unud · 2017. 6. 6. · (meninggal dunia, terkendala biaya atau tanggungan). 3. hasil dan...

8
1

Upload: others

Post on 28-Jul-2021

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: UNUD · 2017. 6. 6. · (meninggal dunia, terkendala biaya atau tanggungan). 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 HASIL Dalam penelitian ini didapatkan 6 pasien kanker serviks di RSUP Sanglah

1

Page 2: UNUD · 2017. 6. 6. · (meninggal dunia, terkendala biaya atau tanggungan). 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 HASIL Dalam penelitian ini didapatkan 6 pasien kanker serviks di RSUP Sanglah

2

Page 3: UNUD · 2017. 6. 6. · (meninggal dunia, terkendala biaya atau tanggungan). 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 HASIL Dalam penelitian ini didapatkan 6 pasien kanker serviks di RSUP Sanglah

3

Page 4: UNUD · 2017. 6. 6. · (meninggal dunia, terkendala biaya atau tanggungan). 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 HASIL Dalam penelitian ini didapatkan 6 pasien kanker serviks di RSUP Sanglah

4

Page 5: UNUD · 2017. 6. 6. · (meninggal dunia, terkendala biaya atau tanggungan). 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 HASIL Dalam penelitian ini didapatkan 6 pasien kanker serviks di RSUP Sanglah

5

EVALUASI NILAI SERUM KREATININ DAN BUN PASIEN KANKER SERVIKS SEL SKUAMOSA YANG MENERIMA KEMOTERAPI BLEOMISIN, ONCOVIN®, MITOMISIN,

DAN SISPLATIN

Noviyani, R.1,Wicaksana, I G.R.1, Suwiyoga, K.2, Budiana, I N.G2, Nyandra Md3, Tunas Kt3.

1Jurusan Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan, Universitas Udayana, Jalan Kampus Bukit, Jimbaran, Bali, 80362, Telp: 0361-703837, email : [email protected]

2Prodi Obstetri dan Ginekologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana, Jalan Sudirman, Denpasar, Bali, 80232

3.Prodi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Kesehatan, Sains, dan Teknologi, Universitas Dhyana Pura, Jalan Raya Padang Luwih, Tegaljaya, Kuta Utara, Bali, 80361

Abstract

Bleomycin, Oncovin®, Mitomycin, and Cisplatin (BOMP) chemotherapy is one of the management of cervical cancer therapy. Chemotherapy can provide some toxicity, renal toxicity from chemotherapy can be assessed using the value of creatinine and BUN. In a prospective cross sectional study was obtained 6 cervical cancer patients who met the inclusion criteria. Examination of creatinine and BUN performed before first chemotherapy and after third series of chemotherapy. Sampling method using consecutive sampling. Data were analyzed using paired test with 95% confidence intervals.Based on statistical analysis known serum creatinine and BUN values obtained p < 0.05. Creatinine and BUN values showed a significant difference between the before the first chemotherapy to after third chemotherapy.Based on these results, the practitioners may consider before doing chemotherapy especially for patients with renal dysfunction byroutinemonitoringfor the renal functionindicators; BUN and creatinine. Key words: Chemotherapy, Cervical Cancer, BUN,Creatinine,BOMP. 1. PENDAHULUAN

Kanker serviks merupakan kasus kanker kedua terbanyak yang ditemukan pada wanita di dunia setelah kanker payudara.Pada tahun 2008, terdapat sekitar 529.800 kasus baru kanker serviks dan sekitar 275.100 kematian akibat kanker serviks di dunia (Jemal et al. 2011:69). Dari semua kasus kanker serviks yang terjadi di dunia, sejumlah 80% diantaranya merupakan kanker serviks tipe sel skuamosa yang merupakan kanker invasif dari epitel skuamosa (Aziz dan Abdul, 2006:85). Pengobatan untuk kanker serviks dapat dilakukan dengan radioterapi dan kemoterapi (Saonere, 2010:314).Beberapa agen kemoterapi yang sering digunakan untuk terapi kanker serviks antara lain cisplatin, paklitaksel, karboplatin dan kombinasi bleomisin, Oncovin®, mitomisin, dan sisplatin (BOMP)(Komite Medik, 2004).

