uji aktivitas ekstrak etanol daun stevia (stevia...
TRANSCRIPT
-
UJI AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL
DAUN STEVIA (Stevia rebaudiana Bertoni) TERHADAP
Streptococcus mutans BERDASARKAN WAKTU KONTAK
KARYA TULIS ILMIAH
Disusun oleh :
FEFY FEBRIANI
P17335113054
POLTEKKES KEMENKES BANDUNG
JURUSAN FARMASI
2016
1
-
i
UJI AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL
DAUN STEVIA (Stevia rebaudiana Bertoni ) TERHADAP
Streptococcus mutans BERDASARKAN WAKTU KONTAK
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan sebagai salah satu syarat menyelesaikan program Diploma III
Disusun oleh :
FEFY FEBRIANI
P17335113054
POLTEKKES KEMENKES BANDUNG
JURUSAN FARMASI
2016
i
-
ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Karya Tulis Ilmiah ini adalah hasil karya saya sendiri,
Dan semua sumber baik yang dikutip maupun
dirujuk Telah saya nyatakan dengan benar.
Nama : Fefy Febriani
NIP : P17335113054
Tanda Tangan :
Tanggal : 14 Juni 2016
ii
-
iii
-
iv
-
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis pajatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan
penulisan Karya Tulis Ilmiah selsai tepat pada waktunya. Karya Tulis Ilmiah ini
disusun untuk melengkapi salah satu syarat manyelesaikan program Diploma III
jurusan Farmasi pada Program Studi DIII Farmasi Politeknik Kesehatan Bandung, dengan judul “UJI AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN
STEVIA (Stevia rebaudiana Bertoni ) TERHADAP Streptococcus mutans
BERDASARKAN WAKTU KONTAK”
Penulis menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari pihak, dari
masa perkuliahan sampai pada penyusunan KTI, sangatlah sulit bagi penulis untuk
menyelesaikan karya tulis ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih
kepada :
(1) Dra Mimin Kusmiyati, M.Si. selaku ketua Jurusan Farmasi Politeknik
Kesehatan Bandung.
(2) Dra Sri Redjeki, M.Si. selaku dosen pembimbing, yang telah
mengarahkan dan memberikan masukan-masukan bagi penulis selama
penelitian dan penulisan Karya Tulis Ilmiah.
(3) Hanifa Rahma, M.Si.,Apt dan Dra.Tita Puspita, Apt.,M.Pharm selaku
penguji yang telah memberikan kritik dan saran yang bermamfaat bagi
penulis; dan
(4) Seluruh dosen dan staff Jurusan Farmasi Poltekkes Bandung yang
senantiasa memberikan dukungan penuh terhadap mahasiswanya untuk
senantiasa menjadi pribadi dan lulusan prodi D-III farmasi yang
terbaik
Akhir kata, penulis berharap Allah SWT berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini
membawa manfaat bagi pengembang ilmu.
Bandung, 14 Juni 2016
Penulis
v
-
vi
-
vii
UJI AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN STEVIA (Stevia rebaudiana Bertoni) TERHADAP
Streptococcus mutans BERDASARKAN WAKTU KONTAK
FEFY FEBRIANI
Karies gigi merupakan suatu penyakit infeksi yang dapat menular terutama pada jaringan keras gigi, sehingga terjadi kerusakan jaringan setempat. Proses terjadinya kerusakan pada jaringan keras gigi melalui suatu reaksi kimiawi oleh bakteri. Salah satu bakteri yang dapat menyebabkan karies gigi adalah Streptococcus mutans. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun Stevia (Stevia rebaudiana Bertoni) terhadap S. mutans dengan berbagai waktu kontak, pengujian dilakukan dengan metode dilusi dengan waktu kontak 5, 10 dan 15 menit. Kerapatan bakteri uji S. mutans yang
digunakan sebanyak 3x106 cfu/ml. Konsentrasi yang digunakan adalah 60, 30, 15,
7,5, 3,75 dan 1,875%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun Stevia (Stevia rebaudiana Bertoni) memiliki aktivitas antibakteri bersifat bakterisid pada konsentrasi 7,5% dengan waktu kontak 10 menit dan konsentrasi 15% dengan waktu kontak 5 menit. Kesimpulan dari penelitian bahwa konsentrasi dan waktu kontak mempengaruhi aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun Stevia (Stevia rebaudiana Bertoni) terhadap S. mutans. Saran: perlu dilakukan pengujian lebih lanjut dengan waktu kontak yang lebih cepat.
Kata kunci : aktivitas antibakteri, daun stevia (Stevia rebaudiana Bertoni),
Streptococcus mutans, waktu kontak.
vii
-
viii
ASSAY ACTIVITY of ETHANOL EXTRACT The LEAVES of STEVIA (Stevia rebaudiana Bertoni) against
Streptococcus mutans TIME BASED CONTACT
FEFY FEBRIANI
Dental caries is an infectious disease that can be transmitted primarily on dental hard tissues, cause the local tissue damage. The process of occurrence of dental hard tissue damage through a chemical reaction by bacteria. One of the bacteria that cause dental caries is the Streptococcus mutans. The aim of this study was to know the antibacterial activity of ethanol extracts of leaves of Stevia (Stevia rebaudiana Bertoni) against S. mutans with various contact time, testing was performed with dilution method with contact time 5, 10 and 15 minutes. The
density of the bacterium s. mutans trials that used as many as 3x106 cfu/ml.
Concentration used is 60, 30, 15, 7.5, and 3.75,1,875 %. The results showed that the ethanol extract of the leaves of Stevia (Stevia rebaudiana Bertoni) has antibacterial activity are bakterisid on the concentration of 7.5% with 10-minute contact time and concentration of 15% with contact time of 5 minutes. The conclusions of the research that the concentration and contact time influencing the antibacterial activity of ethanol extracts of leaves of Stevia (Stevia rebaudiana Bertoni) against s. mutans. Tip: need to do further testing with a time of contak is faster.
Keywords : antibacterial activity, leaf of Stevia (Stevia rebaudiana Bertoni),
Streptococcus mutans, the time of contact.
viii
-
ix
Saya persembahkan Karya Tulis Ilmiah ini kepada keluarga
tercinta terutama kedua orang tua saya, kakak, adik, nenek
yang tidak pernah berhenti memberikan dukungan dan doanya
Terima kasih, kepada Dra Sri Redjeki, M.Si selaku pembimbing
bidang Mikrobiologi yang tidak pernah bosan membimbing kami
dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini
Terima kasih juga kepada teman seperjuangan yang selalu memberikan
semangat dan bantuannya dalam menghadapi
segala situasi selama ini bersama-sama.
ix
-
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................... iv
KATA PENGANTAR ............................................................................... v
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH .............. vi
ABSTRAK ................................................................................................. vii
DAFTAR ISI .............................................................................................. x
DAFTAR TABEL ..................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xiii
DAFTAR SINGKATAN ........................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xv
1. PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................ 3
1.4 Manfaat Penelitian ...................................................................... 3
2. TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 4
2.1 Tinjauan Pustaka ........................................................................ 4
2.1.1 Karies Gigi ......................................................................... 4
2.1.2 Diagnosis Karies ................................................................ 6
2.1.3 Peran Mikroba Mulut Normal dalam Karies Gigi ............. 6
2.1.4 Streptococcus mutans ........................................................ 7
2.2 Deskripsi Tanaman Stevia rebaudiana ........................................ 10
2.3 Ekstraksi ...................................................................................... 12
2.4 Kerangka Konsep ....................................................................... 14
2.5 Definisi Operasional ................................................................... 15
3. METODE PENELITIAN .................................................................. 16
3.1 Jenis Penelitian ........................................................................... 16
3.2 Populasi dan Sampel ................................................................... 16
x
-
xi
3.2.1 Populasi ............................................................................. 16
3.2.2 Sampel ............................................................................... 16
3.3 Bakteri Uji .................................................................................. 16
3.4 Tempat dan Waktu...................................................................... 16
3.5 Cara Pengumpulan Data ............................................................. 17
3.5.1 Alat dan Bahan .................................................................. 17
3.5.2 Pengambilan Sampel ......................................................... 17
3.5.3 Pembuatan Serbuk Simplisia ............................................. 17
3.5.4 Pembuatan Ekstrak Etanol Daun Stevia ............................ 18
3.5.5 Pemeriksaan Karakteristik Serbuk Simplisia
dan Ekstrak Etanol Daun Stevia ........................................ 18
3.5.6 Penapisan Fitokimia ......................................................... 19
3.5.7 Sterilisasi Alat dan Media................................................. 20
3.5.8 Pembuatan Media ............................................................. 20
3.5.9 Pewarnaan Gram............................................................... 21
3.5.10 Peremajaan Bakteri .......................................................... 21
3.5.11 Pembuatan Standar Kekeruhan Larutan .......................... 21
3.5.12 Pembuatan Suspensi Bakteri ........................................... 22
3.5.13 Pembuatan Larutan Uji .................................................... 22
3.6 Pengujian Aktivitas Antibakteri Waktu Kontak....................... 22
3.7 Analisis Data ............................................................................ 22
4.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................. 24
5. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 31
5.1 Kesimpulan .............................................................................. 31
5.2 Saran ......................................................................................... 31
6. DAFTAR PUSTAKA ...................................................................... 32
7. LAMPIRAN ..................................................................................... 35
xi
-
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Tabel Definisi Operasional .................................................................. 15
Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Karakteristik
Ekstrak Etanol Daun Stevia (Stevia rebaudiana Bertoni) .......... 25 Tabel 4.2 Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Etanol
Daun Stevia (Stevia rebaudiana Bertoni) ........................................ 26
Tabel 4.3 Hasil Pengujian Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol
Daun Stevia (Stevia rebaudiana Bertoni) Dengan Berbagai
Waktu Kontak Pada Media Cair ........................................................ 28
Tabel 4.4 Hasil Pengujian Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol
Daun Stevia (Stevia rebaudiana Bertoni) Dengan Berbagai
Waktu Kontak Pada Media Padat ...................................................... 29
xii
-
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Streptococcus mutans ............................................................................ 7
Gambar 2. Stevia rebaudiana Bertoni ................................................................... 10
Gambar 3. Kerangka konsep penelitian................................................................. 14
xiii
-
xiv
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG
SINGKATAN NAMA Pemakaian pertama
kali pada halaman
S. mutans Streptococcus mutans 1
pH potensial Hidrogen 4
cfu colony forming unit 9
ml mililiter 9
cm centimeter 10
LAF Laminar air flow 20
MHA Muller Hinton Agar 20
MHB Muller Hinton Broth 21
TSA Tryptic Soy Agar 21
ATCC American Type Cultur Collection 21
LAMBANG
0C derajat Celsius 7 < kurang 7 % persen 10
> lebih 10
± kurang lebih 20
µl microliter 20
+ positif 26
- negatif 26
xiv
-
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Gambar Simplisia Kering Daun
Stevia (Stevia rebaudiana Bertoni) .......................................... 35
Lampiran 2 Hasil Determinasi Tumbuhan Stevia (Stevia rebaudiana Bertoni) .......................................... 36
Lampiran 3 Bagan Pembuatan Ekstrak Etanol Daun
Stevia (Stevia rebaudiana Bertoni) .......................................... 37
Lampiran 4 Pembuatan Ekstrak Etanol Daun
Stevia (Stevia rebaudiana Bertoni) .......................................... 38
Lampiran 5 Ekstrak Etanol Daun
Stevia (Stevia rebaudiana Bertoni) .......................................... 39
Lampiran 6 Perhitungan Rendemen Ekstrak ................................................. 40 Lampiran 7 Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Etanol Daun
Stevia (Stevia rebaudiana Bertoni) .......................................... 41
Lampiran 8 Pembuatan Variasi Konsentrasi Ekstrak Etanol
Daun Stevia (Stevia rebaudiana Bertoni) .............................. 43
Lampiran 9 Pewarnaan Bakteri ......................................................................... 44
Lampiran 10 Pembuatan Media dan Gambar Suspensi Bakteri................. 45
Lampiran 11 Gambar Hasil Penelitian .............................................................. 46
xv
-
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gula merupakan bahan pemanis makanan dan minuman yang diproses
secara alami maupun sintetis. Dewasa ini banyak pemakaian bahan pemanis selain
sukrosa dalam pembuatan makanan dan minuman, terutama bahan pemanis
buatan. Gula selain digunakan sebagai makanan pokok juga dikonsumsi sebagai
makanan ringan atau camilan seperti yang terdapat di dalam permen, kue dan
biskuit. Jenis gula yang paling banyak digunakan adalah sukrosa. Sukrosa dalam
makanan adalah penyebab utama karies gigi. Sukrosa mampu difermentasi oleh
bakteri kariogenik sehingga dapat menyebabkan karies gigi (Rukmana, 2011).
Karies gigi merupakan suatu penyakit infeksi yang dapat menular dan
terutama pada jaringan keras gigi, sehingga terjadi kerusakan jaringan setempat.
Proses terjadinya kerusakan pada jaringan keras gigi melalui suatu reaksi kimiawi
oleh bakteri, dimulai dengan proses kerusakan pada bagian anorganik, kemudian
berlanjut pada bagian organik. bakteri berperan penting pada proses terjadinya
karies gigi. Salah satu spesies bakteri yang dominan dalam mulut yaitu Streptococcus mutans (Levelle dalam jurnal Ardo Sabir, 2005).
S.mutans merupakan bakteri anaerob fakultatif Gram positif yang dikenal
dapat menghasilkan asam laktat sebagai bagian dari hasil metabolisme yang
berguna untuk hidup bakteri tersebut. S.mutans memiliki kemampuan untuk
mengikat sukrosa pada permukaan gigi dengan pembentukan glukan tidak larut air
dan polisakarida yang membantu dalam mengikat bakteri pada gigi. S.mutans
dapat menurunkan atau mempertahankan pH mulut pada nilai wajar asam, yang
menyebabkan kondisi yang menguntungkan untuk metabolismenya sendiri dan
tidak menguntungkan bagi spesies lain yang hidup berdampingan. Penurunan pH
yang disebabkan oleh S.mutans dapat memfermentasi gula menjadi asam. Asam
ini menempel pada email gigi yang menyebabkan terjadinya deminerelisasi pada
1
-
2
gigi dan kanvitas pada gigi. S.mutans juga yang mampu memproduksi glukosil
transferase (GTF) yang dapat mengubah sukrosa menjadi glukan dan selanjutnya
membentuk plak gigi (Simon, 2007).
Mekanisme pembentukan plak gigi terdiri atas dua tahap, pertama
merupakan tahap pembentukan lapisan acquired pelicle sementara tahap kedua
merupakan tahap proliferasi bakteri. Hanya bakteri yang dapat membentuk
polisakarida ekstraseluler yang dapat tumbuh pada tahap pertama, yaitu S.mutans,
S.bovis, S.sanguins, S.salivarius (Putri, 2013). Salah satu kandungan senyawa
kimia yang penting dalam aktivitas antibakteri adalah flavonoid, merupakan salah
satu senyawa fenol alami yang tersebar luas pada tumbuhan (Sabir, 2005).
Daun Stevia (Stevia rebaudiana Bertoni) merupakan semak liar keluarga
Asteraceae (Compositae) yang memiliki efek sebagai antibakteri yang dapat
menghambat bakteri penyebab karies pada gigi (Gamboa dan Chaves d, 2012).
Daun Stevia (Stevia rebaudiana Bertoni) juga merupakan pemanis alami yang 300
kali lebih manis dari sukrosa dengan karakteristik sebagai antibakteri, antivirus,
anti-inflamasi, antifungi dan antimikroba. Alkaloid, tannin dan flavonoid adalah
zat aktif yang terkandung dalam daun Stevia (Stevia rebaudiana Bertoni) yang
bekerja sebagai aktibakteri yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri
khususnya bakteri Gram positif dan memiliki aktivitas antiplak. Alkaloid dapat
bekerja sebagai penghambat sintesis dinding sel bakteri, tannin sebagai
penghambat sintesis asam nukleat bakteri dan flavonoid sebagai penghambat
mensintesis protein bakteri (Karao et al., 2006; Dewi et al., 2013 dalam penelitian
Putri,2014).
Berdasarkan uraian tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
Stevia (Stevia rebaudiana Bertoni) dapat menghambat S.mutans apabila dilihat
berdasarkan waktu dan konsentrasi, sehingga peneliti ingin mengetahui waktu
kontak antara Stevia (Stevia rebaudiana Bertoni) terhadap bakteri S. mutans pada
konsentrasi tertentu.
2
-
3
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah Stevia (Stevia rebaudiana Bertoni) mempunyai aktivitas sebagai
antibakteri terhadap S.mutans sebagai penyebab karies gigi? 2. Pada konsentrasi berapakah Stevia (Stevia rebaudiana Bertoni) dapat
menghambat S.mutans? 3. Berapa lama waktu kontak Stevia (Stevia rebaudiana Bertoni) yang
dibutuhkan dalam menghambat pertumbuhan S.mutans?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui Stevia (Stevia rebaudiana Bertoni) mempunyai
aktivitas sebagai antibakteri terhadap S.mutans sebagai penyebab karies
gigi 2. Untuk mengetahui konsentrasi Stevia (Stevia rebaudiana Bertoni) yang
dapat menghambat S.mutans 3. Untuk mengetahui waktu kontak Stevia (Stevia rebaudiana Bertoni) yang
dibutuhkan dalam menghambat pertumbuhan S.mutans? 1.4 Manfaat
1. Bagi Peneliti
Menerapkan ilmu yang diperoleh selama kuliah dalam bentuk aplikasi
penelitian dan tugas akhir berupa Karya Tulis Ilmiah sebagai persyaratan
menyelesaikan Program Diploma III di Politeknik Kesehatan Bandung
Jurusan Farmasi 2. Bagi Lembaga
Sebagai sumber informasi dan tambahan pengetahuan bagi mahasiswa
yang akan melakukan penelitian lebih lanjut 3. Bagi Masyarakat
Sebagai bahan informasi kepada masyarakat bahwa daun Stevia (Stevia
rebaudiana Bertoni) dapat menghambat bakteri S.mutans pada
pertumbuhan plak dan karies gigi, sehingga dapat mengembangkan inovasi
baru pada sediaan permen antiseptik yang terbuat dari bahan herbal.
3
-
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Karies Gigi
Karies gigi adalah nama kolektif untuk kerusakan gigi di enamel (zat
mahkota gigi). Gigi dapat berlubang karena bakteri tertentu yang memproduksi
asam laktat dari hasil fermentasi karbohidrat, seperti sukrosa, fruktosa, dan
glukosa. Gigi tediri dari mineral yang secara konstan mengalami proses
demineralisasi. Demineralisasi merupakan proses hilangnya atau terbuangnya
garam mineral yaitu hidroksiapatit pada enamel gigi sedangkan Remineralisasi
merupakan kebalikan dari demineralisasi dimana garam-garam mineral kembali
ke enamel gigi. Demineralisasi terjadi karena pemakaian gigi, terutama karena
makanan yang mengandung asam. Remineralisasi gigi terjadi dengan bantuan air
liur, pasta gigi, dan obat kumur. Ketika pH pada permukaan gigi turun dibawah
5,5 karena asam laktat yang diproduksi bakteri, demineralisasi lebih cepat dari
remineralisasi sehingga gigi “tekor” mineral. Hal ini dapat mengarah ke gigi
berlubang (Putri, 2013).
