usulan teknis jembatan.pdf

21
 Mbah Saemo Sabtu, 01 Januari 2011 USULAN TEKNIS  METODOLOGI Survey Pendahuluan atau Reconnaissance Survey adalah survey yang dilakukan pada awal pekerjaan di lokasi pekerjaan, yang bertujuan untuk memperoleh data awal sebagai bagian penting bahan kajian kelayakan teknis dan untuk bahan pekerjaaan selanjutnya. Survey ini diharapkan mampu memberikan saran dan bahan pertimbangan terhadap survey detail lanjutan diantaranya, survey topografi, survey geologi dan geoteknik, survey bahan quarry, survey hidrologi / hidrolik, jenis konstruksi serta metode pelaksanaan sehingga diperoleh suatu perencanaan detail desain yang matang, semua kegiatan recon survey harus dibuatkan laporan sebagai data awal perencanaan, Survey pendahuluan merupakan lanjutan dari hasil persiapan desain yang suda h disetujui sebagai panduan pelaksanaan survey recon dilapangan yang meliputi kegiatan : 6.2.1.1 Studi literatur Pada tah apan ini Team harus mengumpulkan data pendukung p erencanaan baik data sekunder/primer maupun data laporan Studi Kelayakan (FS)bila ada studi terkait. 6.2.1.2 Koordinasi dengan instansi terkait  Tenaga Ahli konsultan melaksanakan koordinasi dan konfirmasi dengan instansi/unsur-unsur terkait didaerah sehubungan dengan dilaksanakanya survey pendahuluan. 6.2.1.3 Diskusi perencanaan di lapangan  Team konsultan bersama sama mel aksanakan survey dan mendiskusikanya dan membuat usul perencanaa n dilapangan bag ian demi bagian sesuai denga n bidang keahlianya masing-masing serta membuat sketsa dilengkapi catatan- catatan dan kalau perlu membuat tanda dilapangan berupa patok beserta 6.1 STANDARD PERENCANAAN Perencanaan bangunan atas dan bangunan bawah supaya diperhitungkan berdasarkan muatan lalu lintas jembatan jalan raya dari SKBI -1.3.28. 1987. Kelas Jalan yang menyangkut prosentasi muatan yang digunakan terhadap muatan lalu lintas  jembatan yang ada, akan ditetapkan kemudian bersama-sama Dinas Pekerjaan Umum Cq Bidang Bina Marga Kabupaten Kutai  Timur. Pemilihan jenis konstruksi bangunan atas maupun bangunan bawah yang paling sesuai diusulkan oleh konsultan, untuk kemudian mendapat persetujuan dari Dinas Pekerjaan Umum Cq Bidang Bina Marga kabupaten Kutai Timur. Pada keadaan khusus Dinas Pekerjaan Umum Cq Bidang B ina Marga  dapat menetapkan sendiri jenis konstruksi atas maupun bangunan bawah yang paling tepat. 6.2 METODOLOGI PELAKSANAAN. 6.2.1 Pekerjaan Survey Pendahuluan  Join this site with Google Friend Connect Members (2)  Already a member? Sign in Pengikut  2011 (1) Januari  (1) USULAN TEKNIS Arsip Blog MUNIB FATKHUL Lihat profil lengkapku MY DATA 3  Lainnya Blog Berikut»  Buat Blog Masuk

Upload: mosalaki-wewamesa

Post on 14-Jan-2016

1.084 views

Category:

Documents


275 download

TRANSCRIPT

7/18/2019 USULAN TEKNIS jembatan.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/usulan-teknis-jembatanpdf 1/21

Mbah Saemo

Sabtu, 01 Januari 2011

USULAN TEKNIS

METODOLOGI

Survey Pendahuluan atau Reconnaissance Survey adalah survey yang

dilakukan pada awal pekerjaan di lokasi pekerjaan, yang bertujuan untuk

memperoleh data awal sebagai bagian penting bahan kajian kelayakan teknis dan

untuk bahan pekerjaaan selanjutnya.

Survey ini diharapkan mampu memberikan saran dan bahan pertimbangan

terhadap survey detail lanjutan diantaranya, survey topografi, survey geologi dan

geoteknik, survey bahan quarry, survey hidrologi / hidrolik, jenis konstruksi serta

metode pelaksanaan sehingga diperoleh suatu perencanaan detail desain yang

matang, semua kegiatan recon survey harus dibuatkan laporan sebagai data awal

perencanaan, Survey pendahuluan merupakan lanjutan dari hasil persiapandesain yang sudah disetujui sebagai panduan pelaksanaan survey recon

dilapangan yang meliputi kegiatan :

6.2.1.1 Studi literatur

Pada tahapan ini Team harus mengumpulkan data pendukung perencanaan

baik data sekunder/primer maupun data laporan Studi Kelayakan (FS)bila ada

studi terkait.

6.2.1.2 Koordinasi dengan instansi terkait

Tenaga Ahli konsultan melaksanakan koordinasi dan konfirmasi dengan

instansi/unsur-unsur terkait didaerah sehubungan dengan dilaksanakanya survey

pendahuluan.

6.2.1.3 Diskusi perencanaan di lapangan

Team konsultan bersama sama melaksanakan survey dan mendiskusikanya

dan membuat usul perencanaan dilapangan bagian demi bagian sesuai dengan

bidang keahlianya masing-masing serta membuat sketsa dilengkapi catatan-

catatan dan kalau perlu membuat tanda dilapangan berupa patok beserta

6.1

STANDARD PERENCANAAN

Perencanaan bangunan atas dan bangunan bawah supaya

diperhitungkan berdasarkan muatan lalu lintas jembatan jalan

raya dari SKBI-1.3.28. 1987. Kelas Jalan yang menyangkut

prosentasi muatan yang digunakan terhadap muatan lalu lintas

jembatan yang ada, akan ditetapkan kemudian bersama-samaDinas Pekerjaan Umum Cq Bidang Bina Marga Kabupaten Kutai

Timur. Pemilihan jenis konstruksi bangunan atas maupun

bangunan bawah yang paling sesuai diusulkan oleh konsultan,

untuk kemudian mendapat persetujuan dari Dinas Pekerjaan

Umum Cq Bidang Bina Marga kabupaten Kutai Timur. Pada

keadaan khusus Dinas Pekerjaan Umum Cq Bidang Bina Marga

dapat menetapkan sendiri jenis konstruksi atas maupun

bangunan bawah yang paling tepat.

6.2 METODOLOGI PELAKSANAAN.

6.2.1

Pekerjaan Survey Pendahuluan

Join this site

with Google Friend Connect

Members (2)

Already a member? Sign in

Pengikut

2011 (1)

Januari (1)

USULAN TEKNIS

Arsip Blog

MUNIB FATKHUL

Lihat profil lengkapku

MY DATA

3 Lainnya Blog Berikut» Buat Blog Masuk

7/18/2019 USULAN TEKNIS jembatan.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/usulan-teknis-jembatanpdf 2/21

dilengkapi foto-foto penting dan identitasnya masing-masing yang akan difinalkan

dikantor sebagai bahan penyusunan laporan setelah kembali.

6.2.1.4 Recon Survey/desain Geometrik

1. Menentukan titik lokasi jembatan yang tepat dan memenuhi syarat

geometric baik dari segi posisi maupun tinggi elevasi abutmen.

2. Mengidentifikasi medan secara stationing/urutan jarak dengan

mengkelompokan kondisi : medan datar, rolling, perbukitan,

pegunungan/bukit curam dalam bentuk tabelaris.

3. Mengidentifikasi/memperkirakan secara tepat penerapan desain struktur

bangunan atas ataupun bangunan bawah berdasarkan pengalaman dan

keahlian yang harus dikuasai sepenuhnya oleh Bridge Engineer yang

melaksanakan pekerjaan ini dengan melakukan pengukuran-pengukuran

secara sederhana dan benar (jarak , azimut, kemiringan dengan helling

meter) dan membuat sketsa desain alinemen horizontal maupun vertikal

secara khusus.

4. Didalam penarikan perkiraan desain alinemen horizontal dan vertikal

harus sudah diperhitungkan dengan cermat sesuai dengan kebutuhan

perencanaan untuk lokasi : galian/timbunan, bangunan pelengkap jalan,

jembatan (oprit jembatan), persimpangan yang bisa terlihat dengan

dibuatnya sketsa-sketsa serta tabelaris dilapangan.

5. Semua kegiatan ini harus sudah dikonfirmasikan sewaktu mengambil

keputusan dalam pemilihan trase jembatan dengan anggota team yangsaling terkait dalam pekerjaan ini.

6. Dilapangan harus diberi/dibuat tanda tanda berupa patok dan tanda anjir

dengan diberi tanda bendera sepanjang daerah rencana, untuk

memudahkan tim pengukuran, serta pembuatan foto foto penting untuk

pelaporan dan panduan dalam melakukan survey detail selanjutnya.

