lingkungan pendidikan oleh rosiana mufliva, m.pd bab ini

21
LINGKUNGAN PENDIDIKAN Oleh Rosiana Mufliva, M.Pd Bab ini tidak membahas lagi tentang pengertian dan fungsi lingkungan pendidikan. Bagi anda yang belum memahaminya silahkan baca kembali pada bab tentang pengertian pendidikan . pada bab ini akan menguraikan tentang tri pusat pendidikan yaitu lingkungan pendidikan keluarga, lingkungan pendidikan sekolah dan lingkungan pendidikan masyarakat.untuk lebih jelasnya silahkan simak pada uraian berikut ini. A. Lingkungan keluarga 1. Pengertian Keluarga Menurut Ki Hajar Dewantara (dalam uyoh Sadulloh, 2010 : 186) secara etimologis kata keluarga berasal dari kata kawula yang berarti abdi dan warga yang berarti anggota. Sebagai abdi dan anggota, seseorang wajib mencurahkan segala perhatian dan perannya untuk kepentingan anggota yang ada di lingkungan keluarga; setiap orang di dalamnya memiliki rasa pengabdian tanpa pamrih demi terpenuhinya kebutuhan setiap anggota yang bernaung di dalamnya. Anggota keluarga terdiri dari anggota inti yaitu Ayah, Ibu dan anak atau secara luas keluarga juga bisa terdiri dari anggota selain anggota inti seperti kakek, nenek, sepupu, dan sebagainya. Selanjutnya Uyoh Sadulloh ( 2010 : 187) menyebutkan bahwa keluarga merupakan unit kelompok social terkecil yang ada di masyarakat yang terbentuk melalui penikahan yang sah,. Dengan adanya ikatan yang kuat antara anggota initi keluarga ( ayah, ibu, dan anak) secara psikologis akan tercipta rasa kenyamanan dan ketentraman serta tumbuh pertalian batin yang menumbuhkan rasa kasih sayang, perhatian, tolong menolong, berinteraksi dan mencurahkan diri (Abdullah dalam Jailani :91). Apabila ditinjau dari sudut pandang pedagogis, keluarga merupakan sebuah persekutuan hidup yang dijalin dengan kasih sayang melalui ikatan pernikahan untuk saling melengkapi dan menyempurnakan diri dengan memunculkan peran dan fungsi orangtua (Uyoh Sadulloh (2010 : 187).

Upload: others

Post on 03-Feb-2022

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

LINGKUNGAN PENDIDIKAN

Oleh Rosiana Mufliva, M.Pd

Bab ini tidak membahas lagi tentang pengertian dan fungsi lingkungan

pendidikan. Bagi anda yang belum memahaminya silahkan baca kembali pada bab

tentang pengertian pendidikan . pada bab ini akan menguraikan tentang tri pusat

pendidikan yaitu lingkungan pendidikan keluarga, lingkungan pendidikan sekolah dan

lingkungan pendidikan masyarakat.untuk lebih jelasnya silahkan simak pada uraian

berikut ini.

A. Lingkungan keluarga

1. Pengertian Keluarga

Menurut Ki Hajar Dewantara (dalam uyoh Sadulloh, 2010 : 186)

secara etimologis kata keluarga berasal dari kata kawula yang berarti abdi dan

warga yang berarti anggota. Sebagai abdi dan anggota, seseorang wajib

mencurahkan segala perhatian dan perannya untuk kepentingan anggota yang

ada di lingkungan keluarga; setiap orang di dalamnya memiliki rasa

pengabdian tanpa pamrih demi terpenuhinya kebutuhan setiap anggota yang

bernaung di dalamnya.

Anggota keluarga terdiri dari anggota inti yaitu Ayah, Ibu dan anak

atau secara luas keluarga juga bisa terdiri dari anggota selain anggota inti

seperti kakek, nenek, sepupu, dan sebagainya. Selanjutnya Uyoh Sadulloh (

2010 : 187) menyebutkan bahwa keluarga merupakan unit kelompok social

terkecil yang ada di masyarakat yang terbentuk melalui penikahan yang sah,.

Dengan adanya ikatan yang kuat antara anggota initi keluarga ( ayah, ibu, dan

anak) secara psikologis akan tercipta rasa kenyamanan dan ketentraman serta

tumbuh pertalian batin yang menumbuhkan rasa kasih sayang, perhatian,

tolong menolong, berinteraksi dan mencurahkan diri (Abdullah dalam Jailani

:91). Apabila ditinjau dari sudut pandang pedagogis, keluarga merupakan

sebuah persekutuan hidup yang dijalin dengan kasih sayang melalui ikatan

pernikahan untuk saling melengkapi dan menyempurnakan diri dengan

memunculkan peran dan fungsi orangtua (Uyoh Sadulloh (2010 : 187).

Soemarjan (1962:127) dan Berns dalam Jailani (:91) mengartikan

keluarga sebagai kelompok yang dipersatukan oleh pertalian perkawinan atau

adopsi yang sesuai dengan persetujuan dan peran-peran social, memiliki

tempat tinggal dan ditandai dengan adanya kerjasama social dalam ekonomi,

reproduksi dan hal-hal lain yang menjadi kebutuhan anggota.

M.I. Soelaeman (Uyoh Sadulloh, 2010 : 187) menjelaskan pengertian

keluarga dalam arti lias dan sempit. Dalam arti luas berkenaan dengan yang

meliputi semua pihak yang ada pada hubungan darah sehingga sering tampil

sebagai klan atau warga. Dalam kehidupan sering ditemukan istilah keluarga

besar (extended family) yaitu anggota di luar ayah, ibu, dan anak. Keluarga

besar terdiri dari bibi, paman, kakek, nenek, dan yang lainnya yang biasa

disebut dengan istilahkerabat. Dalam arti sempit keluarga dilandasi

berdasarkan hubungan darah terdiri atas ayah, ibu, anak yang disebut dengan

internal tiangle. Dengan demikian keluarga dalam arti sempit terdiri atas tiga

komponen, yaitu ayah, ibu, dan anak.

