usulan tugas sudan ok
DESCRIPTION
contoh out line tugas akhirTRANSCRIPT
1
USULAN RANCANGAN TUGAS AKHIR
Nama Mahasiswa : Felisiana Sudan
NIM : C1033005
Prodi : Teknologi Pangan
A. Usulan Judul Tugas Akhir
Pembuatan Bakso Ayam dengan Penambahan Lidah Buaya (aloevera)
B. Latar Belakang
Bakso adalah produk daging yang banyak dikonsumsi dan sangat populer di
kalangan masyarakat, baik orang tua, anak muda, dan anak-anak, karena bakso
memiliki rasa yang enak khas serta bergizi tinggi.karena bisa disantap dalam keadaan
apapun dan mudah diterima oleh siapa saja. Menurut Standar Nasional Indonesia
(1995), bakso daging adalah produk makanan yang berbentuk bulat atau lainnya yang
diperoleh dari campuran daging ternak (kadar daging tidak kurang dari 50%) dan pati
(serealia) dengan atau tanpa penambahan bahan makanan lain, serta bahan makanan
yang diijinkan. Kualitas bakso sangat ditentukan oleh kualitas bahan mentahnya
terutama jenis dan mutu daging, macam tepung yang digunakan serta
perbandingannya di dalam adonan (Astawan, 1989). salah satu daging yang
digunakan adalah ayam.
Bakso daging ayam termasuk produk yang masih baru di pasaran. Walaupun
belum sepopuler daging sapi, bakso daging ayam sudah banyak penggemarnya.
Tekstur daging ayam lebih lembut dan halus dibandingkan daging sapi. Warna bakso
ayam juga lebih cerah disbanding bakso daging. Bakso daging ayam yang dibuat
menggunakan daging ayam tanpa tulang atau sering disebut “Boneless”. Biasanya
2
bagian yang sering digunakan yaitu bagian dada dan paha, proses pemilihan ini
dilakukan karena akan mempengaruhi hasil bakso.
Seperti diketahui bahwa yang mengkonsumsi bakso tidak hanya berasal dari
kalangan atas, tapi banyak juga yang berasal dari kalangan menengah ke bawah.
Dengan demikian inovasi-inovasi yang diciptakan untuk mengolah bakso haruslah
sesuai dengan permintaan pasar, terutama dari kalangan menengah ke bawah, agar
produk tetap bisa menyentuh berbagai kalangan maka harus ada bakso yang di olah
menggunakan bahan yang memiliki nilai ekonomi yang rendah tetapi memiliki
kandunagn gizi yang baik untuk kesehatan. Seperti bakso ayam ini tetapi tidak akan
heran dengan adanya bakso ayam ini maka perlu adanya kombinasi yang membuat
bakso ayam yang kaya akan protein ini menjadi lebih menarik dan menambah
kandungan gizi pada bakso ayam ini salah satunya yaitu dengan penambahan lidah
buaya (aloevera).
Lidah buaya (aloevera) adalah suatu tanaman yang berasal dari daun yang
memiliki bagian isi yang jernih, serta mempunyai bermacam-macam khasiat di
dalamnya seperti kandungan vitamin, mineral, kolin dan asam volat, sehingga
penggunaan lidah buaya sudah semakin berkembang dan dengan adanya kemajuan
ilmu dan teknologi, saat ini sudah banyak penganekaragaman produk dari lidah
buaya, selain sebagai bahan baku untuk obat dan kosmetika, lidah buaya juga dapat
diolah menjadi produk makanan lain seperti jelly, sirup, minuman kesehatan, juice,
tepung, manisan dan bakso. Dengan semakin meluasnya penggunaan lidah buaya dan
meningkatnya permintaan sebagai bahan baku dalam produk makanan (minuman
kesehatan), maka budidayanya pun mulai dilaksanakan secara intensif, karena
bernilai ekonomi cukup tinggi. sehingga dengan ditambahkan kedalam adonan bakso
yang nantinya akan membuat kandungan pada bakso ayam ini memiliki nilai gizi
yang lebih (Yuyun. 2008.)
