upaya meningkatkan keterlibatan umat dalam … · emiliana takndare, yesica fridiani claudia dasti,...

135
UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN UMAT DALAM HIDUP MENGGEREJA DI STASI SANTO LUKAS, SOKARAJA, PAROKI SANTO YOSEP PURWOKERTO TIMUR, JAWA TENGAH MELALUI KATEKESE UMAT MODEL SHARED CHRISTIAN PRAXIS S K R I P S I Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Oleh: Agnes Jajar Anur Umastuti NIM: 111124017 PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Upload: vananh

Post on 18-Mar-2019

230 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN UMAT DALAM … · Emiliana Takndare, Yesica Fridiani Claudia Dasti, Rosiana Wahyuningsih, Kristina Priska Adventa, Stefani Sinta Windriantari,

UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN UMAT

DALAM HIDUP MENGGEREJA DI STASI SANTO LUKAS, SOKARAJA,

PAROKI SANTO YOSEP PURWOKERTO TIMUR, JAWA TENGAH

MELALUI KATEKESE UMAT MODEL SHARED CHRISTIAN PRAXIS

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

Oleh:

Agnes Jajar Anur Umastuti

NIM: 111124017

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN

KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2016

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN UMAT DALAM … · Emiliana Takndare, Yesica Fridiani Claudia Dasti, Rosiana Wahyuningsih, Kristina Priska Adventa, Stefani Sinta Windriantari,

SKRIPSI

T]PAYA MENINGKATKAI\ KETERLIBATAFI UMATDALAM IIIDUP MENGGER&IA DI STASI SAI{TO LUKAS, SOX,q.RAJA,

PAROKI SAIITO YOSEP PURWOKERTO TIMUR, JAWA TtrNGAIIMELALTII KATEKESE UMAT MODEL SIA&ED CHRISTAN PRAruS

o!eb:

.::AS res J*jar Anur':Umastuti

NIM: 1t1D4Al7

Telah disetujui oleh:

Pambimbing

,rs. M. Sumamo Ds., S.J., M.A. tanggal0l Maret 2016

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN UMAT DALAM … · Emiliana Takndare, Yesica Fridiani Claudia Dasti, Rosiana Wahyuningsih, Kristina Priska Adventa, Stefani Sinta Windriantari,

SKRIPSI

UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN UMATDALAM HIDUP MENGGEREJA DI STASI SANTO LUKAS, SOKARAJA,

PAROKI SANTO YOSEP PURWOKERTO TIMUR, JAWA TENGAHMELALUI KATEKESE UMAT MODEL SIARED CHRISTAN PRAXIS

Ketua

Sekretaris

Anggota

Tanda Tgtg,utt

. ..i:{y/....L ?i5

Dipersiapkan dan ditulis oleh

Agnes Jajar Aaur Umastuti

NIM: llln40fi

Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji

pada tanggal 21 Maret 2016

dan dinyatakan mernenuhi sYara{

SUSUNAN PA}{ITIA PENGtrff

Nama

Drs. F.X. Herr'atnc'Wana Siulung' S"J-, M.Ed.

Yoseph Kristianto, SFK., M.Pd.

1. Drs. h{. Sumamo Ds., S.J., M.A.

2. Drs. L. Bambang Hendarto Y., M.Hum.

3. P. Banyu Dewa HS, S.Ag., tuI.Si.

Yogyakart a, 2l }l4larct 201 6

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

ll1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN UMAT DALAM … · Emiliana Takndare, Yesica Fridiani Claudia Dasti, Rosiana Wahyuningsih, Kristina Priska Adventa, Stefani Sinta Windriantari,

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan untuk:

ayahku (Bernadus Sudarisman), ibuku (Anna Tatik Haryati),

kembaranku (Maria Jajar Anur Arsuma), adikku (Cicilia Novia Tri Risdiana)

dan umat Stasi Santo Lukas, Sokaraja.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN UMAT DALAM … · Emiliana Takndare, Yesica Fridiani Claudia Dasti, Rosiana Wahyuningsih, Kristina Priska Adventa, Stefani Sinta Windriantari,

v

MOTTO

“Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih”

(1 Yoh 4:8)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN UMAT DALAM … · Emiliana Takndare, Yesica Fridiani Claudia Dasti, Rosiana Wahyuningsih, Kristina Priska Adventa, Stefani Sinta Windriantari,

PBRNYATAAI\I KEASLIAN KARYA

saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

tidak memuat karya atau bagian karya dari orang lain, kecuali seperti yang telah

disebutkan dalam'kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layakrya karya tulis

Yogyakarta, 2l Maret 2016

Penulis,

dl-JAgnes Jajar Anur Umastuti

vr

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN UMAT DALAM … · Emiliana Takndare, Yesica Fridiani Claudia Dasti, Rosiana Wahyuningsih, Kristina Priska Adventa, Stefani Sinta Windriantari,

PARNYATAAII PERSETUJUAN PTIBLIKASI

KARYA ILN{IAH UNTUK KEPENTINGAN AKAI}EMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, mahasiswa Universitas Sanata

Dharma:

Nama : Agnes Jajar AnurUmastuti

NIM : ll11o40l7

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, penulis memberikan wewenang

bagi Perpustakaan Universitas Sanata Dhanna karya ilmiah penulis yang berjudul

..UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN UMAT DALAM HIDUP

MENGGEREJA DI STASI SANTO LUKAS, SOKARAJA, PAROKI SANTO

YOSEP PURWOKERTO TIMUR, JAWA TENGAH MELALUI KATEKESE

UMAT MODEL SHARED CHNSTAN PRAXIS' beserta perangkat yang

diperlukan (bila ada).

Dengan demikian penulis memberikan kepada Perpustakaan Universitas

Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,

mengelolanya dalam bentuk pangfualan data, mendit6i6usikan secara terbatas, dan

mempublikasikannya di intemet atau media lain untuk kepentingan akademis

tanpa perlu meminta ijin maupun memberikan royalti kepada penulis, selama tetap

mencantumkan rutma saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini penulis buat dengan sebenarnya.

Yogyakarta 2l Maret 2016

Yang menyatakan,

dl,+Agnes Jajar Anur Umastuti

vll

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN UMAT DALAM … · Emiliana Takndare, Yesica Fridiani Claudia Dasti, Rosiana Wahyuningsih, Kristina Priska Adventa, Stefani Sinta Windriantari,

viii

ABSTRAK

Judul skripsi ini adalah “UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN

UMAT DALAM HIDUP MENGGEREJA DI STASI SANTO LUKAS,

SOKARAJA, PAROKI SANTO YOSEP PURWOKERTO TIMUR, JAWA

TENGAH MELALUI KATEKESE UMAT MODEL SHARED CHRISTIAN

PRAXIS”. Judul ini dipilih bertitik tolak dari keprihatinan penulis terhadap umat

di Stasi Santo Lukas Sokaraja. Jumlah umat Stasi kurang lebih 335 orang namun

sebagian besar belum terlibat dalam kegiatan hidup menggereja. Umat yang aktif

hanya orang-orang tertentu saja seperti ketua lingkungan, katekis, prodiakon dan

sebagian umat yang memiliki semangat melayani, sehingga tidak semua kegiatan

yang dilaksanakan di Stasi maupun Lingkungan mendapat dukungan penuh dari

umat. Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk melihat bagaimana

pemahaman umat Stasi Santo Lukas Sokaraja mengenai hidup menggereja serta

penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dan mengetahui bentuk kegiatan yang

mampu meningkatkan keterlibatan umat dalam hidup menggereja.

Bertolak dari tujuan penulisan, penulis memperoleh data dengan

mengadakan penelitian. Penelitian dilakukan dengan menyebarkan kuesioner dan

wawancara kepada umat Stasi Santo Lukas Sokaraja. Hasil penelitian menyatakan

sebagian besar umat sangat setuju bahwa kesaksian akan Yesus Kristus

diwujudkan lewat tindakan nyata sehari-hari. Mereka juga setuju bahwa semua

umat Stasi Santo Lukas Sokaraja aktif dalam kegiatan gerejani.

Gereja merupakan persekutuan orang-orang yang beriman kepada Kristus

sebagai perwujudan karya Allah yang konkret. Gereja berdiri kokoh atas dasar

Kristus sebagai Kepala dan Allah yang berkarya memanggil umat-Nya untuk

diberikan tanggung jawab dan kebebasan. Umat Katolik yang telah dibaptis dan

menerima sakramen Penguatan atau Krisma diharapkan mampu untuk mengambil

bagian dalam tugas perutusan Yesus Kristus sebagai Imam, Nabi dan Raja.

Ardhisubagyo mengartikan hidup menggereja sebagai pengabdian sukarela untuk

mengambil bagian dalam lima tugas Gereja yaitu koinonia, kerygma, martyria,

liturgia dan diakonia. Dengan demikian kaum awam berperan aktif dalam

kehidupan dan kegiatan Gereja.

Berdasarkan keprihatinan di atas, penulis mengusulkan katekese umat

model Shared Christian Praxis (SCP) sebagai usaha untuk meningkatkan

keterlibatan umat dalam hidup menggereja di Stasi Santo Lukas Sokaraja. Penulis

memilih katekese umat model SCP karena katekese ini dianggap dapat membantu

umat Stasi Santo Lukas Sokaraja untuk semakin aktif terlibat dalam kegiatan

hidup menggereja, bukan hanya hadir saja tetapi ikut ambil bagian dalam

kegiatan. Tema umum yang diangkat dalam usulan program ini adalah “Panggilan

untuk meningkatkan hidup menggereja umat mengikuti Kristus dengan Dasar

Iman”. Kesimpulan dari skripsi ini bahwa keterlibatan dan keikutsertaan umat

dalam hidup menggereja sangat diharapkan. Keterlibatan umat tidak hanya aktif

dalam Perayaan Ekaristi dan koor saja tetapi umat diharapkan dapat terlibat aktif

dalam setiap tugas dan peranan Gereja secara keseluruhan sehingga kegiatan

hidup menggereja di Stasi Santo Lukas Sokaraja semakin maju dan berkembang.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN UMAT DALAM … · Emiliana Takndare, Yesica Fridiani Claudia Dasti, Rosiana Wahyuningsih, Kristina Priska Adventa, Stefani Sinta Windriantari,

ix

ABSTRACT

The title of this thesis is the “EFFORTS TO INCREASE THE

INVOLVEMENT OF THE FAITHFUL IN PARTICIPATING CHURCH LIFE

IN SAINT LUKE STATION, SOKARAJA, PARISH SAINT JOSEPH EAST

PURWOKERTO, CENTRAL JAVA THROUGH PEOPLE CATECHESIS BY

USING SHARED CHRISTIAN PRAXIS MODEL". This title choosen was based

on writer's concern on the people faithful in the Saint Luke Station Sokaraja. The

current number of people in Station approximately 335 people, but most of them

have not been involved in the activities of church activities. Those who are active

are only some such as neighborhood leaders, catechists, Acolytes and most people

who have a passion to serve. Not all activities carried out in the Station, have not

received full support from them. The purpose of this paper is to see how the

understanding of the faithful of the Station Santo Luke Sokaraja about church life

and its application in everyday life and to know the activities that can improve the

involvement of people in church living.

Based on the purpose of writing, the writer obtained the data by

conducting a research. The study was conducted by distributing questionnaires

and interviews to them of Santo Luke Sokaraja Station. The result of the study

shows that the majority of people strongly agree that the testimony of Jesus Christ

is realized through daily actions. They also agree that all them of Santo Luke

Sokaraja Station are active in ecclesial activities.

The church is a fellowship of those who believe in Christ as the

embodiment of God's work in concrete. The Church stands firmly on the

foundation of Christ as the Head and the work of God who calls His people to

have the responsibility and freedom. Catholics who have been baptized and

received the sacrament of Confirmation are expected to be able to take part in the

mission of Jesus Christ as Priest, Prophet and King. Ardhisubagyo interpret

church life is a voluntary service to be taken part in the five duties of the Church.

These are koinonia, Kerygma, martyria, liturgy and diakonia. Thus the laity play

an active role in the life and activity of the Church.

Based on the concerns above, the writer proposes a model community

catechesis Christian Shared Praxis (SCP) as an effort to increase the involvement

of people in participating church life at Station Santo Luke Sokaraja. The writer

choose community catechesis SCP model because catechesis is thought to help

people Station Santo Luke Sokaraja for getting actively involved in the

participating church life, not only to be present but to take part in activities. The

common theme raised in the proposed program is "Calling the faithful to follow in

faith Christ Basis of Faith". The conclusion of this paper is that the involvement

and participation of people participating church life is expected. Community

involvement is not in the celebration of the Eucharist and the choir only but to be

actively involved in each task and role of the Church as a whole so that the

activities participating church life at Station Santo Luke Sokaraja will be growing.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN UMAT DALAM … · Emiliana Takndare, Yesica Fridiani Claudia Dasti, Rosiana Wahyuningsih, Kristina Priska Adventa, Stefani Sinta Windriantari,

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan karena kasih dan penyertaan-Nya penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “UPAYA MENINGKATKAN

KETERLIBATAN UMAT DALAM HIDUP MENGGEREJA DI STASI SANTO

LUKAS, SOKARAJA, PAROKI SANTO YOSEP PURWOKERTO TIMUR,

JAWA TENGAH MELALUI KATEKESE UMAT MODEL SHARED

CHRISTIAN PRAXIS”.

Skripsi ini ditulis atas dasar keprihatinan penulis terhadap keterlibatan

umat dalam kegiatan hidup menggereja di Stasi Santo Lukas Sokaraja. Salah satu

penyebab kurang terlibatnya umat dalam kegiatan hidup menggereja yaitu karena

kurang adanya kesadaran dalam diri umat itu sendiri.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat selesai karena bantuan dari

banyak pihak. Pada kesempatan ini penulis dengan setulus hati mengucapkan

terima kasih kepada:

1. Romo Drs. M. Sumarno Ds., S.J., M.A., selaku dosen pembimbing utama,

yang telah memberi perhatian, memberi sumbangan pemikiran kepada penulis

dan bersedia meluangkan waktu untuk membimbing penulis dengan

kesabaran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Drs. L. Bambang Hendarto Y., M.Hum., selaku dosen pembimbing

akademik dan selaku dosen penguji II, yang telah membimbing penulis

selama menempuh studi di IPPAK dan berkenan menjadi dosen penguji

skripsi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN UMAT DALAM … · Emiliana Takndare, Yesica Fridiani Claudia Dasti, Rosiana Wahyuningsih, Kristina Priska Adventa, Stefani Sinta Windriantari,

xi

3. Bapak P. Banyu Dewa HS, S.Ag., M.Si., selaku dosen penguji III, yang

berkenan menguji penulis.

4. Romo Drs. F.X. Heryatno Wono Wulung, SJ selaku Kaprodi dan Bapak

Yoseph Kristianto, SFK., M.Pd., selaku Wakaprodi, yang telah bersedia

memberikan dukungan, perhatian, motivasi kepada penulis selama berproses

di Prodi IPPAK.

5. Segenap Staf Dosen dan Karyawan Prodi IPPAK-JIP-FKIP-USD, Yogyakarta

yang telah mendidik dan membimbing penulis selama menempuh studi.

6. Bapak Petrus Bambang Purnama Eka selaku Ketua Stasi Santo Lukas

Sokaraja yang telah mengijinkan dan berkenan membantu dalam pelaksanaan

penelitian serta memberikan informasi mengenai umat di Stasi Santo Lukas,

Sokaraja.

7. Umat Stasi Santo Lukas Sokaraja yang telah bersedia membantu penulis

dalam mengumpulkan data dengan mengisi kuesioner penelitian dan

wawancara.

8. Bapak, Ibu, kakak dan adikku yang selalu mengingatkan dan memberi

semangat kepada penulis selama mengerjakan skripsi ini.

9. Keluarga besar simbah Sukirman Hadiwiyono dan simbah Atmo Harjono

yang selalu mendukung, menyemangati penulis sampai pada penyelesaian

penulisan skripsi ini.

10. Teman-teman mahasiswa/mahasiswi khususnya angkatan 2011 yang telah

memotivasi dan menyemangati penulis selama menempuh studi di IPPAK.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN UMAT DALAM … · Emiliana Takndare, Yesica Fridiani Claudia Dasti, Rosiana Wahyuningsih, Kristina Priska Adventa, Stefani Sinta Windriantari,

11. Yohanes Danang MD, yang setia menemani, memberi perhatian dan

sflnangat kepada penulis dalam mengerjakan skripsi ini.

12. Sahabatku (Sr. Festina Asnawati Mendrofa, Sr. Margareta Danawati, Sr.

Emiliana Takndare, Yesica Fridiani Claudia Dasti, Rosiana Wahyuningsih,

Kristina Priska Adventa, Stefani Sinta Windriantari, Clarasati Isdianingtyas,

Stefanie Bui Moron, Theresia Sri Rahayq Agnes Fajat, Ade Mardiana dan

Elisabet Riil Rejeki) yang selalu mengingatkan, setia menemani dan

memberikan semangat kepada penulis.

13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang selama ini

dengan tulus telah memberikan bantuan dan dukungan kepada penulis.

Penulis menyadari keterbatasan pengetahuan dan pengalaman dalam

penyusunan skripsi, sehingga masih banyak kekurangan. Oleh karena itu penulis

mengharapkan saran dan kritik dari pembaca untuk memperbaiki skripsi ini. Akhir

kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua

pihak yang berkepentingan.

Yogyakarta, 21 Maret 2016

Penulis

dl,fAgnes Jajar Anur Umastuti

x11

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN UMAT DALAM … · Emiliana Takndare, Yesica Fridiani Claudia Dasti, Rosiana Wahyuningsih, Kristina Priska Adventa, Stefani Sinta Windriantari,

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL…………………………………………………….. i

HALAMAN PERSETUJUAN…………………………………………... ii

HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………… iii

HALAMAN PERSEMBAHAN…………………………………………. iv

HALAMAN MOTTO……………………………………………………. v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA…………………………………. vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI………………………... vii

ABSTRAK……………………………………………………………….. viii

ABSTRACT……………………………………………………………….. ix

KATA PENGANTAR…………………………………………………… x

DAFTAR ISI……………………………………………………………... xiii

DAFTAR TABEL………………………………………………………... xviii

DAFTAR SINGKATAN………………………………………………… xix

BAB I. PENDAHULUAN……………………………………………….. 1

A. Latar Belakang……………………………………………… 1

B. Rumusan Permasalahan……………………………………... 3

C. Tujuan Penulisan……………………………………………. 3

D. Manfaat Penulisan…………………………………………... 4

E. Metode Penulisan…………………………………………… 4

F. Sistematika Penulisan……………………………………….. 4

BAB II. PENELITIAN TENTANG KEGIATAN HIDUP MENGGE-

REJA UMAT DI STASI SANTO LUKAS SOKARAJA

PAROKI SANTO YOSEP PURWOKERTO TIMUR, JAWA

TENGAH………………………………………………………..

6

A. Situasi Stasi Santo Lukas Sokaraja…………………………. 6

1. Situasi Geografis Stasi Santo Lukas Sokaraja…………… 7

2. Situasi Umat di Stasi……………………………………... 7

3. Situasi Kegiatan Hidup Menggereja Stasi……………….. 8

a. Kegiatan-kegiatan Gerejani…………………………... 9

b. Kegiatan Sosial Kemasyarakatan……………………... 14

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN UMAT DALAM … · Emiliana Takndare, Yesica Fridiani Claudia Dasti, Rosiana Wahyuningsih, Kristina Priska Adventa, Stefani Sinta Windriantari,

xiv

B. Penelitian mengenai Kegiatan Hidup Menggereja Umat di

Stasi Santo Lukas Sokaraja………………………………….

16

1. Latar Belakang Penelitian………………………………... 17

2. Rumusan Penelitian……………………………………… 18

3. Tujuan Penelitian………………………………………… 18

4. Metodologi Penelitian……………………………………. 19

a. Metode Penelitian…………………………………….. 19

b. Tempat dan Waktu Penelitian………………………… 20

c. Populasi dan Sampel Penelitian………………………. 20

d. Instrumen Penelitian………………………………….. 21

e. Variabel Penelitian……………………………………. 21

5. Hasil dan Pembahasan Penelitian tentang Kegiatan Hidup

Menggereja Umat di Stasi Santo Lukas Sokaraja, Paroki

Santo Yosep Purwokerto Timur, Jawa Tengah…………..

22

a. Identitas Responden…………………………………... 23

b. Pemahaman tentang Hidup Menggereja……………… 24

c. Keterlibatan Umat dalam Kegiatan Hidup

Menggereja………………………………………........

27

d. Bentuk-bentuk Kegiatan Pendukung Perkembangan

Penghayatan Iman Umat………………………………

32

e. Harapan dan Usulan Tema Terkait dengan Kegiatan

Hidup Menggereja…………………………………….

36

6. Kesimpulan Penelitian…………………………………… 39

a. Identitas Responden…………………………………... 39

b. Pemahaman tentang Hidup Menggereja……………… 39

c. Keterlibatan Umat dalam Hidup Menggereja………… 41

d. Bentuk-bentuk Kegiatan Pendukung Perkembangan

Penghayatan Iman Umat………………………………

42

e. Harapan dan Usulan Tema terkait dengan Kegiatan

Hidup Menggereja…………………………………….

43

BAB III. KEHIDUPAN MENGGEREJA UMAT MELALUI KATE-

KESE UMAT MODEL SHARED CHRISTIAN PRAXIS

(SCP)…………………………………………………………...

45

A. Hidup Menggereja Umat…………………………………... 45

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN UMAT DALAM … · Emiliana Takndare, Yesica Fridiani Claudia Dasti, Rosiana Wahyuningsih, Kristina Priska Adventa, Stefani Sinta Windriantari,

xv

1. Arti Gereja……………………………………………. 46

2. Model-model Gereja………………………………….. 47

a. Gereja sebagai Institusi……………………………. 47

b. Gereja sebagai Persekutuan Mistik………………... 48

c. Gereja sebagai Sakramen………………………...... 49

d. Gereja sebagai Umat Allah………………………... 49

e. Gereja sebagai Pewarta……………………………. 50

3. Hidup Menggereja……………………………………. 50

a. Arti Hidup Menggereja……………………………. 51

b. Dasar-dasar Hidup Menggereja……………………. 52

B. Gambaran Umum Katekese……………………………….. 56

1. Pengertian Katekese…………………………………..... 57

2. Tujuan Katekese………………………………………... 58

3. Tugas Katekese……………………………………….... 58

a. Katekese memberitakan Sabda Allah, mewartakan

Kristus………………………………………………..

59

b. Katekese mendidik umat beriman…………………... 59

c. Katekese mengembangkan Gereja………………….. 60

4. Kekhasan Katekese…………………………………….. 61

5. Isi Katekese…………………………………………….. 62

C. Gambaran Katekese Umat………………………………… 63

1. Pengertian Katekese Umat……………………………... 64

2. Tujuan Katekese Umat………………………………..... 65

3. Kekhasan Katekese Umat……………………………..... 66

D. Katekese Umat Model Shared Christian Praxis…………... 67

1. Komponen Utama dalam Shared Christian Praxis…….. 68

a. Shared…………………………………………......... 68

b. Christian……………………………………………. 69

c. Praxis…………………………………………........... 70

2. Langkah-langkah Katekese Model Shared Christian

Praxis…………………………………………………...

71

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN UMAT DALAM … · Emiliana Takndare, Yesica Fridiani Claudia Dasti, Rosiana Wahyuningsih, Kristina Priska Adventa, Stefani Sinta Windriantari,

xvi

a. Langkah I: Mengungkapkan Pengalaman Hidup

Peserta………………………………………………..

72

b. Langkah II: Mendalami Pengalaman Hidup Peserta... 73

c. Langkah III: Menggali Pengalaman Iman Kristiani… 73

d. Langkah IV: Menerapkan Iman Kristiani dalam

Situasi Peserta Konkret………………………………

74

e. Langkah V: Mengusahakan suatu Aksi Konkret……. 75

3. Catatan Khusus Shared Christian Praxis……………..... 76

a. Variasi dan urutan langkah………………………….. 76

b. Pemilihan waktu dalam Shared Christian Praxis…... 77

c. Lingkungan untuk Shared Christian Praxis………… 77

E. Peranan Katekese Umat Model Shared Christian Praxis

(SCP) dalam Kegiatan Hidup Menggereja Umat…………..

79

1. Peran Shared Christian Praxis (SCP) dalam Koinonia

(Paguyuban)…………………………………………….

79

2. Peran Shared Christian Praxis (SCP) dalam Kerygma

(Pewartaan)……………………………………………...

80

3. Peran Shared Christian Praxis (SCP) dalam Martyria

(Kesaksian Hidup)………………………………………

81

4. Peran Shared Christian Praxis (SCP) dalam Liturgia

(Ibadat)………………………………………………….

82

5. Peran Shared Christian Praxis (SCP) dalam Diakonia

(Pelayanan)……………………………………………...

83

BAB IV. USULAN PROGRAM KATEKESE UNTUK MENING-

KATKAN KETERLIBATAN UMAT DALAM HIDUP

MENGGEREJA DI STASI SANTO LUKAS SOKARAJA…..

85

A. Latar Belakang Penyusunan Program Katekese untuk

Meningkatkan Keterlibatan Umat dalam Hidup

Menggereja………………………………………………...

85

B. Alasan Pemilihan Tema dan Tujuan Katekese untuk

Meningkatkan Keterlibatan Umat dalam Hidup

Menggereja………………………………………………...

87

C. Tema dan Tujuan………………………………………….. 88

D. Penjabaran Program……………………………………….. 89

E. Petunjuk Pelaksanaan Program……………………………. 94

F. Contoh Persiapan Katekese Umat Model Shared Christian

Praxis (SCP)……………………………………………….

95

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN UMAT DALAM … · Emiliana Takndare, Yesica Fridiani Claudia Dasti, Rosiana Wahyuningsih, Kristina Priska Adventa, Stefani Sinta Windriantari,

xvii

BAB V. PENUTUP……………………………………………………… 110

A. Kesimpulan………………………………………………...... 110

B. Saran……………………………………………………….... 111

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………. 114

LAMPIRAN……………………………………………………………… 116

Lampiran 1: Surat Penelitian untuk Ketua Stasi………...…….. (1)

Lampiran 2: Surat Keterangan telah Melaksanakan Penelitian.. (2)

Lampiran 3: Contoh Kuesioner ………………..…………........ (3)

Lampiran 4: Contoh Isian Kuesioner………………………...... (7)

Lampiran 5: Daftar Pertanyaan Wawancara...………………… (13)

Lampiran 6: Hasil Wawancara dengan Umat Stasi Santo Lukas

Sokaraja…………………………………………..

(14)

Lampiran 7: Daftar Umat Stasi St. Lukas Sokaraja…………... (18)

Lampiran 8: Cerita “Lilin Harapan”………..………………… (21)

Lampiran 9: Lagu “Bapa yang Setia”………………................ (22)

Lampiran 10: Lagu “Jangan Lelah”…………………………… (23)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN UMAT DALAM … · Emiliana Takndare, Yesica Fridiani Claudia Dasti, Rosiana Wahyuningsih, Kristina Priska Adventa, Stefani Sinta Windriantari,

xviii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Variabel Penelitian………………………………………… 22

Tabel 2 : Identitas Responden (N=40)………………………………. 23

Tabel 3 : Pemahaman tentang Hidup Menggereja (N=40)…………... 24

Tabel 4 : Keterlibatan Umat dalam Kegiatan Hidup Menggereja

(N=40)……………………………………………………..

28

Tabel 5 : Bentuk-bentuk Kegiatan Pendukung Perkembangan

Penghayatan Iman Umat (N=40)…………………………...

33

Tabel 6 : Harapan dan Usulan Tema Terkait dengan Kegiatan Hidup

Menggereja (N=40)………………………………………...

36

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN UMAT DALAM … · Emiliana Takndare, Yesica Fridiani Claudia Dasti, Rosiana Wahyuningsih, Kristina Priska Adventa, Stefani Sinta Windriantari,

xix

DAFTAR SINGKATAN

A. Singkatan Kitab Suci

Seluruh singkatan dari Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci

Perjanjian Baru: dengan Pengantar dan Catatan Singkat. (Dipersembahkan

kepada Umat Katolik Indonesia oleh Ditjen Bimas Katolik Departemen Agama

Republik Indonesia dalam Rangka PELITA IV). Ende: Arnoldus, 1984/1985, hal.

8.

B. Singkatan Dokumen Resmi Gereja

AG : Ad Gentes, Dekrit Konsili Vatikan II tentang Kegiatan Misioner

Gereja, 7 Desember 1965.

CT : Catechesi Tradendae, Anjuran Apostolik Yohanes Paulus II kepada

para Uskup, klerus dan segenap umat beriman tentang katekese masa

kini, 16 Oktober 1979.

SC : Sacrosanctum Concilium, Konstitusi tentang Liturgi suci.

C. Singkatan Lain

Art : Artikel

Bdk : Bandingkan

BKSN : Bulan Kitab Suci Nasional

Bpk : Bapak

Dll : dan lain-lain

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN UMAT DALAM … · Emiliana Takndare, Yesica Fridiani Claudia Dasti, Rosiana Wahyuningsih, Kristina Priska Adventa, Stefani Sinta Windriantari,

xx

Dsb : dan sebagainya

Hal : Halaman

HUT RI : Hari Ulang Tahun Republik Indonesia

Jabar : Jawa Barat

KK : Kepala Keluarga

Komkat : Komisi Kateketik

KWI : Konferensi Waligereja Indonesia

No : Nomor

OMK : Orang Muda Katolik

PMI : Palang Merah Indonesia

PPL PAK : Program Pengalaman Lapangan Pendidikan Agama Katolik

Paroki

Puskat : Pusat Kateketik

RI : Republik Indonesia

RT : Rukun Tetangga

RW : Rukun Warga

SCP : Shared Christian Praxis

s/d : sampai dengan

St : Santo

WIB : Waktu Indonesia bagian Barat

WK : Wanita Katolik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN UMAT DALAM … · Emiliana Takndare, Yesica Fridiani Claudia Dasti, Rosiana Wahyuningsih, Kristina Priska Adventa, Stefani Sinta Windriantari,

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Umat merupakan anggota Gereja yang memiliki peran penting dalam

perkembangan Gereja. Gereja didirikan untuk memperluas Kerajaan Allah di

seluruh dunia demi kemuliaan Allah Bapa, supaya semua orang menerima buah

dari penebusan yang menyelamatkan dan supaya mereka benar-benar terarah pada

Kristus.

Cara yang dapat dilakukan oleh umat dalam menanggapi panggilan Allah

ialah terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang ada dalam Gereja, misalnya saja

kegiatan-kegiatan yang rutin dilaksanakan di Stasi maupun Lingkungan, seperti

kegiatan pendalaman iman, latihan koor, pertemuan pengurus Stasi, dsb.

