universitas indonesia evaluasi kebijakan...

143
UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI KEBIJAKAN PENGGUNAAN FREE/OPEN SOURCE SOFTWARE (F/OSS) DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA PEKALONGAN TESIS AHMAD RAIS NPM: 1006741141 FAKULTAS EKONOMI PROGRAM MAGISTER PERENCANAAN DAN KEBIJAKAN PUBLIK JAKARTA DESEMBER 2012

Upload: truongkhue

Post on 29-Jul-2019

229 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI KEBIJAKAN …digilib.bppt.go.id/sampul/Evaluasi_Kebijakan_FOSS_Pekalongan_Thesis.pdf · yang kemudian dituangkan dalam format tesis ini, ... Direktur

UNIVERSITAS INDONESIA

EVALUASI KEBIJAKAN

PENGGUNAAN FREE/OPEN SOURCE SOFTWARE (F/OSS)

DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA PEKALONGAN

TESIS

AHMAD RAIS

NPM: 1006741141

FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM MAGISTER PERENCANAAN DAN KEBIJAKAN PUBLIK

JAKARTA

DESEMBER 2012

Page 2: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI KEBIJAKAN …digilib.bppt.go.id/sampul/Evaluasi_Kebijakan_FOSS_Pekalongan_Thesis.pdf · yang kemudian dituangkan dalam format tesis ini, ... Direktur

UNIVERSITAS INDONESIA

EVALUASI KEBIJAKAN

PENGGUNAAN FREE/OPEN SOURCE SOFTWARE (F/OSS)

DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA PEKALONGAN

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Ekonomi

AHMAD RAIS

NPM: 1006741141

FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM MAGISTER PERENCANAAN DAN KEBIJAKAN PUBLIK

KEKHUSUSAN MANAJEMEN SEKTOR PUBLIK

JAKARTA

DESEMBER 2012

Page 3: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI KEBIJAKAN …digilib.bppt.go.id/sampul/Evaluasi_Kebijakan_FOSS_Pekalongan_Thesis.pdf · yang kemudian dituangkan dalam format tesis ini, ... Direktur

ii

HALAMAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

Saya yang bertanda tangan dibawah ini dengan sebenarnya menyatakan bahwa

Tesis ini saya susun tanpa tindakan plagiarisme sesuai dengan peraturan yang

berlaku di Universitas Indonesia.

Jika di kemudian hari ternyata saya melakukan tindakan plagiarisme, saya akan

bertanggung jawab sepenuhnya dan menerima sanksi yang dijatuhkan oleh

Universitas Indonesia kepada saya.

Jakarta, Desember 2012

Ahmad Rais

Page 4: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI KEBIJAKAN …digilib.bppt.go.id/sampul/Evaluasi_Kebijakan_FOSS_Pekalongan_Thesis.pdf · yang kemudian dituangkan dalam format tesis ini, ... Direktur

iii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Tesis ini adalah hasil karya saya sendiri,

dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk

telah saya nyatakan dengan benar

Nama : Ahmad Rais

NPM : 1006741141

Tanda Tangan :

Tanggal : Desember 2012

Page 5: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI KEBIJAKAN …digilib.bppt.go.id/sampul/Evaluasi_Kebijakan_FOSS_Pekalongan_Thesis.pdf · yang kemudian dituangkan dalam format tesis ini, ... Direktur

iv

HALAMAN PENGESAHAN

Tesis ini diajukan oleh :

Nama : Ahmad Rais

NPM : 1006741141

Program Studi : Magister Perencanaan dan Kebijakan Publik

Judul Tesis : Evaluasi Kebijakan Penggunaan Free/Open Source

Software (F/OSS) di Lingkungan Pemerintah Kota

Pekalongan

Telah berhasil dipertahankan dihadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai

bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Magister Ekonomi

pada Program Studi Magister Perencanaan dan Kebijakan Publik, Fakultas

Ekonomi, Universitas Indonesia.

DEWAN PENGUJI

Pembimbing : Dr. Aris Yunanto ( )

Ketua Penguji : Dr. Andi Fahmi Lubis ( )

Anggota Penguji : Iman Rozani, S.E., M.Soc.Sc. ( )

Ditetapkan di : Jakarta

Tanggal : Desember 2012

Page 6: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI KEBIJAKAN …digilib.bppt.go.id/sampul/Evaluasi_Kebijakan_FOSS_Pekalongan_Thesis.pdf · yang kemudian dituangkan dalam format tesis ini, ... Direktur

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas hidayah-Nya, akhirnya tesis

ini dapat terselesaikan. Tesis ini merupakan tugas akhir yang disusun sebagai

salah satu bentuk penerapan beberapa teori/konsep yang sudah diperoleh di

“bangku kuliah” untuk menganalisis permasalahan publik yang ada. Penelitian

yang kemudian dituangkan dalam format tesis ini, berfokus pada masalah evaluasi

kebijakan penggunaan Free/Open Source Software (F/OSS) di lingkungan

Pemerintah Kota Pekalongan.

Penulis menyadari bahwa proses penyelesaian tesis ini tidak dapat

dilepaskan dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan

terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Aris Yunanto, selaku dosen pembimbing yang telah memberikan

arahan selama proses penyusunan tesis ini;

2. Seluruh dosen MPKP UI, khususnya Bapak Dr. Andi Fahmi Lubis dan Bapak

Iman Rozani, S.E., M.Soc.Sc., selaku dosen penguji yang dengan bijak

mengkritisi dan memberikan masukan terkait dengan penelitian ini;

3. Seluruh staf akademik MPKP UI, atas kerjasamanya selama penulis kuliah di

MPKP UI;

4. Kementerian Riset dan Teknologi, khususnya kepada Asisten Deputi Sumber

Daya Manusia Iptek yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk

menjalani studi di MPKP UI;

5. Direktur Pusat Pengkajian Kebijakan Difusi Teknologi (PPKDT) serta seluruh

rekan kerja di Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) atas

dukungannya;

6. Pegawai di lingkungan Pemerintah Kota Pekalongan, khususnya kepada

Bapak Sri Budi Santoso selaku Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika dan

Bapak Ahmad Husni selaku Kepala Seksi Pengolahan Data dan Informasi,

Dinas Komunikasi dan Informatika, Pemerintah Kota Pekalongan, atas

dukungan yang diberikan kepada penulis sehingga proses pengumpulan data

dapat berjalan lancar;

Page 7: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI KEBIJAKAN …digilib.bppt.go.id/sampul/Evaluasi_Kebijakan_FOSS_Pekalongan_Thesis.pdf · yang kemudian dituangkan dalam format tesis ini, ... Direktur

vi

7. Narasumber yang telah memberikan data dan informasinya: Ibu Henny

Hendarti dan Ibu Yunita Sitinjak (Praktisi di Bidang Teknologi Informasi),

Ibu Yeni (Pegiat IGOS Kemenristek), Bapak Wendy Swandoyo (Komunitas

Pengguna Linux Kota Pekalongan), Ibu Betti Alisjahbana dan Bapak

Rusmanto (Asosiasi Open Source Indonesia), Bapak Iska Ricky Malika

(Pendayagunaan Free/Open Source Software - Universitas Indonesia);

8. Rekan-rekan mahasiswa MPKP Angkatan XXII Pagi yang telah memberikan

dukungan kepada penulis selama masa perkuliahan dan penyusunan tesis ini;

9. Keluarga tercinta: Ayu Lydi Ferabianie, isteriku serta Banyu dan Binar,

anakku, atas dukungan dan kesabarannya.

10. Semua pihak yang belum tersebutkan, yang telah berkontribusi dalam proses

penyelesaian tesis ini.

Penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini, masih jauh dari sempurna,

namun penulis berharap semoga hasil dari penelitian ini dapat memberikan

informasi kepada pihak-pihak yang tertarik dan berkepentingan dengan kebijakan

penggunaan Free/Open Source Software (F/OSS) di Indonesia.

Jakarta, Desember 2012

Penulis

Page 8: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI KEBIJAKAN …digilib.bppt.go.id/sampul/Evaluasi_Kebijakan_FOSS_Pekalongan_Thesis.pdf · yang kemudian dituangkan dalam format tesis ini, ... Direktur

vii

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan

dibawah ini :

Nama : Ahmad Rais

NPM : 1006741141

Program Studi : Magister Perencanaan dan Kebijakan Publik

Departemen : Ilmu Ekonomi

Fakultas : Ekonomi

Jenis Karya : Tesis

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada

Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Nonekslusif (Non-Exclusive Royalty-

Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :

Evaluasi Kebijakan Penggunaan Free/Open Source Software (F/OSS)

di Lingkungan Pemerintah Kota Pekalongan

beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non

Eksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalih

media/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat

dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama

saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik hak cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di: Jakarta

Pada tanggal: Desember 2012

Yang menyatakan,

Ahmad Rais

Page 9: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI KEBIJAKAN …digilib.bppt.go.id/sampul/Evaluasi_Kebijakan_FOSS_Pekalongan_Thesis.pdf · yang kemudian dituangkan dalam format tesis ini, ... Direktur

viii

Universitas Indonesia

ABSTRAK

Nama : Ahmad Rais

Program Studi : Magister Perencanaan dan Kebijakan Publik

Judul : Evaluasi Kebijakan Penggunaan Free/Open Source Software

(F/OSS) di Lingkungan Pemerintah Kota Pekalongan

Dalam dokumen Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi

Indonesia (MP3EI) 2011-2025, dinyatakan bahwa sebagai infrastruktur

pemberdaya yang mampu meningkatkan daya guna infrastruktur lainnya (meta

infrastruktur), telematika menjadi prasyarat penting untuk mendukung

keberlanjutan pertumbuhan ekonomi. Sebagai salah satu langkah strategis dalam

mempercepat penguasaan teknologi informasi dan mengurangi pembajakan

perangkat lunak, beberapa instansi Pemerintah di Indonesia telah mendeklarasikan

gerakan untuk menggunakan Free/Open Source Software (F/OSS) sebagai

alternatif dari perangkat lunak berlisensi. Di tingkat Pemerintah Daerah, salah satu

daerah yang secara aktif mengadopsi dan memanfaatkan F/OSS di lingkungan

instansinya adalah Pemerintah Kota Pekalongan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji penghematan biaya serta manfaat yang

diperoleh sebagai dampak dari kebijakan penggunaan F/OSS di lingkungan

Pemerintah Kota Pekalongan. Fokus penelitian dibatasi pada kebijakan

penggunaan F/OSS terkait dengan aplikasi perkantoran dan sistem operasi yang

digunakan pada komputer administrasi perkantoran di lingkungan Satuan Kerja

Perangkat Daerah (SKPD).

Dengan menggunakan metode information economics, hasil analisis terhadap

aspek finansial, menunjukkan bahwa Return on Investment (ROI) yang dihasilkan

sebesar 362% dan masuk dalam kategori skor 2 (dari skala 0-5). Hal ini

menunjukkan bahwa kebijakan migrasi F/OSS, memberikan manfaat yang cukup

besar pada efisiensi anggaran belanja pihak Pemerintah Kota Pekalongan,

khususnya di sektor teknologi informasi. Secara keseluruhan, skor akhir dari

information economics bernilai positif (nilai 54 dari skala -25 sampai 95), yang

menunjukkan bahwa aspek manfaat mempunyai nilai yang lebih besar

dibandingkan dengan nilai biaya.

Kata kunci:

Free/Open Source Software (F/OSS), Information Economics, Return on

Investment (ROI), Pemerintah Kota Pekalongan

Page 10: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI KEBIJAKAN …digilib.bppt.go.id/sampul/Evaluasi_Kebijakan_FOSS_Pekalongan_Thesis.pdf · yang kemudian dituangkan dalam format tesis ini, ... Direktur

ix

Universitas Indonesia

ABSTRACT

Name : Ahmad Rais

Study Program : Master of Planning and Public Policy

Title : Policy Evaluation of Free/Open Source Software (F/OSS)

Adoption at Municipal Government of Pekalongan

In the document Masterplan for Acceleration and Expansion of Indonesia's

Economic Development (MP3EI) 2011-2025, stated that telematics as meta

infrastructure that able to improve the performance of other infrastructures,

becomes an important prerequisite for supporting the sustainability of economic

growth. As a strategic step to accelerate the mastery of information technology

and reduce software piracy, some government agencies in Indonesia have declared

the movement to use Free/Open Source Software (F/OSS) as an alternative to

proprietary software. At the local government level, one of the Municipal

Government that actively adopt and use F/OSS in their institution is Municipal

Government of Pekalongan.

This study analyze the cost savings and benefits impact of the F/OSS adoption

policy in the Municipal Government of Pekalongan. The focus of this research is

limited to the F/OSS adoption policy related to office applications and the

operating system used on computers in the administrative office unit.

By using the method of information economics, the analysis of the financial

aspect shows that the Return on Investment (ROI) generated by 362%, in the

category score of 2 (scale of 0-5). This suggests that migration policy F/OSS,

provide considerable benefits to the efficiency of Municipal Government of

Pekalongan budget, specially in the information technology sector. Overall, the

final score of information economics shows the positive score (54 scale of -25 to

95), indicating that the value benefits aspect greater than the value of the costs.

Keywords:

Free/Open Source Software (F/OSS), Information Economics, Return on

Investment (ROI), Municipal Government of Pekalongan.

Page 11: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI KEBIJAKAN …digilib.bppt.go.id/sampul/Evaluasi_Kebijakan_FOSS_Pekalongan_Thesis.pdf · yang kemudian dituangkan dalam format tesis ini, ... Direktur

x

DAFTAR ISI

HALAMAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME .................................. ii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS .............................................. iii

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... iv

KATA PENGANTAR ....................................................................................... v

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ....................... vii

ABSTRAK ...................................................................................................... viii

DAFTAR ISI ...................................................................................................... x

DAFTAR DIAGRAM ...................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiii

DAFTAR GRAFIK......................................................................................... xiv

DAFTAR TABEL ............................................................................................ xv

1. PENDAHULUAN .......................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ............................................................................................ 1

1.2. Rumusan Masalah ....................................................................................... 6

1.3. Ruang Lingkup ........................................................................................... 7

1.4. Tujuan Penelitian ........................................................................................ 7

1.5. Manfaat Penelitian ...................................................................................... 8

1.6. Sistematika Penulisan.................................................................................. 8

2. STUDI LITERATUR .................................................................................. 10

2.1. Infrastruktur Telematika .............................................................................. 10

2.1.1. Definisi Infrastruktur ........................................................................ 10

2.1.2. Klasifikasi Infrastruktur .................................................................... 11

2.1.3. Telekomunikasi dan Telematika ........................................................ 12

2.2. F/OSS sebagai Barang Publik...................................................................... 14

2.2.1. Definisi dan Klasifikasi Software ...................................................... 14

2.2.2. Definisi Free/Open Source Software ................................................. 16

2.2.3. Karakteristik Barang Publik .............................................................. 19

2.2.4. Eksternalitas ..................................................................................... 21

2.3. Pemerintah dan Kebijakan Publik................................................................ 22

2.3.1. Fungsi Pemerintah ............................................................................ 22

2.3.2. Definisi Kebijakan Publik ................................................................. 24

2.3.3. Evaluasi Kebijakan Publik ................................................................ 25

2.4. Beberapa Kajian tentang F/OSS .................................................................. 26

2.5. Peraturan Penerapan F/OSS di Indonesia..................................................... 29

Universitas Indonesia

Page 12: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI KEBIJAKAN …digilib.bppt.go.id/sampul/Evaluasi_Kebijakan_FOSS_Pekalongan_Thesis.pdf · yang kemudian dituangkan dalam format tesis ini, ... Direktur

xi

3. METODE PENELITIAN ............................................................................ 30

3.1. Desain Penelitian ....................................................................................... 30

3.2. Metode Penelitian: Information Economics ................................................ 32

3.2.1. Pengukuran Tangible Benefit............................................................. 35

3.2.2. Pengukuran Quasi-Tangible Benefit .................................................. 36

3.2.3. Pengukuran Intangible Benefit ......................................................... 37

3.2.4. Nilai Korporat (Corporate Values) .................................................... 39

3.2.5. Information Economics Scorecard .................................................... 42

3.3. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 44

3.4. Responden ................................................................................................. 44

4. KEBIJAKAN KOTA PEKALONGAN GO OPEN SOURCE .................... 46

4.1. Sosialisasi dan Inisiasi................................................................................ 46

4.2. e-Leadership dan Regulasi ......................................................................... 47

4.3. Kelembagaan Tim Migrasi F/OSS .............................................................. 49

4.4. Proses Migrasi F/OSS ................................................................................ 55

4.5. Capaian ...................................................................................................... 58

5. ANALISIS DAN PEMBAHASAN .............................................................. 64

5.1. Pengukuran Tangible Benefit ...................................................................... 65

5.1.1. Biaya Migrasi F/OSS ........................................................................ 65

5.1.2. Manfaat Migrasi F/OSS .................................................................... 67

5.1.3. Lembar Kerja (Worksheet) Tangible Benefit ...................................... 73

5.2. Pengukuran Quasi-Tangible Benefit ............................................................ 74

5.2.1. Lembar Kerja (Worksheet) Tangible dan Quasi-Tangible Benefit ...... 76

5.3. Pengukuran Intangible Benefit .................................................................... 77

5.3.1. Penilaian Domain Organisasi ............................................................ 77

5.3.2. Penilaian Domain Teknologi ............................................................. 86

5.4. Penghitungan Skor Information Economics ................................................. 95

5.4.1. Pembobotan Skor Kuesioner ............................................................. 95

5.4.3. Information Economics Scorecard .................................................... 99

6. PENUTUP .................................................................................................. 103

6.1. Kesimpulan ............................................................................................. 103

6.2. Rekomendasi .......................................................................................... 104

6.3. Saran untuk Penelitian Selanjutnya ......................................................... 105

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 106

LAMPIRAN ................................................................................................... 109

Universitas Indonesia

Page 13: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI KEBIJAKAN …digilib.bppt.go.id/sampul/Evaluasi_Kebijakan_FOSS_Pekalongan_Thesis.pdf · yang kemudian dituangkan dalam format tesis ini, ... Direktur

xii

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 1.1. Komposisi Pelaku Industri Sektor Telematika ................................. 3

Diagram 3.1. Desain Penelitian .......................................................................... 30

Diagram 3.2. Tahapan Penelitian ....................................................................... 31

Diagram 5.1. Pilihan Lisensi Produk Perangkat Lunak Microsoft ....................... 68

Universitas Indonesia

Page 14: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI KEBIJAKAN …digilib.bppt.go.id/sampul/Evaluasi_Kebijakan_FOSS_Pekalongan_Thesis.pdf · yang kemudian dituangkan dalam format tesis ini, ... Direktur

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Klasifikasi Software ...................................................................... 15

Gambar 3.1. Matriks Teknik Mengukur Manfaat .............................................. 35

Gambar 3.2. Kuadran Nilai Korporat ................................................................ 39

Gambar 5.1. Posisi Pemkot Pekalongan dalam Kuadran Information Economics

..................................................................................................... 98

Gambar 5.2. Kategori Manfaat Berdasarkan Skor Akhir Information Economics

................................................................................................... 102

Universitas Indonesia

Page 15: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI KEBIJAKAN …digilib.bppt.go.id/sampul/Evaluasi_Kebijakan_FOSS_Pekalongan_Thesis.pdf · yang kemudian dituangkan dalam format tesis ini, ... Direktur

xiv

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1.1. Ekspor-Impor untuk Komoditas TIK Tahun 2005-2009 ..................... 2

Grafik 1.2. Ekspor-Impor Produk Telematika Tahun 2009-Maret 2011 ................ 3

Grafik 4.1. Target dan Capaian Migrasi F/OSS Tahun 2008-2010 ...................... 60

Universitas Indonesia

Page 16: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI KEBIJAKAN …digilib.bppt.go.id/sampul/Evaluasi_Kebijakan_FOSS_Pekalongan_Thesis.pdf · yang kemudian dituangkan dalam format tesis ini, ... Direktur

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Klasifikasi Infrastruktur..................................................................... 12

Tabel 2.2. Karakteristik Lisensi Free/Open Source Software .............................. 19

Tabel 2.3. Klasifikasi Barang Publik .................................................................. 20

Tabel 3.1. Nilai Korporat Kuadaran Investment.................................................. 40

Tabel 3.2. Nilai Korporat Kuadaran Strategic .................................................... 41

Tabel 3.3. Nilai Korporat Kuadaran Infrastructure ............................................. 41

Tabel 3.4. Nilai Korporat Kuadaran Breakthru ................................................... 42

Tabel 3.5. Information Economics Scorecard ..................................................... 43

Tabel 4.1. Capaian Migrasi F/OSS di SKPD Pemkot Pekalongan Sampai dengan

Akhir 2010......................................................................................... 59

Tabel 4.2. Capaian Kegiatan Migrasi F/OSS ...................................................... 61

Tabel 4.3. Sistem Informasi Manajemen Pemkot Pekalongan Berbasis F/OSS ... 62

Tabel 5.1. Biaya Awal Migrasi F/OSS Pemkot Pekalongan ................................ 66

Tabel 5.2. Rincian Biaya Berjalan Migrasi F/OSS Pemkot Pekalongan .............. 67

Tabel 5.3. Rekapitulasi Biaya Berjalan Tahun 2010 sampai dengan 2012........... 67

Tabel 5.4. Perbandingan Antara Select License dan Enterprise Agreement ......... 70

Tabel 5.5. Perkiraan Biaya dengan Skema Full Package Product....................... 72

Tabel 5.6. Resiko Denda Pelanggaran Hak Cipta Program Komputer................. 73

Tabel 5.7. Lembar Kerja Tangible Benefit .......................................................... 73

Tabel 5.8. Nilai Manfat dari Adanya Tim Helpdesk ........................................... 76

Tabel 5.9. Lembar Kerja Tangible dan Quasi-Tangible Benefit .......................... 76

Tabel 5.10. Skor Strategic Match ....................................................................... 79

Tabel 5.11. Skor Competitive Advantage ........................................................... 81

Tabel 5.12. Skor Management Information ........................................................ 82

Tabel 5.13. Skor Competitive Response ............................................................. 84

Tabel 5.14. Skor Project or Organizational Risk ................................................ 85

Tabel 5.15. Skor Strategic Information System Architecture .............................. 88

Tabel 5.16. Skor Definitional Uncertainty.......................................................... 89

Tabel 5.17. Skor Technical Uncertainty ............................................................. 91

Tabel 5.18. Rata-Rata Skor Technical Uncertainty ............................................. 93

Tabel 5.19. Skor Infrastructure Risk .................................................................. 94

Tabel 5.20. PDRB Per Kapita Kabupaten/Kota Di Jawa Tengah Tahun 2007 ..... 96

Tabel 5.21. Corporate Value Pemerintah Kota Pekalongan ................................ 99

Tabel 5.22. Hasil Akhir Information Economics Score ..................................... 100

Tabel 5.23. Nilai Minimum dan Maksimum Information Economics Score ...... 101

Universitas Indonesia

Page 17: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI KEBIJAKAN …digilib.bppt.go.id/sampul/Evaluasi_Kebijakan_FOSS_Pekalongan_Thesis.pdf · yang kemudian dituangkan dalam format tesis ini, ... Direktur

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Panduan Wawancara .................................................................... 109

Lampiran 2. Kuesioner..................................................................................... 110

Lampiran 3. Surat Edaran MenPAN dan RB tentang Penggunaan F/OSS ......... 122

Lampiran 4. Surat Keputusan Walikota Pekalongan tentang Kewajiban Pemakaian

dan Penggunaan F/OSS ............................................................... 124

Universitas Indonesia

Page 18: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI KEBIJAKAN …digilib.bppt.go.id/sampul/Evaluasi_Kebijakan_FOSS_Pekalongan_Thesis.pdf · yang kemudian dituangkan dalam format tesis ini, ... Direktur

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perkembangan teknologi informasi yang sangat pesat saat ini telah

menempatkan telematika sebagai sektor yang mempunyai peranan strategis dalam

pembangunan di Indonesia. Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 28 Tahun

2008 tentang kebijakan industri nasional, menempatkan sektor telematika sebagi

salah satu pilar industri andalan masa depan yang menjadi penopang bangun

industri nasional. Dalam dokumen Masterplan Percepatan dan Perluasan

Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) 2011-2025 sebagai dokumen kerja

yang komplementer terhadap dokumen-dokumen perencanaan pembangunan yang

telah ada sebelumnya, dinyatakan bahwa sebagai infrastruktur pemberdaya yang

mampu meningkatkan daya guna infrastruktur lainnya (meta infrastruktur),

telematika menjadi prasyarat penting untuk menjaga keberlanjutan pertumbuhan

ekonomi sehingga pengembangan strategi dan kebijakan untuk meningkatkan

sektor telematika merupakan salah satu dari 8 program yang diprioritaskan.

Dalam dokumen Peta Panduan (Roadmap) Pengembangan Klaster Industri

Prioritas, Industri Elektronika dan Telematika Tahun 2010–2014 yang dikeluarkan

oleh Kementerian Perindustrian dinyatakan bahwa ruang lingkup industri

telematika mencakup:

– Produk Komputer dan Appliances (komputer dan peralatannya, internet dan

sistem komunikasi multimedia).

– Software (aplikasi internet, WEB, WAP dan software di bidang bisnis, kreatif

atau seni dan ilmu pengetahuan))

– Contents (e-Contents, Business Intelligence, Advertisments, Customer

Services, Games, Animasi, Art, Human Interests, Tourism, News, Education,

Health, Facts, Technology)

– Terminal (Telepon, CDMA/GSM/PHS Handset, VoIP, MoIP, 3G-4G

Wireless, Satellite Handset)

Universitas Indonesia

Page 19: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI KEBIJAKAN …digilib.bppt.go.id/sampul/Evaluasi_Kebijakan_FOSS_Pekalongan_Thesis.pdf · yang kemudian dituangkan dalam format tesis ini, ... Direktur

2

Universitas Indonesia

– Jaringan Akses (kabel, fiber, UTP, PLC, 3G-4G wireless Indonesia)

– Hub dan Swicthes (STDIK, PABX, Wartel, IP, Router, MPLS, Hybrid IP-CS,

IP-PABX, 3G Wartel-Warnet, Microsats, HAP)

Beberapa data kuantitatif menunjukkan bahwa sampai saat ini salah satu

hal yang masih menjadi tantangan utama bagi Indonesia adalah masalah

ketergantungan pihak asing. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS), yang diolah

oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) menunjukkan bahwa

pada tahun 2005 sampai dengan 2007 terjadi trend penurunan pada neraca

perdagangan untuk komoditas teknologi informasi dan komunikasi sebagai

perangkat utama pendukung sektor telematika. Bahkan mulai tahun 2008, sisi

impor untuk komoditas ini sudah melebihi sisi ekspor.

Grafik 1.1. Ekspor-Impor untuk Komoditas TIK Tahun 2005-2009

Sumber: BPS, BPPT

Page 20: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI KEBIJAKAN …digilib.bppt.go.id/sampul/Evaluasi_Kebijakan_FOSS_Pekalongan_Thesis.pdf · yang kemudian dituangkan dalam format tesis ini, ... Direktur

3

Universitas Indonesia

Dari Tahun 2009 sampai dengan Tahun 2011, jumlah impor produk-produk di

sektor telematika terus menunjukkan trend meningkat melebihi sisi ekspor.

Berikut disajikan data dari BPS yang telah diolah oleh Kementerian Perindustrian:

Catatan:

Satuan dalam milyar USD

ekspor impor

Sumber: BPS / Kementerian Perindustrian

Keterangan:

Satuan dalam milyar USD

ekspor

impor

Grafik 1.2. Ekspor-Impor Produk Telematika Tahun 2009-Maret 2011

Sumber: BPS, Kementerian Perindustrian

Selain dari sisi produk yang masih impor, penyedia teknologi komponen

pendukung untuk industri di sektor telematika juga masih didominasi oleh pihak

asing. Berikut disajikan data tentang kondisi umum pelaku industri hulu sampai

hilir di sektor telematika.

Diagram 1. 1. Komposisi Pelaku Industri Sektor Telematika

Sumber: Dokumen MP3EI 2011-2025

Page 21: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI KEBIJAKAN …digilib.bppt.go.id/sampul/Evaluasi_Kebijakan_FOSS_Pekalongan_Thesis.pdf · yang kemudian dituangkan dalam format tesis ini, ... Direktur

4

Universitas Indonesia

Selain masalah ketergantungan dengan pihak asing, salah satu isu klasik

terkait dengan industri telematika nasional adalah masalah pembajakan perangkat

lunak. Data yang dikeluarkan oleh sebuah organisasi nirlaba dunia di bidang

perangkat lunak, Business Software Alliance (BSA), menunjukkan bahwa tingkat

pembajakan software di Indonesia pada tahun 2011 mencapai 86%, dimana 8 dari

10 program yang di install oleh pengguna komputer adalah tanpa lisensi. Nilai

komersial dari pembajakan ini mencapai US$ 1.467 Milyar (sekitar Rp12,8

Ttriliun).

Sebagai bagian dari organisasi perdagangan dunia, tingginya tingkat

pembajakan program komputer yang terjadi di Indonesia, dianggap sebagai

pelanggaran yang cukup berat terhadap hak atas kekayaaan intelektual (HKI)

sehingga Indonesia masuk dalam daftar Priority Watch List yang dikeluarkan oleh

United States Trade Representative (USTR)1. Dengan status tersebut, Indonesia

berpotensi menjadi negara yang dianggap merugikan kepentingan perdagangan

Amerika Serikat. Beberapa sanksi perdagangan dari USTR yang mungkin

diberikan, yaitu: menunda pemberian konsesi yang telah disepakati dalam suatu

perjanjian dagang, menerapkan bea masuk dan cukai atau bentuk pembatasan

impor lainnya, menerapkan biaya atau pembatasan terhadap penyelenggaraan

jasa-jasa, mengadakan perjanjian dengan negara bersangkutan untuk

menghilangkan tindakan yang menimbulkan kerugian atau untuk meminta ganti

rugi, dan/atau membatasi kewenangan sektor pelayanan.

Terkait dengan upaya untuk mengatasi tingginya tingkat pembajakan

perangkat lunak, salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan

mengoptimalkan penggunaan Free/Open Source Software (F/OSS). Hasil kajian

yang dilakukan oleh United Nations Conference on Trade and Development

(UNCTAD) pada tahun 2003, menunjukkan bahwa F/OSS memiliki implikasi

yang signifikan bagi negara berkembang dalam hal mengurangi pembajakan dan

monopoli dari perangkat lunak berlisensi.

Pada tanggal 30 Juni 2004 beberapa instansi Pemerintah secara resmi

mendeklarasikan gerakan Indonesia Go Open Source (IGOS) sebagai langkah

1 Uraian lebih detil tentang Priority Watch List dapat dilihat dalam Dokumen “2011 Special 301 Report” yang

dikeluarkan oleh Office of The United States Trade Representative.

Page 22: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI KEBIJAKAN …digilib.bppt.go.id/sampul/Evaluasi_Kebijakan_FOSS_Pekalongan_Thesis.pdf · yang kemudian dituangkan dalam format tesis ini, ... Direktur

5

Universitas Indonesia

awal pengembangan dan pemanfaatan Open Source Software secara nasional.

Deklarasi bersama yang dikenal dengan istilah IGOS tersebut ditandatangani oleh

Menteri Riset dan Teknologi, Menteri Komunikasi dan Informatika, Menteri

Kehakiman dan HAM, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara serta Menteri

Pendidikan Nasional. Empat tahun kemudian, tepatnya pada tanggal 27 Mei 2008,

gerakan IGOS kembali dideklarasikan dengan melibatkan 18 instansi Pemerintah

(Kementerian, Lembaga Pemerintah Non Kementerian dan Kepolisian).

Sebagai tindak lanjut dari deklarasi Indonesia Go Open Source,

Pemerintah kemudian melakukan beberapa langkah aksi seperti sosialisasi terkait

dengan penggunaan F/OSS, menyusun panduan dalam pengembangan dan

penggunaan F/OSS, mengadakan pelatihan serta menginisiasi terbentuknya

komunitas open source dan organisasi helpdesk. Selain dari sisi teknis,

Pemerintah Pusat juga menggunakan instrumen hukum untuk mengoptimalkan

penggunaan F/OSS di lingkungan instansi Pemerintah Pusat dan Daerah. Surat

Edaran Nomor: SE/01/M.PAN/3/2009 dari Kementerian Pendayagunaan Aparatur

Negara dan Reformasi Birokrasi (PAN dan RB) secara tegas menghimbau kepada

Pimpinan Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah untuk melakukan pengecekan

penggunaan perangkat lunak di lingkungannya dan menghapus semua perangkat

lunak tidak legal, dan selanjutnya menggunakan Free/Open Source Software

(F/OSS) sebagai pengganti perangkat lunak tidak legal.

Salah satu Pemerintah Daerah yang secara aktif merespons himbauan

Pemerintah Pusat untuk mengadopsi dan memanfaatkan F/OSS di lingkungan

instansinya adalah Pemerintah Kota Pekalongan. Dalam situasi dimana antusias

dan respons Pemerintah Daerah pada Gerakan Go Open Source yang rendah2,

Pemerintah Kota Pekalongan secara konsisten melakukan proses migrasi F/OSS

sejak tahun 2008.

2 Menurut Engkos Koswara, Staf Ahli Bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi, Kementerian Riset dan

Teknologi, di tingkat Pemerintah Daerah hanya sekitar 25% saja yang merespons surat edaran dari

Kementerian Pemberdayaan Aparatur Negara tentang penggunaan F/OSS. Lebih detil lihat artikel berjudul:

“Baru 25% Pemda yang Pakai Open Source” yang dimuat dalam media online detik, pada hari Selasa,

03/05/2011.

Page 23: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI KEBIJAKAN …digilib.bppt.go.id/sampul/Evaluasi_Kebijakan_FOSS_Pekalongan_Thesis.pdf · yang kemudian dituangkan dalam format tesis ini, ... Direktur

6

Universitas Indonesia

1.2. Rumusan Masalah

Kebijakan Pemerintah Kota Pekalongan untuk melakukan migrasi dari

perangkat lunak bajakan ke perangkat lunak legal berbasis F/OSS tidak hanya

membawa konsekuensi pada masalah teknis semata. Kebijakan tersebut juga

membawa konsekuensi pada perubahan budaya kerja yang mengharuskan adanya

perubahan dari kebiasaan lama menggunakan software bajakan yang sudah

dijalani bertahun-tahun beralih pada kebiasaan baru untuk menggunakan F/OSS

yang merupakan teknologi yang masih relatif asing bagi mereka. Adanya

konsekuensi pada perubahan budaya kerja, menimbulkan keraguan bagi sebagian

kalangan bahwa penerapan F/OSS akan membawa dampak positif pada efisiensi

dan efektifitas kinerja lembaga.

Roach (dalam Indrajit, 2004:1) menyatakan bahwa salah satu fenomena

yang masih menjadi bahan diskusi di kalangan akademisi maupun praktisi di

bidang teknologi informasi dan ekonomi, sejak tahun 1980-an sampai dengan saat

ini adalah masalah “IT Productivity Paradox”3. Menurut Indrajit (2004: 5), salah

satu bentuk dari paradoks produktifitas tersebut adalah kenyataan dari beberapa

kasus yang ada menunjukkan bahwa teknologi informasi memang tidak

memberikan kontribusi apapun terhadap tingkat produktifitas bahkan cenderung

memperburuk kinerja produktifitas organisasi secara keseluruhan.

