ukpl bab3-tbpp-tembudan jan 2012

34
III III. RONA LINGKUNGAN HIDUP RONA LINGKUNGAN HIDUP 3.1. LINGKUNGAN FISIK – KIMIA 3.1.1. Iklim Untuk menggambarkan kondisi iklim pada areal pembangunan perkebunan kelapa sawit ini dipergunakan data iklim hasil pengamatan di Stasiun Meteorologi Bandar Udara (Bandara) Kalimarau, Tanjung Redeb, periode pengamatan tahun 1997 – 2007. Rekapitulasi hasil pengamatan beberapa unsur iklim pada Stasiun Meteorologi tersebut disajikan pada Tabel 3.1. Tabel 3.1. Kondisi Iklim di Areal Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit PT. TBPP di Tembudan Bulan Curah Hujan (mm) Hari Hujan (hari) Suhu Udara ( o C) Kelembaban Udara (%) Penyinaran Matahari (%) Januari 221,01 22 25,8 89,71 32,64 Februari 206,05 21 25,8 88,41 32,75 Maret 220,21 21 26,2 88,53 31,75 April 191,32 18 26,2 87,54 40,15 Mei 192,31 19 26,9 86,90 45,14 Juni 174,41 14 26,9 85,81 38,71 Juli 127,82 13 26,6 85,56 46,51 Agustus 128,81 17 26,7 84,43 48,02 September 142,17 12 26,8 85,47 39,26 Oktober 176,82 18 26,8 86,83 36,92 November 203,54 20 26,5 86,92 37,62 Desember 231,71 20 26,4 87,92 34,65 Jumlah 2216,18 215 - - - Sumber : Stasiun Meteorologi Bandar Udara Kalimarau, Tanjung Redeb (Periode pengamatan 1997 - 2007) a. Tipe Iklim Menurut sistem klasifikasi Schmidt dan Ferguson, iklim di areal perkebunan ini termasuk ke dalam tipe iklim sangat basah (tipe A) dengan nilai Q = 5,6 %. Curah hujan bulanan senantiasa tinggi (lebih dari 100 mm) sepanjang tahun. Musim hujan terjadi dari bulan Oktober sampai dengan Mei, sedangkan musim kemarau terjadi dari bulan Juni sampai dengan September. Selama musim kemarau curah hujan masih cukup tinggi, tetapi agak lebih rendah dibandingkan dengan curah hujan selama musim hujan. UKL – UPL Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit III - 1 PT. TANJUNG BUYU PERKASA PLANTATION – Unit Tembudan

Upload: darmawan-senoadjie

Post on 24-Oct-2015

13 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Rona tembudan

TRANSCRIPT

Page 1: Ukpl Bab3-Tbpp-tembudan Jan 2012

IIIIII.. RONA LINGKUNGAN HIDUPRONA LINGKUNGAN HIDUP

3.1. LINGKUNGAN FISIK – KIMIA

3.1.1. Iklim

Untuk menggambarkan kondisi iklim pada areal pembangunan perkebunan kelapa sawit ini dipergunakan data iklim hasil pengamatan di Stasiun Meteorologi Bandar Udara (Bandara) Kalimarau, Tanjung Redeb, periode pengamatan tahun 1997 – 2007. Rekapitulasi hasil pengamatan beberapa unsur iklim pada Stasiun Meteorologi tersebut disajikan pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Kondisi Iklim di Areal Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit PT. TBPP di Tembudan

BulanCurah Hujan (mm)

Hari Hujan(hari)

Suhu Udara(oC)

KelembabanUdara

(%)

Penyinaran Matahari

(%)Januari 221,01 22 25,8 89,71 32,64Februari 206,05 21 25,8 88,41 32,75Maret 220,21 21 26,2 88,53 31,75April 191,32 18 26,2 87,54 40,15Mei 192,31 19 26,9 86,90 45,14Juni 174,41 14 26,9 85,81 38,71Juli 127,82 13 26,6 85,56 46,51Agustus 128,81 17 26,7 84,43 48,02September

142,17 12 26,8 85,47 39,26

Oktober 176,82 18 26,8 86,83 36,92November 203,54 20 26,5 86,92 37,62Desember 231,71 20 26,4 87,92 34,65Jumlah 2216,18 215 - - -Sumber : Stasiun Meteorologi Bandar Udara Kalimarau, Tanjung Redeb (Periode

pengamatan 1997 - 2007)

a. Tipe Iklim

Menurut sistem klasifikasi Schmidt dan Ferguson, iklim di areal perkebunan ini termasuk ke dalam tipe iklim sangat basah (tipe A) dengan nilai Q = 5,6 %. Curah hujan bulanan senantiasa tinggi (lebih dari 100 mm) sepanjang tahun. Musim hujan terjadi dari bulan Oktober sampai dengan Mei, sedangkan musim kemarau terjadi dari bulan Juni sampai dengan September. Selama musim kemarau curah hujan masih cukup tinggi, tetapi agak lebih rendah dibandingkan dengan curah hujan selama musim hujan.

b. Curah Hujan dan Hari Hujan

Seperti telah disebutkan bahwa curah hujan di kawasan ini cukup tinggi. Curah hujan bulanan berkisar antara 128 mm (bulan Agustus) sampai dengan 231 mm (bulan Desember). Curah hujan rata-rata bulanan

UKL – UPL Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit III - 1PT. TANJUNG BUYU PERKASA PLANTATION – Unit Tembudan

Page 2: Ukpl Bab3-Tbpp-tembudan Jan 2012

III. Rona Lingkungan Hidup

senantiasa lebih dari 100 mm. Curah hujan tahunannya juga cukup tinggi sebesar 2.216 mm per tahun. Hari hujan berkisar antara 12 hari (bulan Juli) sampai dengan 22 hari (bulan Januari, Februari), dengan jumlah hari hujan per tahunnya 215 hari. Selama musimkemarau (Juni sampai September) hujan masih turun selama 5 – 12 hari per bulan.

c. Suhu dan Kelembaban Udara

Suhu udara rataan bulanan pada kawasan ini berkisar antara 25,8 oC (pada bulan Januari, Februari) sampai dengan 26,9 oC (bulan Mei, Juni). Kisaran suhu udara dari bulan ke bulan tidak lebar. Udara pada kawasan areal pembangunan perkebunan kelapa sawit ini cukup lembab, kelembaban udara bulanannya berkisar antara 86 % (bulan Agustus, September) sampai dengan 90 % (bulan Januari, Februari).

d. Neraca Air

Dalam perhitungan neraca air, presipitasi yang digunakan adalah data curah hujan rata-rata bulanan yang tercatat dari Stasiun Meteorologi Bandar Udara (Bandara) Kalimarau, Tanjung Redeb, Badan Meterologi dan Geofisika, 2007 selama 10 tahun terakhir. Besarnya evapotranspirasi potensial diduga dengan menggunakan metoda Thornthwaite. Hasil perhitungan disajikan pada Tabel 3.2. dan Gambar 3.1.

Tabel 3.2. Neraca Air di Sekitar Wilayah Calon Areal Perkebunan Kelapa Sawit PT. TBPP di Tembudan

No Bulan Curah Hujan (mm)

Evapotrans- pirasi (mm)

Surplus/Defisit air (mm)

1 Januari 221,01 125,52 95,492. Februari 206,05 113,45 92,603. Maret 220,21 132,89 87,324. April 191,32 129,05 62,275. Mei 192,31 146,53 45,786. Juni 174,41 142,31 32,107. Juli 127,82 140,57 -12,758. Agustus 128,81 142,54 -13,739. September 142,17 140,36 1,8110. Oktober 176,82 144,52 32,3011. Nopember 203,54 134,62 68,9212. Desember 231,71 136,69 95,02

Jumlah 2.216,18 1.629,05 549,95Sumber: Hasil perhitungan dengan metoda Thornthwaite

Dari hasil perhitungan neraca air diketahui bahwa secara umum pada areal kerja terjadi 2 bulan defisit air yaitu pada bulan Juli hingga Agustus, sementara pada bulan-bulan yang lain terjadi surplus air.

UKL – UPL Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit III - 2PT. TANJUNG BUYU PERKASA PLANTATION – Unit Tembudan

Page 3: Ukpl Bab3-Tbpp-tembudan Jan 2012

III. Rona Lingkungan Hidup

NERACA AIR WILAYAH KERJA PT. TANJUNG BUYU PERKASA PLANTATION

-50

0

50

100

150

200

250

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des

Bulan

mm

P (presipitasi)

E(evapotranspirasi)

(P-E)

Gambar 3.1. Grafik Neraca Air Wilayah Calon Areal Perkebunan Kelapa Sawit PT. TBPP di Tembudan

3.1.2. Kualitas Udara

Parameter udara yang akan ditelaah adalah kandungan gas-gas di udara

meliputi debu, karbon monoksida (CO), sulfur dioksida (SO2), nitrogen

oksida (NOx). Lokasi pengamatan mempertimbangkan keterwakilan tempat

yang diduga akan terkena dampak dengan memperhatikan arah dan

kecepatan angin. Data yang diukur digunakan sebagai pembanding dan

diasumsikan akan sebanding secara analogi dengan kondisi yang akan

terjadi pada saat proyek dikerjakan atau dioperasikan.