Gigi merupakan tempat bagi menempelnya mikroba, ada dua spesies
bakteri yang dijumpai berasosiasi dengan permukaan gigi : Streptococcus sanguis
dan Streptococcus mutans yang diduga merupakan unsur etiologi (penyebab)
utama kerusakan gigi, atau pembusuk gigi. Tertahannnya kedua spesies pada
permukaan gigi merupakan akibat sifat adhesif baik dari glikoprotein liur maupun
polisakaride bakteri. Sifat menempel sangat penting bagi kolonisasi bakteri di
dalam mulut. Glikoprotein liur mampu menyatukan bakteri-bakteri tertentu dan
mengikatkan mereka pada permukaan gigi baik S. sanguis dan S. mutans
menghasilkan polisakaride ekstrak selular yang disebut dekstan yang bekerja
seperti perekat, mengikat sel-sel bakteri menjadi satu dan juga melekatkan mereka
4
-
5
juga pada permukaan gigi. Agregasi bakteri semacam itu serta bahan organik pada
permukaan gigi disebut plak “plague” (Pelczar, 2012).
Karies gigi adalah hasil dari bakteri di permukaan gigi, plak atau biofilm,
dan diet (khususnya komponen karbohidrat yang dapat difermentasikan oleh
bakteri plak menjadi asam, terutama asam laktat dan asetat) sehingga terjadi
demineralisasi jaringan keras gigi dan memerlukan cukup waktu untuk
kejadiannya. Terjadinya karies, harus ada 3 faktor yang ada secara bersama-sama.
Ketiga faktor tersebut adalah: (1) Bakteri kariogenik; (2) permukaan gigi yang
rentan, (3) tersedianya bahan nutrisi untuk mendukung pertumbuhan bakteri. Demineralisasi pada gigi (demineralisasi email gigi terjadi pada pH 5,5 atau
sebagian diantaranya, yang dikenal dengan S. mutans, merupakan organisme
penyebab karies. S. mutans adalah penyebab utama karies gigi pada mahkota
karena sifatnya yang: (1) menempel pada email; (2) menghasilkan dan dapat
hidup dilingkungan asam; (3) berkembang pesat di lingkungan yang kaya sukrosa;
dan (4) menghasilkan bakteriosin, substansi yang dapat membunuh organisme
kompetitornya.
Transfer ion secara terus-menerus terjadi antara plak dan email yang
berhadapan dengannya. Dekalsifikasi awal terjadi di subsurface dan mungkin
terjadi 1-2 tahun sebelum menjadi kavitas. Setelah terjadi kavitas email, dentin
yang mendasari juga sudah terpengaruh oleh destruksi tersebut, dan selanjutnya
Laktobacilus menjadi bakteri utama berikutnya untuk merusak dentin lebih lanjut.
Dengan terpaparnya plak terhadap nutrien (terutama sukrosa),
metabolisme dengan plak menghasilkan asam yang menyebabkan demineralisasi
struktur gigi. Jika nutrien atau plak dihilangkan, ion-ion dari saliva (natrium,
kalium atau kalsium) meremineralisasi struktur gigi, dalam upaya memperbaiki
komponen ion di struktur gigi. Jika terdapat fluoride, bahan ini akan diambil oleh
struktur gigi dan membentuk fluorapatit di email, yang lebih resisten terhadap
serangan demineralisasi berikutnya daripada email normal (Putri, 2013).
5
-
6
2.1.2 Diagnosis Karies
Dalam mengelola karies, tujuan terfokus pada diagnosa (terutama
mengidentifikasi individu yang beresiko tinggi karies), ukuran-ukuran
pencegahan, dan modalitas perawatan. Pengelolaan karies harus terarah, bukan
hanya sebatas gigi (perawatan tradisional atau tindakan yang menyangkut bedah),
tapi pada keseluruhan pasien (perawatan model medis). Penambalan saja tidak
cukup untuk menangguangi proses karies. Mengidentifikasi dan menghilangkan
faktor-faktor penyebab karies harus menjadi perhatian utama, kemudian baru
memperbaiki kerusakkan akibat karies (Putri, 2013).
2.1.3 Peranan mikroba mulut normal dalam karies gigi
Karies adalah disintegrasi gigi yang dimulai pada permukaan dan
berkembang kedalam. Pertama email permukaan yang secara keseluruhan
nonseluler mengalami demineralisasi, berkaitan dengan efek produksi asam
fermentasi bakteri. Dekomposisi dentin dan semen setelahnya melibatkan
pencernaan matriks protein oleh bakteri.
Plak gigi telah dipandang dan ditangani sebagai biofilm kompleks, yang
dapat didefinisikan secara sederhana sebagai akumulasi mikroba di dalam matriks.
Keuntungan bagi mikroba berada di dalam biofilm meliputi perlindungan dari
bahaya lingkungan (termasuk antimikroba) dan peningkatan efektifitas pengaturan
ruang yang memaksimalkan energi melalui pergerakan zat gizi. Organisme di
dalam biofilm berinteraksi secara dinamis pada berbagai tingkat metabolik dan
molekular. Pada plak gigi organisme yang membentuk kolonisasi pada awalnya
sehingga membentuk lapisan licin terutama kokus gram-positif dan batang gram-
positif yang membentuk mikrokoloni pada permukaan emai yang halus dan keras.
Plak atau biofilm terutama teridiri dari deposit glukan dengan berat molekul tinggi
bererbentuk gelatin tempat bakteri penghasil asam melekat pada email. Polimer
karbohidrat (glukan) tersebut dihasilkan terutama oleh streptokok (streptococcus
mutans, peptostreptokok), mungkin bekerja sama dengan aktinomisetes.
Tampaknya terdapat korelasi yang kuat antara adanya S.mutans dari karies pada
area email spesifik. Langkah kedua yang penting dalam produksi karies
6
-
7
tampaknya adalah pembentukan sejumlah besar asam (pH
-
8
Klasifikasi
Kingdom : Monera
Divisio : Firmicutes
Class : Bacilli
Ordo : Lactobacilalles
Family : Streptococcaceae
Genus : Streptococcus
Species : Streptococcus mutans (Ratu Belqis dalam Hertanto,
2008).
S. mutans ini yang mempunyai suatu enzim yang disebut glukosil
transferase di atas permukaannya yang dapat menyebabkan polimerisasi glukosa
pada sukrosa dengan pelepasan dari fruktosa, sehingga dapat mensintesa molekul
glukosa yang memiliki berat molekul yang tinggi yang terdiri dari ikatan glukosa
alfa (1-6) dan alfa (1-3). Pembentukan alfa (1-3) ini sangat lengket, sehingga tidak
larut dalam air. Hal ini dimanfaatkan oleh bakteri S. Mutans untuk berkembang
dan membentuk plak pada gigi.
Satu kelompok bakteri terdiri dari delapan serotype S. mutans telah
diasosiasikan dengan karies. Serotype telah diberi tanda a sampai h. beberapa
serotype telah diturunkan ke status spesies dan diberikan nama: streptococcus
rattus (serotype b), streptococcus cricetus (serotype a), streptococcus ferus (serotype c) dan S. sobrinus (serotype d, g, dan h). semua serotype S. mutans telah
ditunjukkan potensi secara signifikan untuk mengakibatkan karies, tetapi karena
genetic yang signifikan dan perbedaan biokimia, mereka sebaiknya tidak secara
sederhana mengarah pada satu spesies streptococcus mutans. Text ini
menggunakan istilah S. mutans sebagai istilah secara kolektif untuk semua
serotype (Robeson, dalam Hertanto, 2014).
S. mutans dapat menghasilkan asam dalam jumlah banyak, toleran
terhadap keasaman lingkungan, dirangsang secara hebat oleh sukrosa,dan Nampak
sebagai organism yang pertama dihubungkan dengan karies pada manusia.
Organisme yang menyebabkan karies disebut kariogenik. Derajat gigi untuk
menjadi karies biasa disebut potensi kariogenitas. S. mutans hadir sebagai infeksi
pandemic pada manusia. S. mutans ditemukan pada setiap orang tanpa
memperhatikan ras, latar belakang etnik, atau letak geografis daerah asal. S.
8
-
9
mutans terdapat di mulut tidak secara signifikan komponen kecil dari flora mulut.
Pada pasien dengan beragam lesi karies, S. mutans menjadi yang dominan pada
flora plak. S. mutans yang paling kuat dihubungkan dengan awal terjadinya karies
(Robeson, dalam Hertanto, 2014).
PATOGENITAS
S. mutans adalah mikroorganisme kariogenik yang memecah gula untuk
energi dan menghasilkan lingkungan asam, yang mendemineralisasi struktur
superficial gigi, kemudian melarutkan molekul kalsium menciptakan lubang.
Seseorang dengan flora mulut yang sehat akan berisi kurang lebih sekitar 10,000
CFU/ml S. mutans dalam mulut mereka. S. mutans memiliki tiga faktor virulensi
yaitu pelarutan glycans, toleransi asam, dan produksi asam laktat. Sakit gigi
adalah gejala yang paling umum dari kerusakan gigi, infeksi atau iritasi pulpa gigi
biasanya menyebabkan rasa sakit. Dokter gigi biasanya mendiagnosa kerusakan
gigi seseorang dengan menggunakan X-Rays, dapat mendeteksi sebelum
pembentukan lubang sepenuhnya, karena setiap manusia memiliki bakteri dalam
mulut mereka, satu-satunya pencegahan untuk mengurangi dampak dari
fermentasi asam adalah dengan berlatih menjaga kebersihan mulut yang cukup
(Zelnick, 2014).
