preskes kejang demam udah diberantakin

51
Presentasi Kasus KEJANG DEMAM KOMPLEKS Oleh : Novi Imam Persada G0005143 Triandana budi Wisesa G0005197 Pembimbing : dr. Sunyataningkamto, Sp.A (K)

Upload: novi-imam-persada

Post on 04-Jul-2015

275 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Preskes Kejang Demam Udah Diberantakin

Presentasi Kasus

KEJANG DEMAM KOMPLEKS

Oleh :

Novi Imam Persada G0005143

Triandana budi Wisesa G0005197

Pembimbing :

dr. Sunyataningkamto, Sp.A (K)

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK

FAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RSUD DR. MOEWARDI

SURAKARTA

Page 2: Preskes Kejang Demam Udah Diberantakin

2011

PENDAHULUAN

Kejang demam atau biasa disebut step merupakan gangguan kejang yang

paling lazim terjadi pada anak dengan prognosis yang sangat baik secara seragam.

Namun kejang demam dapat menandakan penyakit infeksi akut serius yang

mendasari seperti sepsis dan meningitis bakteria sehingga setiap anak harus

diperiksa secara cermat dan secara tepat diamati mengenai penyebab demam yang

menyertai. Kejang demam jarang terjadi dibanding epilepsi dan kejang demam ini

secara spontan sembuh tanpa terapi tertentu.

Kejang demam adalah kejang yang berhubungan dengan demam tanpa

adanya infeksi susunan saraf pusat atau gangguan elektrolit akut, terjadi pada anak

berusia diatas 1 bulan, dan tidak ada riwayat kejang tanpa demam sebelumnya.

Kejang demam disebut kompleks apabila kejang bersifat fokal, lamanya lebih dari

10-15 menit atau berulang dalam 24 jam.

Kepentingan kasus kejang demam kompleks dibuat sebagai kasus karena

ada banyak alasan, diantaranya adalah :

1. Untuk mengetahui definisi kejang demam kompleks

2. Untuk mempelajari etiologi kejang demam kompleks

3. Untuk mempelajari patofisiologi dan manifestasi klinis kejang demam

kompleks

4. Untuk mempelajari cara mendiagnosis kejang demam kompleks

5. Untuk mempelajari penatalaksanaan dari kejang demam kompleks

6. Untuk mengetahui prognosis kejang demam kompleks

Karena pentingnya hal tersebut kita sebagai dokter harus bisa menegakkan

diagnosis dari kejang demam kompleks.

1

Page 3: Preskes Kejang Demam Udah Diberantakin

STATUS PASIEN

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : An. PM

Umur : 1 tahun 1 bulan

Jenis Kelamin : Laki - laki

Nama Ayah : Tn. N

Pekerjaan Ayah : Wiraswasta

Nama Ibu : Ny. S

Pekerjaan Ibu : Ibu Rumah Tangga

Agama : Islam

Alamat : Gumunggung 4/1 Gilingan Banjarsari Surakarta

Tanggal masuk : 9 April 2011 pukul 23.30 WIB

Tanggal Pemeriksaan : 10 April 2011 pukul 10.00 WIB

No. CM : 01060760

II. ANAMNESIS

Alloanamnesis diperoleh dari ibu penderita tanggal 10 April 2011.

A. Keluhan Utama : Kejang

B. Riwayat Penyakit Sekarang :

Tiga jam sebelum masuk rumah sakit pasien kejang, lama kejang

± 5 menit, kejang pada seluruh tubuh, mata melirik keatas, tangan dan

kaki kaku kemudian kejet-kejet, saat kejang pasien tidak sadar.

Kemudian kejang berhenti sendiri dan setelah kejang pasien sadar. Dua

jam kemudian pasien kejang lagi dengan pola yang sama seperti

kejang sebelumnya.

Dua belas jam sebelum masuk rumah sakit, pasien demam,

awalnya panas sumer-sumer, kemudian panas naik tinggi, oleh ibunya

tidak diberi obat penurun panas, tetapi hanya dikompres saja dan

2

Page 4: Preskes Kejang Demam Udah Diberantakin

demam tidak turun. Selain demam, pasien juga batuk berdahak sejak

dua hari yang lalu. Pasien tidak pilek, pasien nampak lemas dan rewel.

Sebelum sakit pasien makan dan minum seperti biasa, selama ini

pasien minum ASI, nasi tim, buah dan sayur namun selama sakit nafsu

makan pasien berkurang.

Selain itu pasien juga mengalami muntah-muntah. Muntah tiga

kali isi muntahan berupa air dan makanan yang dimakan. Kemudian

diperiksakan ke dokter umum, dan pasien mendapatkan 2 macam obat

(sirup dan puyer).

Pasien buang air kecil 4-5 kali sehari, warna kuning jernih.

Setiap kali buang air kecil banyaknya ¼ - ½ gelas belimbing. Pasien

tidak menangis atau mengeluh sakit saat buang air kecil. Buang air

kecil terakhir kurang lebih satu jam sebelum masuk rumah sakit,

banyaknya kurang lebih ½ gelas belimbing, warna kuning jernih.

Pasien buang air besar rutin 1 kali sehari, konsistensi lunak, warna

kuning kecoklatan, setiap kali buang air besar banyaknya kurang lebih

¼ - ½ gelas belimbing, kotoran tidak disertai lendir ataupun darah.

C. Riwayat Penyakit Dahulu :

1. Riwayat kejang demam sebelumnya : disangkal

2. Riwayat kejang tanpa demam : disangkal

3. Riwayat trauma kepala : disangkal

4. Riwayat batuk lama : disangkal

5. Riwayat asma : disangkal

6. Riwayat alergi : disangkal

7. Riwayat mondok : disangkal

8. Riwayat keluar cairan dari telinga : disangkal

9. Riwayat luka baru-baru ini : disangkal

D. Riwayat Penyakit Keluarga

1. Riwayat sakit serupa : disangkal

3

Page 5: Preskes Kejang Demam Udah Diberantakin

2. Riwayat epilepsi : disangkal

3. Riwayat batuk lama : disangkal

4. Riwayat asma : disangkal

5. Riwayat alergi : disangkal

E. Pemeliharaan Kehamilan dan Prenatal

Pemeriksaan di : Puskesmas

Frekuensi : Trimester I : 1x/ 1 bulan

Trimester II : 1x/ 1 bulan

Trimester III : 2x/ 1 bulan

Keluhan selama kehamilan : pusing-pusing, mual

Obat-obatan yang diminum selama kehamilan : vitamin dan tablet

penambah darah.

F. Riwayat Kelahiran :

Pasien lahir di bidan dengan usia kehamilan 9 bulan lebih 1 minggu,

berat badan lahir 3000 gram, panjang 50 cm, lahir spontan, langsung

menangis.

H. Riwayat Postnatal

Rutin ke puskesmas setiap bulan untuk menimbang badan dan

mendapat imunisasi.