Kekuatan terpenting dalam pembangunan kehidupan menggereja di

zaman sekarang ini dan juga di masa yang akan datang terletak dalam

keikutsertaan dan keterlibatan umat sendiri. Oleh karena itu demi

memperkembangkan iman akan Yesus Kristus serta demi perkembangan kegiatan

itu sendiri, umat dituntut untuk terlibat secara aktif dalam hidup menggereja.

Keikutsertaan dan keterlibatan umat sangat dibutuhkan dalam karya kerasulan di

tengah-tengah umat. Hidup menggereja diartikan sebagai pengabdian sukarela

untuk mengambil bagian dalam lima tugas Gereja yaitu koinonia, kerygma,

martyria, liturgia dan diakonia (Ardhisubagyo, 1987: 22)..

Umat sebagai bagian dari Gereja diharapkan memiliki kesadaran untuk

melakukan berbagai kegiatan kemajuan iman mereka dan demi perkembangan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN UMAT DALAM … · Emiliana Takndare, Yesica Fridiani Claudia Dasti, Rosiana Wahyuningsih, Kristina Priska Adventa, Stefani Sinta Windriantari,

2

Gereja. Kesadaran ini menuntut umat sendiri agar memiliki kepribadian yang

matang dan dewasa, sehingga mendorong mereka untuk menyalurkan semangat

kerja yang tinggi dan mampu memainkan peranannya dalam kehidupan

menggereja dan kehidupan sosial. Kesemuanya itu perlu dilandasi dengan

semangat Kristus serta dijiwai sikap patuh dan cinta kasih terhadap gembala

Gereja sehingga diharapkan dapat membuahkan hasil yang berlimpah.

Dalam perkembangan iman Gereja menuntut kedewasaan iman umatnya.

Umat sebagai pelaku perkembangan Gereja diharapkan mampu

memperkembangkan imannya lewat karya kepada Gereja dan sesama.

Perkembangan zaman menuntut umat agar lebih kritis dan kreatif dalam bertindak

dan menentukan pilihan. Oleh karena itu umat perlu memiliki kesadaran untuk

mau terlibat dalam kegiatan hidup menggereja, sehingga kegiatan-kegiatan

gerejani semakin maju dan berkembang.

Salah satu stasi yang ada di Paroki Santo Yosep, Purwokerto Timur

adalah Stasi Santo Lukas, Sokaraja. Stasi sendiri memiliki 2 Lingkungan yaitu

Lingkungan Yohanes Paulus, Kalibagor dan Lingkungan Santa Maria, Sokaraja

dengan jumlah umat 335 jiwa. Dari jumlah umat tersebut umat dewasa tercatat

292 orang.

Begitu banyak kegiatan yang sering dilakukan baik di Stasi maupun di

Lingkungan. Namun, sering kali umat Stasi Santo Lukas Sokaraja kurang

menyadari akan pentingnya keterlibatan mereka dalam penyelenggaraan kegiatan-

kegiatan tersebut sehingga banyak umat yang belum terlibat dalam kegiatan hidup

menggereja.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN UMAT DALAM … · Emiliana Takndare, Yesica Fridiani Claudia Dasti, Rosiana Wahyuningsih, Kristina Priska Adventa, Stefani Sinta Windriantari,

3

Menanggapi kenyataan dengan melihat persoalan yang ada, maka perlu

adanya pembaharuan diberbagai segi, diantaranya perlu adanya koordinasi dari

pihak Gereja dan umat agar bersama-sama mencari solusi yang tepat sehingga

kegiatan-kegiatan gerejani berjalan dengan didukung keterlibatan umat Stasi.

Melihat kenyataan yang terjadi maka penulis mengajak umat di Stasi Santo Lukas

Sokaraja untuk mempelajari dan memahami akan keterlibatan atau keikutsertaan

umat dalam proses pendewasaan iman. Untuk itu penulis mengambil judul

“UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN UMAT DALAM HIDUP

MENGGEREJA DI STASI SANTO LUKAS, SOKARAJA, PAROKI SANTO

YOSEP, PURWOKERTO TIMUR, JAWA TENGAH MELALUI KATEKESE

UMAT MODEL SHARED CHRISTIAN PRAXIS”.

B. Rumusan Permasalahan

1. Bagaimana umat Stasi Santo Lukas Sokaraja memahami hidup menggereja

umat dan mewujudkannya dalam keterlibatan hidup menggereja?

2. Apa makna keterlibatan umat dalam kehidupan menggereja?

3. Bentuk kegiatan seperti apa yang mampu meningkatkan keterlibatan umat

dalam hidup menggereja?

C. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui bagaimana umat di Stasi Santo Lukas Sokaraja memahami hidup

menggereja umat dan perwujudannya dalam keterlibatan hidup menggereja.

2. Mengetahui makna keterlibatan umat dalam kehidupan menggereja.

3. Mengetahui berbagai bentuk kegiatan yang diharapkan mampu meningkatkan

keterlibatan umat dalam hidup menggereja.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN UMAT DALAM … · Emiliana Takndare, Yesica Fridiani Claudia Dasti, Rosiana Wahyuningsih, Kristina Priska Adventa, Stefani Sinta Windriantari,

4

D. Manfaat Penulisan

1. Menambah pengetahuan yang lebih mendalam bagi penulis tentang makna

hidup menggereja umat.

2. Memberikan sumbangan pemahaman baru kepada umat di Stasi Santo Lukas

Sokaraja tentang katekese umat model Shared Christian Praxis (SCP).

3. Memberikan sumbangan pemikiran bagi Stasi Santo Lukas Sokaraja dalam

meningkatkan semangat pelayanan bagi umat.

E. Metode Penulisan

Metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode

deskriptif analisis, di mana dalam penulisan skripsi ini penulis mengumpulkan

data melalui penyebaran kuesioner dan melaksanakan wawancara dengan

beberapa umat yang dianggap mengetahui banyak tentang berbagai kegiatan yang

ada di Stasi Santo Lukas Sokaraja serta studi pustaka dari buku-buku dan situasi

konkret kehidupan umat Kristiani dewasa ini.

F. Sistematika Penulisan

Sebagai gambaran umum tentang hal apa saja yang akan dibahas di

dalam penulisan skripsi ini, berikut adalah sistematika penulisan skripsi ini:

Bab I akan menguraikan tentang latar belakang permasalahan, rumusan

permasalahan, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan dan

sistematika penulisan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN UMAT DALAM … · Emiliana Takndare, Yesica Fridiani Claudia Dasti, Rosiana Wahyuningsih, Kristina Priska Adventa, Stefani Sinta Windriantari,

5

Bab II akan menguraikan tentang gambaran situasi umat di Stasi,

penelitian tentang kegiatan hidup menggereja umat di Stasi Santo Lukas Sokaraja

dan pembahasan penelitian.

Bab III akan menguraikan tentang hidup menggereja umat yang

mencakup arti Gereja, model-model Gereja, hidup menggereja. Gambaran umum

katekese yang mencakup pengertian katekese, tujuan katekese, tugas katekese,

kekhasan katekese, isi katekese. Gambaran katekese umat yang mencakup

pengertian katekese umat, tujuan katekese umat, kekhasan katekese umat.

Katekese umat model Shared Christian Praxis (SCP) yang mencakup komponen

utama dalam SCP, langkah-langkah katekese model SCP, catatan khusus SCP.

Tentang peranan katekese umat model SCP dalam kegiatan hidup menggereja.

Bab IV akan menguraikan latar belakang usulan katekese untuk

meningkatkan keterlibatan umat dalam hidup menggereja, alasan pemilihan tema,

tema dan tujuan, penjabaran program, petunjuk pelaksanaan program dan contoh

Satuan Pertemuan.

Bab V berisi kesimpulan dan saran dari penulis sehubungan dengan

usaha meningkatkan keterlibatan umat dalam hidup menggereja di Stasi Santo

Lukas Sokaraja.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN UMAT DALAM … · Emiliana Takndare, Yesica Fridiani Claudia Dasti, Rosiana Wahyuningsih, Kristina Priska Adventa, Stefani Sinta Windriantari,

6

BAB II

PENELITIAN TENTANG KEGIATAN HIDUP MENGGEREJA

UMAT DI STASI SANTO LUKAS SOKARAJA

PAROKI SANTO YOSEP PURWOKERTO TIMUR, JAWA TENGAH

Gereja dapat berkembang karena adanya kesadaran umat untuk terlibat

dalam setiap kegiatan hidup menggereja yang ada. Hal ini tentunya sama bagi

Gereja yang ada di Stasi Santo Lukas Sokaraja. Stasi membutuhkan keterlibatan

umat untuk dapat menjalankan kegiatan-kegiatan hidup menggereja, karena tanpa

keterlibatan mereka kegiatan yang sudah terjadwal tidak akan berjalan dengan

baik. Faktor yang mempengaruhi keterlibatan umat di Stasi tentunya tergantung

situasi umat di Lingkungan. Berbeda-beda situasi umat di Stasi Santo Lukas

Sokaraja karena Stasi ini terdiri dari 2 (dua) Lingkungan, tentunya ada perbedaan

situasi umatnya.

A. Situasi Stasi Santo Lukas, Sokaraja

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh penulis, Stasi Santo

Lukas Sokaraja merupakan bagian dari Paroki Santo Yosep Purwokerto Timur

yang terletak di Kecamatan Sokaraja. Letak gereja cukup strategis karena berada

dipinggir jalan raya dan transportasi cukup terjangkau sehingga umat tidak

kesulitan untuk dapat sampai ke Stasi ini. Sebagian besar umat stasi yang hidup

menetap di Purwokerto berasal dari daerah luar, namun hal itu tidak menghambat

mereka untuk saling mengakrabkan diri satu sama lain. Dalam banyak kesempatan

mereka tidak melupakan saling menyapa dan saling membantu sehingga dapat

tercipta suatu keharmonisan hidup bersama.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN UMAT DALAM … · Emiliana Takndare, Yesica Fridiani Claudia Dasti, Rosiana Wahyuningsih, Kristina Priska Adventa, Stefani Sinta Windriantari,

7

1. Situasi Geografis Stasi Santo Lukas, Sokaraja

Stasi Santo Lukas merupakan bagian dari Paroki Santo Yosep

Purwokerto Timur, Keuskupan Purwokerto. Letak gereja Stasi Santo Lukas

sendiri berada di Kecamatan Sokaraja Tengah dan cukup strategis karena berada

dipinggir jalan raya.

Letak geografis Stasi Santo Lukas Sokaraja secara pemerintahan berada

di Kecamatan Sokaraja Tengah, dengan batas-batas sebelah Utara berbatasan

dengan Kecamatan Purwokerto Timur, sebelah Timur berbatasan dengan

Kecamatan Kalimanah, sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Patikraja,

dan sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Banyumas. Adapun letak

geografis Stasi secara gereja dengan batas-batas sebelah Utara berbatasan dengan

Lingkungan Pamijen, sebelah Barat berbatasan dengan Lingkungan Karangnanas,

sebelah Timur berbatasan dengan Jompo Paroki Purbalingga dan sebelah Selatan

berbatasan dengan Kaliori Paroki Banyumas.

Stasi Santo Lukas terdiri dari 2 Lingkungan yaitu Lingkungan Yohanes

Paulus terletak di Kecamatan Kalibagor dan Lingkungan Santa Maria terletak di

Kecamatan Sokaraja. Pembagian Lingkungan disesuaikan dengan daerah

geografis dimana dari setiap Kecamatan tersebut lokasi rumah umat saling

berdekatan satu dengan yang lain [Lampiran 6: (15)].

2. Situasi Umat di Stasi Santo Lukas, Sokaraja

Umat stasi berdasarkan data tahun 2012, berjumlah 335 orang. Umat

yang berada di Lingkungan Yohanes Paulus Kalibagor sebanyak 33 KK dengan

jumlah 118 orang. Dari 33 KK tersebut jumlah orang dewasa 106 orang dan anak-

anak 12 orang. Umat yang berada di Lingkungan Santa Maria Sokaraja sebanyak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN UMAT DALAM … · Emiliana Takndare, Yesica Fridiani Claudia Dasti, Rosiana Wahyuningsih, Kristina Priska Adventa, Stefani Sinta Windriantari,

8

72 KK dengan jumlah 217 orang. Dari 72 KK tersebut jumlah orang dewasa 186

orang dan anak-anak 31 orang. Umat di masing-masing Lingkungan tidak semua

terlibat dalam kegiatan hidup menggereja, baik yang dilaksanakan di Lingkungan

maupun di Stasi. Hal tersebut terjadi karena kurangnya kesadaran umat untuk

terlibat dalam kegiatan hidup menggereja. Oleh karena itu berpengaruh dengan

keterlibatan mereka dalam kegiatan hidup menggereja [Lampiran 6: (15)].

Umat yang terlibat dalam kegiatan gerejani hanya orang-orang tertentu

saja. Biasanya mereka yang memiliki semangat untuk melayani dan dipandang

dapat menjadi panutan bagi umat yang lain, seperti prodiakon, ketua Lingkungan,

katekis dan sebagian umat yang memang ingin melayani. Hal di atas terlihat saat

ada kegiatan sosialisasi bahan pendalaman iman Prapaskah, pelaksanaan

pendalaman iman, sosialisasi pendalaman bulan Kitab Suci, pelaksanaan

pendalaman Kitab Suci yang berlangsung di lingkungan-lingkungan hanya

merekalah yang rajin mengikuti kegiatan tersebut. Umat yang hadir dalam

pendalaman iman dan pendalaman Kitab Suci hanya sedikit sekitar 8-10 orang

saja.

3. Situasi Kegiatan Hidup Menggereja Stasi Santo Lukas, Sokaraja

Dalam pelaksanaan karya pastoral bagi umat, Gereja turut memberi

perhatian. Stasi mewadahi umat dengan mengadakan berbagai kegiatan dengan

tujuan agar lewat kegiatan-kegiatan tersebut umat mampu menghayati imannya

dalam menanggapi situasi dan kondisi zaman sekarang.

Pelaksanaan kegiatan melibatkan semua umat yang ada di Stasi Santo

Lukas. Namun, ada beberapa kegiatan yang dilaksanakan di masing-masing

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN UMAT DALAM … · Emiliana Takndare, Yesica Fridiani Claudia Dasti, Rosiana Wahyuningsih, Kristina Priska Adventa, Stefani Sinta Windriantari,

9

Lingkungan. Kegiatan yang dilaksanakan di setiap Lingkungan tidak jauh berbeda

antara Lingkungan yang satu dengan yang lain.

Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan adalah kegiatan-kegiatan gerejani,

kegiatan-kegiatan kemasyarakatan yang diharapkan dapat memupuk persaudaraan

baik sesama umat beragama maupun umat yang beragama lain.

a. Kegiatan-kegiatan Gerejani

Dalam pelaksanaan hidup menggereja, umat diharapkan mendukung

dengan mau terlibat di dalamnya. Keikutsertaan dan keterlibatan mereka tidak

hanya sebatas “hadir atau ada”, melainkan umat diharapkan terlibat dalam

kegiatan-kegiatan demi pengembangan Gereja, Stasi, Lingkungan dan masyarakat

dengan memberi hati sepenuhnya demi terlaksananya kegiatan-kegiatan tersebut.

Peran serta umat sungguh mempengaruhi terlaksananya dan perkembangan

kegiatan itu sendiri, sehingga Gereja sangat mengharapkan umat untuk terlibat.

Kegiatan-kegiatan gerejani yang dilaksanakan umat stasi adalah sosialisasi bahan

pendalaman iman Prapaskah, pelaksanaan Pendalaman Iman di Lingkungan/Blok,

Doa Rosario, Misa Jumat Pertama, sosialisasi pendalaman bulan Kitab Suci,

pelaksanaan pendalaman Kitab Suci di Lingkungan/Blok, Koor dan pertemuan

pengurus Stasi.

1) Sosialisasi Bahan Pendalaman Iman Prapaskah

Sosialisasi bahan pendalaman iman Prapaskah dilaksanakan setiap tahun

pada awal bulan Maret. Sosialisasi ini tidak dilaksanakan di Stasi tetapi

dipusatkan di Paroki. Peserta yang hadir dalam kegiatan ini kurang lebih 25

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN UMAT DALAM … · Emiliana Takndare, Yesica Fridiani Claudia Dasti, Rosiana Wahyuningsih, Kristina Priska Adventa, Stefani Sinta Windriantari,

10

sampai 30 orang. Mereka adalah calon pemandu yang akan bertugas di Stasi

maupun Lingkungan saat pendalaman Iman berlangsung. Umat Stasi yang

mewakili terdiri dari kedua Lingkungan yang ada. Kegiatan sosialisasi

berlangsung pukul 09.00-13.00 WIB dan mengambil waktu pada hari Minggu

setelah selesai perayaan Ekaristi. Bentuk kegiatan yang diadakan setelah tim Kitab

Suci Paroki mengikuti sosialisasi dari Komisi Kitab Suci Keuskupan kemudian

menyampaikan hasilnya kepada para calon pemandu di Stasi dan Lingkungan.

Tujuannya supaya para calon pemandu Stasi maupun Lingkungan mampu

melaksanakan tugas di Lingkungan masing-masing [Lampiran 6: (16)].

2) Pelaksanaan Pendalaman Iman di Lingkungan/Blok

Pendalaman Iman dilaksanakan setiap bulan Maret sampai April di

masing-masing Lingkungan atau Blok. Peserta yang hadir dari setiap Lingkungan

sekitar 8 sampai 10 orang. Kegiatan pendalaman iman berlangsung selama satu

setengah jam (19.30-21.00 WIB). Pendalaman iman dilaksanakan di rumah umat,

setiap minggunya tempat berpindah-pindah tidak menetap di rumah salah satu

umat saja. Bentuk kegiatan yang diadakan biasanya diawali dengan lagu

pembukaan, doa pembukaan, pengantar dari pemandu, bacaan Kitab Suci, sharing

pengalaman, peneguhan dari pemandu, diakhiri dengan doa dan lagu penutup.

Tujuan dari kegiatan ini agar umat mempunyai semangat bertobat untuk

menanggapi cinta kasih Yesus yang telah rela menderita sengsara sampai wafat di

salib. Kesan umat dari kegiatan ini mereka kurang berminat mengikuti

pendalaman iman sehingga dari setiap pertemuan hanya orang tertentu saja yang

hadir [Lampiran 6: (16)].

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN UMAT DALAM … · Emiliana Takndare, Yesica Fridiani Claudia Dasti, Rosiana Wahyuningsih, Kristina Priska Adventa, Stefani Sinta Windriantari,

11

3) Doa Rosario

Doa Rosario dilaksanakan setiap bulan Mei dan Oktober di Lingkungan

masing-masing pukul 18.00 WIB. Umat yang hadir dari setiap Lingkungan kurang

lebih 45 orang, terdiri dari anak-anak, kaum muda/i, bapak-bapak dan ibu-ibu.

Bentuk kegiatan doa Rosario diadakan satu bulan penuh setiap hari dari rumah ke

rumah. Pelaksanaan doa diawali dengan lagu pembukaan dan dipimpin oleh salah

satu umat (biasanya tuan rumah). Renungan setiap peristiwa dibacakan secara

bergantian oleh OMK yang ditunjuk. Doa Salam Maria didoakan secara bergilir

tiap orang. Pada akhir bulan Maria dan bulan Rosario selalu ditutup dengan misa.

Kesan umat dari kegiatan doa ini sebagian besar umat berminat mengikutinya

sehingga dari hari ke hari selama doa berlangsung banyak umat yang hadir

[Lampiran 6: (17)].

4) Misa Jumat Pertama

Misa Jumat Pertama dilaksanakan secara rutin, sekali dalam satu bulan di

gereja Stasi. Umat yang hadir dalam setiap pelaksanaan misa ini tidak banyak

seperti misa hari Minggu biasa, jumlahnya antara 15 sampai 25 saja. Meskipun

demikian, misa Jumat Pertama tetap dilaksanakan rutin setiap bulannya. Petugas

misanya sendiri tidak terjadwal, sehingga yang bertugas adalah umat yang biasa

hadir mengikuti misa. Misa dilaksanakan pada hari Jumat Pertama dalam setiap

bulan, pukul 18.00-19.00 WIB dan dipimpin oleh romo paroki atau romo yang

lain (romo pembantu). Kesan umat dengan adanya misa Jumat Pertama ini kurang

mendukung karena sebagian besar umat pulang bekerja sudah sore sehingga tidak

sempat lagi untuk mengikuti misa [Lampiran 6: (17)].

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN UMAT DALAM … · Emiliana Takndare, Yesica Fridiani Claudia Dasti, Rosiana Wahyuningsih, Kristina Priska Adventa, Stefani Sinta Windriantari,

12

5) Sosialisasi Pendalaman Bulan Kitab Suci

Sosialisasi pendalaman bulan Kitab Suci dilaksanakan setiap tahun pada

bulan Agustus. Sosialisasi ini tidak dilaksanakan di Stasi tetapi dipusatkan di

Paroki. Peserta yang hadir dalam kegiatan ini kurang lebih 30 sampai 35 orang.

Mereka adalah calon pemandu yang akan bertugas di Stasi maupun Lingkungan

saat pendalaman Kitab Suci berlangsung. Umat Stasi yang mewakili terdiri dari

kedua Lingkungan yang ada. Kegiatan sosialisasi berlangsung pukul 09.00-13.00

WIB dan mengambil waktu pada hari Minggu setelah selesai perayaan Ekaristi.

Bentuk kegiatan yang diadakan setelah tim Kitab Suci Paroki mengikuti

sosialisasi dari Komisi Kitab Suci Keuskupan kemudian menyampaikan hasilnya

kepada para calon pemandu di Stasi dan Lingkungan. Tujuannya supaya para

calon pemandu Stasi maupun Lingkungan juga mengetahui apa yang menjadi

kesepakatan mengenai BKSN tahun tersebut baik mengenai tema, harapan-

harapan yang mau dicapai, dsb [Lampiran 6: (17)].

6) Pendalaman Kitab Suci di Lingkungan/Blok

Pendalaman Kitab Suci dilaksanakan setiap bulan September di masing-

masing Lingkungan atau Blok. Peserta yang hadir dari setiap Lingkungan sekitar

8 sampai 10 orang. Kegiatan pendalaman Kitab Suci berlangsung selama satu

setengah jam (19.30-21.00 WIB). Bentuk kegiatan yang diadakan biasanya

diawali dengan lagu pembukaan, doa pembukaan, pengantar dari pemandu,

bacaan Kitab Suci, sharing pengalaman, peneguhan dari pemandu, diakhiri

dengan doa dan lagu penutup. Tujuan dari kegiatan ini agar umat semakin

mendalami Sabda Tuhan dan melalui Sabda-Nya mereka dapat memaknai

peristiwa kehidupan sehari-hari sehingga peristiwa hidup yang telah dilalui

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN UMAT DALAM … · Emiliana Takndare, Yesica Fridiani Claudia Dasti, Rosiana Wahyuningsih, Kristina Priska Adventa, Stefani Sinta Windriantari,

13

memiliki nilai-nilai yang dapat dijadikan pegangan dalam hidup. Kesan umat dari

kegiatan ini mereka kurang berminat mengikuti pendalaman Kitab Suci sehingga

dari setiap pertemuan hanya orang tertentu saja yang hadir [Lampiran 6: (17)].

7) Bertugas koor

Umat Stasi memiliki tugas utama untuk berlatih dan mempersiapkan

nyanyian dalam memeriahkan Perayaan Ekaristi bila mendapat tugas koor di

gereja. Di Stasi Santo Lukas terdapat lima kelompok koor sehingga setiap

minggu Perayaan Ekaristi berlangsung petugas koor selalu bergantian. Lima

kelompok tersebut yaitu koor Lingkungan Yohanes Paulus, koor Lingkungan

Santa Maria, koor WK (Wanita Katolik), koor OMK dan koor Gregorius (bapak-

bapak). Masing-masing kelompok biasanya berlatih sendiri-sendiri sesuai dengan

tugas yang dijadwalkan. Kelompok koor tidak hanya mendapatkan tugas pada

Perayaan Ekaristi hari Minggu saja tetapi juga mendapat tugas untuk

memeriahkan misa hari-hari besar, seperti Natal dan Paskah. Jumlah anggota koor

dari masing-masing kelompok cukup banyak, kurang lebih 20-30 orang artinya

umat banyak yang mau ikut dan terlibat dalam kegiatan ini [Lampiran 6: (18)].

8) Pertemuan Pengurus Stasi

Pertemuan pengurus dilaksanakan dalam rangka persiapan, pelaksanaan

dan evaluasi kegiatan yang telah dilaksanakan maupun rencana kegiatan yang

akan dilaksanakan bersama.

Pertemuan pengurus Stasi Santo Lukas Sokaraja dilaksanakan satu kali

dalam sebulan. Dalam setiap pelaksanaan kegiatan ini, pengurus stasi yang hadir

kurang lebih 10 orang. Hal-hal yang dibahas dalam pertemuan menyangkut

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN UMAT DALAM … · Emiliana Takndare, Yesica Fridiani Claudia Dasti, Rosiana Wahyuningsih, Kristina Priska Adventa, Stefani Sinta Windriantari,

14

laporan kegiatan dari koordinator masing-masing bidang dan evaluasi kegiatan

baik yang terlaksana maupun yang tidak terlaksana. Dengan adanya laporan dan

evaluasi ini pengurus stasi dapat melihat hal-hal baik yang dapat dipertahankan

dan juga memperbaiki hal-hal yang masih kurang. Untuk itu dalam pertemuan

pengurus stasi ini dibutuhkan keterbukaan dari setiap bidang sehingga harapan

yang dicita-citakan dapat terwujud demi perkembangan Stasi Santo Lukas

Sokaraja [Lampiran 6: (18)].

b. Kegiatan Sosial Kemasyarakatan

Umat di Stasi Santo Lukas Sokaraja tidak hanya terlibat dalam kegiatan-

kegiatan gerejani, baik dalam lingkup Paroki, Stasi maupun Lingkungan,

melainkan keterlibatan umat juga diwujudkan dalam kebersamaan dan

keterlibatan dengan mengikuti kegiatan-kegiatan sosial kemasyarakatan.

Keterlibatan dan keikutsertaan umat dalam berbagai kehidupan, merupakan salah

satu usaha umat untuk semakin memahami makna kebersamaan dalam hidup.

Kebersamaan yang terjalin diharapkan tidak hanya sebatas dengan umat katolik

saja tetapi juga dengan umat yang lain. Dengan demikian tumbuh juga rasa saling

menghargai satu sama lain. Kegiatan-kegiatan tersebut diantaranya: Aksi sosial,

keterlibatan dalam kepengurusan RT, terlibat dalam Pesta Kemerdekaan RI dan

donor darah.

1) Aksi sosial

Salah satu wujud keterlibatan umat dalam hidup bermasyarakat yakni

dengan mengadakan aksi sosial. Aksi sosial biasanya dilakukan oleh umat stasi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN UMAT DALAM … · Emiliana Takndare, Yesica Fridiani Claudia Dasti, Rosiana Wahyuningsih, Kristina Priska Adventa, Stefani Sinta Windriantari,

15

saat menjelang Natal dan Paskah. Dalam pelaksanaan kegiatan ini umat stasi

membagikan sembako seperti beras, minyak, gula, dsb kepada orang-orang yang

membutuhkan. Sembako yang diberikan biasanya berasal dari umat stasi sendiri

dan jika ada kekurangan panitia kegiatan menambahkan dengan membeli barang-

barang yang masih dibutuhkan. Sasaran yang diberi sembako tidak hanya sebatas

umat stasi yang membutuhkan tetapi juga dibagikan kepada masyarakat yang

membutuhkan disekitar stasi. Pelaksanaan aksi sosial ini dikoordinator oleh ibu-

ibu WK (Wanita Katolik) stasi. Kegiatan aksi sosial dilaksanakan dengan harapan

umat katolik semakin termotivasi untuk lebih peka terhadap situasi yang ada di

dalam masyarakat dengan mau terlibat dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan

[Lampiran 6: (18)].

2) Kepengurusan RT

Umat Katolik tidak hanya terlibat dalam kegiatan-kegiatan gerejani saja

tetapi juga ikut ambil bagian dalam kegiatan kemasyarakatan, seperti menjadi

pengurus RT/RW. Kedudukan umat katolik dalam kepengurusan tersebut

menduduki peran penting antara lain menjadi ketua RT, sekretaris, bendahara,

dsb. Dengan mendapatkan peran penting tersebut menandakan bahwa umat

katolik dipercaya oleh warga sekitar [Lampiran 6: (18)].

3) Pesta Kemerdekaan RI

Dalam memperingati hari kemerdekaan Republik Indonesia umat turut

serta dalam memperingati hari bersejarah yang setiap tahun dirayakan dan

diperingati oleh seluruh warga Indonesia. Dalam peringatan hari kemerdekaan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN UMAT DALAM … · Emiliana Takndare, Yesica Fridiani Claudia Dasti, Rosiana Wahyuningsih, Kristina Priska Adventa, Stefani Sinta Windriantari,

16

tersebut, berbagai kegiatan dan perlombaan dilaksanakan di setiap desa. Biasanya

umat katolik ikut ambil bagian dalam perlombaan yaitu lomba olah raga. Dalam

pelaksanaan lomba tersebut setiap RT mengirim perwakilan untuk bertanding di

tingkat RW. Disamping itu pula umat terlibat dalam mempersiapkan syukuran

pesta kemerdekaan RI, misalnya menyiapkan tempat untuk berkumpul bersama

dan ikut menyiapkan makanan yang akan dinikmati bersama (biasanya ibu-ibu)

[Lampiran 6: (18)].

4) Donor darah

Donor darah merupakan kegiatan kemasyarakatan yang dilakukan oleh

umat Stasi Santo Lukas Sokaraja. Pelaksanaan kegiatan ini yaitu saat menjelang

hari pesta nama pelindung Gereja. Peserta donor darah adalah umat katolik

sendiri. Dalam setiap pelaksanaan kegiatan ini, umat yang bersedia

menyumbangkan darahnya kurang lebih 25 orang. Panitia kegiatan bekerja sama

dengan PMI Kabupaten Banyumas. Darah yang telah terkumpul dikelola oleh

PMI dan dapat dipakai tidak hanya untuk umat katolik saja, namun berlaku untuk

umum. Tujuan dari kegiatan ini untuk meningkatkan kepedulian umat katolik

kepada orang-orang sakit yang membutuhkan bantuan khususnya bantuan darah

[Lampiran 6: (18)].

B. Penelitian mengenai Kegiatan Hidup Menggereja Umat di Stasi Santo

Lukas, Sokaraja

Penulis sebelum melaksanakan penelitian terlebih dahulu melakukan

persiapan. Adapun yang menjadi persiapan penelitian penulis meliputi latar

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN UMAT DALAM … · Emiliana Takndare, Yesica Fridiani Claudia Dasti, Rosiana Wahyuningsih, Kristina Priska Adventa, Stefani Sinta Windriantari,

17

belakang penelitian, rumusan penelitian, tujuan penelitian, dan metodologi

penelitian. Penelitian ini diadakan untuk mengetahui secara nyata bagaimana

keterlibatan umat dalam kegiatan hidup menggereja di Stasi Santo Lukas,

Sokaraja. Penelitian diadakan pada 13-14 Oktober 2015. Hasil penelitian

kemudian akan dianalisis untuk mendapatkan gambaran nyata keterlibatan umat

dalam kehidupan menggereja.