S. mutans merupakan bakteri yang paling banyak dalam mulut. Dalam
rangka mengurangi bakteri, setiap orang didorong untuk memiliki 10.000 Cfu/ml
air liur S. mutans di mulut mereka. Colony Forming Unit S. mutans / ml air liur
sebagai berikut.
1. kelas 0-1 : < 100.000 CFU/ml
2. kelas 2 : 100.000 – 1.000.000 CFU/ml
3. kelas 3 : > 1.000.000 CFU/ml
Kelas 0-3 mengacu pada berapa banyak S. mutans berada dimulut dengan
kelas 0-1 bertindak sebagai kasus dengan kebersihan mulut yang baik, sedangkan
kelas 3 bertindak sebagai kasus terburuk penyebab karies gigi (Zelnick, 2014).
9
-
10
2.2 Deskripsi Tanaman Stevia rebaudiana Bertoni
Menurut Geuns (2003), Stevia rebaudiana Bertoni adalah tanaman semak
yang berasal dari daerah Amerika Selatan (daerah perbatasan antara Paraguay dan
Brazil). Daun stevia mengandung steviosida yang merupakan komponen utama
pemberi rasa manis. Kandungannya antara 4 – 20 % dari berat kering daun stevia
(tergantung dari kondisi penanaman dan pertumbuhannya). Komponen lain
pemberi rasa manis pada daun stevia tetapi dalam kadar yang lebih rendah, yaitu
steviolbiosida rebaudiosida
Gambar 2. Stevia rebaudiana Bertoni
Stevia merupakan tanaman terna yang tumbuh tegak, memiliki banyak
cabangan, memiliki ketinggian antara 30cm -90 cm, dan berbunga sepanjang
tahun. Stevia dapat mencapai ketinggian antara 60-90 cm. Batang tanaman Stevia
berbentuk bulat lonjong dan berbulu halus. Daun berbentuk lonjong langsing
sampai oval, bergerigi halus, dan terletak berhadapan. Bunga Stevia merupakan
bunga sempurna (hermaphrodite) dengan mahkota berbentuk tabung. Perkaran
tanaman Stevia merupakan akar serabut yang terbagi menjadi dua bagian, yaitu
perakaran halus dan perakaran tebal (Rukmana,2003).
10
-
11
Klasifikasi
Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)
Devisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledonae
Sub-devisi : Angiospermae (berbiji tertutup)
Kelas : Dicotyledonae (biji berkeping dua)
Ordo : Campanulatae
Famili : Composite
Genus : Stevia
Spesies : Stevia rebaudiana Bertoni M. sin Eupatorium
rebaudiana (Rukmana,2003).
Manfaat Stevia (Stevia rebaudiana Bertoni)
Steviosida merupakan bahan pemanis alami yang tidak berkalori sehingga
tidak menaikkan kadar gula dalam darah dan tidak memungkinkan pertumbuhan
bakteri dan ragi pada produk pangan yang menggunakan stevia sebagai pemanis.
Steviosida juga memiliki manfaat menekan jumlah bakteri Streptococcus mutans
sebagai salah satu kuman penyebab karies gigi, menghambat pertumbuhan plak,
mencegah keasaman plak gigi, dan mempercepat proses pembentukan kembali
mineral gigi (remineralisasi) (Mousumi, 2008:46).
Beberapa zat yang terkandung di dalamnya seperti Tanin, Xantin, dan
Flavanoid memiliki aktivitas antiplak. Berikutnya, steviosida, zat utama yang
terkandung dalam stevia memiliki enzim yang berfungsi untuk melakukan
dekomposisi gula, menginaktivasi dekstran sukrase sehingga bisa menghambat
kerja fermentasi bakteri kariogenik. Pomaret dan Lavieille juga menyebutkan
bahwa steviosida tidak dapat terhidrolisis dan tidak dapat difermentasi oleh
bakteri. Steviosida bisa menjadi pemanis pengganti sukrosa yang aman bagi tubuh
karena steviosida berkalori rendah, toksisitas rendah, dan memiliki kestabilan
kimiawi yang tinggi ketika diproses menjadi sebuah produk makanan (Yabu M,
Takase M, Toda K, Tanimoto K, Yasutake A, 1977:15).
11
-
12
2.3 EKSTRAKSI
1. Definisi Ekstraksi
Ekstraksi merupakan proses pemisahan bahan dari campurannya dengan
menggunakan pelarut. Ekstrak adalah sediaan yang diperoleh dengan cara
ekstraksi tanaman obat dengan ukuran partikel tertentu dan menggunakan medium
pengekstraksi (menstrum) yang tertentu pula (Agoes, 2009).
Ekstraksi dapat dilakukan menurut berbagai cara. Ekstrak yang diperoleh
sesudah pemisahan cairan dari residu tanaman obat “micella”. Micella ini dapat
diubah menjadi bentuk obat siap pakai, seperti ekstrak cair dan tintura atau
sebagai produk/bagan antara yang selanjutnya dapat diproses menjadi ekstrak
kering (Agoes, 2009).
2. Metode Ekstraksi
1) Ekstraksi dengan Menggunakan Pelarut
Cara Dingin
a. Maserasi
Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan
pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur
ruangan. secara teknologi termasuk ekstraksi dengan prinsip metode pencapaian
konsentrasi pada keseimbangan. Maserasi kinetik berarti dilakukan pengadukan
yang kontinu (terus-menerus). Remaserasi berarti dilakukan penyaringan maserat
pertama, dan seterusnya (Ditjen POM, 2000).
b. Perkolasi
Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai
sempurna (exhaustive extraction) yang umumnya dilakukan pada temperatur
ruangan. Proses terdiri dari tahapan pengembangan bahan, tahap maserasi antara,
tahap perkolasi sebenarnya (penetesan / penampungan ekstrak), terus menerus
sampai diperoleh ekstrak (perkolat) yang jumlahnya 1-5 kali bahan (Ditjen POM,
2000).
12
-
13
Cara Panas
a) Refluks
Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya,
selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan
adanya pendingin balik. Umumnya dilakukan pengulangan proses ekstraksi
sempurna (Ditjen POM, 2000).
b) Soxhlet
Soxhlet adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang
umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan
jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik (Ditjen POM,
2000).
c) Digesti
Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) pada
temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan (kamar), yaitu secara umum
dilakukan pada temperatur 40-500C (Ditjen POM, 2000).
d) Infus
Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air
(bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur terukur 96-980C)
selama waktu tertentu (15-20 menit) (Ditjen POM, 2000).
e) Dekok
Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama (>300 C dan temperatur
sampai titik didih air (Ditjen POM, 2000).
2) Destilasi Uap
Destilasi uap adalah ekstraksi senyawa kandungan menguap (minyak
atsiri) dari bahan (segar atau simplisia) dengan uap air berdasarkan peristiwa
tekanan parsial senyawa kandungan menguap dengan fase uap air dari katel secara
kontinu sampai sempurna dan diakhiri dengan kondensasi fase uap campuran
(senyawa kandungan yang memisah sempurna atau memisah sebagian
Destilasi uap, bahan (simplisia) benar-benar tidak tercelup ke air yang
mendidih, namun dilewati uap air, bahan (simplisia) bercampur sempurna atau
13
-
14
sebagian dengan air mendidih, senyawa kandungan menguap tetap kontinu ikut
terdestilasi.
Destilasi uap, bahan (simplisia) bercampur sempurna atau sebagian dengan
air mendidih, senyawa kandungan menguap tetap kontinu ikut terdestilasi (Ditjen
POM, 2000).
2.4 Kerangka Konsep
Variabel independen :
konsentrasi ekstrak etanol
daun Stevia (Stevia
rebaudiana Bertoni)
Variabel dependen : waktu
kontak Stevia (Stevia
rebaudiana Bertoni)
terhadap S.mutans
Gambar 3. Kerangka konsep penelitian
14
-
15
2.5 Definisi Operasional
Tabel 2.1. Definisi Operasional Penelitian
Variabel Definisi Cara ukur Alat ukur Hasil Skala
ukur
Variabel ekstrak yang Ekstrak Melihat Diperoleh Skala
independen: dibuat dari daun ditambahkan tumbuh beberapa kategorik
konsentrasi Stevia (Stevia pelarut tidaknya konsentrasi (rasio)
ekstrak rebaudiana DMSO koloni ekstrak
etanol daun Bertoni) dengan untuk dalam
Stevia manggunakan membuat bentuk
(Stevia pelarut etanol variasi persentase
rebaudiana dengan berbagai konsentrasi
Bertoni) konsentrasi dengan cara
pengenceran
Variabel Pengujian Metode Pengukuran Tumbuh Skala
dependen : aktivitas dilusi pada secara visual atau kategorik
waktu antibakteri media padat dengan tidaknya (ordinal)
kontak dengan melihat ada koloni
Stevia menggoreskan atau pada
(Stevia satu ose larutan tidaknya media
rebaudiana pada berbagai pertumbuhan padat
Bertoni) konsentrasi koloni
terhadap dengan bakteri pada
S.mutans memperhitungkan media padat
waktu kontak
15
-
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Penelitian
dilakukan di laboratorium dengan sampel ekstrak daun Stevia (Stevia rebaudiana
Bertoni) yang dibuat dengan metode ekstraksi menggunakan pelarut etanol 70%.
