upaya peningkatan keterampilan menulis paragraf …

of 174 /174
i UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PARAGRAF BERHURUF JAWA MELALUI MODEL NHT (NUMBERED HEAD TOGETHER) PADA SISWA KELAS VIII E SMP NEGERI 1 SRUWENG KABUPATENKEBUMENTAHUNAJARAN2012/2013 SKRIPSI Disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Oleh KHUSNI UMAYA NIM 082160282 PROGRAM PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA JAWA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO 2012

Author: others

Post on 02-Dec-2021

5 views

Category:

Documents


2 download

Embed Size (px)

TRANSCRIPT

UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PARAGRAF BERHURUF JAWA MELALUI MODEL NHT (NUMBERED HEAD TOGETHER) PADA SISWA
KELAS VIII E SMP NEGERI 1 SRUWENG KABUPATEN KEBUMENTAHUN AJARAN2012/ 2013
SKRIPSI
Disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Oleh KHUSNI UMAYA
NIM 082160282
PROGRAM PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA JAWA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO
2012
ii
iii
iv
v
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu telah
selesai (dari suatu urusan) kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan yang
lain). Hanya kepada Tuhanmulah hendaknya engkau berharap”
(Q.S Al- Insyirah: 6 – 8).
“Darbe kawruh kang ora ditangkarake, bareng mati ilang tanpa tilas”
(Penulis)
(Penulis)
PERSEMBAHAN
nenekku Ibu Hj. Suwuh yang selalu
memberikan dukungan, doa, dan
adikku Wahyu Rizqiana yang tiada
henti menyemangati.
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt. Atas
limpahan rahmat, karunia, dan hidayah-Nya skripsi ini dapat penyusun selesaikan.
Skripsi ini penulis susun untuk mengungkap kemampuan menulis paragraf
berhuruf Jawa melalui model NHT (Numbered Head Together) pada siswa kelas
VIII E SMP Negeri 1 Sruweng Kabupaten Kebumen tahun ajaran 2012/ 2013.
Keberhasilan pelaksanaan penelitian ini tidak lepas dari bantuan berbagai
pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa trima
kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
1. Drs. H. Supriyono, M.Pd, selaku Rektor Universitas Muhammadiyah
Purworejo.
Purworejoyang telah memberikan ijin untuk mengadakan penelitian.
3. Yuli Widiyono, M.Pd, Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Jawa sekaligus sebagai Dosen Pembimbing I yang telah membantu dalam
prosedur perijinan penelitian dan memberikan dorongan dan koreksi dalam
penyusunan skripsi ini.
4. Aris Hidayat, S.Pd, Dosen Pembimbing II yang telah memberikan
pengarahan, petunjuk, bimbingan serta saran-saran kepada penulis dengan
penuh kesabaran dalam penyusunan skripsi.
vii
viii
ABSTRAK
Khusni Umaya. Upaya Peningkatan Keterampilan Menulis Paragraf Berhuruf Jawa Melalui Model NHT (Numbered Head Together) Pada Siswa Kelas VIII E SMP Negeri 1 Sruweng Kabupaten Kebumen Tahun Ajaran 2012/ 2013. Skripsi. Pendidikan Bahasa Jawa. Universitas Muhammadiyah Purworejo. 2012.
Panaliten punika ancasipun kangge mangertosi: (1) lampahipun model NHT (Numbered Head Together) wonten ing kaprigelan nulis paragraf aksara Jawa ing siswa kelas VIII E SMP Negeri 1 Sruweng; (2) paningkatan kaprigelan nulis paragraf aksara Jawa kanthi ngginakake model NHT (Numbered Head Together); lan (3) paningkatan motivasi pasinaon nulis paragraf aksara Jawa sasampunipun ngginakake model NHT (Numbered Head Together).
Subjek panaliten inggih punika guru lan siswa kelas VIII E SMP Negeri 1 Sruweng taun ajaran 2012/ 2013 wonten ing materi nulis paragraf aksara Jawa kanthi model NHT (Numbered Head Together). Panaliten Tindakan Kelas punika kaperang dados tigang tahap inggih punika pra siklus, siklus I, lan siklus II. Pangempalan data ngginakake teknik tes lan non tes. Tes dipunginakake kangge mangertosi kaprigelan siswa mangsuli pitakonan, menawi non tes arupi observasi, angket, catatan lapangan, lan dokumentasi. Teknik analisis data arupi teknik analisis deskriptif kangge nganalisis data kaprigelan nulis paragraf aksara Jawa kanthi model NHT (Numbered Head Together).
Saking asil panaliten saged dipunmangertosi nilai rata-rata saking tahap pra siklus 35,16, siklus I 72, menawi siklus II 84,42. Saking tahap pra siklus dumugi siklus I ningkat 36,84, siklus I ngantos siklus II saged ningkat 12,42. Menawi ketuntasan saking pra siklus 6,25%, siklus I 46,88%, lan siklus II 87,50%. Saking pra siklus dumugi siklus I ningkat 40,63%, saking siklus I ngantos siklus II saged ningkat 40,62%. Semanten ugi motivasi pasinaon saking siklus I dumugi siklus II saged ningkat 18,75% wonten ing pilihan sanget sarujuk inggih punika siswa tertarik tumut pasinaon basa Jawa. Fakta ingkang kados mekaten ingkang nedahaken menawi model NHT dipuntampi, saged dipunartosaken pasinaon nulis paragraf aksara Jawa kanthi model NHT langkung sae tinimbang saderengipun.
Kata-kata kunci : Nulis Paragraf Aksara Jawa, Model NHT
ix
ABSTRAK
Khusni Umaya. Upaya Peningkatan Keterampilan Menulis Paragraf Berhuruf Jawa Melalui Model NHT (Numbered Head Together) Pada Siswa Kelas VIII E SMP Negeri 1 Sruweng Kabupaten Kebumen Tahun Ajaran 2012/ 2013. Skripsi. Pendidikan Bahasa Jawa. Universitas Muhammadiyah Purworejo. 2012
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap: (1) langkah-langkah model NHT (NumberedHeadTogether) pada keterampilan menulis paragraf berhuruf Jawa pada siswa kelas VIII E SMP Negeri 1 Sruweng; (2) peningkatan kemampuan menulis paragraf berhuruf Jawa dengan menggunakan model NHT (Numbered Head Together); dan (3) peningkatan motivasi belajar menulis paragraf berhuruf Jawa setelah menggunakan model NHT (Numbered Head Together).
Subjek penelitian ini adalah guru dan siswa kelas VIII E SMP Negeri 1 Sruweng tahun ajaran 2012/ 2013 pada materi menulis paragraf berhuruf Jawa melalui model NHT (Numbered Head Together). Penelitian Tindakan Kelas ini dalam tiga tahap yaitu pra siklus, siklus I, dan siklus II. Pengumpulan data menggunakan teknik tes dan nontes. Tes digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan, sedangkan nontes berupa observasi, angket, catatan lapangan, dan dokumentasi. Teknik analisis data berupa teknik analisis deskriptif untuk menganalisis data keterampilan menulis paragraf berhuruf Jawa melalui model NHT (Numbered Head Together).
Dari hasil penelitian diketahui bahwa nilai rata-rata dari tahap pra siklus 35,16, siklus I 72, siklus II 84,42. Peningkatan dari pra siklus sampai siklus I 36,84, peningkatan siklus I sampai siklus II 12,42. Sedangkan ketuntasan dari pra siklus 6,25%, siklus I 46,88%, siklus II 87,50%. Peningkatan dari pra siklus sampai siklus I 40,64%, dari siklus I sampai siklus II 40,62%. Selain itu juga terjadi peningkatan motivasi belajar dari siklus I sampai siklus II yaitu siswa tertarik mengikuti pelajaran bahasa Jawa pada pilihan sangat setuju sebesar 18,75%. Fakta inilah yang menunjukkan bahwa model NHT diterima, berarti pembelajaran menulis paragraf berhuruf Jawa melalui model NHT lebih baik dibandingkan sebelumnya.
Kata-kata kunci: Menulis Paragraf Berhuruf Jawa, Model NHT
x
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KAJIAN TEORI, DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka ................................................................. 10 B. Kajian Teori......................................................................... 11
1. Menulis .......................................................................... 11 2. Paragraf.......................................................................... 14 3. Huruf Jawa..................................................................... 16 4. Motivasi Belajar ............................................................ 27 5. Pembelajaran Kooperatif ............................................... 29 6. Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT
(Numbered Head Together)........................................... 32 7. Pembentukan dan Penghargaan Kelompok ................... 35 8. Penggunaan Model NHT (Numbered Head Together)
dalam Pembelajaran Keterampilan Menulis Paragraf Berhuruf Jawa................................................................ 37
C. Kerangka Pikir..................................................................... 38 D. Hipotesis Tindakan.............................................................. 39
xi
G. Teknik Analisis Data ........................................................... 50 H. Teknik Validitas Instrumen ................................................. 51 I. Indikator Keberhasilan ........................................................ 52
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian.................................................................... 53
1. Langkah-langkah Pembelajaran Menulis Paragraf Berhuruf Jawa dengan Model NHT ............................. 53
2. Pengaruh Model NHT Terhadap Motivasi Belajar Siswa ............................................................................ 57
3. Peningkatan Kemampuan Menulis Paragraf Berhuruf Jawa Pada Siswa Kelas VIII E SMP Negeri 1 Sruweng Tahun Ajaran 2012/ 2013 setelah Memperoleh Pembelajaran Model NHT ........................................... 62
B. Pembahasan ........................................................................ 68 1. Langkah-langkah Pembelajaran Menulis Paragraf
Berhuruf Jawa dengan Model NHT ............................. 68 2. Pengaruh Model NHT Terhadap Motivasi Belajar
Siswa ............................................................................ 78 3. Peningkatan Kemampuan Menulis Paragraf Berhuruf
Jawa Pada Siswa Kelas VIII E SMP Negeri 1 Sruweng Tahun Ajaran 2012/ 2013 setelah Memperoleh Pembelajaran Model NHT ........................................... 84
4. Hasil Rekapitulasi Peningkatan Kemampuan Menulis Paragraf Berhuruf Jawa Melalui Model NHT Tahap Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II................................. 87
BAB V PENUTUP A. Simpulan.............................................................................. 99 B. Saran ................................................................................... 100
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Pembentukan Kelompok ............................................................... 35 Tabel 2 Penentuan Nilai Peningkatan Hasil Belajar .................................. 36 Tabel 3 Jadwal Kegiatan Penelitian ........................................................... 40 Tabel 4 Penilaian Keterampilan Menulis Paragraf Berhuruf Jawa ............ 44 Tabel 5 Lembar Observasi Aktivitas Guru................................................. 45 Tabel 6 Lembar Observasi Aktivitas Siswa ............................................... 46 Tabel 7 Angket Refleksi Sikap Siswa ........................................................ 47 Tabel 8 Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I ....................................... 57 Tabel 9 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus I ......................... 58 Tabel 10 Angket Refleksi Sikap Siswa Siklus I........................................... 58 Tabel 11 Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus II ...................................... 60 Tabel 12 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus II ........................ 60 Tabel 13 Angket Refleksi Sikap Siswa Siklus II ......................................... 61 Tabel 14 Daftar Nilai Kondisi Awal (Pra Siklus) ........................................ 62 Tabel 15 Daftar Nilai Siklus I ...................................................................... 63 Tabel 16 Nilai Peningkatan Hasil Belajar dan Status Kelompok Siklus I ... 65 Tabel 17 Daftar Nilai Siklus II ..................................................................... 66 Tabel 18 Nilai Peningkatan Hasil Belajar dan Status Kelompok Siklus II .. 68 Tabel 19 Rekapitulasi Nilai Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II.................... 87 Tabel 20 Rekapitulasi Nilai Peningkatan dan Status Kelompok Siklus I
