usulan teknis jembatan.pdf
TRANSCRIPT
7/18/2019 USULAN TEKNIS jembatan.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/usulan-teknis-jembatanpdf 1/21
Mbah Saemo
Sabtu, 01 Januari 2011
USULAN TEKNIS
METODOLOGI
Survey Pendahuluan atau Reconnaissance Survey adalah survey yang
dilakukan pada awal pekerjaan di lokasi pekerjaan, yang bertujuan untuk
memperoleh data awal sebagai bagian penting bahan kajian kelayakan teknis dan
untuk bahan pekerjaaan selanjutnya.
Survey ini diharapkan mampu memberikan saran dan bahan pertimbangan
terhadap survey detail lanjutan diantaranya, survey topografi, survey geologi dan
geoteknik, survey bahan quarry, survey hidrologi / hidrolik, jenis konstruksi serta
metode pelaksanaan sehingga diperoleh suatu perencanaan detail desain yang
matang, semua kegiatan recon survey harus dibuatkan laporan sebagai data awal
perencanaan, Survey pendahuluan merupakan lanjutan dari hasil persiapandesain yang sudah disetujui sebagai panduan pelaksanaan survey recon
dilapangan yang meliputi kegiatan :
6.2.1.1 Studi literatur
Pada tahapan ini Team harus mengumpulkan data pendukung perencanaan
baik data sekunder/primer maupun data laporan Studi Kelayakan (FS)bila ada
studi terkait.
6.2.1.2 Koordinasi dengan instansi terkait
Tenaga Ahli konsultan melaksanakan koordinasi dan konfirmasi dengan
instansi/unsur-unsur terkait didaerah sehubungan dengan dilaksanakanya survey
pendahuluan.
6.2.1.3 Diskusi perencanaan di lapangan
Team konsultan bersama sama melaksanakan survey dan mendiskusikanya
dan membuat usul perencanaan dilapangan bagian demi bagian sesuai dengan
bidang keahlianya masing-masing serta membuat sketsa dilengkapi catatan-
catatan dan kalau perlu membuat tanda dilapangan berupa patok beserta
6.1
STANDARD PERENCANAAN
Perencanaan bangunan atas dan bangunan bawah supaya
diperhitungkan berdasarkan muatan lalu lintas jembatan jalan
raya dari SKBI-1.3.28. 1987. Kelas Jalan yang menyangkut
prosentasi muatan yang digunakan terhadap muatan lalu lintas
jembatan yang ada, akan ditetapkan kemudian bersama-samaDinas Pekerjaan Umum Cq Bidang Bina Marga Kabupaten Kutai
Timur. Pemilihan jenis konstruksi bangunan atas maupun
bangunan bawah yang paling sesuai diusulkan oleh konsultan,
untuk kemudian mendapat persetujuan dari Dinas Pekerjaan
Umum Cq Bidang Bina Marga kabupaten Kutai Timur. Pada
keadaan khusus Dinas Pekerjaan Umum Cq Bidang Bina Marga
dapat menetapkan sendiri jenis konstruksi atas maupun
bangunan bawah yang paling tepat.
6.2 METODOLOGI PELAKSANAAN.
6.2.1
Pekerjaan Survey Pendahuluan
Join this site
with Google Friend Connect
Members (2)
Already a member? Sign in
Pengikut
2011 (1)
Januari (1)
USULAN TEKNIS
Arsip Blog
MUNIB FATKHUL
Lihat profil lengkapku
MY DATA
3 Lainnya Blog Berikut» Buat Blog Masuk
7/18/2019 USULAN TEKNIS jembatan.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/usulan-teknis-jembatanpdf 2/21
dilengkapi foto-foto penting dan identitasnya masing-masing yang akan difinalkan
dikantor sebagai bahan penyusunan laporan setelah kembali.
6.2.1.4 Recon Survey/desain Geometrik
1. Menentukan titik lokasi jembatan yang tepat dan memenuhi syarat
geometric baik dari segi posisi maupun tinggi elevasi abutmen.
2. Mengidentifikasi medan secara stationing/urutan jarak dengan
mengkelompokan kondisi : medan datar, rolling, perbukitan,
pegunungan/bukit curam dalam bentuk tabelaris.
3. Mengidentifikasi/memperkirakan secara tepat penerapan desain struktur
bangunan atas ataupun bangunan bawah berdasarkan pengalaman dan
keahlian yang harus dikuasai sepenuhnya oleh Bridge Engineer yang
melaksanakan pekerjaan ini dengan melakukan pengukuran-pengukuran
secara sederhana dan benar (jarak , azimut, kemiringan dengan helling
meter) dan membuat sketsa desain alinemen horizontal maupun vertikal
secara khusus.
4. Didalam penarikan perkiraan desain alinemen horizontal dan vertikal
harus sudah diperhitungkan dengan cermat sesuai dengan kebutuhan
perencanaan untuk lokasi : galian/timbunan, bangunan pelengkap jalan,
jembatan (oprit jembatan), persimpangan yang bisa terlihat dengan
dibuatnya sketsa-sketsa serta tabelaris dilapangan.
5. Semua kegiatan ini harus sudah dikonfirmasikan sewaktu mengambil
keputusan dalam pemilihan trase jembatan dengan anggota team yangsaling terkait dalam pekerjaan ini.
6. Dilapangan harus diberi/dibuat tanda tanda berupa patok dan tanda anjir
dengan diberi tanda bendera sepanjang daerah rencana, untuk
memudahkan tim pengukuran, serta pembuatan foto foto penting untuk
pelaporan dan panduan dalam melakukan survey detail selanjutnya.
7. Dari hasil survey recon ini secara kasar harus sudah bisa dihitung
perkirakan konstruksi, jenis konstruksi pekerjaan yang akan timbul serta
bisa dibuatkan perkiraan rencana biaya secara sederhana.
6.2.1.5 Recon Survey Topografi.
Kegiatan yang dilakukan oleh geodetic engineer pada survey pendahuluan
adalah :
1. Menentukan awal dan akhir pengukuran serta pemasangan patok beton
Bench Mark di awal dan akhir Proyek
2. Mengamati kondisi topografi
3. Mencatat daerah - daerah yang akan dilakukan pengukuran khusus serta,
morpologi dan lokasi yang perlu dilakukan perpanjangan koridor
4. Membuat rencana kerja untuk survey detail pengukuran.
5. Menyarankan posisi patok Bench Mark pada lokasi/titik yang akan
dijadikan referensi.
6.2.1.6 Recon Bangunan Pelengkap
1. Untuk perencanaan jembatan baru perlu dicatat data lokasi/Sta,
perkiraan lokasinya apa sudah sesuai dengan geometrik dengan rencana
jenis konstruksi, dimensi yang diperlukan.
2. Untuk lokasi yang sudah ada existing perlu dibuatkan infentarisasinyadengan lengkap antara lain Sta, jenis konstruksi, dimensi, kondisi serta
mengusulkan penanganan yang diperlukan. ( lihat format survey
inventarisasi jembatan)
3. Untuk lokasi yang ada aliran airnya perlu dicatat tinggi muka air normal,
muka air banjir dan muka air banjir tertinggi pernah terjadi serta adanya
tanda-tanda/gejala gejala erosi yang dilengkapi dengan sket lokasi,
morfologi serta karakter aliran sungai dan di lengkapi foto foto jika
diperlukan.
4. Mendiskusikan dengan team geometrik, geologi, amdal dan hidrologi
apakah data data dan usul penempatan lokasi serta usul
perencanaan/penanganan sudah sesuai secara teknis.
5. Membuat sket dan kalau perlu foto-foto beserta catatan-catatan khusus
serta saran-saran yang sangat berguna dijadikan panduan dalam
pengambilan data untuk perencanaaan pada waktu melakukan survey
detail nanti dan pengaruhnya terhadap keamanan/kestabilan.
6.2.1.7
Recon Jembatan.
7/18/2019 USULAN TEKNIS jembatan.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/usulan-teknis-jembatanpdf 3/21
1. Mengidentifikasi kondisi existing jembatan, dengan pengamatan secara
visual atau menentukan jenis pengujian dengan peralatan yang sesuai.
2. Menentukan jenis dan metoda penanganan yang sesuai.
3. Menetapkan lokasi/posisi jembatan untuk penggantian jembatan/
pembangunan jembatan baru/duplikasi jembatan, setelah berdiskusi
dengan Highway Engineer berdasarkan pengamatan lapangan.