Melihat kondisi tersebut, perlu dilakukan evalusi terhadap kebijakan

penggunaan F/OSS yang ditetapkan oleh Pemerintah Kota Pekalongan untuk

mengantisipasi potensi adanya kerugian yang mungkin muncul. Pertanyaan yang

kemudian menjadi fokus dalam penelitian ini adalah dari sudut pandang

perbandingan biaya-manfaat, apakah kebijakan penggunaan F/OSS memang

memberikan manfaat bagi Pemerintah Kota Pekalongan.

3 IT productivity paradox atau paradoks produktifitas merupakan istilah yang merujuk pada fenomena

ketidakseimbangan antara besaran jumlah investasi yang dikeluarkan sebuah organisasi untuk menerapkan

dan memanfaatkan teknologi informasi dengan ukuran total output yang dihasilkan. Dimana output yang

dihasilkan lebih kecil daripada besaran input.

Page 24: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI KEBIJAKAN …digilib.bppt.go.id/sampul/Evaluasi_Kebijakan_FOSS_Pekalongan_Thesis.pdf · yang kemudian dituangkan dalam format tesis ini, ... Direktur

7

Universitas Indonesia

1.3. Ruang Lingkup

Dari rangkaian proses utama dalam kebijakan publik yang meliputi

formulasi, implementasi dan evaluasi, secara substansi, penelitian ini hanya akan

berfokus pada salah satu tahapan, yaitu tahap evaluasi. Untuk membatasi

pembahasan, dalam hal ini evaluasi yang dilakukan hanya dari sudut pandang

biaya dan manfaat dari kebijakan penggunaan F/OSS yang sudah dilakukan.

Penggunaan F/OSS sebagai obyek yang akan dievaluasi, dibatasi pada

penggunaan perangkat lunak perkantoran dan sistem operasi yang digunakan pada

komputer administrasi perkantoran di lingkungan Satuan Kerja Perangkat Daerah

(SKPD).

Secara lokasi, penelitian ini akan berfokus pada Kebijakan Go Open

Source yang diterapkan di lingkungan Satuan Kerja Perangkat Daerah Pemerintah

Kota Pekalongan. Dalam hal ini, penentuan Pemerintah Kota Pekalongan sebagai

obyek penelitian dilakukan secara sengaja (purposive), dengan pertimbangan

bahwa Pemerintah Kota Pekalongan merupakan instansi di tingkat daerah yang

sudah selesai melakukan migrasi dan sudah secara aktif memanfaatkan perangkat

lunak legal berbasis F/OSS di lingkungan instansinya. Saat ini, kebijakan

penggunaan F/OSS di Pemerintah Kota Pekalongan merupakan praktik terbaik

(best practice) untuk tingkat Pemerintah Daerah di Indonesia.4

1.4. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dimaksudkan untuk:

– Mengkaji komponen biaya yang harus dikeluarkan Pemerintah Pekalongan

untuk mendukung proses migrasi dan penggunaan F/OSS di lingkungan

Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) serta efisiensi yang dihasilkan.

– Mengkaji manfaat yang diperoleh dari kebijakan implementasi F/OSS di

lingkungan Pemerintah Kota Pekalongan.

4 Di tengah lesunya respons dan konsistensi instansi pemerintah terhadap pemanfaatan F/OSS, Pemkot

Pekalongan secara konsisten menuntaskan proses migrasi dan implementasi open source dan berhasil meraih

penghargaan Indonesia Open Source Award (IOSA) dua kali berturut-turut pada tahun 2011 dan 2012. Hal ini

tentunya menarik untuk dijadikan sebagai sebuah studi kasus. Lebih detil tentang IOSA bisa dilihat di situs

resminya: http://www.iosa.web.id/

Page 25: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI KEBIJAKAN …digilib.bppt.go.id/sampul/Evaluasi_Kebijakan_FOSS_Pekalongan_Thesis.pdf · yang kemudian dituangkan dalam format tesis ini, ... Direktur

8

Universitas Indonesia

1.5. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan bisa memberikan informasi kepada

pihak-pihak yang terkait dan berkepentingan:

– Bagi pihak Pemerintah Kota Pekalongan, hasil penelitian ini diharapkan dapat

memberikan informasi tentang aspek biaya dan manfaat dari kebijakan

penerapan F/OSS yang sudah ditetapkan.

– Bagi pihak lain (Pemerintah Daerah) yang tertarik dan mempunyai rencana

untuk menerapkan kebijakan penerapan F/OSS di lingkungan instansinya,

hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu bahan

referensi dan pertimbangan.

– Bagi pihak Pemerintah Pusat (khususnya Kementerian Riset dan Teknologi,

Kementerian Komunikasi dan Informatika serta Kementerian Pendayagunaan

Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi selaku inisiator Program IGOS),

hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai informasi dan

pertimbangan terkait dengan keberlanjutan Program Indonesia Go Open

Source.

1.6. Sistematika Penulisan

Penelitian ini disusun secara deskriptif yang dibagi menjadi lima bagian

dengan sistematika sebagai berikut:

Bab I merupakan pendahuluan yang akan menjadi pengantar penelitian secara

keseluruhan. Dalam bab I dijelaskan tentang latar belakang, permasalahan,

tujuan dan manfaat serta ruang lingkup penelitian.

Bab II berisi tentang studi literatur sebagai referensi yang mendukung

kerangka berfikir dalam melihat permasalahan yang ada.

Bab III berisi tentang desain dan metode penelitian yang digunakan untuk

menganalisis masalah yang ada.

Bab IV merupakan bagian dari penelitian yang dilakukan, berisi tentang

gambaran umum kebijakan penggunaan Free/Open Source Software (F/OSS)

di lingkungan Pemerintah Kota Pekalongan.

Page 26: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI KEBIJAKAN …digilib.bppt.go.id/sampul/Evaluasi_Kebijakan_FOSS_Pekalongan_Thesis.pdf · yang kemudian dituangkan dalam format tesis ini, ... Direktur

9

Universitas Indonesia

Bab V merupakan inti dari penelitian yang dilakukan, berisi tentang analisis

data primer dan skunder terkait dengan evaluasi penggunaan F/OSS di

Pemerintah Kota Pekalongan dengan metode information economics.

Bab VI merupakan penutup yang menjadi bagian akhir dari penelitian. Dalam

bab ini berisi tentang kesimpulan serta rekomendasi yang disusun

berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan.

Page 27: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI KEBIJAKAN …digilib.bppt.go.id/sampul/Evaluasi_Kebijakan_FOSS_Pekalongan_Thesis.pdf · yang kemudian dituangkan dalam format tesis ini, ... Direktur

10

BAB 2

STUDI LITERATUR

2.1. Infrastruktur Telematika

2.1.1. Definisi Infrastruktur

Meskipun sejak akhir tahun 1980-an telah banyak penelitian yang

dilakukan untuk mengkaji hubungan antara infrastruktur dan pembangunan

ekonomi yang kemudian menghasilkan kesepakatan umum bahwa infrastruktur

mempunyai peranan penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi, namun

dalam konteks ilmu ekonomi belum ada rumusan baku terkait dengan definisi

tentang infrastruktur yang telah disepakati bersama (Gianpiero, 2009).

Jochimsen (dalam Gianpiero, 2009:7) mendefinisikan infrastruktur

sebagai: the sum of material, institutional and personal facilities and data which

are available to the economic agents and which contribute to realizing the

equalization of the remuneration of comparable inputs in the case of a suitable

allocation of resources, that is complete integration and maximum level of

economic activities. Secara singkat, dapat dijelaskan bahwa infrastruktur

merupakan gabungan dari modal, peralatan, institusi dan data yang digunakan

untuk mendukung alokasi sumber daya dalam kegiatan ekonomi untuk mencapai

hasil yang maksimal.

Di lain pihak, Frischmann (2005: 923-924) menyatakan bahwa

infrastruktur secara umum dapat didefinisikan sebagai suatu sistem sumber daya

yang dibuat oleh manusia untuk konsumsi publik. Beberapa contoh infrastruktur

yang sering dijumpai adalah: sistem transportasi, seperti sistem jalan raya,

perkeretaapian, sistem penerbangan, dan pelabuhan; sistem komunikasi, seperti

jaringan telepon dan layanan pos; sistem tata laku (governance), seperti sistem

persidangan; dan fasilitas dan jasa publik dasar; seperti sekolah, pipa

pembuangan, dan sistem pengairan.

Universitas Indonesia

Page 28: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI KEBIJAKAN …digilib.bppt.go.id/sampul/Evaluasi_Kebijakan_FOSS_Pekalongan_Thesis.pdf · yang kemudian dituangkan dalam format tesis ini, ... Direktur

11

Universitas Indonesia

2.1.2. Klasifikasi Infrastruktur

Dalam kajian Infrastructure for Development, World Bank (1994:13)

menyatakan bahwa infrastruktur mencakup sektor yang beragam dan kompleks.

World Bank kemudian mengklasifikasikan infrastruktur menjadi 2 kelompok:

a. Infrastruktur ekonomi, yaitu peralatan mesin maupun fasilitas fisik yang

digunakan dalam proses produksi. Infrastruktur ekonomi meliputi public

utilities (telekomunikasi, air minum, sanitasi dan gas), public works

(bendungan, saluran irirgasi dan drainase) serta sektor transportasi (jalan,

kereta api, angkutan pelabuhan dan lapangan terbang).

b. Infrastruktur sosial, merupakan fasilitas yang seringkali terkait dengan sektor

pendidikan dan kesehatan.

Selain klasifikasi dari World Bank, dengan merujuk pada klasifikasi yang

disusun oleh lembaga statistik Italia, The Italian National Institute of Statistics,

Gianpiero (2009: 17) mengklasifikasikan infrastruktur secara lebih detil, sebagai

berikut:

Page 29: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI KEBIJAKAN …digilib.bppt.go.id/sampul/Evaluasi_Kebijakan_FOSS_Pekalongan_Thesis.pdf · yang kemudian dituangkan dalam format tesis ini, ... Direktur

12

Universitas Indonesia

Tabel 2.1. Klasifikasi Infrastruktur

Hansen (1965)

Aschauer (1989)

Sturm, Jacobs et al. (1995)

Di Palma, Mazziotta et al. (1998)

Biehl (1991)

Economic Core Basic (main) Material Network

Roads highways airports

naval transport

sewer networks

aqueducts networks for water distribution gas networks electricity networks irrigation plant structures dedicated to commodities transfer

roads highways airports

public transport

electricity networks

gas networks network for water distribution sewer networks

(main) railways (main) roads Canals

Harbours and docks

electromagnetic telegraph

drainage Dikes

land reclamation

transport network water-system energy network

roads railroads “water highways” networks of communication systems for energy and water provisioning

Social Not-core Complementary Immaterial Nucleus

Schools

structures for public safety council flat plant of waste disposal Hospitals sport structures green areas

residual component

light railways

tramways

gas networks electricity network water supply local telephone network

Structures dedicated to development, innovation and education

schools

hospitals museum

Sumber: Gianpiero (2009: 17)

Dari tabel diatas terlihat bahwa klasifikasi infrastruktur pada umumnya terbagi

menjadi dua kelompok. Meskipun beberapa kalangan menggunakan terminologi

berbeda, tetapi pengelompokan jenis infrastrukturnya relatif sama.

2.1.3. Telekomunikasi dan Telematika

Salah satu infrastruktur dasar yang mempunyai keterkaitan dengan

kegiatan ekonomi adalah telekomunikasi. Freeman (2005: 1) menyatakan bahwa

telekomunikasi merupakan komunikasi jarak jauh yang meliputi pertukaran

informasi dalam bentuk suara, gambar dan data, dengan media seperti televisi dan

faksimili. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 1999

Page 30: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI KEBIJAKAN …digilib.bppt.go.id/sampul/Evaluasi_Kebijakan_FOSS_Pekalongan_Thesis.pdf · yang kemudian dituangkan dalam format tesis ini, ... Direktur

13

Universitas Indonesia

dijelaskan bahwa telekomunikasi adalah setiap pemancaran, pengiriman, dan atau

penerimaan dari setiap informasi dalam bentuk tanda-tanda, isyarat, tulisan,

gambar, suara, dan bunyi melalui sistem kawat, optik, radio, atau sistem

elektromagnetik lainnya.

Seiring dengan transformasi peradaban manusia yang saat ini sudah

memasuki era informasi dimana keberadaan informasi dan teknologi

pendukungnya sudah menjadi bagian dari kebutuhan utama bagi sebagian besar

masyarakat, kemudian muncul terminologi telematika. Menurut Niles (1994)

telecommunications and computers have now merged. New terminology like

"telematics" or "National Information Infrastructure (NII)" can best describe the

marriage. Menurut Nora and Minc (1980) the term telematics describes the

combination of the transmission of information over a telecommunication network

and the computerised processing of this information.

Sejalan dengan konsep tersebut, Masyarakat Telematika Indonesia

(Mastel) dalam dokumen Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD-

ART) tahun 2003-2006 menyatakan bahwa telematika merupakan konvergensi

dari telekomunikasi, teknologi informasi dan teknologi penyiaran. Dengan

demikian, dapat dikatakan bahwa sektor telematika mempunyai keterkaitan yang

sangat erat dengan teknologi informasi. O’Brien (dalam Hendarti, 2011: 2)

menyatakan bahwa teknologi informasi adalah hardware, software,

telekomunikasi, manajemen database dan teknologi pemrosesan informasi lainnya

yang digunakan dalam sistem informasi berbasis komputer. Sejalan dengan hal

tersebut, Whitten (dalam Hendarti, 2011: 2) menyatakan bahwa information

technology a contemporary term that describe the combination of computer

technology (hardware and software) with the telecommunications technology

(data, image and voice network). Dari beberapa definisi yang dikemukakan

tersebut, dapat dikatakan bahwa dalam konteks telematika, teknologi informasi

merupakan teknologi utama yang menopang perangkat telematika.

Page 31: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI KEBIJAKAN …digilib.bppt.go.id/sampul/Evaluasi_Kebijakan_FOSS_Pekalongan_Thesis.pdf · yang kemudian dituangkan dalam format tesis ini, ... Direktur

14

Universitas Indonesia

2.2. F/OSS sebagai Barang Publik

2.2.1. Definisi dan Klasifikasi Software

Salah satu komponen utama dari teknologi informasi adalah software

(perangkat lunak). Menurut Suber (1988: 89-90) hardware is the tangible

machine and software is the set of instructions that makes the machine operate in

specific ways. Most software for a personal computer comes on disks that are

inserted into the machine, read by the computer, and executed. Sejalan dengan

pendapat tersebut, Turban (dalam Hendarti, 2011: 3) menyatakan bahwa software

merupakan seperangkat program komputer yang memungkinkan hardware

memproses data. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun

2002 tentang Hak Cipta, dijelaskan bahwa program komputer adalah sekumpulan

instruksi yang diwujudkan dalam bentuk bahasa, kode, skema, ataupun bentuk

lain, yang apabila digabungkan dengan media yang dapat dibaca dengan komputer

akan mampu membuat komputer bekerja untuk melakukan fungsi- fungsi khusus

atau untuk mencapai hasil yang khusus, termasuk persiapan dalam merancang

instruksi- instruksi tersebut.

Muffatto (2006: 34-39) mengklasifikasikan jenis software berdasarkan

kriteria biaya,distribusi source code serta hukum kepemilikan yang dikenakan,

menjadi 5 jenis :

a. Public Domain Software

Software yang berada dalam kategori ini tidak didasari atas hak cipta.

pengembang public domain software memberikan hak cipta sepenuhnya

kepada publik. Dengan demikian publik secara langsung dapat menggunakan

dan memiliki software ini tanpa harus mempertimbangkan masalah ijin hak

cipta.

b. Free/Open Source Software

Sebuah software dapat dikategorikan ke dalam software free/Open Source

ketika software tersebut didistribusikan kepada khalayak umum dengan

membebaskan biaya terhadap akses source code software tersebut.

Pembahasan tentang software berbasis open source yang menjadi fokus

dalam penelitian ini akan diuraikan pada bagian berikutnya.

Page 32: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI KEBIJAKAN …digilib.bppt.go.id/sampul/Evaluasi_Kebijakan_FOSS_Pekalongan_Thesis.pdf · yang kemudian dituangkan dalam format tesis ini, ... Direktur

15

Universitas Indonesia

c. Freeware

Freeware merupakan istilah yang merujuk pada software yang dapat

didistribusikan secara gratis dan digunakan untuk kepentingan pribadi.

Freeware dapat secara bebas didistribusikan dan dicopy selama tidak

diperjualbelikan atau digunakan untuk kepentingan komersial. Berbeda

dengan open source software, freeware tidak menyertakan akses terhadap

source code software yang bersangkutan.

d. Shareware

Shareware merupakan software yang didistribusikan secara bebas dan dapat

dicopy oleh siapapun. Karakteristik yang menonjol dari shareware adalah

adanya keharusan untuk membayar ketika pengguna ingin mengupgrade atau

memanfaatkan software tersebut pada jangka waktu yang lama. Shareware

seringkali digunakan oleh sejumlah pengembang dan penyedia software

untuk mempromosikan produk mereka.

e. Proprietary Software

Proprietary software merupakan software yang dilindungi oleh hak cipta.

Proprietary software tidak dapat didistribusikan dan disalin tanpa izin dari

pemilik hak cipta. Proprietary software umumnya dijual dengan harga yang

cukup tinggi dan tidak menyertakan source code pada pembelinya. Dalam hal

ini, pembeli diharuskan membayar sejumlah uang berdasarkan fitur dan

fasilitas yang ada di software tersebut.

Gambar 2.1. Klasifikasi Software

Sumber: Chao-Kuei (dalam Coll, 2004)

Page 33: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI KEBIJAKAN …digilib.bppt.go.id/sampul/Evaluasi_Kebijakan_FOSS_Pekalongan_Thesis.pdf · yang kemudian dituangkan dalam format tesis ini, ... Direktur

16

Universitas Indonesia

2.2.2. Definisi Free/Open Source Software

Dari kelima jenis software tersebut, software yang menjadi fokus dalam

penelitian ini adalah Free/Open Source Software. Istilah Free/Open Source

Software (F/OSS) pada prinsipnya merupakan gabungan dari konsep tentang free

software dan open source software. Pihak GNU Operating System menyatakan

bahwa free software adalah perangkat lunak yang memberikan kebebasan kepada

penggunanya untuk menjalankan, mengkopi, mendistribusikan, mempelajari,

mengubah dan menyempurnakannya. Definisi tersebut menjelaskan bahwa

pengguna free software memiliki empat kebebasan yang esensial:

- Kebebasan menggunakan perangkat lunak untuk berbagai tujuan.

- Kebebasan untuk menggandakan dan mendistribusikan ulang perangkat

lunak.

- Kebebasan untuk mempelajari cara kerja perangkat lunak kemudian

memodifikasinya sesuai kebutuhan.

- Kebebasan untuk mendistribusikan perangkat lunak yang sudah dimodifikasi.

Terkait dengan konsep open source, pihak Open Source Initiative

menjelaskan bahwa open source tidak hanya berarti terbukanya akses ke kode

sumber. Sebuah software masuk dalam kategori open source bila memenuhi

kriteria sebagai berikut:

- Free Redistribution

Tidak ada larangan atau batasan lisensi dari pihak manapun terkait dengan

distribusi atau penjualan software yang memuat program-program dari

beberapa sumber yang berbeda. Lisensi tidak mensyaratkan royalti atau biaya

lain untuk penjualan tersebut.

- Open Source Code

Software harus menyertakan kode sumber, dan harus mengizinkan distribusi

kode sumber maupun bentuk kompilasi ulang dari kode sumber tersebut.

Kode sumber harus dalam bentuk yang memudahkan programmer untuk

memodifikasi program. Kode sumber yang secara sengaja dikaburkan tidak

diperbolehkan.

Page 34: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI KEBIJAKAN …digilib.bppt.go.id/sampul/Evaluasi_Kebijakan_FOSS_Pekalongan_Thesis.pdf · yang kemudian dituangkan dalam format tesis ini, ... Direktur

17

Universitas Indonesia

- Derived Works

Lisensi harus memungkinkan modifikasi dan pekerjaan turunan, serta harus

mengizinkannya untuk didistribusikan di bawah persyaratan yang sama

seperti lisensi pada perangkat lunak aslinya.

- Integrity of The Author's Source Code

Lisensi dapat melarang kode sumber untuk didistribusikan ulang dalam

bentuk termodifikasi hanya jika lisensi mengizinkan distribusi "file patch"

dengan kode sumber untuk tujuan memodifikasi program pada waktu

membangun. Lisensi harus secara eksplisit mengizinkan distribusi software

yang dibangun dari modifikasi kode sumber. Lisensi tersebut mungkin

memerlukan pekerjaan turunan untuk menggunakan nama atau versi yang

berbeda dari software aslinya.

- No Discrimination Against Persons or Groups

Lisensi harus berlaku bagi semua orang dan tidak boleh ada diskriminasi pada

seseorang atau sekelompok orang.

- No Discrimination Against Fields of Endeavor

Lisensi tidak boleh melarang siapapun untuk memanfaatkan program dalam

bidang atau usaha tertentu. Misalnya, tidak boleh melarang program untuk

digunakan di bidang bisnis, atau digunakan untuk penelitian genetik.

- Distribution of License

Hak-hak yang melekat pada program harus berlaku untuk semua orang yang

menerima distribusi program tersebut, tanpa perlu eksekusi lisensi tambahan

oleh pihak tersebut.

- License Must Not Be Specific to a Product

Hak-hak yang melekat pada program tidak boleh tergantung pada bagian

program tersebut menjadi suatu distribusi software tertentu. Jika program

tersebut dipisahkan dari distribusi tersebut dan digunakan atau didistribusikan

di bawah lisensi program, semua pihak yang menerima distribusi program

tersebut harus memiliki hak yang sama seperti mereka yang dijamin dalam

hubungannya dengan distribusi perangkat lunak asli.

Page 35: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI KEBIJAKAN …digilib.bppt.go.id/sampul/Evaluasi_Kebijakan_FOSS_Pekalongan_Thesis.pdf · yang kemudian dituangkan dalam format tesis ini, ... Direktur

18

Universitas Indonesia

- License Must Not Restrict Other Software

Lisensi tidak boleh melakukan pembatasan terhadap software lain yang

didistribusikan bersama dengan perangkat lunak berlisensi. Sebagai contoh,

lisensi tidak boleh memaksa agar semua program lain didistribusikan pada

media yang sama harus merupakan Open Source software.

- License Must Be Technology-Neutral

Lisensi suatu software tidak boleh mensyaratkan teknologi tertentu untuk

mendukung proses modifikasi atau pengembangannya.

Secara singkat dapat diidentifikasi bahwa free software lebih menekankan

pada aspek kebebasan dari kontrol pihak lain (pemegang lisensi) sementara open

source software lebih menekankan pada aspek terbukanya kesempatan untuk

memanfaatkan dan mengembangkan program secara optimal sebagai konsekuensi

dari akses kode sumber yang sifatnya terbuka. Byfield (2010) menjelaskan bahwa

untuk menghindari kebingungan terkait dengan kedua definisi yang terkadang

tumpang tindih, kemudian muncul istilah yang menggabungkan kedua definisi

tersebut, yakni Free/Open Source Software (F/OSS).

Dari sisi lisensi, Free/Open Source Software mempunyai karakteristik

yang dapat dikatakan berlawanan secara ekstrim dengan proprietary software.

Untuk memperjelas perbedaan antara kedua jenis software tersebut, Tappler

(2009) menguraikannya dalam tabel berikut:

Page 36: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI KEBIJAKAN …digilib.bppt.go.id/sampul/Evaluasi_Kebijakan_FOSS_Pekalongan_Thesis.pdf · yang kemudian dituangkan dalam format tesis ini, ... Direktur

19

Universitas Indonesia

Tabel 2.2. Karakteristik Lisensi Free/Open Source Software

Attribute Proprietary Software Free/Open Source Software

License Cost No license fee is required for initial

license acquisition; subsequent

license quantity increases; license

renewals, updates, upgrades, and/or

home use.

Payment is required for initial

license acquisition, subsequent

license quantity increases, and

upgrades; additional payment may

be required for license renewals,

updates, and/or home use.

License Terms

Source code is open and

available to all users.

License terms tend to be more

neutral in terms of favoring the

licensor or licensee.

Concise and straightforward

license terms make compliance

easier; there is no requirement to

track license use in relation to

licenses purchased.

Some incompatibility exists

between OSS licenses (for

example, the BSD is compatible

with GPL, but not the inverse),

limiting the ability to use some

OSS products with others.

Source code is available only to

the vendor.

License terms tend to be

significantly more oriented to the

vendor’s benefit than the

licensee.

Lengthy, complex license terms

make compliance more difficult

due to use-tracking requirements

or lack of understanding of

license terms.

License terms can vary widely

from one PS vendor to another.

Sumber: Trappler (2009)

2.2.3. Karakteristik Barang Publik

Merujuk pada pendapat Pyndick dan Rubinfield (2008: 401-402), barang

publik merupakan barang yang mempunyai sifat nonrival dan nonexclusive,

dimana biaya marginal yang dibutuhkan untuk memenuhi tambahan konsumsi

adalah nol dan tidak ada pengecualian bagi setiap orang untuk mengkonsumsi

barang tersebut. Sifat nonrival merujuk pada kondisi dimana konsumsi atau

penggunaan atas suatu barang tidak menimbulkan terjadinya persaingan dengan

orang lain dalam mengkonsumsi barang yang sama tersebut. Karena biaya

marginal yang dibutuhkan untuk memenuhi setiap tambahan konsumsi adalah nol

maka setiap orang dapat mengkonsumsi barang tersebut tanpa mempengaruhi atau

mengurangi kepuasan orang lain dalam mengkonsumsi barang tersebut.

Sedangkan non excludable merujuk pada kondisi dimana konsumsi seseorang

dalam penggunaan suatu barang tidak dapat dibatasi oleh pihak lain. Kebalikan

Page 37: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI KEBIJAKAN …digilib.bppt.go.id/sampul/Evaluasi_Kebijakan_FOSS_Pekalongan_Thesis.pdf · yang kemudian dituangkan dalam format tesis ini, ... Direktur

20

Universitas Indonesia

dari barang publik adalah barang privat. Private Goods (barang privat) adalah

barang yang memiliki sifat rival dan eksklusif, artinya barang tersebut tidak dapat

dinikmati secara bersama tanpa mengurangi kepuasan orang lain yang

mengkonsumsi barang yang sama. Selain itu untuk mengkonsumsi barang privat

diperlukan syarat-syarat tertentu, seperti harus membayar.

Sandler dan Kaul (dalam UNINDO, 2008: 8-9) menjelaskan bahwa

diantara barang yang bersifat barang publik murni dan barang privat murni, ada

barang yang mempunyai sifat semi publik (impure public Goods), common Good

dan club Good. Impure public Goods adalah barang yang sifat nonrival atau

nonexcludable, derajatnya mendekati barang publik murni. Common Good adalah

barang yang tersedia bagi masyarakat dalam jumlah tidak terbatas, namun

memiliki nilai bersaing. Club Good merupakan barang yang tidak bersaing namun

jumlahnya terbatas. Club Good mempunyai sifat tidak bersaing karena bukan

merupakan kebutuhan pokok dalam kehidupan masyarakat.

Sejalan dengan pendapat Sandler dan Kaul tersebut, Mangkoesoebroto

(2010:5), menjelaskan perbedaan antara barang swasta dan barang publik dengan

mengklasifikasikannya sebagai berikut:

Tabel 2. 3. Klasifikasi Barang Publik

Excludable Non-Excludable

Rival

Barang Swasta Murni

- Dihasilkan oleh swasta atau

pemerintah

- Dijual melalui pasar

- Dibiayai dari hasil penjualan

Contoh: mobil, bahan bakar, sepatu,

pakaian

Barang Campuran (Quasi Public)

- Barang yang manfaatnya

dirasakan bersama dan

dikonsumsikan bersama tetapi

dapat terjadi kepadatan

- Dijual melalui pasar atau

langsung oleh pemerintah

Contoh: taman

Non Rival

Barang Campuran (Quasi Private)

- Barang swasta yang

menimbulkan eksternalitas

- Dibiayai dari hasil penjualan atau

dibiayai dengan APBN

Contoh: rumah sakit, transportasi

umum

Barang Publik Murni

Dihasilkan oleh pemerintah atau

swasta

Didistribusikan oleh pemerintah

Dijual melalui pasar atau langsung

oleh pemerintah

Contoh: pertahanan, peradilan

Sumber: Mangkoesoebroto (2010:5)

Page 38: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI KEBIJAKAN …digilib.bppt.go.id/sampul/Evaluasi_Kebijakan_FOSS_Pekalongan_Thesis.pdf · yang kemudian dituangkan dalam format tesis ini, ... Direktur

21

Universitas Indonesia

Keberadaan barang publik tidak selalu disediakan oleh Pemerintah.

Kingma (2001: 57) menyatakan bahwa terminologi barang publik merujuk pada

sifat barang yang dapat dinikmati oleh lebih dari satu orang tanpa sifat persaingan

dan tanpa eksklusifitas, bukan pada pihak yang menyediakan barangnya. Barang

publik dapat juga disediakan oleh pihak swasta, seperti siaran televisi, suratkabar

dan perangkat lunak komputer. Dengan demikian, Free/Open Source Software

(F/OSS) dapat dikatakan sebagai salah satu barang publik karena memenuhi

karakteristik nonrival dan noneksklusif. Setiap orang dapat menggunakan F/OSS

tanpa mengurangi kepuasan dari pengguna lainnya. Di lain pihak, F/OSS dapat

digunakan oleh semua orang tanpa ada diskriminasi dan tidak dibatasi oleh

larangan hak paten.

2.2.4. Eksternalitas

Tindakan komunitas pengembang F/OSS yang menyediakan perangkat

lunak bagi semua orang yang ingin menggunakannya tanpa mensyaratkan biaya

lisensi tentu akan menimbulkan dampak bagi pihak lain. Dampak yang

ditimbulkan dapat bersifat positif maupun negatif, tergantung dari sisi

kepentingan pihak yang menerimanya. Dalam ekonomi, fenomena seperti ini

sering disebut dengan terminologi eksternalitas. Menurut Pyndick dan Rubinfield

(2008: 374), eksternalitas merupakan tindakan oleh produsen atau konsumen yang

mempengaruhi produsen maupun konsumen lain, tetapi tidak diperhitungkan

dalam harga pasar. Sejalan dengan pendapat tersebut, Mangkoesoebroto (2010:

43) menyatakan bahwa eksternalitas terjadi karena tindakan konsumsi atau

produksi dari suatu pihak mempunyai pengaruh terhadap pihak yang lain dan

tidak ada kompensasi yang dibayar oleh pihak yang menyebabkan atau

kompensasi yang diterima oleh pihak yang terkena dampak tersebut.

Lebih lanjut, Mangkoesoebroto (2010: 110-111) menyatakan bahwa

dilihat dari sisi dampak yang ditimbulkan, eksternalitas dapat dibagi dua, yaitu

eksternalitas positif dan eksternalitas negatif. Eksternalitas positif adalah dampak

yang menguntungkan dari suatu tindakan yang dilakukan oleh suatu pihak

terhadap orang lain tanpa adanya kompensasi dari pihak yang diuntungkan

Page 39: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI KEBIJAKAN …digilib.bppt.go.id/sampul/Evaluasi_Kebijakan_FOSS_Pekalongan_Thesis.pdf · yang kemudian dituangkan dalam format tesis ini, ... Direktur

22

Universitas Indonesia

sedangkan eksternalitas negatif terjadi apabila dampaknya bagi orang lain yang

tidak menerima kompensasi sifatnya merugikan. Inefisiensi dapat terjadi bila

tindakan satu pihak yang berpengaruh pada pihak lain tidak tercermin dalam

sistem harga. Secara umum, eksternalitas tidak akan mengganggu tercapainya

efisiensi masyarakat apabila semua dampak yang menguntungkan maupun

merugikan (eksternalitas positif dan negatif) dimasukkan dalam perhitungan untuk

menetapakan harga dan jumlah barang yang diproduksi.

2.3. Pemerintah dan Kebijakan Publik

2.3.1. Fungsi Pemerintah

Salah satu alasan kuat yang melatarbelakangi campurtangan Pemerintah

dalam perekonomian suatu negara adalah karena ketidakmampuan sektor swasta

untuk menyediakan dan memenuhi seluruh kebutuhan ekonomi masyarakat.

Dalam kondisi tersebut, maka dibutuhkan peranan dari sektor publik. Menurut

Apgar (1987: 292), dalam konsep mikroekonomi, idealnya, Pemerintah harus

mampu menjaga keseimbangan pasar dengan cara:

a) Memastikan adanya persaingan sempurna dimana setiap pihak bebas untuk

masuk dan keluar pasar sehingga mekanisme pasar dapat menciptakan alokasi

sumberdaya secara efisien.

b) Mengatur atau menyediakan barang atau jasa yang secara bersifat monopoli

alamiah yang dapat menyebabkan inefisiensi pasar.

c) Memfasilitasi campur tangan publik untuk mengoreksi mekanisme pasar

ketika terjadi eksternalitas.

d) Mengatur distribusi pendapatan dan kekayaan melalui operasi pasar.

e) Menyediakan kerangka hukum yang mengatur dan melindungi transaksi

sektor swasta.

Page 40: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI KEBIJAKAN …digilib.bppt.go.id/sampul/Evaluasi_Kebijakan_FOSS_Pekalongan_Thesis.pdf · yang kemudian dituangkan dalam format tesis ini, ... Direktur

23

Universitas Indonesia

Menurut Richard Musgrave (dalam Levy, 1995: 80-82), peranan

pemerintah dalam perekonomian modern dapat diklasifikasikan menjadi tiga,

yaitu:

a) Fungsi Stabilisasi

Pemerintah mempunyai peranan untuk menjaga stabilitas perekonomian

negara. Hal yang semestinya dijaga agar kondisinya tidak terlalu fluktuatif

bukan hanya tingkat harga atau inflasi, tetapi juga aspek yang lainnya, seperti

tersedianya kesempatan bekerja. Kondisi yang sangat fluktuatif akan sangat

menyulitkan para pelaku ekonomi untuk merencanakan aktivitasnya secara

baik. Sebagai contoh dari fungsi stabilisasi adalah adanya kebijakan moneter

yang dimaksudkan untuk mengendalikan dan menjaga tingkat inflasi.

b) Fungsi Redistribusi

Distribusi pendapatan dan kekayaan yang ditimbulkan oleh sistem pasar

seringkali bagi sebagaian masyarakat dianggap tidak adil. Dalam hal ini,

peranan pemerintah adalah sebagai pihak yang berwenang mengatur

distribusi pendapatan atau kekayaan. Pemerintah dapat mempengaruhi

proporsi distribusi pendapatan secara langsung dengan cara menetapkan

kebijakan pajak progresif yaitu membebankan pajak lebih besar kepada

masyarakat yang lebih kaya dibandingkan dengan masyarakat yang lebih

misikin. Secara tidak langsung, pemerintah dapat mempengaruhi distribusi

pendapatan dengan kebijakan pengeluaran pemerintah, misalnya subsidi

untuk petani atau subsidi kepemilikan rumah untuk masyarakat dengan

tingkat pendapatan tertentu.

c) Fungsi Alokasi

Tidak semua barang dan jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat dapat

disediakan oleh pihak swasta. Dalam kondisi dimana tidak ada satu pihak

yang mau menyediakan suatu jenis barang (biasanya merupakan barang

publik) yang bermanfaat bagi masyarakat, Pemerintah berperan untuk

menyediakan barang tersebut dengan mengalokasikan sumberdaya yang ada.

