upaya meningkatkan kemampuan berhitung …/upaya... · percaya kepada diri sendiri adalah rahasia...
TRANSCRIPT
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG PERKALIAN
DENGAN TEKNIK JARIMATIKA PADA SISWA KELAS II
SEMESTER 2 SD NEGERI TEGALDOWO 2
TAHUN PELAJARAN 2009/2010
SKRIPSI
Oleh :
YOGI KARISMASARI
K7106048
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG PERKALIAN
DENGAN TEKNIK JARIMATIKA PADA SISWA KELAS II
SEMESTER 2 SD NEGERI TEGALDOWO 2
TAHUN PELAJARAN 2009/2010
Oleh :
YOGI KARISMASARI
K7106048
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Jurusan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
PERSETUJUAN
Skripsi dengan judul: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN
BERHITUNGPERKALIAN DENGAN TEKNIK JARIMATIKA PADA SISWA
KELAS II SEMESTER 2 SD NEGERI TEGALDOWO 2TAHUN PELAJARAN
2009/2010
Oleh :
NAMA : YOGI KARISMASARI
NIM : K7106048
Telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Hari : Kamis
Tanggal : 1 Juli 2010
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I
Drs. Usada, M. Pd.
NIP. 19510908 198003 1 002
Pembimbing II
Drs. Amir, M. Pd.
NIP. 19510706 197401 1 001
PENGESAHAN
Skripsi dengan judul: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN
BERHITUNGPERKALIAN DENGAN TEKNIK JARIMATIKA PADA SISWA
KELAS II SEMESTER 2 SD NEGERI TEGALDOWO 2TAHUN PELAJARAN
2009/2010
Oleh :
NAMA : YOGI KARISMASARI
NIM : K7106048
Telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan
mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada hari : Senin
Tanggal : 12 Juli 2010
Tim Penguji Skripsi
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Drs. Kartono, M. Pd. ...........................
Sekretaris : Drs. Hasan Mahfud, M. Pd. ........................
Anggota I : Drs. Usada, M. Pd. ............................
Anggota II : Drs. Amir, M. Pd. ........................
Disahkan oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd.
NIP. 196007271987021001
ABSTRAK
Yogi Karismasari. UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNGPERKALIAN DENGAN TEKNIK JARIMATIKA PADA SISWA KELAS II SEMESTER 2 SD NEGERI TEGALDOWO 2TAHUN PELAJARAN 2009/2010. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2010
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berhitung perkalian siswa dengan menggunakan teknik jarimatika pada siswa kelas II SD Negeri Tegaldowo 2 tahun pelajaran 2009/2010. Variabel yang menjadi sasaran perubahan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah peningkatan kemampuan siswa dalam berhitung perkalian, sedangkan variabel tindakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik jarimatika.
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan jenis penelitian tindakan kelas (PTK) terdiri dari dua siklus. Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas II SD Negeri Tegaldowo 2 Gemolong Sragen Tahun Pelajaran 2009/ 2010 berjumlah 20 siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik wawancara, observasi, tes dan dokumentasi. Validitas data yang digunakan adalah triangulasi data dan validitas isi. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis diskriptif interaktif.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Matematika dengan menggunakan teknik jarimatika dapat meningkatkan kemampuan berhitung perkalian. Kondisi awal sebelum tindakan nilai rata-rata siswa adalah 59,25 , pada siklus I nilai rata-rata siswa 69,70 dan nilai rata-rata yang diperoleh pada siklus II adalah 79,6. Sebelum dilaksanakan penelitian siswa yang memperoleh nilai ³ 60 sebanyak 9 siswa (45%). Pada siklus I siswa yang memperoleh nilai ³ 60 sebanyak 14 siswa (70%), dan pada siklus II siswa yang memperoleh nilai ³ 60 sebanyak 16 siswa (80%). Berdasarkan hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa dengan menggunakan teknik jarimatika dapat meningkatkan kemampuan berhitung perkalian siswa kelas II SD Negeri Tegaldowo 2 Gemolong Sragen.
ABSTRACT Yogi Karismasari. IMPROVING STUDENTS’ ABILITY TO COUNT MULTIPLICATION BY USING JARIMATIKA TECHNIQUE ON THE SECOND GRADE STUDENTS OF SD NEGERI TEGALDOWO 2 ACADEMIC YEAR2009/2010. Thesis. Surakarta: Teacher Training and Education Faculty of Sebelas Maret University of Surakarta. 2010
The aim of this study is to improve the students’ ability to count multiplication with
jarimatika technique on the second year students of SD Negeri Tegaldowo 2 academic year2009/2010. Variable which is taken as the target of the change in this research is improving the students’ ability to count multiplication, while the action variable which is used in this research is jarimatika technics.
This study is qualitative research which uses classroom action research type consists of two cycle. Subject of the research is all second grade students (20 individuals) of SD Negeri Tegaldowo 2 of Gemolong, Sragen Regencyof 2009/2010 Academic Years. Data is collected by using interview, observation, test and document technique. Data validity is examined by usingdata triangulation and content validity.
Based on the result of the study, it can be concluded that learning Mathematics using jarimatika technics can improve the students’ ability to count multiplication. On the early condition, the students’ score is 59.25, on the cycle I the students’ score is 69.70, and the mean score obtained in cycle II is 79.60. Before it is conducted the research, the students get score ≥ 60 is 9 students (45%). In cycle I the students getting score ≥ 60 is 14 students (70%), in the cycle II the students getting score ≥ 60 is 16 students (80%). Based on the result, it is shown that using jarimatika technics can improve the students’ ability to count multiplication on the second grade students of SD Negeri Tegaldowo 2 Gemolong Sragen.
MOTTO
Percaya kepada diri sendiri adalah rahasia utama untuk mencapai sukses. (Emerson)
PERSEMBAHAN
Dengan segala doa dan puji syukur ke hadirat Allah SWT
Penulis persembahkan karya sederhana ini kepada
(Alm) Bapak Sriyoto yang telah damai di surga, terimakasih atas keteladanan,
ajaran dan prinsip hidup yang bapak berikan padaku selama ini.
Ibuku Sri Lestari yang telah berjuang untuk mendidik dan membesarkanku.
Terimakasih atas kasih sayang, perhatian, dan kesabaran yang selalu berlimpah untuk
aku.
Saudara-saudara kandungku yang tercinta, mas Yoyok dan dik Yuda yang telah
memberikan doa dan dukungan untukku.
Bapak Sutrisno dan seluruh keluargaku terimakasih atas segala nasehatnya.
Anton yang selama ini mengiringi langkahku dan selalu memberikan do’a, semangat
serta dukungan untukku
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian tindakan kelas
yang berjudul “Upaya Meningkatkan Kemampuan BerhitungPerkalian Dengan Teknik
Jarimatika Pada Siswa Kelas II Semester 2 SD Negeri Tegaldowo 2Tahun Pelajaran
2009/2010” dengan baik.
Maksud dari penulisan laporan penelitian ini adalah untuk memenuhi
persyaratan dalam mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan. Penulis menyadari bahwa
dalam menyusun laporan penelitian ini masih banyak kekurangan, namun berkat
bimbingan dan pengarahan dari Bapak/ Ibu dosen pada akhirnya penulisan skripsi ini
dapat terselesaikan.
Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Drs. Rusdiana Indianto, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Drs. Kartono, M.Pd, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
4. Drs. Hasan Mahfud, M.Pd. selaku Sekretaris Program Studi PGSD Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
5. Drs. Usada, M.Pd, selaku pembimbing I yang mengarahkan dan membimbing
sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini.
6. Drs. Amir, M.Pd, selaku pembimbing II yang mengarahkan dan membimbing
sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini.
7. Keluarga Besar SD Negeri Tegaldowo 2 yang telah membantu dan menyediakan
tempat untuk melaksanakan penelitian.
8. Sahabat sejatiku yang menemani saat susah dan senang: Firda, Umi, Yuli, Tyas,
Imel, Lita, Catur, dll.
9. Teman-teman kost “ Wisma Biroe” terimakasih atas dukungan dan hari-hari bersama
kalian.
10. Teman-teman SI PGSD Fresh angkatan 2006.
11. Berbagai pihak yang tidak mungkin disebutkan satu-persatu.
Semoga amal kebaikan dari semua pihak tersebut mendapatkan imbalan dari
Allah SWT.
Penulis juga menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis
harapkan. Semoga laporan penelitian ini dapat bermanfaat bagi guru maupun calon guru
atau pihak yang bersangkutan pada umumnya dan penulis pada khususnya.
Surakarta, Juni 2010
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
HALAMAN PENGAJUAN ............................................................................. ii
PERSETUJUAN .............................................................................................. iii
PENGESAHAN................................................................................................ iv
ABSTRAK ....................................................................................................... v
ABSTRACT ..................................................................................................... vi
MOTTO ........................................................................................................ vii
PERSEMBAHAN ............................................................................................ viii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ix
DAFTAR ISI .................................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiv
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
A. Latar Belakang ......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ..................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ................................................................... 5
1. Manfaat Teoritis ................................................................. 5
2. Manfaat Praktis .................................................................. 5
BAB II LANDASAN TEORI ..................................................................... 7
A. Tinjauan Pustaka ...................................................................... 7
1. Hakekat Kemampuan Berhitung Perkalian......................... 7
2. Hakekat Teknik Jarimatika ................................................. 21
B. Penelitian yang Relevan ........................................................... 29
C. Kerangka Berpikir .................................................................... 30
D. Hipotesis .................................................................................. 32
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................. 33
A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................. 33
1. Tempat Penelitian .............................................................. 33
2. Waktu Penelitian ............................................................... 33
B. Bentuk dan Strategi Penelitian ................................................. 34
C. Subjek dan Objek Penelitian..................................................... 36
D. Sumber Data ............................................................................ 36
E. Teknik Pengumpulan Data ...................................................... 37
1. Wawancara ........................................................................ 37
2. Observasi ........................................................................... 38
3. Dokumentasi....................................................................... 39
4. Tes ...................................................................................... 39
F. Validitas Data .......................................................................... 39
G. Teknik Analisis Data ............................................................... 41
H. Prosedur Penelitian................................................................... 43
I. Indikator Kinerja....................................................................... 45
BAB IV HASIL PENELITIAN ................................................................... 46
A. Deskripsi Lokasi Penelitian ..................................................... 46
B. Deskripsi Permasalahan Penelitian .......................................... 50
1. Siklus I ............................................................................... 50
2. Siklus II .............................................................................. 59
C. Deskripsi Hasil Penelitian ........................................................ 68
D. Pembahasan Hasil Penelitian ................................................... 73
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ..................................... 77
A. .........................................................................................Simpul
an .............................................................................................. 77
B...........................................................................................Implik
asi ............................................................................................. 77
C...........................................................................................Saran
.................................................................................................. 79
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 80
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Penjumlahan Berulang dengan Permen ....................................... 11
Gambar 2. Formasi Jarimatika Perkalian 6-10 .............................................. 27
Gambar 3. Formasi Berhitung Perkalian ...................................................... 28
Gambar 4. Contoh Formasi Jari Berhitung dengan Jarimatika...................... 28
Gambar 5. Kerangka Berpikir........................................................................ 31
Gambar 6. Siklus Observasi .......................................................................... 39
Gambar 7. Model Analisis Interaktif ............................................................. 42
Gambar 8. Prosedur Penelitian ...................................................................... 45
Gambar 9. Grafik Nilai Kemampuan Berhitung Perkalian Siswa Kelas II
Semester 2 SDN Tegaldowo 2 Pada Kondisi Sebelum Tindakan
.................................................................................................49
Gambar 10. Grafik Nilai Kemampuan Berhitung Perkalian Siswa Kelas II
Semester 2 SDN Tegaldowo 2 Pada Siklus I............................... 59
Gambar 11. Grafik Nilai Kemampuan Berhitung Perkalian Siswa Kelas II
Semester 2 SDN Tegaldowo 2 Pada Siklus II ............................. 67
Gambar 12. Grafik Peningkatan Nilai Rata-rata Matematika Materi Perkalian
Siswa Kelas II Semester 2 SD N Tegaldowo 2 Pada Kondosi Sebelum
Tindakan, Siklus I, dan Siklus II ................................................. 74
Gambar 13. Grafik Peningkatan Nilai Rata-rata Matematika Materi Perkalian
Siswa Kelas II Semester 2 SD N Tegaldowo 2 Pada Kondosi Sebelum
Tindakan, Siklus I, dan Siklus II ................................................. 74
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian................................................. 34
Tabel 2. Data Frekuensi Nilai Kemampun Berhitung Perkalian Siswa Kelas II
Semester 2 SDNegeri Tegaldowo 2 Pada Kondisi Sebelum Tindakan
........................................................................................................48
Tabel 3. Data Frekuensi Nilai Kemampun Berhitung Perkalian Siswa Kelas II
Semester 2 SDNegeri Tegaldowo 2 Pada Siklus I ............................ 58
Tabel 4. Data Frekuensi Nilai Kemampun Berhitung Perkalian Siswa Kelas II
Semester 2 SDNegeri Tegaldowo 2 Pada Siklus II ........................... 66
Tabel 5. Rata-rata Nilai Matematika dan Persentase Ketuntasan Klasikal
Kemampuan Berhitung Perkalian Diatas KKM Pada Kondisi Sebelum
Tindakan, Siklus I dan Siklus II ........................................................ 73
Tabel 6. Peningkatan Kegiatan Guru dan Siswa dalam Pembelajaran di Kelas Pada
Siklus I dan Siklus II .......................................................................... 76
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Hasil Wawancara dengan Siswa Sebelum Diterapkan Teknik
Jarimatika................................................................................... 83
...................................................................................................
Lampiran 2. Hasil Wawancara dengan Guru Sebelum Diterapkan Teknik
Jarimatika................................................................................... 85
...................................................................................................
Lampiran 3. Daftar Nilai MatematikaSiswa Kelas II SD Negeri Tegaldowo 2
Sebelum Diadakan Tindakan ..................................................... 88
Lampiran 4. Kisi-kisi Soal Perkalian Matematika ........................................ 89
Lampiran 5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ............................ 90
Lampiran 6. Lembar Hasil Observasi Siswa Dalam Kegiatan Pembelajaran di
Kelas Siklus I ............................................................................. 112
Lampiran 7. Lembar Hasil Observasi Guru Dalam Kegiatan Pembelajaran di
Kelas Siklus I ............................................................................ 113
Lampiran 8. Daftar Nilai MatematikaSiswa Kelas II SD Negeri Tegaldowo 2
Pada Siklus I ............................................................................. 115
Lampiran 9. Foto Kegiatan Pembelajaran Siklus I......................................... 116
Lampiran 10. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II .......................... 120
Lampiran 11. Lembar Hasil Observasi Siswa Dalam Kegiatan Pembelajaran di
Kelas Siklus II ........................................................................... 139
Lampiran 12. Lembar Hasil Observasi Guru Dalam Kegiatan Pembelajaran di
Kelas Siklus II............................................................................ 140
...................................................................................................
Lampiran 13. Daftar Nilai MatematikaSiswa Kelas II SD Negeri Tegaldowo 2
Pada Siklus II ............................................................................ 142
...................................................................................................
Lampiran 14. Foto Kegiatan Pembelajaran Siklus II ....................................... 143
Lampiran 15. Hasil Wawancara dengan Siswa Setelah Diterapkan Teknik
Jarimatika Hasil ......................................................................... 146
Lampiran 16. Wawancara dengan Guru Setelah Diterapkan Teknik Jarimatika
............................................................................................. 148
Lampiran 17. Perijinan Penelitian ................................................................... 150
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi
modern.Matematika mempunyai peranan yang sangat penting dalam berbagai disiplin
ilmu dan memajukan daya pikir manusia.Perkembangan pesat di bidang teknologi
informasi dan komunikasi dewasa ini tidak lepas dari hasil perkembangan Matematika.
Untuk menguasai dan mengembangkan teknologi di masa depan diperlukan penguasaan
Matematika yang kuat sejak dini.
Dalam Undang-undang No. 2 tentang Pendidikan Nasional yang berlaku saat ini
ada penjenjangan pendidikan jalur sekolah yaitu pendidikan dasar yang meliputi Sekolah
Dasar dan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, pendidikan menengah yang meliputi
Sekolah menengah Umum dan Sekolah Menengah Kejuruan, serta pendidikan tinggi
yang merupakan jenjang pendidikan jalur sekolah terakhir. Kenyataan menunjukkan
bahwa pelajaran Matematika diberikan di semua sekolah, baik di jenjang pendidikan
dasar maupun pendidikan menengah.Soedjadi (2000: 3) menyatakan “Matematika yang
diberikan di jenjang persekolahan itu sekarang biasa disebut sebagai Matematika sekolah
(school mathematics)”. Sudah barang tentu diharapkan agar pelajaran Matematika yang
diberikan di semua jenjang persekolahan itu akan mempunyai kontribusi yang berarti
bagi masa depan bangsa, khususnya dalam mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaimana
tertera dalam mukadimah Undang-undang Dasar R. I.
Matematika adalah salah satu pelajaran yang penting di sekolah dasar. Mata
pelajaran Matematika telah diperkenalkan sejak siswa menginjak kelas I Sekolah Dasar
(SD). Matematika diajarkan di Sekolah Dasar karena pelajaran itu nantinya sangat
diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, maka dari itu pengajarannya sangat perlu
kejelian atau kesungguhan agar siswa benar-benar menguasai mata pelajaran Matematika.
Secara rinci pada Permendiknas nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi untuk mata
pelajaran Matematika SD/MI dinyatakan bahwa tujuan pembelajaran Matematika di SD
adalah:
(a) melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, (b) mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba, (c) mengembangkan kemampuan memecahkan masalah, (d) mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, tulisan, grafik, peta dan diagram.
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah-
sekolah dengan frekuensi jam pelajaran yang lebih banyak dibandingkan dengan mata
pelajaran yang lainnya. Namun demikian banyak yang menganggap bahwa pelajaran
Matematika adalah pelajaran yang paling sulit, menakutkan, menjenuhkan dan tidak
menyenangkan.Siswa pada umumnya menganggap bahwa mata pelajaran Matematika
adalah “momok”.Pelajaran yang kerap dihindari seperti kerapnya untuk tidak dipelajari.
Berbicara mengenaiMatematika itu sulit tentunya tidak lepas dari
ketidaksenangan dari peserta didik tentang mata pelajaran Matematika itu sendiri.
Dari hasil analisis ulangan harian yang pernah penulis lakukan, menemukan setidaknya 5 hal yang mengakibatkan “Mengapa Matematika sulit ?”. Pertama, pemahaman siswa tentang isi dan maksud soal relatif lemah. Sebagian siswa tidak memahami apa yang diinginkan soal.Kedua, sebagian siswa tidak bisa mengawali jawaban atau dengan kata lain siswa tidak tahu harus mulai dari mana untuk menemukan jawaban. Ketiga, siswa terkadang lupa dengan aturan-aturan matematis, rumus-rumus, dan terkadang terjebak dengan syarat-syarat yang tidak boleh dan harus dipenuhi oleh suatu penyederhanaan kalimat matematika atau suatu persamaan, hal ini sering terjadi pada persamaan aljabar, trigonometri,eksponen maupun logaritma. Keempat, seringnya terjadi kesalahan kalkulasi dalam jawaban siswa yang tentunya mempengaruhi hasil akhir jawaban. Hal ini biasanya disebabkan karena siswa takut tidak menyelesaikan soal dari waktu yang ditentukan sehingga terkesan buru-buru mengerjakan soal. Atau mungkin juga kesalahan kalkulasi disebabkan karena pemahaman siswa tentang konsep dasar aljabar dan aritmetika relatif lemah, misalnya operasi penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian dan perpangkatan bilangan bulat(terutama bilangan negatif) begitupula dengan operasi pada bilangan pecahan.Kelima, ada kecenderungan siswa mengerjakan soal dengan satu cara saja, tidak kreatif dalam mencari cara baru. Mungkin hal ini tidak terlalu penting tetapi setidaknya dapat mempengaruhi pola berfikir mereka dalam memecahkan masalah matematis. Siswa yang kreatif mencari jawaban terkadang dapat menemukan jawaban dengan cara cepat
berdasarkan daya penalaran mereka.(http://nadjamath.blogspot.comdiakses tanggal 18 Mei 2010).