3. 2 Populasi dan Sampel
3.2.1 Populasi
Populasi pada penelitian adalah daun Stevia (Stevia rebaudiana Bertoni)
yang diperoleh dari pusat penelitian Teh dan Kina Gambung Desa Mekarsari
Kecamatan Pasir Jambu Kabupaten Bandung.
3.2.2 Sampel
Sampel pada penelitian yaitu simplisia daun Stevia (Stevia rebaudiana
Bertoni) yang dibuat ekstrak dengan cara dimaserasi menggunakan etanol 70%.
3.3 Bakteri Uji
Bakteri uji merupakan strain murni Streptococcus mutans yang didapat
dari Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Gigi Unpad Bandung.
3.4 Tempat dan Waktu
Penelitian dilakukan pada tanggal 1 Mei sampai tanggal 8 Juni 2016 di
Laboratorium Fitokimia, Laboratorium Mikrobiologi dan Laboratorium Kimia
Analisis Jurusan Farmasi Poltekkes Kesehatan Bandung.
16
-
17
3.5 Cara Pengumpulan Data/ Metode Pemeriksaan
3.5.1 Alat dan Bahan
Alat
Alat yang digunakan adalah inkubator (Memmert®)
, Oven (Memmert®)
,
Biosafety Cabinet (Thermo®
), autoclave (Hirayama®
), rotary evaporator (Ika®
),
blender (National®
), hotplate (Kris®
), mikroskop (Olympus®
), timbangan
analitik (Mettler Toledo®
), magnetic stirrer, clinipette 10-100 μl, object glass,
cover glass, cawan uap, cawan petri, pipet tetes, wadah/ toples kaca, gelas ukur 10
ml (pyrex®
), gelas ukur 100 ml (pyrex®
), gelas ukur 1 L (pyrex®
), gelas kimia
100 ml (pyrex®
), gelas kimia 250 ml (pyrex®
), gelas kimia 500 ml (pyrex®
),
gelas kimia 1 L, erlenmeyer 250 ml (pyrex®
), erlenmeyer 500 ml (pyrex®
), botol
semprot, tabung reaksi, rak tabung reaksi, corong, lemari asam, lemari pendingin,
api bunsen, jarum ose, kapas lidi steril, kapas steril, vial 10 ml, stopwatch, kertas
saring, kain batis, perkamen, tissue.
Bahan
Bahan tanaman yang digunakan adalah Daun Stevia (Stevia rebaudiana
Bertoni), bakteri yang digunakan adalah Streptococcus mutans ATCC 25175.
Bahan-bahan yang digunakan terdiri dari media pertumbuhan bakteri Mueller
Hinton Agar, Mueller Hinton Broth, Trypcase Soy Agar darah. Bahan kimia yang
digunakan terdiri atas etanol 70%, Alkohol 96%, pereaksi Mayer ,pereaksi
Dragendorf, HCL 10 %, serbuk Mg, FeCl3 1%, crystal violet, safranin, iodin,
H2SO4 pekat, H2SO4 1%, BaCl2 1 %, Pb Asetat 1%, aqua destilata.
3.5.2 Pengambilan Sampel
Sampel yang digunakan dalam penelitian adalah Daun Stevia (Stevia
rebaudiana Bertoni) yang diperoleh dari Pusat Penelitian Teh dan Kina Gambung
Desa Mekarsari Kecamatan Pasri Jambu Kabupaten Bandung.
3.5.3 Pembuatan Serbuk Simplisia
Daun Stevia (Stevia rebaudiana Bertoni) yang masih segar disortasi basah
dan ditimbang, selanjutnya dilakukan proses pencucian dengan menggunakan air
17
-
18
bersih mengalir, kemudian dikeringkan dengan cara diangin-angin atau dijemur
dibawah sinar matahari secara tidak langsung sampai kering. Daun yang telah
kering dilakukan proses pemilihan (sortasi kering) dan ditimbang, kemudian daun
dipotong-potong dan diserbukkan dengan menggunakan blender sampai halus
(Agoes, 2009).
3.5.4 Pembuatan Ekstrak Etanol Daun Stevia (Stevia rebaudiana Bertoni)
Simplisia kering Daun Stevia (Stevia rebaudiana Bertoni) ditimbang
sebanyak 500 gram kemudian dimasukkan ke dalam wadah dan ditambahkan
etanol 70% sebanyak 2 liter. Ekstrak dibuat dengan metode maserasi direndam
dalam etanol 70% menggunakan botol tertutup minimal selama 3 hari.
Perendaman dilakukan selama 24 jam hasil maserasi disaring dengan corong Buchner sehingga didapatkan filtrat dan residu kemudian filtrat dipekatkan
mengunakan alat rotary evaporator pada suhu tidak lebih dari 500 C, sehingga
pelarut etanol terpisah dengan ekstrak tumbuhan dan didapatkan ekstrak kental.
Daun Stevia (Stevia rebaudiana Bertoni) (Dapartemen Kesehatan RI, 2000).
3.5.5 Pemeriksaan Karakteristik Serbuk Simplisia dan Ekstrak Etanol
Daun Stevia (Stevia rebaudiana Bertoni)
1) Organoleptik
Pemeriksaan ini dilakukan dengan mengamati bentuk, warna, bau dan rasa
dari serbuk simplisia dan ekstrak etanol daun Stevia (Stevia rebaudiana Bertoni).
2) Rendemen Ekstrak
Rendemen ekstrak etanol daun Stevia (Stevia rebaudiana Bertoni)
dihitung dengan membandingkan bobot awal simplisia dengan bobot akhir ekstrak
yang dihasilkan.
Rendemen Ekstrak = bobot ekstrak yang dihasilkan
x 100% bobot simplisia yang diekstraksi
18
-
19
3.5.6 Penapisan Fitokimia
Penapisan fitokimia meliputi pemeriksaan alkaloid, saponin, flavonoid,
tanin, triterpenoid dan steroid terhadap ekstrak etanol daun Stevia (Stevia
rebaudiana Bertoni).
1) Pemeriksaan Alkaloid
Ekstrak ditambahkan dengan beberapa tetes larutan asam klorida encer
(1%) kemudian disaring. Filtrat yang diperoleh selanjutnya dapat diuji kandungan
alkaloidnya dengan ditambahkan beberapa ml reagen Hager (adanya alkaloid
ditandai dengan terbentuknya endapan berwarna kuning).
2) Pemeriksaan Saponin
Sebanyak 1 ml ekstrak dan 1 ml etanol dituangkan ke dalam tabung uji,
selanjutnya 20 ml air suling ditambahkan ke dalamnya kemudian dikocok kuat-
kuat selam 15 menit. Kandungan saponin ditandai dengan terbentuknya busa yang
stabil setinggi ±1 cm selama kurang lebih 20 menit.
3) Pemeriksaan Flavonoid
Sebanyak 1 ml larutan timbal asetat ditambahkan ke dalam 5 ml larutan
ekstrak. (adanya kandungan flavonoid ditandai dengan timbulnya flok flok
endapan berwarna putih).
4) Pemeriksaan Tannin
Sebanyak 1 ml ekstrak etanol ditambahkan kedalam 2ml air suling di
dalam sebuah tabung uji. Dua tiga tetes larutan FeCL3 1% ditambahkan ke dalam
larutan ekstrak tersebut. Jika terbentuk warna biru hijau, maka ekstrak hitam maka
ekstrak tersebut mengandung tannin (cathechic tannin), sedangkan jika terbentuk
biru hitam maka ekstrak tersebut mengandung tannin (gallic tannin).
19
-
20
5) Pemeriksaan Steroid dan Triterpenoid
Sebanyak 2 ml asam asetat anhidrat dan 2 ml asam sulfat pekat
ditambahkan ke dalam 0,5 ml filtrat ekstrak etanol dari bagian tanaman.
Terjadinya perubahan warna dari violet (ungu) menjadi biru atau hijau
menunjukan adanya kandungan steroid, sedangkan jika terbentuk warna kuning
pada lapisan bawah, maka ekstrak tersebut mengandung triterpenoid.
3.5.7 Sterilisasi Alat dan Media
Alat-alat yang digunakan untuk uji aktivitas antibakteri disterilkan terlebih
dahulu. Alat-alat gelas dibungkus dengan perkamen dan disterilkan menggunakan
oven pada suhu 1600 C selama 2 jam. Alat yang terbuat dari karet disterilkan
dengan cara direndamkan dalam alkohol 70%.
Media disterilkan menggunakan otoklaf pada suhu 1210 C selama 20
menit. Jarum ose dan pinset dibakar dengan pembakaran langsung pada nyala api
bunsen. Pengerjaan uji aktivitas antibakteri dilakukan secara aseptis di dalam
Laminar Air Flow (LAF) yang sebelumnya telah disinari dengan lampu UV yang
dinyalakan 90 menit sebelum digunakan dan meja kerja dibersihkan dengan
alkohol 70%.
3.5.8 Pembuatan Media
1. Pembuatan Agar Darah
Sebanyak 40 g Tryptic Soy Agar (TSA) dilarutkan kedalam 1 L aquadest,
kemudian dipnaskan selanjutnya disterilkan di otoklaf pada suhu 1210C selama 20
menit, kemudian darah domba segar dituangkan ke dalam labu berisi TSA
sebanyak 5% kemudian dituangkan ke dalam tabung dengan kemiringan ±300.