dan Siklus II .................................................................................. 91 Tabel 21 Rekapitulasi Observasi Aktivitas Guru Siklus I dan Siklus II ...... 92 Tabel 22 Rekapitulasi Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus I
dan Siklus II .................................................................................. 94 Tabel 23 Rekapitulasi Angket Refleksi Sikap Siswa Siklus I dan
dan Siklus II .................................................................................. 95
Belajar Siswa................................................................................. 90 Gambar 3 Diagram Batang Rekapitulasi Ketuntasan Belajar Siswa ............. 90
xiv
1
sumber daya pendidikan, guru merupakan sumber daya manusia yang harus
dikembangkan karena mutu guru turut menentukan mutu pendidikan yang
akan menentukan mutu generasi muda. Usaha meningkatkan kemampuan
guru dalam belajar mengajar sangat diperlukan. Mengajar tidak sekedar
mengkomunikasikan pengetahuan agar dapat belajar, tetapi mengajar juga
berarti usaha menolong siswa agar mampu memahami konsep-konsep dan
dapat menerapkan konsep yang dipahami.
Berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan
di sekolah, antara lain dengan perbaikan mutu pembelajaran. Pembelajaran di
sekolah merupakan serangkaian kegiatan yang telah terencana. Dengan
adanya perencanaan yang baik akan mendukung keberhasilan pengajaran.
Usaha perencanaan pengajaran diupayakan agar siswa memiliki kemampuan
maksimal dan meningkatkan motivasi, tantangan dan kepuasan sehingga
mampu memenuhi harapan baik oleh guru sebagai pembawa materi maupun
siswa sebagai penggarap ilmu pengetahuan.
Selain perbaikan mutu belajar mengajar dan peningkatan sumber daya
manusia, kurikulum secara berkelanjutan juga disempurnakan untuk
meningkatkan mutu pendidikan. Dan itu merupakan salah satu tujuan bagi
1
2
setiap lembaga pendidikan. Begitu pula yang dilakukan oleh SMP Negeri 1
Sruweng untuk terus berusaha dalam peningkatan mutu dan kualitas sekolah.
Berbagai upaya dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala yang timbul
dalam kaitannya dengan mutu pendidikan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran bahasa
Jawa SMP Negeri 1 Sruweng pada tanggal 11 Februari 2012, salah satu
kendala yang dihadapi saat ini terkait dengan aspek keterampilan berbahasa
yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis adalah rendahnya
kemampuan menulis berhuruf Jawa. Siswa masih sangat kesulitan dengan
penggunaan huruf Jawa itu sendiri, penggunaan pasangan dan penggunaan
sandhangan karena dalam kegiatan pembelajaran siswa cenderung
mendengarkan. Sehingga dalam kegiatan pembelajaran siswa seringkali sibuk
dengan aktifitas mereka dengan ngobrol sendiri dengan teman sebangku,
melamun dan lain sebagainya. Peneliti menduga metode pembelajaran yang
digunakan selama ini kurang bervariasi. Hal tersebut menjadikan siswa jenuh
dan bosan. Dengan suasana yang demikian, pembelajaran menjadi tidak
kondusif dan siswa terlihat sangat pasif.
Agar dalam proses pembelajaran menyenangkan diperlukan strategi
pembelajaran yang lebih menarik dan disukai oleh siswa. Menurut Gerlach
dan Ely (dalam Uno, 2007: 1) strategi pembelajaran merupakan cara-cara
yang dipilih untuk menyampaikan metode pembelajaran dalam lingkungan
pembelajaran tertentu. Djamarah (2006: 5) juga menuturkan bahwa stategi
pembelajaran merupakan pola-pola umum kegiatan guru anak didik dalam
3
direncanakan dan dibangun sedemikian rupa dengan menggunakan metode
pembelajaran yang tepat agar siswa dapat memperoleh kesempatan untuk
berinteraksi satu sama lain sehingga pada gilirannya dapat diperoleh prestasi
belajar yang optimal.
menerapkan model NHT (Numbered Head Together) pada kegiatan
pembelajaran keterampilan menulis paragraf berhuruf Jawa dalam bentuk
penelitian tindakan kelas. Adapun alasan pemilihan penelitian tersebut
sebagai berikut, model NHT (Numbered Head Together) merupakan salah
satu unit dari model cooperative learning. Sifat belajar cooperative learning
tidak sama dengan belajar kelompok atau belajar bekerja sama biasa. Dalam
kerja kelompok guru biasanya memberi kelompok lalu memberikan tugas
kelompok tanpa rancangan tertentu. Akibatnya siswa ada yang bekerja aktif
tetapi ada juga yang pasif, ataupun bahkan ada yang main-main atau ngobrol.
Menurut pendapat Slavin (2009: 4) dalam kelas kooperatif, para siswa
diharapkan dapat saling membantu, saling mendiskusikan dan
berargumentasi, untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu
dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing.
Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif, diharapkan
siswa akan termotivasi untuk dapat mengungkapkan ide di dalam wadah
kelompok. Dengan kata lain mereka memiliki tempat untuk curah pendapat
4
dengan teman mereka, selain itu tujuan kooperatif menciptakan sebuah situasi
dimana satu-satunya cara anggota kelompok bisa meraih tujuan pribadi
mereka adalah jika kelompok mereka bisa sukses dapat mendorong mereka
untuk melakukan usaha maksimal. Pada akhirnya dalam menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together) di dalam
proses pembelajaran keterampilan menulis paragraf berhuruf Jawa,
konsentrasi siwa menjadi lebih terfokus terhadap proses pembelajaran,
motivasi dan minat siswa terhadap pembelajaran menulis paragraf berhuruf
Jawa dapat lebih ditingkatkan.
berkeinginan mengkaji masalah “Upaya Peningkatan Keterampilan Menulis
Paragraf Berhuruf Jawa Melalui Model NHT (Numbered Head Together)
Pada Siswa Kelas VIII E SMP Negeri 1 Sruweng Kabupaten Kebumen Tahun
Ajaran 2012/ 2013”.
B. Identifikasi Masalah
sebagai berikut.
1. Siswa masih merasa kesulitan dengan penggunaan huruf Jawa itu sendiri,
penggunaan pasangan dan penggunaan sandhangan.
2. Dalam kegiatan pembelajaran siswa cenderung mendengarkan.
3. Siswa merasa bosan dan jenuh serta kadang mereka sibuk dengan
aktifitas mereka dengan ngobrol sendiri dengan teman sebangku,
melamun, dan lain sebagainya.
5. Belum diterapkannya model NHT (Numbered Head Together) pada
materi menulis berhuruf Jawa.
pada upaya peningkatan keterampilan menulis paragraf berhuruf Jawa
melalui model NHT (Numbered Head Together) pada siswa kelas VIII E
SMP Negeri 1 Sruweng Kabupaten Kebumen tahun ajaran 2012/ 2013.
D. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah langkah-langkah menulis paragraf berhuruf Jawa dengan
model NHT (Numbered Head Together) pada siswa kelas VIII E SMP
Negeri 1 Sruweng?
2. Bagaimanakah peningkatan kemampuan menulis paragraf berhuruf Jawa
melalui model NHT (Numbered Head Together) pada siswa kelas VIII E
SMP Negeri 1 Sruweng?
Jawa melalui model NHT (Numbered Head Together) pada siswa kelas
VIII E SMP Negeri 1 Sruweng?
6
sebagai berikut.
Together) pada keterampilan menulis paragraf berhuruf Jawa pada siswa
kelas VIII E SMP Negeri 1 Sruweng.
2. Untuk mengetahui seberapa besar peningkatan kemampuan menulis
paragraf berhuruf Jawa pada siswa kelas VIII E SMP Negeri 1 Sruweng
dengan menggunakan model NHT (Numbered Head Together).
3. Untuk mengetahui seberapa besar peningkatan motivasi belajar menulis
paragraf berhuruf Jawa pada siswa kelas VIII E SMP Negeri 1 Sruweng
dengan menggunakann model NHT (Numbered Head Together).
F. Manfaat Penelitian
berikut.
pembelajaran menulis paragraf berhuruf Jawa;
b. menambah strategi-strategi baru dalam pembelajaran bahasa Jawa
khususnya dalam pembelajaran menulis paragraf berhuruf Jawa.
7
dengan model pembelajaran yang sesuai sehingga dapat
meningkatkan motivasi, minat, dan prestasi belajar siswa;
c. memberikan masukan kepada guru bahasa Jawa untuk mengefektifkan
kegiatan pembelajaran sehingga meningkatkan mutu pendidikan serta
memberi wawasan pada guru dalam menggunakan model NHT.
d. sebagai bahan pertimbangan bagi guru dan mahasiswa jurusan
Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa untuk dijadikan bahan informasi
untuk penelitian lebih lanjut.
Secara garis besar sistematika skripsi ini disusun dalam 4 bagien
yaitu, halaman sampul depan, bagian awal, bagian isi dan bagian akhir.
1. Halaman Sampul Depan
fakultas, serta tahun penyusunan skripsi.
2. Bagian Awal
pengesahan, moto dan persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar
tabel, daftar lampiran, serta abstrak.
8
dan hipotesis, metode penelitian, hasil penelitian dan pembahasan, serta
penutup.
masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika skripsi.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS
Bagian ini memuat kajian terhadap penelitian atau kajian
terdahulu yang relevan dengan topik yang diteliti. Di samping
itu, juga mengemukakan teori-teori yang mendukung serta
hipotesis dalam penelitian ini.
BAB III METODE PENELITIAN
penelitian, subjek dan objek penelitian, sumber data dan data,
teknik pengumpulan data, teknik analisis data, teknik
validitas instrumen, dan indikator keberhasilan.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bagian ini menguraikan laporan penelitian ini dilaksanakan
dan pembahasan data.
4. Bagian Akhir
10
A. Tinjauan Pustaka
menunjukkan hasil yang positif dalam pembelajaran. Sebagai bahan
pertimbangan dalam penelitian ini perlu dikemukakan beberapa hasil
penelitian terdahulu.
Nanik Dwi Rahayu (2008) Universitas Negeri Semarang pada materi sistem
peredaran darah. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan baik
keaktifan siswa maupun ketuntasan belajar yaitu dari siklus I keaktifan siswa
secara klasikal sebesar 50%, ketuntasan hasil belajar secara klasikal sebesar
83,33% dengan rata-rata hasil belajar sebesar 59,61%. Siklus II keaktifan
siswa secara klasikal sebesar 64,10%, ketuntasan hasil belajar siswa secara
klasikal sebesar 94,87% dengan rata-rata hasil belajar sebesar 69,30%, dan
pada siklus III keaktifan siswa sebesar 87,18%, ketuntasan hasil belajar
sebesar 100% dengan rata-rata 79,06%.
Hasil penelitian lain yaitu penelitian yang dilakukan oleh Rif’an
Faidah (2011) Universitas Muhammadiyah Purworejo pada mata pelajaran
fisika. Hasil penelitian menunjukkan bahwa partisipasi siswa meningkat dari
data awal 47%, pada siklus I menjadi 57% dalam kategori baik. Pada siklus II
partisipasi siswa meningkat menjadi 70%, dalam kategori baik yang berarti
melebihi batas minimal yang dipersyaratkan dalam indikator. Hasil belajar