Parameter kualitas udara ini di analisis di Laboratorium SEAMEO-BIOTROP

(Southeast Asian Regional Centre for Tropical Biology), Bogor. Hasil analisis

tersebut diperlihatkan pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3. Kualitas Udara di Areal Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit PT. TANJUNG BUYU PERKASA PLANTATION.

Parameter Satuan S1 S2 Baku Mutu

TSP (debu) µgr/Nm3 120,0 50,00 230 (**)

O3 µgr/Nm3 50,00 45,00 235 (**)

CO µgr/Nm3 230,00 120,00 30.000 (**)

SO2 µgr/Nm3 20,00 18 900 (**)

NO2 µgr/Nm3 20,00 16 400 (**)

H2S µgr/Nm3 0,001 0,001 10 (***)

Pb µgr/Nm3 0,01 0,01 2 (**)Sumber : Hasil analisis laboratorium, Pebruari 2008(**) PP. RI Nomor 41 Tahun 1999; (***) Kep. MENAKER No. 51 Tahun 1999; S1 : Kp. Tempudan; S2 : Lokasi calon blok kebun

UKL – UPL Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit III - 3PT. TANJUNG BUYU PERKASA PLANTATION – Unit Tembudan

Page 4: Ukpl Bab3-Tbpp-tembudan Jan 2012

III. Rona Lingkungan Hidup

3.1.3. Topografi

Berdasarkan data yang diperoleh dari peta land system lembar Muaralasan skala 1:250.000 bahwa pada calon areal pembangunan perkebunan kelapa sawit PT. TBPP terdapat dua kelas kelerengan seperti dapat dilihat pada Tabel 3.3. dan penyebarannya dapat dilihat pada Gambar 3.2.

Tabel 3.4. Luas Masing-masing Kelerengan Lahan di Areal Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit PT. TBPP

No. Lereng Kelas lerengLuas

(Ha) (%)1. 0 - 3 % A 310 162. 3 - 8 % A 1.950 84

Jumlah 2.260 100Sumber : Peta Land system lembar Muaralasan skala 1:250.000

Dari Tabel 3.3 menunjukkan bahwa pada umumnya keadaan topografi pada calon areal perkebunan ini tergolong datar.

3.1.4. Geologi dan Tanah

a. Geologi

Berdasarkan peta geologi lembar Muaralasan, Kalimantan, areal perkebunan PT. TBPP berada di atas formasi geologi Domaring (Tmpd). Formasi Domaring tersusun dari batu gamping, batu gamping kapuran, sisipan napal, dan lignit; terendapkan dalam lingkungan rawa litoral; tebalnya mencapai 1200 m; kandungan fosil berumur miosin akhir hingga pliosen (4,8 – 5,3 juta tahun yang lalu). Sebaran formasi geologi secara lebih jelas dapat dilihat pada peta formasi geologi (Gambar 3.3.)

UKL – UPL Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit III - 4PT. TANJUNG BUYU PERKASA PLANTATION – Unit Tembudan

Page 5: Ukpl Bab3-Tbpp-tembudan Jan 2012

III. Rona Lingkungan Hidup

Gambar 3.2. Sebaran Kelerengan di Areal Rencana Pembangunan Perkebunan Kelapa sawit PT. TBPP di Tembudan

UKL – UPL Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit III - 5PT. TANJUNG BUYU PERKASA PLANTATION – Unit Tembudan

Page 6: Ukpl Bab3-Tbpp-tembudan Jan 2012

III. Rona Lingkungan Hidup

Gambar 3.3. Formasi Geologi di Areal Rencana Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit PT. TBPP di Tembudan

UKL – UPL Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit III - 6PT. TANJUNG BUYU PERKASA PLANTATION – Unit Tembudan

Page 7: Ukpl Bab3-Tbpp-tembudan Jan 2012

III. Rona Lingkungan Hidup

b. Tanah

a) Jenis Tanah

Kondisi tanah adalah salah satu faktor lingkungan yang menentukan potensi untuk pembangunan pertanian terutama perkebunan.

Tanah juga berperan sebagai media alami untuk mendukung pertumbuhan tanaman dan mensuplai unsur hara. Unsur hara yang di serap melalui sistem akar selanjutnya diproses menjadi bagian dari senyawa organik seperti karbohidrat, protein, dan lemak, yang berguna untuk kebutuhan manusia.

Kemampuan tanah untuk mendukung pertumbuhan dan produksi tanaman ditentukan oleh tingkat kesuburan tanah, yang di indikasikan dari ketersediaan hara seperti Nitrogen, Phosphor dan Kalium. Disisi lain kemampuan serapan tanaman juga salah satu faktor yang mempengaruhi produksi tanaman.

Tanah pada areal perkebunan kelapa sawit PT. TBPP didominasi oleh jenis tanah mineral dengan banyak mengandung batuan/kapur, dimana di beberapa bagian terdapat tanah yang bersolum dangkal. Tanah yang terbentuk dari batuan tersebut adalah tanah yang mempunyai tingkat kesuburan rendah hingga sedang Jenis tanah yang dijumpai adalah Hapludalf (mediteran litik), Eutropepts (kambisol eutrik), dan Haprendolls (renzina). Ketebalan tanah beragam antara 50 - 100 cm.

Tanah-tanah di areal rencana perkebunan kelapa sawit PT. TBPP diklasifikasikan ke dalam 2 (dua) Satuan Peta Tanah seperti dapat dilihat pada Tabel 3.5. dan penyebaran jenis tanahnya dapat dilihat pada Gambar 3.4.

Tabel 3.5. Luas Masing-masing Jenis Tanah di Areal Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit PT. TBPP

Satuan Peta

TanahJenis Tanah USDA

Padanan Jenis Tanah

PPT FAO

1. Asosiasi Tanah Hapludalfs, Eutropepts, Haprendolls

Mediteran Litik, Kambisol eutrik, renzina

Luvisol, Cambisol, Renzina

2. Asosiasi Tanah Hapludalfs, Eutropepts

Mediteran Litik, Kambisol eutrik

Luvisol, Cambisol

Sumber : Peta Jenis Tanah Kabupaten Berau Skala 1: 250.000Muaralasan Dan Biduk-Biduk (Reppprot, 1987) Skala 1: 250.000

UKL – UPL Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit III - 7PT. TANJUNG BUYU PERKASA PLANTATION – Unit Tembudan

Page 8: Ukpl Bab3-Tbpp-tembudan Jan 2012

III. Rona Lingkungan Hidup

Gambar 3.4. Sebaran Jenis Tanah di Areal Rencana Pembangunan Perkebunan Kelapa sawit PT. TBPP di Tembudan

UKL – UPL Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit III - 8PT. TANJUNG BUYU PERKASA PLANTATION – Unit Tembudan

Page 9: Ukpl Bab3-Tbpp-tembudan Jan 2012

III. Rona Lingkungan Hidup

Hapludalfs/Mediteran Litik

Tanah Mediteran litik tersebar pada bagian tengah meluas dari timur ke arah barat. Tanah ini memiliki tektur tanah halus, kandungan liat tinggi, memiliki kandungan basa yang tinggi, KTK yang tinggi dan tingkat pH yang tinggi. Tanah ini terbentuk dari bahan induk kapur kemudian mengalami pelapukan pada kondisi curah hujan yang relatif tinggi, dengan kelembaban tanah tidak pernah kering hingga 3 bulan. Dengan bahan induk batu gamping yang keras, kedalaman tanah yang terbentuk tidak lebih dari 100 cm.

Eutropepts/Kambisol Eutrik

Tanah Kambisol Eutrik tersebar di sebagian besar areal perkebunan PT. Tanjung Buyu Perkasa Plantation. Tanah ini dapat diidentifikasikan sebagai tanah Kambisol Eutrik karena mempunyai tekstur tanah berliat dan solum tanah dalam.

Lapisan atas pada kedalaman 0 – 30 cm mempunyai tekstur tanah lempung liat berpasir, pH tanah relatif tinggi, c-organik tinggi, kandungan N-total tinggi, kadar Posfor total tinggi, kapasitas tukar kation tinggi, kadar K dapat dipertukarkan sangat rendah dan kadar Mg dapat dipertukarkan sangat tinggi.

