preskes kejang demam udah diberantakin
TRANSCRIPT
Presentasi Kasus
KEJANG DEMAM KOMPLEKS
Oleh :
Novi Imam Persada G0005143
Triandana budi Wisesa G0005197
Pembimbing :
dr. Sunyataningkamto, Sp.A (K)
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RSUD DR. MOEWARDI
SURAKARTA
2011
PENDAHULUAN
Kejang demam atau biasa disebut step merupakan gangguan kejang yang
paling lazim terjadi pada anak dengan prognosis yang sangat baik secara seragam.
Namun kejang demam dapat menandakan penyakit infeksi akut serius yang
mendasari seperti sepsis dan meningitis bakteria sehingga setiap anak harus
diperiksa secara cermat dan secara tepat diamati mengenai penyebab demam yang
menyertai. Kejang demam jarang terjadi dibanding epilepsi dan kejang demam ini
secara spontan sembuh tanpa terapi tertentu.
Kejang demam adalah kejang yang berhubungan dengan demam tanpa
adanya infeksi susunan saraf pusat atau gangguan elektrolit akut, terjadi pada anak
berusia diatas 1 bulan, dan tidak ada riwayat kejang tanpa demam sebelumnya.
Kejang demam disebut kompleks apabila kejang bersifat fokal, lamanya lebih dari
10-15 menit atau berulang dalam 24 jam.
Kepentingan kasus kejang demam kompleks dibuat sebagai kasus karena
ada banyak alasan, diantaranya adalah :
1. Untuk mengetahui definisi kejang demam kompleks
2. Untuk mempelajari etiologi kejang demam kompleks
3. Untuk mempelajari patofisiologi dan manifestasi klinis kejang demam
kompleks
4. Untuk mempelajari cara mendiagnosis kejang demam kompleks
5. Untuk mempelajari penatalaksanaan dari kejang demam kompleks
6. Untuk mengetahui prognosis kejang demam kompleks
Karena pentingnya hal tersebut kita sebagai dokter harus bisa menegakkan
diagnosis dari kejang demam kompleks.
1
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. PM
Umur : 1 tahun 1 bulan
Jenis Kelamin : Laki - laki
Nama Ayah : Tn. N
Pekerjaan Ayah : Wiraswasta
Nama Ibu : Ny. S
Pekerjaan Ibu : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Alamat : Gumunggung 4/1 Gilingan Banjarsari Surakarta
Tanggal masuk : 9 April 2011 pukul 23.30 WIB
Tanggal Pemeriksaan : 10 April 2011 pukul 10.00 WIB
No. CM : 01060760
II. ANAMNESIS
Alloanamnesis diperoleh dari ibu penderita tanggal 10 April 2011.
A. Keluhan Utama : Kejang
B. Riwayat Penyakit Sekarang :
Tiga jam sebelum masuk rumah sakit pasien kejang, lama kejang
± 5 menit, kejang pada seluruh tubuh, mata melirik keatas, tangan dan
kaki kaku kemudian kejet-kejet, saat kejang pasien tidak sadar.
Kemudian kejang berhenti sendiri dan setelah kejang pasien sadar. Dua
jam kemudian pasien kejang lagi dengan pola yang sama seperti
kejang sebelumnya.
Dua belas jam sebelum masuk rumah sakit, pasien demam,
awalnya panas sumer-sumer, kemudian panas naik tinggi, oleh ibunya
tidak diberi obat penurun panas, tetapi hanya dikompres saja dan
2
demam tidak turun. Selain demam, pasien juga batuk berdahak sejak
dua hari yang lalu. Pasien tidak pilek, pasien nampak lemas dan rewel.
Sebelum sakit pasien makan dan minum seperti biasa, selama ini
pasien minum ASI, nasi tim, buah dan sayur namun selama sakit nafsu
makan pasien berkurang.
Selain itu pasien juga mengalami muntah-muntah. Muntah tiga
kali isi muntahan berupa air dan makanan yang dimakan. Kemudian
diperiksakan ke dokter umum, dan pasien mendapatkan 2 macam obat
(sirup dan puyer).
Pasien buang air kecil 4-5 kali sehari, warna kuning jernih.
Setiap kali buang air kecil banyaknya ¼ - ½ gelas belimbing. Pasien
tidak menangis atau mengeluh sakit saat buang air kecil. Buang air
kecil terakhir kurang lebih satu jam sebelum masuk rumah sakit,
banyaknya kurang lebih ½ gelas belimbing, warna kuning jernih.
Pasien buang air besar rutin 1 kali sehari, konsistensi lunak, warna
kuning kecoklatan, setiap kali buang air besar banyaknya kurang lebih
¼ - ½ gelas belimbing, kotoran tidak disertai lendir ataupun darah.
C. Riwayat Penyakit Dahulu :
1. Riwayat kejang demam sebelumnya : disangkal
2. Riwayat kejang tanpa demam : disangkal
3. Riwayat trauma kepala : disangkal
4. Riwayat batuk lama : disangkal
5. Riwayat asma : disangkal
6. Riwayat alergi : disangkal
7. Riwayat mondok : disangkal
8. Riwayat keluar cairan dari telinga : disangkal
9. Riwayat luka baru-baru ini : disangkal
D. Riwayat Penyakit Keluarga
1. Riwayat sakit serupa : disangkal
3
2. Riwayat epilepsi : disangkal
3. Riwayat batuk lama : disangkal
4. Riwayat asma : disangkal
5. Riwayat alergi : disangkal
E. Pemeliharaan Kehamilan dan Prenatal
Pemeriksaan di : Puskesmas
Frekuensi : Trimester I : 1x/ 1 bulan
Trimester II : 1x/ 1 bulan
Trimester III : 2x/ 1 bulan
Keluhan selama kehamilan : pusing-pusing, mual
Obat-obatan yang diminum selama kehamilan : vitamin dan tablet
penambah darah.
F. Riwayat Kelahiran :
Pasien lahir di bidan dengan usia kehamilan 9 bulan lebih 1 minggu,
berat badan lahir 3000 gram, panjang 50 cm, lahir spontan, langsung
menangis.
H. Riwayat Postnatal
Rutin ke puskesmas setiap bulan untuk menimbang badan dan
mendapat imunisasi.
I. Status Imunisasi
4
Jenis I II III IV
1. BCG
2. DPT
3. Polio
4. Campak
5. Hepatiti
s B
2 bulan
2 bulan
0 bulan
9 bulan
Lahir
-
4 bulan
2 bulan
-
1 bulan
-
6 bulan
4 bulan
-
3 bulan
-
-
6 bulan
-
-
J. Riwayat Perkembangan
Motorik Kasar
Mengangkat kepala : 3 bulan
Tengkurap kepala tegak : 4 bulan
Duduk sendiri : 6 bulan
Berdiri sendiri : 11 bulan
Berjalan : 13 bulan
Bahasa
Bersuara “aah/ooh” : 2,5 bulan
Berkata (tidak spesifik) : 8,5 bulan
Motorik halus
Memegang benda 3,5 bulan
Personal sosial
Tersenyum : 2 bulan
Mulai makan : 6 bulan
Tepuk tangan : 9 bulan
Kesan : perkembangan anak baik
K. Riwayat Makan Minum Anak
5
An. PM, ♂, 1 Tahun 1 bulan, 9,5 kg
1. ASI diberikan sejak lahir, sampai sekarang, ASI diberikan 10-12
kali perhari, lama menyusui sekitar 15 menit, bergantian payudara
kanan dan kiri, sesudah disusui anak tertidur.