1. Latar Belakang Penelitian

Kegiatan gerejani merupakan kegiatan yang dapat membantu umat dalam

menghidupi iman kristianinya. Melalui keterlibatan umat dalam kegiatan-kegiatan

gerejani mereka semakin menyadari akan tanggung jawabnya sebagai anggota

Gereja dalam memajukan kehidupan menggereja. Peranan ini akan semakin

tampak apabila setiap umat memiliki kesadaran dalam dirinya masing-masing.

Kegiatan-kegiatan gerejani tidak akan berkembang dengan baik tanpa keterlibatan

umatnya.

Di zaman yang semakin modern ini orang ditantang untuk semakin maju

dalam pola pikir maupun kehidupannya. Dinamika kehidupan yang semakin

beragam dan tantangan hidup yang berliku merupakan keadaan yang dihadapi

oleh orang zaman sekarang. Namun justru di tengah kehidupan yang serba

modern dan penuh tantangan itu peran umat dalam keterlibatan dalam kegiatan

menggereja akan dituntut.

Kegiatan yang diadakan dalam hidup menggereja merupakan salah satu

wadah bagi umat untuk mewujudkan iman kristianinya melalui keterlibatan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN UMAT DALAM … · Emiliana Takndare, Yesica Fridiani Claudia Dasti, Rosiana Wahyuningsih, Kristina Priska Adventa, Stefani Sinta Windriantari,

18

mereka. Ketika umat menyadari bahwa hidup mati kegiatan yang dilaksanakan

gereja sangat tergantung pada keterlibatan mereka maka dengan sendirinya

mereka pun semakin merasakan manfaat dari kegiatan itu.

Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat mengetahui bagaimana

pemahaman umat mengenai hidup menggereja dan seberapa besar keterlibatan

umat dalam kegiatan hidup menggereja.

2. Rumusan Penelitian

Bertolak dari latar belakang di atas, penulis mencoba merumuskan

permasalahan sebagai berikut:

a. Bagaimana umat stasi memahami atau mengerti hidup menggereja?

b. Bagaimana umat Stasi St. Lukas Sokaraja terlibat dalam hidup menggereja?

c. Bentuk-bentuk kegiatan pendukung perkembangan penghayatan iman umat

stasi?

d. Bentuk kegiatan seperti apa yang diharapkan mampu meningkatkan

keterlibatan umat stasi dalam hidup menggereja?

3. Tujuan Penelitian

Bertolak dari rumusan permasalahan di atas, tujuan penelitian ini

dilaksanakan antara lain:

a. Mengetahui pemahaman umat stasi mengenai hidup menggereja.

b. Mengetahui keterlibatan umat di Stasi St. Lukas Sokaraja dalam hidup

menggereja.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN UMAT DALAM … · Emiliana Takndare, Yesica Fridiani Claudia Dasti, Rosiana Wahyuningsih, Kristina Priska Adventa, Stefani Sinta Windriantari,

19

c. Mengetahui bentuk kegiatan yang mendukung perkembangan penghayatan

iman umat di Stasi St. Lukas Sokaraja.

d. Mengetahui bentuk kegiatan yang diharapkan mampu meningkatkan

keterlibatan umat stasi dalam hidup menggereja.

4. Metodologi Penelitian

a. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan memanfaatkan

metode wawancara serta pengamatan untuk mendapatkan data penelitian serta

permasalahan yang terjadi di Stasi Santo Lukas Sokaraja. Penulis mengadakan

wawancara kepada beberapa umat stasi. Moleong (2011: 6) menyatakan bahwa

penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami

fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian misalnya perilaku,

persepsi, motivasi, tindakan, dll. Secara holistik dan dengan deskripsi dalam

bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan

memanfaatkan berbagai metode alamiah.

Penulis memilih penelitian ini karena metode penelitian kualitatif

memandang manusia sebagai instrumen utama dan mengutamakan proses dari

pada hasil penelitian (Moleong, 2011: 11). Melalui penelitian kualitatif penulis

dapat mengenal orang (subyek) secara pribadi. Latar belakang alamiah yang

mengharuskan penulis terlibat langsung dalam proses penelitian menjadi suatu

tantangan tersendiri untuk berproses bersama responden dimana penelitian

diadakan dan menyesuaikan diri dengan kenyataan-kenyataan yang ada di

lapangan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN UMAT DALAM … · Emiliana Takndare, Yesica Fridiani Claudia Dasti, Rosiana Wahyuningsih, Kristina Priska Adventa, Stefani Sinta Windriantari,

20

b. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dengan menyebarkan kuesioner dan wawancara dilaksanakan

pada 13-14 Oktober 2015 di Lingkungan Santa Maria Sokaraja dan Lingkungan

Yohanes Paulus Kalibagor, Paroki Santo Yosep Purwokerto Timur. Penulis

mendatangi satu persatu umat (door to door) karena penulis hanya mengambil

beberapa umat saja untuk dijadikan responden. Sedangkan wawancara dilakukan

untuk melengkapi data dan dilaksanakan bersamaan dengan penyebaran kuesioner

(beberapa responden saja) yang dianggap mengetahui banyak tentang Stasi Santo

Lukas Sokaraja.

c. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2014: 61). Penelitian

ini mengambil populasi umat (orang dewasa) Stasi Santo Lukas Sokaraja dengan

jumlah 292 orang.

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi (Sugiyono, 2014: 62). Penelitian ini mengambil sampel umat Stasi Santo

Lukas Sokaraja dengan jumlah 40 orang dan menggunakan simple random

sampling. Alasan peneliti mengambil 40 orang sebagai responden karena dari

masing-masing Lingkungan hanya 30 umat yang aktif. Simple random sampling

adalah pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa

memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu (Sugiyono, 2014: 64). Penulis

menyebar kuesioner sebanyak 40 dan semua kuesiner itu kembali lagi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN UMAT DALAM … · Emiliana Takndare, Yesica Fridiani Claudia Dasti, Rosiana Wahyuningsih, Kristina Priska Adventa, Stefani Sinta Windriantari,

21

d. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan suatu alat yang digunakan

mengumpulkan data (Moleong, 2011: 168). Instrumen yang digunakan dalam

penelitian ini adalah kuesioner.

Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk

memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau

hal-hal yang ia ketahui (Arikunto Suharsimi, 1997: 128-129). Jenis kuesioner

yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner tertutup. Kuesioner tertutup

adalah kuesioner yang sudah disediakan jawabannya sehingga responden tinggal

memilih (Arikunto Suharsimi, 1997: 128-129). Dalam penelitian ini kuesioner

diajukan kepada umat Stasi Santo Lukas Sokaraja.

e. Variabel Penelitian

Variabel adalah gejala-gejala yang menunjukkan variasi, baik dalam jenis

maupun dalam tingkatan (Sutrisno Hadi, 2004: 250). Yang menjadi fokus

penelitian dalam penelitian ini yaitu seberapa besar keterlibatan umat dalam

kegiatan hidup menggereja di Stasi Santo Lukas Sokaraja. Adapun variabel yang

diungkap dalam penelitian ini adalah identitas responden, pemahaman tentang

hidup menggereja, keterlibatan umat dalam hidup menggereja, bentuk kegiatan

pendukung perkembangan penghayatan iman umat. Masing-masing dari bagian

penelitian dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN UMAT DALAM … · Emiliana Takndare, Yesica Fridiani Claudia Dasti, Rosiana Wahyuningsih, Kristina Priska Adventa, Stefani Sinta Windriantari,

22

Tabel 1: Variabel Penelitian

No Variabel-variabel No. Item Jumlah

(1) (2) (3) (4)

1 Identitas Responden 1, 2, 3 3

2 Pemahaman tentang Hidup

Menggereja

4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12,

13

10

3 Keterlibatan Umat dalam Hidup

Menggereja

14, 15, 16, 17, 18, 19, 20,

21, 22, 23, 24, 25, 26, 27

14

4 Bentuk-bentuk Kegiatan

Pendukung Perkembangan

Penghayatan Iman Umat

28, 29, 30, 31, 32, 33, 34,

35, 36

9

5 Harapan dan Usulan Tema

terkait dengan Kegiatan Hidup

Menggereja

37, 38, 39, 40, 41, 42, 43 7

Total 43

5. Hasil dan Pembahasan Penelitian tentang Kegiatan Hidup Menggereja

Umat di Stasi Santo Lukas Sokaraja, Paroki Santo Yosep Purwokerto

Timur, Jawa Tengah

Bagian ini akan dipaparkan laporan dan pembahasan hasil penelitian.

Laporan penelitian akan disajikan dalam bentuk tabel-tabel. Data yang diperoleh

sesuai dengan variabel yang telah ditentukan yaitu meliputi identitas responden,

pemahaman tentang hidup menggereja, keterlibatan umat dalam hidup

menggereja, bentuk-bentuk kegiatan pendukung perkembangan penghayatan iman

umat, harapan dan tema terkait dengan kegiatan hidup menggereja.

Dalam pengolahan data ini, prosentase suara responden diperoleh dengan

cara membagi frekuensi suara masuk (F) dengan jumlah responden

keseluruhannya (N) kemudian dikalikan dengan 100% atau dengan rumus:

F

x 100

N

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 43: UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN UMAT DALAM … · Emiliana Takndare, Yesica Fridiani Claudia Dasti, Rosiana Wahyuningsih, Kristina Priska Adventa, Stefani Sinta Windriantari,

23

Berikut ini disampaikan hasil pengolahan data dari 40 kuesioner yang

disajikan dalam bentuk tabel, disertai dengan pembahasan dari hasil penelitian.

a. Identitas Responden

Pada identitas responden hal-hal yang akan diungkap berkenaan dengan

jenis kelamin, umur dan asal Lingkungan. Berikut ini adalah data yang berkaitan

dengan identitas responden.

1) Hasil Penelitian

Tabel 2: Indentitas Responden (N=40)

No Item

Pernyataan Frekuensi Persen (%)

(1) (2) (3) (4) 1 Jenis Kelamin

a. Perempuan b. Laki-laki

19 21

47,5 52,5

2 Umur a. 15-25 b. 26-35

7 4

17,5 10

c. 36-45 8 20 d. 46-55

e. >55 15 6

37,5 15

3 Asal Lingkungan a. Lingkungan Santa Maria Sokaraja b. Lingkungan Yohanes Paulus Kalibagor

20 20

50 50

2) Pembahasan Penelitian

Dari tabel dua, identitas responden dari segi jenis kelamin, yaitu dengan

jumlah 19 (47,5%) adalah perempuan dan 21 (52,5%) adalah laki-laki. Identitas

responden dari segi umur, yaitu 15-25 tahun ada 7 (17,5%), 26-35 tahun ada 4

(10%), 36-45 tahun ada 8 (20%), 46-55 tahun ada 15 (37,5%) dan di atas 55 tahun

ada 6 (15%).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 44: UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN UMAT DALAM … · Emiliana Takndare, Yesica Fridiani Claudia Dasti, Rosiana Wahyuningsih, Kristina Priska Adventa, Stefani Sinta Windriantari,

24

Identitas responden dari segi Lingkungan tempat asal, yaitu dengan

jumlah 20 (50%) umat berasal dari Lingkungan Santa Maria Sokaraja dan

Lingkungan Yohanes Paulus Kalibagor ada 20 (50%) umat.

Kenyataan di atas menunjukkan bahwa lebih banyak responden laki-laki

yang mengisi kuesioner dibandingkan dengan responden yang perempuan dan

responden yang berumur 46-55 tahun cukup mendominasi dalam pengisian

kuesioner. Dari penggolongan Lingkungan tempat asal responden berjumlah sama

yaitu 20 (50%).

b. Pemahaman tentang Hidup Menggereja

Bagian ini memaparkan sejauhmana pemahaman umat tentang hidup

menggereja. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut ini:

1) Hasil Penelitian

Tabel 3: Pemahaman tentang Hidup Menggereja (N=40)

No

Item Pernyataan

Jumlah

Umat

Persen

(%)

(1) (2) (3) (4)

4 Kata Gereja memiliki arti sebagai

persekutuan orang-orang yang beriman

kepada Kristus.

a. Sangat Setuju

b. Setuju

c. Ragu-ragu

d. Kurang Setuju

e. Tidak Setuju

25

15

0

0

0

62,5

37,5

0

0

0

5 Tugas Gereja adalah mengajar,

menguduskan dan memimpin.

a. Sangat Setuju

b. Setuju

c. Ragu-ragu

17

21

1

42,5

52,5

2,5

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 45: UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN UMAT DALAM … · Emiliana Takndare, Yesica Fridiani Claudia Dasti, Rosiana Wahyuningsih, Kristina Priska Adventa, Stefani Sinta Windriantari,

25

(1) (2) (3) (4)

d. Kurang Setuju

e. Tidak Setuju

1

0

2,5

0

6 Gereja mengajarkan kebenaran-kebenaran

kepada anggotanya sehingga mereka sampai

pada keselamatan yang abadi.

a. Sangat Setuju

29

72,5

b. Setuju

c. Ragu-ragu

d. Kurang Setuju

e. Tidak Setuju

11

0

0

0

27,5

0

0

0

7 Hidup menggereja merupakan kegiatan yang

menampakkan iman akan Yesus Kristus.

a. Sangat Setuju

b. Setuju

c. Ragu-ragu

d. Kurang Setuju

e. Tidak Setuju

22

18

0

0

0

55

45

0

0

0

8 Gereja menjalankan hidup menggerejanya

didasari oleh semangat Yesus Kristus sendiri

selama hidup-Nya.

a. Sangat Setuju

b. Setuju

c. Ragu-ragu

d. Kurang Setuju

e. Tidak Setuju

24

16

0

0

0

60

40

0

0

0

9 Gereja memiliki lima tugas pokok yaitu

koinonia/paguyuban, kerygma/pewartaan,

martyria/kesaksian hidup, liturgia/ibadat dan

diakonia/pelayanan.

a. Sangat Setuju

b. Setuju

c. Ragu-ragu

d. Kurang Setuju

e. Tidak Setuju

23

17

0

0

0

57,5

42,5

0

0

0

10 Pewartaan Sabda Allah oleh Gereja bukan

hanya sekedar informasi mengenai Allah,

melainkan sungguh-sungguh menghadirkan

Allah di tengah dunia.

a. Sangat Setuju

b. Setuju

c. Ragu-ragu

d. Kurang Setuju

e. Tidak Setuju

28

11

1

0

0

70

27,5

2,5

0

0

11 Kesaksian akan Yesus Kristus kita wujudkan

lewat tindakan kita sehari-hari.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 46: UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN UMAT DALAM … · Emiliana Takndare, Yesica Fridiani Claudia Dasti, Rosiana Wahyuningsih, Kristina Priska Adventa, Stefani Sinta Windriantari,

26

(1) (2) (3) (4)

a. Sangat Setuju

b. Setuju

c. Ragu-ragu

d. Kurang Setuju

e. Tidak Setuju

22

18

0

0

0

55

45

0

0

0

12 Hidup menggereja tidak hanya dilakukan di

lingkungan gereja saja, namun juga di

lingkungan masyarakat.

a. Sangat Setuju

b. Setuju

c. Ragu-ragu

d. Kurang Setuju

e. Tidak Setuju

24

16

0

0

0

60

40

0

0

0

13 Sikap kita terhadap hidup menggereja

sebagai umat katolik melaksanakan dengan

sadar, tulus dan tanggungjawab sebagai

anggota gereja, sehingga iman akan Allah

semakin hari semakin berkembang.

a. Sangat Setuju

b. Setuju

c. Ragu-ragu

d. Kurang Setuju

e. Tidak Setuju

19

21

0

0

0

47,5

52,5

0

0

0

2) Pembahasan Penelitian

Dari tabel 3, diketahui sejauh mana pemahaman umat tentang Gereja.

Umat menyatakan sangat setuju ada 25 (62,5%) umat dan setuju ada 15 (37,5%)

umat, bahwa Gereja sebagai persekutuan orang yang beriman kepada Kristus.

Tugas Gereja adalah mengajar, menguduskan dan memimpin, atas pernyataan

tersebut umat menyatakan sangat setuju ada 17 (42,5%) umat, setuju 21 (52,5%)

umat, ragu-ragu ada 1 (2,5%) umat dan kurang setuju ada 1 (2,5%) umat. Ada 29

(72,5%) umat menyatakan sangat setuju dan setuju ada 11 (27,5%) umat, bahwa

Gereja mengajarkan kebenaran-kebenaran kepada anggotanya.

Dari segi pemahaman tentang hidup menggereja, umat menyatakan

sangat setuju ada 22 (55%) umat dan setuju ada 18 (45%) umat, bahwa hidup

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 47: UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN UMAT DALAM … · Emiliana Takndare, Yesica Fridiani Claudia Dasti, Rosiana Wahyuningsih, Kristina Priska Adventa, Stefani Sinta Windriantari,

27

menggereja merupakan kegiatan yang menampakkan iman akan Yesus Kristus.

Ada 24 (60%) umat menyatakan sangat setuju dan setuju ada 16 (40%) umat,

bahwa Gereja menjalankan hidup menggerejanya didasari oleh semangat Yesus

Kristus selama hidup-Nya.

Umat menyatakan sangat setuju ada 23 (57,5%) dan setuju ada 17

(42,5%), bahwa Gereja memiliki lima tugas pokok yaitu koinonia, kerygma,

martyria, liturgia dan diakonia.

Pewartaan Sabda Allah oleh Gereja bukan hanya sekedar informasi,

melainkan sungguh-sungguh menghadirkan Allah di dunia, terhadap pernyataan

tersebut umat menyatakan sangat setuju ada 28 (70%), setuju ada 11 (27,5%) dan

ragu-ragu ada 1 (2,5%).

Umat menyatakan sangat setuju ada 22 (55%) dan setuju ada 18 (45%),

bahwa kesaksian akan Yesus Kristus diwujudkan lewat tindakan nyata sehari-hari.

Hidup menggereja tidak hanya dilakukan di lingkungan gereja, namun juga di

lingkungan masyarakat. Dari pernyataan tersebut umat menyatakan sangat setuju

ada 24 (60%) dan setuju ada 16 (40%).

Umat menyatakan sangat setuju ada 19 (47,5%) dan setuju ada 21

(52,5%), bahwa sikap sebagai umat katolik terhadap hidup menggereja

melaksanakan dengan sadar, tulus dan tanggungjawab.

c. Keterlibatan Umat dalam Kegiatan Hidup Menggereja

Bagian ini akan memaparkan variabel tentang keterlibatan umat Stasi St.

Lukas Sokaraja dalam hidup menggereja dan untuk lebih jelasnya dapat dilihat

dalam tabel berikut ini:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 48: UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN UMAT DALAM … · Emiliana Takndare, Yesica Fridiani Claudia Dasti, Rosiana Wahyuningsih, Kristina Priska Adventa, Stefani Sinta Windriantari,

28

1) Hasil Penelitian

Tabel 4: Keterlibatan Umat dalam Kegiatan Hidup Menggereja (N=40)

No

Item Pernyataan

Jumlah

Umat

Persen

(%)

(1) (2) (3) (4)

14 Umat katolik adalah mereka yang selalu

bersemangat dalam mengikuti kegiatan-

kegiatan gerejani.

a. Sangat Setuju

b. Setuju

c. Ragu-ragu

d. Kurang Setuju

e. Tidak Setuju

11

21

1

6

1

27,5

52,5

2,5

15

2,5

15 Hidup menggereja dapat diwujudkan oleh

siapa pun, kapan pun dan di mana pun orang

atau sekelompok orang yang menampakkan

imannya kepada Kristus.

a. Sangat Setuju

b. Setuju

c. Ragu-ragu

d. Kurang Setuju

e. Tidak Setuju

15

24

0

1

0

37,5

60

0

2,5

0

16 Kegiatan-kegiatan gerejani yang dilakukan

selama ini sungguh membantu Anda dalam

menghayati akan hidup menggereja.

a. Sangat Setuju

b. Setuju

c. Ragu-ragu

d. Kurang Setuju

e. Tidak Setuju

14

24

2

0

0

35

60

5

0

0

17 Peranan umat dalam hidup menggereja yaitu

sebagai penerus Gereja di masa depan.

a. Sangat Setuju

b. Setuju

c. Ragu-ragu

d. Kurang Setuju

e. Tidak Setuju

16

24

0

0

0

40

60

0

0

0

18 Keterlibatan umat dalam Gereja pada

umumnya sama dengan peranan kaum awam

yaitu sebagai warga Gereja yang tidak

ditahbiskan atau orang-orang yang beriman

Kristen yang oleh pembaptisan menjadi

anggota Tubuh Kristus.

a. Sangat Setuju

10

25

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 49: UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN UMAT DALAM … · Emiliana Takndare, Yesica Fridiani Claudia Dasti, Rosiana Wahyuningsih, Kristina Priska Adventa, Stefani Sinta Windriantari,

29

(1) (2) (3) (4)

b. Setuju

c. Ragu-ragu

d. Kurang Setuju

e. Tidak Setuju

24

5

1

0

60

12,5

2,5

0

19 Sebagai umat katolik saya sudah terlibat

dalam kegiatan liturgi.

a. Sangat Setuju

b. Setuju

c. Ragu-ragu

d. Kurang Setuju

e. Tidak Setuju

9

27

1

3

0

22,5

67,5

2,5

7,5

0

20 Sebagai umat beriman kita perlu menjaga

nama baik keluarga dan masyarakat.

a. Sangat Setuju

b. Setuju

c. Ragu-ragu

29

11

0

72,5

27,5

0

d. Kurang Setuju

e. Tidak Setuju

0

0

0

0

21 Umat yang aktif adalah mereka yang selalu

terlibat diberbagai kegiatan gerejani.

a. Sangat Setuju

b. Setuju

c. Ragu-ragu

d. Kurang Setuju

e. Tidak Setuju

10

24

5

1

0

25

60

12,5

2,5

0

22 Semua umat Stasi Santo Lukas Sokaraja

aktif dalam kegiatan gerejani.

a. Sangat Setuju

b. Setuju

c. Ragu-ragu

d. Kurang Setuju

e. Tidak Setuju

5

13

9

11

2

12,5

32,5

22,5

27,5

5

23 Kegiatan-kegiatan gerejani di Stasi Santo

Lukas Sokaraja membantu saya dalam

menghayati iman.

a. Sangat Setuju

b. Setuju

c. Ragu-ragu

d. Kurang Setuju

e. Tidak Setuju

15

21

4

0

0

37,5

52,5

10

0

0

24 Kegiatan menggereja membantu saya dalam

pembentukan karakter.

a. Sangat Setuju

b. Setuju

c. Ragu-ragu

13

25

2

32,5

62,5

5

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 50: UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN UMAT DALAM … · Emiliana Takndare, Yesica Fridiani Claudia Dasti, Rosiana Wahyuningsih, Kristina Priska Adventa, Stefani Sinta Windriantari,

30

(1) (2) (3) (4)

d. Kurang Setuju

e. Tidak Setuju

0

0

0

0

25 Kesibukan kerja menghambat keaktifan saya

dalam mengikuti kegiatan hidup menggereja.

a. Sangat Setuju

b. Setuju

c. Ragu-ragu

d. Kurang Setuju

e. Tidak Setuju

1

10

1

20

8

2,5

25

2,5

50

20

26 Kegiatan hidup menggereja di Stasi dapat

mempererat relasi umat antar Lingkungan.

a. Sangat Setuju

b. Setuju

c. Ragu-ragu

18

21

1

45

52,5

2,5

d. Kurang Setuju

e. Tidak Setuju

0

0

0

0

27 Saya senang mengikuti kegiatan gerejani.

a. Sangat Setuju

b. Setuju

c. Ragu-ragu

d. Kurang Setuju

e. Tidak Setuju

14

23

2

1

0

35

57,5

5

2,5

0

2) Pembahasan Penelitian

Dari tabel 4, dapat diketahui sejauh mana keterlibatan umat Stasi Santo

Lukas Sokaraja dalam kegiatan hidup menggereja. Umat dengan jumlah 11

(27,5%) menyatakan sangat setuju, jumlah 21 (52,5%) umat menyatakan setuju,

bahwa umat katolik adalah mereka yang selalu bersemangat dalam mengikuti

kegiatan-kegiatan gerejani, sedangkan yang menyatakan ragu-ragu ada 1 (2,5%)

umat, kurang setuju ada 6 (15%) umat dan tidak setuju ada 1 (2,5%) umat.

Hidup menggereja dapat diwujudkan oleh siapa pun, kapan pun dan di

mana pun orang atau sekelompok orang yang menampakkan imannya kepada

Kristus, atas pernyataan tersebut umat menyatakan sangat setuju ada 15 (37,5%)

dan menyatakan setuju ada 24 (60%) umat sedangkan yang menyatakan kurang

setuju ada 1 (2,5%) umat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 51: UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN UMAT DALAM … · Emiliana Takndare, Yesica Fridiani Claudia Dasti, Rosiana Wahyuningsih, Kristina Priska Adventa, Stefani Sinta Windriantari,

31

Dari tabel yang sama diperoleh juga data 14 (35%) umat menyatakan

sangat setuju, 24 (60%) umat menyatakan setuju dan 2 (5%) umat menyatakan

ragu-ragu, bahwa kegiatan-kegiatan gerejani yang dilakukan sungguh membantu

umat dalam menghayati akan hidup menggereja. Ada 16 (40%) umat menyatakan

sangat setuju dan 24 (60%) umat menyatakan setuju, bahwa peranan umat dalam

hidup menggereja yaitu sebagai penerus Gereja di masa depan.

Pemahaman yang menyatakan keterlibatan umat dalam Gereja pada

umumnya sama dengan peran kaum awam sebagai warga Gereja yang tidak

ditahbiskan atau orang-orang yang beriman Kristen yang oleh pembaptisan

menjadi anggota Tubuh Kristus dihasilkan data umat menyatakan sangat setuju

ada 10 (25%), setuju ada 24 (60%) umat, ragu-ragu 5 (12,5%) umat sedangkan

yang menyatakan kurang setuju ada 1 (2,5%) umat.

Umat dengan jumlah 9 (22,5%) menyatakan sangat setuju dan 27

(67,5%) umat menyatakan setuju, bahwa sebagai umat katolik mereka sudah

terlibat dalam kegiatan liturgi, sedangkan yang menyatakan ragu-ragu ada 1

(2,5%) umat dan kurang setuju ada 3 (7,5%) umat.

Sebagai umat beriman kita perlu menjaga nama baik keluarga dan

masyarakat, atas pernyataan tersebut umat menyatakan sangat setuju ada 29

(72,5%) dan menyatakan setuju ada 11 (27,5%). Umat dengan jumlah 10 (25%)

menyatakan sangat setuju, 24 (60%) umat menyatakan setuju, 5 (12,5%) umat

menyatakan ragu-ragu dan 1 (2,5%) umat menyatakan kurang setuju, bahwa umat

yang aktif adalah mereka yang selalu terlibat diberbagai kegiatan gerejani.

Semua umat Stasi Santo Lukas Sokaraja aktif dalam kegiatan gerejani,

atas pernyataan tersebut umat menyatakan sangat setuju ada 5 (12,5%) umat dan

menyatakan setuju ada 13 (32,5%) umat sedangkan yang menyatakan ragu-ragu 9

(22,5%) umat, kurang setuju 11 (27,5%) umat dan tidak setuju 2 (5%) umat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 52: UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN UMAT DALAM … · Emiliana Takndare, Yesica Fridiani Claudia Dasti, Rosiana Wahyuningsih, Kristina Priska Adventa, Stefani Sinta Windriantari,

32

Kegiatan-kegiatan Gerejani di Stasi Santo Lukas Sokaraja membantu

umat dalam menghayati iman. Dari pernyataan tersebut umat menyatakan sangat

setuju ada 15 (37,5%) dan menyatakan setuju ada 21 (52,5%) umat sedangkan

yang menyatakan ragu-ragu ada 4 (10%) umat.

Umat dengan jumlah 13 (32,5%) menyatakan sangat setuju, 25 (62,5%)

umat menyatakan setuju dan 2 (5%) umat menyatakan ragu-ragu bahwa kegiatan

menggereja membantu umat dalam pembentukan karakter. Kesibukan kerja

menghambat keaktifan umat dalam mengikuti kegiatan hidup menggereja, atas

pernyataan tersebut umat menyatakan sangat setuju ada 1 (2,5%) dan menyatakan

setuju ada 10 (25%) umat sedangkan yang menyatakan ragu-ragu ada 1 (2,5%)

umat, menyatakan kurang setuju ada 20 (50%) umat dan menyatakan tidak setuju

ada 8 (20%) umat.

