skripsi - digilib.uns.ac.id/upaya... · penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan...

71
UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN BERHITUNG PENJUMLAHAN 1-10 MELALUI PERMAINAN DENGAN MEDIA GAMBAR PADA SISWA TUNAGRAHITA KELAS DASAR III SLB NEGERI SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2011/2012 SKRIPSI Oleh: R A S T I N I NIM. X.5211017 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA JULI 2012 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user

Upload: doankhuong

Post on 08-Mar-2019

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id/Upaya... · Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berhitung penjumlahan 1-10 melalui permainan dengan media gambar pada siswa tunagrahita

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN BERHITUNG PENJUMLAHAN

1-10 MELALUI PERMAINAN DENGAN MEDIA GAMBAR PADA

SISWA TUNAGRAHITA KELAS DASAR III SLB NEGERI

SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2011/2012

SKRIPSI

Oleh:

R A S T I N I

NIM. X.5211017

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

JULI 2012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 2: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id/Upaya... · Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berhitung penjumlahan 1-10 melalui permainan dengan media gambar pada siswa tunagrahita

ii

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 3: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id/Upaya... · Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berhitung penjumlahan 1-10 melalui permainan dengan media gambar pada siswa tunagrahita

iii

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 4: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id/Upaya... · Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berhitung penjumlahan 1-10 melalui permainan dengan media gambar pada siswa tunagrahita

iv

ABSTRAK

Rastini. ”UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN BERHITUNGPENJUMLAHAN 1-10 MELALUI PERMAINAN DENGAN MEDIA GAMBARPADA SISWA TUNAGRAHITA KELAS DASAR III SLB NEGERISALATIGA TAHUN PELAJARAN 2011/2012”. Skripsi, Surakarta: FakultasKeguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret, Juni 2012.

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berhitungpenjumlahan 1-10 melalui permainan dengan media gambar pada siswatunagrahita kelas dasar III SLB Negeri Salatiga tahun pelajaran 2011/2012.

Pendekatan penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas(PTK) yaitu penelitian yang dilakukan oleh guru di kelas tempat mengajar,dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan praktik dan prosesdalam pembelajaran matematika. Subyek penelitian ini adalah seluruh siswatunagrahita kelas dasar III semester II SLB Negeri Salatiga tahun pelajaran2011/2012 yang berjumlah 7 siswa. Teknik pengumpulan data menggunakanobservasi untuk mengamati aktivitas guru dan aktivitas siswa dalam pembelajarankemampuan berhitung penjumlahan 1-10 melalui permainan dengan mediagambar, dokumentasi untuk memperoleh data kemampuan berhitung penjumlahan1-10 awal, sedangkan tes digunakan untuk memperoleh data kemampuanberhitung penjumlahan 1-10 siklus I dan II. Teknik analisis data digunakananalisis deskriptif komparatif, yakni dengan membandingkan kemampuanberhitung penjumlahan 1-10 antarsiklus, yang dianalisis adalah kemampuanberhitung penjumlahan 1-10 siswa sebelum melalui permainan dengan mediagambar dan kemampuan berhitung penjumlahan 1-10 setelah melalui permainandengan media gambar sebanyak dua siklus.

Hasil penelitian diketahui bahwa data kemampuan berhitung penjumlahan1-10 pada kondisi awal nilai rara-rata kelas 50,00 ketuntasan klasikal 28,57%,pada siklus I kemampuan berhitung penjumlahan 1-10 melalui permainan denganmedia gambar nilai rata-rata kelas 57,14, ketuntasan klasikal 57,14%, pada siklusII kemampuan berhitung penjumlahan 1-10 melalui permainan dengan mediagambar nilai rata-rata kelas 65,71 ketuntasan klasikal 100%, seluruh siswamendapat nilai 60,00 ke atas yang diasumsikan secara klasikal seluruh siswa telahmenuntaskan belajarnya.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa permainan denganmedia gambar dapat meningkatkan kemampuan berhitung penjumlahan 1-10 padasiswa tunagrahita kelas dasar III SLB Negeri Salatiga tahun pelajaran 2011/2012.

Kata kunci: kemampuan berhitung penjumlahan 1-10, permainan dengan mediagambar, siswa tunagrahita.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 5: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id/Upaya... · Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berhitung penjumlahan 1-10 melalui permainan dengan media gambar pada siswa tunagrahita

v

ABSTRACT

Rastini. “AN EFFORT TO INCREASE ABILITY TO COUNT THE SUMMING1–10 THROUGH A GAME USING MEDIA IMAGE ON THE MENTALLYRETARDED OF ELEMENTARY CLASS III SLB NEGERI SALATIGA INTHE SCHOOL YEAR 2011/2012”. Thesis, Surakarta: The Faculty of TeacherTraining and Science Education, Sebelas Maret University, June, 2012.

The aim of this study is to increase ability to count the summing 1-10through a game using media image on the mentally retarded of elementary classIII SLB Negeri Salatiga in the school year 2011/2012.

The approach used in this study is Class Action Research (CAR). It is astudy done by teacher in the class where he or she teaches by stressing onperfectness or increasing practice and process in teaching mathematics. Thesubject of this study is all of elementary class III students semester II in SLBNegeri Salatiga in the school year 2011/2012 that consisting of 7 students. Thisstudy uses observation as the technique to collect the data. It observes theteacher’s activity and the students’ activity in teaching the ability to count thesumming 1-10 through a game using media image. Documentation is used to getthe data of the early ability to count the summing 1-10, while the test is used toget the data of the ability to count the summing 1-10 in the cycles I and II. Toanalyze the data this sudy uses descriptive comparative analysis, that is bycomparing the ability to count the summing 1-10 inter-cycles. The data beinganalyzed are the ability to count the summing 1-10 before applying a game usingmedia image and the ability to count the summing 1-10 after applying a gameusing media image, two cycles .

The result of this study shows that the data of ability to count thesumming 1-10 in the early condition have average value 50.00, the classicalexhaustiveness is 28.57%. In the cycle I the ability to count the summing 1-10through a game using media image the classical average value is 57.14, theclassical exhaustiveness is 57.14%. In the cycle II the ability to count thesumming 1-10 through a game using media image the classical average value is65.71, the classical exhaustiveness is 100%. All of the sudents get a value 60.00above. It is assumed that all of the students have finished their study classically.

Based on the study it can be concluded that a game using media image canincrease the ability to count the summing 1-10 on the mentally retarded of theelementary class III SLB Negeri Salatiga in the school year 2011/2012.

Key words : the ability to count the summing 1-10, a game using media image,the mentally retarded.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 6: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id/Upaya... · Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berhitung penjumlahan 1-10 melalui permainan dengan media gambar pada siswa tunagrahita

vi

MOTTO

Artinya: “... sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaumsehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri merekasendiri .... “.

(Q.S. Ar Ra’d:: 11).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 7: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id/Upaya... · Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berhitung penjumlahan 1-10 melalui permainan dengan media gambar pada siswa tunagrahita

vii

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkankepada:

- Suami tercinta.- Anak-anak tersayang.- Rekan-rekan PLB FKIP UNS.- Murid-murid yang kusayangi.- Almamater.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 8: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id/Upaya... · Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berhitung penjumlahan 1-10 melalui permainan dengan media gambar pada siswa tunagrahita

viii

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT.,atas rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikanPenelitian Tindakan Kelas (PTK) ini untuk memenuhi sebagianpersyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan padaProgram Studi Pendidikan Luar Biasa, Jurusan Ilmu Pendidikan,Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas MaretSurakarta.

Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalampenyelesaian penulisan penelitian tindakan kelas ini, namun berkatbantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan-kesulitan yang timbuldapat diatasi. Untuk itu, atas segala bentuk bantuan yang telahdiberikan, penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Prof. Dr. rer. nat. Sajidan, M.Si., atas nama Dekan Fakultas Keguruandan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telahmemberi ijin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian.

2. Drs. R. Indianto, M.Pd., Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan yang telahmemberikan ijin kepada penulis untuk melaksanakan penelitiantindakan kelas.

3. Drs. Hermawan, M.Si., Ketua Program Studi Pendidikan Luar Biasayang telah memberikan ijin penyusunan skripsi.

4. Dra. Munzayanah, M.Pd., selaku pembimbing I yang telah memberikanpetunjuk kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

5. Priyono, S.Pd.,M.Si., selaku pembimbing II yang dengan sabar telahmemberikan bimbingan dan pengarahan sehingga skripsi ini dapatterselesaikan.

6. Muhlisun, S.Pd., Kepala SLB Negeri Salatiga yang telah memberikanijin tempat penelitian dan informasi yang dibutuhkan penulis.

7. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikanpenelitian tindakan kelas ini.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 9: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id/Upaya... · Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berhitung penjumlahan 1-10 melalui permainan dengan media gambar pada siswa tunagrahita

ix

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari masih adakekurangan, karena keterbatasan pengetahuan yang ada dan tentuhasilnya juga masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu segalasaran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan.

Semoga kebaikan Bapak, Ibu, mendapat pahala dari AllahSWT., dan menjadi amal kebaikan yang tiada putus-putusnya dansemoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yangberkepentingan.

Surakarta, Juni 2012

Penulis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 10: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id/Upaya... · Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berhitung penjumlahan 1-10 melalui permainan dengan media gambar pada siswa tunagrahita

x

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................ ii

HALAMAN PENGAJUAN ............................................................................ iii

HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................ iv

HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... v

HALAMAN ABSTRAK ................................................................................. vi

HALAMAN ABSTRACT ............................................................................... vii

HALAMAN MOTTO ..................................................................................... viii

HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... ix

KATA PENGANTAR ..................................................................................... x

DAFTAR ISI ................................................................................................... xii

DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiv

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xv

DAFTAR GRAFIK ......................................................................................... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xvii

BAB I. PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1

B. Rumusan Masalah ..................................................................... 4

C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 4

D. Manfaat Penelitian .................................................................... 4

BAB II. KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN ......................... 5

A. Kajian Teori .............................................................................. 5

1. Tinjauan tentang Anak Tunagrahita ................................... 5

2. Tinjauan tentang Kemampuan Berhitung penjumlahan ...... 10

3. Tinjauan tentang Bermain Media Gambar........................... 16

B. Kerangka Berpikir...................................................................... 25

C. Perumusan Hipotesis Tindakan ................................................. 26

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 11: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id/Upaya... · Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berhitung penjumlahan 1-10 melalui permainan dengan media gambar pada siswa tunagrahita

xi

Halaman

BAB III. METODE PENELITIAN ............................................... 27

A. Setting Penelitian ...................................................................... 27

B. Subyek Penelitian ...................................................................... 28

C. Data dan Sumber Data .............................................................. 28

D. Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 28

E. Validitas Data ........................................................................... 32

F. Analisis Data ............................................................................. 32

G. Prosedur Penelitian ................................................................... 33

H. Indikator Kinerja ....................................................................... 36

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................... 37

A. Deskripsi Pratindakan ..................................................... 37

B. Deskripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus ..................................... 39

C. Perbandingan Hasil Tindakan Antarsiklus ............................... 47

D. Pembahasan .............................................................................. 53

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN...................................... 55

A. Simpulan .................................................................................... 55

B. Implikasi...................................................................................... 55

C. Saran ........................................................................................... 56

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 57

LAMPIRAN-LAMPIRAN............................................................................... 59

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 12: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id/Upaya... · Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berhitung penjumlahan 1-10 melalui permainan dengan media gambar pada siswa tunagrahita

xii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1. Jadwal Kegiatan Penelitian ............................................................ 27

Tabel 3.2. Prosedur Penelitian......................................................................... 35

Tabel 4.1. Kemampuan Berhitung Penjumlahan 1-10 Siswa Kelas Dasar IIISLB Negeri Salatiga pada Kondisi Awal Kondisi Awal ............... 37

Tabel 4.2. Kemampuan Berhitung Penjumlahan 1-10 Siswa Kelas Dasar IIISLB Negeri Salatiga pada Siklus I ................................................ 48

Tabel 4.3. Kemampuan Berhitung Penjumlahan 1-10 Siswa Kelas Dasar IIISLB Negeri Salatiga pada Siklus II................................................ 49

Tabel 4.4. Kemampuan Berhitung Penjumlahan 1-10 Setiap Siklus MelaluiPermainan dengan Media Gambar Siklus I ................................... 51

Tabel 4.5. Peningkatan Kemampuan Berhitung Penjumlahan 1-10 SetiapSiklus ............................................................................................................... 52

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 13: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id/Upaya... · Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berhitung penjumlahan 1-10 melalui permainan dengan media gambar pada siswa tunagrahita

xiii

DAFTAR BAGAN

Halaman

Bagan 2.1. Diagram Cone of Learning dari Edgar Dale ................................ 18

Bagan 2.2. Kerangka Berpikir ........................................................................ 26

Bagan 3.1. Alur Penelitian Tindakan Kelas ................................................... 34

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 14: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id/Upaya... · Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berhitung penjumlahan 1-10 melalui permainan dengan media gambar pada siswa tunagrahita

xiv

DAFTAR GRAFIK

Halaman

Grafik 4.1. Peningkatan Kemampuan Berhitung Penjumlahan 1-10 MelaluiPermainan dengan Media Gambar ............................................... 51

Grafik 4.2. Peningkatan Kemampuan Berhitung Penjumlahan 1-10 SetiapSiklus ..................................................... 52

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 15: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id/Upaya... · Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berhitung penjumlahan 1-10 melalui permainan dengan media gambar pada siswa tunagrahita

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Jadwal Kegiatan Penelitian ................................................... 59

Lampiran 2. Daftar Siswa Tunagrahita Kelas Dasar III Negeri SalatigaTahun Pelajaran 2011/2012 Sebagai Subyek Penelitian ........ 60

Lampiran 3. Kisi-kisi Instrumen Berhitung Penjumlahan 1-10.................. 61

Lampiran 4. Silabus ................................................................................... 62

Lampiran 5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) .......................... 65

Lampiran 6. Post Test Siklus I................................................................... 71

Lampiran 7. Post Test Siklus I................................................................... 74

Lampiran 8. Kemampuan Berhitung penjumlahan 1-10 Siswa TunagrahitaKelas Dasar III SLB Negeri Salatiga Kondisi Awal ............. 77

Lampiran 9. Kemampuan Berhitung penjumlahan 1-10 Siswa TunagrahitaKelas Dasar III SLB Negeri Salatiga Siklus I ....................... 78

Lampiran 10. Kemampuan Berhitung penjumlahan 1-10 Siswa TunagrahitaKelas Dasar III SLB Negeri Salatiga Siklus II ...................... 79

Lampiran 11. Lembar Pengamatan Penilaian Hasil Belajar Siklus I ........... 80

Lampiran 12. Lembar Pengamatan Penilaian Hasil Belajar Siklus II ......... 84

Lampiran 13. Lembar Pengamatan Aktivitas Guru Siklus I ........................ 88

Lampiran 14. Lembar Pengamatan Aktivitas Guru Siklus II ...................... 89

Lampiran 15. Foto-foto Kegiatan Penelitian .............................................. 90

Lampiran 16. Perijinan Penelitian ................................................................ 92

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 16: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id/Upaya... · Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berhitung penjumlahan 1-10 melalui permainan dengan media gambar pada siswa tunagrahita

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menurut pandangan umum sekolah merupakan lembaga pendidikan yang

dapat mengubah tingkah laku siswa menjadi lebih baik dan lebih terarah, baik di

lingkungan sekolah dan luar sekolah. Menurut Wahjosumidjo (2003:7) “sekolah

sebagai sistem terbuka, sebagai sistem sosial, dan sekolah sebagai agen

perubahan, bukan hanya harus peka penyesuaian diri, melainkan seharusnya pula

dapat mengantisipasikan perkembangan-perkembangan yang akan terjadi dalam

kurun waktu tertentu.”

Amanat hak atas pendidikan bagi penyandang berkalinan atau ketunaan

ditetapkan dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional Pasal 32 disebutkan bahwa: “Pendidikan khusus (pendidikan luar biasa)

merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam

mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial”

(UU Sisdiknas, 2003: 21). Ketetapan dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003

tersebut bagi anak penyandang kelainan sangat berarti karena memberi landasan

yang kuat bahwa anak berkelainan perlu memperoleh kesempatan yang sama

sebagaimana yang diberikan kepada anak normal lainnya dalam hal pendidikan

dan pengajaran.