I. Status Imunisasi

4

Jenis I II III IV

1. BCG

2. DPT

3. Polio

4. Campak

5. Hepatiti

s B

2 bulan

2 bulan

0 bulan

9 bulan

Lahir

-

4 bulan

2 bulan

-

1 bulan

-

6 bulan

4 bulan

-

3 bulan

-

-

6 bulan

-

-

Page 6: Preskes Kejang Demam Udah Diberantakin

J. Riwayat Perkembangan

Motorik Kasar

Mengangkat kepala : 3 bulan

Tengkurap kepala tegak : 4 bulan

Duduk sendiri : 6 bulan

Berdiri sendiri : 11 bulan

Berjalan : 13 bulan

Bahasa

Bersuara “aah/ooh” : 2,5 bulan

Berkata (tidak spesifik) : 8,5 bulan

Motorik halus

Memegang benda 3,5 bulan

Personal sosial

Tersenyum : 2 bulan

Mulai makan : 6 bulan

Tepuk tangan : 9 bulan

Kesan : perkembangan anak baik

K. Riwayat Makan Minum Anak

5

Page 7: Preskes Kejang Demam Udah Diberantakin

An. PM, ♂, 1 Tahun 1 bulan, 9,5 kg

1. ASI diberikan sejak lahir, sampai sekarang, ASI diberikan 10-12

kali perhari, lama menyusui sekitar 15 menit, bergantian payudara

kanan dan kiri, sesudah disusui anak tertidur.

2. Buah dan sayur : pisang dan pepaya sejak umur 5 bulan, sayur

bayam sejak usia 8 bulan.

3. Makanan padat dan bubur :

a. Bubur merk SUN : sejak usia 8 bulan.

b. Bubur sumsum : sejak usia 8 bulan

c. Nasi tim : Sejak umur 10 bulan

Kesan: secara kuantitas dan kualitas, makan dan minum pasien

cukup.

L. Riwayat Keluarga Berencana :

Ibu penderita tidak mengikuti KB

M. Pohon Keluarga

Penderita merupakan anak satu-satunya. Riwayat anak lahir meninggal

tidak ada, riwayat keguguran tidak ada.

III. PEMERIKSAAN FISIK

6

Page 8: Preskes Kejang Demam Udah Diberantakin

A. Keadaan Umum

Keadaan umum : rewel

Derajat kesadaran : compos mentis

Status gizi : kesan gizi baik

B. Tanda vital

BB : 9,5 kg

TB : 73 cm

LK : 47 cm

Nadi : 130 x/menit, reguler, isi cukup, simetris

Pernafasan : 34 x/menit, tipe thorakoabdominal

Suhu : 39,1º C (per axiler)

C. Kulit

Warna sawo matang, kelembaban baik, ujud kelainan kulit (-)

D. Kepala

Bentuk mesosefal, rambut hitam sukar dicabut

E. Mata

Konjungtiva pucat (-/-), palpebra odem (-/-), cowong (-/-), sklera

ikterik (-/-), pupil isokor (2mm/2mm), refleks cahaya (+/+), air mata

(+/+)

F. Hidung

Bentuk normal, nafas cuping hidung (-/-), sekret (-/-), darah (-/-)

G. Mulut

Bibir sianosis (-), mukosa basah (+)

H. Telinga

Bentuk normal, tragus pain (-), mastoid pain (-).

I. Tenggorok

Uvula ditengah, tonsil T2-T2, mukosa faring hiperemis (+)

J. Leher

Bentuk normocolli, trakea di tengah, kelenjar getah bening tidak

membesar, tekanan venosa tidak meningkat, kaku kuduk (-)

K. Lymphonodi

7

Page 9: Preskes Kejang Demam Udah Diberantakin

Retroaurikuler : tidak membesar

Submandibuler : tidak membesar

L. Thorax

Bentuk : normochest, retraksi (-), gerakan simetris kanan kiri

Pulmo : Inspeksi : Pengembangan dada kanan = kiri

Palpasi : Fremitus raba kanan = kiri

Perkusi : sulit dievaluasi (rewel)

Auskultasi : SD bronchovesikuler (+/+), suara tambahan

(-/-)

Cor : Inspeksi : iktus kordis tidak tampak

Palpasi : iktus kordis tidak kuat angkat

Perkusi : sulit dievaluasi (rewel)

Auskultasi : bunyi jantung I-II intensitas nomal, regular,

bising (-)

M. Abdomen

Inspeksi : dinding perut sejajar dinding dada

Auskultasi : peristaltik (+) normal

Perkusi : timpani pada seluruh lapang abdomen kecuali daerah hati

dan limpa

Palpasi : supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba, turgor

kulit baik.

N. Urogenital : edema skrotum (-), phymosis(-)

O. Anorektal : dalam batas normal

P. Ekstremitas

Akral dingin - - edema - -

- - - -

Capillary Refill Time < 2 detik

Q. Pemeriksaan Neurologis

Reflek Fisiologis : R. Biseps : (+2/+2)

8

Page 10: Preskes Kejang Demam Udah Diberantakin

R. Triseps : (+2/+2)

R. Patella : (+2/+2)

R. Archilles : (+2/+2)

Reflek Patologis : R. Babinsky : (+/+)

R. Chaddock : (-/-)

R. Oppeinheim : (-/-)

R. Schafner : (-/-)

Meningeal Sign : Kaku kuduk : (-)

Brudzinsky I : (-)

Brudzinsky II : (-)

Kernig sign : (-)

R. Perhitungan Status Gizi

1. Secara klinis

Nafsu makan : menurun

Kepala : rambut jagung (-), susah dicabut (+)

Mata : edema palpebra(-/-), CA(-/-), cekung (-/-)

Mulut : Mukosa basah (+) & pecah-pecah (-)

Ekstremitas : edema - - akral dingin - -

- - - -

Genetalia : phymosis (-)

Status gizi secara klinis : gizi kesan baik

2.Secara Antropometris

BB : 9,5 kg

Umur : 1 tahun 1 bulan

TB : 73 cm

BB : 9,5 x 100% = 97,9 % p15 < BB/U < p50 (WHO, 2000)U 9,7

TB : 7 3 x 100% = 94,8 % p5 < TB/U < p15 (WHO, 2000)U 77

BB : 9,5 x 100% = 103,5 % 0 < Z-score < 1 (WHO, 2000)TB 9

9

Page 11: Preskes Kejang Demam Udah Diberantakin

Status gizi secara antropometri : gizi baik

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Laboratorium darah tanggal 10 April 2011

Hb : 12,6 g/dl

Hct : 37,3 %

AE : 4,33 X 106 /μL

AL : 10,3 X 103 /μL

AT : 205 X 103 /μL

GD : A

GDS : 175 mg/dl

Na : 136 mmol/L

K : 4,2 mmol/L

Cl : 106 mmol/L

V. RESUME

Tiga jam sebelum masuk rumah sakit pasien mengalami kejang,

kejang berlangsung ± 5 menit, kejang pada seluruh tubuh, mata melirik

keatas, tangan dan kaki kaku kemudian kejet-kejet, saat kejang pasien

tidak sadar. Kemudian kejang berhenti sendiri dan setelah kejang pasien

sadar. Dua jam kemudian pasien kejang lagi dengan pola yang sama.

Dua belas jam sebelum masuk rumah sakit, pasien demam, awalnya

panas sumer-sumer, kemudian panas naik. Selain demam, pasien juga

batuk berdahak. Selama sakit nafsu makan pasien berkurang. Selain itu

pasien juga mengalami muntah-muntah. Muntah tiga kali isi muntahan

berupa air dan makanan yang dimakan. Buang air kecil dan buang air

besar dalam batas normal.

