ubsunscreen fix
DESCRIPTION
UBSunscreen FixTRANSCRIPT
-
JURNAL PRAKTIKUM FORMULASI KOSMETIKA
Hari / Jam Praktikum : Rabu / 10.30 12.30
Golongan / Kelompok : U / B
Materi : Sunscreen alami
Anggota Kelompok : Septin Putri A. / 2443012061
Hety Setya / 2443012087
Chrisantus Surya / 2443012102
Eka Fauziyah / 2443012104
I. NAMA SEDIAAN KOSMETIKA
Krim tabir surya (Sunscreen cream)
II. TINJAUAN TENTANG SEDIAAN KOSMETIKA
Paparan sinar matahari/ sinar UV memiliki efek yang menguntungkan dan merugikan pada
tubuh manusia. Beberapa efek yang menguntungkan dari sinar matahari bagi kesehatan yaitu
dapat menstimulasi sirkulasi darah, meningkatkan pembentukan hemoglobin dan dapat
menurunkan tekanan darah, selain itu sinar matahari juga memegang peranan vital untuk
pencegahan dan penyembuhan penyakit riketsia melalui aktivasi provitamin D pada epidermis
yang akan vitamin D. Namun juga ada efek negatif dari paparan sinar matahari, pada jangka
pendek dapat terjadi kerusakan sementara pada lapisan epidermis kulit seperti kulit kemerahan
(erythema) dan hyperpigmentasi. Sinar UV yang paling berpotensi menyebabkan eritema dan
hiperpigmentasi adalah sinar UV dengan panjang gelombang 280-320 (UV B). Paparan sinar UV
yang terlalu berlebihan dapat menyebabkan penyakit serius seperti kanker kulit (Wilkinson, 1982).
Karena alasan tersebut diatas maka diperlukan perlindungan untuk mengurangi timbulnya
kerusakan kulit akibat radiasi tersebut.
Sunscreen adalah suatu sediaan kosmetika yang dapat digunakan untuk melindungi kulit
dari paparan langsung sinar UV baik itu UV A ataupun UV B. Senyawa kimia yang digunakan
dalam formulasi sediaan sunscreen memiliki mekanisme kerja mengabsorbsi dan/atau
memantulkan sinar UV sebelum mencapai kulit. Biasanya sediaan sunscreen terdiri dari
kombinasi dua atau lebih zat aktif dengan mekanisme proteksi yang berbeda (Yuliani,2011). FDA
mengharuskan semua produk sunscreen mengandung lebel Sun Protection Factor (SPF). Nilai SPF
tersebut menunjukkan jumlah relative dari perlindungan kulit terbakar yang dapat sunscreen
berikan pada rerata pengguna ketika digunakan. Nilai SPF minimal yang direkomendasikan dalam
sediaan sunscreen adalah tidak kurang dari 15 (EPA,2006).
SPF atau Sun Protecting Factor adalah indikator yang menunjukkan berapa lama kulit
terlindungi tanpa terbakar selama berada di bawah paparan sinar matahari. Nilai SPF inilah yang
-
menunjukkan kekuatan tabir surya dalam melindungi kulit dari sengatan sinar ultraviolet (UV) A
dan B.
Semakin tinggi nilai SPF dalam tabir surya, akan semakin tinggi pula perlindungan yang
diberikan terhadap sinar UV. Akan tetapi persaman linier tidak terjadi dalam hal ini.
Untuk penentuan lama SPF melindungi kulit, Harus diketahui terlebih dahulu berapa
lamainitial burning time. Initial burning time adalah waktu awal terjadinya kulit kemerahan dan
terbakar saat tanpa menggunakan tabir surya. Tiap jenis kulit memiliki initial burning time yang
berbeda, dapat dilihat dari pedoman berikut ini :
1. kulit cerah, rambut pirang kemerahan, mata hijau atau biru memiliki initial burning
time 10-20 menit setelah terpapar matahari
2. kulit putih, rambut pirang, mata biru atau kecokelatan memiliki initial burning time
15-30 menit setelah terpapar matahari
3. kulit kuning langsat, rambut cokelat, mata cokelat memiliki initial burning time 20-40
menit setelah terpapar matahari
4. kulit cokelat muda, rambut hitam, mata cokelat tua memiliki initial burning time 25-50
menit setelah terpapar matahari
5. kulit sawo matang, rambut hitam, mata cokelat memiliki initial burning time 30-60
menit setelah terpapar matahari
6. kulit hitam, rambut hitam, mata hitam memiliki initial burning time 40-75 menit
setelah terpapar matahari
Dengan mengetahui initial burning time masing-masing, bisa dihitung berapa lama SPF
melindungi kulit. Contoh : dengan initial burning time 10 menit setelah terpapar matahari. Maka,
jika menggunakan SPF 15 artinya Anda memperpanjang perlindungan supaya kulit tidak terbakar
selama 15 kali lebih lama daripada saat tidak menggunakan tabir surya. Jadi lamanya SPF 15
memberikan perlindungan itu adalah 15 x 10 menit = 150 menit atau 2,5 jam. (Harrys
Cosmeticology 6 Ed, pg 321)
-
III. TINJAUAN TENTANG MENTIMUN
Timun (Curcumis Sativus L.), merupakan sayuran yang sangat populer saat ini. Mentimun
biasa digunakan sebagai lalapan di berbagai tempat makan mulai dari restaurant bintang lima
hingga pedagang kaki lima. Selain itu oleh masyarakat tradisional mentimun juga digunakan
sebagai obat sakit tenggorokan, haemorrhoid, kulit raum, bengkak dan bernanah. Timun
mengandung berbagai macam senyawa antara lain senyawa karbohidrat, asam organik, senyawa
fenol seperti asam para hidroksibenzoat, asam hidroksisinamat, flavon dan flavonol, vitamin
seperti vitamin C dan B, Mineral dan beberapa senyawa aromatic.
.