Lapisan bawah pada kedalaman 30 – 60 cm mempunyai tekstur tanah lempung liat berpasir, pH tanah sangat tinggi, c-organik rendah, kandungan N-total rendah, kadar Posfor total rendah, kapasias tukar kation sangat tinggi, kadar K dapat dipertukarkan sangat rendah dan kadar Mg dapat dipertukarkan sangat tinggi.

Haprendolls/Renzina

Tanah ini terbentuk dari bahan induk kapur sehingga kandungan batu kapur masih tinggi. Kedalaman tanah tipis kurang dari 50 cm dan pada solum tanah masih banyak dijumpai batuan kapur yang belum terlapuk.

Lapisan atas pada kedalaman 30 – 50 cm mempunyai tekstur tanah lempung berdebu, pH tanah tinggi, C-organik sangat rendah, kandungan N-total sangat tinggi, kadar Posfor total sangat rendah, kapasitas tukar kation sangat tinggi, kadar K dapat dipertukarkan sangat rendah dan kadar Mg dapat dipertukarkan sangat tinggi.

b) Kesuburan Tanah

Penilaian kesuburan tanah dilakukan secara umum melalui penafsiran sifat-sifat kimia tanah yang diperoleh dari penilaian terhadap hasil analisa sejumlah contoh tanah profil seluruh lapisan dan contoh tanah komposit dua lapisan yaitu 0 - 30 cm dan 30 - 60 cm. Sifat-sifat kimia yang dianalisa adalah : C-organik, N-total, P-total, P tersedia, K tersedia, unsur hara

UKL – UPL Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit III - 9PT. TANJUNG BUYU PERKASA PLANTATION – Unit Tembudan

Page 10: Ukpl Bab3-Tbpp-tembudan Jan 2012

III. Rona Lingkungan Hidup

sekunder yangh meliputi Kalium, Natrium, Magnesium dan kalsium serta sifat-sifat lain yang mempengaruhi keseimbangan hara dalam tanah seperti Kapasitas Tukar kation (KTK), Kejenuhan Basa (KB), Alumunium dapat ditukar dan Kemasaman Tanah (pH). Kondisi kesuburan tanah di areal perkebunan kelapa sawit PT. TBPP ini dapat dilihat pada Tabel 3.6. Sebagai pembanding untuk menilai tingkat kesuburan tanah ini digunakan nilai seperti dapat dilihat pada Tabel 3.7.

Tabel 3.6. Kondisi Kesuburan Tanah di Areal Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit PT. TBPP

NO.

UNSUR KIMIA TANAH

SATUAN

LOKASI 1 LOKASI 2 LOKASI 3 LOKASI 4

0-30 0-60 0-30 0-60 0-30 0-60 0-30 0-60

1. pH 7,1N

7.0N

6,2AM

6,0AM

6,3AM

6,2AM

7,7AB

7,6AB

2. C-Organik % 2,74S

2,20 S

1,57R

0,98SR

1,44R

1,22R

3,67T

2,76S

3. N-total % 0,33S

0,21 S

0,11R

0,17R

0,17R

0,21S

0,3S

0,40S

4. C/N 8R

10R

14S

6R

8R

6R

12S

20T

5. P205-Olsen ppm 9,00 SR

7,00SR

11,00R

9,00SR

13,00R

12,00R

12R

14R

6. Ca me/100 gr

34.75 ST

28,17ST

10,89S

9,72S

15,13T

19,12T

50,01

ST

45,22

ST

7. Mg me/100 gr

0.50 R

0,46R

0,85R

0,68R

1,37S

1,12S

1,69S

0,98R

8. K me/100 gr

0.12 R

0,13R

0,15R

0,12R

0,17R

0,11R

0,16R

0,18R

9. Na me/100 gr

0.24 R

0,18R

0.08SR

0,08 SR

0,11R

0,09SR

0,20R

0,12R

10. KTK me/100 gr

30,39 T

26,21T

11,47R

11,47R

62,00

ST

59,10

ST

30,71T

32,00T

11. KB % 100 ST

100ST

100ST

100ST

27R

35R

100ST

100ST

12. Kej. Al % 0.61 SR

0,00SR

0,00SR

0,00SR

0,00SR

0,58SR

0,00SR

0,00SR

13. K20 HCI 25 % mg/100 gr

6SR

7SR

11R

11R

8SR

9SR

10R

14R

14. P2O5 HCL 25 %

mg/100 gr

74ST

58T

5SR

5SR

13R

12T

32S

26S

15. Tekstur TanahPasir Debu Liat

% CI3

2374

CI6

1975

L433324

CI.L433324

CL213247

CL183646

CI232552

CI262252

Sumber : Hasil analisis, Pebruari 2008

Kemasaman Tanah (pH)

Pada lahan yang formasi batuannya merupakan batuan kapur (contoh tanah dari lokasi 1 dan 4) pH tanahnya berkisar antara 7,0 – 7,7, cenderung agak basa. Tanah yang agak basa ini dapat dimengerti karena terbentuk dari batuan kapur yang mempunyai kandungan Ca dan Mg yang cukup tinggi

UKL – UPL Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit III - 10PT. TANJUNG BUYU PERKASA PLANTATION – Unit Tembudan

Page 11: Ukpl Bab3-Tbpp-tembudan Jan 2012

III. Rona Lingkungan Hidup

sehingga mengakibatkan pH tanah diatas 7. Pada tanah yang berbahan induk batu pasir, lanau, marl kemasaman tanah termasuk agak masam dengan nilai pH antara 6,0 – 6,3.

Tabel 3.7. Pedoman Pengharkatan Hasil Analisa Tanah

NO. PARAMETER SATUAN

HARKATSanga

t Renda

h

Rendah Sedang Tinggi

Sangat

Tinggi

1. C-Organik % <1,0 1-2 2-3 3-5 >5

2. N total % <0,1 0,1-0,2 0,2-0,5 0,5-0,75 >0,75

3. C/N rasio <5 5-10 11-15 16-25 >25

4. P tersedia ppm <10 10-15 16-25 26-35 >35

5. P Olsen ppm <10 10-25 26-45 46-60 >60

6. P2O5 meq/100 g <10 10-20 21-40 41-60 >60

7. K2O meq/100 g <20 10-20 21-40 41-60 >60

Basa-basa dapat ditukar

8. Ca meq/100 g <2,0 2,0-5,9 6,0-10,9 11,0-20,0 >20,0

9. Mg meq/100 g <0,4 0,4-1,0 1,1-2,0 2,1-8,0 >8,0

10. K meq/100 g <0,1 0,1-0,3 0,4-0,5 0,6-1,0 >1,0

11. Na meq/100 g <0,1 0,1-0,3 0,4-0,7 0,8-1,0 >1,0

12. KTK meq/100 g <5,0 5,1-16,0 16,1-24,0 24,1-40,0 >40,0

13. Kejenuhan Basa % <10,0 10,1-35,0 35,1-50,0 50,1-70,0 >70,0

14. Kejenuhan Alumunium

% <5,0 5-20 21-30 31-60 >60

15. Kebutuhan Kapur meq/100 g 1 s/d 2 kali nilai Al dapat ditukar

16. pH H2O sangat masam

masam agak masam

netral agak alkalis

alkalis

< 4,5 4,5-5,5 5,6-6,5 6,6-7,5 7,5-8,5 >8,5

Sumber : Laboratorium Biotrop, Bogor

C-Organik, N-Total, dan C/N Ratio

Bahan organik tanah (C-Organik) merupakan bagian penting dalam hubungannya sebagai penyedia unsur Nitrogen. Ketersediaan Nitrogen yang tinggi dalam tanah tergantung pada Nisbah C-Organik dan N-total dalam tanah. Nitrogen merupakan unsur hara makro yang sangat dibutuhkan tanaman. Namun demikian ketersediaan Nitrogen dalam tanah sering terbatas dan sifatnya yang mobile menyebabkan mudah hilang tercuci dari dalam tanah.

Kandungan C-Organik tanah di areal rencana pembangunan perkebunan ini berdasarkan hasil analisa termasuk rendah sampai tinggi dengan nilai antara 0,98 sampai 3,67 %. N total berkisar rendah sampai sedang dengan nilai antara 0,11 sampai 0,40 % dan C/N ratio termasuk rendah sampai tinggi dengan nilai antara 6 sampai 20. C-organik dan N-total terutama berasal dari hasil pelapukan/dekomposisi serasah semak belukar yang jatuh di permukaan tanah. Nilai C/N ratio yang rendah menunjukkan tingkat dekomposisi bahan organik yang tinggi sedangkan C/N ratio yang rendah menunjukkan tingkat dekomposisi bahan organik di dalam tanah yang masih rendah.

