pemodelan spasial kejadian banjir daerah aliran...
TRANSCRIPT
UNIVERSITAS INDONESIA
PEMODELAN SPASIAL KEJADIAN BANJIR DAERAH ALIRAN
CI LIWUNG HULU
TESIS
SEPANIE PUTIAMINI
1106152325
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM MAGISTER ILMU GEOGRAFI
DEPOK
JANUARI, 2014
UNIVERSITAS INDONESIA
PEMODELAN SPASIAL KEJADIAN BANJIR DAERAH ALIRAN
CI LIWUNG HULU
TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar magister sains
SEPANIE PUTIAMINI
1106152325
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM MAGISTER ILMU GEOGRAFI
DEPOK
JANUARI, 2014
UNIVERSITAS INDONESIA
ii
UNIVERSITAS INDONESIA
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Tesis ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua
sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya
nyatakan dengan benar.
Nama : Sepanie Putiamini
NPM : 1106152325
Tanda Tangan : ..............................
Tanggal : 7 Januari 2014
iii
UNIVERSITAS INDONESIA
HALAMAN PENGESAHAN
Tesis ini diajukan oleh :
Nama : Sepanie Putiamini
NPM : 1106152325
Program Studi : Magister Ilmu Geografi
Judul Skripsi : Pemodelan Spasial Kejadian Banjir Daerah Aliran
Ci Liwung Hulu
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai
bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Magister
Sains pada Program Studi Magister Ilmu Geografi, Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Ala,m Universitas Indonesia
DEWAN PENGUJI
Ketua Sidang : Dr. Tarsoen Waryono, MS ( ....................................)
Pembimbing : Dr.rer.nat. Eko Kusratmoko, MS ( ................................. ..)
Pembimbing : Dr.Ir. Fadli Syamsudin, M.Sc ( ....................................)
Penguji : Dr. Rokmatulloh, M.Eng ( ....................................)
Penguji : Dr. Djoko Harmantyo, MS ( ....................................)
Ditetapkan di : Depok
Tanggal : 7 Januari 2014
iv
UNIVERSITAS INDONESIA
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan tesis ini. Penulisan skripsi ini
dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar
Magister Science Jurusan Ilmu Geografi pada Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Indonesia.
Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari
masa perkuliahan sampai pada penyusunan Tesis ini, sangatlah sulit bagi saya
untuk menyelesaikan Tesis ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih
kepada:
(1) Dr.rer.nat. Eko Kusratmoko, MS, selaku dosen pembimbing 1 yang telah
menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam
penyusunan tesis ini;
(2) Dr.Ir. Fadli Syamsudin, M.Sc selaku dosen pembimbing 2 yang telah
menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam
penyusunan tesis ini;
(3) Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi yang memberikan kesempatan
kepada saya untuk dapat melanjutkan studi saya di program studi magister
ilmu geografi, FMIPA, Universitas Indonesia serta memberikan banyak
bantuan dukungan data yang saya perlukan.
(4) Gustian Ajie Maskan yang memberikan dukungan moral dan spiritual.
(5) Orang Tua yang telah mendidik saya selama ini serta keluarga besar yang
memberikan dukungan moral dan spiritual.
(6) Balai Besar Sungai Ciliwung dan Cisadane yang telah banyak membantu
dalam usaha memperoleh data yang saya perlukan;
(7) Teman-teman PTISDA, BPPT khususnya teman-teman Karakterisasi Sumber
Daya Alam yang telah banyak membantu dalam usaha memperoleh data dan
dukungan moral.
(8) Teman-teman Magister ilmu geografi yang telah banyak membantu saya dalam
menyelesaikan tesis ini.
v
UNIVERSITAS INDONESIA
Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga tesis ini membawa
manfaat bagi pengembangan ilmu.
Penulis
vi
UNIVERSITAS INDONESIA
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TESIS UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Sepanie Putiamini NPM : 1106152325 Program Studi : Magister Ilmu Geografi Departemen : Geografi Fakultas : Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Jenis karya : Tesis
demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :
Pemodelan Spasial Kejadian Banjir Daerah Aliran Ci Liwung Hulu
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Depok Pada tanggal : 7 Januari 2014
Yang menyatakan,
(Sepanie Putiamini)
vii
UNIVERSITAS INDONESIA
ABSTRAK
Nama : Sepanie Putiamini
Program Studi : Magister Ilmu Geografi
Judul : Pemodelan Spasial Kejadian Banjir Daerah Aliran Ci Liwung
Hulu
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh distribusi curah hujan dan
karakteristik fisik setiap sub-DAS Ci Liwung Hulu yang terdiri dari topografi,
jenis tanah dan penggunaan tanah terhadap debit aliran Daerah Aliran Ci Liwung
Hulu. Metode yang digunakan adalah Soil Conservation Service (SCS) yang
disimulasikan menggunakan model hujan-debit HEC-HMS yang di validasi
menggunakan metode RMSE dan Nash.
Hasil pengolahan data menunjukan bahwa karakteristik dan distribusi hujan setiap
sub-DAS mempengaruhi besar kecilnya debit yang dihasilkan. Sub-DAS Ci
Liwung (Tugu) merupakan sub-DAS yang menghasilkan sumbangan debit
terbesar pada DA Ci Liwung Hulu pada kejadian banjir Tahun 2002 dan 2007.
Berdasarkan hasil validasi, simulasi, data curah hujan radar cuaca memiliki nilai
simpangan yang lebih kecil dibandingkan data curah hujan observasi. Penggunaan
data radar cuaca memberikan gambaran distribusi hujan spasial dengan resolusi
tinggi dan dapat digunakan untuk memprediksi debit aliran yang dihasilkan oleh
suatu Daerah Aliran Sungai (DAS)
.
Kata Kunci : Daerah Aliran Sungai (DAS), DA Ci Liwung Hulu, Debit
Banjir, Distribusi Hujan, HEC-HMS, Soil Conservation Service.
xxi+72 halaman : 25 gambar; 23 tabel
Daftar Pustaka : 30 (1987-2012)
viii
UNIVERSITAS INDONESIA
ABSTRACT
Name : Sepanie Putiamini
Program Study : Magister Science of Geography
Title : Spatial Modeling Of Flood Event On The Upper Ci Liwung
Watershed
This study aims to determine impact of rainfall distribution and physical
characteristics in each sub-watershed towards run-off in the Upper Ci Liwung
Watershed. It consist of topography , soil type and land use. The method
utilizing Soil Conservation Service (SCS ) applied on HEC - HMS rainfall-
runoff model and was validated using the RMSE and Nash .
The results show that the physical characteristics and rainfall distribution of each
sub-watershed has significant impact on the run-off in Upper Ci Liwung
Watershed especially sub-watershed Ci Liwung ( Tugu) on the flood events of
2002 and 2007.
Based on the simulation validation result, weather radar rainfall data has a
deviation value smaller than rainfall data of observation . Weather radar data
provide accurate rainfall measurements at high resolution and can be applied to
predict run-off in watershed.
.
Key Words :Watershed, Upper Ci Liwung Watershed, Run-off, Rainfall
Distribution, HEC-HMS, Soil Conservation Service.
xxi+72 pages : 25 pictures; 23 tables
Bibliography : 30 (1987-2012)
ix
UNIVERSITAS INDONESIA
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................................i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ......................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ................................................................................................iv
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ..........................vi
ABSTRAK ............................................................................................................... vii
DAFTAR ISI ..............................................................................................................ix
DAFTAR TABEL .................................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................xiv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................xvi
BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
1.1.Latar Belakang ........................................................................................................ 1
1.2.Rumusan Permasalahan .......................................................................................... 2
1.3.Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................................... 3
1.4.Batasan Masalah Penelitian .................................................................................... 4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................... 5
2.1.Pemodelan Spasial .................................................................................................. 5
2.1.1.Komponen Model Dalam Geospasial ...................................................... 5
2.1.2.Fase dalam Model Geospasial ................................................................. 6
2.2.Siklus Hidrologi ...................................................................................................... 7
2.3.Presipitasi ................................................................................................................ 9
2.3.1.Distribusi Curah Hujan ............................................................................ 9
2.3.2.Pengukuran Distribusi Curah Hujan ........................................................ 9
2.4.Aliran Permukaan (Runoff) ................................................................................... 11
2.5.Daerah Aliran Sungai ............................................................................................ 12
2.6.Debit Sungai ......................................................................................................... 15
2.7.Model Hujan - Debit ............................................................................................. 15
2.8.Penelitian Model Hujan-Debit Sebelumnya ......................................................... 17
BAB III METODOLOGI ........................................................................................ 19
3.1.Alur Pikir Penelitian ............................................................................................. 19
x
UNIVERSITAS INDONESIA
3.2.Data dan Pengumpulan Data ................................................................................. 20
3.3.Metode Pengolahan Data ...................................................................................... 21
3.3.1.Parameter yang digunakan dalam Model HEC HMS ............................ 22
3.3.1.1.Model Basin ............................................................................... 23
3.3.2.Perhitungan Data Time Series ............................................................... 26
3.4.Perhitungan Debit Aliran Sungai .......................................................................... 26
3.5.Analisis Validasi ................................................................................................... 27
BAB IV. KARAKTERISTIK FISIK WILAYAH .................................................. 29
4.1.Wilayah Administrasi ........................................................................................... 29
4.2.Curah Hujan Wilayah Rata- Rata Daerah Aliran Ciliwung Hulu ........................ 31
4.3.Geologi dan Geomorfologi ................................................................................... 32
4.4.Tanah .................................................................................................................... 33
4.5.Kemiringan Lereng ............................................................................................... 35
4.6.Penggunaan Tanah ................................................................................................ 36
BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................... 38
5.1. Karakteristik Fisik Per Sub-DAS Ciliwung Hulu ............................................... 38
5.1.1 Sub-DAS Cisukabirus .......................................................................... 39
5.1.2 Sub-DAS Ciseuseupan .......................................................................... 41
5.1.3 Sub-DAS Cisarua .................................................................................. 42
5.1.4 Sub-DAS Ciliwung (Tugu) .................................................................... 44
5.1.5 Sub-DAS Ciesek .................................................................................... 46
5.1.6 Sub-DAS Cibogo ................................................................................... 47
5.1.6 Analisa Karakteristik fisik per Sub DAS di DA Ciliwung Hulu .......... 49
5.2. Distribusi Hujan Per Sub-DAS di DA Ciliwung Hulu ........................................ 50
5.2.1 Distribusi Curah Hujan Berdasarkan Data Raingage Januari-
Februari Tahun 2002 dan 2007 .............................................................. 51
5.2.1.1.Tahun 2002 ................................................................................ 51
5.2.1.2.Tahun 2007 ................................................................................ 53
5.2.2 Distribusi Curah Hujan Per Kejadian Banjir Berdasarkan Data Radar
Cuaca 16 – 17 Februari Tahun 2013 ...................................................... 53
xi
UNIVERSITAS INDONESIA
5.3 Variasi Simulasi Hujan-Debit Menggunakan HEC HMS .................................... 54
5.3.1 Data Penakar Hujan (Rain gauge) ......................................................... 55
5.3.1.1. Simulasi Hujan-Debit Tahun 2002 ........................................... 55
5.3.1.1. Simulasi Hujan-Debit Tahun 2002 ........................................... 57
5.3.2 Data Radar Cuaca C-Doppler ............................................................... 59
5.4. Hubungan Karakteristik Fisik Per Sub-DAS dengan Hasil Simulasi Hujan-Debit
.................................................................................................................................... 63
5.5.Hasil Validasi ........................................................................................................ 68
5.5.1.Data Penakar Hujan (Rain gauge) ......................................................... 68
5.5.2.Data Radar Cuaca ................................................................................. 70
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 71
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. xvii
LAMPIRAN .............................................................................................................xxi
xii
UNIVERSITAS INDONESIA
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Beberapa Penelitian Mengenai Model hidrologi HEC-HMS dan Radar
Cuaca ...................................................................................................... 17
Tabel 3.1. Metode dan Parameter Simulasi Hujan-Debit menggunakan HEC-HMS
.................................................................................................................. 23
Tabel 4.1. Curah Hujan Wilayah Rata- Rata DA Ci Liwung .................................... 32
Tabel 4.2. Luas Kemiringan Lereng DA Ci Liwung Hulu ....................................... 36
Tabel 4.3 Luas Penggunaan Tanah tanah DA Ci Liwung Hulu ................................ 36
Tabel 5.1 Luas Penggunaan Tanah Per Sub-DAS di Ci Liwung Hulu ..................... 39
Tabel 5.2 Penggunaan Tanah Sub-DAS Cisukabirus Tahun 2011 ............................ 41
Tabel 5.3 Penggunaan Tanah Sub-DAS Ciseuseupan Tahun 2011 ........................... 42
Tabel 5.4 Penggunaan Tanah Sub-DAS 3 Cisarua Tahun 2011 ................................ 43
Tabel 5.5 Penggunaan Tanah Sub-DAS Ciliwung (Tugu) Tahun 2011 ................... 45
Tabel 5.6. Penggunaan Tanah Sub-DAS Ciesek Tahun 2011 ................................... 46
Tabel 5.7. Penggunaan Tanah Sub-DAS Cibogo Tahun 2011 ................................... 48
Tabel 5.8. Nilai Curve Number dan Impervious ....................................................... 49
Tabel 5.9. Bobot Poligon Thiessen Pada Masing-Masing Sub-DAS di DA
Ci Liwung bagian hulu ............................................................................. 51
Tabel 5.10. Rerata Curah Hujan Wilayah Harian Bulan Januari dan Februari Tahun
2002 ........................................................................................................ 52
Tabel 5.11. Rerata Curah Hujan Wilayah Harian Bulan Januari dan Februari Tahun
2007 ........................................................................................................ 53
Tabel 5.12. Debit Puncak Per Sub-DAS di Daerah Aliran Ci Liwung Hulu Tahun
2002 ....................................................................................................... 56
Tabel 5.13. Debit Puncak Per Sub-DAS di Daerah Aliran Ci Liwung Hulu Tahun
2007 ........................................................................................................ 58
Tabel 5.14. Debit Puncak Per Sub-DAS di Daerah Aliran Ci Liwung Hulu16 s.d 17
Januari Tahun 2013 ................................................................................. 62
xiii
UNIVERSITAS INDONESIA
Tabel 5.15. Hubungan Karakteristik Fisik dan Distribusi Hujan Pada Masing-masing
Sub-DAS Terhadap Nilai Debit Kejadian Banjir Tanggal 29 Januari 2002
................................................................................................................. 64
Tabel 5.16. Hubungan Karakteristik Fisik dan Distribusi Hujan Pada Masing-masing
Sub-DAS Terhadap Nilai Debit Kejadian Banjir Tanggal 3 Februari
2007 ........................................................................................................ 65
Tabel 5.17. Hubungan Karakteristik Fisik dan Distribusi Hujan Pada Masing-masing
Sub-DAS Terhadap Nilai Debit Kejadian Banjir Tanggal 16 Januari
2013 ........................................................................................................ 67
Tabel 5.15. Hasil Validasi menggunakan RMSE dan Nash ...................................... 69
xiv
UNIVERSITAS INDONESIA
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Fase Desain dan Konstruksi Dalam Model Geo-Spasial ...................... 7
Gambar 2.2. Siklus Hidrologi global ......................................................................... 8
Gambar 2.3. Proses Run-off Pada Lereng Gunung (Hillslope) ............................... 12
Gambar 2.4. Bentuk Daerah Aliran Sungai .............................................................. 14
Gambar 2.5. Diagram Alir Perhitungan metode Soil Conservation Service ............. 15
Gambar 3.1. Diagram Alur Pikir Penelitian ............................................................ 19
Gambar 3.2. Alur Pengolahan Data ......................................................................... 22
Gambar 4.1. Peta Administrasi DA Ci Liwung Hulu .............................................. 29
Gambar 4.2. Peta Sub-DAS di DA Ci Liwung Hulu ............................................... 30
Gambar 4.3 Grafik Rerata Curah Hujan Wilayah DA Ci Liwung Hulu Periode
1970-2000 ............................................................................................ 31
Gambar 4.4 Peta Geologi DA Ci Liwung Hulu (Sumber : Pusat Sumber Daya
Geologi, ESDM) ................................................................................... 33
Gambar 4.5 Peta Jenis Tanah DA Ci Liwung Hulu ................................................ 34
Gambar 4.6. Peta Kemiringan Lereng DA Ci Liwung Hulu .................................... 35
Gambar 4.7. Peta Penggunaan Tanah DA Ci Liwung Hulu Tahun 2011 ................ 37
Gambar 5.1. Peta Luasan Penggunaan Tanah Per Sub-DAS di DA Ci Liwung Hulu
.................................................................................................................................... 38
Gambar 5.2. Peta Penggunaan Tanah Sub-DAS Cisukabirus Tahun 2011 .............. 40
Gambar 5.3. Peta Penggunaan Tanah Sub-DAS Ciseuseupan Tahun 2011 .............. 41
Gambar 5.4. Peta Penggunaan Tanah Sub-DAS Cisarua Tahun 2011 ...................... 44
Gambar 5.5. Peta Penggunaan Tanah Sub-DAS Ciliwung (Tugu) Tahun 2011 ....... 45
Gambar 5.6. Peta Penggunaan Tanah Sub-DAS Ciesek Tahun 2011 ....................... 47
Gambar 5.7. Peta Penggunaan Tanah Sub-DAS Cibogo Tahun 2011 ...................... 48
Gambar 5.8. Peta Nilai Curve Number di DA Ci Liwung Hulu ............................. 50
Gambar 5.9. Peta Poligon Thiessen DA Ci Liwung Hulu ....................................... 51
Gambar 5.10. Curah Hujan DA Ci Liwung Hulu Tanggal 16-17 Januari 2013 .... 54
Gambar 5.11. Basin Model Sub-DAS di DA Ci Liwung Hulu Menggunakan HEC
-HMS .................................................................................................. 55
xv
UNIVERSITAS INDONESIA
Gambar 5.12. Hasil Debit Simulasi Hujan-Debit (Januari-Februari 2002) ............... 55
Gambar 5.13. Grafik Hasil Hujan- Debit Simulasi di Katulampa (Januari-Februari
2002) ................................................................................................... 57
Gambar 5.14. Hasil Debit Simulasi Hujan-Debit (Januari-Februari 2002) .............. 57
Gambar 5.15. Grafik Hasil Hujan- Debit Simulasi di Katulampa (Januari-Februari
2007) .................................................................................................. 59
Gambar 5.16. Data Curah Hujan Tanggal 16 Januari Pukul 11:05 s.d 11:59 Dari
Radar Cuaca R- Doppler ........................................................................................... 61
Gambar 5.17. Hasil Simulasi Hujan Debit Kejadian Banjir Pada Tanggal 16 s.d 17
Januari 2013 ........................................................................................ 61
Gambar 5.18. Grafik Hasil Hujan- Debit Simulasi di Katulampa (16-17 Januari
2013) ................................................................................................... 63
Gambar 5.19. Grafik Validasi Hasil Simulasi Tahun 2002 ...................................... 68
Gambar 5.20. Grafik Validasi Hasil Simulasi Tahun 2007 ...................................... 69
Gambar 5.21. Grafik Validasi Hasil Simulasi 16 s.d 17 Januari Tahun 2013 ......... 70
xvi
UNIVERSITAS INDONESIA
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Nilai Curve Number Berdasarkan Jenis Tanah .................................xxi
Lampiran 2. Curah Hujan Harian Pada Masing-Masing Sub-DAS Pada Bulan
Januari dan Februari Tahun 2002 ......................................................xxvi
Lampiran 3. Curah Hujan Harian Pada Masing-Masing Sub-DAS Pada Bulan
Januari dan Februari Tahun 2007 .................................................. xxviii
Lampiran 4. Curah Hujan Perjam Rerata Pada Masing-masing Sub-DAS pada 16 s.d
17 januari 2013 .................................................................................. xxx
1
UNIVERSITAS INDONESIA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kejadian banjir ditentukan oleh distribusi hujan sepanjang tahun dan
ketersediaan sarana penampungan air untuk mencegah kebanjiran di musim
penghujan. Bentuk transformasi aliran hujan dan simpanan air di wilayah sangat
ditentukan oleh kondisi bentang alam yang terdapat di wilayah jatuhnya hujan.
