ushul fiqh
TRANSCRIPT
Pengertian Fiqih dan Ushul Fiqh
Pengertian Fiqih
Menurut bahasa berarti paham atau tahu.
Sedangkan menurut istilah, sebagaimana dikemukakan oleh Sayyid al-Jurjaniy
"Ilmu tentang hukum-hukum syara' mengenai perbuatan dari dalil-dalilnya yang terperinci."
Ushul FiqhSecara etimologis kata Ushul dan kata
Fiqh tersebut dirangkai dengan
menggunakan tarkib idlafah, sehingga dari rangkaian dua buah kata itu
memberi pengertian ushul bagi fiqh.
Kata Ushul adalah bentuk jamak dari kata
ashl yang menurut bahasa, berarti mâ yubna ‘alaihi ghairuhu (sesuatu yang dijadikan dasar, pondasi, asas, atau
akar)
Pengertian Ilmu Ushul Fiqh yang dikemukakan oleh Muhammad Abu Zahrah
"Ilmu tentang kaidah-kaidah yang menggariskan jalan-jalan utuk memperoleh hukum-hukum syara'
mengenai perbuatan dan dalil-dalilnya yang terperinci."
"Kumpulan kaidah-kaidah yang menjelaskan kepada faqih (ahli hukum Islam) cara-cara mengeluarkan hukum-hukum dari dalil-
dalil syara'."
Topik-topik dan ruang lingkup yang dibicarakan dalam
pembahasan ilmu Ushul Fiqh
1. Bentuk-bentuk dan macam-macam hukum, seperti hukum taklifi (wajib, sunnat, mubah, makruh, haram) dan hukum wadl'i (sabab, syarat, mani', 'illat, shah, batal, azimah dan rukhshah).
2. Masalah perbuatan seseorang yang akan dikenal hukum (mahkum fihi) seperti apakah perbuatan itu sengaja atau tidak, dalam kemampuannya atau tidak, menyangkut hubungan dengan manusia atau Tuhan, apa dengan kemauan sendiri atau dipaksa, dan sebagainya.
3. Pelaku suatu perbuatan yang akan dikenai hukum (mahkum 'alaihi) apakah pelaku itu mukallaf atau tidak, apa sudah cukup syarat taklif padanya atau tidak, apakah orang itu ahliyah atau bukan, dan sebagainya.
4. Keadaan atau sesuatu yang menghalangi berlakunya hukum ini meliputi keadaan yang disebabkan oleh usaha manusia, keadaan yang sudah terjadi tanpa usaha manusia yang pertama
disebut awarid muktasabah, yang kedua disebut awarid samawiyah.
5. Masalah istinbath dan istidlal meliputi makna zhahir nash, takwil dalalah lafazh, mantuq dan mafhum yang beraneka ragam, 'am dan khas, muthlaq dan muqayyad, nasikh dan mansukh, dan sebagainya.
6. Masalah ra'yu, ijtihad, ittiba' dan taqlid; meliputi kedudukan rakyu dan batas-batas penggunannya, fungsi dan kedudukan ijtihad, syarat-syarat mujtahid, bahaya taqlid dan sebagainya.
7. Masalah adillah syar'iyah, yang meliputi pembahasan Al-Qur'an, As-Sunnah, ijma', qiyas, istihsan, istishlah, istishhab, mazhabus shahabi, al-'urf, syar'u man qablana, bara'atul ashliyah, sadduz zari'ah, maqashidus syari'ah/ususus syari'ah.
8. Masalah rakyu dan qiyas; meliputi. ashal, far'u, illat, masalikul illat, al-washful munasib, as-sabru wat taqsim, tanqihul manath, ad-dauran, as-syabhu, ilghaul fariq; dan selanjutnya dibicarakan masalah ta'arudl wat tarjih dengan berbagai bentuk dan penyelesaiannya.
Manfaat Usul Fiqh :• Ilmu Agama Islam akan hidup dan berkembang
mengikuti perkembangan peradaban umat manusia.
• Statis dan jumud dalam ilmu pengetahuan agama dapat dihindarkan.
• Orang dapat menghidangkan ilmu pengetahuan agama sebagai konsumsi umum dalam dunia pengetahuan yang selalu maju dan berkembang mengikuti kebutuhan hidup manusia sepanjang zaman.
