uji formula insektisida senyawa flavonoid …digilib.unila.ac.id/54402/3/skripsi tanpa bab...
TRANSCRIPT
UJI FORMULA INSEKTISIDA SENYAWA FLAVONOID EKSTRAK
POLAR DAUN GAMAL KULTIVAR LAMPUNG BARAT DAN
LAMPUNG UTARA TERHADAP HAMA KUTU PUTIH KAKAO
(Planococcus minor)
(Skripsi)
Oleh
Annisa Gena Saras Agustia
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
2018
ABSTRAK
UJI FORMULA INSEKTISIDA SENYAWA FLAVONOID EKSTRAK
POLAR DAUN GAMAL KULTIVAR LAMPUNG BARAT DAN
LAMPUNG UTARA TERHADAP HAMA KUTU PUTIH KAKAO
(Planococcus minor)
Oleh
Annisa Gena Saras Agustia
Produktivitas kakao yang dihasilkan di Indonesia saat ini mengalami penurunan
yang disebabkan oleh organisme pengganggu tanaman, salah satunya hama kutu
putih (Planococcus minor). P. minor mengakibatkan perkembangan buah kakao
terhambat, bentuk buah menjadi tidak beraturan, hingga kematian. Salah satu
upaya untuk mengatasi masalah tersebut dapat menggunakan insektisida nabati.
Gamal (Gliricidia maculata) merupakan salah satu tanaman yang dapat
dimanfaatkan sebagai insektisida nabati. Gamal mengandung senyawa flavonoid
yang memiliki potensi sebagai insektisida. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui efektivitas formula insektisida nabati pada senyawa flavonoid ekstrak
polar daun gamal Kultivar Lampung Barat (KLB) dan Kultivar Lampung Utara
(KLU) terhadap mortalitas hama kutu putih kakao (P. minor). Formula ini dibuat
dengan cara mencampurkan ekstrak kasar air serbuk daun gamal KLB dan KLU
dengan perbandingan konsentrasi 1:1 (KLB:KLU) pada formula 1, 1:2
(KLB:KLU) pada formula 2, dan 2:1 (KLB:KLU) pada formula 3. Data mortalitas
dianalisis dengan menggunakan analisis Probit untuk menentukan nilai LC50,
kemudian dilanjutkan dengan uji Anara dan uji lanjut LSD dengan program SPSS
16.0. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ekstrak kasar air serbuk daun gamal
gamal pada formula 2 lebih efektif dibandingkan formula 1 dan formula 3, dimana
pada 72 jam setelah perlakuan persentase kematian P. minor pada formula 2
mencapai 73,3%.
Kata Kunci: Planococcus minor, Insektisida nabati, Gamal, dan Formula
UJI FORMULA INSEKTISIDA SENYAWA FLAVONOID EKSTRAK
POLAR DAUN GAMAL KULTIVAR LAMPUNG BARAT DAN
LAMPUNG UTARA TERHADAP HAMA KUTU PUTIH KAKAO
(Planococcus minor)
Oleh
Annisa Gena Saras Agustia
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar
SARJANA SAINS
Pada
Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal
11 Agustus 1996. Penulis merupakan anak pertama dari
tiga bersaudara, dari pasangan Bapak Gesit Sarana dan
Ibu Naseha.
Penulis menempuh pendidikan pertamanya di TK Al-Azhar II Bandar Lampung
pada tahun 2000, kemudian melanjutkan pendidikan Sekolah Dasar pada tahun
2002 di SD Al-Azhar II Bandar Lampung. Pada tahun 2008, penulis melanjutkan
pendidikan Sekolah Menengah Pertamanya di SMP Negeri 29 Bandar Lampung,
kemudian melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMA YP Unila
Bandar Lampung pada tahun 2011. Selama menjadi siswa, penulis aktif dalam
kegiatan organisasi English Club (EC) Smanila.
Pada tahun 2014, penulis resmi diterima sebagai mahasiswi Jurusan Biologi,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung melalui
jalur SNMPTN. Selama menempuh pendidikan di Biologi, penulis pernah
bergabung dan aktif di keluarga besar Himpunan Mahasiswa Biologi (HIMBIO),
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung.
Selain itu, penulis juga pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Biologi
Umum, Mikrobiologi Umum dan Fisiologi Tumbuhan.
Pada tahun 2017, penulis melaksanakan Program Kuliah Kerja Nyata (KKN)
selama 40 hari di Desa Terbanggi Mulya, Kecamatan Bandar Mataram,
Kabupaten Lampung Tengah. Pada tahun yang sama, penulis juga melaksanakan
Kerja Praktik (KP) di Pusat Penelitian Bioteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia (LIPI) Cibinong, Bogor dengan judul “Identifikasi Morfologi Bakteri
Susu Sapi Perah Terinfeksi Mastitis di Pusat Penelitian Bioteknologi
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Cibinong, Bogor”.
PERSEMBAHAN
Bismillahirohmanirrohim
Dengan rasa syukur kepada Allah Subhanahuwata’ala,
ku persembahkan karya sederhana namun penuh perjuangan ini untuk orang
yang selalu mencintaiku dengan tulus dan memberikan makna dalam hidupku,
terutama bagi:
Ayahanda Gesit Sarana dan Ibunda Naseha yang telah membesarkanku dengan
penuh kasih sayang, mengajarkan banyak hal dan memberikan dukungan, serta
selalu mendoakanku di setiap sujudnya,
Adik-adikku Athalaili Gena Yuliandari dan Azka Gena Novizza yang selalu
memberikan canda tawa dan dukungan untukku,
Seluruh teman-temanku yang selalu bisa menjadi tempat berbagi saat susah dan
senang, selalu memberikan semangat, saran, serta kritikan yang selamanya akan
menjadi bagian dari cerita perjalanan studiku,
Almamaterku Universitas Lampung.
MOTTO
“Janganlah kamu lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal
kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang
yang beriman”
(QS. Al-Imran: 139)
“Maka sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan”
(QS. Al-Insyirah: 5)
“Yakinlah, ada sesuatu yang menantimu setelah banyak kesabaran (yang kau
jalani), yang akan membuatmu terpana hingga kau lupa betapa pedihnya
rasa sakit”
(Ali Bin Abi Thalib RA)
“Dont be afraid of fear. Because it sharpens you, it challenges you, it makes you
stronger; and when you run away from fear, you also run away from the
opportunity to be your best possible self”
(Ed Helms)
SANWACANA
Alhamdulillah puji syukur penulis ucapkan kepada Allah Subhanahuwata’ala
yang telah memberikan kemudahan dan berkah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Uji Formula Insektisida Senyawa
Flavonoid Ekstrak Polar Daun Gamal Kultivar Lampung Barat dan
Lampung Utara terhadap Hama Kutu Putih Kakao (Planococcus minor)”.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih yang tulus kepada semua
pihak yang telah memberikan bimbingan, dukungan dan bantuan selama proses
penyelesaian skripsi ini. Secara khusus, penulis ucapkan terimakasih kepada:
1. Ibu Nismah Nukmal, Ph.D. selaku dosen Pembimbing Utama,
terimakasih atas bimbingan, masukan, nasihat, dan pengarahan dalam
penyusunan skripsi penulis.
