upaya meningkatkan kemampuan berhitung …/upaya... · percaya kepada diri sendiri adalah rahasia...

91
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG PERKALIAN DENGAN TEKNIK JARIMATIKA PADA SISWA KELAS II SEMESTER 2 SD NEGERI TEGALDOWO 2 TAHUN PELAJARAN 2009/2010 SKRIPSI Oleh : YOGI KARISMASARI K7106048 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

Upload: buithuy

Post on 02-Mar-2019

249 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG PERKALIAN

DENGAN TEKNIK JARIMATIKA PADA SISWA KELAS II

SEMESTER 2 SD NEGERI TEGALDOWO 2

TAHUN PELAJARAN 2009/2010

SKRIPSI

Oleh :

YOGI KARISMASARI

K7106048

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG PERKALIAN

DENGAN TEKNIK JARIMATIKA PADA SISWA KELAS II

SEMESTER 2 SD NEGERI TEGALDOWO 2

TAHUN PELAJARAN 2009/2010

Oleh :

YOGI KARISMASARI

K7106048

Skripsi

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar

Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Jurusan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

PERSETUJUAN

Skripsi dengan judul: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN

BERHITUNGPERKALIAN DENGAN TEKNIK JARIMATIKA PADA SISWA

KELAS II SEMESTER 2 SD NEGERI TEGALDOWO 2TAHUN PELAJARAN

2009/2010

Oleh :

NAMA : YOGI KARISMASARI

NIM : K7106048

Telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Hari : Kamis

Tanggal : 1 Juli 2010

Persetujuan Pembimbing

Pembimbing I

Drs. Usada, M. Pd.

NIP. 19510908 198003 1 002

Pembimbing II

Drs. Amir, M. Pd.

NIP. 19510706 197401 1 001

PENGESAHAN

Skripsi dengan judul: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN

BERHITUNGPERKALIAN DENGAN TEKNIK JARIMATIKA PADA SISWA

KELAS II SEMESTER 2 SD NEGERI TEGALDOWO 2TAHUN PELAJARAN

2009/2010

Oleh :

NAMA : YOGI KARISMASARI

NIM : K7106048

Telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan

mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Pada hari : Senin

Tanggal : 12 Juli 2010

Tim Penguji Skripsi

Nama Terang Tanda Tangan

Ketua : Drs. Kartono, M. Pd. ...........................

Sekretaris : Drs. Hasan Mahfud, M. Pd. ........................

Anggota I : Drs. Usada, M. Pd. ............................

Anggota II : Drs. Amir, M. Pd. ........................

Disahkan oleh

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret

Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd.

NIP. 196007271987021001

ABSTRAK

Yogi Karismasari. UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNGPERKALIAN DENGAN TEKNIK JARIMATIKA PADA SISWA KELAS II SEMESTER 2 SD NEGERI TEGALDOWO 2TAHUN PELAJARAN 2009/2010. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2010

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berhitung perkalian siswa dengan menggunakan teknik jarimatika pada siswa kelas II SD Negeri Tegaldowo 2 tahun pelajaran 2009/2010. Variabel yang menjadi sasaran perubahan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah peningkatan kemampuan siswa dalam berhitung perkalian, sedangkan variabel tindakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik jarimatika.

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan jenis penelitian tindakan kelas (PTK) terdiri dari dua siklus. Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas II SD Negeri Tegaldowo 2 Gemolong Sragen Tahun Pelajaran 2009/ 2010 berjumlah 20 siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik wawancara, observasi, tes dan dokumentasi. Validitas data yang digunakan adalah triangulasi data dan validitas isi. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis diskriptif interaktif.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Matematika dengan menggunakan teknik jarimatika dapat meningkatkan kemampuan berhitung perkalian. Kondisi awal sebelum tindakan nilai rata-rata siswa adalah 59,25 , pada siklus I nilai rata-rata siswa 69,70 dan nilai rata-rata yang diperoleh pada siklus II adalah 79,6. Sebelum dilaksanakan penelitian siswa yang memperoleh nilai ³ 60 sebanyak 9 siswa (45%). Pada siklus I siswa yang memperoleh nilai ³ 60 sebanyak 14 siswa (70%), dan pada siklus II siswa yang memperoleh nilai ³ 60 sebanyak 16 siswa (80%). Berdasarkan hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa dengan menggunakan teknik jarimatika dapat meningkatkan kemampuan berhitung perkalian siswa kelas II SD Negeri Tegaldowo 2 Gemolong Sragen.

ABSTRACT Yogi Karismasari. IMPROVING STUDENTS’ ABILITY TO COUNT MULTIPLICATION BY USING JARIMATIKA TECHNIQUE ON THE SECOND GRADE STUDENTS OF SD NEGERI TEGALDOWO 2 ACADEMIC YEAR2009/2010. Thesis. Surakarta: Teacher Training and Education Faculty of Sebelas Maret University of Surakarta. 2010

The aim of this study is to improve the students’ ability to count multiplication with

jarimatika technique on the second year students of SD Negeri Tegaldowo 2 academic year2009/2010. Variable which is taken as the target of the change in this research is improving the students’ ability to count multiplication, while the action variable which is used in this research is jarimatika technics.

This study is qualitative research which uses classroom action research type consists of two cycle. Subject of the research is all second grade students (20 individuals) of SD Negeri Tegaldowo 2 of Gemolong, Sragen Regencyof 2009/2010 Academic Years. Data is collected by using interview, observation, test and document technique. Data validity is examined by usingdata triangulation and content validity.

Based on the result of the study, it can be concluded that learning Mathematics using jarimatika technics can improve the students’ ability to count multiplication. On the early condition, the students’ score is 59.25, on the cycle I the students’ score is 69.70, and the mean score obtained in cycle II is 79.60. Before it is conducted the research, the students get score ≥ 60 is 9 students (45%). In cycle I the students getting score ≥ 60 is 14 students (70%), in the cycle II the students getting score ≥ 60 is 16 students (80%). Based on the result, it is shown that using jarimatika technics can improve the students’ ability to count multiplication on the second grade students of SD Negeri Tegaldowo 2 Gemolong Sragen.

MOTTO

Percaya kepada diri sendiri adalah rahasia utama untuk mencapai sukses. (Emerson)

PERSEMBAHAN

Dengan segala doa dan puji syukur ke hadirat Allah SWT

Penulis persembahkan karya sederhana ini kepada

(Alm) Bapak Sriyoto yang telah damai di surga, terimakasih atas keteladanan,

ajaran dan prinsip hidup yang bapak berikan padaku selama ini.

Ibuku Sri Lestari yang telah berjuang untuk mendidik dan membesarkanku.

Terimakasih atas kasih sayang, perhatian, dan kesabaran yang selalu berlimpah untuk

aku.

Saudara-saudara kandungku yang tercinta, mas Yoyok dan dik Yuda yang telah

memberikan doa dan dukungan untukku.

Bapak Sutrisno dan seluruh keluargaku terimakasih atas segala nasehatnya.

Anton yang selama ini mengiringi langkahku dan selalu memberikan do’a, semangat

serta dukungan untukku

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat

dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian tindakan kelas

yang berjudul “Upaya Meningkatkan Kemampuan BerhitungPerkalian Dengan Teknik

Jarimatika Pada Siswa Kelas II Semester 2 SD Negeri Tegaldowo 2Tahun Pelajaran

2009/2010” dengan baik.

Maksud dari penulisan laporan penelitian ini adalah untuk memenuhi

persyaratan dalam mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan. Penulis menyadari bahwa

dalam menyusun laporan penelitian ini masih banyak kekurangan, namun berkat

bimbingan dan pengarahan dari Bapak/ Ibu dosen pada akhirnya penulisan skripsi ini

dapat terselesaikan.

Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Drs. Rusdiana Indianto, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Drs. Kartono, M.Pd, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Sebelas Maret Surakarta.

4. Drs. Hasan Mahfud, M.Pd. selaku Sekretaris Program Studi PGSD Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

5. Drs. Usada, M.Pd, selaku pembimbing I yang mengarahkan dan membimbing

sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini.

6. Drs. Amir, M.Pd, selaku pembimbing II yang mengarahkan dan membimbing

sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini.

7. Keluarga Besar SD Negeri Tegaldowo 2 yang telah membantu dan menyediakan

tempat untuk melaksanakan penelitian.

8. Sahabat sejatiku yang menemani saat susah dan senang: Firda, Umi, Yuli, Tyas,

Imel, Lita, Catur, dll.

9. Teman-teman kost “ Wisma Biroe” terimakasih atas dukungan dan hari-hari bersama

kalian.

10. Teman-teman SI PGSD Fresh angkatan 2006.

11. Berbagai pihak yang tidak mungkin disebutkan satu-persatu.

Semoga amal kebaikan dari semua pihak tersebut mendapatkan imbalan dari

Allah SWT.

Penulis juga menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari

kesempurnaan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis

harapkan. Semoga laporan penelitian ini dapat bermanfaat bagi guru maupun calon guru

atau pihak yang bersangkutan pada umumnya dan penulis pada khususnya.

Surakarta, Juni 2010

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i

HALAMAN PENGAJUAN ............................................................................. ii

PERSETUJUAN .............................................................................................. iii

PENGESAHAN................................................................................................ iv

ABSTRAK ....................................................................................................... v

ABSTRACT ..................................................................................................... vi

MOTTO ........................................................................................................ vii

PERSEMBAHAN ............................................................................................ viii

KATA PENGANTAR ..................................................................................... ix

DAFTAR ISI .................................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiv

DAFTAR TABEL ............................................................................................ xv

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1

A. Latar Belakang ......................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................... 5

C. Tujuan Penelitian ..................................................................... 5

D. Manfaat Penelitian ................................................................... 5

1. Manfaat Teoritis ................................................................. 5

2. Manfaat Praktis .................................................................. 5

BAB II LANDASAN TEORI ..................................................................... 7

A. Tinjauan Pustaka ...................................................................... 7

1. Hakekat Kemampuan Berhitung Perkalian......................... 7

2. Hakekat Teknik Jarimatika ................................................. 21

B. Penelitian yang Relevan ........................................................... 29

C. Kerangka Berpikir .................................................................... 30

D. Hipotesis .................................................................................. 32

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................. 33

A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................. 33

1. Tempat Penelitian .............................................................. 33

2. Waktu Penelitian ............................................................... 33

B. Bentuk dan Strategi Penelitian ................................................. 34

C. Subjek dan Objek Penelitian..................................................... 36

D. Sumber Data ............................................................................ 36

E. Teknik Pengumpulan Data ...................................................... 37

1. Wawancara ........................................................................ 37

2. Observasi ........................................................................... 38

3. Dokumentasi....................................................................... 39

4. Tes ...................................................................................... 39

F. Validitas Data .......................................................................... 39

G. Teknik Analisis Data ............................................................... 41

H. Prosedur Penelitian................................................................... 43

I. Indikator Kinerja....................................................................... 45

BAB IV HASIL PENELITIAN ................................................................... 46

A. Deskripsi Lokasi Penelitian ..................................................... 46

B. Deskripsi Permasalahan Penelitian .......................................... 50

1. Siklus I ............................................................................... 50

2. Siklus II .............................................................................. 59

C. Deskripsi Hasil Penelitian ........................................................ 68

D. Pembahasan Hasil Penelitian ................................................... 73

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ..................................... 77

A. .........................................................................................Simpul

an .............................................................................................. 77

B...........................................................................................Implik

asi ............................................................................................. 77

C...........................................................................................Saran

.................................................................................................. 79

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 80

LAMPIRAN

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Penjumlahan Berulang dengan Permen ....................................... 11

Gambar 2. Formasi Jarimatika Perkalian 6-10 .............................................. 27

Gambar 3. Formasi Berhitung Perkalian ...................................................... 28

Gambar 4. Contoh Formasi Jari Berhitung dengan Jarimatika...................... 28

Gambar 5. Kerangka Berpikir........................................................................ 31

Gambar 6. Siklus Observasi .......................................................................... 39

Gambar 7. Model Analisis Interaktif ............................................................. 42

Gambar 8. Prosedur Penelitian ...................................................................... 45

Gambar 9. Grafik Nilai Kemampuan Berhitung Perkalian Siswa Kelas II

Semester 2 SDN Tegaldowo 2 Pada Kondisi Sebelum Tindakan

.................................................................................................49

Gambar 10. Grafik Nilai Kemampuan Berhitung Perkalian Siswa Kelas II

Semester 2 SDN Tegaldowo 2 Pada Siklus I............................... 59

Gambar 11. Grafik Nilai Kemampuan Berhitung Perkalian Siswa Kelas II

Semester 2 SDN Tegaldowo 2 Pada Siklus II ............................. 67

Gambar 12. Grafik Peningkatan Nilai Rata-rata Matematika Materi Perkalian

Siswa Kelas II Semester 2 SD N Tegaldowo 2 Pada Kondosi Sebelum

Tindakan, Siklus I, dan Siklus II ................................................. 74

Gambar 13. Grafik Peningkatan Nilai Rata-rata Matematika Materi Perkalian

Siswa Kelas II Semester 2 SD N Tegaldowo 2 Pada Kondosi Sebelum

Tindakan, Siklus I, dan Siklus II ................................................. 74

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian................................................. 34

Tabel 2. Data Frekuensi Nilai Kemampun Berhitung Perkalian Siswa Kelas II

Semester 2 SDNegeri Tegaldowo 2 Pada Kondisi Sebelum Tindakan

........................................................................................................48

Tabel 3. Data Frekuensi Nilai Kemampun Berhitung Perkalian Siswa Kelas II

Semester 2 SDNegeri Tegaldowo 2 Pada Siklus I ............................ 58

Tabel 4. Data Frekuensi Nilai Kemampun Berhitung Perkalian Siswa Kelas II

Semester 2 SDNegeri Tegaldowo 2 Pada Siklus II ........................... 66

Tabel 5. Rata-rata Nilai Matematika dan Persentase Ketuntasan Klasikal

Kemampuan Berhitung Perkalian Diatas KKM Pada Kondisi Sebelum

Tindakan, Siklus I dan Siklus II ........................................................ 73

Tabel 6. Peningkatan Kegiatan Guru dan Siswa dalam Pembelajaran di Kelas Pada

Siklus I dan Siklus II .......................................................................... 76

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Hasil Wawancara dengan Siswa Sebelum Diterapkan Teknik

Jarimatika................................................................................... 83

...................................................................................................

Lampiran 2. Hasil Wawancara dengan Guru Sebelum Diterapkan Teknik

Jarimatika................................................................................... 85

...................................................................................................

Lampiran 3. Daftar Nilai MatematikaSiswa Kelas II SD Negeri Tegaldowo 2

Sebelum Diadakan Tindakan ..................................................... 88

Lampiran 4. Kisi-kisi Soal Perkalian Matematika ........................................ 89

Lampiran 5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ............................ 90

Lampiran 6. Lembar Hasil Observasi Siswa Dalam Kegiatan Pembelajaran di

Kelas Siklus I ............................................................................. 112

Lampiran 7. Lembar Hasil Observasi Guru Dalam Kegiatan Pembelajaran di

Kelas Siklus I ............................................................................ 113

Lampiran 8. Daftar Nilai MatematikaSiswa Kelas II SD Negeri Tegaldowo 2

Pada Siklus I ............................................................................. 115

Lampiran 9. Foto Kegiatan Pembelajaran Siklus I......................................... 116

Lampiran 10. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II .......................... 120

Lampiran 11. Lembar Hasil Observasi Siswa Dalam Kegiatan Pembelajaran di

Kelas Siklus II ........................................................................... 139

Lampiran 12. Lembar Hasil Observasi Guru Dalam Kegiatan Pembelajaran di

Kelas Siklus II............................................................................ 140

...................................................................................................

Lampiran 13. Daftar Nilai MatematikaSiswa Kelas II SD Negeri Tegaldowo 2

Pada Siklus II ............................................................................ 142

...................................................................................................

Lampiran 14. Foto Kegiatan Pembelajaran Siklus II ....................................... 143

Lampiran 15. Hasil Wawancara dengan Siswa Setelah Diterapkan Teknik

Jarimatika Hasil ......................................................................... 146

Lampiran 16. Wawancara dengan Guru Setelah Diterapkan Teknik Jarimatika

............................................................................................. 148

Lampiran 17. Perijinan Penelitian ................................................................... 150

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi

modern.Matematika mempunyai peranan yang sangat penting dalam berbagai disiplin

ilmu dan memajukan daya pikir manusia.Perkembangan pesat di bidang teknologi

informasi dan komunikasi dewasa ini tidak lepas dari hasil perkembangan Matematika.

Untuk menguasai dan mengembangkan teknologi di masa depan diperlukan penguasaan

Matematika yang kuat sejak dini.

Dalam Undang-undang No. 2 tentang Pendidikan Nasional yang berlaku saat ini

ada penjenjangan pendidikan jalur sekolah yaitu pendidikan dasar yang meliputi Sekolah

Dasar dan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, pendidikan menengah yang meliputi

Sekolah menengah Umum dan Sekolah Menengah Kejuruan, serta pendidikan tinggi

yang merupakan jenjang pendidikan jalur sekolah terakhir. Kenyataan menunjukkan

bahwa pelajaran Matematika diberikan di semua sekolah, baik di jenjang pendidikan

dasar maupun pendidikan menengah.Soedjadi (2000: 3) menyatakan “Matematika yang

diberikan di jenjang persekolahan itu sekarang biasa disebut sebagai Matematika sekolah

(school mathematics)”. Sudah barang tentu diharapkan agar pelajaran Matematika yang

diberikan di semua jenjang persekolahan itu akan mempunyai kontribusi yang berarti

bagi masa depan bangsa, khususnya dalam mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaimana

tertera dalam mukadimah Undang-undang Dasar R. I.

Matematika adalah salah satu pelajaran yang penting di sekolah dasar. Mata

pelajaran Matematika telah diperkenalkan sejak siswa menginjak kelas I Sekolah Dasar

(SD). Matematika diajarkan di Sekolah Dasar karena pelajaran itu nantinya sangat

diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, maka dari itu pengajarannya sangat perlu

kejelian atau kesungguhan agar siswa benar-benar menguasai mata pelajaran Matematika.

Secara rinci pada Permendiknas nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi untuk mata

pelajaran Matematika SD/MI dinyatakan bahwa tujuan pembelajaran Matematika di SD

adalah:

(a) melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, (b) mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba, (c) mengembangkan kemampuan memecahkan masalah, (d) mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, tulisan, grafik, peta dan diagram.

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah-

sekolah dengan frekuensi jam pelajaran yang lebih banyak dibandingkan dengan mata

pelajaran yang lainnya. Namun demikian banyak yang menganggap bahwa pelajaran

Matematika adalah pelajaran yang paling sulit, menakutkan, menjenuhkan dan tidak

menyenangkan.Siswa pada umumnya menganggap bahwa mata pelajaran Matematika

adalah “momok”.Pelajaran yang kerap dihindari seperti kerapnya untuk tidak dipelajari.

Berbicara mengenaiMatematika itu sulit tentunya tidak lepas dari

ketidaksenangan dari peserta didik tentang mata pelajaran Matematika itu sendiri.

Dari hasil analisis ulangan harian yang pernah penulis lakukan, menemukan setidaknya 5 hal yang mengakibatkan “Mengapa Matematika sulit ?”. Pertama, pemahaman siswa tentang isi dan maksud soal relatif lemah. Sebagian siswa tidak memahami apa yang diinginkan soal.Kedua, sebagian siswa tidak bisa mengawali jawaban atau dengan kata lain siswa tidak tahu harus mulai dari mana untuk menemukan jawaban. Ketiga, siswa terkadang lupa dengan aturan-aturan matematis, rumus-rumus, dan terkadang terjebak dengan syarat-syarat yang tidak boleh dan harus dipenuhi oleh suatu penyederhanaan kalimat matematika atau suatu persamaan, hal ini sering terjadi pada persamaan aljabar, trigonometri,eksponen maupun logaritma. Keempat, seringnya terjadi kesalahan kalkulasi dalam jawaban siswa yang tentunya mempengaruhi hasil akhir jawaban. Hal ini biasanya disebabkan karena siswa takut tidak menyelesaikan soal dari waktu yang ditentukan sehingga terkesan buru-buru mengerjakan soal. Atau mungkin juga kesalahan kalkulasi disebabkan karena pemahaman siswa tentang konsep dasar aljabar dan aritmetika relatif lemah, misalnya operasi penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian dan perpangkatan bilangan bulat(terutama bilangan negatif) begitupula dengan operasi pada bilangan pecahan.Kelima, ada kecenderungan siswa mengerjakan soal dengan satu cara saja, tidak kreatif dalam mencari cara baru. Mungkin hal ini tidak terlalu penting tetapi setidaknya dapat mempengaruhi pola berfikir mereka dalam memecahkan masalah matematis. Siswa yang kreatif mencari jawaban terkadang dapat menemukan jawaban dengan cara cepat

berdasarkan daya penalaran mereka.(http://nadjamath.blogspot.comdiakses tanggal 18 Mei 2010).

