usulan teknis andri

Upload: andre-domo

Post on 07-Apr-2018

304 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

  • 8/4/2019 USULAN TEKNIS andri

    1/38

    USULAN TEKNIS

    METODOLOGI

    6.1 STANDARD PERENCANAAN

    Perencanaan bangunan atas dan bangunan bawah supaya

    diperhitungkan berdasarkan muatan lalu lintas jembatan jalan raya dari SKBI-

    1.3.28. 1987. Kelas Jalan yang menyangkut prosentasi muatan yang

    digunakan terhadap muatan lalu lintas jembatan yang ada, akan ditetapkan

    kemudian bersama-sama Dinas Pekerjaan Umum Cq Bidang Bina Marga

    Kabupaten Kutai Timur. Pemilihan jenis konstruksi bangunan atas maupun

    bangunan bawah yang paling sesuai diusulkan oleh konsultan, untuk

    kemudian mendapat persetujuan dari Dinas Pekerjaan Umum Cq Bidang Bina

    Marga kabupaten Kutai Timur. Pada keadaan khusus Dinas Pekerjaan Umum

    Cq Bidang Bina Marga dapat menetapkan sendiri jenis konstruksi atas

    maupun bangunan bawah yang paling tepat.

    6.2 METODOLOGI PELAKSANAAN.

    6.2.1 Pekerjaan Survey Pendahuluan

    Survey Pendahuluan atau Reconnaissance Survey adalah survey yang dilakukan pada awal

    pekerjaan di lokasi pekerjaan, yang bertujuan untuk memperoleh data awal sebagai bagian

    penting bahan kajian kelayakan teknis dan untuk bahan pekerjaaan selanjutnya.

    Survey ini diharapkan mampu memberikan saran dan bahan pertimbangan terhadap survey

    detail lanjutan diantaranya, survey topografi, survey geologi dan geoteknik, survey bahan quarry,

    survey hidrologi / hidrolik, jenis konstruksi serta metode pelaksanaan sehingga diperoleh suatu

    perencanaan detail desain yang matang, semua kegiatan recon survey harus dibuatkan laporan

    sebagai data awal perencanaan, Survey pendahuluan merupakan lanjutan dari hasil persiapan

    desain yang sudah disetujui sebagai panduan pelaksanaan survey recon dilapangan yang

    meliputi kegiatan :

  • 8/4/2019 USULAN TEKNIS andri

    2/38

    .2.1.1 Studi literatur

    Pada tahapan ini Team harus mengumpulkan data pendukung

    perencanaan baik data sekunder/primer maupun data laporan Studi

    Kelayakan (FS)bila ada studi terkait.

    .2.1.2 Koordinasi dengan instansi terkait

    Tenaga Ahli konsultan melaksanakan koordinasi dan konfirmasi dengan

    instansi/unsur-unsur terkait didaerah sehubungan dengan dilaksanakanya

    survey pendahuluan.

    .2.1.3 Diskusi perencanaan di lapangan

    Team konsultan bersama sama melaksanakan survey dan

    mendiskusikanya dan membuat usul perencanaan dilapangan bagian demi

    bagian sesuai dengan bidang keahlianya masing-masing serta membuat sketsa

    dilengkapi catatan-catatan dan kalau perlu membuat tanda dilapangan berupa

    patok beserta dilengkapi foto-foto penting dan identitasnya masing-masing

    yang akan difinalkan dikantor sebagai bahan penyusunan laporan setelah

    kembali.

    .2.1.4 Recon Survey/desain Geometrik

    1. Menentukan titik lokasi jembatan yang tepat dan memenuhi syarat geometric

    baik dari segi posisi maupun tinggi elevasi abutmen.

    2. Mengidentifikasi medan secara stationing/urutan jarak dengan

    mengkelompokan kondisi : medan datar, rolling, perbukitan,

    pegunungan/bukit curam dalam bentuk tabelaris.3. Mengidentifikasi/memperkirakan secara tepat penerapan desain struktur

    bangunan atas ataupun bangunan bawah berdasarkan pengalaman dan

    keahlian yang harus dikuasai sepenuhnya oleh Bridge Engineer yang

    melaksanakan pekerjaan ini dengan melakukan pengukuran-pengukuran

    secara sederhana dan benar (jarak , azimut, kemiringan dengan helling meter)

  • 8/4/2019 USULAN TEKNIS andri

    3/38

    dan membuat sketsa desain alinemen horizontal maupun vertikal secara

    khusus.

    4. Didalam penarikan perkiraan desain alinemen horizontal dan vertikal harus

    sudah diperhitungkan dengan cermat sesuai dengan kebutuhan perencanaan

    untuk lokasi : galian/timbunan, bangunan pelengkap jalan, jembatan (oprit

    jembatan), persimpangan yang bisa terlihat dengan dibuatnya sketsa-sketsa

    serta tabelaris dilapangan.

    5. Semua kegiatan ini harus sudah dikonfirmasikan sewaktu mengambil

    keputusan dalam pemilihan trase jembatan dengan anggota team yang saling

    terkait dalam pekerjaan ini.

    6. Dilapangan harus diberi/dibuat tanda tanda berupa patok dan tanda anjir

    dengan diberi tanda bendera sepanjang daerah rencana, untuk memudahkan

    tim pengukuran, serta pembuatan foto foto penting untuk pelaporan dan

    panduan dalam melakukan survey detail selanjutnya.

    7. Dari hasil survey recon ini secara kasar harus sudah bisa dihitung perkirakan

    konstruksi, jenis konstruksi pekerjaan yang akan timbul serta bisa dibuatkan

    perkiraan rencana biaya secara sederhana.

    .2.1.5

    Recon Survey Topografi.Kegiatan yang dilakukan oleh geodetic engineer pada survey

    pendahuluan adalah :

    1.Menentukan awal dan akhir pengukuran serta pemasangan patok beton Bench

    Mark di awal dan akhir Proyek

    2.Mengamati kondisi topografi

    3. Mencatat daerah - daerah yang akan dilakukan pengukuran khusus serta,

    morpologi dan lokasi yang perlu dilakukan perpanjangan koridor

    4.Membuat rencana kerja untuk survey detail pengukuran.

    5.Menyarankan posisi patok Bench Mark pada lokasi/titik yang akan dijadikan

    referensi.

    .2.1.6 Recon Bangunan Pelengkap

  • 8/4/2019 USULAN TEKNIS andri

    4/38

    1. Untuk perencanaan jembatan baru perlu dicatat data lokasi/Sta, perkiraan

    lokasinya apa sudah sesuai dengan geometrik dengan rencana jenis

    konstruksi, dimensi yang diperlukan.

    2. Untuk lokasi yang sudah ada existing perlu dibuatkan infentarisasinya dengan

    lengkap antara lain Sta, jenis konstruksi, dimensi, kondisi serta mengusulkan

    penanganan yang diperlukan. ( lihat format survey inventarisasi jembatan)

    3. Untuk lokasi yang ada aliran airnya perlu dicatat tinggi muka air normal,

    muka air banjir dan muka air banjir tertinggi pernah terjadi serta adanya

    tanda-tanda/gejala gejala erosi yang dilengkapi dengan sket lokasi, morfologi

    serta karakter aliran sungai dan di lengkapi foto foto jika diperlukan.

    4. Mendiskusikan dengan team geometrik, geologi, amdal dan hidrologi apakah

    data data dan usul penempatan lokasi serta usul perencanaan/penanganan

    sudah sesuai secara teknis.

    5. Membuat sket dan kalau perlu foto-foto beserta catatan-catatan khusus serta

    saran-saran yang sangat berguna dijadikan panduan dalam pengambilan data

    untuk perencanaaan pada waktu melakukan survey detail nanti dan

    pengaruhnya terhadap keamanan/kestabilan.

    .2.1.7 Recon Jembatan.

    1. Mengidentifikasi kondisi existing jembatan, dengan pengamatan secara visual

    atau menentukan jenis pengujian dengan peralatan yang sesuai.

    2. Menentukan jenis dan metoda penanganan yang sesuai.

    3. Menetapkan lokasi/posisi jembatan untuk penggantian jembatan/ pembangunan jembatan

    baru/duplikasi jembatan, setelah berdiskusi dengan Highway Engineer berdasarkan pengamatan

    lapangan.

    4. Menetapkan perkiraan elevasi, jenis dan susunan/konfigurasi bentangjembatan serta teknik pelaksanaan atau ereksinya.

    5. Menetapkan jenis soil investigation yang diperlukan

    .2.1.8 Recon Survey Lalu Lintas.