Banjir yang datang secara tiba-tiba merupakan bencana alam yang sangat merugikan
bagi masyarakat sekitar wilayah Daerah Aliran Sungai (DAS). Hal tersebut
dikarenakan hujan dengan intensitas yang tinggi.(Tramblay, 2011).
Curah hujan dengan intensitas tinggi yang jatuh pada sistem Daerah Aliran Ci
Liwung Hulu yang merupakan salah satu penyumbang debit limpasan di wilayah
Jakarta, dan dapat mempengaruhi besarnya limpasan dan pola aliran yang dapat
menyebabkan perubahan dalam frekuensi dan intensitas banjir. Hal tersebut secara
signifikan memberikan dampak yang salingm empengaruhi ekosistem, lingkungan
dan ekonomi lokal disekitar Daerah Aliran Ci Liwung Hulu. Oleh karena itu, peran
curah hujan sangatlah esensial bagi hidrologi perkotaan, Setiap kali musim
penghujan tiba, banjir terjadi baik dalam skala kecil maupun besar. Salah satu
penyebabnya adalah hujan dengan intensitas cukup tinggi dan durasi cukup lama.
Selain itu, berbagai aktivitas manusia dan derap pembangunan yang
berkembang pesat di sekitar wilayah Daerah Aliran Ci Liwung Hulu merupakan
konsekuensi terhadap peningkatan aktivitas manusia yang akan menimbulkan
perubahan penggunaan tanah. Perubahan penggunaan tanah di Daerah Aliran Ci
Liwung Hulu mempunyai pengaruh yang signifikan t erhadap debit aliran yang
mengalir menuju Kota Jakarta sebagai wilayah hilirnya. Hal tersebut diakibatkan air
hujan tidak dapat mengalir sebagaimana mestinyadan menimbulkan genangan-
genangan pada saat musim penghujan tiba. Kejadian banjir merupakan salah satu
konsekuensi dari perubahan tataguna tanah pada suatu wilayah DAS yang
diakibatkan oleh perkembangan penduduk dan kebutuhan tanah.
Oleh karena itu dalam penelitiannya, Ali, et,al (2009) (seperti yang dikutip
dalam Defries & Eshleman, 2004; Potter, 1991; Riebsame,Meyer, & Turner, 1994;
2
UNIVERSITAS INDONESIA
Vorosmarty, Green, Salisbury, &Lammers,2000; Wang, Liu, Kubota, & Chen, 2007)
menerangkan bahwa pemahaman mengenai dampak penggunaan tanah pada proses
hidrologi DAS adalah sangat penting dalam memprediksi potensi banjir dan
mitigasinya. Hal tersebut yang menjadi isu penting untuk perencanaan, manajemen,
dan pengembangan berkelanjutan dari DAS.
Daerah Aliran Ci Liwung Hulu merupakan DAS yang mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap debit aliran yang mengalir menuju Kota Jakarta sebagai
wilayahhilirnya. DAS ini memiliki 6 (enam) sub DAS yang memiliki karakteristik
fisik yang unik yang membedakan satu sama lain. Karakteristik fisik ini sangat
berpengaruh dalam limpasan air permukaan (runoff) yang dihasilkan jika hujan
turun. Karakteristik fisik tersebut di dapatkan dari gambaran suatu wilayah antara
lain: (1). Penggunaan tanah, (2). jenistanah, dan (3). Kemiringan lereng dengan
menggunakan metode Soil Conservation Service (SCS) .
Dalam mitigasinya, pemodelan debit limpasan menggunakan Hydrologic
Engineering Center– Hydrologic Modeling System (HEC-HMS, versi 3.3) yang
dikembangkan olehUnited States Army Corps of Engineers (USACE), dirancang
untuk mensimulasikan proses hujan-debit dengan system daerah aliran sungai
(USACE, 2000). Pemodelan hujan-debit menggunakan HEC HMS merupakan
model hujan-debit yang dapatdijadikan sebuah alat untuk memonitor dan
mengevaluasi debit sungai melalui pendekatan potensi sumberdaya air permukaan
yang ada (Affandy,2011). Penggunaan komponen model HEC-HMS untuk
mensimulasikan hujan-debit DA Ciliwung dinilai diperlukan, dimana komponen
model yang digunakan adalah model DA Ciliwung, model meteorologi, dan input
data hidrologi termasuk periode waktu, dan data time-series, yang diperlukan sebagai
kondisi batas di wilayah DA Ciliwung dalam model meteorologi.
1.2. Rumusan Permasalahan
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan sebelumnya bahwa kebutuhan akan
tanah dan jumlah penduduk yang terus meningkat merubah penggunaan tanah
wilayah resapan air menjadi pemukiman, distribusi curah hujan dengan intesitas yang
tinggi mengakibatkan aliran tidak meresap kedalam tanah dan menjadi aliran
3
UNIVERSITAS INDONESIA
limpasan yang dapat menggenang ataupun langsung mengalir kelaut. Oleh karena itu
penelitian ini akan mengkaji aspek permasalahan tersebut, antara lain:
a. Bagaimanakah karakteristik fisik pada setiap sub-DAS di Ciliwung Hulu?
b. Bagaimanakah pengaruh karakteristik fisik pada setiap sub-DAS terhadap
debit limpasan yang dihasilkan dari masing-masing sub-DAS di Ciliwung
Hulu menggunakan simulasi hujan-debit?
c. Apakah hasil simulasi hujan-debit dari distribusi curah hujan dan
karakteristik fisik pada setiap sub-DAS memberikan validasi yang baik
terhadap hasil observasi?
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka
tujuan dari penelitian ini adalah:
a. Mengetahui karakteristik fisik 6 (enam) sub-DAS Ciliwung Hulu yang
berperanan terhadap debit aliran tertinggi di Daerah Aliran Ci Liwung Hulu
b. Mengetahui pengaruh distribusi hujan dan karakteristik fisik dari masing-
masing sub-DAS Ciliwung Hulu menggunakan simulasi hujan-debit
c. Mendapatkan hasil validasi hasil model HEC HMS tersebut dengan data
observasi
Manfaat dari penelitian ini diharapkan mendapatkan informasi model hujan-debit
yang sesuai dengan kondisi Daerah Aliran Ciliwung Hulu dengan menggunakan
beberapa parameter yang akan ditetapkan, sehingga model hujan debit tersebut dapat
digunakan dalam memprediksi dan sistem peringatan dini kejadian banjir di Daerah
Aliran Ci Liwung Hulu dan DKI Jakarta.
4
UNIVERSITAS INDONESIA
1.4. Batasan Masalah Penelitian
Batasan masalah penelitian ini adalah sebagaiberikut:
Wilayah penelitian adalah Daerah Aliran Ci Liwung Hulu yang secara
geografis terletakantara106º 49º 40” – 107º 00’ 15” BT dan 6o38’ 15“ LS
– 6º 46’ 05” LS.
Data-data yang digunakan merupakan data sekunder dari hasil observasi
Dan hasilpenelitian yang telah dipublikasikan.
Pemodelan spasial yang dilakukan dalam penelitian ini merupakan
simulasi hujan-debit berdasarkan data karakteristik masing-masing sub-
DAS di Daerah Aliran Ci Liwung Hulu dan distribusi curah hujan dengan
mengabaikan kondisi air tanah
Program yang dipergunakan adalah HEC HMS
Dalam konteks mensimulasikan banjir, penelitian ini juga menggunakan
data curah hujan radar cuaca sebagai masukan data hujan realtime.
Data penggunaan tanah dianggap sama pada setiap simulasi.
5
UNIVERSITAS INDONESIA
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pemodelan adalah sebuah cara yang membantu peneliti, perencana,
politisi, dan banyak ahli lainnya dalam membuat prediksi masa depan dalam
waktu atau estimasi spasial suatu wilayah. (Zekai, 2009) . Dalam penelitian ini
pemodelan yang digunakan adalah pemodelan spasial DA Ci liwung Hulu yang
diharapkan suatu saat dapat menjadi acuan dalam memprediksi. Adapun beberapa
tinjauan pustaka yang mencadi acuan penulis dalam melakukan penelitian ini
adalah sebagai berikut:
2.1. Pemodelan Spasial
Menurut Rahman dan Pilouk (seperti yang dikutip dalam Burrough & Frank,
1995), Pemodelan data spasial adalah proses menggambarkan objek dunia nyata
secara spasial, sehingga obyek dapat terlihat dan direpresentasikan dalam bentuk
notasi yang kita pahami.
2.1.1. Komponen Model Dalam Geospasial
Penelitian oleh Rahman & Pilouk (2008:47) menyebutkan bahwa
komponen dari geospasial Model meliputi:
a. jenis Obyek
Jenis objek adalah kelas-kelas dari entitas spasial dalam model geo-
spasial.jenis objek tersebut dapat berupa jalan, sungai, kota, penggunaan
lahan, dan sebagainya.
b. Hubungan
Hubungan spasial adalah hubungan antara dua objek spasial atau lebih.
Misalnya, hubungan antara jalan kota A dan kota B, (seperti yang dikutip
dalam Molenaar,1994b)
c. Atribut,
Atribut adalah suatu gambaran dari objek yang diamati, merupakan unit
terkecil (non spasial) dalam model yang membuat tipe objek menjadi
dimengerti. Atribut tidak dapat berdiri sendiri dalam suatu model.
6
UNIVERSITAS INDONESIA
d. Konvensi (Conventions)
Hasil dari sebuahKonvensi (Conventions) berupa aturan dan batasan yang
mengatur konten, struktur, integritas, dan operasional dalam sebuah
model.Sebuah konvensi berlaku untuk seluruh model. (seperti yang dikutip
dalam Molenaar ,1991)
e. Pengoperasian (Operations)
Pengoperasian secara spasial adalah tindakan mengubah keadaan
representasi dari objek dunia nyata menjadi model, atau yang berasal
informasi tambahan dari representasi saat ini.Operasi dapat diidentifikasi
oleh suatu peristiwa.
2.1.2. Fase dalam Model Geospasial
Berdasarkan Gambar2.1, terdapat 2 fase dalam membangun pemodelan
3D berbasis GIS yaitu:
a. Fase Desain
Fase desain adalah mendesain data model yang sudah terintegrasi dari
representasi geometris objek dunia nyata, yang diperoleh dari pengukuran
langsung atau database. Setiap komponen geometris harus mampu
mewakili objek dunia.
b. Fase Konstruksi
Fase konstruksi merupakan metode akuisisi data 3D, yaitu:
Mengkoordinasi transformasi menjadi georeferencing umum ketika
beberapa komponen yang berbeda harus dimasukkan ke dalam satu
database;
Pengembangan metode penataan data yang menyatukan data dari
berbagai sumber dalam satu database terintegrasi yang mampu
disimpan oleh manajemen sistem database tunggal;
Men-desain kelas tematik untuk mengatur representasi objek dunia
nyata dengan aspek umum dalam kategori yang sama;
Memecahkan ketidakpastian yang timbul dari perbedaan data yang
berbeda selama proses integrasi dan menyajikan data berkualitas.
7
UNIVERSITAS INDONESIA
Gambar 2.1. Fase Desain dan Konstruksi Dalam Model Geo-Spasial
(Sumber : Rahman dan Pilouk (2008:51))
2.2. Siklus Hidrologi
Menurut Davie (2002), seperti yang dikutip dalam Stumm (1986:201),
menyebutkan bahwa air merupakan sumber daya alam yang sangat penting bagi
kelangsungan hidup tumbuhan, hewan dan manusia. Seharusnya Total kuantitas
air bersih di bumi dapat memenuhi kebutuhan manusia jika terdistribusikan dan
terakses dengan baik. Namun, untuk mendistribusikan air dengan baik perlu
pemahaman mengenai siklus hidrologi, dimana pergerakan air di bumi dengan
sistem atmosfer di representasikan dalam siklus hidrologi global yang
Realita (Keadaan Yang Riil)
Design yang Konseptual
Melihat Realita Melihat Realita Melihat Realita
Design Secara logika
Design Secara Fisik
Model Geo-spasial
F
a
s
e
D
e
s
a
i
n Fa
s
e
K
on
s
tr
u
ks
i
Skema Model
Representatif
Sistem Informasi Geo-spasial
8
UNIVERSITAS INDONESIA
memilikitiga (3) komponen penting dalam siklus nya yaitu evaporasi, presipitasi,
dan run-off.
Siklus hidrologi adalah proses fisik yang mengontrol distribusi dan
pergerakan air. Berdasarkan Gambar 2.2, Hujan yang jatuh ke bumi dapat masuk
ke badan air (water body), menjadi aliran air permukaan, atau melakukan infiltrasi
kedalam tanah. (McCuen, 1998:3-4).Aliran air yang terjadi di permukaan tanah
yang disebabkan oleh hujan yang memiliki intensitas tinggi melibihi tingkat
infiltrasi dan jenuhnya lapisan tanah permukaan yang disebabkan disebut run-off.
Pembangunan secara besar-besaran di wilayah DA Ci Liwung hulu
menyebabkan siklus hidrologi ini menjadi tidak seimbang, dimana jumlah curah
hujan yang turun tidak dapat lagi meresap kedalam tanah secara maksimal
dikarenakan tutupan lahan oleh bangunan atau pemukiman yang tidak terkontrol,
sehingga menyebabkan limpasan dan menimbulkan genangan.
Gambar 2.2. Siklus Hidrologi global
(Sumber : McCuen, 1998)
9
UNIVERSITAS INDONESIA
2.3. Presipitasi
Presipitasi merupakan air (salju,hujan es, hujan) yang jatuh dari atmosfer ke
permukaan bumi, yang merupakan input utama dari air yang masuk kedalam
Daerah Aliran Sungai (DAS). (Davie, 2002) Curah hujan adalah jumlah air yang
jatuh di permukaan tanah, yang berasal dari atmosfer, selama periode tetentu dan
diukur dengan tinggi diatas permukaan horizontal, apabila tidak terjadi kehilangan
oleh proses penguapan, pengaliran, dan peresapan, yang selanjutnya diukur dalam
satuan millimeter. (Prawirowardoyo, 1996)
2.3.1. Distribusi Curah Hujan
Jumlah presipitasi yang jatuh dalam suatu wilayah memiliki variasi secara
spasial dan temporal (waktu). Hal tersebut disebabkan dari pengaruh yang
berbeda, yaitu statik dan dinamis. Pengaruh yang statik adalah ketinggian,
bentang alam, dan lereng. Sedangkan pengaruh yang dinamis adalah variasi curah
hujan. (Davie,2002)
Kualifikasi dari pola curah hujan secara spasial dan temporal sangatlah
penting dalam pembangunan model limpasan air.Intensitas dandistribusi hujan
spasial dapat mempengaruhi besar dan durasi dari limpasan air yang
dihasilkan.(Tao, 2009). Menurut Tramblay (2011) dalam penelitiannya (seperti
yang dikutip dalam LeLay, 2009; Andr´eassian et al., 2004) bahwa, karakteristik
curah hujan, dalam distribusi curah hujan spasial dan intensitas tertentu dapat
mempengaruhi pemodelan kejadian banjir.
2.3.2. Pengukuran Distribusi Curah Hujan
Dalam menganalisis hidrologi sangatlah penting untuk mengetahui
besarnya hujan yang turun dan kapan hujan itu terjadi. (Davie,2002) Oleh karena
itu, data pengukuran Curah hujan sangat dibutuhkan dalam penelitian ini.Data
yang digunakan adalah data pengukuran penakar hujan (Rain gauge) dan Radar
cuaca C-band Doppler.
10
UNIVERSITAS INDONESIA
a. Penakar Hujan (Rain gauge)
Data curah hujan dari stasiun pengamatan meteorologi Badan Meteorologi,
Klimatologi dan Geofisika (BMKG) yang tersebar disekitar wilayah DA Ci
Liwung Hulu, merupakan data yang sangat diperlukan dalam penelitian ini. Curah
hujan harian hingga bulanan secara distribusi temporal dan spasial dianalisis agar
dapat mengetahui karakteristik hujan wilayah DAS Ciliwung.Seperti kita ketahui
bahwa curah hujan di wilayah ini sangat dipengaruhi olah curah hujan lokal dan
Monsun.
b. Radar Cuaca
Penggunaan data curah hujan dari radar cuaca dalam sistem drainase
perkotaan merupakan perangkat yang baik dalam mengestimasi curah hujan dan
sangat unggul dalam aplikasi online dan analisis offline dalam kajian tertentu.
Data radar berguna untuk mengidentifikasi akurasi prediksi curah hujan dan
hidrologi dengan menggabungkan secara spasial dan didistribusikan dalam bentuk
pemodelan pada drainas perkotaan. (Einfalt et al., 2004)
Data digital radar cuaca memberikan data yang berguna mengenai data
distribusi spasial dari curah hujan, namun data ini memiliki nilai error, antara lain:
(1) Hubungan yang digunakan dalam menghitung curah hujan dari reflektivitas
radar diasumsikan dalam kondisi yang standar (terdapat penurunan nilai) yang
dapat menyebabkan tidak representatif dengan keadaan sebenarnya; (2) Perbedaan
dari tipe presipitasi (hujan, hujan es, salju) memiliki perbedaan reflektifitas juga
yang tidak dapat di representasikan dalam satu hubungan; (3) Kondisi atmosfer
terkadang menyebabkan anomali yang propaganda pada radar sehingga seringkali
hujan diindikasikan tidak ada hujan (none); (4) Pengukuran besarnya curah hujan
pada radar terdapat peningkatan volume, bukan besaran curah hujan yang terdapat
pada permukaan tanah (ground level), evaporasi dan arus udara dapat mengubah
besarnya nilai hujan secara signifikan. Namun Wilson (1970) menjelaskan bahwa,
para peneliti berpendapat bahwa data radar cuaca dapat digunakan dengan
melakukan kalibrasi menggunakan data observasi penakar hujan (Rain Gauge).
