isolasi senyawa flavonoida dari kulit batang tumbuhan jati (tectona grandis l.f)

Upload: dion-prayoga

Post on 03-Jun-2018

242 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • 8/12/2019 ISOLASI SENYAWA FLAVONOIDA DARI KULIT BATANG TUMBUHAN JATI (Tectona Grandis L.f)

    1/59

  • 8/12/2019 ISOLASI SENYAWA FLAVONOIDA DARI KULIT BATANG TUMBUHAN JATI (Tectona Grandis L.f)

    2/59

    ISOLASI SENYAWA FLAVONOIDA DARI KULIT BATANG

    TUMBUHAN JATI (Tectona Grandis L.f)

    Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Sains

    SKRIPSI

    IRA FLORA PURBA

    070802038

    DEPARTEMEN KIMIAFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

    MEDAN

    2012

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/12/2019 ISOLASI SENYAWA FLAVONOIDA DARI KULIT BATANG TUMBUHAN JATI (Tectona Grandis L.f)

    3/59

    PERSETUJUAN

    Judul : ISOLASI SENYAWA FLAVONOIDA DARI

    KULITBATANG TUMBUHAN JATI (Tectona

    GrandisL.f)

    Kategori : SKRIPSI

    Nama : IRA FLORA PURBA

    Nomor Induk Mahasiswa : 070802038

    Program Studi : SARJANA (S1) KIMIA

    Departemen : KIMIA

    Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUANALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA

    UTARA

    Disetujui di

    Medan, April 2012

    Komisi Pembimbing :

    Pembimbing II : Pembimbing I :

    Drs. Johannes Simorangkir, M.S Drs. Philippus H. Siregar,M.Si

    NIP. 195307141980031004 NIP. 195805041986011002

    Diketahui/Disetujui olehDepartemen Kimia FMIPA USU

    Ketua,

    Dr.Rumondang Bulan Nst., MS

    NIP: 195408301985032001

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/12/2019 ISOLASI SENYAWA FLAVONOIDA DARI KULIT BATANG TUMBUHAN JATI (Tectona Grandis L.f)

    4/59

    PERNYATAAN

    ISOLASI SENYAWA FLAVONOIDA DARI KULIT BATANG TUMBUHAN

    JATI (Tectona Grandis L.f)

    SKRIPSI

    Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa

    kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

    Medan, April 2012

    IRA FLORA PURBA

    070802038

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/12/2019 ISOLASI SENYAWA FLAVONOIDA DARI KULIT BATANG TUMBUHAN JATI (Tectona Grandis L.f)

    5/59

    PENGHARGAAN

    Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Pemurah dan MahaPenyayang, dengan limpah dan kurnia-Nya skripsi ini berhasil diselesaikan.

    Ucapan terimakasih saya sampaikan kepada Drs.Philippus H.Siregar, M.Si.

    dan Drs. Johannes Simorangkir, M.S. selaku pembimbing pada penyelesaian skripsi

    ini. Ucapan terimakasih juga ditujukan kepada Ketua dan Sekretaris Departemen

    Dr.Rumondang Bulan Nst., MS dan Drs.Albert Pasaribu, Dekan dan Pembantu Dekan

    Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara,

    Kepada Drs.Firman Sebayang selaku Dosen Wali saya, Ibu Sovia Lenny, S.Si, M,Siselaku dosen penguji, Dosen Kimia Organik Bahan Alam, semua dosen pada

    Departemen Kimia FMIPA USU, pegawai di FMIPA USU. Terimakasih kepada

    Tulang Best, Tulang Ronald, KDewi, Kcilo, Ricardo, Ksepri, Abg.Mars, Abg.Ferry,

    Haryadi, Ivan, Grand, Best Avesta (FLOW), Samuel, Mutiara. Terimakasih kepada

    seluruh civitas GMKI Cab.Medan terkhusus kepada omisariat FMPA USU, seluruh

    civitas PEMA FMIPA USU, dan kepada seluruh AKK dan staf Perkantas Medan.

    Akhirnya, tidak terlupakan kepada orangtua saya, Ibu Maya Surni Silalahi, Bapak

    St.K.Dj.Purba, Manna Silalahi. Kepada kakak dan abg saya, Romilly Purba, S.KM,

    Syahdewan Purba, ST, Evi Kurnia purba, Amk, Donna Pitta Mutiara Purba, Amg,

    Irma Surni Purba, S.Si, Redywan James Purba S,Psi. Kepada bg.Jhonsen Sitio,

    bg.Candra Sirait, bg.S.Manabung Sihite, kk Hutajulu. Kepada seluruh keponakan

    saya Nathanael, Natasya, Grace, Ella, Esther, Silvi, Glen, Eunice dan semua keluarga

    yang selama ini memberikan bantuan dan dorongan kepada saya. Semoga Tuhan Yang

    Maha Esa memberkati kita semua.

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/12/2019 ISOLASI SENYAWA FLAVONOIDA DARI KULIT BATANG TUMBUHAN JATI (Tectona Grandis L.f)

    6/59

    ABSTRAK

    Isolasi senyawa flavonoida yang terdapat pada kulit batang tunbuhan jati (Tectona

    Grandis L.f) dilakukan dengan ekstraksi maserasi menggunakan pelarut metanol.

    Fraksi metanol diuapkan lalu dilarutkan kembali dengan etil asetat kemudian

    dipekatkan dan diuapkan. Fraksi etil asetat dilarutkan dengan metanol dan diekstraksi

    partisi dengan n-heksan. Lapisan metanol dipisahkan dengan kolom kromatografi

    dengan fase diam silika gel dan berturut-turut dengan fasa gerak campuran n-heksana :

    etil asetat 80:20 v/v, 70:30 v/v, 60:40 v/v. Senyawa murni yang diperoleh berbentuk

    jarum, berwarna kuning, massa 18 mg, Rf=0,38 , dan titik lebur 175-177 C. Kristal

    tersebut juga bereaksi positif terhadap pereaksi-pereaksi senyawa flavonoida. Hasil

    identifikasi Spektrofotometri FT IR dan H NMR menunjukkan bahwa kristalmerupakan senyawa flavonoida golongan flavanon.

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/12/2019 ISOLASI SENYAWA FLAVONOIDA DARI KULIT BATANG TUMBUHAN JATI (Tectona Grandis L.f)

    7/59

  • 8/12/2019 ISOLASI SENYAWA FLAVONOIDA DARI KULIT BATANG TUMBUHAN JATI (Tectona Grandis L.f)

    8/59

    DAFTAR ISI

    Halaman

    Persetujuan ii

    Pernyataan iii

    Penghargaan iv

    Abstrak v

    Abstract vi

    Daftar Isi vii

    Daftar Lampiran ix

    Bab 1 Pendahuluan 1

    1.1. Latar Belakang 1

    1.2. Permasalahan 2

    1.3. Tujuan Penelitian 2

    1.4. Manfaat Penelitian 3

    1.5. Lokasi Penelitian 3

    1.6. Metodologi Penelitian 3

    Bab 2 Tinjauan Pustaka 4

    2.1. TumbuhanJati 4

    2.1.1. Morfologi Tumbuhan Jati 4

    2.1.2. Sistematika Tumbuhan Jati 5

    2.1.3. Manfaat Tumbuhan Jati 5

    2.2. Senyawa Organik Bahan Alam 5

    2.2.1. Klasifikasi Berdasarkan Struktur Kimiawi 6

    2.2.2. Klasifikasi Berdasarkan Sifat Fisiologis 7

    2.2.3. Klasifikasi Berdasarkan Taksonomi 8

    2.2.4. Klasifikasi Berdasarkan Biogenesis 9

    2.3. Senyawa Flavonoida 10

    2.3.1. Struktur Dasar Senyawa Flavonoida 122.3.2. Klasifikasi Senyawa Flavonoida 13

    2.2.3. Metode Isolasi Senyawa Flavonoida 19

    2.2.4. Sifat Kelarutan Senyawa Flavonoida 21

    2.4. Teknik Pemisahan 23

    2.4.1. Kromatografi 23

    2.4.1.1. Kromatografi Lapis Tipis 24

    2.4.1.2. Kromatografi Kolom 25

    2.4.1.3. Harga Rf (Reterdation Factor) 25

    2.4.2. Ekstraksi 26

    2.5. Teknik Spektroskopi 26

    2.5.1 Spektrofotometri Ultra-Violet 272.6.1. Spektrofotometri Infra Merah (FT-IR ) 28

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/12/2019 ISOLASI SENYAWA FLAVONOIDA DARI KULIT BATANG TUMBUHAN JATI (Tectona Grandis L.f)

    9/59

    2.6.2.Spektrometri Resonansi Magnetik Inti Proton(Nucleic Magnetic Resonance Proton/1H-NMR ) 29

    Bab 3 Bahan dan Metodologi Penelitian 31

    3.1. Alat-Alat 313.2. Bahan 32

    3.3. Prosedur Penelitian 32

    3.3.1. Penyediaan Sampel 32

    3.3.2. Uji Pendahuluan Terhadap Ekstrak Kulit Batang Jati 32

    3.3.2.1. Uji Busa 33

    3.3.2.2. Uji Skrining Fitokimia 33

    3.3.2.3. Analisi Kromatografi Lapis Tipis 34

    3.3.3. Prosedur Memperoleh Ekstrak Pekat Lapisan Metanol

    dari Kulit Batang Jati (Tectona GrandisL.f) 34

    3.3.4. Isolasi Senyawa Flavonoida dengan Kromatografi Kolom 35

    3.3.5. Pemurnian 363.3.6. Uji Kemurnian Hasil Isolasi dengan Kromatografi Lapis

    Tipis (KLT) 36

    3.3.7. Penentuan Titik Lebur 36

    3.3.8. Identifikasi Senyawa Hasil Isolasi 37

    3.3.8.1. Identifikasi dengan Spektrofotometer UV-Visible 37

    3.3.8.2. Identifikasi dengan Spektrometer Resonansi

    Magnetik Inti Proton(1H-NMR) 37

    3.3.8.3. Identifikasi dengan Spektrofotometer Infra Merah

    (FT-IR) 37

    3.4. Bagan Skrining Fitokimia 38

    3.5. Bagan Penelitian 39

    Bab 4 Hasil dan Pembahasan 40

    4.1. Hasil Penelitian 40

    4.2. Pembahasan 42

    Bab 5 Kesimpulan dan Saran 44

    5.1. Kesimpulan 44

    5.2. Saran 44

    DAFTAR PUSTAKA 45LAMPIRAN 47

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/12/2019 ISOLASI SENYAWA FLAVONOIDA DARI KULIT BATANG TUMBUHAN JATI (Tectona Grandis L.f)

    10/59

    DAFTAR LAMPIRAN

    Halaman

    Lampiran A. Determinasi Tumbuhan Jati (Tectona GrandisL.f) 48

    Lampiran B. Gambar Tumbuhan Jati (Tectona GrandisL.f) 49

    Lampiran C. Kromatogram Lapisan Tipis Ekstrak Pekat Lapisan

    Metanol Tumbuhan Jati (Tectona GrandisL.f) 50

    Lampiran D. Spektrum UV-Visible Senyawa Hasil Isolasi 51

    Lampiran E. Spektrum FT - IR Senyawa Hasil Isolasi 52

    Lampiran F. Spektrum1

    H - NMR Senyawa Hasil Isolasi 53Lampiran G. Spektrum Ekspansi 1H - NMR Senyawa Hasil Isolasi 54

    Lampiran H. Spektrum Ekspansi1H - NMR Senyawa Hasil Isolasi 55

    Lampiran I. Spektrum Ekspansi 1H - NMR Senyawa Hasil Isolasi 56

    Lampiran J. Spektrum Ekspansi 1H - NMR Senyawa Hasil Isolasi 57

    Lampiran K. Spektrum Ekspansi 1H - NMR Senyawa Hasil Isolasi 58

    Lampiran L. Spektrum 1H - NMR Pembanding 59

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/12/2019 ISOLASI SENYAWA FLAVONOIDA DARI KULIT BATANG TUMBUHAN JATI (Tectona Grandis L.f)

    11/59

    DAFTAR TABEL

    Halaman

    Tabel 1. Golongan-golongan Flavonoida menurut Harbone 20

    Tabel 2. Rentang Serapan Spektrum UV-Visible Golongan Flavonoida 29

    Tabel 3. Gugus Fungsi dan Pita Serapan Hasil Analisi FT-IR senyawa

    Hasil Isolasi 43

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/12/2019 ISOLASI SENYAWA FLAVONOIDA DARI KULIT BATANG TUMBUHAN JATI (Tectona Grandis L.f)

    12/59

    ABSTRAK

    Isolasi senyawa flavonoida yang terdapat pada kulit batang tunbuhan jati (Tectona

    Grandis L.f) dilakukan dengan ekstraksi maserasi menggunakan pelarut metanol.