    Kegiatan yang dilakukan pada survey pendahuluan lalu lintas adalah :

  • 8/4/2019 USULAN TEKNIS andri

    5/38

    1. Menentukan lokasi (tempat) yang akan diambil data kendaraan, baik untuk 40

    jam, 24 jam, 12 jam, 6 jam dan 3 jam.

    2. Mengamati kondisi jalan serta bangunan pelengkap lainnya.

    3. Melakukan pemotretan pada lokasi-lokasi yang penting

    4. Memperkirakan lebar perkerasan yang akan diterapkan dalam disain

    berikutnya pada kondisi tertentu yang perlu untuk diadakan pelebran

    5. Membuat rencana kerja untuk tim survey.

    .2.1.9 Recon Survey Geologi dan Geoteknik.

    Kegiatan yang dilakukan pada survey pendahuluan geologi dan geoteknik

    adalah :

    1. Mengamati secara visual kondisi lapangan yang berkaitan dengan

    karakteristik dan sipat tanah dan batuan.

    2. Mengamati perkiraan lokasi sumber material (quarry) sepanjang lokasi

    pekerjaan

    3. Memberikan rekomendasi pada Bridge engineer berkaitan dengan rencana trase jalan dan

    rencana jembatan yang akan dipilih.

    4. Melakukan pemotretan pada lokasi-lokasi khusus.(rawan longsor, gambut, dll)

    5.

    Mencatat lokasi yang akan dlakukan pengeboran / Boring maupun lokasi untuk test pit.6. Membuat rencana kerja untuk tim survey detail

    .2.1.10 Recon Survey Hidrologi/Hidraulik.

    Kegiatan yang dilakukan pada survey pendahuluan hidrologi/Hidraulik

    adalah:

    1. Mengumpulkan data curah hujan.

    2. Menganalisa luas daerah tangkapan (Catchment Area).

    3. Mengamati kondisi terrain pada daerah tangkapan sehubungan dengan

    dengan bentuk dan kemirngan yang akan mempengaruhi pola aliran.

    4. Mengamati tata guna lahan

    5. Menginventarisasi bangunan drainase existing.

    6. Melakukan pemotretan pada lokasi-lokasi penting.

  • 8/4/2019 USULAN TEKNIS andri

    6/38

    7. Membuat rencana kerja untuk survey detail.

    8. Mengamati karakter aliran sungai/morfologi yang mungkin berpengaruh

    terhadap konstruksi dan saran-saran yang diperlukan untuk menjadi

    pertimbangan dalam perencanaan berikut.

    .2.1.11 Recon Survey Upah dan Harga Satuan.

    Mengumpulkan harga satuan dan upah, dengan cara koordinasi dengan

    instansi terkait.

    Seluruh kegiatan survey pendahuluan dalam proses pengambilan data

    harus menggunakan format yang telah disediakan disepakati oleh pihak

    direksi pekerjaan).

    6.2.2 Pekerjaan Survey Topografy

    Tujuan pengukuran topografi dalam pekerjaan ini adalah mengumpulkan data koordinat

    dan ketinggian permukaan tanah sepanjang rencana trase jalan dan jembatan didalam koridor

    yang ditetapkan untuk penyiapan peta topografi dengan skala 1:1000, yang akan digunakan

    untuk perencanaan geometrik jalan, serta 1:500 untuk perencanaan jembatan dan

    penanggulangan longsoran.

    Adapun pekerjaan yang dilaksanakan pada survy Topographi adalah sebagai berikut :

    .2.2.1 Pemasangan patok-patok

    1. Patok-patok BM harus dibuat dari beton dengan ukuran 10x10x75 cm atau

    pipa pralon ukuran 4 inci yang diisi dengan adukan beton dan diatasnya

    dipasang neut dari baut, ditempatkan pada tempat yang aman, mudah

    terlihat. Patok BM dipasang setiap 1 (satu) km dan pada setiap lokasi rencana

    jembatan dipasang minimal 3, masing-masing 1 (satu) pasang di setiap sisi

    sungai/alur dan 1 (buah) disekitar sungai yang posisinya aman dari gerusan

    air sungai.

    2. Patok BM dipasang/ditanam dengan kuat, bagian yang tampak diatas tanah

    setinggi 20 cm, dicat warna kuning, diberi lambang Prasarana Wilayah, notasi

    dan nomor BM dengan warna hitam.

  • 8/4/2019 USULAN TEKNIS andri

    7/38

    3. Patok BM yang sudah terpasang, kemudian di photo sebagai dokumentasi

    yang dilengkapi dengan nilai koordinat serta elevasi.

    4. Untuk setiap titik poligon dan sifat datar harus digunakan patok kayu yang

    cukup keras, lurus, dengan diameter sekitar 5 cm, panjang sekurang-

    kurangnya 50 cm, bagian bawahnya diruncingkan, bagian atas diratakan

    diberi paku, ditanam dengan kuat, bagian yang masih nampak diberi nomor

    dan dicat warna kuning. Dalam keadaan khusus, perlu ditambahkan patok

    bantu.

    5. Untuk memudahkan pencarian patok, sebaiknya pada daerah sekitar patok

    diberi tanda-tanda khusus.

    6. Pada lokasi-lokasi khusus dimana tidak mungkin dipasang patok, misalnya

    diatas permukaan jalan beraspal atau diatas permukaan batu, maka titik-titik

    poligon dan sipat datar ditandai dengan paku seng dilingkari cat kuning dan

    diberi nomor.

    .2.2.2 Pengukuran titik kontrol horizontal

    1. Pengukuran titik kontrol horizontal dilakukan dengan sistem poligon, dan semua titik ikat (BM)

    harus dijadikan sebagai titik poligon.

    2. Sisi poligon atau jarak antar titik poligon maksimum 100 meter, diukur

    dengan meteran atau dengan alat ukur secara optis ataupun elektronis.

    3. Sudut-sudut poligon diukur dengan alat ukur theodolit dengan ketelitian baca

    dalam detik. Disarankan untuk menggunakan theodolit jenis T2 atau yang

    setingkat.

    4. Pengamatan matahari dilakukan pada titik awal dan titik akhir pengukuran

    dan untuk setiap interval + 5 km di sepanjang trase yang diukur. Apabila

    pengamatan matahari tidak bisa dilakukan, disarankan menggunakan alat GPS Portable (Global

    Positioning System). Setiap pengamatan matahari harus dilakukan dalam 2 seri (4 biasa dan 4

    luar biasa).

    .2.2.3 Pengukuran titik kontrol Vertikal

  • 8/4/2019 USULAN TEKNIS andri

    8/38

    1. Pengukuran ketinggian dilakukan dengan cara 2 kali berdiri / pembacaan

    pergi- pulang.

    2. Pengukuran sipat datar harus mencakup semua titik pengukuran (poligon,

    sipat datar, dan potongan melintang) dan titik BM.

    3. Rambu-rambu ukur yang dipakai harus dalam keadaan baik, berskala benar,

    jelas dan sama.

    4. Pada setiap pengukuran sipat datar harus dilakukan pembacaan ketiga

    benangnya, yaitu Benang Atas (BA), Benang Tengah (BT), dan Benang Bawah

    (BB), dalam satuan milimiter. Pada setiap pembacaan harus dipenuhi: 2 BT =

    BA + BB

    5. Dalam satu seksi (satu hari pengukuran) harus dalam jumlah slag

    (pengamatan) yang genap.

    .2.2.4 Pengukuran Situasi

    1. Pengukuran situasi dilakukan dengan sistem tachimetri, yang mencakup

    semua obyek yang dibentuk oleh alam maupun manusia yang ada disepanjang

    jalur pengukuran, seperti alur, sungai, bukit, jembatan, rumah, gedung dan

    sebagainya.

    2.

    Dalam pengambilan data agar diperhatikan keseragaman penyebaran dankerapatan titik yang cukup sehingga dihasilkan gambar situasi yang benar.

    Pada lokasi-lokasi khusus (misalnya: sungai, persimpangan dengan jalan yang

    sudah ada) pengukuran harus dilakukan dengan tingkat kerapatan yang lebih

    tinggi.

    3. Untuk pengukuran situasi harus digunakan alat theodolit.

    .2.2.5 Pengukuran Khusus Jembatan

    Pengukuran khusus diperlukan pada beberapa kondisi khusus, misalnya:

    perpotongan rencana trase jalan dengan sungai, dan/atau jalan yang sudah

    ada.