Ciri-ciri keluarga menurut Mc. Iver dan Page (M.I. Soelaeman dalam

Sadulloh, 2010, : 187) yaitu:

a. Adanya hubungan berpasangan antar kedua jenis (pria dan wanita)

b.Dikukuhkan oleh ikatan pernikahan

c. Adanya pengakuan terhadap keturunan (anak) yang dilahirkan dalam

rangka hubungan tersebut

d.Adanya kehidupan ekonomi yang diselenggarakan secara bersama-

sama

e. Diselenggarakannya kehidupan berumah tangga

2. Fungsi pendidikan keluarga

Keluarga sebagai lingkungan pendidikan yang pertama dan utama bagi

pendidikan anak mempunyai fungsi sebagai berikut (M.I. Soelaeman dalam :

Saduloh, dkk. , 2010 : 188-192) :

a. Fungsi Edukasi

Keluarga merupakan lingkungan yang pertama bagi anak di mana tanggung

jawabnya dipikul oleh orang tua sebagai salah satu unsur tri pusat pendidikan.

Fungsi edukasi dalam keluarga menyangkut penentuan dan pengukuhan

landasan yang mendasari upaya pendidikan, penyediaan sarananya, pengayaan

wawasan, dan lain sebagainya yang berkaitan dengan upaya pendidikan

keluarga. Orang tua harus dapat menciptakan situasi pendidikan dan

mengundangnya pada perbuatan-perbuatan yang mengarah kepada tujuan

pendidikan dengan memberi contoh teladan disertai dengan fasilitas yang

memadai.

b. Fungsi Sosialisasi

Keluarga merupakan lingkungan yang pertama kali memperkenalkan nilai-

nilai sosial yang berlaku dalam kehidupan sosial yang lebih luas. Lingkungan

keluarga bertugas tidak hanya mengembangkan individu yang memiliki

kepribadian yang utuh, namun juga mempersiapkan sebagai anggota

masyarakat yang baik, berguna bagi kehidupan masyarakatnya. Keluarga

menjadi penghubung anak dengan kehidupan sosial, dengan pembiasaan nilai-

nilai norma-norma sosial yang berlaku di masyarakat.

c. Fungsi Proteksi (perlindungan)

Keluarga berfungsi sebagai tempat memperoleh rasa aman, nyaman, damai

dan tentram bagi seluruh anggota keluarga sehingga terpenuhi kebahagiaan

batin, juga secara fisik keluarga harus melindungi anggotanya, memenuhi

kebutuhan pangan, sandang, dan papan. Nilai suatu perlindungan yang

diberikan keluarga tidak saja terletak pada materi dan kualitas serta

frekuensinya, melainkan tergantung pada iklim perasaan yang menyertai

pemberian lindungan itu dengan kesungguhan dan penerimaan lindungan oleh

pihak yang bersangkutan (anak).

d. Fungsi Afeksi (Perasaan)

Fungsi afeksi mendorong keluarga sebagai tempat untuk

menumbuhkembangkan rasa cinta dan kasih saying antara sesama anggota

keluarga dan masyarakat serta lingkungannya. Keluarga harus dapat

menjalankan tugasnya menjadi lembaga interaksi dalam ikatan batin yang kuat

antar anggotanya, sesuai dengan status peranan sosial masing-masing dalam

kehidupan keluarga.

e. Fungsi Religius

Keluarga sebagai wahana pembangunan insan-insan yang beriman dan

bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, bermoral, berakhlak dan berbudi

pekerti luhur sesuai dengan ajaran agamanya. Keluarga berkewajiban

memperkenalkan dan mengajak anak kepada kehidupan beragama dengan

menciptakan iklim keluarga yang religious sehingga dapat dihayati oleh

anggota keluarganya.

f. Fungsi Ekonomi

Keluarga sebagai tempat pemenuhan kebutuhan ekonomi, fisik, dan materil

yang sekaligus mendidik keluarga hidup efisien, ekonomis, dan rasional.

Fungsi ekonomi meliputi pencarian nafkah, perencanaan, serta pemanfaatan

dan pembelajarannya. Pada dasarnya laki-laki sebagai pemimpin rumah

tangga yang menanggung nafkah keluarga, seperti firman Allah SWT: “Laki-

laki itu menjadi tulang punggung (pemimpin, pengayom) perempuan, sebab

Allah melebihkan setengah mereka dari yang lain dank arena mereka (laki-

laki) memberi belanja dari hartanya (bagi perempuan).

g. Fungsi Rekreasi

Keluarga harus menjadi lingkungan yang nyaman, menyenangkan, cerah,

ceria, hangat, dan penuh semangat. Keadaan ini dapat dibangun melalui kerja

sama di antara anggota keluarga yang diwarnai oleh hubungan insani yang

didasari oleh adanya saling mempercayai, saling menghormati dan

mengagumi, saling mengerti serta adanya “take and give”.

h. Fungsi Biologis

Keluarga menjadi tempat untuk dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar

seperti kebutuhan akan keterlindungan fisik seperti kesehatan, pangan,

sandang, dan papan, dengan syarat-syarat tertentu sehingga keluarga

memungkinkan seluruh anggotanya dapat hidup di dalamnya, sekurang-

kurangnya dapat mempertahankan hidup.

Selanjutnya George Peter Murdock (Sudardja Adiwikarta, 1988),

menjelaskan tiga fungsi keluarga yang bersifat universal, yaitu :

(a) Mengembangkan keturunan.

(b) Melaksanakan pendidikan.

(c) Sebagai kesatuan ekonomi.

selain fungsi pendidikan, berikut akan dijelaskan juga tentang peran

pendidikan keluarga. Dalam hal ini Hasbulloh menjelaskan peranan

pendidikan keluarga bagi anak adalah sebagai ( 2009 : 39-43) :

a. Pengalaman pertama masa kanak-kanak

Lembaga pendidikan keluarga memberikan pengalaman pertama yang

merupakan faktor penting dalam perkembangan pribadi anak. Suasana

pendidikan keluarga sangat penting diperhatikan, sebab dari sinilah

keseimbangan jiwa di dalam perkembangan individu selanjutnya ditentukan.