2. Ibu Gina Dania Pratami, M.Si. selaku dosen Pembimbing Kedua,
terimakasih atas bimbingan, masukan, nasihat, dan pengarahan dalam
penyusunan skripsi penulis.
3. Ibu Dr. Emantis Rosa, M.Biomed. selaku Pembimbing Akademik
sekaligus Pembahas, terimakasih atas bimbingan, masukan, nasihat, dan
pengarahan dalam penyusunan skripsi penulis.
4. DRPM Kemenristekdikti yang telah membiayai penelitian ini.
5. Ibu Dra. Nurul Utami, terimakasih atas masukan dan sarannya, serta
bantuannya dalam melakukan penelitian ini.
6. Prof. Warsito, S.Si., D.E.A., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung.
7. Bapak Drs. M. Kanedi, M.Si. selaku Ketua Jurusan Biologi, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung.
8. Seluruh dosen dan karyawan di Jurusan Biologi, terimakasih atas
semua bimbingan, pengajaran, pelayanan, dan bantuan yang telah
diberikan.
9. Kedua orangtuaku, Ayahanda Gesit Sarana dan Ibunda Naseha yang
senantiasa mendoakan setiap langkah penulis dan memberikan nasihat,
tuntunan, serta dukungan kepada penulis.
10. Adik-adikku Athalaili Gena Yuliandari dan Azka Gena Novizza yang
selalu mendoakan dan memberikan semangat serta dukungan kepada
penulis.
11. Teman baikku Triana Gusmaryana, Resky Kusuma, dan Nadya
Rosyalina yang telah menjadi tempat pelarian dan keluh kesah, serta
memberikan nasihat, motivasi, dan dukungan kepada penulis.
12. Teman seperjuangan Aprilia Sari, Agata Yelin Pasutri, Hona Anjelina
Putri, dan Yayang Anas Persada atas kerja sama dan kebersamaan
selama masa penelitian hingga ujian kompre. Maafkan atas segala
kecerobohan selama penelitian, serta sikap dan perkataan penulis yang
kurang berkenan.
Semoga Allah Subhanahuwata’ala membalas semua bantuan dan kebaikkan yang
telah diberikan kepada penulis. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat
bagi kita semua. Aamiin.
Bandar Lampung, 31 Oktober 2018
Penulis,
Annisa Gena Saras Agustia
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DEPAN ............................................................................................ i
ABSTRAK ........................................................................................................ ii
HALAMAN JUDUL DALAM ........................................................................ iii
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................ iv
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ......................................................... vi
RIWAYAT HIDUP .......................................................................................... vii
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... ix
MOTTO ............................................................................................................ x
SANWACANA ................................................................................................. xi
DAFTAR ISI ..................................................................................................... xiv
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xvi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................xvii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................................... 1
B. Tujuan Penelitian .................................................................................... 3
C. Manfaat Penelitian .................................................................................. 4
D. Kerangka Pemikiran ............................................................................... 4
E. Hipotesis ................................................................................................. 6
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tanaman Gamal (Gliricidia maculata) ................................................... 7
1. Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Gamal ...................................... 7
2. Manfaat Tanaman Gamal ................................................................. 9
3. Kandungan Kimia Daun Gamal ....................................................... 10
B. Senyawa Flavonoid ................................................................................ 11
C. Kutu Putih Kakao (Planococcus minor) ................................................ 12
1. Klasifikasi dan Deskripsi Kutu Putih ................................................ 13
2. Siklus Hidup Kutu Putih .................................................................... 14
3. Kerugian akibat Kutu Putih ............................................................... 15
III. METODE KERJA
A. Waktu dan Tempat ................................................................................. 17
B. Alat dan Bahan ....................................................................................... 18
C. Prosedur Penelitian ................................................................................. 18
1. Bioassay Ekstrak Kasar Air Serbuk Daun Gamal Kultivar
Lampung Barat dan Lampung Utara ................................................. 18
2. Pembuatan Formula Ekstrak Kasar Air Serbuk Daun Gamal
Kultivar Lampung Barat dan Lampung Utara ................................... 20
D. Analisis Data ......................................................................................... 21
E. Diagram Alir Penelitian ........................................................................ 21
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Bioassay Ekstrak Kasar Air Serbuk Daun Gamal Kultivar
Lampung Barat dan Lampung Utara ..................................................... 23
B. Uji Formula Ekstrak Kasar Air Serbuk Daun Gamal Kultivar
Lampung Barat dan Lampung Utara .................................................... 26
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ........................................................................................... 34
B. Saran ...................................................................................................... 34
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 35
LAMPIRAN ...................................................................................................... 39
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Persentase kematian hama uji dengan menggunakan ekstrak
kasar air serbuk daun gamal KLB dan KLU ........................................ 24
Tabel 2. Nilai LC50 dari hasil analisis probit ekstrak kasar air serbuk
daun gamal KLB dan KLU pada 72 jam setelah perlakuan ................. 26
Tabel 3. Hasil analisis ragam rata-rata kematian hama uji dengan
menggunakan tiga macam formula ekstrak kasar air serbuk
daun gamal KLB dan KLU .................................................................. 31
Tabel 4. Hasil uji LSD dengan menggunakan tiga macam formula
ekstrak kasar air serbuk daun gamal KLB dan KLU ........................... 32
Tabel 5. Persentase kematian hama uji dengan menggunakan ekstrak
kasar air serbuk daun gamal KLB ....................................................... 40
Tabel 6. Persentase kematian hama uji dengan menggunakan ekstrak
kasar air serbuk daun gamal KLU ........................................................ 41
Tabel 7. Persentase kematian hama uji dengan menggunakan formula
ekstrak kasar air serbuk daun gamal KLB dan KLU ............................ 42
Tabel 8. Hasil uji LSD terhadap mortalitas hama uji dengan menggunakan
formula ekstrak kasar air serbuk daun gamal KLB dan KLU ............. 43
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. (a) Pohon gamal (b) Daun gamal (c) Bunga gamal .......................... 9
Gambar 2. Struktur senyawa flavonoid .............................................................. 12
Gambar 3. Planococcus minor (a) Jantan (b) Betina ......................................... 14
Gambar 4. Diagram alir penelitian ..................................................................... 22
Gambar 5. Persentase kematian hama uji dengan menggunakan tiga
macam formula ekstrak kasar air serbuk daun gamal
KLB dan KLU ..................................................................................27
Gambar 6. Grafik kematian hama uji dengan menggunakan tiga
macam formula ekstrak kasar air serbuk daun gamal
KLB dan KLU ..................................................................................33
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara pembudidaya tanaman kakao terluas
di dunia dan termasuk negara penghasil kakao terbesar ketiga setelah Pantai
Gading (Ivory Coast) dan Ghana. Saat ini di Indonesia mengalami penurunan
produktivitas kakao sekitar 900 kg/ha. Penyebab turunnya produktivitas
kakao antara lain adalah bahan tanaman yang kurang baik, teknologi
budidaya yang kurang optimal, tanaman sudah berumur tua, dan masalah
serangan organisme pengganggu tanaman (Karmawati, dkk., 2010).