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru, perkalian termasuk topik yang sulit
dipahami siswa. Ini dapat dilihat dari hasil ulangan harian tentang operasi hitung
perkalian menunjukkan bahwa dari 20 siswa kelas II SD Negeri Tegaldowo 2 yang
mendapatkan nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM) 60 hanya 9 siswa, sedangkan 11
siswa masih belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal yang telah ditentukan. Hal ini
dikarenakan dalam menyampaikan konsep perkalian, para guru banyak yang
menggunakan cara konvensional yaitu dengan memaksa anak untuk menghafal secara
mencongak. Dengan penyampaian seperti itu tentu saja selain mematikan kreativitas anak
juga menghilangkan unsur belajar bermakna.Menyampaikan materi dalam Matematika
memang sebaiknya berangkat dari hal-hal yang konkret menuju hal-hal yang abstrak,
sebagaimana dinyatakan oleh Maryana dan Soedarinah (2001: 65) Matematika
merupakan “Pengetahuan yang bersifat hirarkis, artinya tersusun dalam urutan tertentu,
bermula dari urutan sederhana kemudian menuju ke hal yang rumit, bermula dari hal
yang konkret menuju ke hal yang abstrak”.
Di sinilah kewajiban seorang guru untuk menanamkan rasa senang terhadap
materi pelajaran Matematika tentang perkalian dengan memberi rangsangan atau
dorongan agar siswa menyenangi pelajaran Matematika.Dengan teknik jarimatika
diharapkan pembelajaran Matematika dapat memberikan pengalaman yang lebih
bermakna dan utuh bagi para siswa serta untuk mencapai hasil belajar yang maksimal
sesuai dengan yang diharapkan.
Materi perkaliandiperkenalkan kepada para siswa ketika mereka menginjak
kelas II SD. Perkalian dengan hasil bilangan dua angka merupakan kompetensi dasar
yang baru bagi peserta didik kelas II SD. Konsep perkalian ditanamkan sebagai
penjumlahan berulang, sehingga kemampuan dasar berhitung perkalian dua bilangan 1-
10 seharusnya sudah dikuasai oleh peserta didik kelas II semester 2, karena penguasaan
materi perkalian ini merupakan bekal prasyarat untuk mempelajari materi berhitung
selanjutnya. Peserta didik yang telah menguasai kemampuan melakukan operasi
perkalian dua bilangan 1-10, lebihdapat melakukan operasi-operasi hitung yang lainnya,
di antaranya operasi perkalian tiga bilangan, operasi hitung pembagian operasi hitung
campuran dan soal cerita.
Di kelas ini, para siswa dituntut untuk segera menghafal perkalian dan
pembagian, karena jika tidak segera hafal, anak akan merasa kesulitan jika telah
menginjak materi Matematika di kelas berikutnya. Perkalian mungkin memang susah,
tapi setidaknya seorang guru bahkan orang tua dapat membuatnya menjadi lebih
menyenangkan. Salah satu hal yang bisa membuat anak-anak senang dengan Matematika
adalah kebebasan mereka bereksperimen dengan Matematika tersebut. Tentu saja untuk
bisa bereksperimen anak-anak harus kaya akan teknik. Dengan demikian anak akan
mudah memahami dan selanjutnya hafal dengan sendirinya tanpa ada paksaan dan
tekanan dari orang tua dan guru.
Saat ini telah berkembang macam-macam metode untuk berhitung. Pada intinya
semua metode adalah baik, semua anak berhak untuk mempelajari teknik-teknik yang
ada, sehingga mereka kaya akan suatu teknik. Salah satu metode yang telah berkembang
untuk pembelajaran Matematika khususnya dalam berhitung adalah pengajaran teknik
jarimatika.“Jarimatika adalah teknik berhitung mudah dan menyenangkan dengan
menggunakan jari-jari tangan”. (Septi Peni, 2008: 17).
Tidak hanya guru yang dapat menggunakan teknik Jarimatika ini, akan tetapi
orang tua juga dapat menggunakannya dalam pembelajaran di rumah. Atas peran guru,
orang tua, dan tentunya niat dari siswa, teknik Jarimatika ini diharapkan dapat membantu
meningkatkan kemampuan siswa pada mata pelajaran Matematika, terutama dalam
berhitung perkalian.
Permasalahan pokok yang ingin penulis sampaikan dalam penelitian ini adalah:
Peningkatan kemampuan berhitung perkalian jika pembelajarannya dengan menggunakan
teknik Jarimatikapada siswa kelas II semester 2 SD Negeri Tegaldowo 2 tahun pelajaran
2009/2010.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut:“Apakah dengan menggunakan teknik jarimatika dapat meningkatkan
kemampuan berhitung perkalian pada siswa kelas II semester 2 SD Negeri Tegaldowo 2
tahun pelajaran 2009/2010?“
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: untuk meningkatkan
kemampuan berhitung perkalian dengan menggunakan teknik jarimatika pada siswa kelas
II semester 2 SD Negeri Tegaldowo 2 tahun pelajaran 2009/2010.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat memiliki beberapa manfaat, di
antaranya yaitu :
1. Manfaat Teoretis
a. Memberikan masukan dan wawasan kepada guru dalam proses pembelajaran.
b. Memberikan solusi sebagai upaya perbaikan mutu proses pendidikan khususnya
kemampuan berhitung perkalian Matematika.
2. Manfaat Praktis
a. BagiSiswa
Meningkatnya kemampuan berhitung perkalian khususnya dapat
menambah kecepatan dan keakuratan dalam berhitung perkalian, sehingga
peserta didik lebih menyenangi pembelajaran berhitung.
b. BagiGuru
Memberi arahan dalam proses pembelajaran dan memberi solusi untuk
mengajarkan perkalian yang menyenangkan dalam mata pelajaran Matematika.
c. BagiSekolah
Memberikan sumbangan pemikiran dalam meningkatnya kualitas
pembelajaran, karena dengan hasil penelitian ini dapat menjadi pertimbangan
bagi sekolah dalam meningkatkan kemampuan berhitung perkalian.
a. Pengertian Kemampuan
Menurut Poerwadarminta dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (1996:628)
kata kemampuan berasal dari kata mampu yang berarti kuasa, berada, kaya.Menurut
kamus bergambar Nur Kasanah dan Didik Tuminto (2007: 423) kemampuan adalah
kesanggupan, kecakapan atau kekuatan.
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan atau kekuatan untuk menguasai atau
mengerjakan sesuatu.
b. Berhitung
1) PengertianBerhitung
Pengetahuan bilangan dan kalkulasinya memasuki semua cabang Matematika,
bahkan tidak jarang merupakan titik tolak suatu pengembangan struktur dalam
Matematika.Dengan demikian tidaklah salah kalau orang mengatakan bahwa “berhitung”
itu amat penting dan mendasar.Menurut Poerwadarminta dalam Kamus Umum Bahasa
Indonesia (1996:253) berhitung berarti mengerjakan hitungan.Berhitung adalah salah satu
keterampilan dasar yang perlu dikuasai.Berhitung termasuk bagian dari pembelajaran dari
Matematika yang lebih dikenal dengan Aritmatika.Arimatika berasal dari bahasa Yunani
yang artinya angka atau dulu disebut dengan ilmu hitung yaitu cabang tertua Matematika
yang mempelajari operasi dasar bilangan.Operasi dasar tersebut adalah penjumlahan,
pengurangan, perkalian dan pembagian.
Dali S Naga dalam Mulyono Abdurrahman (2003: 253) menyatakan bahwa
aritmatika atau berhitung adalah cabang Matematika yang berkenaan dengan sifat
hubungan-hubungan bilangan-bilangan nyata dengan perhitungan mereka terutama
menyangkut penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian.Secara singkat
aritmatika atau berhitung adalah pengetahuan tentang bilangan”.Menurut Nur Kasanah
dan Didik Tuminto (2007: 243) berhitung adalah mengerjakan hitungan (menjumlahkan,
mengurangi, dan lain sebagainya)”.
David Glover (2007: 26) In Arithmetic you add,subtract, multiply, and divide
numbers. You use arithmetic to find the answer to problems and sums. See also addition,
and subtraction. Aritmatika berhubungan dengan menjumlah, mengurangi, mengali dan
membagi bilangan yang digunakan untuk menyelesaikan masalah sehari-hari.Menurut
Riyanto dalam (http://rumahlaili.blogspot.com/ diakses tanggal 18 Mei 2010) berhitung
secara harfiah berarti cara menghitung dengan menggunakan angka-angka.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa berhitung termasuk bagian
dari pembelajaran Matematika yang lebih dikenal dengan aritmatika yaitu mempelajari
tentang penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian.
Berhitungmempunyai banyak manfaat, diantaranya:
a. Agar anak kita dapat lebih memahami alam semesta dan hukum-hukum yang berlaku di dalamnya.
b. Agar anak kita dapat melakukan perencanaan dan evaluasi dengan baik saat dewasa nanti.
c. Agar anak-anak kita dapat membuat rancangan dan konstruksi dengan benar. d. Yang juga tidak kalah penting adalah agar anak-anak kita dapat berlaku adil. e. Kemudian agar mereka bisa berbelanja dengan benar. f. Lalu juga agar mereka tidak mudah ditipu. g. Dan tentu masih banyak lagi nilai pentingnya bagi kehidupan anak
kita.(www.ibuprofesional.org diakses tanggal 16 Oktober 2009).
2) Prinsip-PrinsipBerhitung
Prinsip-prinsip berhitung menurut petunjuk pengajaran berhitung
Depdikbud (1993: 1) adalah:
a) Proses belajar dalam berhitung seperti latihan (drill) menghafal dan mengulang memang memadai tetapi akan lebih efektif apabila guru mendorong kreativitas murid dengan membantu menanamkan pengertian ide dasar dan prinsip-prinsip berhitung melalui kegiatan-kegiatan tersebut. Pengajaran berhitung yang dilandasi pengertian akan mengakibatkan daya ingat dan daya transfer yang lebih besar.
b) Dalam menyajikan topik-topik baru hendaknya dimulai dari tahapan yang paling sederhana menuju ke tahapan yang lebih kompleks, dari lingkungan yang dekat dengan anak menuju ke lingkungan yang lebih luas.
c) Pengalaman-pengalaman sosial anak dan penggunaan benda-benda konkret perlu dilakukan guru untuk membantu pemahaman anak-anak terhadap pengertian-pengertian dalam behitung.
d) Setiap langkah dalam mengajar berhitung hendaknya diusahakan melalui penyajian yang menarik untuk menghindarkan terjadinya tekanan atau ketegangan pada diri anak.
e) Setiap anak belajar dengan kesiapan dan kecepatannya sendiri-sendiri. Tugas guru selain memotivasi kesiapan juga memberikan pengalamanyang bervariasi dan efektif.
f) Latihan-latihan sangat penting untuk memantapkan pengertian dan keterampilan. Karena itu latihan-latihan harus dilandasi pengertian. Latihan akan sangat efektif apabila dilakukan dengan mengikuti prinsip-prinsip penciptaan suasana yang baik. Latihan yang terlalu rumit, padat dan melelahkan hendaknya
dihindarkan untuk mencegah terjadinya ketegangan. Berlatih secara berkala, teratur dengan mengulang kembali secara ringkas, akan mendorong kegiatan belajar karena timbul rasa menyenangi dan menghindarkan kelelahan.
g) Relevansi berhitung dengan kehidupan sehari-hari perlu ditekankan. Dengan demikian pelajaran berhitung yang didapatkan anak-anak akan lebih bermakna baginya dan lebih jauh lagi mereka dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Karena itu guru pelu membuat persiapan yang terencana agar anak-anak mendapatkan pengalaman belajar yang beragam dan fungsional. Mengabaikan pemakaian berhitung dalam situasi yang fungsional selain membuat anak bosan juga melepaskan anak dari pengalaman belajar yang hidup dan penuh arti.
c. Kemampuan Berhitung
Nyimas Aisyah (2007: 6.5) “Kemampuan berhitung merupakan salah satu
kemampuan yang penting dalam kehidupan sehari-hari, dapat dikatakan bahwa semua
aktivitas kehidupan manusia memerlukan kemampuan ini”.
Menurut Bismo dalam (http://rumahlaili.blogspot.com/ diakses tanggal 18 Mei
2010) kemampuan berhitung adalah kemampuan seseorang yang digunakan untuk
memformulasikan persoalan Matematika sehingga dapat dipecahkan dengan operasi
perhitungan atau aritmatika biasa yaitu tambah, kurang, kali, dan bagi. Menurut Masykur
dan Fathani dalam (http://rumahlaili.blogspot.com/ diakses tanggal 18 Mei 2010)
kemampuan berhitung adalah penguasaan terhadap ilmu hitung dasar yang merupakan
bagiandari Matematika yang meliputi penjumlahan, pengurangan, perkalian dan
pembagian.
Berdasarkan pernyataan-pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa
kemampuan berhitung adalah kemampuan yang memerlukan penalaran dan keterampilan
aljabar yang digunakan untuk memformulasikan persoalan Matematika sehingga dapat
dipecahkan dengan operasi hitung yang diperlukan dalam semua aktivitas kehidupan
manusia sehari-sehari.
Begitu pentingnya keterampilan berhitung ini, sehingga orang tua secarasadar
maupun tidak ‘memaksa’ anak untuk segera menguasaiberhitung dengan baik.Begitu
bersemangatnya orang tua dalam mendorong anak agar pandaiberhitung, sering kali
kemudian menjadi kurang proporsional.Orang tua mulai panik kalau anaknya dinilai
terlambat menguasai keterampilanberhitung.Apalagi bila orang tua melihat anak-anak
yang sebaya sudahbanyak yang menguasai keterampilan berhitung dengan baik,
kepanikanbisa berkembang menjadi kejengkelan, kemarahan, dsb.Padahal seperti halnya
keterampilan yang lain, untuk dapat berhitungdengan baik diperlukan suatu proses:
1) Anak perlu untuk memahami bilangan dan proses membilang.
2) Kemudian mulai dikenalkan dengan lambang bilangan.
3) Setelah itu diajarkan konsep operasi hitung.
4) Barukemudian dikenalkan aneka cara dan metode melakukanpenghitungan.
d. Perkalian
Pada prinsipnya, perkalian sama dengan penjumlahan secara berulang. Oleh
karena itu, kemampuan prasyarat yang harus dimiliki siswa sebelum mempelajari
perkalian adalah penguasaan penjumlahan.
Perkalian termasuk topik yang sulit untuk dipahami sebagian siswa. Ini dapat
dilihat dari banyaknya siswa yang duduk di tingkatan tinggi Sekolah Dasar belum
menguasai topik perkalian ini, sehingga mereka banyak mengalami kesulitan dalam
mempelajari topik Matematika yang lebih tinggi.
Materi Perkalian Kelas II
1) KonsepDasarPerkalian
Perkalian dengan penjumlahan berulang.
Contoh: 4 x 2, cara menghitungnya adalah 2 + 2 + 2 + 2. hasilnya 8.
Jika menggunakan kaidah penulisan perkalian adalah sebagai berikut :
4 x 2 = 2 + 2 + 2 + 2 = 8.
2) SifatPerkalian
Jika A dan B adalah sebuah bilangan cacah, maka A x B = B x A. Sifat perkalian ini
disebut sifat komutatif.
Contoh: 4 x 2 = 2 + 2 + 2 + 2 + 2 = 8
2 x 4 = 4 + 4 = 10
4 x 2 hasilnya sama dengan 2 x 4, yaitu 8.
Perkalian menggunakan alat peraga permen dapat diperlihatkan pada gambar
1 sebagai berikut:
Gambar 1. Penjumlahan Berulang dengan Permen
e. Pembelajaran Matematika
1) Pembelajaran
a) PengertianPembelajaran
Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh
pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau murid.
Corey dalam TIM Pendidikan Guru Sekolah Dasar (2007: 6) menyatakan bahwa
“Pembelajaran adalah suatu proses di mana lingkungan seseorang secara sengaja dikelola
untuk memungkinkan ia turut serta dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan
respon terhadap situasi tetentu”.
Winkel dalam M. Sobry Sutikno (2009: 31) mengartikan pembelajaran sebagai
seperangkat tindakan yang dirancang untuk mendukung proses belajar peserta didik,
dengan memperhitungkan kejadian-kejadian eksternal yang berperanan terhadap
rangkaian kejadian-kejadian internal yang berlangsung di dalam diri peserta didik.
Menurut Oemar Hamalik (2009:57) ”Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun
meliputi unsur–unsur manusia, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur manusia
terlibat dalam sistem pengajaran yang terdiri dari siswa, guru, dan tenaga lainnya”.
Pembelajaran menurut Dimyati dan Mudjiono (2009: 197) adalah “kegiatan guru
secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif,
yang menekankan pada penyediaan sumber belajar”. Dalam kamus besar bahasa
Indonesia kata pembelajaran adalah kata benda yang diartikan sebagai proses, cara
menjadikan orang atau makluk hidup belajar. Senada dengan pengertian di atas Gagne,
Briggs, dan Wager dalam Udin S Winata Putra (2007: 19) berpendapat bahwa Instruction
is a set of event that affect learners is such a way that learning is facilitated.
Pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan
terjadinya proses belajar pada siswa. UU SISDIKNAS 2003 Pembelajaran adalah proses
interaksi peserta didik dan pendidik dan sumber belajar di suatu lingkungan belajar.
Menurut Hamzah B. Uno (2008: 54) pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu
proses interaksi antara peserta belajar dengan pengajar/instruktur dan/atau sumber belajar
pada suatu lingkungan balajar untuk pencapaian tujuan belajar tertentu.
Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
adalah suatu proses interaksi peserta didik dan pendidik dan sumber belajar yang sengaja
dirancang untuk membuat siswa belajar secara aktif di suatu lingkungan belajar untuk
pencapaian tujuan belajar tertentu.
b) Ciri-ciriPembelajaran
Oemar Hamalik dalam M. Sobry Sutikno (2009: 34) memaparkan tiga ciri khas yang
terkandung dalam sistem pembelajaran, yaitu:
(1) Rencana, ialah penataan ketenagaan, material, dan prosedural, yang merupakan unsur-unsur sistem pembelajaran, dalam suatu rencana khusus.
(2) Kesalingtergantungan, antara unsur-unsur sistem pembelajaran yang serasi dalam suatu keseluruhan. Tiap unsur bersifat esensial, dan masing-masing memberikan sumbangannya kapada sistem pembelajaran.
(3) Tujuan, sistem pembelajaran mempunyai tujuan tertentu yang hendak dicapai. Tujuan utama sistem pembelajaran agar siswa belajar.
c) KomponenPembelajaran
Dalam pembelajaran terdapat bermacam-macam komponen atau unsur. Menurut
Oemar Hamalik (2009: 66) Unsur-unsur minimal yang ada dalam sistem pembelajaran
adalah seorang siswa/peserta didik, suatu tujuan dan suatu prosedur kerja untuk mencapai
tujuan. Guru (pengajar) tidak termasuk unsur sistem pembelajaran, fungsinya dapat
digantikan atau dialihkan kepada media sebagai pengganti seperti: buku, slide, teks yang
diprogram dan sebagai penggantinya namun kepala sekolah dapat menjadi salah satu
unsur sistem pembelajaran karena berkaitan dengan prosedur perncanaan dan
pelaksanaan pembelajaran.
Udin S Winata Putra (2007: 1.21) berpendapat bahwa komponen-komponen
pembelajaran saling berkaitan satu sama lain. Komponen tersebut antara lain: tujuan,
kegiatan dan evaluasi pembelajaran. Asep Herry Hernawan (2007: 11.11) berpendapat
bahwa komponen-komponen yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran adalah tujuan,
evaluasi pembelajaran, metode mengajar, media pembelajaran, dan sumber belajar.
Nana Sudjana (2005: 30) berpendapat bahwa komponen-komponen yang harus
ada dalam suatu pembelajaran adalah tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran,
bahan atau materi yang akan disampaikan, metode dan alat yang digunakan, dan
penilaian dalam proses pengajaran.
Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa komponen-komponen
pembelajaran antara lain: siswa, tujuan, materi, kegiatan/prosedur, metode, media,
sumber belajar, evaluasi dan tindak lanjut pembelajaran.
2) Matematika
a) PengertianMatematika
Matematika menurut sudut pandang Andi Hakim Nasution dalam
(http://masthoni.wordpress.com diakses tanggal 18 Mei 2010) bahwa istilah Matematika
berasal dari kata Yunani, mathein atau manthenein yang berarti mempelajari.Kata ini
memiliki hubungan yang erat dengan kata Sanskerta, medha atau widya yang memiliki
arti kepandaian, ketahuan, atau intelegensia.Dalam bahasa Belanda, Matematika disebut
dengan kata wiskunde yang berarti ilmu tentang belajar (hal ini sesuai dengan arti kata
mathein pada Matematika) yang kesemuanya berkaitan dengan penalaran.Ciri utama
Matematika adalah penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep atau pernyataan
diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya sehingga kaitan antar konsep
atau pernyataan.