Riwayat imunisasi lengkap. Riwayat perkembangan dan

pertumbuhan baik. Riwayat pemeliharaan prenatal baik. Riwayat

kelahiran, lahir spontan dengan usia kehamilan 9 bulan lebih 1 minggu,

pemeliharaan postnatal baik.

10

Page 12: Preskes Kejang Demam Udah Diberantakin

Pada pemeriksaan fisik diperoleh keadaan umum rewel, kompos

mentis, gizi kesan baik. Tanda vital: t = 39,1oC, pemeriksaan neurologi

dalam batas normal. Status gizi secara antropometri: gizi baik.

VI. DAFTAR MASALAH

- Kejang

- Panas

- Batuk

VII. DIAGNOSIS BANDING

- Kejang Demam Kompleks

- Epilepsi

- Meningoencephalitis

- Encephalitis

VIII. DIAGNOSIS KERJA

- Kejang Demam Kompleks

- Tonsilofaringitis akut

- Gizi Baik

IX. PENATALAKSANAAN

- O2 nasal 2 liter/menit

- Diet nasi lauk 1100 kalori/hari

- IVFD D1/4 S 12 tpm makro

- Injeksi Diazepam 5 mg IV (bila kejang)

- Diazepam 3 mg p.o (bila suhu > 38oC)

- Paracetamol 3 x 100 mg p.o. (bila suhu > 38oC)

- Domperidon 2 mg p.o (bila muntah)

- Ambroxol 3 x 5 mg

- Oralit 50 cc (bila muntah)

11

Page 13: Preskes Kejang Demam Udah Diberantakin

X. PLANNING

- Pemeriksaan Darah rutin II

- Urine/feces rutin

- Swab tenggorok

- Konsul mata

- Lumbal Pungsi

XI. MONITORING

- Keadaan umum dan tanda vital tiap 8 jam

- Awasi tanda kejang

X. EDUKASI

Kompres hangat jika panas

XI. PROGNOSIS

Ad vitam : baik

Ad sanam : baik

Ad fungsionam : baik

LEMBAR MONITORING

Tanggal Jam Pemeriksaan Terapi10-04-11 02.00 S : Kejang (+), lama > 5 menit,

kejang seluruh tubuh, mata melirik ke atas, panas (+)O : CM, rewel, gizi baikTV : HR = 120 x/1’ RR = 24 x/1’ S = 39,3oC (peraxiler)

- Injeksi diazepam 5 mg iv

- Loading dose phenobarbital 90 mg, selanjutnya 50 mg/12 jam IV

03.00 S : Kejang (-), panas (+),O : CM, sedang, gizi baikTV : HR = 124 x/1’ RR = 26 x/1’ S = 38,8 oC (peraxiler)

05.00 S : Kejang (-), panas (+),

12

Page 14: Preskes Kejang Demam Udah Diberantakin

O : CM, sedang, gizi baikTV : HR = 120 x/1’ RR = 24 x/1’ S = 37,8oC (peraxiler)

FOLLOW UP PASIEN

Follow up 10 April 2011 11 April 2011 12 April 2011

S Panas (+), kejang (-), batuk (+) Panas (+), kejang (-), pilek (-), batuk

(+)

Panas (+), kejang (-), pilek (+),

batuk (+)

O kompos mentis, rewel, gizi baik kompos mentis, sedang, gizi baik kompos mentis, sedang, gizi baik

Tanda Vital N : 120 x/menit

HR : 120 x/menit

RR : 28 x/menit

S : 38,7oC (per axiler)

N : 120 x/menit

HR : 120 x/menit

RR : 24 x/menit

S : 38oC (per axiler)

N : 130 x/menit

HR : 130 x/menit

RR : 24 x/menit

S : 38oC (per axiler)

Kepala mesocefal, UUB cekung (-/-) mesocefal, UUB cekung (-/-) mesocefal, UUB cekung (-/-),

Telinga bentuk normal, bentuk normal, bentuk normal,

Mata Konjungtiva anemis (-/-), Sklera

ikterik (-/-), edema palpebra (-/-), mata

cekung (-/-), air mata (+/+)

Konjungtiva anemis (-/-), Sklera

ikterik (-/-), edema palpebra (-/-),

mata cekung (-/-), air mata (+/+)

Konjungtiva anemis (-/-), Sklera

ikterik (-/-), edema palpebra (-/-),

mata cekung (-/-), air mata (+/+)

Hidung Napas cuping hidung (-/-), sekret (-/-) Napas cuping hidung (-/-),

sekret (-/-)

Napas cuping hidung (-/-),

sekret (-/-)

Mulut Mukosa basah (+), sianosis (-) Mukosa basah (+), sianosis (-) Mukosa basah (+), sianosis (-)

Tenggorok Faring hiperemis (+) Faring hiperemis (+) Faring hiperemis (-)

Thorax Retraksi (-)

Cor : BJ I-II intensitas normal, reguler,

bising (-)

Pulmo:SD vesikuler (+/+), RBK(-/-)

Retraksi (-)

Cor :BJ I-II intensitas normal,

reguler, bising (-)

Pulmo:SD vesikuler (+/+), RBK (-/-)

Retraksi (-)

Cor :BJ I-II intensitas normal,

reguler, bising (-)

Pulmo:SDvesikuler(+/+),RBK (-/-)

Abdomen Supel, Dinding perut // dinding dada,

nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak

teraba, turgor < 2 detik, peristaltik (+)

normal, shifting dullnes (-)

Supel, Dinding perut // dinding dada,

nyeri tekan (- ), hepar dan lien tidak

teraba, turgor < 2 detik, peristaltik

(+) normal,

Supel, Dinding perut // dinding

dada, nyeri tekan (- ), hepar dan

lien tidak teraba, turgor < 2 detik,

peristaltik (+) normal,

Genital Phymosis (-) Phymosis (-) Phymosis (-)

13

Page 15: Preskes Kejang Demam Udah Diberantakin

Ekstremitas Akral dingin (-)

Edema (-)

CRT < 2 detik

Akral dingin (-)

Edema (-)

CRT < 2 detik

Akral dingin (-)

Edema (-)

CRT < 2 detik

Asessment Kejang Demam Komplek

Tonsilofaringitis akut

Kejang Demam Komplek

Tonsilofaringitis akut

Kejang Demam Komplek

Tonsilofaringitis akut

Terapi - O2 nasal 2 liter/menit

- Diet nasi lauk 1100 kalori/hari

- IVFD D1/4S 10 tpm makro

- Inj sibital 50 mg/12 jam

- Injeksi Diazepam 5 mg IV (bila

kejang)

- Diazepam 3 mg p.o (bila t> 38oC)

- Paracetamol 3 x 100 mg p.o. (bila t>

38oC)

- Ambroxol 3x5 mg p.o

- Domperidon 2 mg p.o (bila muntah)

- Oralit 50 cc (bila muntah)

- O2 nasal 2 liter/menit

- Diet nasi lauk 1100 kalori/hari

- IVFD D1/4S 10 tpm makro

- Inj sibital 25 mg/12 jam

- Inj Ampicilin 250 mg/6 jam (skin

test)

- Ambroxol 3x5 mg p.o

- cetirizine 1x2,5 mg p.o

- Injeksi Diazepam 5 mg IV (bila

kejang)

- Diazepam 3 mg p.o (bila t > 38oC)

- Paracetamol 3 x 100 mg p.o. (bila

t> 38oC)

- Domperidon 2 mg p.o (bila

muntah)

- Oralit 50 cc (bila muntah)

- O2 nasal 2 liter/menit

- Diet nasi lauk 1100 kalori/hari

- IVFD D1/4S 12 tpm makro

- Inj sibital 20 mg/12 jam

- Inj Ampicilin 250 mg/6 jam

- Ambroxol 3x5 mg p.o

- Injeksi Diazepam 5 mg IV (bila

kejang)

- Diazepam 3 mg p.o (bila t >

38oC)

- Paracetamol 3 x 100 mg p.o.