10
11
ketuntasan kelas 12,50%. Setelah penerapan melalui penggunaan model
pembelajaran NHT pada siklus I nilai rata-rata menjadi 64,58 dengan
ketuntasan kelas 41,67% dan meningkat menjadi 70,00 dengan ketuntasan
kelas 70,83% pada siklus II.
Dari hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa model NHT dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa. Oleh karena itu, penulis ingin
menggunakan model NHT pada mata pelajaran bahasa Jawa dengan
kompetensi dasar menulis paragraf berhuruf Jawa. Diharapkan dari tinjauan
pengalaman penelitian tersebut, pembelajaran menulis paragraf berhuruf Jawa
yang menggunaan model NHT juga meningkat.
B. Kajian Teori
keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi
secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain.
Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif.
Dalam kegiatan menulis ini, penulis haruslah terampil memanfaatkan
grafolegi, struktur bahasa, dan kosa kata. Keterampilan menulis ini
tidak akan datang secara otomatis, tetapi harus melalui latihan dan
praktik yang banyak dan teratur.
12
mengekspresikan secara tertulis gagasan, ide, pendapat, atau pikiran
dan perasaan. Sarana mewujudkan hal itu adalah bahasa. Isi ekspresi
melalui bahasa itu akan dimengerti orang lain atau pembaca bila
dituangkan dalam bahasa yang teratur, sistematis, sederhana, dan
mudah dimengerti. Sejalan dengan itu, Lado (1964: 14) menyatakan
bahwa menulis adalah meletakkan simbol grafis yang mewakili
bahasa yang dimengerti orang lain. Jadi, orang lain dapat membaca
simbol grafis itu, jika mengetahui bahwa itu menjadi bagian dari
ekspresi bahasa. Semi (1990: 8) juga mengatakan bahwa menulis
pada hakikatnya merupakan pemindahan pikiran atau perasaan ke
dalam bentuk lambang bahasa (dalam Suhardjo, 2009).
Sedangkan menurut Darmadi (1996: 3) kegiatan menulis
adalah suatu sarana untuk menemukan sesuatu. Dalam hal ini dengan
menulis kita dapat merangsang pemikiran kita dan kalau itu
dilakukan dengan intensif maka akan dapat membuka penyumbat
otak kita dalam rangka mengangkat ide dan informasi yang ada di
alam bawah sadar pemikiran kita.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
menulis merupakan komunikasi tidak langsung yang berupa
pemindahan pikiran atau perasaan dengan memanfaatkan grafologi,
struktur bahasa, dan kosa kata dengan menggunakan simbol-simbol
sehingga dapat dibaca seperti apa yang diwakili oleh simbol tersebut.
13
yang bisa dipertanggungjawabkan dihadapan publik pembacanya.
Karena tulisn pada dasarnya adalah sarana untuk menyampaikan
pendapat atau gagasan agar dapat dipahami dan diterima orang lain.
Tulisan dengan demikian menjadi salah satu sarana berkomunikasi
yang cukup efektif dan efisien untuk menjangkau khalayak masa
yang luas. Atas dasar pemikiran inilah, maka tujuan menulis dapat
dirunut dari tujuan-tujuan komunikasi yang cukup mendasar dalam
konteks pengembangan peradapan dan kebudayaan masyarakat itu
sendiri.
(dalam Tarigan, 2008: 25-26) adalah sebagai berikut: (1) assignment
purpose (tujuan penugasan) yaitu penulis menulis sesuatu karena
ditugaskan, bukan atas kemauan sendiri; (2) altruistic purpose
(tujuan altruistik) yaitu bertujuan untuk menyenangkan para
pembaca, menghindarkan kedukaan para pembaca, ingin menolong
para pembaca memahami, menghargai perasaan, dan penalarannya,
ingin membuat hidup para pembaca lebih mudah dan lebih
menyenangkan dengan karyanya itu; (3) persuasive purpose (tujuan
persuasif) yaitu tulisan yang bertujuan meyakinkan para pembaca
akan kebenaran gagasan yang diutarakan; (4) informational purpose
(tujuan informasional, tujuan penerangan) yaitu tulisan yang
14
para pembaca; (5) self-expressive purpose (tujuan pernyataan diri)
yaitu tulisan yang bertujuan memperkenalkan atau menyatakan diri
sang pengarang kepada para pembaca; (6) creative purpose (tujuan
kreatif) yaitu tulisan yang bertujuan mencapai nilai-nilai artistik,
nilai-nilai kesenian; dan (7) Problem-solving purpose (tujuan
pemecahan masalah) yaitu penulis ingin memecahkan masalah yang
dihadapi.
terdiri dari kalimat-kalimat, tetapi lebih dalam maknanya dari
kesatuan kalimat saja. Alinea tidak lain dari suatu kesatuan pikiran,
suatu kesatuan yang lebih tinggi atau lebih luas dari kalimat. Ia
merupakan himpunan dari kalimat-kalimat yang bertalian dalam
suatu rangkaian untuk membentuk sebuah gagasan. Dalam alinea itu
gagasan tadi menjadi jelas oleh uraian-uraian tambahan, yang
maksudnya tidak lain untuk menampilkan pokok pikiran tadi secara
lebih jelas.
15
berhubungan untuk membentuk sebuah gagasan .
Jadi dapat disimpulkan bahwa paragraf adalah satuan terkecil
dari karangan yang biasanya terdiri atas beberapa kalimat yang
berkaitan dan merupakan uraian tentang sebuah ide pokok.
b. Tujuan Pembentukan Paragraf/ Alinea
Menurut Keraf (2004: 70) pembentukan paragraf/ alinea
mempunyai tujuan sebagai berikut.
1) Memudahkan pengertian dan pemahaman dengan menceraikan suatu tema dan tema yang lain. Oleh sebab itu tiap alinea hanya boleh mengandung satu tema. Bila terdapat dua tema, maka alinea itu harus dipecahkan menjadi dua alinea.
2) Memisahkan dan menegaskan perhentian secara wajar dan formal, untuk memungkinkan kita berhenti lebih lama dari pada perhentian pada akhir kalimat. Dengan perhentian yang lebih lama ini konsentrasi terhadap tema alinea lebih terarah.
c. Syarat-syarat Pembentukan Alinea
menurut Keraf (2004: 74-75) harus memenuhi ketiga syarat sebagai
berikut.
1) Kesatuan: yang dimaksud dengan kesatuan dalam alinea adalah bahwa semua kalimat yang membina alinea itu secara bersama-sama menyatakan suatu hal, suatu tema tertentu.
2) Koherensi: yang dimaksud dengan koherensi adalah kekompakan hubungan antara sebuah kalimat dengan kalimat yang lain yang membentuk alinea itu.
16
d. Macam-macam Alinea
alinea-alinea dapat dibedakan menjadi:
menghantar karangan itu, atau menghantar pokok pikiran dalam
bagian karangan itu. Alinea pembuka yang pendek jauh lebih
baik, karena alinea-alinea yang panjang hanya akan menimbulkan
kebosanan pembaca.
antara alinea pembuka dan alinea penutup.
3) Alinea penutup
mengakhiri karangan atau bagian karangan. Dengan kata lain
alinea ini mengandung kesimpulan pendapat dari apa yang telah
diuraikan dalam alinea-alinea penghubung.
Jawa merupakan abjad yang digunakan di dalam ejaan bahasa Jawa
17
yang terdiri atas dua puluh aksara pokok yang bersifat silabik
(bersifat kesukukataan). Sedangkan menurut Padmosoekotjo ( 1987:
13) aksara Jawa disebut Dentawyanjana (denta = untu, wyanjana =
aksara), jadi dentawyanjana artinya aksara untu. Masing-masing
aksara mempunyai pasangan, yakni aksara yang berfungsi
menghubungkan suku kata mati/ tertutup dengan suku kata
berikutnya, kecuali suku kata yang tertutup dengan wignyan, layar,
dan cecak. Berikut ini adalah daftar aksara Jawa.
Ha na ca ra ka da ta sa wa la
Pa dha ja ya nya ma ga ba tha nga
b. Pasangan
berikut.
1) Pasangan yang sama dengan aksara carakan, ditulis di bawah
aksara carakan yang dipasangi.
... ... ... ... ra ya ga nga
2) Pasangan yang berasal dari potongan aksara carakan, aksara ha
sa pa ditulis di belakang aksara yang dipasangi sedangkan ka ta
la ditulis di bawah aksara carakan yang dipasangi.
... ... ... ha sa pa
... ... ... ka ta la
contoh: = kulit ayam
Tetapi pasangan ka ta la berubah menjadi utuh apabila mendapat
sandhangan suku, cakra, atau pengkal.
contoh: = mangan kupat
3) Pasangan yang berbeda dengan aksara carakan, ditulis di bawah
aksara yang dipasangi.
19
pengubah bunyi di dalam tulisan Jawa. Sandhangan aksara Jawa
dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu sandhangan bunyi vokal
(sandhangan swara) dan sandhangan konsonan penutup suku kata
atau sandhangan panyigeging wanda (Darusuprapta dkk, 2002: 18-
19).
sebagai berikut.
i dalam suatu suku kata. Sandhangan wulu ditulis di atas
bagian akhir aksara. Apabila selain wulu terdapat juga
sandhangan lain, sandhangan wulu digeser ke kiri
(Darusuprapta dkk, 2002: 19).
(b) Sandhangan pêpêt (...) Sandhangan pêpêt dipakai untuk melambangkan
vokal ê di dalam suku kata. Sandhangan pêpêt ditulis di atas
bagian akhir aksara. Apabila selain pêpêt juga terdapat
sandhangan layar, sandhangan pêpêt digeser sedikit ke kiri
dan sandhangan layar ditulis di sebelah kanan pêpêt. Apabila
selain pêpêt terdapat sandhangan cêcak, sandhangan cêcak
ditulis di dalam sandhangan (Darusuprapta dkk, 2002: 19-20).
Contoh: = ênêm
suku kata rê dan lê yang bukan sebagai pasangan,
dilambangkan dengan dan . Sandhangan selain ha,
sa, pa ditulis di atas aksara yang mendapat pasangan
(Darusuprapta dkk, 2002: 20).
(c) Sandhangan suku (...) Sandhangan suku dipakai untuk melambangkan bunyi
vokal u yang bergabung dengan bunyi konsonan di dalam
suatu suku kata, atau vokal u yang tidak ditulis dengan aksara
suara. Sandhangan suku ditulis serangkai di bawah bagian
akhir aksara yang mendapatkan sandhangan itu
(Darusuprapta dkk, 2002: 21).
pasangan. Apabila yang diberi sandhangan suku itu aksara
pasangan ka ta la, bentuk aksara pasangan itu diubah
terlebih dahulu menjadi aksara utuh seperti aksara pokok
masing-masing, kemudian sandhangan suku baru
dirangkaikan di bawah bagian akhir aksara pasangan itu
(Darusuprapta dkk, 2002: 21).
(d) Sandhangan taling (...) Sandhangan taling dipakai untuk melambangkan
bunyi vokal é yang tidak ditulis dengan aksara suara é, yang
22
Sandhangan taling ditulis di depan aksara yang dibubuhi
sandhangan itu (Darusuprapta dkk, 2002: 23).
Contoh: = lélé
melambangkan bunyi vokal o yang tidak ditulis dengan
aksara suara o, yang bergabung dengan bunyi konsonan di
dalam suatu suku kata. Sandhangan taling tarung ditulis
mengapit aksara yang dibubuhi sandhangan itu
(Darusuprapta dkk, 2002: 23)
vokal o pada aksara pasangan ditulis mengapit aksara mati
(aksara yang diberi pasangan) dengan aksara pasangan itu
(Darusuprapta dkk, 2002: 23).
wanda)
empat macam, yaitu sebagai berikut.
(a) Sandhangan wignyan (...) Sandhangan wignyan adalah pengganti sigêgan ha,
yaitu sandhangan yang dipakai untuk melambangkan
konsonan h penutup suku kata. Penulisan wignyan diletakkan
di belakang aksara yang dibubuhi sandhangan itu
(Darusuprapta dkk, 2002: 24).
(b) Sandhangan layar (...) Sandhangan layar adalah pengganti sigêgan ra, yaitu
sandhangan yang dipakai untuk melambangkan konsonan r
penutup suku kata. Sandhangan layar ditulis di atas bagian
akhir aksara yang dibubuhi sandhangan itu (Darusuprapta
dkk, 2002: 24).
yaitu sandhangan yang dipakai untuk melambangkan
konsonan ng penutup suku kata. Sandhangan cêcak ditulis di
atas bagian akhir aksara yang dibubuhi sandhangan itu
(Darusuprapta dkk, 2002: 25).
aksara yang dibubuhi sandhangan pangkon itu merupakan
aksara mati, aksara konsonan penutup suku kata, atau aksara
panyigêging wanda. Sandhangan pangkon ditulis di belakang
aksara yang dibubuhi sandhangan itu (Darusuprapta dkk,
2002: 26).
Contoh: = manuk
konsonan yang dilekatkan pada konsonan lain di dalam suatu suku
kata. Penanda konsonan dibedakan menjadi dua yaitu wyanjana dan
panjingan (Darusuprapta dkk, 2002: 29).
1) Cakra ( ... ) Tanda cakra merupakan penanda gugus konsonan yang