4. Menetapkan perkiraan elevasi, jenis dan susunan/konfigurasi bentang
jembatan serta teknik pelaksanaan atau ereksinya.
5. Menetapkan jenis soil investigation yang diperlukan
6.2.1.8 Recon Survey Lalu Lintas.
Kegiatan yang dilakukan pada survey pendahuluan lalu lintas adalah :
1. Menentukan lokasi (tempat) yang akan diambil data kendaraan, baik
untuk 40 jam, 24 jam, 12 jam, 6 jam dan 3 jam.
2. Mengamati kondisi jalan serta bangunan pelengkap lainnya.
3. Melakukan pemotretan pada lokasi-lokasi yang penting
4. Memperkirakan lebar perkerasan yang akan diterapkan dalam disain
berikutnya pada kondisi tertentu yang perlu untuk diadakan pelebran
5. Membuat rencana kerja untuk tim survey.
6.2.1.9
Recon Survey Geologi dan Geoteknik.
Kegiatan yang dilakukan pada survey pendahuluan geologi dan geoteknik
adalah :1. Mengamati secara visual kondisi lapangan yang berkaitan dengan
karakteristik dan sipat tanah dan batuan.
2. Mengamati perkiraan lokasi sumber material (quarry) sepanjang lokasi
pekerjaan
3. Memberikan rekomendasi pada Bridge engineer berkaitan dengan rencana
trase jalan dan rencana jembatan yang akan dipilih.
4. Melakukan pemotretan pada lokasi-lokasi khusus.(rawan longsor, gambut,
dll)
5. Mencatat lokasi yang akan dlakukan pengeboran / Boring maupun lokasi
untuk test pit.
6. Membuat rencana kerja untuk tim survey detail
6.2.1.10 Recon Survey Hidrologi/Hidraulik.
Kegiatan yang dilakukan pada survey pendahuluan hidrologi/Hidraulik
adalah:
1. Mengumpulkan data curah hujan.
2. Menganalisa luas daerah tangkapan (Catchment Area).
3. Mengamati kondisi terrain pada daerah tangkapan sehubungan dengan
dengan bentuk dan kemirngan yang akan mempengaruhi pola aliran.
4. Mengamati tata guna lahan
5. Menginventarisasi bangunan drainase existing.
6. Melakukan pemotretan pada lokasi-lokasi penting.
7. Membuat rencana kerja untuk survey detail.
8. Mengamati karakter aliran sungai/morfologi yang mungkin berpengaruh
terhadap konstruksi dan saran-saran yang diperlukan untuk menjadipertimbangan dalam perencanaan berikut.
6.2.1.11 Recon Survey Upah dan Harga Satuan.
Mengumpulkan harga satuan dan upah, dengan cara koordinasi dengan
instansi terkait.
Seluruh kegiatan survey pendahuluan dalam proses pengambilan data
harus menggunakan format yang telah disediakan disepakati oleh pihak direksi
pekerjaan).
Tujuan pengukuran topografi dalam pekerjaan ini adalah mengumpulkan
data koordinat dan ketinggian permukaan tanah sepanjang rencana trase jalan dan
jembatan didalam koridor yang ditetapkan untuk penyiapan peta topografi dengan
skala 1:1000, yang akan digunakan untuk perencanaan geometrik jalan, serta
1:500 untuk perencanaan jembatan dan penanggulangan longsoran.
Adapun pekerjaan yang dilaksanakan pada survy Topographi adalah sebagai
berikut :
6.2.2 Pekerjaan Survey Topografy
7/18/2019 USULAN TEKNIS jembatan.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/usulan-teknis-jembatanpdf 4/21
6.2.2.1 Pemasangan patok-patok
1. Patok-patok BM harus dibuat dari beton dengan ukuran 10x10x75 cm
atau pipa pralon ukuran 4 inci yang diisi dengan adukan beton dan
diatasnya dipasang neut dari baut, ditempatkan pada tempat yang aman,
mudah terlihat. Patok BM dipasang setiap 1 (satu) km dan pada setiap
lokasi rencana jembatan dipasang minimal 3, masing-masing 1 (satu)
pasang di setiap sisi sungai/alur dan 1 (buah) disekitar sungai yang
posisinya aman dari gerusan air sungai.
2. Patok BM dipasang/ditanam dengan kuat, bagian yang tampak diatas
tanah setinggi 20 cm, dicat warna kuning, diberi lambang Prasarana
Wilayah, notasi dan nomor BM dengan warna hitam.
3. Patok BM yang sudah terpasang, kemudian di photo sebagai dokumentasi
yang dilengkapi dengan nilai koordinat serta elevasi.
4. Untuk setiap titik poligon dan sifat datar harus digunakan patok kayu
yang cukup keras, lurus, dengan diameter sekitar 5 cm, panjang
sekurang-kurangnya 50 cm, bagian bawahnya diruncingkan, bagian atas
diratakan diberi paku, ditanam dengan kuat, bagian yang masih nampak
diberi nomor dan dicat warna kuning. Dalam keadaan khusus, perlu
ditambahkan patok bantu.
5. Untuk memudahkan pencarian patok, sebaiknya pada daerah sekitar
patok diberi tanda-tanda khusus.
6. Pada lokasi-lokasi khusus dimana tidak mungkin dipasang patok,misalnya diatas permukaan jalan beraspal atau diatas permukaan batu,
maka titik-titik poligon dan sipat datar ditandai dengan paku seng
dilingkari cat kuning dan diberi nomor.
6.2.2.2 Pengukuran titik kontrol horizontal
1. Pengukuran titik kontrol horizontal dilakukan dengan sistem poligon, dan
semua titik ikat (BM) harus dijadikan sebagai titik poligon.
2. Sisi poligon atau jarak antar titik poligon maksimum 100 meter, diukur
dengan meteran atau dengan alat ukur secara optis ataupun elektronis.
3. Sudut-sudut poligon diukur dengan alat ukur theodolit dengan ketelitian
baca dalam detik. Disarankan untuk menggunakan theodolit jenis T2
atau yang setingkat.
4. Pengamatan matahari dilakukan pada titik awal dan titik akhir
pengukuran dan untuk setiap interval + 5 km di sepanjang trase yang
diukur. Apabila pengamatan matahari tidak bisa dilakukan, disarankan
menggunakan alat GPS Portable (Global Positioning System). Setiap
pengamatan matahari harus dilakukan dalam 2 seri (4 biasa dan 4 luar
biasa).
6.2.2.3 Pengukuran titik kontrol Vertikal
1. Pengukuran ketinggian dilakukan dengan cara 2 kali berdiri / pembacaan
pergi- pulang.
2. Pengukuran sipat datar harus mencakup semua titik pengukuran (poligon,
sipat datar, dan potongan melintang) dan titik BM.3. Rambu-rambu ukur yang dipakai harus dalam keadaan baik, berskala
benar, jelas dan sama.
4. Pada setiap pengukuran sipat datar harus dilakukan pembacaan ketiga
benangnya, yaitu Benang Atas (BA), Benang Tengah (BT), dan Benang
Bawah (BB), dalam satuan milimiter. Pada setiap pembacaan harus
dipenuhi: 2 BT = BA + BB
5. Dalam satu seksi (satu hari pengukuran) harus dalam jumlah slag
(pengamatan) yang genap.
6.2.2.4
Pengukuran Situasi
1. Pengukuran situasi dilakukan dengan sistem tachimetri, yang mencakup
semua obyek yang dibentuk oleh alam maupun manusia yang ada
disepanjang jalur pengukuran, seperti alur, sungai, bukit, jembatan,
rumah, gedung dan sebagainya.
2. Dalam pengambilan data agar diperhatikan keseragaman penyebaran dan
kerapatan titik yang cukup sehingga dihasilkan gambar situasi yang
benar. Pada lokasi-lokasi khusus (misalnya: sungai, persimpangan dengan
jalan yang sudah ada) pengukuran harus dilakukan dengan tingkat
7/18/2019 USULAN TEKNIS jembatan.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/usulan-teknis-jembatanpdf 5/21
kerapatan yang lebih tinggi.
3. Untuk pengukuran situasi harus digunakan alat theodolit.
6.2.2.5 Pengukuran Khusus Jembatan
Pengukuran khusus diperlukan pada beberapa kondisi khusus, misalnya:
perpotongan rencana trase jalan dengan sungai, dan/atau jalan yang sudah ada.