Johnson dan Myklebust yang dikutip Mulyono Abdurrahman (2003: 252)
menyatakan bahwa Matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya untuk
mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan sedangkan fungsi
teoretisnya adalah untuk memudahkan berpikir”.Lerner dikutip Mulyono Abdurrahman
(2003: 252) Matematika di samping sebagai bahasa simbolis juga merupakan bahasa
universal yang memungkinkan manusia memikirkan, mencatat dan mengkomunikasikan
ide mengenai elemen dan kualitas.
Menurut Johnson dan Rising dalam Endyah Murniati (2007: 46) menyatakan
bahwa Matematika adalah pola pikir, pola mengorganisasikan pembuktian yang logik;
Matematika itu adalah bahasa, bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan
dengan cermat, jelas dan akurat representasinya dengan simbol dan padat, lebih berupa
bahasa simbol mengenai arti daripada bunyi, Matematika adalah pengetahuan struktur
yang terorganisasi, sifat-sifat atau teori-teori dibuat secara deduktif berdasarkan kepada
unsur yang tidak didefinisikan, aksioma, sifat atau teori yang telah dibuktikan
kebenarannya; Matematika adalah ilmu tentang pola keteraturan pola atau ide, dan
Matematika itu adalah suatu seni, keindahannya terdapat pada keterurutan dan
keharmonisan.
Freudental dalam (http://masthoni.wordpress.com diakses tanggal 23 Oktober 2009) mengatakan bahwa“Mathematics look like a plural as it still is in French Les Mathematiques .Indeed, long ago it meant a plural: four arts (liberal ones worth being pursued by free men). Mathematics was the quadrivium, the sum of arithmetic, geometry astronomy and music, held in higher esteem than the (more trivial) trivium: grammar, rhetoric and dialectic. …As far as I am familiar with languages, Ducth is the only one in which the term for mathematics is neither derived from nor resembles the internationally sanctioned Mathematica. The Ducth term was virtually coined by Simon (1548-1620): Wiskunde, the science of what is certain. Wis en zeker, sure and certain, is that which does not yield to any doubt, and kunde means, knowledge, theory. Dari sisi abstraksi Matematika, melihat tiga ciri utama Matematika, yaitu; 1) Matematika disajikan dalam pola yang lebih ketat, 2) Matematika berkembang dan digunakan lebih luas daripada ilmu-ilmu lain, dan 3) Matematika lebih terkonsentrasi pada konsep.
Robert E. Reys, Marilyn N. Suydam, Mary M. Lindquist dan Nancy L. Smith
(1998: 2) Mathematics involves far more than computation 1. Mathematics is a study of
patterns and relationships, 2. Mathematics is a way of thinking, 3. Mathematics is an art,
4. Mathematics is a language, 5. Mathematics is a tool. Matematika adalah telaahan
tentang pola dan hubungan, suatu jalan atau pola berpikir, suatu seni, suatu bahasa dan
suatu alat.
Michael J. Bosse dalam Beautiful Mathematics and Beautiful Instruction: Aesthetics within the NCTM Standards. Mathematics is one of the greatest cultural and intellectual achievements of human-kind and citizens should develop an appreciation and understanding of that achievement, including its aestheticand even recreational aspects. Matematika adalah salah satu penemuan pemikiran dan budaya yang terbesar, dan warga negara perlu mengembangkan suatu pemahaman dan penghargaan (menyangkut) prestasi
itu, termasuk keindahannya dan bahkan aspek berkenaan dengan rekreasi. ([email protected] diakses tanggal 18 Mei 2010).
Teoh Poh Yew (2006: 53) Matematika adalah sebuah subjek yang
mengagumkan yang bisa muncul hampir di setiap situasi bahkan selama 15 menit
perjalanan ke arena bermain atau toko kue terdekat.
Matematika menurut Ruseffendi dalam Heruman (2007: 1) adalah bahasa
simbol; ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif; ilmu tentang
pola keteraturan, dan struktur yang terorganisasi, mulai dari unsur yang tidak
didefinisikan, ke unsur yang didefinisikan, ke aksioma atau postulat, dan akhirnya ke
dalil.Sedangkan hakikat Matematika menurut Soedjadi (2000: 13) yaitu memiliki objek
tujuan abstrak, bertumpu pada kesepakatan, dan pola pikir yang deduktif.
Soedjadi (2000: 1) mengemukakan bahwa ada beberapa definisi atau pengertian Matematika berdasarkan sudut pandang pembuatnya, yaitu sebagai berikut:
(1) Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisisr secara sistematik. (2) Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi. (3) Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logik dan berhubungan dengan
bilangan. (4) Matematika adalah pengetahuan fakta-fakta kuantitatif dan masalah tentang ruang dan
bentuk. (5) Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logik. (6) Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Matematika adalah ilmu
deduktif dan universal yang disusun dengan meggunakan bahasa simbol untuk
mengekspresikan hubungan kuantitatif dan ke ruangan yang mengkaji benda abstrak
untuk mendasari perkembangan teknologi modern dan memajukan daya pikir manusia,
serta berguna untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
b) FungsiMatematika
Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendididkan Kelas II Tahun 2007,
fungsi Matematika adalah untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir
logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif serta kemampuan bekerja sama.
Menurut Cornelius dalam Mulyono Abdurrahman (2003: 253) mengemukakan
perlunya Matematika diberikan kepada siswa karena Matematika merupakan : (1) sarana
berpikir yang jelas dan logis, (2) sarana untuk memecahkan masalah dalam kehidupan
sehari-hari, (3) sarana mengenal pola-pola hubungan dan generalisasi pengalaman, (4)
sarana untuk mengembangkan kreativitas, (5) sarana untuk meningkatkan kesadaran
terhadap perkembangan budaya.
Menurut Cockroft yang dikutip Mulyono Abdurrahman (2003: 253) Matematika
perlu diajarkan kepada siswa karena : (1) selalu digunakan dalam segi kehidupan, (2)
semua bidang studi memerlukan Matematika yang sesuai, (3) merupakan sarana
komunikasi yang kuat, singkat dan jelas, (4) dapat digunakan untuk menyajikan
informasi dalam berbagai cara, (5) meningkatkan kemampuan berpikir logis, ketelitian
dan kesadaran, ke ruangan dan fungsi memberikan kepuasan terhadap usaha
memecahkan masalah yang menantang.
Senada dengan pendapat para ahli di atas, Asep Jihad (2008: 153) berpendapat
bahwa Matematika memiliki 2 fungsi utama, yaitu: 1) Mengembangkan kemampuan
berkomunikasi dengan menggunakan bilangan dan simbol, dan 2) Mengembangkan
ketajaman penalaran yang dapat memperjelas dan menyelesaikan permasalahan dalam
kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa Matematika
sangat besar fungsinya dalam kehidupan sehari-hari yaitu: dapat memberikan bekal
kepada peserta didik untuk berpikir logis, analitis, kritis dan mengembangkan kreativitas,
meningkatkan kemampuan dalam usaha memecahkan masalah yang menantang.
3) Pembelajaran Matematika
a) PengertianPembelajaranMatematika
Menurut Bruner yang dikutip Nyimas Aisyah dkk (2007: 1.5) Pembelajaran
Matematika adalah belajar mengenai konsep-konsep dan struktur-struktur Matematika
yang terdapat di dalam materi yang dipelajari, serta mencari hubungan antara konsep-
konsep struktur-struktur Matematika itu. Sedangkan menurut Nyimas Aisyah dkk (2007:
1.4) Pembelajaran Matematika adalah proses yang sengaja dirancang dengan tujuan
untuk menciptakan suasana lingkungan (kelas/sekolah) yang memungkinkan kegiatan
siswa belajar Matematika di sekolah.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Matematika adalah
proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana yang
memungkinkan kegiatan siswa mempelajari hubungan antara konsep-konsep dan
struktur-struktur Matematika di sekolah.
b) TujuanPembelajaranMatematikadiSekolahDasar
Permendiknas nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi untuk mata pelajaran
Matematika di SD sebagai berikut:
(1) Melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukkan kesamaan, perbedaan, konsistensi, dan inkonsistensi.
(2) Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba.
(3) Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah. (4) Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan
gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, tulisan, grafik, peta, dan diagram.
Sedangkan tujuan pembelajaran Matematika menurut Asep Jihad (2008:153)
mengemukakan bahwa Matematika memiliki beberapa tujuan, di antaranya:
1) Menggunakan algoritma atau prosedur pekerjaan, 2) Melakukan manipulasi secara Matematika, (3) Mengorganisasi data, 4) Memanfaatkan simbol, tabel, diagram dan grafik, 5) Mengenal dan menemukan pola, 6) Menarik keimpulan, 7) Membuat kalimat atau model Matematika, 8) Membuat interpretasi bangun dalam bidang dan ruang, 9) Mamahami pengukuran dan satuan-satuannya, dan 10) Menggunakan alat hitung dan alat bantu Matematika.
Oleh karena itu hasil dari pembelajaran Matematika akan nampak pada
kemampuan berpikir yang matematis dalam diri siswa, yang bermuara pada kemampuan
menggunakan Matematika sebagai bahasa dan alat dalam menyelesaikan masalah-
masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
c) TahapPenguasaanMatematikadalamPembelajaran
Secara umum terdapat 4 tahapan aktivitas dalam rangka penguasaan materi
pelajaran Matematika di dalam pembelajaran, yaitu:
(1) Penanaman konsep
Tahap penanaman konsep merupakan tahap pengenalan awal tentang konsep yang akan
dipelajari peserta didik.
(2) Pemahaman konsep
Tahap pemahaman konsep merupakan tahap kelanjutan setelah konsep ditanamkan.
(3) Pembinaan keterampilan
Tahap pembinaan keterampilan merupakan tahap yang tidak boleh dilupakan dalam rangka
membina pengetahuan bagi peserta didik.
(4) Penerapan konsep
Tahap penerapan konsep yaitu penerapan konsep yang sudah dipelajari ke dalam bentuk soal-
soal terapan (cerita) yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.Tahap ini disebut juga
sebagai pembinaan kemampuan memecahkan masalah.
d) Teori-teoriPembelajaranMatematika
Menurut Nyimas Aisyah dkk (2007: 1.4) pembelajaran Matematika merupakan
proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana lingkungan
(kelas/sekolah) yang memungkinkan kegiatan siswa belajar Matematika di sekolah.
Dengan demikian pembelajaran akan berjalan dengan baik apabila antara guru
dengan siswa terjadi interaksi yang baik dan adanya kebermaknaan dalam pembelajaran
Matematika tersebut.
Brunner dalam Nyimas Aisyah dkk (2007: 1.6-7) manyatakan bahwa dalam
belajar Matematika ada tiga tahapan yaitu : tahap enaktif, tahap ikonik, dan tahap
simbolik.
1) Tahap Enaktif atau Tahap Kegiatan
Pada tahap ini penyajian materi atau konsep dilakukan melalui tindakan.Anak
secara langsung terlibat dalam memanipulasi (mengotak-atik) objek.Anak belajar
sesuatu pengetahuan yang dipelajari secara aktif, dengan menggunakan benda-
benda konkrit atau nyata.Dalam tahap ini anak memahami sesuatu dari berbuat
atau melakukan sesuatu tanpa menggunakan imajinasinya atau kata-kata.Ia akan
memahami sesuatu dari berbuat atau melakukan sesuatu.
2) Tahap Ikonik atau Tahap Gambar Bayangan
Tahap ini adalah suatu tahap pembelajaran dengan menggunakan pegalaman yang
direpresentasikan atau diwujudkan dalam bentuk bayangan visual (visualimaginery),
gambar atau diagram yang manggambarkan kegiatan konkret atau situasi konkret pada
tahap enaktif.
3) Tahap Simbolik
Tahap ini anak memanipulasi simbol-simbol atau lambang-lambang objek
tertentu.Anak sudah mampu menggunakan notasi tanpa tergantung pada objek
nyata.Pembelajaran dipresentasikan dalam bentuk simbol-simbol arbiter, yang
dipakai berdasarkan kesepakatan orang-orang dalam bidang yang bersangkutan,
baik simbol verbal, lambang-lambang Matematika, maupun lambang abstrak
lainnya.
Selain pendapat di atas, Dienes dalam Nyimas Aisyah dkk (2007: 2.7-11)
membagi tahap-tahap dalam belajar Matematika menjadi 6 tahap, yaitu:
permainan bebas (free play) permainan yang disertai aturan (games), permainan kesamaan sifat (searching for communalities), representasi (representation), simbolisasi (symbolization), dan formalisasi (formalization). 1) Permainan bebas
Permainan bebas merupakan tahapan belajar konsep yang aktivitasnya tidak berstruktur dan tidak diarahkan. Siswa diberi kebebasan untuk mengekspresikan apa yang siswa rasakan dan diinginkan dalam pembelajaran.
2) Permainan disertai aturan Pada permainan ini anak sudah mulai meneliti pola-pola dan keteraturan yang terdapat dalam konsep tertentu.Dengan melalui pemainan anak diajak untuk mulai mengenal dan memikirkan struktur Matematika. Semakin banyak bentuk-bentuk berlainan yang diberikan kepada anak dalam konsep tertentu, maka semakin jelas konsep yang dipahami siswa karena akan memperoleh hal yang bersifat logis dan matematis dalam konsep yang dipelajari.
3) Permainan kesamaan sifat Permainan ini merupakan permainan yang digunakan untuk melatih dan mencari kesamaan sifat-sifat. Guru perlu mengarahkan mereka dengan mentranlasikan kesamaan struktur dari bentuk permainan lain. Tranlasi ini tidak boleh mengubah sifat-sifat abstrak yang ada pada permainan semula.
4) Representasi Pada tahap ini anak mulai belajar membuat pernyataan atau representasi tentang sifat-sifat kesamaan suatu konsep Matematika yang diperoleh pada tahap ketiga, representasi dapat berupa gambar, diagram, atau verbal.
5) Simbolis Simbolisasi merupakan tahap di mana siswa menciptakan simbol Matematika atau rumus verbal yang cocok untuk menyatakan konsep yang representasinya sudah diketahui pada tahap presentasi.
6) Formalisasi Pada tahap ini anak belajar mengorganisasikan konsep-konsep membentuk secara formal dan harus sampai pada pemahaman aksioma, sifat, aturan, dalil sehingga menjadi struktur dari sistem yang dibahas.
Oleh karena itu, dalam pembelajaran Matematika tidak dapat dilakukan secara
acak tetapi harus runtut tahap demi tahap, dimulai dengan pemahaman ide dan konsep
yang sederhana sampai ke jenjang yang lebih kompleks. Siswa tidak mungkin
mempelajari konsep lebih tinggi sebelum ia menguasai atau memahami konsep yang
lebih rendah.
Berdasarkan hal tersebut, pembelajaran Matematika hendaknya dikembangkan
dari yang mudah ke yang sukar, sehingga dalam memberikan contoh guru juga harus
memperhatikan tentang tingkat kesukaran dari materi yang disampaikan. Dengan
demikian dalam pembelajaran Matematika contoh-contoh yang diberikan harus bervariasi
dan tidak cukup hanya satu contoh.
2. Hakekat Teknik Jarimatika
a. Pengertian Jarimatika
Septi Peni Wulandari (2008: 2 ) Jarimatika adalah cara berhitung (operasi kali-
bagi-tambah-kurang) dengan menggunakan jari-jari tangan. Jarimatika adalah sebuah
cara sederhana dan menyenangkan mengajarkan berhitung dasar kepada anak-anak
menurut kaidah. Dimulai dengan memahamkan secara benar terlebih dahulu tentang
konsep bilangan, lambang bilangan, dan operasi hitung dasar, kemudian mengajarkan
cara berhitung dengan jari-jari tangan. Prosesnya diawali, dilakukan dan diakhiri dengan
gembira. Sedangkan menurut Dwi Sunar Prasetyono, dkk (2009: 19) “Jarimatika adalah
suatu cara menghitung Matematika dengan menggunakan alat bantu jari”.
Dari kedua pengertian di atas dapat dirumuskan bahwa jarimatika adalah suatu
cara berhitung (operasi kali-bagi-tambah-kurang) dengan menggunakan alat bantu jari-
jari tangan.
b. LatarBelakang PenggunaanTeknikJarimatika
Menurut Jean Piaget,siswa SD umumnya berada pada tahap pra operasi dan
operasi konkret (usia 6/7 tahun-12 tahun). Sehingga pembelajaran di SD seharusnya
dibuat konkret melalui peragaan, praktik, maupun permainan.
Menurut Bruner dalam Nyimas Aisyah, dkk (2007: 1.6) belajar Matematika
meliputi belajar konsep-konsep dan struktur Matematika yang terdapat didalam materi
yang dipelajari serta mencari hubungan antara konsep-konsep dan struktur-struktur
Matematika itu. Pembelajaran Matematika hendaknya dimulai dengan pengenalan
masalah yang sesuai dengan situasi (contextual problem). Dengan mengajukan masalah
kontekstual, peserta didik secara bertahap dibimbing untuk menguasai konsep
Matematika.
Dalam proses belajar, anak sebaiknya diberi kesempatan memanipulasi benda-
benda atau alat peraga yang dirancang secara khusus dan dapat diotak- atik oleh siswa
dalam memahami suatu konsep Matematika. Melalui alat peraga yang ditelitinya anak
akan melihat langsung bagaimana keteraturan dan pola struktur yang terdapat dalam
benda yang diperhatikannya.
Proses internalisasi akan terjadi secara sungguh-sungguh (yang berarti proses
belajar secara optimal) jika pengetahuan yang dipelajari itu melalui 3 tahapan yaitu:
1) Tahap Enaktif
Dalam tahap ini penyajian yang dilakukan melalui tindakan anak secaralangsung
terlihat dalam memanipulasi (mengotak-atik) objek.
2) Tahap Ikonik
Dalam tahap ini kegiatan penyajian dilakukan berdasarkan pada pikiran internal
dimana pengetahuan disajikan melalui serangkaian gambar-gambar atau grafik yang
dilakukan anak, berhubungan dengan mental yang merupakan gambaran dari objek-
objek yang dimanipulasinya.
3) Tahap Simbolis
Dalam tahap ini bahasa adalah pola dasar simbolik, anak memanipulasi simbol-
simbol atau lambang-lambang objek tertentu.
Belajar Matematika melalui dua tahap, yaitu tahap konkret dan tahap abstrak.
Pada tahap konkret, anak memanipulasi objek-objek konkret untuk dapat memahami ide-
ide abstrak. Guru hendaknya memberi kegiatan agar anak dapat menyusun struktur
Matematika sejelas mungkin sebelum mereka dapat menggunakan pengetahuan awalnya
sebagai dasar belajar pada tahap berikutnya. Sering kita jumpai peserta didik kita tidak
suka Matematika, susah memahami angka/bilangan dan enggan belajar berhitung, kita
pun pernah mengalami hal yang sama, padahal kita juga tahu bahwa berhitung dan
Matematika merupakan hal yang penting untuk dikuasai. Maka permasalahan yang
seringkali muncul adalah: ketidak-sabaran (pada diri anak dan orangtua) dan proses
memaksa-terpaksa (yang sangat tidak menyenangkan kedua belah pihak).
Matematika merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari hal-hal abstrak
yang berupa fakta, konsep, prinsip.Peserta didik SD sedang mengalami tahap berpikir pra
operasional dan operasional konkret. Untuk itu perlu adanya kemampuan khusus guru
untuk menjembatani antara dunia anak yang bersifat konkret dengan karakteristik
Matematika yang abstrak.
Pembelajaran akan efektif jika dilakukan dalam suasana menyenangkan. Guru
harus senantiasa mengupayakan situasi dan kondisi yang tidak membosankan apalagi
menakutkan bagi peserta didik. Salah satu upaya yang dapat ditempuh guru adalah
dengan menerapkan trik-trik berhitung yang mempermudah dan menyenangkan bagi
peserta didik untuk melakukannya. Salah satu trik berhitung yang menjadi tren saat ini
adalah teknik jarimatika.
