pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi … · pemanfaatan komputer, internet dan handphone,...

79
PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DALAM PENINGKATAN KOMPETENSI PENYULUH VERONICE SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

Upload: leliem

Post on 08-Mar-2019

246 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI … · pemanfaatan komputer, internet dan handphone, sebaliknya pada penyuluh PNS ... Penyuluh PNS dan penyuluh THL-TBPP berbeda sangat

PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN

KOMUNIKASI DALAM PENINGKATAN

KOMPETENSI PENYULUH

VERONICE

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2013

Page 2: PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI … · pemanfaatan komputer, internet dan handphone, sebaliknya pada penyuluh PNS ... Penyuluh PNS dan penyuluh THL-TBPP berbeda sangat
Page 3: PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI … · pemanfaatan komputer, internet dan handphone, sebaliknya pada penyuluh PNS ... Penyuluh PNS dan penyuluh THL-TBPP berbeda sangat

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Pemanfaatan Teknologi Informasi

dan Komunikasi dalam Peningkatan Kompetensi Penyuluh adalah benar karya

saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk

apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau

dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain

telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian

akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, September 2013

Veronice

NRP I352110021

Page 4: PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI … · pemanfaatan komputer, internet dan handphone, sebaliknya pada penyuluh PNS ... Penyuluh PNS dan penyuluh THL-TBPP berbeda sangat
Page 5: PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI … · pemanfaatan komputer, internet dan handphone, sebaliknya pada penyuluh PNS ... Penyuluh PNS dan penyuluh THL-TBPP berbeda sangat

RINGKASAN

VERONICE. Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam

Peningkatan Kompetensi Penyuluh. Dibimbing oleh AMIRUDDIN SALEH dan

RETNO SRI HARTATI MULYANDARI

Penyuluh pertanian mempunyai peran strategis terhadap peningkatan

produksi dan nilai tambah usaha tani, oleh sebab itu penyuluh dituntut

kemampuannya dalam mengikuti perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

di bidangnya masing-masing dan mentransfer pengetahuannya guna memecahkan

permasalahan yang dihadapi para petani dalam usaha taninya. Perkembangan

yang pesat dan ketersediaan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK),

membuat penyuluh pertanian sekarang ini dituntut untuk menguasai aplikasi TIK

guna mengakses berbagai sumber informasi dalam membantu petani memecahkan

masalah-masalah usaha tani yang dihadapinya.

Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Mengkaji tingkat pemanfaatan TIK dalam

meningkatkan kompetensi penyuluh; 2) Menganalisis hubungan karakteristik

penyuluh, faktor lingkungan, dan motivasi penyuluh dengan tingkat pemanfaatan

TIK dalam meningkatkan kompetensi penyuluh; 3) Menganalisis hubungan

tingkat pemanfaatan TIK dengan tingkat kompetensi penyuluh; 4) Menganalisis

perbedaan status penyuluh (PNS dan THL-TBPP) dalam pemanfaatan TIK.

Penelitian ini merupakan penelitian survei yang bersifat deskriptif

korelasional, dengan populasi penyuluh pertanian Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan

Tenaga Harian Lepas Tenaga Bantu Penyuluh Pertanian (THL-TBPP) yang

terdapat di 12 Badan Penyuluhan, Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BP3K)

Kabupaten Bogor. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan

dengan menggunakan rumus Slovin sehingga didapat responden sebanyak 117

orang.

Pengumpulan data dilakukan pada bulan Maret sampai dengan April 2013.

Data didukung dengan metode wawancara mendalam dan pengamatan (observasi)

guna mempertajam analisis data kuantitatif. Analisis data menggunakan: analisis

statistik deskriptif, analisis korelasi, dan analisis uji beda dengan aplikasi SPSS

versi 19.

Tingkat pemanfaatan TIK oleh THL-TBPP sangat tinggi terutama dalam

pemanfaatan komputer, internet dan handphone, sebaliknya pada penyuluh PNS

tergolong rendah terutama pada pemanfaatan komputer dan internet.

Faktor karakteristik penyuluh (PNS dan THL-TBPP) memiliki hubungan

sangat nyata dengan tingkat pemanfaatan TIK, khususnya umur, masa kerja dan

status penyuluh pada aspek intensitas pemanfaatan TIK; dan faktor lingkungan

memiliki hubungan nyata dengan tingkat pemanfaatan TIK pada aspek kebijakan

Pemda dengan aspek jangkauan sumber informasi dan ragam informasi; serta

faktor motivasi penyuluh berhubungan sangat nyata dengan tingkat pemanfaatan

TIK yaitu pada aspek motivasi instrinsik khususnya pada jangkauan sumber

informasi, variasi materi penyuluhan, ragam informasi, kualitas berbagi

pengetahuan dengan tingkat pemanfaatan TIK, serta aspek motivasi ekstrinsik

berhubungan nyata dengan variasi materi penyuluhan.

Tingkat pemanfaatan TIK pada aspek jangkauan sumber informasi

berhubungan sangat nyata dengan kompetensi penyuluh pada aspek kemampuan

Page 6: PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI … · pemanfaatan komputer, internet dan handphone, sebaliknya pada penyuluh PNS ... Penyuluh PNS dan penyuluh THL-TBPP berbeda sangat

pemahaman potensi wilayah, kemampuan kewirausahaan dan kemampuan

pemandu sistem jaringan, sedangkan pada aspek variasi materi penyuluhan dan

ragam informasi berhubungan sangat nyata dengan semua tingkat kompetensi

penyuluh.

Penyuluh PNS dan penyuluh THL-TBPP berbeda sangat nyata pada umur,

masa kerja dan tingkat kepemilikan TIK. Dimana penyuluh PNS cenderung

berumur dewasa lanjut, memiliki masa kerja lama, dan kepemilikan TIK kategori

sedikit; sedangkan penyuluh THL-TBPP relatif berumur muda sampai dewasa,

masa kerjanya singkat dan kepemilikan TIK kategori sedang (4-6 macam), dan

banyak (7-9 macam).

Strategi pemanfaatan TIK dalam meningkatkan kompetensi penyuluh

diperoleh dengan cara membangun kerja sama atau sinergi antara penyuluh PNS

dan THL-TBPP dalam memberikan pesan yang bersifat inovatif yang dikemas

dalam materi penyuluhan dengan memperhatikan unsur pengembangan sumber

daya manusia dan peningkatan modal sosial. Peningkatan kompetensi penyuluh

juga dapat ditingkatkan melalui pendidikan formal dan pendidikan non formal

(pelatihan, seminar, workshop) dengan memberikan kesempatan dan peluang yang

sama antara penyuluh PNS dan THL-TBPP sehingga tidak terjadi gap informasi

sesama penyuluh.

Kata Kunci : kompetensi, penyuluh pertanian, teknologi informasi dan komunikasi

Page 7: PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI … · pemanfaatan komputer, internet dan handphone, sebaliknya pada penyuluh PNS ... Penyuluh PNS dan penyuluh THL-TBPP berbeda sangat

SUMMARY

VERONICE. The Application of Information and Communication Technology

(ICT) in Increasing Extension Staffs Competency. Supervised by AMIRUDDIN

SALEH and RETNO SRI HARTATI MULYANDARI

Agricultural extension staffs have strategic roles towards production

improvement and creating incentive for farmers, therefore extension staffs are

required to be Information Communication Technology (ICT)-literate as well as

to be able to become resourceful to farmers in solving the problems faced. The

vast development and the availability of ICT have become the main reason to

encourage agricultural extension staffs to master relevant ICT applications in

order to access various information to help farmers finding solutions to the

problems faced in their work.

Agricultural extension process by using ICT as a medium to access valuable

information and communication either with the source of information it self or

between extension staffs, is an important thing to do to be able to broaden the

knowledge and upgrade the competency of extension staffs, especially in

accessing the newest information to increase the competitiveness of farmers in

agricultural sector.

This study is aimed to: 1) Investigate the utilization level of ICT in

improving the competency of extension staffs. 2) Analyze the relationship between

staffs’ characteristics, society factors, and motivation with the level of ICT

utilization in improving their competency, 3) Analyze the relationship with the

level of application ICT competency level extension staffs, 4) Analyze differences

extension status (PNS and THL-TBPP) in the use of ICT.

This study is a descriptive-correlational survey-based study with the sample

consisting of government employee as well as contract agriculture extension staffs

in 12 extension organization, agriculture, fisheries and forestry (BP3K) in Bogor

regency. The sample collection method in this study is adopting Slovin’s formula

with overall 117 respondents participating in this study

Data collection process was conducted between March and April 2013. The

primary data is also supported by qualitative data gained from interviews and

observations to deepen the analysis of the quantitative data. Data is analyzed by

using descriptive analysis, correlation analysis and differential test analysis. Data

analysis is using SPSS version 19 application.

Level of application ICT by THL-TBPP is very high especially in the

application of computer, internet and handphone and PNS extension belong to the

category of low especially on the application of computers and internet.

Extension characteristic factors (PNS and THL-TBPP) very real correlate

with the level of application ICT especially age, the work experience, and

extension staffs status on intensity of application ICT aspect and environment

factors real correlate with the level of application ICT; and environment factors

real correlate with the level of application ICT on aspect government policy with

range of information sources and variety extension and extension staffs

motivation real correlate with the level of application IC, then aspect of extrinsic

motivation real correlate with material variation of the extension.

Page 8: PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI … · pemanfaatan komputer, internet dan handphone, sebaliknya pada penyuluh PNS ... Penyuluh PNS dan penyuluh THL-TBPP berbeda sangat

Level of application ICT on the range of information source aspect real

correlate with the competence especially on ability of understanding the potential

of the region, the capacity of entrepreneurship, and the ability of network systems,

also material variation of the extension aspect and varians of information very

real at any level of competence of extension staffs..

PNS extension staffs and THL-TBPP real significant difference on age,

work experience and level ownership TIK. PNS extension staffs relatively have the

more mature age, having a long working period, and ownership of the ICT

category a bit; while the THL-TBPP extension staffs are relatively young age to

adult, having a short working period and medium category TIK ownership (4-6

kinds), and many (7-9 kinds).

The strategy of ICT utilization in improving extension staff competency is

established by building cooperation between government employee staffs and

freelance staffs in transmitting innovative messages which packaged in extension

material that also considers human resource development aspects and social

capital improvement. Extension staff competency can also be improved through

formal and informal (e.g. training, seminar, workshop) education by emphasizing

equality between government employee staffs and freelance staffs so that potential

indifference between these two groups can be avoided.

Key words : competence, extension staff, information and communication technology

Page 9: PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI … · pemanfaatan komputer, internet dan handphone, sebaliknya pada penyuluh PNS ... Penyuluh PNS dan penyuluh THL-TBPP berbeda sangat

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2013

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan

atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,

penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau

tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan

IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini

dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

Page 10: PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI … · pemanfaatan komputer, internet dan handphone, sebaliknya pada penyuluh PNS ... Penyuluh PNS dan penyuluh THL-TBPP berbeda sangat
Page 11: PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI … · pemanfaatan komputer, internet dan handphone, sebaliknya pada penyuluh PNS ... Penyuluh PNS dan penyuluh THL-TBPP berbeda sangat

PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN

KOMUNIKASI DALAM PENINGKATAN

KOMPETENSI PENYULUH

VERONICE

TESIS

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

MAGISTER SAINS

pada

Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2013

Page 12: PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI … · pemanfaatan komputer, internet dan handphone, sebaliknya pada penyuluh PNS ... Penyuluh PNS dan penyuluh THL-TBPP berbeda sangat

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr Ir Basita Ginting Sugihen, MA

Page 13: PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI … · pemanfaatan komputer, internet dan handphone, sebaliknya pada penyuluh PNS ... Penyuluh PNS dan penyuluh THL-TBPP berbeda sangat

Judul tesis : Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam

Peningkatan Kompetensi Penyuluh

Nama : Veronice

NRP : I352110021

Disetujui

Komisi Pembimbing

Dr Ir Amiruddin Saleh, MS Dr Ir Retno Sri H Mulyandari, MSi

Ketua Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana IPB

Komunikasi Pembangunan

Pertanian dan Pedesaan

Dr Ir Djuara P Lubis, MS Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

Tanggal Ujian : 26 Juli 2013 Tanggal Lulus : opember 2011

Page 14: PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI … · pemanfaatan komputer, internet dan handphone, sebaliknya pada penyuluh PNS ... Penyuluh PNS dan penyuluh THL-TBPP berbeda sangat
Page 15: PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI … · pemanfaatan komputer, internet dan handphone, sebaliknya pada penyuluh PNS ... Penyuluh PNS dan penyuluh THL-TBPP berbeda sangat

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya,

sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini yang berjudul Pemanfaatan

Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Peningkatan Kompetensi Penyuluh.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan

yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr Ir Amiruddin Saleh, MS dan Ibu Dr Ir Retno Sri Hartati

Mulyandari, MSi sebagai dosen pembimbing dengan kesabaran dan

keikhlasannya telah meluangkan waktu untuk mengarahkan, membuka

wawasan dan membimbing penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

2. Bapak Dr Ir Basita Ginting Sugihen, MA selaku dosen penguji luar komisi

atas masukan dan sarannya.

3. Direktur Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh yang telah memberikan

izin untuk mengikuti tugas belajar pada Program Studi Komunikasi

Pembangunan Pertanian dan Pedesaan IPB.

4. Penyuluh Pertanian Kabupaten Bogor atas partisipasi dan kerjasamanya.

5. Segenap dosen dan staf administrasi Program Studi Komunikasi

Pembangunan Pertanian dan Pedesaan IPB yang telah mengajar dan

membantu penulis selama mengikuti studi.

6. Orang tua, suami tercinta dan anak-anak tersayang yang telah memberikan

izin dan dorongan semangat beserta seluruh keluarga besar dengan

dukungannya telah memberikan kekuatan tersendiri kepada penulis selama ini.

7. Rekan-rekan seperjuangan KMP 2011 (Mbak Tika, Teh Opi, Rani, Pak

Ikhsan, Pak Windi, Syatir, Des, Age) yang selalu kompak dan semangat

pantang menyerah.

8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu atas bantuan baik

moril maupun materil selama studi dan penulisan tesis ini.

Bogor, September 2013

Veronice

Page 16: PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI … · pemanfaatan komputer, internet dan handphone, sebaliknya pada penyuluh PNS ... Penyuluh PNS dan penyuluh THL-TBPP berbeda sangat
Page 17: PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI … · pemanfaatan komputer, internet dan handphone, sebaliknya pada penyuluh PNS ... Penyuluh PNS dan penyuluh THL-TBPP berbeda sangat

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

x

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang

Rumusan Masalah

Tujuan Penelitian

Manfaat Penelitian

1

1

3

4

4

2 TINJAUAN PUSTAKA

Penyuluh dan Penyuluhan Pertanian

Karakteristik Individu Penyuluh

Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)

Pemanfaatan TIK di Bidang Pertanian

Keterdedahan terhadap TIK

Faktor Lingkungan

Motivasi Penyuluh

Kompetensi Penyuluh

5

5

8

9

10

12

13

15

16

Kerangka Berpikir

Hipotesis Penelitian

3 METODE PENELITIAN

Desain Penelitian

Lokasi Dan Waktu Penelitian

Populasi dan Sampel

Data dan Instrumentasi

Definisi Operasional

Validitas dan Reliabilitas

Pengumpulan Data

Analisis Data

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum Lokasi Penelitian

Tingkat Pemanfaatan TIK oleh Penyuluh

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pemanfaatan TIK

dalam Meningkatkan Kompetensi Penyuluh

Hubungan Karakteristik Penyuluh, Faktor Lingkungan dan

Motivasi Penyuluh dengan Tingkat Pemanfaatan TIK oleh Penyuluh

Strategi Pemanfatan TIK dalam Meningkatkan Kompetensi Penyuluh

17

19

21

21

21

21

23

24

29

30

30

31

31

34

39

42

49

5 SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Saran

DAFTAR PUSTAKA

RIWAYAT HIDUP

51

51

51

53

59

Page 18: PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI … · pemanfaatan komputer, internet dan handphone, sebaliknya pada penyuluh PNS ... Penyuluh PNS dan penyuluh THL-TBPP berbeda sangat
Page 19: PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI … · pemanfaatan komputer, internet dan handphone, sebaliknya pada penyuluh PNS ... Penyuluh PNS dan penyuluh THL-TBPP berbeda sangat

DAFTAR TABEL

1. Populasi BP3K dan penyuluh pertanian di Kabupaten Bogor 22

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

15.

16.

17.

18.

Data sampel penelitian

Indikator dan parameter karakteristik individu responden

Indikator dan parameter faktor lingkungan responden

Indikator dan parameter motivasi responden

Indikator dan parameter tingkat pemanfaatan TIK responden

Indikator dan parameter kompetensi penyuluh pertanian

Sebaran rataan skor dan uji t dalam intensitas pemanfaatan TIK

oleh penyuluh PNS dan THL-TBPP

Sebaran rataan skor dan uji t pemanfaatan TIK oleh penyuluh PNS dan

THL-TBPP yang berkaitan dengan pemanfaatan TIK penyuluh

Sebaran persentase karakteristik individu penyuluh dan uji t antara

penyuluh PNS dan THL-TBPP

Sebaran rataan skor faktor lingkungan dan uji t oleh penyuluh PNS dan

THL-TBPP

Sebaran rataan skor motivasi penyuluh dan uji t penyuluh PNS dan THL

dalam pemanfaatan TIK

Hubungan karakteristik penyuluh dengan tingkat pemanfaatan TIK

Hubungan faktor lingkungan dengan tingkat pemanfaatan TIK

Hubungan motivasi penyuluh dengan tingkat pemanfaatan TIK

Sebaran rataan skor dan uji t tingkat kompetensi penyuluh PNS dan THL-

TBPP

Hubungan tingkat pemanfaatan TIK dengan tingkat kompetensi penyuluh

Sinergisitas Penyuluh PNS dan THL-TBPP dalam menyelenggarakan

kegiatan penyuluhan berbasis TIK

23

24

24

26

25

27

35

38

39

41

42

43

45

45

46

48

50

Page 20: PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI … · pemanfaatan komputer, internet dan handphone, sebaliknya pada penyuluh PNS ... Penyuluh PNS dan penyuluh THL-TBPP berbeda sangat
Page 21: PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI … · pemanfaatan komputer, internet dan handphone, sebaliknya pada penyuluh PNS ... Penyuluh PNS dan penyuluh THL-TBPP berbeda sangat

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang

Penyuluhan pertanian mempunyai kedudukan yang sangat strategis dalam

pembangunan pertanian, khususnya dalam pengembangan kualitas pelaku utama

(petani) dan pelaku usaha. Penyuluhan pertanian adalah proses pembelajaran bagi

pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan

mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi,

permodalan, dan sumber daya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan

produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan dan kesejahteraannya. Sebagai kegiatan

pendidikan, penyuluhan pertanian adalah upaya untuk membantu menciptakan

iklim pembelajaran yang kondusif bagi pelaku utama dan keluarganya, serta

pelaku usaha.

Keberhasilan pembangunan pertanian tidak lepas dari peran penyuluh dalam

melaksanakan kegiatan penyuluhan pertanian. Sebagai pejabat fungsional,

penyuluh memiliki tugas pokok dan fungsi (tupoksi) yang digunakan sebagai

acuan dalam menjalankan kegiatan penyuluhan. Jabaran tupoksi penyuluh tersebut

tertuang dalam Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara

Nomor: Per/02/Menpan/2/2008 di antaranya meliputi: 1) Menyiapkan dan

merencanakan pelaksanaan penyuluhan pertanian; 2) Melaksanakan penyuluhan

pertanian; 3) Kemampuan membuat evaluasi dan pelaporan pelaksanaan

penyuluhan; 4) Mengembangkan penyuluhan pertanian, 5) Mengembangkan

profesi penyuluhan; 6) Mengembangkan kegiatan penunjang tugas penyuluh

pertanian (Menpan, 2008).

Sesuai dengan paradigma baru penyuluhan, yang bergeser dari pola top

down menjadi bottom up dimana bentuk hubungan antara penyuluh dan petani

tidak lagi sebagai atasan dan bawahan, tetapi sebagai mitra sejajar petani, maka

tugas pokok dan fungsi penyuluh tersebut juga mengalami perubahan ke arah

perannya sebagai mitra sejajar petani. Kondisi ini menuntut penyuluh untuk

selalu mengembangkan diri agar dapat memberikan layanan yang memuaskan

petani.

Heryawan (2012) menjelaskan demi terwujudnya target utama

pembangunan pertanian sangat ditentukan oleh jumlah dan kompetensi penyuluh.

Saat ini jumlah penyuluh pertanian sebanyak 51.428 orang, terdiri atas 27.961

(54.37%) orang penyuluh Pegawai Negeri Sosial; 1.251 (2.43%) orang penyuluh

honorer; dan 22.216 (43.20%) Tenaga Harian Lepas Tenaga Bantu Penyuluh

Pertanian (THL-TBPP). Penyuluh yang langsung mendampingi petani, kelompok

tani dan gabungan kelompok tani di tingkat desa/kelurahan sekitar 35.146 orang

dengan rasio 75.22 desa/kelurahan yang ada di Indonesia. Oleh karena itu, saat ini

seorang penyuluh pertanian rata-rata mengawal dan mendampingi petani pada 2

sampai 4 desa.

Kelemahan tenaga penyuluh tidak hanya dalam aspek kuantitas, tetapi juga

secara kualitas cukup mengkhawatirkan. Hasil-hasil penelitian yang terkait

dengan kompetensi penyuluh seperti yang dilakukan Marius et al. (2007),

Nuryanto (2008), dan Mulyadi (2009) menunjukkan masih lemahnya kompetensi

penyuluh pertanian. Rendahnya mutu tenaga penyuluh juga ditegaskan oleh

1

Page 22: PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI … · pemanfaatan komputer, internet dan handphone, sebaliknya pada penyuluh PNS ... Penyuluh PNS dan penyuluh THL-TBPP berbeda sangat

2

Slamet (2008) bahwa idealnya penyuluh lapangan itu juga harus profesional yang

mampu berimprovisasi secara bertanggung jawab dengan situasi dan kondisi

lapangan yang dihadapi, namun tenaga-tenaga yang profesional semacam itu pada

saat ini belum cukup tersedia. Kondisi ini mengindikasikan perlunya berbagai

pihak untuk mengkaji bagaimana meningkatkan kualitas penyuluh. Berkaitan

dengan hal kompetensi penyuluh, untuk menjawab tantangan penyuluhan saat ini

yaitu dengan mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas, yakni

menjadikan penyuluh yang profesional dalam memberikan layanan yang

memuaskan kepada petani, sehingga penyuluh perlu meningkatkan

kompetensinya.

Kompetensi penting yang harus dimiliki oleh seorang penyuluh adalah

kemampuan dalam mengakses Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di

bidang pertanian untuk mendukung perannya dalam memberikan layanan

informasi sesuai kebutuhan petani dan dapat mengikuti perkembangan ilmu

pengetahuan teknologi dan komunikasi yang berlangsung dengan cepat. memiliki

kompetensi yang memadai tersebut, penyuluh dapat mencari dan mengakses

sumber-sumber informasi terkini yang berkaitan dengan bidang pertanian dan

menyampaikan informasi tersebut kepada petani untuk meningkatkan daya saing

usaha taninya. Upaya ini selaras dengan UU Nomor 16 tahun 2006 tentang

Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan yang mendukung

pencapaian kemampuan penyuluh dalam mengakses informasi.

Penyuluh pertanian berperan membantu petani dalam menentukan pilihan

teknologi yang akan digunakan dengan jalan memberikan pertimbangan-

pertimbangan atas akibat penggunaan sesuatu teknologi, seperti pertimbangan

biaya dan pendapatan, risiko pasar dan saluran pemasaran serta kualitas dan

kuantitas produk yang diperlukan konsumen. Penyuluh dalam melaksanakan

fungsi dan perannya perlu terus-menerus mengikuti perkembangan ilmu dan

teknologi sesuai dengan informasi yang dibutuhkan oleh para petani kliennya.

Perkembangan ilmu dan teknologi tersebut dapat diperoleh antara lain oleh

berbagai macam media yang tersedia. Informasi yang dibutuhkan untuk masing-

masing penyuluh bervariasi sesuai dengan masalah spesifik lokasi, kebutuhan

informasi petani, maupun kondisi dan kebutuhan penyuluh tersebut dalam

menunjang pelaksanaan tugas dan pengembangan profesinya.

Pentingnya peran penyuluh di era globalisasi ini, menuntut diperlukannya

penelitian yang lebih mendalam dan komprehensif terhadap pemanfaatan dan

penggunaan TIK oleh penyuluh pertanian dalam peningkatan kompetensinya.

Selain pemanfaatan TIK, dilakukan juga penelitian yang berkaitan dengan faktor-

faktor yang mempengaruhi pemanfaatan TIK seperti faktor lingkungan dan faktor

eksternal lainnya sehingga dapat diketahui rumusan strategi yang tepat dalam

pemanfaatan TIK guna meningkatkan kompetensi penyuluh.

Berdasarkan situasi dan kondisi penyuluhan saat ini, maka dipilihlah

Kabupaten Bogor sebagai lokasi penelitian karena daerah ini merupakan daerah

dengan variasi penggunaan TIK dan tingkat aksesibilitas cukup tinggi terhadap

sumber informasi, penyuluhnya sudah terdedah dengan TIK, koneksi jaringan

yang cukup luas, dan di wilayah Bogor terdapat berbagai unit kerja penelitian

pertanian, perguruan tinggi dan pusat-pusat informasi. Dengan demikian terdapat

berbagai pilihan bagi penyuluh pertanian dalam memanfaatkan TIK.