1. Pengukuran pada perpotongan rencana trase jalan dengan sungai
a. Koridor pengukuran ke arah hulu dan hilir masing-masing 200 m dari
perkiraan titik perpotongan atau daerah sekitar sungai yang masih
berpengaruh terhadap keamanan jembatan dengan interval
pengukuran penampang melintang sungai sebesar 25 meter.
b. Pada daerah posisi jembatan interval pengukuran melintang dan
memanjang di lakukan setiap 10 meter (maksimal 15 meter)
c. Koridor pengukuran searah rencana trase jalan masing-masing 100 m
dari kedua tepi sungai dengan interval pengukuran penampang
melintang rencana trase jalan sebesar 25 meter.
2. Pengukuran pada perpotongan dengan jalan yang ada .
a. Koridor pengukuran ke setiap arah kaki perpotongan masing-masing
100 m dari perkiraan titik perpotongan dengan interval pengukuran
penampang melintang sebesar 25 meter.
b. Pengukuran situasi lengkap menampilkan segala obyek yang dibentuk
alam maupun manusia disekitar persilangan tersebut.
6.2.2.6 Pemeriksaan dan koreksi alat ukur.
Sebelum melakukan pengukuran, setiap alat ukur yang akan digunakan
harus diperiksa dan dikoreksi ( kalibrasi ) untuk memastikan alat tersbut layak
digunakan sebagai berikut:
1. Pemeriksaaan theodolit:
a. Sumbu I vertikal, dengan koreksi nivo kotak dan nivo tabung.
b. Sumbu II tegak lurus sumbu I.
c. Garis bidik tegak lurus sumbu II
d. Kesalahan kolimasi horizontal = 0.
e. Kesalahan indeks vertikal = 0.
2. Pemeriksaan alat sipat datar:
a. Sumbu I vertikal, dengan koreksi nivo kotak dan nivo tabung.
b. Garis bidik harus sejajar dengan garis arah nivo.
Hasil pemeriksaan dan koreksi alat ukur harus dicatat dan dilampirkan
dalam laporan.
6.2.2.7
Ketelitian dalam pengukuran
Ketelitian untuk pengukuran poligon adalah sebagai berikut :
1. Kesalahan sudut yang diperbolehkan adalah 10” kali akar jumlah titik
polygon dari pengamatan matahari pertama dan kedua
2. Kesalahan azimuth pengontrol tidak lebih dari 5”.
6.2.2.8 Perhitungan :
1.
Pengamatan matahari.Dasar perhitungan pengamatan matahari harus mengacu pada tabel
almanak matahari yang diterbitkan oleh Direktorat Topografi TNI-AD
untuk tahun yang sedang berjalan dan harus dilakukan di lokasi
pekerjaan.
Format yang digunakan untuk pengamatan matahari dapat di lihat pada
lampiran topografi (lampiran 1 & 2).
2.
Perhitungan Koordinat .
Perhitungan koordinat poligon dibuat setiap seksi, antara pengamatan
matahari yang satu dengan pengamatan berikutnya. Koreksi sudut tidak
boleh diberikan atas dasar nilai rata-rata, tapi harus diberikan
berdasarkan panjang kaki sudut (kaki sudut yang lebih pendek
mendapatkan koreksi yang lebih besar), dan harus dilakukan di lokasi
pekerjaan.
3.
Perhitungan sipat datar.
Perhitungan sipat datar harus dilakukan hingga 4 desimal (ketelitian 0,5
mm), dan harus dilakukan kontrol perhitungan pada setiap lembar
7/18/2019 USULAN TEKNIS jembatan.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/usulan-teknis-jembatanpdf 6/21
perhitungan dengan menjumlahkan beda tingginya.
4.
Perhitungan Ketinggian detail .
Ketinggian detail dihitung berdasarkan ketinggian patok ukur yang
dipakai sebagai titik pengukuran detail dan dihitung secara tachimetris.
6.2.2.9
Penggambaran .
1. Penggambaran poligon harus dibuat dengan skala 1 : 1.000 untuk jalan
dan 1:500 untuk jembatan .
2. Garis-garis grid dibuat setiap 10 Cm
3. Koordinat grid terluar (dari gambar) harus dicantumkan harga absis (x)
dan ordinat (y)-nya.
4. Pada setiap lembar gambar dan/atau setiap 1 meter panjang gambar
harus dicantumkan petunjuk arah Utara.
5. Penggambaran titik poligon harus berdasarkan hasil perhitungan dan
tidak boleh dilakukan secara grafis.
6. Setiap titik ikat (BM) agar dicantumkan nilai X,Y,Z-nya dan diberi tanda
khusus.
Semua hasil perhitungan titik pengukuran detail, situasi, dan penampang
melintang harus digambarkan pada gambar poligon, sehingga membentuk gambar
situasi dengan interval garis ketinggian (contour) 1 meter.
6.2.3.1 Umum
Dalam pekerjaan perencanaan pengendalian banjir kondisi hidrologi
merupakan salah satu aspek. Metode pengumpulan data pekerjaan hidrologi
meliputi :
1. Pengukuran debit, jika dapat dilakukan.
2. Survey Hidroklimatologi
3. Survey Daerah Aliran Sungai
4. Pengumpulan data pasang surut air laut.
Analisa yang sangat penting untuk pekerjaan hidrologi adalah menentukan
debit banjir rencana. Metode yang digunakan tergantung dari data yang
tersedia, luas daerah aliran sungai dan kriteria lainnya.
6.2.3.2
Pengumpulan Data1.
Pengukuran Debit
Pengukuran debit dilakukan apabila terdapat aliran air, karena ada
kemungkinan sungai yang akan distudi pada saat pelaksanaan pekerjaan
tidak ada aliran airnya. Tujuan pengukuran debit adalah untuk
mendapatkan data debit. Hasil pengukuran debit dapat dibuat kurva debit
pada penampang sungai yang diukur yaitu hubungan antara ketinggian
muka air dengan debit sungai yang dapat digunakan sebagai kalibrasi
analisa debit andalan. Ada beberapa cara pengukuran debit, dalam usulan
ini ada dua cara yang ditawarkan, yaitu cara pengukuran kecepatan
aliran (arus) dan cara pelampung. Cara pengukuran dengan pelampung
dilakukan apabila pengukur kecepatan arus (current meter) tidak dapat
dilakukan. Hubungan antara kecepatan aliran dan banyaknya putaran
baling-baling persatuan waktu, dinyatakan dengan persamaan sebagai
berikut :
V = p.N + q
Dimana :
V = Kecepatan aliran ( m/dt )
N = Banyaknya putaran baling-baling setiap detik
p = koefisien diameter gerak maju baling-baling
q = koefisien kecepatan awal.
Sedangkan apabila menggunakan alat pelampung, kecepatan aliran yang
dihitung dari jarak lintasan pelampung dibagi waktu yang diperlukan
untuk menempuh lintasan tersebut. Bahan pelampung yang digunakan
adalah yang dapat terapung dipermukaan air atau yang tenggelamsebagian dibawah permukaan air. Cara pelaksanaan pengukuran dengan
alat ukur arus (current meter) adalah sebagai berikut :
a. Pengukuran penampang sungai dengan alat ukur waterpass atau T0
sesuai kebutuhan. Tujuan pengukuran adalah untuk mengetahui
ukuran (dimensi/bentuk) penampang sungai.
6.2.3
Pekerjaan Survey Hidrology / Hydrometry
7/18/2019 USULAN TEKNIS jembatan.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/usulan-teknis-jembatanpdf 7/21
b. Memasang alat duga air biasa, tujuannya adalah untuk elevasi muka
air pada saat pengukuran. Bahan yang digunakan dan cara
pemasangan mempertimbangkan ketentuan sebagai berikut :
Dibuat dari bahan yang tahan air dan awet, dilengkapi dengan skala
dan dicat dengan warna yang jelas agar mudah dibaca.
Pemasangan dapat lurus atau miring dengan membentuk sudut
kemiringan 30 0, 45 0, 60 0 terhadap bidang horisontal.
Pemasangan harus kuat dan terlindung dari benturan benda keras
yang terbawa oleh aliran air.
Kedudukan datum meteran pada kedalaman 0,5 meter dibawah mukaair terendah pada musim kemarau dan diikatkan pada titik tetap.
c. Pelaksanaan pengukuran mengikuti petunjuk alat ukur dan mencatat
pada formulir yang telah disiapkan.
