aktivitas antioksidan ekstrak kulit batang kibacetah...
TRANSCRIPT
AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK KULIT BATANG
KIBACETAH (Clausena excavata) BURM F. DENGAN
BERBAGAI PELARUT MENGGUNAKAN METODE DPPH
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan sebagai syarat menyelesaikan Program Diploma III
Jurusan Farmasi
Disusun Oleh :
SITI NURLAELA KURNIA
NIM. P17335112207
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN BANDUNG
JURUSAN FARMASI
2015
Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa :
Karya Tulis Ilmiah dengan judul
AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK KULIT BATANG
KIBACETAH (Clausena excavata) BURM F. DENGAN
BERBAGAI PELARUT MENGGUNAKAN METODE DPPH
Disusun oleh :
SITI NURLAELA KURNIA
NIM. P17335112207
Telah diperiksa dan disetujui untuk diajukan pada sidang
Karya Tulis Ilmiah
Pembimbing
Yayat Sudaryat, S.T., M. T
NIP. 19581005 198102 1 002
Mengetahui
Ketua Jurusan Farmasi
Dra. Mimin Kusmiyati, M.Si
NIP. 19630811 199403 2 001
Karya Tulis Ilmiah ini telah diajukan pada sidang Karya Tulis Ilmiah
Program Pendidikan Diploma III Jurusan Farmasi
Politeknik Kesehatan Bandung
Tanggal 30 Juli 2015
AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK KULIT BATANG
KIBECETAH (Clausena excavata) BURM F. DENGAN
BERBAGAI PELARUT MENGGUNAKAN METODE DPPH
Disusun oleh :
SITI NURLAELA KURNIA
P17335112207
Penguji :
Tanda Tangan
Ketua
:
Yayat Sudaryat, S.T.,M.T
NIP. 19581005 198102 1 002
( _____________ )
Anggota
:
Dra. Mimin Kusmiyati, M.Si
NIP. 19630811 199403 2 001
( _____________ )
Anggota
:
Dra. Sri Redjeki, M.Si
NIP. 19511030 197711 2 001
( _____________ )
i
AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK KULIT BATANG KIBACETAH
(Clausena excavata) BURM F. DENGAN BERBAGAI PELARUT
MENGGUNAKAN METODE DPPH
Siti Nurlaela Kurnia – P17335112207
ABSTRAK
Antioksidan sebagai senyawa pemberi elektron yang diperlukan oleh radikal bebas dalam
rangka menstabilkan dirinya. Salah satu tanaman yang memiliki aktivitas antioksidan
adalah Clausena excavata. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas
antioksidan ekstrak kulit batang Clausena excavata dengan berbagai macam pelarut.
Pengujian aktivitas antioksidan dilakukan dengan menggunakan metode DPPH (2,2-
difenil-1-pikrilhidrazil). Simplisia kulit batang Clausena excavata dimaserasi masing-
masing dengan pelarut n-heksan, etil asetat, dan etanol 70%. Skrining fitokimia dilakukan
terhadap simplisia, hasil skrining fitokimia menunjukkan positif mengandung alkaloid,
flavonoid, triterpenoid, polifenol, tanin, saponin, dan kuinon. Ekstrak etanol kulit batang
Clausena excavatadi uji aktivitas antioksidannya secara kuantitatif untuk memperoleh
nilai IC50 dari ekstrak menggunakan spektrofotometri UV-Vis pada λ maks 514 nm
dengan kuersetin sebagai kontrol positif. Hasil pengukuran secara spektrofotometri
menunjukkan bahwa ekstrak etanol kulit batang Clausena excavatamempunyai IC50
sebesar 31,25 μg/ml, IC50 ekstrak etil asetat 90,79 μg/ml, IC50 ekstrak n-heksan
458,51μg/ml, sedangkan kuersetin memiliki IC50 4,24 μg/ml. Pelarut yang memberikan
aktivitas antioksidan terbaik adalah etanol 70%.
Kata kunci: Aktivitas antioksidan, DPPH, Kulit batang Clausena excavata, Ekstrak
etanol, Ekstrak etil asetat, Ekstrak n-heksan.
ii
ANTIOXIDANT ACTIVITY STEM BARK EXTRACT OF KIBACETAH
(Clausena excavata) BURM F . WITH DIFFERENT KINDS OF SOLVENTS
USING METHODS DPPH
Siti Nurlaela Kurnia – P17335112207
ABSTRACT
Antioxidant compounds giver as electrons needed by free radicals in order to
stabilize itself . One of the plants that have antioxidant activity is clausena
excavates . The purpose of this research is to know the antioxidant activity bark
extract stem clausena excavates with different kinds of solvent . Antioxidant
activity testing done by using the method dpph ( 2,2-difenil-1-pikrilhidrazil ) .
Simplisia stem bark clausena excavates macerated each with a solvent n-heksan ,
ethyl acetate , and 70 percent ethanol . Screening phytochemical against simplisia
done , screening results phytochemical exhibiting positive contain the alkaloid ,
flavonoid , triterpenoid , catakin , tannin , saponin , and of quinone .Extract the
bark of ethanol clausena excavates tested antioksidannya activity in a quantitative
manner to obtain the value of an extract IC50 use spektrofotometri UV-Vis in λ max 514
nm with kuersetin as positive control . The results of measurement at regular
spektrofotometri show that extracts the bark of ethanol clausena excavates have IC50 of
31,25 μg/ml, IC50 extract ethyl acetate 90,79μg/ml, IC50 extract n-heksan 458,51 μg/ml,
while kuersetin having IC50 4,24μg/ml. A solvent that give best antioxidant activity are
ethanol 70 % .
Keyword: Antioxidant activity , DPPH , The bark of clausena excavate , Extract
ethanol , Extract ethyl acetate , Extract n-heksan .
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kepada allah SWT, atas segala
Taufik dan Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah yang berjudul “Aktivitas Antioksidan Ekstrak Kulit Batang Kibacetah
(Clausena excavata) Burm F. Dengan Berbagai Pelarut Menggunakan Metode
DPPH”.
Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
menempuh gelar Ahli Madya Farmasi di Politeknik Kesehatan Kementrian
Kesehatan Bandung.
Kepada semua pihak yang telah memberikan kontribusinya secara aktif
dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, saya sampaikan penghargaan yang
setingi-tingginya dan ucapan terima kasih kepada:
1. Dra. Mimin Kusmiati, M.Si., selaku Ketua Jurusan Farmasi Politeknik
Kesehatan Bandung.
2. Yayat Sudaryat, S. T., M.T., selaku Dosen Pembimbing I yang telah
banyak meluangkan waktu dan memberikan bimbingan dalam
penulisan Karya Tulis Ilmiah.
3. Ardi Rustamsyah, M.Si.,Apt., selaku Dosen Pembimbing II yang telah
banyak meluangkan waktu dan memberikan bimbingan dalam
penulisan Karya Tulis Ilmiah.
iv
4. Seluruh Dosen dan staf Karyawan Jurusan Farmasi Politeknik
Kesehatan Bandung yang telah memberikan semangat dan
dukungannya kepada penulis.
5. Teman-teman seperjuangan tingkat III yang telah banyak membantu
dan memberikan semangat yang luar biasa.
6. Anak dan Suami tercinta, terimakasih atas do’a, dukungan, dan
keikhlasannya untuk ditinggalkan selama menempuh pendidikan di
Jurusan Farmasi Politeknik Kesehatan Bandung.
7. Ayah, Ibu, dan Adik-adiku Tercinta yang memberikan semangat yang
luar biasa dan do’a yang selalu dipanjatkan untuk keberhasilan penulis.
Penulis menyadari bahwa penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini banyak
sekali kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, karena itu penulis mengharapkan
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun. Semoga Karya Tulis
Ilmiah ini bermanfaat bagi Jurusan Farmasi khususnya dan pembaca pada
umumnya.
Hanya kepada Allah SWT kita berserah diri dan memohon pertolongan-
Nya, semoga apa yang kita cita-citakan dikabulkan-Nya, amin ya robbal alamin.
