marketing politik calon anggota dpr ri ledia hanifa
TRANSCRIPT
MARKETING POLITIK CALON ANGGOTA DPR RI LEDIA
HANIFA AMALIAH DALAM PEMILIHAN ANGGOTA DPR
RI PERIODE 2014-2019
Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk memenuhi
persyaratan memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I)
Sulastri Damayanti (1110051000192)
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014
PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI
Skripsi yang berjudul “Marketing Politik Calon Anggota DPR RI Ledia Hanifa
Amaliah dalam Pemilihan Anggota DPR RI Periode 2014-2019” telah diujikan
dalam sidang munaqosyah Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta pada tanggal 2 Juli 2014. Skripsi ini telah diterima sebagai
salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Islam (S.Kom.I)
pada program studi Komunikasi dan Penyiaran Islam.
Jakarta, 2 Juli 2014
Dewan Sidang Munaqosyah
Ketua merangkap anggota Sekretaris merangkap anggota
Drs. Jumroni, M. Si Fita Fathurrokhmah, M. Si
NIP. 19630515 199203 1006 NIP. 19830610 200912 2 001
Anggota
Penguji I Penguji II
Dr. Armawati Arbi, M. Si Ade Masturi, MA
NIP. 19650207 199103 2 002 NIP. 197506062007101001
Pembimbing
Dr. Gun Gun Heryanto, M. Si
NIP. 197608122005011005
LEMBAR PERNYATAAN
Assalamu’alaikum wr wb.
Saya yang bertanda tangan di bawah ini adalah penulis skripsi dengan judul
“Marketing Politik Calon Anggota DPR RI Ledia Hanifa Amaliah dalam
Pemilihan Anggota DPR RI Periode 2014-2019” dengan ini menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata satu (S1) di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil saya atau
merupakan hasil orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang
berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikianlah pernyataan ini dibuat, diharapkan dapat dipergunakan dengan
semestinya. Terima kasih.
Wassalamu’alaikum wr wb
Jakarta, 2 Juli 2014
Penulis
Sulastri Damayanti
NIM 1110051000192
Sulastri Damayanti
1110051000192
ABSTRAK
Marketing Politik Calon Anggota DPR RI Ledia Hanifa Amaliah dalam
Pemilihan Anggota DPR RI Periode 2014-2019
Ledia Hanifa Amaliah merupakan politisi perempuan yang berasal dari partai
islam. Selama karir politiknya ia telah tiga kali mengikuti pemilihan umum.
Keberhasilannya pada tiap pemilu tak terlepas dari marketing politik. Selama
menjabat ia menggunakan marketing politik untuk mensosialisasikan kinerjanya
sebagai anggota DPR RI periode 2009-2014, sekaligus mensosialiasikan dirinya
sebagai caleg incumbent yang maju pada pemilu 2014-2019.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui marketing politik Ledia yang
menggunakan pendekatan marketing politik. Dan berusaha menjelaskan faktor
pendukung dan penghambat yang didapati Ledia dalam Pemilihan Anggota
Legislatif Periode 2014-2019.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif
dengan tipe penelitian studi kasus. Studi kasus bertujuan untuk memperoleh
pemahaman utuh dan terintegrasi mengenai interrelasi berbagai fakta dan dimensi
dari kasus tersebut. Pengumpulan data melalui teknik observasi, wawancara
mendalam dan dokumentasi. Responden yang diwawancarai adalah Ledia Hanifa
Amaliah, Yudiyana asisten pribadi Ledia di daerah pemilihan dan Zyrlifera Jamil
asisten pribadi Ledia bidang media. Dokumen, gambar dan artikel berasal dari tim
sukses Ledia juga dimasukan sebagai data.
Marketing politik yang dilakukan Ledia melalui pasar politik, produk politik
dan positioning politik (penanaman dan penempatan image). Upaya positioning
yang dibangun Ledia dan tim sukses dengan cara menanamkan image kedekatan
dengan masyarakat, image kedekatatan hubungan dengan media, dan image kerja
nyata. Menggunakan dua saluran komunikasi politik, yakni tatap muka dan
media. Saluran tatap muka sering digunakan karena cenderung mengena di hati
masyarakat dan bersandar pada anggapan bahwa tidak semua masyarakat bisa
mengakses media. Jenis-jenis saluran tatap muka yang dilakukan Ledia seperti:
seminar, bank sampah, pelatihan mendongeng, pelatihan pemadam kebakaran,
wayang dakwah, silaturahim ke tokoh atau warga dan lain-lain. Saluran media
digunakan untuk mensosialisasikan figur dan kinerja Ledia serta untuk
mensosialisasikan dirinya sebagai caleg incumbent. Jenis-jenis media yang
digunakan seperti media cetak, media elektronik dan media sosial. Semenjak
menjadi anggota dewan periode 2009-2014 ia mulai aktif menghidupkan sosial
media. Facebook dan twitter ia kelola sendiri sedangkan untuk website dan news
letter dikelola oleh tim media. Ledia memanfaatkan media elektronik ketika
diminta menjadi narasumber pada acara tersebut. Dan faktor pendukung Ledia
pada Pemilihan Anggota Legislatif periode 2014-2019 terdiri dari beberapa faktor,
keberhasilan marketing politik, popularitas, jaringan, dan finansial. Adapun faktor
penghambatnya adalah black campaign (kampanye gelap) dan money politic.
ii
KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Tuhan Yang
Maha Kuasa, Maha Pengasih, Maha Penyayang dengan segala kemudahan dari-
Nya penulis bisa menyelesaikan pendidikan sampai tingkat Strata satu (S1).
Shalawat dan salam tak lupa penulis haturkan kepada baginda Nabi
Muhammad SAW, para keluarganya, para sahabatnya dan pengikutnya hingga
akhir zaman. Atas do’a dan usaha, dan perjalanan panjang, akhirnya penulis dapat
menyelesaikan salah satu tugas penting yang mempertaruhkan segenap keilmuan
yang penulis pelajari selama menuntut ilmu di Fakultas Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, walaupun jauh dari kesempurnaan.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini penulis banyak
mendapat bantuan dari berbagai pihak, baik secara moril maupun materiil, oleh
karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Komarudin Hidayat, sebagai Rektor Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Dr. H. Arief Subhan, MAg. Sebagai Dekan Fakultas Dakwah dan
Ilmu Komunikasi. Yang telah memberikan nasihat serta arahan kepada
penulis.
3. Drs. Rachmat Baihaky, MA. Dan Fita Fathurakhmah, M.Si selaku Ketua
dan Sekretaris Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) Fakultas
Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
4. Bapak Dr. Gun Gun Heryanto, M.Si., selaku dosen pembimbing skripsi
yang telah meluangkan waktunya, tenaga dan pikiran untuk memberikan
arahan dan bimbingan kepada penulis. Dan sebagai Dosen Komunikasi
Politik yang merupakan ruang lingkup dari skripsi ini, sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini.
5. Segenap Dosen Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah
memberikan begitu banyak wawasan, ilmu dan pengetahuan kepada
penulis.
iii
6. Ibu Artiarini Puspita, M.Psi selaku Dosen Metodologi Penelitian Sosial
sekaligus kakak buat penulis yang dengan sabar membimbing dan
memberikan masukan-masukan selama penulis melakukan penelitian.
7. Ibu Hj. Ledia Hanifa Amaliah, SSI. MPSI.T., Anggota DPR RI periode
2014-2019 yang juga sebagai Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI periode
2009-2014, yang telah memberikan kesempatan dan kemudahan kepada
penulis untuk melakukan wawancara dan penelitian dalam rangka
mengumpulkan data-data untuk penyusunan skripsi ini.
8. Seluruh staff ibu Ledia Hanifa, Pak Yudiyana, Mba Fera, Mba Dewi dan
DPD PKS Bandung, yang telah banyak membantu penulis dalam
penelitian.
9. Ayahanda Wawan dan Ibunda Entin Suhartini yang telah membesarkan
dengan kasih sayang, mendidik, selalu memberikan do’a dan berjuang
membanting tulang agar penulis bisa menyelesaikan kuliahnya.
Pengorbanan kalian tak akan pernah penulis lupakan. Semoga keberkahan
dan kebaikan senantiasa dilimpahkan kepada kalian serta senantiasa dalam
lindungan Allah SWT.
10. Kakakanda Dwi Suhartono yang telah memperjuangkan penulis untuk bisa
masuk kuliah dan Adinda Novia Anggraeni yang telah mengalah untuk
menunda kuliah supaya penulis bisa menyelesaikan kuliahnya.
11. Keluarga besar Alm. Mumun, sepupu, encang, encing, mamang,
keponakan dan semuanya, terima kasih banyak atas supportnya.
12. Seluruh keluarga besar Leadership Student Center (LSC) yang sudah
memberikan penulis banyak pelajaran berharga dan kemudahan-
kemudahan dalam menjalani studi. Spesial kepada Kak Endah Mawarti,
S.TP yang telah mendorong penulis untuk melanjutkan studi ke jenjang
Strata satu (S1), yang sudah menjadi teman diskusi sekaligus guru buat
penulis Teh Ainun Nurul Fitriyah, S.TP, yang selalu memberikan support,
menemani dan berbagi suka duka Kak Sari Elput, SHI., Kak Sartika Dewi,
A.Md., Kak Diah Cahaya Chanifa, S.Pd dan Kak Fitri Apriyani, S.Si.,
kalian the best sisters ever.
iv
13. Kakak yang berada di sana, terima kasih banyak atas bimbingannya
selama ini. Meluangkan waktu untuk berdiskusi dan menjawab
pertanyaan-pertanyaan dari penulis, meniupkan semangat di kala penulis
mulai lemah dan menjadi motivasi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini
dengan sebaik-baiknya.
14. Rekan-rekan mahasiswa KPI (F) angkatan 2010, yang telah bersama-sama
berbagi ilmu, berdiskusi, bercanda, jalan-jalan dan saling berbagi rasa.
Kalian luar biasa dan teristimewa. Untuk teman-teman KKN TEAM 87
Cariu, yang sudah bersama selama sebulan, berbagi suka duka. Dan
teman-teman lain yang tak bisa penulis sebutkan satu persatu.
Kebersamaan bersama kalian, tawa canda memecah kejenuhan dalam
menyelesaikan skripsi ini.
Akhirnya hanya kepada Allah penulis kembalikan semoga semua yang teah
diberikan kepada penulis akan menjadi amal ibadah dan bermanfaat bagi penulis
maupun yang lain.
Jakarta, 2 Juli 2014
Sulastri Damayanti
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK………………………………………………………… i
KATA PENGANTAR……………………………………………... ii
DAFTAR ISI……………………………………………………….. v
DAFTAR TABEL…………………………………………………… viii
DAFTAR DIAGRAM………………………………………………. ix
DAFTAR GAMBAR………………………………………………. x
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………….. xi
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang……………………………………………….. 1
B. Pembatasan Masalah………………………………………….. 14
C. Perumusan Masalah…………………………………………... 14
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian……………………………… 14
E. Metedologi Penelitian………………………………………..… 15
F. Kerangka Penelitian...................................................................... 21
G. Tinjauan Pustaka……………………………………………..… 22
H. Sistematika Penulisan…………………………………………… 23
BAB II Landasan Teoritis Komunikasi Politik dan Markeeting Politik
A. Konseptualisasi Komunikasi Politik……………………………. 25
vi
1. Pengertian Komunikasi Politik……………………………… 25
2. Komponen Komunikasi Politik…………………………….… 30
3. Saluran Komunikasi Politik…………………………………... 36
B. Marketing Politik……………………………………………….… 38
1. Pengertian Marketing Politik……………………………….… 38
2. Konsep Marketing Politik…………………………………..... 46
a. Pasar Politik……………………………………………… 47
b. Produk Politik……………………………………………. 48
c. Positioning Politik……………………………………….. 49
C. Konseptualisasi Anggota Legislatif….............................................. 52
BAB III Profil Ledia Hanifa Amaliah
A. Pendidikan……………………………………………………….. 62
B. Karir Politik………………………………………………………. 63
BAB IV Temuan dan Analisis Data
A. Marketing Politik Ledia Hanifa Amaliah pada Pemilihan Anggota DPR
RI……………………………......................................................... 67
1. Pasar Politik……….................................................................. 68
2. Produk Politik…….................................................................. 70
3. Positioning Politik…………………………………………… 72
a. Saluran Tatap Muka……………………………………… 76
b. Saluran Media……………………………………………. 89
B. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Ledia Hanifa Amaliah.. 100
vii
BAB V Penutup
A. Kesimpulan…………………………………………...................… 103
B. Saran-saran…………………………………………………………. 104
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
Table 1 Daftar terpilih anggota dewan perwakilan rakyat pemilihan umum tahun
2009 daerah pemilihan JABAR 1................................................... 9
Tabel 2 Kegiatan tatap muka dan sosialisasi Ledia 14 Maret 2014 – 1 April
2014................................................................................................ 80
Tabel 3 Peringkat Kegiatan Tatap Muka Ledia Hanifa 9 Februari – 6 April
2014……………………………………………………………… 84
Tabel 4 Penampilan Ledia di radio lokal dan nasional masa pra kampanye Mei
2011 – Januari 2013........................................................................... 93
Tabel 5 Artikel Ledia di harian nasional masa pra kampanye Juni 2011 – Juni
2013.................................................................................................. 93
Tabel 6 Artikel Ledia di majalah masa pra kampanye November 2011 – Desember
2013.................................................................................................. 94
Tabel 7 Penggunaan media massa pada kampanye terbuka 20 Maret 2014 – April
2014............................................................................................... 95
Tabel 8 Pemetaan media berdasarkan jenis media....................................... 99
Tabel 9 Pemetaan media berdasarkan wilayah.............................................. 99
ix
DAFTAR DIAGRAM
Kerangka Penelitian……………………………………………………… 21
Lima Pasar dalam Kampanye Politik……………………………………. 47
Model Umum Positioning Politik……………………………………….. 51
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Pertunjukan Wayang Dakwah……………………………… 85
Gambar 1.2 Ledia bersama KRu dan Dalang Wayang Dakwah………… 85
Gambar 2.1 Sosialisasi Komisi VIII melalui account twitter @lediahanifa 97
Gambar 2.2 Kampanye Politik Ledia Hanifa melalui account twitter
@lediahanifa…………………………………………………………….. 97
xi
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat observasi/riset
2. Profil Ledia Hanifa Amaliah
3. Surat keterangan penelitian
4. Draft wawancara dengan Ledia Hanifa Amaliah
5. Draft wawancara dengan Zyrlifera Jamil
6. Draft wawancara dengan Yudiyana
7. Data KPU 2009
8. Data KPU 2014
9. Brosur kampanye Ledia Hanifa Amaliah
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menjelang pesta demokrasi besar bangsa Indonesia pada tahun 2014, sedari
dini, kesibukan mulai diperlihatkan parpol-parpol peserta pemilu maupun calon-
calon yang terlibat dalam pemilihan anggota legislatif. Mereka berlomba-lomba
menampilkan yang terbaik dengan bermacam-macam cara untuk memperoleh
dukungan dari masyarakat dan mendapat kedudukan serta kekuasaan dalam
pemerintahan. Dan disinilah komunikasi politik memainkan peranannya.
Pemilihan umum sebagai agenda lima tahunan adalah momen penting untuk
menentukan pilihan rakyat yang akan menjadi perwakilannya di pemerintahan
yang bertugas membangun bangsa. Dalam undang-undang telah dijelaskan
mengenai fungsi pemilihan umum yaitu sebagai sarana untuk memilih Anggota
DPR, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota. Pemilu, sesuai ketentuan
hukum, harus dilaksanakan menggunakan sistem proporsional dengan daftar calon
terbuka.1
Di kebanyakan negara demokrasi, pemilihan umum dianggap lambang
sekaligus tolak ukur, dari demokrasi itu. Hasil pemilihan umum yang
diselenggarakan dalam suasana keterbukaan dengan kebebasan berpendapat dan
kebebasan berserikat, dianggap mencerminkan dengan agak akurat partisipasi
serta aspirasi masyarakat. Masyarakat bebas menentukan pilihannya sendiri yang
1 Dedi Kurnia Syah Putra, Media dan Politik: Menemukan Relasi Antara Dimensi
Simbiosis-Mutualisme Media dan Politik, (Graha Ilmu, Jogjakarta: 2012), ed 1, cet 1, h. 82.
2
menurutnya pantas dan layak untuk dijadikan pemimpin serta dapat mewakili
aspirasinya. 2
Momentum lima tahunan ini hadir sebagai agenda rutin bangsa Indonesia.
Agenda terdekat adalah pemilihan anggota legislatif yang jatuh pada 9 April 2014.
Parpol-parpol peserta pemilu telah mengirimkan wakil-wakil mereka dalam
pemilihan anggota legislatif periode 2014-2019. Banyaknya calon yang ikut
dalam pemilihan anggota legislatif semakin menambah ramai pemilihan anggota
legislatif ini. Masyarakat disodorkan berbagai pilihan calon yang akan mereka
percayakan untuk mengemban amanah rakyat dengan berbagai latar belakang.
Dahulu, persaingan perebutan kekuasaan politik di Indonesia umumnya di
dominasi oleh kaum laki-laki. Pada kenyataannya kaum laki-lakilah yang
menguasai perpolitikan di Indonesia. Merekalah yang menduduki kekuasaan
tinggi dan penting dalam percaturan politik di Indonesia. Hal ini bukan tanpa
alasan karena partisipasi politik perempuan di Indonesia saat itu masih sangat
rendah dan partisipasi perempuan di Indonesia ibarat barang langka.
Ide bahwa politik bukan wilayah bagi perempuan adalah ide yang selalu
didengungkan selama berabad-abad. Terminologi publik dan privat yang erat
kaitannya dengan konsep jender, peran jender, dan streotipe, telah menciptakan
ketidaksetaraan dan ketidakadilan di antara perempuan dan laki-laki. Efek tidak
langsung dari ide ini adalah membatasi partisipasi politik perempuan.3
2 Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, (Jakarta, PT Gramedia Pustaka utama:
2010), edisi revisi, cet ke 4, h. 461. 3 Ani Widyani Soetjipto, Politik Perempuan Bukan Gerhana-Esai Pilihan 1999-2004,
(Jakarta, Kompas: 2005), h. 25-26.
3
Seolah telah mengakar pada kebudayaan manusia, mindset dan juga kerangka
pemikiran tentang konsep wanita yang identik dengan hal-hal yang beraroma
rumahan, sebagai juru masak, pengasuh anak, atau peran pasif lainnya, lebih
ekstrem lagi wanita memandang dirinya sebagai asumsi objek seksualitas, tidak
memiliki ruang untuk mengambil keputusan dan tersekat oleh Patriarchy. Hal ini
semakin menegaskan ketidaktepatan perempuan jika bergabung dengan politik.4
Akibat yang paling jelas dari situasi politik seperti itu adalah marjinalisasi dan
pengucilan perempuan dari kehidupan politik formal. Ini artinya, keberadaan
perempuan dalam kehidupan politik formal di banyak tempat memperlihatkan
gambaran yang tidak menggembirakan.5
Selama ini, perempuan dalam bingkai politik belum sampai pada tingkat
maksimal. Dalam sejarah pemilihan umum (Pemilu), misalnya, anggapan
masyarakat Indonesia terhadap pilihan perempuan politik masih sebagai pilihan
kedua untuk menduduki posisi dalam politik (jabatan politik). Masyarakat masih
mempercayakan pilihan mereka pada kaum laki-laki. Pembuktian asas asumsi ini
dapat dilihat dari data yang ada dalam sejarah perpolitikan Indonesia sejak
dilakukannya pemilu untuk pertama kalinya pada tahun 1955. Belum lagi asumsi
dari wilayah agama, perempuan dianggap tidak memiliki kemampuan untuk
berpolitik bahkan secara ekstrem ada beberapa keyakinan kelompok agama
tertentu untuk mengharamkan perempuan berpolitik, semisal menjadi pemimpin.6
4 Dedi Kurnia Syah Putra, Media dan Politik-Menemukan Relasi Antara Dimensi
Simbiosis-Mutualisme Media dan Politik, (Yogyakarta, Graha Ilmu: 2012), ed 1, cet 1, h. 95. 5 Ani Widyani Soetjipto, Politik Perempuan Bukan Gerhana-Esai Pilihan 1999-2004,
(Jakarta, Kompas: 2005), h. 25-26. 6 Dedi Kurnia Syah Putra, Media dan Politik-Menemukan Relasi Antara Dimensi
Simbiosis-Mutualisme Media dan Politik, (Yogyakarta, Graha Ilmu: 2012), ed 1, cet 1, H. 97
4
Gambaran umum dari partisipasi perempuan dan politik di Indonesia
memperlihatkan representasi yang rendah dalam semua tingkatan pengambilan
keputusan, baik ditingkat eksekutif, legislatif, yudikatif, maupun birokrasi
pemerintahan, partai politik dan kehidupan publik lainnya.
Selain rendahnya representasi atau keterwakilan perempuan dalam kehidupan
politik dalam arti jumlah atau kuantitas, maka ada gambaran lain yang
melengkapinya yakni persoalan kualitas. Partisipasi politik perempuan, jika
memang itu ada, hanya terkesan memainkan peran sekunder. Mereka hanya
dilihat sebagai pemanis atau penggembira sebagai cermin rendahnya pengetahuan
mereka di bidang politik. Kita bisa mengamati bahwa betapa sedikitnya politisi
atau tokoh perempuan yang mempunyai pengetahuan yang luas mengenai
berbagai persoalan publik yang dihadapi masyarakat Indonesia. Persoalan
sensitivitas atau kepedulian terhadap isu-isu perempuan seperti soal kekerasan
negara terhadap perempuan, kesehatan reproduksi, pelecehan seksual, gizi anak
dan lainnya yang sejenis, serta pernikahan dan kepedulian pada persoalan tersebut
rasa-rasanya memang bukan menjadi agenda utama bagi mereka para penentu
kebijakan.7
Alasan lain untuk menjelaskan rendahnya representasi perempuan sebagai
calon legislatif adalah apa yang sering dikemukakan sebagai “definisi tentang
politik”. Yang sering dianggap tabu, kotor, penuh bahaya dan tidak cocok bagi
perempuan. Wilayah ini dirasa kurang tepat bagi perempuan yang selama ini
dianggap sebagai kaum yang lemah. Selain itu ada juga pelabelan bahwa
7 Ani Widyani Soetjipto, Politik Perempuan Bukan Gerhana-Esai Pilihan 1999-2004,
(Jakarta, Kompas: 2005), h. 22-23.
5
perempuan pada umumnya buta politik, tidak tertarik dengan kehidupan, dan ini
semua hanya semakin mematahkan semangat mereka untuk berpartisipasi dalam
ranah politik.8
Kondisi demikian tidak lagi terjadi pada masa kini, perempuan sekarang telah
memperkuat posisinya sebagai penyeimbang kaum laki-laki. Kaum perempuan
mulai menunjukan perannya dalam politik dengan bergelut secara praktik, politik
dan juga pewaris emansipasi tentu memaknai emansipasi sebagai hak dan juga
kewajiban atas dasar perilaku wanita, bukan berdasar pada asumsi emansipasi
liberal. Lebih dari itu, di beberapa negara, wanita menjadi sosok penting bagi
politik. Termasuk di Indonesia yang sempat dipimpin oleh seorang wanita, yaitu
Megawati Soekarno Putri sang putri Presiden Ir. Soekarno.9
Peningkatan partisipasi politik perempuan pada pemilu kali ini, terlihat dari
banyaknya perempuan yang terdaftar sebagai calon anggota legislatif tingkat DPR
RI, DPRD Provinsi dan DPRD Kota/Kabupaten. Hal ini, ditanggapi baik oleh
Ledia Hanifa Amaliah, yang turut berpartisipasi sebagai calon anggota DPR RI
dari daerah pemilihan (Dapil) Jawa Barat (Jabar) I yang meliputi Kota Bandung
dan Cimahi. Beliau akan bersaing dengan 83 calon lainnya yang 35 diantaranya
merupakan calon legislatif perempuan.
Sebenarnya, kedudukan perempuan di Indonesia secara formal cukup kuat
karena didukung oleh undang-undang serta peraturan lain yang memberi
8 Susan Blackburn, “The 1999 election in Indonesia; Where were the woman?” kertas
kerja yang dipresentasikan dalam lokakarya The Indonesian Election : An Analysis, Monash
University, 25 Juni, 1999 dalam Ani Widyani Soetjipto, Politik Perempuan Bukan Gerhana-Esai
Pilihan 1999-2004, (Jakarta, Kompas: 2005), h. 34. 9 Dedi Kurnia Syah Putra, Media dan Politik-Menemukan Relasi Antara Dimensi
Simbiosis-Mutualisme Media dan Politik, (Yogyakarta, Graha Ilmu: 2012), ed 1, cet 1, h. 95.
6
perlindungan yuridis padanya. Selain itu, Indonesia pun telah meratifikasi dua
perjanjian, yaitu Perjanjian mengenai Hak Politik Perempuan (Convention on the
Political Rights of Women) dan Perjanjian mengenai Penghapusan Diskriminasi
terhadap Perempuan (Convention on the Political Elimination of All Forms of
Discrimination against Women atau CEDAW). Kemudian pada 1993, Indonesia
telah menerima Deklarasi Wina yang sangat mendukung kedudukan perempuan.
Akhirnya, dalam Undang-Undang Pemilihan Umum 2004 dibuka kesempatan
agar perempuan dipertimbangkan menduduki 30% kursi wakil rakyat.
Akhirnya sukses terbesar diperoleh ketika Undang-Undang No. 12 tahun 2003
tentang pemilu memberi peluang baru dengan menetapkan dalam Pasal 65 (1):
“Setiap Partai Politik Peserta Pemilu dapat mengajukan calon anggota DPR, DPRD Provinsi,
dan DPRD Kabupaten/Kota untuk setiap Daerah Pemilihan dengan memerhatikan
keterwakilan perempuan sekurang-kurangnya 30%.” 10
Sekalipun dianggap kurang memenuhi aspirasi sebagian besar kaum perempuan,
tetapi undang-undang itu memberian kesempatan bagi perempuan untuk berperan
aktif dalam politik dan menjadi cambuk bagi perempuan untuk mempersiapkan
diri bertarung dalam pemilu-pemilu yang akan datang.11
Dalam meningkatkan partisipasi politik perempuan di Indonesia baik secara
kuantitas maupun kualitas, pemerintah dalam hal ini tidak bisa bergerak sendiri.
Perlu adanya dukungan dari luar untuk bisa mewujudkannya. Dalam hal ini, partai
politik memiliki peranan penting untuk membantu pemerintah dalam
10
Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, (Jakarta, PT Gramedia Pustaka utama:
2010), edisi revisi, cet ke 4, h. 257-259. 11
Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, (Jakarta, PT Gramedia Pustaka utama:
2010), edisi revisi, cet ke 4, h. 257-259.
7
meningkatakan partisipasi politik perempuan di Indonesia baik secara kualitas
maupun kuantitas.
Partai politik adalah salah satu pilar demokrasi dan institusi strategis yang bisa
dijadikan alat untuk meningkatkan keterwakilan politik perempuan. Bentuk
dukungan partai politik bisa diwujudkan melalui proses internal masing-masing
parpol. Proses internal yang dilakukan parpol hendaknya tidak hanya
mengedepankan permasalahan kuantitas tetapi juga memerhatikan permasalahan
kualitas karena persoalan kualitas bisa menjadi bekal bagi para politisi khususnya
politisi perempuan.12
Ledia merupakan salah satu politisi yang lahir dari proses pengkaderan
panjang di partainya. Keterlibatannya dalam dunia politik dimulai sejak reformasi
1998 bergulir. Seiring berdirinya Partai Keadilan (PK) yang akhirnya berganti
nama menjadi Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Di partainya, ia kerab menduduki
posisi-posisi strategis terutama dibidang kewanitaan seperti Staf Deputi
Kewanitaan DPW PK Jakarta (1998-1999), Pjs Ketua Deputi Kewanitaan DPW
PK DKI Jakarta (1999-2000), Ketua Deputi Pemberdayaan Wanita DPW PKS
Jawa Barat (2000-2005), Ketua DPP PKS Bidang Kewanitaan (2005-2010).13
Proses pengkaderan di partainya membuat Ledia masuk sebagai golongan
politisi ideolog yang kehadirannya bukan sebagai pendulang suara semata. Politisi
ideolog adalah komunikator politik yang menjadi kader ideologi dan representasi
nilai-nilai normatif yang diusung oleh individu atau kelompok politik. Biasanya
12
Lena Maryana Mukti, Kelompok Kerja Keterwakilan Perempuan, artikel diakses
pada 25 September 2013 dari http://www.komnasperempuan.or.id 13
Bobby Reza Satrian, Profil Ledia Hanifa Amaliah, artikel diakses pada 19 Januari
2014 dari http://m.merdeka.com/profil/indonesia/I/ledia-hanifa-amaliah/
8
berdasarkan sebuah proses kaderisasi yang panjang. Politikus tipe ini adalah orang
yang bercita-cita untuk dan atau memegang jabatan pemerintah, tidak peduli
apakah mereka dipilih, ditunjuk, atau pejabat karier, dan tidak mengindahkan
apakah jabatan itu eksekutif, legislatif atau yudikatif. Yang jelas bagi politisi jenis
ini, berpolitik sesuai dengan nafas ideologi yang dia yakini jauh lebih penting dari
pada kepentingan pragmatisnya.14
Jika melihat rekam jejak Ledia, perempuan berkacamata ini tergolong aktif.
Saat ini ia juga tercatat sebagai anggota Forum Parlemen Indonesia untuk
Kependudukan dan Pembangunan (2009-2014). Ia menjabat Ketua Departemen
Kebijakan Kesehatan, Kependudukan, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Bidang
Kebijakan Publik DPP Partai Keadilan Sejahtera (2010-2015).15
Majunya Ledia dalam pemilu legislatif periode 2014-2019 ini merupakan kali
kedua baginya. Periode lalu 2009-2014, ia berhasil menjabat Wakil Ketua Komisi
VIII DPR RI yang membidangi Agama, Sosial dan Pemberdayaan Perempuan.
Pada pemilihan anggota DPR RI tahun 2009 Dapil Jabar I, fraksi PKS
mendapatkan dua kursi. Suharna Surapranata yang mendapat nomor urut satu,
unggul dengan perolehan 36.515 suara sah. Sedangkan, Ledia Hanifa Amaliah
yang mendapat nomor urut dua berhasil mengantongi 28.228 suara sah sekaligus
menempati posisi kedua perolehan suara dari PKS.16
14
Gun Gun Heryanto, Komunikasi Politik: Sebuah Pengantar, (Bogor, Ghalia
Indonesia: 2013), cet 1. 15
Bobby Reza Satrian, Profil Ledia Hanifa Amaliah, artikel diakses pada 19 Januari
2014 dari http://m.merdeka.com/profil/indonesia/I/ledia-hanifa-amaliah/ 16
Data diambil dari http://mediacenter.kpu.go.id diakses pada tanggal 10 Januari 2014.
9
Peringkat perolehan suara di Dapil Jabar I yang memperebutkan tujuh kursi,
Ledia berada di peringkat kelima. Ledia menjadi satu-satunya perwakilan
perempuan dari partai islam untuk Dapil Jabar I.
TABEL 1
DAFTAR TERPILIH
ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT
PEMILIHAN UMUM TAHUN 2009
DAERAH PEMILIHAN : JAWA BARAT I
No Partai
Politik
No.
Urut
DCT
Nama Calon Terpilih Suara
Sah
Peringkat Prosentase
Suara Sah
1 Partai
Demokrat
1 Agung Budi Santoso,
SH
74,870 1 28,05%
2 Partai
Demokrat
2 H. Daday Hudaya,
SH., MH.
47,208 2 17,68%
3 Partai
Keadilan
Sejahtera
1 Drs. H. Suharna
Surapranata, MT.
36,515 3 13,68%
4 Partai
Demokrat
3 Yetti Heryati 29,841 4 11,18%
5 Partai
Keadilan
Sejahtera
2 Hj. Ledia Hanifa
Amaliah, SSI, MPSI.T
28,228 5 10,57%
6 Partai
Golongan
Karya
1 Dra. Popong Otje
Djundjunan
25,260 6 9,46%
7 Partai
Demokrasi
Indonesia
Perjuangan
1 Drs. H. Setia Permana 24,948 7 9,34%
Sumber: http://mediacenter.kpu.go.id
Torehan yang didapat Ledia pada Pemilu 2009 lalu, menggambarkan bahwa
kehadiran Ledia sebagai politisi perempuan dari partai islam telah mendapat
penerimaan dari masyarakat. Kepercayaan ini yang menghantarkan Ledia sebagai
wakil dari Jabar I yang duduk sebagai wakil rakyat periode 2009-2014.