7. Dari hasil survey recon ini secara kasar harus sudah bisa dihitung

perkirakan konstruksi, jenis konstruksi pekerjaan yang akan timbul serta

bisa dibuatkan perkiraan rencana biaya secara sederhana.

6.2.1.5 Recon Survey Topografi.

Kegiatan yang dilakukan oleh geodetic engineer pada survey pendahuluan

adalah :

1. Menentukan awal dan akhir pengukuran serta pemasangan patok beton

Bench Mark di awal dan akhir Proyek

2. Mengamati kondisi topografi

3. Mencatat daerah - daerah yang akan dilakukan pengukuran khusus serta,

morpologi dan lokasi yang perlu dilakukan perpanjangan koridor

4. Membuat rencana kerja untuk survey detail pengukuran.

5. Menyarankan posisi patok Bench Mark pada lokasi/titik yang akan

dijadikan referensi.

6.2.1.6 Recon Bangunan Pelengkap

1. Untuk perencanaan jembatan baru perlu dicatat data lokasi/Sta,

perkiraan lokasinya apa sudah sesuai dengan geometrik dengan rencana

jenis konstruksi, dimensi yang diperlukan.

2. Untuk lokasi yang sudah ada existing perlu dibuatkan infentarisasinyadengan lengkap antara lain Sta, jenis konstruksi, dimensi, kondisi serta

mengusulkan penanganan yang diperlukan. ( lihat format survey

inventarisasi jembatan)

3. Untuk lokasi yang ada aliran airnya perlu dicatat tinggi muka air normal,

muka air banjir dan muka air banjir tertinggi pernah terjadi serta adanya

tanda-tanda/gejala gejala erosi yang dilengkapi dengan sket lokasi,

morfologi serta karakter aliran sungai dan di lengkapi foto foto jika

diperlukan.

4. Mendiskusikan dengan team geometrik, geologi, amdal dan hidrologi

apakah data data dan usul penempatan lokasi serta usul

perencanaan/penanganan sudah sesuai secara teknis.

5. Membuat sket dan kalau perlu foto-foto beserta catatan-catatan khusus

serta saran-saran yang sangat berguna dijadikan panduan dalam

pengambilan data untuk perencanaaan pada waktu melakukan survey

detail nanti dan pengaruhnya terhadap keamanan/kestabilan.

6.2.1.7

Recon Jembatan.

7/18/2019 USULAN TEKNIS jembatan.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/usulan-teknis-jembatanpdf 3/21

1. Mengidentifikasi kondisi existing jembatan, dengan pengamatan secara

visual atau menentukan jenis pengujian dengan peralatan yang sesuai.

2. Menentukan jenis dan metoda penanganan yang sesuai.

3. Menetapkan lokasi/posisi jembatan untuk penggantian jembatan/

pembangunan jembatan baru/duplikasi jembatan, setelah berdiskusi

dengan Highway Engineer berdasarkan pengamatan lapangan.

4. Menetapkan perkiraan elevasi, jenis dan susunan/konfigurasi bentang

jembatan serta teknik pelaksanaan atau ereksinya.

5. Menetapkan jenis soil investigation yang diperlukan

6.2.1.8 Recon Survey Lalu Lintas.

Kegiatan yang dilakukan pada survey pendahuluan lalu lintas adalah :

1. Menentukan lokasi (tempat) yang akan diambil data kendaraan, baik

untuk 40 jam, 24 jam, 12 jam, 6 jam dan 3 jam.

2. Mengamati kondisi jalan serta bangunan pelengkap lainnya.

3. Melakukan pemotretan pada lokasi-lokasi yang penting

4. Memperkirakan lebar perkerasan yang akan diterapkan dalam disain

berikutnya pada kondisi tertentu yang perlu untuk diadakan pelebran

5. Membuat rencana kerja untuk tim survey.

6.2.1.9

Recon Survey Geologi dan Geoteknik.

Kegiatan yang dilakukan pada survey pendahuluan geologi dan geoteknik

adalah :1. Mengamati secara visual kondisi lapangan yang berkaitan dengan

karakteristik dan sipat tanah dan batuan.

2. Mengamati perkiraan lokasi sumber material (quarry) sepanjang lokasi

pekerjaan

3. Memberikan rekomendasi pada Bridge engineer berkaitan dengan rencana

trase jalan dan rencana jembatan yang akan dipilih.

4. Melakukan pemotretan pada lokasi-lokasi khusus.(rawan longsor, gambut,

dll)

5. Mencatat lokasi yang akan dlakukan pengeboran / Boring maupun lokasi

untuk test pit.

6. Membuat rencana kerja untuk tim survey detail

6.2.1.10 Recon Survey Hidrologi/Hidraulik.

Kegiatan yang dilakukan pada survey pendahuluan hidrologi/Hidraulik

adalah:

1. Mengumpulkan data curah hujan.

2. Menganalisa luas daerah tangkapan (Catchment Area).

3. Mengamati kondisi terrain pada daerah tangkapan sehubungan dengan

dengan bentuk dan kemirngan yang akan mempengaruhi pola aliran.

4. Mengamati tata guna lahan

5. Menginventarisasi bangunan drainase existing.

6. Melakukan pemotretan pada lokasi-lokasi penting.

7. Membuat rencana kerja untuk survey detail.

8. Mengamati karakter aliran sungai/morfologi yang mungkin berpengaruh

terhadap konstruksi dan saran-saran yang diperlukan untuk menjadipertimbangan dalam perencanaan berikut.

6.2.1.11 Recon Survey Upah dan Harga Satuan.

Mengumpulkan harga satuan dan upah, dengan cara koordinasi dengan

instansi terkait.

Seluruh kegiatan survey pendahuluan dalam proses pengambilan data

harus menggunakan format yang telah disediakan disepakati oleh pihak direksi

pekerjaan).

Tujuan pengukuran topografi dalam pekerjaan ini adalah mengumpulkan

data koordinat dan ketinggian permukaan tanah sepanjang rencana trase jalan dan

jembatan didalam koridor yang ditetapkan untuk penyiapan peta topografi dengan

skala 1:1000, yang akan digunakan untuk perencanaan geometrik jalan, serta

1:500 untuk perencanaan jembatan dan penanggulangan longsoran.

Adapun pekerjaan yang dilaksanakan pada survy Topographi adalah sebagai

berikut :

6.2.2 Pekerjaan Survey Topografy

7/18/2019 USULAN TEKNIS jembatan.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/usulan-teknis-jembatanpdf 4/21

6.2.2.1 Pemasangan patok-patok

1. Patok-patok BM harus dibuat dari beton dengan ukuran 10x10x75 cm

atau pipa pralon ukuran 4 inci yang diisi dengan adukan beton dan

diatasnya dipasang neut dari baut, ditempatkan pada tempat yang aman,

mudah terlihat. Patok BM dipasang setiap 1 (satu) km dan pada setiap

lokasi rencana jembatan dipasang minimal 3, masing-masing 1 (satu)

pasang di setiap sisi sungai/alur dan 1 (buah) disekitar sungai yang

posisinya aman dari gerusan air sungai.

2. Patok BM dipasang/ditanam dengan kuat, bagian yang tampak diatas

tanah setinggi 20 cm, dicat warna kuning, diberi lambang Prasarana

Wilayah, notasi dan nomor BM dengan warna hitam.

3. Patok BM yang sudah terpasang, kemudian di photo sebagai dokumentasi

yang dilengkapi dengan nilai koordinat serta elevasi.

4. Untuk setiap titik poligon dan sifat datar harus digunakan patok kayu

yang cukup keras, lurus, dengan diameter sekitar 5 cm, panjang

sekurang-kurangnya 50 cm, bagian bawahnya diruncingkan, bagian atas

diratakan diberi paku, ditanam dengan kuat, bagian yang masih nampak

diberi nomor dan dicat warna kuning. Dalam keadaan khusus, perlu

ditambahkan patok bantu.

5. Untuk memudahkan pencarian patok, sebaiknya pada daerah sekitar

patok diberi tanda-tanda khusus.

6. Pada lokasi-lokasi khusus dimana tidak mungkin dipasang patok,misalnya diatas permukaan jalan beraspal atau diatas permukaan batu,

maka titik-titik poligon dan sipat datar ditandai dengan paku seng

dilingkari cat kuning dan diberi nomor.

6.2.2.2 Pengukuran titik kontrol horizontal

1. Pengukuran titik kontrol horizontal dilakukan dengan sistem poligon, dan

semua titik ikat (BM) harus dijadikan sebagai titik poligon.

2. Sisi poligon atau jarak antar titik poligon maksimum 100 meter, diukur

dengan meteran atau dengan alat ukur secara optis ataupun elektronis.