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru, perkalian termasuk topik yang sulit

dipahami siswa. Ini dapat dilihat dari hasil ulangan harian tentang operasi hitung

perkalian menunjukkan bahwa dari 20 siswa kelas II SD Negeri Tegaldowo 2 yang

mendapatkan nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM) 60 hanya 9 siswa, sedangkan 11

siswa masih belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal yang telah ditentukan. Hal ini

dikarenakan dalam menyampaikan konsep perkalian, para guru banyak yang

menggunakan cara konvensional yaitu dengan memaksa anak untuk menghafal secara

mencongak. Dengan penyampaian seperti itu tentu saja selain mematikan kreativitas anak

juga menghilangkan unsur belajar bermakna.Menyampaikan materi dalam Matematika

memang sebaiknya berangkat dari hal-hal yang konkret menuju hal-hal yang abstrak,

sebagaimana dinyatakan oleh Maryana dan Soedarinah (2001: 65) Matematika

merupakan “Pengetahuan yang bersifat hirarkis, artinya tersusun dalam urutan tertentu,

bermula dari urutan sederhana kemudian menuju ke hal yang rumit, bermula dari hal

yang konkret menuju ke hal yang abstrak”.

Di sinilah kewajiban seorang guru untuk menanamkan rasa senang terhadap

materi pelajaran Matematika tentang perkalian dengan memberi rangsangan atau

dorongan agar siswa menyenangi pelajaran Matematika.Dengan teknik jarimatika

diharapkan pembelajaran Matematika dapat memberikan pengalaman yang lebih

bermakna dan utuh bagi para siswa serta untuk mencapai hasil belajar yang maksimal

sesuai dengan yang diharapkan.

Materi perkaliandiperkenalkan kepada para siswa ketika mereka menginjak

kelas II SD. Perkalian dengan hasil bilangan dua angka merupakan kompetensi dasar

yang baru bagi peserta didik kelas II SD. Konsep perkalian ditanamkan sebagai

penjumlahan berulang, sehingga kemampuan dasar berhitung perkalian dua bilangan 1-

10 seharusnya sudah dikuasai oleh peserta didik kelas II semester 2, karena penguasaan

materi perkalian ini merupakan bekal prasyarat untuk mempelajari materi berhitung

selanjutnya. Peserta didik yang telah menguasai kemampuan melakukan operasi

perkalian dua bilangan 1-10, lebihdapat melakukan operasi-operasi hitung yang lainnya,

di antaranya operasi perkalian tiga bilangan, operasi hitung pembagian operasi hitung

campuran dan soal cerita.

Di kelas ini, para siswa dituntut untuk segera menghafal perkalian dan

pembagian, karena jika tidak segera hafal, anak akan merasa kesulitan jika telah

menginjak materi Matematika di kelas berikutnya. Perkalian mungkin memang susah,

tapi setidaknya seorang guru bahkan orang tua dapat membuatnya menjadi lebih

menyenangkan. Salah satu hal yang bisa membuat anak-anak senang dengan Matematika

adalah kebebasan mereka bereksperimen dengan Matematika tersebut. Tentu saja untuk

bisa bereksperimen anak-anak harus kaya akan teknik. Dengan demikian anak akan

mudah memahami dan selanjutnya hafal dengan sendirinya tanpa ada paksaan dan

tekanan dari orang tua dan guru.

Saat ini telah berkembang macam-macam metode untuk berhitung. Pada intinya

semua metode adalah baik, semua anak berhak untuk mempelajari teknik-teknik yang

ada, sehingga mereka kaya akan suatu teknik. Salah satu metode yang telah berkembang

untuk pembelajaran Matematika khususnya dalam berhitung adalah pengajaran teknik

jarimatika.“Jarimatika adalah teknik berhitung mudah dan menyenangkan dengan

menggunakan jari-jari tangan”. (Septi Peni, 2008: 17).

Tidak hanya guru yang dapat menggunakan teknik Jarimatika ini, akan tetapi

orang tua juga dapat menggunakannya dalam pembelajaran di rumah. Atas peran guru,

orang tua, dan tentunya niat dari siswa, teknik Jarimatika ini diharapkan dapat membantu

meningkatkan kemampuan siswa pada mata pelajaran Matematika, terutama dalam

berhitung perkalian.

Permasalahan pokok yang ingin penulis sampaikan dalam penelitian ini adalah:

Peningkatan kemampuan berhitung perkalian jika pembelajarannya dengan menggunakan

teknik Jarimatikapada siswa kelas II semester 2 SD Negeri Tegaldowo 2 tahun pelajaran

2009/2010.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai

berikut:“Apakah dengan menggunakan teknik jarimatika dapat meningkatkan

kemampuan berhitung perkalian pada siswa kelas II semester 2 SD Negeri Tegaldowo 2

tahun pelajaran 2009/2010?“

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: untuk meningkatkan

kemampuan berhitung perkalian dengan menggunakan teknik jarimatika pada siswa kelas

II semester 2 SD Negeri Tegaldowo 2 tahun pelajaran 2009/2010.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat memiliki beberapa manfaat, di

antaranya yaitu :

1. Manfaat Teoretis

a. Memberikan masukan dan wawasan kepada guru dalam proses pembelajaran.

b. Memberikan solusi sebagai upaya perbaikan mutu proses pendidikan khususnya

kemampuan berhitung perkalian Matematika.

2. Manfaat Praktis

a. BagiSiswa

Meningkatnya kemampuan berhitung perkalian khususnya dapat

menambah kecepatan dan keakuratan dalam berhitung perkalian, sehingga

peserta didik lebih menyenangi pembelajaran berhitung.

b. BagiGuru

Memberi arahan dalam proses pembelajaran dan memberi solusi untuk

mengajarkan perkalian yang menyenangkan dalam mata pelajaran Matematika.

c. BagiSekolah

Memberikan sumbangan pemikiran dalam meningkatnya kualitas

pembelajaran, karena dengan hasil penelitian ini dapat menjadi pertimbangan

bagi sekolah dalam meningkatkan kemampuan berhitung perkalian.

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Hakekat Kemampuan Berhitung Perkalian

a. Pengertian Kemampuan

Menurut Poerwadarminta dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (1996:628)

kata kemampuan berasal dari kata mampu yang berarti kuasa, berada, kaya.Menurut

kamus bergambar Nur Kasanah dan Didik Tuminto (2007: 423) kemampuan adalah

kesanggupan, kecakapan atau kekuatan.

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa

kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan atau kekuatan untuk menguasai atau

mengerjakan sesuatu.

b. Berhitung

1) PengertianBerhitung

Pengetahuan bilangan dan kalkulasinya memasuki semua cabang Matematika,

bahkan tidak jarang merupakan titik tolak suatu pengembangan struktur dalam

Matematika.Dengan demikian tidaklah salah kalau orang mengatakan bahwa “berhitung”

itu amat penting dan mendasar.Menurut Poerwadarminta dalam Kamus Umum Bahasa

Indonesia (1996:253) berhitung berarti mengerjakan hitungan.Berhitung adalah salah satu

keterampilan dasar yang perlu dikuasai.Berhitung termasuk bagian dari pembelajaran dari

Matematika yang lebih dikenal dengan Aritmatika.Arimatika berasal dari bahasa Yunani

yang artinya angka atau dulu disebut dengan ilmu hitung yaitu cabang tertua Matematika

yang mempelajari operasi dasar bilangan.Operasi dasar tersebut adalah penjumlahan,

pengurangan, perkalian dan pembagian.

Dali S Naga dalam Mulyono Abdurrahman (2003: 253) menyatakan bahwa

aritmatika atau berhitung adalah cabang Matematika yang berkenaan dengan sifat

hubungan-hubungan bilangan-bilangan nyata dengan perhitungan mereka terutama

menyangkut penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian.Secara singkat

aritmatika atau berhitung adalah pengetahuan tentang bilangan”.Menurut Nur Kasanah

dan Didik Tuminto (2007: 243) berhitung adalah mengerjakan hitungan (menjumlahkan,

mengurangi, dan lain sebagainya)”.

David Glover (2007: 26) In Arithmetic you add,subtract, multiply, and divide

numbers. You use arithmetic to find the answer to problems and sums. See also addition,

and subtraction. Aritmatika berhubungan dengan menjumlah, mengurangi, mengali dan

membagi bilangan yang digunakan untuk menyelesaikan masalah sehari-hari.Menurut

Riyanto dalam (http://rumahlaili.blogspot.com/ diakses tanggal 18 Mei 2010) berhitung

secara harfiah berarti cara menghitung dengan menggunakan angka-angka.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa berhitung termasuk bagian

dari pembelajaran Matematika yang lebih dikenal dengan aritmatika yaitu mempelajari

tentang penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian.

Berhitungmempunyai banyak manfaat, diantaranya:

a. Agar anak kita dapat lebih memahami alam semesta dan hukum-hukum yang berlaku di dalamnya.

b. Agar anak kita dapat melakukan perencanaan dan evaluasi dengan baik saat dewasa nanti.

c. Agar anak-anak kita dapat membuat rancangan dan konstruksi dengan benar. d. Yang juga tidak kalah penting adalah agar anak-anak kita dapat berlaku adil. e. Kemudian agar mereka bisa berbelanja dengan benar. f. Lalu juga agar mereka tidak mudah ditipu. g. Dan tentu masih banyak lagi nilai pentingnya bagi kehidupan anak

kita.(www.ibuprofesional.org diakses tanggal 16 Oktober 2009).

2) Prinsip-PrinsipBerhitung

Prinsip-prinsip berhitung menurut petunjuk pengajaran berhitung

Depdikbud (1993: 1) adalah:

a) Proses belajar dalam berhitung seperti latihan (drill) menghafal dan mengulang memang memadai tetapi akan lebih efektif apabila guru mendorong kreativitas murid dengan membantu menanamkan pengertian ide dasar dan prinsip-prinsip berhitung melalui kegiatan-kegiatan tersebut. Pengajaran berhitung yang dilandasi pengertian akan mengakibatkan daya ingat dan daya transfer yang lebih besar.

b) Dalam menyajikan topik-topik baru hendaknya dimulai dari tahapan yang paling sederhana menuju ke tahapan yang lebih kompleks, dari lingkungan yang dekat dengan anak menuju ke lingkungan yang lebih luas.

c) Pengalaman-pengalaman sosial anak dan penggunaan benda-benda konkret perlu dilakukan guru untuk membantu pemahaman anak-anak terhadap pengertian-pengertian dalam behitung.

d) Setiap langkah dalam mengajar berhitung hendaknya diusahakan melalui penyajian yang menarik untuk menghindarkan terjadinya tekanan atau ketegangan pada diri anak.

e) Setiap anak belajar dengan kesiapan dan kecepatannya sendiri-sendiri. Tugas guru selain memotivasi kesiapan juga memberikan pengalamanyang bervariasi dan efektif.

f) Latihan-latihan sangat penting untuk memantapkan pengertian dan keterampilan. Karena itu latihan-latihan harus dilandasi pengertian. Latihan akan sangat efektif apabila dilakukan dengan mengikuti prinsip-prinsip penciptaan suasana yang baik. Latihan yang terlalu rumit, padat dan melelahkan hendaknya

dihindarkan untuk mencegah terjadinya ketegangan. Berlatih secara berkala, teratur dengan mengulang kembali secara ringkas, akan mendorong kegiatan belajar karena timbul rasa menyenangi dan menghindarkan kelelahan.

g) Relevansi berhitung dengan kehidupan sehari-hari perlu ditekankan. Dengan demikian pelajaran berhitung yang didapatkan anak-anak akan lebih bermakna baginya dan lebih jauh lagi mereka dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Karena itu guru pelu membuat persiapan yang terencana agar anak-anak mendapatkan pengalaman belajar yang beragam dan fungsional. Mengabaikan pemakaian berhitung dalam situasi yang fungsional selain membuat anak bosan juga melepaskan anak dari pengalaman belajar yang hidup dan penuh arti.

c. Kemampuan Berhitung

Nyimas Aisyah (2007: 6.5) “Kemampuan berhitung merupakan salah satu

kemampuan yang penting dalam kehidupan sehari-hari, dapat dikatakan bahwa semua

aktivitas kehidupan manusia memerlukan kemampuan ini”.

Menurut Bismo dalam (http://rumahlaili.blogspot.com/ diakses tanggal 18 Mei

2010) kemampuan berhitung adalah kemampuan seseorang yang digunakan untuk

memformulasikan persoalan Matematika sehingga dapat dipecahkan dengan operasi

perhitungan atau aritmatika biasa yaitu tambah, kurang, kali, dan bagi. Menurut Masykur

dan Fathani dalam (http://rumahlaili.blogspot.com/ diakses tanggal 18 Mei 2010)

kemampuan berhitung adalah penguasaan terhadap ilmu hitung dasar yang merupakan

bagiandari Matematika yang meliputi penjumlahan, pengurangan, perkalian dan

pembagian.

Berdasarkan pernyataan-pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa

kemampuan berhitung adalah kemampuan yang memerlukan penalaran dan keterampilan

aljabar yang digunakan untuk memformulasikan persoalan Matematika sehingga dapat

dipecahkan dengan operasi hitung yang diperlukan dalam semua aktivitas kehidupan

manusia sehari-sehari.

Begitu pentingnya keterampilan berhitung ini, sehingga orang tua secarasadar

maupun tidak ‘memaksa’ anak untuk segera menguasaiberhitung dengan baik.Begitu

bersemangatnya orang tua dalam mendorong anak agar pandaiberhitung, sering kali

kemudian menjadi kurang proporsional.Orang tua mulai panik kalau anaknya dinilai

terlambat menguasai keterampilanberhitung.Apalagi bila orang tua melihat anak-anak

yang sebaya sudahbanyak yang menguasai keterampilan berhitung dengan baik,

kepanikanbisa berkembang menjadi kejengkelan, kemarahan, dsb.Padahal seperti halnya

keterampilan yang lain, untuk dapat berhitungdengan baik diperlukan suatu proses:

1) Anak perlu untuk memahami bilangan dan proses membilang.

2) Kemudian mulai dikenalkan dengan lambang bilangan.

3) Setelah itu diajarkan konsep operasi hitung.

4) Barukemudian dikenalkan aneka cara dan metode melakukanpenghitungan.

d. Perkalian

Pada prinsipnya, perkalian sama dengan penjumlahan secara berulang. Oleh

karena itu, kemampuan prasyarat yang harus dimiliki siswa sebelum mempelajari

perkalian adalah penguasaan penjumlahan.

Perkalian termasuk topik yang sulit untuk dipahami sebagian siswa. Ini dapat

dilihat dari banyaknya siswa yang duduk di tingkatan tinggi Sekolah Dasar belum

menguasai topik perkalian ini, sehingga mereka banyak mengalami kesulitan dalam

mempelajari topik Matematika yang lebih tinggi.

Materi Perkalian Kelas II

1) KonsepDasarPerkalian

Perkalian dengan penjumlahan berulang.

Contoh: 4 x 2, cara menghitungnya adalah 2 + 2 + 2 + 2. hasilnya 8.

Jika menggunakan kaidah penulisan perkalian adalah sebagai berikut :

4 x 2 = 2 + 2 + 2 + 2 = 8.

2) SifatPerkalian

Jika A dan B adalah sebuah bilangan cacah, maka A x B = B x A. Sifat perkalian ini

disebut sifat komutatif.

Contoh: 4 x 2 = 2 + 2 + 2 + 2 + 2 = 8

2 x 4 = 4 + 4 = 10

4 x 2 hasilnya sama dengan 2 x 4, yaitu 8.

Perkalian menggunakan alat peraga permen dapat diperlihatkan pada gambar

1 sebagai berikut:

Gambar 1. Penjumlahan Berulang dengan Permen

e. Pembelajaran Matematika

1) Pembelajaran

a) PengertianPembelajaran

Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh

pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau murid.

Corey dalam TIM Pendidikan Guru Sekolah Dasar (2007: 6) menyatakan bahwa

“Pembelajaran adalah suatu proses di mana lingkungan seseorang secara sengaja dikelola

untuk memungkinkan ia turut serta dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan

respon terhadap situasi tetentu”.

Winkel dalam M. Sobry Sutikno (2009: 31) mengartikan pembelajaran sebagai

seperangkat tindakan yang dirancang untuk mendukung proses belajar peserta didik,

dengan memperhitungkan kejadian-kejadian eksternal yang berperanan terhadap

rangkaian kejadian-kejadian internal yang berlangsung di dalam diri peserta didik.

Menurut Oemar Hamalik (2009:57) ”Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun

meliputi unsur–unsur manusia, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur manusia

terlibat dalam sistem pengajaran yang terdiri dari siswa, guru, dan tenaga lainnya”.

Pembelajaran menurut Dimyati dan Mudjiono (2009: 197) adalah “kegiatan guru

secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif,

yang menekankan pada penyediaan sumber belajar”. Dalam kamus besar bahasa

Indonesia kata pembelajaran adalah kata benda yang diartikan sebagai proses, cara

menjadikan orang atau makluk hidup belajar. Senada dengan pengertian di atas Gagne,

Briggs, dan Wager dalam Udin S Winata Putra (2007: 19) berpendapat bahwa Instruction

is a set of event that affect learners is such a way that learning is facilitated.

Pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan

terjadinya proses belajar pada siswa. UU SISDIKNAS 2003 Pembelajaran adalah proses

interaksi peserta didik dan pendidik dan sumber belajar di suatu lingkungan belajar.

Menurut Hamzah B. Uno (2008: 54) pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu

proses interaksi antara peserta belajar dengan pengajar/instruktur dan/atau sumber belajar

pada suatu lingkungan balajar untuk pencapaian tujuan belajar tertentu.

Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

adalah suatu proses interaksi peserta didik dan pendidik dan sumber belajar yang sengaja

dirancang untuk membuat siswa belajar secara aktif di suatu lingkungan belajar untuk

pencapaian tujuan belajar tertentu.

b) Ciri-ciriPembelajaran

Oemar Hamalik dalam M. Sobry Sutikno (2009: 34) memaparkan tiga ciri khas yang

terkandung dalam sistem pembelajaran, yaitu:

(1) Rencana, ialah penataan ketenagaan, material, dan prosedural, yang merupakan unsur-unsur sistem pembelajaran, dalam suatu rencana khusus.

(2) Kesalingtergantungan, antara unsur-unsur sistem pembelajaran yang serasi dalam suatu keseluruhan. Tiap unsur bersifat esensial, dan masing-masing memberikan sumbangannya kapada sistem pembelajaran.

(3) Tujuan, sistem pembelajaran mempunyai tujuan tertentu yang hendak dicapai. Tujuan utama sistem pembelajaran agar siswa belajar.

c) KomponenPembelajaran

Dalam pembelajaran terdapat bermacam-macam komponen atau unsur. Menurut

Oemar Hamalik (2009: 66) Unsur-unsur minimal yang ada dalam sistem pembelajaran

adalah seorang siswa/peserta didik, suatu tujuan dan suatu prosedur kerja untuk mencapai

tujuan. Guru (pengajar) tidak termasuk unsur sistem pembelajaran, fungsinya dapat

digantikan atau dialihkan kepada media sebagai pengganti seperti: buku, slide, teks yang

diprogram dan sebagai penggantinya namun kepala sekolah dapat menjadi salah satu

unsur sistem pembelajaran karena berkaitan dengan prosedur perncanaan dan

pelaksanaan pembelajaran.

Udin S Winata Putra (2007: 1.21) berpendapat bahwa komponen-komponen

pembelajaran saling berkaitan satu sama lain. Komponen tersebut antara lain: tujuan,

kegiatan dan evaluasi pembelajaran. Asep Herry Hernawan (2007: 11.11) berpendapat

bahwa komponen-komponen yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran adalah tujuan,

evaluasi pembelajaran, metode mengajar, media pembelajaran, dan sumber belajar.

Nana Sudjana (2005: 30) berpendapat bahwa komponen-komponen yang harus

ada dalam suatu pembelajaran adalah tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran,

bahan atau materi yang akan disampaikan, metode dan alat yang digunakan, dan

penilaian dalam proses pengajaran.

Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa komponen-komponen

pembelajaran antara lain: siswa, tujuan, materi, kegiatan/prosedur, metode, media,

sumber belajar, evaluasi dan tindak lanjut pembelajaran.