Sebagaimana yang telah dikemukakan bahwa pendidikan keluarga adalah

pertama dan utama. Pertama, maksudnya bahwa kehadiran anak di dunia ini

disebabkan hubungan kedua orangtuanya. Mengingat orang tua adalah orang

dewasa, maka merekalah yang harus bertanggung jawab terhadap anak.

Kewajiban orang tua tidak hanya sekedar memelihara eksistensi anak untuk

menjadikannya kelak sebagai seorang pribadi, tetapi juga memberikan

pendidikan anak sebagai individu yang tumbuh dan berkembang. Sedangkan

utama, maksudnya adalah bahwa orang tua bertanggung jawab pada

pendidikan anak. Terserah orang tua untuk memberikan corak warna yang

dikehendaki terhadap anaknya. Kenyataan tersebut menunjukkan bahwa

kehidupan seorang anak pada saat itu benar-benar tergantung kepada kedua

orang tuanya.

b. Menjamin kehidupan emosional anak

Kehidupan emosional merupakan salah satu faktor yang terpenting di dalam

membentuk pribadi seseorang. Untuk itulah melalui pendidikan keluarga ini,

kehidupan emosional atau kebutuhan akan rasa kasih saying dapat dipenuhi

atau dapat berkembang dengan baik, hal ini dikarenakan adanya hubungan

darah antara pendidik dan anak didik, sebab orang tua hanya menghadapi

sedikit anak didik dank arena hubungan tadi didasarkan atas rasa cinta kasih

saying murni.

c. Menanamkan dasar pendidikan moral

Keluarga merupakan penanaman utama dasar-dasar moral bagi anak, yang

biasanya tercermin dalam sikap dan perilaku orang tua sebagai teladan yang

dapat dicontoh anak. Dalam hubungan ini Ki Hajar Dewantara menyatakan

bahwa:

Rasa cinta, rasa bersatu dan lain-lain perasaan dan keadaan jiwa pada

umumnya sangat berfaedah untuk berlangsunya pendidikan, teristimewa

pendidikan budi pekerti, terdapatlah di dalam hidup keluarga dalam sifat yang

kuat dan murni, shingga tak dapat pusat-pusat pendidikan lainnya

menyamainya.

d. Memberikan dasar pendidikan sosial

Perkembangan kesadaran sosial pada anak-anak dapat dipupuk sedini

mungkin, terutama lewat kehidupan keluarga yang penuh rasa tolong-

menolong, gotong royong secara kekeluargaan, menolong saudara atau

tetangga yang sakit, bersama-sama menjaga ketertiban, kedamaian,

kebersihan, dan keserasian dalam segala hal.

e. Peletakan dasar-dasar keagamaan

Masa kanak-kanak adalah masa yang paling baik untuk meresapkan dasar-

dasar hidup beragama, dalam hal ini tentu saja terjadi dalam keluarga.

Kehidupan dalam keluarga hendaknya memberikan kondisi kepada anak untuk

mengalami suasana hidup keagamaan.

Keluarga sebagai lingkungan pendidikan pertama dan utama bagi anak,

dalam melaksanakan kegiatannyaantara ayah dan ibu mempunyai peran yang

berbeda. Adapun Peran ayah dalam keluarga adalah sebagai berikut (Ngalim

Purwanto (2004 : 83):

a. Sumber kekuasaan dalam keluarga

b. Penghubung intern antar keluarga dengan masyarakat atau dunia luar

c. Pemberi rasa aman bagi seluruh anggota keluarga

d. Pelindung terhadap ancaman dari luar

e. Hakim atau yang mengadili jika terjadi perselisihan, dan

f. Pendidik dalam segi-segi rasional

Sedangkan peran ibu dalam pendidikan anak-anaknya di keluarga (Ngalim

Purwanto, 2004 : 82) adalah sebagai :

a. Sumber dan pemberi rasa kasih sayang

b. Pengasuh dan pemelihara

c. Tempat mencurahkan isi hati

d. Pengatur dalam kehidupan berumah tangga

e. Pembimbing hubungan pribadi, dan

f. Pendidik dalam segi-segi emosional

3. Tujuan Pendidikan Keluarga

Fungsi dan peran pendidikan di lingkungan keluarga perlu

dilaksanakan dengan tujuan untuk membentuk kepribadian anak.Sebagaimana

Tatang Syaripudin dan Kurniasih (2014 : 87) menjelaskan secara tersirat

tujuan pendidikan keluarga adalah agar anak menjadi pribadi yang mantap,

beragama, bermoral, dan menjadi anggota masyarakat yang baik dan

bertanggung jawab.

Pada dasarnya tujuan pendidikan keluarga adalah menanamkan nilai-

nilai kebaikan dalam diri seorang anak sedari kecil. Tujuan pendidikan

keluarga dapat kita bagi dalam tiga aspek utama, yaitu dari aspek pribadi,

moral, dan sosial (https://www.viva.co.id>...> Lifestyle). Dari aspek pribadi

tujuan pendidikan adalah membimbing anak agar memjadi pribadi yang

bertanggung jawab, dalam arti individu yang dapat menjaga nama baik

keluarga dan menjadi kebangga kedua orang tuanya. Dari aspek moral tujuan

pendidikan adalah memberikan bekal moral dengan cara nilai-nilai moral

tersebut menjadi milik orang tuanya yakni tingkah laku dan sikap orang tua

sesuai dengan nilai moral, sehingga anak akan meniru perbuatan orang tuanya.

Dari aspek sosial tujuan pendidikan keluarga adalah menciptakan generasi

yang berguna bagi dirinya sendiri dan bagi lingkup sosial yang lebih

luas/besar. Sedari dini anak sudah ditanamkan nilia-nilai luhur agar menjadi

pribadi yang baik dan memiliki kepekaan terhadap lingkungan sekitar

(https://www.viva.co.id>...> Lifestyle).