    Fraksi metanol diuapkan lalu dilarutkan kembali dengan etil asetat kemudian

    dipekatkan dan diuapkan. Fraksi etil asetat dilarutkan dengan metanol dan diekstraksi

    partisi dengan n-heksan. Lapisan metanol dipisahkan dengan kolom kromatografi

    dengan fase diam silika gel dan berturut-turut dengan fasa gerak campuran n-heksana :

    etil asetat 80:20 v/v, 70:30 v/v, 60:40 v/v. Senyawa murni yang diperoleh berbentuk

    jarum, berwarna kuning, massa 18 mg, Rf=0,38 , dan titik lebur 175-177 C. Kristal

    tersebut juga bereaksi positif terhadap pereaksi-pereaksi senyawa flavonoida. Hasil

    identifikasi Spektrofotometri FT IR dan H NMR menunjukkan bahwa kristalmerupakan senyawa flavonoida golongan flavanon.

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/12/2019 ISOLASI SENYAWA FLAVONOIDA DARI KULIT BATANG TUMBUHAN JATI (Tectona Grandis L.f)

    13/59

    THE ISOLATION OF FLAVONOID FROM THE STEM OF HARDWOOD TREE

    ( Tectona GrandisL.f)

    ABSTRACT

    The isolation of flavonoid compound which contained in the stem of hardwood tree

    (Tectona Grandis L.f) was done by maceration technique with methanol solvent.

    Methanol fraction was evaporated, dissolved with ethyl acetate and concentrated.

    Ethyl acetate fraction was dissolved with methanol and partitioned with n-hexane.Methanol layer was separated using Column Chromatography with silica gel as the

    stationary phase and n-hexane : ethyl actate 80:20 v/v, 70:30 v/v, 60:40 v/v as the

    mobile phase. The pure compound is needle shape, yellow, mass 18 mg, Rf=0,38 , and

    its melting point 175-177 C. The crystal was further identified by Spectroscopy UV-

    Visible, FT-IR and 1H NMR. Based on Spectroscopy analysis show that the crystal

    is flavonoid (flavanon).

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/12/2019 ISOLASI SENYAWA FLAVONOIDA DARI KULIT BATANG TUMBUHAN JATI (Tectona Grandis L.f)

    14/59

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1Latar Belakang

    Flavonoida merupakan senyawa yang memberikan warna menyolok pada bunga dan

    buah-buahan. Flavonoida memainkan peranan penting dalam kaitan penyerbukan pada

    tanaman oleh serangga. Sejumlah flavonoida mempunyai rasa pahit hingga dapatmenolak sejenis ulat tertentu. (Sastrohamidjojo, 1996).

    Jati merupakan jenis tanaman komersial yang telah lama dibudidayakan di

    Indonesia, terutama di Pulau Jawa. Kelebihan jati terletak pada keawetan, kekuatan

    dan tekstur yang indah, sehingga memiliki nilai jual yang tinggi. Kayu jati dapat

    dimanfaatkan untuk konstruksi berat, kayu bangunan, bantalan rel kereta, kapal, peti,

    mebel dan lain-lain. Selain itu, kayu jati juga sangat bagus untuk kayu bakar karena

    memiliki panas yang tinggi, yaitu 5000 kalori. (Sumarna Y, 2011).

    Tumbuhan ini kaya dengan berbagai kandungan kimia yang sudah diketahui,

    antara lain : pada kulit terdapat asam, pada daun, buah, biji terdapat zat pahit, glikose,

    lemak, triterpen, sterol, alkaloid, flavonoid, tannin, karbohidrat.

    Tanaman jati merupakan jenis tanaman kayu yang banyak dibudidayakan

    karena memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Jati biasa digunakan untuk

    rehabilitasi lahan kritis dan umumnya mengandung senyawa flavonoid. Flavonoid

    diketahui berpotensi sebagai antioksidan dan mengurangi aktivitas radikal bebas.

    Pada tahun 2000 S. Maulana telah berhasil mengisolasi tumbuhan jati dan

    mendapat hasil bahwa zat utama yang terkandung dari seluruh bagian tanaman jati

    adalah tanin dan musilago. Dari daun tumbuhan didapat, resin, flavonoid, karotenoid,

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/12/2019 ISOLASI SENYAWA FLAVONOIDA DARI KULIT BATANG TUMBUHAN JATI (Tectona Grandis L.f)

    15/59

    asam fenolat, zat pahit, karbohidrat, kafein, terpen serta karbohidrat dan minyak

    lemak.

    Manfaat tanaman jati belanda dalam bentuk tunggal antara lain: Biji :

    menghentikan diare, pelangsing, obat penyembelit, perut kembung, sesak, sakit perut.

    Kulit dalam : astringen, diaforetik, serta elephantiasis (kaki gajah). Buah : untuk obat

    batuk, diare, sebagai sedapan, melarutkan lendir/obat batuk berdahak, perut kembung.

    Daun : pelangsing tubuh. Kulit batang: tonikum, obat penyakit lepra dan herpes.

    Dalam perkembangannya, daun jati belanda juga banyak dimanfaatkan untuk

    mengatasi penyakit kolesterol dan rematik. (Maulana S, 2000)

    Dari uraian di atas dan berdasarkan literatur mengenai kandungan kimia yang

    terdapat pada kulit batang tumbuhan jati, maka peneliti tertarik melakukan penelitian

    terhadap kulit batang tumbuhan jati, khususnya mengenai senyawa flavonoida yang

    terkandung di dalamnya.

    1.2 Permasalahan

    Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana cara mengisolasi senyawa

    flavonoida yang terdapat dalam kulit batang tumbuhan jati. (Tectona Grandis L.f).

    1.3 Tujuan Penelitian

    Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengisolasi senyawa flavonoida dari kulit

    batang tumbuhan jati (Tectona G. L.f).

    1.4 Manfaat Penelitian

    Hasil dari penelitian diharapkan dapat memberikan sumber informasi ilmiah pada

    bidang kimia bahan alam hayati dan farmasi dalam pengembangan ilmu kimia

    flavonoida yang terkandung dalam kulit batang tumbuhan jati (Tectona G. L.f).

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/12/2019 ISOLASI SENYAWA FLAVONOIDA DARI KULIT BATANG TUMBUHAN JATI (Tectona Grandis L.f)

    16/59

    1.5 Lokasi Penelitian

    Sampel yang digunakan diperoleh dari jalan Sei silau kecamatan Medan Baru.

    Penelitian dilakukan di laboratorium Kimia Bahan Alam FMIPA, Universitas

    Sumatera Utara. Analisis Spektrofotometri UV-Visible, spektrofotometri Infra Merah

    (FT-IR), dan spektrometri Resonansi Magnetik Inti Proton (1H-NMR) dilakukan di

    Pusat Penelitian Kimia - LIPI, Kawasan PUSPIPTEK Serpong, Tangerang.

    1.6 Metodologi Penelitian

    Dalam penelitian ini, isolasi senyawa flavonoida dilakukan terhadap kulit batang

    tumbuhan jati berupa serbuk halus yang kering sebanyak 2000 gram. Tahap awal

    dilakukan uji skrining fitokimia untuk senyawa flavonoida, yaitu dengan

    menggunakan pereaksi FeCl31%, NaOH 10%, Mg-HCl dan H2SO4(p).

    Tahap isolasi yang dilakukan :

    - Ekstraksi Maserasi

    - Ekstraksi Partisi

    - Analisis Kromatografi Lapis Tipis

    - Analisis Kromatografi Kolom

    - Rekristalisasi

    - Analisis Kristal hasil isolasi

    Tahapan analisis hasil isolasi yang dilakukan adalah :

    - Analisis Kromatografi Lapis Tipis

    - Pengukuran titik lebur

    - Identifikasi dengan menggunakan spektrofotometri UV-Visible, spektrofotometri

    Infra Merah (FT-IR), dan spektrometri Resonansi Magnetik Inti Proton

    (1H-NMR)

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/12/2019 ISOLASI SENYAWA FLAVONOIDA DARI KULIT BATANG TUMBUHAN JATI (Tectona Grandis L.f)

    17/59

    BAB 2

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Tumbuhan Jati

    Tanaman jati merupakan tanaman tropika dan subtropika yang sejak abad ke-9 telah

    dikenal sebagai pohon yang memiliki kualitas tinggi. Di Indonesia, jati digolongkan

    sebagai kayu mewah (fancy wood) dan memiliki kelas awet tinggi yang tahangangguan rayap serta jamur dan awet (mampu bertahan hingga 500 tahun).

    Tanaman jati yang tumbuh di Indonesia berasal dari India. Tanaman ini

    mempunyai nama ilmiah Tectona grandis Linn.f. Secara histori, nama tectonaberasal

    dari bahasa Portugis (tekton) yang berarti tumbuhan yang memiliki kualitas tinggi.

    ( Sumarna Y, 2011 )

    2.1.1 Morfologi Tumbuhan Jati

    Secara morfologi, tanaman jati memiliki tinggi yang dapat mencapai

    sekitar 30-45 m. Dengan pemangkasan, batang yang bebas cabang dapat mencapai

    antara 15-20 m. Diameter batang dapat mencapai 220 cm. Kulit kayu berwarna

    kecoklatan atau abu-abu yang mudah terkelupas. Pangkal batang berakar papan

    pendek dan bercabang sekitar empat. Daun berbentuk opposite (bentuk jantung

    membulat dengan ujung meruncing), berukuran panjang 20-50 cm dan lebar 15-40

    cm, permukaan berbulu. ( Sumarna Y, 2011 )

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/12/2019 ISOLASI SENYAWA FLAVONOIDA DARI KULIT BATANG TUMBUHAN JATI (Tectona Grandis L.f)

    18/59

    2.1.2 Sistematika Tumbuhan Jati

    Sistematika tumbuhan jati adalah sebagai berikut :

    Kingdom : Plantae

    Divisi : Spermatophyta

    Class : Dicotyledoneae

    Ordo : Solanales

    Famili : Verbenaceae

    Genus : Tectona

    Spesies : Tectona Grandis L.f

    2.1.3 Manfaat Tumbuhan Jati

    Daun jati belanda dapat mengurangi pembentukan lemak, menguruskan dan

    merampingkan badan, tumbuhan ini juga mampu mengontrol kolesterol serta juga

    menekan diare. Buahnya bisa juga dimanfaatkan untuk obat diare dan batuk,

    sedangkan kulit batangnya cocok untuk tonikum, serta obat penyakit lepra dan herpes.

    Bagian dalam kulit jati biasa dipakai sebagai obat untuk menyembuhkan penyakit

    cacing, bengkak kaki atau kaki gajah. Hasil seduhan kayu maupun daun jati yang

    pahit dapat dijadikan sebagai penawar rasa sakit.

    2.2 Senyawa Organik Bahan Alam

    Kimia organik mengalami kemajuan yang sejajar dengan kemajuan cara pemisahan

    dan penelitian bahan alam. Karena sangat beranekaragam, molekul yang berasal dari

    makhluk hidup mempunyai arti yang sangat penting bagi para ahli kimia organik,

    yaitu untuk memperluas dan memperdalam pengetahuan tentang reaksi-reaksi

    organik, dan terutama dapat untuk menguji hipotesis-hipotesis tertentu, misalnya

    hipotesis tentang mekanisme reaksi. Pada mulanya, biogenesis dari produk alami

    berkaitan dengan kimia organik dan biokimia, tetapi mempunyai tujuan yang

    berlainan. (Manitto, 1992).

