panye putaran kedua ini, Masykurudin menilai hal itu sesuai dengan aturan yang ada. Jika tidak cuti, Masykurudin menyatakan petahana berpo-tensi menyalahgunakan wewenang dan fasilitas peme-rintah dalam melakukan aktivitas kampanyenya.

“Lebih tepatnya potensi

penyalahgunaan wewenang dan fasilitas pemerintah. Prinsipnya kalau paslon sedang kampanye, ketentuan cuti mestinya berlaku," katanya.

Senada dengan itu, Titi Anggraini menekankan KPU DKI Jakarta harus segera membuat aturan mengenai dana kampanye putaran kedua. Dengan aturan ini diharapkan dapat memastikan langkah paslon untuk kembali meng-galang dana kampanye atau menggunakan saldo dana kampanye yang tersisa dari putaran pertama.

“KPU yang harus meng-atur dana kampanye untuk putaran kedua ini, kecuali kalau disebutkan ada saldo dana, pakai saldo dana yang ada. Tapi kan saldo dana berbe-da-beda. Ada yang puluhan miliar rupiah ada yang tinggal Rp 1 miliar atau kurang, misalnya. Jadi itu yang harus diatur oleh KPU segera, soal pendanaan kampanye,” kata-nya.

Titi mengatakan, pengum-pulan kembali dana kampanye atau menggunakan dana sisa kampanye putaran pertama dapat dilakukan oleh pasang-an calon menghadapi putaran kedua ini. Hal ini karena dana kampanye pada dasarnya dipergunakan untuk kepen-tingan kampanye. Dengan demikian, selama masa kam-panye masih ada, dapat mem-pergunakan dana kampanye.

“Saya beranggapan tidak masalah mereka kumpulkan lagi. Masa kampanyenya masih ada dan peraturan menyebut-kan dana kampanye kan,” katanya.

Titi menilai keputusan KPU DKI untuk menggelar tahapan kampanye putaran kedua sebagai langkah yang tepat. Hal ini mengingat dura-si dari penetapan calon yang lolos ke putaran kedua pada

4 Maret hingga hari pemu-ngutan suara pada 19 April terbilang cukup lama. Durasi yang cukup panjang itu diya-kini akan dimanfaatkan oleh kedua pasangan calon yang lolos putaran kedua untuk melakukan kegiatan kampanye secara diam-diam.

“Saya kira keputusan untuk diselenggarakannya kampanye ini keputusan yang baik. Sebab bagaimana pun juga jarak antara penetapan calon yang lolos putaran kedua sampai dengan pemungutan suara, waktu relatif yang lama. Kalau tidak dilegalkan aktivitas kampanye, kecenderungan terbesar adalah para pasangan calon akan cari cara untuk melakukan praktik kampanye,” paparnya.

Apalagi, kata Titi terdapat pasangan calon yang tidak lolos putaran kedua. Suara yang diraih pasangan calon tersebut, pasti akan diperebut-kan oleh kedua pasangan calon di putaran kedua.

“Bagaimanapun juga ada pasangan calon yang tidak ikut putaran kedua yang notabene suaranya pasti akan diperebut-kan oleh dua paslon yang ikut putaran kedua. Jadi daripada mereka mengakali cara untuk bisa berkampanye, aktivitasnya juga tidak akuntabel karena tidak bisa dipertanggungja-wabkan, lebih baik dilegalkan dengan tujuan memastikan mereka melakukan perbuatan sesuai aturan perundang-un-dangan dan bisa dimintai akuntabilitas dana kampanye-nya,” jelasnya.

Titi menambahkan, dalam penetapan sebelumnya, KPU DKI Jakarta menyebutkan adanya masa penajaman visi misi pada putaran kedua. Menurut Titi, penajaman visi misi hanya terminologi lain dari masa kampanye. Hal ini karena visi misi yang disam-

paikan pasangan calon dapat dikategorikan sebagai kampa-nye. Dengan demikian, KPU perlu mengatur dan melegalkan terminologi penajaman visi misi menjadi kampanye.