4. Peranan Pendidikan Keluaraga

Ada beberapa peran yang harus dilaksanakan dalam pendidikan

keluarga , yaitu :

a. Memberikan pengalaman pendidikan pertama bagi anak

b. Melindungi dan mengembangkan kehidupan emosional anak

c. Menanamkan dasar pendidikan moral

d. Memberikan dasar pendidikan sosial

e. Peletakan dasar-dasar keagamaan

B. Lingkungan Pendidikan Sekolah

1. Pengertian sekolah

Istilah sekolah berasal dari bahasa Yunani Kuno “sechola” atau

“echole “ artinya waktu senggang, liburan, atau istirahat (Uyoh Sadulloh,

2010 : 196). Waktu senggang dalam pengertian tersebut oleh kaum

bangsawan Romawi digunakan untuk berdiskusi tentang masalah-masalah

kehidupani, dan berolah raga . Dengan diawali kegiatan seperti ini

akhirnya kegiatan tersebut (berdiskusi, dan berolah raga) dilakukan secara

rutin , terjadwal, dan terencana pelaksanaannya.

Pada saat ini sekolah menjadi lingkungan pendidikan dengan

sengaja dirancang dan dilaksanakan berdasarkan peraturan-peraturan baku

yang telah dimuat dalam perundang-undangan sistem pendidikan, dan

istilah sekolah tersebut termasuk pada jalur pendidikan formal.

Sebagaimana UU Sistem Pendidikan Nasional Indonesia N0.20 tahun

2003 pasal 1 ayat (11) menjelaskan bahwa pendidikan formal adalah “jalur

pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan

dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi”.

Lingkungan pendidikan formal adalah sistem lingkungan

pendidikan yang terlembagakan, secara hirarkis terstruktur, memiliki kelas

yang berurutan dari sekolah dasar sampai universitas yang termasuk

didalamnya kegiatan tambahan bagi studi akademik umum dengan

bermacam-macam program juga lembaga khusus untuk pelatihan teknis

dan profesional.

Sekolah sebagai pendidikan formal, dapat diartikan sebagai

kesatuan kegiatanmenyelenggarakan pembelajaran yang dilakukan oleh

petugas khusus dengan cara-cara yang terencana dan teratur menuntut

tatanan nilai dan norma yang telah ditentukan untuk mencapai tujuan yang

telah ditetapkan ( tatang Syaripudin, Kurniasih, 2014 : 90). Selanjutnya

Sadulloh (2010 : 197)menjelaskan pendidikan di sekolah merupakan

proses pembelajaran yang terdiri dari serangkaian kegiatan yang

memungkinkan terjadinya perubahan struktur atau pola tingkah laku

seseorang dalam kemampuan kognitif, afektif, dan keterampilan yang

selaras, seimbang dan bersama-sama turut serta meningkatkan

kesejahteraan sosial

Beberapa karakteristik proses pendidikan yang berlangsung di

sekolah yaitu sebagai berikut (Wens dalam Hasbulloh, 2009, 46-47):

a. Pendidikan diselenggarakan secara khusus dan dibagi atas jenjang

yang memiliki hubungan hierarkis

b. Usia anak didik di suatu jenjang pendidikan relatif homogen

c. Waktu pendidikan relatif lama sesuai dengan program pendidikan

yang harus diselesaikan

d. Materi atau isi pendidikan lebih banyak bersifat akademis dan umum

e. Adanya penekanan tentang kualitas pendidikan sebagai jawaban

terhadap kebutuhan di masa yang akan datang.

2. Fungsi pendidikan sekolah

Secara umum, fungsi sekolah adalah untuk memberikan pengajaran

kepada para peserta didik sehingga menjadi individu yang berguna baik

untuk dirinya sendiri maupun untuklingkungannya. Adapun fungsi sekolah

adalah sebagai berikut (https://www.mamanroe.com>umum) :

a. Memberikan pengetahuan umum

b. Memberikan keterampilan dasar

c. Membentuk pribadi sosial

d. Menyediakan sumber daya manusia

e. Alat transformasi kebudayaan

Tatang Syaripudin dan Kurniasih (2014 : 90) menjelaskan fungsi

pendidikan sebagai berikut :

a. Fungsi transmisi (konservasi) kebudayaan masyarakat

b. Fungsi sosialisasi (memilih dan mengajarkan peranan sosial

c. Fungsi integrasi sosial

d. Fungsi mengembangkan kepribadian anak didik

e. Fungsi mempersiapkan anak didik untuk suatu pekerjaan

f. Fungsi inovasi /mentransformasi masyarakat dan kebudayaannya

Selanjutnya Suwarno dalam Hasbulloh ( 2009 : 50-51) menjelaskan fungsi

dan peran sekolah sebagai berikut:

a. Mengembangkan kecerdasan pikiran dan memberikan pengetahuan.

Selain bertugas untuk mengembangkan pribadi anak didik secara

menyeluruh, fungsi sekolah yang lebih penting sebenarnya adalah

menyampaikan pengetahuan dan melaksanakan pendidikan kecerdasan

b. Spesialisasi

Sekolah mempunyai fungsi sebagai lembaga sosial yang

spesialisasinya dalam bidang pendidikan dan pengajaran.

c. Efisiensi

Terdapatnya sekolah sebagai lembaga sosial yang berspesialisasi di

bidang pendidikan dan pengajaran, maka pelaksanaan pendidikan dan

pengajaran dalam masyarakat menjadi lebih efisien dengan alasan

sebagai berikut:

1) Seumpama tidak ada sekolah, dan pekerjaan mendidik hanya

harus dipikul oleh keluarga, maka hal ini tidak efisien, karena

orang tua terlalu sibuk dengan pekerjaannya, serta banyak

orang tua tidak mampu melaksanakan pendidikan dimaksud.