3. Sudut-sudut poligon diukur dengan alat ukur theodolit dengan ketelitian

baca dalam detik. Disarankan untuk menggunakan theodolit jenis T2

atau yang setingkat.

4. Pengamatan matahari dilakukan pada titik awal dan titik akhir

pengukuran dan untuk setiap interval + 5 km di sepanjang trase yang

diukur. Apabila pengamatan matahari tidak bisa dilakukan, disarankan

menggunakan alat GPS Portable (Global Positioning System). Setiap

pengamatan matahari harus dilakukan dalam 2 seri (4 biasa dan 4 luar

biasa).

6.2.2.3 Pengukuran titik kontrol Vertikal

1. Pengukuran ketinggian dilakukan dengan cara 2 kali berdiri / pembacaan

pergi- pulang.

2. Pengukuran sipat datar harus mencakup semua titik pengukuran (poligon,

sipat datar, dan potongan melintang) dan titik BM.3. Rambu-rambu ukur yang dipakai harus dalam keadaan baik, berskala

benar, jelas dan sama.

4. Pada setiap pengukuran sipat datar harus dilakukan pembacaan ketiga

benangnya, yaitu Benang Atas (BA), Benang Tengah (BT), dan Benang

Bawah (BB), dalam satuan milimiter. Pada setiap pembacaan harus

dipenuhi: 2 BT = BA + BB

5. Dalam satu seksi (satu hari pengukuran) harus dalam jumlah slag

(pengamatan) yang genap.

6.2.2.4

Pengukuran Situasi

1. Pengukuran situasi dilakukan dengan sistem tachimetri, yang mencakup

semua obyek yang dibentuk oleh alam maupun manusia yang ada

disepanjang jalur pengukuran, seperti alur, sungai, bukit, jembatan,

rumah, gedung dan sebagainya.

2. Dalam pengambilan data agar diperhatikan keseragaman penyebaran dan

kerapatan titik yang cukup sehingga dihasilkan gambar situasi yang

benar. Pada lokasi-lokasi khusus (misalnya: sungai, persimpangan dengan

jalan yang sudah ada) pengukuran harus dilakukan dengan tingkat

7/18/2019 USULAN TEKNIS jembatan.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/usulan-teknis-jembatanpdf 5/21

kerapatan yang lebih tinggi.

3. Untuk pengukuran situasi harus digunakan alat theodolit.

6.2.2.5 Pengukuran Khusus Jembatan

Pengukuran khusus diperlukan pada beberapa kondisi khusus, misalnya:

perpotongan rencana trase jalan dengan sungai, dan/atau jalan yang sudah ada.

1. Pengukuran pada perpotongan rencana trase jalan dengan sungai

a. Koridor pengukuran ke arah hulu dan hilir masing-masing 200 m dari

perkiraan titik perpotongan atau daerah sekitar sungai yang masih

berpengaruh terhadap keamanan jembatan dengan interval

pengukuran penampang melintang sungai sebesar 25 meter.

b. Pada daerah posisi jembatan interval pengukuran melintang dan

memanjang di lakukan setiap 10 meter (maksimal 15 meter)

c. Koridor pengukuran searah rencana trase jalan masing-masing 100 m

dari kedua tepi sungai dengan interval pengukuran penampang

melintang rencana trase jalan sebesar 25 meter.

2. Pengukuran pada perpotongan dengan jalan yang ada .

a. Koridor pengukuran ke setiap arah kaki perpotongan masing-masing

100 m dari perkiraan titik perpotongan dengan interval pengukuran

penampang melintang sebesar 25 meter.

b. Pengukuran situasi lengkap menampilkan segala obyek yang dibentuk

alam maupun manusia disekitar persilangan tersebut.

6.2.2.6 Pemeriksaan dan koreksi alat ukur.

Sebelum melakukan pengukuran, setiap alat ukur yang akan digunakan

harus diperiksa dan dikoreksi ( kalibrasi ) untuk memastikan alat tersbut layak

digunakan sebagai berikut:

1. Pemeriksaaan theodolit:

a. Sumbu I vertikal, dengan koreksi nivo kotak dan nivo tabung.

b. Sumbu II tegak lurus sumbu I.

c. Garis bidik tegak lurus sumbu II

d. Kesalahan kolimasi horizontal = 0.

e. Kesalahan indeks vertikal = 0.

2. Pemeriksaan alat sipat datar:

a. Sumbu I vertikal, dengan koreksi nivo kotak dan nivo tabung.

b. Garis bidik harus sejajar dengan garis arah nivo.

Hasil pemeriksaan dan koreksi alat ukur harus dicatat dan dilampirkan

dalam laporan.

6.2.2.7

Ketelitian dalam pengukuran

Ketelitian untuk pengukuran poligon adalah sebagai berikut :

1. Kesalahan sudut yang diperbolehkan adalah 10” kali akar jumlah titik

polygon dari pengamatan matahari pertama dan kedua

2. Kesalahan azimuth pengontrol tidak lebih dari 5”.

6.2.2.8 Perhitungan :

1.

Pengamatan matahari.Dasar perhitungan pengamatan matahari harus mengacu pada tabel

almanak matahari yang diterbitkan oleh Direktorat Topografi TNI-AD

untuk tahun yang sedang berjalan dan harus dilakukan di lokasi

pekerjaan.

Format yang digunakan untuk pengamatan matahari dapat di lihat pada

lampiran topografi (lampiran 1 & 2).

2.

Perhitungan Koordinat .

Perhitungan koordinat poligon dibuat setiap seksi, antara pengamatan

matahari yang satu dengan pengamatan berikutnya. Koreksi sudut tidak

boleh diberikan atas dasar nilai rata-rata, tapi harus diberikan

berdasarkan panjang kaki sudut (kaki sudut yang lebih pendek

mendapatkan koreksi yang lebih besar), dan harus dilakukan di lokasi

pekerjaan.

3.

Perhitungan sipat datar.

Perhitungan sipat datar harus dilakukan hingga 4 desimal (ketelitian 0,5

mm), dan harus dilakukan kontrol perhitungan pada setiap lembar

7/18/2019 USULAN TEKNIS jembatan.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/usulan-teknis-jembatanpdf 6/21

perhitungan dengan menjumlahkan beda tingginya.

4.

Perhitungan Ketinggian detail .

Ketinggian detail dihitung berdasarkan ketinggian patok ukur yang

dipakai sebagai titik pengukuran detail dan dihitung secara tachimetris.

6.2.2.9

Penggambaran .

1. Penggambaran poligon harus dibuat dengan skala 1 : 1.000 untuk jalan

dan 1:500 untuk jembatan .

2. Garis-garis grid dibuat setiap 10 Cm

3. Koordinat grid terluar (dari gambar) harus dicantumkan harga absis (x)

dan ordinat (y)-nya.

4. Pada setiap lembar gambar dan/atau setiap 1 meter panjang gambar

harus dicantumkan petunjuk arah Utara.

5. Penggambaran titik poligon harus berdasarkan hasil perhitungan dan

tidak boleh dilakukan secara grafis.

6. Setiap titik ikat (BM) agar dicantumkan nilai X,Y,Z-nya dan diberi tanda

khusus.

Semua hasil perhitungan titik pengukuran detail, situasi, dan penampang

melintang harus digambarkan pada gambar poligon, sehingga membentuk gambar

situasi dengan interval garis ketinggian (contour) 1 meter.

6.2.3.1 Umum

Dalam pekerjaan perencanaan pengendalian banjir kondisi hidrologi

merupakan salah satu aspek. Metode pengumpulan data pekerjaan hidrologi

meliputi :

1. Pengukuran debit, jika dapat dilakukan.

2. Survey Hidroklimatologi

3. Survey Daerah Aliran Sungai

4. Pengumpulan data pasang surut air laut.

Analisa yang sangat penting untuk pekerjaan hidrologi adalah menentukan

debit banjir rencana. Metode yang digunakan tergantung dari data yang

tersedia, luas daerah aliran sungai dan kriteria lainnya.

6.2.3.2

Pengumpulan Data1.

Pengukuran Debit

Pengukuran debit dilakukan apabila terdapat aliran air, karena ada

kemungkinan sungai yang akan distudi pada saat pelaksanaan pekerjaan

tidak ada aliran airnya. Tujuan pengukuran debit adalah untuk

mendapatkan data debit. Hasil pengukuran debit dapat dibuat kurva debit

pada penampang sungai yang diukur yaitu hubungan antara ketinggian

muka air dengan debit sungai yang dapat digunakan sebagai kalibrasi

analisa debit andalan. Ada beberapa cara pengukuran debit, dalam usulan

ini ada dua cara yang ditawarkan, yaitu cara pengukuran kecepatan

aliran (arus) dan cara pelampung. Cara pengukuran dengan pelampung

dilakukan apabila pengukur kecepatan arus (current meter) tidak dapat

dilakukan. Hubungan antara kecepatan aliran dan banyaknya putaran

baling-baling persatuan waktu, dinyatakan dengan persamaan sebagai

berikut :

V = p.N + q

Dimana :

V = Kecepatan aliran ( m/dt )

N = Banyaknya putaran baling-baling setiap detik

p = koefisien diameter gerak maju baling-baling

q = koefisien kecepatan awal.