Bandung, 24 Agustus 2015
Penulis
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK .................................................................................................... i
ABSTRACT .................................................................................................. ii
KATA PENGANTAR .................................................................................. iii
DAFTAR ISI ................................................................................................. v
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ......................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah ............................................................................. 2
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................. 2
1.3.1 Tujuan Umum .......................................................................... 3
1.3.2 Tujuan Khusus ......................................................................... 3
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................... 3
1.5 Keterbatasan Penelitian ........................................................................ 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Botani .................................................................................... 4
vi
2.1.1 Klasifikasi ................................................................................ 4
2.1.2 Morfologi Anatomi .................................................................. 5
2.1.3 Penyebaran ............................................................................... 5
2.2 Khasiat dan Kegunaan.......................................................................... 6
2.3 Aktivitas Farmakologi .......................................................................... 6
2.4 Kandungan Kimia ................................................................................ 7
2.5 Antioksidan .......................................................................................... 8
2.6 DPPH ................................................................................................... 9
2.7 Simplisia ............................................................................................... 11
2.8 Ekstraksi ............................................................................................... 13
2.9 Spektrofotometri UV-Vis ..................................................................... 15
2.10 Kerangka Konsep ................................................................................. 17
BAB III METODLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian ..................................................................................... 18
3.2 Populasi dan Sampel ............................................................................ 18
3.2.1 Populasi .................................................................................... 18
3.2.2 Sampel ...................................................................................... 18
3.3 Tempat dan Waktu ............................................................................... 18
3.4 Alat dan Bahan ..................................................................................... 19
3.4.1 Alat .............................................................................................. 19
3.4.2 Bahan .......................................................................................... 19
3.5 Definisi Operasional............................................................................. 20
3.6 Jenis dan Cara Pengumpulan Data ....................................................... 20
vii
3.6.1 Determinasi ................................................................................. 20
3.6.2 Pembuatan Simplisia Kulit Batang Clausena excavata .............. 20
3.6.3 Penetapan karakteristik Simplisia ............................................... 21
3.6.4 Ekstraksi Kulit Batang Clausena excavata ................................. 25
3.6.5 Pembuatan Larutan DPPH 50µg/ml ............................................ 26
3.6.6 Pengujian Aktivitas Antioksidan Metode DPPH ........................ 26
3.7 Pengolahan dan Analisa Data.............................................................. 28
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian .................................................................................... 29
4.1.1 Determinasi Tumbuhan ............................................................... 29
4.1.2 Rasio Bobot Pengeringan ............................................................ 30
4.1.3 Penetapan Karakteristik Simplisia .............................................. 30
4.1.4 Skrining Fitokimia ...................................................................... 32
4.1.5 Ekstraksi Kulit Batang Kibacetah ............................................... 33
4.1.6 Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Kulit Batang Kibacetah ....... 33
4.1.7 Uji Aktivitas Antioksidan Kontrol Positif (Kuersetin) ............... 36
4.1.8 Perbandingan Aktivitas Antioksidan Sampel dgn Kuersetin ...... 37
4.2 Pembahasan .......................................................................................... 38
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan .......................................................................................... 44
5.2 Saran ..................................................................................................... 44
viii
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 45
LAMPIRAN ................................................................................................. 48
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Reduksi DPPH dari senyawa antioksidan ............................. 10
Gambar 4.1 Karakteristik Makroskopik Simplisia ...................................... 30
Gambar 4.2 Karakteristik Mikroskopik Simplisia ....................................... 31
Gambar 4.3 Kurva Regresi Linier Ekstrak Etanol 70% .............................. 34
Gambar 4.4 Kurva Regresi Linier Ekstrak Etil Asetat ................................ 35
Gambar 4.5 Kurva Regresi Linier Ekstrak n-heksan ................................... 36
Gambar 4.6 Kurva Regresi Linier Kuersetin ............................................... 37
Gambar 4.7 Kurva Perbandingan % inhibisi Sampel dgn Kuersetin .......... 38
x
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Senyawa aktif dari tanaman Clausena excavata ......................... 7
Tabel 4.1 Susut Pengeringan ...................................................................... 31
Tabel 4.2 Kadar Abu Total .......................................................................... 32
Tabel 4.3 Hasil Skrining Fitokimia ............................................................. 32
Tabel 4.4 Ekstraksi Kulit Batang Clausena excavata ................................ 33
Tabel 4.5 Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol 70% ................................. 33
Tabel 4.6 Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etil asetat .................................... 34
Tabel 4.6 Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etil asetat .................................... 34
Tabel 4.7 Aktivitas Antioksidan Ekstrak n-heksan ...................................... 35
Tabel 4.8 Aktivitas Antioksidan Kuersetin .................................................. 36
Tabel 4.9 Perbandingan Aktivitas Antioksidan Sampel dgn Kuersetin ....... 37
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Data Hasil Determinasi .......................................................... 48
Lampiran 2. Perhitungan Susut Pengeringan ............................................. 49
Lampiran 3. Perhitungan Rendemen Ekstrak .............................................. 50
Lampiran 4. Perhitungan Kadar Abu Total ................................................. 51
Lampiran 5. Perhitungan % Inhibisi dan IC50 Ekstrak Etanol 70% ............ 52
Lampiran 6. Perhitungan % Inhibisi dan IC50 Ekstrak Etil asetat .............. 54
Lampiran 7. Perhitungan % Inhibisi dan IC50 Ekstrak n-heksan ................. 56
Lampiran 8. Perhitungan % Inhibisi dan IC50 Kontrol Positif .................... 58
Lampiran 9. Dokumentasi Penelitian .......................................................... 60
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kekayaan alam tumbuhan di Indonesia meliputi 30.000 jenis tumbuhan
dari total 40.000 jenis tumbuhan di dunia, 940 jenis diantaranya merupakan
tumbuhan berkhasiat obat (Dephut RI,2010). Penggunaan berbagai jenis
tumbuhan di Indonesia sebagai obat tradisional telah lama dikenal oleh
masyarakat jauh sebelum perkembangan obat-obat sintetik. Seiring dengan
kesadaran masyarakat terhadap dampak yang ditimbulkan dari penggunaan obat-
obat sintetik, maka penggunaan obat-obat tradisional kembali meningkat.
Masyarakat banyak yang beralih dari mengkonsumsi obat-obat sintetik ke obat
tradisional. Berbagai macam penyakit yang ada sekarang dipicu oleh radikal
bebas, misalnya gangguan fungsi sel, kerusakan struktur sel, molekul
termodifikasi yang tidak dapat dikendali oleh sistem imun dan bahkan mutasi
(Winarsi, 2007).
Radikal bebas dibentuk secara kontinyu oleh tubuh, akan tetapi tubuh juga
memiliki sistem antioksidan yang dapat menangkal radikal bebas baik melalui
proses enzimatis atau non-enzimatis. Antioksidan sebagai senyawa pemberi
elektron yang diperlukan oleh radikal bebas dalam rangka menstabilkan dirinya.
Antioksidan dapat menghentikan pembentukan radikal bebas, dan memperbaiki
kerusakan yang ditimbulkannya (Atmosukarto,2003 dalam Irawan, 2006).
2
Berdasarkan penelitian Sean (2004), bahwa tanaman Clausena excavata
memiliki aktivitas antioksidan. Aktivitas antioksidan dari ekstrak daun Clausena
excavata tergantung pada jumlah total fenolik yang ada dalam ekstrak mentah.
Penghambatan terhadap peroksida lemak dan radikal bebas sangat tergantung
pada pola substitusi tertentu dari gugus hidroksil bebas pada kerangka flavonoid
(Sean, 2004). Hasil isolasi dari ekstrak metanol kulit batang Clausena excavata
mengandung alkaloid karbazol Clausine-TH dan dua senyawa lainnya yaitu
Clausine-K dan Clausenarin (Peh, Tian Hai dkk, 2013).
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti aktivitas
antioksidan ekstrak kulit batang Kibacetah (Clausena excavata) dengan berbagai
pelarut menggunakan metode DPPH.
1.2 Perumusan Masalah
1. Adakah aktivitas antioksidan dari ekstrak kulit batang Kibacetah
(Clausena excavata)?
2. Berapakah aktivitas antioksidan ekstrak kulit batang Kibacetah
(Clausena excavata)?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui aktivitas antioksidan ekstrak kulit batang Kibacetah
(Clausena excavata) dengan berbagai pelarut menggunakan metode DPPH.
3
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui aktivitas antioksidan dari ekstrak etanol 70% kulit batang
Kibacetah (Clausena excavata).
2. Mengetahui aktivitas antioksidan dari ekstrak etil asetat kulit batang
Kibacetah (Clausena excavata).
3. Mengetahui aktivitas antioksidan dari ekstrak n-heksan kulit batang Kibacetah
(Clausena excavata).
4. Mengetahui pelarut yang memberikan aktivitas antioksidan paling baik.
1.4 Manfaat Penelitian
1) Memberikan informasi tentang aktivitas antioksidan ekstrak kulit batang
Kibacetah (Clausena excavata), sehingga penggunaan tanaman Kibacetah
sebagai obat tradisional dapat dikembangkan pada penelitian lebih lanjut.
2) Memberikan informasi tentang aktivitas antioksidan ekstrak kulit batang
Kibacetah (Clausena excavata), sehingga dapat digunakan sebagai pilihan
alternatif antioksidan alami yang mudah didapat dan aman bagi masyarakat.
1.5 Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan dari penelitian ini adalah kulit batang Kibacetah (Clausena
excavata) yang digunakan berasal dari tanaman dengan umur yang bervariasi.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Botani
2.1.1 Klasifikasi
Clausena excavata adalah semak liar dari keluarga Rutaceae yang tersebar
yang tersebar di Asia Selatan (Guntupalli dkk, 2013). Klasifikasi Clausena
excavata adalah sebagai berikut:
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnolipsida (Dicots)
Anak kelas : Rosidae
Bangsa : Sapindales
Nama suku / familia : Rutaceae
Nama jenis / spesies : Clausena excavata Burm.f.
Sinonim : Amyris sumatrana Rob., Cookia graveolens Wight
& Arn. Clausena punctata (Toxb.) Wight & Arn. Ex Steud.
Nama Daerah : Temung (Aceh), Sicerek (Minangkabau), Tikusan (Melayu),
Kibajetah atau Kibaceta (Sunda), Tikusan (Jawa Tengah) (Salim, 2012).
Nama Asing : Cherek hitam, Pokok kemantu, Pokok cerek (Malayasia) (Peh
dkk, 2013). San Soak (Cina bagian selatan, India, dan Thailand) (Salim dkk,
2012).
5
2.1.2 Morfologi Anatomi
Tanaman Clausena excavata berupa semak liar berbentuk slinder dengan
tinggi 10 m. Daun menyirip, panjang 60 cm, dengan 10 sampai 15 pasang daun
berwarna hijau tua berbentuk oval kecil, panjang daun 3,5-7 cm dan ujung lancip.
Daun mempunyai karakteristik bau yang khas bila diremas. Bunga kecil, putih
terletak di ujung, diikuti oleh buah berwarna merah muda berukuran 7-10 mm,
dan masing-masing mengandung 1-2 biji (Santisuk, 1988 dalam Arbab dkk.,
2011). Clausena excavata mengkilat berbentuk gynophores, dan gundul. Bunga
disusun oleh empat membran pedicel, diameter 1/6 inchi (4 mm). Buah 3/4 inchi
dan ranting yang berbulu halus (Swarbrick, 1997 dalam Arbab dkk., 2011).
2.1.3 Penyebaran
Menurut kajian Arbab dkk. (2011), Clausena excavata adalah tumbuhan
semak yang kuat dan berbau khas, ditemukan dari Himalaya, China, dan diseluruh
Semenanjung Malayasia (Manosroi dkk., 2005). Clausena excavata tumbuh
berupa semak liar dan dibudidayakan di India, China Selatan, dan Asia Tenggara
(Blasco, 1983).
Di Indonesia informasi tentang keanekaragaman dan kekayaan Clausena
dan anggotanya masih sangat terbatas. Dalam buku “Flora of Java”, Backer dan
Bakhuizen v.d Brink Jr menyebutkan bahwa ada sekitar 3 jenis yaitu C. excavata,
C. harmandiana, dan C. lansium. Daerah persebaran untuk C. lansium hanya
diinformasikan ditanam di Jawa tanpa menyebutkan informasi yang pasti, C.
harmandiana ditemukan di Jawa Timur dan Madura pada ketinggian 1-400 mdpl
dan C. excavata tersebar di Jawa Barat, Jawa Tengah, Bawean, dan setengah
6
bagian pulau Madura (Astuti, 2010). Menurut Salim dkk (2012), daerah
penyebaran dari Clausena excavata meliputi Aceh, Minangkabau, Melayu, Jawa
barat, dan Jawa Tengah.