Page 23: PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI … · pemanfaatan komputer, internet dan handphone, sebaliknya pada penyuluh PNS ... Penyuluh PNS dan penyuluh THL-TBPP berbeda sangat

3

Perumusan Masalah

Ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang cepat seiring tuntutan

perubahan zaman. Perkembangan TIK terutama sejak munculnya teknologi

internet telah menyebabkan perubahan besar dalam masyarakat. Produk teknologi

informasi yang relatif murah dan terjangkau memudahkan akses informasi

melampaui batas negara dan batas budaya. Kondisi ini telah merambah kepada

semua lapisan kehidupan manusia termasuk para petani di pedesaan. Kini

sebagian petani sudah terbiasa mengakses informasi melalui koran, majalah,

radio, televisi, internet, handphone atau media lainnya. Oleh karena itu, peran

penyuluh menjadi penting sebagai fasilitator dalam mengembangkan potensi

petani. Sebagai konsekuensinya penyuluh dituntut untuk mampu menyesuaikan

dengan perubahan dan tuntutan masyarakat yang terus berkembang.

Ketersediaan berbagai macam atau jenis TIK dan beragam jenis informasi

yang ada belum menjamin dapat dimanfaatkan oleh penyuluh pertanian untuk

dapat diteruskan kepada para petani melalui penyuluhan pertanian, dengan kata

lain pemanfaatan berbagai jenis TIK ini mempunyai hambatan atau kendala baik

yang berasal dari dalam diri penyuluh pertanian itu sendiri maupun faktor

eksternal lainnya yang menentukan.

Penelitian Anwas et al. (2009) menyatakan bahwa kompetensi penyuluh di

Kabupaten Karawang dan Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat tergolong rendah,

terutama dalam pengelolaan kewirausahaan, pengelolaan pembaharuan, dan

pemandu sistem jaringan. Kompetensi penyuluh terhadap pemahaman potensi

wilayah, pengelolaan pelatihan, pengelolaan pembelajaran, dan pengelolaan

komunikasi inovasi termasuk dalam kategori sedang.

Nuryanto (2008) mengungkapkan bahwa kompetensi penyuluh di Provinsi

Jawa Barat tergolong rendah terutama dalam kemampuan penyuluh

memanfaatkan media internet, membangun jejaring kerja, mengakses informasi,

penguasaan inovasi dan menganalisis masalah. Kondisi ini menunjukkan bahwa

kompetensi penyuluh secara umum relatif masih akan berdampak pada

kurangnya kualitas layanan penyuluh dalam kegiatan penyuluhan.

Pengembangan TIK sebagai salah satu alternatif untuk menjamin kecepatan

dan ketepatan penyebaran informasi teknologi baru di bidang pertanian juga

menjadi salah satu pilihan pertimbangan pada efektivitas dan efisiensi sistem

layanan penyuluhan (Subejo, 2011), bahkan pemanfaatan TIK ini juga tidak

lepas dari adanya peningkatan kualitas sumber daya petani dan pelaku

pembangunan pertanian, kemajuan teknologi informasi dan komunikasi serta

pertimbangan efektivitas dan efisiensi penyebarluasan informasi. Sharma

(2006) menyebutkan salah satu solusi yang ditawarkan dalam rangka mengatasi

persoalan transfer teknologi dan pengetahuan yaitu dengan memberikan istilah

tentang pemanfaatan TIK untuk penyuluhan pertanian dengan sebutan cyber

extension.

Berdasarkan state of the art dan beberapa latar belakang kegiatan penelitian

ini, permasalahan yang perlu dijawab melalui penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Sejauhmana tingkat pemanfaatan TIK dalam meningkatkan kompetensi

penyuluh?

Page 24: PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI … · pemanfaatan komputer, internet dan handphone, sebaliknya pada penyuluh PNS ... Penyuluh PNS dan penyuluh THL-TBPP berbeda sangat

4

2. Sejauhmana hubungan karakteristik penyuluh, faktor lingkungan, dan

motivasi penyuluh dengan tingkat pemanfaatan TIK?

3. Sejauhmana hubungan tingkat pemanfaatan TIK dengan tingkat kompetensi

penyuluh?

4. Faktor-faktor apa saja yang membedakan status penyuluh (PNS dan THL-

TBPP) dalam pemanfaatan TIK?

Tujuan Penelitian

Tujuan utama penelitian ini adalah melihat tingkat pemanfaatan TIK oleh

penyuluh yang berhubungan dengan karakteristik penyuluh, keterdedahan

penyuluh terhadap media dan motivasi penyuluh, sedangkan tujuan spesifik

penelitian yang perlu dicarikan jawabannya, yaitu untuk:

1. Mengkaji tingkat pemanfaatan TIK dalam meningkatkan kompetensi

penyuluh.

2. Menganalisis hubungan karakteristik penyuluh, faktor lingkungan, dan

motivasi penyuluh dengan tingkat pemanfaatan TIK.

3. Menganalisis hubungan tingkat pemanfaatan TIK dengan tingkat

kompetensi penyuluh.

4. Menganalisis perbedaaan status penyuluh (PNS dan THL-TBPP) dalam

pemanfaatan TIK.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi instansi

yang berkompeten dalam bidang penyebarluasan hasil-hasil penelitian dan

pengkajian dan bagi dinas lingkup pertanian dalam memperhatikan penyediaan

TIK bagi penyuluh pertanian. Secara rinci manfaat hasil penelitian ini adalah:

1. Untuk mengimbangi tuntutan dinamika kompetensi penyuluh yang terus

berkembang, pemerintah pusat (Kementerian Pertanian) dan pemerintah

daerah perlu mengambil kebijakan untuk menciptakan iklim belajar yang

kondusif bagi penyuluh melalui pemanfaatan TIK. Penelitian ini diharapkan

menghasilkan informasi tentang TIK yang dapat meningkatkan kompetensi

penyuluh.

2. Sebagai bahan masukan bagi instansi yang berkompeten dalam bidang

diseminasi hasil penelitian untuk menyediakan media informasi teknologi

pertanian yang tepat guna sesuai dengan kebutuhan sasaran.

3. Sebagai bahan masukan bagi penentu kebijakan terutama Balai Pengkajian

Teknologi Pertanian (BPTP) dalam melaksanakan proses diseminasi

teknologi pertanian agar lebih efektif dan efisien dengan pemanfaatan TIK

oleh penyuluh.

4. Sebagai bahan masukan bagi peneliti dan penyuluh pertanian dalam rangka

menyusun program penelitian dan penyuluhan serta merancang media yang

tepat dalam percepatan alih teknologi.

5. Menjadi dasar untuk penelitian lebih lanjut dalam ilmu komunikasi dengan

menggunakan pendekatan dan metode yang berbeda.

Page 25: PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI … · pemanfaatan komputer, internet dan handphone, sebaliknya pada penyuluh PNS ... Penyuluh PNS dan penyuluh THL-TBPP berbeda sangat

5

2 TINJAUAN PUSTAKA

Penyuluh dan Penyuluhan Pertanian

Menurut Undang Undang Nomor 16 tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan

Pertanian, Perikanan dan Kehutanan, yang dimaksud dengan penyuluhan

pertanian, perikanan, kehutanan yang selanjutnya disebut penyuluhan adalah

proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan

mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi

pasar, teknologi, permodalan, dan sumber daya lainnya. Hal ini sebagai upaya

untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan dan

kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi

lingkungan hidup. Sejalan dengan itu, yang dimaksud dengan penyuluh pertanian,

penyuluh perikanan, dan penyuluh kehutanan, baik penyuluh PNS, swasta,

maupun swadaya, yang selanjutnya disebut penyuluh adalah perorangan warga

negara Indonesia yang melakukan kegiatan penyuluhan.

Penyuluh Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disebut penyuluh PNS

adalah pegawai negeri sipil yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang, dan

hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang pada satuan organisasi lingkup

pertanian, perikanan, atau kehutanan untuk melakukan kegiatan penyuluhan.

Penyelenggaraan penyuluhan dapat dilaksanakan oleh pelaku utama (petani) dan

atau warga masyarakat lainnya sebagai mitra pemerintah dan pemerintah daerah,

baik secara sendiri-sendiri maupun bekerja sama, yang dilaksanakan secara

terintegrasi dengan programa pada tiap-tiap tingkatan administrasi pemerintah

(Deptan RI, 2006).

Tenaga Harian Lepas Tenaga Bantu Penyuluh Pertanian (THL-TBPP) yaitu

tenaga kontrak penyuluh pertanian yang direkrut oleh pemerintah pusat yakni

Kementerian Pertanian Republik Indonesia sejak tahun 2007 sampai dengan tahun

2009 dan menjalankan tupoksi serta mendapatkan kewenangan dalam

menjalankan tugas yang sama dengan penyuluh pertanian PNS. (Menpan, 2008)

Penyuluhan pada hakekatnya adalah suatu cara proses penyebaran informasi

yang berkaitan dengan upaya perbaikan cara-cara bertani dan berusaha tani demi

tercapainya peningkatan produktivitas, pendapatan petani dan perbaikan

kesejahteraan masyarakat atau keluarga yang diupayakan melalui kegiatan

pembangunan pertanian. Penyebaran informasi yang dimaksud mencakup

informasi tentang ilmu dan teknologi yang bermanfaat, analisis ekonomi dan

upaya rekayasa sosial yang berkaitan dengan pengembangan usaha tani serta

peraturan dan kebijakan pendukung.

Lebih lanjut dikatakan bahwa penyuluhan juga berorientasi pada perubahan

perilaku melalui suatu proses pendidikan. Dalam penyuluhan terkandung adanya

perubahan sikap dan keterampilan masyarakat agar mereka tahu, mau dan mampu

melaksanakan perubahan-perubahan dalam usaha taninya, demi tercapainya

peningkatan produksi, pendapatan dan perbaikan kesejahteraan keluarga atau

masyarakat (Mardikanto, 2010)

Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara

Nomor: PER/02/Menpan/2/2008, bahwa tugas pokok dan fungsi penyuluh

pertanian adalah melakukan kegiatan yaitu: 1) Menyiapkan dan merencanakan

5

Page 26: PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI … · pemanfaatan komputer, internet dan handphone, sebaliknya pada penyuluh PNS ... Penyuluh PNS dan penyuluh THL-TBPP berbeda sangat

6

pelaksanaan penyuluhan yang meliputi, kemampuan dalam mengidentifikasi

potensi wilayah, kemampuan mengidentifikasi agroekosistem, kemampuan

mengidentifikasi kebutuhan teknologi pertanian, kebutuhan menyusun program

penyuluhan, dan kemampuan menyusun rencana kerja penyuluhan; 2)

Melaksanakan penyuluhan pertanian meliputi kemampuan menyusun materi

penyuluhan, kemampuan menerapkan metode penyuluhan, baik metode

penyuluhan perorangan maupun penyuluhan kelompok serta metode penyuluhan

massal, juga memiliki kemampuan membina kelompok tani sebagai kelompok

pembelajaran dan kemampuan mengembangkan swadaya dan swakarsa petani

nelayan; 3) Kemampuan membuat evaluasi dan pelaporan pelaksanaan

penyuluhan; 4) Kemampuan mengembangkan penyuluhan pertanian seperti

merumuskan kajian arah penyuluhan, menyusun pedoman pelaksanaan

penyuluhan dan mengembangkan sistem kerja penyuluhan pertanian; 5)

Pengembangan profesi penyuluh pertanian yang meliputi penyusunan karya tulis

ilmiah dan ilmu populer bidang penyuluhan pertanian dan penerjemahan buku

penyuluhan; dan 6) Kegiatan penunjang penyuluhan pertanian yang meliputi

seminar dan lokakarya penyuluhan pertanian.

Penyelenggaraan penyuluhan pertanian untuk masa yang akan datang

haruslah dipola secara terpadu dan integratif. Baik secara perencanaan

kegiatannya, peningkatan kualitas SDM dan fasilitas fisik lainnya, kelembagaan

dan mekanisme kerjanya, serta kontrol dan sistem evaluasi yang ketat. Hal ini

sangat perlu dilakukan karena tanpa didukung dengan fungsi manajemen yang

baik, maka kegiatan penyuluhan akan mengalami kebuntuan, mandeg, tidak

visioner, dan kurang memperhitungkan perubahan keadaan lingkungan yang

dinamis.

Tantangan yang dihadapi oleh para penyuluh pertanian saat ini cukup berat

dan kompleks, minimal ada tiga tantangan utama yang harus dihadapi dan

sekaligus untuk diatasi oleh para penyuluh di antaranya: 1) Perkembangan

teknologi pertanian dan teknologi informasi, 2) Perkembangan politik

pembangunan pertanian, 3) Perkembangan tata perekonomian dunia yang

mengarah kepada perdagangan bebas. Ketiga tantangan tersebut, secara langsung

dan tidak langsung membawa konsekuensi logis yang berbeda dan beragam.

Perkembangan teknologi dan informasi yang semakin maju pesat, membawa

implikasi kepada kegiatan penyuluhan dalam memanfaatkan perkembangan

tersebut. Di lain sisi, para penyuluh belum sepenuhnya dapat mengambil manfaat

dari perkembangan teknologi ini.

Pengaruh perkembangan politik pembangunan pertanian saat ini lebih

banyak diwarnai oleh kebijakan pembangunan yang otonom sesuai dengan

semangat otonomi daerah. Sebagai akibat turunan dari aspek ini, setiap daerah

mempunyai kebijakan yang berbeda menyangkut kebijakan penyuluhan

pertaniannya.

Hasil penelitian Marius et al. (2007) mengenai kompetensi penyuluh

mengungkapkan bahwa di dalam era otonomi daerah perhatian pemerintah daerah

menurun seperti hampir tidak adanya penggunaan informasi dalam bentuk leaflet,

brosur dan lain-lain. Begitu juga dengan pemberian dana, sarana/prasarana,

dukungan masyarakat dan keluarga juga menurun, penggunaan teknologi

pertanian oleh petani terbatas, motivasi penyuluh rendah. Senada dengan hasil

penelitian Margono et al. (2011) yang membahas mengenai gap antara hubungan

Page 27: PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI … · pemanfaatan komputer, internet dan handphone, sebaliknya pada penyuluh PNS ... Penyuluh PNS dan penyuluh THL-TBPP berbeda sangat

7

pemerintah pusat dengan penyuluh dalam penyebaran informasi mengungkapkan

bahwa sumber informasi sekunder yang dapat diakses oleh penyuluh, bukan

tergolong dalam kasus informasi primer. Mengenai isu yang berkaitan dengan

jenis atau ragam informasi, perlunya portal bagi penyuluh dalam mengakses

informasi dan akses ke katalog online database bagi pusat-pusat informasi

sehingga interoperabilitas lintas kelembagaan dan database repositori menjadi isu

penting dalam memberikan portal informasi di bidang pertanian.

Konsekuensi dari tantangan yang ketiga adalah ekonomi yang dapat

bersaing adalah yang memiliki tingkat efisiensi yang tinggi. Efisiensi yang tinggi

tercapai jika teknologi menjadi input utama dalam proses produksi. Peran

penyuluh semakin penting untuk memasukan teknologi tersebut.

Penyuluhan pertanian tengah mengalami kegamangan dalam menghadapi

tantangan perubahan ini. Penyuluhan dan penyuluh belum sepenuhnya mampu

beradaptasi dengan perubahan ini. Oleh karena itu perubahan dan peningkatan

peran penyuluh sangat perlu dilakukan, karena perubahan sosial ekonomi petani

ke arah yang lebih baik memerlukan transfer teknologi lewat tangan-tangan

penyuluh. Peran penyuluh lainnya antara lain:

1. Peran Penyuluh sebagai tenaga teknis edukatif. Dalam peranan ini penyuluh

dapat bertindak sebagai penyedia jasa konsultan (pendidikan), termasuk di

dalamnya penyuluh dapat melakukan tindakan membimbing, melatih,

mengarahkan, dan memberikan transfer informasi dan teknologi usaha tani.

Perubahan perilaku pada tiga domain utama (pengetahuan, sikap, dan

keterampilan) menjadi bagian tugas yang tidak terpisahkan dalam peranan

penyuluh sebagai konsultan/tenaga pendidikan pertanian. Sebagai tenaga

teknis edukatif, seorang penyuluh pertanian mampu melakukan

penyelenggaraan proses belajar mengajar sesuai prinsip-prinsip pendidikan

orang dewasa.

2. Peran penyuluh sebagai pemberdaya petani. Sebagai pemberdaya petani,

penyuluh diharapkan mampu memberikan semangat dan energi yang penuh

bagi kemandirian hidup petani, sehingga petani mau dan mampu untuk

memecahkan persoalan yang dihadapinya secara independen dan swadaya.

Tentunya dalam hal ini tindakan yang perlu dilakukan penyuluh sebagai

pemberdaya petani di antaranya:

a. Penyuluh sebagai insiator: senantiasa memberikan gagasan/ide baru yang

inovatif, adaptif, dan fleksibel.

b. Penyuluh sebagai fasilitator: selalu memberikan alternatif solusi dari

setiap problema yang dihadapi petani, dan mampu memberikan akses

kepada tujuan pasar dan perbaikan modal usaha.

c. Penyuluh sebagai motivator: senantiasa penyuluh memberikan dorongan

semangat agar petani mau dan mampu bertindak untuk kemajuan.

d. Penyuluh sebagai evaluator: senantiasa penyuluh mampu melakukan

tindakan korektif, mampu melakukan analisis masalah.

3. Peran penyuluh sebagai petugas profesional mandiri yang berkeahlian

spesifik. Penyuluh yang profesional adalah penyuluh yang mampu

memposisikan diri dalam tugasnya sebagai milik petani dan lembaganya

serta bertanggung jawab penuh terhadap profesinya.

Page 28: PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI … · pemanfaatan komputer, internet dan handphone, sebaliknya pada penyuluh PNS ... Penyuluh PNS dan penyuluh THL-TBPP berbeda sangat

8

4. Penyuluh berperan sebagai entrepreneurship (kewirausahaan)

Kewirausahaan adalah semangat, sikap, perilaku dan kemampuan seseorang

dalam menangani usaha atau kegiatan yang mengarah pada upaya mencari,

menciptakan serta menerapkan cara kerja, teknologi dan produk baru

dengan meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang

lebih baik dan atau memperoleh keuntungan yang lebih besar (Keputusan

Menteri Koperasi dan Pembinaan Pengusahan Kecil Nomor

961/KEP/M/XI/1995).

Karakteristik Individu Penyuluh

Karakteristik individu merupakan sifat-sifat atau ciri-ciri seseorang yang

berhubungan dengan semua aspek kehidupan dan lingkungannya. Karakter

tersebut terbentuk oleh faktor biologis yang mencakup genetik, sistem syaraf serta

sistem hormonal, dan faktor sosio-psikologis berupa komponen-komponen konatif

yang berhubungan dengan kebiasaan dan afektif (Rakhmat, 2001).

Menurut Padmowihardjo (2004), umur bukan merupakan faktor psikologis,

tetapi apa yang diakibatkan oleh umur adalah faktor psikologis. Seseorang yang

berumur 15-25 tahun akan belajar lebih cepat dan berhasil mempertahankan

retensi belajar jika diberi bimbingan belajar dengan baik. Kemampuan belajar

berkembang hingga usia 45 tahun dan terus menurun setelah mencapai usia 55

tahun.

Kemampuan belajar diperoleh salah satunya melalui jalur pendidikan.

Hakekat dalam pendidikan adalah adanya proses belajar yang ditandai dengan

adanya perubahan perilaku baik aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor.

Pendidikan memberikan nilai-nilai tertentu dalam berpikir dan berperilaku. Oleh

karena itu pendidikan akan berpengaruh terhadap pola pikir dan perilaku

seseorang. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, ada kecenderungan

semakin tinggi pula pengetahuan, sikap dan keterampilan (Slamet, 2003). Bahkan

menurut Mardikanto (2010), makin tinggi tingkat pendidikan seseorang

berpengaruh terhadap efisien bekerja dan semakin banyak tahu cara-cara dan

teknik bekerja yang lebih baik dan lebih menguntungkan. Senada yang

diungkapkan oleh Nwafor dan Akubue (2008) bahwa tingkat pendidikan

mempengaruhi penggunaan radio dan televisi di Nigeria. Radio dan program

televisi yang terkenal di kalangan perempuan berupa siaran berita, program sosial

budaya, musik dan drama. Masalah yang menghambat penggunaan radio dan

televisi oleh perempuan yaitu kendala waktu, dan kondisi ekonomi. Dalam

penelitian ini pendidikan yang dimaksudkan adalah jenjang pendidikan formal

yang pernah diikuti penyuluh. berdasarkan uraian di atas tingkat pendidikan

penyuluh akan berpengaruh terhadap pemanfaatan media.

Berkaitan dengan pengalaman atau masa kerja seorang penyuluh dapat

disimpulkan berapa lamanya penyuluh pertanian melakukan penyuluhan pertanian

dan mempelajari kondisi wilayah kerjanya yang berhubungan dengan kegiatan

penyuluhan pertanian. Diharapkan dari pengalaman melaksanakan kegiatan

penyuluhan tersebut, menumbuhkan motivasi kerja dan menambah wawasan bagi

penyuluh pertanian itu sendiri sehingga ada ilmu yang dapat dijadikan contoh

penyuluh lainnya atau penyuluh yang lebih muda.

Page 29: PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI … · pemanfaatan komputer, internet dan handphone, sebaliknya pada penyuluh PNS ... Penyuluh PNS dan penyuluh THL-TBPP berbeda sangat

9

Hasil penelitian Alfred dan Odefadehan (2007) mengungkapkan bahwa

hanya pengalaman kerja penyuluh yang memiliki hubungan yang signifikan

dengan kebutuhan informasi mereka. Selain itu juga menemukan bahwa penyuluh

menerima beberapa sumber informasi yaitu pelatihan, penelitian, buku, buletin

teknis, seminar dan supervisor, sementara sumber informasi yang lain yaitu klien

dan rekan dianggap tidak efektif.

Menurut Saleh (2009), karakteristik personal dan sosial ekonomi keluarga

santri pesantren tradisional dan modern seperti usia, lama menetap, status

ekonomi, keluarga dan mobilitas sosial berhubungan nyata dengan perubahan

sosiokultural serta terdapat hubungan yang sangat nyata antara keterdedahan

media massa dengan perubahan sosiokultural yang terjadi di pesantren tradisional

maupun modern.

Lebih lanjut Anwas et al. (2009) menyebutkan bahwa intensitas

pemanfaatan media massa dan media lingkungan rendah, sedangkan pemanfaatan

media terprogram dalam kategori sedang. Pemanfaatan media ini dipengaruhi oleh

tingkat pendidikan formal, kepemilikan media komunikasi dan informasi,

motivasi penyuluh, dukungan anggota keluarga penyuluh, dan tuntutan klien.

Teknologi Informasi dan Komunikasi

Teknologi informasi dan komunikasi (TIK) sebagai bagian dari ilmu

pengetahuan dan teknologi, secara umum adalah semua teknologi yang

berhubungan dengan pengambilan, pengumpulan, pengolahan, penyimpanan,

penyebaran dan penyajian informasi. Teknologi ini merupakan hasil perpaduan

dari dua teknologi yang sebelumnya dikembangkan secara terpisah, yaitu

komputer untuk data digital, dan komunikasi untuk suara. Didorong oleh

perkembangan teknologi mikroelektronika, perbedaan antara keduanya menjadi

tidak terlalu berarti (Kemeneg Ristek RI, 2006).

Teknologi informasi dan komunikasi perkembangannya paling pesat

dibanding dengan teknologi-teknologi lain dan dipercaya belum kelihatan titik

jenuhnya dalam beberapa dekade terakhir, bahkan semakin mengagumkan. Dalam

perkembangannya, teknologi informasi sudah mengarah pada teknologi dengan

ciri-ciri konvergensi, miniaturisasi, embedded, on demand, grid, intellegent,

wireless inter networking, open source, seamles integration, dan umbiquitous

(Kemeneg Ristek RI, 2006).

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi di tingkat nasional

tergolong cepat. Kekuatan yang menjadi pendorong percepatan perkembangan

teknologi informasi dan komunikasi antara lain disebutkan dalam Kementerian

Negara Ristek RI (2006) adalah: 1) Indonesia mempunyai jumlah tenaga kerja

yang cukup besar, terampil dan berpengalaman; 2) Industri besar di bidang

teknologi informasi dan komunikasi sudah melakukan investasi di Indonesia

seperti IBM, Microsoft, INTEL, Oracle, SUN Microsystem, dan lain-lain; 3)

Secara alamiah telah terbentuk pengelompokan industri teknologi informasi dan

komunikasi yang berpotensi membangun klaster, antara lain: Wilayah Priangan

(Bandung High Tech Valley – BHTV), RICE Bali, Toba Group, Pulau Batam; 4)

Industri pendukung seperti Integrated Circuit (IC), Computerary Tube (CRT),

Liquid Computer Display (LCD), Handphone, Camera Digital, Lensa Digital,

Page 30: PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI … · pemanfaatan komputer, internet dan handphone, sebaliknya pada penyuluh PNS ... Penyuluh PNS dan penyuluh THL-TBPP berbeda sangat

10

Personal Computer Board (PCB), komponen plastik, komponen casing sudah

diproduksi di Indonesia; 5) Tersedianya infrastruktur walaupun belum merata di

seluruh nusantara.

Selain faktor kekuatan terdapat beberapa kelemahan dalam pemanfaatan

teknologi informasi dan komunikasi, antara lain: 1) Lingkungan usaha belum

sepenuhnya kondusif, terutama belum adanya kepastian hukum; 2) Dukungan

riset dan pengembangan transfer teknologi masih lemah, karena terbatasnya

pembiayaan; 3) Belum tersedianya Standar Nasional Indonesia (SNI) bagi produk

teknologi informasi dan komunikasi; 4) Pasar ekspor masih terbatas; 5)

Terbatasnya SDM yang profesional; 6) Ketergantungan barang modal, komponen

dan bahan baku impor masih tinggi; 7) Potensi usaha berbasis teknologi informasi

dan komunikasi belum dikembangkan secara optimal; 8) Tingginya tingkat

pembajakan piranti perangkat lunak (Kemeneg Ristek RI, 2006). Sementara itu

dikemukakan oleh Kemenneg Ristek RI beberapa peluang pengembangan dan

pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi, seperti: 1) Membaiknya

perekonomian nasional; 2) Semangat reformasi dan demokrasi; 3)

Berkembangnya ekonomi baru; 4) Meningkatnya akses informasi; dan 5) Adanya

globalisasi yang dapat memperluas jaringan kerjasama.