2) Pendidikan sekolah dilaksanakan dalam program yang etrtentu

dan sistematis

3) Di sekolah dapat dididik sejumlah besar anak secara sekaligus

d. Sosialisasi

Sekolah mempunyai peranan penting di dalam proses sosialisasi yaitu

proses membantuperkembangan individu menjadi makhluk sosial,

makhluk yang dapat beradaptasi dengan baik di masyarakat. Sebab

bagaimanapun pada akhirnya diaberada di masyarakat.

e. Konservasi dan transmisi kultural

Fungsi lain dari seklah adalah memelihara warisan budaya yang hidup

dalam masyarakat dengan jalan menyampaikan warisan kebudayaan

tadi (transmisi kultural) kepada generasi muda, dalam hal ini tentunya

adalah anak didik.

f. Transisi dari rumah ke masyarakat

Ketika berada di keluarga, kehidupan anak serba mengantungkan diri

pada orang tua, maka memasuki sekolah di mana ia mendapat

kesempatan untuk melatih berdiri sendiri dan tanggung jawab sebagai

persiapan sebelum ke m

3. Tujuan pendidikan sekolah

Sekolah sebagai lembaga sosial yang pelaksanaannya berjenjang

mulai dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pentididikan

tinggi berimplikasi pada tujuan pendidikannya akan berbeda dari setiap

jenjang bahkan dari masing-masing jenjang yang mempunyai berbagai

jenis pendidikannya berdampak pada tujuan pendidikan yang akan berbeda

pula.

Tujuan pendidikan Sekolah pada jenjang pendidikan dasar yang

mencakuk SD, MI, SDLB, SMP, MTS, dan SMPLB adalah meletakkan

dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta

keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut

(Uyoh Sadulloh, 2010 : 199).

Tujuan pendidikan sekolah pada jenjang pendidikan menengah

yang mencakup SMA, madrasah Aliyah, SMALB adalah meningkatkan

kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, srta keterampilan

untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Berkenaan

dengan jenis pendidikan menengah kejuruan yang mencakup SMK, dan

Madrasah Aliyah Kejuruan , tujuan pendidikannya adalah untuk

meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta

keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut

sesuai dengan kejuruannya (Uyoh Sadulloh, 2010 : 199).

Berdasarkan tujuan-tujuan pendidikan sekolah pada jenjang

pendidikan dasar dan pendidikan menengah, maka pada akhirnya tujuan

dari pendidikan sekolah adalah mewujudkan potensi peserta didik demi

kepentingannya di masa sekarang dan yang akan datang

C. Lingkungan Pendidikan masyarakat

1. Pengertian masyarakat

Masyarakat adalah sekelompok manusia yang berintegrasi secara

terorganisasi, menempati daerah tertentu, dan mengikuti suatu cara hidup

atau budaya tertentu (Tatang Syaripudin, Kurniasih, 2014 : 92).

Masyarakat mencakup sekelompok orang yang berinteraksi antar

sesamanya, saling tergantung dan terikat oleh nilai dan norma yang

dipatuhi bersama, serta pada umumnya bertempat tinggal di wilayah

tertentu dan ada kalanya mereka memiliki hubungan darah atau memiliki

kepentingan bersama. Masyarakat dapat merupakan suatu kesatuan hidup

dalam arti luas maupun dalam arti sempit, seperti masyarakat bangsa

ataupun kesatuan kelompok kekerabatan di suatu desa dalam suatu marga.

Masyarakat dalam arti luas pada umumnya lebih abstrak apabila

dibandingkan dengan masyarakat dalam arti sempit (Sadulloh, 2010).

Menurut Tirtarahardja dan La Sula (2000) dalam Uyoh Sadulloh

(2010 : 205) ciri-ciri masyarakat sebagai kesatuan hidup adalah sebagai

berikut :

a. Ada interaksi antara warga-warganya;

b. Pola tingkah laku warganya diatur oleh adat istiadat, norma-norma, hokum

dan aturan-aturan yang khas;

c. Ada rasa identitas kuat yang mengikat pada warganya, kesatuan wilayah,

kesatuan adat istiadat, rasa identitas dan rasa loyalitas terhadap

kelompoknya merupakan pangkal dari perasaan bangsa sebagai

patriotisme, jiwa korps, dan kesetiakawanan sosial dan lain-lain.

Selanjutnya Tirtarahardja dan La Sulo (2000) dalam Uyoh

Sadulloh (2010 : 205) ciri masyarakat Indonesia yang ber-Bhineka

Tunggal Ika adalah sebagai berikut :

a. Secara horizontal ditandai oleh adanya kesatuan-kesatuan social atau

komunitas berdasarkan perbedaan suku, agama, adat istiadat dan

kedaerahan;

b. Secara vertical ditandai oleh adanya perbedaan pola kehidupan antara

lapisan atas, menengah, dan lapisan rendah.

Masyarakat yang didalamnya terdiri dari beberapa kelompok orang

tidak bisa lepas dan selalu ada keterkaitan dengan pendidikan. Adapun

keterkaitan antara masyarakat dan pendidikan menurut Tirtarahardja dan

La Sulo (2000) dalam Uyoh Sadulloh (2010 : 205), dapat ditinjau dari tiga

aspek, yaitu:

a. Masyarakat sebagai penyelenggara pendidikan, baik yang

dikembangkan (jalur sekolah dan luar sekolah) maupun yang tidak

dikembangkan (jalur luar sekolah);

b. Lembaga-lembaga kemasyarakatan dan atau kelompok social di

masyarakat, baik langsung maupun tidak langsung, ikut mempunyai peran

dan fungsi pendidikan;

c. Dalam masyarakat tersedia berbagai sumber belajar, baik yang

dirancang, maupun yang dimanfaatkan. Perlu diingat bahwa manusia

dalam bekerja dan hidup sehari-hari akan selalu memperoleh manfaat dari

pengalaman hidupnya untuk meningkatkan dirinya. Dengan kata lain

manusia berusaha mendidik dirinya sendiri dengan memanfaatkan sumber-

sumber belajar yang tersedia di masyarakatnya dalam bekerja, bergaul dan

sebagainya.