Sedangkan apabila menggunakan alat pelampung, kecepatan aliran yang

dihitung dari jarak lintasan pelampung dibagi waktu yang diperlukan

untuk menempuh lintasan tersebut. Bahan pelampung yang digunakan

adalah yang dapat terapung dipermukaan air atau yang tenggelamsebagian dibawah permukaan air. Cara pelaksanaan pengukuran dengan

alat ukur arus (current meter) adalah sebagai berikut :

a. Pengukuran penampang sungai dengan alat ukur waterpass atau T0

sesuai kebutuhan. Tujuan pengukuran adalah untuk mengetahui

ukuran (dimensi/bentuk) penampang sungai.

6.2.3

Pekerjaan Survey Hidrology / Hydrometry

7/18/2019 USULAN TEKNIS jembatan.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/usulan-teknis-jembatanpdf 7/21

b. Memasang alat duga air biasa, tujuannya adalah untuk elevasi muka

air pada saat pengukuran. Bahan yang digunakan dan cara

pemasangan mempertimbangkan ketentuan sebagai berikut :

Dibuat dari bahan yang tahan air dan awet, dilengkapi dengan skala

dan dicat dengan warna yang jelas agar mudah dibaca.

Pemasangan dapat lurus atau miring dengan membentuk sudut

kemiringan 30 0, 45 0, 60 0 terhadap bidang horisontal.

Pemasangan harus kuat dan terlindung dari benturan benda keras

yang terbawa oleh aliran air.

Kedudukan datum meteran pada kedalaman 0,5 meter dibawah mukaair terendah pada musim kemarau dan diikatkan pada titik tetap.

c. Pelaksanaan pengukuran mengikuti petunjuk alat ukur dan mencatat

pada formulir yang telah disiapkan.

Pengukuran dengan pelampung mengikuti cara sebagai berikut, yaitu :

a. Pengukuran dua penampang yang ditinjau.

b. Pemasangan duga muka air biasa.

c. Pengukuran jarak antara dua penampang.

d. Pelaksanaan pengukuran dengan mencatat waktu tempuh pelampung

melintasi dua penampang yang ditinjau dan tinggi muka air.

Lokasi pengukuran harus mempertimbangkan faktor-faktor sebagai

berikut :

a. Dipilih pada bagian alur sungai yang lurus.

b. Sesuai dengan lokasi rencana bangunan.

c. Mudah dicapai dalam segala situasi dan kondisi.

d. Mampu melewatkan banjir.

e. Geometri dan badan sungai harus stabil.

f. Adanya penampang kendali

g. Mempunyai pola aliran yang seragam dan mendekati aliran sub kritis.

h. Tidak terkena pengaruh arus balik.

Lama dan periode pengukuran tergantung kondisi sebagai berikut :

a. Aliran rendah, dilaksanakan dua kali dalam sekali periode waktu

pengukuran (bolak-balik dipenampang yang sama).b. Saat banjir, dilaksanakan satu kali dalam periode waktu pengukuran.

c. Musim kemarau, cukup sekali dalam satu bulan.

d. Musim hujan, paling sedikit 3 kali dalam setiap bulannya.

Lama dan periode pelaksanaan yang diusulkan dilakukan pengukuran

setiap hari sebanyak 3 kali dengan jangka waktu sesuai hasil diskusi

dengan Direksi.

2.

Survey Hidroklimatologi

Data-data yang dikumpulkan adalah yang masih kurang pada

pengumpulan dari pekerjaan persiapan dan studi literatur. Data yang

dikumpulkan meliputi :

a. Iklim (angin, temperatur, kelembaban, tekanan udara dan penyinaran

matahari) diperoleh dari BMG Kalimatan Timur.

b. Curah hujan

Data hujan diambil dari stasiun hujan yang terdekat dengan lokasi

pekerjaan.

c. Debit

Data debit diperoleh dari Seksi Pengairan Kabupaten dan Bagian Data

Hidrologi Pekerjaan Umum Propinsi Kalimantan Timur, jika ada.

Data hidroklimatologi sangat penting untuk analisa hidrologi. Data

yang dikumpulkan setidak-tidaknya memenuhi syarat minimal untuk

analisa.

3.

Survey Kondisi Daerah Aliran Sungai

Data-data kondisi daerah aliran sungai (DAS) didasarkan pada peta rupabumi skala 1:25.000, namun demikian masih perlu dilakukan survey

lapangan untuk memudahkan dalam menentukan besarnya parameter-

parameter yang akan digunakan untuk analisa serta kebenaran dari peta

rupa bumi secara visual. Kondisi daerah aliran sungai yang perlu dicatat

adalah sebagai berikut :

7/18/2019 USULAN TEKNIS jembatan.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/usulan-teknis-jembatanpdf 8/21

a. Tata guna lahan

b. Kemiringan lereng

c. Jenis tanah

d. Jumlah Anak sungai dan panjangnya.

e. Bentuk Daerah Aliran Sungai

Disamping peta rupa bumi perlu dilengkapi dengan peta jenis tanah yang

dikeluarkan oleh Bagian Reboisasi Lahan dan Konservasi Tanah Dinas

Kehutanan Provinsi atau instansi lain yang pernah mengadakan

penelitian.

6.2.3.3 Analisa Curah Hujan

Analisa curah hujan rencana mengikuti bagan alir pada Gambar 5-3. Uji

konsistensi data yang bertujuan untuk mengetahui penyimpangan atau kesalahan

data yang diketahui dari ketidak konsistenan datanya, tidak dilakukan karena data

hujan yang digunakan hanya bersumber dari satu stasiun penakar curah hujan.

Gambar 5-3 : Bagan Alir Analisa Curah Hujan

Pengisian Data Hilang

Hujan titik merupakan data-data yang yang sudah diperbaiki termasuk data

yang hilang untuk analisa selanjutnya. Pengisian data hilang dilakukan

karena adanya data yang tidak lengkap yang disebabkan karena tidak

tercatatnya data hujan oleh petugas, alat penakar rusak dan sebab lain. Hal

tersebut biasa ditandai dengan kosongnya data dalam daftar.

Salah satu metode pengisian data hilang adalah metode normal,

persamaannya adalah sebagai berikut :

dimana :

r x = Curah hujan yang diisi.

R x = Curah hujan rata-rata setahun ditempat pengamatan yang

datanya harus dilengkapi.

Ri = Curah hujan rata-rata setahun di pos hujan pembandingnya.

ri = Curah hujan dipos hujan pembandingnya.

n = Banyaknya pos hujan pembanding.

Pemeriksanaan hujan abnormal untuk mengetahui data - data yang

abnormal sehingga dalam analisa selanjutnya tidak diikutkan. Metode

yang digunakan adalah "Iwai Kadoya"

Hujan Rancangan

Hujan rancangan atau hujan rencana yang akan digunakan untuk analisadebit banjir. Hujan rerata dalam studi ini tidak dilakukan karena hanya akan

digunakan data dari satu stasiun curah hujan.

Sebelum menentukan metode yang sesuai untuk analisa hujan rancangan

terlebih dahulu ditentukan besarnya nilai sebaran Cs dan Ck, lihat bagan alir

pada Gambar 5-3- 2.

Gambar 5-3-2 : Bagan Alir Uji Kesesuaian Distribusi

Persamaan Cs dan Ck adalah sebagai berikut :

dimana :

S = Standar Deviasi

n = Banyaknya data

Xi = Data

7/18/2019 USULAN TEKNIS jembatan.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/usulan-teknis-jembatanpdf 9/21

i = Urutan data mulai dari yang terbesar

= Hujan rata-rata

Cs = Koefisien Skew

Ck = Koefisien kurtosis

Meskipun telah diuji Cs dan Ck, namun metode yang digunakan tergantung

dari hasil diskusi dengan Pemilik Kegiatan menghendaki analisa dengan

berbagai macam metode. Metode yang biasa digunakan adalah :

a.

Metode Gumbel Tipe I

Persamaannya adalah sebagai berikut :

dimana :

X T = Besarnya curah hujan rencana untuk periode ulang T tahun.

= Besarnya curah hujan rata-rata.