Sejumlah 15 dari 19 pasien kanker serviks dievaluasi menunjukkan respon terhadap kemoterapi BOMP, termasuk 6 pasien dengan respon komplit (Shimizu, et al.1991).Selain memberikan efektivitas, kemoterapi juga dapat menimbulkan berbagai efek samping dan komplikasi (Aziz dan Abdul, 2006:85).Gangguan fungsi ginjal merupakan efek samping yang umum terjadi pada pasien yang diberikan kemoterapi BOMP (Sweetman, 2009:689).

Apabila efek toksik pada ginjal tidak tertangani, maka akan menimbulkan terjadinya kerusakan ginjal yang permanen. Efek toksik yang dihasilkan dari masing-masing agen sitotoksik yang digunakan untuk kemoterapi pada pasien kanker serviks sangat penting diketahui oleh praktisi kesehatan terutama dalam mempertimbangkan resiko terapi sehingga efek samping yang ditimbulkan dapat diminimalisir (Komite Medik, 2004). Peningkatan kadar serum kreatinin dan Blood Urea Nitrogen (BUN) pada pasien dapat digunakan untuk menilai derajat efek samping gangguan fungsi ginjal (Duong dan Yew-Loh, 2006:226).

Denpasar – Bali, 18-19 September 2014 | 285

Page 6: UNUD · 2017. 6. 6. · (meninggal dunia, terkendala biaya atau tanggungan). 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 HASIL Dalam penelitian ini didapatkan 6 pasien kanker serviks di RSUP Sanglah

6

2. BAHAN DAN METODE

Penelitian ini merupakancross sectional prospective yang dilakukan pada periode Februari- November 2013.Pemeriksaan dilakukan di laboratorium klinik RSUP Sanglah Denpasar. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data laboratorium dan rekam medis pasien kanker serviks yang menjalani rawat inap di RSUP Sanglah Denpasar. Sampel penelitian adalah pasien kanker serviks yang menjalani rawat inap di RSUP Sanglah Denpasar pada periode Februari - November 2013 yang dipilih berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. Berikut ini adalah kriteria inklusi dan eksklusinya. Kriteria inklusi: 1. Bersedia ikut serta dalam penelitian (menyetujui informed consent) 2. Pasien kanker serviks stadium IIB-IIIB 3. Pasien baru pertama kali menjalani kemoterapi 4. Memenuhi persyaratan untuk menjalani kemoterapi (kondisi umum dan

pemeriksaan laboratorium) Kriteria eksklusi yaitu pasien tidak melanjutkan kemoterapi hingga seri ketiga (meninggal dunia, terkendala biaya atau tanggungan). 3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 HASIL

Dalam penelitian ini didapatkan 6 pasien kanker serviks di RSUP Sanglah yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak memenuhi kriteria eksklusi yang telah ditetapkan.Analisa statistik Paired Test digunakan untuk menganalisa perbedaan fungsi ginjal (serum kreatinin dan BUN) sebelum dengan sesudah kemoterapi. Dari 6 pasien tersebut diperoleh hasil sebagai berikut: Perbedaan Nilai Indikator Fungsi Ginjal Sebelum dan Sesudah Kemoterapi 1. Perbedaan Nilai Serum Kreatinin Analisa yang digunakan untuk menentukan perbedaan nilai serum kreatinin sebelum kemoterapi pertama dengan sesudah kemoterapi ketiga adalah uji Paired Test. Setelah dilakukan analisa menggunakan uji Paired Test, terlihat bahwa terdapat peningkatan yang bermakna antara nilai serum kreatinin sebelum kemoterapi pertama dan sesudah kemoterapi ketiga (p < 0,05) (Tabel 1). Hasil Paired Test Data Serum Kreatinin Sebelum dan Sesudah 3 Seri Kemoterapi dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 1. Tabel Hasil Paired Test Data Serum Kreatinin Sebelum dan Sesudah 3 Seri Kemoterapi

n

SCr p Median

(mg/dL) Minimum (mg/dL)