3
Adapun dalam pembuatan bakso bahan utamanya adalah daging salah satu
yaitu ayam yang sebagai penyumbang protein yang banyak, jarang menimbulkan
alergi, aromanya tidak tajam, serta harga yang relatif murah dibanding daging yang
lainnya sangat baik untuk dibuat menjadi bakso, yang akan dikombnasikan dengan
lidah buaya ini memiliki suatu inovasi yang baik karena selain mencipatakan produk
baru juga akan menambah keunggulan dari bakso ayam yang berbeda karena di
dalam lidah buaya ini memiliki bermacam-macam kandungan gizi yang baik untuk
kesehatan.
C. Rumusan Masalah
Dilihat dari latar belakang rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana pengaruh terhadap mutu dan karakteristik bakso ayam penambahan
lidah buaya (aloevera) dengan konsentrasi bahan pengenyal.
2. Bagaimana pengaruh terhadap tingkat kesukaan konsumen terhadap bakso ayam
penambahan lidah buaya (aloevera) dengan konsentrasi bahan pengenyal.
D. Tujuan Penulisan Tugas Akhir
Dilihat dari latar belakang, maka tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengaruh penambahan bahan pengenyal terhadap mutu dan
karakteristik bakso ayam dengan penambahan lidah buaya (aloevera) secara
organoleptik.
2. Untuk mengetahui pengaruh penambahan bahan pengenyal terhadap kesukaan
konsumen pada bakso ayam dengan penambahan lidah buaya (aloevera).
E. Kegunaan Penulisan Tugas Akhir
a. Bagi mahasiswa
Diharapkan hasil penelitian ini mampu membuka wawasan, memperoleh
pengalaman, menambah pengetahuan dan dapat menerapkan ilmu yang telah
4
diperoleh serta sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Pendidikan
Diploma III.
b. Bagi masyarakat
Diharapkan masyarakat dapat mengetahui manfaat bakso ayam dan
pengolahan lidah buaya (aloevera) yang tepat dengan penambahan konsentrasi
bahan pengenyal, sehingga dapat meningkatkan kesehatan serta perekonomian
mereka.
F. Tinjaun Pustaka
1. Daging
Daging yang digunakan untuk membuat bakso pada umumnya yaitu daging
sapi, daging ayam, ikan, udang dan cumi. Hampir semua bakso yang ada di pasaran
adalah bakso daging sapi. Hal ini dikarenakan konsumen lebih menyukai tekstur
daging sapi yang kenyal, kres, dan berserat. Membuat bakso daging sapi dapat
menggunakan daging segar atau daging beku. Daging sapi segar bisa dibeli di pasar
tradisional, swalayan, dan supplier. Daging yang enak untuk dibuat bakso adalah
daging yang memiliki kadar protein yang tinggi dibandingkan dengan kadar
lemaknya, sehingga menghasilkan produk yang kenyal dan kres. Nilai PH daging
juga harus diperhatikan, daging yang baik untuk diolah menjadi bakso adalah daging
yang memiliki PH netral (PH 7). Selain daging segar, bahan baku yang digunakan
bisa berupa daging beku. Daging beku biasanya digunakan oleh para industri olahan
daging, dengan menggunakan mesin pemotong daging beku. Bagi para pedagang
bakso tidak tepat jika menggunakan daging beku, karena mereka akan mengalami
kesulitan dalam menggiling daging beku dengan mesin yang mahal. Bagaimanapun
daging segar yang didapat dengan segera dari pemotongan sapi itulah daging yang
sangat bagus untuk dijadikan olahan. Daging segar belum mengalami pengolahan
lebih lanjut sehingga mutunya terjaga. (Soeparno,1996)
5
2. Bakso daging Ayam
Bakso daging ayam termasuk produk yang masih baru di pasaran. Walaupun
belum sepopuler daging sapi, bakso daging ayam sudah banyak penggemarnya.
