preskes dads

46
LAPORAN KASUS SEORANG ANAK LAKI-LAKI USIA 9 BULAN DENGAN DIARE AKUT DEHIDRASI SEDANG Oleh : Ogi Kurniawan G99131008/M15-13 Muhammad Nurzakky G99121029/M16-13 Pembimbing : Dr. Muhammad Riza Sp.A, M.Kes

Upload: kurniawanid

Post on 19-Jan-2016

20 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

diare akut dehidrasi sedang

TRANSCRIPT

Page 1: Preskes DADS

LAPORAN KASUS

SEORANG ANAK LAKI-LAKI USIA 9 BULAN DENGAN DIARE AKUT DEHIDRASI SEDANG

Oleh :

Ogi Kurniawan G99131008/M15-13

Muhammad Nurzakky G99121029/M16-13

Pembimbing :

Dr. Muhammad Riza Sp.A, M.Kes

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK

FAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RSUD Dr. MOEWARDI

SURAKARTA

2013

Page 2: Preskes DADS

BAB I

PENDAHULUAN

Diare masih merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan

mortalitas anak di negara yang sedang berkembang. Dalam berbagai hasil Survei

kesehatan Rumah Tangga diare menempati kisaran urutan ke-2 dan ke-3 berbagai

penyebab kematian bayi di Indonesia. Sebagian besar diare akut disebabkan oleh

infeksi. Banyak dampak yang terjadi karena infeksi seluran cerna antara lain

pengeluaran toksin yang dapat menimbulkan gangguan sekresi dan reabsorpsi

cairan dan elektrolit dengan akibat dehidrasi, gangguan keseimbangan elektrolit

dan keseimbangan asam basa. Invasi dan destruksi sel epitel, penetrasi ke lamina

propria serta kerusakan mikrovili dapat menimbulkan keadaan maldiges dan

malabsorpsi. Bila tidak mendapatkan penanganan yang adekuat pada akhirnya

dapat mengalami invasi sistemik. (Putra, 2008)

Secara umum penanganan diare akut ditujukan untuk

mencegah/menanggulangi dehidrasi serta gangguan keseimbangan elektrolit dan

asam basa, kemungkinan terjadinya intolerasi, mengobati kausa diare yang

spesifik, mencegah dan menanggulangi gangguan gizi serta mengobati penyakit

penyerta. Untuk melaksanakan terapi diare secara komprehensif, efisien dan

efekstif harus dilakukan secara rasional. Pemakaian cairan rehidrasi oral secara

umum efektif dalam mengkoreksi dehidrasi. Pemberian cairan intravena

diperlukan jika terdapat kegagalan oleh karena tingginya frekuensi diare, muntah

yang tak terkontrol dan terganggunya masukan oral oleh karena infeksi. Beberapa

cara pencegahan dengan vaksinasi serta pemakaian probiotik telah banyak

diungkap dan penanganan menggunakan antibiotika yang spesifik dan antiparasit.

(Putra, 2008)

1

Page 3: Preskes DADS

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

DIARE AKUT

A. DEFINISI

Diare akut didefinisikan sebagai adanya buang air besar (BAB) pada

bayi atau anak lebih dari 3 kali dalam 24 jam, disertai perubahan konsistensi

tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan darah yang berlangsung kurang

dari 7 hari, berlangsung secara mendadak. Perubahan konsistensi terjadi

karena peningkatan volume air di dalam tinja akibat ketidakseimbangan antara

absorbsi dan sekresi intestinal. Diare paling lama berlangsung kurang dari 14

hari (Soebagyo, 2008).

B. EPIDEMIOLOGI

Diare akut merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan

mortalitas anak-anak di berbagai negara berkembang termasuk di Indonesia.

Terdapat 60 juta episode diare akut setiap tahunnya di Indonesia dimana 1-5

% daripadanya akan menjadi diare kronik dan bila sampai terjadi dehidrasi

berat yang tidak segera ditolong, 50-60% diantaranya dapat meninggal dunia

(Ditjen PPM & PLP, 1999).

Berbagai faktor yang mempengaruhi kejadian diare antara lain : faktor

lingkungan, gizi, kependudukan, pendidikan, keadaan sosial ekonomi,

perilaku masyarakat. Faktor lingkungan yang dimaksud adalah kebersihan

lingkungan dan perorangan seperti kebersihan puting susu, kebersihan botol

dan dot susu, maupun kebersihan air yang digunakan untuk mengolah susu

dan makanan. Faktor gizi misalnya adalah tidak diberikannya makanan

tambahan meskipun anak telah berusia 4-6 bulan. Faktor pendidikan yang

utama adalah pengetahuan ibu tentang masalah kesehatan. Faktor

kependudukan menunjukkan bahwa insiden diare lebih tinggi pada penduduk

perkotaan yang padat dan miskin atau kumuh. Sedangkan faktor perilaku

2

Page 4: Preskes DADS

orangtua dan masyarakat misalnya adalah kebiasaan ibu yang tidak mencuci

tangan sebelum menyiapkan makanan, setelah buang air besar atau membuang

tinja anak. Kesemua faktor di atas terkait erat dengan faktor ekonomi masing-

masing keluarga (Irwanto, dkk, 2002).

Diare yang disebabkan mikroba seperti bakteri, parasit atau virus

disebarkan melalui jalan fekal-oral. Mikroba yang berasal dari tinja (feses)

dapat melalui jalur jari-jari (fingers)- lalat (flies)- air (fluid)- tanah (field) yang

akan menyebabkan kontaminasi pada makanan atau minuman. Jalur ini

dikenal dengan jalur 4 F.

Gambar: Rute fekal-oral (Soebagyo, 2008)

C. ETIOLOGI

Penyebab diare akut antara lain yaitu virus, bakteri, parasit, alergi susu

sapi, laktose defisiensi primer dan obat-obatan tertentu . Penyebab utama oleh

virus adalah Rotavirus (40-60%) sedangkan virus lainnya yaitu virus Norwalk,

Astrovirus, Calcivirus, Coronavirus, Minirotavirus dan virus bulat kecil.