Pengukuran dengan pelampung mengikuti cara sebagai berikut, yaitu :
a. Pengukuran dua penampang yang ditinjau.
b. Pemasangan duga muka air biasa.
c. Pengukuran jarak antara dua penampang.
d. Pelaksanaan pengukuran dengan mencatat waktu tempuh pelampung
melintasi dua penampang yang ditinjau dan tinggi muka air.
Lokasi pengukuran harus mempertimbangkan faktor-faktor sebagai
berikut :
a. Dipilih pada bagian alur sungai yang lurus.
b. Sesuai dengan lokasi rencana bangunan.
c. Mudah dicapai dalam segala situasi dan kondisi.
d. Mampu melewatkan banjir.
e. Geometri dan badan sungai harus stabil.
f. Adanya penampang kendali
g. Mempunyai pola aliran yang seragam dan mendekati aliran sub kritis.
h. Tidak terkena pengaruh arus balik.
Lama dan periode pengukuran tergantung kondisi sebagai berikut :
a. Aliran rendah, dilaksanakan dua kali dalam sekali periode waktu
pengukuran (bolak-balik dipenampang yang sama).b. Saat banjir, dilaksanakan satu kali dalam periode waktu pengukuran.
c. Musim kemarau, cukup sekali dalam satu bulan.
d. Musim hujan, paling sedikit 3 kali dalam setiap bulannya.
Lama dan periode pelaksanaan yang diusulkan dilakukan pengukuran
setiap hari sebanyak 3 kali dengan jangka waktu sesuai hasil diskusi
dengan Direksi.
2.
Survey Hidroklimatologi
Data-data yang dikumpulkan adalah yang masih kurang pada
pengumpulan dari pekerjaan persiapan dan studi literatur. Data yang
dikumpulkan meliputi :
a. Iklim (angin, temperatur, kelembaban, tekanan udara dan penyinaran
matahari) diperoleh dari BMG Kalimatan Timur.
b. Curah hujan
Data hujan diambil dari stasiun hujan yang terdekat dengan lokasi
pekerjaan.
c. Debit
Data debit diperoleh dari Seksi Pengairan Kabupaten dan Bagian Data
Hidrologi Pekerjaan Umum Propinsi Kalimantan Timur, jika ada.
Data hidroklimatologi sangat penting untuk analisa hidrologi. Data
yang dikumpulkan setidak-tidaknya memenuhi syarat minimal untuk
analisa.
3.
Survey Kondisi Daerah Aliran Sungai
Data-data kondisi daerah aliran sungai (DAS) didasarkan pada peta rupabumi skala 1:25.000, namun demikian masih perlu dilakukan survey
lapangan untuk memudahkan dalam menentukan besarnya parameter-
parameter yang akan digunakan untuk analisa serta kebenaran dari peta
rupa bumi secara visual. Kondisi daerah aliran sungai yang perlu dicatat
adalah sebagai berikut :
7/18/2019 USULAN TEKNIS jembatan.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/usulan-teknis-jembatanpdf 8/21
a. Tata guna lahan
b. Kemiringan lereng
c. Jenis tanah
d. Jumlah Anak sungai dan panjangnya.
e. Bentuk Daerah Aliran Sungai
Disamping peta rupa bumi perlu dilengkapi dengan peta jenis tanah yang
dikeluarkan oleh Bagian Reboisasi Lahan dan Konservasi Tanah Dinas
Kehutanan Provinsi atau instansi lain yang pernah mengadakan
penelitian.
6.2.3.3 Analisa Curah Hujan
Analisa curah hujan rencana mengikuti bagan alir pada Gambar 5-3. Uji
konsistensi data yang bertujuan untuk mengetahui penyimpangan atau kesalahan
data yang diketahui dari ketidak konsistenan datanya, tidak dilakukan karena data
hujan yang digunakan hanya bersumber dari satu stasiun penakar curah hujan.
Gambar 5-3 : Bagan Alir Analisa Curah Hujan
Pengisian Data Hilang
Hujan titik merupakan data-data yang yang sudah diperbaiki termasuk data
yang hilang untuk analisa selanjutnya. Pengisian data hilang dilakukan
karena adanya data yang tidak lengkap yang disebabkan karena tidak
tercatatnya data hujan oleh petugas, alat penakar rusak dan sebab lain. Hal
tersebut biasa ditandai dengan kosongnya data dalam daftar.
Salah satu metode pengisian data hilang adalah metode normal,
persamaannya adalah sebagai berikut :
dimana :
r x = Curah hujan yang diisi.
R x = Curah hujan rata-rata setahun ditempat pengamatan yang
datanya harus dilengkapi.
Ri = Curah hujan rata-rata setahun di pos hujan pembandingnya.
ri = Curah hujan dipos hujan pembandingnya.
n = Banyaknya pos hujan pembanding.
Pemeriksanaan hujan abnormal untuk mengetahui data - data yang
abnormal sehingga dalam analisa selanjutnya tidak diikutkan. Metode
yang digunakan adalah "Iwai Kadoya"
Hujan Rancangan
Hujan rancangan atau hujan rencana yang akan digunakan untuk analisadebit banjir. Hujan rerata dalam studi ini tidak dilakukan karena hanya akan
digunakan data dari satu stasiun curah hujan.
Sebelum menentukan metode yang sesuai untuk analisa hujan rancangan
terlebih dahulu ditentukan besarnya nilai sebaran Cs dan Ck, lihat bagan alir
pada Gambar 5-3- 2.
Gambar 5-3-2 : Bagan Alir Uji Kesesuaian Distribusi
Persamaan Cs dan Ck adalah sebagai berikut :
dimana :
S = Standar Deviasi
n = Banyaknya data
Xi = Data
7/18/2019 USULAN TEKNIS jembatan.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/usulan-teknis-jembatanpdf 9/21
i = Urutan data mulai dari yang terbesar
= Hujan rata-rata
Cs = Koefisien Skew
Ck = Koefisien kurtosis
Meskipun telah diuji Cs dan Ck, namun metode yang digunakan tergantung
dari hasil diskusi dengan Pemilik Kegiatan menghendaki analisa dengan
berbagai macam metode. Metode yang biasa digunakan adalah :
a.
Metode Gumbel Tipe I
Persamaannya adalah sebagai berikut :
dimana :
X T = Besarnya curah hujan rencana untuk periode ulang T tahun.
= Besarnya curah hujan rata-rata.
S = Standard deviasi
K = Faktor frekwensi
b. Metode Pearson III
Persamaannya adalah sebagai berikut :
dimana :
X = Besarnya suatu kejadian
= Nilai rata-rata hitung dari variabel X ( µ )
= Faktor yang nilainya tergantung dari parameter skala, bentuk dan
letak.
k = Faktor sifat distribusi Pearson tipe III.
c. Metode Norma
Persamaannya adalah sebagai berikut :
X =
dimana :
X = Besarnya suatu kejadian
= Nilai rata-rata hitung dari variabel X (µ )
Tp = Karakteristik dari distribusi probabilitas normal.
Uji Distribusi Curah Hujan
Tujuan pemeriksaan adalah untuk mengetahui suatu kebenaran hipotesa
distribusi curah hujan yang digunakan. Metode yang diusulkan adalah
Smirnov Kolmogorov.
Dalam metode Smirnov Kolmogorov dilakukan pengeplotan data pada kertas
probabilitas dan garis durasi yang sesuai, yang langkahnya adalah sebagai
berikut :
a. Data curah hujan maksimum harian rerata tiap tahun disusun dari
kecil ke besar.
b. Probabilitas dihitung dengan persamaan Weibull
P = 100m /(n + 1) %
Dimana:
P = Probabilitas ( % )m = Nomor urut data seri yang telah disusun
n = Banyaknya data
c. Plot data hujan Xi
d. Plot persamaan analisa frekwensi yang sesuai
Distribusi Hujan Jam-Jaman
Sebaran atau distribusi hujan jam-jaman yang dihitung berdasarkan curah
hujan harian pada umumnya digunakan rumus Mononobe :
dimana :
Rt = Intensitas hujan rata-rata, dalam T jam
R24 = Curah hujan efektif dalam 1 hari
t = Waktu konsentrasi hujan
T = Waktu mulai hujan
Curah hujan ke-t dihitung dengan persamaan :
7/18/2019 USULAN TEKNIS jembatan.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/usulan-teknis-jembatanpdf 10/21
Rt = t.Rt - ( t - 1 ) R (t - 1)
Disamping metode tersebut distribusi curah hujan juga dapat ditentukan dari
pola distribusi yang ada pada stasiun terdekat dengan lokasi studi yang
mempunyai data curah hujan jam-jaman.
