upaya pencegahan tbc dalam keluarga

Upload: nathasya-pakpahan

Post on 06-Jan-2016

44 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

tbc adalah penyakit tuberculosis yang membutuhkan pengobatan selama 6 bulan

TRANSCRIPT

Upaya Pencegahan TBC dalam KeluargaSanti Prima Natasya PakpahanNIM: 102011143Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana,Jl.Arjuna Utara No.6, Jakarta 11510Email: [email protected] PENDAHULUANLatar belakang Penyakit tuberculosis (TB) adalah penyakit kronis menular yang sampai saat ini masih tetap merupakan masalah kesehatan masyarakat dunia termasuk Indonesia. World Health Organization (WHO) dalam Annual report on global TB control 2003 menyatakan terdapat 22 negara dikategorikan sebagai high-burden countries terhadap TB. Indonesia termasuk peringkat ketiga setelah India dan China dalam menyumbang kepada populasi TB dunia. Menurut WHO estimasi incidence rate untuk pemeriksaan dahak didapatkan basil tahan asam (BTA) postitif adalah 115 per 100.000.1Dalam laporan WHO tahun 2013 diperkirakan terdapat 8,6 juta kasus TB pada tahun 2012 dimana 1,1 juta orang (13%) diantaranya adalah pasien TB dengan HIV positif. Sekitar 75% dari pasien tersebut berada di wilayah Afrika. Meskipun kasus dan kematian karena TB sebagian bedar terjadi pada pria tetapi angka kesakitan dan kematian wanita akibat TB juga sangat tinggi. Diperkirakan terdapat 2,9 juta kasus TB pada tahun 2012 dengan jumlah kematian karena TB mencapai 410.000 kasus termasuk di antaranya adalah 160.000 orang wanitya dengan HIV positif. Separuh dari orang dengan HIV psitif yang meninggal karena TB pada tahun 2012 adalah wanita. Pada tahun 2012 diperkirakan proporsi kasus TB anak diantara seluruh kasus TB secara global mencapai 6% (530.000 pasien TB anak per tahun). Sedangkan kematian anak (dnegan status HIV negatif) yang menderita TB mencapai 74.000 kematian per tahun, atau sekitar 8% dari total kematian yang disebabkan TB. Meskipun jumlah kasus TB dan jumlah kematian TB tetap tinggi untuk penyakit yang sebenarnya bisa dicegah dan disembuhkan tetap fakta juga menunjukkan keberhasilan dalam pengendalian TB. Peningkatan angka insidensi TB secara global telah berhasil dalam pengendaluan TB. Peningkatan angka insidensi TB secara global telah berhasil dihentikan dan telah menunjukkan tren penurunan (turun 2% per tahun pada tahun 2012), angka kematian juga sudah berhasil diturunkan 45% bila dibandingkan tahun 1990.Sekitar 76% pasien TB adalah kelompok usia yang palinh produktif secara ekonomis (15-50 tahun0. Diperkirakan seorang pasien TB dewasa akan kehilangan pendapatan tahunan rumah tangganya sekitar 20-30%. Jika ia meninggal akibat TB, maka akan kehilangan pendapatannya sekitar 15 taun. Selain merugikan secara ekonomis, TB juga memberikan dampak bruuk lainnya secara sosial, seperti stigma bahkan dikucilkan oleh masyarakat.

PEMBAHASANTeori Penyakit Menular TBPenderita TB BTA positif merupakan sumber terjadinya penularan. Ketika batuk atau bersin, penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet (percikan dahak). Droplet yang mengandung kuman boleh bertahan di udara pada suhu kamar selama beberapa jam. Jika droplet tersebut terhirup kedalam saluran pernafasan, maka orang tersebut akan terinfeksi. Selama kuman tersebut masuk dalam tubuh melalui saluran pernafasan, ia dapat menyebar dari paru ke bahagian tubuh lainnya.1,7-13Daya penuluran seorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya. Semakin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan dahak, semakin tinggi penularan penderita tersebut. Jika hasil pemeriksaan dahak negatif (tidak terlihat kuman), maka penderita dianggap tidak menular. Kemungkinan seseorang terinfeksi TB ditentukan oleh konsentrasi droplet dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut.1,7-13

Tuberkulosis pada anakCara penularan TBC pada anak: Dari batuk orang dewasa. Saat seorang dewasa batuk, sejumlah tetesan cairan (ludah) tersembur ke udara. Bila orang tersebut menderita tuberkulosis paru, banyak tetesan tersebut akan mengandung kuman. Dari makanan atau susu. Anak-anak bisa mendapat TB dari susu atau makanan , dan infeksi bisa mulai pada mulut atau usus. Susu dapat mengandung TB dari sapi (bovine TB) ,bila sapi yang menderita TB dan susu tidak direbus sebelum diminum. Melalui kulit. Kulit yang utuh rupanya tahan terhadap TB yang jatuh di atas permukaannya. Namun, bila terdapat luka atau goresan baru, TB dapat masuk dan menyebabkan infeksi yang serupa dengan ditemukan pada paru.

Gambar 3. Cara penularan TB.

Tuberkulosis pada dewasaPada orang dewasa, Tuberkulosis paru dapat berkembang dari:

Gambar 2. Perjalanan penyakit TB. Progresi dari suatu infeksi paru primer pada seseorang yang belum pernah terinfeksi sebelumnya (tadinya tuberkulin negatif) Progresi lesi paru berasal dari kuman melalui aliran darah, yang biasanya terjadi sesudah lesi primer. Reaktivasi dari lesi primer lama5

Interaksi host, agent dan lingkunganDewasa ini wawasan mengenai diagnosis, gejala, pengobatan dan pencegahan TBC sebagai suatu penyakit infeksi menular terus berkembang. Sejalan dengan itu, maka perlu dipelajari faktor-faktor penentu yang saling berinteraksi sesuai dengan tahapan perjalanan alamiah.

Gambar 1. Trias epidemiologi TB.

a. Faktor HostUmur merupakan faktor terpenting dari Host pada TBC. Terdapat 3 puncak kejadian dan kematian ; (1) paling rendah pada awal anak (bayi) dengan orang tua penderita, (2) paling luas pada masa remaja dan dewasa muda sesuai dengan pertumbuhan, perkembangan fisik-mental dan momen kehamilan pada wanita, (3) puncak sedang pada usia lanjut. Dalam perkembangannya, infeksi pertama semakin tertunda, walau tetap tidak berlaku pada golongan dewasa, terutama pria dikarenakan penumpukan grup sampel usia ini atau tidak terlindung dari resiko infeksi.Pria lebih umum terkena, kecuali pada wanita dewasa muda yang diakibatkan tekanan psikologis dan kehamilan yang menurunkan resistensi.Penduduk pribumi memiliki laju lebih tinggi daripada populasi yang mengenal TBC sejak lama, yang disebabkan rendahnya kondisi sosioekonomi.Aspek keturunan dan distribusi secara familial sulit terinterprestasikan dalam TBC, tetapi mungkin mengacu pada kondisi keluarga secara umum dan sugesti tentang pewarisan sifat resesif dalam keluarga.Kebiasaan sosial dan pribadi turut memainkan peranan dalam infeksi TBC, sejak timbulnya ketidakpedulian dan kelalaian.Status gizi, kondisi kesehatan secara umum, tekanan fisik-mental dan tingkah laku sebagai mekanisme pertahanan umum juga berkepentingan besar.Imunitas spesifik dengan pengobatan infeksi primer memberikan beberapa resistensi, namun sulit untuk dievaluasi.4

b. FaktorAgent(Mycobacterium tuberculosis)Karakteristik alami dari agen TBC hampir bersifat resisten terhadap disifektan kimia atau antibiotika dan mampu bertahan hidup pada dahak yang kering untuk jangka waktu yang lama. PadaHost, daya infeksi dan kemampuan tinggal sementaraMycobacterium Tuberculosissangat tinggi. Patogenesis hampir rendah dan daya virulensinya tergantung dosis infeksi dan kondisiHost. Sifat resistensinya merupakan problem serius yang sering muncul setelah penggunaan kemoterapi moderen, sehingga menyebabkan keharusan mengembangkan obat baru. Umumnya sumber infeksinya berasal dari manusia dan ternak (susu) yang terinfeksi. Untuk transmisinya bisa melalui kontak langsung dan tidak langsung, serta transmisi kongenital yang jarang terjadi.4c. Faktor Lingkungan Lingkungan berperan sebagai media transmisi yang mendukung terjadinya penyakit apabila media/lingkungan itu dapat membawa atau mendekatkan agent pada host.Pola hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari sangat menunjang dalam pencegahan dan pengendalian virus TBC. Memperhatikan kesehatan lingkungan seperti pengaturan syarat-syarat rumah yang sehat diantaranya luas bangunan rumah, ventilasi, pencahayaan dengan jumlah anggota keluarga, kebersihan lingkungan tempat tinggal. Melalui pemberdayaan keluarga sehingga anggota rumah tangga yang lain dapat turut serta dan berperan dalam melakukan pengawasan terhadap si penderita dalam minum obat. Sehingga tingkat kepatuhan penderita dalam minum obat sesuai dengan petunjuk medis. Menggunakan masker sangat penting dilakaukan agar virus tidak menyebar dan menulari orang yang ada disekitarnya. Dengan tidak merokok, menggunakan pelindung dada pada waktu berkendara sepeda motor, mengkonsumsi alkohol dapat menjauhkan kita dari penyakit ini. Makan-makanan bergizi dan rajin olah raga dan istirahat yang cukup dapat meningkatkan imun dalam tubuh kita.14