(Charley, 1987)
11
UNIVERSITAS INDONESIA
Radar Cuaca yang digunakan dalam penelitian ini adalan Radar cuaca C-
Doppler PUSPITEK, Serpong yang memiliki jangkauan di wilayah Jabodetabek
(Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi) yang memiliki spesifikasi antara
lain:
Frekuensi: 5320 MHz
Peak power: 140 kW
Surveillance PPI mode: 175 km
Volume scan mode: 105 km
Resolusi: 1 km
Radar Sistem Prosessing : Sigmet RVP8 + IRIS Radar/Analysis ver. 8.12.1.1
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi mengoperasikan Radar C-Band
Doppler pada frekuensi 5.32 GHz. Radar ini memiliki jangkauan maksimum 250
km tetapi digunakan kisaran 100-130 km yang mencakup kawasan Provinsi
Banten (kecuali Ujung Kulon) di sebelah barat, kota Purwakarta di sebelah timur,
dan kota Sukabumi hingga sekitar 25 km di selatan. Radar ini merekam kejadian
hujan setiap 6 menit. Resolusi yang digunakan 500 x 500 m. Informasi dari data
radar cuaca C-Band Doppler tersebutlah yang akan digunakan dalam penelitian
ini.
2.4. Aliran Permukaan (Run-off)
Jumlah air dalam sungai dan aliran sungai merupakan produk akhir dari
seluruh proses dalam siklus hidrologi, dimana dalam jumlah nya dapat di analisis
dari rekaman data secara historis. Aliran air yang terjadi di permukaan tanah yang
disebabkan oleh proses hujan yang memiliki intensitas tinggi melibihi tingkat
infiltrasi dan jenuhnya lapisan tanah permukaan yang disebabkan disebut run-off.
Terdapat dua jenis limpasan (run-off ) yaitu aliran diatas permukaan (overland
flow) dan aliran dibawah permukaan (subsurface flow). Penelitian ini
memfokuskan pada aliran diatas permukaan (overland flow). Robert Horton
(1875–1945), Dalam papernya pada tahun 1993 menuliskan sebuah hipotesa yang
disebut sebagai hipotesis Horton yang menyebutkan bahwa aliran diatas
permukaan (overland flow) terjadi ketika jumlah curah hujan lebih tinggi dari
12
UNIVERSITAS INDONESIA
kemampuan air berinfiltrasi kedalam tanah. Ketika kapasitas infiltrasi tanah
sangat rendah maka aliran diatas permukaan (overland flow) pasti terjadi. aliran
diatas permukaan (overland flow) umumnya terjadi pada daerah di lereng gunung
(Hillslope) seperti yang terlihat pada Gambar 2.3. (Davie,2002:78-100)
.
Gambar 2.3. Proses Runoff Pada Lereng Gunung (Hillslope)
(Sumber : Davie, 2002:80., diadopsi dari Dunne,1978)
Berdasarkan pada Gambar 2.3, bahwa air yang berasal dari hujan akan
masuk ke dalam tanah. Namun tidak semua air dapat ditampung oleh tanah. Hal
ini disebabkan karena setiap jenis batuan memilki kemampuan menyerap yang
berbeda-beda. Sebagian air yang lain akan menjadi air yang mengalir di
permukaan tanah disebut limpasan (run-off).
2.5. Daerah Aliran Sungai
Menurut Undang-undang No. 7 Tahun 2004 dijelaskan bahwa, Daerah
Aliran Sungai (DAS) adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan
dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung,
menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke
laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas di
laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan.
Menurut Davie (2002), DAS merupakan Daerah tangkapan (the catchment) yang
didefinisikan sebagai suatu area dimana semua aliran air masuk kedalam sungai
menuju ke laut. Area tersebut dianalogikan sebagai lembah sungai (basin), dimana
13
UNIVERSITAS INDONESIA
semua pergerakan air menuju titik temu yang biasa kita sebut sebagai muara
sungai.Davie (2002) juga menjelaskan bahwa dimanapun hujan turun selalu
berakhir pada satu tempat yaitu laut, kecuali yang hilang karena penguapan
(evaporasi).
DAS adalah suatu wilayah geografis yang memiliki suatu kesatuan
hidrologi, sehingga air terkonsentrasi dalam lokasi tertentu, seperti sungai dan
waduk.DAS terdiri dari susunan tanah yang komplex, Bentuk lahan (landform),
vegetasi, dan penggunahan lahan (Lal, 2000:4). DAS juga merupakan suatu
sistem yang
Setiap DAS memiliki karakteristik fisik yang unik yang membedakan satu
sama lain. Karakteristik fisik ini sangat berpengaruh dalam run-off yang
dihasilkan jika hujan turun. Karakteristik fisik tersebut di dapatkan dari gambaran
suatu wilayah antara lain:
a. Topografi
Topografi adalah properti dari permukaan darat bumi yang dapat
digunakan untuk menggambarkan karakteristik DAS.Topografi dapat
menentukan kemiringan lereng dan bentuk permukaan tanah.
b. Penggunaan lahan (Landuse)
c. Karakteristik bawah permukaan
Selain fitur permukaan, bawah permukaan fitur juga penting dalam
perspektif DAS.Karakteristik bawah permukaan yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah daya permeabilitas tanah dalam menyerapkan
air.Dimana diketahui bahwa tiap jenis tanah memiliki nilai permeabilitas
yang berbeda-beda.
Aktivitas manusia dalam sistem DAS dapat merubah perilaku sungai
sehingga dapat meningkatkan debit tahunan, atau juga dapat menyebabkan
penurunan debit tahunan.
Menurut Ramdan, 2004 dalam bukunya yang berjudul Prinsip Dasar
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai disebutkan bahwa Daerah Aliran Sungai
memiliki 3 (tiga) jenis Bentuk DAS, yaitu: (Gambar 2.4)
14
UNIVERSITAS INDONESIA
Bentuk Bulu Burung
Karakteristik Bentuk DAS ini adalah jalur anak sungai di kiri-kanan
sungai utama mengalir menuju sungai utama, debit banjir yang dihasilkan
relatif kecil, karena waktu tiba banjir dati tiap anak-anak sungai berbeda
Bentuk Radial (Menyebar)
Karakteristik Bentuk DAS ini adalah menyerupai kipas atau lingkaran,
anak-anak sungai berkonsentrasi pada satu titik secara radial, yang
menyebabkan banjir besar terjadi di titik pertemuan anak sungai.
Bentuk paralel :
Karakteristik Bentuk DAS ini adalah mempunyai corak dimana dua aliran
sungai yang sejajar bersatu dibagian hilir, banjir terjadi di pertemuan anak
sungai.
(a)
Keterangan: (a). Bulu burung;
(b). Radial/Menyebar;
(c). Paralel
[Sumber: Ramdan, 2004]
Gambar 2.4. Bentuk Daerah Aliran Sungai
(a) (b)
(c)
15
UNIVERSITAS INDONESIA
2.6. Debit Sungai
Menurut Dermawan (2007) dalam penelitiannya (seperti yang dikutip dalam
Soemarto,1987 : 103), debit sungai adalah volume air yang mengalir persatuan
waktu melewati suatu penampang melintang sungai, pipa, dan sebagainya Aliran
air yang memberikan sumbangan paling cepat terhadap pembentukan debit
adalah curah hujan yang jatuh langsung diatas saluran air (sungai) atau dikenal
dengan intersepsi saluran (channel interception). Dan besar kecilnya suatu debit
aliran pada suatu Daerah Aliran Sungai (DAS) dipengaruhi oleh beberapa faktor
yang diantaranya faktor yang berhubungan dengan iklim dan yang berhubungan
dengan karakteristik DAS itu sendiri. (Dermawan,2007).
2.7. Model Hujan - Debit
Model hidrologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah kombinasi yang
berbasis GIS yang memodelkan debit limpasan (Runoff) dengan Soil Conservation
Service (SCS) menggunakan HEC HMS.
[Sumber : Lubis,A dan Herlianti, I. 2007]
Gambar 2.5. Diagram Alir Perhitungan metode Soil Conservation Service
Dalam penelitian sebelumnya oleh Lubis & Herlianti (2007) menjelaskan
bahwa, Soil Conversation Service (SCS) adalah suatu metode yang dikembangkan
oleh Departemen Pertanian Amerika Serikat sejak tahun 1947. Metode ini
Hydrologic Soil Group
(A, B ,C, D )
Retensi Maksimum
S = 1000 – 10
CN
Direct Run Off
Q = (P-0.2S)
(P+0.8S)
Curah Hujan Harian ( P )
Tutupan Lahan
Jenis Tanah
Curve Number ( ARC ) Tabel CN
16
UNIVERSITAS INDONESIA
digunakan untuk menghitung nilai Direct Run Off (DRO) menggunakan Curve
Number (CN) dari suatu kejadian hujan. Perhitungan DRO dengan menggunakan
Metode Soil Conservation Service cukup baik, sebab sudah memperhitungkan
tutupan lahan, jenis tanah juga kelembaban tanah.Untuk menentukan besar CN,
ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan yaitu, jenis tanah, tutupan lahan,
kondisi hidrologi dan kelembaban tanah. Tabel CN mengacu pada metode yang
digunakan oleh United States Department of Agriculture(USDA,1985). Alur
perhitungan metode Soil Conservation Service ini dijelaskanpada Gambar 2.5.
HEC-HMS adalah model numerik dapat memprediksi aliran air yang
digunakan untuk mensimulasikan DAS, dan struktur perilakukontrol air.
Hydrologic Engineering Center (HEC) yang merupakan satu divisi di dalam
Institute for Water Resources (IWR), di bawah US Army Corps of Engineers
(USACE). Metode HEC-HMS dapat menentukan Besaran volume Limpasan
yang dihasilkan berdasarkan karakteristik DAS dan Curah hujan yang jatuh di
wilayah DAS dengan mengubah data curah hujan yang turun di wilayah DAS
menjadi besaran debit aliran yang keluar di DAS tersebut. Selain itu, Dalam
penelitian Affandy dan Anwar (2008) menyebutkan bahwa dalam model hidrologi
HEC-HMS terdapat fasilitas validasi, kemampuan simulasi model dengan data
terdistribusi, model aliran kontinyu dan kemampuan GIS.
Suriya, et.al., (2012) dalam penelitiannya (seperti yang dikutip dalam
Schumann et al., 2008) bahwa, model hidrologi yang berdasarkan penginderaan
jauh (HEC HMS) (USACE, 2003) digunakan untuk mensimulasikan limpasan dan
distribusi curah hujan selama periode waktu tertentu. Shuttle TheRadar Topografi
Mission (SRTM) Digital Elevation Model (DEM)gunakan untuk
mendefinisikanjaringan sungai dan memisahkan DAS menjadi serangkaiansub
cekungan yang saling berhubungan.
Penggunaan HEC-HMS memungkinkan untuk penciptaan model hidrologi
menggunakan data fisik. Model hidrologi terdistribusi menggunakan estimasi data
grid curah hujan radar cuaca, yang akan dapat menghasilkan model curah hujan
yang komplek secara akurat. (Hoblit & Curtis, 2001).
17
UNIVERSITAS INDONESIA
2.8. Penelitian Model Hujan-Debit Sebelumnya
Beberapa penelitian terkait dengan analisis curah hujan-debit pada DAS
menggunakan model hidrologi HEC HMS dan Radar Cuaca dapat dilihat pada
Tabel 2.1.
Tabel 2.1. Beberapa Penelitian Mengenai Model hidrologi HEC HMS dan Radar
Cuaca
No. Peneliti Judul Metode yang digunakan Tahun
1 William J.
Charley
The Estimation Of
Rainfall For Flood
Forecasting Using
Radar And Rain
Gauge Data
Menganalisis data radar
cuaca dengan data rain
gauge dalam model
banjir
1987
2. Brian C.
Hoblit &
David C.
Curtis
Integrating Radar
Rainfall Estimates
with Digital Elevation
Models and Land Use
Data to Create an
Accurate Hydrologic
Model
Menganalisis
penggunaan radar cuaca,
dan data karakteristik
fisik menggunakan
model hidrologi HEC
HMS
2001
3. W.Al-
Sabhan,
M.Mulliga
n, & G.A.
Blackburn
A real-time
hydrological model for
flood
prediction using GIS
and the WWW
Menganalisis
perkembangan dalam
pemodelan hidrologi
untuk mitigasi bencana
banjir secara real time
menggunakan radar
cuaca dan GIS (HEC
HMS)
2003
18
UNIVERSITAS INDONESIA
4. Einfalt,
et.al.,
Towards a roadmap
for use of radar
rainfall data in urban
drainage
Menganalisis aplikasi
data radar cuaca terhadap
drainase perkotaan
(urban drainage)
2004
5. Nur Azizah
Affandy
dan
Nadjadji
Anwar
Pemodelan Hujan-
Debit menggunakan
model HEC HMS di
DAS Sampean Baru
Model HEC HMS untuk
memodelkan hujan debit
menggunakan data
AWLR untuk wilayah
DAS Sampean Baru
2008
6. Muhamma
d Ali; Sher
Jamal
Khan; Irfan
Aslam;&
Zahiruddin
Khan
Simulation of the
impacts of land-use
change on surface
runoff of Lai Nullah
Basin in Islamabad,
Pakistan
Model HEC HMS, untuk
menganalisis aliran
permukaan yang
diakibatkan perubahan
penggunaan lahan di
Islamabad, Pakistan
2011
7 S. Suriya &
B.V.
Mudgal
Impact of urbanization
on flooding: The
Thirusoolam sub
watershed – A case
study
Menganalisis dampak
urbanisasi terhadap banjir
menggunakan model
hidrologi HEC HMS di
DAS Thirusoolam
2012
19
UNIVERSITAS INDONESIA
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Alur Pikir Penelitian
Daerah penelitian ini adalah Daerah Aliran Ci Liwung Hulu, Jawa Barat.
Pada DAS ini diperoleh data karakteristik fisik tiap-tiap sub-DAS berupa
informasi topografi, jenis tanah, dan penggunaan tanah. Dari data topografi akan
diperoleh data spasial jaringan sub-DAS di Daerah Aliran Ci Liwung Hulu
Ciliwung Hulu, sedangkan dari data jenis tanah dan penggunaan lahan akan
menghasilkan nilai Curve Number (CN), data curah hujan harian dari data
observasi penakar hujan (Rain Gauge) yang akan disimulasikan dengan model
hujan-debit menggunakan HEC-HMS untuk mengetahui pengaruh dari
karakteristik fisik wilayah dan distribusi curah hujan di Daerah Aliran Ci Liwung
Hulu. Secara ringkas alur penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.1.
Gambar 3.1.Diagram Alur Pikir Penelitian
Debit per sub-DAS CiliwungHulu
Debit CiliwungHulu
Validasi Data Observasi
Simulasi Hujan-
Debit Berdasarkan
distribusi hujan per
kejadian banjir
Topografi Penggunaan
Tanah Jenis Tanah
NilaiCurve
Number
Jaringan Sungai di sub-DAS
Ciliwung Hulu
Curah Hujan Radar
Cuaca
Karakteristik hujan
per sub-DAS
Data curah hujan
Rain Gauge
Karakteristik Fisik sub-DAS Ciliwung
Hulu
Distribusi Curah
Hujan
Ciliwung Hulu
20
UNIVERSITAS INDONESIA
Dengan menggunakan data jaringan sub-DAS di Daerah Aliran Ci Liwung
Hulu, Nilai CN, dan curah hujan wilayah yang dihasilkan dari informasi
karakteristik fisik dan distribusi curah hujan harian dari data penakar hujan
(raingauge), akan menghasilkan data debit per sub-DAS di Daerah Aliran Ci
Liwung Hulu menggunakan pemodelan hujan-debit. Hasil pemodelan tersebut
akan di validasi oleh data observasi di pintu air katulampa.
3.2. Data dan Pengumpulan Data
Berdasarkan Gambar3.1, data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
merupakan data sekunder dari beberapa institusi terkait, yaitu:
a. Data Curah Hujan
Data curah hujan yang digunakan adalah data pengamatan penakar hujan
(raingauge )dari BadanMeteorologi, Geofisika dan Klimatologi (BMKG);
data Automatic Rainfall Recorder (ARR) dari Balai Besar Sungai Ciliwung
dan Cisadane (BBWSCC); data radar cuaca dari Badan Pengkajian dan
Penerapan Teknologi.
b. Data karakteristik fisik sub-DAS Ciliwung Hulu, antara lain:
Topografi, didapatkan dari data Digital Elevation Model (DEM) Shuttel
Radar Topography (SRTM) Daerah Aliran Ci Liwung Hulu. Digital
elevation model (DEM) adalah data topografi grid yang
mewakilielevasidarigrid cell. (Hoblit& Curtis, 2001). DEM
denganresolusi horizontal 30 m tersediadari U.S. Geologic Survery
(USGS) dandigunakanuntukanalisisini. data ini digunakan untuk membuat
Peta Digital Jaringan Daerah Aliran Ci Liwung Hulu, yang digunakan
untuk melihat aliran air di Daerah Aliran Ci Liwung Hulu.
Data jenis tanah
Peta jenis tanah di dapatkan dari BalaiPenelitian tanah, data ini digunakan
untuk melihat kemampuan permeabilitas tanah di Daerah Aliran Ci
Liwung Hulu.
21
UNIVERSITAS INDONESIA
Penggunaan lahan
Peta Penggunaan Tanah yang digunakan adalah data dari hasil pengolahan
data Citra Ikonos oleh PUSDATIN Departemen Pertanian. Digunakan
untuk menganalisis penggunaan lahan terbangun dan tidakterbangun di
Daerah Aliran Ci Liwung Hulu.
Software yang digunakan dalam pengolahan data digital Daerah Aliran Ci
Liwung Hulu iniadalah ArcGIS 10 dan HEC-HMS 3.5
c. Data Debit Daerah Aliran Ci Liwung Hulu
Data Debit Daerah Aliran Ci Liwung Hulu didapatkan dari Balai Besar Sungai
Ciliwung-Cisadane, Dinas Pekerjaan Umum. Data tersebut digunakan untuk
memvalidasi hasil simulasi hujan-debit yang dihasilkan oleh model.
3.3. Metode Pengolahan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data tabular dan data
spasial yang di analisis terlebih dahulu menggunakan analisis statistik, kemudian
diolah dengan basis Sistem Informasi Geografi (SIG) menggunakan perangkat
lunak ARC GIS 10. Model hidrologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
model HEC-HMS. Beberapa tahapan pemodelan ini dapat dilihat pada Gambar
3.2.