10
Perjalanan karir politik Ledia sebagai anggota DPR RI periode 2009-2014
diwarnai dengan perombakan komposisi yang dilakukan oleh Fraksi PKS. Selama
menjadi anggota DPR RI, Ledia pernah duduk di Komisi IX dan Komisi X. Kali
ini ia duduk di Komisi VIII sebagai Wakil Ketua Komisi VIII menggantikan
Jazuli Juwaini yang dipindah ke Komisi II menggantikan Rahman Amin.17
Karir Ledia di Komisi VIII diwarnai dengan kritik-kritik yang diajukan
kesejumlah pelayanan dan kebijakan seperti belum maksimalnya layanan sistem
komputerisasi haji terpadu (siskohat),18
temuan Komisi VIII mengenai pembagian
BLSM di Yogya tidak tepat sasaran,19
Undang-undang Kesetaraan dan Keadilan
Gender (KKG) yang perlu disisir ulang agar menemukan fokusnya sehingga tidak
tumpang tindih dengan UU yang telah berlaku20
, dan permasalahan lainnya.
Selain kritik-kritik yang diajukan, Ledia turut memperjuangkan pengesahan
RUU yang memihak pada rakyat seperti RUU JPH (Jaminan Produk Halal).
Meskipun lobi untuk RUU JPH batal dikarenakan banyak anggota dan Kapoksi
yang tidak hadir, ini tak menyurutkan langkahnya untuk tetap berupaya agar RUU
JPH segera disahkan.21
Apa yang telah dilakukan Ledia selama menjabat Wakil Ketua Komisi VIII
DPR RI sedikit banyak memengaruhi upayanya dalam Pemilu kali ini. Sebagai
Calon Anggota DPR RI dari petahana, pengalaman dan medan politik yang lebih
17
Iman Firdaus, Ini Arahan Fraksi PKS Buat Ledia Hanifa, artikel diakses pada
tanggal 10 Februari 2014 dari www.jurnalparlemen.com 18
Iman Firdaus, Temuan Komisi VIII Pembagian BLSM di Yogya Tidak Tepat
Sasaran, artikel diakses pada tanggal 30 Januari 2014 dari www.jurnalparlemen.com 19
Iman Firdaus, Ini Arahan Fraksi PKS Buat Ledia Hanifa, artikel diakses pada
tanggal 10 Februari 2014 dari www.jurnalparlemen.com 20
Iman Firdaus, Agar Fokus RUU KKG Perlu Disisir Ulang, artikel diakses pada
tanggal 30 Januari 2014 dari www.jurnalparlemen.com 21
Lobi Batal, RUU Jaminan Produk Halal Bakal Molor, artikel diakses pada tanggal
30 Januari 2014 dari www.jurnalparlemen.com
11
dulu ia ketahui menjadi modal besar baginya. Selain itu, pengalaman berpolitik
yang cukup lama dengan menduduki jabatan-jabatan strategis di partainya
membuat Ledia mantap melaju sebagai anggota DPR RI periode mendatang.
Pada pemilu legislatif 2014 ini, Ledia akan bertarung dengan lima calon rekan
separtainya untuk merebutkan kursi DPR RI di Dapil Jabar 1. Daftar calon tetap
anggota DPR RI Dapil Jabar 1 dari PKS adalah: (1) Asep Saefulloh Danu, (2)
Ahmad Kuncaraningrat, (3) Ledia Hanifa Amaliah, (4) Arif Minardi, (5)
Achmad Zulkarnain, dan (6) Zirly Nova Jamil.22
Selain menghadapi rekan separtainya, Ledia harus bersaing pula dengan caleg
incumbent di dapil Jabar 1. Para pesaingnya diincumbent diantaranya Popong Otje
Djundjunan yang merupakan politisi senior dari partai Golkar, Agung Budi
Santoso politisi partai Demokrat yang pada pemilu 2009 memperoleh suara
terbanyak di Dapil Jabar 1 dan Daday Hudaya politisi senior partai Demokrat
yang pada pemilu 2009 memperoleh suara terbanyak kedua di Dapil Jabar 1.
Pertarungan Ledia di dapil Jabar I bukanlah perkara ringan. Seperti yang
disebutkan beberapa media online dalam pemberitaannya kerap kali menyebutkan
dapil Jabar I sebagai dapil “neraka”. Ini merupakan gambaran pertarungan di dapil
Jabar 1 sangat sengit. Di dapil Jabar 1 terdapat politisi senior, atlet dan artis
terkenal yang turut berlaga dalam pileg 2014.23
22
DCS DPR 2014-3201. JABAR I. pdf. Artikel diakses pada tanggal 31 Desember
2013 dari www.kpu.go.id 23
Artis, Atlet dan Politisi Senior „Perang‟ di Dapil Jabar 1 artikel diakses pada Jum‟at,
11 Juli 2014 dari http://m.news.viva.co.id/news/read/492664-artis--atlet-dan-politisi-senior--
perang--di-dapil-jabar-1
12
Ketatnya peta persaingan di Jabar 1 membuat Ledia dan tim suksesnya harus
bekerja ekstra keras. Selain persoalan-persoalan di atas, Ledia pun harus
berhadapan dengan persoalan nomor urut. Ini menjadi penting dicermati oleh
seoarang kandidat yang bersaing karena tak jarang nomor urut menjadi kunci
kesuksesan seorang kandidat untuk mendapatkan suara dari para pemilihnya.
Jika pada pemilu tahun 2009 lalu, Ledia mendapat nomor urut dua dan
menempati urutan kedua dalam perolehan suara sah di partainya. Kini pada
pemilu 2014, ada pergeseran nomor urut sehingga ia mendapat nomor urut tiga.
Pergeseran nomor urut ini merupakan ketetapan partai tempat Ledia berafiliasi.
Mencermati kondisi yang demikian, strategi seperti apakah yang sekiranya
bisa membantu Ledia Hanifa Amaliah, untuk dapat memenangi pemilu 2014 ini.
Mengingat peta persaingan yang semakin ketat, bukan hanya dari rekan-rekan
separtainya saja melainkan calon-calon dari partai lain yang turut bertanding
dalam pemilu 2014.
Persaingan yang semakin ketat menuntut para kandidat berupaya lebih kuat
menarik simpati calon pemilih. Para kandidat harus bisa memperkenalkan diri
mereka ke publik dan meyakinkan calon pemilih bahwa mereka layak
mengemban amanah yang dititipkan masyarakat. Upaya ini bisa terwujud jika
diimbangi dengan pemasaran atau marketing kandidat.
Selama ini kita mengetahui bahwa marketing merupakan bagian dari ekonomi.
Namun seiring kebutuhan politik dan keadaan persaingan yang semakin ketat
menuntut marketing turut digunakan pula dalam politik. Marketing yang
13
dimaksud di sini bukanlah marketing atau pemasaran ekonomi melainkan
marketing atau pemasaran politik.
Pada awalnya pemasaran atau marketing bukanlah bagian dari politik. Karena
keduanya merupakan dua disiplin ilmu yang berbeda. Mencermati kebutuhan
politik dan keadaan persaingan yang semakin ketat, maka marketing dan politik
bersatu menjadi pedoman baru dalam persaingan politik. Dan kini para kandidat
mulai ramai menggunakan marketing politik dalam persaingan politik mereka.
Saat ini masyarakat semakin cerdas dalam menentukan pilihannya. Rakyat
sudah dapat membedakan mana yang gemar memberi janji dan mana yang bekerja
nyata. Rakyat sudah tidak ingin lagi digempur dengan janji-janji para wakil
rakyat. Ini menjadi tugas penting bagi para kandidat beserta tim suksesnya dalam
meramu strategi komunikasi politik yang baik untuk dapat memenangkan hati
rakyat sehingga mau memberikan suaranya pada calon tersebut.
Menyikapi persaingan sengit di dapil Jabar 1 dan kondisi masyarakat yang
semakin cerdas politik membuat Ledia beserta tim suksesnya mengatur strategi
untuk dapat memenangkan persaingani ini. Dan marketing politik menjadi pilihan
Ledia dan tim suksesnya sejak lima tahun lalu ketika menjabat sebagai anggota
DPR RI periode 2009-2014 lalu.
Marketing politik seorang politisi dalam persaingan politiknya begitu menarik
untuk dicermati, terlebih Ledia adalah politisi perempuan dari partai islam. Oleh
sebab itu penulis tertarik meneliti marketing politik Ledia yang kemudian
dituangkan dalam judul: “Marketing Politik Calon Anggota DPR RI Ledia
Hanifa Amaliah dalam Pemilihan Anggota DPR RI periode 20014-2019”.
14
B. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penelitian ini dibatasi pada :
Kegiatan marketing politik yang dilakukan Ledia Hanifa Amaliah dalam
pemilihan anggota DPR RI periode 2014-2019.
C. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas dapat ditarik rumusan
permasalahan sebagai berikut :
a. Bagaimana marketing politik yang dijalankan Ledia Hanifa Amaliah
dalam menghadapi Pemilihan anggota legislatif periode 2014-2019?
b. Apa saja faktor pendukung dan penghambat marketing politik Ledia
Hanifa Amaliah dalam menghadapi Pemilihan anggota legislatif periode
2014-2019?
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah yang ada sebagaimana tersebut di atas, maka tujuan
tulisan sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui marketing politik yang dibangun Ledia Hanifa
Amaliah, bersama tim suksesnya dalam pemilihan anggota DPR RI
periode 2014-2019.
b. Untuk mengetahui faktor pendukung dan hambatan atau tantangan
yang dialami Ledia Hanifa Amaliah, beserta tim suksesnya dalam
pemilihan anggota legislatif periode 2014-2019.
15
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :
a. Manfaat Akademis
Menerapkan ilmu komunikasi secara teoritis dalam hasil penelitian
dan menunjang serta mengembangkan ilmu pengetahuan yang
diterapkan di bidang komunikasi politik.
b. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi para
teoritis, praktisi dan pemikir dalam bidang komunikasi politik, para
calon anggota legislatif serta partai politik. Selain itu, penelitian ini
diharapkan dapat membuka wawasan baru mengenai partisipasi politik
perempuan, sehingga tidak ada lagi kekeliruan dalam menyikapi
partisipasi politik perempuan baik dalam konteks agama maupun
bernegara.
E. Metodologi Penelitian
1. Pendekatan penelitian
Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah desain kualitatif
dimana desain ini dinilai tepat untuk melihat proses dan keutuhan
fenomena yang terjadi. Pendekatan kualitatif mencoba menerjemahkan
pandangan-pandangan dasar interpretatif dan fenomenologis yang antara
lain: (1) realitas sosial adalah sesuatu yang subjektif dan diinterpretasikan,
bukan sesuatu yang lepas di luar individu-individu; (2) manusia tidak
secara sederhana disimpulkan mengikuti hukum-hukum alam di luar diri,
16
melainkan menciptakan rangkaian makna menjalani hidupnya; (3) ilmu
didasarkan pada pengetahuan sehari-hari, bersifat induktif, idiografis dan
tidak bebas nilai, serta (4) penelitian bertujuan untuk memahami
kehidupan sosial.24
Selain itu, penelitian ini menggunakan tipe penilitian Studi kasus.
Studi kasus adalah penelitian yang dilakukan terbatas pada masalah
khusus (kasus tertentu). Studi kasus membuat peneliti dapat memperoleh
pemahan utuh dan terintegrasi mengenai interrelasi berbagai fakta dan
dimensi dari kasus khusus tersebut.25
Studi kasus dapat dibedakan dalam beberapa tipe: 26
Studi kasus intrinsik: penelitian dilakukan karena ketertarikan atau
kepedulian pada suatu kasus khusus. Penelitian dilakukan untuk
memahami secara utuh kasus tersebut, tanpa harus dimaksudkan untuk
menghasilkan konsep-konsep/teori ataupun tanpa upaya
menggeneralisasi.
Studi kasus instrumental: penelitian pada suatu kasus unik tertentu,
dilakukan untuk memahami isu dengan lebih baik, juga untuk
mengembangkan, memperhalus teori.
24
S. Sarantoks, Social Research. (Melbourne, MacMillan Education Australia Pty Ltd:
1993) dalam E. Kristi Poerwandari, Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku Manusia,
(Depok, LPSP3 UI: 2005), edisi 3, h.25-26. 25
S. Sarantoks, Social Research. (Melbourne, MacMillan Education Australia Pty Ltd:
1993) dalam E. Kristi Poerwandari, Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku Manusia, h.
108. 26
S. Sarantoks, Social Research. (Melbourne, MacMillan Education Australia Pty Ltd:
1993) dalam E. Kristi Poerwandari, Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku Manusia, h.
108.
17
Studi kasus kolektif: suatu studi kasus instrumental yang diperluas
sehingga mencakup beberapa kasus. Tujuannya adalah untuk
mempelajari fenomena/populasi/kondisi umum dengan lebih
mendalam. Karena menyangkut kasus majemuk dengan fokus baik di
dalam tiap kasus maupun antar kasus, studi kasus ini sering juga
disebut studi kasus majemuk, atau studi kasus komparatif.
Dalam penelitian kali ini, penulis menggunakan studi kasus instrinsik
karena dalam marketing politik Ledia terdapat beberapa keunikan.
Pertama, Ledia telah mengikuti tiga kali pemilihan umum. Pada tahun
2004 Ledia menjadi calon anggota DPRD Provinsi pada daerah pemilihan
Jabar VI (Depok-Bekasi). Saat itu, pemilu di Indonesia masih
menggunakan sistem proporsional tertutup (berdasarkan nomor urut)
sehingga Ledia yang saat itu tak mendapat nomor urut satu harus kandas
meski perolehan suaranya besar. Tahun 2009 ia terpilih sebagai anggota
DPR RI dari Dapil Jabar I (Bandung-Cimahi). Dan tahun 2014 kembali
mencalonkan dari Dapil yang sama.
Kedua, Ledia merupakan salah satu politisi yang ditunjuk partainya
(PKS) untuk menjadi wakil rakyat di Dapil Jabar I. Hal yang perlu kita
ketahui, bahwasannya, Ledia bukan berasal dari Dapil Jabar I. Ia lahir dan
tinggal di Jakarta. Namun, pada pemilu 2009 lalu ia berhasil mendulang
kesuksesan sebagai wakil rakyat dari Jabar I. Ia berhasil meyakini para
pemilih di Jabar I untuk memberikan dukungan dan suara mereka kepada
Ledia meskipun ia bukan berasal dari daerah yang diwakilinya.
18
Ketiga, dalam hal distribusi dan alokasi kader partai terjadi melalui
tahapan yang panjang dalam proses kaderisasi. Setiap wakil rakyat yang
maju sebagai calon wakil rakyat bukan atas dasar keinginan pribadi,
melainkan perintah dan penunjukan langsung dari Partai. Penunjukan yang
dilakukan partai terhadap Ledia, melalui proses pertimbangan dan
musyawarah majelis syuro PKS. Sehingga wakil yang ditunjuk benar-
benar memiliki kapasitas dan kapabilitas dalam politik, bukan sekedar
pendongkrak suara.
2. Tahapan Penelitian
Berdasarkan manfaat empiris, bahwa metode pengumpulan data
kualitatif yang paling independen terhadap semua metode pengumpulan
data dan teknik analisis data adalah metode wawancara mendalam,
observasi, dan dokumenter. Dengan penjelasan sebagai berikut:
a. Pengumpulan data
1) Wawancara mendalam merupakan proses memperoleh keterangan
untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap
muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang
diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide)
wawancara, di mana pewawancara dan informan terlibat dalam
kehidupan sosial yang relatif lama. Dengan demikian, kekhasan
wawancara mendalam adalah keterlibatannya dalam kehidupan
19
informan.27
Dalam hal ini, peneliti mewawancarai Ledia Hanifa
Amaliah dan Tim Suksesnya.
2) Observasi, istilah observasi diarahkan pada kegiatan
memperhatikan secara akurat, mencatat fenomena yang muncul,
dan mempertimbangkan hubungan antara aspek dalam fenomena
tersebut.28
Pada observasi ini, peneliti mengamati marketing politik
yang dilakukan Ledia Hanifa Amaliah, berserta Tim Suksesnya
serta mengamati berbagai kegiatan yang dilakukan oleh Ledia
Hanifa Amaliah, beserta Tim Suksesnya.
3) Dokumenter adalah suatu metode pengumpulan data yang
digunakan dalam metodologi penelitian sosial. Pada intinya metode
dokumenter adalah metode yang digunakan untuk menelusuri data
historis.29
Dalam hal ini peneliti mengumpulkan data-data dari
berbagai sumber yang dapat mendukung penelitian yang sedang
dilakukan.
b. Pengelolaan Data
Berdasarkan wawancara dan observasi yang dilakukan, peneliti
mendapatkan sejumlah data. Data yang diperoleh dalam penelitian
kualitatif tidak berbentuk angka, tetapi lebih banyak berupa narasi,
deskripsi, cerita, dokumen tertulis dan tidak tertulis (gambar, foto)
27
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan
Ilmu Sosial lainnya, (Jakarta, Kencana: 2010), ed 1, cet 4, h. 208. 28
E. Kristi Poerwandari, Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku Manusia,
(Depok, LPSP3 UI: 2005), edisi 3, h. 116. 29
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan
Ilmu Sosial lainnya, h. 121.
20
ataupun bentuk-bentuk non angka lain.30
Data-data tersebut kemudian
diolah dan dihubungan dengan berbagai data yang ada sehingga
menjadi sebuah kesimpulan yang bermakna. Kesimpulan tersebut
diangkat dari fakta-fakta yang ditemukan selama penelitian.
Teknik penulisan skripsi ini penulis berpedoman pada buku
bimbingan skripsi UIN Jakarta “PEDOMAN PENULISAN SKRIPSI”,
(FITK UIN: Jakarta, 2011) serta terikat dengan peraturan pemakaian
bahasa dengan ejaan (EYD). Dengan pengecualian bahasa asing.
c. Analisa data
Berdasarkan wawancara dan observasi yang dilakukan, peneliti
mendapatkan sejumlah data. Data yang diperoleh dalam penelitian
kualitatif tidak berbentuk angka, tetapi lebih banyak berupa narasi,
deskripsi, cerita, dokumen tertulis dan tidak tertulis (gambar, foto)
ataupun bentuk-bentuk non angka lain.31
Data-data tersebut kemudian
diolah dan dihubungan dengan berbagai data yang ada sehingga
menjadi sebuah kesimpulan yang bermakna. Kesimpulan tersebut
diangkat dari fakta-fakta yang ditemukan selama penelitian.
3. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah Ledia dan tim suksesnya yang
berkaitan dengan pembatasan dan perumusan masalah. Adapun objek
30
E. Kristi Poerwandari, Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku Manusia,
(Depok, LPSP3 UI: 2005), edisi 3, h. 143. 31
E. Kristi Poerwandari, Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku Manusia,
(Depok, LPSP3 UI: 2005), edisi 3, h. 143.
21
penelitiannya adalah marketing politik yang digunakan Ledia dan tim
suksesnya.
F. Kerangka Penelitian
Kerangka dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
Sumber: Bruce I Newman, Handbook of Political Marketing(1999) dan Zulkariem Nasution,
Komunikasi Politik Suatu Pengantar (1990)
Komunikasi politik menjadi bahasan utama dalam penelitian ini karena
penelitian ini mengangkat tentang bagaimana seorang kandidat mempersiapkan
diri dalam pemillihan legislatif.
Marketing politik merupakan bagian dari komunikasi politik, sama halnya
seperti retorika politik maupun public relations politik. Marketing politik ini
digunakan Ledia untuk mensosialisasikan dirinya dalam pemilihan anggota
DPR RI periode 2014-2019.
Komunikasi
Politik
Marketing
Politik
Pasar
Politik
Saluran
Media
Produk
Politik
Positioning
Politik
Saluran
Tatap Muka
22
Pasar politik, produk politik dan positioning politik merupakan bagian tak
terpisahkan dalam marketing politik. Pada bagian-bagian inilah Ledia dan tim
suksesnya menganalisa dan meramu strategi marketing politik mereka.
Saluran komunikasi politik terdiri dari lima saluran yakni tatap muka, sosial
tradisional, masukan (input), output, dan media massa. Ledia dan tim suksesnya
menggunakan dua saluran yakni media dan tatap muka. Kedua saluran ini
digunakan dalam rangka positioning Ledia sebagai calon anggota DPR RI.
G. Tinjauan Pustaka
Ada beberapa penelitian sebelumnya yang membahas tentang strategi
komunikasi politik, diantaranya:
Misliyah menemukan tim sukses Mochtar Muhammad-Rahmat Effendi dalam
kampanye Pilkada Walikota Bekasi menggunakan marketing politik melalui
saluran media. Media yang digunakan meliputi media cetak dan media elektronik.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian penulis terletak pada proses marketing
politik yang dilakukan melalui saluran media. Dan perbedaannya adalah
penelitian ini memfokuskan pada agenda setting media dari marketing politik
sedangkan penelitian yang dilakukan penulis memfokuskan pada saluran yang
digunakan dalam marketing politik.32
Muhammad Rhagyl Indratomo menemukan Persamaan penelitian ini dengan
penelitian penulis terdapat pada iklan PKS di media massa yang mana PKS
menggunakan saluran media dalam proses marketing politik mereka. Adapun
perbedaan penelitian ini adalah mereka hanya mefokuskan pada iklan partai
32
Misliyah, Komunikasi Politik Melalui Media Massa Pasangan Mochtar Muhammad-
Rahmat Effendi (MuRah) dalam Pilkada Walikota Bekasi Periode 2008-201, (Jakarta, FIDKOM
UIN: 2010)
23
politik dalam marketing politik mereka sedangkan penelitian yang dilakukan
penulis memfokuskan pada saluran yang digunakan dalam marketing politik.33
Shulhan Rumaru menemukan strategi marketing politik Lembaga Konsultan
Komunikasi Fastcomm di tengah persaingan lembaga-lembaga konsultan politik
lainnya. Persamaan penelitian ini dengan penelitian penulis adalah penggunaan
proses marketing politik partai islam dan saluran komunikasi politik yang
digunakan dalam proses marketing politik. Dan perbedaan penelitian ini adalah
peneliti memfokuskan pada Lembaga Konsultan Komunikasi Fastcomm yang
menangani marketing politik partai islam sedangkan penulis memfokuskan pada
kandidat yang tidak menggunakan jasa konsultan politik.34
H. Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi ini bersifat teratur dan sistematis, maka dari itu untuk dapat
memudahkan dalam memahami isi skripsi ini, peneliti membagi skripsi ini
menjadi lima bab, yang pada tiap-tiap bab terbagi dari sub-sub bab. Isi masing-
masing bab secara singkat adalah sebagai berikut:
BAB 1 latar belakang, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan dan
kegunaan penelitian, metodologi penelitian, pedoman penelitian
serta sistematika penulisan.
BAB 2 Bab ini membahas tentang teori-teori yang digunakan sebagai
landasan permasalahan penelitian dalam membahas skripsi ini.
33
Muhammad Rhagyl Indratomo , Analisis Pemanfaatan Iklan Politik di Media Massa:
Studi Terhadap Iklan Politik Partai Keadilan Sejahtera (PKS) pada Pemilu Legislatif 2009,
(Jakarta, FIDKOM UIN: 2010) 34
Shulhan Rumaru, Strategi Marketing Politik Lembaga Konsultan Komunikasi
Fastcomm dalam Pemenangan Partai Islam di Pemilu Legislatif 2009, (Jakarta, FIDKOM UIN:
201)
24
BAB 3 Bab ini berisi uraian profil Ledia Hanifa Amaliah, dalam pemilihan
anggota legislatif periode 2014-2019.
BAB 4 Bab ini membahas tentang isi penelitian secara umum di mana
data-data yang telah dikumpulkan dipaparkan oleh peneliti dan
menganalisis data yang sudah diperoleh.
BAB 5 Bab ini merupakan bab terakhir dari skripsi yang dibuat oleh
peneliti yang membahas tentang hasil keseluruhan penelitian yang
menguraikan tentang kesimpulan dari semua uraian yang ada pada
bab-bab sebelumnya. Dalam bab ini, peneliti juga akan
memberikan kesimpulan dan saran sebagai hasil dari penelitian
yang telah dilakukan.
25
BAB II
LANDASAN PEMIKIRAN
A. Konseptualisasi Komunikasi Politik
1. Pengertian Komunikasi Politik
Komunikasi politik sebagai salah satu bidang kajian komunikasi, selalu
menjadi fenomena yang senantiasa aktual untuk didiskusikan, terlebih ditahun-
tahun politik seperti sekarang ini. Dewasa ini, politik menjadi hal yang ramai
dibicarakan. Tak hanya oleh para politisi, akademisi maupun pengamat saja. Kini
politik telah merambah ke masyarakat umum yang awam politik. Itulah sebabnya
mengapa komunikasi politik begitu penting untuk dikaji.
Komunikasi politik telah dikenal sejak Cicero dan Aristoteles. Kemudian
berkembang sekitar Perang Dunia I dan Perang Dunia II. Sebagai suatu bidang
kajian ilmiah, komunikasi politik melintasi berbagai disiplin dan dibesarkan
secara lintas disiplin. Karena komunikasi politik terlahir dari disiplin ilmu
komunikasi dan ilmu politik. 1
Keberadaan komunikasi politik sudah ada sejak manusia berpolitik dan
berkomunikasi, tetapi sebagai telaah ilmu, apakah sebagai bagian ilmu politik
maupun sebagai bagian ilmu komunikasi, usianya belum begitu lama.
Perkembangannya sebagai sebuah subdisiplin berakar dalam revolusi ilmu sosial
tujuh puluh tahun yang lalu. Alwi Dahlan menulis bahwa komunikasi politik
mulai berkembang dalam bentuk awal dalam kandungan ilmu politik sesudah
Perang Dunia I, meskipun belum memakai penamaan tersebut. Hal itu terlihat dari
1 Anwar Arifin, Komunikasi Politik: Filsafat-Paradigma-Teori-Tujuan-Strategi dan
Komunikasi Politik Indonesia, (Yogyakarta, Graha Ilmu: 2011), edisi II, cet I, h. 11.
26
studi mengenai pendapat umum, propaganda, dan perang urat saraf, serta
berkembangnya teori media kritis sebagai bagian dari ilmu politik.2
Sebelum kita membahas pengertian komunikasi politik, sebaiknya kita uraikan
terminolgy yang melekat dalam konteks komunikasi politik, yakni komunikasi
dan politik. Komunikasi berasal dari bahasa Latin „communis‟ atau „common‟
dalam bahasa Inggris yang berarti sama. Berkomunikasi berarti kita sedang
berusaha untuk mencapai kesamaan makna, “commonness”. Atau dengan
ungkapan yang lain, melalui komunikasi kita mencoba berbagi informasi, gagasan
atau sikap kita seringkali mempunyai makna yang berbeda terhadap lambang yang
sama. Oleh karena itu, komunikasi seharusnya dipertimbangkan sebagai aktivitas
di mana tidak ada tindakan atau ungkapan yang diberi makna secara penuh,
kecuali jika diinterpretasikan oleh partisipan komunikasi yang terlibat, demikian
pengertian komunikasi yang diberikan Kathleen K. Reardon dalam buku
Interpersonal Commmunication, Where Minds Meet (1987). 3
Aristoteles yang hidup empat abad sebelum masehi (385-322SM) dalam
bukunya Rethoric membuat definisi komunikasi dengan menekankan “siapa
mengatakan apa kepada siapa.” Definisi yang dibuat Aristoteles ini sangat
sederhana, tetapi ia telah mengilhami seorang ahli ilmu politik bernama Harold D.
Lasswell pada 1948, dengan coba membuat definisi komunikasi yang lebih
sempurna dengan menanyakan “SIAPA mengatakan APA, MELALUI apa,
KEPADA siapa, dan apa AKIBATNYA.”
2 Anwar Arifin, Komunikasi Politik: Filsafat-Paradigma-Teori-Tujuan-Strategi dan
Komunikasi Politik Indonesia, h. 11. 3 Syaiful Rohim, Teori Komunikasi: Perspektif, Ragam dan Aplikasi, (Jakarta, Rineka
Cipta: 2009), cet 1, h. 108.
27
Para sarjana komunikasi yang mengkhususkan diri pada studi komunikasi
antarmanusia (human communication) yakni “Komunikasi adalah sautu transaksi,
proses simbolik yang menghendaki orang-orang mengatur lingkungannya dengan
(1) membangun hubungan antarsesama manusia; (2) melalui pertukaran
informasi; (3) untuk membuat sikap dan tingkah laku orang lain; serta (4)
berusaha mengubah sikap dan tingkah laku itu.”4
Sedangkan definisi politik, pada umumnya diketahui berasal dari perkataan
politicos (menyangkut warga Negara), polites (seorang warga Negara), polis
(kota, negara), dan politea (kewargaan) di zaman Yunani Klasik.5 Kemudian
berkembang dalam berbagai bentuk bahasa (Inggris), seperti polity, politics,
politica, political, dan policy. Selain itu dikenal juga istilah politicos yang berarti
kewarganegaraan, yang kemudian berkembang menjadi politer yang bermakna
hak-hak warga negara. Sejak zaman Yunani klasik telah dikenal istilah politike
techne yang berarti kemahiran politik.6
Eric Louw menyebutkan, politik adalah sebuah proses pengambilan keputusan, sebuah
perebutan untuk memperoleh akses pada posisi pengambilan keputusan, dan proses
kewenangan untuk menjalankan keputusan-keputusan itu. 7
Dari definisi yang diungkapkan Eric Louw mengandung sejumlah konsep
kenegaraan, yakni: kekuasaan (power), pengambilan keputusan (decision making),
kebijaksanaan (policy), dan pembagian atau alokasi sumber daya (resources).8
4 Hafied Cangara, Komunikasi Politik: Konsep, Teori dan Strategi, (Jakarta, Rajawali
Pers: 2009), edisi I, cet II, h. 18-19. 5 Asep Saeful Muhtadi, Komunikasi Politik Indonesia: Dinamika Islam Politik Pasca-
Orde Baru, (Bandung, PT Remaja Rosdakarya: 2008), cet I, h. 28. 6 Anwar Arifin, Komunikasi Politik: Filsafat-Paradigma-Teori-Tujuan-Strategi dan
Komunikasi Politik Indonesia, (Yogyakarta, Graha Ilmu: 2011), edisi II, cet I, h. 2. 7 Hafied Cangara, Komunikasi Politik: Konsep, Teori dan Strategi, (Jakarta, Rajawali
Pers: 2009), edisi I, cet II, h. 28. 8 Hafied Cangara, Komunikasi Politik: Konsep, Teori dan Strategi, h. 28.
28
Selain itu Lasswell merumuskan formula bahwa politik ialah siapa
memperoleh apa, kapan, dan bagaimana caranya (who, gets what, when, how).
Siapa yang melakukan aktivitas politik, apa yang dicapainya dalam aktivitas itu,
serta kapan dan bagaimana cara mencapainya. Aktivitas yang dilakukan oleh
manusia dengan maksud mencapai tujuan bersama pada waktu tertentu bisa
dilakukan dengan cara memanfaatkan pengaruh (influenze), wewenang
(authority), kekuasaan (power) atau kekuatan (force). Sejalan dengan Lasswell,
Dahl menyebutkan bahwa politik itu adalah aturan, kekuasaan, pengaruh,
wewenang, dan pemerintahan sebagai cakupan politik.9
Adapaun pembahasan mengenai kajian komunikasi politik pada awalnya
berakar pada ilmu politik, meskipun penamaan lebih banyak dikenal dengan
istilah propaganda. Ini dimulai pada tahun 1922 dengan penelitian dari Ferdinand
Tonnies dan Walter Lippmann yang meneliti tentang opini publik pada
masyarakat, kemudian dilanjutkan oleh Bagehot, Maine, Bycre, dan Graha Wallas
di Inggris yang menelaah peranan pers dan pembentukan opini publik. Bahkan
ketika Harold D. Lasswell menulis disertasi doktor tentang Propaganda Technique
in the World War (1927). Praktik propaganda berkembang terutama menjelang
Perang Dunia II ketika Nazi Jerman berhasil melakukan ekspansi dengan
gemilang di bawah propaganda Dr. Joseph Gobbel.10
Komunikasi politik merupakan persilangan antara ilmu politik dan ilmu
komunikasi. Di dalamnya ada proses komunikasi dan proses politik. Pembahasan
9 Anwar Arifin, Komunikasi Politik: Filsafat-Paradigma-Teori-Tujuan-Strategi dan
Komunikasi Politik Indonesia, (Yogyakarta, Graha Ilmu: 2011), edisi II, cet I, h. 3-4. 10
Hafied Cangara, Komunikasi Politik: Konsep, Teori dan Strategi, (Jakarta, Rajawali
Pers: 2009), edisi I, cet II, h.32.