S = Standard deviasi

K = Faktor frekwensi

b. Metode Pearson III

Persamaannya adalah sebagai berikut :

dimana :

X = Besarnya suatu kejadian

= Nilai rata-rata hitung dari variabel X ( µ )

= Faktor yang nilainya tergantung dari parameter skala, bentuk dan

letak.

k = Faktor sifat distribusi Pearson tipe III.

c. Metode Norma

Persamaannya adalah sebagai berikut :

X =

dimana :

X = Besarnya suatu kejadian

= Nilai rata-rata hitung dari variabel X (µ )

Tp = Karakteristik dari distribusi probabilitas normal.

Uji Distribusi Curah Hujan

Tujuan pemeriksaan adalah untuk mengetahui suatu kebenaran hipotesa

distribusi curah hujan yang digunakan. Metode yang diusulkan adalah

Smirnov Kolmogorov.

Dalam metode Smirnov Kolmogorov dilakukan pengeplotan data pada kertas

probabilitas dan garis durasi yang sesuai, yang langkahnya adalah sebagai

berikut :

a. Data curah hujan maksimum harian rerata tiap tahun disusun dari

kecil ke besar.

b. Probabilitas dihitung dengan persamaan Weibull

P = 100m /(n + 1) %

Dimana:

P = Probabilitas ( % )m = Nomor urut data seri yang telah disusun

n = Banyaknya data

c. Plot data hujan Xi

d. Plot persamaan analisa frekwensi yang sesuai

Distribusi Hujan Jam-Jaman

Sebaran atau distribusi hujan jam-jaman yang dihitung berdasarkan curah

hujan harian pada umumnya digunakan rumus Mononobe :

dimana :

Rt = Intensitas hujan rata-rata, dalam T jam

R24 = Curah hujan efektif dalam 1 hari

t = Waktu konsentrasi hujan

T = Waktu mulai hujan

Curah hujan ke-t dihitung dengan persamaan :

7/18/2019 USULAN TEKNIS jembatan.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/usulan-teknis-jembatanpdf 10/21

Rt = t.Rt - ( t - 1 ) R (t - 1)

Disamping metode tersebut distribusi curah hujan juga dapat ditentukan dari

pola distribusi yang ada pada stasiun terdekat dengan lokasi studi yang

mempunyai data curah hujan jam-jaman.

6.2.3.4 Analisa Debit Banjir Rencana

Metode yang digunakan untuk analisa debit banjir rencana tergantung dari

jumlah data debit dan data hujan, lihat bagan alir pada Gambar 5-3. Untuk

perencanaan pengendalian banjir ini debit banjir yang diperhitungkan adalah

dengan berdasarkan bagan tersebut, maka metode yang kami usulkan untuk

dipakai adalah metode empiris, metode regresi dan metode rasional, kecuali data

debit lengkap ( lebih dari 10 tahun ).

DATA DEBIT

> 20 TAHUN

DATA HUJAN PANJANG

DAN DATA DEBIT

( 1 - 3 ) TAHUN

DATA DEBIT

( 10 - 20 )

TAHUN

DATA DEBIT

( 4 - 20 )

TAHUN

DATA HUJAN DAN

DATA KARAKTERISTIK BASIN

CARA

EMPIRIS

CARA

MATEMATIS

UNIT

HIDROGRAPH

KALIBRASI

DATA

DIPERPANJANG

ANALISIS FREKUENSI PROBABILITAS

CARA BANJIR

DI ATAS AMBANG

DEBIT

ALUR

( POT )

PENUH

BANJIR RATA-RATA TAHUNAN ( Q )

ANALISIS FREKUENSI PROBABILITAS

BANJIR REGIONAL

CARA

REGRESI

- IOH

CARA

EMPIRIS

RATIONAL

- GAMA 1

HIDROGRAF-

SATUAN

SCS

- HASPERS

- WEDUWEN

- MELCHIOR

BANDINGKAN DENGAN CARA PERHITUNGAN LAINNYA

DEBIT BANJIR RENCANA ( QT )

GUMBEL, LOG PEARSON, LOG NORMAL

7/18/2019 USULAN TEKNIS jembatan.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/usulan-teknis-jembatanpdf 11/21

Gambar 5-3 : Bagan Alir Perhitungan Debit Banjir Rencana

1.

Metode Empiris

Metode empiris yang biasa digunakan adalah metode Unit Hidrograp

Nakayasu, persamaannya adalah sebagai berikut :

dimana :

Qp = Debit puncak banjir (m3/dt)

C = Koefisien pengaliran

A = Luas daerah aliran sungai (km2

)Ro = Hujan satuan, 1 mm

Tp = Waktu puncak ( jam )

T 0,3 = Waktu yang diperlukan untuk penurunan debit, dari debit

puncak menjadi 30 % dari debit puncak (jam)

Aliran dasar yang digunakan untuk metode empiris dan regresi

menggunakan parameter luas daerah aliran sungai dan kerapatan sungai.

Persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut :

QB = 0,4751 x A0,6444 x D0,943

dimana :

QB = Aliran dasar, m3/dt

A = Luas daerah aliran sungai, km2

D = Kerapatan sungai, km/km2

2.

Metode Regresi

Metode yang diusulkan adalah metode GAMA I. Parameter-parameter yang

digunakan adalah :

a. Faktor sumber (SF) adalah perbandingan antara jumlah panjang sungai

sungai tingkat 1 dengan jumlah panjang sungai semua tingkat.

b. Frekwensi sumber (SN) adalah perbandingan antara jumlah sungai

sungai tingkat satu dengan jumlah sungai semua tingkat.

c. Faktor lebar (WF) adalah perbandingan antara lebar DAS yang diukur

dititik sungai yang berjarak 0,75 L dengan lebar DAS yang diukurdititik sungai yang berjarak 0,25 L dari tempat pengukuran.

d. Luas DAS sebelah hulu (RUA) adalah perbandingan antara luas DAS

yang diukur dihulu garis yang ditarik tegak lurus garis hubung antara

lokasi pengukuran dengan titik yang dekat dengan titik berat DAS,

melewati titik tersebut.

7/18/2019 USULAN TEKNIS jembatan.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/usulan-teknis-jembatanpdf 12/21

e. Faktor simetri (SIM) adalah (WF) x (RUA).

f. Jumlah pertemuan sungai (JN) adalah jumlah semua pertemuan sungai

didalam DAS.

g. Kerapatan jaringan sungai (D), Luas daerah aliran sungai (A).

Persamaan-persamaan yang digunakan untuk perhitungan adalah

sebagai berikut :

Qp = 0,1836 x A0,5886 x JN0,2381 x TR-0,4008

TR = 0,43 x ( L /(100SF))3 + 1,0665 SIM + 1,2775

TB = 27,4132 x TR0,1457 x S-0,0956 x SN0,7344 x RUA0,2574

K = 0,5617 x A0,1798 x S-0,1446 x SF-1,0897 x D0,0452

= 10,4903 - 3,859 x 10-6 x A2 + 1,6985 x 10-13 (A/SN)4

B = 1,5518 x A-0,1491 x N-0,2725 x SIM-0,0259 x S-0,0733

Dimana :

Qp = Debit puncak (m3/dt)

TR = Waktu naik (jam)

TB = Waktu dasar (jam)

K = Koefisin tampungan

= Hujan efektif (mm/jam)

B = Koefisien reduksi

3.

Metode Rasional

Luas DAS Ciliman seluas 500 km2, untuk itu akan digunakan metode

Rasional praktis yang biasa diterapkan di Provinsi Banten dan sebagai

pembanding akan digunakan metode Der Weduwen dan metode Haspers.

Persamaan yang digunakan dalam perhitungannya adalah sebagai

berikut:

a. Metode Rasional Praktis

Persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut :

dimana :

Q = Debit banjir ( m3/dt )

C = Koefisien pengaliran

I = Intensitas curah hujan selama waktu konsentrasi (mm/jam)

A = Luas daerah aliran sungai ( km2 )

Koefisien pengaliran merupakan suatu variabel yang didasarkan atas

kondisi daerah pengaliran dan karakteristik hujan pada daereah

tinjauan. Nilai koefisien pengaliran berdasarkan Dr. Mononobe.

Intensitas Curah hujan dihitung dengan menggunakan persamaan Dr.

Mononobe, yaitu sebagai berikut :

Dimana :

I = Intensitas curah hujan ( mm/jam )

R24 = Curah hujan maksimum harian ( mm )

tc = Waktu kedatangan banjir atau waktu konsentrasi (jam)

Waktu konsentrasi didasarkan atas persamaan sebagai berikut :

dimana :

tc = Waktu konsentrasi ( jam ).