Masyarakat sebagai penyelenggara pendidikan dapat dikategorikan

pada lembaga pendidikan nonformal. Sebagaimana UUSPNI Nomor 20

Tahun 2003 pada pasal 26 ayat 1, 2, 3, 4, 5, 6, menjelaskan pendidikan

non formal sebagi berikut:

1) pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang

memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti,

penambah, dan/atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka

mendukung pendidikan sepanjang hayat.

2) pendidikan nonformal berfungsi mengembangkan potensi peserta didik

dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan

fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian profesional.

3) pendidikan nonformal, meliputi, pendidikan kecakapan hidup,

pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan

pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan

keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan, serta pendidikan

lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik.

4) satuan pendidikan nonformal terdiri atas lembaga kursus, lembaga

pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, dan

majelis taklim, serta satuan pendidikan yang sejenis.

5) kursus dan pelatihan diselenggarakan bagi masyarakat yang

memerlukan bekal pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup, dan

sikap untuk mengembangkan diri, mengembangkan profesi, bekerja, usaha

mandiri, dan/atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

6) hasil pendidikan nonformal dapat dihargai setara dengan hasil program

pendidikan formal setelah melalui proses penilaian penyetaraan oleh

lembaga yang ditunjuk oleh pemerintah atau pemerintah daerah dengan

mengacu pada standar nasional pendidikan.

Berdasarkan isi pasal 26 UUSPNI No.20 tahun 2003 , maka

masyarakat sebagai lingkungan pendidikan nonformal berbeda dan berada

diluar sistem pendidikan formal, penyelenggaraannya tersendiri yaitu

memberikan layanan khusus kepada warga belajar atau membantu

mengidentifikasi kebutuhan belajar, sesuai dengan kebutuhan dan

mencapai tujuan belajarnya.

Ada perbedaan yang mendasar antara program - program

pendidikan yang diselengkararakan di lingkungan sekolah sebagai

lembaga pendidikan formal dengan di lingkungan masyarakat sebagai

lingkungan pendidikan nonformal. Adapun perbedaannya adalah sebagai

berikut (D.Sudjana, 2004 : 29 – 32) :

Tabel 1

Perbedaan Karakteristik Antara Program Pendidikan Formal dan

Pendidikan Nonformal

PROGRAM PENDIDIKAN FORMAL

PROGRAM PENDIDIKAN NONFORMAL

A.Tujuan 1. Jangka panjang dan umum Bertujuan membekali peserta didik dengan kemampuan umum untuk kehidupan masa depan 2.Orientasi pada pemilihan ijazah Hasil belajar akhir ditandai dengan

A.Tujuan 1.Jangka pendek dan khusus Bertujuan memenuhi kebutuhan tertentu yang fungsional dalam kehidupan masa kini dan masa depan 2.Kurang menekankan pentingnya

pengesahan kemampuan melalui ijazah. Ijazah diperlukan untuk memperbaiki pekerjaan, kedudukan, dan atau melanjutkan studi ke jenjang lebih tinggi. Ganjaran atau keberhasilan terutama diperoleh pada akhir program

ijazah Hasil belajar, berijazah atau tidak, dapat diterapkan langsung dalam kehidupan di lingkungan pekerjaan atau di masyarakat. Ganjaran diperoleh selama proses dan akhir program berwujud hasil, produk, pendapatan, keterampilan

B. Waktu 1. Relatif lama Jarang selesai dalam waktu kurang dari setahun; sering melampaui batas waktu yang ditetapkan. Kadang-kadang diselesaikan lebih dari sepuluh tahun. Satu jenjang menjadi syarat untuk mengikuti jenjang yang lebih tinggi 2.berorientasi ke masa depan. Menyiapkan untuk masa depan kehidupan peserta didik 3. menggunakan waktu penuh dan terus menerus Karena penggunaan waktu yang terus menerus maka kecil kemungkinan bagi peserta didik untuk melakukan kegiatan yang paralel atau pekerjaan rutin

B. Waktu 1. relatif singkat Jarang lebih dari satu tahun, pada umumnya kurang setahun. Lama penyelenggaraan program tergantung pada kebutuhan belajar peserta didik. Persyaratan untuk mengikuti program pendidikan ialah kebutuhan, minat dan kesempatan 2.Menekankan masa sekarang. Memusatkan layanan untuk memenuhi kebutuhan terasa peserta didik dalam meningkatkan kemampuan sosial ekonominya yang berguna bagi masa depan kehidupannya meningkatkan kemampuan sosial ekonominya 3. menggunakan waktu tidak terus menerus Waktu ditetapkan dengan berbagai cara sesuai dengan kesmpatan peserta didik serta memungkinkan untuk melakukan kegiatan belajar sambil bekerja atau berusaha

C.Isi Program 1. Kurikulum disusun secara terpusat dan seragam berdasarkan kepentingan lembaga di tingkat nasional menyusun kurikulum berupa paket dan dikenakan kepada semua peserta didik sesuai dengan jenis dan jenjang

C. Isi Program 1. kurikulum berpusat pada kepentingan peseta didik Kurikulum bermacam ragam sesuai dengan perbedaan kebutuhan belajar peserta didik dan potensi daerahnya pendidikan

D.Proses Pembelajaran 1. Dipusatkan di lingkungan sekolah

D.Proses Pembelajaran 1. dipusatkan di lingkungan masyarakat dan lembaga

Kegiatan belajar dilakukan dilingkungan sekolah, yang sering dianggap sebagai satu-satunya institusi pendidikan 2.terlepas dari lingkungan kehidupan peserta didik di masyarakat Pada waktu belajar di sekolah, peserta didik dipisahkan dari kehidupan keluarga dan masyarakatnya. Program kegiatan belajar terpisah dari kondisi sosial-ekonominya masyarakatnya. 3.Struktur program yang ketat Program pembelajaran disusunsecara ketat. Waktu, kegiatan, dan usia peserta didik ditetapkan secara seragam 4.Berpusat pada pendidik Kegiatan pembelajaran dikendalikan oleh pendidik (guru) yang diberi wewenang pada jenjang pendidikan tertentu. Kegiatan mengajar lebih dominan dibandingkan dengan kegiatan belajar 5.Pengerahan daya dukung secara maksimal Menggunakan tenaga dan sarana yang relatif mahal. Sumber-sumber pendukung pada umumnya didatangkan dari luar peserta didik