29
kajian ini berkutat pada proses penyampaian pesan melalui media yang juga
bersifat politis. Sama seperti pesan, media dan saluran politik formal seperti
negara dan lembaga-lembaga politik lainnya juga memiliki kekuatan politik.11
Kendati komunikasi politik merupakan persilangan komunikasi dan politik,
bukan berarti mendefinisikan komunikasi politik cukup dengan menggabungkan
dua definisi, “komunikasi” dan “politik”. Ia memiliki konsep tersendiri, meskipun
secara sederhana merupakan gabungan dari dua konsep tersebut. Komunikasi
politik secara keseluruhan tidak bisa dipahami tanpa menghubungkannya dengan
dimensi politik dengan segala aspek dan problematikanya. Kesulitan dalam
mendefinisikan komunikasi politik terutama dipengaruhi oleh keragaman sudut
pandang terhadap kompleksitas realitas sehari-hari. 12
Ilmuwan komunikasi A. Muis, menjelaskan bahwa istilah komunikasi politik
menunjuk pada pesan sebagai objek formalnya sehingga titik berat konsepnya
terletak pada komunikasi dan bukan pada politik. Pada hakikatnya komunikasi
politik mengandung informasi atau pesan tentang politik. Sedang McNair,
menyebutkan bahwa komunikasi politik adalah komunikasi yang diupayakan
untuk mencapai tujuan-tujuan politik tertentu. Kemudian Graber, memandang
bahwa komunikasi politik adalah proses pembelajaram, penerimaan, dan
persetujuan atas kebiasaan-kebiasaan atau aturan-aturan, struktur, dan faktor-
faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap kehidupan politik.13
11
Nurani Soyomukti, Komunikasi Politik: Kudeta Politik Media, analisa Komunikasi
Rakyat dan Penguasa, (Malang: 2013), cet I, h. 1. 12
Asep Saeful Muhtadi, Komunikasi Politik Indonesia: Dinamika Islam Politik Pasca-
Orde Baru, (Bandung, PT Remaja Rosdakarya: 2008), cet I, h. 28. 13
Anwar Arifin, Komunikasi Politik: Filsafat-Paradigma-Teori-Tujuan-Strategi dan
Komunikasi Politik Indonesia, (Yogyakarta, Graha Ilmu: 2011), edisi II, cet I, h.12.
30
Menurut Rush dan Althoff, komunikasi politik adalah transmisi informasi yang relevan secara
politis dari satu bagian sistem politik kepada sistem politik yang lain, dan antara sistem sosial
dengan sistem politik.14
Adapun Susanto mendefinisikan komunikasi politik sebagai “komunikasi
yang diarahkan kepada pencapaian suatu pengaruh sedemikian rupa, sehingga
masalah yang dibahas oleh jenis kegiatan komunikasi ini, dapat mengikat semua
warganya melalui suatu sanksi yang ditentukan bersama.” Sedangkan dilihat dari
kegunaannya, menurut Kantaprawira, komunikasi politik berguna untuk
“menghubungkan pikiran politik yang hidup dalam masyarakat, baik pikiran intra-
golongan, institut, asosiasi, ataupun sektor kehidupan politik masyarakat dengan
sektor pemerintahan.”15
2. Komponen Komunikasi Politik
Komunikasi terjadi ketika seorang pembicara menyampaikan pembicaraannya
kepada khalayak dalam upaya mengubah sikap mereka. Tepatnya, ia
mengemukakan tiga unsur dasar proses komunikasi, yaitu pembicara (speaker),
pesan (message), dan pendengar (listener). 16
Fokus komunikasi yang ditelaah Aristoteles adalah komunikasi retoris, yang
kini lebih dikenal dengan komunikasi publik (public speaking) atau pidato. Pada
masa itu, seni berpidato merupakan suatu keterampilan penting yang digunakan di
pengadilan dan di majelis legislatur dan pertemuan-pertemuan masyarakat.
14
Asep Saeful Muhtadi, Komunikasi Politik Indonesia: Dinamika Islam Politik Pasca-
Orde Baru, (Bandung, PT Remaja Rosdakarya: 2008), cet I, h.27. 15
Asep Saeful Muhtadi, Komunikasi Politik Indonesia: Dinamika Islam Politik Pasca-
Orde Baru, h. 30. 16
Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, (Bandung, PT. Remaja
Rosdakarya: 2002), cet IV, h. 134-136.
31
Aristoteles menyadari bahwa semua komunikasi publik melibatkan persuasi maka
ia tertarik menelaah sarana persuasi yang paling efektif dalam pidato.
Salah satu kelemahan model ini adalah bahwa komunikasi dianggap sebagai
fenomena yang statis. Seseorang berbicara kepada khalayak, pesan yang
disampaikan pembicara berjalan ke khalayak lalu khalayak mendengarkan. Tahap-
tahap dalam peristiwa itu berurutan alih-alih terjadi secara simultan. Di samping
itu, model ini juga berfokus pada komunikasi yang bertujuan (disengaja) yang
terjadi ketika seseorang berusaha membujuk orang lain untuk menerima
pendapatnya. 17
Meskipun demikian, kita harus bersikap adil untuk tidak menilai suatu model
komunikasi komunikasi dengan perspektif kekinian. Kita harus menghargai dan
memberi penghormatan kepada Aristoteles yang sudah mengilhami ilmuwan lain
untuk mengembangkan model komunikasi yang lebih baru.
Pada tahun 1948 ilmuwan politik Harold Lasswell mengemukakan suatu
model yang mudah untuk melukiskan suatu tindakan komunikasi ialah dengan
menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut: 18
Siapa?
Mengatakan apa?
Dengan saluran apa?
Kepada siapa?
Dengan akibat apa?
17
Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, h. 135-136. 18
Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, h. 136.
32
a. Komunikator Politik
Komunikator politik dapat dikategorikan sebagai orang yang memberikan
atau menyampaikan pesan politik. Pengategorian ini berangkat dari perspektif
umum bahwa komunikasi politik adalah proses penyampaian pesan politik
dari komunikator politik kepada komunikan politik.
Menurut Harun, komunikator politik dikelompokkan menjadi dua status
yang berbeda, yaitu dalam infrastruktur dan suprastruktur. Adapaun
infrasruktur politik sebagaimana diungkap oleh G. A. Almond dan S.
Coleman, dikualifikasikan ke dalam lima kelompok, yakni (1) partai
politik/parpol (political party), (2) golongan kepentingan (interst group), (3)
golongan penekanan (pressure group), (4) tokoh politik (political figure), dan
(5) alat-alat komunikasi politik (political communication tools).
Kelima kelompok tersebut memiliki pengaruh yang besar bagi kehidupan
politik karena memiliki kemampuan menggerakan masa dan memobilisasi
pendapat umum agar berpihak kepada mereka. Kelompok-kelompok
infrastruktur tersebut merupakan komunikator-komunikator politik yang selalu
berusaha mengembangkan pengaruh untuk mendapatkan dukungan
masyarakat pada waktu terjadi pergesaran atau pergantian elit yang berkuasa
melalui proses pemilihan.19
Sementara, menurut Schudson sebagaimana dikutip Dedy Djamaluddin
Malik (1999: v), Suprastruktur sering juga disebut dengan istilah the
governmental political sphere. Pemerintah sebagai suprastruktur dalam
19
Mahi M. Hikmat, Komunikasi Politik: Teori dan Praktik, (Simbiosa Rekatama
Media, Bandung : 2010), cet I, h. 42-44.
33
komunikator politik memiliki tugas menyampaikan atau mengkomunikasikan
hal-hal yang berkaitan dengan masyarakat dan pemerintaha. Adapun
komunikasi yang dilaksanakan oleh pemerintah (suprastruktur) antara lain
mencakup: pertama seluruh kebijakan yang menyangkut kepentingan warga;
kedua upaya meningkatkan loyalitas dan integrasi nasional; ketiga penerapan
aturan dan perundang-undangan untuk menjaga ketertiban dan kehormatan
dalam hidup bernegera; keempat mendorong terwujudnya partisipasi
masyarakat dalam mencapai tujuan nasional. Lembaga-lembaga legislatif,
eksekutif dan yudikatif masuk dalam suprastruktur politi. 20
b. Pesan Politik
Pesan sebagai fenomena yang berjalan pada rute perputarannya pada suatu
saluran yang menghubungkan dua sumber/penerima atau lebih. Menurut
Fisher, suatu pesan ditransformasikan pada titik-titik penyandian dan
pengalihan sandi sehingga pesan merupakan pikiran atau ide pada suatu
tempat pada sistem jaringan syaraf (neurophysiological) dari
sumber/penerima. Setelah penyandian terjadi dalam suatu situasi tatap muka,
ditransformasikan ke dalam rangkaian getaran udara dan sinar-sinar cahaya
yang terpantulkan. 21
Dalam proses komunikasi politik pun, pesan politik merupakan komponen
terpenting. Mengacu pada definisi komunikasi politik secara umum, pesan
politik itu adalah pesan yang dibawa oleh komunikator politik, baik dalam
bentuk gagasan, pikiran, ide, perasaan, sikap, maupun perilaku tentang politik
20
Gun Gun Heryanto, Komunikasi Politik di Era Industri Citra, (Jakarta, Lasswell
Visitama: 2010), cet I, h. 6-7. 21
Gun Gun Heryanto, Komunikasi Politik di Era Industri Citra, h. 46.
34
yang memengaruhi komunikan politik. Pada dasarnya, menurut Rochajat
Harun dan Sumarno, isi pesan komunikasi politik akan terdiri dari: 22
1) Seperangkat norma yang mengatur lalu lintas transformasi pesan-pesan;
2) Panduan dan nilai-nilai idealis yang tertuju pada upaya mempertahankan
serta melestarikan sistem nilai yang sedang berlangsung;
3) Sejumlah metode dan cara pendekatan untuk mewujudkan sifat-sifat
integratif bagi penghuni sistem;
4) Karakteristik yang menunjukan identitas bangsa; serta
5) Motivasi sebagai dorongan dasar yang memicu pada upaya meningkatkan
kualitas hidup bangsa.
c. Media
Komunikasi massa merupakan sumber utama pesan-pesan politik yang
dipertimbangkan orang dalam menyusun perbuatan politik mereka. Namun,
ada media lain, dan mereka pun harus diperhatikan dalam usaha apa pun untuk
memahami komunikasi politik dan opini publik yang kontemporer. 23
Peran apa yang dimiliki media berita dalam menyajikan bahan mentah
bagi warga negara untuk menciptakan citra politik mereka dan menyusun
perilaku politik mereka. Jika perbuatan politik kita diturunkan dari makna
yang kita berikan kepada objek-objek politik, maka media berita menduduki
posisi yang penting dalam proses komunikasi-opini karena kenyataan bahwa
kita memperoleh begitu banyak informasi politik, langsung dari siaran berita
22
Gun Gun Heryanto, Komunikasi Politik di Era Industri Citra, h. 46-47. 23
Dan Nimmo, Komunikasi Politik: Komunikator, Pesan dan Media, (Bandung, PT.
Remaja Rosdakarya, 2004), cet V, h. 18.
35
televisi dan dari surat kabar. Apa yang ditetapkan dan disebarkan sebagai
“berita” oleh pers adalah unsur utama dalam penyusunan opini personal.24
d. Komunikan Politik
Menurut Effendy, komunikan memiliki fungsi mengawas sandi (decode)
pesan dari komunikator sehingga komunikan disebut decoder. Selain itu,
komunikan pun dapat memberikan umpan balik (feedback) sebagai tanggapan
atas pesan yang disampaikan kepadanya. Feedback itu dapat berbentuk
langsung atau seketika (immediate feedback), misalnya dalam komunikasi
antarpesona (face to face communication), atau bisa juga tertunda (delayed
feedback), misalnya dalam komunikasi bermedia dengan menggunakan media
surat kabar atau majalah, sedangkan menggunakan media elektronik seperti
televisi dan radio sekarang dapat terjadi immediate feedback karena
kecanggihan teknologi informasi. Komunikan secara sederhana dapat
diartikan sebagai penerima pesan.25
e. Efek
Efek merupakan “akibat” dari “siapa mengatakan apa dengan saluran apa
dengan siapa” tidak ditentukan independen dari proses menetapkan “dengan
siapa” dalam rumus Lasswell. Singkatnya, akibat tidak ditentukan terpisah
dari interpretasi: malahan, akibat adalah tindakan interpretatif sinambung yang
diturunkan dari penyusunan opini personal, sosial dan politik.26
24
Dan Nimmo, Komunikasi Politik: Komunikator, Pesan dan Media, h. 18. 25
Mahi M. Hikmat, Komunikasi Politik: Teori dan Praktik, (Simbiosa Rekatama
Media, Bandung : 2010), cet I, h. 48. 26
Dan Nimmo, Komunikasi Politik: Komunikator, Pesan dan Media, (Bandung, PT.
Remaja Rosdakarya, 2004), cet V, h. 20.
36
3. Saluran Komunikasi Politik
Saluran komunikasi adalah alat serta sarana yang memudahkan penyampaian
pesan. Sebuah pesan bisa disalurkan dan disampaikan dengan baik jika ada
saluran yang menghubungkan antara komunikator dan komunikan. Menurut
pendapat Kenneth Burke, saluran adalah ciptaan makhluk pemakai lambang untuk
melancarkan saling tukar pesan. Saluran komunikasi memang temuan. Akan
tetapi, saluran mencakup lebih dari alat, sarana dan mekanisme seperti mesin
cetak, radio, telpon atau komputer. Yang harus lebih diutamakan dari semua
saluran yang ditemukan ialah manusia itu sendiri, saluran yang paling asasi bagi
komunikasi manusia. Seperti yang dilakukan oleh Psikolog George Miller, kita
harus “menganggap manusia sebagai saluran komunikasi, dengan masukan yang
disediakan oleh rangsangan yang kita berikan dan keluaran yang merupakan
tanggapannya terhadap rangsangan itu”. 27
Dengan mengingat bahwa manusia adalah dan juga sumber penerima dalam
komunikasi, maka yang pertama-tama kita tekankan ialah saluran manusia bagi
komunikasi politik. Namun, kita tidak akan mengabaikan media mekanis, teknik
dan sarana yang meningkatkan konstruksi citra manusia melalui saling tukar
lambing. Akan tetapi, justru itulah guna alat-alat tersebut, yakni untuk
memudahkan, tetapi bukan untuk menjamin ketepatan. Sebaliknya, bila dipikirkan
bahwa pada dasarnya manusia, “maka saluran komunikasi itu lebih daripada
sekedar titik sambungan, tetapi terdiri atas pengertian bersama tentang siapa dapat
27
Dan Nimmo, Komunikasi Politik: Komunikator, Pesan dan Media, h. 167.
37
berbicara kepada siapa, mengenai apa, dalam keadaan bagaimana, sejauh mana
dapatnya dipercaya”.28
Istilah struktur komunikasi oleh Almond dan Powell (1966), juga diartikan
sebagai saluran komunikasi, diantaranya adalah:
a. Struktur wawanmuka (face-to-face) informal, merupakan saluran yang
efektif dalam penyampaian pesan-pesan politik. Saluran wawanmuka
memungkinkan komunikator politik dan komunikan politik berada dalam
kedekatan jarak dan emosional karena berhadapan secara langsung. Di
samping struktur yang formal dalam sebuah organisasi, selalu terdapat
struktur informal yang “membayangi”nya. Saluran ini bersifat bebas dalam
arti tidak terikat oleh struktur formal, namun tidak semua orang dapat
akses ke saluran ini dalam kadar yang sama.29
b. Struktur sosial tradisional, yaitu sebuah saluran komunikasi yang
ditentukan oleh posisi sosial pihak yang berkomunikasi (khalayak atau
sumber). Artinya pada lapis mana yang bersangkutan berkedudukan,
bagaimana peranan dalam masyarakat dan (tentunya akan menentukan
pula) akses disusunan sosial masyarakat tersebut.30
c. Struktur masukan (input) politik, yaitu: struktur yang memungkinkan
terbentuknya/dihasilkannya input bagi sistem politik yang dimaksud. Yang
28
Dan Nimmo, Komunikasi Politik: Komunikator, Pesan dan Media, h. 167. 29
Misliyah, Komunikasi Politik Melalui Media Massa Pasangan Mochtar Muhammad-
Rahmat Efendi (MuRah) dalam Pilkada Walikota Bekasi Periode 2008-2013, (Jakarta, FIDKOM
UIN:2010), h. 34. 30
Zulkariem Nasution, Komunikasi Politik Suatu Pengantar, (Jakarta, Ghalia
Indonesia: 1990) h. 57. Dalam Misliyah, Komunikasi Politik Melalui Media Massa Pasangan
Mochtar Muhammad-Rahmat Efendi (MuRah) dalam Pilkada Walikota Bekasi Periode 2008-
2013, (Jakarta, FIDKOM UIN:2010), h. 34.
38
termasuk struktur input adalah serikat pekerja, kelompok-kelompok
kepentingan, dan partai politik.31
d. Struktur output, yaitu: struktur formal dari pemerintah. Struktur
pemerintahan, khususnya birokrasi, memungkinkan pemimpin-pemimpin
politik mengkomunikasikan petunjuk bagi pelaksanaan peraturan-
peraturan untuk bermacam-macam pemegang jabatan politik dengan cara
yang efisien dan jelas.32
e. Saluran media massa adalah saluran yang penting dalam sebuah
komunikasi politik. Media massa selalu mempunyai peranan tertentu
dalam menyalurkan pesan, informasi, dan political content di tengah
masyarakat. Informasi yang disampaikan oleh media bisa berperan dalam
pembentukan opini publik.33
B. Marketing Politik
1. Pengertian Marketing Politik
Marketing telah berkembang pesat di kalangan yang lebih luas, tidak hanya di
tataran akademisi. Hampir dipastikan bahwa setiap aspek kehidupan tidak terlepas
dari aktivitas marketing; mulai dari iklan televisi, di majalah, diskon di
supermarket, papan reklame di sepanjang jalan, sampai ke hal yang menyangkut
31
Zulkariem Nasution, Komunikasi Politik Suatu Pengantar, (Jakarta, Ghalia
Indonesia: 1990) h. 57. Dalam Misliyah, Komunikasi Politik Melalui Media Massa Pasangan
Mochtar Muhammad-Rahmat Efendi (MuRah) dalam Pilkada Walikota Bekasi Periode 2008-
2013, (Jakarta, FIDKOM UIN:2010), h. 59 32
Zulkariem Nasution, Komunikasi Politik Suatu Pengantar, (Jakarta, Ghalia
Indonesia: 1990) h. 57. Dalam Misliyah, Komunikasi Politik Melalui Media Massa Pasangan
Mochtar Muhammad-Rahmat Efendi (MuRah) dalam Pilkada Walikota Bekasi Periode 2008-
2013, (Jakarta, FIDKOM UIN:2010), h. 60. 33
Zulkariem Nasution, Komunikasi Politik Suatu Pengantar, (Jakarta, Ghalia
Indonesia: 1990) h. 57. Dalam Misliyah, Komunikasi Politik Melalui Media Massa Pasangan
Mochtar Muhammad-Rahmat Efendi (MuRah) dalam Pilkada Walikota Bekasi Periode 2008-
2013, (Jakarta, FIDKOM UIN:2010), h. 61.
39
komunikasi dan persuasi. Ilmu marketing mengalami perembesan di segala
bidang. 34
Istilah pemasaran yang selama ini dikenal dalam bidang ekonomi diterapkan
ke dalam bidang politik dengan sebutan, “Pemasaran Politik” atau “Marketing
Politik” (political marketing), dipahami sebagai penyebar gagasan-gagasan politik
dengan menerapkan prinsip-prinsip pemasaran komersial. Hal itu menunjukan
kecenderungan konvergensi antara dunia politik dengan dunia bisnis. Tak dapat
dipungkiri bahwa dunia politik dan dunia bisnis, memang semakin sangat dekat,
terutama karena banyak aktor politik yang berasal dari dunia bisnis. Kemampuan
dan pengalaman para pebisinis melakukan lobi, negoisasi dan pemasaran, dengan
mudah mereka aplikasikan dalam komunikasi politik. 35
Pada dasarnya, marketing bertujuan bisnis komersial namun seiring dengan
perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, semakin terintegrasinya
masyarakat global, serta tuntutan untuk menerapkan prinsip-prinsip demokrasi,
maka institusi politik membutuhkan pendekatan alternatif untuk membangun
hubungan dengan konstituen. Dalam konteks inilah marketing dibutuhkan dan
diasumsikan berguna bagi insitusi politik dan perkembangan politik itu sendiri. 36
Metode dan pendekatan marketing dalam praktik politik saat ini, dapat
dirasakan sebagai sebuah keniscayaan seiring dengan semakin tingginya
persaingan di ranah politik. Ilmu marketing memegang peranan penting dalam
34
Gun Gun Heryanto dan Shulhan Rumaru, Komunikasi Politik: Sebuah Pengantar,
(Bogor, Ghalia Indonesia: 2013), cet 1. H. 26-27. 35
Anwar Arifin, Komunikasi Politik: Filsafat-Paradigma-Teori-Tujuan-Strategi dan
Komunikasi Politik Indonesia, (Graha Ilmu, Yogyakarta: 2011), edisi 2, cet 1, h. 145. 36
Gun Gun Heryanto dan Ade Rina Farida, Komunikasi Politik, (Ciputat, Lembaga
Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: 2011), cet 1, h. 43.
40
aktivitas yang dilakukan institusi-institusi politik. Namun, ilmu marketing dalam
penerapannya di dunia politik tentu mengalami sebuah redefinisi dengan maksud
sudah saatnya ilmu marketing diterapkan dalam dunia politik sehingga dikenal
dengan marketing politik.37
Agar tidak terjadi bias pemahaman terhadap penerapan metode dan konsep
marketing dalam politik, maka diperlukan definisi yang jelas tentang penggunaan
metode marketing dalam bidang politik atau yang lebih dikenal dengan marketing
politik. Marketing atau pemasaran merupakan sebuah konsep ilmu dalam strategi
bisnis yang bertujuan untuk mencapai kepuasaan berkelanjutan bagi stakeholder,
seperti yang diungkapkan Ali Hasan. 38
Bagozi melihat bahwa marketing adalah proses yang memungkinkan adanya
pertukaran antara dua pihak atau lebih. Artinya, aktivitas marketing akan selalu
ditemui dalam proses pertukaran. Dalam pertukaran terdapat proses hubungan
yang memungkinkan interaksi, di mana dalam prosesnya, masing-masing pihak
ingin memaksimalkan dan menjamin bahwa kepentingannya sendiri akan
terpenuhi. Dalam konteks sistem sosial yang luas, marketing dianggap berperan
dalam membangun tatanan sosial. Kotler dan Levy berargumen bahwa
penggunaan konsep marketing tidak hanya terbatas pada institusi bisnis saja. 39
Menurut Bruce I. Newman, marketing adalah proses memilih costumer,
menganalis kebutuhan mereka, dan kemudian mengembangkan inovasi produk,
37
Gun Gun Heryanto, Komunikasi Politik: Sebuah Pengantar, (Bogor, Ghalia
Indonesia: 2013), cet 1, h. 26. 38
Gun Gun Heryanto, Komunikasi Politik: Sebuah Pengantar, h. 27 39
Firmanzah, Marketing Politik: Antara Pemahaman dan Realitas, (Jakarta, Yayasan
Pustaka Obor Indonesia: 2008) dalam Gun Gun Heryanto, Komunikasi Politik: Sebuah Pengantar,
h. 27
41
advertising, harga dan strategi distribusi dalam basis informasi. Marketing dalam
pengertian Bruce bukan dalam pengertian marketing biasa, melainkan produk
politik berupa image politik, platform, pesan politik, dan lain-lain yang dikirim ke
audiens yang diharapkan menjadi konsumen tepat. Dari semua definisi marketing
yang ada, pada tataran tertentu, Estaswara menyukai definisi marketing yang
dikeluarkan AMA (American Marketing Assiciation) pada tahun 2004, bahwa
marketing adalah fungsi organisasi dan serangkaian proses menciptakan,
mengomunikasikannya dan menyampaikan nilai bagi para pelanggan, serta
mengelola relasi pelanggan sedemikian rupa sehingga memberikan manfaat bagi
organisasi dan para stakeholder-nya. 40
Selain definisi marketing, kita perlu mengetahui definisi politik sebab
marketing politik secara mendasar ditopang oleh dua bidang ilmu, yaitu marketing
dan politik. Deliar Noer mendefinisikan bahwa politik merupakan aktivitas atau
sikap yang berhubungan dengan kekuasaan dan yang bermaksud untuk
memengaruhi dengan jalan mengubah atau mempertahankan suatu bentuk
susunan masyarakat. Jika berbicara tentang marketing politik, maka kedua kata ini
tak lagi terpisahkan. Marketing dan politik adalah satu kesatuan dalam
perkembangan disiplin ilmu sosial sehingga perlu definisi yang mengintegrasikan
kedua konsep ilmu tersebut secara jelas dalam satu terminologi.
Mauser G (1983: 5) mendefinisikan marketing sebagai “influencing mass
behavior in competitive situations”. Mauser berupaya menganalogikan marketing
politik kepada marketing komersial, meskipun akan ada perbedaan mendasar
40
Gun Gun Heryanto, Komunikasi Politik: Sebuah Pengantar, h. 27
42
antara marketing politik dengan marketing komersial. Misalnya, marketing politik
mengukur kesuksesan tidak dalam term keuntungan, melainkan dalam hasil voting
dan efektivitas power.41
Dalam tulisan Bruce I. Newman dan Richard M. Perloff tentang Political
Marketing; Theory, Research and Aplication yang dikutip oleh Prisguananto
(2008) dari Handbook of Political Communication Research, pemasaran politik
didefinisikan sebagai aplikasi prinsip-prinsip pemasaran dalam kampanye politik
yang beraneka ragam individu, organisasi, prosedur-prosedur, dan melibatkan
analisis, pengembangan, eksekusi dan strategi manajemen kampanye oleh
kandidat, partai politik, pemerintah, pelobi, kelompok-kelompok tertentu yang
bisa digunakan untuk mengarahkan opini publik terhadap ideologi mereka.42
Dalam studi pemasaran politik disebutkan bahwa pemasaran politik adalah
konsep permanen yang harus dilakukan oleh sebuah partai politik atau kontestan
dalam membangun kepercayaan dan citra public, seperti yang dituliskan Butler &
Collins. Menurut Dean & Croft, membangun kepercayaan dan citra ini hanya bisa
dilakukan dalam jangka panjang, tidak hanya pada masa kampanye dan bukan
proses instan. Publik akan mencatat dan menyimpan dalam memorinya semua
kegiatan politik, wacana politik dan kepedulian kepada masyarakat yang telah
dilakukan atau dikerjakan oleh partai politik atau aktor politik secara individual.
41
Gun Gun Heryanto, Komunikasi Politik: Sebuah Pengantar, h. 28 42
Hafied Cangara, Komunikasi Politik: Konsep, Teori, dan Strategi, (Jakarta, Rajawali
Pers: 2011), ed 1, cet 3, h. 223.
43
Hal itu akan dingat terus oleh publik pada saat akan memberikan suaranya dalam
pemilihan umum.43
Dapat dipahami jika sampai saat ini masih terdapat kontroversi dikalangan
intelektual tentang penerapan prinsip-prinsip pemasaran produk dalam
komunikasi politik, terutama yang menyangkut etika dan moralitas dalam aplikasi
pemasaran politik. Ada kekhawatiran kuat bahwa penggunaan prinsip pemasaran
dalam dunia politik tidak ubahnya seperti dunia bisnis kapitalis beserta
implikasinya yang sarat dengan manipulasi informasi dan sarat kepentingan,
sehingga dapat mereduksi arti berpolitik itu sendiri. Berkembangnya iklan politik
melalui media massa (pers, film, radio dan televisi), dikhawatirkan akan semakin
menjauhkan masyarakat dari ikatan ideologis sebuah partai dan massanya. Selain
itu aplikasi prinsip pemasaran, juga dikhawatirkan akan “meracuni” dunia politik
dengan eksploitasi dan manipulasi. 44
Menurut O‟Soughnessy, pada hakikatnya isu politik sangat berbeda dengan
produk komersial. Isu politik berkaitan dengan nilai dan ideologi, dan bukan
sebuah produk yang diperjualbelikan hanya demi keuntungan semata. Oleh sebab
itu penerapan pemasaran dalam politik harus mengacu dan mengadaptasi nilai-
nilai yang ada dalam dunia politik, terutama yang berkaitan dengan ideologi
politik. Selain itu kehadiran politik menurut Radcliff dalam sistem sosial
43
Anwar Arifin, Komunikasi Politik: Filsafat-Paradigma-Teori-Tujuan-Strategi dan
Komunikasi Politik Indonesia, (Graha Ilmu, Yogyakarta: 2011), edisi 2, cet 1, h. 146. 44
Anwar Arifin, Komunikasi Politik: Filsafat-Paradigma-Teori-Tujuan-Strategi dan
Komunikasi Politik Indonesia, h. 146.
44
ditujukan untuk memperbaiki kondisi kualitas masyarakat suatu komunitas
(negara) melalui “kontrak sosial”.45
Meskipun kontroversi tentang kehadiran pemasaran politik terus mencuat,
namun para politikus atau aktor politik dan pelaku pemasaran, tetap bergairah
menerapkan dan mengembangkan kajian ini. O‟Cass dalam Firmanzah
menjelaskan bahwa falsafah “marketing” memberikan arahan tentang cara
penerapan (pemasaran) dalam dunia politik. Pemasaran politik dimaksudkan
sebagai teknik untuk pencitraan politik sebuah “partai politik” atau seorang
“kandidat” dengan memelihara hubungan timbal balik dengan publik agar
membentuk citra dan memperoleh dukungan opini publik. Hal itu sejalan dengan
kegiatan public relations yang telah dipaparkan dimuka. 46
Sesungguhnya pemasaran politik tidak dimaksudkan untuk “menjual”
kandidat atau partai politik kepada rakyat. Bahkan pemasaran politik menjadikan
calon pemilih sebagai subjek dan mengajarkan agar kandidat atau partai politik
mampu merumuskan secara jelas tentang “produk politik” melalui pengembangan
simbol, citra, platform, visi, misi, dan program yang ditawarkan dengan mengacu
kepada ideologi politik masing-masing partai politik. Dalam proses pemasaran
politik, produk yang bisa dipasarkan adalah partai politik itu sendiri, tanda
gambar, ideologi, visi, misi, program dan para kandidat yang akan menduduki
jabatan-jabatan politik. Ideologi, visi, misi dan program itu tercakup dalam
platform partai (party platform), yang merupakan produk politik yang utama,
45
Anwar Arifin, Komunikasi Politik: Filsafat-Paradigma-Teori-Tujuan-Strategi dan
Komunikasi Politik Indonesia, h. 146. 46
Anwar Arifin, Komunikasi Politik: Filsafat-Paradigma-Teori-Tujuan-Strategi dan
Komunikasi Politik Indonesia, h. 147.
45
disamping “rekam jejak” partai politik pada masa lalu dan karakter pribadi aktor
politik dan kandidat. Semuanya itu memberikan citra, simbol dan kredibilitas
sebuah produk politik (political product).47
Marketing politik harus dipahami secara komprehensif: pertama, marketing
politik lebih dari sekedar komunikasi politik. Kedua, marketing politik
diaplikasikan dalam seluruh proses organisasi partai politik. Tidak hanya tentang
kampanye politik tetapi juga sampai pada tahap bagaimana memformulasikan
produk politik melalui pembangunan simbol, image, platform dan program yang
ditawarkan. Ketiga, marketing politik menggunakan konsep marketing secara
luas, tidak hanya terbatas pada teknik markeitng, namun juga strategi markeitng,
dari teknik publikasi, menawarkan ide dan program, dan desain produk sampai ke
market intelligent, serta pemrosesan informasi. 48
Keempat, marketing politik banyak melibatkan disiplin ilmu dalam
pembahasannya, seperti sosiologi dan psikologi. Mislanya, produk politik
merupakan fungsi dari pemahaman sosiologi mengenai simbol dan identitas,
sedangkan faktor psikologisnya adalah kedekatan emosional dan karakter seornag
pemimpin, sampai ke aspek rasionalitas platform partai. 49
Kelima, konsep marketing politik bisa diterapkan dalam berbagai situasi
politik, mulai dari pemilihan umum sampai ke proses lobi di Parlemen. Dengan
demikian, marketing politik bukan dimaksudkan untuk „menjual‟ kontestan
47
Anwar Arifin, Komunikasi Politik: Filsafat-Paradigma-Teori-Tujuan-Strategi dan
Komunikasi Politik Indonesia, h. 147. 48
Gun Gun Heryanto dan Ade Rina Farida, Komunikasi Politik, (Ciputat, Lembaga
Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: 2011), cet 1, h. 45. 49
Gun Gun Heryanto dan Ade Rina Farida, Komunikasi Politik, h. 45.