Faktor resiko Faktor Umur: Kemungkinan mendapat infeksi tuberkulosis aktif meningkat secara bermakna sesuai dengan umur. Insiden tertinggi tuberkulosis paru biasanya mengenai usia dewasa muda. Di Indonesia diperkirakan 75% penderita TB Paru adalah kelompok usia produktif yaitu 15-50 tahun. Faktor Jenis Kelamin: Di benua Afrika banyak tuberkulosis terutama menyerang laki-laki. Pada tahun 1996 jumlah penderita TB Paru laki-laki hampir dua kali lipat dibandingkan jumlah penderita TB Paru pada wanita, yaitu 42,34% pada laki-laki dan 28,9 % pada wanita. Antara tahun 1985-1987 penderita TB paru laki-laki cenderung meningkat sebanyak 2,5%, sedangkan penderita TB Paru pada wanita menurun 0,7%. TB paru Iebih banyak terjadi pada laki-laki dibandingkan dengan wanita karena laki-laki sebagian besar mempunyai kebiasaan merokok sehingga memudahkan terjangkitnya TB paru. Tingkat Pendidikan: Tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi terhadap pengetahuan seseorang mengenai rumah yang memenuhi syarat kesehatan dan pengetahuan penyakit TB Paru, sehingga dengan pengetahuan yang cukup maka seseorang akan mencoba untuk mempunyai perilaku hidup bersih dan sehat. Selain itu tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi terhadap jenis pekerjaannya. Pekerjaan: Pekerjaan di lingkungan yang berdebu dengan paparan partikel debu di daerah terpapar akan mempengaruhi terjadinya gangguan pada saluran pernafasan. Paparan kronis udara yang tercemar dapat meningkatkan morbiditas, terutama terjadinya gejala penyakit saluran pernafasan dan umumnya TB Paru. Keluarga yang berpendapatan dibawah UMR cenderung mengkonsumsi makanan dengan kadar gizi yang tidak sesuai dengan kebutuhan setiap anggota keluarga sehingga mempunyai status gizi yang kurang, kontruksi rumah yang dimiliki tidak memenuhi syarat kesehatan sehingga akan mempermudah terjadinya penularan penyakit TB Paru. Kebiasaan Merokok: Merokok diketahui mempunyai hubungan dengan meningkatkan resiko untuk mendapatkan kanker paru-paru, penyakit jantung koroner, bronchitis kronik dan kanker kandung kemih. Kebiasaan merokok meningkatkan resiko untuk terkena TB paru sebanyak 2,2 kali. Pada tahun 1973 konsumsi rokok di Indonesia per orang per tahun adalah 230 batang, relatif lebih rendah dengan 430 batang/orang/tahun di Sierra Leon, 480 batang/orang/tahun di Ghana dan 760 batang/orang/tahun di Pakistan (Achmadi, 2005). Prevalensi merokok pada hampir semua Negara berkembang lebih dari 50% terjadi pada laki-laki dewasa, sedangkan wanita perokok kurang dari 5%. Dengan adanya kebiasaan merokok akan mempermudah untuk terjadinya infeksi TB Paru. Kepadatan hunian kamar tidur: Luas lantai bangunan rumah sehat harus cukup untuk penghuni di dalamnya, artinya luas lantai bangunan rumah tersebut harus disesuaikan dengan jumlah penghuninya agar tidak menyebabkan overload. Hal ini tidak sehat, sebab disamping menyebabkan kurangnya konsumsi oksigen juga bila salah satu anggota keluarga terkena penyakit infeksi, akan mudah menular kepada anggota keluarga yang lain. Persyaratan kepadatan hunian untuk seluruh rumah biasanya dinyatakan dalam m2/orang. Luas minimum per orang sangat relatif tergantung dari kualitas bangunan dan fasilitas yang tersedia. Untuk rumah sederhana luasnya minimum 10 m2/orang. Untuk kamar tidur diperlukan luas lantai minimum 3 m2/orang. Untuk mencegah penularan penyakit pernapasan, jarak antara tepi tempat tidur yang satu dengan yang lainnya minimum 90 cm. Kamar tidur sebaiknya tidak dihuni lebih dari dua orang, kecuali untuk suami istri dan anak di bawah 2 tahun. Untuk menjamin volume udara yang cukup, di syaratkan juga langit-langit minimum tingginya 2,75 m. Pencahayaan: Cahaya ini sangat penting karena dapat membunuh bakteri-bakteri patogen di dalam rumah, misalnya basil TB, karena itu rumah yang sehat harus mempunyai jalan masuk cahaya yang cukup. Intensitas pencahayaan minimum yang diperlukan 10 kali lilin atau kurang lebih 60 lux., kecuali untuk kamar tidur diperlukan cahaya yang lebih redup. Semua jenis cahaya dapat m ematikan kuman hanya berbeda dari segi lamanya proses mematikan kuman untuk setiap jenisnya..Cahaya yang sama apabila dipancarkan melalui kaca tidak berwarna dapat membunuh kuman dalam waktu yang lebih cepat dari pada yang melalui kaca berwama Penularan kuman TB Paru relatif tidak tahan pada sinar matahari. Bila sinar matahari dapat masuk dalam rumah serta sirkulasi udara diatur maka resiko penularan antar penghuni akan sangat berkurang. Ventilasi: Fungsi ventilasi adalah untuk menjaga agar aliran udara didalam rumah tersebut tetap segar. Kurangnya ventilasi akan menyebabkan kurangnya oksigen di dalam rumah, dan menyebabkan kelembaban udara di dalam ruangan naik karena terjadinya proses penguapan cairan dari kulit dan penyerapan. Kelembaban ini akan merupakan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri-bakteri patogen misalnya kuman TB. Fungsi kedua dari ventilasi itu adalah untuk membebaskan udara ruangan dari bakteri-bakteri, terutama bakteri patogen, karena di situ selalu terjadi aliran udara yang terus menerus. Bakteri yang terbawa oleh udara akan selalu mengalir. Fungsi lainnya adalah untuk menjaga agar ruangan kamar tidur selalu tetap di dalam kelembaban (humiditiy) yang optimum. Untuk sirkulasi yang baik diperlukan paling sedikit luas lubang ventilasi sebesar 10% dari luas lantai. Untuk luas ventilasi permanen minimal 5% dari luas lantai dan luas ventilasi insidentil (dapat dibuka tutup) 5% dari luas lantai. Udara segar juga diperlukan untuk menjaga temperatur dan kelembaban udara dalam ruangan. Umumnya temperatur kamar 22 30C dari kelembaban udara optimum kurang lebih 60%. Kondisi rumah : Kondisi rumah dapat menjadi salah satu faktor resiko penularan penyakit TBC. Atap, dinding dan lantai dapat menjadi tempat perkembang biakan kuman.Lantai dan dinding yag sulit dibersihkan akan menyebabkan penumpukan debu, sehingga akan dijadikan sebagai media yang baik bagi berkembangbiaknya kuman Mycrobacterium tuberculosis. Kelembaban udara: Kelembaban udara dalam ruangan untuk memperoleh kenyamanan, dimana kelembaban yang optimum berkisar 60% dengan temperatur kamar 22 30C. Kuman TB Paru akan cepat mati bila terkena sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup selama beberapa jam di tempat yang gelap dan lembab. Status Gizi: Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang dengan status gizi kurang mempunyai resiko 3,7 kali untuk menderita TB Paru berat dibandingkan dengan orang yang status gizinya cukup atau lebih. Kekurangan gizi pada seseorang akan berpengaruh terhadap kekuatan daya tahan tubuh dan respon immunologik terhadap penyakit. Keadaan Sosial Ekonomi: Keadaan sosial ekonomi berkaitan erat dengan pendidikan, keadaan sanitasi lingkungan, gizi dan akses terhadap pelayanan kesehatan. Perilaku: Pengetahuan penderita TB Paru yang kurang tentang cara penularan, bahaya dan cara pengobatan akan berpengaruh terhadap sikap dan prilaku sebagai orang sakit dan akhinya berakibat menjadi sumber penular bagi orang disekelilingnya.1-2,4,7-14Tahap pencegahan Berkaitan dengan perjalanan alamiah dan perananAgent,Hostdan Lingkungan dari TBC, maka tahapan pencegahan yang dapat dilakukan antara lain :