Bakteri-bakteri yang dapat menyebabkan diare adalah Aeromonas

hydrophyla, Escherichia coli enteroaggregatife, E. coli enteroinvansife, E. coli

halemortagik, Plesiomonas shigelloides, Vibrio cholerae non-01, V.

Parahemolyticus, Yersina enterocolotica.

Sedangkan penyebab diare oleh parasit adalah Giardia lamblia,

Entamoeba histolytica, Isospora belli, Balantidium coli, Cryptosporodium,

Capillaria philipinensis, Fasiolopsis buski, Sarcocystis suihominis,

Strongiloides strecoralis, dan Trichuris trichiura (Irwanto, dkk, 2002).

Fingers

Flies

Fluid

Field

FesesFood(makanan/ minuman)

Mouth/ mulut

3

Page 5: Preskes DADS

D. PATOGENESIS

Virus

• Beberapa jenis virus seperti Rotavirus, berkembang biak dalam epitel vili

usus halus, menyebabkan kerusakan sel epitel dan pemendekan vili.

Hilangnya sel-sel vili yang secara normal mempunyai fungsi absorbsi dan

penggantian sementara oleh sel epitel berbentuk kripta yang belum matang,

menyebabkan usus mensekresi air dan elekrolit. Kerusakan vili dapat juga

dihubungkan dengan hilangnya enzim disakaridase terutama laktase.

Penyembuhan terjadi bila vili mengalami regenerasi dan epitel vilinya

menjadi matang.

Bakteri

• Penempelan di mukosa. Bakteri yang berkembang biak dalam usus halus

pertama-tama harus menempel mukosa untuk menghindarkan diri dari

penyapuan. Penempelan terjadi melalui antigen yang menyerupai rambut

getar, disebut pili atau fimbria yang melekat pada reseptor di permukaan

usus. Hal ini terjadi misalnya pada E. coli enterotoksigenik dan V. Cholera

01. Pada beberapa keadaan, penempelan di mukosa dihubungkan dengan

perubahan epitel usus yang menyebabkan pengurangan kapasitas

penyerapan atau menyebabkan sekresi cairan (misalnya infeksi E. coli

enteropatogenik atau enteroaggrerasi).

• Toksin yang menyebabkan sekresi. E. coli enterotoksigenik, V. cholerae 01

dan beberapa bakteri lain mengeluarkan toksin yang menghambat fungsi sel

epitel. Toksin ini mengurangi absorbsi natrium melalui vili dan mungkin

meningkatkan sekresi chlorida dari kripta, yang menyebabkan sekresi air

dan elektrolit. Penyembuhan terjadi bila sel yang sakit diganti dengan sel

yang sehat setelah 2-4 hari.

• Invasi mukosa. Shigella, C. Jejuni, E. coli enteroinvasife dan Salmonella

dapat menyebabkan diare berdarah melalui invasi dan perusakan sel epitel

mukosa. Ini terjadi sebagian besar di colon dan bagian distal ileum. Invasi

mungkin diikuti dengan pembentukan mikroabses dan ulkus superfisial

4

Page 6: Preskes DADS

yang menyebabkan adanya sel darah merah dan sel darah putih atau terlihat

adanya darah dalam tinja. Toksin yang dihasilkan oleh kuman ini

menyebabkan kerusakan jaringan dan kemungkinan juga sekresi air dan

elektrolit dari mukosa (Ditjen PPM & PLP, 1999).

Parasit

• Penempelan mukosa. G. Lamblia dan Cryptosporodium menempel pada

epitel usus halus dan menyebabkan pemendekan vili yang kemungkinan

menyebabkan diare.

• Invasi mukosa. E. histolytica menyebabkan diare dengan cara menginvasi

epitel mukosa di kolon atau ileum yang menyebabkan mikroabses dan

ulkus. Namun hal ini baru terjadi bila strainnya sangat ganas.

Obat-obatan

• Beberapa macam obat terutama antibiotika dapat juga menjadi penyebab

diare. Antibiotika agaknya membunuh flora normal usus sehigga organisme

yang tidak biasa atau yang kebal terhadap antibiotik itu sendiri akan

berkembang bebas. Disamping itu sifat farmakokinetika dari antibiotika itu

sendiri juga memegang peran penting. Sebagai contoh ampisilin dan

klindamisin adalah antibiotik yang dikeluarkan di dalam empedu yang

merubah flora flora tinja secara intesif walaupun diberikan secara parental.

Antibiotik juga bisa menyebabkan malabsorbsi, misalnya tetrasiklin,

kanamisin, basitrasin, polmiksin, dan neomisin (Irwanto, dkk, 2002).

E. PATOFISIOLOGI

Ada 2 prinsip mekanisme terjadinya diare yaitu sekretorik dan osmotik.

Diare sekretorik

Diare sekretorik disebabkan karena sekresi air dan elektrolit ke dalam

usus halus. Hal ini terjadi bila absorbsi natrium oleh vili gagal sedangkan

sekresi chlorida di sel epitel berlangsung terus atau meningkat. Hasil akhirnya

adalah sekresi cairan yang menebabkan kehilangan air dan elektrolit dari

tubuh sebagai tinja cair yang dapat menyebabkan dehidrasi. Pada diare infeksi

5

Page 7: Preskes DADS

perubahan ini terjadi karena adanya rangsangan pada mukosa usus oleh toksin

bakteri seperti toksin E.coli dan V. cholerae 01 atau virus (Rotavirus).

Diare osmotik

Diare osmotik terjadi bila suatu bahan yang secara osmotik aktif dan

sulit diserap. Jika bahan semacam itu berupa larutan isotonik, air dan bahan

yang larut di dalamnya akan lewat tanpa diabsorbsi sehingga terjadi diare. Bila

substansi yang diabsorbsi dengan jelek berupa larutan hipertonik, air dan

beberapa elektrolit akan pindah dari cairan ekstraseluler ke dalam lumen usus

sampai osmolaritas dari isi usus sama dengan cairan ekstraseluler dan darah.