-
VI. FORMULA
FORMULA
FORMULA STANDAR
(Wilkinson, 1982, pg 254) FORMULA PEMBANDING
(La Tulipe Suncreen Cream) FORMULA MODIFIKASI
Nama Bahan Fungsi
(Rowe, et. al., 2009)
Konsentrasi
(%) Fase Nama Bahan Fungsi Fase Nama Bahan Fungsi
Konsentrasi
(%) Fase
Filtrosol A*
(Avobenzone,
Ensulizole,
Octinoxate,
Oxybenzone)
Sunscreen agent 5,0 A
-Butyl metoksi
dibenzoil metana
-Etil heksil metoksi
sinamat
-Benzophenon 3*
-Zinc Oxide
-Titanium Oxide
Sunscreen agent
A
A
A
M
M
Ekstrak
mentimun*
Titanium Dioxide
Zinc Oxide
Sunscreen agent
6,5
5,0
10,0
A
M
Asam Stearat Emulsifying agent 6,0 M Asam Stearat Emulsifying agent 6,0 M
Setil alkohol Emulsifying agent; stiffening
agent. 0,5 M Setil alkohol
Emulsifying agent, stiffening
agent M Setil alkohol
Emulsifying agent; stiffening
agent. 0,5 M
Veegum Stabilizing agent; viscosity-
increasing agent. 2,28 A Eicocene copolymer Film-forming agent A Veegum Stabilizing agent; viscosity-
increasing agent. 2,28 A
Air Pembawa 85,42 A Air Pembawa A Air Pembawa
A
Borax
KOH
Alkalizing agent; emulsifying
agent; 0,5
0,3
A
A
Borax
KOH
Alkalizing agent; emulsifying
agent; 0,5
0,3
A
A
Parfum Pemberi aroma q.s.
Pengawet Antimikroba q.s. A
-Nipagin
-Nipasol
- Diazolidinil urea
Pengawet A -Metil Paraben*
-Propil paraben* Pengawet
0,18
0,02
A
A
Propilen glikol* humektan, stabilizing agent,
cosolvent A Propilen glikol*
Emolien, stabilizing agent,
cosolvent 5,0 A
Dimethicone* Antifoaming agent; emollient;
water-repelling agent. M Dimethicone *
Antifoaming agent;
emollient; water-repelling
agent.
1,0 M
SLS Surfaktan A
Paraffin
Mineral Oil Emolien M
Iron Oxide Red
Iron Oxide Yellow Pewarna
Bentuk Sediaan : Krim
Tipe emulsi: o/w
Bentuk Sediaan : Krim
Tipe emulsi : o/w
Bentuk Sediaan : Krim
Tipe emulsi: o/w
-
PERHITUNGAN HLB
Tabel nilai rentang HLB dan tipe emulsi
Perhitungan HLB Formula Standart
Nama Bahan Konsentrasi (%) HLB Perhitungan
Asam stearat 6,0 15 (6,0 : 6,5) x 15=13,85
Setil alcohol 0,5 15,5 (0,5 : 6,5) x 15,5=1,19
Total 6,5 - 15,04
Perhitungan HLB sediaan
Nama Bahan Konsentrasi (%) HLB Perhitungan
Titanium dioxide 3,2 3 (3,2 : 10,2) x 3 = 0,94
Cetil alkohol 0,5 15,5 (0,5 : 10,2) x 15,5 = 0,76
Asam stearat 6,0 15 (6 : 10,2) x 15 = 8,82
Dimethicone 0,5 5 (0,5 : 10,2) x 5 = 0,24
Total 10,2 - 10,76
Dari hasil perhitungan HLB formula standar dan sediaan menunjukkan bahwa standar dan sediaan masuk
ke dalam rentang nilai HLB emulsi tipe o/w (antara 8-18).
-
MODIFIKASI FORMULA
Modifikasi dilakukan terhadap formula standar
Bahan-bahan tambahan yang akan diganti / ditambahkan / diubah konsentrasi
1. Penggantian Filtrosol A dengan kombinasi ekstrak mentimun
Alasan:
Komponen kimia kadang-kadang memiliki efek berbahaya pada kulit. Oleh karena itu, produk
dengan komponen alami (herbal) dirasa lebih aman untuk digunakan.
Mentimun berkhasiat sebagai tabir surya dimana mentimun mengandung merabolit sekunder
flavonoid dan polifenol yang dapat memberikan serapan pada sinar UV matahari dan melindungi
kulit dari kerusakan akibat induksi sinar UVB.
Mentimun memiliki aktivitas sebagai antioksidan (kandungan vitamin C = 11%) (Belitz, HD. %
Grosch,W., 1997)
Vit. C, membentuk grup kompleks enzimatik dan non-enzimatik antioksidan yang dapat
melindungi kulit dari oksigen reaktif (Reactive Oxygen Species / ROS). Saat kulit terpapar cahaya
matahari, maka oksigen reaktif akan bertambah jumlahnya. Dengan adanya vit. C di kulit, maka
radikal bebas tersebut akan dapat dikendalikan. Setelah mengendalikan radikal bebas, vit. C
berubah menjadi bentuk non-reaktif. Selanjutnya vit. C yang tidak reaktif inti dapat diubah
kembali menjadi bentuk yang reaktif dengan bantuan enzim dehydro ascorbic acid reductase
dengan adanya glutathione. Paparan sinar UV dapat menguangi jumlah vit. C yang terdapat dalam
kulit.
-
Vitamin C dalam mentimun dapat berfungsi sebagai photoprotection
Sinar UVA dan UVB dapat masuk ke dalam kulit saat kulit terpapar sinar matahari. Vit. C sama-
sama efektif terhadap keduanya. UVB biasanya hanya memperngaruhi kulit bagian luar atau
epidermis UVA dapat menembus kulit hingga 30-40x lebih dalam daripada UVB. UVA dapat
mengubah dan merusak kolagen, elastin, proteoglycans, dan struktur sel lainnya yang terdapat di
kulit. UVA juga menyebabkan penuaan pada kulit dan kemungkinan pembentukan melanoma.
UVB menyebabkan kulit terbakar sinar matahari, terjadinya radikal bebas, perubahan epidermis,
dan kanker kulit. Tabir surya yang digunakan dengan benar akan menghalangi terjadinya kulit
kemerahan karena sinar UV dan menghalangi thymine dimer mutations yang berperan dalam
pembentukan ek kanker pada kulit.Tabir surya hanya akan menahan sebanyak 55% produksi
radikal bebas karena paparan sinar UV. Penuaan akibat paparan sinar matahari ini dapat dicegah
dengan menghalangi terjadinya kulit kemarahan, terjadinya pembentukan sel-sel yang terbakar,
dan meningkatkan perbakan kolagen.
Konsentrasi yang digunakan adalah 6,5 % hal ini sesuai dengan percobaan yang dilakukan oleh
Audhea.