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/12/2019 ISOLASI SENYAWA FLAVONOIDA DARI KULIT BATANG TUMBUHAN JATI (Tectona Grandis L.f)

    19/59

    Senyawa organik bahan alam dapat diklasifikasikan berdasarkan sifat-sifat

    kimia yang dimilikinya. Ada empat cara klasifikasi yang diusulkan, yaitu:

    1. Klasifikasi Berdasarkan Struktur Kimiawi

    Klasifikasi ini berdasarkan pada kerangka molekuler dari senyawa yang

    bersangkutan. Menurut sistem ini, ada 4 kelas yaitu:

    a. Senyawa alifatik rantai terbuka atau lemak dan minyak.Contoh: asam-asam lemak, gula, dan asam-asam amino pada umumnya

    b. Senyawa alisiklik atau sikloalifatikContoh: terpenoida, steroida, dan beberapa alkaloida

    c. Senyawa aromatik atau benzenoidContohnya: golongan fenolat dan golongan kuinon

    d. Senyawa heterosiklikContoh: alkaloida, flavonoida, golongan basa asam inti

    Karena klasifikasi ini hanyalah superfisial, maka tidak mengherankan jika

    suatu senyawa organik bahan alam tertentu dapat dimasukkan kedua kelas berlainan.

    Contohnya: geraniol, farsenol, dan skualen, termasuk kelas senyawa alifatik rantai

    terbuka, timol termasuk senyawa aromatik. Namun, keempat senyawa tersebut

    merupakan anggota dari kelas terpenoida dan steroida.

    OH

    geraniol

    OH

    farnesol

    HO

    thymol

    squalene

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/12/2019 ISOLASI SENYAWA FLAVONOIDA DARI KULIT BATANG TUMBUHAN JATI (Tectona Grandis L.f)

    20/59

    2. Klasifikasi Berdasarkan Sifat Fisiologik

    Setelah penelitian yang lebih mendalam dilakukan terhadap morfin (1806), penisilin

    (1939) dan prostaglandin (1963), maka perhatian para ahli sering ditujukan kepada

    isolasi dan penentuan fungsi fisiologis dari senyawa organik bahan alam tertentu.

    Hampir separoh dari obat-obatan yang digunakan sehari-hari merupakan bahan alam,

    misalnya alkaloida dan antibiotik, atau golongan-golongan sintetik. Oleh karena itu,

    senyawa organik bahan alam dapat juga diklasifikasikan segi aktivitas fisiologik dari

    bahan yang bersangkutan. Misalnya kelas hormon, vitamin, antibiotik dan mikotoksin.

    HO

    O

    HOH

    N

    morphine

    OH

    OH

    COOHH

    H

    OH

    prostagladin

    SNHR

    O

    MeH

    N

    Me

    COOH

    R = -OCCH2Ph

    penisilin G

    Meskipun asal usul biogenetik sangat bervariasi, namun ada kalanya terdapat

    korelasi yang dekat antara aspek tersebut dengan kegiatannya. Misalnya, meskipun

    struktur sangat bervariasi, namun senyawa-senyawa yang menunjukkan aktivitas

    kardiotik (kardenolid dan bufadienolid) hanyalah struktur yang memiliki komposisi

    sebagai berikut: (a) cincin A/B terpadu secara cis, (b) memiliki residu berupa gula

    pada C3 dan (c) memiliki lakton suku -5 atau -6 yang terkonjugasi pada C17, lihat

    struktur (1) dan (2) di bawah ini.

    O

    O

    OH

    HOR

    H

    H

    3

    17

    (1)

    O

    O

    (2)

    R = residu gula

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/12/2019 ISOLASI SENYAWA FLAVONOIDA DARI KULIT BATANG TUMBUHAN JATI (Tectona Grandis L.f)

    21/59

    3. Klasifikasi Berdasarkan Taksonomi

    Pengklasifikasian ini didasarkan pada penyelidikan morfologi komparatif dari

    tumbuh-tumbuhan yaitu taksonomi tumbuhan. Pada hewan dan sebagian

    mikroorganisme, metabolit terakhir bisanya dibuang ke luar tubuh, sedangkan pada

    tumbuh-tumbuhan, metabolit tersimpan dalam tumbuhan itu sendiri. Pada mulanya,

    beberapa metabolit dianggap hanya berasal dari tumbuh-tumbuhan tertentu. Kemudian

    diketahui bahwa beberapa metabolit tersebar pada berbagai tumbuhan dan ternyata

    bahwa banyak konstituen tumbuhan (seperti alkaloida dan terpenoida) yang dapat

    diisolasi dari spesies, genera, suku atau family tumbuhan tertentu. Dalam satu spesies

    tunggal, dapat ditemukan sejumlah konstituen yang strukturnya berhubungan erat satu

    sama lain. Misalnya, opium dari Papaver somniferum mengandung dua puluhan

    alkaloida, termasuk morfin, tebain, kodein dan narkotin, yang kesemuanya

    dibiosintesis dari precursor 1-benzilisokuinolin melalui penggandengan (coupling)

    secara oksidasi. Oleh karena itu, alkaloida-alkaloida tersebut yang strukturnya mirip

    satu sama lain dan berasal dari genus tumbuhan tertentu, disebut alkaloida opium.

    O

    O

    HOH

    N

    codeine

    narkotin

    N

    1-benzilisokuinolin

    MeO

    HO H

    OMe

    OH

    tebain

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/12/2019 ISOLASI SENYAWA FLAVONOIDA DARI KULIT BATANG TUMBUHAN JATI (Tectona Grandis L.f)

    22/59

    4. Klasifikasi Berdasarkan Biogenesis

    Semua konstituen tumbuhan dan binatang dibiosintesis dalam organisme melalui

    reaksi-reaksi yang dibantu oleh enzim tertentu. (istilah biosintesis dan biogenesis

    mempunyai arti yang sama: pembentukan bahan alam oleh organisme hidup.

    Biosintesis mengacu kepada perolehan data eksperimental dalam membuktikan jalur

    sintesis yang berlangsung, sedangkan biogenesis masih bersifat hipotetik dan lebih

    menekankan aspek spekulatif dari fakta).

    Setelah pengetahuan tentang kimia organik bahan alam semakin berkembang

    sejak tahun 1930-an, beberapa ahli mulai menyusun teori langkah-langkah biogenetik

    dari senyawa organik bahan alam yang berlangsung dalam organisme hidup. Aturan

    isopren yang diusulkan oleh Ruzicka menyatakan bahwa semua senyawa terpenoida

    terbentuk dari unit isopren C5.

    Teori poliketometilen diusulkan oleh Robinson menyatakan bahwa senyawa

    golongan fenolat terbentuk melalui biosintesis asetogenin (poliketida).

    O O O

    COOH

    OMe

    COOH

    OMe

    O O O

    COOH

    O Me

    OH O OH

    O

    endokrosin

    Teori lain dengan nama jalur asam sikimat diusulkan oleh Davis, yang

    menyatakan bahwa biosintesis dari asam-asam amino aromatik dan senyawa aromatik

    yang bertalian. Robinson juga menemukan hubungan di antara alkaloida dengan asam

    amino prekursornya.

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/12/2019 ISOLASI SENYAWA FLAVONOIDA DARI KULIT BATANG TUMBUHAN JATI (Tectona Grandis L.f)

    23/59

    Dari semua teori biogenesis itu dapat disimpulkan adanya 4 kelas senyawa

    organik bahan alam, yakni:

    a. Poliketida (asetogenin)b. Fenolat (fenilpropanoida)c. Isoprenoidad. Alkaloida (Tobing, 1989)

    2.3 Senyawa Flavonoida

    Senyawa flavonoida sebenarnya terdapat pada semua bagian tumbuhan termasukdaun, akar, kayu, kulit, tepung sari, bunga, buah, dan biji. Kebanyakan flavonoida ini

    berada di dalam tumbuh-tumbuhan, kecuali alga. Namun ada juga flavonoida yang

    terdapat pada hewan, misalnya dalam kelenjar bau berang-berang dan sekresi lebah.

    Dalam sayap kupu - kupu dengan anggapan bahwa flavonoida berasal dari tumbuh-

    tumbuhan yang menjadi makanan hewan tersebut dan tidak dibiosintesis di dalam

    tubuh mereka. Penyebaran jenis flavonoida pada golongan tumbuhan yang tersebar

    yaitu angiospermae, klorofita, fungi, briofita. (Markham, 1988).

    Flavonoida mengandung sistem aromatik yang terkonjugasi sehingga

    menunjukkan pita serapan kuat pada daerah spektrum sinar ultraviolet dan spectrum

    sinar tampak, umumnya dalam tumbuhan terikat pada gula yang disebut dengan

    glikosida (Harbone, 1996).

    Istilah flavonoida diberikan pada suatu golongan besar senyawa yang berasal

    dari kelompok senyawa yang paling umum, yaitu senyawa flavon, suatu jembatan

    oksigen terdapat diantara cincin A dalam kedudukan orto, dan atom karbon benzil

    yang terletak disebelah cincin B. Senyawa heterosoklik ini, pada tingkat oksidasi yang

    berbeda terdapat dalam kebanyakan tumbuhan. Flavon adalah bentuk yang

    mempunyai cincin C dengan tingkat oksidasi paling rendah dan dianggap sebagai

    struktur induk dalam nomenklatur kelompok senyawa-senyawa ini. (Manitto, 1981).

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/12/2019 ISOLASI SENYAWA FLAVONOIDA DARI KULIT BATANG TUMBUHAN JATI (Tectona Grandis L.f)

    24/59

    Flavonoida merupakan senyawa 15-karbon yang umumnya tersebar di seluruh

    dunia tumbuhan. Lebih dari 2000 flavonoid yang berasal dari tumbuhan telah

    diidentifikasi. Kerangka dasar flavonoida biasanya diubah sedemikian rupa sehingga

    terdapat lebih banyak ikatan rangkap, menyebabkan senyawa itu menyerap cahaya

    tampak, dan ini membuatnya berwarna.

    Ada tiga kelompok flavonoida yang amat menarik perhatian dalam fisiologi

    tumbuhan, yaitu antosianin, flavonol, dan flavon. Antosianin (dari bahasa Yunani

    anthos, bunga dan kyanos, biru-tua) adalah pigmen berwarna yang umunya terdapat di

    bunga berwarna merah, ungu, dan biru. Pigmen ini juga terdapat di berbagai bagian

    tumbuhan lain, misalnya buah tertentu, batang, daun, dan bahkan akar. Sering

    flavonoida terikat di sel epidermis. Warna sebagian besar buah dan banyak bunga

    adalah akibat dari antosianin, walaupun beberapa warna tumbuhan lainnya, seperti

    buah tomat dan beberapa bunga kuning, karena karotenoid. Warna cerah daun musim

    gugur disebabkan terutama oleh timbunan antosianin pada hari cerah dan dingin,

    walaupun karotenoid kuning atau jingga merupakan pigmen terbesar di daun musim

    gugur pada beberapa spesies.

    Antosianin umumnya tidak terdapat di lumut hati, ganggang, dan tumbuhan

    tingkat rendah lainnya, walaupun beberapa antosianin dan flavonoida ada di lumut

    tertentu. Antosianin jarang ditemui di gimnospermae, walaupun gimnospermae

    mengandung jenis lain dari flavonoida. Beberapa macam antosianin terdapat di

    tumbuhan tingkat tinggi, dan sering lebih dari satu macam terdapat di bunga tertentu

    atau organ lain. Mereka dijumpai dalam bentuk glikosida, biasanya mengandung satu

    atau dua unit glukosa atau galaktosa yang tertempel pada gugus hidroksil di cincintengah, atau pada gugus hidroksil di posisi 5 cincin A. Bila gula dihilangkan, maka

    bagian sisa molekul, yang masih berwarna, dinamakan antosianidin. (Salisbury, 1995).

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/12/2019 ISOLASI SENYAWA FLAVONOIDA DARI KULIT BATANG TUMBUHAN JATI (Tectona Grandis L.f)

    25/59

    2.3.1 Struktur Dasar Senyawa Flavonoida

    Senyawa flavonoida adalah senyawa yang mengandung C15 terdiri atas dua inti

    fenolat yang dihubungkan dengan tiga satuan karbon. Struktur dasar flavonoida dapat

    digambarkan sebagai berikut :

    C C CA B

    Kerangka dasar senyawa flavonoida

    Cincin A adalah karakteristik phloroglusinol atau bentuk resorsinol tersubstitusi.