2. Pembuatan Muller Hinton Agar (MHA)
Ditimbang sebanyak 38 gram Muller Hinton Agar (Merck) dan dilarutkan
dengan 1 L aquadest kemudian dipanaskan hingga semuanya larut, selanjutnya
dimasukkan ke dalam erlenmeyer, ditutup dengan kapas, dibungkus dengan
perkamen lalu disterilkan dengan menggunkan otoklaf pada suhu 1210 C selama
20
-
21
20 menit. Setelah disterilkan media dituang kedalam cawan petri masing-masing
sebanyak ±20ml.
3. Pembuatan Mouller Hinton Broth (MHB)
Ditimbang sebanyak 21 gram dan dilarutkan dalam 1 L aquadest. Larutan
dipanaskan hingga semuanya larut, selanjutnya dimasukkan ke dalam tabung
reaksi ±2ml dan disterilkan dalam otoklaf pada suhu 1210 C selama 20 menit.
3.5.9 Pewarnaa Gram
Bakteri S. mutans berumur 24 jam diambil menggunakan ose,
disuspensikan kedalam NaCl steril kemudian diambil sebanyak 1 ose dioleskan
pada objek glas dilewatkan diatas nyala api perlahan-lahan. Tambahkan 1-2 tetes
Kristal violet biarkan selama 1 menit kemudian dibilas dengan air, tambahkan 1-2
tetes larutan lugol selama 1 menit, dibilas dengan air kemudian diteteskan alkohol
70% dan dibilas dengan air, diteteskan safranin biarkan selama 1 menit dan dibilas
dengan air, kemudian dikeringkan kaca objek dekat nyala api, ditetesi minyak
mersi, diamati secara mikroskopik.
3.5.10 Peremajaan Bakteri Uji
Bakteri Streptococcus. mutans ATCC 25175 diremajakan pada medium
Agar Darah dengan cara menggoreskan satu ose bakteri pada permukaan Agar
Darah, kemudian diinkubasi pada suhu 370C selama 18-24 jam.
3.5.11 Pembuatan Standar Kekeruhan Larutan (Larutan Mc. Farland)
Jumlah bakteri disesuaikan dengan standar Mc Farland 1 dengan
kekeruhan 3x108 cfu/ml. Larutan H2SO4 1% sebanyak 99,5 ml dicampurkan
dengan BaCl2 0,1% sebanyak 1,175% dalam sebuah tabung, dan terbentuk larutan
yang keruh. Kekeruhan dipakai sebagai standar kekeruhan bakteri.
21
-
22
3.5.12 Pembuatan Suspensi Bakteri Uji
Bakteri uji yang telah diremajakan diambil dengan ose steril lalu
disuspensikan ke dalam tabung yang berisi 10 ml larutan MHB hingga diperoleh
kekeruhan yang sama dengan standar kekeruhan Mc Farland 1. Standar kekeruhan
larutan Mc Farland 1 setara dengan kerapatan bakteri sebanyak 3x108 CFU/ml.
Dari suspensi bakteri bakteri uji Mc Farland 1 diambil 0,1µl dimasukkan kedalam
MHB 10 ml sehingga kerapatan bakteri setara dengan 3x106 CFU/ml.
3.5.13 Pembuatan Larutan Uji
Ekstrak 100% dibuat dengan menimbang 37 gram ekstrak etanol Daun
Stevia (Stevia rebaudiana Bertoni) ditambahkan larutan DMSO sebanyak 15ml.
Kemudian dibuat variasi konsentrasi dari larutan uji 100% dengan menggunakan
pelarut NaCl 0,9%.
3.6 Pengujian Aktivitas Antibakteri Waktu Kontak
Pengujian Aktivitas waktu kontak dilakukan dengan menggunakan metode
dilusi cair. Disiapkan 4 deret tabung reaksi yang setiap deretnya terdiri dari 6
tabung reaksi berisi 2 ml Mouller Hinton Broth (MHB) kemudian ditambahkan
larutan uji pada deret pertama sebanyak 1ml, dari tabung pertama kemudian
dipindahkan ke tabung berikutnya, prosedur yang sama dilakukan sampai tabung
terakhir, volume dari tabung terakhir kemudian dibuang sebanyak 1ml. Pada
masing-masing tabung yang berisi media MHB dan larutan uji dengan berbagai
konsentrasi kemudian ditambahkan 10 ul suspensi bakteri dengan interval waktu
30 detik. Tepat pada menit ke 5, diambil 1 ose dari tabung pertama deret pertama
dimasukkan kedalam tabung pertama deret kedua dan seterusnya. Prosedur yang
sama dilakukan pada menit ke 10 dan 15, setelah selsai tabung reaksi diinkubasi
selama 18-24 jam.
3.7 Analisis Data
Rancangan penelitian yang digunakan yaitu analisis laboratorium. Hasil
penelitian diperoleh setelah sampel yang diberi perlakuan dengan cara dibuat
22
-
23
beberapa macam konsentrasi di uji aktivitas antibakteri terhadap Streptococcus
mutans dengan berbagai waktu kontak 5, 10, dan 15 menit. Nilai ukur yang
digunakan yaitu ada tidaknya pertumbuhan koloni bakteri pada media cair dan
akan dipastikan dengan cara digoreskan pada media padat. Apabila media tempat
digoreskan larutan ekstrak dan bakteri di tumbuhi koloni bakteri maka tidak
memiliki aktivitas antibakteri, namun apabila media tempat digoreskan larutan
ekstrak dan bakteri tidak ditumbuhi koloni bakteri maka memiliki aktivitas
antibakteri. Pengukuran data dilakukan secara manual, data akan disajikan dalam
bentuk tabel yang dianalisa secara deskriptif.
23
-
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Penyiapan Bahan Uji
Sampel yang digunakan pada penelitian yaitu simplisia Daun Stevia
(Stevia rebaudiana Bertoni) didapat dari Pusat penelitian Teh dan Kina Gambung
Desa Mekarsari Kecamatan Pasir Jambu Kabupaten Bandung (Lampiran 2).
Stevia (Stevia rebaudiana Bertoni) merupakan semak yang berasal dari daerah
Amerika Selatan (daerah perbatasan antara Paraguay dan brazil). Daun Stevia
(Stevia rebaudiana Bertoni) mengandung zat Steviosida yang merupakan
komponen utama pemberi rasa manis alami namun tidak seperti sukrosa karena
steviosida tidak dapat difermentasi menjadi asam oleh bakteri kariogenik dan juga
memiliki aktivitas anti plak, dimana Stevia (Stevia rebaudiana Bertoni) dapat
mencegah keasaman mulut dan mempercepat proses pembentukan kembali
mineral gigi (Remineralisasi), oleh karena itu perlu penelitian untuk mengetahui
aktivitas antibakteri terhadap bakteri mulut yaitu S. mutans (Rukmana, 2003).
4.2 Ekstraksi Simplisia Daun Stevia (Stevia rebaudiana Bertoni)
Daun Stevia (Stevia rebaudiana Bertoni) yang masih segar disortasi basah
dan ditimbang. Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan cemaran, setelah
ditimbang dicuci menggunakan air bersih kemudian dilakukan pengeringan
selama 2-3 hari. Daun dikeringkan dengan sinar matahari secara tidak langsung
dan diangin-anginkan Daun yang telah kering disortasi kering dan ditimbang,
diperoleh Daun Stevia (Stevia rebaudiana Bertoni) kering, kemudian Daun
diserbukkan dengan menggunakan blender sampai halus kemudian dilakukkan
ekstraksi dengan cara maserasi. Hasil maserasi berupa filtrat berwarna hijau
kehitaman, kemudian diuapkan menggunakan rotary evaporator pada suhu 500C,
hingga diperoleh ekstrak kental.
24
-
25
4.3 Uji Karakteristik Ekstrak Daun Stevia (Stevia rebaudiana Bertoni)
Dilakukan pemeriksaan karakteristik ekstrak etanol Daun Stevia (Stevia
rebaudiana Bertoni) meliputi pemeriksaan organoleptik dan perhitungan
rendemen ekstrak (Lampiran 6). Hasil karakteristik ekstrak etanol Daun Stevia
(Stevia rebaudiana Bertoni) dapat dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1. Hasil Pemeriksaan Karakteristik Ekstrak Etanol Daun Stevia (Stevia rebaudiana Bertoni)
Karakteristik Ekstrak Etanol Daun
Stevia(Stevia rebaudiana B.)
Organoleptik
Bentuk Ekstrak kental
Warna Hijau Kehitaman
Bau Khas
Rasa Manis agak pahit
Rendemen 23, 14%
Ekstraksi dilakukan untuk menarik senyawa metabolit sekunder didalam
Daun Stevia (Stevia rebaudiana Bertoni) yang memiliki aktivitas antibakteri.
Metode pembuatan ekstrak dilakukan dengan cara maserasi menggunakan etanol
70%. Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan
pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruang
(kamar) selama beberapa waktu selain itu maserasi juga merupakan metode yang
paling praktis dan ekonomis (Departemen RI,2000).
Pada saat proses maserasi, pelarut yang digunakan akan menembus
dinding sel dan masuk ke dalam sel yang penuh dengan zat aktif dan karena ada
pertemuan antara zat aktif dan penyari itu terjadi proses pelarutan (zat aktif larut
dalam penyari) sehingga penyari yang masuk ke dalam sel tersebut akhirnya akan
mengandung zat aktif, sementara penyari yang berada diluar sel belum terisi zat
aktif, akibat adanya perbedaan konsentrasi zat aktif di dalam dan diluar sel ini
akan muncul gaya difusi. Larutan yang terpekat akan didesak menuju keluar
berusaha mencapai keseimbangan konsentrasi zat aktif di dalam dan di luar sel.