Pospor dan Kalium

UKL – UPL Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit III - 11PT. TANJUNG BUYU PERKASA PLANTATION – Unit Tembudan

Page 12: Ukpl Bab3-Tbpp-tembudan Jan 2012

III. Rona Lingkungan Hidup

Pospor dan Kalium merupakan unsur hara makro kedua setelah nitrogen yang dibutuhkan oleh tanaman. Pospor sangat dibutuhkan untuk proses pertumbuhan dan produksi tanaman, sedangkan Kalium dibutuhkan untuk ketahanan tanaman.

Kandungan Pospor total (HCl 25%) tanah di areal rencana pembangunan perkebunan ini berdasarkan hasil analisa termasuk sangat rendah sampai rendah dengan nilai antara 7,0 sampai 9,0 me/100 gram. Sedangkan kandungan Kalium total (HCl 25%) secara umum termasuk rendah nilai antara 0,11 sampai 0,18 me/100 gr.

Susunan Kation Dapat Ditukar (Ca, Mg, K, dan Na)

Koloid-koloid tanah yang terdiri dari koloid liat dan organik merupakan tapak pertukaran kation-kation dan anion-anion dalam tanah. kation-kation Ca, Mg, K dan Na dapat diikat oleh koloid-koloid tersebut tetapi dilepaskan kembali ke dalam tanah, sehingga membentuk suatu keseimbangan dalam tanah. Kandungan Ca tanah di areal rencana pembangunan perkebunan ini berdasarkan hasil analisa termasuk sedang sampai sangat tinggi dengan nilai antara 9,72 sampai 50,01 me/100 gram. Mg termasuk rendah sampai sedang dengan nilai antara 0,46 sampai 45,22 me/100 gram. Sedangkan kandungan Kalium total (HCl 25%) secara umum termasuk rendah nilai antara 0,11 sampai 0,18 me/100 gr.

Kapasitas Tukar Kation (KTK) dan Kejenuhan Basa (KB)

KTK menunjukkan kemampuan tanah dalam menyerap kation-kation, sedangkan KB menunjukkan jumlah kation-kation Basa yang menduduki komplek serapan serta menunjukkan ketersediaan kation-kation tersebut untuk keperluan tanaman.

Kapasitas Tukar Kation (KTK) tanah di areal rencana pembangunan perkebunan ini berdasarkan hasil analisa termasuk rendah sampai sangat tinggi dengan nilai antara 11,47 sampai 62,0 me/100 gram dan Kejenuhan Basa (KB) termasuk rendah sampai sangat tinggi dengan nilai antara 27 sampai 100%.

Kejenuhan Alumunium

Kejenuhan Alimunium merupakan salah satu penyebab tingginya tingkat kemasaman tanah, karena kation-kation di dalam tanah terikat oleh Al. Kejenuhan Al dinyatakan dalam persen (%) yang merupakan nilai Al me/100 gram dibagi jumlah Ca, Mg, K, Na, Al dan H dikali 100%. Berdasarkan hasil perhitungan kejenuhan Al di areal rencana pembangunan perkebunan ini secara umum termasuk sangat rendah dengan nilai antara 0,0 sampai 0,58 %.

c. Erosi

Berdasarkan jenis tanahnya maka kepekaan erosi tanah pada areal pencadangan perkebunan ini berkisar antara agak peka, peka sampai dengan sangat peka terhadap erosi. Jenis tanah Kambisol dan Mediteran

UKL – UPL Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit III - 12PT. TANJUNG BUYU PERKASA PLANTATION – Unit Tembudan

Page 13: Ukpl Bab3-Tbpp-tembudan Jan 2012

III. Rona Lingkungan Hidup

merupakan jenis tanah agak peka terhadap erosi. Jenis tanah Renzina merupakan jenis tanah sangat peka terhadap erosi.

Laju erosi pada areal pembangunan perkebunan kelapa sawit PT. TBPP ini dapat diprediksi dengan menggunakan pendekatan perhitungan USLE. Hasil pendugaan laju erosi pada areal ini disajikan pada Tabel 3.8.

Tabel 3.8. Laju Erosi di Areal Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit PT. TBPP di Kecamatan Batuputih

JENIS TANA

H

PENUTUPANLAHAN

LE-REN

G(%)

R K LS CPA

(TON/HA/ TH)

TSL(TON/

HA/ TH)

TBE

1 Semak Belukar 0 - 8 1381

0,30

0,2 0,01 0,8 26 SR

Alang-alang 0 - 8 1381

0,30

0,2 0,1 8 26 R

Rata-rata Terbobot 4,5 26 R

2 Semak Belukar 0 - 8 1381

0,23

0,2 0,01 0,7 34 SR

Alang-alang 0 - 8 1381

0,23

0,2 0,1 7 34 S

Rata-rata Terbobot 4 34 R

Rata-rata Terbobot Untuk Seluruh Areal 4 34 R

Sumber : Pendugaan dengan Persamaan USLEKeterangan :Jenis tanah 1= Asosiasi Mediteran Litik, Kambisol eutrik, renzinaJenis tanah 2= Asosiasi Mediteran Litik, Kambisol eutrikR = erosivitas hujan CP = faktor penutupan lahanK = erodibilitas tanah A = laju erosi LS = Faktor lereng TSL = laju erosi yang diperbolehkanTBE = Tingkat Bahaya erosi R = ringanSR = sangat ringan S = sedangB = berat SR = sangat ringan

Dari Tabel 3.8. dapat dijelaskan bahwa pada areal yang berupa semak

belukar laju erosinya sangat rendah sampai dengan rendah berkisar antara

0,7 – 0,8 ton/ha/th. Pada lahan yang tertutup alang-alang laju erosinya

rendah sampai sedang berkisar antara 7 – 8 ton/ha/th. Laju erosi rata-rata

terobot untuk seluruh areal pencadangan kebun ini adalah sebesar 4,5

ton/ha/th yang tergolong sedang dengan tingkat bahaya erosi yang

tergolong rendah.

3.1.5. Hidrologi

a. Morfometri DAS

Berdasarkan peta hidrologi, pada calon areal Perkebunan Kelapa Sawit PT. TBPP terdapat beberapa sungai kecil yang langsung bermuara ke laut sulawesi. Sungai sungai yang terdapat pada areal ini adalah S. Nimba, S. Dua, S. Tehem-tehem, dan S. Kalimanting. Sungai sungai tersebut terletak searah yang mengalir dari wilayah perbukitan di bagian selatan menuju bagian utara yang lebih rendah dan bermuara ke Laut Sulawesi. Pada

UKL – UPL Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit III - 13PT. TANJUNG BUYU PERKASA PLANTATION – Unit Tembudan

Page 14: Ukpl Bab3-Tbpp-tembudan Jan 2012

III. Rona Lingkungan Hidup

umumnya sungai sungai berpola sejajar, memiliki daerah tangkapan yang cukup luas. Peta Hidrologi disajikan pada Gambar 3.5.

Gambar 3.5. Peta Hidrologi di Areal Rencana Pembangunan Perkebunan Kelapa sawit PT. TBPP di Tembudan

UKL – UPL Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit III - 14PT. TANJUNG BUYU PERKASA PLANTATION – Unit Tembudan

Page 15: Ukpl Bab3-Tbpp-tembudan Jan 2012

III. Rona Lingkungan Hidup

a. Karakteristik Fisik Sungai

Berdasarkan hasil tinjauan lapangan, karakteristik fisik sungai-sungai di areal Perkebunan Kelapa Sawit PT. TBPP disajikan pada Tabel 3.8.

Tabel 3.9. Kondisi Fisik Perairan Sungai di Areal Perkebunan Kelapa Sawit PT. TBPP

NO.