Salah satu organisme pengganggu tanaman kakao adalah hama kutu putih
(Wijaya, 2007). Planococcus minor merupakan salah satu jenis kutu putih
yang menyerang tanaman kakao. Kutu putih ini bersifat polifagus dan dapat
menghisap buah pada tanaman inangnya. Hama tersebut menghasilkan cairan
embun madu yang dapat menarik semut-semut untuk membantu penyebaran
populasinya. Kerugian yang ditimbulkan akibat kutu putih diantaranya
adalah terhambatnya perkembangan buah (Siswanto, 2015), kerusakan
tanaman yang serius, gugur daun, hingga kematian pada tanaman (Brybrook
dan Solutions, 2012).
2
Upaya yang dapat ditempuh untuk meningkatkan produktivitas kakao di
Indonesia antara lain dengan menggunakan bahan tanaman unggul, aplikasi
teknologi budidaya dan sistem pengolahan yang baik, serta pengendalian
hama dan penyakit (Karmawati, dkk., 2010). Pada umumnya pengendalian
hama tanaman kakao masih menggunakan insektisida kimiawi. Penggunaan
insektisida kimiawi yang tidak tepat akan membawa dampak yang buruk,
antara lain dapat menyebabkan timbulnya resistensi hama, munculnya hama
sekunder, pencemaran lingkungan dan ditolaknya produk karena masalah
residu yang melebihi ambang batas toleransi (Regnault-Roger, 2005).
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, perlu dilakukan pembenahan dalam
pengendalian hama dan penyakit pada tanaman kakao. Salah satunya dengan
cara pengendalian yang sederhana, murah dan ramah lingkungan, yaitu
penggunaan pestisida nabati yang memanfaatkan tumbuhan sebagai bahannya
(Karmawati, dkk., 2010). Pestisida nabati merupakan hasil ekstraksi bagian
dari tumbuhan, baik dari daun, bunga, buah, biji atau akar. Biasanya bagian
tumbuhan tersebut mengandung senyawa atau metabolit sekunder dan
memiliki sifat racun terhadap hama dan penyakit tertentu (Siswanto dan
Karmawati, 2012).
Salah satu tanaman yang dapat digunakan sebagai pestisida nabati adalah
tanaman gamal (Gliricidia maculata). Tanaman gamal memiliki bau
menyengat yang disebabkan karena adanya kandungan senyawa metabolit
primer maupun sekunder yang berfungsi sebagai pelindung dari hama (Howe
3
dan Westley, 1988; Herbert, 1996). Hasil analisis skrining fitokimia ekstrak
metanol daun gamal mengandung semua senyawa metabolit sekunder, kecuali
saponin. Senyawa metabolit sekunder yang terkandung adalah flavanoid,
alkaloid, steroid dan tannin (Astiti, dkk., 2016).
Nukmal, dkk. (2011) menyatakan bahwa senyawa metabolit sekunder yang
paling banyak terkandung pada daun gamal adalah senyawa flavonoid dan
senyawa ini bersifat toksik terhadap hama kutu putih pepaya. Hasil penelitian
Andriyani (2016) juga membuktikan bahwa ekstrak metanol dan air serbuk
daun gamal mengandung senyawa flavonoid jenis flavon yang memiliki daya
insektisida terhadap kutu putih pada tanaman kakao.
Beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan membuktikan bahwa ekstrak
daun gamal mengandung senyawa flavonoid yang berfungsi sebagai
insektisida nabati. Namun untuk mengetahui perbandingan konsentrasi yang
efektif dalam menggunakan ekstrak daun gamal Kultivar Lampung Barat dan
Lampung Utara, maka perlu dilakukan uji formula senyawa flavonoid ekstrak
polar daun gamal sebagai insektisida nabati pada kutu putih kakao (P. minor).
B. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas formula insektisida
nabati pada senyawa flavonoid ekstrak polar daun gamal (G. maculata)
4
Kultivar Lampung Barat dan Lampung Utara terhadap mortalitas hama kutu
putih pada tanaman kakao (P. minor).
C. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah mengenai
kemampuan formula senyawa flavonoid ekstrak polar daun gamal
(G. maculata) Kultivar Lampung Barat dan Lampung Utara sebagai
insektisida nabati terhadap mortalitas hama kutu putih pada tanaman kakao
(P. minor).
D. Kerangka Pemikiran
Kakao (Theobroma cacao) merupakan salah satu tanaman perkebunan yang
banyak dibudidayakan di Indonesia. Kakao termasuk tanaman terpenting di
Indonesia karena merupakan penghasil devisa negara. Produktivitas kakao
yang dihasilkan di Indonesia saat ini mengalami penurunan yang disebabkan
oleh organisme pengganggu tanaman.
Salah satu organisme pengganggu yang menyerang tanaman kakao adalah
hama kutu putih (P. minor). Kutu putih ini memiliki sifat polifagus, yaitu
hama yang memakan beberapa jenis tanaman. Pada tanaman kakao, kutu
putih biasanya menempel pada buah dan menghisap cairan yang ada
didalamnya hingga dewasa. Hama ini menghasilkan cairan embun madu
5
yang digunakan semut sebagai makanan dan semut pun berperan dalam
membantu penyebaran populasi kutu putih. Adanya kutu putih pada buah
kakao mengakibatkan perkembangan buah terhambat, bentuk buah menjadi
tidak beraturan, buah akan mengering dan mudah rontok. Selain itu akan
terjadi kerusakan tanaman yang serius, gugur daun, hingga kematian pada
tanaman yang menyebabkan menurunnya hasil panen dan kualitas pada
produktivitas kakao.