22
UNIVERSITAS INDONESIA
Gambar 3.2.AlurPengolahan Data
3.3.1. Parameter Yang Digunakan Dalam Model HEC-HMS
Model HEC-HMS menggunakan data dari model meteorologi dan model
sub-das, dimana setiap parameter dianggap konstan dalam model ini. HEC-HMS
menciptakan koreksi hidrologis (hydrologically corrected ) dari Data DEM, yang
menjamin bahwa setidaknya salah satu dari delapan sel tetangga (neighboring
cell) lebih rendah dari sel (cell) asli. Sebuah penjelasan mendalam tentang proses
ini dapat ditemukan di Kull dan Feldman (1998). Dalam penggunaan model HEC-
HMS, diperlukan penentuan aliran dasar yang benar, unit hidrograf, tingkat
NilaiCurve
Number (CN)
Jaringan Sungai sub-DAS
CiliwungHulu
DEM SRTM Peta Penggunaan Tanah Peta Tanah
Klasifikasi Penggunaan Tanah sub-
DAS Ciliwung Hulu
Kalasifikasitanah
Model Sub-DAS
Jenis Tanah
Model Debit Aliran
Debit
Lapangan Validasi Data
Curah Hujan (Rain
Gauge)
Curah Hujan Per
Kejadian Banjir
Model
Meteorologi
Data Curah Hujan
Model Hujan-
debit HEC-
HMS
23
UNIVERSITAS INDONESIA
kerugian, dan koefisien pengulangan (routing) agar model DAS dapat akurat
dalam suatu peristiwa hujan. (Hoblit& Curtis, 2001)
Pembangunan model dari HEC-HMS yang menghasilkan simulasi banjir
memberikan informasi genangan dan banjir yang terjadi di wilayah Daerah Aliran
Ci Liwung Hulu pada satu kejadian hujan. Dalam penelitian ini akan dibuat
skenario curah hujan dan melihat signifikansi curah hujan terhadap genangan dan
debit banjir yang terjadi. Dalam mensimulasikan suatu DAS dalam HEC-HMS
dibutuhkan parameter yang digunakan sebagai input data agar dapat menghasilkan
nilai menyerupai keadaan sebenarnya.
3.3.1.1. Model Basin
Penyusunan model basin pada penelitian ini adalah memiliki 6 sub-DAS, 5
reach, 5 Junction, dan 1 outlet. Semua parameter yang dipilih yang dimasukan
dalam simulasi hujan-debit menggunakan HEC-HMS dihitung pada masing-
masing sub-DAS. Pada Tabel 3.1 dapat kita lihat penggunaan parameter yang
dipilih dalam penelitian ini.
Tabel 3.1 Metode dan Parameter Simulasi Hujan-Debit Menggunakan HEC-HMS
Model Metode Parameter
Kehilangan (Loss) SCS Curve Number Resapan Awal (Initial
Abstraction);Curve
Number; dan
Nilai Kedap Air
(Impervious)
Transformasi
(Transform)
Model Hidrograf Snyder Waktu Tenggang (Lag
Time); Koefisien Puncak
(Peaking Coefficient)
Aliran Dasar (Baseflow) Resesi (Recession) Debit Aliran Awal
(Initial Discharge) dan
Resesi Konstan
(Recession Constant)
24
UNIVERSITAS INDONESIA
Rute Aliran Sungai
(Routing)
Rute Muskingum Muskingum K
Muskingum X
Jumlah Anak Sungai
a. Soil Conservation Service (SCS)
Perhitungan direct runoff dengan Metode Curve Number dapat digunakan
untuk menentukan daerah genangan banjir yaitu dengan melihat besarnya nilai
DRO (Lubis,AdanHerlianti, I. 2007). Perhitungan DRO dengan menggunakan
Metode Soil Conservation Service cukup baik digunakan untuk menghitung
DRO, sebab sudah memperhitungkan tutupan lahan, jenis tanah juga
kelembaban tanah (Lubis,AdanHerlianti, I. 2007)
Metode Soil Conservation Service (SCS) merupakan suatu metode yang
dikembangkan oleh Departemen Pertanian Amerika Serikat sejak tahun 1947.
Metode SCS digunakan untuk menghitung jumlah direct runoff dari suatu
kejadian hujan (USDA, 1986 dalam Lubis,A dan Herlianti, I. 2007 ). Untuk
menentukan besar CN, ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan yaitu,
jenis tanah, tutupan lahan, kondisi hidrologi dan kelembaban tanah (USDA,
1986 dalam Lubis,A dan Herlianti, I. 2007).
Parameter yang digunakan adalah Resapan awal (Ia), Curve Number, nilai
kedap air (Impervious). Nilai Resapan awal didapat dengan menggunakan
persamaan:
Ia = 0.2 S , dimana S =
…..(3.1)
Keterangan:
Ia : Resapan Awal (Initial Abstraction)
S : Potensi Retensi Maksimum
CN : Curve Number
Sedangkan untuk nilai Curve number dan nilai kedap air (impervious) dapat
dilihat pada Lampiran 1.
25
UNIVERSITAS INDONESIA
b. Model Hidrograf Snyder
Snyder mengembangkan model dengan koefisien-koefisien empirik yang
menghubungkan unsur-unsur hidrograf satuan dengan karakteristik DAS.Hal
tersebut didasarkan pada pemikiran bahwa pengalihragaman hujan menjadi
aliran baik pengaruh translasi maupun tampungannya dapat dijelaskan oleh
pengaruh sistem DAS-nya (Sri Harto, 1993 dalam Siswoyo).
Metode synder dalam SCS dikembangkan dengan menghubungkan unsur-
unsur hidrograf satuan dengan karakteristik DAS. Persamaan yang
dikembangkan adalah sebagai berikut (Wanielista et.al, 1997):
tl= ( )
………………(3.2)
Dimana:
tl : Waktu Tenggang (Time lag)
L : Panjang Aliran Sungai Utama
S : Potensi Retensi Maksimum
Y : KemiringanLereng
c. Aliran Dasar (Baseflow)
Aliran dasar adalah komponen aliran sungai yang berasal dari air yang
diperkolasikan kebawah hingga mencapai kolam air tanah dan kemudian
mengalir kealiran permukaan sebagai keluaran air tanah. Biasanya, saluran
dalam suatu DAS memiliki sejumlah tertentu aliran dasar selama hamper
sepanjang tahun. Aliran ini dating dari sumbangan air bawah tanah atau mata
air dan dapat dianggap sebagai aliran normal sepanjang hari.(Viessman et al.
1989 dalamTrisnadi, 2006).
Metode yang digunakan sebagai masukan nilai aliran dasar tiap sub-DAS
adalah resesi. Hal ini dikarenakan ketiadaan data sekunder yang dapat
digunakan jika menggunakan metode yang lainnya.
26
UNIVERSITAS INDONESIA
3.3.2. Perhitungan Data Hujan Time Series
Selain model basin, aplikasi ini juga membutuhkan masukan data hujan.
Data hujan yang digunakan adalah data penakar hujan (rain gauge) untuk simulasi
hujan-debit dengan data rata-rata harian, sedangkan data Radar Cuaca C-Doppler
digunakan untuk mensimulasikan dengan data curah hujan rata-rata per jam.
Curah hujan yang diperlukan untuk penyusunan suatu rancangan pemanfaatan air
dan rancangan pengendalian banjir adalah curah hujan rata-rata di seluruh daerah
yang bersangkutan. Untuk data penakar hujan (rain gauge), pengukuran jumlah
hujan yang jatuh di wilayah tertentu dihitung menggunakan metode poligon
thiessen.
Perhitungan curah hujan wilayah menggunakan metode spasial interpolasi
untuk data curah hujan atau metode polygon thiessen digunakan untuk
mempresentasikan sebaran curah hujan di suatu wilayah. Perhitungan curah hujan
wilayah dengan metode ini dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut:
( )
Dimana:
A : Luas areal (km2) ,
d : Tinggi curah hujan rata-rata areal ,
d1, d2, d3,...dn : Tinggi curah hujan di pos 1, 2, 3,...n
A1, A2, A3,...An : Luas daerah pengaruh pos 1, 2, 3,...n .
3.4. Perhitungan Debit Aliran (Sungai)
Menurut Badan Besar Sungai Ciliwung dan Cisadane, data debit Ciliwung
Hulu tahun 2013 untuk bending Katulampa yang berupa tinggi muka air dapat di
konversi menggunakan persamaan hubungan antara ketinggian muka air dengan
debit. Persamaan tersebut adalah sebagai berikut :
Q = 13,3 ( H + 0.20 )2.079
.....................(3.4)
27
UNIVERSITAS INDONESIA
Dimana:
Q : debit sungai (m3/det)
H : tinggi muka air (m)
3.5. Analisis Validasi
Tujuan validasi adalah untuk menyesuaikan parameter model untuk
mengurangi perbedaan antara hasil observasi dan simulasi nilai debit sungai.
(Norbiato, et.al., 2008). Adapun metode untuk menentukan criteria kalibrasi
model terhadap hasil pengamatan dilapangan menurut Andiek, M., Anwar, N,
2009 (seperti yang dikutip dalam Drogue, et.al) adalah sebagai berikut:
a. Root Mean Square Errors (RMSE)
RMSE bertujuan untuk mempresentasikan rata-rata kuadratsimpangan
(selisih) antara nilai keluaran model terhadap nilai pengukuran atau target.
NilaiRoot Mean Square Errors (RMSE) mensyaratkan mendekati nol (0).
……………(3.5)
Dimana :
Qobs = debit hasil pengamatan dilapangan (m3/dt)
Qsim = debit hasil pemodelan (m3/dt)
b. Nash
Metode validasi dengan menggunakan Nash ini adalah dengan
membandingkan kuadrat selisih debit hasil simulasi dan debit hasil
pengamatan dengan kuadrat selisih debit pengamatan dan rata-rata debit
pengamatan. Metode Nash mensyaratkan pemodelan dikatakan valid jika
nilainya mendekati satu (1). Nash memberikan persamaan sebagai berikut :
…………………(3.6)
28
UNIVERSITAS INDONESIA
Dimana :
Qobs = debit hasil pengamatan dilapangan (m3/dt)
Qsim = debit hasil simulasi (m3/dt)
= rata-rata debit hasil pengamatan dilapangan (m3/dt)
29
UNIVERSITAS INDONESIA
BAB IV
KARAKTERISTIK FISIK WILAYAH DAERAH ALIRAN CI LIWUNG
HULU
4.1. Wilayah Administrasi
Secara geografis Daerah Aliran (DA) Ci Liwung Hulu terletak pada 6º37’-
6º46’ LS dan 106º50’ - 107º0’ BT dan memiliki luas sebesar 151.46 km2. Batas
administrasi Daerah Aliran Ci Liwung Hulu ini adalah:
Sebelah Utara :DA Ci Keas Bekasi
Sebelah Barat :DA Ci Sadane
SebelahTimur :DA Ci Karang Gabah, DA Ci Tarum
Sebelah Selatan :DA Ci Kundul
Seperti pada Gambar 4.1wilayah Daerah Aliran Ci Liwung Hulu memiliki 6(enam)
Kecamatan, antara lain: Kecamatan Megamendung, Kecamatan Ciawi, Kecamatan
Jonggol, Kecamatan Bogor Timur, Kecamatan Cisarua, Kecamatan Sukaraja.
Gambar 4.1. Peta Administrasi Daerah Aliran Ci Liwung Hulu
30
UNIVERSITAS INDONESIA
Seperti pada Gambar 4.2, Daerah Aliran Ci Liwung Hulu memiliki 6 sub-DAS
yaitu:
a. Sub-DAS Cisukabirus, sub-DAS ini terletak di Kecamatan Ciawi dan
Megemendung yang memiliki luas sebesar 18,81 km2,
b. Sub-DAS Ciseuseupan, sub-DAS ini terletak Kecamatan Ciawi dan
Megamendung yang memiliki luas sebesar 11,39 km2,
c. Sub-DAS Cisarua, sub-DAS ini terletak di Kecamatan Cisarua yang memiliki
luas sebesar 22,70 km2,
d. Sub-DAS Ciliwung (Tugu), sub-DAS ini terletak di Kecamatan Ciawi,
Megamendung dan Cisarua yang memiliki luas sebesar 60,79 km2,
e. Sub-DAS Ciesek, sub-DAS ini terletak di Kecamatan Megamendung dan
Cisarua yang memiliki luas sebesar 25,29 km2,
f. Sub-DAS Cibogo, sub-DAS ini terletak di Kecamatan Ciawi, Megamendung
dan Cisarua yang memiliki luas sebesar 13,002 km2.
Gambar 4.2. Peta Sub-DAS di Daerah Aliran Ci Liwung Hulu
31
UNIVERSITAS INDONESIA
4.2. Curah Hujan Rata- Rata Wilayah Daerah Aliran Ciliwung Hulu
Daerah Aliran Ci Liwung Hulu merupakan wilayah yang memiliki pola curah
hujan monsun (Bayong, TJHK). Seperti yang terlihat pada Gambar 4.3, bahwa
karaktersistik pola curah hujan monsun ini yaitu memiliki distribusi curah hujan
bulanan berbentuk ‘V’ dengan curah hujan minimum pada bulan juni, juli, dan
agustus dan tinggi pada bulan desember, januari dan februari. Polacurah hujan ini
akan menghasilkan jumlah curah hujan berlimpah pada monsun barat dan jumlah
curah hujan sedikit pada monsun timur.
[Sumber :Pengolahan data tahun 2013, Badan Meteorologi, Geofisika dan Klimatologi]
Gambar 4.3. Grafik Rerata Curah Hujan Wilayah Daerah Aliran Ci Liwung Hulu
Periode Tahun 1970-2000
Seperti pada Tabel 4.1, Daerah Aliran Ci Liwung Hulu memiliki nilai curah hujan
wilayah tertinggi pada bulan januari sebesar 556,62 mm dan nilai hujan terendah
padabulan Agustus sebesar 114,17 mm,
32
UNIVERSITAS INDONESIA
Tabel 4.1. Rerata Curah Hujan Wilayah Daerah Aliran Ci Liwung Hulu
4.3. Geologi dan Geomorfologi
Berdasarkan Gambar 4.4 kondisi geologi Daerah Aliran Ci Liwung Hulu
terbagi menjadi 3 formasig eologi:
Formasi Qvu : Formasi ini berasal dari batuan gunung api Gunung
Pangrango, yang merupakan Endapan lebih tua, lahar dan lava, basal andesit
dengan oligoklas-andesin, labradorit, olivin, piroksen dan horenblenda
Formasi Qvba :Formasi ini berasal dari batuan gunung api Gunung Gede
yang merupakan Aliran lava besar Gunung Gegerbentang.
Formasi Qvb : Formasi ini berasal dari batuan gunung api Gunung Gede
yang merupakan breksi dan lava Gunung Kencanadan Gunung Limo
Bulan Rerata Curah Hujan Wilayah
(mm)
Januari 556.62
Februari 447.10
Maret 380.13
April 311.48
Mei 223.26
Juni 133.56
Juli 119.60
Agustus 114.17
September 182.80
Oktober 241.59
Nopember 328.98
Desember 361.52
33
UNIVERSITAS INDONESIA
[Sumber :Pengolahan data tahun 2013, PusatSumberDayaGeologi, ESDM]
Gambar 4.4. Peta Geologi Daerah Aliran Ci Liwung Hulu
Ditinjau dari kondisi geomorfologinya, Daerah Aliran Ci Liwung Hulu
didominasi oleh dataran volkanik tuadengan bentuk wilayah bergunung, hanya
sebagian kecil merupakan dataran aluvial. Geomorfologi daerah penelitian ini
dibentuk oleh gunung api mudadari Gunung Salak (2.211 m) dan Gunung Gede-
Pangrango (3.019m); rangkaian pegunungan api tuadariGunung Malang (1.262 m),
Gunung Limo, Gunung Kencana dan Gunung Gedongan (Riyadi, 2003 dalam
Janudianto, 2004).
4.4. Tanah
Berdasarkan Peta Tanah Semi Detail Tahun 1992 skala 1:50.000 yang
dikeluarkan oleh Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat ( Gambar 4.5), terdapat 3
jenis tanah di wilayah Daerah Aliran Ci Liwung Hulu, yaitu:
34
UNIVERSITAS INDONESIA
Latosol
Jenis tanah ini berasal dari Batuan indukTuf Volkan Intermedier. Terdapat 2
macam tanah latosol pada wilayah ini yaitu Latosol Coklat TuaKemerahan
dan Asosiasi Latosol Coklat dan Latosol Coklat Kemerahan. Jenis tanah ini
memiliki pH rendah antara 4.5-5.5, kandungan bahan organic rendah, dan
struktur remah. (Rachim, 2011)
Andosol
Jenis tanah ini berasal dari Batuan induk Abu/pasir dan Tuf Volkan
Intermedier yang berupa Asosiasi Andosol Coklat dan Regosol Coklat.
Andosol hanyaditemukan pada bahan volkanik yang tidak padu, yang
memiliki kadar organik tinggi dan struktur remah. (Rachim, 2011)
Regosol
Jenis tanah ini berasal dari Batuan induk Abu/pasir, Tuf dan batuan volkan
intermedier sampai basis yang berupa kelompok Regosol Kelabu dan Litosol
[Sumber :Pengolahan data tahun 2013, PusatPenelitian Tanah, Balai Penelitian Tanah, 1992]
Gambar 4.5. Peta Jenis Tanah Daerah Aliran Ci Liwung Hulu
35
UNIVERSITAS INDONESIA
4.5. Kemiringan Lereng
Berdasarkan data Digital Elevation Model (DEM), bahwa wilayah Daerah
Aliran Ci Liwung Hulu merupakan wilayah yang bergunung dan berbukit, karena
hanya 3.04 % yang merupakan wilayah datar, seperti yang terlihat pada Gambar 4.6.
[Sumber: Data DEM U.S. Geologic Survery (USGS)]
Gambar 4.6. Peta Kemiringan Lereng Daerah Aliran Ci Liwung Hulu
Pada Tabel 4.2 terlihat bahwa sebesar 9,53 % wilayah Daerah Aliran Ci Liwung
Hulu memiliki kemiringan yang curam di wilayah selatan. Selain itu, 28,11 %
wilayah ini merupakan daerah yang landai dan 24,67 % merupakan wilayah yang
sangat landai. Hal tersebut memungkinkan populasi terkonsentrasi pada wilayah ini.