46
kepada publik, melainkan sebagai teknik untuk memelihara hubungan dengan
publik agar tercipta hubungan dau arah yang langgeng.50
2. Konsep Marketing Politik
Dalam dunia bisnis, persaingan akan sangat menguntungkan bagi konsumen.
Karena persaingan yang sehat akan membuat konsumen terhindar keharusan
menjadi pihak yang tertindas dan terdominasi oleh tindakan kapitalis. Karena
konsumenlah yang membeli produk dari produsen, dalam sistem persaingan ini
produsen akan berusaha memproduksi dan menjual produk dan jasa terbaik bagi
konsumen, entah dari sisi harga ataupun kualitasnya. Namun, di sisi lain,
persaingan yang sangat tinggi bisa juga merugikan. Hal ini terjadi ketika masing-
masing pemain berusaha menghalalkan semua cara (at all cost) guna
memenangkan persaingan.51
Aksioma pemasaran lama mengatakan bahwa cara tercepat untuk membunuh suatu produk
adalah mengiklannya secara berlebihan. Dengan cara yang sama, strategi pemasaran yang
didukung dengan penelitian yang cermat dan direncanakan dengan baik juga akan menemui
kegagalan apabila calon pelanggan tidak bisa mengenali keberadaan perusahaan, apa yang
ditawarkan kepada mereka, proporsisi nilai dari masing-masing produk dan bagaimana
menggunakan produk-produk itu agar bermanfaat. Pelanggan bisa jadi akan mudah tergiur
oleh tawaran pesaing, dan tidak akan ada manajemen yang proaktif dan yang mengendalikan
identitas perusahaan. Komunikasi pemasaran, dalam bentuk apapun, menjadi hal penting bagi
kesuksesan perusahaan.52
Dalam persaingan dibutuhkan konsep dan strategi yang tepat agar dapat
memenangkan persaingan. Konsep dan strategi dalam marketing politik terdiri
dari: pasar politik, produk politik dan positioning politik.
50
Gun Gun Heryanto dan Ade Rina Farida, Komunikasi Politik, cet 1, h. 45. 51
Firmanzah, Mengelola Partai Politik: Komunikasi dan Positioning Ideologi Politik di
Era Demokrasi, (Jakarta, Yayasan Obor Indonesia: 2007), edisi I, h. 123-124. 52
Christopher Lovelock, Jochen Wirtz, Jacky Mussry, Pemasaran Jasa: Perspektif
Indonesia, (Jakarta, Erlangga: 2010), edisi VII, jilid I, h. 193.
47
a. Pasar Politik
Strategi pemasaran terletak di jantung keberhasilan pemilu karena pemasaran
memaksa kampanye untuk mengumpulkan dalam waktu yang relatif singkat.
Kekuatan organisasi yang mampu memobilisasi dukungan dan menghasilkan
koalisi memenangkan kelompok yang berbeda dan kadang-kadang bertentangan.53
Kesuksesan strategi pemasaran tidak akan terjadi jika kita tidak mengetahui
medan persaingan kita. Kemampuan menerapkan strategi pemasaran baru bisa
dilakukan jika kita mengetahui pasar politik yang menjadi target sasaran kita. Hal
ini, akan mempermudah upaya-upaya yang dilakukan dalam rangka marketing
politik. Berikut ini, lima pasar yang harus diketahui oleh para kandidat politik.
Lima pasar dalam kampanye politik
Sumber: Bruce I Newman, Handbook of Political Marketing(1999)
53
Bruce I Newman, Handbook of Political Marketing, (USA, SAGE Publications:
1999), h. 4.
48
Secara umum, para calon menghadapi lima pasar yang berbeda dalam
mengorganisir kampanye politik: 1) Pemilih, yang biasanya memberikan suara di
pemilihan umum; 2) aktivis, kelompok kepentingan, dan konstituen yang
memegang pengaruh dalam penilaian dan sumbangan (seperti tenaga kerja dan
bisnis, organisasi hak sipil, hukum dan advokat); 3) Media, bisa membuat
kandidat terlihat, bila tidak terlihat, bisa menjaga kandidat dalam bayang-bayang
kampanye; 4) organisasi partai, yang ada disebagian besar (tetapi tidak semua)
kabupaten; dan 5) donator dan kontributor keuangan, siapa yang mungkin atau
tidak mungkin berada di kabupaten tempat kandidat berada.54
b. Produk Politik
Menurut Butler and Collins, Pemasaran politik, sebagaimana pemasaran
produk barang dan atau jasa pada umumnya memiliki kekhususan produknya
yang ditawarkan pada “pasar politik”. Bentuk-bentuk produk politik yang
ditawarkan melalui pemasaran politik meliputi55
:
Platform ideologis partai politik atau calon (kandidat) berikut ssejumlah
proposal kebijakan yang diusungnya
Pemimpin dan para petinggi partai politik yang dicalonkan ke dalam
pemilihan umum baik pemilihan umum presiden maupun kepala daerah;
Anggota partai politik secara umum, terutama dalam pemasaran politik
menjelang kampanye politik pemilu legislatif.
54
Bruce I Newman, Handbook of Political Marketing, (USA, SAGE Publications:
1999), h. 4. 55
Solatun Dulah Sayuti, Komunikasi Pemasaran Politik, (Bandung, PT Remaja
Rosdakarya: 2014), cet I, h. 14.
49
Produk politik di atas, merupakan komponen penting yang akan
ditawarkan di pasar politik. Dalam pemasarannya, produk pollitik harus
memiliki keistimewaan agar produk yang ditawarkan menarik minat
konsumen.
Salah satu implikasi dari berbagai komponen penawaran adalah komponen
yang tidak bisa ditawarkan secara terpisah. Situasi ini menyebabkan perdagangan
sangat kompleks-pelaku dari biaya dan keuntungan. Bean (1993) menunjukan
hasil pemilu di Australia dan Selandia Baru, prkatisi memerlukaan kewaspadaan
dengan fitur kontras dari pemilih tertentu. Sebagai contoh, para pemilih di
Selandia Baru, memberikan arti penting yang lebih besar untuk citra pemimpin
partai dari pada rekan-rekan mereka di Australia.56
c. Positioning Politik
Positioning dalam marketing didefinisikan sebagai semua aktivitas yang
dimaksudkan untuk menanamkan kesan dibenak para konsumen agar mereka bisa
membedakan produk dan jasa yang dihasilkan oleh organisasi bersangkutan
dengan produk atau jasa organisasi lain. Dalam positioning, atribut produk dan
jasa yang dihasilkan akan direkam dalam bentuk image yang terdapat dalam
sistem kognitif konsumen. Dengan demikian konsumen akan dengan mudah
mengidentifikasi sekaligus membedakan produk dan jasa yang dihasilkan oleh
suatu perusahaan dengan produk-produk atau jasa lainnya. Semakin tinggi image
yang direkam dalam benak konsumen, semakin mudah pula mereka mengingat
image produk dan jasa bersangkutan. Menanamkan dan menempatkan image
56
Bruce I Newman, Handbook of Political Marketing, (USA, SAGE Publications:
1999), h. 4.
50
dalam benak masyarakat tidak hanya terbatas pada produk dan jasa, karena
organisasi perusahaan secara keseluruhan juga perlu ditanamkan dalam benak
konsumen. Hal-hal seperti kredibelitas dan reputasi dapat digunakan sebagai
media untuk melakukan positioning.57
Positioning tidak dapat dibangun dalam jangka pendek dan sesaat.
Membangun positioning membutuhkan jangka waktu yang panjang.menempatkan
image dan kesan positif dalam benak masyarakat membutuhkan konsistensi dalam
jangka waktu yang lama. Hal ini dikarenakan masyarakat luas perlu melakukan
proses pembelajaran untuk dapat memahami posisi ideologis yang dianut suatu
organisasi politik. Apalagi ditambah dengan kenyataan bahwa para pesaing politik
pun melakukan hal yang sama. Artinya mereka harus saling berlomba-lomba
untuk menempatkan image positif mereka dalam benak masyarakat luas. Kedua
hal tersebut yang membuat proses positioning menjadi suatu proses yang lama.
Setiap peristiwa, event, kejadian, dan image selalu direkam dan dicoba untuk
diartikan oleh masyarakat. Informasi dan event yang terekam dalam benak
masing-masing orang akan memunculkan kesan tertentu yang akan dijadikan
“blueprint” untuk mengidentifikasi posisi masing-masing organisasi politik.58
Menurut Lock & Harris, Peranan positioning ini sangat penting dalam
marketing politik. Worcester dan Baines menyatakan bahwa partai politik dan
kandidat pemilihan umum secara permanen melakukan positioning melalui
penciptaan dan penciptaan ulang kebijakan, image serta jasa yang disediakan bagi
57
Firmanzah, Mengelola Partai Politik: Komunikasi dan Positioning Ideologi Politik di
Era Demokrasi, (Jakarta, Yayasan Obor Indonesia: 2007), edisi I, h. 157. 58
Firmanzah, Mengelola Partai Politik: Komunikasi dan Positioning Ideologi Politik
di Era Demokrasi, h. 166-167.
51
publik. Positioning ini sangat penting agar tidak tergusur oleh para pesaing yang
melakukan hal serupa. Untuk membantu pemilih dalam membedakan suatu
kontestan dengan para pesaingnya, positioning mutlak harus dilakukan. Ketepatan
membuat positioning dalam hal yang menyangkut image politik, produk politik,
pesan politik, dan program kerja akan membantu pula dalam penciptaan identitas
politik. Masing-masing aktivitas akan dapat memperkuat identitas yang ingin
diciptakan. Kesan positif atau negatif yang akan muncul dalam benak masyarakat
sangat tergantung pada seberapa bagus proses positioning ini.
Model umum positioning politik
Proses Penyusunan Pesan Politik
Proses Penyusunan Pesan Politik
Sumber: Firmanzah, Mengelola Partai Politik: Komunikasi dan Positioning Ideologi Politik di
Era Demokrasi, (2007).
Riset pasar
dan isu
politik
Riset oposisi
dan lawan
politik
Diseminasi
pesan
politik
Penyusunan
kebijakan
52
Hal pertama yang harus disiapkan oleh kandidat atau tim sukses dalam
menerapkan positioning politik adalah dengan cara mencari tahu pasar dan isu
politik yang tengah hangat dibicarakan dalam pasar politik. Selain itu seorang
kandidat atau tim sukses juga harus mencari tahu lawan politiknya. Dengan riset
tersebut seorang kandidat atau tim sukses akan bisa membaca kebutuhan pasar
dan kelemahan lawan.
Setelah hasil riset dikumpulkan maka tahapan selanjutnya adalah membuat
kebijakan sesuai temuan dari riset tadi. Hasil riset sangat menentukan dalam
pembuatan kebijakan yang akan diambil oleh seorang kandidat atau tim sukses.
Dan tahapan terakhir yang harus dilakukan seorang kandidat atau tim sukses
adalah menyebarkan informasi yang telah dibuat oleh seorang kandidat atau tim
sukses tadi.
C. Konseptualisasi Anggota Legislatif
Badan legislatif atau legislature mencerminkan salah satu fungsi badan itu,
yaitu legislate, atau membuat undang-undang. Makna lain yang sering dipakai
ialah Assembly yang mengutamakan unsur “berkumpul”(untuk membicarakan
masalah-masalah publik). Nama lain lagi adalah Parliament, suatu istilah yang
menekankan unsur “bicara” (parler) dan merundingkan. sebutan lain
mengutamakan representasi atau keterwakilan anggota-anggotanya dan
dinamakan People‟s Representative Body atau Dewan Perwakilan Rakyat. Akan
53
tetapi apapun perbedaan dalam namanya dapat dipastikan bahwa badan ini
merupakan simbol dari rakyat yang berdaulat.59
Menurut teori yang berlaku, rakyatlah yang berdaulat; rakyat yang berdaulat
ini mempunyai suatu “kehendak” (yang oleh Rousseau disebut Volonte Generale
atau General Will). Karena itu Keputusan-keputusannya, baik yang bersifat
kebijakan maupun undang-undang mengikat seluruh masyarakat.60
Badan legislatif di negara-negara demokrasi disusun sedemikian rupa
sehingga ia mewakili mayoritas dari rakyat dan pemerintah bertanggung jawab
kepadanya. Untuk meminjam perumusan C. F. Strong yang menggabungkan tiga
unsur dari suatu negara demokrasi, yaitu, representasi, partisipasi, dan tanggung
jawab politik:
Demokrasi adalah suatu sistem pemerintahan yang mayoritas anggota dewasa dari suatu
komunitas politik berpartisipasi atas dasar sistem perwakilan yang menjamin bahwa
pemerintah akhirnya mempertanggungjawabkan tindakan-tindakannya kepada mayoritas
itu (A system of goverment in which the majority).61
1. Masalah perwakilan (Representasi)
Biasanya ada dua kategori yang dibedakan. Kategori pertama adalah
perwakilan politik (political representantion) dan perwakilan fungsional
(functional representantion). Kategori kedua menyangkut peran anggota parlemen
sebagai trustee, dan perannya sebagai pengemban “mandat” Perwakilan
(representation) adalah konsep bahwa seorang atau suatu kelompok mempunyai
kemampuan atau kewajiban untuk bicara dan bertindak atas nama suatu kelompok
yang lebih besar. Dewasa ini anggota badan legislatif pada umumnya mewakili
59
Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, (Jakarta, PT Gramedia Pustaka utama:
2010), edisi revisi, cet ke 4, h. 316. 60
Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, h. 316. 61
Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, h. 316.
54
rakyat melalui partai politik. Hal ini dinamakan perwakilan yang bersifat politik
(political representation). 62
Sekalipun asas perwakilan politik telah menjadi sangat umum, namun ada
beberapa kalangan yang merasa bahwa partai politik dan perwakilan yang
berdasarkan kesatuan-kesatuan politik semata-mata, mengabaikan berbagai
kepentingan dan kekuatan lain yang ada di dalam masyarakat terutama di bidang
ekonomi.
Di samping itu ditemukan bahwa di beberapa Negara asas perwakilan politik
diragukan kewajarannya dan perlu diganti atau sekurang-kurangnya dilengkapi
dengan asas perwakilan fungsional (functional or occupational representation).
Dianggap bahwa negara modern dikuasai oleh bermacam-macam kepentingan
terutama dibidang ekonomi, yang dalam sistem perwakilan politik kurang
diperhatikan dan tidak dilibatkan dalam proses politik. Dicanangkan agar si
pemilih mendapat kesempatan memilih dalam golongan ekonomi atau profesi di
mana ia bekerja, dan tidak semata-mata menurut golongan politiknya, seperti
halnya dalam sistem perwakilan politik. Golongan yang gigih memperjuangkan
pandangan ini antara lain Guild Socialists pada awal abad ke-20.63
Bermacam-macam cara telah digunakan untuk mengatasi masalah ini.
Misalnya di Irlandia, berdasarkan Undang-Undang Dasar 1937, wakil-wakil
golongan fungsional dipilih dan didudukan dalam senat. Di Republik Prancis IV
pada tahun 1946 didirikan suatu majelis khusus di luar badan legislatif, yaitu
Majelis Ekonomi, yang berhak memperbincangkan rancangan undang-undang
62
Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, h.317. 63
Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, h.318.
55
yang menyangkut soal ekonomi, akan tetapi badan ini tidak mempunyai
wewenang untuk mengambil keputusan, dan hanya memainkan peranan sebagai
penasihat dari badan legislatif. Di Republik Prancis V Undang-Undang Dasar
1958 menentukan adanya suatu Majelis Ekonnomi yang digantinya; ia tidak
memberi nasihat kepada badan legislatif, tetapi kepada pemerintah. Anggotanya
ditunjuk oleh pemerintah dari bermacam-macam golongan ekonomi, sosial,
profesi, dan bidang keahlian lain.64
Di Italia asas Functional representation diperkenalkan oleh Mussolini pada
tahun 1926. Perwakilan didasarkan atas golongan ekonomi, dan untuk keperluan
itu dibentuk 22 corporation yang masing-masing mewakili satu industri, misalnya
industri tekstil. Setiap corporations mencakup baik golongan pekerja maupun
golongan management dalam bidang industri itu. Melalui wakil-wakilnya dalam
Council of Corporations yang didirikan pada tahun 1930 dan yang pada
tahun1939 menggantikan dewan perwakilan yang ada (badan baru disebut
Chamber of Fasces and Corporations dan terdiri atas tokoh-tokoh partai Fasis dan
Council of Corporations), Corporations ini memainkan peranan yang penting.
Karena itu Italia masa itu dinamakan negara Korporatif (Corporate State). Dengan
jatuhnya Mussolini, eksperimen ini juga terhenti. 65
Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa dewasa ini perwakilan
politik merupakan sistem perwakilan yang dianggap paling wajar. Di samping itu
beberapa negara merasa bahwa asas functional or occuptional representation
perlu diperhatikan dan sedapat mungkin diakui kepentingannya di samping sistem
64
Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, h.317-318. 65
Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, h.319
56
perwakilan politik, sebagai cara untuk memasukan sifat profesional ke dalam
proses pengambilan keputusan yang menyangkut kepentingan umum. Dalam
rangka itu perlu diakui bahwa ada masalah yang sampai sekarang belum
terpecahkan yaitu bagaimana menetapkan patokan obyektif mengenai sifat-sifat
dari golongan fungsional yang akan diikutsertakan, dan bagaimana menentukan
kriteria utnuk mengukur kekuatan golongan fungsional masing-masing. 66
Di Indonesia perwakilan fungsional (Golongan Karya) juga telah dikenal, di
samping asas perwkailan politik. Pemilihan umum tahun 1971 diselenggarakan
dengan mengikutsertakan baik partai politik maupun fungsional.67
2. Fungsi badan legislatif
a. Fungsi legislasi
Menentukan kebijakan (policy) dan membuat undang-undang. Untuk itu badan
legislatif diberi hak inisiatif, hak untuk mengadakan amandemen terhadap
rancangan undang-undang yang disusun oleh pemerintah, dan terutama di bidang
budget atau anggaran.68
Menurut teori yang berlaku tugas utama legislatif terletak di bidang
perundang-undangan, sekalipun ia tidak mempunyai monopoli di bidang itu.
Untuk membahas rancangan undang-undang sering dibentuk panitia-panitia yang
berwenang untuk memanggil menteri atau pejabat lainnya untuk dimintai
keterangan seperlunya. Di beberapa negara seperti Amerika Serikat dan Prancis
panitia legislatif ini sangat berkuasa, tetapi di negara lain seperti Inggris, panitia-
panitia ini hanya merupakan panitia teknis saja. Biasanya sidang-sidang panitia
66
Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, h.319 67
Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, h.319 68
Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, h. 322.
57
legislatif diadakan secara tertutup, kecuali di Amerika Serikat di mana sidang
panitia dapat ditentukan terbuka untuk umum. 69
Akan tetapi dewasa ini telah menjadi gejala umum bahwa titik berat di bidang
legislatif telah banyak bergeser ke badan eksekutif. Mayoritas undang-undang
dirumuskan dan dipersiapkan oleh badan eksekutif, sedangkan badan legislatif
tinggal membahas dan mengamandemennya. Sebagai rumus umum, dikatakan
bahwa di kebanyakan negara yang di pantau enctment rate (persentase jumlah
rancangan undang-undang yang diterima oleh badan legislatif dibanding dengan
jumlah rancangan undang-undang yang berasal dari badan eksekutif) adalah 90%.
Negara-negara ini antara lain adalah negeri Belanda, Malaysia, Inggris dan
Australia. Selain itu rancangan undang-undang yang dibuat atas inisiatif badan
legislatif sedikit jumlahnya dan jarang menyangkut kepentingan umum.70
Keadaan ini tidak mengherankan sebab dalam negara modern badan eksekutif
bertanggung jawab atas kesejahteraan rakyat dan karena itu harus aktif mengatur
semua aspek kehidupan masyarakat. Dalam melaksanakan tugas badan eksekutif
didukung oleh staf ahli serta sarana-sarana lainnya di masing-masing kementerian,
yang memang merupakan syarat mutlak untuk merumuskan rancangan undang-
undang. Sebaliknya keahlian anggota-anggota badan legislatif lebih terbatas,
sekalipun di beberapa negara legislatif dibantu oleh staf administrasi dan ahli
research yang berkualitas tinggi. 71
Pada umumnya di bidang keuangan, pengaruh badan legislatif lebih besar
daripada di bidang legislasi umum. Rancangan anggaran belanja diajukan ke
69
Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, h.323 70
Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, h.323 71
Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, h.324
58
badan legislatif oleh badan eksekutif, akan tetapi badan legislatif mempunyai hak
untuk mengadakan amandemen, dan dalam hal ini menentukan seberapa anggaran
pemerintah dapat disetujui. Jadi, badan legislatiflah yang pada akhirnya
menentukan berapa dan dengan cara bagaimana uang rakyat dipergunakan. 72
Di negara yang badan eksekutifnya dominan, badan legislatif biasanya tidak
akan terlalu banyak mengubah rancangan anggaran belanja. Akan tetapi di negara
yang badan legislatifnya kuat, badan itu bisa saja mengadakan banyak perubahan,
termasuk mengurangi anggaran yang akan dipergunakan. Congress Amerika
Serikat, misalnya, sering mengurangi bantuan ekonomi untuk negara-negara yang
sedang berkembang. 73
b. Fungsi kontrol
Mengontrol badan eksekutif dalam arti menjaga agar semua tindakan badan
eksekutif sesuai dengan kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan (scrutiny,
oversight). Untuk menyelenggarakan tugas ini, badan perwakilan rakyat diberi
hak-hak kontrol khusus.
Dengan semakin berkurangnya pengaruh badan legislatif di bidang legislatif,
maka peranannya dibidang pengawasan dan kontrol bertambah menonjol. Badan
legislatif berkewajiban untuk mengawasi aktivitas badan eksekutif, agar sesuai
dengan kebijakan yang telah ditetapkannya. Pengawasan dilakukan melalui sidang
panitia-panitia legislatif dan melalui hak-hak kontrol yang khusus, seperti hak
bertanya, interpelasi, dan sebagainya.74
72
Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, h.324 73
Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, h.324 74
Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, h.324.
59
1) Pertanyaan parlementer
Anggota badan legislatif berhak untuk mengajukan pertanyaan kepada
pemerintah mengenai sesuatu masalah. Di Inggris, Australia, dan India kita
melihat adanya jam bertanya (question hour), di mana pertanyaan diajukan
secara lisan dalam sidang umum dan menteri yang bersangkutan atau kadang-
kadang perdana menteri sendiri yang menjawabnya secara lisan. Oleh karena
segala kegiatannya banyak menarik perhatian media massa, maka badan
legislatif dengan mengajukan pertanyaan parlementer dapat menarik perhatian
umum terhadap sesuatu peristiwa dan menggorek informasi mengenai
kebijakan pemerintah. 75
Di indonesia semua badan legislatif, kecuali badan legislatif gotong
royong di zaman Demokrasi Terpimpin, mempunyai hak bertanya. Pertanyaan
biasanya diajukan secara tertulis dan dijawab pula secara tertulis oleh
departemen yang bersangkutan; pertanyaan parlementer serta jawaban
pemerintah tidak banyak efek politiknya. 76
2) Interpelasi
Kebanyakan badan legislatif mempunyai hak interpelasi, yaitu hak untuk
meminta keterangan kepada pemerintah mengenai kebijakan di sesuatu
bidang. Badan eksekutif wajib memberi penjelasan dalam sidang pleno, yang
mana dibahas oleh anggota-anggota dan diakhiri dengan pemungutan suara
mengenai apakah keterangan pemerintah memuaskan atau tidak. Jika hasil
pemungutan suara bersifat negatif, hal ini merupakan tanda peringatan bagi
75
Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, h.326 76
Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, h.326
60
pemerintah bahwa kebijakanya diragukan. Dalam hal terjadi perselisihan
antara badan legislatif dan badan eksekutif, interpelasi dapat dijadikan batu
loncatan untuk diajukan mosi tidak percaya. 77
Di Indonesia semua badan legislatif, kecuali Dewan Perwakilan Rakyat
Gotong Royong masa Demokrasi Terpimpin, mempunyai hak interpelasi. Di
masa orde baru, hak interpelasi tidak pernah digunakan. Hak ini kembali
diguankan di era Reformasi ketika DPR (2004-2009) mengusung interpelasi
masalah impor beras dan lumpur Lapindo. Usaha anggota dewan ini akhirnya
gagal karena tidak memenuhi kebutuhan. 78
3) Angket (Enquete)
Hak angket adalah hak anggota badan legislatif untuk mengadakan
penyelidikan sendiri. Untuk keperluan ini dapat dibentuk suatu panitia angket
yang melaporkan hasil penyelidikannya kepada anggota badan legislatif
lainnya, yang selanjutnya merumuskan pendapatnya mengenai soal ini dengan
harapan agar diperhatikan oleh pemerintah.79
Di Indonesia semua badan legislatif, kecuali Dewan Perwakilan Rakyat
Gotong Royong zaman Demokrasi Terpimpin, mempunyai hak angket.
Namun, hak ini tidak pernah digunakan kecuali oleh anggota DPR masa
Reformasi (2004-2009) untuk masalah impor beras.
4) Mosi
Umumnya dianggap bahwa hak mosi merupakan hak kontrol yang paling
ampuh. Jika badan legislatif menerima suatu mosi tidak percaya, maka dalam
77
Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, h.326 78
Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, h.326 79
Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, h.326.
61
sistem parementer kabinet harus mengundurkan diri dan terjadi suatu krisis
kabinet. Republik Prancis III (1870-1940) dan IV (1946-1958) terkenal karena
banyaknya mosi yang mengguncang kedudukan kabinet.
Di Indonesia pada masa sistem parlementer badan legislatif mempunyai
hak mosi, tetapi mulai zaman Demokrasi Terpimpin hak ini ditiadakan. Pada
masa reformasi, anggota DPR (1999-2004) menggunakan hak mosi ketika
melakukan pemakzulan Presiden Abdurrahman Wahid sebagai Presiden tahun
2001. Hal ini memang tidak lazim karena umumnya hak ini digunakan dalam
sistem parlementer dan bukan sistem presidensial.80
c. Fungsi Edukatif dan Fungsi Rekrutmen
Dewasa ini lebih ditonjolkan peranan edukatifnya. Badan legislatif dianggap
sebagai forum kerja sama antara berbagai golongan serta partai dengan
pemerintah, di mana beraneka ragam pendapat dibicarakan di muka umum. 81
Melalui media massa (terutama telivisi) masyarakat ramai diajak mengikuti
persoalan yang menyangkut kepentingan umum dan menilainya menurut
kemampuan masing-masing. Dengan demikian rakyat dididik ke arah
kewarganegraaan yang sadar dan bertanggung jawab, dan partisipasi politik dapat
dibina. 82
Suatu fungsi lain yang tidak kalah pentingnya ialah sebagai sarana rekrutmen
politik. Ia merupakan training ground bagi generasi muda untuk mendapat
pengalaman di bidang politik sampai ke tingkat nasional.83
80
Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, h.326. 81
Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, h.327 82
Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, h.327 83
Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, h.327
62
BAB III
Profil Ledia Hanifa Amaliah
A. Pendidikan
Ledia Hanifa Amaliah, putri dari pasangan Meolina Sekar Asih dan
Moechsoen gemar melakukan aktivitas kemasyarakatan sejak SMP (sekolah
menengah pertama). Guna menyalurkan keinginannya untuk terjun langsung ke
masyarakat, maka ia memutuskan untuk bergabung dengan gerakan Pramuka.1
Kebulatan tekad untuk bergabung dengan gerakan Pramuka telah mendorong
Ledia untuk memilih SMP yang memiliki ekstra kulikuler Pramuka bagus.
Berbeda dengan anak-anak pada umumnya yang justru memilih SMP-SMP
favorit.2 Dan benar saja, keseriusan Ledia dalam Pramuka telah
menghantarkannya meraih dua penghargaan. Penghargaan Penggalang Garuda
Gerakan Pramuka Kwartir Cabang Jakarta Pusat pada tahun 1984 dan
Penghargaan Peserta Terbaik Latihan Pengembangan Kepemimpinan Penegak dan
Pandega se Kwartir Cabang Jakarta Pusat tahun 1986. 3
Riwayat pendidikan dari kecil hingga S2, Ledia tempuh di Indonesia. Sekolah
Dasar Taman Siswa Rawasari menjadi pilihannya untuk menempuh pendidikan
SD dan ia tamatkan pada tahun 1981. Lanjut ketahapan berikutnya, Sekolah
Menengah Pertama ia tempuh di SMP Negeri 47 dan lulus tahun 1984. SMA
Islam Al Azhar menjadi pilihannya untuk menempuh pendidikan berikutnya, dan
ia lulus tahun 1987. Jenjang pendidikan yang lebih tinggi ia tempuh di Universitas
1 Surat Terbuka Ledia Hanifa Amaliah, Bandung 9 Maret 2014.
2 Wawancara pribadi dengan Ledia Hanifa Amaliah, Bandung 29 Maret 2014.
3 Surat Terbuka Ledia Hanifa Amaliah, Bandung 9 Maret 2014.
63
Indonesia, S1 Kimia FMIPA UI (lulus 1993) dan S2 Psikologi Terapan peminatan
Intervensi Sosial FPsikologi UI (lulus 2002).
B. Karir Politik
Ledia Hanifa Amaliah yang lahir di Jakarta, 30 April 1969. Sejak kecil sudah
menunjukan ketertarikannya pada dunia politik. Ketika duduk di kelas IV SD,
Ledia telah menyelesaikan bacaan autobiografi yang ditulis sang kakek, Rd. H.
Hasan Natapermana yang pernah menjabat sebagai anggota Parlemen Pasundan
dan mendapat penghargaan sebagai Tokoh Koperasi Jawa Barat.4
Terjun ke dunia politik bukanlah tanpa pemikiran panjang. Ada hal-hal yang
menjadi pertimbangan Ledia. “ada banyak hal yang tidak bisa kita lakukan
manakala kita tidak terlibat dalam pengambilan kebijakan. Dan pilihannya adalah
terlibat dalam politik. Itulah politik praktis dalam konteks itu, bukan sebagai
kekuatan di luar tapi kekuatan di dalam.” Ujar Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI.5
Keputusannya untuk bergabung dengan partai politik tak menemui kendala
berarti dari keluarga maupun orang terdekatnya. Keluarga mendukung upaya
Ledia bergabung dengan partai politik, meskipun dari keluarganya tidak ada yang
terlibat dalam partai politik. Dukungan diberikan keluarga karena keluarganya
memang terbiasa terlibat dalam aktivitas sosial kemasyarakatan.
Pilihannya masuk dalam dunia politik merupakan hasil kesepakatan yang
dibangun dirinya dengan dukungan suami. 6
Istri dari Drs. Bachtiar Sunasto, MS
Direktur Bimbingan dan Konsultasi Belajar Nurul Fikri ini pun bersyukur karena
4 Wawancara pribadi dengan Ledia Hanifa Amaliah, Bandung 29 Maret 2014.
5 Wawancara pribadi dengan Ledia Hanifa Amaliah, Bandung 29 Maret 2014.
6 Bobby Reza Satrian, Profil Ledia Hanifa Amaliah, artikel diakses pada 19 Januari
2014 dari http://m.merdeka.com/profil/indonesia/I/ledia-hanifa-amaliah/
64
ketiga putranya telah dewasa sehingga keterlibatannya dalam politik tidak
melanggar kodratnya sebagai istri dan ibu bagi Widad Maulana, „Azza Habibullah
dan Mi‟raj Shabrin Jamil. 7
Izin terlibat dalam politik yang telah ia kantongi dan pengalaman dari berbagai
organisasi tak menjadikannya merasa cukup untuk bekal berpolitik. Pendidikan
menjadi hal yang tak luput dari perhatiannya sebagai bekal untuk terjun di
panggung politik.
Pada tahun 1998 Ledia memutuskan untuk bergabung dengan Partai Keadilan
Sejahtera (PKS) yang saat itu masih PK (Partai Keadilan). Menurutnya, partai
politik yang saat itu sejalan dengannya dalam visi dan misi nya yakni PK (Partai
Keadilan).
Hingga kini, 16 tahun sudah keberadaannya bersama PKS. Ia, memutuskan
untuk berjuang bersama PK yang kini menjadi PKS. Perjuangannya ia buktikan
dengan menjadi Staf Deputi Kewanitaan DPW PK Jakarta (1998-1999), Pjs Ketua
Deputi Pemberdayaan Wanita DPW PK DKI Jakarta (1999-2000), Ketua Deputi
Pemberdayaan Wanita DPW PKS Jawa Barat (2000-2005), Ketua DPP PKS
Bidang Kewanitaan (2005-2010), Staf Bidang Perencanaan DPP PKS (2010-
2013), dan Staf Bidang Kebijakan Publik DPP PKS (2011-2015). 8
Pada tahun 2009-2014 lalu, Ledia maju sebagai anggota DPR RI fraksi PKS
dari Daerah Pemilihan Jawa Barat I. Selama lima tahun masa kerja, ia telah
terlibat dalam9 :
7 Surat Terbuka Ledia Hanifa Amaliah, Bandung 9 Maret 2014.
8 Bobby Reza Satrian, Profil Ledia Hanifa Amaliah, artikel diakses pada 19 Januari
2014 dari http://m.merdeka.com/profil/indonesia/I/ledia-hanifa-amaliah/ 9 Data diambil dari brosur kampanye Ledia Hanifa Amaliah
65
1. Terlibat penyusunan Undang-undang Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial yang kini diimplementasikan sebagai jaminan Kesehatan Nasional.