unsur terakhirnya berwujud konsonan r. Tanda cakra ditulis
serangkai di bawah bagian akhir aksara yang diberi bertanda
cakra itu (Darusuprapta dkk, 2002: 29).
Contoh: = putra
2) Kêrêt ( ... ) Tanda kêrêt dipakai untuk melambangkan gugus konsonan
yang berunsur akhir konsonan r yang diikuti vokal ê atau sebagai
pengganti tanda cakra yang mendapatkan penambahan
sandhangan pêpêt. Tanda kêrêt ditulis serangkai di bawah bagian
akhir aksara yang diberi bertanda kêrêt itu (Darusuprapta dkk,
2002: 31).
yang bergabung dengan konsonan lain di dalam suatu suku kata.
Tanda péngkal ditulis serangkai di belakang aksara yang diberi
tanda péngkal itu (Darusuprapta dkk, 2002: 31).
Contoh: = gêbyar
= kopyah
4) Panjing wa (...) Panjing wa dipakai untuk melambangkan konsonan w yang
bergabung dengan konsonan lain di dalam suatu suku kata.
Panjing wa ditulis serangkai di bawah bagian akhir aksara yang
dibubuhi panjing wa itu (Darusuprapta dkk, 2002: 32).
Contoh: = swara
= kwaci
5) Panjing la (...) Panjing la dipkai untuk melambangkan konsonan l yang
bergabung dengan konsonan lain di dalam suatu suku kata.
27
Panjing la ditulis di bawah aksara yang dibubuhi panjing la itu
(Darusuprapta dkk, 2002: 32).
e. Tanda Baca (Pada)
Tanda baca terdiri dari.
1) Pada adeg-adeg () Pada adeg-adeg dipakai di depan kalimat pada tiap-tiap awal
alinea.
2) Pada lingsa () Pada lingsa digunakan di akhir bagian kalimat sebagai tanda
intonasi setengah selesai ( tanda koma).
3) Pada lungsi () Pada lungsi digunakan pada akhir kalimat (tanda titik).
4. Motivasi Belajar
suatu kegiatan untuk mencapai tujuan. Sedangkan menurut Mc Donald
(dalam Hamalik, 2007: 106) “motivation is an energy change within the
28
yang artinya motivasi adalah suatu perubahan energi dalam diri (pribadi)
seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk
mencapai tujuan.
karena fungsinya yang mendorong, menggerakkan, dan mengarahkan
kegiatan belajar.Menurut Dimyati dan Mudjiono (dalam Sagala, 2007:
104) motivasi belajar pada berlangsungnya proses belajar mengajar dapat
berupa motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi intrinsik, adalah
dorongan siswa agar mencapai tujuan yang terkandung dalam perbuatan
itu sendiri yang berkenaan dengan kebutuhan siswa sendiri. Motivasi
ekstrinsik, adalah dorongan yang timbul untuk mencapi tujuan yang
datang dari luar dirinya. Perhatian orang tua termasuk salah satu faktor
dari luar (eksternal) yang mempengaruhi prestasi belajar siswa. Para ahli
berpendapat bahwa motivasi perilaku manusia berasal dari kekuatan
mental umum, insting, dorongan, kebutuhan, proses kognitif, dan interaksi,
perilaku penting bagi manusia adalah belajar dan bekerja. Belajar
menimbulkan perubahan mental pada diri siswa, sedangkan bekerja
menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi diri pelaku dan orang lain,
motivasi belajar dan motivasi bekerja merupakan penggerak kemajuan
masyarakat.
29
juga mempengaruhi tingkah laku, baik motivasi intrinsik maupun
ekstrinsik, karena tanpa adanya motivasi proses belajar siswa akan menjadi
sukar berjalan dengan lancar.
pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi
pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk
mencapai tujuan bersama. Pembelajaran kooperatif disusun dalam
sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi
siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat
keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan kepada
siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama yang berbeda latar
belakangnya.
pembelajaran kooperatif berarti working together to accomplish
shared goals (bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama). Dalam
suasana kooperatif, setiap anggota sama-sama berusaha mencapai
hasil yang nantinya bisa dirasakan oleh semua anggota kelompok.
Belajar kooperatif bukanlah sesuatu yang baru. Menurut Artzt
& Newman (dalam Trianto, 2010: 56) bahwa dalam pembelajaran
kooperatif siswa belajar bersama sebagai suatu tim dalam
30
bersama. Jadi, setiap anggota kelompok memiliki tanggung jawab
yang sama untuk keberhasilan kelompoknya.
Sedangkan menurut Suyatno (2009: 51) pembelajaran
kooperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok
untuk bekerja sama saling membantu mengkonstruksi konsep,
menyelesaikan persoalan, atau inkuiri. Menurut teori dan pengalaman
agar kelompok kohesif (kompak-parsitipatif), tiap anggota kelompok
terdiri atas 4-5 orang, siswa heterogen (kemampuan, gender,
karakter), ada kontrol dan fasilitasi, dan meminta tanggung jawab
hasil kelompok berupa laporan atau presentasi.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dimana
siswa saling bekerja sama dalam kelompok dan saling membantu
dalam memahami materi pelajaran. Dengan pembelajaran kooperatif
memungkinkan siswa belajar lebih aktif, serta dapat memenuhi
kebutuhan siswa secara optimal guna pencapaian tujuan belajar.
Dalam hal ini siswa bekerja sama dan belajar dalam kelompok serta
bertanggung jawab pula terhadap kegiatan belajar siswa lain dalam
kelompoknya.
dibandingkan dengan model lainnya. Arends (dalam Trianto, 2010:
31
sebagai berikut.
1) Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajar.
2) Kelompok dibentuk dari siswa yang mempunyai kemampuan tinggi, sedang, rendah.
3) Bila memungkinkan anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang beragam.
4) Penghargaan lebih berorientasi kepada kelompok dari pada individu.
c. Tujuan Pembelajaran Kooperatif
konsep, kemampuan, dan pemahaman yang mereka butuhkan supaya
bisa menjadi anggota masyarakat yang bahagia dan memberikan
kontribusi. Sedangkan menurut Johnson & Johnson (dalam Trianto,
2010: 57) tujuan pokok belajar kooperatif adalah memaksimalkan
belajar siswa untuk peningkatan prestasi akademik dan pemahaman
baik secara individu maupun secara kelompok.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan
pembelajaran kooperatif yaitu meningkatkan kinerja siswa dalam
tugas-tugas akademik. Karena pembelajarannya di dalam kelompok
maka akan melatih siswa untuk menghargai pendapat orang lain.
Selain itu tujuannya ialah agar siswa dapat menerima teman-
temannya yang mempunyai berbagai macam latar belakang seperti
suku, agama, kemampuan akademik, dan tingkat sosial.
32
kesenjangan pendidikan khususnya dalam wujud input pada level
individual. Disamping itu, belajar kooperatif dapat mengembangkan
solidaritas sosial dikalangan siswa. Dengan belajar kooperatif,
diharapkan kelak akan muncul generasi baru yang memiliki prestasi
akademik yang cemerlang dan memiliki solidaritas sosial yang kuat.
Manfaat pembelajaran kooperatif yang dijabarkan Sadker dan
Sadker (dalam Huda, 2011: 66) yaitu selain meningkatkan
keterampilan kognitif dan afektif siswa, pembelajaran kooperatif juga
memberikan manfaat-manfaat besar lain seperti berikut ini.
1) Siswa yang diajari dengan dan dalam struktur-struktur kooperatif akan memperoleh hasil pembelajaran yang lebih tinggi.
2) Siswa yang berpartisipasi dalam pembelajaran kooperatif akan memiliki sikap harga diri yang lebih tinggi dan motivasi yang lebih besar untuk belajar.
3) Dengan pembelajaran kooperatif, siswa menjadi lebih peduli pada teman-temannya, dan diantara mereka akan terbangun rasa ketergantungan yang positif untuk proses belajar mereka nanti.
4) Pembelajaran kooperatif meningkatkan rasa penerimaan siswa terhadap teman-temannya yang berasal dari latar belakang, ras dan etnik yang berbeda-beda.
6. Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Head Together)
Menurut Slavin (2009: 256) NHT (Numbered Head Together)
atau penomoran berpikir bersama merupakan sebuah varian dari group
discussion, pembelokannya yaitu pada hanya ada satu siswa yang
33
akan menjadi wakil kelompok tersebut. Pembelokan tersebut
memastikan keterlibatan total dari semua siswa. Metode ini
dikembangkan oleh Russ Frank, dimana metode ini adalah cara yang
sangat baik untuk menambahkantanggung jawab individual kepada
diskusi kelompok.
a. Guru menyampaikan materi pembelajaran atau permasalahan kepada siswa sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai.
b. Guru memberikan kuis secara individual kepada siswa untuk mendapatkan skor dasar atau awal.
c. Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4-5 orang siswa, setiap anggota diberi nomor atau nama.
d. Guru mengajukan permasalahan untuk dipecahkan bersama dalam kelompok.
e. Guru mengecek pemahaman siswa dengan menyebut salah satu nomor (nama) anggota kelompok untuk menjawab. Jawaban salah satu siswa yang ditunjuk oleh guru merupakan wakil jawaban dari kelompok.
f. Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan, dan memberikan penegasan pada akhir pembelajaran.
g. Guru memberikan tes atau kuis kepada siswa secara individual.
h. Guru memberi penghargaan pada kelompok melalui skor penghargaan berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya (terkini).
Sedangkan menurut Trianto (2010: 82) langkah-langkah
pembelajaran kooperatif tipe NHT terbagi menjadi empat fase yaitu:
a. Fase 1: Penomoran Dalam fase ini, guru membagi siswa ke dalam kelompok dan kepada setiap anggota diberi nomor antara 1 sampai 5.
34
b. Fase 2: Mengajukan pertanyaan Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan dapat dapat bervariasi. Pertanyaan dapat amat spesifik dan dalam bentuk kalimat tanya.
c. Fase 3: Berpikir bersama Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban tim.
d. Fase 4: Menjawab Guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba untuk menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas.
Dari uraian di atas penulis menyimpulkan langkah-langkah
pembelajaran kooperatif tipe NHT menjadi delapan langkah sesuai
dengan kebutuhan pelaksanaan penelitian ini. Kedelapan langkah
tersebut adalah sebagai berikut.
a. Fase 1: Persiapan
kepada siswa sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai.
b. Fase 2: Penomoran
Guru membagi siswa ke dalam kelompok 3-5 orang dan kepada
setiap anggota kelompok diberi nomor antara 1 sampai 5.
c. Fase 3: Mengajukan Pertanyaan
Dalam tahap ini guru mengajukan pertanyaan atau permasalahan
kepada siswa.
Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu
dan meyakinkan tiap anggota mengetahui jawaban timnya.
35
nomornya sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba untuk
menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas.
f. Fase 6: Memberi Kesimpulan
Guru memberikan kesimpulan atau jawaban akhir dari semua
pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan.
g. Fase 7: Tes/ Kuis
Guru memberikan tes/ kuis kepada siswa secara individual.
h. Fase 8: Penghargaan
dengan predikat cukup, baik, sangat baik, dan sempurna.
7. Pembentukan dan Penghargaan Kelompok
Widyantini (2008: 10) mengemukakan salah satu cara
membentuk kelompok berdasarkan kemampuan akademik adalah:
Tabel 1 Pembentukan Kelompok
Tinggi
1 1 A 2 2 B 3 3 C 4 4 D
Sedang
5 5 D 6 6 C 7 7 B 8 8 A
Rendah
9 9 A 10 10 B 11 11 C 12 12 D
36
Menurut Slavin (dalam Widyantini, 2008: 10-11) guru
memberikan penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan nilai
peningkatan hasil belajar dari nilai dasar (awal) ke nilai kuis/ tes setelah
siswa bekerja dalam kelompok. Langkah-langkah memberi