Dengan memberikan kesempatan yang sama kepada anak berkelainan

untuk memperoleh pendidikan dan pengajaran, berarti memperkecil kesenjangan

angka partisipasi pendidikan anak normal dengan anak berkelainan. Untuk bisa

memberikan layanan pendidikan yang relevan dengan kebutuhannya, guru perlu

memahami sosok anak berkelainan, jenis dan karakteristik, etiologi penyebab

kelainan, dampak psikologis serta prinsip-prinsip layanan pendidikan anak

berkelainan. Hal ini dimaksudkan agar guru memiliki wawasan yang tepat tentang

keberadaan anak berkelainan, dalam hal ini anak tunagrahita sebagai sosok

individu masih berpotensi dapat terlayani secara maksimal.

1

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 17: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id/Upaya... · Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berhitung penjumlahan 1-10 melalui permainan dengan media gambar pada siswa tunagrahita

2

Menurut Mumpuniarti (2007: 1), “salah satu peyebab problema belajar

pada subyek didik adalah hambatan mental. Penyebab dari problema belajar pada

mereka ada yang dapat diamati segera (observable) atau yang tidak dapat diamati

(unobservable).” Pada anak yang penyebab dapat diamati akan segara dilabel

sebagai anak yang berkebutuhan khusus namun bagi penyebabnya tidak dapat

diamati akan menimbulkan problem pendekatan di dalam layanan pendidikan. Hal

itu dikarenakan perilakunya sehari-hari nampak seperti anak umumnya, tetapi

mengalami hambatan di bidang akademi.

Hasil belajar siswa tunagrahita dipengaruhi oleh beberapa faktor baik dari

dalam diri siswa sendiri, maupun faktor dari luar berupa metode pembelajaran

yang diterapkan oleh guru mata pelajaran. Ngalim Purwanto (2002: 102)

menjelaskan, “Ada dua faktor utama yang mempengaruhi hasil belajar yaitu dari

dalam (internal) dan dari luar (eksternal). Faktor yang ada pada diri organisme itu

sendiri yang disebut faktor individual, dan faktor yang ada di luar individu yang

disebut faktor sosial”. Faktor yang termasuk ke dalam faktor individual antara

lain: faktor kematangan/pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi, dan faktor

pribadi. Sedangkan yang termasuk faktor sosial antara lain: faktor keluarga/

keadaan rumah tangga, guru dan cara mengajarnya, media yang dipergunakan

dalam belajar mengajar, lingkungan dan kesempatan yang tersedia, dan motivasi

sosial.

Permasalahan utama anak tunagrahita ringan terletak pada masalah mental

atau psikis yaitu berkaitan dengan kemampuan intelektualnya dibawah rata-rata,

kemampuan berfikir rendah, perhatian dan daya ingatannya lemah, sukar berpikir

abstrak, maupun tanggapan yang cenderung konkret visual dan lekas bosan.

Mengingat berbagai kondisi atau hambatan yang dialami anak tunagrahita ringan

tersebut sangat komplek, maka pendidikan disesuaikan dengan kondisi dan

kebutuhan masing-masing. Hal ini tidak terkecuali dalam pembelajaran

matematika. Adapun program pembelajaran berhitung untuk anak tunagrahita

mengacu pada kurikulum yang digunakan saat ini yaitu Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan (KTSP) untuk kelas III semester 2 SLB, tahun pelajaran

2011/2012 salah satunya adalah kemampuan menghitung penjumlahan 1-10.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 18: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id/Upaya... · Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berhitung penjumlahan 1-10 melalui permainan dengan media gambar pada siswa tunagrahita

3

Matematika yang diperuntukkan bagi siswa tunagrahita terutama

kemampuan berhitung. Ada dua alasan pentingnya keterampilan berhitung, yaitu::

”kemampuan yang berharga untuk menentukan jawaban yang benar dalam tugas-

tugas pemecahan masalah; dan membantu siswa untuk menentukan jawaban yang

rasional dalam situasi kehidupan sehari-hari” (Mumpuniarti, 2007: 125).

Kemampuan berhitung penjumlahan anak tunagrahita banyak mengalami

kesulitan bila dibanding anak normal, sehingga diperlukan strategi guru agar anak

tunagrahita kelas III SLB dapat mengikuti perkembangan dalam berhitung

penjumlahan 1-10 agar pelaksanaan proses belajar mengajar berjalan lebih efektif,

efisien, sehingga membawa hasil yang optimal.

Dengan adanya hambatan di atas, maka dibutuhkan berbagai upaya dengan

memanfaakan berbagai alternatif media pembelajaran yang tepat. Salah satu

media yang dianggap tepat bagi anak tunagrahita kelas III adalah permainan

dengan media gambar. Kemampuan berhitung adalah usaha melakukan,

mengerjakan hitungan seperti menjumlah, mengurangi serta memanipulasi

bilangan dan lambang bilangan maupun lambang matematika (Mulyono

Abdurrahman, 2003: 265). Salah satu cara untuk meningkatkan kemampuan

berhitung adalah dengan bermain. Menurut Hartati (2005: 85) bermain merupakan

kebutuhan anak yang paling mendasar saat anak berinteraksi dengan dunia

disekitarnya, melalui bermainlah mereka melakukannya.

Gambar merupakan salah satu media pembelajaran yang amat dikenal di

dalam setiap kegiatan pembelajaran. Hal itu disebabkan kesederhaannnya, tanpa

memerlukan perlengkapan, dan tidak perlu diproyeksikan untuk mengamatinya.

Melalui gambar dapat ditunjukkan sesuatu yang jauh dari jangkauan pengalaman

siswa, selain itu juga dapat memberikan gambaran tentang maksud bacaan yang

ada di dalamnya. Melalui gambar, guru dapat menerjemahkan ide-ide abstrak

dalam bentuk yang lebih konkrit untuk siswa SLB tunagrahita. Menurut Gerlach

& Ely (dalam Sri Anitah, 2010:7) mengatakan bahwa “gambar tidak hanya

bernilai seribu bahasa, tetapi juga seribu tahun atau seribu mil.”

Berdasarkan uraian di atas maka penulis mengadakan penelitian dengan

judul: "Upaya Peningkatan Kemampuan Berhitung Penjumlahan 1-10 Melalui

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 19: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id/Upaya... · Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berhitung penjumlahan 1-10 melalui permainan dengan media gambar pada siswa tunagrahita

4

Permainan Dengan Media Gambar pada Siswa Tunagrahita Kelas Dasar III SLB

Negeri Salatiga Tahun Pelajaran 2011/2012."

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumusankan

masalah sebagai berikut: “Apakah permainan dengan media gambar dapat

meningkatkan kemampuan berhitung penjumlahan 1-10 pada siswa tunagrahita

kelas dasar III SLB Negeri Salatiga tahun pelajaran 2011/2012?"

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk meningkatkan

kemampuan berhitung penjumlahan 1-10 melalui permainan dengan media

gambar pada siswa tunagrahita kelas dasar III SLB Negeri Salatiga tahun

pelajaran 2011/2012.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan memberikan manfaat

sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Menambah khasanah ilmu tentang permainan dengan media gambar dalam

pembelajaran berhitung penjumlahan 1-10.

2. Manfaat Praktis

a. Menemukan alternatif untuk meningkatkan kemampuah berhitung 1-10

pada siswa tunagrahita kelas dasar III SLB Negeri Salatiga.

b. Mencari solusi permasalahan yang dialami siswa kelas dasar III tunagrahita

SLB Negeri Salatiga dalam meningkatkan kemampuan berhitung 1-10.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 20: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id/Upaya... · Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berhitung penjumlahan 1-10 melalui permainan dengan media gambar pada siswa tunagrahita

5

BAB II

KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN

A. Kajian Teori

1. Tinjauan tentang Anak Tunagrahita

a. Pengertian Anak Tunagrahita

Ada beberapa istilah mengenai anak tunagrahita, yaitu terbelakang

mental, tuna mental, lemah otak, lemah fikiran, dan mentaly retarded. Smith

yang dikutip Mumunidarti (2007: 5) mengemukakan bahwa:

People who are mentally retarded overtime have been rejerred to asdumb, stupid, immature defective, deficientg, subnormal, incompetent,and dull. Terms such as idiot, imbelice, moron and feebleminded werecommonly used historically to label this population. Although the wordfaal referred to those who lwere mentally ill, and the word idiot wasdirected toward individuals who were severely retarded, these termswere frequently used interchangeably.(Di waktu yang lalu orang-orang menyebut retardasi mental dengansitlah dungu (dumb), bodoh (stupid), tidak masuk (immature), cacat(defective), kurang sempurna (deficient), di bawah normal (subnormal),tidak mampu (incompetent), dan dan tumpul (dull). Istilah lainnya idiot,imbecile, moron, dan feebleminded digunakan untuk melabel kelompokmenyandang tersebut. Walaupun kata tolol (fool) menunjuk ke orangsakit mental, dan kata idiot, mengarah individu yang cacat berat,keduanya sering digunakan secara bergantian.

Menurut Munzayanah (2000: 13), “Anak tunagrahita adalah anak yang

mengalami hambatan dalam bidang intelektual serta seluruh kepribadiannya,

sehingga mereka tidak mampu hidup dengan kekuatan sendiri di dalam

masyarakat”.

“Anak tunagrahita adalah individu yang memiliki tingkat kecerdasan di

bawah rata-rata dan disertai dengan ketidakmampuan dalam adaptasi perilaku

yang muncul dalam masa perkembangan” (Satmoko Budi Santoso, 2010: 130).

Menurut Bratanata yang dikutip Mohammad Efendi (2006: 88) bahwa:

Seseorang dikategorikan berkelainan mental subnormal atautunagrahita, jika ia memiliki tingkat kecerdasan yang sedemikianrendahnya (di bawah normal), sehingga untuk meniti tugasperkembangannya memerlukan bantuan atau layanan secara spesifik,termasuk dalam program pendidikannya.

5

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 21: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id/Upaya... · Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berhitung penjumlahan 1-10 melalui permainan dengan media gambar pada siswa tunagrahita

6

Berdasdarkan beberapa pengertian di atas, maka dapatlah disimpulkan

bahwa yang dimaksud anak tunagrahita adalah mereka yang jelas-jelas

mengalami keterlambatan dalam perkembangan kecerdasan, sehingga untuk

mengembangkan potensinya secara optimal diperlukan pelayanan pendidikan

secara khusus. Karena kelainannya itu maka mereka mengalami kesulitan

dalam belajarnya dimana mereka terlihat sering ketinggalan dari teman-

temannya yang normal.

b. Klasifikasi Anak Tunagrahita

Klasifikasi diperlukan untuk memudahkan pemberian bantuan atau

pelayanan kepada anak tunagrahita. Dalam pengklasifikasian ini terdapat

berbagai cara sesuai dengan sudut pandang disiplin ilmu dan ahli yang

mengemukakannya.

Yusak S. (2003: 61) mengklasifikasikan anak tunagrahita berdasarkan

IQ (tingkat kecerdasan) sebagai berikut:

“Idiot yaitu kapasitas kecerdasannya maksimal sama dengan anaknormal berusia 2 tahun. IQ nya antara 0–19. Imbisil kapasitaskecerdasannya maksimal sama dengan anak normal yang berusia 7tahun, minimal sama dengan anak normal usia 3 tahun, IQ nya 20–49.Debil yaitu kapasitas kecerdasannya maksimal sama dengan anaknormal berusia 10 tahun, minimal 7 tahun, IQ nya 50 – 69. Slowlearners yaitu kapasitas kecerdasannya maksimal sama dengan anaknormal. IQ nya 78 – 89.”

Pendapat lain dikemukakan oleh Satmoko Budi Santoso (2010: 130)

yang mengklasifikasikan anak tunagrahita yaitu: “Klasifikasi tunagrahita

berdasarkan pada tingkatan IQ (intelligen quotient). Tunagrahita ringan (IQ =

51-70), tunagrahita sedang (IQ = 36-50), tunagrahita berat (IQ = 20-35), dan

tunagrhaita sangat berat (IQ di bawah 20).”

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa klasifikasi anak

tunagrahita adalah IQ nya antara 0-19, kecerdasannya maksimal sama dengan

anak normal yang berusia 2-3 tahun, IQ antara 20-49. Debil yaitu kapasitas

kecerdasannya maksimal sama dengan anak normal berusia 7-10 tahun, IQ

antara 50-69. Slow learners yaitu kapasitas kecerdasannya maksimal sama

dengan anak normal. IQ antara 78-89 tak lebih dari kecerdasan anak normal

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 22: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id/Upaya... · Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berhitung penjumlahan 1-10 melalui permainan dengan media gambar pada siswa tunagrahita

7

usia 16 tahun. Tarap perbatasan atau lambat belajar mempunyai IQ = 51-70

untuk tunagrahita ringan, IQ = 36-50 untuk tunagrahita sedang, IQ = 20-35

untuk tunagrahita berat, dan IQ di bawah 20 untuk tunagrahita sangat berat.

Berdasarkan klasifikasi dari beberapa ahli tersebut penulis akan meneliti

siswa penyandang tunagrahita, yang tergolong mampu didik yang mempunyai

IQ antara 36-70. "Anak tunagrahita mampu didik (debil) adalah anak

tunagrahita yang tidak mampu mengikuti pada program sekolah biasa, tetapi ia

masih memiliki kemampuan yang dapat dikembangkan melalui pendidikan

walaupun hasilnya tidak maksimal" (Mohammad Efendi, 2006: 90).

Kemampuan yang dapat dikembangkan pada anak tunagrahita mampu

didik antara lain: 1) membaca, menulis, mengeja, dan berhitung; 2)

menyesuaikan diri dan tidak menggantungkan diri pada orang lain; 3)

keterampilan yang sederhana untuk kepentingan kerja di kemudian hari.

Kesimpulan anak tunagrahita mampu didik adalah anak tunagrahita yang dapat

dididik secara minimal dalam bidang-bidang akademis, sosial, dan pekerjaan.

c. Faktor Penyebab Tunagrahita

Tunagrahita dapat disebabkan oleh beberapa faktor, baik faktor dari

dalam maupun faktor dari luar diri anak. Adapun faktor penyebab tunagrahita

menurut beberapa ahli adalah:

Menurut Mohammad Efendi (2006: 91), bahwa "sebab terjadinya

ketunagrahitaan pada seseorang menurut kurun waktu terjadinya, yaitu dibawa

sejak lahir (faktor endogen) dan faktor dari luar seperti penyakit atau keadaan

lainnya (faktor eksogen)." Faktor endogen yaitu faktor ketidaksempuraan

psikobiologis dalam memindahkan gen, sedangkan faktor eksogen yaitu faktor

yang terjdi akibat perubahan patologis dari perkembangan normal. Dari sisi

pertumbuhan dan perkembangan, penyebab ketunagrahitaan menurut

Devenport yang dikutip Mohammad Efendi (2006: 91) dapat dirinci melalui

jenjang sebagai berikut:

1) kelainan atau keturunan yang timbul pada benih plasma;2) kelainan atau keturunan yang dihasilkan selama penyuburan telur;3) kelainan atau keturunan yang diakibatkan dengan implantasi;4) kelainan atau keturunan yang timbul dalam embrio;

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 23: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id/Upaya... · Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berhitung penjumlahan 1-10 melalui permainan dengan media gambar pada siswa tunagrahita

8

5) kelainan atau keturunan yang timbul dari luka saat kelaihiran;6) kelainan atau keturunan yang timbul dalam janin;7) kelainan atau keturunan yang timbul pada masa bayi dan masa kanak-

kanak.

Paito (2004: 7) menjelaskan bahwa anak tunagrahita dapat disebabkan

antara lain:

Ketunagrahitaan can be caused by heredity and not hereditary. Geneticdamage in off spring, such as damage to cell chromosomes, genes, andone or both parents suffer from disorder or simply as a bearer ofproperties. Factors outside the cell lineage, because of factors includingmalnutrition, accidents (head trauma), and metabolic disorders.(http://ww.jipsnet.or.id/artikel.php?Id.