Untuk mengatasi masalah tersebut, perlu dilakukan pengendalian hama agar
populasinya tidak mengalami peningkatan. Insektisida kimiawi merupakan
cara pengendalian hama yang sering digunakan, namun cara ini dapat
menyebabkan dampak buruk bagi hama maupun lingkungan. Oleh karena
itu, saat ini dilakukan pembenahan dalam pengendalian hama yaitu upaya
pengendalian yang sederhana dan ramah lingkungan dengan menggunakan
insektisida nabati. Salah satu tanaman yang digunakan sebagai insektisida
nabati adalah tanaman gamal (G.maculata).
Bagian tanaman gamal yang digunakan sebagai insektisida nabati adalah
daunnya. Daun gamal memilki kandungan kimia berupa senyawa metabolit
primer maupun sekunder yang berfungsi sebagai pelindung dari hama.
Senyawa metabolit sekunder yang paling banyak terkandung pada daun
gamal adalah senyawa flavonoid yang bersifat toksik terhadap hama kutu
putih pada tanaman kakao (P. minor).
6
Formula insektisida senyawa flavonoid ekstrak polar daun gamal dibuat
dengan cara mencampurkan ekstrak kasar air serbuk daun gamal Kultivar
Lampung Barat (KLB) dan Kultivar Lampung Utara (KLU) dengan
perbandingan konsentrasi 1:1 (KLB:KLU) pada formula 1, 2:1(KLB:KLU)
pada formula 2, dan 1:2 (KLB:KLU) pada formula 3. Konsentrasi yang
digunakan pada formula ini berdasarkan nilai LC50 dari hasil bioassay ekstrak
kasar air serbuk daun gamal KLB dan KLU terhadap hama kutu putih kakao
(P. minor). Selanjutnya ketiga formula tersebut diujikan ke hama kutu putih
kakao pada skala laboratorium.
Diharapkan formula tersebut mampu digunakan sebagai insektisida nabati
untuk mengendalikan hama kutu putih pada tanaman kakao. Penelitian ini
penting untuk dilakukan agar populasi hama kutu putih pada tanaman kakao
dapat terkendali.
E. Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah formula insektisida
senyawa flavonoid ekstrak kasar air daun gamal (G.maculata) Kultivar
Lampung Barat dan Lampung Utara lebih efektif dibandingkan ekstrak kasar
air daun gamal (G.maculata) pada Kultivar Lampung Barat ataupun Lampung
Utara terhadap hama kutu putih pada tanaman kakao (P. minor).
7
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tanaman Gamal (Gliricidia maculata)
Gamal merupakan tanaman asli di kawasan Pantai Pasifik Amerika Tengah
yang bermusim kering. Tanaman ini masuk ke Indonesia pada tahun 1990-an
yang sebelumnya telah dikenalkan di Filipina pada tahun 1600-an. Di
Indonesia, Gliricidia biasa disebut dengan gamal (ganyang mati alang-alang)
yang berarti bahwa tanaman ini memiliki kemampuan dalam mematikan
rumput alang-alang (Natalia, dkk., 2009).
1. Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Gamal
Klasifikasi tanaman gamal menurut Elevitch dan Francis (2006) adalah
sebagai berikut:
Kerajaan : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Fabales
Suku : Fabaceae
Marga : Gliricidia
Jenis : Gliricidia maculata atau Gliricidia sepium
8
Menurut Suttie (2009), G.maculata atau gamal merupakan tanaman tanpa
duri dengan tinggi batang mencapai 10 - 12 m yang memiliki bintik dengan
lentisel kecil berwarna putih. Batangnya memiliki warna yang bervariasi,
dari abu-abu keputihan hingga merah tua. Bunganya berwarna merah muda
cerah hingga ungu muda dengan warna putih dan biasanya terdapat bintik
kuning pucat yang menyebar dipangkal kelopak (Gambar 1).
Bijinya berkeping dua dan buahnya berbentuk polong dengan panjang 10 - 15
cm yang mengandung 3 - 8 biji. Polong berwarna hijau kekuningan dan
akhirnya menjadi cokelat kehitaman. Ketika masak, polong akan pecah dan
melontarkan biji-bijinya hingga sejauh 25 m dari pohon induknya (Elevitch
dan Francis, 2006).
Gamal memiliki daun berbentuk oval dengan panjang rata-rata 2 - 7 cm dan
lebar 1 - 3 cm. Ujung daun berbentuk lancip dan pangkalnya tumpul (bulat).
Susunan daun terletak berhadapan atau hampir berhadapan dengan jumlah
9 - 17 helai daun pertangkai daun (Gambar 1). Helaian daun berwarna hijau
di bagian atasnya, tipis dan berwarna keputihan di sisi bawahnya. Pada
musim kemarau, daun gamal akan berguguran dan bunganya mulai
bermunculan (Natalia, dkk, 2009).
9
(a)
(b) (c)
Gambar 1. (a) Pohon gamal (b) Daun gamal (c) Bunga gamal
(Sumber: Elevitch dan Francis, 2006)
2. Manfaat Tanaman Gamal
Gamal dapat dimanfaatkan sebagai tanaman penaung kakao, kopi, vanili,
teh, ubi jalar, dan lainnya. Gamal dapat menghasilkan kayu bakar yang
dipanen setiap 2 - 3 tahun sekali (Elevitch dan Francis, 2006). Kayu yang
dihasilkan juga baik untuk membuat perabot rumah tangga, mebel,
konstruksi bangunan, dan lain-lain (Orwa, dkk., 2009).
10
Gamal dapat mengendalikan erosi dan gulma terutama alang-alang.
Perakaran gamal merupakan penambat nitrogen yang baik. Bunga-bunga
gamal merupakan pakan lebah yang baik, sedangkan daun dan rantingnya
yang hijau dapat dimanfaatkan sebagai mulsa atau pupuk hijau untuk
memperbaiki kesuburan tanah (Natalia, dkk., 2009).
Daun gamal mengandung banyak protein dan mudah dicerna sehingga
cocok untuk pakan ternak khususnya ruminansia. Daun, biji dan kulit
batang gamal juga mengandung zat yang bersifat racun bagi manusia dan
ternak, kecuali ruminansia (Orwa, dkk., 2009). Duke dan Wain (1981)
menyatakan bahwa daun gamal dapat digunakan sebagai insektisida,
rodentisida dan pengobatan penyakit kulit, luka serta reumatik.
3. Kandungan Kimia Daun Gamal
Daun gamal memiliki bau yang sangat menyengat. Hal tersebut
disebabkan karena daun gamal mengandung senyawa metabolit primer
dan sekunder yang berfungsi sebagai pelindung dari hama (Howe dan
Westley, 1988; Herbert, 1996). Astiti, dkk. (2016) menyatakan bahwa
hasil analisis skrining fitokimia ekstrak metanol daun gamal mengandung
metabolit sekunder, yaitu flavanoid, alkaloid, steroid dan tanin.
11
Hasil penelitian Nukmal, dkk. (2011) diketahui ekstrak air serbuk daun
gamal mengandung senyawa flavonoid yang bersifat toksik terhadap
hama kutu putih papaya (Paracoccus marginatus). Hasil penelitian
Andriyani (2016) juga membuktikan bahwa ekstrak metanol dan air
serbuk daun gamal mengandung senyawa flavonoid jenis flavon yang
memiliki daya insektisida terhadap hama kutu putih kakao (P. minor).
Senyawa flavonoid memberikan efek yang bermacam-macam terhadap
berbagai jenis organisme, salah satunya apabila senyawa tersebut masuk
dalam tubuh serangga, maka akan mengganggu organ pencernaannya
karena senyawa tersebut bersifat racun perut atau stomach poisoning
(Sinaga, 2009).
B. Senyawa Flavonoid
Flavonoid merupakan turunan dari 2-fenil-benzil-γ-pyrone (Buer, dkk., 2010).
Semua flavonoid memiliki kerangka struktural dasar C6-C3-C6 yang terdiri
dari dua cincin aromatik C6 (A dan B) dan cincin heterosiklik (C) yang berisi
satu atom oksigen (Tapas, dkk., 2008). Struktur dasar flavonoid dapat dilihat
pada Gambar 2.
12
Gambar 2. Struktur senyawa flavonoid
(Sumber: Tapas, dkk., 2008)
Flavonoid disintesis pada semua bagian tanaman. Flavonoid bersifat
sitotoksik dan berinteraksi dengan enzim yang berbeda melalui kompleksasi.
Senyawa ini dapat mengubah palatabilitas tanaman dan mengurangi nilai gizi
bahkan beracun bagi organisme lain. Flavonoid juga dapat melindungi
tanaman terhadap serangga hama yang mempengaruhi perilaku, pertumbuhan
dan perkembangannya (Simmonds dan Stevenson, 2001; Sosa, dkk., 2004).
C. Kutu Putih Kakao (Planococcus minor)
Planococcus minor atau kutu putih merupakan hama pengganggu tanaman
kakao yang tersebar di berbagai negara, salah satunya di Indonesia. Kutu
putih ini bersifat polifagus. Beberapa faktor yang mempengaruhi populasi
kutu putih berkembang dengan cepat antara lain adalah kondisi cuaca yang
kering, penanaman kakao yang rapat, dan hembusan angin yang cepat, serta
adanya serangga vektor yang membantu penyebarannya (Siswanto, 2015).
A A C
B 1
2
3
4 5
6
7
8
2'
3'
4'
6'
5'
13
1. Klasifikasi dan Deskripsi Kutu Putih
Menurut Francis, dkk. (2012), klasifikasi dari kutu putih adalah :
Kerajaan : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Bangsa : Hemiptera
Suku : Pseudococcidae
Marga : Planococcus
Jenis : Planococcus minor
Kutu putih betina memiliki tubuh berbentuk oval tanpa sayap dan terdapat
segmen di bagian dorsal. Memiliki tiga pasang kaki dan sepasang antena
dengan delapan segmen. Betina dewasa memiliki panjang hingga 4 mm
dan dibagian pinggir tubuhnya terdapat 18 pasang filamen pendek dengan
dua filamen paling belakang yang lebih panjang dari lainnya
(Francis, dkk., 2012).
Sedangkan kutu putih jantan memiliki tubuh berwarna merah muda,
memilki panjang tubuh sekitar 1 mm dengan tiga bagian tubuh yang
berbeda, memiliki tiga pasang kaki, satu pasang sayap dan dua filamen
caudal (Francis, dkk., 2012). Adapun perbedaan antara kutu putih jantan
dan betina dapat dilihat pada Gambar 3.
14
(a) (b)
Gambar 3. Planococcus minor (a) Jantan (b) Betina
(Sumber: Francis, dkk., 2012)
2. Siklus Hidup Kutu Putih
Kutu putih betina memiliki lima tahap pertumbuhan, yaitu telur, tiga
nimfa instar, dan dewasa (Francis, dkk., 2012). Saat nimfa kutu masih
muda akan berwarna kekuningan, kemudian saat dewasa akan berwarna
kuning pucat yang tertutup oleh lapisan lilin putih di permukaan
tubuhnya. Nimfa muda akan bergerak aktif dan berpindah-pindah hingga
menemukan tempat yang cocok untuk menetap. Biasanya nimfa akan
menempel pada permukaan kulit buah kakao dan menghisap cairan
tanaman tersebut hingga berkembang dewasa (Siswanto, 2015).
Kutu putih betina dapat menghasilkan telur sebanyak 206 - 270 telur pada
suhu 20 - 29 oC (Francis, dkk., 2012). Telur yang dihasilkan berwarna
kuning yang dilindungi dalam ovisac pada bagian akhir posterior. Telur
akan menetas selama 2 - 10 hari, kemudian memasuki tahap instar 1
selama 12 hari, selanjutnya instar 2 selama 8 hari dan tahap instar 3
selama 9 hari. Pada masa instar 1 dan 2 kutu putih (jantan dan betina)
1 mm
4 mm
15
berwarna merah muda dan belum dapat dibedakan jenis kelaminnya
(Martin dan Mau, 2007).
Perkembangan kutu putih jantan lebih lama dibanding perkembangan
kutu putih betina, karena kutu putih jantan memiliki enam tahap
pertumbuhan yaitu telur, dua nimfa instar, prepupa, pupa, dan dewasa.
Pada kutu putih jantan, telur akan menetas selama 2 - 10 hari yang
kemudian memasuki tahap nimfa yakni instar 1 selama 7 - 14 hari, instar
2 selama 6 - 16 hari. Selanjutnya memasuki tahap prepupa selama 4 hari,
lalu dilanjutkan dengan tahap pupa selama 2 hari yang berkembang dalam
kepompong lilin dan kemudian memasuki masa dewasa (Martin dan Mau,
2007; Francis, dkk., 2012).
Kutu putih jantan hanya mampu hidup selama 2 - 4 hari, sedangkan kutu
putih betina berkembang selama 27 hari dan dapat bertahan hidup hingga
102 hari. Oleh karena itu, populasi kutu putih betina lebih banyak
60 - 73% dibanding kutu putih jantan (Francis, dkk., 2012).
3. Kerugian akibat Kutu Putih
Venette dan Davis (2004) menyatakan bahwa kutu putih pada tanaman
kakao menyebabkan pertumbuhan terhambat, perubahan warna dan
kehilangan daun, serta menurunnya hasil panen dan kualitas pada
16
buahnya. Kutu putih juga dapat menyebabkan kematian tanaman karena
penyakit yang ditularkan oleh hama ini (Cox, 1989).
Kutu putih biasanya menempel pada permukaan kulit buah kakao dan
akan menghisap cairan yang terdapat pada buah tersebut. Apabila kutu
tersebut menyerang buah kakao yang masih muda, maka perkembangan
buah akan terhambat, bentuk buah menjadi tidak beraturan, berkerut dan
mengeras pada bagian yang terserang, serta mudah rontok. Namun
apabila serangan terjadi pada buah yang sudah tua, maka tidak
berpengaruh pada perkembangan dan kualitas buah, hanya saja akan
berpengaruh pada bentuk buahnya (Siswanto, 2015).
Pada tanaman kakao, kutu putih biasanya bersimbiosis dengan semut
karena semut membutuhkan cairan manis hasil sekresi kutu putih sebagai
makanan, sedangkan kutu putih membutuhkan semut sebagai
perlindungan dan penyebarannya pada tanaman kakao (Siswanto, 2015).
Cairan manis tersebut merupakan lapisan lilin pada tubuh kutu putih
(Priyanto, 2015) yang dapat menimbulkan jelaga yang disebabkan oleh
cendawan pada daun, buah dan bagian tanaman lainnya, sehingga
mengganggu kegiatan fotosintesis (Williams dan Granara de Willink,
1992).
17
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat
Penelitian ini merupakan bagian dari Penelitian Berbasis Kompetensi
Nukmal, dkk. tahun 2017 - 2018 dengan judul “Pengembangan Formula
Insektisida Nabati dari Senyawa Flavonoid Ekstrak Polar Daun Gamal
(Gliricidia maculata) untuk Mengendalikan Hama Kutu Putih”. Penelitian
ini dilakukan pada bulan Desember 2017 sampai Juli 2018.
Tempat pengambilan daun gamal dilakukan di Desa Purawiwitan, Kecamatan
Kebun Tebu, Kabupaten Lampung Barat dan Desa Pekurun, Kecamatan
Abung Pekurun, Kabupaten Lampung Utara yang telah dilakukan oleh
peneliti sebelumnya. Hama kutu putih pada buah kakao (Planococcus minor)
diambil di Kota Bandar Lampung. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium
Terpadu dan Sentra Inovasi Teknologi (LTSIT) dan Laboratorium Zoologi,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung.
18
B. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan untuk pengambilan hama dan media uji adalah pisau
untuk mengambil buah kakao yang tidak dihinggapi maupun yang dihinggapi
kutu putih. Toples sebagai wadah buah kakao beserta kutu putihnya, kain
kasa dan karet untuk menutup bagian atas toples.
Sedangkan alat yang digunakan untuk bioassay yaitu neraca analitik untuk
menimbang ekstrak, gelas ukur untuk mengukur volume pelarut yang akan
digunakan, gelas kaca sebagai tempat perendaman media uji dengan ekstrak,
spatula untuk mengambil dan mengaduk ekstrak, gelas plastik sebagai wadah
media uji, kain kasa untuk penutup gelas plastik, tusuk gigi untuk membantu
memindahkan dan meletakkan hama uji pada media uji, serta alat tulis.
Bahan-bahan yang digunakan adalah ekstrak kasar air serbuk daun gamal
(Gliricidia maculata) Kultivar Lampung Barat dan Lampung Utara, kutu
putih kakao (Planococcus minor), buah kakao (Theobroma cacao), dan
akuades sebagai pelarut.
C. Prosedur Penelitian
1. Bioassay Ekstrak Kasar Air Serbuk Daun Gamal Kultivar Lampung
Barat dan Lampung Utara
Bioassay ini dilakukan dengan menggunakan ekstrak kasar air serbuk
daun gamal Kultivar Lampung Barat (KLB) yang merupakan hasil
19
ekstraksi dari penelitian Putri (2018), sedangkan pada Kultivar Lampung
Utara (KLU) merupakan hasil ekstraksi dari penelitian Pasutri (2018).
Bioassay dilakukan dengan menggunakan media uji berupa buah kakao
muda sebagai tempat hama kutu putih hidup. Pada kedua kultivar, media
uji yang digunakan sebanyak 30 buah kakao muda yang telah dibersihkan
dan hama uji sebanyak 300 ekor imago kutu putih betina. Setelah
diambil, media dan hama uji diaklimasi selama 24 jam.
Bioassay dilakukan dengan cara merendam media uji dengan ekstrak
kasar air serbuk daun gamal KLB dengan menggunakan 5 taraf
konsentrasi, yaitu 0% (sebagai kontrol); 0,06%; 0,12%; 0,18%; dan
0,24% selama 10 menit. Sedangkan pada ekstrak kasar air serbuk daun
gamal KLU, yaitu 0% (sebagai kontrol); 0,04%; 0,08%; 0,12%; dan
0,16% selama 10 menit juga. Konsentrasi yang digunakan pada bioassay
ekstrak kasar air serbuk daun gamal pada masing-masing kultivar ini
berdasarkan nilai LC50 yang digunakan pada penelitian sebelumnya.
Selanjutnya 10 hama uji dipindahkan ke media uji, kemudian dilakukan
pengamatan mortalitas hama uji pada 24, 48, dan 72 jam setelah
perlakukan. Percobaan dilakukan masing-masing sebanyak 3 kali
ulangan.
20
Kemudian hasil dari bioassay tersebut didapatkan nilai LC50 dari ekstrak
kasar air serbuk daun gamal pada masing-masing kultivar, yang
selanjutnya akan digunakan sebagai konsentrasi untuk uji formula ekstrak
kasar air serbuk daun gamal KLB dan KLU.
Persentase kematian setiap ekstrak dianalisis menggunakan program
analisis probit minitab 17.0 untuk menentukan nilai LC50 pada masing-
masing kultivar. Prijono (2005) menyatakan bahwa bila insektisida nabati
dengan pelarut organik memberikan nilai LC50 ≤ 5%, maka insektisida
tersebut dikatakan efektif.
2. Pembuatan Formula Ekstrak Kasar Air Kultivar Lampung Barat
dan Lampung Utara
Formula ekstrak kasar air serbuk daun gamal KLB dan KLU dibuat
dengan cara mencampurkan ekstrak kasar air serbuk daun gamal KLB dan
KLU dengan perbandingan konsentrasi 1:1 (LB:LU) pada formula 1, 2:1
(LB:LU) pada formula 2, dan 1:2 (LB:LU) pada formula 3. Konsentrasi
yang digunakan pada formula ini berdasarkan nilai LC50 hasil bioassay
sebelumnya.
Selanjutnya ketiga formula tersebut diujikan ke hama kutu putih kakao
pada skala laboratorium. Lama perlakuan dan waktu pengamatan
mortalitas sama dengan bioassay yang sebelumnya telah dilakukan.
21
D. Analisis Data
Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis dengan menggunakan analisis
probit untuk menentukan nilai LC50, kemudian dilanjutkan dengan uji Anara
dan uji lanjut LSD dengan program SPSS 16.0 untuk menentukan formula
yang efektif sebagai insektisida nabati.
E. Diagram Alir Penelitian
Adapun tahapan penelitian uji formula senyawa flavonoid ekstrak polar daun
gamal Kultivar Lampung Barat dan Lampung Utara terhadap hama kutu putih
kakao dapat dilihat pada Gambar 4.
22
Gambar 4. Diagram alir penelitian
Bioassay ekstrak kasar air serbuk
daun gamal KLB
Bioassay ekstrak kasar air serbuk
daun gamal KLU
Buah kakao muda direndam selama
10 menit dengan konsentrasi 0%;
0,06%; 0,12%; 0,18%; dan 0,24%
Buah kakao muda direndam selama
10 menit dengan konsentrasi 0%;
0,04%; 0,08%; 0,12%; dan 0,16%
Pengamatan mortalitas pada 24, 48, dan 72 jam setelah perlakuan
Data mortalitas dianalisis dengan Analisis Probit
Formula ekstrak kasar air serbuk daun gamal KLB
dan KLU dibuat dengan konsentrasi:
1:1 (KLB:KLU) pada formula 1
1:2 (KLB:KLU) pada formula 2
2:1 (KLB:KLU) pada formula 3
Bioassay formula ekstrak kasar air serbuk daun
gamal KLB dan KLU terhadap P. minor
Formula yang efektif untuk
mengendalikan P. minor
10 ekor P. minor diinvestasi pada buah kakao muda
Data mortalitas dianalisis dengan
uji Anara dan uji lanjut LSD
Nilai LC50KLB dan KLU
34
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa
jumlah kematian hama kutu putih kakao (Planococcus minor) pada formula 2
(1:2) lebih tinggi dibandingkan formula 1 (1:1) dan formula 3 (2:1), sehingga
dapat dikatakan bahwa formula 2 lebih efektif digunakan sebagai insektisida
nabati dibandingkan formula lainnya.
B. Saran
Disarankan agar dilakukan penelitian lebih lanjut untuk uji formula ekstrak
air terhadap organisme nontarget yang bersimbiosis dengan hama kutu putih
pada tanaman yang berbeda.
35
DAFTAR PUSTAKA
Agnetha, A. 2008. Efek Ekstrak Bawang Putih (Allium sativum L.) sebagai
Larvasida Nyamuk Aedes aegepti sp. Skripsi. Fakultas Kedokteran
Universitas Brawijaya. Malang.
Aksah, F. 2016. Perbandingan Daya Racun Isolat Murni Ekstrak Metanol dan
Ekstrak Air Daun Gamal (Gliricidia maculata) terhadap Mortalitas Kutu
Putih (Pseudococcus cryptus) pada Tanaman Sirsak (Annona muricata).
Tesis. Universitas Lampung. Lampung.
Andriyani, R. 2016. Daya Insektisida, Jenis, dan Struktur Isolat Murni
Ekstrak Polar Serbuk Daun Gamal (Gliricidia maculata Hbr.) terhadap
Kutu Putih (Planococcus minor Maskell) pada Tanaman Kakao
(Theobroma cacao L.). Tesis. Universitas Lampung. Lampung.
Astiti, L. G. S., Prisdiminggo dan Panjaitan, T. 2016. Efektivitas Ekstrak Daun
Gamal (Gliricidia maculata) terhadap Larva Cacing Trichostrongylus sp.
pada Kambing PE. Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi
Pertanian Banjarbaru, 20 Juli 2016. Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian Nusa Tenggara Barat. Nusa Tenggara Barat.
Brybrook, D. dan Solutions, V. 2012. Mealybug Management. Australian
Goverment Grape and Wine Research and Development Corporation.
http://www.gwrdc.com.au. Internet. Diakses pada 7 Oktober 2017 pukul
21.45 WIB.
Buer, C. S., Imin, N. dan Djordjevic, M. A. 2010. Flavonoids: New Roles for Old
Molecules. J. Integr. Plant Biol. 52: 98-111.
Cox, J. M. 1989. The Mealybug Genus Planococcus (Homoptera:
Pseudococcidae). Bulletin of the British Museum of Natural History
(Entomology). 58(1): 1-78.
Dinata, L. P. D. 2009. Formulasi Tablet Ekstrak Herba Tapak Dara (Catharantus
roseus (L) G. Don) dengan Bahan Pengikat Gelatin dan GOM Arab pada
Berbagai Konsentrasi. Skripsi. Fakultas Farmasi. Universitas
Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.
36
Duke, J. A. dan Wain, K. K. 1981. Medicinal Plants of the World. Computer
indexwith more than 85.000 entries. 3 vols.
Elevitch, C. R. dan Francis, J. K. 2006. Gliricidia sepium (Gliricidia) Fabaceae
(Legume Family). Spesies Profiles for Pasific Island Agroforestry.
www.traditionaltree.org. Internet. Diakses pada 8 Oktober 2017 pukul
21.27 WIB.
Francis, A. W., Kairo, M. T. K. dan Roda, A. L. 2012. Passionvine Mealybug,
Planococcus minor (Maskell) (Hemiptera: Pseudococcidae). Institute of
Food and Agricultural Sciences. University of Florida. Florida.
Herbert, R. B. 1996. Biosintesis Metabolit Sekunder. Alih Bahasa: Bambang
Srigandono. Penerbit IKIP Semarang Press. Semarang. Hal. 103-123.
Howe, H. dan Westley, L. 1998. Ecological Relationship of Plants and Animals.