Maksimum (mg/dL)

Sebelum kemoterapi 6 0,59 0,55 0,70 0,027 Sesudah Kemoterapi 6 0,75 0,70 2,85

Keterangan: n : jumlah sampel p : nilai signifikansi p< 0,05 : terdapat perbedaan bermakna SCr : Serum Creatinine 286| Denpasar-Bali, 18-19 September 2014

Page 7: UNUD · 2017. 6. 6. · (meninggal dunia, terkendala biaya atau tanggungan). 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 HASIL Dalam penelitian ini didapatkan 6 pasien kanker serviks di RSUP Sanglah

7

2. Perbedaan Nilai BUN Analisa yang digunakan untuk menentukan perbedaan nilai BUN sebelum kemoterapi pertama dengan sesudah kemoterapi ketiga adalah uji Paired Test. Didapatkan p < 0,05 artinya nilai BUN sebelum kemoterapi pertama dengan sesudah kemoterapi ketiga menunjukkan peningkatan yang bermakna (Tabel 2). Hasil Paired Test Data BUN Sebelum dan Sesudah 3 Seri Kemoterapi dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 2. Tabel Hasil Paired Test Data BUN Sebelum dan Sesudah 3 Seri Kemoterapi

n BUN p Rerata (mg/dL) sb Sebelum kemoterapi 6 7,05 0,97

0,04 Sesudah Kemoterapi 6 13,54 2,74 Keterangan: n : jumlah sampel p : nilai signifikansi p< 0,05 : terdapat perbedaan bermakna sb : simpangan baku BUN : Blood Urea Nitrogen 3.2 PEMBAHASAN Terdapat peningkatan yang bermakna antara nilai serum kreatinin sebelum kemoterapi pertama dan sesudah kemoterapi ketiga (p < 0,05), meskipun demikian nilai serum kreatinin pasien masih berkisar pada rentang normal yaitu 0,6-1,3 mg/dL (Kemenkes RI, 2011:53) demikian juga terjadi peningkatan yang bermakna pada kadar BUN pasien, namun meskipun demikian nilai BUN pasien masih berkisar pada rentang normal yaitu 6 − 20 mg/dL (Duong dan Yew-Loh, 2006:226), sehingga kemoterapi tersebut dapat dilanjutkan pada pasien. Efek samping dari obat kemoterapi terhadap ginjal secara seluler tidak dapat dinilai, namun data serum kreatinin dan BUN yang diperoleh menunjukkan bahwa ginjal dari keenam pasien sampel penelitian ini secara fungsional masih bekerja dengan baik.Seorang pasien dilaporkan mengalami gangguan ginjal akut grade 3 karena terjadi peningkatan nilai serum kreatinin>3 kali nilai awal setelah menjalani kemoterapi seri ketiga. Hal ini dapat disebabkan karena pemberian mitomisin dan sisplatin. Efek samping pada ginjal dapat terjadi karena penggunaan mitomisin, kerusakan pada ginjal tampak jelas selama 2 minggu setelah penggunaan sisplatin (Sweetmen, 2009:700).Selain itu, terjadi peningkatan stadium kanker menjadi IIIB yang merupakan penyebab terjadinya gangguan ginjal.Kanker serviks stadium IIIB ditandai dengan adanya hidronefrosis atau gangguan ginjal (HOGI, 2011:21). Kondisi klinis pasien tidak memungkinkan untuk melanjutkan kemoterapi karena terjadi gangguan ginjal akut grade 3.Terapi pengganti untuk pasien adalah radiasi eksternal setelah penanganan gagal ginjal akut. Evaluasi terhadap nilai serum kreatinin dan BUN membantu dalam pemantauan efek samping gangguan ginjal akibat kemoterapi BOMP.Sejumlah 5 dari 6 pasien pada penelitian ini menunjukkan nilai serum kreatinin yang stabil pada rentang normal meskipun secara statistik terjadi peningkatan yang bermakna sesudah 3 seri kemoterapi BOMP.Pemantauan terhadap nilai serum kreatinin dan BUN secara rutin pada kemoterapi seri selanjutnya sebaiknya tetap dilanjutkan.Pemeriksaan nilai serum kreatinin dan BUN secara rutin diharapkan dapat menurunkan tingkat kejadian yang tidak diinginkan seperti gangguan ginjal akut sehingga menjamin keamanan pasien dari efek samping yang dapat memperburuk kualitas hidup pasien dalam tatalaksana terapi pada kasus kanker serviks. Dalam evaluasi kemoterapi, praktisi kesehatan dapat menggunakan data penelitian ini menjadi pertimbangan dalam memberikan kemoterapi BOMP khususnya bagi pasien yang mengalami gangguan ginjal, dengan memantau rutin kadar BUN dan Serum Kreatinin pasien. Peranan seorang farmasis diperlukan dalam upaya meminimalisir efek yang tidak diinginkan