Jarimatika memperkenalkan kepada anak bahwa Matematika (khususnya
berhitung) itu menyenangkan. Didalam proses yang penuh kegembiraan itu anak
dibimbing untuk bisa dan terampil berhitung dengan benar.
Jarimatika memberikan salah satu solusi dari permasalahan-permasalahan
tersebut, karena jarimatika memenuhi kaidah-kaidah pembelajaran Matematika yang
membuat peserta didik merasakan bahwa pembelajaran sangat menyenangkan dan
menantang.
c. Sejarah Jarimatika
Berawal dari kepedulian seorang ibu terhadap materi pendidikan anak-anaknya.
Banyak metode dipelajari, tetapi semuanya memakai alat bantu dan kadang membebani
memori otak. Setelah itu dia mulai tertarik dengan jari sebagai alat bantu yang tidak perlu
dibeli, dibawa kemana-mana dan ternyata juga mudah dan menyenangkan. Anak-anak
menguasai metode ini dengan menyenangkan dan menguasai keterampilan berhitung.
Akhirnya penelitian dari hari ke hari untuk mengotak-atik jari hingga ke perkalian dan
pembagian, serta mencari uniknya berhitung dengan keajaiban jari lalu dinamakan
“Jarimatika”.Penerapanpada anak dimulai pada usia 3 tahun untuk pengenalan konsep
sampai usia 12 tahun. Jarimatika ini ada 4 level, masing-masing ditempuh 3 bulan.
Setelah selesai lulusan Jarimatika akan masuk ke “Fun Mathematic Club” yang akan
mengupas Matematika secara mudah dan menyenangkan, sesuai materi di sekolahnya.
Proses ini mungkin dapat membantu anak menghilangkan fobia terhadap
Matematika. Sebagaimana diketahui Matematika masih menjadi momok bagi sebagian
besar anak (dan juga orang tua). Maka kami belajar untuk menjadikannya mudah dan
menyenangkan.
Penyusunan buku jarimatika pun diberikan banyak gambar menarik untuk
memudahkan pemahaman dan juga menarik minat untuk mempelajarinya. Beberapa
cerita disisipkan untuk memberikan jeda dan memberikan ilustrasi pentingnya jeda dalam
proses belajar. Bahasanya diupayakan agar ringan dan mudah dimengerti.
Sebenarnya teknik jarimatika adalah kreativitas manusia pada jaman dahulu
sebelum kalkulator ditemukan, mereka mencoba cara atau teknik untuk mempermudah
perhitungan tanpa membebani otak terlalu banyak.
d. KeunggulanTeknikJarimatika
Ada beberapa keunggulan teknik jarimatika yaitu:
a. Berhitung menggunakan teknik jarimatika mudah dipelajari bagi peserta didik,
karena jarimatika mampu menjembatani antara tahap perkembangan kognitif peserta
didik yang konkret dengan materi berhitung yang bersifat abstrak.
b. Jarimatikamemberikan visualisasi proses berhitung, peserta didik belajar dengan
memanipulasi hal-hal konkret tersebut untuk memepelajari materi Matematika yang
bersifat abstrak dan deduktif.Ilmu ini mudah dipelajari segala usia, minimal anak
usia 3 tahun.
c. Menyenangkan karena peserta didik merasakan seolah mereka bermain sambil
belajar dan merasa tertantang dengan teknik jarimatika.
d. Tidak membebani memori otak peserta didik. Teknik berhitung jarimatika mampu
menyeimbangkan kerja otak kanan dan kiri, hal itu dapat ditunjukkan pada waktu
berhitung mereka akan mengotak-atik jari-jari tangan kanan dan kirinya secara
seimbang. Jarimatika mengajak peserta didik untuk dapat mengaplikasikan operasi
hitung dengan cepat dan akurat menggunakan alat bantu jari-jari tangan, tanpa harus
banyak menghafalkan semua hasil operasi hitung tersebut.
e. Praktis dan efisien. Dikatakan praktis karena alat hitungnya jari maka selalu dibawa
kemana-mana. Alatnya tidak akan pernah ketinggalan dan tidak akan disita apalagi
diambil, jika si anak ketahuan memakai jari-jari sebagai alat hitungnya pada saat
ujian. Efisien karena alatnya selalu tersedia dan tidak perlu dibeli.
f. Penggunaan jarimatika lebih menekankan pada penguasaan konsep terlebih dahulu
baru ke cara cepatnya, sehingga anak-anak menguasai ilmu secara matang. Selain itu
metode ini disampaikan secara ”fun”, sehingga anak-anak akan merasa senang dan
gampang bagaikan “tamasya belajar”.
g. Berpengaruh terhadap daya pikir dan psikologis, karena diberikan secara
menyenangkan maka sistem limbik di otak anak akan senantiasa terbuka sehingga
memudahkan anak dalam menerima materi baru. Membiasakan anak
mengembangkan otak kanan dan kirinya, baik secara motorik maupun secara
fungsional, sehingga otak bekerja lebih optimal. Tidak memberatkan memori otak,
sehingga anak menganggap mudah, dan ini merupakan step awal membangun rasa
percaya dirinya untuk lebih jauh menguasai ilmu Matematika secara luas.
e. Formasi Jarimatika Perkalian
Sesuai dengan tujuan dari skripsi ini penulis akan memaparkan teknik jarimatika
untuk pembelajaran perkalian. Ada beberapa hal yang perlu diingat sebelum mengajarkan
teknik jarimatika perkalian pada anak-anak, yaitu anak-anak harus memahami konsep
dasar perkalian terlebih dahulu. Dibawah ini merupakan langkah-langkah pembelajaran
perkalian kelompok dasar (bilangan 6-10):
1. Sebelum mempelajari jarimatika, siswa terlebih dahulu perlu memahami angka atau
lambang bilangan.
2. Setelah itu, siswa mengenali konsep operasi perkalian.
3. Siswa sebelumnya diajak bergembira, bisa dengan bernyanyi.
4. Mengenal lambang-lambang yang digunakan di dalam jarimatika. Pengenalannya dengan
praktek secara langsung yaitu siswa diminta mengangkat jari-jarinya ke atas kemudian
mendemonstrasikan formasi jari tangan yang digunakan dalam jarimatika seperti pada
gambar 2 di bawah ini:
Gambar 2. Formasi Jarimatika Perkalian 6-10
5. Siswa diajarkan cara-cara menghitung dengan jarimatika dengan ketentuan sebagai
berikut :
Rumus: (T1 + T2) + (B1 x B2)
Keterangan:
T1 = jari tangan kanan yang ditutup (puluhan)
T2 = jari tangan kiri yang ditutup (puluhan)
B1 = jari tangan kanan yang dibuka (satuan)
B2 = jari tangan kiri yang dibuka (satuan)
6. Guru dan siswa melakukan operasi perkalian dengan mendemonstrasikan menggunakan
jari tangan.
Contoh:
Gambar 3.Formasi Berhitung Perkalian
Tangan kanan (7) : kelingking dan jari manis ditutup (dilipat).
Tangan kiri (8) : kelingking, jari manis, dan jari tengah ditutup
(dilipat).
7 x 8 dapat diselesaikan sebagai berikut.Jari yang ditutup bernilai
puluhan, dijumlahkan.Jari yang terbuka bernilai satuan, dikalikan.
Formasi Jarimatikanya adalah sebagai berikut:
Gambar 4. Contoh Formasi Jari Berhitung dengan Jarimatika
7 x 8 = (T1 + T2) + (B1 x B2)
= (20 + 30) + (3 x 2)
= 50 + 6
= 56
7. Ajak siswa terus bergembira, jangan merepotkan anak untuk menghafal lambang-
lambang jarimatika.
8. Melakukan latihan secara rutin dengan demikian anak merasa senang tanpa ada paksaan
untuk menghafal.
B. Penelitian yang Relevan
Adapun beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah:
1. Gunawan Ari Saputro. 2009. Mahasiswa FKIP Universitas Sebelas Maret dalam skripsinya
yang berjudul “Efektifitas Pengajaran Sempoa dan Jarimatika untuk Mengatasi Kesulitan
Belajar Matematika Siswa Kelas I SDN Candirejo kab. Semarang Tahun Ajaran
2008/2009”. Berdasarkan hasil penelitian ini disimpulkan bahwa dengan kedua pengajaran
yang diterapkan dalam penelitian ini yaitu sempoa dan jarimatika. Masing-masing
mengungkapkan bahwa penggunaan media jarimatika maupun sempoa mampu
meningkatkan prestasi belajar siswa. Hasil penelitian tersebut terbukti bahwa baik
pengajaran dengan menggunakan media sempoa maupun media jarimatika keduanya
mampu meningkatkan prestasi belajar Matematika siswa. Persamaan penelitian ini dengan
penelitian yang peneliti lakukan adalah sama-sama mengkaji pembelajaran yang
menggunakan teknik jarimatika.
2. Darmilah. 2009. “Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Berhitung Matematika Dengan
Menggunakan Metode Jarimatika Pada Siswa Kelas Dasar I SLB-A Dria Adi Semarang”.
Dalam hasil penelitiannya disimpulkan bahwa metode jarimatika meningkatkan prestasi
belajar Matematika berhitung pada siswa kelas I SLB-A Dria Adi Semarang Tahun
Pelajaran 2008/2009. Hal ini bisa dipahami dengan memperhatikan nilai awal prestasi
belajar berhitung penjumlahan dan pengurangan nilai rerata sebesar 50,00 ketuntasan
secara klasikal sebesar 33,33%. Pada siklus I, diketahui rerata nilai berhitung penjumlahan
dan pengurangan sebesar 60,00 ketuntasan secara klasikal mencapai 66,67%. Pada siklus II,
diketahui rerata nilai berhitung penjumlahan dan pengurangan sebesar 70,00 seluruh siswa
mendapat nilai 60,00 atau lebih (tuntas belajarnya). Ketuntasan secara klasikal telah
mencapai 100%. Berdasarkan data tersebut, secara klasikal telah mencapai ketuntasan
belajar.
3. Sutino. 2009. “Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Dengan Metode
Pembelajaran Jarimatika Kelas VIII/SMPLB/B YPAALB Langenharjo Sukoharjo”.
Diperoleh hasil bahwa penerapan pembelajaran dengan menggunakan metode jarimatika
yang dilakukan mulai dari kondisi awal, siklus I dan siklus II telah berhasil meningkatkan
prestasi belajar Matematika Siswa kelas VIII/SMPLB/B YPAALB Langenharjo Sukoharjo.
C. Kerangka Berpikir
Banyak yang menganggap bahwa pelajaran Matematika adalah pelajaran yang
paling sulit, menakutkan, menjenuhkan dan tidak menyenangkan.Siswa pada umumnya
menganggap bahwa mata pelajaran Matematika adalah “momok”.Pelajaran yang kerap
dihindari seperti kerapnya untuk tidak dipelajari.Hal ini dikarenakan dalam
menyampaikan konsep perkalian, para guru banyak yang menggunakan cara
konvensional yaitu dengan memaksa anak untuk menghafal secara mencongak, karena
jika tidak segera hafal anak akan merasa kesulitan jika telah menginjak materi
Matematika di kelas berikutnya. Sedangkan siswa sendiri sulit untuk menghafal perkalian
dan merasa malas untuk menghafal yang memberatkan otak mereka.Dengan
penyampaian seperti itu tentu saja selain mematikan kreativitas anak juga menghilangkan
unsur belajar bermakna.Sehingga menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa khususnya
kemampuan berhitung perkalian.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, guru menerapkan teknik jarimatika
yaitu salah satu metode yang telah berkembang untuk pembelajaran Matematika
khususnya dalam berhitung mudah dan menyenangkan dengan menggunakan jari-jari
tangan. Kelebihan dari pengajaran dengan menggunakan teknik jarimatika yaitu
sederhana, alatnya selalu tersedia dan tidak perlu dibeli, alatnya tidak akan pernah
ketinggalan atau disita saat ujian, tidak memberatkan otak dengan bayangan, dan tenyata
juga mudah untuk dilakukan. Guru menggunakan metode tersebut untuk mengajarkan
perkalian, sehingga anak akan mudah memahami dan memudahkan para siswa untuk
melakukan berhitung perkalian selanjutnya hafal dengan sendirinya tanpa ada paksaan
dan tekanan dari orang tua dan guru.
Setelah guru menerapkan teknik jarimatika, siswa menjadi lebih tertarik dan
senang dalam mata pelajaran Matematika khususnya berhitung perkalian, selain itu siswa
mampu menyelesaikan masalah berhitung perkalian dengan teknik jarimatika. Pada
kondisi akhir kemampuan berhitung siswa terhadap materi perkalian meningkat.
Dari uraian pemikiran di atas, maka dapat divisualisasikan dalam bentuk
kerangka pemikiran pada gambar 5.
Gambar 5. Kerangka Berpikir
Dari kerangka berfikir di atas, dapat diketahui bahwa sebelum mengunakan teknik
jarimatika hasil pembelajaran khusunya kemampuan berhitung perkalian masih
rendah.Kemudian setelah menggunakan teknik jarimatika ada peningkatan kemampuan
berhitung perkalian yang cukup berarti. Penelitian ini direncanakan dua siklus dan akan
Kondisi Awal
Tindakan
Kondisi Akhir
Meningkatnya kemampuan berhitung perkalian.
Menerapkan teknik jarimatika untuk mengajarkan perkalian.
Pembelajaran Matematika terutama dalam hal perkalian, belum menerapkan teknik jarimatika Siklus I
60% dari jumlah siswa harus tuntasmemperoleh nilai ≥ 60
Siklus II 70% dari jumlah siswa harus tuntasmemperoleh nilai ≥
Rendahnya kemampuan berhitung perkalian
Guru Siswa
diakhiri sampai didapat hasil yang mencapai rata-rata kelas 70 dan siswa yang
memperoleh nilai ≥ 60 (KKM) mencapai 70% dari semua siswa kelas II.
D. Hipotesis
Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka pemikiran, maka dapat dirumuskan
hipotesis penelitian tindakan kelas sebagai berikut: “Dengan menggunakan
teknikjarimatika dapat meningkatkan kemampuan berhitung perkalian pada siswa kelas II
semester 2 SD Negeri Tegaldowo 2 Tahun Pelajaran 2009/2010”.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. TempatPenelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kelas II SD Negeri Tegaldowo 2 tahun pelajaran
2009/2010. Lokasi sekolah berada di kelurahan Tegaldowo kecamatan Gemolong
kabupaten Sragen.Di sekolah ini hanya terdapat 1 kelas pada tiap tingkatnya dengan
jumlah siswa pada kelas II pada tahun ajaran 2009/2010 yaitu 20 orang, dengan rincian 8
siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan.
Adapun alasan pemilihan tempat tersebut didasarkan pada pertimbangan:
1. Pada tahun pelajaran sebelumnya, dalam penyampaian materi pembelajaran
Matematika khususnya dalam materi perkalian masih menggunakan teknik
menghafal sehingga kemampuan berhitung perkalian siswa kelas II masih rendah.
2. Sekolah Dasar Negeri Tegaldowo 2 yang berada di kecamatan Gemolong, kabupaten
Sragen lokasinya dekat dengan rumah peneliti sehingga lebih mudah dijangkau
peneliti.
2. WaktuPenelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester 2 tahun pelajaran 2009/2010 selama
enam bulan. Penelitian dimulai pada bulan Januari s.d. Juni tahun 2010. Waktu dan jenis
kegiatan penelitian dapat dilihat pada tabel 1 di bawah ini.
Tabel 1.Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian
Januari Februari Maret April Mei Juni No Waktu
Jenis Keg 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pengajuan judul
2 Pengumpulan data
3 Pengajuan
proposal
4 Revisi Proposal
5 Pengajuan surat
izin
6 Pelaksanaan
1. Siklus I
2. Siklus II
7 Analisis data
8 Pembuatan laporan
9 Ujian Skripsi
B. Bentuk dan Strategi Penelitian
1. BentukPenelitian
Penelitian ini berbentuk Penelitian Tindakan Kelas, istilah dalam bahasa Inggris
adalah Classroom Action Research (CAR). I. G. A. K Wardani, dkk (2006: 1.3)
penelitian kelas merupakan terjemahan dari classroom action research, yaitu satu action
research yang dilakukan di kelas. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan penelitian
yang dapat dilakukan sendiri oleh guru atau kolaboratif yang melibatkan peneliti, guru,
siswa maupunkaryawan sekolah yang lain yang bertujuan untuk memperbaiki sistem
sertakinerja guru dalam rangka memperbaiki atau meningkatkan mutu proses dan
hasilpembelajaran siswa. Dalam Penelitian Tindakan Kelas ini, digunakan teknik
jarimatika untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan hasil pembelajaranberhitung
perkalian siswa.Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk
mendeskripsikanpenggunaan teknik jarimatika dalam pembelajaran berhitung perkalian.
Pelaksanaan pembelajaran dalam penelitian dilaksanakan dalam 4 tahap, yaitu :
Perencanaan (planning), Tindakan (acting), Pengamatan (observing), dan refleksi
(reflecting).
a. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini pelaksanaan pembelajaran direncanakan dengan teknik
jarimatika pada mata pelajaran Matematika kelas II semester 2 SD Negeri Tegaldowo
2 tahun pelajaran 2009/2010. Rencana pembelajaran sesuai dengan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Perencanaan dilaksanakan secara partisipatif secara aktif berdasarkan
identifikasi pada tahap sebelumnya. Tahap ini bersifat diagnostik untuk menghasilkan
formulasi tindakan yang akan dilakukan pada tahap selanjutnya untuk memecahkan
masalah atau melakukan perbaikan. Formulasi rencana tindakan ini mencakup pihak
yang dilibatkan, strategi dan sarana yang digunakan. Pada tahap ini juga disusun
rencana observasi/monitoring terhadap perubahan yang akan dilakukan serta teknik
dan instrumen yang digunakan.
b. Tahap Tindakan
Pada tahap ini dilaksanakan implementasi tindakan yang telah direncanakan
pada tahap perencanaan, yaitu menggunakan teknik jarimatika dalam pembelajaran
Matematika pada materi perkalian kelas II semester 2.Tahap ini dilaksanakan melalui
upaya perbaikan implementasi yang telah ditetapkan pada tahap sebelumnya. Dalam
penelitian tindakan sering terjadi belokan-belokan kecil dari rencana yang telah
disusun, karena itu akan selalu dicatat perubahan-perubahan kecil tersebut dan alasan
perubahan itu terjadi
c. Tahap Pengamatan/Observasi
Tahap ini berupa perwujudan tahap pengumpulan data yang berupa aktivitas
siswa dan guru selama penerapan teknik jarimatika dalam pembelajaran berhitung
perkalian, pengumpulan data dilakukan dengan carapengamatan secara langsung
terhadap tindakan siswa dalam pembelajaran berhitung perkalian.
d. Tahap Evaluasi/Refleksi
Pada tahap ini, data-data yang diperoleh melalui observasi dikumpulkan dan
dianalisis guna mengetahui seberapa jauh tindakan telah membawa perubahan, dan
bagaimana perubahan terjadi. Dengan demikian pada tahap ini dilakukan evaluasi
secara kritis mengenai hal-hal yang sudah dilakukan, seberapa efektif perubahan
tersebut, kendala, pendorong perubahan dan langkah perbaikan. Hasil refleksi
merupakan jawaban atas masalah-masalah penelitian serta tolok ukur siklus
selanjutnya.
2. StrategiPenelitian
Strategi yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif.Strategi
ini bertujuan untuk menggambarkan serta menjelaskan kenyataan dilapangan melalui
pengamatan peneliti.Dalam hal ini objek yang diamati adalahkegiatan pembelajaran
berhitung perkalian sebelum dan sesudah diberikan tindakan denganpenggunaan teknik
jarimatika.
.
C. Subjek dan Objek Penelitian
1. SubjekPenelitian
Subjek penelitian ini adalah guru dan siswa kelas II SD Negeri Tegaldowo 2
tahun pelajaran 2009/2010.Adapun jumlah siswa yang diteliti adalah 20 siswa, terdiri dari
8 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan.
2. ObjekPenelitian
Objek penelitian ini adalah kegiatan pembelajaran berhitung perkalian pada
mata pelajaran Matematika di kelas II semester 2 SD Negeri Tegaldowo 2 tahun
pelajaran 2009/2010.
D. Sumber Data
Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 107) “Sumber data adalah subjek dari mana
data dapat diperoleh“. Suharsimi Arikunto (2001: 91) Data adalah hasil pencatatan
peneliti, baik yang berupa fakta maupun angka. Data atau informasi yang paling penting
untuk dikumpulkan dan dikaji dalam penelitian ini, sebagian besar berupa kualitatif.