1.Pencegahan PrimerDengan promosi kesehatan sebagai salah satu pencegahan TBC paling efektif, walaupun hanya mengandung tujuan pengukuran umum dan mempertahankan standar kesehatan sebelumnya yang sudah tinggi.Proteksi spesifik dengan tujuan pencegahan TBC yang meliputi ; (1) Imunisasi Aktif, melalui vaksinasi BCG secara nasional dan internasional pada daerah dengan angka kejadian tinggi dan orang tua penderita atau beresiko tinggi dengan nilai proteksi yang tidak absolut dan tergantungHosttambahan dan lingkungan, (2)Chemoprophylaxis, obat anti TBC yang dinilai terbukti ketika kontak dijalankan dan tetap harus dikombinasikan dengan pasteurisasi produk ternak, (3) Pengontrolan Faktor Prediposisi, yang mengacu pada pencegahan dan pengobatan diabetes, silicosis, malnutrisi, sakit kronis dan mental.

2.Pencegahan SekunderDengan diagnosis dan pengobatan secara dini sebagai dasar pengontrolan kasus TBC yang timbul dengan 3 komponen utama ;Agent,Hostdan Lingkungan.Kontrol pasien dengan deteksi dini penting untuk kesuksesan aplikasi modern kemoterapi spesifik, walau terasa berat baik dari finansial, materi maupun tenaga. Metode tidak langsung dapat dilakukan dengan indikator anak yang terinfeksi TBC sebagai pusat, sehingga pengobatan dini dapat diberikan. Selain itu, pengetahuan tentang resistensi obat dan gejala infeksi juga penting untuk seleksi dari petunjuk yang paling efektif.Langkah kontrol kejadian kontak adalah untuk memutuskan rantai infeksi TBC, dengan imunisasi TBC negatif danChemoprophylaxispada TBC positif.Kontrol lingkungan dengan membatasi penyebaran penyakit, disinfeksi dan cermat mengungkapkan investigasi epidemiologi, sehingga ditemukan bahwa kontaminasi lingkungan memegang peranan terhadap epidemi TBC.Melalui usaha pembatasan ketidakmampuan untuk membatasi kasus baru harus dilanjutkan, dengan istirahat dan menghindari tekanan psikis.

3.Pencegahan TersierRehabilitasi merupakan tingkatan terpenting pengontrolan TBC. Dimulai dengan diagnosis kasus berupa trauma yang menyebabkan usaha penyesuaian diri secara psikis, rehabilitasi penghibur selama fase akut dan hospitalisasi awal pasien, kemudian rehabilitasi pekerjaan yang tergantung situasi individu. Selanjutnya, pelayanan kesehatan kembali dan penggunaan media pendidikan untuk mengurangi cacat sosial dari TBC, serta penegasan perlunya rehabilitasi.Selain itu, tindakan pencegahan sebaiknya juga dilakukan untuk mengurangi perbedaan pengetahuan tentang TBC, yaitu dengan jalan sebagai berikut :1. Perkembangan media.2. Metode solusi problem keresistenan obat.3. Perkembangan obat Bakterisidal baru.4. Kesempurnaan perlindungan dan efektifitas vaksin.5. Pembuatan aturan kesehatan primer dan pengobatan TBC yang fleksibel.6. Studi lain yang intensif.7. Perencanaan yang baik dan investigasi epidemiologi TBC yang terkontrol.10

Imunisasi Imunisasi adalah pemberian vaksin untuk mencegah terjadinya penyait tertentu. Imunisasi rutin adalah kegiatan yang secara rutin dan terus menerus harus dilakukan pada periode waktu yang telah ditetapkan, berdasarkan kelompok usia sasaran dan tempat pelayanan. Imunisasi bermanfaat pada anak untuk mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit, dan kemungkinan cacat atau kematian. Sementara pada keluarga, imunisasi bermanfaat dalam menghilangkan stress dan kecemasan akibat anak sering sakit, mendorong keluarga untuk menciptakan kondisi bagi anaknya untuk menjalani masa kanak-kanak yang ceria dan sehat. Bayi harus mendapat imunisasi lengkap, anak sekolah dan wanita usia subur perlu mendapatkan imunisasi lanjutan. Imunisasi boleh didapatkan di posyandu, puskesmas, rumah sakit bersalin, balai kesehatan ibu dan anak (BKIA), rumah sakit pemerintah, praktik dokter/bidan atau rumah sakit swasta.Pada penyakit TB, diberi imunisasi Bacillus Calmete Guerin (BCG) pada anak usia 1 bulan. Ibu harus mengenal gejala TB pada anak supaya anak mendapat perawatan dini, yaitu anak sering batuk pilek dengan demam dalam waktu lama dan berkeringat di malam hari, berat badan kurang atau menurun, anak tampak lesu, kelenjar leher membesar.3,7

PUSKESMAS Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan pengembangan kesehatan di suatu wilayah kerja.

Tujuan puskesmas Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah medukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional yakni meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya dalam rangka mewujudkan Indonesia Sehat 2010.7Fungsi puskemas a) Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatanPuskesmas selalu berupaya menggerakkan dan memantau penyelenggaraan pembangunan lintas sector termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya, sehingga berwawasan serta mendukung pembangunan kesehatan. Di samping itu, puskesmas aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari penyelenggaraan setiap program pembangunan di wilayah kerjanya. Khusus untuk pembangunan kesehatan, upaya yang dilakukan puskesmas adalah mengutamakan pemeliharaan keseharan dan pencegahan penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.b) Pusat pemberdayaan masyarakatPuskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga dan masyarakat termasuk dunia usaha memiliki kesadaran, kemauan dan kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat, berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk pembiayaannya, serta ikut menetapkan, menyelenggarakan dan memantau pelaksanaan program kesehatan. Pemberdayaan perorangan, keluarga dan masyarakat ini diselenggarakan dengan memperhatikan kondisi dan situasi, khususnya social budaya masyarakat setempat.c) Pusat pelayanan kesehatan strata pertama Puskesmas bertanggungjawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara meneluruh, terpadu dan berkesinambungan. Pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menjadi tanggungjawab puskesmas meliputi : Pelayanan kesehatan peroranganPelayanan kesehatan perorangan adalah pelayanan yang bersifat pribadi (private goods) dengan tujuan utama menyembuhkan penyakit dan pemulihan kesehatan perorangan, tanpa mengabaikan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit. Program pokok puskesmas 1. Promosi Kesehatan (Promkes) Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Sosialisasi Program Kesehatan Perawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas)2. Pencegahan Penyakit Menular (P2M) : Surveilens Epidemiologi Pelacakan Kasus : TBC, Kusta, DBD, Malaria, Flu Burung, ISPA, Diare, IMS (Infeksi Menular Seksual), Rabies3. Program Pengobatan : Rawat Jalan Poli Umum Rawat Jalan Poli Gigi Unit Rawat Inap : Keperawatan, Kebidanan Unit Gawat Darurat (UGD) Puskesmas Keliling (Puskel)

4. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) ANC (Antenatal Care) , PNC (Post Natal Care), KB (Keluarga Berencana), Persalinan, Rujukan Bumil Resti, KemitraanDukun5. Upaya Peningkatan Gizi Penimbangan, Pelacakan Gizi Buruk, Penyuluhan Gizi6. Kesehatan Lingkungan : Pengawasan SPAL (saluran pembuangan air limbah), SAMI-JAGA (sumber air minum-jamban keluarga), TTU (tempat-tempat umum), Institusi pemerintah Survey Jentik Nyamuk7. Pencatatan dan Pelaporan : Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP)

B. Program Tambahan/Penunjang Puskesmas :Program penunjang ini biasanya dilaksanakan sebagaikegiatan tambahan,sesuai kemampuansumber daya manusia dan material puskesmasdalam melakukan pelayanan1.KesehatanMata :pelacakan kasus, rujukan2. KesehatanJiwa :pendataan kasus, rujukan kasus3. KesehatanLansia (Lanjut Usia): pemeriksaan, penjaringan4. KesehatanReproduksi Remaja :penyuluhan, konseling5. KesehatanSekolah: pembinaan sekolah sehat, pelatihan dokter kecil6. KesehatanOlahraga :senam kesegaran jasmani.7

Promosi kesehatan Promosi kesehatan didefinisikan sebagai, upaya memperbaiki kesehatan dengan cara memajukan, mendukung, dan menempatkan kesehatan lebih tinggi dari agenda, baik secara perorangan maupun secara kelompok. Determinan pokok kesehatan adalah aspek ekonomi, social, dan lingkungan yang sering kali berada di luar control perorangan atau masyarakat.Menurut Elwes dan Simnett, 1994, aspek promosi kesehatan yang mendasar adalah melakukan pemberdayaan sehingga individu lebih mampu mengontrol aspek-aspek kehidupan mereka yang mempengaruhi kesehatan. Berdasarkan definisi tersebut, terdapat dua unsur tujuan dan proses kegiatan promosi kesehatan, yaitu memperbaiki kesehatan dan memiliki control yang lebih besar terhadap aspek-aspek kehidupan yang mempengaruhi kehidupan.Promosi kesehatan tidak hanya meningkatkan kesadaran dan kemauan untuk meningkatkan tahap kesehatan, tetapi juga masyarakat harus mampu mengenal mengubah atau mengatasi lingkungannya. Lingkungan ini meliputi lingkungan fisik, social budaya, dan ekonomi, termasuk kebijakan dan peraturan perundang-undangan.Promosi kesehatan adalah program masyarakat yang menyeluruh, bukan hanya perubahan perilaku, tetapi jugak perubahan lingkungan. Perubahan perilaku tanpa perubahan lingkungan tidak akan efektif dan tidak bertahan lama.9

Penyuluhan tuberculosisPenyuluhan kesehatan sebagai bagian dari promosi kesehatan adalah rangkaian kegiatan yang berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk mencapai suatu keadaan di mana individu, kelompok, atau masyarakat secara keseluruhan dapat hidup sehat dengan cara memelihara, melindungi, dan meningkatkan kesehatannya.Penyuluhan TB perlu dilakukan karena masalah TB banyak berkaitan dengan masalah pengetahuan dan perilaku masyarakat. Tujuan penyuluhan adalah untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan peran serta masyarakat dalam penanggulangan TB.

a) Penyuluhan langsung peroranganCara penyuluhan langsung perorangan lebih besar kemungkinan untuk berhasil dibanding cara penyuluhan melalui media. Unsur terpenting dalam penyuluhan langsung perorangan adalah membina hubungan yang baik antara petugas kesehatan dengan penderita. Penyuluhan ini dapat dilakukan di rumah, di puskesmas, di posyandu atau di tempat-tempat lain yang sesuai. Supaya komunikasi berhasil, petugas kesehatan harus menggunakan bahasa sederhana yang mudah dimengerti oleh penderita. Gunakan istilah-istilah setempat yang dipakai masyarakat untuk penyakit dan gejalanya.Penyuluhan langsung perorangan dianggap berjaya bila : Penderita bias menjelaskan secara tepat tentang riwayat pengobatan sebelumnya Penderita dating berobat secara teratur sesuai jadwal pengobatan Anggota keluarga penderita dapat menjaga dan melindungi kesehatannyai. Hal-hal penting pada kunjungan pertama Dalam kontak pertama dengan pasien, dijelaskan tentang penyakit yang dideritainya, beruasaha memahami perasaan penderita tentang penyakit yang dideritanya serta pengobatannya. Petugas kesehatan harus berusaha untuk mengatasi beberapa factor manusia yang dapat menghambat terjadinya komunikasi yang baik, yaitu : Ketidaktahuan penyebab TB dan cara penyembuhannya Rasa takut yang berlebihan terhadap TB yang menyebabkan timbulnya reaksi penolakan Stigma social yang mengakibatkan penderita merasa takut tidak diterima oleh keluarga dan teman Menolak untuk mengajukan pertanyaan karena tidak mau ketahuan ia tidak tahu tentang TB.ii. Hal-hal yang perlu ditanyakan pada kunjungan berikutnya Sisihkan waktu beberapa menit untuk menanyakan hal-hal yang telah dijelaskan pada kunjungan lalu, untuk memastikan bahwa penderita sudah mengerti. Hal yang perlu diberi perhatian pada kunjungan berikutnya adalah : Cara menelan OAT Jumlah obat dan frekuensi menelan OAT Apakah terdapat efek samping dari OAT Pentingnya jadwal pemeriksaan ulangan dahak Arti hasil pemeriksaan ulang dahak Apa yang dapat terjadi bila pengobatan tidak teratur atau tidak lengkapb) Penyuluhan kelompok Penyuluhan TB yang ditujukan kepada sekelompok orang, sekitar 15 orang, bias terdiri dari penderita TB dan keluarganya. Penggunaan flip chart dan alat bantu penyuluhan lain sangat berguna untuk emmudahkan penderita dan keluarganya menangkap isi pesan yang disampaikan oleh petugas. Dengan alat peraga, maka isi pesan akan lebih mudah dan lebih cepat dimengerti. Gunakan alat bantu penyuluhan dengan tulisan atau gambar yang singkat dan jelas.c) Penyuluhan massaPenyakit menular termasuk TB bukan hanya merupakan masalah bagi penderita, tetapi juga masalah bagi masyarakat, oleh karena itu keberhasilan penanggulangan TB sangat tergantung tingkat kesadaran dan partisipasi masyarakat. Pesan-pesan penyulluhan TB melalui media massa akan menjangkau masyarakat umum. Bahan cetak berupa leaflet, poster, billboard, hanya menjangkau masyarakat terbatas, terutama pada pengunjung sarana kesehatan.Penyampaian pesan TB perlu memperhitungkan kesiapan unit pelayanan, misalnya tenaga sudah dilatih, obat tersedia, dan sarana laboratorium berfungsi. Hal ini perlu dipertimbangkan agar tidak mengecewakan masyarakat yang datang untuk mendapatkan pelayanan. Pesan-pesan TB harus diarahkan pada: Apa itu TB dan bagaimana penyakit itu menular Gejala-gejala TB dan pentingnya diagnose dini Unit pelayanan kesehatan yang member pelayanan TB Cara pengobatan dan lamanya pengobatan TB Pentingnya berobat teratur dan menyelesaikan seluruh paket pengobatan yang bahayanya bila berobat tidak teratur atu berobat tidak lengkap Cara pencegahan TB.5,7Cara mendiagnosis penyakit TBC di puskesmas:1. Penemuan penderita tersangka

Penemuan kasus TBC dapat dilakukan secara: Aktif (Active Case Finding=ACF) oleh petugas khusus. Pada ACF, petugas pelayanan kesehatan khusus mengunjungi rumah-rumah untuk penjaringan tersangka penderita. Pasif (Passive Case Finding=PCF) oleh fasilitas kesehatan seperti PUSKESMAS dan rumah sakit. Artinya penjaringan tersangka penderita dilaksanakan pada mereka yang datang berkunjung ke unit pelayanan kesehatan.

Penemuan penderita TB dilakukan secara Pasif, artinya penjaringan tersangka penderita dilaksanakan pada mereka yang datang berkunjung ke unit pelayanan kesehatan. Penemuan secara pasif tersebut didukung dengan penyuluhan secara aktif, baik oleh petugas kesehatan maupun masyarakat, untuk meningkatkan cakupan penemuan tersangka penderita. Cara ini biasa dikenal dengan sebutan Passive Promotive Case Finding.