2. Mendorong Kota Bandung dan Kota Cimahi menjadi pilot project
penerima Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) di 14 Puskesmas.
3. Mendorong Kota Bandung dan Kota Cimahi termasuk dalam penerima
Program Keluarga Harapan bagi Rumah Tangga Sangat Miskin mulai
tahun 2013.
4. Mendorong Kota Bandung dan Kota Cimahi, menjadi penerima bantuan
KUBE Perkotaan mulai tahun 2013 setelah sebelumnya program KUBE
hanya berfokus pada KUBE pedesaan.
5. Mendorong revitalisasi KUA agar petugas KUA mendapat tambahan
insentif dan perlindungan hukum.
Keberhasilan yang diperolehnya selama ini merupakan buah dari kerja
kerasnya selama menjabat anggota DPR RI periode 2009-2014. Sosok perempuan
satu cucu ini memang selalu optimis, tak pernah mengeluh dan terbilang
Workaholic (gemar bekerja).
Selain itu, sosoknya yang begitu supel dan peduli pada kepentingan orang
lain, menjadikannya mudah beradaptasi dan bersosialisasi dengan lingkungan
luar. Ini pula, yang mendorong masyarakat yang secara terang-terangan
menyatakan dukungannya pada Ledia.10
Pada pemilu legislatif kali ini periode 2014-2019, Ledia kembali maju sebagai
wakil dari Daerah Pemilihan Jawa Barat I. Sebagai incumbent, ia ingin
10
Wawancara dengan asisten pribadi Ledia Hanifa Amaliah, Yudiana, Bandung, 14
Maret 2014
66
menyampaikan sesuai janji pada pemilu 2009 untuk senantiasa membuka diri
menerima aspirasi masyarakat serta melaporkan segala yang telah ia upayakan
selaku anggota DPR RI secara terbuka.
Berbagai aktivitas sebagai anggota DPR RI 2009-2014 telah ia tuangkan
dalam News Letter berkala 4 bulanan dan media lainnya serta telah disebarkan
pada 549 titik di kota Bandung dan Cimahi saat kunjungan kerja, reses, serap
aspirasi, sosialisasi kebijakan, pelatihan dan pemberdayaan masyarakat. News
Letter juga dapat dibuka di www.lediahanifa.com. Itulah bentuk
pertanggungjawaban yang ia lakukan kepada masyarakat khususnya para
pemilihnya pada periode 2009-2014.
Bagi Ledia pemilu atau kedudukan sebagai anggota parlemen merupakan
bagian dakwahnya. Karenanya ia berharap jika pada periode kali ini 2014-2019
amanah sebagai anggota DPR RI diamanahkan kembali kepadanya ia akan selalu
memaknai sebagai amanah dakwah memperjuangkan keadilan dan kesejahteraan
bagi masyarakat tanpa membedakan agama, suku, jenis kelamin, dan statu sosial
sebagai perwujudan rahmat bagi semesta alam. 11
Harapan besarnya dalam lima tahun ke depan, kemudahan akses masyarakat
Kota Bandung dan Cimahi terhadap pendidikan dan kesehatan keluarga,
kesejahteraan sosial, serta lingkungan hidup yang berkuallitas semakin terbuka,
dirasakan dan meningkat. “Saya akan berupaya mengoptimalkan dan
mensinergikannya dengan kebijakan pemerintah pusat.” Ujarnya dalam surat
terbuka yang ia tulis untuk para pemilih di Bandung dan Cimahi.
11
Surat Terbuka Ledia Hanifa Amaliah, Bandung 9 Maret 2014.
67
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISIS DATA
A. Marketing Politik Ledia Hanifa Amaliah pada Pemilihan Anggota
DPR RI
Persaingan politik merupakan “kodrat alamiah” yang harus ditempuh untuk
mencapai kekuasaan. Karena pemenangnya hanya satu-individu atau kelompok-
sangat wajar bila masing-masing pihak berlomba-lomba untuk menjadi juara.
Kompetisi politik akan berakhir dengan munculnya dukungan luas terhadap
perjuangan suatu kelompok politik atau individu.1
Peta persaingan politik yang semakin ketat mendorong Ledia dan tim sukses
nya bekerja lebih keras menarik hati para pemilihnya. Pendekatan marketing
politik menjadi pilihan Ledia dan tim suksesnya dalam menghadapi persaingan di
pemilihan umum.
Marketing politik tidak bisa dilakukan melalui proses instan. Ledia
menerapkan konsep marketing politik semenjak terpilih sebagai anggota DPR RI
periode 2009-2014. Menurut Yudiyana asisten pribadi Ledia di daerah pemilihan,
“ibu sudah menjaga dan menjalin hubungan sejak terpilih sebagai anggota DPR
RI”. Berikut ini, langkah-langkah marketing politik yang dilakukan Ledia dan tim
suksesnya.
1 Firmanzah, Mengelola Partai Politik: Komunikasi dan Positioning Ideologi Politik di
Era Demokrasi, (Jakarta, Yayasan Obor Indonesia: 2007), edisi I, h. 125.
68
1. Pasar Politik
Hal yang pertama kali dilakukan oleh Ledia ketika ditunjuk untuk kembali
maju sebagai anggota legislatif adalah melakukan pemetaan. Pemetaan
dilakukan untuk membaca medan persaingan dan memudahkan pencapaian
target. Dengan pemetaan di awal maka kerja tim sukses akan lebih terarah.
Segmentasi atau pemetaan ini penting dilakukan mengingat institusi
politik diharapkan dapat selalu hadir dalam berbagai karakteristik pemilih.
Hadir tidaknya suatu institusi politik selalu diartikan sebagai keberadaan
fisiknya di tengah-tengah masyarakat, misalnya melalui kunjungan ke daerah-
daerah terpencil. Kehadiran yang dimaksud di sini lebih diartikan sejauh mana
institusi politik bersangkutan mampu menjawab permasalahan yang dihadapi
di masing-masing lapisan masyarakat. Institusi politik dituntut untuk bisa
membuat program yang bisa memuaskan segenap lapisan untuk memperoleh
dukungan suara sebesaar mungkin. Misalnya, permasalahan kaum profesional
akan berbeda dengan permasalahan yang dihadapi petani dan nelayan.
Berbeda pula cara institusi politik dalam memperlakukan pendukung
tradisional dan massa mengambang. 2
Pemetaan diperlukan dalam pasar politik. Pemetaan membantu para
kandidat mencapai sasaran yang tepat dan terarah. Seorang kandidat harus
menguasai pasar politik sebelum melakukan pemetaan. Pasar politik meliputi:
a. pemilih, b. aktivis, c. media, d. partai politik dan e. kontributor.
2 Firmanzah, Mengelola Partai Politik: Komunikasi dan Positioning Ideologi Politik di
Era Demokrasi, (Jakarta, Yayasan Obor Indonesia: 2007), edisi I, h. 212.
69
a. Pemilih, salah satu elemen yang penting dan harus dipertimbangkan oleh
kandidat adalah faktor pemilih. Oleh karena itu baik kandidat maupun tim
suksesnya harus memahami perilaku pemilihnya (nilai-nilai, kebutuhan,
pandangan dan keinginan pemilih).3 Pemetaan Ledia terlihat pada pemilih
perempuan. Ledia mendekati pemilih perempuan dengan cara mengangkat
isu-isu yang berkaitan dengan perempuan seperti beberapa kali
mengadakan seminar parenting. (Lihat tabel 2 : kegiatan tatap muka dan
sosialisasi Ledia).
b. Aktivis, konstituen juga bagian penting dari pasar politik. Ledia menjaga
konstituennya dengan membantu mengadvokasi atau membantu
permasalahan-permasalahan yang dihadapi konstituennya seperti
mendorong kota Bandung dan kota Cimahi menjadi pilot project penerima
Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) di 14 Puskesmas.4
c. Media, Tim media Ledia tidak secara khusus melakukan pemetaan
terhadap media. Mereka hanya membuat pemetaan secara garis besar
yakni media nasional dan media lokal. Dari media nasional dan lokal,
dibagi lagi ke dalam media cetak dan elektronik serta pemanfaatan media
sosial. Pemetaan tersebut dilakukan karena masyarakat pemilih terdiri dari
berbagai jenjang dan berbagai lapisan. Sehingga berbagai jenis media
harus digunakan agar bisa menjangkau semua.
d. Organisasi politik menjadi salah satu hal penting bagi kesuksesan Ledia.
Meski PKS yang menjadi partai afiliasinya tengah ditimpa berbagai badai,
3 Tri Hastuti Nur Rochimah, Pentingnya Memahami Perilaku Politik dalam Political
Marketing- Jurnal Komunikator VOLUME 1 NO. 1, (Yogyakarta: 2009), h. 3. 4 Data diolah dari brosur kampanye Ledia Hanifa Amaliah
70
namun ia tetap menggunakan mesin partai untuk membantunya mendulang
suara. Ledia memiliki tim di setiap kota, yakni Kota Bandung dan Kota
Cimahi. Dan ia juga memiliki tim di setiap kecamatan (DPC PKS). Tim-
tim tersebut merupakan kader-kader, simpatisan dan relawan PKS yang
ada di daerah. 5
e. Kontributor dalam pasar politik turut menjadi bagian penting karena
aktivitas politik bisa berjalan dengan baik jika ditopang dana yang baik
pula. Dalam hal pendanaan kampanye, tim sukses Ledia mengatakan tidak
dibantu pihak lain.
Pemetaan Ledia dan tim sukses dalam pasar politik terbilang cukup
merata. Setiap aspek pasar politik mendapat perhatian khusus seperti pemilih
yang dipetakan berdasarkan jenis kelamin, aktivis yang dijaga dengan cara
mengadvokasi, media yang dipetakan berdasarkan wilayah, organisasi politik
yang berada dari tingkat kota hingga kecamatan, dan kontributor yang
menopang jalannya kampanye.
2. Produk Politik
Dalam istilah pemasaran kita mengenal, apabila perusahaan telah
memutuskan segmen pasar mana yang dimasuki, perusahaan harus
memutuskan bagaimana mendiferensiasikan penawaran pasarnya untuk setiap
segmen sasaran dan posisi apa yang ingin ditempatinya dalam segmen
tersebut. Posisi produk adalah tempat yang diduduki produk relatif terhadap
pesaingnya dalam pikiran konsumen. Pemasar ingin mengembangkan posisi
5 Wawancara pribadi dengan Yudiyana asisten pribadi di daerah pemilihan, Jakarta, 28
April 2014
71
pasar unik bagi produk mereka. Jika sebuah produk dianggap sama persis
dengan produk lainnya di pasar, konsumen tidak mempunyai alasan untuk
membelinya.6
Dalam memasarkan suatu produk, para pemasaran selalu menampilkan
keunggulan dari produk tersebut untuk menarik minat konsumen. Pun halnya
dengan produk politik. Namun yang menjadi perbedaan adalah produk politik
merupakan produk yang tidak nyata (intangible product) dan erat kaitannya
dengan sistem nilai. Karakteristik tersebut merupakan tantangan tersendiri
dalam memasarkan produk politik.
Produk utama dari sebuah institusi politik adalah platform partai yang
berisikan konsep, identitas ideologi, dan program kerjanya. Selain itu, apa saja
yang telah dilakukan partai politik di masa lalu berkontribusi dalam
pembentukan sebuah produk politik. Akhirnya, karakteristik atau ciri seorang
pemimpin atau kandidat memberikan citra, simbol, dan kredibilitas sebuah
produk politik (political product). 7
Hal yang dibangun oleh Ledia dan tim suksesnya dalam memasarkan
produk politik adalah dengan meyakinkan masyarakat tentang platform partai.
PKS yang bernafaskan islam menginspirasi tim sukses Ledia untuk membuat
wayang dakwah, suatu seni tradisional Jawa Barat yang dipadukan dengan
unsur religi yang menjadi nafas PKS.
6 Philip Kotler dan Gary Amstrong, Prinsip-prinsip Pemasaran, (Jakarta, Erlangga:
2006), h. 61. 7 Firmanzah, Mengelola Partai Politik: Komunikasi dan Positioning Ideologi Politik di
Era Demokrasi, (Jakarta, Yayasan Obor Indonesia: 2007), edisi I, h. 196.
72
Hal berikutnya adalah past record (catatan tentang hal-hal yang dilakukan
di masa lampau). Sejumlah prestasi, advokasi dan upaya-upaya yang telah
Ledia maupun partainya lakukan ditonjolkan untuk membuktikan kinerjanya.
Media massa dan media sosial digunakan tim sukses Ledia untuk mempublish
informasi tentang kinerja yang telah Ledia lakukan. Menurut Ledia ini sebagai
salah satu bentuk pertanggungjawaban publik. Dan tentunya sebagai upaya
kampanye politik.8
Upaya-upaya yang dilakukan Ledia dan tim sukses merupakan rangkaian
upaya untuk menciptakan produk politik yang unggul dibandingkan para
pesaingnya. Dari upaya-upaya tersebut terbentuklah citra, simbol dan
kredibilitas sebuah produk politik.
3. Positioning Politik
Setelah dibuat pemetaan, tim melakukan proses selanjutnya yakni
diferensiasi dan positioning. Diferensiasi adalah membuat pembeda antara
produk yang kita miliki dengan produk lain. Sedangkan, Positioning adalah
pengaturan suatu produk untuk menduduki tempat yang jelas, berbeda dan
diinginkan, relatif terhadap produk pesaing dalam pikiran konsumen sasaran. 9
Partai politik harus mampu menempatkan produk politik dan image politik
dalam benak masyarakat. Pemilih perlu selalu diingatkan mengenai partai
politik atau kandidat terkait. Dalam proses ini yang terpenting adalah
menciptakan agar image kandidat atau partai politik ada di mana-mana. Dalam
8 Firmanzah, Mengelola Partai Politik: Komunikasi dan Positioning Ideologi Politik di
Era Demokrasi, (Jakarta, Yayasan Obor Indonesia: 2007), edisi I, h. 241-242. 9 Philip Kotler dan Gary Amstrong, Prinsip-prinsip Pemasaran, (Jakarta, Erlangga:
2006), h. 61.
73
hal ini tidak dilakukan “kejutan-positif, tetapi lebih menekankan kehadiran
kandidat dan partai politik di setiap permasalahan dan situasi. Di sini perlu
diciptakan kondisi yang menimbulkan dominasi image kandidat atau partai
politik. Sehingga image-nya lebih besar dan dominan dibandingkan dengan
image pesaing. Inilah yang penting dalam proses penciptaan image dominan.
Sebagai hasilnya, pemilih akan mengetahui dengan yakin apakah kandidat
atau partai politik bersangkutan selalu hadir di setiap permasalahan yang
dihadapi masyarakat. Semakin mereka ada di mana-mana, semakin berpotensi
pula akan dipilih. 10
Dalam upaya penanaman produk politik dan image politik, maka Ledia
dan tim membuat beberapa hal. Pertama, tim menggunakan saluran tatap
muka dan saluran media (dalam hal ini sosial media) untuk menanamkan
image kedekatan kepada publik. Kegiatan tatap muka seperti bank sampah,
seminar, silaturahim, pelatihan pemadam kebakaran, wayang dakwah, dan
lain-lain, Ledia berusaha masuk ke hati masyarakat dengan pendekatan-
pendekatan personal. Selain itu Ledia memanfaatkan sosial media untuk
menjangkau masyarakat yang lebih luas. Melalui account facebook Ledia
Hanifa Amaliah dan twitter @lediahanifa, ia bisa berbagi informasi, motivasi
dan berkomunikasi dengan biaya yang murah, cepat serta menembus ruang
dan waktu. Ledia masuk ke berbagai lapisan masyarakat, berbagai tempat dan
berbagai kondisi sehingga dari pendekatan-pendekatan itu masyarakat akan
10
Firmanzah, Mengelola Partai Politik: Komunikasi dan Positioning Ideologi Politik di
Era Demokrasi, (Jakarta, Yayasan Obor Indonesia: 2007), edisi I, h. 241-242.
74
menyimpan image Ledia sebagai pemimpin yang merakyat, sedia
mendengarkan aspirasi rakyat, dan mau memperjuangkan nasib rakyat.
Kedua, tim menanamkan image kedekatan hubungan dengan media. Tim
Ledia secara rutin mengirimkan artikel-artikel Ledia ke media dan
mengadakan media gathering. Implisit dari sebuah penelitian ditemukan
bahwa kita dapat membentuk opini publik melalui informasi yang kita
berikan. Ketika kekuatan politik ingin mendiskreditkan image politik lawan,
yang perlu dilakukan cukup dengan membanjiri informasi di media massa
dengan hal-hal buruk yang dilakukan lawan politik. Begitu juga sebaliknya,
ketika ingin membentuk image positif dari publik, cukup dengan membanjiri
media massa dengan hal-hal positif dari suatu partai atau kandidat.11
Ketiga, tim menanamkan image kerja nyata dengan rutin membuat news
letter tiap empat bulan sekali. Dalam news letter tersebut Ledia
menyampaikan laporan kerjanya selama menjabat anggota DPR RI periode
2009-2014. News letter dibagikan saat reses atau bisa diakses di situs
www.lediahanifa.com
Yang perlu dilakukan dalam kaitan ini adalah menjaga konsistensi image
politik. Strategi tebar pesona merupakan salah satu manifestasinya. Menjaga
image politik tentunya cenderung membuat seseorang harus bertindak
konservatif. Artinya, image politik yang sudah terbentuk cenderung terus
dilestarikan dan dijaga keberadaannya. Hal lain yang harus jadi perhatian
Ledia dan tim adalah terus menerus menjaga image kepada masyarakat
11
Firmanzah, Mengelola Partai Politik: Komunikasi dan Positioning Ideologi Politik di
Era Demokrasi, (Jakarta, Yayasan Obor Indonesia: 2007), edisi I, h. 29.
75
terkadang justru akan merugikan partai politik. Karena tidak selamanya kita
dapat memuaskan kepentingan semua pihak. Ledia dan tim harus lebih hati-
hati dalam bertindak maupun dalam mengambil keputusan. Jangan sampai
tindakan atau keputusan yang dibuat bertentangan dengan image yang selama
ini dibangun.12
Tujuan utama dari aktivitas positioning politik adalah untuk menjadikan
suatu organisasi dan para tokohnya sebagai pemimpin (leader) dalam benak
masyarakat. Menjadi leader hanya akan terwujud apabila benak dan pikiran
masyarakat secara luas mempersepsikan image yang positif mengenai suatu
partai politik dan kehadirannya benar-benar dirasakan. Dengan begitu, bentuk-
bentuk dukungan tidak diperoleh dari dataran elite politik belaka, melainkan
juga sampai ke masyarakat yang paling bawah sekalipun. Menjadi leader
berarti lebih menguasai benak masyarakat luas dibandingkan dengan pesaing-
pesaingnya. Tentunya hal ini tidak akan dapat dilakukan apabila tidak ada
aktivitas segmentasi dan positioning politik. 13
Upaya positioning Ledia yang dibangun selama ini melalui image-image
positif menghantarkan Ledia sebagai anggota DPR RI periode berikutnya.
Pada pemilu legislatif 2014 Ledia mengantongi 30.179 suara pada daerah
pemilihan Jawa Barat I. Hasil ini mengokohkan Ledia sebagai satu-satunya
wakil politisi perempuan dari PKS.14
12
Firmanzah, Mengelola Partai Politik: Komunikasi dan Positioning Ideologi Politik di
Era Demokrasi, (Jakarta, Yayasan Obor Indonesia: 2007), edisi I, h. 242. 13
Firmanzah, Mengelola Partai Politik: Komunikasi dan Positioning Ideologi Politik di
Era Demokrasi, h. 164. 14
Ini wakil Rakyat dari PKS artikel diakses pada 14 Mei 2014 dari
http://m.beritasatu.com/nasional/184121-inilah-wakil-rakyat-dari-pks.html
76
Berikut ini saluran-saluran komunikasipolitik yang digunakan Ledia dan
tim suksesnya untuk mem-positioning-kan Ledia:
a. Saluran Tatap Muka
Saluran tatap muka merupakan saluran komunikasi politik yang menjadi
pilihan utama para kandidat dalam mendekati para pemilihnya. Saluran ini
dinilai dapat menciptakan kedekatan dengan masyarakat. Para kandidat bisa
bertemu, berbincang dan melihat secara langsung kondisi masyarakat.
Ketika ditunjuk sebagai calon anggota DPR RI periode 2014-2019, salah
satu hal yang dilakukan Ledia adalah melakukan sosialisasi. Ledia menyadari
pentingnya sosialisasi untuk memperkenalkan dirinya kepada masyarakat
sehingga ia rela keliling dari kampung ke kampung untuk bersosialisasi.
“Tidak mungkin seseorang akan memilih, orang-orang akan memilih kita jika
kita tidak pernah memperkenalkan diri kita pada orang,” ujar Ledia.
Sejumlah pertemuan dengan masyarakat kerap dimanfaatkan sebagai
momentum untuk mensosialisasikan dirinya sebagai salah satu kandidat.
Bahkan untuk mengokohkan basis dukungannya, Ledia dan tim suksesnya
gencar menggalang sosialisasi hingga tingkat kelurahan.
Dalam hal ini tim sukses memperbanyak kunjungan tatap muka. Karena
kunjungan tatap muka itu cenderung lebih mengena di hati masyarakat. Itulah
sebabnya tim lebih memperbanyak kunjungan tatap muka daripada memasang
iklan di televisi. Untuk mendukung kunjungan tatap muka tersebut tim
77
menciptakan beberapa kegiatan yang lain dari caleg yang lain sehingga lebih
diingat lebih mudah masuk ke dalam memori anggota masyarakat.15
Keuntungan terpenting dari tatap muka adalah penanaman image positif
bagi Ledia dalam rangka positioning. Kehadirannnya di tengah masyarakat,
berdiskusi bersama masyarakat dan mendengarkan aspirasi masyarakat
melahirkan image kedekatan antara Ledia dan masyarakat.
Posisi ini sangat menguntungkan Ledia, karena dengan begitu ia mendapat
dukungan dari berbagai jaringan. Dukungan-dukungan itu datang dari kader,
geng motor, LSM dan ustadz atau kiai yang berasal dari eksternal.16
Jaringan-jaringan dan konstituen yang telah mendukungnya, ia jaga dan ia
rawat dengan melibatkan mereka dalam tim pemenangan Ledia. Selain itu
Ledia dan tim juga memanfaatkan jaringan-jaringan lain yang belum mereka
pegang. “Ada beberapa jaringan yang kita belum pernah berinterkasi
sebelumnya tapi dengan pemilu kali ini bahkan mereka di haier untuk
menyukseskan,” ujar Yudiyana.
Kedekatan Ledia dengan konstituen dan jaringan-jaringan yang ada
merupakan buah dari upaya selama lima tahun menjumpai berbagai lapisan
masyarakat. “Kader dari berbagai jenjang itu sudah sangat mengenal bu Ledia
bahkan masyarakat pun sudah banyak yang kenal bu Ledia. Tidak jarang kita
di lapangan, masih di perjalanan, ketemu (memanggil) bu Lediaaa. Anak-anak
kecil bahkan (memanggil juga) bu Lediaaa” jelas Yudiyana.
15
Wawancara pribadi dengan Yudiyana asisten pribadi di daerah pemilihan, Jakarta, 28
April 2014 16
Wawancara pribadi dengan Yudiyana asisten pribadi di daerah pemilihan, Jakarta, 28
April 2014
78
Sosialisasi yang dilakukan Ledia sudah dilakukan semenjak ia menjabat
sebagai anggota DPR RI periode 2009-2014. Selama lima tahun ia
mensosialisasikan diri ke masyarakat dengan menunjukkan kinerja selama
menjabat sebagai anggota dewan, salah satunya ialah mengadvokasi beberapa
program.
Berikut program-program yang berhasil diadvokasi17
:
1. Mendorong Kota Bandung dan Kota Cimahi menjadi pilot project
penerima Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) di 14 Puskesmas.
2. Mendorong Kota Bandung dan Kota Cimahi termasuk dalam penerima
Program Keluarga Harapan bagi Rumah Tangga Sangat Miskin mulai
tahun 2013.
3. Mendorong Kota Bandung dan Kota Cimahi, menjadi penerima bantuan
KUBE Perkotaan mulai tahun 2013 setelah sebelumnya program KUBE
hanya berfokus pada KUBE pedesaan.
4. Mendorong revitalisasi KUA agar petugas KUA mendapat tambahan
insentif dan perlindungan hukum.
Pada kampanye 2014 Ledia lebih banyak menemui kaum perempuan,
mulai dari ibu-ibu pengajian, ibu-ibu posyandu, ibu-ibu PKK dan lain
sebagainya yang berada di kota Bandung dan kota Cimahi. Jenis-jenis
kegiatan tatap muka yang dilakukan pun banyak yang mengarah ke sisi
perempuan sehingga pemetaan pemilih Ledia pada pemilu legislatif 2014 jatuh
pada kaum perempuan.
17
Data diambil dari brosur kampanye Ledia Hanifa, Bandung, Maret 2014
79
Hal yang cukup disayangkan jika Ledia dan tim suksesnya hanya berfokus
ke pemilih perempuan saja. Meski pada kenyataannya Ledia dan tim
suksesnya turut pula menjadikan pemilih pemula dan bapak-bapak sebagai
sasaran pemilih Ledia, namun ini bukanlah fokus utama mereka. Padahal
potensi pemilih pemula dan bapak-bapak cukup besar sehingga jika
dimanfaatkan dengan baik tidak menutup kemungkinan suara yang diperoleh
Ledia bisa lebih besar.
Kreativitas dan inovasi terlihat jelas dalam kampanye Ledia. Ia memang
memberikan kebebasan kepada tim suksesnya untuk berkreativitas dalam pileg
kali ini. Ide-ide, masukan-masukan semua ditampung dan didiskusikan
bersama. Kendati demikian terkait langkah-langkah besar yang harus diambil
tim nya, Ledia yang memberikan arahan langsung. Sedangkan teknis di
lapangan, tim suksesnya yang mengeksekusi. Dengan demikian terciptalah
harmonisasi yang baik dalam proses kreativitas dirinya maupun tim
suksesnya. 18
Pemetaan tatap muka sebagai saluran komunikasi politik, diantaranya:
1. Pagelaran wayang dakwah
2. Pelatihan pemadam kebakaran
3. Bank sampah
4. Seminar-seminar
5. Silaturahim
18
Wawancara pribadi dengan Ledia Hanifa Amaliah, Bandung 29 Maret 2014
80
Tabel 2
Kegiatan Tatap Muka dan Sosialisasi Ledia
14 Maret 2014 – 1 April 201419
Tanggal Kegiatan Tempat Peserta
9 Februari
2014
Wayang dakwah Kelurahan
Ciumbuleuit
Kecamatan Cidadap
Masyarakat
15 Februari
2014
Wayang dakwah Kelurahan Ledeng
Kecamatan Cidadap
Masyarakat
16 Februari
2014
Wayang dakwah Kelurahan
Hegarmanah
Kecamatan Cidadap
Masyarakat
22 Februari
2014
Wayang dakwah Kelurahan Dago
Kecamatan Coblong
Masyarakat
23 Februari
2014
Wayang dakwah Kelurahan Cipaganti
Kecamatan Coblong
Masyarakat
1 Maret 2014 Wayang dakwah Kelurahan Lebak
Siliwangi
Kecamatan Coblong
Masyarakat
2 Maret 2014 Wayang dakwah Kelurahan Cigadung
Kecamatan
Cibeunying Kaler
Masyarakat
8 Maret 2014 Wayang dakwah Kelurahan
Tamansari
Kecamatan Bandung
Wetan
Masyarakat
9 Maret 2014 Wayang dakwah Kelurahan Kebon
Pisang Kecamatan
Masyarakat
19
Yudiyana, data diolah dari data internal tim sukses Ledia Hanifa Amaliah bidang
daerah pemilihan.
81
Sumur Bandung
14 Maret 2014 Silaturahim Cimahi Ibu-ibu
Majelis Ta’lim
15 Maret 2014 Wayang dakwah Kelurahan Derwati
Kecamatan Buah
Batu
Masyarakat
16 Maret 2014 Wayang dakwah Kecamatan Cimahi
Utara
Masyarakat
22 Maret 2014 Sarasehan
Perempuan Jawa
Barat
Universitas Islam
Bandung
Mahasiswa/I
Universitas
Islam
Bandung
23 Maret 2014 Seminar Parenting
Wayang dakwah
Yayasan Pondok
Iqro
Kelurahan
Ciumbuleuit
Kecamatan Cidadap
Orang tua
siswa PAUD
Masyarakat
24 Maret 2014 Senam Bersama
Seminar Smart
Parent for Smart
Childern
Pelatihan Saksi
Pemilu
Jl. Sukabumi
Jl. Rahayu No. 56
Cijambe
Mandalajati
Komunitas
Senam
Masyarakat
Saksi
25 Maret 2014 Kampanye Terbuka
Silaturahim
Silaturahim
Lapangan Tegalega
Jl. Kerkof Cimahi
Jl. Cipamokolan,
Ampera
Kader dan
Simpatisan
Masyarakat
Masyarakat
26 Maret 2014 Seminar “Ibu Gedung Rabbani Jl. Kader
82
Mengabdi”
Pelatihan Pemadam
Kebakaran
Dipati Ukur
RW 3 Kelurahan
Sedang Serang
Kecamatan Coblong
Posyandu Se
Kota Bandung
Masyarakat
27 Maret 2014 Workshop Bank
Sampah
Seminar Ketahanan
Keluarga
Silaturahim
Silaturahim
Kecamatan
Rancasari
Komplek Priangan
MTC Soekarno
Hatta
RM. Ampera Soetta
Jl. Mengger
Masyarakat
Masyarakat
Tokoh
Masyarakat
Masyarakat
28 Maret 2014 Pelatihan Pemadam
Kebakaran
RW 1 Kelurahan
Sadang Serang
Masyarakat
29 Maret 2014 Kampanye Rapat
Umum
Wayang Dakwah
Rapat
Lapangan Lodaya
Kelurahan
Ciumbuleuit
Kecamatan Cidadap
Jakarta
Kader dan
Simpatisan
Masyarakat
30 Maret 2014 Wayang dakwah Kelurahan Ledeng
Kecamatan Cidadap
Masyarakat
31 Maret 2014 Reuni Akbar
Seminar Bahasa
Sunda
Silaturahim
Silaturahim
Leuwi Gajah,
Cimahi
Gedung IPHI Jl.
Purwakarta
Jl. Babakan Asih
Jl. Babakan Irigasi
Orang tua
siswa PAUD
Guru-guru
PAUD
Masyarakat
Masyarakat
1 April 2014 Sarasehan Kementerian
83
Silaturahim
Silaturahim
Jl. Braga
RM. Ampera Soetta
Sosial, Dinas
Sosial
Provinsi dan
Kota dengan
Pendamping
PKH Se-Kota
Bandung dan
Cimahi
Masyarakat
Orang tua
siswa Dhuafa
Binaan
Yayasan
Infinitum
3 April Pelatihan Pemadam
Kebakaran
RT 4-5 Kelurahan
Dago Kecamatan
Coblong
Masyarakat
4 April Pelatihan Pemadam
Kebakaran
RT 1-3 RW 8
Kelurahan Dago
Kecamatan Coblong
5 April 2014 Pelatihan Pemadam
Kebakaran
Wayang dakwah
RW 10 Kelurahan
Dago Kecamatan
Coblong
Kelurahan
Ciumbuleuit
Kecamatan Cidadap
Masyarakat
Masyarakat
6 April 2014 Wayang dakwah Kelurahan Dago
Kecamatan Coblong
Masyarakat
Sumber: data internal tim sukses Ledia Hanifa Amaliah tahun 2014
84
Tabel 3
Peringkat Kegiatan Tatap Muka Ledia Hanifa
9 Februari – 6 April 2014
No Kegiatan Jumlah
Tatap Muka
1 Wayang Dakwah 16 kali
2 Silaturahim 9 kali
3 Seminar 7 kali
4 Pelatihan Pemadam Kebakaran 5 kali
5 Kampanye Rapat Umum 2 kali
6 Pelatihan Saksi 1 kali
7 Bank Sampah 1 kali
8 Senam 1 kali
Wayang dakwah menjadi saluran tatap muka yang sering digunakan Ledia dan
tim suksesnya. Wayang dakwah ini merupakan salah satu bentuk kreativitas tim
sukses Ledia dalam menyikapi persiangan pileg kali ini. Menurut perempuan
berkacamata ini, “ketika ada yang mengusulkan untuk membuat sesuatu yang baru
dan ternyata memungkinkan maka tidak ada salahnya di jalankan dan terbukti
hingga saat ini masih dijalankan.”20
20
Wawancara pribadi dengan Ledia Hanifa Amaliah, Bandung 29 Maret 2014
85
Pertunjukan Wayang Dakwah
Gambar 1.1
Sumber: account twitter @lediahanifa
Ledia bersama Dalang dan Kru Wayang Dakwah
Gambar 1.2
Sumber: account twitter @lediahanifa
Wayang dakwah menceritakan sosok perempuan berkerudung dan
berkacamata. Sosok ini merepresentasikan Ledia hanifa yang berkerudung dan
berkacamata. Dalam setiap pagelarannya, sosok ini menyampaikan informasi
86
atau memberikan sosialisasi dari program-program pemerintah khususnya
yang berkaitan dengan jabatan Ledia sebagai wakil ketua komisi VIII DPR RI.