Tekstur daging ayam lebih lembut dan halus dibandingkan daging sapi. Warna bakso
ayam juga lebih cerah disbanding bakso daging. Bakso daging ayam yang dibuat
menggunakan daging ayam tanpa tulang atau sering disebut “Boneless”. Biasanya
bagian yang sering digunakan yaitu bagian dada dan paha. Daging ayam bagian dada
(Boneless dada) akan menghasilkan bakso yang berwarna keputihan atau cerah dan
rasanya lebih kres. Sementara itu, daging bagian paha (boneless paha) akan
menghasilkan rasa bakso yang gurih tetapi tidak lebih kres dibandingkan boneless
dada. Sama halnya seperti daging, bakso daging ayam dapat diolah dengan
menggunakan daging ayam segar maupun daging ayam beku.( Srigandono, 1996.)
3. Lidah buaya
Lidah buaya (Aloe vera Linn.) merupakan tanaman sejenis kaktus yang
berasal dari Afrika, tanaman ini termasuk keluarga Liliaceae dan tumbuhan berbiji
tertutup, dapat tumbuh di daerah kering dan juga di daerah yang beriklim dingin. Di
Indonesia tanaman lidah buaya (Aloe vera) dikenal dengan sebutan lidah buaya, di
Malaysia disebut jadam (yaitu obat kunyah untuk menyehatkan badan), di Inggris
disebut Crocodiles tongues, di Spanyol disebut Salvila , di Cina disebut Lu hui, dan
di Prancis, Portugis, Jerman dan lain-lain disebut Aloe.
Klasifikasi lidah buaya
Taksonomi atau klasifikasi lidah buaya adalah sebagai berikut :
Kingdom : Platae.
Divisi : Spermatophyta.
Klas : Monocotyledoneae.
6
Ordo : Liliflorae.
Family : Liliceae.
Genus : Aloe.
Spesies : Aloe vera
Dilihat dari kegunaannya tanaman lidah buaya banyak berhubungan erat
dengan kehidupan manusia, baik sebagai tanaman hias maupun sebagai tanaman obat.
Sebagai tanaman hias, tumbuhan ini hanya dapat dinikmati keindahan dan keunikan
daunnya yang tebal, berair dan berduri, serta berbunga warna merah yang mudah
sekali gugur. Sebagai tanaman obat, lidah buaya mengandung cairan yang berbentuk
gel dan berwarna bening/transparan yang terdapat dibagian dalam daunnya, dan
bermanfaat sebagai bahan baku untuk obat antara lain sebagai obat : luka bakar, luka
gigitan, bisul, memar, kulit pecah-pecah, kulit lecet, rambut rontok, wasir, radang
tenggorokan, amandel dan lain sebagainya. Bahan baku untuk kosmetika antara lain
untuk lipstik (Aloe lip), sampho (Aloe Jojoba Shampo), penghalus wajah (Forever
Aloe Schrub), dan lain sebagainya. Di Amerika dan Australia, produk minuman lidah
buaya dikonsumsi sebagai minuman diet. Produk makanan atau minuman kese-hatan
dari tanaman lidah buaya mempunyai nilai kalori rendah (4kal/100 gram gel),
sehingga sangat sesuai bagi mereka yang sedang menjalani diet, terutama yang
mempunyai masalah kelebihan berat badan. (Yudo Sudarto, 1997)
Penggunaan lidah buaya sudah semakin berkembang dan dengan adanya
kemajuan ilmu dan teknologi, saat ini sudah banyak penganekaragaman produk dari
lidah buaya, selain sebagai bahan baku untuk obat dan kosmetika, lidah buaya juga
dapat diolah menjadi produk makanan lain seperti jelly, sirup, minuman kesehatan,
juice, tepung, dan manisan. Dengan semakin meluasnya penggunaan lidah buaya dan
meningkatnya permintaan sebagai bahan baku obat, kosmetika (kecantiakan), dan
7
produk makanan (minuman kesehatan), maka budidayanya pun mulai dilaksanakan
secara intensif, karena bernilai ekonomi cukup tinggi.