Cara untuk mendeteksi penderita tersangka:1. Memeriksa penderita yang dating ke unit Pelayanan Kesehatan dengan gejala batuk 3 minggu atau lebih.2. Memeriksa mereka yang tinggal serumah dengan penderita TBC dengan BTA(+), khususnya anak-anak dan dewasa muda.3. Memeriksa penderita dengan kelainan radiology paru denga gambaran mengarah pada TBC.

2. Penentuan diagnosis

Perlu dilakukan pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung pada pasien remaja dan dewasa, serta skoring pada pasien anak (lihat tabel 1).

Pemeriksaan dahak berfungsi untuk menegakkan diagnosis, menilai keberhasilanpengobatan dan menentukan potensi penularan. Pemeriksaan dahak untukpenegakan diagnosis pada semua suspek TB dilakukan dengan mengumpulkan 3spesimen dahak yang dikumpulkan dalam dua hari kunjungan yang berurutanberupa dahak Sewaktu-Pagi-Sewaktu (SPS):

S(sewaktu):Dahak dikumpulkan pada saat suspek TB datang berkunjung pertama kali. Pada saat pulang, suspek membawa sebuah pot dahak untuk mengumpulkan dahak pagi pada hari kedua.

P(Pagi):Dahak dikumpulkan di rumah pada pagi hari kedua, segera setelah bangun tidur. Pot dibawa dan diserahkan sendiri kepada petugas di UPK. S(sewaktu):Dahak dikumpulkan di UPK pada hari kedua, saat menyerahkan dahak pagi.Diagnosis TB Paru pada orang remaja dan dewasa ditegakkan dengan ditemukannya kuman TB (BTA). Pada program TB nasional, penemuan BTA melalui pemeriksaan dahak mikroskopis merupakan diagnosis utama. Pemeriksaan lain seperti foto toraks, biakan dan uji kepekaan dapat digunakan sebagai penunjang diagnosis sepanjang sesuai dengan indikasinya. Tidak dibenarkan mendiagnosis TB hanya berdasarkan pemeriksaan foto toraks saja. Foto toraks tidak selalu memberikan gambaran yang khas pada TB paru, sehingga sering terjadi overdiagnosis. Gambaran kelainan radiologik Paru tidak selalu menunjukkan aktifitas penyakit.

Diagnosis TBC Paru pada orang dewasa dapat ditegakkan dengan ditemukannya BTA pada pemeriksaan dahak secara mikroskopis hasil pemeriksaan dinyatakan positif apabila sedikitnya dua dari tiga spesimen SPS BAT hasilnya positif.

Bila hanya 1 spesimen yang positif perlu diadakan pemeriksaan lebih lanjut yaitu foto rontgen dada atau pemeriksaan dahak SPS diulang. Kalau hasil rontgen mendukung TBC, maka penderita didiagnosis sebagai penderita TBC BTA(+). Kalau hasil rontgen tidak mendukung TBC maka pemeriksaan dahak SPS diulangi.Apabila fasilitas memungkinkan maka dilakukan pemeriksaan lain misalnya biakan.

Bila ketiga spemen dahak hasilnya negatif diberikan antibiotik spektrum luas ( misalnya kotrimoksasol atau Amoksisilin) selama 1-2 minggu bila tida ada perubahan namun gejala klinis tetap mencurigakan TBC ulangi pemeriksaan dahak SPS. Kalau hasil SPS positif diagnosis sebagai penderita TBC BTA positif Kalau hasil SPS tetap negatif lakukan pemeriksaan foto rontgen dada untuk mendukung diagnosis TBC Bila hasil rontgen mendukung TBC didiagnosis sebagai penderita TBC BTA negatif rontgen positif Bila hasil rontgen tidak di dukung TBC penderita tersebut bukan TBCUPK yang tidak memiliki fasilitas rontgen penderita dapat dirujuk untuk foto rontgen dada.

Tabel 1:Sistem skoring (scoring system) gejala dan pemeriksaan penunjang TBC pada anak

Diagnosis dengan sistem skoring ditegakkan oleh dokter. Batuk dimasukkan dalam skor setelah disingkirkan penyebab batuk kronik lainnya seperti Asma, Sinusitis, dan lain-lain. Jika dijumpai skrofuloderma (TB pada kelenjar dan kulit), pasien dapat langsung didiagnosis tuberkulosis. Berat badan dinilai saat pasien datang (moment opname).--> lampirkan tabel badan badan. Foto toraks toraks bukan alat diagnostik utama pada TB anak Semua anak dengan reaksi cepat BCG (reaksi lokal timbul < 7 hari setelah penyuntikan) harus dievaluasi dengan sistem skoring TB anak. Anak didiagnosis TB jika jumlah skor > 6, (skor maksimal 14) Pasien usia balita yang mendapat skor 5, dirujuk ke RS untuk evaluasi lebih lanjut.

PengobatanPada Tahun 1994, Indonesia mengadopsi StrategiDOTS(directly observed pengobatan jangka pendek) untuk penanggulangan TB. Dalam mendukung penerapan strategi DOTS, disediakan secara gratis paketOAT(Obat Anti TB) bagi penderita dewasa maupun anak, dan pada tahun 2003 dipergunakan OAT untuk penderita dewasa dalam dua bentuk yaitu OAT dalam bentuk Kombipaks dan OAT dalam bentukFixed Dose Combination(FDC), dan mulai tahun 2005/2006 secara bertahap semua daerah akan menggunakan OAT FDC.Untuk mendukung ketersediaanObat Anti TuberkulosisPemerintah Pusat (Departemen Kesehatan) saat ini menjadi Kementerian Kesehatan menerbitkanSurat Keputusan Nomor 1190/Menkes/SK/2004tentang Pemberian Gratis Obat Anti Tuberkulosis (OAT) dan Obat AntiRetro Viral(ARV) untuk HIV/AIDS.Pengadaan OAT dilakukan setiap tahun melalui APBN, dan pada tahun 2004/2005 dalam rangka percobaan penggunaan OAT FDC pengadaannya melalui bantuan hibah luar negeri.

Pengelolaan OAT dalam menjamin ketersediaan dilaksanakan sebagai berikut:

Perencanaan Kebutuhan Obat

Rencana kebutuhan Obat TB dilaksanakan dengan pendekatan bottom up planning oleh kabupaten/kota. Perencanaan kebutuhan OAT dilakukan terpadu dengan perencanaan obat lainnya yang berpedoman pada : Perolehan penemuan semua penderita TBC pada tahun sebelumnya (perinci berdasarkan kategori OAT dan sisipan); pengembangan cakupan; buffer-saham; Sisa stock OAT yang ada, perkiraan waktu perencanaan dan waktu distribusi.Pengadaan OATPengadaan OAT menjadi tanggungjawab pusat mengingat OAT merupakan Obat yang sangat-sangat esensial (SSE). Kabupaten/Kota maupun propinsi yang akan mengadakan OAT perlu berkoordinasi dengan pusat (Dirjen PPM & PL Depkes RI) sesuai dengan peraturan yang berlaku. Agar penyediaan obat lebih terkendali maka daftar obat untuk pelayanan kesehatan di kabupaten/kota dibagi dalam 3 (tiga) kelompok, sebagai berikut: Obat Sangat Sangat Esensial (SSE) yaitu obat yang berisiko tinggi apabila tidak tersedia atau terlambat disediakan, sulit didapat di daerah dan obat program yang harus dijamin ketersediaannya secara tepat waktu, tepat jenis dengan mutu terjamin untuk menjamin kesinambungan pelayanan kesehatan di kabupaten / kota, maka Depkes menggolongkan OAT kedalam obat SSE. Obat Sangat Esensial (SE) yaitu obat yang diperlukan dan sering digunakan serta masih mengandung risiko dalam hal kemampuan suplainya di daerah. Obat Esensial (E) yaitu obat yang diperlukan dan sering digunakan serta mudah di suplai di daerah kabupaten.Penyimpanan dan pendistribusian OATOAT yang telah diadakan, dikirim langsung oleh pusat sesuai dengan rencana kebutuhan masing-masing daerah, penerimaan OAT dilakukan oleh Panitia Penerima Obat tingkat kabupaten/ kota maupun tingkat propinsi. OAT disimpan di GFK maupun Gudang Obat Propinsi sesuai persyaratan penyimpanan obat. Penyimpanan obat harus disusun berdasarkan FEFO (First Expired First Out), artinya, obat yang kadaluarsanya lebih awal harus diletakkan didepan agar dapat didistribusikan lebih dulu. Demikian juga pendistribusian buffer stock OAT yang tersisa di propinsi dilakukan untuk menjamin berjalannya system distribusi yang baik. Distribusi OAT dari GFK ke UPK dilakukan sesuai permintaan yang telah disetujui oleh Dinas Kesehatan.Pengiriman OAT disertai dengan dokumen yang memuatjenis, jumlah, kemasan, nomor batchdanbulansertatahun kadaluarsa.10