(bila t> 38oC)

- Calc tab 3x100 mg

Plan - Pemeriksaan DL 2 (10 April 2011)

- Konsul mata

- Lumbal pungsi (inform consent)

- Urin/feses Rutin (10 April 2011)

- Swab tenggorok

- Lumbal pungsi

- Swab tenggorok (kultur)

- Urin/feses Rutin, DL2, elektrolit,

GDT

- LP

Monitoring - KU/VS tiap 8 jam

- Awasi tanda kejang

- KU/VS tiap 8 jam

- Awasi tanda kejang

- KU/VS tiap 6 jam

- Awasi tanda kejang

Edukasi kompres hangat jika panas kompres hangat jika panas kompres hangat jika panas

Hasil GDT

Simpulan : Anemia mikrositik

hipokromik suspek e/c proses

defisiensi Fe DD proses kronik

bersamaan dengan proses infeksi

viral

Laboratorium Hb = 12,3Hct = 34AL = 6,1AE = 4,32AT = 213MCV = 79,5MCH =25,4MCHC = 31,9Eos = 0,90Basofil = 0,60Netrofil = 52,3Limfosit = 39,5Monosit = 6,70

Cairan Otak :Makroskopis

Warna = tidak berwarnaKejernihan = jernihBekuan = negatifTes pandy = negatifTes none = negatifProtein total = 19Glukosa = 87Jumlah sel = 20Hitung jenis PMN = 73Hitung jenis MN = 26

14

Page 16: Preskes Kejang Demam Udah Diberantakin

GDS = 114SI = 18TIBC = 240Sat. transferrin = 8Ferritin = 69,7Na/K/Ca = 136/4,5/1,04

Kultur LCS = tidak tumbuh bakteri 2x24 jam

URINALISA

FECES

RUTIN

Follow up 13 April 2011 14 April 2011 15 April 2011

S Panas (-), kejang (-), batuk (+), pilek

(-), sesak (+), muntah (-)

Panas (+), kejang (-), batuk (+), pilek

(-), sesak (-), muntah (-)

Panas (-), kejang (-), batuk (+)

berkurang, pilek (-), sesak (-),

muntah (-)

O kompos mentis, sedang, gizi baik kompos mentis, sedang, gizi baik kompos mentis, sedang, gizi baik

Tanda Vital N : 128 x/menit

HR : 128 x/menit

RR : 32 x/menit

S : 36,5oC (per axiler)

N : 120 x/menit

HR : 120 x/menit

RR : 38 x/menit

S : 37oC (per axiler)

N : 124 x/menit

HR : 124 x/menit

RR : 30 x/menit

S : 36,9oC (per axiler)

Kepala mesocefal, UUB cekung (-/-) mesocefal, UUB cekung (-/-) mesocefal, UUB cekung (-/-),

Telinga bentuk normal, bentuk normal, bentuk normal,

Mata Konjungtiva anemis (-/-), Sklera

ikterik (-/-), edema palpebra (-/-), mata

cekung (-/-), air mata (+/+)

Konjungtiva anemis (-/-), Sklera

ikterik (-/-), edema palpebra (-/-),

mata cekung (-/-), air mata (+/+)

Konjungtiva anemis (-/-), Sklera

ikterik (-/-), edema palpebra (-/-),

mata cekung (-/-), air mata (+/+)

Hidung Napas cuping hidung (-/-),

sekret (-/-)

Napas cuping hidung (-/-),

sekret (-/-)

Napas cuping hidung (-/-),

sekret (-/-)

Mulut Mukosa basah (+), sianosis (-) Mukosa basah (+), sianosis (-) Mukosa basah (+), sianosis (-)

Tenggorok Faring hiperemis (+) Faring hiperemis (+) Faring hiperemis (-)

Thorax Retraksi (+) epigastrium

Cor : BJ I-II intensitas normal, reguler,

bising (-)

Pulmo: SD vesikuler (+/+), RBK (-/-)

Retraksi (-)

Cor :BJ I-II intensitas normal,

reguler, bising (-)

Pulmo:SD vesikuler (+/+),RBK (-/-),

Retraksi (-)

Cor :BJ I-II intensitas normal,

reguler, bising (-)

Pulmo:SDvesikuler(+/+),RBK (-/-)

Abdomen Supel, Dinding perut // dinding dada,

nyeri tekan (+), hepar dan lien tidak

teraba, turgor < 2 detik, peristaltik (+)

normal, shifting dullnes (-)

Supel, Dinding perut // dinding dada,

nyeri tekan (- ), hepar dan lien tidak

teraba, turgor < 2 detik, peristaltik

(+) normal,

Supel, Dinding perut // dinding

dada, nyeri tekan (- ), hepar dan

lien tidak teraba, turgor < 2 detik,

peristaltik (+) normal,

Genital Phymosis (-) Phymosis (-) Phymosis (-)

Ekstremitas Akral dingin (-)

Edema (-)

CRT < 2 detik

Akral dingin (-)

Edema (-)

CRT < 2 detik

Akral dingin (-)

Edema (-)

CRT < 2 detik

Asessment R. Kejang Demam Komplek

Tonsilofaringitis akut

Tonsilofaringitis akut

R. Kejang Demam Komplek

Tonsilofaringitis akut

R. Kejang Demam Komplek

Terapi - O2 nasal 2 liter/menit - O2 nasal 2 liter/menit - O2 nasal 2 liter/menit

15

Page 17: Preskes Kejang Demam Udah Diberantakin

- Diet nasi lauk 1100 kalori/hari

- phenobarbital 2x15 mg p.o

- Inj Ampicilin 250 mg/6 jam

- Ambroxol 3x5 mg p.o

- Injeksi Diazepam 5 mg IV (bila

kejang)

- Diazepam 3 mg p.o (bila t > 38oC)

- Paracetamol 3 x 100 mg p.o. (bila t>

38oC)

- Calc tab 3x100 mg

- Diet nasi lauk 1100 kalori/hari

- phenobarbital 2x10 mg p.o

- Inj Ampicilin 250 mg/6 jam

- Ambroxol 3x5 mg p.o

- Injeksi Diazepam 5 mg IV (bila

kejang)

- Diazepam 3 mg p.o (bila t > 38oC)

- Paracetamol 3 x 100 mg p.o. (bila

t> 38oC)