    O

    C3

    OH

    HO

    C6

    A

    O

    C3

    HO

    C6

    A

    Namun sering terhidroksilasi lebih lanjut :

    O

    C3OH

    HO

    HO

    C6

    A

    OCH3

    O

    C3

    OCH3

    H3CO

    H3CO

    C6

    A

    Cincin B adalah karakteristik 4-, 3, 4-, 3,4, 5- terhidroksilasi

    C3(A)C6

    R

    R'

    R''

    B

    R = R = H, R = OH

    R = H, R = R = OH

    R = R = R = OH

    (juga, R = R = R = H) (Sastrohamidjojo, 1996)

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/12/2019 ISOLASI SENYAWA FLAVONOIDA DARI KULIT BATANG TUMBUHAN JATI (Tectona Grandis L.f)

    26/59

    2.3.2 Klasifikasi Senyawa Flavonoida

    Flavonoida mengandung sistem aromatik yang terkonjugasi sehingga menunjukkan

    pita serapan kuat pada daerah spektrum sinar ultraviolet dan spektrum sinar tampak,

    umumnya dalam tumbuhan terikat pada gula yang disebut dengan glikosida.

    (Harborne, 1996).

    1. Flavonoida O-glikosida, satu gugus hidroksil flavonoida (atau lebih) terikatpada satu gula (lebih) dengan ikatan hemiasetal yang tak tahan asam. Pengaruh

    glikosilasi menyebabkan flavonoida menjadi kurang reaktif dan lebih mudah

    larut dalam air. Glukosa merupakan gula yang paling umum terlibat dan gula

    lain yang sering juga terdapat adalah galaktosa, ramnosa, xilosa, dan

    arabinosa. Gula lain yang kadang-kadang ditemukan adalah alosa, manosa,

    fruktosa, apiosa, dan asam glukoronat serta galakturonat.

    2. Flavonoida C-glikosida, gula terikat pada atom karbon flavonoida dan dalamhal ini gula tersebut terikat langsung pada inti benzena dengan suatu ikatan

    karbon-karbon yang tahan asam. Glikosida yang demikian disebut C-glikosida.

    Jenis gula yang terlibat ternyata jauh lebih sedikit ketimbang jenis gula pada

    O-glukosa, biasanya dari jenis glukosa yang paling umum, dan juga galaktosa,

    ramnosa, xilosa, dan arabinosa.

    3. Flavonoida sulfat, senyawa ini mengandung satu ion sulfat, atau lebih, yangterikata pada hidroksil fenol atau gula. Senyawa ini sebenarnya bisulfat karena

    terdapat sebagai garam, yaitu flavon-O-SO3K. Banyak yang berupa glikosida

    bisulfat, bagian bisulfat terikat pada hidroksil fenol yang mana saja yang masih

    bebas atau pada gula.

    4.

    Biflavonoida, yaitu flavonoida dimer. Flavonoida yang biasanya terlibat adalahflavon dan flavanon yang secara biosintesis mempunyai pola oksigenasi yang

    sederhana 5,7,4 dan ikatan antar flavonoida berupa ikatan-ikatan karbon atau

    kadang-kadang eter. Monomer flavonoida yang digabungkan menjadi

    biflavonoida dapat berjenis sama atau berbeda, dan letak ikatannya berbeda-

    beda. Biflavonoida jarang ditemukan sebagai glikosida, dan penyebarannya

    terbatas, terdapat terutama pada gimnospermae.

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/12/2019 ISOLASI SENYAWA FLAVONOIDA DARI KULIT BATANG TUMBUHAN JATI (Tectona Grandis L.f)

    27/59

    5. Aglikon flavonoida yang aktif-optik, sejumlah aglikon flavonoida mempunyaiatom karbon asimetrik dan dengan demikian menunjukkan keaktifan optik

    (yaitu memutar cahaya terpolarisasi-datar). Yang termasuk dalam golongan

    flavonoida ini adalah flavanon, dihidroflavonol, katekin, rotenoid, dan lain-

    lain. (Markham, 1988).

    Menurut Robinson (1995), flavonoida dapat dikelompokkan berdasarkan

    keragaman pada rantai C3yaitu :

    1. Flavonol

    Flavonol paling sering terdapat sebagai glikosida, biasanya 3-glikosida, dan aglikon

    flavonol yang umum yaitu kamferol, kuersetin, dan mirisetin yang berkhasiat sebagai

    antioksidan dan antiimflamasi. Flavonol lain yang terdapat di alam bebas kebanyakan

    merupakan variasi struktur sederhana dari flavonol. Larutan flavonol dalam suasana

    basa dioksidasi oleh udara tetapi tidak begitu cepat sehingga penggunaan basa pada

    pengerjaannya masih dapat dilakukan.

    O

    O

    OH

    flavonol

    2. Flavon

    Flavon berbeda dengan flavonol dimana pada flavon tidak terdapat gugusan 3-

    hidroksi. Hal ini mempunyai serapan UV-nya, gerakan kromatografi, serta reaksi

    warnanya. Flavon terdapat juga sebagai glikosidanya lebih sedikit daripada jenis

    glikosida pada flavonol. Flavon yang paling umum dijumpai adalah apigenin dan

    luteolin. Luteolin merupakan zat warna yang pertama kali dipakai di Eropa. Jenis yang

    paling umum adalah 7-glukosida dan terdapat juga flavon yang terikat pada gula

    melalui ikatan karbon-karbon. Contohnya luteolin 8-C-glikosida. Flavon dianggap

    sebagai induk dalam nomenklatur kelompok senyawa flavonoida.

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/12/2019 ISOLASI SENYAWA FLAVONOIDA DARI KULIT BATANG TUMBUHAN JATI (Tectona Grandis L.f)

    28/59

    O

    O

    flavon

    3. Isoflavon

    Isoflavon merupakan isomer flavon, tetapi jumlahnya sangat sedikit dan sebagai

    fitoaleksin yaitu senyawa pelindung yang terbentuk dalam tumbuhan sebagai

    pertahanan terhadap serangan penyakit. Isoflavon sukar dicirikan karena reaksinyatidak khas dengan pereaksi warna manapun. Beberapa isoflavon (misalnya daidzein)

    memberikan warna biru muda cemerlang dengan sinar UV bila diuapi amonia, tetapi

    kebanyakan yang lain tampak sebagai bercak lembayung yang pudar dengan amonia

    berubah menjadi coklat.

    O

    O

    isoflavon

    4. Flavanon

    Flavanon terdistribusi luas di alam. Flavanon terdapat di dalam kayu, daun dan bunga.

    Flavanon glikosida merupakan konstituen utama dari tanaman genus prenus dan buah

    jeruk ; dua glikosida yang paling lazim adalah neringenin dan hesperitin, terdapat

    dalam buah anggur dan jeruk.

    O

    O

    flavanon

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/12/2019 ISOLASI SENYAWA FLAVONOIDA DARI KULIT BATANG TUMBUHAN JATI (Tectona Grandis L.f)

    29/59

    5. Flavanonol

    Senyawa ini berkhasiat sebagai antioksidan dan hanya terdapat sedikit sekali jika

    dibandingkan dengan flavonoida lain. Sebagian besar senyawa ini diabaikan karena

    konsentrasinya rendah dan tidak berwarna.

    O

    OOH

    Flavanonol

    6. Katekin

    Katekin terdapat pada seluruh dunia tumbuhan, terutama pada tumbuhan berkayu.

    Senyawa ini mudah diperoleh dalam jumlah besar dari ekstrak kental Uncaria gambir

    dan daun teh kering yang mengandung kira-kira 30% senyawa ini. Katekin berkhasiat

    sebagai antioksidan.

    OHO

    OHOH

    OH

    OH

    katekin

    7. Leukoantosianidin

    Leukoantosianidin merupakan senyawa tan warna, terutama terdapat pada tumbuhan

    berkayu. Senyawa ini jarang terdapat sebagai glikosida, contohnya melaksidin,

    apiferol.

    O

    OHHO OH

    Leukoantosianidin

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/12/2019 ISOLASI SENYAWA FLAVONOIDA DARI KULIT BATANG TUMBUHAN JATI (Tectona Grandis L.f)

    30/59

    8. Antosianin

    Antosianin merupakan pewarna yang paling penting dan paling tersebar luas dalam

    tumbuhan. Pigmen yng berwarna kuat dan larut dalam air ini adalah penyebab hampir

    semua warna merah jambu, merah marak , ungu, dan biru dalam daun, bunga, dan

    buah pada tumbuhan tinggi. Secara kimia semua antosianin merupakan turunan suatu

    struktur aromatik tunggal yaitu sianidin, dan semuanya terbentuk dari pigmen sianidin

    ini dengan penambahan atau pengurangan gugus hidroksil atau dengan metilasi atau

    glikosilasi.

    O

    OH

    Antosianin

    9.Khalkon

    Khalkon adalah pigmen fenol kuning yang berwarna coklat kuat dengan sinar UV bila

    dikromatografi kertas. Aglikon khalkon dapat dibedakan dari glikosidanya, karena

    hanya pigmen dalam bentuk glikosida yang dapat bergerak pada kromatografi kertas

    dalam pengembang air. (Harborne, 1996).

    O

    kalkon

    10. Auron

    Auron berupa pigmen kuning emas yang terdapat dalam bunga tertentu dan briofita.

    Dalam larutan basa senyawa ini berwarna merah ros dan tampak pada kromatografi

    kertas berupa bercak kuning, dengan sinar ultraviolet warna kuning kuat berubah

    menjadi merah jingga bila diberi uap amonia. (Robinson, 1995).

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/12/2019 ISOLASI SENYAWA FLAVONOIDA DARI KULIT BATANG TUMBUHAN JATI (Tectona Grandis L.f)

    31/59

    Menurut Harborne (1996), dikenal sekitar sepuluh kelas flavonoida dimana

    semua flavonoida, menurut strukturnya, merupakan turunan senyawa induk flavon dan

    semuanya mempunyai sejumlah sifat yang sama yakni:

    Golongan

    flavonoida

    Penyebaran Ciri khas

    Antosianin

    Proantosianidin

    Flavonol

    Flavon

    Glikoflavon

    Biflavonil

    Khalkon dan

    auron

    pigmen bunga merah

    marak,dan biru juga

    dalam daun dan jaringan

    lain.

    terutama tan warna, dalam

    daun tumbuhan berkayu.

    terutama ko-pigmen

    tanwarna dalam bunga

    sianik dan asianik;

    tersebar luas dalam daun.

    seperti flavonol

    seperti flavonol

    tanwarna; hampir

    seluruhnya terbatas pada

    gimnospermae.

    pigmen bunga kuning,

    kadang-kadang terdapat

    juga dalam jaringan lain

    larut dalam air, maks 515-545 nm,

    bergerak dengan BAA pada kertas.

    menghasilkan antosianidin (warna

    dapat diekstraksi dengan amil alkohol

    ) bila jaringan dipanaskan dalam HCl

    2M selama setengah jam.

    setelah hidrolisis, berupa bercak

    kuning murup pada kromatogram

    Forestal bila disinari dengan sinar

    UV;

    maksimal spektrum pada 330 350

    setelah hidrolisis, berupa bercak

    coklat redup pada kromatogram

    Forestal; maksimal spektrum pada

    330-350 nm.

    mengandung gula yang terikat melalui

    ikatan C-C; bergerak denganpengembang air, tidak seperti flavon

    biasa.

    pada kromatogram BAA beupa bercak

    redup dengan RFtinggi .

    dengan amonia berwarna merah

    ; maksimal spektrum 370-410 nm.

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/12/2019 ISOLASI SENYAWA FLAVONOIDA DARI KULIT BATANG TUMBUHAN JATI (Tectona Grandis L.f)

    32/59

    Flavanon

    Isoflavon

    tanwarna; dalam daun dan

    buah

    ( terutama dalam Citrus )

    tanwarna; sering kali

    dalam akar; hanya

    terdapat dalam satu

    suku,Leguminosae

    berwarna merah kuat dengan Mg /

    HCl; kadang kadang sangat pahit .

    bergerak pada kertas dengan

    pengembang air; tak ada uji warna

    yang khas.

    2.2.3 Metoda isolasi senyawa flavonoida

    a. Metoda Isolasi Senyawa Flavonoida oleh Chowdhurry

    Pada metoda ini, daun tumbuhan dikeringkan terlebih dahulu sebanyak 100 gram.