6.2.3.4 Analisa Debit Banjir Rencana
Metode yang digunakan untuk analisa debit banjir rencana tergantung dari
jumlah data debit dan data hujan, lihat bagan alir pada Gambar 5-3. Untuk
perencanaan pengendalian banjir ini debit banjir yang diperhitungkan adalah
dengan berdasarkan bagan tersebut, maka metode yang kami usulkan untuk
dipakai adalah metode empiris, metode regresi dan metode rasional, kecuali data
debit lengkap ( lebih dari 10 tahun ).
DATA DEBIT
> 20 TAHUN
DATA HUJAN PANJANG
DAN DATA DEBIT
( 1 - 3 ) TAHUN
DATA DEBIT
( 10 - 20 )
TAHUN
DATA DEBIT
( 4 - 20 )
TAHUN
DATA HUJAN DAN
DATA KARAKTERISTIK BASIN
CARA
EMPIRIS
CARA
MATEMATIS
UNIT
HIDROGRAPH
KALIBRASI
DATA
DIPERPANJANG
ANALISIS FREKUENSI PROBABILITAS
CARA BANJIR
DI ATAS AMBANG
DEBIT
ALUR
( POT )
PENUH
BANJIR RATA-RATA TAHUNAN ( Q )
ANALISIS FREKUENSI PROBABILITAS
BANJIR REGIONAL
CARA
REGRESI
- IOH
CARA
EMPIRIS
RATIONAL
- GAMA 1
HIDROGRAF-
SATUAN
SCS
- HASPERS
- WEDUWEN
- MELCHIOR
BANDINGKAN DENGAN CARA PERHITUNGAN LAINNYA
DEBIT BANJIR RENCANA ( QT )
GUMBEL, LOG PEARSON, LOG NORMAL
7/18/2019 USULAN TEKNIS jembatan.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/usulan-teknis-jembatanpdf 11/21
Gambar 5-3 : Bagan Alir Perhitungan Debit Banjir Rencana
1.
Metode Empiris
Metode empiris yang biasa digunakan adalah metode Unit Hidrograp
Nakayasu, persamaannya adalah sebagai berikut :
dimana :
Qp = Debit puncak banjir (m3/dt)
C = Koefisien pengaliran
A = Luas daerah aliran sungai (km2
)Ro = Hujan satuan, 1 mm
Tp = Waktu puncak ( jam )
T 0,3 = Waktu yang diperlukan untuk penurunan debit, dari debit
puncak menjadi 30 % dari debit puncak (jam)
Aliran dasar yang digunakan untuk metode empiris dan regresi
menggunakan parameter luas daerah aliran sungai dan kerapatan sungai.
Persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut :
QB = 0,4751 x A0,6444 x D0,943
dimana :
QB = Aliran dasar, m3/dt
A = Luas daerah aliran sungai, km2
D = Kerapatan sungai, km/km2
2.
Metode Regresi
Metode yang diusulkan adalah metode GAMA I. Parameter-parameter yang
digunakan adalah :
a. Faktor sumber (SF) adalah perbandingan antara jumlah panjang sungai
sungai tingkat 1 dengan jumlah panjang sungai semua tingkat.
b. Frekwensi sumber (SN) adalah perbandingan antara jumlah sungai
sungai tingkat satu dengan jumlah sungai semua tingkat.
c. Faktor lebar (WF) adalah perbandingan antara lebar DAS yang diukur
dititik sungai yang berjarak 0,75 L dengan lebar DAS yang diukurdititik sungai yang berjarak 0,25 L dari tempat pengukuran.
d. Luas DAS sebelah hulu (RUA) adalah perbandingan antara luas DAS
yang diukur dihulu garis yang ditarik tegak lurus garis hubung antara
lokasi pengukuran dengan titik yang dekat dengan titik berat DAS,
melewati titik tersebut.
7/18/2019 USULAN TEKNIS jembatan.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/usulan-teknis-jembatanpdf 12/21
e. Faktor simetri (SIM) adalah (WF) x (RUA).
f. Jumlah pertemuan sungai (JN) adalah jumlah semua pertemuan sungai
didalam DAS.
g. Kerapatan jaringan sungai (D), Luas daerah aliran sungai (A).
Persamaan-persamaan yang digunakan untuk perhitungan adalah
sebagai berikut :
Qp = 0,1836 x A0,5886 x JN0,2381 x TR-0,4008
TR = 0,43 x ( L /(100SF))3 + 1,0665 SIM + 1,2775
TB = 27,4132 x TR0,1457 x S-0,0956 x SN0,7344 x RUA0,2574
K = 0,5617 x A0,1798 x S-0,1446 x SF-1,0897 x D0,0452
= 10,4903 - 3,859 x 10-6 x A2 + 1,6985 x 10-13 (A/SN)4
B = 1,5518 x A-0,1491 x N-0,2725 x SIM-0,0259 x S-0,0733
Dimana :
Qp = Debit puncak (m3/dt)
TR = Waktu naik (jam)
TB = Waktu dasar (jam)
K = Koefisin tampungan
= Hujan efektif (mm/jam)
B = Koefisien reduksi
3.
Metode Rasional
Luas DAS Ciliman seluas 500 km2, untuk itu akan digunakan metode
Rasional praktis yang biasa diterapkan di Provinsi Banten dan sebagai
pembanding akan digunakan metode Der Weduwen dan metode Haspers.
Persamaan yang digunakan dalam perhitungannya adalah sebagai
berikut:
a. Metode Rasional Praktis
Persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut :
dimana :
Q = Debit banjir ( m3/dt )
C = Koefisien pengaliran
I = Intensitas curah hujan selama waktu konsentrasi (mm/jam)
A = Luas daerah aliran sungai ( km2 )
Koefisien pengaliran merupakan suatu variabel yang didasarkan atas
kondisi daerah pengaliran dan karakteristik hujan pada daereah
tinjauan. Nilai koefisien pengaliran berdasarkan Dr. Mononobe.
Intensitas Curah hujan dihitung dengan menggunakan persamaan Dr.
Mononobe, yaitu sebagai berikut :
Dimana :
I = Intensitas curah hujan ( mm/jam )
R24 = Curah hujan maksimum harian ( mm )
tc = Waktu kedatangan banjir atau waktu konsentrasi (jam)
Waktu konsentrasi didasarkan atas persamaan sebagai berikut :
dimana :
tc = Waktu konsentrasi ( jam ).
L = Panjang sungai, yaitu panjang horisontal mulai dari titik teratas
dimana lembah sungai terbentuk sampai titik tempat
perkiraan kedudukan bangunan/bendung (km)
W = Kecepatan perambatan banjir ( km/jam )
H = Selisih elevasi antara mulai lembah sungai terbentuk sampai ketempat kedudukan bendung ( km )
b. Metode Der Weduwen
Persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut :
7/18/2019 USULAN TEKNIS jembatan.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/usulan-teknis-jembatanpdf 13/21
dimana :
Q = Debit banjir ( m3/dt )
= Koefisien limpasan air hujan
= Koefisien pengurangan/reduksi daerah
q T = Curah hujan maksimum ( m3
/dt.km2
)
A = Luas daerah aliran sungai ( km2 ), maksimum 100 km2
t = Waktu konsentrasi ( jam ) , antara 1/6 jam sampai 12 jam.
L = Panjang sungai ( km )
I = Kemiringan sungai
R24 = Curah hujan harian maksimum rencana ( mm )
Kemiringan sungai ditentukan dari 0.1 dari panjang sungai dari batas
hulu sampai hilir pada rencana titik tinjauan.
c. Metode Haspers
Persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut :
untuk tc < 2 jam
untuk, 2 jam < tc < 19 jam
untuk tc > 19 jam
dimana :
Q = Debit banjir ( m3/dt )
= Koefisien limpasan air hujan
= Koefisien pengurangan/reduksi daerah
q T = Curah hujan maksimum menurut Haspers (m3/dt.km2)
A = Luas daerah aliran sungai ( km2 )
tc = Waktu konsentrasi ( jam ) , antara 1/6 jam sampai 12 jam.