Peranan pemerintah dalam bidang alokasi adalah untuk mengusahakan agar

alokasi sumber-sumber ekonomi dapat dilaksanakan secara efisien untuk

mewujudkan kesejahteraan masyarakat.

Page 41: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI KEBIJAKAN …digilib.bppt.go.id/sampul/Evaluasi_Kebijakan_FOSS_Pekalongan_Thesis.pdf · yang kemudian dituangkan dalam format tesis ini, ... Direktur

24

Universitas Indonesia

2.3.2. Definisi Kebijakan Publik

William Dunn (2003: 96) mendefinisikan kebijakan publik sebagai suatu

rangkaian pilihan yang saling terkait yang dibuat oleh instansi pemerintah atau

pejabat pemerintah dalam bidang masalah yang luas, misalnya, pertahanan,

energi, kesehatan, pendidikan, kesejahteraan, pengendalian kriminalitas,

urbanisasi, dan lain-lain. Sedangkan B.G. Peters (dalam Nugroho, 2008: 53)

menyatakan bahwa kebijakan publik merupakan semua kegiatan yang dilakukan

oleh Pemerintah baik secara langsung maupun melalui pihak lain yang

memberikan pengaruh pada kehidupan warganegara. Secara singkat, Peterson

(dalam Nugroho, 2008: 53) mendefinisikan kebijakan publik sebagai tindakan

pemerintah untuk mengatasi masalah. Dari beberapa definisi tersebut, dapat

diidentifikasi bahwa:

– Kebijakan publik dihasilkan oleh Pemerintah.

– Kebijakan publik merupakan tindakan tertentu yang dilakukan untuk

mengatasi masalah.

– Ruang lingkup kebijakan publik adalah hal-hal yang terkait dengan

kepentingan warga negara secara luas.

Kebijakan publik memainkan peranan strategis dalam menciptakan sebuah

lingkungan yang kondusif bagi setiap aktor dari swasta dan non-swasta untuk

mampu mengembangkan diri menjadi pelaku yang kompetitif dalam konteks

persaingan domestik maupun global. Kebijakan publik berperan dalam mengatur

kehidupan bersama dalam rangka mencapai tujuan (visi-misi) bersama yang telah

disepakati (Nugroho, 2008: 99-101).

Dalam sudut pandang ekonomi politik, Mustopadidjaja (2002: 6)

menyatakan bahwa kebijakan publik dapat dikatakan sebagai bentuk intervensi

pemerintah terhadap mekanisme pasar agar proses perekonomian dalam

masyarakat berlangsung sebagaimana yang diharapkan. Secara konstitusional,

yang menjadi acuan adalah tujuan nasional, secara aktual mungkin mengacu pada

referensi dari pihak yang mendominasi pemerintahan.

Page 42: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI KEBIJAKAN …digilib.bppt.go.id/sampul/Evaluasi_Kebijakan_FOSS_Pekalongan_Thesis.pdf · yang kemudian dituangkan dalam format tesis ini, ... Direktur

25

Universitas Indonesia

2.3.3. Evaluasi Kebijakan Publik

Theodoulou dan Kofinis (2004: 192) menyatakan bahwa policy evaluation

can be better defined as a process by which general judgments about quality, goal

attainment, program effectiveness, impact, and costs can be determined. Sejalan

dengan pendapat tersebut, Dunn (2003: 608-610) menyatakan bahwa evaluasi

merupakan penaksiran (appraisal), pemberian angka (rating) dan penilaian

(assessment) yang menyatakan usaha untuk menganalisis hasil kebijakan dalam

arti satuan nilainya. Dengan kata lain, evaluasi merupakan kegiatan terkait dengan

produksi informasi mengenai nilai atau manfaat hasil kebijakan. Dalam kerangka

analisis kebijakan, evaluasi mempunyai sejumlah fungsi utama:

– Pertama, dan yang paling penting, evaluasi memberikan informasi yang valid

dan dapat dipercaya terkait dengan kinerja kebijakan. Dalam hal ini evaluasi

mencakup informasi seberapa jauh tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai.

– Kedua, evaluasi memberi kontribusi pada klarifikasi dan kritik terhadap nilai-

nilai yang mendasari pemilihan tujuan dan target. Nilai diperjelas dengan

mendefinisikan dan merinci/ menGoperasionalkan tujuan dan target.

Kemudian nilai dikritisi dengan menguji kesesuaian antara target dengan hasil

yang dicapai.

– Ketiga, evaluasi memberi kontribusi pada tahapan lain dalam kerangka

analisis kebijakan, termasuk tahapan perumusan masalah dan rekomendasi.

Ruang lingkup evaluasi kebijakan secara komprehensif dapat meliputi

penilaian mengenai latar belakang dan alasan-alasan dari suatu kebijakan, tujuan

dan kinerja kebijakan, instrumen kebijakan yang dikembangkan dan dilaksanakan,

respons kelompok sasaran dan stakeholder, konsistensi aparat, dampak yang

ditimbulkan, perkiraan perkembangan tanpa adanya kebijakan serta kemajuan

yang dicapai bila kebijakan dilanjutkan atau diperluas (Mustopadidjaja, 2002: 46).

Theodoulou dan Kofinis (2004: 193-194) menyatakan ada empat jenis

tipologi evaluasi kebijakan yang umum digunakan, yaitu: evaluasi proses,

evaluasi hasil, evaluasi dampak, dan evaluasi biaya-manfaat.

Page 43: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI KEBIJAKAN …digilib.bppt.go.id/sampul/Evaluasi_Kebijakan_FOSS_Pekalongan_Thesis.pdf · yang kemudian dituangkan dalam format tesis ini, ... Direktur

26

Universitas Indonesia

a) Evaluasi Proses

Sesuai dengan namanya, jenis evaluasi ini menganalisis seberapa baik

pelaksanaan kebijakan atau program yang sedang dijalankan. Jenis evaluasi

ini umumnya digunakan oleh manajer program untuk menentukan apa yang

dapat dilakukan untuk meningkatkan pelaksanaan program. Evaluasi jenis ini

tidak secara langsung membahas apakah kebijakan atau program mencapai

hasil atau dampak yang diinginkan.

b) Evaluasi Hasil

Dalam hal ini, evaluasi hasil berkaitan dengan output. Evaluasi Hasil lebih

berfokus pada hasil nyata dari kebijakan.

c) Evaluasi Dampak

Evaluasi dampak merupakan upaya untuk menentukan apakah suatu program

atau kebijakan publik tertentu telah mencapai dampak seperti yang

dimaksudkan pada tahap perencanaan. Evaluasi dampak berkaitan dengan

aktivitas menilai apakah target populasi terpengaruh dengan implementasi

kebijakan.

d) Evaluasi Biaya-Manfaat

Secara sederhana, analisis biaya-manfaat adalah perbandingan antara biaya

yang dikeluarkan untuk mendukung implementasi kebijakan atau program

dengan manfaat yang dihasilkan oleh kebijakan. Mengingat sulitnya

mengukur aspek biaya dan manfaat secara akurat karena ada hal-hal yang

bersifat intangible, analisis biaya-manfaat sebaiknya digunakan sebagai salah

satu dari beberapa metode yang digunakan untuk menentukan keberhasilan

atau efisiensi dari sebuah kebijakan.

2.4. Beberapa Kajian tentang F/OSS

a) United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD). 2003. E-

Commerce and Development Report (Chapter 4: Free and Open-Source

Software: Implications for ICT Policy and Development).

Berdasarkan kajian E-Commerce and Development yang dilakukan oleh

United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD) pada

tahun 2003, dinyatakan bahwa Free/Open Source Software (F/OSS) memiliki

Page 44: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI KEBIJAKAN …digilib.bppt.go.id/sampul/Evaluasi_Kebijakan_FOSS_Pekalongan_Thesis.pdf · yang kemudian dituangkan dalam format tesis ini, ... Direktur

27

Universitas Indonesia

implikasi yang signifikan bagi negara berkembang dalam hal mengurangi

pembajakan dan monopoli dari perangkat lunak berlisensi. Rendahnya biaya

dalam penggunaan F/OSS dapat mempercepat adopsi teknologi informasi

oleh masyarakat di negara-negara berkembang.

b) Nah Soo Hoe. 2006. Breaking Barriers, The Potential of Free/Open Source

Software for Sustainable Human Development, A Compilation of Case

Studies from Across the World.

Studi kasus dari proyek yang dilakukan oleh UNDP Asia-Pacific

Development Information Programme (APDIP) di beberapa Negara Afrika,

Asia-Pasifik, Eropa dan Amerika Latin menunjukkan bahwa:

– F/OSS mampu memberikan alternatif yang terjangkau untuk

masyarakat miskin tanpa mengorbankan kualitas dan fungsionalitas.

Selain manfaat biaya, F/OSS dapat memberikan kontribusi terhadap

pengembangan teknologi (bukan hanya sekedar sebagai pengguna

tetap dari teknologi yang dihasilkan oleh orang lain).

– Keempat kebebasan fundamental yang melekat dalam F/OSS (free to

run, study, redistribute and improve the software) menjadi pilihan

ideal untuk menjembatani kesenjangan digital untuk semua orang,

terlepas dari struktur ekonomi, geografis dan budaya.

– Untuk proyek-proyek yang melibatkan inisiatif pemerintah, untuk

menyediakan layanan dan meningkatkan interaksinya dengan warga,

F/OSS adalah pilihan yang tersedia untuk semua warga negara dengan

tanpa mendiskriminasikan siapa pun.

– Banyak proyek berurusan dengan masyarakat yang tidak cerdas

teknologi, yang memperlambat adopsi teknologi baru. Hal yang harus

diingat bahwa pengguna biasanya enggan untuk mencoba dan

menggunakan hal-hal dan atau fitur baru jika manfaatnya tidak segera

jelas terwujud.

– Untuk keberhasilan program pemerintah seperti proyek e-

Government, perlu dikembangkan kebijakan dan perundang-undangan

Page 45: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI KEBIJAKAN …digilib.bppt.go.id/sampul/Evaluasi_Kebijakan_FOSS_Pekalongan_Thesis.pdf · yang kemudian dituangkan dalam format tesis ini, ... Direktur

28

Universitas Indonesia

yang memadai untuk mengantisipasi kurangnya dukungan politik

yang dapat memperlambat proses dan tingkat adopsi.

c) Ghosh, Risyabh Aiyer and Philipp Schmidt. 2006. Open Source and Open

Standards: A New Frontier for Economic Development?

Ada alasan kuat mengapa negara maju dan negara-negara berkembang harus

sama-sama mengadopsi perangkat lunak bebas sebagai bagian dari kebijakan

yang terkait dengan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) mereka.

Selain keuntungan biaya yang jelas, studi terakhir menunjukkan bahwa proses

belajar dan mengadaptasi perangkat lunak bebas memungkinkan

penggunanya untuk menjadi 'pencipta pengetahuan' bukan konsumen pasif

dari teknologi berlisensi (proprietary).

Pada tahun 2003 negara bagian terkaya kedua di Amerika Serikat, The

Commonwealth of Massachusetts, mulai menerapakan F/OSS. Sebelumnya

pada tahun 2002, Information Technology Division (ITD) mulai menurunkan

anggaran belanja sektor TIK karena adanya penurunan pemasukan di sektor

fiskal. ITD kemudian mulai menyusun modul tentang Open Standards, Open

Source Enterprise Technical Reference Model (ETRM) untuk mendukung

kebijakan penggunaan F/OSS. Kemudian dilaksanakan kursus selama 18

bulan. Versi final ETRM menyatakan bahwa mulai 1 January 2007, semua

dokumen perkantoran harus disusun dalam format OASIS-Open Document

Format.

d) Maldonado, Edgar. 2010. The Process of Introducing FLOSS in the Public

Administration: The Case of Venezuela. Journal of the Association for

Information Systems Vol. 11 Special Issue pp. 756-783.

Studi ini menganalisis kebijakan mandatory yang dikeluarkan oleh

Pemerintah Republik Venezuela tentang penggunaan Free/Open Source

Software di lingkungan pemerintahan. Studi ini menemukan bahwa ideologi

politik dari pemegang otoritas di Venezuela jelas mempengaruhi pengambilan

keputusan dan proses pelaksanaan migrasi F/OSS. “The migration to

Software Libre is not a technical matter, it is a political one. A country’s

Page 46: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI KEBIJAKAN …digilib.bppt.go.id/sampul/Evaluasi_Kebijakan_FOSS_Pekalongan_Thesis.pdf · yang kemudian dituangkan dalam format tesis ini, ... Direktur

29

Universitas Indonesia

migration to Software Libre is not a technical issue. There are no technical

issues. It is about political will and knowledge; a lot of political will”. Secara

umum, Pemerintah Venezuela memiliki tiga strategi utama untuk mengadopsi

FLOSS: proselytize (membujuk untuk melakukan sesuatu), pelatihan, dan

stimulasi sektor perangkat lunak berbasis FLOSS.

2.5. Peraturan Penerapan F/OSS di Indonesia

Beberapa peraturan yang telah dikeluarkan oleh Pemerintah Indonesia

dalam rangka mengoptimakan penggunaan dan pendayagunaan Free/Open Source

Software, adalah sebagai berikut:

a) Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 6 Tahun 2001.

Pengembangan dan Pendayagunaan Telematika di Indonesia agar

memberikan perhatian khusus pada pendayagunaan Open Source Software

(dijabarkan di lampiran no.5 Inpres tersebut).

b) Peraturan Presiden No.7, Tahun 2005 tentang RPJMN 2004-2009.

Dalam dokumen tersebut tercantum “Program Peningkatan Penggunaan Open

Source System ke Seluruh Institusi Pemerintah dan Lapisan Masyarakat”

(Matriks Program Pembangunan Tahun 2007, nomer 4.6.)

c) Surat Edaran Menteri Komunikasi dan Informatika No.

05/SE/M.KOMINFO/10/2005.

Berisi anjuran kepada seluruh instansi pemerintah pusat dan daerah untuk

menggunakan software legal dengan pilihan cerdas menggunakan Open

Source Software.

d) Surat Edaran Nomor: SE/01/M.PAN/3/2009.

Secara tegas menghimbau kepada Pimpinan Instansi Pemerintah Pusat dan

Daerah untuk melakukan pengecekan penggunaan perangkat lunak di

lingkungannya dan menghapus semua perangkat lunak tidak legal, dan

selanjutnya menggunakan Free/Open Source Software (F/OSS) yang

berlisensi bebas dan legal sebagai pengganti perangkat lunak tidak legal.

Page 47: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI KEBIJAKAN …digilib.bppt.go.id/sampul/Evaluasi_Kebijakan_FOSS_Pekalongan_Thesis.pdf · yang kemudian dituangkan dalam format tesis ini, ... Direktur

30

BAB 3

DESAIN DAN METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Penelitian ini diarahkan pada upaya untuk mengidentifikasi biaya dan

manfaat dari kebijakan Kota Pekalongan Go Open Source yang sudah diterapkan

sejak tahun 2008. Dalam hal ini, penelitian tidak berorientasi pada masalah

pengujian teori. Kerangka pemikiran yang mendasari penelitian ini digambarkan

dalam bentuk diagram, sebagai berikut:

Sumber: Penulis

Top Down Project

Legalisasi Perangkat Lunak (software)

Choice

Adopsi Software Berlisensi vs Adopsi Free/Open Source Software

Decision

Migrasi dari Software Bajakan ke Free/Open Source Software

Action

Program Kota Pekalongan Go Open Source

Evaluation

Analisis Information Economics

Value

Information Economics Score

Diagram 3. 1. Desain Penelitian

Universitas Indonesia

Page 48: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI KEBIJAKAN …digilib.bppt.go.id/sampul/Evaluasi_Kebijakan_FOSS_Pekalongan_Thesis.pdf · yang kemudian dituangkan dalam format tesis ini, ... Direktur

31

Universitas Indonesia

Dari desain penelitian tersebut kemudian diuraikan menjadi beberapa tahapan

penelitian yang digambarkan dalam diagram sebagai berikut:

Sumber: Penulis

Obyek Penelitian: Kebijakan Pekalongan Go Open Source

Studi Literatur: – Infrastruktur TIK – F/OSS Sebagai Barang

Publik – Evaluasi Kebijakan

Pengumpulan Data: – Wawancara – Kuesioner – Dokumen Pendukung

Kesimpulan Information Economics Score

Saran

Analisis Aspek Tangible

(analisis biaya-manfaat)

Analisis Aspek Quasi-Tangible

(analisis biaya-manfaat / scoring)

Analisis Aspek Intangible

(scoring)

Diagram 3. 2. Tahapan Penelitian

Page 49: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI KEBIJAKAN …digilib.bppt.go.id/sampul/Evaluasi_Kebijakan_FOSS_Pekalongan_Thesis.pdf · yang kemudian dituangkan dalam format tesis ini, ... Direktur

32

Universitas Indonesia

3.2. Metode Penelitian: Information Economics

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode information

economics. Konsep information economics diperkenalkan oleh Marilyn Parker,

Robert Benson, dan Trainor pada tahun 1988. Dalam bukunya: Information

economics, Linking Business Performance to Information Technology, mereka

mengemukakan bahwa information economics dikembangkan sebagai upaya

untuk memberikan “concept and tools” kepada pihak manajemen untuk mengukur

konsekuensi biaya dan manfaat yang ditimbulkan dari sebuah proyek teknologi

informasi. Parker, et al. (1988:5) mendefinisikan information economics sebagai a

collection of computational tools for quantifying benefits and costs for

information technology projects. Menurut Indrajit (2004:20-21), metode

information economics pada prinsipnya merupakan modifikasi dari Cost Benefit

Analysis (CBA), yang kemudian disesuaikan secara khusus untuk mengukur

berbagai faktor intangible yang sering ditemukan dalam proyek teknologi

informasi. Metode ini dikatakan sebagai CBA yang diperluas karena adanya tiga

proses tambahan yang diberlakukan, yaitu:

– Value Linking, membahas dampak dari perubahan utama di berbagai

fungsi organisasi akibat diterapkannya sistem teknologi informasi;

– Value Acceleration, mendefinisikan nilai tambah yang diperoleh oleh

organisasi sebagai akibat dari penggunaan sistem teknologi informasi; dan

– Job Enrichment, menggambarkan hasil evaluasi terhadap nilai tambah

lainnya terkait dengan peningkatan kompetensi dan keahlian dari

karyawan perusahaan yang diperoleh karena diterapkannya sistem

teknologi informasi yang baru.

Indrajit (2004: 55) menyatakan bahwa information economics merupakan

salah satu metode yang dinilai paling komprehensif dan akurat untuk menganalisis

aspek biaya dan manfaat dari sebuah proyek teknologi informasi. Dalam

information economics, semua hal yang bersifat tangible dikalkulasikan dengan

menggunakan metode return on investment (ROI) konvensional. Sedangkan untuk

proses-proses yang bersifat intangible dan memiliki unsur resiko, digunakan

instrumen kuesioner yang kemudian dioalah secara ranking dan scoring. Secara

Page 50: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI KEBIJAKAN …digilib.bppt.go.id/sampul/Evaluasi_Kebijakan_FOSS_Pekalongan_Thesis.pdf · yang kemudian dituangkan dalam format tesis ini, ... Direktur

33

Universitas Indonesia

singkat dapat dikatakan bahwa metode ini bertujuan untuk mengidentifikasi,

mengukur, dan meranking dampak ekonomis yang timbul sebagai akibat dari

penerapan proyek teknologi informasi.

Untuk menganalisis penerapan Free/Open Source Software (F/OSS) di

lingkungan Pemerintah Kota Pekalongan dengan metode information economics,

dilakukan melalui tahapan sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi biaya dan manfaat yang sifatnya kasat mata (tangible

benefit), manfaat setengah kasat mata (quasi tangible benefit), dan manfaat

yang bersifat tidak kasat mata (intangible benefit). Biaya dan manfaat yang

kasat mata dihitung dengan cara membandingkan antara penghematan biaya

yang dihasilkan dengan seluruh biaya operasional yang dikeluarkan mengacu

pada analisis traditional cost and benefit untuk menghasilkan return on

investmnet (ROI). Untuk menghitung manfaat setengah kasat mata dilakukan

dengan cara scoring terkait dengan konsep value linking, value acceleration,

value restructuring, dan innovation valuation, sehingga menghasilkan ROI

yang baru. Sedangkan manfaat yang bersifat tidak kasat mata dihitung dengan

cara scoring terkait dengan organizational domain dan technology domain

dari penerapan F/OSS di Pemkot Pekalongan.

2. Menghitung hasil skor dari hasil perhitungan ROI sederhana dan skor dari

faktor-faktor yang terkait dengan organizational domain dan technology

domain sehingga didapatkan nilai total skor dari program penerapan F/OSS di

Pemkot Pekalongan.

Dalam penelitian ini, untuk menghitung biaya dan manfaat yang diperoleh Pemkot

Pekalongan sebagai dampak dari penggunaan perangkat lunak berbasis F/OSS

digunakan pendekatan sebagai berikut:

Weighted

Simple ROI +

Weighted

Organizational

Domaian

+ Weighted

Technology Domaian =

Project

Score

(Quantification) (Assessment/Scoring) (Assessment/Scoring)

Sumber: Parker, et al. (1988: 102)

Page 51: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI KEBIJAKAN …digilib.bppt.go.id/sampul/Evaluasi_Kebijakan_FOSS_Pekalongan_Thesis.pdf · yang kemudian dituangkan dalam format tesis ini, ... Direktur

34

Universitas Indonesia

Dalam konteks metode information economics, Parker, et al. (1988: 90)

menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan biaya adalah sejumlah sumber daya

yang dibutuhkan untuk menyelesaikan sebuah proyek. Dalam hal ini, biaya

dibedakan menjadi dua, yaitu biaya pengembangan (development cost) dan biaya

pemeliharaan atau biaya berjalan (maintenance/ongoing cost). Untuk menghitung

biaya investasi yang diperlukan untuk mengadopsi perangkat lunak berbasis

F/OSS dan biaya perawatan yang harus dikeluarkan, dilakukan dengan

menghitung realisasi anggaran belanja yang dikeluarkan oleh Dinas Komunikasi

dan Informatika Pemerintah Kota Pekalongan (Diskominfo Pemkot Pekalongan).

Sedangkan manfaat, menurut Parker, et al. (1988: 90) merupakan sejumlah

nilai pengembalian yang didapat oleh organisasi sebagai akibat dari pelaksanaan

proyek teknologi informasi. Untuk mengukur manfaat yang diperoleh sebagai

dampak dari penggunaan F/OSS tidak serta merta dapat dilakukan dengan hanya

merujuk pada dokumen anggaran saja, karena tidak semua manfaat dapat dengan

mudah dikonversikan dalam bentuk satuan rupiah. Parker, et al. (1988: 92)

membagi manfaat menjadi tiga, yaitu:

a) Tangible Benefit, merupakan manfaat yang secara nyata nilainya dapat

dihitung dari arus kas keuangan organisasi.

b) Quasi-Tangible Benefit, merupakan manfaat yang bentuknya berupa

peningkatan efisiensi proses kerja organisasi sebagai dampak dari

pemanfaatan teknologi informasi.

c) Intangible Benefit, merupakan manfaat yang bentuknya berupa peningkatan

efektifitas proses kerja organisasi sebagai dampak dari pemanfaatan teknologi

informasi.

Di lain pihak, Remenyi (dalam Indrajit, 2004: 30) membagi manfaat

menjadi dua macam, yaitu manfaat yang bersifat tangible dan intangible. Manfaat

tangible adalah yang secara langsung berpengaruh terhadap keuntungan sebuah

organisasi, baik berupa pengurangan atau penghematan biaya (cost) maupun

peningkatan pendapatan (revenue). Di sisi lain, manfaat intangible didefinisikan

sebagai manfaat positif yang diperoleh oleh organisasi sebagai dampak dari

Page 52: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI KEBIJAKAN …digilib.bppt.go.id/sampul/Evaluasi_Kebijakan_FOSS_Pekalongan_Thesis.pdf · yang kemudian dituangkan dalam format tesis ini, ... Direktur

35

Universitas Indonesia

pemanfaatan teknologi informasi, namun tidak secara langsung berhubungan

dengan keuntungan finansial organisasi.

Dalam menentukan teknik untuk mengukur manfaat berdasarkan

karakteristik tangible-intangible dan measurable-unmeasurable, matriks berikut

digunakan sebagai pedoman untuk memilih teknik yang cocok.

Gambar 3. 1. Matriks Teknik Mengukur Manfaat

Sumber: Remenyi (dalam Indrajit, 2004: 32)

3.2.1. Pengukuran Tangible Benefit

Bila dibandingkan dengan perangkat lunak berlisensi (proprietary

software), Free/Open Source Software (F/OSS) berpotensi memberikan

keuntungan dari sisi penghematan biaya dan keamanan dari sisi teknis. Menurut

Chirca (2010: 90) sebuah organisasi mungkin mempunyai beberapa alternatif

alasan untuk menerapkan F/OSS, tetapi hanya analisis biaya manfaat (cost benefit

analysis) yang dapat menunjukkan apakah memilih F/OSS adalah sebuah

keputusan yang baik atau tidak. Analisis biaya manfaat untuk menilai investasi

penerapan F/OSS, menggunakan prinsip membandingkan seluruh biaya yang

harus dikeluarkan untuk mendukung proses migrasi dan adopsi dengan manfaat

Page 53: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI KEBIJAKAN …digilib.bppt.go.id/sampul/Evaluasi_Kebijakan_FOSS_Pekalongan_Thesis.pdf · yang kemudian dituangkan dalam format tesis ini, ... Direktur

36

Universitas Indonesia

yang diperoleh oleh organisasi sebagai akibat dari penerapan F/OSS. Pendekatan

ini digunakan untuk menilai biaya dan manfaat yang sifatnya kasat mata

(tangible) dan dapat diukur (measurable) secara kuantitatif.

3.2.2. Pengukuran Quasi-Tangible Benefit

Untuk mengukur manfaat yang sifatnya quasi-tangible, dilakukan dengan

mengidentifikasi dan menghitung value dari organisasi. Menurut Parker, et al.

(1988:65), value merupakan substitusi dari manfaat. Pengukuran value didasarkan

pada keuntungan yang diperoleh organisasi sebagai dampak dari pemanfaatan

teknologi informasi yang tercermin dalam peningkatan kinerja organisasi baik di

masa sekarang maupun masa yang akan datang. Dalam hal ini, value organisasi

yang dihitung meliputi value linking, value acceleration, value restructuring dan

innovation valuation dari Pemkot Pekalongan setelah menggunakan F/OSS.

a) Value Linking, merupakan nilai yang terkait dengan pengaruh penerapan

teknologi informasi terhadap peningkatan pendapatan, penurunan biaya dan

peningkatan kinerja sebagai dampak sinergi antar fungsi-fungsi dalam sebuah

organisasi.

b) Value Acceleration, merupakan nilai yang terkait dengan efisiensi waktu

sebagai dampak dari penerapan teknologi informasi. Value acceleration

digunakan untuk mengevaluasi secara finansial manfaat

pengurangan/percepatan waktu kinerja sebuah organisasi.

c) Value Restructuring, merupakan nilai yang berhubungan dengan perubahan

suatu pekerjaan atau fungsi bagian. Value restructuring digunakan untuk

mengukur peningkatan produktivitas yang terjadi karena adanya perubahan

pola pekerjaan sebagai dampak dari penerapan teknologi informasi.

d) Innovation Valuation, merupakan nilai yang terkait dengan terbentuknya

fungsi-fungsi atau ketrampilan baru sebagai dampak dari penerapan teknologi

informasi. Aspek innovation valuation digunakan untuk mengukur perubahan

tata kelola organisasi dan peningkatan kapasitas pegawai.

Page 54: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI KEBIJAKAN …digilib.bppt.go.id/sampul/Evaluasi_Kebijakan_FOSS_Pekalongan_Thesis.pdf · yang kemudian dituangkan dalam format tesis ini, ... Direktur

37

Universitas Indonesia

3.2.3. Pengukuran Intangible Benefit

Untuk mengukur biaya dan manfaat yang sifatnya tidak kasat mata

(intangible) dilakukan dengan cara menilai aspek proses bisnis (organizational

domain) dan aspek teknologi (technology domain) dari organisasi sebagai dampak

dari penerapan teknologi informasi. Dalam hal ini penilaian dilakukan dengan

menggunakan instrumen kuesioner berdasarkan pada kaidah dan format yang

telah disusun oleh Marilyn Parker dan timnya.

a) Penilaian Organizational Domain

Penilaian aspek organisasional meliputi aspek strategic match, competitive

advantage, management information, competitive response, dan project or

organizational risk.

– Strategic Match

Merupakan indikator yang dipakai untuk mengetahui seberapa besar

kontribusai dukungan proyek teknologi informasi terhadap kebijakan

strategis organisasi.

– Competitive Advantage

Merupakan indikator yang dipakai untuk mengetahui tingkat pelayanan

yang dihasilkan organisasi dengan adanya proyek teknologi informasi

yang dibangun. Istilah kompetitif pada Competitive Advantage di sini

merujuk pada terjadinya pertukaran data antara organisasi dengan pihak

luar. Dengan adanya pertukaran data ini diharapkan dapat menciptakan

layanan internal yang lebih efisien dan meningkatkan produktifitas para

pegawai dalam melaksanakan tugasnya sehingga pada akhirnya juga

menciptakan pengurangan biaya.

– Management Information Support

Merupakan indikator yang dipakai untuk mengetahui peran proyek

teknologi informasi dalam menyediakan informasi dalam mendukung

tugas pokok dan fungsi (Tupoksi) organisasi.

– Competitive Response

Page 55: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI KEBIJAKAN …digilib.bppt.go.id/sampul/Evaluasi_Kebijakan_FOSS_Pekalongan_Thesis.pdf · yang kemudian dituangkan dalam format tesis ini, ... Direktur

38

Universitas Indonesia

Merupakan indikator yang dipakai untuk mengetahui kemungkinan

hilangnya peluang yang hendak dicapai organisasi karena kegagalan atau

penundaan pembangunan proyek teknologi informasi.

– Organizational Risk

Merupakan indikator yang dipakai untuk mengetahui kesiapan bagi para

pengguna dalam organisasi terhadap perubahan yang akan terjadi.

b) Penilaian Faktor-Faktor Technology Domain

Penilaian terhadap technology domain meliputi faktor-faktor yang terkait dengan

strategic information technology architecture, definitional uncertainty, technical

uncertainty dan infrastructure risk.

– Strategic Information Technology Architecture

Merupakan indikator yang dipakai untuk mengetahui apakah proyek

teknologi informasi telah sejalan dengan rencana strategis organisasi di

bidang teknologi informasi.

– Definitional Uncertainty

Merupakan indikator yang dipakai untuk mengetahui tingkat kompleksitas

proyek teknologi informasi yang akan diterapkan, dan kemungkinan

terjadinya perubahan-perubahan yang timbul.

– Technical Uncertainty

Merupakan indikator yang dipakai untuk mengetahui resiko terkait dengan

kemudahan pengoperasian maupun tingkat kesulitan dalam melakukan

pemeliharaan teknologi informasi.

– Infrastructure Risk

Merupakan indikator yang dipakai untuk mengetahui resiko perubahan

konfigurasi infrastruktur dan implikasi pembiayaan yang harus

dikeluarkan oleh organisasi.

Page 56: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI KEBIJAKAN …digilib.bppt.go.id/sampul/Evaluasi_Kebijakan_FOSS_Pekalongan_Thesis.pdf · yang kemudian dituangkan dalam format tesis ini, ... Direktur

39

Universitas Indonesia

3.2.4. Nilai Korporat (Corporate Values)

Menurut Parker, et al. (1988: 180-182), salah satu cara yang dapat

digunakan untuk menentukan nilai korporat adalah dengan merujuk pada aspek

budaya organisasi. Lebih lanjut, Parker mendefinisikan budaya organisasi sebagai

sistem yang diyakini bersama terkait dengan sejarah organisasi, kepercayaan dan

nilai tertentu yang diyakini. Sebagai sebuah sistem nilai yang diyakini bersama,

budaya organisasi berpengaruh pada gaya pimpinan dalam penetapan misi dan

membuat keputusan terkait dengan pencapaian tujuan. Dalam konteks information

economics, penentuan nilai korporat dapat diidentifikasi dari dua aspek, yaitu:

Kondisi organisasi yang merujuk pada hal-hal yang terkait dengan kondisi

keuangan, produk/jasa yang dihasilkan sehingga dapat diidentifikasi

apakah organisasi dalam keadaan baik atau tidak.

Kondisi infrastruktur teknologi informasi, khususnya dukungan sistem

informasi berbasis komputer terhadap upaya pencapaian misi organisasi.

Merujuk pada dua aspek tersebut, Parker, et al. (1988) kemudian

mengklasifikasikan tipikal organisasi menjadi 4 kuadran sebagai berikut:

Kuadran A

INVESTMENT

Kuadran B

STRATEGIC

Kuadran C

INFRASTRUCTURE

Kuadran D

BREAKTHRU;

MANAGEMENT

kuat lemah Dukungan Teknologi Informasi

Gambar 3.2. Kuadran Nilai Korporat

Sumber: Parker, et al. (1988: 187)

lem

ah

kuat

K

on

dis

i Org

an

isa

si

Page 57: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI KEBIJAKAN …digilib.bppt.go.id/sampul/Evaluasi_Kebijakan_FOSS_Pekalongan_Thesis.pdf · yang kemudian dituangkan dalam format tesis ini, ... Direktur

40

Universitas Indonesia

Organisasi yang masuk dalam kategori “Investment” (kuadran A) adalah

organisasi yang kuat dengan tingkat dukungan teknologi informasi yang lemah.

Biasanya organisasi ini baru mulai menginvestasikan teknologi informasi. Dengan

kekuatan organisasi yang ada, mereka memiliki kesempatan untuk meningkatkan

investasi yang mereka miliki di masa mendatang, dengan konsekuensi mereka

harus terus berfokus pada pembangunan infrastrukturnya. Organisasi dengan tipe

ini mempunyai nilai korporat positif 20 dan nilai korporat negatif -10 dengan

rincian bobot korporat sebagai berikut:

Tabel 3.1. Nilai Korporat Kuadaran Investment

Likely Resulting

Value Weight

Business Domain

Return on Investment medium 2

Strategic Match low 0

Competitive Advantage low 0

Management Information medium 2

Competitive Response highest 8

Project Organization Risk medium -2

Technology Domain

Definitional Uncertainty medium -4

Technical Uncertainty medium -4

Strategic Information System Architecture high 8

Information System Infrastructure Risk low 0

Total Value 20

Total Risk and Uncertainty -10

Domain

Sumber: Parker, et al. (1988: 188)

Organisasi yang masuk dalam kategori “Strategic” (kuadran B) adalah

organisasi yang kuat dengan tingkat dukungan teknologi informasi yang kuat

juga. Organisasi dengan karakteristik tersebut memposisikan teknologi informasi

sebagai salah satu infrastruktur utama untuk mendukung kinerja organisasi.