36
UNIVERSITAS INDONESIA
Tabel 4.2. Luas Kemiringan Lereng Daerah Aliran Ci Liwung Hulu
No. Kemiringan
Lereng Luas (%) Keterangan
1 0 - 3 % 3.04 Datar
2 3 - 8 % 24.67 Sangat Landai
3 8 - 15 % 28.11 Landai
4 15 - 25 % 19.01 Agak Curam
5 25 - 40 % 15.64 Curam
6 > 40 % 9.53 Sangat Curam
[Sumber :Pengolahan DEM]
4.6. Penggunaan Tanah
Berdasarkan hasil pengolahan citra Ikonos oleh PUSDATIN Departemen
Pertanian Tahun 2011 bahwa 31.29% luasan Daerah Aliran Ci Liwung Hulu
merupakan hutan, 23.44% kebun, 18.68% pertanian tanah kering semusim, 14.41%
pemukiman, 8.64% persawahan, 2.99 % padang rumput, 0.31% perairan darat, dan
0.24% industri, seperti pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3 Luas Penggunaan Tanah Daerah Aliran Ci Liwung Hulu Tahun 2011
No Penggunaan Tanah Luas (km2)
1 Pertanian Tanah KeringSemusim 28.39
2 Kebun 35.62
3 Padang Rumput 4.55
4 Persawahan 13.13
5 Hutan 47.56
6 PerairanDarat 0.47
7 Industri 0.36
8 Pemukiman 21.91
[Sumber :Pengolahan data Penggunaan Tanah Tahun 2011, BPN]
37
UNIVERSITAS INDONESIA
Gambar 4.7 mempresentasikan bahwa Daerah Aliran Ci Liwung Hulu masih
didominasi oleh hutan, perkebunan dan pertanian. Seperti kita ketahui bahwa
wilayah ini sebagian besar merupakan perkebunan the dan beberapa masih
merupakan persawahan. Tentunya suatu wilayah memiliki populasi penduduk yang
memerlukan penggunaan tanah untuk pemukiman, seperti kita lihat padaTabel 4.3.
wiayah terbangun sebagai pemukiman di Daerah Aliran Ci Liwung Hulu yaitu
sebesar 21,91%.
[Sumber : Pengolahan data citra Ikonos PUSDATIN Departemen Pertanian Tahun 2011]
Gambar 4.7. Peta Penggunaan Tanah Daerah Aliran Ci Liwung Hulu Tahun 2011
38
UNIVERSITAS INDONESIA
BAB V
HASIL DAN PENGOLAHAN DATA
5.1. Karakteristik Fisik Per Sub-DAS di Daerah Aliran Ci Liwung Hulu
Daerah Aliran Ci Liwung Hulu memiliki 6 (enam) sub-DAS yang
memiliki karakteristik fisik yang berbeda-beda dilihat penggunaan tanah, jenis
tanah dan topografi nya. Seperti pada Gambar 5.1 dan Tabel 5.1 dapat kita lihat
luasan pemukiman terbesar terdapat di sub-DAS Ciliwung (Tugu) sebesar 6,71 %
dari luasan Daerah Aliran Ci Liwung Hulu dan luasan pemukiman terkecil
terdapat di sub-DAS Cisukabirus yaitu sebesar 0,62 % dari luasan DA Ci Liwung
Hulu.
Gambar 5.1 Peta Luasan Penggunaan Tanah Per Sub-DAS di Daerah Aliran Ci
Liwung Hulu
Wilayah Daerah Aliran Ci Liwung Hulu memiliki hutan Sebesar 47,55
km2, terutama di wilayah sub-DAS Ciliwung (Tugu) sebesar 9,87 %. Selain itu
Daerah Aliran Ci Liwung Hulu ini juga didominasi oleh tutupan tanah kebun dan
pertanian.
39
UNIVERSITAS INDONESIA
Tabel 5.1. Luas Penggunaan Tanah Per Sub-DAS di Ciliwung Hulu
Penggunaan
Tanah
Cisukabirus Ciseuseupan Cisarua Ciliwung (Tugu) Ciesek Cibogo
(km2)
Pertanian
Tanah Kering
Semusim
1.83 0.70 4.41 12.11 5.89 3.45
Kebun 2.75 1.82 1.53 17.18 4.94 7.40
Padang
Rumput 0.55 0.48 2.02 1.07 0.40 0.02
Persawahan 1.85 4.38 0.30 4.83 0.53 1.24
Hutan 10.90 0.00 11.34 14.95 10.21 0.15
Industri 0.00 0.06 0.04 0.16 0.10 0.00
Pemukiman 0.93 3.93 3.04 10.17 3.09 0.75
Penggunaan tanah dan jenis tanah merupakan faktor yang berpengaruh dalam
penggunaan metode SCS dalam peneletian ini.Hasil analisis dari pengolahan data
didapatkan karakteristik fisik keenam sub-DAS di Daerah Aliran Ciliwung Hulu
adalah sebagai berikut:
5.1.1. Sub-DAS Cisukabirus
Sub-DAS Cisukabirus berbentuk sejajar (pararel) yang memiliki
karakteristikapabila terjadi debit banjir maka akan terjadi di titik-titik pertemuan
sungai.dimanadua jalur daerah pengaliran yang bersatu di bagian hilir sub-DAS
Cisukabirus. sub-DAS ini memiliki 3 (tiga) jenis tanah yaitu:
Abu/pasir dan Tuf Volkan intermedier ; Asosiasi Andosol Coklat dan
Regosol Coklat
Tuf Volkan Internedier ; Asosiasi Latosol Coklat Kemerahan dan Latosol
Coklat
Abu/pasir, Tuf , dan batuan Volkan intermedier sampai Basis ; Kompleks
Regosol Kelabu dan Litosol
40
UNIVERSITAS INDONESIA
Jenis tanah diatas memiliki permeabilitas yang cepat, dan erodibilitas tinggi.
Selain itu sebesar 69,02 % kemiringan lereng di sub-DAS ini agak curam (15-
25%) hingga sangat curam >40%).
Gambar 5.2.Peta Penggunaan Tanah Sub-DAS Cisukabirus Tahun 2011
Sedangkan penggunaan tanah di sub-DAS ini di dominasi oleh Hutan
sebesar 57,93 %, Kebun sebesar 14,62 %, Persawahan sebesar 9,84 %,
Pertanian Tanah Kering Semusim sebesar 9,71 %, Pemukiman sebesar 4,96
%, dan Padang Rumput sebesar 2,94 %, seperti yang terdapat pada Gambar
5.2 dan Tabel 5.2
41
UNIVERSITAS INDONESIA
Tabel 5.2 Penggunaan Tanah Sub-DAS Cisukabirus Tahun 2011
No Penggunaan Tanah Luas (km2)
1. Pertanian Tanah Kering Semusim 1.83
2. Kebun 2.75
3. Padang 0.55
4. Persawahan 1.85
5. Hutan 10.90
6. Pemukiman 0.93
5.1.2. Sub-DAS Ciseuseupan
Sub-DAS Ciseuseupan merupakan sub-DAS berbentuk sejajar (pararel).
Sub-DAS ini memiliki 2 (dua) jenis tanah yaitu Tuf Volkan Intermedier (Latosol
Coklat Tua Kemerahan), dan Tuf Volkan Internedier (Asosiasi Latosol Coklat
Kemerahan dan Latosol Coklat). Jenis tanah ini memiliki permeabilitas yang
sedang, dan erodibilitasnya rendah. Selain itu sebesar 69,11 % kemiringan lereng
di subdas ini agak landai (3-8%)
Gambar 5.3.Peta Penggunaan Tanah Sub-DAS Ciseuseupan Tahun 2011
42
UNIVERSITAS INDONESIA
Sedangkan penggunaan tanah di sub-DAS Ciseuseupan ini di dominasi
oleh %, Persawahan sebesar 38,45%, pemukiman sebesar 34,52 %, Kebun
sebesar 16%, Pertanian Tanah Kering Semusim sebesar 6,17 %, Padang
rumput sebesar 4,24%, dan Industri sebesar 0.54 %, seperti yang terdapat pada
Gambar 5.3 dan Tabel 5.3
Tabel 5.3 Penggunaan Tanah Sub-DAS Ciseuseupan Tahun 2011
No Penggunaan Tanah Luas (km2)
1 Pertanian Tanah Kering Semusim 0.70
2 Kebun 1.82
3 Padang 0.48
4 Persawahan 4.38
5 Perairan Darat 0.01
6 Industri 0.06
7 Pemukiman 3.93
Selain itu sub-DAS ini memiliki 69,11 % kemiringan lereng agak landai (3-8%).
kemiringan lereng yang landai dimanfaatkan oleh penduduk setempat sebagai
pemukiman seperti pada Tabel 5.3 sebesar 3,93 % dan pertanian sebesar 4,38 %.
5.1.3. Sub-DAS Cisarua
Sub-DAS Cisarua berbentuk bulu burung dmana jalur anak sungai di kiri-
kanan sungai utama mengalir menuju sungai utama, debit banjir yang dihasilkan
relatif kecil, karena waktu tiba banjir dati tiap anak-anak sungai berbeda ,
mempunyai corak dimana dua aliran sungai yang sejajar bersatu dibagian hilir,
banjir terjadi di pertemuan anak sungai. Selain itu, Sebesar sebesar 69,11 % sub
das ini memiliki kemerengan lereng yang agak landai yaitu 3-8 % dan memiliki 3
(tiga) jenis tanah yaitu:
43
UNIVERSITAS INDONESIA
Abu/pasir dan Tuf Volkan intermedier yang merupakan Asosiasi Andosol
Coklat dan Regosol Coklat
Tuf Volkan Internedier yang merupakan Asosiasi Latosol Coklat
Kemerahan dan Latosol Coklat
Abu/pasir, Tuf , dan batuan Volkan intermedier sampai Basis yang
merupakan Kompleks Regosol Kelabu dan Litosol
Tabel 5.4 Penggunaan Tanah Sub-DAS Cisarua Tahun 2011
Sedangkan penggunaan tanah di sub-DAS Cisarua ini di dominasi oleh
Hutansebesar 49,97%, Pertanian Tanah Kering Semusim sebesar 19,44 %,
pemukiman sebesar 13,38 %,Padang rumput sebesar 8,89 %, Kebun sebesar 6,74
%,Persawahan sebesar 1,32 %, sebesar 0.9%, dan Industri sebesar 0,17 %, seperti
yang terdapat pada Gambar 5.4 dan Tabel 5.4
No Penggunaan Tanah Luas (km2)
1 Pertanian Tanah Kering Semusim 4.41
2 Kebun 1.53
3 Padang 2.02
4 Persawahan 0.30
5 Hutan 11.34
6 Perairan Darat 0.02
7 Industri 0.04
8 Pemukiman 3.04
44
UNIVERSITAS INDONESIA
Gambar 5.4.Peta Penggunaan Tanah Sub-DAS Cisarua Tahun 2011
5.1.4. Sub-DAS Ciliwung (Tugu)
Sub-DAS Ciliwug (Tugu) berbentuk radial menyerupai kipas atau
lingkaran, anak-anak sungai berkonsentrasi pada satu titik secara radial, yang
menyebabkan banjir besar terjadi di titik pertemuan anak sungai.Sub DAS 3
memiliki 63,01 % daerah yang agakcuram (15-25%) hingga curam (>40%) dan
memiliki 3 (Tiga) jenis tanah yaitu:
Tuf Volkan Intermedier yang merupakan Latosol Coklat Tua Kemerahan
Abu/pasir dan Tuf Volkan intermedier yang merupakan Asosiasi Andosol
Coklat dan Regosol Coklat
Tuf Volkan Internedier yang merupakan Asosiasi Latosol Coklat
Kemerahan dan Latosol Coklat
Jenis tanah ini memiliki permeabilitas yang sedang, dan erodibilitasnya rendah
45
UNIVERSITAS INDONESIA
Gambar 5.5.Peta Penggunaan Tanah Sub DASCiliwung (Tugu) Tahun 2011
Sedangkan Penggunaan tanah di sub-DAS Ciliwung (Tugu) ini di
dominasi oleh Kebun sebesar 28,27 %, Hutan sebesar 24,61 %, Pertanian Tanah
Kering Semusim sebesar 19,92 %, pemukiman sebesar 16,73 %, Persawahan
sebesar 7,94%, dan Padang rumput sebesar 1,76 %,dan Industri 0,26 %,seperti
yang terdapat pada Gambar 5.5 dan Tabel 5.5
Tabel 5.5 Penggunaan Tanah Sub-DAS Ciliwung(Tugu) Tahun 2011
No Penggunaan Tanah Luas (km2)
1 Pertanian Tanah Kering Semusim 12.11
2 Kebun 17.18
3 Padang Rumput 1.07
4 Persawahan 4.83
5 Hutan 14.95
6 Perairan Darat 0.31
7 Industri 0.16
8 Pemukiman 10.17
46
UNIVERSITAS INDONESIA
5.1.5. Sub-DAS Ciesek
Sub-DAS Ciesek berbentuk bulu burung, dmana jalur anak sungai di kiri-
kanan sungai utama mengalir menuju sungai utama, debit banjir yang dihasilkan
relatif kecil, karena waktu tiba banjir dati tiap anak-anak sungai berbeda ,
mempunyai corak dimana dua aliran sungai yang sejajar bersatu dibagian hilir,
banjir terjadi di pertemuan anak sungai. Sebesar 52,38 % kemiringan lereng di
sub-DAS ini cenderung agak curam (15-25%) hingga sangat curam (>40%) dan
memiliki Jenis Tanah Tuf Volkan Internedier yang merupakan Asosiasi Latosol
Coklat Kemerahan dan Latosol Coklat
Tabel 5.6 Penggunaan Tanah Sub-DAS Ciesek Tahun 2011
Sedangkan penggunaan tanah di sub-DAS Ciesek ini di dominasi oleh
Hutan sebesar 40,37%, Pertanian Tanah Kering Semusim sebesar 23,28%, Kebun
sebesar 19,54 %, Pemukiman sebesar 12,20 %, Persawahan sebesar 2,11%,
Padang rumput sebesar 1,57%, , dan Industri sebesar 0,38%, seperti yang terdapat
pada Gambar 5.6 dan Tabel 5.6
No Penggunaan Tanah Luas (km2)
1 Pertanian Tanah Kering Semusim 5.89
2 Kebun 4.94
3 Padang 0.40
4 Persawahan 0.53
5 Hutan 10.21
6 Perairan Darat 0.14
7 Industri 0.10
8 Pemukiman 3.09
47
UNIVERSITAS INDONESIA
Gambar 5.6.Peta Penggunaan Tanah Sub-DAS Ciesek Tahun 2011
5.1.6. Sub-DAS Cibogo
Sub-DAS Cibogo berbentuk sejajar (pararel). Sub-DAS ini memiliki
kemiringan lereng yang cenderung curam, sebesar 70.81 %kemiringan lereng di
sub-DAS ini cenderung agak curam (15-25%) hingga sangat curam (>40%) dam
memiliki 2 Jenis Tanah yaitu : (1). Tuf Volkan Internedier yang merupakan
Asosiasi Latosol Coklat Kemerahan dan Latosol Coklat (2). Abu/pasir dan Tuf
Volkan intermedier yang merupakan Asosiasi Andosol Coklat dan Regosol
Coklat. Jenis tanah Andosol.
48
UNIVERSITAS INDONESIA
Gambar 5.7.Peta Penggunaan Tanah Sub DAS Cibogo Tahun 2011
Sedangkan penggunaan tanah di sub-DAS Cibogo ini di dominasi oleh
Kebun sebesar 56,87 %, Pertanian Tanah Kering Semusim sebesar 26,52 %,
persawahan sebesar 9,56 %, pemukiman sebesar 5,75 % , Hutan sebesar 1,12 %,
dan Padang rumput sebesar 0,17%, seperti yang terdapat padaGambar 5.7 dan
Tabel 5.7
Tabel 5.7. Penggunaan Tanah Sub-DAS Cibogo Tahun 2011
No Penggunaan Tanah Luas (km2)
1 Pertanian Tanah Kering Semusim 3.45
2 Kebun 7.40
3 Padang 0.02
4 Persawahan 1.24
5 Hutan 0.15
6 Pemukiman 0.75
49
UNIVERSITAS INDONESIA
5.1.7. Analisa Karakteristik fisik per Sub-DAS di Daerah Aliran Ci Liwung
Hulu
Berdasarkan karakteristik masing- masing sub-DAS diatas didapatkan
nilai curve number dan luasan wilayah yang tidak dapat meresapkan air kedalam
tanah dalam persen (impervious) seperti pada Tabel 5.8
Tabel 5.8.Nilai Curve Number dan Kedap air (Impervious)
Nama Sub-DAS Nilai CN Nilai Kedap Air
(Impervious) (%)
Ciesek 71.14 16.00
Ciseuseupan 72.55 12.91
Cibogo 62.27 12.91
Ciliwung 66.55 17.30
Cisarua 59.00 17.07
Cisukabirus 60.78 6.11
sub-DAS Ciliwung (Tugu) yang memiliki Nilai kedap air (impervious) tertinggi
yaitu 17,3% dengan nilai curve number 66,55. Sedangkan sub-DAS yang
memiliki nilai kedap air (impervious) terendah yaitu sub-DAS Cisukabirus yaitu
6,1 %. Dari nilai curve number tersebut didapatkan sebesar 62,74 % wilayah
Daerah Aliran Ci Liwung Hulu merupakan wilayah yang memiliki nilai curve
number diatas 55 dan rentan memberikan limpasan air permukaan yang tinggi,
seperti pada Gambar 5.8.
50
UNIVERSITAS INDONESIA
Gambar 5.8. Peta Klasifikasi Curve Number di Daerah Aliran Ci Liwung Hulu
5.2. Distribusi Hujan Per Sub-DAS di Daerah Aliran Ci Liwung Hulu
Dalam penelitian ini, pengolahan data curah hujan dari penakar hujan (rain
gauge) pada Tahun 2002 dan 2007 menggunakan metode poligon thiessen untuk
melihat bobot dari kelima stasiun pengamatan meteorologi terhadap masing-
masing sub-DAS di DA Ci Liwung Hulu, seperti pada Gambar 5.9. dengan
perhitungan curah hujan wilayah ini diasumikan bahwa curah hujan yang turun di
satu wilayah sub-DAS adalah sama.
51
UNIVERSITAS INDONESIA
Gambar 5.9. Peta Poligon Thiessen Daerah Aliran Ci Liwung Hulu
Ada lima (5) stasiun pengamatan meteorologi yang berpengaruh dalam distribusi
hujan di Daerah Aliran Ci Liwung Hulu, yaitu : (1) Gunung Mas, (2) Citeko, (3).
Gadog, (4). Ciawi, dan (5) Katulampa. Pada Tabel 5.9.dapat kita lihat nilai bobot
dari masing-masing Sub DAS.
Tabel. 5.9. Bobot Poligon Thiessen Pada Masing-Masing Sub-DAS di Daerah
Aliran Ci Liwung Hulu
Nama Sub-DAS Nilai Bobot
Gunung Mas Citeko Gadog Ciawi Katulampa
Cisukabirus 0.21 0.67 0.12 0.00 0.00
Ciseuseupan 0.00 0.14 0.36 0.36 0.14
Cisarua 0.61 0.34 0.05 0.00 0.00
Ciliwung (Tugu) 0.54 0.22 0.21 0.00 0.02
Ciesek 0.07 0.48 0.46 0.00 0.00
Cibogo 0.03 0.83 0.15 0.00 0.00
52
UNIVERSITAS INDONESIA
5.2.1. Distribusi Curah Hujan Berdasarkan Data Penakar Hujan (Rain
gauge) Januari-Februari Tahun 2002 dan 2007
Berdasarkan data karakteristik fisik DA Ci Liwung Hulu, bahwa daerah ini
mempunyai curah hujan tertinggi di bulan januari dan februari, maka penelitian
ini mengambil sampel penelitian pada kedua bulan ini saja.