2.2 Khasiat dan Kegunaan
Di Thailand Clausena excavata digunakan sebagai pengobatan secara
tradisional untuk kanker (Manosroi dkk.,2003). Menurut Swarbrick (1997) dalam
Manosroi dkk. (2003) di beberapa negara, daun dan batang Clausena excavata
digunakan untuk penyakit kolik, batuk, sakit kepala,rhinitis, sakit, luka,
frambusia, dan detoksifikasi.
Di Indonesia, berdasarkan informasi beberapa pustaka dan informasi yang
terkumpul dari masyarakat, tanaman Clausena excavata dapat digunakan sebagai
obat tradisional baik untuk manusia secara umum maupun yang berkaitan dengan
dunia pertanian (Astuti, 2010). Di Purworejo Jawa Tengah, daun Clausena
excavata merupakan bahan campuran dalam pembuatan jamu cekok untuk
menambah nafsu makan anak-anak, sedangkan di Subang dan Sumedang,
dimanfaatkan petani sebagai herbisida (Astuti, 2010). Menurut Sharma (1998)
dalam Arbab dkk. (2011), di Jawa Clausena excavata digunakan untuk mengobati
batuk.
2.3 Aktivitas Farmakologi
Dalam kajian Arbab dkk. (2011), tanaman Clausena exavata memiliki
beberapa aktivitas farmakologi diantaranya adalah sebagai antikanker (Chinsembu
7
dan Hedimbi,2006), antibakteri dan antifungi (Sunthitikawinsakul dkk.,2003),
anti HIV-1 (Ravi dkk.,2006), imunomodulator (Manosroi dkk., 2004), antiplatelet
(Wu dkk.,1994), dan sebagai anti malaria (Lastra-Gonzalez dkk.,2005).
Tabel 2.1 Senyawa aktif biologi dari tanaman Clausena excavata
Nama
senyawa Kelas kimia
Bagian
tanaman Bioaktivitas Referensi
Clausine-B Alkaloid
karbazole
Kulit
batang
Antikanker (Wan, 2009)
Clausine-TY Alkaloid
karbazole
Kulit
batang
Antikanker (Taufiq, 2007)
Clausenidin,
nordentatin,
clausarin,
dentatin
Piranokumarin,
kumarin
Kulit
akar
Antikanker,
antibakteri
(Wu, 1994; Ali,
2000)
Dentatin Kumarin Akar (David PJ, 1991)
Xanthoxyletin,
murrayanine
Turunan
karbazol
Daun Antibakteri (Sunthitikawinsakul,
2003)
Mukonal Limonoid Kulit
batang
Antifungi (Takemura, 2002)
Clausine-D Alkaloid Daun Antiplatelet (Wu, 1994)
Sansoakamine Alkaloid
karbazol
Batang Antimalaria (Lastra, 2005)
(Sumber: Arbab dkk.,2011)
2.4 Kandungan Kimia
Menurut kajian Arbab dkk. (2011), Zhi (2006) melaporkan bahwa
sejumlah besar metabolit sekunder telah di isolasi dari berbagai bagian tanaman
terutama alkaloid, kumarin, dan limonoid.
a. Alkaloid
Hasil isolasi senyawa dari ekstrak metanol kulit batang Clausena exavata
adalah salah satu alkaloid karbazol baru yaitu 1,8-dihidroksi-3-formil-4-
8
prenylcarbazole (Clausine-TH), dan dua senyawa lain, Clausenarin (kumarin)
dan Clausine-K (alkaloid karbazol) (Peh dkk., 2013).
b. Kumarin
Dalam kajian Arbab dkk. (2011), melaporkan bahwa hasil isolasi dan
identifikasi senyawa dari buah dan batang Clausena exavata senyawa kumarin
baru, yaitu clausenaexcavin (Laphookhieo dkk., 2009). Selain itu, Hong dkk.
(2000) menemukan excavakumarin A, B, dan satu jenis kumarin yang lain
dari hasil isolasi daun Clausena excavata.
c. Limonoid
Sharif dan Waznah (2009) mengemukakan dalam kajian Arbab dkk. (2011),
kulit batang Clausena excavata mengandung limonoid yaitu clausenarin.
Selain itu, menurut Cordell dkk (1991) kulit batang Clausena excavata
mengandung limonoid yaitu clausenolide-1-metileter.
2.5 Antioksidan
Antioksidan merupakan senyawa pemberi elektron (electron donor) atau
reduktan. Senyawa ini memiliki berat molekul kecil, tetapi mampu menginaktifasi
reaksi oksidasi dengan cara mencegah terbentuknya radikal. Antioksidan juga
merupakan senyawa yang dapat menghambat reaksi oksidasi, dengan mengikat
radikal bebas dan molekul yang sangat reaktif (Winarsi, 2007).
Berdasarkan mekanismenya antioksidan dikelompokkan menjadi tiga
kelompok, yaitu :
a. Antioksidan primer (antioksidan endogen atau antioksidan enzimatis)
9
Antioksidan primer bekerja dengan cara mencegah pembentukan senyawa
baru, atau mngubah radikal bebas yang telah terbentuk menjadi molekul
yang kurang reaktif. Contohnya enzim superoksida dismutase (SOD),
katalase dan glutation peroksidase (Winarsi,2007).
b. Antioksidan sekunder (antioksidan eksogen atau antioksidan non-
enzimatis)
Antioksidan sekunder merupakan antioksidan dengan mekanisme kerjanya
yaitu dengan memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal bebas atau
dengan menangkapnya. Akibatnya radikal bebas tidak bereaksi dengan
komponen seluler. Contohnya ialah : vitamin E, vitamin C, betakaroten,
isoflavon, asam urat, bilirubin, dan albumin (Winarsi,2007).
c. Antioksidan tersier
Antioksidan tersier adalah antioksidan yang memperbaiki kerusakan-
kerusakan yang terjadi karena efek radikal bebas. Contohnya enzim DNA-
repar dan metion sulfoksida reduktase (Winarsi,2007).
Radikal bebas merupakan salah satu bentuk senyawa oksigen reaktif, yang
secara umum diketahui sebagai senyawa yang memiliki elektron yang tidak
berpasangan (Winarsi, 2010).
2.6 DPPH
Radikal DPPH merupakan suatu senyawa organik yang mengandung
nitrogen tidak stabil dengan absorbansi kuat pada λ max 517 nm dan berwarna
ungu gelap. Setelah bereaksi dengan senyawa antioksidan, DPPH tersebut akan
10
tereduksi dan warnanya akan berubah menjadi kuning. Perubahan tersebut dapat
diukur dengan spektrofotometer, dan diplotkan terhadap konsentrasi (Reynertson,
2007 dalam Pratimasari, 2009). Penurunan intensitas warna terjadi disebabkan
oleh berkurangnya ikatan rangkap terkonjugasi pada DPPH.
Prinsip dari metode uji aktivitas antioksidan adalah pengukuran aktivitas
antioksidan secara kuantitatif yaitu dengan penangkapan radikal DPPH oleh suatu
senyawa yang mempunyai aktivitas antioksidan dengan menggunakan
spektrofotometri UV-Vis sehingga akan diketahui nilai aktivitas peredaman
radikal bebas yang dinyatakan dengan nilai IC50 (Inhibitory Concentration). Nilai
IC50 didefinisikan sebagai besarnya konsentrasi senyawa uji yang dapat meredam
radikal bebas sebanyak 50%. Semakin kecil nilai IC50 maka aktivitas peredaman
radikal bebas semakin tinggi (Molyneux, 2004 dalam Ridho, 2013). Struktur
DPPH dan DPPH tereduksi hasil reaksi dengan antioksidan dapat dilihat pada
gambar 1.
Gambar 1. Reduksi DPPH dari senyawa antioksidan (Prakash, 2001)
11
2.7 Simplisia
Simplisia adalah bahan alam yang telah dikeringkan yang digunakan untuk
pengobatan dan belum mengalami pengolahan, kecuali dinyatakan lain suhu
pengeringan simplisia tidak lebih dari 60o (Depkes, 2008).
Simplisia terbagi ke dalam tiga golongan, yaitu simplisia nabati, simplisia
hewani, dan simplisia pelikan (mineral).
Simplisia nabati adalah simplisia berupa tumbuhan utuh, bagian tumbuhan
atau eksudat tumbuhan. Eksudat tumbuhan adalah isi sel yang secara spontan
keluar dari tumbuhan atau dengan cara tertentu dikeluarkan dari selnya atau zat
nabati lain yang dengan cara tertentu dipisahkan dari tumbuhannya (Depkes,
2008).
Bahan tanaman yang akan dibuat simplisia harus melalui beberapa tahapan
proses sehingga diperoleh simplisia yang memenuhi persyaratan. Tahapan proses
tersebut adalah (Agoes, 2009):
a) Pengumpulan bahan atau pemanenan
Hal yang perlu diperhatikan adalah kebenaran identitas tanaman, bagian
tanaman, usia tanaman, dan waktu panen yang tepat. Pedoman pemanenan
kulit batang dilakukan pada saat tanaman telah cukup umur. Pengambilan
kulit batang untuk pembuatan simplisia dilakukan dengan cara batang utama
dan cabang dikelupas dengan ukuran panjang dan lebar tertentu; untuk kulit
batang yang mengandung minyak atsiri atau golongan senyawa fenol
digunakan alat pengelupas bukan logam.
b) Sortasi basah
12
Sortasi basah merupakan tahap pemisahan tanaman dari bahan asing atau
pencemar lain yang terbawa dalam proses pengumpulan atau pemanenan dan
pemilihan tanaman yang sehat.
c) Pencucian
Proses pencucian bertujuan untuk mengurangi jumlah mikroba awal melalui
pencucian dengan air bersih yang mengalir.
d) Perajangan
Proses perajangan bertujuan untuk memperkecil ukuran tanaman sehingga
mempermudah proses pengeringan, pengepakan, dan penggilingan. Tanaman
yang baru dipanen, sebelum dirajang, terlebih dahulu dijemur dalam keadaan
utuh selama 1 hari. Perajangan dapat dilakukan dengan pisau atau mesin
perajang khusus sehingga diperoleh irisan tipis atau potongan dengan ukuran
tertentu.
e) Pengeringan
Pengeringan bertujuan untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah rusak
sehingga dapat disimpan untuk jangka waktu lebih lama.
f) Sortasi kering
Proses sortasi kering bertujuan untuk memisahkan simplisia dari bahan asing
atau pengotor yang masih tertinggal.