2. Buah dan sayur : pisang dan pepaya sejak umur 5 bulan, sayur
bayam sejak usia 8 bulan.
3. Makanan padat dan bubur :
a. Bubur merk SUN : sejak usia 8 bulan.
b. Bubur sumsum : sejak usia 8 bulan
c. Nasi tim : Sejak umur 10 bulan
Kesan: secara kuantitas dan kualitas, makan dan minum pasien
cukup.
L. Riwayat Keluarga Berencana :
Ibu penderita tidak mengikuti KB
M. Pohon Keluarga
Penderita merupakan anak satu-satunya. Riwayat anak lahir meninggal
tidak ada, riwayat keguguran tidak ada.
III. PEMERIKSAAN FISIK
6
A. Keadaan Umum
Keadaan umum : rewel
Derajat kesadaran : compos mentis
Status gizi : kesan gizi baik
B. Tanda vital
BB : 9,5 kg
TB : 73 cm
LK : 47 cm
Nadi : 130 x/menit, reguler, isi cukup, simetris
Pernafasan : 34 x/menit, tipe thorakoabdominal
Suhu : 39,1º C (per axiler)
C. Kulit
Warna sawo matang, kelembaban baik, ujud kelainan kulit (-)
D. Kepala
Bentuk mesosefal, rambut hitam sukar dicabut
E. Mata
Konjungtiva pucat (-/-), palpebra odem (-/-), cowong (-/-), sklera
ikterik (-/-), pupil isokor (2mm/2mm), refleks cahaya (+/+), air mata
(+/+)
F. Hidung
Bentuk normal, nafas cuping hidung (-/-), sekret (-/-), darah (-/-)
G. Mulut
Bibir sianosis (-), mukosa basah (+)
H. Telinga
Bentuk normal, tragus pain (-), mastoid pain (-).
I. Tenggorok
Uvula ditengah, tonsil T2-T2, mukosa faring hiperemis (+)
J. Leher
Bentuk normocolli, trakea di tengah, kelenjar getah bening tidak
membesar, tekanan venosa tidak meningkat, kaku kuduk (-)
K. Lymphonodi
7
Retroaurikuler : tidak membesar
Submandibuler : tidak membesar
L. Thorax
Bentuk : normochest, retraksi (-), gerakan simetris kanan kiri
Pulmo : Inspeksi : Pengembangan dada kanan = kiri
Palpasi : Fremitus raba kanan = kiri
Perkusi : sulit dievaluasi (rewel)
Auskultasi : SD bronchovesikuler (+/+), suara tambahan
(-/-)
Cor : Inspeksi : iktus kordis tidak tampak
Palpasi : iktus kordis tidak kuat angkat
Perkusi : sulit dievaluasi (rewel)
Auskultasi : bunyi jantung I-II intensitas nomal, regular,
bising (-)
M. Abdomen
Inspeksi : dinding perut sejajar dinding dada
Auskultasi : peristaltik (+) normal
Perkusi : timpani pada seluruh lapang abdomen kecuali daerah hati
dan limpa
Palpasi : supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba, turgor
kulit baik.
N. Urogenital : edema skrotum (-), phymosis(-)
O. Anorektal : dalam batas normal
P. Ekstremitas
Akral dingin - - edema - -
- - - -
Capillary Refill Time < 2 detik
Q. Pemeriksaan Neurologis
Reflek Fisiologis : R. Biseps : (+2/+2)
8
R. Triseps : (+2/+2)
R. Patella : (+2/+2)
R. Archilles : (+2/+2)
Reflek Patologis : R. Babinsky : (+/+)
R. Chaddock : (-/-)
R. Oppeinheim : (-/-)
R. Schafner : (-/-)
Meningeal Sign : Kaku kuduk : (-)
Brudzinsky I : (-)
Brudzinsky II : (-)
Kernig sign : (-)
R. Perhitungan Status Gizi
1. Secara klinis
Nafsu makan : menurun
Kepala : rambut jagung (-), susah dicabut (+)
Mata : edema palpebra(-/-), CA(-/-), cekung (-/-)
Mulut : Mukosa basah (+) & pecah-pecah (-)
Ekstremitas : edema - - akral dingin - -
- - - -
Genetalia : phymosis (-)
Status gizi secara klinis : gizi kesan baik
2.Secara Antropometris
BB : 9,5 kg
Umur : 1 tahun 1 bulan
TB : 73 cm
BB : 9,5 x 100% = 97,9 % p15 < BB/U < p50 (WHO, 2000)U 9,7
TB : 7 3 x 100% = 94,8 % p5 < TB/U < p15 (WHO, 2000)U 77
BB : 9,5 x 100% = 103,5 % 0 < Z-score < 1 (WHO, 2000)TB 9
9
Status gizi secara antropometri : gizi baik
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium darah tanggal 10 April 2011
Hb : 12,6 g/dl
Hct : 37,3 %
AE : 4,33 X 106 /μL
AL : 10,3 X 103 /μL
AT : 205 X 103 /μL
GD : A
GDS : 175 mg/dl
Na : 136 mmol/L
K : 4,2 mmol/L
Cl : 106 mmol/L
V. RESUME
Tiga jam sebelum masuk rumah sakit pasien mengalami kejang,
kejang berlangsung ± 5 menit, kejang pada seluruh tubuh, mata melirik
keatas, tangan dan kaki kaku kemudian kejet-kejet, saat kejang pasien
tidak sadar. Kemudian kejang berhenti sendiri dan setelah kejang pasien
sadar. Dua jam kemudian pasien kejang lagi dengan pola yang sama.
Dua belas jam sebelum masuk rumah sakit, pasien demam, awalnya
panas sumer-sumer, kemudian panas naik. Selain demam, pasien juga
batuk berdahak. Selama sakit nafsu makan pasien berkurang. Selain itu
pasien juga mengalami muntah-muntah. Muntah tiga kali isi muntahan
berupa air dan makanan yang dimakan. Buang air kecil dan buang air
besar dalam batas normal.
Riwayat imunisasi lengkap. Riwayat perkembangan dan
pertumbuhan baik. Riwayat pemeliharaan prenatal baik. Riwayat
kelahiran, lahir spontan dengan usia kehamilan 9 bulan lebih 1 minggu,
pemeliharaan postnatal baik.