Sesekali sosok ini mempromosikan diri sebagai caleg yang akan kembali
berlaga pada pileg 2014. Selain itu, karena ini merupakan wayang dakwah
maka ada pula unsur dakwahnya. 21
Durasi penayangan pagelaran wayang dakwah antara 30 menit sampai 2
jam. Bisa lebih dari itu jika Ledia hadir dalam pagelaran, karena di situ akan
ada tanya jawab antara Ledia dan masyarakat yang hadir pada pagelaran
wayang dakwah tersebut. Namun jika Ledia tidak dapat hadir, pagelaran akan
tetap berjalan karena ada dalang tetap dan tim yang memandu acara tersebut.22
Wayang dakwah sebagai salah satu bentuk saluran komunikasi politik
Ledia selama kampaye pun tak lepas dari positioning. Positioning yang
dilakukan Ledia dan tim dalam wayang dakwah adalah dengan memunculkan
image kedekatan Ledia pada masyarakat yang bisa bertanya secara langsung
kepada Ledia mengenai kebijakan atau hal-hal yang berhubungan dengan
kewenangannya sebagai anggota DPR RI. Selain itu kedekatan lain yang
ditimbulkan dari pagelaran wayang dakwah adalah kedekatan Ledia pada
kebudayaan lokal Jawa Barat khususnya Kota Bandung dan Kota Cimahi.
Image-image yang dibangun tersebut mengendap ke dalam benak
masyarakat dan menjadi identitas dari Ledia, hal itu disebut dengan
positioning. Keberhasilan seorang kandidat dalam mem-positioning-kan
21
Eli Siti Wasilah, Sapa Warga dengan Wayang Dakwah, artikel media dalam harian
Galamedia, Bandung, 20 Maret 2014. 22
Eli Siti Wasilah, Sapa Warga dengan Wayang Dakwah, artikel media dalam harian
Galamedia, Bandung, 20 Maret 2014.
87
dirinya akan memudahkan masyarakat dalam mengenali calon-calon kandidat
bersaing dalam pemilu legislatif 2014.
Strategi positioning politik merupakan hal penting yang harus dilakukan
organisasi politik karena beberapa hal. Pertama, strategi positioning politik
akan membantu calon pemilih dalam menentukan siapa yang akan dipilih.
Kejelasan positioning politik akan memudahkan pemilih dalam
mengidentifikasi suatu partai politik, sekaligus membedakannya dengan
organisasi politik lainnya. Kedua, positioning politik yang jelas juga
membantu anggota partai politik itu sendiri dalam membentuk identitas
mereka. Ketiga, positioning yang jelas juga akan membantu penyusunan
straegi dalam approach mereka ke masyarakat. Keempat, positioning yang
jelas juga akan membantu dalam mengarahkan jenis sumber daya politik apa
yang dibutuhkan. 23
Upaya positioning politik yang dilakukan Ledia selama menjabat sebagai
anggota dewan periode 2009-2014 melalui saluran tatap muka dengan cara
menciptakan image kedekatan dengan masyarakat. Image positif yang
terbentuk tadi akan tersimpan dalam benak masyarakat sehingga masyarakat
dengan mudah mendiferensiasi Ledia dengan anggota-anggota dewan atau pun
calon-calon anggota legislatif lainnya.
Image dan positioning yang dibangun merupakan rangkaian dari proses
marketing politik. Bukanlah hal yang aneh jika marketing politik menjadi
ramai diperbincangkan dan dipakai, terlebih dalam tahun politik. Suatu
23
Firmanzah, Mengelola Partai Politik: Komunikasi dan Positioning Ideologi Politik di
Era Demokrasi, (Jakarta, Yayasan Obor Indonesia: 2007), edisi I, h. 125.
88
keuntungan jika seorang kandidat bisa menggunakan marketing politik dengan
baik sedangkan lawan politiknya belum menggunakannya.
Adapun tugas penting dari seorang kandidat dan tim sukses adalah jangan
pernah merasa puas dan terlena dengan image positif yang selama ini melekat.
Image yang terus menerus digunakan bisa saja menjadi kendala bagi kandidat
itu sendiri terlebih jika image yang dibuat tak sejalan dengan realita kehidupan
kandidat yang imagenya dibuat tadi.
Image yang dibuat dalam upaya positioning dalam praktek marketing
politik seorang kandidat hendaknya dibuat apa adanya sesuai dengan realitas
yang terjadi. Jangan sampai image yang dibangun penuh dengan pencitraan
semata yang jauh dari realitas yang sebenarnya. Mengingat bahwa image ini
akan di-positioning-kan ke dalam benak khalayak khususnya para pemilih
maka bangunlah image yang memang menggambarkan kredibilitas dan
reputasinya.
Selain hal tersebut di atas, yang perlu menjadi perhatian serius Ledia dan
tim suksesnya adalah terkait caleg incumbent. Sebagai caleg incumbent
tentunya akan lebih diuntungkan dibandingkan caleg-caleg pemula. Namun
yang perlu disadari bahwa sebagai caleg incumbent justru “rentan” melakukan
pelanggaran terakait wewenangnya sebagai incumbent. Ini yang turut pula
dialami oleh caleg-caleg incumbent lainnya. Mengingat mereka masih
menjabat sebagai wakil rakyat, maka jangan sampai dalam kampanyenya
melanggar hak-hak rakyat seperti menggunakan fasilitas-fasilitas yang
diberikan sebagai wakil rakyat, memanfaatkan jabatan dan lain sebagainya.
89
b. Saluran Media Massa
Saluran media massa adalah saluran yang penting dalam sebuah
komunikasi politik. Media massa selalu mempunyai peranan tertentu dalam
menyalurkan pesan, informasi, dan political content di tengah masyarakat.
Serta sangat terkait akan pembentukan opini publik. 24
Dengan kemampuannya untuk menjangkau massa dalam jumlah yang
cukup besar, informasi dari media massa akan dapat menembus populasi yang
besar pula. Sementara ini penelitian dalam komunikasi, psikologi dan
sosiologi menyatakan bahwa cara pandang manusia akan sangat ditentukan
oleh jenis dan volume informasi yang mereka terima. Implisit dari penelitian-
penelitian ini adalah bahwa kita dapat membentuk opini publik melalui
informasi yang kita berikan. Ketika kekuatan politik ingin mendiskreditkan
image politik lawan, yang perlu dilakukan sudah cukup dengan membanjiri
informasi di media massa dengan hal-hal buruk yang dilakukan lawan politik.
Begitu juga sebaliknya, ketika ingin membentuk image positif dari publik,
cukup dengan membanjiri media massa dengan hal-hal positif dari suatu partai
atau kandidat. 25
Sadar akan peran penting media dalam proses marketing politik maka
Ledia dan tim tidak mau menyianyiakan kesempatan ini. Berbagai media
mulai dari cetak, elektronik, hingga media sosial mereka gunakan. Media-
24
Misliyah, Komunikasi Politik Melalui Media Massa Pasangan Mochtar Muhammad-
Rahmat Efendi (MuRah) dalam Pilkada Walikota Bekasi Periode 2008-2013, (Jakarta, FIDKOM
UIN:2010), h. 34. 25
Firmanzah, Mengelola Partai Politik: Komunikasi dan Positioning Ideologi Politik di
Era Demokrasi, (Jakarta, Yayasan Obor Indonesia: 2007), edisi I, h. 29.
90
media tersebut menjadi sarana Ledia untuk mem-positioning-kan dirinya
secara lebih luas.
Jika positioning yang dibangun Ledia dan tim sukses melalui saluran tatap
muka dianggap lebih tepat karena menyasar secara dekat dan personal ke hati
masyarakat maka positioning melalui media dilakukan untuk menyasar lebih
banyak orang, yang mampu menembus ruang dan waktu.
Positioning yang dilakukan melalui media adalah dengan menanamkan
kedekatan hubungan dengan media lokal maupun nasional. Upaya tersebut
telah dilakukan sejak lama. Menurut Fera, asisten pribadi Ledia bidang media,
“sejak 2009 hingga 2014 sudah nyicil, menjaga hubungan dengan media
dengan cara media gathering selalu setiap reses. Kemudian juga secara rutin
kalau ada kasus atau ada isu atau ada satu tanggapan yang perlu kita tanggapi,
kita kirim release. Kemudian juga dengan ibu bawa news letter,
pertanggungjawaban publik itu kan tidak hanya dibagi kepada masyarakat
tetapi juga kepada media.” 26
Apa yang dilakukan Ledia dan tim suksesnya dalam rangka mengokohkan
posisi Ledia di mata publik. “Jadi dengan nyicil seperti itu ya sudah terbangun
brand image bu Ledia. Sudah juga terwakili pertanggungjawaban publiknya.
Sudah juga dibangun hubungan kemediaannya. Sehingga boleh dibilang yang
dilakukan sebelum kampanye adalah bahan dasar untuk mendorong lebih aktif
saja ketika pemilu.” Jelas Fera.
26
Wawancara pribadi dengan Zirlyfera Jamil asisten pribadi bidang media, Jakarta 16
April 2014
91
Meskipun media memiliki peranan yang penting dalam kampanyenya
namun Ledia tidak pernah memasang iklan di media massa, baik koran, radio
maupun televisi. “saya memanfaatkan media tv itu ketika diminta untuk
menjadi misalnya narasumber” tutur Ledia. 27
Hal senada diungkapkan pula oleh asistennya, “untuk akhir-akhir ini kira-
kira tahun terakhir lah ya sampai mendekati hingga mendekati pemilu ibu
justru cukup sering tampil di tv. Bukan karena kita yang minta malah, tapi
justru karena permintaan dan undangan dari mereka.” Ujar Fera. Begitu pula
yang terjadi di radio maupun koran. Itu semua undangan atau permintaan dari
pihak medianya. 28
Penempatan image yang dibentuk tim media Ledia telah menghantarkan
Ledia pada positioning yang menguntungkan. Menjaga hubungan baik dengan
media yang telah dibangun sejak lama membuat para awak media mengenal
sosok Ledia. Para awak media mulai sering meminta Ledia sebagai
narasumber atau menjadikannya influencer (referensi komunikasi). inilah
brand image yang berhasil dibentuk tim media Ledia.
Adapun untuk sosial media dan online, Ledia mengaku semenjak menjadi
anggota DPR RI ia rutin menghidupkan news letter rutin tiap empat bulan
sekali, website, facebook dan twitter.29
“Sejak awal saya menjadi anggota
dewan 2009-2014 saya menghidupkan website, news letter rutin. Artinya ada
tidak adanya kampanye harus melaporkan ke masyarakat. Jadi relatif
27
Wawancara pribadi dengan Ledia Hanifa Amaliah, Bandung 29 Maret 2014 28
Wawancara pribadi dengan Zirlyfera Jamil asisten pribadi bidang media, Jakarta 16
April 2014 29
Wawancara pribadi dengan Ledia Hanifa Amaliah, Bandung 29 Maret 2014
92
sebetulnya masyarakat juga sudah banyak tahu tentang apa saja kiprah saya.
Itu juga salah satu bahan untuk komunikasi dengan masyarakat. Meskipun
anda tidak memilih saya pada saat itu tapi saya sudah melakukan ini ini ini
gitu” jelas Ledia. 30
Marketing politik yang dilakukan melalui media selain untuk menjalin
kedekatan dengan berbagai media lokal dan nasional, juga diperuntukan
sebagai bentuk pertanggungjawaban publik terhadap amanah yang dititipkan
kepadanya. Di mana ia bisa melaporkan kinerjanya selama menjabat sebagai
anggota DPR RI periode 20014-2019. Image kerja nyata inilah yang
digunakan tim media Ledia untuk mem-positioning-kan Ledia.
Terkait dengan pengelolaan media, Ledia menyerahkan pengelolaannya
pada tim. Namun, ada pula account yang ia kelola sendiri seperti facebook dan
twitter. “Jadi kalau misalnya (media sosial) apalagi kayak twitter, twtitter itu
kan beliau (Ledia) sendiri yang pegang. Jadi karena beliau sendiri yang
pegang jadi ya dia ada info, ada kejadian, ada peristiwa, dia langsung
update”papar Fera. Sedangkan untuk konten dari informasi apapun yang di-
share ke publik maka itu semua telah melewati proses acc dari Ledia.31
Aktivitas Ledia di media sosial miliknya sangat beragam. Mulai dari
menshare informasi dan mensosialisasikan kebijakan terkait posisinya di
komisi VIII, berkampanye saat musim kampanye atau sekedar menyapa
followernya di twitter. Selain itu, secara kuantitas, media sosial twitter dan
30
Wawancara pribadi dengan Ledia Hanifa Amaliah, Bandung 29 Maret 2014 31
Wawancara pribadi dengan Zirlyfera Jamil asisten pribadi bidang media, Jakarta 16
April 2014
93
facebook menjadi media yang paling sering digunakan karena memiliki
tingkat updating yang tinggi. 32
Tabel 4
Penampilan Ledia di Radio Lokal dan Nasional masa Pra Kampanye
Mei 2011 - Januari 2013
No Stasiun Radio Tanggal, Bulan, Tahun Keterangan
1 Sindo Radio
Jakarta
20 April 2012 Narasumber
2 Lita FM Bandung 27 April 2012 Narasumber
3 Radio Dakta 26 Desember 2012 Narasumber
4 Cosmo FM
Bandung
Desember 2012 Narasumber
Sumber: data internal tim sukses Ledia Hanifa Amaliah bidang media
Marketing politik yang dibangun Ledia dan tim suksesnya ketika masih
menjabat sebagai anggota DPR RI periode 2009-2014. Ledia mengisi acara
dibeberapa radio lokal dan nasional sebagai narasumber. Secara tidak langsung,
para pendengar sedang diperkenalkan dengan sosok Ledia dan jika intensitasnya
tinggi maka bisa jadi mulai terbentuk positioning untuk Ledia.
Tabel 5
Artikel Ledia di Harian Nasional masa Pra Kampanye
Juni 2011-Juni 2013
No Media Tanggal, Bulan, Tahun Judul Artikel
1 Republika Juni 2011 Crisis Center TKI
2 Pikiran Rakyat Juni 2011 Mengukuhkan Keluarga
Indonesia
32
Wawancara pribadi dengan Zirlyfera Jamil asisten pribadi bidang media, Jakarta 16
April 2014
94
3 Rakyat Merdeka Desember 2011 Ibu Berdaya yang
Melawan Kemiskinan
4 Republika April 2012 Perempuan Menuntut
Parpol
5 Republika 21 Juli 2012 Mengatasi Problem
Pekerja Anak
6 Pikiran Rakyat 22 Juli 2012 Mendidik dalam
Menghukum
7 Republika Agustus 2012 Kompetisi di Dunia Halal
8 Republika Oktober 2012 Mengkaji Kemampuan
Berhaji
9 Pikiran Rakyat November 2012 Mengevaluasi
Kemampuan Berhaji
10 Republika April 2013 Membentuk Perempuan
Berkualitas
11 Pikiran Rakyat April 2013 Bersama Mengayomi
Perempuan
12 Republika April 2013 Revolusi
Penyelenggaraan Haji
13 Republika Juni 2013 Menyongsong Indonesia
Bangkit
Sumber: data internal tim sukses Ledia Hanifa Amaliah bidang media
Tabel 6
Artikel Ledia Hanifa di Majalah masa Pra Kampanye
November 2011 - Desember 2013
No Media Tanggal, Bulan, Tahun Judul Artikel
1 Majalah Gontor Agustus 2012 Tentang RUU JPH
(Jaminan Produk Halal)
2 Majalah Gontor April 2013 Tentang RUU KKG
95
3 Majalah Suara
Hidayatullah
April 2013 Tentang RUU JPH
(Jaminan Produk Halal)
4 Majalah Sindo
Weekly
Desember 2013 Tentang RUU JPH
(Jaminan Produk Halal)
Sumber: data internal tim sukses Ledia Hanifa Amaliah bidang media
Biasanya Ledia menulis artikel permasalahan di komisi ataupun menanggapi
permasalahan yang sedang ramai diperbincangkan. Setelah artikel dibuat, tim
media Ledia mengirimkannya ke media lokal maupun nasional melalui siaran
pers. Hal semacam itu memang rutin dilakukan oleh tim media Ledia. Ledia dan
tim berusaha menciptakan image kedekatan dengan media sehingga dengan
mudah terbentuk positioning untuk Ledia.
Hubungan yang sudah terjalin sejak lama dengan media menghasilkan dampak
baik bagi Ledia. Menurut Fera, “saya melihatnya tadi karena kita sudah
membangun kata saya tadi menyicil brand image dari awal sehingga akhirnya
mereka banyak tahu. Oh bu Ledia ini, itu loh yang komisi VIII. Oh itu kan yang
bahan anak, perempuan, agama. Oh berarti kalau ada perlu apa-apa mereka ya ke
sini. Ya jadi akhirnya karena kita sudah membangun itu orang pakai (red:
memanggil Ledia).” 33
Tabel 7
Penggunaan Media Masa pada Kampanye Terbuka
20 Maret 2014 – April 2014
No Media Tanggal, Bulan, Tahun Tema
1 Global TV 20 Maret 2014 Debat Kandidat
2 Metro TV Maret 2014 Pemilu
33
Wawancara pribadi dengan Zirlyfera Jamil asisten pribadi bidang media, Jakarta 16
April 2014
96
3 TV One 26 Maret 2014 Memahami Jaminan
Sosial Nasional
4 O’channel TV April 2014 Pemilih Pemula
5 Harian Gala
Media Bandung
28 Maret 2014 Sapa Warga dengan
Wayang Dakwah
6 MQ FM Bandung Februari 2014 Narasumber
7 68H Jakarta Maret 2014 Narasumber
Sumber: data internal tim sukses Ledia Hanifa Amaliah bidang media
Memasuki masa kampanye, Ledia lebih sering terlihat tampil di media
elektronik. Kehadirannya bukan karena iklan politik yang secara khusus dibuat
oleh Ledia maupun tim sukses tetapi kehadirannya di media elektronik dalam
rangka sebagai narasumber yang diundang oleh media.
Akhmad Danial (2009) mengutip pendapat Holtz-Bacha dan Kaid bahwa
berita merupakan salah satu strategi marketing politik yang bisa dilakukan secara
gratis, dalam arti memanfaatkan liputan reguler media terhadap kegiatan partai
atau kandidat politik. Namun, aktor politik tak bisa memengaruhi kapan, seberapa
panjang, dan bagaimana peristiwa politik itu diliput media. Strategi pemasaran
gratis lewat berita politik ini bukan berarti tanpa risiko. Dengan hilangnya
intervensi aktor politik terhadap suatu isi liputan berita, maka boleh jadi, partai
poltitik atau sang kandidat dapat tersaandung berita negatif, maka departemen
komunikasi harus dengan cepat menghitung kerusakan potensial yang diakibatkan
dari pemberitaan negatif tersebut. Dalam hal ini, partai politik perlu waspada
dengan sirkulasi informasi yang mereka katakan pada media. 34
34
Gun Gun Heryanto dan Shulhan Rumaru, Komunikasi Politik: Sebuah Pengantar,
(Bogor, Ghalia Indonesia: 2013), cet 1. H. 41.
97
Gambar 2.1
Sosialisasi Komisi VIII melalui account twitter @lediahanifa
Gambar 2.2
Kampanye politik Ledia Hanifa melalui account twitter @lediahanifa
Rupanya Ledia dan tim suksesnya benar-benar ingin memanfaatkan media
dari segala lini. Pun dengan perkembangan yang tak terbendung dari sosial media.
Kecepatan, ketepatan, harga murah dan beragam keuntungan lainnya menjadi
pilihan favorit para aleg maupun caleg untuk melakukan marketing politiknya.
Selain media-media tersebut di atas, Ledia dan tim suksesnya juga membuat
spanduk, sticker, banner dan lain sebagainya. Itu sama seperti tahun yang lalu.
98
Hanya saja kali ini kesadarannya lebih baik. Jadi sticker dicetak tidak terlalu
banyak, sedikit saja. Itu dilakukan karna sticker itu akan menjadi sampah yang
mengganggu tembok-tembok orang. Kemudian banner juga tahun ini tidak
dipasang di pohon sebagaimana kesadaran umum saat ini. Spanduk juga sedikit
sekali hanya buat 30 buah spanduk.
Kampanye politik lewat media lini bawah (belowline media) hampir
digunakan oleh semua partai politik karena cost yang dikeluarkan tak sebesar
anggaran belanja iklan di televisi, radio, dan koran. Selain murah, media lini
bawah lebih bersifat personal sehingga proses propaganda dan persuasif dari
partai politik langsung mengenai sasaran individu.35
Tim sukses Ledia menjadikan kinerja Ledia sebagai caleg incumbent dan
keberpihakan Ledia terhadap isu-isu kemasyarakatan sebagai senjata mereka
dalam melakukan marketing politik. Tim berhasil menjadikan kredibilitas dan
reputasi sebagai positioning Ledia dalam marketing politik.
Informasi tentang Ledia yang disampaikan oleh media massa telah membuat
kesan dibenak khalayak tentang dirinya. Kesan tersebut melahirkan image bagi
Ledia yang tertanam dalam kognitif khalayak. Sehingga khalayak dengan mudah
membedakan ciri yang terdapat dalam diri Ledia dengan kandidat yang lain. Hal
itu tentu menguntungkan Ledia sebagai caleg. Karena dengan begitu peluang
keterpilihannya kembali sebagai anggota DPR RI semakin terbuka lebar.
Pemetaan media massa sebagai saluran komunikasi politik pada sektor
elektronik dan media cetak nasional serta lokal, diantaranya:
35
Gun Gun Heryanto dan Shulhan Rumaru, Komunikasi Politik: Sebuah Pengantar,
(Bogor, Ghalia Indonesia: 2013), cet 1. H. 42.
99
Tabel 8
Pemetaan Media Berdasarkan Jenis Media36
Media Massa Media
Sosial Koran Majalah Radio Televisi
Pikiran
Rakyat
Sindo
Weekly
DAKTA TV One Facebook
Republika Gontor Cosmo Global TV Twitter
Rakyat
Merdeka
Suara
Hidayatullah
MQ FM Metro TV Website
Gala Media Sindo Radio O’Channel
TV
News letter
Lita FM
68H Jakarta
Sumber: data internal tim sukses Ledia Hanifa Amaliah bidang media
Tim tidak melakukan pemetaan secara khusus terhadap media-media yang ada
apalagi sampai memilah-milahnya. Yang dilakukan tim adalah membaginya ke
dalam dua garis besar yakni media yang concern di daerah pemilihan dan media
nasional. Sehingga apabila Ledia ingin menjaga hubungan dengan media maka
tim akan mengarahkannya kepada media yang concern di daerah pemilihan dan
media nasional.
Tabel 9
Pemetaan Media berdasarkan Wilayah
Media Elektronik Media Cetak
Nasional Lokal Nasional Lokal
Global Tv
TV One
MQFM
Lita FM
Pikiran Rakyat
Republika
Gala Media
Gontor
36
Zirlyfera Jamil data diolah dari data internal tim sukses bidang media, Ledia Hanifa
Amaliah
100
Metro TV
O’Channel
Radio DAKTA
Sindo Radio
Radio 68H
Jakarta
Cosmo Radio Rakyat Merdeka
Sindo Weekly
Suara
Hidayatullah
Sumber: data internal tim sukses Ledia Hanifa Amaliah bidang media
Tim media Ledia tidak secara khusus melakukan pemetaan terhadap media.
Mereka hanya membuat pemetaan secara garis besar yakni media nasional dan
media lokal. Dari media nasional dan lokal, dibagi lagi ke dalam media cetak dan
elektronik. Dan seperti itulah pemetaan yang dilakukan oleh tim media Ledia.
Dengan pemetaan media seperti itu, tim media menjadi lebih fokus untuk
menjalin hubungan dengan media cetak dan elektronik yang ada di nasional
ataupun lokal.
B. Faktor Pendukung dan Penghambat Marketing Politik Ledia Hanifa
Pemilihan umum legislatif yang terjadi pada 9 April 2014, mengantarkan
Ledia untuk maju kembali sebagai anggota legislatif periode 2014-2019. Ledia
menjadi satu-satunya wakil politisi perempuan PKS yang melenggang ke DPR RI
dengan mengantongi 30.179 suara.37
Jika melihat kembali perolehan suara Ledia
pada pemilu 2009, maka terlihat peningkatan suara yang diperoleh Ledia yang
saat itu hanya mengantongi 28.228 suara sah. 38
Keterpilihannya kembali merupakan akumulasi dari strategi kampanye yang
matang dan marketing politik yang tepat.
37
Ini wakil Rakyat dari PKS artikel diakses pada 14 Mei 2014 dari
http://m.beritasatu.com/nasional/184121-inilah-wakil-rakyat-dari-pks.html 38
Data tersebut diambil pada tanggal 10 Januari 2014 dari
http://mediacenter.kpu.go.id
101
Adapaun faktor-faktor pendukung kemenangan Ledia pada pemilu legislatif
2014 adalah:
1. Keberhasilan Ledia dan tim dalam menerapkan marketing politik yang
dibangunnya semenjak ia menjabat sebagai anggota legislatif periode
2009-2014. Selama lima tahun ia dan tim menjaga konstituennya dengan
baik melalui dua saluran komunikasi politik yakni saluran tatap muka dan
saluran media. Penjagaan tersebut rupanya tidak hanya mengena kepada
konstituennya saja namun masyarakat luas pada umumnya. 39
2. Ledia memiliki jaringan yang luas. Ini merupakan salah satu buah dari
marketing politik yang ia lakukan. Dengan semakin banyaknya jaringan
yang ia miliki maka semakin banyak pula dukungan-dukungan yang ia
peroleh. Maka tak heran jika ada kelompok-kelompok tertentu yang
dengan sukarela dan terang-terangan menyatakan dukungan kepadanya. 40
3. Popularitas yang dimiliki Ledia. Hal tersebut menjadi wajar mengingat
kapasitas Ledia sebagai caleg incumbent pada periode 2009-2014. Dan
selama ia menjabat sebagai anggota legislatif, ia terjun langsung ke
masyarakat untuk mensosialisasikan program-program di komisi VIII.
Selain itu ia juga terpilih sebagai salah satu anggota DPR yang menjadi
39
Wawancara pribadi dengan Yudiyana asisten pribadi di daerah pemilihan, Jakarta, 28
April 2014 dan Zirlyfera Jamil asisten pribadi bidang media, Jakarta 16 April 2014. 40
Wawancara pribadi dengan Zirlyfera Jamil asisten pribadi bidang media, Jakarta 16
April 2014.
102
influencers dalam survei yang diselenggarakan Lembaga Riset dan
Konsultasi Ovolution Indonesia selama Desember 2010-Januari 2011.41
4. Faktor lainnya adalah Ledia memiliki finansial yang baik untuk menopang
kampanyenya. Tentunya hal ini sangat disyukuri oleh tim karena dengan
demikian tim memiliki keleluasaan untuk berkreativitas.42
Adapun faktor yang menghambat Ledia pada pemilu legislatif 2014 adalah:
1. Badai yang menimpa PKS sebagai partai afiliasi Ledia menjadikan
perjuangannya untuk meraih dukungan terasa cukup berat. Ini menjadi
pekerjaan rumah yang cukup sulit bagi Ledia dan tim suksesnya. Ledia
dan tim harus berjuang keras mengembalikan kepercayaan publik terhadap
partainya dan mau tetap memberikan dukungan kepadanya. 43
2. Money politic yang semakin vulgar dan merajalela. Ini bukan hanya
pekerjaan rumah yang harus diselesaikan Ledia dan tim saja, melainkan
menjadi pekerjaan bersama politisi-politisi lain yang turut bersaing. Money
politic benar-benar menggempur upaya-upaya jujur yang hendak Ledia
lakukan. Kerja keras dan kerja nyata yang dibangun Ledia seakan terhapus
oleh money politic yang dilakukan oleh politisi-politisi yang hanya
berorientasi kekuasaan. 44
41
Syahid Latif dan Ajeng Mustika Triyanti, Survei Soal Kompetensi Anggota DPR,
artikel di akses pada 22 Mei 2014 dari http://m.news.viva.co.id/news/read/207970-survei--fraksi-
golkar-dpr-paling-kompeten 42
Wawancara pribadi dengan Yudiyana asisten pribadi di daerah pemilihan, Jakarta, 28
April 2014 43
Wawancara pribadi dengan Yudiyana asisten pribadi di daerah pemilihan, Jakarta, 28
April 2014 44
Wawancara pribadi dengan Yudiyana asisten pribadi di daerah pemilihan, Jakarta, 28
April 2014
103
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Kegiatan marketing politik Ledia Hanifa Amaliah menggunakan konsep
pasar politik, produk politik dan positioning politik melalui dua saluran
komunikasi politik, yakni saluran tatap muka dan saluran media. Upaya
positioning yang dibangun Ledia dan tim sukses dengan cara menanamkan
image kedekatan dengan masyarakat, image kedekatatan hubungan dengan
media, dan image kerja nyata. Ketiga image tadi tercermin melalui
kegiatan-kegiatan yang terdapat dalam saluran tatap muka dan saluran
media. Adapun jenis kegiatan dari saluran tatap muka seperti wayang
dakwah, seminar, pelatihan pemadam kebakaran, silaturahim dan lain-lain.
Sedangkan saluran media menggunakan media cetak, elektronik dan media
sosial yang menjangkau tingkat lokal maupun nasional. Positioning ini
berdampak pada keterpilihannya kembali sebagai anggota DPR RI dari
Daerah pemilihan Jabar I pada pemilu legislatif 2014 dengan memperoleh
30.179 suara. Dan Ledia menjadi satu-satunya wakil politisi perempuan
PKS di DPR RI.
2. Kemenangan kembali Ledia dalam pemilu 2014 ini dikarenakan beberapa
faktor. Pertama, marketing politik yang dibangun semenjak tahun 2009-
2014. Kedua, Ledia memiliki jaringan yang luas. Ketiga, popularitas Ledia
sebagai caleg incumbent. Keempat, Ledia memiliki finansial yang baik
dalam menopang kampanyenya sehingga tim memiliki keleluasaan untuk
104
berkreativitas. Sedangkan faktor penghambat Ledia adalah, Pertama,
badai yang menimpa PKS menjadikan perjuangannya untuk meraih
dukungan terasa cukup berat. Kedua, money politic yang menghambat para
kandidat yang hendak bersaing secara jujur.
B. Saran-saran
Adapaun saran-saran dalam penelitian ini adalah:
1. Saran Akademis
Kebutuhan akan komunikasi politik yang terus meningkat, diharapkan
bisa memunculkan konsentrasi khusus komunikasi politik di setiap
universitas. Sehingga komunikasi politik bisa terus dikaji dan
dikembangkan secara ilmiah.
2. Saran Praktis
Ledia dan tim sukses bisa lebih menjaga keindahan lingkungan ketika
berkampanye. Jangan sampai banner, spanduk, sticker dan lain sebagainya
mengganggu ketertiban umum atau bahkan mengotori lingkungan. Pada
pemilu mendatang baik Ledia dan tim sukses hendaknya bisa lebih
mengeksplorasi keterlibatan pemilih pemula. Potensi pemilih pemula dan
laki-laki cukup besar untuk dimanfaatkan sebagai pendongkrak suara. Dan
kemenangan Ledia dalam pemilu legislatif 2014-2019 ini agar disikapi
dengan bijak. Menjalankan amanah yang dititipkan masyarakat kepadanya
dan mendahulukan kepentingan rakyat dari pada kepentingan pribadi
ataupun golongan.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Anwar. Komunikasi Politik: Filsafat-Paradigma-Teori-Tujuan-Strategi
dan Komunikasi Politik Indonesia. (Yogyakarta, Graha Ilmu: 2011).
edisi II. Cetakan I.