Fokus pembangunan nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)

dalam bidang teknologi informasi dan komunikasi yaitu mengembangkan

teknologi informasi dan komunikasi untuk mengurangi kesenjangan informasi,

mengurangi pembajakan Hak Kekayaan Intelektual, dan mengurangi belanja

teknologi impor, yang meliputi: telekomunikasi berbasis Internet Protocol (IP),

penyiaran multimedia berbasis digital, aplikasi perangkat lunak berbasis open

source, telekomunikasi murah untuk desa terpencil, teknologi digital untuk

industri kreatif, dan infrastruktur informasi (Kemeneg Ristek RI, 2006).

Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi

di Bidang Pertanian

Informasi teknologi pertanian memegang peranan penting dalam proses

pembangunan pertanian. Tersedianya berbagai sumber informasi yang akan

mendesiminasikan (menyebarkan) atau menyampaikan informasi teknologi

pertanian dapat mempercepat kemajuan usaha pertanian di pedesaan. Pada era

globalisasi dan informasi dewasa ini, perkembangan informasi ilmu pengetahuan

dan teknologi sangat pesat seiring dengan kemajuan teknologi informasi.

Informasi merupakan kebutuhan pokok bagi masyarakat luas, baik peneliti, dosen,

mahasiswa maupun pengguna jasa informasi lainnya.

Terbukanya pasar global dan peningkatan selera konsumen ke arah mutu

produk pertanian yang lebih tinggi merupakan tantangan yang harus ditanggapi

secara sistematis, antara lain dengan mengoptimalkan kegiatan diseminasi

(penyebarluasan informasi) hasil penelitian dan teknologi pertanian melalui

berbagai media, baik media cetak (buku, prosiding, jurnal, brosur, leaflet atau

folder dan poster), media elektronik (televisi, radio, CD, surat elektronik, dan

internet) maupun melalui tatap muka, berupa seminar, lokakarya, workshop atau

apresiasi dan advokasi (Setiabudi, 2004).

Sehubungan dengan hal tersebut, maka komunikasi pembangunan yang

merupakan serangkaian usaha untuk mengkomunikasikan program-program

Page 31: PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI … · pemanfaatan komputer, internet dan handphone, sebaliknya pada penyuluh PNS ... Penyuluh PNS dan penyuluh THL-TBPP berbeda sangat

11

pembangunan dapat bermanfaat dan menimbulkan efek serta dampak pesan

kepada masyarakat. Kegiatan mendidik dan memotivasi masyarakat merupakan

unsur yang paling utama dalam komunikasi pembangunan. Tujuannya untuk

menanamkan gagasan-gagasan, sikap mental dan mengajarkan keterampilan yang

dibutuhkan oleh suatu negara berkembang.

Pesan pembangunan dapat disampaikan melalui media massa seperti

televisi, radio, surat kabar, majalah, film teatrikal dan media cetak lainnya seperti

poster, pamflet, spanduk dan lain sebagainya. Chury et al. (2012) menyatakan

bahwa radio merupakan saluran yang paling efektif untuk mendapatkan informasi

mengenai iklim.

Surat kabar juga memiliki banyak substansi informasi yang mana salah

satunya berisi informasi di bidang pertanian. Informasi pertanian merupakan salah

satu faktor yang paling penting dalam produksi dan tidak ada yang menyangkal

bahwa informasi pertanian dapat mendorong ke arah pembangunan yang

diharapkan. Informasi pertanian merupakan aplikasi pengetahuan yang terbaik

yang akan mendorong dan menciptakan peluang untuk pembangunan dan

pengurangan kemiskinan.

Hasil penelitian Usman et al. (2012) mengemukakan bahwa infrastruktur

yang penting dan lebih banyak diminta yaitu dalam bentuk TIK guna

pengembangan inovasi dan penggunaan sumber daya secara efektif,

memanfaatkan metodologi baru dan pasar untuk peningkatan taraf hidup petani.

Lebih lanjut Usman et al. (2012) mengungkapkan, bahwa TIK harus dimasukkan

ke dalam semua usaha yang berhubungan dengan pembangunan pertanian.

Kesadaran harus dihasilkan dari kalangan petani muda dan setengah baya tentang

ketersediaan layanan TIK untuk meningkatkan partisipasi dan inisiatif.

Penggunaan media massa dalam penyuluhan yang patut dipertimbangkan

adalah peranannya dalam program penyuluhan dan penggunaan secara efektif.

Surat kabar, majalah, radio dan televisi merupakan media yang paling murah

untuk menyampaikan pesan kepada masyarakat. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa media massa dapat mempercepat proses perubahan, tetapi jarang dapat

menyebabkan perubahan dalam perilaku, karena pengirim dan penerima pesan

cenderung menggunakan pesan selektif saat menggunakan media massa sehingga

pesan mengalami distorsi. Sangat disadari bahwa tidak seorangpun dapat

membaca semua penerbitan, penelitian menunjukkan bahwa dasar pemilihan

media terletak pada kegunaan yang diharapkan. Misalnya untuk keperluan

memecahkan masalah, mengetahui yang sedang terjadi di sekeliling atau untuk

sekedar santai, juga untuk keperluan agar dapat berpartisipasi dalam diskusi atau

mengukuhkan pendapat mengenai suatu hal (Murfiani, 2006).

Hal ini bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh Molony

(2008) yang mengungkapkan bahwa kemampuan berkomunikasi dengan

menggunakan TIK, tidak serta merta mengubah hubungan kepercayaan diantara

petani dan pembeli yang bertindak sekaligus sebagai kreditur. Dalam situasi

tersebut, banyak petani tidak dapat memanfaatkan layanan handphone untuk

mencari informasi tentang harga pasar, dan pembeli potensial di pasar lain.

Hasil penelitian Suryantini (2003) menunjukkan bahwa informasi teknis

sangat dibutuhkan oleh penyuluh untuk materi penyuluhan. Motivasi kognitif

penyuluh pertanian dalam penggunaan sumber informasi adalah untuk

memperoleh pengetahuan atau informasi yang sesuai dengan kebutuhan. Sumber

Page 32: PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI … · pemanfaatan komputer, internet dan handphone, sebaliknya pada penyuluh PNS ... Penyuluh PNS dan penyuluh THL-TBPP berbeda sangat

12

informasi yang paling banyak digunakan adalah sumber interpersonal (sesama

penyuluh dan kontak tani/petani maju) dan media cetak (surat kabar).

Lebih jauh hasil penelitian tentang TIK yaitu berupa media booklet dan

leaflet yang dikaji oleh Adawiyah (2003), dan Nuh (2004) telah membuktikan

bahwa media komunikasi berbentuk cetak tersebut sangat efektif dalam

meningkatkan pengetahuan dan mengubah sikap khalayak sasarannya, juga

penelitian ini menjelaskan bahwa gambar foto dan tampilan berwarna

menunjukkan hasil yang sangat efektif dalam meningkatkan pengetahuan dan

merubah sikap responden.

Hasil penelitian lain yang berkaitan dengan TIK mengungkapkan bahwa

dalam memberdayakan petani sayuran disusun strategi konvergensi komunikasi

melalui pemanfaatan cyber extension dengan mengembangkan komunikasi

banyak tahap (multi step flow communication) dan kombinasi media komunikasi

lain sesuai dengan karakteristik petani (Mulyandari, 2011). Hal lain menunjukkan

bahwa cyber extension menjembatani kesenjangan komunikasi antara peneliti,

penyuluh pertanian, petani dan stakeholders terkait.

Ahuja (2011) mengungkapkan ketersediaan informasi melalui internet

membantu proses penyuluhan pertanian lebih cepat dan efektif. Hal ini dikuatkan

oleh Chury et al. (2012) bahwa internet diidentifikasi sebagai saluran yang

penting untuk berbagi pengetahuan pertanian di saat kegiatan pelatihan teknis

diberikan.

Keterdedahan terhadap TIK

Media memiliki kemampuan yang besar untuk menyebarkan pesan-pesan

pembangunan kepada banyak orang, yang tinggal ditempat yang terpisah dan

tersebar, secara serentak dan dengan kecepatan tinggi. Meskipun tingkat literasi

fungsional pada banyak bangsa di Dunia Ketiga itu masih rendah, cepatnya

penyebaran informasi diharapkan dapat mengatasi rendahnya pendidikan formal

sebagai suatu penghambat keterdedahan pada media massa lebih tinggi.

Keterdedahan adalah melihat, mendengarkan, membaca atau secara lebih

umum mengalami dengan sedikitnya sejumlah perhatian minimal pada pesan

media. Keterdedahan pada media massa mempunyai korelasi yang tinggi,

sehingga dapat dibuat suatu indeks keterdedahan pada media massa. Indikator

keterdedahan pada media massa paling tidak dikotomikan ke dalam hal berikut:

1. Sedikitnya pernah terdedah (misalnya kebiasaan membaca surat kabar sekali

dalam seminggu).

2. Tidak terdedah.

Keterdedahan penyuluh pada media komunikasi berhubungan dengan

tingkat pemanfaatan TIK dalam diseminasi inovasi kepada petani. Keterdedahan

terhadap media massa mempunyai indikasi positif terhadap respons peternak guna

meningkatkan produktivitasnya. Keterdedahan media komunikasi adalah

intensitas masyarakat atau khalayak dalam menggunakan media komunikasi.

Keterdedahan terdapat dua indikator yaitu: 1) Frekuensi keterdedahan, yaitu

jumlah intensitas khalayak terdedah terhadap media massa, 2) Durasi

Page 33: PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI … · pemanfaatan komputer, internet dan handphone, sebaliknya pada penyuluh PNS ... Penyuluh PNS dan penyuluh THL-TBPP berbeda sangat

13

keterdedahan, yaitu lamanya waktu khalayak terdedah terhadap media massa

(Asmirah, 2006).

Hasil penelitian Awaliyah (2011), menjelaskan bahwa keterdedahan petani

terhadap televisi berhubungan nyata dengan pengetahuan dan tindakan petani.

Interaksi petani terhadap PPL berhubungan nyata dengan pengetahuan dan

tindakan petani. Begitu pula dengan Setiabudi (2004) bahwa karakteristik

penyuluh pertanian (kecuali penghasilan), keterdedahan terhadap media, motivasi

penyuluh, ketersediaan media mempunyai hubungan nyata terhadap penggunaan

dan pemanfaatan media informasi teknologi pertanian.

Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan merupakan faktor-faktor di luar diri individu yang

mempengaruhi dalam kehidupannya. Menurut Sumaryanto dan Siregar (2003),

faktor eksternal (pengaruh lingkungan luar) tidak dapat dikendalikan oleh

seseorang, karena berada di luar kendalinya maka perilaku faktor eksternal

tersebut dianggap “given.” Lebih jauh dikemukakan bahwa, ada dua faktor

eksternal yaitu: 1) berada di luar kendali seseorang (strictly external), dan 2)

seseorang bisa mengendalikan dengan bantuan orang lain (quasi external).

Pengaruh faktor lingkungan tersebut jika mendukung atau sesuai dengan

kebutuhan seseorang maka akan membantu dalam kelancaran pelaksanaan tugas-

tugas. Sebaliknya apabila tidak sesuai bisa menjadi penghambat. Beberapa faktor

lingkungan yang berpengaruh terhadap seseorang di antaranya, kebijakan

pemerintah daerah, dukungan keluarga, dukungan kelembagaan, serta iklim

belajar. Dalam penelitian ini faktor lingkungan yang diduga dapat dikendalikan

pihak lain (quasi external) meliputi: iklim belajar dan dukungan kebijakan

Pemerintah Daerah (Pemda).

Iklim belajar merupakan satu bentuk dukungan lembaga penyuluhan dalam

meningkatkan kualitas SDM penyuluh. Undang Undang Nomor 16 Tahun 2006

mengamanatkan peningkatan SDM penyuluh dalam bentuk pendidikan dan

latihan merupakan tanggung jawab pemerintah dalam hal ini lembaga penyuluhan.

Hakekat dari pendidikan dan pelatihan ini tidak hanya terbatas pada

pendidikan di dalam ruangan khusus akan tetapi adalah bagaimana menciptakan

iklim belajar yang kondusif bagi penyuluh. Dengan kata lain, lembaga penyuluhan

perlu mendukung penyuluh untuk terus belajar meningkatkan kemampuannya

melalui suatu kondisi lembaga yang kondusif untuk belajar. Adapun lingkungan

yang dimaksudkan adalah: 1) dorongan atau kemudahan untuk melanjutkan

pendidikan formal, 2) dukungan mengikuti pelatihan, 3) ketersediaan TIK, 4)

kemudahan akses informasi, dan 5) dukungan melakukan ujicoba inovasi.

Dukungan kebijakan pemerintah daerah (kabupaten/kota). Dalam

Undang Undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian,

Perikanan, dan Kehutanan ditegaskan bahwa kelembagaan penyuluhan adalah

lembaga pemerintah dan/atau masyarakat yang mempunyai tugas dan fungsi

menyelenggarakan penyuluhan. Penyuluh PNS dilakukan oleh kelembagaan

penyuluhan pemerintah. Secara lebih rinci dalam undang-undang tersebut

dijelaskan bahwa kelembagaan penyuluhan pemerintah terdiri atas: 1) Pada

tingkat pusat berbentuk badan yang menangani penyuluhan, 2) Pada tingkat

Page 34: PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI … · pemanfaatan komputer, internet dan handphone, sebaliknya pada penyuluh PNS ... Penyuluh PNS dan penyuluh THL-TBPP berbeda sangat

14

provinsi berbentuk Badan Koordinasi Penyuluhan, 3) Pada tingkat kabupaten/kota

berbentuk badan pelaksana penyuluhan, dan 4) Pada tingkat kecamatan berbentuk

Balai Penyuluhan. Kelembagaan penyuluhan pada tingkat desa/kelurahan

berbentuk pos penyuluhan.

Kebijakan pemerintah daerah kabupaten/kota terhadap penyuluhan yang

paling mudah dilihat adalah dukungan terhadap realisasi kelembagaan penyuluhan

sesuai dengan Undang Undang Nomor 16 Tahun 2006. Di samping itu realisasi

dukungan anggaran dan dukungan pengembangan SDM penyuluh menjadi

indikator penting dalam mengkaji kebijakan pemda terhadap penyuluhan. Oleh

karena itu, indikator yang digunakan terhadap peubah dukungan Pemda adalah

dukungan terhadap realisasi kelembagaan penyuluhan, komitmen dukungan

realisasi anggaran dalam penyelenggaraan penyuluhan.

Kondisi ini juga dapat dilihat pada kelembagaan petani yang masih

dipengaruhi oleh tuntutan dan strategi kebijakan pembangunan pertanian.

Pemahaman sosial budaya dan kelembagaan membantu memilah faktor-faktor

tertentu kedalam suatu urutan kegiatan yang mendekati kondisi kultural petani

yang melakukan kegiatan usahatani masing-masing. Pemahaman sosial budaya

meliputi penguasaan pranata sosial dan tatanan sosial setempat, termasuk dalam

pranata dan tatanan sosial tersebut antara lain adalah peran kelembagaan petani

dalam kaitan dengan kegiatan usahatani dan pembangunan pertanian, peran

kepemimpinan lokal, dan pola komunikasi yang menggambarkan arah dan arus

informasi dalam suatu lembaga (Suradisastra, 2009).

Posisi, peran, dan fungsi kelembagaan petani seringkali disusun sedemikian

rupa sehingga dapat memaksimalkan pembangunan wilayah sesuai dengan

kebijakan pembangunan setempat. Dalam kondisi demikian, kelembagaan petani

diposisikan sebagai alat untuk mencapai tujuan pembangunan dan bukan untuk

menyejahterakan petani. Pendekatan seperti ini secara langsung atau tidak

langsung, terasa atau tidak terasa, telah mengubah, mengerdilkan, atau

melumpuhkan kelembagaan tertentu. Namun di sisi lain tidak dapat disangkal

bahwa kelembagaan petani yang dibentuk secara paksa juga dapat meningkatkan

efisiensi dan kinerja kelembagaan petani ke arah yang lebih baik.

Peran lain dari suatu kelembagaan petani adalah peran menggerakkan tindak

komunal. Suatu lembaga struktur umumnya memiliki potensi kolektif yang

berasal dari para anggotanya. Sikap kolektif sebagai suatu kesatuan kini

merupakan tantangan tersendiri bagi para pelaksana pembangunan pertanian.

Memahami dan memanfaatkan secara tepat sifat-sifat komunal dan sosial capital

lain akan memberikan dampak yang diharapkan (Syahyuti, 2007).

Kelembagaan petani cenderung hanya diposisikan sebagai alat untuk

mengimplementasikan proyek belaka, belum sebagai upaya untuk pemberdayaan

yang lebih mendasar. Ke depan, agar dapat berperan sebagai aset komunitas

masyarakat desa yang partisipatif, maka pengembangan kelembagaan harus

dirancang sebagai upaya untuk peningkatan kapasitas masyarakat itu sendiri

sehingga menjadi mandiri (Syahyuti, 2007).

Masalah utama pengembangan kelembagaan petani adalah fakta bahwa

pemahaman terhadap konsep lembaga atau kelembagaan lebih terpaku pada

organisasi, baik organisasi formal maupun organisasi non formal. Masalah lain

dalam pengembangan lembaga organisasi petani adalah sikap sosial anggota

kelembagaan dan masyarakat sekitarnya, terutama yang berkaitan dengan daya

Page 35: PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI … · pemanfaatan komputer, internet dan handphone, sebaliknya pada penyuluh PNS ... Penyuluh PNS dan penyuluh THL-TBPP berbeda sangat

15

lenting sosial komunitas petani yang dilibatkan dalam pembentukan atau

pengembangan lembaga petani di suatu wilayah, tetapi saat ini kelembagaan

petani dalam hal ini adalah gapoktan, diberi pemaknaan baru, termasuk bentuk

dan peran yang baru. Gapoktan menjadi lembaga gerbang (gateway institution)

yang menjadi penghubung petani satu desa dengan lembaga-lembaga lain di

luarnya. Gapoktan diharapkan berperan untuk fungsi-fungsi pemenuhan

permodalan pertanian, pemenuhan sarana produksi, pemasaran produk pertanian,

dan termasuk menyediakan berbagai informasi yang dibutuhkan petani (Syahyuti,

2007)

Sumardjo (2003) mengungkapkan gejala-gejala sosial yang mendorong

kelompok tani berfungsi secara efektif antara lain:

1. Keanggotaan dan aktivitas kelompok lebih didasarkan pada masalah,

kebutuhan, dan minat calon anggota.

2. Kelompok berkembang mulai dari informal efektif dan berpotensi serta

berpeluang untuk berkembang ke formal sejalan dengan kesiapan dan

kebutuhan kelompok yang bersangkutan.

3. Status kepengurusan yang dikelola dengan motivasi mencapai tujuan

bersama dan memenuhi kebutuhan dan kepentingan bersama, cenderung

lebih efektif untuk meringankan beban bersama anggota, dibanding bila

pemecahan masalah dan pemenuhan kebutuhan tersebut dilakukan secara

sendiri-sendiri.

4. Inisiatif anggota kelompok tinggi untuk berusaha meraih kemajuan dan

keefektivan kelompok karena adanya keinginan kuat untuk memenuhi

kebutuhannya.

5. Kinerja kelompok sejalan dengan berkembangnya kesadaran anggota, bila

terjadi penyimpangan pengurus segera dapat dikontrol oleh proses dan

suasana demokratis kelompok.

6. Agen pembaharu cukup berperan secara efektif sebagai pengembang

kepemimpinan dan kesadaran kritis dalam masyarakat atas pentingnya peran

kelompok. Disamping itu, yang dibutuhkan atas kehadiran penyuluh selain

mengembangkan kepemimpinan adalah kemampuan masyarakat

mengorganisir diri secara dinamis dalam memenuhi kebutuhan hidup

kelompok.

7. Kelompok tidak terikat harus berbasis sehamparan, karena yang lebih

menentukan efektivitas dan dinamika kelompok adalah keefektifan pola

komunikasi lokal dalam mengembangkan peran kelompok.

Motivasi Penyuluh

Istilah motivasi berasal dari bahasa Latin, yakni “movere” yang berarti

“menggerakkan” (Winardi, 2007). Menurut Sadirman (2007), motivasi adalah

perubahan energi diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan

didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Swanburg (2000)

mendefinisikan motivasi sebagai konsep yang menggambarkan baik kondisi

ekstrinsik yang merangsang perilaku tertentu dan respons intrinsik yang

menampakkan perilaku manusia. Menurut Moekijat (2002) dalam bukunya

“Dasar-Dasar Motivasi” bahwa motivasi yaitu dorongan/menggerakkan, sebagai

Page 36: PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI … · pemanfaatan komputer, internet dan handphone, sebaliknya pada penyuluh PNS ... Penyuluh PNS dan penyuluh THL-TBPP berbeda sangat

16

suatu perangsang dari dalam, suatu gerak hati yang menyebabkan seseorang

melakukan sesuatu.

Motivasi merupakan seluruh dorongan, keinginan, hasrat, dan tenaga

penggerak atau dorongan lainnya yang berasal dari dalam diri individu untuk

melakukan suatu tindakan. Motivasi memberi tujuan dan arah kepada perilaku

individu (Ahmadi, 2007). Motif adalah suatu dorongan dari dalam diri seseorang

yang menyebabkan orang tersebut melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna

mencapai suatu tujuan. Motif tidak dapat diamati. Adapun aspek yang diamati

adalah kegiatan atau mungkin alasan-alasan tindakan tersebut (Notoatmodjo,

2003).

Motivasi berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya dibagi menjadi

dua yaitu:

a. Motivasi intrinsik adalah motivasi yang tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor

dari luar, tetapi di dalam diri individu tersebut sudah terdapat dorongan

untuk melakukan sesuatu.

b. Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang ada karena dipengaruhi oleh

faktor-faktor dari luar diri individu tersebut (lingkungan).

Tindakan yang didorong oleh motif-motif instrinsik lebih baik daripada

yang didorong oleh motif ekstrinsik (Notoatmodjo, 2003). Hasil penelitian

Purnaningsih (1999) menunjukkan bahwa motivasi kognitif berhubungan secara

nyata dengan pemanfaatan sumber informasi. Semakin banyak petani yang

menyatakan motivasi kognitifnya untuk memanfaatkan sumber informasi,

semakin banyak pula petani yang memanfaatkan sumber informasi tersebut.

Selanjutnya penelitian Hubeis (2008) mengungkapkan bahwa motivasi penyuluh

(internal dan eksternal) yang rendah akan menyebabkan produktivitas kerjanya

juga menjadi rendah.

Kompetensi Penyuluh

Kompetensi (competency) terkait dengan kemampuan seseorang dalam

melakukan suatu pekerjaan. Kompetensi seringkali diterapkan dalam berbagai

aspek terutama dalam manajemen sumber daya manusia. Banyak perusahaan

besar di dunia menggunakan konsep kompetensi dengan alasan: 1) Memperjelas

standar kerja dan harapan yang ingin dicapai; 2) Alat seleksi karyawan; 3)

Memaksimalkan produktivitas; 4) Sebagai dasar untuk pengembangan sistem; 5)

Memudahkan adaptasi terhadap perubahan; dan 6) Menyelaraskan perilaku kerja

dengan nilai-nilai organisasi (Ruky, 2003).

Banyak pakar mendefinisikan kompetensi secara beragam yang bergantung

pada sudut pandang dan penekanan berbeda. Yamin (2004) menekankan bahwa

kompetensi merupakan kemampuan dasar yang dapat dilakukan seseorang pada

tahap kognitif, afektif, dan psikomotorik. Kemampuan dasar ini akan dijadikan

landasan melakukan proses pembelajaran dan penilaian seseorang.

Sudut pandang yang lebih luas Sumardjo (2006) mengemukakan beberapa

aspek kompetensi bagi penyuluh sarjana berdasarkan kebutuhan pembangunan

masyarakat yaitu: 1) Pemetaan agroekosistem; 2) Komunikasi organisasi; 3)

Kemitraan (networking); 4) Manajemen sistem agribisnis; 5) Advokasi

Page 37: PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI … · pemanfaatan komputer, internet dan handphone, sebaliknya pada penyuluh PNS ... Penyuluh PNS dan penyuluh THL-TBPP berbeda sangat

17

agribisnis; 6) Manajemen kelembagaan kelompok/komunitas; 7) Manajemen

pelatihan; 8) Prinsip-prinsip pendidikan orang dewasa; 9) Metode pengembangan

prestasi (PRA); 10) Metode dan teknik berkomunikasi efektif; 11) Pengolahan

dan analisis data agroekosistem; 12) Rapid Rural Appraisal (RRA); 13) Metode

dan teknik penyuluhan; 14) Prinsip-prinsip pemberdayaan masyarakat; 15)

Perencanaan dan evaluasi penyuluhan; 16) Teknologi informasi; 17) Perancangan

pesan multimedia; 18) Penyusunan karya tulis ilmiah; 19) Identifikasi kebutuhan,

pengembangan motivasi dan kepemimpinan, dan 20) Konsep-konsep

pembangunan agropolitan.

Berkaitan dengan penyelenggaraan penyuluhan pertanian Sumardjo (2006)

mengemukakan bahwa ada delapan kompetensi yang diperlukan penyuluh sarjana

untuk dapat mendukung pelaksanaan tupoksinya yaitu: 1) Kemampuan

berkomunikasi secara konvergen dan efektif; 2) Kemampuan bersinergi kerjasama

dalam tim; 3) Kemampuan akses informasi dan penguasaan inovasi; 4) Sikap

kritis terhadap kebutuhan atau keterampilan analisis masalah; 5) Keinovatifan atau

penguasaan teknologi informasi dan desain komunikasi multi media; 6)

Berwawasan luas dan membangun jejaring kerja; 7) Pemahaman potensi wilayah

dan kebutuhan petani, dan 8) Keterampilan berpikir logis (berpikir sistem).