10
Pada pemeriksaan fisik diperoleh keadaan umum rewel, kompos
mentis, gizi kesan baik. Tanda vital: t = 39,1oC, pemeriksaan neurologi
dalam batas normal. Status gizi secara antropometri: gizi baik.
VI. DAFTAR MASALAH
- Kejang
- Panas
- Batuk
VII. DIAGNOSIS BANDING
- Kejang Demam Kompleks
- Epilepsi
- Meningoencephalitis
- Encephalitis
VIII. DIAGNOSIS KERJA
- Kejang Demam Kompleks
- Tonsilofaringitis akut
- Gizi Baik
IX. PENATALAKSANAAN
- O2 nasal 2 liter/menit
- Diet nasi lauk 1100 kalori/hari
- IVFD D1/4 S 12 tpm makro
- Injeksi Diazepam 5 mg IV (bila kejang)
- Diazepam 3 mg p.o (bila suhu > 38oC)
- Paracetamol 3 x 100 mg p.o. (bila suhu > 38oC)
- Domperidon 2 mg p.o (bila muntah)
- Ambroxol 3 x 5 mg
- Oralit 50 cc (bila muntah)
11
X. PLANNING
- Pemeriksaan Darah rutin II
- Urine/feces rutin
- Swab tenggorok
- Konsul mata
- Lumbal Pungsi
XI. MONITORING
- Keadaan umum dan tanda vital tiap 8 jam
- Awasi tanda kejang
X. EDUKASI
Kompres hangat jika panas
XI. PROGNOSIS
Ad vitam : baik
Ad sanam : baik
Ad fungsionam : baik
LEMBAR MONITORING
Tanggal Jam Pemeriksaan Terapi10-04-11 02.00 S : Kejang (+), lama > 5 menit,
kejang seluruh tubuh, mata melirik ke atas, panas (+)O : CM, rewel, gizi baikTV : HR = 120 x/1’ RR = 24 x/1’ S = 39,3oC (peraxiler)
- Injeksi diazepam 5 mg iv
- Loading dose phenobarbital 90 mg, selanjutnya 50 mg/12 jam IV
03.00 S : Kejang (-), panas (+),O : CM, sedang, gizi baikTV : HR = 124 x/1’ RR = 26 x/1’ S = 38,8 oC (peraxiler)
05.00 S : Kejang (-), panas (+),
12
O : CM, sedang, gizi baikTV : HR = 120 x/1’ RR = 24 x/1’ S = 37,8oC (peraxiler)
FOLLOW UP PASIEN
Follow up 10 April 2011 11 April 2011 12 April 2011
S Panas (+), kejang (-), batuk (+) Panas (+), kejang (-), pilek (-), batuk
(+)
Panas (+), kejang (-), pilek (+),
batuk (+)
O kompos mentis, rewel, gizi baik kompos mentis, sedang, gizi baik kompos mentis, sedang, gizi baik
Tanda Vital N : 120 x/menit
HR : 120 x/menit
RR : 28 x/menit
S : 38,7oC (per axiler)
N : 120 x/menit
HR : 120 x/menit
RR : 24 x/menit
S : 38oC (per axiler)
N : 130 x/menit
HR : 130 x/menit
RR : 24 x/menit
S : 38oC (per axiler)
Kepala mesocefal, UUB cekung (-/-) mesocefal, UUB cekung (-/-) mesocefal, UUB cekung (-/-),
Telinga bentuk normal, bentuk normal, bentuk normal,
Mata Konjungtiva anemis (-/-), Sklera
ikterik (-/-), edema palpebra (-/-), mata
cekung (-/-), air mata (+/+)
Konjungtiva anemis (-/-), Sklera
ikterik (-/-), edema palpebra (-/-),
mata cekung (-/-), air mata (+/+)
Konjungtiva anemis (-/-), Sklera
ikterik (-/-), edema palpebra (-/-),
mata cekung (-/-), air mata (+/+)
Hidung Napas cuping hidung (-/-), sekret (-/-) Napas cuping hidung (-/-),
sekret (-/-)
Napas cuping hidung (-/-),
sekret (-/-)
Mulut Mukosa basah (+), sianosis (-) Mukosa basah (+), sianosis (-) Mukosa basah (+), sianosis (-)
Tenggorok Faring hiperemis (+) Faring hiperemis (+) Faring hiperemis (-)
Thorax Retraksi (-)
Cor : BJ I-II intensitas normal, reguler,
bising (-)
Pulmo:SD vesikuler (+/+), RBK(-/-)
Retraksi (-)
Cor :BJ I-II intensitas normal,
reguler, bising (-)
Pulmo:SD vesikuler (+/+), RBK (-/-)
Retraksi (-)
Cor :BJ I-II intensitas normal,
reguler, bising (-)
Pulmo:SDvesikuler(+/+),RBK (-/-)
Abdomen Supel, Dinding perut // dinding dada,
nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak
teraba, turgor < 2 detik, peristaltik (+)
normal, shifting dullnes (-)
Supel, Dinding perut // dinding dada,
nyeri tekan (- ), hepar dan lien tidak
teraba, turgor < 2 detik, peristaltik
(+) normal,
Supel, Dinding perut // dinding
dada, nyeri tekan (- ), hepar dan
lien tidak teraba, turgor < 2 detik,
peristaltik (+) normal,
Genital Phymosis (-) Phymosis (-) Phymosis (-)
13
Ekstremitas Akral dingin (-)
Edema (-)
CRT < 2 detik
Akral dingin (-)
Edema (-)
CRT < 2 detik
Akral dingin (-)
Edema (-)
CRT < 2 detik
Asessment Kejang Demam Komplek
Tonsilofaringitis akut
Kejang Demam Komplek
Tonsilofaringitis akut
Kejang Demam Komplek
Tonsilofaringitis akut
Terapi - O2 nasal 2 liter/menit
- Diet nasi lauk 1100 kalori/hari
- IVFD D1/4S 10 tpm makro
- Inj sibital 50 mg/12 jam
- Injeksi Diazepam 5 mg IV (bila
kejang)
- Diazepam 3 mg p.o (bila t> 38oC)
- Paracetamol 3 x 100 mg p.o. (bila t>
38oC)
- Ambroxol 3x5 mg p.o
- Domperidon 2 mg p.o (bila muntah)
- Oralit 50 cc (bila muntah)
- O2 nasal 2 liter/menit
- Diet nasi lauk 1100 kalori/hari
- IVFD D1/4S 10 tpm makro
- Inj sibital 25 mg/12 jam
- Inj Ampicilin 250 mg/6 jam (skin
test)
- Ambroxol 3x5 mg p.o
- cetirizine 1x2,5 mg p.o
- Injeksi Diazepam 5 mg IV (bila
kejang)
- Diazepam 3 mg p.o (bila t > 38oC)
- Paracetamol 3 x 100 mg p.o. (bila
t> 38oC)
- Domperidon 2 mg p.o (bila
muntah)
- Oralit 50 cc (bila muntah)
- O2 nasal 2 liter/menit
- Diet nasi lauk 1100 kalori/hari
- IVFD D1/4S 12 tpm makro
- Inj sibital 20 mg/12 jam
- Inj Ampicilin 250 mg/6 jam
- Ambroxol 3x5 mg p.o
- Injeksi Diazepam 5 mg IV (bila
kejang)
- Diazepam 3 mg p.o (bila t >
38oC)
- Paracetamol 3 x 100 mg p.o.