Budiardjo, Miriam. Dasar-Dasar Ilmu Politik. (Jakarta, PT Gramedia Pustaka
utama: 2010). edisi revisi. Cetakan 4.
Bungin, Burhan. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik,
dan Ilmu Sosial lainnya. (Jakarta, Kencana: 2010). Edisi 1. Cetakan 4.
Cangara, Hafied. Komunikasi Politik: Konsep, Teori dan Strategi. (Jakarta,
Rajawali Pers: 2009). edisi I. cetakan II.
Dulah Sayuti, Solatun. Komunikasi Pemasaran Politik. (Bandung, PT Remaja
Rosdakarya: 2014). Cetakan I.
Firmanzah. Mengelola Partai Politik: Komunikasi dan Positioning Ideologi
Politik di Era Demokrasi. (Jakarta, Yayasan Obor Indonesia: 2007).
Edisi I.
Heryanto, Gun Gun dan Farida, Ade Rina. Komunikasi Politik, (Ciputat, Lembaga
Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: 2011). Cetakan I.
Heryanto, Gun Gun. Komunikasi Politik di Era Industri Citra. (Jakarta, Lasswell
Visitama: 2010). Cetakan I.
Heryanto, Gun Gun. Komunikasi Politik: Sebuah Pengantar. (Bogor, Ghalia
Indonesia: 2013). Cetakan I.
Kotler, Phillip dan Amstrong, Gary. Prinsip-prinsip Pemasaran. (Jakarta,
Erlangga: 2006).
Kurnia Syah Putra, Dedi. Media dan Politik: Menemukan Relasi Antara Dimensi
Simbiosis-Mutualisme Media dan Politik. (Yogyakarta, Graha Ilmu:
2012).Edisi 1.Cetakan1.
Lovelock, Christopher. Wirtz, Jochen. Mussry, Jacky. Pemasaran Jasa:
Perspektif Indonesia. (Jakarta, Erlangga: 2010). Edisi VII. Jilid I.
M. Hikmat, Mahi. Komunikasi Politik: Teori dan Praktik. (Simbiosa Rekatama
Media, Bandung : 2010). Cetakan I.
Mulyana, Deddy. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. (Bandung, PT. Remaja
Rosdakarya: 2002). Cetakan IV.
Newman, Bruce I. Handbook of Political Marketing. (USA, SAGE Publications:
1999).
Nimmo, Dan. Komunikasi Politik: Komunikator, Pesan dan Media. (Bandung,
PT. Remaja Rosdakarya, 2004). Cetakan V.
Poerwandari, E. Kristi. Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku Manusia,
(Depok, LPSP3 UI: 2005). edisi III.
Rohim, Syaiful. Teori Komunikasi: Perspektif, Ragam dan Aplikasi. (Jakarta,
Rineka Cipta: 2009). Cetakan I.
Saeful Muhtadi, Asep. Komunikasi Politik Indonesia: Dinamika Islam Politik
Pasca-Orde Baru. (Bandung, PT Remaja Rosdakarya: 2008). Cetakan
I.
Soyomukti, Nurani. Komunikasi Politik: Kudeta Politik Media, analisa
Komunikasi Rakyat dan Penguasa. (Malang: 2013). Cetakan I.
Widyani Soetjipto, Ani. Politik Perempuan Bukan Gerhana: Esai Pilihan 1999-
2004. (Jakarta, Kompas: 2005)
Artikel Media
Lena Maryana Mukti, Kelompok Kerja Keterwakilan Perempuan, artikel diakses
pada 25 September 2013 dari http://www.komnasperempuan.or.id
Bobby Reza Satrian, Profil Ledia Hanifa Amaliah, artikel diakses pada 19 Januari
2014 dari http://m.merdeka.com
24.JABAR_I.pdf diakses pada tanggal 10 Januari 2014 dari
http://mediacenter.kpu.go.id
DCS DPR 2014-3201. JABAR I. pdf. Artikel diakses pada tanggal 31 Desember
2013 dari www.kpu.go.id
Ini wakil Rakyat dari PKS artikel diakses pada 14 Mei 2014 dari
http://m.beritasatu.com
Latif, Syahid dan Mustika Triyanti, Ajeng, Survei Soal Kompetensi Anggota DPR,
artikel di akses pada 22 Mei 2014 dari http://m.news.viva.co.id
Jurnal Ilmiah
Iman Firdaus, Lobi Batal, RUU Jaminan Produk Halal Bakal Molor, artikel
diakses pada tanggal 20 Januari 2014 dari www.jurnalparlemen.com
Iman Firdaus, Ini Arahan Fraksi PKS Buat Ledia Hanifa, artikel diakses pada
tanggal 10 Februari 2014 dari www.jurnalparlemen.com
Iman Firdaus, Temuan Komisi VIII Pembagian BLSM di Yogya Tidak Tepat
Sasaran, artikel diakses pada tanggal 30 Januari 2014 dari
www.jurnalparlemen.com
Iman Firdaus, Agar Fokus RUU KKG Perlu Disisir Ulang, artikel diakses pada
tanggal 30 Januari 2014 dari www.jurnalparlemen.com
Misliyah. Komunikasi Politik Melalui Media Massa Pasangan Mochtar
Muhammad-Rahmat Efendi (MuRah) dalam Pilkada Walikota Bekasi
Periode 2008-2013. (Jakarta, FIDKOM UIN:2010).
Nur Rochimah, Tri Hastuti, Pentingnya Memahami Perilaku Politik dalam
Political Marketing-Jurnal Komunikator VOLUME 1 NO. 1.
(Yogyakarta: 2009).
PROFIL LEDIA HANIFA AMALIAH
Nama Hj. Ledia Hanifa Amaliah, S.Si.,
M.Psi.T.
Nama Panggilan Ledia
Tempat/Tanggal Lahir Jakarta, 30 April 1969
Agama Islam
Alamat Jl. Cipunegara no 4 Bandung dan
Komplek Timah BB71 Depok
Status Menikah dengan 3 orang anak
Nama Suami Drs. Bachtiar Sunasto, MS.
Nama anak - Widad Maulana
- ‘Azza Habibullah
- Mi’raj Shabrin Jamil
Nama Orang tua Moechsoen (ayah)
Moelina Sekar Asih (ibu)
Riwayat Pendidikan - SD Taman Siswa Rawasari 1981
- SMP Negeri 47 1984
- SMA Islam Al Azhar 1986
- Sarjana S1 Tahun1993
- Sarjana S2 Tahun 2002
Pengalaman Organisasi - Ketua Bidang Humas Kaukus
Perempuan Parlemen Republik
Indonesia (2009-2014)
- Anggota Forum Parlemen
Indonesia untuk Kependudukan
dan Pembangunan (2009-2014)
- Staf Bidang Perencanaan DPP
Partai Keadilan Sejahtera (2011-
2013)
- Anggota Majelis Pertimbangan PP
Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat
Indonesia
- Ketua III PP Wanita Persatuan
Umat Islam (PUI)
- Ketua Divisi Diklat Kaukus
Perempuan Politik Indonesia
(2008-2010)
- Ketua DPP Partai Keadilan
Sejahtera Bidang Kewanitaan
(2005-2010)
- Ketua Deputi Pemberdayaan
Wanita DPW Partai Keadilan
Sejahtera Jawa Barat (2000-2005)
- Dosen Pendidikan Anak,
Pendidikan Multikultur dan
Perspektif Global
Pengalaman Pekerjaan Dosen dan Trainer
Jabatan dan Kepanitiaan di DPR RI
periode 2009-2014
- Anggota Komisi IX DPR RI 2009-
2011
- Anggota Komisi VIII DPR RI
2011-sekarang
- Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI
2013-sekarang
- Anggota Panitia Khusus RUU
Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial 2010-2011
- Anggota Panitia Kerja (Panja)
RUU Jaminan Produk Halal
- Anggota Panja penyusunan draft
RUU Amandemen UU no. 13 2008
tentang Penyelenggaraan Ibadah
Haji
- Anggota Panja RUU Pengelolaan
Keuangan Haji
Transkrip Wawancara
SD : Bisa tolong ibu ceritakan awal mula ketertarikan ibu pada politik?
LH : eee..saya dari kecil yaa dari umur kelas IV SD itu sudah selesai membaca
autobiografi ehm kakek saya. Autobiografi itu menceritakan tentang
perjalanan perjuangan beliau sampai beliau sudah eh sempat menjadi
anggota (apa namanya ) eee..parlemen pasundan terus kemudian menjadi
anggota (apa) pengurus koperasi Jawa Barat dan seterusnya lah dari proses
itu memotivasi saya untuk terjun ke kemasyarakatan sehinggga saya
memilih waktu itu memilih SMP bukan SMP favorit tapi SMP yang
pramukanya bagus yang banyak kegiatannya saya bergabung dengan
Partai Keadilan tahun 98 terus sampai sekarang
SD : Saat itu apa pendapat ibu tentang politik? Ketika mulai belajar politik
LH : Ehh di mulai bergabung dengan partai politik, ehm gini sebelumnya saya
bergabung, saya banyak beraktivitas di LSM. Terus kemudian kita melihat
bahwa ada banyak hal yang tidak bisa kita lakukan manakala kita tidak
terlibat dalam pengambilan kebijakan dan pilihannya adalah terlibat dalam
politik. Nah itulah politik praktis dalam konteks itu ya. Artinya bukan
bukan sebagai kekuatan (apa namanya) di luar yang bisa mendesakyan
tetapi sudah terlibat di dalamnya.
SD : Lalu kenapa ibu memutuskan untuk gabung dengan PKS bukan di partai
lain?
LH : Pada saat itu saya melihat yang waktu itu masih Partai Keadilan yang apa
yang bisa sejalan dengan saya visi dan misinya ya Partai Keadilan
sehingga akhirnya memilih di partai keadilan
SD : Lalu bagaimana tanggapan orang-orang di sekitar ibu mengenai
gabungnnya ibu ke partai politik?
LH : Gak masalah, karena sebenarnya mereka tidak pernah bergabung dengan
partai politik tetapi karena aktivitas hampir semuanya juga banyak terlibat
dalam aktivitas kemasyarakatan dan juga bisa mengikuti dulu kiprah kakek
saya sehingga tidak jadi masalah begitu.
SD : Lalu ada gak orang-orang yang berkomentar negatif mengenai
keterlibatan ibu dengan politik
LH : Sampai sejauh ini, selama ini gak negatif cuma nanya aja ngapain sih lu
paling gitu aja, karena bagi mereka yang ada dalam kepala, politik itu
kotor. Sementara dalam kepala saya justru kita yang harus memperbaiki
politik itu dengan cara yang bersih.
SD : Bagaimana awal mula ibu dicalonkan sebagai anggota DPR RI tahun
2009?
LH : DPR RI ya? sebetulnya saya menjadi calon sejak 2004. 2004 itu
dicalonkan di kota Depok untuk DPRD Jawa Barat. Tahun 2009 ke DPR
RI dari dapil kota Bandung- kota Cimahi. Nah pada saat itu saya ketua
bidang kewanitaan DPP PKS. Jadi ada banyak hal (ee…apa namanya)
kemudian yang (di apa di?) didorongkan oleh pimpinan juga supaya
kemudian saya maju di situ.
SD : Lalu bagaiman tanggapan keluarga mengetahui ibu dicalonkan?
LH : Karena dari 2004 sudah dicalonkan ya, ya sudah mereka juga sudah
paham. Artinya yang penting adalah bagaimana kemudian kita Membuat
kesepahaman tentang supporting system nya. Supporting system itu apa
karena waktu 2004 anak saya masih SMA, SMA dan SMP tapi setelah
2009 itukan tinggal yang kecil yang SMA yang lainnya sudah kuliah. Nah
saya yang termasuk orang ya alhamdulillah ya banyak bersyukur pada
allah beruntung sekali karena ketika saya terlibat dalam politik anak-anak
saya sudah besar sehingga tidak terlau menyulitkan lah ya tidak kita bisa
membagi peran bisa membagi tugas
SD : Hal apa yang pertama kali ibu lakukan saat mendapat kabar bahwa ibu
dicalonkan mulai dari 2004?
LH : yang dilakukan? Pertama adalah saya harus melakukan pemetaan. Kedua,
saya harus melakukan sosialisasi, karena tidak mungkin seseorang akan
memilih, orang-orang akan memilih kita jika kita tidak pernah
memperkenalkan diri kita pada orang. Jadi kita melakukan sosialisasi
banyak diberbagai lapisan ya artinya baik majelis taklim, baik juga ibu-ibu
PKK atau yang lain gitu berkeliling betul-betul untuk menjumpai mereka
gitu.
SD : Waktu tahun 2004 ibu terpilih di DPRD?
LH : Enggak Meskipun di tahun 2004 suara saya lebih tinggi dari yang lainnya
tetapikan sistemnya pada saat itu masih proporsional tertutup sehingga
eee… saat itu masih berdasarkan masih nomor urut tapi memang pada
dasarnya saat itu sebetulnya saya tidak siap untuk jadi karena anak-anak
sekolah di Surabaya saya tinggal di Depok dan kalo jadikan harus ke
Bandung berarti ada tiga rumah nih yang harus dicermati. Terus saya saya
saat itu tidak sanggup untuk itu karena anak-anak juga sedang dalam usia
perkembangkan mereka yang lumayan lah agak berat untuk didampingi
SD : Lalu apa yang menjadi pertimbangan ibu untuk mau dicalonkan kembali
buat 2014?
LH : Itu tadi karena kita lihat bahwa sebetulnya banyak hal yang harus
dilakukan diantaranya harus disuarakan juga oleh perempuan. Karena pada
hal-hal yang sangat spesifik isu perempuan, keluarga dan anak biasanya
perempuan lebih jeli, perempuan lebih cermat dan (apa ya?) sensitifitasnya
sangat berbeda. Nah itulah yang kemudian kita dorong supaya bisa terus
aja harus adalah perwakilan, diantaranya ketika partai memberikan
amanah untuk maju ya bismillah akhirnya saya maju.
SD : Ada gak hal komunikasi politik khusus, pemetaan pemilih
LH : saya pikir semua orang juga hampir sama kali yaa artinya pasang iklan
iklan sendiri juga bukan iklan yang di televisi enggak ya. Artinya saya
memanfaatkan media tv itu ketika diminta untuk menjadi misalnya
narasumber. Kemudian juga saya menggunakan media radio untuk
talkshow atau juga kita pasang iklan di media massa dan yang paling
sering dilakukan pada saat ini sosial media. Sejak awal saya menjadi
anggota dewan 2009-2014 saya menghidupkan website, news letter rutin.
Artinya ada tidak adanya kampanye harus melaporkan ke masyarakat. Jadi
relatif sebetulnya masyarakat juga sudah banyak tahu tentang apa saja
kiprah saya. Itu juga salah satu bahan untuk komunikasi dengan
masyarakat. Meskipun anda tidak memilih saya pada saat itu tapi saya
sudah melaukan ini ini ini gitu.
SD : lalu bagaimana pandangan ibu mengenai dicalonkannya ibu di DPR RI
itu untuk mengamnkan kursi PKS di DPR?
LH : pada dasarnya semua itu menginginkan agar di.. (apa namanya?)
dimaksimakan. Kita bukan Cuma berharap mendapat suara yang sama tapi
kita berharap menambah jumlah suara. Oleh karenanya memang secara
logika politik orang yang sudah pernah menjadi anggota dewan dan dia
sudah melakukan katakanlah penjagaan konstituennya selama lima tahun
maka itu mempermudah ee… apa mempermudah perolehan
diasumsikannya seperti itu paling tidak konstituen asalnya akan terus
menyebarkannya lebih luas lagi gitu tinggal bagaimana dia memperluas
segmen dari yang selama ini dia pegang.
SD : apakah ibu turut memberikan saran kepada tim sukses dalam setiap
strategi kampanye dan strategi komunikasi persuasifnya?
LH : (saran dengan siapa?) Oh enggak enggak, dalam hal itu kita diskusi
sama-sama. Yang pertama saya memberikan arahan, apa langkah-langkah
besar yang kita ambil. Kemudian dalam hal yang detail mereka yang
melakukan eksekusinya, bagaimana caranya. Terus kemudian seperti
wayang sebetulnya inisiatifnya sebetulnya dari timses, dari salah satu
relawan yang kenapa tidak begini saja, hayu gitu hayu, ya udah kita
jalankan. Ternyata memungkinkan akhirnya kita perluas. Artinya ini
adalah kerja bersama bukan kerja sendiri, tetapi saya tidak punya
konsultan kampanye sehingga kita berjalan sesuai pengalaman, sesuai
analisis dengan segala kemampuan, cuma kita miliki apa yang bisa kita
lakukan.
SD : apakah ibu optimis memenangkan kembali?
LH : Setiap orang yang sedang berjuang harus optimis gak boleh ada kata
menyerah sebelum ada kita tahu hasil akhir. Jadi sepanjang itu belum
selesai, belum sampai final, kita tetep harus yakin bismillah
laahaulawalaakuwwataillabillah.
SD : bagaimana sistem penunjukan calon legislatif di internal PKS?
LH : kemampuannya, kapasitasnya dia seperti apa, pengalaman dia
distructural bagaimana, terus apalagi ya diantaranya itu gitu terus
kemampuan skill-skill yang lain-lain juga dipertimbangkan dan itu gak
ditetapkan satu orang itu harus musyawarah
SD : bagaimana perempuan-perempuan di parlemen yang menjadi wakil
rakyat hanya sekedar pemenuhan kouta atau memang benar benar
kompeten?
LH : Ya gak, rata ya ada yang kompeten ada yang enggak gitu kan. Jadi
mereka punya berbagai hal. Jadi ada yang direkrutnya sebagai berdasarkan
basis suara tapi ada yang emang bukan untuk .
SD : Sejak kapan mba menjadi asisten pribadi bu Ledia bidang media?
ZJ : Ee...saya menjadi staf ibuuu Ledia dari sejak tahun 2009 jadi ketika ibu
menjadi aleg yaa oktober saya sudah ikut beliau. iya Alhamdulillah udah
kenal secara personal, sudah kenal dari jaman baheula kalo kata orang
SD : Bisa tolong mba ceritakan job desc asisten pribadi bidang media?
ZJ : Karena ini terkait dengan sebenarnya lebih kepada kehumasan yaa jadi..
Gini, kenapa saya bilang kehumasan? karenakan media nanti menjadi salah
satu bagian hal-hal yang berkaitan dengan pencitraan, kemudian kebutuhan-
kebutuhan, (kalo kita kadang-kadang kebutuhan logisltik ya) kebutuhan-
kebutuhan hubungan dengan media massa atau kebutuhan dengan organisasi
atau dengan sesama personal yang bisa meng endoors kegiatan-kegiatan dan
personal bu Ledia itu yang saya kerjakan, termasuk tetapi tidak terbatas (ya
elah kalo orang gitu kan ngomongnya). Jadi misalnya gini, kayak kita
menyediakan fiding informasi dari bu Ledia. Misalnya, “bu ini ada isu apa?”
kan bisa jadi kalo misalnya ibu di komisi VIII kita bisa memberikan masukan
isu-isu yang lagi hangat begini yang lagi terbaru begini sehingga nanti ibu
bisa aware “oh ada kayak gitu ya fer”, kadang-kadang ibu tau duluan ibu
fiding ke saya supaya nanti saya bisa mengolah data-data yang
memungkinkan ibu untuk menjawab kadang-kadang misalnya “fer kayak
kemarin eee...ada kasus gini-gini coba deh kamu cari dalami”, nanti saya
dalami nanti saya bilang “oh iya bu ada kasus gini gini gini arahnya gini gini
gini”, “oh kalau gitu kaitannya dengan kebijakan apa? Undang-undang apa?”.
Karena di sini juga ada tim hukumnya kan, tenaga ahli bidang hukum nanti
saya nanya nih ke pak inyon misalnya “itu apa sih kaitannya?”, nanti saya
bilang “bu, ini ini ini”. Saya fiding bahannya Sehingga nanti ibu kalau mau
bicara ibu ditanya sudah ada itu dari sisi penyiapan bahan-bahan. Kemudian
juga dari sisi release kepada media sering kali ada kasus, bu Ledia butuh
untuk bercerita atau bukan bercerita sebenernya lebih pada menanggapi suatu
kejadian sebagai ahh anggota legislatif atau misalnya memberikan tanggapan
dari kebijakan-kebijakan pemerintah misalnya tiba-tiba kita lihat kok
Kemenkes bikin program eee...hari AIDS dengan begini-begini, ya kita
menanggapi itu walaupun nanti misalnya, nanti ada tanggapan balik dari
Kemenkes “weew itu tuh bukan acara kita, itu private”, “tapi kan kerja sama
toh sama situ”, gitu kan. Nah itu untuk release-release media seperti itu saya
juga termasuk yang menggalang misalnya media gathering wabilkhusus yang
ada di Jakarta. Kalau misalnya di luar kota di dapil ditangani pak yudi dan
rekan-rekannya. Atau misalnya kadang-kadang kontak dengan lembaga-
lembaga yang ada di sini. Kalau lagi ada seminar apa, menyiapkan bahan-
bahannya untuk bisa tampil. Terus tentu saja menjaga tadi eee...supaya semua
kegiatan bu Ledia itu terdokumentasi dengan baik. Karena persoalannya kan
di sini kerja aleg itu kan pengawasan, undang-undang, advokasi, gitu kan yaa
dan anggaran gitu kan banyak tuh kerjaannya, tetapi tidak semua aleg punya
concern atau tim khusus yang mendokumentasikan itu sehingga kalau bahasa
kitanya pertanggungjawaban publiknya apa? Karena sebenarnya masyarakat
pengen, “kalau saya sudah memilih kamu, saya inginnya kamu kerja tapi
mana buktinya kamu kerja?”. Nah karena itulah saya mem back up bu Ledia
agar kerja-kerja bu Ledia itu terdokumentasi. Ya foto dikumpulin kemudian
kegaitan kan harus dibahasankan meskipun foto ada tapi foto itu menjelaskan
apa? Kita buatlah keterangannya, masukin di web jadi kalau orang mau tahu
bu Ledia ngapain aja sih? itu ada di web-nya. Kemudian secara rutin setiap
kali masa reses yang terjadi empat kali dalam setahun bu Ledia pergi ke dapil
dibawa tuh, Kegiatan (ee..apa?) yang masa sidang lalu apa dalam bentuk news
letter rutin itu (ee..apa?) pertanggungjawaban publik beliau. Beliau sendiri
pegang account twitter-nya sendiri gak dipegang orang lain, kalau orang kan
tapi kan kadang-kadang infonya sendiri bisa datang dari mana aja misalnya
“ada data ini gak?”, “Ada bu”, ya saya kasih tau terus juga di media sosial lain
di fb kita berikan bahan-bahan. (panjang banget ya jawabnya hehehe..)
SD : Bagaimana pemetaan medianya?
ZJ : Eee...secara khusus sih gak sampe dipilah pilah. Cuma kita bilangnya ini
media nasional ini media yang concern di dapil. Kan kalo orang ada nasional
dan daerah karena kita orang politisi, otomatis dapil deh yang kita pikirkan.
Jadi nasional ada, dapil ada. Dari nasional dan dapil kita bagi lagi mana yang
cetaknya mana yang online sehingga otomatis kalau kita mau menggalang
hubungan dengan media kita hanya concern di situ aja, nasional dan dapil.
SD : Tugas apa yang mba jalankan pra kampanye?
ZJ : Yang seperti tadi sebenernya, pada umumnya jadi sejak 2009-2014 ini lima
tahun lebih ini. Ehm, saya boleh bilang tidak sepeti aleg-aleg lain yang
kadang-kadang, ehmm, lebih banyak, ehmm muncul menjelang pemilu kalau
bu Ledia itu sebenenrnya sudah nyicil gitu ya. Jadi kalau dikatakan pas
pemilu lebih agresif aktif iya tapi eee..dari dulu sebenarnya bu Ledia itu dari
2009 sudah nyicil seperti yang saya bilang tadi. Menjaga hubungan dengan
media udah, dengan cara apa? Media gathering selaaaluuu setiap reses. Ganti-
ganti tuh, katakanlah kita punya media nasional yang kita masukin disebut
media nasional katakanlah 8. Terus media dapil itu katakanlah 3 tapi di dapil
sendiri kan ada perwakilan nasional juga ya. Kita jaga setiap reses ada
pertemuan dengan mereka. Kemudian juga secara rutin kalau ada kasus atau
ada isu atau ada satu tanggapan yang perlu kita tanggapi kita kirim release.
Kemudian juga dengan ibu bawa news letter, pertanggungjawaban publik itu
kan tidak hanya dibagi kepada masyarakat tetapi juga kepada media. Jadi
dengan nyicil seperti itu ya sudah terbangun brand image bu Ledia. sSudah
juga terwakili pertanggungjawaban publiknya. Sudah juga dibangun
hubungan kemediaannya. Sehingga boleh dibilang yang dilakukan saat
kampanye adalah bahan dasar untuk mendorong lebih eee...aktif saja ketika
pemilu.
SD : Apa saja yang mba lakukan selama kampanye berlangsung?
ZJ : Nah semua yang tadi pra kampanye terus dilakukan. oh ya tadi saya harus
tambahin ya. Jadi dulu sebelum kampanye ada juga fiding-fiding bahan
artikel. Jadi bu Ledia juga beberapa kali tulis artikel, kita harus siapkan
bahan-bahannya. Nah ketika kampanye, itu dilakukan. Berarti plusnya apa? ya
hanya tingkat intensitasnya aja yang kita kuatkan. Jadi boleh dibilang tidak
terlalu ada yang berbeda kecuali bahwa dia lebih konsisten lebih intensif lebih
matang. Kalau yang kemarin gini, kita jeda yaa kalau ini kan semua kita lihat
dan sebenarnya kalau lagi kampanye malahan ehm, hubungan medianya itu
udah gak lagi (apa ya?) karenakan udah terinput oleh tim sukses jadi kalau
kita ngadain acara kayak misalnya ibu bikin wayang dakwah saya sendiri gak
terlibat tuh dalam pembuatan wayang dakwah itu karena teman-teman di
dapil. Tapi justru kan wayang dakwah itu akan dilihat oleh media karena ibu
sudah kenal ehh karna media sudah kenal ibu. Jadi, justru karena ibu sudah
dikenal media yang itu adalah hasil dari pra kampanye, ketika memunculkan
sesuatu yang baru itu ditangkep gitu. Jadi, ini sebenarnya kita dari cicilan-
cicilan itu. Melakukan sesuatu yang lebih intensif kita kayak orang (eee..apa?)
Menanggok ada hasilnya, metik-metikinnya lah.
SD : Media apa yang paling sering digunakan?
ZJ : Kalau dari sisi itu sepertinya kita mencoba semua. Ehm, kalau kita bicaranya
paling sering, gini loh kalau medsos otomatis kita bisa bilang itu paling sering
karena kan dia updating-nya lebih tinggi. Berarti kalau ukurannya kuantitas
berarti paling sering medsos. Kayak twitter kan tiap hari pasti ada dong
mention-nya ibu, kalau fb ya setidak-tidaknya seminggu sekali pasti ada dong,
kalau web itu misalnya gini, kita gak terlalu sering update katakanlah dua
minggu atau sebulan sekali sekali karena apa? karena kan kalau sekali update
banyak kan? kan kalau yang namanya lagi ng-update foto, ng-update artikel
jadikan banyak ya. Nah terus kalau dari sisi media sosial tertinggi secara
kuantitas tapi kalau dari sisi release juga kita selalu ngirim setiap bulan pasti
ada. Release itu kan biasanya tanggapan kartu ucapan. Terus untuk akhir-
akhir ini kira-kira tahun terakhir lah ya sampai mendekati hingga mendekati
pemilu ibu justru cukup sering tampil di tv. Bukan karena kita yang minta
malah, tapi justru karena permintaan dan undangan dari mereka. Kenapa?
kalau saya melihatnya tadi karena kita sudah membangun kata saya tadi
menyicil brand image dari awal sehingga akhirnya mereka banyak tahu. “Oh
bu Ledia ini, itu loh yang komisi VIII. Oh itu kan yang bahan anak,
perempuan, agama”. Oh berarti kalau ada perlu apa-apa mereka ya ke sini. Ya
jadi akhirnya karena kita sudah membangun itu orang make.
SD : Kenapa tim banyak menggunakan media sosial untuk kampanye?
ZJ : Tentu saja kalau media sosial itu cakupannya lebih luas. Dia juga kan, dia
juga punya kelebihan-kelebihan dong. Dari segi media massa kan kalau jaman
dulu kita hanya membagi kan itu media cetak, elektronik. Media elektronik
jangkaunanya lebih luas, media cetak lebih dalam. Tapi kalau sekarang ada
kekuatan baru, kekautan medsos. Di mana dia menjangkau segitu banyak
orang, updating-nya lebih cepat, jauh lebih murah dan dia sebenarnya
menurut kita lebih efektif. Kenapa? karena menyasar personal secara pesonal
itu pilihan kita makanya dipake media tersebut.
SD : Apakah mba yang mengatur isi kampanye yang dimuat di media sosial?
ZJ : Secara umum bu Ledia itu memberikan idenya sendiri. Jadi kalau saya boleh
katakan bu Ledia itu punya ide-ide orisinal ya diberikan kepada kita. Kita
akan memolesnya dengan bahasa yang lebih umum, dengan data yang lebih
kuat. Tapi ide-ide awal tuh biasanya dari beliau. Ada gini gini gini atau
kadang-kadang tapi ini justru lebih sedikit menurut saya, dari kita juga ada ide
karena bu Ledia itu sendiri orangnya banyak idenya sih, banyak idenya. Jadi
kalau misalnya apalagi kayak twitter, twtitter itu kan beliau sendiri yang
pegang. Jadi karena beliau sendiri yang pegang jadi ya dia ada info, ada
kejadian, ada peristiwa, dia langsung update. Kalau itu udah maenannya dia.
Tapi kalau lain-lain biasanya “ada ide gini” nanti saya poles karna saya harus
nyari data kan, saya kuatkan datanya. Atau ketika misalnya ada ide apa dia
kasih satu ide sedikit. Nah khusus untuk media sebagian besar memang saya
tapi teman-teman yang lain kek misalnya dibidang hukum ya juga bantu
kalau itu masalahnya terkait dengan hukum. Atau ketika masalahnya terkait
dengan di dapil. Kayak tadi kan ide-ide itu dakwah wayang misalnya ya
temen-temen mengupayakan idenya ibu menjadi sesuatu yang bisa diterima
publik.
SD : Apakah yang paling apak/ibu/saudara tonjolkan dalam kampanye di media
sosial?
ZJ : Jadi selama ini kita berfikir masyarakat kita sudah jauh lebih cerdas. Mereka
tidak lagi melihat orang itu hanya karena orang ini siapa? anaknya siapa? tapi
orang melihat, ini orang bermutu gak sih buat gue gitu kan? Bisa mikirin gue
gak sih dengan masalah gue? Atau keluarga gue? Sehingga yang ditonjolkan
dalam media sosialnya bu Ledia adalah bagaimana ibu menonjolkan kinerja
beliau selama ini sebagai aleg. Karena beliau maju sudah sebagai aleg gitu
jadikan kinerjanya untuk mengatakan ini loh, saya sudah melakukan ini dan
itu adalah amanah. Karena itu harus saya pertanggungjawabkan kemudian
ditunjukan keberpihakan terhadap isu-isu masyarakat secara umum. Jadi boleh
dibilang hampir gak ada tuh eehh yang sifatnya berdiri sendiri. Mislanya
“saya Ledia Hanifa karena saya bisa gini loh, tapi saya melakukan ini saya
concern tentang ini jadi lebih kepada kerjasama ini kepada hal-hal yang
memang harus kita dukung kebenaran, keseimbangan, keadilan,
kesejahteraan. Kayak-kayak gitu ya kemudian juga concern kita pada isu-isu
yang menjadi kepedulian masyarakat itu yang dimunculkan.
SD : Apakah informasi-informasi yang dishare di media sosial berdasarkan
permintaan bu Ledia atau kretivitas penuhh dari tim media sosial?
ZJ : Gak dalam hal ini kalau bu Ledia selalu (ehh apa?) menyerahkan polesan
kepada tim. Tapi sebelum dishare ada acc dari beliau karna beliau itu kan
orangnya hati-hati, bertanggung jawab dan dia lihatnya “ini kan
bagaimanapun akan jadi pertanggungjawaban diri saya jadi gak boleh ada
salah”, karna kan bisa jadi kita semua sih niatnya baik tapi bisa jadi kayaknya
penggunaan ini bukan gaya saya, bisa jadi ternyata maknanya menurut saya
tidak tepat atau yang saya maksud bukan begini. Jadi nada-nada itu tetep
harus dijaga. Meskipun kalau pengalaman saya pribadi sih hampir semua
yang kita idekan pada akhirnya oke. Tapi setidak-tidaknya dengan begitu
beliau ingin menjadi orang yang mengambil alih tanggung jawab itu. Karena
ini bukan, bukan karena tim media saya yang membanggun, kemudian
tanggung jawab dia tuh. Enggak, dia tetap bilang “enggak ini tanggung jawab
saya”.