13
2.8 Ekstraksi
Ekstraksi merupakan proses pemisahan bahan dari campurannya dengan
menggunakan pelarut (Agoes, 2009). Hal-hal yang harus diperhatikan dalam
pembuatan ekstrak:
1) Jumlah simplisia yang akan diekstraksi. Jumlah ini akan digunakan untuk
perhitungan dosis obat.
2) Derajat kehalusan simplisia. Hal ini penting untuk mengupayakan agar
penarikan dapat berlangsung semaksimal mungkin. Kehalusan menyangkut
luas permukaan yang akan kontak dengan pelarut dalam proses ekstraksi.
3) Jenis pelarut yang akan digunakan. Hal ini menyangkut keamanan karena
pelarut yang digunakan untuk keperluan farmasi sangat terbatas jumlahnya.
Selain itu pelarut akan menentukan efisiensi proses penarikan zat berkhasiat
dari tanamaan obat.
4) Suhu. Suhu akan menentukan jumlah dan kecepatan penyarian.
5) Lama waktu penyarian. Hal ini penting sekali untuk menentukan jumlah zat
yang tersari.
6) Proses ekstraksi. Ada kalanya proses ekstraksi harus terlindung dari cahaya
karena kemungkinan akan ada komponen ekstrak yang peka terhadap
cahaya.
Metode ekstraksi dapat dibagi kedalam dua cara, yaitu:
1. Cara Dingin
a. Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia menggunakan pelarut
dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada suhu ruang.
14
Maserasi kinetik yaitu dilakukan pengadukan yang terus-menerus.
Remaserasi berarti dilakukan pengulangan penambahan pelarut setelah
dilakukan penyarian maserat pertama dan seterusnya.
b. Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna
(exhaustive extraction) yang umumnya dilakukan pada temperatur ruangan.
Proses terdiri dari tahapan pengembangan bahan, tahap maserasi antara,
tahap perkolasi sebenarnya (penetesan atau penampungan ekstrak) terus-
menerus sampai diperoleh ekstrak (perkolat) yang jumlahnya 1-5 kali bahan.
2. Cara Panas
a. Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya,
selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan
dengan adanya pendingin balik.
b. Soxhlet adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang
umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu
dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik.
c. Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) pada
temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan, yaitu secara umum
dilakukan pada temperatur 40-50oC.
d. Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air
(bejana infus dalam penangas air mendidih, temperatur terukur 96-98oC)
selama waktu 15-20 menit.
e. Dekok adalah sediaan cair yang dibuat dengan mengekstraksi sediaan herbal
dengan air pada suhu 90oC selama 30 menit (Depkes RI, 2000).
15
Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat
aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang
sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau
serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah
ditetapkan (Depkes, 1995).
Ekstrak cair adalah sediaan cair simplisia nabati, yang mengandung etanol
sebagai pelarut atau sebagai pengawet atau sebagai pelarut dan pengawet. Jika
tidak dinyatakan lain pada masing-masing monografi, tiap ml ekstrak
mengandung bahan aktif dari 1 gram simplisia yang memenuhi syarat. Ekstrak
cair yang cenderung membentuk endapan dapat didiamkan dan disaring atau
bagian yang bening dienaptuangkan. Beningan yang diperoleh memenuhi
persyaratan Farmkope (Depkes, 1995).
2.9 Spektrofotometri UV-Vis
Spektrofotometri serap adalah pengukuran serapan radiasi elektromagnit
panjang gelombang tertentu yang sempit, mendekati monokromatik, yang diserap
zat. Pengukuran serapan dapat dilakukan pada daerah ultraviolet (UV) dengan
panjang gelombang 190-380 nm atau pada daerah cahaya tampak (Visible)
panjang gelombang 380-780 nm. Pengukuran dengan spektrofotometri ini sangat
cocok untuk penetapan kuantitatif, dan untuk beberapa zat berguna untuk
membantu identifikasi (Depkes, 1979).
16
A 2 B D
1
E
Prinsip kerja spektrofotometer berdasarkan penyerapan cahaya atau energi
radiasi oleh suatu larutan. Jumlah cahaya atau energi radiasi yang diserap
memungkinkan pengukuran jumlah zat penyerap dalam larutan secara kuantitatif
(Pescok dkk., 1976 dalam Triyati, 1985).
Prinsip kerja alat Spektrofotometri UV-Vis yaitu suatu sumber cahaya (A)
dipancarkan melalui monokromator (B). monokromator menguraikan sinar yang
masuk dari sumber cahaya tersebut menjadi pita-pita panjang gelombang yang
diinginkan untuk pengukuran suatu zat tertentu, yang menunjukkan bahwa setiap
gugus kromofor mempunyai panjang gelombang maksimum yang berbeda, dari
monokromator tadi cahaya/energi radiasi diteruskan dan diserap oleh suatu larutan
yang akan diperiksa dalam kuvet (C), kemudian jumlah cahaya yang diserap oleh
larutan akan menghasilkan signal elektrik pada detektor (D), yang mana signal
elektrik ini sebanding dengan cahaya yang diserap oleh larutan tersebut. Besarnya
signal elektrik yang dialirkan ke pencatat dapat dilihat sebagai angka (E) (Triyati,
1985).
C
Gambar 2. Bagan susunan alat Spektrofotometer UV-Vis
Keterangan
A = Sumber cahaya.
17
B = Monokromator.
C = Sel absorpsi (tempat larutan).
C1 = Contoh.
C2 = Pelarut.
D = Detektor.
E = Meter atau Rekorder.
2.10 Kerangka Konsep
Ekstrak kulit
batang Clausena
excavata
Aktivitas antioksidan
dengan metode
DPPH
18
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan desain
kroseksional, karena pengukuran variabel dilakukan pada satu waktu.
3.2 Populasi dan Sampel
3.2.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah tanaman Kibacetah (Clausena
excavata) yang diperoleh dari Desa Pakemitan, Kecamatan Cikatomas,
Kabupaten Tasikmalaya.
3.2.2 Sampel
Sampel penelitian adalah kulit batang dari tanaman Kibacetah (Clausena
excavata) sebanyak 1,325 kg.
3.3 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2015, di
Laboratorium Fitokimia dan Kimia Politeknik Kesehatan Bandung Jurusan
Farmasi, Jl. Eyckman no. 24 Bandung.
19
3.4 Alat dan Bahan
3.4.1 Alat
1 Spektrofotometer UV-Vis 9 Blender
2 Labu tentukur 25, 50, dan 100 ml
10 Erlenmeyer 100, dan 250 ml
3 Rotary Evaporator
11 Pipet tetes
4 Oven
12 Mortir dan Stamper
5 Tabung Reaksi
13 Cawan uap
6 Waterbath 14 Beker gelas 50, 100, 250, 500 ml,
dan 1 L
7 Timbangan Digital
15 Desikator
8 Tanur
16 Pipet volum 5, dan 10 ml
3.4.2 Bahan
1 Asam asetat anhidrat
10 Vitamin C p.a
19 Pereaksi dragendorf
2 HCl 2 N
11 DPPH
20 Kertas saring bebas
abu
3 Alkohol-HCl
12 Kulit batang
Clausena excavata
21 Eter
4 Gelatin
13 NaOH 30%
22 N-heksan
5 NaOH 1 N
14 Pereaksi mayer
23 Etanol
6 Amonia 25%
15 Serbuk Mg
24 Metanol
7 HCl encer
16 FeCl3 1%
25 Aquadestilata
8 Kloroform
17 Pereaksi steasny
9 Etil asetat
18 N-heksan
20
3.5 Definisi Operasional
Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil
Ukur Skala
Aktivitas
antioksid
an
Penangkapan
radikal DPPH
oleh suatu
senyawa yang
mempunyai
aktivitas
antioksidan
dengan
menggunakan
spektrofotometr
i UV-Vis.
Metode DPPH,
yaitu
Mengukur
absorbansi
sampel pada λ
yang sama
dibandingkan
dengan standar.
Spektro-
fotometer
IC50 Interval
3.6 Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Jenis data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah data primer, yaitu
Aktivitas antioksidan ekstrak kulit batang tanaman Clausena excavata Burm F.
dengan metode DPPH.
3.6.1 Determinasi
Sampel tanaman Kibacetah (Clausena excavata) diidentifikasi di Sekolah
Ilmu Teknologi dan Hayati (SITH), Institut Teknologi Bandung.
3.6.2 Pembuatan Simplisia dari Kulit Batang Clausena excavata
1. Disiapkan bahan segar kulit batang tanaman Clausena excavata dan
dilakukan proses penyiapan simplisia mulai dari sortasi basah sampai
dengan pencucian.
2. Setelah dilakukan pencucian bahan kemudian ditiriskan dan dilakukan
penimbangan (bobot basah).
21
3. Dilakukan proses perajangan (jika diperlukan), pengeringan, dan sortasi
kering.
4. Ditimbang berat kering simplisia dan dihitung ratio bobot pengeringannya.
5. Diamati secara makroskopik simplisia yang dihasilkan dan amati warna,
bau, dan rasa simplisia.
3.6.3 Penetapan Karakteristik Simplisia
1) Makroskopik
Pemeriksaan karakteristik farmakognosi dengan pengujian makroskopik
dilakukan dengan cara pemerian. Pemerian memuat paparan mengenai sifat
zat secara umum terutama meliputi wujud, rupa, warna, rasa, bau, dan untuk
bebebrapa hal dilengkapi dengan sifat kimia atau sifat fisika, dimaksudkan
untuk dijadikan dasar petunjuk dalam pengelolaan, peracikan, dan
penggunaan (Depkes, 1995).
2) Mikroskopik
Pemeriksaan karakterisik farmakognosi dengan pengujian mikroskopik
dilakukan dengan menggunakan mikroskop dan digunakan pereaksi air,
fluorogusin LP dan kloralhidrat LP (Kemenkes, 2009).