(Ketunagrahitaan dapat disebabkan oleh keturunan dan bukanketurunan. Genetik kerusakan pada keturunannya, seperti kerusakankromosom sel, gen, dan salah satu atau kedua orangtua menderitakelainan atau hanya sebagai pembawa sifat. Faktor-faktor di luarketurunan, karena faktor termasuk kekurangan gizi, kecelakaan (traumakepala), dan gangguan metabolisme.

Berdasarkan beberapa engertian di atas dapat disimpulkan bahwa sebab-

sebab anak tunagrahita adalah: pada masa prenatal kekurangan vitamin,

gangguan psikologis sang ibu, gangguan kelainan janin; pada masa natal proses

kelahiran tidak sempurna, masa pos natal, anak tunagrahita dapat disebabkan

pada waktu kecil pernah sakit secara terus menerus; faktor keturunan,

gangguan metabolisme dan gizi, infeksi dan keracunan. Di samping itu juga

disebabkan oleh predisposisi genetik terhadap gens atau faktor ekologis atau

lingkungan, dan waktu terjadinya pemaparan, misalnya janin terpapar virus

rubella sewaktu berusia trimester pertama maka kecacatan dapat berat.

d. Karakteristik Anak Tunagrahita.

Anak tunagrahita memiliki beberapa karakteristik. Menurut Geniofam

(2010: 25-26), anak tunagrahita bisa diketahui jelas secara fisik, antara lain:

1) Penampilan fisik tidak seimbang, mislanya kepala terlalu kecil/besar;2) Tidak dapat mengurus diri sndiri sesuai usia;3) Perkembangan bicara/bahasa terlambat;4) Tidak ada atau kurang perhatiannya terhadap lingkungan (pandangan

kosong);5) Koordinasi gerakan kurang (gerakan sering tidak terkendali);6) Sering keluar ludah (cairan) dari mulut (ngiler).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 24: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id/Upaya... · Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berhitung penjumlahan 1-10 melalui permainan dengan media gambar pada siswa tunagrahita

9

Menurut Hallahan & Kauffman yang dikutip Mumpuniarti (2007:16-17)

bahwa karakteristik anak tunagrahita dalam belajar sebagai berikut:

The most obvious characteristic of retardation is a reduced ability tolearn. There are a number of ways in which cognitive problems aremanifested. Research has documented that retarded student are likelydifficulties in at least four areas related to: cognition, attetion, memory,language, and acedemis.

Maksud pernyataan tersebut bahwa ternyata kebanyakan karakteristik

hambatan mental memiliki kemampuan berkurang pada bidang terkait untuk

belajar. Kemampuan itu merupakan berbagai cara dari manifestasi problem

kognitif. Penelitian mendokumentasikan bahwa siswa hambatan mental

kemungkinan kesulitan pada kurang lebih empat bidang yang berhubungan

kognitif. Empat bidang itu: perhatian, ingatan, bahasa, dan akademik.

Menurut Traver dan Kallahan mencatat karakteristik anak tunagrahita

dalam penelitiannya yang dikutip oleh Rusli Ibrahim (2005:40):

Anak tunagrahita memiliki karakteristik sebagai berikut: hiperaktif,persepsi motoriknya lemah, memiliki koordinasi umum yang lemah,ketidakseimbangan dalam emosi, kekacauan dalam perhatian, menurutkata hati, lemah dalam mengingat dan berfikir, mengalami masalahdalam akademik dan gangguan dalam berbicara dan mendengar.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri anak

tunagrahita adalah: kapasitas belajarnya amat terbatas dalam pergaulan mereka

tidak dapat mengurus, mengalami kesukaran dalam memusatkan perhatian,

mengalami kesukaran berfikir abstrak, merekaa berbicara lancar, mereka masih

dapat mengikuti pelajaran akademik di sekolah biasa ataupun khusus,

mengalami gangguan dalam sosialisasi, iri hati kodrati yang merupakan dasar

rasa keadilan, bergaul mencampurkan diri dengan orang lain, sikap yang ingin

memisahkan diri atau menarik diri, penyesuaian diri yang kaku dan labil, pada

umur 16 tahun baru mencapai umur kecerdasan yang sama dengan anak umur

12 tahun.

e. Dampak Tunagrahita bagi Siswa

Ketidakmampuan anak tunagrahita meraih prestasi yang lebih baik dan

sejajar dengan anak normal, karena ingatan anak tunagrahita sangat lemah

dibanding dengan anak normal. Maka tidak heran, jika instruksi yang diberikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 25: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id/Upaya... · Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berhitung penjumlahan 1-10 melalui permainan dengan media gambar pada siswa tunagrahita

10

kepada anak tunagrahita cenderung tidak melalui proses analisis kognitif.

Perkembangan kognitif anak tunagrahita sering mengalami kegagalan dalam

melampaui periode atau tahapan perkembangan. Bahkan dalam taraf

perkembangan yang paling sederhana pun, anak tuna grhaita seringkali tidak

mampu menyelesaikan dengan baik.

Keterlambatan perkembangan kognitif pada anak tunagrahita menjadi

masalah besar bagi anak tunagrahita ketika meniti tugas perkembangannya.

Beberapa hambatan yang tampak pada anak tunagrahita dari segi kognitif dan

sekaligus menjadi karakteristiknya menurut Mohammad Efendi (2006: 98),

sebagai berikut:

1) Cenderung memiliki kemampuan berpikir konkret dan sukarberpikir.

2) Mengalami kesulitan dalam konsentrasi.3) Kemampuan sosialisasinya terbatas.4) Tidak mampu menyimpan instruksi yang sulit.5) Kurang mampu menganalisis dan menilai kejadian yang dihadapi.6) Pada tunagrahita mampu didik, prestasi tertnggi bidang baca, tulis,

hitung tidak lebih dari anak normal setingkat kelas III-IV SD.

Keterbatasan daya pikir yang dialami anak tunagrahita menyebabkan

mereka sulit mengontrol, apakah perilaku yang ditampakkan dalam aktivitas

sehari-hari wajar atau tidak, baik perilaku yang berlebihan maupun perilaku

yang kurang serasi. Atas dasar itulah maka untuk anak tunagrahita perlu

dilakukan modifikasi perilaku melalui terapi perilaku.

Pelaksanaan pemberian terapi perilaku pada anak tunagrahita, seorang

terapis harus memiliki sikap sebagaimana yang dipersyaratkan dalam

pendidikan humanistik, yaitu penerimaan secara hangat, antusias tinggi,

ketulusan dan kesungguhan, serta menaruh empati yang tinggi terhadap kondisi

anak. Tanpa dilengkapi persyaratan tersebut, penerapan teknik motifikasi

perilaku pada anak tunagrahita tidak banyak memberikan hasil yang berarti.

2. Tinjauan tentang Kemampuan Berhitung Penjumlahan

a. Pengertian Kemampuan Berhitung Penjumlahan

Istilah kemampuan memiliki banyak makna, menurut Poerwadarminta

(2001:628), kemampuan mempunyai arti kesanggupan, kecakapan, kekuatan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 26: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id/Upaya... · Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berhitung penjumlahan 1-10 melalui permainan dengan media gambar pada siswa tunagrahita

11

dalam melakukan suatu tindakan atau kegiatan. Jhonson yang dikutip Cece

Wijaya dan A. Tabrani Rusyan (2002:8) menjelaskan bahwa “kemampuan

merupakan perilaku rasional untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai

dengan kondisi yang diharapkan.”

Berdasarkan kedua pendapat tersebut, kemampuan dapat disimpulkan

menjadi satu pengertian. Kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan,

kekuatan dalam melakukan suatu tindakan atau kegiatan untuk mencapai tujuan

yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan (rasional).

Berhitung adalah mengerjakan hitungan (menjumlahkan, mengurangi,

dsb) (http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/index.php). Menurut Depdiknas

(2007: 1) berhitung merupakan bagian dari matematika diperlukan untuk

menumbuhkembangkan keterampilan berhitung yang sangat diperlukan dalam

kehidupan sehari-hari, terutama konsep bilangan yang merupakan juga dasar

bagi perkembangan kemampuan matematika bagi siswa tunagrahita kelas dasar

di SLB.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan berhitung adalah bagian dari

matematika atau mengerjakan hitungan misalnya menjumlahkan, mengurangi,

dan membilang yang diperlukan anak untuk menumbuh-kembangkan

keterampilan berhitung dan diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan pengertian kemampuan dan berhitung di atas dapat

disimpulkan bahwa pengertian kemampuan berhitung penjumlahan adalah

kesanggupan, kecakapan, kekuatan dalam melakukan hitungan menjumlahkan

untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang

diharapkan (rasional)

Kemampuan berhitung penjumlahan siswa tunagrahita kelas dasar IIII

adalah usaha melakukan, mengerjakan hitungan menjumlahkan serta

memanipulasi bilangan, lambang bilangan dan lambang matematika.

b. Pengoperasian Himpunan Bilangan 1-10

Pengoperasi himpunan bilangan yang diterapkan di pendidikan dasar

bervarasi. Pegoperasikan himpunan bilangan didasarkan pada materi pelajaran

sesuai dengan kompetensi dasar dan standar kompetensi pada tingkatan kelas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 27: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id/Upaya... · Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berhitung penjumlahan 1-10 melalui permainan dengan media gambar pada siswa tunagrahita

12

yang telah disesuaikan. Salah satu materi pengoperasi himpunan bilangan

untuk anak runa rungu wicara di kelas dasar III SLB adalah himpunan bilangan

1-10.

“Pengoperasian angka (operations with whole numbers) berkaitan

dengan manipulasi angka. Termasuk keterampilan itu menghitung, menambah,

mengurang, mengalikan, dan membagi (Mumpuniarti, 2007: 122). Himpunan

artinya kumpulan atau perkumpulan” (Poerwadarminta, 2001: 357), sedangkan

bilangan artinya banyaknya (benda, dsb) (Poerwadarminta, 2001: 140).

Pengertian himpunan bilangan 1-10 adalah materi matematika yang

mempelajari angka 1 sampai dengan 10.

Siswa tunagrahita harus belajar untuk bidang yang berhubungan dengan

angka ordinal (satu, dua, atau tiga bola, dan seterusnya), angka ordinal (dalam

urutan ke satu, ke dua, ke tiga, dan seterusnya), dan angka rasional

(setengahnya, sepertiganya, seperempatnya). Konsep pembelajaran

keterampilan tersebut memerlukan tentang konsep kuantitas dan kontinum.

c. Berhitung Penjumlahan 1-10

Menghitung bilangan dari 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 dengan kartu angka,

atau guru menuliskan angka-angka di papan tulis kemudian siswa diberi tugas

untuk menghitungnya secara berulang.

Contoh:

1) Anak diberi tugas menghitung angka 1-10 dengan kartu angka.

2) Guru menunjukkan kartu angka, anak menyebut kartu angka yang dibawa

guru.

1 2 3 4 5

6 7 8 9 10

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 28: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id/Upaya... · Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berhitung penjumlahan 1-10 melalui permainan dengan media gambar pada siswa tunagrahita

13

Menjumlahkan benda atau gambar satu dengan benda/gambar lainnya

menjadi satu sehingga bertambah banyak.

Contoh: menjumlah gambar apel.

+ =

3 + 2 = 5

3) Membuat urutan bilangan 1-10 dengan benda.

Contoh: Mengurutkan gambar yang ada tulisan angkanya 1-5.

d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Berhitung

Tinggi atau rendahnya kemampuan berhitung dipengaruhi oleh berbagai

faktor. Faktor-faktor tersebut akan selalu ada sepanjang proses belajar

mengajar. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan berhitung. Menurut

Lerner yang dikutip Mulyono Abdurrahman (2003: 259), faktor dari luar siswa

yang dapat mempengaruhi rendahnya kemampuan berhitung anak misalnya:

pembelajaran yang kurang menyenangkan (atraktif), pembelajaran yang

monoton dan media pembelajaran yang kurang menarik sehingga membuat

anak bosan dan kurang bersemangat.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan berhitung menurut

Nungki PS (2008: 18), dapat disebabkan adanya faktor dari luar diri siswa,

salah satunya faktor instrumental. Faktor instrumental adalah faktor yang

keberadaannya dan penggunaannya sudah direncanakan, sesuai dengan hasil

belajar yang diharapkan, meliputi: sarana fasilitas sekolah (gedung,

perlengkapan belajar dan administrasi kelas atau sekolah), kurikulum,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 29: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id/Upaya... · Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berhitung penjumlahan 1-10 melalui permainan dengan media gambar pada siswa tunagrahita

14

guru/pengajar, dan metode belajar yang digunakan guru (metode ceramah,

tanya jawab, tugas, karyawisata, bermain, diskusi, dan lain-lain).

Dalam pembelajaran berhitung ini, guru menggunakan beberapa

metode, yaitu metode bercakap-cakap, metode pemberian tugas, metode

demonstrasi, metode tanya jawab, dan metode bermain.

e. Karakteristik Anak Berkesulitan Belajar Matematika

Anak berkesulitan belajar matematika memiliki beberapa karakteristik.

Antara siswa satu dengan siswa yang lain memiliki karakteristik yang berbeda-

beda.

Menurut Lerner yang dikutip Mulyono Abdurrahman (2003: 259), ada

beberapa karakteristik anak berkesulitan belajar matematika, yaitu: (1) adanya

gangguan dalam hubungan keruangan, (2) abnormalitas persepsi visual, (3)

asosiasi visual-motor, (4) perserverasi, (5) kesulitan mengenal dan memahami

simbul, (6) gangguan penghayatan tubuh, (7) kesulitan dalam bahasa dan

membaca, dan (8) performance IQ jauh lebih rendah daripada skor verbal IQ.

Hal-hal tersebut peneliti uraikan sebagai berikut:

1) Adanya gangguan dalam hubungan keruangan

Konsep hubungan keruangan seperti atas-bawah, puncak-dasar, jauh-

dekat, tinggi-rendah, depan-belakang, dan awal-akhir umumnya telah

dikuasai oleh anak pada saat mereka belum masuk SD. Anak-anak

memperoleh pemahaman tentang berbagai konsep hubungan keruangan

tersebut dari pengalaman mereka dalam berkomunikasi dengan lingkungan

sosial mereka atau melalui berbagai permainan.

Anak berkesulitan belajar sering mengalami kesulitan dalam

berkomunikasi dan lingkungan sosial juga sering tidak mendukung

terselenggarakannya suatu situasi dan kondusif bagi terjalinnya komunikasi

antar mereka. Adanya kondisi intrinsik yang diduga karena disfungsi otak

dan kondisi ekstrinsik berupa lingkungan sosial yang tidak menunjang

terselenggaranya komunikasi dapat menyebabkan anak mengalami

gangguan dalam memahami konsep-konsep hubungan keruangan yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 30: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id/Upaya... · Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berhitung penjumlahan 1-10 melalui permainan dengan media gambar pada siswa tunagrahita

15

mengakibatkan anak tidak mampu merasakan jarak antara angka-angka pada

garis bilangan atau penggaris, dan mungkin anak juga tidak tahu bahwa

angka 3 lebih dekat ke angka 4 daripada ke angka 6.

2) Abnormalitas persepsi visual

Anak berkesulitan belajar matematika sering mengalami kesulitan

untuk melihat berbagai objek dalam hubungannya dengan kelompok. Anak

yang memiliki abnormalitas persepsi visual juga sering tidak mampu

membedakan bentuk-bentuk geometri. Suatu bentuk bujur sangkar mungkin

dilihat oleh anak sebagai empat garis yang tidak saling terkait, mungkin

sebagai segi enam, dan bahkan mungkin tampak sebagai lingkaran. Adanya

abnormalitas persepsi visual semacam ini tentu saja dapat menimbulkan

kesulitan dalam belajar matematika, terutama dalam memahami berbagai

simbol.

3) Asosiasi visual-motor

Anak berkesulitan belajar matematika sering tidak dapat menghitung

benda-benda secara berurutan sambil menyebutkan bilangannya “satu, dua,

tiga, empat, lima”. Anak mungkin baru memegang benda yang ketiga tetapi

telah mengucapkan “lima”, atau sebaliknya, telah menyentuh benda kelima

tetapi baru mengucapkan ”tiga”. Anak-anak semacam ini dapat memberikan

kesan mereka hanya menghafal bilangan tanpa memahami maknanya.