2. Penambahan kombinasi Titanium dioxide dan Zinc oxide
Penambahan kombinasi titanium dioxide dan zinc oxide karena SPF yang dihasilkan oleh ekstrak
buah mentimun rendah sehingga pelu dikombinasi dengan sunscreen agent yang lain
Konsentrasi titanium dioxide yang digunakan adalah 3,2 % dan ZnO yang digunakan adalah 1,8 %
hal ini mengacu pada formula yang ada dipasaran dengan nilai SPF 30
-
3. Penambahan Dimethicone
Salah satu persyaratan dari sediaan tabir surya adalah dapat tahan terhadap air dan keringat
(Wilkinson, 1982), sehingga sediaan ini harus mengandung bahan tambahan yang dapat
memberikan efek water-resistant.
Dimethicone bersifat hidrofobik serta dapat bersifat water-repellant (Rowe, et.al., 2009).
Penambahan dimethicone atau minyak silicon bertujuan untuk meningkatkan ketahanan sediaan
terhadap air, sehingga sediaan menjadi lebih water-resistant dan dapat melindungi kulit dari sinar
matahari lebih lama.
Konsentrasi terpilih: 0,5 %
Alasan: Konsentrasi lazim minyak silikon dalam sediaan emulsi o/w adalah 0,5 5% (Rowe, et.al.,
2009). Terdapat formula standar krim tabir surya yang mengandung dimethicone dengan konsentrasi
sebesar 0,5%
4. Penambahan Metil Paraben dan Propil Paraben
Sediaan yang kami gunakan dalam bentuk minyak dalam air sehingga kami menggunakan
pengawet supaya tidak terjadi pertumbuhan mikroba dalam sediaan, karena air merupakan media
utama pertumbuhan mikroba.
Konsentrasi yang dipilih 0,18 % untuk metyl paraben dan 0,02 untuk propyl paraben, hal tersebut
sesuai dengan buku HPE edisi 6 (Rowe, et.al., 2009).
5. Penambahan Propilen glikol
Propilen glikol ditambahkan berfungsi sebagai pelembab. Konsentrasi yang digunakan adalah 3%
hal ini sesuai dengan percobaan yang dilakukan oleh Minarsih, 2007.
Selain itu propilen glikol digunakan sebagai pelarut metil dan propil paraben (Rowe, et.al., 2009).
-
IV. MATRIKS
No. Nama
Bahan Sifat Kimia Sifat Fisika
Kadar Fungsi Nilai HLB OTT Alasan
Lazim Terpilih
1. Titanium
dioxide
PH : 7 Pemerian :
Serbuk Putih, amorf,
tidak berbau, tidak
berasa, dan tidak
higroskopis
(Rowe, et.al., 2009).
25 %
(Rowe,
et.al.,
2009).
3,2 % Sunscreen agent
3 Karena efek
fotokatalitik,
titanium dioksida
dapat berinteraksi
dengan zat aktif
tertentu, misalnya
famotidine.
Penelitian telah
menunjukkan
bahwa titanium
dioksida
monatonically
menurunkan Film
mekanik.
properti dan
meningkatkan
permeabilitas uap
air dari polivinil
pelapis alkohol bila
digunakan sebagai
bahan pengisi inert
Meningkatkan nilai
SPF sediaan secara
fisika
Stabilitas :
itanium dioksida
sangat stabil pada
suhu tinggi. ini
adalah
karena ikatan yang
kuat antara ion
tetravalen titanium
dan
ion oksigen bivalen.
Namun, titanium
dioksida bisa
kehilangan kecil,
jumlah unweighable
oksigen oleh
Kelarutan :
Praktis tidak larut
dalam larutan asam
sulfur,
asamhidroklorat, asam
nitrat, pelarut organik,
dan air.
Larut dalam asam
hidrofluorat dan asam
sulfur pekat panas.
Kelarutan berdasarkan
pemanasan
sebelumnya.
Pemanasan yang
berkelanjutan
-
interaksi dengan
energi radiasi.
Oksigen ini dapat
dengan mudah
bergabung kembali
lagi sebagai bagian
dari reversibel
Reaksi fotokimia,
terutama jika tidak
ada teroksidasi
materi yang tersedia.
Ini kerugian oksigen
kecil sangat penting
karena
mereka dapat
menyebabkan
perubahan signifikan
dalam optik dan
listrik
sifat pigmen.
Titanium dioksida
harus disimpan
dalam wadah yang
tertutup,
menghasilkan bahan
yang kurang larut
(Rowe, et.al., 2009).
dan pemutih.
Titanium dioksida
juga telah
ditunjukkan untuk
mendorong
fotooksidasi
lipid tak jenuh.
(Rowe, et.al.,
2009).
-
terlindung dari
cahaya, di tempat
yang sejuk dan
kering. (Rowe,
et.al., 2009).
2. Propylen
Glycol
pH : 7 ** Pemerian :
cairan kental, jernih,
tidak berwarna; rasa
khas; praktis tidak
berbau; menyerap air
pada udara lembab
(Departemen
Kesehatan RI, 1995).
15 %
(Rowe,
et.al.,
2009).
3 % Antimicrobial
preservative;
disinfectant;
humectant;
plasticizer;
solvent;
stabilizing
agent; water-
miscible
cosolvent.
- Propylene glycol
tidak kompatibel
dengan reagen
pengoksidasi
seperti
kalium
permanganat
(Rowe, et.al.,
2009).
Propylen glycol
digunakan sebagai
humectan dan
emolien dalam
sediaan krim (Rowe,
et.al., 2009).
Stabilitas :
Pada suhu dingin,
propilen glikol stabil
dalam keadaan
tertutup, tetapi pada
suhu tinggi , di
tempat terbuka , ia
cenderung untuk
mengoksidasi,
sehingga
menimbulkan
Kelarutan :
Dapat bercampur
dengan air, dengan
aseton, dan dengan
kloroform; larut dalam
eter dan dalam
beberapa minyak
esensial; tetapi tidak
dapat bercampur
dengan minyak lemak
(Departemen
-
produk seperti
propionaldehida ,
asam laktat , asam
piruvat , dan asam
asetat. Propylene
glycol stabil secara
kimiawi saat
dicampur dengan
etanol ( 95 % ) ,
gliserin , atau air ;
larutan air dapat
disterilkan dengan
autoklaf.
Propylene glycol
higroskopis dan
harus disimpan
dalam tempat
tertutup , terlindung
dari cahaya , di
tempat yang sejuk
dan kering (Rowe,
et.al., 2009).
Kesehatan RI, 1995).
-
4. Zinc Oxide pH : Pemerian : putih atau
kekuningan-putih,
tidak berbau, amorf,
bubuk yang sangat
halus, bebas dari
butiran. Ini secara
bertahap
menyerap karbon
dioksida dari udara.