2) Matematika

a) PengertianMatematika

Matematika menurut sudut pandang Andi Hakim Nasution dalam

(http://masthoni.wordpress.com diakses tanggal 18 Mei 2010) bahwa istilah Matematika

berasal dari kata Yunani, mathein atau manthenein yang berarti mempelajari.Kata ini

memiliki hubungan yang erat dengan kata Sanskerta, medha atau widya yang memiliki

arti kepandaian, ketahuan, atau intelegensia.Dalam bahasa Belanda, Matematika disebut

dengan kata wiskunde yang berarti ilmu tentang belajar (hal ini sesuai dengan arti kata

mathein pada Matematika) yang kesemuanya berkaitan dengan penalaran.Ciri utama

Matematika adalah penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep atau pernyataan

diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya sehingga kaitan antar konsep

atau pernyataan.

Johnson dan Myklebust yang dikutip Mulyono Abdurrahman (2003: 252)

menyatakan bahwa Matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya untuk

mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan sedangkan fungsi

teoretisnya adalah untuk memudahkan berpikir”.Lerner dikutip Mulyono Abdurrahman

(2003: 252) Matematika di samping sebagai bahasa simbolis juga merupakan bahasa

universal yang memungkinkan manusia memikirkan, mencatat dan mengkomunikasikan

ide mengenai elemen dan kualitas.

Menurut Johnson dan Rising dalam Endyah Murniati (2007: 46) menyatakan

bahwa Matematika adalah pola pikir, pola mengorganisasikan pembuktian yang logik;

Matematika itu adalah bahasa, bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan

dengan cermat, jelas dan akurat representasinya dengan simbol dan padat, lebih berupa

bahasa simbol mengenai arti daripada bunyi, Matematika adalah pengetahuan struktur

yang terorganisasi, sifat-sifat atau teori-teori dibuat secara deduktif berdasarkan kepada

unsur yang tidak didefinisikan, aksioma, sifat atau teori yang telah dibuktikan

kebenarannya; Matematika adalah ilmu tentang pola keteraturan pola atau ide, dan

Matematika itu adalah suatu seni, keindahannya terdapat pada keterurutan dan

keharmonisan.

Freudental dalam (http://masthoni.wordpress.com diakses tanggal 23 Oktober 2009) mengatakan bahwa“Mathematics look like a plural as it still is in French Les Mathematiques .Indeed, long ago it meant a plural: four arts (liberal ones worth being pursued by free men). Mathematics was the quadrivium, the sum of arithmetic, geometry astronomy and music, held in higher esteem than the (more trivial) trivium: grammar, rhetoric and dialectic. …As far as I am familiar with languages, Ducth is the only one in which the term for mathematics is neither derived from nor resembles the internationally sanctioned Mathematica. The Ducth term was virtually coined by Simon (1548-1620): Wiskunde, the science of what is certain. Wis en zeker, sure and certain, is that which does not yield to any doubt, and kunde means, knowledge, theory. Dari sisi abstraksi Matematika, melihat tiga ciri utama Matematika, yaitu; 1) Matematika disajikan dalam pola yang lebih ketat, 2) Matematika berkembang dan digunakan lebih luas daripada ilmu-ilmu lain, dan 3) Matematika lebih terkonsentrasi pada konsep.

Robert E. Reys, Marilyn N. Suydam, Mary M. Lindquist dan Nancy L. Smith

(1998: 2) Mathematics involves far more than computation 1. Mathematics is a study of

patterns and relationships, 2. Mathematics is a way of thinking, 3. Mathematics is an art,

4. Mathematics is a language, 5. Mathematics is a tool. Matematika adalah telaahan

tentang pola dan hubungan, suatu jalan atau pola berpikir, suatu seni, suatu bahasa dan

suatu alat.

Michael J. Bosse dalam Beautiful Mathematics and Beautiful Instruction: Aesthetics within the NCTM Standards. Mathematics is one of the greatest cultural and intellectual achievements of human-kind and citizens should develop an appreciation and understanding of that achievement, including its aestheticand even recreational aspects. Matematika adalah salah satu penemuan pemikiran dan budaya yang terbesar, dan warga negara perlu mengembangkan suatu pemahaman dan penghargaan (menyangkut) prestasi

itu, termasuk keindahannya dan bahkan aspek berkenaan dengan rekreasi. ([email protected] diakses tanggal 18 Mei 2010).

Teoh Poh Yew (2006: 53) Matematika adalah sebuah subjek yang

mengagumkan yang bisa muncul hampir di setiap situasi bahkan selama 15 menit

perjalanan ke arena bermain atau toko kue terdekat.

Matematika menurut Ruseffendi dalam Heruman (2007: 1) adalah bahasa

simbol; ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif; ilmu tentang

pola keteraturan, dan struktur yang terorganisasi, mulai dari unsur yang tidak

didefinisikan, ke unsur yang didefinisikan, ke aksioma atau postulat, dan akhirnya ke

dalil.Sedangkan hakikat Matematika menurut Soedjadi (2000: 13) yaitu memiliki objek

tujuan abstrak, bertumpu pada kesepakatan, dan pola pikir yang deduktif.

Soedjadi (2000: 1) mengemukakan bahwa ada beberapa definisi atau pengertian Matematika berdasarkan sudut pandang pembuatnya, yaitu sebagai berikut:

(1) Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisisr secara sistematik. (2) Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi. (3) Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logik dan berhubungan dengan

bilangan. (4) Matematika adalah pengetahuan fakta-fakta kuantitatif dan masalah tentang ruang dan

bentuk. (5) Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logik. (6) Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Matematika adalah ilmu

deduktif dan universal yang disusun dengan meggunakan bahasa simbol untuk

mengekspresikan hubungan kuantitatif dan ke ruangan yang mengkaji benda abstrak

untuk mendasari perkembangan teknologi modern dan memajukan daya pikir manusia,

serta berguna untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.

b) FungsiMatematika

Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendididkan Kelas II Tahun 2007,

fungsi Matematika adalah untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir

logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif serta kemampuan bekerja sama.

Menurut Cornelius dalam Mulyono Abdurrahman (2003: 253) mengemukakan

perlunya Matematika diberikan kepada siswa karena Matematika merupakan : (1) sarana

berpikir yang jelas dan logis, (2) sarana untuk memecahkan masalah dalam kehidupan

sehari-hari, (3) sarana mengenal pola-pola hubungan dan generalisasi pengalaman, (4)

sarana untuk mengembangkan kreativitas, (5) sarana untuk meningkatkan kesadaran

terhadap perkembangan budaya.

Menurut Cockroft yang dikutip Mulyono Abdurrahman (2003: 253) Matematika

perlu diajarkan kepada siswa karena : (1) selalu digunakan dalam segi kehidupan, (2)

semua bidang studi memerlukan Matematika yang sesuai, (3) merupakan sarana

komunikasi yang kuat, singkat dan jelas, (4) dapat digunakan untuk menyajikan

informasi dalam berbagai cara, (5) meningkatkan kemampuan berpikir logis, ketelitian

dan kesadaran, ke ruangan dan fungsi memberikan kepuasan terhadap usaha

memecahkan masalah yang menantang.

Senada dengan pendapat para ahli di atas, Asep Jihad (2008: 153) berpendapat

bahwa Matematika memiliki 2 fungsi utama, yaitu: 1) Mengembangkan kemampuan

berkomunikasi dengan menggunakan bilangan dan simbol, dan 2) Mengembangkan

ketajaman penalaran yang dapat memperjelas dan menyelesaikan permasalahan dalam

kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa Matematika

sangat besar fungsinya dalam kehidupan sehari-hari yaitu: dapat memberikan bekal

kepada peserta didik untuk berpikir logis, analitis, kritis dan mengembangkan kreativitas,

meningkatkan kemampuan dalam usaha memecahkan masalah yang menantang.

3) Pembelajaran Matematika

a) PengertianPembelajaranMatematika

Menurut Bruner yang dikutip Nyimas Aisyah dkk (2007: 1.5) Pembelajaran

Matematika adalah belajar mengenai konsep-konsep dan struktur-struktur Matematika

yang terdapat di dalam materi yang dipelajari, serta mencari hubungan antara konsep-

konsep struktur-struktur Matematika itu. Sedangkan menurut Nyimas Aisyah dkk (2007:

1.4) Pembelajaran Matematika adalah proses yang sengaja dirancang dengan tujuan

untuk menciptakan suasana lingkungan (kelas/sekolah) yang memungkinkan kegiatan

siswa belajar Matematika di sekolah.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Matematika adalah

proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana yang

memungkinkan kegiatan siswa mempelajari hubungan antara konsep-konsep dan

struktur-struktur Matematika di sekolah.

b) TujuanPembelajaranMatematikadiSekolahDasar

Permendiknas nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi untuk mata pelajaran

Matematika di SD sebagai berikut:

(1) Melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukkan kesamaan, perbedaan, konsistensi, dan inkonsistensi.

(2) Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba.

(3) Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah. (4) Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan

gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, tulisan, grafik, peta, dan diagram.

Sedangkan tujuan pembelajaran Matematika menurut Asep Jihad (2008:153)

mengemukakan bahwa Matematika memiliki beberapa tujuan, di antaranya:

1) Menggunakan algoritma atau prosedur pekerjaan, 2) Melakukan manipulasi secara Matematika, (3) Mengorganisasi data, 4) Memanfaatkan simbol, tabel, diagram dan grafik, 5) Mengenal dan menemukan pola, 6) Menarik keimpulan, 7) Membuat kalimat atau model Matematika, 8) Membuat interpretasi bangun dalam bidang dan ruang, 9) Mamahami pengukuran dan satuan-satuannya, dan 10) Menggunakan alat hitung dan alat bantu Matematika.

Oleh karena itu hasil dari pembelajaran Matematika akan nampak pada

kemampuan berpikir yang matematis dalam diri siswa, yang bermuara pada kemampuan

menggunakan Matematika sebagai bahasa dan alat dalam menyelesaikan masalah-

masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.

c) TahapPenguasaanMatematikadalamPembelajaran

Secara umum terdapat 4 tahapan aktivitas dalam rangka penguasaan materi

pelajaran Matematika di dalam pembelajaran, yaitu:

(1) Penanaman konsep

Tahap penanaman konsep merupakan tahap pengenalan awal tentang konsep yang akan

dipelajari peserta didik.

(2) Pemahaman konsep

Tahap pemahaman konsep merupakan tahap kelanjutan setelah konsep ditanamkan.

(3) Pembinaan keterampilan

Tahap pembinaan keterampilan merupakan tahap yang tidak boleh dilupakan dalam rangka

membina pengetahuan bagi peserta didik.

(4) Penerapan konsep

Tahap penerapan konsep yaitu penerapan konsep yang sudah dipelajari ke dalam bentuk soal-

soal terapan (cerita) yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.Tahap ini disebut juga

sebagai pembinaan kemampuan memecahkan masalah.

d) Teori-teoriPembelajaranMatematika

Menurut Nyimas Aisyah dkk (2007: 1.4) pembelajaran Matematika merupakan

proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana lingkungan

(kelas/sekolah) yang memungkinkan kegiatan siswa belajar Matematika di sekolah.

Dengan demikian pembelajaran akan berjalan dengan baik apabila antara guru

dengan siswa terjadi interaksi yang baik dan adanya kebermaknaan dalam pembelajaran

Matematika tersebut.

Brunner dalam Nyimas Aisyah dkk (2007: 1.6-7) manyatakan bahwa dalam

belajar Matematika ada tiga tahapan yaitu : tahap enaktif, tahap ikonik, dan tahap

simbolik.

1) Tahap Enaktif atau Tahap Kegiatan

Pada tahap ini penyajian materi atau konsep dilakukan melalui tindakan.Anak

secara langsung terlibat dalam memanipulasi (mengotak-atik) objek.Anak belajar

sesuatu pengetahuan yang dipelajari secara aktif, dengan menggunakan benda-

benda konkrit atau nyata.Dalam tahap ini anak memahami sesuatu dari berbuat

atau melakukan sesuatu tanpa menggunakan imajinasinya atau kata-kata.Ia akan

memahami sesuatu dari berbuat atau melakukan sesuatu.

2) Tahap Ikonik atau Tahap Gambar Bayangan

Tahap ini adalah suatu tahap pembelajaran dengan menggunakan pegalaman yang

direpresentasikan atau diwujudkan dalam bentuk bayangan visual (visualimaginery),

gambar atau diagram yang manggambarkan kegiatan konkret atau situasi konkret pada

tahap enaktif.

3) Tahap Simbolik

Tahap ini anak memanipulasi simbol-simbol atau lambang-lambang objek

tertentu.Anak sudah mampu menggunakan notasi tanpa tergantung pada objek

nyata.Pembelajaran dipresentasikan dalam bentuk simbol-simbol arbiter, yang

dipakai berdasarkan kesepakatan orang-orang dalam bidang yang bersangkutan,

baik simbol verbal, lambang-lambang Matematika, maupun lambang abstrak

lainnya.

Selain pendapat di atas, Dienes dalam Nyimas Aisyah dkk (2007: 2.7-11)

membagi tahap-tahap dalam belajar Matematika menjadi 6 tahap, yaitu:

permainan bebas (free play) permainan yang disertai aturan (games), permainan kesamaan sifat (searching for communalities), representasi (representation), simbolisasi (symbolization), dan formalisasi (formalization). 1) Permainan bebas

Permainan bebas merupakan tahapan belajar konsep yang aktivitasnya tidak berstruktur dan tidak diarahkan. Siswa diberi kebebasan untuk mengekspresikan apa yang siswa rasakan dan diinginkan dalam pembelajaran.

2) Permainan disertai aturan Pada permainan ini anak sudah mulai meneliti pola-pola dan keteraturan yang terdapat dalam konsep tertentu.Dengan melalui pemainan anak diajak untuk mulai mengenal dan memikirkan struktur Matematika. Semakin banyak bentuk-bentuk berlainan yang diberikan kepada anak dalam konsep tertentu, maka semakin jelas konsep yang dipahami siswa karena akan memperoleh hal yang bersifat logis dan matematis dalam konsep yang dipelajari.

3) Permainan kesamaan sifat Permainan ini merupakan permainan yang digunakan untuk melatih dan mencari kesamaan sifat-sifat. Guru perlu mengarahkan mereka dengan mentranlasikan kesamaan struktur dari bentuk permainan lain. Tranlasi ini tidak boleh mengubah sifat-sifat abstrak yang ada pada permainan semula.

4) Representasi Pada tahap ini anak mulai belajar membuat pernyataan atau representasi tentang sifat-sifat kesamaan suatu konsep Matematika yang diperoleh pada tahap ketiga, representasi dapat berupa gambar, diagram, atau verbal.

5) Simbolis Simbolisasi merupakan tahap di mana siswa menciptakan simbol Matematika atau rumus verbal yang cocok untuk menyatakan konsep yang representasinya sudah diketahui pada tahap presentasi.

6) Formalisasi Pada tahap ini anak belajar mengorganisasikan konsep-konsep membentuk secara formal dan harus sampai pada pemahaman aksioma, sifat, aturan, dalil sehingga menjadi struktur dari sistem yang dibahas.

Oleh karena itu, dalam pembelajaran Matematika tidak dapat dilakukan secara

acak tetapi harus runtut tahap demi tahap, dimulai dengan pemahaman ide dan konsep

yang sederhana sampai ke jenjang yang lebih kompleks. Siswa tidak mungkin

mempelajari konsep lebih tinggi sebelum ia menguasai atau memahami konsep yang

lebih rendah.

Berdasarkan hal tersebut, pembelajaran Matematika hendaknya dikembangkan

dari yang mudah ke yang sukar, sehingga dalam memberikan contoh guru juga harus

memperhatikan tentang tingkat kesukaran dari materi yang disampaikan. Dengan

demikian dalam pembelajaran Matematika contoh-contoh yang diberikan harus bervariasi

dan tidak cukup hanya satu contoh.

2. Hakekat Teknik Jarimatika

a. Pengertian Jarimatika

Septi Peni Wulandari (2008: 2 ) Jarimatika adalah cara berhitung (operasi kali-

bagi-tambah-kurang) dengan menggunakan jari-jari tangan. Jarimatika adalah sebuah

cara sederhana dan menyenangkan mengajarkan berhitung dasar kepada anak-anak

menurut kaidah. Dimulai dengan memahamkan secara benar terlebih dahulu tentang

konsep bilangan, lambang bilangan, dan operasi hitung dasar, kemudian mengajarkan

cara berhitung dengan jari-jari tangan. Prosesnya diawali, dilakukan dan diakhiri dengan

gembira. Sedangkan menurut Dwi Sunar Prasetyono, dkk (2009: 19) “Jarimatika adalah

suatu cara menghitung Matematika dengan menggunakan alat bantu jari”.

Dari kedua pengertian di atas dapat dirumuskan bahwa jarimatika adalah suatu

cara berhitung (operasi kali-bagi-tambah-kurang) dengan menggunakan alat bantu jari-

jari tangan.

b. LatarBelakang PenggunaanTeknikJarimatika

Menurut Jean Piaget,siswa SD umumnya berada pada tahap pra operasi dan

operasi konkret (usia 6/7 tahun-12 tahun). Sehingga pembelajaran di SD seharusnya

dibuat konkret melalui peragaan, praktik, maupun permainan.

Menurut Bruner dalam Nyimas Aisyah, dkk (2007: 1.6) belajar Matematika

meliputi belajar konsep-konsep dan struktur Matematika yang terdapat didalam materi

yang dipelajari serta mencari hubungan antara konsep-konsep dan struktur-struktur

Matematika itu. Pembelajaran Matematika hendaknya dimulai dengan pengenalan

masalah yang sesuai dengan situasi (contextual problem). Dengan mengajukan masalah

kontekstual, peserta didik secara bertahap dibimbing untuk menguasai konsep

Matematika.

Dalam proses belajar, anak sebaiknya diberi kesempatan memanipulasi benda-

benda atau alat peraga yang dirancang secara khusus dan dapat diotak- atik oleh siswa

dalam memahami suatu konsep Matematika. Melalui alat peraga yang ditelitinya anak

akan melihat langsung bagaimana keteraturan dan pola struktur yang terdapat dalam

benda yang diperhatikannya.

Proses internalisasi akan terjadi secara sungguh-sungguh (yang berarti proses

belajar secara optimal) jika pengetahuan yang dipelajari itu melalui 3 tahapan yaitu:

1) Tahap Enaktif

Dalam tahap ini penyajian yang dilakukan melalui tindakan anak secaralangsung

terlihat dalam memanipulasi (mengotak-atik) objek.

2) Tahap Ikonik

Dalam tahap ini kegiatan penyajian dilakukan berdasarkan pada pikiran internal

dimana pengetahuan disajikan melalui serangkaian gambar-gambar atau grafik yang

dilakukan anak, berhubungan dengan mental yang merupakan gambaran dari objek-

objek yang dimanipulasinya.

3) Tahap Simbolis

Dalam tahap ini bahasa adalah pola dasar simbolik, anak memanipulasi simbol-

simbol atau lambang-lambang objek tertentu.

Belajar Matematika melalui dua tahap, yaitu tahap konkret dan tahap abstrak.

Pada tahap konkret, anak memanipulasi objek-objek konkret untuk dapat memahami ide-

ide abstrak. Guru hendaknya memberi kegiatan agar anak dapat menyusun struktur

Matematika sejelas mungkin sebelum mereka dapat menggunakan pengetahuan awalnya

sebagai dasar belajar pada tahap berikutnya. Sering kita jumpai peserta didik kita tidak

suka Matematika, susah memahami angka/bilangan dan enggan belajar berhitung, kita

pun pernah mengalami hal yang sama, padahal kita juga tahu bahwa berhitung dan

Matematika merupakan hal yang penting untuk dikuasai. Maka permasalahan yang

seringkali muncul adalah: ketidak-sabaran (pada diri anak dan orangtua) dan proses

memaksa-terpaksa (yang sangat tidak menyenangkan kedua belah pihak).

Matematika merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari hal-hal abstrak

yang berupa fakta, konsep, prinsip.Peserta didik SD sedang mengalami tahap berpikir pra

operasional dan operasional konkret. Untuk itu perlu adanya kemampuan khusus guru

untuk menjembatani antara dunia anak yang bersifat konkret dengan karakteristik

Matematika yang abstrak.

Pembelajaran akan efektif jika dilakukan dalam suasana menyenangkan. Guru

harus senantiasa mengupayakan situasi dan kondisi yang tidak membosankan apalagi

menakutkan bagi peserta didik. Salah satu upaya yang dapat ditempuh guru adalah

dengan menerapkan trik-trik berhitung yang mempermudah dan menyenangkan bagi

peserta didik untuk melakukannya. Salah satu trik berhitung yang menjadi tren saat ini

adalah teknik jarimatika.