Organisasi tipe “Strategic” ini mempunyai nilai korporat positif 19 dan nilai

korporat negatif -5, dengan rincian bobot korporat sebagai berikut:

Page 58: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI KEBIJAKAN …digilib.bppt.go.id/sampul/Evaluasi_Kebijakan_FOSS_Pekalongan_Thesis.pdf · yang kemudian dituangkan dalam format tesis ini, ... Direktur

41

Universitas Indonesia

Tabel 3.2. Nilai Korporat Kuadaran Strategic

Likely Resulting

Value Weight

Business Domain

Return on Investment medium 2

Strategic Match high 4

Competitive Advantage highest 6

Management Information medium 2

Competitive Response high 4

Project Organization Risk low -1

Technology Domain

Definitional Uncertainty medium -2

Technical Uncertainty low -1

Strategic Information System Architecture low 1

Information System Infrastructure Risk low -1

Total Value 19

Total Risk and Uncertainty -5

Domain

Sumber: Parker, et al. (1988: 188)

Organisasi yang berada pada kategori “Infrastructure” (kuadran C) adalah

organisasi yang lemah dengan tingkat dukungan teknologi informasi yang lemah

juga. Dengan kondisi organisasi yang masih lemah, tingkat ketergantungan

organisasi pada teknologi informasi juga dinilai sangat lemah. Organisasi dengan

tipe ini, mempunyai nilai korporat positif 20 dan nilai korporat negatif -10 dengan

rincian bobot korporat sebagai berikut:

Tabel 3.3. Nilai Korporat Kuadaran Infrastructure

Likely Resulting

Value Weight

Business Domain

Return on Investment medium 2

Strategic Match high 4

Competitive Advantage low 0

Management Information high 4

Competitive Response medium 2

Project Organization Risk high -4

Technology Domain

Definitional Uncertainty high -4

Technical Uncertainty medium -2

Strategic Information System Architecture highest 8

Information System Infrastructure Risk low 0

Total Value 20

Total Risk and Uncertainty -10

Domain

Sumber: Parker, et al. (1988: 189)

Page 59: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI KEBIJAKAN …digilib.bppt.go.id/sampul/Evaluasi_Kebijakan_FOSS_Pekalongan_Thesis.pdf · yang kemudian dituangkan dalam format tesis ini, ... Direktur

42

Universitas Indonesia

Organisasi yang masuk dalam kategori “Breakthru or Management”

(kuadran D) adalah organisasi yang lemah tetapi tingkat dukungan teknologi

informasinya kuat. Dengan adanya dukungan dari teknologi informasi yang kuat

dimungkinkan tercipta kekuatan pada fungsi-fungsi organisasi yang ada.

Organisasi dengan tipe ini mempunyai nilai korporat positifnya 20 dan nilai

korporat negatifnya -10, dengan rincian bobot korporat sebagai berikut:

Tabel 3.4. Nilai Korporat Kuadaran Breakthru

Likely Resulting

Value Weight

Business Domain

Return on Investment high 4

Strategic Match highest 6

Competitive Advantage low 0

Management Information high 4

Competitive Response low 0

Project Organization Risk high -4

Technology Domain

Definitional Uncertainty medium -2

Technical Uncertainty medium -2

Strategic Information System Architecture highest 6

Information System Infrastructure Risk medium -2

Total Value 20

Total Risk and Uncertainty -10

Domain

Sumber: Parker, et al. (1988: 190)

3.2.5. Information Economics Scorecard

Data yang telah dikumpulkan dari hasil wawancara, kuesioner dan

dokumen pendukung lainnya kemudian dioalah dan dianalisis menurut kerangka

kerja information economics. Semua skor yang diperoleh dari perhitungan Return

On Investment sederhana, skor dari kelima faktor organizational domain dan skor

dari keempat faktor technology domain, dimasukkan ke masing-masing kolom

yang telah disediakan dalam lembar penilaian (scorecard) yang dapat dilihat pada

tabel 3.5. di bawah.

Weighted value diperoleh dari hasil perkalian antara factor (yang

merupakan bobot dari nilai korporat yang besarnya sesuai dengan karakteristik

Page 60: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI KEBIJAKAN …digilib.bppt.go.id/sampul/Evaluasi_Kebijakan_FOSS_Pekalongan_Thesis.pdf · yang kemudian dituangkan dalam format tesis ini, ... Direktur

43

Universitas Indonesia

organisasi seperti yang dirumuskan oleh Parker, et al. yang terbagi dalam 4

kuadran seperti diuraikan sebelumya) dengan skor dari organizational domain dan

skor dari technology domain berdasarkan hasil kuesioner. Sedangkan weighted

score merupakan nilai total yang besarannya diperoleh dari penjumlahan secara

horisontal dari semua nilai yang ada di kolom weighted value.

Tabel 3. 5. Information Economics Scorecard

Evaluator Organizational Domain Technology Domain Weighted

Score

Corporate

Value

ROI SM CA MI CR OR SA DU TU IR

Organizational

Domain + + + + + -

Technology

Domain

+ - - -

Weighted

Value

Keterangan:

ROI : Return on Invesment

SM : Strategic Match

CA : Competitive Advantage

MI : Management Information

CR : Competitive Response

OR : Organizational Risk

SA : Strategic Architechture

DU : Definitional Uncertainty

TU : Technical Uncertainty

IR : Infrastructure Risk

Sumber: Parker, et.al. (1988: 145)

Skor total yang diperoleh kemudian dimasukkan dalam interval nilai

minimum dan nilai maksimum sebagai landasan untuk mengidentifikasi posisi

dan besaran manfaat dari penerapan F/OSS di lingkungan Pemkot Pekalongan.

Dalam hal ini, nilai minimum dan maksimum diperoleh dari hasil identifikasi nilai

korporat kemudian dikalikan dengan skor maksimum dari kuesioner yang disebar,

yaitu 5 (lima). Hasil perkalian dari masing-masing aspek kemudian

diklasifikasikan berdasarkan nilai positif dan negatif kemudian dijumlahkan. Hasil

penjumlahan dari semua skor yang bernilai negatif menjadi nilai minimum,

Page 61: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI KEBIJAKAN …digilib.bppt.go.id/sampul/Evaluasi_Kebijakan_FOSS_Pekalongan_Thesis.pdf · yang kemudian dituangkan dalam format tesis ini, ... Direktur

44

Universitas Indonesia

sedangkan hasil penjumlahan dari semua skor yang bernilai positif akan menjadi

nilai maksimum dalam skala pengukuran.

3.3. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data primer dan skunder dalam penelitian ini dilakukan

dengan beberapa cara, sebagai berikut:

a. Studi Pustaka

Studi pustaka merupakan pengumpulan data sekunder dengan cara mengkaji

beberapa literatur berupa buku, jurnal ilmiah, karya tulis maupun dokumen

pendukung lain yang berhubungan dengan obyek penelitian.

b. Pengamatan langsung (observasi)

Observasi lapangan dilakukan dengan cara berkunjung ke Kota Pekalongan

sebagai tempat penelitian, kemudian mengamati kondisi penggunaan

perangkat lunak berbasis Free/Open Source (F/OSS) di lingkungan instansi

tersebut.

c. Kuesioner

Kuesioner disusun dengan mengacu pada kaidah yang ditetapkan dalam

metode information economics dan disebarkan kepada pegawai Pemkot

Pekalongan sebagai responden dari penelitian ini.

d. Wawancara

Wawancara dilakukan dengan panduan daftar pertanyaan yang telah disusun

untuk mendukung pengumpulan data sesuai dengan arah penelitian. Panduan

wawancara berupa daftar pertanyaan yang sifatnya terstruktur ditujukan untuk

mengumpulkan data yang formatnya sudah jelas. Selain wawancara

terstruktur, dilakukan juga wawancara tidak terstruktur dengan beberapa

narasumber untuk menggali informasi kualitatif yang lebih mendalam.

3.4. Responden

Dalam metode information economics, pemilihan responden dilakukan

berdasarkan pertimbangan bahwa orang yang dipilih dianggap mampu

Page 62: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI KEBIJAKAN …digilib.bppt.go.id/sampul/Evaluasi_Kebijakan_FOSS_Pekalongan_Thesis.pdf · yang kemudian dituangkan dalam format tesis ini, ... Direktur

45

Universitas Indonesia

menjelaskan atau memberi pendapat tentang hal-hal yang terkait dengan proyek

teknologi informasi yang akan dievaluasi (Hendarti, 2011: 28-30). Dalam

penelitian ini pemilihan responden dilakukan secara sengaja (teknik purposive

sampling), yaitu bagian dari pegawai tetap di lingkungan Pemerintah Kota

Pekalongan yang terbiasa menggunakan komputer yang dianggap mampu

menjelaskan atau memberi pendapat tentang hal-hal yang terkait dengan migrasi

dan penggunaan F/OSS. Program Kota Pekalongan Go Open Source berada di

bawah koordinasi Bagian Pusat Data dan Elektronik (PDE) Sekretariat Daerah

yang kemudian pada tahun 2011 berubah menjadi Dinas Komunikasi dan

Informatika. Menurut informasi dari Sri Budi Santoso selaku Kepala Dinas

Kominfo Pemkot Pekalongan, selain Dinas Kominfo, SKPD yang menjadi aktor

utama sekaligus sebagai pihak yang dijadikan sebagai percontohan dari

penggunaan F/OSS adalah Sekretariat Daerah (Setda), Badan Perencanaan

Pembangunan Daerah (Bappeda), Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan, dan

Aset Daerah (DPPKAD) dan Inspektorat. Selain perwakilan dari organisasi inti

tersebut, responden dalam penelitian ini juga mencakup perwakilan dari seluruh

SKPD di lingkungan Pemkot Pekalongan yang berjumlah 33 Unit Kerja, meliputi

9 Dinas Daerah, 11 Lembaga Teknis (Badan / Kantor), 9 Bagian Setda dan 4

Kecamatan.

Page 63: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI KEBIJAKAN …digilib.bppt.go.id/sampul/Evaluasi_Kebijakan_FOSS_Pekalongan_Thesis.pdf · yang kemudian dituangkan dalam format tesis ini, ... Direktur

46

BAB 4

KEBIJAKAN KOTA PEKALONGAN GO OPEN SOURCE

Sebagai upaya menindaklanjuti Surat Edaran Menkominfo Nomor

05/SE/Kominfo/10/2005 tentang Kewajiban Pemakaian dan Pemanfaatan

Penggunaan Legal Software di Lingkungan Instansi Pemerintah, Surat Edaran

MenPAN Nomor SE/01/M.PAN/3/2009 tentang Pemanfaatan Perangkat Lunak

Legal dan Open Source Software, dan Surat Edaran Menristek Nomor

030/M/IV/2009 tentang Tindak Lanjut Migrasi Open Source di Instansi

Pemerintah, Pemerintah Kota Pekalongan secara resmi mendeklarasikan

kebijakan penggunaan F/OSS pada tanggal 18 Juni 2008.

4.1. Sosialisasi dan Inisiasi

Tahap awal merupakan tahap sosialisasi, inisiasi dan pembelajaran

penggunaan F/OSS di lingkungan SKPD yang dimulai pada bulan Juni 2008.

Tahapan ini dimulai dengan penjabaran visi dan misi Walikota Pekalongan terkait

Good Government Governance. Kebijakan migrasi dari perangkat lunak bajakan

pada perangkat lunak legal berbasis F/OSS (migrasi F/OSS) merupakan salah satu

upaya mengoptimalkan pemanfaatan teknologi informasi untuk mendukung

percepatan Good Government Governance, efisiensi dan akuntabilitas kepada

publik. Pokok kebijakan migrasi F/OSS adalah mewajibkan pemakaian dan

pemanfaatan perangkat lunak legal berbasis F/OSS di lingkungan Pemerintah

Kota Pekalongan. Kebijakan pemilihan perangkat lunak legal berbasis F/OSS ini

dilandasi semangat “manajemen halalan toyiban menuju kebaikan dan

keberkahan” dengan tujuan untuk:

a) Meningkatkan kemandirian, daya saing, kreatifitas serta inovasi daerah;

b) Melakukan upaya dalam rangka menguasai, mendayagunakan dan

memanfaatkan teknologi informasi;

c) Mempercepat penguasaan teknologi informasi melalui pengembangan dan

penggunaan F/OSS;

d) Menggunakan perangkat lunak legal di setiap SKPD;

Universitas Indonesia

Page 64: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI KEBIJAKAN …digilib.bppt.go.id/sampul/Evaluasi_Kebijakan_FOSS_Pekalongan_Thesis.pdf · yang kemudian dituangkan dalam format tesis ini, ... Direktur

47

Universitas Indonesia

e) Menyebarluaskan penggunaan F/OSS di Pemerintah Kota Pekalongan; dan

f) Melakukan efisiensi anggaran pengadaan perangkat lunak legal.

4.2. e-Leadership dan Regulasi

Pihak Pemerintah Kota Pekalongan berpendapat bahwa migrasi F/OSS

bukan hanya merupakan masalah teknis, tetapi juga merupakan uji kepemimpinan

bagi pejabat SKPD. Upaya untuk menumbuhkan kesadaran dan komitmen

pimpinan SKPD terhadap pemakaian dan pemanfaatan perangkat teknologi

informasi (dalam hal ini perangkat lunak legal berbasis F/OSS) dilakukan dengan

menetapkan proses migrasi F/OSS dimulai dari pusat birokrasi (Setda, Bappeda,

DPPKAD, Inspektorat, BKD, Diskominfo). Secara formal, komitmen pimpinan

SKPD juga dituangkan dalam bentuk pakta intergritas yang ditandatangani oleh

seluruh pejabat struktural SKPD di lingkungan Pemerintah Kota Pekalongan.

Pakta integritas tersebut berisi beberapa komitmen berikut:

a) Akan mematuhi ketentuan Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang

Hak Cipta dalam penyelenggaraan pelayanan publik;

b) Dalam penyelenggaraan pelayanan publik, berjanji akan memakai dan

memanfaatkan perangkat lunak legal, baik perangkat lunak berbasis F/OSS

maupun bersifat proprietary software;

c) Akan mengoptimalkan pemakaian dan pemanfaatan perangkat lunak legal

dan F/OSS sebagai langkah untuk mempercepat Good Governance,

efisiensi dan akuntabilitas kepada publik; dan

d) Akan mengerahkan segala kemampuan dan sumber daya secara optimal

untuk memberikan hasil kerja terbaik dalam perencanaan, manajemen

belanja/investasi, realisasi, pengoperasian, pemeliharaan, dan monitoring

dan evaluasi perangkat lunak legal dan F/OSS.

Kebijakan migrasi F/OSS di Kota Pekalongan juga mendapatkan

dukungan penuh dari pihak walikota selaku pimpinan tertinggi di daerah tersebut.

Dukungan walikota dituangkan dalam bentuk Peraturan maupun Keputusan

Page 65: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI KEBIJAKAN …digilib.bppt.go.id/sampul/Evaluasi_Kebijakan_FOSS_Pekalongan_Thesis.pdf · yang kemudian dituangkan dalam format tesis ini, ... Direktur

48

Universitas Indonesia

Walikota Pekalongan pelengkap dari peraturan hukum dari Pemerintah Pusat.

Beberapa Peraturan maupun Keputusan Walikota Pekalongan yang dikeluarkan

untuk mendukung proses migrasi, meliputi:

a) Peraturan Walikota Pekalongan Nomor 46 Tahun 2010 tentang Rencana

Strategis sektor Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) Tahun 2009-

2013;

b) Peraturan Walikota Pekalongan Nomor 9 Tahun 2010 tentang Panduan

Umum Tata Kelola Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK);

c) Peraturan Walikota Pekalongan Nomor 12A Tahun 2010 tentang Migrasi

Perangkat Lunak Legal Berbasis F/OSS;

d) Keputusan Walikota Pekalongan Nomor 020/024 Tahun 2010 tentang

Kewajiban Pemakaian dan Pemanfataan Perangkat Lunak Legal dan

F/OSS;

e) Keputusan Walikota Pekalongan Nomor 020/026 Tahun 2010 tentang Tim

Migrasi Perangkat Lunak Legal Berbasis F/OSS;

f) Keputusan Walikota Pekalongan Nomor 020.05/101 Tahun 2010 tentang

Tim Help Desk Perangkat Lunak Legal Berbasis F/OSS;

g) Keputusan Walikota Pekalongan Nomor 020.05/102 Tahun 2010 tentang

Tim Monitoring dan Evaluasi Penggunaan Perangkat Lunak Legal

Berbasis F/OSS;

h) Keputusan Walikota Pekalongan Nomor 020.05/185 Tahun 2010 tentang

Tim Fasilitasi Penerapan Software Legal berbasis F/OSS;

i) Keputusan Walikota Pekalongan Nomor 020.05/184 Tahun 2010 tentang

Tim Penegak Kepatuhan Penerapan Software Legal dalam Pemanfaatan

Sarana TIK;

j) Keputusan Walikota Pekalongan Nomor 020/071 Tahun 2011 Tentang

Integrasi dan Migrasi Aplikasi/SIM TIK Berbasis F/OSS;

k) Keputusan Walikota Pekalongan Nomor 020/142 Tahun 2011 Tentang

Integrasi dan Migrasi Simkeuda Berbasis F/OSS.

Page 66: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI KEBIJAKAN …digilib.bppt.go.id/sampul/Evaluasi_Kebijakan_FOSS_Pekalongan_Thesis.pdf · yang kemudian dituangkan dalam format tesis ini, ... Direktur

49

Universitas Indonesia

4.3. Kelembagaan Tim Migrasi F/OSS

Untuk melaksanakan program migrasi F/OSS, Pemerintah Kota

Pekalongan membentuk beberapa Tim Migrasi F/OSS yang dikukuhkan dengan

surat Keputusan Walikota.

a) Tim Migrasi Perangkat Lunak Legal Berbasis F/OSS.

Dalam hal ini, Tim Migrasi terdiri atas Tim Pengarah, Tim Pelaksana, dan

Tim Pendamping.

Tim Pengarah (8 orang pelaksana internal), bertugas:

– Memberikan arahan, kebijakan, dan strategi migrasi perangkat lunak

legal berbasis F/OSS di lingkungan Pemerintah Kota Pekalongan;

– Mengkoordinasikan pemakaian dan pemanfaatan perangkat lunak legal

berbasis F/OSS di lingkungan Pemerintah Kota Pekalongan;

– Mendorong percepatan migrasi perangkat lunak legal berbasis F/OSS di

setiap SKPD Pemerintah Kota Pekalongan;

– Menumbuhkan komitmen pimpinan SKPD terhadap kewajiban

pemakaian dan pemanfaatan perangkat lunak legal berbasis F/OSS di

lingkungan Pemerintah Kota Pekalongan;

– Melaporkan pelaksanaan migrasi perangkat lunak legal berbasis F/OSS

di lingkungan Pemerintah Kota Pekalongan kepada Walikota

Pekalongan.

Tim Pelaksana (7 orang pelaksana internal), bertugas:

– Menyusun rencana dan strategi migrasi perangkat lunak legal berbasis

F/OSS di lingkungan Pemerintah Kota Pekalongan;

– Menyelenggarakan sosialisasi migrasi, pemakaian dan pemanfaatan

perangkat lunak legal berbasis F/OSS di lingkungan Pemerintah Kota

Pekalongan;

– Membuat jadwal dan target migrasi perangkat lunak legal berbasis F/OSS

di lingkungan Pemerintah Kota Pekalongan;

Page 67: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI KEBIJAKAN …digilib.bppt.go.id/sampul/Evaluasi_Kebijakan_FOSS_Pekalongan_Thesis.pdf · yang kemudian dituangkan dalam format tesis ini, ... Direktur

50

Universitas Indonesia

– Melaksanakan migrasi perangkat lunak legal berbasis F/OSS di

lingkungan Pemerintah Kota Pekalongan yang meliputi inventarisasi

perangkat keras dan perangkat lunak, instalasi perangkat lunak legal

berbasis F/OSS, pendidikan dan pelatihan perangkat lunak legal berbasis

F/OSS bagi user, administrator, dan trainer;

– Mendokumentasikan migrasi perangkat lunak legal berbasis F/OSS di

lingkungan Pemerintah Kota Pekalongan;

– Bekerjasama dengan pengawas internal melakukan monitoring dan

evaluasi migrasi, pemakaian dan pemanfaatan perangkat lunak legal

berbasis F/OSS di lingkungan Pemerintah Kota Pekalongan;

– Melaporkan pelaksanaan migrasi perangkat lunak legal berbasis F/OSS

di lingkungan Pemerintah Kota Pekalongan kepada Tim Pengarah.

Tim Pendamping (8 orang pelaksana internal), bertugas:

– Melakukan pendampingan sebelum dan sesudah migrasi perangkat lunak

legal berbasis F/OSS di lingkungan Pemerintah Kota Pekalongan;

– Melakukan pendampingan inventarisasi, instalasi, dan pendidikan dan

pelatihan perangkat lunak legal berbasis F/OSS di lingkungan Pemerintah

Kota Pekalongan;

– Memberikan solusi pemecahan masalah migrasi perangkat lunak legal

berbasis F/OSS di lingkungan Pemerintah Kota Pekalongan;

– Memberikan dukungan yang cukup terhadap perkembangan perangkat

lunak legal berbasis F/OSS;

– Melaporkan pelaksanaan pendampingan migrasi perangkat lunak legal

berbasis F/OSS di lingkungan Pemerintah Kota Pekalongan kepada Tim

Pelaksana Teknis.

b) Tim Help Desk Perangkat Lunak Legal Berbasis F/OSS

Tim Help Desk (7 orang pelaksana internal), bertugas:

– Mensosialisasikan arah, kebijakan, dan strategi migrasi, serta pemakaian

dan pemanfaatan perangkat lunak legal berbasis F/OSS di lingkungan

Pemerintah Kota Pekalongan;

Page 68: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI KEBIJAKAN …digilib.bppt.go.id/sampul/Evaluasi_Kebijakan_FOSS_Pekalongan_Thesis.pdf · yang kemudian dituangkan dalam format tesis ini, ... Direktur

51

Universitas Indonesia

– Memberikan dukungan teknis maupun non teknis terkait pemakaian dan

pemanfaatan perangkat lunak legal berbasis F/OSS di lingkungan

Pemerintah Kota Pekalongan;

– Memberikan asistensi atas kendala dan permasalahan dalam implementasi

migrasi, pemakaian dan pemanfaatan perangkat lunak legal berbasis

F/OSS di lingkungan Pemerintah Kota Pekalongan;

– Menerima dan menyelesaikan keluhan pengguna atas kebijakan migrasi,

pemakaian dan pemanfaatan perangkat lunak legal berbasis F/OSS di

lingkungan Pemerintah Kota Pekalongan;

– Melakukan koordinasi dengan Tim Monitoring dan Evaluasi Penggunaan

Perangkat Lunak Legal Berbasis F/OSS Pemerintah Kota Pekalongan

secara periodik;

– Melaporkan pelaksanaan migrasi perangkat lunak legal berbasis F/OSS di

lingkungan Pemerintah Kota Pekalongan kepada Walikota Pekalongan Cq.

Tim Migrasi Perangkat Lunak Legal Berbasis F/OSS Pemerintah Kota

Pekalongan.

c) Tim Monitoring dan Evaluasi

Tim Monitoring dan Evaluasi (7 orang pelaksana internal), bertugas:

– Melakukan pemutakhiran data inventarisasi perangkat keras dan perangkat

lunak legal berbasis F/OSS di lingkungan Pemerintah Kota Pekalongan;

– Melakukan pendataan kendala dan permasalahan dalam implementasi

migrasi, pemakaian dan pemanfaatan perangkat lunak legal berbasis

F/OSS di lingkungan Pemerintah Kota Pekalongan;

– Melakukan pendataan pegawai yang telah mengikuti pelatihan pemakaian

dan pemanfaatan perangkat lunak legal berbasis F/OSS di lingkungan

Pemerintah Kota Pekalongan;

– Menyusun daftar peripheral yang didukung oleh F/OSS;

– Melakukan standarisasi aplikasi berbasis F/OSS di di lingkungan

Pemerintah Kota Pekalongan;

– Melakukan koordinasi dengan Tim Helpdesk Perangkat Lunak Legal

Berbasis F/OSS Pemerintah Kota Pekalongan secara periodik;

Page 69: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI KEBIJAKAN …digilib.bppt.go.id/sampul/Evaluasi_Kebijakan_FOSS_Pekalongan_Thesis.pdf · yang kemudian dituangkan dalam format tesis ini, ... Direktur

52

Universitas Indonesia

– Melaporkan pelaksanaan migrasi perangkat lunak legal berbasis F/OSS di

lingkungan Pemerintah Kota Pekalongan kepada Walikota Pekalongan Cq.

Tim Migrasi Perangkat Lunak Legal Berbasis F/OSS Pemerintah Kota

Pekalongan.

d) Tim Fasilitasi Penerapan Software Legal berbasis F/OSS

Tim Fasilitasi tersebut terdiri atas Tim Pengarah dan Tim Pelaksana.

Tim Pengarah (9 orang pelaksana internal dan 5 orang pelaksana eksternal),

bertugas:

– Memberikan arahan kepada Tim Pelaksana dalam perencanaan,

pelaksanaan dan pelaporan teknis kegiatan fasilitasi penerapan software

legal berbasis F/OSS;

Tim Pelaksana (20 orang pelaksana internal dan 77 orang pelaksana eksternal),

bertugas:

– Merumuskan dan melaksanakan langkah-langkah dan pentahapan teknis

operasional untuk perencanaan dan pelaksanaan kegiatan fasilitasi

penerapan software legal berbasis F/OSS;

– Melakukan percepatan migrasi ke sistem operasi dan aplikasi perkantoran

berbasis F/OSS pada komputer administrasi perkantoran di lingkungan

SKPD Pemerintah Kota Pekalongan;

– Melakukan kajian kondisi, permasalahan dan kebutuhan hardware dan

software di SKPD/Unit Kerja di lingkungan Pemerintah Kota Pekalongan

untuk penerapan software legal berbasis F/OSS;

– Memfasilitasi pengembangan sumber daya manusia SKPD/Unit Kerja di

lingkungan Pemerintah Kota Pekalongan dalam rangka penguasaan dan

pengembangan teknologi berbasis F/OSS;

– Memfasilitasi proses instalasi sistem operasi dan aplikasi perkantoran

berbasis F/OSS serta melakukan penghapusan (uninstall) software ilegal

pada sarana TIK SKPD;

– Melakukan pendampingan implementasi penggunaan sistem operasi dan

aplikasi perkantoran berbasis F/OSS dalam pemanfaatan sarana TIK

SKPD/Unit Kerja di lingkungan Pemeirntah Kota Pekalongan;

Page 70: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI KEBIJAKAN …digilib.bppt.go.id/sampul/Evaluasi_Kebijakan_FOSS_Pekalongan_Thesis.pdf · yang kemudian dituangkan dalam format tesis ini, ... Direktur

53

Universitas Indonesia

– Mengkoordinasikan proses perencanaan dan penganggaran sarana TIK

SKPD/Unit Kerja di lingkungan Pemerintah Kota Pekalongan guna

mendorong dan sinkronisasi penerapan F/OSS di lingkungan Pemerintah

Kota Pekalongan;

– Memberikan rekomendasi kepada Walikota Pekalongan melalui Tim

Pengarah tentang kebijakan pengembangan dan pengadaan sarana TIK

Pemerintah Kota Pekalongan untuk mendorong dan sinkronisasi

penerapan F/OSS di lingkungan Pemerintah Kota Pekalongan;

– Memberikan rekomendasi kepada Walikota Pekalongan dan Tim

Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) tentang prioritas pengembangan

dan pengadaan sarana TIK SKPD dalam proses perencanaan dan

penganggaran daerah guna sinkronisasi penerapan F/OSS di lingkungan

Pemerintah Kota Pekalongan.

e) Tim Penegak Kepatuhan Penerapan Software Legal

Tim Penegak Kepatuhan tersebut terdiri atas Tim Pengarah dan Tim Pelaksana.

Tim Pengarah (7 orang pelaksana internal), bertugas:

– Memberikan arahan kepada Tim Pelaksana dalam melaksanakan penelitian

dan penilaian penerapan software legal dalam pemanfaatan sarana TIK

SKPD/unit kerja di lingkungan Pemerintah Kota Pekalongan;

– Berdasarkan laporan hasil penelitian dan penilaian Tim Pelaksana, Tim

Pengarah dapat memberikan rekomendasi administratif maupun teknis

kepada Walikota Pekalongan untuk pengambilan kebijakan lebih lanjut.

Tim Pelaksana (8 orang pelaksana internal), bertugas:

– Melakukan penelitian dan penilaian mengenai kepatuhan penerapan

software legal dalam pemanfaatan sarana TIK di SKPD/Unit Kerja di

lingkungan Pemerintah Kota Pekalongan;

– Melaporkan hasil penelitian dan penilaian mengenai kepatuhan penerapan

software legal dalam pemanfaatan sarana TIK kepada Walikota

Pekalongan melalui Sekretaris Daerah Kota Pekalongan, dengan tembusan

kepada anGoota Tim Pengarah.

Page 71: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI KEBIJAKAN …digilib.bppt.go.id/sampul/Evaluasi_Kebijakan_FOSS_Pekalongan_Thesis.pdf · yang kemudian dituangkan dalam format tesis ini, ... Direktur

54

Universitas Indonesia

f) Tim Migrasi Perangkat Lunak Legal Berbasis F/OSS di SKPD

Tim Migrasi SKPD (6 orang pelaksana internal SKPD), bertugas:

– Melakukan pengecekan penggunaan perangkat lunak legal di

lingkungannya. Hal tersebut perlu dilakukan guna menghindari

terganggunya pelayanan publik akibat pelanggaran Undang-Undang

Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta;

– Memakai dan memanfaatkan perangkat lunak legal berbasis F/OSS,

apabila SKPD tidak cukup mampu untuk mengadakan perangkat lunak

yang bersifat proprietary software;

– Memakai dan memanfaatkan perangkat lunak legal yang bersifat

proprietary software, hanya diperbolehkan untuk perangkat lunak legal

yang bersifat proprietary software yang belum dapat digantikan oleh

perangkat lunak berbasis F/OSS;

– Melakukan koordinasi dengan Asisten Ekonomi Pembangunan dan Kesra

Sekda Kota Pekalongan selaku Koordinator Teknologi dan Informasi

(TIK) Kota Pekalongan c.q SKPD Pengelola TIK terkait pemakaian dan

pemanfatan perangkat lunak legal berbasis F/OSS;

– Mengatur agenda pentahapan migrasi perangkat lunak legal berbasis

F/OSS SKPD;

– Melakukan pengaturan dan pemantauan terhadap pemakaian dan

pemanfataan perangkat lunak legal berbasis F/OSS di lingkungan SKPD

masing-masing;

– Mengikuti sosialisasi migrasi, pemakaian dan pemanfaatan perangkat

lunak legal berbasis F/OSS;

– Mengikuti pendidikan dan pelatihan perangkat lunak legal berbasis F/OSS

bagi user, administrator, dan trainer;

– Monitoring dan evaluasi migrasi, pemakaian dan pemanfaatan perangkat

lunak legal berbasis F/OSS di masing-masing SKPD;

– Membiayai migrasi perangkat lunak legal berbasis F/OSS yang meliputi

inventarisasi, instalasi, pendidkan dan pelatihan dengan anggaran masing-

masing SKPD;

Page 72: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI KEBIJAKAN …digilib.bppt.go.id/sampul/Evaluasi_Kebijakan_FOSS_Pekalongan_Thesis.pdf · yang kemudian dituangkan dalam format tesis ini, ... Direktur

55

Universitas Indonesia

– Mendokumentasikan migrasi perangkat lunak legal berbasis F/OSS di

lingkungan SKPD masing-masing;

– Melaporkan pelaksanaan migrasi perangkat lunak legal berbasis F/OSS di

masing-masing SKPD kepada Tim Migrasi Tim Migrasi Perangkat Lunak

Legal Berbasis F/OSS Pemerintah Kota Pekalongan melalui Sekretaris

Daerah Kota Pekalongan Cq. SKPD Pengelola TIK.

4.4. Proses Migrasi F/OSS

Secara teknis proses migrasi dilakukan melalui beberapa tahapan yang

dimulai dengan menginventarisasi perangkat yang akan dimigrasi. Pendataan

dilakukan untuk mengetahui kondisi terakhir komputer yang akan dimigrasi, baik

terkait dengan spesifikasi perangkat keras informasi penunjang lainnya. Database

ini diupdate setiap 6 bulan sekali. Dari hasil inventarisasi perangkat yang ada di

seluruh SKPD kemudian disusun jadwal dan target migrasi selama tahun 2008

sampai dengan tahun 2010, yaitu migrasi F/OSS di lingkungan SKPD atau

organisasi inti di Pemkot Pekalongan sebanyak 33 Unit Kerja, meliputi 9 Dinas

Daerah, 11 Lembaga Teknis (Badan / Kantor), 9 Bagian Setda dan 4 Kecamatan

dengan jumlah komputer sebanyak 717 unit.

Berdasarkan pada hasil inventarisasi, kemudian dilakukan backup data

dari perangkat yang akan dimigrasi. Kemudian dilakukan proses penyelesaian

aspek teknis (koneksi printer, dan sejenisnya), instalasi F/OSS, pemasangan

template naskah dinas Pemkot Pekalongan dan uninstall software ilegal. Dalam

hal ini, paket sistem operasi yang digunakan adalah Ubuntu. Menurut Pihak

Pemkot Pekalongan, penetapan Ubuntu sebagai distro utama perangkat lunak

legal berbasis F/OSS dilakukan dengan pertimbangan sebagai berikut:

a) Keumuman distro yang digunakan oleh komunitas nasional, regional,

maupun lokal;

b) Volume instalasi yang ringan bagi ukuran RAM (Random Access Memory),

HD (Hard Disk), mainboard, dan VGA (Video Graphics Adapter);

c) Distro dapat digunakan untuk server, PC (Personal Computer) desktop,

notebook, dan netbook;

Page 73: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI KEBIJAKAN …digilib.bppt.go.id/sampul/Evaluasi_Kebijakan_FOSS_Pekalongan_Thesis.pdf · yang kemudian dituangkan dalam format tesis ini, ... Direktur

56

Universitas Indonesia

d) Popularitas atau ranking distro di internet berdasarkan HPD (Hit Per Day);

e) Garansi distro yang meliputi keaktifan pengembangan, milestone

pengembangan distro, dan lisensi;

f) Ketersediaan support oleh pihak ketiga maupun komunitas;

Setelah sistem operasi dan aplikasi perkantoran berbasis F/OSS terpasang

di komputer kemudian ditempel stiker untuk memberikan label pada kompouter

yang sudah termigrasi beserta identitas penanggungjawab pejabat struktural

terendah atas setiap komputer apabila ditemukan instalasi kembali software ilegal.

Di lain pihak, proses migrasi menimbulkan konsekuensi pada perubahan cara

pengoperasiannya. Untuk meminimalisir kesulitan pengguna untuk

mengoperasikannya maka diadakan pelatihan serta pendampingan dan

penanganan masalah terkait dengan penggunaan F/OSS. Pelatihan Teknis terkait

penggunaan Open Source diadakan di sebuah laboratorium bernama Broadband

Learning Center (BLC) yang berada di Dinas Komunikasi dan Informatika

Pemkot Pekalongan. Semua SKPD dan Masyarakat diperbolehkan mendaftar

pelatihan kapan saja, dengan ketentuan maksimal 15 orang per hari dengan lama

waktu 2-3 jam per hari. Selain pelatihan, untuk menjaga konsistensi penggunaan

F/OSS dilakukan juga proses pendampingan sebelum dan sesudah migrasi

perangkat lunak legal berbasis F/OSS serta pembentukan helpdesk perangkat

lunak legal berbasis F/OSS yang bertugas memberikan solusi terhadap masalah-

masalah yang muncul.