Hasil penelitian mengenai kompetensi penyuluh yang diungkapkan Marius

et al. (2007) menyatakan bahwa penyuluh yang berkompeten dalam menyiapkan,

mengevaluasi, dan mengembangkan penyuluhan lebih berdampak nyata bagi

petani dibanding hanya sekedar memiliki kompetensi dalam berkomunikasi dan

berinteraksi sosial.

Tuntutan perubahan masyarakat memerlukan rumusan dimensi-dimensi

kompetensi penyuluh pertanian dalam memberdayakan petani. Berdasarkan kajian

teori, hasil-hasil penelitian terdahulu, fungsi sistem penyuluhan (UU No.16 tahun

2006), dan tuntutan kebutuhan masyarakat, maka dalam penelitian ini dirumuskan

tujuh dimensi kompetensi, yaitu: 1) Kompetensi pemahaman potensi wilayah; 2)

Kompetensi komunikasi inovasi; 3) Kompetensi pengelolaan pembelajaran; 4)

Kompetensi pengelolaan pembaharuan; 5) Kompetensi pengelolaan pelatihan; 6)

Kompetensi pengembangan kewirausahaan; dan 7) Kompetensi pemandu sistem

jaringan.

Kerangka Berpikir

Penyuluh pertanian merupakan salah satu mata rantai dalam transfer

teknologi pertanian, yaitu sebagai penghubung antara sumber-sumber informasi

yang berkaitan dengan teknologi pertanian dengan para petani sebagai pengguna

teknologi. Salah satu tugas dan fungsi yang harus dilaksanakan oleh para

penyuluh pertanian adalah memilih, menginterpretasikan serta menyampaikan

informasi yang dihasilkan oleh sumber-sumber informasi teknologi seperti

lembaga penelitian. Dalam rangka melaksanakan tugas tersebut para penyuluh

pertanian dapat memanfaatkan berbagai macam media yang berkaitan dengan

Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Proses pemanfaatan TIK oleh

penyuluh pertanian merupakan awal hasil kontak antara penyuluh pertanian

dengan media.

Page 38: PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI … · pemanfaatan komputer, internet dan handphone, sebaliknya pada penyuluh PNS ... Penyuluh PNS dan penyuluh THL-TBPP berbeda sangat

18

Proses pemanfaatan TIK oleh penyuluh pertanian tidak terlepas dari faktor

keterdedahan penyuluh itu sendiri terhadap media. Di satu sisi seorang penyuluh

pertanian akan lebih banyak memanfaatkan media cetak ketimbang media lainnya,

karena pada awalnya memang mereka sudah banyak menggunakan media tersebut

untuk mencari informasi teknologi ketimbang media lainnya.

Perkembangan dunia informasi saat ini berjalan dengan sangat cepat,

sehingga memungkinkan tersedianya berbagai jenis media informasi yang sesuai

dengan kebutuhan penyuluh pertanian itu sendiri, baik untuk memenuhi

kebutuhan dalam rangka mendukung peranannya sebagai penyuluh, atau dalam

rangka untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan pribadi penyuluh itu

sendiri. Demikian pula dengan penyuluh, adanya kebutuhan akan informasi yang

diperlukan dalam mendukung tugasnya dapat menimbulkan motivasi pada diri

sendiri untuk menggunakan berbagai jenis TIK. Motivasi yang berbeda akan

menentukan pengambilan keputusan yang bervariasi dalam menggunakan dan

memanfaatkan TIK.

Pemanfaatan TIK oleh penyuluh berkaitan erat dengan karakteristik individu

penyuluh yang memanfaatkannya. Karakteristik tersebut meliputi: umur,

pendidikan formal, pendidikan non formal, masa kerja, tingkat kepemilikan TIK,

dan status penyuluh. Perbedaan karakteristik individu penyuluh tersebut akan

menentukan pilihan pemanfaatan TIK yang disajikan dalam rangka mendukung

kegiatan penyuluhan.

Faktor lain yang mempengaruhi pemanfaatan TIK oleh penyuluh adalah

faktor yang berada di luar individu penyuluh itu sendiri atau disebut juga dengan

faktor lingkungan. Faktor lingkungan tersebut meliputi iklim belajar, dan

dukungan atau kebijakan Pemerintah Daerah (Pemda).

Menjawab perubahan lingkungan yang strategis dan tuntutan kehidupan

masyarakat, diperlukan adanya kompetensi penyuluh dalam pembangunan

pertanian yang sesuai dengan perkembangan yang ada. Berdasarkan kompetensi

sesuai degan tugas-tugas pokok penyuluh, kompetensi sesuai dengan tuntutan

kehidupan masyarakat dan didukung oleh hasil-hasil penelitian terdahulu dan teori

kompetensi, dalam penelitian ini dirumuskan tujuh kompetensi di antaranya

adalah: 1) Kompetensi pemahaman potensi wilayah; 2) Kompetensi komunikasi

inovasi; 3) Kompetensi pengelolaan pembelajaran; 4) Kompetensi pengelolaan

pembaharuan; 5) Kompetensi pengelolaan pelatihan; 6) Kompetensi

pengembangan kewirausahaan; dan 7) Kompetensi pemandu sistem jaringan.

Kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat dijelaskan pada Gambar 1.

Page 39: PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI … · pemanfaatan komputer, internet dan handphone, sebaliknya pada penyuluh PNS ... Penyuluh PNS dan penyuluh THL-TBPP berbeda sangat

19

Gambar 1 Kerangka berpikir pemanfaatan TIK dalam peningkatan kompetensi

penyuluh

Hipotesis Penelitian

Berdasarkan pada latar belakang masalah yang disandarkan pada tinjauan

teori serta kerangka pemikiran Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi

(TIK) dalam Peningkatan Kompetensi Penyuluh di Kabupaten Bogor Provinsi

Jawa Barat didapatkan hipotesis penelitian (H1) sebagai berikut.

X1.Karakteristik Penyuluh

X1.1 Umur

X1.2 Pendidikan formal

X1.3 Pendidikan non formal

X1.4 Masa Kerja

X1.5 Tingkat Kepemilikan TIK

X1.6 Status penyuluh

X1.4. Pengalaman

X1.5 Pendapatan

X1.6 Jabatan Fungsional

X2. Faktor Lingkungan

X2.1 Iklim belajar

X2.2 Kebijakan PEMDA

Y1. Tingkat Pemanfaatan TIK

oleh Penyuluh

Y1.1 Intensitas pemanfaatan TIK

Y1.2 Jangkauan sumber Informasi

Y1.3 Variasi materi penyuluhan

Y1.4 Ragam informasi

Y1.5 Kualitas berbagi pengetahuan

X3. Motivasi Penyuluh

X3.1 Motivasi intrinsik

X3.2 Motivasi ekstrinsik

Y2. Tingkat kompetensi penyuluh

Y2.1 Pemahaman potensi wilayah

Y2.2 Pengelolaan komunikasi

inovasi

Y2.3 Pengelolaan pembelajaran

Y2.4 Pengelolaan pembaharuan

Y2.5 Pengelolaan pelatihan

Y2.6 Pengembangan kewirausahaan

Y2.7 Pemandu sistem jaringan

Page 40: PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI … · pemanfaatan komputer, internet dan handphone, sebaliknya pada penyuluh PNS ... Penyuluh PNS dan penyuluh THL-TBPP berbeda sangat

20

1. Terdapat perbedaan nyata antara karakteristik individu, persepsi penyuluh

pada faktor lingkungan, motivasi penyuluh, tingkat pemanfaatan TIK dan

tingkat kompetensi penyuluh PNS denganTHL-TBPP.

2. Terdapat hubungan nyata antara karakteristik penyuluh dengan tingkat

pemanfaatan TIK oleh penyuluh.

3. Terdapat hubungan nyata antara faktor lingkungan dengan tingkat

pemanfaatan TIK oleh penyuluh.

4. Terdapat hubungan nyata antara motivasi penyuluh dengan tingkat

pemanfaatan TIK oleh penyuluh.

5. Terdapat hubungan nyata antara tingkat pemanfaatan TIK oleh penyuluh

dengan tingkat kompetensi penyuluh.

Page 41: PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI … · pemanfaatan komputer, internet dan handphone, sebaliknya pada penyuluh PNS ... Penyuluh PNS dan penyuluh THL-TBPP berbeda sangat

3 METODE PENELITIAN

Desain Penelitian

Penelitian didesain sebagai penelitian survei yang bersifat deskriptif

korelasional, untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada dan

mencari keterangan secara faktual. Dalam penelitian ini dilakukan upaya untuk

menjelaskan dan menguraikan fakta-fakta dan fenomena-fenomena yang diamati

dengan pendekatan analisis kuantitatif yang didukung oleh analisis statistik

deskriptif dan inferensial.

Gambaran dari pemanfaatan TIK dalam peningkatan kompetensi penyuluh

dijelaskan melalui hubungan atau korelasi dalam variabel penelitian. Variabel

yang diteliti dalam penelitian ini yaitu: Karakteristik penyuluh (Xı); Faktor

lingkungan (X2); Motivasi penyuluh (X3); Tingkat pemanfaatan TIK (Yı); dan

Tingkat kompetensi penyuluh (Y2).

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat.

Penentuan lokasi penelitian ditentukan secara sengaja dengan mempertimbangkan

bahwa Kabupaten Bogor merupakan daerah dengan variasi penggunaan TIK dan

tingkat aksesibilitas cukup tinggi terhadap sumber informasi, penyuluhnya sudah

terdedah dengan TIK, koneksi jaringan yang cukup luas, dan di wilayah Bogor

terdapat berbagai unit kerja penelitian pertanian, perguruan tinggi dan pusat-pusat

informasi. Dengan demikian terdapat berbagai pilihan bagi penyuluh pertanian

dalam memanfaatkan TIK.

Penelitian dilaksanakan selama dua bulan yaitu pada bulan Maret sampai

April 2013 dari mulai uji coba kemudian dilanjutkan dengan pelaksanaan

penelitian.

Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian adalah penyuluh pertanian PNS dan THL-TBPP

atau dikenal dengan istilah penyuluh pertanian kontrak di Kabupaten Bogor

Provinsi Jawa Barat. Dari hasil prasurvei diperoleh informasi bahwa di Kabupaten

Bogor terdapat 78 orang penyuluh pertanian PNS dan 87 orang penyuluh kontrak

yang tersebar di 12 (dua belas) Badan Penyuluhan, Pertanian, Perikanan dan

Kehutanan (BP3K) Kabupaten Bogor, sebagaimana disajikanTabel 1.

21

Page 42: PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI … · pemanfaatan komputer, internet dan handphone, sebaliknya pada penyuluh PNS ... Penyuluh PNS dan penyuluh THL-TBPP berbeda sangat

Tabel 1 Populasi BP3K dan penyuluh pertanian di Kabupaten Bogor

BP3K Kabupaten Bogor Jumlah (orang)

PPL PNS THL-TBPP Total

1 BP3K Wilayah Cariu

2. BP3K Wilayah Jonggol

3. BP3K Wilayah Gunung Putri

4. BP3K Wilayah Cibinong

5. BP3K Wilayah Ciawi

6. BP3K Wilayah Caringin

7. BP3K Wilayah Dramaga

8. BP3K Wilayah Ciseeng

9. BP3K Wilayah Cibungbulang

10. BP3K Wilayah Leuwiliang

11. BP3K Wilayah Cigudeg

12. BP3K Wilayah Parung Panjang

9

7

3

9

3

7

7

9

8

9

5

2

7

7

6

6

5

11

8

8

6

8

6

9

16

14

9

15

8

18

15

17

14

17

11

11

Jumlah 78 87 165

Sumber: Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan

Kabupaten Bogor ( BKP5K), 2012

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan rumus Slovin.

n =_ N__

1 + Ne²

Dimana:

N = Ukuran populasi

e Persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan

sampel yang bisa ditoleransi (5%)

n = Ukuran sampel

n = 165 .

1 + 165 (0,05)² = 117

Berdasarkan rumus tersebut diperoleh jumlah sampel sebanyak 117

responden. Secara lengkap jumlah responden tersaji pada Tabel 2 berikut.

Page 43: PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI … · pemanfaatan komputer, internet dan handphone, sebaliknya pada penyuluh PNS ... Penyuluh PNS dan penyuluh THL-TBPP berbeda sangat

23

Tabel 2 Data sampel penelitian

BP3K Kabupaten Bogor Jumlah (orang)

PPL PNS THL-TBPP Total

1. BP3K Wilayah Cariu

2. BP3K Wilayah Jonggol

3. BP3K Wilayah Gunung Putri

4. BP3K Wilayah Cibinong

5. BP3K Wilayah Ciawi

6. BP3K Wilayah Caringin

7. BP3K Wilayah Dramaga

8. BP3K Wilayah Ciseeng

9. BP3K Wilayah Cibungbulang

10. BP3K Wilayah Leuwiliang

11. BP3K Wilayah Cigudeg

12. BP3K Wilayah Parung Panjang

6

5

2

6

2

5

5

6

6

6

4

2

5

5

4

4

4

8

6

6

4

6

4

6

11

10

6

10

6

13

11

12

10

12

8

8

Jumlah 55 62 117

Data dan Instrumentasi

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan

data sekunder. Data primer diambil dari peubah utama yang diteliti berupa

karakteristik penyuluh, faktor lingkungan, motivasi penyuluh terhadap TIK,

tingkat pemanfaatan TIK oleh penyuluh dan tingkat kompetensi penyuluh yang

diperoleh langsung lewat responden dengan menggunakan instrumen dalam

bentuk kuesioner.

Data sekunder yang dikumpulkan berkaitan dengan keadaan umum, data

pendukung atau potensi aktual mengenai kondisi geografis yang dapat diperoleh

dari pihak-pihak atau lembaga terkait seperti Badan Ketahanan Pangan dan

Pelaksana Penyuluhan, Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BKP5K), Badan

Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Bogor atau lembaga lainnya.

Kuesioner memuat pertanyaan yang terdiri atas beberapa bagian antara lain:

1. Bagian pembuka mengenai identitas dan data responden meliputi nama

penyuluh, wilayah kerja, tanggal wawancara.

2. Bagian pertama mengenai karakteristik penyuluh meliputi: umur, jenis

kelamin, pendidikan formal, pendidikan non formal, tingkat kepemilikan

TIK, status, bidang kompetensi.

3. Bagian kedua mengenai faktor lingkungan yang meliputi: iklim belajar, dan

kebijakan Pemda.

4. Bagian ketiga mengenai motivasi penyuluh pertanian terhadap pemanfaatan

TIK yang terdiri dari motivasi intrinsik dan ekstrinsik.

5. Bagian keempat mengenai tingkat pemanfaatan TIK oleh penyuluh.

6. Bagian kelima mengenai tingkat kompetensi penyuluh.

Page 44: PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI … · pemanfaatan komputer, internet dan handphone, sebaliknya pada penyuluh PNS ... Penyuluh PNS dan penyuluh THL-TBPP berbeda sangat

24

Definisi Operasional

Indikator dan parameter dituangkan dalam definisi operasional, kemudian

dikembangkan dalam bentuk daftar pertanyaan (kuesioner) sebagai acuan atau

instrumen penelitian dalam bentuk kuesioner dan wawancara dengan responden,

sedangkan peubah-peubah penelitian didefinisikan secara operasional sebagai

berikut:

1. Karakteristik penyuluh pertanian (X1) adalah ciri-ciri atau sifat yang ada

dalam diri penyuluh pertanian. Dapat diukur dengan indikator:

a. Umur (X1.1) adalah usia responden yang diukur dalam satuan tahun,

yang dihitung dari tahun kelahiran sampai saat penelitian/wawancara

dilaksanakan. Diukur dalam bentuk skala rasio dalam satuan tahun.

b. Pendidikan formal (X1.2) adalah tingkat pembelajaran tertinggi yang

dilalui responden dibangku sekolah formal, dihitung dengan tingkat

pendidikan yang telah diselesaikan. Skala pengukuran yang digunakan

adalah skala ordinal.

c. Pendidikan non formal (X1.3) adalah kegiatan pembelajaran yang

diterima oleh responden di luar sekolah formal. Pendidikan non formal

diukur dengan skala rasio dari frekuensi mengikuti pelatihan dalam dua

tahun terakhir.

d. Masa kerja (X1.4) adalah lamanya responden bekerja sebagai penyuluh

pertanian terhitung mulai pertama kali responden menjalankan tugas

sebagai penyuluh pertanian sampai dengan penelitian ini dilakukan,

dinyatakan dalam tahun. Skala pengukuran yang digunakan adalah

skala rasio.

e. Status penyuluh (X1.5) adalah jenjang jabatan yang disandang

responden pada saat penelitian dilakukan. Skala pengukuran yang

digunakan adalah skala nominal dengan kategori: penyuluh PNS dan

THL-TBPP

f. Tingkat kepemilikan TIK (X1.6) adalah banyaknya atau jumlah TIK

yang dimiliki oleh responden dalam kaitannya dengan tupoksi penyuluh

selama dalam masa penelitian. Skala pengukuran yang digunakan

adalah skala rasio.

Indikator dan parameter karakteristik individu responden disajikan rinci

pada Tabel 3.

Tabel 3 Indikator dan parameter karakteristik individu responden

Peubah/indikator karakteristik individu Parameter

a. Umur Usia penyuluh yang dihitung sejak lahir

sampai ke tahun terdekat pada waktu

penelitian dilakukan yang dinyatakan

dalam jumlah tahun.

b. Pendidikan formal Tingkat pendidikan responden yang

dihitung melalui pendidikan terakhir yang telah diselesaikan.

Page 45: PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI … · pemanfaatan komputer, internet dan handphone, sebaliknya pada penyuluh PNS ... Penyuluh PNS dan penyuluh THL-TBPP berbeda sangat

25

Lanjutan Tabel 3

Peubah/indikator karakteristik individu Parameter

c. Pendidikan non formal Jenis pelatihan yang pernah diikuti,

jumlah jam belajar, lokasi pelatihan.

d. Masa kerja Lamanya responden bertugas sebagai

penyuluh pertanian yang diukur dalam

satuan tahun.

e. Status penyuluh Jenjang jabatan responden (PNS atau

THL-TBPP).

f. Tingkat kepemilikan TIK Jumlah TIK yang dimiliki responden

selama masa penelitian.

2 Faktor lingkungan (X2) yaitu faktor yang berada di luar diri penyuluh, dapat

diukur dengan indikator sebagai berikut.

a. Dukungan lingkungan kondusif untuk belajar (X2.1) adalah dorongan

lembaga tempat penyuluh bertugas dalam menciptakan kemudahan

untuk belajar guna meningkatkan kompetensinya.

b. Kebijakan Pemda (X2.2) adalah komitmen dukungan Pemda terhadap

penyelenggaraan penyuluhan pertanian di tingkat kabupaten.

Pengukuran indikator-indikator faktor lingkungan penyuluh dengan skala

ordinal dengan empat kategori yaitu: 1= sangat tidak setuju, 2= tidak setuju, 3=

setuju, 4= sangat setuju. Indikator dan parameter faktor lingkungan responden

dapat dilihat lebih rinci pada Tabel 4 berikut.

Tabel 4 Indikator dan parameter faktor lingkungan responden

Peubah/indikator faktor lingkungan Parameter

a. Iklim belajar 1) Dorongan melanjutkan pendidikan

formal

2) Dukungan mengikuti pelatihan

3) Ketersediaan TIK

4) Kemudahan akses informasi

5) Dukungan ujicoba inovasi

b. Kebijakan Pemerintah Daerah 1) Dana yang dianggarkan untuk

kegiatan penyuluhan pertanian

2) Kelembagaan penyuluhan yang

berdiri sendiri

3. Motivasi penyuluh pertanian (X3) adalah alasan yang mendorong penyuluh

pertanian menggunakan TIK yang dikelompokkan dalam:

a. Motivasi intrinsik (X3.1) adalah dorongan yang berada dalam diri

responden dalam memanfaatkan TIK.

b. Motivasi ekstrinsik (X3.2) adalah dorongan yang berada di luar diri

responden dalam memanfaatkan TIK.

Page 46: PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI … · pemanfaatan komputer, internet dan handphone, sebaliknya pada penyuluh PNS ... Penyuluh PNS dan penyuluh THL-TBPP berbeda sangat

26

Pengukuran indikator-indikator faktor motivasi penyuluh dalam skala

ordinal dengan empat kategori yaitu: 1= sangat tidak setuju, 2= tidak setuju, 3=

setuju, 4= sangat setuju. Indikator dan parameter motivasi responden tersaji pada

Tabel 5.

Tabel 5 Indikator dan parameter motivasi responden

Peubah/indikator faktor motivasi Parameter

a. Motivasi intrinsik Dorongan meningkatkan kompetensi,

melaksanakan tugas sebaik-baiknya,

mengembangkan karir

b. Motivasi ekstrinsik Kesesuaian imbalan, lingkungan

mendukung bekerja, apresiasi terhadap

penyuluh, dukungan pimpinan lembaga

penyuluhan, hubungan sesama

penyuluh

4. Tingkat Pemanfaatan TIK (Y1) oleh penyuluh yang merupakan variabel

dependent

a. Intensitas pemanfaatan TIK (Y1.1) adalah frekuensi dan durasi dalam

menggunakan TIK oleh responden.

b. Jangkauan sumber informasi (Y1.2) yaitu jarak terjauh yang dapat diakses

oleh sumber informasi

c. Variasi materi penyuluhan (Y1.3) yaitu jenis materi yang disampaikan

oleh responden dengan menggunakan TIK

d. Ragam informasi (Y1.4) yaitu jenis informasi yang dapat diakses melalui

TIK dalam satu minggu terakhir

e. Kualitas berbagi pengetahuan (Y1.5) yaitu proses yang dilakukan oleh

responden dalam mempertukarkan informasi kepada orang lain.

Pengukuran indikator-indikator pada tingkat pemanfaatan TIK oleh

penyuluh dengan skala ordinal dalam empat kategori yaitu: 1= sangat tidak setuju,

2= tidak setuju, 3= setuju, 4= sangat setuju. Indikator dan parameter tingkat

pemanfaatan TIK responden dapat dilihat lebih rinci pada Tabel 6.

Page 47: PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI … · pemanfaatan komputer, internet dan handphone, sebaliknya pada penyuluh PNS ... Penyuluh PNS dan penyuluh THL-TBPP berbeda sangat

27

Tabel 6 Indikator dan parameter tingkat pemanfaatan TIK responden

Tingkat pemanfaatan TIK oleh penyuluh Parameter

a. Intensitas pemanfaatan TIK Frekuensi dan durasi menggunakan

TIK dalam satu minggu terakhir

b. Jangkauan sumber informasi Situs yang sering dicari dalam satu bulan terakhir

c. Variasi materi penyuluhan Materi yang disampaikan dalam satu

bulan terakhir

d. Ragam informasi Jenis informasi yang disampaikan dalam satu minggu terakhir

e. Kualitas berbagi pengetahuan Cara dan jenis informasi yang dibagi

kepada orang lain

5. Tingkat kompetensi penyuluh dalam TIK (Y2) adalah tingkat kemampuan

penyuluh yang dilandasi oleh pengetahuan, keterampilan, dan didukung

oleh sikapnya dalam melaksanakan tugas penyuluhan dalam

memberdayakan petani.

a. Kompetensi pemahaman potensi wilayah (Y2.1) adalah kemampuan

penyuluh dalam mengidentifikasi sumber daya yang dapat

dikembangkan sesuai dengan tuntutan kebutuhan petani.

b. Kompetensi komunikasi inovasi (Y2.2) adalah kemampuan penyuluh

memfasilitasi kebutuhan petani dalam meningkatkan usaha tani dengan

mencari usaha pertanian yang tepat.

c. Kompetensi pengelolaan pembelajaran (Y2.3) adalah kemampuan

penyuluh dalam menciptakan proses belajar agar petani menguasai dan

menerapkan inovasi melalui berbagai media belajar yang ada di sekitar

lingkungannya.

d. Kompetensi pengelolaan pembaharuan (Y2.4) adalah kemampuan

penyuluh dalam memfasilitasi petani agar dapat menyesuaikan usaha

taninya dengan lingkungan yang terus berubah.

e. Kompetensi pengelolaan pelatihan (Y2.5) adalah kemampuan penyuluh

dalam mengelola perencanaan, pelaksanaan, serta evaluasi dan

tindaklanjutnya dalam kegiatan pelatihan atau kursus tani yang sesuai

dengan kebutuhan petani.

f. Kompetensi mengembangkan kewirausahaan (Y2.6) adalah kemampuan

penyuluh dalam mendorong petani untuk berani mengambil risiko,

mencari peluang, cara pandang (visi) terhadap perubahan, dan inisiatif

untuk berubah.

g. Kompetensi pemandu sistem jaringan (Y2.7) adalah kemampuan

penyuluh dalam melakukan hubungan kerjasama yang sinergis antar

pihak terkait dalam menunjang pelaksanaan penyuluhan.

Pengukuran indikator-indikator pada tingkat kompetensi penyuluh dengan

skala ordinal dalam empat kategori yaitu: 1= sangat tidak setuju, 2= tidak setuju,

3= setuju, 4= sangat setuju. Secara rinci indikator dan parameter kompetensi

penyuluh disajikan dalam Tabel 7.

Page 48: PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI … · pemanfaatan komputer, internet dan handphone, sebaliknya pada penyuluh PNS ... Penyuluh PNS dan penyuluh THL-TBPP berbeda sangat

28

Tabel 7 Indikator dan parameter kompetensi penyuluh pertanian.