    Lalu diekstraksi dengan Petroleum Eter (60-80 oC) dalam alat soklet selama 10 jam.

    Selanjutnya diekstraksi dengan Benzena selama 10 jam. Ekstrak Benzena diuapkan

    pelarutnya, menghasilkan semipadat berwarna coklat. Lalu dilarutkan dalam Eter dan

    dipisahkan dalam suasana asam, basa dan netral. Fraksi pertama (ada empat macam)

    masing-masing 50 ml dielusi dengan Benzena memberikan residu padat dengan titik

    lebur 151-152 oC.

    Kristalisasi dengan Metanol menghasilkan senyawa flavonoida (I), kristal

    tidak berwarna dengan titik lebur 156 oC. Penelitian ini juga dilakukan oleh Prof.

    Dreyer, L., D., dengan melakukan pengukuran titik lebur, kromatografi lapis tipis

    dengan Spektrum Infra Merah. Dari fraksi lima sampai delapan masing-masing

    dilarutkan dengan Benzena lalu menghasilkan zat padat berwarna kuning terang

    dengan titik lebur 191-193 oC. Kristalisasi dilakukan dengan Metanol menghasilkan

    Hibiscetin Hepta Metil Eter, titik lebur 196-197 oC, kristal berwarna kuning sebanyak

    50 gram. (Chowdhurry, 1971)

    O

    OCH3

    OCH3

    H3CO OCH3

    OCH3

    OCH3

    OOCH3

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/12/2019 ISOLASI SENYAWA FLAVONOIDA DARI KULIT BATANG TUMBUHAN JATI (Tectona Grandis L.f)

    33/59

    b. Metoda Isolasi Senyawa Flavonoida oleh Joshi

    Daun tumbuhan yang telah dikeringkan diekstraksi dengan n-heksana, lalu ekstrak

    n-heksana dikromatografi kolom dengan fasa diam alumina, menghasilkan kristal

    dengan titik lebur 125-126 oC sebanyak 0,1%. Diidentifikasi, ekotin C23H26O10.

    (Joshi, 1969)

    O

    OCH3

    OCH3

    H3CO OCH3

    OCH3

    OCH3

    OOCH3

    H3CO

    c. Metoda Isolasi Senyawa Flavonoida oleh Dreyer, L.D

    Dalam metoda ini, daun diekstraksi dengan Aseton, kemudian pelarut dievaporasi dan

    diperoleh ekstrak pekat. Ektrak pekat yang diperoleh dikromatografi kolom dengan

    menggunakan alumina sebagai fasa diam dan Benzena sebagai fasa gerak hingga

    dihasilkan residu. Lalu direkristalisasi dengan campuran Etil asetat : n-heksana dan

    dilanjutkan dengan Metanol. Diperoleh kristal kuning terang, diidentifikasi sebagai

    3,3`,4`,5,5`,6,7-hepta metoksi flavon dengan titik lebur 156-157oC. (Dreyer, 1968)

    O

    H3CO

    H3CO

    OCH3

    OCH3

    OCH3

    OCH3

    OCH3

    O

    d. Metoda Isolasi Senyawa Flavonoida oleh Harborne

    Dalam metoda ini, daun yang segar dimaserasi dengan MeOH, lalu disaring. Ekstrak

    MeOH dipekatkan dengan rotari evaporator. Lalu ekstrak pekat yang dihasilkan,

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/12/2019 ISOLASI SENYAWA FLAVONOIDA DARI KULIT BATANG TUMBUHAN JATI (Tectona Grandis L.f)

    34/59

    diasamkan dengan H2SO42M, didiamkan, lalu diesktraksi dengan Kloroform. Lapisan

    Kloroform diambil, lalu diuapkan, sehingga dihasilkan ekstrak polar pertengahan

    (Terpenoida atau senyawa Fenol). (Harborne, 1996)

    2.3.4 Sifat Kelarutan Flavonoida

    Aglikon flavonoida adalah polifenol dan karena itu mempunyai sifat kimia senyawa

    fenol, yaitu bersifat agak asam sehingga dapat larut dalam basa. Tetapi harus diingat,

    bila dibiarkan dalam larutan basa, dan disamping itu terdapat oksigen, banyak yang

    akan terurai. Karena mempunyai sejumlah gugus hidroksil, atau suatu gula, flavonoidamerupakan senyawa polar, maka umumnya flavonoida cukup larut dalam pelarut polar

    seperti etanol (EtOH), metanol (MeOH), butanol (BuOH), aseton, dimetilsulfoksida

    (DMSO), dimetilformamida (DMF), air dan lain-lain. Adanya gula yang terikat pada

    flavonoida (bentuk yang umum ditemukan) cenderung menyebabkan flavonoida lebih

    mudah larut dalam air dan dengan demikian campuran pelarut yang disebut diatas

    dengan air merupakan pelarut yang lebih baik untuk glikosida. Sebaliknya, aglikon

    yang kurang polar seperti isoflavon, flavanon dan flavon serta flavonol yang

    termetoksilasi cenderung lebih mudah larut dalam pelarut seperti eter dan kloroform.

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/12/2019 ISOLASI SENYAWA FLAVONOIDA DARI KULIT BATANG TUMBUHAN JATI (Tectona Grandis L.f)

    35/59

    Biosintesis hubungan antara jenis monomer flavonoida dari alur asetat-malonat

    dan alur sikimat (Markham, 1988).

    Gambar 1 : Biosintesis flavonoida (Markham, 1988)

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/12/2019 ISOLASI SENYAWA FLAVONOIDA DARI KULIT BATANG TUMBUHAN JATI (Tectona Grandis L.f)

    36/59

    2.4 Teknik Pemisahan

    Tujuan dari teknik pemisahan adalah untuk memisahkan komponen yang akan

    ditentukan berada dalam keadaan murni, tidak tercampur dengan komponen-

    komponen lainnya. Ada 2 jenis teknik pemisahan:

    1. Pemisahan kimia adalah suatu teknik pemisahan yang berdasarkan adanyaperbedaan yang besar dari sifat-sifat fisika komponen dalam campuran yang

    akan dipisahkan.

    2. Pemisahan fisika adalah suatu teknik pemisahan yang didasarkan padaperbedaan-perbedaan kecil dari sifat-sifat fisik antara senyawa-senyawa yang

    termasuk dalam suatu golongan. (Muldja, 1995).

    2.4.1KromatografiKromatografi merupakan suatu cara pemisahan fisik dengan unsur-unsur yang akan

    dipisahkan terdistribusikan antara dua fasa, satu dari fasa-fasa ini membentuk lapisan

    stasioner denagn luas permukaan yang besar dan yang lainnya merupakan cairan yang

    merembes lewat. Fasa stasioner mungkin suatu zat padat atau suatu cairan dan fasa

    yang bergerak mungkin suatu cairan atau suatu gas. (Underwood, 1981).

    Cara-cara kromatografi dapat digolongkan sesuai dengan sifat sifat dari fasa

    diam, yang dapat berupa zat padat atau zat cair. Jika fasa diam berupa zat padat

    disebut kromatografi serapan, jika berupa zat cair disebut kromatografi partisi. Karena

    fasa gerak dapat berupa zat cair atau gas maka ada empat macam sistem kromatografi

    yaitu:

    1) Fasa gerak cairfasa diam padat (kromatografi serapan):a.kromatografi lapis tipis

    b.kromatografi penukar ion

    2) Fasa gerak gasfasa diam padat, yakni kromatografi gas padat3) Fasa gerak cairfasa diam cair (kromatografi partisi), yakni kromatografi

    kertas.

    4) Fasa gerak gasfasa diam zat cair, yakni :a. kromatografi gascairb. kromatografi kolom kapiler

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/12/2019 ISOLASI SENYAWA FLAVONOIDA DARI KULIT BATANG TUMBUHAN JATI (Tectona Grandis L.f)

    37/59

    Semua pemisahan dengan kromatografi tergantung pada kenyataan bahwa

    senyawa senyawa yang dipisahkan terdistribusi diantara fasa gerak dan fasa diam

    dalam perbandingan yang sangat berbeda beda dari satu senyawa terhadap senyawa

    yang lain (Sastrohamidjojo, 1991).

    2.4.1.1 Kromatografi Lapis Tipis

    Kromatografi Lapis Tipis pada plat berlapis yang berukuran lebih besar, biasanya

    5x20 cm, 10x20 cm, atau 20x20 cm. Biasanya memerlukan waktu pengembangan 30

    menit sampai satu jam. Pada hakikatnya KLT melibatkan dua fase yaitu fase diamatau sifat lapisan, dan fase gerak atau campuran pelarut pengembang. Fase diam dapat

    berupa serbuk halus yang berfungsi sebagai permukaan penyerap atau penyangga

    untuk lapisan zat cair. Fase gerak dapat berupa hampir segala macam pelarut atau

    campuran pelarut. (Sudjadi, 1986).

    Pemisahan senyawa dengan Kromatografi Lapis Tipis seperti senyawa organik

    alam dan senyawa organik sintetik dapat dilakukan dalam beberapa menit dengan alat

    yang harganya tidak terlalu mahal. Jumlah cuplikan beberapa mikrogram atau

    sebanyak 5 g dapat ditangani. Kelebihan KLT yang lain ialah pemakaian jumlah

    pelarut dan jumlah cuplikan yang sedikit. Kromatografi Lapis Tipis (KLT) merupakan

    salah satu metode pemisahan yang cukup sederhana yaitu dengan menggunakan plat

    kaca yang dilapisi silika gel dengan menggunakan pelarut tertentu. (Gritter,1991).

    Nilai utama Kromatografi Lapis Tipis pada penelitian senyawa flavonoida

    ialah sebagai cara analisis cepat yang memerlukan bahan sangat sedikit. Menurut

    Markham, Kromatografi Lapis Tipis terutama berguna untuk tujuan berikut:

    1. Mencari pelarut untuk kromatografi kolom2. Analisis fraksi yang diperoleh dari kromatografi kolom3. Identifikasi flavonoida secara ko-kromatografi.4. Isolasi flavonoida murni skala kecil

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/12/2019 ISOLASI SENYAWA FLAVONOIDA DARI KULIT BATANG TUMBUHAN JATI (Tectona Grandis L.f)

    38/59

    5. Penyerap dan pengembang yang digunakan umumnya sama dengan penyerap

    dan pengembang pada kromatografi kolom dan kromatografi kertas.

    (Markham, 1988).

    2.4.1.2 Kromatografi Kolom

    Kromatografi cair yang dilakukan dalam kolom besar merupakan metode

    kromatografi terbaik untuk pemisahan dalam jumlah besar (lebih dari 1 g). Pada

    kromatografi kolom, campuran yang akan dipisahkan diletakkan berupa pita pada

    bagian atas kolom penyerap yang berada dalam tabung kaca, tabung logam, dan

    tabung plastik. Pelarut atau fasa gerak dibiarkan mengalir melalui kolom karena

    aliran yang disebabkan oleh gaya berat atau didorong dengan tekanan. Pita senyawa

    linarut bergerak melalui kolom dengan laju yang berbeda, memisah, dan dikumpulkan

    berupa fraksi ketika keluar dari atas kolom (Gritter, 1991).

    Dengan menggunakan cara ini, skala isolasi flavonoida dapat ditingkatkan

    hampir ke skala industri. Pada dasarnya, cara ini meliputi penempatan campuran

    flavonoida (berupa larutan) diatas kolom yang berisi serbuk penyerap (seperti

    selulose, silika atau poliamida), dilanjutkan dengan elusi beruntun setiap komponen

    memakai pelarut yang cocok. Kolom hanya berupa tabung kaca yang dilengkapi

    dengan keran pada salah satu ujung. (Markham, 1988).

    2.4.1.3 Harga Rf (Reterdation Factor)

    Mengidentifikasi noda-noda dalam lapisan tipis lazim menggunakan harga Rf yang

    diidentifikasikan sebagai perbandingan antara jarak perambatan suatu zat dengan

    jarak perambatan pelarut yang dihitung dari titik penotolan pelarut zat. Jarak yang

    ditempuh oleh tiap bercak dari titik penotolan diukur dari pusat bercak. Untuk

    mengidentifikasi suatu senyawa, maka harga Rf senyawa tersebut dapat dibandingkan

    dengan harga Rf senyawa pembanding.