3) Penetapan Susut Pengeringan
Penentuan susut pengeringan dilakukan dengan cara termogravimetri
mengikuti prosedur AOAC No 934.01 1998:
a. Sebanyak 1 g serbuk tanaman dimasukkan dalam cawan porselen yang
telah dikeringkan dalam oven pada suhu 1050 C selama 30 menit.
22
b. Cawan porselen yang telah berisi simplisia tersebut dikeringkan dalam
oven pada suhu 1050 C selama 3 jam.
c. Cawan didinginkan dalam deksikator, lalu ditimbang bobotnya.
Penimbangan dilakukan sampai diperoleh bobot tetap.
4) Penetapan Kadar Abu Total
a. Lebih kurang 2 gram sampai 3 gram zat telah digerus dan ditimbang
seksama, dimasikkan ke dalam krus platina atau krus silikat yang telah
dipijarkan dan ditara, kemudian diratakan.
b. Pijarkan perlahan-lahan hingga arang habis, dinginkan, timbang.
c. Jika dengan cara ini arang tidak dapat dihilangkan, tambahkan air panas,
saring melalui kertas saring bebas abu.
d. Pijarkan sisa dan kertas saring dalam krus platina yang sama. Masukkan
filtrat ke dalam krus, uapkan , pijarkan hingga bobot tetap, timbang.
e. Hitung kadar abu terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara
(Depkes, 1989).
5) Skrining Fitokimia
a) Pemeriksaan Alkaloid
1. Sebanyak 2 gram serbuk simplisia dilembabkan dengan 5 ml ammonia
25% dan digerus dalam mortir, kemudian ditambahkan 20 ml kloroform
dan digerus kuat-kuat.
2. Campuran disaring, filtratnya digunakan untuk percobaan (larutan A).
Larutan A diteteskan pada kertas saring, ditetesi pereaksi dragendorf.
Pengamatan positif bila timbul warna merah jingga.
23
3. Larutan B sebanyak 5 ml dalam tabung reaksi diuji dengan penambahan
pereaksi mayer dan dragendorf.
4. Pengamatan positif bila timbul endapan merah bata pada penambahan
pereaksi dragendorf dan endapan putih pada penambahan pereaksi
mayer.
b) Pemeriksaan Steroid/Triterpenoid
1. Sebanyak 1 gram serbuk simplisia dimaserasi dengan eter selama 2 jam,
kemudian disaring.
2. Filtrat sebanyak 5 ml diuapkan dalam cawan penguap, kedalam residu
ditambahkan 2 tetes asam asetat anhidrat kemudian ditambah beberapa
tetes asam sulfat pekat.
3. Bila terbentuk warna ungu-biru/hijau kemungkinan positif
triterpenoid/steroid.
c) Pemeriksaan Saponin
1. Sebanyak 1 gram serbuk simplisia ditambahkan 100 ml air panas,
dididihkan selama 15 menit kemudian disaring.
2. Sebanyak 100 ml filtrat dalam tabung reaksi dikocok vertikal selama 10
detik, dan didiamkan selama 10 menit.
3. Hasil positif ditunjukkan dengan terbentuknya busa yang stabil,
meskipun sudah ditambahkan beberapa tetes HCl 2 N.
d) Pemeriksaan Flavonoid
1. Sebanyak 1 gram serbuk simplisia ditambah 100 ml air panas, didihkan
selama 15 menit kemudian disaring.
24
2. Filtrat sebanyak 5 ml ditambah serbuk Mg dan ditambah 2 ml larutan
alkohol-HCl, dikocok kuat-kuat kemudian dibiarkan memisah.
3. Pengamatan positif bila timbul warna merah/kuning/jingga pada lapisan
atas.
e) Pemeriksaan Tanin
1. Sebanyak 1 gram serbuk simplisia ditambahkan air panas 100 ml,
dididihkan selama 15 menit kemudian disaring.
2. Siapkan 3 tabung reaksi masing-masing berisi 5 ml larutan filtrat.
3. Tabung 1 direaksikan dengan larutan besi (III) klorida 1%, positif
mengandung polifenol jika terbentuk warna biru tinta atau hitam
kehijauan.
4. Tabung 2 ditambahkan gelatin, positif mengandung tanin jika terbentuk
endapan putih.
5. Pada tabung 3 ditambahkan pereaksi steasny (formaldehid 30% : HCl
2:1) kemudian dipanaskan dalam penangas air 90oC, positif mengandung
tanin katekat jika terbentuk endapan merah muda.
6. Selanjutnya endapan pada tabung 3 disaring dan filtrat ditambah dengan
larutan besi (III) klorida 1%, positif mengandung tanin galat jika
terbentuk warna biru tinta atau hitam kehijauan.
f) Pemeriksaan Kuinon
1. Sebanyak 1 gram serbuk ditambah 100 ml air panas, dididihkan selama
15 menit kemudian disaring.
25
2. Bila dalam sampel tidak terdapat tanin, maka ke dalam 5 ml filtrat
ditambah beberapa tetes NaOH 1 N.
3. Positif mengandung kuinon jika terbentuk warna merah.
4. Jika ada tanin maka sejumlah 2 gram serbuk dimaserasi dalam HCl 19%
selama beberapa jam, lalu larutan disaring dan dibagi 2,
5. Pada tabung 1 sebanyak 5 ml diekstraksi dengan benzen dan tabung 2
sebanyak 5 ml diekstraksi dengan campuran eter-kloroform (2:1), kedua
fase organik masing-masing dikeringkan dengan Na2SO4 anhidrat dan
diuapkan sampai sepersepuluh (0,5 ml).
6. Kedua ekstrak masing-masing dikocok dengan larutan NaOH 30%.
Terbentuknya warna jingga/merah violet menunjukkan adanya kuinon.
3.6.4 Ekstraksi Kulit Batang Clausena excavata
1. Serbuk kulit batang Clausena excavata sebanyak 200,2556 gram
dimaserasi pertama kali dengan n-heksan, sehingga diperoleh fraksi n-
heksan.
2. Kemudian ampas dimaserasi dengan etil asetat, dan diperoleh fraksi etil
asetat.
3. Terakhir ampas dimaserasi dengan etanol, sehingga diperoleh fraksi
etanol.
4. Masing-masing dimaserasi selama 3 x 24 jam.
26
3.6.5 Pembuatan Larutan DPPH 50 μg/ml
Sebanyak 12,5 mg DPPH dilarutkan dengan metanol p.a dalam labu ukur
sampai 250 ml, sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi 50 μg/ml.
3.6.6 Pengujian Aktivitas Antioksidan Metode DPPH dengan
Spektrofotometer UV-Vis
a. Pengukuran Absorbansi Larutan Blanko (DPPH)
1. Larutan blanko terdiri dari 2 ml DPPH 50 μg/ml dan 1 ml metanol
p.a.
2. Larutan ini selanjutunya diukur absorbansinya pada λmaks 514 nm,
sehingga didapat nilai absorbansi blanko.
b. Pengujian Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol
1. Sebanyak 1 ml ekstrak etanol dengan konsentrasi 10 μg/ml, 20 μg/ml,
30 μg/ml, 40 μg/ml, 50 μg/ml ditambahkan ke dalam 2 ml DPPH 50
μg/ml.
2. Campuran selanjutnya dikocok dan diinkubasi pada suhu kamar
selama 30 menit di tempat gelap.
3. Larutan ini selanjutunya diukur absorbansinya pada λmaks 514 nm.
4. Data hasil pengukuran absorbansi dianalisa persentase aktivitas
antioksidannya menggunakan persamaan berikut:
% Inhibisi = x 100%
Keterangan: A = Nilai Absorbansi
27
c. Pengujian Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etil Asetat
1. Sebanyak 1 ml ekstrak etil asetat dengan konsentrasi 10 μg/ml, 30
μg/ml, 50 μg/ml, 70 μg/ml, 90 μg/ml ditambahkan ke dalam 2 ml
DPPH 50 μg/ml.
2. Campuran selanjutnya dikocok dan diinkubasi pada suhu kamar
selama 30 menit di tempat gelap.
3. Larutan ini selanjutunya diukur absorbansinya pada λmaks 514 nm.
4. Data hasil pengukuran absorbansi dianalisa persentase aktivitas
antioksidannya menggunakan persamaan berikut:
% Inhibisi = x 100%
Keterangan: A = Nilai Absorbansi
d. Pengujian Aktivitas Antioksidan Ekstrak N-heksan
1. Sebanyak 1 ml ekstrak n-heksan dengan konsentrasi 100 μg/ml, 150
μg/ml, 200 μg/ml, 250 μg/ml, 300 μg/ml ditambahkan ke dalam 2 ml
DPPH 50 μg/ml.
2. Campuran selanjutnya dikocok dan diinkubasi pada suhu kamar
selama 30 menit di tempat gelap.
3. Larutan ini selanjutunya diukur absorbansinya pada λmaks 514 nm.
4. Data hasil pengukuran absorbansi dianalisa persentase aktivitas
antioksidannya menggunakan persamaan berikut:
28
% Inhibisi = x 100%
Keterangan: A = Nilai Absorbansi
e. Pengujian Aktivitas Antioksidan Kontrol Positif (Kuersetin)
1. Sebanyak 1 ml larutan kontrol positif kuersetin dengan konsentrasi 1
μg/ml, 3 μg/ml, 4 μg/ml, 5 μg/ml, dan 6 μg/ml ditambahkan ke dalam 2
ml DPPH 50 μg/ml.
2. Campuran selanjutnya dikocok dan diinkubasi pada suhu kamar selama
30 menit di tempat gelap.
3. Larutan ini selanjutunya diukur absorbansinya pada λmaks 514 nm.
4. Data hasil pengukuran absorbansi dianalisa persentase aktivitas
antioksidannya menggunakan persamaan berikut:
% Inhibisi = x 100%
Keterangan: A = Nilai Absorbansi
3.7 Pengolahan dan Analisa Data
Data yang diperoleh adalah % inhibisi dan nilai IC50 dari masing-masing
ekstrak. Dari data tersebut ditarik kesimpulan pelarut mana yang menghasilkan
aktivitas antioksidan paling baik. Data disajikan dalam bentuk narasi dan tabel.