4) Perseverasi

Anak yang perhatiannya melekat pada suatu objek saja dalam jangka

waktu yang relatif lama. Gangguan perhatian semacam itu disebut

perseverasi (Mulyono Abdurrahman, 1999: 261). Anak demikian mungkin

mulanya dapat mengerjakan tugas dengan baik, tetapi lama-kelamaan

perhatiannya melekat pada suatu objek tertentu.

5) Kesulitan mengenal dan memahami simbul

Anak berkesulitan belajar matematika sering mengalami kesulitan

dalam mengenal dan menggunakan simbol-simbol matematika seperti +, -,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 31: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id/Upaya... · Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berhitung penjumlahan 1-10 melalui permainan dengan media gambar pada siswa tunagrahita

16

=, >, <, dan sebagainya. Kesulitan semacam ini dapat disebabkan oleh

adanya gangguan memori tetapi juga dapat disebabkan oleh adanya

gangguan persepsi visual.

6) Gangguan penghayatan tubuh

Anak sulit memahami hubungan bagian-bagian dari tubuhnya

sendiri. Jika anak diminta untuk menggambar tubuh orang misalnya, mereka

akan menggambarkan dengan bagian-bagian tubuh yang tidak lengkap atau

menempatkan bagian tubuh pada posisi yang salah. Misalnya, leher tidak

tampak, tangan diletakkan di kepala, dan sebagianya.

7) Kesulitan dalam bahasa dan membaca

Kesulitan dalam bahasa dapat berpengaruh terhadap kemampuan

anak di bidang matematika. Soal matematika yang berbentuk cerita

menuntut kemampuan membaca untuk memecahkannya. Oleh karena itu,

anak yang mengalami kesulitan membaca akan mengalami kesulitan pula

dalam memecahkan soal matematika yang berbentuk cerita tertulis.

8) Performance IQ jauh lebih rendah daripada skor verbal IQ.

Anak berkesulitan belajar matematika memiliki skor PIQ

(Performance Intelligence Quotient) yang jauh lebih rendah daripada skor

VIQ (Verbal Intelligence Quotient). Rendahnya skor PIQ pada anak

berkesulitan belajar matematika tampaknya terkait dengan kesulitan

memahami konsep keruangan, gangguan pesepsi visual, dan adanya

gangguan asosiasi visual-motor.

3. Tinjauan tentang Bermain Media Gambar

a. Pengertian Media Pembelajaran

Media pembelajaran memiliki banyak pengertian sebagaimana yang

dikemukakan oleh beberapa ahli, dimana satu dengan yang lain memiliki

perbedaan yang pada prinsipnya memiliki kesamaan. Dari pengertian berbagai

ahli dapat dijelaskan seperti berikut.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 32: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id/Upaya... · Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berhitung penjumlahan 1-10 melalui permainan dengan media gambar pada siswa tunagrahita

17

Media pembelajaran terdiri daru dua kata, yaitu kata “media” dan

“pembelajaran”. Kata media secara harfiah berarti perantara atau pengantar,

sedangkan kata pembelajaran diartikan sebagai suatu kondisi untuk membantu

seseorangmelakukan suatu kegiatan belajar. (http://kazzuya.wordpress.com/

2009/11/14/media-pembelajaran-dalam-pendidikan/: 1).

Menurut Oemar Hamalik (2004:12) “media pembelajaran adalah

metode dan teknik yang digunakan untuk mengefektifkan komunikasi dan

interaksi antara guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran.”

Menurut Association for Educational Communications Technology

(AECT) di Amerika yang dikutip oleh Azhar Arsyad (2002:3) media

pendidikan ialah segala bentuk saluran yang digunakan orang untuk

menyalurkan pesan/informasi. Sementara itu Gagne yang dikutip Arief S.

Sadiman, dkk. (2009:6): “media adalah berbagai jenis komponen dalam

lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar.”

Berdasarkan ketiga pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan, media

pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan

pesan dari guru ke siswa sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan,

perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses

pembelajaran terjadi dan berlangsung lebih efisien.

Penelitian ini diharapkan media pembelajaran yang digunakan dalam

mengajar siswa dapat efektif artinya media tersebut akan lebih tepat guna dan

bermanfaat sesuai yang diharapkan dibandingkan dengan mengajar tanpa

menggunakan media.

b. Fungsi Media Pembelajaran

Media pembelajaran memiliki beberapa fungsi, sebelum mengetahui

fungsi media ada baiknya melihat diagram cone of learning dari Edgar Dale

yang secara jelas memberi penekanan terhadap pentingnya media dalam

pendidikan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 33: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id/Upaya... · Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berhitung penjumlahan 1-10 melalui permainan dengan media gambar pada siswa tunagrahita

18

10% of what we READ Reading20% of what we HEAR Hearing Words Verbal Receiving30% of what we SEE Looking at Pictures

Watching a Movie50% of what we Looking at An Exhibit Visual Receiving

HEAR and SEE Watching a DemonstrationSeeing it Done on Location

70% of what we SAY Participating in a Discussion Receiving/Giving a Talk Participating

90% of what we Doing a Dramatic Pressentationboth SAY Simulating the Real Experience Doingand DO Doing the Real Thing

Bagan 2.1. Diagram Cone of Learning dari Edgar Dale

(Edgar Dale, 1969. http://kazzuya.wordpress.com/2009/11/14/media-pembelajaran-dalam-pendidikan/: 1).

Berdasarkan gambar tersebut di atas, dapat dilihat kerucut pelajaran

(Cone of Learning) dari Edgar Dale, bahwa setelah 2 minggu, guru cenderung

untuk mengingat 10% untuk membaca, 20% untuk mendengar, 30% untuk

melihat, 50% untuk mendengar dan melihat, 70% untuk bercerita/berkata, 90%

berkata dan bekerja langsung (Edgar Dale, 1969. http://kazzuya.wordpress.

com/2009/11/14/media-pembelajaran-dalam-pendidikan/: 1):

Ada dua fungsi utama media pembelajaran. Fungsi pertama media

adalah sebagia alat bantu pembelajaran, dan fungsi kedua adalah sebagai media

sumber belajar. Kedua fungsi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut (Edgar

Dale, 1969: 1-2):

1) Media pembelajaran sebagai alat bantu dalam pembelajaran yang dimaksud

antara lain: globe, grafik, gambar, dan sebagianya. Materi ajar dengan

tingkat kesukaran yang tinggi tentu sukar dipahami oleh siswa. Tanpa

bantuan media, maka materi ajar menjadi sukar dicerna dan dipahami oleh

setiap siswa. Hal ini akan semakin terasa apabila materi ajar tersebut

Pass

ive

Act

ive

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 34: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id/Upaya... · Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berhitung penjumlahan 1-10 melalui permainan dengan media gambar pada siswa tunagrahita

19

abstrak dan rumit/kompleks. Sebagai alat bantu, media mempunyai fungsi

melicinkan jalan menuju terrcapainya tujuan pembelajaran.

2) Media pendidikan sebagai sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat

dipergunakan sebagai tempat bahan pembelajaran untuk belajar siswa.

Sumber belajar dapat dikelompokkan menjadi lima kategori, yaitu:

manusia, buku perpustakana, media massa, alam lingkungan, dan media

pendidikan. Media pendidikan, sebagai salah satu sumber belajar, ikut

membantu guru dalam memudahkan tercapainya pemahaman materi ajar

oleh siswa, serta dapat memperkaya wawasan siswa.

Arief S. Sadiman dkk (2009:16-17) mengemukakan bahwa secara

umum media pendidikan mempunyai kegunaan sebagai berikut:

1) Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistik(dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka).

2) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indra sepertimisalnya:a) Obyek terlalu besar – bisa digantikan dengan realitas gambar,

film bingkai, film dan model.b) Obyek yang kecil – dibantu dengan proyektor mikro, film

bingkai, film dan gambar.c) Gerak yang terlalu lambat atau terlalu cepat dapat dibantu high

speed photography atau low speed photography.3) Dengan menggunakan media pendidikan secara tepat dan bervariasi

dapat diatasi sikap pasif anak didik dalam hal ini media bergunauntuk:a) Menimbulkan kegairahan belajar.b) Memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara anak didik

dengan lingkungan.c) Memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri menurut

kemampuan dan minatnya.d) Dengan sifat yang unik pada setiap siswa ditambah lagi dengan

lingkungan dan pengalaman yang berbeda, sedangkan kurikulum,dan materi pendidikan ditentukan sama untuk setiap siswa, makaguru akan banyak mengalami kesulitan bilamana latar belakangguru dan siswa sangat berbeda. Masalah ini dapat diatasi denganmedia pendidikan.

Adapun dalam penelitian ini media dapat membantu untuk mengatasi

berbagai macam hambatan diantaranya mengurangi sifat verbalisme,

mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan tipe belajar murid karena kelemahan

di salah satu indra, mengatasi sifat anak pasif menjadi aktif, membantu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 35: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id/Upaya... · Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berhitung penjumlahan 1-10 melalui permainan dengan media gambar pada siswa tunagrahita

20

mengatasi kesulitan guru dalam memberikan pelayanan belajar kepada murid

memperingan beban guru, dan mempermudah belajar murid atau siswa.

c. Macam-macam Media Pembelajaran

Media pembelajaran banyak macamnya. Masing-masing ahli media

mengelompokkan jenis media sesuai dengan sudut pandangnya dan latar

belakangnya sendiri:

Nana Sudjana, Ahmad Rivai (2000:7) mengklasifikasikan media

sebagai berikut: “Beberapa jenis media yang biasa digunakan dalam kegiatan

pendidikan dan pengajaran, dapat digolongkan menjadi media gambar atau

grafis, media fotografis, media tiga dimensi, media proyeksi, media audio dan

lingkungan sebagai media pengajaran.”

Berdasarkan uraian dan klasifikasi di atas dapat penulis kelompokkan

menjadi beberapa jenis kelompok media yaitu:

1) Media gambar/grafis.

2) Media fotografis.

3) Media tiga dimensi.

4) Media proyeksi.

5) Media audio.

6) Media lingkungan.

d. Pengertian Bermain

Schwartzman yang dikutip Patmonodewo (2003: 102) mengemukakan

suatu batasan bermain sebagai berikut:

Bermain bukan bekerja; bermain adalah pura-pura; bermain bukansesuatu yang sungguh-sungguh; bermain bukan suatu kegiatan yangproduktif; dan sebagianya .... bekerja pun dapat diarrikan bermainsementara kadang-kadang bermain dapat dialami sebagai bekerja,demikian pula anak yang sedang bermain dapat membentuk dunianyasehingga seringkali dianggap nyata, sungguh-sungguh, produktif danmenyerupai kehidupan yang sebenarnya.

Menurut Hartati (2005: 85) bermain merupakan kebutuhan anak yang

paling mendasar, saat anak berinteraksi dengan dunia sekitarnya, melalui

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 36: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id/Upaya... · Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berhitung penjumlahan 1-10 melalui permainan dengan media gambar pada siswa tunagrahita

21

bermainlah ia lakukan. Menurut Einon (2004:4), “bagi anak bermain adalah

belajar sehingga belajar itu sendiri menjadi menyenangkan”.

Bermain merupakan bagian dari metode simulasi. Menurut Gilstrap

yang dikutip Hasibuan dan Moedjiono (2000: 27), simulasi itu dapat

berbentuk: role playing, psikodrama, sosiodrama, dan permainan. “Simulasi

adalah tiruan atau perbuatan yang hanya pura-pura saja (dari fakta simulate

yang artinya pura-pura atau berbuat seolah-olah; dan simulation artinya tiruan

atau perbuatan yang pura-pura saja).

Bermain dalam tatanan sekolah dapat digambarkan sebagai suatu

rentang rangkaian kesatuan yang berujung pada bermain bebas, bermain

dengan bimbingan dan berakhir pada bermain dengan diarahkan (Soemantri

Patmonodewo, 2003: 103). Dalam bermain bebas dapat didefinisikan sebagai

suatu kegiatan bermain dimana anak mendapatkan kesempatan melakukan

berbagai pilihan alat dan menggunakan alat tersebut. Kegiatan bermain dengan

bimbingan, guru memilih alat permainan yang diharapkan anak dapat memilih

guna menemukan suatu konsep tertentu. Sedangkan bermain yang diarahkan,

guru mengajarkan bagaimana cara menyelasaikan suatu tugas khusus.

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bermain merupakan

kegiatan yang dilakukan oleh setiap anak, merupakan kebutuhan paling

mendasar saat berinteraksi dengan dunia sekitarnya. Sambil belajar siswa

melakukan permainan yang diharapkan dapat meningkatkan semangat

belajarnya.

e. Pengertian Bermain Media Gambar

Pengertian bermain gambar terdiri dari pengertian bermain dan

pengertian gambar. Bermain dapat digambarkan sebagai suatu rangkaian

kesatuan yang berujung pada bermain bebas, bermain dengan bimbingan dan

berakhir pada bermain dengan diarahkan (Soemantri Patmonodewo, 2003:

103). Sedangkan pengertian gambar, menurut Sri Anitah (2010: 7), “media

gambar (gambar mati) merupakan gambar yang dibuat pada kertas karton atau

sejenisnya yang tak tembus cahaya.” Gambar merupakan salah satu media

pembelajaran yang amat dikenal di dalam setiap kegiatan pembelajaran. Hal

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 37: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id/Upaya... · Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berhitung penjumlahan 1-10 melalui permainan dengan media gambar pada siswa tunagrahita

22

itu disebabkan kesederhaannnya, tanpa memerlukan perlengkapan, dan tidak

perlu diproyeksikan untuk mengamatinya. Melalui gambar dapat ditunjukkan

sesuatu yang jauh dari jangkauan pengalaman siswa, selain itu juga dapat

memberikan gambaran tentang peristiwa yang telah berlalu maupun gambaran

masa yang akan datang. Melalui gambar, guru dapat menerjemahkan ide-ide

abstrak dalam bentuk yang lebih konkrit untuk anak tunagrahita. Gerlach &

Ely yang dikutip Sri Anitah (2010: 7) mengatakan bahwa “gambar tidak hanya

bernilai seribu bahasa, tetapi juga seribu tahun atau seribu mil.”

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa media gambar (gambar

mati) merupakan gambar yang dibuat pada kertas karton atau sejenisnya yang

tak tembus cahaya yang amat dikenal di dalam setiap kegiatan pembelajaran.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa

bermain gambar adalah suatu rentang rangkaian kesatuan yang berujung pada

bermain bebas dengan gambar yang dibuat pada kertas karton atau sejenisnya

yang tak tembus cahaya dengan bimbingan dan berakhir pada bermain dengan

diarahkan oleh guru.

f. Manfaat Gambar

Gambar memberikan manfaat terhadap kemampuan berhitung bagi

siswa tunagrahita, dengan gambar anak dapat memahami maksud dari gambar

yang ditunjukkan dari jumlah gambar yang dilihat untuk dihitung dalam

penjumlahan.

Gambar salah satu media pembelajaran yang amat dikenal di dalam

setiap kegiatan pembelajaran, karena media gambar memberikan manfaat

dalam pembelajaran. Menurut Azhar Arsyad (2002:43), media gambar

memberikan manfaat sebagai berikut:

1) Menimbulkan daya tarik pada anak. Gambar dengan berbagai warnaakan lebih menarik dan membangkitkan minat dan perhatian anak.

2) Mempermudah pengertian anak. Suatu penjelasan yang abstrak akanlebih mudah dipahami bila dibantu gambar.

3) Memperjelas bagian-bagian yang penting.4) Menyingkat suatu uraian.

Manfaat gambar sebagai media visual, menurut Sri Anitah (2010: 9)

antara lain sebagai berikut:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 38: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id/Upaya... · Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berhitung penjumlahan 1-10 melalui permainan dengan media gambar pada siswa tunagrahita

23

1) Menimbulkan daya tarik bagi pembelajar. Gambar dengan berbagaiwarna akan lebih menarik dan membangkitkan minat serta perhatianpembelajar.

2) Mempermudah pengertian pembelajar. Suatu penjelasan yangsifatnya abstrak dapat dibantu dengan gambar sehingga pembelajarlebih mudah memahami apa yang dimaksud.

3) Memperjelas bagian-bagian yang penting. Melalui gambar, dapatdiperbesar bagian-bagian yang penting atau yang kecil sehinggadapat diamati lebih jelas..