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/12/2019 ISOLASI SENYAWA FLAVONOIDA DARI KULIT BATANG TUMBUHAN JATI (Tectona Grandis L.f)

    39/59

    Jarak perambatan bercak dari titik penotolan

    Rf =

    Jarak perambatan pelarut dari titik penotolan (Sastrohamidjojo, 1991).

    2.4.2 Ekstraksi

    Ekstraksi dapat dilakukan dengan metoda maserasi, sokletasi, dan perkolasi. Sebelum

    ekstraksi dilakukan, biasanya serbuk tumbuhan dikeringkan lalu dihaluskan dengan

    derajat kehalusan tertentu, kemudian diekstraksi dengan salah satu cara di atas.

    Ekstraksi dengan metoda sokletasi dapat dilakukan secara bertingkat dengan berbagai

    pelarut berdasarkan kepolarannya, misalnya n-heksana, eter, benzena, kloroform, etil

    asetat, etanol, metanol, dan air.

    Ekstraksi dianggap selesai bila tetesan terakhir memberikan reaksi negatif

    terhadap senyawa yang diekstraksi. Untuk mendapatkan larutan ekstrak yang pekat

    biasanya pelarut ekstrak diuapkan dengan menggunakan alat rotari evaporator.

    (Harborne, 1996).

    2.5 Teknik Spektroskopi

    Teknik spektroskopi adalah salah satu teknik analisis kimiafisika yang mengamati

    tentang interaksi atom atau molekul dengan radiasi elektromagnetik. Ada dua macaminstrumen pada teknik spektroskopi yaitu spektrometer dan spektrofotometer.

    Instrumen yang memakai monokromator celah tetap pada bidang fokus disebut

    sebagai spektrometer. Apabila spektrometer tersebut dilengkapi dengan detektor yang

    bersifat fotoelektrik maka disebut spektrofotometer (Muldja, 1955).

    Informasi Spektroskopi Inframerah menunjukkan tipe tipe dari adanya gugus

    fungsi dalam satu molekul dan Resonansi Magnetik Inti yang memberikan informasi

    tentang bilangan dari setiap tipe dari atom hidrogen dan juga memberikan informasi

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/12/2019 ISOLASI SENYAWA FLAVONOIDA DARI KULIT BATANG TUMBUHAN JATI (Tectona Grandis L.f)

    40/59

    yang menyatakan tentang lingkungan dari setiap tipe dari atom hidrogen.

    Kombinasinya dan data yang ada kadang kadang menentukan struktur yang lengkap

    dari molekul yang tidak diketahui. (Pavia, 1979).

    2.5.1 Spektrofotometri Ultra Violet

    Serapan molekul di dalam derah ultra violet dan terlihat dari spektrum bergantung

    pada struktur ultra elektronik dari molekul. Penyerapan sejumlah energi,

    menghasilkan percepatan dari elektron dalam orbital tingkat dasar ke orbital yang

    berenergi lebih tinggi di dalam keadaan tereskitasi (Silverstein, 1986).

    Spektrum Flavonoida biasanya ditentukan dalam larutan dengan pelarut

    Metanol (MeOH) atau Etanol (EtOH). Spektrum khas terdiri atas dua maksima pada

    rentang 240-285 nm (pita II) dan 300-550 nm (pita I). Kedudukan yang tepat dan

    kekuatan nisbi maksima tersebut memberikan informasi yang berharga mengenai sifat

    flavonoida dan pola oksigenasinya. Ciri khas spektrum tersebut ialah kekuatan nisbi

    yang rendah pada pita I dalam dihidroflavon, dihidroflavonol, dan isoflavon serta

    kedudukan pita I pada spektrum khalkon, auron dan antosianin yang terdapat pada

    panjang gelombang yang tinggi.

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/12/2019 ISOLASI SENYAWA FLAVONOIDA DARI KULIT BATANG TUMBUHAN JATI (Tectona Grandis L.f)

    41/59

    Ciri spektrum golongan flavonoida utama dapat ditunjukkan sebagai berikut :

    maksimum

    utama (nm)

    maksimum tambahan

    (nm) (dengan intensitas

    nisbi)

    Jenis flavonoida

    475-560

    390-430

    365-390

    350-390

    250-270

    330-350

    300-350

    275-295

    225

    310-330

    275 (55%)

    240-270 (32%)

    240-260 (30%)

    300 (40%)

    300 (40%)

    tidak ada

    tidak ada

    310-330 (30%)

    310-330 (30%)

    310-330 (25%)

    Antosianin

    Auron

    Kalkol

    Flavonol

    Flavonol

    Flavon dan biflavonil

    Flavon dan biflavonil

    Flavanon dan flavononol

    Flavonon dan flavononon

    Isoflavon

    (Markham, 1988).

    2.5.2 Spektrofotometri Infra Merah (FT-IR)

    Spektrum inframerah suatu molekul adalah hasil transisi antara tingkat energi getaran

    yang berlainan. Pancaran inframerah yang kerapatannya kurang dari 100 cm -1

    (panjang gelombang lebih daripada 100 m) diserap oleh sebuah molekul organik dan

    diubah menjadi putaran energi molekul.

    Penyerapan ini tercantum, namun spektrum getaran terlihat bukan sebagai

    garis garis melainkan berupa pita pita. Hal ini disebabkan perubahan energi

    getaran tunggal selalu disertai sejumlah perubahan energi putaran (Silverstein, 1986).

    Dalam molekul sederhana beratom dua atau beratom tiga tidak sukar untuk

    menentukan jumlah dan jenis vibrasinya dan menghubungkan vibrasi-vibrasi tersebut

    dengan energi serapan. Tetapi untuk molekul-molekul beratom banyak, analisis

    jumlah dan jenis vibrasi itu menjadi sukar sekali atau tidak mungkin sama sekali,

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/12/2019 ISOLASI SENYAWA FLAVONOIDA DARI KULIT BATANG TUMBUHAN JATI (Tectona Grandis L.f)

    42/59

    karena bukan saja disebabkan besarnya jumlah pusat pusat vibrasi, melainkan

    karena juga harus diperhitungkan terjadinya saling mempengaruhi (inter-aksi)

    beberapa pusat vibrasi.

    Vibrasi molekul dapat dibagi dalam dua golongan , yaitu vibrasi regang dan

    vibrasi lentur.

    1. Vibrasi regang

    Di sini terjadi terus menerus perubahan jarak antara dua atom di didalam suatu

    molekul. Vibrasi regang ini ada dua macam yaitu vibrasi regang simetris dan tak

    simetri.

    2.Vibrasi lentur

    Di sini terjadi perubahan sudut antara dua ikatan kimia. Ada empat macam vibrasi

    lentur yaitu vibrasi lentur dalam bidang yang dapat berupa vibrasi scissoring atau

    vibrasi rocking dan vibrasi keluar bidang yang dapat berupa waging atau berupa

    twisting (Noerdin, 1985).

    2.5.3 Spektrometri Resonansi Magnetik Inti Proton (1H-NMR)

    Spektrometri Resonansi Magnetik Inti (Nuclear Magnetic Resonance, NMR)

    merupakan alat yang berguna pada penentuan struktur molekul organik. Teknik ini

    memberikan informasi mengenai berbagai jenis atom hidrogen dalam molekul..

    Struktur NMR memberikan informasi mengenai lingkungan kimia atom hidrogen,

    jumlah atom hidrogen dalam setiap lingkungan dan struktur gugusan yang berdekatan

    dengan setiap atom hidroge (Cresswell, 1982).

    Spektrometri Resonansi Magnetik Inti (Nuclear Magnetic Resonance, NMR)

    pada umumnya digunakan untuk :

    1. Menentukan jumlah proton yang memiliki lingkungan kimia yang sama padasuatu senyawa organik.

    2. Mengetahui informasi mengenai struktur suatu senyawa organik.(Dachriyanus, 2004).

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/12/2019 ISOLASI SENYAWA FLAVONOIDA DARI KULIT BATANG TUMBUHAN JATI (Tectona Grandis L.f)

    43/59

    Pergeseran kimia adalah pengukuran medan dalam keadaan bebas. Semua

    proton-proton dalam satu molekul yang ada dalam lingkungan kimia yang serupa

    kadang-kadang menunjukkan pergeseran kimia yang sama. Setiap senyawa

    memberikan penaikan menjadi puncak absorbsi tunggal dalam spektrum NMR. Di

    dalam medan magnet, perputaran elektron-elektron valensi dari proton menghasilkan

    medan magnet yang melawan medan magnet yang digunakan. Hingga setiap proton

    dalam molekul dilindungi dari medan magnet yang digunakan dan bahwa besarnya

    perlindungan ini tergantung pada kerapatan elektron yang mengelilinginya. Makin

    besar kerapatan elektron yang mengelilingi inti, maka makin besar pula medan yang

    dihasilkan yang melawan medan yang digunakan (Bernasconi,1995).

    Senyawa yang paling lazim dan paling berguna dipakai sebagai acuan adalah

    tetrametilsilana (TMS). Beberapa keuntungan dari pemakaian standar internal TMS

    yaitu :

    1. TMS mempunyai 12 proton yang setara sehingga akan memberikanspektrum puncak tunggal yang kuat.

    CH3

    CH3 Si CH3

    CH3

    2. TMS merupakan cairan yang mudah menguap, dapat ditambahkankedalam larutan sampel dalam pelarut CDCl3atau CCl4. (Silverstein, 1986)

    Pada spektrometri RMI integrasi sangat penting. Harga integrasi menunjukkan

    daerah atau luas puncak dari tiap tiap proton . Sedangkan luas daerah atau luas

    puncak tersebut sesuai dengan jumlah proton. Dengan demikian perbandingan tiap

    integrasi proton sama dengan perbandingan jumlah proton dalam molekul.

    (Muldja,1995).

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/12/2019 ISOLASI SENYAWA FLAVONOIDA DARI KULIT BATANG TUMBUHAN JATI (Tectona Grandis L.f)

    44/59

  • 8/12/2019 ISOLASI SENYAWA FLAVONOIDA DARI KULIT BATANG TUMBUHAN JATI (Tectona Grandis L.f)

    45/59

    3.2 Bahan-Bahan

    1. Kulit batang Jati (Tectona Grandis L.f)2. Metanol (Me-OH) Destilasi3. N-heksana Teknis4. Etil asetat (EtOAc) Teknis5. Aquadest6. Silika gel 40 (70-230 mesh) ASTM E.Merck. KGaA7. FeCl3 Teknis8. NaOH Teknis9. Mg-HCl10.H2SO4(p)

    3.3 Prosedur Penelitian

    3.3.1 Penyediaan Sampel

    Sampel yang diteliti adalah kulit batang jati yang diperoleh dari jalan Sei silau

    kecamatan Medan Baru. Kulit batang jati dikeringkan di udara terbuka, lalu

    dihaluskan dengan cara dipotong kecil-kecil sampai diperoleh serbuk kulit batang jati

    sebanyak 4000 g.

    3.3.2 Uji Pendahuluan Terhadap Ekstrak Kulit Batang Tumbuhan Jati

    Serbuk kering kulit batang jati diidentifikasi dengan menggunakan cara:

    1. Uji busa

    2. Skrining fitokimia

    3. Analisis Kromatografi Lapis Tipis

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/12/2019 ISOLASI SENYAWA FLAVONOIDA DARI KULIT BATANG TUMBUHAN JATI (Tectona Grandis L.f)

    46/59

    3.3.2.1. Uji Busa

    Ekstrak metanol kulit batang jati sebanyak 10 ml dimasukkan ke dalam tabung reaksi .

    Kemudian ditambah 10 ml akuades dan dipanaskan pada penangas air . Lalu dikocok

    kocok dengan kuat hingga terbentuk busa dan didiamkan selama 10 menit . Ternyata

    busa hilang yang membuktikan bahwa di dalam kulit batang tumbuhan jati tidak

    terdapat senyawa glikosida.