Informasi tersebut akan digali dari berbagai sumber data dan jenis data yang akan
dimanfaatkan dalam penelitian ini meliputi :
1. Informasi data dari narasumber yang terdiri dari guru dan siswa kelas II SD Negeri
Tegaldowo 2.
2. Tempat dan Peristiwa
a. Tempat : Ruang kelas II
b. Peristiwa : Proses belajar dan mengajar pada mata pelajaran
Matematika (materi perkalian) dengan teknik
jarimatika.
3. Dokumen
Digunakan untuk memperoleh data berupa nama responden penelitian, sejarah
perkembangan SD Negeri Tegaldowo 2, daftar nilai untuk mendapatkan data nilai
siswa sebelum dilakukan tindakan.
4. Tes Hasil Belajar
Untuk mengetahui peningkatan kemampuan berhitung perkalian setelah dilakukan
tindakan.
5. Foto
Dengan alat kamera foto, untuk memperjelas deskripsi sebagai situasi dan perilaku
subjek yang diteliti.
E. Teknik Pengumpulan Data
Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 197) teknik pengumpulan data adalah
bentuk penerimaan data yang dilakukan dengan cara merekam kejadian, menghitungnya,
mengukur dan mencatatnya. Sesuai bentuk penelitian tindakan kelas dan juga sumber
data yang dimanfaatkan, maka teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam
penilaian ini adalah:
1. Wawancara
I. Djumhur dan Muh. Surya dalam (http://sevli074.wordpress.com/ diakses
tanggal 18 Mei 2010)Wawancara merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan
jalan mengadakan komunikasi dengan sumber data. Komunikasi tersebut dilakukan
dengan dialog (tanya jawab) secara lisan, baik langsung maupun tidak langsung.
Suharsimi Arikunto (2001: 30) berpendapat bahwa
wawancara adalah suatu metode atau cara yang digunakan untuk mendapatkan
jawaban dari responden dengan jalan tanya-jawab sepihak.
Wawancara yang dilakukan oleh peniliti bersifat fleksibel. Tidak
berstruktur ketat, tidak dalam suasana formal, dan dapat dilakukan berulang pada
informan yang sama. Wawancara ini lebih tepat disebut mendalam (in-depth
interviewing) yang dilakukan pada semua informan.Dengan wawancara mendalam
berharap akan memperoleh informasi yang rinci dan mendalam mengenai bagaimana
proses pembelajaran perkalian dan teknik pembelajaran yang digunakan dalam
pembelajaran perkalian. Dalam penelitian ini wawancara dilakukan kepada guru
maupun siswa kelas II SD Negeri Tegaldowo 2 tentang materi yang diajarkan dan
kesulitan yang dialami siswa dalam menyelesaikan soal perkalian serta mengetahui
efektifitas penggunaan teknik jarimatika.
2. Observasi
Suharsimi Arikunto (2001: 30) menyatakan bahwa Observasi merupakan
suatu teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti serta
pencatatan secara sistematis. Dalam (http://sevli074.wordpress.com/ diakses tanggal
18 Mei 2010)Observasi adalah pengamatan langsung para pembuat keputusan
berikut lingkungan fisiknya dan atau pengamatan langsung suatu kegiatan yang
sedang berjalan.Observasi yang dilakukan peneliti adalah observasi langsung (direct
observation) terhadap objek yang diteliti. Observasi yang dilakukan pada siswa kelas
II SD Negeri Tegaldowo 2, untuk mengetahui aktivitas dan perhatiannya selama
proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan teknik jarimatika pada
materi perkalian.
Selain itu observasi dilakukan untuk memantau proses dan dampak
pembelajaran yang diperlukan untuk menata langkah-langkah perbaikan agar lebih
efektif dan efisien. Langkah-langkah observasi menurut Amir (2007: 134) meliputi:
(1) perencanaan (planning), (2) pelaksanaan observasi kelas (classroom), dan (3)
pembahasan balikan (feedback). Dapat divisualisasikan pada gambar 6.
Gambar 6. Siklus Observasi (David Hopkins, 1992: 243) dalam Amir (2007: 135)
3. Dokumentasi
Feedback
Planning
Classroom
Suharsimi Arikunto (2002: 206) Metode dokumentasi yaitu mencari data
mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar,
majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda, dan sebagainya. Dokumentasi
digunakan untuk memperoleh dokumentasi kegiatan pembelajaran. Pada penelitian
ini dokumen yang dimanfaatkan berupa : daftar nilai, instrumen, arsip penilaian guru,
bukti fisik kegiatan berupa foto, dll.
4. Tes
Suharsimi Arikunto (2002: 127) Tes adalah serentetan pernyataan atau
latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan,
intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.
Metode tes digunakan untuk mengetahui kesalahan yang dilakukan siswa
kelas II SD Negeri Tegaldowo 2 dalam menyelesaikan soal perkalian dan untuk
mengetahui peningkatan kemampuan berhitung siswa setelah melakukan tindakan.
F. Validitas Data
Informasi yang telah dikumpulkan oleh peneliti dan dijadikan data dalam
penelitian harus di periksa validitasnya sehingga data tersebut dapat
dipertanggungjawabkan. Selain itu data tersebut dapat dijadikan dasar yang kuat dalam
menarik kesimpulan. Adapun teknik yang digunakan untuk menguji validitas data,
peneliti menggunakan dua macam yaitu:
1. Trianggulasi data
Trianggulasi data juga sering disebut sebagai trianggulasi sumber.Dalam
mengumpulkan data, peneliti wajib menggunakan beragam sumber data yang
tersedia. Artinya data yang sama atau sejenis akan lebih mantap kebenaranya bila
digali dari beberapa sumber data yang berbeda (St. Y Slamet dan Suwarto, 2007: 54).
Trianggulasi data dilakukan dengan memanfaatkan jenis sumber data yang berbeda-
beda untuk menggali data yang sejenis. Untuk menggali data yang sejenis bisa
diperoleh dari nara sumber (manusia), dari kondisi lokasi, dari aktivitas yang
menggambarkan perilaku siswa atau dari sumber yang berupa catatan/arsip yang
memuat catatan yang berkaitan dengan data yang dimaksud. Pada penelitian ini data
yang diukur menggunakan trianggulasi sumber yaitu proses pembelajaran perkalian
dan teknik pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran perkalian dengan cara
membandingkan hasil wawancara dengan isi dokumen yang berkaitan, aktivitas dan
perhatian siswa selama proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan
teknik jarimatika pada materi perkalian dengan cara membandingkan data hasil
pengamatan dengan hasil wawancara, dokumentasi dengan cara membandingkan apa
yang dikatakan oleh seseorang tentang situasi penelitian dengan bukti fisik kegiatan
berupa foto. Dengan cara ini data sejenis bisa teruji kemantapan dan kebenarannya
dari sumber data yang berbeda-beda. Sehingga diharapkan dapat memberi informasi
yang lebih tepat sesuai keadaan siswa kelas II SD Negeri Tegaldowo 2.
2. Validitas isi
validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap isi tes dengan analisis rasional (professional judgment), "sejauh mana item-item dalam tes mencakup keseluruhan kawasan isi objek yang hendak diukur" atau "sejauh mana isi tes mencerminkan ciri atribut yang hendak diukur".Pengertian "mencakup keseluruhan kawasan" isi tidak saja menunjukkan bahwa tes tersebut harus memuat isi yang komprehensif dan relevan pada batasan tujuan ukur. Estimasi validitas ini tidak melibatkan perhitungan statistik apapun melainkan hanya analisis rasional maka tidaklah diharapkan setiap orang akan sama sependapat mengenai sejauh mana validitas isi suatu tes telah tercapai.(http://www.kesimpulan.com/2009/04/konsepsi-validitas-tes-atau-alat-ukur.html diakses tanggal 28 Desember 2009).
Sebuah tes dikatakan memiliki validitas isi apabila mengukur tujuan khusus tertentu
yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang diberikan (Suharsimi Arikunto,
2001: 67). Pada penelitian ini data yang diukur menggunakan validitas isi yaitu tes
yang digunakan untuk mengukur kemampuan berhitung perkalian sesuai dengan
materi yang diajarkan di kelas II semester 2, maka pada saat penyusunan dilakukan
dengan cara memerinci materi kurikulum atau materi pelajaran. Oleh karena materi
yang diajarkan tertera dalam kurikulum maka validitas isi ini sering juga disebut
validitas kurikuler.
G. Teknik Analisis Data
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah model analisis
interaktif. Model analisis interaktif menurut Miles dan Huberman mempunyai tiga buah
komponen pokok, yaitu Reduksi Data, Sajian Data, Penarikan Kesimpulan atau
Verifikasi. Aktivitasnya dalam bentuk interaktif dengan proses pengumpulan data sebagai
suatu proses siklus untuk lebih jelasnya, proses analisis interaktif dapat digambarkan
dengan skema pada gambar 7 sebagai berikut:
Gambar 7. Analisis Interaktif Model Miles dan Huberman
(Iskandar, 2009: 76)
Langkah-langkah Analisis:
1. Melakukan analisis awal bila data yang didapat di kelas sudah cukup, maka
dapat dikumpulkan.
2. Mengembangkan dalam bentuk sajian data, dengan menyusun coding dan
matrik yang berguna untuk penelitian lanjut.
3. Melakukan analisis data dikelas dan mengembangkan matrik antar kasus.
4. Melakukan verifikasi, pengayaan, dan pendalaman data apabila dalam persiapan
analisis ternyata ditemukan data yang kurang lengkap atau kurang jelas, maka
perlu dilakukan pengumpulan data lagi secara terfokus.
5. Melakukan analisis antar kasus, dikembangkan struktur sajian datanya bagi
susunan laporan.
Pengumpulan Data
Reduksi Data
Penarikan Kesimpulan/Verifikasi
Sajian Data
6. Merumuskan simpulan akhir sebagai temuan penelitian.
7. Merumuskan implikasi kebijakan sebagai pengembangan saran dalam laporan
akhir penelitian.
H. Prosedur penelitian
Prosedur Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini terdiri dari siklus-siklus. Tiap
siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang dicapai, seperti yang telah didesain
dalam faktor-faktor yang diselidiki. Untuk mengetahui permasalahan yang menyebabkan
rendahnya kemampuan berhitung perkalian siswa kelas II SD Negeri Tegaldowo 2
dilakukan observasi terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Selain itu
dilaksanakan observasi dengan guru maupun siswa. Melalui langkah-langkah tersebut
akan dapat ditentukan tindakan yang tepat dalam rangka meningkatkan kemampuan
berhitung perkalian.
Berdasarkan wawancara dengan guru kelas, maka langkah yang tepat untuk
meningkatkan kemampuan berhitung siswa terutama dalam materi perkalian adalah
dengan metode yang menyenangkan dan menarik bagi siswa. Sehubungan dengan hal
tersebut, maka tindakan yang diduga paling tepat adalah dengan menggunakan teknik
Jarimatika. Denagan teknik jarimatika, anak akan dengan mudah memahami dan
selanjutnya hafal (perkalian) dengan sendirinya tanpa ada paksaan dan tekanan dari guru
dan orang tua.
Dengan berpedoman pada refleksi awal tersebut, maka prosedur pelaksanaan
penelitian tindakan kelas ini terdiri dari dua siklus yang masing-masing siklusnya
meliputi: perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Pelaksanaan
dilaksanakan dengan mengadakan pembelajaran yang setiap siklusnya terdiri dari dua
pertemuan yang masing-masing menggunakan waktu 2 x 35 menit sesuai dengan rencana
pelaksanaan pembelajaran.
Secara rinci prosedur pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dapat
dijabarkan dengan uraian berikut:
1. Kegiatan Perencanaan
a. Mengumpulkan data yang diperlukan.
b. Merencanakan (membuat rencana pelaksanaan pembelajaran) untuk pembelajaran
Matematika pada siswa kelas II semester 2 SD Negeri Tegaldowo 2 dan membuat
alat evaluasi.
c. Mempersiapkan media atau peralatan yang akan digunakan.
d. Membuat lembar observasi untuk melihat bagaimana kondisi belajar mengajar di
kelas ketika diajarkan dengan teknik jarimatika.
e. Membuat alat evaluasi untuk melihat kemampuan berhitung perkalian pada
pelajaran matematika siswa dengan menggunakan metode pembelajaran yang
digunakan dapat ditingkatkan
2. Kegiatan Pelaksanaan Tindakan
a. Guru menerapkan pembelajaran Matematika (untuk perkalian) dengan teknik
jarimatika sesuai dengan rancangan pelaksanaan pembelajaran (RPP)I yang telah
disusun sebelumnya.
b. Siswa belajar perkalian dengan mengunakan teknik jarimatika, Siklus I
dilaksanakan dalam 3 kali pertemuan dan masing-masing pertemuan 2 x 35 menit.
3. Kegiatan Observasi
a. Kegiatan ini dilakukan dengan mengamati dan mencatat secara cermat setiap
gejala baik mengenai tindakan, pelaksanaan tindakan, maupun akibat dari
tindakan-tindakan tersebut selama proses pembelajaran.
b. Menilai kemampuan berhitung siswa dalam pembelajaran Matematika.
4. Kegiatan refleksi
Mengadakan refleksi dan evaluasi dari kegiatan 1, 2, 3 bila hasil refleksi dan
evaluasi siklus I menunjukkan tindakan belum tercapai secara optimal, maka perlu
adanya perbaikan pada siklus berikutnya yaitu siklus II yang meliputi: tahap
perencanaan tindakan, tahap pelaksanaan tindakan, tahap observasi dan refleksi.
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan dapat digambarkan pada
gambar 8 sebagai berikut:
Siklus I
Siklus II
Gambar 8. Prosedur Penelitian.
I. Indikator Kinerja
Indikator kinerja yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah meningkatnya
kemampuan berhitung perkalian dengan teknik jarimatika pada siswa kelas II semester 2
SD Negeri Tegaldowo 2 Gemolong Sragen yang ditunjukkan dengan perolehan nilai
minimal 60 (KKM).
Pada siklus I pembelajaran dikatakan berhasil apabila kemampuan berhitung
siswa mencapai rata-rata kelas 60 dan siswa yang memperoleh nilai ≥ 60 (KKM)
mencapai 60%.
Pada siklus II pembelajaran dikatakan berhasil apabila kemampuan berhitung
siswa mencapai rata-rata kelas 70 dan siswa yang memperoleh nilai ≥ 60 (KKM)
mencapai 70%.
Pelaksanaan
Perencanaan Observasi
Refleksi
Pelaksanaan
Perencanaan Observasi
Refleksi
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
Sekolah Dasar Negeri Tegaldowo 2 kecamatan Gemolong kabupaten Sragen
Propinsi Jawa Tengah berdiri pada tahun 1975. Sejak berdiri, status SD Negeri
Tegaldowo 2 adalah Sekolah Dasar Negeri dengan Nomor Statistik Sekolah
(NSS)101031413022, No Statistik Bangunan (NSB) 0082127503010705. Saat ini SD
Negeri Tegaldowo 2 merupakan salah satu SD di Gugus Diponegoro Cabang Dinas
Pendidikan dan Olahraga kecamatan Gemolong kabupaten Sragen. Sejak awal berdirinya
sampai sekarang telah mengalami beberapa pergantian Kepala Sekolah. Kepala yang
menjabat saat ini adalah Bapak Sumanto, S.Pd. SD Negeri Tegaldowo 2 telah
terakreditasi dengan nilai B. Hal ini mendorong pihak sekolah untuk berusaha dalam
meningkatkan kinerja dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang telah
diharapkan.
Secara geografis, letak SDNegeri Tegaldowo 2 berada di desa Wungusari,
kelurahan Tegaldowo, kecamatan Gemolong, kabupaten Sragen. SDNegeri Tegaldowo
terletak di pinggir jalan raya Gemolong-Plupuh, kurang lebih tiga kilometer dari pusat
kecamatan, sehingga transportasinya sangat mudah. Letak sekolah yang strategis ini
mendukung tercapainya informasi yang lebih cepat dan akurat.Lokasinya sangat strategis
sehingga memberikan banyak keuntungan bagi SD ini, diantaranya adalah memberikan
kemudahan bagi sekolah dalam melaksanakan tugas kedinasan.
SD Negeri Tegaldowo 2 pada tahun 2009/2010 dipimpin oleh seorang Kepala
Sekolah dan memiliki 8 guru yang telah berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan 4
orang tenaga pengajar yang masih Wiyata Bakti. Semua personel telah melaksanakan
tugasnya masing-masing dengan baik sesuai dengan tanggungjawabnya. Bukan hanya
guru dan Kepala sekolah yang bertanggungjawab dalam membimbing siswa namun peran
orang tua dan masyarakat juga sangat penting. Hal ini telah diwujudkan di SDNegeri
Tegaldowo 2 dalam wadah Paguyuban Orang Tua Siswa dan Komite sekolah.
Keberhasilan pendidikan siswa merupakan tanggungjawab bersama sehingga harus ada
kerjasama yang baik dari semua pihak.
Jumlah seluruh siswa di SDNegeri Tegaldowo 2 pada tahun 2009/2010 adalah
107 siswa yang terdiri dari 57 siswa laki-laki dan 50 siswa perempuan. Siswa terbagi
dalam 6 kelas yakni kelas I sebanyak 23 siswa, kelas II sebanyak 20 siswa, kelas III
sebanyak 15 siswa, kelas IV sebanyak 15 siswa, kelas V sebanyak 20 siswa dan kelas VI
sebanyak 14 siswa. Siswa berasal dari berbagai latar belakang sosial yang berbeda-beda.
Sebagian besar orang tua siswa bekerja sebagai petani yang pendidikannya masih
terhitung rendah.
Di atas tanah seluas 1800 meter persegi, dengan luas bangunan 518 meter
persegi. Bangunan yang ada adalah 6 ruang kelas, 2 gudang, 1 rumah penjaga, 1 kantin
sekolah, 1 ruang guru dan Kepala Sekolah,UKS, perpustakaan, ruang serba guna dan 2
kamar mandi. Selain mempunyai beberapa ruangan, SDNegeri Tegaldowo 2juga
mempunyai halaman yang sangat luas yang biasanya digunakan untuk pembelajaran
olahraga, upacara dan berbagai kegiatan ekstrakurikuler yang diadakan oleh sekolah serta
tempat bermain bagi para siswa ketika jam istirahat. Taman sekolah juga tertata secara
rapi sehingga memberikan suasana nyaman bagi para siswa dalam mengikuti
pembelajaran ketika di luar ruangan.
Sebelum melaksanakan tindakan, terlebih dahulu peneliti melaksanakan kegiatan
survei awal dengan tujuan mengetahui keadaan nyata yang ada di lapangan. Berdasarkan
hasil wawancara dengan guru dan siswa kelas II SDNegeri Tegaldowo 2, siswa banyak
menemui kesulitan dalam pelajaran Matematika karena mereka menganggap bahwa
Matematika merupakan pelajaran yang penuh dengan angka dan simbol-simbol yang
membosankan sehingga sulit untuk dipahami. Keadaan seperti ini terjadi pada siswa kelas
IIsemester 2 SDNegeri Tegaldowo 2 pada materi perkalian. Siswa masih menemui
kesulitan karena guru belum mengupayakan metode dan strategi pembelajaran yang tepat
untuk meningkatkan kemampuan berhitung siswa terhadap materi pembelajaran sehingga
hasil yang diperolehpun juga belum maksimal.