• Sekurang-kurangnya, orang dapat memahami mengapa para Mujtahid zaman dulu merumuskan Hukum Fiqh seperti yang kita lihat sekarang. Pedoman dan norma apa saja yang mereka gunakan dalam merumuskan hukum itu. Kalau mereka menemukan sesuatu peristiwa atau benda yang memerlukan penilaian atau hukum Agama Islam, apa yang mereka lakukan untuk menetapkannya; prosedur mana yang mereka tempuh dalam menetapkan hukumnya.
Objek Pembahasan Ilmu Ushul
Fiqh
1. Pembahasan tentang dalil
Pembahasan tentang dalil dalam ilmu Ushul Fiqh adalah secara global. Di sini dibahas tentang macam-macamnya,
rukun atau syarat masing-masing dari macam-macam dalil itu, kekuatan dan tingkatan-tingkatannya. Jadi di dalam
Ilmu Ushul Fiqh tidak dibahas satu persatu dalil bagi setiap perbuatan.
2. Pembahasan tentang hukum
Pembahasan tentang hukum dalam Ilmu Ushul Fiqh adalah secara umum, tidak
dibahas secara terperinci hukum bagi setiap perbuatan. Pembahasan tentang hukum ini,
meliputi pembahasan tentang macam-macam hukum dan syarat-syaratnya. Yang menetapkan hukum (al-hakim), orang yang
dibebani hukum (al-mahkum 'alaih) dan syarat-syaratnya, ketetapan hukum (al-
mahkum bih) dan macam-macamnya dan perbuatan-perbuatan yang ditetapi hukum
(al-mahkum fih) serta syarat-syaratnya.
3. Pembahasan tentang kaidah
Pembahasan tentang kaidah yang digunakan sebagai jalan untuk memperoleh hukum dari dalil-dalilnya antara lain mengenai macam-
macamnya, kehujjahannya dan hukum-hukum dalam mengamalkannya.
4. Pembahasan tentang ijtihad
Dalam pembahasan ini, dibicarakan tentang macam-macamnya, syarat-syarat bagi orang
yang boleh melakukan ijtihad, tingkatan-tingkatan orang dilihat dari kaca mata ijtihad
dan hukum melakukan ijtihad
Sejarah Pertumbuhan Ilmu Ushul Fiqh Di masa Rasulullah sawDi masa ini umat Islam tidak memerlukan kaidah-kaidah tertentu dalam memahami hukum-hukum syar’i, semua permasalahan dapat langsung merujuk kepada Rasulullah saw lewat penjelasan beliau mengenai Al-Qur’an, atau melalui sunnah beliau saw.
Di masa sahabatPara sahabat ra menyaksikan dan berinteraksi langsung dengan turunnya Al-Qur’an dan mengetahui dengan baik sunnah Rasulullah saw, di samping itu mereka adalah para ahli bahasa dan pemilik kecerdasan berpikir serta kebersihan fitrah yang luar biasa, sehingga sepeninggal Rasulullah saw mereka pun tidak memerlukan perangkat teori (kaidah) untuk dapat berijtihad, meskipun kaidah-kaidah secara tidak tertulis telah ada dalam dada-dada mereka yang dapat mereka gunakan di saat memerlukannya.
Masa Terbentuknya Ilmu Ushul FiqhDapat kita simpulkan bahwa ada tiga faktor yang menyebabkan munculnya penulisan ilmu ushul fiqh:1. Adanya perdebatan sengit antara
madrasah Irak dan madrasah Hijaz.2. Mulai melemahnya kemampuan bahasa
Arab di sebagian umat Islam akibat interaksi dengan bangsa lain terutama Persia.
3. Munculnya banyak persoalan yang belum pernah terjadi sebelumnya dan memerlukan kejelasan hukum, sehingga kebutuhan akan ijtihad kian mendesak.