Banyaknya manfaat dari lidah buaya menjadikan para produsen makanan
tertarik untuk mengolah sebagai bahan baku makanan/minuman. Terbukti dengan
beragamnya dari lidah buaya di pasaran. Mulai dari yang dijual segar,dibuat manisan,
juice, serbuk sampai aloe vera gel. Kita sebenarnya agak ketinggalan, di negara
tetangga seperti Hongkong, Taiwan dan Cina, mengkonsumsi lidah buayasudah
membudaya. Mereka mengkonsumsi dalam bentuk juice, manisan bahkan di campur
dengan teh. Jika kita mau berkreasi, daging lidah buaya sebenarnya lezat untuk
dijadikan beragam masakan. Teksturnya kenyal dengan rasanya menyegarkan, sangat
cocok untuk campuran salad, tumisan, juice maupun manisan.
Tanaman lidah buaya memiliki batang pendek dan tidak kelihatan, karena
tertutup oleh daun-daun yang rapat dan sebagian terbenam dalam tanah. Tunas-tunas
baru akan muncul malalui batang tersebut dan selanjutnya menjadi anakan. Lidah
buaya yang bertangkai panjang muncul dari batang melalui celah-celah atau ketiak
daun. Daun lidah buaya berbentuk pita dengan helaian yang memanjang, berdaging
tebal, tidak bertulang, berwarna hijau keabu-abuan, bersifat sukulen (banyak
mengandung air), dan banyak mengandung getah atau lendir (gel). Kulit daun lidah
buaya berwarna hijau dan jika dikupas akan kelihatan lendir yang mengeras (daging
daun) yang disebut gel. Gel ini merupakan lapisan air yang tipis, seperti cairan yang
tidak berwarna (transparan).
Daging daun lidah buaya yang berupa lendir (gel) tersebut banyak
dimanfaatkan untuk bahan baku obat (farmasi), kosmetik (kecantikan) dan makanan
(minuman kesehatan). Oleh karena itu, pemanenan lidah buaya dilakukan setelah
produksi gelnya tinggi, hal ini ditandai dengan ukuran pelepah (helaian) daun yang
besar, ketebalan pelepah daun sudah maksimal, dan daun berwarna hijau tetapi tidak
terlalu tua, berlapis lilin, berbentuk pedang (panjangnya sampai 50 cm). Bila daun
8
telah tua kandungan gelnya berkurang. Pemanenan daun lidah buaya dapat dilakukan
setelah tanaman itu berumur 8 –10 bulan, dan ketebalan daun kira-kira 40 cm – 50
cm, dengan berat 300– 600 g. Cara pemanenan daun lidah buaya dapat dilakukan
secara bertahap, dengan cara memotong pangkal daun dari pelepah daun bagian yang
paling bawah (pelepah dekat tanah).
4. Kandungan gizi lidah buaya
Lendir lidah buaya (gel) mengandung zat-zat gizi dan mineral misalnya zat
anorganik seperti: kalsium, potasium, sodium, choline, magnesium, zinc, copper,
chromium, dan beberapa vitamin seperti : vitamin B1, B2, niacinamid, B6, folic acid,
vitamin C dan lain-lain. Zat-zat ini sangat berguna untuk pertumbuhan tulang,
pembentukan dan penggantian jaringan, pengaturan metabolisme dalam tubuh
manusia, dan pengaturan gerak urat syaraf. Selain itu zat-zat utama yang terdapat
dalam gel lidah buaya adalah lignin, dimana zat ini mampu menembus dan meresap
ke dalam kulit agar terjaga kelembabannya, saponin (sebagai pembersih dan
aniseptik, dan sifat berbuih pada saponin ini penting untuk produk kosmetik),
antrakuinon termasuk aloin, emodin, resin, gum dan unsur lain seperti minyak atsiri
adalah zat-zat yang mempunyai sifat sebagai antibiotik dan penghilang rasa nyeri.