5.2.1.1. Tahun 2002
Dari hasil pengolahan didapatkan bahwa pada bulan januari dan februari
tahun 2002 rerata curah hujan wilayah harian di masing-masing sub-DAS di
Daerah Aliran Ci Liwung Hulu dapat dilihat pada Tabel 5.10, sedangkan curah
hujan harian pada masing-masing sub-DAS pada bulan januari dan februari tahun
2002 dapat dilihat pada Lampiran 2.
Tabel. 5.10. Rerata Curah Hujan Wilayah Harian Bulan Januari dan Februari
Tahun 2002
Nama Sub-DAS
Rerata CH Wilayah Harian
(mm)
Januari Februari
Cisukabirus 20.72 23.66
Ciseuseupan 20.64 17.74
Cisarua 20.63 25.95
Ciliwung (Tugu) 20.56 24.50
Ciesek 21.35 20.77
Cibogo 20.74 22.64
Pada bulan januari 2002 distribusi curah hujan di masing-masing sub-DAS
merata, sedangkan pada bulan februari distribusi curah hujan tertinggi terdapat di
wilayah sub-DAS Cisarua sebesar 25,95 mm dan terendah pada sub-DAS
Ciseuseupan sebesar 17,74 mm.
53
UNIVERSITAS INDONESIA
5.2.1.2. Tahun 2007
Dari hasil pengolahan didapatkan bahwa pada bulan januari dan februari
tahun 2007 curah hujan harian rerata di masing-masing sub-DAS di Daerah
Aliran Ciliwung Hulu dapat dilihat pada Tabel 5.11, sedangkan curah hujan
harian pada masing-masing sub-DAS pada bulan januari dan februari tahun 2007
dapat dilihat pada Lampiran 3.
Tabel. 5.11. Rerata Curah Hujan Wilayah Harian Bulan Januari dan Februari
Tahun 2007
Nama Sub-DAS CH Rata-rata (mm)
Januari Februari
Cisukabirus 13.95 31.17
Ciseuseupan 12.63 29.27
Cisarua 14.59 28.22
Ciliwung (Tugu) 15.10 28.16
Ciesek 15.07 31.49
Cibogo 13.60 32.58
Pada bulan januari 2007 distribusi curah hujan di masing-masing sub-DAS merata
dan memiliki nilai curah hujan yang lebih kecil dibandingkan nilai curah hujan
pada bulan februari. Pada bulan februari distribusi curah hujan tertinggi terdapat
di wilayah sub-DAS Cibogo sebesar 32,58 mm dan terendah pada sub-DAS
Ciliwung (Tugu) sebesar 28,22 mm.
5.2.2. Distribusi Curah Hujan Per Kejadian Banjir Berdasarkan Data Radar
Cuaca 16 – 17 Februari Tahun 2013
Selain menganalisis data penakar hujan (rain gauge), penelitian ini juga
menganalisis distribusi curah hujan menggunakan data radar per kejadian banjir.
Sampel yang diambil adalah kejadian banjir pada tanggal 16-17 januari 2013
54
UNIVERSITAS INDONESIA
menggunakan data hujan radar cuaca C-doppler. Dari hasil pengolahan data radar
didapatkan distribusi curah hujan dimasing-masung sub-DAS di Daerah Aliran Ci
Liwung Hulu seperti pada Gambar 5.10 dan Lampiran 4.
Dari Gambar 5.10. dapat dilihat bahwa terdapat kenaikan curah hujan
pada pukul 8:00 s.d 12:00 di seluruh sub-DAS di Daerah Aliran Ci Liwung Hulu
dan curah hujan tertinggi terjadi pada sub DAS Ciesek pada pukul 11:00 sebesar
95,41 mm.
[Sumber : Data Radar Cuaca, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi]
Gambar 5.10. Curah Hujan Daerah Aliran Ciliwung HuluTanggal 16-17 Januari
2013
5.3.Variasi Simulasi Hujan-Debit Menggunakan HEC-HMS
Seperti pada Gambar 5.11, simulasi hidrologi dengan menggunakan
aplikasi HEC-HMS ini dengan menggunakan input data karakteristik masing-
masing sub-DAS yang menggunakan parameter SCS Curve Number, metode
Transformasi Unit Hidrograf Snyder, metode Resesi Aliran Dasar, dan metode
Muskingum sebagai masukan pada Model Basin.
55
UNIVERSITAS INDONESIA
Gambar 5.11. Model Basin Sub-DAS di Daerah Aliran Ci liwung Hulu
Menggunakan HEC-HMS
Dengan menggunakan parameter diatas maka dihasilkan simulasi hujan-debit per
sub-DAS di Daerah Aliran Ci Liwung Hulu sebagai berikut:
5.3.1. Data Penakar Hujan (Rain gauge)
5.3.1.1. Simulasi Hujan-Debit Tahun 2002
Berdasarkan hasil pengolahan data didapatkan nilai debit hasil simulasi
hujan-debit pada bulan januari s.d februari tahun 2002 seperti pada Gambar 5.12.
Gambar 5.12. Debit Hasil Simulasi Hujan-Debit (Januari-Februari 2002)
56
UNIVERSITAS INDONESIA
Gambar 5.12 dan Tabel 5.12 menjelaskan debit puncak pada kejadian banjir
tahun 2002 terjadi pada tanggal 29 januari. Sub-DAS Ciliwung (Tugu)
merupakan penyumbang debit tertinggi yaitu sebesar 44,4 m3/s yang dihasilkan
karena hujan sebesar 119.43 mm. Debit volume yang dihasilkan Sub-DAS
Ciliwung (Tugu) sebesar 117,28 mm, hal tersebut dikarenakan sub-DAS ini
memiliki luasan 39,9 % dari luasan DA Ci Liwung Hulu sehingga luasan
distribusi hujan di wilayah ini mempengaruhi besarnya debit yang dihasilkan.
Sedangkan, sub-DAS Ciseuseupan dan sub-DAS Cibogo memberikan distribusi
debit volume yang rendah masing-masing sebesar 35,81 mm dan 32,92 mm yang
dihasilkan karena hujan masing-masing sub-DAS sebesar 45,46 mm dan 12,76
mm.
Tabel 5.12. Debit Puncak Per Sub-DAS di Daerah Aliran Ci Liwung Hulu Tahun
2002
Sub-DAS Luas
(km2)
Tanggal Curah Hujan
(mm)
Q
maks Q vol
Cisukabirus 18,81 29-Jan-02 132,69 15,50 38,32
Ciesek 25,29 29-Jan-02 95,96 28,00 70,38
Cisarua 22,70 29-Jan-02 14,22 22,20 55,37
Cibogo 13,002 29-Jan-02 12,76 13,30 32,92
Ciliwung (Tugu) 60,79 29-Jan-02 119,43 44,40 117,28
Ciseuseupan 11,39 29-Jan-02 45,46 13,30 35,81
Keterangan:
Q maks : Debit Puncak (m3/s)
Q Vol : Debit Volume Tanggal 25 Januari s.d 1 Februari (mm)
Grafik pada Gambar 5.13, menggambarkan bahwa besarnya debit limpasan di
katulampa dipengaruhi oleh distribusi hujan yang jatuh pada suatu luasan wilayah
pada masing-masing sub-DAS. Internsitas hujan yang tinggi pada tanggal 29
Januari menyebabkan nilai debit meningkat. Selain itu, besarnya debit limpasan
disebabkan oleh daya serap tanah dari jenis tanah dan penggunahan tanah di
wilayah itu sendiri.
57
UNIVERSITAS INDONESIA
Gambar 5.13. Grafik Hasil Hujan- Debit Simulasi di Katulampa (Januari-
Februari 2002)
5.3.1.2. Simulasi Hujan-Debit Tahun 2007
Berdasarkan hasil pengolahan data didapatkan nilai debit hasil simulasi
pada bulan januari s.d februari tahun 2007 seperti pada Gambar 5.14.
Gambar 5.14. Debit Hasil Simulasi Hujan-Debit (Januari-Februari 2007)
58
UNIVERSITAS INDONESIA
Gambar 5.14 dan Tabel 5.13 menggambarkan bahwa debit puncak pada
kejadian banjir tahun 2007 terjadi pada tanggal 3 Februari, dimana Sub-DAS
Ciliwung (Tugu) merupakan penyumbang volume debit tertinggi yaitu sebesar
124,21 mm yang dihasilkan karena hujan sebesar 186,18 mm, sama halnya
dengan kejadian banjir pada tahun 2002 bahwa luasan sub-DAS ini
mempengaruhi jumlah distribusi hujan yang turun dikarenakan luasan wilayah
yang besar dibandingkan sub-DAS lainnya. Selain itu, sub-DAS Ciseseupan
merupakan sub-DAS yang memiliki distribusi debit volume terendah yaitu
sebesar 41,33 mm yang dihasilkan karena hujan sebesar 164,2 mm
Tabel 5.13. Debit Puncak Per Sub-DAS di Daerah Aliran Ci Liwung Hulu Tahun
2007
Sub-DAS Luas
(km2)
Tanggal Curah Hujan
(mm) Q maks Q vol
Cisukabirus 18,81 3-Feb-02 223,96 30,20 48.95
Ciesek 25,29 3-Feb-02 239,10 56,60 91.70
Cisarua 22,7 3-Feb-02 183,42 38,60 62.48
Cibogo 13,002 3-Feb-02 242,96 27,70 44.80
Ciliwung (Tugu) 60,79 3-Feb-02 186,18 77,70 124.21
Ciseuseupan 11,39 3-Feb-02 164,20 24,40 41.33
Keterangan:
Q maks : Debit Puncak (m3/s)
Q Vol : Debit Volume Tanggal 1 Februari s.d 5 Februari (mm)
Gambar 5.15 menggambarkan bahwa distribusi hujan yang jatuh pada suatu
wilayah mempengaruhi nilai debit banjir yang terjadi. Kenaikan debit seiring
dengan kenaikan hujan di wilayah itu sendiri. Selain itu tinggat kejenuhan tanah
yang disebabkan karakteristik fisik masing-masing sub-DAS mempengaruhi
tinggi dan rendahnya nilia debit yang dihasilkan.
59
UNIVERSITAS INDONESIA
Gambar 5.15. Grafik Hasil Hujan- Debit Simulasi di Katulampa (Januari-
Februari 2007)
5.3.2. Data Radar Cuaca C-Doppler
Penggunaan data radar cuaca C-doppler, bermaksud melihat kejadian
hujan dan debit yang dihasilkan secara rinci pada tiap-tiap sub-DAS. Hal tersebut
dikarenakan radar cuaca dapat merekam secara otomatis setiap 6 menit kejadian
hujan yang terjadi di tiap wilayah termasuk masing-masing sub-DAS di DA Ci
Liwung ini. Diharapkan dapat melihat bagaimana distribusi hujan mempengaruhi
debit secara lebih detail berdasarkan waktu turun dan kenaikan hujan. Data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data pada tanggal 16 s.d 17 Januari 2013,
Data tersebut didapatkan dalam data ASCII yang dihasilkan oleh Radar Cuaca R-
Doppler yang berupa titik-titik hujan yang memiliki radius jangkauan 500 x 500
m dan memiliki nilai hujan dalam bentuk mm/6s yang diubah menjadi kedalam
bentuk mm/jam.
Gambar 5.17 menunjukan jumlah hujan tertinggi terjadi pada pukul
11:00 dan letak hujan itu terjadi di masing-masing sub-DAS di Daerah Aliran Ci
Liwung Hulu tersebut digambarkan oleh Gambar 5.16.
60
UNIVERSITAS INDONESIA
Keterangan:
0 - 3 mm
3 - 6 mm
6 - 9 mm
9 - 12 mm
12 - 15 mm
15 - 18 mm
18 - 21 mm
21 - 24 mm
24 - 27 mm
27 - 30 mm
30 - 33 mm
33 - 36 mm
36 - 39 mm
39 - 42 mm
42 - 45 mm
Keterangan:
0 - 3 mm
3 - 6 mm
6 - 9 mm
9 - 12 mm
12 -15 mm
15 - 18 mm
18 - 21 mm
21 - 24 mm
24 - 27 mm
27 - 30 mm
30 - 33 mm
33 - 36 mm
36 - 39 mm
39 - 43 mm
Keterangan:
0 - 3 mm
3 - 6 mm
6 - 9 mm
9 - 12 mm
12 - 15 mm
15 - 18 mm
18 - 21 mm
21 - 24 mm
24 - 27 mm
27 - 30 mm
30 - 33 mm
Keterangan:
0 - 3 mm
3 - 6 mm
6 - 9 mm
9 - 12 mm
12 - 15 mm
15 - 18 mm
18 - 21 mm
21 - 24 mm
24 - 27 mm
24 - 30 mm
Keterangan:
0 - 3 mm
3 - 6 mm
6 - 9 mm
9 - 12 mm
12 - 15 mm
15 - 18 mm
18 - 21 mm
21 - 24 mm
24 - 27 mm
Keterangan:
0 - 3 mm
3 - 6 mm
6 - 9 mm
9 - 12 mm
12 - 15 mm
15- 18 mm
18 - 21 mm
21 - 25 mm
Keterangan:
0 - 3 mm
3 - 6 mm
6 - 9 mm
9 - 12 mm
12 - 15 mm
15 - 18 mm
18 - 21 mm
Keterangan:
0 - 3 mm
3 - 6 mm
6 - 9 mm
9 - 12 mm
12 - 15 mm
15 - 18 mm
18 - 21 mm
21 - 24 mm
24 - 27 mm
11:05 11:11
11:17 11:23
11:41
11:29 11:35
11:41 11:47
61
UNIVERSITAS INDONESIA
Keterangan:
0 - 3 mm
3 - 6 mm
6 - 9 mm
9 - 12 mm
12 - 15 mm
15 - 18 mm
18 - 21 mm
Keterangan:
0 - 3 mm
3 - 6 mm
6 - 9 mm
9 - 12 mm
12 - 15 mm
15 - 18 mm
18 - 22 mm
[Sumber :Pengolahan data tahun 2013, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi]
Gambar 5.16. Data Curah Hujan Tanggal 16 Januari Pukul 11:05 s.d 11:59 Dari
Radar Cuaca R- Doppler
Gambar 5.16 menggambarkan sebaran distribusi hujan di Daerah Aliran Ci
Liwung Hulu pada tanggal 16 Januari 2013, pukul 11:05 s.d 11:59. Sub-DAS
Ciliwung (Tugu) dan Sub-DAS Ciesik merupakan sub-DAS yang memiliki
sebaran curah hujan tinggi sehingga menghasilkan curah hujan masing-masing
sebesar 77,9 mm/jam dan 95,41 mm/jam.
Gambar 5.17. Hasil Simulasi Hujan-Debit Kejadian Banjir Pada Tanggal 16 s.d
17 Januari 2013
11:53 11:59
62
UNIVERSITAS INDONESIA
Berdasarkan hasil pengolahan data pada Gambar 5.17, sub-DAS Ciliwung
(Tugu) merupakan penyumbang debit tertinggi untuk katulampa yaitu sebesar
75,1 m3/s pada Pukul 14:00 yang dihasilkan karena hujan sebesar 77,9 mm pada
pukul 11:00 . Selain itu, sub-DAS sebesar 66,3 m3/s pada Pukul 14:00 yang
dihasilkan karena hujan sebesar 95,41 mm pada pukul 11:00, seperti pada Tabel
5.14.
Tabel 5.14. Debit Puncak Per Sub-DAS di Daerah Aliran Ci Liwung Hulu16 s.d
17 Januari Tahun 2013
Sub-DAS Luas
(km2)
Tanggal Jam Curah Hujan
(mm)
Q
maks
Q
vol
Cisukabirus 18.81 16-Feb-13 11:00 12,09 13,20 22.80
Ciseuseupan 11.39 16-Feb-13 11:00 14,23 15,10 41.50
Cisarua 22.7 16-Feb-13 11:00 22,53 16,00 28.25
Ciliwung (Tugu) 60.79 16-Feb-13 11:00 77,90 23,60 26.66
Ciesek 25.29 16-Feb-13 11:00 95,41 21,20 45.65
Cibogo 13.002 16-Feb-13 11:00 13,81 15,20 27.00
Keterangan:
Q maks : Debit Puncak (m3/s)
Q Vol : Debit Volume Tanggal 16 Januari Pukul 10:00 s.d 12:00 (mm)
Hasil simulasi hujan-debit menunjukan bahwa puncak nilai debit terjadi pada
tanggal 16 januari pukul 11:00. Berdasarkan Tabel 5.14, menunjukan bahwa debit
puncak tertinggi terdapat di sub-DAS Ciliwung (Tugu) sebesar 23,6 m3/s dan
debit puncak terendah terdapat di sub-DAS Cisukabirus sebesar 13,2 m3/s.
Sedangkan Gambar 5.18. menunjukan bahwa nilai debit di Katulampa pada
meningkat pada pukul 13:00 akibat curah hujan yang tinggi pada pukul 11:00
sebesar 89 mm3/s.
63
UNIVERSITAS INDONESIA
Gambar 5.18. Grafik Hasil Hujan- Debit Simulasi di Katulampa (16-17 Januari
2013)
5.4. Hubungan Karakteristik Fisik dan Distribusi Hujan Per Sub-DAS
Terhadap Hasil Simulasi Hujan-Debit
Berdasarkan Tabel 5.15, debit volume tertinggi pada tanggal 29 Januari 2002
adalah 117,28 mm yang dihasilkan oleh sub-DAS Ciliwung (Tugu). Hal tersebut
dikarenakan nilai curah hujan sebesar 119.43 mm yang turun di sub-DAS yang
memiliki luas 44,8 % dari luas keseluruhan DA Ci Liwung Hulu, berbentuk
sungai radial yang menyebabkan debit terkonsentrasi pada pertemuan anak
sungai, kemiringan lereng dari agak curam hingga sangat curam sebesar 40,74 %
dan hanya memiliki hutan sebesar 24,61 % dari luas keseluruhan sub-DAS
Ciliwung (Tugu), dan jenis tanah dengan permeabilitas sedang.
Sedangkan sub-DAS Cibogo merupakan sub-DAS yang menghasilkan
debit volume yang rendah sebesar 32,92 mm yang dihasilkan oleh hujan yang
tinggi yaitu 129,76 mm. Hal ini disebabkan hujan terjadi pada luasan sub-DAS
yang kecil yaitu 13,002 km2 yang memiliki jenis tanah dengan permeabilitas
sedang.