Di samping migrasi dalam sektor aplikasi perkantoran, Pemerintah Kota

Pekalongan juga melakukan integrasi dan migrasi Sistem Informasi Manajemen

TIK, dengan nama SIM Kota Batik (SIMKOTA Batik) serta Sistem Informasi

Manajemen Keuangan Daerah, dengan nama SIM Kota Batik Keuangan Daerah

(SIMKOTA Batik Keuangan Daerah) berbasis Free/Open Source Software

(F/OSS). Integrasi tersebut dilakukan dengan cara melakukan integrasi semua

aplikasi/SIM TIK dan keuangan di lingkungan Pemerintah Kota Pekalongan

melalui infrastruktur jaringan Batik-Net dalam rangka pengembangan Pusat Data

dan Informasi Terpadu (Integrated Information and Data Center) Pemerintah

Kota Pekalongan. Migrasi dan integrasi aplikasi/SIMKOTA Batik dan SIMKOTA

Page 74: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI KEBIJAKAN …digilib.bppt.go.id/sampul/Evaluasi_Kebijakan_FOSS_Pekalongan_Thesis.pdf · yang kemudian dituangkan dalam format tesis ini, ... Direktur

57

Universitas Indonesia

Batik Keuangan Daerah berbasis web menggunakan 5 (lima) pilar utama

Free/Open Source Software (F/OSS), meliputi:

– Sistem operasi : Linux Ubuntu

– Web server : Apache

– Database server : MySQL atau PostgreSQL

– Script bahasa pemrograman : PHP atau Java

– Web browser : Mozilla Firefox

Penggunaan aplikasi/SIM yang bersifat proprietary software, hanya

diperuntukkan untuk aplikasi/SIM yang bersifat pemberian dari Pemerintah Pusat

dan/atau Pemerintah Provinsi dan terintegrasi dengan Aplikasi/SIM sejenis di

Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Provinsi serta secara teknis tidak

memungkinkan untuk disubstitusi dengan aplikasi/SIM berbasis F/OSS.

Penggunaan aplikasi/SIM yang bersifat proprietary software tersebut harus

mendapatkan izin tertulis dari Walikota Pekalongan selaku Chief Information

Officer (CIO) Pemerintah Kota Pekalongan dengan permohonan izin diajukan

melalui Sekretaris Daerah Kota Pekalongan selaku CIO Harian dengan tembusan

SKPD Pengelola TIK.

Proses migrasi F/OSS didukung oleh anggaran sebesar Rp. 259.805.000,-

pada tahun 2010 atau 17.40% dari total anggaran Bagian Pengelolaan Data

Elektronik Setda Kota Pekalongan sebesar Rp. 1.493.309.100,00. Berbagai

kegiatan terkait dengan migrasi F/OSS dilakukan dengan melibatkan peran serta

dari komunitas dan entitas TIK, baik di tingkat pusat maupun di daerah. Beberapa

lembaga pusat yang menjadi mitra Pemkot Pekalongan adalah dari pihak

Kementerian Komunikasi dan Informatika, Kementerian Riset dan Teknologi,

Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, Kementerian Pendayagunaan

Aparatur Negara dan Asosiasi Open Source Indonesia (AOSI). Di tingkat daerah,

program migrasi F/OSS melibatkan Perguruan Tinggi, SMK serta

Komunitas/Pegiat Open Source di sekitar Kota Pekalongan.

Page 75: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI KEBIJAKAN …digilib.bppt.go.id/sampul/Evaluasi_Kebijakan_FOSS_Pekalongan_Thesis.pdf · yang kemudian dituangkan dalam format tesis ini, ... Direktur

58

Universitas Indonesia

4.5. Capaian

Sejak dideklarasikan pada tahun 2008, pihak Pemkot Pekalongan

menyatakan bahwa pada akhir tahun 2010 semua SKPD sudah beralih dari

perangkat lunak bajakan ke sistem operasi dan aplikasi perkantoran berbasis

F/OSS (jumlah 33 unit terdiri dari Badan, Dinas dan Kantor dengan jumlah

komputer 617 unit). Berikut disajikan data terkait dengan capaian migrasi F/OSS

yang sudah dilakukan oleh Pemerintah Kota Pekalongan:

Page 76: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI KEBIJAKAN …digilib.bppt.go.id/sampul/Evaluasi_Kebijakan_FOSS_Pekalongan_Thesis.pdf · yang kemudian dituangkan dalam format tesis ini, ... Direktur

59

Universitas Indonesia

NO

SKPD

JUMLAH

KOMPUTER

TARGET MIGRASI

CAPAIAN IMPLEMENTASI MIGRASI SISA KOMPUTER YANG BELUM DIMIGRASI KOMPUTER NON TARGET MIGRASI KE OS FOSS KOMPUTER NON TARGET MIGRASI KE AP FOSS

TARGET MIGRASI

SITEM OPERASI

TARGET

INSTALASI

APLIKASI

PERKANT

ORAN OPEN

SOURCE

TARGET UNINSTAL (PENGHAPUSAN)

APLIKASI PERKANTOR AN

ILEGAL

CAPAIAN MIGRASI SISTEM OPERASI KE OPEN

SOURCE (FOSS)

INSTALASI APLIKASI

PERKANTORAN BERBASIS OPEN

SOURCE (OPEN OFFICE)

UNISTALL

(PENGHAPUSAN)

APLIKASI PERKANTORAN

Ilegal

INSTALASI

SISTEM

OPERASI

INSTALASI

PERKANT

ORAN

BERBASIS

OPEN SOURCE

(OPEN

OFFICE)

UNISTALL (PENGHAP

USAN) APLIKASI PERKANT

ORAN Ilegal

SISTEM OPERASI LEGAL

PROPIETARY

APLIKASI KHUSUS (SISTEM OPERASI)

PROPRIETARY ILEGAL)

HW TDK

SUPPORT

LEGAL

PROPIETARY

APLIKASI

PERKANTOR AN

APLIKASI KHUSUS (SISTEM

OPERASI) PROPRIETARY

ILEGAL)

HARDWARE TDK

SUPPORT

Jumlah

%

Jumlah

%

Jumlah

%

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20) (21) KELOMPOK DINAS TEKNIS

1 Dindikpora 34 17 30 30 14 82.35 30 100.00 30 100.00 3 0 0 13 6 4 0 0 4 2 Dinas Kesehatan 152 89 151 151 89 100.00 151 100.00 151 100.00 0 0 0 62 1 0 0 0 1 3 Dindukcapil 19 2 14 14 2 100.00 14 100.00 11 78.57 0 0 3 10 3 4 0 0 5 4 Dinsosnakertrans 47 17 45 45 17 100.00 45 100.00 45 100.00 0 0 0 6 10 14 0 0 2 5 Dishubkominfoparbud 18 9 17 17 8 88.89 17 100.00 17 100.00 1 0 0 3 5 1 0 0 1 6 DPUPT 30 21 29 29 21 100.00 29 100.00 29 100.00 0 0 0 0 8 1 0 0 1 7 Disperindagkop & UMKM 22 17 22 22 14 82.35 22 100.00 22 100.00 3 0 0 1 4 0 0 0 0 8 DPPK 17 12 17 17 12 100.00 17 100.00 17 100.00 0 0 0 1 4 0 0 0 0 9 DPPKAD 49 16 47 45 16 100.00 47 100.00 44 97.78 0 0 1 17 14 2 2 0 0

KELOM POK LEMTEKDA & LEMBAG A LAINNYA 10 Inspektorat 17 11 17 17 11 100.00 17 100.00 17 100.00 0 0 0 6 0 0 0 0 0 11 Bappeda 21 14 21 21 14 100.00 21 100.00 21 100.00 0 0 0 0 6 1 0 0 0 12 BPMPKB dan KP 25 20 24 23 20 100.00 24 100.00 23 100.00 0 0 1 0 4 1 0 0 1 13 BPPT 29 16 28 28 16 100.00 28 100.00 28 100.00 0 0 0 11 1 1 0 0 1 14 KKD 10 6 8 9 6 100.00 8 100.00 8 88.89 0 0 0 1 2 1 1 0 1 15 Kantor Kesbangpol&Linmas 8 6 8 8 6 100.00 8 100.00 7 87.50 0 0 1 0 2 0 0 0 0 16 KLH 15 7 15 15 7 100.00 15 100.00 15 100.00 0 0 0 6 2 0 0 0 0 17 KPAD 16 7 14 14 7 100.00 14 100.00 14 100.00 0 0 0 2 4 3 0 0 2 18 RSUD Bendan 29 7 28 28 7 100.00 28 100.00 28 100.00 0 0 0 0 22 0 0 0 1 19 Satpol PP 7 6 7 7 6 100.00 7 100.00 7 100.00 0 0 0 1 0 0 0 0 0 20 Setwan 15 12 15 15 12 100.00 15 100.00 15 100.00 0 0 0 0 3 0 0 0 0

KELOM POK BAGIAN SETDA 21 Bagian Tapem 5 2 4 4 2 100.00 4 100.00 4 100.00 0 0 0 2 0 1 0 0 1 22 Bagian Hukum 5 4 5 5 4 100.00 5 100.00 5 100.00 0 0 0 0 1 0 0 0 0 23 Bagian Humas&Protokol 9 4 5 5 4 100.00 5 100.00 5 100.00 0 0 0 4 1 0 4 0 0 24 Bagian Perekonomian 5 4 5 5 4 100.00 5 100.00 5 100.00 0 0 0 0 1 0 0 0 0 25 Bagian Minbang 10 4 6 6 4 100.00 6 100.00 6 100.00 0 0 0 0 2 4 0 0 4 26 Bagian Kesra 5 3 5 5 3 100.00 5 100.00 5 100.00 0 0 0 1 1 0 0 0 0 27 Bagian Organisasi 5 4 5 5 4 100.00 5 100.00 5 100.00 0 0 0 0 1 0 0 0 0 28 Bagian PDE 25 19 25 25 19 100.00 25 100.00 25 100.00 0 0 0 2 2 2 0 0 0 29 Bagian Umum&Keuangan 21 9 17 16 9 100.00 17 100.00 14 87.50 0 0 2 6 4 2 3 0 1

KELOM POK KECAMATAN 30 Kec. Pekalongan Barat 14 10 14 14 10 100.00 14 100.00 14 100.00 0 0 0 0 4 0 0 0 0 31 Kec. Pekalongan Timur 10 7 10 10 7 100.00 10 100.00 10 100.00 0 0 0 0 3 0 0 0 0 32 Kec. Pekalongan Utara 9 3 6 6 3 100.00 6 100.00 6 100.00 0 0 0 0 3 3 0 0 3 33 Kec. Pekalongan Selatan 9 3 7 7 3 100.00 7 100.00 7 100.00 0 0 0 3 1 2 0 0 2

JUMLAH 712 388 671 668 381 98.20 671 100.00 660 98.80 7 0 8 158 125 47 10 0 31

Sumber: Dinas Komunikasi dan Informatika, Pemkot Pekalongan

Tabel 4. 1. Capaian Migrasi F/OSS di SKPD Pemkot Pekalongan Sampai dengan Akhir 2010

Page 77: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI KEBIJAKAN …digilib.bppt.go.id/sampul/Evaluasi_Kebijakan_FOSS_Pekalongan_Thesis.pdf · yang kemudian dituangkan dalam format tesis ini, ... Direktur

60

Dari data tersebut, terlihat bahwa Pemerintah Kota Pekalongan telah

berhasil menuntaskan proses migrasi dalam waktu selama kurang lebih dua tahun,

yaitu sejak tahun 2008 sampai dengan 2010. Capaian yang ada menunjukkan

bahwa hampir 100% target yang ditetapkan pada awal deklarasi program, tahun

2008 dapat direalisasikan. Hanya ada sedikit kasus dimana proses migrasi tidak

dapat dilanjutkan karena alasan teknis, seperti perangkat keras sudah rusak, tidak

memenuhi persyaratan ataupun tidak sesuai dengan perangkat lunak berbasis

F/OSS.

Untuk kasus migrasi sitem operasi, ada sekitar 2% yang tidak dapat

diproses (7 dari total 388 unit komputer yang ditargetkan). Di lain pihak ada

sekitar 1% (8 dari 668 unit komputer target) komputer yang tidak dapat diproses

untuk penghapusan aplikasi perkantoran ilegal. Sementara, untuk proses migrasi

aplikasi perkantoran dari perangkat lunak ilegal ke F/OSS semuanya dapat

diproses.

Migrasi Sistem Operasi

Migrasi Aplikasi Perkantoran

Penghapusan Aplikasi

Perkantoran Ilegal

Target 388 671 668

Capaian 381 671 660

Sisa 7 0 8

0

100

200

300

400

500

600

700

800

Grafik 4. 1. Target dan Capaian Migrasi F/OSS Tahun 2008-2010

Sumber: Diskominfo Pemerintah Kota Pekalongan, diolah

Page 78: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI KEBIJAKAN …digilib.bppt.go.id/sampul/Evaluasi_Kebijakan_FOSS_Pekalongan_Thesis.pdf · yang kemudian dituangkan dalam format tesis ini, ... Direktur

61

Universitas Indonesia

Dari beberapa kegiatan yang telah direncanakan dan ditargetkan pada

tahap awal saat program dideklarasikan pada tahun 2008, sampai dengan akhir

tahun 2010, Pihak Pemkot Pekalongan menyatakan bahwa secara umum semua

kegiatan yang direncanakan sudah berhasil dilaksanakan. Berikut adalah

rangkaian kegiatan proses migrasi di lingkungan Pemerintah Kota Pekalongan:

Tabel 4. 2. Capaian Kegiatan Migrasi F/OSS

Tahun 2008-2009 Tahun 2010

Kegiatan Tahun 2008:

– Deklarasi Gerakan Peralihan ke Open

Source System sebagai Legal Software

– Sosialisasi Migrasi Ke Open source

– Peresmian Widya Pratama IGOS Center

Kota Pekalongan

– Launching SKPD dan Organisasi

Percontohan Pengguna Legal Software

– Inventarisasi Hardware dan Software

– Perencanaan Migrasi F/OSS

– Instalasi F/OSS 50 unit komputer di

SKPD Percontohan

– Pelatihan dan Workshop Migrasi Ke

Software Legal

Kegiatan Tahun 2009:

– Penetapan Distro Linux Ubuntu Sebagai

Standar F/OSS Pemerintah Kota

Pekalongan

– Pelatihan Sumberdaya Manusia Bidang

Komunikasi dan Informasi

– Instalasi Perangkat Lunak Open Source

– Pelatihan Open source

– Pengaturan dan Konfigurasi Repository

Open source

– Fasilitasi Pembentukan Komunitas Open

Source Kota Pekalongan

– Pembentukan Tim Helpdesk

Mitra Pusat:

– KemenKominfo; BPPT; KRT; AOSI

Mitra Lokal:

– Perguruan Tinggi; SMK;

Komunitas/Pegiat Open source.

Kegiatan Tahun 2010:

– Talkshow IT “F/OSS for Education and

Government”

– Mengikuti Pelatihan ToT OSS Angkatan I

KNRT

– Persetujuan Kerjasama Model Implementasi

OSS

– Instalasi, Pendampingan, Monitoring dan

Evaluasi

– Legal Software F/OSS Award [SKPD]

– Pelatihan OSS untuk Pengguna dan

Administrator

– Pencanangan Gerakan Percepatan Program

Migrasi ke Software Legal

– Sosialisasi Kebijakan Percepatan Program

Migrasi F/OSS

– Instalasi F/OSS

– ICT Excecutive Forum dan ICT Technical

Forum

– Pendampingan Implementasi OpenOffice

– Monitoring dan Evaluasi oleh Tim Penegak

Kepatuhan Penerapan Software Legal

– Verifikasi Penggunaan Software Legal oleh

Tim Pusat

Deklarasi semua SKPD dan semua

komputer beralih ke F/OSS (Aplikasi

Perkantoran) telah diverifikasi teknis oleh

KemKominfo; Pusat Audit Teknologi

BPPT; KemenPAN; Pusat TIK BPPT.

(29 Desember 2010)

Mitra Pusat:

– KemenKominfo; BPPT; KRT; AOSI

Mitra Lokal:

– Perguruan Tinggi; SMK; Komunitas/Pegiat

Open source.

Sumber: Dinas Kominfo Pemkot Pekalongan, diolah

Page 79: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI KEBIJAKAN …digilib.bppt.go.id/sampul/Evaluasi_Kebijakan_FOSS_Pekalongan_Thesis.pdf · yang kemudian dituangkan dalam format tesis ini, ... Direktur

62

Universitas Indonesia

Sistem operasi Linux juga telah digunakan untuk komputer server di

SKPD Pengelola TIK maupun SKPD Pemilik Proses Bisnis yang

mengembangkan aplikasi berbasis F/OSS. Pengecualian (disclaimer) penggunaan

sistem operasi Linux dilakukan terhadap komputer fungsi non administrasi

perkantoran, meliputi sistem operasi propietary software legal, pendukung

aplikasi khusus (misalnya Legacy SIMDA Keuangan, Legacy SIMDA Barang

Daerah, SIM pemberian pemerintah pusat/provinsi, program pengolah citra,

audio, video, multimedia), dan hardware tidak support, laboratorium komputer

sekolah (double booting, proprietary software dan F/OSS).

Tabel 4. 3. Sistem Informasi Manajemen Pemkot Pekalongan Berbasis F/OSS

No. Nama Aplikasi Kegunaan dan Lokasi (Unit Kerja)

Pengguna

1 Aplikasi SIMDA Keuangan Daerah Pengelolaan Keuangan Daerah

Diskominfo

2 Aplikasi SIM Rumah Sakit Pengelolaan Rumah Sakit

RSUD Bendan

3 Aplikasi Kantaya e-Office

Diskominfo

4 SI Hukum Pengelolaan dokumentasi hukum

Diskominfo

5 SI Pariwisata Pengelolaan data dan informasi pariwisata.

Diskominfo

6 SI Pendidikan e-Education

Diskominfo

7 SI Perikanan Pengelolaan data dan informasi perikanan.

Diskominfo

8 SI Perkebunan Pengelolaan data dan informasi perkebunan

Diskominfo

9 SI Pertanian Pengelolaan data dan informasi pertanian

Diskominfo

10 SI Peternakan Pengelolaan data dan informasi peternakan

Diskominfo

11 SI Pendapatan Daerah Penyajian data dan informasi pendapatan

daerah

Diskominfo

12 SI Kearsipan Pengelolaan data dan informasi naskah dinas

Diskominfo

13 SI Kepegawaian Pengelolaan data dan informasi kepegawaian.

Diskominfo

14 SMS Center Pengaduan masyarakat

Bagian Humas dan Protokol

Page 80: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI KEBIJAKAN …digilib.bppt.go.id/sampul/Evaluasi_Kebijakan_FOSS_Pekalongan_Thesis.pdf · yang kemudian dituangkan dalam format tesis ini, ... Direktur

63

Universitas Indonesia

Sambungan Tabel 4.3.

15 SI Administrasi Kelurahan Pengelolaan data dan informasi kelurahan

Diskominfo

16 SI Buku Sekolah Elektronik e-Learning

Diskominfo

17 SI Pustaka Islam Islamic e-Book

Diskominfo

18 SI Dokumentasi dan Arsip Pendokumentasian dan pengarsipan naskah

dinas digital

Diskominfo

19 Aplikasi Repository Penyimpanan dan pengarsipan perangkat

lunak Open Source Ubuntu

Diskominfo

20 Website PEMKOT CMS website

Diskominfo

21 Website SKPD CMS website

Diskominfo

22 Aplikasi Teleconference Komunikasi jarak jauh menggunakan kamera

Diskominfo

23 Aplikasi VOIP Komunikasi suara melalui jaringan intranet

Diskominfo

24 Aplikasi Load Balancer Pengaturan bandwidth akses internet

Diskominfo

25 Aplikasi LPSE e-Procurement

Bagian Administrasi Pembangunan

26 Aplikasi LEPPK Laporan monitoring dan evaluasi

pembangunan daerah

Bappeda

27 Aplikasi RENJA Perencanaan kinerja

Bappeda

28 Aplikasi GIS GIS Bisnis

Diskominfo

29 Aplikasi SI Dokumentasi Pengelolaan Foto-foto kegiatan

Diskominfo

Sumber: Dinas Kominfo Pemkot Pekalongan, diolah

Page 81: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI KEBIJAKAN …digilib.bppt.go.id/sampul/Evaluasi_Kebijakan_FOSS_Pekalongan_Thesis.pdf · yang kemudian dituangkan dalam format tesis ini, ... Direktur

64

BAB 5

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Pengukuran manfaat penerapan Free/Open Source Software (F/OSS) di

lingkungan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Pemerintah Kota Pekalongan

dengan metode information economics, secara umum dilakukan dalam 3 tahap,

yaitu:

a) Pengukuran tangible benefit, merupakan langkah untuk mengukur manfaat

yang secara nyata nilainya dapat dihitung dari arus kas keuangan organisasi.

Analisis terkait dengan aspek keuangan yang meliputi penghitungan biaya

yang dikeluarkan untuk proses migrasi dan manfaat yang diperoleh

dilakukan dengan pendekatan simple Return on Investment (ROI);

b) Pengukuran quasi-tangible benefit, merupakan langkah untuk mengukur

manfaat yang bentuknya berupa peningkatan efisiensi proses kerja

organisasi sebagai akibat dari penggunaan F/OSS. Penghitungan manfaat

quasi-tangible dilakukan dengan mengidentifikasi value linking, value

acceleration, value restructuring dan innovation valuation yang terjadi di

lingkungan Pemerintah Kota Pekalongan sebagai akibat dari penggunaan

F/OSS;

c) Pengukuran intangible benefit, merupakan langkah untuk mengukur

manfaat yang bentuknya berupa peningkatan efektifitas proses kerja

organisasi sebagai akibat dari penggunaan F/OSS. Penghitungan manfaat

intangible dilakukan dengan menghitung skor terkait dengan aspek

organisasi (yang meliputi strategic match, competitive advantage,

management information, competitive response, serta project or

organizational risk) dan aspek teknologi (yang meliputi strategic

information system architecture, definitional uncertainty, technical

uncertainty, dan information system infrastructure risk).

Universitas Indonesia

Page 82: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI KEBIJAKAN …digilib.bppt.go.id/sampul/Evaluasi_Kebijakan_FOSS_Pekalongan_Thesis.pdf · yang kemudian dituangkan dalam format tesis ini, ... Direktur

65

Universitas Indonesia

5.1. Pengukuran Tangible Benefit

Dalam kerangka kerja information economics, langkah untuk mengukur

manfaat yang secara nyata nilainya dapat dihitung dilakukan dengan metode

Simple Return On Investment (ROI). Dalam ROI sederhana, total manfaat yang

diperoleh dalam suatu periode waktu tertentu dibandingkan terhadap total

investasi sehingga menghasilkan suatu persentase. Pendekatan ROI sederhana

yang digunakan untuk menghitung aspek keuangan dalam penelitian ini,

dirumuskan sebagai berikut:

ROI = manfaat – biaya

x 100%

biaya awal

5.1.1. Biaya Migrasi F/OSS

Biaya investasi untuk mendukung Kebijakan Go Open Source yang telah

dikeluarkan oleh Pemerintah Kota Pekalongan, dapat diklasifikasikan menjadi 2

macam biaya, yakni biaya awal dan biaya berjalan.

a) Biaya Awal

Biaya investasi awal yang dikeluarkan Pemerintah Kota Pekalongan

meliputi biaya untuk sosialisasi kebijakan, pelatihan F/OSS bagi administrator

(Training of Trainers /TOT) dan pengguna umum (user) serta instalasi F/OSS.

Total biaya yang dikeluarkan adalah sebesar Rp. 259,805,000,- dengan rincian

sebagai berikut:

Page 83: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI KEBIJAKAN …digilib.bppt.go.id/sampul/Evaluasi_Kebijakan_FOSS_Pekalongan_Thesis.pdf · yang kemudian dituangkan dalam format tesis ini, ... Direktur

66

Universitas Indonesia

Tabel 5. 1. Biaya Awal Migrasi F/OSS Pemkot Pekalongan

Kegiatan Volume Biaya

Sosialisasi 31,437,500

Deklarasi dan Sosialisasi Kebijakan Kota Pekalongan Go Open source

5 x 125 orang 31,437,500

Pelatihan 149,867,500

Training of Trainers (ToT) Migrasi FOSS 3 x 5 hari x 25 orang 17,812,500

(Pelatihan F/OSS untuk Pengguna dan Administrator)

Pelatihan Penggunaan F/OSS untuk Pengguna Umum 5 x 5 hari x 150 orang

115,625,000

ICT Excecutive Forum dan ICT Technical Forum 2 x 50 orang 7,750,000

ATK dan Lain-Lain paket 8,680,000

Migrasi 49,750,000

Launching SKPD dan Organisasi Percontohan Pengguna Legal

1 hari x 100 orang 7,500,000

Instalasi Free/Open Source Software 712 unit komputer di 33 SKPD

37,500,000

– Inventarisasi Hardware dan Software

– Pengaturan dan Konfigurasi Repository Open source

Peralatan Pendukung Migrasi 4,750,000

Monitoring Evaluasi 28,750,000

Monitoring dan Evaluasi 5 x (1 pakar + 3 koordinator + 5 pelaksana)

28,750,000

– Verifikasi Penggunaan Software Legal

Total Biaya 259,805,000

Sumber: Dinas Kominfo Pemkot Pekalongan, diolah

b) Biaya Berjalan (On-Going Cost)

Selain biaya investasi awal, sebagai sebuah kebijakan baru yang

mengubah kebiasaan lama yang sudah ada sebelumnya, Pemerintah Kota

Pekalongan juga mengeluarkan biaya untuk menjaga keberlangsungan kebijakan.

Biaya berjalan yang dikeluarkan meliputi biaya pendampingan serta monitoring

dan evaluasi. Untuk biaya pemeliharaan, anggaran yang dialokasikan sejumlah

Rp. 25,980,500,- atau sekitar 10% dari total biaya awal.

Page 84: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI KEBIJAKAN …digilib.bppt.go.id/sampul/Evaluasi_Kebijakan_FOSS_Pekalongan_Thesis.pdf · yang kemudian dituangkan dalam format tesis ini, ... Direktur

67

Universitas Indonesia

Tabel 5. 2. Rincian Biaya Berjalan Migrasi F/OSS Pemkot Pekalongan

Kegiatan Volume Biaya

Pendampingan dan Monev 1 paket 25,980,500

Sumber: Dinas Kominfo Pemkot Pekalongan, diolah

Alokasi anggaran untuk biaya pemeliharaan program relatif kecil

mengingat Pihak Pemkot Pekalongan menjalin kemitraan yang cukup intensif

dengan beberapa pihak yang berkompeten di bidang F/OSS untuk mendukung

kebijakan mereka, seperti Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi, Badan

Pengkajian dan Penerapan Teknologi (PTIK-BPPT), Sekolah Tinggi Manajemen

Informatika dan Komputer (STMIK) Widya Pratama, serta Komunitas Pengguna

Linux Indonesia (KPLI) Kota Pekalongan. Dengan demikian, diasumsikan bahwa

biaya berjalan yang dianggarkan tidak berubah secara drastis dalam jangka waktu

3 tahun pertama sejak kebijakan Go Open Source ditetapkan.

Tabel 5. 3. Rekapitulasi Biaya Berjalan Tahun 2010 sampai dengan 2012

Tahun Biaya Pendampingan

(dalam Rupiah)

2010 25,980,500

2011 25,980,500

2012 25,980,500

Sumber: Dinas Kominfo Pemkot Pekalongan, diolah

5.1.2. Manfaat Migrasi F/OSS

Manfaat yang secara langsung diperoleh oleh Pemerintah Kota Pekalongan

setelah melakukan migrasi dan memanfaatkan F/OSS adalah pengurangan biaya

untuk membayar lisensi perangkat lunak dan terhindar dari denda akibat dari

perangkat lunak bajakan.

Page 85: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI KEBIJAKAN …digilib.bppt.go.id/sampul/Evaluasi_Kebijakan_FOSS_Pekalongan_Thesis.pdf · yang kemudian dituangkan dalam format tesis ini, ... Direktur

68

Universitas Indonesia

a) Pengurangan biaya lisensi perangkat lunak

Biaya yang secara langsung mengalami pengurangan akibat dari

penggunaan F/OSS adalah biaya lisensi perangkat lunak sistem operasi dan

aplikasi perkantoran. Penggunaan F/OSS merupakan pilihan untuk beralih dari

perangkat lunak yang berlisensi dari Microsoft kepada perangkat lunak berlisensi

free/open (bebas untuk menggunakan, mendistribusikan maupun memodifikasi

perangkat lunak tanpa harus membayar royalti kepada pengembang sebelumnya).

Dengan demikian, pengurangan biaya lisensi yang dimaksud dalam penelitian ini

adalah biaya lisensi dari pihak Microsoft. Penentuan jenis lisensi merujuk pada

dokumen Volume Licensing Guide yang dikeluarkan oleh PT. Microsoft

Indonesia. Dalam dokumen tersebut, terdapat sebuah diagram yang

mengklasifikasikan jenis lisensi berdasarkan jumlah komputer yang dimiliki.

Sumber: PT. Microsoft Indonesia

Diagram 5. 1. Pilihan Lisensi Produk Perangkat Lunak Microsoft

Apakah Pelanggan Membeli

Personal Computer (PC) Baru?

Piranti Lunak dengan Lisensi

Original Equipment Manufacturing

(OEM)

Apakah Pelanggan Membeli

Lisensi Sebanyak 5 Atau Lebih?

ya tidak

Pelanggan Membutuhkan

Aplikasi Tambahan

ya tidak

Piranti Lunak Paket Retail dengan Lisensi

Full Package Product (FPP)

Apakah Pelanggan Memiliki Personal Computer (PC)

Sejumlah 250 Unit Atau Lebih?

ya tidak

Piranti Lunak dengan Lisensi

Microsoft Select License

Piranti Lunak dengan Lisensi

Microsoft Open License

Piranti Lunak dengan Lisensi

Microsoft Enterprise Agreement

Page 86: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI KEBIJAKAN …digilib.bppt.go.id/sampul/Evaluasi_Kebijakan_FOSS_Pekalongan_Thesis.pdf · yang kemudian dituangkan dalam format tesis ini, ... Direktur

69

Universitas Indonesia

Sebagai sebuah organisasi dengan jumlah komputer lebih dari 250 unit,

maka berdasarkan pada ketentuan tersebut, lisensi yang dapat digunakan oleh

Pemerintah Kota Pekalongan adalah Microsoft Select License atau Microsoft

Enterprise Agreement.

Microsoft Select License

Microsoft Select License merupakan solusi untuk organisasi yang ingin

memiliki lisensi atas produk Microsoft dengan perencanaan pembelian yang

sudah ditetapkan. Select License didasarkan atas perencanaan pengadaan

jumlah total lisensi piranti lunak Microsoft dalam periode 3 tahun ke depan.

Perencaan tersebut didasarkan atas jumlah total lisensi yang dibutuhkan oleh

sebuah organisasi untuk masing-masing product pool yaitu Aplikasi, Sistem

dan Server. Beberapa lisensi produk Microsoft mempunyai nilai investasi

yang lebih tinggi dibanding produk Microsoft yang lain. Oleh karena itu,

perkiraan nilai lisensi Microsoft dihitung menggunakan sistem poin untuk

tiap produknya bukan berdasarkan jumlah lisensi produk. Software

Assurance1 merupakan pilihan tambahan yang dapat dibeli selama berlakunya

perjanjian Select License.

Enterprise Agreement

Microsoft Enterprise Agreement merupakan solusi lisensi yang ditawarkan

pihak Microsoft untuk mempermudah standarisasi sebagian atau seluruh

perangkat lunak yang dibutuhkan oleh organisasi. Jumlah personal computer

yang terdapat dalam organisasi digunakan untuk menentukan tingkat harga

paket dalam Enterprise Agreement. Dengan adanya Enterprise Agreement,

organisasi akan memperoleh kemudahan dari segi administrasi dengan

melakukan sekali transaksi untuk mendapatkan lisensi produk-produk

Enterprise dan membantu memenuhi ketentuan-ketentuannya. Selain itu

organisasi juga akan memperoleh layanan Software Assurance yang sudah

masuk dalam paket Enterprise Agreement.

1 Software Assurance merupakan dukungan pemeliharaan program dari pihak Microsoft yang diberikan

kepada pelanggan corporate. Dukungan tersebut, diantaranya dalam bentuk layanan bantuan dari telepon dan

web selama 24 jam sehari, 7 kali seminggu serta dukungan pelatihan. Lebih detil tentang Software Assurance,

dapat dibaca di situs resmi Microsoft http://www.microsoft.com/Licensing/software-assurance/Default.aspx

Page 87: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI KEBIJAKAN …digilib.bppt.go.id/sampul/Evaluasi_Kebijakan_FOSS_Pekalongan_Thesis.pdf · yang kemudian dituangkan dalam format tesis ini, ... Direktur

70

Universitas Indonesia

Select License 6.1 Enterprise Agreement 6.1

Jenis Pelanggan

Diperuntukkan bagi pelanggan korporat dan lembaga akademi berskala menengah besar dan perusahaan multinasional yang sekurang- kurangnya memiliki 250 PC dan dapat melakukan perencanaan (forecasting) terhadap jumlah pembelian/kebutuhan yang akan dilakukan ke depan.

Diperuntukkan bagi pelanggan korporat berskala menengah besar dan perusahaan multinasional yang sekurang- kurangnya memiliki 250 PC dan menginginkan standarisasi produk Microsoft di dalam perusahaan.

Keuntungan Pelanggan

Memberikan potongan harga yang bervariasi, tergantung atas kebutuhan yang sudah direncanakan untuk jangka waktu 3 tahun ke depan.

Memberikan potongan harga yang lebih besar terhadap kebutuhan pelanggan yang lebih tinggi. Memberikan kepastian dari sisi pengeluaran dana.

Produk yang termasuk

Seluruh produk komersial Microsoft yang terdapat dalam daftar produk.

Produk Platform Microsoft Enterprise: • Office Professional • Windows_ Professional upgrade • Core CAL : SMS CAL, SPS CAL, Windows CAL, Exchange CAL Produk tambahan tersedia berdasarkan kebutuhan per PC.

Lisensi yang ditawarkan

License (L), License & Software Assurance Package (L&SA), dan Software Assurance (SA) untuk perpanjangan.

L&SA (SA, hanya untuk perpan - jangan).

Pilihan dalam Pengelolaan Piranti Lunak

SA tersedia pada saat kepemilikan lisensi (L&SA) atau saat perpan - jangan SA. Pembayaran dapat dilakukan pada saat kepemilikan lisensi atau bertahap secara tahunan. Proteksi SA berlaku selama 3 tahun atau sampai berakhirnya per- janjian Select License Agreement, yang mana yang tercapai lebih dahulu.

Memperoleh proteksi SA selama tiga tahun masa perjanjian berlaku dan sudah menjadi bagian dari Enterprise Agreement.

Tingkat Harga dan Poin

Setiap produk dan SA memiliki nilai poin yang digunakan untuk menentukan tingkat harga. Tingkat harga berdasarkan atas perkiraan kebutuhan selama 3 tahun ke depan, untuk masing- masing product pool.

Tingkat harga berdasarkan atas jumlah PC yang digunakan di dalam perusahaan.

Masa Perjanjian

Tiga tahun dengan pilihan untuk periode perpanjangan selama satu atau tiga tahun.

Pilihan Pembayaran

Pembayaran di awal atau dilakukan bertahap secara tahunan untuk pembelian L&SA.