4) Menyingkat suatu uraian panjang. Uraian tersebut mungkin dapatditunjukkan dengan sebuah gambar saja.

Atas dasar uraian di atas dapat disimpulkan bahwa media gambar dapat

memberikan manfaat merangsang minat atau perhatian anak dalam berhitung,

membantu anak memahami dan mengingat isi informasi bahan-bahan verbal

yang menyertainya, lebih efektif sebagai penyampaian informasi ketimbang

gambar dengan bayangan, ataupun gambar fotografi yang sebenarnya,

pengajaran menyangkut konsep warna, maka gambar-gambar dengan warna

yang realistik memang lebih disukai.

Dengan demikian menggunakan media gambar dapat membantu

meningkatkan kemampuan berhitung anak. Jika mengunakan gambar nyata,

anak akan menarik dan menyukainya.

g. Prinsip-prinsip Penggunaan Media Gambar

Dalam menggunakan gambar, guru setidaknya memiliki prinsip-prinsip

dalam menerapkannya. Beberapa prinsip yang harus dipegang guru adalah:

gambar yang digunakan mudah dimengerti anak, menarik minat anak untuk

belajar, tidak memerlukan biaya yang besar, dan gambar mudah didapat untuk

pembelajaran.

Menurut Aristo Rahadi (2003: 27-28), prinsip-prinsip penggunaan

media gambar meliputi:

1) Autentik, artinya dapat menggambarkan obyek seperti jika siswamelihat langsung.

2) Sederhana, harus menunjukkan dengan jelas bagian-bagian pokokdari gambar.

3) Ukuran proporsional, sehingga siswa mudah membayangkan ukuransesungguhnya benda atau obyek yang digambar.

4) Meadukah antara keindahan dengan kesesuaian untuk mencapaitujuan pembelajaran.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 39: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id/Upaya... · Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berhitung penjumlahan 1-10 melalui permainan dengan media gambar pada siswa tunagrahita

24

Dalam menggunakan gambar, guru setidaknya memiliki prinsip-prinsip

penerapnnya. Beberapa prinsip yang harus dipegang lgurua dalah: 1) gambar

yang digunakan mudah dimengeri anak; 2) menarik minat anak untuk belajar;

3) tidak memerlukan biaya yang besar; dan 4) gambar mudah didapat untuk

pembelajaran.

Menggunakan gambar untuk tujuan-tujuan pelajaran yang spesifik, yaitu

dengan cara memilih gambar tertentu yang akan mendukung penjelasan inti

pelajaran atau pokok-pokok pelajaran (Sri Anitah, 2010: 8). Tujuan khusus

itulah yang mengarahkan minat siswa kepada pokok-pokok terpenting dalam

pelajaran. Memadukan gambar-gambar kepada pelajaran, sebab keefektifan

pemakaian gambar di dalam proses belajar mengajar memerlukan keterpaduan.

Menggunakan gambar-gambar tidak perlu banyak, daripada

menggunakan banyak gambar tetapi tidak efektif, lebih baik sedikit gambar

tetapi memberikan banyak makna. Guru hendaknya berhemat dalam

mempergunakan gambar yaitu gambar yang mengandung makna, siswa mudah

memahami gambar. Jadi yang terpenting adalah pemusatan perhatian pada

gagasan utama yang ada pada gambar yang disajikan yang membangkitkan

minat siswa untuk memahami makna gambar tersebut.

Mengurangi kata-kata pada gambar, sebab gambar justru sangat penting

dalam mengembangkan kata-kata atau cerita atau gagasan baru. Guru yang

baik akan menyadari bahwa dengan mengurangi deskripsi verbal kepada

gambar-gambar yang dipertunjukkannya akan dirasakan manfaatnya terutama

bagi siswa tunagrahita kelas dasar IIII SLB dalam belajar menghitung.

Mendorong pernyataan yang kreatif, melalui gambar siswa akan

didorong untuk mengembangkan keterampilan berhitung. Mengevaluasi

kemajuan kelas, dapat juga dengan memanfaatkan gambar-gambar baik secara

umum maupun secara khusus. Jadi guru bisa mempergunakan gambar datar,

slide atau transparan untuk melakukan evaluasi hasil belajar siswa. Pemakaian

instrumen tes secara bervariasi akan sangat baik dilakukan guru, dalam upaya

memperoleh hasil tes yang komprehensif serta menyeluruh.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 40: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id/Upaya... · Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berhitung penjumlahan 1-10 melalui permainan dengan media gambar pada siswa tunagrahita

25

h. Langkah-Langkah Pembelajaran Bermain Gambar

Dalam pembelajaran bermain melalui media gambar, memerlukan

langkah-langkah pembelajaran untuk membantu mempermudah pembelajaran

berhitung melalui media gambar. Pembelajaran berhitung melalui media

gambar disesuaikan indikator yang diambil dari standar kompetensi 2004.

Utamanya pembelajaran kognitif yang ada hubunganya dengan berhitung.

Menurut Hasibuan dan Moedjiono (2000: 27), langkah-langkah

pembelajaran bermain dengan gambar sebagai berikut:

1) Penentuan topik dan tujuan bermain gambar.

2) Guru memberikan gambaran secara garis besar situasi yang akan

dimainkan.

3) Guru menyiapkan alat peraga berupa gambar yang menarik untuk anak,

misalnya: gambar bola, gambar kelereng, gambar buah, dan lain-lain.

4) Guru menjelaskan tentang gambar yang akan diajarkan ke anak.

5) Guru menjelaskan aturan bermain gambar.

6) Guru mengawasi anak dalam bermain gambar.

7) Untuk anak dapat bermain dengan baik diberi pujian dan tepuk tangan.

8) Untuk anak yang belum bisa diberi dorongan, motivasi dan bimbingan.

B. Kerangka Berpikir

Berdasarkan kajian teori yang telah diuraikan di atas maka kerangka

berpikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: bahwa anak tunagrahita

mengalami hambatan dalam belajar matematika tentang berhitung penjumlahan.

Untuk memudahkan dalam kemampuan berhitung penjumlahan perlu adanya

strategi pembelajaran yang tepat dan sesuai. Permainan dengan gambar

merupakan strategi guru untuk memotivasi minat belajar berhitung penjumlahan

untuk anak tunagrahita. Gambar memberikan manfaat terhadap kemampuan

berhitung bagi siswa tunagrahita, dengan gambar anak dapat memahami maksud

dari gambar yang ditunjukkan dari jumlah gambar yang dilihat untuk dihitung

dalam penjumlahan melalui permainan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 41: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id/Upaya... · Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berhitung penjumlahan 1-10 melalui permainan dengan media gambar pada siswa tunagrahita

26

Sehubungan dengan hal tersebut di atas diduga pembelajaran dengan

permainan dengan gambar dapat meningkatkan kemampuan berhitung

penjumlahan bagi siswa tunagrahita kelas dasar III SLB. Secara sederhana dapat

digambarkan bagan kerangka berpikir tersebut di bawah ini.

Bagan 2.2. Kerangka Berpikir

C. Perumusan Hipotesis Tindakan

Hipotesis merupakan tafsiran sementara yang masih perlu diuji

kebenarannya, mengenai bukti-bukti secara ilmiah. Hipotesis tindakan yang

diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: “Permainan dengan media

gambar dapat meningkatkan kemampuan berhitung penjumlahan 1-10 pada siswa

tunagrahita kelas dasar III SLB Negeri Salatiga tahun pelajaran 2011/2012.”

Kemampuan berhitung penjumlahansiswa tunagrahita kelas dasar III

SLB Negeri Salatiga masih rendah

Pembelajaran berhitungpenjumlahan melalui permainan

dengan gambar

Kemampuan berhitung penjumlahanbagi anak tunagrahita kelas dasar III

SLB Negeri Salatiga dapatmeningkat

Kondisi Awal

Tindakan

Kondisi Akhir

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 42: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id/Upaya... · Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berhitung penjumlahan 1-10 melalui permainan dengan media gambar pada siswa tunagrahita

27

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Setting Penelitian

nPenelitiaTempat1.

Pendekatan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

dalam bahasa Inggris diartikan Classroom Action Research (CAR) yaitu penelitian

yang dilakukan oleh guru di kelas atau di sekolah tempat mengajar, dengan

penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan praktik dan proses dalam

pembelajaran (Susilo, 2007: 16). Penelitian dilaksanakan di kelas dasar III

Tunagrahita SLB Negeri Salatiga pada pembelajaran matematika semester II

tahun pelajaran 2011/2012, dengan alasan bahwa hasil belajar matematika siswa

tunagrahita kelas dasar III masih rendah.

PenelitianJadwal2.

Tabel 3.1. Jadwal Kegiatan Penelitian

KegiatanBulan ke .....

1 2 3 41. Persiapan

a. Studi eksploratif

b. Perumusan masalah

c. Konsultasi proposal

d. Penyusunan instrumen

2. Tahap Pelaksanaan

a. Perencanaan tindakan

b. Implementasi tindakan

3. Analisis

a. Klasifikasi data

b. Analisis data

c. Interpretrasi data

d. Perumusan hasil penelitian

4. Tahap Penyusunan Laporan

a. Penyusunan laporan

b. Ujian

27

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 43: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id/Upaya... · Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berhitung penjumlahan 1-10 melalui permainan dengan media gambar pada siswa tunagrahita

28

B. Subyek Penelitian

Dalam penelitian tindakan kelas ini yang menjadi subyek penelitian

adalah siswa kelas dasar III SLB Negeri Salatiga tahun pelajaran 2011/2012 yang

berjumlah 7 siswa, terdiri dari 3 siswa laki-laki dan 4 siswa perempuan.

C. Data dan Sumber Data

Data penelitian berupa hasil belajar siswa dan keaktifan siswa tunagrahita

kelas dasar III SLB Negeri Salatiga. Data yang diambil dari hasil:

1. Nilai kemampuan awal, sumbernya dari dokumentasi.

2. Nilai berhitung penjumlahan 1-10 siklus I, sumbernya dari tes siklus I.

3. Nilai berhitung penjumlahan 1-10 siklus II, sumbernya dari tes siklus II.

4. Nilai partisipasi siswa/keaktifan siswa, sumbernya dari lembar pengamatan.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan hal yang sangat penting dan harus

diperhatikan oleh peneliti dalam melaksanakan penelitian, karena hal ini

merupakan sesuatu yang paling mendasar guna keberhasilan suatu penelitian

dapat tercapai.

Penelitian, di samping perlu menggunakan metode yang tepat, juga perlu

memilih teknik dan alat pengumpulan data yang relevan. Penggunaan teknik dan

alat pengumpul data yang tepat memungkinkan diperolehnya data yang objektif.

Di bawah ini akan diuraikan teknik penelitian yang digunakan dalam penelitian

sebagai cara yang ditempuh untuk mengumpulkan data yang dilakukan secara

terencana dan sistematis untuk pemecahan masalah.

Berorientasi pada judul penelitian maka metode yang digunakan dalam

penelitian tindakan kelas ini dengan metode observasi, dokumentasi, dan tes.

1. Observasi

a. Pengertian Observasi

Observasi memiliki beberapa pengertian yang berbeda antara satu

dengan yang lain, yang pada dasarnya memiliki prinsip yang sama. Dari

beberapa literatur diperoleh penjelasan sebagai berikut:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 44: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id/Upaya... · Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berhitung penjumlahan 1-10 melalui permainan dengan media gambar pada siswa tunagrahita

29

“Metode observasi adalah metode pengumpulan data dengan

pengamatan secara langsung mengenal fenomena-fenomena dan gejala psikis

maupun psikologi dengan pencatatan. Format yang disusun berisi item-item

tentang kejadian atau tingkah laku yang digambarkan akan terjadi” (Suharsimi

Arikunto, 2006: 229). Menurut Supardi (2008: 127), “observasi adalah

kegiatan pengamatan (pengambilan data) untuk memotret seberapa jauh efek

tindakan telah mencapai sasaran.”

Kedua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa observasi adalah

kegiatan pengamatan (pengambilan data) secara langsung mengenal fenomena-

fenomena dan gejala psikis maupun psikologi dengan pencatatan untuk

memotret seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran.

b. Macam-macam Observasi

Observasi ini dilakukan untuk mengamati secara langsung proses dan

dampak pembelajaran yang diperlukan untuk menata langkah-langkah

perbaikan agar lebih efektif dan efisien. Dalam melakukan observasi proses,

menurut Retno Winarni (2009: 84-85) ada 4 metode observasi yaitu: a)

observasi terbuka, b) observasi terfokus, c) observasi terstruktur, dan d)

observasi sistematik.

1) Observasi Terbuka

Pengamat tidak menggunakan lembar observasi, melainkan hanya

menggunakan kertas kosong merekam pelajaran yang diamati.

2) Observasi Terfokus

Ditujukan untuk mengamati aspek-aspek tertentu dari pembelajaran.

Misalnya: yang diamati kesempatan bagi siswa untuk berpartisipasi.

3) Observasi Terstruktur

Observasi menggunakan instrumen yang terstruktur dan siap pakai,

sehingga pengamat hanya tinggal membubuhkan tanda (√) pada tempat

yang disediakan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 45: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id/Upaya... · Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berhitung penjumlahan 1-10 melalui permainan dengan media gambar pada siswa tunagrahita

30

4) Observasi Sistematik

Observasi sistematik lebih rinci dalam kategori yang diamati. Misalnya

dalam pemberian penguatan, data dikategorikan menjadi penguatan verbal

dan nonverbal.

c. Observasi yang Digunakan

Dalam penelitian in digunakan observasi terstruktur, dimana observasi

menggunakan instrumen yang terstruktur dan siap pakai, sehingga pengamat

hanya tinggal membubuhkan tanda () pada tempat yang disediakan pada

lembar pengamatan aktivitas guru dan aktivitas siswa dalam pembelajaran

berhitung penjumlahan 1-10 melalui permainan media gambar. Alasan

digunakan observasi terstruktur adalah untuk mempermudah observer

melakukan pengamatan dan observasi tertruktur sesuai dengan masalah yang

diteliti.

2. Dokumentasi

a. Pengertian Dokumentasi

Dokumentasi memiliki beberapa pengertian yang berbeda antara satu

dengan yang lain, yang pada dasarnya memiliki prinsip yang sama. Dari

beberapa literatur diperoleh penjelasan sebagai berikut:

Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 200) “dokumentasi yaitu data

mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, notulen, legger, agenda,

dsb”. Menurut Margono (2009: 161), “dokumentasi adalah cara pengumpulan

data melalui peninggalan tertulis seperti arsip-arsip dan termasuk juga buku-

buku pentang pendapat, teori, dalil, atau hukum-hukum dan lain-lain yang

berhubungan dengan masalah penelitian.”

Berdasarkan kedua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa

dokumentasi adalah cara pengumpulan data mengenai hal-hal atau variabel

melalui peninggalan tertulis seperti arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku

tentang pendapat, teori, dalil, catatan, notuler, legger, agenda, atau hukum-

hukum dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah penelitian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 46: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id/Upaya... · Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berhitung penjumlahan 1-10 melalui permainan dengan media gambar pada siswa tunagrahita

31

b. Dokumentasi yang digunakan

Dalam penelitian ini, metode dokumentasi digunakan untuk

memperoleh data tentang kemampuan awal berhitung penjumlahan 1-10 siswa

yang diambil dari nilai ulangan kelas dasar III SLB Negeri Salatiga.

3. Tes

a. Pengertian Tes

Untuk mengetahui kemampuan berhitung diperlukan tes, agar peneliti

dapat pengetahui hasil belajar yang diperoleh siswa pada siklus I dan siklus II

setelah dalam pembelajaran melalui permainan dengan media gambar.