Perbedaan Madrasah Irak dan Madrasah HijazMadrasah ahlir-ra’yi lebih banyak menggunakan qiyas (analogi) dalam berijtihad, hal ini disebabkan oleh:
1. Sedikitnya jumlah hadits yang sampai ke ulama Irak dan ketatnya seleksi hadits yang mereka lakukan, hal ini karena banyaknya hadits-hadits palsu yang beredar di kalangan mereka sehingga mereka tidak mudah menerima riwayat seseorang kecuali melalui proses seleksi yang ketat. Di sisi lain masalah baru yang mereka hadapi dan memerlukan ijtihad begitu banyak, maka mau tidak mau mereka mengandalkan qiyas (analogi) dalam menetapkan hukum. Masalah-masalah baru ini muncul akibat peradaban dan kehidupan masyarakat Irak yang sangat kompleks.
2. Mereka mencontoh guru mereka Abdullah bin Mas’ud ra yang banyak menggunakan qiyas dalam berijtihad menghadapi berbagai masalah.
Sedangkan madrasah ahli hadits lebih berhati-hati dalam berfatwa dengan qiyas, karena situasi yang mereka hadapi berbeda, situasi itu adalah :
1. Banyaknya hadits yang berada di tangan mereka dan sedikitnya kasus-kasus baru yang memerlukan ijtihad.
2. Contoh yang mereka dapati dari guru mereka, seperti Abdullah bin Umar ra, dan Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash, yang sangat berhati-hati menggunakan logika dalam berfatwa.
Waktu dan Tokoh Penulisan Ushul Fiqh
Terwujudlah Ilmu Ushul Fiqh adalah pada abad II Hijriyah.
Dikatakan oleh Ibnu Nadim bahwa ulama yang pertama kali menyusun kitab Ilmu Ushul Fiqh ialah Imam Abu Yusuf -murid Imam Abu Hanifah- akan tetapi kitab tersebut tidak sampai kepada kita.
Diterangkan oleh Abdul Wahhab Khallaf, bahwa ulama yang pertama kali membukukan kaidah-kaidah Ilmu Ushul Fiqh dengan disertai alasan-alasannya adalah Muhammad bin Idris asy-Syafi'iy (150-204 H) dalam sebuah kitab yang diberi nama Ar-Risalah.
Setelah Ar-Risalah, muncullah berbagai karya para ulama dalam ilmu ushul fiqh, di antaranya:
1. Khabar Al-Wahid, Itsbat Al-Qiyas, dan Ijtihad Ar-Ra’y, ketiganya karya Isa bin Aban bin Shadaqah Al-Hanafi (w. th 221 H).
2. An-Nasikh Wal-Mansukh karya Imam Ahmad bin Hambal (164-241H).
3. Al-Ijma’, Ibthal At-Taqlid, Ibthal Al-Qiyas, dan buku lain karya Dawud bin Ali Az-Zhahiri (200-270 H).
4. Al-Mu’tamad karya Abul-Husain Muhammad bin Ali Al-Bashri Al-mu’taziliy Asy-Syafi’i (w. th 436H).
5. Al-Burhan karya Abul Ma’ali Abdul Malik bin Abdullah Al-Juwaini/Imamul-haramain (410-478 H).
6. Al-Mustashfa karya Imam Al-Ghazali Muhammad bin Muhammad (wafat 505 H).
7. Al-Mahshul karya Fakhruddin Muhammad bin Umar Ar-Razy (w 606 H).
8. Al-Ihkam fi Ushulil-Ahkam karya Saifuddin Ali bin Abi Ali Al-Amidi (w 631 H).
9. Ushul Al-Karkhi karya Ubaidullah bin Al-Husain Al-Karkhi (w.340H).
10. Ushul Al-jashash karya Abu Bakar Al-Jashash (wafat 370 H).11. Ushul as-Sarakhsi karya Muhammad bin Ahmad As-Sarakhsi
(wafat 490 H).12. Kanz Al-Wushul Ila ma’rifat Al-Ushul karya Ali bin Muhammad
Al-Bazdawi (wafat 482 H).13. Badi’un-Nizham karya Muzhaffaruddin Ahmad bin Ali As-Sa’ati
Al-hanafi (wafat 694 H).14. At-Tahrir karya Kamaluddin Muhammad bin Abdul Wahid yang
dikenal dengan Ibnul Hammam (wafat 861 H).15. Jam’ul-jawami’ karya Abdul Wahab bin Ali As Subki (w. 771 H).16. Al-Muwafaqat karya Abu Ishaq Ibrahim bin Musa Al-gharnathi
yang dikenal dengan nama Asy-Syathibi (wafat 790 H).17. Irsyadul-fuhul Ila Tahqiq ‘Ilm Al-Ushul karya Muhammad bin
Ali bin Muhammad Asy-Syaukani (wafat 1255 H).