< 25%
1,8 % Sunscreen
agent
10,5 telah dilaporkan
saat
seng oksida dan
gliserol berada
dalam kontak
dengan adanya
cahaya
Menaikan SPF
sediaan
Stabilitas :
-
Kelarutan : Larut
dalam air dan alkohol;
laru dalam asam
encer.
5. Asam
stearat
Stabilitas : Asam
stearat merupakan
bahan yang stabil,
mungkin juga dapat
di tambahkan
antioksidan
Pemerian : Putih
kekuningan, agak
mengkilat, kristal
putih atau serbuk
kekuningan, sedikit
berbau.
1-20%
(Rowe,
et.al.,
2009)
6% Emulsifying
agent;
solubilizing
agent; tablet
and capsule
lubricant
15 Asam stearat tidak
kompatibel dengan
kebanyakan logam
hidroksida, dan
mungkin tidak
kompatibel dengan
Asam stearat
digunakan sebagai
pengemulsi dan agen
pelarut. Ketika
sebagian dinetralkan
dengan alkali atau
-
(Rowe, et.al., 2009)
(Rowe, et.al.,
2009)
basa, zat pereduksi
dan oksidator
(Rowe, et.al., 2009
p 698)
trietanolamine, asam
stearat dapat
digunakan dalam
penyusunan krim
(Rowe, et.al., 2009 p
697)
)
Kelarutan : larut
dalam 1 : 5 benzena, 1
: 6 karbon tetraklorida,
1 : 2 kloroform, 1: 15
etanol, 1 : 3 eter,
praktis tidak larut
dalam air.
Titik leleh : 66 - 69C
(Rowe, et.al., 2009)
6. Methyl
paraben
pH : 4 - 8
(Rowe, et.al., 2009)
Pemerian : Kristal tak
berwarna atau bubuk
putih, tidak berbau,
sedikit pedas
0.02-0.3%
(Rowe,
et.al.,
2009)
0,18% Antimicrobial
(Rowe, et.al.,
2009)
- Aktifitas
antimikroba metil
paraben dapat
berkurang dengan
adanya surfaktan
Berfungsi sebagai
pengawet. Range
konsentrasi 0.02-
0.3%. Paraben
memiliki efek
-
Stabilitas : Stabil
pada larutan air pH
3 6 sampai sekitar
4 tahun pada suhu
kamar (Rowe, et.al.,
2009)
Kelarutan : larut
1:400 air, 1:50 air
80C, 1:3 etanol 95%,
1:10 eter, 1:60 gliserin
(Rowe, et.al., 2006)
Titik leleh : 125-128
C
(Rowe, et.al., 2009)
nonionik seperti
polisorbat80 akibat
dari micellization.
Tidak kompatibel
dengan bahan lain
seperti tragakan,
sorbitol, Natrium
alginat, atropin.
(Rowe, et.al., 2009
p 443)
antimikroba
spektrum luas,
meskipun sangat
efektif terhadap
kapang dan khamir
(Rowe, et.al., 2009,
).
7. Propyl
paraben
pH : 4 8
(Rowe, et.al., 2009).
Pemerian : Kristal
atau bubuk putih,
tidak berbau, tidak
berasa
0.01-0.6%
(Rowe,
et.al.,
2009)
0,02% Antimicrobial
(Rowe, et.al.,
2009)
Aktifitas
antimikroba profil
paraben dapat
berkurang banyak
dengan adanya
surfaktan non ionik
akibat dari
micellization.
(Rowe, et.al., 2009)
Berfungsi sebagai
pengawet. Range
konsentrasi 0.01-
0.6%. Paraben
memiliki efek
antimikroba
spektrum luas,
meskipun sangat
efektif terhadap
kapang dan khamir.
(Rowe, et.al., 2009).
Stabilitas : Stabil Kelarutan : 1:1,1
-
pada larutan air pH
3 6 sampai sekitar
4 tahun pada suhu
kamar (Rowe, et.al.,
2009).
etanol 95%, 1:250
gliserin, 1:225 air
80C
Titik didih : 295C
Titik leleh : 96-99C
(Rowe, et.al., 2009).
8. Dimethicone Stabilitas :
Tetap stabil terhadap
panas dan tahan
terhadap bahan
kimia meskipun
merupakan asam
kuat.
(Rowe, et al, 2009 p
234)
Pemerian :
Jernih, cairan tidak
berwarna
(Departemen
Kesehatan RI, 1995).
Kelarutan :
larut dalam etil asetat,
metil etil keton,
mineral oil, eter,
kloroform, toluene,
sedikit larut dalam
etanol 95%, praktis
tidak larut dalam
gliserin, propilen
glikol, air
0,5 5 %
(Rowe, et
al, 2009 p
233)
3% Antifoaming
agent;
emollient;
water-repelling
agen
(Rowe, et al,
2009 p 233)
-
Dimethicone banyak
digunakan dalam
kosmetik. Dalam
emulsi minyak
dalam air,
dimethicon di
tambahkan ke fase
minyak sebagai
antifoaming agen
(Rowe, et al, 2009 p
233)
-
(Rowe, et al, 2009 p
234)
9. Setil alkohol Stabilitas : : stabil
dengan adanya
asam, alkali, cahaya
dan udarra tidak
menjadi tengik
(Rowe, et al, 2009 p
156)
Pemerian : serpihan
putih, butiran, kubus,
memiliki bau yang
khas dan rasa hambar
Kelarutan : : larut
dalam etanol 95% dan
eter, praktis tidak larut
dalam air
Titik leleh : 45-52C
(Rowe, et al, 2009 p
155-156)
2-5%
(Rowe, et
al, 2009 p
155)
2,5% Coating agent;
emulsifying
agent; stiffening
agent
(Rowe, et al,
2009 p 155)
Tidak kompatibel
dengan oksidator
kuat
(Rowe, et al, 2009 p
156)
Dapat digunakan
sebagai pengemulsi,
dan emolien yang
dapat meningkatkan
stabilitas,
memperbaiki tekstur
dan meningkatkan
konsistensi.
(Rowe, et al, 2009 p
155)
10. Veegum
(Magnesium
Alumunium
silicate)
Stabilitas :
Magnesium
alumunium silikat
stabil ketika di
simpan dalam
kondisi kering, stabil
pada rentang pH
yang luas,
kompatibel dengan
Pemerian : putih
sampai krem, tidak
berbau, tidak berasa,
lembut,, serbuk
micronized
Kelarutan : Praktis
tidak larut dalam
alkohol, air, pelarut
organik.