“Tes adalah sekumpulan pertanyaan yang harus dijawab dan/atau tugas

yang harus dikerjakan” (Saifuddin Azwar, 2001: 2). Menurut Suharsimi

Arikunto (2006:138) tes adalah “Serentetan pertanyaan atau latihan atau alat

lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi,

kemampuan atau bakat yang dimiliki individu atau kelompok”.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tes adalah

suatu alat yang dipergunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan,

intelegensi, kemampuan atau bakat, berujud pertanyaan yang harus dijawab

oleh siswa baik secara individu atau kelompok.

b. Macam-macam Tes

Tes terdiri dari bermacam-macam. Macam-macam tes antara lain

sebagai berikut: 1) Tes benar salah, 2) Tes pilihan ganda, 3) Tes menjodohkan,

4) Tes isian atau melengkapi, 5) Tes jawaban singkat (Suharsimi Arikunto,

2006:139).

c. Tes yang Digunakan

Bentuk tes yang dipakai adalah tes objektif. Tes objektif adalah tes

yang hanya satu jawaban dapat dianggap terbaik. Siswa yang diuji diminta

untuk menunjukkan jawaban yang terbaik dari tes objektif isian atau

melengkapi tentang penjumlahan 1-10 dengan gambar yang terdiri dari 20 item

pertanyaan. Skor penilaian jawaban betul mendapat nilai 5 dan jawaban salah

mendapat nilai 0. Skor maksimal 100 dan skor minimum 0.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 47: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id/Upaya... · Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berhitung penjumlahan 1-10 melalui permainan dengan media gambar pada siswa tunagrahita

32

E. Validitas Data

Teknik yang digunakan untuk memeriksa validitas data antara lain adalah

triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan validitas data dengan

memanfaatkan sarana di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau

pembandingan data itu (Moelong dalam Sarwiji Suwandi, 2008: 69).

Validitas data yang digunakan antara lain dengan triangulasi sumber data

dan triangulasi metode pengumpulan data. Dalam penelitian ini teknik triangulasi

untuk mengetahui kemampuan berhitung penjumlahan dan faktor penyebabnya.

Untuk itu peneliti membandingkan data hasil penelitian dari berbagai metode

antara lain dengan tes, observasi dan dokumentasi. Triangulasi data dilakukan

dengan cara :

1. Cross checking, peneliti melakukan pengecekan (checking) antara hasil

metode pengumpulan data yang diperoleh melalui tes, observasi dan

dokumentasi dengan memadukan hasil ketiganya. Dalam hal ini bertujuan

memperoleh informasi yang benar dan meyakinkan.

2. Cek ricek, yaitu pengulangan kembali data yang diperoleh melalui berbagai

sumber data, waktu, maupun metode dan informasi serta tempat memperoleh

data (setting).

F. Analisis Data

Menurut Sarwiji Suwandi (2008: 70) “teknik analisis yang digunakan

untuk menganalisis data-data yang telah berhasil dikumpullkan antara lain dengan

teknik deskriptif (statsitik deskriptif) dan teknik analisis kritis. Teknik deskriptif

digunakan untuk data kuantitatif, sedangkan teknik analisis kritis berkaitan

dengan data kualitatif”.

Data berupa hasil tes diklasifisikan sebagai data kuantitatif. Data tersebut

dianalisis secara desktiprif, yakni dengan membandingkan nilai tes antarsiklus dan

kemampuan awal berhitung penjumlahan 1-10 siswa sebelum diberi tindakan.

Yang dianalisis adalah nilai tes siswa sebelum menggunakan permainan dengan

media gambar; dan nilai tes siswa setelah menggunakan permainan dengan media

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 48: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id/Upaya... · Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berhitung penjumlahan 1-10 melalui permainan dengan media gambar pada siswa tunagrahita

33

gambar; sebanyak dua siklus. Data yang berupa nilai tes antarsiklus tersebut

dibandingkan hingga hasilnya dapat mencapai batas ketercapaian atau indikator

keberhasilan yang telah ditetapkan.

G. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 2 siklus. Tiap siklus

dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai, seperti yang telah

didesain dalam variabel yang diteliti. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan

model yang dilakukan oleh Kemmis dan Mc Taggart yang merupakan

pengembangan dari model Kurt Lewin. Suharsimi Arikunto (2007: 16)

mengemukakan model yang didasarkan atas konsep pokok bahwa penelitian

tindakan terdiri dari empat komponen pokok yang juga menunjukkan langkah,

yaitu:

1. Perencanaan atau planning

Menggambarkan secara rinci hal-hal yang perlu dilakukan sebelum

pelaksanaan tindakan (penyiapan perangkat pembelajaran, skenario

pembelajaran dengan pengenalan lingkungan sekitar, observasi, dan evaluasi).

2. Tindakan atau acting

Berisi uraian tahapan-tahapn tindakan yang akan dilakukan oleh

peneliti maupun siswa dalam pembelajaran.

3. Pengamatan atau observing

Dilakukan dengan mengamati proses pembelajaran (aktivitas guru dan

siswa). Observasi diarahkan pada poin-poin dalam pedoman yang telah

disiapkan peneliti.

4. Refleksi atau reflecting

Dilakukan dengan cara menganalisis hasil pekerjaan siswa dan hasil

observasi. Berdasarkan hasil analisis akan diperoleh kesimpulan bagian fase

mana yang perlu diperbaiki atau disempurnakan dan fase mana yang telah

memenuhi target. Kualitas proses pembelajaran dinyatakan mengalami

perbaikan apabila capaian pada indikator keberhasilan yang telah ditetapkan

sesuai target atau bahkan melebihnya.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 49: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id/Upaya... · Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berhitung penjumlahan 1-10 melalui permainan dengan media gambar pada siswa tunagrahita

34

Langkah-langkah tindakan kelas tersebut di atas dapat diilustrasikan dalam

bagan 3 berikut:

Bagan 3.1. Alur Penelitian Tindakan Kelas

(Suharsimi Arikunto, 2007: 16)

Model Kurt Lewin yang terdiri dari empat komponen tersebut kemudian

dikembangkan oleh Kemmis dan Mc Taggart. Kedua ahli ini memandang

komponen sebagai langkah dalam siklus, sehingga mereka menyatukan dua

komponen yang kedua dan ketiga, yaitu tindakan dan pengamatan sebagai suatu

kesatuan. Hasil dari pengamatan ini kemudian dijadikan dasar sebagai langkah

berikutnya, yaitu refleksi kemudian disusun sebuah modifikasi yang

diaktualisasikan dalam bentuk rangkaian tindakan dan pengamatan lagi, begitu

seharusnya.

Perencanaan

Refleksi SIKLUS I Pelaksanaan

Pengamatan

Perencanaan

Refleksi SIKLUS II Pelaksanaan

Pengamatan

Kesimpulan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 50: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id/Upaya... · Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berhitung penjumlahan 1-10 melalui permainan dengan media gambar pada siswa tunagrahita

35

Prosedur penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 2 siklus. Tiap siklus

dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai. Untuk mengetahui

kemampuan berhitung penjumlahan 1-10 dilakukan tes. Hasil sebagai dasar untuk

menentukan tindakan yang tepat dalam rangka meningkatkan kemampuan

berhitung penjumlahan 1-10.

Tabel 3.2. Prosedur Penelitian

SiklusI

1. Persiapan2. Diskripsi awal Kemampuan berhitung penjumlahan

1-10 rendah3 Penyusunan Rencana

Tindakana. Merencanakan pembelajaran melalui

permainan media gambarb. Menentukan pokok bahasan.c. Mengembangkan skenario

pembelajaran.d. Menyiapkan sumber belajar.e. Mengembangkan faktor evaluasi.f. Mengembangkan faktor observasi.

4 Pelaksanaan Tindakan Menerapkan tindakan mengacu padaskenario pembelajaran.

5 Pengamatan Melakukan observasi dengan memakaiformat observasi.

6 Evaluasi / Refleksi a. Melakukan evaluasi tindakan yangtelah dilakukan.

b. Melakukan pertemuan untuk mem-bahas hasil evaluasi tentang skenariopembelajaran.

c. Memperbaiki pelaksanaan tindakansesuai hasil evaluasi, untuk digunakansiklus berikutnya.

d. Evaluasi tindakan I.Siklus

II7 Perencanaan dan

penyempurnaantindakan

a. Atas dasar hasil siklus I, dilakukanpenyempurnaan tindakan.

b. Pengamatan program tindakan II8 Tindakan Pelaksanaan program tindakan II9 Pengamatan Pengumpulan data tindakan II10 Evaluasi / Refleksi Evaluasi tindakan II (berdasarkan

indikator pencapaian )Kesimpulan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 51: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id/Upaya... · Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berhitung penjumlahan 1-10 melalui permainan dengan media gambar pada siswa tunagrahita

36

H. Indikator Kinerja

Indikator pencapaian dalam penelitian tindakan ditetapkan apabila

kemampuan berhitung penjumlahan 1-10 mata pelajaran matematika secara

individu minimal mendapat nilai 60 (KKM) dinyatakan telah mencapai ketuntasan

belajar dan secara klasikal 5 dari 7 siswa mendapat nilai 60 atau lebih. Penetapan

indikator pencapaian ini disesuaikan dengan kondisi sekolah, seperti batas

minimal nilai yang dicapai dan ketuntasan belajar bergantung pada guru kelas

yang secara empiris tahu betul keadaan murid-murid di kelasnya (sesuai dengan

KTSP).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 52: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id/Upaya... · Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berhitung penjumlahan 1-10 melalui permainan dengan media gambar pada siswa tunagrahita

37

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Pratindakan

Pembelajaran berhitung penjumlahan 1-10 di kelas dasar III SLB Negeri

Salatiga seperti biasa. Kelas dalam suasana tertib dan tenang ketika jam pelajaran

berhitung penjumlahan 1-10 akan dimulai. Materi berhitung penjumlahan 1-10

pada kondisi awal dikemas oleh guru dengan alokasi waktu 2 x 30 menit. Guru

mengawali pembelajaran dengan mengkondisikan kelas, mengabsen terlebih

dahulu siswa kelas dasar III SLB Negeri Salatiga dan melaksanakan apersepsi

guna menggali pengetahuan awal siswa dalam rangka upaya mengaitkan materi

pembelajaran yang akan disampaikan.

Guru menyampaikan materi pembelajaran dengan metode ceramah yang

merupakan salah satu metode yang biasa digunakan guru. Pembelajaran dimulai

dengan penjelasan tentang berhitung penjumlahan 1-10. Suasana kelas kurang

begitu tenang selama guru menjelaskan materi pembelajaran, karena tidak semua

siswa memperhatikan penjelasan guru. Ada yang memperhatikan penjelasan guru,

tetapi ada juga hanya membuka-buku buku dan ada yang bercanda dengan

temannya.

Waktu yang digunakan untuk menjelaskan materi berhitung penjumlahan

1-10, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai hal-

hal yang belum jelas berkenaan dengan materi berhitung penjumlahan 1-10 yang

telah diberikan. Pada kesempatan itu, hanya ada dua siswa yang mengajukan

pertanyaan mengenai berhitung penjumlahan 1-10. Siswa terkesan masih pasif

seakan-akan hanya menerima begitu saja materi yang dijelaskan oleh guru tanpa

banyak memberikan tanggapan atau komentar.

Kemudian, guru memberikan tugas kepada siswa untuk mengerjakan soal-

soal yang berkaitan dengan berhitung penjumlahan 1-10. Siswa terlihat tidak

segera mengerjakan soal-soal yang diberikan guru. Sebagian besar siswa tampak

membayangkan atau mengingat-ingat materi yang baru saja diterangkan guru

dengan metode ceramah, baru kemudian mereka menjawab apa yang diingat.

37

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 53: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id/Upaya... · Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berhitung penjumlahan 1-10 melalui permainan dengan media gambar pada siswa tunagrahita

38

Selama siswa menjawab soal-soal, guru duduk di kursi guru sambil sesekali

melihat siswa mengerjakan soal. Guru tidak mengontrol atau memberikan

bimbingan kepada siswa.

Kegiatan pembelajaran berhitung penjumlahan 1-10 materi berhitung

penjumlahan 1-10 dilakukan hingga waktu yang dialokasikan berakhir. Guru

menyuruh mengumpulkan hasil jawaban siswa. Pembelajaran diakhiri tanpa

diberikan penguatan atau umpan balik mengenai proses pembelajaran yang telah

dilaksanakan. Guru tidak memberikan motivasi dari hasil pembelajaran yang telah

dilaksanakan.

Berdasarkan gambaran pelaksanaan pembelajaran berhitung penjumlahan

1-10 di kelas dasar III SLB Negeri Salatiga yang telah diamati tersebut, maka

berikut ini dapat disajikan hasil belajar berhitung penjumlahan 1-10 yang terkait

dengan kondisi awal.

Tabel 4.1. Kemampuan Berhitung Penjumlahan 1-10 Siswa Kelas Dasar III SLBNegeri Salatiga pada Kondisi Awal.

No. Urut Nama Subyek Nilai Keterangan *)

1 UA 60 Sudah tuntas

2 IA 40 Belum tuntas

3 GS 60 Sudah tuntas

4 SS 50 Belum tuntas

5 AF 50 Belum tuntas

6 MT 50 Belum tuntas

7 RR 40 Belum tuntas

Jumlah 350

Rata-rata 50,00

Ketuntasan Klasikal 28,58% Belum tuntas

*) Batas tuntas (KKM) = 60Sumber data: Lampiran 8 halaman 77.

Nilai siswa yang disajikan pada tabel di atas menunjukkan bahwa

sebanyak 5 siswa memperoleh nilai di bawah 60. Sedangkan siswa yang

memperoleh nilai 60 hanya 2 siswa. Nilai rata-rata 50,00 dengan tingkat

ketuntasan secara klasikan sebesar 28,58%. Data ini menunjukkan bahwa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 54: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id/Upaya... · Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berhitung penjumlahan 1-10 melalui permainan dengan media gambar pada siswa tunagrahita

39

pembelajaran berhitung penjumlahan 1-10 pada siswa kelas dasar III SLB Negeri

Salatiga belum memenuhi batas tuntas yang ditetapkan. Dengan demikian, pada

kondisi awal ini pembelajaran berhitung penjumlahan 1-10 dapat dikatakan belum

mencapai tujuan yang diharapkan.

Berdasarkan hasil belajar berhitung penjumlahan 1-10 yang masih rendah,

maka sebagai guru berusaha melakukan inovasi pembelajaran agar hasil belajar

berhitung penjumlahan 1-10 dapat ditingkatkan. Inisiatif yang diambil guru kelas

serta didukung oleh kepala sekolah dan dibantu teman guru kolaborasi, dilakukan

inovasi pembelajaran melalui permainan dengan media gambar dengan tujuan

meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa, serta aktivitas guru dalam

melaksanakan pembelajaran berhitung penjumlahan 1-10.

B. Deskripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus

1. Pelaksanaan Tindakan Siklus I

a. Perencanaan

Perencanaan penelitian tindakan kelas pada siklus I meliputi

kegiatan-kegiatan:

1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Dalam rangka implementasi tindakan perbaikan, pembelajaran

berhitung penjumlahan 1-10 siklus I ini dirancang dengan satu kali

pertemuan. Alokasi waktu pertemuan adalah 2 x 30. RPP mencakup

ketentuan: standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, deskripsi

kemampuan awal anak, tujuan pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu,

metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian hasil belajar, dan

sumber belajar. (Lampiran 5 halaman 65).

2) Mempersiapkan Fasilitas dan Sarana Pendukung

Fasilitas yang perlu dipersiapkan untuk pelaksanaan

pembelajaran adalah: (1) Ruang kelas. Ruang kelas yang digunakan

adalah kelas yang biasa digunakan setiap hari. Kelas tidak didesain

secara khusus, untuk pelaksanaan pembelajaran, kursi diatur sedemikian

rupa (membentuk lingkaran) sehingga guru dapat menerapkan permainan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 55: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id/Upaya... · Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berhitung penjumlahan 1-10 melalui permainan dengan media gambar pada siswa tunagrahita

40

media gambar dengan baik; (2) Mempersiapkan gambar sebagai media

pembelajaran sesuai dengan materi pembelajaran.

3) Menyiapkan Lembar Observasi

Lembar observasi digunakan untuk mencatat segala aktivitas

selama pelaksanaan pembelajaran yang berisi daftar isian yang

mencakup kegiatan siswa dan juga kegiatan guru. Lembar pengamatan

yang digunakan untuk siswa meliputi bagaimana aktivitas siswa dalam

pembelajaran yang meliputi: aspek proses, psikomotor, perilaku

berkarakter, keterampilan sosial. Lembar pengamatan yang digunakan

untuk guru meliputi bagaimana guru mengajar, yang meliputi:

menyiapkan RPP, pengkondisian kelas, menyediakan materi dan sumber

belajar, melakukan informasi pendahuluan, melaksanakan permainan

dengan media gambar, menanggapi usulan siswa, membuat kesimpulan,

dan melaksanakan evaluasi.

b. Pelaksanaan Tindakan

1) Pendahuluan (10 menit)

a) Memulai pembelajaran dengan menyapa, berdoa, memberi salam dan

absensi.

b) Mengkomunikasikan tujuan pembelajaran kepada siswa.