Pemantauan Dan pemantapanPemantauan OAT dilakukan dengan menggunakan Laporan Pemakaian dan Lembar Permintan Obat (LPLPO) yang berfungsi ganda, untuk menggambarkan dinamika logistik dan merupakan alat pencatatan / pelaporan.Dinas Kesehatan kabupaten/kota bersama GFK mencatat persediaan OAT yang ada dan melaporkannya ke propinsi setiap triwulan dengan menggunakan formulir TB-13. Pengelola program bersama Farmakmin Propinsi, merekap laporan TB-13 kabupaten/kota dan menyampaikannya ke pusat setiap triwulan.Pembinaan teknis dilaksanakan oleh Tim Pembina Obat Propinsi.Secara fungsional pelaksana program TBC propinsi dan daerah kabupaten / kota juga melakukan pembinaan pada saat supervisi.

Pengawasan MutuPengawasan dan pengujian mutu OAT dimulai dengan pemeriksaan sertifikat analisis pada saat pengadaan. Setelah OAT sampai di daerah, pengawasan dan pengujian mutu OAT dilakukan oleh Program bersama dengan Ditjen Yanfar dan Badan/Balai POM.Pemantauan mutu OAT dilakukan dalam dua tahapan yaitu:1. Pemantauan Kualitas melalui fisik OAT oleh petugas.2. Pemantauan mutu melalui uji laboratorium dilaksanakan oleh Balai POM.Tindak lanjut dapat berupa :1. OAT tersebut rusak bukan karena penyimpanan dan distribusi, maka akan dilakukan re-call atau batch tersebut akan ditarik dari peredaran.2. Dilakukan tindakan sesuai kontrak.3. Dimusnahkan.9-11

.8 PROGRAM PEMBERANTASAN TBVisiTuberculosis tidak lagi menjadi masalah kesehatan masyarakatMisi Menetapkan kebijaksanaan, beri panduan serta mengevaluasi secara tepat, benar dan lengkap Menciptakan iklim kemitraan dan transparansi pada upaya penanggulangan penyakit TBC Bagi mendapatkan pelayanan yang sesuai dengan standar mutu dipermudahkan akses pelayanan penderita TBC.Tujuan Jangka panjang: menurunkan angka kesakitan dan kematian penyakit TBC dengan cara memutuskan rantai penularan sehingga tidak menjadi masalah kesehatan masyarakat Indonesia. Jangka pendek: mencapai angka kesembuhan minimal 85% dari semua penderita baru BTA positif yang ditemukan dan mencapai cakupan penemuan penderita secara bertahap.

.Obat yang digunakan untuk TBC digolongkan atas dua kelompok yaitu : Obat primer: INH (isoniazid), Rifampisin, Etambutol, Streptomisin, Pirazinamid.Memperlihatkan efektifitas yang tinggi dengan toksisitas yang masih dapat ditolerir, sebagian besar penderita dapat disembuhkan dengan obat-obat ini. Obat sekunder: Etionamid, Paraaminosalisilat, Sikloserin, Amikasin, Kapreomisin dan Kanamisin. Terdapat 2 macam sifat atau aktivitas obat terhadap tuberkulosis, yaitu: Aktivitas bakterisid: obat bersifat membunuh kuman-kuman yang sedang tumbuh (metabolismenya masih aktif). Aktifitas bakterisid biasanya diukur dari kecepatan obat tersebut membunuh atau melenyapkan kuman sehingga pada pembiakan akan didapatkan hasil yang negatif (2 bulan dari permulaan pengobatan). Aktivitas sterilisasi: di sini obat bersifat membunuh kuman-kuman yang pertumbuhnya lambat (metabolisme kurang aktif). Aktivitas sterilisasi diukur dari angka kekambuhan setelah pengobatan dihentikan.Untuk menghindari munculnya bakteri TBC yang resisten, biasanya diberikan obat yang terdiri dari kombinasi 3-4 macam obat ini. Dokter atau tenaga kesehatan kemudian mengawasi proses peminuman obat serta perkembangan pasien. Ini sangat penting karena ada kecendrungan pasien berhenti minum obat karena gejalanya telah hilang. Gejala TBC bisa hilang dalam waktu 2-4 minggu setelah minum obat TBC. Supaya benar-benar sembuh dari TBC penderita diharuskan untuk mengkonsumsi obat minimal selama 6 bulan. Jika berhenti minum obat, akan timbul efek negatif yaitu muncul kuman TBC yang resisten terhadap obat di mana terjadi penyebaran kuman dan pengendalian TBC akan semakin sulit dilaksanakan.Dua prinsip dasar pengobatan tuberculosis adalah: Pertama: untuk terapi yang berhasil, diperlukan minimal 2 macam obat yang basilnya peka terhadap obat tersebut dan salah satunya daripadanya harus bakterisidik. Resistensi obat dapat timbul secara spontan pada sejumlah kecil basil, di mana walaupun monoterapi menggunakan obat bakterisidik terkuat sekalipun dapat menimbulkan kegagalan. Kedua: pengobatan yang baik setelah perbaikan gejala klinis dapat menyembuhkan penyakit dengan dilakukan perpanjangan lama pengobatan untuk mengeliminasi basil yang persisten. Pengobatan yang tidak memadai akan mengakibatkan bertambahnya kemungkinan kekambuhan, beberapa bulan hingga tahun mendatang seolah-olah tampak sembuh. Dengan metode DOTS yang menggunakan panduan beberapa obat, umumnya pasien tuberculosis berhasil disembuhkan secara baik dalam waktu 6 bulan. Gagalnya penyelesaian program ketika pengobatan merupakan penyebab kekambuhan. Berdasarkan prinsip pengobatan DOTS, program pengobatan tuberkulosis dibagi menjadi 2 fase yaitu fase bakterisidal awal (inisial) dan fase sterilisasi (lanjutan).1-4,7-12DOTS adalah strategi yang paling efektif untuk menangani pasien TBC saat ini, dengan tingkat kesembuhan bahkan sampai 95%. DOTS diperkenalkan sejak tahun 1991 dan sekitar 10 juta pasien telah menerima perlakuan DOTS ini. Di Indonesia sendiri DOTS diperkenalkan pada tahun 1995 dengan tingkat kesembuhan 87% pada tahun 2000. Angka ini melebihi target WHO, yaitu 85&, tapi sangat disayangkan bahwa tingkat deteksi kasus baru di Indonesia masih rendah. Berdasarkan data WHO, untuk tahun 2001, tingkat deteksi hanya 21%, jauh di bawah target WHO yaitu 70%. Karena itu, usaha untuk medeteksi kasus baru perlu lebih ditingkatkan lagi. Dalam strategi DOTS ini, dimasukkan

Kategori Pasien TBRejimen pengobatan

Fase awal Fase lanjutan

1

2

3

4TBP sputum BTA postifBaru bentuk TBP berat,TB ekstra-paru (berat),TBP BTA-negatifRelaps Kegagalan pengobatanKembali ke defultTBP sputum BTA-negatifTB ekstra paru(menengah berat)Kasus kronis (masih BTA-positif setelah pengobatan ulang yang disupervisi

2 SHRZ (EHRZ)2 SHRZ (EHRZ)2 SHRZ (EHRZ)

2 SHZE/ 1 HRZE2 SHZE/ 1 HRZE

2 HRZ atau 2 H3R3Z32 HRZ atau 2 H3R3Z32 HRZ atau 2 H3R3Z3Tidak dapat diaplikasikan (membertinmbangkan menggunakan obat-obatan barisan kedua)6 HE4 HR4 H3R3