Tingkat kompetensi penyuluh Parameter

a. Kemampuan pemahaman potensi wilayah

1) Pemahaman potensi sumber daya alam 2) Pemahaman permasalahan petani dan solusinya

melalui penyuluhan.

b. Kemampuan komunikasi

inovasi

1) Mencari informasi inovasi melalui berbagai

saluran komunikasi 2) Pemahaman inovasi yang dibutuhkan

3) Mengkomunikasikan inovasi

4) Berkomunikasi secara dialogis 5) Berempati/merasakan permasalahan yang

dihadapi petani

c. Kemampuan pengelolaan pembelajaran

1) Memfasilitasi interaksi/belajar sesama petani 2) Memanfaatkan media pembelajaran

3) Menumbuhkan kebiasaan belajar sambil

bekerja.

d. Kemampuan pengelolaan pembaharuan

1) Membangkitkan motivasi untuk menerapkan teknologi atau inovasi

2) Menumbuhkan kepekaan terhadap perubahan

3) Menerapkan teknologi/inovasi dalam memecahkan masalah yang dihadapi petani.

e. Kemampuan pengelolaan

pelatihan

1) Merancang pelatihan/ kursus tani

2) Melaksanakan fasilitator, menggunakan

metode,dan media yang tepat. 3) Mengevaluasi hasil pelatihan

4) Mengembankan kegiatan tindak lanjut

5) Melibatkan petani dalam tahapan pelatihan.

f. Kemampuan mengembangkan

kewirausahaan

1) Mengembangkan cara pandang petani untuk

mengikuti perubahan.

2) Mengembangkan kemampuan petani dalam mencari peluang (kesempatan)

3) Menanamkan sikap berani mengambil risiko

4) Mengembangkan sikap untuk berinisiatif dalam

usaha tani sesuai tuntutan

g. Kemampuan pemandu sistem

jaringan

1) Memfasilitasi hubungan dengan lembaga

penelitian/ perguruan tinggi, dan mengaksesnya

2) Bernegosiasi/koordinasi dengan pemerintah daerah kabupaten

3) Mengembangkan kelompok tani dan kerjasama

dalam tim. 4) Memfasilitasi informasi produksi pertanian dan

harga pasar

5) Memfasilitasi kerjasama kemitraan dengan

dunia usaha.

Page 49: PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI … · pemanfaatan komputer, internet dan handphone, sebaliknya pada penyuluh PNS ... Penyuluh PNS dan penyuluh THL-TBPP berbeda sangat

29

Validitas dan Reliabilitas Instrumentasi

Suatu alat ukur dapat dikatakan sahih apabila alat ukur itu dapat mengukur

sesuatu yang sebenarnya ingin diukur (Singarimbun & Effendi, 2011). Apabila

daftar pertanyaan digunakan sebagai instrumen pengukuran, maka kuesioner yang

disusun harus mengukur apa yang ingin diukur.

Jenis validitas yang digunakan adalah validitas isi, yaitu suatu alat ukur

yang ditentukan dengan memasukkan semua aspek yang dianggap sebagai aspek

kerangka konsep yang diukur. Untuk mendapatkan daftar pertanyaan/kuisioner

yang mempunyai validitas tinggi, maka kuisioner disusun dengan cara: 1)

mempertimbangkan berbagai teori, 2) memperhatikan masukan dari para ahli dan

berbagai pihak yang dianggap menguasai materi daftar pertanyaan yang

digunakan, dan 3) berkonsultasi dengan dosen pembimbing

Uji validitas dan reliabilitas instrumen dalam penelitian ini dilakukan

kepada 20 orang penyuluh THL P2BN (Peningkatan Produksi Beras Nasional)

pada bulan Maret 2013 di BP3K Caringin, Leuwiliang dan Cibungbulang. Uji

validitas instrumen menggunakan koefisien korelasi rank Spearman dengan

menggunakan SPSS for windows 19.0.

Hasil uji validitas didapatkan nilai pernyataan untuk peubah faktor

lingkungan menunjukkan korelasi terendah adalah -0.227 dan tertinggi adalah

0.800. Pernyataan motivasi penyuluh dalam pemanfaatan TIK menunjukkan

angka korelasi terendah adalah -0.033 dan tertinggi adalah 0.840. Pernyataan

untuk peubah tingkat pemanfaatan TIK oleh penyuluh diperoleh nilai terendah

adalah 0.699 dan tertinggi adalah 0,898. Pernyatan untuk peubah tingkat

kompetensi penyuluh diperoleh nilai terendah -0.654 dan tertinggi 0.653.

Secara umum bahwa nilai validitas instrumen pada taraf α = 0.05, db =18 (n-

2) menunjukkan nilai yang lebih besar dari pada nilai tabel korelasi (rtabel) = 0.423,

sehingga seluruh item pernyataan baik peubah bebas (X) maupun peubah tak

bebas (Y) yang digunakan, dinyatakan valid.

Hasil hitungan uji validitas terhadap setiap butir pernyataan menunjukkan

adanya pernyataan yang tidak valid karena hasil koefisien validitasnya berada di

bawah angka kritis bahkan negatif, sehingga butir-butir pernyataan tersebut perlu

direvisi dengan memperbaiki susunan kata-katanya serta dipecah menjadi

beberapa butir agar terjadi persamaan pengertian.

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan tingkat suatu alat ukur dapat

dipercaya atau diandalkan, apabila alat itu dipakai dua kali atau lebih untuk

mengukur gejala yang sama dengan hasil pengukuran yang konsisten

(Singarimbun & Effendi, 2011). Hal ini berarti reliabilitas instrumentasi

menunjuk pada konsistensi suatu alat ukur dalam mengukur gejala yang sama

dalam waktu yang berbeda.

Uji reliabilitas instrumentasi dalam penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan prosedur pendugaan reliabilitas Cronbach Alpha dan diolah dengan

menggunakan SPSS for windows 19,0.

Tingkat reliabilitas instrumen ditentukan berdasarkan skala Alpha Cronbach

0 – 1 (Azwar, 2003). Nilai hasil uji reliabilitas dikelompokkan sebagai berikut:

1. Kurang reliabel, nilai Alpha Cronbach 0.00 – 0.20

2. Agak reliabel, nilai Alpha Cronbach 0.21 – 0.40

3. Cukup reliabel, nilai Alpha Cronbach 0.41 – 0.60

Page 50: PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI … · pemanfaatan komputer, internet dan handphone, sebaliknya pada penyuluh PNS ... Penyuluh PNS dan penyuluh THL-TBPP berbeda sangat

30

4. Reliabel, nilai Alpha Cronbach 0.61 – 0.80

5. Sangat reliabel, nilai Alpha Cronbach 0.81 – 1.00

Hasil uji coba instrumen menunjukkan bahwa nilai koefisiensi reliabilitas

untuk butir-butir pertanyaan peubah faktor lingkungan 0.809, peubah motivasi

penyuluh 0.931 dan peubah tingkat pemanfaatan TIK oleh penyuluh 0.955

sehingga dinyatakan sangat reliabel, hanya peubah tingkat kompetensi penyuluh

yang dinyatakan reliabel dengan nilai koefisiensi reliabilitas sebesar 0.683.

Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang dilaksanakan di dalam penelitian ini menggunakan

beberapa cara yaitu:

1. Pengamatan (observation), yaitu data dikumpulkan dengan mempelajari

dan mencatat langsung terhadap fenomena-fenomena yang terjadi di lokasi

penelitian.

2. Kuesioner (questioner), yaitu sejumlah pertanyaan tertutup dan terbuka

untuk mengukur peubah penelitian yang ditujukan bagi responden.

Kuesioner ini dilakukan terhadap penyuluh pertanian dalam memperoleh

data tentang: Karakteristik Pribadi Penyuluh (X1), Dukungan Lingkungan

Penyuluhan (X2), Motivasi Penyuluh (X3), Tingkat Pemanfaatan TIK oleh

penyuluh (Y1), dan Tingkat Kompetensi Penyuluh (Y2).

3. Wawancara (interview), yaitu melakukan tanya jawab lisan secara langsung

dengan responden penelitian untuk mengumpulkan data dan informasi yang

diperlukan dengan menggunakan kuesioner yang telah disiapkan.

4. Dokumentasi (documentation), yaitu mengumpulkan data dengan cara

penelusuran dan pencatatan data, dokumen, arsip, maupun referensi yang

relevan di instansi yang ada kaitannya dengan penelitian.

Analisis Data

Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang

lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan seperti dalam bentuk tabel. Data yang

terkumpul dianalisis secara statistik deskriptif menggunakan frekuensi persentase,

median, rataan skor, dan tabel distribusi frekuensi serta statistik inferensial

menggunakan uji korelasi rank Spearman (bantuan SPSS ver.19.0) untuk melihat

tingkat keeratan hubungan antar variabel. Pemilihan uji korelasi rank Spearman

juga mengacu pada pendapat yang dikemukakan oleh Kriyantono (2009), bahwa

untuk menguji antara jenis skala pengukuran nominal dan ordinal, skala ordinal

dengan nominal, maka digunakan uji korelasi rank Spearman’s.

Page 51: PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI … · pemanfaatan komputer, internet dan handphone, sebaliknya pada penyuluh PNS ... Penyuluh PNS dan penyuluh THL-TBPP berbeda sangat

31

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum Lokasi Penelitian

1. Kondisi Geografis Kabupaten Bogor

Kabupaten Bogor merupakan salah satu wilayah yang berbatasan langsung

dengan ibu kota Republik Indonesia dan secara geografis mempunyai luas sekitar

2.301,95 km² terletak di antara 6.19°– 6.47° lintang selatan dan 106°1 - 107°103’

bujur timur. Kabupaten Bogor berbatasan dengan Kota Depok di sebelah utara,

Kabupaten Purwakarta di sebelah timur, Kabupaten Sukabumi di sebelah selatan,

Kabupaten Lebak di sebelah barat, Kabupaten Tangerang di sebelah barat daya,

Kabupaten Bekasi di sebelah timur laut, Kabupaten Cianjur di sebelah tenggara.

Kabupaten Bogor memiliki 40 kecamatan, 17 kelurahan, 430 desa, 3.882

RW dan 15.561 RT. Dari jumlah tersebut, mayoritas desa yakni 235 desa berada

pada ketinggian sekitar kurang dari 500 m di atas permukaan laut (dpl), sedangkan

145 desa berada di antara 500–700 m dpl dan sisanya 50 desa berada di atas

ketinggian lebih dari 700 m dpl.

Sektor pertanian mencakup tanaman pangan, perikanan, perkebunan,

peternakan, dan kehutanan. Pada sektor ini sumber data dari masing-masing

instansi terkait di antaranya Dinas Pertanian, Dinas Peternakan dan Perikanan dan

Perum Perhutani. Sektor pertanian di Kabupaten Bogor memegang peranan yang

sangat penting, mengingat luasnya lahan pertanian yang dimiliki dan juga

sebagian besar desa di Kabupaten Bogor masih tergolong desa pedesaan yang

menitikberatkan pada sektor pertanian terutama komoditas padi. Luas lahan yang

digunakan untuk sawah tahun 2011 seluas 48.185 ha, sedangkan produksi padi

sawah tahun 2011 sebanyak 519.676 ton dan padi gogo/ ladang 7.092 ton.

Produktivitas padi yang tinggi dapat dijadikan benteng Ketahanan Pangan di

Kabupaten Bogor.

Pertanian di Kabupaten Bogor terdiri atas pertanian tanaman pangan,

sayuran, hortikultura dan perkebunan. Tanaman pangan padi menyebar hampir di

semua kecamatan, dengan variasi luasan yang berbeda. Umumnya padi sawah

menyebar di wilayah tengah dan utara, dimana sudah tersedia irigasi, seperti di

kecamatan Rumpin, Cigudeg, Sukajaya, Pamijahan, Cibungbulang, Ciampea,

Caringin, Jonggol, Sukamakmur dan Cariu. Tanaman padi gogo menyebar hanya

di beberapa kecamatan dalam luasan terbatas. Produktivitas tanaman padi sawah

berkisar 4-5 ton/ha, sedangkan produktivitas padi gogo 2-3 ton/ha. Produktivitas

ini sebenarnya masih dapat ditingkatkan dengan memperbaiki kondisi lingkungan,

seperti menekan bahaya banjir serta perbaikan manajemen usaha tani, seperti

pemberian pupuk tepat dosis dan waktu, penyediaan modal, sarana dan prasarana

seperti pembangunan pasar, penggilingan padi dan seterusnya.

Daerah pertanian hortikultura seperti sayuran dan buah juga menyebar pada

hampir semua wilayah, tetapi konsentrasi komoditas tertentu hanya menyebar

pada wilayah tertentu, untuk komoditas tanaman pangan di antaranya tanaman

jagung menyebar di kecamatan Darmaga, Cisarua, Megamendung, Cileungsi,

Klapanunggal, Rancabungur, Cibinong, Ciseeng, Gunung Sindur dan Rumpin.

Untuk tanaman kedelai menyebar hanya di Kecamatan Tamansari, Kemang,

Rancabungur dan Megamendung. Situasi yang sama juga terjadi pada sayuran dan

31

Page 52: PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI … · pemanfaatan komputer, internet dan handphone, sebaliknya pada penyuluh PNS ... Penyuluh PNS dan penyuluh THL-TBPP berbeda sangat

32

buah. Daerah sayuran mendominasi terbatas pada beberapa kecamatan seperti

Cisarua, Darmaga, Leuwisadeng, Cigombong, sedangkan buah berasal dari

Kecamatan Tanjungsari, Mekarsari, Jasinga, Tajurhalang dan lain-lain.

Pertanian hortikultura lainnya yang perlu terus dikembangkan adalah

tanaman hias. Wilayah penghasil tanaman hias menyebar di beberapa kecamatan

yaitu: Tamansari, Cijeruk, Ciawi, Megamendung, Tajurhalang, Gunung Sindur,

Bojonggede dan lain-lain. Beragamnya jenis tanaman hias di wilayah ini, maka

Kabupaten Bogor dapat dijadikan sebagai pusat produksi dan pemasaran tanaman

hias terbesar.

Tanaman perkebunan relatif terbatas di Kabupaten Bogor, berdasarkan

pengelolaan usahanya dibagi menjadi dua yaitu perkebunan besar dan perkebunan

rakyat. Perkebunan besar dikelola oleh perusahaan swasta dan perusahaan negara,

sedangkan perkebunan rakyat dikelola oleh masyarakat tani. Jumlah perkebunan

negara sebanyak empat kebun dengan komoditi teh dan sawit yang dikelola oleh

satu perusahaan BUMN yaitu PTPN VIII. Jumlah perkebunan swasta sebanyak 17

kebun dengan komoditi karet, teh, pala dan kopi. Lokasinya tersebar di

Kecamatan Jasinga, Cigudeg, Nanggung, Leuwiliang, Rancabungur, Ciawi,

Cisarua, Megamendung, Cigombong, Rumpin, Tamansari, Citeureup, Sukajaya

dan Tenjo. Jumlah perkebunan rakyat tersebar di 40 kecamatan dengan komoditi

karet, kopi, pala, cengkeh, kelapa, vanili, aren dan tanaman obat.

Tanaman perkebunan ini secara keseluruhan terdapat pada lahan yang

berkategori kelas tiga dengan kendala utama pada kelerengan, sehingga degradasi

lahan melalui proses erosi dan penurunan kesuburan menjadi kendala utama.

Berkaitan dari sisi luasan kawasan yang dapat dikembangkan untuk tanaman

perkebunan relatif terbatas (total sekitar 27000 ha), sehingga bentuk usaha skala

besar tidak dianjurkan, tetapi diarahkan ke bentuk usaha perkebunan skala kecil

dan bekerjasama dengan usaha perkebunan besar yang sudah ada.

Salah satu sumber peningkatan perbaikan gizi masyarakat, salah satunya

dengan tersedianya produksi ikan di Kabupaten Bogor. Produksi ikan kolam air

sawah tahun 2011 sebanyak 201.65 ton, kolam air tenang 50277.34 ton, kolam air

deras 5561.75 ton, ikan dari karamba 37.14 ton, benih 1378014.51 ekor dan ikan

hias 156618.82 ekor.

Sektor peternakan di Kabupaten Bogor juga memiliki andil yang sangat

penting mengingat banyaknya jumlah peternakan yang masih dikelola secara

tradisional namun memiliki hasil yang baik, sehingga jika mutunya ditingkatkan

maka dapat dijadikan produk unggulan. Jenis ternak terdiri atas ternak besar,

ternak kecil dan unggas yang menghasilkan produksi dalam bentuk daging, susu

dan telur. Produksi daging (daging sapi, kerbau, kambing, domba, ayam dan itik)

tahun 2011 sebesar 100146282 kg, susu 11198708 liter dan produksi telur (ayam

dan itik) 42830167 butir.

2. Kondisi Iklim

Kabupaten Bogor merupakan wilayah daratan dengan tipe morfologi

wilayah yang bervariasi, dari dataran yang relatif rendah di bagian utara hingga

dataran tinggi di bagian selatan, sehingga membentuk bentangan lereng yang

menghadap ke utara, dengan klasifikasi keadaan morfologi wilayah serta

persentasenya sebagai berikut:

Page 53: PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI … · pemanfaatan komputer, internet dan handphone, sebaliknya pada penyuluh PNS ... Penyuluh PNS dan penyuluh THL-TBPP berbeda sangat

33

1. Dataran rendah (15-100 m dpl) sekitar 29.26 persen, merupakan kategori

ekologi hilir.

2. Dataran bergelombang (101-500 m dpl) sekitar 42.60 persen, merupakan

kategori ekologi tengah.

3. Pegunungan (501-1.000 m dpl) sekitar 19.52 persen, merupakan kategori

ekologi hulu.

4. Pegunungan tinggi (1.001-2.000 m dpl) sekitar 8.41 persen, merupakan

kategori ekologi hulu.

5. Puncak-puncak gunung (2.001-2.500 m dpl) sekitar 0.21 persen, merupakan

kategori ekologi hulu.

Iklim di wilayah Kabupaten Bogor termasuk iklim tropis sangat basah di

bagian selatan dan iklim tropis basah di barat. Keadaan iklim di Kabupaten Bogor

merupakan iklim tropis dengan suhu berkisar rata-rata antara 20˚C sampai 30˚C,

curah hujan tahunan antara 2500 mm sampai lebih dari 5000 mm/tahun.

Ketinggian rata-rata Kabupaten Bogor berkisar antara 15 – 2500 dpl dengan

bentang wilayahnya berbentuk daratan bergelombang dan pegunungan.

Jumlah penduduk Kabupaten Bogor pada tahun 2012 yaitu 5077210 jiwa.

Jumlah tersebut mendiami wilayah seluas 2997.13 km², sehingga secara rata-rata

kepadatan penduduk di Kabupaten Bogor adalah 1453 jiwa per km2.

3. Gambaran Umum Penyuluh Kabupaten Bogor

Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan, Pertanian, Perikanan,

dan Kehutanan (BKP5K) merupakan salah satu lembaga pemerintah yang

menaungi 12 Balai Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (BP3K) di

12 Kecamatan Kabupaten Bogor. Di sinilah para penyuluh bertugas sesuai

dengan wilayah tugas yang telah ditetapkan sebelumnya, di antaranya adalah

BP3K wilayah Caringin, Jonggol, Gunung Putri, Ciawi, Cibinong, Cibungbulang,

Leuwiliang, Cariu, Dramaga, Ciseeng, Cigudeg, dan Parungpanjang.

BKP5K mempunyai tugas pokok membantu Bupati dalam melaksanakan

urusan pemerintahan daerah di bidang penyelenggaraan penyuluhan pertanian,

perikanan dan kehutanan, dengan fungsi sebagai berikut:

1. Penyusunan kebijakan dan program penyuluhan daerah yang sejalan dengan

kebijakan dan program penyuluhan provinsi dan nasional.

2. Penyusunan kebijakan, program dan kegiatan penyuluhan yang mendukung

kebijakan, program dan kegiatan pembangunan pertanian, perikanan dan

kehutanan daerah.

3. Pelaksanaan penyuluhan dan pengembangan mekanisme, tata kerja dan

metode penyuluhan.

4. Pelaksanaan pengumpulan, pengolahan, pengemasan dan penyebaran materi

penyuluhan bagi pelaku utama dan pelaku usaha.

5. Pelaksanaan pembinaan pengembangan kerjasama, kemitraan, pengelolaan

kelembagaan, ketenagaan, sarana dan prasarana, serta pembiayaan

penyuluhan.

6. Penumbuhkembangan dan fasilitasi kelembagaan dan forum kegiatan bagi

pelaku utama dan pelaku usaha.

7. Peningkatan kapasitas Penyuluh Pegawai Negeri Sipil, swadaya dan swasta

melalui proses pembelajaran secara berkelanjutan.

Page 54: PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI … · pemanfaatan komputer, internet dan handphone, sebaliknya pada penyuluh PNS ... Penyuluh PNS dan penyuluh THL-TBPP berbeda sangat

34

Program kegiatan penyuluh Kabupaten Bogor meliputi: 1) Program

pelayanan administrasi perkantoran; 2) Program peningkatan sarana dan prasarana

aparatur; 3) Program peningkatan pengembangan sistem pelaporan capaian

kinerja dan keuangan; 4) Program peningkatan kesejahteraan petani; 5) Program

pemberdayaan penyuluhan pertanian, perikanan, dan kehutanan; 6) Program

peningkatan produksi hasil pertanian, perikanan, dan kehutanan; 7) Program

penerapan teknologi pertanian, perikanan, dan kehutanan.

Indikator keberhasilan penyuluh di Kabupaten Bogor yaitu adalah: 1)

Tersusunnya programa penyuluhan pertanian; 2) Tersusunnya rencana kerja

tahunan (RKT); 3) Tersusunnya data peta wilayah untuk pengembangan teknologi

spesifik lokasi; 4) Terdesiminasinya informasi teknologi pertanian secara merata;

5) Tumbuh kembangnya keberdayaan dan kemandirian pelaku utama dan pelaku

usaha; 6) Terwujudnya kemitraan usaha pelaku utama dan pelaku usaha yang

menguntungkan; 7) Terwujudnya akses pelaku utama dan pelaku usaha ke

lembaga keuangan, informasi, sarana produksi; 8) Meningkatnya produktivitas

agribisnis komoditi unggulan di wilayahnya; 9) Meningkatnya pendapatan dan

kesejahteraan pelaku utama.

Tingkat Pemanfaatan TIK oleh Penyuluh

Hasil penelitian menunjukkan bahwa siaran TV biasanya dilihat oleh

penyuluh ketika sore sampai malam hari sehabis jam pulang kantor atau dari

lapangan. Program acara yang diikuti cukup bervariasi sesuai minat dan

kebutuhan penyuluh. Beberapa orang penyuluh mengungkapkan bahwa saat ini

stasiun televisi yang memproduksi program acara pertanian sangat sedikit,

sehingga TV tidak lagi menjadi referensi penyuluh dalam memperoleh informasi

khususnya untuk program penyuluhan pertanian. Pada umumnya tujuan penyuluh

menonton TV sebesar 31.62% untuk mencari hiburan, 27.35 % untuk mencari

informasi, 15.38% untuk membuat materi penyuluhan, dan selebihnya bertujuan

sebagai media penyuluhan, dan meningkatkan profesionalisme.

Frekuensi dan durasi pemanfaatan televisi oleh penyuluh PNS tergolong

tinggi yaitu sebesar 2.60 dan 2.90 tetapi frekuensi dan durasi pemanfaatan televisi

oleh THL-TBPP tergolong dalam kategori rendah yaitu sebesar 2.36 dan 2.43.

Rendahnya pemanfaatan televisi oleh THL-TBPP disebabkan bergesernya pola

pencarían informasi kearah teknologi digital seperti pemanfaatan komputer dan

internet.

Hal lain yang ditemui bahwa informasi yang diperoleh penyuluh baik PNS

maupun THL-TBPP dengan menonton TV berupa informasi umum dan berita

yang berisi perkembangan terkini seperti berit politik, olah raga, kesehatan, dan

lain sebagainya, tetapi berita yang berisikan dunia pertanian sangat jarang sekali

ditayangkan.

Seperti yang diungkapkan oleh salah seorang penyuluh berinisial ”K” (55

tahun):

”..Saya sudah sangat jarang sekali menonton berita TV yang berisikan

tentang keberhasilan penyuluh dan petani, malahan menayangkan

masalah-masalah pertanian yang terlalu dibesar-besarkan, padahal

masalahnya kecil seperti kegagalan panen, hama padi dan lain

sebagainya yang hanya terjadi pada satu atau dua orang petani saja...”

Page 55: PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI … · pemanfaatan komputer, internet dan handphone, sebaliknya pada penyuluh PNS ... Penyuluh PNS dan penyuluh THL-TBPP berbeda sangat

35

Intensitas pemanfaatan TIK dan nilai koefisien uji t oleh penyuluh PNS dan

THL-TBPP tersaji pada Tabel 8.

Tabel 8 Sebaran rataan skor dan nilai koefisien uji t dalam intensitas

pemanfaatan TIK oleh penyuluh PNS dan THL-TBPP

Intensitas

pemanfaatan TIK

Rataan skor1 Nilai

koefisien uji t

Frekuensi Durasi

PNS THL PNS THL Televisi 2.60 2.36 2.90 2.43 1.281

Radio 1.35 1.29 1.38 1.37 0.770 Komputer 2.18 3.50 2.63 3.00 6.845**

Internet 2.23 3.67 2.43 3.08 6.194**

Handphone 3.60 3.69 3.05 3.12 1.132 CD/DVD 1.34 1.35 1.12 1.11 0.023

Ket: 1) interval skor 1–1.74 =Sangat rendah; 1.75–2.49 =Rendah; 2.50–3.24 = Tinggi; 3.25- 4 = Sangat tinggi

**) signifikan pada p <0.01

Frekuensi dan durasi mendengarkan radio oleh penyuluh PNS dan THL-

TBPP tergolong dalam kategori yang sangat rendah, yaitu sebesar 1.35 dan 1.29

pada rataan skor frekuensi mendengarkan radio dan sebesar 1.38 dan 1.37 untuk

durasi mendengarkan radio. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tujuan penyuluh

mendengarkan radio di antaranya adalah untuk mencari informasi sebesar 35.04%,

33.33% sebagai hiburan, dan 21.36% sebagai media penyuluh, sedangkan

selebihnya untuk membuat materi penyuluhan dan meningkatkan profesionalisme.