Kegiatan belajar dapat dilakukan di berbagai lingkungan (komunitas, tempat bekerja) atau satuan pendidikan nonformal (sanggar kegiatan belajar, pusat latihan, dan lain sebaginya) 2.Berkaitan dengan kehidupan peserta didik dan masyarakat Pada waktu mengikuti program pendidikan, peserta didik berkomunikasi dengan dunia kehidupan atau pekerjaannya. Lingkungan dihubungkan secara fungsional dengan kegiatan belajar 3.Struktur program yang luwes Jenis dan urutan program kegiatan belajar bervariasi . Pengembangan program dapat dilakukan sewaktu program sedang berjalan. 4.Berpusat pada peserta didik Kegiatan pembelajaran dapat menggunakan sumber belajar dari berbagai keahlian dan nara sumber. Peserta didik dapat menjadi sumber belajar . lebih menekankan kegiatan membelajarkan dibandingkan mengajar 5.Penghematan sumber-sumber yang tersedia Memanfaatkan tenaga dan sarana yang terdapat di masyarakat dan lingkungan kerja dalam rangka efisiensi

E.Pengendalian 1.Dilakukan oleh pengelola di tingkat yang lebih tinggi Pengawasan dan keberhasilan program dikendalikan oleh fihak dari tingkat yang lebih tinggi dan diterapkan secara seragam

E.Pengendalian 1.Dilakukan oleh pelaksana program dan peserta didik Pengendalian tidak terpusat . Koordinasi dilakukan antar lembaga-lembaga terkait. Otonomi pada tingkat program dan daerah

2.Pendekatan berdasarkan kekuasaan Hubungan fungsional antara pendidik dengan peserta didik menggunakan pendekatan kekuasaan, perbedaan didasarkan atas peranan dan kedudukan

dengan menekankan inisiatif dan partisipasi masyarakat 2.Pendekatan demokratis Hubungan antara pendidik dengan peserta didik bercorak hubungan sejajar atas dasar kefungsian. Pembinaan program dilakukan secara demokratik

Seiring dengan tuntutan dan perubahan zaman serta dengan

dilaksanakannya kurikulum 2013 dalam pendidikan di Indonesia, maka

pada program pendidikan formal terutama di bagian D (proses

pembelajaran) terjadinya perubahan. Pada saat ini ketika belajar di

sekolah, peserta didik tidak terpisahkan lagi dengan kehidupan keluarga

dan masyarakatnya. Pendidikan sekolah diupayakan lebih

kontekstual,dihubungkan dengan kehidupan keluarga dan masyarakatnya,

dan dikaitkan dengan kondisi sosial-ekonominya, serta masyarakatnya.

Kegiatan pembelajaran tidak berpusat lagi pada guru, lebih diupayakan

adanya keterlibatan peserta didik secara intens.

2. Fungsi pendidikan masyarakat

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Indonesia No. 20 tahun 2003

pasal 26 ayat 1 menjelaskan “Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi

warga masyarakat yang memerlukan layananpendidikan yang berfungsi

sebagai pengganti, penambah, dan/atau pelengkap pendidikan formaldalam

rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat.” Isi pasal ini mejelaskan

secara tersurat bahwa fungsi pendidikan masyarakat sebagai pendidikan

nonformal mempunyai tiga fungsi yaitu sebagai (1) pengganti, (2) sebagai

penambah, dan (3) sebagai pelengkap pendidikan formal.

Pendidikan nonformal sebagai pengganti pendidikan sekolah

memberi kesempatan pada warga masyarakat baik anak-anak maupun

orang dewasayang tidak mendapatkan kesempatan mengikuti pendidikan

di sekolah dengan alasan-alasan tertentu. Contoh bagi warga masyarakat

yang dewasa, misalnya ada kebijakan dan peraturan wajib belajar yang

harus ditempuh setiap warga masyarakat yaitu sampai tingkat SLTP.

Dengan adanya aturan batas usia yang masuk sekolah dasar, maka bagi

warga masyarakat yang usianya tidak mungkin diterima akan tetapi belum

mendapatkan izajah Sekolah Dasar, maka sebagai penggantinya yaitu

mengikuti pendidikan nonformal kelompok belajat Paket A.Contoh bagi

warga masyarakat anak-anak , misalnya anak anak tidak bisa mengikuti

pendidikan di sekolah karena berbagai alasan ( mungkin sudah berkarir,

mungkin karena sakit, mungkin karena jauh, dan lain sebaginya) , maka

sebagai pengganti pendidikan sekolah dengan mengikuti pendidikan

“Home Schooling” .

Pendidikan nonformal sebagai penambah pendidikan sokalah

memberi kesempatan pada tiga kategori peserta didik (D.Sudjana, 2004 :

76), pertama peserta didik suatu jenjang pendidikan sekolah yang

membutuhkan kesempatan belajar untuk memperdalam pemahaman dan

penguasaan materi pelajaran tertentu yang diperoleh peserta didik selama

mengikuti program pendidikan tersebut. Kedua, peserta dididk yang telah

menyelesaikan suatu jenjang pendidikan formal dan masih memerlukan

layanan pendidikan untuk memperluas pemahaman dan penggunaan

materi pelajaran yang telah diraih. Ketiga, bagi peserta didik yang putus

sekolah dan mempunyai kebutuhan belajar untuk memperoleh

pengetahuan baru dan keterampilan yang berkaitan dengan lapangan

pekerjaan atau penampilan diri dalam masyarakat.