NAMA SUNGAILEBAR

SUNGAI (M)

KEDALAMAN

(M)

DEBIT SUNGAI

RATA-RATA (M3/DT)

KONDISI DASAR SUNGAI

1. S. Nimba 9,2 1,0 – 1,5 3.42 Berlumpur2. S. Dua 6,7 1,0 – 1,5 4,20 Berlumpur3. S. Tehem-

tehem10,4 1,0 – 1,5 4.32 Berlumpur

4. S. Kalimanting 7,9 1,0 – 1,5 2.52 Berlumpur

Sungai-sungai ini mengalir sepanjang tahun, namun demikian perbedaan antara debit musim hujan dengan musim kemarau sangat besar. Dari tanda-tanda bekas aliran air pada tebing sungai maka perbedaan tinggi air sungai antara musim hujan dengan musim kemarau dapat mencapai lebih dari 1,5 m. Sungai-sungai ini pada umumnya melalui kampung dan hingga saat ini masih dipergunakan sebagai sumber air untuk masyarakat, juga untuk keperluan mandi cuci dan kakus (MCK).

b. Debit Puncak Limpasan

Laju aliran permukaan dari areal pembangunan perkebunan kelapa sawit ini pada puncak musim hujan diprakirakan dengan menggunakan persamaan empiris :

Dimana :Q maks = debit atau laju aliran permukaan

dari areal perkebunanC = koefisien penutupan lahan (0,65) I = intensitas hujan maksimum (1

cm/jam)A = luas kebun (2.100 ha = 21 km2)

Berdasarkan persamaan empiris tersebut dapat dihitung besarnya debit puncak limpasan/aliran permukaan dari areal perkebunan ini ke S. Dua,

UKL – UPL Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit III - 15PT. TANJUNG BUYU PERKASA PLANTATION – Unit Tembudan

Q maks = 0,278 c i

A

Page 16: Ukpl Bab3-Tbpp-tembudan Jan 2012

III. Rona Lingkungan Hidup

yaitu sebesar 3,7 m3/det. Debit puncak aliran permukaan akan terdistribusi secara proporsional pada tiap aliran sungai.

c. Laju transpor Sedimen

Tanah yang tererosi dari areal pembangunan perkebunan ini sebagian akan terbawa oleh aliran permukaan masuk ke badan sungai Dua yang akan menampung aliran permukaan tersebut. Jumlah tanah hasil erosi yang akan masuk ke dalam badan sungai dalam satu tahun dinyatakan sebagai laju transpor sedimen dan dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :

Dimana :

Qs = laju transpor sedimen (ton/th)A = luas kebun (2.100 Ha)E = laju erosi rata-rata terbobot = 4,5 ton/ha/thSDR = laju penghantaran sedimen = 0,12

Berdasarkan pada persamaan empiris tersebut maka dapat dihitung besarnya laju transpor sedimen dari areal pembangunan kebun ini sebesar 1.134 ton/th. Jumlah sedimen ini akan terdistribusi pada sungai-sungai yang mengalir di areal kebun.

3.1.6. Kualitas Air

Dalam wilayah perkebunan kelapa sawit PT. TANJUNG BUYU PERKASA PLANTATION ini mengalir empat sungai yaitu S. Dua, S.Nimba, S.Tehemtehem, dan S. Kalimanting, sehingga pengambilan sampel air untuk dianalisis kualitas airnya dilakukan pada empat sungai, karena sungai ini direncanakan akan digunakan sebagai sumber air baku, baik untuk kebutuhan pertanaman maupun kebutuhan perkantoran/emplasemen. Hasil analisis sampel air sungai di areal pembangunan perkebunan kelapa sawit dapat dilihat pada Tabel 3.10. Secara umum beberapa parameter masih berada di bawah ambang batas baku mutu lingkungan (BML).

UKL – UPL Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit III - 16PT. TANJUNG BUYU PERKASA PLANTATION – Unit Tembudan

Qs = E A SDR

Page 17: Ukpl Bab3-Tbpp-tembudan Jan 2012

III. Rona Lingkungan Hidup

Tabel 3.10.Hasil Analisis Kualitas Air Sungai Dua di dalam Areal Perkebunan Kelapa Sawit PT. TBPP di Kecamatan Batuputih

UKL – UPL Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit III - 17PT. TANJUNG BUYU PERKASA PLANTATION – Unit Tembudan

Page 18: Ukpl Bab3-Tbpp-tembudan Jan 2012

III. Rona Lingkungan Hidup

3.2. LINGKUNGAN BIOLOGI

3.2.1. Tumbuhan

Areal rencana pembangunan perkebunan kelapa sawit PT. TBPP ini kondisi penutupan lahannya sebagian besar berupa semak belukar tua dan alang-alang. Pada beberapa tempat masih terdapat tumbuhan sisa-sisa hutan sekunder. Jenis-jenis tumbuhan sisa-sisa hutan sekunder yang terdapat di areal ini diantaranya seperti dapat dilihat pada Tabel 3.10. Umumnya tumbuhan ini berdiameter berkisar antara 10 – 20 cm.

Sedangkan tumbuhan bawah atau semak belukar yang banyak diketemukan diantaranya adalah Lantana (Lantana camara), karamunting (Melastoma malabathricum), dan kirinyuh (Chromolaena odorata), mikania (Mikania micrantha), alang-alang (Imperata cylindrica), beberapa jenis paku-pakuan seperti paku pedang (Nephrolepis exaltata), dan jenis rumput-rumputan.

Tabel 3.11. Jenis-jenis Tumbuhan yang Ada di Areal Perkebunan PT. TBPP Tembudan

No. Nama Lokal Nama Ilmiah Keterangan

1. Meranti Shorea sp. Tidak dilindungi2. Keruing Dipterocarpus sp. Tidak dilindungi3. Durian Durio sp.* Dilindungi4. Ulin Eusyderoxylon zwageri* Dilindungi5. Waru Hibiscus tiliaceus Tidak dilindungi6. Terap Arthocarpus elasticus Tidak dilindungi7. Jambu-jambuan Eugenia sp. Tidak dilindungi8. Rambutan Nephellium lapaceum Tidak dilindungi9. Akasia Acacia sp Tidak dilindungi10. Kelapa Cocos nucifera Tidak dilindungi11. Mahang Macaranga sp. Tidak dilindungi12. Pulai Alstonia scholaris Tidak dilindungi13. Kapur Dryobalanops

champora.*Dilindungi

14. Medang Litsea sp. Tidak dilindungi15. Bintangur Calophyllum inophyllum Tidak dilindungi16. Mangga hutan/asam-

asamMangifera spp. Tidak dilindungi

17. Jabon Anthocephalus Cadamba Tidak dilindungi18. Kiara Ficus laevigata Tidak dilindungi

UKL – UPL Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit III - 18PT. TANJUNG BUYU PERKASA PLANTATION – Unit Tembudan

Page 19: Ukpl Bab3-Tbpp-tembudan Jan 2012

III. Rona Lingkungan Hidup

19. Karet Hevea brasiliensis Tidak dilindungiSumber : Hasil orientasi lapangan di areal perkebunan kelapa sawit PT. TBPP, Pebruari

2008Keterangan : *) dilindungi berdasarkan SK Mentan No. 54/Kpts/Um2/1972

Ulin (Eusideroxylon zwageri), Kapur (Dryobalanops champora), dan Durian

(Durio sp) dilindungi terbatas berdasarkan SK Menteri Pertanian No.

54/Kpts/Um/2/1972. Status perlindungan menurut SK. Menteri Pertanian ini

adalah berdasarkan diameter pohon, yaitu jenis-jenis ini tidak boleh

ditebang pada diameter < 60 cm. Sedangkan Keruing (Dipterocarpus sp.)

dilindungi terbatas pada diameter < 50 cm.

3.2.2. Satwa Liar

Informasi mengenai jenis-jenis satwa liar di areal perkebunan kelapa sawit

PT. TBPP unit Tembudan diperoleh melalui perjumpaan langsung (individu,

jejak, suara) maupun tidak langsung (informasi masyarakat di sekitar areal

perkebunan). Hasil pengamatan menunjukkan bahwa jenis-jenis satwaliar

yang ada di areal kerja ini mencakup klas mamalia, aves dan reptilia.

a. Mamalia

Jenis-jenis mamalia yang dapat ditemukan di lokasi pembangunan

perkebunan kelapa sawit ini dapat dilihat pada Tabel 3.11. Nilai kehadiran

untuk jenis mamalia tidak dicantumkan, karena data ini sebagian besar

merupakan hasil informasi dari penduduk setempat.

Tabel 3.12. Jenis Mamalia yang terdapat di Areal Rencana Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit PT. TBPP

No Nama Lokal Nama Ilmiah Keterangan

1. Rusa * Cervus unicolor Dilindungi2. Monyet ekor panjang Macaca fascicularis Tidak Dilindungi3. Babi hutan Sus barbatus Tidak Dilindungi4. Tikus Rattus sp Tidak Dilindungi5. Berang-berang Enhydra lutris Tidak Dilindungi6. Landak * Hystrix brachyura DilindungiSumber : Hasil orientasi lapangan di areal perkebunan kelapa sawit PT. TBPP, Pebruari

2008Keterangan : * Dilindungi berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999

Jenis mamalia yang tergolong dalam jenis yang dilindungi berdasarkan

peraturan perundang-undangan adalah rusa (Cervus unicolor) dan landak

(Hystrix brachyura). Jenis mamalia ini dilindungi berdasarkan Peraturan

Pemerintah No. 7 Tahun 1999.

b. Aves (Burung)

UKL – UPL Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit III - 19PT. TANJUNG BUYU PERKASA PLANTATION – Unit Tembudan

Page 20: Ukpl Bab3-Tbpp-tembudan Jan 2012

III. Rona Lingkungan Hidup

Beberapa jenis burung yang dapat dijumpai di areal rencana pembangunan perkebunan kelapa sawit ini diantaranya adalah alap-alap (Accipiter sp.), tiung (Gracula religiosa), bubut (Centropus bengalensis), cekakak (Halcyon chloris), terocok (Pycnonotus goaivier). Secara lengkap jenis-jenis burung ini dapat dilihat pada Tabel 3.12. Jenis-jenis burung yang tergolong ke dalam jenis yang dilindungi berdasarkan peraturan perundang-undangan adalah alap-alap (Accipiter sp.), cekakak (Halcyon chloris), murai (Chloropsis sonnerati). Jenis burung ini dilindungi berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999.