5 H3R3E35HRE

6 HE2 HR/ 4H2 H3R3/ 4H

mengenai pendidikan kesehatan, penyediaan obat TB gratis dan pencarian secara aktif kasus TB. TB= TB: TBP= tuberkulosis paru: S= Streptomisin: H= Isoniazid: R= Rifampisin: Z= Pirazinamide: E= EtambutolTabel1: Resimen pengobatan saat ini (metode DOTS)Pasien yang mengikuti pengobatan TBC perlu di pantau (follow up) dengan melakukan pemeriksaan ulang dahak SPS secara mikroskopis. Pemeriksaan dahak dilakukan sesuai jadwal per kategori pengobatan yaitu: Kategori 1: saat akhir fase intensif, sebulan sebelum akhir pengobatan dan saat akhir pengobatan. Kategori 2: saat akhir fase intensif, setelah sisipan 1 bulan, sebelun sebelum akhir pengobatan dan saat akhir pengobatan. Kategori 3: saat akhir fase intensif, sebulan sebelum akhir pengobatan dan saat akhir pengobatan.1-4,7-12Dokter KeluargaDokter puskesmas merujuk pada dokter umum yang memimpin dan memberikan pelayanan kesehatan dasar di sarana pelayanan kesehatan strata pertama. The five star Doctor adalah dokter sebagai:Care provider - Penyelengara pelayanan kesehatan Yang mempertimbangkan pasien secara holistik sebagai seorang individu dan sebagai bagian integral (tak terpisahkan) dari keluarga, komunitas, lingkungannya, dan menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang berkualitas tinggi, komprehensif, kontinu, dan personal dalam jangka waktu panjang dalam wujud hubungan profesional dokter-pasien yang saling menghargai dan mempercayai. Pelayanan komprehensif yang manusiawi namun tetap dapat dapat diaudit dan dipertangungjawabkan Decision maker - Pembuat keputusan Yang melakukan pemeriksaan pasien, pengobatan, dan pemanfaatan teknologi kedokteran berdasarkan kaidah ilmiah yang mapan dengan mempertimbangkan harapan pasien, nilai etika, cost effectiveness untuk kepentingan pasien sepenuhnya. Membuat keputusan klinis yang ilmiah dan empatik Communicator - Penghubung/penyampai pesan Yang mampu memperkenalkan pola hidup sehat melalui penjelasan yang efektif sehingga memberdayakan pasien dan keluarganya untuk meningkatkan dan memelihara kesehatannya sendiri. Memicu perubahan cara berpikir menuju sehat dan mandiri kepada pasien dan komunitasnya Community leader - Pemimpin masyarakat Yang memperoleh kepercayaan dari komunitas pasien yang dilayaninya, menyearahkan kebutuhan kesehatan individu dan komunitasnya, memberikan nasihat kepada kelompok penduduk dan melakukan kegaiatan atas nama masyarakat. Menjadi panutan masyarakat

Manager - Manajer SDM pelayanan kesehatan Yang dapat berkerja secara harmonis dengan individu dan organisasi di dalam maupun di luar sistem kesehatan agar dapat memenuhi kebutuhan pasien dan komunitasnya berdasarkan data kesehatan yang ada. Menjadi dokter yang cakap memimpin klinik, sehat, sejahtera, dan bijaksanaPelayanan dokter keluarga melibatkan dokter keluarga sebagai penyaring di tingkat primer, dokter spesialis di tingkat pelayanan sekunder, rumah sakit rujukan, dan pihak pendana yang kesemuanya bekerja sama di bawah naungan peraturan dan perundangan. Konsil Kedokteran Indonesia tahun 2006 menetapkan sembilan karakteristik pelayanan primer yaitu: komprehensif dan holistik, kontinyu, mengutamakan pencegahan, koordinatif dan kolaboratif, pasien sebagai bagian integral keluarga, mempertimbangkan lingkungan (tempat tinggal dan kerja), menjunjung tinggi etika dan hukum, sadar biaya dan sadar mutu, dapat diaudit dan dipertanggungjawabkan.Implementasi konsep primary health care dalam pelayanan kesehatan berbeda, antara negara-negara berkembang dengan negara-negara maju. Indonesia contohnya, sebagai salah satu negara berkembang, penyelenggaraan pelayanan kesehatan masyarakat dan pelayanan kesehatan perorangan primer diselenggarakan secara terpadu melalui pelayanan kesehatan primer. Hal ini karena masalah kesehatan masyarakat Indonesia masih dominan dan jumlah serta kategori petugas atau sarana kesehatan masih terbatas. Sedangkan di negara-negara maju, pelayanan kesehatan perorangan dilaksanakan secara terpisah dari pelayanan kesehatan masyarakat melalui pelayanan dokter keluarga. Pelayanan kesehatan masyarakat diselenggarakan oleh petugas dan sarana kesehatan masyarakat yang didirikan khusus untuk hal tersebut.Sasaran pelayananSasaran pelayanan kedokteran keluarga adalah sebagai satu unit, pelayanan kedokteran keluarga harus memperhatikan kebutuhan dan tuntutan kesehatan keluarga sebagai satu kesatuan, harus memperhatikan masalah kesehatan yang dihadapi terhadap keluarga dan harus memperhatikan pengaruh keluarga terhadap masalah kesehatan yang dihadapi oleh setiap anggota keluarga.5,6

Tugas dokter keluarga Menyelenggarakan pelayanan primer secara paripurna menyeluruh, dan berutu guna penapisan untuk pelayanan spesialistik yang diperlukan. Mendiagnosis secara tepat dan memberikan terapi sacara cepat dan tepat Memberikan pelayanan kedokteran secara aktif kepada pasien pada saat sehat dan sakit Memberikan pelayanan kedokteran kepada individu dan keluarganya Membina keluarga pasien untuk berpartisipasi dalam upaya peningkatan taraf kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan dan rehabilitasi Menangani penyakit akut dan kronik Melakukan tindakan awal kasus berat agar siap dikirim ke RS Tetap bertanggung jawab atas pasien yang dirujukkan ke dokter spesialis atau dirawat di RS Memantau pasien yang telah dirujuk atau dikonsultasikan Bertindak sebagai mitra, penasehat dan konsultan bagi pasiennya Mengkoordinasikan pelayanan yang diperlukan untuk kepentingan pasien Menyelenggarakan rekam medis yang memenuhi standar Melakukan penelitian untuk mengembangkan ilmu kedokteran secara umum dan ilmu kedokteran keluarga secara khusus5,6

Hal hal essential yang harus dipenuhia. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan primerb. Terletak ditempat strategis ( mudah dicapai dengan kendaraan umum )c. Bangunannya memenuhi syarat untuk pelayanan kesehatan d. Dilengkapi dengan sarana administrative yang memenuhi syarate. Dilengkapi dengan sarana komunikasif. Mempunyai sejumlah tenaga dokter yang telah lulus pelatihan DKg. Mempunyai sejumlah tenaga pembantu klinik dan paramedic yang telah lulus pelatihan khusus membantu DK5,6