Jarimatika memperkenalkan kepada anak bahwa Matematika (khususnya

berhitung) itu menyenangkan. Didalam proses yang penuh kegembiraan itu anak

dibimbing untuk bisa dan terampil berhitung dengan benar.

Jarimatika memberikan salah satu solusi dari permasalahan-permasalahan

tersebut, karena jarimatika memenuhi kaidah-kaidah pembelajaran Matematika yang

membuat peserta didik merasakan bahwa pembelajaran sangat menyenangkan dan

menantang.

c. Sejarah Jarimatika

Berawal dari kepedulian seorang ibu terhadap materi pendidikan anak-anaknya.

Banyak metode dipelajari, tetapi semuanya memakai alat bantu dan kadang membebani

memori otak. Setelah itu dia mulai tertarik dengan jari sebagai alat bantu yang tidak perlu

dibeli, dibawa kemana-mana dan ternyata juga mudah dan menyenangkan. Anak-anak

menguasai metode ini dengan menyenangkan dan menguasai keterampilan berhitung.

Akhirnya penelitian dari hari ke hari untuk mengotak-atik jari hingga ke perkalian dan

pembagian, serta mencari uniknya berhitung dengan keajaiban jari lalu dinamakan

“Jarimatika”.Penerapanpada anak dimulai pada usia 3 tahun untuk pengenalan konsep

sampai usia 12 tahun. Jarimatika ini ada 4 level, masing-masing ditempuh 3 bulan.

Setelah selesai lulusan Jarimatika akan masuk ke “Fun Mathematic Club” yang akan

mengupas Matematika secara mudah dan menyenangkan, sesuai materi di sekolahnya.

Proses ini mungkin dapat membantu anak menghilangkan fobia terhadap

Matematika. Sebagaimana diketahui Matematika masih menjadi momok bagi sebagian

besar anak (dan juga orang tua). Maka kami belajar untuk menjadikannya mudah dan

menyenangkan.

Penyusunan buku jarimatika pun diberikan banyak gambar menarik untuk

memudahkan pemahaman dan juga menarik minat untuk mempelajarinya. Beberapa

cerita disisipkan untuk memberikan jeda dan memberikan ilustrasi pentingnya jeda dalam

proses belajar. Bahasanya diupayakan agar ringan dan mudah dimengerti.

Sebenarnya teknik jarimatika adalah kreativitas manusia pada jaman dahulu

sebelum kalkulator ditemukan, mereka mencoba cara atau teknik untuk mempermudah

perhitungan tanpa membebani otak terlalu banyak.

d. KeunggulanTeknikJarimatika

Ada beberapa keunggulan teknik jarimatika yaitu:

a. Berhitung menggunakan teknik jarimatika mudah dipelajari bagi peserta didik,

karena jarimatika mampu menjembatani antara tahap perkembangan kognitif peserta

didik yang konkret dengan materi berhitung yang bersifat abstrak.

b. Jarimatikamemberikan visualisasi proses berhitung, peserta didik belajar dengan

memanipulasi hal-hal konkret tersebut untuk memepelajari materi Matematika yang

bersifat abstrak dan deduktif.Ilmu ini mudah dipelajari segala usia, minimal anak

usia 3 tahun.

c. Menyenangkan karena peserta didik merasakan seolah mereka bermain sambil

belajar dan merasa tertantang dengan teknik jarimatika.

d. Tidak membebani memori otak peserta didik. Teknik berhitung jarimatika mampu

menyeimbangkan kerja otak kanan dan kiri, hal itu dapat ditunjukkan pada waktu

berhitung mereka akan mengotak-atik jari-jari tangan kanan dan kirinya secara

seimbang. Jarimatika mengajak peserta didik untuk dapat mengaplikasikan operasi

hitung dengan cepat dan akurat menggunakan alat bantu jari-jari tangan, tanpa harus

banyak menghafalkan semua hasil operasi hitung tersebut.

e. Praktis dan efisien. Dikatakan praktis karena alat hitungnya jari maka selalu dibawa

kemana-mana. Alatnya tidak akan pernah ketinggalan dan tidak akan disita apalagi

diambil, jika si anak ketahuan memakai jari-jari sebagai alat hitungnya pada saat

ujian. Efisien karena alatnya selalu tersedia dan tidak perlu dibeli.

f. Penggunaan jarimatika lebih menekankan pada penguasaan konsep terlebih dahulu

baru ke cara cepatnya, sehingga anak-anak menguasai ilmu secara matang. Selain itu

metode ini disampaikan secara ”fun”, sehingga anak-anak akan merasa senang dan

gampang bagaikan “tamasya belajar”.

g. Berpengaruh terhadap daya pikir dan psikologis, karena diberikan secara

menyenangkan maka sistem limbik di otak anak akan senantiasa terbuka sehingga

memudahkan anak dalam menerima materi baru. Membiasakan anak

mengembangkan otak kanan dan kirinya, baik secara motorik maupun secara

fungsional, sehingga otak bekerja lebih optimal. Tidak memberatkan memori otak,

sehingga anak menganggap mudah, dan ini merupakan step awal membangun rasa

percaya dirinya untuk lebih jauh menguasai ilmu Matematika secara luas.

e. Formasi Jarimatika Perkalian

Sesuai dengan tujuan dari skripsi ini penulis akan memaparkan teknik jarimatika

untuk pembelajaran perkalian. Ada beberapa hal yang perlu diingat sebelum mengajarkan

teknik jarimatika perkalian pada anak-anak, yaitu anak-anak harus memahami konsep

dasar perkalian terlebih dahulu. Dibawah ini merupakan langkah-langkah pembelajaran

perkalian kelompok dasar (bilangan 6-10):

1. Sebelum mempelajari jarimatika, siswa terlebih dahulu perlu memahami angka atau

lambang bilangan.

2. Setelah itu, siswa mengenali konsep operasi perkalian.

3. Siswa sebelumnya diajak bergembira, bisa dengan bernyanyi.

4. Mengenal lambang-lambang yang digunakan di dalam jarimatika. Pengenalannya dengan

praktek secara langsung yaitu siswa diminta mengangkat jari-jarinya ke atas kemudian

mendemonstrasikan formasi jari tangan yang digunakan dalam jarimatika seperti pada

gambar 2 di bawah ini:

Gambar 2. Formasi Jarimatika Perkalian 6-10

5. Siswa diajarkan cara-cara menghitung dengan jarimatika dengan ketentuan sebagai

berikut :

Rumus: (T1 + T2) + (B1 x B2)

Keterangan:

T1 = jari tangan kanan yang ditutup (puluhan)

T2 = jari tangan kiri yang ditutup (puluhan)

B1 = jari tangan kanan yang dibuka (satuan)

B2 = jari tangan kiri yang dibuka (satuan)

6. Guru dan siswa melakukan operasi perkalian dengan mendemonstrasikan menggunakan

jari tangan.

Contoh:

Gambar 3.Formasi Berhitung Perkalian

Tangan kanan (7) : kelingking dan jari manis ditutup (dilipat).

Tangan kiri (8) : kelingking, jari manis, dan jari tengah ditutup

(dilipat).

7 x 8 dapat diselesaikan sebagai berikut.Jari yang ditutup bernilai

puluhan, dijumlahkan.Jari yang terbuka bernilai satuan, dikalikan.

Formasi Jarimatikanya adalah sebagai berikut:

Gambar 4. Contoh Formasi Jari Berhitung dengan Jarimatika

7 x 8 = (T1 + T2) + (B1 x B2)

= (20 + 30) + (3 x 2)

= 50 + 6

= 56

7. Ajak siswa terus bergembira, jangan merepotkan anak untuk menghafal lambang-

lambang jarimatika.

8. Melakukan latihan secara rutin dengan demikian anak merasa senang tanpa ada paksaan

untuk menghafal.

B. Penelitian yang Relevan

Adapun beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah:

1. Gunawan Ari Saputro. 2009. Mahasiswa FKIP Universitas Sebelas Maret dalam skripsinya

yang berjudul “Efektifitas Pengajaran Sempoa dan Jarimatika untuk Mengatasi Kesulitan

Belajar Matematika Siswa Kelas I SDN Candirejo kab. Semarang Tahun Ajaran

2008/2009”. Berdasarkan hasil penelitian ini disimpulkan bahwa dengan kedua pengajaran

yang diterapkan dalam penelitian ini yaitu sempoa dan jarimatika. Masing-masing

mengungkapkan bahwa penggunaan media jarimatika maupun sempoa mampu

meningkatkan prestasi belajar siswa. Hasil penelitian tersebut terbukti bahwa baik

pengajaran dengan menggunakan media sempoa maupun media jarimatika keduanya

mampu meningkatkan prestasi belajar Matematika siswa. Persamaan penelitian ini dengan

penelitian yang peneliti lakukan adalah sama-sama mengkaji pembelajaran yang

menggunakan teknik jarimatika.

2. Darmilah. 2009. “Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Berhitung Matematika Dengan

Menggunakan Metode Jarimatika Pada Siswa Kelas Dasar I SLB-A Dria Adi Semarang”.

Dalam hasil penelitiannya disimpulkan bahwa metode jarimatika meningkatkan prestasi

belajar Matematika berhitung pada siswa kelas I SLB-A Dria Adi Semarang Tahun

Pelajaran 2008/2009. Hal ini bisa dipahami dengan memperhatikan nilai awal prestasi

belajar berhitung penjumlahan dan pengurangan nilai rerata sebesar 50,00 ketuntasan

secara klasikal sebesar 33,33%. Pada siklus I, diketahui rerata nilai berhitung penjumlahan

dan pengurangan sebesar 60,00 ketuntasan secara klasikal mencapai 66,67%. Pada siklus II,

diketahui rerata nilai berhitung penjumlahan dan pengurangan sebesar 70,00 seluruh siswa

mendapat nilai 60,00 atau lebih (tuntas belajarnya). Ketuntasan secara klasikal telah

mencapai 100%. Berdasarkan data tersebut, secara klasikal telah mencapai ketuntasan

belajar.

3. Sutino. 2009. “Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Dengan Metode

Pembelajaran Jarimatika Kelas VIII/SMPLB/B YPAALB Langenharjo Sukoharjo”.

Diperoleh hasil bahwa penerapan pembelajaran dengan menggunakan metode jarimatika

yang dilakukan mulai dari kondisi awal, siklus I dan siklus II telah berhasil meningkatkan

prestasi belajar Matematika Siswa kelas VIII/SMPLB/B YPAALB Langenharjo Sukoharjo.

C. Kerangka Berpikir

Banyak yang menganggap bahwa pelajaran Matematika adalah pelajaran yang

paling sulit, menakutkan, menjenuhkan dan tidak menyenangkan.Siswa pada umumnya

menganggap bahwa mata pelajaran Matematika adalah “momok”.Pelajaran yang kerap

dihindari seperti kerapnya untuk tidak dipelajari.Hal ini dikarenakan dalam

menyampaikan konsep perkalian, para guru banyak yang menggunakan cara

konvensional yaitu dengan memaksa anak untuk menghafal secara mencongak, karena

jika tidak segera hafal anak akan merasa kesulitan jika telah menginjak materi

Matematika di kelas berikutnya. Sedangkan siswa sendiri sulit untuk menghafal perkalian

dan merasa malas untuk menghafal yang memberatkan otak mereka.Dengan

penyampaian seperti itu tentu saja selain mematikan kreativitas anak juga menghilangkan

unsur belajar bermakna.Sehingga menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa khususnya

kemampuan berhitung perkalian.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, guru menerapkan teknik jarimatika

yaitu salah satu metode yang telah berkembang untuk pembelajaran Matematika

khususnya dalam berhitung mudah dan menyenangkan dengan menggunakan jari-jari

tangan. Kelebihan dari pengajaran dengan menggunakan teknik jarimatika yaitu

sederhana, alatnya selalu tersedia dan tidak perlu dibeli, alatnya tidak akan pernah

ketinggalan atau disita saat ujian, tidak memberatkan otak dengan bayangan, dan tenyata

juga mudah untuk dilakukan. Guru menggunakan metode tersebut untuk mengajarkan

perkalian, sehingga anak akan mudah memahami dan memudahkan para siswa untuk

melakukan berhitung perkalian selanjutnya hafal dengan sendirinya tanpa ada paksaan

dan tekanan dari orang tua dan guru.

Setelah guru menerapkan teknik jarimatika, siswa menjadi lebih tertarik dan

senang dalam mata pelajaran Matematika khususnya berhitung perkalian, selain itu siswa

mampu menyelesaikan masalah berhitung perkalian dengan teknik jarimatika. Pada

kondisi akhir kemampuan berhitung siswa terhadap materi perkalian meningkat.

Dari uraian pemikiran di atas, maka dapat divisualisasikan dalam bentuk

kerangka pemikiran pada gambar 5.

Gambar 5. Kerangka Berpikir

Dari kerangka berfikir di atas, dapat diketahui bahwa sebelum mengunakan teknik

jarimatika hasil pembelajaran khusunya kemampuan berhitung perkalian masih

rendah.Kemudian setelah menggunakan teknik jarimatika ada peningkatan kemampuan

berhitung perkalian yang cukup berarti. Penelitian ini direncanakan dua siklus dan akan

Kondisi Awal

Tindakan

Kondisi Akhir

Meningkatnya kemampuan berhitung perkalian.

Menerapkan teknik jarimatika untuk mengajarkan perkalian.

Pembelajaran Matematika terutama dalam hal perkalian, belum menerapkan teknik jarimatika Siklus I

60% dari jumlah siswa harus tuntasmemperoleh nilai ≥ 60

Siklus II 70% dari jumlah siswa harus tuntasmemperoleh nilai ≥

Rendahnya kemampuan berhitung perkalian

Guru Siswa

diakhiri sampai didapat hasil yang mencapai rata-rata kelas 70 dan siswa yang

memperoleh nilai ≥ 60 (KKM) mencapai 70% dari semua siswa kelas II.

D. Hipotesis

Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka pemikiran, maka dapat dirumuskan

hipotesis penelitian tindakan kelas sebagai berikut: “Dengan menggunakan

teknikjarimatika dapat meningkatkan kemampuan berhitung perkalian pada siswa kelas II

semester 2 SD Negeri Tegaldowo 2 Tahun Pelajaran 2009/2010”.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. TempatPenelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelas II SD Negeri Tegaldowo 2 tahun pelajaran

2009/2010. Lokasi sekolah berada di kelurahan Tegaldowo kecamatan Gemolong

kabupaten Sragen.Di sekolah ini hanya terdapat 1 kelas pada tiap tingkatnya dengan

jumlah siswa pada kelas II pada tahun ajaran 2009/2010 yaitu 20 orang, dengan rincian 8

siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan.

Adapun alasan pemilihan tempat tersebut didasarkan pada pertimbangan:

1. Pada tahun pelajaran sebelumnya, dalam penyampaian materi pembelajaran

Matematika khususnya dalam materi perkalian masih menggunakan teknik

menghafal sehingga kemampuan berhitung perkalian siswa kelas II masih rendah.

2. Sekolah Dasar Negeri Tegaldowo 2 yang berada di kecamatan Gemolong, kabupaten

Sragen lokasinya dekat dengan rumah peneliti sehingga lebih mudah dijangkau

peneliti.

2. WaktuPenelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester 2 tahun pelajaran 2009/2010 selama

enam bulan. Penelitian dimulai pada bulan Januari s.d. Juni tahun 2010. Waktu dan jenis

kegiatan penelitian dapat dilihat pada tabel 1 di bawah ini.

Tabel 1.Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian

Januari Februari Maret April Mei Juni No Waktu

Jenis Keg 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Pengajuan judul

2 Pengumpulan data

3 Pengajuan

proposal

4 Revisi Proposal

5 Pengajuan surat

izin

6 Pelaksanaan

1. Siklus I

2. Siklus II

7 Analisis data

8 Pembuatan laporan

9 Ujian Skripsi

B. Bentuk dan Strategi Penelitian

1. BentukPenelitian

Penelitian ini berbentuk Penelitian Tindakan Kelas, istilah dalam bahasa Inggris

adalah Classroom Action Research (CAR). I. G. A. K Wardani, dkk (2006: 1.3)

penelitian kelas merupakan terjemahan dari classroom action research, yaitu satu action

research yang dilakukan di kelas. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan penelitian

yang dapat dilakukan sendiri oleh guru atau kolaboratif yang melibatkan peneliti, guru,

siswa maupunkaryawan sekolah yang lain yang bertujuan untuk memperbaiki sistem

sertakinerja guru dalam rangka memperbaiki atau meningkatkan mutu proses dan

hasilpembelajaran siswa. Dalam Penelitian Tindakan Kelas ini, digunakan teknik

jarimatika untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan hasil pembelajaranberhitung

perkalian siswa.Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk

mendeskripsikanpenggunaan teknik jarimatika dalam pembelajaran berhitung perkalian.

Pelaksanaan pembelajaran dalam penelitian dilaksanakan dalam 4 tahap, yaitu :

Perencanaan (planning), Tindakan (acting), Pengamatan (observing), dan refleksi

(reflecting).

a. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini pelaksanaan pembelajaran direncanakan dengan teknik

jarimatika pada mata pelajaran Matematika kelas II semester 2 SD Negeri Tegaldowo

2 tahun pelajaran 2009/2010. Rencana pembelajaran sesuai dengan Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

Perencanaan dilaksanakan secara partisipatif secara aktif berdasarkan

identifikasi pada tahap sebelumnya. Tahap ini bersifat diagnostik untuk menghasilkan

formulasi tindakan yang akan dilakukan pada tahap selanjutnya untuk memecahkan

masalah atau melakukan perbaikan. Formulasi rencana tindakan ini mencakup pihak

yang dilibatkan, strategi dan sarana yang digunakan. Pada tahap ini juga disusun

rencana observasi/monitoring terhadap perubahan yang akan dilakukan serta teknik

dan instrumen yang digunakan.

b. Tahap Tindakan

Pada tahap ini dilaksanakan implementasi tindakan yang telah direncanakan

pada tahap perencanaan, yaitu menggunakan teknik jarimatika dalam pembelajaran

Matematika pada materi perkalian kelas II semester 2.Tahap ini dilaksanakan melalui

upaya perbaikan implementasi yang telah ditetapkan pada tahap sebelumnya. Dalam

penelitian tindakan sering terjadi belokan-belokan kecil dari rencana yang telah

disusun, karena itu akan selalu dicatat perubahan-perubahan kecil tersebut dan alasan

perubahan itu terjadi

c. Tahap Pengamatan/Observasi

Tahap ini berupa perwujudan tahap pengumpulan data yang berupa aktivitas

siswa dan guru selama penerapan teknik jarimatika dalam pembelajaran berhitung

perkalian, pengumpulan data dilakukan dengan carapengamatan secara langsung

terhadap tindakan siswa dalam pembelajaran berhitung perkalian.

d. Tahap Evaluasi/Refleksi

Pada tahap ini, data-data yang diperoleh melalui observasi dikumpulkan dan

dianalisis guna mengetahui seberapa jauh tindakan telah membawa perubahan, dan

bagaimana perubahan terjadi. Dengan demikian pada tahap ini dilakukan evaluasi

secara kritis mengenai hal-hal yang sudah dilakukan, seberapa efektif perubahan

tersebut, kendala, pendorong perubahan dan langkah perbaikan. Hasil refleksi

merupakan jawaban atas masalah-masalah penelitian serta tolok ukur siklus

selanjutnya.

2. StrategiPenelitian

Strategi yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif.Strategi

ini bertujuan untuk menggambarkan serta menjelaskan kenyataan dilapangan melalui

pengamatan peneliti.Dalam hal ini objek yang diamati adalahkegiatan pembelajaran

berhitung perkalian sebelum dan sesudah diberikan tindakan denganpenggunaan teknik

jarimatika.

.

C. Subjek dan Objek Penelitian

1. SubjekPenelitian

Subjek penelitian ini adalah guru dan siswa kelas II SD Negeri Tegaldowo 2

tahun pelajaran 2009/2010.Adapun jumlah siswa yang diteliti adalah 20 siswa, terdiri dari

8 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan.

2. ObjekPenelitian

Objek penelitian ini adalah kegiatan pembelajaran berhitung perkalian pada

mata pelajaran Matematika di kelas II semester 2 SD Negeri Tegaldowo 2 tahun

pelajaran 2009/2010.