64
UNIVERSITAS INDONESIA
Tabel 5.15. Hubungan Karakteristik Fisik dan Distribusi Hujan Pada Masing-masing Sub-DAS Terhadap Nilai Debit Kejadian Banjir
Tanggal 29 Januari 2002
Keterangan
Luas Penggunaan Tanah (%)
Jenis Tanah
Kemiringan Hujan Q Vol
Km2 Hutan Persawahan
Pertanian
Lahan Kering
Lahan
Terbangun
Lereng
(>15%) (mm) (mm)
Cisukabirus 18.81 57.93 9.84 27.27 4.96 Andosol, Regosol dan
Latosol 69.02% 132.69 38.32
Ciesek 25.29 40.37 2.11 44.39 12.59 Latosol 52.38% 95.96 70.38
Cisarua 22.7 49.97 1.32 35.07 13.56 Andosol, Regosol dan
Latosol 62.45% 141.22 55.37
Cibogo 13.00
2 1.12 9.56 83.56 5.75
Andosol, Regosol dan
Latosol 14.66% 129.76 32.92
Ciliwung (Tugu) 60.79 24.61 7.94 49.95 17.00 Andosol, Regosol dan
Latosol 40.74% 119.43 117.28
Ciseuseupan 11.39 - 38.45 26.41 35.05 Latosol 0.07% 45.46 35.81
65
UNIVERSITAS INDONESIA
Tabel 5.16. Hubungan Karakteristik Fisik dan Distribusi Hujan Pada Masing-masing Sub-DAS Terhadap Nilai Debit Kejadian Banjir
Tanggal 3 Februari 2007
Sub-DAS Luas
Km2
Penggunaan Tanah (%)
Jenis Tanah
Kemiringan
Lereng
(>15%)
Hujan
(mm)
Q Vol
(mm) Hutan Persawahan Pertanian
Lahan Kering
Lahan
Terbangun
Cisukabirus 18.81 57.93 9.84 27.27 4.96 Andosol, Regosol dan
Latosol 69.02% 223.96 48.95
Ciesek 25.29 40.37 2.11 44.39 12.59 Latosol 52.38% 239.1 91.70
Cisarua 22.7 49.97 1.32 35.07 13.56 Andosol, Regosol dan
Latosol 62.45% 183.42 62.48
Cibogo 13.002 1.12 9.56 83.56 5.75 Andosol, Regosol dan
Latosol 14.66% 242.96 44.80
Ciliwung (Tugu) 60.79 24.61 7.94 49.95 17 Andosol, Regosol dan
Latosol 40.74% 186.18 124.21
Ciseuseupan 11.39 - 38.45 26.41 35.05 Latosol 0.07% 164.20 41.33
66
UNIVERSITAS INDONESIA
Tabel 5.16. Menunjukkan nilai debit volume tertinggi bahwa kejadian banjir
tanggal 3 Februari 2007 dihasilkan oleh Sub-DAS Ciliwung (Tugu) yaitu 124,21
mm yang disebabkan hujan sebesar 186,18 mm di sub-DAS yang memiliki luas
44,8 % dari luas keseluruhan DA Ci Liwung Hulu. Sama halnya dengan kejadian
banjir pada tahun 2002, bahwa luasan sub-DAS mempengaruhi besarnya luasan
distribusi hujan yang turun.
Sedangkan Tabel 5.17. menunjukkan bahwa sub-DAS Ciliwung (Tugu)
dan sub-DAS Ciesek menghasil debit volume yang tinggi masing-masing 45,65
mm dan 41,5 mm. Penggunaan data radar cuaca ini dapat memberikan data hujan
spasial yang baik sehingga kita dapat melihat seperti pada Gambar 5.16 bahwa
kedua sub-DAS tersebut memiliki luasan distribusi hujan yang tinggi pada pukul
11.05 s.d 11:59 masing-masing sebesar 77,9 mm dan 95,41 mm.
Sub-DAS Ciesek merupakan sub-DAS yang lebih kecil luasannya
dibandingkan sub-DAS Ciliwung (Tugu) namun distribusi hujan yang tinggi di
wilayah ini menyebabkan nilai debit volume menjadi tinggi hampir sebesar debit
volume yang dihasilkan sub-DAS Ciliwung (Tugu). Selain itu wilayah ini hanya
memiliki hutan sebesar 40,37 %, kemiringan lereng yang curam sebesar 52,38 %,
dan permeabilitas tanah yang sedang.
67
UNIVERSITAS INDONESIA
Tabel 5.17. Hubungan Karakteristik Fisik dan Distribusi Hujan Pada Masing-masing Sub-DAS Terhadap Nilai Debit Kejadian Banjir
Tanggal 16 Januari 2013
Sub-DAS Luas
Km2
Penggunaan Tanah (%)
Jenis Tanah Kemiringan
Lereng (>15%)
Hujan
(mm)
Q Vol
(mm) Hutan Persawahan Pertanian
Lahan Kering
Lahan
Terbangun
Cisukabirus 18.81 57.93 9.84 27.27 4.96 Andosol, Regosol dan Latosol 69.02% 12.09 22.80
Ciesek 25.29 40.37 2.11 44.39 12.59 Latosol 52.38% 95.41 41.50
Cisarua 22.70 49.97 1.32 35.07 13.56 Andosol, Regosol dan Latosol 62.45% 22.53 28.25
Cibogo 13.00 1.12 9.56 83.56 5.75 Andosol, Regosol dan Latosol 14.66% 13.81 26.66
Ciliwung (Tugu) 60.79 24.61 7.94 49.95 17.00 Andosol, Regosol dan Latosol 40.74% 77.90 45.65
Ciseuseupan 11.39 - 38.45 26.41 35.05 Latosol 0.07% 14.23 27.00
68
UNIVERSITAS INDONESIA
5.5. Validasi
Dalam menganalisa hasil pemodelan tersebut perlu dilakukan analisa apakah
model tersebut menggunakan 2 metode Validasi yaitu RMSE dan Nash.Berikut
hasil kalibrasi dari pemodelan.
5.4.1. Data Penakar Hujan (Rain gauge)
Validasi data pengamatan dan hasil simulasi diperlukan untuk
mengevaaluasi hasil pengolahan data model sudah mendekati nilai sebenarnya.
Grafik kalibrasi debit pengamatan dan debit simulasi dapat dilihat pada Gambar
5.19 dan Gambar 5.20
Gambar 5.19. Grafik Validasi Hasil Simulasi Tahun 2002
Gambar 5.19 menggambarkan bahwa hasil debit puncak dari pemodelan sebesar
56,1 m3/s pada tanggal 29 Januari 2002, sedangkan data debit puncak dilapangan
sebesar 42,1 m3/s pada tanggal 30 januari 2002. Namun pola debit pengamatan
dan pemodelan memiliki kemiripan.
Sedangkan pada Gambar 5.20 menggambarkan pola debit puncak dari
pemodelan memiliki kemiripan, dengan nilai debit hasil pemodelan sebesar 115,1
m3/s pada tanggal 4 Februari 2007, sedangkan data debit puncak dilapangan
sebesar 98,49 m3/s pada tanggal 4 Februari 2007.
69
UNIVERSITAS INDONESIA
Gambar 5.20. Grafik Validasi Hasil Simulasi Tahun 2007
Kedua Grafik pada Gambar 5.19 dan Gambar 5.20 memiliki pola yang sama
namun nilai debit yang dihasilkan berbeda, sehingga memiliki nilai simpangan.
Nilai simpangan yang dihasilkan dari hasil pemodelan debit pada tahun 2002
memberikan nilai RMSE 0,35 (mendekati 0) dan nilai Nash 0,65 (mendekati 1),
hal tersebut mempresentasikan rata-rata kuadrat simpangan (selisih) antara nilai
keluaran model terhadap nilai pengukuran mendekati nilai sebenarnya,
dibandingkan hasil pemodelan pada tahun 2007. Walaupun dalam nilai peak debit
yang dihasilkan dari pemodelan debit tahun 2007 lebih mendekati nilai
sebenarnya,seperti pada Tabel 5.18.
Tabel 5.18. Hasil Validasi menggunakan RMSE dan Nash
No Keterangan Metode Validasi
RMSE Nash
1 Menggunakan Data Rain gauge Tahun 2002 pada bulan Jan-
Feb
0.35 0.65
2 Menggunakan Data Rain gauge Tahun 2007 pada bulan Jan-
Feb
0.58 0.42
70
UNIVERSITAS INDONESIA
5.4.2. Data Radar Cuaca C-Doppler
Hasil validasi pemodelan debit menggunakan data radar cuaca dan data
observasi memiliki pola yang sama dan menghasilkan nilai simpangan yang kecil,
dengan nilai RMSE sebesar 0,21 (mendekati 0) dan nilai Nash sebesar 0,79
(mendekati 1).Hal tersebut mempresentasikan bahwa penggunaan data radar
antara nilai keluaran model terhadap nilai pengukuran mendekati nilai sebenarnya,
terlihat pada Gambar 5.21.
Gambar 5.21. Grafik Validasi Hasil Simulasi16 s.d 17 Januari Tahun 2013
71
UNIVERSITAS INDONESIA
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
Dilihat dari Hasil dan pembahasan pada BAB sebelumnya di dapatkan kesimpulan
bahwa:
1. Daerah Aliran Ci Liwung Hulu memiliki 6 (enam) Sub-DAS yang
memiliki karakteristik fisik yang berbeda-beda. Karakteristik fisik dan luas
distribusi hujan di masing-masing sub-DAS sangat mempengaruhi nilai
debit yang dihasilkan.
2. Hasil simulasi hujan debit pada bulan januari-februari Tahun 2002; bulan
Januari s.d Februari 2007; dan 16 s.d 17 Januari 2013 pada masing-masing
sub-DAS menunjukan bahwa distribusi hujan di masing-masing sub-DAS
sangat beragam. Namun tinggi dan rendahnya nilai debit yang dihasilkan
pada masing-masing sub-DAS tidak hanya dipengaruhi oleh distribusi
curah hujan tetapi juga karakteristik fisik suatu wilayah.
3. Berdasarkan hasil validasi menggunakan metode RMSE dan Nash, hasil
simulasi hujan-debit data radar cuaca pada tanggal 16 s.d 17 Januari 2013
memiliki nilai simpangan yang kecil dibandingkan hasil simulasi hujan-
debit data penakar hujan (rain gauge) pada januari s.d februari tahun 2002
dan 2007. Walaupun dalam nilai peak debit yang dihasilkan dari simulasi
hujan-debit data penakar hujan (rain gauge) tahun 2007 lebih mendekati
tanggal kejadian sebenarnya.
Sedangkan saran untuk penelitian selanjutnya adalah:
1. Setelah dilakukan validasi terhadap pengolahan data radar dalam
simulasi hujan-debit. Data radar cuaca harus menjadi masukan sistem
prediksi banjir di Jakarta, terutama banjir yang disebabkan oleh limpasan
di Daerah Aliran Ci Liwung Hulu
72
UNIVERSITAS INDONESIA
2. Data radar cuaca C-doppler dapat dijadikan sistem peringatan dini banjir
di jakarta dengan akurasi yang baik
3. Penelitian ini sebaiknya digunakan data time series radar cuaca yang
lebih panjang, agar lebih mengetahui karakteristik limpasan yang lebih
baik
xvii
UNIVERSITAS INDONESIA
DAFTAR PUSTAKA
Affandy, N.A., & Anwar, N., : Pemodelan Hujan-Debit menggunakan model HEC
HMS di DAS Sampean Baru, Paper, Program Magister Jurusan Teknik Sipil,
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Surabaya, 2008.
Ali, M., Khan., S. J., Aslam, I., & Khan, Z., : Simulation of the impacts of land-
use change on surface runoff of Lai Nullah Basin in Islamabad,
Pakistan. Institute of Environmental Science and Engineering, School of
Civil and Environmental Engineering, National University of Sciences
and Technology (NUST), Islamabad, Pakistan. Landscape and Urban
Planning, 102, 271– 279. 2011.
Al-Sabhan, W., Mulligan, M., & Blackburn, G.A., : A real-time Hydrological Model
For Flood Prediction Using GIS And The WWW. Department of Geography,
Kings College London, University of London, Strand, London, WC2R 2LS,
UK. Computers, Environment and Urban System, 27, 9–32, 2003.
Andiek, M., Anwar, N., : Pemodelan Hujan Debit Daerah Aliran Sungai Deluwang
Dengan Pembagian Sub Catchment Area Berdasarkan Orde Sungai. Program
Magister Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,
Institut Teknologi Surabaya, 2009
Charley, W.J., : The Estimation Of Rainfall For Flood Forecasting Using Radar And
Rain Gauge Data, dipresentasikan dalam The ASCE Symposium On
Engineering Hydrology, Williamsburg, 1987
Davie, T., : Fundamental Of Hydrology Second Edition, Routledge Fundamentals of
Physical Geography, 1-100, 2002
Einfalt,T., Arnbjerg-Nielsenb, K., Golza, C., Jensenc, N., Quirmbachd, M., Vaese,
G., & Vieux, B., : Towards A Roadmap For Use Of Radar Rainfall Data In
Urban Drainage. Journal of Hydrology 299, 186–202, 2004.
Hoblit, B.C., & Curtis, D.C., : Integrating Radar Rainfall Estimates with Digital
Elevation Models and Land Use Data to Create an Accurate Hydrologic
Model, Presented at the Floodplain Management Association Spring 2001
Conference, San Diego, California, 13 – 16 Maret, 2001.
xviii
UNIVERSITAS INDONESIA
Janudianto, : Analisis Perubahan Penggunaan/Penutupan Lahan dan Pengaruhnya
Terhadap Debit Maksimum-Minimum Di Sub DAS Ciliwung, Program Studi
Ilmu Tanah s1, Departemen Tanah, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian
Bogor, 2004.
Lal, R., : Integrated Watershed Management In The Global Ecosystem. Soil and
Water Conservation Society. CRC Press, Boca Raton London New York
Washington, D.C., 4, 2000.
Lubis, A., & Herlianti, I., : Simulasi Perubahan Tata Guna LAhan Terhadap Banjir
Jakarta Tahun 2007. Institut Teknologi Bandung, 2007.
McCuen, R.H., : Hydraulic Analysis And Design Second Edition, Department of
Civil EngineeringUniversity of Maryland, Prentice Hall, 3-4, 1998
Norbiato, D., Borga, M., Esposti, S.D., Gaume, E., & Anquetin, S.,:Flash flood
warning based on rainfall thresholds and soil moisture conditions: An
assessment for gauged and ungauged basins. Journal of Hydrology, 362,
274– 290, 2008.
Prawirowardoyo, S., : Meteorologi. Penerbit Institut Teknologi Bandung. Bandung,
1996
Pudjiastuti, E., : Hubungan Antara Curah Hujan Di Jakarta dan Bogor Dengan Banjir
Di Daerah Aliran Ciliwung Di DKI Jakarta. Skripsi . Jurusan Geografi.
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia.
1999
Rahman, A., & Pilouk, M., : Spatial Data Modelling for 3D GIS. Springer-Verlag
Berlin Heidelberg, 2008.
Ramdan, 2004 : Prinsip Dasar Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Laboratorium
Ekologi Hutan, Fakultas Kehutanan Universitas Winaya Mukti. Agustus,
2004.
Sandy, I Made., : Republik Indonesia Geografi Regional. Jurusan Geografi. Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia. 1985.
Schuurmans & Bierkens. 2007. Effect of spatial distribution of daily rainfall on
interior catchment response of a distributed hydrological model. Copernicus
GmbH on behalf of the European Geosciences Union. Hydrology Earth
System Scince., 11, 677–693, 2007
xix
UNIVERSITAS INDONESIA
Siswoyo,. : Pengembangan Model Hidrograf Satuan Sintetis Snyder Untuk Daerah
Aliran Sungai di Jawa Timur. Jurusan Pengairan, Fakultas Teknik Universitas
Brawijaya
Sularto, E., : Hubungan Penggunaan Lahan dan Kejadian Banjir Pada DAS Ciliwung
Hulu, Katulampa Menggunakan Model Answers. Departemen Ilmu Tanah
dan Sumberdaya Lahan. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, 2006.
Suriya, S., & Mudgal, B.V., Impact Of Urbanization On Flooding: The Thirusoolam
Sub watershed – A case study. Centre for Water Resources, Anna University,
Chennai 600 025, India. Journal of Hydrology 412–413, 210–219, 2012
Sosrodarsono, et.al. 1994. Perbaikan dan Pengaturan Sungai. Terjemahan dari River
Improvement Works.PT. Pradnya Paramita, Jakarta.
Subandono, A., : Hubungan Tutupan Tahan (Land Cover) Dengan Debit Daerah
Aliran Cisadane Bagian Hulu. Skripsi. Jurusan Geografi. Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia. 2007.
Tao,T., Bernard, C., Suiqing, L., & Kunlun,X., : Uncertainty Analysis of
Interpolation Methods in Rainfall Spatial Distribution–A Case of Small
Catchment in Lyon. J. Water Resource and Protection, No. 2, 136-144, 2009.
Tramblay, Y., Bouvier, C., Ayral., & Marchandise, A,. : Impact Of Rainfall Spatial
Distribution On Rainfall-Runoff Modeling Efficiency And Initial Soil
Moisture Conditions Estimation. Copernicus Publications on behalf of the
European Geosciences Union. Natural Hazards Earth System. Science., 11,
157–170, 2011.
Zekai, S., : Spatial Modeling Principles in Earth Sciences. Springer Dordrecht
Heidelberg London New York, 204, 2009.
Undang-undang No. 7 Tahun 2004
USACE, : Hydrologic Modelling System HEC HMS Technical Reference Manual.
http://www.hec.usace.army.mil, 2000.
USACE, : Geospatial Hydrologic Modelling Extension HEC GeoHMS Users
Manual. Juli 2000. http://www.hec.usace.army.mil, 2000
xx
UNIVERSITAS INDONESIA
USACE, : Hydrologic Modelling System HEC HMS Applications Guide.
http://www.hec.usace.army.mil, 2002.
Wanielista., & Martin, P., 1997, Hidrologi Water Quantity and Quality Control,
Canada: John Wliey & Sons. Inc
xxi
UNIVERSITAS INDONESIA
LAMPIRAN 1
NILAI CURVE NUMBER BERDASARKAN JENIS TANAH
Tabel L1.1 Kelompok Jenis Tanah
(Sumber : USDA, 1986)
Grup
Tanah Keterangan
Nilai
Infiltrasi
(mm/jam)
Tekstur
Tanah
A
Memiliki Potensi limpasan (run-off)
rendah; lapisan pasir yang dalam dengan
sedikit lumpur dan lempung.; Memiliki
drainase yang baik (pasir dan kerikil) dan
Permeabilitas cepat,
8 - 12
mm/jam
Pasir, Pasir
berlempung;
Lempung
berpasir
B
Memiliki Potensi limpasan (run-off)
sedang . lapisan pasir sedang ; Memiliki
drainasi sedang; permeabilitas sedang;;
Memilki tekstur yang halus hingga kasar
4 - 8
mm/jam
Lumpur
berlempung,
lempung
C
Memiliki Potensi limpasan (run-off)
sedang hingga tinggi. Memiliki drainase
yang sedang hingga rendah;
Permeabilitas rendah
1 - 4
mm/jam
Lempung
berpasir,
lempung
D
Memiliki Potensi limpasan (run-off)
tinggi; Drainase rendah, dapat
menyebabkan kenaikan muka air
permanen; Permeabilitas sangt rendah
0 - 1
mm/jam
Lempung
berpasir,
Lempung
berlumpur,
Lempung,
xxii
UNIVERSITAS INDONESIA
Tabel L1.2. Nilai Curve Number untuk daerah Perkotaan
(Sumber : USDA, 1986)
Tutupan Tanah
Nilai Curve Number
berdasar kan Grup
Tanah
Tipe Tutupan Tanah dan Kondisi Hidrologi A B C D
Daerah perkotaan
Ruang Terbuka (lapangan berumput, Taman, lapangan golf, tempat pemakaman,
dll.)