Lidah buaya mengandung gula (karbohidrat) dalam bentuk glukosa, mannosa,
dan sejumlah kecil silosa, arabinosa, galaktosa dan ramnosa, dimana zat-zat tersebut
berfungsi sebagai sumber energi bagi tubuh manusia. Disamping itu lidah buaya juga
mengandung enzim-enzim seperti : oksidase, amilase, katalase, lipase, selulase,
karboksipeptidase dan asam-asam amino seperti : lisin, threonin, valin, methionin,
leusin, isoleusin, dan phenylalanin.
Daun lidah buaya dapat dibagi menjagi tiga bagian, yaitu :
1. Kulit daun : merupakan bagian terluar dari struktur daun dengan warna hijau.
2. Eksudat : merupakan getah yg keluar dari daun ketika dilakukan pemotongan.
Eksudat berbentuk cair, warna kuning dengan rasa pahit. Pada bagian ini
9
terkandung sejumlah zat yaitu 8- dihidroxianthraquinone (Aloe Emoedin) dan
glikosida (Aloins)
3. Gel : merupakan bagian daun terdalam yang berlendir. Gel diperoleh dengan
menyayat bagian dalam daun setelah eksudat dikeluarkan. Dalam gel ini
terkandung sejumlah unsur-unsur antara lain : Air, karbohidrat, lemak, dan
beberapa vitamin. Komposisi lengkap silahkan lihat Tabel 1.
Table 1. Komposisi lidah buaya
Komponen Jumlah
Kadar air 95 %
Karbohidrat (g) 0.30
Kalori (kal) 1.73-2.30
Lemak (g) 0.05-0.09
Protein (g) 0.01-0.06
Vitamin A ( IU) 2.00-4.60
Vitamin C (mg) 0.50-4.20
Thiamin (mg) 0.003-0.004
Riboflavin (mg) 0.001-0.002
Niasin (mg) 0.038-0.040
Kalsium (mg) 9.920-19.920
Besi (mg) 0.060-0.320
Sumber : Morsy (1991)
5. Tepung
Selain daging bahan yang sering digunakan dalam pembuatan bakso adalah :
Tepung tapioka. Tepung tapioka adalah karbohidrat granuler yang berwarna putih,
hasil sintesa tanaman dari barbagai gugus glukosa yang berfungsi sebagai bahan
makanan cadangan. Tepung ini terdiri dari amilosa dan amilopektin, sifat amilopektin
10
dapat memperkuat permukaan terhadap bahan yang ditambahkan tepung tersebut.
Komponen amilosa berfungsi dalam daya serap air dan kesempurnaan proses
gelatinisasi produk. Menurut Cahyadi (2006) secara umum pati terdiri dari 25%
amilosa dan 75% amilopektin.
Fungsi penggunaan tepung dalam pembuatan bakso sebagai bahan pengental
dan pengikat adonan, sehingga akan terbentuk tekstur bakso yang baik. Tepung yang
biasa digunakan dalam pembuatan bakso adalah tepung tapioka. Bakso agar lezat dan
bermutu tinggi, jumlah tepung sebaiknya tidak lebih dari 15% dari berat daging
(Wibowo, 1999).
Bumbu dan es salah satu faktor yang mendukung keberhasilan pembuatan
bakso dan berfungsi memperbaiki atau memodifikasi rasa serta daya simpan produk
olahan daging. Bumbu-bumbu dalam pembuatan bakso daging, garam dapur, dan
bumbu penyedap yang terbuat dari campuran bawang putih dan
merica.(Wibowo,1999).
Bahan penyedap dan bumbu, misalnya bawang putih mempunyai pengaruh
preservasif terhadap produk olahan daging karena mengandung lemak (minyak
esensial, substansi yang bersifat bakteriostatik). Beberapa bumbu mempunyai sifat
sebagai antioksidan, sehingga dapat menghambat perkembangan ransiditas.