Pemanfaatan radio ini kebanyakan dilakukan penyuluh secara tidak sengaja

seperti mendengarkan radio ketika di dalam mobil, mendengarkan radio melalui

headset di handphone, dan mendengarkan radio di sawah petani.

Fakta lain yang ditemukan bahwa frekuensi pemanfaatan komputer oleh

penyuluh PNS tergolong rendah yaitu sebesar 2.18 akan tetapi pada THL-TBPP

tergolong tinggi yaitu sebesar 2.63, sedangkan durasi pemanfaatan komputer oleh

penyuluh PNS dan THL-TBPP tergolong tinggi yaitu sebesar 2.63 dan 3.00. Hasil

uji beda menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara penyuluh PNS

dan THL-TBPP dalam pemanfaatan komputer dan internet. Tingginya

pemanfaatan komputer oleh THL-TBPP didukung oleh tingginya tingkat

ketersediaan komputer di tiap-tiap kantor BP3K dan tingkat kepemilikan

komputer secara pribadi. Tujuan penyuluh menggunakan komputer untuk

membuat materi penyuluhan sebesar 31.62%, administrasi kerja sebesar 30.76%,

dan 27.35% untuk meningkatkan profesionalisme, sedangkan selebihnya untuk

mencari informasi, sebagai media penyuluhan dan hiburan.

Tingkat pemanfaatan komputer oleh penyuluh sejalan dengan tingkat

pemanfaatan internet. Frekuensi dan durasi pemanfaatan internet oleh penyuluh

PNS tergolong rendah yaitu sebesar 2.23 dan 2.43 tetapi frekuensi pemanfaatan

internet oleh THL-TBPP tergolong sangat tinggi yaitu sebesar 3.69 serta durasi

pemanfaatan internet oleh THL-TBPP tergolong tinggi yaitu sebesar 3.08. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa tujuan penyuluh menggunakan internet sebesar

41.02% untuk mengakses atau browsing informasi. Informasi yang sering diakses

oleh penyuluh meliputi media sosial (facebook) dan berita, sedangkan tujuan

penyuluh memanfaatkan internet untuk materi penyuluhan sebesar 30.76% dan

24.78% untuk membuat media penyuluhan, sedangkan selebihnya untuk hiburan

Page 56: PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI … · pemanfaatan komputer, internet dan handphone, sebaliknya pada penyuluh PNS ... Penyuluh PNS dan penyuluh THL-TBPP berbeda sangat

36

dan meningkatkan profesionalisme. Tingginya persentase pemanfaatan internet

oleh penyuluh terutama THL-TBPP dalam mencari informasi secara online karena

didukung oleh ketersediaan fasilitas Wi-fi di setiap kantor BP3K dan juga

banyaknya penyuluh yang telah memiliki notebook yang dilengkapi dengan

modem sehingga akses informasi dapat dilakukan di rumah atau dimana saja. Hal

ini dikuatkan oleh pengalaman Ibu DS sebagaimana disajikan pada Box 1 berikut.

Senada dengan pemanfaatan HP sebagai alat komunikasi yang mudah

dibawa, membuat pesan yang disampaikan oleh penyuluh kepada petani binaan

sangat jelas terutama kepada petani binaan yang memerlukan informasi mengenai

usaha taninya. Frekuensi pemanfaatan HP oleh penyuluh PNS dan THL-TBPP

tergolong sangat tinggi yaitu sebesar 3.60 dan 3.69, sedangkan durasi

pemanfaatan HP oleh penyuluh PNS dan THL-TBPP tergolong tinggi yatu

sebesar 3.05 dan 3.12. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tujuan penyuluh

menggunakan HP yaitu untuk menjalin kemitraan dengan pihak lain sebesar

31.62%, 25.64% sebagai sumber informasi, 20.51% untuk meningkatkan

profesionalisme, dan selebihnya sebagai hiburan dan sumber informasi.

Fakta lain yang ditemukan dalam penelitian ini adalah, bahwa pemanfaatan

HP untuk mencari informasi pertanian jarang digunakan, dengan alasan masih

banyaknya penyuluh PNS yang berusia dewasa lanjut memiliki HP yang tidak

memiliki fasilitas internet, dan THL-TBPP yang telah memiliki notebook dan

modem pribadi.

Frekuensi dan durasi pemanfaatan CD/DVD oleh penyuluh PNS dan THL-

TBPP tergolong sangat rendah dengan rataan skor 1.34 dan 1.35 oleh penyuluh

PNS serta 1.12 dan 1.11 untuk THL-TBPP. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

tujuan penyuluh menggunakan CD/DVD sangat beragam yaitu sebagai media

penyuluhan sebesar 35.89%, untuk hiburan sebesar 17.94%, dan 17.09% membuat

(Box 1)

Ibu DS (40 tahun), adalah salah satu penyuluh THL-TBPP berprestasi tahun

2012 se Kabupaten Bogor. Wanita tamatan SPMA ini diterima sebagai THL-

TBPP pada tahun 2009 yang ditugaskan di Kecamatan Caringin. Penyuluh ini

menerima hadiah laptop dari Dinas Pertanian berkat prestasinya yang telah

sukses mengembangkan kelompok tani ternak sehingga kelompok tani ini

mendapat predikat terbaik pertama se-Kabupaten Bogor. Semula di desa

tersebut hanya ada tiga kelompok tani, dan sekarang telah berkembang

menjadi 20 kelompok tani yang aktif dan tertib administrasi.Wilayah

binaannya yang semula hanya satu desa sekarang bertambah menjadi tiga

desa. Di sisi lain, selain membina kelompok tani, Ibu DS juga membina

kelompok wanita tani, dan taruna tani. Komunikasi dengan pengurus dan

anggota kelompok tani dilakukan secara face to face dan melalui handphone

(HP). Selain untuk berkomunikasi, HP juga digunakan oleh ibu DS ini untuk

browsing atau mencari informasi tentang budidaya tanaman, hama penyakit

tanaman, dan informasi harga komoditi. Pemanfaatan teknologi komunikasi

selain bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan, juga

sebagai sarana untuk sharing dengan penyuluh senior, dan juga menggunakan

fasilitas internet google untuk mencari informasi atau materi penyuluhan yang

dibutuhkan. Menurutnya, penggunaan mesin penelusuran google ini untuk

mencari informasi materi yang telah disiapkan oleh penyuluh sangat mudah

dan cepat diakses, walaupun situs pertanian lain seperti kementerian pertanian

juga diakses, namun menurut Ibu DS cara memperoleh informasinya agak

rumit.

Page 57: PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI … · pemanfaatan komputer, internet dan handphone, sebaliknya pada penyuluh PNS ... Penyuluh PNS dan penyuluh THL-TBPP berbeda sangat

37

materi penyuluhan, dan selebihnya sebagai sumber informasi, meningkatkan

profesionalisme dan administrasi kerja. Rendahnya pemanfaatan CD/DVD oleh

penyuluh disebabkan oleh fasilitas alat pemutar CD/DVD (DVD player) yang

tidak tersedia di lapangan, dan pemanfaatan CD/DVD oleh penyuluh dalam

kehidupan sehari-hari sudah beralih ke komputer atau internet dalam mencari

informasi.

Hasil penelitian yang mendukung terhadap pemanfaatan TIK ini yaitu

pemanfaatan media cetak seperti koran dan majalah. Penelitian juga menunjukkan

bahwa frekuensi membaca koran oleh penyuluh PNS dan THL-TBPP tergolong

tinggi dengan rataan skor 3.10 dan 2.91. Hal ini dikarenakan selain menerima

koran sinar tani pada setiap minggunya, penyuluh biasanya juga membaca koran

lokal dan nasional walaupun frekuensinya tidak sering. Tujuan penyuluh

membaca koran sebagian besar adalah untuk mencari atau mendapatkan informasi

sebesar 44.44%, dan 37% sebagai media penyuluhan, selebihnya untuk membuat

materi penyuluhan dan hiburan.

Hal ini menunjukkan bahwa penyuluh membutuhkan waktu yang lama

dalam membaca koran, terutama untuk hal-hal yang berkaitan dengan profesi dan

hiburan dengan durasi yang tergolong tinggi dengan rataan 2.50 dan 2.58.

Berbeda halnya dengan pemanfaatan koran digital oleh penyuluh yang masih

sangat minim digunakan karena keterbatasan fasilitas, pengetahuan dan skill yang

dimiliki penyuluh. Hasil pendalaman diketahui, hanya koran Sinar Tani yang

diperoleh oleh penyuluh yang penerbitannya setiap satu minggu sekali yang

dirintis oleh Kementerian Pertanian, sedangkan ketersediaan majalah khususnya

majalah pertanian seperti majalah trubus sangat minim sekali.

Fakta lain yang ditemukan di lapangan bahwa jangkauan sumber informasi

yang dapat diakses oleh penyuluh melalui internet tergolong tinggi yaitu sebesar

3.11 dan 3.16. Hal ini mengungkapkan bahwa penyuluh dalam mengakses

informasi atau berita tidak hanya sebatas tingkat lokal namun sudah tingkat

nasional. Hal–hal yang paling banyak diakses oleh penyuluh melalui internet

meliputi materi budidaya pertanian, informasi pasar, pengolahan, dan pasca

panen. Walau demikian beberapa penyuluh telah melakukan penelusuran

informasi secara langsung ke situs Kementerian Pertanian misalnya situs Badan

Penelitian dan Pengembangan Pertanian dan Pusat Perpustakaan dan Penyebaran

Teknologi Pertanian (Pustaka).

Hasil penelitian mengungkapkan bahwa variasi materi penyuluhan yang

disampaikan dengan menggunakan TIK oleh penyuluh PNS dan THL-TBPP

termasuk dalam kategori tinggi dengan rataan skor 3.21 dan 3.17. Materi yang

disampaikan penyuluh kepada petani binaan di antaranya adalah materi budidaya,

hama penyakit tanaman, analisis usaha tani, dan pengolahan pasca panen. Sebaran

rataan skor dan nilai koefisien uji t oleh penyuluh PNS dan THL-TBPP yang

berkaitan dengan pemanfaatan TIK oleh penyuluh tersaji pada Tabel 9.

Page 58: PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI … · pemanfaatan komputer, internet dan handphone, sebaliknya pada penyuluh PNS ... Penyuluh PNS dan penyuluh THL-TBPP berbeda sangat

38

Tabel 9 Sebaran rataan skor dan nilai koefisien uji t oleh penyuluh PNS dan

THL-TBPP yang berkaitan pemanfaatan TIK oleh penyuluh

Pemanfaatan TIK oleh penyuluh Rataan skor1

nilai

koefisien uji t PNS THL Jangkauan sumber informasi 3.11 3.16 0.677 Variasi materi penyuluhan 3.21 3.17 0.841 Ragam Informasi 3.20 3.20 0.594 Kualitas berbagi pengetahuan 3.14 3.17 0.774

Ket: 1) interval skor 1–1.74 =Sangat rendah; 1.75–2.49 =Rendah; 2.50–3.24 =Tinggi ;3.25-4 =Sangat tinggi

Senada halnya dengan ragam informasi yang diperoleh oleh penyuluh

dengan rataan skor yang sama dan tergolong dalam kategori tinggi yaitu sebesar

3.20. Hal ini diketahui bahwa penyuluh juga mengakses informasi teknis

pertanian lainnya seperti informasi harga pasar dan pemasaran, berita pertanian,

petunjuk pelaksanaan (juklak) dan petunjuk teknis (juknis) dari kegiatan yang

sedang dilaksanakan. Seperti yang diungkapkan oleh penyuluh senior yang aktif

dalam memanfaatkan TIK yaitu berinisial ” SH” (54 tahun):

”.. Saya malahan memanfaatkan internet untuk membuat media

penyuluhan yang beraneka ragam seperti cara merawat anggrek,

memelihara lele dumbo, setelah itu saya masukkan ke dalam cyber

extension atau blog saya sehingga orang bisa membaca materi

penyuluhan yang saya buat...”

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa rataan skor untuk kualitas berbagi

pengetahuan oleh penyuluh PNS dan THL-TBPP sebesar 3.14 dan 3.17 (kategori

tinggi). Hal ini disebabkan adanya forum diskusi sesama penyuluh guna

mempererat tali kekerabatan dan silaturrahmi serta berbagi pengetahuan dan

pengalaman dalam menunjang tupoksi penyuluhan.

Kegiatan berbagi informasi ini dilakukan secara formal dua kali dalam

sebulan yaitu pada waktu kegiatan pertemuan dua mingguan, dan secara informal

melalui komunikasi tatap muka. Kegiatan ini merupakan kegiatan rutin sebagai

bentuk evaluasi dari setiap kegiatan yang telah dilakukan oleh penyuluh selama

dua mingguan. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Suryantini (2003)

mengungkapkan bahwa informasi teknis sangat dibutuhkan oleh penyuluh dalam

merancang materi penyuluhan.

Hasil uji t menunjukkan tidak terdapat perbedaan signifikan pada penyuluh

PNS dan penyuluh THL-TBPP dalam pemanfaatkan TIK. Hipotesis penelitian

yang menyebutkan ”terdapat perbedaan nyata antara penyuluh PNS dan penyuluh

THL-TBPP dalam pemanfaatan TIK ditolak.”

Page 59: PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI … · pemanfaatan komputer, internet dan handphone, sebaliknya pada penyuluh PNS ... Penyuluh PNS dan penyuluh THL-TBPP berbeda sangat

39

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pemanfaatan TIK dalam

Peningkatan Kompetensi Penyuluh

1. Karakteristik Individu Penyuluh

Karakteristik individu penyuluh terdiri dari: umur, pendidikan formal,

pendidikan non formal, masa kerja, tingkat kepemilikan TIK, dan status

penyuluh. Umur penyuluh sebagian besar berada di atas 48 tahun dengan

persentase 35.04 persen. Sebaran persentase karakteristik individu penyuluh

menunjukkan bahwa umur penyuluh di antara 22 sampai dengan 34 tahun

menempati posisi kedua dengan persentase sebesar 43.59 persen. Ini

membuktikan bahwa umur penyuluh yang berada di atas 48 tahun adalah umur

penyuluh PNS yang sebagian besar sudah mendekati usia pensiun

Tabel 10 Sebaran persentase karakteristik individu penyuluh dan nilai

koefisien uji t antara penyuluh PNS dan THL-TBPP

Karakteristik Individu Penyuluh PNS THL Persentase (%)

Nilai

Koefisien Uji t

Umur

a. Muda (22 – 34 tahun) 6.84 36.75 43.59

b. Dewasa (35 – 47 tahun) 5.13 16.24 21.37 11.015** c. Dewasa lanjut (48-60 tahun) 35.00 0.00 35.04

Pendidikan Formal

a. SMA/SPMA 10.26 7.69 17.95 b. Diploma 11.97 22.22 34.19 1.47

c. Sarjana 23.93 23.93 47.86

Pendidikan Non formal

a. Belum pernah 16.24 17.09 33.33

b. 1-2 kali 21.37 29.06 50.43 0.831

c. 3 c. 3-5 kali 8.55 7.69 16.24

Masa Kerja

a. Singkat ( 1 - 18 tahun) 17.09 52.99 70.09 10.738** b. Lama ( 19 – 36 tahun ) 29.91 0.00 29.91

Tingkat Kepemilikan TIK

a. 1 - 3 TIK 1.71 0.00 1.71

b. 4 – 6 TIK 39.32 27.35 66.67 6.854**

c. 7 - 9 TIK 5.13 26.50 31.62

Ket : **) signifikan pada p <0.01

Pendidikan formal penyuluh dikelompokkan menjadi tingkat pendidikan

SMA/SPMA, diploma (D3) dan sarjana (D4, S1 dan S2). Sebagian besar penyuluh

(47.86%) yang dijadikan responden sudah berpendidikan setingkat sarjana bahkan

sekitar 0.9% sudah mengenyam pendidikan S2. Ini berarti secara umum tingkat

pendidikan formal penyuluh relatif tinggi. Tingkat pendidikan penyuluh

merupakan salah satu syarat dalam kenaikan jabatan untuk menjadi penyuluh ahli.

Page 60: PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI … · pemanfaatan komputer, internet dan handphone, sebaliknya pada penyuluh PNS ... Penyuluh PNS dan penyuluh THL-TBPP berbeda sangat

40

Sesuai yang diungkapkan Anwas et.al (2009) yang mengungkapkan bahwa

pemanfaatan media dipengaruhi oleh tingkat pendidikan formal, kepemilikan

media komunikasi dan informasi, motivasi penyuluh, dukungan anggota keluarga

penyuluh, dan tuntutan klien. Senada juga yang diungkapkan oleh Nwafor dan

Akubue (2008) bahwa tingkat pendidikan mempengaruhi penggunaan radio dan

televisi di Nigeria.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyuluh yang belum pernah

mengikuti pelatihan dalam dua tahun terakhir adalah sebesar 33.33%, dan

penyuluh yang mengikuti pelatihan sebanyak 1-2 kali sebesar 50.43%, sedangkan

penyuluh yang mengikuti pelatihan antara 3-5 kali sebesar 16.24%. Sebagian

besar penyuluh yang belum pernah mengikuti pelatihan adalah THL-TBPP. Hal

ini disebabkan oleh salah satu kebijakan dari kantor Badan Ketahanan Pangan dan

Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BKP5K) dan BP3K

yang cenderung belum memberi kesempatan yang sama pada THL-TBPP dalam

mengikuti pelatihan. Jenis pelatihan yang diikuti seperti Sekolah Lapang

Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT), Pelatihan Pengembangan Usaha

Agribisnis Pedesaan (PUAP), Manajemen Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis,

dan pelatihan teknis budidaya padi dan jagung.

Masa kerja penyuluh dikelompokkan atas dua kategori yaitu baru (1-18

tahun) dan lama (19-38 tahun). Masa kerja penyuluh yang terbanyak terdapat pada

kisaran antara satu sampai dengan 18 tahun sebesar 70.09 persen. Hal ini

disebabkan oleh usia THL-TBPP yang relatif muda dan masa kerja yang relatif

singkat. Jika dikaitkan dengan umur penyuluh yang juga sudah mendekati umur

pensiun (tua), maka masa kerja berbanding lurus dengan umur penyuluh. Artinya,

semakin tua umur penyuluh, maka masa kerjanya juga semakin lama.

Tingkat kepemilikan TIK (televisi, radio, komputer, internet, handphone,

CD/DVD) oleh penyuluh sebagian besar tergolong dalam kategori tinggi yaitu

sebanyak 4–6 jenis TIK yang dimiliki. Hal ini menunjukkan bahwa penyuluh

sudah mulai memanfatkan TIK dalam kegiatan sehari-hari dan dalam menunjang

tupoksinya, khususnya untuk membuat materi penyuluhan.

Bidang kompetensi penyuluh sangat bervariasi, namun yang mendominasi

adalah bidang kompetensi pertanian sebesar 82.05%, disusul peternakan dan

kehutanan dengan persentase yang sama sebesar 6.84% dan perikanan sebesar

4.27%. Dari hasil pendalaman wawancara, terdapat kesesuaian antara bidang

keahlian yang dikuasai ketika memulai menjadi penyuluh dengan bidang

pekerjaan yang ditekuni oleh penyuluh sehingga penyuluh lebih mudah

menyampaikan inovasi teknologi kepada petani binaan.

Hasil uji beda (t-test) diketahui bahwa terdapat perbedaan yang signifikan

antara karakteristik penyuluh PNS dan THL-TBPP terutama pada aspek umur,

masa kerja, dan tingkat kepemilikan TIK. Hasil penelitian membuktikan bahwa

rata-rata umur penyuluh PNS tergolong dalam kategori dewasa lanjut (48-60)

tahun sebesar 35.04%, sedangkan THL-TBPP memiliki rata-rata umur yang

tergolong muda (22-34 tahun) yaitu sebesar 36.75% Rata-rata umur THL-TBPP

cenderung lebih muda dan memiliki masa kerja yang masih singkat yaitu berkisar

1-18 tahun jika dibandingkan dengan umur penyuluh PNS yang cenderung tua

dan memiliki masa kerja yang lama yaitu berkisar 19-36 tahun. Hal lain yang

ditemui bahwa sebagian besar penyuluh PNS memiliki tingkat kepemilikan TIK

sebanyak 4-6 jenis TIK yaitu sebesar 39.32%, sedangkan THL-TBPP memiliki 4-

Page 61: PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI … · pemanfaatan komputer, internet dan handphone, sebaliknya pada penyuluh PNS ... Penyuluh PNS dan penyuluh THL-TBPP berbeda sangat

41

6 jenis TIK yaitu sebesar 27.35%. Perbedaan tingkat kepemilikan TIK ini

disebabkan oleh penyuluh PNS yang telah memiliki kemampuan dalam

melakukan pembelian terutama komputer dan juga pemanfaatan TIK ini lebih

cenderung dimanfaatkan oleh anaknya, sedangkan bagi THL-TBPP kendala

keuangan dan imbalan menjadi permasalahannya. Hipotesis penelitian yang

menyebutkan terdapat perbedaan nyata antara karakteristik individu penyuluh

PNS dan THL-TBPP dalam pemanfaatan TIK diterima yaitu pada aspek umur,

masa kerja dan tingkat kepemilikan TIK yang memiliki perbedaan yang sangat

nyata dalam pemanfaatan TIK terutama pemanfaatan komputer dan internet.

Hasil penelitian ini senada dengan penelitian Mulyandari (2011) bahwa

umur petani memiliki hubungan negatif dengan seluruh aspek perilaku dalam

pemanfaatan teknologi informasi. Semakin tua umur petani, cenderung semakin

rendah tingkat pengetahuan, sikap, dan keterampilannya dalam memanfaatkan

teknologi informasi.

2. Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan penyuluh PNS dan THL-TBPP salah satunya iklim

belajar memperoleh rataan skor yang tergolong dalam kategori baik yaitu 2.89 dan

2.74. Hal Ini menunjukkan bahwa penyuluh PNS dan THL-TBPP memiliki

ketersediaan dan kemudahan dalam mengakses TIK, serta dukungan ujicoba

inovasi dalam melaksanakan kegiatan penyuluhan yang dijalaninya.

Selanjutnya dukungan kebijakan Pemerintah Daerah terhadap penyuluh dan

kegiatan penyuluhan pertanian secara garis besar memiliki rataan skor yang

berada pada kategori baik yaitu 3.01 dan 2.91. Ini mengindikasikan bahwa dana

yang dianggarkan oleh Pemerintah Daerah sudah sesuai untuk kegiatan

penyuluhan pertanian dan kelembagaan penyuluhan pertanian.

Hasil uji beda persepsi penyuluh terhadap faktor lingkungan menunjukkan

bahwa tidak ada perbedaan signifikan pada persepsi penyuluh PNS dengan

penyuluh THL-TBPP yang berkenaan dengan iklim belajar. Begitupun persepsi

pada kebijakan Pemda tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan antara

penyuluh PNS dan penyuluh THL-TBPP. Oleh karena itu, hipotesis yang

menyebutkan ”terdapat perbedaan nyata pada persepsi penyuluh PNS dan THL-

TBPP tentang faktor lingkungan ditolak.” Sebaran rataan skor dan nilai koefisien

uji t faktor lingkungan oleh penyuluh PNS dan THL-TBPP tersaji pada Tabel 11.

Tabel 11 Sebaran rataan skor faktor lingkungan dan nilai koefisien uji t oleh penyuluh PNS dan THL-TBPP

Faktor Lingkungan Rataan Skor

1 Nilai koefisien

uji t PNS THL-TBPP

Iklim Belajar 2.89 2.74 1.639

Kebijakan Pemerintah Daerah 3.01 2.91 1.176 Ket: 1) Interval skor 1– 1.74 = Sangat buruk; 1.75 – 2.49 = Buruk; 2.50 – 3.24 = Baik; 3.25 – 4 = Sangat baik

Page 62: PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI … · pemanfaatan komputer, internet dan handphone, sebaliknya pada penyuluh PNS ... Penyuluh PNS dan penyuluh THL-TBPP berbeda sangat

42

3. Motivasi Penyuluh

Motivasi intrinsik merupakan dorongan dalam diri penyuluh guna

memanfaatkan TIK untuk melaksanakan kegiatan penyuluhan dalam rangka

peningkatan kompetensi yang termasuk dalam kategori baik dengan rataan skor

sebesar 3.13 dan 3.23. Hal ini merupakan kesadaran yang ada pada diri penyuluh

untuk selalu update informasi, melaksanakan tugas sebaik-baiknya dan juga untuk

mengembangkan karier. Fakta di lapangan diperoleh bahwa pemanfaatan TIK

oleh penyuluh sudah menjadi suatu kebutuhan dan kebiasaan dalam memperoleh

informasi tanpa harus melalui paksaan atau suruhan orang lain seperti browsing

informasi untuk bahan materi penyuluhan, membuat media penyuluhan dan

membuat laporan bulanan penyuluh.

Motivasi ekstrinsik lebih menekankan kepada dorongan yang berada di luar

diri penyuluh seperti kesesuaian imbalan, lingkungan yang mendukung pekerjaan,

dukungan pimpinan lembaga penyuluh dan hubungan sesama penyuluh yang

termasuk dalam kategori baik dengan rataan skor 2.98 dan 2.92. Hal ini dilihat

dari terjalinnya hubungan baik antara sesama penyuluh PNS dan THL-TBPP,

serta antara penyuluh dan atasannya. Hasil uji t (uji beda) menunjukkan bahwa

tidak terdapat perbedaan signifikan pada penyuluh PNS dengan THL-TBPP dalam

motivasi penyuluh, sehingga hipotesis penelitian yang menyebutkan ”terdapat

perbedaan nyata antara motivasi penyuluh PNS dengan motivasi penyuluh THL-

TBPP dalam memanfaatkan TIK ditolak.” Sebaran rataan skor motivasi penyuluh

dan nilai koefisien uji t penyuluh PNS dan THL-TBPP tersaji pada Tabel 12.