- Calc tab 3x100 mg

- Diet nasi lauk 1100 kalori/hari

- phenobarbital 2x10 mg p.o

- Ambroxol 3x5 mg p.o

- Calc tab 3x100 mg

Plan - Rontgen thorax AP/Lat

Monitoring - KU/VS tiap 8 jam

- Awasi tanda kejang

- KU/VS tiap 8 jam

- Awasi tanda kejang

- KU/VS tiap 8 jam

- Awasi tanda kejang

Edukasi kompres hangat jika panas kompres hangat jika panas kompres hangat jika panas

Hasil

Laboratorium

URINALISA Makroskopis

Warna = yellow

Kejernihan = clear

Kimia urin

BJ = 1,005

pH = 7,0

Leukosit = (-)

Nitrit = (-)

Protein = (-)

Glukosa = normal

Keton = (-)

Urobilinogen = normal

Bilirubin = (-)

Eritrosit = (-)

Mikroskopis

Eritrosit = 2,6/uL

Leukosit = 1,5/uL

Epitel squamous = (-)

Epitel transisional = (-)

Epitel bulat = (-)

Silinder = 0

Yeast like cell = 0

Mucus = 0

Sperma = 0

16

Page 18: Preskes Kejang Demam Udah Diberantakin

Konduktivitas = 9,4

Bakteri (+)

FECES

RUTIN

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI

Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan

suhu tubuh (suhu rektal di atas 38oC) yang disebabkan oleh suatu proses

ekstrakranium.5Kejang demam adalah kejang yang berhubungan dengan

demam (suhu diatas 39oC per rektal) tanpa adanya infeksi susunan saraf

pusat atau gangguan elektrolit akut, terjadi pada anak berusia 1 bulan dan

tidak ada riwayat kejang tanpa demam sebelumnya.6

Menurut Consensus Statement on Febrile Seizures (1980), kejang

demam adalah suatu kejadian pada bayi dan anak, biasanya terjadi antara

umur 3 bulan dan 5 tahun, berhubungan dengan demam tetapi tidak pernah

terbukti adanya infeksi intrakranial atau penyebab tertentu.3 Anak yang

pernah kejang tanpa demam, kemudian kejang demam kembali tidak

termasuk dalam kejang demam.1,3 Kejang disertai demam pada bayi

berumur kurang dari 4 minggu(1 bulan) tidak termasuk kejang demam.1,3

Kejang demam harus dibedakan dengan epilepsi, yaitu ditandai dengan

kejang berulang tanpa demam.2

17

Page 19: Preskes Kejang Demam Udah Diberantakin

Definisi ini menyingkirkan kejang yang disebabkan penyakit saraf

seperti meningitis, ensefalitis atau ensefalopati. Kejang pada keadaan ini

mempunyai prognosis yang berbeda dengan kejang demam karena

keadaan yang mendasarinya mengenai susunan saraf pusat.3 Bila anak

berumur kurang dari 6 bulan atau lebih dari 5 tahun menaglami kejang

didahului demam, pikirkan kemungkinan lain misalnya infeksi SSP atau

epilepsi yang kebetulan terjadi bersama demam. 2

Anak akan terlihat aneh untuk beberapa saat, kemudian kaku,

kelojotan dan memutar matanya. Anak tidak responsif untuk beberapa

waktu, napas akan terganggu, dan kulit akan tampak lebih gelap dari

biasanya. Setelah kejang, anak akan segera normal kembali. Kejang

biasanya berakhir kurang dari 1 menit, tetapi walaupun jarang dapat terjadi

selama lebih dari 15 menit.1,3

B. EPIDEMOLOGI

Kejadian kejang demam diperkirakan 2-4% di Amerika Serikat,

Amerika Selatan dan Eropa Barat. Di Asia dilaporkan lebih tinggi. Kira-

kira 20% kasus merupakan kejang demam kompleks. Umumnya kejang

demam timbul pada tahun kedua kehidupan (17-23 bulan). Kejang demam

sedikit lebih sering pada laki-laki.3 Kejang demam terjadi pada 2-4% anak

berumur 6 bulan samapi 5 tahun.1Menurut IDAI, kejadian kejang demam

pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun hampir 2 - 5%.2,10

C. KLASIFIKASI

Kejang demam diklasifikasikan menjadi dua :

1. Kejang Demam Sederhana (Simple Febrile Seizure)

Kejang demam yang berlangsung singkat, kurang dari 15 menit dan

umumnya akan berhenti sendiri. Kejang berbentuk umum tonik dan

atau klonik, tanpa gerakan fokal. Kejang tidak berulang dalam 24 jam.

Kejang demam sederhana merupakan 80 % diantara seluruh kejang

demam.

18

Page 20: Preskes Kejang Demam Udah Diberantakin

2. Kejang Demam Kompleks (Complex Febrile Seizure)

Kejang demam dengan salah satu ciri berikut ini :

a. Kejang lama > 15 menit

b. Kejang fokal atau parsial satu sisi atau kejang umum didahului

kejang parsial

c. Berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam.5

D. FAKTOR RESIKO

Faktor resiko kejang demam pertama yang penting adalah demam.

Selain itu terdapat faktor riwayat kejang demam pada orang tua atau

saudara kandung, perkembangan terlambat, problem masa neonatus, anak

dalam perawatan khusus, dan kadar natrium rendah. Setelah kejang

demam pertama, kira-kira 33% anak akan mengalami satu kali rekurensi

atau lebih dan kira-kira 9% anak mengalami 3 kali rekurensi atau lebih,

resiko rekurensi meningkat dengan usia dini, usia dibawah 18 bulan,

cepatnya anak mendapat kejang setelah demam timbul, temperatur yang

rendah saat kejang, riwayat keluarga kejang demam dan riwayat keluarga

epilepsi. 5,6

Faktor risiko terjadinya epilepsi dikemudian hari ialah adanya

gangguan neurodevelopmental, kejang demam kompleks, riwayat epilepsi

dalam keluarga, lamanya demam saat awitan kejang dan lebih dari satu

kali kejang demam kompleks. 5,6

E. PATOFISIOLOGI

Untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel atau organ otak

diperlukan suatu energi yang didapat dari metabolisme. Bahan baku untuk

metabolisme otak yang terpenting adalah glukosa. Sifat proses itu adalah

oksidasi dimana oksigen disediakan dengan perantaraan fungsi paru-paru

dan diteruskan ke otak melalui sistem kardiovaskuler. Jadi sumber energi

otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi CO2

19

Page 21: Preskes Kejang Demam Udah Diberantakin

dan air. Sel dikelilingi oleh suatu membran yang terdiri dari permukaan

dalam adalah lipoid dan permukaan luar adalah ionik. Dalam keadaan

normal membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion kalium

(K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion Natrium (Na+) dan elektrolit lainnya,

kecuali ion Klorida (Cl-). Akibatnya konsentrasi K+ dalam sel neuron

tinggi dan konsentrasi Na+ rendah, sedangkan diluar sel neuron terdapat

keadaan sebaliknya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam

dan diluar sel, maka terdapat perbedaan potensial yang disebut potensial

membran sel dari sel neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial

membran ini diperlukan energi dan bantuan enzim Na-KATPase yang

terdapat pada permukaan sel. Keseimbangan potensial membran ini dapat

dirubah oleh adanya :

1. Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraseluler.