Penambahan bahan penyedap dan bumbu terutama ditujukan untuk meningkatkan
flavour (Soeparno, 1994). menyatakan bahwa bawang putih merupakan salah satu
komponen penting dalam bumbu berbagai masakan dan obat penyembuh berbagai
penyakit. Konsumsi bawang putih setengah sampai satu suing sehari selama sebulan
mampu menurunkan kadar kolesterol sebesar 9%. Salah satu zat antikolesterol yang
paling kuat di dalam bawang putih adalah ajone, suatu senyawa yang juga mencegah
penggumpalan darah. Bawang merah memiliki fungsi selain bahan penyedap yaitu
juga sebagai obat. (Rukmana, 1994).
11
Garam dapur (NaCl) yang biasanya dibutuhkan adalah 2,5% dari berat daging.
Garam dapur mempunyai peranan penting dalam pembuatan bakso karena merupakan
pelarut protein miofibril yang berperan dalam mempengaruhi tekstur produk daging,
serta memberi cita rasa pada produk yang dihasilkan dan juga sebagai pengawet yang
adapun mekanisme garam sebagai pengawet yaitu :
1. Garam bersifat hidrokopis dimana garam akan mengikat kandungan air pada bahan
2. sehingga tidak dapat digunakan mikroba untuk pertumbuhannya.
3. Garam bersifat osmotik dimana garam akan menyerap air pada dinding sel bakteri
sehingga terjadi plasmolisis (pemecahan dinding sel). (Syarief, 1988)
Es atau air es, berfungsi terhadap adonan yaitu menambah air ke dalam
adonan sehingga adonan tidak kering selama pembentukan maupun pada saat
perebusan. Penambahan es atau air es ini juga dapat meningkatkan jumlah
rendemennya, untuk itu dapat di gunakan es sekitar 10%-15% dari berat dagng
bahkan sampai 30% dati berat daging (Wibowo, 2005)
Dalam pembuatan bakso pada penambahan es yang bertujuan agar aroma dan
rasa dari bakso yang dihasilkan menjadi gurih, hal ini terjadi karena es dapat tetap
membekukan dan mendinginkan daging sehingga daging dapat terjaga kesetabilan
suhunya ( Syarief, 1988 ).
Natrium tripolifosfat (STTP) yang ditambahkan ke dalam pembuatan bakso
yang di bolehkan, dengan konsentrasi maksimum 0,4 %.Tetapi dari berbagai
penelitian yang telah dilakukan pemakaian natrium tripolifosfat sebesar 0,2% sudah
efektif untuk mengenyalkan bakso (Legowo, 1991).
Natrium tripolifosfat merupakan alkali yang berfungsi menjadi bahan
tambahan makanan, penggunaan alkali fosfat termasuk natrium tripolifosfat pada
umumnya untuk meningkat pH daging Natrium tripolifosfat dan NaCL memiliki
sifat yang sinergisme sehingga selain meningkatkan pH daging juga dapat
meningkatkan daya ikat air sehingga dapat mengurangi penyusutan produk. Adaun
12
manfaat lain untuk meningkatkan keempukan, kekenyalan serta menstabilkan warna.
Selain itu natrium tripolifosfat juga berperan sebagai anti oksidan sehingga dapat
menghambat terjadinya ketengikan (Sunarlim, 1992).
Menurut Ruth, et al. (1973) natrium tripolifosfat selain mengikat air ia juga
dapat meningkatkan daya ikat protein. Semakin lama terjadi kontak antara natrium
tripolifosfat dengan daging maka pada suhu rendah maka akan menghasilkan daya
ikat dan kekenyalan yang lebih baik pada bakso pada saat setelah pemasakan, hal
tersebut terjadi karena daya hidrasi daging sebagai bahan dadar pembuatan bakso
dikembalikan seperti semula berdasarkan absorpsi air oleh protein ( Sunarlim, 1992).