29
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Determinasi Tumbuhan
Tanaman Kibacetah (Clausena excavata) yang diperoleh diidentifikasi di
Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH) Institut Teknologi Bandung (ITB),
dengan hasil sebagai berikut:
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnolipsida (Dicots)
Anak kelas : Rosidae
Bangsa : Sapindales
Nama suku / familia : Rutaceae
Nama jenis / spesies : Clausena excavataBurm.f.
Sinonim : Amyris sumatrana Rob.Cookia graveolens
Wight & Arn. Clausena punctata (Toxb.) Wight &
Arn. Ex Steud.
Nama umum : Bajetah, ki bacetah (Sunda), tikusan
(Jawa), temung (Aceh).
30
4.1.2 Rasio Bobot Pengeringan
Simplisia kulit batang Kibacetah (Clausena excavata) didapat dari 1,325
kg kulit batang basah, yang kemudian dikeringkan dengan cara diangin-angin dan
diperoleh bobot kering 0,675 kg, sehingga diperoleh rasio bobot pengeringan
sebesar 50,94%.
4.1.3 Penetapan Karakteristik Simplisia
1) Makroskopik
Karakteristik simplisia kulit batang Clausena excavata secara
makroskopik adalah bentuk panjang seperti pita, berwarna putih kecoklatan, tidak
berasa, dan memiliki bau yang khas.
Gambar 4.1 Karakteristik Makroskopik Simplisia Kulit Batang Kibacetah
31
2) Mikroskopik
Karakteristik simplisia kulit batang Clausena excavata secara mikroskopik
adalah seperti gambar dibawah ini :
Gambar 4.2 Karakteristik Mikroskopik Simplisia Kulit Batang Kibacetah
3) Penetapan Susut Pengeringan
Tabel 4.1 Susut Pengeringan Simplisia
Cawan
kosong
Penimbangan ke Bobot
Simplisia
Bobot
cawan +
Simplisia
Susut
pengeringan
(%)
1 2
1 23,612 g 23,612 g 1,005 g 24,625 g 9,95
2 26,116 g 26,116 g 1,008 g 27,124 g 8,93
Rata-rata Susut pengeringan 9,44
32
4) Penetapan Kadar Abu Total
Tabel 4.2 Kadar Abu Total
Krus
Platina
Penimbangan ke Bobot
Simplisia
Bobot
setelah
dipijar
Kadar
Abu Total 1 2
1 17,87 g 17,87 2,005 g 18,028 g 7,88%
2 12,90 g 12,90 g 2,004 g 13,052 g 7,58%
Rata-rata Kadar Abu Total 7,73%
4.1.4 Skrining Fitokimia
Tabel 4.3 Hasil Skrining Fitokimia
Metabolit
Sekunder
Pereaksi Hasil
Pengamatan
Keterangan
Alkaloid Mayer dan
Dragendorf
Endapan putih
dan merah jingga
+
Flavonoid Alkohol-HCl dan
Mg
Kuning jingga +
Triterpenoid/Steroid Lieberman-
Bouchard
Ungu +
Polifenol FeCl3 Biru hitam +
Tanin Gelatin Endapan putih +
Tanin Katekat Steasny Endapan merah
muda
+
Tanin Galat FeCl3 Tidak terbentuk
biru
-
Saponin Aquadest Terbentuk busa +
Kuinon NaOH 30% Jingga +
33
4.1.5 Ekstraksi Kulit Batang Kibacetah (Clausena excavata)
Tabel 4.4 Rendemen Ekstrak Kulit Batang Clausena excavata
Nama Pelarut Bobot Simplisia Bobot Ekstrak Rendemen
Ekstrak
Etanol 70%
200,2556 g
5,2 g 2,6%
Etil Asetat 2,1796 g 1,1%
N-heksan 1,1045 g 0,5%
4.1.6 Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Kulit Batang Clausena excavata
Metode DPPH
1) Ekstrak Etanol 70%
Tabel 4.5 Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol 70%
Konsentrasi
(μg/ml) Absorbansi % Inhibisi
Persamaan
(y = bx + c)
IC50
(μg/ml)
Blangko 0,905 0
y = 1,421x +
5,5912
R² = 0,9933
r = 0,9966
31,25
10 0,741 18,12
20 0,587 35,14
30 0,463 48,84
40 0,321 64,53
50 0,231 74,48
34
Gambar 4.3 Kurva Regresi Linier Ekstrak Etanol 70%
2) Ekstrak Etil asetat
Tabel 4.6 Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etil Asetat
Konsentrasi
(μg/ml) Absorbansi % Inhibisi
Persamaan
(y = bx + c)
IC50
(μg/ml)
Blangko 0,905 0
y = 0,4282x +
11,122
R² = 0,9908
r = 0,9954
90,79
10 0,780 13,81
30 0,677 25,19
50 0,600 33,70
70 0,53 41,44
90 0,466 48,51
35
Gambar 4.4 Kurva Regresi Linier Ekstrak Etil Asetat
3) Ekstrak n-heksan
Tabel 4.7 Aktivitas Antioksidan Ekstrak n-heksan
Konsentrasi
(μg/ml) Absorbansi % Inhibisi
Persamaan
(y = bx + c)
IC50
(μg/ml)
Blangko 0,905 0
y = 0,101x +
3,6906
R² = 0,9892
r = 0,9946
458,51
100 0,789 12,82
150 0,728 19,56
200 0,683 24,53
250 0,639 29,39
300 0,605 33,15
36
Gambar 4.5 Kurva Regresi Linier Ekstrak n-heksan
4.1.7 Uji Aktivitas Antioksidan Kontrol Positif (Kuersetin)
Tabel 4.8 Aktivitas Antioksidan Kuersetin
Konsentrasi
(μg/ml) Absorbansi % Inhibisi
Persamaan
(y = bx + c)
IC50
(μg/ml)
Blangko 0,948 0
y = 13,478x -
7,1231
R² = 0,9843
r = 0,9921
4,24
1 0,857 9,60
3 0,669 29,43
4 0,520 45,15
5 0,389 58,97
6 0,215 77,32
37
Gambar 4.6 Kurva Regresi Linier Kuersetin
4.1.8 Perbandingan Aktivitas Antioksidan Sampel dengan Kuersetin
Tabel 4.9 Perbandingan Aktivitas Antioksidan Sampel dengan Kuersetin
NO Sampel Aktivitas Antioksidan Sampel terhadap Kuersetin
1 Ekstrak Etanol 7 kali lebih kecil dari kuersetin
2 Ekstrak Etil asetat 21 kali lebih kecil dari kuersetin
3 Ekstrak n-heksan 108 kali lebih kecil dari kuersetin
38
Gambar 4.7 Kurva Perbandingan % Inhibisi Sampel dengan Kuersetin
4.2 Pembahasan
Tanaman Clausena excavata yang digunakan dalam penelitian ini
diperoleh dari Desa Pakemitan, Kecamatan Cikatomas, Kabupaten Tasikmalaya
dan telah diidentifikasi di Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH) Institut
Teknologi Bandung.
Pembuatan simplisia kulit batang Clausena excavata meliputi proses
pemanenan, sortasi basah, pencucian, perajangan, pengeringan, dan sortasi
kering.Proses pemanenan dilakukan dengan cara mengelupas kulit batang dari
batang tanaman Clausena excavata. Kulit batang Clausena excavata berasal dari
tanaman liar, dengan umur tanaman bervariasi. Setelah proses pemanenan, tahap
selanjutnya adalah sortasi basah. Sortasi basah merupakan tahap pemisahan
tanaman dari bahan asing atau pencemar lain yang terbawa dalam proses
pengumpulan atau pemanenan (Agoes, 2009). Tahap selanjutnya adalah proses
pencucian, proses ini bertujuan untuk mengurangi jumlah mikroba awal melalui
39
pencucian dengan air bersih yang mengalir. Selanjutnya adalah proses perajangan,
bertujuan untuk memperkeil ukuran tanaman sehingga mempermudah proses
pengeringan, dan penggilingan. Sebelum dirajang, kulit batang yang baru dipanen,
ditiriskan dan diangin-angin selama satu hari. Tahap terakhir adalah pengeringan
dan sortasi kering. Pengeringan merupakan usaha untuk menurunkan susut
pengeringan bahan sampai ke tingkat yang diinginkan dan menghilangkan
aktivitas enzim yang bisa menguraikan lebih lanjut kandungan zat aktif. Menurut
Zapsalis (1985) dalam Grafianita (2011), antioksidan memiliki sifat mudah
teroksidasi dengan adanya cahaya, panas, dan oksigen. Oleh karena itu
pengeringan dilakukan dengan cara diangin-angin. Selain itu, hal ini dilakukan
untuk mencegah kerusakan dari zat aktif yang terkandung dalam simplisia.
Sedangkanproses sortasi kering bertujuan untuk memisahkan simplisia dari bahan
asing atau pengotor yang masih tertinggal.
Penetapan karakteristik simplisia meliputi pemeriksaan makroskopik,
mikroskopik, penetapan susut pengeringan, dan penetapan kadar abu total.
Pemeriksaan makroskopik dilakukan dengan cara pemerian yang meliputi wujud,
rupa, warna, rasa, bau, dan beberapa hal dilengkapi dengan sifat kimia atau fisika,
dimaksudkan untuk dijadikan dasar petunjuk dalam pengelolaan, peracikan, dan
penggunaan (Depkes, 1995). Hasil pemeriksaan makroskopik dapat dilihat pada
gambar 4.1. Hasil pemeriksaan mikroskopik simplisia kulit batang Clausena
excavatamemiliki sel sklerenkim, sel minyak, dan rambut penutup (gambar 4.2).
Susut pengeringan simplisia adalah 9,44%, sedangkan kadar abu total adalah
7,73%.
40
Skrining fitokimia dilakukan dengan cara mereaksikan sampel dengan
larutan pereaksi spesifik untuk mengetahui kandungan metabolit sekunder.
Berdasarkan hasil pemeriksaan skrining fitokimia diketahui bahwa simplisia kulit
batang Clausena excavata memiliki kandungan metabolit sekunder yaitu alkaloid,
flavonoid, polifenol, tanin, triterpenoid/steroid, saponin, dan kuinon.