Dari tabel yang sama diperoleh juga data 18 (45%) umat menyatakan

sangat setuju, 21 (52,5%) umat menyatakan setuju dan 1 (2,5%) umat menyatakan

ragu-ragu, bahwa kegiatan hidup menggereja di Stasi dapat mempererat relasi

umat antar Lingkungan. Ada 14 (35%) umat menyatakan sangat setuju, 23

(57,5%) umat menyatakan setuju, sedangkan 2 (5%) umat menyatakan ragu-ragu

dan 1 (2,5%) umat menyatakan kurang setuju bahwa umat senang mengikuti

kegiatan gerejani.

d. Bentuk-bentuk Kegiatan Pendukung Perkembangan Penghayatan Iman

Umat

Bagian ini akan memaparkan variabel tentang bentuk-bentuk kegiatan

yang mendukung perkembangan penghayatan iman umat dan untuk lebih jelasnya

dapat dilihat dalam tabel berikut ini:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 53: UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN UMAT DALAM … · Emiliana Takndare, Yesica Fridiani Claudia Dasti, Rosiana Wahyuningsih, Kristina Priska Adventa, Stefani Sinta Windriantari,

33

1) Hasil Penelitian

Tabel 5: Bentuk-bentuk Kegiatan Pendukung Perkembangan

Penghayatan Iman Umat (N=40)

No

Item Pernyataan

Jumlah

Umat

Persen

(%)

(1) (2) (3) (4)

28 Saya selalu terlibat dalam kerja bakti

membersihkan kampung saat menjelang

HUT RI.

a. Sangat Setuju

b. Setuju

c. Ragu-ragu

d. Kurang Setuju

e. Tidak Setuju

10

20

6

3

1

25

50

15

7,5

2,5

29 Kegiatan gerejani mengurangi waktu kerja

saya.

a. Sangat Setuju

b. Setuju

c. Ragu-ragu

d. Kurang Setuju

e. Tidak Setuju

1

3

1

17

18

2,5

7,5

2,5

42,5

45

30 Terlibat dalam kegiatan gerejani memberi

dampak positif bagi penghayatan iman saya.

a. Sangat Setuju

b. Setuju

c. Ragu-ragu

d. Kurang Setuju

16

23

1

0

40

57,5

2,5

0

e. Tidak Setuju 0 0

31 Selain merayakan Ekaristi, saya juga

mengikuti pendalaman iman di Lingkungan.

a. Sangat Setuju

b. Setuju

10

19

25

47,5

c. Ragu-ragu

d. Kurang Setuju

e. Tidak Setuju

9

1

1

22,5

2,5

2,5

32 Sharing pengalaman saat pendalaman iman

semakin memperkaya dan meneguhkan iman

saya.

a. Sangat Setuju

b. Setuju

c. Ragu-ragu

d. Kurang Setuju

e. Tidak Setuju

17

19

4

0

0

42,5

47,5

10

0

0

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 54: UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN UMAT DALAM … · Emiliana Takndare, Yesica Fridiani Claudia Dasti, Rosiana Wahyuningsih, Kristina Priska Adventa, Stefani Sinta Windriantari,

34

(1) (2) (3) (4)

33 Selama bulan Rosario saya mengikuti doa

bersama di Lingkungan.

a. Sangat Setuju

b. Setuju

c. Ragu-ragu

d. Kurang Setuju

e. Tidak Setuju

12

13

12

2

1

30

32,5

30

5

2,5

34 Terlibat dalam kegiatan sosial

kemasyarakatan mengakrabkan saya dengan

umat yang beragama lain.

a. Sangat Setuju

b. Setuju

c. Ragu-ragu

d. Kurang Setuju

e. Tidak Setuju

17

22

1

0

0

42,5

55

2,5

0

0

35 Saya tidak pernah membaca atau

mendengarkan Firman Tuhan secara pribadi.

a. Sangat Setuju

b. Setuju

c. Ragu-ragu

d. Kurang Setuju

e. Tidak Setuju

0

4

4

16

16

0

10

10

40

40

36 Setiap malam dalam keluarga selalu berdoa

bersama.

a. Sangat Setuju

b. Setuju

c. Ragu-ragu

6

25

7

15

62,5

17,5

d. Kurang Setuju

e. Tidak Setuju

2

0

5

0

2) Pembahasan Penelitian

Dari tabel 5, dapat diketahui berbagai bentuk kegiatan pendukung

perkembangan penghayatan iman umat. Keterlibatan umat dalam kegiatan

kemasyarakatan. Umat menyatakan sangat setuju ada 10 (25%) dan setuju ada 20

(50%) umat, bahwa mereka selalu terlibat dalam kerja bakti membersihkan

kampung saat menjelang HUT RI, sedangkan yang menyatakan ragu-ragu ada 6

(15%) umat, kurang setuju ada 3 (7,5%) umat dan tidak setuju ada 1 (2,5%) umat.

Umat dengan jumlah 1 (2,5%) menyatakan sangat setuju, setuju ada 3 (7,5%)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 55: UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN UMAT DALAM … · Emiliana Takndare, Yesica Fridiani Claudia Dasti, Rosiana Wahyuningsih, Kristina Priska Adventa, Stefani Sinta Windriantari,

35

umat, sedangkan yang menyatakan ragu-ragu ada 1 (2,5%) umat, kurang setuju

ada 17 (42,5%) umat dan tidak setuju ada 18 (45%) umat, bahwa kegiatan gerejani

mengurangi waktu kerja umat. Terlibat dalam kegiatan gerejani memberi dampak

positif bagi penghayatan iman umat, atas pernyataan tersebut umat menyatakan

sangat setuju ada 16 (40%), setuju ada 23 (57,5%) umat sedangkan yang

menyatakan ragu-ragu ada 1 (2,5%) umat.

Keterlibatan umat dalam kegiatan gerejani, umat dengan jumlah 10

(25%) menyatakan sangat setuju dan setuju ada 19 (47,5%) umat, bahwa selain

mengikuti Perayaan Ekaristi umat juga mengikuti pendalaman iman di

Lingkungan, sedangkan yang menyatakan ragu-ragu ada 9 (22,5%) umat, kurang

setuju ada 1 (2,5%) umat dan tidak setuju ada 1 (2,5%) umat. Sharing pengalaman

saat pendalaman iman semakin memperkaya dan meneguhkan iman umat, atas

pernyataan tersebut umat menyatakan sangat setuju ada 17 (42,5%) dan setuju ada

19 (47,5%) umat sedangkan yang menyatakan ragu-ragu ada 4 (10%) umat. Ada

12 (30%) umat menyatakan sangat setuju, 13 (32,5%) umat menyatakan setuju,

bahwa selama bulan Rosario umat mengikuti doa bersama di Lingkungan,

sedangkan yang menyatakan ragu-ragu ada 12 (30%) umat, kurang setuju 2 (5%)

umat dan tidak setuju ada 1 (2,5%) umat.

Terlibat dalam kegiatan sosial kemasyarakatan mengakrabkan umat

katolik dengan umat yang beragama lain. Dari pernyataan tersebut umat

menyatakan sangat setuju ada 17 (42,5%) dan setuju ada 22 (55%) umat,

sedangkan yang menyatakan ragu-ragu ada 1 (2,5%) umat. Umat menyatakan

setuju ada 4 (10%), ragu-ragu ada 4 (10%) umat, sedangkan yang menyatakan

kurang setuju ada 16 (40%) umat dan tidak setuju ada 16 (40%) umat, atas

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 56: UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN UMAT DALAM … · Emiliana Takndare, Yesica Fridiani Claudia Dasti, Rosiana Wahyuningsih, Kristina Priska Adventa, Stefani Sinta Windriantari,

36

pernyataan umat tidak pernah membaca atau mendengarkan Firman Tuhan secara

pribadi. Sebanyak 6 (15%) umat menyatakan sangat setuju dan setuju 25 (62,5%)

umat, atas pernyataan setiap malam dalam keluarga selalu berdoa bersama,

sedangkan yang menyatakan ragu-ragu ada 7 (17,5%) umat dan kurang setuju ada

2 (5%) umat.

e. Harapan dan Usulan Tema Terkait dengan Kegiatan Hidup Menggereja

Pada tabel 6, penulis memaparkan mengenai harapan dan usulan tema

yang terkait dengan kegiatan hidup menggereja di Stasi Santo Lukas Sokaraja.

1) Hasil Penelitian

Tabel 6: Harapan dan Usulan Tema Terkait dengan

Kegiatan Hidup Menggereja (N=40)

No

Item Pernyataan

Jumlah

Umat

Persen

(%)

(1) (2) (3) (4)

37 Keaktifan saya dalam kegiatan gerejani

dapat mempengaruhi umat lain yang belum

aktif.

a. Sangat Setuju

b. Setuju

c. Ragu-ragu

d. Kurang Setuju

e. Tidak Setuju

9

14

10

7

0

22,5

35

25

17,5

0

38 Saya lebih tahu tentang kegiatan

berorganisasi saat aktif terlibat dalam

hidup menggereja.

a. Sangat Setuju

b. Setuju

c. Ragu-ragu

d. Kurang Setuju

e. Tidak Setuju

8

15

5

12

0

20

37,5

12,5

30

0

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 57: UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN UMAT DALAM … · Emiliana Takndare, Yesica Fridiani Claudia Dasti, Rosiana Wahyuningsih, Kristina Priska Adventa, Stefani Sinta Windriantari,

37

(1) (2) (3) (4)

39 Harapan umat Stasi Santo Lukas Sokaraja

semakin kreatif dalam mengembangkan

kegiatan-kegiatan gerejani.

a. Sangat Setuju

b. Setuju

c. Ragu-ragu

d. Kurang Setuju

e. Tidak Setuju

17

23

0

0

0

42,5

57,5

0

0

0

40 Harapan umat Stasi Santo Lukas Sokaraja

semakin maju dan berkembang keterlibatan

umat dalam berbagai kegiatan gerejani.

a. Sangat Setuju

b. Setuju

c. Ragu-ragu

d. Kurang Setuju

e. Tidak Setuju

30

7

3

0

0

75

17,5

7,5

0

0

41 Berani menentukan pilihan meninggalkan

segalanya untuk mengikuti Kristus

merupakan usulan tema yang cocok untuk

katekese bagi umat di Stasi Santo Lukas

Sokaraja.

a. Sangat Setuju

b. Setuju

c. Ragu-ragu

d. Kurang Setuju

e. Tidak Setuju

27

10

2

1

0

67,5

25

5

2,5

0

42 Mengikuti Kristus dengan setia dalam

kehidupan sehari-hari merupakan salah satu

tema yang cocok untuk katekse bagi umat di

Stasi Santo Lukas Sokaraja.

a. Sangat Setuju

b. Setuju

c. Ragu-ragu

d. Kurang Setuju

e. Tidak Setuju

19

21

0

0

0

47,5

52,5

0

0

0

43 Tema menghayati hidup iman pribadi dalam

hidup menggereja, keluarga dan masyarakat

cocok digunakan untuk berkatekese di Stasi

Santo Lukas Sokaraja.

a. Sangat Setuju

b. Setuju

c. Ragu-ragu

d. Kurang Setuju

e. Tidak Setuju

15

20

5

0

0

37,5

50

12,5

0

0

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 58: UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN UMAT DALAM … · Emiliana Takndare, Yesica Fridiani Claudia Dasti, Rosiana Wahyuningsih, Kristina Priska Adventa, Stefani Sinta Windriantari,

38

2) Pembahasan Penelitian

Dari tabel 6 dapat diketahui harapan dan usulan tema yang terkait dengan

kegiatan hidup menggereja di Stasi Santo Lukas Sokaraja. Umat menyatakan

sangat setuju 9 (22,5%) dan setuju ada 14 (35%) umat sedangkan yang

menyatakan ragu-ragu ada 10 (25%) umat dan kurang setuju ada 7 (17,5%) umat,

atas pernyataan keaktifan umat dalam kegiatan gerejani dapat mempengaruhi

umat lain yang belum aktif.

Umat lebih tahu tentang kegiatan berorganisasi saat aktif terlibat dalam

hidup menggereja, atas pernyataan tersebut umat menyatakan sangat setuju ada 8

(20%) dan setuju ada 15 (37,5%) umat, sedangkan yang menyatakan ragu-ragu

ada 5 (12,5%) umat dan kurang setuju ada 12 (30%) umat.

Harapan umat Stasi Santo Lukas Sokaraja semakin kreatif dalam

mengembangkan kegiatan-kegiatan gerejani. Dari harapan tersebut umat

menyatakan sangat setuju ada 17 (42,5%) dan setuju ada 23 (57,5%) umat. Umat

menyatakan sangat setuju ada 30 (75%) dan setuju ada 7 (17,5%) umat,

sedangkan yang menyatakan ragu-ragu ada 3 (7,5%) umat, atas harapan umat

Stasi Santo Lukas Sokaraja semakin maju dan berkembang dalam berbagai

kegiatan gerejani.

Berbagai usulan tema katekese bagi umat Stasi Santo Lukas Sokaraja.

Berani menentukan pilihan meninggalkan segalanya untuk mengikuti Kristus, atas

usulan tema tersebut umat menyatakan sangat setuju ada 27 (67,5%), setuju ada

10 (25%) umat, sedangkan yang menyatakan ragu-ragu ada 2 (5%) umat dan

kurang setuju ada 1 (2,5%) umat. Sebanyak 19 (47,5%) umat menyatakan sangat

setuju dan setuju ada 21 (52,5%) umat, atas usulan tema katekese mengikuti

Kristus dengan setia dalam kehidupan sehari-hari. Tema menghayati hidup iman

pribadi dalam hidup menggereja, keluarga dan masyarakat cocok digunakan untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 59: UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN UMAT DALAM … · Emiliana Takndare, Yesica Fridiani Claudia Dasti, Rosiana Wahyuningsih, Kristina Priska Adventa, Stefani Sinta Windriantari,

39

berkatekese di Stasi Santo Lukas Sokaraja. Dari usulan tema tersebut, umat

menyatakan sangat setuju ada 15 (37,5%), setuju ada 20 (50%) umat dan ragu-

ragu ada 5 (12,5%) umat.

6. Kesimpulan Penelitian

Pada bagian ini disampaikan pembahasan hasil penelitian yang bertitik

tolak pada laporan hasil penelitian mengenai kegiatan hidup menggereja umat di

Stasi Santo Lukas, Sokaraja. Pembahasan ini disampaikan menurut urutan

variabel. Ada pun urutan pembahasannya sebagai berikut:

a. Identitas Responden

Berkenaan dengan identitas responden yang mencakup jenis kelamin,

umur dan asal Lingkungan dikatakan bahwa dari 40 responden yang terlibat

secara langsung dalam penelitian ini responden yang paling banyak adalah

berjenis kelamin laki-laki ada 21 responden (52,5%), 7 responden berumur 15-25

tahun, 4 responden (10%) berumur 26-35 tahun, 8 responden (20%) berumur 36-

45 tahun, 15 responden (37,5%) berumur 46-55 tahun dan ada 6 responden (15%)

berumur lebih dari 55 tahun. Mereka adalah umat Lingkungan Yohanes Paulus

Kalibagor sebanyak 20 (50%) responden dan Lingkungan Santa Maria Sokaraja

sebanyak 20 (50%) responden.

b. Pemahaman tentang Hidup Menggereja

Penelitian tentang variabel pemahaman tentang hidup menggereja

menunjukkan bahwa 25 (62,5%) responden menyatakan bahwa tahu tentang arti

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 60: UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN UMAT DALAM … · Emiliana Takndare, Yesica Fridiani Claudia Dasti, Rosiana Wahyuningsih, Kristina Priska Adventa, Stefani Sinta Windriantari,

40

kata Gereja yaitu sebagai persekutuan orang yang beriman kepada Kristus.

Sebanyak 21 (52,5%) responden menyatakan bahwa mereka mengerti akan tugas

Gereja yaitu mengajar, menguduskan dan memimpin. Sebanyak 29 (72,5%)

responden sangat setuju dengan pernyataan Gereja mengajarkan kebenaran-

kebenaran kepada anggotanya sehingga umat sampai pada keselamatan yang

abadi. Sebanyak 22 (55%) responden memahami bahwa hidup menggereja

merupakan kegiatan yang menampakkan iman akan Yesus Kristus. Namun,

kegiatan yang menampakkan iman akan Yesus Kristus tidak hanya semata-mata

ditampakkan melalui keterlibatan umat dalam kegiatan hidup menggereja dapat

juga ditampakkan lewat keterlibatan mereka di lingkungan masyarakat. Sebanyak

24 (60%) responden sangat setuju dengan pernyataan bahwa Gereja menjalankan

hidup menggerejanya didasari oleh semangat Yesus Kristus selama hidup-Nya.

Sebanyak 23 (57,5%) responden memahami lima tugas pokok Gereja

yaitu koinonia/paguyuban, kerygma/pewartaan, martyria/kesaksian hidup,

liturgia/ibadat dan diakonia/pelayanan. Sebanyak 28 (70%) responden

menyatakan sangat setuju bahwa pewartaan Sabda Allah oleh Gereja bukan hanya

sekedar informasi mengenai Allah, melainkan sungguh-sungguh menghadirkan

Allah di tengah dunia. Sebanyak 22 (55%) responden memberi kesaksian akan

Yesus Kristus melalui tindakan hidup sehari-hari. Sebanyak 24 (60%) responden

menyatakan sangat setuju bahwa hidup menggereja tidak hanya dilakukan di

lingkungan gereja saja, melainkan dilakukan juga di lingkungan masyarakat.

Sebanyak 21 (52,5%) responden menyatakan setuju bahwa umat katolik

mempunyai sikap sadar, tulus dan bertanggung jawab dalam melaksanakan hidup

menggerejanya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 61: UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN UMAT DALAM … · Emiliana Takndare, Yesica Fridiani Claudia Dasti, Rosiana Wahyuningsih, Kristina Priska Adventa, Stefani Sinta Windriantari,

41

Pembahasan di atas memaparkan hasil yang menunjukkan sejauh mana

umat di Stasi Santo Lukas Sokaraja paham tentang hidup menggereja dari

pernyataan-pernyataan yang diajukan dapat digambarkan bahwa sebagian besar

umat di Stasi Santo Lukas Sokaraja paham tentang hidup menggereja.

c. Keterlibatan Umat dalam Hidup Menggereja

Penelitian tentang variabel keterlibatan umat dalam hidup menggereja

menunjukkan sebanyak 21 (52,5%) responden menyatakan setuju bahwa umat

katolik adalah orang yang selalu bersemangat dalam mengikuti kegiatan-kegiatan

gerejani. Sebanyak 24 (60%) responden memilih setuju bahwa hidup menggereja

dapat diwujudkan oleh siapa pun, kapan pun dan di mana pun orang atau

sekelompok orang yang menampakkan imannya kepada Kristus. Sebanyak 24

(60%) responden memilih setuju bahwa kegiatan-kegiatan gerejani yang

dilakukan selama ini sungguh membantu dalam menghayati akan hidup

menggereja. Sebanyak 24 (60%) responden setuju dengan pernyataan peran umat

dalam hidup menggereja sebagai penerus Gereja di masa depan. Sebanyak 24

(60%) responden memilih setuju bahwa keterlibatan umat dalam Gereja pada

umumnya sama dengan peran kaum awam sebagai warga Gereja yang tidak

ditahbiskan. Sebanyak 27 (67,5%) responden menyatakan bahwa sudah terlibat

dalam kegiatan liturgi. Sebanyak 29 (72,5%) responden menyatakan sangat setuju

bahwa kita sebagai umat beriman perlu menjaga nama baik keluarga dan

masyarakat. Sebanyak 24 (60%) responden menyatakan setuju bahwa umat yang

aktif adalah mereka yang selalu terlibat diberbagai kegiatan gerejani. Sebanyak 13

(32,5%) responden menyatakan bahwa semua umat Stasi Santo Lukas Sokaraja

aktif dalam kegiatan gerejani.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 62: UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN UMAT DALAM … · Emiliana Takndare, Yesica Fridiani Claudia Dasti, Rosiana Wahyuningsih, Kristina Priska Adventa, Stefani Sinta Windriantari,

42

Sebanyak 21 (52,5%) responden terbantu dalam menghayati iman lewat

keterlibatannya dalam kegiatan-kegiatan gerejani. Sebanyak 25 (62,5%)

responden menyatakan setuju bahwa kegiatan menggereja membantu dalam

pembentukan karakter. Sebanyak 20 (50%) responden menyatakan kurang setuju

bahwa kesibukan kerja menghambat keaktifan selama mengikuti kegiatan hidup

menggereja. Sebanyak 21 (52,5%) responden menyatakan bahwa kegiatan hidup

menggereja di Stasi dapat mempererat relasi umat antar Lingkungan. Sebanyak 23

(57,5%) responden senang mengikuti kegiatan gerejani.

Pembahasan di atas menunjukkan tentang hasil penelitian menyatakan

pada variabel 3 tentang keterlibatan umat dalam hidup menggereja menunjukkan

bahwa umat di Stasi Santo Lukas Sokaraja belum sepenuhnya terlibat dalam

kegiatan hidup menggereja, namun kurang lebih setengah jumlah umat sudah

banyak yang terlibat. Hal ini dibuktikan jumlah prosentase alternatif jawaban

setuju yang lebih banyak daripada alternatif jawaban lain.

d. Bentuk-bentuk Kegiatan Pendukung Perkembangan Penghayatan Iman

Umat

Penelitian terhadap variabel bentuk-bentuk kegiatan pendukung

perkembangan penghayatan iman umat menunjukkan bahwa 20 (50%) responden

menyatakan bahwa umat katolik terlibat dalam kerja bakti membersihkan

kampung saat menjelang HUT RI. Keterlibatan umat di masyarakat dapat juga

mempererat persaudaraan dengan umat yang beragama lain, sehingga tumbuh rasa

saling menghargai satu sama lain. Sebanyak 18 (45%) responden menyatakan

tidak setuju bahwa kegiatan gerejani mengurangi waktu kerja mereka. Sebanyak

23 (57,5%) responden menyatakan setuju bahwa terlibat dalam kegiatan gerejani

memberi dampak positif bagi penghayatan iman mereka.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 63: UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN UMAT DALAM … · Emiliana Takndare, Yesica Fridiani Claudia Dasti, Rosiana Wahyuningsih, Kristina Priska Adventa, Stefani Sinta Windriantari,

43

Sebanyak 19 (47,5%) responden menyatakan setuju bahwa selain

merayakan Ekaristi, mereka juga mengikuti pendalaman iman di Lingkungan.

Sebanyak 19 (47,5%) responden merasa diperkaya dan diteguhkan lewat sharing

pengalaman saat pendalaman iman berlangsung. Sebanyak 13 (32,5%) responden

mengikuti doa Rosario bersama di Lingkungan selama bulan Rosario.

Sebanyak 22 (55%) responden menyatakan setuju bahwa terlibat dalam

kegiatan sosial kemasyarakatan mengakrabkan umat katolik dengan umat yang

beragama lain. Sebanyak 16 (40%) responden menyatakan kurang setuju dan tidak

setuju bahwa mereka tidak pernah membaca atau mendengarkan Firman Tuhan

secara pribadi. Sebanyak 25 (62,5%) responden menyatakan bahwa setiap malam

dalam keluarga selalu berdoa bersama.

Pemahaman di atas, memaparkan hasil yang menunjukkan bentuk-bentuk

kegiatan pendukung perkembangan penghayatan iman umat. Dari pernyataan-

pernyataan yang diajukan dapat digambarkan secara garis besar bahwa umat di

Stasi Santo Lukas Sokaraja merasa terbantu dalam menghayati imannya melalui

keterlibatan mereka dalam kegiatan-kegiatan gerejani.

e. Harapan dan Usulan Tema terkait dengan Kegiatan Hidup Menggereja

Hasil penelitian pada variabel harapan dan usulan tema terkait dengan

kegiatan hidup menggereja menunjukkan bahwa 14 (35%) responden menyatakan

setuju bahwa keaktifan mereka dalam kegiatan gerejani dapat mempengaruhi

umat lain yang belum aktif. Sebanyak 15 (37,5%) responden menyatakan bahwa

mereka lebih tahu tentang kegiatan berorganisasi saat aktif terlibat dalam hidup

menggereja. Sebanyak 23 (57,5%) responden memiliki harapan umat Stasi Santo

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 64: UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN UMAT DALAM … · Emiliana Takndare, Yesica Fridiani Claudia Dasti, Rosiana Wahyuningsih, Kristina Priska Adventa, Stefani Sinta Windriantari,

44

Lukas Sokaraja semakin kreatif dalam mengembangkan kegiatan-kegiatan

gerejani.

Sebanyak 30 (75%) responden memiliki harapan umat Stasi Santo Lukas

Sokaraja semakin maju dan berkembang keterlibatan umat dalam berbagai

kegiatan gerejani. Sebanyak 27 (67,5%) responden menyatakan sangat setuju

dengan usulan tema berani menentukan pilihan meninggalkan segalanya untuk

mengikuti Kristus. Sebanyak 21 (52,5%) responden menyatakan setuju dengan

usulan tema mengikuti Kristus dengan setia dalam kehidupan sehari-hari.

Sebanyak 20 (50%) responden menyatakan setuju dengan usulan tema menghayati

hidup iman pribadi dalam hidup menggereja, keluarga dan masyarakat.

Pembahasan di atas menunjukkan hasil dari variabel tentang harapan dan

usulan tema terkait dengan kegiatan hidup menggereja. Dari pernyataan-

pernyataan yang diajukan dapat digambarkan secara garis besar umat di Stasi

Santo Lukas Sokaraja memiliki harapan umat semakin kreatif dalam

mengembangkan kegiatan-kegiatan gerejani dan semakin maju dan berkembang

keterlibatan umat dalam berbagai kegiatan gerejani. Oleh karena itu tema katekese

yang banyak dipilih oleh umat tentang keberanian menentukan pilihan

meninggalkan segalanya untuk mengikuti Kristus.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 65: UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN UMAT DALAM … · Emiliana Takndare, Yesica Fridiani Claudia Dasti, Rosiana Wahyuningsih, Kristina Priska Adventa, Stefani Sinta Windriantari,

45

BAB III

KEHIDUPAN MENGGEREJA UMAT MELALUI KATEKESE UMAT

MODEL SHARED CHRISTIAN PRAXIS (SCP)

Dalam Gereja maupun masyarakat, sering kali kita temui berbagai

kegiatan pemberdayaan maupun pengembangan diri, seperti pendampingan,

pelatihan dan kegiatan-kegiatan lain, dengan harapan kegiatan-kegiatan tersebut

sungguh dapat membantu dan mengembangkan setiap peserta dalam

mengembangkan dirinya dan mampu menemukan nilai-nilai baru dalam

memperkembangkan dirinya.

Kegiatan-kegiatan gerejani sebagai salah satu bentuk karya pastoral

Gereja yang bermaksud membantu umat agar memahami akan pentingnya

keterlibatan dan peranan mereka dalam Gereja. Kegiatan gerejani tidak mungkin

akan berkembang tanpa keterlibatan umatnya sehingga sangat dibutuhkan sekali

peran dan keterlibatan umat. Gereja sangat mengharapkan umat memiliki

kesadaran dalam mengembangkan Gereja lewat keterlibatan mereka. Hanya

dengan keterlibatan umatlah kegiatan-kegiatan gerejani dapat berkembang sesuai

dengan perkembangan zaman.

A. Hidup Menggereja Umat

Sebagai anggota Gereja, tentunya kita tidak boleh acuh tak acuh terhadap

kegiatan-kegiatan yang ada. Namun kita harus ikut terlibat di dalamnya sehingga

kegiatan-kegiatan yang ada dapat semakin hidup dan berkembang. Hidup

menggereja umat mencakup arti Gereja, model-model Gereja dan hidup

menggereja.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 66: UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN UMAT DALAM … · Emiliana Takndare, Yesica Fridiani Claudia Dasti, Rosiana Wahyuningsih, Kristina Priska Adventa, Stefani Sinta Windriantari,

46

1. Arti Gereja

Kata Gereja bukanlah semacam batasan atau definisi. Jemaat perdana

kadang-kadang memahami diri dan merumuskan karya keselamatan Tuhan

dengan berkata “Gereja Allah” atau juga “jemaat Allah”. Maksud sebutan itu

menjadi jelas dari 1 Kor 11:17-22. Di situ Paulus berbicara mengenai jemaat yang

berkumpul untuk perayaan Ekaristi. Mereka menjadi “jemaat” atau “Gereja“

karena iman mereka akan Yesus Kristus, khususnya akan wafat dan kebangkitan-

Nya. Gereja adalah jemaat Allah yang dikuduskan dalam Kristus Yesus (KWI,

1996: 332).

Pengertian Gereja yang terdapat dalam Kitab Suci dan Ajaran Gereja

tidak mengenal batasan arti. Menurut buku Iman Katolik (KWI, 1996: 333), di

dalam Kitab Suci Perjanjian Baru tiga nama yang dipakai untuk Gereja: Gereja

Umat Allah, Gereja Tubuh Kristus dan Gereja Bait Roh Kudus. Pengertian yang

lain dikatakan oleh Dr. Tom Jacobs (1987: 23), Lumen Gentium memberikan

penjelasan bahwa faham Gereja sebagai “Tubuh Kristus” tidak boleh seolah-olah

diganti dengan faham Gereja sebagai “Umat Allah”. Gereja adalah sekaligus umat

Allah dan tubuh Kristus.

Dengan demikian definisi Gereja sangatlah luas karena tidak hanya satu

sumber saja yang menjelaskan arti Gereja itu sendiri. Definisi tersebut tergantung

pada konteksnya. Namun pada intinya Gereja merupakan persekutuan orang-

orang yang beriman kepada Kristus sebagai perwujudan karya Allah yang

konkret. Allah mencintai dan memanggil manusia untuk ikut ambil bagian dalam

karya penyelamatan-Nya di dunia.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 67: UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN UMAT DALAM … · Emiliana Takndare, Yesica Fridiani Claudia Dasti, Rosiana Wahyuningsih, Kristina Priska Adventa, Stefani Sinta Windriantari,

47

2. Model-model Gereja

Model-model Gereja menurut Avery Dulles yang dikutip oleh Sumarno

Ds.(2014: 22-28) meliputi (a) Gereja sebagai Institusi; (b) Gereja sebagai

Persekutuan Mistik; (c) Gereja sebagai Sakramen; (d) Gereja sebagai Umat Allah;

(e) Gereja sebagai Pewarta.

a. Gereja sebagai Institusi

Gereja harus memiliki suatu kesatuan yang memiliki struktur dan harus

tetap merupakan persekutuan seperti yang didirikan oleh Kristus. Model

pesekutuan memperlihatkan bahwa Gereja harus disatukan dengan Allah oleh

rahmat, dalam kesatuan rahmat itu anggota-anggotanya harus disatukan oleh

kasih. Di dalam ekklesiologi yang berpusat pada institusi itu, kekuasaan dan tugas

Gereja pada umumnya dibagi atas tiga: mengajar, menguduskan dan memimpin.

Pembagian kekuasaan mengarah pada suatu perbedaan antara Gereja yang

mengajar dan Gereja yang diajar, antara Gereja yang menguduskan dan Gereja

yang dikuduskan, antara Gereja yang memimpin dan Gereja yang dipimpin

(Sumarno Ds., 2014: 22).

Model Gereja institusional memiliki ciri yaitu mempertimbangkan

konsep tentang kekuasaan atau otoritas yang hirarkis (Sumarno Ds., 2014: 22).

Gereja tidak dipahami sebagai masyarakat yang menganut sistem perwakilan,

tetapi sebagai masyarakat dimana pelimpahan kekuasaan memimpin terpusat di

dalam tangan suatu golongan tertentu. Pelayanan yang dilakukan oleh Gereja

institusional sebatas untuk para anggotanya sendiri. Gereja mengajarkan

kebenaran-kebenaran kepada anggotanya sehingga mereka sampai pada

keselamatan yang abadi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 68: UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN UMAT DALAM … · Emiliana Takndare, Yesica Fridiani Claudia Dasti, Rosiana Wahyuningsih, Kristina Priska Adventa, Stefani Sinta Windriantari,

48

b. Gereja sebagai Persekutuan Mistik

Gereja adalah umat yang dikumpulkan oleh Allah dan disatukan oleh

ikatan rohani yang erat (Wignyanta, 1990: 66). Tekanan pada Gereja model

persatuan mistik ialah persatuan antar anggota dan dengan Allah dan Kristus,

rahmat karunia batiniah dari Roh Kudus sebagai pengikat persatuannya.

Pelayanan Gereja dalam model ini diberikan kepada para anggotanya tetapi

anggota harus dimengerti dalam arti yang lebih spiritual, yaitu mereka yang

dijiwai oleh kasih dan iman yang adikodrati. Tujuan Gereja memimpin orang-

orang kepada persatuan dengan Allah. Kesatuan diberikan dengan sendirinya,

karena adanya Gereja. Di mana pun Gereja hadir, orang telah dipersatukan dengan

Allah (Sumarno Ds., 2014: 23).