2 5%
(sebagai
emulsion
stabilizer)
(Rowe, et
al, 2009 p
394)
2,28% Adsorbent;
stabilizing
agent;
suspending
agent;
viscosity-
increasing agent
(Rowe, et al,
2009 p 393)
Magnesium
aluminium silikat
pada umumnya
tidak cocok untuk
larutan asam di
bawah pH 3,5
(Rowe, et al, 2009 p
396)
Digunakan sebagai
stabilizing agen.
Dapat meningkatkan
viskositas dengan
dikombinasikan
dengan suspending
agents seperti
xanthan gum
(Rowe, et al, 2009 p
-
pelarut organik
(Rowe, et al, 2009 p
395)
Titik leleh :
(Rowe, et al, 2009 p
394 - 395)
393)
11. KOH
(Potassium
hydroxide)
Stabilitas :
potassium disimpan
dalam tempat non
metalik dan yang
sejuk dan kering
(Rowe, et.al., 2009 p
577)
Pemerian: putih,
bentuk serpih, palet
kecil, higroskopis
Kelarutan : larut
dalam 1 : 0,9 air, 1:
0,6 air 100 C, dalam
1 : 3 etanol 95%,
dalam 1 : 2.5 gliseril,
praktis tidak larut
dalam eter.
Titik didih : 360 C
(Rowe, et.al., 2009 p
576)
< 5% 0,3 Alkalizing
agent
(Rowe, et.al.,
2009 p 576)
Tidak kompatibel
dengan komponen
yng menghidrolisis
atau mengoksidasi,
dan seharusnya
tidak disimpan
dalam kaca atau
alumunium karena
dapat bereaksi
dengan asam, ester
dan eter.
(Rowe, et.al., 2009
p 577)
Kalium hidroksida
banyak digunakan
dalam formulasi
untuk mengatur pH
dan juga dapat
digunakan untuk
bereaksi dengan
asam lemah untuk
membentuk garam
(Rowe, et.al., 2009 p
577)
12. Borax
(Sodium
borate)
Stabilitas : Sodium
borate disimpan
dalam wadah
tertutup rapat di
tempat sejuk dan
kering
Pemerian : putih,
kristal keras, granul,
tidak berbau.
Kelarutan : larut
dalam 1:1 gliserin, 1 :
1 dengan air
< 3%
(MD 36 p
2268)
0,5 Alkalizing
agent;
antimicrobial
preservative;
buffering agent;
emulsifying
Tidak kompatibel
dengan asam, metal
dan garam alkaloid
(Rowe, et.al., 2009
p 634)
Digunakan sebagai
pengemulsi dalam
krim, sodium borat
setelah diteliti juga
memiliki efek
sebagai pencegahan
-
(Rowe, et.al., 2009 p
634)
mendidih, 1: 16
dengan air, praktis
tidak larut dalam
etanol 95%, dan dietil
eter
Titik leleh : 75C
(Rowe, et.al., 2009 p
633)
agent;
stabilizing
agent.
(Rowe, et.al.,
2009 p 633)
pembentukan crystal
dalam sediaan.
(Rowe, et.al., 2009 p
633)
-
BENTUK SEDIAAN DASAR
a. Bentuk : Krim
b. Definisi : Krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung
satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam
bahan dasar yang sesuai. Istilah ini secara tradisional telah
digunakan untuk sediaan setengah padat yang mempunyai
kosistensi relatif cair diformulasikan sebagai emulsi air
dalam minyak atau minyak dalam air. Sekarang ini batasan
tersebut lebih diarahkan untuk produk yang terdiri dari
emulsi minyak dalam air atau dispersi mikrokristal asam
asam lemak atau alkohol berantai panjang dalam air, yang
dapat dicuci dengan air dan lebih ditujukan untuk
penggunaan kosmetika atau estetika. Krim dapat digunakan
untuk pemberian obat secara vaginal (Departemen Kesehatan
RI, 1995).
c. Persyaratan umum :
Tidak mengiritasi kulit
Tidak berbau tengik
pH netral, mudah dioleskan pada kulit
(Harrys cosmeticology, p.60).
BENTUK SEDIAAN KOSMETIK TERPILIH
a. Bentuk : Krim Tabir surya
b. Definisi : Material serbuk yang opaque, ketika diaplikasikan di kulit
pada kondisi kering atau digunakan bersama pembawa yang
sesuai, akan mampu memecah sinar ultraviolet. (Wilkinson,
1982).
c. Persyaratan : Harus efektif dalam mengabsorpsi radiasi eritmogenik (290
320 nm), harus mampu menghantarkan gelombang dengan
range 300 400 nm untuk menghasilkan efek penghitaman
yang maksimum, tidak menguap dan resisten terhadap air
serta perspirasi, tidak berbau atau setidaknya berbau lemah
(masih bisa diterima konsumen) dan terdapat rasa nyaman
terhadap karakteristik fisika lainnya seperti stickiness, non
-
toksik, tidak mengiritasi, tidak menyebabkan sensitisasi,
harus mampu memberikan efek proteksi selama beberapa
jam, stabil, tidak mewarnai pakaian. (Wilkinson, 1982).
V. SUSUNAN FORMULA
Penentuan bobot sediaan untuk 1 resep
Luas permukaan tubuh= 1592 inch2 = 10271 cm
2
Pengaplikasian dengan menggunakan jari tangan (fingertip unit)
= 0,43 g / 257 cm2 (untuk wanita) ----used
= 0,49 g / 312 cm2 (untuk pria)
Aplikasi krim diperkirakan pada wajah dan leher (9% luas tubuh), serta pada lengan
bagian bawah (9% luas tubuh)
Perkiraan lama penggunaan krim = 1 hari sekali untuk 10 hari
Bobot sediaan yang dibutuhkan =
No Nama Bahan Sinonim
Konsentrasi 1 Resep u/
30 g
(gram)
1 batch u/
3R/ (gram) Awal (%)
Modifikas
i (%)
1 Ekstrak
mentimun
- 6,5 1,95 5,85
2 Titanium
dioksi
- 5,0 1,5 4,5
3 Zinc oxide - 10,0 3 9
4 Asam Stearat 6,0 6,0 1,8 5,4
5 Setil alkohol Cetanol 0,5 2,0 0,6 1,8
6 Veegum
Magnesium
Aluminium
Silikat
2,28 2,28 0,684 2,052
7 Dimethicone Silicone oil - 1,0 0,3 0,9
8 Borax Sodium borat 0,5 0,5 0,15 0,45
9 KOH Potassium
hidroksida 0,3 0,3 0,09 0,27
10 Propilen glikol Propilen
glikol - 5,0 1,5 4,5
11 Metil Paraben Nipagin qs 0,18 0,054 0,162
12 Propil Paraben Nipasol qs 0,02 0,006 0,018
Air Aquades 74,22
-
Perhitungan Sisa Air
Sisa air untuk 1 resep 30 11,634 = 18,366 ml
Sisa air untuk 1 bets 150 30,902 = 119,098 ml
VI. RANCANGAN CARA PEMBUATAN
1. Pembuatan Ekstrak Timun
a. Sejumlah buah mentimun dipotong kecil-kecil kemudian dihaluskan dengan
menggunakan blender
b. Kemudian disaring dengan menggunakan kain flannel
c. Diukur sebanyak 5,85 ml.