Ekstraksi kulit batang Clausena excavata menggunakan metode maserasi
dengan menggunakan tiga pelarut, yaitu etanol 70%, etil asetat, dan n-heksan.
Metode maserasi dipilih karena prosesnya mudah dan tidak menggunakan suhu
tinggi yang dapat merusak senyawa-senyawa kimia yang memiliki aktivitas
antioksidan yang terdapat dalam simplisia kulit batang Clausena excavata. Serbuk
kulit batang Clausena excavata sebanyak 200,2556 gram dimaserasi pertama kali
dengan n-heksan diperoleh fraksi n-heksan 1,1045 gram (0,5%), setelah itu
dengan etilasetat diperoleh fraksi etil asetat sebanyak 2,1796 gram (1,1%), dan
terakhir dengan etanol 70% diperoleh fraksi etanol sebanyak 5,2000 gram (2,6%).
Penentuan aktivitas antioksidan pada penelitian ini menggunakan metode
DPPH. Metode DPPH adalah metode sederhana, mudah, cepat, dan peka serta
hanya memerlukan sedikit sampel untuk evaluasi aktivitas antioksidan dari
senyawa bahan alam, sehingga digunakan secara luas untuk menguji kemampuan
senyawa yang berperan sebagai pendonor elektron(Molyneux, 2004).
Prinsip dari metode uji aktivitas antioksidan DPPH adalah pengukuran
aktivitas antioksidan secara kuantitatif yaitu dengan melakukan pengukuran
penangkapan radikal DPPH oleh suatu senyawa yang mempunyai aktivitas
antioksidan dengan menggunakan spektrofotometri UV-Vis. Nilai aktivitas
41
peredaman radikal bebas dinyatakan dengan nilai IC50 (Inhibitory Concentration).
Nilai IC50 didefinisikan sebagai besarnya konsentrasi senyawa uji yang dapat
meredam radikal bebas sebanyak 50%. Semakin kecil nilai IC50 maka aktivitas
peredaman radikal bebas semakin tinggi (Molyneux, 2004). Prinsip kerja dari
pengukuran ini adalah adanya radikal bebas stabil yaitu DPPH yang dicampurkan
dengan senyawa antioksidan yang memiliki kemampuan mendonorkan hidrogen,
sehingga radikal bebas dapat diredam (Robinson, 1983 dalam Ridho,2013).
Sebelum dilakukan pengujian aktivitas antioksidan terhadap sampel,
terlebih dahulu dilakukan scanningpanjang gelombang terhadap blangko, dan
didapatkan absorbansi maksimum 0,905 dan λ maksimum 514 nm.
Nilai IC50 ekstrak etanol kulit batang Clausena excavata didapat dari hasil
perhitungan persamaan regresi linier pada tabel 4.6, dimana persamaan regresi
dari ekstrak etanol yang didapat adalah y = 1,421x + 5,5912 dan r = 0,9966.
Koefisien y pada persamaan ini adalah sebagai IC50, sedangkan koefisien x pada
persamaan ini adalah konsentrasi dari ekstrak yang akan dicari nilainya. Nilai x
yang didapat merupakan besarnya konsentrasi yang diperlukan untuk dapat
meredam 50% aktivitas radikal DPPH. Nilai r = 0,9966 yang mendekati +1
(positif) menggambarkan bahwa dengan meningkatnya konsentrasi ekstrak maka
semakin besar aktivitas antioksidannya (gambar 4.3). Nilai IC50 ekstrak etanol
kulit batang Clausena excavata berdasarkan hasil perhitungan yang didapat
adalah sebesar 31,25 μg/ml.
Nilai IC50 ekstrak etil asetat kulit batang Clausena excavata didapat dari
hasil perhitungan persamaan regresi linier pada tabel 4.7, dimana persamaan
42
regresi dari ekstrak etil asetat adalah y = 0,4282x + 11,122 dan r = 0,9954.
Berdasarkan hasil perhitungan dari persamaan tersebut didapat nilai IC50 ekstrak
etil asetat kulit batang Clausena excavata adalah 90,79 μg/ml.
Nilai IC50ekstrak n-heksan kulit batang Clausena excavata didapat dari
hasil perhitungan persamaan regresi linier pada tabel 4.8, dimana persamaan
regresi dari ekstrak n-heksan adalah y = 0,101x + 3,6906 dan r = 0,9946.
Berdasarkan hasil perhitungan dari persamaan tersebut didapat nilai IC50 ekstrak
n-heksan kulit batang Clausena excavata adalah 458,51 μg/ml.
Kontrol positif yang digunakan pada penelitian ini adalah kuersetin.
Penggunaan kontrol positif pada penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa
kuat potensi antioksidan yang ada pada ekstrak etanol, etil asetat, dan n-heksan
kulit batang Clausena excavata. Apabila nilai IC50 sampel sama atau mendekati
nilai IC50kontrol positif maka dapat dikatakan bahwa sampel berpotensi sebagai
salah satu alternatif antioksidan yang sangat kuat. Nilai IC50kuersetin didapat dari
hasil perhitungan persamaan regresi linier pada tabel 4.9, dimana persamaan
regresi dari kuersetin adalah y = 13,478x – 7,1231 dan r = 0,9921. Berdasarkan
hasil perhitungan dari persamaan tersebut didapat nilai IC50kuersetin adalah 4,24
μg/ml.
Perbandingan aktivitas antioksidan sampel dengan kuersetin (tabel 4.10),
aktivitas antioksidan dari ekstrak etanol 7 kali lebih kecil daripada kuersetin,
ekstrak etil asetat 21 kali lebih kecil dari kuersetin, dan ekstrak n-heksan 108 kali
lebih kecil daripada kuersetin.
43
Menurut Jun dkk, (2003), tingkat kekuatan antioksidan adalah kuat jika
nilai IC50 <50 μg/ml, aktif 50-100 μg/ml, sedang 101-250 μg/ml, lemah 250-500
μg/ml, dan tidak aktif >500 μg/ml. Dari ketiga ekstrak tersebut dapat dikatakan
bahwa ekstrak etanol memiliki aktivitas antioksidan yang kuat, ekstrak etil asetat
aktif sebagai antioksidan, dan ekstrak n-heksan bersifat lemah sebagai
antioksidan.
Berdasarkan hasil skrining fitokimia, golongan senyawa yang diduga
berpotensi sebagai antioksidan didalam kulit batang Clausena excavata
diantaranya adalah flavonoid, polifenol, tanin, triterpenoid/steroid, dan kuinon.
Senyawa-senyawa tersebut pada strukturnya mengandung gugus hidroksil yang
dapat mendonorkan atom hidrogennya kepada radikal bebas. Menurut J. B
Harborne (1987), senyawa fenol meliputi aneka ragam senyawa yang berasal dari
tumbuhan, yang mempunyai ciri yaitu cincin aromatik yang mengandung satu
atau dua penyulih hidroksil. Selain itu hasil isolasi dari kulit batang Clausena
excavata mengandung senyawa kumarin, yaitu clausenaexcavin, dan clausenarin
(Arbab dkk., 2011).
Dari ketiga ekstrak kulit batang Clausena excavata, ekstrak yang memiliki
nilai IC50 terkecil adalah ekstrak etanol. Hal ini disebabkan senyawa fenol mudah
larut dalam air (Harborne, 1987). Dimana etanol merupakan pelarut yang bersifat
polar, seperti halnya air.
44
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diabil kesimpulan
sebagai berikut:
1. Aktivitas antioksidan ekstrak etanol 70% kulit batang Clausena
excavata memiliki nilai IC50 sebesar 31,25 μg/ml.
2. Aktivitas antioksidan ekstrak etil asetat kulit batang Clausena excavata
memiliki nilai IC50 sebesar 90,79 μg/ml.
3. Aktivitas antioksidan ekstrak n-heksan kulit batang Clausena excavata
memiliki nilai IC50 sebesar 458,51 μg/ml.
4. Pelarut yang memberikan aktivitas antioksidan paling baik adalah
etanol 70%, hal ini ditunjukkan dengan nilai IC50 yang mendekati nilai
IC50 kuersetin yaitu 31,25 μg/ml.
5.2 Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui aktivitas
antioksidan dari kulit batang Kibacetah (Clausena excavata) dengan umur
tanaman yang sama, dan pelarut dengan metode ekstraksi yang berbeda.
45
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, Goeswin, 2009. Teknologi Bahan Alam. Cetakan II (Edisi revisi dan
perluasan). Bandung: Penerbit ITB. Hal. 16-18, 31-32.
Arbab, Ismail Adam., Abdul, Ahmad Bustaman., Aspollah, Mohamed., Abdullah,
Rasedee., Abdelwahab, Siddig Ibrahim., Mohan, Syam., dan
Abdelmageed, A. H. A. 2011. Clausena excavata Burm. F. (Rutaceae) : A
Review of its Traditional uses, Pharmakological and Phytochemical
Properties. Dalam Journal of Medicinal Plants Research Vol.
5(33), pp. 7177-7184.
Astuti, Inggit Puji, 2010. Clausena spp Plasma Nutfah Koleksi Kebun Raya
Bogor. Prosiding Seminar Biologi. Yogyakarta. Universitas Gadjah Mada.
Departemen Kehutanan Republik Indonesia, 2010. (http://www.dephut.go.id)
diakses tanggal 2 oktober 2014.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia edisi IV,
Jakarta: Departemen Kesehatan.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia edisi III,
Jakarta: Departemen Kesehatan.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.1995. Materia Medika Indonesia. Jilid
VI. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Hal. 321, 324,
325
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2000. Parameter Standar Umum
Ekstrak Tumbuhan Obat. Cetakan pertama. Jakarta: Direktorat Jenderal
Pengawasan Obat dan Makanan Direktorat Pengawasan Obat
Tradisional. Hal. 3
46
Grafianita, 2011. Kadar Kurkuminoid,Total Fenol, dan Aktivitas Antioksidan
Simplisia Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) pada berbagai
Teknik Pengeringan. Skripsi. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Guntupalli, C., Ramaiah, M., dan Kumar, GS., 2013. RP-HPLC Analysis and
Antimikrobial Screening of Clausena excavata Burm. F. (Rutaceae).
International Journal of Phytoterapy. Vol 3/Issue 2/2013/91-97.
Harborne,J. B., 1987. Metode Fitokimia. Bandung: Institut Teknologi Bandung.