Tabel 12 Sebaran rataan skor motivasi penyuluh dan nilai koefisien uji t antara penyuluh PNS dan THL-TBPP dalam pemanfaatan TIK

Motivasi penyuluh Rataan skor

1 Nilai Koefisien

Uji t PNS THL-TBPP

Motivasi intrinsik 3.13 3.23 0.927

Motivasi ekstrinsik 2.98 2.92 0.691

Ket: 1) interval skor 1– 1.74 = Sangat buruk; 1.75 – 2.49 = Buruk; 2.50 – 3.24 = Baik; 3.25 – 4 = Sangat baik

Hubungan Karakteristik, Faktor Lingkungan dan Motivasi Penyuluh dengan

Tingkat Pemanfaatan TIK oleh Penyuluh

Analisis yang digunakan untuk menentukan hubungan karakteristik penyuluh,

faktor lingkungan dan motivasi penyuluh dengan tingkat pemanfaatan TIK serta

tingkat pemanfaatan TIK dengan tingkat kompetensi penyuluh adalah korelasi rank

Spearman.

1. Hubungan karakteristik penyuluh dengan tingkat pemanfaatan TIK

Umur memiliki hubungan sangat nyata negatif dengan intensitas

pemanfaatan TIK. Hal ini menunjukkan bahwa penyuluh yang berumur lebih dari

48 tahun kurang atau jarang memanfaatkan TIK dalam melaksanakan kegiatan

penyuluhan terutama pemanfaatan komputer dan internet dalam mencari atau

membuat media penyuluhan. Hal ini senada diungkapkan oleh penyuluh senior,

“S” ( 54 tahun) : “.. Kami dulunya tidak pernah diajarkan komputer dan internet,

Page 63: PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI … · pemanfaatan komputer, internet dan handphone, sebaliknya pada penyuluh PNS ... Penyuluh PNS dan penyuluh THL-TBPP berbeda sangat

43

sehingga sampai sekarang kami tidak bisa memakainya, apalagi sudah tua begini,

sudah mau pensiun, sudah jenuh dengan teknologi yang rumit-rumit…”

Kegiatan yang dilakukan oleh penyuluh hanya bersifat latihan dan

kunjungan rutin yang dilakukan kepada kelompok tani binaan dengan materi

penyuluhan yang kurang bervariasi. Seperti yang diungkapkan Padmowiharjo

(2004), kemampuan belajar berkembang hingga usia 45 tahun dan terus menurun

setelah mencapai usia 55 tahun. Masa kerja memiliki hubungan sangat nyata

negatif dengan intensitas pemanfaatan TIK. Hal ini menunjukkan bahwa

intensitas pemanfaatan TIK terutama komputer dan internet berbanding terbalik

dengan masa kerja penyuluh. Semakin lama masa kerja penyuluh, maka semakin

rendah penyuluh dalam memanfaatkan kedua teknologi tersebut. Namun

sebaliknya, semakin singkat masa kerja penyuluh yang berarti juga semakin

muda umur penyuluh, maka semakin tinggi tingkat pemanfaatan TIK.

Fakta di lapangan menunjukkan bahwa keikutsertaan penyuluh PNS

terhadap kegiatan pelatihan komputer dan internet yang diselenggarakan oleh

Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian (PUSTAKA) masih

sangat minim sekali. Sebanyak 30 orang peserta yang ikut dalam pelatihan

tersebut, hanya 2 orang penyuluh senior yang berpartisipasi dalam kegiatan

tersebut. Alasan yang menjadi penghambat penyuluh PNS tidak mengikuti

pelatihan tersebut berupa kondisi atau faktor mata yang sudah tidak jelas melihat

huruf–huruf yang kecil di layar monitor komputer, jenuh dengan pekerjaan, dan

dukungan anak dalam mengerjakan administrasi kerja seperti pembuatan laporan

bulanan penyuluh. Hasil penelitian tentang hubungan karakteristik penyuluh dengan

tingkat pemanfaatan TIK tersaji pada Tabel 13.

Tabel 13 Hubungan karakteristik penyuluh dengan tingkat pemanfaatan TIK

Karakteristik Penyuluh

Koefisien Korelasi Tingkat Pemanfaatan TIK (rs)

Intensitas

pemanfaatan

TIK

Jangkauan

sumber

informasi

Variasi

materi

penyuluhan

Ragam

informasi

Kualitas

berbagi

pengetahuan

Umur -0.637** -0.112 0.099 -0.037 -0.115

Pend. formal 0.140 0.080 -0.091 0.138 0.027

Pend. non formal 0.043 -0.033 0.047 0.081 0.088

Masa kerja -0.430** -0.069 0.075 -0.075 -0.072

Tingkat kepemilikan TIK 0.120 0.071 -0.156 -0.119 0.026

Status penyuluh 0.421** 0.068 -0.073 0.054 0.003

Ket : **) signifikan pada p < 0.01 rs = Koefisien korelasi rank Spearman

Senada dengan hasil pretest yang dilakukan oleh PUSTAKA pada kegiatan

pelatihan terhadap 30 orang penyuluh se Kabupaten Bogor dengan tema

peningkatan kemampuan akses penyuluh ke sumber-sumber informasi tanggal 27-

28 Maret 2013, diperoleh bahwa sebanyak 85.19% penyuluh mengakses internet

guna kegiatan penyuluhan, 77.78% untuk kebutuhan pribadi dan 18.52% untuk

lainnya. Hal ini juga diungkapkan oleh Ahuja (2011) bahwa ketersediaan

informasi melalui internet membantu proses penyuluhan pertanian lebih cepat dan

efektif, serta ditegaskan lagi oleh Alfred dan Odefadehan (2007) yang

mengungkapkan bahwa hanya pengalaman kerja penyuluh yang memiliki

hubungan signifikan dengan kebutuhan informasi mereka.

Page 64: PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI … · pemanfaatan komputer, internet dan handphone, sebaliknya pada penyuluh PNS ... Penyuluh PNS dan penyuluh THL-TBPP berbeda sangat

44

Hipotesis penelitian yang menyebutkan terdapat hubungan yang nyata

antara karakteristik penyuluh (PNS dan THL-TBPP) dengan tingkat pemanfaatan

TIK diterima,” khususnya umur, masa kerja dan status penyuluh yang

berhubungan sangat nyata dengan tingkat pemanfaatan TIK pada aspek intensitas

pemanfaatan TIK. Semakin tua umur penyuluh, maka semakin rendah dalam

memanfaatkan TIK, dan sebaliknya semakin muda umur penyuluh maka semakin

tinggi dalam memanfaatkan TIK terutama pemanfaatan komputer dan internet.

Hal ini dikuatkan lagi oleh kasus pada Box 2 berikut.

2. Hubungan faktor lingkungan dengan tingkat pemanfaaatan TIK

Kebijakan Pemerintah Daerah berhubungan nyata positif dengan ragam

informasi dan jangkauan sumber informasi. Hal ini membuktikan dana yang

dianggarkan pemerintah daerah untuk kelancaran kegiatan penyuluhan dapat

meningkatkan minat dan semangat penyuluh dalam mengakses informasi yang

lebih luas.

Iklim belajar menunjukkan hubungan yang tidak nyata dengan tingkat

pemanfaatan TIK, namun menunjukkan korelasi negatif dengan intensitas

pemanfaatan TIK, jangkauan sumber informasi, variasi materi penyuluhan dan

kualitas berbagi pengetahuan. Hal ini menjelaskan bahwa iklim belajar yang

kondusif tidak menyebabkan penyuluh mengurangi minat dan aktivitasnya dalam

memanfaatkan TIK untuk melakukan kegiatan penyuluhan. Artinya tidak ada

hubungan antara iklim belajar dengan tingkat pemanfaatan TIK.

Hal ini senada dengan hasil penelitian Marius et al. (2007) mengenai

kompetensi penyuluh yang mengungkapkan bahwa di dalam era otonomi daerah

perhatian pemerintah daerah menurun seperti hampir tidak adanya penggunaan

informasi dalam bentuk leaflet, brosur dan lain-lain. Begitu juga dengan

pemberian dana, sarana prasarana, dukungan masyarakat dan keluarga juga

menurun, penggunaan teknologi pertanian oleh petani terbatas, motivasi penyuluh

rendah.

Hasil penelitian Margono et al. (2011) yang membahas mengenai gap

antara hubungan pemerintah pusat dengan penyuluh dalam penyebaran informasi

mengungkapkan bahwa sumber informasi sekunder yang dapat diakses oleh

penyuluh, bukan tergolong dalam kasus informasi primer. Hal ini diperkuat

dengan temuan penelitian Anwas (2009) bahwa faktor lingkungan mempengaruhi

kompetensi penyuluh, sehingga untuk meningkatkan kompetensi penyuluh di

(Box 2)

Pak S (56 tahun) adalah penyuluh PNS senior yang sehari-hari bertugas di

Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. Penyuluh ini kesehariannya sering

berada di Kantor BP3K Dramaga untuk melakukan interaksi dengan sesama

penyuluh lainnya. Minimnya frekuensi penyuluh ini ke lapangan disebabkan

kejenuhannya dalam beraktivitas sebagai penyuluh yang sudah lebih dari 30

tahun. Beliau menyatakan faktor tua, mendekati usia pensiun adalah

alasannya untuk tidak lagi bersemangat dalam menjalankan aktivitasnya

sebagai penyuluh pertanian lapangan. Apalagi dikaitkan dengan pemanfaatan

TIK seperti komputer dan internet yang tidak pernah digunakan akibat dari

faktor fisik dan motivasi yang sudah turun. Pak S menyatakan bahwa untuk

kegiatan administrasi penyuluhan seperti laporan bulanan, ia sering minta

bantuan anaknya untuk melakukan kegiatan pengetikan, sehingga tidak

menjadi beban bagi beliau untuk tidak dapat memanfaatkan TIK.

Page 65: PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI … · pemanfaatan komputer, internet dan handphone, sebaliknya pada penyuluh PNS ... Penyuluh PNS dan penyuluh THL-TBPP berbeda sangat

45

lingkungan lembaga penyuluhan harus menciptakan suasana yang mendorong

penyuluh untuk melakukan proses belajar. Hipotesis penelitian tentang ”adanya

hubungan nyata antara faktor lingkungan dengan tingkat pemanfaatan TIK oleh

penyuluh pada umumnya ditolak,” kecuali aspek faktor lingkungan kebijakan

Pemda yang berhubungan nyata dengan tingkat pemanfaatan TIK (jangkauan

sumber informasi dan ragam informasi).

Hasil penelitian tentang hubungan faktor lingkungan dengan tingkat

pemanfaatan TIK tersaji pada Tabel 14.

Tabel 14 Hubungan faktor lingkungan dengan tingkat pemanfaaatan TIK

Faktor Lingkungan

Koefisien Korelasi Tingkat Pemanfaatan TIK (rs)

Intensitas

pemanfaatan

TIK

Jangkauan

sumber

informasi

Variasi

materi

penyuluhan

Ragam

informasi

Kualitas

berbagi

pengetahuan

Iklim belajar -0.070 - 0.047 - 0.043 0.004 -0.167

Kebijakan Pemda 0.002 0.198* 0.077 0.182* 0.188

Ket: *) signifikan pada p < 0.05 rs = Koefisien korelasi rank Spearman

3. Hubungan motivasi penyuluh dengan tingkat pemanfaaatan TIK

Motivasi yang ada dalam diri penyuluh untuk meningkatkan kompetensi,

mengembangkan karier mampu memberikan dorongan dalam mengakses atau

mencari informasi yang beragam baik dalam lingkup lokal dan nasional, sekaligus

berbagi informasi kepada sesama penyuluh dalam memberikan materi penyuluhan

yang lebih update dan bervariasi. Minat penyuluh dalam pencarian informasi

terbaru melalui TIK merupakan awal dari keberhasilan petani dalam

mengembangkan usaha taninya dengan teknologi terkini dan tepat guna. Hasil

penelitian tentang hubungan antara motivasi penyuluh dengan tingkat

pemanfaatan TIK tersaji pada Tabel 15.

Tabel 15 Hubungan motivasi penyuluh dengan tingkat pemanfaaatan TIK

Faktor Motivasi

Koefisien Korelasi Tingkat Pemanfaatan TIK (rs)

Intensitas pemanfaatan

TIK

Jangkauan sumber

informasi

Variasi materi

penyuluhan

Ragam informasi

Kualitas berbagi

pengetahuan

Motivasi intrinsik 0.041 0.488** 0.428** 0.529** 0.335**

Motivasi ekstrinsik -0.100 0.122 0.213* 0.121 0.086

Ket: *) signifikan pada p<0.05 rs=Koefisien korelasi rank Spearman

**) signifikan padap<0.01

Motivasi instrinsik berhubungan sangat nyata positif dengan jangkauan

sumber informasi, variasi materi penyuluhan, ragam informasi dan kualitas

berbagi pengetahuan, selanjutnya motivasi ekstrinsik berhubungan positif yang

nyata dengan variasi materi penyuluhan. Hal ini membuktikan bahwa lingkungan

yang mendukung dan kondusif di dalam pekerjaan mampu meningkatkan kinerja

penyuluh terutama dalam mengakses materi penyuluhan melalui pemanfaatan

komputer dan internet.

Fakta di lapangan menunjukkan THL-TBPP lebih potensial dalam

mengembangkan kelompok tani binaan tanpa mengenyampingkan fungsi dan

Page 66: PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI … · pemanfaatan komputer, internet dan handphone, sebaliknya pada penyuluh PNS ... Penyuluh PNS dan penyuluh THL-TBPP berbeda sangat

46

peran penyuluh PNS dalam mengayomi, membimbing dan sharing pengetahuan

serta pengalaman kepada penyuluh yang lebih muda. Kegiatan sharing

pengetahuan dan pengalaman dilakukan oleh THL-TBPP kepada penyuluh PNS

yang belum menguasai penggunaan TIK khususnya komputer dan internet serta

sebaliknya penyuluh PNS yang memiliki cukup pengalaman juga memberikan

penjelasan terutama dalam teknis budidaya tanaman. Hal ini senada dengan yang

diungkapkan Hubeis (2008) bahwa motivasi penyuluh (intrinsik dan ekstrinsik)

yang rendah akan menyebabkan produktivitas kerjanya juga menjadi rendah.

Hipotesis penelitian yang menyebutkan ”terdapatnya hubungan nyata antara

motivasi penyuluh (PNS dan THL-TBPP) dengan tingkat pemanfaatan TIK

diterima,” yaitu aspek motivasi instrinsik khususnya pada jangkauan sumber

informasi, variasi materi penyuluhan, ragam informasi dan kualitas berbagi

pengetahuan yang berhubungan sangat nyata dengan tingkat pemanfaatan TIK

serta aspek motivasi ekstrinsik khususnya pada variasi materi penyuluhan.

4. Hubungan tingkat kompetensi penyuluh dengan tingkat pemanfaatan

TIK penyuluh

Tingkat kompetensi penyuluh PNS dan THL-TBPP merupakan tingkat

kemampuan penyuluh yang dilandasi oleh pengetahuan, keterampilan dan

didukung oleh sikapnya dalam melaksanakan tugas penyuluhan dalam

memberdayakan petani. Tingkat kompetensi penyuluh PNS dan THL-TBPP

terhadap tingkat pemanfaatan TIK tergolong dalam kategori tinggi. Sebaran rataan

skor dan nilai koefisien uji t tingkat kompetensi penyuluh PNS dan THL-TBPP

tersaji pada Tabel 16.

Tabel 16 Sebaran rataan skor dan nilai koefisien uji t antara tingkat

kompetensi penyuluh PNS dan THL-TBPP

Tingkat Kompetensi Penyuluh Rataan skor

1 Nilai

Koefisien Uji t PNS THL-TBPP

Kompetensi pemahaman potensi wilayah 3.18 3.13 0.376

Kemampuan komunikasi inovasi 3.10 3.11 0.072

Kemampuan pengelolaan pembelajaran 3.06 3.05 0.095

Kemampuan pengelolaan pembaharuan 3.18 3.05 0.290

Kemampuan pengelolaan pelatihan 2.97 2.97 0.996

Kemampuan kewirausahaan 3.02 2.95 1.142

Kemampuan pemandu sistem jaringan 3.09 3.09 0.115

Ket:1) interval skor 1–1.74= Sangat rendah; 1.75–2.49= Rendah; 2.50–3.24= Tinggi;3.25-4= Sangat tinggi

Tingkat kemampuan penyuluh PNS dan THL-TBPP dalam pemahaman

potensi wilayah berdasarkan rataan skor berada dalam kategori tinggi yaitu

sebesar 3.18 dan 3.13 . Hal ini membuktikan bahwa penyuluh mampu memahami

potensi sumber daya alam, mampu memecahkan permasalahan petani dan mencari

solusinya melalui kegiatan latihan dan kunjungan, pertemuan serta diskusi dengan

pengurus dan anggota kelompok tani.

Tingkat kemampuan penyuluh PNS dan THL-TBPP dalam mengelola

komunikasi inovasi tergolong dalam kategori tinggi yaitu sebesar 3.10 dan 3.11.

Penyuluh telah mampu mencari informasi inovasi melalui berbagai sumber

Page 67: PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI … · pemanfaatan komputer, internet dan handphone, sebaliknya pada penyuluh PNS ... Penyuluh PNS dan penyuluh THL-TBPP berbeda sangat

47

informasi, memahami inovasi yang dibutuhkan, serta mengkomunikasikannya

dengan bahasa yang mudah dipahami dan dilakukan secara dialogis. Kegiatan ini

merupakan suatu bentuk kegiatan ujicoba atau demplot teknologi yang sesuai

dengan spesifik lokasi daerah binaan masing-masing penyuluh. Hasil penelitian

Mulyadi (2009) menunjukkan bahwa kompetensi penyuluh berpengaruh nyata

terhadap kinerja penyuluh (pengelolaan informasi dan kepemimpinan).

Selanjutnya, tingkat kemampuan penyuluh PNS dan THL-TBPP dalam

mengelola pembelajaran berdasarkan rataan skor tergolong tinggi yaitu sebesar

3.06 dan 3.05. Penyuluh telah mampu memanfaatkan media pembelajaran dan

memfasilitasi interaksi belajar sesama petani. Hal ini sejalan yang diungkapkan

oleh Mardikanto (2010) bahwa penyuluhan terkandung adanya perubahan, sikap

dan keterampilan agar mereka tahu, mau dan mampu dalam mengelola usaha

taninya demi tercapainya kesejahteraan keluarga.

Tingkat kemampuan penyuluh PNS dan THL-TBPP dalam mengelola

pembaharuan berdasarkan rataan skor berada dalam kategori tinggi yaitu sebesar

3.18 dan 3.05. Hal ini menunjukkan penyuluh telah mampu membangkitkan

motivasi petani untuk menerapkan inovasi dan memecahkan masalah dihadapi

yang berkaitan dengan inovasi.

Tingkat kemampuan penyuluh PNS dan THL-TBPP dalam mengelola

pelatihan berdasarkan rataan skor berada dalam kategori tinggi dengan nilai rataan

yang sama yaitu sebesar 2.97. Hal ini mengindikasikan bahwa penyuluh telah

memiliki kemampuan dalam mengelola pelatihan atau kursus tani mulai dari

tahapan perencanaan, pelaksanaan, evaluasi beserta tindak lanjutnya.

Tingkat kemampuan penyuluh PNS dan THL-TBPP dalam mengembangkan

kewirausahaan berdasarkan rataan skor berada dalam kategori tinggi yaitu sebesar

3.02 dan 2.95. Hal ini mengindikasikan bahwa penyuluh telah mampu mendorong

petani untuk mengembangkan sikap berani dalam mengambil risiko, peluang atau

kesempatan dalam berusaha tani.

Tingkat kemampuan penyuluh PNS dan THL-TBPP dalam pemandu sistem

jaringan termasuk kategori tinggi dengan nilai rataan yang sama yaitu sebesar

3.09 d. Hal ini menunjukkan bahwa penyuluh telah mampu memfasilitasi petani

dengan pihak lembaga penelitian atau perguruan tinggi serta kemitraan dengan

dunia usaha, memfasilitasi produk pertanian dan harga pasar.

Fakta lain yang ditemukan bahwa hasil rataan skor untuk penyuluh PNS

terlihat lebih dominan pada tingkat kompetensi penyuluh pada aspek kompetensi

pemahaman potensi wilayah dan kemampuan pengelolaan pembaharuan dengan

nilai rataan yang sama yaitu sebesar 3.18. Hal ini membuktikan bahwa penyuluh

PNS telah mampu memahami potensi sumber daya alam, mampu memecahkan

permasalahan petani dan mencari solusinya melalui kegiatan latihan dan

kunjungan, pertemuan serta diskusi dengan pengurus dan anggota kelompok tani

serta telah mampu membangkitkan motivasi petani untuk menerapkan inovasi dan

memecahkan masalah dihadapi yang berkaitan dengan inovasi.

Hasil uji t menunjukkan tidak terdapat perbedaan signifikan pada penyuluh

PNS dan THL-TBPP dalam tingkat kompetensi penyuluh. Hipótesis penelitian

yang menyebutkan “adanya perbedaan nyata antara tingkat kompetensi penyuluh

PNS dan THL-TBPP dalam memanfaaatkan TIK ditolak.”

Selanjutnya, analisis tentang hubungan tingkat kompetensi penyuluh dengan

tingkat pemanfaatan TIK diperoleh bahwa jangkauan sumber informasi

Page 68: PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI … · pemanfaatan komputer, internet dan handphone, sebaliknya pada penyuluh PNS ... Penyuluh PNS dan penyuluh THL-TBPP berbeda sangat

48

berhubungan sangat nyata positif dengan kemampuan pemahaman potensi

wilayah, kemampuan mengembangkan kewirausahaan dan kemampuan pemandu

sistem jaringan. Hal ini membuktikan bahwa semakin luas jangkauan sumber

informasi penyuluh maka berbanding lurus dengan kemampuan penyuluh dalam

memahami potensi sumber daya alam, memahami permasalahan petani dan

menemukan solusinya, juga menjelaskan bahwa jangkauan sumber informasi

mampu mengembangkan sikap berani dalam mencari peluang, berani mengambil

risiko dan mampu memfasilitasi kerjasama kemitraan dengan pihak lain terutama

perguruan tinggi, lembaga penelitian dan dunia usaha.

Variasi materi penyuluhan dan ragam informasi berhubungan sangat nyata

positif dengan semua aspek tingkat kompetensi penyuluh yang meliputi

kemampuan pemahaman potensi wilayah, kemampuan komunikasi inovasi

kemampuan pengelolaan pembelajaran, kemampuan pengelolaan pembaharuan,

kemampuan pengelolaan pelatihan, kemampuan mengembangkan kewirausahaan

dan kemampuan pemandu sistem jaringan. Hal ini membuktikan bahwa variasi

materi penyuluhan dan ragam informasi berbanding lurus dengan semua tingkat

kompetensi penyuluh. Semakin banyak materi penyuluhan yang dapat diakses dan

jenis informasi yang disampaikan oleh penyuluh melalui pemanfaatan TIK, maka

semakin tinggi tingkat kompetensinya terutama dalam kompetensi pemahaman

potensi wilayah, kemampuan komunikasi inovasi, dan kemampuan pemandu

sistem jaringan. Hasil analisis hubungan tingkat pemanfaatan TIK dengan tingkat

kompetensi penyuluh tersaji pada Tabel 17.

Tabel 17 Hubungan tingkat pemanfaatan TIK dengan tingkat kompetensi

penyuluh

Tingkat

pemanfaatan TIK

Koefisien Korelasi Tingkat Kompetensi Penyuluh (rs)

Kemamp.

pemahaman

potensi

wilayah

Kemamp.

komunikasi

inovasi

Kemamp.

pengelolaan

pembelajar-

an

Kemamp.

pengelolaan

pembaharu-

an

Kemamp.

Pengelo-

laan

pelatihan

Kemamp.

kewira-

usahaan

Kemamp.

pemandu

sistem

jaringan

Intensitas

pemanfaatan TIK -0.049 0.040

0.029

0.080

-0.023

-0.096

0.019

Jangkauan sumber

informasi 0.304** 0.164 0.170 0.170 0.178 0.242** 0.263**

Variasi materi

penyuluhan 0.400** 0.401** 0.244** 0.316** 0.312** 0.351** 0.376**

Ragam

Informasi 0.359**

0.276** 0.240** 0.279** 0.239** 0.310** 0.265**

Kualitas berbagi

pengetahuan 0.103 0.028 0.150 0.126 0.013 -0.128 0.051

Ket: **) signifikan pada p< 0.01 rs=Koefisien korelasi rank Spearman

Hipotesis penelitian yang menyebutkan bahwa ”terdapat hubungan nyata

antara tingkat pemanfaatan TIK dengan tingkat kompetensi penyuluh diterima,”

yaitu pada aspek jangkauan sumber informasi yang berhubungan sangat nyata

khususnya dengan kemampuan pemahaman potensi wilayah, kemampuan

kewirausahaan, dan kemampuan pemandu sistem jaringan, juga aspek variasi

materi penyuluhan dan ragam informasi berhubungan sangat nyata dengan semua

tingkat kompetensi penyuluh. Hal ini sejalan dengan pendapat Marius et al.

(2007) yang menyatakan bahwa penyuluh yang berkompeten dalam menyiapkan,

mengevaluasi, dan mengembangkan penyuluhan lebih berdampak nyata bagi

petani dibanding hanya sekedar memiliki kompetensi dalam berkomunikasi dan

berinteraksi sosial.

Page 69: PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI … · pemanfaatan komputer, internet dan handphone, sebaliknya pada penyuluh PNS ... Penyuluh PNS dan penyuluh THL-TBPP berbeda sangat

49

Strategi Pemanfaatan TIK dalam Meningkatkan Kompetensi Penyuluh

Uraian dan pembahasan pada tujuan penelitian menyebutkan bahwa faktor-

faktor yang berhubungan dengan tingkat pemanfaatan TIK oleh penyuluh meliputi

faktor karakteristik penyuluh, faktor lingkungan dan motivasi penyuluh. Faktor

karakteristik penyuluh yang berhubungan dengan tingkat pemanfaatan TIK adalah

umur, masa kerja, dan status penyuluh pada aspek intensitas pemanfaatan TIK,

faktor lingkungan berhubungan pada kebijakan Pemda terutama pada aspek

jangkauan sumber informasi, dan motivasi penyuluh berhubungan pada motivasi

intrinsik khususnya pada jangkauan sumber informasi, variasi materi penyuluhan,

ragam informasi dan kualitas berbagi pengetahuan serta aspek motivasi ekstrinsik

berhubungan dengan variasi materi penyuluhan.