2. Basis.
a. Preparasi fase minyak
1. Ditimbang Dimethicone sebanyak 0,9 gram menggunakan cawan
porselen
2. Dipanaskan diatas Water Bath.
3. Ditimbang asam stearat sebanyak 5,4 gram menggunakan cawan
porselen.
4. Ditimbang setil alkohol sebanyak 1,8 gram menggunakan kertas
perkamen.
5. Dimasukkan ke dalam cawan yang berisi dimethicone, dipanaskan
6. diatas Water Bath.
7. Ditunggu hingga semua bahan meleleh.
b. Preparasi Fase Air
1. Ditimbang Nipagin 0.162 gram dan Nipasol 0.018 gram menggunakan
kertas perkamen.
2. Ditimbang Boraks 0,45 gram menggunakan kertas perkamen.
3. Ditimbang propilen glikol sebanyak 1,8 gram menggunakan cawan
porselen.
4. Nipagin, nipasol, dan boraks dilarutkan dalam propilen glikol
5. Ditimbang KOH 0,27 gram dengan gelas arloji.
6. Diukur air sebanyak 36,1 ml menggunakan gelas ukur.Dipindah ke
beker glass.
7. KOH dilarutkan dalam air.
8. Ditimbang Titanium dioxida 2,88 gram dan Zinc oxide 1,62 gram
dan ekstrak mentimun 5,85 ml.
9. Dicampurkan pengawet yang telah dilarutkan dalam propilen glikol,
titanium dioxida, zinc oxide, dan ekstrak ke dalam beker glass
-
10. Dipanaskan di atas water bath.
c. Preparasi veegum
1. Dipanaskan air sebanyak 20 ml di atas water bath.
2. Ditimbang veegum sebanyak 2,052 gram kemudian didispersikan
dalam air panas tersebut.
3. Pembuatan Krim
a. Disiapkan mortir panas (diberi sedikit alkohol lalu dibakar dengan api).
b. Dimasukkan veegum ke dalam mortir
c. Dimasukkan juga fase minyak 1 dan 2.
d. Dimasukkan segera fase air.
e. Dilakukan pengadukan kuat secara terus menerus hingga mortir menjadi
dingin
f. Pengadukan dilanjutkan hingga campuran di dalam mortir memadat
membentuk krim.
g. Dimasukkan krim kedalam wadah yang telah dipersiapkan.
h. Diberi dus dan label yang sesuai.
VII. SKEMA KERJA
-
VIII. SPESIFIKASI SEDIAAN AKHIR
No Kriteria Uji Spesifikasi
1 Organoleptis
Warna
Bau
Bentuk
Perabaan
Putih
Tidak berbau
Krim opaque
Lembut
2 pH 4,5 - 8,0 (SNI, 1996)
3 Homogenitas Homogen (SNI, 1996)
4 Viskositas 2000 50000 cps (SNI, 1996)
5 Daya Sebar 3-5 cm (Garg, et.al., 2002)
6 Daya Lekat Tidak lengket atau lekat
7 Daya Tercucikan Air Agak susah tercucikan air
8 Tipe emulsi m/a
9 Ukuran partikel 1 50 m (Yenti et al, 2011)
10 SPF 30
Kulit untuk daerah tropis (Asia) cukup menggunakan sediaan tabir surya dengan nilai SPF
sebesar 12 29.
(Pray, 2006)
IX. RANCANGAN EVALUASI
1. Pengamatan Organoleptis
Pemeriksaan organoleptis dilakukan dengan mengamati warna, bentuk luar, dan bau dari
sediaan krim. Cara mengetahui bentuk penampakan krim (opaque / transluen) adalah dengan
menggunakan dua gelas arloji datar kemudian meratakan sejumlah sediaan dengan gelas
arloji tersebut. Sediaan yang terdapat di gelas arloji diterawang dengan menggunakan lampu
atau senter (Depkes RI, 1985) Pemeriksaan pH
Pengukuran pH sediaan dilakukan dengan cara sediaan krim ditimbang sebanyak 1 gram dan
diencerkan dengan aquades 10 ml. Elektroda pH meter dicelupkan ke dalam sampel krim
yang telah diencerkan hingga pada monitor jarum menunjukkan angka yang stabil (Depkes
RI, 1985)
2. Penentuan Tipe emulsi
-
Penentuan tipe emulsi dilakukan dengan menimbang 0,1 gram krim kemudian diberi 1 tetes
metilen biru di amati dibawah mikroskop, jika warna menyebar merata pada krim berarti tipe
krim adalah minyak dalam air, tetapi jika warna hanya berupa bintik bintik berarti tipe krim
adalah air dalam minyak (Depkes RI, 1985)
3. Pengukuran Ukuran partikel
Pengukuran dilakukan dengan mengamati obyek dibawah mikroskop yang dilengkapi
mikrometer okuler. Krim ditimbang sebanyak 0,1 gram, kemudian diencerkan dengan air
suling sampai 1 ml. Hasil pengenceran tersebut diambil sedikit demi sedikit dan diteteskan
pada kaca obyek, lalu dilakukan pengukuran partikel sampai dengan 300 partikel (Anggraini,
Malik, dan Susiladewi, 2011). Batas ukuran partikel emulsi adalah 1 100 m (Ansel, 1995).