L = Panjang sungai ( km )
I = Kemiringan sungai
R T = Curah hujan harian maksimum rencana dengan kala ulang T
tahun (mm).
R24 = Curah hujan harian maksimum rencana ( mm )
Kemiringan sungai ditentukan dari 0.1 dari panjang sungai dari batas
hulu sampai hilir pada titik tinjauan.
6.2.3.5 Analisa Sedimen (Apabila Diperlukan)
Analisa sedimen yang diusulkan adalah menggunakan metode USLE yang
diidentikkan dengan besarnya erosi. Persamaan USLE adalah sebagai berikut :
A = R x K x LS x C x P
Dimana :
A = Kehilangan tanah ( ton/ha )
R = Indeks faktor erosivitasK = Faktor erodibilitas tanah
LS = Indeks panjang dan besarnya kemiringan lereng per unit lahan
C = Indeks faktor pengelolaan tanaman
P = Indeks faktor konservasi ( pengendalian )
7/18/2019 USULAN TEKNIS jembatan.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/usulan-teknis-jembatanpdf 14/21
Besarnya sedimen yang diangkut dapat dihitung dengan mengalikan SDR
(Sediment Delivery Ratio) dengan total erosi tersebut diatas. Data mengenai
kemiringan lereng dan tata guna lahan didasarkan atas peta rupa bumi skala
1:25.000, sedangkan data mengenai curah hujan didapatkan dari hasil analisa
curah hujan.
Tujuan penyelidikan geologi dan geoteknik dalam pekerjaan ini adalah untuk
melakukan pemetaan penyebaran tanah/batuan dasar termasuk kisaran tebal
tanah pelapukan, memberikan informasi mengenai stabilitas tanah, menentukan jenis dan karakteristik tanah untuk keperluan bahan jalan dan struktur, serta
mengidentifikasi lokasi sumber bahan termasuk perkiraan kuantitasnya.
6.2.4.1 Penyelidikan Geologi
Penyelidikan meliputi pemetaan geologi permukaan detail dengan peta dasar
topografi skala 1:250.000 s/d skala 1:100.000. Pencatatan kondisi geoteknik
disepanjang rencana trase jalan/jembatan untuk setiap jarak 500 – 1000 meter.
Lokasi titik tersebut Diutamakan pada posisi abutmen.
1.
Penyelidikan lapangan
Pemetaan
Jenis batuan yang ada disepanjang trase jalan dan dipetakan dan batas-
batasnya ditetapkan dengan jelas sesuai dengan data pengukuran untukselanjutnya diplot dalam gambar rencana dengan skala 1:2000 ukuran
A3. Pemetaan mencakup jenis struktur geologi yang ada antara lain:
sesar/patahan, kekar, perlapisan batuan, dan perlipatan.
Lapukan batuan dianalisis berdasarkan pemeriksaan sifat fisik/kimia,
kemudian hasilnya diplot diatas peta geologi teknik termasuk didalamnya
pengamatan tentang, Gerakan tanah, Tebal pelapukan tanah dasar,
Kondisi drainase alami, pola aliran air permukaan dan tinggi muka air
tanah, Tata guna lahan, Kedalaman rawa (apabila rencana trase jalan
tersebut harus melewati daerah rawa)
2.
Penyelidikan Geoteknik
Kegiatan penyelidikan geoteknik meliputi :
a. Pengambilan contoh tanah dari sumuran uji
Pengambilan contoh tanah dari sumuran uji 25 - 40 kg untuk setiap
contoh tanah. Setiap contoh tanah harus diberi identitas yang jelas
(nomor sumur uji, lokasi, kedalaman).
b. Pengambilan contoh tanah tak terganggu ( UNDISTURBED )
Pengambilan contoh tanah tak terganggu dilakukan dengan cara bor
tangan menggunakan tabung contoh tanah (“split tube” untuk tanah
keras atau “piston tube” untuk tanah lunak). Setiap contoh tanah
harus diberi identitas yang jelas (nomor bor tangan, lokasi, kedalaman).
Pemboran tangan dilakukan pada setiap lokasi yang diperkirakan akan
ditimbun (untuk perhitungan penurunan) dengan ketinggian timbunan
lebih dari 4 meter dan pada setiap lokasi yang diperkirakan akan digali(untuk perhitungan stabilitas lereng) dengan kedalaman galian lebih
dari 6 meter; dengan interval sekurang-kurangnya 100 meter dan/atau
setiap perubahan jenis tanah dengan kedalaman sekurang-kurangnya
4 meter. Setiap pemboran tangan dan contoh tanah yang diambil harus
difoto. Dalam foto harus terlihat jelas identitas nomor bor tangan, dan
lokasi. Semua contoh tanah harus diamankan baik selama
penyimpanan di lapangan maupun dalam pengangkutan ke
laboratorium.
c. Pemboran Mesin
Pemboran mesin dilaksanakan dengan ketentuan-ketentuan berikut:
1) Pada dasarnya mengacu pada ASTM D 2113-94
2) Pendalaman dilakukan dengan menggunakan sistem putar (rotary
drilling) dengan diameter mata bor minimum 75 mm.
3) Putaran bor untuk tanah lunak dilakukan dengan kecepatan
maksimum 1 putaran per detik.
4) Kecepatan penetrasi dilakukan maksimum 30 mm per detik
6.2.4 Pekerjaan Survey Geology Dan Geoteknik
7/18/2019 USULAN TEKNIS jembatan.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/usulan-teknis-jembatanpdf 15/21
5) Kestabilan galian atau lubang bor pada daerah deposit yang lunak
dilakukan dengan menggunakan bentonite (drilling mud) atau
casing dengan diameter minimum 100mm
6) Apabila drilling mud digunakan pelaksana harus menjamin bahwa
tidak terjadi tekanan yang berlebih pada tanah
7) Apabila casing digunakan, casing dipasang setelah mencapai 2 m
atau lebih. Posisi dasar casing minimal berjarak 50 cm dari posisi
pengambilan sampel berikutnya
d. Pemboran Tangan.
Pemboran tangan dilakukan dengan mengacu pada
ASTM D 4719
Pengambilan contoh tanah dengan cara coring dilakukan dengan
ketentuan berikut:
1) Digunakan single core barrel dengan cara putar
2) Contoh tanah dikeluarkan dari core kemudian dimasukkan kedalam
kantong plastik dan ditutup dengan cara diikat atau cara lainnya
yang diizinkan Pengawas.3) Kantong plastik diberi label nomor contoh, nomor bor, kedalaman,
tanggal, proyek.
e. Pengambilan Contoh dengan Single & Double Core
Pengambilan contoh tanah dengan cara tabung terbuka dilakukan
dengan ketentuan berikut:
1) Ukuran tabung minimal berdiameter 75 mm.
2) Panjang tabung minimal 500 mm.
3) Panjang ruang contoh dalam tabung minimum 40 mm.
4) Setelah pengambilan contoh tanah, tabung ditutup pada kedua
ujungnya dan kemudian diberi label seperti pada butir C.
1) Diameter tabung minimum 70 mm.
2) Tabung harus memenuhi syarat sebagai berikut:
Cukup kuat untuk menahan terjadinya deformasi yang
berlebihan pada waktu proses pengambilan contoh.
Area ratio maksimum 15%
Panjang tabung minimum 600 mm.
Apabila panjang tabung lebih dari 800 mm, maka “inside
clearance ratio” harus berkisar dari 0.5% sampai 1.0%
Sudut ujung tabung tidak boleh lebih dari 10o
3) Apabila “drilling mud” digunakan, pemboran dapat dilakukan
sampai kedalaman pengambilan contoh, dengan catatan dilakukanpembersihan dasar lubang bor terlebih dahulu, apabila tidak
menggunakan “drilling mud”, maka pemboran dihentikan 20 cm
diatas kedalaman pengambilan contoh dan dilakukan penekanan
untuk mencapai kedalaman pengambilan contoh yang diinginkan.
4) Tabung harus ditutup sehingga kedap air dengan cara yang
disetujui Pengawas.
5) Tanah harus disimpan dalam kotak-kotak yang mampu meredam
getaran dan memisahkan satu tabung dengan tabung lainnya.
6) Transportasi ke laboratorium dilakukan dengan menggunakan
kendaraan yang tertutup.