L = Panjang sungai, yaitu panjang horisontal mulai dari titik teratas

dimana lembah sungai terbentuk sampai titik tempat

perkiraan kedudukan bangunan/bendung (km)

W = Kecepatan perambatan banjir ( km/jam )

H = Selisih elevasi antara mulai lembah sungai terbentuk sampai ketempat kedudukan bendung ( km )

b. Metode Der Weduwen

Persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut :

7/18/2019 USULAN TEKNIS jembatan.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/usulan-teknis-jembatanpdf 13/21

dimana :

Q = Debit banjir ( m3/dt )

= Koefisien limpasan air hujan

= Koefisien pengurangan/reduksi daerah

q T = Curah hujan maksimum ( m3

/dt.km2

)

A = Luas daerah aliran sungai ( km2 ), maksimum 100 km2

t = Waktu konsentrasi ( jam ) , antara 1/6 jam sampai 12 jam.

L = Panjang sungai ( km )

I = Kemiringan sungai

R24 = Curah hujan harian maksimum rencana ( mm )

Kemiringan sungai ditentukan dari 0.1 dari panjang sungai dari batas

hulu sampai hilir pada rencana titik tinjauan.

c. Metode Haspers

Persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut :

untuk tc < 2 jam

untuk, 2 jam < tc < 19 jam

untuk tc > 19 jam

dimana :

Q = Debit banjir ( m3/dt )

= Koefisien limpasan air hujan

= Koefisien pengurangan/reduksi daerah

q T = Curah hujan maksimum menurut Haspers (m3/dt.km2)

A = Luas daerah aliran sungai ( km2 )

tc = Waktu konsentrasi ( jam ) , antara 1/6 jam sampai 12 jam.

L = Panjang sungai ( km )

I = Kemiringan sungai

R T = Curah hujan harian maksimum rencana dengan kala ulang T

tahun (mm).

R24 = Curah hujan harian maksimum rencana ( mm )

Kemiringan sungai ditentukan dari 0.1 dari panjang sungai dari batas

hulu sampai hilir pada titik tinjauan.

6.2.3.5 Analisa Sedimen (Apabila Diperlukan)

Analisa sedimen yang diusulkan adalah menggunakan metode USLE yang

diidentikkan dengan besarnya erosi. Persamaan USLE adalah sebagai berikut :

A = R x K x LS x C x P

Dimana :

A = Kehilangan tanah ( ton/ha )

R = Indeks faktor erosivitasK = Faktor erodibilitas tanah

LS = Indeks panjang dan besarnya kemiringan lereng per unit lahan

C = Indeks faktor pengelolaan tanaman

P = Indeks faktor konservasi ( pengendalian )

7/18/2019 USULAN TEKNIS jembatan.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/usulan-teknis-jembatanpdf 14/21

Besarnya sedimen yang diangkut dapat dihitung dengan mengalikan SDR

(Sediment Delivery Ratio) dengan total erosi tersebut diatas. Data mengenai

kemiringan lereng dan tata guna lahan didasarkan atas peta rupa bumi skala

1:25.000, sedangkan data mengenai curah hujan didapatkan dari hasil analisa

curah hujan.

Tujuan penyelidikan geologi dan geoteknik dalam pekerjaan ini adalah untuk

melakukan pemetaan penyebaran tanah/batuan dasar termasuk kisaran tebal

tanah pelapukan, memberikan informasi mengenai stabilitas tanah, menentukan jenis dan karakteristik tanah untuk keperluan bahan jalan dan struktur, serta

mengidentifikasi lokasi sumber bahan termasuk perkiraan kuantitasnya.

6.2.4.1 Penyelidikan Geologi

Penyelidikan meliputi pemetaan geologi permukaan detail dengan peta dasar

topografi skala 1:250.000 s/d skala 1:100.000. Pencatatan kondisi geoteknik

disepanjang rencana trase jalan/jembatan untuk setiap jarak 500 – 1000 meter.

Lokasi titik tersebut Diutamakan pada posisi abutmen.

1.

Penyelidikan lapangan

Pemetaan

Jenis batuan yang ada disepanjang trase jalan dan dipetakan dan batas-

batasnya ditetapkan dengan jelas sesuai dengan data pengukuran untukselanjutnya diplot dalam gambar rencana dengan skala 1:2000 ukuran

A3. Pemetaan mencakup jenis struktur geologi yang ada antara lain:

sesar/patahan, kekar, perlapisan batuan, dan perlipatan.

Lapukan batuan dianalisis berdasarkan pemeriksaan sifat fisik/kimia,

kemudian hasilnya diplot diatas peta geologi teknik termasuk didalamnya

pengamatan tentang, Gerakan tanah, Tebal pelapukan tanah dasar,

Kondisi drainase alami, pola aliran air permukaan dan tinggi muka air

tanah, Tata guna lahan, Kedalaman rawa (apabila rencana trase jalan

tersebut harus melewati daerah rawa)

2.

Penyelidikan Geoteknik

Kegiatan penyelidikan geoteknik meliputi :

a. Pengambilan contoh tanah dari sumuran uji

Pengambilan contoh tanah dari sumuran uji 25 - 40 kg untuk setiap

contoh tanah. Setiap contoh tanah harus diberi identitas yang jelas

(nomor sumur uji, lokasi, kedalaman).

b. Pengambilan contoh tanah tak terganggu ( UNDISTURBED )

Pengambilan contoh tanah tak terganggu dilakukan dengan cara bor

tangan menggunakan tabung contoh tanah (“split tube” untuk tanah

keras atau “piston tube” untuk tanah lunak). Setiap contoh tanah

harus diberi identitas yang jelas (nomor bor tangan, lokasi, kedalaman).

Pemboran tangan dilakukan pada setiap lokasi yang diperkirakan akan

ditimbun (untuk perhitungan penurunan) dengan ketinggian timbunan

lebih dari 4 meter dan pada setiap lokasi yang diperkirakan akan digali(untuk perhitungan stabilitas lereng) dengan kedalaman galian lebih

dari 6 meter; dengan interval sekurang-kurangnya 100 meter dan/atau

setiap perubahan jenis tanah dengan kedalaman sekurang-kurangnya

4 meter. Setiap pemboran tangan dan contoh tanah yang diambil harus

difoto. Dalam foto harus terlihat jelas identitas nomor bor tangan, dan

lokasi. Semua contoh tanah harus diamankan baik selama

penyimpanan di lapangan maupun dalam pengangkutan ke

laboratorium.

c. Pemboran Mesin

Pemboran mesin dilaksanakan dengan ketentuan-ketentuan berikut:

1) Pada dasarnya mengacu pada ASTM D 2113-94

2) Pendalaman dilakukan dengan menggunakan sistem putar (rotary

drilling) dengan diameter mata bor minimum 75 mm.

3) Putaran bor untuk tanah lunak dilakukan dengan kecepatan

maksimum 1 putaran per detik.

4) Kecepatan penetrasi dilakukan maksimum 30 mm per detik

6.2.4 Pekerjaan Survey Geology Dan Geoteknik

7/18/2019 USULAN TEKNIS jembatan.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/usulan-teknis-jembatanpdf 15/21

5) Kestabilan galian atau lubang bor pada daerah deposit yang lunak

dilakukan dengan menggunakan bentonite (drilling mud) atau

casing dengan diameter minimum 100mm

6) Apabila drilling mud digunakan pelaksana harus menjamin bahwa

tidak terjadi tekanan yang berlebih pada tanah

7) Apabila casing digunakan, casing dipasang setelah mencapai 2 m

atau lebih. Posisi dasar casing minimal berjarak 50 cm dari posisi

pengambilan sampel berikutnya

d. Pemboran Tangan.

Pemboran tangan dilakukan dengan mengacu pada

ASTM D 4719

Pengambilan contoh tanah dengan cara coring dilakukan dengan

ketentuan berikut:

1) Digunakan single core barrel dengan cara putar

2) Contoh tanah dikeluarkan dari core kemudian dimasukkan kedalam

kantong plastik dan ditutup dengan cara diikat atau cara lainnya

yang diizinkan Pengawas.3) Kantong plastik diberi label nomor contoh, nomor bor, kedalaman,

tanggal, proyek.

e. Pengambilan Contoh dengan Single & Double Core

Pengambilan contoh tanah dengan cara tabung terbuka dilakukan

dengan ketentuan berikut:

1) Ukuran tabung minimal berdiameter 75 mm.

2) Panjang tabung minimal 500 mm.

3) Panjang ruang contoh dalam tabung minimum 40 mm.

4) Setelah pengambilan contoh tanah, tabung ditutup pada kedua

ujungnya dan kemudian diberi label seperti pada butir C.

1) Diameter tabung minimum 70 mm.

2) Tabung harus memenuhi syarat sebagai berikut:

Cukup kuat untuk menahan terjadinya deformasi yang

berlebihan pada waktu proses pengambilan contoh.

Area ratio maksimum 15%

Panjang tabung minimum 600 mm.