Kegiatan penyuluhan sebagai bagian dari tugas keprofesionalan sudah tentu

memerlukan kualifikasi kemampuan yang telah sesuai standarisasi. Sebagai

tenaga profesional, penyuluh harus mempunyai keahlian yang spesifik sesuai

bidangnya masing-masing. Oleh karena itu seorang penyuluh yang profesional

harus memiliki kompetensi yang meliputi kemampuan pemahaman potensi

wilayah, kemampuan komunikasi inovasi, kemampuan pengelolaan pembelajaran,

kemampuan pengelolaan pembaharuan, kemampuan pengelolaan pelatihan,

kemampuan mengembangkan kewirausahaan dan kemampuan pemandu sistem

jaringan.

Hasil uji beda (uji t) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang

signifikan pada penyuluh PNS dengan THL-TBPP dalam intensitas pemanfaatan

TIK terutama pada aspek umur, masa kerja dan tingkat kepemilikan TIK. Terkait

dengan faktor lingkungan, peubah yang berhubungan dengan pemanfaatan TIK

yaitu kebijakan Pemerintah Daerah khususnya pada jangkauan sumber informasi

dan ragam informasi, sedangkan iklim belajar tidak memiliki hubungan dengan

tingkat pemanfaatan TIK.

Selanjutnya hasil uji beda persepsi penyuluh terhadap faktor lingkungan

menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan signifikan pada persepsi penyuluh PNS

dengan penyuluh THL-TBPP yang berkenaan dengan iklim belajar. Begitupun

persepsi pada kebijakan Pemda juga terdapat perbedaan antara penyuluh PNS dan

penyuluh THL-TBPP, dan hasil uji beda pada motivasi penyuluh menunjukkan

bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada penyuluh PNS dengan THL-

TBPP dalam tingkat motivasi. Hal ini membuktikan bahwa lingkungan yang

mendukung dan kondusif di dalam pekerjaan mampu meningkatkan kinerja

penyuluh terutama dalam mengakses materi penyuluhan melalui pemanfaatan

komputer dan internet, melaksanakan tugas sebaik-baiknya serta untuk

mengembangkan karier.

Strategi yang dapat diambil dari pemanfaatan TIK dalam meningkatkan

kompetensi penyuluh yaitu dengan cara membangun kerja sama atau sinergi

penyuluh PNS dan THL-TBPP dalam hal memberikan pesan yang bersifat

inovatif yang dikemas dalam materi penyuluhan dengan memperhatikan unsur

pengembangan sumber daya manusia dan peningkatan modal sosial. Peningkatan

kompetensi penyuluh juga dapat ditingkatkan melalui pendidikan formal dan

pendidikan non formal (pelatihan, seminar, workshop) dengan memberikan

peluang dan kesempatan yang merata pada penyuluh PNS dan THL-TBPP

sehingga tidak terjadi gap informasi di antara penyuluh. Selanjutnya, materi

Page 70: PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI … · pemanfaatan komputer, internet dan handphone, sebaliknya pada penyuluh PNS ... Penyuluh PNS dan penyuluh THL-TBPP berbeda sangat

50

penyuluhan yang dikembangkan harus didasarkan pada kebutuhan dan

perkembangan yang diperlukan untuk kegiatan penyuluhan, terutama berdasarkan

tujuh dimensi dari kompetensi penyuluh di antaranya yaitu kemampuan

pemahaman potensi wilayah, kemampuan komunikasi inovasi, kemampuan

pengelolaan pembelajaran, kemampuan pengelolaan pembaharuan, kemampuan

pengelolaan pelatihan, kemampuan mengembangkan kewirausahaan dan

kemampuan pemandu sistem jaringan.

Perkembangan inovasi dan hasil-hasil penelitian dari lembaga penelitian

atau perguruan tinggi dapat disosialisasikan melalui TIK yang tepat dan sesuai

dengan kemasan yang menarik dan mudah dipahami sasaran. Hal ini sangat

penting, sehingga menjadi semacam ”amunisi” bagi penyuluh di lapangan dalam

melaksanakan penyuluhan sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman. Di sisi

lain, pemanfaatan TIK dapat menjadi wahana komunikasi antar penyuluh,

komunikasi penyuluh dengan nara sumber, dengan pimpinan, klien (petani), atau

dengan pihak-pihak lainnya. Sinergitas penyuluh PNS dan THL-TBPP dalam

menyelenggarakan kegiatan penyuluhan berbasis TIK tersaji pada Tabel 18.

Tabel 18 Sinergitas penyuluh PNS dan THL-TBPP dalam

menyelenggarakan kegiatan penyuluhan berbasis TIK

Unsur Penyuluh PNS THL-TBPP

1) Pembuatan materi

informasi penyuluhan

2) Pelaksanaan kegiatan

penyuluhan

Substansi materi

informasi secara

mendalam

Sesuai bidang

keahlian

Akses informasi pendukung

melalui berbagai sumber

informasi berbasis TI

Polivalen, sehingga dapat

mendukung penyuluh PNS

dalam kegiatan penyuluhan

Penggabungan media konvensional dengan TIK menjadi suatu yang mutlak

dilakukan agar terjadinya sinergi dalam memanfaatkan TIK yang bertujuan untuk

meningkatkan kemandirian belajar penyuluh dalam memberikan materi

penyuluhan yang lebih bervariasi sesuai dengan isu terkini. Penyuluh pertanian

dituntut menyampaikan pesan yang bersifat inovatif yang mampu mengubah atau

mendorong perubahan, sehingga terwujudnya perbaikan mutu hidup setiap

individu dan masyarakat khususnya kesejahteraan petani dan keluarganya

(Mardikanto, 2010).

Page 71: PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI … · pemanfaatan komputer, internet dan handphone, sebaliknya pada penyuluh PNS ... Penyuluh PNS dan penyuluh THL-TBPP berbeda sangat

51

5 SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Simpulan dari hasil penelitian pemanfaatan Teknologi Informasi dan

Komunikasi (TIK) dalam peningkatan kompetensi penyuluh adalah sebagai

berikut:

1. Tingkat pemanfaatan TIK oleh penyuluh THL-TBPP sangat tinggi terutama

dalam pemanfaatan komputer, internet dan handphone, sebaliknya pada

penyuluh PNS tergolong rendah terutama pada pemanfaatan komputer dan

internet.

2. Faktor karakteristik penyuluh (PNS dan THL-TBPP) memiliki hubungan

sangat nyata dengan tingkat pemanfaatan TIK, khususnya umur, masa kerja

dan status penyuluh pada aspek intensitas pemanfaatan TIK; dan faktor

lingkungan memiliki hubungan nyata dengan tingkat pemanfaatan TIK

pada aspek kebijakan Pemda dengan aspek jangkauan sumber informasi

dan ragam informasi; serta faktor motivasi penyuluh berhubungan sangat

nyata dengan tingkat pemanfaatan TIK yaitu pada aspek motivasi instrinsik

khususnya pada jangkauan sumber informasi, variasi materi penyuluhan,

ragam informasi, kualitas berbagi pengetahuan dengan tingkat pemanfaatan

TIK, serta aspek motivasi ekstrinsik berhubungan nyata dengan variasi

materi penyuluhan.

3. Tingkat pemanfaatan TIK pada aspek jangkauan sumber informasi

berhubungan sangat nyata dengan kompetensi penyuluh pada aspek

kemampuan pemahaman potensi wilayah, kemampuan kewirausahaan dan

kemampuan pemandu sistem jaringan, sedangkan pada aspek variasi materi

penyuluhan dan ragam informasi berhubungan sangat nyata dengan semua

tingkat kompetensi penyuluh.

4. Penyuluh PNS dan penyuluh THL-TBPP berbeda sangat nyata pada umur,

masa kerja dan tingkat kepemilikan TIK. Dimana penyuluh PNS cenderung

berumur dewasa lanjut, memiliki masa kerja lama, dan kepemilikan TIK

kategori sedikit; sedangkan penyuluh THL-TBPP relatif berumur muda

sampai dewasa, masa kerjanya singkat dan kepemilikan TIK kategori sedang

(4-6 macam), dan banyak (7-9 macam).

Saran

Penyuluh PNS perlu ditingkatkan pemanfaatan TIK melalui pelatihan teknis

dan non teknis agar sinergi dengan penyuluh THL-TBPP dalam pelaksanaan

penyuluhan pertanian yang berbasis TIK di lapangan melalui kegiatan berbagi

pengalaman, pengetahuan dan keterampilan yang nantinya bertujuan untuk

meningkatkan kompetensi penyuluh (PNS dan THL-TBPP).

51

Page 72: PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI … · pemanfaatan komputer, internet dan handphone, sebaliknya pada penyuluh PNS ... Penyuluh PNS dan penyuluh THL-TBPP berbeda sangat

52

Page 73: PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI … · pemanfaatan komputer, internet dan handphone, sebaliknya pada penyuluh PNS ... Penyuluh PNS dan penyuluh THL-TBPP berbeda sangat

DAFTAR PUSTAKA

Adawiyah, E.S. 2003. Pengaruh Media Komunikasi HIV/AIDS Berbentuk

Booklet dan Leaflet terhadap Peningkatan Pengetahuan Mahasiswa

Perguruan Tinggi Swasta di DKI Jakarta. Tesis. Sekolah Pascasarjana IPB.

Bogor.

Ahmadi, A. 2007. Psikologi Sosial. Edisi Revisi. Jakarta (ID): Rineka Cipta.

Ahuja, Vivek. 2011. Cyber Extension: A Convergence of ICT and Agricultural

Development. Global Media Journal Vol.2/No2, December 2011,pp. 1-8.

Alfred,Y.S.D, Odefadehan,O.O. 2007. Analysis of Information Needs of

Agricultural Extension Workers in Southwest of Nigeria. South African

Journal of Agricultural Extension Vol. 36 (1), 2007, pp. 62-77.

Anantanyu, Sapja. 2009. Partisipasi Petani dalam Meningkatkan Kapasitas

Kelembagaan Kelompok Petani (Kasus di Provinsi Jawa Tengah).

Disertasi. Sekolah Pascasarjana IPB. Bogor

Anwas, E.O.M, Sumardjo, P.S.Asngari, P.Tjiptopranoto. 2009. Faktor-Faktor

yang Mempengaruhi Penyuluh dalam Pemanfaatan Media. Jurnal

Komunikasi Pembangunan Vol.07 No 2, Juli 2009, hal.68-81.

Asmirah, D. 2006. Keterdedahan Iklan Televisi dan Perilaku Khalayak. Tesis.

Sekolah Pascasarjana IPB. Bogor.

Awaliah, R. 2011. Efektivitas Media Komunikasi Bagi Petani Padi di Kecamatan

Gandus Kota Palembang. Tesis. Sekolah Pascasarjana IPB. Bogor.

Azwar, S. 2003. Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta (ID):

Pustaka Belajar.

[BKP5K]. Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Pertanian,

Perikanan dan Kehutanan. 2012. Data Penyuluh dan THL-TBPP di BP3K

se-Kabupaten Bogor. BKP5K. Bogor.

Chury, J.A, Mlozi, R.S.M, Tumbo, D.S, Casmir,R. 2012. Understanding Farmers

Information Communication Strategies for Managing Climate Risks in

Rural Semi-Arid Areas, Tanzania. International Journal of Information

and Communication Technology Research Vol. 2 No.11, November 2012.

pp. 838-845.

[Deptan RI] Departemen Pertanian Republik Indonesia. 2006. Rencana

Pembangunan Pertanian 2005-2010. Deptan RI. Jakarta.

Heryawan, R. 2012. Sambutan Wakil Menteri Pertanian RI pada Acara

Pembukaan Temu Teknis dan Temu Karya Penyuluh Pertanian.

Pemerintah Kota Metro. Lampung. Lampung Post. Lampung

Hubeis, A.S.V. 2008. Motivasi, Kepuasaan dan Produktivitas Kerja Penyuluh

Lapangan Peternakan. Jurnal Media Peternakan Vol 31 No 1, April 2008,

hal.71-80.

[Kemeneg Ristek RI].. Kementerian Negara Riset dan Teknologi Republik

Indonesia. 2006. Buku Putih Bidang Teknologi Informasi dan

Komunikasi. Kemeneg Ristek RI. Jakarta.

__________________. 2010 Kebijakan Strategis Pembangunan Nasional Ilmu

Pengetahuan dan Teknologi 2010-2014. Kemeneg Ristek RI. Jakarta.

Kriyantono R. 2009. Teknik Praktis Riset Komunikasi: Disertai Contoh Praktis

Riset Media, Public Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi,

Komunikasi Pemasaran. Kencana Prenada Media Group. Jakarta.

53

Page 74: PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI … · pemanfaatan komputer, internet dan handphone, sebaliknya pada penyuluh PNS ... Penyuluh PNS dan penyuluh THL-TBPP berbeda sangat

54

Mardikanto,T. 2010. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Surakarta (ID):

Sebelas Maret University Press.

Marius, J.A., Sumardjo, Margono Slamet, Pang S.Asngari. 2007. “Pengaruh

Faktor Internal dan Eksternal Penyuluh terhadap Kompetensi Penyuluh di

Provinsi Nusa Tenggara Barat.”Jurnal Penyuluhan, Vol 3 No 2.

September 2007, hal 78-89.

Margono,T, Shigeo, Sugimoto. 2011. Understanding the Gap Issue on

Dissemination of Agricultural Information for Extension Workers in

Indonesia: A Framework Solution. International Journal of Basic &

Applied Sciences IJBAS-IJENS, Vol. 11 No. 02 April 2011, pp. 98-105.

[Menpan]Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara.2008. Peraturan

Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor:

Per/02/MENPAN/2/2008 tentang Jabatan Fungsional Penyuluh Pertanian

dan Angka Kreditnya. Jakarta.

Moekijat. 2002. Dasar-Dasar Motivasi. Bandung (ID): Pionir Jaya.

Molony, T. 2008. Running out of credit: the limitations of mobile telephony in a

Tanzanian agricultural marketing system. The Journal of Modern African

Studies, Vol.46 No.04 December 2008, pp.637-658

Mulyadi, T.R. 2009. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja penyuluh

pertanian dan dampaknya pada perilaku petani padi di Jawa Barat.

Disertasi. Sekolah Pascasarjana IPB. Bogor.

Mulyandari, R.S.H. 2011. Cyber Extension sebagai Media Komunikasi bagi

Pemberdaya Petani Sayuran. Disertasi. Sekolah Pascasarjana IPB. Bogor.

Murfiani, F. 2006. Kompetensi Penyuluh dalam Pengembangan Modal Usaha

Kecil di Bidang Pertanian. Tesis. Sekolah Pascasarjana IPB. Bogor.

Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta (ID): Rineka

Cipta.

Nuh, M. 2004. Kajian Penggunaan Merek dan Leaflet sebagai Media Promosi

terhadap Persepsi Konsumen tentang Citra Produk Buah Keranji. Tesis.

Sekolah Pascasarjana IPB. Bogor.

Nuryanto, B.G. 2008. Kompetensi Penyuluh dalam Pembangunan Pertanian di

Provinsi Jawa Barat. Disertasi. Sekolah Pascasarjana IPB. Bogor.

Nwafor, Akubue. 2008. Nigerian urban women’s use of Information Media: The

Challenges for Women in Leadership. Educational Research and Reviews,

Academic Journals Vol. 3 (10), October 2008, pp. 309-315.

Padmowihardjo, S 2004. Menata Kembali Penyuluh Pertanian di Era

Pembangunan Agribisnis. Deptan RI. Jakarta.

Purnaningsih, N.1999. Pemanfaatan Sumber Informasi tentang Usaha Tani

Sayuran oleh Petani. Tesis. Sekolah Pascasarjana IPB. Bogor.

Rakhmat, J. 2001. Psikologi Komunikasi. Edisi Revisi. Jakarta (ID): Remaja

Rosdakarya.

Ruky, S.A. 2003 SDM Berkualitas Mengubah Visi Menjadi Realitas. Jakarta (ID)

: Gramedia Pustaka Utama.

Sadirman, A.M. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar. Jakarta (ID) :

Raja Grafindo Perdasa.

Saleh, A. 2009. Keterdedahan Media Massa dan Perubahan Sosiokultural

Komunitas Pesantren. Jurnal Sodality. Vol 3 No 3, Desember 2009, hal.

315-334.

Page 75: PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI … · pemanfaatan komputer, internet dan handphone, sebaliknya pada penyuluh PNS ... Penyuluh PNS dan penyuluh THL-TBPP berbeda sangat

55

Setiabudi, D. 2004. Pemanfaatan Media Informasi Teknologi Pertanian oleh

Penyuluh Pertanian di Jakarta. Tesis. Sekolah Pascasarjana IPB. Bogor.

Sharma, P.V. 2006. Cyber Extension: Information and Communication

Technology (ICT) Applications for Agricultural Extension Service

Challenges, Oppurtunities, Issues and Strategies. Enhancement of

Extension System in Agriculture. APO.

Singarimbun, M., Effendi, S. 2011. Metoda Penelitian Survey. Edisi Revisi.

Jakarta (ID): LP3ES.

Slamet, M. 2003. Membentuk Pola Perilaku Manusia Pembangunan. Editor.

Adjat Sudrajat dan Ida Yustina. Bogor (ID) : IPB Press.

_________.2008.” Menuju Penyuluh Profesional.” Komunikasi Pribadi. Program

Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan. Sekolah Pascasarjana. Bogor. IPB

Press.

Subejo. 2011. Penyuluhan Pertanian di Jepang. Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian. Vol 7

No 1. Juli 2011, hal 61-70.

Sumardjo. 2003. Kepemimpinan dan Pengembangan Kelembagaan Perdesaan.

Bogor (ID): IPB Press.

Sumardjo. 2006. ” Kompetensi Penyuluh.” Makalah disampaikan pada Pertemuan

KPPN dengan Departemen Pertanian di Batam pada April 2006. Batam.

Sumaryanto, Siregar, M. 2003. Determinan Efisiensi Teknis Usaha tani Padi di

Lahan Sawah Irigasi. Jurnal Agro Ekonomi Vol. 21 No.1, Mei 2003,

hal.47-54.

Suradisastra. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. 2009.

Laporan Hasil Penelitian Perumusan Model Kelembagaan Petani untuk

Revitalisasi Kegiatan Ekonomi Perdesaan. PSEKP. Bogor.

Suryantini, H. 2003. Pemanfaatan Informasi Teknologi Pertanian oleh Penyuluh

Pertanian. Tesis. Sekolah Pascasarjana IPB. Bogor.

Swanburg, R.C. 2000. Pengantar Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan.

Terjemahan. Jakarta (ID): EGC.

Syahyuti. 2007. Kebijakan Pengembangan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan

Sebagai Kelembagaan Ekonomi di Perdesaan. Analisis Kebijakan

Pertanian. Vol.5. no. 1, Maret 2007, hal 15-35.

Usman, J.M, Adeboye,J.A, Oluyole, K.A, Ajijola,S. 2012. Use of Information

and Communication Technologies by Rural Farmers in Oluyole Local

Government Area of Oyo State, Nigeria. Journal of Stored Products and

Postharvest Research, Vol. 3(11), October 2012, pp.156-159.

Winardi, J. 2007. Motivasi dan Pemotivasian dalam Manajemen. Jakarta (ID):

Rajawali Pers.

Yamin, M. 2004. Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi. Jakarta (ID):

Gaung Persada Press.

Page 76: PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI … · pemanfaatan komputer, internet dan handphone, sebaliknya pada penyuluh PNS ... Penyuluh PNS dan penyuluh THL-TBPP berbeda sangat

56

Page 77: PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI … · pemanfaatan komputer, internet dan handphone, sebaliknya pada penyuluh PNS ... Penyuluh PNS dan penyuluh THL-TBPP berbeda sangat

57

Lampiran 1. Hasil uji beda peubah penelitian

Tabel 1 Hasil uji beda karakteristik individu PNS dan THL-TBPP

Tabel 2 Hasil uji beda yang berkaitan dengan jangkauan sumber informasi,

variasi materi penyuluhan, ragam informasi

Peubah Equality of variances t-test for Equality of Means

F Sig. T Df

Sig. (2-

tailed)

Mean

Difference

Std. Error

Difference

Interval of the

Lower Upper

Usia EVA 5,332 ,023 11,326 115 ,000 16,542 1,461 13,649 19,435

EVNA 11,015 91,709 ,000 16,542 1,502 13,559 19,525

PDF EVA 1,927 ,168 -,147 115 ,883 -,021 ,144 -,306 ,263

EVNA -,146 107,927 ,884 -,021 ,145 -,308 ,266

PDNF EVA 4,434 ,037 7,831 115 ,408 ,193 ,232 -,267 ,654

EVNA

,815 99,035 ,417 ,193 ,237 -,277 ,664

Masa

Kerja

EVA 61,692 ,000 11,411 115 ,000 16,737 1,467 13,831 19,642

EVNA 10,738 64,135 ,000 16,737 1,559 13,623 19,850

Kepemilikan

TIK

EVA ,545 ,462 -6,974 115 ,000 -1,275 ,183 -1,637 -,913

EVNA -6,854 100,854 ,000 -1,275 ,186 -1,644 -,906

Peubah Equality of variances t-test for Equality of Means

F Sig. t Df

Sig. (2-

tailed)

Mean

Difference

Std. Error

Difference

Interval of the

Lower Upper

Jangkauan

Sumber

informasi

EVA .832 .053 -.677 115 .500 -.051 .076 -.201 .099

EVNA -.663 99.29 .509 -.051 .077 -.205 .102

Variasi

Materi

EVA .635 .427 .841 115 .402 .076 .091 -.104 .256

EVNA .839 109.95 .403 .076 .091 -.104 .257

Ragam

Informasi

EVA .556 .457 -.594 115 .554 -.048 .081 -.208 .112

EVNA

-.592 110.05 .555 -.048 .081 -.209 .113

Kualitas ber

bagi Penge-

tahuan

EVA .083 .774 -.053 115 .958 -.004 .073 -.148 .140

EVNA -.053 113.39 .958 -.004 .072 -.147 .139

Page 78: PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI … · pemanfaatan komputer, internet dan handphone, sebaliknya pada penyuluh PNS ... Penyuluh PNS dan penyuluh THL-TBPP berbeda sangat

58

Lampiran 1 (sambungan)

Tabel 3 Hasil uji beda intensitas pemanfaatan TIK antara PNS dan THL-

TBPP

Radio EVA 2.383 .125 -.770 115 .443 -.07429 .09654 -.26551 .11693

EVNA

-.764 107.104 .447 -.07429 .09729 -.26716 .11857

Komputer EVA 33.288 .000 -6.525 115 .000 -1.17246 .17968 -1.52837 -.81655

EVNA -6.845 103.314 .000 -1.17246 .17129 -1.51217 -.83276

Internet EVA 20.704 .000 -5.893 115 .000 -.94472 .16031 -1.26226 -.62718

EVNA -6.194 101.858 .000 -.94472 .15252 -1.24725 -.64219

HP

CD/DVD

EVA .680 .411 -1.132 115 .260 -.06191 .05467 -.17021 .04639

EVNA -1.111 99.894 .269 -.06191 .05574 -.17249 .04867

EVA .025 .875 -.023 115 .982 -.00147 .06546 -.13114 .12819

EVNA -.023 111.835 .982 -.00147 .06532 -.13090 .12795

Tabel 4 Hasil uji beda motivasi penyuluh PNS dan THL-TBPP

Peubah Equality of variances t-test for Equality of Means

F Sig. t Df

Sig. (2-

tailed)

Mean

Difference

Std. Error

Difference

Interval of the

Lower Upper

TV EVA .534 .466 -1.281 115 .203 -.13694 .10690 -.3486 .0748

EVNA -1.270 106.82 .207 -.13694 .10779 -.35062 .07674

Peubah Equality of variances t-test for Equality of Means

F Sig. t Df

Sig. (2-

tailed)

Mean

Difference

Std. Error

Difference

Interval of the

Lower Upper

Motivasi

Intrinsik

EVA 1.587 .210 -.927 115 .356 -.073 .079 -.230 .084

EVNA -.924 109.501 .358 -.073 .079 -.231 .084

Motivasi

Ekstrinsik

EVA 7.887 .006 -.691 115 .491 -.044 -.171 .082 -.171

EVNA -.660 79.794 .511 -.044 -.178 .089 -.178

Page 79: PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI … · pemanfaatan komputer, internet dan handphone, sebaliknya pada penyuluh PNS ... Penyuluh PNS dan penyuluh THL-TBPP berbeda sangat

59

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Batusangkar, Sumatera Barat pada tanggal 7 Agustus

1982 dari Ayah yang bernama Perwira dan Ibu yang bernama Surya Atmi. Penulis

merupakan anak ketiga dari empat bersaudara.

Tahun 2000 penulis lulus dari SMA Negeri 10 Padang dan pada tahun

yang sama melanjutkan studi di Universitas Andalas (Unand) Padang. Di Unand

penulis mengambil studi di Fakultas Pertanian, Program Studi Penyuluhan dan

Komunikasi dan lulus dengan gelar S.P. pada tahun 2005. Tahun 2006 penulis

diterima sebagai Dosen dan ditempatkan di Politeknik Pertanian Negeri

Payakumbuh Sumatera Barat. Pada tahun 2011 penulis mendapatkan kesempatan

melanjutkan studi ke jenjang S2 yang dibiayai oleh Beasiswa Pendidikan Pasca

Sarjana (BPPS) DIKTI yaitu di Program Studi Komunikasi Pembangunan dan

Pertanian dan Pedesaan pada Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (IPB).