Bakso adalah produk olahan berdaging yang berbentuk bulat-bulat, rasanya
lezat, bergizi tinggi, dapat disantap dengan dan dalam keadaan apapun serta sangat
mudah diterima oleh siapa saja. Pembuatan bakso bisa dengan menambahkan es 20%,
tepung 10-30%, garam dan bumbu-bumbu seperti bawang putih dan merica. Tepung
yang umum digunakan adalah tepung tapioka. Tepung sebagai bahan pengikat bakso
berguna untuk memperbaiki tekstur, meningkatkan daya ikat air, menurunkan
penyusutan akibat pemasakan dan meningkatkan elastisitas produk. Fungsi ini bisa
digantikan dengan tepung lain seperti kentang, tepung jagung, dan tepung sagu.
Tepung kentang, tepung jagung dan tepung sagu mengandung pati yang tinggi dan
harga yang murah. Sehingga bisa digunakan sebagai subtitusi dalam pembuatan
bakso dengan karakteristik yang khas pada organoleptik dan nilai gizinya.
G. Metode Pengumpulan Data
Penelitian pembuatan bakso ayam dengan penamabahan lidah buaya yang
digunakan adalah dagingnya, ini dilakukan, dengan variasi penambahan lidah buaya
yang berbeda yaitu 0% (kontrol), 20% dan 40% . Parameter yang diamati yaitu uji
organoleptik meliputi uji skoring (warna, rasa, aroma dan tekstur), dan uji hedonik
adapun yang dilakukan pada penelitian sebagai berikut:
13
1. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah :
a. Studi perpustakaan
Yaitu mengumpul data-data yang diperlukan dengan membaca buku-buku di
perpustakaan missalnya membaca tentang literatur dan menambah dasar teori
yang kurang pada penelitian.
b. Pengamatan
Yaitu melakukan pengamatan terhadap apa yang akan diuji pada penelitian ini
missalnya uji organoleptik yang dilakukan dengan metode scoring dan hedonic,
serta uji fisiknya. Agar menunjang lancarnya proses penelitian tersebut.
c. Pemberian borang penelitian
Dalam penelitian ini dilakukan pemberian borang kepada panelis yang harus
diisi sesuai dengan beberapa pengujian yang dilakukan untuk memberi suatu
penilaian terhadap bahan yang diuji.
d. Dalam pengumpulan data ini, panelis melakukan uji skoring dan uji hedonik
terhadap sifat organoleptik kemudian dianalisa dengan analisa varian (ANAVA).
Jika hasil pengujian menunjukan diantara sampel terdapat perbedaan yang nyata
diantara sampel dilanjutkan dengan uji Tukey’s.
14
Bakso Ayam Dengan Penambahan Lidah Buaya
1. Alat
a. Penggiling daging
b. Food processor
c. Baskom
d. Kompor
e. Sendok
f. Timbangan
g. Panci
2. Bahan
a. Daging ayam 300 gr
b. Lidah buaya (0% (control), 20%, dan 40%)
c. Telur 1 butir putihnya saja
d. Baking powder 1 sendok
e. Tepung tapioka 100 gram
f. Tepung terigu 10 gram
g. Garam 1 sendo k teh
h. Merica ½ sendok teh
i. Bawang putih 3 gram
j. Air es 20 gram
k. Pengenyal STTP 0,2%
3. Pembuatan bakso
1. Daging ayam sebanyak 300 gram dicincang halus
2. Lumatkan daging ayam ditambahkan dengan STTP (natrium tripolifosfat),
garam 1 sendok teh, bawang putih 3 gram, merica halus ½ sendok, air es 20
gram.
3. Tambahkan tepung tapioka 100 gram sedikit demi sedikit demi sedikit sambil
diaduk hingga kalis.