Untuk lebih jelasnya, Perolehan hasil evaluasi Matematika siswa sebelum
tindakan dapat dilihat pada lampiran 3 halaman 88.Adapun tabel frekuensi nilai
kemampuan berhitung perkalian siswasebelum tindakan dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Data Frekuensi Nilai Kemampuan Berhitung Perkalian Siswa Kelas IISemester 2 SDNegeri Tegaldowo 2 Pada Kondisi Sebelum Tindakan
No Interval Nilai
Frekuensi (fi)
Nilai Tengah
(xi)
fixi Persentase (%)
Keterangan
1 90-100 0 95 0 0 Di atas KKM
2 79-89 4 84 336 20 Di atas KKM
3 68-78 4 73 292 20 Di atas KKM
4 57-67 1 62 62 5 Di atas KKM
5 46-56 5 51 255 25 Di bawah KKM
6 35-45 6 40 240 30 Di bawahKKM
Jumlah 20 1185 100 Nilai rata-rata= 1185 : 20 = 59,25
Ketuntasan klasikal= 9 : 20 x 100 % = 45 %
Dari tabel 2, dapat disajikan dalam bentuk grafik pada gambar 9 sebagai berikut:
Gambar 9. Grafik Nilai Kemampuan Berhitung Perkalian Siswa Kelas II Semester 2 SDNegeri Tegaldowo 2 Pada Kondisi Sebelum Tindakan
Berdasarkan data hasil evaluasi Matematika sebelum menggunakan teknik
jarimatika diperoleh nilai rata-rata kelas sebesar 59,25. Siswa yang mendapat nilai kurang
dari 60 (KKM) sebanyak 11 siswa dan yang mendapat nilai ≥ 60 (KKM) sebanyak 9
siswa. Hal ini dapat diartikan bahwa ketuntasan klasikal sebesar 45% masih berada di
bawah ketuntasan belajar yang ditetapkan yaitu sebesar 70% siswa mendapatkan nilai ≥
60 (KKM).
Berdasarkan nilai evaluasi Matematika yang masih rendah dan banyak siswa
yang belum dapat mencapai KKM menunjukkan bahwa kemampuan siswa masih
rendah.Maka dari itu diperlukan suatu inovasi pembelajaran melalui teknik jarimatika.
Dengan teknik jarimatika diharapkan kemampuan berhitung siswa khususnya pada materi
perkalian akan mengalami peningkatan sehingga ketuntasan belajar siswa dapat tercapai.
B. Deskripsi Permasalahan Penelitian
1. Siklus I
Tindakan siklus I dilaksanakan 3 kali pertemuan. Tiap-tiap pertemuan terdiri
dari dua jam pelajaran (2 x 35 menit), dilaksanakan pada tanggal 22 April s.d. 24 April
2010. Penelitian dilakukan dengan menggunakan penelitian tindakan kelas yang terdiri
atas siklus-siklus dan tiap siklus terdiri dari 4 tahapan. Adapun tahapan yang dilakukan
adalah sebagai berikut:
a. TahapPerencanaan
Pada tahap perencanaan peneliti mengadakan observasi terhadap proses
pembelajaran dan prestasi belajar Matematika pada kelas II untuk mengetahui media,
metode, strategi pembelajaran yang telah digunakan oleh guru, serta proses pembelajaran
yang telah berlangsung. Peneliti juga mencatat hasil belajar yang diperoleh oleh masing-
masing siswa.
Berdasarkan pengamatan dan hasil catatan terhadap proses pembelajaran dan
prestasi belajar sebelum tindakan, dapat diperoleh informasi sebagai data awal. Hasil
pencatatan menunjukkan bahwa dari 20 siswa kelas II terdapat 11 siswa atau sekitar
55% yang masih belum mampu berhitung perkalian. Hal ini ditunjukkan dengan
perolehan nilai siswa yang belum mencapai nilai 60 (KKM). Oleh karena itu, peneliti dan
guru kelas II mendiskusikan rancangan tindakan yang akan dilakukan pada penelitian ini.
Dan diperoleh kesepakatan bahwa pelaksanaan tindakan siklus I dilaksanakan dalam 3
kali pertemuan dengan alokasi waktu tiap pertemuan 2 x 35 menit yaitu pada hari Kamis
tanggal 22 April, Jumat tanggal 23 April, dan Sabtu tanggal 24 April 2010.
Dengan berpedoman pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SD 2006 Kelas
II. Peneliti melakukan langkah-langkah perencanaan pembelajaran Matematika dengan
menerapkan teknik jarimatika sebagai berikut:
1) Mempelajari KTSP dan Silabus Kelas II SD
Standar Kompetensi
3. Melakukan perkalian dan pembagian bilangan sampai dua angka.
Kompetensi Dasar
3.1 Melakukan perkalian bilangan yang hasilnya bilangan dua angka.
2) Peneliti bersama dengan guru merancang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
dengan beberapa indikator sebagai berikut:
3.1.1 Mengenal perkalian sebagai penjumlahan berulang.
3.1.2 Mengalikan bilangan sampai dengan 100 dengan berbagai cara.
3.1.3 Menyelesaikan masalah yang mengandung perkalian.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dilaksanakan tiga kali pertemuan dan
masing-masing pertemuan dalam waktu dua jam pelajaran (2 x 35 menit). Adapun
RPP siklus I dapat dilihat pada lampiran 5 halaman 90.
3) Peneliti dan Guru membuat LKS dan lembar evaluasi.
4) Menyediakan alat peraga berupa permen untuk penjumlahan berulang, dan selebihnya
menggunakan jari tangan masing-masing.
5) Membuat lembar observasi guru dan siswa.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap ini peneliti melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan teknik
jarimatika sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah
disusun.Pembelajaran pada siklus I dilaksanakan 3 kali pertemuan.
1) Pertemuan Pertama
Pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 22 April 2010. Pada pertemuan ini
materi yang diajarkan adalah mengenal perkalian sebagai penjumlahan berulang. Berikut
ini dipaparkan kondisi riil yang dialami selama proses belajar mengajar berlangsung.
Sebagai kegiatan awal guru dan siswa berdoa bersama, mengkondisikan kelas,
mengabsen siswa, dan melakukan apersepsi. Guru melakukan apersepsi dengan cara
mengajak bernyanyi ”ku punya jari-jari” secara bersama-sama dengan tujuan untuk
memusatkan perhatian siswa serta memotivasi dan mengarahkan minat siswa untuk
mengikuti pembelajaran. Pada awal pembelajaran guru menanyakan kepada siswa
tentang penjumlahan bilangan ”2 + 2 = ...., 3 + 3 + 3 =....”.
Kegiatan inti dimulai guru dengan menjelaskan perkalian sebagai penjumlahan
berulang. Guru memberi contoh menghitung perkalian dengan menggunakan permen
(bilangan 1-5). Selanjutnya guru menyuruh beberapa siswa maju untuk memperagakan
menghitung perkalian dengan menggunakan permen (bilangan 1-5), siswa yang berani
maju memperoleh penghargaan. Guru menyuruh beberapa siswa membuat soal perkalian
di papan tulis kemudian menyuruh siswa lain untuk mengerjakannya. Guru memberikan
evaluasi, siswa kemudian mengumpulkan hasil evaluasi.
Kegiatan akhir guru membimbing siswa untuk menyimpulkan tentang apa yang
telah mereka lakukan dan pelajari. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
bertanya apabila ada hal-hal yang kurang jelas. Sebagai tindak lanjut guru memberikan
pekerjaan rumah. Guru menutup pembelajaran Matematika.
2) Pertemuan Kedua
Pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 23 April 2010. Pada pertemuan yang
ke-2 ini pembelajaran direncanakan dengan menggunakan teknik jarimatika, materi yang
diajarkan adalah mengalikan bilangan 6-10 dengan berbagai cara.
Pada kegiatan awal guru meminta salah satu siswa untuk memimpin doa. Setelah
itu guru melakukan presensi.Agar suasana kelas menjadi lebih semangat dan hidup, guru
mengajak siswa melakukan “tepuk badut”. Guru memberikan apersepsi dengan menggali
pengalaman siswa dalam pertemuan yang lalu dengan beberapa pertanyaan lisan. Guru
menentukan masalah yang mengkaitkan pada pengalaman siswa dalam kehidupan sehari-
hari yang berkaitan dengan perkalian.
Pada kegiatan inti, guru memperkenalkan jarimatika kepada siswa. Guru
mendemonstrasikanformasi jarimatika bilangan 6-10 dengan menggunakan tangan dan
meminta siswa untuk menirukan. Guru mendemonstrasikan menghitung perkalian dengan
menggunakan teknik jarimatika. Meminta beberapa siswa maju untuk menghitung
perkalian dengan menggunakan jarimatika. Guru membagi siswa dalam kelompok dan
masing-masing kelompok terdiri atas 2 anak. Guru memberi lembar kerja kelompok
kemudian meminta siswa mengerjakan. Salah satu anggota kelompok menyampaikan
hasil diskusi dengan memperagakannya menggunakan teknik jarimatika.Kelompok yang
paling benar/terbaik mendapat penghargaan. Guru memberikan kesempatan kepada siswa
untuk bertanya, kemudian memberikan lembar evaluasi untuk dikerjakan secara individu.
Kegiatan akhir guru membimbing siswa untuk menyimpulkan tentang apa yang
telah mereka lakukan dan pelajari. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
bertanya apabila ada hal-hal yang kurang jelas. Sebagai tindak lanjut guru memberikan
pekerjaan rumah. Guru menutup pembelajaran Matematika.
3) Pertemuan Ketiga
Pertemuan ketiga dilaksanakan pada tanggal 24 April 2010. Pada pertemuan yang
ke-3 ini pembelajaran direncanakan dengan menggunakan teknik jarimatika, materi yang
diajarkan adalah menyelesaikan masalah yang mengandung perkalian.
Pada kegiatan awal guru meminta salah satu siswa untuk memimpin doa. Setelah
itu guru melakukan presensi.Agar suasana kelas menjadi lebih semangat dan hidup, guru
mengajak siswa bernyanyi lagu “belajar dimana-mana”. Guru memberikan apersepsi
dengan menggali pengalaman siswa dalam pertemuan yang lalu dengan beberapa
pertanyaan lisan. Guru menentukan masalah yang mengkaitkan pada pengalaman siswa
dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan perkalian.
Pada kegiatan inti, guru mengulangi menjelaskan formasi jari tangan dengan
teknik jarimatika dan mendemonstrasikan menghitung perkalian dengan menggunakan
teknik jarimatika. Guru menjelaskan cara menyelesaikan soal cerita tentang perkalian
dengan menentukan kalimat Matematikanya kemudian menghitungnya dengan teknik
jarimatika. Guru membagi siswa dalam kelompok dan masing-masing kelompok terdiri
atas 2 anak. Guru memberi lembar kerja kelompok kemudian meminta siswa
mengerjakan. Salah satu anggota kelompok menyampaikan hasil diskusi dengan
memperagakannya menggunakan teknik jarimatika.Kelompok yang paling benar/terbaik
mendapat penghargaan. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya,
kemudian memberikan lembar evaluasi untuk dikerjakan secara individu.
Kegiatan akhir guru membimbing siswa untuk menyimpulkan tentang apa yang
telah mereka lakukan dan pelajari. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
bertanya apabila ada hal-hal yang kurang jelas. Sebagai tindak lanjut guru memberikan
pekerjaan rumah. Guru menutup pembelajaran Matematika.
c. Observasi
Dalam tahap ini dilaksanakan pemantauan terhadap pelaksanaan pembelajaran
dengan menggunakan teknik jarimatika, yang dilaksanakan dengan menggunakan alat
bantu berupa lembar observasi dan pengambilan foto dengan kamera. Observasi ini
dilakukan untuk memperoleh data mengenai kesesuaian pelaksanaan pembelajaran
dengan menggunakan teknik jarimatika pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang
telah disusun.Serta untuk mengetahui seberapa besar pengaruh teknik jarimatika dalam
meningkatkan kemampuan menghitung perkalian di kelas II.
Oleh karena itu, pengamatan tidak hanya ditujukan pada aktivitas atau proses
yang terjadi dalam proses pembelajaran, namun juga pada aspek tindakan guru dalam
melaksanakan pembelajaran termasuk suasana kelas pada saat proses pembelajaran
berlangsung.
1) Hasil Observasi Bagi Siswa
Dari data observasi pada lampiran 6 halaman 112 dalam kegiatan pembelajaran di
kelas II siklus I selama tiga kali pertemuan diperoleh hasil observasi sebagai berikut:
a) Seluruh siswa mengikuti pembelajaran Matematika yaitu 20 anak.
b) Kemauan siswa untuk menerima pelajaran masih kurang terlihat. Siswa masih
belum begitu antusias terhadap pembelajaran yang dilaksanakan namun di sisi
lain siswa nampak keingintahuannya terhadap materi pelajaran yang dibahas.
c) Keaktifan siswa dalam memperhatikan penjelasan guru berada dalam kategori
sedang.
d) Siswa kurang aktif menjawab pertanyaan guru dalam kategori sedang karena
masih saja mengobrol dengan teman lain di luar materi pelajaran.
e) Siswa sudah memiliki rasa ingin tahu yang tinggi.
f) Keberanian siswa maju dalam melakukan kegiatan unjuk kerja masih rendah.
g) Siswa dengan sungguh-sungguh mengerjakan tugas baik tugas individu atau
tugas kelompok.
h) Keberanian menyatakan pendapat dan mengajukan pertanyaan masih kurang.
Berdasarkan data di atas dapat ditunjukkan bahwa aktivitas siswa dalam kegiatan
pembelajaran siklus I dalam kategori sedang.
2) Hasil Observasi Bagi Guru
Observasi tidak hanya dilaksanakan pada aktivitas siswa dalam mengikuti
pembelajaran tetapi juga ditujukan pada aktivitas peneliti sebagai guru. Dari data
observasi pada lampiran 7 halaman 113 dalam siklus I selama tiga kali pertemuan
diperoleh hasil observasi terhadap guru sebagai berikut:
a) Kemampuan guru dalam menyampaikan materi masih rendah karena guru
terlalu cepat dalam menjelaskan sehingga belum dapat dipahami oleh siswa.
b) Guru sudah cukup menggunakan berbagai sumber untuk proses pembelajaran.
c) Guru sudah cukup memberikan motivasi kepada siswa.
d) Guru belum memberikan kesempatan untuk bertanya dan merespon pendapat
siswa.
e) Guru belum memberikan teguran secara tegas pada siswa yang kurang
memperhatikan pelajaran.
f) Guru memberikan pujian atau penghargaan atas keberhasilan siswa dengan
baik.
g) Media yang digunakan oleh guru cukup baik karena sudah sesuai dengan
materi yang diajarkan.
h) Kemampuan guru dalam menerapkan teknik jarimatika sudah cukup efektif.
i) Kemampuan guru dalam mengkondisikan siswa ke arah pembelajaran yang
kondusif rendah. Sebagian siswa masih asyik dengan kegiatannya sendiri dan
mengganggu temannya yang lain sehingga kelas masih ramai.
j) Guru telah memberikan tes akhir sebagai alat untuk mengetahui tingkat
keberhasilan siswa dalam menguasai materi.
k) Guru kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk membuat
kesimpulan atau rangkuman materi. Jadi guru hanya menyampaikan
kesimpulan secara lisan sehingga siswa mudah lupa tentang materi yang telah
dipelajari.
l) Guru sudah memberikan balikan dan tindak lanjut pada siswa sehingga
pembelajaran menjadi lebih bermakna.
m) Pengelolaan waktu pada langkah-langkah pembelajaran kurang ditaati oleh
guru, sehingga aplikasi pengajaran kurang terealisasi dengan baik.
Berdasarkan data di atas dapat ditunjukkan bahwa kinerja guru dalam kegiatan
pembelajaran siklus I dalam kategori cukup.
d. Refleksi
Data yang diperoleh melalui observasi dikumpulkan kemudian dianalisis.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan selama proses pelaksanaan tindakan, peneliti
memperoleh temuan bahwa guru masih belum optimal karena guru belum dapat
menyampaikan informasi secara jelas dan terlalu cepat sehingga belum dapat dipahami
oleh siswa. Selain itu, guru belum memberikan teguran secara tegas pada siswa yang
kurang memperhatikan pelajaran, dapat terlihat adanya beberapa siswa yang masih
ramai.Kemauan siswa untuk menerima pelajaran masih kurang terlihat, siswa masih
belum begitu antusias terhadap pembelajaran yang dilaksanakan. Siswa kurang aktif
menjawab pertanyaan guru karena masih saja mengobrol dengan teman lain di luar materi
pelajaran. Keberanian siswa maju dalam melakukan kegiatan unjuk kerja masih rendah.
Apabila dicermati kegagalan siswa dalam menyelesaikan tugas pada saat proses
pembelajaran berlangsung bersumber dari hal-hal sebagai berikut: 1) siswa kurang
memahami pembelajaran dengan teknik jarimatika, 2) siswa masih banyak yang bingung
tentang formasi jarimatika atau langkah-langkah yang digunakan, karena merupakan hal
yang baru, 3) Pada saat melakukan menghitung perkalian bilangan 6-10 dengan hasil dua
angka siswa masih banyak yang menggunakan penjumlahan berulang, 4) Masih ada
siswa yang suka mengganggu teman sehingga menghambat dalam penyelesaian tugas.
Dengan demikian dapat direnungkan bahwa penelitian dalam siklus I belum
menunjukkan keberhasilan dalam proses pembelajaran.
Berdasarkan permasalahan yang telah dipaparkan di atas, maka peneliti mencari
solusi dengan memberikan arahan kembali kepada siswa tentang formasi jarimatika atau
langkah-langkah yang digunakan dalam pembelajaran menggunakan teknik
jarimatika.Pada saat pembelajaran peneliti meminta siswa maju secara acak dalam
mendemonstrasikan formasi jarimatika dan menghitung perkalian dengan menggunakan
teknik jarimatika. Selain itu, peneliti memberikan konsep angka yang lebih sulit agar
kemampuan berhitung siswa lebih meningkat.
Adapun hasil yang diperoleh siswa setelah menggunakan teknik jarimatika pada
siklus I dapat dilihat pada lampiran 8 halaman 115.Data frekuensi hasil evaluasi
Matematika setelah menggunakan teknik jarimatika pada siklus I dapat dilihat pada tabel
3.
Tabel 3.Data Frekuensi Nilai Kemampuan Berhitung Perkalian Siswa Kelas II Semester 2 SDNegeri Tegaldowo 2 Pada Siklus I
No Interval Nilai
Frekuensi (fi)
Nilai Tengah (xi)
fixi Persentase(%)
Keterangan
1 90-100 5 95 475 30 Di atas KKM
2 79-89 3 84 252 10 Di atas KKM
3 68-78 2 73 146 10 Di atas KKM
4 57-67 4 62 248 20 Di atas KKM
5 46-56 3 51 153 15 Di bawahKK
M 6 35-45 3 40 120 15 Di bawah
KKM
Jumlah 20 1394 100
Nilai rata-rata= 1394 : 20 = 69,70
Ketuntasan klasikal= 14: 20x 100 % = 70 %
Dari tabel 3, dapat disajikan dalam bentuk grafik pada gambar 10 sebagai berikut:
Gambar 10.Grafik Nilai Kemampuan Berhitung Perkalian Siswa Kelas II Semester 2
SDNegeri Tegaldowo 2 Pada Siklus I
2. Siklus II
Pada siklus I hasil pembelajaran kemampuan berhitung perkalian masih belum
tuntas. Oleh karena itu, kegiatan penelitian tindakan kelas ini dilanjutkan ke siklus II
dengan harapan pada siklus II dapat memperbaiki kelemahan-kelemahan pada siklus I.
Kegiatan penelitian tindakan pada siklus II dilaksanakan 3 kali pertemuan pada
tanggal 29 April, 30 April dan 1 Mei 2010 yang diikuti oleh 20 siswa. Alokasi waktu
yang digunakan yaitu 2x 35 menit. Kegiatan dari siklus II ini adalah sabagai berikut:
a. TahapPerencanaan
Berdasarkan hasil refleksi pelaksanaan pada siklus I telah diketahui bahwa ada
peningkatan kemampuan berhitung siswa terhadap materi pembelajaran Matematika
tetapi belum maksimal. Hal tersebut ditunjukkan pada beberapa siswa yang belum tuntas
dalam pembelajaran Matematika pada materi perkalian.
Hal-hal yang perlu diperbaiki guru dalam pembelajaran Matematika
menggunakan teknik jarimatika sebagai upaya untuk mengatasi berbagai kekurangan
yang ada adalah sebagai berikut: memberikan arahan kembali kepada siswa tentang
formasi jarimatika atau langkah-langkah yang digunakan dalam pembelajaran
menggunakan teknik jarimatika, pada saat pembelajaran peneliti meminta siswa maju
secara acak dalam mendemonstrasikan formasi jarimatika dan menghitung perkalian
dengan menggunakan teknik jarimatika. Selain itu, peneliti memberikan konsep angka
yang lebih sulit agar kemampuan berhitung siswa lebih meningkat.