2. Rangsangan yang datangnya mendadak misalnya mekanis,

kimiawi atau aliran listrik dari sekitarnya.

3. Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit

atau keturunan.9

Pada keadaan demam kenaikan suhu 1oC akan mengakibatkan

kenaikan metabolisme basal 10%-15% dan kebutuhan oksigen akan

meningkat 20%. Pada seorang anak berumur 3 tahun sirkulasi otak

mencapai 65% dari seluruh tubuh, dibandingkan dengan orang dewasa

yang hanya 15%. Jadi pada kenaikan suhu tubuh tertentu dapat terjadi

perubahan keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu

singkat terjadi difusi dari ion Kalium maupun ion Natrium melalui

membran tadi, dengan akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan

listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun

ke membran sel tetangganya dengan bantuan bahan yang disebut

neurotransmiter dan terjadilah kejang. Tiap anak mempunyai ambang

kejang yang berbeda dan tergantung dari tinggi rendahnya ambang kejang

seseorang anak menderita kejang pada kenaikan suhu tertentu. Pada anak

20

Page 22: Preskes Kejang Demam Udah Diberantakin

dengan ambang kejang yang rendah, kejang telah terjadi pada suhu 38oC

sedangkan pada anak dengan ambang kejang yang tinggi, kejang baru

terjadi pada suhu 40oC atau lebih. Dari kenyataan ini dapatlah disimpulkan

bahwa terulangnya kejang demam lebih sering terjadi pada ambang kejang

yang rendah sehingga dalam penanggulangannya perlu diperhatikan pada

tingkat suhu berapa penderita kejang. Kejang demam yang berlangsung

singkat biasanya tidak berbahaya dan tidak menimbulkan gejala sisa.

Tetapi pada kejang yang berlangsung lama (lebih dari 15 menit) biasanya

disertai gejala apnea, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk

kontraksi otot skelet yang akhirnya terjdi hipoksemia, hiperkapnea,

asidosis laktat disebsbkan oleh metabolisme anaerobik, hipotensi arterial

disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh makin meningkat

disebkan oleh meningkatnya aktivitas otot dan selanjutnya menyebabkan

metabolisme otak meningkat. Rangkaian kejadian diatas adalah faktor

penyebab hingga terjadinya kerusakan neuron otak selama berlangsungnya

kejang lama. Faktor terpenting adalah gangguan peredaran darah yang

mengakibatkan hipoksia sehingga meninggikan permeabilitas kapiler dan

timbul edema otak yang mengakibatkan kerusakan sel neuron otak.

Kerusakan pada daerah mesial lobus temporalis setelah mendapat serangan

kejang yang berlangsung lama dapat menjadi “matang” dikemudian hari,

sehingga terjadi serangan epilepsi yang spontan. Jadi kejang demam yang

berlangsung lama dapat menyebabkan kelainan anatomis di otak sehingga

terjadi epilepsi.9

F. MANIFESTASI KLINIS

Terjadinya bangkitan kejang pada bayi dan anak kebanyakan

bersamaan dengan kenaikan suhu badan yang tinggi dan cepat yang

disebabkan oleh infeksi diluar susunan saraf pusat, misalnya tonsilitis,

otitis media akut, bronkitis, furunkulosis dan lain-lain. Serangan kejang

biasanya terjadi dalam 24 jam pertama sewaktu demam, berlangsung

singkat dengan sifat bangkitan dapat berbentuk tonik – klonik, tonik,

21

Page 23: Preskes Kejang Demam Udah Diberantakin

klonik, fokal atau akinetik. Postur tonik (kontraksi dan kekakuan otot

menyeluruh yang biasanya berlangsung selama 10-20 detik), gerakan

klonik (kontraksi dan relaksasi otot yang kuat dan berirama, biasanya

berlangsung selama 1-2 menit), lidah atau pipinya tergigit, gigi atau

rahangnya terkatup rapat, inkontinensia (mengeluarkan air kemih atau tinja

diluar kesadarannya), gangguan pernafasan, apneu (henti nafas), dan

kulitnya kebiruan.1,9,10

Kejang umumnya berhenti sendiri. Begitu kejang berhenti, anak

tidak memberi reaksi apapun untuk sejenak, tetapi beberapa detik/menit

kemudian anak akan terbangun dan sadar kembali tanpa kelainan saraf.

Kejang demam yang berlangsung singkat umumnya tidak berbahaya dan

tidak menimbulkan gejala sisa. Tetapi kejang yang berlangsung lama (> 15

menit) sangat berbahaya dan dapat menimbulkan kerusakan permanen dari

otak.4

G.

DIAGNOSIS

Anamnesis

1. Adanya kejang, jenis kejang (klonik, tonik, umum atau fokal), tingkat

kesadaran saat dan sesudah kejang, lama kejang, suhu

sebelum/saat/sesudah kejang, frekuensi, interval, pasca kejang,

penyebab demam diluar susunan saraf pusat.

22

Page 24: Preskes Kejang Demam Udah Diberantakin

2. Riwayat timbulnya kejang, riwayat perkembangan anak, kejang

demam dalam keluarga, epilepsi dalam keluarga.

3. Singkirkan penyebab kejang lainnya.

Pemeriksaan fisik : kesadaran, tanda vital (suhu tubuh dan nadi), tanda

rangsal meningeal, tanda peningkatan tekanan intrakranial, tanda infeksi di

luar SSP.6

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan laboratorium tidak dikerjakan secara rutin pada kejang

demam, tetapi dapat dikerjakan untuk mengevaluasi sumber infeksi

penyebab demam, atau keadaan lain misalnya gastroenteritis dehidrasi

disertai demam. Pemeriksaan laboratorium yang dapat dikerjakan

misalnya darah perifer, elektrolit dan gula darah.5 Sebagian sumber

menganjurkan pemeriksaan kadar gula darah untuk meneliti

kemungkinan hipoglikemia. Namun sumber lain hanya menganjurkan

pemeriksaan ini pada anak yang mengalami kejang cukup lama atau

keadaan pasca kejang (mengantuk, lemas) yang berkelanjutan. 5

2. Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menegakkan atau

menyingkirkan kemungkinan meningitis. Resiko terjadinya meningitis

bakterialis adalah 0,6%-6,7%. Pada bayi kecil seringkali sulit untuk

menegakkan atau menyingkirkan diagnosis meningitis karena

manifestasi klinisnya tidak jelas. Oleh karena itu pungsi lumbal

dianjurkan pada ; bayi kurng dari 12 bulan sangat dianjurkan

dilakukan, bayi antara 12-18 bulan dianjurkan, bayi > 19 bulan tidak

rutin. Bila yakin bukan meningitis secara klinis tidak perlu dilakukan

pungsi lumbal. 5

3. Elektroensefalografi

Pemeriksaan elektroensefalografi (EEG) adalah pemeriksaan

gelombang otak untuk meneliti ketidaknormalan gelombang.

23

Page 25: Preskes Kejang Demam Udah Diberantakin

Pemeriksaan ini tidak dianjurkan untuk dilakukan pada kejang demam

yang baru terjadi sekali tanpa adanya defisit (kelainan) neurologis.