25
-
26
Proses keseimbangan akan berhenti, setelah terjadi keseimbangan konsentrasi
(jenuh). Dalam konsentrasi ini, proses ekstraksi dinyatakan selesai, maka zat aktif
di dalam dan diluar sel akan memiliki konsentrasi yang sama (Siregar, 2011).
4.3 Penapisan Fitokimia Ekstrak Daun Stevia (Stevia rebaudiana Bertoni)
Metabolit sekunder yang terkandung dalam Daun Stevia (Stevia
rebaudiana Bertoni) diketahui dengan melakukan penapisan fitokimia meliputi
pemeriksaan alkaloid, saponin, flavonoid, tannin, steroid dan triterpenoid. Hasil
penapisan fitokim ekstrak etanol Daun Stevia (Stevia rebaudiana Bertoni) dapat
dilihat pada tabel 4.2.
Tabel 4.2. Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Etanol Daun Stevia (Stevia rebaudiana Bertoni)
Golongan senyawa Ekstrak Etanol Daun Stevia
(Stevia rebaudiana Bertoni)
Alkaloid -
Flavonoid +
Saponin -
Tannin +
Triterpen dan Steroid +
Keterangan : (+) Menunjukkan reaksi positif
(- ) Menunjukkan reaksi negatif
Senyawa metabolit sekunder Tannin yang terdapat pada ekstrak etanol
Daun Stevia (Stevia rebaudiana Bertoni) yang berhubungan dengan kemampuan
untuk menginaktifkan enzim dan mengganggu transport protein pada lapisan sel.
Selain itu Tannin juga mampu mengganggu pembentukkan dinding sel sehingga
menjadi kurang sempurna (Cowan, 1999 dalam Rijyanti, 2014). Mekanisme kerja
flavonoid sebagai antimikroba dapat dibagi menjadi 3 yaitu menghambat sintesis
asam nukleat, menghambat fungsi membran sel dan menghambat metabolit energi
(Hendra dkk,2011 dalam Rijayanti, 2014).
26
-
27
4.4 Uji Aktivitas Antibakteri
Ekstrak etanol Daun Stevia (Stevia rebaudiana Bertoni) yang diperoleh
dengan cara maserasi menggunakan pelarut etanol 70% dibuat larutan uji dengan
berbagai variasi konsentrasi 60, 30, 15, 7,5, 3,75 dan 1,875% menggunakan
pelarut NaCl 0,9%. Larutan uji kemudian diuji aktivitas antibakteri dengan
menggunakan metode dilusi dengan berbagai waktu kontak, yaitu 5, 10 dan 15
menit. Bakteri uji yang digunakan yaitu Streptococcus mutans dengan kerapatan
bakteri sebanyak 3x106 CFU/ml.
Pembuatan suspensi bakteri dilakukan dengan cara diambil dengan ose
lalu disuspensikan ke dalam tabung yang berisi 10 ml larutan MHB hingga
diperoleh kekeruhan yang sama dengan standar kekeruhan Mc Farland 1, dengan
kerapatan bakteri sebanyak 3x108 CFU/ml. Dari suspensi bakteri bakteri uji Mc
Farland 1 diambil 10µl dimasukkan kedalam MHB 10 ml sehingga kerapatan
bakteri setara dengan 3x106 CFU/ml. Pembuatan suspensi bakteri uji dengan
kerapatan 3x106 CFU/ml merupakan banyaknya jumlah bakteri yang menjadi
penyebab karies gigi (Zelnick, 2014).
Pengujian dilakukan dengan cara mengambil satu ose larutan uji dan
tanamkan dalam media cair MHB pada menit ke 5,10 dan 15 interval waktu 30
detik, kemudian diinkubasi selama 18-24 jam. Hasil uji aktivitas antibakteri
diketahui dengan mengamati adanya pertumbuhan koloni bakteri yang ditandai
dengan kekeruhan setelah diinkubasi.
Uji aktivitas antibakteri dilakukan dengan metode waktu kontak yang
ditanam pada media cair kemudian ditanam kembali pada media padat. Waktu
kontak perlu diketahui untuk mendapatkan efek antibakteri yang maksimal,
karena setiap zat kimia memiliki kecepatan menghambat atau membunuh yang
berbeda-beda terhadap bakteri. Dalam pengujian digunakan 3 waktu kontak antara
ekstrak dan bakteri, yaitu 5, 10 dan 15 menit.
Hasil pengujian aktivitas antibakteri ekstrak etanol Daun Stevia (Stevia
rebaudiana Bertoni) terhadap S. mutans dengan menggunakan metode dilusi cair
dengan berbagai waktu kontak. Pengamatan dilakukan dengan melihat
27
-
28
ada/tidaknya pertumbuhan koloni bakteri pada media cair dan padat dilihat pada
tabel 4.3.
Tabel 4.3. Hasil Pengujian Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Stevia
(Stevia rebaudiana Bertoni) Dengan Berbagai Waktu Kontak Pada Media Cair
Konsentrasi Ekstrak Waktu Kontak (menit)
(%)
5
10
15
60 - - -
30 - - -
15 - - -
7,5 + - -
3,75 + - -
1,875 + - -
Kontrol (+) +
Kontrol (- ) -
Keterangan: (+) Menunjukkan adanya kekeruhan
(-) Menunjukkan kejernihan
Berdasarkan tabel 4.3 pada konsentrasi 1,875, 3,75 dan 7,5% jika dilihat
pada media cair terlihat keruh itu artinya masih ada pertumbuhan bakteri,
sedangkan pada konsentrasi 15, 30 dan 60% pada waktu kontak 5 menit terlihat
jernih, dan waktu kontak 10 dan 15 menit semua konsentrasi tidak ditemukan
adanya pertumbuhan bakteri. Hasil pengujian aktivitas antibakteri dengan
menggunakan metode dilusi cair maupun padat dapat digunakan untuk
mengetahui aktivitas antibakteri dari ekstrak etanol Daun Stevia (Stevia
rebaudiana Bertoni).
Pengujian menunjukan bahwa semakin bertambahnya waktu kontak,
pertumbuhan koloni bakteri semakin berkurang, selain itu semakin besar
konsentrasi akan mempengaruhi terhadap aktivitas antibakteri. Dibuktikan pada
28
-
29
waktu kontak 10 menit jumlah bakteri berkurang atau bahkan mati dan hasilnya
lebih baik dibandingkan dengan 5 menit. Variasi konsentrasi ekstrak etanol Daun
Stevia (Stevia rebaudiana Bertoni) yang digunakan juga berpengaruh terhadap
pertumbuhan bakteri, dengan konsentrasi 1,875% lebih banyak pertumbuhan
bakterinya dibandingkan dengan ekstrak etanol konsentrasi 3,75%, 7,5%, 15%,
hingga seterusnya sampai 60% Daun Stevia (Stevia rebaudiana Bertoni) tidak
terdapat pertumbuhan bakteri.
Dari hasil uji aktivitas antibakteri pada media cair ditanamkan kembali
pada media padat untuk mengetahui pertumbuhan koloni yang ditanam pada
media Muller Hinton Agar dapat dilihat pada tabel 4.4.
Tabel 4.4. Hasil Pengujian Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Stevia
(Stevia rebaudiana Bertoni) Dengan Berbagai Waktu Kontak Pada Media Padat
Konsentrasi Ekstrak Waktu Kontak (menit)
(%) 5
10
15
60 - - -
30 - - -
15 - - -
7,5 + - -
3,75 + - -
1,875 + + -
Kontrol (+) +
Kontrol (- ) -
Keterangan : (+) Menunjukkan adanya pertumbuhan koloni
(- ) Menunjukkan tidak adanya pertumbuhan koloni
Berdasarkan dari hasil pengamatan pada media padat hasilnya tidak jauh
berbeda dengan penanaman pada media cair. Tidak terdapatnya pertumbuhan
bakteri pada media MHA menunjukan ekstrak Stevia (Stevia rebaudiana Bertoni) dapat membunuh bakteri (Dzen, 2003).
29
-
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Ekstrak etanol Daun Stevia (Stevia rebaudiana Bertoni) memiliki aktivitas
antibakteri terhadap Streptococcus mutans. 2. Ekstrak etanol Daun Stevia (Stevia rebaudiana Bertoni) konsentrasi pada
15% sudah memiliki aktivitas antibakteri 3. Pada konsentrasi 15% dengan waktu kontak 5 menit masih terdapat
pertumbuhan bakteri pada media padat namun konsentrasi 7,5% pada
waktu kontak 10 menit tidak terdapat pertumbuhan bakteri.
5.2 Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui aktivitas
antibakteri dari Daun Stevia (Stevia rebaudiana Bertoni) dengan waktu
kontak yang lebih cepat dan konsentrasi yang lebih tinggi untuk
mengefektifkan sebuah alternatif baru mengenai obat kumur dari herbal
Stevia (Stevia rebaudiana Bertoni).
30
-
31
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, Goeswin. 2009. Seri Farmasi Industri-2: Teknologi Bahan Alam (Edisi Revisi dan Perluasan). Cetakan II. Bandung: Penerbit ITB.
Cappucino, James G dan Nataline Sherman. 2013. Manual Laboratorium Mikrobiologi. Cetakan 2014. Jakarta: EGC
Cowan, M.M. 1999. Plant Products as Antimicrobial Agent. Clinical Microbiology Reviews; 12: 564-582.
Debnath, Mousumi. 2008. “Clonal Propagation And Antimicrobial Activity Of An Endemic Medicinal Plant Stevia Rebaudiana”. Dalam Journal of Medicinal Plants Research Vol. 2(2), halaman 045-051.