Pendidikan nonformal sebagai pelengkap pendidikan sekolah

berfungsi untuk melengkapi kemampuan peserta didik dengan cara

memberikan pengalaman belajar yang tidak diperoleh dalam kurikulum

pendidikan sekolah (D,Sudjana,2004 : 74). Isi pendidikan yang diberikan

pada lembaga penyelenggara pendidikan nonformal adalah materi yang

tidak dimuat dalam kurikulum pendidikan sekolah. Dalam

penyelenggaraannya, pendidikan nonformal yang berfungsi sebagai

pelengkap bisa kerja sama dengan lembaga pendidikan sekolah, misalnya,

organisani kepemudaan berkenaan dengan pramuka, perhimpunan

pencinta alam, perkumpulan olah raga, perkumpulan kesenian, dan masih

banyak kegiatan lainnya

3. Tujuan pendidikan masyarakat

Pendidikan nonformal sebagai lembaga pendidikan yang ada di

lingkungan masyarakat mempunyai cakupan dan satuan pendidikan yang

beragam. Sebagaimana tertera dalam UUSPNI No.20 tahun 2003 pasal 26

ayat 3 dan 4 yang berbunyi :

3) pendidikan nonformal, meliputi, pendidikan kecakapan hidup,

pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan

pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan

keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan, serta pendidikan

lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik.

4) satuan pendidikan nonformal terdiri atas lembaga kursus, lembaga

pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, dan

majelis taklim, serta satuan pendidikan yang sejenis.

Keberagaman cakupan dan satuan pendidikan pada pendidikan

nonformal yang ada di lingkungan masyarakat , berdampak pula pada

beragamnya tujuan pendidikan di lingkungan masyarakat. Keberagaman

tujuan pendidikan pada pendidikan nonformal ada yang bersifat untuk

memenuhi tuntutan profesi, dan ada pula hanya sekedar untuk

menyalurkan hobi (bersifat rekreasi). Misalnya ada lembaga-lembaga yang

khusus diselenggarakan untuk mempersiapkan warga belajarnya mepunyai

keahlian tertentu, seperti lembaga yang menyelenggarakan kursus-kursus

dan pelatihan bagi anggota masyarakat yang memerlukan bekal

pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup, dan sikap untuk

mengembangkan diri, mengembangkan profesi, bekerja, usaha mandiri,

dan/atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi (UUSPNI

N0.20 tahun 2003 pasal 26 ayat 5). Ada pula ketika seseorang mengikuti

kursus atau pelatihan-pelatihan dilatarbelakangi hanya sekedar hobi saja,

misalnya warga belajar yang mengikuti kursus memasak, bernyanyi, main

piano, dan jenis kursus yang lainnya, hanya karena hobi bukan karena

untuk mengembangkan atau mendapatkan keahlian sebagai persiapan

untuk daapat bekerja yang bersifat profesional.

D. Hubungan antara pendidikan keluarga, pendidikan sekolah, dan pendidikan

masyarakat

Tiga lingkungan tempat berlangsungnya pendidikan bagi anak yaitu

lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Ketiga lingkungan pendidikan

tersebut sangat mempengaruhi kepribadian seseorang. Posisi keluarga sebagai

lingkungan pertama, sekolah sebagai lingkungan kedua, dan masyarakat

sebagai lingkungan ketiga mempunyai peran, fungsi, dan tujuan yang berbeda.

Meskipun mempunyai peran, fungsi, dan tujuan yang berbada, namun pada

akhirnya mempunyai visi dan misi yang sama yaitu mempersiapkan anak agar

kelak siap dan dapat hidup di masyarakat tempat hidupnya. Tidak ada

persaingan dan tidak ada siapa yang paling penting diantara pendidikan

keluarga, pendidikan sekolah, dan pendidikan masyarakat untuk mendidik

anak. Pada hakikatnya, ketiga lingkungan tersebut tidak bisa dipisahkan dan

perlu kerja sama antara satu dengan yang lainnya dalam rangka mencapai

tujuan pendidikan yang diharapkan.

Lingkungan pendidikan keluarga, pendidikan sekolah dan pendidikan

masyarakat bersama-sama berperan aktif dalam hal memberikan

pembimbingan, pengajaran, pelatihan, dalam rangka membantu peserta didik

menemukan dan mengembangkan jati dirinya , pengetahuan, sikap, dan

keterampilannya .

Daftar Pustaka

Adiwikarta,S., 1988, Sosiologo Pendidikan: Isyu dan Hipotesis tentang Hubungan

Pendidikan dan masyarakat, P2LPTK, Dirjen Dikti Depdikbud Depdiknas RI, (2003), Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional, Depdiknas, Jakarta Hasbulloh, (2009). Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. PT Raja Grafind Persada, Jakarta Jailani, S. ___. Teori Pendidikan Keluarga dan Tanggung Jawab Orangtua dalam

Pendidikan Anak usia dini. Jambi. https://www.neliti.com/publications/56713/teori-pendidikankeluarga-dan-tangung-jawab-orang-tua-dalam-pendidikan-anak-usia

Langeveld, M.J., (1980), Beknopte Theoritische Paedaggogiek, (Terj. : Simajuntak),

Jemmars, Bandung Purwanto, Ngalim. (2009). Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, PT Remaja Rosdakarya,

Bandung Sadulloh, U., dkk.,. (2010). Pedagogik ( Ilmu Mendidik ), Alfabeta, Bandung Soemarjan, S. (1972). Sosiologi suatu pengantar, Gajah Mada Press , Yogyakarta Syaripudin, T, dan Kurniasih, (2014), Pedagogik Teoritis Sistematis, Percikan Imu, Bandung Sudjana S., D., 2004, Pendidikan Nonformal : Wawasan, Sejarah Perkembangan, Filsafat,

Teori Pendukung, Asas, Falah Production, Bandung.. Tirtarahardja, Umar, dan Lasulo, 2000, Pengantar Pendidikan, Rineka Cipta, jakarta https://www.viva.co.id>...> Lifestyle https://www.mamanroe.com>umum