Pembayaran bertahap secara tahunan dengan jumlah yang sama untuk periode 3 tahun. Pembayaran untuk produk tambahan hanya dapat dilakukan secara bertahap pada saat penandatanganan perjanjian.

Jalur Penjualan

Hanya melalui Microsoft Authorized Large Account Resellers (LAR).

Keterangan: CAL – Client Access License ; EA – Enterprise Agreement; L – License; SA – Software Assurance; L&SA – License & Software Assurance

Sumber: PT. Microsoft Indonesia, diolah

Dari perbandingan anatara Select License dan Enterprise Agreement

tersebut, terlihat bahwa keduanya mempunyai layanan yang relatif sama. Dalam

pandangan penulis, untuk konteks organisasi Pemerintah Daerah dimana

kebutuhan perangkat lunak utamanya adalah aplikasi untuk mendukung

administrasi perkantoran maka lisensi yang tepat adalah jenis Enterprise

Agreement, dengan alasan sebagai berikut:

Tabel 5. 4. Perbandingan Antara Select License dan Enterprise Agreement

Page 88: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI KEBIJAKAN …digilib.bppt.go.id/sampul/Evaluasi_Kebijakan_FOSS_Pekalongan_Thesis.pdf · yang kemudian dituangkan dalam format tesis ini, ... Direktur

71

Universitas Indonesia

Kemudahan dari segi administrasi dengan melakukan sekali transaksi

untuk mendapatkan lisensi produk-produk dalam paket enterprise;

Memberikan potongan harga yang lebih besar terhadap kebutuhan

pelanggan;

Sudah mencakup layanan Software Assurance.

Berdasarkan pada argumentasi tersebut, maka penghitungan biaya yang

harus dibayar oleh Pemerintah Kota Pekalongan bila menggunakan produk

perangkat lunak dari pihak Microsoft semestinya menggunakan skema lisensi

jenis Enterprise Agreement. Namun dalam penelitian ini penghitungan biaya

dilakukan dengan menggunakan skema lisensi Full Package Product (FPP)2

karena ada keterbatasan penelitian terkait dengan informasi harga produk

Microsoft dengan lisensi Enterprise Agreement.

Seperti dipaparkan dalam tabel 5.4., perangkat lunak legal berlisensi

Microsoft Select License dan Enterprise Agreement yang diproduksi Microsoft

hanya dapat dibeli melalui Microsoft Authorized Large Account Resellers (LAR).

Terbatasnya jumlah pihak yang berperan sebagai Microsoft Authorized Large

Account Resellers membawa konsekuensi pada terbatasnya informasi terkait

dengan harga produk Microsoft berlisensi Enterprise Agreement. Ketika penulis

menghubungi salah satu reseller yang secara resmi diakui oleh PT. Microsoft

Indonesia3, mereka menyatakan tidak bersedia untuk mengeluarkan daftar harga

perangkat lunak berlisensi Enterprise Agreement seperti yang dimaksud dalam

penelitian ini (Microsoft XP dan aplikasi perkantoran Microsoft Office 2007).4

2 Lisensi Full Package Product (FPP) semestinya digunakan untuk produk Microsoft paket retail yang

digunakan secara perseorangan seperti terlihat pada Diagram 5.1. 3 Untuk mendapatkan informasi harga produk Microsoft berlisensi Enterprise Agreement, pada awalnya

penulis menghubungi PT. Microsoft Indonesia. Oleh pihak PT. Microsoft Indonesia kemudian penulis dirujuk

kepada beberapa pihak yang menjadi agen resmi mereka. Dalam hal ini, secara random penulis kemudian

menghubungi PT. Sarana Solusindo Informatika. 4 Untuk mendapatkan daftar harga produk Microsoft berlisensi Enterprise Agreement, harus ada permohonan

resmi dari Perusahaan/Organisasi dengan melampirkan data-data terkait dengan Nama

Perusahaan/Organisasi, Alamat Perusahaan/Organisasi (lengkap dengan kota dan kode pos), No. Telpon dan

Fax, Alamat email serta Nama Contact Person di Perusahaan/Organisasi.

Page 89: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI KEBIJAKAN …digilib.bppt.go.id/sampul/Evaluasi_Kebijakan_FOSS_Pekalongan_Thesis.pdf · yang kemudian dituangkan dalam format tesis ini, ... Direktur

72

Universitas Indonesia

Tabel 5. 5. Perkiraan Biaya dengan Skema Full Package Product

Software Harga Satuan Volume Total Harga Keterangan

Operating System 1,104,575 381 420,843,075

Jenis sistem operasi yang digunakan dalam simulasi ini adalah Windows XP Profesional dengan lisesnsi FPP, dengan asumsi sistem operasi tersebut sesuai dengan kebutuhan dan spesifikasi perangkat keras yang ada.

Office Application 3,678,715 671 2,468,417,765

Jenis aplikasi perkantoran yang digunakan dalam simulasi ini adalah Microsoft Office 2007 Standard dengan lisensi FPP, dengan asumsi aplikasi tersebut tersebut sesuai dengan kebutuhan dan spesifikasi perangkat keras yang ada.

2,889,260,840

sumber: toko software online (http:// software-murah.co.cc dan

http://www.indorayacomputer.com/ yang diakses pada tanggal 4/12/2012), diolah

Berdasarkan pada tabel 5.5. di atas, maka biaya yang harus dibayar oleh

Pemerintah Kota Pekalongan bila menggunakan produk perangkat lunak dari

pihak Microsoft, berjumlah sekitar Rp. 2,889,260,840. Dengan keterbatasan yang

ada, seperti yang sudah diuraikan sebelumnya, hasil perhitungan tersebut belum

sepenuhnya mencerminkan kondisi yang sebenarnya. Selain karena skema lisensi

yang digunakan sebagai dasar penghitungan bukanlah lisensi jenis Enterprise

Agreement, di lain pihak ada kemunginan perbedaan harga bila proses transaksi

dilakukan oleh pejabat berwenang dari lingkungan Pemerintah Kota Pekalongan

dengan pihak PT. Microsoft Indonesia secara langsung.

b) Terhindar dari resiko denda akibat penggunaan perangkat lunak bajakan

Selain manfaat berupa pengurangan biaya lisensi perangkat lunak,

penggunaan F/OSS di lingkungan Pemerintah Kota Pekalongan juga memberikan

manfaat pada terhindarnya resiko denda akibat penggunaan perangkat lunak

Page 90: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI KEBIJAKAN …digilib.bppt.go.id/sampul/Evaluasi_Kebijakan_FOSS_Pekalongan_Thesis.pdf · yang kemudian dituangkan dalam format tesis ini, ... Direktur

73

Universitas Indonesia

bajakan. Sebagai organisasi dengan jumlah komputer lebih dari 250 unit,

diasumsikan Pemkot Pekalongan berpotensi mendapatkan denda maksimal

sebesar Rp. 500.000.000,-

Tabel 5. 6. Resiko Denda Pelanggaran Hak Cipta Program Komputer

Uraian Nilai Manfaat

Keterangan (dalam Rupiah)

Terhindar dari Resiko Denda Akibat Pelanggaran Hak Cipta

500,000,000 Berdasarkan Ketentuan dalam UU No. 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta, Pasal 72 ayat 3.

Jumlah 500,000,000

Sumber: UU No. 19 Tahun 2002, diolah

5.1.3. Lembar Kerja (Worksheet) Tangible Benefit

Hasil dari penghitungan biaya awal, biaya berjalan dan manfaat yang

diperoleh dari penggunaan F/OSS kemudian dimasukkan dalam sebuah lembar

kerja untuk mempermudah penghitungan simple return on investment.

Tabel 5. 7. Lembar Kerja Tangible Benefit

A Biaya Awal 259,805,000

B Aliran Kas 3 Tahun

Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012

Penghematan Biaya Lisensi 2,889,260,840

Biaya Pemeliharaan Program 25,980,500 25,980,500 25,980,500

Penghematan Dikurangi Biaya 2,863,280,340 (25,980,500) (25,980,500)

Total Penghematan

2,811,319,340

C Simple Return On Investment

361%

D Skoring Dampak Ekonomi Skor Simple ROI

0 zero or loss (0)

1 1% - 299%

2 300% - 499%

3 500% - 699%

4 700% - 899%

5 over

Sumber: data primer, diolah

Page 91: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI KEBIJAKAN …digilib.bppt.go.id/sampul/Evaluasi_Kebijakan_FOSS_Pekalongan_Thesis.pdf · yang kemudian dituangkan dalam format tesis ini, ... Direktur

74

Universitas Indonesia

Berdasarkan pada tabel 5.7. terlihat bahwa ROI yang dihasilkan sebesar

360% dan masuk dalam kategori skor 2. Hal ini menunjukkan bahwa kebijakan

migrasi F/OSS, secara finansial memberikan manfaat keuangan yang cukup besar

bagi pihak Pemerintah Kota Pekalongan. Manfaat ini diperoleh sebagai dampak

dari berkurangnya biaya untuk membeli lisensi perangkat lunak dan terhindar dari

resiko pelanggaran hak cipta program komputer.

5.2. Pengukuran Quasi-Tangible Benefit

Penghitungan manfaat quasi-tangible dilakukan dengan mengidentifikasi

value linking, value acceleration, value restructuring dan innovation valuation

yang terjadi di lingkungan Pemerintah Kota Pekalongan sebagai dampak dari

penggunaan F/OSS.

a) Value Linking (VL) merupakan nilai yang terkait dengan pengaruh

penggunaan teknologi informasi terhadap penurunan biaya atau peningkatan

kinerja organisasi sebagai dampak dari sinergi antar fungsi yang ada dalam

sebuah organisasi. Setelah dilakukan pengamatan terhadap aktifitas pegawai

dan analisis terhadap beberapa dokumen pendukung, dapat dikatakan bahwa

tidak ada manfaat terkait dengan aspek value linking.

b) Value Acceleration (VA), merupakan nilai yang terkait dengan efisiensi waktu

sebagai efek dari penerapan teknologi informasi. Value acceleration

digunakan untuk mengevaluasi secara finansial manfaat

pengurangan/percepatan waktu karena adanya hubungan sebab-akibat antara

dua bagian atau lebih di sebuah organisasi. Setelah dilakukan pengamatan

terhadap aktifitas pegawai dan analisis terhadap beberapa dokumen

pendukung, dapat dikatakan bahwa tidak ada manfaat terkait dengan aspek

value acceleration.

c) Value Restructuring (VR), merupakan nilai yang berhubungan dengan

perubahan suatu pekerjaan atau fungsi bagian. Value restructuring digunakan

untuk mengukur peningkatan produktivitas yang terjadi karena adanya

perubahan pola pekerjaan sebagai efek dari penerapan teknologi informasi.

Setelah dilakukan pengamatan terhadap aktifitas pegawai dan analisis

Page 92: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI KEBIJAKAN …digilib.bppt.go.id/sampul/Evaluasi_Kebijakan_FOSS_Pekalongan_Thesis.pdf · yang kemudian dituangkan dalam format tesis ini, ... Direktur

75

Universitas Indonesia

terhadap beberapa dokumen pendukung, dapat dikatakan bahwa tidak ada

manfaat terkait dengan aspek value restructuring.

d) Innovation Valuation (IV), merupakan nilai yang terkait dengan terbentuknya

fungsi-fungsi baru sebagai efek dari penggunaan F/OSS. Aspek innovation

valuation digunakan untuk mengukur perubahan pada tata kelola organisasi.

Setelah dilakukan pengamatan terhadap aktifitas pegawai dan analisis

terhadap beberapa dokumen pendukung, dapat dikatakan bahwa terjadi

peningkatan ketrampilan dalam menggunakan komputer. Adanya pelatihan

yang dilakukan beberapa kali terkait dengan pemanfaatan aplikasi berbasis

F/OSS telah meningkatkan ketrampilan pegawai yang sebelumnya belum

mengenal dan tidak mengoperasikan aplikasi berbasis F/OSS.

Berdasarkan informasi dari pihak Dinas Komunikasi dan Informatika, Pemkot

Pekalongan, terkait dengan program migrasi dan penggunaan F/OSS, pada

tahun 2010 terdapat 7 Pegawai yang ditetapkan dengan Surat Keputusan

Walikota sebagai tim help desk internal. Tim helpdesk merupakan pegawai

terseleksi yang dianggap sudah menguasai F/OSS dengan baik (tingkat

advance/mahir) dan siap untuk menyelesaikan permasalahan teknis terkait

dengan penggunaan F/OSS di lingkungan SKPD Pemkot Pekalongan.

Dengan asumsi bahwa setiap 4 bulan, pihak Pemkot membutuhkan tim

helpdesk (instruktur atau teknisi F/OSS) untuk menjaga kestabilan dan

keberlanjutan penggunaan F/OSS, maka potensi pengurangan biaya jasa

instruktur yang tidak jadi dikeluarkan akibat adanya tim helpdesk internal,

dalam jangka waktu satu tahun, adalah sebagai berikut:

Page 93: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI KEBIJAKAN …digilib.bppt.go.id/sampul/Evaluasi_Kebijakan_FOSS_Pekalongan_Thesis.pdf · yang kemudian dituangkan dalam format tesis ini, ... Direktur

76

Universitas Indonesia

Tabel 5. 8. Nilai Manfat dari Adanya Tim Helpdesk

Uraian Volume

Penghematan Per Tahun Keterangan

(dalam Rupiah)

Jasa Helpdesk 3 x 1 paket

(1 pakar + 1 asisten) 4,500,000

Biaya yang tidak jadi dibelanjakan kepada pihak luar karena ada tim helpdesk internal. Asumsi, tim helpdesk internal tidak dibayar.

Jumlah 4,500,000

Sumber: data primer, diolah

5.2.1. Lembar Kerja (Worksheet) Tangible dan Quasi-Tangible Benefit

Hasil dari penghitungan manfaat tangible yang telah dilakukan

sebelumnya kemudian digabungkan dengan penghitungan manfaat quasi-tangible

dan dimasukkan kembali dalam sebuah lembar kerja untuk menghitung simple

return on investment yang baru. Dengan asumsi bahwa kebutuhan tim helpdesk

untuk tahun 2011 dan 2012 sama setiap tahunnya, maka penghitungan untuk

mendapatkan simple return on investment yang baru, adalah sebagai berikut:

Tabel 5. 9. Lembar Kerja Tangible dan Quasi-Tangible Benefit

A Biaya Awal 259,805,000

B Aliran Kas 3 Tahun

Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012

Penghematan Biaya Lisensi 2,889,260,840

Penghematan Biaya Helpdesk

4,500,000 4,500,000

Biaya Pemeliharaan Program 25,980,500 25,980,500 25,980,500

Penghematan Dikurangi Biaya 2,863,280,340 (21,480,500) (21,480,500)

Total Penghematan

2,820,319,340

C Simple Return On Investment

362%

D Skoring Dampak Ekonomi Skor Simple ROI

0 zero or loss (0)

1 1% - 299%

2 300% - 499%

3 500% - 699%

4 700% - 899%

5 over

Sumber: data primer, diolah

Page 94: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI KEBIJAKAN …digilib.bppt.go.id/sampul/Evaluasi_Kebijakan_FOSS_Pekalongan_Thesis.pdf · yang kemudian dituangkan dalam format tesis ini, ... Direktur

77

Universitas Indonesia

Berdasarkan pada tabel 5.9. terlihat bahwa ROI baru yang dihasilkan

sebesar 362% dan masuk dalam kategori skor 2. Hal ini menunjukkan bahwa

terjadi peningkatan manfaat keuangan yang diperoleh oleh pihak Pemerintah Kota

Pekalongan setelah melakukan migrasi ke perangkat lunak berbasis F/OSS

meskipun peningkatannya masih sangat kecil. Peningkatan ini diperoleh sebagai

dampak dari meningkatnya ketrampilan sebagian kecil pegawai setelah mengikuti

beberapa pelatihan terkait dengan migrasi dan pemanfaatan F/OSS.

5.3. Pengukuran Intangible Benefit

Dalam kerangka kerja information economics, analisis terhadap manfaat

yang sifatnya tidak kasat mata (intangible) dilakukan dengan cara menilai aspek

organisasi /organizational domain (yang meliputi Strategic Match, Competitive

Advantage, Management Information, Competitive Response, dan Project or

Organitional Risk) dan aspek teknologi/technology domain (yang meliputi

Strategic Information Technology (IT) Architecture, Definition Uncertainty, IT

Infrastructure, dan Technical Uncertainty) sebagai akibat dari penggunaan F/OSS

di lingkungan Pemerintah Kota Pekalongan. Penilaian dilakukan dengan

menghitung skor hasil kuesioner yang telah disebarkan kepada responden.

5.3.1. Penilaian Domain Organisasi

Penilaian terhadap domain organisasi dilakukan untuk mengetahui manfaat

migrasi F/OSS bagi Pemerintah Kota Pekalongan khususnya keterkaitannya

dengan keunggulan kompetitif, serta kebutuhan infomasi yang dibutuhkan oleh

setiap bagian. Lima faktor dari domain organisasi yang dinilai, meliputi Strategic

Match, Competitive Advantage, Management Information, dan Competitive

Response yang sifatnya bernilai positif (menambah nilai manfaat dari F/OSS),

serta Project or Organitional Risk yang sifatnya bernilai negatif (mengurangi nilai

manfaat dari penggunaan F/OSS).

Dalam kerangka kerja information economics, penilaian terhadap domain

organisasi dilakukan dengan mengacu pada skor hasil kuesioner yang telah

dibagikan kepada pihak yang dianggap memahami proses migrasi dan

Page 95: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI KEBIJAKAN …digilib.bppt.go.id/sampul/Evaluasi_Kebijakan_FOSS_Pekalongan_Thesis.pdf · yang kemudian dituangkan dalam format tesis ini, ... Direktur

78

Universitas Indonesia

penggunaan F/OSS bagi Pemerintah Kota Pekalongan. Program migrasi dan

penggunaan F/OSS di Pemerintah Kota Pekalongan berada di bawah koordinasi

Bagian Pusat Data dan Elektronik (PDE) Sekretariat Daerah yang kemudian pada

tahun 2011 berubah menjadi Dinas Komunikasi dan Informatika. Menurut

informasi dari Sri Budi Santoso selaku Kepala Dinas Kominfo, SKPD yang

menjadi pihak utama sekaligus sebagai percontohan dari penggunaan F/OSS

adalah Sekretariat Daerah (Setda), Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

(Bappeda), Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan, dan Aset Daerah

(DPPKAD) dan Inspektorat.

5.3.1.1. Strategic Match

Penilaian terhadap aspek Strategic Match merupakan evaluasi kesesuaian

dari kebijakan migrasi dan penggunaan F/OSS dengan upaya pencapaian tujuan

strategis (visi/misi) lembaga. Dalam Pembangunan Jangka Menengah Daerah

2010-2015, Pemerintah Kota Pekalongan mempunyai visi untuk mewujudkan

Kota Pekalongan sebagai kota jasa yang berwawasan lingkungan menuju

masyarakat madani berbasis nilai-nilai religiusitas. Tiga pokok pemikiran yang

tersurat dalam visi tersebut adalah kota jasa, berwawasan lingkungan dan

masyarakat madani berbasis religiusitas.

Dari 22 kuesioner yang dikembalikan oleh responden di lingkungan

Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang menjadi pusat birokrasi dan

percontohan program migrasi dan penggunaan F/OSS di Pemerintah Kota

Pekalongan (Diskominfo, Setda, Bappeda, DPPKAD dan Inspektorat), didapatkan

hasil sebagai berikut:

Page 96: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI KEBIJAKAN …digilib.bppt.go.id/sampul/Evaluasi_Kebijakan_FOSS_Pekalongan_Thesis.pdf · yang kemudian dituangkan dalam format tesis ini, ... Direktur

79

Universitas Indonesia

Tabel 5. 10. Skor Strategic Match

Responden

Skor

Strategic Match

Responden 1 4

Responden 2 2

Responden 3 2

Responden 4 2

Responden 5 2

Responden 6 4

Responden 7 2

Responden 8 4

Responden 9 2

Responden 10 4

Responden 11 4

Responden 12 4

Responden 13 4

Responden 14 4

Responden 15 4

Responden 16 5

Responden 17 4

Responden 18 5

Responden 19 4

Responden 20 5

Responden 21 5

Responden 22 3

Skor Frequency Percentage

0 0 0%

1 0 0%

2 6 27%

3 1 5%

4 11 50%

5 4 18%

Strategic Match

Mean 3.590909

Standard Error 0.234097

Median 4

Mode 4

Standard Deviation 1.098011

Range 3

Minimum 2

Maximum 5

Sum 79

Count 22

Sumber: data primer, diolah

Dari hasil pengolahan data kuesioner terlihat bahwa separuh responden

(50%) memilih jawaban dengan skor 4. Nilai rata-rata yang dihasilkan juga

mendekati pada skor 4 (pembulatan dari 3,59). Hal ini menunjukkan bahwa

sebagian besar responden berpendapat bahwa kebijakan penerapan F/OSS

memiliki keterkaitan langsung dalam mencapai sebagian tujuan strategis

organisasi. Menurut Sri Budi Santoso selaku Kepala Dinas Komunikasi dan

Informatika Pemerintah Kota Pekalongan (Diskominfo Pemkot Pekalongan),

kebijakan migrasi dan penggunaan F/OSS terkait dengan upaya untuk

mewujudkan masyarakat madani berbasis religiusitas, yaitu mendukung upaya

untuk mewujudkan kota unggul yang berdaya saing secara berkerlanjutan,

berbasiskan pada sumber daya manusia yang memiliki kemampuan Iptek dan

Page 97: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI KEBIJAKAN …digilib.bppt.go.id/sampul/Evaluasi_Kebijakan_FOSS_Pekalongan_Thesis.pdf · yang kemudian dituangkan dalam format tesis ini, ... Direktur

80

Universitas Indonesia

moral (Imtaq) yang tinggi. Lebih lanjut, Santoso menyatakan bahwa kebijakan

migrasi F/OSS memberikan kontribusi dalam mewujudkan efisiensi dalam

pemanfaatan TIK, mewujudkan manajemen barokah (bekerja dengan barang legal

dan legal) serta mendorong Pemkot Pekalongan menjadi 'Organisasi Pembelajar'

(Sikap dan pola pikir yang siap mempelajari hal-hal baru serta adaptif dan inovatif

merespon dinamika perubahan lingkungan strategis).

Nilai standard deviasi yang relatif kecil (1.09) menunjukkan bahwa tidak

terjadi variasi pendapat responden yang terlalu jauh dari nilai rata-rata. Dari 22

responden yang ada, dapat dikatakan bahwa mereka memiliki tingkat

keseragaman pendapat yang cukup tinggi dan tidak menunjukkan adanya nilai

yang ekstrem. Dalam hal ini tidak ada responden yang berpendapat bahwa

penerapan F/OSS tidak memiliki keterkaitan langsung maupun tidak langsung

terhadap proses pencapaian tujuan strategis organisasi (skor bernilai nol).

5.3.1.2. Competitive Advantage

Penilaian terhadap aspek Competitive Advantage merupakan upaya untuk

mengukur sejauh mana implementasi kebijakan penggunaan F/OSS dapat

meningkatkan keunggulan kompetitif lembaga. Dari 22 kuesioner yang

dikembalikan oleh responden di lingkungan Satuan Kerja Perangkat Daerah

(SKPD) yang menjadi pusat birokrasi dan percontohan program migrasi dan

penggunaan F/OSS di Pemerintah Kota Pekalongan (Diskominfo, Setda, Bappeda,

DPPKAD dan Inspektorat), didapatkan hasil sebagai berikut:

Page 98: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI KEBIJAKAN …digilib.bppt.go.id/sampul/Evaluasi_Kebijakan_FOSS_Pekalongan_Thesis.pdf · yang kemudian dituangkan dalam format tesis ini, ... Direktur

81

Universitas Indonesia

Tabel 5. 11. Skor Competitive Advantage

Responden

skor

Competitive Advantage

Responden 1 5

Responden 2 1

Responden 3 2

Responden 4 1

Responden 5 2

Responden 6 4

Responden 7 0

Responden 8 4

Responden 9 1

Responden 10 5

Responden 11 4

Responden 12 4

Responden 13 5

Responden 14 4

Responden 15 4

Responden 16 2

Responden 17 2

Responden 18 3

Responden 19 4

Responden 20 2

Responden 21 2

Responden 22 0

Skor Frequency Percentage

0 2 9%

1 3 14%

2 6 27%

3 1 5%

4 7 32%

5 3 14%

Competitive Advantage

Mean 2.772727

Standard Error 0.34145

Median 2.5

Mode 4

Standard Deviation 1.601541

Range 5

Minimum 0

Maximum 5

Sum 61

Count 22

Sumber: data primer, diolah

Dari hasil pengolahan data kuesioner terlihat bahwa pilihan responden

tersebar dari jawaban dengan skor 0 sampai dengan jawaban dengan skor 5.

Meskipun jawaban yang paling banyak dipilih adalah jawaban dengan skor 4

namun nilai rata-rata yang dihasilkan hanya mendekati pada skor 3 (pembulatan

dari 2,7). Rata-rata responden berpendapat bahwa penggunaan F/OSS sedikit

mempermudah proses pertukaran data dengan instansi di tingkat Pemerintah

Daerah maupun Pemerintah Pusat, dan memberikan sedikit kontribusi untuk

meningkatkan posisi kompetitif organisasi. Sebagai sebuah kebijakan terkait

dengan hal baru, pandangan responden masih terkesan ragu-ragu dengan

kontribusi penggunaan F/OSS dalam mendukung keunggulan kompetitif

Page 99: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI KEBIJAKAN …digilib.bppt.go.id/sampul/Evaluasi_Kebijakan_FOSS_Pekalongan_Thesis.pdf · yang kemudian dituangkan dalam format tesis ini, ... Direktur

82

Universitas Indonesia

organisasi. Hal ini menjadi wajar mengingat Pemkot Pekalongan bukanlah sebuah

organisasi berorientasi bisnis, tetapi merupakan instansi pemerintah yang

menyediakan pelayanan publik dan tidak berorientasi pada persaingan bisnis.

5.3.1.3. Management Information

Penilaian terhadap aspek Management Information merupakan upaya

untuk mengetahui kontribusi penggunaan F/OSS dalam menyediakan informasi

untuk mendukung tugas pokok dan fungsi (Tupoksi) lembaga. Dari 22 kuesioner

yang dikembalikan oleh responden di lingkungan Satuan Kerja Perangkat Daerah

(SKPD) yang menjadi pusat birokrasi dan percontohan program migrasi dan

penggunaan F/OSS di Pemerintah Kota Pekalongan (Diskominfo, Setda, Bappeda,

DPPKAD dan Inspektorat), didapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel 5. 12. Skor Management Information

Responden

Skor

Management Information

Responden 1 5

Responden 2 2

Responden 3 2

Responden 4 1

Responden 5 2

Responden 6 3

Responden 7 2

Responden 8 2

Responden 9 2

Responden 10 4

Responden 11 5

Responden 12 2

Responden 13 5

Responden 14 3

Responden 15 3

Responden 16 4

Responden 17 4

Responden 18 5

Responden 19 4

Responden 20 4

Responden 21 4

Responden 22 2

Skor Frequency Percentage

0 0 0%

1 1 5%

2 8 36%

3 3 14%

4 6 27%

5 4 18%

Management Information

Mean 3.1818182

Standard Error 0.2683634

Median 3

Mode 2

Standard Deviation 1.2587357

Range 4

Minimum 1

Maximum 5

Sum 70

Count 22

Sumber: data primer, diolah

Page 100: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI KEBIJAKAN …digilib.bppt.go.id/sampul/Evaluasi_Kebijakan_FOSS_Pekalongan_Thesis.pdf · yang kemudian dituangkan dalam format tesis ini, ... Direktur

83

Universitas Indonesia

Dari hasil pengolahan data kuesioner terlihat bahwa pilihan responden

tersebar dari jawaban dengan skor 1 sampai dengan jawaban dengan skor 5.

Meskipun jawaban yang paling banyak dipilih adalah jawaban dengan skor 2

namun karena presentasenya kecil, nilai rata-rata yang dihasilkan lebih tinggi

yaitu pada skor 3 (pembulatan dari 3,2). Rata-rata responden berpendapat bahwa

penggunaan F/OSS banyak mendukung penyediaan informasi untuk bagian-

bagian yang mendukung program utama organisasi. Dalam hal ini tidak ada

responden yang memilih skor 0 dimana penggunaan F/OSS tidak memberikan

kontribusi pada program utama organisasi.

5.3.1.4. Competitive Response

Penilaian terhadap aspek Competitive Response merupakan upaya untuk

mengetahui potensi kerugian yang akan diterima oleh organisasi apabila terjadi

penundaan dalam melakukan proses migrasi dan penggunaan F/OSS. Dari 22

kuesioner yang dikembalikan oleh responden di lingkungan Satuan Kerja

Perangkat Daerah (SKPD) yang menjadi pusat birokrasi dan percontohan program

migrasi dan penggunaan F/OSS di Pemerintah Kota Pekalongan (Diskominfo,

Setda, Bappeda, DPPKAD dan Inspektorat), didapatkan hasil sebagai berikut:

Page 101: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI KEBIJAKAN …digilib.bppt.go.id/sampul/Evaluasi_Kebijakan_FOSS_Pekalongan_Thesis.pdf · yang kemudian dituangkan dalam format tesis ini, ... Direktur

84

Universitas Indonesia

Tabel 5. 13. Skor Competitive Response

Responden

Skor

Competitive Response

Responden 1 5

Responden 2 5

Responden 3 2

Responden 4 3

Responden 5 3

Responden 6 3

Responden 7 3

Responden 8 3

Responden 9 2

Responden 10 5

Responden 11 5

Responden 12 1

Responden 13 5

Responden 14 2

Responden 15 2

Responden 16 5

Responden 17 3

Responden 18 4

Responden 19 5

Responden 20 5

Responden 21 5

Responden 22 2

Skor Frequency Percentage

0 0 0%

1 1 5%

2 5 23%

3 6 27%

4 1 5%

5 9 41%

Competitive Response

Mean 3.545454545

Standard Error 0.292231841

Median 3

Mode 5

Standard Deviation 1.370688834

Range 4

Minimum 1

Maximum 5

Sum 78

Count 22

Sumber: data primer, diolah

Dari hasil pengolahan data kuesioner terlihat bahwa pilihan responden

tersebar dari jawaban dengan skor 1 sampai dengan jawaban dengan skor 5.

Meskipun hampir dari separuh responden (41%) memilih jawaban dengan skor 5

namun nilai rata-rata yang dihasilkan lebih rendah yaitu mendekati pada skor 4

(pembulatan dari 3,6). Rata-rata responden berpendapat bahwa penundaan

penerapan F/OSS dimungkinkan dapat mengurangi pencapaian output dan

keunggulan kompetitif organisasi. Bila dikaitkan dengan himbauan dari

Kementerian Aparatur Negara yang menetapakan akhir Desember 2011 sebagai

batas akhir migrasi F/OSS, dan diasumsikan ada sanksi bagi yang tidak mematuhi,

hal tersebut merepresentasikan bahwa pihak Pemkot Pekalongan merupakan

Pemkot yang menganggap bahwa migrasi F/OSS merupakan salah satu program

yang menjadi prioritas.

Page 102: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI KEBIJAKAN …digilib.bppt.go.id/sampul/Evaluasi_Kebijakan_FOSS_Pekalongan_Thesis.pdf · yang kemudian dituangkan dalam format tesis ini, ... Direktur

85

Universitas Indonesia

5.3.1.5. Project or Organizational Risk

Penilaian terhadap aspek Project or Organizational Risk, dilakukan untuk

mengetahui tingkat kesiapan Pemkot Pekalongan dalam melakukan perubahan

sebagai konsekuensi dari kebijakan untuk beralih dari pemanfaatan perangkat

lunak bajakan ke F/OSS. Dari kuesioner yang disebarkan kepada responden di

lingkungan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang menjadi pusat birokrasi

dan percontohan program migrasi dan penggunaan F/OSS di Pemerintah Kota

Pekalongan (Diskominfo, Setda, Bappeda, DPPKAD dan Inspektorat), didapatkan

hasil sebagai berikut:

Tabel 5. 14. Skor Project or Organizational Risk

Responden

Skor

Project or Organizational Risk

Responden 1 0

Responden 2 3

Responden 3 0

Responden 4 3

Responden 5 5

Responden 6 1

Responden 7 2

Responden 8 2

Responden 9 3

Responden 10 0

Responden 11 0

Responden 12 0

Responden 13 0

Responden 14 0

Responden 15 1

Responden 16 1

Responden 17 0

Responden 18 0

Responden 19 0

Responden 20 1

Responden 21 1

Responden 22 2

Skor Frequency Percentage

0 10 45%

1 5 23%

2 3 14%

3 3 14%

4 0 0%

5 1 5%

Project or Organizational Risk

Mean 1.136364

Standard Error 0.29641

Median 1

Mode 0

Standard Deviation 1.390288

Range 5

Minimum 0

Maximum 5

Sum 25

Count 22

Sumber: data primer, diolah

Page 103: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI KEBIJAKAN …digilib.bppt.go.id/sampul/Evaluasi_Kebijakan_FOSS_Pekalongan_Thesis.pdf · yang kemudian dituangkan dalam format tesis ini, ... Direktur

86

Universitas Indonesia

Dari hasil pengolahan data kuesioner terlihat bahwa pilihan responden

tersebar dari jawaban dengan skor 0 sampai dengan jawaban dengan skor 5.

Meskipun hampir dari separuh responden (45%) memilih jawaban dengan skor 0

namun sisa pendapat dari responden yang lain dapat dikatakan cukup beragam

mengingat nilai standard deviasinya sedikit lebih tinggi daripada nilai rata-

ratanya. Nilai rata-rata yang mendekati pada skor 1 (pembulatan dari 1,13)

menunjukkan pendapat responden yang menyatakan bahwa Pemkot Pekalongan

memiliki rencana yang terformulasi dengan baik untuk melaksanakan proses

migrasi dan memanfaatkan F/OSS, ada dukungan manajemen yang memadai serta

cukup tersedia dokumentasi terkait dengan proses dan prosedur migrasi dan

penggunaan F/OSS.

5.3.2. Penilaian Domain Teknologi

Penilaian terhadap domain teknologi dilakukan untuk mengetahui manfaat

penggunaan F/OSS bagi Pemerintah Kota Pekalongan khususnya terkait dengan

pengaruhnya terhadap kinerja pegawai. Empat aspek dari domain teknologi

meliputi definitional uncertainty, Technical Uncertainty, strategic information

system architecture, dan information system Infrastructure Risk. Dari keempat

faktor tersebut, strategic information system architecture merupakan satu-satunya

faktor yang bernilai positif dan menambah nilai manfaat, sementara tiga faktor

lainnya semuanya bernilai negatif yang merepresentasikan resiko dari penggunaan

F/OSS.