(bila t> 38oC)
- Calc tab 3x100 mg
Plan - Pemeriksaan DL 2 (10 April 2011)
- Konsul mata
- Lumbal pungsi (inform consent)
- Urin/feses Rutin (10 April 2011)
- Swab tenggorok
- Lumbal pungsi
- Swab tenggorok (kultur)
- Urin/feses Rutin, DL2, elektrolit,
GDT
- LP
Monitoring - KU/VS tiap 8 jam
- Awasi tanda kejang
- KU/VS tiap 8 jam
- Awasi tanda kejang
- KU/VS tiap 6 jam
- Awasi tanda kejang
Edukasi kompres hangat jika panas kompres hangat jika panas kompres hangat jika panas
Hasil GDT
Simpulan : Anemia mikrositik
hipokromik suspek e/c proses
defisiensi Fe DD proses kronik
bersamaan dengan proses infeksi
viral
Laboratorium Hb = 12,3Hct = 34AL = 6,1AE = 4,32AT = 213MCV = 79,5MCH =25,4MCHC = 31,9Eos = 0,90Basofil = 0,60Netrofil = 52,3Limfosit = 39,5Monosit = 6,70
Cairan Otak :Makroskopis
Warna = tidak berwarnaKejernihan = jernihBekuan = negatifTes pandy = negatifTes none = negatifProtein total = 19Glukosa = 87Jumlah sel = 20Hitung jenis PMN = 73Hitung jenis MN = 26
14
GDS = 114SI = 18TIBC = 240Sat. transferrin = 8Ferritin = 69,7Na/K/Ca = 136/4,5/1,04
Kultur LCS = tidak tumbuh bakteri 2x24 jam
URINALISA
FECES
RUTIN
Follow up 13 April 2011 14 April 2011 15 April 2011
S Panas (-), kejang (-), batuk (+), pilek
(-), sesak (+), muntah (-)
Panas (+), kejang (-), batuk (+), pilek
(-), sesak (-), muntah (-)
Panas (-), kejang (-), batuk (+)
berkurang, pilek (-), sesak (-),
muntah (-)
O kompos mentis, sedang, gizi baik kompos mentis, sedang, gizi baik kompos mentis, sedang, gizi baik
Tanda Vital N : 128 x/menit
HR : 128 x/menit
RR : 32 x/menit
S : 36,5oC (per axiler)
N : 120 x/menit
HR : 120 x/menit
RR : 38 x/menit
S : 37oC (per axiler)
N : 124 x/menit
HR : 124 x/menit
RR : 30 x/menit
S : 36,9oC (per axiler)
Kepala mesocefal, UUB cekung (-/-) mesocefal, UUB cekung (-/-) mesocefal, UUB cekung (-/-),
Telinga bentuk normal, bentuk normal, bentuk normal,
Mata Konjungtiva anemis (-/-), Sklera
ikterik (-/-), edema palpebra (-/-), mata
cekung (-/-), air mata (+/+)
Konjungtiva anemis (-/-), Sklera
ikterik (-/-), edema palpebra (-/-),
mata cekung (-/-), air mata (+/+)
Konjungtiva anemis (-/-), Sklera
ikterik (-/-), edema palpebra (-/-),
mata cekung (-/-), air mata (+/+)
Hidung Napas cuping hidung (-/-),
sekret (-/-)
Napas cuping hidung (-/-),
sekret (-/-)
Napas cuping hidung (-/-),
sekret (-/-)
Mulut Mukosa basah (+), sianosis (-) Mukosa basah (+), sianosis (-) Mukosa basah (+), sianosis (-)
Tenggorok Faring hiperemis (+) Faring hiperemis (+) Faring hiperemis (-)
Thorax Retraksi (+) epigastrium
Cor : BJ I-II intensitas normal, reguler,
bising (-)
Pulmo: SD vesikuler (+/+), RBK (-/-)
Retraksi (-)
Cor :BJ I-II intensitas normal,
reguler, bising (-)
Pulmo:SD vesikuler (+/+),RBK (-/-),
Retraksi (-)
Cor :BJ I-II intensitas normal,
reguler, bising (-)
Pulmo:SDvesikuler(+/+),RBK (-/-)
Abdomen Supel, Dinding perut // dinding dada,
nyeri tekan (+), hepar dan lien tidak
teraba, turgor < 2 detik, peristaltik (+)
normal, shifting dullnes (-)
Supel, Dinding perut // dinding dada,
nyeri tekan (- ), hepar dan lien tidak
teraba, turgor < 2 detik, peristaltik
(+) normal,
Supel, Dinding perut // dinding
dada, nyeri tekan (- ), hepar dan
lien tidak teraba, turgor < 2 detik,
peristaltik (+) normal,
Genital Phymosis (-) Phymosis (-) Phymosis (-)
Ekstremitas Akral dingin (-)
Edema (-)
CRT < 2 detik
Akral dingin (-)
Edema (-)
CRT < 2 detik
Akral dingin (-)
Edema (-)
CRT < 2 detik
Asessment R. Kejang Demam Komplek
Tonsilofaringitis akut
Tonsilofaringitis akut
R. Kejang Demam Komplek
Tonsilofaringitis akut
R. Kejang Demam Komplek
Terapi - O2 nasal 2 liter/menit - O2 nasal 2 liter/menit - O2 nasal 2 liter/menit
15
- Diet nasi lauk 1100 kalori/hari
- phenobarbital 2x15 mg p.o
- Inj Ampicilin 250 mg/6 jam
- Ambroxol 3x5 mg p.o
- Injeksi Diazepam 5 mg IV (bila
kejang)
- Diazepam 3 mg p.o (bila t > 38oC)
- Paracetamol 3 x 100 mg p.o. (bila t>
38oC)
- Calc tab 3x100 mg
- Diet nasi lauk 1100 kalori/hari
- phenobarbital 2x10 mg p.o
- Inj Ampicilin 250 mg/6 jam
- Ambroxol 3x5 mg p.o
- Injeksi Diazepam 5 mg IV (bila
kejang)
- Diazepam 3 mg p.o (bila t > 38oC)
- Paracetamol 3 x 100 mg p.o. (bila
t> 38oC)
- Calc tab 3x100 mg
- Diet nasi lauk 1100 kalori/hari
- phenobarbital 2x10 mg p.o
- Ambroxol 3x5 mg p.o
- Calc tab 3x100 mg
Plan - Rontgen thorax AP/Lat
Monitoring - KU/VS tiap 8 jam
- Awasi tanda kejang
- KU/VS tiap 8 jam
- Awasi tanda kejang
- KU/VS tiap 8 jam
- Awasi tanda kejang
Edukasi kompres hangat jika panas kompres hangat jika panas kompres hangat jika panas
Hasil
Laboratorium
URINALISA Makroskopis
Warna = yellow
Kejernihan = clear
Kimia urin
BJ = 1,005
pH = 7,0
Leukosit = (-)
Nitrit = (-)
Protein = (-)
Glukosa = normal
Keton = (-)
Urobilinogen = normal
Bilirubin = (-)
Eritrosit = (-)
Mikroskopis
Eritrosit = 2,6/uL
Leukosit = 1,5/uL
Epitel squamous = (-)
Epitel transisional = (-)
Epitel bulat = (-)
Silinder = 0
Yeast like cell = 0
Mucus = 0
Sperma = 0
16
Konduktivitas = 9,4
Bakteri (+)
FECES
RUTIN
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan
suhu tubuh (suhu rektal di atas 38oC) yang disebabkan oleh suatu proses