Irawan, D, 2006. Penentuan Aktivitas Antioksidan Ekstrak Mahkota Dewa, Temu
Putih, Sambiloto, dan Keladi Tikus Seacara In Vitro. Skripsi. Bogor:
Institut Pertanian Bogor.
Jun, M. H. Y., J., Fong, X., Wan, C,T., Ho. 2003.Comparison of Antioidant
Activities of Isoflaones Form Kudzu Root (Puerarua labata O). Dalam
Journal Food Science Institute of Tecnologist, 68:2117-2122.
Manosroi, A., Saraphanchotiwitthaya, A.,dan Manosroi, J. 2003.
Immunomodulatory activities of Clausena excavata Burm. F. Woods
extracts. Journal of ETNOPHARMACOLOGY 89 (2003) 155-160.
Molyneux, P., 2004, The Use of The Stable Free Radical Diphenylpicrylhydrazyl
(DPPH) for Estimating Antioxidant Activity, J. Sci. Technol.,
http://www.sjst.psu.ac.th/journal/26-2.pdf/07-DPPH.pdf., Diakses
Tanggal 25 November 2014. P.212.
Peh, Tian Hai., Lim, Gin Keat., Taufiq-Yap, Yun Hin., Lian Ee, Gwendoline
Cheng., Rahman, Mawardi.,dan Sukari, Mohd Aspollah. 2013. A New
Cytotoxic Carbazole alkaloid Isolated from the Stem Bark of Malayasian
Clausena excavata. Canadian Chemical Transactions. Volume I. DOI:
10.13179/canchemtrans.2013.01.03.0027.
Pratimasari, D, 2009. Uji Aktivitas Penangkap Radikal Buah Carica papaya L.
Dengan metode DPPH dan Penetapan Kadar Fenolik serta Flavonoid
Totalnya. Skripsi. Surakarta: Universitas surakarta.
47
Ridho, E. A, 2013. Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Metanol Buah Lakum
(Cayratia trifolia) dengan Metode DPPH. Skripsi. Pontianak: Universitas
Tanjungpura.
Salim,R. 2012. Isolasi dan Elusidasi Struktur Senyawa Kumarin dari Biji Buah
Sicerek (Clausena excavata). Artikel. Padang: Universitas Andalas.
Sean, Lim Lay, 2004. Analysis of Flavonoids and Essential Oils from Clausena
excavata and Their Medicinal Properties. Thesis. Universitas Putra
malayasia.
Triyati, E. 1985. “Spektrofotometer Ultra-Violet dan Sinar Tampak serta
Aplikasinya”. Dalam Oseanologi. Vol X/ no 1. Hal 39-47
Winarsi, H, 2007. Antioksidan Alami dan Radikal Bebas. Yogyakarta: Penerbit
Kanisius.
48
Lampiran I Data Hasil Determinasi
49
Lampiran 2. Perhitungan Susut Pengeringan
Cawan
Bobot
cawan
(gram)
I
Bobot
cawan
+ oven
II
(gram)
Bobot
cawan
+ oven
III
(gram)
Sampel
(gram)
Bobot
cawan +
sampel
(oven) I
(gram)
Bobot
cawan +
sampel
+oven II
(gram)
Bobot
cawan +
sampel
+oven
III
(gram)
I 23,621 23,612 23,612 1,005 24,536 24,525 24,525
II 26,126 26,116 26,116 1,008 27,037 27,034 27,034
Perhitungan:
Susut pengeringan = x 100%
Berat susut = x100%
Cawan I = x 100% = 9,95%
Cawan II = x 100% = 8,93%
Rata-rata = = 9,44%
50
Lampiran 3. Perhitungan Rendemen Ekstrak
Sampel
Total ekstrak
(gram)
Susut
Pengeringan
(%)
Ekstrak n-heksan 1,1045
9,44 Ekstrak etil asetat 2,1796
Ekstrak etanol 70% 5,2000
Perhitungan:
Rendemen % =
Rendemen % (n-heksan) = x 100% = 0,61%
Rendemen % (etil asetat) = x 100% = 1,20%
Rendemen % (etanol 70%) = x100% = 2,87%
51
Lampiran 4. Perhitungan Kadar Abu Total
Krus Bobot
krus +
oven I
(gram)
Bobot
krus +
oven II
(gram)
Sampel
(gram)
Bobot
krus +
sampel
+
tanur
(gram)
I 17,87 17,87 2,005 18,028
II 12,90 12,90 2,004 13,052
Perhitungan:
Kadar abu total = x100%
Berat abu = (cawan + abu) – cawan kosong
Krus I = x100% = 7,88 %
Krus II = x100% = 7,58%
Rata-rata = = 7,73%
52
Lampiran 5. Perhitungan % Inhibisi dan IC50 Ekstrak Etanol
Tabel 4.6 Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol
Konsentrasi
(μg/ml) Absorbansi % Inhibisi
Persamaan
(y = bx + c)
IC50
(μg/ml)
Blangko 0,905 0
y = 1,421x +
5,5912
R² = 0,9933
r = 0,9966
31,25
10 0,741 18,12
20 0,587 35,14
30 0,463 48,84
40 0,321 64,53
50 0,231 74,48
% Inhibisi x100%
% Inhibisi 10 μg/ml = x 100% = 18,12 %
% Inhibisi 20 μg/ml = x 100% = 35,14 %
% Inhibisi 30 μg/ml = x 100% = 48,84 %
% Inhibisi 40 μg/ml = x 100% = 64,53 %
% Inhibisi 50 μg/ml = x 100% = 74,48 %
53
Perhitungan nilai IC50 ekstrak etanol 70% sebagai berikut :
Persamaan umum : y= ax + b
x=
Diketahui : y = ax + b
y =1,421x + 5,5912
50 = 1,421x + 5,5912
1,421x = 50-5,5912
= 31,25 µg/mL
54
Lampiran 6. Perhitungan % Inhibisi dan IC50 Ekstrak Etil Asetat
Tabel 4.7 Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etil Asetat
Konsentrasi
(μg/ml) Absorbansi % Inhibisi
Persamaan
(y = bx + c)
IC50
(μg/ml)
Blangko 0,905 0
y = 0,4282x +
11,122
R² = 0,9908
r = 0,9954
90,79
10 0,780 13,81
30 0,677 25,19
50 0,600 33,70
70 0,53 41,44
90 0,466 48,51
% Inhibisi x100%
% Inhibisi 10 μg/ml = x 100% = 13,81 %
% Inhibisi 30 μg/ml = x 100% = 25,19 %
% Inhibisi 50 μg/ml = x 100% = 33,70 %
% Inhibisi 70 μg/ml = x 100% = 41,44 %
% Inhibisi 90 μg/ml = x 100% = 48,51 %
55
Perhitungan nilai IC50 ekstrak Etil asetat sebagai berikut :
Persamaan umum : y= ax + b
x=
Diketahui : y = ax + b
y =0,4282x + 11,122
50 = 0,4282x + 11,122
0,4282x = 50-11,122
= 90,79 µg/mL
56
Lampiran 7. Perhitungan % Inhibisi dan IC50 Ekstrak n-heksan
Tabel 4.8 Aktivitas Antioksidan Ekstrak n-heksan
Konsentrasi
(μg/ml) Absorbansi % Inhibisi
Persamaan
(y = bx + c)
IC50
(μg/ml)
Blangko 0,905 0
y = 0,101x +
3,6906
R² = 0,9892
r = 0,9946
458,51
100 0,789 12,82
150 0,728 19,56
200 0,683 24,53
250 0,639 29,39
300 0,605 33,15
% Inhibisi x100%
% Inhibisi 100 μg/ml = x 100% = 12,82 %
% Inhibisi 150 μg/ml = x 100% = 19,56 %
% Inhibisi 200 μg/ml = x 100% = 24,53 %
% Inhibisi 250 μg/ml = x 100% = 29,39 %
% Inhibisi 300 μg/ml = x 100% = 33,15 %
57
Perhitungan nilai IC50 ekstrak n-heksan sebagai berikut :
Persamaan umum : y= ax + b
x=
Diketahui : y = ax + b
y =0,101x + 3,6906
50 = 0,101x + 3,6906
0,101x = 50-3,6906
= 458,51 µg/mL
58
Lampiran 8. Perhitungan % Inhibisi dan IC50 Kontrol Positif (Kuersetin)
Tabel 4.9 Aktivitas Antioksidan Kuersetin
Konsentrasi
(μg/ml) Absorbansi % Inhibisi
Persamaan
(y = bx + c)
IC50
(μg/ml)
Blangko 0,948 0
y = 13,478x -
7,1231
R² = 0,9843
r = 0,9921
4,24
1 0,857 9,60
3 0,669 29,43
4 0,520 45,15
5 0,389 58,97
6 0,215 77,32
% Inhibisi x100%
% Inhibisi 1 μg/ml = x 100% = 9,60 %
% Inhibisi 3 μg/ml = x 100% = 29,43 %
% Inhibisi 4 μg/ml = x 100% = 45,15 %
% Inhibisi 5 μg/ml = x 100% = 58,97 %
% Inhibisi 6 μg/ml = x 100% = 77,32 %
59
Perhitungan nilai IC50 Kuersetin sebagai berikut :
Persamaan umum : y= ax + b
x=
Diketahui : y = ax + b
y =13,478x - 7,1231
50 = 13,478x - 7,1231
13,478x = 50 + 7,1231
= 4,24 µg/mL
60
Lampiran 9. Dokumentasi Penelitian
Skrining Fitokimia
Alkaloid
Skrining Fitokimia
Alkaloid
Skrining Fitokimia
Flavonoid
Skrining Fitokimia
Triterpenoid Skrining Fitokimia
Polifenol Skrining Fitokimia Tanin
Gelatin
Skrining Fitokimia
Tanin Katekat Skrining Fitokimia Tanin
FeCl3 Skrining Fitokimia
Kuinon Benzen
Skrining Fitokimia
Kuinon eter-Kloroform
Skrining Fitokimia
Saponin
Kadar Abu Total
61
Maserasi dengan Etanol Maserasi dengan Etil
asetat Larutan Kerja
Inkubasi DPPH dan Sampel Proses Penimbangan
Sampel
Karakteristik
Mikroskopik
Tanaman Kibacetah