. Dalam kerangka kerja information economics, penilaian terhadap domain

organisasidilakukan dengan mengacu pada skor hasil kuesioner yang telah

dibagikan kepada pihak yang telah menggunakan teknologi informasi yang

diterapkan. Menurut data dari pihak Dinas Kominfo Pemkot Pekalongan, pada

akhir tahun 2010, program migrasi F/OSS telah selesai dilaksanakan di 33 SKPD

yang ada, meliputi: Dinas Pekerjaan Umum Pertamanan dan Tata Ruang Kota

(DPUPT), Dinas Peternakan, Pertanian dan Kelautan (DPPK), Dinas Pendapatan,

Pengelolaan Keuangan, dan Aset Daerah (DPPKAD), Dinas Pendidikan Pemuda

dan Olah Raga, Dinas Kesehatan, Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil, Dinas

Sosial dan Tenaga Kerja, Dinas Komunikasi dan Informatika, Disperindagkop dan

Page 104: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI KEBIJAKAN …digilib.bppt.go.id/sampul/Evaluasi_Kebijakan_FOSS_Pekalongan_Thesis.pdf · yang kemudian dituangkan dalam format tesis ini, ... Direktur

87

Universitas Indonesia

UMKM, Inspektorat, Bappeda, Badan Pemberdayaan Masyarakat Perempuan

Keluarga Berencana dan Ketahanan Pangan (BPMPKB dan KP), Badan

Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT), Kantor Kepegawaian Daerah (KKD),

Kantor Lingkungan Hidup (KLH), Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota

Pekalongan (KPAD), Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol), RSUD

Bendan, Satpol PP, Sekretariat Dewan, Bagian Tata Pemerintahan Setda, Bagian

Hukum Setda, Bagian Humas dan Protokol Setda, Bagian Perekonomian Setda,

Bagian Administrasi Pembangunan Setda, Bagian Kesra Setda, Bagian Organisasi

Setda, Bagian Bagian Umum dan Keuangan Setda, Kecamatan Pekalongan Barat,

Kecamatan Pekalongan Timur, Kecamatan Pekalongan Utara, Kecamatan

Pekalongan Selatan. Berdasarkan pada data tersebut, maka responden yang

dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah perwakilan dari 33 SKPD tersebut.

5.3.2.1. Strategic Information System Architecture

Penilaian terhadap aspek strategic information system architecture

dilakukan untuk mengetahui tingkat kesesuaian program migrasi F/OSS dengan

keseluruhan strategi atau arsitektur sistem informasi yang diterapkan di

lingkungan Pemerintah Kota Pekalongan. Dari kuesioner yang disebarkan kepada

responden perwakilan dari 33 Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di

lingkungan Pemerintah Kota Pekalongan yang telah menggunakan perangkat

lunak berbasis F/OSS, didapatkan hasil sebagai berikut:

Page 105: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI KEBIJAKAN …digilib.bppt.go.id/sampul/Evaluasi_Kebijakan_FOSS_Pekalongan_Thesis.pdf · yang kemudian dituangkan dalam format tesis ini, ... Direktur

88

Universitas Indonesia

Tabel 5. 15. Skor Strategic Information System Architecture

Responden skor strategic

IS architecture

Responden skor strategic

IS architecture

Responden 1 3

Responden 26 3

Responden 2 4

Responden 27 1

Responden 3 0

Responden 28 3

Responden 4 0

Responden 29 2

Responden 5 3

Responden 30 1

Responden 6 1

Responden 31 0

Responden 7 4

Responden 32 3

Responden 8 4

Responden 33 4

Responden 9 1

Responden 34 3

Responden 10 4

Responden 35 3

Responden 11 2

Responden 36 3

Responden 12 0

Responden 37 5

Responden 13 4

Responden 38 5

Responden 14 3

Responden 39 3

Responden 15 1

Responden 40 5

Responden 16 3

Responden 41 3

Responden 17 3

Responden 42 3

Responden 18 3

Responden 43 4

Responden 19 3

Responden 44 4

Responden 20 1

Responden 45 5

Responden 21 3

Responden 46 4

Responden 22 3

Responden 47 4

Responden 23 3

Responden 48 4

Responden 24 2

Responden 49 1

Responden 25 1

Skor Frequency Percentage

0 4 8%

1 8 16%

2 3 6%

3 19 39%

4 11 22%

5 4 8%

strategic IS architecture

Mean 2.755102

Standard Error 0.201040

3

Median 3

Mode 3

Standard Deviation 1.407281

8

Range 5

Minimum 0

Maximum 5

Sum 135

Count 49

Sumber: data primer, diolah

Dari hasil pengolahan data kuesioner terlihat bahwa kebanyakan

responden (39%) memilih jawaban dengan skor 3. Nilai rata-rata yang dihasilkan

juga mendekati pada skor 3 (pembulatan dari 2,75). Hal ini menunjukkan rata-rata

responden berpendapat bahwa program penerapan F/OSS terkait dan cukup sesuai

dengan struktur sistem teknologi informasi yang ada di organisasi. Meskipun

pendapat responden tersebar dari jawaban dengan skor 0 sampai dengan jawaban

dengan skor 5, namun nilai standard deviasinya relatif kecil dan masih jauh di

bawah nilai rata-rata. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa mereka memiliki

tingkat keseragaman pendapat yang cukup tinggi.

Page 106: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI KEBIJAKAN …digilib.bppt.go.id/sampul/Evaluasi_Kebijakan_FOSS_Pekalongan_Thesis.pdf · yang kemudian dituangkan dalam format tesis ini, ... Direktur

89

Universitas Indonesia

5.3.2.2. Definitional Uncertainty

Penilaian terhadap aspek definitional uncertainty dilakukan untuk

mengetahui keterkaitan program penerapan Free/Open Source Software (F/OSS)

dengan kejelasan spesifikasi dari teknologi informasi dan komunikasi (TIK) yang

dibutuhkan organisasi. Dari kuesioner yang disebarkan kepada perwakilan dari 33

Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di lingkungan Pemerintah Kota

Pekalongan yang telah menggunakan perangkat lunak berbasis F/OSS, didapatkan

hasil sebagai berikut:

Tabel 5. 16. Skor Definitional Uncertainty

Responden skor

definition uncertainty

Responden skor

definition uncertainty

Responden 1 2

Responden 26 0

Responden 2 0

Responden 27 0

Responden 3 0

Responden 28 3

Responden 4 4

Responden 29 0

Responden 5 2

Responden 30 1

Responden 6 1

Responden 31 1

Responden 7 1

Responden 32 1

Responden 8 2

Responden 33 0

Responden 9 0

Responden 34 3

Responden 10 1

Responden 35 0

Responden 11 2

Responden 36 0

Responden 12 2

Responden 37 0

Responden 13 2

Responden 38 1

Responden 14 2

Responden 39 2

Responden 15 4

Responden 40 4

Responden 16 1

Responden 41 3

Responden 17 2

Responden 42 3

Responden 18 2

Responden 43 0

Responden 19 3

Responden 44 2

Responden 20 4

Responden 45 3

Responden 21 2

Responden 46 0

Responden 22 2

Responden 47 0

Responden 23 3

Responden 48 0

Responden 24 1

Responden 49 2

Responden 25 5

Skor Frequency Percentage

0 14 29%

1 9 18%

2 14 29%

3 7 14%

4 4 8%

5 1 2%

definition uncertainty

Mean 1.612244

9

Standard Error 0.195215

6

Median 2

Mode 2

Standard Deviation 1.366509

Range 5

Minimum 0

Maximum 5

Sum 79

Count 49

Sumber: data primer, diolah

Page 107: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI KEBIJAKAN …digilib.bppt.go.id/sampul/Evaluasi_Kebijakan_FOSS_Pekalongan_Thesis.pdf · yang kemudian dituangkan dalam format tesis ini, ... Direktur

90

Universitas Indonesia

Dari hasil pengolahan data kuesioner terlihat bahwa pilihan responden

cenderung berpusat pada jawaban dengan skor 0 dan skor 2. Namun rata-rata yang

dihasilkan berada pada nilai 2. Hal ini menunjukkan rata-rata responden

berpendapat bahwa program penerapan F/OSS merupakan kebutuhan yang cukup

jelas, spesifikasi dan ruang lingkupnya cukup jelas. Meskipun pendapat responden

tersebar dari jawaban dengan skor 0 sampai dengan jawaban dengan skor 5,

namun nilai standard deviasinya relatif kecil dan masih di bawah nilai rata-rata.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa mereka memiliki tingkat keseragaman

pendapat yang cukup tinggi.

5.3.2.3. Technical Uncertainty

Penilaian terhadap aspek Technical Uncertainty dilakukan untuk

mengetahui kesiapan organisasi khususnya terkait dengan teknis untuk melakukan

migrasi dan memanfaatkan F/OSS. Penilaian terkait dengan Technical

Uncertainty meliputi 4 faktor, yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk

menggunakan aplikasi berbasis F/OSS, kesesuaian aplikasi berbasis F/OSS

dengan perangkat keras (hardware) yang ada, kesesuaian aplikasi berbasis F/OSS

dengan perangkat lunak (software) lainnya serta kemudahan penggunaan aplikasi

berbasis F/OSS. Dari kuesioner yang disebarkan kepada perwakilan dari 33

Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di lingkungan Pemerintah Kota

Pekalongan yang telah menggunakan perangkat lunak berbasis F/OSS, didapatkan

hasil sebagai berikut:

Page 108: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI KEBIJAKAN …digilib.bppt.go.id/sampul/Evaluasi_Kebijakan_FOSS_Pekalongan_Thesis.pdf · yang kemudian dituangkan dalam format tesis ini, ... Direktur

91

Universitas Indonesia

Tabel 5. 17. Skor Technical Uncertainty

Pelatihan

yang

dibutuhkan

Kesesuaian

dengan

perangkat keras

Kesesuaian

dengan piranti

lunak lain

Kemudahan

penggunaan

Responden 1 2 2 2 0

Responden 2 3 1 0 0

Responden 3 2 2 1 0

Responden 4 2 1 2 2

Responden 5 3 3 1 1

Responden 6 5 3 1 2

Responden 7 0 1 1 1 Skor Pelatihan Frequency Percentage

Responden 8 2 0 0 0 0 1 2%

Responden 9 1 2 1 1 1 3 6%

Responden 10 2 2 1 1 2 17 35%

Responden 11 2 2 2 0 3 10 20%

Responden 12 3 3 0 1 4 10 20%

Responden 13 3 1 3 1 5 8 16%

Responden 14 4 1 1 1

Responden 15 2 4 2 1

Responden 16 2 3 3 1 Skor Hardware Frequency Percentage

Responden 17 3 1 1 0 0 1 2%

Responden 18 4 2 1 0 1 14 29%

Responden 19 3 3 2 2 2 24 49%

Responden 20 5 3 5 2 3 9 18%

Responden 21 4 2 1 0 4 1 2%

Responden 22 4 2 1 0 5 0 0%

Responden 23 3 2 1 1

Responden 24 5 3 2 1

Responden 25 5 3 3 3 Skor Software Frequency Percentage

Responden 26 5 2 2 4 0 5 10%

Responden 27 4 1 1 1 1 29 59%

Responden 28 5 2 1 1 2 11 22%

Responden 29 1 2 1 1 3 3 6%

Responden 30 3 2 1 2 4 0 0%

Responden 31 1 2 2 1 5 1 2%

Responden 32 2 2 2 2

Responden 33 2 2 0 1

Responden 34 3 2 1 1 Skor Kemudahan Frequency Percentage

Responden 35 4 2 1 1 0 12 24%

Responden 36 4 1 1 2 1 28 57%

Responden 37 2 2 1 0 2 7 14%

Responden 38 2 2 1 1 3 1 2%

Responden 39 2 1 1 1 4 1 2%

Responden 40 5 1 1 0 5 0 0%

Responden 41 2 2 1 1

Responden 42 2 2 1 1

Responden 43 4 1 1 1

Responden 44 2 2 1 0

Responden 45 3 3 2 1

Responden 46 2 1 0 1

Responden 47 4 1 1 1

Responden 48 4 1 1 1

Responden 49 5 2 2 1

Sum 147 93 65 49

Mean 3 1.897959184 1.326530612 1

Minimal 0 0 0 0

Maximal 5 4 5 4

Modus 2 2 1 1

Count 49 49 49 49

Responden

Skor Technical Uncertainty

Sumber: data primer, diolah

Page 109: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI KEBIJAKAN …digilib.bppt.go.id/sampul/Evaluasi_Kebijakan_FOSS_Pekalongan_Thesis.pdf · yang kemudian dituangkan dalam format tesis ini, ... Direktur

92

Universitas Indonesia

Hasil pengolahan data kuesioner terkait dengan 4 faktor dalam aspek Technical

Uncertainty dapat diuraikan sebagai berikut:

Faktor pelatihan yang dibutuhkan

Jawaban yang paling banyak dipilih oleh responden adalah jawaban

dengan skor 2 dengan persentase sebesar 35%. Namun dengan pendapat

responden yang tersebar dari jawaban dengan skor 0 samapai 5, rata-rata

yang dihasilkan berada pada nilai 3. Hal ini menunjukkan rata-rata

responden berpendapat bahwa untuk mengadopsi F/OSS dibutuhkan

beberapa pelatihan baru untuk staff, terlebih untuk manajemen atau dalam

hal ini adalah pejabat struktural.

Faktor kesesuaian dengan hardware

Hampir separuh dari responden (49%) memilih jawaban dengan skor 2.

Meskipun pilihan responden tersebar dari jawaban dengan skor 0 samapai

4, namun dengan banyaknya responden yang memilih jawaban dengan

skor 2 membuat nilai rata-rata yang dihasilkan mendekati angka 2

(pembulatan dari 1,89). Hal ini menunjukkan rata-rata responden

berpendapat bahwa aplikasi berbasis F/OSS dapat diaplikasikan dengan

sebagian besar perangkat keras yang sudah ada. Dalam hal ini tidak ada

responden yang memilih jawaban dengan skor 0 yang menyatakan bahwa

F/OSS tidak sesuai dengan semua perangkat keras yang ada.

Faktor kesesuaian dengan software lain

Lebih dari separuh responden (59%) memilih jawaban dengan skor 1.

Meskipun pilihan responden tersebar dari jawaban dengan skor 0 samapai

5, namun dengan banyaknya responden yang memilih jawaban dengan

skor 1 membuat nilai rata-rata yang dihasilkan mendekati angka 1

(pembulatan dari 1,32). Hal ini menunjukkan rata-rata responden

berpendapat bahwa aplikasi berbasis F/OSS dapat dioperasikan dengan

perangkat lunak lainnya, tetapi dengan sedikit masalah.

Faktor kemudahan penggunaan

Lebih dari separuh responden (57%) memilih jawaban dengan skor 1.

Dalam hal ini rata-rata yang dihasilkan juga bernilai 1. Hal ini

menunjukkan rata-rata responden berpendapat bahwa aplikasi berbasis

Page 110: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI KEBIJAKAN …digilib.bppt.go.id/sampul/Evaluasi_Kebijakan_FOSS_Pekalongan_Thesis.pdf · yang kemudian dituangkan dalam format tesis ini, ... Direktur

93

Universitas Indonesia

F/OSS sedikit susah digunakan. Meskipun demikian, tidak ada responden

yang menyatakan bahwa aplikasi F/OSS sangat kompleks sehingga sangat

susah digunakan dan dibutuhkan waktu yang sangat lama untuk

mempelajarinya.

Bila dihitung secara keseluruhan, dari 4 faktor yang dinilai terkait dengan aspek

technical uncertainty, maka nilai rata-rata yang dihasilkan bernilai 2 (pembulatan

dari 1,75) dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 5. 18. Rata-Rata Skor Technical Uncertainty

Faktor Skor

ketrampilan yang dibutuhkan 3

kesesuaian dengan perangkat keras 2

kesesuaian dengan piranti lunak lain 1

kemudahan penggunaan 1

Rata-Rata 1.75

Sumber: data primer, diolah

5.3.2.4. Information System Infrastructure Risk

Penilaian terhadap aspek information system Infrastructure Risk dilakukan

untuk mengetahui resiko perubahan konfigurasi infrastruktur teknologi informasi

yang sudah ada dan implikasi pembiayaan yang harus dikeluarkan oleh

Pemerintah Kota Pekalongan sebagai konsekuensi dari penerapan F/OSS. Dari

kuesioner yang disebarkan kepada perwakilan dari 33 Satuan Kerja Perangkat

Daerah (SKPD) di lingkungan Pemerintah Kota Pekalongan yang telah

menggunakan perangkat lunak berbasis F/OSS, didapatkan hasil sebagai berikut:

Page 111: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI KEBIJAKAN …digilib.bppt.go.id/sampul/Evaluasi_Kebijakan_FOSS_Pekalongan_Thesis.pdf · yang kemudian dituangkan dalam format tesis ini, ... Direktur

94

Universitas Indonesia

Tabel 5. 19. Skor Infrastructure Risk

Responden Infrastructure

Risk

Responden Infrastructure

Risk

Responden 1 0

Responden 26 0

Responden 2 2

Responden 27 0

Responden 3 0

Responden 28 4

Responden 4 0

Responden 29 1

Responden 5 3

Responden 30 3

Responden 6 0

Responden 31 3

Responden 7 2

Responden 32 2

Responden 8 0

Responden 33 0

Responden 9 1

Responden 34 3

Responden 10 1

Responden 35 2

Responden 11 1

Responden 36 0

Responden 12 2

Responden 37 2

Responden 13 1

Responden 38 2

Responden 14 2

Responden 39 1

Responden 15 2

Responden 40 2

Responden 16 3

Responden 41 2

Responden 17 2

Responden 42 2

Responden 18 2

Responden 43 1

Responden 19 3

Responden 44 2

Responden 20 3

Responden 45 4

Responden 21 2

Responden 46 0

Responden 22 2

Responden 47 1

Responden 23 2

Responden 48 1

Responden 24 2

Responden 49 3

Responden 25 3

Skor Frequency Percentage

0 10 20%

1 9 18%

2 19 39%

3 9 18%

4 2 4%

5 0 0%

Infrastructure Risk

Mean 1.6734694

Standard Error 0.160748

Median 2

Mode 2

Standard Deviation 1.1252362

Range 4

Minimum 0

Maximum 4

Sum 82

Count 49

Sumber: data primer, diolah

Dari hasil pengolahan data kuesioner terlihat bahwa pilihan responden

cenderung berpusat pada jawaban dengan skor 2 dengan persentase sejumlah

39%. Rata-rata yang dihasilkan juga mendekati pada nilai 2 (pembulatan dari

1,67). Hal ini menunjukkan rata-rata responden berpendapat bahwa program

penerapan F/OSS membutuhkan sedikit perubahan pada beberapa elemen

infrastruktur teknologi informasi yang sudah ada dan dimungkinkan adanya biaya

lebih lanjut yang dibutuhkan. Nilai standard deviasinya yang relatif kecil dan

masih berada di bawah nilai rata-rata menunjukkan bahwa responden memiliki

tingkat keseragaman pendapat yang cukup tinggi.

Page 112: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI KEBIJAKAN …digilib.bppt.go.id/sampul/Evaluasi_Kebijakan_FOSS_Pekalongan_Thesis.pdf · yang kemudian dituangkan dalam format tesis ini, ... Direktur

95

Universitas Indonesia

5.4. Penghitungan Skor Information Economics

5.4.1. Pembobotan Skor Kuesioner

Pembobotan skor hasil penilaian aspek tangible, quasi tangible dan

intangible mengacu pada nilai korporat (corporate value) dari Pemerintah Kota

Pekalongan sebagai pihak yang menerapkan kebijakan penggunaan F/OSS.

Dengan merujuk pada pendapat Parker, et al. (1988: 180-182), penentuan nilai

korporat dapat diidentifikasi dari 2 aspek, yaitu:

Kondisi organisasi yang merujuk pada hal-hal yang terkait dengan kondisi

keuangan, produk/jasa yang dihasilkan sehingga dapat diidentifikasi

apakah organisasi dalam keadaan baik atau tidak.

Kondisi infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi, khususnya

dukungan sistem informasi berbasis komputer terhadap upaya pencapaian

misi organisasi.

Mengingat Pemkot Pekalongan merupakan sebuah organisasi Pemerintah

yang aktifitas utamanya berfokus pada pembangunan yang berorientasi pada

pelayanan publik dan bukan merupakan sebuah organisasi swasta yang

berorientasi pada pencapaian laba, maka indikator yang digunakan untuk

mengidentifikasi kondisi organisasi, merujuk pada indikator yang sering

digunakan untuk mengukur keberhasilan pembangunan, yaitu indikator moneter

dan indikator non moneter.

Indikator moneter yang digunakan, meliputi data tentang Produk Domestik

Regional Bruto (PDRB) per Kapita yang merupakan angka PDRB atas dasar

harga pasar dibagi dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. Sedangkan

indikator non meneter/sosial yang digunakan adalah angka Indeks Pembangunan

Manusia (IPM)/Human Development Index (HDI) yang merupakan indeks terkait

dengan kondisi harapan hidup, tingkat melek huruf, pendidikan dan standar hidup

yang digunakan untuk mengklasifikasikan kemajuan/kesejahteraan sebuah

wilayah. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Propinsi Jawa

Tengah, PDRB per kapita Kota Pekalongan pada tahun 2007 sebesar 6,7 juta

Page 113: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI KEBIJAKAN …digilib.bppt.go.id/sampul/Evaluasi_Kebijakan_FOSS_Pekalongan_Thesis.pdf · yang kemudian dituangkan dalam format tesis ini, ... Direktur

96

Universitas Indonesia

rupiah. Dengan nilai yang besarnya di atas rata-rata PDRB dari ke 35

Kabupaten/Kota yang ada di Propinsi Jawa Tengah (nilai rata-rata sebesar 4,3 juta

rupiah), PDRB per kapita kota Pekalongan berada dalam urutan 5 besar. Pada

tahun 2010, PDRB per Kapita Pemkot Pekalongan mencapai 7,42 juta rupiah.

Tabel 5. 20. PDRB Per Kapita Kabupaten/Kota Di Jawa Tengah Tahun 2007

Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000

No. Kabupaten / Kota PDRB per Kapita Laju Pertumbuhan Ekonomi

(ribu rupiah) (%)

1 Kab. Kudus 15,125.94 3.23

2 Kota Semarang 12,516.96 5.98

3 Kota Surakarta 8,351.81 5.82

4 Kota Magelang 7,828.48 5.17

5 Kota Pekalongan 6,691.43 3.68

6 Kab. Cilacap 6,181.62 4.87

7 Kab. Karanganyar 5,488.43 5.74

8 Kab. Semarang 5,410.19 4.72

9 Kab. Sukoharjo 5,222.68 5.11

10 Kab. Kendal 5,072.83 4.28

11 Kota Salatiga 4,537.41 5.39

12 Kota Tegal 4,502.55 5.21

13 Kab. Boyolali 3,964.17 4.08

14 Kab. Purworejo 3,602.38 6.08

15 Kab. Jepara 3,467.37 4.74

16 Kab. Klaten 3,392.00 3.31

17 Kab. Rembang 3,349.67 3.81

18 Kab. P a t i 3,182.12 5.19

19 Kab. Pekalongan 3,152.30 4.59

20 Kab. Temanggung 3,030.59 4.03

21 Kab. Magelang 3,021.26 5.21

22 Kab. Batang 3,001.96 3.49

23 Kab. Sragen 2,982.98 5.73

24 Kab. Banjarnegara 2,753.62 5.01

25 Kab. Brebes 2,742.70 4.79

26 Kab. Demak 2,561.17 4.15

27 Kab. Banyumas 2,527.46 5.3

28 Kab. Purbalingga 2,414.09 6.19

29 Kab. Wonogiri 2,307.12 5.07

30 Kab. Pemalang 2,189.24 4.47

31 Kab. Wonosobo 2,164.19 3.58

32 Kab. Blora 2,140.86 3.95

33 Kab. Tegal 2,097.29 5.51

34 Kab. Kebumen 2,096.04 4.52

35 Kab. Grobogan 2,024.50 4.37

Rata-Rata 4,317.01 4.75

Sumber: BPS Propinsi Jawa Tengah

Page 114: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI KEBIJAKAN …digilib.bppt.go.id/sampul/Evaluasi_Kebijakan_FOSS_Pekalongan_Thesis.pdf · yang kemudian dituangkan dalam format tesis ini, ... Direktur

97

Universitas Indonesia

Sejalan dengan tingkat PDRB per Kapitanya, Pihak Pemkot Pekalongan

menyatakan bahwa Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Pemkot Pekalongan

pada tahun 2010 juga berada di atas rata-rata IPM tingkat Propinsi. IPM Pemkot

Pekalongan tahun 2010 sebesar 74,47 (peringkat 5 besar di propinsi Jawa

Tengah), sementara rata-rata IPM propinsi Jawa Tengah sebesar 71,6. Selain IPM,

indikator non moneter yang digunakan untuk mengidentifikasi kondisi kinerja

organisasi Pemkot Pekalongan adalah angka tingkat kemiskinan yang ada. Data

dari BPS Kota Pekalongan menunjukkan bahwa jumlah penduduk miskin di

wilayah Pemkot Pekalongan pada tahun 2008 sebesar 10,29 % kemudian pada

tahun 2009 turun menjadi 8,56 %. Angka kemiskinan ini masih berada di bawah

rata-rata tingkat kemiskinan propinsi Jawa Tengah yang mencapai 19,23% pada

tahun 2008 dan 17,72% pada tahun 2009.

Di lain pihak, untuk mengidentifikasi kondisi dukungan sistem informasi

berbasis komputer (infrastruktur teknologi informasi) terhadap upaya pencapaian

misi organisasi, digunakan indikator berupa pencapaian prestasi Pemkot

Pekalongan di bidang TIK. Dari 165 Kabupaten/Kota yang diteliti, pada tahun

2011, Pemkot Pekalongan mendapatkan penghargaan ICT Pura tingkat Madya

(dari 3 kategori yang ada, yaitu utama, madya dan mula) dari Kementerian

Komunikasi dan Informatika.5 Pada tahun 2012, Pemkot Pekalongan (bersama

Kota Surabaya, Kota Malang, Kabupaten Lamongan, Kota Medan dan Kota

Surakarta) mendapatkan E-Government Award sebagai bentuk penghargaan dari

Kementerian Komunikasi dan Informatika terhadap komitmen pembangunan Kota

Pekalongan dalam mendorong pengembangan Teknologi, Informasi dan

Komunikasi (TIK) untuk percepatan pembangunan.

Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk tingkat Propinsi Jawa

Tengah, Pemerintah Kota Pekalongan dapat dikatakan sebagai daerah yang maju

5 Dalam buku Panduan Pelaksanaan Program ICT Pura yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal

Penyelenggaraan Pos dan Informatika, Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia

dijelaskan bahwa ICT Pura merupakan sebuah upaya untuk melakukan gerakan bersama seluruh komponen

bangsa dalam memetakan, mengukur, dan mengapresiasi kota-kota dan kabupaten-kabupaten di nusantara

terkait dengan kesiapan yang bersangkutan dalam memasuki era digital. Program ICT Pura pada tahun 2011

memiliki 3 (tiga) tujuan utama, yaitu: (i) memetakan kondisi riil setiap daerah basis pengamatan yang dipilih

terkait dengan sejumlah aspek/komponen teknologi informasi dan komunikasi; (ii) menghitung indeks

kesiapan daerah basis pengamatan dalam memasuki atau menjawab tantangan abad digital; dan (iii)

memeringkat kesiapan wilayah basis pengamatan berdasarkan kategori tertentu sebagai dasar pemberian

apresiasi/penghargaan dari pemerintah pusat.

Page 115: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI KEBIJAKAN …digilib.bppt.go.id/sampul/Evaluasi_Kebijakan_FOSS_Pekalongan_Thesis.pdf · yang kemudian dituangkan dalam format tesis ini, ... Direktur

98

Universitas Indonesia

karena memiliki PDRB per kapita yang lebih tinggi daripada rata-rata di tingkat

Propinsi meskipun tingkat pertumbuhan ekonominya lebih rendah dibanding rata-

rata di tingkat Propinsi. Di lain pihak, kondisi teknologi informasi Pemkot

Pekalongan dapat dikatakan sudah maju dilihat dari beberapa penghargaan yang

sudah diraih. Dalam konteks information economics, kondisi tersebut

mencerminkan organisasi yang masuk dalam kategori “strategic” (kuadran B),

yaitu organisasi yang kuat dengan tingkat dukungan teknologi informasi dan

komunikasi yang kuat juga.

Kuadran A

INVESTMENT

Kuadran B

STRATEGIC

Kuadran C

INFRASTRUCTURE

Kuadran D

BREAKTHRU;

MANAGEMENT

kuat lemah Dukungan Teknologi Informasi

Gambar 5. 1. Posisi Pemkot Pekalongan dalam Kuadran Information Economic

Sumber: data skunder, diolah

Setelah diketahui bahwa kondisi organisasi dan dukungan teknologi

informasi berada pada kuadran “strategic”, sesuai dengan teori information

economics, bobot dari beberapa faktor dari domain organisasi dan domain

teknologi dapat diuraikan sebagai berikut:

lem

ah

kuat

K

on

dis

i Org

an

isa

si

Page 116: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI KEBIJAKAN …digilib.bppt.go.id/sampul/Evaluasi_Kebijakan_FOSS_Pekalongan_Thesis.pdf · yang kemudian dituangkan dalam format tesis ini, ... Direktur

99

Universitas Indonesia

Tabel 5. 21. Corporate Value Pemerintah Kota Pekalongan

Domain

Corporate Kuesioner Weighted

Value Score Score

(a) (b) (axb)

Return on Investment 2 2 4

Organizational Domain

Strategic Match 4 4 16

Competitive Advantage 6 3 18

Management Information 2 3 6

Competitive Response 4 4 16

Project or Organization Risk -1 1 -1

Technology Domain

Definitional Uncertainty -2 3 -6

Technical Uncertainty -1 2 -2

Strategic Information System Architecture 1 2 2

Information System Infrastructure Risk -1 2 -2

Total Value 19

63

Total Risk and Uncertainty -5

-9

Sumber: data primer, diolah

5.4.3. Information Economics Scorecard

Information economics scorecard merupakan sebuah lembar kerja yang

digunakan untuk memetakan skor dari penilaian terhadap domain keuangan,

domain organisasi, domain teknologi serta corporation value yang telah dilakukan

sebelumnya. Di dalam scorecard ini akan diperoleh skor akhir dari penilaian

penggunaan F/OSS di lingkungan Pemkot Pekalongan. Baris “weighted value”

dalam scorecard merupakan hasil perkalian antara bobot corporate dengan skor

domain organisasi dan skor domain teknologi. Sedangkan kolom “weighted

score” nilainya diperoleh dari penjumlahan pada semua baris weighted value

sehingga didapatkan total nilai yanag kemudian digunakan untuk menganalisa

seberapa besar manfaat yang diperoleh sebagai dampak dari kebijakan

penggunaan F/OSS.

Page 117: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI KEBIJAKAN …digilib.bppt.go.id/sampul/Evaluasi_Kebijakan_FOSS_Pekalongan_Thesis.pdf · yang kemudian dituangkan dalam format tesis ini, ... Direktur

100

Universitas Indonesia

Tabel 5. 22. Hasil Akhir Information Economics Score

Evaluator Organizational Domain Technology Domain Weighted

Score

Corporate Value

ROI SM CA MI CR OR DU TU SA IR

2 4 6 2 4 -1 -2 -1 1 -1

Financial Domain

2

Organizational Domain 4 3 3 4 1

Technology Domain

2 2 3 2

Weighted Value

4 16 18 6 16 -1 -4 -2 3 -2 54

Keterangan:

ROI : return on invesment

SM : strategic match

CA : competitive advantage

MI : management information

CR : competitive response

OR : organizational risk

DU : definitional uncertainty

TU : technical uncertainty

SA : strategic architechture

IR : infrastructure risk

Sumber: data primer, diolah

Untuk mengetahui ukuran manfaat hasil perhitungan pada information

scorecard, kemudian ditentukan nilai minimum dan maksimum sebagai batas

range nya. Dalam hal ini, nilai minimum diperoleh dengan cara menjumlahan

semua nilai negatif dari domain organisasidan teknologi kemudian dikalikan

dengan skor maksimum dari kuesioner yang disebarkan, yaitu 5. Dengan prinsip

yang sama, nilai maksimum diperoleh dengan cara menjumlahan semua nilai

positif dari domain organisasidan teknologi kemudian dikalikan dengan skor

maksimum dari kuesioner yang disebarkan, yaitu 5. Dengan cara tersebut,

kemudian dihasilkan nilai minimum adalah -25 sedangkan nilai maksimumnya

adalah 95.

Page 118: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI KEBIJAKAN …digilib.bppt.go.id/sampul/Evaluasi_Kebijakan_FOSS_Pekalongan_Thesis.pdf · yang kemudian dituangkan dalam format tesis ini, ... Direktur

101

Universitas Indonesia

Tabel 5. 23. Nilai Minimum dan Maksimum Information Economics Score

Domain

Corporate Kuesioner Weight

Weight Max Score Value

(a) (b) (axb)

Return on Investment 2 5 10

Strategic Match 4 5 20

Competitive Advantage 6 5 30

Management Information 2 5 10

Competitive Response 4 5 20

Strategic Information System Architecture 1 5 5

Total Nilai Maksimum 95

Project Organization Risk -1 5 -5

Definitional Uncertainty -2 5 -10

Technical Uncertainty -1 5 -5

Information System Infrastructure Risk -1 5 -5

Total Nilai Minimum -25

Sumber: data primer, diolah

Hasil dari penghitungan nilai minimum dan maksimum kemudian dibagi

menjadi 5 interval, dengan cara mengurangi nilai maksimum dengan nilai

minimum kemudian hasilnya dibagi menjadi 5 ((95 - (-25)) / 5). Lima interval

yang dihasilkan digunakan sebagai pedoman untuk menilai manfaat yang ada

berdasarkan pada kategori berikut:

Interval Skor Kategori

-25 sampai -1 : sangat kurang bermanfaat

-1 sampai 23 : kurang bermanfaat

23 sampai 47 : cukup bermanfaat

47 sampai 71 : bermanfaat

71 sampai 95 : sangat bermanfaat

Page 119: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI KEBIJAKAN …digilib.bppt.go.id/sampul/Evaluasi_Kebijakan_FOSS_Pekalongan_Thesis.pdf · yang kemudian dituangkan dalam format tesis ini, ... Direktur

102

Universitas Indonesia

Berdasarkan pada penghitungan biaya-manfaat dengan metode

information economics, seperti terlihat dalam tabel 5.20. nilai akhir yang

dihasilkan dalam penelitian ini adalah 54. Untuk mengetahui kategori manfaat

yang diperoleh, nilai tersebut kemudian dimasukkan dalam 5 interval yang

diuraikan sebelumnya, sehingga diperoleh hasil sebagai berikut:

Sangat Kurang Bermanfaat

Kurang Bermanfaat

Cukup Bermanfaat Bermanfaat Sangat

Bermanfaat

-25 -1 23 47 71 95

Gambar 5. 2. Kategori Manfaat Berdasarkan Skor Akhir Information Economics

Sumber: data primer, diolah

Dari interval tersebut, dapat diketahui bahwa skor 54 masuk dalam kategori

“bermanfaat”. Dengan demikian, kebijakan migrasi dari perangkat lunak bajakan

beralih ke perangkat lunak berbasis F/OSS dapat dikatakan bermanfaat bagi

Pemerintah Kota Pekalongan.

54

Page 120: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI KEBIJAKAN …digilib.bppt.go.id/sampul/Evaluasi_Kebijakan_FOSS_Pekalongan_Thesis.pdf · yang kemudian dituangkan dalam format tesis ini, ... Direktur

103

BAB 6

PENUTUP

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan pada hasil evaluasi kebijakan penggunaan Free/Open Source

Software di lingkungan Satuan Kerja Perangkat Daerah Pemerintah Kota

Pekalongan dengan metode information economics, dapat diambil beberapa

kesimpulan sebagai berikut:

1. Penghitungan terhadap biaya awal, biaya berjalan dan manfaat yang diperoleh

terlihat bahwa return on investment (ROI) yang dihasilkan sebesar 361% dan

masuk dalam kategori skor 2 (dari skala 0-5). Hal ini menunjukkan bahwa

kebijakan migrasi F/OSS, memberikan manfaat yang cukup besar pada aspek

finansial. Kebijakan migrasi F/OSS memberikan kontribusi pada efisiensi

anggaran belanja pihak Pemerintah Kota Pekalongan, khususnya di sektor

teknologi informasi. Manfaat ini diperoleh sebagai dampak dari berkurangnya

biaya untuk membeli lisensi perangkat lunak dan terhindar dari resiko denda

akibat pelanggaran hak cipta program komputer.