7) Di laboratorium tabung tanah harus disimpan dalam tempat yang
lembab dengan temperatur tidak lebih dari 25oC.
f. Sondir (Pneutrometer Static)
Sondir dilakukan untuk mengetahui kedalaman lapisan tanah
keras,menentukan lapisan-lapisan tanah berdasarkan tahanan ujung
konus dan daya lekat tanah setiap kedalaman yang diselidiki.
Pengambilan Contoh Tanah Cara Coring
Pengambilan Contoh Tanah dengan Fixed Piston
Sampler
7/18/2019 USULAN TEKNIS jembatan.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/usulan-teknis-jembatanpdf 16/21
Ada dua macam alat sondir yang digunakan :
1) Sondir ringan dengan kapasitas 2,5 ton
2) Sondir berat dengan kapasitas 10 ton
Pneutrometer Static di Indonesia dikenal dengan sebutan Alat Sondir
Belanda (Dutch Pneutrometer atau Dutch Deepsounding Apparatus)
atau percobaan Penetrasi Kerucut (Cone Penetration Test )
Pembacaan dilakukan pada setiap penekanan pipa sedalam 20 cm,
pekerjaan sondir dihentikan apabila pembacaan pada manometer
berturut-turut menunjukan harga >150 kg/cm2, kedua alat sondir
terangkat keatas, sedangkan pembacaan manometer belum
menunjukan angka yang maksimum, maka alat sondir perlu diberi
pemberat yang diletakan pada baja kanal jangkar.
Keuntungan Alat Sondir :
- Dapat dengan cepat menentukan lapisan tanah keras
- Dapat memperkirakan perbadaan lapisan
- Dengan rumus empiris hasilnya dapat digunakan untuk
menghitung daya dukung tiang
- Cukup baik digunakan pada lapisan tanah berbutir halus.
Kekurangan Alat Sondir :
- Jika terdapat batuan lepas bisa memberikan indikasi lapisan
keras yang salah.
- Tidak dapat mengetahui jenis lapisan tanah langsung
- Jika alat tidak lurus dan konus tidak bekerja dengan baik maka
hasil yang diperoleh meragukan.
- Tidak boleh dilakukan pada daerah endapan alluvium yang
mengandung komponen dari kerakal dan berangkal, hasilnya
memberikan indikasi lapisan tanah keras yang salah.
- Tidak boleh dilakukan pada lapisan dengan dasar batu gamping
yang berongga.
Hasil yang diperoleh adalah nilai sondir (qc) atau perlawanan
penetrasi konus dan jumlah hambatan lekat, Grafik yang dibuat
adalah perlawanan penetrasi konus (qc) pada tiap kedalaman dan
jjumlah hambatan pelekat pada tiap hambatan.
3.
Lokasi Quarry
Penentuan lokasi quarry baik untuk perkerasan jalan, struktur jembatan,
maupun untuk bahan timbunan (borrow pit) diutamakan yang ada
disekitar lokasi pekerjaan. Bila tidak dijumpai, maka harus
menginformasikan lokasi quarry lain yang dapat dimanfaatkan.Penjelasan
mengenai quarry meliputi jenis dan karakteristik bahan, perkiraan
kuantitas, jarak ke lokasi pekerjaan, serta kesulitan-kesulitan yang
mungkin timbul dalam proses penambangannya, dilengkapi dengan foto-
foto.
6.2.4.2
Persyaratan Pengujian Lapangan
Metoda pekerjaan lapangan lainnya harus sesuai dengan persyaratan seperti
yang dijelaskan pada Tabel 1 Pengujian Lapangan pada halaman berikut ini:
No Pengujian Acuan Keterangan
1. Resistivity ASTM G57-78
2. Standard Penetration Test
termasuk Split Spoon
Sampling
Pada daerah
rencana jembatan,
harus mencapai
kedalaman lapisan
keras.
3. Stand Pipe AASHTO T252-84
6.2.4.3 Pekerjaan Laboratorium
ASTM
D1586-94
7/18/2019 USULAN TEKNIS jembatan.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/usulan-teknis-jembatanpdf 17/21
Spesifikasi Pengujian Tanah di Laboratorium.
NO. PENGUJIAN ACUAN KETERANGAN
SIFAT INDEKS
1 Kadar air ASTM D 2216-92
2 Batas susut ASTM D 427-93
3 Batas plastis ASTM D 4318-93 Fresh Condition
4 Batas cair SK-SNI M-07-1989-F oven dried 100 C
5 Analisa saringan SNI-03-3423-1994
6 Berat Jenis ASTM D 854-92 Gunakan ' Wet method '
7 Berat isi SNI-1742-1989
8 Chloride Content K.H. Head, Vol.1, 1984
9 Carbonate Content K.H. Head, Vol I, 1984
10 Sulphate Content K.H. Head, Vol. 1, 1984
SIFAT KUAT
GESER TANAH
11 Direct Shear SNI 03-2813-1992 Fresh sample dengan Penjenuhan
ASTM D 3080-90 Fresh sample tanpa Penjenuhan
Fresh sample dioven 70 C selama
satu hari
SIFAT
PEMAMPATAN
TANAH
12 Swelling ASTM D 4546-90 Fresh Condition
- Dioven 40 C dan 70 C selama
satu hari
KEPADATAN
13 Pemadatan
SIFAT
KELULUSAN
14 Permeabilitas KH Head Vol. 2 1984 Manual of Soil Laboratory Testing.
Gunakan metode Falling Head
Tujuan dari perencanan teknis ini adalah untuk merencanakan baik
geometrik, perkerasan pada opaed jembatan, jembatan, struktur bangunan
pelengkap,lansekap, sampai dengan penyiapan dokumen pelelangan, sehingga
menghasilkan suatu perencanaan yang sempurna, ekonomis, serta ramah
terhadap lingkungan.
Ruang lingkup pekerjaan yang tercakup dalam kegiatan ini :
Merencanakan geometrik jalan dan jembatan dengan memperhatikan
kondisi alinement jalan
Merencanakan jenis serta tebal perkerasan pada opaed jembatan
Merencanakan bangunan atas dan bawah jembatan.
Merencanakan bangunan pelengkap dan pengaman jalan.
Merencanakan lansekap jalan.
Menyiapkan dokumen lelang.
1. Perencanaan Geometrik
a. Standar
Standar geometrik jalan yang digunakan dalam pekerjaan ini adalah
Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota No.
o
o
o o
6.2.5 Perencanaan Teknis
7/18/2019 USULAN TEKNIS jembatan.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/usulan-teknis-jembatanpdf 18/21
038/T/BM/1997 dan Standar Perencanaan Geometrik Untuk Jalan
Perkotaan (Bina Marga - Maret 1992).
b. Perencanaan Drainase
Dalam perencanaan drainase harus mengacu pada Standar
Perencanaan Drainase Permukaan Jalan SNI No. 03 – 3424 – 1994.
c. Keselamatan Lalu-lintas
Dalam perencanaan harus dipertimbangkan aspek keselamatan
pengguna jalan, baik selama pelaksanaan pekerjaan maupun paska
konstruksi. Perencana harus menjamin bahwa semua elemen yang
direncanakan memenuhi persyaratan desain yang ditetapkan dan
sesuai dengan kondisi lingkungan setempat.
d. Perangkat Lunak Perencanaan.
Dalam melaksanakan perencanaan bisa manual atau dengan
menggunakan perangkat lunak yang kompatibel seperti perangkat
lunak MOSS atau AD-CAD.
2.
Stabilitas Lereng
Perhitungan stabilitas lereng dilakukan guna memberikan informasi
tentang berapa tinggi maksimum dan kemiringan lereng desain galian
yang aman dari keruntuhan. Perhitungan stabilitas lereng diperoleh dari
beberapa parameter tentang sifat fisik tanah setempat yang diperoleh dari
contoh tabung (undisturbed sample) beberapa dari test triaxial atau direct
shear. Parameter yang dihasilkan dari percobaan ini, yaitu C = kohesitanah, = sudut geser tanah dan w = berat isi tanah . Perhitungan angka
keamanan lereng (sudut lereng dan tinggi maksimum yang aman )
dilakukan dengan menggunakan rumus dan Grafik Taylor. Salah satu
contoh rumus yang dapat digunakan adalah :
C
Fk =
Na x w x H
Dimana :
Na = Angka Stabilitas Taylor
C = Kohesi tanah (Ton/m2)
H = Tinggi lapisan tanah (m)
w = Berat isi tanah basah (Ton/m3)
Fk = Faktor keamanan ( FK > 1,251 lereng aman )
Angka Stabilitas (Na) didapat dengan memplot nilai sudut geser dalam
tanah () dengan sudut lereng desain () kedalam grafik Taylor (terlampir).