    1. Pengukuran pada perpotongan rencana trase jalan dengan sungai

  • 8/4/2019 USULAN TEKNIS andri

    9/38

    a. Koridor pengukuran ke arah hulu dan hilir masing-masing 200 m dari

    perkiraan titik perpotongan atau daerah sekitar sungai yang masih

    berpengaruh terhadap keamanan jembatan dengan interval pengukuran

    penampang melintang sungai sebesar 25 meter.

    b. Pada daerah posisi jembatan interval pengukuran melintang dan memanjang

    di lakukan setiap 10 meter (maksimal 15 meter)

    c. Koridor pengukuran searah rencana trase jalan masing-masing 100 m dari

    kedua tepi sungai dengan interval pengukuran penampang melintang rencana

    trase jalan sebesar 25 meter.

    2. Pengukuran pada perpotongan dengan jalan yang ada .

    a. Koridor pengukuran ke setiap arah kaki perpotongan masing-masing 100 m

    dari perkiraan titik perpotongan dengan interval pengukuran penampang

    melintang sebesar 25 meter.

    b. Pengukuran situasi lengkap menampilkan segala obyek yang dibentuk alam

    maupun manusia disekitar persilangan tersebut.

    .2.2.6 Pemeriksaan dan koreksi alat ukur.

    Sebelum melakukan pengukuran, setiap alat ukur yang akan digunakan harus diperiksa

    dan dikoreksi ( kalibrasi ) untuk memastikan alat tersbut layak digunakan sebagai berikut:

    1. Pemeriksaaan theodolit:

    a. Sumbu I vertikal, dengan koreksi nivo kotak dan nivo tabung.

    b. Sumbu II tegak lurus sumbu I.

    c. Garis bidik tegak lurus sumbu II

    d. Kesalahan kolimasi horizontal = 0.

    e. Kesalahan indeks vertikal = 0.

    2. Pemeriksaan alat sipat datar:a. Sumbu I vertikal, dengan koreksi nivo kotak dan nivo tabung.

    b. Garis bidik harus sejajar dengan garis arah nivo.

    Hasil pemeriksaan dan koreksi alat ukur harus dicatat dan dilampirkan dalam laporan.

    .2.2.7 Ketelitian dalam pengukuran

  • 8/4/2019 USULAN TEKNIS andri

    10/38

    Ketelitian untuk pengukuran poligon adalah sebagai berikut :

    1. Kesalahan sudut yang diperbolehkan adalah 10 kali akar jumlah titik polygon

    dari pengamatan matahari pertama dan kedua

    2. Kesalahan azimuth pengontrol tidak lebih dari 5.

    .2.2.8 Perhitungan :

    1.Pengamatan matahari.

    Dasar perhitungan pengamatan matahari harus mengacu pada tabel almanak

    matahari yang diterbitkan oleh Direktorat Topografi TNI-AD untuk tahun yang

    sedang berjalan dan harus dilakukan di lokasi pekerjaan.

    Format yang digunakan untuk pengamatan matahari dapat di lihat pada

    lampiran topografi (lampiran 1 & 2).

    2.Perhitungan Koordinat.

    Perhitungan koordinat poligon dibuat setiap seksi, antara pengamatan matahari yang satu dengan

    pengamatan berikutnya. Koreksi sudut tidak boleh diberikan atas dasar nilai rata-rata, tapi harus

    diberikan berdasarkan panjang kaki sudut (kaki sudut yang lebih pendek mendapatkan koreksi

    yang lebih besar), dan harus dilakukan di lokasi pekerjaan.

    3.Perhitungan sipat datar.

    Perhitungan sipat datar harus dilakukan hingga 4 desimal (ketelitian 0,5 mm),

    dan harus dilakukan kontrol perhitungan pada setiap lembar perhitungan

    dengan menjumlahkan beda tingginya.

    4.Perhitungan Ketinggian detail.

    Ketinggian detail dihitung berdasarkan ketinggian patok ukur yang dipakai sebagai titik

    pengukuran detail dan dihitung secara tachimetris.

    .2.2.9 Penggambaran .

    1. Penggambaran poligon harus dibuat dengan skala 1 : 1.000 untuk jalan dan 1:500 untuk

    jembatan .

    2. Garis-garis grid dibuat setiap 10 Cm

  • 8/4/2019 USULAN TEKNIS andri

    11/38

    3. Koordinat grid terluar (dari gambar) harus dicantumkan harga absis (x) dan

    ordinat (y)-nya.

    4. Pada setiap lembar gambar dan/atau setiap 1 meter panjang gambar harus

    dicantumkan petunjuk arah Utara.

    5. Penggambaran titik poligon harus berdasarkan hasil perhitungan dan tidak

    boleh dilakukan secara grafis.

    6. Setiap titik ikat (BM) agar dicantumkan nilai X,Y,Z-nya dan diberi tanda

    khusus.

    Semua hasil perhitungan titik pengukuran detail, situasi, dan penampang

    melintang harus digambarkan pada gambar poligon, sehingga membentuk

    gambar situasi dengan interval garis ketinggian (contour) 1 meter.

    6.2.3 Pekerjaan Survey Hidrology / Hydrometry

    .2.3.1 Umum

    Dalam pekerjaan perencanaan pengendalian banjir kondisi hidrologi merupakan salah satu

    aspek. Metode pengumpulan data pekerjaan hidrologi meliputi :

    1. Pengukuran debit, jika dapat dilakukan.

    2. Survey Hidroklimatologi

    3. Survey Daerah Aliran Sungai

    4. Pengumpulan data pasang surut air laut.

    Analisa yang sangat penting untuk pekerjaan hidrologi adalah menentukan debit banjir rencana.

    Metode yang digunakan tergantung dari data yang tersedia, luas daerah aliran sungai dan kriteria

    lainnya.

    .2.3.2 Pengumpulan Data

    1.Pengukuran Debit

    Pengukuran debit dilakukan apabila terdapat aliran air, karena ada

    kemungkinan sungai yang akan distudi pada saat pelaksanaan pekerjaan

    tidak ada aliran airnya. Tujuan pengukuran debit adalah untuk mendapatkan

    data debit. Hasil pengukuran debit dapat dibuat kurva debit pada penampang

    sungai yang diukur yaitu hubungan antara ketinggian muka air dengan debit

  • 8/4/2019 USULAN TEKNIS andri

    12/38

    sungai yang dapat digunakan sebagai kalibrasi analisa debit andalan. Ada

    beberapa cara pengukuran debit, dalam usulan ini ada dua cara yang

    ditawarkan, yaitu cara pengukuran kecepatan aliran (arus) dan cara

    pelampung. Cara pengukuran dengan pelampung dilakukan apabila pengukur

    kecepatan arus (current meter) tidak dapat dilakukan. Hubungan antara

    kecepatan aliran dan banyaknya putaran baling-baling persatuan waktu,

    dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut :

    V = p.N + q

    Dimana :

    V = Kecepatan aliran ( m/dt )

    N = Banyaknya putaran baling-baling setiap detik

    p = koefisien diameter gerak maju baling-baling

    q = koefisien kecepatan awal.

    Sedangkan apabila menggunakan alat pelampung, kecepatan aliran yang dihitung dari jarak

    lintasan pelampung dibagi waktu yang diperlukan untuk menempuh lintasan tersebut. Bahan

    pelampung yang digunakan adalah yang dapat terapung dipermukaan air atau yang tenggelam

    sebagian dibawah permukaan air. Cara pelaksanaan pengukuran dengan alat ukur arus (current

    meter) adalah sebagai berikut :

    a. Pengukuran penampang sungai dengan alat ukur waterpass atau T0 sesuai

    kebutuhan. Tujuan pengukuran adalah untuk mengetahui ukuran

    (dimensi/bentuk)penampang sungai.

    b. Memasang alat duga air biasa, tujuannya adalah untuk elevasi muka air pada

    saat pengukuran. Bahan yang digunakan dan cara pemasangan

    mempertimbangkan ketentuan sebagai berikut :

    Dibuat dari bahan yang tahan air dan awet, dilengkapi dengan skala dan dicat

    dengan warna yang jelas agar mudah dibaca.

    Pemasangan dapat lurus atau miring dengan membentuk sudut kemiringan 30

    0, 45 0, 60 0 terhadap bidang horisontal.

    Pemasangan harus kuat dan terlindung dari benturan benda keras yang

    terbawa oleh aliran air.

  • 8/4/2019 USULAN TEKNIS andri

    13/38

    Kedudukan datum meteran pada kedalaman 0,5 meter dibawah muka air

    terendah pada musim kemarau dan diikatkan pada titik tetap.

    c. Pelaksanaan pengukuran mengikuti petunjuk alat ukur dan mencatat pada

    formulir yang telah disiapkan.