Kompetensi Dokter Keluarga yang DiharapkanSeorang dokter keluarga harus mempunyai kompetensi khusus yang lebih dibandingkan seorang lulusan fakultas kedokteran pada umumnya. Hal ini sangat perlu ditekankan karena begitu banyak permasalahan kesehatan yang harus dibenahi. Mellinium Development Goals (MDGs), target pencapaian derajat kesehatan yang lebih baik, merupakan suatu program dibidang kesehatan yang dijalankan dalam rangka perbaikan kualitas kesehatan masyarakat.MDGs yang ditargetkan pada tahun 2015 menuntut seorang dokter memiliki kompetensi lebih dalam merealisasikan program tersebut. Dalam mewujudkan MDGs seorang tenaga medis diharapkan mampu mengobservasi, mendiagnosis, memberikan terapi yang tepat, dan melakukan rehabilitatif untuk orang-orang yang menderita sakit, cedera, dan melahirkan. Program MDGs yang dicanangkan oleh pemerintah ini juga berkaitan dengan globalisasi kesehatan, di mana kesiapan dan kemantapan tenaga kesehatan suatu negara akan menjadi sorotan publik di seluruh dunia. Globalisasi dunia menuntut sorang dokter atau tenaga kesehatan untuk lebih maksimal dalam memberikan pelayanan kesehatan.Paradigma sehat yang lebih menekankan pada kualitas hidup dari pada sekedar penyembuhan penyakit, membutuh tenaga kesehatan yang profesionalisme yang diutamakan pada dokter pelayanan primer. Dokter pelayanan primer adalah dokter keluarga yang memberikan pelayanan pertama secara berkesinambungan dan menyeluruh kepada satu kesatuan individu, keluarga, dan masyarakat dengan memperhatikan faktor-faktor lingkungan, ekonomi, dan sosial budaya. Pendekatan dokter keluarga sebagai primary health care merupakan suatu solusi dan jalan dalam mewujudkan kualitas kesehatan individu dan masyarakat yang lebih baik.Di sisi lain, pelayanan dokter keluarga di Indonesia belum berkembang dengan baik dan sebagaimana mestinya karena tidak ditopang oleh sistem pembiayaan kesehatan yang sesuai. Diharapkan dengan adanya sistem pembiayaan ini, pelayanan dokter keluarga dapat terselenggara dan berkembang sesuai dengan yang diharapkan. Sistem pembiayaan yang selama ini berlaku bukan fee for services, dalam arti kata, biaya pengobatan dibayar bukan atas pelayanan yang diberikan oleh seorang dokter.Selain itu, pengetahuan dan keterampilan dokter belum memuaskan, dimana kompetensi yang dimiliki belum cukup untuk menyelenggarakan pelayanan dokter keluarga. Dalam pelaksanaannya, dari seorang dokter keluarga memang dituntut banyak hal dalam memberikan pelayanan kesehatan. Standar dan kompetensi-kompetensi yang telah ditetap harus dipenuhi sebagaimana mestinya. Mampu menjalin komunikasi yang efektif, melakukan prosedur klinis dan kedaruratan klinis, mampu mengaplikasikan konsep-konsep dan prinsip-prinsip ilmu kedokteran, dapat memanfaatkan dan mendayagunakan segala sumber yang ada di sekitar, mampu menggunakan sistem teknologi dan informasi, belajar sepanjang hayat, dan memiliki sikap profesional dalam keseharian adalah beberapa hal dari sekian banyak hal yang harus dimiliki, dikuasai, dan dilaksanakan oleh seorang dokter keluarga.Pedekatan yang dilakukan dalam mengupayakan pelayanan dokter keluarga ditengah-tengah masyarakat hendaklah dilakukan secara berkesinambungan. Dengan adanya peningkatan ke arah tersebut berarti penerapannya akan semakin mantap. Walaupun masalah kesehatan di Indonesia masih dipengaruhi oleh berbagai tatanan dan kondisi dari masyarakat dan negara ini sendiri, namun tidak menutup kemungkinan upaya pemerintah dalam mengusahakan praktik layanan dokter keluarga dalam masyaraat akan menjadi solusi dari masalah kesehatan yang ada di Indonesia.Pendekatan dokter keluarga sebagai primary health care adalah sebuah cita-cita yang akan menjadi sebuah perubahan besar di tengah kondisi kesehatan Indonesia yang sangat memprihatinkan. Pendekatan ini mungkin akan menjadi solusi dalam memperbaiki status kesehatan masyarakat yang masih tertinggal jauh bila dibandingkan dengan beberapa negara ASEAN lainnya, yaitu peringkat ke-111 dari 172 negara yang dinilai, atau satu tingkat lebih baik dari Vietnam namun jauh tertinggal dari Malaysia, Thailand dan Singapura. Tugas ini adalah PR untuk semua sektor yang terlibat dan terkait serta masyarakat itu sendiri tentunya.5,6

Klinik dokter keluarga:Adalah suatu satuan organisasi pelayanan kesehatan primer yang menyelenggarakan pelayanan kedokteran keluarga5,6

Bentuk praktek dokter keluargaDibedakan 3 macam1. Pelayanan kedokteran keluarga sebagai bagian dari pelayanan rumah sakit2. Pelayanan dokter keluarga dilaksanakan oleh klinik dokter keluarga ( family clinic )3. Pelayanan dokter keluarga dilaksanakan melalui praktek dokter keluarga ( family practice )5,6Klinik dokter keluarga Ada 2 macam 1. Klinik keluarga mandiri ( free-standing family clinic ) Dapat dilaksanakan secara solo Bersama sama dalam satu kelompok2. Klinik keluarga merupakan bagian dari rumah sakit ( satellite family clinic )5,6

Hal hal essential yang harus dipenuhih. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan primeri. Terletak ditempat strategis ( mudah dicapai dengan kendaraan umum )j. Bangunannya memenuhi syarat untuk pelayanan kesehatan k. Dilengkapi dengan sarana administrative yang memenuhi syaratl. Dilengkapi dengan sarana komunikasim. Mempunyai sejumlah tenaga dokter yang telah lulus pelatihan DKn. Mempunyai sejumlah tenaga pembantu klinik dan paramedic yang telah lulus pelatihan khusus membantu DK5,6

PENUTUPKesimpulan Tuberkulosis adalah suatu infeksi bakteri menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis yang utama menyerang organ paru manusia. TBC merupakan salah satu problem utama epidemiologi kesehatan didunia. Agent, Host dan Lingkungan merupakan faktor penentu yang saling berinteraksi, terutama dalam perjalanan alamiah epidemi TBC . Interaksi tersebut dapat digambarkan dalam Bagan Segitiga Epidemiologi TBC. Puskesmas sebagai sarana pelayanan kesehatan pertama dan pelayanan kedokteran oleh dokter keluarga merupakan antara aspek penting yang dapat melaksanakan misi dan visi dalam pengembangan kualitas kesehatan masyarakat. Dokter juga sebagai pemicu masyaarakat agar sadar tentang adanya tingkat pencegahan penyakit yang harus dilakukan sedini mungkin, yang terdiri dari pencegahan primer (upaya promosi dan proteksi kesehatan), sekunder dan tersier..Saran Dalam upaya penanggulangan penyakit TBC peran serta keluarga dalam kegiatan pencegahan merupakan faktor yang sangat penting. Peran serta keluarga dalam penanggulangan TBC harus diimbangi dengan pengetahuan , sikap dan perilaku masyarakat yang baik. Dalam hal ini, setiap individu, keluarga maupun masyarakat haruslah menyadari betapa pentingnya suatu upaya promosi kesehatan dan upaya proteksi kesehatan untuk mendapatkan tingkat kualitas kesehatan tertinggi dalam masyarakat khususnya.

DAFTAR PUSTAKA1. Arsita EP. Buku Kedokteran Keluarga. Kedokteran keluarga: konsep, wawasan . 1st ed. Surakarta: FKU Sebelas Maret; 2000.p. 1-45. 2. Bakti Husada. Dokter Keluarga. Kementerian Kesehatan RI (serial online) 2012 (cited 2012 June 15): (1 screen). Available from: URL: http://www.ppjk.depkes.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=61&Itemid=1023. Sugito W, Danny P. Pendekatan dokter keluarga merupakan kunci keberhasilan untuk mencapai MDGs. Majalah Kedokteran Indonesia Maret 2010; 60 (3): 101-6.4. Rudy G. Rencana rumah sehat. In: Indah S, editor. Rumah Sehat: pengertian rumah sehat. 5th ed. Yogyakarta: Kanisius Yogyakarta; 2009.p. 9-13.5. Juanita SE. Peran asuransi kesehatan dalam benchmaking rumah sakit dalam menghadapi krisis ekonomi. USU digital library 2002; 1-10.6. Sugito W,editor. Konsep dan nilai sentral kedokteran keluarga. Perhimpunan Dokter Keluarga Indonesia; 2008 March 15; Bandung, Indonesia. 7. H Ayub Ali. Program pelayanan kesehatan di puskesmas. Dinas Kesehatan Kab.Polewali Mandar (serial online) 2013 Mar 30 (cited 2012 June 16): ( 1 screen). Available from: URL: http://dinkes.polewalimandarkab.go.id/program-pelayanan-kesehatan-di-puskesmas/8. Andari, Orie,editors. Peran asuransi kesehatan dalam benchmarking rumah sakit, Seminar Benchmarking Rumah Sakit; 2000 July 27;Jakarta,Indonesia9. Heri DJ Maulana. Promosi kesehatan. In: Egi KY, editor. Konsep Penyuluhan Kesehatan: konsep, perencanaan penyuluhan kesehatan. 1st ed. Jakarta: ECG; 2009.p. 134-40.10. Mandal BK, Wilkins EGL, Dunbar EM, Mayon-White RT. Penyakit Infeksi. In: Amalia S, editor.Tuberkulosis: epidemiologi, pathogenesis, pencegahan. 6th ed. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2008.p. 220-8.

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta 11510 Page 36