Hal in meningkatkan volume tinja dan menyebabkan dehidrasi karena

kehilangan cairan tubuh (Ditjen PPM & PLP, 1999).

Pada diare akan terjadi kekurangan air (dehidrasi), gangguan

keseimbangan asam basa (asidosis metabolik), yang secara klinis berupa

pernafasan kusmaull, hipoglikemia, gangguan gizi, dan gangguan sirkulasi

(Aswitha, dkk, 2000).

F. MANIFESTASI KLINIS

Awalnya anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan meningkat, nafsu

makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Gejala muntah dapat

terjadi sebelum dan/ sesudah diare. Bila telah banyak kehilangan air dan

elektrolit terjadilah dehidrasi. Berat badan turun. Pada bayi, ubun-ubun besar

cekung. Tonus dan turgor kulit berkurang. Selaput lendir bibir dan mulut

kering (Aswitha, dkk, 2000).

Cara praktis penatalaksanaan diare yaitu berdasarkan tipe klinis diare itu

sendiri. Terdapat 4 macam tipe klinis diare, dimana tiap macam

menggambarkan kelainan yang mendasari dan perubahan fisiologi yang

berbeda-beda :

• Diare cair akut (termasuk kolera) yang berlangsung beberapa jam sampai

dengan beberapa hari. Pada diare ini perlu diwaspadai bahaya terjadinya

dehidrasi, juga dapat terjadi penurunan berat badan apabila intake

makanan kurang.

6

Page 8: Preskes DADS

• Diare akut dengan pendarahan (disentri) , dimana pada diare ini bahaya

utamanya adalah kerusakan usus, sepsis, dan malnutrisi serta dehidrasi.

• Diare persisten (berlangsung selama 14 hari atau lebih), dimana bahaya

utamanya adalah malnutrisi dan infeksi non intestinal berat serta dehidrasi.

• Diare dengan malnutrisi berat (marasmus atau kwashiorkor) dengan

bahaya utamanya antara lain infeksi sistemik berat, dehidrasi, gagal

jantung, dan defisiensi mineral dan vitamin (WHO, 2004).

G. PENCEGAHAN

Diare dapat dicegah dengan memperbaiki usaha multisektoral antara lain

sebagai berikut:

- Meningkatkan sarana air besih dan sanitasi umum

- Promosi pendidikan higiene

- Pemberian ASI eksklusif

- Meningkatkan ketrampilan mengasuh anak

- Imunisasi pada anak : khususnya untuk membasmi campak

- Menggunakan jamban /wc

- Menjaga kebersihan makanan dan minuman

- Mencuci tangan dengan sabun sebelum menyentuh makanan

- Mencuci peralatan makan (WHO, 2004).

H. DIAGNOSIS

1. Anamnesis

a. Riwayat diare sekarang :

- Sudah berapa lama diare berlangsung

- Total diare dalam 24 jam, diperkirakan dari frekuensi diare dan

jumlah tinja

- Keadaan klinis tinja (warna, konsistensi, ada lendir atau darah tidak)

- Muntah (frekuensi dan jumlah)

- Demam

- Buang air kecil terakhir

7

Page 9: Preskes DADS

- Anak lemah, rewel, rasa haus, kesadaran menurun

- Jumlah cairan yang masuk selama diare

- Tindakan yang telah diambil (diberi cairan, ASI, makanan, obat,

oralit)

- Apakah ada yang menderita diare di sekitarnya (IDAI, 2004).

- Riwayat bepergian ke daerah yang sedang terkena wabah diare

- Kontak dengan orang yang sakit

- Penggunaan antibiotik (Prescilla,2006)

b. Riwayat diare sebelumnya : kapan, berapa lama

c. Riwayat penyakit penyerta saat ini

d. Riwayat imunisasi : lengkap atau tidak.

e. Riwayat makanan sebelum diare : ASI, susu formula, makan makanan

yang tidak biasa (Subagyo, 2004).

2. Pemeriksaan fisik

Pada pemeriksaan fisik harus diperhatikan tanda utama yaitu,

kesadaran, rasa haus, turgor kulit abdomen. Perhatikan juga tanda

tambahan, yaitu ubun-ubun besar cekung atau tidak, mata cekung atau

tidak, ada atau tidaknya air mata, kering atau tidaknya mukosa mulut,

bibir dan lidah. Jangan lupa menimbang berat badan. Perhatikan pula ada

tidaknya pernafasan cuping hidung, retraksi interkostal, akral dingin,

perfusi jaringan serta derajat dehidrasinya.

Penilaian derajat dehidrasi dilakukan sesuai dengan kriteria berikut :

a. Tanpa dehidrasi (kehilangan caiaran < 5% berat badan)

- Tidak ditemukan tanda utama dan tanda tambahan

- Keadaan umum baik dan sadar

- Tanda vital dalam batas normal (denyut jantung, kualitas nadi dan

pernapasan normal)

- Ubun-ubun besar tidak cekung, mata tidak cekung, air mata ada,

mukosa mulut dan bibir basah

- Turgor abdomen baik, bising usus normal

8

Page 10: Preskes DADS

- Capillary refill normal

- Kencing normal

- Akral hangat

Pasien dapat dirawat di rumah, kecuali apabila terdapat komplikasi

lain (tidak mau minum, muntah terus menerus, diare yang frekuen).

b. Dehidarasi ringan sedang (kehilangan cairan 5-10% berat badan)

- Apabila di dapatkan dua tanda utama ditambah dua atau lebih tanda

tambahan

- Keadaan umum gelisah dan cengeng

- Denyut jantung meningkat, kualitas nadi melemah, pernapasan cepat

- Ubun-ubun besar sedikit cekung, mata sedikit cekung, air mata

kurang, mukosa mulut dan bibir sedikit kering

- Turgor kurang

- Capillary refill memanjang

- Kencing berkurang

- Akral hangat

- Pasien harus rawat inap.

c. Dehidrasi berat (kehilangan cairan > 10% berat badan)

- Apabila didapatkan dua tanda utama ditambah dua atau lebih tanda

tambahan

- Keadaan umum lemah, letargi atau koma

- Takikardi, bradikardi pada kasus berat

- Kualitas nadi lemah, kecil, tidak teraba

- Pernapasan dalam

- Ubun-ubun besar sangat cekung, mata sangat cekung, air mata tidak

ada, mukosa mulut dan bibir sangat kering

- Turgor buruk (cubitan pada kulit abdomen kembali > 2 detik)

- Capillary refill memanjang, minimal

- Kencing sangat kurang

- Akral dingin

- Pasien harus rawat inap (IDAI, 2004).