    Pengukuran dengan pelampung mengikuti cara sebagai berikut, yaitu :

    a. Pengukuran dua penampang yang ditinjau.

    b. Pemasangan duga muka air biasa.

    c. Pengukuran jarak antara dua penampang.

    d. Pelaksanaan pengukuran dengan mencatat waktu tempuh pelampung

    melintasi dua penampang yang ditinjau dan tinggi muka air.

    Lokasi pengukuran harus mempertimbangkan faktor-faktor sebagai berikut :

    a. Dipilih pada bagian alur sungai yang lurus.

    b. Sesuai dengan lokasi rencana bangunan.

    c. Mudah dicapai dalam segala situasi dan kondisi.

    d. Mampu melewatkan banjir.

    e. Geometri dan badan sungai harus stabil.

    f. Adanya penampang kendali

    g. Mempunyai pola aliran yang seragam dan mendekati aliran sub kritis.

    h.Tidak terkena pengaruh arus balik.

    Lama dan periode pengukuran tergantung kondisi sebagai berikut :

    a. Aliran rendah, dilaksanakan dua kali dalam sekali periode waktu pengukuran

    (bolak-balik dipenampang yang sama).

    b.

    Saat banjir, dilaksanakan satu kali dalam periode waktu pengukuran.c. Musim kemarau, cukup sekali dalam satu bulan.

    d. Musim hujan, paling sedikit 3 kali dalam setiap bulannya.

    Lama dan periode pelaksanaan yang diusulkan dilakukan pengukuran setiap

    hari sebanyak 3 kali dengan jangka waktu sesuai hasil diskusi dengan Direksi.

  • 8/4/2019 USULAN TEKNIS andri

    14/38

    2.Survey Hidroklimatologi

    Data-data yang dikumpulkan adalah yang masih kurang pada pengumpulan dari pekerjaan

    persiapan dan studi literatur. Data yang dikumpulkan meliputi :

    a. Iklim (angin, temperatur, kelembaban, tekanan udara dan penyinaran

    matahari) diperoleh dari BMG Kalimatan Timur.

    b. Curah hujan

    Data hujan diambil dari stasiun hujan yang terdekat dengan lokasi pekerjaan.

    c. Debit

    Data debit diperoleh dari Seksi Pengairan Kabupaten dan Bagian Data

    Hidrologi Pekerjaan Umum Propinsi Kalimantan Timur, jika ada.

    Data hidroklimatologi sangat penting untuk analisa hidrologi. Data yang dikumpulkan setidak-

    tidaknya memenuhi syarat minimal untuk analisa.

    3.Survey Kondisi Daerah Aliran Sungai

    Data-data kondisi daerah aliran sungai (DAS) didasarkan pada peta rupa bumi skala 1:25.000,

    namun demikian masih perlu dilakukan survey lapangan untuk memudahkan dalam menentukan

    besarnya parameter-parameter yang akan digunakan untuk analisa serta kebenaran dari peta rupa

    bumi secara visual. Kondisi daerah aliran sungai yang perlu dicatat adalah sebagai berikut :

    a.Tata guna lahanb. Kemiringan lereng

    c.Jenis tanah

    d.Jumlah Anak sungai dan panjangnya.

    e. Bentuk Daerah Aliran Sungai

    Disamping peta rupa bumi perlu dilengkapi dengan peta jenis tanah yang

    dikeluarkan oleh Bagian Reboisasi Lahan dan Konservasi Tanah Dinas

    Kehutanan Provinsi atau instansi lain yang pernah mengadakan penelitian.

    .2.3.3 Analisa Curah Hujan

    Analisa curah hujan rencana mengikuti bagan alir pada Gambar 5-3. Uji konsistensi data

    yang bertujuan untuk mengetahui penyimpangan atau kesalahan data yang diketahui dari ketidak

  • 8/4/2019 USULAN TEKNIS andri

    15/38

    konsistenan datanya, tidak dilakukan karena data hujan yang digunakan hanya bersumber dari

    satu stasiun penakar curah hujan.

    Gambar 5-3 : Bagan Alir Analisa Curah Hujan

    Pengisian Data Hilang

    Hujan titik merupakan data-data yang yang sudah diperbaiki termasuk data

    yang hilang untuk analisa selanjutnya. Pengisian data hilang dilakukan

    karena adanya data yang tidak lengkap yang disebabkan karena tidak

    tercatatnya data hujan oleh petugas, alat penakar rusak dan sebab lain. Hal

    tersebut biasa ditandai dengan kosongnya data dalam daftar.

    Salah satu metode pengisian data hilang adalah metode normal,

    persamaannya adalah sebagai berikut :

    dimana :

    r x = Curah hujan yang diisi.

    Rx = Curah hujan rata-rata setahun ditempat pengamatan yang datanya harus

    dilengkapi.

    Ri = Curah hujan rata-rata setahun di pos hujan pembandingnya.

    ri = Curah hujan dipos hujan pembandingnya.

    n = Banyaknya pos hujan pembanding.

    Pemeriksanaan hujan abnormal untuk mengetahui data - data yang abnormal

    sehingga dalam analisa selanjutnya tidak diikutkan. Metode yang digunakan

    adalah "Iwai Kadoya"

    Hujan Rancangan

  • 8/4/2019 USULAN TEKNIS andri

    16/38

    Hujan rancangan atau hujan rencana yang akan digunakan untuk analisa

    debit banjir. Hujan rerata dalam studi ini tidak dilakukan karena hanya akan

    digunakan data dari satu stasiun curah hujan.

    Sebelum menentukan metode yang sesuai untuk analisa hujan rancangan terlebih dahulu

    ditentukan besarnya nilai sebaran Cs dan Ck, lihat bagan alir pada Gambar 5-3- 2.

    Gambar 5-3-2 : Bagan Alir Uji Kesesuaian Distribusi

    Persamaan Cs dan Ck adalah sebagai berikut :

    dimana :

    S = Standar Deviasi

    n = Banyaknya data

    Xi = Datai = Urutan data mulai dari yang terbesar

    = Hujan rata-rata

    Cs = Koefisien Skew

    Ck = Koefisien kurtosis

    Meskipun telah diuji Cs dan Ck, namun metode yang digunakan tergantung dari hasil diskusi

    dengan Pemilik Kegiatan menghendaki analisa dengan berbagai macam metode. Metode yang

    biasa digunakan adalah :

    a. Metode Gumbel Tipe I

    Persamaannya adalah sebagai berikut :

    dimana :

    XT = Besarnya curah hujan rencana untuk periode ulang T tahun.

  • 8/4/2019 USULAN TEKNIS andri

    17/38

    = Besarnya curah hujan rata-rata.

    S = Standard deviasi

    K = Faktor frekwensi

    b. Metode Pearson III

    Persamaannya adalah sebagai berikut :

    dimana :

    X = Besarnya suatu kejadian

    = Nilai rata-rata hitung dari variabel X ( )

    = Faktor yang nilainya tergantung dari parameter skala, bentuk dan letak.

    k = Faktor sifat distribusi Pearson tipe III.

    c. Metode Norma

    Persamaannya adalah sebagai berikut :

    X =

    dimana :

    X = Besarnya suatu kejadian

    = Nilai rata-rata hitung dari variabel X ( )

    Tp = Karakteristik dari distribusi probabilitas normal.

    Uji Distribusi Curah Hujan

    Tujuan pemeriksaan adalah untuk mengetahui suatu kebenaran hipotesa

    distribusi curah hujan yang digunakan. Metode yang diusulkan adalah

    Smirnov Kolmogorov.

    Dalam metode Smirnov Kolmogorov dilakukan pengeplotan data pada kertas probabilitas dan

    garis durasi yang sesuai, yang langkahnya adalah sebagai berikut :

    a. Data curah hujan maksimum harian rerata tiap tahun disusun dari kecil ke

    besar.

    b. Probabilitas dihitung dengan persamaan Weibull

    P = 100m /(n + 1) %

  • 8/4/2019 USULAN TEKNIS andri

    18/38

    Dimana:

    P = Probabilitas ( % )

    m = Nomor urut data seri yang telah disusun

    n = Banyaknya data

    c. Plot data hujan Xi

    d. Plot persamaan analisa frekwensi yang sesuai

    Distribusi Hujan Jam-Jaman

    Sebaran atau distribusi hujan jam-jaman yang dihitung berdasarkan curah

    hujan harian pada umumnya digunakan rumus Mononobe :

    dimana :

    Rt = Intensitas hujan rata-rata, dalam T jam

    R24 = Curah hujan efektif dalam 1 hari

    t = Waktu konsentrasi hujan

    T = Waktu mulai hujan

    Curah hujan ke-t dihitung dengan persamaan :

    Rt = t.Rt - ( t - 1 ) R(t - 1)

    Disamping metode tersebut distribusi curah hujan juga dapat ditentukan dari pola distribusi yang

    ada pada stasiun terdekat dengan lokasi studi yang mempunyai data curah hujan jam-jaman.