Tidak ada penelitian yang menunjukkan bahwa EEG yang dilakukan

saat kejang demam atau segera setelahnya atau sebulan setelahnya

dapat memprediksi akan timbulnya kejang tanpa demam di masa yang

akan datang. Walaupun dapat diperoleh gambaran gelombang yang

abnormal setelah kejang demam, gambaran tersebut tidak bersifat

prediktif terhadap risiko berulangnya kejang demam atau risiko

epilepsi. Oleh karenanya tidak direkomendasikan. Pemeriksaan EEG

masih dapat dilakukan pada keadaan kejang demam tidak khas

misalnya kejang demam kompleks pada anak usia lebih dari 6 tahun

atau kejang demam fokal.5

4. Pencitraan

Foto X- ray kepala dan pencitraan seperti computed tomography scan

(CT-scan) atau magnetic resonance imaging (MRI) tidak dianjurkan

pada kejang demam yang baru terjadi untuk pertama kalinya, jarang

sekali dikerjakan, tidak rutin dan hanya atas indikasi seperti ; kelainan

neurologik fokal yang menetap (hemiparesis), paresis nervus VI,

papiledema.5

I. DIAGNOSIS BANDING

Penyebab lain kejang yang disertai demam harus disingkirkan,

khususnya meningitis atau ensefalitis. Pungsi Lumbal terindikasi bila ada

kecurigaan klinis meningitis. Adanya sumber infeksi seperti ototis media

tidak menyingkirkan meningitis dan jika pasien telah mendapatkan

antibiotika maka perlu pertimbangan pungsi lumbal. 2

J. PENATALAKSANAAN

1. Penatalaksanaan saat kejang

Biasanya kejang demam berlangsung singkat dan pada waktu

pasien datang kejang sudah berhenti. Apabila datang dalam keadaan

24

Page 26: Preskes Kejang Demam Udah Diberantakin

kejang obat yang paling cepat untuk menghentikan kejang adalah

diazepam intravena adalah 0,3 -0,5 mg/kg perlahan –lahan dengan

kecepatan 1-2 mg/menit atau dalam waktu 3-5 menit, dengan dosis

maksimal 20 mg. Obat yang praktis dan dapat diberikan oleh orang tua

atau dirumah adalah diazepam rektal. Diazepam rektal adalah 0,5-0,75

mg/kg atau diazepam rektal 5 mg untuk anak dengan berat badan

kurang dari 10 kg dan 10 mg untuk berat badan lebih dari 10 kg. Atau

Diazepam rektal dengan dosis 5 mg untuk anak dibawah usia 3 tahun

atau dosis 7,5 mg untuk anak diatas usia 3 tahun.5

Bila setelah pemberian Diazepam rektal kejang belum berhenti,

dapat diulang lagi dengan cara dan dosis yang sama dengan interval

waktu 5 menit. Bila setelah 2 kali pemberian Diazepam rektal masih

tetap kejang, dianjurkan ke rumah sakit. Di rumah sakit dapat

diberikan Diazepam intravena dengan dosis 0,3-0,5 mg/kg. Bila kejang

tetap belum berhenti diberikan fenitoin secara intravena dengan dosis

awal 10-20 mg/kg/kali dengan kecepatan 1 mg/kg/menit atau kurang

dari 50 mg/menit. Bila kejang berhenti dosis selanjutnya adalah 4-8

mg/kg/hari, dimulai 12 jam setelah dosis awal. Bila dengan fenitoin

kejang belum berhenti maka pasien harus dirawat di ruang rawat

intensif. Bila kejang berhenti, pemberian obat selanjutnya tergantung

dari jenis kejang demam apakah kejang demam sederhana atau

kompleks dan faktor resikonya.5

25

Page 27: Preskes Kejang Demam Udah Diberantakin

2. Pemberian obat pada saat demam

26

Page 28: Preskes Kejang Demam Udah Diberantakin

a. Antipiretik

Tidak ditemukan bukti bahwa penggunaan antipiretik

mengurangi resiko terjadinya kejang demam, namun para ahli di

Indonesia sepakat bahwa antipiretik tetap dapat diberikan. Dosis

Paracetamol yang digunakan adalah 10-15 mg/kg/kali diberikan 4

kali sehari dan tidak lebih dari 5 kali. Dosis Ibuprofen 5-10

mg/kg/kali, 3-4 kali sehari. Meskipun jarang, asam asetilsalisilat

dapat menyebabkan sindrom Reye terutama pada anak kurang dari

18 bulan, sehingga penggunaan asam asetilsalisilat tidak

dianjurkan.2,3,5

b. Antikonvulsan

Pemakaian diazepam oral dosis 0,3 mg/kg setiap 8 jam pada

saat demam menurunkan resiko berulangnya kejang pada 30% -

60% kasus, begitu pula dengan diazepam rektal dosis 0,5 mg/kg

setiap 8 jam pada suhu > 38,5oC. Dosis tersebut cukup tinggi dan

menyebabkan ataksia, iritabel dan sedasi yang cukup berat pada

25-39% kasus. Fenobarbital, karbamazepin dan fenitoin pada saat

demam tidak berguna untuk mencegah kejang demam.

3. Pemberian Obat Rumat

Pengobatan rumat diberikan bila kejang demam menunjukkan

salah satu ciri berikut:

a. kejang lama > 15 menit

b. Adanya kelainan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah

kejang, misalnya hemiparesis, paresis Todd, cerebral palsy,

retardasi mental, hidrocephalus.

c. Kejang fokal atau parsial kompleks

27

Page 29: Preskes Kejang Demam Udah Diberantakin

d. Pengobatan rumat dipertimbangkan bila ; kejang berulang dua kali

atau lebih dalam 24 jam, kejang demam terjadi pada bayi kurang

dari 12 bulan, kejang demam ≥ 4 kali per tahun.5

Pemberian obat fenobarbital atau asam valproat setiap hari

efektif dalam menurunkan risiko berulangnya kejang. Berdasarkan

bukti ilmiah bahwa kejang demam tidak berbahaya dan penggunaan

obat dapat menyebabkan efek samping, maka pengobatan rumat hanya

diberikan terhadap kasus selektif dan dalam jangka pendek. Pemakaian

fenobarbital setiap hari dapat menimbulkan gangguan perilaku dan

kesulitan belajar pada 40-50% kasus. Obat pilihan saat ini adalah asam

valproat. Pada sebagian kecil kasus, terutama yang berumur kurang

dari 2 tahun asam valproat dapat menyebabkan gangguan fungsi hati.

Dosis asam valproat 15-40 mg/kg/hari dalam 2-3 dosis, dan

fenobarbital 3-4 mg/kg per hari dalam 1-2 dosis. Pengobatan rumat

diberikan selama 1 tahun bebas kejang, kemudian dihentikan secara

bertahap selama 1-2 bulan.5

4. Edukasi Pada Orang Tua

Kejang selalu merupakan peristiwa yang menakutkan bagi orang

tua. Pada saat kejang sebagian besar orang tua beranggapan bahwa

anaknya telah meninggal. Kecemasan ini harus dikurangi dengan cara

yang diantaranya :

1. Meyakinkan bahwa kejang demam umumnya mempunyai

prognosis baik

2. Memberitahukan cara penanganan kejang di rumah

3. Memberikan informasi mengenai kemungkinan kejang kembali

4. Pemberian obat untuk mencegah rekurensi memang efektif tetapi

harus diingat adanya efek samping obat.4,5

Beberapa hal yang harus dikerjakan bila kembali kejang :

28

Page 30: Preskes Kejang Demam Udah Diberantakin

1. Tetap tenang dan tidak panik.

2. Kendorkan pakaian yang ketat terutama disekitar leher.

3. Bila tidak sadar, posisikan anak terlentang dengan kepala miring.

Bersihakan muntahan atau lendir di mulut atau hidung. Walaupun

kemungkinan lidah tergigit, jangan memasukkan sesuatu ke dalam

mulut.