Paham communion (persekutuan) mendasari “komunikasi” di antara para

anggota Gereja sendiri. Oleh karena itu kesatuan communion ini berarti

keanekaragaman dalam cara berkomunikasi, sebab Roh Kudus, yang tinggal di

hati umat beriman, dan memenuhi serta membimbing seluruh Gereja,

menciptakan persekutuan umat beriman yang mengagumkan (KWI, 1996: 340).

Model Gereja sebagai persekutuan mistik memiliki beberapa kekurangan.

Salah satu kekurangannya yaitu model ini tidak berhasil memberi kepada orang

Kristiani suatu pengertian yang jelas mengenai identitas atau tugas perutusannya.

Karena tidak bisa dipastikan apakah orang dikaruniai Roh Kudus hanya melalui

evangelisasi, pembaptisan atau keanggotaan Gereja, sehingga motivasi untuk misi

Kristiani agak kabur (Sumarno Ds., 2014: 24).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 69: UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN UMAT DALAM … · Emiliana Takndare, Yesica Fridiani Claudia Dasti, Rosiana Wahyuningsih, Kristina Priska Adventa, Stefani Sinta Windriantari,

49

c. Gereja sebagai Sakramen

Kristus adalah sakramen Allah, maka Gereja merupakan sakramen

Kristus bagi kita; Gereja mewakili Dia secara penuh dan asli serta membuat Dia

sungguh-sungguh hadir (Sumarno Ds., 2014: 24).

Gereja sebagai sakramen sama artinya dengan gereja sebagai misteri

karena kedua kata tersebut tidak dapat dipisahkan yaitu sakramen dan misteri

(KWI, 1996: 338). Kedua kata tersebut bersama menunjukkan inti-pokok

kehidupan Gereja.

Dalam perkembangan teologi kata misteri dipakai terutama untuk

menunjuk pada segi ilahi (dan tersembunyi) rencana dan karya Allah, sedangkan

kata sakramen lebih menunjuk pada aspek insani (KWI, 1996: 338). Gereja

disebut sakramen karena misteri Allah tampak di dalam Gereja.

d. Gereja sebagai Umat Allah

Kata Umat Allah merupakan istilah dari Perjanjian Lama. Yang paling

menonjol dalam sebutan ini ialah bahwa Gereja itu umat terpilih Allah (1 Ptr 2:9)

yang memiliki hubungan antara manusia dan Allah yang Satu. Oleh Allah yang

Satu manusia diciptakan untuk menjadi umat manusia yang satu. Dari ketiadaan

kita dipanggil dan disebut pada nama kita sendiri-sendiri. Ini merupakan

kebijaksanaan dan kebaikan Tuhan kepada manusia, karena panggilan Allah

manusia menjadi ada dan sekaligus diangkat untuk mengambil bagian dalam

kehidupan Ilahi (Pusat Kateketik Yogyakarta, 1968: 3).

Gambaran Gereja sebagai umat Allah dilihat sebagai persekutuan dari

pribadi-pribadi yang bebas, menekankan kasih Allah yang tak berkesudahan

kepada para umat-Nya. Kitab Suci membuktikan bahwa Allah telah mengadakan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 70: UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN UMAT DALAM … · Emiliana Takndare, Yesica Fridiani Claudia Dasti, Rosiana Wahyuningsih, Kristina Priska Adventa, Stefani Sinta Windriantari,

50

perjanjian dengan semua manusia, dan karena itu atas salah satu cara semua orang

merupakan anggota Umat Allah. Gereja atau persekutuan Krisiani barangkali

lebih baik dinamakan Umat Allah Perjanjian Baru. Perjanjian ini melengkapi dan

memperjelas relasi kesetiaan dan cinta, yang diikat Allah sendiri dengan umat

manusia berkat Putra-Nya tercinta Yesus Kristus (Sumarno Ds., 2014: 26).

e. Gereja sebagai Pewarta

Gereja sebagai pewarta mengutamakan Sabda, sedangkan kedudukan

sakramen di bawah Sabda tersebut. Menurut model ini Gereja dikumpulkan dan

dibentuk oleh Sabda Allah. Adapun misi dari Gereja model ini yaitu mewartakan

apa yang sudah didengarnya, dan sudah diserahkan kepadanya untuk diwartakan

(Sumarno Ds., 2014: 26). Model ini mengutamakan iman dan pewartaan daripada

hubungan-hubungan interpersonal dan persekutuan mistik. Gereja menerima

kabar suci dan bertugas untuk mewartakannya di tengah-tengah umat. Pewartaan

yang dibawakan oleh Gereja berpusat pada Kristus dan Kitab Suci sebagai saksi

utama Kristus. Pegangan utama Gereja dalam menyampaikan pewartaannya ialah

Sabda Allah sendiri dan sabda tersebut harus sampai ke seluruh dunia,

disampaikan dengan jujur dan tekun. Melalui sabda yang diwartakannya tetap

mengenangkan perbuatan-perbuatan Allah yang mengagumkan dalam sejarah

masa lalu, teristimewa perbuatan-perbuatan-Nya yang berkuasa dalam diri Yesus

Kristus (Sumarno Ds., 2014: 27).

3. Hidup Menggereja

Memeluk agama Katolik tentu bukan hanya sebagai status saja tetapi

harus kita wujudkan melalui tindakan nyata. Tindakan yang dapat kita lakukan

diantaranya terlibat dalam kegiatan hidup menggereja. Dengan keterlibatan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 71: UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN UMAT DALAM … · Emiliana Takndare, Yesica Fridiani Claudia Dasti, Rosiana Wahyuningsih, Kristina Priska Adventa, Stefani Sinta Windriantari,

51

tersebut berarti kita menampakkan iman kita terhadap Yesus. Hidup menggereja

mencakup arti dan dasar-dasar hidup menggereja.

a. Arti Hidup Menggereja

Dengan adanya lembaga Gereja, umat Allah mendapat tempat untuk ikut

berperanserta dalam karya Allah yang terlibat dalam dunia ini (Ardhisubagyo,

1987: 22). Gereja berdiri kokoh atas dasar Kristus sebagai Kepala dan Allah yang

berkarya memanggil umat-Nya untuk diberikan tanggung jawab dan kebebasan.

Hidup menggereja diartikan sebagai pengabdian secara sukarela untuk mengambil

bagian dalam lima tugas Gereja yaitu koinonia, kerygma, martyria, liturgia dan

diakonia.

Menurut Prasetya (2003: 40), umat Katolik yang telah dibaptis dan

menerima sakramen Penguatan atau Krisma diharapkan untuk mengambil bagian

dalam tugas perutusan Yesus Kristus sebagai Imam, Nabi dan Raja. Dalam

perkembangan gereja, kaum awam dapat melibatkan diri secara aktif di dalam

kegiatan-kegiatan gerejani, seperti pendalaman iman, koor, doa Rosario,

kepengurusan paroki maupun stasi, dsb. Sedangkan di luar gereja, kaum awam

juga dapat mengambil bagian di tengah-tengah masyarakat seperti dalam sosio-

edukatif, politik, ekonomi, religius, kesehatan dan lingkungan hidup (Prasetya,

2003: 111-198). Oleh karena itu, sebagai awam melaksanakan tugas Kristus

sebagai Imam, Nabi dan Raja. Karena berperan serta dalam tugas Kristus sebagai

Imam, Nabi dan Raja, kaum awam berperan aktif dalam kehidupan dan kegiatan

Gereja (Hardawiryana, 1993: 353).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 72: UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN UMAT DALAM … · Emiliana Takndare, Yesica Fridiani Claudia Dasti, Rosiana Wahyuningsih, Kristina Priska Adventa, Stefani Sinta Windriantari,

52

b. Dasar-dasar Hidup Menggereja

Hidup menggereja didasari oleh semangat Yesus Kristus sendiri selama

hidup-Nya. Maka dari itu Gereja sebagai Tubuh Kristus mempunyai tugas untuk

melanjutkan dan mengambil bagian dalam tugas Yesus Kristus. Dasar-dasar hidup

menggereja mencakup lima dasar yaitu koinonia atau paguyuban, kerygma atau

pewartaan, martyria atau kesaksian hidup, liturgia atau ibadat dan diakonia atau

pelayanan.

1) Koinonia (Paguyuban)

Kata koinonia pada dasarnya berarti persekutuan-persaudaraan. Pola

dasar bagi koinonia ini adalah pengalaman jemaat kristiani perdana yang

menanamkan hidup sehati-sejiwa, milik bersama, hidup dalam kasih karunia yang

berlimpah-limpah (Ardhisubagyo, 1987: 24). Dasar dari cara hidup yang demikian

ialah perintah Yesus sendiri, yang berbunyi “… supaya kamu saling mengasihi,

sama seperti Aku mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi.”

Di satu pihak koinonia dapat dikatakan sebagai pangkal dan tujuan dan di

lain pihak juga merupakan tugas. Dengan koinonia sebagai pangkal dimaksudkan

bahwa Gereja, dan dengan demikian juga paroki, dalam arti tertentu betapapun

tidak sempurnanya sedikit banyak sudah merupakan koinonia. Dengan koinonia

sebagai tujuan dimaksudkan bahwa Gereja dan dengan demikian juga paroki,

hanyalah pangkal yang harus terus tumbuh dan berkembang menjadi koinonia

dalam arti yang lebih mendalam dan penuh, tanpa dapat disebut di mana batas-

batasnya yang jelas.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 73: UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN UMAT DALAM … · Emiliana Takndare, Yesica Fridiani Claudia Dasti, Rosiana Wahyuningsih, Kristina Priska Adventa, Stefani Sinta Windriantari,

53

Koinonia disebut sebagai tugas paroki yang fundamental dan sentral.

Koinonia disebut sebagai tugas paroki yang sentral karena dari koinonia sebagai

subjek mengalir tugas-tugas lainnya seperti kerygma-martyria, liturgia dan

diakonia baik sebagai ungkapan maupun sebagai sarana vitalitas paroki. Koinonia

disebut sebagai tugas paroki yang sentral karena menjadi arah dan tolok ukur

aneka kegiatan paroki (Sumarno Ds., 2014: 56).

2) Kerygma (Pewartaan)

Kerygma berarti pewartaan, mewartakan tentang kabar gembira bahwa

dalam Yesus Kristus Allah menyelamatkan manusia. Pewartaan akan Yesus

Kristus harus terus dijalankan tanpa henti agar umat beriman dapat senantiasa

berjumpa dengan Yesus Kristus dan mengenal-Nya (Ardhisubagyo, 1987: 27).

Namun sebagai anggota Gereja diharapkan untuk tidak hanya menerima

pewartaan saja tetapi juga bisa menjadi pewarta bagi orang lain. Sebagai wujud

pewartaan umat Allah dapat dilakukan dengan memimpin pendalaman iman,

terlibat dalam kegiatan Gereja, selalu bersedia menerima tugas yang diberikan

saat terlibat dalam kegiatan menggereja.

Menjadi seorang pewarta tidak berarti bisa menguasai Sabda melainkan

menempatkan Sabda sebagai tuan atasnya. Tugas pewarta yaitu

mengaktualisasikan apa yang disampaikan Allah dalam Kristus sebagaimana

diwartakan para rasul. Melalui Sabda yang disampaikan oleh pewarta, Allah

sungguh datang kepada manusia dan menyelamatkan mereka yang mendengarkan

pewartaan Gereja. Pewartaan Sabda Allah oleh Gereja bukan hanya sekedar

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 74: UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN UMAT DALAM … · Emiliana Takndare, Yesica Fridiani Claudia Dasti, Rosiana Wahyuningsih, Kristina Priska Adventa, Stefani Sinta Windriantari,

54

informasi mengenai Allah dan Yesus Kristus, melainkan sungguh-sungguh

menghadirkan Kristus di tengah dunia. Kristus datang menyelamatkan,

menyembuhkan hati setiap orang yang mendengarkan dan membuka diri terhadap

Sabda yang disampaikan (KWI, 1996: 382-386).

3) Martyria (Kesaksian Hidup)

Menurut Kamus Liturgi (Maryanto, 2004: 122) Martyria berasal dari

bahasa Yunani yaitu kesaksian dalam bidang hidup atau pelayanan Gereja yang

berpusat pada kesaksian kepada masyarakat, baik lewat kata-kata maupun

terutama lewat karya nyata. Ibadah koinonia yang berpusat atas dasar Baptisan,

Firman Tuhan dan Perjamuan Kudus bukan bertujuan hanya untuk persekutuan itu

secara eksklusif tetapi harus melahirkan komitmen untuk memberitakan dan

menyaksikan berita keselamatan kepada semua makhluk. Pemberitaan dan

kesaksian itu harus dilakukan oleh orang percaya baik secara individu maupun

sebagai persekutuan.

Kita dipanggil oleh Tuhan Yesus secara individu maupun persekutuan

untuk melaksanakan misi Tuhan di bumi ini. Yesus Kristus mati di kayu salib

kita percaya Tuhan Allah datang ke dunia ini di dalam Anak-Nya Yesus Kristus

yang telah mati untuk menyelamatkan kita dan dunia ini. Oleh sebab itu tugas

pemberitaan (marturia) itu harus dilakukan oleh persekutuan Gereja baik individu

maupun persekutuan masing-masing. Setiap orang sadar akan kemuridannya

(discipleship) dalam perjalanan hidupnya. Sekali kita menyadari hal itu maka kita

harus memiliki komitmen dan kesetiaan sebagai murid Yesus Kristus. Dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 75: UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN UMAT DALAM … · Emiliana Takndare, Yesica Fridiani Claudia Dasti, Rosiana Wahyuningsih, Kristina Priska Adventa, Stefani Sinta Windriantari,

55

kesadaran sedemikian persekutuan menjadi alat yang kuat untuk

mengkominikasikan berita keselamatan Kristus (Midiankhsirait, 2014: 1).

4) Liturgia (Ibadat)

Liturgia merupakan tanda kehidupan paroki yang kualitatif paling

mencolok. Kehidupan liturgi ditingkatkan dalam Gereja untuk dapat mencapai

tujuannya, yakni menjadi sumber dan puncak kegiatan Gereja dalam arti yang

tepat (Sumarno Ds., 2013: 57). Dalam Sacrosanctum Concilium, art. 42 Konsili

Vatikan II menegaskan:

Paroki-paroki itu sedikit banyak mementaskan Gereja yang nampak dan

tersebar di seluruh bumi. Maka kehidupan liturgis paroki dan

hubungannya dengan Uskup dalam budi dan perbuatan kaum beriman

dan klerus harus diperdalam. Harus diusahakan agar cita-cita berparoki

tumbuh terutama dalam perayaan Ekaristi Minggu.

Dari pernyataan di atas ingin menegaskan bahwa kehidupan liturgi akan

berpengaruh terhadap pertumbuhan hidup berparoki. Orang yang semakin

mendalami kehidupan liturginya akan semakin mudah dalam mewujudkan

imannya akan Yesus Kristus. Kehidupan liturgi juga harus diperdalam lewat

peningkatan hubungan dengan Uskup, kaum beriman dan klerus.

Leitourgia menjaga hubungan dengan Yesus Kristus yang mendasari

kehidupam jemaat dan pengabdian agar terpelihara (Ardhisubagyo, 1987: 29).

Liturgi harus menjadi sumber untuk hidup umat sehari-hari, dan hidup sehari-hari

harus memuncak dalam liturgi, maka liturgi tidak dilihat terkecuali dari hidup.

Liturgi bukan dan tidak boleh menjadi tempat pelarian dari hidup sehari-hari

(eskapisme), melainkan justru perutusan dan penugasan (Sumarno Ds., 2013: 57).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 76: UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN UMAT DALAM … · Emiliana Takndare, Yesica Fridiani Claudia Dasti, Rosiana Wahyuningsih, Kristina Priska Adventa, Stefani Sinta Windriantari,

56

5) Diakonia (Pelayanan)

Kata diakonia biasanya diartikan sebagai pelayanan. Pelayanan Gereja

yang didasari oleh Yesus sendiri, Sang Kepala Gereja, yang menyembuhkan,

memperhatikan orang-orang kecil dan mengampuni dosa (Ardhisubagyo, 1987:

30). Pelayanan Gereja ditujukan ke dalam, kepada sesama anggota jemaat, dengan

mengutamakan mereka yang miskin dan tertindas, misalnya memberikan

pelayanan kepada anggota gereja yang kurang mampu berupa materi maupun

perhatian. Pelayanan yang diberikan oleh Gereja tidak hanya sebatas dalam

lingkup Gereja saja tetapi terbuka juga untuk masyarakat luas karena Gereja

bukan sebuah lingkungan tertutup yang kuatir akan pengaruh luar dan

mengasingkan diri dari masalah-masalah kehidupan masyarakat (Ardhisubagyo,

1987: 31).

Melalui pelayanan atau diakonia maka kita diharapkan untuk menyadari

bahwa kita dipanggil untuk menjadi berkat bagi orang lain khususnya mereka

yang membutuhkan uluran tangan kita, sehingga dalam kehidupan kita tidak

hanya menuntut untuk dilayani, namun juga mau untuk melayani sesama.

B. Gambaran Umum Katekese

Katekese merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan oleh Gereja

sebagai usaha untuk menjawab keprihatinan umat akan imannya yang kurang

mendalam tentang Yesus Kristus. Beriman kepada Yesus berarti mau dan siap

untuk melayani dan mewartakan Kerajaan Allah melalui tindakan-tindakan nyata

dalam kehidupan bersama. Dengan melayani Kerajaan Allah, Gereja sepenuh hati

menginginkan dan mengusahakan terwujudnya keselamatan seluruh umat manusia

secara utuh seperti yang dikehendaki oleh Allah sendiri. Hal tersebut dilakukan

karena katekese bukan suatu hal yang mati tetapi kegiatan Gereja yang terus

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 77: UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN UMAT DALAM … · Emiliana Takndare, Yesica Fridiani Claudia Dasti, Rosiana Wahyuningsih, Kristina Priska Adventa, Stefani Sinta Windriantari,

57

berkembang sesuai dengan zamannya. Persatuan umat dalam Gereja bukan hanya

dalam doa, ekaristi dan liturgi saja, melainkan juga umat terpanggil menjalankan

pelayanan kepada orang-orang yang membutuhkan bantuan.

1. Pengertian Katekese

Anjuran apostolik Catechesi Tradendae menegaskan tentang katekese

sebagai pembinaan anak-anak, kaum muda, dan orang-orang dewasa dalam iman,

yang khususnya mencakup penyampaian ajaran Kristen, yang pada umumnya

diberikan secara organis dan sistematis, dengan maksud mengantar para

pendengar memasuki kepenuhan hidup Kristen (CT, art. 18).

Katekese merupakan pembinaan iman yang memiliki sasaran bukan

hanya bagi anak-anak tetapi bagi kaum muda dan orang-orang dewasa. Pembinaan

iman dimaksudkan untuk mengantar umat yang percaya kepada Yesus Kristus

sampai pada kepenuhan hidup Kristen. Katekese sendiri memliki elemen yaitu

proklamasi awal Injil atau pewartaan misioner melalui kerygma untuk

membangkitkan iman, penyelidikan alasan-alasan untuk beriman, pengalaman

hidup Kristen, perayaan Sakramen-Sakramen, integrasi ke dalam jemaat gerejawi,

dan kesaksian apostolik-misioner.

Dalam berbagai tulisan maupun Kitab Suci sendiri, terdapat berbagai

istilah maupun pengertian mengenai katekese. Katekese bukanlah sesuatu hal baru

bagi umat kristiani, melainkan suatu bentuk pengajaran iman yang telah ada sejak

zaman Yesus. Katekese dimengerti sebagai pengajaran, pendalaman dan

pendidikan iman orang-orang Kristen semakin dewasa dalam iman. Jadi biasanya

katekese diperuntukkan bagi orang-orang Kristen yang sudah dibaptis. Selain itu

pula katekese seringkali dipakai sebagai pengajaran sekaligus latihan-latihan bagi

para calon baptis untuk membantu mereka mengenal dan memahami akan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 78: UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN UMAT DALAM … · Emiliana Takndare, Yesica Fridiani Claudia Dasti, Rosiana Wahyuningsih, Kristina Priska Adventa, Stefani Sinta Windriantari,

58

imannya kepada Allah (Telaumbanua, 1999: 4). Dengan kata lain katekese adalah

usaha-usaha dari pihak Gereja untuk menolong umat agar semakin memahami,

menghayati dan mewujudkan imannya dalam kehidupan sehari-hari melalui

tindakan konkret.

2. Tujuan Katekese

Tujuan katekese dijelaskan dalam Catechesi Tradendae, Paus Yohanes

Paulus II sebagai berkat bantuan Allah mengembangkan iman yang baru mulai

tumbuh, dan dari hari ke hari memekarkan menuju kepenuhannya serta makin

memantapkan perihidup Kristen umat beriman, muda maupun tua (CT, art. 20).

Tujuan katekese dapat dirumuskan tergantung dari bagaimana orang

mengartikan katekese itu (Sumarno Ds., 2014: 1). Berdasarkan peristilahan,

apabila katekese dipahami sebagai suatu pengajaran iman, maka katekese

bertujuan untuk menjadikan peserta mengerti akan isi iman. Apabila dipahami

sebagai komunikasi iman, maka katekese bertujuan agar pengalaman iman hidup

peserta dapat diungkapkan dengan baik dan diharapkan iman umat dapat

bertambah dan berkembang. Sedangkan apabila dimengerti dalam rangka

pendidikan iman, maka katekese bertujuan untuk mendidik manusia mencapai

kematangan atau kedewasaan iman.

3. Tugas Katekese

Secara ringkas, katekese memiliki 3 (tiga) tugas utama yaitu: katekese

memberitakan sabda Allah, mewartakan Kristus, katekese mendidik umat

beriman, katekese mengembangkan Gereja (Telaumbanua, 1999: 9-10).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 79: UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN UMAT DALAM … · Emiliana Takndare, Yesica Fridiani Claudia Dasti, Rosiana Wahyuningsih, Kristina Priska Adventa, Stefani Sinta Windriantari,

59

a. Katekese memberitakan Sabda Allah, mewartakan Kristus

Kitab Suci merupakan Sabda Allah yang memuat berita-berita tentang

Yesus Kristus sebagai penyelamat umat manusia. Dalam diri Yesus, maklumat

diri Allah dikonkretkan dan rencana penyelamatan umat manusia direalisasikan

(Telaumbanua, 1999: 9). Manusia menemukan arti hidup dalam diri Kristus

sebagai puncak segala wahyu. Melalui sengsara, wafat dan kebangkitan-Nya,

Kristus menyelamatkan manusia menuju pertemuan abadi dengan Allah

Tritunggal. Dengan demikian katekese bertugas menghadirkan sabda Allah agar

manusia dapat bertemu secara pribadi dengan Kristus.

Katekese haruslah bersifat kristosentris karena Yesus Kristus dalam

kepenuhan pribadi-Nya adalah pusat yang tak dapat dibantah dalam katekese.

Seorang pewarta, seperti katekis atau tenaga pastoral pada umumnya harus

menyadari dengan sungguh bahwa yang ia wartakan kepada umat adalah Yesus

Kristus, sehingga isi dari pewartaannya diusahakan dapat membantu umat untuk

bertemu secara pribadi dengan Kristus, sang Guru Ilahi. Pewarta disini hanya

sebagai alat yang dipakai oleh Kristus untuk menjadi saluran akan pertemuan

manusia dengan Kristus.

b. Katekese mendidik umat beriman

Iman merupakan suatu anugerah yang diberikan oleh Allah kepada

manusia sehingga seseorang mau percaya kepada-Nya, berserah dan menaati

Allah. Manusia mempunyai peran yang sifatnya sekunder sehingga kita harus

mampu untuk menciptakan suasana yang membuat iman kita semakin dapat

dirasakan, bertumbuh dan berubah. Katekese merupakan sarana untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 80: UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN UMAT DALAM … · Emiliana Takndare, Yesica Fridiani Claudia Dasti, Rosiana Wahyuningsih, Kristina Priska Adventa, Stefani Sinta Windriantari,

60

menemukan jawaban manusia akan tawaran yang diberikan oleh Allah. Selain itu,

katekese juga menolong umat agar mereka terpikat pada diri Allah, yang

diwartakan oleh Yesus Kristus dan agar mereka terdorong untuk melakukan

kehendak dan perintah-Nya. Dengan demikian diharapkan adanya pembaharuan

pada diri manusia yang percaya kepada Allah.

Manusia yang hidup pada zamannya dalam konteks budaya tertentu

semakin mengalami perkembangan hidup rohaninya yang lebih berkenan di

hadapan Allah. Iman yang dihidupi membutuhkan suatu proses yang panjang

untuk dapat berkembang. Maka dalam berkatekese ada 3 komponen yang

memainkan peran, yakni komponen kognitif, komponen afektif, dan komponen

operatif. Artinya, dalam berkatekese disajikan pemahaman agar orang semakin

yakin dan dapat bertanggung jawab atas iman atau agamanya (kognitif).

Perasaan/penghayatan perlu dibangkitkan sehingga umat semakin mencintai

agamanya, Allahnya dan berkobar untuk berbakti, bersembah dan bersyukur

(afektif). Dalam berkatekese tidak hanya berbicara tentang teori saja tetapi perlu

juga memberikan contoh-contoh konkret sehingga umat dapat mewujudkan

imannya melalui tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari (operatif). Iman

yang dihayati akan lebih berguna bila dapat diwujudkan melalui tindakan nyata

sehingga orang lain pun dapat merasakannya (Telaumbanua, 1999: 9-10).

c. Katekese mengembangkan Gereja

Gereja merupakan umat Allah yang mengimani Kristus sebagai

pemimpin dan Juru selamatnya. Di dalam Gereja perlulah kegiatan-kegiatan yang

mendukung dalam pengembangan iman anggota gereja itu sendiri. Kegiatan tidak

hanya bersifat sebagai pendukung saja tetapi juga dapat mengukuhkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 81: UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN UMAT DALAM … · Emiliana Takndare, Yesica Fridiani Claudia Dasti, Rosiana Wahyuningsih, Kristina Priska Adventa, Stefani Sinta Windriantari,

61

persaudaraan Gerejawi dan mengobarkan iman para anggotanya sehingga umat

terdorong untuk terlibat aktif dalam kegiatan menggereja demi perkembangan

gereja itu sendiri. Hal tersebut merupakan tugas utama katekese. Tidak ada

katekese yang benar kalau bukan dalam konteks kegerejaan (Telaumbanua, 1999:

10).

Perkembangan suatu Gereja sangatlah tergantung pada usaha-usaha

katekis dalam mewartakan sabda penyelamatan Allah kepada manusia. Gereja

ada, berkembang dan menyebar karena aktivitas yang dilakukan oleh para katekis.

Katekis menjadi saluran Tuhan untuk bertemu dan menyapa umat-Nya.

4. Kekhasan katekese

Ciri khas katekese, sebagai momen yang terbedakan dari pemakluman

awal Injil yang mengantar kepada pertobatan, mempunyai sasaran rangkap, yakni

mematangkan iman awal dan membina murid Kristus yang sejati melalui

pengertian yang lebih mendalam dan lebih sistematis tentang pribadi maupun

amanat Tuhan kita Yesus Kristus (CT, art. 19).

Kekhasan katekese terbedakan dari pemakluman awal Injil yang

mengantar kepada pertobatan, mempunyai sasaran rangkap, yakni mematangkan

iman awal dan membina murid Kristus yang sejati melalui pengertian yang lebih

mendalam dan lebih sistematis tentang pribadi maupun amanat Tuhan kita Yesus

Kristus (Sumarno Ds., 2014: 38).

Katekese merupakan komunikasi (sharing) pengalaman dan pengetahuan

iman antar jemaat. Sharing pengalaman dapat berlangsung saat para anggota

jemaat berkumpul untuk saling berbagi dan bertukar pengalaman maupun

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 82: UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN UMAT DALAM … · Emiliana Takndare, Yesica Fridiani Claudia Dasti, Rosiana Wahyuningsih, Kristina Priska Adventa, Stefani Sinta Windriantari,

62

pengetahuan satu sama lain. Dalam kegiatan katekese para jemaat diharapkan

menanamkan sikap saling menghargai dan menghormati, artinya saat ada salah

satu orang yang berbicara yang lainnya mendengarkan. Selain itu, diharapkan juga

adanya sikap saling percaya di dalam kelompok sehingga mereka dengan bebas

dapat saling berbagi. Katekese sendiri mempunyai tujuan membantu umat untuk

semakin memahami, menghayati serta mewujudkan imannya dalam kehidupan

sehari-hari (Telaumbanua, 1999: 5). Iman tidak cukup hanya dipahami saja tetapi

harus dapat diwujudkan dalam tindakan konkret karena iman tanpa perbuatan

adalah mati. Maka dari itu, katekese diharapkan juga dapat membantu umat untuk

dapat mewujudkan iman yang dihayatinya serta dapat mengembangkan iman umat

menuju kedewasaan dan kematangan (Sumarno Ds., 2014: 1). Perwujudan iman

tersebut dapat dilakukan dengan cara memberikan perhatian kepada orang-orang

yang membutuhkan sehingga orang lain juga dapat merasakan kasih Allah melalui

uluran tangan umat-Nya.

5. Isi Katekese

Melalui katekese, umat diharapkan semakin mendalami isi warta

Kristiani karena katekese merupakan momen dan aspek dalam mewartakan Injil,

yakni mewartakan Kabar Gembira keselamatan yang terus didengar dan diterima

dengan setulus hati. Isi dari katekese merupakan pewartaan Injil itu sendiri dengan

harapan kehidupan pribadi seseorang terus sadar dan mau berkomitmen untuk

secara penuh mengintegrasikannya dalam keseluruhan hidupnya dengan selaras

hidup Kristen dalam masyarakat dan dunia (CT, art. 26).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 83: UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN UMAT DALAM … · Emiliana Takndare, Yesica Fridiani Claudia Dasti, Rosiana Wahyuningsih, Kristina Priska Adventa, Stefani Sinta Windriantari,

63

Katekese harus mengumandangkan situasi hidup orang-orang yang

mendengarkannya, harus mengumandangkan cita-cita dasar, yang mencari

pernyataan dan kepenuhannya di dalam arus masa kini dan dalam peristiwa-

peristiwa yang dialami oleh masyarakat tertentu dalam periode sejarahnya yang

tertentu. Hidup seutuhnya di dalam jaringan-jaringan yang konkret, memerlukan

terang dan bimbingan iman. Maka katekese harus memancarkan sinar kepada

semua kenyataan itu, masalah dan situasi pribadi dan keluarga, lingkungan sosial

serta lingkungan kerja, agar semua itu dapat dilihat, dimengerti dan dipandang dan

dihayati oleh orang Kristen sesuai dengan sabda Kristus (Sumarno Ds., 2013: 41).

C. Gambaran Katekese Umat

Katekese Umat pertama kali dicetuskan dalam Pertemuan Komisi

Kateketik Keuskupan seIndonesia (PKKI) yang pertama berlangsung di

Sindanglaya, Jawa Barat dari tanggal 10 s/d 16 Juli 1977. Dalam pembicaraan

PKKI yang berlangsung empat tahun sekali senantiasa mengangkat Katekese

Umat sebagai tema pembicaraannya.