Tabel 3.13. Jenis Burung yang terdapat di Areal Rencana Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit PT. TBPP Unit Tembudan

No Nama Lokal Nama Ilmiah Keterangan

1. Alap-alap * Accipiter sp Dilindungi2. Tiung Gracula religiosa Tidak Dilindungi3. Bubut Centropus bengalensis Tidak Dilindungi4. Terocok Pycnonotus goaivier Tidak Dilindungi5. Gagak Corvus enca Tidak Dilindungi6. Kucica Copsycus saularis Tidak Dilindungi7. Layang-layang Hirundo tahitica Tidak Dilindungi8. Burung cabe hutan Dicaeum concolor Tidak Dilindungi9. Tekukur Streptopelia chinensis Tidak Dilindungi10. Kepinis pohon Hemiprocne longipennis Tidak Dilindungi11. Cekakak * Halcyon chloris Dilindungi12. Kacer Copsycus brachyurus Tidak Dilindungi13. Murai * Chloropsis sonnerati Dilindungi14. Burung madu belukar Antherptes singalensis Tidak Dilindungi15. Pipit Lonchura fuscans Tidak DilindungiSumber : Hasil orientasi lapangan di areal perkebunan kelapa sawit PT. TBPP, Pebruari

2008Keterangan : * Dilindungi berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999

c. Reptilia dan Amfibia

Jenis reptilia dan amphibia yang dapat dijumpai di areal rencana

pembangunan perkebunan kelapa sawit ini diantaranya adalah biawak

(Varanus sp.), kadal (Eutrophis sp.), buaya muara (Crocodylus porosus), ular

(Phyton sp) dan katak (rana sp). Nilai kehadiran untuk jenis reptilia dan

amfibia tidak dicantumkan, karena data ini sebagian besar merupakan hasil

informasi dari penduduk setempat. Buaya (Crocodylus porosus)

berdasarkan informasi dari masyarakat masih terdapat di sungai Dua yang

mengalir ke dalam areal perkebunan.

UKL – UPL Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit III - 20PT. TANJUNG BUYU PERKASA PLANTATION – Unit Tembudan

Page 21: Ukpl Bab3-Tbpp-tembudan Jan 2012

III. Rona Lingkungan Hidup

Jenis reptilia yang tergolong dilindungi adalah biawak (Varanus sp) dan

buaya muara (Crocodylus porosus). Jenis-jenis ini dilindungi berdasarkan

Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999.

3.2.3. Biota Perairan

a. Plankton

Biota plankton merupakan jasad renik (mikroorganisme) yang hidup

melayang di perairan dan pergerakannya sangat dipengaruhi oleh arus air.

Peranan Plankton di dalam ekosistem sungai relatif kecil dibandingkan di

ekosistem danau. Namun demikian keragaman jenisnya dapat dipergunakan

sebagai salah satu indikator kualitas fisik-fisik air sungai. Hasil analisis

plankton pada sampel air sungai di areal perkebunan kelapa sawit PT. TBPP

Unit Tembudan dapat dilihat pada Tabel 3.14.

Tabel 3.14.Kelimpahan Jenis Plankton di Sungai di Areal Perkebunan Kelapa Sawit PT. TBPP Unit Tembudan

No. ORGANISME

Kelimpahan (ind/liter)

S. Nimba S. DuaS. Tehem

TehemS. Kalimanting

Inlet Outlet InletOutle

tInlet

Outlet

Inlet Outlet

A. Chlorophyceae1. Closterium 8 10 5 7 - - 2 42. Pediastrum 5 2 3 5 4 7 9 113. Chlorella - - 4 2 6 8 - -4. Oedogonium - - - - 4 3 5 125. Cosmarium 11 5 - - 8 1 1 3

B. Chrysophyceae1. Botryococcus 4 3 10 8 2 1 - -

C. Cyanophyceae1. Microcystis 2 3 2 2 15 11 - -2. Oscillatoria - - 12 8 - - 5 93. Spirulina 8 10 12 14 2 5 2 34. Coelosphaerium - - - - 5 2 - -

D. Arthropoda1. Acartia 2 4 - - 6 8 2 12. Diaphasoma 1 2 4 6 - - 2 13. Artemia 5 - 2 2 - - 4 8

E. Protozoa1. Volvox 10 8 14 6 8 18 5 42. Euglena 18 14 8 10 11 6 - -3. Paramecium 5 4 - - 2 3 1 2

Jumlah 79 65 76 70 73 73 38 58Sumber : Hasil Analisis Sampel Air Sungai, Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar,

Departemen Kelautan dan Perikanan, Bogor, Pebruari 2008

Berdasarkan hasil analisis biota plankton tersebut terlihat bahwa jenis-jenis

plankton yang terdapat di sungai-sungai yang berada di areal perkebunan

UKL – UPL Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit III - 21PT. TANJUNG BUYU PERKASA PLANTATION – Unit Tembudan

Page 22: Ukpl Bab3-Tbpp-tembudan Jan 2012

III. Rona Lingkungan Hidup

kelapa sawit PT. TBPP Unit Tembudan tergolong sedikit, dimana hanya

dijumpai 4 klas, yaitu Chlorophyceae, Rotifera, Desmid, dan Cyanophyceae.

Jumlah jenis pada klas Chlorophyceae menunjukkan jumlah yang paling

banyak jenisnya. Hal ini menunjukkan bahwa perairan sungai yang diamati

masih ada kegiatan proses fotosintesis. Chlorophyceae merupakan

indikator tingkat kesuburan perairan, hal ini berhubungan dengan

terdapatnya mikroorganisme fotosintesis yang mampu menguraikan zat

organik menjadi energi, CO2 dan H2O. Melihat kelimpahan Chlorophyceae

yang tergolong kecil, maka dapat dikatakan secara umum perairan di areal

perkebunan kelapa sawit PT. TBPP Unit Tembudan kondisinya pada saat ini

tergolong kurang baik sebagai habitat biota perairan yang stratanya lebih

tinggi (seperti ikan/nekton).

b. Benthos

Benthos merupakan organisme yang hidup di dasar perairan, pada

umumnya menempati berbagai jenjang tropik, sebagai pemakan atau

menempati jenis tropik ketiga sebagai pemakan plankton (zooplankton).

Selain itu, benthos merupakan sumber makan berbagai jenis ikan demersal

dan jenis udang-udangan. Hasil identifikasi organisme benthos di perairan

sungai diantaranya adalah Chironomus sp., Brotia sp., Tubifex sp., Pomacea,

dan Gonobiosis dengan nilai kelimpahan sangat sedikit, yaitu berkisar

antara 5 – 12 individu/liter. Hal ini kemungkinan dapat terjadi karena

kondisi perairan sungai tersebut cukup miskin kandungan planktonnya

sebagai makanan benthos.

c. Nekton

Nekton atau ikan merupakan kelompok organisme yang bergerak bebas di

perairan tanpa banyak dipengaruhi oleh arus. Dalam studi ini kelompok

yang dikaji terutama adalah kelompok ikan-ikan yang terdapat di sungai-

sungai yang biasa dikonsumsi masyarakat sekitar areal. Berdasarkan hasil

wawancara dan pengamatan, jenis-jenis ikan yang diidentifikasi di sungai di

antaranya adalah gabus (Chana striata), baung (Mystus nemurus), salab

(Barbodes schwanenfeldii), lais (Kryptopterus sp), papuyu (Anabas

testudineus), keli sungai (Clarias batrachus), sepat (Trichogaster sp), udang

(Palaemon spp.), dan seluang (Osteochillus Schlegeli).

2. LINGKUNGAN SOSIAL EKONOMI DAN BUDAYA

3.2.1. Jumlah Penduduk dan Rumah Tangga

Kecamatan Batu Putih merupakan hasil pemekaran wilayah kecamatan Talisayan, Kabupaten Berau. Kampung yang terdekat dengan areal perkebunan ini adalah kampung Tembudan. Jumlah penduduk, rumah

UKL – UPL Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit III - 22PT. TANJUNG BUYU PERKASA PLANTATION – Unit Tembudan

Page 23: Ukpl Bab3-Tbpp-tembudan Jan 2012

III. Rona Lingkungan Hidup

tangga atau kepala keluarga, luas wilayah kampung dapat dilihat pada Tabel 3.15.