Apabila panjang tabung lebih dari 800 mm, maka “inside

clearance ratio” harus berkisar dari 0.5% sampai 1.0%

Sudut ujung tabung tidak boleh lebih dari 10o

3) Apabila “drilling mud” digunakan, pemboran dapat dilakukan

sampai kedalaman pengambilan contoh, dengan catatan dilakukanpembersihan dasar lubang bor terlebih dahulu, apabila tidak

menggunakan “drilling mud”, maka pemboran dihentikan 20 cm

diatas kedalaman pengambilan contoh dan dilakukan penekanan

untuk mencapai kedalaman pengambilan contoh yang diinginkan.

4) Tabung harus ditutup sehingga kedap air dengan cara yang

disetujui Pengawas.

5) Tanah harus disimpan dalam kotak-kotak yang mampu meredam

getaran dan memisahkan satu tabung dengan tabung lainnya.

6) Transportasi ke laboratorium dilakukan dengan menggunakan

kendaraan yang tertutup.

7) Di laboratorium tabung tanah harus disimpan dalam tempat yang

lembab dengan temperatur tidak lebih dari 25oC.

f. Sondir (Pneutrometer Static)

Sondir dilakukan untuk mengetahui kedalaman lapisan tanah

keras,menentukan lapisan-lapisan tanah berdasarkan tahanan ujung

konus dan daya lekat tanah setiap kedalaman yang diselidiki.

Pengambilan Contoh Tanah Cara Coring

Pengambilan Contoh Tanah dengan Fixed Piston

Sampler

7/18/2019 USULAN TEKNIS jembatan.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/usulan-teknis-jembatanpdf 16/21

Ada dua macam alat sondir yang digunakan :

1) Sondir ringan dengan kapasitas 2,5 ton

2) Sondir berat dengan kapasitas 10 ton

Pneutrometer Static di Indonesia dikenal dengan sebutan Alat Sondir

Belanda (Dutch Pneutrometer atau Dutch Deepsounding Apparatus)

atau percobaan Penetrasi Kerucut (Cone Penetration Test )

Pembacaan dilakukan pada setiap penekanan pipa sedalam 20 cm,

pekerjaan sondir dihentikan apabila pembacaan pada manometer

berturut-turut menunjukan harga >150 kg/cm2, kedua alat sondir

terangkat keatas, sedangkan pembacaan manometer belum

menunjukan angka yang maksimum, maka alat sondir perlu diberi

pemberat yang diletakan pada baja kanal jangkar.

Keuntungan Alat Sondir :

- Dapat dengan cepat menentukan lapisan tanah keras

- Dapat memperkirakan perbadaan lapisan

- Dengan rumus empiris hasilnya dapat digunakan untuk

menghitung daya dukung tiang

- Cukup baik digunakan pada lapisan tanah berbutir halus.

Kekurangan Alat Sondir :

- Jika terdapat batuan lepas bisa memberikan indikasi lapisan

keras yang salah.

- Tidak dapat mengetahui jenis lapisan tanah langsung

- Jika alat tidak lurus dan konus tidak bekerja dengan baik maka

hasil yang diperoleh meragukan.

- Tidak boleh dilakukan pada daerah endapan alluvium yang

mengandung komponen dari kerakal dan berangkal, hasilnya

memberikan indikasi lapisan tanah keras yang salah.

- Tidak boleh dilakukan pada lapisan dengan dasar batu gamping

yang berongga.

Hasil yang diperoleh adalah nilai sondir (qc) atau perlawanan

penetrasi konus dan jumlah hambatan lekat, Grafik yang dibuat

adalah perlawanan penetrasi konus (qc) pada tiap kedalaman dan

jjumlah hambatan pelekat pada tiap hambatan.

3.

Lokasi Quarry

Penentuan lokasi quarry baik untuk perkerasan jalan, struktur jembatan,

maupun untuk bahan timbunan (borrow pit) diutamakan yang ada

disekitar lokasi pekerjaan. Bila tidak dijumpai, maka harus

menginformasikan lokasi quarry lain yang dapat dimanfaatkan.Penjelasan

mengenai quarry meliputi jenis dan karakteristik bahan, perkiraan

kuantitas, jarak ke lokasi pekerjaan, serta kesulitan-kesulitan yang

mungkin timbul dalam proses penambangannya, dilengkapi dengan foto-

foto.

6.2.4.2

Persyaratan Pengujian Lapangan

Metoda pekerjaan lapangan lainnya harus sesuai dengan persyaratan seperti

yang dijelaskan pada Tabel 1 Pengujian Lapangan pada halaman berikut ini:

No Pengujian Acuan Keterangan

1. Resistivity ASTM G57-78

2. Standard Penetration Test

termasuk Split Spoon

Sampling

Pada daerah

rencana jembatan,

harus mencapai

kedalaman lapisan

keras.

3. Stand Pipe AASHTO T252-84

6.2.4.3 Pekerjaan Laboratorium

ASTM

D1586-94

7/18/2019 USULAN TEKNIS jembatan.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/usulan-teknis-jembatanpdf 17/21

Spesifikasi Pengujian Tanah di Laboratorium.

NO. PENGUJIAN ACUAN KETERANGAN

SIFAT INDEKS

1 Kadar air ASTM D 2216-92

2 Batas susut ASTM D 427-93

3 Batas plastis ASTM D 4318-93 Fresh Condition

4 Batas cair SK-SNI M-07-1989-F oven dried 100 C

5 Analisa saringan SNI-03-3423-1994

6 Berat Jenis ASTM D 854-92 Gunakan ' Wet method '

7 Berat isi SNI-1742-1989

8 Chloride Content K.H. Head, Vol.1, 1984

9 Carbonate Content K.H. Head, Vol I, 1984

10 Sulphate Content K.H. Head, Vol. 1, 1984

SIFAT KUAT

GESER TANAH

11 Direct Shear SNI 03-2813-1992 Fresh sample dengan Penjenuhan

ASTM D 3080-90 Fresh sample tanpa Penjenuhan

Fresh sample dioven 70 C selama

satu hari

SIFAT

PEMAMPATAN

TANAH

12 Swelling ASTM D 4546-90 Fresh Condition

- Dioven 40 C dan 70 C selama

satu hari

KEPADATAN

13 Pemadatan

SIFAT

KELULUSAN

14 Permeabilitas KH Head Vol. 2 1984 Manual of Soil Laboratory Testing.

Gunakan metode Falling Head

Tujuan dari perencanan teknis ini adalah untuk merencanakan baik

geometrik, perkerasan pada opaed jembatan, jembatan, struktur bangunan

pelengkap,lansekap, sampai dengan penyiapan dokumen pelelangan, sehingga

menghasilkan suatu perencanaan yang sempurna, ekonomis, serta ramah

terhadap lingkungan.

Ruang lingkup pekerjaan yang tercakup dalam kegiatan ini :

Merencanakan geometrik jalan dan jembatan dengan memperhatikan

kondisi alinement jalan

Merencanakan jenis serta tebal perkerasan pada opaed jembatan

Merencanakan bangunan atas dan bawah jembatan.

Merencanakan bangunan pelengkap dan pengaman jalan.

Merencanakan lansekap jalan.

Menyiapkan dokumen lelang.

1. Perencanaan Geometrik

a. Standar

Standar geometrik jalan yang digunakan dalam pekerjaan ini adalah

Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota No.

o

o

o o

6.2.5 Perencanaan Teknis

7/18/2019 USULAN TEKNIS jembatan.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/usulan-teknis-jembatanpdf 18/21

038/T/BM/1997 dan Standar Perencanaan Geometrik Untuk Jalan

Perkotaan (Bina Marga - Maret 1992).

b. Perencanaan Drainase

Dalam perencanaan drainase harus mengacu pada Standar

Perencanaan Drainase Permukaan Jalan SNI No. 03 – 3424 – 1994.

c. Keselamatan Lalu-lintas

Dalam perencanaan harus dipertimbangkan aspek keselamatan

pengguna jalan, baik selama pelaksanaan pekerjaan maupun paska

konstruksi. Perencana harus menjamin bahwa semua elemen yang

direncanakan memenuhi persyaratan desain yang ditetapkan dan

sesuai dengan kondisi lingkungan setempat.

d. Perangkat Lunak Perencanaan.

Dalam melaksanakan perencanaan bisa manual atau dengan

menggunakan perangkat lunak yang kompatibel seperti perangkat

lunak MOSS atau AD-CAD.

2.