SD : Apa saja faktor pendukung dan penghambat kampanye di media sosial?
ZJ : Kalau misalnya pendukung, keliatannya kita sudah tahu karna sekarang
mainstream-nya memang medsos. Ya terus kemudian kemudahan, kecepatan,
harga murah, kemudian hal-hal yang terkait dengan segala sisi positif medsos
sudah ketahui bersama. Kalau misalnya penghambat ya kebalikannya, yang
bisa menghambat adalah banyaknya tantangan dari orang yang atau dari
account (apa?) yang memang secara eee...umum, account-nya negatif.
Meskipun tidak secara khusus kepada bu Ledia tapi kalau negatif itu bisa jadi
kepada kebijakan. Kebijakannya sih bisa jadi umum misalnya gini “ahh
ngomong apaan juga yang namanya anggota dewan sama. Di mana mana kalo
udah jadi anggota dewan”. Jelas-jelas account-nya umum tetapi dia akan
menjadi penghambat bukan pada bu Ledia tetapi kepada demokrasi secara
umum. Ada orang-orang yang melemahkan semangat, ada orang-orang yang
memunculkan ketidakpercayaan, ada orang-orang yang mengenaralisir bahwa
kalian semua itu sama aja kotor-kotor juga, gak memberikan perubahan apa-
apa. Kalau misalnya hambatan yang secara frontal dan yang langsung
menghambat bu Ledia gak ada. Tadi kalau saya bilang secara umum yang
melemahkan semangat gitu kan yang mencoba untuk ya tidak mensupport lah
kegiatan-kegiatan personal kita ada. Sampai saat ini sih gak ada
SD : Apakah mba optimis dengan kerja tim media?
ZJ : Ya alhamdulillah kita optimis. karena kerja kita bukan kerja serabutan,
bukan kerja musiman, bukan kerja kagetan tapi kita kerjanya terencana. dari
awal 2009 sudah dirancang kita mau ngapain sih? oh ini nanti saya akan buat
sehingga itu yang kita lakukan. Gak ada sesuatu yang baru selama kampanye
kecuali penguatan, intensitas, variasi. Tapi kalau yang lainnya, kalau orang
bilang kita bakalan kampanye, kita harus bikin ini ini ini, kita harus punya
web, udah kok, medsos udah juga, kalau gitu kita harus jalin hubungan
dengan media, dari dulu udah. Jadi ibaratnya kita gak pengen gini, muncul
kok pas pemilu aja. Jadi alhamdulillah dengan itu kita optimis. Kita akan bisa
bilang begini, hasil itu kan kuasa Allah, tapi ikhitar kita apa? jangan sampe
kita berharap “Ya Allah, kita pasti dong begini-begini”, ikhtiar kita aja cuman
pendek. Jadi sekarang kita merasa kita sudah berusaha, sudah bikin rencana,
rencananya udah dijalananin, kadang-kadang meleset ya biasa gitu kan.
Misalnya dari sekian banyak yang kita harapkan media datang ngundang yah
kok yang datang cuman segini. Saya bilang “ya alhamdulillah berarti kan itu
saving kita tabungan kita”. Walaupun ternyata misalnya suatu pertemuan ada
yang wartawannya banyak, besok ada yang wartawannya sedikit, gak pa-pa,
setidak-tidaknya mereka sudah inget. Ternyata bener mereka inget, kalau mau
nanya tentang perempuan bu Ledia, mau tanya anak bu Ledia. saking apa?
saking kita tuh “nyiyir” rutin bikin. Dan kayaknya sih liat itungan-itungannya
optimisme itu sudah berbuah. Insya Allah keliatannya begitu ikhtiarnya udah
kan tinggal doanya.
SD : Sejak kapan bapak menjadi asisten pribadi bu Ledia di Dapil?
YY : Dua setengah tahun yang lalu. tahun berapa ya? 2014 dikurang 2,5 tahun
(berfikir) 2011 akhir lah yah
SD : Bisa tolong bapak ceritakan job desc asisten pribadi di Dapil?
YY : Jadi intinya saya menjembatani keperluan-keperluan bu Ledia dengan
dapil sebaliknya keperluan dapil dengan bu Ledia. Keperluan bu Ledia
dengan dapil misalkan ibu punya program di pusat, gimana caranya
program ini nanti tersebar di dapil. Ibu biasanya pembicaraannya antar
pimpinan dari ibu ke mana? ke pimpinan PKS kota Bandung misalkan,
hanya kemari urusan teknis-teknisnya saya yang menindaklanjutinya,
menyebarkan ke DPC, memberikan penjelasan teknis (ehh apa?)
menghunting atau menggiring supaya mereka, program-program itu
diserap begitu itu, itu satu. Yang kedua, ibu punya program reses, ibu
punya program sosialisasi UU. Nah dalam kerangka itulah ibu
membutuhkan bantuan saya gitu untuk mengakses titik mana yang akan
dikunjungi segmentasi apa yang akan didatangi, bagaimana kepanitian
lokal dan lain sebagainya. Secara umum tugas utamanya ya tadi satu aja
sih tadi menjembatani keperluan dari dapil ke ibu, ibu ke dapil. Kalau
dapil ada perlu apa-apa, ada kegiatan, ada permohonan bantuan, ada apa,
itu juga biasanya lewat saya gitu, saya nanti ajukan ke ibu gitu
SD : Tugas apa yang bapak jalankan pra kampanye?
YY : Selama pra kampanye saya lebih pada (ehh apa?) melakukan konsolidasi
ya dengan struktur yang ada DPC, DPRa, kemudian tokoh-tokoh
masyarakat. Kemudian membuat database bukan membuat ya mengkaji
lagi database kita tentang lokasi mana yang pernah kita datangi, tokoh
mana yang permah kita kunjungi, dan kemudian kita nanti persiapkan akan
kita rawat pada masa kampanye begitu.
SD : Bagaimana pemetaan pemilih dan strategi yang diterapkan?
YY : Jadi kalau ibu karena aleg perempuan dan selama ini yang ditemuinya
juga (ehh apa?) Kebanyakan perempuan juga yaah ibu-ibu pengajian, ibu-
ibu posyandu begitu ya maka pemilu sekarang ibu lebih banyak membidik
mereka. Meski dari segi konten kita tidak menonjolkan sisi perempuannya
gitu (jadi apa namanya?). Itu mungkin yg kita alpa dari sisi perempuannya
kurang kita eksplor, padahal segmentasi kita banyak di perempuan,
kemudian iya banyak di perempuan. Untuk kalangan bapak-bapak ataupun
pemilih pemula itu tidak terlalu menjadi fokus perhatian kita.
SD : Apa saja yang bapak lakukan selama kampanye berlangsung?
YY : Yang selama kampanye berlangsung? nah berubah nih sedikit berubah
kalau dulu jadi asisten saja lebih banyak (eehh?) eksekusi ehh pekerjaan
yang diamanatkan bu Ledia begitu kan. Nah kalau sekarang justru saya
jadi semacam (ehh apa ya?) kalau dibilang, salah satu pimpinan timses.
Semua prakarsa, semua ide, semua koordinasi, semua evaluasi, semua
pemetaan, semua strategi, itu ada di saya dan teman saya satu lagi pak
Agus namanya begitu. Saya bersama teman-teman koor dapil nah
kemudian melakukan berbagai macam (ehh?) strategi eh apa? strategi dan
operasional kampanye gitu. Jadi ehh kalau sebelum-sebelumnya kesibukan
ibu banyak di Jakarta-bandulnya ada di sana- kalau saya sekedar
supporting saja kalau ibu ada perlu ke dapil kalau dapil ada perlu ke ibu.
Nah sekarang gilirannya semuanya ada di dapil ibu, perlu ke dapil dan
saya juga perlu ibu begitu, ya jadi tugas-tugas saya taktis ehh..meningkat
yang dulunya saya lebih banyak menerima instruksi, giliran saya lebih
banyak bahkan memberikan instruksi kepada bu Ledia sendiri begitu.
Sampai kemudian saya posisikan ke bu Ledia, “ibu mohon maaf untuk
kampanye sekarang ibu akan kami banyak tempatkan seperti wayang, biar
kami-kami yang menjadi dalangnya”, begitu mba
SD : Adakah perbedaan kampanye kali ini dengan periode lalu?
YY : Ehmm sebetulnya karna saya tidak ikutan kampanye yang lalu jadi secara
pastinya saya tidak tahu. Cuman berdasarkan inforamsi yang saya
dapatkan dari bu Ledia sendiri, tidak jauh berbeda kecuali beberapa
penambahan. Jadi tidak jauh berbedanya gini, banyak metode kampanye
seperti memberikan surat personal begitu ya, ada 200.000 surat personal
yang dikirimkan ke rumah-rumah yang sudah tertera alamantnya begitu
ya, berisi sapaan hangat dari bu Ledia dan ajakan untuk memilih, itu
dialkasanakan tahun yang lalu. Kemudian seperti biasa, poster, sticker,
banner dan lain sebagainya itu sama seperti tahun yang lalu gitu. Hanya
kali ini kesadarannya lebih baik ya, jadi stciker kita tidak terlalu cetak
banyak, ya sedikit saja karna itu akan menjadi sampah begitu ya
mengganggu tembok-tembok orang. Kemudian banner juga tahun ini kita
tidak pasang di pohon sebagaimana kesadaran umum saat ini. Spanduk
juga sedikit sekali ehh...kita bikin spanduk 30 biji spanduk saja.
Ehh..kemudian yang berbeda adalah saat tahun lalu ibu bukan siapa-siapa
di Bandung, ibu lebih banyak mengandalkan timnya sendiri untuk
ehh..mencapai target suara begitu ya. Tahun ini ibu sebagai incumbent ibu
kenal dengan struktur sampai ke berbagai jenjang. Ibu tinggal
memanfaatkan jaringan-jaringan yang ehh..pernah ibu temui. Jadi untuk
kali ini ibu yang didukung oleh kader, ibu yang didukung oleh jaringan
begitu, jaringan yang pernah dikunjungi. Bahkan ibu menggunakan tim
jaringan yang sengja dihayer untuk pemenangan. Ada beberapa jaringan
yang kita belum pernah berinterkasi sebetulnya sebelumnya tapi dengan
pemilu kali ini bahkan mereka di hayer untuk mensukseskan.
SD : Jenis-jenis kampanye apa saja yang bapak siapkan untuk memenangkan
bu Ledia?
YY : Yang pasti di kami itu uniknya begini, hal logistik itu seluruhnya
disediakan oleh bu Ledia. Logistik kampanye itu seperti banner, spanduk,
sticker, kaos, nah itu bu Ledia sepenuhnya yang bikin. Ya kami itu lebih
kepada event. Nah jadi yang kami siapkan kemarin itu, satu,
memperbanyak kunjungan tatap muka karena menurut ehh analisa kami
kunjungan tatap muka itu cenderung lebih mengena dihati masyarakat jadi
kita setting kunjungan tatap muka. Kemudian yang kedua, kita ciptakan
beberapa kegiatan yang lain dari ehh..caleg yang lain. Sehingga lebih
diingat lebih mudah masuk ke dalam memori (ehh apa?) Anggota
masyarakat. Ya jadi diantaranya tahun ini kita kampanye lewat pagelaran
wayang dakwah, kita kampanye lewat simulasi pemadam kebakaran oleh
pemadam kebarakarannya langsung, kita kampanye melalui ehh kegiatan
bank sampah di mana nanti sampah bisa ditukar dengan sayuran, kita
kampanye lagi dengan pelatihan mendongeng ibu-ibu TK di Graha seperti
itu mba.
SD : Apa yang ingin bapak/ibu/saudara tonjolkan dalam kampanye kali ini?
YY : Ehmm yang saya tonjolkan prestasi-prestasi bu Ledia ya jadi bahwa ibu
dinobatkan salah satu dari lima perempuan paling berpengaruh di DPR.
Bahwa selama ibu menjadi aleg incumbent ibu mengadvokasi berbagai
macam program. Nah itu yang kami selalu kami tonjol-tonjolkan begitu.
Adalagi selain secara teknis yang kami tonjolkan tentang pencalegan ibu
itu adalah bahwa partai nomor tiga, ibu pun nomor tiga. Kami selalu
memberikan pemahaman ke masyarakat, pilih buled, bu Ledia haah
dengan angka tiga teracung begitu ya kemudian telunjuk dan ibu jari
membentuk huruf O, oke, nah saya bilang pilih yang buled, buled itu
lingkaran, nah pilih yang buled itu bu Ledia, emut buled bu Ledia. Nah
terus ingatkan dengan angka tiganya, partai nomor tiga, nomor urut tiga.
Nah itu yang sering kita tonjolkan.
SD : Apakah bapak/ibu/saudara yang mengatur strategi dan jenis-jenis
kampanye?
YY : Ehhm pada dasarnya bersama sih. Kita ada rapat secara (ehh apa?)
berjenjang. Di situ kita menyaring berbagai macam ide bahkan kadang ide
ketemu di tengah jalan gak usah rapat lagi hehehe...
SD : Apa pesan dan kesan yang ingin bapak sampaikan pada kampanye kali
ini?
YY : Kesan ya? jujur saja saya sebelum jadi tim kampanye bu Ledia, saya
bukanlah tim sukses. Jadi melainkan kader biasa yang hanya bisa (apa?)
membantu kesuksesan di tingkat DPC kecamatan gitu ya. Tiba-tiba saja
saya di..sebetulnya diamanahkan juga ya. Ini yang menarik ya, ibu tuh
santai-santai saja menghadapi kampanye slow slow hehehe.. Jadi saya
inisisatif sendiri membentuk tim kampanye bahkan ketika terbentuk pun
kami sempat gemes gitu ke bu Ledia di mana orang lain sudah fokus ke
kampanyenya ibu masih fokus dengan tugas-tugasnya di DPR. Sampai
kami suatu saat pernah menegur, ibu ini tuh ibu mau menang atau tidak?
kalau mau menang off road dong, kasih atensi jangan sampai kami ini
yang sudah semangat melihat jenderal kami yang santai-santai saja bukan
santai-santai saja, cuek-cuek saja, jadi kami juga khawatir semangatnya
pudar. Jadi itu yang ngebikin saya berkesan. Pesannya kalau saya sih
begini, bahwa PKS sudah 15 tahun ternyata tidak punya handbook
handbight gitu ya, catetan kampanye tentang kampanye. Bagaimana
pemenangan suara? bagaimana pemenangan tokoh? bagaimana kemudian
pengelolaan jejaring? saya tanya ke temen, konon katanya, temen pernah
baca buku itu dan saya sendiri tidak. Dan saya pertama kali mendapatkan
amanah timses saya bertanya, bu apakah adakah hal-hal atau ada buku atau
adakah pelatihan yang bisa saya dapatkan sehingga saya bisa menjadi
timses yang baik? ternyata tidak ada. Tapi untuk timses CAD kota itu ada,
mereka dikumpulkan. Mereka punya forum, mereka dilatih-latih begitu ya
seperti itu. Tapi untuk pusat dianggap sudah bisa. Itu yang bikin seru-
seruan gitu mba yanti. Pesannya bahwa gini aja sih kemudian hasil
perolehan suara PKS tidak sebagus yang kita harapkan ya dan kemudian
(apa namanya?) pada akhirnya bu Ledia harus jadi unggul diantara yang
lainnya. Tapi sesungguhnya ini bukanlah keunggulan atau kemenangan bu
Ledia karena kursi ini diraih oleh akumulasi perjuangan semua caleg,
semua pengurus partai, semua kader dan simpatisan yang bekerja siang
dan malam gitu. Jadi pesan saya adalah ini sesungguhnya kalau pun
dianggap kemenangan, kemengan bersama sebaliknya kalau dianggap
ketidakberhasilan, maka ketidakberhasilan kita bersama, bukan
kemenangan bu Ledia semata.
SD : Apa saja faktor pendukung dan penghambat pada kampanye kali ini?
YY : Faktor pendukung tuh, satu, bu Ledia itu karena dari dulu itu sudah
sering blusukan jadi sudah mengurat akar, mengakar rumput gitu ya. Jadi
kader dari berbagai jenjang itu sudah sangat mengenal bu Ledia bahkan
masyarakat pun sudah banyak yang kenal bu Ledia. Tidak jarang kita di
lapangan, masih diperjalanan, ketemu (memanggil) bu Lediaaa begitu
hehe... anak-anak kecil bahkan (memanggil juga) bu Lediaaa. Luar biasa.
ehh kemudian yang kedua, sebagai incumbent tentu punya kemampuan
financial yang lebih baik. Saya melihat bu Ledia totalitas dalam hal
financial (ehh apa?) tim tidak diberikan patokan atau batasan seperti apa
dana yang pasti mereka gunakan. Tapi sok aja, silakan ajukan kalau ada ya
ada, kalau gak ada ya gak ada. Satu sisi merepotkan, satu sisi juga (apa
namanya?) seru gitu, serunya ya kita bisa berkreativitas sesuai yang kita
harapkan. Merepotkannya, saya deg-degan, sampai kapan ibu bisa
mensupply dana seperti ini gitu loh. Yang ketiga, ibu etos kerjanya luar
biasa, workaholic. Jadi ke kami pun para pasukannya senantiasa bekerja
keras pantang mengeluh. Tiap hari kami pulang jam 11 malam jam 12
malam, jarang sekali terucap kata kelu. Bahkan kalaupun kegiatannya
tidak sesuai yang kita harapkan jarang kita dengarkan ibu ada kalimat
mengeluh. Jadi workaholic, optimis, positif thinking orangnya, begitu ya.
Kemudian tadi jejaringnya yang kuat, ibu punya tim setiap kecamatan
satu, ibu punya tim dalam setiap pemilihan kota satu, dan mereka timnya
itu dikasih uang operasional gitu. Jadi mereka timnya itu juga cukup solid.
Kemudian yang ketiga, ada jaringan yang dilibatkan. Jaringannya dari
mulai geng motor, dari geng LSM, ada juga jaringan ustad dan kiai dari
eksternal. dan kemudian yang menghambat, tadi satu, ibu tidak
memberikan form yang jelas. Kita tuh mau seperti apa? diserahkan ke kita
gitu kan. Yang kedua, tidak pernah memberikan platform yang jelas tadi
saya bilang, bingung juga kita ngelolanya kayak gimana. Yang ketiga,
logistik itu sepenuhnya diatur oleh ibu. Jadi ehh kita (ehh apa ya?) Tidak
diberikan kewenangan hal itu. Jadi dari sisi konten apa yang mau
ditampilkan? berapa banyaknya? dan lain sebagainya semuanya ibu.
Kadang bagi kami di dapil tidak sesuai ini (apa namanya?) bukan bahan
ini yang kami butuhkan. Dari sisi eksternal, bu Ledia itu di tempatkan di
nomor tiga, sementara di Bandung itu kemarin Cuma punya dua kursi
artinya mohon maaf, sebetulnya ibu caleg yang tidak terlalu diharapkan
jadi gitu loh. Kemudian bahwa PKS sedang dirundung berbagai macam
isu sehingga itu juga turut mengerdilkan PKS. Kemudian yang paling gila
sekarang politik uang. Jadi kerja keras kita, kerja blusukan kita, rasanya itu
terhapus oleh oleh money politic yang sangat vulgar, yang sangat brutal,
begitu ya kira-kira.
SD : Apakah bapak optimis dengan kinerja semua tim untuk memenangkan
kembali bu Ledia?
YY : Optimis dong karena sudah menang kan sudah pasti menang insya Sllah
SD : Tugas apa yang bapak jalankan pasca kampanye?
YY : Pasca kampanye kami diminta mensupport struktur, mensupport DPC,
yang sedang melakukan pengamanan suara. Bukan dengan cara kita minta
suara bu Ledia berapa? (apa namanya?) dan lain sebagainya. Benar-benar
mensupport, jadi pada saat hari pemilu juga bu Ledia langsung balik ke
Bandung, kan beliau memilih di Depok sana yah. Beliau langsung balik ke
Bandung kemudian membawa setumpuk makanan dan kemudian dibagi-
bagikan beberapa titik saksi yang sedang bertugas di posnya masing-
masing. Hari keduanya juga demikian, ibu membawakan makanan dibagi-
bagikan ke setiap dapil di kota Bandung. Jadi itu sebagai salah satu bukti
support kita, selain juga tim yang kita punya diinstruksikan merapat ke
masing-masing struktur bantuin rekap suara dan lain sebagainya gitu.
Sampai kemudian tabulasi di tingkat provinsi kita seperti itu.
1 2 3 4 5 6
1 PARTAI KEADILAN SEJAHTERA 1 Drs. H. SUHARNA SURAPRANATA, MT. 36,515 1
DAFTAR TERPILIHANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT
PEMILIHAN UMUM TAHUN 2009
DAERAH PEMILIHAN : JAWA BARAT I
NO. PARTAI POLITIKNO. URUT
DCTNAMA CALON TERPILIH SUARA SAH
PERINGKAT SUARA SAH
MODEL E 3.1DPR
2 PARTAI KEADILAN SEJAHTERA 2 HJ. LEDIA HANIFA AMALIAH, SSI, MPSI.T 28,228 2
3 PARTAI GOLONGAN KARYA 1 Dra. POPONG OTJE DJUNDJUNAN 25,260 1
4 PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN 1 Drs. H. SETIA PERMANA 24,948 1
5 PARTAI DEMOKRAT 1 AGUNG BUDI SANTOSO, SH 74,870 1
6 PARTAI DEMOKRAT 2 H. DADAY HUDAYA, SH., MH 47,208 2
7 PARTAI DEMOKRAT 3 YETTI HERYATI 29,841 3
Jakarta, ………...………………………….. 2009
KOMISI PEMILIHAN UMUM
Ketuamerangkap Anggota
Prof. DR. H.A. Hafiz Anshary, AZ, MAProf. DR. H.A. Hafiz Anshary, AZ, MA
Anggota Anggota
Dra. Endang Sulastri, M.Si Sri Nuryanti, S.IP, MA
Prof. DR. Ir. H. Syamsul Bahri, MS I Gusti Putu Artha, SP, M.Si
Drs. H. Abdul Aziz, MA Dra. Andi Nurpati, M.Pd
PROVINSIDAERAH PEMILIHAN
::JAWA BARATJAWA BARAT I
MODEL BC 1 DPR RIDAFTAR CALON TETAP
ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAPEMILIHAN UMUM TAHUN 2014
PARTAI NasDem1
PASFOTONO NAMA LENGKAP JENIS
KELAMIN(L/P)
KABUPATEN/KOTA(TEMPAT TINGGAL
CALON)
1 L BOGORRICKY ACHMAD SOEBAGDJA2 P KOTA BANDUNGMIRA ROSANA GNAGEY3 P KOTA BANDUNGDR. LINA K.M4 P KOTA BANDUNGENNI ERYANI, MBA5 P JAKARTA SELATANYULIANTI SUSILO, MA6 L KOTA BANDUNGH. ACHMAD CHAERUDIN, SE7 L KOTA BANDUNGHADI SUCIPTO ABDUL GHONI
3 4Jumlah Laki-laki : Jumlah Perempuan : 57%Prosentase Perempuan :
PARTAI KEBANGKITAN BANGSA2
PASFOTONO NAMA LENGKAP JENIS
KELAMIN(L/P)
KABUPATEN/KOTA(TEMPAT TINGGAL
CALON)
1 L JAKARTA TIMURD.G. SANDY NAYOAN2 L KOTA BANDUNGH. DUDDY S. SUTANDI, SE3 P KOTA BANDUNGSRI NURYANI ERWINSYAH4 L KOTA CIMAHIDR. IKIN SODIKIN5 L KOTA CIMAHIWAHYUDIN
6 P BANDUNGVINA KUSUMA DEWI7 P KOTA BANDUNGIMBI JUMIATI
4 3Jumlah Laki-laki : Jumlah Perempuan : 43%Prosentase Perempuan :
PARTAI KEADILAN SEJAHTERA3
PASFOTONO NAMA LENGKAP JENIS
KELAMIN(L/P)
KABUPATEN/KOTA(TEMPAT TINGGAL
CALON)
1 L KOTA BANDUNGASEP SAEFULLOH DANU2 L BANDUNGAHMAD KUNCARANINGRAT3 P KOTA DEPOKLEDIA HANIFA AMALIAH, S.SI.
M.PSI.T
4 L KOTA CIMAHIARIF MINARDI5 L KOTA CIMAHIACHMAD ZULKARNAIN6 P KOTA BANDUNGZIRLY NOVA JAMIL
4 2Jumlah Laki-laki : Jumlah Perempuan : 33%Prosentase Perempuan :
PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN4
PASFOTONO NAMA LENGKAP JENIS
KELAMIN(L/P)
KABUPATEN/KOTA(TEMPAT TINGGAL
CALON)
1 L KOTA BANDUNGIr. KETUT SUSTIAWAN2 L KOTA BANDUNGDEDY DJAMALUDDIN MALIK,
M.Si
3 P JAKARTADr. HARTATI HERMES, MQIH4 P JAKARTA SELATANDra. MEIDYA AMORA. I.SIP, M.Si5 L JAKARTA SELATANJUNICO BP SIAHAAN, SE6 L JAKARTA SELATANROBARTO R. TIKOALU, SE7 P JAKARTA TIMURLENNY MARLIANI, SH.
4 3Jumlah Laki-laki : Jumlah Perempuan : 43%Prosentase Perempuan :
PARTAI GOLONGAN KARYA5
PASFOTONO NAMA LENGKAP JENIS
KELAMIN(L/P)
KABUPATEN/KOTA(TEMPAT TINGGAL
CALON)
1 L KOTA BANDUNGDR. HAPPY BONE ZULKARNAIN,MS
2 P KOTA BANDUNGDra. POPONG OTJEDJUNDJUNAN
3 L KOTA BANDUNGMUHAMAD EGGI HAMZAH, SH,MH
4 P KOTA CIMAHIATTIE D ANJAR RACJMAN, SH,M.Si
5 L KOTA BANDUNGAAT SAFAAT HODIJAT6 L KOTA BANDUNGTRISNA SUGANDA, MH7 P KOTA CIMAHIDINA WAHYUNINRUM
4 3Jumlah Laki-laki : Jumlah Perempuan : 43%Prosentase Perempuan :
PARTAI GERAKAN INDONESIA RAYA6
PASFOTONO NAMA LENGKAP JENIS
KELAMIN(L/P)
KABUPATEN/KOTA(TEMPAT TINGGAL
CALON)
1 L KOTA BANDUNGDR. Ir. H. SODIK MUDJAHID, M.Sc
2 L KOTA JAKARTASELATANIr. YUSNAN SOLIHIN
3 P KOTA BANDUNGDra. V. JENNI RETNOMAMUSUNG
4 L KOTA BANDUNGH. NANANG SUDJANA, SH5 L KOTA BANDUNGDR. BUCKY WIBAWA, S. Pd, M.Si6 P KOTA JAKARTA
UTARAPOPPY RAMADHANIE, SH7 P KOTA JAKARTA
SELATANMARTINI
4 3Jumlah Laki-laki : Jumlah Perempuan : 43%Prosentase Perempuan :
PARTAI DEMOKRAT7
PASFOTONO NAMA LENGKAP JENIS
KELAMIN(L/P)
KABUPATEN/KOTA(TEMPAT TINGGAL
CALON)
1 L KOTA DEPOKH. AGUNG BUDI SANTOSO, SH,MM
2 P BANDUNGDR. KIKIT WIRIANTI SUGATA,SH
3 L BEKASIH. DADAY HUDAYA, SH, MH4 P KOTA TANGERANG
SELATANYETTI HERYATI, SH5 L KOTA BANDUNGH. SUGIANTO NANGOLAH, SH,
MH
6 L BOGORDrs. H.M. SANI ALAMSYAH, SH,MBL
7 P BEKASIDYAH PROBONDARI, SH, M.Kn4 3Jumlah Laki-laki : Jumlah Perempuan : 43%Prosentase Perempuan :
PARTAI AMANAT NASIONAL8
PASFOTONO NAMA LENGKAP JENIS
KELAMIN(L/P)
KABUPATEN/KOTA(TEMPAT TINGGAL
CALON)
1 P KOTA BANDUNGHj. MARIANA GANDAKUSUMAH2 L KOTA BANDUNGDR. Ir. H. JUNIARSO RIDWAN,
SH.,MH.M.Si
3 L BANDUNGH. SAEPUDIN, S.Ag, M.Ag4 L JAKARTA SELATANH. ACENG KARIMULLAH, BE, SE5 L KOTA BANDUNGRIMBA DIRGANTARA DRADJAT6 P KOTA DEPOKCLARA SINTA7 P BOGORERI HARYATI SUNDARI
4 3Jumlah Laki-laki : Jumlah Perempuan : 43%Prosentase Perempuan :
PARTAI PERSATUAN PEMBANGUNAN9
PASFOTONO NAMA LENGKAP JENIS
KELAMIN(L/P)
KABUPATEN/KOTA(TEMPAT TINGGAL
CALON)
1 L KOTA CIMAHIDr. Ir. H.M. ITOC TOCHIJA, MM2 L JAKARTA PUSATH. RAHMAN, SH, MH3 P JAKARTA SELATANDRA. YOHANA SYARIF4 L BANDUNGIFACHRIL MADIN, SH5 L BANDUNGDRS. H. HILMAN, M. HUM6 P TANGERANGHj. MOLLIVIANDRY7 P KOTA CIMAHIGITA WIDYASANTY, S. IKOM, M.
Si
4 3Jumlah Laki-laki : Jumlah Perempuan : 43%Prosentase Perempuan :
PARTAI HATI NURANI RAKYAT10
PASFOTONO NAMA LENGKAP JENIS
KELAMIN(L/P)
KABUPATEN/KOTA(TEMPAT TINGGAL
CALON)
1 L JAKARTA SELATANMOH. ARIEF S. SUDITOMO, SH,MA
2 P JAKARTA TIMURPATRIA MUTIARA NUSA3 L KOTA BANDUNGDrs. TIMBUL P. MANURUNG4 P KOTA BANDUNGDr. Hj. NUNUNG AYU SOFIATI,
MM
5 L KOTA BANDUNGPEPEN SUPENDI6 L KOTA DEPOKKRISNA MEGA7 P JAKARTA PUSATPURWITASARI
4 3Jumlah Laki-laki : Jumlah Perempuan : 43%Prosentase Perempuan :
PARTAI BULAN BINTANG14
PASFOTONO NAMA LENGKAP JENIS
KELAMIN(L/P)
KABUPATEN/KOTA(TEMPAT TINGGAL
CALON)
1 P KOTA JAKARTASELATANDILIANA ERMANINGTIAS, ST
2 L KOTA BANDUNGLATIEF AWALUDIN, SH.I, MA3 L KOTA JAKARTA
SELATANIr. BUDI PUTRA4 L BANDUNGMUHAMMAD TEGUH5 P KOTA JAKARTA
UTARANURLELA, S.Ag6 L KOTA JAKARTA
SELATANDr. Ir. H. AKHMAD BAKHTIARAMIN, M.Sc., M.Si
7 P BOGORDra. SANTI SUWARTI YATI4 3Jumlah Laki-laki : Jumlah Perempuan : 43%Prosentase Perempuan :
PARTAI KEADILAN DAN PERSATUAN INDONESIA15
PASFOTONO NAMA LENGKAP JENIS
KELAMIN(L/P)
KABUPATEN/KOTA(TEMPAT TINGGAL
CALON)
1 L KOTA CIMAHIRULLY SOEKARTA2 L KOTA BANDUNGABIDIN, SH., MH., M.Si3 P BOGOREKA SANTHIKA PARWITASARI4 L KOTA CIMAHIIr. M ILYAS5 P KOTA BANDUNGOKTAVIA, M.Si6 L KOTA JAKARTA
TIMURANINDYO DARMANTO, SH, MH7 P KOTA JAKARTA
TIMURJEANNE T. POEGOEH, SH4 3Jumlah Laki-laki : Jumlah Perempuan : 43%Prosentase Perempuan :
Ditetapkan Di JakartaPada Tanggal 22 Agustus 2013KOMISI PEMILIHAN UMUM1. KETUA
3. ANGGOTA6. ANGGOTA Drs. HADAR NAFIS GUMAY
SIGIT PAMUNGKAS, S.IP., MA.HUSNI KAMIL MANIK:
:
:
.................................
......2. ANGGOTA5. ANGGOTA Dr. FERRY KURNIA RIZKIYANSYAH, S.IP., M.Si
IDA BUDHIATI, SH., MH........................................
:
:
.................................
......4. ANGGOTA7. ANGGOTA JURI ARDIANTORO, M.SI.
ARIEF BUDIMAN, S.S., S.IP., MBA........................................
:
:
.................................
.............................................
.................................
......