Denpasar – Bali, 18-19 September 2014 | 287

Page 8: UNUD · 2017. 6. 6. · (meninggal dunia, terkendala biaya atau tanggungan). 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 HASIL Dalam penelitian ini didapatkan 6 pasien kanker serviks di RSUP Sanglah

8

dengan memonitoring efek samping kemoterapi, bersama dokter memilih obat dan menetapkan dosis yang selektif, mengendalikan terjadinya polifarmasi, serta mencegah dehidrasi yang merupakan salah satu penyebab terjadinya penurunan fungsi ginjal pasien yang menerima obat sitostatika. KESIMPULAN

Terdapat peningkatan yang bermakna antara nilai serum kreatinin dan BUN sebelum kemoterapi pertama dengan sesudah kemoterapi BOMP seri ketiga pada penderita kanker serviks tipe sel skuamosa.

UCAPAN TERIMAKASIH

Penulis mengucapkan terimakasih kepada segenap keluarga besar poli kebidanan RSUP Sanglah Denpasar atas bantuan dan kerjasamanya. DAFTAR PUSTAKA

Aziz, F.M, Andrijono, dan Abdul, B.S. (2006) Buku Acuan Nasional Onkologi Ginekologi. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo: Jakarta. pp. 85.

Duong, D.C. dan J. Yew-Loh. (2006) Laboratory Monitoring in Oncology. J Oncol Pharm Practice 12. pp. 223-236.

HOGI (Himpunan Onkologi Ginekologi Indonesia). (2011) Pedoman Pelayanan Medik Kanker Ginekologi. Edisi Ke-2. Jakarta: Badan Penerbit FKUI. pp. 20-22)

Jemal, A., F. Bray, M.M. Center, J. Ferlay, E. Ward, dan D. Forman. (2011) Global Cancer Statistics. CA Cancer J Clin. Vol:61. pp.69-90.

Kemenkes RI (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia). (2011) Pedoman Interpretasi Data Klinik. Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. pp. 52-56.

Komite Medik. (2004) Protap Kemoterapi Kanker Serviks. Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah, Denpasar.

Saonere, J.A. (2010) Awareness screening programme reduces the risk of cervical cancer in women. African Journal of Pharmacy and Pharmacology, 4(6),pp. 314-323.

Shimizu, Y., K. Nakayama, Y. Seimiya, Y. Yamakawa, S. Koi, K. Yokosuka, H. Teshima, J.T. Chen, I. Fujimoto, dan K. Yamauchi. (1991) Treatment of advanced or recurrent cervical cancer by a new BOMP regimen consisting of bleomycin, vincristine, mitomycin-C, and low-dose consecutive cisplatin. Departemen of Gynecology, Cancer Institute Hospital Tokyo.

Sweetman, S. C. (2009) Martindale: The Complete Drug Reference. Thirty-sixth Edition. London: Pharmaceutical Press. pp. 687-787.

288| Denpasar-Bali, 18-19 September 2014