4. Pengujian Viskositas
Pengukuran viskositas dilakukan dengan menggunakan viscometer Brookfield. Sebanyak 250
ml sediaan krim dimasukkan ke dalam beaker glass. Selanjutnya spindel diturunkan hingga
batas yang ditentukan ke dalam beaker glass yang berisi krim dan selanjutnya dilakukan
pengaturan kecepatan (Asswal, Kalra, Rout, 2013). Viskositas sediaan krim adalah 30000-
70000 cps (Buhse, 2003).
6. Pengukuran daya sebar
Pengukuran daya sebar sediaan dilakukan dengan cara 0,5 gram sediaan diletakkan diatas
kaca transparan yang dilapisi kertas grafik, lalu dibiarkan 15 detik. Selanjutnya dihitung
luas daerah yang diberikan oleh sediaan lalu ditutup lagi dengan plastik transparan yang
diatasnya diberi beban dengan berat tertentu (1,3, 5, dan 7) dan dibiarkan selama 60 detik lalu
dihitung luas yang diberikan oleh sediaan (Voight, 1994)
Penilaian Keterangan
5 cm Sangat mudah menyebar
3-5 cm Mudah menyebar
3 cm Tidak menyebar
8. Pengujian Homogenitas
Pengujian homogenitas dilakukan dengan menimbang sediaan sebnayak 0,1 gram di atas
wadah, kemudian dioleskan secara merata dan tipis dikaca arloji. Krim harus menunjukkan
susunan yang homogen dan tidak terlihat adanya bintik - bintik (Depkes RI, 1985).
-
9. Daya Tercucikan air
Pengujian daya tercucikan air dilakukan dengan cara sejumlah 1 g krim dioleskan pada
telapak tangan kemudian dicuci dengan sejumlah volume air sambil membilas tangan. Air
dilewatkan dalam buret dengan kecepatan 0,25 tetes per detik, lalu diamati secara visual ada
atau tidaknya krim yang tersisa pada telapak tangan. Volume air yang dipakai dicatat
(Anggraini, Malik, dan Susiladewi, 2011). Sediaan pelembab harus mudah tercucikan air.
Kriteria :
Kriteria Hasil
20 ml Tidak mudah tercucikan air
10 20 ml Mudah tercucikan air
10 ml Sangat mudah tercucikan air
10. Uji iritasi kulit
Uji iritasi kulit dilakukan pada 10 orang sukarelawan. Teknik yang digunakan adalah uji
tempel terbuka, yang dilakukan dengan cara mengoleskan formula pada punggung tangan
kanan sukarelawan seluas 2,5 cm2 dan punggung tangan kiri diolesi dengan formula krim. Uji
iritasi dilakukan pada tempat yang sama selama 3 hari berturut turut setelah pembuatan dan
pada hari terakhir penyimpanan untuk masing masing nsediaan. Gejala yang tinbul diamati
, kemudian hasilnya dibandingkan dengan hasil olesan pada punggung tangan kiri (Wathoni
Soebagio dan Rachim,2009). Suatu setidaan harusnya tidak menyebabkan iritasi pada kulit.
11. Uji aseptabilitas
Evaluasi dilakukan dengan menggunakan responden yang telah menandatangani persetujuan
untuk menjadi subyek percobaan yang telah mengerti prosedur penggunaan sediaan tersebut.
Jumlah responden 10 orang dengan usia 19 23 tahun yang dipilih secara acak. Respon akan
menggunakan sediaan pada lengan bagian atas dan diminta pendapartnya tentang kemudahan
diratakan, sensasi dingin, dan kemudahan dibersihkan (Sahu, Jha, and Dubey, 2011).
12. Pengujian distribusi ukuran partikel
Pengukuran distribusi ukuran partikel dilakukan dengan memakai alat mikroskop yang
dilengkapi dengan mikrometer okuler. Caranya adalah dengan menimbang 0,1 gram krim
kemudian diencerkan dengan air suling sampai 1 ml diambil sedikit hasil pengenceran
tersebut dan diteteskan pada kaca objek, lalu dilakukan pengukuran partikel sampai dengan
-
500 partikel (Lachman, dkk,1994). Distribusi ukuran partikel yang baik dan stabil secara fisik
adalah 1-50 m (Yenti et al, 2011).
13. Pengujian nilai SPF
Metode Petro (1981) mempersyaratkan bahwa untuk menghitung nilai SPF, kadar sampel
dalam kuvet harus ekivalen dengan 0,001% atau 0,01 g/L atau 10 mg/L bahan aktif.
Penentuan efektivitas tabir surya dilakukan dengan menentukan nilai SPF secara in vitro
dengan alat spektrofotometer UV-Vis. Krim diencerkan 4000 ppm, caranya diambil sebanyak
0,1 gram dan dilarutkan dalam 25 mL etanol. Kemudian dipipet 0,25 ml dengan
menggunakan mikropipet, dimasukkan ke dalam labu takar 10 ml, kemudian ditambahkan
etanol hingga garis tanda. Sebelumnya spektrofotometer dikalibrasi terlebih dahulu dengan
menggunakan etanol 95%. Caranya etanol sebanyak 1 mL dimasukkan kedalam kuvet
kemudian kuvet tersebut dimasukkan dalam spektrofotometer UV-Vis untuk proses kalibrasi.
Setelah itu dibuat kurva kurva serapan uji dalam kuvet dengan panjang gelombang antara
290-320 nm, gunakan etanol 95% sebagai blanko.
Pengukuran nilai SPF dilakukan dengan mengukur serapan sediaan pada spektrofotometer
setiap 5 nm pada rentang panjang gelombang dari 290 nm sampai panjang gelombang di atas
320 nm yang memiliki nilai serapan minimal 0,05. Selanjutnya, area di bawah kurva dihitung
tiap 5 nm dari jumlah serapan pada panjang gelombang ke n dan serapan pada panjang
gelombang ke n-1dibagi 2 dikali 5 (luas trapesium). Nilai log SPF dihitung dengan cara
membagi jumlah seluruh area di bawah kurva dengan selisih panjang gelombang terbesar dan
terkecil. Selanjutnya nilai log SPF diubah menjadi SPF (Petro, 1981).
Perhitungan nilai SPF dilakukan berdasarkan dari pengamatan absorbansi. Dari pengamatan
absorbansi tersebut maka dapat dibuat kurva antara nilai serapan dan panjang gelombang
serta dapat dilakukan perhitungan luas daerah bawah kurva serapan atau area under curve
(AUC). Nilai AUC dapat dihitung dengan rumus:
Dimana:
AUC : Luas daerah dibawah kurva serapan
: serapan pada panjang gelombang yang memberikan serapan minimal 0,05 ( )
: Serapan pada panjang gelombang sebelum
Nilai SPF dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut
-
Dimana:
AUC : Luas daerah di bawah kurva serapan
: Panjang gelombang dengan nilai serapan minimal 0,05
: Panjang gelombang terkecil (290 nm).
