udah

13
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Landasan Teori Otot merupakan sebuah jaringan dalam tubuh dengan kontraksi sebagai tugas utama. Otot menyebabkan penggerakan suatu organism maupun pergerakan dari organ dalam organism tersebut.bagian-bagin otot yaitu, sarkolema, myofibril, miofelamin. Didalam myofibril terdapat protein kontraktil yang disebut aktomiosin, tropopin dan tropomiosin. Ketika otot kita berkontraksi maka protein aktin yang sedang bekerja dan jika otot kita melakukan relaksasi maka myosin yang sedang bekerja. Jaringan otot tersusun atas sel-sel otot yang berfungsi untuk menggerakkan organ-organ tubuh, hal tersebut dapat berlangsung karena molekul-molekul protein yang membangun sel otot dapat memanjang dan memendek. Jaringan otot polos mempunyai serabut-serabut yng homogeny sehingga bila diamati dibawah mikroskop tampak polos. Otot polos berkontraksi secara reflex dan dibawah pengaruh saraf otonom. Bila otot dirangsangnya akan lambat. Otot polos bentuknya seperti gelombang, panjang, pipih dan ramping. Setiap otot memiliki satu inti ditengah. Sitoplasma yang mengandung myofibril. Panjang otot polos bervariasi

Upload: mita-anggraini-angelaugh

Post on 23-Dec-2015

17 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

gajelas

TRANSCRIPT

Page 1: udah

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Landasan Teori

Otot merupakan sebuah jaringan dalam tubuh dengan kontraksi sebagai tugas utama.

Otot menyebabkan penggerakan suatu organism maupun pergerakan dari organ dalam

organism tersebut.bagian-bagin otot yaitu, sarkolema, myofibril, miofelamin.

Didalam myofibril terdapat protein kontraktil yang disebut aktomiosin, tropopin dan

tropomiosin. Ketika otot kita berkontraksi maka protein aktin yang sedang bekerja dan jika

otot kita melakukan relaksasi maka myosin yang sedang bekerja.

Jaringan otot tersusun atas sel-sel otot yang berfungsi untuk menggerakkan organ-organ

tubuh, hal tersebut dapat berlangsung karena molekul-molekul protein yang membangun sel

otot dapat memanjang dan memendek.

Jaringan otot polos mempunyai serabut-serabut yng homogeny sehingga bila diamati

dibawah mikroskop tampak polos. Otot polos berkontraksi secara reflex dan dibawah

pengaruh saraf otonom. Bila otot dirangsangnya akan lambat.

Otot polos bentuknya seperti gelombang, panjang, pipih dan ramping. Setiap otot

memiliki satu inti ditengah. Sitoplasma yang mengandung myofibril. Panjang otot polos

bervariasi antara 15-500 mikron, tergantung letaknya. Cara kerja otot polos tidak

disadariatau inovantary memiliki satu nucleus yang trletak ditengah sel.

Otot polos ada dua macam yaitu, multi unit smoot muscle.masing-masing serat berdiri

sendiri, diinversi oleh single nerve nding seperti pada otot skelet. Pada permukaan luar dari

tiap serat otot ditutu oleh lapisan yang disebut basement membrane likesubstance, yang

merupakan glukoprotein. Sifat otot ini yang paling penting ialah bahwa kontraksi mereka

hamper seluruhnya karena rangsangan saraf dan sangat sedikit oleh factor stimulasi dari

local tissue. Pada otot ini tidak terjadi kontraksi yang spontan. Visceralsmoothmuscle, sel-

sel otot ini terletak berhimpitan satu sama lain, dimana membrane antar sel-sel berdekatan

Page 2: udah

saling berlekatan seluruhnya atau sebagian, oleh karenanya tipe ini disebut unitary smooth

muscle.

Page 3: udah

BAB II

METODE KERJA

2.1 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang dipergunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:

Kimograf

Kertas pencatat

Tabung perendam lambung

Benang dan penulis

Katak yang diambil lambungnya

Adrenalin 0,01%

Sulfat atropine

Pilokarpin 0,5%,dan

Larutan thyroide

2.2 Prosedur

Sediakan sedian otot polos lambung katak:

Otat katak dirusak terlebih dahulu seperti pada praktikum kepekaan saraf perifer dan otot

rangka.

Tempatkan katak pada posisi terlentang di atas papan katak, kemudian fiksir kedua kaki

belakangnya dengan menggunakan jarum.

Mengiris rongga dada dan rongga perut katak tersebut dengan irisan yang berbentuk Y.

Kulit yang akan diiris ditarik dengan pinset yang dipegang dengan tangan kiri, sedangkan

tangan kanan memotong kulit katak dengan gunting.

Setelah perut katak terbuka, perhatikan secara in vivo pergerakan-pergerakan lambung

katak tersebut.

Page 4: udah

Membebaskan lambung katak dari jaringan sekitarnya dengan hati-hati dan tidak

melakukan tekanan ataupun sentuhan pada lambung tersebut karena akan mengakibatkan

stress sehingga dapat mempengaruhi kontraksi lambung.