Dengan berpedoman pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SD 2006 Kelas
II. Peneliti melakukan langkah-langkah perencanaan pembelajaran Matematika dengan
menerapkan teknik jarimatika sebagai berikut:
1) Mempelajari KTSP dan Silabus Kelas II SD
Standar Kompetensi
3. Melakukan perkalian dan pembagian bilangan sampai dua angka.
Kompetensi Dasar
3.1 Melakukan perkalian bilangan yang hasilnya bilangan dua angka.
2) Peneliti bersama dengan guru merancang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
dengan beberapa indikator sebagai berikut:
3.1.1 Mengenal perkalian sebagai penjumlahan berulang.
3.1.2 Mengalikan bilangan sampai dengan 100 dengan berbagai cara.
3.1.3 Menyelesaikan masalah yang mengandung perkalian.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dilaksanakan tiga kali pertemuan dan
masing-masing pertemuan dalam waktu dua jam pelajaran (2 x 35 menit). Adapun
RPP siklus II dapat dilihat pada lampiran 10 halaman 120.
3) Peneliti dan guru membuat LKS dan lembar evaluasi.
4) Menyediakan alat peraga berupa sedotan untuk penjumlahan berulang, dan selebihnya
menggunakan jari tangan masing-masing.
5) Membuat lembar observasi guru dan siswa.
b. PelaksanaanTindakan
Pada tahap ini peneliti melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan teknik
jarimatika sesuai dengan Rencana Pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah
disusun.Pembelajaran pada siklus I dilaksanakan 3 kali pertemuan.
1) Pertemuan Pertama
Pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 29 April 2010. Pada pertemuan ini
materi yang diajarkan adalah fakta dasar perkalian. Berikut ini dipaparkan kondisi riil
yang dialami selama proses belajar mengajar berlangsung.
Sebagai kegiatan awal guru dan siswa berdoa bersama, mengkondisikan kelas,
mengabsen siswa, dan melakukan apersepsi. Guru melakukan apersepsi dengan cara
mengajak bernyanyi ”ku punya jari-jari” secara bersama-sama dengan tujuan untuk
memusatkan perhatian siswa serta memotivasi dan mengarahkan minat siswa untuk
mengikuti pembelajaran. Pada awal pembelajaran guru menanyakan kepada siswa
tentang penjumlahan bilangan ”3 + 3 = ...., 4 + 4 + 4 =...., 5 + 5 + 5 + 5 =....”.
Kegiatan inti dimulai guru dengan menjelaskan perkalian sebagai penjumlahan
berulang. Guru memberi contoh menghitung perkalian dengan menggunakan sedotan
(bilangan 1-5). Selanjutnya guru menyuruh beberapa siswa secara acak dan menyeluruh
tidak hanya siswa yag duduk bagian depan atau belakang saja untuk maju memperagakan
menghitung perkalian dengan menggunakan sedotan (bilangan 1-5), siswa yang berani
maju memperoleh penghargaan. Guru menyuruh beberapa siswa membuat soal perkalian
di papan tulis kemudian menyuruh siswa lain untuk mengerjakannya. Guru memberikan
evaluasi, siswa kemudian mengumpulkan hasil evaluasi.
Kegiatan akhir guru membimbing siswa untuk menyimpulkan tentang apa yang
telah mereka lakukan dan pelajari. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
bertanya apabila ada hal-hal yang kurang jelas. Sebagai tindak lanjut guru memberikan
pekerjaan rumah. Guru menutup pembelajaran Matematika.
2) Pertemuan Kedua
Pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 30 April 2010. Pada pertemuan yang
ke-2 ini pembelajaran direncanakan dengan menggunakan teknik jarimatika, materi yang
diajarkan adalah mengalikan bilangan 6-10 dengan berbagai cara.
Pada kegiatan awal guru meminta salah satu siswa untuk memimpin doa. Setelah
itu guru melakukan presensi.Agar suasana kelas menjadi lebih semangat dan hidup, guru
mengajak siswa melakukan “tepuk badut”. Guru memberikan apersepsi dengan menggali
pengalaman siswa dalam pertemuan yang lalu dengan beberapa pertanyaan lisan. Guru
menentukan masalah yang mengkaitkan pada pengalaman siswa dalam kehidupan sehari-
hari yang berkaitan dengan perkalian.
Pada kegiatan inti, guru memperkenalkan jarimatika kepada siswa. Guru
mendemonstrasikan formasi jarimatika bilangan 6-10 dengan menggunakan tangan dan
meminta siswa untuk menirukan. Guru mendemonstrasikan menghitung perkalian dengan
menggunakan teknik jarimatika. Meminta beberapa siswa secara acak dan menyeluruh
tidak hanya siswa yag duduk bagian depan atau belakang saja yang maju untuk
menghitung perkalian dengan menggunakan jarimatika. Guru mengadakan permainan
dengan “tepuk konsentrasi”, bagi siswa yang kurang konsentrasi disuruh maju
mengerjakan soal dari guru dengan menggunakan teknik jarimatika. Guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk bertanya, kemudian memberikan lembar evaluasi untuk
dikerjakan secara individu.
Kegiatan akhir guru membimbing siswa untuk menyimpulkan tentang apa yang
telah mereka lakukan dan pelajari. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
bertanya apabila ada hal-hal yang kurang jelas. Sebagai tindak lanjut guru memberikan
pekerjaan rumah. Guru menutup pembelajaran Matematika.
3) Pertemuan Ketiga
Pertemuan ketiga dilaksanakan pada tanggal 1 Mei 2010. Pada pertemuan yang
ke-3 ini pembelajaran direncanakan dengan menggunakan teknik jarimatika, materi yang
diajarkan adalah menyelesaikan masalah yang mengandung perkalian.
Pada kegiatan awal guru meminta salah satu siswa untuk memimpin doa. Setelah
itu guru melakukan presensi.Agar suasana kelas menjadi lebih semangat dan hidup, guru
mengajak siswa bernyanyi lagu “belajar dimana-mana”. Guru memberikan apersepsi
dengan menggali pengalaman siswa dalam pertemuan yang lalu dengan beberapa
pertanyaan lisan. Guru menentukan masalah yang mengkaitkan pada pengalaman siswa
dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan perkalian.
Pada kegiatan inti, guru mengulangi menjelaskan formasi jari tangan dengan
teknik jarimatika dan mendemonstrasikan menghitung perkalian dengan menggunakan
teknik jarimatika. Guru menjelaskan cara menyelesaikan soal cerita tentang perkalian
dengan menentukan kalimat Matematikanya kemudian menghitungnya dengan teknik
jarimatika. Guru meminta beberapa siswa secara acak dan menyeluruh tidak hanya siswa
yag duduk bagian depan atau belakang saja yang maju untuk menghitung perkalian yang
ada di papan tulis dengan menggunakan jarimatika. Guru mengadakan permainan dengan
“tepuk konsentrasi”, bagi siswa yang kurang konsentrasi disuruh maju mengerjakan soal
dari guru dengan menggunakan teknik jarimatika.. Guru memberikan kesempatan kepada
siswa untuk bertanya, kemudian memberikan lembar evaluasi untuk dikerjakan secara
individu.
Kegiatan akhir guru membimbing siswa untuk menyimpulkan tentang apa yang
telah mereka lakukan dan pelajari. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
bertanya apabila ada hal-hal yang kurang jelas. Sebagai tindak lanjut guru memberikan
pekerjaan rumah. Guru menutup pembelajaran Matematika.
c. Observasi
Pada tahap ini peneliti mengadakan pengamatan terhadap sikap, perilaku siswa
selama pembelajaran berlangsung serta keterampilan guru dalam mengajar dengan teknik
jarimatika pada materi perkalian. Dari hasil observasi aktivitas siswa dalam kegiatan
pembelajaran siklus II selama tiga kali pertemuan diperoleh hasil sebagai berikut:
1) Hasil Observasi Bagi Siswa
Dari data observasi pada lampiran 11 halaman 139 dalam siklus II selama tiga
kali pertemuan diperoleh hasil observasi sebagai berikut:
a) Seluruh siswa mengikuti pembelajaran Matematika yaitu 20 anak.
b) Kemauan siswa untuk menerima pelajaran cukup tinggi karena siswa lebih
antusias terhadap pembelajaran yang dilaksanakan. Siswa nampak
keingintahuannya terhadap materi pelajaran yang dibahas.
c) Keaktifan siswa menjawab pertanyaan guru berada dalam kategori tinggi.
d) Siswa sudah memiliki rasa ingin tahu yang cukup.
e) Keberanian siswa maju dalam melakukan kegiatan unjuk kerja sudah tinggi.
f) Siswa dengan sungguh-sungguh mengerjakan tugas baik tugas individu atau
tugas kelompok karena mereka termotivasi oleh penghargaan yang diberikan
oleh guru.
g) Keberanian menyatakan pendapat dan mengajukan pertanyaan cukup tinggi
karena siswa sudah memiliki keberanian untuk melakukan hal tersebut.
Berdasarkan data di atas dapat ditunjukkan bahwa aktivitas siswa dalam kegiatan
pembelajaran siklus II dalam kategori tinggi.
2) Hasil Observasi Bagi Guru
Observasi tidak hanya dilaksanakan pada aktivitas siswa dalam mengikuti
pembelajaran tetapi juga ditujukan pada aktivitas peneliti sebagai guru. Dari data
observasi pada lampiran 12 halaman 140 dalam siklus II selama tiga kali pertemuan
diperoleh hasil observasi terhadap guru sebagai berikut:
a) Kemampuan guru dalam menyampaikan materi dengan jelas dan dapat
dipahami dengan baik oleh siswa sehingga siswa memahami langkah-langkah
atau tahapan pembelajaran yang harus dilalui.
b) Guru sudah menggunakan berbagai sumber dengan baik dalam proses
pembelajaran.
c) Guru sudah memberikan motivasi kepada siswa.
d) Guru sudah memberikan kesempatan untuk bertanya dan merespon pendapat
siswa.
e) Guru sudah memberikan teguran secara tegas pada siswa yang kurang
memperhatikan pelajaran.
f) Guru memberikan pujian atau penghargaan atas keberhasilan siswa dengan
baik.
g) Media yang digunakan oleh guru cukup baik karena sudah sesuai dengan
materi yang diajarkan.
h) Kemampuan guru dalam menerapkan teknik jarimatika sudah efektif.
i) Guru dapat mengkondisikan siswa ke arah pembelajaran yang kondusif
sehingga konsentrasi siswa terpusat.
j) Guru telah memberikan tes akhir sebagai alat untuk mengetahui tingkat
keberhasilan siswa dalam menguasai materi.
k) Guru sudah memberikan kesempatan kepada siswa untuk membuat
kesimpulan atau rangkuman materi.
l) Guru sudah memberikan balikan dan tindak lanjut pada siswa sehingga
pembelajaran menjadi lebih bermakna.
m) Guru sudah dapat mengawasi atau mengalokasikan waktu mengajar dengan
baik dan sesuai dengan rencana pembelajaran.
Berdasarkan data di atas dapat ditunjukkan bahwa kinerja guru dalam kegiatan
pembelajaran siklus II dalam kategori baik.
d. Refleksi
Pada siklus II juga dilakukan diskusi yang mendalam terhadap deskripsi data
seperti yang dilaksanakan pada siklus I. Pada lembar observasi aktivitas siswa terjadi
perubahan keaktifan yang cukup berarti. Pada siklus I kemauan siswa untuk menerima
pelajaran masih kurang terlihat siswa masih belum begitu antusias terhadap pembelajaran
yang dilaksanakan, siswa kurang aktif menjawab pertanyaan guru karena masih saja
mengobrol dengan teman lain di luar materi pelajaran, keberanian siswa maju dalam
melakukan kegiatan unjuk kerja masih rendah. Namun pada siklus II kemauan siswa
untuk menerima pelajaran cukup tinggi karena siswa lebih antusias terhadap
pembelajaran yang dilaksanakan siswa nampak keingintahuannya terhadap materi
pelajaran yang dibahas, keaktifan siswa menjawab pertanyaan guru berada dalam
kategori tinggi, keberanian siswa maju dalam melakukan kegiatan unjuk kerja sudah
tinggi. Demikian juga dalam mengerjakan soal perkalian dengan menggunakan teknik
jarimatika siswa sudah tidak ada kesulitan, secara keseluruhan siswa sudah
memperlihatkan aktivitas yang baik. Siswa juga menunjukkan peningkatan dalam
kemampuan berhitung terhadap materi perkalian.
Hal tersebut dapat dilihat dari hasil yang diperoleh siswa setelah menggunakan
teknik jarimatika pada siklus II dapat dilihat pada lampiran 13 halaman 142.Data
frekuensi hasil evaluasi Matematika setelah menggunakan teknik jarimatika pada siklus II
dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4.Data Nilai Kemampuan Berhitung Perkalian Siswa Kelas II Semester 2 SDNegeri Tegaldowo 2 Pada Siklus II
No Interval Nilai
Frekuensi (fi)
Nilai Tengah (xi)
fixi Persentase(%)
Keterangan
1 90-100 8 95 760 40 Di atas KKM
2 79-89 6 84 504 30 Di atas KKM
3 68-78 1 73 73 5 Di atas KKM
4 57-67 1 62 62 5 Di atas KKM
5 46-56 3 51 153 15 Di bawahKK
M 6 35-45 1 40 40 5 Di bawah
KKM Jumlah 20 1592 100
Nilai rata-rata= 1592 : 20 = 79,6 Ketuntasan klasikal= 16 : 20x 100 % = 80 %
Dari tabel 4, dapat disajikan dalam bentuk grafik pada gambar 11 sebagai berikut:
Gambar 11. Grafik Nilai Kemampuan Berhitung Perkalian Siswa Kelas II Semester 2
SDNegeri Tegaldowo 2 Pada Siklus II
Dari hasil penelitian silklus II, maka peneliti mengulas bahwa berdasarkan
indikator kinerja yang ditetapkan, peneliti dikatakan berhasil bila prestasi belajar siswa
secara individu menunjukkan sekurang-kurangnya 60 dan klasikal menunjukkan 70%
dilihat dari nilai rata-rata kelas pembelajaran Matematika menggunakan teknik jarimatika
sudah berhasil tetapi apabila dilihat dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) masih ada
siswa yang belum tuntas. Jadi kesimpulannya hasil penelitian siklus II sudah dapat
dikatakan berhasil, sebab jumlah siswa secara individu yang mendapatkan nilai
sekurang-kurangnya 60 (KKM) sudah mencapai 70% dan secara klasikal nilai rata-rata
siswa dikategorikan lebih dari cukup. Ditunjukkan pula peningkatan terhadap
kemampuan berhitung perkalian yang signifikan. Dari fakta tersebut maka penelitian
tindakan kelas ini dianggap cukup dan diakhiri pada siklus II.
C. Deskripsi Hasil Penelitian
Berdasarkan pengamatan dari analisis data yang ada, dapat dilihat adanya
peningkatan kemampuan berhitung siswa kelas II semester 2 SD Negeri Tegaldowo 2
dalam pembelajaran Matematika materi perkalian. Peningkatan hasil dari proses
pembelajaran Matematika adalah siswa dapat dengan mudah melakukan berhitung
perkalian karena telah mengikuti setiap langkah atau tahapan pembelajaran dengan
sungguh-sungguh. Hal ini dapat ditunjukkan dalam deskripsi berikut ini:
1. DataHasilBelajarMatematikaSiswaKelasIISebelumDilaksanakanTindakan
Dari daftar nilai yang terlampir, dapat diketahui bahwa nilai Matematika
sebelum dilaksanakan tindakan yaitu siswa yang memperoleh nilai 35-45 ada 6 siswa,
yang memperoleh nilai 46-56 ada 5 siswa, yang mendapat nilai 57-67 ada 1 siswa,
yang mendapat nilai 68-78 ada 4 siswa, yang nilainya 79-89 ada 4 siswa, dan siswa
yang memperoleh nilai 90-100 ada 0 siswa. Dengan demikian rata-rata nilai yang
diperoleh sebesar 59,25. Siswa yang mendapat nilai kurang dari KKM sebanyak 11
siswa atau 55% sedangkan siswa yang mendapat nilai di atas KKM ada 9 siswa atau
45%.
2. DataHasilBelajarMatematikaSiswaKelasIISiklusI
Berdasarkan hasil tes pada siklus I selama tiga kali pertemuan, dapat diketahui
bahwa nilai Matematika pada siklus I yaitu siswa yang memperoleh nilai 35-45 ada 3
siswa, yang memperoleh nilai 46-56 ada 3 siswa, yang mendapat nilai 57-67 ada 4
siswa, yang mendapat nilai 68-78 ada 2 siswa, yang nilainya 79-89 ada 3 siswa, dan
siswa yang memperoleh nilai 90-100 ada 5 siswa. Dengan demikian rata-rata nilai
yang diperoleh sebesar 69,70. Siswa yang mendapat nilai kurang dari KKM sebanyak
6 siswa atau 30% sedangkan siswa yang mendapat nilai di atas KKM ada 14 siswa
atau 70%.
3. DataHasilBelajarMatematikaSiswaKelasIISiklusII
Berdasarkan hasil tes pada siklus II selama tiga kali pertemuan, dapat
diketahui nilai pembelajaran Matematika pada siklus II yaitu siswa yang memperoleh
nilai 35-45 ada 1 siswa, yang memperoleh nilai 46-56 ada 3 siswa, yang mendapat
nilai 57-67 ada 1 siswa, yang mendapat nilai 68-78 ada 1 siswa, yang nilainya 79-89
ada 6 siswa, dan siswa yang memperoleh nilai 90-100 ada 8 siswa. Dengan demikian
rata-rata nilai yang diperoleh sebesar 79,60. Siswa yang mendapat nilai kurang dari
KKM sebanyak 4 siswa atau 20% sedangkan siswa yang mendapat nilai di atas KKM
ada 16 siswa atau 80%.
4. DataHasilObservasiSiswadalamKegiatanPembelajarandiKelasSiklusI
Dari data hasil observasi siswa dalam kegiatan pembelajaran di kelas siklus I
yang terdapat pada lampiran 6 halaman 112 dapat diketahui bahwa kegiatan siswa
pada siklus I, antara lain:
a. Kemauan siswa untuk menerima pelajaran masih kurang terlihat. Siswa masih
belum begitu antusias terhadap pembelajaran yang dilaksanakan namun di sisi
lain siswa nampak keingintahuannya terhadap materi pelajaran yang dibahas.
b. Keaktifan siswa dalam memperhatikan penjelasan guru berada dalam kategori
sedang.
c. Siswa kurang aktif menjawab pertanyaan guru dalam kategori sedang karena
masih saja mengobrol dengan teman lain di luar materi pelajaran.
d. Siswa sudah memiliki rasa ingin tahu yang tinggi.
e. Keberanian siswa maju dalam melakukan kegiatan unjuk kerja masih rendah.
f. Siswa dengan sungguh-sungguh mengerjakan tugas baik tugas individu atau
tugas kelompok.
g. Keberanian menyatakan pendapat dan mengajukan pertanyaan masih kurang.
Berdasarkan data di atas dapat dikatakan bahwa kegiatan siswa dalam
pembelajaran siklus I berada pada kategori sedang yang ditunjukkan dengan
perolehan skor rata-rata 2, 42.
5. DataHasilObservasiGurudalamKegiatanPembelajarandiKelasSiklusI
Dari data hasil observasi guru dalam kegiatan pembelajaran di kelas siklus I
yang terdapat pada lampiran 7 halaman 113 dapat diketahui bahwa kegiatan guru
pada siklus I sebagai berikut:
a) Kemampuan guru dalam menyampaikan materi masih rendah karena guru
terlalu cepat dalam menjelaskan sehingga belum dapat dipahami oleh siswa.
b) Guru sudah cukup menggunakan berbagai sumber untuk proses pembelajaran.
c) Guru sudah cukup memberikan motivasi kepada siswa.
d) Guru belum memberikan kesempatan untuk bertanya dan merespon pendapat
siswa.
e) Guru belum memberikan teguran secara tegas pada siswa yang kurang
memperhatikan pelajaran.
f) Guru memberikan pujian atau penghargaan atas keberhasilan siswa dengan
baik.
g) Media yang digunakan oleh guru cukup baik karena sudah sesuai dengan
materi yang diajarkan.
h) Kemampuan guru dalam menerapkan teknik jarimatika sudah cukup efektif.
i) Kemampuan guru dalam mengkondisikan siswa ke arah pembelajaran yang
kondusif rendah. Sebagian siswa masih asyik dengan kegiatannya sendiri dan
mengganggu temannya yang lain sehingga kelas masih ramai.
j) Guru telah memberikan tes akhir sebagai alat untuk mengetahui tingkat
keberhasilan siswa dalam menguasai materi.
k) Guru kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk membuat
kesimpulan atau rangkuman materi. Jadi guru hanya menyampaikan
kesimpulan secara lisan sehingga siswa mudah lupa tentang materi yang telah
dipelajari.
l) Guru sudah memberikan balikan dan tindak lanjut pada siswa sehingga
pembelajaran menjadi lebih bermakna.
m) Pengelolaan waktu pada langkah-langkah pembelajaran kurang ditaati oleh
guru, sehingga aplikasi pengajaran kurang terealisasi dengan baik.