9

Page 11: Preskes DADS

Penilaian dehidrasi menurut MTBS

Terdapat 2 atau lebih dari tanda-tanda

berikut ini :

• Letargis atau tidak sadar

• Mata cekung

• Tidak bisa minum atau malas

minum

• Cubitan kulit perut kembalinya

sangat lambat

Dehidrasi berat

Terdapat 2 atau lebih tanda-tanda

berikut ini:

• Gelisah, rewel

• Mata cekung

• Haus, minum dengan lahap

• Cubitan kulit perut kembalinya

lambat

Dehidrasi ringan/sedang

Tidak cukup tanda-tanda untuk

diklasifikasikan dehidrasi berat atau

ringan/sedang

Tanpa dehidrasi

(Ditjen PPM & PLP, 1999)

1. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaaan tinja

- Makroskopis : bau, warna, lendir, darah , konsistensi

- Mikroskopis: eritrosit, lekosit, bakteri, parasit

- Kimia : PH, clinitest, elektrolit (Na, K, HCO3)

- Biakan dan uji sensitivitas

b. Pemeriksaan darah : Darah lengkap, analisis gas darah dan elektrolit

(terutama Na, K, Ca, dan P serum pada diare yang disertai kejang),

kadar ureum dan kreatinin darah.

c. Pemeriksaan urin : urin rutin (Aswitha, dkk, 2001)

10

Page 12: Preskes DADS

I. PENATALAKSANAAN

1. Atasi dehidrasi

• Tanpa dehidrasi

Cairan rumah tangga dan ASI diberikan semaunya, oralit diberikan sesuai

usia setiap kali buang air besar atau muntah dengan dosis:

- < 1 tahun: 50-100 cc

- 1-5 tahun : 100-200 cc

- 5 tahun : semaunya.

• Dehidrasi ringan sedang

Rehidrasi dengan oralit 75 cc/kgBB dalam 3 jam pertama dilanjutkan

pemberian kehilangan cairan yang sedang berlangsung sesuai umur seperti

di atas setiap kali buang air besar.

• Dehidrasi berat

Rehidrasi parenteral dengan cairan ringer laktat atau ringer asetat 100

cc/kgBB. Cara pemberian :

- < 1 tahun 30cc/kgBB dalam 1 jam pertama dilanjutkan 70 cc/kgBB

dalam 5 jam berikutnya.

- 1 tahun : 30 cc/kgBB dalam ½ jam pertama dilanjutkan 70 cc/kgBB

dalam 2 ½ jam berikutnya.

Minum diberikan jika pasien sudah mau minum 5 cc/kgBB selama

proses rehidrasi.

2. Pemakaian antibiotik

Bila ada indikasi seperti pada Shigella dan Cholera. Antibiotik sesuai

dengan hasil pemeriksaan penunjang. Sebagai pilihan adalah kotrimoksazol,

amoksisilin dan atau sesuai hasil uji sensitivitas.

3. Diet

Anak tidak boleh dipuasakan, makanan diberikan sedikit-sedikit tapi sering,

rendah serat, buah-buahan diberikan terutama pisang.

4. Jangan mengunakan spasmolitika

5. Koreksi elektrolit : koreksi bila terjadi hipernatremia, hiponatremia,

hiperkalemia atau hipokalemia.

11

Page 13: Preskes DADS

Salah satu akibat dari kekurangan cairan tubuh adalah hipokalemia.

Hipokalemia adalah suatu keadaan dimana tubuh mengalami kekuarangan

konsentrasi kalium dalam darah. Kadar normal kalium dalam darah sebesar

3,5 – 5 mEg/liter, yang berarti seseorang dinyatakan mengalami

hipokalemia adalah ketika kadar kalium dalam darah kurang dari 3,5

M3g/liter. Karena kalium dimanfaatkan oleh sistem saraf otonom (SSO)

yang digunakan untuk mengendalikan detak jantung, fungsi otak dan proses

fisiologi lainnya. Sehingga hipokalemia dapat menyebabkan kelemahan

otot, kejang otot dan bahkan kelumpuhan, serta dapat mempengaruhi irama

jantung. Selain itu kadar kalium yang terlalu rendah dapat mengakibatkan

ketidakmampuan jantung untuk berdetak dan pada akhirnya menyebabkan

kegagalan jantung. Penentuan atau diagnosis seseorang mengalami

hipokalemi diketahui melalui pemeriksaan darah di laboratorium

Hipokalemia juga dapat terjadi karena fungsi ginjal yang tidak berfungsi

dengan baik, karena ginjal yang normal dapat menahan kalium dalam darah.

Selain itu sindrom cushing, yang disebabkan oleh diproduksinya hormon

aldosteron yang berakibat pada ginjal mengeluarkan kalium dalam kadar

yang besar, sebagai penyebab lain terjadinya hipokalemia. Selain itu pola

konsumsi yang berlebihan atas kayu manis dan tembakau serta penggunaan

insulin dan obat-obatan asma seperti albuterol, terbutalin dan teofilin dapat

mempengaruhi fungsi ginjal dalam menahan kalium dalam darah.