Pertemuan PKKI yang pertama menghasilkan gagasan Katekese Umat

yang disadari sebagai Arah Katekese di Indonesia masa kini (Huber, 1981: 7).

Pertemuan PKKI II dilaksanakan di Wisma Samadi Klender pada 29 Juni s/d 5

Juli 1980 bermaksud untuk memantapkan Katekese Umat. Dengan bertukar

pengalaman mereka ingin mencari kemungkinan pengikutsertaan semakin banyak

orang dalam proses pembinaan dan pendalaman iman; menjernihkan gagasan dan

arah Katekese Umat; mencari bagaimana kelompok dan sarananya serta Kitab

Suci dapat berfungsi secara memadai, sehingga umat semakin memenuhi

panggilannya dalam masyarakat (Huber, 1981: 7-8; bdk. Lalu, 2005: 2-5).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 84: UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN UMAT DALAM … · Emiliana Takndare, Yesica Fridiani Claudia Dasti, Rosiana Wahyuningsih, Kristina Priska Adventa, Stefani Sinta Windriantari,

64

1. Pengertian Katekese Umat

Dalam PKKI II yang terjadi pada 29 Juni s/d 5 Juli 1980 di Wisma

Samadi Klender merumuskan arti dan makna Katekese Umat untuk

menyempurnakan hasil Katekese Umat yang dibahas dalam pertemuan PKKI I.

Katekese Umat diartikan sebagai komunikasi iman atau tukar pengalaman iman

antara anggota kelompok/jemaat yang berkumpul dalam suatu tempat, sehingga

iman masing-masing diteguhkan dan dihayati secara lebih sempurna (Komisi

Kateketik KWI, 1995: 11). Katekese Umat juga mempunyai pengertian sebagai

berikut:

KATEKESE UMAT diartikan sebagai sebagai komunikasi iman atau

tukar pengalaman iman (penghayatan iman) antara anggota

jemaat/kelompok. Melalui kesaksian para peserta. Tekanan yang utama

dalam Katekese Umat yaitu pada penghayatan iman, meskipun

pengetahuan tidak dilupakan. Katekese Umat mengandalkan ada

perencanaan (Huber, 1981: 15; bdk. Lalu, 2005: 5).

Katekese Umat merupakan komunikasi iman dari peserta sebagai sesama

dalam iman yang sederajat, yang saling bersaksi tentang iman mereka. Katekese

berisi mengenai pengalaman-pengalaman iman umat dalam hidup sehari-hari.

Peserta berdialog dalam suasana terbuka, ditandai sikap saling menghargai dan

saling mendengarkan. Dalam dialog atau sharing lebih menekankan pada

penghayatan iman, meskipun pengetahuan tidak dilupakan sehingga

mengharapkan adanya keterlibatan seluruh umat untuk menciptakan suasana

katekese yang hidup. Tukar pengalaman iman yang terjadi dalam Katekese Umat

yaitu memberi kesaksian diri tentang apa yang diimani dan dihayati ialah Yesus

Kristus sendiri. Menjadi perantara Allah dalam menanggapi sabda-Nya dengan

cara bersaksi di tengah umat mewartakan yang diimani.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 85: UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN UMAT DALAM … · Emiliana Takndare, Yesica Fridiani Claudia Dasti, Rosiana Wahyuningsih, Kristina Priska Adventa, Stefani Sinta Windriantari,

65

2. Tujuan Katekese Umat

Dalam hubungan dengan tujuan Katekese Umat, PKKI II menegaskan

bahwa tujuan komunikasi iman sebagai berikut (Huber, 1981: 16; bdk. Lalu,

2005: 5-6):

1) supaya dalam terang Injil kita semakin meresapi arti pengalaman-pengalaman kita sehari-hari;

2) dan kita bertobat (metanoia) kepada Allah dan semakin menyadari kehadiran-Nya dalam kenyataan hidup sehari-hari;

3) dengan demikian kita semakin sempurna beriman, berharap, mengamalkan cinta kasih, dan makin dikukuhkan hidup kristiani kita;

4) pula kita makin bersatu dalam Kristus, makin menjemaat, makin tegas mewujudkan tugas Gereja setempat dan mengokohkan Gereja semesta;

5) sehingga kita sanggup memberi kesaksian tentang Kristus dalam hidup kita di tengah masyarakat.

Kelima butir rumusan di atas menyoroti tujuan Katekese Umat dari sudut

pandang yang berbeda-beda. Ketiga nomor pertama lebih-lebih memperhatikan

peserta sendiri dimana peserta menyadari arti pengalaman-pengalaman hidup

sehari-hari dalam terang Injil, bertobat kepada Allah dan semakin menyadari akan

kehadiran Allah dalam kehidupannya sehingga dapat mewujudkannya melalui

tindakan yang nyata dengan mengamalkan cinta kasih kepada sesama. Kedua

nomor yang lainnya lebih menegaskan tujuan sebagai Gereja yang berpuncak

kepada “hidup kita di tengah masyarakat” (Lalu, 2005: 74).

Katekese Umat membantu umat untuk hidup semakin sadar, semakin

mendalam atau utuh. Pengalaman religius ditempatkan di dalam kehidupan

konkret/nyata. Dengan demikian para peserta ditolong untuk menafsirkan riwayat

hidupnya sebagai sejarah penyelamatannya.

Gereja bukan tujuan melainkan sarana untuk bersaksi tentang Kristus

melalui pengabdian kepada manusia konkret, agar Kristus semakin berpengaruh

dalam masyarakat, itulah yang dicita-citakan Katekese Umat (Huber 1981: 23).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 86: UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN UMAT DALAM … · Emiliana Takndare, Yesica Fridiani Claudia Dasti, Rosiana Wahyuningsih, Kristina Priska Adventa, Stefani Sinta Windriantari,

66

3. Kekhasan Katekese Umat

Katekese Umat menunjukkan kesaksian tentang iman kita akan Yesus

Kristus, pengantara Allah yang bersabda kepada kita dan pengantara kita

menanggapi sabda Allah (Huber, 1981: 19; bdk. Komkat KWI, 1995: 11). Yesus

Kristus sebagai pola dan penentu Katekese Umat. Bukan sembarang tukar

pengalaman tetapi usaha tekun yang ditandai Kristus baik mengenai isi maupun

mengenai cara. Dalam Kristus kita berjumpa dengan Allah dan melalui Dialah

pula Allah mendatangi kita. Kesaksian umat terhadap imannya akan Yesus

tersebut dilakukan dengan membagikan pengalaman-pengalaman iman pribadi

kepada orang lain. Hal tersebut dapat dilakukan dalam pelaksanaan Katekese

Umat di suatu kelompok tertentu. Dalam kegiatan Katekese Umat tidak hanya

satu orang saja yang bersaksi akan imannya kepada Yesus Kristus tetapi seluruh

umat yang berkumpul dan mengimani Kristus. Artinya kegiatan ini melibatkan

seluruh umat yang mengimani Kristus dan secara bebas mereka saling berbagi

pengalaman imannya.

Katekese Umat sering disebut katekese dari umat, oleh umat, dan untuk

umat. Artinya dalam proses Katekese Umat semua peserta aktif berpikir, aktif

berbicara, aktif mengambil keputusan. Umat menjadi subjek utama dalam

berkatekese. Katekese Umat sebagai sarana untuk membantu peserta semakin

kreatif, kritis, dan otonom serta dapat menumbuhkan rasa percaya diri,

kepribadian dan martabat seseorang (Lalu, 2005: 79).

Katekese Umat membantu untuk hidup semakin sadar, semakin

mendalam/utuh. Katekese Umat mendorong proses pemanusiaan kristiani.

Katekese Umat membantu apa yang sering disebut pendewasaan umat (Huber,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 87: UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN UMAT DALAM … · Emiliana Takndare, Yesica Fridiani Claudia Dasti, Rosiana Wahyuningsih, Kristina Priska Adventa, Stefani Sinta Windriantari,

67

1981: 23). Selain itu, Katekese Umat juga berbicara mengenai pengalaman hidup

nyata yang dialami oleh para peserta dan dilihat dalam terang Injil. Hal ini

membantu umat untuk semakin menyadari akan keterlibatan Allah dalam

kehidupan mereka sehingga dengan sendirinya mereka akan senantiasa

menghormati Allah dengan melaksanakan apa yang menjadi kehendak-Nya.

Katekese Umat juga mengajak umat untuk aktif dalam berkomunikasi.

Berkomunikasi tentang hidup nyata dalam terang iman. Semakin umat

berkomunikasi iman, umat akan semakin menjadi communio (persekutuan),

semakin menjadi Gereja (Lalu, 2005: 79).

D. Katekese Umat Model Shared Christian Praxis

Katekese Shared Christian Praxis merupakan salah satu model katekese

umat yang dapat digunakan dalam proses katekese. Shared Christian Praxis

(SCP) dapat dimengerti sebagai katekese yang menekankan pada proses yang

bersifat dialogal dan partisipatif yang bermaksud mendorong peserta, berdasarkan

konfrontasi antara “tradisi” dan “visi” hidup mereka dengan “Tradisi” dan “Visi”

Kristiani, agar baik secara pribadi maupun bersama, mampu mengadakan

penegasan dan mengambil keputusan demi terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah

di dalam kehidupan manusia yang terlibat dalam dunia (Sumarno Ds., 2014: 14).

Model katekese Shared Christian Praxis (SCP) bermula dari

pengungkapan pengalaman hidup para peserta yang kemudian direfleksikan oleh

masing-masing pribadi untuk menemukan makna bagi dirinya dan kemudian

dihubungkan dengan pengalaman hidup iman dan Visi Kristiani. Pada akhirnya

baik secara pribadi maupun bersama peserta dapat memiliki ketegasan dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 88: UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN UMAT DALAM … · Emiliana Takndare, Yesica Fridiani Claudia Dasti, Rosiana Wahyuningsih, Kristina Priska Adventa, Stefani Sinta Windriantari,

68

kesadaran yang baru sebagai motivasi untuk menjalankan kehidupan serta

melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan gereja (Groome, 1997: 1).

Katekese model ini menggarisbawahi peran atau keterlibatan peserta

sebagai subyek yang bebas dan bertanggung jawab. Peserta diharapkan aktif dan

mau dengan terbuka saling berbagi pengalaman imannya sehingga dapat saling

meneguhkan satu sama lain dan iman mereka akan Kristus semakin

disempurnakan. Dialog antar subyek (inter subyektivitas) yang ditekankan dalam

model ini tidak hanya terjadi antara para peserta dengan pendamping tetapi juga

antar peserta itu sendiri (Groome, 1997: 1). Dialog yang terjadi tidak hanya

dengan pendamping dan antar peserta saja tetapi dialog juga terjadi antara peserta

dengan “teks” dan keadaan hidup masyarakat setempat.

1. Komponen utama dalam Shared Christian Praxis (SCP)

Sesuai dengan tiga huruf (S-C-P), katekese model ini memiliki tiga

komponen utama yaitu shared, christian, praxis.

a. Shared

Istilah shared atau sharing mengandung pengertian adanya komunikasi

dan timbal balik antara semua peserta katekese. Dalam sharing menekankan

adanya unsur dialog partisipatif peserta yang ditandai dengan adanya

kebersamaan, keterlibatan, dan keterbukaan satu sama lain (Groome, 1997: 4).

Dengan demikian masing-masing pribadi diharapkan untuk ikut ambil bagian

dengan membagikan pengalamannya dalam kegiatan katekese sehingga suasana

katekese menjadi hidup dan menambah pengetahuan baru juga bagi para peserta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 89: UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN UMAT DALAM … · Emiliana Takndare, Yesica Fridiani Claudia Dasti, Rosiana Wahyuningsih, Kristina Priska Adventa, Stefani Sinta Windriantari,

69

Sharing tidak hanya menekankan pada keaktifan peserta saja tetapi para peserta

juga harus siap untuk mendengarkan dengan hati dan berkomunikasi dengan

kebebasan hati.

Dikatakan pula bahwa sharing berarti berbagi rasa, pengalaman,

pengetahuan serta saling mendengarkan pengalaman orang lain. Ada dua unsur

penting yaitu membicarakan dan mendengarkan. Yang dimaksud membicarakan

disini yaitu membagikan kepada orang lain tentang pengalaman hidupnya dan

tidak lebih-lebih memberi nasehat kepada orang lain tetapi bercerita sesuai dengan

kenyataan yang dialami dan dirasakan. Dalam bercerita juga dibutuhkan

keterbukaan serta kejujuran sehingga apa yang disampaikan tidak dibuat-buat

tetapi benar-benar pengalaman yang pernah dialami atau dirasakan. Sedangkan

mendengarkan yang dimaksud adalah mendengar dengan hati dan rasa, tidak

hanya sekedar mendengar saja apa yang disampaikan orang lain tetapi dengan hati

sehingga peserta dapat menemukan diri sendiri dan menemukan kehendak Tuhan.

Mendengarkan melibatkan keseluruhan diri untuk dapat menimbulkan gerak hati,

empati terhadap apa yang disampaikan atau dikomunikasikan oleh orang lain

(Sumarno Ds., 2014: 17; bdk. Groome, 1997: 4).

b. Christian

Christian atau kristiani dalam Shared Christian Praxis (SCP)

mempunyai maksud untuk mengusahakan supaya kekayaan iman kristiani

sepanjang sejarah dan visinya makin terjangkau dan relevan bagi kehidupan

peserta. Kekayaan iman yang ditekankan dalam model katekese ini yaitu

pengalaman hidup iman kristiani dan visinya (Groome, 1997: 2).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 90: UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN UMAT DALAM … · Emiliana Takndare, Yesica Fridiani Claudia Dasti, Rosiana Wahyuningsih, Kristina Priska Adventa, Stefani Sinta Windriantari,

70

Tradisi kristiani mengungkapkan realitas iman jemaat kristiani yang

hidup sebagai tanggapan manusia terhadap perwahyuan diri Allah yang terlaksana

dalam kehidupan manusia. Tradisi perlu dipahami sebagai perjumpaan antara

rahmat Allah dalam Kristus yang senantiasa menyertai kehidupan manusia dan

bagaimana tanggapan manusia itu sendiri.

Tradisi (dengan huruf besar T) dalam Gereja berarti bukan hanya sejarah

naratif atau adat istiadat ritual masa lampau saja, tetapi seluruh

pengalaman iman umat dalam bentuk apapun yang sudah terungkap dan

yang sudah dibakukan oleh Gereja dalam rangka menanggapi

perwahyuan Allah di dunia ini. Orang tidak bisa begitu saja menciptakan

Tradisi sendiri. Bahkan dalam Gereja tidak semua tradisi yang ada

diterima sebagai Tradisi (Sumarno Ds., 2014: 17).

Tradisi tidak dapat diciptakan begitu saja oleh manusia karena Tradisi

menyangkut pengalaman hidup yang konkret dalam kehidupan sehari-hari.

Manusia memperoleh pengalaman harus menjalani kehidupan yang tidak sebentar

tetapi dengan proses dan perjuangan.

Visi kristiani menegaskan tuntutan dan janji yang terkandung dalam

tradisi, tanggung jawab dan pengutusan orang kristiani sebagai jalan untuk

menghidupi semangat dan sikap kemuridan (Groome, 1997: 3).

Tradisi dan Visi Kristiani tidak dapat dipisahkan satu sama lain karena

keduanya saling berkaitan. Visi bukan sekedar suatu pengetahuan saja, tetapi

suatu kenyataan hadirnya atau manifestasi konkrit dari isi Tradisi (Sumarno Ds.,

2014: 17).

c. Praxis

Praxis merupakan suatu tindakan manusia yang mempunyai tujuan untuk

mencapai pada suatu transformasi kehidupan. Di dalam transformasi kehidupan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 91: UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN UMAT DALAM … · Emiliana Takndare, Yesica Fridiani Claudia Dasti, Rosiana Wahyuningsih, Kristina Priska Adventa, Stefani Sinta Windriantari,

71

terkandung suatu proses kesatuan dialegtis dan teori. Praxis sendiri memiliki tiga

komponen yang saling berkaitan yaitu: aktivitas, refleksi, dan kreativitas

(Groome, 1997: 2; bdk. Sumarno Ds., 2014: 15). Ketiga komponen tersebut

berfungsi membangkitkan berkembangnya imajinasi, meneguhkan kehendak, dan

mendorong praksis baru yang secara etis dan moral dapat dipertanggung

jawabkan.

Praxis dalam pengertian model katekese Shared Christian Praxis (SCP)

bukan hanya suatu praktek saja, tetapi suatu tindakan yang sudah direfleksikan

(Sumarno Ds., 2014: 15). Perbuatan atau tindakan yang dimaksud meliputi

seluruh keterlibatan manusia dan segala sesuatu yang diperbuat oleh manusia

dengan tujuan tertentu atau dengan sengaja. Praxis merupakan suatu praktek yang

didukung oleh refleksi teoritis dan sekaligus suatu refleksi teoritis yang didukung

oleh praktek. Selain itu, praxis juga merupakan suatu ungkapan seseorang

meliputi ungkapan fisik, emosional, intelektual, spiritual dari hidup manusia.

2. Langkah-langkah Katekese Model Shared Christian Praxis

Shared Christian Praxis (SCP) sebagai model berkomunikasi tentang

makna pengalaman hidup para peserta dalam berkatekese. Model katekese ini

memiliki lima langkah yang berurutan dan saling berkaitan satu sama lain. Kelima

langkah tersebut dapat digabung tetapi tidak boleh ada satu langkah pun yang

dihilangkan atau dilewati karena langkah awal sampai akhir saling berkaitan.

“Yang paling pokok adalah bahwa semua langkah itu mengalir dalam suatu

kesatuan yang menyeluruh dan bukan langkah-langkah yang terlepas” (Sumarno

Ds., 2014: 23).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 92: UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN UMAT DALAM … · Emiliana Takndare, Yesica Fridiani Claudia Dasti, Rosiana Wahyuningsih, Kristina Priska Adventa, Stefani Sinta Windriantari,

72

a. Langkah I: Mengungkapkan Pengalaman Hidup Peserta

Kekhasan pada langkah I adalah sharing, dimana peserta membagikan

(to share) pengalaman hidup yang sungguh-sungguh dialami dan tidak boleh

ditanggapi sebagai suatu laporan. Sharing yang diungkapkan oleh peserta

merupakan pengalaman hidupnya sehari-hari entah yang dialami oleh diri sendiri

maupun menceritakan pengalaman orang lain atau keadaan masyarakatnya

(Groome, 1997: 5).

Salah satu tujuan langkah ini yaitu untuk mendorong peserta sebagai

subyek utama menemukan topik pertemuan yang bertolak dari kehidupan konkret

yang selanjutnya dijadikan sebagai tema dasar pertemuan. Dengan demikian tema

dasar pertemuan yang diangkat mencerminkan pokok-pokok kehidupan para

peserta dan sesuai dengan kebutuhan peserta. Dialog dalam langkah ini tidak

mengharuskan peserta untuk berbicara menyampaikan pendapatnya tetapi dialog

dapat juga dilakukan dengan diam karena “diam” pun merupakan salah satu cara

berdialog. “Diam” tidak sama dengan tidak terlibat.

Pada tahap ini pendamping sebagai fasilitator yang menciptakan suasana

pertemuan menjadi hangat dan mendukung peserta untuk membagikan praxis

hidupnya berkaitan dengan tema dasar. Ia diharapkan dapat merumuskan

pertanyaan-pertanyaan yang jelas, terarah, tidak menyinggung harga diri

seseorang, sesuai dengan latar belakang peserta, dan bersifat terbuka dan obyektif

misalnya: gambaran, lukisan, atau ceritakan apa yang Anda temui, lihat, dengar,

dan lakukan? (Sumarno Ds., 2014: 19).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 93: UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN UMAT DALAM … · Emiliana Takndare, Yesica Fridiani Claudia Dasti, Rosiana Wahyuningsih, Kristina Priska Adventa, Stefani Sinta Windriantari,

73

b. Langkah II: Mendalami Pengalaman Hidup Peserta

Langkah ini memiliki kekhasan yaitu refleksi kritis yang meliputi ingatan

dan kreatifitas. Dalam refleksi ini peserta diajak untuk memperdalam pengalaman

faktual yang telah diungkapkan dalam langkah pertama. Adapun tujuan yang

hendak dicapai dalam langkah ini yaitu mengantar peserta pada kesadaran kritis

akan keterlibatan mereka, akan asumsi dan alasan/pemahaman, motivasi, sumber

historis/pengenangan, kepentingan dan konsekuensi yang disadari dan hendak

diwujudkan/imajinasi. Dengan refleksi kritis pada pengalaman konkret peserta

diharapkan sampai pada nilai dan visinya yang pada langkah keempat akan

dikonfrontasikan dengan pengalaman iman Gereja sepanjang sejarah (Tradisi) dan

Visi Kristiani (Groome, 1997: 5-6).

Pada tahap ini pendamping bertanggung jawab untuk menciptakan

suasana pertemuan yang menghormati dan mendukung setiap gagasan serta

sumbangan saran peserta, untuk mengundang refleksi kritis setiap peserta, untuk

mendorong peserta supaya mengadakan dialog dan penegasan bersama yang

bertujuan memperdalam, menguji pemahaman, kenangan, imajinasi peserta,

mengajak setiap peserta untuk berbicara tetapi tidak memaksa. Pendamping

menggunakan pertanyaan yang menggali tidak menginterogasi dan mengganggu

harga diri dan apa yang dirahasiakan peserta serta menyadari kondisi peserta,

lebih-lebih mereka yang tidak biasa melakukan refleksi kritis terhadap

pengalaman hidupnya (Sumarno Ds., 2014: 20).

c. Langkah III: Menggali Pengalaman Iman Kristiani

Langkah ini memiliki sedikit perbedaan dengan langkah pertama dan

langkah kedua. Dalam langkah ini peserta tidak lagi banyak berbicara melainkan

pendamping yang lebih banyak berbicara karena dalam langkah ini merupakan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 94: UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN UMAT DALAM … · Emiliana Takndare, Yesica Fridiani Claudia Dasti, Rosiana Wahyuningsih, Kristina Priska Adventa, Stefani Sinta Windriantari,

74

penyampaikan akan Tradisi dan Visi Kristiani. Tradisi yang disampaikan tidak

terbatas pada pengajaran Gereja (dogma) tetapi juga merangkum Kitab Suci,

spiritualitas, devosi, kebiasaan hidup beriman, aneka kesenian Gereja, liturgi,

kepemimpinan, dsb. Visi merefleksikan harapan dan janji, mandat dan tanggung

jawab yang muncul dari tradisi suci yang bertujuan untuk mendorong dan

meneguhkan iman jemaat dalam keterlibatannya untuk mewujudkan kehadiran

nilai-nilai Kerajaan Allah (Groome, 1997: 6).

Tujuan yang hendak dicapai dari langkah ini ialah mengkomunikasikan

nilai-nilai Tradisi dan Visi Kristiani agar lebih terjangkau dan lebih mengena

untuk kehidupan peserta yang konteks dan latar belakang kebudayaan berlainan

(Sumarno Ds., 2014: 20).

Peran pendamping pada langkah ini yaitu membantu peserta dalam

menafsirkan Tradisi Gereja atau Kitab Suci sehingga nilai-nilai Tradisi dan Visi

Kristiani menjadi milik peserta. Pendamping berusaha secara kritis, berdasar

kehidupan konkret peserta, menafsirkan Tradisi Gereja dan Visi Kristiani dan juga

harus menggunakan metode yang tepat sehingga dapat menarik perhatian peserta,

mengantar peserta ke tingkat kesadaran; tidak mengulang-ulang rumusan; tidak

bersikap sebagai “guru”, adakalanya bersikap sebagai “murid” yang siap belajar.

Sebagai pendamping juga mau memberikan kesaksian iman, harapan dan

hidupnya sendiri dalam memberikan tafsiran (Sumarno Ds., 2014: 21).

d. Langkah IV: Menerapkan Iman Kristiani dalam Situasi Peserta Konkret

Langkah ini lebih menekankan interpretasi yang dialektis antara tradisi

dan visi faktual peserta dengan Tradisi dan Visi Kristiani yang akan melahirkan

kesadaran sikap dan niat baru sebagai jemaat Kristiani. Kekhasan dalam langkah

ini adalah mengajak peserta sampai pada pengalaman iman.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 95: UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN UMAT DALAM … · Emiliana Takndare, Yesica Fridiani Claudia Dasti, Rosiana Wahyuningsih, Kristina Priska Adventa, Stefani Sinta Windriantari,

75

Tujuan dari langkah ini yaitu mengajak peserta menemukan nilai hidup

lewat pengalaman-pengalaman pribadinya berdasarkan nilai Tradisi dan Visi

Kristiani. Nilai-nilai hidup yang diperoleh oleh peserta diintegrasikan dalam

Tradisi dan Visi Kristiani, dan dilain pihak peserta mempersonalisasikan dan

memperkaya dinamika Tradisi dan Visi Kristiani (Sumarno Ds., 2014: 21; bdk.

Groome, 1997: 7).

Peranan pendamping adalah menghormati kebebasan dan hasil penegasan

peserta, termasuk peserta yang menolak tafsiran pembimbing, meyakinkan peserta

bahwa mereka mampu mempertemukan nilai pengalaman hidup dan visi mereka

dengan nilai Tradisi dan Visi Kristiani, mendorong peserta untuk merubah sikap

dari pendengar pasif menjadi pihak yang aktif, menyadari bahwa tafsiran

pembimbing bukan kata mati, serta mendengar dengan hati tanggapan, pendapat

dan pemikiran peserta (Sumarno Ds., 2014: 21-22).

e. Langkah V: Mengusahakan suatu Aksi Konkret

Kekhasan pada langkah ini adalah mengusahakan tindakan konkret dan

niat-niat bersama sesuai dengan tema dasar, konteks, permasalahan, kepentingan

dan kebutuhan mereka (Groome, 1997: 34). Peserta diajak untuk sampai pada

keputusan praktis yakni mendorong keterlibatan baru dengan jalan mengusahakan

pertobatan pribadi dan sosial yang kontinyu.

Pada langkah ini pendamping berperan menyadari hakikat praktis,

inovatif, dan transformatif dari langkah ini, merumuskan pertanyaan operasional

(tidak perlu muluk-muluk) yang membantu kearah itu, menekankan sikap optimis

yang realistis pada peserta, merangkum hasil langkah pertama sampai langkah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 96: UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN UMAT DALAM … · Emiliana Takndare, Yesica Fridiani Claudia Dasti, Rosiana Wahyuningsih, Kristina Priska Adventa, Stefani Sinta Windriantari,

76

keempat supaya dapat lebih membantu peserta dan mengusahakan supaya peserta

sampai pada keputusan pribadi dan bersama (Sumarno Ds., 2014: 22).

3. Catatan Khusus Shared Christian Praxis (SCP)

Agar Shared Christian Praxis dapat dilaksanakan dengan lebih baik,

Sumarno Ds. (2014: 22-24), mengutip pendapat dari Thomas H. Groome

mengenai beberapa catatan refleksi dalam variasi dan urutan langkah, pemilihan

waktu dalam Shared Christian Praxis, lingkungan untuk Shared Christian Praxis.

a. Variasi dan urutan langkah

Katekese model Shared Christian Praxis sebetulnya bukan suatu metode

pedagogis, melainkan suatu pendekatan umum yang di dalamnya bermacam-

macam metode dapat dipakai (Sumarno Ds., 2014: 22). Shared Christian Praxis

membutuhkan sejumlah ketrampilan dasar, katekis harus tahu dengan jelas apa

yang menjadi tugasnya dalam setiap langkah sehingga daya cipta dan imajinasi

dapat berguna dalam pelaksanaannya.

Pada umumnya SCP memiliki 5 (lima) langkah yang dipakai, yaitu

pengungkapan pengalaman hidup konkret peserta, merefleksikan, menghadirkan

tradisi iman kristiani sehubungan dengan tema, mengkonfrontasikan pengalaman

hidup mereka dengan pengalaman iman kristiani dan akhirnya peserta diajak

untuk membuat niat-niat sebagai perwujudan keterlibatan baru mereka dalam

kehidupan sehari-hari (Sumarno Ds., 2014: 22-23). Namun seringkali katekis

mengikuti urutan lain dan mengatur langkah-langkah itu dalam kombinasi yang

berbeda-beda dengan memberikan tekanan yang berbeda kepada langkah yang

berbeda dari satu unit ke unit yang lain. Hal tersebut tidak menjadi masalah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 97: UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN UMAT DALAM … · Emiliana Takndare, Yesica Fridiani Claudia Dasti, Rosiana Wahyuningsih, Kristina Priska Adventa, Stefani Sinta Windriantari,

77

karena yang terpenting adalah semua langkah mengalir dalam suatu kesatuan yang

menyeluruh dan bukan langkah-langkah yang terlepas.

Langkah pertama tidak mutlak harus dimulai dengan pengalaman

bersama. Yang terpenting ada kebersamaan tertentu dalam setiap tindakan, dan

khususnya hal ini sangat benar dengan praksis kristiani, yang dapat diungkapkan

dan direfleksikan bersama.

b. Pemilihan waktu dalam Shared Christian Praxis

Dari pengalaman Shared Christian Praxis (SCP) kelima langkah yang

ada di dalamnya cukup fleksibel untuk dipergunakan dengan efektif dalam

kerangka waktu yang berbeda-beda, karena soal waktu sebenarnya tidak

dipermasalahkan. Dalam sepuluh menit pun pendekatan Shared Christian Praxis

bisa dipakai, misalnya dengan mengajak peserta untuk mengungkapkan dan

merefleksikan pengalaman, memberikan sedikit masukan dari tradisi iman mereka

sendiri dan mengambil keputusan tentangnya untuk langkah hidup selanjutnya

(Sumarno Ds., 2014: 24).

Kenyataan yang terjadi dalam suatu kelas waktu terpendek untuk

menyelesaikan suatu unit adalah 40 menit. Jelas dengan waktu yang singkat itu

kedalaman dan keluasan refleksi serta dialog akan sangat terbatas sehingga perlu

adanya pertimbangan waktu juga bagi katekis atau pemandu SCP supaya tujuan

pelaksanaan SCP dapat tercapai.

c. Lingkungan untuk Shared Christian Praxis

Lingkungan untuk SCP merupakan sesuatu yang vital untuk menjamin

mutu/kualitas pendidikan yang dilaksanakan. Ada dua dimensi lingkungan:

Emosional dan Physis.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 98: UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN UMAT DALAM … · Emiliana Takndare, Yesica Fridiani Claudia Dasti, Rosiana Wahyuningsih, Kristina Priska Adventa, Stefani Sinta Windriantari,

78

1) Lingkungan Emosional

Keseluruhan suasana pertemuan harus merupakan suasana saling

menerima, hangat dan terbuka. Dalam Shared Christian Praxis peserta perlu

merasa diterima, bebas, dan santai serta percaya bahwa sumbangan mereka

dihargai dan diperhatikan (Sumarno Ds., 2014: 24).