15
4. Kemudian ditambahkan Lidah buaya dipotong kotak-kotak sesuai variasi.
5. Buat bulatan-bulatan sesuai ukuran yang dinginkan.
6. Masukan bulatan-bulatan bakso ke dalam air yang telah di panaskan selama
10 menit 75ºC, kemudian dilanjutkan pemanasan dengan suhu 100ºC selama
30 menit, setelah mengapung diangkat ditiriskan (Soeparno,1996)
16
Gambar.1 Diagram alir pembuatan bakso ayam dengan penambahan Lidah buaya
Bahan penunjang :
Tepung tapioka 100 gr, 1 butir telur, garam 1 sdt,
bawang putih 2 gram, merica halus ½ sdt, air es 20
gr, serta STTP 0,2%.
Daging ayam dibersihkan
Daging ayam cincang 300 gram
Pencampuran 1 sampai homogen dan kalis.
Pembentukan bola
bakso
dengan air panas selama 10 menit
(suhu 75ºC)
Perebusan bola bakso dengan suhu
100ºC sampai bola bakso
mengapung
Tiriskan
Bakso
ayam
Lidah buaya dipotong kotak-kotak
(0% (kontrol), 20% dan 40% Pencampuran ke 2
17
DAFTAR PUSTAKA
A, Yuyun. 2008. Panduan Wirausaha Membuat Aneka Bakso. Jakarta : Agro Media
Astawan, 1989. Pengolahan Macam-Macam Bakso Ayam. Jakarta : Agro Media
Anonim. Tekno Pangan dan Agroindustri. Bogor : Departemen Ilmu dan Teknologi
Pangan, Institut Pertanian Bogor
Badan Penelitian dan Pengkajian Teknologi, (2004). Aloevera Center.
www.bppt.go.id
Cahyadi, 2006. Macam- Macam Fungsi Tepung. www.bppt.go.id
Legowo, 1991. Perbaikan Mutu Bakso dengan Penambahan STTP( natrium
tripolifosfat) Prosiding Seminar Nasional Teknologi Veteriner untuk
meningkatkan Kesehatan Hewan dan Pengamatan Bahan Asal Ternak Balai
Penelitian Veteriner. Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian.Departemen Pertanian. Bogor
Majalah Trubus No. 315, 1996, Sejuta Khasiat Tanaman Ajaib, Jakarta.
Purbaya, Rio. 2003. Mengenal dan Memanfaatkan Khasiat Aloe Vera. Cetakan
Pertama, Pionir Jaya, Bandung.
Rukmana, 2994. Tentang Bahan Tambahan Makanan. Jurusan teknologi pangan dan
gizi.IPB, Bogor.
Soeparno,1996. Pengolahan Hasil Ternak. Universitas Terbuka, Jakarta.
Srigandono, B. 1996. Produksi Unggas Air. Fakultas Peternakan. Universitas
Diponegoro. Semarang.
Sunarlim, R., Karakteristik Mutu Bakso Daging, Bakso Urat, dan Bakso Aci di
Daerah Bogor, STTP .Karya Ilmiah (Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian,
IPB, 1992)
Syarief, 1988. Aktivitas Air dan Peranannya dalam Pengawetan Pangan. UI Press.
Jakarta.
18
Winarno, F.G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Wahyu Suryowidodo, 1988, Lidah Buaya (Aloe vera Linn.) sebagai Bahan baku
Industri, Warta IHP, Vol. 5, BBIHP, Bogor.
W., Prof HM Hembing. 2004. Lidah Buaya. http://www.pondokrenungan.com
Yudo Sudarto SP., 1997, Lidah Buaya, Seri Tanaman Hias, Penerbit Kanisius,
Yogyakarta.
19
Pontianak, 13 April 2013
Pembimbing Mahasiswa
Uliyanti,S.TP Felisiana sudan
…………………… ............................
NIDN.1124028302 NIM.C1033005
Mengetahui,
Ketua Program Studi
Teknologi Pangan
Ir. M. Anastasia Ari M,
………………………
NIDN.11150362010