Aliran-Aliran dalam Ilmu Ushul Fiqh
1. Aliran Mutakallimin
1. Menggunakan cara-cara yang digunakan dalam ilmu kalam yakni menetapkan kaidah ditopang dengan alasan-alasan yang kuat baik naqliy (dengan nash) maupun 'aqliy (dengan akal fikiran) tanpa terikat dengan hukum furu' yang telah ada dari madzhab manapun.
2. Jika terdapat ketidaksesuaian antara kaidah dengan hukum-hukum furu' tidaklah menjadi persoalan
Aliran ini diikuti oleh para ulama dari golongan Mu'tazilah, Malikiyah, dan Syafi'iyah.
1. Kitab Al-Mu'tamad disusun oleh Abdul Husain Muhammad bin Aliy al-Bashriy al-Mu'taziliy asy-Syafi'iy (W. 463 Hijriyah).
2. Kitab Al-Burhan disusun oleh Abdul Ma'aliy Abdul Malik bin Abdullah al-Jawainiy an-Naisaburiy asy-Syafi'iy yang terkenal dengan nama Imam Al-Huramain ( W. 487 Hijriyah). Kemudian A1 Asnawiy dalam kitab Syahrul Minhaj
3. Kitab AI Mushtashfa disusun oleh Abu Hamid Muhammad bin Muhammad Al Ghazaliy Asy Syafi ' iy (W. 505 Hijriyah).
Kitab Al Mahshul oleh Fakhruddin Muhammad bin Umar Ar Raziy Asy Syafi'iy (W. 606 Hijriyah).
Tiga Kitab di atas diringkas
Kitab AI Ihkam fi Ushulil Ahkam, oleh AbduI Hasan Ali yang terkenal dengan nama Saifuddin Al Amidiy Asy Syafi'iy (W. 631 Hijriyah)
Kitab Muntahal Su 'li wal Amal fi .Ilmil Ushul wal Jidal oleh Abu
Amr Utsman bin Umar yang terkenal dengan nama Ibnul Hajib
AI Malikiy (W. 646 Hijriyah)
KITAB DI ATAS DIRINGKAS
Kitab Mukhtasharul Muntaha oleh pengarang
yang sama (tapi terlalu ringkas)
Diringkas lagi
Kitab yang menjelaskan kitab di atas oleh 'AdldIuddin 'Abdur Rahman bin Ahmad Al Ajjiy (W. 756 Hijriyah)
Dijelaskan
Kitab Al Hashil oleh Tajjuddin
Muhammad bin Hasan
Al Armawiy ( ًW. 656 H)
Kitab At Tahshil oleh Mahmud bin Abu Bakar A1 Armawiy (W 672 H)
Kitab Minhajul Wushul ila 'Ilmil Ushul oleh A1
Qadliy Abdullah bin Umar Al Badlawiy (W. 675 H)
(tapi terlalu ringkas)
Disarikan
Kitab yang menjelaskan kitab di atas oleh Abdur Rahim bin Hasan AJ Asnawiy Asy Syafi'iy (W. 772
Hjjriyah)
Dijelaskan
2. Aliran Hanafiyah
1. Pembahasannya, selalu berangkat dari hukum-hukum furu' yang diterima dari imam-imam (madzhab) mereka
2. Dalam menetapkan kaidah selalu berdasarkan kepada hukum-hukum furu ' yang diterima dari imam-imam mereka.
3. Jika terdapat kaidah yang bertentangan dengan hukum-hukum furu' yang diterima dari imam-imam mereka, maka kaidah itu diubah sedemikian rupa dan disesuaikan dengan hukum-hukum furu' tersebut.
4. Para ulama dalam aliran ini selalu menjaga persesuaian antara kaidah dengan hukum furu' yang diterima dari imam-imam mereka.