Berdasarkan data di atas dapat dikatakan bahwa kegiatan guru dalam
pembelajaran siklus I berada pada kategori cukup yang ditunjukkan dengan perolehan
skor rata-rata 2, 23.
6. DataHasilObservasiSiswadalamKegiatanPembelajarandiKelasSiklusII
Dari data hasil observasi siswa dalam kegiatan pembelajaran di kelas siklus II
yang terdapat pada lampiran 11 halaman 139 dapat diketahui bahwa kegiatan siswa
pada siklus II, antara lain:
a) Seluruh siswa mengikuti pembelajaran Matematika yaitu 20 anak.
b) Kemauan siswa untuk menerima pelajaran cukup tinggi karena siswa lebih
antusias terhadap pembelajaran yang dilaksanakan. Siswa nampak
keingintahuannya terhadap materi pelajaran yang dibahas.
c) Keaktifan siswa menjawab pertanyaan guru berada dalam kategori tinggi.
d) Siswa sudah memiliki rasa ingin tahu yang cukup.
e) Keberanian siswa maju dalam melakukan kegiatan unjuk kerja sudah tinggi.
f) Siswa dengan sungguh-sungguh mengerjakan tugas baik tugas individu atau
tugas kelompok karena mereka termotivasi oleh penghargaan yang diberikan
oleh guru.
g) Keberanian menyatakan pendapat dan mengajukan pertanyaan cukup tinggi
karena siswa sudah memiliki keberanian untuk melakukan hal tersebut.
Berdasarkan data di atas dapat dikatakan bahwa kegiatan siswa dalam
pembelajaran siklus II berada pada kategori tinggi yang ditunjukkan dengan
perolehan skor rata-rata 3, 00.
7. DataHasilObservasiGurudalamKegiatanPembelajarandiKelasSiklusII
Dari data hasil observasi guru dalam kegiatan pembelajaran di kelas siklus II
yang terdapat pada lampiran 12 halaman 140 dapat diketahui bahwa kegiatan guru
pada siklus II sebagai berikut:
a) Kemampuan guru dalam menyampaikan materi dengan jelas dan dapat
dipahami dengan baik oleh siswa sehingga siswa memahami langkah-langkah
atau tahapan pembelajaran yang harus dilalui.
b) Guru sudah menggunakan berbagai sumber dengan baik dalam proses
pembelajaran.
c) Guru sudah memberikan motivasi kepada siswa.
d) Guru sudah memberikan kesempatan untuk bertanya dan merespon pendapat
siswa.
e) Guru sudah memberikan teguran secara tegas pada siswa yang kurang
memperhatikan pelajaran.
f) Guru memberikan pujian atau penghargaan atas keberhasilan siswa dengan
baik.
g) Media yang digunakan oleh guru cukup baik karena sudah sesuai dengan
materi yang diajarkan.
h) Kemampuan guru dalam menerapkan teknik jarimatika sudah efektif.
i) Guru dapat mengkondisikan siswa ke arah pembelajaran yang kondusif
sehingga konsentrasi siswa terpusat.
j) Guru telah memberikan tes akhir sebagai alat untuk mengetahui tingkat
keberhasilan siswa dalam menguasai materi.
k) Guru sudah memberikan kesempatan kepada siswa untuk membuat
kesimpulan atau rangkuman materi.
l) Guru sudah memberikan balikan dan tindak lanjut pada siswa sehingga
pembelajaran menjadi lebih bermakna.
m) Guru sudah dapat mengawasi atau mengalokasikan waktu mengajar dengan
baik dan sesuai dengan rencana pembelajaran.
Berdasarkan data di atas dapat dikatakan bahwa kegiatan guru dalam
pembelajaran siklus II berada pada kategori baik yang ditunjukkan dengan perolehan
skor rata-rata 2, 84.
D. Pembahasan Hasil Penelitian
Dengan melihat hasil penelitian dari beberapa tabel di atas dapat diketahui
adanya peningkatan proses pembelajaran terutama kemampuan berhitung siswa terhadap
materi perkalian pada masing-masing siklus dengan teknik jarimatika. Peningkatan
terlihat dari perhitungan rata-rata nilai belajar yang diperoleh siswa pada kondisi awal
sebelum dilaksanakan tindakan dan setelah dilaksanakan tindakan siklus I dan siklus II
yang masing-masimg siklusnya dilaksanakan tiga kali pertemuan. Hal ini dapat dilihat
pada tabel 5 seperti berikut:
Tabel 5. Rata-rata Nilai Matematika dan Persentase Ketuntasan Klasikal Kemampuan Berhitung Perkalian Diatas KKM Pada Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II
Nilai Rata-rata Persentase (%)
Sebelum
Tindakan
Siklus I Siklus II Sebelum
Tindakan
Siklus I Siklus II
59,25 69,70 79,60 45 70 80
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa jumlah siswa yang memperoleh
nilai ³ 60 (KKM) mengalami peningkatan yang signifikan.Hal ini merefleksikan bahwa
pembelajaran Matematika yang dilaksanakan oleh guru dapat dinyatakan berhasil.
Peningkatan rata-rata nilai Matematika melalui penerapan pembelajaran dengan
teknik jarimatika dapat disajikan dalam grafik pada gambar 12 sebagai berikut:
Gambar 12.Grafik Peningkatan Nilai Rata-rata Matematika Materi Perkalian Siswa Kelas II Semester 2 SD Negeri Tegaldowo 2 Sebelum Tindakan, Siklus I, dan Siklus II
Peningkatan persentase ketuntasan klasikal kemampuan berhitung perkalian
melalui penerapan pembelajaran dengan teknik jarimatika dapat disajikan dalam grafik
pada gambar 13 sebagai berikut:
Gambar13.Peningkatan Persentase Ketuntasan Klasikal Matematika Materi Perkalian
Siswa Kelas II Semester 2 SD Negeri Tegaldowo 2 Sebelum Tindakan, Siklus I, dan Siklus II
Hambatan-hambatan yang ditemui pada masing-masing siklus berbeda-beda,
antara lain: pada siklus I hambatan yang dijumpai adalah guru belum dapat
menyampaikan informasi secara jelas dan terlalu cepat sehingga belum dapat dipahami
oleh siswa, guru belum memberikan teguran secara tegas pada siswa yang kurang
memperhatikan pelajaran dapat terlihat adanya beberapa siswa yang masih ramai, guru
belum dapat mengkondisikan siswa ke arah pembelajaran yang kondusif.Kemauan siswa
untuk menerima pelajaran masih kurang terlihat, siswa masih belum begitu antusias
terhadap pembelajaran yang dilaksanakan. Siswa kurang aktif menjawab pertanyaan guru
karena masih saja mengobrol dengan teman lain di luar materi pelajaran.Keberanian
siswa maju dalam melakukan kegiatan unjuk kerja masih rendah.
Adapun kegagalan siswa dalam menyelesaikan tugas pada saat proses
pembelajaran berlangsung bersumber dari hal-hal sebagai berikut: 1) siswa kurang
memahami pembelajaran dengan teknik jarimatika, 2) siswa masih banyak yang bingung
tentang formasi jarimatika atau langkah-langkah yang digunakan, karena merupakan hal
yang baru, 3) Pada saat melakukan menghitung perkalian bilangan 6-10 dengan hasil dua
angka siswa masih banyak yang menggunakan penjumlahan berulang, 4) Masih ada
siswa yang suka mengganggu teman sehingga menghambat dalam penyelesaian tugas.
Upaya untuk mengatasi hambatan yang ada pada siklus I yang dilaksanakan di
siklus II dalam upaya perbaikan adalah dengan memberikan arahan kembali kepada siswa
tentang formasi jarimatika atau langkah-langkah dalam pembelajaran menggunakan
teknik jarimatika, pada saat pembelajaran guru (peneliti) meminta siswa maju secara acak
dalam mendemonstrasikan formasi jarimatika dan menghitung perkalian dengan
menggunakan teknik jarimatika. Selain itu, gurumemberikan konsep angka yang lebih
sulit agar kemampuan berhitung siswa lebih meningkat. Pembelajaran pada siklus II
sudah berhasil sehingga tidak ada hambatan yang berarti.
Dengan demikian dapat diketahui bahwa salah satu upaya untuk meningkatkan
kemampuan berhitung perkalian pada siswa kelas II SD Negeri Tegaldowo 2 yaitu
dengan menerapkan teknik jarimatika. Hal ini terjadi karena pembelajaran dengan teknik
jarimatika dapat mempermudah berhitung perkalian tanpa menghafal.
Berdasarkan hasil penelitian juga dapat dilaporkan adanya peningkatan
kegiatan guru dan siswa dalam pembelajaran Matematika menggunakan teknik
jarimatika.Peningkatan terlihat pada kegiatan pembelajaran siklus I dan siklus II yang
ditampilkan pada tabel 5.
Tabel 6. Peningkatan Kegiatan Guru dan Siswa dalam Pembelajaran di Kelas Pada Siklus I dan Siklus II
Kegiatan
Guru Siswa Aspek
Siklus I Siklus II Siklus I Siklus II
Skor rata-rata 2, 23 2, 84 2, 42 3, 00
Kategori Cukup Baik Sedang Tinggi
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus
dengan menerapkan teknik jarimatika pada siswa kelas II semester 2 SD Negeri
Tegaldowo 2 tahun pelajaran 2009/2010dapat disimpulkan bahwa
pembelajarandenganmenggunakan teknik jarimatika dapat meningkatkan kemampuan
berhitung perkalian siswa kelas II semester 2 SD Negeri Tegaldowo 2. Hal ini terbukti
pada kondisi awal sebelum dilaksanakan tindakan nilai rata-rata siswa 59,25 dengan
persentase ketuntasan klasikal sebesar 45%, siklus I nilai rata-rata kelas 69,70 dengan
persentase ketuntasan klasikal sebesar 70% dan siklus II nilai rata-rata kelas meningkat
menjadi 79,6 dengan persentase ketuntasan klasikal sebesar 80%. Dengan demikian
secara klasikal, pembelajaran telah mencapai ketuntasan belajar.
B. Implikasi
Penerapan pembelajaran dan prosedur dalam penelitian ini didasarkan pada
pembelajaran dengan menerapkan teknik jarimatika dalam pelaksanaan pembelajaran
Matematika. Model yang dipakai dalam penelitian ini adalah model siklus yaitu terdiri
dari dua siklus. Siklus I dilaksanakan pada tanggal 22 s.d. 24 April 2010 dan Siklus II
dilaksanakan pada tanggal 29 April s.d. 1 Mei 2010. Adapun indikatornya adalah sebagai
berikut: (1) Dapat mengenalperkalian sebagai penjumlahan berulang, (2) Dapat
mengalikanbilangansampaidengan 100 denganberbagaicara, (3) Dapat
menyelesaikanmasalah yang mengandungperkalian. Dalam setiap pelaksanaan siklus
terdapat empat langkah kegiatan, yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaaan, observasi
dan refleksi. Kegiatan ini dilaksanakan berdaur ulang, sebelum melaksanakan tindakan
dalam setiap siklus perlu adanya perencanaan dengan memperhatikan keberhasilan siklus
sebelumnya. Tindakandalamsetiapsiklusdapatmeningkatkankualitas pembelajaran.Hal
iniberdasarpadaanalisisperkembangandaripertemuansatukepertemuanberikutnyadalamsat
usiklusdandarianalisisperkembanganpeningkatan proses dalamsiklus I sampaisiklus II.
Berdasarkanhasilpenelitian di atasterbukti teknik jarimatika dapatmeningkatkan
kemampuan berhitung perkalian
siswa.Sehubungandenganpenelitianinimakadapatdikemukakanimplikasihasilpenelitianseb
agaiberikut:
1. ImplikasiTeoritis
Implikasi teoritis daripenelitian ini
menunjukkanbahwapembelajarandenganmenerapkanteknik jarimatika
dapatmeningkatkan kemampuan berhitung siswapadamateri
perkalian.Dalammenyajikanmateripelajaran, guru harusdapatmemilih
metodepembelajaran yang tepat agar siswa mudah menguasai materi
dalampembelajarandenganbaik.Pembelajarandenganmenggunakan teknik jarimatika
dapatmeningkatkan kemampuan berhitung padamateri perkalian karenapembelajaranini
siswa dapat bebas bereksperimen dengan jaritan pamemberatkan otak sehingga siswa
akanmudahmemahamidanselanjutnyahafaldengansendirinyatanpaadapaksaandantekanand
ari orang tuadan guru.
2. ImplikasiPraktis
Hasilpenelitianinidapatdigunakan sebagai masukan bagi guru untuk
meningkatkan strategidan metode pembelajaran yang
tepatsehinggadapatmeningkatkankualitas proses
belajarmengajarsehubungandengantujuan yang akandicapaiolehsiswa.
Berdasarkantemuandanpembahasanhasilpenelitian yang telahdijelaskanpadabab
IV di atas, makapenelitianinidapatdigunakandandikembangkanoleh guru yang
menghadapimasalah yang sejenis yang padaumumnyadimilikioleh sebagian besar siswa.
Adanyakendala yang dihadapi dalam pembelajaran Matematikamelalui teknik jarimatika
harusdiatasisemaksimalmungkin.Oleh karena itu keaktifan, kreativitas, motivasi dan
kemampuan sangat mendukung keberhasilan pembelajaran khususnya Matematika.
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian mengenai penerapan teknik jarimatika pada kelas II
SD Negeri Tegaldowo 2 tahun pelajaran 2009/2010, maka saran-saran yang diberikan
sebagai sumbangan pemikiran untuk dipergunakansebagaibahanpertimbanganantara lain:
1. BagiSekolah
Hendaknyasekolahmengupayakanpelatihanbagi guru
untukdapatmendukungpelaksanaanpembelajaran agar
tujuanpembelajarandapattercapaisesuaidenganharapan.
2. BagiGuru
a. Sebaiknyaguru meningkatkankompetensikeprofesionalannyadenganmerancang
proses pembelajaran yang
kreatifdaninovatifsehinggasiswamenjadilebihtertarikdanpembelajaranakanmenja
dilebihkondusifdan bermakna. Hal
inimembuatsiswatidakmudahbosandantetaptermotivasiuntukmengikuti proses
pembelajaran yang padaakhirnyadapatmeningkatkan penguasaan
padamateripelajaran.
b. Guru hendaknya mengupayakan tindak lanjut terhadap penerapan teknik
jarimatika pada pembelajaran yang dilaksanakan.
3. BagiSiswa
Siswaharuslebihmengembangkaninisiatif, kreativitas, keaktifan,
motivasibelajardanmengembangkankeberanian untuk bertanya kepada guru
terhadap materi yang belum jelas, sehingga apa yang belum dipahami akan
dijelaskan oleh guru.
4. BagiPeneliti
Penelitiyang hendakmengkajipermasalahan yang
samahendaknyalebihcermatdanlebihmengupayakanpengkajianteori-teori yang
berkaitandenganpembelajaran menggunakan teknik jarimatika
gunamelengkapikekurangan yang
adasertasebagaisalahsatualternatifdalammeningkatkan kemampuan berhitung siswa
yang belumtercakupdalampenelitianini agar diperolehhasil yang lebihbaik.
DAFTAR PUSTAKA
Amir. 2007. Dasar-Dasar Penulisan Karya Ilmiah. Surakarta: UNS Press.
Andi Hakim Nasution.Dalam http://masthoni.wordpress.comdiakses tanggal 18 Mei
2010.
Asep Herry Hernawan.2007. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Asep Jihad. 2008. Pengembangan Kurikulum Matematika. Yogyakarta: Multi Pressindo.
Bismo.Dalam http://rumahlaili.blogspot.comdiakses tanggal 18 Mei 2010.
Darmilah.2009. Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Berhitung Matematika Dengan
Menggunakan Metode Jarimatika Pada Siswa Kelas Dasar I SLB-A Dria Adi
Semarang Tahun Pelajaran 2008/2009.Skripsi. Surakarta: UNS.
David Glover. 2007. Seri Ensiklopedia Anak A-Z Matematika (terjemahan). Bandung:
Grafindo Media Pratama.
Departemen Pendidikan & Kebudayaan. 1993. Kurikulum Pendidikan Dasar Landasan
Program dan Pengembangan. Jakarta: Depdikbud.
Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Dwi Sunar Prasetyono, dkk.2009. Memahami Jarimatika untuk Pemula.Yogyakarta:
DIVA Press.
Endyah Murniati. 2007. Kesiapan Belajar Matematika Di Sekolah Dasar. Surabaya:
Surabaya Intelectual Club (SIC).
Freudental.Dalam http://masthoni.wordpress.comdiakses tanggal 23 Oktober 2009.
Gamal Kamandoko. 2009. Jari-jari Hitung. Yogyakarta: Citra Pustaka.
Gunawan Ari Saputro. 2009. Efektifitas Pengajaran Sempoa dan Jarimatika untuk
Mengatasi Kesulitan Belajar Matematika Siswa Kelas I SDN Candirejo kab.
Semarang Tahun Ajaran 2008/2009. Skripsi tidak diterbitkan. Surakarta:
UNS.
Hamzah B. Uno. 2008. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar
yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Heruman. 2007. Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
I. Djumhur dan Muh Surya. Dalam http://sevli074.wordpress.comdiakses tanggal 18 Mei
2010.
I. G. A. K. Wardani. 2007. Penelitian Tinadakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka
Iskandar. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Ciputat: Gaung Persada (GP) Press.
M Jumali, Surtikanti, SA Taurat Aly, Sundari. 2004. Landasan Pendidikan. Surakarta:
UMS Press.
M. Sobry Sutikno. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Prospect
Maryana dan Soedarinah. 2001. Dasar-dasar PMIPA. Surakarta: UNS Press.
Masykur dan Fathoni.Dalam http://rumahlaili.blogspot.comdiakses tanggal 18 Mei 2010.
Michael J. Bosse. Beautiful Mathematics and Beautiful Instruction: Aesthetics within the
NCTM Standards. [email protected] tanggal 18 Mei 2010.
Mulyono Abdurrahman. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta:
Depdikbud dan Rineka Cipta.
Nana Sudjana. 2005. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algesindo
Nur Kasanah dan Didik Tuminto.2007. Kamus Besar Bergambar Bahasa Indonesia.
Jakarta: PT Bina Arena Pustaka.
Nyimas Aisyah, dkk. 2007. Pengembangan Pembelajaran Matematika SD. Jakarta:
Dirjen Dikti Drpartemen Pendidikan Nasional.
Oemar Hamalik. 2009. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Parwoto. 2007. Strategi Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus. Jakarta: Depdiknas.
Permendiknas nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi untuk mata pelajaran
Matematika. 2010. Jakarta.
Poerwadarminta.1996. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Riyanto. Dalam http://rumahlaili.blogspot.com diakses tanggal 18 Mei 2010.
Robert, E. R., Marilyn N. S., Mary M. L., & Nancy, L. S. 1998.Helping Children Learn
Mathematics. Nedham Heights: Allyn & Bacon A Viacom Company.
Septi Peni Wulandari. 2008. Jarimatika Perkalian dan Pembagian. Tangerang: PT
Kawan Pustaka.
Soedjadi. 2000. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Jakarta: Dirjen Dikti
Depdiknas.
St. Y Slamet dan Suwarto. 2007. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kualitatif.
Surakarta: UNS Press.
Suharsimi Arikunto. 2001. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.
. 2002. Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Sutino. 2009. Upaya Peningkatan Prestasi Belajar Matematika Dengan Metode
Pembelajaran Jarimatika Kelas VIII/SMPLB/B YPAALB Langenharjo
Sukoharjo Tahun 2008/2009. Skripsi. Surakarta: UNS.
Teoh Poh Yew. 2006. Maths The Fun & Magical Way. Terjemahan Yanuarita Fitriani.
Jakarta: PT Elex Media Indonesia.
TIM Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD). 2007. Strategi Belajar Mengajar.
Surakarta.
Undang-Undang No. 20 tahun 2003. Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS).
Bandung: Citra Umbara.
Udin S. Winata Putra. 2007. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Depdikbud.