Departemen Kesehatan RI. 2000. Invetaris Tanaman Obat Indonesia (1) Jilid 1. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
Departemen Kesehatan RI. 1977. Materia Medika Indonesia. Jilid I-IV. Jakarta : Mentri Kesehatan Republik Indonesia
Ditjen POM. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Cetakan Pertama. Jakarta: Depkes RI.
Djajadi. 2014. Pengembangan Tanaman Pemanis Stevia rebaudiana Bertoni di
Indonesia. Vol 13. No 1/Juni 2014. http://perkebunan.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2015/04/3.-
perkebunan_Djajadi-Pengembangan1.pdf
Dzen, S.M dkk. 2003. Bakteriologi Medik. Cetakan Pertama. Malang: Bayumedia Publishing.
Gamboa, Fredy dan Margarita Chaves. 2012. “Antimicrobial Potential of Extracts from Stevia Rebaudiana Leaves Againts Bacteria of Importance in Denital
Caries” Dalam jurnal Ponitificia Universidad Jveriana ( Vol 25/No 2/ 2012/ hal 171-175)
Hendra R, Ahmad S, Sukari A, Shukor MY, Oskooueian E. 2011. Flavonoid analyses and antimicrobial activity of various part of Phaleria macrocarpa Boerl fruit. int J Mol sci. 12: 3422-3431.
Heryanto, Aditya Fendy (2014) Optimalisasi Produksi Steviosida dari Kalus Daun Stevia rebaudiana Bertoni dengan Variasi Kombinasi Zat Pengatur Tumbuh. Jurnal Teknobiologi. (Vol .1-13)
Jawetz, Melnick, Adelberg. 2002. Mikrobiologi Kedokteran. Cetakan 2014.
Jakarta: EGC
31
http://perkebunan.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2015/04/3.-perkebunan_Djajadi-Pengembangan1.pdfhttp://perkebunan.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2015/04/3.-perkebunan_Djajadi-Pengembangan1.pdfhttp://perkebunan.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2015/04/3.-perkebunan_Djajadi-Pengembangan1.pdf
-
32
Lemus-Mondaca, R; A. Vega-Galvez, L. Zura-Bravo, K. Ah-Hen.2012. Stevia
rebaudiana Bertoni, source of a high-potency natural sweetner: A comphresive review on the biochemical, nutritional and funcional aspects.
Food Chemistry 132:11211132. Mpila, D.A., Fatimawali, Wiyono, W.I. 2012. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak
Etanol Daun Mayana (Coleus atropurpureus [L] Benth) Terhadap Staphylococcus aureus, Escherichia coli dan Pseudomonas aeruginosa
Secara In-vitro. Pharmacon. Vol.1, No.1, 13-21. Nwokocha, Blessing, A., Agbagwa, I.O., Okoli, BE, 2011. Comparative
Phytochemical Screnning of Jatropha multifida L. Species in the Niger Delta. Research Journal of Phytochemistry. Vol.5(2) : 107-114.
Palezar, M.J., Chan, E.C.S. 2012. Dasar-dasar Mikrobiologi. Cetakan 2012. Jakarta : UI Press
Putri, Megananda Hirayana dkk. 2013. Ilmu Pencegahan Penyakit Jaringan Keras dan Jaringan Penduduk Gigi. Cetakan 2013. Jakarta: EGC
R. D. Ratnani dan R. Anggraeni. 2005. “Ekstraksi Gula Stevia dari Tanaman Stevia rebaudiana Bertoni”. Dalam jurnal Momentum (Vol.1/No 2/Oktober 2005/hal 27-32)
Rukmana, H. Rahmat. 2003. Budi Daya Stevia. Cetakan 1. Yogyakarta: Kanisius Roberson MT, Heymann OH, Swift JE. Sturdevant’s Art and Science of Operative
Dentistry. 4th
ed. St Louis : CV Mosby Co. 2002. pp 65-7
Sabir, Ardo. 2005. Aktivitas antibakteri flavonoid propolis Trigona sp terhadap Streptococcus mutans (in vitro). (Vol 38. No 3/Juli).
Sichani, Maryam Mohammadi dkk. 2012. “Effect of different extracts of Stevia rebaudiana leaves on Streptococcus mutans growth”. Dalam Jurnal of Medicial Plants Research (Vol. VI (32)/22 August).
Simon, Lisa. 2007. The Role of S. mutans and Oral Ecologi In The Formation Of dental Caries. LethBridge Under Grad. research Jour., Vol 2.
Siregar, Bella. 2011. Daya antibakteri Ekstrak Buah Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa) terhadap Pertumbuhan Streptococcus mutans (in vitro). Skripsi. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatra Utara Medan.
Streptococci and oral streptococci. Available from : http://www.ncl.ac.uk/dental/oralbiol/oralenv/tutorials/streps.htm accessed December 17, 2010
Susiyanto, Azib. 2013. Hijama Or Oxidant Drainage Theraphy. Cetakan 2. Jakarta: Gema Insani
Wulandari, Ari Suparni. 2012. Herbal Nusantara. Edisi I. Yogyakarta: Rapha Publishing.
Yabu M, Takase M, Toda K, Tanimoto K, Yasutake A.1977. “Studies On
Steviosı´Deo, Natural Sweetener. Effect On Thegrowth Of Some Oral
32
http://www.ncl.ac.uk/dental/%20oralbiol/oralenv/tutorials/streps.htm
-
33
Microorganisms”. Dalam Journal Hiroshima Daigaku Shigaku Zasshi Vol 9.h.12–17
Zelnicek, Taylor. (2014). Streptococcus mutans- Tooth Decay. MicrobeWiki (2015, Desember 16) https://microbewiki.kenyon.edu/ index.
php/Streptoccocus_mutans_ToothDecay.
33
https://microbewiki.kenyon.edu/
-
34
LAMPIRAN
Lampiran 1. Simplisia Kering Daun Stevia (Stevia rebaudiana Bertoni)
34
-
35
Lampiran 2. Determinasi Tanaman
35
-
36
Lampiran 3. Bagan Pembuatan Ekstrak Etanol Daun Stevia (Stevia
rebaudiana Bertoni)
500 gram serbuk simplisia Daun
Stevia (Stevia rebaudiana
Dimaserasi + etanol 70%
Filtrate I
ampas
Dimaserasi + etanol 70%
Filtrate ampas
Dimaserasi + etanol 70%
Filtrate III ampas
Penguapan pelarut
Ekstrak Etanol
Filtrat I, II, III
Daun Stevia
menggunakan rotary
(Stevia
evaporator rebaudiana
36
-
37
Lampiran 4. Pembuatan Ekstrak Etanol Daun Stevia (Stevia rebaudiana
Bertoni)
pro
ses maserasi rendaman ekstrak kemudian disaring
Proses penguapan menggunakan rotary evaporator
37
-
38
Lampiran 5. Ekstrak Etanol Daun Stevia (Stevia rebaudiana Bertoni)
Ekstrak kental Daun Stevia (Stevia rebaudiana B)
38
-
39
Lampiran 6. Perhitungan Rendemen Ekstrak
Serbuk simplisia Daun Stevia (Stevia rebaudiana Bertoni) sebanyak 500 gram,
diekstraksi dengan menggunakan etanol 70%. Hasil penguapan pelarut diperoleh
ekstrak Daun Stevia (Stevia rebaudiana Bertoni) sebanyak
= bobot ekstrak yang dihasilkan 100% bobot awal simplisia
=
65,5723 g
100%
500 g
= 13, 11446 %
39
-
40
Lampiran 7. Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Etanol Daun Stevia (Stevia
rebaudiana Bertoni)
Pemeriksaan alkaloid dengan hasil
negatif ditandai dengan tidak ada
endapan setelah ditambahkan
pereaksi Dragendorf dan pereaksi
mayer
Pemeriksaan flavonoid dengan hasil
positif ditandai dengan timbul
endapan putih setelah ditambah Pb
asetat
Pemeriksaan flavonoid dengan hasil
positif ditandai dengan timbul warna
kuning
Pemeriksaan tannin dengan hasil
positif ditandai dengan warna biru
kehitaman setelah ditambah FeCl3
40
-
40
Pemeriksaan steroid dengan hasil
positif ditandai dengan warna merah
setelah ditambah HCl pekat
40
-
Lampiran 8. PembuatanVariasi Konsentrasi Ekstrak Etanol Daun Stevia
(Stevia rebaudiana Bertoni)
Konsentrasi 100%
37 gram ekstrak etanol daun stevia
ditambah 15 ml DMSO
dibuat konsentrasi 60%
diambil ekstrak sebanyak 3ml
diadd NaCl sampai 5ml
60% 30% 15% 7,5% 3,75% 1,875%
dibuang
1ml 1ml
1ml 1ml 1ml 1ml
41
-
42
Lampiran 9. Pewarnaan Bakteri
Hasil pewarnaan bakteri Gram positif ditandai dengan warna unggu dan bakteri
yang digunakan adalah Streptococcus mutans.
-
43
Lampiran 10. Pembuatan Media dan Gambar Suspensi Bakteri
Alat
dan
Media akan disterilisasi
menggunakan otoklaf
Gambar Suspensi Bakteri 3x108 setara dengan
Standar kekeruhan Mc.Farland 1
-
44
Lampiran 11. Hasil Penelitian Metode Waktu Kontak dan KHM
a. Metode Waktu Kontak pada Media Cair
KHM
(5 menit)
(10 menit)
-
45
(15 menit)
-
46
b. Metode Kontak pada Media Padat (MHA)
waktu kontak 5 menit pada media MHA
waktu kontak 10 menit pada media MHA
waktu kontak 15 menit pada media MHA
-
47
kontrol positif dan kontrol negatif
pada media padat pada media cair