D. Sumber Data

Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 107) “Sumber data adalah subjek dari mana

data dapat diperoleh“. Suharsimi Arikunto (2001: 91) Data adalah hasil pencatatan

peneliti, baik yang berupa fakta maupun angka. Data atau informasi yang paling penting

untuk dikumpulkan dan dikaji dalam penelitian ini, sebagian besar berupa kualitatif.

Informasi tersebut akan digali dari berbagai sumber data dan jenis data yang akan

dimanfaatkan dalam penelitian ini meliputi :

1. Informasi data dari narasumber yang terdiri dari guru dan siswa kelas II SD Negeri

Tegaldowo 2.

2. Tempat dan Peristiwa

a. Tempat : Ruang kelas II

b. Peristiwa : Proses belajar dan mengajar pada mata pelajaran

Matematika (materi perkalian) dengan teknik

jarimatika.

3. Dokumen

Digunakan untuk memperoleh data berupa nama responden penelitian, sejarah

perkembangan SD Negeri Tegaldowo 2, daftar nilai untuk mendapatkan data nilai

siswa sebelum dilakukan tindakan.

4. Tes Hasil Belajar

Untuk mengetahui peningkatan kemampuan berhitung perkalian setelah dilakukan

tindakan.

5. Foto

Dengan alat kamera foto, untuk memperjelas deskripsi sebagai situasi dan perilaku

subjek yang diteliti.

E. Teknik Pengumpulan Data

Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 197) teknik pengumpulan data adalah

bentuk penerimaan data yang dilakukan dengan cara merekam kejadian, menghitungnya,

mengukur dan mencatatnya. Sesuai bentuk penelitian tindakan kelas dan juga sumber

data yang dimanfaatkan, maka teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam

penilaian ini adalah:

1. Wawancara

I. Djumhur dan Muh. Surya dalam (http://sevli074.wordpress.com/ diakses

tanggal 18 Mei 2010)Wawancara merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan

jalan mengadakan komunikasi dengan sumber data. Komunikasi tersebut dilakukan

dengan dialog (tanya jawab) secara lisan, baik langsung maupun tidak langsung.

Suharsimi Arikunto (2001: 30) berpendapat bahwa

wawancara adalah suatu metode atau cara yang digunakan untuk mendapatkan

jawaban dari responden dengan jalan tanya-jawab sepihak.

Wawancara yang dilakukan oleh peniliti bersifat fleksibel. Tidak

berstruktur ketat, tidak dalam suasana formal, dan dapat dilakukan berulang pada

informan yang sama. Wawancara ini lebih tepat disebut mendalam (in-depth

interviewing) yang dilakukan pada semua informan.Dengan wawancara mendalam

berharap akan memperoleh informasi yang rinci dan mendalam mengenai bagaimana

proses pembelajaran perkalian dan teknik pembelajaran yang digunakan dalam

pembelajaran perkalian. Dalam penelitian ini wawancara dilakukan kepada guru

maupun siswa kelas II SD Negeri Tegaldowo 2 tentang materi yang diajarkan dan

kesulitan yang dialami siswa dalam menyelesaikan soal perkalian serta mengetahui

efektifitas penggunaan teknik jarimatika.

2. Observasi

Suharsimi Arikunto (2001: 30) menyatakan bahwa Observasi merupakan

suatu teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti serta

pencatatan secara sistematis. Dalam (http://sevli074.wordpress.com/ diakses tanggal

18 Mei 2010)Observasi adalah pengamatan langsung para pembuat keputusan

berikut lingkungan fisiknya dan atau pengamatan langsung suatu kegiatan yang

sedang berjalan.Observasi yang dilakukan peneliti adalah observasi langsung (direct

observation) terhadap objek yang diteliti. Observasi yang dilakukan pada siswa kelas

II SD Negeri Tegaldowo 2, untuk mengetahui aktivitas dan perhatiannya selama

proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan teknik jarimatika pada

materi perkalian.

Selain itu observasi dilakukan untuk memantau proses dan dampak

pembelajaran yang diperlukan untuk menata langkah-langkah perbaikan agar lebih

efektif dan efisien. Langkah-langkah observasi menurut Amir (2007: 134) meliputi:

(1) perencanaan (planning), (2) pelaksanaan observasi kelas (classroom), dan (3)

pembahasan balikan (feedback). Dapat divisualisasikan pada gambar 6.

Gambar 6. Siklus Observasi (David Hopkins, 1992: 243) dalam Amir (2007: 135)

3. Dokumentasi

Feedback

Planning

Classroom

Suharsimi Arikunto (2002: 206) Metode dokumentasi yaitu mencari data

mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar,

majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda, dan sebagainya. Dokumentasi

digunakan untuk memperoleh dokumentasi kegiatan pembelajaran. Pada penelitian

ini dokumen yang dimanfaatkan berupa : daftar nilai, instrumen, arsip penilaian guru,

bukti fisik kegiatan berupa foto, dll.

4. Tes

Suharsimi Arikunto (2002: 127) Tes adalah serentetan pernyataan atau

latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan,

intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.

Metode tes digunakan untuk mengetahui kesalahan yang dilakukan siswa

kelas II SD Negeri Tegaldowo 2 dalam menyelesaikan soal perkalian dan untuk

mengetahui peningkatan kemampuan berhitung siswa setelah melakukan tindakan.

F. Validitas Data

Informasi yang telah dikumpulkan oleh peneliti dan dijadikan data dalam

penelitian harus di periksa validitasnya sehingga data tersebut dapat

dipertanggungjawabkan. Selain itu data tersebut dapat dijadikan dasar yang kuat dalam

menarik kesimpulan. Adapun teknik yang digunakan untuk menguji validitas data,

peneliti menggunakan dua macam yaitu:

1. Trianggulasi data

Trianggulasi data juga sering disebut sebagai trianggulasi sumber.Dalam

mengumpulkan data, peneliti wajib menggunakan beragam sumber data yang

tersedia. Artinya data yang sama atau sejenis akan lebih mantap kebenaranya bila

digali dari beberapa sumber data yang berbeda (St. Y Slamet dan Suwarto, 2007: 54).

Trianggulasi data dilakukan dengan memanfaatkan jenis sumber data yang berbeda-

beda untuk menggali data yang sejenis. Untuk menggali data yang sejenis bisa

diperoleh dari nara sumber (manusia), dari kondisi lokasi, dari aktivitas yang

menggambarkan perilaku siswa atau dari sumber yang berupa catatan/arsip yang

memuat catatan yang berkaitan dengan data yang dimaksud. Pada penelitian ini data

yang diukur menggunakan trianggulasi sumber yaitu proses pembelajaran perkalian

dan teknik pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran perkalian dengan cara

membandingkan hasil wawancara dengan isi dokumen yang berkaitan, aktivitas dan

perhatian siswa selama proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan

teknik jarimatika pada materi perkalian dengan cara membandingkan data hasil

pengamatan dengan hasil wawancara, dokumentasi dengan cara membandingkan apa

yang dikatakan oleh seseorang tentang situasi penelitian dengan bukti fisik kegiatan

berupa foto. Dengan cara ini data sejenis bisa teruji kemantapan dan kebenarannya

dari sumber data yang berbeda-beda. Sehingga diharapkan dapat memberi informasi

yang lebih tepat sesuai keadaan siswa kelas II SD Negeri Tegaldowo 2.

2. Validitas isi

validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap isi tes dengan analisis rasional (professional judgment), "sejauh mana item-item dalam tes mencakup keseluruhan kawasan isi objek yang hendak diukur" atau "sejauh mana isi tes mencerminkan ciri atribut yang hendak diukur".Pengertian "mencakup keseluruhan kawasan" isi tidak saja menunjukkan bahwa tes tersebut harus memuat isi yang komprehensif dan relevan pada batasan tujuan ukur. Estimasi validitas ini tidak melibatkan perhitungan statistik apapun melainkan hanya analisis rasional maka tidaklah diharapkan setiap orang akan sama sependapat mengenai sejauh mana validitas isi suatu tes telah tercapai.(http://www.kesimpulan.com/2009/04/konsepsi-validitas-tes-atau-alat-ukur.html diakses tanggal 28 Desember 2009).

Sebuah tes dikatakan memiliki validitas isi apabila mengukur tujuan khusus tertentu

yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang diberikan (Suharsimi Arikunto,

2001: 67). Pada penelitian ini data yang diukur menggunakan validitas isi yaitu tes

yang digunakan untuk mengukur kemampuan berhitung perkalian sesuai dengan

materi yang diajarkan di kelas II semester 2, maka pada saat penyusunan dilakukan

dengan cara memerinci materi kurikulum atau materi pelajaran. Oleh karena materi

yang diajarkan tertera dalam kurikulum maka validitas isi ini sering juga disebut

validitas kurikuler.

G. Teknik Analisis Data

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah model analisis

interaktif. Model analisis interaktif menurut Miles dan Huberman mempunyai tiga buah

komponen pokok, yaitu Reduksi Data, Sajian Data, Penarikan Kesimpulan atau

Verifikasi. Aktivitasnya dalam bentuk interaktif dengan proses pengumpulan data sebagai

suatu proses siklus untuk lebih jelasnya, proses analisis interaktif dapat digambarkan

dengan skema pada gambar 7 sebagai berikut:

Gambar 7. Analisis Interaktif Model Miles dan Huberman

(Iskandar, 2009: 76)

Langkah-langkah Analisis:

1. Melakukan analisis awal bila data yang didapat di kelas sudah cukup, maka

dapat dikumpulkan.

2. Mengembangkan dalam bentuk sajian data, dengan menyusun coding dan

matrik yang berguna untuk penelitian lanjut.

3. Melakukan analisis data dikelas dan mengembangkan matrik antar kasus.

4. Melakukan verifikasi, pengayaan, dan pendalaman data apabila dalam persiapan

analisis ternyata ditemukan data yang kurang lengkap atau kurang jelas, maka

perlu dilakukan pengumpulan data lagi secara terfokus.

5. Melakukan analisis antar kasus, dikembangkan struktur sajian datanya bagi

susunan laporan.

Pengumpulan Data

Reduksi Data

Penarikan Kesimpulan/Verifikasi

Sajian Data

6. Merumuskan simpulan akhir sebagai temuan penelitian.

7. Merumuskan implikasi kebijakan sebagai pengembangan saran dalam laporan

akhir penelitian.

H. Prosedur penelitian

Prosedur Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini terdiri dari siklus-siklus. Tiap

siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang dicapai, seperti yang telah didesain

dalam faktor-faktor yang diselidiki. Untuk mengetahui permasalahan yang menyebabkan

rendahnya kemampuan berhitung perkalian siswa kelas II SD Negeri Tegaldowo 2

dilakukan observasi terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Selain itu

dilaksanakan observasi dengan guru maupun siswa. Melalui langkah-langkah tersebut

akan dapat ditentukan tindakan yang tepat dalam rangka meningkatkan kemampuan

berhitung perkalian.

Berdasarkan wawancara dengan guru kelas, maka langkah yang tepat untuk

meningkatkan kemampuan berhitung siswa terutama dalam materi perkalian adalah

dengan metode yang menyenangkan dan menarik bagi siswa. Sehubungan dengan hal

tersebut, maka tindakan yang diduga paling tepat adalah dengan menggunakan teknik

Jarimatika. Denagan teknik jarimatika, anak akan dengan mudah memahami dan

selanjutnya hafal (perkalian) dengan sendirinya tanpa ada paksaan dan tekanan dari guru

dan orang tua.

Dengan berpedoman pada refleksi awal tersebut, maka prosedur pelaksanaan

penelitian tindakan kelas ini terdiri dari dua siklus yang masing-masing siklusnya

meliputi: perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Pelaksanaan

dilaksanakan dengan mengadakan pembelajaran yang setiap siklusnya terdiri dari dua

pertemuan yang masing-masing menggunakan waktu 2 x 35 menit sesuai dengan rencana

pelaksanaan pembelajaran.

Secara rinci prosedur pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dapat

dijabarkan dengan uraian berikut:

1. Kegiatan Perencanaan

a. Mengumpulkan data yang diperlukan.

b. Merencanakan (membuat rencana pelaksanaan pembelajaran) untuk pembelajaran

Matematika pada siswa kelas II semester 2 SD Negeri Tegaldowo 2 dan membuat

alat evaluasi.

c. Mempersiapkan media atau peralatan yang akan digunakan.

d. Membuat lembar observasi untuk melihat bagaimana kondisi belajar mengajar di

kelas ketika diajarkan dengan teknik jarimatika.

e. Membuat alat evaluasi untuk melihat kemampuan berhitung perkalian pada

pelajaran matematika siswa dengan menggunakan metode pembelajaran yang

digunakan dapat ditingkatkan

2. Kegiatan Pelaksanaan Tindakan

a. Guru menerapkan pembelajaran Matematika (untuk perkalian) dengan teknik

jarimatika sesuai dengan rancangan pelaksanaan pembelajaran (RPP)I yang telah

disusun sebelumnya.

b. Siswa belajar perkalian dengan mengunakan teknik jarimatika, Siklus I

dilaksanakan dalam 3 kali pertemuan dan masing-masing pertemuan 2 x 35 menit.

3. Kegiatan Observasi

a. Kegiatan ini dilakukan dengan mengamati dan mencatat secara cermat setiap

gejala baik mengenai tindakan, pelaksanaan tindakan, maupun akibat dari

tindakan-tindakan tersebut selama proses pembelajaran.

b. Menilai kemampuan berhitung siswa dalam pembelajaran Matematika.

4. Kegiatan refleksi

Mengadakan refleksi dan evaluasi dari kegiatan 1, 2, 3 bila hasil refleksi dan

evaluasi siklus I menunjukkan tindakan belum tercapai secara optimal, maka perlu

adanya perbaikan pada siklus berikutnya yaitu siklus II yang meliputi: tahap

perencanaan tindakan, tahap pelaksanaan tindakan, tahap observasi dan refleksi.

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan dapat digambarkan pada

gambar 8 sebagai berikut:

Siklus I

Siklus II

Gambar 8. Prosedur Penelitian.

I. Indikator Kinerja

Indikator kinerja yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah meningkatnya

kemampuan berhitung perkalian dengan teknik jarimatika pada siswa kelas II semester 2

SD Negeri Tegaldowo 2 Gemolong Sragen yang ditunjukkan dengan perolehan nilai

minimal 60 (KKM).

Pada siklus I pembelajaran dikatakan berhasil apabila kemampuan berhitung

siswa mencapai rata-rata kelas 60 dan siswa yang memperoleh nilai ≥ 60 (KKM)

mencapai 60%.

Pada siklus II pembelajaran dikatakan berhasil apabila kemampuan berhitung

siswa mencapai rata-rata kelas 70 dan siswa yang memperoleh nilai ≥ 60 (KKM)

mencapai 70%.

Pelaksanaan

Perencanaan Observasi

Refleksi

Pelaksanaan

Perencanaan Observasi

Refleksi

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

Sekolah Dasar Negeri Tegaldowo 2 kecamatan Gemolong kabupaten Sragen

Propinsi Jawa Tengah berdiri pada tahun 1975. Sejak berdiri, status SD Negeri

Tegaldowo 2 adalah Sekolah Dasar Negeri dengan Nomor Statistik Sekolah

(NSS)101031413022, No Statistik Bangunan (NSB) 0082127503010705. Saat ini SD

Negeri Tegaldowo 2 merupakan salah satu SD di Gugus Diponegoro Cabang Dinas

Pendidikan dan Olahraga kecamatan Gemolong kabupaten Sragen. Sejak awal berdirinya

sampai sekarang telah mengalami beberapa pergantian Kepala Sekolah. Kepala yang

menjabat saat ini adalah Bapak Sumanto, S.Pd. SD Negeri Tegaldowo 2 telah

terakreditasi dengan nilai B. Hal ini mendorong pihak sekolah untuk berusaha dalam

meningkatkan kinerja dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang telah

diharapkan.

Secara geografis, letak SDNegeri Tegaldowo 2 berada di desa Wungusari,

kelurahan Tegaldowo, kecamatan Gemolong, kabupaten Sragen. SDNegeri Tegaldowo

terletak di pinggir jalan raya Gemolong-Plupuh, kurang lebih tiga kilometer dari pusat

kecamatan, sehingga transportasinya sangat mudah. Letak sekolah yang strategis ini

mendukung tercapainya informasi yang lebih cepat dan akurat.Lokasinya sangat strategis

sehingga memberikan banyak keuntungan bagi SD ini, diantaranya adalah memberikan

kemudahan bagi sekolah dalam melaksanakan tugas kedinasan.

SD Negeri Tegaldowo 2 pada tahun 2009/2010 dipimpin oleh seorang Kepala

Sekolah dan memiliki 8 guru yang telah berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan 4

orang tenaga pengajar yang masih Wiyata Bakti. Semua personel telah melaksanakan

tugasnya masing-masing dengan baik sesuai dengan tanggungjawabnya. Bukan hanya

guru dan Kepala sekolah yang bertanggungjawab dalam membimbing siswa namun peran

orang tua dan masyarakat juga sangat penting. Hal ini telah diwujudkan di SDNegeri

Tegaldowo 2 dalam wadah Paguyuban Orang Tua Siswa dan Komite sekolah.

Keberhasilan pendidikan siswa merupakan tanggungjawab bersama sehingga harus ada

kerjasama yang baik dari semua pihak.

Jumlah seluruh siswa di SDNegeri Tegaldowo 2 pada tahun 2009/2010 adalah

107 siswa yang terdiri dari 57 siswa laki-laki dan 50 siswa perempuan. Siswa terbagi

dalam 6 kelas yakni kelas I sebanyak 23 siswa, kelas II sebanyak 20 siswa, kelas III

sebanyak 15 siswa, kelas IV sebanyak 15 siswa, kelas V sebanyak 20 siswa dan kelas VI

sebanyak 14 siswa. Siswa berasal dari berbagai latar belakang sosial yang berbeda-beda.

Sebagian besar orang tua siswa bekerja sebagai petani yang pendidikannya masih

terhitung rendah.

Di atas tanah seluas 1800 meter persegi, dengan luas bangunan 518 meter

persegi. Bangunan yang ada adalah 6 ruang kelas, 2 gudang, 1 rumah penjaga, 1 kantin

sekolah, 1 ruang guru dan Kepala Sekolah,UKS, perpustakaan, ruang serba guna dan 2

kamar mandi. Selain mempunyai beberapa ruangan, SDNegeri Tegaldowo 2juga

mempunyai halaman yang sangat luas yang biasanya digunakan untuk pembelajaran

olahraga, upacara dan berbagai kegiatan ekstrakurikuler yang diadakan oleh sekolah serta

tempat bermain bagi para siswa ketika jam istirahat. Taman sekolah juga tertata secara

rapi sehingga memberikan suasana nyaman bagi para siswa dalam mengikuti

pembelajaran ketika di luar ruangan.

Sebelum melaksanakan tindakan, terlebih dahulu peneliti melaksanakan kegiatan

survei awal dengan tujuan mengetahui keadaan nyata yang ada di lapangan. Berdasarkan

hasil wawancara dengan guru dan siswa kelas II SDNegeri Tegaldowo 2, siswa banyak

menemui kesulitan dalam pelajaran Matematika karena mereka menganggap bahwa

Matematika merupakan pelajaran yang penuh dengan angka dan simbol-simbol yang

membosankan sehingga sulit untuk dipahami. Keadaan seperti ini terjadi pada siswa kelas

IIsemester 2 SDNegeri Tegaldowo 2 pada materi perkalian. Siswa masih menemui

kesulitan karena guru belum mengupayakan metode dan strategi pembelajaran yang tepat

untuk meningkatkan kemampuan berhitung siswa terhadap materi pembelajaran sehingga

hasil yang diperolehpun juga belum maksimal.

Untuk lebih jelasnya, Perolehan hasil evaluasi Matematika siswa sebelum

tindakan dapat dilihat pada lampiran 3 halaman 88.Adapun tabel frekuensi nilai

kemampuan berhitung perkalian siswasebelum tindakan dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Data Frekuensi Nilai Kemampuan Berhitung Perkalian Siswa Kelas IISemester 2 SDNegeri Tegaldowo 2 Pada Kondisi Sebelum Tindakan

No Interval Nilai

Frekuensi (fi)

Nilai Tengah

(xi)

fixi Persentase (%)

Keterangan

1 90-100 0 95 0 0 Di atas KKM

2 79-89 4 84 336 20 Di atas KKM

3 68-78 4 73 292 20 Di atas KKM

4 57-67 1 62 62 5 Di atas KKM

5 46-56 5 51 255 25 Di bawah KKM

6 35-45 6 40 240 30 Di bawahKKM

Jumlah 20 1185 100 Nilai rata-rata= 1185 : 20 = 59,25

Ketuntasan klasikal= 9 : 20 x 100 % = 45 %

Dari tabel 2, dapat disajikan dalam bentuk grafik pada gambar 9 sebagai berikut:

Gambar 9. Grafik Nilai Kemampuan Berhitung Perkalian Siswa Kelas II Semester 2 SDNegeri Tegaldowo 2 Pada Kondisi Sebelum Tindakan

Berdasarkan data hasil evaluasi Matematika sebelum menggunakan teknik

jarimatika diperoleh nilai rata-rata kelas sebesar 59,25. Siswa yang mendapat nilai kurang

dari 60 (KKM) sebanyak 11 siswa dan yang mendapat nilai ≥ 60 (KKM) sebanyak 9

siswa. Hal ini dapat diartikan bahwa ketuntasan klasikal sebesar 45% masih berada di

bawah ketuntasan belajar yang ditetapkan yaitu sebesar 70% siswa mendapatkan nilai ≥

60 (KKM).