Faktor lereng (F) digunakan asumsi :
FK > 1,251 lereng aman
FK = 1,251 lereng dalam keseimbangan
FK < 1,251 lereng tidak aman
3. Stabilitas badan jalan
Kondisi stabilitas badan jalan diidentifikasi dari gejala struktur geologi
yang ada, jenis dan karekteristik batuan, dan kondisi lereng.
Pengkajian stabilitas badan jalan harus mencakup 3 (tiga) hal, yaitu
gerakan tanah atau longsoran yang sudah ada di lapangan, perkiraan
longsoran yang mungkin terjadi (hasil analisis) akibat jenis, arah dan
struktur lapisan batuan, dan longsoran yang dapat terjadi akibat
pembangunan jalan/jembatan. Untuk ketiga hal diatas harus
diidentifikasi jenis gerakan, faktor penyebabnya, dan usaha-usaha
penanggulangannya.
4. Perencanaan Perkerasan
a. StandarRujukan yang dipakai untuk perhitungan kontruksi perkerasan
jalan dalam pekerjaan ini adalah:
1)
Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan
Raya Dengan Metoda Analisa Komponen (SKBI-
7/18/2019 USULAN TEKNIS jembatan.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/usulan-teknis-jembatanpdf 19/21
2.3.26.1987, UDC: 625.73(02)),
2)
“A guide to the structural design of bitumen-surfaced
roads in tropical and sub-tropical countries”, Overseas
Road Note 31, Overseas Centre, TRL, 1993.
3) AASHTO Guide for Design of Pavement Structures 1993.
4) Ausroads Pavement Design 2000
5) Modulas Elastisitas
b. Analisis Lalu-lintas
Tim harus melakukan analisis data lalu-lintas (LHR yang dikonversi
kedalam nilai ESA) untuk penetapan konstruksi yang akan dipakai.
c. Pemilihan Jenis Bahan Material
Tim harus mengutamakan penggunaan bahan material setempat
sesuai dengan masukan dari laporan geoteknik. Bila bahan setempat
tidak dapat digunakan langsung sebagai bahan konstruksi, maka Tim
harus mengusulkan usaha-usaha peningkatan sifat-sifat teknis bahan
sehingga dapat dipakai sebagai bahan konstruksi .
5. Perencanaan Struktur (Jembatan)
Rujukan yang dipakai untuk perencanaan struktur jembatan baik
bangunan atas dan bawah dalam pekerjaan ini adalah:
a. Pedoman Perencanaan Pembebanan Jembatan Jalan Raya, SKBI No.
1.2.28, UDC: 624.042: 624.2,b. Bridge Design Code and Manual (BMS’92).
6. Perencanaan bangunan pelengkap dan pengaman jalan
Salah satu rujukan yang dipakai untuk perencanaan bangunan pelengkap
dan pengaman jalan dalam pekerjaan ini adalah :
a. Pedoman Pemasangan Rambu dan Marka Jalan Perkotaan Undang –
Undang Lalulintas No.14 Tahun 1992.
b. Standar Box Culvert (Bipran 1992)
c. Gambar Standar Pekerjaan Jalan dan Jembatan (Subdit PSP 2002)
7. Penggambaran
a. Rancangan (Draft) Perencanaan Teknis
Tim harus membuat rancangan (draft) perencanaan teknis dari setiap
detail perencanaan dan mengajukannya kepada Tim Asistensi untuk
diperiksa dan disetujui.
Detail perencanaan teknis yang perlu dibuatkan konsep
perencanaannya antara lain :
1) Alinyemen Horizontal (Plan) digambar diatas peta situasi skala
1:1.000 untuk jalan dan 1: 500 untuk jembatan dengan interval
garis tinggi 1.0 meter dan dilengkapi dengan data yang dibutuhkan.
2) Alinyemen Vertikal (Profile) digambar dengan skala horizontal
1:1.000 untuk jalan dan 1:500 untuk jembatan dan skala vertikal
1:100 yang mencakup data yang dibutuhkan.3) Potongan Melintang (Cross Section) digambar untuk setiap titik STA
(interval 50 meter), namun pada segmen khusus harus dibuat
dengan interval lebih rapat. Gambar potongan melintang dibuat
dengan skala horizontal 1:100 dan skala vertikal 1:50. Dalam
gambar potongan melintang harus mencakup:
- Tinggi muka tanah asli dan tinggi rencana terhadap muka jalan
- Profil tanah asli dan profil/dimensi DAMIJA (ROW) rencana
- Penampang bangunan pelengkap yang diperlukan
- Data kemiringan lereng galian/timbunan (bila ada).
4) Potongan Melintang Tipikal (Typical Cross Section) harus digambar
dengan skala yang pantas dan memuat semua informasi yang
diperlukan antara lain:
- Gambar konstruksi existing yang ada.
- Penampang pada daerah galian dan daerah timbunan pada
ketinggian yang berbeda-beda.
- Penampang pada daerah perkotaan dan daerah luar kota.
- Rincian konstruksi perkerasan
7/18/2019 USULAN TEKNIS jembatan.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/usulan-teknis-jembatanpdf 20/21
Diposkan oleh MUNIB FATKHUL di 07.33
- Penampang bangunan pelengkap
- Bentuk dan konstruksi bahu jalan, median
- Bentuk dan posisi saluran melintang (bila ada)
5) Gambar standar yang mencakup antara lain: gambar bangunan
pelengkap, drainase, rambu jalan, marka jalan, dan sebagainya.
6) Gambar detail bangunan bawah dan bangunan atas Jembatan
7) Keterangan mengenai mutu bahan dan kelas pembebanan.
b. Gambar Rencana Akhir (Final Design)
Pembuatan gambar rencana lengkap dilakukan setelah rancangan
perencanaan disetujui oleh Tim Asistensi dengan memperhatikan
koreksi dan saran yang diberikan. Gambar rencana akhir terdiri dari
gambar-gambar rancangan yang telah diperbaiki dan dilengkapi
dengan:
1) Sampul luar (cover) dan sampul dalam.
2) Daftar isi
3) Peta lokasi proyek
4) Peta lokasi Sumber Bahan Material (Quarry).
5) Daftar simbol dan singkatan.
6) Daftar bangunan pelengkap dan volume
7) Daftar rangkuman volume pekerjaan.
8.
Perhitungan Kuantitas Pekerjaan
a. Penyusunan mata pembayaran pekerjaan (per item) harus sesuai
dengan spesifikasi yang dipakai,
b. Perhitungan kuantitas pekerjaan harus dilakukan secara keseluruhan.
Tabel perhitungan harus mencakup lokasi dan semua jenis mata
pembayaran (pay item)
9. Perkiraan Biaya Pelaksanaan Fisik .(Engineer’s Estimate)
a. Tim harus mengumpulkan harga satuan dasar upah, bahan, dan
peralatan yang akan digunakan di lokasi pekerjaan
b. Tim harus menyiapkan laporan analisa harga satuan pekerjaan untuk
semua mata pembayaran yang mengacu pada Panduan Analisa Harga
Satuan No. 028/T/BM/1995 yang diterbitkan Direktorat Jenderal Bina
Marga.
c. Tim harus menyiapkan laporan perkiraan kebutuhan biaya pekerjaan
konstruksi.
10. Spesifikasi.
a. Spesifikasi harus mengacu pada spesifikasi yang berlaku di lingkungan
Direktorat Jenderal Prasarana Wilayah.
b. Bila diperlukan, Tim harus menyusun spesifikasi khusus untuk mata
pembayaran yang tidak tercakup dalam spesifikasi tersebut diatas.
c. Penomoran untuk mata pembayaran yang baru harus disetujui oleh
Proyek.
+3 Rekomendasikan ini di Google
1 komentar:
teguh arif setiono 7 Agustus 2014 10.44
mantap.......
Balas
7/18/2019 USULAN TEKNIS jembatan.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/usulan-teknis-jembatanpdf 21/21
Beranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)
Masukkan komentar Anda...
Beri komentar sebagai: Google Accou
Publikasikan
Pratinjau
Template Awesome Inc.. Diberdayakan oleh Blogger .