Kondisi Buruk (Tutupan rumput < 50%) 68 79 86 89
Kondisi Sedang (Tutupan rumput 50% - 75%) 49 69 79 84
Kondisi Baik (Tutupan rumput > 75%) 39 61 74 80
Daerah Kedap Air (Impervious area)
Tempat parkir beraspal, Jalan raya, dll. 98 98 98 98
Jalan Raya
Beraspal; trotoar dan saluran air kotor 98 98 98 98
Beraspal; selokan terbuka 83 89 92 93
Kerikil 73 85 89 91
Tanah berlumpur 72 82 87 89
Daerah perkotaan berpadang pasir
Bentang alam gurun alami (hanya area yang tidak
kedap air) 63 77 85 88
Bentang alam gurun buatan 96 96 96 96
Kawasan Perkotaan
Bisnis dan komersial 89 92 94 95
Industri 81 88 91 93
Kawasan pemukimn berdasarkan rerata ukuran luasan
1/8 acre or kurang (town houses) 77 85 90 92
1/4 acre 61 75 83 87
1/3 acre 57 72 81 86
1/2 acre 54 70 80 85
1 acre 51 68 79 84
2 acre 46 65 77 82
Pengembangan daerah perkotaan
Wilayah baru (hanya daerah tidak kedap air, tidak
ada vegetasi) 77 86 91 94
xxiii
UNIVERSITAS INDONESIA
Tabel L1.3. Nilai Curve Number untuk daerah Pertanian (1)
(Sumber : USDA, 1986)
Tutupan Tanah Kondisi
Hidrologi
Nilai Curve Number
Berdasarkan Grup
Tanah
Tipe Tutupan
Tanah Perlakuan A B C D
Lahan Partanian
yang baru dibajak
Lahan gundul - 77 86 91 94
Terdapat sisa tanaman
pertanian
Buruk 76 85 90 93
Baik 74 83 88 90
Tanaman
(berbaris)
Baris lurus Buruk 72 81 88 91
Baik 67 78 85 89
Baris lurus dan Terdapat
sisa tanaman pertanian
Buruk 71 80 87 90
Baik 64 75 82 85
Berkontur Buruk 70 79 84 88
Baik 65 75 82 86
Berkontur dan Terdapat
sisa tanaman pertanian
Buruk 69 78 83 87
Baik 64 74 81 85
Berkontur dan
terasering
Buruk 66 74 80 82
Baik 62 71 78 81
Berkontur; terasering;
dan Terdapat sisa
tanaman pertanian
Buruk 65 73 79 81
Baik 61 70 77 80
Pertanian
(padi,gandum,biji-
bijian)
Baris lurus Buruk 65 76 84 88
Baik 63 75 83 87
Baris lurus dan Terdapat
sisa tanaman pertanian
Buruk 64 75 83 86
Baik 60 72 80 84
Berkontur Buruk 63 74 82 85
Baik 61 73 81 84
Berkontur dan Terdapat
sisa tanaman pertanian
Buruk 62 73 81 84
Baik 60 72 80 83
Berkontur dan
terasering
Buruk 63 72 79 82
Baik 59 70 78 81
Berkontur; terasering;
dan Terdapat sisa
tanaman pertanian
Buruk 60 71 78 81
Baik 58 69 77 80
Pertanian
(kacang-
kacangan) atau
Pergiliran padang
rumput
Baris lurus Buruk 66 77 85 89
Baik 58 72 81 85
Berkontur Buruk 64 75 83 85
Baik 55 69 78 83
Berkontur dan
terasering
Buruk 63 73 80 83
Baik 51 67 76 80
xxiv
UNIVERSITAS INDONESIA
Tabel L1.4. Curve Number untuk daerah Pertanian (2)
(Sumber : USDA, 1986)
Tutupan Tanah Nilai Curve Number
Berdasarkan Grup
Tanah Tipe Tutupan Tanah Kondisi Hidrologi
A B C D
Padang rumput, dan rumput
makanan ternak
Buruk 68 79 86 89
Sedang 49 69 79 84
Baik 39 61 74 80
Padang rumput (jerami)
- 30 58 71 78
Semak-semak
Buruk 48 67 77 83
Sedang 35 56 70 77
Baik 30 48 65 73
Hutan dengan kombinasi
padang rumput (anggrek dan
kebun the)
Buruk 57 73 82 86
Sedang 43 65 76 82
Baik 32 58 72 79
Hutan
Buruk 45 66 77 83
Sedang 36 60 73 79
Baik 30 55 70 77
Rumah-rumah pertanian , jalan
raya, lumbung - 59 74 82 86
xxv
UNIVERSITAS INDONESIA
Tabel L1.5. Curve Number untuk ARC I, II dan III
(Sumber : USDA, 2004)
CN for ARC II CN for ARC
CN for ARC II CN for ARC
I III I III
100 100 100 60 40 78
99 97 100 59 39 77
98 94 99 58 38 76
97 91 99 57 37 75
96 89 99 56 36 75
95 87 98 55 35 74
94 85 98 54 34 73
93 83 98 53 33 72
92 81 97 52 32 71
91 80 97 51 31 70
90 78 96 50 31 70
89 76 96 49 30 69
88 75 95 48 29 68
87 73 95 47 28 67
86 72 94 46 27 66
85 70 94 45 26 65
84 68 93 44 25 64
83 67 93 43 25 63
82 66 92 42 24 62
81 64 92 41 23 61
80 63 91 40 22 60
79 62 91 39 21 59
78 60 90 38 21 58
77 59 89 37 20 57
76 58 89 36 19 56
75 57 88 35 18 55
74 55 88 34 18 54
73 54 87 33 17 53
72 53 86 32 16 52
71 52 86 31 16 51
70 51 85 30 15 50
69 50 84 25 12 43
68 48 84 20 9 37
67 47 83 15 6 30
66 46 82 10 4 22
65 45 82 5 2 13
64 44 81 0 0 0
63 43 80
62 42 79
61 41 78
xxvi
UNIVERSITAS INDONESIA
LAMPIRAN 2
CURAH HUJAN HARIAN RERATA PADA MASING-MASING SUB DAS
PADA BULAN JANUARI DAN FEBRUARI TAHUN 2002
Tanggal
Jumlah Hujan (mm)
Cisukabirus Ciesek Cisarua Cibogo Ciliwung
(Tugu) Ciseuseupan
1-Jan-02 13.76 17.22 13.25 13.89 14.66 22.96
2-Jan-02 2.45 1.99 4.24 1.61 3.99 1.64
3-Jan-02 6.44 4.56 5.79 6.81 4.66 1.50
4-Jan-02 18.20 11.55 24.85 15.22 21.17 3.52
5-Jan-02 4.21 3.23 9.64 1.63 9.17 7.65
6-Jan-02 10.82 13.28 11.82 10.26 12.83 11.69
7-Jan-02 9.02 8.13 5.54 10.71 4.78 5.32
8-Jan-02 29.24 21.81 33.90 27.24 29.50 11.12
9-Jan-02 45.12 33.91 41.98 46.98 35.07 19.18
10-Jan-02 27.22 18.17 28.45 26.91 23.19 14.89
11-Jan-02 0.20 0.14 0.10 0.25 0.07 1.84
12-Jan-02 2.21 7.83 0.90 2.67 3.67 18.34
13-Jan-02 2.29 3.96 2.58 2.10 3.39 4.13
14-Jan-02 7.27 5.04 4.72 8.57 3.34 1.84
15-Jan-02 2.65 2.13 4.34 1.85 4.06 5.99
16-Jan-02 17.65 15.47 13.91 19.51 12.27 11.00
17-Jan-02 33.42 68.51 27.89 34.96 44.81 82.13
18-Jan-02 37.49 46.79 35.40 38.20 39.16 40.13
19-Jan-02 5.62 10.19 3.14 6.66 5.27 29.80
20-Jan-02 4.83 5.70 4.38 5.02 4.69 5.35
21-Jan-02 11.87 15.62 13.79 10.82 15.46 11.29
22-Jan-02 21.75 13.22 29.69 18.20 25.37 5.74
23-Jan-02 8.68 8.12 8.36 8.85 7.85 14.25
24-Jan-02 0.45 0.69 0.22 0.56 0.57 2.52
25-Jan-02 10.03 22.24 9.06 10.11 15.00 29.72
26-Jan-02 27.15 26.64 21.10 30.08 20.51 27.44
27-Jan-02 32.74 33.13 24.36 36.76 23.54 31.78
28-Jan-02 49.79 77.11 41.87 52.72 55.85 103.97
29-Jan-02 132.69 95.96 141.22 129.76 119.43 45.46
30-Jan-02 52.47 53.99 57.68 49.92 58.69 56.41
31-Jan-02 53.96 38.15 59.07 52.00 49.80 16.71
1-Feb-02 9.15 5.75 11.70 8.03 10.05 5.20
2-Feb-02 10.70 26.71 11.75 9.69 21.65 43.91
3-Feb-02 36.49 24.96 25.68 42.05 20.57 21.93
4-Feb-02 7.75 8.02 8.86 7.21 8.84 7.45
5-Feb-02 23.18 27.57 24.92 22.20 26.63 25.46
6-Feb-02 35.48 35.00 41.76 32.48 42.52 35.68
xxvii
UNIVERSITAS INDONESIA
7-Feb-02 30.90 20.22 33.85 29.82 27.71 11.42
8-Feb-02 8.99 13.20 7.84 9.41 10.23 17.85
9-Feb-02 30.41 27.72 30.30 30.54 28.18 18.61
10-Feb-02 31.35 20.21 36.09 29.43 30.77 15.17
11-Feb-02 15.90 31.56 16.36 15.18 24.83 45.02
12-Feb-02 84.86 51.93 103.16 77.12 87.00 27.99
13-Feb-02 7.71 6.61 8.40 7.42 9.32 21.82
14-Feb-02 12.98 30.88 10.82 13.45 20.06 40.49
15-Feb-02 11.79 8.51 10.02 12.74 8.80 7.97
16-Feb-02 1.65 2.77 2.28 1.31 2.83 5.11
17-Feb-02 26.05 18.82 34.29 22.32 30.17 13.50
18-Feb-02 23.92 22.39 24.52 23.69 23.36 20.05
19-Feb-02 32.15 49.18 30.43 32.43 38.45 40.43
20-Feb-02 116.73 76.32 125.38 113.86 102.92 31.80
21-Feb-02 21.88 14.02 27.74 19.32 23.95 8.37
22-Feb-02 15.13 8.08 24.33 10.94 20.58 1.76
23-Feb-02 3.89 1.29 11.04 0.54 9.79 0.73
24-Feb-02 7.16 8.07 3.55 8.87 3.74 4.22
25-Feb-02 5.70 0.59 2.11 0.74 1.80 0.12
26-Feb-02 5.60 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
27-Feb-02 5.40 2.92 0.43 1.21 1.37 7.96
xxviii
UNIVERSITAS INDONESIA
LAMPIRAN 3
CURAH HUJAN HARIAN RERATA PADA MASING-MASING SUB DAS
PADA BULAN JANUARI DAN FEBRUARI TAHUN 2007
Tanggal
Hujan
Cisukabirus Ciesek Cisarua Cibogo Ciliwung
(Tugu) Ciseuseupan
1-Jan-02 8.83 5.99 6.52 10.03 4.80 1.73
2-Jan-02 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
3-Jan-02 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
4-Jan-02 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
5-Jan-02 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
6-Jan-02 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
7-Jan-02 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
8-Jan-02 1.06 0.34 3.06 0.13 2.71 5.74
9-Jan-02 8.53 7.94 4.29 10.58 3.67 3.51
10-Jan-02 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
11-Jan-02 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
12-Jan-02 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
13-Jan-02 0.21 0.07 0.61 0.03 0.54 0.00
14-Jan-02 0.98 3.64 0.39 1.18 1.83 3.56
15-Jan-02 10.52 14.32 15.12 8.20 17.05 9.85
16-Jan-02 12.78 16.72 13.74 12.19 16.35 15.02
17-Jan-02 11.37 9.07 6.77 13.65 5.21 8.75
18-Jan-02 18.89 22.05 24.33 16.18 26.34 16.83
19-Jan-02 25.47 18.23 13.01 31.69 8.39 5.52
20-Jan-02 0.00 0.00 0.00 0.00 0.12 1.40
21-Jan-02 5.02 7.86 9.90 2.59 11.96 21.03
22-Jan-02 25.72 28.74 25.74 25.60 27.96 39.85
23-Jan-02 37.51 47.43 18.38 46.38 22.05 26.79
24-Jan-02 18.13 6.68 49.49 3.43 43.97 0.58
25-Jan-02 24.54 15.22 31.12 21.68 25.92 17.55
26-Jan-02 18.37 33.90 18.60 17.76 26.06 25.89
27-Jan-02 45.26 54.76 51.27 42.07 55.76 37.38
28-Jan-02 49.40 80.17 43.55 51.24 60.04 90.79
29-Jan-02 78.49 55.97 81.09 77.96 67.93 21.77
30-Jan-02 17.35 18.15 16.15 17.90 17.14 23.78
31-Jan-02 55.82 40.04 39.01 64.40 29.72 26.23
1-Feb-02 10.62 21.23 6.91 12.06 11.97 42.76
2-Feb-02 96.02 113.06 125.36 81.38 136.64 149.14
3-Feb-02 223.96 239.10 183.42 242.96 186.18 164.20
4-Feb-02 113.46 104.81 83.06 128.33 76.24 82.18
5-Feb-02 31.65 24.83 25.08 35.02 20.66 9.72
6-Feb-02 2.54 1.74 1.80 2.92 1.31 1.22
xxix
UNIVERSITAS INDONESIA
7-Feb-02 4.09 4.96 3.01 4.57 3.33 11.76
8-Feb-02 2.96 1.04 8.05 0.58 7.12 2.55
9-Feb-02 4.79 3.01 4.96 4.76 3.94 0.81
10-Feb-02 1.31 4.16 1.05 1.35 2.69 4.47
11-Feb-02 7.76 11.24 13.75 4.78 17.11 39.10
12-Feb-02 31.71 31.55 17.86 38.36 16.71 15.29
13-Feb-02 0.64 0.21 1.83 0.08 1.80 2.04
14-Feb-02 37.27 22.23 54.70 29.37 47.80 24.27
15-Feb-02 66.27 75.55 38.29 79.41 42.38 75.35
16-Feb-02 24.32 19.12 26.36 23.51 25.11 23.52
17-Feb-02 36.97 32.99 45.63 32.93 43.62 23.09
18-Feb-02 38.61 45.08 29.06 42.99 31.74 32.24
19-Feb-02 38.23 37.90 33.13 40.69 31.89 29.78
20-Feb-02 8.42 9.20 7.18 8.99 7.34 4.88
21-Feb-02 1.05 0.42 2.55 0.35 2.24 0.04
22-Feb-02 7.54 6.60 9.81 6.48 9.96 18.46
23-Feb-02 6.75 8.79 3.80 8.10 4.60 5.08
24-Feb-02 7.61 6.67 16.34 3.45 15.89 9.24
25-Feb-02 10.97 14.84 5.34 13.55 7.45 18.19
26-Feb-02 0.00 0.00 0.00 0.00 0.20 2.53
27-Feb-02 1.49 1.47 2.75 0.89 2.73 1.52
xxx
UNIVERSITAS INDONESIA
LAMPIRAN 4
CURAH HUJAN PERJAM RERATA PADA MASING-MASING SUB DAS
PADA 16 S.D 17 JANUARI 2013
Jam Cisukabirus Ciseuseupan Cisarua Ciliwung
(Tugu) Ciesek Cibogo
16 Januari 2013
12:00 AM 0.13 0.08 0.15 0.05 0.76 0.23
1:00 AM 0.31 0.08 0.15 0.75 0.05 0.42
2:00 AM 0.04 0.00 0.01 0.41 0.53 0.00
3:00 AM 0.16 0.15 0.12 0.41 2.69 0.09
4:00 AM 0.26 0.96 0.65 2.58 17.18 0.75
5:00 AM 0.86 0.66 1.29 2.75 11.88 1.22
6:00 AM 0.08 1.01 0.36 0.70 0.19 0.31
7:00 AM 1.62 1.56 1.23 2.69 1.92 0.97
8:00 AM 2.77 2.83 3.57 5.02 5.88 2.49
9:00 AM 4.21 2.13 3.93 7.04 3.19 3.81
10:00 AM 20.31 24.73 16.19 35.89 29.46 27.18
11:00 AM 12.09 14.23 22.53 77.90 95.41 13.81
12:00 PM 9.15 12.70 13.66 42.77 45.63 14.38
1:00 PM 0.09 0.02 0.49 0.33 0.01 0.05
2:00 PM 0.04 0.00 0.65 1.10 0.58 0.29
3:00 PM 0.68 0.36 1.59 2.59 2.11 0.96
4:00 PM 0.08 0.07 0.26 0.45 0.51 0.00
5:00 PM 0.03 0.01 0.01 0.03 0.00 0.00
6:00 PM 0.01 0.06 0.01 0.08 0.03 0.01
7:00 PM 0.05 0.29 0.00 0.23 0.03 0.04
8:00 PM 0.00 0.18 0.00 0.20 0.00 0.00
9:00 PM 0.01 0.34 0.00 0.35 0.02 0.00
10:00 PM 0.00 0.08 0.00 0.16 0.09 0.00
11:00 PM 0.00 0.00 0.00 0.05 0.03 0.00
17 Januari 2013
12:00 AM 0.23 0.85 0.19 0.54 0.80 0.25
1:00 AM 0.00 0.00 0.00 0.09 0.06 0.00
2:00 AM 0.23 1.71 0.10 0.38 0.54 0.39
3:00 AM 1.64 4.59 1.28 2.69 2.72 2.11
4:00 AM 10.32 19.50 6.11 11.93 17.27 12.58
5:00 AM 4.99 4.33 5.14 13.33 11.99 5.12
6:00 AM 3.38 4.86 3.13 7.67 6.34 2.87
7:00 AM 1.76 2.06 1.34 2.90 4.56 1.65
8:00 AM 4.18 2.89 3.77 5.86 6.99 3.23
xxxi
UNIVERSITAS INDONESIA