Ikatkan bagian pilorus lambung katak sedistal mungkin dan bagian kardia seproximal

mungkin dengan benang, kemudian memotong bagian pilorus di sebelah distal dari ikatan

dan memotong bagian kardia di sebelah proximal dari ikatan.

Mengangkat dengan segera potongan lambung tersebut dan memasukkan ke dalam larutan

thyrode dalam tabung perendam supaya lambung tidak sampai rusak.

Sebelum lambung tersebut dimaksukkan dalam tabung perendam, larutan thyrode tersebut

dialiri dengan oksigen dengan kecepatan optimal (jangan terlalu besar atau kecil)

Ikatlah ujung kardia pada kait dalam tabung perendam, sedangkan ujung pylorus

dihubungkan dengan benang penulis hingga percobaan pencatatan gerakan-gerakan

lambung bias dimulai.

Catatlah gerakan lambung yang normal sebanyak kira-kira 10 kali kontraksi sambil

memperhatikan frekuensi, amplitude serta tonusnnya setiap akan menggawali pengamatan

terhadap pengaruh suatu obat. Setelah itu mulailah menyelidiki pengaruh beberapa macam

obat-obatan terhadap kontraksi otot polos lambung katak.

Teteskan 1/2 tetes adrenalin ke dalam tabung perendam dan mencatat pada kimograf

pengaruh obat tersebut terhadap kontraksi lambung. Apabila pengaruhnya kurang nyata

diteteskan lagi setiap kali 1/2 tetes hingga terlihat jelas efeknya.

Setelah cukup mempelajari pengaruh suatu macam obat, cucilah lambung katak tersebut

dengan jalan mengganti cairan dalam tabung perendam dengan cairan thyrode yang baru

(cuci sampai 2 kali).

Melakukan pengujian terhadap obat lainnya yaitu sulfat atropine 1 tetes dan pilokarpin 1

tetes.

PERHATIAN:

Pada penggunaan larutan adrenalin harap di perhatikan agar larutan tersebut selalu

dalam keadaan fresh (belum lebih dari 24 jam).

Sebelum diberi setiap macam obat dan sesudah dicuci harus direkam dulu

kontraksi normal preparat lambung tersebut sebagai kontrol.

Page 5: udah

BAB III

HASIL PRAKTIKUM

3.1. Tabel Pengamatan

Berikut adalah table pengamatan kelompok kami.

Jenis ObatFrekuensi Amplitudo Tonus

(kontraksi per menit) (millimeter) (naik/tetap/turun)

Normal 4,5 7,2 tetap

AdrenalinKontrol : 4 7,3  

Percobaan : 3,5 11,6 tidak dapat ditentukan

PilokarpinKontrol : 2,5 8,7  

Percobaan : 2,5 7 turun

Sulfas AtropinKontrol : 2 5,6  

Percobaan : 2 9 naik

Page 6: udah

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Dalam praktikum kontraksi otot polos lambung katak ini, kami melakukan percobaan untuk

mengetahui pengaruh adrenergik dan kolinergik terhadap gambaran kontraksi otot polos

viceral secara in-vitro. Pengamatan ditujukan pada variabel amplitudo, frekuensi, dan tonus.

Pada awal percobaan lambung dipotong pada bagian kardia dan pilorus, kemudian segera

dimasukkan ke dalam tabung perendam yang sebelumnya sudah diidi larutan thyrode yang

telah di aliri oksigen dari udara dengan kecepatan optimal. Larutan tersebut mempunyai

susunan elektrolit yang hampir mendekati susunan elektrolit tubuh katak.

4.2 Selain dalam keadaan normal, percobaan juga dilakukan dengan pengaruh 3 macam obat,

yaitu adrenalin, pilokarpin, dan sulfat atropin.

4.2.1 Keadaan Normal

Pada keadaan normal dalam kertas pencatat kimograf menunjukkan adanya

reaksi pada otot polos lambung katak yaitu dengan terbentuknya 4 gunung 5 lembah,

dimana amplitudonya sebesar 7.2 mm.

4.2.2 Kontrol Sebelum Penambahan Adrenalin

Pada saat kontrol sebelum penambahan obat adrenalin terjadi reaksi yaitu dengan

terbentuknya 4 gunung 4 lembah pada kertas pencatat kimograf. Jumlah frekuensi

tersebut menunjukkan kontraksi sebesar 4 per menit. Setelah mengukur tinggi rata –

rata gunung pada kertas pencatat kimograf didapatkan perhitungan amplitudo yaitu 7.3

mm.

4.2.3 percobaan adrenalin

Pada saat penambahan obat adrenalin terjadi reaksi yaitu dengan terbentuknya 3

gunung dan 4 lembah pada kertas pencatat kimograf. Jumlah frekuensi tersebut

menunjukkan kontraksi sebesar 3.5 per menit. Setelah mengukur tinggi rata – rata

gunung didapatkan perhitungan amplitudo sebesar 11.6 mm. Ketika membandingkan

kontrol dan percobaan antara frekuensi dengan amplitudo didapatkan hasil yaitu

Page 7: udah

frekuensi menurun dari 4 per menit menjadi 3.5 per menit, sedangkan amplitudo naik

dari 7.3 mm menjadi 11.6 mm. Dari hasil tersebut maka tonus tidak dapat ditentukan.