-
HASIL EVALUASI
1. Organoleptis
Parameter Hasil percobaan Spesifikasi sediaan
Pembanding Sediaan
Bentuk luar Opaque Opaque Opaque
Warna Cokelat muda Putih Putih
Bau Wangi Khas mentimun Khas mentimun
Perabaan Lembut Lembut Lembut
2. Nilai pH
pH Hasil percobaan Spesifikasi sediaan
Pembanding Sediaan
Replikasi 1 - 6,72
4,5-8,0 Replikasi 2 - -
Replikasi 3 - -
3. Homogenitas
Hasil percobaan Spesifikasi sediaan
Pembanding Sediaan
Homogenitas Tidak homogen Tidak homogen Homogen
4. Viskositas
Viskositas Hasil percobaan Spesifikasi sediaan
Pembanding Sediaan
Replikasi 1 - -
2000-50000 cps Replikasi 2
Replikasi 3
5. Daya lekat
Daya Lekat
Hasil percobaan Spesifikasi sediaan
Pembanding Sediaan
Lekat, sedikit
menimbulkan rasa
lengket
Tidak lekat, Tidak
menimbulkan rasa
lengket
Tidak lekat, tidak
menimbulkan rasa
lengket
6. Daya sebar
Daya sebar
Hasil percobaan
Spesifikasi sediaan Pembanding Sediaan
3 cm 4 cm 3-5 cm
7. Daya tercucikan air
Daya tercucikan air
Hasil percobaan
Spesifikasi sediaan Pembanding Sediaan
Tidak mudah
tercucikan air
Tidak mudah
tercucikan air
Tidak mudah
tercucikan air
-
8. Tipe emulsi
Tipe emulsi
Hasil percobaan
Spesifikasi sediaan Pembanding Sediaan
m/a m/a m/a
9. Ukuran partikel
Ukuran partikel
Hasil percobaan
Spesifikasi sediaan Pembanding Sediaan
- - 1-50 m
10. SPF
SPF
Hasil percobaan
Spesifikasi sediaan Pembanding Sediaan
- - 15
-
X. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini praktikan melakukan formulasi sediaan tabir surya
dengan menggunakan bahan aktif Titanium Dioxide, Zinc Oxide sebagai bahan
sintetis dan ekstrak buah timun sebagai bahan aktif yang berasal dari bahan alam.
Formulasi sediaan tabir surya tersebut dibuat dalam bentuk krim vanishing.
Formula standard krim vanishing tabir surya telah dimodifikasi sedemikian
rupa hingga terbentuk formula modifikasi yang kemudian diformulasikan. Krim
vanishing tabir surya yang telah terbentuk dari proses formulasi, selanjutnya
dievaluasi mutu fisiknya, yaitu pengamatan organoleptis, pengujian pH, pengujian
homogenitas, pengujian daya lekat, pengujian daya sebar, pengujian daya tercucikan
air. Pengujian viskositas dan penentuan efektifitas tabir surya melalui penentuan nilai
SPF tidak dilakukan karena keterbatasan waktu.
Pada pemeriksaan organoleptis, bentuk luar dari sediaan telah sesuai dengan
spesifikasi, yaitu opaque. Warna serta bau dari sediaan juga telah memenuhi
spesifikasi, yaitu berwarna putih dan berbau khas mentimun. Sedangkan untuk hasil
perabaan, diperoleh hasil yang sesuai spesifikasi, yaitu perabaan sediaan lembut.
Penentuan pH menunjukkan bahwa sediaan tabir surya tersebut memiliki nilai
pH yang telah memenuhi spesifikasi yaitu 6,72. Dengan pH tersebut, maka pemakaian
sediaan akan lebih aman karena sesuai dengan pH kulit manusia.
Pengujian daya lekat menunjukkan hasil yang memenuhi spesifikasi, yaitu
sediaan tidak lekat. Sediaan yang tidak lekat ini disebabkan karena komposisi fase
minyak yang tidak terlalu tinggi. Sediaan yang tidak lekat akan lebih disukai
masyarakat karena tidak lengket dan lebih nyaman untuk dipakai sehari-hari.Hal ini
juga disebabkan karena adanya
Pengujian daya sebar menunjukkan bahwa sediaan mudah menyebar dan hal
tersebut telah memenuhi spesifikasi. Sediaan mudah menyebar ini mungkin
disebabkan karena konsistensi dari sediaan tersebut lunak. Sediaan ini baik karena
mudah menyebar ketika diaplikasikan ke kulit.
Pengujian daya tercucikan air menunjukkan bahwa sediaan tidak mudah
tercucikan air. Hal tersebut sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan, di mana suatu
sediaan tabir surya dapat memberikan ketahanan terhadap air dan keringat, sehingga
dapat memberikan perlindungan yang lebih lama pada kulit. Dalam formula ini, bahan
yang memiliki fungsi memberikan efek water-resistant adalah dimethicone. Dengan
demikian tidak perlu dilakukan perbaikan atau penambahan konsentrasi pada
dimethicone untuk dapat diperoleh sediaan tabir surya yang lebih tahan terhadap air.
Pengujian tipe emulsi menunjukkan bahwa sediaan tabir surya ini merupakan
sediaan dengan tipe emulsi minyak dalam air (m/a) dan hal tersebut telah memenuhi
spesifikasi yang diinginkan.
Perbaikan yang dilakukan terhadap formula sediaan krim vanishing tabir surya
ini adalah sebagai berikut.
Nama Bahan
Konsentrasi
Awal (%) Modifikasi (%)
Perasan Mentimun - 6,5
Titanium Dioxide - 3,2
Zinc Oxide - 1,8
-
Stearic Acid 6,0 6,0
Setil Alkohol 0,5 2,0
Veegum 2,28 2,28
Dimetichone - 1,0
Borax 0,5 0,5
KOH 0,3 0,3
Propilen Glikol - 2,0
Metil Paraben qs 0,18
Propil Paraben qs 0,02
Air 74,22
XI. KESIMPULAN
Sediaan sunscreen ekstrak buah mentimun pada praktikum kali ini diperoleh
hasil yang baik, homogen, dan rata dibandingkan pembandingnya, sehingga sediaan
ini layak untuk diedarkan di masyarakat.