penghargaan kelompok dijelaskan sebagai berikut.
a. Menentukan nilai dasar/awal masing-masing siswa. Nilai dasar/ awal dapat berupa nilai tes/kuis awal atau menggunakan nilai ulangan sebelumnya.
b. Menentukan nilai tes/kuis yang telah dilaksanakan setelah siswa bekerja dalam kelompok, misal nilai kuis I, nilai kuis II, atau rata-rata nilai kuis I dan kuis II kepada setiap siswa yang kita sebut nilai kuis terkini.
c. Menentukan nilai peningkatan hasil belajar yang besarnya ditentukan berdasarkan selisih nilai kuis terkini dan nilai dasar/ awal masing-masing siswa dengan menggunakan kriteria berikut ini.
Tabel 2 Penentuan Nilai Peningkatan Hasil Belajar
Kriteria Nilai Peningkatan
1. Nilai kuis/tes terkini turun lebih dari 10 poin dibawah nilai awal 5
2. Nilai kuis/tes terkini turun 1 sampai dengan 10 poin dibawah nilai awal. 10
3. Nilai kuis/tes terkini sama dengan nilai awal sampai dengan 10 diatas nilai awal. 20
4. Nilai kuis/tes terkini lebih dari 10 diatas nilai awal 30
Penghargaan kelompok diberikan berdasarkan rata-rata nilai
peningkatan yang diperoleh masing-masing kelompok dengan
memberikan predikat cukup, baik, sangat baik, dan sempurna. Kriteria
untuk status kelompok:
(rata-rata nilai peningkatan kelompok < 15)
Baik : bila rata-rata nilai peningkatan kelompok antara 15 dan
20 (15 ≤ rata-rata nilai peningkatan kelompok < 20)
Sangat baik : bila rata-rata nilai peningkatan kelompok antara 20 dan
25 (20 ≤ rata-rata nilai peningkatan kelompok < 25)
Sempurna : bila rata-rata nilai peningkatan kelompok lebih atau
sama dengan 25 (rata-rata nilaipeningkatankelompok ≥
25)
Pembelajaran Keterampilan Menulis Paragraf Berhuruf Jawa
Pembelajaran keterampilan menulis paragraf berhuruf Jawa
merupakan suatu kegiatan menuangkan atau melahirkan pikiran, gagasan,
ataupun ide ke dalam aksara Jawa yang saling bertalian mengenai situasi
atau keadaan dengan kata-kata, sehingga pembaca seolah-olah melihat,
mendengar, dan merasakan sendiri objek yang dilukiskan. Pada
pembelajaran menulis ini, menggunakan model NHT yang merupakan
strategi pembelajaran yang menggabungkan pembelajaran kelompok
dengan pembelajaran individu yang menempatkan siswa pada kelompok-
kelompok kecil yang heterogen untuk membantu siswa memahami
konsep yang sulit, menumbuhkan kemampuan berpikir secara kritis, dan
berinteraksi dengan sesama teman sebagai upaya untuk meningkatkan
motivasi dan prestasi belajar siswa.
38
dapat belajar secara kelompok bersama teman-temannya dengan cara
saling menghargai pendapat dan memberikan kesempatan kepada orang
lain untuk mengemukakan gagasan dan kesulitannya dalam belajar secara
kelompok. Dalam pembelajaran model NHT juga mengutamakan adanya
penghargaan tiap-tiap kelompok agar siswa lebih termotivasi untuk
belajar.
C. Kerangka Berpikir
Kemampuan siswa kelas VIII dari salah satu SMP di Sruweng pada
pembelajaran menulis paragraf berhuruf Jawa masih rendah. Hal ini
disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor tersebut diantaranya dari siswa itu
sendiri maupun strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru. Pemilihan
strategi atau metode pembelajaran yang tepat merupakan hal penting yang
perlu dipikirkan oleh guru agar mampu membawa siswa yang lebih aktif dan
produktif.
Selama ini strategi yang digunakan dalam pembelajaran bahasa Jawa
kurang bervariasi, sehingga siswa menjadi jenuh dan bosan. Selain itu, siswa
juga kurang aktif dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu perlu
diadakannya metode pembelajaran yang tepat dan bervariasi untuk dapat
menumbuhkan keaktifan siswa dan menghilangkan rasa jenuh dan bosan
dalam mengikuti pembelajaran bahasa Jawa (menulis paragraf berhuruf Jawa)
sehingga kemampuan menulis paragraf berhuruf Jawa dapat meningkat.
39
pembelajaran NHT. Model NHT adalah siswa diarahkan lebih aktif dalam
proses pembelajaran. Dengan keaktifan siswa dalam pembelajaran, maka
kemampuan siswa dalam pembelajaran menulis paragraf berhuruf Jawa dapat
meningkat dan rasa jenuh serta bosan dapat hilang.
Upaya meningkatkan kemampuan menulis paragraf berhuruf Jawa
dilakukan secara bersiklus (Siklus I dan Siklus II). Tiap siklus terdiri dari
empat tahap yaitu tahap perencanaan, tahap observasi, tahap tindakan, dan
tahap refleksi. Untuk menentukan kemajuan-kemajuan yang telah dicapai
dalam proses pembelajaran, hasil siklus I dan siklus II dibandingan dalam hal
pencapaian hasil kegiatan pembelajarannya. Hal tersebut digunakan untuk
mengetahui peningkatan kemampuan menulis paragraf berhuruf Jawa siswa
setelah mendapat perlakuan dengan menggunakan model NHT.
D. Hipotesis Tindakan
dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut.
1. Model NHT (Numbered Head Together) dapat meningkatkan
kemampuan menulis paragraf berhuruf Jawa siswa kelas VIII E SMP
Negeri 1 Sruweng tahun ajaran 2012/ 2013.
2. Model NHT (Numbered Head Together) dapat meningkatkan motivasi
belajar menulis paragraf berhuruf Jawa siswa kelas VIII E SMP Negeri 1
Sruweng tahun ajaran 2012/ 2013.
40
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Sruweng yang terletak di
Kecamatan Sruweng. Pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan pada bulan
Februari, April, Mei, Juni, Juli, Agustus 2012 di kelas VIII E SMP Negeri 1
Sruweng dengan rincian waktu pelaksanaan sebagai berikut.
Tabel 3 Jadwal Kegiatan Penelitian
No Keterangan Bulan/ Minggu
Febr April Mei Juni Juli Agustus 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Observasi 2 Pengajuan
Research), yang dibagi dalam dua siklus dengan empat tahapan, yaitu
perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi yang dilakukan secara
berulang.Penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap
kegiatan belajar berupa suatu tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi
dalam suatu kelas secara bersama (Arikunto dkk, 2010: 3).
40
41
penelitian tindakan kelas adalah sebagai berikut.
Gambar 1 Alur Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas
Penjelasan untuk masing-masing tahap adalah sebagai berikut.
Tahap 1: Menyusun rancangan tindakan (planning)
Dalam tahap menyusun ini peneliti menentukan titik atau fokus
peristiwa yan perlu mendapatkan perhatian yang khusus untuk
diamati. Kemudian membuat instrumen pengamatan untuk
membantu peneliti merekam fakta yang terjadi selama tindakan
berlangsung.
Pengamatan
Perencanaan
Tahap ke-2 dari penelitian tindakan adalah pelaksanaan yang
merupakan implementasi atau penerapan isi racangan, yaitu
mengenakan tindakan di kelas. Dalam tahap ini pelaksana guru
harus ingat dan berusaha mentaati apa yang sudah dirumuskan
dalam racangan, tetapi harus pula berlaku wajar, tidak dibuat-buat.
Dalam refleksi, keterkaitan antara pelaksanaan dengan perencanaan
perlu diperhatikan seara seksama agar singkron dengan maksud
semula.
yang terjadiketika tindakan berlangsung. Sambil melakukan
pengamatan balik ini, guru pelaksanamencatat sedikit demi sedikit
apa yang terjadi agar memperoleh data yang akurat untuk
perbaikan siklus berikutnya.
yang sudah dilakukan. Kegiatan refleksi ini sangat tepat dilakukan
ketika guru pelaksana sudah selesai melakukan tindakan, kemudian
berhadapan dengan peneliti untukmendiskusikan implementasi
rancangan tindakan.
C. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah guru dan siswa kelas VIII E SMP Negeri
1 Sruweng tahun ajaran 2012/ 2013 yang berjumlah 32 siswa. Penelitian ini
diterapkan pada pokok bahasan menulis paragraf berhuruf Jawa. Karena
penelitian ini dilaksanakan di kelas sendiri diharapkan tidak mengganggu
kegiatan belajar mengajar sehingga penelitian bersifat natural atau siswa tidak
merasa sedang dijadikan subjek peneliti.
Objek dalam penelitian ini adalah kemampuan menulis paragraf
berhuruf Jawa dan motivasi belajar siswa. Kemampuan menulis paragraf
berhuruf Jawa meliputi kemampuan penulisan aksara carakan, pasangan,
sandhangan, dan penggunaan tanda baca aksara Jawa pada siswa kelas VIII E
SMP Negeri 1 Sruweng yang diterapkan dengan model pembelajaran
kooperatif tipe NHT. Peningkatan kemampuan menulis paragraf berhuruf
Jawa berupa hasil pre test, post test I dan post test II. Motivasi belajar siswa
berupa observasi siswa dan angket refleksi sikap siswa.
D. Sumber Data dan Data
Sumber data ini digali dari dari sumber-sumber yang berupa guru dan
siswa kelas VIII E SMP Negeri 1 Sruweng, lokasi penelitian yaitu di SMP
Negeri 1 Sruweng Kecamatan Sruweng Kabupaten Kebumen, dan perangkat
pembelajaran yang berupa silabus SMP.
Data dalam penelitian ini adalah keseluruhan informasi tentang
kemampuan menulis paragraf berhuruf Jawa dengan model NHT dan
motivasi siswa.
pengumpulan data. Instrumen dalam penelitian ini menggunakan bentuk tes
dan non tes.
1. Instrumen tes
atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keteramplian,
pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh
individu atau kelompok. Tes dalam instrumen ini terdiri dari satu item
pertanyaan yang diambil dari indikator pembelajaran yaitu siswa menulis
paragraf ke dalam aksara Jawa. Adapun pedoman penilaian dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
Nilai akhir = x 100
Aspek Penilaian sebagai berikut:
Tabel 4 Penilaian ketrampilan menulis paragraf berhuruf Jawa
No Rentang Nilai Kategori 1 91-100 Sangat Baik 2 86-90 Baik 3 81-85 Sedang 4 75-80 Cukup 5 < 75 Kurang
45
pula dengan pengamatan, meliputi kegiatan pemusatan perhatian
terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra. Jadi,
mengobservasi dapat dilakukan melalui penglihatan, penciuman,
pendengaran, peraba, dan pengecap. (Suharsimi, 2006: 156).
Observasi dalam penelitian ini berupa lembar pengamatan
untuk guru dan siswa. Lembar ini berisi aktivitas guru dan aktivitas
siswa selama proses pembelajaran, pengamatan ini dilakukan dengan
memberi tanda chek list (√).
Tabel 5 Lembar Observasi Aktivitas Guru
No Aspek yang diamati Ya Tidak 1 Guru memberikan apersepsi dan memotivasi siswa 2 Guru menyampaikan materi pembelajaran atau
permasalahan kepada siswa sesuai dengan kompetensi dasar yang akan dicapai
3 Guru menginformasikan tentang model NHT 4 Guru membagi kelompok secara heterogen yang terdiri
dari 4-5 orang siswa dan memberi nomor pada setiap siswa 5 Guru mengajukan permasalahan untuk dipecahkan bersama
dalam kelompok dengan memberikan LKS pada tiap kelompok
6 Guru membimbing jalannya diskusi kelompok 7 Guru mengecek pemahaman siswa dengan menyebut salah
satu nomor untuk menjawab 8 Guru memberikan tes evaluasi secara individual kepada
siswa 9 Guru memberikan penghargaan kelompok 10 Guru memberikan kesimpulan pada akhir pembelajaran
46
Tabel 6 Lembar Observasi Aktivitas Siswa
No Aspek yang diamati Ya Tidak 1 Siswa memperhatikan dan mengikuti pelajaran dengan baik 2 Siswa melakukan tanya jawab dengan aktif 3 Siswa bertanya mengenai hal yang belum paham 4 Siswa berkelompok sesuai dengan ketentuan guru 5 Siswa saling berdiskusi dengan kelompoknya 6 Siswa bekerja sama dengan baik bersama anggota
kelompoknya 7 Siswa berpikir bersama untuk menyelesaikan permasalahan
yang terdapat dalam LKS 8 Siswa dapat mempelajari materi dengan model