    3.3.2.2 Skrining Fitokimia

    Untuk mengetahui adanya senyawa flavonoida pada kulit batang jati, maka dilakukan

    uji pendahuluan secara kualitatif sebagai berikut :

    - Dimasukkan 10 gram serbuk kulit batang jati (Tectona Grandis L.f) yangtelah dikeringkan dan dipotong-potong kecil ke dalam erlenmeyer

    - Ditambahkan 100 ml metanol- Didiamkan selama 1 malam- Disaring- Dibagi ekstrak metanol ke dalam 4 tabung reaksi- Ditambahkan masing-masing pereaksi

    a. Tabung I : dengan FeCl35% menghasilkan larutan berwarna hitamb. Tabung II : dengan H2SO4(p) menghasilkan larutan berwarna orange

    kekuningan

    c. Tabung III : dengan Mg-HCl menghasilkan larutan berwarna merahmuda

    d. Tabung IV : dengan NaOH 10% menghasilkan larutan berwarna biruviolet

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/12/2019 ISOLASI SENYAWA FLAVONOIDA DARI KULIT BATANG TUMBUHAN JATI (Tectona Grandis L.f)

    47/59

    3.3.2.3 Analisis Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

    Analisis Kromatografi Lapis Tipis dilakukan terhadap ekstrak metanol dengan

    menggunakan fasa diam silika gel 60F254 Merck. Analisis ini dimaksudkan untuk

    mencari pelarut yang sesuai didalam analisis kromatografi kolom. Pelarut yang

    digunakan adalah campuran pelarut n-heksana : etil asetat. Fasa gerak yang digunakan

    adalah campuran n-heksana : etil asetat dengan perbandingan (90:10 ; 80:20 ; 70:30 ;

    60:40) v/v. Pelarut yang digunakan berdasarkan pada jumlah bercak atau noda yang

    terpisah dengan baik dalam kromatografi lapis tipis.

    Dimasukkan 10 ml larutan fase gerak yaitu campuran n-heksana : etil asetat

    (90:10)v/v ke dalam bejana kromatografi, kemudian dijenuhkan. Ditotolkan ekstrak

    pekat metanol pada plat KLT yang telah diaktifkan. Dimasukkan plat ke dalam bejana

    yang telah berisi pelarut yang telah dijenuhkan, lalu ditutup dan dielusi. Plat yang

    telah dielusi dikeluarkan dari bejana, lalu dikeringkan dan difiksasi dengan pereaksi

    FeCl35%. Diamati warna bercak yang timbul dan dihitung harga Rf yang diperoleh.

    Perlakuan yang sama dilakukan untuk perbandingan pelarut n-heksana : etil asetat

    dengan perbandingan (80 :20)v/v; (70:30)v/v; dan 60:40)v/v.

    Dari hasil analisis KLT menunjukkan bahwa di dalam kulit batang jati

    terkandung senyawa flavonoida. Hasil pemisahan yang baik diberikan pada fase gerak

    n-heksana : etil asetat (60:40)v/v

    3.3.3 Prosedur Memperoleh Ekstrak Pekat Lapisan Metanol dari Kulit BatangJati (Tectona Grandis L.f)

    Serbuk kulit batang jati ditimbang sebanyak 4000 g, dimasukkan ke dalam ekstraktor

    kemudian dimaserasi dengan metanol sebanyak 7L sampai semua sampel terendam

    dan dibiarkan selama 3 hari. Ekstrak disaring dan diperoleh ekstrak berwarna merah

    kecoklatan. Maserasi dilakuka secara berulang dengan menggunakan pelarut metanol

    hingga ekstrak metanol yang diperoleh memberikan hasil uji yang negatif pada

    pereaksi untuk identifikasi senyawa flavonoida. Ekstrak metanol/maserat yang

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/12/2019 ISOLASI SENYAWA FLAVONOIDA DARI KULIT BATANG TUMBUHAN JATI (Tectona Grandis L.f)

    48/59

    diperoleh dipekatkan dengan menggunakan alat rotarievaporator pada suhu 60 C

    sehingga diperoleh ekstrak pekat metanol. Kemudian diuapkan hingga semua pelarut

    metanol menguap. Lalu dilakukan pemblokan tannin dengan cara melarutkan fraksi

    metanol dengan etil asetat, dan disaring. Filtrat kemudian dirotarievaporator lalu

    diuapkan hingga semua pelarut etil asetat menguap. Lalu fraksi etil asetat dilarutkan

    dengan metanol dan dipartisi berulang-ulang dengan n-heksana. Lapisan metanol

    dipisahkan dari lapisan n-heksana, lalu lapisan metanol dipekatkan kembali dengan

    rotarievaporator dan diuapkan sehingga diperoleh ekstrak pekat lapisan metanol

    sebanyak 6,066 g.

    3.3.4 Isolasi Senyawa Flavonoida dengan Kromatografi Kolom

    Isolasi senyawa flavonoida secara kolom dilakukan terhadap ekstrak pekat metanol

    dari kulit batang jati yang telah diperoleh. Fasa diam yang digunakan adalah silika gel

    40 (70-230 mesh) ASTM dan fasa gerak yaitu n-heksana 100%, campuran pelarut n-

    heksana : etil asetat dengan perbandingan (90 : 10) v/v, (80 : 20) v/v, (70:30)v/v dan

    (60:40)v/v.

    Dirangkai alat kolom kromatografi. Terlebih dahulu dibuburkan silika gel 40

    (70-230 mesh) ASTM dengan menggunakan n-heksana, diaduk-aduk hingga homogen

    lalu dimasukkan ke dalam kolom kromatografi. Kemudian dielusi dengan

    menggunakan n-heksan 100% hingga silika gel dalam kolom padat dan homogen.

    Dimasukkan 6,066 g ekstrak metanol kulit batang jati ke dalam kolom kromatografi

    yang telah berisi bubur silika gel, lalu ditambahkan fasa gerak n-heksana : etil asetat(90 : 10) v/v secara perlahan lahan, dan diatur sehingga aliran fasa yang keluar dari

    kolom sama banyaknya dengan penambahan fasa gerak dari atas. Ditingkatkan

    kepolaran dengan menambahkan fasa gerak n heksana : etil asetat dengan

    perbandingan (80 : 20) v/v, (70:30)v/v dan (60:40)v/v. Hasil yang diperoleh

    ditampung dalam botol vial setiap 13 ml , lalu di KLT dan digabung fraksi dengan

    harga Rf yang sama lalu diuji dengan FeCl3 5%. Kemudian diuapkan sampai terbentuk

    kristal.

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/12/2019 ISOLASI SENYAWA FLAVONOIDA DARI KULIT BATANG TUMBUHAN JATI (Tectona Grandis L.f)

    49/59

    3.3.5 Pemurnian (Rekristalisasi)

    Senyawa yang diperoleh dari hasil isolasi kromatografi kolom harus dimurnikan.

    Kristal yang diperoleh dari isolasi dilarutkan kembali dengan etil asetat,

    diaduk hingga semua kristal larut sempurna. Kemudian ditambahkan n heksana

    secara perlahanlahan hingga terjadi pengendapan zat-zat pengotor di dasar wadah.

    Kemudian didekantasi larutan bagian atas wadah, lalu diuapkan sisa pelarut dari

    kristal hingga diperoleh kristal yang benar benar bebas dari pelarut.

    3.3.6 Uji Kemurnian Hasil Isolasi dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

    Uji kemurnian kristal dilakukan dengan kromatografi lapis tipis dengan menggunakan

    fasa diam silika gel 60 F254dengan fasa gerak n-heksana : etil asetat (60:40) v/v.

    Dimasukkan 10 ml larutan fasa gerak ke dalam bejana kromatografi, lalu

    dijenuhkan. Ditotolkan kristal yang sebelumnya dilarutkan dengan etil asetat pada plat

    KLT. Dimasukkan plat KLT tersebut ke dalam bejana kromatografi yang telah jenuh.

    Setelah pelarut fasa gerak merembes sampai batas tanda, plat KLT dikeluarkan dari

    bejana, dikeringkan, dan difiksasi dengan menggunakan pereaksi FeCl3 5% dalam

    metanol menghasilkan bercak berwarna hitam yang menunjukkan adanya senyawa

    flavonoida.

    3.3.7 Penentuan Titik Lebur

    Kristal hasil isolasi yang telah murni dimasukkan ke dalam alat pengukur titik lebur,

    diatur suhu. Lalu diamati suhu sampai kristal melebur.

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/12/2019 ISOLASI SENYAWA FLAVONOIDA DARI KULIT BATANG TUMBUHAN JATI (Tectona Grandis L.f)

    50/59

  • 8/12/2019 ISOLASI SENYAWA FLAVONOIDA DARI KULIT BATANG TUMBUHAN JATI (Tectona Grandis L.f)

    51/59

    3.4 Bagan Skrining Fitokimia

    diekstraksi maserasi dengan metanol

    disaring

    dipekatkan

    dibagi ke dalam 4 tabung reaksi

    ditambahkan ditambahkan ditambahkan ditambahkan

    pereaksi FeCl3 pereaksi NaOH pereaksi Mg-HCl pereaksi

    1% 10% H2SO4(p)

    diamati peruba- diamati peruba- diamati peruba- diamati peru-

    han warna han warna han warna bahan warna

    Larutan

    biru violet

    Larutan

    merah muda

    Larutan orange

    kekuningan

    Larutanhitam

    10 g serbuk kulit batang tumbuhan jati

    (Tectona Grandis L.f)

    Tabung I Tabung II Tabung III Tabung IV

    PositifFlavonoida PositifFlavonoidaPositifFlavonoidaPositifFlavonoida

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/12/2019 ISOLASI SENYAWA FLAVONOIDA DARI KULIT BATANG TUMBUHAN JATI (Tectona Grandis L.f)

    52/59

    3.5 Bagan Penelitian

    diskrining fitokimiadimaserasi dengan metanol sebanyak 6 L

    didiamkan selama 3 hari

    diulangi sebanyak 6 kali

    diskrining fitokimia

    dipekatkan dengan rotari-evaporator

    diuapkan hingga semua metanol menguapdilarutkan dengan etil asetat

    disaring

    dipekatkan dengan rotarievaporator

    diuapkan hingga semua etil asetat menguapdilarutkan dengan metanol

    diekstraksi partisi dengan n-heksana sampai bening

    diskrining fitokimiadipekatkan dengan rotarievaporator

    di-KLT untuk mengetahui sistem eluen yang sesuai pada kromatografi kolomdipisahkan tiap fraksi melalui kromatagrafi kolom dengan fasa gerak yaitu campuran pelarut n-

    heksana : etil asetat dengan perbandingan (90:10 ; 80:20 ; 70:30 ; 60:40) v/v

    ditampung tiap fraksi sebanyak 13 ml dalam botol vial

    di-KLT untuk mengetahi harga Rfdigabung fraksi dengan harga Rf yang sama

    ditentukan nilai Rf nyadiuapkan

    direkristalisasi

    diukur massa

    diuji titik lebur

    dianalisis dengan Spektrofotometer UV-Visible,spektrofotometer FT-IR, spektrometer 1H-NMR

    2000 g serbuk kulit batang tumbuhan jati (TectonaGrandis L.f)

    Ekstrak metanol

    Kristal kuning muda

    Ekstrak pekat

    Lapisan metanol Lapisan n-heksana

    (tidak dilanjutkan)

    Filtrat Residu

    (Padatan)

    Ekstrak pekat metanol

    Residu

    Hasil analisis

    Fraksi

    171-195(60:40)

    Fraksi

    196-220(60:40)

    Fraksi 221-245

    (60:40)

    Fraksi 246-260

    (60:40)

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/12/2019 ISOLASI SENYAWA FLAVONOIDA DARI KULIT BATANG TUMBUHAN JATI (Tectona Grandis L.f)

    53/59

    BAB 4

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1. Hasil Penelitian

    Dari hasil skrining fitokimia terhadap ekstrak metanol dari kulit batang tumbuhan jati

    dengan penambahan pereaksi-pereaksi warna untuk menentukan golongan senyawa

    kimia yang dikandung dengan menggunakan pereaksi flavonoida yaitu;1. H2SO4(p)memberikan warna orange kekuningan2. NaOH 10% memberikan warna biru violet3. FeCl31% memberikan warna hitam4. Mg HCl memberikan warna merah muda

    Hasil isolasi senyawa flavonoida dari ekstrak kulit batang tumbuhan jati

    diperoleh dengan menggunakan fase gerak n-heksan : etil asetat (60:40)v/v, kristal

    berwarna kuning, berbentuk kristal, massa = 18 mg, Rf=0,38 , dan titik lebur 175-177

    C.