2. Analisis terhadap aspek innovation valuation yang merupakan nilai manfaat

terkait dengan terbentuknya fungsi atau ketrampilan baru sebagai dampak

dari penerapan sebuah sistem teknologi informasi, menunjukkan bahwa

terjadi peningkatan manfaat keuangan yang diperoleh oleh pihak Pemerintah

Kota Pekalongan setelah melakukan migrasi ke perangkat lunak berbasis

F/OSS. Meskipun sangat kecil, terjadi peningkatan pada hasil penghitungan

ROI yang sebelumnya sebesar 361% (skor 2 dari skala 0-5) meningkat

menjadi 362% (masih dalam kategori skor 2 dari skala 0-5). Peningkatan ini

diperoleh sebagai dampak dari meningkatnya ketrampilan beberapa pegawai

setelah mengikuti serangkaian pelatihan terkait dengan migrasi dan

penggunaan F/OSS.

3. Penghitungan hasil akhir information economics score yang merupakan

gabungan penghitungan dari domain keuangan, domain organisasi dan

Universitas Indonesia

Page 121: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI KEBIJAKAN …digilib.bppt.go.id/sampul/Evaluasi_Kebijakan_FOSS_Pekalongan_Thesis.pdf · yang kemudian dituangkan dalam format tesis ini, ... Direktur

104

Universitas Indonesia

domain teknologi didapatkan nilai sebesar 54 (dari skala -25 sampai dengan

95). Nilai positif ini menunjukkan bahwa aspek manfaat lebih besar dari pada

aspek resiko. Meskipun demikian, beberapa aspek teknis seperti definitional

uncertainty, technical uncertainty, dan information system infrastructure risk

masih bernilai negatif (idealnya bernilai nol) sehingga berpotensi mengurangi

nilai manfaat.

6.2. Rekomendasi

Merujuk pada beberapa kesimpulan dari penelitian ini, dan dengan

mempertimbangkan masukan dari beberapa pihak yang terlibat dan berkompeten

terkait dengan kebijakan penggunaan F/OSS di lingkungan SKPD Pemerintah

Kota Pekalongan, diusulkan beberapa rekomendasi sebagai berikut :

1. Terkait dengan aspek definitional uncertainty, disarankan agar Pemerintah

Kota Pekalongan menjaga kesinambungan kebijakan penggunaan F/OSS

yang telah diterapkan agar kinerja organisasi tetap stabil. Dalam konteks yang

lebih luas, keberlangsungan dan mekanisme reward and punishment

semestinya juga dilakukan oleh Pemerintah Pusat untuk menjaga konsistensi

kebijakan.

2. Untuk mengurangi tingkat technical uncertainty, perlu terus dilakukan

pelatihan secara berkala terlebih untuk pihak manajemen atau dalam hal ini

adalah pejabat struktural agar aplikasi F/OSS yang dianggap sedikit susah

digunakan dapat menjadi aplikasi yang mudah digunakan. Di lain pihak, perlu

adanya kerjasama dengan pihak yang berkompeten di bidang F/OSS

(komunitas Open Source maupun lembaga Pemerintah), baik di tingkat pusat

maupun daerah setempat untuk terus menyempurnakan aplikasi F/OSS agar

dapat dioperasikan dengan perangkat lunak lainnya dengan tanpa masalah.

3. Dalam upaya mengantisipasi aspek information system infrastructure risk,

dimana penerapan F/OSS berpotensi membawa dampak perubahan pada

beberapa elemen infrastruktur teknologi informasi yang sudah ada, pihak

Pemerintah Kota Pekalongan disarankan agar mengalokasikan anggaran

belanja di bidang F/OSS secara rutin sampai aplikasi F/OSS benar-benar

dinyatakan stabil.

Page 122: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI KEBIJAKAN …digilib.bppt.go.id/sampul/Evaluasi_Kebijakan_FOSS_Pekalongan_Thesis.pdf · yang kemudian dituangkan dalam format tesis ini, ... Direktur

105

Universitas Indonesia

4. Hasil penelitian yang menunjukkan bahwa nilai manfaat lebih besar daripada

aspek resiko menunjukkan bahwa kebijakan migrasi dari perangkat lunak

bajakan beralih ke perangkat lunak berbasis F/OSS yang dilakukan oleh

Pemerintah Kota Pekalongan layak untuk terus dipertahankan. Dalam konteks

yang lebih luas, hasil ini menunjukkan bahwa kebijakan serupa layak untuk

dikembangkan di daerah lain.

6.3. Saran untuk Penelitian Selanjutnya

Dalam penelitian ini, ruang lingkup yang menjadi fokus pembahasan

terbatas pada evaluasi kebijakan migrasi F/OSS di bidang sistem operasi dan

aplikasi perkantoran. Bagi pihak yang tertarik untuk mengadakan penelitian

dengan tema terkait dengan penelitian ini, disarankan agar memperluas obyek

penelitian pada kebijakan migrasi F/OSS terkait dengan Sistem Integrasi Data

antar SKPD (saat penelitian ini dilakukan pada tahun 2012, Sistem Integrasi Data

di Lingkungan Pemkot Pekalongan sedang dibangun) sehingga aspek terkait

dengan biaya-manfaat yang sifatnya tangible, quasi tangible maupun intangible

dapat teridentifikasi dengan lebih komprehensif.

Page 123: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI KEBIJAKAN …digilib.bppt.go.id/sampul/Evaluasi_Kebijakan_FOSS_Pekalongan_Thesis.pdf · yang kemudian dituangkan dalam format tesis ini, ... Direktur

106

DAFTAR PUSTAKA

Apgar, William C. 1987. Microeconomics and Public Policy. London: Scott,

Foresman and Company

Business Software Alliance. 2012. Global Software Piracy Study 2011.

Byfield, Bruce. 2010. F/OSS: Free and Open Source Software.

http://itmanagement.earthweb.com/osrc/article.php/3885101/F/OSS-Free-

and-Open-Source-Software.htm

Coll, Edward. 2004. Computer Supported Collaborative Learning, And Open

Source Software Showcase. University of Hawai‘i, Honolulu Community

College, Honolulu, USA.

Dunn, William N. 2003. Pengantar Analisis Kebijakan Publik (Edisi

Kedua). Diterjemahkan oleh: Samodra Wibawa, dkk. Yogyakarta. Gadjah

Mada University Press.

Freeman, Roger L. 2005. Fundamentals of Telecommunications, Second Edition.

New Jersey: John Wiley & Sons Inc.

Frischmann, Brett M. 2005. An Economic Theory of Infrastructure and Commons

Management. The Berkeley Electronic Press.

Ghosh, Risyabh Aiyer and Philipp Schmidt. 2006. Open Source and Open

Standards: A New Frontier for Economic Development?. United Nations

University-Maastricht Economics and Social Research Institute on

Innovation Technology (UNU-MERIT).

GNU Operating System. The Free Software Definition.

http://www.gnu.org/philosophy/free-sw.html

Hendarti, Henny. 2011. Evaluasi Investasi Teknologi Informasi. Jakarta: Mitra

Wacana Media.

Indrajit, Richardus Eko. 2004. Kajian Strategis Cost Benefit Teknologi Informasi.

Yogyakarta: Andi Publisher.

Kementerian Perindustrian. 2009. Peta Panduan (Roadmap) Pengembangan

Klaster Industri Prioritas, Industri Elektronika dan Telematika Tahun

2010–2014.

Kingma, Bruce R. 2001. The Economics of Information: A Guide to Economic

and Cost Benefit Analysis for Information Professionals (Second Edition).

Colorado: Libraries Unlimited Inc. Englewood.

Universitas Indonesia

Page 124: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI KEBIJAKAN …digilib.bppt.go.id/sampul/Evaluasi_Kebijakan_FOSS_Pekalongan_Thesis.pdf · yang kemudian dituangkan dalam format tesis ini, ... Direktur

107

Universitas Indonesia

Levy, John M. 1995. Essential Microeconomics for Public Policy Analysis.

United States of America: Greenwood Publishing Group, Inc.

Maldonado, Edgar. 2010. The Process of Introducing FLOSS in the Public

Administration: The Case of Venezuela. Journal of the Association for

Information Systems Vol. 11 Special Issue pp. 756-783.

Mangkoesoebroto, Guritno. 2010. Ekonomi Publik. Yogyakarta: BPFE.

Masyarakat Telematika Indonesia (Mastel). Anggaran Dasar dan Anggaran

Rumah Tangga (AD-ART) tahun 2003-2006

Mufatto, Moreno. 2006. Open source: A Multidisciplinary Approach. London:

Imperial College Press.

Mustopadidjaja. 2002. Manajemen Proses Kebijakan Publik (Formulasi,

Implementasi dan Evaluasi Kinerja). Jakarta: Lembaga Administrasi

Negara.

Nah Soo Hoe. 2006. Breaking Barriers, The Potential of Free/Open Source

Software for Sustainable Human Development, A Compilation of Case

Studies from Across the World. United Nations. Development Programme,

UNDP Asia-Pacific Development Information Programme (UNDP-

APDIP).

Niles, John S. 1994. Beyond Telecommuting: A New Paradigm For The Effect Of

Telecommunications On Travel. U.S. Department of Energy. Chapter 1.

Nugroho, Riant. 2008. Public Policy. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.

Open Source Initiative. The Open Source Definition.

http://www.opensource.org/docs/osd

Parker, Marilyn. et.al. 1988. Information economics, Linking Business

Performance to Information Technology. New Jersey: Prentice Hall.

Pindyck, Robert S and Rubinfield, Daniel L. 2008. Mikroekonomi (Edisi Keenam

Jilid 2). Diterjemahkan oleh Nina Kurnia Dewi dkk. Jakarta: PT. Indeks.

PT. Microsoft Indonesia. 2002. Volume Licensing Guide.

Republik Indonesia. 1999. Undang-Undang No. 36 tentang Telekomunikasi.

Republik Indonesia. 2002. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19

Tahun 2002 Tentang Hak Cipta.

Republik Indonesia. 2008. Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 28 Tahun

2008 tentang Kebijakan Industri Nasional.

Republik Indonesia. 2011. Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan

Ekonomi Indonesia (MP3EI) 2011-2025.

Page 125: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI KEBIJAKAN …digilib.bppt.go.id/sampul/Evaluasi_Kebijakan_FOSS_Pekalongan_Thesis.pdf · yang kemudian dituangkan dalam format tesis ini, ... Direktur

108

Universitas Indonesia

S. Nora and A. Minc. 1980. The Computerization of Society. A Report to the

President of France (English version of L'Informatisation de la société.

Rapport à M. le Président de la République. La Documentation). MIT

Press, Cambridge, Massachusetts.

Suber, Peter. 1988. What is Software. Journal of Speculative Philosophy Vol.II

No.2.:89-119.

Theodoulou, Stella Z. and Chris Kofinis. 2004. The Art of the Game:

Understanding American Public Policy Making. Belmont, USA:

Wadsworth Thomson Publishing.

The World Bank. 1994. World Development Report, Infrastructure for

Development. New York: Oxford University Press.

Torrisi, Gianpiero (2009): Public Infrastructure: Definition, Classification and

Measurement Issues. Published in: Economics, Management, and F

inancial Markets , Vol. 4, No. 3 (2009): pp. 100-124.

Trappler, Thomas. 2009. Is There Such a Thing as Free Software? The Pros and

Cons of Open-Source Software. Educausereview,

http://www.educause.edu/

UNCTAD (United Nations Conference on Trade and Development). 2003. E-

Commerce And Development Report 2003.

UNINDO (United Nations Industrial Development Organization). 2008. Public

Goods for Economic Development.

USTR (United States Trade Representative). Dokumen “2011 Special 301

Report”.

Page 126: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI KEBIJAKAN …digilib.bppt.go.id/sampul/Evaluasi_Kebijakan_FOSS_Pekalongan_Thesis.pdf · yang kemudian dituangkan dalam format tesis ini, ... Direktur

109

LAMPIRAN

Lampiran 1. Panduan Wawancara

1. Sejak kapan Program Kota Pekalongan Go Open Source ditetapkan?

2. Apa motivasi penetapan Program Kota Pekalongan Go Open Source?

3. Bagaimana spesifikasi F/OSS yang dipakai di lingkungan SKPD?

4. Apakah investasi terkait dengan penerapan F/OSS dilakukan dengan membeli

atau memanfaatkan produk yang ada di pasar atau dengan merancang sendiri

sesuai dengan kebutuhan organisasi?

5. Bagaimana proses dan tahapan migrasi dilakukan? Apakah ada dokumen

pelaksanaan program migrasi F/OSS?

6. Bagaimana dukungan dari pihak Walikota terkait dengan program

penggunaan F/OSS? Kalau ada, apakah tertuang secara resmi dalam bentuk

kerangka legal?

7. Berapa besar biaya yang dikeluarkan terkait dengan penggunaan F/OSS?

8. Manfaat tangible dan intangible apa yang diperoleh setelah penggunaan

F/OSS?

Page 127: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI KEBIJAKAN …digilib.bppt.go.id/sampul/Evaluasi_Kebijakan_FOSS_Pekalongan_Thesis.pdf · yang kemudian dituangkan dalam format tesis ini, ... Direktur

110

Lampiran 2. Kuesioner

EVALUASI KEBIJAKAN PENGGUNAAN FREE/OPEN SOURCE SOFTWARE

DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA PEKALONGAN

Yth, Bapak/Ibu

di Tempat

Dengan hormat,

Seperti kita ketahui bersama bahwa Pemerintah Kota Pekalongan berhasil

meraih juara pertama dalam Rangkaian Kegiatan Indonesia Open Source Award

(IOSA), secara berturut-turut untuk Tahun 2011 dan 2012. Terkait dengan hal

tersebut, saya sebagai Pegawai di Pusat Pengkajian Kebijakan Difusi Teknologi,

Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (PPKDT-BPPT) yang sedang

menyelesaikan tugas belajar di Program Magister Perencanaan dan Kebijakan

Publik, Universitas Indonesia tertarik untuk melakukan penelitian terkait dengan

penerapan Free/Open Source Software (F/OSS) di Pemerintah Kota Pekalongan.

Untuk mendukung proses penyelesaian penelitian tersebut, dengan ini,

saya mohon kesediaan Bapak/ Ibu untuk ikut berpartisipasi menjadi responden

dalam penelitian ini. Saya menyadari waktu Bapak/ Ibu sangat berharga dan

terbatas. Namun partisipasi Bapak/Ibu akan sangat berarti dalam menentukan

keberhasilan penelitian ini dan memberikan kontribusi dalam perkembangan ilmu

pengetahuan di Indonesia.

Atas kesediaan dan partipasi Bapak/Ibu sekalian, saya ucapkan

terimakasih.

Hormat saya,

Ahmad Rais

Page 128: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI KEBIJAKAN …digilib.bppt.go.id/sampul/Evaluasi_Kebijakan_FOSS_Pekalongan_Thesis.pdf · yang kemudian dituangkan dalam format tesis ini, ... Direktur

111

A. PENJELASAN KUESIONER

1. Kuesioner ini merupakan salah satu instrumen yang digunakan untuk

mengumpulkan data yang akan digunakan untuk mendukung proses

penyelesaian tesis.

2. Tujuan dari kuesioner ini adalah untuk mengkaji aspek yang terkait dengan

domain organisasi (meliputi: Strategic Match, Competitive Advantage,

Management Information, Competitive Response, Project Organizational

Risk) serta domain teknologi (meliputi: Strategic Information System

Architecture, Definitional Uncertainty, Technology Uncertainty, Information

System Infrastructure Risk) dari penerapan F/OSS di lingkungan Pemerintah

Kota Pekalongan. Dalam hal ini aplikasi berbasis F/OSS yang dimaksud,

merujuk pada aplikasi perkantoran dan sistem operasi yang telah dimigrasi

dari perangkat lunak bajakan ke perangkat lunak berbasis F/OSS.

3. Bahwa untuk memperoleh data atau informasi terkait dengan poin 2 (dua)

diatas, maka pihak yang dijadikan responden adalah pegawai yang

menggunakan F/OSS dalam mendukung aktifitas pekerjaannya.

B. PETUNJUK PENGISIAN KUESIONER

Responden dimohon untuk menjawab setiap pertanyaan dengan memberikan

tanda silang (X) pada kolom skor di lembar pertanyaan.

Contoh:

Bagaimana dampak penerapan Free/Open Source Software (F/OSS) dalam

mendukung pencapaian tujuan strategis jangka panjang dari organisasi?

Keterangan Skor

Penerapan F/OSS tidak memberikan dampak langsung maupun tidak

langsung.

0

Penerapan F/OSS tidak memberikan dampak langsung maupun tidak

langsung, tetapi meningkatkan efisiensi aktivitas organisasi.

1

Penerapan F/OSS tidak memberikan dampak langsung maupun tidak

langsung, tetapi merupakan salah satu prasyarat untuk mencapai tujuan

strategis organisasi.

2

Penerapan F/OSS tidak memberikan dampak langsung, tetapi

merupakan salah satu prasyarat untuk mencapai tujuan strategis

organisasi.

3

Penerapan F/OSS memberikan dampak langsung dalam mencapai

sebagian tujuan strategis organisasi.

4

Penerapan F/OSS memberikan dampak langsung dalam mencapai

seluruh tujuan strategis organisasi.

5

C. DATA RESPONDEN

Nama : ....................................

Instansi : ………………………

Jabatan :……………………….

X

Page 129: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI KEBIJAKAN …digilib.bppt.go.id/sampul/Evaluasi_Kebijakan_FOSS_Pekalongan_Thesis.pdf · yang kemudian dituangkan dalam format tesis ini, ... Direktur

112

Tanda tangan :………………………..

D. DAFTAR PERTANYAAN

D.1. Domain Organisasi

D.1.1. Strategic Match

Bagaimana keterkaitan penerapan Free/Open Source Software (F/OSS) dalam

mendukung pencapaian tujuan strategis dari organisasi?

Keterangan Skor

Penerapan F/OSS tidak memiliki keterkaitan langsung maupun tidak langsung

terhadap proses pencapaian tujuan strategis organisasi.

0

Penerapan F/OSS tidak memiliki keterkaitan langsung maupun tidak langsung,

tetapi meningkatkan efisiensi organisasi.

1

Penerapan F/OSS tidak memiliki keterkaitan langsung, tetapi merupakan salah satu

prasyarat dari sistem yang lain.

2

Penerapan F/OSS tidak memiliki keterkaitan langsung, tetapi merupakan salah satu

prasyarat untuk mencapai sebagian tujuan strategis organisasi.

3

Penerapan F/OSS memiliki keterkaitan langsung dalam mencapai sebagian tujuan

strategis organisasi.

4

Penerapan F/OSS memiliki keterkaitan langsung dalam mencapai seluruh tujuan

strategis organisasi.

5

Page 130: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI KEBIJAKAN …digilib.bppt.go.id/sampul/Evaluasi_Kebijakan_FOSS_Pekalongan_Thesis.pdf · yang kemudian dituangkan dalam format tesis ini, ... Direktur

113

D.1.2. Competitive Advantage

Bagaimana dampak penerapan Free/Open Source Software (F/OSS) dalam

mendukung pertukaran data yang dilakukan oleh organisasi?

Keterangan Skor

Penerapan F/OSS tidak mempermudah proses pertukaran data dengan instansi di

tingkat Pemerintah Daerah maupun Pemerintah Pusat.

0

Penerapan F/OSS tidak mempermudah proses pertukaran data dengan instansi di

tingkat Pemerintah Daerah maupun Pemerintah Pusat, tetapi meningkatkan posisi

kompetitif organisasi.

1

Penerapan F/OSS tidak mempermudah proses pertukaran data dengan instansi di

tingkat Pemerintah Daerah maupun Pemerintah Pusat, tetapi meningkatkan posisi

kompetitif organisasi dan efisiensi operasional dalam mencapai program strategis

organisasi.

2

Penerapan F/OSS sedikit mempermudah proses pertukaran data dengan instansi di

tingkat Pemerintah Daerah maupun Pemerintah Pusat, dan memberikan sedikit

kontribusi untuk meningkatkan posisi kompetitif organisasi.

3

Penerapan F/OSS cukup mempermudah proses pertukaran data dengan instansi di

tingkat Pemerintah Daerah maupun Pemerintah Pusat, dan memberikan kontribusi

yang cukup banyak untuk meningkatkan posisi kompetitif organisasi.

4

Penerapan F/OSS sangat mempermudah proses pertukaran data dengan instansi di

tingkat Pemerintah Daerah maupun Pemerintah Pusat, dan memberikan kontribusi

yang banyak untuk meningkatkan posisi kompetitif organisasi sehingga tidak

memiliki pesaing.

5

Page 131: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI KEBIJAKAN …digilib.bppt.go.id/sampul/Evaluasi_Kebijakan_FOSS_Pekalongan_Thesis.pdf · yang kemudian dituangkan dalam format tesis ini, ... Direktur

114

D.1.3. Management Information

Bagaimana dampak penerapan Free/Open Source Software (F/OSS) dalam hal

penyediaan informasi untuk mendukung kegiatan pokok organisasi?

Keterangan Skor

Penerapan F/OSS tidak memberikan kontribusi dalam hal penyediaan informasi

untuk mendukung program utama organisasi.

0

Penerapan F/OSS sedikit mendukung penyediaan informasi untuk bagian-

bagian yang mendukung program utama organisasi.

1

Penerapan F/OSS cukup mendukung penyediaan informasi untuk bagian-bagian

yang mendukung program utama organisasi.

2

Penerapan F/OSS banyak mendukung penyediaan informasi untuk bagian-

bagian yang mendukung program utama organisasi.

3

Penerapan F/OSS memberikan kontribusi sangat penting dalam hal penyediaan

informasi untuk mendukung program utama organisasi di masa yang akan

datang.

4

Penerapan F/OSS memberikan kontribusi sangat penting dalam hal penyediaan

informasi untuk mendukung program utama organisasi di masa sekarang.

5

Page 132: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI KEBIJAKAN …digilib.bppt.go.id/sampul/Evaluasi_Kebijakan_FOSS_Pekalongan_Thesis.pdf · yang kemudian dituangkan dalam format tesis ini, ... Direktur

115

D.1.4. Competitive Response

Bila penundaan penerapan Free/Open Source Software (F/OSS) dilakukan,

bagaimanakah pengaruhnya terhadap kinerja kompetitif organisasi?

Keterangan Skor

Program penerapan F/OSS dapat ditunda sampai 1 tahun kedepan tanpa

mempengaruhi output organisasi maupun posisi kompetitif organisasi.

0

Program penerapan F/OSS tidak mempengaruhi output organisasi maupun

posisi kompetitif organisasi. Penggunaan piranti lunak lain tetap akan

memberikan pencapaian output yang sama.

1

Program penerapan F/OSS tidak mempengaruhi output organisasi maupun

posisi kompetitif organisasi, tetapi penggunaan piranti lunak lain membutuhkan

biaya lebih tinggi agar tetap memberikan pencapaian output yang sama.

2

Jika penerapan F/OSS ditunda, organisasi tidak akan kehilangan

kemampuannya untuk berubah dalam lingkungan yang kompetitif.

3

Penundaan penerapan F/OSS dimungkinkan dapat mengurangi pencapaian

output organisasi.

4

Penundaan penerapan F/OSS dimungkinkan dapat mengurangi keunggulan

kompetitif organisasi.

5

Page 133: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI KEBIJAKAN …digilib.bppt.go.id/sampul/Evaluasi_Kebijakan_FOSS_Pekalongan_Thesis.pdf · yang kemudian dituangkan dalam format tesis ini, ... Direktur

116

D.1.5 Project or Organizational Risk

Bagaimana organisasi beradaptasi dengan perubahan lingkungan yang mungkin

terjadi sebagai dampak dari penerapan Free/Open Source Software (F/OSS)?

Keterangan Skor

Organisasi memiliki rencana yang terformulasi dengan baik untuk

melaksanakan proses migrasi dan memanfaatkan F/OSS, ada manajemen yang

memadai serta tersedia dokumentasi terkait dengan proses dan prosedur migrasi

dan penggunaan F/OSS.

*) bila responden tidak memilih jawaban dengan skor 0 atau 5, maka khusus

untuk pertanyaan di tabel berikut, responden dimohon mengisi dengan tanda

silang (x) pada kolom “ya”/ “tidak” / “tidak tahu”.

Setelah itu responden dimohon mengisi kolom skor dengan nilai antara 1-4.

0

Aspek organizational risk ya tidak Tidak

tahu

Rencana yang terformulasi dengan baik

Manajemen yang memadai

Rencana darurat

Dokumentasi proses dan prosedur

Pelatihan untuk pegawai

1-4

Organisasi tidak memiliki rencana yang terformulasi dengan baik untuk

melaksanakan proses migrasi dan memanfaatkan F/OSS, tidak ada manajemen

yang memadai serta tidak tersedia dokumentasi terkait dengan proses dan

prosedur migrasi dan penggunaan F/OSS.

5

Page 134: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI KEBIJAKAN …digilib.bppt.go.id/sampul/Evaluasi_Kebijakan_FOSS_Pekalongan_Thesis.pdf · yang kemudian dituangkan dalam format tesis ini, ... Direktur

117

D.2. Domain Teknologi

D.2.1. Strategic Architecture

Bagaimana keterkaitan penerapan Free/Open Source Software (F/OSS) terhadap

pencapaian rencana strategis (renstra) organisasi, khususnya yang terkait dengan

bidang teknologi informasi dan komunikasi (TIK)?

Keterangan Skor

Program penerapan F/OSS tidak terkait dengan renstra TIK organisasi 0

Program penerapan F/OSS merupakan bagian dari renstra TIK organisasi, tetapi

prioritasnya tidak ditentukan.

1

Program penerapan F/OSS merupakan bagian dari renstra TIK organisasi, tetapi

outputnya rendah dan tidak terkait dengan program lain dari organisasi.

2

Program penerapan F/OSS merupakan bagian dari renstra TIK organisasi,

dengan output cukup dan sedikit terkait dengan program lain dari organisasi.

3

Program penerapan F/OSS merupakan bagian dari renstra TIK organisasi,

dengan output yang tinggi dan sangat terkait dengan program lain dari

organisasi.

4

Program penerapan F/OSS merupakan bagian integral dari renstra TIK

organisasi, menjadi prasyarat bagi keberhasilan program lain sehingga harus

diimplementasikan terlebih dahulu.

5

Page 135: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI KEBIJAKAN …digilib.bppt.go.id/sampul/Evaluasi_Kebijakan_FOSS_Pekalongan_Thesis.pdf · yang kemudian dituangkan dalam format tesis ini, ... Direktur

118

D.2.2. Defitional Uncertainty

Bagaimana keterkaitan program penerapan Free/Open Source Software (F/OSS)

dengan kejelasan spesifikasi dari teknologi informasi dan komunikasi (TIK) yang

dibutuhkan organisasi?

Keterangan Skor

Program penerapan F/OSS merupakan kebutuhan yang jelas dan disetujui

pimpinan yang berwenang secara formal. Spesifikasi dan ruang lingkupnya

jelas. Kemungkinan besar tidak terjadi perubahan.

0

Program penerapan F/OSS merupakan kebutuhan yang cukup jelas dan secara

informal disetujui pimpinan yang berwenang. Spesifikasi dan ruang lingkupnya

jelas. Memiliki sedikit kemungkinan terjadi perubahan.

1

Program penerapan F/OSS merupakan kebutuhan yang cukup jelas, spesifikasi

dan ruang lingkupnya cukup jelas. Memiliki kemungkinan perubahan yang

beralasan.

2

Program penerapan F/OSS merupakan kebutuhan yang cukup jelas, spesifikasi

dan ruang lingkupnya cukup jelas. Memiliki kemungkinan perubahan yang

hampir pasti dan sifatnya segera.

3

Program penerapan F/OSS merupakan kebutuhan yang tidak jelas, spesifikasi

dan ruang lingkupnya kompleks dengan kemungkinan terjadi perubahan hampir

pasti selama program berlangsung.

4

Program penerapan F/OSS merupakan kebutuhan yang tidak diketahui,

spesifikasi dan ruang lingkupnya tidak diketahui dan pasti terjadi perubahan

selama program berlangsung.

5

Page 136: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI KEBIJAKAN …digilib.bppt.go.id/sampul/Evaluasi_Kebijakan_FOSS_Pekalongan_Thesis.pdf · yang kemudian dituangkan dalam format tesis ini, ... Direktur

119

D.2.3. Technical Uncertainty

Bagaimana proses migrasi dan pemanfaatan Free/Open Source Software (F/OSS)

di lingkungan organisasi Anda?

Pelatihan Penggunaan F/OSS Skor

Tidak dibutuhkan pelatihan untuk staff maupun manajemen. Keduanya telah

berpengalaman.

0

Dibutuhkan beberapa pelatihan untuk staff, tetapi tidak untuk manajemen. 1

Dibutuhkan beberapa pelatihan untuk staff dan manajemen. 2

Dibutuhkan beberapa pelatihan untuk staff, terlebih untuk manajemen. 3

Dibutuhkan banyak pelatihan untuk staff, beberapa untuk manajemen. 4

Dibutuhkan banyak pelatihan untuk staff dan juga manajemen. 5

Kesesuaian dengan Perangkat Keras Skor

Aplikasi berbasis F/OSS sesuai dengan semua perangkat keras yang sudah ada. 0

Aplikasi berbasis F/OSS sesuai dengan hampir semua perangkat keras yang

sudah ada.

1

Aplikasi berbasis F/OSS sesuai dengan sebagian besar perangkat keras yang

sudah ada.

2

Aplikasi berbasis F/OSS sesuai dengan sebagian kecil perangkat keras yang

sudah ada.

3

Aplikasi berbasis F/OSS sesuai dengan sedikit sekali perangkat keras yang

sudah ada.

4

Aplikasi berbasis F/OSS telah diuji dan tidak dapat dioperasikan pada semua

perangkat keras yang sudah ada.

5

Page 137: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI KEBIJAKAN …digilib.bppt.go.id/sampul/Evaluasi_Kebijakan_FOSS_Pekalongan_Thesis.pdf · yang kemudian dituangkan dalam format tesis ini, ... Direktur

120

Kesesuaian dengan Perangkat Lunak Lainnya Skor

Aplikasi berbasis F/OSS dapat dioperasikan dengan perangkat lunak lainnya

tanpa masalah.

0

Aplikasi berbasis F/OSS dapat dioperasikan dengan perangkat lunak lainnya,

tetapi dengan sedikit masalah.

1

Aplikasi berbasis F/OSS dapat dioperasikan dengan perangkat lunak lainnya,

tetapi dengan cukup banyak masalah.

2

Aplikasi berbasis F/OSS dapat dioperasikan dengan perangkat lunak lainnya,

tetapi dengan banyak masalah.

3

Aplikasi berbasis F/OSS dapat dioperasikan dengan perangkat lunak lainnya,

tetapi dengan sangat banyak masalah.

4

Aplikasi berbasis F/OSS sama sekali tidak dapat dioperasikan dengan perangkat

lunak lainnya.

5

Kemudahan Penggunaan Skor

Tidak membutuhkan keahlian khusus untuk menjalankan aplikasi berbasis

F/OSS, mudah digunakan.

0

Dibutuhkan sedikit keahlian khusus untuk menjalankan aplikasi berbasis

F/OSS, karena sedikit susah digunakan.

1

Dibutuhkan cukup banyak keahlian khusus untuk menjalankan aplikasi berbasis

F/OSS, karena cukup susah digunakan.

2

Dibutuhkan banyak keahlian khusus untuk menjalankan aplikasi berbasis

F/OSS, karena susah digunakan.

3

Dibutuhkan sangat banyak keahlian khusus untuk menjalankan aplikasi berbasis

F/OSS, karena sangat susah digunakan.

4

Dibutuhkan sangat banyak keahlian khusus untuk menjalankan aplikasi berbasis

F/OSS, karena aplikasinya sangat kompleks sehingga sangat susah digunakan

dan dibutuhkan waktu yang sangat lama untuk mempelajarinya.

5

Page 138: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI KEBIJAKAN …digilib.bppt.go.id/sampul/Evaluasi_Kebijakan_FOSS_Pekalongan_Thesis.pdf · yang kemudian dituangkan dalam format tesis ini, ... Direktur

121

D.2.4. Infrastructure Risk

Bagaimana efek penerapan Free/Open Source Software (F/OSS) terhadap resiko

perubahan konfigurasi infrastruktur dan implikasi pembiayaan yang harus

dikeluarkan oleh organisasi Anda?

Keterangan Skor

Program penerapan F/OSS menggunakan infrastruktur yang sudah ada. Tidak

diperlukan antisipasi biaya investasi awal.

0

Dibutuhkan perubahan dalam satu elemen infrastruktur terkait dengan program

penerapan F/OSS.Diperlukan investasi awal relatif kecil.

1

Dibutuhkan sedikit perubahan dalam beberapa elemen infrastruktur terkait

dengan program penerapan F/OSS. Investasi lebih lanjut mungkin dibutuhkan.

2

Dibutuhkan perubahan cukup besar dalam beberapa elemen infrastruktur terkait

dengan program penerapan F/OSS. Dibutuhkan investasi awal dan investasi

lanjutan yang cukup besar.

3

Dibutuhkan perubahan besar dalam beberapa elemen infrastruktur terkait

dengan program penerapan F/OSS. Dibutuhkan investasi awal dan investasi

lanjutan yang besar.

4

Dibutuhkan perubahan sangat besar dalam beberapa elemen infrastruktur terkait

dengan program penerapan F/OSS. Dibutuhkan investasi awal dan investasi

lanjutan yang sangat besar.

5

Page 139: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI KEBIJAKAN …digilib.bppt.go.id/sampul/Evaluasi_Kebijakan_FOSS_Pekalongan_Thesis.pdf · yang kemudian dituangkan dalam format tesis ini, ... Direktur

122

Lampiran 3. Surat Edaran MenPAN dan RB tentang Penggunaan F/OSS

Page 140: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI KEBIJAKAN …digilib.bppt.go.id/sampul/Evaluasi_Kebijakan_FOSS_Pekalongan_Thesis.pdf · yang kemudian dituangkan dalam format tesis ini, ... Direktur

123

Page 141: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI KEBIJAKAN …digilib.bppt.go.id/sampul/Evaluasi_Kebijakan_FOSS_Pekalongan_Thesis.pdf · yang kemudian dituangkan dalam format tesis ini, ... Direktur

124

Lampiran 4. Surat Keputusan Walikota Pekalongan tentang Kewajiban

Pemakaian dan Penggunaan F/OSS

Page 142: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI KEBIJAKAN …digilib.bppt.go.id/sampul/Evaluasi_Kebijakan_FOSS_Pekalongan_Thesis.pdf · yang kemudian dituangkan dalam format tesis ini, ... Direktur

125

Page 143: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI KEBIJAKAN …digilib.bppt.go.id/sampul/Evaluasi_Kebijakan_FOSS_Pekalongan_Thesis.pdf · yang kemudian dituangkan dalam format tesis ini, ... Direktur

126