Hal di atas berkaitan erat dengan suasana percaya. Dialog yang terjadi

dalam Shared Christian Praxis dibutuhkan rasa percaya serta dukungan dari

masing-masing peserta sehingga refleksi kritis, mendengarkan pengalaman, resiko

mengambil keputusan dapat terjadi. Selain itu, dengan adanya rasa percaya satu

sama lain umat juga lebih bebas dalam mengungkapkan pengalaman imannya

karena merasa dihargai dan diperhatikan.

2) Lingkungan Physis

St. Agustinus sebagaimana dikutip Sumarno Ds., 2014: 24 dalam De

Catechizandis Rudibus menekankan bahwa lingkungan belajar harus

menyenangkan secara physis bagi peserta. Lingkungan yang secara physis ideal

untuk Shared Christian Praxis adalah lingkungan yang “lembut”, yang berbeda

dengan lingkungan yang keras, misalnya: lantai bertutup lebih cocok daripada

lantai kosong; kursi yang nyaman, tapi bukan kursi malas atau bangku. Untuk

menciptakan lingkungan perlu juga memperhatikan cahaya, cara mengatur tempat

duduk, susunan warna, tutup lantai, hiasan, dll. Tidak hanya itu yang diperhatikan

dalam lingkungan physis. Namun, besarnya kelompok juga perlu diperhatikan

sehingga para peserta dapat saling berkontak satu sama lain. Singkatnya kata,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 99: UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN UMAT DALAM … · Emiliana Takndare, Yesica Fridiani Claudia Dasti, Rosiana Wahyuningsih, Kristina Priska Adventa, Stefani Sinta Windriantari,

79

lingkungan physis diusahakan menyenangkan dan memberi kesan mesra, hangat,

dan terbuka sehingga peserta merasa nyaman dalam kelompok.

E. Peranan Katekese Umat Model Shared Christian Praxis (SCP) dalam

Kegiatan Hidup Menggereja Umat

Katekese berperan untuk membantu usaha Gereja dalam menjawab

keprihatinan yang paling mendasar yaitu melayani Kerajaan Allah. Katekese

Umat model Shared Christian Praxis dilaksanakan dengan melibatkan umat

hendaknya dikemas sedemikian rupa agar mereka lebih bersemangat dalam

mengikutinya terlebih dalam upaya menumbuhkan iman Kristiani mereka.

Katekese bukan merupakan hal yang mati melainkan kegiatan Gereja yang terus

berkembang sesuai zamannya.

Katekese umat model Shared Christian Praxis merupakan salah satu

model katekese yang dapat membantu umat untuk terlibat aktif dalam kegiatan

katekese. Melalui katekese model tersebut, umat semakin terbantu dalam

menemukan dan merefleksikan pengalaman-pengalaman pribadinya. Di bawah ini

akan diuraikan mengenai peran Shared Christian Praxis dalam koinonia

(Paguyuban), kerygma (Pewartaan), martyria (Kesaksian Hidup), liturgia (Ibadat)

dan diakonia (Pelayanan).

1. Peran Shared Christian Praxis (SCP) dalam Koinonia (Paguyuban)

Gereja adalah umat Allah, persekutuan orang-orang beriman kepada

Yesus Kristus. Gereja terjadi apabila ada umat yang beriman kepada Yesus

Kristus dan berkumpul atas nama-Nya (Ardhisubagyo, 1987: 24).

Salah satu kegiatan yang diselenggarakan dengan mengumpulkan umat

yang beriman pada Yesus Kristus yaitu kegiatan katekese. Katekese model Shared

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 100: UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN UMAT DALAM … · Emiliana Takndare, Yesica Fridiani Claudia Dasti, Rosiana Wahyuningsih, Kristina Priska Adventa, Stefani Sinta Windriantari,

80

Christian Praxis mengajak umat untuk semakin mendalami imannya lewat

pengalaman-pengalaman hidup mereka. Di mana dalam kegiatan ini terjadi

komunikasi iman melalui sharing pengalaman peserta. Dari sharing yang

dibagikan oleh masing-masing peserta dapat membantu dalam menyempurnakan

iman mereka akan Yesus Kristus. Pengalaman mereka tidak hanya disharingkan

saja tetapi melalui katekese Shared Christian Praxis mereka juga dibantu untuk

menemukan nilai-nilai yang berguna bagi dirinya sehingga ada sesuatu yang

didapat untuk melanjutkan hidup yang lebih baik lagi. Dengan demikian

pengalaman peserta tidak berlalu begitu saja tetapi memiliki makna yang

mendalam bagi masing-masing pribadi.

2. Peran Shared Christian Praxis (SCP) dalam Kerygma (Pewartaan)

Tugas menjadi seorang pewarta merupakan suatu panggilan. Jadi

seseorang yang mau menjadi pewarta harus dapat mendekatkan diri kepada Yesus

Kristus karena apa yang diwartakannya bersumber dari Dia, nasib yang

diwartakan akan menjadi nasibnya, penderitaan menjadi bagian hidupnya, ia

diutus dan diserahkan kepada umat yang mendengar pewartaannya dan harus

mempunyai komitmen yang utuh kepada umat. Pewartaan sendiri merupakan

tugas dan panggilan setiap orang yang percaya kepada Kristus. Secara khusus

tugas ini dipercayakan kepada imam atau biarawan-biarawati, dan lebih khusus

lagi “barisan para katekis, baik pria maupun wanita, yang dijiwai semangat

merasul dan dengan banyak jerih payah memberi bantuan istimewa dan yang

sungguh perlu demi penyebarluasan iman Gereja” (AG, art. 17).

Umat katolik yang percaya kepada Yesus Kristus memiliki tugas untuk

mewartakan kabar gembira dalam kehidupan sehari-hari sehingga mereka tidak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 101: UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN UMAT DALAM … · Emiliana Takndare, Yesica Fridiani Claudia Dasti, Rosiana Wahyuningsih, Kristina Priska Adventa, Stefani Sinta Windriantari,

81

hanya belajar dan mendalami Injil saja tetapi harus sampai pada kesadaran untuk

menerapkannya dalam tindakan konkret. Katekese Shared Christian Praxis

merupakan salah satu model yang dapat membantu umat untuk mewujudkan hal

tersebut. Di dalam katekese model Shared Christian Praxis umat tidak hanya

diajak mendalami Injil saja tetapi juga diajak untuk memikirkan aksi-aksi konkret

yang dapat dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari baik itu untuk pribadi

maupun kelompok. Dengan demikian umat juga ikut ambil bagian dalam

pewartaan Yesus Kristus di dunia.

3. Peran Shared Christian Praxis (SCP) dalam Martyria (Kesaksian Hidup)

Sebagai anggota Gereja berarti ikut serta untuk menjadi saksi Kristus,

memberi kesaksian mengenai Kerajaan Allah di tengah dunia. Dalam mengikuti

Kristus dan menjadi saksi-Nya tidaklah mudah, kita dituntut untuk mau

berkorban, karena mengandung resiko “Kamu akan dikucilkan bahkan akan

datang saatnya bahwa setiap orang yang membunuh kamu akan menyangka

bahwa ia berbuat bakti bagi Allah” (Yoh 16:2). Teladan kita dalam memberi

kesaksian yaitu Yesus Kristus sendiri yang rela mati untuk mewartakan Kerajaan

Allah.

Kesaksian-kesaksian yang bisa kita lakukan sebagai perwujudan dalam

kehidupan bersama melalui katekese model Shared Christian Praxis yaitu ikut

serta mewujudkan Kerajaan Allah di dunia ini dengan memberitakan kabar

gembira tentang Yesus Kristus. Kita dapat memberikan contoh sikap dan tindakan

yang baik kepada orang lain sehingga setiap orang yang berjumpa dengan kita

merasakan kehadiran Yesus sendiri lewat sikap dan tindakan kita. Shared

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 102: UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN UMAT DALAM … · Emiliana Takndare, Yesica Fridiani Claudia Dasti, Rosiana Wahyuningsih, Kristina Priska Adventa, Stefani Sinta Windriantari,

82

Christian Praxis mengajak kita untuk mewujudkan sikap dan tindakan itu dengan

membuat aksi konkret yang ada dalam langkah kelima. Selain membuat aksi

konkret peserta juga diajak untuk sampai pada pertobatan pribadi guna

mendorong keterlibatan baru dalam kehidupan bersama (Sumarno Ds., 2014: 22).

4. Peran Shared Christian Praxis (SCP) dalam Liturgia (Ibadat)

Dalam Liturgi Gereja mengenangkan penuh syukur karya penyelamatan

Allah melalui Yesus Kristus dalam Roh Kudus (Ardhisubagyo, 1987: 29). Hal ini

terungkap dalam perayaan Ekaristi dan juga dalam sakramen-sakramen lainnya.

Orang-orang beriman mengungkapkan persatuan mereka dengan Yesus Kristus

melalui tanda-tanda sakramental. Selain melalui tanda-tanda sakramental, orang

beriman juga dapat bertemu dan bersatu dengan Yesus lewat perjumpaan yang

dialami dalam kehidupan sehari-hari yaitu melalui pengalaman yang

menyenangkan maupun kurang menyenangkan. Mereka mempercayai bahwa

Yesus Kristus senantiasa membimbing kehidupannya di dalam dunia ini sehingga

kita manusia tidak perlu takut dalam menghadapi setiap cobaan hidup.

Katekese model Shared Christian Praxis berperan membantu umat

dalam menghayati dan memaknai setiap pengalaman yang telah terjadi sehingga

setiap kejadian memiliki nilai-nilai yang dapat menjadi pegangan dalam

menjalankan kehidupan selanjutnya. Selain itu juga umat harus sampai pada

kesadaran bahwa setiap kejadian yang dialami tidak semata-mata kekuatan

manusia sendiri tetapi juga merupakan campur tangan Tuhan. Langkah Shared

Christian Praxis yang keempat membantu umat dalam mendalami pengalaman

iman mereka sehingga mereka dapat menemukan nilai-nilai hidup yang berguna

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 103: UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN UMAT DALAM … · Emiliana Takndare, Yesica Fridiani Claudia Dasti, Rosiana Wahyuningsih, Kristina Priska Adventa, Stefani Sinta Windriantari,

83

bagi dirinya, menghilangkan sikap-sikap picik yang ada dalam dirinya dan

menemukan nilai-nilai baru yang hendak dikembangkan (Sumarno Ds., 2014: 21).

5. Peran Shared Christian Praxis (SCP) dalam Diakonia (Pelayanan)

Gereja dipanggil untuk melayani seluruh umat manusia. Jadi pelayanan

yang dilakukan oleh Gereja bukan hanya kepada sesama anggota jemaat saja

tetapi juga melayani masyarakat luas khususnya mereka yang miskin dan

tertindas. Dasar pelayanan Gereja yaitu Yesus sendiri yang menyembuhkan,

memperhatikan orang-orang kecil dan mengampuni dosa (Ardhisubagyo, 1987:

30).

Dalam Kitab Suci dikatakan bahwa “Karena Anak Manusia juga datang

bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-

Nya menjadi tebusan bagi banyak orang” (Mrk 10:45). Yesus ingin menyatakan

bahwa Dia datang ke dunia bukan untuk dilayani oleh umat-Nya tetapi Dia ingin

melayani bahkan sampai rela memberikan nyawa-Nya demi keselamatan umat

manusia. Sikap Yesus yang demikian memberikan contoh kepada kita untuk mau

melayani sesama yang membutuhkan. Melayani bukan berarti merendahkan,

namun mengangkat orang karena membuatnya sama dengan Kristus dan guru.

Orang yang mengimani Kristus diharapkan untuk mempunyai semangat

dalam hidup yaitu semangat pelayanan. Semangat pelayanan ini dilakukan melalui

tindakan nyata seperti memberikan bantuan kepada mereka yang miskin dan

tertindas. Katekese model Shared Christian Praxis merupakan salah satu model

yang dapat membantu umat dalam mewujudkan imannya. Katekese model ini

memiliki beberapa langkah. Namun, tidak semua langkah berbicara mengenai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 104: UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN UMAT DALAM … · Emiliana Takndare, Yesica Fridiani Claudia Dasti, Rosiana Wahyuningsih, Kristina Priska Adventa, Stefani Sinta Windriantari,

84

pengalaman pribadi dan pendalaman Kitab Suci tetapi ada langkah yang mengajak

para peserta untuk memikirkan tindakan nyata yang akan dilakukan guna

mewujudkan kepedulian mereka terhadap sesama. Hal demikian sangat membantu

para peserta untuk mewujudkan imannya di tengah-tengah kehidupan bersama.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 105: UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN UMAT DALAM … · Emiliana Takndare, Yesica Fridiani Claudia Dasti, Rosiana Wahyuningsih, Kristina Priska Adventa, Stefani Sinta Windriantari,

85

BAB IV

USULAN PROGRAM KATEKESE UNTUK MENINGKATKAN

KETERLIBATAN UMAT DALAM HIDUP MENGGEREJA

DI STASI SANTO LUKAS SOKARAJA

Berdasarkan hasil penelitian, kiranya banyak hal yang perlu diperhatikan

untuk dapat meningkatkan keterlibatan umat dalam hidup menggereja. Beberapa

usulan program yang menarik bagi umat sehingga mereka dapat semakin tertarik

untuk terlibat dalam kegiatan hidup menggereja. Hal yang berkaitan dengan

usulan-usulan program tersebut yaitu latar belakang penyusunan program

katekese, alasan pemilihan tema dan tujuan katekese, usulan tema dan tujuan

program katekese, penjabaran program, petunjuk pelaksanaan program dan contoh

Satuan Pertemuan.

A. Latar Belakang Penyusunan Program Katekese untuk Meningkatkan

Keterlibatan Umat dalam Hidup Menggereja

Gereja mengharapkan sekali keterlibatan umat untuk meningkatkan

keterlibatan umat dalam kegiatan hidup menggereja. Namun, pada kenyataannya

kebanyakan dari umat stasi Santo Lukas Sokaraja kurang memiliki kesadaran

untuk terlibat dalam kegiatan hidup menggereja, sehingga kegiatan-kegiatan yang

dilaksanakan di Stasi maupun Lingkungan kurang mendapat dukungan dari umat.

Salah satu kebutuhan dari umat sendiri yaitu memerlukan adanya komunikasi atau

sharing pengalaman iman antar umat sehingga masing-masing umat saling

memperkaya dan meneguhkan satu sama lain. Sharing pengalaman iman juga

membantu umat dalam memaknai setiap peristiwa pengalaman hidup.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 106: UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN UMAT DALAM … · Emiliana Takndare, Yesica Fridiani Claudia Dasti, Rosiana Wahyuningsih, Kristina Priska Adventa, Stefani Sinta Windriantari,

86

Penyusunan program katekese ini dimaksudkan untuk membantu umat

dalam berkomunikasi satu sama lain serta membantu umat dalam memaknai

peristiwa hidup umat. Selain itu juga mengharapkan adanya peningkatan

kesadaran umat akan tugas dan tanggung jawabnya sebagai anggota Gereja

sehingga mereka semakin mau terlibat dalam kegiatan hidup menggereja.

Katekese merupakan salah satu bentuk kegiatan hidup menggereja. Oleh

karena itu upaya untuk meningkatkan keterlibatan hidup menggereja umat dan

konsekuensinya dalam hidup menggereja akan disusun dalam bentuk katekese.

Melalui katekese ini diharapkan bisa meningkatkan kesadaran keterlibatan hidup

menggereja umat. Katekese ini akan dikemas dalam bentuk SCP (Shared

Christian Praxis).

Shared Christian Praxis adalah katekese yang menekankan pada proses

berkatekese yang bersifat dialogal dan partisipasif yang bermaksud mendorong

peserta, berdasarkan konfrontasi antara “tradisi” dan “visi” hidup mereka dengan

“Tradisi” dan “Visi” Kristiani, agar baik secara pribadi maupun bersama, mampu

mengadakan penegasan dan mengambil keputusan demi terwujudnya nilai-nilai

Kerajaan Allah di dalam kehidupan manusia yang terlibat dalam dunia. SCP

meliputi lima langkah: mengungkapkan pengalaman hidup peserta, mendalami

pengalaman hidup peserta, menggali pengalaman iman Kristiani, menerapkan

iman Kristiani dalam situasi konkret dan mengusahakan suatu aksi konkret

(Sumarno Ds., 2014: 14-22)

Oleh karena itu katekese umat model Shared Christian Praxis cocok

digunakan bagi umat di Stasi Santo Lukas Sokaraja. Penulis merasa katekese ini

dapat membantu umat untuk saling berkomunikasi dengan membagikan

pengalaman iman pribadi, sehingga umat saling meneguhkan dan memperkaya

satu sama lain.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 107: UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN UMAT DALAM … · Emiliana Takndare, Yesica Fridiani Claudia Dasti, Rosiana Wahyuningsih, Kristina Priska Adventa, Stefani Sinta Windriantari,

87

B. Alasan Pemilihan Tema dan Tujuan Katekese untuk Meningkatkan

Keterlibatan Umat dalam Hidup Menggereja

Umat Stasi Santo Lukas Sokaraja merupakan harapan Gereja guna

meningkatkan dan mengembangkan kegiatan hidup menggereja stasi. Kesadaran

umat untuk terlibat dalam kegiatan hidup menggereja sangat diharapkan karena

dengan itu kegiatan gerejani dapat berkembang. Tema yang diangkat dalam

usulan program ini bermaksud untuk semakin menyadarkan umat akan pentingnya

terlibat dalam kegiatan hidup menggereja, sehingga iman akan Kristus semakin

berkembang dan mampu mewujudkannya dalam kehidupan konkret sehari-hari.

Tema umum yang akan diangkat dalam usulan program ini adalah

“Panggilan hidup menggereja umat mengikuti Kristus dengan dasar iman”. Tema

umum tersebut diambil dari keprihatinan penulis terhadap umat yang ada di Stasi

Santo Lukas Sokaraja yang belum semua mau ikut terlibat aktif dalam kegiatan-

kegiatan Gereja.

Tujuan dari tema umum ini adalah supaya umat semakin aktif terlibat

dalam kegiatan hidup menggereja sebagai wujud imannya akan Yesus Kristus,

sehingga iman mereka akan Yesus Kristus semakin dihayati lewat keterlibatannya

dalam kegiatan hidup menggereja.

Tema umum yang diangkat oleh penulis dijabarkan lagi menjadi tiga

tema dan dari masing-masing tema tersebut memiliki dua judul pertemuan. Hal ini

dimaksudkan untuk mempermudah umat dalam memahami setiap tema yang ada.

Tema-tema yang diambil oleh penulis berkaitan dengan hidup menggereja umat

yaitu konsekuensi mengikuti Kristus, perwujudan iman dan panggilan iman akan

Yesus Kristus.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 108: UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN UMAT DALAM … · Emiliana Takndare, Yesica Fridiani Claudia Dasti, Rosiana Wahyuningsih, Kristina Priska Adventa, Stefani Sinta Windriantari,

88

C. Tema dan Tujuan

Tema Umum : Panggilan untuk meningkatkan hidup menggereja umat

mengikuti Kristus dengan dasar iman

Tujuan Umum : Bersama pendamping umat semakin menyadari panggilan

mereka dalam kegiatan hidup menggereja sebagai wujud

imannya akan Yesus Kristus, sehingga iman mereka akan

Yesus Kristus semakin meningkat dihayati lewat

keterlibatannya dalam hidup menggereja.

Tema I : Konsekuensi mengikuti Kristus

Tujuan I : Bersama pendamping umat semakin menyadari adanya

konsekuensi menjadi orang katolik sehingga lebih setia

dan berani menentukan pilihan untuk mengikuti Kristus.

Tema II : Perwujudan iman

Tujuan II : Bersama pendamping umat semakin menyadari pentingnya

perwujudan iman sehingga mewujudkan iman dalam

perbuatan konkret sehari-hari.

Tema III : Panggilan iman akan Yesus Kristus

Tujuan III : Bersama pendamping umat semakin menyadari pentingnya

menghayati panggilan iman akan Yesus Kristus sehingga

mampu menerapkannya dalam hidup menggereja, keluarga

dan masyarakat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 109: UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN UMAT DALAM … · Emiliana Takndare, Yesica Fridiani Claudia Dasti, Rosiana Wahyuningsih, Kristina Priska Adventa, Stefani Sinta Windriantari,

89

D. Penjabaran Program

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 110: UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN UMAT DALAM … · Emiliana Takndare, Yesica Fridiani Claudia Dasti, Rosiana Wahyuningsih, Kristina Priska Adventa, Stefani Sinta Windriantari,

90

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 111: UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN UMAT DALAM … · Emiliana Takndare, Yesica Fridiani Claudia Dasti, Rosiana Wahyuningsih, Kristina Priska Adventa, Stefani Sinta Windriantari,

91

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 112: UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN UMAT DALAM … · Emiliana Takndare, Yesica Fridiani Claudia Dasti, Rosiana Wahyuningsih, Kristina Priska Adventa, Stefani Sinta Windriantari,

92

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 113: UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN UMAT DALAM … · Emiliana Takndare, Yesica Fridiani Claudia Dasti, Rosiana Wahyuningsih, Kristina Priska Adventa, Stefani Sinta Windriantari,

93

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 114: UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN UMAT DALAM … · Emiliana Takndare, Yesica Fridiani Claudia Dasti, Rosiana Wahyuningsih, Kristina Priska Adventa, Stefani Sinta Windriantari,

94

E. Petunjuk Pelaksanaan Program

Program ini dilaksanakan bagi umat di Stasi Santo Lukas Sokaraja yang

dikemas dalam bentuk pertemuan berkala. Program yang ditawarkan ini bersifat

usulan dan selalu terbuka terhadap masukan yang lebih menunjang terpenuhinya

kebutuhan peserta, artinya waktu pelaksanaan bisa disesuaikan dengan situasi dan

kondisi peserta di lapangan.

Umat dalam pelaksanaan program ini dipandang sebagai subyek yang

memiliki kekayaan rohani berupa pengalaman iman sehingga perlu dibagikan

kepada orang lain. Dengan demikian masing-masing peserta memiliki peran dan

tugas yang sama bukan hanya sebagai penonton atau pendengar setia melainkan

terlibat aktif dalam keseluruhan proses pendalaman iman. Harapannya program

katekese umat model Shared Christian Praxis (SCP) dapat membantu umat dalam

meningkatkan keterlibatan mereka dalam kegiatan hidup menggereja.

Program ini akan dilaksanakan setiap 2 bulan sekali selama 1 tahun

bersamaan dengan pertemuan rutin bapak-bapak dan ibu-ibu WK yaitu pada

Minggu ke 2 dalam bulan. Penulis mengambil 2 bulan sekali karena mereka sudah

memiliki acara dalam setiap pertemuan rutin, sehingga program ini hanya sebagai

variasi. Setiap pertemuan dilaksanakan dalam waktu sekitar 90 menit. Tempat

pendalaman iman akan dilakukan secara bergilir di setiap rumah umat. Peserta

pendalaman iman secara khusus adalah umat katolik (orang dewasa) di stasi Santo

Lukas Sokaraja.

Program ini akan dilaksanakan oleh penulis sendiri dengan memakai

katekese umat model SCP. Tema-tema katekese yang ada tidak harus dibahas

secara berurutan, artinya menyesuaikan kebutuhan umat. Tema yang dianggap

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 115: UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN UMAT DALAM … · Emiliana Takndare, Yesica Fridiani Claudia Dasti, Rosiana Wahyuningsih, Kristina Priska Adventa, Stefani Sinta Windriantari,

95

sangat dibutuhkan oleh umat dapat dibahas di awal pertemuan dan tema yang lain

menyesuaikan.

F. Contoh Persiapan Katekese Umat model Shared Christian Praxis (SCP)

1. Identitas

a. Pelaksana : Agnes Jajar Anur Umastuti

b. Tema : Mengikuti Kristus dengan setia dalam kehidupan sehari-hari

c. Tujuan : Bersama pendamping umat semakin menyadari pentingnya

mengikuti Yesus dengan setia dalam kehidupan sehari-hari,

sehingga terciptanya sikap untuk mampu meneladani Yesus

Kristus yang rela berkorban dan menderita demi perkembangan

umat.

d. Peserta : Umat (orang dewasa) Stasi Santo Lukas Sokaraja

e. Tempat : Kediaman Bpk. Bernadus Sudarisman

f. Hari/Tgl : Sabtu, 14 Mei 2016

g. Waktu : 19.00-20.30 WIB

h. Model : SCP (Shared Christian Praxis)

i. Metode :

Sharing pengalaman

Refleksi pribadi

Informasi

Tanya jawab

j. Sarana :

Teks lagu “Jangan Lelah”

Teks pertanyaan pendalaman

Teks/Kitab Suci Perjanjian Baru

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 116: UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN UMAT DALAM … · Emiliana Takndare, Yesica Fridiani Claudia Dasti, Rosiana Wahyuningsih, Kristina Priska Adventa, Stefani Sinta Windriantari,

96

Laptop dan LCD

Slide “Lilin Harapan”

Musik instrument (dari laptop)

Lilin dan Salib

k. Sumber Bahan :

Mrk 8:34-9:1

Dianne Bergant & Karris, (2002). Tafsir Alkitab Perjanjian Baru.

Yogyakarta: Kanisius. Hal 97

Sumarno Ds., (2014). Diktat Program Pengalaman Lapangan Pendidikan

Agama Katolik Paroki. Hal: 31-38.

2. Pemikiran Dasar

Dalam kehidupan sehari-hari banyak orang kristiani yang kurang

menyadari bahwa betapa pentingnya mengikuti jalan Tuhan dengan setia. Maka

tidak jarang banyak yang meninggalkan Dia yang menyelamatkan kita umat

manusia. Segala sesuatu yang berhubungan dengan penderitaan dan pengorbanan,

selalu dirasakan oleh kita adalah hal yang berat untuk dilaksanakan dan tidak

dilakukan dengan kesungguhan hati. Banyak diantara kita masih merasa takut

untuk bersaksi dan takut untuk mewartakan Kerajaan Allah dihadapan orang

banyak, sehingga kita kurang melibatkan diri dalam kegiatan hidup menggereja.

Kita masih terlalu sibuk dengan kepentingan diri kita sendiri, kurang memiliki

waktu untuk aktif terlibat dalam kegiatan hidup menggereja. Maka kunci

kesetiaan kepada Kristus adalah sikap rela berkorban dan rela menderita bersama

Dia (Yesus Kristus), dan juga kerjasama serta saling berbagi diantara sesama yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 117: UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN UMAT DALAM … · Emiliana Takndare, Yesica Fridiani Claudia Dasti, Rosiana Wahyuningsih, Kristina Priska Adventa, Stefani Sinta Windriantari,

97

membutuhkan uluran tangan kita. Kerelaan kita dalam mengikuti Kristus

diwujudkan dengan membagi waktu sebaik mungkin untuk kepentingan bersama

dan pribadi, sehingga sesibuk apapun kegiatan kita masih memiliki waktu untuk

terlibat dalam kegiatan hidup menggereja. Apabila kita takut bersaksi dan apabila

kita malu terhadap apa yang dikatakan Yesus maka kita tidak layak disebut

pengikut Kristus.

Injil Markus 8:34-9:1, menampilkan bahwa syarat untuk mengikuti

Yesus adalah rela menyangkal dirinya dan memikul salib-Nya. Yesus tidak mau

para pengikut-Nya hanya menjadi penonton sengsara-Nya, tetapi tumbuh dalam

iman dan paham lewat partisipasi nyata dalam sengsara-Nya. Yesus menyadarkan

para murid-murid-Nya dengan perkataan yang tegas. Barang siapa malu karena

Yesus dan karena perkataan Yesus, maka Yesus pun akan malu karena orang itu.

Yesus sendiri berkata dengan jelas bahwa jalan-Nya adalah jalan penderitaan.

Jalan Mesias adalah jalan salib.

Dari pertemuan ini kita berharap semakin mampu meneladani sikap

Yesus yang rela berkorban dan menderita demi Kerajaan Allah. Kita sebagai

orang yang beriman semakin setia mengikuti Yesus Kristus dalam kehidupan kita

sehari-hari, sehingga semakin berani berkorban dan menderita demi

perkembangan umat. Sikap tersebut dapat kita wujudkan lewat kerelaan kita

meluangkan waktu untuk terlibat dalam kegiatan hidup menggereja dan peduli

kepada orang-orang yang membutuhkan bantuan kita. Hidup menggereja tidak

hanya kita wujudkan dalam lingkungan gereja saja, namun dapat juga kita

wujudkan dalam kehidupan di masyarakat, misalnya saja ikut ambil bagian dalam

kegiatan-kegiatan kemasyarakatan seperti kerja bakti menyambut HUT RI,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 118: UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN UMAT DALAM … · Emiliana Takndare, Yesica Fridiani Claudia Dasti, Rosiana Wahyuningsih, Kristina Priska Adventa, Stefani Sinta Windriantari,

98

ikutserta dalam kepengurusan RT/RW, dsb. Sikap peduli juga perlu kita wujudkan

dalam kehidupan bersama, saling menghargai satu sama lain, karena kita hidup

tidak hanya dengan orang yang memiliki keyakinan sama dengan kita tetapi juga

hidup bersama dengan orang yang beda keyakinan.

3. Pengembangan Langkah-langkah

a) Pembukaan

1) Pengantar

Bapak/ibu yang terkasih, kita pantas mengucapkan puji dan syukur

kepada Tuhan karena kasih karunia-Nya yang telah mempersatukan kita disini

sebagai orang yang setia mengikuti Dia. Kita semua tahu kesetiaan kita sebagai

murid Kristus perlu kita wujudkan dalam tindakan hidup kita sehari-hari,

misalnya dengan rela berkorban dan menderita meluangkan waktu kita untuk

kepentingan bersama, sehingga memampukan kita untuk berani melibatkan diri

dalam kegiatan hidup menggereja, agar apa yang dikehendaki Allah dapat

sungguh-sungguh diresapi dan dihayati dalam kehidupan sehari-hari.

Bacaan Kitab Suci pada malam hari ini mengajak kita sebagai pengikut

Kristus berani menyangkal diri dan mau memikul salib. Yesus tidak mau para

pengikut-Nya hanya menjadi penonton sengsara-Nya, tetapi tumbuh dalam iman

dan paham lewat partisipasi nyata dalam sengsara-Nya. Partisipasi tersebut dapat

kita wujudkan lewat keterlibatan kita di dalam kegiatan hidup menggereja.

Semoga dengan keterbukaan dan saling berbagi dalam pertemuan ini, kita

semakin menyadari pentingnya mengikuti Yesus Kristus dengan setia dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 119: UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN UMAT DALAM … · Emiliana Takndare, Yesica Fridiani Claudia Dasti, Rosiana Wahyuningsih, Kristina Priska Adventa, Stefani Sinta Windriantari,

99

kehidupan sehari-hari, sehingga tercipta sikap untuk meneladan Yesus Kristus

yang rela berkorban dan menderita demi perkembangan umat.