Untuk pengobatan hipokalemia akibat diare hal pertama yang perlu

dilakukan adalah dengan memperbanyak minum cairan elektrolit atau diare

untuk menggantikan cairan tubuh yang hilang serta meminum obat

penghenti diare. Sedangkan untuk pengobatan hipokalemianya sendiri dapat

dengan mengkonsumsi makanan yang mengandung kalium yang tinggi

seperti pisang atau dengan mengkonsumsi garam kalium. Karena kalium

dapat mengiritasi saluran pencernaan garam kalium diberikan dalam dosis

kecil. Sedangkan pada kasus hipokalemia berat, dilakukan pemberian kaliun

secara intravena. Namun hal tersebut harus dilakukan dalam pantauan

12

Page 14: Preskes DADS

dokter dan biasanya dilakukan di rumah sakit untuk menghindari kenaikan

kadar kalium yang terlalu tinggi. (Anonim,2009)

6. Vitamin A

- 6 bulan – 1 tahun : 100.000 IU

- >1 tahun : 200.000 IU

7. Pendidikan orangtua : penyuluhan tentang penanganan diare dan cara-cara

pencegahan diare (IDAI, 2004).

Indikasi rawat inap :

Diare akut dengan dehidrasi berat

Diare akut dehidrasi ringan sedang dengan komplikasi

Usia < 6 bulan (usia yang mempunyai resiko tinggi mengalami dehidrasi),

buang air besar cair > dari 8 kali dalam 24 jam dan muntah > dari 4 kali sehari

(Armon, 2001).

J. PEMANTAUAN

1) Terapi

Setelah pemberian cairan rehidrasi harus dinilai ulang derajat dehidrasi,

berat badan, gejala dan tanda dehidrasi. Jika masuk dehidrasi maka

dilakukan rehidrasi ulang sesuai dengan derajat dehidrasinya. Jika setelah 3

hari pemberian antibiotik klinis dan laboratorium tidak ada perubahan maka

dipikirkan penggantian antibiotik sesuai hasil uji sensitivitas.

2) Tumbuh kembang

3) Timbang berat badan sebelum dan sesudah rehidrasi, 2 minggu setelah

sembuh dan seterusnya secara periodik sesuai umur. Jika anak mengalami

gizi buruk maka dikelola sesuai dengan SPM gizi buruk

Penderita dapat dipulangkan bila penderita tidak dehidrasi, keadaaan umum

dan tanda vital baik, sudah bisa makan dan minum (IDAI, 2004).

13

Page 15: Preskes DADS

DAFTAR PUSTAKA

Armon, 2001. An evidence and consensus based guideline for acute diarrhoea

management. [email protected]

Aswitha, dkk, 2000. Kapita Selekta Kedokteran; Gastroenterologi Anak. Media

Aesculapius. Jakarta, hal : 470 –471.

Deddy Satriya Putra, 2008. Diare Akut pada Anak, Upaya Mengurangi Kejadian

Komplikasi Diare Akut. Ilmu Kesehatan Anak RSUD Arifin Achmad / FK

UNRI : http://www.dr-rocky.com/layout-artikel-kesehatan/42-diare-akut-

pada-anak

Ditjen PPM & PLP, 1999. Buku Ajar Diare. Jakarta, hal : 8-10.

Hassan, R., Alatas., H. 2005. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak Jilid I. Jakarta:

Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

http://kurawa15.blogspot.com/2009/05/hati-hati-jika-diare.html

IDAI, 2004. Standar Pelayanan Medis. Badan Penerbit IDAI. Jakarta, hal : 49-52.

Irwanto, 2002. Ilmu Penyalit Anak; Diagnosa dan Penatalaksanaan. Salemba

Medika. Jakarta, hal : 73 – 79.

Randy P Prescilla, MD, FAAP, 2006. Gastroenteritis. www.emedicinehealth.com

Soebagyo B, 2008. Diare Akut pada Anak. UNS Press. Surakarta, hal : 2

Subagyo, 2004. Standar Pelayanan Medis Kelompok Staf Medis Fungsional Anak

RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Surakarta, hal : 58-63.

14

Page 16: Preskes DADS

WHO, 2004. Diarrhoea : Water, Sanitation and Hygiene Links to Health

.www.wikipedia.com.

15

Page 17: Preskes DADS

STATUS PENDERITA

I. IDENTITAS PENDERITA

Nama : An. R

Umur : 9 bulan

Jenis Kelamin : laki-laki

Agama : Islam

Alamat : Sendang Palang Sumber Lawang Sragen

Tanggal pemeriksaan : 4 Desember 2013

No. CM : 01231811

II. ANAMNESIS

Anamnesis diperoleh dengan cara aloanamnesis terhadap ibu penderita

tanggal 4 Desember 2013.

A. Keluhan Utama : BAB cair

B. Riwayat Penyakit Sekarang

Sejak 2 hari SMRS pasien buang air besar ± 10x/hari, tiap kali

BAB ¼ gelas belimbing, warna kuning, konsistensi cair lebih banyak

daripada ampas, , lendir (-), darah (-), berbau busuk (-). Muntah (+) 4-

5x/hari, @1/4 gelas belimbing, berisi makanan dan minuman yang habis

diminum. Pasien tampak rewel dan kehausan ingin minum terus, minum

air putih dan ASI. Demam (+), batuk (-), pilek (-), kejang (-). Pasien

kemudian diperiksakan ke Puskesmas dan diberi obat tapi keluhan tidak

berkurang.

± 1 hari SMRS pasien masih BAB cair, ± 4x/hari, warna kuning,

cair lebih banyak daripada ampas, masing-masing ¼ gelas belimbing,

darah (-), lendir (-). Buang air kecil terakhir 6 jam SMRS, jumlahnya

lebih sedikit daripada biasanya. Muntah jika diberi makan/minum. Pasien

masih mau menetek, kurang lebih 10x/hari, @ selama 5 menit. Pasien

16

Page 18: Preskes DADS

tidak mengkonsumsi susu formula atau mencoba makanan baru.

Penurunan berat badan (-).

C. Riwayat Penyakit Dahulu

- Riwayat sakit diare : disangkal

- Riwayat ganti makanan/minuman: disangkal

- Riwayat alergi : disangkal

- Riwayat mondok sebelumnya : (-)

- Riwayat Nutrisi : ASI + bubur

D. Riwayat Penyakit Keluarga dan Lingkungan

- Riwayat diare di lingkungan sekitar : (+)

- Riwayat alergi : disangkal

- Riwayat atopi : disangkal

E. Riwayat Penyakit yang Pernah Diderita

- Faringitis : (-)

- Bronkitis : (-)

- Morbili : (-)

- Rhinitis : (-)

- Difteri : (-)

- Varicella : (-)

- Malaria : (-)

- Polio : (-)

- Diare : (-)

- Disentri Basiler : (-)

- Disentri Amoeba : (-)

- Thypus abdominalis : (-)

- Cacingan : (-)

- Fraktur : (-)

17

Page 19: Preskes DADS

G. Riwayat Kesehatan Keluarga

Ayah : baik

Ibu : baik

Saudara : baik

H. Pemeliharaan Kehamilan dan Prenatal

Periksa di : Puskesmas

Frekuensi : I : 1 x/ bulan

II : 2 x / bulan

III : 2 x / bulan

Penyakit kehamilan : tidak ada

Obat-obatan yang diminum selama kehamilan : multivitamin, tablet

penambah darah.

I. Riwayat Kelahiran

Lahir di RS, ditolong dokter, umur kehamilan 9 bulan 3 hari, partus

spontan, normal, menangis kuat segera sesudah lahir, BBL 3000 gram, PB

saat lahir 48 cm.

J. Riwayat Post natal

Periksa di Posyandu sejak umur 1 bulan, frekuensi tiap imunisasi.

K. Status imunisasi

Jenis I II III IV

BCG

DPT

Polio

Campak

Hepatitis B

2 bulan

2 bulan

0 bulan

9 bulan

2 bulan

-

4 bulan

2 bulan

-

4 bulan

-

6 bulan

4 bulan

-

6 bulan

-

-

6 bulan

-

-

Kesimpulan : imunisasi dasar lengkap

18

Page 20: Preskes DADS

L. Riwayat Perkembangan :

- 1 bulan : tersenyum

- 2 bulan : mengangkat kepala

- 3 bulan : tengkurap sendiri

- 4 bulan : meraih benda, berteriak

- 6 bulan : duduk bersandar, mengambil mainan, mengoceh

- 9 bulan : merangkak, bicara penggal kata

Hasil Denver II : Pertumbuhan dan perkembangan normal

M. Riwayat Makan Minum Anak

- Sejak lahir – sekarang konsumsi ASI. Frekuensi 10x/hari, lama

menyusui + 10-15 menit, bergantian kanan dan kiri. Sesudah menyusui

anak tidak menangis

- Sejak usia 6 bulan – sekarang diberikan buah-buahan (pepaya,

pisang), frekuensi pemberian rata-rata 2x/minggu

- Sejak usia 6 bulan – 9 bulan diberikan Bubur susu, merk SUN.

Frekuensi pemberian 3x/hari

- Sejak usia 9 bulan – sekarang diberikan Nasi, dengan sayur dan

lauk bervariasi (tahu, tempe, ayam), frekuensi 3x/hari.

N. Riwayat Keluarga Berencana

Ibu menggunakan KB suntik tiap 3 bulan.

O. Pohon Keluarga

An. R, 9 bulan19

Page 21: Preskes DADS

Penderita adalah anak keempat dari 4 bersaudara. Anak kedua

meninggal (+), keguguran (+), anak lahir meninggal (-), Ibu menikah 1

kali, ayah menikah 1 kali.

III. PEMERIKSAAN

A. Keadaan Umum : rewel, tampak kehausan

Derajat kesadaran : CM

Status gizi : kesan gizi baik

B. Vital sign

HR : 120 x/menit, reguler, simetris, isi dan tegangan cukup

Respirasi : 30 x/menit, simetris, kedalaman cukup.

Suhu : 37,1 oC

BB : 7,5 kg

C. Kulit

Sawo matang, kelembaban baik

D. Kepala

Lingkar Kepala : 45 cm

Bentuk normocephal, UUB menutup

E. Mata

Conjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), mata cowong (+/+), air mata

(+/+) berkurang.

F. Hidung

Nafas cuping hidung (-), sekret (-)

G. Mulut

Bibir sianosis (-), mukosa kering (+)

H. Telinga

Daun telinga dalam batas normal, membrane tympani utuh, tragus pain

(-), dischange (-)

I. Tenggorokan Uvula ditengah, Tonsil T1-T1, tonsil hiperemis (-), Faring

hiperemis (-)

J. Leher

20

Page 22: Preskes DADS

Bentuk normocolli, limfonodi cervicalis tidak membesar, trakea di tengah

K. Thorax

Retraksi (-), bentuk normochest, gerak simetris

Cor : Inspeksi : ictus cordis tidak tampak

Palpasi : ictus cordis tidak kuat angkat

Perkusi : Batas jantung kesan tidak melebar

Auskultasi : BJ I – II intensitas normal/reguler, bising (-)

Pulmo : Inspeksi : Pengembangan dada kanan = kiri

Palpasi : Fremitus raba sulit dievaluasi

Perkusi : Sonor/sonor

Auskultasi : SD veskuler (+/+) normal, reguler.

Suara tambahan : RBK (-/-), RBH (-/-),

wheezing (-/-)

L. Abdomen

Inspeksi : dinding perut sejajar dinding dada

Auskultasi : BU (+) meningkat

Perkusi : timpani (+)

Palpasi : otot dinding perut supel, nyeri tekan s.d.e, hepar dan lien

tidak teraba, turgor kembali agak lambat

M. Genital

Phymosis (-), Hidrocelle (-)

N. Extremitas

Akral dingin edema

Capillary refill time < 2 dtk (+)

A. dorsalis pedis teraba kuat

O. Pemeriksaan neurologi

Kordinasi : baik

Sensorium : sensorium

- -

- -

- -

- -

+ +

+ +

21

Page 23: Preskes DADS

Reflek fisiologis : Biseps : 2+/2+

Triseps : 2+/2+

Patella : 2+/2+

Achiles : 2+/2+

Reflek patologis : Chaddock : -/-

Oppenheim : -/-

Babinsky : -/-

Rosolimo : -/-

Gordon : -/-

P. Perhitungan Status Gizi

Secara Antropometris

BB : 8,5 kg

Umur : 9 bulan

PB : 70 cm

BB/U : (8,5/8,9)x100% = 95,5% (-2 SD < z score < 0 SD)