pembelajaran yang diberikan oleh guru 9 Siswa yang dipanggil nomornya oleh guru menuliskan
jawabannya di papan tulis 10 Siswa mengerjakan tes evaluasi yang diberikan oleh guru
b. Angket atau Kuesioner
pertanyaan yang tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi
dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal
yang ia ketahui. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan kuesioner
tertutup yang sudah disediakan jawabannya sehingga responden
tinggal memilih. Angket yang dikembangkan mencakup unsur
kesenangan mempelajari pelajaran bahasa Jawa, pemahaman terhadap
materi yang diberikan dengan model NHT dan unsur kemauan atau
penerimaan terhadap pelajaran bahasa Jawa. Pengisian lembar angket
ini dengan memberikan tanda chek list (√).
47
Tabel 7 Angket Refleksi Sikap Siswa
No Pertanyaan SS S BS TS STS 1 Saya tertarik mengikuti pelajaran bahasa
Jawa 2 Saya mengikuti dengan serius setiap ada
jam pelajaran bahasa Jawa 3 Saya selalu mendengarkan dan
memperhatikan apabila guru sedang menerangkan materi
4 Saya menjaga ketertiban saat pelajaran bahasa Jawa di dalam kelas
5 Saya memahami materi aksara Jawa dengan model NHT
6 Saya menyukai belajar dalam kelompok NHT
7 Saya tertarik dalam melakukan diskusi kelompok pada pembelajaran di kelas
8 Saya selalu aktif dalam kelompok saat memecahkan masalah
9 Dalam diskusi kelompok, saya dan teman saya saling membantu dalam memahami materi aksara Jawa
10 Saya belajar dengan sungguh-sungguh agar nilai saya dan kelompok saya bagus
11 Saya mengerjakan tes evaluasi yang diberikan oleh guru dengan sungguh- sungguh
12 Saya bangga jika nilai kelompok saya memperoleh nilai tertinggi
13 Saya termotivasi untuk belajar dengan penghargaan kelompok yang dilakukan dalam pembelajaran kooperatif
14 Saya menyukai cara guru mengajar dengan model NHT
15 Saya berharap model ini diterapkan dalam pokok bahasan lain
Keterangan SS : Sangat Setuju S : Setuju BS : Biasa Saja TS : Tidak Setuju STS : Sangat Tidak Setuju
48
teknik nontes.
pre test dan post test. Pre test dilaksanakan sebelum pembelajaran
menulis paragraf berhuruf Jawa dengan model NHT. Untuk post test
dilakukan setiap akhir pembelajaran yaitu pada siklus I dan II.
2. Teknik Nontes
aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung.
Metode observasi merupakan metode yang memungkinkan peneliti
dapat mengamati dari dekat gejala pendidikan. Dalam menggunakan
metode observasi, cara yang paling efektif adalah melengkapinya
dengan format atau lembar pengamatan sebagai instrumen. Observasi
ini juga digunakan untuk mengetahui pengaruh model NHT terhadap
motivasi siswa. Jadi, observasi merupakan lembar pengamatan yang
diteliti oleh peneliti dengan menggunakan tanda chek list (√).
b. Angket
model pembelajaran yang diterapkan oleh peneliti dan untuk
49
memberi tanda pada jawaban yang dipilih. Hasil angket ini digunakan
untuk mengetahui pengaruh model NHT terhadap motivasi belajar
siswa.
data dan refleksi terhadap data dalam penelitian kualitatif. Proses
catatan lapangan ini dilakukan setiap mengadakan penelitian, yang
mencakup semua fenomena yang teramati selama penelitian
berlangsung yang meliputi komponen ruang, pelaku, dan kegiatan
dalam setting yang berhubungan langsung dengan fokus penelitian.
Catatan lapangan untuk mengamati proses pembelajaran.
Sumber data yang berupa catatan lapangan berasal dari
catatan selama proses pembelajaran berupa data aktivitas siswa dan
guru.
siswa pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. Dokumentasi
dalam instrument non tes berupa foto-foto atau gambar selama
kegiatan penelitian berlangsung didalam kelas.
50
Pada penelitian ini digunakan teknik analisis deskriptif dengan
membandingkan hasil tes yang meliputi pre test, post test I, dan post test II
sebelum tindakan dengan hasil setelah tindakan. Selain itu, metode deskriptif
ini juga digunakan untuk membandingkan pengaruh model NHT terhadap
motivasi belajar siswa yang meliputi analisis hasil observasi dan hasil angket
sikap siswa.
berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap objek
yang diteliti melalui data sampel atau populasi sebagaimana adanya, tanpa
melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum.
Pada statistik deskriptif ini, akan dikemukakan cara-cara penyajian data,
dengan tabel biasa maupun distribusi frekuensi, grafik garis maupun batang,
diagram lingkaran, pictogram, penjelasan kelompok melalui modus, median,
mean, dan variasi kelompok melalui rentang dan simpangan baku. Dalam
analisis ini, hasil tes siswa meliputi pre test, post test I dan post test II dicari
menggunakan rumus:
: Nilai x ke i sampai ke n
n : Jumlah individu
Keterangan:
: Nilai x ke i sampai ke n
n : Jumlah individu
100% : dalam persen
Untuk mengetahui terdapat peningkatan hasil pembelajaran menulis
paragraf berhuruf Jawa atau tidak maka hasil nilai siklus I dibandingkan
dengan nilai siklus II. Sehingga akan diketahui peningkatan kemampuan
menulis paragraf berhuruf Jawa dengan menggunakan model NHT.
H. Teknik Validitas Instrumen
merupakan dukungan bukti dan teori terhadap penafsiran hasil tes sesuai
dengan tujuan penggunaan tes. Proses validasi merupakan pengumpulan
bukti-bukti untuk menunjukkan dasar saintifik penafsiran skor sebagaimana
yang direncanakan.
Popham (dalam Nurgiyantoro, 2010:155) validitas isi adalah validitas yang
pembuktiannya berdasarkan isi (Content-Related Evidence). Validitas isi
52
adalah proses penentuan sejauh mana alat tes itu relevan dan dapat mewakili
ranah yang dimaksudkan.
I. Indikator Keberhasilan
Penelitian tindakan kelas ini dikatakan berhasil apabila terjadi
peningkatan prestasi belajar yang diperoleh siswa yang berdasarkan
perhitungan analisis statistik deskriptif kemudian dibandingkan dengan KKM
sebesar 75. Model NHT dapat dikatakan berhasil apabila nilai rerata hasil
belajar siswa memenuhi nilai KKM (≥ 75) dan dapat dikatakan belum
berhasil apabila nilai rerata hasil belajar siswa lebih kecil dari KKM.
Indikator lain yang digunakan untuk menentukan keberhasilan dari
penggunaan model NHT yaitu berupa peningkatan motivasi belajar siswa
terhadap penggunaan model NHT.
A. Hasil penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Sruweng
pada bulan Juli s/d Agustus 2012. Subjek penelitian adalah guru dan siswa
kelas VIII E yang terdiri dari 32 siswa. Tujuan dari penelitian ini untuk
mengetahui peningkatan kemampuan menulis paragraf berhuruf Jawa dan
motivasi siswa setelah menggunakan pembelajaran model NHT (Numbered
Head Together).
Penelitian tindakan kelas ini terdiri atas pra siklus, siklus I, dan siklus
II. Paparan data yang peneliti sajikan ini diperoleh berdasarkan hasil dari tes
prestasi belajar, observasi, angket tanggapan siswa terhadap pembelajaran
model NHT dan motivasi belajar siswa kelas VIII E SMP Negeri 1 Sruweng
Kabupaten Kebumen, catatan lapangan, serta dokumentasi foto sebagai
pelengkap penelitian. Secara rinci deskripsi data penelitian berdasarkan
rumusan masalah yang diperoleh dari hasil penelitian adalah sebagai berikut.
1. Langkah-langkah Pembelajaran Menulis Paragraf Berhuruf Jawa
dengan Model NHT
Data mengenai kondisi awal didapatkan dari observasi awal
yang dilaksanakan peneliti pada hari Rabu, 25 Juli 2012. Rata-rata
hasil penilaian pra siklus didapat dari pembelajaran menulis paragraf
berhuruf Jawa sebelum menggunakan model NHT adalah 35,16. Rata-
53
54
menunjukkan bahwa siswa mengalami kesulitan dalam mempelajari
dan memahami konsep-konsep dari materi ini. Oleh karena itu peneliti
mencoba menerapkan model NHT (Numbered Head Together) yang
diharapkan menjadi jalan keluar dari masalah yang terjadi dalam usaha
meningkatkan keterampilan menulis paragraf berhuruf Jawa.
b. Siklus I
pada siklus I sebagai berikut.
1) Menyusun rancangan tindakan (Planning)
Pada tahapan ini dilakukan berbagai persiapan dan
perencanaan meliputi: menyiapkan silabus, menyiapkan rencana
pembelajaran (RPP) yang dikembangkan dengan menggunakan
model NHT (Numbered Head Together) pada materi menulis
paragraf berhuruf Jawa, menyiapkan sarana dan media
pembelajaran yang akan digunakan, menyiapkan instrumen
penelitian, dan menyusun kelompok kooperatif
2) Pelaksanaan Tindakan (Acting)
pelaksanaan dalam penelitian ini meliputi tiga proses pembelajaran
yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir/ penutup.
55
penjelasan materi, pembagian kelompok kooperatif, dan diskusi.
Serta penutup meliputi refleksi terhadap diskusi siswa, penguatan
terhadap materi, dan tes akhir siklus.
3) Pengamatan (Observing)
penggunaan model NHT dalam pengajaran bahasa Jawa. Pada
tahapan ini, pengamatan dilakukan untuk mengamati aktivitas
guru, aktivitas belajar siswa, dan proses kegiatan serta perubahan
yang terjadi pada proses pembelajaran model NHT.
4) Refleksi (Reflecting)
direfleksi. Perubahan dan kekurangan dalam proses pembelajaran
siklus I diupayakan pemecahan permasalahannya dan kesulitan-
kesulitan yang terjadi waktu pelaksanaan proses pembelajaran.
Sedangkan kelebihan pada proses pembelajaran siklus I perlu
dipertahankan dan ditingkatkan. Kekurangan dan belum
berhasilnya proses pembelajaran tersebut dapat dievaluasi dan
diperbaiki pada siklus II.
pada siklus I, jadi proses pembelajaran pada siklus II merupakan
refleksi pelaksanaan pembelajaran siklus I.
56
Perencanaan pada siklus II meliputi menyiapkan silabus,
menyiapkan rencana pembelajaran (RPP) yang dikembangkan
dengan menggunakan model NHT (Numbered Head Together)
pada materi menulis paragraf berhuruf Jawa, menyiapkan sarana
dan media pembelajaran yang akan digunakan, dan menyiapkan
instrumen penelitian.
Tahapan tindakan pada siklus II sama dengan siklus I yang
kemudian diakhiri dengan tes akhir siklus.
3) Pengamatan (Observing)
pada lembar observasi aktivitas guru dan siswa, serta angket
tanggapan siswa. Yang diamati dalam pelaksanaan siklus II adalah
pengaruh model pembelajaran dan aktivitas guru beserta siswa
pada saat proses pembelajaran.
dievaluasi. Peningkatan kemampuan, pengaruh model
pembelajaran, motivasi belajar dan prestasi belajar siswa direfleksi
untuk menentukan peningkatan kemampuan menulis paragraf
berhuruf Jawa pada siswa kelas VIII E SMP Negeri 1 Sruweng
dengan menggunakan model NHT berhasil dilaksanakan.
57
a. Observasi Awal
Observasi awal siswa kelas VIII E SMP Negeri 1 Sruweng
pada saat mengikuti pelajaran bahasa Jawa terhadap motivasi belajar
masih rendah. Hal ini disebabkan kurangnya antusias siswa dalam
mengikuti pembelajaran. Kurang bervariasi model pembelajaran yang
digunakan menjadikan siswa bosan, melamun, serta asik ngobrol
sendiri dengan teman sebangku. Oleh karena itu kegiatan pembelajaran
menjadi tidak kondusif dan siswa terlihat sangat pasif.
b. Siklus I
refleksi sikap siswa dengan pembelajaran model NHT siklus I terhadap
motivasi belajar menunjukkan bahwa siswa sudah mulai memiliki
ketertarikan terhadap proses pembelajaran. Selain itu, juga dilakukan
observasi terhadap aktivitas guru. Hal tersebut dapat diketahui melalui
tabel berikut ini.
Tabel 8 Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I
No Aspek yang diamati Ya Tidak 1 Guru memberikan apersepsi dan memotivasi siswa 2 Guru menyampaikan materi pembelajaran atau