2) Kegiatan Inti (40) menit)

a) Eksplorasi

(1) Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang materi pelajaran

penjumlahan 1-10.

(2) Menjelaskan tentang alat/media gambar kartu yang digunakan.

(3) Menjelaskan tentang cara-cara penjumlahan melalui permainan

dengan kartu gambar.

(4) Memberikan kesempatan pada siswa untuk menanyakan hal-hal

yang belum jelas.

(5) Memberi tugas/soal luntuk diajarkan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 56: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id/Upaya... · Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berhitung penjumlahan 1-10 melalui permainan dengan media gambar pada siswa tunagrahita

41

b) Elaborasi

(1) Membiasakan anak menghitung penjumlahan melalui permainan

dengan gambar.

(2) Anak (peserta didik) melakukan kegiatan yang menumbuhkan rasa

kebanggaan dan percaya diri melalukan tugas.

(3) Guru memberi tugas PR.

c) Konfirmasi

(1) Memberikan umpan balik dan penguat terhadap keberhasilan anak.

(2) Memberikan kesempatan kepada anak untuk melakukan refleksi

(siswa yang mengalami kesulitan) dalam bimbingan guru.

(3) Memberikan motivasi untuk selalu belajar di rumah kepada anak

yang kurang/belum berpartisipasi aktif.

(4) Mengkaitkan kegiatan pembelajaran dengan kegiatan sehati-hari.

3) Kegiatan Penutup (10 menit)

a) Guru bersama-sama siswa menyimpulkan hasil pembelajaran yang

telah dilaksanakan.

b) Mengulas kembali tentang penjumlahan yang telah disampaikan.

c) Pemberian tugas PR.

c. Pengamatan

Hasil observasi terhadap pelaksanaan tindakan dapat dideskripsikan

bahwa siswa belum dapat memanfaatkan waktu dengan baik. Hal ini terlihat

pada saat guru memberikan penjelasan melalui permainan media gambar,

tidak semua siswa memperhatikan, masih terdapat siswa yang kurang

memperhatikan pembelajaran dari guru, ada pandangan siswa terpaku pada

media gambar yang akan dimainakn, bahkan masih ada siswa yang kurang

paham terhadap permainan media gambar yang ditunjukkan guru tentang

teknik mempelajari berhitung penjumlahan 1-10. Hal ini terjadi karena

siswa tidak memikirkan betapa terbatasnya alokasi waktu yang tersedia

sehingga mereka kurang bisa memanfaatkan waktu yang baik.

Pada saat melakukan pengamatan, masih terlihat kekurangsiapan

pada diri siswa. Masih ada di antara mereka yang hanya sekedar membawa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 57: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id/Upaya... · Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berhitung penjumlahan 1-10 melalui permainan dengan media gambar pada siswa tunagrahita

42

buku catatan dan alat tulis pada saat guru memberikan pelajaran dengan

permainan media gambar, siswa tanpa banyak melakukan aktivitas. Mereka

tidak memperhatikan apa yang disampaikan guru dalam berhitung

penjumlahan 1-10 melalui permainan media gambar.

Pada saat mendengarkan penjelasan dari guru, siswa belum

melakukannya dengan segera melakukan permainan media gambar yang

praktis sehingga waktu kurang efektif. Siswa juga masih pasif dalam

bertanya, belum banyak memberikan komentar terhadap materi yang

dibahas. Hal ini disebabkan karena siswa belum terbiasa melakukan tanya

jawab dalam diskusi kelas. Siswa belum biasa mengeluarkan pendapat di

hadapan teman-temannya.

Dari hasil diskusi antara kepala sekolah dengan guru kolaborasi,

peran guru untuk membangkitkan semangat siswa masih kurang. Guru

kurang mengarahkan bagaimana siswa dapat memanfaatkan waktu dengan

baik. Selama mendampingi siswa belajar, guru kurang maksimal dalam

menampilkan permainan dengan media gambar, karena guru kelas sudah

sangat terbiasa dengan pembelajaran melalui ceramah, yang segala

sesuatunya banyak mendapatkan intervensi guru.

Tingkat aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran berhitung

penjumlahan 1-10 dari guru kelas berdasarkan hasil observasi pada siklus I

aktivitas siswa masih kurang, terutama pada aspek psikomotor. Aspek

tersebut perlu ditingkatkan pada siklus II, karena aktivitas siswa secara

keseluruhan masih rendah yang dapat mempengaruhi hasil belajar berhitung

penjumlahan 1-10, skor kinerja proses 2 siswa sudah bisa dan 5 siswa belum

bisa, kinerja psikomotor 2 siswa sudah bisa dan 5 siswa belum bisa, kinerja

berkarakter 3 siswa sudah bisa dan 4 siswa belum bisa, dan kinerja

keterampilan sosial 2 siswa sudah bisa dan 5 siswa belum bisa (Lampiran 11

halaman 80).

Berdasarkan hasil pengamatan pada siklus I berhitung penjumlahan

1-10, diperoleh dari pengamatan aktivitas guru masih perlu ditingkatkan,

terutama aktivitas guru dalam menyiapkan RPP, melaksanakan permainan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 58: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id/Upaya... · Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berhitung penjumlahan 1-10 melalui permainan dengan media gambar pada siswa tunagrahita

43

dengan media gambar, menanggapi usulan siswa, dan membuat kesimpulan.

Dari hasil pengamatan beberapa indikator tersebut dalam katagori cukup,

skor aktivitas guru mencapai 70,00% (Lampiran 13 halaman 88)

d. Refleksi

Berdasarkan hasil observasi di atas, dapat diketahui bahwa siswa

belum dapat memanfatkan waktu dengan baik. Untuk menindaklanjutinya,

pembelajaran pada siklus II perlu ditekankan pada siswa pentingnya

pemanfaatan waktu.

Kurang bersemangatnya siswa dalam melakukan kegiatan

pembelajaran berhitung penjumlahan 1-10 dan jarangnya tanya jawab

dilakukan antara siswa dengan siswa dan bertanya pada guru disebabkan

oleh kekurangpahaman siswa akan pentingnya permainan dengan media

gambar untuk berhitung penjumlahan 1-10 sehingga masih terdapat siswa

yang menghadapi kesulitan ketika melakukan berhitung penjumlahan 1-10.

Oleh sebab itu, pada pembelajaran pada siklus II perlu ditekankan kepada

siswa agar lebih mempersiapkan dalam permainan dengan media gambar.

Perlu ditingkatkan keaktifan siswa dalam bertanya kepada guru.

Siswa perlu dibangkitkan semangatnya sehingga pelaksanaan permainan

dengan media gambar yang dilaksanakan guru bermanfaat untuk

menyempurnakan pemahaman terhadap peningkatan berhitung penjumlahan

1-10. Siswa masih perlu dibimbing dan diarahkan karena aktivitas untuk

bertanya masih sangat kurang.

2. Pelaksanaan Tindakan Siklus II

Pembelajaran berhitung penjumlahan 1-10 siswa kelas dasar III SLB

Negeri Salatiga pada siklus II masih ditujukan pada pemahaman siswa

terhadap permainan dengan media gambar. Pelaksanaannya dirancang sebagai

berikut:

a. Perencanaan

Perencanaan penelitian tindakan kelas pada siklus II meliputi

kegiatan-kegiatan:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 59: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id/Upaya... · Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berhitung penjumlahan 1-10 melalui permainan dengan media gambar pada siswa tunagrahita

44

1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Dalam rangka implementasi tindakan perbaikan, pembelajaran

berhitung penjumlahan 1-10 siklus II ini dirancang dengan satu kali

pertemuan. Alokasi waktu pertemuan adalah 2 x 30 menit. RPP

mencakup penentuan: standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator,

deskripsi kemampuan awal anak, tujuan pembelajaran, materi ajar,

alokasi waktu, metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian

hasil belajar, dan sumber belajar. (Lampiran 5 halaman 65).

2) Mempersiapkan Fasilitas dan Sarana Pendukung

Fasilitas yang perlu dipersiapkan untuk pelaksanaan

pembelajaran adalah: (1) Ruang kelas. Ruang kelas yang digunakan

adalah kelas yang biasa digunakan setiap hari. Kelas tidak didesain

secara khusus, untuk pelaksanaan pembelajaran, kursi diatur sedemikian

rupa (membentuk lingkaran) sehingga guru dapat menerapkan media

gambar dengan baik; (2) Mempersiapkan gambar sebagai media

pembelajaran sesuai dengan materi pembelajaran.

3) Menyiapkan Lembar Observasi

Lembar observasi digunakan untuk mencatat segala aktivitas

selama pelaksanaan pembelajaran yang berisi daftar isian yang

mencakup kegiatan siswa dan juga kegiatan guru. Lembar pengamatan

yang digunakan untuk siswa meliputi: aspek proses, psikomotor,

perilaku berkarakter, keterampilan sosial. Lembar pengamatan yang

digunakan untuk guru meliputi bagaimana guru mengajar, yang

meliputi: menyiapkan RPP, pengkondisian kelas, menyediakan materi

dan sumber belajar, melakukan informasi pendahuluan, melaksanakan

permainan dengan media gambar, menanggapi usulan siswa, membuat

kesimpulan, dan melaksanakan evaluasi.

b. Pelaksanaan Tindakan

1) Pendahuluan (10 menit)

a) Memulai pembelajaran dengan menyapa, berdoa, memberi salam dan

absensi.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 60: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id/Upaya... · Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berhitung penjumlahan 1-10 melalui permainan dengan media gambar pada siswa tunagrahita

45

b) Mengkomunikasikan tujuan pembelajaran kepada siswa.

2) Kegiatan Inti (40) menit)

a) Eksplorasi

(1) Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang materi pelajaran

penjumlahan 1-10.

(2) Menjelaskan tentang alat/media gambar kartu yang digunakan.

(3) Menjelaskan tentang cara-cara penjumlahan melalui permainan

dengan kartu gambar.

(4) Memberikan kesempatan pada siswa untuk menanyakan hal-hal

yang belum jelas.

(5) Memberi tugas/soal luntuk diajarkan.

b) Elaborasi

(1) Membiasakan anak menghitung penjumlahan melalui permainan

dengan gambar.

(2) Anak (peserta didik) melakukan kegiatan yang menumbuhkan rasa

kebanggaan dan percaya diri melalukan tugas.

(3) Guru memberi tugas PR.

c) Konfirmasi

(1) Memberikan umpan balik dan penguat terhadap keberhasilan anak.

(2) Memberikan kesempatan kepada anak untuk melakukan refleksi

(siswa yang mengalami kesulitan) dalam bimbingan guru.

(3) Memberikan motivasi untuk selalu belajar di rumah kepada anak

yang kurang/belum berpartisipasi aktif.

(4) Mengkaitkan kegiatan pembelajaran dengan kegiatan sehati-hari.

3) Kegiatan Penutup (10 menit)

a) Guru bersama-sama siswa menyimpulkan hasil pembelajaran yang

telah dilaksanakan.

b) Mengulas kembali tentang penjumlahan yang telah disampaikan.

c) Pemberian tugas PR.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 61: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id/Upaya... · Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berhitung penjumlahan 1-10 melalui permainan dengan media gambar pada siswa tunagrahita

46

c. Pengamatan

Hasil observasi terhadap pelaksanaan tindakan dapat dideskripsikan

bahwa siswa sudah dapat memanfaatkan waktu dengan baik. Hal ini terlihat

pada saat guru memberikan penjelasan melalui permainan media gambar,

Hampir semua siswa memperhatikan, seluruh siswa memperhatikan

pembelajaran dari guru, pandangan berpokus pada permainan dengan

media gambar, hampir seluruh siswa paham terhadap permainan media

gambar yang ditunjukkan guru tentang teknik mempelajari berhitung

penjumlahan 1-10. Hal ini terjadi karena siswa sudah dapat memikirkan

betapa terbatasnya alokasi waktu yang tersedia sehingga mereka sudah

dapat memanfaatkan waktu yang baik.

Pada saat melakukan pengamatan, siswa sudah terlihat

mempersiapkan diri lebih awal, mempersiapkan buku catatan dan alat tulis

pada saat guru memberikan pelajaran dengan permainan media gambar,

seluruh siswa melakukan aktivitas sesuai perintah guru. Mereka

memperhatikan apa yang disampaikan guru dalam berhitung penjumlahan

1-10 melalui permainan media gambar.

Pada saat mendengarkan penjelasan dari guru, siswa dapat

melakukannya dengan segera melakukan permainan media gambar yang

praktis sehingga waktu sangat efektif. Siswa aktif dalam bertanya, banyak

memberikan komentar terhadap materi yang dibahas. Hal ini disebabkan

karena siswa sudah mulai terbiasa melakukan tanya jawab dalam diskusi

kelas. Siswa sudah mulai terbiasa mengeluarkan pendapat di hadapan

teman-temannya.

Dari hasil diskusi antara kepala sekolah dengan guru kolaborasi,

peran guru untuk membangkitkan semangat siswa sudah baik. Guru dapat

mengarahkan bagaimana siswa dapat memanfaatkan waktu dengan baik.

Selama mendampingi siswa belajar, guru sudah maksimal dalam

menampilkan permainan dengan media gambar, karena guru kelas sudah

dapat memahami permainan dengan media gambar dan dapat

mengilustrasikan permainan media gambar yang dirancang guru.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 62: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id/Upaya... · Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berhitung penjumlahan 1-10 melalui permainan dengan media gambar pada siswa tunagrahita

47

Tingkat aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran berhitung

penjumlahan 1-10 dari guru kelas berdasarkan hasil observasi pada siklus II

skor kinerja proses 5 siswa sudah bisa dan 2 siswa belum bisa, kinerja

psikomotor 5 siswa sudah bisa dan 2 siswa belum bisa, kinerja berkarakter

5 siswa sudah bisa dan 2 siswa belum bisa, dan kinerja keterampilan sosial

5 siswa sudah bisa dan 2 siswa belum bisa (Lampiran 12 halaman 84).

Berdasarkan hasil pengamatan pada siklus II berhitung penjumlahan

1-10, diperoleh dari pengamatan aktivitas guru dalam pembelajaran melalui

permainan dengan media gambar dalam kategori baik dan sangat baik, skor

aktivitas guru mencapai 90,00% (Lampiran 14 halaman 89).

d. Refleksi

Berdasarkan hasil observasi di atas, dapat diketahui bahwa siswa

telah memanfatkan waktu dengan lebih baik daripada siklus II. Semangat

siswa meningkat dalam melakukan kegiatan berhitung penjumlahan 1-10,

dan siswa semakin memberanikan bertanya pada guru, siswa semakin

paham akan pentingnya bertanya kepada guru yang berkaitan pelaksanaan

permainan dengan media gambar.

Guru memberikan motivasi kepada siswa akan perlunya

peningkatan keaktifan siswa dalam mengajukan pertanyaan terhadap

permasalahan yang belum jelas. Siswa perlu memiliki semangatnya

sehingga dalam permainan dengan media gambar bermanfaat untuk

menyempurnakan pemahaman terhadap materi belajar berhitung

penjumlahan 1-10.

C. Perbandingan Hasil Tindakan Antarsiklus

1. Hasil Tindakan pada Siklus I

Kemampuan berhitung penjumlahan 1-10 melalui permainan dengan

media gambar pada siswa kelas dasar III SLB Negeri Salatigha pada Siklus I

disajikan dalam tabel berikut:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 63: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id/Upaya... · Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berhitung penjumlahan 1-10 melalui permainan dengan media gambar pada siswa tunagrahita

48

Tabel 4.2. Kemampuan Berhitung Penjumlahan 1-10 Siswa Kelas Dasar IIISLB Negeri Salatiga pada Siklus I.