Tabel 3.15.Luas dan Jumlah Penduduk di Kampung Tembudan

KAMPUNG PENDUDUK

LUAS WILAYA

H(KM2)

KEPALA KELUAR

-GA (KK)

KEPADATANJiwa/KK Jiwa/Km2

Tembudan 1.629 450,24 525 3,10 3,62

Sumber : Kecamatan Batu Putih Dalam Angka 2009

Penduduk usia kerja berkisar antara 15 sampai dengan 64 tahun, maka jumlah penduduk dalam usia kerja berdasarkan Kecamatan Batu Putih Dalam Angka (2009) di kampung Tembudan adalah 909 orang.

3.3.2. Suku dan Agama

Mayoritas penduduk di Kampung Tempudan merupakan suku Jawa yang

merupakan wilayah transmigrasi. Prosentase setiap suku yang ada di

kampung Tembudan ini disajikan pada Tabel 3.16.

Tabel 3.16.Presentase Keberadaan Suku di Kampung Tembudan

KAMPUNGPROSENTASE KEBERADAAN SUKU (%)

Bugis Banjar Jawa Dayak Sasak

Tembudan 5 5 90 - -

Sumber : Hasil Wawancara (2011)

Mayoritas masyarakat di kampung Tembudan memeluk agama Islam terutama masyarakat suku Bugis, Banjar, dan Jawa.

Di kampung Tembudan juga telah memiliki sarana peribadatan berupa masjid, surau dan gereja. Jumlah pemeluk agama dan fasilitas peribadatan yang ada di kampung Tembudan secara rinci disajikan pada Tabel 3.17.

Tabel 3.17. Jumlah Pemeluk Agama dan Sarana Peribadatan di Kampung Tembudan

KAMPUNG

JUMLAH PEMELUK AGAMA (ORANG)

JUMLAH SARANA PERIBADATAN (UNIT)

Islam Kristen

Katholik

Masjid Surau Gereja

Tembudan 837 721 89 1 1 4

UKL – UPL Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit III - 23PT. TANJUNG BUYU PERKASA PLANTATION – Unit Tembudan

Page 24: Ukpl Bab3-Tbpp-tembudan Jan 2012

III. Rona Lingkungan Hidup

Sumber : Kecamatan Batu Putih Dalam Angka 2009

3.3.3. Pendidikan

Pada umumnya tingkat pendidikan penduduk di kampung-kampung sekitar

areal perkebunan ini tergolong rendah. Dari hasil wawancara dengan

masyarakat di Kampung Kayu Indah, Sumber Agung, Tembudan dan Batu

Putih diketahui bahwa tingkat pendidikan masyarakat pada umumnya

hanya sampai pada tingkat SD dan SMP. Hanya sebagian kecil yang

mempunyai tingkat pendidikan sampai dengan SMA/SLA terutama angkatan

mudanya dan beberapa kepala keluarga yang usianya masih muda (< 40

th).

Fasilitas pendidikan di wilayah ini juga terbatas. Berdasarkan hasil

pengamatan dan wawancara di wilayah ini diketahui bahwa di beberapa

kampung di sekitar areal perkebunan ini hanya ada sekolah dasar (SD)

pada setiap kampung. Kecuali di Kampung Batu Putih sudah terdapat satu

Sekolah SMP negeri. Sedangkan pada tingkat selanjutnya (SLTP dan SLTA)

berada di Kecamatan Talisayan yang merupakan kecamatan terdekat.

Ibukota Kecamatan Talisayan ini berjarak lebih kurang 15 Km dari Ibukota

Kecamatan Batu Putih.

Berdasarkan data Kecamatan Batuputih Dalam Angka (2009), jumlah

sekolah, guru dan murid yang ada di Kecamatan Batu Putih adalah seperti

dapat dilihat pada Tabel 3.18.

Tabel 3.18. Jumlah Sekolah, Guru dan Murid di Kecamatan Batu Putih

NO.

TINGKAT SEKOLAH

SEKOLAH GURU MURID

Negeri Swasta

Negeri Swasta

Negeri

Swasta

1. Sekolah Dasar 6 - 147 - 874 -

2. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama

1 - 8 - 69 -

Sumber : Kecamatan Batu Putih Dalam Angka, 2009

3.3.4. Adat Istiadat

Berdasarkan data Kecamatan Batuputih Dalam Angka (2009), sebagian

besar penduduk kampung Tembudan memeluk agama Islam kemudian

diikuti oleh agama Kristen dengan komposisi yang hampir sama.

Adat istiadat adalah merupakan aturan atau norma-norma dan tata nilai

yang berlaku dalam masyarakat dan merupakan kebiasaan. Karena

sebagian besar masyarakat sekitar areal perkebunan ini memeluk agama

Islam dan Kristen, maka perihal kematian, kelahiran, perkawinan pada

UKL – UPL Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit III - 24PT. TANJUNG BUYU PERKASA PLANTATION – Unit Tembudan

Page 25: Ukpl Bab3-Tbpp-tembudan Jan 2012

III. Rona Lingkungan Hidup

umumnya menggunakan keyakinan/agama yang dianut serta adat

setempat.

3.3.5. Mata Pencaharian

Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat di sekitar lokasi

perkebunan ini diketahui bahwa sebagian besar masyarakat di kampung ini

bermata pencaharian sebagai petani/peladang dengan mayoritas usaha

tanaman perkebunan (lada dan coklat/kakao) dan tanaman pangan (padi

dan kacang-kacangan), sedangkan sebagian kecil perikanan/nelayan. Mata

pencaharian masyarakat yang mayoritas sebagai petani ini sangat

memungkinkan dapat dimanfaatkan di dalam pembangunan perkebunan

kelapa sawit ini sebagai tenaga kerja.

3.3.6. Pendapatan dan Kesejahteraan Masyarakat

Seperti telah diuraikan sebelumnya bahwa mayoritas mata pencaharian

masyarakat di kampung Tembudan ini adalah bertani baik kebun maupun

ladang. Berbagai jenis komoditi pertanian yang diusahakan adalah lada,

kopi, kakao, kelapa, padi, kacang tanah, kedelai, jagung dan juga sayur-

sayuran. Total hasil pertanian ini dapat digunakan sebagai dasar untuk

menghitung tingkat pendapatan masyarakat. Untuk dapat memperkirakan

pendapatan masyarakat baik per-KK maupun pendapatan perkapitanya

dapat digunakan melalui pendekatan penghitungan dengan cara

menghitung produksi total setiap hasil pertanian dari kampung Tembudan

pada satu tahun tertentu dikalikan dengan harga jual dari setiap jenis hasil

pertanian tersebut. Pendekatan penghitungan pendapatan masyarakat di

kampung Tembudan ini secara rinci disajikan pada Tabel 3.19.

Tabel 3.19.Pendapatan Masyarakat di Kampung Tembudan Hasil Pertanian Tahun 2011

KAMPUNGPENDAPATAN (RP)

PER KK PER BULAN PER KK PER TAHUN

Tembudan 850.000-2.500.000 10.200.000-30.000.000

Sumber : Hasil Wawancara (2011)

Dari Tabel 3.19. dapat dijelaskan bahwa total pendapatan dari hasil

pertanian untuk Kampung Tembudan adalah Rp 850.000,- – 2.500.000,- per

KK per bulan. Hasil pertanian yang cukup besar pada kampung ini adalah

dari hasil tanaman padi. Selain dari komoditi tersebut, di Kampung

Tembudan ini usaha pertanian juga cukup beragam dilihat dari komoditi

yang diusahakan yang sangat beragam, mulai dari tanaman perkebunan,

UKL – UPL Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit III - 25PT. TANJUNG BUYU PERKASA PLANTATION – Unit Tembudan

Page 26: Ukpl Bab3-Tbpp-tembudan Jan 2012

III. Rona Lingkungan Hidup

padi, kacang-kacangan, palawija yang lain (jagung, ubi dan singkong), juga

berbagai macam sayur-sayuran. Dengan demikian sumber penghasilan

masyarakat dari hasil pertanian cukup banyak.

Dari hasil pengamatan di kampung Tembudan ini maka secara visual dapat

dilihat bahwa masyarakat di kampung ini mempunyai tingkat kesejahteraan

yang cukup baik. Hal ini ditunjukkan oleh kondisi rumah-rumah masyarakat

kampung ini yang kebanyakan merupakan rumah-rumah permanen,

sebagian rumah yang cukup bagus, bahkan diantaranya telah memiliki

kendaraan roda dua dan atau roda empat (mobil).

3.3.7. Fasilitas dan Kelembagaan Ekonomi

Fasilitas ekonomi yang telah tersedia di wilayah ini terutama sebatas

adanya kios-kios yang menjual sembako dan kebutuhan sehari-hari serta

warung makan. Jumlah kios sembako paling banyak terdapat di Tembudan

sebanyak lebih kurang 10 unit kios.