    .2.3.4 Analisa Debit Banjir Rencana

    Metode yang digunakan untuk analisa debit banjir rencana tergantung dari jumlah data

    debit dan data hujan, lihat bagan alir pada Gambar 5-3. Untuk perencanaan pengendalian banjir

    ini debit banjir yang diperhitungkan adalah dengan berdasarkan bagan tersebut, maka metode

    yang kami usulkan untuk dipakai adalah metode empiris, metode regresi dan metode rasional,

    kecuali data debit lengkap ( lebih dari 10 tahun ).

    DATA DEBIT> 20 TAHUNDATA HUJAN PANJANG

  • 8/4/2019 USULAN TEKNIS andri

    19/38

    DAN DATA DEBIT( 1 - 3 ) TAHUNDATA DEBIT( 10 - 20 )TAHUNDATA DEBIT( 4 - 20 )

    TAHUNDATA HUJAN DANDATA KARAKTERISTIK BASINCARAEMPIRISCARAMATEMATISUNITHIDROGRAPHKALIBRASIDATADIPERPANJANGANALISIS FREKUENSI PROBABILITASCARA BANJIRDI ATAS AMBANGDEBITALUR( POT )PENUHBANJIR RATA-RATA TAHUNAN ( Q )ANALISIS FREKUENSI PROBABILITASBANJIR REGIONALCARAREGRESI- IOHCARA

    EMPIRISRATIONAL- GAMA 1HIDROGRAF-SATUANSCS- HASPERS- WEDUWEN- MELCHIORBANDINGKAN DENGAN CARA PERHITUNGAN LAINNYADEBIT BANJIR RENCANA ( QT )GUMBEL, LOG PEARSON, LOG NORMAL

  • 8/4/2019 USULAN TEKNIS andri

    20/38

    Gambar 5-3 : Bagan Alir Perhitungan Debit Banjir Rencana

    1.Metode Empiris

    Metode empiris yang biasa digunakan adalah metode Unit Hidrograp

    Nakayasu, persamaannya adalah sebagai berikut :

  • 8/4/2019 USULAN TEKNIS andri

    21/38

    dimana :

    Qp = Debit puncak banjir (m3/dt)

    C = Koefisien pengaliran

    A = Luas daerah aliran sungai (km2)

    Ro = Hujan satuan, 1 mm

    Tp = Waktu puncak ( jam )

    T0,3 = Waktu yang diperlukan untuk penurunan debit, dari debit puncak menjadi

    30 % dari debit puncak (jam)

    Aliran dasar yang digunakan untuk metode empiris dan regresi menggunakan

    parameter luas daerah aliran sungai dan kerapatan sungai. Persamaan yang

    digunakan adalah sebagai berikut :

    QB = 0,4751 x A0,6444

    x D0,943

    dimana :

    QB = Aliran dasar, m3/dt

    A = Luas daerah aliran sungai, km2

    D = Kerapatan sungai, km/km2

    2.Metode Regresi

    Metode yang diusulkan adalah metode GAMA I. Parameter-parameter yang

    digunakan adalah :

    a. Faktor sumber (SF) adalah perbandingan antara jumlah panjang sungai

    sungai tingkat 1 dengan jumlah panjang sungai semua tingkat.

    b.

    Frekwensi sumber (SN) adalah perbandingan antara jumlah sungai sungaitingkat satu dengan jumlah sungai semua tingkat.

    c. Faktor lebar (WF) adalah perbandingan antara lebar DAS yang diukur dititik

    sungai yang berjarak 0,75 L dengan lebar DAS yang diukur dititik sungai yang

    berjarak 0,25 L dari tempat pengukuran.

  • 8/4/2019 USULAN TEKNIS andri

    22/38

    d. Luas DAS sebelah hulu (RUA) adalah perbandingan antara luas DAS yang

    diukur dihulu garis yang ditarik tegak lurus garis hubung antara lokasi

    pengukuran dengan titik yang dekat dengan titik berat DAS, melewati titik

    tersebut.

    e. Faktor simetri (SIM) adalah (WF) x (RUA).

    f. Jumlah pertemuan sungai (JN) adalah jumlah semua pertemuan sungai

    didalam DAS.

    g. Kerapatan jaringan sungai (D), Luas daerah aliran sungai (A).

    Persamaan-persamaan yang digunakan untuk perhitungan adalah sebagai berikut :

    Qp = 0,1836 x A0,5886 x JN0,2381 x TR-0,4008

    TR = 0,43 x ( L /(100SF))3 + 1,0665 SIM + 1,2775

    TB = 27,4132 x TR0,1457

    x S-0,0956

    x SN0,7344

    x RUA0,2574

    K = 0,5617 x A0,1798

    x S-0,1446

    x SF-1,0897

    x D0,0452

    = 10,4903 - 3,859 x 10-6 x A2 + 1,6985 x 10-13 (A/SN)4B = 1,5518 x A

    -0,1491x N

    -0,2725x SIM

    -0,0259x S

    -0,0733

    Dimana :

    Qp = Debit puncak (m3

    /dt)

    TR = Waktu naik (jam)

    TB = Waktu dasar (jam)

    K = Koefisin tampungan

    = Hujan efektif (mm/jam)

    B = Koefisien reduksi

    3.Metode Rasional

    Luas DAS Ciliman seluas 500 km2, untuk itu akan digunakan metode Rasional

    praktis yang biasa diterapkan di Provinsi Banten dan sebagai pembanding

    akan digunakan metode Der Weduwen dan metode Haspers. Persamaan yang

    digunakan dalam perhitungannya adalah sebagai berikut:

  • 8/4/2019 USULAN TEKNIS andri

    23/38

    a. Metode Rasional Praktis

    Persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut :

    dimana :

    Q = Debit banjir ( m3/dt )

    C = Koefisien pengaliran

    I = Intensitas curah hujan selama waktu konsentrasi (mm/jam)

    A = Luas daerah aliran sungai ( km2 )

    Koefisien pengaliran merupakan suatu variabel yang didasarkan atas kondisi daerah pengaliran

    dan karakteristik hujan pada daereah tinjauan. Nilai koefisien pengaliran berdasarkan Dr.

    Mononobe. Intensitas Curah hujan dihitung dengan menggunakan persamaan Dr. Mononobe,

    yaitu sebagai berikut :

    Dimana :

    I = Intensitas curah hujan ( mm/jam )

    R24 = Curah hujan maksimum harian ( mm )

    tc = Waktu kedatangan banjir atau waktu konsentrasi (jam)

    Waktu konsentrasi didasarkan atas persamaan sebagai berikut :

    dimana :

    tc = Waktu konsentrasi ( jam ).

    L = Panjang sungai, yaitu panjang horisontal mulai dari titik teratas dimana lembah sungai terbentuk

    sampai titik tempat perkiraan kedudukan bangunan/bendung (km)

    W = Kecepatan perambatan banjir ( km/jam )

    H = Selisih elevasi antara mulai lembah sungai terbentuk sampai ke tempat kedudukan bendung ( km )

    b. Metode Der Weduwen

    Persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut :

  • 8/4/2019 USULAN TEKNIS andri

    24/38

    ana :

    Q = Debit banjir ( m3/dt )

    = Koefisien limpasan air hujan

    = Koefisien pengurangan/reduksi daerah

    qT = Curah hujan maksimum ( m3/dt.km2 )

    A = Luas daerah aliran sungai ( km2 ), maksimum 100 km2

    t = Waktu konsentrasi ( jam ) , antara 1/6 jam sampai 12 jam.

    L = Panjang sungai ( km )

    I = Kemiringan sungai

    R24 = Curah hujan harian maksimum rencana ( mm )

    Kemiringan sungai ditentukan dari 0.1 dari panjang sungai dari batas hulu sampai hilir pada

    rencana titik tinjauan.

    c. Metode Haspers

    Persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut :

    untuk tc < 2 jam

    untuk, 2 jam < tc < 19 jam

  • 8/4/2019 USULAN TEKNIS andri

    25/38

    untuk tc > 19 jam

    dimana :

    Q = Debit banjir ( m3/dt )

    = Koefisien limpasan air hujan

    = Koefisien pengurangan/reduksi daerah

    qT = Curah hujan maksimum menurut Haspers (m3/dt.km2)

    A = Luas daerah aliran sungai ( km2 )

    tc = Waktu konsentrasi ( jam ) , antara 1/6 jam sampai 12 jam.