No. Urut Nama Subyek Nilai Keterangan*)

1 UA 60 Sudah tuntas

2 IA 50 Belum tuntas

3 GS 70 Sudah tuntas

4 SS 50 Belum tuntas

5 AF 60 Sudah tuntas

6 MT 60 Sudah tuntas

7 RR 50 Belum tuntas

Jumlah 400Rata-rata 57,14

Ketuntasan Klasikal 57,14% Belum tuntas

*) Batas tuntas (KKM) = 60Sumber data: Lampiran 9 halaman 78.

Berdasarkan hasil observasi pada siklu I, diketahui bahwa siswa belum

dapat memanfatkan waktu dengan baik dalam berhitung penjumlahan 1-10

melalui permainan dengan media gambar. Untuk menindaklanjutinya,

pembelajaran pada siklus II perlu ditekankan pada siswa pentingnya

memahami permainan dengan media gambar.

Kurang bersemangatnya siswa dalam melakukan kegiatan

pembelajaran meningkatkan kemampuan berhitung penjumlahan 1-10 dan

jarangnya tanya jawab dilakukan antara siswa dengan siswa dan bertanya pada

guru disebabkan oleh kekurangpahaman siswa akan pentingnya permainan

dengan media gambar, masih terdapat siswa yang menghadapi kesulitan

ketika akan melakukan permainan dengan media gambar. Perlu ditingkatkan

keaktifan siswa dalam bertanya kepada guru. Siswa perlu dibangkitkan

semangatnya sehingga penerapan permainan dengan media gambar yang

dilaksanakan guru bermanfaat untuk menyempurnakan pemahaman terhadap

peningkatan kemampuan berhitung penjumlahan 1-10.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 64: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id/Upaya... · Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berhitung penjumlahan 1-10 melalui permainan dengan media gambar pada siswa tunagrahita

49

2. Hasil Tindakan pada Siklus II

Materi meningkatkan kemampuan berhitung penjumlahan 1-10 pada

siklus II masih ditujukan pada pemahaman siswa terhadap permainan dengan

media gambar. Hasil belajar kemampuan berhitung penjumlahan 1-10 melalui

permainan dengan media gamb ar pada Siklus II disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 4.3. Kemampuan Berhitung Penjumlahan 1-10 Siswa Kelas Dasar IIISLB Negeri Salatiga pada Siklus II.

No. Urut Nama Subyek Nilai Keterangan*)

1 UA 70 Sudah tuntas

2 IA 60 Sudah tuntas

3 GS 70 Sudah tuntas

4 SS 60 Sudah tuntas

5 AF 70 Sudah tuntas

6 MT 70 Sudah tuntas

7 RR 60 Sudah tuntas

Jumlah 460

Rata-rata 65,71

Ketuntasan Klasikal 100 % Sudah tuntas

*) Batas tuntas (KKM) = 60Sumber data: Lampiran 10 halaman 79.

Berdasarkan hasil observasi, dapat diketahui bahwa siswa telah

memanfatkan waktu dengan lebih baik daripada siklus I. Guru terus menerus

menekankan pada siswa akan pentingnya menghargai waktu dalam

pembelajaran matematika materi meningkatkan kemampuan berhitung

penjumlahan 1-10.

Semangat siswa meningkat dalam melakukan kegiatan berhitung

penjumlahan 1-10, siswa paham akan pentingnya bertanya kepada guru yang

berkaitan dengan permainan dengan media gambar yang dimainkan dan

dilihatnya sehingga kesulitan yang dihadapi siswa ketika akan berhitung

penjumlahan dapat teratasi. Pada pembelajaran berikutnya guru lebih

menekankan kepada siswa untuk lebih mempersiapkan diri sebelum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 65: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id/Upaya... · Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berhitung penjumlahan 1-10 melalui permainan dengan media gambar pada siswa tunagrahita

50

melakukan kegiatan berhitung penjumlahan 1-10 dengan memanfaatkan

permainan dengan media gambar yang telah dipersiapkan guru.

Guru memberikan motivasi kepada siswa akan perlunya peningkatan

keaktifan siswa dalam mengajukan pertanyaan terhadap permasalahan yang

belum jelas. Siswa perlu memiliki semangat untuk menyempurnakan

pemahaman terhadap materi belajar matematika. Siswa terus dibimbing guru

dan diarahkan untuk meningkatkan aktivitas belajar, untuk terus bertanya

kepada guru terhadap materi yang kurang jelas terhadap permainan dengan

media gambar yang berkaitan dengan peningkatan kemampuan berhitung

penjumlahan 1-10.

Berdasarkan data awal kemampuan berhitung penjumlahan 1-10,

diketahui nilai rata-rata sebesar 50,00 sebanyak 5 siswa memperoleh nilai di

bawah 60 dan hanya 2 siswa yang mendapat nilai 60. Berdasarkan data

tersebut, sebagian besar siswa belum mencapai batas tuntas yang ditetapkan.

Demikian pula, secara klasikal belum mencapai ketuntasan.

Berdasarkan hasil tes pada siklus I, diketahui rata-rata kemampuan

berhitung penjumlahan 1-10 sebesar 57,14, sebanyak 4 siswa mendapat nilai

60,00 atau lebih (tuntas belajarnya) dan 3 siswa yang belum tuntas, karena

nilainya masih di bawah 60,00. Ketuntasan secara klasikal telah mencapai

57,14%. Berdasarkan data tersebut, secara klasikal belum mencapai

ketuntasan belajar.

Berdasarkan hasil tes pada siklus II, diketahui rata-rata kemampuan

berhitung penjumlahan 1-10 sebesar 65,71, seluruh siswa mendapat nilai

60,00 atau lebih (tuntas belajarnya). Ketuntasan klasikal mencapai 100,00%.

Berdasarkan data tersebut, secara klasikal telah mencapai ketuntasan belajar.

Berdasarkan hasil observasi, dengan upaya-upaya perbaikan yang

dilakukan pada pembelajaran berhitung penjumlahan 1-10 melalui permainan

dengan media gambar, hasil yang dicapai siswa mengalami peningkatan.

Peningkatan tersebut dapat dilihat dari naiknya persentase hasil tes yang

diperoleh siswa. Untuk lebih jelasnya mengenai peningkatan hasil belajar

dapat dilihat pada tabel berikut.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 66: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id/Upaya... · Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berhitung penjumlahan 1-10 melalui permainan dengan media gambar pada siswa tunagrahita

51

Tabel 4.4. Kemampuan Berhitung Penjumlahan 1-10 Setiap Siklus MelaluiPermainan dengan Media Gambar.

No. Nama Siswa Nilai Awal Siklus I Siklus II

1 UA 60 60 70

2 IA 40 50 60

3 GS 60 70 70

4 SS 50 50 60

5 AF 50 60 70

6 MT 50 60 707 RR 40 50 60

JUMLAH 350 400 460RATA-RATA 50,00 57,14 65,71

KETUNTASAN BELAJAR 28,58 % 57,14 % 100 %

Dari hasil nilai rata-rata secara individu dari setiap siklus dapat dibuat

tabel perbandingan sebagai berikut:

30

40

50

60

70

80

UA IA GS SS AF MT RR

Nilai Awal Siklus I Siklus II

Grafik 4.1. Peningkatan Kemampuan Berhitung penjumlahan 1-10Melalui Permainan dengan media gambar.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 67: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id/Upaya... · Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berhitung penjumlahan 1-10 melalui permainan dengan media gambar pada siswa tunagrahita

52

Berdasarkan nilai rata-rata kemampuan berhitung penjumlahan 1-10

siswa tunagrahita kelas dasar III SLB Negeri Salatiga secara klasikal dari

setiap siklus dapat dibuat tabel perbandingan sebagai berikut:

Tabel 4.5. Peningkatan Kemampuan Berhitung Penjumlahan 1-10 SetiapSiklus

S i k l u s Nilai Rata-rata Peningkatan

Tes Awal 50,00 -

Siklus I 57,14 7,14

Siklus II 65,71 8,57

Berdasarkan peningkatan kemampuan berhitung penjumlahan 1-10

siswa tunagrahita kelas III SLB Negeri Salatiga melalui penerapan permainan

dengan media gambar secara klasikal dapat digambarkan dalam bentuk grafik

sebagai berikut:

303540455055606570

Kemampuan Berhitung Penjumlahan 1-10

Nilai Awal Siklus I Siklus II

Grafik 4.2. Peningkatan Kemampuan Berhitung Penjumlahan 1-10Setiap Siklus

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 68: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id/Upaya... · Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berhitung penjumlahan 1-10 melalui permainan dengan media gambar pada siswa tunagrahita

53

Hasil penilaian melalui tes menunjukkan bahwa rata-rata nilai

kemampuan berhitung penjumlahan 1-10 telah mencapai 65,71 dari 7 siswa

seluruhnya mendapat nilai 60,00 atau lebih. Ketuntasan secara klasikal sebesar

100% siswa mendapat nilai 60,00 ke atas yang dapat diasumsikan indikator

kinerja secara klasikal telah mencapai batas tuntas.

D. Pembahasan

Berdasarkan data awal nilai berhitung penjumlahan 1-10, rata-rata kelas

belum mencapai batas tuntas yang ditetapkan. Demikian pula, secara klasikal

belum mencapai ketuntasan belajar. Berdasarkan hasil tes pada siklus I,

kemampuan berhitung penjumlahan 1-10 telah mengalami meningkatan tetapi

secara klasikal belum mencapai ketuntasan belajar.

Berdasarkan hasil observasi, dengan upaya-upaya perbaikan yang

dilakukan pada pembelajaran berhitung penjumlahan 1-10 melalui permainan

media gambar, hasil yang dicapai siswa mengalami peningkatan. Peningkatan

tersebut dapat dilihat dari naiknya persentase hasil tes yang diperoleh siswa. Dari

hasil nilai rata-rata kemampuan berhitung penjumlahan 1-10 siswa tunagrahita

kelas dasar III SLB Negeri Salatiga secara klasikal dari setiap siklus.

Hasil penelitian ini bila dikaitkan dengan teori masih relevan, karena

gambar merupakan salah satu media pembelajaran yang amat dikenal di dalam

setiap kegiatan pembelajaran. Pembelajaran dengan menerapkan media gambar

dapat meningkatkan penalaran, karena melalui gambar siswa dapat ditunjukkan

sesuatu yang jauh dari jangkauan pengalaman siswa, selain itu juga dapat

memberikan gambaran tentang peristiwa yang telah berlalu maupun gambaran

masa yang akan datang. Melalui gambar, guru dapat menerjemahkan ide-ide

abstrak dalam bentuk yang lebih konkrit untuk siswa SLB tunagrahita.

Di samping kelebihan dari media gambar untuk meningkatkan kemampuan

berhitung, media gambar memiliki beberapa manfaat, sebagaimana yang

dikemukakan oleh Sri Anitah (2010: 9) antara lain sebagai berikut: 1)

Menimbulkan daya tarik bagi pembelajar. Gambar dengan berbagai warna akan

lebih menarik dan membangkitkan minat serta perhatian pembelajar; 2)

Mempermudah pengertian pembelajar. Suatu penjelasan yang sifatnya abstrak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 69: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id/Upaya... · Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berhitung penjumlahan 1-10 melalui permainan dengan media gambar pada siswa tunagrahita

54

dapat dibantu dengan gambar sehingga pembelajar lebih mudah memahami apa

yang dimaksud; 3) Memperjelas bagian-bagian yang penting. Melalui gambar,

dapat diperbesar bagian-bagian yang penting atau yang kecil sehingga dapat

diamati lebih jelas; dan 4) Menyingkat suatu uraian panjang. Uraian tersebut

mungkin dapat ditunjukkan dengan sebuah gambar saja.

Manfaat media gambar bagi anak tunagrahita dengan garis sederhana

dapat lebih efektif sebagai penyampaian informasi ketimbang gambar dengan

bayangan, ataupun gambar fotografi yang sebenarnya. Gambar dengan berbagai

warna akan lebih menarik dan membangkitkan minat dan perhatian anak,

mempermudah pengertian anak. Suatu penjelasan yang abstrak akan lebih mudah

dipahami bila dibantu gambar, memperjelas bagian-bagian yang penting, dan

menyingkat suatu uraian.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui permainan

media gambar dapat meningkatkan kemampuan berhitung penjumlahan 1-10

siswa tunagrahita kelas dasar III SLB Negeri Salatiga, media gambar dapat

dijadikan prediktor yang baik terhadap peningkatan kemampuan berhitung

penjumlahan 1-10.

Di samping memiliki kelebihan, media gambar juga memiliki kelemahan,

yaitu: kadang-kadang terlampau kecil untuk ditunjukkan di kelas yang besar, tidak

dapat menunjukan gerak, dan siswa tidak selalu mengetahui bagaimana membaca

(menginterpretasi) gambar. Untuk mengatasinya ialah gambar dibuat tidak terlalu

kecil, gambar dibuat berwarna untuk mencari perhatian siswa, dan siswa

dikondisikan posisi tempat duduk melingkar, gambar yang tidak dapat

menunjukkan gerak, guru harus kreatif menerangkan maksud dari gambar dan

membimbing siswa yang kurang paham terhadap maksud gambar.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 70: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id/Upaya... · Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berhitung penjumlahan 1-10 melalui permainan dengan media gambar pada siswa tunagrahita

55

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa permainan dengan

media gambar dapat meningkatkan kemampuan berhitung penjumlahan 1-10

dalam pembelajaran matematika pada siswa tunagrahita kelas dasar III SLB

Negeri Salatiga tahun pelajaran 2011/2012.

Hasil penelitian yang telah dikemukakan pada bab IV dapat diketahui

bahwa data kemampuan berhitung penjumlahan 1-10 pada kondisi awal nilai rata-

rata kelas 50,00 ketuntasan klasikal 28,57%, pada siklus I kemampuan berhitung

penjumlahan 1-10 melalui permainan dengan media gambar nilai rata-rata kelas

57,14, ketuntasan klasikal 57,14%, pada siklus II kemampuan berhitung

penjumlahan 1-10 melalui permainan dengan media gambar nilai rata-rata kelas

65,71 ketuntasan klasikal 100%, seluruh siswa mendapat nilai 60,00 ke atas yang

diasumsikan secara klasikal seluruh siswa telah menuntaskan belajarnya.

B. Implikasi

Berdasarkan hasil penelitian ternyata bahwa permainan media gambar

dapat meningkatkan kemampuan berhitung penjumlahan 1-10 dalam

pembelajaran matematika siswa tunagrahita kelas dasar III SLB Negeri Salatiga

tahun pelajaran 2011/2012. Dengan demikian penelitian tindakan kelas ini

semakin baik, berkelanjutan dan berkesinambungan penerapannya guna

membantu guru dalam menghadapi permasalahannya kemampuan siswa dalam

berhitung penjumlahan 1-10 dalam pembelajaran matematika.

Model pembelajaran ini digunakan oleh guru terutama dalam menghadapi

masalah atau mengatasi masalah peningkatan kemampuan berhitung penjumlahan.

Dalam permainan media gambar bagi siswa tunagrahita ada kendala yaitu karena

terbatasnya yang ada pada anak tunagrahita. Oleh sebab itu guru hendaknya

kreatif dan aktif sehingga dapat menumbuhkan motivasi dan simpati/rasa senang

55

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 71: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id/Upaya... · Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berhitung penjumlahan 1-10 melalui permainan dengan media gambar pada siswa tunagrahita

56

kepada siswa dalam mengikuti permainan dengan media gambar. Pada akhirnya

kemampuan berhitung penjumlahan 1-10 siswa tunagrahita kelas dasar III menjadi

optimal sesuai dengan batas ketuntasan belajar baik secara individual maupun

secara klasikal.

C. Saran

Berdasarkan simpulan hasil penelitian ini, penulis memberikan saran-saran

sebagai berikut:

1. Siswa

a. Untuk siswa yang belum optimal berhitung penjumlahan 1-10 perlu

ditingkatkan pembelajarannya melalui permainan media gambar.

b. Untuk siswa yang sudah optimal berhitung penjumlahan 1-10 perlu

dipertahankan.

c. Permainan dengan media gambar dapat dilanjutkan untuk semester

berikutnya, untuk materi yang lain, sehingga permainan media gambar

efektif bagi siswa tunagrahita kelas dasar.

2. Peneliti lain.

Hendaknya/diharapkan peneliti lain dapat menggunakan hasil penelitian ini

sebagai salah satu wacana untuk mengadakan penelitian lanjutan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user