Tabel 3.20.Sarana Usaha Masyarakat di Kampung Tembudan

KAMPUNGTEMPAT USAHA (UNIT)

TOKO WR. MAKAN KIOS SRV. MOTOR

Tembudan 7 2 10 1

Sumber : Kecamatan Batu Putih Dalam Angka, 2009

3.3.8. Keadaan Pertanian

a. Jenis Komoditi Yang Diusahakan Masyarakat

Seperti telah diuraikan pada sub bab mata pencaharian, diketahui sebagian besar penduduk di kampung Tembudan ini memiliki mata pencaharian sebagai petani (pekebun dan peladang). Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan di lapangan diketahui bahwa jenis-jenis komoditi pertanian yang diusahakan oleh masyarakat kampung ini adalah lada, coklat/kakao, cengkeh, padi ladang, dan kacang-kacangan (kacang tanah, kacang kedelai), jagung, dan berbagai jenis sayur-sayuran.

b. Pola dan Luas Pengusahaan Lahan

Seperti telah diuraikan bahwa masyarakat di sekitar areal perkebunan ini mengusahakan tanaman perkebunan dan tanaman pangan. Lahan yang digunakan untuk tanaman perkebunan seperti lada, kakao, kopi, cengkeh, merupakan lahan yang menetap. Lahan-lahan ini awalnya dari hasil menebas hutan atau belukar yang kemudian setelah ditanami dengan

UKL – UPL Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit III - 26PT. TANJUNG BUYU PERKASA PLANTATION – Unit Tembudan

Page 27: Ukpl Bab3-Tbpp-tembudan Jan 2012

III. Rona Lingkungan Hidup

tanaman pangan (padi, palawija) kemudian digunakan untuk usaha tanaman perkebunan. Ada juga lahan yang digunakan untuk berkebun ini langsung dari hasil menebas hutan atau belukar. Sebagian masyarakat lahan yang digunakan untuk menanam berbagai tanaman perkebunan ini juga hasil membeli dari anggota masyarakat lain. Lahan ini merupakan lahan hutan atau semak belukar yang telah dibuka oleh penjual kemudian dibeli oleh anggota masyarakat ini.

Usaha tanaman pangan terutama padi ladang, palawija dan sayur-sayuran dilakukan oleh masyarakat secara berpindah-pindah untuk memperoleh lahan yang subur. Usaha ladang ini dilakukan dengan cara membuka semak belukar atau hutan rawang yang berada di wilayah ini untuk kemudian ditanami padi pada musim hujan. Setelah tanaman padi ladangnya panen lahan biasanya dilanjutkan ditanami dengan palawija (terutama kedelai dan kacang tanah) atau sayur-sayuran. Ada yang juga tanaman palawija dan sayur-sayuran ini ditanam langsung pada lahan yang baru saja dibuka.

Dari Kecamatan Batu Putih Dalam Angka, 2009 dan hasil wawancara dengan masyarakat di kampung Tembudan ini diketahui rata-rata pemanfaatan lahan pada keempat kampung sebagaimana disajikan pada Tabel 3.21.

Tabel 3.21.Luas Pemanfaatan/Penggunaan Lahan di Kampung Tembudan Tahun 2009

KAMPUNGPEMANFAATAN LAHAN (HEKTAR)

Sawah

Ladang

Perkebunan

Pekarangan

Pdg Rmpt

Lain2

Tembudan 0 298,55 153,37 8,40 50,00 17.138,68

Sumber : Kecamatan Batu Putih Dalam Angka, 2009

c. Ketersediaan dan Pemakaian Tenaga Kerja

Dari uraian terdahulu telah diuraikan bahwa jumlah penduduk usia kerja (usia 15 – 54 tahun) di kampung Tembudan ini disajikan pada Tabel 3.15. Dari Tabel ini diketahui bahwa jumlah penduduk usia kerja di kampung Tembudan ini sebanyak 909 orang. Sebagian besar penduduk usia kerja ini sebetulnya telah mempunyai pekerjaan yakni sebagai petani. Namun demikian pekerjaan sebagai petani ini intensitas pekerjaannya hanya terkonsentrasi pada musim-musim tertentu, sehingga masih memungkinkan dapat bekerja di perkebunan. Disamping itu dalam satu keluarga masih terdapat angkatan mudanya yang selama ini bekerja di kebun atau ladang hanya membantu orang tuanya.

UKL – UPL Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit III - 27PT. TANJUNG BUYU PERKASA PLANTATION – Unit Tembudan

Page 28: Ukpl Bab3-Tbpp-tembudan Jan 2012

III. Rona Lingkungan Hidup

Oleh karena itu jika diasumsikan 50 % dari jumlah penduduk usia kerja ini

merupakan tenaga kerja yang dapat mendukung pembangunan perkebunan

ini maka terdapat lebih kurang 455 tenaga kerja yang tersedia di kampung-

Tembudan.

3.3.9. Sikap dan Persepsi Masyarakat Terhadap Rencana

Usaha/Kegiatan

Areal ijin lokasi pembangunan perkebunan PT. TBPP di Kecamatan Batu

Putih ini secara administrasi masuk ke dalam wilayah kampung Tempudan.

Dari hasil wawancara dengan aparat kampung dan masyarakat di kampung

tersebut, maka masyarakat sangat mengharapkan agar mereka

diikutsertakan sebagai petani plasma dalam program kemitraan yang akan

dilaksanakan oleh PT. TBPP melaksanakan pembangunan perkebunan

kelapa sawit di areal ini.

Masyarakat Kampung Tembudan yang merupakan kampung dimana areal

ijin lokasi ini berada, telah siap dan sangat berharap menjadi petani plasma

dalam program kemitraan yang akan dikembangkan. Berkaitan dengan hal

ini maka masyarakat Kampung Tembudan ini telah membentuk Koperasi

Usaha Perkebunan dan telah membuat kesepakatan awal dengan PT.

TANJUNG BUYU PERKASA Plantation dalam program kemitraan ini.

Secara umum masyarakat juga berharap bahwa dengan dibangunya

perkebunan ini mereka dapat diterima bekerja di perusahaan sehingga

dapat meningkatkan pendapatan mereka.

3.4. LINGKUNGAN KESEHATAN MASYARAKAT

3.4.1. Jenis-jenis Penyakit

Jenis-jenis penyakit yang paling sering diderita penduduk di kampung ini

adalah malaria, ISPA, TBC, paru-paru, dan influenza. Penyakit-penyakit ini

sering timbul pada saat pergantian musim. Berdasarkan data jumlah pasien

yang masuk ke Puskesmas di Kecamatan Batu Putih pada tahun 2011

(Bulan Maret-Mei 2011), maka diketahui bahwa jenis penyakit yang paling

banyak diderita oleh masyarakat adalah penyakit saluran pernafasan bagian

atas. Secara rinci banyaknya pasien yang ada di Puskesmas Kecamatan

Batu Putih di rinci menurut jenis penyakitnya dapat dilihat pada Tabel

3.22.

Tabel 3.22.Banyaknya Rata-rata Pasien Dirinci Menurut Jenis Penyakit di Puskesmas Kecamatan Batu Putih

No. Jenis PenyakitJumlah Penderita

(orang)

1. ISPA 1792. Diare 23

UKL – UPL Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit III - 28PT. TANJUNG BUYU PERKASA PLANTATION – Unit Tembudan

Page 29: Ukpl Bab3-Tbpp-tembudan Jan 2012

III. Rona Lingkungan Hidup

3. Malaria Klinis 104. Tipus Perut Klinis 65. Malaria Falcivarum 56. Hepatitis Klinis 47. TB. Paru BTA + 38. Malaria Vivak 29. Malia Mix 1

10. TB. Paru Klinis 1Sumber : Diolah dari Dinas Kesehatan Kabupaten Berau (Maret-Mei 2011)

3.4.2. Sarana Kesehatan

Bila dikaitkan dengan jumlah penduduk, dapat dikatakan bahwa

sarana/prasarana kesehatan yang ada di kampung ini masih kurang.

Fasilitas kesehatan di kampung Tembudan adalah 1 (satu) unit Puskesmas

Pembantu, Posyandu, dan 1 (satu) orang dukun bayi (Tabel 2.23).

Tabel 3.23. Sarana Kesehatan dan Tenaga Medis di kampung Studi

Kampung

Sarana Kesehatan Tenaga medis dan Kader Kesehatan

Puskesmas

Pustu

Posyan-du Dokter

Mantri

Bidan Kam-pung

Dukun Bayi

Tembudan - 1 1 - - - 1

Sumber : Kecamatan Batu Putih dalam Angka, 2009

UKL – UPL Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit III - 29PT. TANJUNG BUYU PERKASA PLANTATION – Unit Tembudan