    L = Panjang sungai ( km )

    I = Kemiringan sungai

    RT = Curah hujan harian maksimum rencana dengan kala ulang T tahun (mm).

    R24 = Curah hujan harian maksimum rencana ( mm )

    Kemiringan sungai ditentukan dari 0.1 dari panjang sungai dari batas hulu sampai hilir pada titik

    tinjauan.

    .2.3.5 Analisa Sedimen (Apabila Diperlukan)

    Analisa sedimen yang diusulkan adalah menggunakan metode USLE yang diidentikkan

    dengan besarnya erosi. Persamaan USLE adalah sebagai berikut :

    A = R x K x LS x C x P

    Dimana :

    A = Kehilangan tanah ( ton/ha )

    R = Indeks faktor erosivitas

    K = Faktor erodibilitas tanah

    LS = Indeks panjang dan besarnya kemiringan lereng per unit lahan

    C = Indeks faktor pengelolaan tanaman

    P = Indeks faktor konservasi ( pengendalian )

  • 8/4/2019 USULAN TEKNIS andri

    26/38

    Besarnya sedimen yang diangkut dapat dihitung dengan mengalikan SDR (Sediment

    Delivery Ratio) dengan total erosi tersebut diatas. Data mengenai kemiringan lereng dan tata

    guna lahan didasarkan atas peta rupa bumi skala 1:25.000, sedangkan data mengenai curah hujan

    didapatkan dari hasil analisa curah hujan.

    6.2.4 Pekerjaan Survey Geology Dan Geoteknik

    Tujuan penyelidikan geologi dan geoteknik dalam pekerjaan ini adalah untuk melakukan

    pemetaan penyebaran tanah/batuan dasar termasuk kisaran tebal tanah pelapukan, memberikan

    informasi mengenai stabilitas tanah, menentukan jenis dan karakteristik tanah untuk keperluan

    bahan jalan dan struktur, serta mengidentifikasi lokasi sumber bahan termasuk perkiraan

    kuantitasnya.

    .2.4.1 Penyelidikan Geologi

    Penyelidikan meliputi pemetaan geologi permukaan detail dengan peta

    dasar topografi skala 1:250.000 s/d skala 1:100.000. Pencatatan kondisi

    geoteknik disepanjang rencana trase jalan/jembatan untuk setiap jarak 500

    1000 meter. Lokasi titik tersebut Diutamakan pada posisi abutmen.

    1.Penyelidikan lapangan

    Pemetaan

    Jenis batuan yang ada disepanjang trase jalan dan dipetakan dan batas-

    batasnya ditetapkan dengan jelas sesuai dengan data pengukuran untuk

    selanjutnya diplot dalam gambar rencana dengan skala 1:2000 ukuran A3.

    Pemetaan mencakup jenis struktur geologi yang ada antara lain:

    sesar/patahan, kekar, perlapisan batuan, dan perlipatan.

    Lapukan batuan dianalisis berdasarkan pemeriksaan sifat fisik/kimia, kemudian hasilnya diplot

    diatas peta geologi teknik termasuk didalamnya pengamatan tentang, Gerakan tanah, Tebal

    pelapukan tanah dasar, Kondisi drainase alami, pola aliran air permukaan dan tinggi muka air

    tanah, Tata guna lahan, Kedalaman rawa (apabila rencana trase jalan tersebut harus melewati

    daerah rawa)

    2.Penyelidikan Geoteknik

  • 8/4/2019 USULAN TEKNIS andri

    27/38

    Kegiatan penyelidikan geoteknik meliputi :

    a. Pengambilan contoh tanah dari sumuran uji

    Pengambilan contoh tanah dari sumuran uji 25 - 40 kg untuk setiap contoh

    tanah. Setiap contoh tanah harus diberi identitas yang jelas (nomor sumur uji,

    lokasi, kedalaman).

    b. Pengambilan contoh tanah tak terganggu ( UNDISTURBED )

    Pengambilan contoh tanah tak terganggu dilakukan dengan cara bor tangan menggunakan tabung

    contoh tanah (split tube untuk tanah keras atau piston tube untuk tanah lunak). Setiap contoh

    tanah harus diberi identitas yang jelas (nomor bor tangan, lokasi, kedalaman). Pemboran tangan

    dilakukan pada setiap lokasi yang diperkirakan akan ditimbun (untuk perhitungan penurunan)

    dengan ketinggian timbunan lebih dari 4 meter dan pada setiap lokasi yang diperkirakan akan

    digali (untuk perhitungan stabilitas lereng) dengan kedalaman galian lebih dari 6 meter; dengan

    interval sekurang-kurangnya 100 meter dan/atau setiap perubahan jenis tanah dengan kedalaman

    sekurang-kurangnya 4 meter. Setiap pemboran tangan dan contoh tanah yang diambil harus

    difoto. Dalam foto harus terlihat jelas identitas nomor bor tangan, dan lokasi. Semua contoh

    tanah harus diamankan baik selama penyimpanan di lapangan maupun dalam pengangkutan ke

    laboratorium.

    c. Pemboran Mesin

    Pemboran mesin dilaksanakan dengan ketentuan-ketentuan berikut:

    1) Pada dasarnya mengacu pada ASTM D 2113-94

    2) Pendalaman dilakukan dengan menggunakan sistem putar (rotary drilling)

    dengan diameter mata bor minimum 75 mm.

    3) Putaran bor untuk tanah lunak dilakukan dengan kecepatan maksimum 1

    putaran per detik.

    4) Kecepatan penetrasi dilakukan maksimum 30 mm per detik

    5) Kestabilan galian atau lubang bor pada daerah deposit yang lunak dilakukan

    dengan menggunakan bentonite (drilling mud) atau casing dengan diameter

    minimum 100mm

  • 8/4/2019 USULAN TEKNIS andri

    28/38

    6) Apabila drilling mud digunakan pelaksana harus menjamin bahwa tidak

    terjadi tekanan yang berlebih pada tanah

    7) Apabila casing digunakan, casing dipasang setelah mencapai 2 m atau lebih.

    Posisi dasar casing minimal berjarak 50 cm dari posisi pengambilan sampel

    berikutnya

    d. Pemboran Tangan.

    Pemboran tangan dilakukan dengan mengacu pada ASTM D 4719

    Pengambilan Contoh Tanah Cara Coring

    Pengambilan contoh tanah dengan cara coring dilakukan dengan ketentuanberikut:

    1) Digunakan single core barrel dengan cara putar

    2) Contoh tanah dikeluarkan dari core kemudian dimasukkan kedalam kantong

    plastik dan ditutup dengan cara diikat atau cara lainnya yang diizinkan

    Pengawas.

    3) Kantong plastik diberi label nomor contoh, nomor bor, kedalaman, tanggal,

    proyek.

    e. Pengambilan Contoh dengan Single & Double Core

    Pengambilan contoh tanah dengan cara tabung terbuka dilakukan dengan ketentuan berikut:

    1) Ukuran tabung minimal berdiameter 75 mm.

    2) Panjang tabung minimal 500 mm.

    3) Panjang ruang contoh dalam tabung minimum 40 mm.

    4) Setelah pengambilan contoh tanah, tabung ditutup pada kedua ujungnya dan

    kemudian diberi label seperti pada butir C.

    Pengambilan Contoh Tanah dengan Fixed Piston Sampler

    1) Diameter tabung minimum 70 mm.

    2)Tabung harus memenuhi syarat sebagai berikut:

  • 8/4/2019 USULAN TEKNIS andri

    29/38

    Cukup kuat untuk menahan terjadinya deformasi yang berlebihan pada waktu proses

    pengambilan contoh.

    Area ratio maksimum 15%

    Panjang tabung minimum 600 mm.

    Apabila panjang tabung lebih dari 800 mm, maka inside clearance ratio harus berkisar dari

    0.5% sampai 1.0%

    Sudut ujung tabung tidak boleh lebih dari 10o

    3) Apabila drilling mud digunakan, pemboran dapat dilakukan sampai

    kedalaman pengambilan contoh, dengan catatan dilakukan pembersihan dasar

    lubang bor terlebih dahulu, apabila tidak menggunakan drilling mud, maka

    pemboran dihentikan 20 cm diatas kedalaman pengambilan contoh dan

    dilakukan penekanan untuk mencapai kedalaman pengambilan contoh yang

    diinginkan.