    Dari hasil analisis Spektrofotometer ultra violet visible ( UV Visible )

    dengan pelarut metanol memberikan panjang gelombang maksimum ( maks ) 213,0

    dan 287,9 nm yang menunjukkan golongan Flavanon. (Lampiran D)

    Hasil analisis Spektrofotometer Inframerah (FT-IR) dari kristal hasil isolasi

    menghasilkan pitapita serapan pada daerah bilangan gelombang sebagai berikut :

    1. Pada bilangan gelombang 3334,92 cm-1 menunjukkan adanya vibrasi OH2. Pada bilangan gelombang 2922,16 cm-1 menunjukkan adanya vibrasi

    C=CH

    3. Pada bilangan gelombang 2852,72 cm-1 menunjukkan adanya vibrasi -CHaromatik.

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/12/2019 ISOLASI SENYAWA FLAVONOIDA DARI KULIT BATANG TUMBUHAN JATI (Tectona Grandis L.f)

    54/59

    4. Pada bilangan gelombang 1710,86 cm-1 puncak tajam menunjukkanadanya vibrasi ikatan rangkap C=O dari keton.

    5. Pada bilangan gelombang 1595,13 cm-1 dan pada bilangan gelombang1506,41 cm-1menunjukkan adanya vibrasi C=C dari sistem aromatik.

    6. Pada bilangan gelombang 1458,18 cm-1 puncak tajam menunjukkanadanya vibrasi dari CH2

    7. Pada bilangan gelombang 1372,32 cm-1 puncak tajam menunjukkanadanya vibrasi dari CH3

    8. Pada bilangan gelombang 1109,07 cm-1menunjukkan adanya vibrasi dariC-OC (eter).

    9. Pada bilangan gelombang 939,33 cm-1 menunjukkan adanya vibrasi dari=CH aromatik.

    10. Pada bilangan gelombang 721,07 cm-1 menunjukkan adanya vibrasi dariC-H aromatik.

    (Lampiran E)

    Hasil analisis Spektrometer Resonansi Magnetik Inti Proton (1H-NMR) kristal

    hasil isolasi dengan pelarut aseton dan TMS sebagai standar yang memberikan signal-

    signal pergeseran kimia pada daerah (/ppm) sebagai berikut :

    1. Pergeseran kimia pada daerah = 2,33-2,24 ppm dengan puncak tripletmenunjukkan proton dari H3eq pada cincin C

    2. Pergeseran kimia pada daerah = 2,56-2,77 ppm dengan puncak multipletmenunjukkan proton dari H3ax pada cincin C

    3. Pergeseran kimia pada daerah = 3,94 -3,59 ppm dengan puncak singletmenunjukkan subtituent OCH3yang letaknya di H5dan H6pada cincin A

    4. Pergeseran kimia pada daerah = 5,19-5,14 ppm dengan puncak multipletmenunjukkan proton dari H2pada cincin C

    5. Pergeseran kimia pada daerah = 6-02 -5,96 ppm dengan puncak doubletdoublet menunjukkan proton H7dan H8pada cincin A

    6. Pergeseran kimia pada daerah = 7,03-6,96 ppm dengan puncak doubletmenunjukkan proton dari C-CH=CH-C pada posisi H3

    1dan H51pada cincin B

    7. Pergeseran kimia pada daerah = 7,83-7,77 ppm dengan puncak doubletmenunjukkan proton dari C-CH=CH-C pada posisi H2

    1dan H61pada cincin B

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/12/2019 ISOLASI SENYAWA FLAVONOIDA DARI KULIT BATANG TUMBUHAN JATI (Tectona Grandis L.f)

    55/59

    8. Pergeseran kimia pada daerah = 9,8 ppm dengan puncak singletmenunjukkan proton OH pada posisi C4

    1cincin B

    (Lampiran F)

    4.2 Pembahasan

    Dari hasil kromatografi lapis tipis, diketahui bahwa perbandingan pelarut yang baik

    untuk mengisolasi senyawa flavonoida dari kulit batang tumbuhan jati adalah n-

    heksan : etil asetat (60 : 40)v/v yang menunjukkan pemisahan yang lebih baik dari

    noda yang dihasilkan. Hal ini juga dibuktikan dengan analisi KLT yang menunjukkan

    hanya satu noda pada kristal.

    Hasil interpretasi spektrum Infra Merah (FT-IT) dan spektrum Resonansi

    Magnetik Inti Proton (1H-NMR) senyawa hasil isolasi dengan menggunakan pelarut

    aseton-d6 dalam standar TMS diperoleh :

    1. Pergeseran kimia pada daerah = 6-02 -5,96 ppm terdapat dua puncakdoublet menunjukkan proton-proton yang terdapat pada cincin A yaitu H7dan

    H8. Hal ini didukung oleh data Spektrofotometer Inframerah (FT-IR) pada

    pada bilangan gelombang 2852,72 cm-1 puncak kuat menunjukkan adanya

    vibrasi CH aromatik. Didukung juga pada bilangan gelombang 2922,16 cm-1

    menunjukkan adanya vibrasi C=CH

    2. Pergeseran kimia pada daerah = 9,8 ppm dengan puncak singletmenunjukkan proton OH pada C4

    1 cincin B. Hal ini didukung oleh data

    Spektrofotometer Inframerah (FT-IR) pada bilangan gelombang 3334,92 cm-1

    menunjukkan adanya serapan ikatan OH.

    3. Pergeseran kimia pada daerah = 7,03-6,96 ppm dengan puncak doublet yangmenunjukkan proton dari C-CH=CH-C pada posisi H3

    1dan H51pada cincin B

    dan pergeseran kimia pada daerah = 7,83-7,77 ppm dengan puncak doublet

    menunjukkan proton dari C-CH=CH-C pada posisi H21dan H6

    1pada cincin B.

    Hal ini didukung oleh data Spektrofotometer Inframerah (FT-IR) Pada

    bilangan gelombang 1506,41-1595,13 cm-1

    puncak sedang menunjukkan

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/12/2019 ISOLASI SENYAWA FLAVONOIDA DARI KULIT BATANG TUMBUHAN JATI (Tectona Grandis L.f)

    56/59

    adanya vibrasi C=C- Aromatik. Didukung juga pada bilangan gelombang

    939,33 cm-1puncak sedang menunjukkan adanya vibrasi =C-H aromatik.

    4. Pergeseran kimia pada daerah = 2,33-2,24 ppm dengan puncak tripletmenunjukkan proton dari H3 eq pada cincin C dan pergeseran kimia pada

    daerah =2,56-2,77 ppm dengan puncak multiplet menunjukkan proton dari

    H3ax pada cincin C. Hal ini didukung oleh data Spektrofotometer Inframerah

    (FT-IR) pada bilangan gelombang 721,38-609,51 cm-1 puncak sedang

    menunjukkan adanya vibrasi C-H pada cincin aromatik benzena.

    5. Pergeseran kimia pada daerah = 5,19-5,14 ppm dengan puncak multipletmenunjukkan proton dari H2 pada cincin C. Hal ini didukung oleh data

    Spektrofotometer Inframerah (FT-IR) pada bilangan gelombang 1458,18 cm-1

    puncak kuat menunjukkan adanya vibrasi dari CH2

    Dari hasil pembahasan di atas berdasarkan skrining fitokimia, data spektrum

    (FT-IR) dan (1H-NMR) dapat disimpulkan bahwa besar kemungkinan kristal yang

    diisolasi dari kulit batang tumbuhan jati adalah senyawa flavonoida golongan

    flavanon dengan kerangka sruktur :

    Flavanon

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/12/2019 ISOLASI SENYAWA FLAVONOIDA DARI KULIT BATANG TUMBUHAN JATI (Tectona Grandis L.f)

    57/59

    BAB 5

    KESIMPULAN DAN SARAN

    5.1. Kesimpulan

    1. Hasil isolasi yang diperoleh dari 4000 g kulit batang jati (Tectona Grandis L.f)merupakan kristal berwarna kuning berbentuk jarum, diperoleh sebanyak 18

    mg, Rf = 0,38 dengan titik lebur 175-177oC.

    2.

    Berdasarkan hasil skrining fitokimia dan hasil analisis Spektrofotometri UltraViolet Visible (UV-Visible), Infra Merah (FT IR) dan Resonansi Magnetik

    Inti Proton (1H-NMR) menunjukkan bahwa kristal hasil isolasi dari kulit

    batang jati (Tectona Grandis L.f) adalah senyawa flavonoida golongan

    flavanon.

    5.2 Saran

    1. Perlu dilakukan analisis Spektroskopi Massa, 13CNMR agar diperoleh data-data yang lebih mendukung untuk menentukan struktur senyawa flavonoida

    yang diperoleh dari hasil isolasi.

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/12/2019 ISOLASI SENYAWA FLAVONOIDA DARI KULIT BATANG TUMBUHAN JATI (Tectona Grandis L.f)

    58/59

    DAFTAR PUSTAKA

    Bernasconi, G. 1995. Teknologi Kimia. Jilid 2. Edisi Pertama. Jakarta: PT. Pradaya

    Paramita.

    Cresswell, C.J., dkk. 1982. Analisis Spektrum Senyawa Organik. Edisi kedua.

    Bandung: Penerbit ITB.

    Dachriyanus. 2004.Analisis Struktur Senyawa Organik secara Spektroskopi.Padang:

    Andalas University Press.

    Dalimartha, S. 2008. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Jilid 2. Cetakan Pertama.Jakarta: Trubus Agriwidjaya.

    Gritter, R. J. 1991. Pengantar Kromatografi. Terbitan ke-2. Terjemahan Kosasih.

    Padmawinata. Bandung: Penerbit ITB.

    Harborne, J. B. 1987. Metoda Fitokimia, Penuntun Cara Modern Menganalisa

    Tumbuhan. Terbitan ke-2. Terjemahan Kosasih Padmawinata dan Iwang

    Soediro. Bandung: Penerbit ITB.

    http://www.jatibelanda.com/kandungan-kimia-daun-jati-belanda/ Diakses tanggal 1

    April 2012

    Manitto, P. 1992. Biosintesis Produk Alami. Cetakan Pertama. Terjemahan

    Koensoemardiyah. Semarang: Penerbit IKIP Press.

    Markham, K. R. 1988. Cara Mengidentifikasi Flavonoida. Terjemahan Kosa

    Padmawinata. Bandung: ITB Press.

    Maulana,S. 2000. Komponen Kimia Kayu Jati. Bogor :Institut Pertanian Bogor Press.

    Muldja, M.H. 1995. Analisis Instrumental. Cetakan Pertama. Surabaya: Universitas

    Airlangga Press.

    Mabry, T. J. dkk. 1970. The Systematic Identification of Flavonoids.New York:

    Springer Verlag

    Noerdin, D.1985.Elusidasi Struktur Senyawa Organik dengan Cara Spektroskopi

    Ultra Lembayung dan Inframerah. Edisi Pertama. Bandung: Penerbit Angkasa.

    Pavia, L. D. 1979. Introduction to Spectroscopy a Guide for Students of Organic

    Chemistry. Philladelphia: Saunders College.

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/12/2019 ISOLASI SENYAWA FLAVONOIDA DARI KULIT BATANG TUMBUHAN JATI (Tectona Grandis L.f)

    59/59

    Robinson, T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Edisi Keenam. Bandung:

    Penerbit ITB.

    Salisbury, F.B. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Edisi ke-4. Jilid 2. Bandung: Penerbit ITB.

    Sastrohamidjojo, H. 1996. Sintesis Bahan Alam. Yogyakarta: Penerbit Gadjah

    MadaUniversity Press.

    Silverstein, R. M. 1986. Penyidikan Spektrometrik Senyawa Organik.Terjemahan A.

    J.Hatomo dan Anny Viktor Purba. Edisi ke-4. Jakarta: Penerbit Erlangga.

    Sudjadi. 1986.Metode Pemisahan. Yogyakarta : Kanisius.

    Sumarna, Y. 2011. Kayu Jati. Cetakan Pertama. Jakarta: Penebar Swadaya.

    Tobing, R. L. 1989. Kimia Bahan Alam. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Jakarta: Proyek Pembangunan Lembaga

    Pendidikan Tenaga Kependidikan.

    Underwood, A. L. 1981.Analisa Kimia Kuantitatif. Edisi ke-4. Jakarta: Erlangga.