4. Ukur suhu, observasi dan catat lama dan bentuk kejang.

5. Tetap bersama pasien selama kejang.

6. Berikan diazepam rektal, dan jangan diberikan bila kejang telah

berhenti.

7. Bawa ke dokter atau rumah sakit bila kejang berlangsung 5 menit

atau lebih .5

5. Vaksinasi

Sejauh ini tidak ada kontraindikasi untuk melakukan vaksinasi

terhadap anak yang mengalami kejang demam. Kejang setelah demam

karena vaksinasi jarang. Kejang demam pasca imunisasi tidak

memiliki kecenderungan berulang yang lebih besar daripada kejang

demam pada umumnya. Dan kejang demam pasca imunisasi

kemungkinan besar tidak akan berulang pada imunisasi

berikutnya.Angka kejadian pasca vaksinasi DPT adalah 6-9 kasus per

100.000 anak yang divaksinasi, Risiko ini tinggi pada hari imunisasi,

dan menurun setelahnya.5,7 Sedangkan setelah vaksinasi MMR 25-34

per 100.000, resiko meningkat pada hari 8-14 setelah

imunisasi.7Dianjurkan untuk memberikan diazepam oral atau rektal

bila anak demam, terutama setelah vaksinasi DPT atau MMR.

Beberapa dokter anak merekomendasikan parasetamol pada saat

vaksinasi hingga 3 hari kemudian.5

K. PROGNOSIS

29

Page 31: Preskes Kejang Demam Udah Diberantakin

Kejadian kecacatan sebagai komplikasi kejang demam tidak pernah

dilaporkan.8 Perkembangan mental dan neurologis umumnya tetap normal

pada pasien yang sebelumnya normal. Penelitian lain secara retrospektif

melaporkan kelainan neurologis pada sebagian kecil kasus, dan kelainan

ini biasanya terjadi pada kasus dengan kejang lama atau kejang berulang

baik umum atau fokal. Kematian karena kejang demam tidak pernah

dilaporkan.5,9

Kejang demam pada umumnya dianggap tidak berbahaya dan sering

tidak menimbulkan gejala sisa; akan tetapi bila kejang berlangsung lama

sehingga menimbulkan hipoksia pada jaringan SSP, dapat menyebabkan

adanya gejala sisa di kemudian hari.

Prediktor berulangnya kejang:

1. Usia <12 bulan

2. Riwayat keluarga kejang demam

3. Suhu saat kejang tidak terlalu tinggi dan durasi yang singkat

30

Page 32: Preskes Kejang Demam Udah Diberantakin

BAGAN PENGHENTIAN KEJANG DEMAM

Keterangan :

1. Bila kejang berhenti terapi profilaksis intermitten atau rumatan

diberikan berdasarkan kejang demam sederhana atau kompleks dan faktor

resikonya.

31

KEJANGDiazepam rektal

( 5 menit )

Di Rumah Sakit

KEJANGDiazepam IV, Kecepatan 0,5-1 mg/menit (3-5 menit)(depresi pernapasan dapat terjadi)

KEJANGFenitoin bolus IV 10-20 mg/kgBBKecepatan 0,5 -1 mg/kgBB/menit

KEJANGTransfer ke Ruang Rawat Intensif

KEJANG

1. Diazepam rektal 0,5 mg/kgBB atau BB < 10 kg = 5 mg, BB > 10 kg = 10 mg2. Diazepam IV 0,3-0,5 mg/kgBB

Page 33: Preskes Kejang Demam Udah Diberantakin

2. Pemberian fenitoin bolus sebaiknya secara drip intravena dicampur

dengan cairan NaCl fisiologis, untuk mengurangi sfek samping aritmia dan

hipotensi.6

32

Page 34: Preskes Kejang Demam Udah Diberantakin

ANALISIS KASUS

Kami setuju dengan diagnosis Kejang Demam Kompleks pada kasus ini

berdasarkan :

a. Anamnesis

- Kejang 2x dalam sehari, setiap kejang > 5 menit, diantara dua kejang

penderita masih sadar, saat kejang gerakan bola mata mendelik ke atas,

posisi tangan agak menekuk, kaki lurus serta kaku, jari-jari tangan dan

kaki merapat.

- Panas yang naik turun dan cenderung sering tinggi

- Adanya batuk, pilek, dan muntah.

b. Pemeriksaan fisik

Pasien masih sadar diantara dua periode kejang, S = 39,4oC per axiler pada

waktu pemeriksaan, faring hiperemis (+),

c. Pemeriksaan Penunjang

Hasil pemeriksaan Lumbal pungsi dalam batas normal, hal ini

menyingkirkan diagnosis banding dari meningitis bakterial. Sehingga

penyebab dari kejang demamnya dapat disebabkan oleh infeksi karena

tonsilofaringitis akut.

Kami setuju dengan penatalaksanaan pada pasien ini yaitu diberi injeksi

diazepam 5 mg iv pada saat kejang dan parasetamol 100 mg bila pasien panas.

Serta penatalaksanan diet 1100 kalori serta diet makanan yang banyak

mengandung zat besi.

33

Page 35: Preskes Kejang Demam Udah Diberantakin

DAFTAR PUSTAKA

1. Anonim. 2007. Tubuh Anak Kaku dan Muntah.

http//tribun-Batam.com/index-php. Module=detail

2. Arif Mansjoer., d.k.k,. 2000. Kejang Demam di Kapita Selekta Kedokteran.

Media Aesculapius FKUI. Jakarta.

3. Behrem RE, Kliegman RM,. 1992. Nelson Texbook of Pediatrics. WB

sauders. Philadelpia.

4. Firman Pribadi. 2004. Demam Bukanlah Musuh yang Harus Diperangi.

http//pribadi. Or.id/diary/2004/11/03

5. Hardiono D. Pusponegoro, Dwi Putro Widodo dan Sofwan Ismail. 2006.

Konsensus Penatalaksanaan Kejang Demam. Badan Penerbit IDAI. Jakarta

6. Hardiono D. Pusponegoro, d. k. k,. 2005. Kejang Demam di Standar

Pelayanan Medis kesehatan Anak. Badan penerbit IDAI. Jakarta

7. IMCV. 2007. Kejang Demam (Febris

Konvulsi).http//dekock.wordpress.com.

8. Nanny Selamiharja. 2007. Tetaplah Tenang jika Anak Kejang Demam.

http//Indomedia.com/Intisari/2001/mei/terapi/htm.

9. Staf Pengajar IKA FKUI. 1985. Kejang Demam di Ilmu Kesehatan Anak 2.

FKUI. Jakarta.

10. Yuliana Dewi. 2007. Kejang Demam. http//www.mail.archive.com/milis-

nikita@ news. gramedia-majalah.com

34