    4) Tabung harus ditutup sehingga kedap air dengan cara yang disetujui

    Pengawas.

    5)Tanah harus disimpan dalam kotak-kotak yang mampu meredam getaran dan

    memisahkan satu tabung dengan tabung lainnya.

    6) Transportasi ke laboratorium dilakukan dengan menggunakan kendaraan

    yang tertutup.

    7) Di laboratorium tabung tanah harus disimpan dalam tempat yang lembab

    dengan temperatur tidak lebih dari 25oC.

    f. Sondir (Pneutrometer Static)

    Sondir dilakukan untuk mengetahui kedalaman lapisan tanah

    keras,menentukan lapisan-lapisan tanah berdasarkan tahanan ujung konus

    dan daya lekat tanah setiap kedalaman yang diselidiki.

    Ada dua macam alat sondir yang digunakan :

    1) Sondir ringan dengan kapasitas 2,5 ton

    2) Sondir berat dengan kapasitas 10 ton

  • 8/4/2019 USULAN TEKNIS andri

    30/38

    Pneutrometer Static di Indonesia dikenal dengan sebutan Alat Sondir Belanda

    (Dutch Pneutrometer atau Dutch Deepsounding Apparatus) atau percobaan

    Penetrasi Kerucut (Cone Penetration Test )

    Pembacaan dilakukan pada setiap penekanan pipa sedalam 20 cm, pekerjaan

    sondir dihentikan apabila pembacaan pada manometer berturut-turut

    menunjukan harga >150 kg/cm2, kedua alat sondir terangkat keatas,

    sedangkan pembacaan manometer belum menunjukan angka yang

    maksimum, maka alat sondir perlu diberi pemberat yang diletakan pada baja

    kanal jangkar.

    Keuntungan Alat Sondir :

    - Dapat dengan cepat menentukan lapisan tanah keras

    - Dapat memperkirakan perbadaan lapisan

    - Dengan rumus empiris hasilnya dapat digunakan untuk menghitung daya

    dukung tiang

    - Cukup baik digunakan pada lapisan tanah berbutir halus.

    Kekurangan Alat Sondir :

    - Jika terdapat batuan lepas bisa memberikan indikasi lapisan keras yang

    salah.

    - Tidak dapat mengetahui jenis lapisan tanah langsung

    - Jika alat tidak lurus dan konus tidak bekerja dengan baik maka hasil yang

    diperoleh meragukan.

    - Tidak boleh dilakukan pada daerah endapan alluvium yang mengandung

    komponen dari kerakal dan berangkal, hasilnya memberikan indikasi lapisantanah keras yang salah.

    - Tidak boleh dilakukan pada lapisan dengan dasar batu gamping yang

    berongga.

  • 8/4/2019 USULAN TEKNIS andri

    31/38

    Hasil yang diperoleh adalah nilai sondir (qc) atau perlawanan penetrasi konus dan jumlah

    hambatan lekat, Grafik yang dibuat adalah perlawanan penetrasi konus (qc) pada tiap kedalaman

    dan jjumlah hambatan pelekat pada tiap hambatan.

    3.Lokasi Quarry

    Penentuan lokasi quarry baik untuk perkerasan jalan, struktur jembatan, maupun untuk bahan

    timbunan (borrow pit) diutamakan yang ada disekitar lokasi pekerjaan. Bila tidak dijumpai,

    maka harus menginformasikan lokasi quarry lain yang dapat dimanfaatkan.Penjelasan mengenai

    quarry meliputi jenis dan karakteristik bahan, perkiraan kuantitas, jarak ke lokasi pekerjaan, serta

    kesulitan-kesulitan yang mungkin timbul dalam proses penambangannya, dilengkapi dengan

    foto-foto.

    .2.4.2 Persyaratan Pengujian Lapangan

    Metoda pekerjaan lapangan lainnya harus sesuai dengan persyaratan

    seperti yang dijelaskan pada Tabel 1 Pengujian Lapangan pada halaman

    berikut ini:

    No Pengujian Acuan Keterangan

    1. Resistivity ASTM G57-78

    2. Standard Penetration Testtermasuk Split SpoonSampling

    ASTMD1586-94

    Pada daerahrencana jembatan,harus mencapaikedalaman lapisankeras.

    3. Stand Pipe AASHTO T252-84

    .2.4.3 Pekerjaan Laboratorium

    Spesifikasi Pengujian Tanah di Laboratorium.

    NO. PENGUJIAN ACUAN KETERANGAN

    SIFAT INDEKS

    1 Kadar air ASTM D 2216-92

    2 Batas susut ASTM D 427-93

  • 8/4/2019 USULAN TEKNIS andri

    32/38

    3 Batas plastis ASTM D 4318-93 Fresh Condition

    4 Batas cair SK-SNI M-07-1989-F oven dried 100 oC

    5 Analisa saringan SNI-03-3423-1994

    6 Berat Jenis ASTM D 854-92 Gunakan ' Wet method '

    7 Berat isi SNI-1742-1989

    8 Chloride Content K.H. Head, Vol.1, 1984

    9 CarbonateContent

    K.H. Head, Vol I, 1984

    10 Sulphate Content K.H. Head, Vol. 1, 1984

    SIFAT KUAT

    GESER TANAH

    11 Direct Shear SNI 03-2813-1992 Fresh sample dengan Penjenuhan

    ASTM D 3080-90 Fresh sample tanpa Penjenuhan

    Fresh sample dioven 70 oC selamasatu hari

    SIFATPEMAMPATANTANAH

    12 Swelling ASTM D 4546-90 Fresh Condition

    - Dioven 40 oC dan 70 oC selamasatu hari

    KEPADATAN

    13 Pemadatan

    SIFATKELULUSAN

    14 Permeabilitas KH Head Vol. 2 1984 Manual of Soil Laboratory Testing.

    Gunakan metode Falling Head

    6.2.5 Perencanaan Teknis

    Tujuan dari perencanan teknis ini adalah untuk merencanakan baik

    geometrik, perkerasan pada opaed jembatan, jembatan, struktur bangunan

    pelengkap,lansekap, sampai dengan penyiapan dokumen pelelangan, sehingga

    menghasilkan suatu perencanaan yang sempurna, ekonomis, serta ramah

    terhadap lingkungan.

    Ruang lingkup pekerjaan yang tercakup dalam kegiatan ini :

    Merencanakan geometrik jalan dan jembatan dengan memperhatikan kondisi alinement jalan

    Merencanakan jenis serta tebal perkerasan pada opaed jembatan

    Merencanakan bangunan atas dan bawah jembatan.

    Merencanakan bangunan pelengkap dan pengaman jalan.

  • 8/4/2019 USULAN TEKNIS andri

    33/38

    Merencanakan lansekap jalan.

    Menyiapkan dokumen lelang.

    1.Perencanaan Geometrik

    a. Standar

    Standar geometrik jalan yang digunakan dalam pekerjaan ini adalah Tata Cara Perencanaan

    Geometrik Jalan Antar Kota No. 038/T/BM/1997 dan Standar Perencanaan Geometrik Untuk

    Jalan Perkotaan (Bina Marga - Maret 1992).

    b. Perencanaan Drainase

    Dalam perencanaan drainase harus mengacu pada Standar Perencanaan

    Drainase Permukaan Jalan SNI No. 0334241994.

    c. Keselamatan Lalu-lintas

    Dalam perencanaan harus dipertimbangkan aspek keselamatan pengguna

    jalan, baik selama pelaksanaan pekerjaan maupun paska konstruksi.

    Perencana harus menjamin bahwa semua elemen yang direncanakanmemenuhi persyaratan desain yang ditetapkan dan sesuai dengan kondisi

    lingkungan setempat.

    d. Perangkat Lunak Perencanaan.

    Dalam melaksanakan perencanaan bisa manual atau dengan menggunakan

    perangkat lunak yang kompatibel seperti perangkat lunak MOSS atau AD-

    CAD.