Pada saat percobaan penambahan adrenalin ini hasil pengamatan kami tidak

sesuai dengan teori yang sebenarnya. Pada teori seharusnya saat pendapat obat

adrenalin keadaan tonus tidak dapat ditentukan. Adrenalin mempunyai fungsi

menaikkan potensial membran sehingga permeabilitas membran menurun. Akibatnya

frekuensi, amplitudo, dan tonus otot menurun. Adrenalin termasuk jenis obat

adrenergik yang dapat menyebabkan penurunan kontraksi otot polos, menurunkan

frekuensi, amplitudo, dan tonus otot sehingga dapat digolongkan obat

pasymphatonimetikum.

4.2.4 kontrol sebelum penambahan pilokarpin

Pada saat kontrol sebelum penambahan pilokarpin terjadi reaksi yaitu

dengan terbentuknya 2 gunung dan 3 lembah pada kertas pencatat kimograf.

Jumlah frekuensi tersebut menunjukkan kontraksi sebesar 2.5 per menit. Setelah

mengukur tinggi rata – rata gunung didapatkan perhitungan amplitudo yaitu 8.7

mm.

4.2.5 percobaan pilokarpin

Pada saat penambahan obat pilokarpin terjadi reaksi yaitu dengan

terbentuknya 2 gunung dan 3 lembah pada kertas pencatat kimograf. Jumlah

frekuensi tersebut sama dengan jumlah frekuensi pada kontrol sebelum

penambahan pilokarpin. Tetapi tinggi rata – rata gunung yang didapatkan adalah

sebesar 7 mm. Dengan membandingkan kontrol dan percobaan antara frekuensi

dengan amplitudo didapatkan hasil yaitu frekuensi tetap sedangkan amplitudo

menurun. Dari hasil tersebut maka tonus turun.

Penambahan pilokarpin bersifat menurunkan potensial membran

sehingga amplitudo meningkat. Bahan ini juga menyebabkan peningkatan

permeabilitas membran terhadap Na, sehingga terjadi peningkatan frekuensi

kontraksi yang diikuti oleh peningkatan tonus otot.

Page 8: udah

4.2.6 kontrol sebelum penambahan sulfas atropin

Pada saat kontrol sebelum penambahan obat sulfas atropin terjadi reaksi yaitu

dengan terbentuknya 2 gunung dan 2 lembah pada kertas pencatat kimograf. Jumlah

frekuensi tersebut menunjukkan kontraksi sebesar 2 per menit. Setelah mengukur

tinggi rata – rata gunung didapatkan perhitungan amplitudo yaitu 5.6 mm

4.2.7 percobaan sulfas atropin

Pada saat penambahan obat sulfas atropin terjadi reaksi yaitu dengan terbentuknya

2 gunung dan 2 lembah. Jumlah frekuensi tersebut sama dengan jumlah frekuensi pada

kontrol sebelum penambahan sulfas atropin. Tetapi tinggi rata – rata gunung yang

didapatkan adalah sebesar 9 mm. Dengan membandingkan kontrol dan percobaan

antara frekuensi dengan amplitudo didapatkan hasil yaitu frekuensi tetap sedangkan

amplitudo naik. Dari hasil tersebut maka tonus naik.

Pada saat percobaan penambahan obat sulfat atropin ini hasil pengamatan kami

tidak sesuai dengan teori sebenarnya. Pada teori seharusnya saat penambahan sulfat

atropin keadaan tonus adalah turun. Sulfat atropin termasuk obat adrenergik yang

dapat menyebabkan penurunan kontraksi otot polos, menurunkan amplitudo, dan tonus

otot sehingga dapat di golongkan obat symphatonimetikum.

4.2.8 Dalam praktikumyang kami lakukan banyak sekali terjadi penyimpangan dengan teori

yang sesungguhnya di atas. Hal tersebut terjadi karena beberapa faktor, yaitu :

a. ketegangan otot dari masing-masing katak yang digunakan dalam percobaan

berbeda.

b. Lambung katak terlalu banyak mendapatkan sentuhan dari luar yang mengkibatkan

sress pada lambung katak, sehingga mempengaruhi kerja otot polos lambung katak.

c. Pencucian otot polos lambung katak yang kurang bersih, sehingga obat yang telah

diberikan sebelumnya mempengaruhi kerja otot yang diberikan selanjutnya.

Page 9: udah

d. pemasangan alat yang kurang tepat sehingga grafik tidak terbaca secara jelas, dan

hal itu dapat berpengaruh terhadap pengukuran amplitudo gelombang yang

tergambar pada kertas penulis.

e. Pada saat akan memasukkan lambung ke dalam larutan thyrode lambung terlalu

lama berada di udara (tidak langsung dimasukkan ke dalam larutan).

Kesalahan-kesalahan tersebut mungkin sekali terjadi sehingga mempengaruhi hasil

dari praktikum yang kami kerjakan.

Page 10: udah

BAB V

KESIMPULAN