ekstrakranium.5Kejang demam adalah kejang yang berhubungan dengan
demam (suhu diatas 39oC per rektal) tanpa adanya infeksi susunan saraf
pusat atau gangguan elektrolit akut, terjadi pada anak berusia 1 bulan dan
tidak ada riwayat kejang tanpa demam sebelumnya.6
Menurut Consensus Statement on Febrile Seizures (1980), kejang
demam adalah suatu kejadian pada bayi dan anak, biasanya terjadi antara
umur 3 bulan dan 5 tahun, berhubungan dengan demam tetapi tidak pernah
terbukti adanya infeksi intrakranial atau penyebab tertentu.3 Anak yang
pernah kejang tanpa demam, kemudian kejang demam kembali tidak
termasuk dalam kejang demam.1,3 Kejang disertai demam pada bayi
berumur kurang dari 4 minggu(1 bulan) tidak termasuk kejang demam.1,3
Kejang demam harus dibedakan dengan epilepsi, yaitu ditandai dengan
kejang berulang tanpa demam.2
17
Definisi ini menyingkirkan kejang yang disebabkan penyakit saraf
seperti meningitis, ensefalitis atau ensefalopati. Kejang pada keadaan ini
mempunyai prognosis yang berbeda dengan kejang demam karena
keadaan yang mendasarinya mengenai susunan saraf pusat.3 Bila anak
berumur kurang dari 6 bulan atau lebih dari 5 tahun menaglami kejang
didahului demam, pikirkan kemungkinan lain misalnya infeksi SSP atau
epilepsi yang kebetulan terjadi bersama demam. 2
Anak akan terlihat aneh untuk beberapa saat, kemudian kaku,
kelojotan dan memutar matanya. Anak tidak responsif untuk beberapa
waktu, napas akan terganggu, dan kulit akan tampak lebih gelap dari
biasanya. Setelah kejang, anak akan segera normal kembali. Kejang
biasanya berakhir kurang dari 1 menit, tetapi walaupun jarang dapat terjadi
selama lebih dari 15 menit.1,3
B. EPIDEMOLOGI
Kejadian kejang demam diperkirakan 2-4% di Amerika Serikat,
Amerika Selatan dan Eropa Barat. Di Asia dilaporkan lebih tinggi. Kira-
kira 20% kasus merupakan kejang demam kompleks. Umumnya kejang
demam timbul pada tahun kedua kehidupan (17-23 bulan). Kejang demam
sedikit lebih sering pada laki-laki.3 Kejang demam terjadi pada 2-4% anak
berumur 6 bulan samapi 5 tahun.1Menurut IDAI, kejadian kejang demam
pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun hampir 2 - 5%.2,10
C. KLASIFIKASI
Kejang demam diklasifikasikan menjadi dua :
1. Kejang Demam Sederhana (Simple Febrile Seizure)
Kejang demam yang berlangsung singkat, kurang dari 15 menit dan
umumnya akan berhenti sendiri. Kejang berbentuk umum tonik dan
atau klonik, tanpa gerakan fokal. Kejang tidak berulang dalam 24 jam.
Kejang demam sederhana merupakan 80 % diantara seluruh kejang
demam.
18
2. Kejang Demam Kompleks (Complex Febrile Seizure)
Kejang demam dengan salah satu ciri berikut ini :
a. Kejang lama > 15 menit
b. Kejang fokal atau parsial satu sisi atau kejang umum didahului
kejang parsial
c. Berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam.5
D. FAKTOR RESIKO
Faktor resiko kejang demam pertama yang penting adalah demam.
Selain itu terdapat faktor riwayat kejang demam pada orang tua atau
saudara kandung, perkembangan terlambat, problem masa neonatus, anak
dalam perawatan khusus, dan kadar natrium rendah. Setelah kejang
demam pertama, kira-kira 33% anak akan mengalami satu kali rekurensi
atau lebih dan kira-kira 9% anak mengalami 3 kali rekurensi atau lebih,
resiko rekurensi meningkat dengan usia dini, usia dibawah 18 bulan,
cepatnya anak mendapat kejang setelah demam timbul, temperatur yang
rendah saat kejang, riwayat keluarga kejang demam dan riwayat keluarga
epilepsi. 5,6
Faktor risiko terjadinya epilepsi dikemudian hari ialah adanya
gangguan neurodevelopmental, kejang demam kompleks, riwayat epilepsi
dalam keluarga, lamanya demam saat awitan kejang dan lebih dari satu
kali kejang demam kompleks. 5,6
E. PATOFISIOLOGI
Untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel atau organ otak
diperlukan suatu energi yang didapat dari metabolisme. Bahan baku untuk
metabolisme otak yang terpenting adalah glukosa. Sifat proses itu adalah
oksidasi dimana oksigen disediakan dengan perantaraan fungsi paru-paru
dan diteruskan ke otak melalui sistem kardiovaskuler. Jadi sumber energi
otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi CO2
19
dan air. Sel dikelilingi oleh suatu membran yang terdiri dari permukaan
dalam adalah lipoid dan permukaan luar adalah ionik. Dalam keadaan
normal membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion kalium
(K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion Natrium (Na+) dan elektrolit lainnya,
kecuali ion Klorida (Cl-). Akibatnya konsentrasi K+ dalam sel neuron
tinggi dan konsentrasi Na+ rendah, sedangkan diluar sel neuron terdapat
keadaan sebaliknya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam
dan diluar sel, maka terdapat perbedaan potensial yang disebut potensial
membran sel dari sel neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial
membran ini diperlukan energi dan bantuan enzim Na-KATPase yang
terdapat pada permukaan sel. Keseimbangan potensial membran ini dapat
dirubah oleh adanya :
1. Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraseluler.
2. Rangsangan yang datangnya mendadak misalnya mekanis,
kimiawi atau aliran listrik dari sekitarnya.
3. Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit
atau keturunan.9
Pada keadaan demam kenaikan suhu 1oC akan mengakibatkan
kenaikan metabolisme basal 10%-15% dan kebutuhan oksigen akan
meningkat 20%. Pada seorang anak berumur 3 tahun sirkulasi otak
mencapai 65% dari seluruh tubuh, dibandingkan dengan orang dewasa
yang hanya 15%. Jadi pada kenaikan suhu tubuh tertentu dapat terjadi
perubahan keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu
singkat terjadi difusi dari ion Kalium maupun ion Natrium melalui
membran tadi, dengan akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan
listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun
ke membran sel tetangganya dengan bantuan bahan yang disebut
neurotransmiter dan terjadilah kejang. Tiap anak mempunyai ambang
kejang yang berbeda dan tergantung dari tinggi rendahnya ambang kejang
seseorang anak menderita kejang pada kenaikan suhu tertentu. Pada anak
20
dengan ambang kejang yang rendah, kejang telah terjadi pada suhu 38oC
sedangkan pada anak dengan ambang kejang yang tinggi, kejang baru
terjadi pada suhu 40oC atau lebih. Dari kenyataan ini dapatlah disimpulkan
bahwa terulangnya kejang demam lebih sering terjadi pada ambang kejang
yang rendah sehingga dalam penanggulangannya perlu diperhatikan pada
tingkat suhu berapa penderita kejang. Kejang demam yang berlangsung
singkat biasanya tidak berbahaya dan tidak menimbulkan gejala sisa.
Tetapi pada kejang yang berlangsung lama (lebih dari 15 menit) biasanya
disertai gejala apnea, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk
kontraksi otot skelet yang akhirnya terjdi hipoksemia, hiperkapnea,
asidosis laktat disebsbkan oleh metabolisme anaerobik, hipotensi arterial
disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh makin meningkat
disebkan oleh meningkatnya aktivitas otot dan selanjutnya menyebabkan
metabolisme otak meningkat. Rangkaian kejadian diatas adalah faktor
penyebab hingga terjadinya kerusakan neuron otak selama berlangsungnya
kejang lama. Faktor terpenting adalah gangguan peredaran darah yang
mengakibatkan hipoksia sehingga meninggikan permeabilitas kapiler dan
timbul edema otak yang mengakibatkan kerusakan sel neuron otak.
Kerusakan pada daerah mesial lobus temporalis setelah mendapat serangan
kejang yang berlangsung lama dapat menjadi “matang” dikemudian hari,
sehingga terjadi serangan epilepsi yang spontan. Jadi kejang demam yang
berlangsung lama dapat menyebabkan kelainan anatomis di otak sehingga
terjadi epilepsi.9
F. MANIFESTASI KLINIS
Terjadinya bangkitan kejang pada bayi dan anak kebanyakan
bersamaan dengan kenaikan suhu badan yang tinggi dan cepat yang
disebabkan oleh infeksi diluar susunan saraf pusat, misalnya tonsilitis,
otitis media akut, bronkitis, furunkulosis dan lain-lain. Serangan kejang
biasanya terjadi dalam 24 jam pertama sewaktu demam, berlangsung
singkat dengan sifat bangkitan dapat berbentuk tonik – klonik, tonik,
21
klonik, fokal atau akinetik. Postur tonik (kontraksi dan kekakuan otot
menyeluruh yang biasanya berlangsung selama 10-20 detik), gerakan
klonik (kontraksi dan relaksasi otot yang kuat dan berirama, biasanya
berlangsung selama 1-2 menit), lidah atau pipinya tergigit, gigi atau
rahangnya terkatup rapat, inkontinensia (mengeluarkan air kemih atau tinja
diluar kesadarannya), gangguan pernafasan, apneu (henti nafas), dan
kulitnya kebiruan.1,9,10
Kejang umumnya berhenti sendiri. Begitu kejang berhenti, anak
tidak memberi reaksi apapun untuk sejenak, tetapi beberapa detik/menit
kemudian anak akan terbangun dan sadar kembali tanpa kelainan saraf.
Kejang demam yang berlangsung singkat umumnya tidak berbahaya dan
tidak menimbulkan gejala sisa. Tetapi kejang yang berlangsung lama (> 15
menit) sangat berbahaya dan dapat menimbulkan kerusakan permanen dari
otak.4
G.
DIAGNOSIS
Anamnesis
1. Adanya kejang, jenis kejang (klonik, tonik, umum atau fokal), tingkat
kesadaran saat dan sesudah kejang, lama kejang, suhu
sebelum/saat/sesudah kejang, frekuensi, interval, pasca kejang,
penyebab demam diluar susunan saraf pusat.
22
2. Riwayat timbulnya kejang, riwayat perkembangan anak, kejang
demam dalam keluarga, epilepsi dalam keluarga.
3. Singkirkan penyebab kejang lainnya.
Pemeriksaan fisik : kesadaran, tanda vital (suhu tubuh dan nadi), tanda
rangsal meningeal, tanda peningkatan tekanan intrakranial, tanda infeksi di
luar SSP.6
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium tidak dikerjakan secara rutin pada kejang
demam, tetapi dapat dikerjakan untuk mengevaluasi sumber infeksi
penyebab demam, atau keadaan lain misalnya gastroenteritis dehidrasi
disertai demam. Pemeriksaan laboratorium yang dapat dikerjakan
misalnya darah perifer, elektrolit dan gula darah.5 Sebagian sumber
menganjurkan pemeriksaan kadar gula darah untuk meneliti
kemungkinan hipoglikemia. Namun sumber lain hanya menganjurkan
pemeriksaan ini pada anak yang mengalami kejang cukup lama atau
keadaan pasca kejang (mengantuk, lemas) yang berkelanjutan. 5
2. Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menegakkan atau
menyingkirkan kemungkinan meningitis. Resiko terjadinya meningitis
bakterialis adalah 0,6%-6,7%. Pada bayi kecil seringkali sulit untuk
menegakkan atau menyingkirkan diagnosis meningitis karena
manifestasi klinisnya tidak jelas. Oleh karena itu pungsi lumbal
dianjurkan pada ; bayi kurng dari 12 bulan sangat dianjurkan
dilakukan, bayi antara 12-18 bulan dianjurkan, bayi > 19 bulan tidak
rutin. Bila yakin bukan meningitis secara klinis tidak perlu dilakukan
pungsi lumbal. 5
3. Elektroensefalografi
Pemeriksaan elektroensefalografi (EEG) adalah pemeriksaan
gelombang otak untuk meneliti ketidaknormalan gelombang.
23
Pemeriksaan ini tidak dianjurkan untuk dilakukan pada kejang demam
yang baru terjadi sekali tanpa adanya defisit (kelainan) neurologis.