"Aturan keputusan tahap-an program jadwal yang dirilis oleh KPU pun terdapat jadwal penajaman visi misi, nah penajaman visi misi pro-gram itulah yang kampanye. Ini hanya soal terminologi. Ada yang menyebut bukan kampanye. Kami sendiri menyebutnya sebagai aktivitas kampanye. Secara rasional dan faktual, dengan durasi yang panjang itu potensial sekali disalahgunakan kalau bukan oleh paslon secara langsung pasti oleh tim kampanye dan tim sukses,” ungkapnya.

Dengan penetapan tahap-an kampanye ini, Titi menya-takan, petahana harus kemba-li dinonaktifkan. Titi mene-gaskan pihaknya tidak ingin terlibat perdebatan adanya sejumlah kalangan yang meni-lai langkah KPU DKI Jakarta menetapkan tahapan kampanye ini sebagai siasat untuk kem-bali menonaktifkan petahana Gubernur DKI, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok yang saat ini kembali aktif dengan sta-tusnya sebagai terdakwa.

Dikatakan Titi, sebagai pemantau pemilu, Perludem hanya ingin memastikan gelaran pemilu sesuai dengan aturan yang berlaku. Sementara berdasar Pasal 70 ayat (3) UU 10/2016 tentang Pilkada dise-butkan gubernur dan wakil gubernur, bupati dan wakil bupati, walikota dan wakil walikota yang mencalonkan kembali pada daerah yang sama, selama masa kampanye harus menjalani cuti di luar tanggungan negara dan dilarang menggunakan fasilitas yang terkait dengan jabatannya. [F-5]

Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) akan mengge-lar pemilihan gubenur pada

2018. Sejumlah nama bakal pasangan cagub-cawagub telah tampil ke

publik. Bakal paslon dari PDI-P termasuk yang paling dinanti-kan. Pasalnya, NTT merupakan salah satu basis suara partai banteng. Kader PDI-P Frans Lebu Raya menjabat gubernur NTT selama dua periode atau 10 tahun.

Lantas, siapa yang menggantikan Frans? Informasi yang diperoleh menyebutkan, PDI-P sudah menyiapkan kader untuk diajukan sebagai bakal cagub NTT. Namun, Mega memahami elektabilitas sang kader masih rendah.

“Nama yang disiapkan Andreas Pareira. Dia pengu-rus pusat PDI-P. Dia juga orang dekat Ibu Mega. Pilihan ke Andreas sangat besar,” tutur sumber tersebut.

Namun, dia menambahkan, peta dukungan terhadap Andreas di lapangan, belum solid. Pasalnya, pada Pileg 2014, Andreas kalah dari Honing Sani. Kubu Andreas berdalih ada kecurangan hingga Honing menang. Akhirnya, dilakukan pergantian antarwaktu (PAW), sehingga Andreas menggantikan Honing di Senayan.

“Kita tunggu saja siapa yang dijagokan PDIP nanti-nya. Nama yang sudah sangat besar peluangnya adalah Andreas,” tutup sumber tersebut. [R-14]

Utama2 Sua ra Pem ba ru an Kamis, 23 Februari 2017

Andreas Pareira Bakal Cagub NTT?

Ralat

Pada Suara Pembaruan edisi Rabu (22/2), terdapat kesalahan materi tabel yang dimuat di halaman 3. Seharusnya, materi tabel sebagaimana berikut ini. Mohon maaf atas kesalahan yang terjadi.

Redaksi

Pilgub DKI Jakarta Putaran Kedua

Jamin Hak Paslon Berkampanye

SP/Joanito De SaoJoao

Sekelompok orang melakukan aksi unjuk rasa menolak kedatangan Ahok untuk berkampanye diredam oleh sejumlah relawan ahok-Djarot dan kader partai PDi-P di Ciracas, Jakarta timur, Selasa (15/11/2016). KPU dan instansi terkait harus mampu mencegah insiden semacam ini terulang, dan menjamin hak semua paslon untuk berkampanye tanpa gangguan.