TB/U : (70/72)x100% = 97,22% (-2 SD < z score < 0 SD)

BB/TB : (8,5/8,5)x100% = 100% (z score = 0 SD)

Kesimpulan : Gizi Baik menurut antropometri

Kebutuhan kalori = 8,5 x 110 = 935 kal / hari

Kebutuhan Karbohidrat = 50%x935kal = 467,5kal/hari = ¼ x 467,5

kal/hari = 116 g/hari

Kebutuhan Lemak = 35% x 935 kal = 327,25 kal/hari = 1/9 x 327,25

kal/hari = 36 g/hari

Kebutuhan Protein = 15%x935 kal = 140,25/hari = ¼x 140,25kal/hari

= 35 g/hari

22

Page 24: Preskes DADS

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Laboratorium Darah tanggal 4 Desember 2013

Hb : 10,1 g/dl

Hct : 38,0 %

AE : 5,22 .106 μL

AT : 483.103 μL

AL : 8,3.103 μL

Gol darah : O

GDS : 108

Elektrolit

Natrium : 139 mmol/L

Kalium : 3,9 mmol/L

Klorida : 111 mmol/L

Kesan : hasil laboratorium kesan normal

V. RESUME

Sejak 2 hari SMRS pasien buang air besar ± 10x/hari, tiap kali

BAB ¼ gelas belimbing, warna kuning, konsistensi cair lebih banyak

daripada ampas, , lendir (-), darah (-), berbau busuk (-). Muntah (+) 4-

5x/hari, @1/4 gelas belimbing, berisi makanan dan minuman yang habis

diminum. Pasien tampak rewel dan kehausan ingin minum terus, minum

air putih dan ASI. Demam (+), batuk (-), pilek (-), kejang (-). Buang air

kecil terakhir 6 jam SMRS, jumlahnya lebih sedikit daripada biasanya

Pasien masih mau menetek, kurang lebih 10x/hari, @ selama 5 menit.

Pasien tidak mengkonsumsi susu formula atau mencoba makanan baru.

Penurunan berat badan (-).

Riwayat imunisasi dasar lengkap sesuai umur. Riwayat

perkembangan dan pertumbuhan baik. Riwayat pemeliharaan prenatal

baik. Riwayat kelahiran, lahir spontan dengan usia kehamilan 9 bulan 3

hari, pemeliharaan postnatal baik.

23

Page 25: Preskes DADS

Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum CM, rewel,

tampak kehausan, dan gizi kesan baik. Tanda vital: HR : 120 x/menit,

respirasi : 30 x/menit, suhu: 37,1 C, pemeriksaan neurologi dalam batas

normal. Status gizi secara antropometris: gizi baik. Mata cowong (+/+), air

mata (+/+) berkurang, mukosa mulut kering (+), turgor kembali agak

lambat. Pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb: 10,1 g/dl, Hct: 38,0 %,

AE: 5,22 .106 μL, AT: 483.103 μL, AL: 8,3.103 μL, Gol darah: O, GDS:

118, Natrium: 139 mmol/L, Kalium: 3,9 mmol/L, Klorida: 111 mmol/L.

VI. DAFTAR MASALAH

1. BAB cair

2. Muntah

3. Rewel

4. Tampak kehausan

5. Mata cowong (+/+)

6. Air mata berkurang

7. Turgor kulit abdomen kembali agak lambat

VII. DIAGNOSA BANDING

1. Diare akut dengan dehidrasi sedang e/c virus

2. Diare akut dengan dehidrasi sedang e/c bakteri

VIII. DIAGNOSA KERJA

Diare akut dengan dehidrasi sedang e/c DD virus, bakteri

IX. PENATALAKSANAAN

1. Mondok Bangsal

2. Planning

a. Terapi

Diet bubur 900 Kkal/hari

24

Page 26: Preskes DADS

Rehidrasi oralit 75cc/kgBB/3jam 1687,5cc/ 3jam 563cc / jam

95cc/10 menit

Zink 1x20mg

Probiotik 2x1 sach

Oralit 75 cc tiap mencret

Oralit 40 cc tiap muntah

b. Planning :

- Periksa urin dan feces rutin

c. Monitoring :

- Keadaan Umum, status hidrasi & Vital Sign / 1 jam selama

rehidrasi, selanjutnya keadaan umum dan vital sign / 4 jam setelah

terrehidrasi

- Balance Cairan , Diuresis / 8 jam

d. Edukasi

Banyak minum dan jaga kebersihan

X. PROGNOSIS

Ad vitam : baik

Ad sanam : baik

Ad fungsionam : baik

FOLLOW UP

25

Page 27: Preskes DADS

Tanggal 5 – 12 – 2013

02.00 03.00 04.00 05.00 06.00

S : - muntah

- diare

-

1x, cair >

ampas

-

-

-

-

-

-

-

-

O : - HR

- RR

- Suhu

122

30

37,1

120

24

36,8

128

24

36,7

118

22

36,8

120

24

36,8

Kepala: UUB menutup menutup menutup menutup Menutup

Mata : - cowong

- air mata

(+/+)

(+/+)

(+/+)

(+/+)

(+/+)

(+/+)

(-/-)

(+/+)

(-/-)

(+/+)

Mulut : Mukosa basah (-) (+) (+) (+) (+)

Abdomen : Turgor kulitKembali

agak lambat

Kembali

agak lambat

Kembali

cepat

Kembali

cepat

Kembali

cepat

Extremitas:

- akral dingin

- CRT

- ADP

(-/-)

< 2 dtk

Teraba kuat

(-/-)

< 2 dtk

Teraba kuat

(-/-)

< 2 dtk

Teraba kuat

(-/-)

< 2 dtk

Teraba kuat

(-/-)

< 2 dtk

Teraba kuat

BAK - - 200 cc - 100 cc

S : BAB (+) cair > ampas 3x, lendir (-), darah (-)

Demam (+) sumer-sumer

O : KU baik, CM, gizi kesan cukup, pucat

VS : HR : 140x /menit

Rr : 24x / menit

S : 37,7 °C

Mata : Cowong (-/-), Air mata (+/+), konjungtiva anemis (+/+)

Mulut : Bibir kering (-), Mukosa basah (+)

Hidung : NCH (-)

Thorax : retraksi (-)

Cor : BJ I-II, int N, regular, bising (-)

Pulmo : SD : Vesikuler (+/+), ST : (-/-)

26

Page 28: Preskes DADS

Abdomen : supel, H/L tak teraba, BU (+) normal, tugor kembali cepat.