Berdasarkan nilai evaluasi Matematika yang masih rendah dan banyak siswa

yang belum dapat mencapai KKM menunjukkan bahwa kemampuan siswa masih

rendah.Maka dari itu diperlukan suatu inovasi pembelajaran melalui teknik jarimatika.

Dengan teknik jarimatika diharapkan kemampuan berhitung siswa khususnya pada materi

perkalian akan mengalami peningkatan sehingga ketuntasan belajar siswa dapat tercapai.

B. Deskripsi Permasalahan Penelitian

1. Siklus I

Tindakan siklus I dilaksanakan 3 kali pertemuan. Tiap-tiap pertemuan terdiri

dari dua jam pelajaran (2 x 35 menit), dilaksanakan pada tanggal 22 April s.d. 24 April

2010. Penelitian dilakukan dengan menggunakan penelitian tindakan kelas yang terdiri

atas siklus-siklus dan tiap siklus terdiri dari 4 tahapan. Adapun tahapan yang dilakukan

adalah sebagai berikut:

a. TahapPerencanaan

Pada tahap perencanaan peneliti mengadakan observasi terhadap proses

pembelajaran dan prestasi belajar Matematika pada kelas II untuk mengetahui media,

metode, strategi pembelajaran yang telah digunakan oleh guru, serta proses pembelajaran

yang telah berlangsung. Peneliti juga mencatat hasil belajar yang diperoleh oleh masing-

masing siswa.

Berdasarkan pengamatan dan hasil catatan terhadap proses pembelajaran dan

prestasi belajar sebelum tindakan, dapat diperoleh informasi sebagai data awal. Hasil

pencatatan menunjukkan bahwa dari 20 siswa kelas II terdapat 11 siswa atau sekitar

55% yang masih belum mampu berhitung perkalian. Hal ini ditunjukkan dengan

perolehan nilai siswa yang belum mencapai nilai 60 (KKM). Oleh karena itu, peneliti dan

guru kelas II mendiskusikan rancangan tindakan yang akan dilakukan pada penelitian ini.

Dan diperoleh kesepakatan bahwa pelaksanaan tindakan siklus I dilaksanakan dalam 3

kali pertemuan dengan alokasi waktu tiap pertemuan 2 x 35 menit yaitu pada hari Kamis

tanggal 22 April, Jumat tanggal 23 April, dan Sabtu tanggal 24 April 2010.

Dengan berpedoman pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SD 2006 Kelas

II. Peneliti melakukan langkah-langkah perencanaan pembelajaran Matematika dengan

menerapkan teknik jarimatika sebagai berikut:

1) Mempelajari KTSP dan Silabus Kelas II SD

Standar Kompetensi

3. Melakukan perkalian dan pembagian bilangan sampai dua angka.

Kompetensi Dasar

3.1 Melakukan perkalian bilangan yang hasilnya bilangan dua angka.

2) Peneliti bersama dengan guru merancang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

dengan beberapa indikator sebagai berikut:

3.1.1 Mengenal perkalian sebagai penjumlahan berulang.

3.1.2 Mengalikan bilangan sampai dengan 100 dengan berbagai cara.

3.1.3 Menyelesaikan masalah yang mengandung perkalian.

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dilaksanakan tiga kali pertemuan dan

masing-masing pertemuan dalam waktu dua jam pelajaran (2 x 35 menit). Adapun

RPP siklus I dapat dilihat pada lampiran 5 halaman 90.

3) Peneliti dan Guru membuat LKS dan lembar evaluasi.

4) Menyediakan alat peraga berupa permen untuk penjumlahan berulang, dan selebihnya

menggunakan jari tangan masing-masing.

5) Membuat lembar observasi guru dan siswa.

b. Pelaksanaan Tindakan

Pada tahap ini peneliti melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan teknik

jarimatika sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah

disusun.Pembelajaran pada siklus I dilaksanakan 3 kali pertemuan.

1) Pertemuan Pertama

Pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 22 April 2010. Pada pertemuan ini

materi yang diajarkan adalah mengenal perkalian sebagai penjumlahan berulang. Berikut

ini dipaparkan kondisi riil yang dialami selama proses belajar mengajar berlangsung.

Sebagai kegiatan awal guru dan siswa berdoa bersama, mengkondisikan kelas,

mengabsen siswa, dan melakukan apersepsi. Guru melakukan apersepsi dengan cara

mengajak bernyanyi ”ku punya jari-jari” secara bersama-sama dengan tujuan untuk

memusatkan perhatian siswa serta memotivasi dan mengarahkan minat siswa untuk

mengikuti pembelajaran. Pada awal pembelajaran guru menanyakan kepada siswa

tentang penjumlahan bilangan ”2 + 2 = ...., 3 + 3 + 3 =....”.

Kegiatan inti dimulai guru dengan menjelaskan perkalian sebagai penjumlahan

berulang. Guru memberi contoh menghitung perkalian dengan menggunakan permen

(bilangan 1-5). Selanjutnya guru menyuruh beberapa siswa maju untuk memperagakan

menghitung perkalian dengan menggunakan permen (bilangan 1-5), siswa yang berani

maju memperoleh penghargaan. Guru menyuruh beberapa siswa membuat soal perkalian

di papan tulis kemudian menyuruh siswa lain untuk mengerjakannya. Guru memberikan

evaluasi, siswa kemudian mengumpulkan hasil evaluasi.

Kegiatan akhir guru membimbing siswa untuk menyimpulkan tentang apa yang

telah mereka lakukan dan pelajari. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk

bertanya apabila ada hal-hal yang kurang jelas. Sebagai tindak lanjut guru memberikan

pekerjaan rumah. Guru menutup pembelajaran Matematika.

2) Pertemuan Kedua

Pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 23 April 2010. Pada pertemuan yang

ke-2 ini pembelajaran direncanakan dengan menggunakan teknik jarimatika, materi yang

diajarkan adalah mengalikan bilangan 6-10 dengan berbagai cara.

Pada kegiatan awal guru meminta salah satu siswa untuk memimpin doa. Setelah

itu guru melakukan presensi.Agar suasana kelas menjadi lebih semangat dan hidup, guru

mengajak siswa melakukan “tepuk badut”. Guru memberikan apersepsi dengan menggali

pengalaman siswa dalam pertemuan yang lalu dengan beberapa pertanyaan lisan. Guru

menentukan masalah yang mengkaitkan pada pengalaman siswa dalam kehidupan sehari-

hari yang berkaitan dengan perkalian.

Pada kegiatan inti, guru memperkenalkan jarimatika kepada siswa. Guru

mendemonstrasikanformasi jarimatika bilangan 6-10 dengan menggunakan tangan dan

meminta siswa untuk menirukan. Guru mendemonstrasikan menghitung perkalian dengan

menggunakan teknik jarimatika. Meminta beberapa siswa maju untuk menghitung

perkalian dengan menggunakan jarimatika. Guru membagi siswa dalam kelompok dan

masing-masing kelompok terdiri atas 2 anak. Guru memberi lembar kerja kelompok

kemudian meminta siswa mengerjakan. Salah satu anggota kelompok menyampaikan

hasil diskusi dengan memperagakannya menggunakan teknik jarimatika.Kelompok yang

paling benar/terbaik mendapat penghargaan. Guru memberikan kesempatan kepada siswa

untuk bertanya, kemudian memberikan lembar evaluasi untuk dikerjakan secara individu.

Kegiatan akhir guru membimbing siswa untuk menyimpulkan tentang apa yang

telah mereka lakukan dan pelajari. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk

bertanya apabila ada hal-hal yang kurang jelas. Sebagai tindak lanjut guru memberikan

pekerjaan rumah. Guru menutup pembelajaran Matematika.

3) Pertemuan Ketiga

Pertemuan ketiga dilaksanakan pada tanggal 24 April 2010. Pada pertemuan yang

ke-3 ini pembelajaran direncanakan dengan menggunakan teknik jarimatika, materi yang

diajarkan adalah menyelesaikan masalah yang mengandung perkalian.

Pada kegiatan awal guru meminta salah satu siswa untuk memimpin doa. Setelah

itu guru melakukan presensi.Agar suasana kelas menjadi lebih semangat dan hidup, guru

mengajak siswa bernyanyi lagu “belajar dimana-mana”. Guru memberikan apersepsi

dengan menggali pengalaman siswa dalam pertemuan yang lalu dengan beberapa

pertanyaan lisan. Guru menentukan masalah yang mengkaitkan pada pengalaman siswa

dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan perkalian.

Pada kegiatan inti, guru mengulangi menjelaskan formasi jari tangan dengan

teknik jarimatika dan mendemonstrasikan menghitung perkalian dengan menggunakan

teknik jarimatika. Guru menjelaskan cara menyelesaikan soal cerita tentang perkalian

dengan menentukan kalimat Matematikanya kemudian menghitungnya dengan teknik

jarimatika. Guru membagi siswa dalam kelompok dan masing-masing kelompok terdiri

atas 2 anak. Guru memberi lembar kerja kelompok kemudian meminta siswa

mengerjakan. Salah satu anggota kelompok menyampaikan hasil diskusi dengan

memperagakannya menggunakan teknik jarimatika.Kelompok yang paling benar/terbaik

mendapat penghargaan. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya,

kemudian memberikan lembar evaluasi untuk dikerjakan secara individu.

Kegiatan akhir guru membimbing siswa untuk menyimpulkan tentang apa yang

telah mereka lakukan dan pelajari. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk

bertanya apabila ada hal-hal yang kurang jelas. Sebagai tindak lanjut guru memberikan

pekerjaan rumah. Guru menutup pembelajaran Matematika.

c. Observasi

Dalam tahap ini dilaksanakan pemantauan terhadap pelaksanaan pembelajaran

dengan menggunakan teknik jarimatika, yang dilaksanakan dengan menggunakan alat

bantu berupa lembar observasi dan pengambilan foto dengan kamera. Observasi ini

dilakukan untuk memperoleh data mengenai kesesuaian pelaksanaan pembelajaran

dengan menggunakan teknik jarimatika pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang

telah disusun.Serta untuk mengetahui seberapa besar pengaruh teknik jarimatika dalam

meningkatkan kemampuan menghitung perkalian di kelas II.

Oleh karena itu, pengamatan tidak hanya ditujukan pada aktivitas atau proses

yang terjadi dalam proses pembelajaran, namun juga pada aspek tindakan guru dalam

melaksanakan pembelajaran termasuk suasana kelas pada saat proses pembelajaran

berlangsung.

1) Hasil Observasi Bagi Siswa

Dari data observasi pada lampiran 6 halaman 112 dalam kegiatan pembelajaran di

kelas II siklus I selama tiga kali pertemuan diperoleh hasil observasi sebagai berikut:

a) Seluruh siswa mengikuti pembelajaran Matematika yaitu 20 anak.

b) Kemauan siswa untuk menerima pelajaran masih kurang terlihat. Siswa masih

belum begitu antusias terhadap pembelajaran yang dilaksanakan namun di sisi

lain siswa nampak keingintahuannya terhadap materi pelajaran yang dibahas.

c) Keaktifan siswa dalam memperhatikan penjelasan guru berada dalam kategori

sedang.

d) Siswa kurang aktif menjawab pertanyaan guru dalam kategori sedang karena

masih saja mengobrol dengan teman lain di luar materi pelajaran.

e) Siswa sudah memiliki rasa ingin tahu yang tinggi.

f) Keberanian siswa maju dalam melakukan kegiatan unjuk kerja masih rendah.

g) Siswa dengan sungguh-sungguh mengerjakan tugas baik tugas individu atau

tugas kelompok.

h) Keberanian menyatakan pendapat dan mengajukan pertanyaan masih kurang.

Berdasarkan data di atas dapat ditunjukkan bahwa aktivitas siswa dalam kegiatan

pembelajaran siklus I dalam kategori sedang.

2) Hasil Observasi Bagi Guru

Observasi tidak hanya dilaksanakan pada aktivitas siswa dalam mengikuti

pembelajaran tetapi juga ditujukan pada aktivitas peneliti sebagai guru. Dari data

observasi pada lampiran 7 halaman 113 dalam siklus I selama tiga kali pertemuan

diperoleh hasil observasi terhadap guru sebagai berikut:

a) Kemampuan guru dalam menyampaikan materi masih rendah karena guru

terlalu cepat dalam menjelaskan sehingga belum dapat dipahami oleh siswa.

b) Guru sudah cukup menggunakan berbagai sumber untuk proses pembelajaran.

c) Guru sudah cukup memberikan motivasi kepada siswa.

d) Guru belum memberikan kesempatan untuk bertanya dan merespon pendapat

siswa.

e) Guru belum memberikan teguran secara tegas pada siswa yang kurang

memperhatikan pelajaran.

f) Guru memberikan pujian atau penghargaan atas keberhasilan siswa dengan

baik.

g) Media yang digunakan oleh guru cukup baik karena sudah sesuai dengan

materi yang diajarkan.

h) Kemampuan guru dalam menerapkan teknik jarimatika sudah cukup efektif.

i) Kemampuan guru dalam mengkondisikan siswa ke arah pembelajaran yang

kondusif rendah. Sebagian siswa masih asyik dengan kegiatannya sendiri dan

mengganggu temannya yang lain sehingga kelas masih ramai.

j) Guru telah memberikan tes akhir sebagai alat untuk mengetahui tingkat

keberhasilan siswa dalam menguasai materi.

k) Guru kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk membuat

kesimpulan atau rangkuman materi. Jadi guru hanya menyampaikan

kesimpulan secara lisan sehingga siswa mudah lupa tentang materi yang telah

dipelajari.

l) Guru sudah memberikan balikan dan tindak lanjut pada siswa sehingga

pembelajaran menjadi lebih bermakna.

m) Pengelolaan waktu pada langkah-langkah pembelajaran kurang ditaati oleh

guru, sehingga aplikasi pengajaran kurang terealisasi dengan baik.

Berdasarkan data di atas dapat ditunjukkan bahwa kinerja guru dalam kegiatan

pembelajaran siklus I dalam kategori cukup.

d. Refleksi

Data yang diperoleh melalui observasi dikumpulkan kemudian dianalisis.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan selama proses pelaksanaan tindakan, peneliti

memperoleh temuan bahwa guru masih belum optimal karena guru belum dapat

menyampaikan informasi secara jelas dan terlalu cepat sehingga belum dapat dipahami

oleh siswa. Selain itu, guru belum memberikan teguran secara tegas pada siswa yang

kurang memperhatikan pelajaran, dapat terlihat adanya beberapa siswa yang masih

ramai.Kemauan siswa untuk menerima pelajaran masih kurang terlihat, siswa masih

belum begitu antusias terhadap pembelajaran yang dilaksanakan. Siswa kurang aktif

menjawab pertanyaan guru karena masih saja mengobrol dengan teman lain di luar materi

pelajaran. Keberanian siswa maju dalam melakukan kegiatan unjuk kerja masih rendah.

Apabila dicermati kegagalan siswa dalam menyelesaikan tugas pada saat proses

pembelajaran berlangsung bersumber dari hal-hal sebagai berikut: 1) siswa kurang

memahami pembelajaran dengan teknik jarimatika, 2) siswa masih banyak yang bingung

tentang formasi jarimatika atau langkah-langkah yang digunakan, karena merupakan hal

yang baru, 3) Pada saat melakukan menghitung perkalian bilangan 6-10 dengan hasil dua

angka siswa masih banyak yang menggunakan penjumlahan berulang, 4) Masih ada

siswa yang suka mengganggu teman sehingga menghambat dalam penyelesaian tugas.

Dengan demikian dapat direnungkan bahwa penelitian dalam siklus I belum

menunjukkan keberhasilan dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan permasalahan yang telah dipaparkan di atas, maka peneliti mencari

solusi dengan memberikan arahan kembali kepada siswa tentang formasi jarimatika atau

langkah-langkah yang digunakan dalam pembelajaran menggunakan teknik

jarimatika.Pada saat pembelajaran peneliti meminta siswa maju secara acak dalam

mendemonstrasikan formasi jarimatika dan menghitung perkalian dengan menggunakan

teknik jarimatika. Selain itu, peneliti memberikan konsep angka yang lebih sulit agar

kemampuan berhitung siswa lebih meningkat.

Adapun hasil yang diperoleh siswa setelah menggunakan teknik jarimatika pada

siklus I dapat dilihat pada lampiran 8 halaman 115.Data frekuensi hasil evaluasi

Matematika setelah menggunakan teknik jarimatika pada siklus I dapat dilihat pada tabel

3.

Tabel 3.Data Frekuensi Nilai Kemampuan Berhitung Perkalian Siswa Kelas II Semester 2 SDNegeri Tegaldowo 2 Pada Siklus I

No Interval Nilai

Frekuensi (fi)

Nilai Tengah (xi)

fixi Persentase(%)

Keterangan

1 90-100 5 95 475 30 Di atas KKM

2 79-89 3 84 252 10 Di atas KKM

3 68-78 2 73 146 10 Di atas KKM

4 57-67 4 62 248 20 Di atas KKM

5 46-56 3 51 153 15 Di bawahKK

M 6 35-45 3 40 120 15 Di bawah

KKM

Jumlah 20 1394 100

Nilai rata-rata= 1394 : 20 = 69,70

Ketuntasan klasikal= 14: 20x 100 % = 70 %

Dari tabel 3, dapat disajikan dalam bentuk grafik pada gambar 10 sebagai berikut:

Gambar 10.Grafik Nilai Kemampuan Berhitung Perkalian Siswa Kelas II Semester 2

SDNegeri Tegaldowo 2 Pada Siklus I

2. Siklus II

Pada siklus I hasil pembelajaran kemampuan berhitung perkalian masih belum

tuntas. Oleh karena itu, kegiatan penelitian tindakan kelas ini dilanjutkan ke siklus II

dengan harapan pada siklus II dapat memperbaiki kelemahan-kelemahan pada siklus I.

Kegiatan penelitian tindakan pada siklus II dilaksanakan 3 kali pertemuan pada

tanggal 29 April, 30 April dan 1 Mei 2010 yang diikuti oleh 20 siswa. Alokasi waktu

yang digunakan yaitu 2x 35 menit. Kegiatan dari siklus II ini adalah sabagai berikut:

a. TahapPerencanaan

Berdasarkan hasil refleksi pelaksanaan pada siklus I telah diketahui bahwa ada

peningkatan kemampuan berhitung siswa terhadap materi pembelajaran Matematika

tetapi belum maksimal. Hal tersebut ditunjukkan pada beberapa siswa yang belum tuntas

dalam pembelajaran Matematika pada materi perkalian.

Hal-hal yang perlu diperbaiki guru dalam pembelajaran Matematika

menggunakan teknik jarimatika sebagai upaya untuk mengatasi berbagai kekurangan

yang ada adalah sebagai berikut: memberikan arahan kembali kepada siswa tentang

formasi jarimatika atau langkah-langkah yang digunakan dalam pembelajaran

menggunakan teknik jarimatika, pada saat pembelajaran peneliti meminta siswa maju

secara acak dalam mendemonstrasikan formasi jarimatika dan menghitung perkalian

dengan menggunakan teknik jarimatika. Selain itu, peneliti memberikan konsep angka

yang lebih sulit agar kemampuan berhitung siswa lebih meningkat.