Stabilitas Lereng

Perhitungan stabilitas lereng dilakukan guna memberikan informasi

tentang berapa tinggi maksimum dan kemiringan lereng desain galian

yang aman dari keruntuhan. Perhitungan stabilitas lereng diperoleh dari

beberapa parameter tentang sifat fisik tanah setempat yang diperoleh dari

contoh tabung (undisturbed sample) beberapa dari test triaxial atau direct

shear. Parameter yang dihasilkan dari percobaan ini, yaitu C = kohesitanah, = sudut geser tanah dan w = berat isi tanah . Perhitungan angka

keamanan lereng (sudut lereng dan tinggi maksimum yang aman )

dilakukan dengan menggunakan rumus dan Grafik Taylor. Salah satu

contoh rumus yang dapat digunakan adalah :

C

Fk =

Na x w x H

Dimana :

Na = Angka Stabilitas Taylor

C = Kohesi tanah (Ton/m2)

H = Tinggi lapisan tanah (m)

w = Berat isi tanah basah (Ton/m3)

Fk = Faktor keamanan ( FK > 1,251 lereng aman )

Angka Stabilitas (Na) didapat dengan memplot nilai sudut geser dalam

tanah () dengan sudut lereng desain () kedalam grafik Taylor (terlampir).

Faktor lereng (F) digunakan asumsi :

FK > 1,251 lereng aman

FK = 1,251 lereng dalam keseimbangan

FK < 1,251 lereng tidak aman

3. Stabilitas badan jalan

Kondisi stabilitas badan jalan diidentifikasi dari gejala struktur geologi

yang ada, jenis dan karekteristik batuan, dan kondisi lereng.

Pengkajian stabilitas badan jalan harus mencakup 3 (tiga) hal, yaitu

gerakan tanah atau longsoran yang sudah ada di lapangan, perkiraan

longsoran yang mungkin terjadi (hasil analisis) akibat jenis, arah dan

struktur lapisan batuan, dan longsoran yang dapat terjadi akibat

pembangunan jalan/jembatan. Untuk ketiga hal diatas harus

diidentifikasi jenis gerakan, faktor penyebabnya, dan usaha-usaha

penanggulangannya.

4. Perencanaan Perkerasan

a. StandarRujukan yang dipakai untuk perhitungan kontruksi perkerasan

jalan dalam pekerjaan ini adalah:

1)

Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan

Raya Dengan Metoda Analisa Komponen (SKBI-

7/18/2019 USULAN TEKNIS jembatan.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/usulan-teknis-jembatanpdf 19/21

2.3.26.1987, UDC: 625.73(02)),

2)

“A guide to the structural design of bitumen-surfaced

roads in tropical and sub-tropical countries”, Overseas

Road Note 31, Overseas Centre, TRL, 1993.

3) AASHTO Guide for Design of Pavement Structures 1993.

4) Ausroads Pavement Design 2000

5) Modulas Elastisitas

b. Analisis Lalu-lintas

Tim harus melakukan analisis data lalu-lintas (LHR yang dikonversi

kedalam nilai ESA) untuk penetapan konstruksi yang akan dipakai.

c. Pemilihan Jenis Bahan Material

Tim harus mengutamakan penggunaan bahan material setempat

sesuai dengan masukan dari laporan geoteknik. Bila bahan setempat

tidak dapat digunakan langsung sebagai bahan konstruksi, maka Tim

harus mengusulkan usaha-usaha peningkatan sifat-sifat teknis bahan

sehingga dapat dipakai sebagai bahan konstruksi .

5. Perencanaan Struktur (Jembatan)

Rujukan yang dipakai untuk perencanaan struktur jembatan baik

bangunan atas dan bawah dalam pekerjaan ini adalah:

a. Pedoman Perencanaan Pembebanan Jembatan Jalan Raya, SKBI No.

1.2.28, UDC: 624.042: 624.2,b. Bridge Design Code and Manual (BMS’92).

6. Perencanaan bangunan pelengkap dan pengaman jalan

Salah satu rujukan yang dipakai untuk perencanaan bangunan pelengkap

dan pengaman jalan dalam pekerjaan ini adalah :

a. Pedoman Pemasangan Rambu dan Marka Jalan Perkotaan Undang –

Undang Lalulintas No.14 Tahun 1992.

b. Standar Box Culvert (Bipran 1992)

c. Gambar Standar Pekerjaan Jalan dan Jembatan (Subdit PSP 2002)

7. Penggambaran

a. Rancangan (Draft) Perencanaan Teknis

Tim harus membuat rancangan (draft) perencanaan teknis dari setiap

detail perencanaan dan mengajukannya kepada Tim Asistensi untuk

diperiksa dan disetujui.

Detail perencanaan teknis yang perlu dibuatkan konsep

perencanaannya antara lain :

1) Alinyemen Horizontal (Plan) digambar diatas peta situasi skala

1:1.000 untuk jalan dan 1: 500 untuk jembatan dengan interval

garis tinggi 1.0 meter dan dilengkapi dengan data yang dibutuhkan.

2) Alinyemen Vertikal (Profile) digambar dengan skala horizontal

1:1.000 untuk jalan dan 1:500 untuk jembatan dan skala vertikal

1:100 yang mencakup data yang dibutuhkan.3) Potongan Melintang (Cross Section) digambar untuk setiap titik STA

(interval 50 meter), namun pada segmen khusus harus dibuat

dengan interval lebih rapat. Gambar potongan melintang dibuat

dengan skala horizontal 1:100 dan skala vertikal 1:50. Dalam

gambar potongan melintang harus mencakup:

- Tinggi muka tanah asli dan tinggi rencana terhadap muka jalan

- Profil tanah asli dan profil/dimensi DAMIJA (ROW) rencana

- Penampang bangunan pelengkap yang diperlukan

- Data kemiringan lereng galian/timbunan (bila ada).

4) Potongan Melintang Tipikal (Typical Cross Section) harus digambar

dengan skala yang pantas dan memuat semua informasi yang

diperlukan antara lain:

- Gambar konstruksi existing yang ada.

- Penampang pada daerah galian dan daerah timbunan pada

ketinggian yang berbeda-beda.

- Penampang pada daerah perkotaan dan daerah luar kota.

- Rincian konstruksi perkerasan

7/18/2019 USULAN TEKNIS jembatan.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/usulan-teknis-jembatanpdf 20/21

Diposkan oleh MUNIB FATKHUL di 07.33

- Penampang bangunan pelengkap

- Bentuk dan konstruksi bahu jalan, median

- Bentuk dan posisi saluran melintang (bila ada)

5) Gambar standar yang mencakup antara lain: gambar bangunan

pelengkap, drainase, rambu jalan, marka jalan, dan sebagainya.

6) Gambar detail bangunan bawah dan bangunan atas Jembatan

7) Keterangan mengenai mutu bahan dan kelas pembebanan.

b. Gambar Rencana Akhir (Final Design)

Pembuatan gambar rencana lengkap dilakukan setelah rancangan

perencanaan disetujui oleh Tim Asistensi dengan memperhatikan

koreksi dan saran yang diberikan. Gambar rencana akhir terdiri dari

gambar-gambar rancangan yang telah diperbaiki dan dilengkapi

dengan:

1) Sampul luar (cover) dan sampul dalam.

2) Daftar isi

3) Peta lokasi proyek

4) Peta lokasi Sumber Bahan Material (Quarry).

5) Daftar simbol dan singkatan.

6) Daftar bangunan pelengkap dan volume

7) Daftar rangkuman volume pekerjaan.

8.

Perhitungan Kuantitas Pekerjaan

a. Penyusunan mata pembayaran pekerjaan (per item) harus sesuai

dengan spesifikasi yang dipakai,

b. Perhitungan kuantitas pekerjaan harus dilakukan secara keseluruhan.

Tabel perhitungan harus mencakup lokasi dan semua jenis mata

pembayaran (pay item)

9. Perkiraan Biaya Pelaksanaan Fisik .(Engineer’s Estimate)

a. Tim harus mengumpulkan harga satuan dasar upah, bahan, dan

peralatan yang akan digunakan di lokasi pekerjaan

b. Tim harus menyiapkan laporan analisa harga satuan pekerjaan untuk

semua mata pembayaran yang mengacu pada Panduan Analisa Harga

Satuan No. 028/T/BM/1995 yang diterbitkan Direktorat Jenderal Bina

Marga.

c. Tim harus menyiapkan laporan perkiraan kebutuhan biaya pekerjaan

konstruksi.

10. Spesifikasi.

a. Spesifikasi harus mengacu pada spesifikasi yang berlaku di lingkungan

Direktorat Jenderal Prasarana Wilayah.

b. Bila diperlukan, Tim harus menyusun spesifikasi khusus untuk mata

pembayaran yang tidak tercakup dalam spesifikasi tersebut diatas.

c. Penomoran untuk mata pembayaran yang baru harus disetujui oleh

Proyek.

+3 Rekomendasikan ini di Google

1 komentar:

teguh arif setiono 7 Agustus 2014 10.44

mantap.......

Balas

7/18/2019 USULAN TEKNIS jembatan.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/usulan-teknis-jembatanpdf 21/21

Beranda

Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Masukkan komentar Anda...

Beri komentar sebagai: Google Accou

Publikasikan

Pratinjau

Template Awesome Inc.. Diberdayakan oleh Blogger .