2) Lagu Pembukaan: Bapa yang Setia [Lampiran 9: (23)]

3) Doa Pembukaan:

Bapa yang penuh kasih, kami mengucap syukur kepada-Mu karena kasih

dan penyertaan-Mu kami semua dapat berkumpul di tempat ini. Saat ini, kami

akan mencoba bersama-sama menggali sejauh mana kesetian kami mengikuti

Kristus Putera-Mu. Bantulah kami ya Bapa agar cinta-Mu sungguh-sungguh dapat

kami alami sehingga kami mampu untuk mengikuti Putera-Mu dengan setia dan

rela berkorban serta menderita bersama Putera-Mu. Seperti dalam Injil Markus

yang akan kami dengarkan nanti Engkau mengajarkan kepada kami untuk berani

menyangkal diri dan mau memikul salib.

Bapa kami serahkan seluruh pertemuan kami malam ini, dan juga

pembicaraan kami. Semoga Roh-Mu selalu berada bersama kami, sehingga kami

dapat saling terbuka dan mau berbagi satu sama lain. Tujuan kami bersama dapat

tercapai yaitu kami semakin menyadari pentingnya mengikuti Yesus Kristus

dengan setia dalam kehidupan sehari-hari, sehingga tercipta sikap untuk

meneladan Yesus Kristus yang rela berkorban dan menderita demi perkembangan

umat khususnya umat di Stasi Santo Lukas Sokaraja ini. Kami yakin dan percaya

Bapa, Engkau selalu membimbing hidup kami untuk dapat mewujudkan impian

kami. Demi Kristus Tuhan kami. Amin.

b) Langkah I : Mengungkapkan Pengalaman Hidup Peserta

1) Pemutaran slide tentang “Lilin Harapan“ [:Lampiran 8: (22)]

Pendamping meminta salah satu peserta untuk mencoba menceritakan

kembali dengan singkat tentang isi pokok dari slide “Lilin Harapan“

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 120: UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN UMAT DALAM … · Emiliana Takndare, Yesica Fridiani Claudia Dasti, Rosiana Wahyuningsih, Kristina Priska Adventa, Stefani Sinta Windriantari,

100

2) Intisari slide “Lilin Harapan“

Slide ini menceritakan, ada empat lilin yang sedang menyala dan

kemudian meleleh. Dalam keheningan terdengar percakapan antara keempat

lilin ini. Lilin pertama yang menamainya adalah Damai mengeluh karena

sekarang manusia tidak menghiraukannya lagi sehingga dia ingin mati atau

padam saja, kemudian lilin kedua yang juga menamainya adalah Iman juga

menyampikan hal yang sama yaitu manusia tidak lagi mengenalnya dan lilin

yang ketiga yang dinamai Cinta mengatakan bahwa manusia tidak

memandang dan menganggapnya lagi. Maka ketiga lilin ini pun mati.

Tinggallah lilin keempat, ketika seorang anak datang ia memandang keempat

lilin itu, ia melihat bahwa yang masih menyala adalah lilin keempat. Lilin

keempat ini tetap setia kepada anak tersebut. Hingga ketiga lilin yang sudah

mati tadi dapat dihidupkan kembali berkat lilin keempat yang masih menyala.

3) Pengungkapan pengalaman: peserta diajak untuk mendalami slide tersebut

dengan tuntunan beberapa pertanyaan:

Ceritakanlah kesetiaan lilin keempat dalam slide tadi.

Ceritakanlah pengalaman bapak/ibu setia dalam mengikuti Kristus!

4) Arah rangkuman

Dalam slide ini menceritakan keempat lilin yang sedang menyala dan

kemudian masing-masing meleleh. Keempat lilin tersebut memiliki sikap yang

berbeda-beda. Lilin yang pertama adalah Damai karena manusia tidak

menghiraukannya ia mati, dan lilin kedua adalah Iman, karena manusia tidak lagi

mengenalnya maka ia pun mati, begitu pula dengan lilin ketiga yang adalah Cinta,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 121: UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN UMAT DALAM … · Emiliana Takndare, Yesica Fridiani Claudia Dasti, Rosiana Wahyuningsih, Kristina Priska Adventa, Stefani Sinta Windriantari,

101

karena manusia tidak memandang dan menganggapnya lagi maka ia mati. Dan

lilin keempat walaupun begitu banyak persoalan yang dihadapi ia tetap setia, ia

tetap punya harapan.

Kesetiaan lilin yang keempat membuat anak yang datang dapat kembali

menghidupkan lilin yang sudah mati tadi, sehingga keempat lilin ini dapat sama-

sama hidup dengan harapan tetap setia terhadap situasi apapun. Kita sebagai

pengikut Kristus juga harus setia dalam panggilan kita dengan ikut

mengembangkan kegiatan-kegiatan gerejani. Namun, dalam kenyataan hidup

sehari-hari kita masih kurang setia karena sering kali masih mengutamakan

kepentingan diri sendiri daripada terlibat dalam kegiatan hidup menggereja. Selain

kesetiaan itu kita diharapkan juga untuk bisa saling melayani dan penuh

pengharapan.

c) Langkah II : Mendalami Pengalaman Hidup Peserta

1) Peserta diajak untuk merefleksikan sharing pengalaman atau slide di atas

dengan bantuan pertanyaan sebagai berikut:

Cara manakah yang telah ditempuh bapak/ibu dalam menghadapi

kesulitan-kesulitan mengikuti Kristus?

2) Dari jawaban yang diungkapkan oleh peserta, pendamping memberi arahan

rangkuman singkat.

Bapak/ibu yang terkasih dalam Kristus, dalam sharing tadi

mengungkapkan bahwa cara yang ditempuh untuk menghadapi kesulitan-kesulitan

mengikuti Kristus yaitu dengan mempertahankan kesetiaan kita dalam mengikuti

Kristus. Kita tetap berpegang teguh pada iman kita meskipun dalam situasi sesulit

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 122: UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN UMAT DALAM … · Emiliana Takndare, Yesica Fridiani Claudia Dasti, Rosiana Wahyuningsih, Kristina Priska Adventa, Stefani Sinta Windriantari,

102

apapun. Kita mengandalkan Kristus untuk membimbing setiap langkah hidup kita

sehingga kita selalu dikuatkan dan tetap beriman kepada-Nya. Kesetiaan dalam

mengikuti kegiatan hidup menggereja kita usahakan dengan membagi waktu

sebaik mungkin sehingga kepentingan pribadi dan kepentingan gereja tetap

berjalan dengan baik. Sesibuk apapun kegiatan pribadi kita tidak akan

mengganggu keterlibatan kita dalam kegiatan hidup menggereja bila kita dapat

membagi waktu dengan baik.

d) Langkah III : Menggali Pengalaman Iman Kristiani

1) Salah seorang peserta dimohon bantuannya untuk membacakan perikop

langsung dari Kitab Suci, Mrk 8:34-9:1 atau dari teks fotocopy yang

dibagikan.

2) Peserta diberi waktu sebentar untuk hening sejenak sambil secara pribadi

merenungkan dan menanggapi pembacaan Kitab Suci dengan bantuan

beberapa pertanyaan sebagai berikut:

Ayat-ayat manakah yang mengajak kita untuk selalu setia dalam mengikuti

Kristus?

Sikap-sikap mana yang ingin ditunjukkan Yesus dalam hal mengikuti-

Nya?

3) Peserta diajak untuk sendiri mencari dan menemukan pesan inti perikop

sehubungan dengan jawaban atas 2 (dua) pertanyaan di atas.

4) Pendamping memberi tafsiran dari Injil Mrk 8:34-9:1 dan

menghubungkannya dengan tanggapan peserta dalam hubungan dengan tema

dan tujuan, sebagai berikut:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 123: UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN UMAT DALAM … · Emiliana Takndare, Yesica Fridiani Claudia Dasti, Rosiana Wahyuningsih, Kristina Priska Adventa, Stefani Sinta Windriantari,

103

Ayat 34, Menggambarkan kisah Yesus memanggil murid-murid-Nya.

Bahwa setiap orang yang ingin mengikuti Yesus harus mengambil bagian dari

perjuangan para murid menghadapi kenyataan yang keras, dingin, bahwa Yesus

bukan seseorang yang “akan membereskan segala-galanya dengan cepat”, seperti

mereka harapkan. Mereka dapat mendengar Ia secara langsung kepada mereka,

setiap orang yang mau mengikuti Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul

salib-Nya dan mengikuti Aku. Demikian juga dengan kita, kalau kita ingin

mengikuti Yesus kita harus rela berkorban dan menderita bersama Dia.

Ayat 35-37, dalam ayat ini mengajak kita untuk memahami pernyataan

yang begitu mutlak dan radikal, yang mengikuti Yesus: karena siapa yang mau

menyelamatkan nyawannya, ia akan kehilangan nyawanya... siapa pun yang

menyebut dirinya pengikuti Yesus harus kehilangan hidupnya bagi Yesus dan

bagi Injil atau menyerahkan diri dalam kepercayaan kepada Mesias yang

menderita, yang kita ikuti. Untuk itu kita perlu membuka diri agar lebih bisa

mendengarkan perkataan yang tidak menyenangkan: anak manusia pun akan malu

karena orang itu apabila Ia datang kelak dalam kemuliaan Bapa-Nya, diiringi

malaikat-malaikat kudus (ayat 38).

Dalam perikop ini Yesus menegaskan bahwa syarat untuk mengikuti Dia

adalah rela berkorban dan menderita bersama Dia. Hal ini dapat kita lakukan

dengan setia kepada Yesus, sehingga apa yang nampak dari sikap Yesus kepada

murid-murid-Nya dapat menghantarkan kita untuk belajar dari sikap setia Yesus

dan dapat kita wujudkan dalam kehidupan sehari-hari.

Sikap-sikap yang nampak dari perikop ini memiliki sikap yang setia

kepada Bapa, yaitu rela menderita demi umat manusia. Maka dari itu kita sebagai

umat beriman diharapkan mampu mengikuti Yesus Kristus dengan setia serta rela

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 124: UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN UMAT DALAM … · Emiliana Takndare, Yesica Fridiani Claudia Dasti, Rosiana Wahyuningsih, Kristina Priska Adventa, Stefani Sinta Windriantari,

104

berkorban bersama Dia. Kesetiaan kita wujudkan dengan ikut terlibat

mengembangkan kegiatan-kegiatan gerejani. Kita mau meluangkan waktu kita

untuk kepentingan Gereja sehingga tidak melulu sibuk dengan kepentingan

pribadi, karena perkembangan Gereja membutuhkan keterlibatan kita juga.

Keterlibatan yang diharapkan oleh Gereja tidak semata-mata hanya keterlibatan

fisik saja tetapi terlibat dengan sepenuh hati, artinya saat kita mengikuti kegiatan

gerejani, fisik, hati dan pikiran kita tertuju pada kegiatan tersebut, sehingga

diharapkan kita mampu ikutserta dalam mengembangkan Gereja.

e) Langkah IV : Menerapkan Iman Kristiani dalam Situasi Peserta

Konkret

1) Pengantar

Bapak/ibu, dalam perbincangan kita tadi, kita sudah mendalami cerita

“Lilin Harapan” tentang kesetiaan lilin keempat yang tetap menyala hingga dapat

menyalakan kembali ketiga lilin yang sudah mati. Bacaan Injil tadi mengajak kita

sebagai pengikut Kristus berani untuk menyangkal diri dan memikul salib. Setiap

orang yang ingin mengikuti Yesus harus mengambil bagian dari perjuangan para

murid menghadapi kenyataan yang keras, dingin, bahwa Yesus bukan seseorang

yang “akan membereskan segala-galanya dengan cepat”, seperti mereka harapkan.

Telah kita ketahui dalam kehidupan sehari-hari sebagai umat katolik di

Stasi Santo Lukas Sokaraja ini juga banyak pengalaman dalam hal rela berkorban

dan memikul salib. Rela berkorban kita wujudkan dengan mau membagi waktu

sebaik mungkin untuk kepentingan pribadi dan kepentingan gereja, sehingga kita

tidak melulu sibuk dengan kepentingan pribadi kita. Kita perlu juga meluangkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 125: UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN UMAT DALAM … · Emiliana Takndare, Yesica Fridiani Claudia Dasti, Rosiana Wahyuningsih, Kristina Priska Adventa, Stefani Sinta Windriantari,

105

waktu untuk terlibat dalam kegiatan gereja, karena perkembangan Gereja

membutuhkan keterlibatan umatnya.

Yesus mengajarkan kita untuk mau rela berkorban baik berkorban kepentingan

diri sendiri maupun berkorban untuk orang lain. Saat kita berani untuk berkorban

dan menjalankannya dengan hati yang tulus pasti akan merasakan kegembiraan.

2) Sebagai bahan refleksi agar kita semakin mampu menghayati dan menyadari

kesetiaan kita mengikuti Kristus dalam kehidupan sehari-hari, maka kita akan

merenungkan pertanyaan-pertanyaan ini sebagai berikut:

Sikap apa yang harus kita perjuangkan untuk membangun sikap setia dan

rela berkorban dalam mengikuti Kristus di Stasi Santo Lukas Sokaraja?

3) Arah rangkuman penerapan pada situasi peserta

Yesus, Sang Penyelamat bagi kita umat manusia. Ia telah banyak

mewartakan tentang Kerajaan Allah bagi kita selaku umat yang setia kepada-Nya.

Untuk itu mari kita wujudkan sikap setia kepada-Nya dengan rela berkorban dan

menderita seperti yang diajarkan-Nya kepada kita, agar kita semakin pantas

mengikuti-Nya dan menjadi saksi keselamatan daripada-Nya. Oleh sebab itu kita

harus lebih berani meninggalkan hal-hal yang menjadi kendala kita untuk lebih

setia dalam mengikuti Yesus. Kita sebagai murid Kristus yang ada di Stasi Santo

Lukas Sokaraja harus bisa membagi waktu kita untuk kepentingan pribadi

maupun kepentingan gereja. Dengan demikian tidak ada alasan bagi kita untuk

tidak terlibat dalam kegiatan hidup menggereja. Hanya saja membutuhkan

kesadaran dan kerelaan kita untuk dapat meluangkan waktu. Kita belajar dari

Yesus yang setia kepada Bapa, sehingga kita dapat memikul salib kita sendiri

untuk mengikuti Dia.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 126: UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN UMAT DALAM … · Emiliana Takndare, Yesica Fridiani Claudia Dasti, Rosiana Wahyuningsih, Kristina Priska Adventa, Stefani Sinta Windriantari,

106

f) Langkah V : Mengusahakan suatu Aksi Konkret

Bapak/ibu, kita bersama-sama sudah menggali pengalaman dari slide

“Lilin Harapan” yang menceritakan lilin keempat sebagai lilin yang penuh

dengan harapan untuk lebih setia dalam situasi apapun. Bahkan dengan harapan

lilin itu mampu menghidupkan ketiga lilin yang sudah mati. Demikian juga

pengalaman kesetiaan kita sebagai umat beriman Kristiani, kita semakin memiliki

kesadaran untuk terlibat dalam kegiatan hidup menggereja dengan mau membagi

waktu kita untuk kepentingan pribadi dan kepentingan gereja. Karena lewat

kesetiaan itu iman kita akan Yesus semakin berkembang dan kegiatan hidup

menggereja pun semakin berkembang. Kesetiaan juga kita wujudkan dengan sikap

saling melayani satu sama lain baik antar umat katolik maupun dengan umat yang

beragama lain.

Markus dalam Injilnya menegaskan bahwa Yesus memanggil murid-

murid-Nya. bahwa setiap orang yang ingin mengikuti Yesus harus mengambil

bagian dari perjuangan para murid menghadapi kenyataan yang keras, dingin,

bahwa Yesus bukan seseorang yang “akan membereskan segala-galanya dengan

cepat”, seperti yang mereka harapkan. Setiap orang yang mau mengikuti Aku, ia

harus menyangkal dirinya, memikul salib-Nya dan mengikuti Aku. Demikian juga

dengan kita, kalau kita ingin mengikuti Yesus kita harus rela berkorban dan

menderita bersama Dia.

Yesus sebagai penyelamat bagi kita umat manusia. Ia telah banyak

mewartakan tentang Kerajaan Allah bagi kita selaku umat yang setia kepada-Nya.

Untuk itu mari kita wujudkan sikap setia kepada-Nya dengan rela berkorban dan

menderita seperti yang diajarkan-Nya kepada kita, agar kita semakin pantas

mengikuti-Nya dan menjadi saksi keselamatan daripada-Nya. Kita wujudkan

kesetiaan tersebut dalam kehidupan kita sehari-hari di dunia ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 127: UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN UMAT DALAM … · Emiliana Takndare, Yesica Fridiani Claudia Dasti, Rosiana Wahyuningsih, Kristina Priska Adventa, Stefani Sinta Windriantari,

107

Marilah kita memikirkan niat dan tindakan apa yang dapat kita lakukan

untuk meningkatkan kesetiaan kita mengikuti Yesus Kristus dalam kehidupan

sehari-hari.

1) Memikirkan niat-niat dan bentuk keterlibatan kita yang baru (pribadi,

kelompok atau bersama-sama) untuk lebih meningkatkan pelayanan kita,

khususnya mengikuti Yesus dengan setia, rela berkorban dan memikul salib.

Sesuai dengan yang dikehendaki oleh Yesus Kristus kepada kita dalam hal

mengikuti Dia. Marilah kita bersama-sama merenungkan dengan tuntutan

pertanyaan berikut:

a. Niat apa yang hendak kita lakukan untuk semakin setia, rela berkorban dan

memikul salib dalam mengikuti Yesus khususnya dalam kehidupan

bapak/ibu di Stasi Santo Lukas Sokaraja?

b. Hal-hal apa saja yang perlu kita perhatikan untuk mewujudkan niat-niat

tersebut?

2) Selanjutnya peserta diberi kesempatan dalam suasana hening memikirkan

sendiri niat-niat pribadi/kelompok yang akan dilakukan. Sambil memikirkan

niat tersebut dapat diiringi dengan musik instrumen.

3) Niat-niat pribadi dapat diungkapkan dalam kelompok bersama untuk saling

meneguhkan.

4) Kemudian, pendamping mengajak peserta untuk membicarakan dan

mendiskusikan bersama guna menentukan niat bersama secara konkret, yang

dapat diwujudkan, agar mereka dapat saling memperbaharui sikap setia, rela

berkorban dan mau memikul salib sebagai pengikut Kristus.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 128: UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN UMAT DALAM … · Emiliana Takndare, Yesica Fridiani Claudia Dasti, Rosiana Wahyuningsih, Kristina Priska Adventa, Stefani Sinta Windriantari,

108

g) Penutup

1) Bapak/Ibu yang terkasih, setelah kita membuat niat-niat pribadi dan bersama,

marilah kita bersama-sama memohon semangat dan kekuatan dari Yesus

Kristus, agar segala niat yang telah kita buat tadi dapat sungguh-sungguh

terwujud dalam kehidupan kita sehari-hari. Di depan kita terletak salib dan

lilin. Salib sebagai lambang akan kehadiran Tuhan di tengah-tengah kita

sedangkan lilin sebagai lambang terang Kristus yang senantiasa menerangi

kehidupan kita sehari-hari. Oleh sebab itu dengan hati yang terbuka dan

dengan hati yang tulus, marilah kita menyampaikan permohonan kita masing-

masing secara spontan.

2) Doa umat secara spontan dapat diawali oleh pendamping, setelah itu disusul

oleh peserta yang lain. Akhir doa umat ditutup dengan doa penutup dari

pendamping yang merangkum keseluruhan langkah dalam pertemuan malam

ini.

3) Doa Penutup

Allah Bapa Yang Maha Kasih, kembali kami mengucapkan syukur dan

berterima kasih kepada-Mu karena berkat dan rahmat-Mu pertemuan kami pada

malam hari ini dapat berjalan dengan baik dan lancar. Banyak hal yang kami

dapatkan dan pelajari pada malam hari ini baik lewat sharing pengalaman iman

maupun cerita lilin harapan yang kami dengar tadi. Bantulah kami agar tetap setia

meneladan serta mengikuti Yesus Kristus dengan ikut ambil bagian dalam

kegiatan-kegiatan gerejani. Bacaan Injil malam hari ini juga mengajarkan kepada

kami untuk mau berkorban dan mau memikul salib. Kita diajak untuk berkorban

demi kepentingan gereja dan berani memikul salib atau kesulitan-kesulitan yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 129: UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN UMAT DALAM … · Emiliana Takndare, Yesica Fridiani Claudia Dasti, Rosiana Wahyuningsih, Kristina Priska Adventa, Stefani Sinta Windriantari,

109

kita hadapi. Kami yakin dan percaya Tuhan, Engkau senantiasa membimbing

hidup kami.

Kami serahkan juga segala niat yang telah kami buat bersama. Bantulah kami

untuk dapat mewujudkan niat tersebut sehingga hidup kami semakin pantas dan

layak kepada-Mu. Doa permohonan ini kami haturkan kepada-Mu dengan

perantaraan Kristus Tuhan kami. Amin.

4) Lagu Penutup: “Jangan Lelah” [Lampiran 10: (24)]

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 130: UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN UMAT DALAM … · Emiliana Takndare, Yesica Fridiani Claudia Dasti, Rosiana Wahyuningsih, Kristina Priska Adventa, Stefani Sinta Windriantari,

110

BAB V

PENUTUP

Pada bagian ini disampaikan kesimpulan dan saran mengenai “Upaya

Meningkatkan Keterlibatan Umat dalam Hidup Menggereja di Stasi Santo Lukas,

Sokaraja, Paroki Santo Yosep, Purwokerto Timur, Jawa Tengah melalui Katekese

Umat Model Shared Christian Praxis”.

A. Kesimpulan

Keterlibatan dan keikutsertaan umat dalam kegiatan hidup menggereja

sangat diharapkan. Gereja turut memberi perhatian kepada umat dalam

pelaksanaan karya pastoral. Stasi mewadahi umat dengan mengadakan berbagai

kegiatan hidup menggereja, supaya lewat kegiatan-kegiatan tersebut umat mampu

menghayati imannya dalam menanggapi situasi dan kondisi zamana sekarang.

Umat diharapkan dapat terlibat aktif dalam setiap tugas dan peranan Gereja secara

keseluruhan. Namun, dalam kenyataannya umat Stasi Santo Lukas Sokaraja

kurang memiliki kesadaran untuk terlibat dalam kegiatan hidup menggereja

sehingga tidak semua kegiatan yang dilaksanakan di Stasi maupun Lingkungan

mendapat dukungan penuh dari umat.

Beriman Katolik tentu bukan hanya sebagai status saja tetapi harus kita

wujudkan melalui tindakan nyata. Tindakan yang dapat kita lakukan diantaranya

terlibat dalam kegiatan hidup menggereja. Dengan keterlibatan tersebut berarti

kita menampakkan iman kita terhadap Yesus Kristus. Hidup menggereja sendiri

diartikan sebagai pengabdian sukarela untuk mengambil bagian dalam lima tugas

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 131: UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN UMAT DALAM … · Emiliana Takndare, Yesica Fridiani Claudia Dasti, Rosiana Wahyuningsih, Kristina Priska Adventa, Stefani Sinta Windriantari,

111

Gereja yaitu koinonia, kerygma, martyria, liturgia dan diakonia (Ardhisubagyo

1987: 22). Umat katolik yang telah dibaptis dan menerima sakramen Penguatan

atau Krisma diharapkan mampu untuk mengambil bagian dalam tugas perutusan

Yesus Kristus sebagai Imam, Nabi dan Raja. Dengan demikian kegiatan hidup

menggereja dapat maju dan berkembang.

Keterlibatan dan keikutsertaan umat dalam hidup menggereja sangat

diharapkan. Keterlibatan umat tidak hanya aktif ketika mengikuti Perayaan

Ekaristi dan koor saja. Umat diharapkan dapat terlibat aktif dalam setiap tugas dan

peranan Gereja secara keseluruhan.

Mengenai bentuk kegiatan yang mampu meningkatkan keterlibatan umat

dalam hidup menggereja, kegiatan yang dapat diusulkan yaitu berupa katekese

model SCP (Shared Christian Praxis). Usulan katekese model SCP diharapkan

dapat meningkatkan kreativitas umat dalam merancang suatu kegiatan yang lebih

menarik sehingga semakin banyak umat yang mau terlibat dalam kegiatan hidup

menggereja. Tema umum yang akan diangkat dalam usulan program ini adalah

“Panggilan untuk meningkatkan hidup menggereja umat mengikuti Kristus

dengan dasar iman”. Melalui tema ini diharapkan umat semakin menyadari

panggilan mereka dalam kegiatan hidup menggereja sebagai penghayatan

imannya.

B. Saran

Pada bagian ini dipaparkan beberapa saran untuk meningkatkan

keterlibatan umat dalam hidup menggereja di Stasi Santo Lukas, Sokaraja melalui

katekese umat model Shared Christian Praxis (SCP). Beberapa saran tersebut

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 132: UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN UMAT DALAM … · Emiliana Takndare, Yesica Fridiani Claudia Dasti, Rosiana Wahyuningsih, Kristina Priska Adventa, Stefani Sinta Windriantari,

112

ditujukan kepada Ketua Dewan Pastoral Stasi Santo Lukas Sokaraja, Para Ketua

Bidang, Ketua Lingkungan, Umat, Pemandu Pendalaman Iman dan Dewan

Pastoral Stasi.

1. Ketua Dewan Pastoral Stasi St. Lukas Sokaraja

Ketua dewan pastoral Stasi hendaknya mengatur kegiatan-kegiatan yang

sudah ada sehingga dapat diikuti oleh semua umat Stasi Santo Lukas

Sokaraja.

2. Dewan Pastoral Stasi

Dewan pastoral stasi hendaknya menyesuaikan situasi dan kondisi umat

dalam menentukan tema, materi maupun sarana yang dipakai dalam setiap

kegiatan, terutama kegiatan pendalaman iman dan saresehan. Dengan harapan

apa yang disampaikan dalam kegiatan sungguh-sungguh berguna bagi umat

dan mereka semakin termotivasi untuk terlibat dalam kegiatan hidup

menggereja dan bermasyarakat.

3. Para Ketua Bidang

Para ketua bidang hendaknya mengadakan rapat koordinasi juga dengan tim

kerjanya secara rutin sehingga program yang telah tersusun dapat terlaksana

dengan lancar dan baik.

4. Ketua Lingkungan

Masing-masing ketua Lingkungan berusaha melibatkan lebih banyak umat di

Lingkungan untuk lebih banyak yang terlibat dalam kegiatan hidup

menggereja.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 133: UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN UMAT DALAM … · Emiliana Takndare, Yesica Fridiani Claudia Dasti, Rosiana Wahyuningsih, Kristina Priska Adventa, Stefani Sinta Windriantari,

113

5. Pemandu Pendalaman Iman

Pemandu pendalaman iman diharapkan lebih siap dalam memimpin. Dengan

demikian segala sesuatu yang dibutuhkan perlu dipersiapkan dengan baik.

6. Umat

Setiap umat perlu memiliki kesadaran dan saling mendukung satu sama lain

sehingga semakin banyak umat yang terlibat dalam kegiatan hidup

menggereja.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 134: UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN UMAT DALAM … · Emiliana Takndare, Yesica Fridiani Claudia Dasti, Rosiana Wahyuningsih, Kristina Priska Adventa, Stefani Sinta Windriantari,

114

DAFTAR PUSTAKA

Ardhisubagyo, Y. (1987). Menggereja di Kota (Seri Pastoral No. 136).

Yogyakarta: Pusat Pastoral Yogyakarta.

Arikunto Suharsimi. (1997). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta: PT Asdi Mahasatya.

Bergant, Dianne& Karris, Robert. (Ed). (2002). Tafsir Alkitab Perjanjian Baru.

Yogyakarta: Kanisius.

Boland, B.J. Dr. (1982). Tafsir Lukas II. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Groome, Thomas H. (1997). Shared Christian Praxis (SCP): Suatu Model

Berkatekese (F.X. Heryatno Wono Wulung, Penyadur). Yogyakarta:

Lembaga Pengembangan Kateketik Puskat. (Buku asli diterbitkan 1991).

Huber, Th. (1981). Katekese Umat. Yogyakarta: Kanisius.

Jacobs, Tom. SJ. (1987). Gereja Menurut Vatikan II. Yogyakarta: Kanisius.

Komisi Kateketik KWI. (1995). Katekese Umat dan Evangelisasi Baru.

Yogyakarta: Kanisius.

Konferensi Waligereja Indonesia. (1996). Iman Katolik: Buku Informasi dan

Referensi. Yogyakarta: Kanisius.

Konsili Vatikan II. (1993). Dokumen Kansili Vatikan II (R. Hardawiryana,

Penerjemah). Jakarta: Obor.

Lalu, Yosef. (2005). Katekese Umat. Jakarta: Komisi Kateketik KWI.

Leks, Stefan. (2003). Tafsir Injil Markus. Yogyakarta: Kanisius.

Maryanto, Ernest. (2004). Kamus Liturgi. Yogyakarta: Kanisius.

Midiankhsirait.https://midiankhsirait.wordpress.com/2012/01/18/koinonia-marturia-

diakonia/.Accesed on April, 2014)

Moleong, Lexy J. (2011). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Prasetya, L. (2003). Keterlibatan Awam sebagai Anggota Gereja. Malang: Dioma.

Pusat Kateketik Yogyakarta. (1968). Geredja dan Sakramen-sakramennja.

Yogyakarta: Kanisius.

Sacra Congregatio Pro Clerici. (1991). Directorium Catechisticum Generale,

(Direktorium Kateketik Umum). (Thom Wignyanta&Lukas Lege,

Penerjemah). Flores: Nusa Indah.

Sugiyono. (2014). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Sumarno Ds., M. (2013). Pengantar Pendidikan Agama Katolik Paroki. Diktat

mata kuliah Pengantar Pendidikan Agama Katolik Paroki untuk Mahasiswa

Semester III, Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan

Pendidikan Agama Katolik, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

. (2014). Program Pengalaman Lapangan Pendidikan Agama

Katolik Paroki. Diktat mata kuliah Program Pengalaman Lapangan

Pendidikan Agama Katolik untuk Mahasiswa Semester VI, Program Studi

Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Pendidikan Agama Katolik,

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma,

Yogyakarta.

Sutrisno Hadi. (2004). Metodologi Research Jilid 3. Yogyakarta: Andi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 135: UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN UMAT DALAM … · Emiliana Takndare, Yesica Fridiani Claudia Dasti, Rosiana Wahyuningsih, Kristina Priska Adventa, Stefani Sinta Windriantari,

115

Telaumbanua, Marianus, OFMCap. (1999). Ilmu Kateketik. Jakarta: Obor.

Yohanes Paulus II. (1992). Catechesi Tradendae, (Penyelenggaraan Katekese).

(R. Hardawiryana, Penerjemah). Jakarta: Dokpen KWI (Dokumen asli

diterbitkan tahun 1979).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI