uji disolusi tablet parasetamol dengan metode dayung

38
UJI DISOLUSI TABLET PARASETAMOL DENGAN METODE DAYUNG TUGAS AKHIR OLEH: ELIS SURYANI NASUTION NIM 102410079 PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS FARMASI DAN MAKANAN FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016 Universitas Sumatera Utara

Upload: others

Post on 01-Oct-2021

96 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: UJI DISOLUSI TABLET PARASETAMOL DENGAN METODE DAYUNG

UJI DISOLUSI TABLET PARASETAMOL DENGAN METODE DAYUNG

TUGAS AKHIR

OLEH: ELIS SURYANI NASUTION

NIM 102410079

PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS FARMASI DAN MAKANAN

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2016

Universitas Sumatera Utara

Page 2: UJI DISOLUSI TABLET PARASETAMOL DENGAN METODE DAYUNG

LEMBAR PENGESAHAN

UJI DISOLUSI TABLET PARACETAMOLDENGAN METODE DAYUNG

TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Ahli Madya Pada Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan

Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

OLEH :

Elis Suryani Nasution NIM 102410079

Medan, Mei 2016 Disetujui oleh :

Dosen Pembimbing,

Dr.Kasmirul Ramlan Sinaga, M.S.,Apt NIP 195504241983031003

Disahkan Oleh: Dekan Fakultas Farmasi,

Prof. Dr. Masfria, M.S.,Apt. NIP 195707231986012001

KATA PENGANTAR

Universitas Sumatera Utara

Page 3: UJI DISOLUSI TABLET PARASETAMOL DENGAN METODE DAYUNG

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul

“Uji Disolusi Tablet Parasetamol Dengan Metode Dayung” tugas akhir ini

diajukan untuk memenuhi dalam menyelesaikan pendidikan Program Studi

Diploma III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera

Utara.

Selama menyusun Tugas Akhir ini, penulis banyak mendapatkan bantuan

dan bimbingan dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih

yang sebesar besarnya kepada :

1. Ibu Dr. Masfria, M.S.,Apt selaku Pejabat Dekan di Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara

2. Bapak Prof.Dr. Jansen Silalahi,M.App.Sc., Apt., selaku Ketua Program

StudiDiploma III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi USU.

3. Bapak Dr.KasmirulRamlan Sinaga,M.S., Apt., Yang telah membimbing

dan mengarahkan penulis dalam penyusunan Tugas Akhir ini.

4. Bapak dan Ibu dosen beserta seluruh staf di Fakultas Farmasi USU.

5. Bapak Beben Budiman, Apt., selaku Plant Manager Produksi PT.Kimia

Farma (Persero) Tbk Plant Medan, yang telah memberikan kesempatan

kepada penulis untuk melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL).

6. Bapak Heru Khoerudin, Ssi, Apt., selaku Asisten Manager Pengolahan

Mutu PT. Kimia Farma (Persero) Tbk Plant Medan yang telah

memeberikan pengarahan dan bimbingan kepada kami selama Praktek

Lapangan Kerja (PKL) berlangsung.

Universitas Sumatera Utara

Page 4: UJI DISOLUSI TABLET PARASETAMOL DENGAN METODE DAYUNG

7. Bapak dan Ibu beserta seluruh staf dan karyawan PT.Kimia Farma

(Persero) Tbk.Plant Medan yang telah memberikan kesempatan kepada

penulis untuk melakukan Praktek Kerja Lapangan.

8. Papa Azhar Naution SP dan Mama Dagaria Siregar S.Ag tercinta serta

kakak Nurjamiah Nasution Amkeb dan adik-adik ku Tri putri Nasution

dan Siska fauziah Nasution yang telah memberikan semangat dan motivasi

sehingga tugas akhir ini dapat diselesaikan dengan baik.

9. Seluruh teman-teman Mahasiswa Analis Farmasi dan Makanan angkatan

2010 yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa sepenuhnya isi dari Tugas Akhir ini masih

terdapat kekurangan dan kelemahan serta masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu

dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan saran dan kritik yang

sifatnya membangun demi kesempurnaan Tugas Akhir ini dan demi peningkatan

mutu penulisan Tugas Akhir di masa yang akan datang. Akhir kata, penulis

sangat berharap semoga Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat kepada

semua pihak yang memerlukan. Amin.

Medan, Mei 2016

Penulis Elis Suryani Nasution NIM 102410079

Universitas Sumatera Utara

Page 5: UJI DISOLUSI TABLET PARASETAMOL DENGAN METODE DAYUNG

UJI DISOLUSI TABLET PARASETAMOL DENGAN METODE DAYUNG

ABSTRAK

Obat merupakan suatu zat yang digunakan untuk diagnosa, pengobatan, penyembuhan atau pencegahan penyakit pada manusia atau hewan. Agar obat berfungsi sebagaimana yang diharapkan, maka jumlah atau dosis obat haruslah tepat. Dosis merupakan sifat dari obat bahwa apabila jumlahnya kurang maka obat tersebut tidak akan memberikan efek, sedangkan bila jumlahnya berlebihan, obat menjadi bersifat racun. Tujuan Uji Disolusi tablet Paracetamol dengan metode dayung ini adalah untuk mengetahui apakah kadar zat aktif yang terlepas dari tablet Paracetamol memenuhi persyaratan atau tidak.

Uji disolusi tablet Paracetamol dengan metode dayung dilakukan seperti yang tertera pada Farmakope Indonesia Edisi IV di tempat Praktek Kerja Lapangan (PKL) PT. Kimia Farma (Persero) Plant Medan. Uji disolusi dilakukan pada suhu 37o C dengan kecepatan 50rpm selama 30 menit, kemudian diambil akuadest 20 ml dan diukur daya Spektrofotometer UV-Vis dengan panjang gelombang 243 nm.

Hasil yang diperoleh dari tablet paracetamol yang di uji memenuhi persyaratan Farmakope Indonesia Edisi IV yaitu, 92,79%, 97,25%, 97,74 %, 99,27%, 95,03%, 94,38% dengan rata-rata 96,08 % Tiap unit sediaan tidak kurang dari 85 % (Q + 5% )dari jumlah yang tertera pada etiket. Kata kunci : uji disolusi, tablet, paracetamol, metode dayung

Universitas Sumatera Utara

Page 6: UJI DISOLUSI TABLET PARASETAMOL DENGAN METODE DAYUNG

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ............................................................................................................. i

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. ii

KATA PENGANTAR ..................................................................................... iii

ABSTRAK ....................................................................................................... v

DAFTAR ISI .................................................................................................... vi

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1

1.1 LatarBelakang ...................................................................... 1

1.2 TujuandanManfaat ............................................................... 2

1.2.1 Tujuan ......................................................................... 2

1.2.2 Manfaat ....................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 4

2.1 Tablet .................................................................................. 4

2.1.1 Komposisi Tablet ..................................................... 4

2.1.2 Metode Pembuatan Tablet ....................................... 6

2.1.3 Penggolongan Tablet ............................................... 7

2.2 Parasetamol ......................................................................... 8

2.2.1 Mekanisme Kerja ....................................................... 9

2.2.2 Farmakokinetik .......................................................... 9

2.2.3 Farmakodinamik ....................................................... 9

2.2.4 Efek Samping ............................................................ 10

2.2.5 Indikasi ..................................................................... 10

Universitas Sumatera Utara

Page 7: UJI DISOLUSI TABLET PARASETAMOL DENGAN METODE DAYUNG

2.3 Disolusi ............................................................................... 11

2.3.1 Metode Uji Disolusi ................................................... 12

2.3.2 Prosedur Pengujian Disolusi ..................................... 13

2.3.3 Kriteria Penerimaan hasil Uji Disolusi ...................... 14

2.3.4 Pengaruh Bentuk Sediaan terhadap Laju Disolusi ..... 14

2.3.5 Penetapan Kadar ....................................................... 16

2.4 Spektrofotometri . ................................................................ 16

2.4.1 Instrumen . ................................................................. 17

BAB III METODOLOGI ........................................................................... 19

3.1 Tempat Pengujian . .............................................................. 19

3.2 Alat ...................................................................................... 19

3.3 Bahan ................................................................................... 19

3.4 Prosedur ............................................................................... 19

3.4.1 Pembuatan buffer fosfat pH 5,8 ................................ 19

3.4.2 Pembuatan Larutan Standar ....................................... 20

3.4.3 Pembuatan Larutan Sampel . ..................................... 20

3.4.4 Cara Penetapan Serapan . .......................................... 21

3.4.5 RumusPerhitungan ..................................................... 21

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................... 22

4.1 Hasil ..................................................................................... 22

4.2 Pembahasan ......................................................................... 22

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 24

5.1 Kesimpulan .......................................................................... 24

5.2 Saran .................................................................................... 24

Universitas Sumatera Utara

Page 8: UJI DISOLUSI TABLET PARASETAMOL DENGAN METODE DAYUNG

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 25

LAMPIRAN ............................................................................................. 27

Universitas Sumatera Utara

Page 9: UJI DISOLUSI TABLET PARASETAMOL DENGAN METODE DAYUNG

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1.Data dan hasil uji disolusi tablet parasetamol ....................................... 27

2.Perhitungan uji disolusi tablet parasetamol ........................................... 28

3. Lampiran gambar ................................................................................. ` 29

4. Lampiran hasil spektrofotometri ............................................................... 30

Universitas Sumatera Utara

Page 10: UJI DISOLUSI TABLET PARASETAMOL DENGAN METODE DAYUNG

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Obat adalah suatu zat yang digunakan untuk diagnose, pengobatan

penyembuhan atau pencegahan penyakit pada manusai atau pada hewan. Bahan

obat dapat berasal dari nabati, hewani, kimiawi alam mapun sintetis. Sebelum

dipergunakan menjadi obat , zat tersebutterlebih dahulu dibentuk menjadi sediaan

farmasi, seperti kapsul, pil, tablet, sirup, suspense, salep, dan suppositories (Anief,

1987).

Sediaan tablet merupakan sediaan yang paling banyak diproduksi dan juga

banyak mengalami perkembangan dalam formulasinya. Beberapa keuntungan

sediaan tablet adalah sediaan lebih kompak, dosisnya tepat, mudah

pengemasannya dan penggunaannya lebih praktis dibandingsediaan yang lain

(Lachman dkk., 1994).

Parasetamol merupakan metabolit fenasetin dengan efek antipiretik

ditimbulkan oleh gugus aminobenzen. Asetaminofen di Indonesia lebih dikenal

dengan nama parasetamol, dan tersedia sebagai obat bebas. Efek analgetik

parasetamol dapat menghilangkan atau mengurangi nyeri ringan sampai sedang.

Parasetamol menghilangkan nyeri, baik secarasentral maupun secara perifer.

Secara sentral parasetamol bekerja pada hipotalamus sedangkan secara perifer,

menghambat pembentukan protagladin di tempat inflamasi, mencegah sensitisasi

reseptor rasa sakit terhadap rangsang mekanik atau kimiawi. (Wilmana, 1995).

PT. Kimia farma (Persero) Tbk. Plant Medan memproduksi tablet

parasetamol. Salah satu parameter uji yang dilakukan untuk menguju kesediaan

Universitas Sumatera Utara

Page 11: UJI DISOLUSI TABLET PARASETAMOL DENGAN METODE DAYUNG

tablet adalah uji disolusi. Uji dilakukan untuk menentukan kesesuaian dengan

persyaratan yang tertera dalam masing-masing monografi untuk sediaan tablet dan

kapsul, kecuali pada etiket dinyatakan bahwa tablet harus dikunyah. Persyaratan

disolusi tidak berlaku untuk kapsul gelatin lunak kecuali bila dinyatakan lain

dalam monografi (Ditjen POM, 1995).

Sebelum melakukan uji disolusi, metode analisis yang digunakan harus

ditetapkan terlebih dahulu dan dikaji dengan seksama antara lain: komposisi

media disolusi, jumlah media, waktu, kecepatan pengaduan, prosedur penetapan

konsentrasi dan toleransi. Setelah pengambilan sampel uji disolusi, dilanjutkan

dengan proses analisis penetapan kadar zat aktif dalam sampel (Siregar dan

wikarsa, 2010)

Factor yang harus diperhatikan dalam uji disolusi, yaitu ukuran dan bentuk

yang akan dipengaruhi laju dan tingkat kelarutan, selain itu sifat media pelarut

juga akan mempengaruhi uji kelarutan. Beberapa kegunaan uji disolusi antara lain

: menjamin keseragaman satu batch menjamin bahwa obat akan memberikan efek

terapi yang diinginkan, dan diperlukan dalam rangka pengembangan suatu obat

baru (Ditjen POM, 1995).

1.1 Tujuan

Adapun tujuan dari uji disolusi tablet Paracetamol adalah untuk

mengetahui apakan kadar zat aktif yang terlepas dari tablet Paracetamol PT.

Kimia Farma memenuhi persyaratan atau tidak sesuai dengan ketentuan uji

disolusi talet Paracetamol yang tertera pada Farmakope Edisi IV.

Universitas Sumatera Utara

Page 12: UJI DISOLUSI TABLET PARASETAMOL DENGAN METODE DAYUNG

1.2 Manfaat

1. Manfaat yang diperoleh dari uji disolusi table Paracetamol adalah agar

dapat mengetahui bahwa kadar zat aktif yang terlepas dari produk sediaan

tablet Paracetamol. PT. Kimia Farma yang beredar di pasaran memenuhi

persyaratan sesuai dengan ketentuan uji disolusi tablet Paracetamol yang

tertera pada Fermakope Edisi IV.

2. Menambah wawasan dan mengerti tentang uji disolusi tablet parasetamol

dengan metode dayung.

Universitas Sumatera Utara

Page 13: UJI DISOLUSI TABLET PARASETAMOL DENGAN METODE DAYUNG

BAB II

TINAJAUAN PUSTAKA

2.1 Tablet

Tablet adalah bentuk sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau

tanpa bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatan, tablet dapat digolongkan

sebagai tablet cetak dan tablet kempa. Tablet cetak dibuat dengan cara menekan

massa serbuk lembab dengan tekanan rendah kedalam lubang cetakan. Tablet

kempa dibuat dengan memberikan tekanan tinggi pada serbuk atau granul

menggunakan cetakan baja. Tablet dapat dibuat dalam berbagai ukuran, bentuk

dan penandaan permukaan tergantung pada desain cetakan (Ditjen POM, 1995).

Tablet merupakan suatu sediaan utuh dan praktis diberikan secara oral

dengan dosis yang tepat dan variasi minimal. Tablet merupakan bentuk sediaan

oral dengan biaya produksi paling murah, juga paling ringan dan paling banyak.

Tablet terdiri dari zat aktif dan bahan tambahan. Bahan tambahan dapat dibagi

menjadi dua kelompok besar. Pertama bahan tambahan yang mempengaruhi

biofarmasi, stabilitas fisika dan kimia, termasuk didalamnya penghancuran, zat

pewarna, perasa dan pemanis (Lachman, dkk., 1994).

2.1.1 Komposisi tablet

Tablet pada umumnya disamping zat aktif, juga mengandung zat pengisi,

zat pengikat, zat penghancur dan zat pelican. Untuk tablet tertentu zat pewarna.

Zat perasa dan bahan-bahan lainnya dapat ditambahkan jika diperlukan.

Komposisi umum dari tablet :

Universitas Sumatera Utara

Page 14: UJI DISOLUSI TABLET PARASETAMOL DENGAN METODE DAYUNG

1. Zat Berkhasiat/ Zat harus Aktif

Zat berkhasiat atau zat aktif jarang diberikan dalam keadaan murni,

tetapi harus dikombinasikan terlebih dahulu dengan zat-zat yang bukan obat

mempunyai fungsi khusus agar dapat dibentuk menjadi sediaan tablet (Anief,

1996).

2. Zat Pengisi

Zat pengisi adalah suatu zat yang ditambahkan ke dalam suatu

formulasi tablet yang bertujuan untuk penyesuaian bobot dan ukuran tablet

sehingga sesuai dengan persyaratan, untuk membantu kemudahan dalam

pembuatan tablet, dan meningkatkan mutu sediaan tablet. Zat pengisi yang biasa

digunakan adalah pati (amilum), laktosa, manitol, sorbitol dan lain-lain (Siregar

dan Wikaras, 2010).

3. Zat Pengikat

Zat pengikat dimaksudkan agar tablet tidak pecah atau retak, dan dapat

dibentuk menjadi granul sehingga dapat dikempa atau dicetak (Anief, 1994). Ada

dua golongan bahan pengikat yaitu bahan gula atau zat polimerik. Bahan

polimerik terdiri atas dua kelas yaitu (1) polimer alam seperti pati, atau gom

mencakup akasia, tragakan dan gelatin. (2) polmer sintetis seperti

polivinilpirolidon, metilselulosa, etilselulosa, dan hidroksipropilselulosa (Siregar

dan Wikarsa, 2010).

4. Zat Penghancur

Zat penghancur dimaksudkan untuk memudahkan pecahnya tablet

ketika berkontak dengan cairan saluran pencernaan dan mempermudah absorbs.

Disintegram idealnya menyebabkan tablet hancur, tidak saja menjadi granul yang

Universitas Sumatera Utara

Page 15: UJI DISOLUSI TABLET PARASETAMOL DENGAN METODE DAYUNG

dikempa, tetapi juga menjadi partikel serbuk yang berasal dari granul (Lachman,

dkk, 1994).

2.1.2 Metode Pembuatan Tablet

Dalam pembuatan tablet, zat berkhasiat dan zat-zat lain kecuali pelican

dibuat granul (butiran kasar), karena serbuk halus tidak mengisi cetakan serta

menjaga agar metode pembuatan tablet, yaitu :

1. Metode granulasi basah

Masing-masing zat berkhasiat, zat pengisi, dan zat penghancur dihaluskan

terlebih dahulu dalam mesin penghalus, seluruh serbuk dicampur bersama-sama

dalam alat pencampur, lalu dibasahi dengan larutan bahan pengikat. Setelah itu

massa lembab diayak menjadi granul menggunakan ayakan 6 atau 8 mesh, dan

dikeringkan dalam lemari pengering pada suhu 500-600C, setelah kering diayak

lagi untuk memperoleh granul dengan ukuran yang diperlukan (biasanya

digunakan ayakan 12-20 mesh). Tambahkan bahan pelican (lubrikan) kemudian

dicetak menjadi tablet dengan mesin tablet (Ansel, 1989).

2. Metode granulasi kering (slugging)

Dilakukan dengan mencampurkan zat berkhasiat, zat pengisi, dan zat

penghancur, serta jika perlu ditambahkan zat pengikat dan zat pelican hingga

menjadi massa serbuk yang homogeny, lalu dikempa cetak pada tekanan yang

tinggi, sehingga menjadi tablet besar (slung) yang tidak berbentuk baik, kemudian

digiling dan diayak hingga dioperoleh granul dengan ukuran partikel yang

diinginkan. Setelah itu dicetak sesuai ukuran tablet yang diinginkan (Ansel,

1989).

Universitas Sumatera Utara

Page 16: UJI DISOLUSI TABLET PARASETAMOL DENGAN METODE DAYUNG

3. Metode kempa langsung

Masing-masing zat aktif, zat pengisi, zat penghancur, dan zat pelican

dihaluskan terlebih dahulu dalam mesin penghalus. Seluruh serbuk dicampur

bersama-sama dalam alat pencampur. Campuran serbuk yang telah homogeny

dikempa dalam mesin tablet menjadi tablet jadi (Siregar dan Wikarsa 2010).

Komposisi tablet pada umumnya terdiri atas bahan aktif ekspien (ada

sejumlah kecil tablet yang dapat dibuat tanpa eksipien). Untuk dapat

menghantarkan obat dalam jumlah (dosis) yang cukup pada penggunaan klinik,

diberikan bentuk sediaan yang dapat diterima pasien. Eksipien ditambahkan

dengan berbagai fungsi dan tujuan spesifik sebagai pengisi, pengikat, penghancur,

pelicir, antilengket, pelinci, pembasah, zat warna, peningkat rasa, pemanis,

penutup rasa (Agoes, 2008).

2.1.3 Penggolongan tablet

Tablet digolongkan berdasarkan cara pemberian atau fungsinya, system

penyampain obat yang disesuaikan dengan cara pemberian tersebut, dan bentuk

serta metode pembuatannya. Susunan macam-macam penggolongan tablet dengan

penggolongan utama berdasarkan cara pemberiannya atau fungsinya dapat dilihat

pada table :

Tabel 2.1 Penggolongan tablet

No. Golongan Jenis

1. Tablet oral untuk dimakan a. Tablet kempa atau tablet kempa standar

b. Tablet multikempa atau tablet kempa lapis ganda

c. Tablet aksi diperlama atau tablet salut enteric

d. Tablet salut gula

Universitas Sumatera Utara

Page 17: UJI DISOLUSI TABLET PARASETAMOL DENGAN METODE DAYUNG

e. Tablet salut lapis tipis f. Tablet kunyah

2. Tablet yang digunakan dalam rongga mulut

g. Tablet bukal h. Tablet sublingual i. Troche atau Lozenges j. Dental cones

3. Tablet yang diberikan dengan rute lain

k. Tablet implantasi l. Tablet vaginal

4. Tablet yang dipergunakan untuk membuat larutan

m. Tablet effervescen n. Tablet dispending o. Tablet hipodermik p. Tablet triturate

(Siregar dan Wikarsa, 2010)

2.2 Parasetamol

Rumus Bangun

H N CH3

O HO

Rumus Struktur : C8H9NO2

Berat Molekul : 151,16

Nama Kimia : 4’- Hidroksiasetanilida

Pemerian : Serbuk hablur, putih; tidak berbau; rasa sedikit pahit.

Kelarutan : Larut dalam air mendidih dan dalam natrium Hidroksida

1N; mudah larut dalam etanol; tidak larut dalam benzene

dan eter (Ditjen POM, 1995)

Universitas Sumatera Utara

Page 18: UJI DISOLUSI TABLET PARASETAMOL DENGAN METODE DAYUNG

2.2.1 Mekanisme kerja

Golongan obat ini menghambat enzim siklo-oksigenase sehingga

konversi asam penting arakidonat menjadi PGG2 (prostaglandin yang

mengandung peroksida yang sangat reaktif) terganggu. Setiap obat menghambat

siklooksigenase dengan cara yang berbeda. Khusus paracetamol, hambatan

biosintesis prostaglandin hanya terjadi bila lingkungannya rendah kadar peroksida

seperti dihipotalamus. Lokasi inflamasi biasanya mengandung banyak peroksida

yang dihasilakan oleh leukosit. Ini menjelaskan mengapa efek anti-inflamasi

parasetamol praktis tidak ada (Ganiswara, 1995).

2.2.2 Farmakokinetik

Asetaminofen diberikan secara oral. Penyerapan dihubungkan dengan

penggosongan perut, dan konsentrasi darah puncak biasanya tercapai dalam 30-60

menit. Asetaminofen sedikit terikat pada protein plasma dan sebagian

dimetabolisme oleh enzim microsomal hati dan diubah menjadi sulfat

danglukoronida acetaminophen, yang secara farmakologis tidak aktif. Kurang dari

5% diekresikan dalam keadaan tidak berubah. Metabolit minor tetapi sangat aktif

(Nacetyle-p-benzoquinone) adalah penting dalam dosis besar karena efek

toksisnya terhadap hati dan ginjal. Waktu paruh asetaminofen adalah 2-3 jam dan

relative terpengaruh oleh fungsi ginjal. Dengan kualitas toksik atau penyakit hati,

waktu paruhnya dapat meningkat dua kali lipat atau lebih (Katzung, 2002).

2.2.3 Farmakodinamik

Efek analgesic parasetamol dan fenasetin serupa dengan selisilat yaitu

menghilangkan atau mengurangi nyeri ringan sampai sedang. Keduanya

menurunkan suhu tubuh dengan mekanisme yang diduga juga berdasarkan efek

Universitas Sumatera Utara

Page 19: UJI DISOLUSI TABLET PARASETAMOL DENGAN METODE DAYUNG

sentral seperti salisilat. Efek anti-inflamasinya sangat lemah, oleh karena itu

parasetamol dan fenasetin tidak digunakan sebagai antireumatik. Parasetamol

merupakan penghambat biosintesis PG yang lemah. Efek iritasi erosi dan

perdarahan lambung tidak terlihat pada kedua obat ini, demikian juga gangguan

pernapasan dan keseimbangan asam basa (Setiabudy, 2007)

2.2.4 Efek samping

Pada penggunaan kronis dari 3-4 g sehari dapat terjadi kerusakan hati,

pada dosis diatas 6 g mengakibatkan gangguan hati yang tidak reversibel.

Hepatotoksisitas ini disebabkan oleh metabolit-metabolitnya, yang pada dosi

normal dapat ditangkal oleh glutathione (suatu tripeptida dengan –SH). Pada dosis

diatas 10 g, persediaan peptide tersebut habis dan metabolit-metabolit mengikat

pada protein dengan –SH di sel-sel hati, dan terjadilah kerusakan irreversible.

Dosis dari 20 g dapat berakibat fatal.

Overdosis biasa meningkatkan antara lain mual, muntah dan anorexia.

Penanggulangannya dengan cuci lambung, juga perlu diberikan zat-zat penawar

(asam amino N-asetilsintein dan metionin) sedini mungkin, sebaiknya dalam 8-10

jam setelah intoksikasi (Tjay dan Rahardja, 2007).

2.2.5 Indikasi

Penggunaan fenasetin dan asetaminofen sebagai analgetik dan antipiretik

adalah sama dengan salisilat. Analgesic, fenasetin dan asetaminofen dapat

diberikan tiap 3-4 jam untuk keadaan-keadaan seperti sakit kepala, migren, nyeri

haid, arthralgia, dan lain-lain. Tetapi sebaiknya terapi jangan diberikan terlalu

lama. Jika dosis terapi yang biasa diberikan tidak memberikan manfaat, dosis

yang lebih besar biasanya juga tidak menolong (Tanu, 1972).

Universitas Sumatera Utara

Page 20: UJI DISOLUSI TABLET PARASETAMOL DENGAN METODE DAYUNG

Antipiretik, penggunaan fenasetin dan asetaminofen untuk meredakan

demam telah terdesak oleh penggunanya untuk menimbulkan analgesia. Untuk

dewasa dosis 325 mg- 1000 mg, diberikan secara oral tiap 3 atau 4 jam. Untuk

anak 20 mg per kg BB, diberikan tiap 4-6 jam, dosis total perhari jangan melebihi

3,6 g (Tanu, 1972)

Digunakan untuk mengurangi atau melenyapkan rasa nyeri dan

menurunkan suhu badan yang tinggi. Misalnya pada sakit kepala, sakit gigi, nyeri

haid, keseleo, demam imunisasi, demam flu dan lain sebagainya. Obat-obat

golongan ini yang beredar sebagi obat bebas adalah untuk sakit yang bersifat

ringan, sedangkan untuk sakit yang berat (misal: sakit karena batu ginjal dan batu

empedu, kanker) perlu menggunakan jenis obat keras, dan untuk demam yang

berlarut-larut membutuhkan pemeriksaan dokter.

2.3 Disolusi

Disolusi didefinisikan sebagai proses suatu zat padat masuk ke dalam

pelarut menghasilkan suatu larutan. Secara sederhana, disolusi adalah proses zat

padat melarut. Secara singkat, proses ini dikendalikan oleh afinitas antara zat

padat dan pelarut (Ansel, 1989).

Agar suatu obat diabsorbsi, mula-mula obat tersebut harus larut dalam

cairan pada tempat absorbs. Dalam hal ini dimana kelarutan suatu obat tergantung

dari apakah medium asam atau medium basa, obat tersebut akan dilarutkan

berturut-turut dalam lambung dan dalam usus halus. Proses larutnya suatu obat

disebut disolusi (Anief, 1987).

Universitas Sumatera Utara

Page 21: UJI DISOLUSI TABLET PARASETAMOL DENGAN METODE DAYUNG

Pada suatu partikel obat mengalami disolusi, malekul-molekul obat pada

permukaan mula-mula masuk kedalam larutan menciptakan suatu lapisan jenuh

obat-larutan yang membungkus permukaan partikel obat padat yang dikenal

dengan lapisan difusi. Dari lapisan difusi ini, molekul-molekul obat keluar

melawati cairan yang melarut dan berhubungan dengan membrane biologis serta

absorbs terjadi (Anief, 1987).

Kecepatan disolusi obat merupakan tahap pembatasan kecepatan sebelum

obat berada dalam darah. Apabila suatu sediaan padat berada dalam saluran cerna,

ada dua kemungkinan yang akan berfungsi sebagai pembatas kecepatan. Bahan

berkhasiat dari sedian tersebut pertama-tama harus terlarut, setelah itu barulah

obat yang berada dalam larutan melewati membran saluran cerna. Obat yang larut

baik dalam air akan melarut cepat dan akan berdisfusi secara pasif atau transport

aktif, kelarut obat merupakan pembatas kecepatan absorbs melalui membrane

saluran cerna. Sebaiknya kecepatan disolusi dari obat tidak larut atau disintagrasi

sediaan relative pengaruhnya kecil terhadap disolusi zat aktif. Apabila kecepatan

absorbs tidak dapat ditentukan oleh salah satu dari tahap, maka tidak satupun dari

kedua tahap merupakan pembatas kecpatan (Syukri, 2002).

2.3.1 Metode uji disolusi

Menurut Farmakope Indonesia Edisi V (2014), ada dua metode uji disolusi yaitu :

a. Metode basket

Alat terdiri atas wadah tertutup yang terbuat dari kaca atau bahan

transparan lain yang inert, dilengkapi dengan suatu motor atau alat penggerak.

Idak Wadah tercelup sebagian dalam penangas sehingga dapat mempertahankan

suhu tablet atau kapsul granul atau agreget partikel halus obat dalam larutan obat

Universitas Sumatera Utara

Page 22: UJI DISOLUSI TABLET PARASETAMOL DENGAN METODE DAYUNG

dalam darah, cairan, dan dalam jaringan lain dalam wadah 370 ± 0,50C selama

penguji berlangsung. Bagian dari alat termasuk lingkungan tempat alat diletakkan

tidak dapat memberikan gerakan, goncangan, atau getaran signifikasi yang

melebihi gerakan akibat perputaran alat pengaduk. Wadah sdisolusi dianjurkan

berbentuk silinder dengan dasar setengah bola, tinggi 160-175 mm, diameter

dalam 98-106 mm, dengan volume sampai 1000 ml. batang logam berada pada

posisi tertentu sehingga sumbuhnya tidak lebih drai 2 mm, berputar dengan halus

dan tanpa goyangan yang berarti. Suatu alat pengatur mempertahankan kecepatan

alat.

b. Metode dayung

Sama seperti metode dayung, tetapi pada alat ini digunakan dayung yang

terdiri atas dayung dan batang seperti pengaduk. Batang dari dayung tersebut

sumbunya tidak lebih dari 2 mm dan berputar dengan halus tanpa goyangan yang

berarti. Jarak antara daun dan bagian dalam dasar wadah dipertahankan selama

pengujian berlangsung. Daun dan batang logam yang merupakan satu kesatuan

dapat disalut dengan suatu panyalut inert yang sesuai. Sediaan dibiarkan

tenggelam kedasar wadah sebelum dayung mulai berputar.

2.3.2 Prosedur pengujian disolusi

Pada tiap pengujian, dimasukkan sejumlah volume media disolusi (seperti

yang tertera dalam masing-masing monografi) kedalam wadah, pasang alat dan

dibiarkan media disolusi mencapai temperature 370C. Satu tablet dicelupkan

dalam keranjang atau dibiarkan tenggelam ke bagian daar wadah, kemudian

pengaduk diputar dengan kecepatan seperti yang ditetapkan dalam monografi.

Universitas Sumatera Utara

Page 23: UJI DISOLUSI TABLET PARASETAMOL DENGAN METODE DAYUNG

Pada interval waktu yang ditetapkan dari media diambil cuplikan pada

daerah pertengahan antara permukaan media disolusi dan bagian atas dari

keranjang berputar atau daun dari alat dayung tidak kurang 1 cm dari dinding

wadah untuk analisis penetapan kadar dari bagian obat yang terlarut. Tablet harus

memenuhi syarat seperti yang terdapat dalam monografi untuk kecepatan disolusi

(Ditjen POM, 1995).

2.3.3 Kriteria penerimaan hasil uji disolusi

Persyaratan dipenuhi bila jumlah zat aktif yang terlarut dari sediaan yang

diuji sesuai dengan table penerimaan. Pengujian dilakukan sampai tiga tahap.

Pada tahap 1 (S1), 6 tablet diuji. Bila pada tahap ini tidak memenuhi syarat, maka

akan dilanjutkan yaitu tahap 2 (S2). Pada tahap ini 6 tablet tambahan diuji lagi.

Bila tetap tidak memenuhi syarat, maka pengujian dilanjutkan lagi ke tahap 3

(S3). Pada tahap ini 12 ini tablet tambahan diuji lagi.

Tabel 2.2 Kriteria penerimaan uji disolusi

Tahap Jumlah Yang di Uji

Kriteria Penerimaan

S1 6 Tiap unit sediaan tidak kurang dari Q+5%

S2 6 Rata – rata dari 12 unit (S1 +S2) adalah sama dengan atau lebih besar dari Q dan tidak satu unit dari sediaan yang lebih kecil dari Q – 15%

S3 12 Rata – rata dari 24 Unit (S1+S2+S3) adalah sama dengan atau lebih besar dari Q, tidak lebih dari @ unit sediaan yang lebih keil dari Q – 15% dan tidak satu unit pun yang lebih kecil dari Q – 25%

2.3.4 Pengaruh bentuk sediaan terhadap laju disolusi

Universitas Sumatera Utara

Page 24: UJI DISOLUSI TABLET PARASETAMOL DENGAN METODE DAYUNG

Factor-faktor yang mempengaruhi laju disolusi dari bentuk sediaan

biasanya diklasifikasikan atas tiga katagori yaitu :

1. Faktor yang berkaitan dengan sifat fisikokimia obat

Sifat-sifat fisikokimia dari obat yang mempengaruhi laju disolusi meliputi

kelarutan, bentuk Kristal, bentuk hidrat solvasi dan kompleksasi serta ukuran-

ukuran partikel. Sifat-sifat fisikokimia lain seperti kekentalan berperan terhadap

munculnya permasalahan dalm disolusi seperti terbentuknya flokulasi, flotasi dan

aglomerasi (Syukri, 2002).

2. Faktor yang berkaitan dengan formulasi sediaan

Formulasi sediaan berkaitan dengan bentuk sediaan, bahan pembantu dan

cara pengolahan. Pengaruh bentuk sediaan pada laju disolusi tergantung pada

kecepatan pelepasan bahan aktif yang terkandung pada kecepatan pelepasan bahan

aktif yang terkandung di dalamnya. Secara umum laju disolusi akan menurun

menurut urutan sebagai berikut: suspense, kapsul, tablet, dan tablet salut. Secara

teoritis disolusi bermacam sediaan padat tidak selalu urutan dan masalahnya sama,

karena diantara masing-masing bentuk sediaan padat tersebut aka nada perbedaan

baik ditinjau dari segi teori maupun peralatan uji disolusi, seperti pada sediaan

berbentuk serbuk, kapsul, tablet-tablet, suppositoria, suspense, topikat,

penghancur, dan pelivin dalam proses formulasi mungkin akan menghambat atau

mempercepat laju disolusi tergantung pada bahan pembantu yang dipakai. Cara

pengolahan dari bahan baku, bahan pembantu dan prosedur yang dilaksanakan

dalam formulasi sediaan padat peroral juga akan mempengarusi pada laju disolusi.

Perubahan lama waktu pengaduan pada granulasi basah dapat menghasilkan

granul-granul besar, keras dan padat sehingga pada proses pencetakan dihasilkan

Universitas Sumatera Utara

Page 25: UJI DISOLUSI TABLET PARASETAMOL DENGAN METODE DAYUNG

tablet dengan waktu hancur dan disolusi yang lama. Factor formulasi yang dapt

mempengaruhi laju disolusi diantaranya kecepatan disintegrasi, interaksi obat

dengan eksipien, kekerasan dan porositas (Siregar dan Wikarsa, 2010).

3. Faktor yang berkaitan dengan alat uji disolusi dan parameter uji

Faktor ini sangat dipengaruhi oleh lingkungan selama percobaan yang

meliputi kecepatan pengaduan, suhu medium, pH medium dan metode uji yang

dipakai. Pengaduan mempengaruhi penyebaran partikel-partikel yang berkontak

dengan pelarut. Suhu medium berpengaruh terhadap kelarutan zat aktif. Untuk zat

yang kelarutnya tidak tergantung pH, perubahan pH medium disolusi tidak akan

mempengaruhi laju disolusi. Pemilihan kondisi pH pada percobaan in vitro

penting karena kondisi pH akan berbeda pada lokasi obat di sepanjang saluran

cerna, sehingga akan mempengaruhi kelarutan dan laju disolusi obat (Syukri,

2002).

2.3.5 Penetapan kadar

Metode yang dipilih dalam penetapan kadar uji disolusi tablet Parasetamol

yaitu spektrofotometri sinar uv. Spektrofotometri sinar uv adalah pengukuran

berapa banyak radiasi yang diserap oleh sampel. Metode ini biasanya digunakan

untuk molekul dan ion-ion anorganik atau kompleks didalam larutan. Spectrum

UV-Vis mempunyai bentik yang lebar dan hanya sedikit informasi tentang

struktur yang didapatkan, tetapi spectrum ini sangat berguna untuk pengukuran

secara kuantitatif (Dachtiyanus, 2004).

2.4 Spektrofotometri

Spektrofotometri UV-Vis adalah pengukuran serapan cayaha didaerah

ultraviolet (200-400 nm) dan sinar tampak (400-800 nm) oleh suatu senyawa

Universitas Sumatera Utara

Page 26: UJI DISOLUSI TABLET PARASETAMOL DENGAN METODE DAYUNG

Absorbansi spektrofotometri UV-Vis adalah istilah yang digunakan ketika radiasi

ultraviolet dan cayaha tampak diabsorbsi oleh molekul yang diukir. Alatnya

disebut UV-Vis spektrofotometer. Spektrofotometer UV-Vis adalah salah satu

dari sekian banyak instumen yang digunakan dalam menganalisa suatu senyawa

kimia. Spektrofotometer umumnya digunakan karena kemampuannya dalam

menganalisa begitu banyak senyawa kimia serta kepraktisannya dalam hal

preparasi sampel apabila dibandingkan dengan beberapa metode analisa (Mulja

dan Suharman, 1995).

2.4.1 Instrumen

Suatu spektrofotometer tersusun dari sumber spectrum, monokromator, sel

pengabsorbsi dan detector sebagai berikut :

1. Sumber, yang biasa yang digunakan adalah lampu wolfram. Tetapi untuk

daerah UV digunakan lampu hydrogen atau lampu deuterium. Kenaikan

lampu wolfram adalah energy radiasi yang dibebaskan tidak bervariasi

pada berbagai panjang gelombang.

2. Monokromator, digunakan untuk mendispersikan sinar kedalam

komponen-komponen panjang gelombangnya yang selanjutnya akan

dipilih oleh celah (slit). Monokromator berputar sedemikian rupa sehingga

kisaran panjang gelombang dilewatkan pada sampek sebagai scan

instrumen melewati spectrum (Gandjar dan Rohman, 2007)

3. Optik-optik, dapat didesain untuk memecahkan sumber sinar, sehingga

sumber sinar melewati 2 kompartemen, dan sebagaimana dalam

spektrofotometer berkas ganda (double beam), suatu larutan blanko dapat

digunakan dalam suatu kompartemen untuk mengkoreksi pembacaan atau

Universitas Sumatera Utara

Page 27: UJI DISOLUSI TABLET PARASETAMOL DENGAN METODE DAYUNG

spectrum sampel. Yang paling sering digunakan sebagai blanko dalam

spektrofotometri adalah semua pelarut yang digunakan untuk melarutkan

sampel atau pereaksi (Gandjar dan Rohman, 2007).

4. Detektor, kebanyakan detector menghasilkan sinyal listrik yang dapat

mengaktifkan meter atau pencatat. Setiap pencatat harus menghasilkan

sinyal yang secara kuantitatif berkaitan dengan tenaga cahaya yang

mengenainya. Persyaratan-persyaratan penting untuk detector meliputi :

1. Sensitivitas tinggi hingga dapat mendeteksi tenaga cahaya yang

mempunyai tingkatan rendah sekalipun.

2. Waktu respon yang pendek (Sastrohamidjojo, 1991).

Universitas Sumatera Utara

Page 28: UJI DISOLUSI TABLET PARASETAMOL DENGAN METODE DAYUNG

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1Tempat pengujian

Uji disolusi tablet Paracetamol pengujiannya di PT. Kimia Farma (Persero) Tbk.

Plant Medan. Yang berada di jalan Sisingamangaraja no 1 Medan.

3.2 Alat

Alat yang digunakan adalah Dissolution Tester Hanson Tipe Visione 62

Elite 8TM (tipe paddle), Timbangan Analitik, pipet Volume, Erlenmeyer, Gelas

Ukur 100 ml, Bola Karet, Batang Pengaduk, Beaker Glass, Pipet Tetes,Labu

Tentukur 25 ml, Labu Tentukur 100 ml, Spektrofotometer UV-Vis Shimadzu UV

1800, spuit 20 ml dan printer Canon IP 1880.

3.3 Bahan

Bahan-bahan yang digunakan adalah akuades, Buffer phosphat Ph 5,8 dan tablet

Paracetamol 500 mg yang di produksi oleh PT. Kimia Farma (Persero) Tbk Plant Medan.

3.4 Prosedur

3.4.1 Pembuatan buffer fosfat pH = 5,8

• Ditimbang KH2PO4 sebanyak 68,10 gr, masukkan kedalam beaker glass.

• Ditambahkan 18 ml NaoH 2N dilarutkan dalam 10 L aquadem

3.4.2 Pembuatan larutan standar

Universitas Sumatera Utara

Page 29: UJI DISOLUSI TABLET PARASETAMOL DENGAN METODE DAYUNG

• Ditimbang seksama 55,55 mg baku kerja parasetamol, masukkan dalam

labu ukur 100 ml.

• Dilarutkan dengan larutan buffer fosfat pH 5,8 (pelarut), dicukupkan

dengan pelarut sampai batas.

• Dipipet 1 ml larutan, masukkan ke dalam labu ukur 100 ml lalu

dicukupkan dengan pelarut, kocok.

3.4.3 Pembuatan larutan sampel

• Ditimbang bobot tablet satu persatu sebanyak 6 tablet, catat bobotnya.

• Diisi tabung disolusi dengan media (buffer fosfat) masing-masing

sebanyak 900 ml.

• Panaskan media hingga suhu ± 37°C, dengan kecepatan putaran 50 rpm

dengan cara menekan “HEATER” (kontrol dengan termometer bila perlu)

• Setelah suhu sesuai, dimasukkan tablet yang telah ditimbang (setara

dengan bobot tablet 600 mg x 500/600 mg parasetamol) tadi kedalam

masing-masing tabung (satu tablet per tabung).

• dayung dipasang pada alat disolusi

• Ditekan tombol “ON” pada alat, diatur waktu dengan menggunakan timer

selama 30 menit.

• Setelah selesai, diambil sampel dengan menggunakan spuit 20 ml (posisi

alat dayung masih berputar), pindahkan ke dalam beaker glass 50 ml.

• Dipipet 1 ml larutan, dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml, lalu

dicukupkan dengan buffer fosfat pH 5,8 sampai garis tanda.

• Larutan siap dianalisis.

3.4.4 Cara penetapan serapan

Universitas Sumatera Utara

Page 30: UJI DISOLUSI TABLET PARASETAMOL DENGAN METODE DAYUNG

Diukur serapan larutan A dan larutan B pada panjang gelombang serapan

maximal ± 243 nm dengan menggunakan larutan buffer fosfat pH = 5,8 sebagai

blanko

3.4.5 Rumus Perhitungan Kadar uji disolusi dapat diukur dengan rumus

K = Asp Ast

x Bsp100x 1/100Bst100x 1/100

x Kst

Dimana: Asp = Absorbansi sampel Ast = Absorbansi standart Bsp = Bobot parasetamol yang terkandung dalam sampel yang ditimbang (mg) Bst =Bobot standart parasetamol yang ditimbang (mg) Kst =Kadar standart parasetamol (%)

Universitas Sumatera Utara

Page 31: UJI DISOLUSI TABLET PARASETAMOL DENGAN METODE DAYUNG

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Tabel 1 Uji Disolusi

No Absorbansi larutan sampel Kadar (%)

1 0,33109 92,79 %

2 0,34699 97,25 %

3 0,34875 97,74 %

4 0,35419 99,27 %

5 0,33909 95,03 %

6 0,33676 94,38 %

Perhitungan : Kadar zat larut rata-rata = 96,08 %

Syarat (S1) : Tiap unit sediaan tidak kurang dari Q+5% 80% + 5% = 85%

4.2 Pembahasan

Tablet paracetamol yang diproduksi PT. Kimia Farma (Persero) Tbk Plant

Medan, sebelumnya dilakukan uji disolusi dalam rangkaian pemastian mutu

produk hal ini dilakukan untuk mengetahui absorbansi dan toleransi yang akan di

pasarkan ke konsumen. Hasil penetapan kadar Tablet Parasetamol 500 mg yang

dilakukan pada uji disolusi secara spektrofotometri terhadap 6 (enam) tablet

diperoleh kadar yaitu 92,79 %, 97,25 %, 97,74 %, 99,27 %, 95,03 %, 94,38 %.

Universitas Sumatera Utara

Page 32: UJI DISOLUSI TABLET PARASETAMOL DENGAN METODE DAYUNG

Kadar zat aktif yang terlarut tersebut sesuai dengan persyaratan yang

ditetapkan dalam Farmakope Indonesia Edisi IV, dimana jumlah keenam sampel

yang diuji memenuhi persyaratan yaitu kadar tidak kurang dari Q + 5% (Q =

80%). Hal ini menunjukkan bahwa zat aktif Parasetamol mempunyai kecepatan

pelarutan baik.Farmakope Indonesia Ed. IV menyatakan, kecuali dinyatakan lain

dalam masing-masing monografi, persyaratan dipenuhi bila jumlah zat aktif yang

terlarut dari sediaan yang diuji sesuai dengan tabel penerimaan. Pengujian

dilanjutkan sampai tiga tahap, Pada tahap 1 (S1), 6 tablet diuji. Bila pada tahap ini

tidak memenuhi syarat, maka akan dilanjutkan ke tahap berikutnya yaitu tahap 2

(S2). Pada tahap ini 6 tablet tambahan diuji lagi. Bila tetap tidak memenuhi syarat,

maka pengujian dilanjutkan lagi ke tahap 3 (S3). Pada tahap ini 12 tablet

tambahan diuji lagi (Siregar dan Wikarsa, 2010).

Universitas Sumatera Utara

Page 33: UJI DISOLUSI TABLET PARASETAMOL DENGAN METODE DAYUNG

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari pengujian yang dilakukan terhadap 6 tablet Paracetamol, diperoleh

persentase kadar zat aktif yang terlepas adalah sebagai berikut : 92,79%, 97,25%,

97,74 %, 99,27%, 95,03%, 94,38%. Tablet Paracetamol yang di uji memenuhi

persyaratan disolusi karena menurut Farmakope Indonesia edisi IV. Syarat

Farmakope Indonesia. Tiap unit sediaan tidak kurang dari 85 % (Q + 5% )dari

jumlah yang tertera pada etiket.

5.2 Saran

Sebaiknya uji disolusi dalam tablet Paracetamol dapat dilakukan dengan

metode uji disolusi lainnya, seperti uji disolusi dengan metode keranjang. Hal inu

menjadi penting karen akan memberikan perbandingan akurasi dalam

perhitungan. Konsumen agar mengkonsumsi obat yang telah teregistrasi dan telah

terstandardrisasi oleh PT. Kimia Farma (Persero) Tbk Plant Medan. Karena obat

yang telah memenuhi syarat termasuk syarat uji disolusi akan memberikan

jaminan terhadap tercapainya efek terapi yang diinginkan.

Universitas Sumatera Utara

Page 34: UJI DISOLUSI TABLET PARASETAMOL DENGAN METODE DAYUNG

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, G. (2008). Pengembangan Sedia Farmasi. Bandung: ITB Press. Hal. 379,

380.

Anief, M. (1987). Ilmu Farmasi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Hal.

31, 38, 39, 61, 62.

Anief, M. (1996). Penggolongan Obat : Berdasarkan khasiat dan penggunaan.

Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Hal. 6, 7, 9.

Ansel, C.H. (1989). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi Keempat. Jakarta:

UI Press. Hal. 244-245.

Charles, J.P., danWikarsa, S. (2010). Teknologi Farmasi Sediaan Tablet Dasar

DasarPraktis. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal. 1-4,53,

85,188

Dachriyanus. (2004) Analis Struktur Senyawa Organik Secara Spektoskopi.

Padang : Andalas University Press. Hal. 62-63

Ditjen POM RI. (1995). Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Departemen

Kesehatan Republik Indonesia. Hal. 1083, 1084.

Ditjen POM RI. (2014). Farmakope Indonesia. Edisi V. Jakarta: Departemen

Kesehatan Republik Indonesia. Hal. 1083, 1084.

Gandjar & Rohman, A. (2007). Kimia Farmasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal.

261-262.

Ganiswara, S. G. (1995). Farmakologi dan Terapi. Edisi IV. Jakarta: Universitas

Indonesia. Hal. 207,209.

Lachman, L. (1994). Teori dan Praktek Farmasi Industri. Jakarta: Universitas

Indonesia Press. Hal. 645,647,795.

Universitas Sumatera Utara

Page 35: UJI DISOLUSI TABLET PARASETAMOL DENGAN METODE DAYUNG

Katzung, B.G. (2002). Farmakologi Dasar dan Klinik. Edisi VIII. Jakarta:

Salemba Medika. Hal. 492-493.

Mulja. M. H dan Suharman. (1995). Analis Instrument. Cetakan I. Surabaya:

Airlangga University Press. Hal. 28

Sastrohamidjojo, H. (1991), Spektroskopi, Edisi Kedua, Liberty, Yogyakarta. Hal.

11,13.

Setiabudy, R. (2007). Farmakologi dan Terapi Edisi V. Jakarta: Departemen

Farmakologi dan Terapeutik FK UI. Hal. 231,232,237-238.

Tjay, T. H. dan Rahardja, K. (2007). Obat – Obat Penting Edisi IV Cetakan

Pertama. Jakarta: Penerbit PT. Elex Media Komputindo. Hal. 318-319.

Syukri, Y. (2002). Biofarmasetika. Edisi Pertama. Yogyakarta: UI Press. Hal.

31,36, 37, 38.

Tanu, Ian. (1972). Farmakologi Dan Terapi. Edisi Pertama. Jakarta: Universitas

Indonesia. Hal. 162, 164

Wilmana, P.F. (1995). Analgesik – Antiperitik, Analgesik Anti – Inflamasi Non Steroid dan Obat Pirai: Farmakologi dan Terapi. Edisi IV. Jakarta: Universitas Indonesia Press. Hal. 217-218.

Universitas Sumatera Utara

Page 36: UJI DISOLUSI TABLET PARASETAMOL DENGAN METODE DAYUNG

Lampiran 1. Data dan hasil uji disolusi tablet parasetamol

Nama sediaan : Tablet Paracetamol

Zat berkhasiat : 500 mg Paracetamol tiap Tablet

No. Bets : A30059 T

Media Disolusi : Buffer Phosfat

Tipe Alat : Tipe dayung (Paddle)

Waktu : 30 Menit

Kecepatan Rotasi : 50 rpm

Panjang gelombang : 243 nm

Persyaratan : Tiap unit sediaan tidak kurang dari Q + 5 80% + 5% =

85% dari jumlah yang tertera pada etiket

Bobot Baku : 55,55 mg

Faktor pengenceran larutan Baku (Fb) : 100 ml

Faktor pengenceran larutan uji (Fu) : 100 ml

Kandungan Paracetamol pada etiket (Ke) : 500 mg

Absorbansi Larutan Standar : 0,35959

Absorbansi larutan sampel

Sample Absorbansi larutan sampel

1 0,33109

2 0,34699

3 0,34875

4 0,34375

5 0,33909

6 0,33676

Universitas Sumatera Utara

Page 37: UJI DISOLUSI TABLET PARASETAMOL DENGAN METODE DAYUNG

Lampiran 2. Perhitungan uji disolusi tablet parasetamol

K = Asp Ast

x Bsp100x 1/100Bst100x 1/100

x Kst

Keterangan :

Asp = Absorbansi sampel

Ast = Absorbansi standart

Bsp = Bobot parasetamol yang terkandung dalam sampel yang ditimbang (mg)

Bst =Bobot standart parasetamol yang ditimbang (mg)

Kst =Kadar standart parasetamol (%)

1 K = 0,33109 0,35959

x 500900x 1/10055,5100x 1/100

x 100,78% = 92,79%

2 K = 0,346990,35959

x 500900x 1/10055,5100x 1/100

x 100,78% = 97,25%

3 K = 0,34875 0,35959

x 500900x 1/10055,5100x 1/100

x 100,78% = 97,94%

4 K = 0,35419 0,35959

x 500900x 1/10055,5100x 1/100

x 100,78% = 99,27%

5 K = 0,33909 0,35959

x 500900x 1/10055,5100x 1/100

x 100,78% = 95,03%

6 K = 0,33676 0,35959

x 500900x 1/10055,5100x 1/100

x 100,78% = 94,38%

Kadar rata-rata = 92,79% + 97,25% + 97,74% + 99,27% + 95,03% + 94,38%

= 96,38 %

Universitas Sumatera Utara

Page 38: UJI DISOLUSI TABLET PARASETAMOL DENGAN METODE DAYUNG

Lampiran 3. Gambar alat disolusi (Merk Hanson Type Vision G2 Elite 8TM)

Gambar alat spektrofotometer (Agilent 8453)

Gambar alat pH meter

Universitas Sumatera Utara