Dengan berpedoman pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SD 2006 Kelas

II. Peneliti melakukan langkah-langkah perencanaan pembelajaran Matematika dengan

menerapkan teknik jarimatika sebagai berikut:

1) Mempelajari KTSP dan Silabus Kelas II SD

Standar Kompetensi

3. Melakukan perkalian dan pembagian bilangan sampai dua angka.

Kompetensi Dasar

3.1 Melakukan perkalian bilangan yang hasilnya bilangan dua angka.

2) Peneliti bersama dengan guru merancang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

dengan beberapa indikator sebagai berikut:

3.1.1 Mengenal perkalian sebagai penjumlahan berulang.

3.1.2 Mengalikan bilangan sampai dengan 100 dengan berbagai cara.

3.1.3 Menyelesaikan masalah yang mengandung perkalian.

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dilaksanakan tiga kali pertemuan dan

masing-masing pertemuan dalam waktu dua jam pelajaran (2 x 35 menit). Adapun

RPP siklus II dapat dilihat pada lampiran 10 halaman 120.

3) Peneliti dan guru membuat LKS dan lembar evaluasi.

4) Menyediakan alat peraga berupa sedotan untuk penjumlahan berulang, dan selebihnya

menggunakan jari tangan masing-masing.

5) Membuat lembar observasi guru dan siswa.

b. PelaksanaanTindakan

Pada tahap ini peneliti melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan teknik

jarimatika sesuai dengan Rencana Pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah

disusun.Pembelajaran pada siklus I dilaksanakan 3 kali pertemuan.

1) Pertemuan Pertama

Pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 29 April 2010. Pada pertemuan ini

materi yang diajarkan adalah fakta dasar perkalian. Berikut ini dipaparkan kondisi riil

yang dialami selama proses belajar mengajar berlangsung.

Sebagai kegiatan awal guru dan siswa berdoa bersama, mengkondisikan kelas,

mengabsen siswa, dan melakukan apersepsi. Guru melakukan apersepsi dengan cara

mengajak bernyanyi ”ku punya jari-jari” secara bersama-sama dengan tujuan untuk

memusatkan perhatian siswa serta memotivasi dan mengarahkan minat siswa untuk

mengikuti pembelajaran. Pada awal pembelajaran guru menanyakan kepada siswa

tentang penjumlahan bilangan ”3 + 3 = ...., 4 + 4 + 4 =...., 5 + 5 + 5 + 5 =....”.

Kegiatan inti dimulai guru dengan menjelaskan perkalian sebagai penjumlahan

berulang. Guru memberi contoh menghitung perkalian dengan menggunakan sedotan

(bilangan 1-5). Selanjutnya guru menyuruh beberapa siswa secara acak dan menyeluruh

tidak hanya siswa yag duduk bagian depan atau belakang saja untuk maju memperagakan

menghitung perkalian dengan menggunakan sedotan (bilangan 1-5), siswa yang berani

maju memperoleh penghargaan. Guru menyuruh beberapa siswa membuat soal perkalian

di papan tulis kemudian menyuruh siswa lain untuk mengerjakannya. Guru memberikan

evaluasi, siswa kemudian mengumpulkan hasil evaluasi.

Kegiatan akhir guru membimbing siswa untuk menyimpulkan tentang apa yang

telah mereka lakukan dan pelajari. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk

bertanya apabila ada hal-hal yang kurang jelas. Sebagai tindak lanjut guru memberikan

pekerjaan rumah. Guru menutup pembelajaran Matematika.

2) Pertemuan Kedua

Pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 30 April 2010. Pada pertemuan yang

ke-2 ini pembelajaran direncanakan dengan menggunakan teknik jarimatika, materi yang

diajarkan adalah mengalikan bilangan 6-10 dengan berbagai cara.

Pada kegiatan awal guru meminta salah satu siswa untuk memimpin doa. Setelah

itu guru melakukan presensi.Agar suasana kelas menjadi lebih semangat dan hidup, guru

mengajak siswa melakukan “tepuk badut”. Guru memberikan apersepsi dengan menggali

pengalaman siswa dalam pertemuan yang lalu dengan beberapa pertanyaan lisan. Guru

menentukan masalah yang mengkaitkan pada pengalaman siswa dalam kehidupan sehari-

hari yang berkaitan dengan perkalian.

Pada kegiatan inti, guru memperkenalkan jarimatika kepada siswa. Guru

mendemonstrasikan formasi jarimatika bilangan 6-10 dengan menggunakan tangan dan

meminta siswa untuk menirukan. Guru mendemonstrasikan menghitung perkalian dengan

menggunakan teknik jarimatika. Meminta beberapa siswa secara acak dan menyeluruh

tidak hanya siswa yag duduk bagian depan atau belakang saja yang maju untuk

menghitung perkalian dengan menggunakan jarimatika. Guru mengadakan permainan

dengan “tepuk konsentrasi”, bagi siswa yang kurang konsentrasi disuruh maju

mengerjakan soal dari guru dengan menggunakan teknik jarimatika. Guru memberikan

kesempatan kepada siswa untuk bertanya, kemudian memberikan lembar evaluasi untuk

dikerjakan secara individu.

Kegiatan akhir guru membimbing siswa untuk menyimpulkan tentang apa yang

telah mereka lakukan dan pelajari. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk

bertanya apabila ada hal-hal yang kurang jelas. Sebagai tindak lanjut guru memberikan

pekerjaan rumah. Guru menutup pembelajaran Matematika.

3) Pertemuan Ketiga

Pertemuan ketiga dilaksanakan pada tanggal 1 Mei 2010. Pada pertemuan yang

ke-3 ini pembelajaran direncanakan dengan menggunakan teknik jarimatika, materi yang

diajarkan adalah menyelesaikan masalah yang mengandung perkalian.

Pada kegiatan awal guru meminta salah satu siswa untuk memimpin doa. Setelah

itu guru melakukan presensi.Agar suasana kelas menjadi lebih semangat dan hidup, guru

mengajak siswa bernyanyi lagu “belajar dimana-mana”. Guru memberikan apersepsi

dengan menggali pengalaman siswa dalam pertemuan yang lalu dengan beberapa

pertanyaan lisan. Guru menentukan masalah yang mengkaitkan pada pengalaman siswa

dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan perkalian.

Pada kegiatan inti, guru mengulangi menjelaskan formasi jari tangan dengan

teknik jarimatika dan mendemonstrasikan menghitung perkalian dengan menggunakan

teknik jarimatika. Guru menjelaskan cara menyelesaikan soal cerita tentang perkalian

dengan menentukan kalimat Matematikanya kemudian menghitungnya dengan teknik

jarimatika. Guru meminta beberapa siswa secara acak dan menyeluruh tidak hanya siswa

yag duduk bagian depan atau belakang saja yang maju untuk menghitung perkalian yang

ada di papan tulis dengan menggunakan jarimatika. Guru mengadakan permainan dengan

“tepuk konsentrasi”, bagi siswa yang kurang konsentrasi disuruh maju mengerjakan soal

dari guru dengan menggunakan teknik jarimatika.. Guru memberikan kesempatan kepada

siswa untuk bertanya, kemudian memberikan lembar evaluasi untuk dikerjakan secara

individu.

Kegiatan akhir guru membimbing siswa untuk menyimpulkan tentang apa yang

telah mereka lakukan dan pelajari. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk

bertanya apabila ada hal-hal yang kurang jelas. Sebagai tindak lanjut guru memberikan

pekerjaan rumah. Guru menutup pembelajaran Matematika.

c. Observasi

Pada tahap ini peneliti mengadakan pengamatan terhadap sikap, perilaku siswa

selama pembelajaran berlangsung serta keterampilan guru dalam mengajar dengan teknik

jarimatika pada materi perkalian. Dari hasil observasi aktivitas siswa dalam kegiatan

pembelajaran siklus II selama tiga kali pertemuan diperoleh hasil sebagai berikut:

1) Hasil Observasi Bagi Siswa

Dari data observasi pada lampiran 11 halaman 139 dalam siklus II selama tiga

kali pertemuan diperoleh hasil observasi sebagai berikut:

a) Seluruh siswa mengikuti pembelajaran Matematika yaitu 20 anak.

b) Kemauan siswa untuk menerima pelajaran cukup tinggi karena siswa lebih

antusias terhadap pembelajaran yang dilaksanakan. Siswa nampak

keingintahuannya terhadap materi pelajaran yang dibahas.

c) Keaktifan siswa menjawab pertanyaan guru berada dalam kategori tinggi.

d) Siswa sudah memiliki rasa ingin tahu yang cukup.

e) Keberanian siswa maju dalam melakukan kegiatan unjuk kerja sudah tinggi.

f) Siswa dengan sungguh-sungguh mengerjakan tugas baik tugas individu atau

tugas kelompok karena mereka termotivasi oleh penghargaan yang diberikan

oleh guru.

g) Keberanian menyatakan pendapat dan mengajukan pertanyaan cukup tinggi

karena siswa sudah memiliki keberanian untuk melakukan hal tersebut.

Berdasarkan data di atas dapat ditunjukkan bahwa aktivitas siswa dalam kegiatan

pembelajaran siklus II dalam kategori tinggi.

2) Hasil Observasi Bagi Guru

Observasi tidak hanya dilaksanakan pada aktivitas siswa dalam mengikuti

pembelajaran tetapi juga ditujukan pada aktivitas peneliti sebagai guru. Dari data

observasi pada lampiran 12 halaman 140 dalam siklus II selama tiga kali pertemuan

diperoleh hasil observasi terhadap guru sebagai berikut:

a) Kemampuan guru dalam menyampaikan materi dengan jelas dan dapat

dipahami dengan baik oleh siswa sehingga siswa memahami langkah-langkah

atau tahapan pembelajaran yang harus dilalui.

b) Guru sudah menggunakan berbagai sumber dengan baik dalam proses

pembelajaran.

c) Guru sudah memberikan motivasi kepada siswa.

d) Guru sudah memberikan kesempatan untuk bertanya dan merespon pendapat

siswa.

e) Guru sudah memberikan teguran secara tegas pada siswa yang kurang

memperhatikan pelajaran.

f) Guru memberikan pujian atau penghargaan atas keberhasilan siswa dengan

baik.

g) Media yang digunakan oleh guru cukup baik karena sudah sesuai dengan

materi yang diajarkan.

h) Kemampuan guru dalam menerapkan teknik jarimatika sudah efektif.

i) Guru dapat mengkondisikan siswa ke arah pembelajaran yang kondusif

sehingga konsentrasi siswa terpusat.

j) Guru telah memberikan tes akhir sebagai alat untuk mengetahui tingkat

keberhasilan siswa dalam menguasai materi.

k) Guru sudah memberikan kesempatan kepada siswa untuk membuat

kesimpulan atau rangkuman materi.

l) Guru sudah memberikan balikan dan tindak lanjut pada siswa sehingga

pembelajaran menjadi lebih bermakna.

m) Guru sudah dapat mengawasi atau mengalokasikan waktu mengajar dengan

baik dan sesuai dengan rencana pembelajaran.

Berdasarkan data di atas dapat ditunjukkan bahwa kinerja guru dalam kegiatan

pembelajaran siklus II dalam kategori baik.

d. Refleksi

Pada siklus II juga dilakukan diskusi yang mendalam terhadap deskripsi data

seperti yang dilaksanakan pada siklus I. Pada lembar observasi aktivitas siswa terjadi

perubahan keaktifan yang cukup berarti. Pada siklus I kemauan siswa untuk menerima

pelajaran masih kurang terlihat siswa masih belum begitu antusias terhadap pembelajaran

yang dilaksanakan, siswa kurang aktif menjawab pertanyaan guru karena masih saja

mengobrol dengan teman lain di luar materi pelajaran, keberanian siswa maju dalam

melakukan kegiatan unjuk kerja masih rendah. Namun pada siklus II kemauan siswa

untuk menerima pelajaran cukup tinggi karena siswa lebih antusias terhadap

pembelajaran yang dilaksanakan siswa nampak keingintahuannya terhadap materi

pelajaran yang dibahas, keaktifan siswa menjawab pertanyaan guru berada dalam

kategori tinggi, keberanian siswa maju dalam melakukan kegiatan unjuk kerja sudah

tinggi. Demikian juga dalam mengerjakan soal perkalian dengan menggunakan teknik

jarimatika siswa sudah tidak ada kesulitan, secara keseluruhan siswa sudah

memperlihatkan aktivitas yang baik. Siswa juga menunjukkan peningkatan dalam

kemampuan berhitung terhadap materi perkalian.

Hal tersebut dapat dilihat dari hasil yang diperoleh siswa setelah menggunakan

teknik jarimatika pada siklus II dapat dilihat pada lampiran 13 halaman 142.Data

frekuensi hasil evaluasi Matematika setelah menggunakan teknik jarimatika pada siklus II

dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4.Data Nilai Kemampuan Berhitung Perkalian Siswa Kelas II Semester 2 SDNegeri Tegaldowo 2 Pada Siklus II

No Interval Nilai

Frekuensi (fi)

Nilai Tengah (xi)

fixi Persentase(%)

Keterangan

1 90-100 8 95 760 40 Di atas KKM

2 79-89 6 84 504 30 Di atas KKM

3 68-78 1 73 73 5 Di atas KKM

4 57-67 1 62 62 5 Di atas KKM

5 46-56 3 51 153 15 Di bawahKK

M 6 35-45 1 40 40 5 Di bawah

KKM Jumlah 20 1592 100

Nilai rata-rata= 1592 : 20 = 79,6 Ketuntasan klasikal= 16 : 20x 100 % = 80 %

Dari tabel 4, dapat disajikan dalam bentuk grafik pada gambar 11 sebagai berikut:

Gambar 11. Grafik Nilai Kemampuan Berhitung Perkalian Siswa Kelas II Semester 2

SDNegeri Tegaldowo 2 Pada Siklus II

Dari hasil penelitian silklus II, maka peneliti mengulas bahwa berdasarkan

indikator kinerja yang ditetapkan, peneliti dikatakan berhasil bila prestasi belajar siswa

secara individu menunjukkan sekurang-kurangnya 60 dan klasikal menunjukkan 70%

dilihat dari nilai rata-rata kelas pembelajaran Matematika menggunakan teknik jarimatika

sudah berhasil tetapi apabila dilihat dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) masih ada

siswa yang belum tuntas. Jadi kesimpulannya hasil penelitian siklus II sudah dapat

dikatakan berhasil, sebab jumlah siswa secara individu yang mendapatkan nilai

sekurang-kurangnya 60 (KKM) sudah mencapai 70% dan secara klasikal nilai rata-rata

siswa dikategorikan lebih dari cukup. Ditunjukkan pula peningkatan terhadap

kemampuan berhitung perkalian yang signifikan. Dari fakta tersebut maka penelitian

tindakan kelas ini dianggap cukup dan diakhiri pada siklus II.

C. Deskripsi Hasil Penelitian

Berdasarkan pengamatan dari analisis data yang ada, dapat dilihat adanya

peningkatan kemampuan berhitung siswa kelas II semester 2 SD Negeri Tegaldowo 2

dalam pembelajaran Matematika materi perkalian. Peningkatan hasil dari proses

pembelajaran Matematika adalah siswa dapat dengan mudah melakukan berhitung

perkalian karena telah mengikuti setiap langkah atau tahapan pembelajaran dengan

sungguh-sungguh. Hal ini dapat ditunjukkan dalam deskripsi berikut ini:

1. DataHasilBelajarMatematikaSiswaKelasIISebelumDilaksanakanTindakan

Dari daftar nilai yang terlampir, dapat diketahui bahwa nilai Matematika

sebelum dilaksanakan tindakan yaitu siswa yang memperoleh nilai 35-45 ada 6 siswa,

yang memperoleh nilai 46-56 ada 5 siswa, yang mendapat nilai 57-67 ada 1 siswa,

yang mendapat nilai 68-78 ada 4 siswa, yang nilainya 79-89 ada 4 siswa, dan siswa

yang memperoleh nilai 90-100 ada 0 siswa. Dengan demikian rata-rata nilai yang

diperoleh sebesar 59,25. Siswa yang mendapat nilai kurang dari KKM sebanyak 11

siswa atau 55% sedangkan siswa yang mendapat nilai di atas KKM ada 9 siswa atau

45%.

2. DataHasilBelajarMatematikaSiswaKelasIISiklusI

Berdasarkan hasil tes pada siklus I selama tiga kali pertemuan, dapat diketahui

bahwa nilai Matematika pada siklus I yaitu siswa yang memperoleh nilai 35-45 ada 3

siswa, yang memperoleh nilai 46-56 ada 3 siswa, yang mendapat nilai 57-67 ada 4

siswa, yang mendapat nilai 68-78 ada 2 siswa, yang nilainya 79-89 ada 3 siswa, dan

siswa yang memperoleh nilai 90-100 ada 5 siswa. Dengan demikian rata-rata nilai

yang diperoleh sebesar 69,70. Siswa yang mendapat nilai kurang dari KKM sebanyak

6 siswa atau 30% sedangkan siswa yang mendapat nilai di atas KKM ada 14 siswa

atau 70%.

3. DataHasilBelajarMatematikaSiswaKelasIISiklusII

Berdasarkan hasil tes pada siklus II selama tiga kali pertemuan, dapat

diketahui nilai pembelajaran Matematika pada siklus II yaitu siswa yang memperoleh

nilai 35-45 ada 1 siswa, yang memperoleh nilai 46-56 ada 3 siswa, yang mendapat

nilai 57-67 ada 1 siswa, yang mendapat nilai 68-78 ada 1 siswa, yang nilainya 79-89

ada 6 siswa, dan siswa yang memperoleh nilai 90-100 ada 8 siswa. Dengan demikian

rata-rata nilai yang diperoleh sebesar 79,60. Siswa yang mendapat nilai kurang dari

KKM sebanyak 4 siswa atau 20% sedangkan siswa yang mendapat nilai di atas KKM

ada 16 siswa atau 80%.

4. DataHasilObservasiSiswadalamKegiatanPembelajarandiKelasSiklusI

Dari data hasil observasi siswa dalam kegiatan pembelajaran di kelas siklus I

yang terdapat pada lampiran 6 halaman 112 dapat diketahui bahwa kegiatan siswa

pada siklus I, antara lain:

a. Kemauan siswa untuk menerima pelajaran masih kurang terlihat. Siswa masih

belum begitu antusias terhadap pembelajaran yang dilaksanakan namun di sisi

lain siswa nampak keingintahuannya terhadap materi pelajaran yang dibahas.

b. Keaktifan siswa dalam memperhatikan penjelasan guru berada dalam kategori

sedang.

c. Siswa kurang aktif menjawab pertanyaan guru dalam kategori sedang karena

masih saja mengobrol dengan teman lain di luar materi pelajaran.

d. Siswa sudah memiliki rasa ingin tahu yang tinggi.

e. Keberanian siswa maju dalam melakukan kegiatan unjuk kerja masih rendah.

f. Siswa dengan sungguh-sungguh mengerjakan tugas baik tugas individu atau

tugas kelompok.

g. Keberanian menyatakan pendapat dan mengajukan pertanyaan masih kurang.

Berdasarkan data di atas dapat dikatakan bahwa kegiatan siswa dalam

pembelajaran siklus I berada pada kategori sedang yang ditunjukkan dengan

perolehan skor rata-rata 2, 42.

5. DataHasilObservasiGurudalamKegiatanPembelajarandiKelasSiklusI

Dari data hasil observasi guru dalam kegiatan pembelajaran di kelas siklus I

yang terdapat pada lampiran 7 halaman 113 dapat diketahui bahwa kegiatan guru

pada siklus I sebagai berikut:

a) Kemampuan guru dalam menyampaikan materi masih rendah karena guru

terlalu cepat dalam menjelaskan sehingga belum dapat dipahami oleh siswa.

b) Guru sudah cukup menggunakan berbagai sumber untuk proses pembelajaran.

c) Guru sudah cukup memberikan motivasi kepada siswa.

d) Guru belum memberikan kesempatan untuk bertanya dan merespon pendapat

siswa.

e) Guru belum memberikan teguran secara tegas pada siswa yang kurang

memperhatikan pelajaran.

f) Guru memberikan pujian atau penghargaan atas keberhasilan siswa dengan

baik.

g) Media yang digunakan oleh guru cukup baik karena sudah sesuai dengan

materi yang diajarkan.

h) Kemampuan guru dalam menerapkan teknik jarimatika sudah cukup efektif.

i) Kemampuan guru dalam mengkondisikan siswa ke arah pembelajaran yang

kondusif rendah. Sebagian siswa masih asyik dengan kegiatannya sendiri dan

mengganggu temannya yang lain sehingga kelas masih ramai.

j) Guru telah memberikan tes akhir sebagai alat untuk mengetahui tingkat

keberhasilan siswa dalam menguasai materi.

k) Guru kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk membuat

kesimpulan atau rangkuman materi. Jadi guru hanya menyampaikan

kesimpulan secara lisan sehingga siswa mudah lupa tentang materi yang telah

dipelajari.

l) Guru sudah memberikan balikan dan tindak lanjut pada siswa sehingga

pembelajaran menjadi lebih bermakna.

m) Pengelolaan waktu pada langkah-langkah pembelajaran kurang ditaati oleh

guru, sehingga aplikasi pengajaran kurang terealisasi dengan baik.