Oxford University Press New York 273 pp.
Karmawati, E., Mahmud, Z., Syakir, M., Munarso, S. J., Ardana, I. K. dan
Rubiyo. 2010. Budidaya dan Pascapanen Kakao. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Perkebunan. Bogor.
Lu, F. C. 1995. Toksikologi Dasar, Asas, Organ Sasaran dan Penilaian Resiko,
Nugroho, E. (terjemahan). UI Press. Jakarta.
Martin, J. L. dan Mau, R. F. L. 2007. Mealybug. Department of Entomology.
Honolulu-Hawai.
Natalia, H., Nista, D. dan Hindrawati, S. 2009. Keunggulan Daun Gamal sebagai
Pakan Ternak. BPTU Sembawa. Sumatera Selatan.
Nukmal, N., Utami, N. dan Suprapto. 2010. Skrining Potensi Daun Gamal
(Gliricidia maculata Hbr.) sebagai Insektisida Nabati. Laporan Penelitian
Hibah Strategi Unila. Universitas Lampung. Lampung.
Nukmal, N., Utami, N. dan Pratami, G. D. 2011. Isolasi Senyawa Flavonoid dari
Ekstrak Air Serbuk Daun Gamal (Gliricidia maculata) dan Uji
Toksisitasnya terhadap Hama Kutu Putih Pepaya (Paracoccus
marginatus). Prosiding Seminar Nasional PEI, 16-17 Februari 2011.
Universitas Padjadjaran. Bandung.
Orwa, C., Mutua, A., Kindt, R., Jamnadass, R. dan Anthony, S. 2009.
Agroforestree Database: A Tree Reference and Selection Guide
Version 4.0. http://www.worldagroforestry.org. Internet. Diakses pada 9
November pukul 10.45 WIB.
37
Pasutri, A. Y. 2018. Karakterisasi dan Kuantifikasi Senyawa Flavonoid Ekstrak
Polar Daun Gamal Kultivar Lampung Utara dan Uji Aktivitasnya terhadap
Kutu Putih Kakao (Planococcus minor). Skripsi (dalam proses).
Universitas Lampung. Lampung.
Prijono, D. 2005. Pemanfaatan dan Pengembangan Pestisida Nabati. Makalah
Seminar Ilmiah. Universitas Lampung. Lampung.
Priyanto, E. 2015. Hama dan Penyakit Tanaman Kakao (Theodorma cacao).
Penyuluhan Kehutanan Kabupaten Bantul. Bantul.
Putri, H. E. 2018. Penentuan Struktur dan Kadar Flavonoid Ekstrak Polar Daun
Gamal Kultivar Lampung Barat sebagai Insektisida Nabati terhadap Kutu
Putih Tanaman Kopi (Planococcus citri). Skripsi (dalam proses).
Universitas Lampung. Lampung.
Raini, M. 2007. Toksikologi Pestisida dan Penanganan akibat Keracunan
Pestisida. Media Litbang Kesehatan. XVII(3). Departemen Kesehatan.
Jakarta.
Regnault-Roger, C. 2005. New Insecticides of Plant Origin for The Third
Millenium. In: Regnault-Roger, Philogene C, Vincent. C, editors.
Biopesticides of Plant Origin: Lavoisier Publishing Inc. p 17-35.
Rohaeti, E., Heryanto, R., Rafi, M., Wahyuningrum, A., dan Darusman, L. K.
2011. Prediksi Kadar Flavonoid Total Tempuyung (Sonchus arvensis L.)
Menggunakan Kombinasi Spektroskopi IR dengan Regresi Kuadrat
Terkecil Parsial. Jurnal Kimia. 5(2): 101-108.
Salim, M., Yahya, Sitorus, H., Ni’mah, T., dan Marini. 2016. Hubungan
Kandungan Hara Tanah dengan Produksi Senyawa Metabolit Sekunder
pada Tanaman Duku (Lansium domesticum Corr var Duku) dan
Potensinya sebagai Larvasida. Jurnal Vektor Penyakit. 10(1): 11-18.
Simmonds, M. S. dan Stevenson, P. C. 2001. Effects of Isoflavonoids from Cicer
on Larvae of Heliocoverpa armigera. J. Chem. Ecol. 27: 965-977.
Sinaga, R. 2009. Uji Efektifitas Pestisida Nabati terhadap Hama Spodoptera
litura (Lepidoptera: Noctuidae) pada Tanaman Tembakau (Nicotiana
tabaccum L.). Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Siswanto. 2015. Hama Kutu Putih pada Buah Kakao. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Perkebunan. Badan Penelitian dan Pengembangan
Perkebunan. Bogor.
Siswanto dan Karmawati, E. 2012. Pengendalian Hama Utama Kakao
(Conopomorpha cramerella dan Helopeltis spp.) dengan Pestisida Nabati
dan Agens Hayati. Perspektif. 11(2): 103-99.
38
Sosa, T., Chaves, N., Alias, J. C., Escudero, J. C., Henao, F. dan Gutierrez-
Merino, C. 2004. Inhibition of Mouth Skeletal Muscle Relaxation by
Flavonoids of Cistus ladanifer L. a Plant Defense Mechanism Against
Herbivores. J. Chem. Ecol. 30: 1087-1101.
Susanti, D., Widyastuti, R. dan Sulistyo, A. 2015. Aktivitas Antifeedant dan
Antioviposisi Ekstrak Daun Tithonia terhadap Kutu Kebul. Agrosains.
17(2): 33-38.
Suttie, J. M. 2009. Gliricidia maculata. FAO.
Syahputra, E. 2008. Bioaktivitas Sediaan Buah Brucea javanica sebagai
Insektisida Nabati untuk Serangga Hama Pertanian. Bul. Littro. XIX(1):
57-67.
Tapas, A. R., Sakarkar, D. M. dan Kakde, R. B. 2008. Flavonoids as
Nutraceuticals. Tropical Journal of Pharmaceutical Research. 7(3): 1089-
1099.
Venette, R. C. dan Davis, E. E. 2004. Mini Risk Assessment Passionvine
Mealybug: Planococcus minor (Maskell)[Pseudococcidae: Hemiptera].
Department of Entomology. University of Minnesota. Minnesota.
Wijaya, S. Y. 2007. Kolonisasi Semut Hitam (Dolichoderus thoracicus Smith)
pada Tanaman Kakao (Theobroma cacao L.) dengan Pemberian Pakan
Alternatif. Skripsi. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Williams, D. J. dan Granara de Willink, M. C. 1992. Mealybugs of Central
and South America. CAB International. England. 635 pp.