Tidak ada penelitian yang menunjukkan bahwa EEG yang dilakukan
saat kejang demam atau segera setelahnya atau sebulan setelahnya
dapat memprediksi akan timbulnya kejang tanpa demam di masa yang
akan datang. Walaupun dapat diperoleh gambaran gelombang yang
abnormal setelah kejang demam, gambaran tersebut tidak bersifat
prediktif terhadap risiko berulangnya kejang demam atau risiko
epilepsi. Oleh karenanya tidak direkomendasikan. Pemeriksaan EEG
masih dapat dilakukan pada keadaan kejang demam tidak khas
misalnya kejang demam kompleks pada anak usia lebih dari 6 tahun
atau kejang demam fokal.5
4. Pencitraan
Foto X- ray kepala dan pencitraan seperti computed tomography scan
(CT-scan) atau magnetic resonance imaging (MRI) tidak dianjurkan
pada kejang demam yang baru terjadi untuk pertama kalinya, jarang
sekali dikerjakan, tidak rutin dan hanya atas indikasi seperti ; kelainan
neurologik fokal yang menetap (hemiparesis), paresis nervus VI,
papiledema.5
I. DIAGNOSIS BANDING
Penyebab lain kejang yang disertai demam harus disingkirkan,
khususnya meningitis atau ensefalitis. Pungsi Lumbal terindikasi bila ada
kecurigaan klinis meningitis. Adanya sumber infeksi seperti ototis media
tidak menyingkirkan meningitis dan jika pasien telah mendapatkan
antibiotika maka perlu pertimbangan pungsi lumbal. 2
J. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan saat kejang
Biasanya kejang demam berlangsung singkat dan pada waktu
pasien datang kejang sudah berhenti. Apabila datang dalam keadaan
24
kejang obat yang paling cepat untuk menghentikan kejang adalah
diazepam intravena adalah 0,3 -0,5 mg/kg perlahan –lahan dengan
kecepatan 1-2 mg/menit atau dalam waktu 3-5 menit, dengan dosis
maksimal 20 mg. Obat yang praktis dan dapat diberikan oleh orang tua
atau dirumah adalah diazepam rektal. Diazepam rektal adalah 0,5-0,75
mg/kg atau diazepam rektal 5 mg untuk anak dengan berat badan
kurang dari 10 kg dan 10 mg untuk berat badan lebih dari 10 kg. Atau
Diazepam rektal dengan dosis 5 mg untuk anak dibawah usia 3 tahun
atau dosis 7,5 mg untuk anak diatas usia 3 tahun.5
Bila setelah pemberian Diazepam rektal kejang belum berhenti,
dapat diulang lagi dengan cara dan dosis yang sama dengan interval
waktu 5 menit. Bila setelah 2 kali pemberian Diazepam rektal masih
tetap kejang, dianjurkan ke rumah sakit. Di rumah sakit dapat
diberikan Diazepam intravena dengan dosis 0,3-0,5 mg/kg. Bila kejang
tetap belum berhenti diberikan fenitoin secara intravena dengan dosis
awal 10-20 mg/kg/kali dengan kecepatan 1 mg/kg/menit atau kurang
dari 50 mg/menit. Bila kejang berhenti dosis selanjutnya adalah 4-8
mg/kg/hari, dimulai 12 jam setelah dosis awal. Bila dengan fenitoin
kejang belum berhenti maka pasien harus dirawat di ruang rawat
intensif. Bila kejang berhenti, pemberian obat selanjutnya tergantung
dari jenis kejang demam apakah kejang demam sederhana atau
kompleks dan faktor resikonya.5
25
2. Pemberian obat pada saat demam
26
a. Antipiretik
Tidak ditemukan bukti bahwa penggunaan antipiretik
mengurangi resiko terjadinya kejang demam, namun para ahli di
Indonesia sepakat bahwa antipiretik tetap dapat diberikan. Dosis
Paracetamol yang digunakan adalah 10-15 mg/kg/kali diberikan 4
kali sehari dan tidak lebih dari 5 kali. Dosis Ibuprofen 5-10
mg/kg/kali, 3-4 kali sehari. Meskipun jarang, asam asetilsalisilat
dapat menyebabkan sindrom Reye terutama pada anak kurang dari
18 bulan, sehingga penggunaan asam asetilsalisilat tidak
dianjurkan.2,3,5
b. Antikonvulsan
Pemakaian diazepam oral dosis 0,3 mg/kg setiap 8 jam pada
saat demam menurunkan resiko berulangnya kejang pada 30% -
60% kasus, begitu pula dengan diazepam rektal dosis 0,5 mg/kg
setiap 8 jam pada suhu > 38,5oC. Dosis tersebut cukup tinggi dan
menyebabkan ataksia, iritabel dan sedasi yang cukup berat pada
25-39% kasus. Fenobarbital, karbamazepin dan fenitoin pada saat
demam tidak berguna untuk mencegah kejang demam.
3. Pemberian Obat Rumat
Pengobatan rumat diberikan bila kejang demam menunjukkan
salah satu ciri berikut:
a. kejang lama > 15 menit
b. Adanya kelainan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah
kejang, misalnya hemiparesis, paresis Todd, cerebral palsy,
retardasi mental, hidrocephalus.
c. Kejang fokal atau parsial kompleks
27
d. Pengobatan rumat dipertimbangkan bila ; kejang berulang dua kali
atau lebih dalam 24 jam, kejang demam terjadi pada bayi kurang
dari 12 bulan, kejang demam ≥ 4 kali per tahun.5
Pemberian obat fenobarbital atau asam valproat setiap hari
efektif dalam menurunkan risiko berulangnya kejang. Berdasarkan
bukti ilmiah bahwa kejang demam tidak berbahaya dan penggunaan
obat dapat menyebabkan efek samping, maka pengobatan rumat hanya
diberikan terhadap kasus selektif dan dalam jangka pendek. Pemakaian
fenobarbital setiap hari dapat menimbulkan gangguan perilaku dan
kesulitan belajar pada 40-50% kasus. Obat pilihan saat ini adalah asam
valproat. Pada sebagian kecil kasus, terutama yang berumur kurang
dari 2 tahun asam valproat dapat menyebabkan gangguan fungsi hati.
Dosis asam valproat 15-40 mg/kg/hari dalam 2-3 dosis, dan
fenobarbital 3-4 mg/kg per hari dalam 1-2 dosis. Pengobatan rumat
diberikan selama 1 tahun bebas kejang, kemudian dihentikan secara
bertahap selama 1-2 bulan.5
4. Edukasi Pada Orang Tua
Kejang selalu merupakan peristiwa yang menakutkan bagi orang
tua. Pada saat kejang sebagian besar orang tua beranggapan bahwa
anaknya telah meninggal. Kecemasan ini harus dikurangi dengan cara
yang diantaranya :
1. Meyakinkan bahwa kejang demam umumnya mempunyai
prognosis baik
2. Memberitahukan cara penanganan kejang di rumah
3. Memberikan informasi mengenai kemungkinan kejang kembali
4. Pemberian obat untuk mencegah rekurensi memang efektif tetapi
harus diingat adanya efek samping obat.4,5
Beberapa hal yang harus dikerjakan bila kembali kejang :
28
1. Tetap tenang dan tidak panik.
2. Kendorkan pakaian yang ketat terutama disekitar leher.
3. Bila tidak sadar, posisikan anak terlentang dengan kepala miring.
Bersihakan muntahan atau lendir di mulut atau hidung. Walaupun
kemungkinan lidah tergigit, jangan memasukkan sesuatu ke dalam
mulut.