1. Kitab yang disusun oleh Abu Bakar Ahmad bin' Aliy yang terkenal dengan sebutan Al Jashshash (wafat pada tahun 380 Hijriyah)
2. Kitab yang disusun oleh Abu Zaid ' Ubaidillah bin 'Umar Al Qadliy Ad Dabusiy (wafat pada tahun 430 Hijriyah).
3. Kitab yang disusun oleh Syamsul Aimmah Muhammad bin Ahmad As Sarkhasiy (wafat pada tahun 483 Hijriyah). Kitab ini diberi penjelasan oleh Alauddin Abdul 'Aziz bin Ahmad Al Bukhariy (wafat pada tahun 730 Hijriyah) dalam kitabnya yang diberi nama Kasyful Asrar
4. Kitab yang disusun oleh Hafidhuddin 'Abdullah bin Ahmad An Nasafiy (wafat pada tahun 790 Hijriyah) yang berjudul 'Al Manar, dan syarahnya yang terbaik yaitu Misykatul Anwar.
3. Aliran Gabungan
Pembahasannya memadukan antara dua aliran tersebut di
atas, yakni dalam menetapkan kaidah dengan cara
memperhatikan alasan-alasannya yang kuat dan
memperhatikan pula persesuaiannya dengan hukum-
hukum furu'
1. Mudhafaruddin Ahmad bin 'Aliy As Sya'atiy Al Baghdadiy (wafat pada tahun 694 Hijriyah) dengan menulis kitab Badi'un Nidham yang merupakan paduan kitab yang disusun oleh Al Bazdawiy dengan kitab Al Ihkam fi Ushulil Ahkam yang ditulis oleh Al Amidiy
2. Syadrusiy Syari'ah 'Ubaidillah bin Mas'ud Al Bukhariy Al Hanafiy (wafat pada tahun 747 Hijriyah) menyusun kitab Tanqihul Ushul yang kemudian diberikan penjelasan-penjelasan dalam kitabnya yang berjudul At Taudlih . Kitab tersebut merupakan ringkasan kitab yang disusun oleh A1 Bazdawiy, kitab AI Mahshul oleh Ar Raziy dan kitab Mukhtasharul Muntaha oleh Ibnul Hajib.
3. Tajuddin 'Abdul Wahhab bin' Aliy As Subkiy Asy Syafi'iy (wafat pada tahun 771 Hijriyah) dengan menyusun kitab Jam'ul Jawami'
4. Kamaluddin Muhammad 'Abdul Wahid yang terkenal dengan Ibnul Humam (wafat pada tahun 861 Hijriyah) dengan menyusun kitab yang diberi nama At Tahrir.
Di antara mereka yang menggabungkan 2 aliran tersebut adalah :
1. kitab Irsyadul Fuhul ila Tahqiqil Haq min 'Ilmil Ushul oleh Imam Muhammad bin' A1iy Asy Syaukaniy (wafat pada tahun 1255 Hijriyah),
2. kitab Tashilul Wushul ila 'Ilmil Ushul oleh Syaikh Muhammad 'Abdur Rahman A1 Mihlawiy (wafat pada tahun 1920 Hijriyah);
3. kitab Ushul Fiqh oleh Syaikh Muhammad A1 Khudlariy Bak (wafat pada tahun 1345 Hijriyah/ 1927 Masehi) dan kitab-kitab Ilmu Ushul Fiqh yang lain.
kitab-kitab Ilmu Ushul Fiqh yang disusun oleh para ulama pada masa belakangan ini, antara lain:
CLOSING
Sekilas tentang Bapak Ushul Fiqh :
Abu Abdillah Muhammad bin Idris Asy-Syafi’i ra Beliau lahir di Ghaza
pada usia 2 tahun bersama ibunya pergi ke Mekkah untuk belajar dan menghafal Al-Qur’an serta ilmu fiqh dari ulama Mekkah hingga usia 15
th
pergi ke Madinah dan berguru kepada Imam penduduk Madinah, Imam Malik bin Anas ra (95-179 H) dalam selang waktu 9 tahun beliau
memiliki pengetahuan yang cukup dalam ilmu hadits dan fiqh Madinah.
pergi ke Irak dan belajar metode fiqh Irak kepada Muhammad bin Hasan Asy-Syaibani ra (wafat th 187 H), murid Imam Abu Hanifah An-Nu’man
bin Tsabit ra (80-150 H).
Trims gitu loh!Syukron gitu loh!