3 Guru menginformasikan tentang model NHT 4 Guru membagi kelompok secara heterogen yang terdiri

58
6 Guru membimbing jalannya diskusi kelompok 7 Guru mengecek pemahaman siswa dengan menyebut salah
satu nomor untuk menjawab

9 Guru memberikan penghargaan kelompok 10 Guru memberikan kesimpulan pada akhir pembelajaran
Tabel 9 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus I
No Aspek yang diamati Ya Tidak 1 Siswa memperhatikan dan mengikuti pelajaran dengan baik 2 Siswa melakukan tanya jawab dengan aktif 3 Siswa bertanya mengenai hal yang belum paham 4 Siswa berkelompok sesuai dengan ketentuan guru 5 Siswa saling berdiskusi dengan kelompoknya 6 Siswa bekerja sama dengan baik bersama anggota
kelompoknya



Tabel 10 Angket Refleksi Sikap Siswa Siklus I
No Pertanyaan Siklus I (%) SS S BS TS STS
1 Saya tertarik mengikuti pelajaran bahasa Jawa
18,75 68,75 12,5 - -
2 Saya mengikuti dengan serius setiap ada jam pelajaran bahasa Jawa
21,88 46,88 31,25 - -
3 Saya selalu mendengarkan dan memperhatikan apabila guru sedang menerangkan materi
21,88 59,38 18,75 - -
4 Saya menjaga ketertiban saat pelajaran bahasa Jawa di dalam kelas
25 59,38 15,63 - -
21,88 43,75 34,38 - -
18,75 53,13 28,13 - -
59
7 Saya tertarik dalam melakukan diskusi kelompok pada pembelajaran di kelas
12,5 59,38 28,13 - -
12,5 46,88 40,63 - -
9 Dalam diskusi kelompok, saya dan teman saya saling membantu dalam memahami materi aksara Jawa
31,25 50 18,75 - -
10 Saya belajar dengan sungguh- sungguh agar nilai saya dan kelompok saya bagus
43,75 50 6,25 - -
11 Saya mengerjakan tes evaluasi yang diberikan oleh guru dengan sungguh- sungguh
31,25 53,13 15,63 - -
12 Saya bangga jika nilai kelompok saya memperoleh nilai tertinggi
59,38 37,5 3,13 - -
- - - - -
25 59,38 15,63 - -
15 Saya berharap model ini diterapkan pada pokok bahasan lain
15,63 53,13 31,25 - -
Keterangan SS : Sangat Setuju S : Setuju BS : Biasa Saja TS : Tidak Setuju STS : Sangat Tidak Setuju
c. Siklus II
pembelajaran model NHT. Hal ini dibuktikan dengan respon positif
yang diberikan siswa pada proses pembelajaran. Selain itu, observasi
aktivitas guru juga dapat berlangsung optimal. Berikut ini disajikan
hasil observasi aktivitas guru, dan angket sikap siswa siklus II.
60
Tabel 11 Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus II
No Aspek yang diamati Ya Tidak 1 Guru memberikan apersepsi dan memotivasi siswa 2 Guru menyampaikan materi pembelajaran atau
permasalahan kepada siswa sesuai dengan kompetensi dasar yang akan dicapai
3 Guru menginformasikan tentang model NHT 4 Guru membagi kelompok secara heterogen yang terdiri

6 Guru membimbing jalannya diskusi kelompok 7 Guru mengecek pemahaman siswa dengan menyebut salah
satu nomor untuk menjawab

9 Guru memberikan penghargaan kelompok 10 Guru memberikan kesimpulan pada akhir pembelajaran
Tabel 12 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus II
No Aspek yang diamati Ya Tidak 1 Siswa memperhatikan dan mengikuti pelajaran dengan baik 2 Siswa melakukan tanya jawab dengan aktif 3 Siswa bertanya mengenai hal yang belum paham 4 Siswa berkelompok sesuai dengan ketentuan guru 5 Siswa saling berdiskusi dengan kelompoknya 6 Siswa bekerja sama dengan baik bersama anggota
kelompoknya