    2.Stabilitas Lereng

    Perhitungan stabilitas lereng dilakukan guna memberikan informasi tentang

    berapa tinggi maksimum dan kemiringan lereng desain galian yang aman dari

    keruntuhan. Perhitungan stabilitas lereng diperoleh dari beberapa parameter

    tentang sifat fisik tanah setempat yang diperoleh dari contoh tabung

  • 8/4/2019 USULAN TEKNIS andri

    34/38

    (undisturbed sample) beberapa dari test triaxial atau direct shear. Parameter

    yang dihasilkan dari percobaan ini, yaitu C = kohesi tanah, = sudut geser

    tanah dan w = berat isi tanah . Perhitungan angka keamanan lereng (sudut

    lereng dan tinggi maksimum yang aman ) dilakukan dengan menggunakan

    rumus dan Grafik Taylor. Salah satu contoh rumus yang dapat digunakan

    adalah :

    CFk =

    Na x

    w x H

    Dimana :

    Na = Angka Stabilitas Taylor

    C = Kohesi tanah (Ton/m2)

    H = Tinggi lapisan tanah (m)

    w = Berat isi tanah basah (Ton/m3)

    Fk = Faktor keamanan ( FK > 1,251 lereng aman )

    Angka Stabilitas (Na) didapat dengan memplot nilai sudut geser dalam tanah () dengan sudut

    lereng desain () kedalam grafik Taylor (terlampir).

    Faktor lereng (F) digunakan asumsi :

    FK > 1,251 lereng aman

    FK = 1,251 lereng dalam keseimbangan

    FK < 1,251 lereng tidak aman

    3.Stabilitas badan jalan

    Kondisi stabilitas badan jalan diidentifikasi dari gejala struktur geologi yang

    ada, jenis dan karekteristik batuan, dan kondisi lereng.

  • 8/4/2019 USULAN TEKNIS andri

    35/38

    Pengkajian stabilitas badan jalan harus mencakup 3 (tiga) hal, yaitu gerakan

    tanah atau longsoran yang sudah ada di lapangan, perkiraan longsoran yang

    mungkin terjadi (hasil analisis) akibat jenis, arah dan struktur lapisan

    batuan, dan longsoran yang dapat terjadi akibat pembangunan

    jalan/jembatan. Untuk ketiga hal diatas harus diidentifikasi jenis gerakan,

    faktor penyebabnya, dan usaha-usaha penanggulangannya.

    4.Perencanaan Perkerasan

    a. StandarRujukan yang dipakai untuk perhitungan kontruksi perkerasan jalan

    dalam pekerjaan ini adalah:

    1) Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya Dengan Metoda

    Analisa Komponen (SKBI-2.3.26.1987, UDC: 625.73(02)),

    2) A guide to the structural design of bitumen-surfaced roads in tropical and sub-tropical

    countries, Overseas Road Note 31, Overseas Centre, TRL, 1993.

    3) AASHTO Guide for Design of Pavement Structures 1993.

    4) Ausroads Pavement Design 2000

    5) Modulas Elastisitas

    b. Analisis Lalu-lintas

    Tim harus melakukan analisis data lalu-lintas (LHR yang dikonversi kedalam

    nilai ESA) untuk penetapan konstruksi yang akan dipakai.

    c. Pemilihan Jenis Bahan Material

    Tim harus mengutamakan penggunaan bahan material setempat sesuai

    dengan masukan dari laporan geoteknik. Bila bahan setempat tidak dapat

    digunakan langsung sebagai bahan konstruksi, maka Tim harus mengusulkan

    usaha-usaha peningkatan sifat-sifat teknis bahan sehingga dapat dipakai

    sebagai bahan konstruksi .

    5.Perencanaan Struktur (Jembatan)

    Rujukan yang dipakai untuk perencanaan struktur jembatan baik bangunan

    atas dan bawah dalam pekerjaan ini adalah:

  • 8/4/2019 USULAN TEKNIS andri

    36/38

    a. Pedoman Perencanaan Pembebanan Jembatan Jalan Raya, SKBI No. 1.2.28,

    UDC: 624.042: 624.2,

    b. Bridge Design Code and Manual (BMS92).

    6.Perencanaan bangunan pelengkap dan pengaman jalan

    Salah satu rujukan yang dipakai untuk perencanaan bangunan pelengkap dan pengaman jalan

    dalam pekerjaan ini adalah :

    a. Pedoman Pemasangan Rambu dan Marka Jalan Perkotaan Undang Undang

    Lalulintas No.14 Tahun 1992.

    b. Standar Box Culvert (Bipran 1992)

    c. Gambar Standar Pekerjaan Jalan dan Jembatan (Subdit PSP 2002)

    7.Penggambaran

    a. Rancangan (Draft) Perencanaan Teknis

    Tim harus membuat rancangan (draft) perencanaan teknis dari setiap detail perencanaan dan

    mengajukannya kepada Tim Asistensi untuk diperiksa dan disetujui.

    Detail perencanaan teknis yang perlu dibuatkan konsep perencanaannya antara lain :

    1) Alinyemen Horizontal (Plan) digambar diatas peta situasi skala 1:1.000 untuk

    jalan dan 1: 500 untuk jembatan dengan interval garis tinggi 1.0 meter dan

    dilengkapi dengan data yang dibutuhkan.

    2) Alinyemen Vertikal (Profile) digambar dengan skala horizontal 1:1.000 untuk

    jalan dan 1:500 untuk jembatan dan skala vertikal 1:100 yang mencakup data

    yang dibutuhkan.

    3) Potongan Melintang (Cross Section) digambar untuk setiap titik STA (interval

    50 meter), namun pada segmen khusus harus dibuat dengan interval lebih

    rapat. Gambar potongan melintang dibuat dengan skala horizontal 1:100 dan

    skala vertikal 1:50. Dalam gambar potongan melintang harus mencakup:

    - Tinggi muka tanah asli dan tinggi rencana terhadap muka jalan

    - Profil tanah asli dan profil/dimensi DAMIJA (ROW) rencana

  • 8/4/2019 USULAN TEKNIS andri

    37/38

    - Penampang bangunan pelengkap yang diperlukan

    - Data kemiringan lereng galian/timbunan (bila ada).

    4) Potongan Melintang Tipikal (Typical Cross Section) harus digambar dengan

    skala yang pantas dan memuat semua informasi yang diperlukan antara lain:

    - Gambar konstruksi existing yang ada.

    - Penampang pada daerah galian dan daerah timbunan pada ketinggian yang

    berbeda-beda.

    - Penampang pada daerah perkotaan dan daerah luar kota.

    - Rincian konstruksi perkerasan

    - Penampang bangunan pelengkap

    - Bentuk dan konstruksi bahu jalan, median

    - Bentuk dan posisi saluran melintang (bila ada)

    5) Gambar standar yang mencakup antara lain: gambar bangunan pelengkap,

    drainase, rambu jalan, marka jalan, dan sebagainya.

    6) Gambar detail bangunan bawah dan bangunan atas Jembatan

    7) Keterangan mengenai mutu bahan dan kelas pembebanan.

    b. Gambar Rencana Akhir (Final Design)

    Pembuatan gambar rencana lengkap dilakukan setelah rancangan

    perencanaan disetujui oleh Tim Asistensi dengan memperhatikan koreksi dan

    saran yang diberikan. Gambar rencana akhir terdiri dari gambar-gambar

    rancangan yang telah diperbaiki dan dilengkapi dengan:

    1) Sampul luar (cover) dan sampul dalam.

    2) Daftar isi

    3) Peta lokasi proyek

    4) Peta lokasi Sumber Bahan Material (Quarry).5) Daftar simbol dan singkatan.

    6) Daftar bangunan pelengkap dan volume

    7) Daftar rangkuman volume pekerjaan.

  • 8/4/2019 USULAN TEKNIS andri

    38/38

    8.Perhitungan Kuantitas Pekerjaan

    a. Penyusunan mata pembayaran pekerjaan (per item) harus sesuai dengan spesifikasi yang dipakai,

    b. Perhitungan kuantitas pekerjaan harus dilakukan secara keseluruhan. Tabel

    perhitungan harus mencakup lokasi dan semua jenis mata pembayaran (pay

    item)

    9.Perkiraan Biaya Pelaksanaan Fisik .(Engineers Estimate)

    a.Tim harus mengumpulkan harga satuan dasar upah, bahan, dan peralatan

    yang akan digunakan di lokasi pekerjaan

    b.Tim harus menyiapkan laporan analisa harga satuan pekerjaan untuk semua

    mata pembayaran yang mengacu pada Panduan Analisa Harga Satuan No.

    028/T/BM/1995 yang diterbitkan Direktorat Jenderal Bina Marga.

    c. Tim harus menyiapkan laporan perkiraan kebutuhan biaya pekerjaan

    konstruksi.

    10.Spesifikasi.

    a. Spesifikasi harus mengacu pada spesifikasi yang berlaku di lingkungan

    Direktorat Jenderal Prasarana Wilayah.

    b. Bila diperlukan, Tim harus menyusun spesifikasi khusus untuk mata

    pembayaran yang tidak tercakup dalam spesifikasi tersebut diatas.

    c. Penomoran untuk mata pembayaran yang baru harus disetujui oleh Proyek.