4. Ukur suhu, observasi dan catat lama dan bentuk kejang.
5. Tetap bersama pasien selama kejang.
6. Berikan diazepam rektal, dan jangan diberikan bila kejang telah
berhenti.
7. Bawa ke dokter atau rumah sakit bila kejang berlangsung 5 menit
atau lebih .5
5. Vaksinasi
Sejauh ini tidak ada kontraindikasi untuk melakukan vaksinasi
terhadap anak yang mengalami kejang demam. Kejang setelah demam
karena vaksinasi jarang. Kejang demam pasca imunisasi tidak
memiliki kecenderungan berulang yang lebih besar daripada kejang
demam pada umumnya. Dan kejang demam pasca imunisasi
kemungkinan besar tidak akan berulang pada imunisasi
berikutnya.Angka kejadian pasca vaksinasi DPT adalah 6-9 kasus per
100.000 anak yang divaksinasi, Risiko ini tinggi pada hari imunisasi,
dan menurun setelahnya.5,7 Sedangkan setelah vaksinasi MMR 25-34
per 100.000, resiko meningkat pada hari 8-14 setelah
imunisasi.7Dianjurkan untuk memberikan diazepam oral atau rektal
bila anak demam, terutama setelah vaksinasi DPT atau MMR.
Beberapa dokter anak merekomendasikan parasetamol pada saat
vaksinasi hingga 3 hari kemudian.5
K. PROGNOSIS
29
Kejadian kecacatan sebagai komplikasi kejang demam tidak pernah
dilaporkan.8 Perkembangan mental dan neurologis umumnya tetap normal
pada pasien yang sebelumnya normal. Penelitian lain secara retrospektif
melaporkan kelainan neurologis pada sebagian kecil kasus, dan kelainan
ini biasanya terjadi pada kasus dengan kejang lama atau kejang berulang
baik umum atau fokal. Kematian karena kejang demam tidak pernah
dilaporkan.5,9
Kejang demam pada umumnya dianggap tidak berbahaya dan sering
tidak menimbulkan gejala sisa; akan tetapi bila kejang berlangsung lama
sehingga menimbulkan hipoksia pada jaringan SSP, dapat menyebabkan
adanya gejala sisa di kemudian hari.
Prediktor berulangnya kejang:
1. Usia <12 bulan
2. Riwayat keluarga kejang demam
3. Suhu saat kejang tidak terlalu tinggi dan durasi yang singkat
30
BAGAN PENGHENTIAN KEJANG DEMAM
Keterangan :
1. Bila kejang berhenti terapi profilaksis intermitten atau rumatan
diberikan berdasarkan kejang demam sederhana atau kompleks dan faktor
resikonya.
31
KEJANGDiazepam rektal
( 5 menit )
Di Rumah Sakit
KEJANGDiazepam IV, Kecepatan 0,5-1 mg/menit (3-5 menit)(depresi pernapasan dapat terjadi)
KEJANGFenitoin bolus IV 10-20 mg/kgBBKecepatan 0,5 -1 mg/kgBB/menit
KEJANGTransfer ke Ruang Rawat Intensif
KEJANG
1. Diazepam rektal 0,5 mg/kgBB atau BB < 10 kg = 5 mg, BB > 10 kg = 10 mg2. Diazepam IV 0,3-0,5 mg/kgBB
2. Pemberian fenitoin bolus sebaiknya secara drip intravena dicampur
dengan cairan NaCl fisiologis, untuk mengurangi sfek samping aritmia dan
hipotensi.6
32
ANALISIS KASUS
Kami setuju dengan diagnosis Kejang Demam Kompleks pada kasus ini
berdasarkan :
a. Anamnesis
- Kejang 2x dalam sehari, setiap kejang > 5 menit, diantara dua kejang
penderita masih sadar, saat kejang gerakan bola mata mendelik ke atas,
posisi tangan agak menekuk, kaki lurus serta kaku, jari-jari tangan dan
kaki merapat.
- Panas yang naik turun dan cenderung sering tinggi
- Adanya batuk, pilek, dan muntah.
b. Pemeriksaan fisik
Pasien masih sadar diantara dua periode kejang, S = 39,4oC per axiler pada
waktu pemeriksaan, faring hiperemis (+),
c. Pemeriksaan Penunjang
Hasil pemeriksaan Lumbal pungsi dalam batas normal, hal ini
menyingkirkan diagnosis banding dari meningitis bakterial. Sehingga
penyebab dari kejang demamnya dapat disebabkan oleh infeksi karena
tonsilofaringitis akut.
Kami setuju dengan penatalaksanaan pada pasien ini yaitu diberi injeksi
diazepam 5 mg iv pada saat kejang dan parasetamol 100 mg bila pasien panas.
Serta penatalaksanan diet 1100 kalori serta diet makanan yang banyak
mengandung zat besi.
33
DAFTAR PUSTAKA
1. Anonim. 2007. Tubuh Anak Kaku dan Muntah.
http//tribun-Batam.com/index-php. Module=detail
2. Arif Mansjoer., d.k.k,. 2000. Kejang Demam di Kapita Selekta Kedokteran.
Media Aesculapius FKUI. Jakarta.
3. Behrem RE, Kliegman RM,. 1992. Nelson Texbook of Pediatrics. WB
sauders. Philadelpia.
4. Firman Pribadi. 2004. Demam Bukanlah Musuh yang Harus Diperangi.
http//pribadi. Or.id/diary/2004/11/03
5. Hardiono D. Pusponegoro, Dwi Putro Widodo dan Sofwan Ismail. 2006.
Konsensus Penatalaksanaan Kejang Demam. Badan Penerbit IDAI. Jakarta
6. Hardiono D. Pusponegoro, d. k. k,. 2005. Kejang Demam di Standar
Pelayanan Medis kesehatan Anak. Badan penerbit IDAI. Jakarta
7. IMCV. 2007. Kejang Demam (Febris
Konvulsi).http//dekock.wordpress.com.
8. Nanny Selamiharja. 2007. Tetaplah Tenang jika Anak Kejang Demam.
http//Indomedia.com/Intisari/2001/mei/terapi/htm.
9. Staf Pengajar IKA FKUI. 1985. Kejang Demam di Ilmu Kesehatan Anak 2.
FKUI. Jakarta.
10. Yuliana Dewi. 2007. Kejang Demam. http//www.mail.archive.com/milis-
nikita@ news. gramedia-majalah.com
34