61
No Pertanyaan Siklus II (%) SS S BS TS STS
1 Saya tertarik mengikuti pelajaran bahasa Jawa
37,5 56,25 6,25 - -
2 Saya mengikuti dengan serius setiap ada jam pelajaran bahasa Jawa
15,63 32,25 15,63 - -
3 Saya selalu mendengarkan dan memperhatikan apabila guru sedang menerangkan materi
46,88 46,88 6,25 - -
4 Saya menjaga ketertiban saat pelajaran bahasa Jawa di dalam kelas
43,75 56,25 - - -
68,75 31,25 - - -
46,88 53,13 - - -
7 Saya tertarik dalam melakukan diskusi kelompok pada pembelajaran di kelas
31,25 68,75 - - -
35,5 62,5 - - -
9 Dalam diskusi kelompok, saya dan teman saya saling membantu dalam memahami materi aksara Jawa
43,75 46,88 9,38 - -
10 Saya belajar dengan sungguh- sungguh agar nilai saya dan kelompok saya bagus
53,13 46,88 - - -
11 Saya mengerjakan tes evaluasi yang diberikan oleh guru dengan sungguh- sungguh
62,5 37,5 - - -
12 Saya bangga jika nilai kelompok saya memperoleh nilai tertinggi
62,5 37,5 - - -
13 Saya termotivasi untuk belajar dengan penghargaan kelompok yang dilakukan dalam pembelajaran kooperatif
46,88 46,88 6,25 - -
43,75 56,25 - - -
15 Saya berharap model ini diterapkan pada pokok bahasan lain
68,75 31,25 - - -
62
BS : Biasa Saja TS : Tidak Setuju STS : Sangat Tidak Setuju
3. Peningkatan Kemampuan Menulis Paragraf Berhuruf Jawa Pada
Siswa Kelas VIII E SMP Negeri 1 Sruweng Tahun Ajaran 2012/ 2013
setelah Memperoleh Pembelajaran Model NHT
a. Observasi Awal (Pra Siklus)
Data mengenai kondisi awal didapatkan dari observasi awal
yang dilaksanakan peneliti pada hari Rabu, 25 Juli 2012. Hasil
penilaian pra siklus didapat dari pembelajaran menulis paragraf
berhuruf Jawa sebelum menerapkan pembelajaran model NHT dengan
soal berbentuk paragraf. Adapun hasil tes pra siklus adalah sebagai
berikut.
No Nama Jumlah Benar Nilai Kategori
1 Ade Lia Utami 160 88,89 Baik 2 Agustin Tri Marliana 164 91,11 Sangat Baik 3 Akhmad Zulkhani 54 30 Kurang 4 Almira Umi Kulsum 71 39,44 Kurang 5 Anggun Widi Asmara 64 35,56 Kurang 6 Dafit Munawar 58 32,22 Kurang 7 Desi Kurniasari 59 32,78 Kurang 8 Devi Yanti P. 48 26,67 Kurang 9 Dwi Retno Apriliana Putri 66 36,67 Kurang 10 Felia Novianti 63 35 Kurang 11 Fiqri Nur Arizal 56 31,11 Kurang 12 Hermawan 53 29,44 Kurang 13 Hilda Revina Smith 36 20 Kurang 14 Ibnu Fajar Setia Budi 42 23,33 Kurang 15 Ikhtiyarri N. 48 26,67 Kurang 16 Khamim Rofiki 100 55,56 Kurang
63
17 Khanifan 43 23,89 Kurang 18 Lukman Hakim 60 33,33 Kurang 19 Megi Pritama 52 28,89 Kurang 20 M. Rianto 65 36,11 Kurang 21 M. Arif S. 50 27,78 Kurang 22 Muliawati C.D. 56 31,11 Kurang 23 Novika Rovik Agung M. 39 21,67 Kurang 24 Nur Aini Rahmawati 72 40 Kurang 25 Nur Alif M. 81 45 Kurang 26 Rahmah Indah Lestari 62 34,44 Kurang 27 Rosyid Abdulah 50 27,78 Kurang 28 Refita D.A. 47 26,11 Kurang 29 Saeful Fatah 46 25,56 Kurang 30 Su’ban Faozi 57 31,67 Kurang 31 Upi Sulistianingsih 50 27,78 Kurang 32 Vitri Puspasari 53 29,44 Kurang
Jumlah 1125,01 Rata-rata 35,16 Kurang
Nilai tertinggi 91,11 Sangat Baik Nilai terendah 20 Kurang
Dari hasil pra siklus tersebut, diperoleh rata-rata sebesar 35,16
dengan kategori kurang. Siswa yang mencapai batas tuntas sebanyak 2
siswa dengan ketuntasan belajar 6,25%. Dari hasil tersebut masih jauh
di bawah standar ketuntasan minimal yaitu sebesar 75.
b. Siklus I
mengalami peningkatan dibandingkan dengan data pra siklus. Adapun
hasil nilai siklus I adalah sebagai berikut.
Tabel 15 Daftar Nilai Siklus I
No Nama Jumlah Benar Nilai Kategori
1 Ade Lia Utami 95 95 Sangat Baik 2 Agustin Tri Marliana 93 93 Sangat Baik 3 Akhmad Zulkhani 75 75 Cukup
64
4 Almira Umi Kulsum 87 87 Baik 5 Anggun Widi Asmara 74 74 Kurang 6 Dafit Munawar 63 63 Kurang 7 Desi Kurniasari 60 60 Kurang 8 Devi Yanti P. 87 87 Baik 9 Dwi Retno Apriliana Putri 85 85 Sedang 10 Felia Novianti 75 75 Cukup 11 Fiqri Nur Arizal 54 54 Kurang 12 Hermawan 74 74 Kurang 13 Hilda Revina Smith 88 88 Baik 14 Ibnu Fajar Setia Budi 60 60 Kurang 15 Ikhtiyarri N. 53 53 Kurang 16 Khamim Rofiki 87 87 Baik 17 Khanifan 85 85 Sedang 18 Lukman Hakim 81 81 Sedang 19 Mesi Pritama 57 57 Kurang 20 M. Rianto 50 50 Kurang 21 M. Arif S. 43 43 Kurang 22 Muliawati C.D. 55 55 Kurang 23 Novika Rovik Agung M. 74 74 Kurang 24 Nur Aini Rahmawati 84 84 Sedang 25 Nur Alif M. 84 84 Sedang 26 Rahmah Indah Lestari 50 50 Kurang 27 Rosyid Abdulah 70 70 Kurang 28 Refit DA 87 87 Baik 29 Saeful Fatah 60 60 Kurang 30 Su’ban Faozi 59 59 Kurang 31 Upi Sulistianingsih 63 63 Kurang 32 Vitri Puspasari 92 92 Sangat Baik
Jumlah 2304 Rata-rata 72 Kurang
Nilai tertinggi 95 Sangat Baik Nilai terendah 43 Kurang
Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa rata-rata hasil
belajar siswa siklus I sebesar 72 dengan kategori kurang. Nilai
tertinggi pada siklus I adalah 95 berkategori sangat baik dan nilai
terendah adalah sebesar 43 berkategori kurang. Siswa yang tuntas
65
Selain nilai akhir siklus I (post test I), dalam pelaksanaan
model NHT terdapat penghargaan kelompok yang diukur dari nilai
peningkatan hasil belajar dan status kelompok. Hasil prestasi belajar
kelompok dibandingkan dengan kelompok lain untuk memperoleh
penghargaan kelompok (status kelompok). Nilai peningkatan hasil
belajar dan status kelompok pada siklus I adalah sebagai berikut.
Tabel 16 Nilai Peningkatan Hasil Belajar dan Status Kelompok Siklus I
Kelompok Siklus I
Rata-rata nilai peningkatan kelompok Status kelompok
Werkudara 27,5 Sempurna Puntadewa 27,5 Sempurna Janaka 30 Sempurna Nakula 30 Sempurna Sadewa 30 Sempurna Dewi Kunthi 30 Sempurna Srikandi 30 Sempurna Setyawati 30 Sempurna
Keterangan
Baik : bila rata-rata nilai peningkatan kelompok antara 15
dan 20 (15 ≤ rata-rata nilai peningkatan kelompok <
20).
66
dan 25 (20 ≤ rata-rata nilai peningkatan kelompok <
25).
sama dengan 25 (rata-rata nilai peningkatan
kelompok ≥ 25).
Hasil evaluasi pada siklus II mengalami peningkatan
dibandingakan dengan data pada siklus I, pada siklus II diperoleh rata-
rata sebesar 84,42 berkategori sedang dengan ketuntasan belajar adalah
87,50%. Nilai tertinggi siklus II adalah 100 dengan kategori sangat
baik dan nilai terendah adalah 58,76 dengan kategori kurang. Untuk
lebih jelasnya lihat tabel berikut ini.
Tabel 17 Daftar Nilai Siklus II
No Nama Jumlah Benar Nilai Kategori
1 Ade Lia Utami 97 100 Sangat Baik 2 Agustina Tri Marliana 94 96,91 Sangat Baik 3 Akhmad Zulkhani 86 88,66 Baik 4 Almira Umi Kulsum 93 95,88 Sangat Baik 5 Anggun Widi Asmara 86 88,66 Baik 6 Dafit Munawar 76 78,35 Cukup 7 Desi Kurniasari 81 83,51 Sedang 8 Devi Yanti P. 57 58,76 Kurang 9 Dwi Retno Apriliana Putri 88 90,72 Sangat Baik 10 Felia Novianti 88 90,72 Sangat Baik 11 Fiqri Nur Arizal 86 88,66 Baik 12 Hermawan 90 92,78 Sangat Baik 13 Hilda Revina Smith 74 78,72 Cukup 14 Ibnu Fajar Setia Budi 83 85,57 Baik
67
15 Ikhtiyarri N. 70 72,16 Kurang 16 Khamim Rofiki 91 93,81 Sangat Baik 17 Khanifan 71 73,20 Kurang 18 Lukman Hakim 83 85,57 Sangat Baik 19 Megi Pritama 66 68,04 Kurang 20 M. Rianto 87 89,70 Baik 21 M. Arif S. 77 79,38 Cukup 22 Muliawati C.D. 79 81,44 Sedang 23 Novika Rovik Agung M. 81 83,51 Sedang 24 Nur Aini Rahmawati 80 82,47 Sedang 25 Nur Alif M. 92 94,85 Sangat Baik 26 Rahmah Indah Lestari 75 77,32 Cukup 27 Rosyid Abdulah 80 82,47 Sedang 28 Refita D.A. 75 77,32 Cukup 29 Saeful Fatah 77 79,38 Cukup 30 Su’ban Faozi 77 79,38 Cukup 31 Upi Sulistianingsih 85 87,63 Baik 32 Vitri Puspasari 93 95,88 Sangat Baik
Jumlah 2701,41 Rata-rata 84,42 Sedang
Nilai tertinggi 100 Sangat Baik Nilai terendah 58,76 Kurang
Adapun nilai peningkatan hasil belajar dan status kelompok
siswa pada siklus II adalah sebagai berikut.
Tabel 18 Nilai Peningkatan Hasil Belajar dan Status Kelompok Siklus II
Kelompok Siklus II
Rata-rata nilai peningkatan kelompok Status kelompok
Werkudara 27,5 Sempurna Puntadewa 30 Sempurna Janaka 30 Sempurna Nakula 30 Sempurna Sadewa 30 Sempurna Dewi Kunthi 30 Sempurna Srikandi 30 Sempurna Setyawati 30 Sempurna
68
Keterangan
Baik : bila rata-rata nilai peningkatan kelompok antara 15
dan 20 (15 ≤ rata-rata nilai peningkatan kelompok <
20).
dan 25 (20 ≤ rata-rata nilai peningkatan kelompok <
25).
sama dengan 25 (rata-rata nilai peningkatan
kelompok ≥ 25).
B. Pembahasan
dengan Model NHT
Data mengenai kondisi awal didapatkan dari observasi awal
yang dilaksanakan peneliti pada hari Rabu, 25 Juli 2012. Dari hasil
pra siklus tersebut, diperoleh rata-rata sebesar 35,16 dengan kategori
kurang. Siswa yang mencapai batas tuntas sebanyak 2 siswa dengan
ketuntasan belajar 6,25%. Dari hasil tersebut masih jauh di bawah
standar ketuntasan minimal yaitu sebesar 75.
69
materi ini. Seperti kesalahan dalam penggunaan huruf Jawa,
pasangan dan sandhangan serta tanda baca. Selanjutnya peneliti da
guru menganalisis kesalahan dan kekurangan yang terjadi pada
kegiatan pra siklus ini. Untuk menangani masalah yang ada peneliti
menerapkan model NHT (Numbered Head Together) yang
diharapkan menjadi jalan keluar dari masalah yang terjadi dalam
usaha meningkatkan keterampilan menulis paragraf berhuruf Jawa
pada siklus I dan siklus II.
b. Siklus I
meningkatkan kemampuan menulis paragraf berhuruf Jawa dan
motivasi belajar. Siklus I ini menggunakan pembelajaran model
NHT.
(planning), pelaksanaan tindakan (acting), pengamatan (observing),
dan refleksi (reflecting). Berikut ini tahapan pelaksanaan pada siklus
I.
70
Rancangan tindakan pada siklus I meliputi (a)
menyiapkan silabus, (b) menyiapkan rencana pembelajaran
(RPP) yang dikembangkan dengan menggunakan model NHT
(Numbered Head Together) pada materi menulis paragraf
berhuruf Jawa, (c) menyiapkan media pembelajaran, (d)
menyiapkan instrumen penelitian, misalnya lembar observasi
aktivitas guru, lembar observasi aktivitas siswa, angket atau
kuesioner, menyiapkan LKS dan soal evaluasi untuk mengukur
hasil belajar siswa, dan (e) menyusun kelompok kooperatif yang
beranggotakan masing-masing kelompok 4 siswa. Pembentukan
kelompok tersebut berdasarkan nilai tes pra siklus.
2.) Pelaksanaan Tindakan (Acting)
Tindakan kelas siklus 1 dilaksanakan sebanyak satu
pertemuan yaitu pada hari Rabu, 1 Agustus 2012 selama dua jam
pelajaran yang dimulai pukul 10.30-11.30 WIB dengan jumlah
siswa yang hadir sebanyak 32 siswa. Kegiatan pembelajaran
diawali dengan guru memberikan salam, melakukan absensi
kehadiran siswa dan memotivasi siswa. Kemudian guru
menginformasikan pendekatan pembelajaran menggunakan
Memasuki kegiatan inti pada fase 1 yaitu persiapan, guru
menyampaikan materi pembelajaran atau permasalahan kepada
71
siswa sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai. Pada fase 2
yaitu penomoran, guru berkolaborasi dengan peneliti melakukan
pembagian kelompok yang dibentuk berdasarkan kemampuan
prestasi sebelumnya. Kelompok yang terbentuk sebanyak 8
kelompok dan setiap kelompok sebanyak 4 siswa yang diberi
nomor 1-4 kepada setiap anggota kelompok. Setelah siswa
berkumpul dengan kelompoknya pada fase 3 yaitu mengajukan
permasalahan. Guru bersama peneliti membagikan lembar kerja
siswa kepada setiap kelompok.
mendiskusikan permasalahan yang terdapat dalam LKS. Guru
memberikan penjelasan singkat tentang LKS dan soal yang harus
dikerjakan siswa dalam diskusi kelompok serta mengamati dan
membimbing jalannya diskusi kelompok tetapi tidak secara
menyeluruh. Pada fase 5 yaitu menjawab guru memanggil suatu
nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya sesuai
mengacungkan tangannya dan menuliskan jawaban hasil
diskusinya. Pada kesempatan ini guru memanggil siswa
bernomor 4 untuk menyelesaikan soal (kalimat 2). Semua siswa
yang bernomor 4 unjuk jari dan kemudian guru menunjuk
perwakilan dari kelompok Srikandi. Karena jawaban siswa dari
kelompok Srikandi belum benar, kelompok lain memberikan
sanggahan untuk membenarkan jawaban, pada saat itu guru
72
benar dipapan tulis kemudian guru melanjutkan kenomor lain
sampai selesai.
kembali ketempat duduk masing-masing kemudian dilanjutkan
fase 6 yaitu memberi kesimpulan. Karena waktu yang tidak
cukup maka guru tidak memberi kesimpulan pada akhir
pembelajaran. Dilanjutkan pada fase 7 tes/ kuis secara individual
untuk mengetahui prestasi belajar siswa. Hampir semua siswa
merasa kaget dan tidak siap jika diadakan post tes. Tetapi
akhirnya post test berjalan dengan baik walaupun ada beberapa
siswa yang masih bingung mengerjakannya. Selain tes diakhir
siklus, siswa mengisi angket tanggapan siswa terhadap model
pembelajaran NHT.
46,88%. Siswa yang tuntas sebanyak 15 siswa. Nilai rata-rata
post tes tersebut belum memenuhi KKM (≥ 75).
3.) Pengamatan (Observing)
kegiatan interpretasi. Pengamatan ini berfungsi untuk
mendokumentasikan pengaruh tindakan dan proses tindakan.
73
Hal-hal yang diamati dalam siklus I ini adalah (a) proses
tindakan siklus I, (b) pengaruh tindakan baik disengaja maupun
tidak disengaja, (c) keadaan dan kendala yang terjadi pada siklus
I, (d) bagaimana pengaruh kendala dan keadaan tersebut
menghambat atau mempermudah pembelajaran. Bentuk
pengamatan yang dilaksanakan pada siklus I meliputi lembar
observasi aktivitas guru dan aktivitas belajar siswa, serta angket
sikap siswa terhadap model pembelajaran NHT.
Pada lembar observasi aktivitas guru aspek yang diamati
adalah pemberian apersepsi, penyampaian materi, penjelasan
mengenai model pembelajaran yang digunakan, pembagian
kelompok kooperatif, pemberian LKS, membimbing diskusi,
mengecek pemahaman siswa, pemberian tes evaluasi, pemberian
penghargaan kelompok, dan menyimpulkan hasil pembelajaran.
Sedangkan untuk aktivitas belajar siswa aspek yang diamati
adalah perhatian dan keikutsertaan siswa terhadap pembelajaran,
keaktifan siswa ketika proses pembelajaran, kerjasama siswa
dalam kelompok, kegiatan diskusi yang dilakukan siswa,
keberanian siswa menuliskan jawaban dipapan tulis, dan
pemahaman siswa terhadap materi dengan menggunakan model
NHT. Lembar observasi aktivitas guru dan siswa tersebut
kemudian diisi denga tanda check list. Berdasarkan hasil
observasi aktivitas guru menunjukkan bahwa guru tidak secara
74
tahapan dalam skenario pe