- -

- -Akral dingin oedem

Assesment : Diare akut dengan dehidrasi sedang (terehidrasi)

Planning:

a. Terapi :

Diet bubur 900 kkal/hari

Zink 1x20 mg (II)

Probiotik 2x/sach

Oralit 75cc tiap diare

40cc tiap muntah

b. Planning :

Urine/feces rutin

Pemeriksaan darah lengkap

c. Monitoring :

KU/VS tiap 4 jam

Status hidrasi/Balance Cairan-Diuresis tiap 8 jam

Hasil Pemeriksaan Feces dan Urine Rutin tanggal 5 Desember 2013

Makroskopis: Warna : kuning

Lendir : (+)

Pus : (-)

Darah : (-)

Mikroskopis: Sisa lemak : (+)

Kuman : ++

Kesimpulan: tinja cair warna kuning, berlendir, tidak ditemukan parasit maupun

jamur patogen

27

- -

- -

Page 29: Preskes DADS

Hasil Pemeriksaan Laboratorium Darah tanggal 5 Desember 2013

Hb : 9,1 g/dl

Hct : 32 %

AE : 4,06 .106 uL

AT : 308 .103 uL

AL : 6,5.103 uL

Index Eritrosit

MCV : 79,1 /um

MCH : 29,2 pg

MCHC : 30,8 g/dl

RDW : 16,4 %

HDW : 4,1 g/dl

MPV : 6,6 fl

PDW : 53 %

Hitung Jenis

Eosinofil : 0,80 %

Basofil : 1,00 %

Netrofil : 35,80 %

Limfosit : 57,10 %

Monosit : 5,20 %

LUC : 9,40 %

Kesan : Anemia e/c Defisiensi Fe DD Infeksi

Tanggal 6 – 12 - 2013

S : BAB (+) ampas > cair 2x, lembek, lendir (-), darah (-)

BAK (+)

Muntah (-)

Demam (-)

O : KU baik, CM, gizi kesan cukup

VS : HR : 100x /menit

Rr : 24x / menit

28

Page 30: Preskes DADS

S : 35,8°C

Mata : Cowong (-/-), Air mata (+/+), konjungtiva pucat (+/+)

Mulut : Bibir kering (-), Mukosa basah (+)

Hidung : NCH (-)

Thorax : retraksi (-)

Cor : BJ I-II, int N, regular, bising (-)

Pulmo : SD : Vesikuler (+/+), ST : (-/-)

Abdomen : supel, H/L tak teraba, BU (+) normal, tugor kembali cepat.

- -

- -Akral dingin oedem

Assesment :

Diare akut dehidrasi sedang (terrehidrasi)

Anemia e/c defisiensi Fe DD proses infeksi

Planning:

a. Terapi :

Diet bubur 900 kkal/hari

Zink 1x20 mg (III)

Probiotik 2x/sach

Oralit 75cc tiap diare

40cc tiap muntah

b. Diagnosa : Gambaran Darah Tepi

c. Monitoring :

KU/VS tiap 8 jam

BC-D tiap 8 jam

Hasil Pemeriksaan Gambaran Darah Tepi

- Eritrosit : hipokrom, mikrosit, pensil sel, burr sel, eritroblast (-)

- Lekosit : jumlah dalam batas normal, penyebaran merata

- Trombosit : jumlah dalam batas normal, penyebaran merata

Simpulan : Anemia hipokromik mikrositik suspek e/c defisiensi Fe

29

- -

- -

Page 31: Preskes DADS

Saran : Feritin

Status Hidrasi

14.00 22.00 06.00

S : - muntah

- diare

-

-

-

-

-

-

O : - HR

- RR

- Suhu

100

20

36

96

24

36,4

118

24

36

Kepala: UUB menutup menutup menutup

Mata : - cowong

- air mata

(-/-)

(+/+)

(-/-)

(+/+)

(-/-)

(+/+)

Mulut : Mukosa basah (+) (+) (+)

Abdomen : Turgor kulit Kembali cepat Kembali cepat Kembali cepat

Extremitas:

- akral dingin

- CRT

- ADP

(-/-)

< 2 dtk

Teraba kuat

(-/-)

< 2 dtk

Teraba kuat

(-/-)

< 2 dtk

Teraba kuat

BAK 200 cc 500 cc 100 cc

Tanggal 7 – 12 - 2013

S : BAB (+) 2x, lembek

BAK (+)

Muntah (-)

Demam (-)

O : KU baik, CM, gizi kesan cukup

VS : HR : 120x /menit

Rr : 18x / menit

S : 36,8°C

Mata : Cowong (-/-), Air mata (+/+) konjungtiva pucat (-/-)

Mulut : Bibir kering (-), Mukosa basah (+)

Hidung : NCH (-)

30

Page 32: Preskes DADS

Thorax : retraksi (-)

Cor : BJ I-II, int N, regular, bising (-)

Pulmo : SD : Vesikuler (+/+), ST : (-/-)

Abdomen : supel, H/L tak teraba, BU (+) normal, tugor kembali cepat.

- -

- -Akral dingin oedem

Assesment :

Diare akut dengan dehidrasi sedang (terehidrasi)

Anemia e/c defisiensi Fe DD proses infeksi

Planning:

a. Terapi :

Diet bubur 900 kkal/hari

Zink 1x20 mg (IV)

Probiotik 2x/sach

Oralit 75cc tiap diare

40cc tiap muntah

d. Monitoring :

KU/VS tiap 8 jam

BC-D tiap 8 jam

e. BLPL

31

- -

- -

Page 33: Preskes DADS

32