Berdasarkan data di atas dapat dikatakan bahwa kegiatan guru dalam

pembelajaran siklus I berada pada kategori cukup yang ditunjukkan dengan perolehan

skor rata-rata 2, 23.

6. DataHasilObservasiSiswadalamKegiatanPembelajarandiKelasSiklusII

Dari data hasil observasi siswa dalam kegiatan pembelajaran di kelas siklus II

yang terdapat pada lampiran 11 halaman 139 dapat diketahui bahwa kegiatan siswa

pada siklus II, antara lain:

a) Seluruh siswa mengikuti pembelajaran Matematika yaitu 20 anak.

b) Kemauan siswa untuk menerima pelajaran cukup tinggi karena siswa lebih

antusias terhadap pembelajaran yang dilaksanakan. Siswa nampak

keingintahuannya terhadap materi pelajaran yang dibahas.

c) Keaktifan siswa menjawab pertanyaan guru berada dalam kategori tinggi.

d) Siswa sudah memiliki rasa ingin tahu yang cukup.

e) Keberanian siswa maju dalam melakukan kegiatan unjuk kerja sudah tinggi.

f) Siswa dengan sungguh-sungguh mengerjakan tugas baik tugas individu atau

tugas kelompok karena mereka termotivasi oleh penghargaan yang diberikan

oleh guru.

g) Keberanian menyatakan pendapat dan mengajukan pertanyaan cukup tinggi

karena siswa sudah memiliki keberanian untuk melakukan hal tersebut.

Berdasarkan data di atas dapat dikatakan bahwa kegiatan siswa dalam

pembelajaran siklus II berada pada kategori tinggi yang ditunjukkan dengan

perolehan skor rata-rata 3, 00.

7. DataHasilObservasiGurudalamKegiatanPembelajarandiKelasSiklusII

Dari data hasil observasi guru dalam kegiatan pembelajaran di kelas siklus II

yang terdapat pada lampiran 12 halaman 140 dapat diketahui bahwa kegiatan guru

pada siklus II sebagai berikut:

a) Kemampuan guru dalam menyampaikan materi dengan jelas dan dapat

dipahami dengan baik oleh siswa sehingga siswa memahami langkah-langkah

atau tahapan pembelajaran yang harus dilalui.

b) Guru sudah menggunakan berbagai sumber dengan baik dalam proses

pembelajaran.

c) Guru sudah memberikan motivasi kepada siswa.

d) Guru sudah memberikan kesempatan untuk bertanya dan merespon pendapat

siswa.

e) Guru sudah memberikan teguran secara tegas pada siswa yang kurang

memperhatikan pelajaran.

f) Guru memberikan pujian atau penghargaan atas keberhasilan siswa dengan

baik.

g) Media yang digunakan oleh guru cukup baik karena sudah sesuai dengan

materi yang diajarkan.

h) Kemampuan guru dalam menerapkan teknik jarimatika sudah efektif.

i) Guru dapat mengkondisikan siswa ke arah pembelajaran yang kondusif

sehingga konsentrasi siswa terpusat.

j) Guru telah memberikan tes akhir sebagai alat untuk mengetahui tingkat

keberhasilan siswa dalam menguasai materi.

k) Guru sudah memberikan kesempatan kepada siswa untuk membuat

kesimpulan atau rangkuman materi.

l) Guru sudah memberikan balikan dan tindak lanjut pada siswa sehingga

pembelajaran menjadi lebih bermakna.

m) Guru sudah dapat mengawasi atau mengalokasikan waktu mengajar dengan

baik dan sesuai dengan rencana pembelajaran.

Berdasarkan data di atas dapat dikatakan bahwa kegiatan guru dalam

pembelajaran siklus II berada pada kategori baik yang ditunjukkan dengan perolehan

skor rata-rata 2, 84.

D. Pembahasan Hasil Penelitian

Dengan melihat hasil penelitian dari beberapa tabel di atas dapat diketahui

adanya peningkatan proses pembelajaran terutama kemampuan berhitung siswa terhadap

materi perkalian pada masing-masing siklus dengan teknik jarimatika. Peningkatan

terlihat dari perhitungan rata-rata nilai belajar yang diperoleh siswa pada kondisi awal

sebelum dilaksanakan tindakan dan setelah dilaksanakan tindakan siklus I dan siklus II

yang masing-masimg siklusnya dilaksanakan tiga kali pertemuan. Hal ini dapat dilihat

pada tabel 5 seperti berikut:

Tabel 5. Rata-rata Nilai Matematika dan Persentase Ketuntasan Klasikal Kemampuan Berhitung Perkalian Diatas KKM Pada Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II

Nilai Rata-rata Persentase (%)

Sebelum

Tindakan

Siklus I Siklus II Sebelum

Tindakan

Siklus I Siklus II

59,25 69,70 79,60 45 70 80

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa jumlah siswa yang memperoleh

nilai ³ 60 (KKM) mengalami peningkatan yang signifikan.Hal ini merefleksikan bahwa

pembelajaran Matematika yang dilaksanakan oleh guru dapat dinyatakan berhasil.

Peningkatan rata-rata nilai Matematika melalui penerapan pembelajaran dengan

teknik jarimatika dapat disajikan dalam grafik pada gambar 12 sebagai berikut:

Gambar 12.Grafik Peningkatan Nilai Rata-rata Matematika Materi Perkalian Siswa Kelas II Semester 2 SD Negeri Tegaldowo 2 Sebelum Tindakan, Siklus I, dan Siklus II

Peningkatan persentase ketuntasan klasikal kemampuan berhitung perkalian

melalui penerapan pembelajaran dengan teknik jarimatika dapat disajikan dalam grafik

pada gambar 13 sebagai berikut:

Gambar13.Peningkatan Persentase Ketuntasan Klasikal Matematika Materi Perkalian

Siswa Kelas II Semester 2 SD Negeri Tegaldowo 2 Sebelum Tindakan, Siklus I, dan Siklus II

Hambatan-hambatan yang ditemui pada masing-masing siklus berbeda-beda,

antara lain: pada siklus I hambatan yang dijumpai adalah guru belum dapat

menyampaikan informasi secara jelas dan terlalu cepat sehingga belum dapat dipahami

oleh siswa, guru belum memberikan teguran secara tegas pada siswa yang kurang

memperhatikan pelajaran dapat terlihat adanya beberapa siswa yang masih ramai, guru

belum dapat mengkondisikan siswa ke arah pembelajaran yang kondusif.Kemauan siswa

untuk menerima pelajaran masih kurang terlihat, siswa masih belum begitu antusias

terhadap pembelajaran yang dilaksanakan. Siswa kurang aktif menjawab pertanyaan guru

karena masih saja mengobrol dengan teman lain di luar materi pelajaran.Keberanian

siswa maju dalam melakukan kegiatan unjuk kerja masih rendah.

Adapun kegagalan siswa dalam menyelesaikan tugas pada saat proses

pembelajaran berlangsung bersumber dari hal-hal sebagai berikut: 1) siswa kurang

memahami pembelajaran dengan teknik jarimatika, 2) siswa masih banyak yang bingung

tentang formasi jarimatika atau langkah-langkah yang digunakan, karena merupakan hal

yang baru, 3) Pada saat melakukan menghitung perkalian bilangan 6-10 dengan hasil dua

angka siswa masih banyak yang menggunakan penjumlahan berulang, 4) Masih ada

siswa yang suka mengganggu teman sehingga menghambat dalam penyelesaian tugas.

Upaya untuk mengatasi hambatan yang ada pada siklus I yang dilaksanakan di

siklus II dalam upaya perbaikan adalah dengan memberikan arahan kembali kepada siswa

tentang formasi jarimatika atau langkah-langkah dalam pembelajaran menggunakan

teknik jarimatika, pada saat pembelajaran guru (peneliti) meminta siswa maju secara acak

dalam mendemonstrasikan formasi jarimatika dan menghitung perkalian dengan

menggunakan teknik jarimatika. Selain itu, gurumemberikan konsep angka yang lebih

sulit agar kemampuan berhitung siswa lebih meningkat. Pembelajaran pada siklus II

sudah berhasil sehingga tidak ada hambatan yang berarti.

Dengan demikian dapat diketahui bahwa salah satu upaya untuk meningkatkan

kemampuan berhitung perkalian pada siswa kelas II SD Negeri Tegaldowo 2 yaitu

dengan menerapkan teknik jarimatika. Hal ini terjadi karena pembelajaran dengan teknik

jarimatika dapat mempermudah berhitung perkalian tanpa menghafal.

Berdasarkan hasil penelitian juga dapat dilaporkan adanya peningkatan

kegiatan guru dan siswa dalam pembelajaran Matematika menggunakan teknik

jarimatika.Peningkatan terlihat pada kegiatan pembelajaran siklus I dan siklus II yang

ditampilkan pada tabel 5.

Tabel 6. Peningkatan Kegiatan Guru dan Siswa dalam Pembelajaran di Kelas Pada Siklus I dan Siklus II

Kegiatan

Guru Siswa Aspek

Siklus I Siklus II Siklus I Siklus II

Skor rata-rata 2, 23 2, 84 2, 42 3, 00

Kategori Cukup Baik Sedang Tinggi

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus

dengan menerapkan teknik jarimatika pada siswa kelas II semester 2 SD Negeri

Tegaldowo 2 tahun pelajaran 2009/2010dapat disimpulkan bahwa

pembelajarandenganmenggunakan teknik jarimatika dapat meningkatkan kemampuan

berhitung perkalian siswa kelas II semester 2 SD Negeri Tegaldowo 2. Hal ini terbukti

pada kondisi awal sebelum dilaksanakan tindakan nilai rata-rata siswa 59,25 dengan

persentase ketuntasan klasikal sebesar 45%, siklus I nilai rata-rata kelas 69,70 dengan

persentase ketuntasan klasikal sebesar 70% dan siklus II nilai rata-rata kelas meningkat

menjadi 79,6 dengan persentase ketuntasan klasikal sebesar 80%. Dengan demikian

secara klasikal, pembelajaran telah mencapai ketuntasan belajar.

B. Implikasi

Penerapan pembelajaran dan prosedur dalam penelitian ini didasarkan pada

pembelajaran dengan menerapkan teknik jarimatika dalam pelaksanaan pembelajaran

Matematika. Model yang dipakai dalam penelitian ini adalah model siklus yaitu terdiri

dari dua siklus. Siklus I dilaksanakan pada tanggal 22 s.d. 24 April 2010 dan Siklus II

dilaksanakan pada tanggal 29 April s.d. 1 Mei 2010. Adapun indikatornya adalah sebagai

berikut: (1) Dapat mengenalperkalian sebagai penjumlahan berulang, (2) Dapat

mengalikanbilangansampaidengan 100 denganberbagaicara, (3) Dapat

menyelesaikanmasalah yang mengandungperkalian. Dalam setiap pelaksanaan siklus

terdapat empat langkah kegiatan, yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaaan, observasi

dan refleksi. Kegiatan ini dilaksanakan berdaur ulang, sebelum melaksanakan tindakan

dalam setiap siklus perlu adanya perencanaan dengan memperhatikan keberhasilan siklus

sebelumnya. Tindakandalamsetiapsiklusdapatmeningkatkankualitas pembelajaran.Hal

iniberdasarpadaanalisisperkembangandaripertemuansatukepertemuanberikutnyadalamsat

usiklusdandarianalisisperkembanganpeningkatan proses dalamsiklus I sampaisiklus II.

Berdasarkanhasilpenelitian di atasterbukti teknik jarimatika dapatmeningkatkan

kemampuan berhitung perkalian

siswa.Sehubungandenganpenelitianinimakadapatdikemukakanimplikasihasilpenelitianseb

agaiberikut:

1. ImplikasiTeoritis

Implikasi teoritis daripenelitian ini

menunjukkanbahwapembelajarandenganmenerapkanteknik jarimatika

dapatmeningkatkan kemampuan berhitung siswapadamateri

perkalian.Dalammenyajikanmateripelajaran, guru harusdapatmemilih

metodepembelajaran yang tepat agar siswa mudah menguasai materi

dalampembelajarandenganbaik.Pembelajarandenganmenggunakan teknik jarimatika

dapatmeningkatkan kemampuan berhitung padamateri perkalian karenapembelajaranini

siswa dapat bebas bereksperimen dengan jaritan pamemberatkan otak sehingga siswa

akanmudahmemahamidanselanjutnyahafaldengansendirinyatanpaadapaksaandantekanand

ari orang tuadan guru.

2. ImplikasiPraktis

Hasilpenelitianinidapatdigunakan sebagai masukan bagi guru untuk

meningkatkan strategidan metode pembelajaran yang

tepatsehinggadapatmeningkatkankualitas proses

belajarmengajarsehubungandengantujuan yang akandicapaiolehsiswa.

Berdasarkantemuandanpembahasanhasilpenelitian yang telahdijelaskanpadabab

IV di atas, makapenelitianinidapatdigunakandandikembangkanoleh guru yang

menghadapimasalah yang sejenis yang padaumumnyadimilikioleh sebagian besar siswa.

Adanyakendala yang dihadapi dalam pembelajaran Matematikamelalui teknik jarimatika

harusdiatasisemaksimalmungkin.Oleh karena itu keaktifan, kreativitas, motivasi dan

kemampuan sangat mendukung keberhasilan pembelajaran khususnya Matematika.

C. Saran

Berdasarkan hasil penelitian mengenai penerapan teknik jarimatika pada kelas II

SD Negeri Tegaldowo 2 tahun pelajaran 2009/2010, maka saran-saran yang diberikan

sebagai sumbangan pemikiran untuk dipergunakansebagaibahanpertimbanganantara lain:

1. BagiSekolah

Hendaknyasekolahmengupayakanpelatihanbagi guru

untukdapatmendukungpelaksanaanpembelajaran agar

tujuanpembelajarandapattercapaisesuaidenganharapan.

2. BagiGuru

a. Sebaiknyaguru meningkatkankompetensikeprofesionalannyadenganmerancang

proses pembelajaran yang

kreatifdaninovatifsehinggasiswamenjadilebihtertarikdanpembelajaranakanmenja

dilebihkondusifdan bermakna. Hal

inimembuatsiswatidakmudahbosandantetaptermotivasiuntukmengikuti proses

pembelajaran yang padaakhirnyadapatmeningkatkan penguasaan

padamateripelajaran.

b. Guru hendaknya mengupayakan tindak lanjut terhadap penerapan teknik

jarimatika pada pembelajaran yang dilaksanakan.

3. BagiSiswa

Siswaharuslebihmengembangkaninisiatif, kreativitas, keaktifan,

motivasibelajardanmengembangkankeberanian untuk bertanya kepada guru

terhadap materi yang belum jelas, sehingga apa yang belum dipahami akan

dijelaskan oleh guru.

4. BagiPeneliti

Penelitiyang hendakmengkajipermasalahan yang

samahendaknyalebihcermatdanlebihmengupayakanpengkajianteori-teori yang

berkaitandenganpembelajaran menggunakan teknik jarimatika

gunamelengkapikekurangan yang

adasertasebagaisalahsatualternatifdalammeningkatkan kemampuan berhitung siswa

yang belumtercakupdalampenelitianini agar diperolehhasil yang lebihbaik.

DAFTAR PUSTAKA

Amir. 2007. Dasar-Dasar Penulisan Karya Ilmiah. Surakarta: UNS Press.

Andi Hakim Nasution.Dalam http://masthoni.wordpress.comdiakses tanggal 18 Mei

2010.

Asep Herry Hernawan.2007. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta:

Universitas Terbuka.

Asep Jihad. 2008. Pengembangan Kurikulum Matematika. Yogyakarta: Multi Pressindo.

Bismo.Dalam http://rumahlaili.blogspot.comdiakses tanggal 18 Mei 2010.

Darmilah.2009. Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Berhitung Matematika Dengan

Menggunakan Metode Jarimatika Pada Siswa Kelas Dasar I SLB-A Dria Adi

Semarang Tahun Pelajaran 2008/2009.Skripsi. Surakarta: UNS.

David Glover. 2007. Seri Ensiklopedia Anak A-Z Matematika (terjemahan). Bandung:

Grafindo Media Pratama.

Departemen Pendidikan & Kebudayaan. 1993. Kurikulum Pendidikan Dasar Landasan

Program dan Pengembangan. Jakarta: Depdikbud.

Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Dwi Sunar Prasetyono, dkk.2009. Memahami Jarimatika untuk Pemula.Yogyakarta:

DIVA Press.

Endyah Murniati. 2007. Kesiapan Belajar Matematika Di Sekolah Dasar. Surabaya:

Surabaya Intelectual Club (SIC).

Freudental.Dalam http://masthoni.wordpress.comdiakses tanggal 23 Oktober 2009.

Gamal Kamandoko. 2009. Jari-jari Hitung. Yogyakarta: Citra Pustaka.

Gunawan Ari Saputro. 2009. Efektifitas Pengajaran Sempoa dan Jarimatika untuk

Mengatasi Kesulitan Belajar Matematika Siswa Kelas I SDN Candirejo kab.

Semarang Tahun Ajaran 2008/2009. Skripsi tidak diterbitkan. Surakarta:

UNS.

Hamzah B. Uno. 2008. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar

yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Heruman. 2007. Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya.

I. Djumhur dan Muh Surya. Dalam http://sevli074.wordpress.comdiakses tanggal 18 Mei

2010.

I. G. A. K. Wardani. 2007. Penelitian Tinadakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka

Iskandar. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Ciputat: Gaung Persada (GP) Press.

M Jumali, Surtikanti, SA Taurat Aly, Sundari. 2004. Landasan Pendidikan. Surakarta:

UMS Press.

M. Sobry Sutikno. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Prospect

Maryana dan Soedarinah. 2001. Dasar-dasar PMIPA. Surakarta: UNS Press.

Masykur dan Fathoni.Dalam http://rumahlaili.blogspot.comdiakses tanggal 18 Mei 2010.

Michael J. Bosse. Beautiful Mathematics and Beautiful Instruction: Aesthetics within the

NCTM Standards. [email protected] tanggal 18 Mei 2010.

Mulyono Abdurrahman. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta:

Depdikbud dan Rineka Cipta.

Nana Sudjana. 2005. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru

Algesindo

Nur Kasanah dan Didik Tuminto.2007. Kamus Besar Bergambar Bahasa Indonesia.

Jakarta: PT Bina Arena Pustaka.

Nyimas Aisyah, dkk. 2007. Pengembangan Pembelajaran Matematika SD. Jakarta:

Dirjen Dikti Drpartemen Pendidikan Nasional.

Oemar Hamalik. 2009. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Parwoto. 2007. Strategi Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus. Jakarta: Depdiknas.

Permendiknas nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi untuk mata pelajaran

Matematika. 2010. Jakarta.

Poerwadarminta.1996. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Riyanto. Dalam http://rumahlaili.blogspot.com diakses tanggal 18 Mei 2010.

Robert, E. R., Marilyn N. S., Mary M. L., & Nancy, L. S. 1998.Helping Children Learn

Mathematics. Nedham Heights: Allyn & Bacon A Viacom Company.

Septi Peni Wulandari. 2008. Jarimatika Perkalian dan Pembagian. Tangerang: PT

Kawan Pustaka.

Soedjadi. 2000. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Jakarta: Dirjen Dikti

Depdiknas.

St. Y Slamet dan Suwarto. 2007. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kualitatif.

Surakarta: UNS Press.

Suharsimi Arikunto. 2001. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.

. 2002. Prosedur Penelitian Suatu

Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Sutino. 2009. Upaya Peningkatan Prestasi Belajar Matematika Dengan Metode

Pembelajaran Jarimatika Kelas VIII/SMPLB/B YPAALB Langenharjo

Sukoharjo Tahun 2008/2009. Skripsi. Surakarta: UNS.

Teoh Poh Yew. 2006. Maths The Fun & Magical Way. Terjemahan Yanuarita Fitriani.

Jakarta: PT Elex Media Indonesia.

TIM Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD). 2007. Strategi Belajar Mengajar.

Surakarta.

Undang-Undang No. 20 tahun 2003. Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS).

Bandung: Citra Umbara.

Udin S. Winata Putra. 2007. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Depdikbud.

http://nadjamath.blogspot.comdiakses tanggal 18 Mei 2010.

http://www.kesimpulan.com/2009/04/konsepsi-validitas-tes-atau-alat-ukur.html diakses

tanggal 28 Desember 2009.

www.ibuprofesional.orgdiakses tanggal 16 Oktober 2009.